30
+ Teologi Eksistensialisme Paul Tillich Pdt. Yohanes Bambang Mulyono, M.Th.

Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+

TeologiEksistensialisme

Paul Tillich

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono, M.Th.

Page 2: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Sumber Referensi Utama

n Tillich, Paul. 1951. Systematic theology. Volume I. Chicago, Illinois: The University of Chicago Press.

n ---------. 1957. Systematic theology. Volume II. Chicago, Illinois: The University of Chicago Press.

n ---------. 1961. The Courage to be. New Haven: Yale University Press.

n ---------. 1958. Dynamics of faith. New York: Harper Colophon Books.

Page 3: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Paul Tillich (1886–1965)

Page 4: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Filsafat Eksistensialisme

n Eksistensi disebut Heidegger dengan Dasein. Kata da berarti“di sana,” dan kata sein berarti“berada.”

n Menurut Gabriel Marcel, makna “eksistensi” adalahsituasi konkret seseorangsebagai subjek di dalamdunia. Karena itu, eksistensitidak akan pernah dapatdijadikan objektivitas

Page 5: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Filsafat Eksistensialisme

n Karl Jaspers, eksistensi menunjuk kepadakedirian kita yang sebenarnya, yang bersifat unik, dan sama sekali tidakobjektif. Dengan tak henti-hentinya, eksistensi itu terbuka bagi kemungkinan-kemungkinan yang baru.

n “Situasi batas” tersebut adalah situasi yang tidak bisa dihindari, sebab eksistensimenemui batas yang memang tidak bisadihindari. Batas tersebut menunjukkanbahwa ada sesuatu di belakangnya batasitu. Mengalami situasi batas sama denganbereksistensi.

Page 6: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Eksistensialisme Paul Tillich

n MenurutTillich, secara ontologis, manusia berdiri di hadapanrealitas “ketiadaan” (non-being). Realitas“ketiadaan” ini terdiri atas dua bagian, yaitu: ouk onyang berarti “ketiadaan yang absolut”, dan me on yang berarti “ketiadaan yang relatif”.

Page 7: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Eksistensialisme Paul Tillich

n Manusia juga memiliki kesadaran akan kehadiran Allah sebagai “Ada”, sebab Ia adalah dasar dari segalakeberadaan (the ground of all being). Untuk itu, bicaratentang Allah ternyata tidak terlepas dari “kedalaman” dari keberadaan.

Page 8: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Eksistensialisme Paul Tillich

n Di hadapan“kedalaman” tersebut, manusiamenggunakan inner word. Tillich menerjemahkan inner word dengan: ”a kind of self-communication, a monologue of the soul with itself”.

n Melalui inner word ini manusia mendeskripsikan diriAllah dalam “kedalaman jiwa individual”

Page 9: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+KONTEKS PEMIKIRAN PAUL TILLICH

n Konteks pemikiranTillich timbul di tengah-tengahgelombang zaman yang mengagung-agungkanrasionalitas manusia. Khususnya pada periode 1920–1950, dunia dikuasai oleh para penguasa yang totaliter.

Page 10: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+KONTEKS PEMIKIRAN PAUL TILLICH

n Kaum eksistensialisme, sebagaimana direfleksikandalam filsafat Kierkegaard, mengalami dan melihatbagaimana eksistensi manusia sering diperlakukansecara impersonal. Eksistensi manusia hanya dianggapsebagai validitas yang objektif.

n Karena itu premis filsafat eksistensialisme dimulai daripengalaman konkret keberadaan dalam dunia (the concret experience of being-in-the world).

Page 11: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Konteks Pemikiran Paul Tillich

n Gereja ikut dalam arus pengagungan terhadaprasionalitas dengan menggunakan historis kritis dalammemahami kebenaran Allah. Seluruh penyataan Allah seakan-akan dapat direduksi secara rasional objektif.

n Kedalaman manusia itu harus terjadi dalam suatusituasi. Karena itulah, teologi harusmempertimbangkan penafsiran yang kreatif terhadapeksistensi manusia yang berada dalam suatu situasi

Page 12: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Metode Teologi Paul Tillich

n Tillich menggunakan metodekorelasi dalam menyusunkarya teologisnya.

n Secara harfiah, arti “korelasi” menunjuk kepadainterdependence of two independent factors(ketergantungan antara duafaktor yang berdiri sendiri)

Page 13: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Metode Teologi Paul Tillich

n Tugas teolog tidak pernah berhenti pada jawaban yang ia sampaikan, sehingga tidak ada sesuatu yang bisadimegahkan.

n Tillich berkata, “In the light of this demand, the method of correlation protects the theologian from arrogant claim of having revelatory answers at his disposal. In formulating the answer, he must struggle for it” (Tillich 1957, 15).

Page 14: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Kerugma dan Apologetis

n Di bagian pendahuluanbukunya yang berjudul The Systematic Theology Volume I, Tillich mengontraskankerygmatic theology (teologikerugma) dengan apologetic theology(teologi apologetis).

Page 15: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Teologi Apologetis

n Teologi apologetis merupakanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang timbul darisituasi tertentu.

n Itu sebabnya dalam teologiapologetis terdapat korelasiantara pertanyaan danjawaban, situasi dan berita, keberadaan manusia danpenyataan Allah.

Page 16: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Transisi dari Esensi ke Eksistensi

n “Esensi” dalam pemikiran Hegel merupakan suatuistilah untuk menunjuk kepada keadaan yang ideal dansempurna. Karena itu, transisi dari esensi ke eksistensimerupakan perpindahan dari situasi ideal ke situasiterbelenggu.

n Realitas manusia yang jatuh akibat keterpisahan dari“Ada” itulah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Kejatuhan manusia ke dalam dosa itu bukan bersifathistoris, tetapi“transhistoris,” melampaui sejarah.

Page 17: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Keterasingan

n Akibatnya, manusiamengalami keterasingan(estrangement) dengan segalasesuatu, bahkan dengandirinya sendiri (man against himself).

n Karena itu, ciri kehidupanmanusia yang fundamental adalah keterasingan.

Page 18: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Transisi dari Esensi ke Eksistensi

n Makna dosa di sini bukan sekadar suatu pelanggaranmoral, tetapi pelanggaran yang bersifat religius. Hidupdi dalam dosa berarti hidup di bawah kondisi eksistensi.

n Tillich menyatakan, “Only he who is the image of God has the power of separating himself from God”.

Page 19: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Makna Kebebasan Manusia

n Tillich menyatakan bahwa kebebasan yang dimilikimanusia adalah kebebasan yang terbatas (finite freedom).

n Walaupun kebebasan manusia bersifat terbatas, manusia dengan kemampuan pertanyaan dan keputusaneksistensial yang diajukan, dapat membebaskan diridari belenggu yang mengikatnya.

Page 20: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Systematic Theology Volume II

n Tillich dalam Systematic Theology Volume IImemaparkan lima bentukcara penyelamatan dirisendiri.

Page 21: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Upaya Penyelamatan Diri danKegagalan Manusia

1. Penyelamatan diri sendiri dan agama (self-salvation and religion),

2. Cara-cara legalistik untuk menyelamatkan diri(legalistic ways of self-salvation),

3. Cara-cara asketis untuk menyelamatkan diri (ascetic ways of self-salvation),

4. Cara-cara mistis untuk menyelamatkan diri (mystical ways of self-salvation),

5. Cara penyelamatan diri melalui sakramen, doktrin, emosi (sacramental, doctrinal, emotional ways of self-salvation).

Page 22: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Keberadaan Barudi dalam Kristus

n Premis dasar keberadaan(eksistensi) manusia adalahadalah bahwa manusia ituterbelenggu oleh keterasingan(estrangement) dengan segalasesuatu.

n Keselamatan akan terjadi saatmanusia berpartisipasi denganYesus sebagai Kristus.

Page 23: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+The New Being

n Kristus sebagai “Keberadaan Baru” disebut Tillich sebagai the new eon(keabadian baru).

n Kristus adalah juga the end of existence(akhir dari keberadaan). MaksudTillich dengan istilah Kristus sebagai the end of existence ini adalah bahwa Kristusmenjadi puncak kebaruan dari seluruhkeberadaan umat manusia.

Page 24: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+The New Being

n Pertama, kata-kata Kristus adalah kehidupan kekal, sebab Ia sendiri adalah Sang Firman.

n Kedua, Kristus sebagai “Keberadaan Baru” menyatakandiri-Nya melalui karya-karya-Nya.

n Ketiga, Kristus selaku “Keberadaan Baru” menyatakandiri-Nya dalam derita. Kristus menderita sebagaikonsekuensi dari eksistensi keterasingan manusiawi-Nya.

Page 25: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+The New Being

n Kehadiran Kristus sebagai “Keberadaan Baru” akanmenjadi peristiwa yang mengubah kehidupan umatapabila umat merespons dengan tindakan iman.

n Dengan pernyataan iman sebagai media umat untukberpartisipasi dengan Kristus, Tillich menolakpandangan historis-kritis sebagai penuntun sikap imanumat kepada Kristus.

Page 26: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Keberanian Berada

n Sebagai mahluk yang bertanya, manusiasenantiasa menanyakan mengenai“Ada” (Being), sebab keberadaannya senantiasadiancam oleh “Ketiadaan” (Non-Being).

n MenurutTillich, ada beberapa macambentuk keberanian, yaitu: keberanian danberpartisipasi, keberanian danindivualisasi, dan keberanian dantransendensi.

Page 27: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Keberanian Berada

n Pertama, arti keberanian dan berpartisipasi merupakankeberanian untuk berada sebagai bagian dengan jalanpartisipasi.

n Kedua, arti keberanian dan individualisasi merupakanpengiyaan/penegasan diri dari keakuan individu tanpamemandang partisipasinya dalam dunia.

n Ketiga, keberanian dan transendensi merupakankeberanian yang mengintegrasikan setiap bentukkecemasan dengan bersandar kepada kekuatan “Ada”.

Page 28: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Sumber Keberanian Berada

n Tillich menekankan bahwa Allah sebagaisumber “Ada” bukanlah Allah tradisionalyang dikenal oleh agama-agama, tetapi“Allah di atas Allah” (God above God).

n Keberanian tersebut menjadi mungkinkarena manusia berpartisipasi dalamiman kepada“Allah di atas Allah”.

Page 29: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Tanggapan Kritis terhadapPemikiran Tillich

n Sosok Yesus yang samar-samar

n Pandanganteologis yang spekulatif tentang Allah sebagaiSang “Ada”, dan Kristus sebagai eksistensi atau keberadaanyang baru.

n Pengaruh pemikiran Nestorianisme yang memisahkanKristus menjadi dua tabiat.

n Jarak antara Allah dan dunia yang dikaburkan

Page 30: Teologi Paul Tillich - Yohanes BM

+Tanggapan Kritis terhadapPemikiran Tillich

n Pola pemikiran Tillich ini memiliki kemiripan dengan“monisme” Hindu antara Brahman dan Atman

n Tillich meniadakan Allah sebagai“pribadi”. Tillich menggunakankata “Allah” dalam bentuk neutral, yaitu“Yang Ilahi”.

n Keberadaan manusia dalam situasi keterasingan(estrangement) senantiasa terjadi dalam situasi riil.