Upload
riyan-wirawan
View
259
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tentir Modul Selgen FK UNTAN
Citation preview
P a t o l o g i A n a t o m i | 1
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
Copyrights © Tim Pengembangan Akademik dan Profesi FSI 2011
P a t o l o g i A n a t o m i | 2
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
PENDAHULUAN
Sel normal dalam proses penyesuaian atau adaptsai dapat menerima beban melampaui kemampuanya
(maladjusment) sehingga mengalami gangguan/kerusakan/injury mencakup kondisi revrsible dan
irreverible/lelal. Gambaran yang telihat dengan mikroskopik cahaya menunjukan perubahan
struktural/morfologi sel. Kelainan yang ditampilkan antara lain:
1. (D 1) Jejas reversible degenerasi bengkak keruh (cloudly
swelling)
Perubahan awal pada jejas adalah defisit energi karena gangguan mitokondria. Hal ini
menimbulkan influx (aliran masuk air dan elektrolit) ke dalam sel hingga terjadi intra sel dan
juga pada organel lain.
MIkroskopik :
Pada sediaan ini terlihat sel tubulus ginjal yang menunjukkan pembengkakan sel dan
sitoplasma tampak berbutir (granular). Selain pertambahan cairan pada sitoplasma organel sel
juga mengalami perubahan sel sehingga terlihat sebaran di sitoplasma.
Tubulus yg membengkak
P a t o l o g i A n a t o m i | 3
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
2. (D 3) Jejas reversible degenerasi/perlemakan
Terjadi akibat gangguan dalam sel yang terlibat metabolisme lipid/lemak, Sebagai cantoh: sel
hati. Akumulasi lemak dalam sel dapat terjadi karena masukan yang meningkat atau gangguan
reaksi tertentu. Pada orang yang kekurangan protein:Dapat terjadi defisit lipoprotein yang
dibutuhkan sebagai pasangan molekul untuk sekresi. Perlemakan pada hati apat disebabkan
oleh :Obesitas, Hipoksia, alkoholisme kronik, diabetes melitus, malnutrisi/defisit protein.
Sediaan dari biopsi hati. Pada pemrosesan lipid/lemak terlarut sehingga terlihat vakuol
kosong. Sebagian sel hati menunjukan vakuol di sitoplasma berukuran kecil atau besar.
Terlihat sel dengan inti terdesak ke tepi; bahkan sel dapat pecah. Untuk melihat lemak lebih
jelas perlu dilakukan pemrosesan potong beku, Selanjutnya pulasan Sudan III atau Sudan
Black.
PERLEMAKAN
P a t o l o g i A n a t o m i | 4
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
3. Jejas irreversible nekrosis koagulatif Perubahan terjadi bila proses terjadi secara cepat (akut) dengan intensitas tinggi; misalnya
terputusnya suplai darah berupa oksigen dan nutrisi sacara mendadak karena tersumbatnya
suatu pembuluh darah arteri yang besar. Dapat pula terjadi karena kerancuan dalam jumlah
besar pada sel hati. Kerusakan irreversible dapat mengakibatkan kematian pada sel, yaitu
nekrosis.
Mikroskopik
Jaringan yang mati samar-samar masih menyisahkan batas asli. Sel yang nekrotik mengalami
denaturasi. Tampak jaringan ginjal yang mengalami destruksi menunjukan tubulus yang
TUBULUS
GLOMERULUS
GLOMERULUS
Coagulative necrosis (irrreversible injury) : Kidney infarct
P a t o l o g i A n a t o m i | 5
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
pucat. Inti sel menghilang (karyolisis). Disekitar jaringan itu tampak hiperemik dan
perdarahan.
4. (Ra2) Jejas irreversible mencair (liquiefective)
Nekrosis disertai pencairan jaringan terjadi bila berlangsung pelepasan enzim proteolitik
lisosomal oleh sel nekrotik. Hal ini menyebabkan pencairan cepat (autolisis). Nekrosis ini
mudah berlangsung di otak akibat iskemi. Dapat pula berlangsung pada pembentukan pus
(nanah). Pada cradang supuralit selain ketiga enzim yang dikeluarkan oleh neutrofil
(heterolisis). Bisul meupakan contoh radang folikel rmbut yang berisi nanah (nekrosis
pencairan). Abses merupakan rongga abnormal akibat nekrosis dan beisi nanah, dapat
terbentuk pada daerah yang lenih luas.
Mikroskopik
Liquefactive necrosis (irreversible injury)
Lung abcess
P a t o l o g i A n a t o m i | 6
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
Organ yang mengandung daerah yang mengalami abses berupa daerah dengan banyak
sebukan sel netrofil, disertai nekrosis mencair, berbatas tegas dengan jaringan sekitarnya.
Daerah nekrosis mencair mirip tumpahan cat.
5. (Pr 5) Jejas irreversible nekrosis perkejuan (tuberkulosis) Beberapa infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu menghasilkan nekrosis khas,
sebagai contoh ialah Tuberkolosis yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberkolosis.
Nekrosis yang teradi pada infeksi ini merupakan bentuk antara pencairan dan koagulasi,
sehingga disebut perkejuan (caseous nekrosis). Infeksi berlangsung lama disebut infeksi
khronis atau lebih tepat infeksi Cronic Granumolataosa. Organ yang sering terkena antara
lain paru dan kelenjar getah bening.
Mikroskopik
Organ yang amat mengalami kelainan ialah paru. Pada bagian tengah terlihat massa amorf
yang dapat tampak berupa bulir/granul, merupakan nekrosis perkejuan. Reaksi jarngan yang
terjadi dapat pula menampilan sel histiosil khas disebut sel epiteloid dan sel berinti banyak
yang disebut sel datia Lanhans. Respon jaringan terhadap destruksi sel pada organisme yang
Caseous necrosis
Datia langhans cell Caseous necrosis (irreversible injury)
Lung tuberculosis
P a t o l o g i A n a t o m i | 7
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
memiliki sirkulasi/Vaskularisasi ialah terjadi radang. Dua peristiwa utama terjadi pada radang
(terutama raang akut) ialah vaskule dan seluler. Peristiwa vaskuler ialah perubahan aliran
darah ditempat terjadinya radang dan perubahan permeabilitas arteriol dan kapiler. Hal ini ya
menimbulkan kongesti (hiperemia) dan eksudasi (pengeluaran cairan yang berakibatedema
lokal). Peristiwa seluler mobilitas sel radang setempat (marginasi dan diapedesis) selanjutnya
upaya menghentikan/menghilangkan penyebab radang (fagositosis)
6. (Ra1) Radang akut (apendisitis akut) Organ yang mengalami radang akut antara lain ialah apendix. Terlihat perubahan vaskularisasi dan mobilisasi neutrofil.
L U M E
N
Infammatory cells
Mukosa apendiks
netrofils
Acute appendicitis
P a t o l o g i A n a t o m i | 8
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
7. (Ra2) Radang akut (abses hati)
Beberapajenis mikroorganisme, yaitu bakteri yang bersifat menimbulkan nanah, disebut
bakteri piogenik, atau mikroorganisme lain misalnya amuba. Nanah (pus) merupakan
campuran sel tubuh yang mengalami nekrosis. Mikroorganisme yang mati dan pencairan
karena kinerja enzimatik, baik dari se tubuh atau enzim dari mikroorganisme.
Mikroskopik
Organ yang diperlihatkan adalah hati. Tampak pus(nanah) mengisi rongga abnormal yang
mengisi rongga terlihat batas-batasnya. Rongga berisi nanah disebut abses.
Radang kronik dapat merupakan kelanjutan radang akut, bila penyebab radang tidak berhasil
dieliminasi sempurna. Respons terhadap destruksi sel dalam waktu lama merubah pola reaksi
jaringan. Dalam keadaan tertentu akut. Contoh keadaan ini antara lain: infeksi virus tertentu,
infeksi jamur, Perubahan pada pola reaksi radan kronik ditandai oleh sebukan sel radang,
mayoritas berupa sel rang mononukleus, antara lain: limfosit, sel plasma, histiosit atau
makrofaq.
Dapat pula disertai poliferasi/penambahan jaringan ikat.
8. Radang kronik (servisitis akut)
P a t o l o g i A n a t o m i | 9
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
Merupakan keadaan yang sering terjadi pada wanita, ditandai dengan gejala ”keputihan”
(leukorrhoe). Radang menimbulkan rangsang terhadap ”reserve cell” yang merupakan
pembakal sel torak/sel endocerviks, sehingga berdiferensiasi ke arahjenis sel lain, yaitu sel
epitel skuamosa, keadaan ini disebut melaplasia skuamosa atau epidermiasi, yang merupakan
penggantian jenis diferensiasi sel matang menjadi jenis sel lain yang matang pula.
Mikroskopik
Jaringan berlapiskan epitel endocevix epitel torak selapis. Di beberapa tempat terlihat
epidermisasi, yaitu perubahan menjadi epitel skuamosa, ada yang baru sebagian ada yang
sudah lengkap. Bagian bawah epitel yang mengalami metaplasia skuamosa berupa
EKTOSERVIKS
EPITEL GEPENG BERLAPIS (EPITEL SKUAMOSA)
INFLAMMATORY CELLS
CHRONIC CERVICITIS
P a t o l o g i A n a t o m i | 10
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
pembentukan epitel skuamosa, sedang pada keadaan metaplasia hampir lengkap, terlihat
selapis epitel torak yang akan dilepas. Metaplasia skuamosa terjadi juga pada kelenjar
endocervix. Stroma (Di bawah epitel permukaan dan di antara kelenjar endocervix) sebukan
sel radang menahun.
9. Radang kronik (limfadentis kronik), ”sinus catarhal” Mikroskopik
Folikel limfoid
Limfadenitis kronik/sinus katar
sinus
P a t o l o g i A n a t o m i | 11
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
Perubahan jaringan terjadi pada nodul limfatik. Aliran limfe pada suatu daerah yang
mengalami proses radang kronik mengakibatkan rangsang terhadap nodul limfotik regional.
Proliferasi dapat terjadi pada sel radang mononukleus di lokasi limfoid, dan sinus di nodulus
limfatik. Pada reaksi sinus kalau terjadi poliferasi sel endotel sinus dan histosit, tampak sinus
melebar berisi cairan limfe, dan campuran sel limfosit, endotel, dan limfosit. Tampak pula
fagositosis debris sel.
Radang kronik yang khas, yaitu radang kronik granulomatosa, terjadi pada infeksi yang
disebabkan oleh mikroorganisme tertentu. Antara lain tuber kolosis,lepra,jamur, sifilis.
Reaksi radang dapat tampak lebih ringan namun menumbulkan penambahan histiosit khusus
yang dikenal sebagai sel epiteloid. Susunan sel epiteloid terorganisasi atau kompak disebut
granuloma. Bila dibagian tengah granuloma terdapat nekrosis (perkejuan) disebut tuberkel.
Sel epiteloid dapat bersatu membentuk sel ”raksasa” (Giant cell) atau sel datia yang khas yaitu
jenis Langhans.
10. Limfadenitis tuberkulosis Mikroskopik
P a t o l o g i A n a t o m i | 12
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
Radang pada nodulus limfatik atau radang kelenjar getah bening disebabkan oleh
Mycrobacterium tuberkulosis. Radang dapat mengenai beberapa kelenjar yang bergerombol.
Dengan pembesaran lemah terlihat bangunan tuberkel, yaitu granuloma dengan nekrosis
perkejuan ditengahnya. Ditengah sel nekrosis dapat ditemukan sel Datia Langhans dan sel
Epitelioid. Dibagian luar granuloma dapat ditemukan kelim limfosit.
Respon lain yang dapat terjadi adalah fagositosis (memakan) terhadap benda asing, termasuk
penyebab infeksi. Respon seluler ini agaknya bertujuan melenyapkan destruksi sel atau sisa
debris sel. Sel yang mempunyai kemampuan fagositosit adalah turunan monosit, makrogag,
dan netrofil. Stelah berhasil membafosit, debris mikroskopik tersebut disatukan oleh lisosom,
yang mengandung berbagai enzim yang mampu melaksanakan destruksi debris.
11. Fagositosis (Pigmen Malaria)
Sel datia
langhans
Nekrosis perkijuan
Epitelioid
cell
Limfadenitis tuberkulosa
P a t o l o g i A n a t o m i | 13
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
Pigmen malaria terjadi bila parasit (Plasmodium) memasuki darah dan menimbulkan
kerusakan. Sebagai contoh ialah pigmen malari yang berada di sinusoid hati. Hati memiliki sel
yang berfungsi sama dengan makrofag ialah sel kupffer. Sel kupffer yang berada di tepi
sinusoid apat mengfagosit pigmen.
12. (F2) Fagositosis (sel payah jantung dan sel debu)
Payah jantung (dekompensasio kardis) adalah keadaan dimana fungsi pompa jantung
mengalami kegagalan. Aliran darah di paru mengalamihambatan/obstruksi sehingga
pembuluh darah yang mengalami tahanan dapat pecah, dan darah masuk kealveolus.
Hemolisis mengakibatkan timbulnya pigmen darah, yaitu hemosidenin. Selain itu dari hasil
pwakopan udara dapat pula masuk benda asing yaitu debu karbon ke alveolus. Pnemosil
alveolus atau monosit darah dapat memlagosil pigmen-pigmen tersebut. Makrofag yang
sinusoid
Sel kuppfer dengan pigmen malaria
Sel hati
PIGMEN MALARIA DALAM HATI
P a t o l o g i A n a t o m i | 14
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
memfagosit pigemn darah disebut ”sel payah jantung” (heart tailure cell), sedangkan yan
memfagosit debu karbon disebut ”sel debu” (dust cell).
Pemulihan jaringan yang rusak mulai berlangsung sejak radang mereda.Proses
penyembuhan/pemulihan yang diawali pembentukan jaringan granulasi pada kulit yang
cedera, dapat terus berlangsung sampai proses radang berhenti dan terjadi penyembuhan
komplit. Tergantung kemampuanya, Sebagian sel dapat beregenerasi komplit, sebagian, atau
tidak beregenerasi. Sel syaraf pada usia dewasa tidak beregenerasi lagi, disebut sebagai sel
permanen.Kelenjar/adenoksa kulit yang mengalami kerusakan luas, hanya sebagian yang
mampu beregenerasi. Epidermis yang hilang pada umumnya dapat beregenerasi. Dapat pula
terjadi penyimpangan penyembuhan berupa pertumbuhan jaringan berlebihan, Misalnya
pada kulit dapat terjadi proliferasi jaringn ikat yang berlebihan disebut keloid.
ALVEOLUS
SEL PAYAH
JANTUNG
SEL DEBU
SEL PAYAH JANTUNG DAN SEL DEBU PARU
P a t o l o g i A n a t o m i | 15
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
13. Pemulihan (Jaringan Granulasi)
Dengan pembesaran lemah dan kuat, terlihat selfibroblas (muda), sel endotel sebagian
membentuk kapiler baru, dan sisa sebukan sel radang. Agaknya reaksi vaskuler radang mulai
menyusut. Perubahan pada jaringan penyambung mengisi ruang kosong yang terbentuk pada
luka.
14. Pemulihan (keloid)
Pada orang tetentu yang memiliki ”bakat” atau kulit berwarna dapat terjadi pertumbuhan
jaringan ikat yang berlebihan. Pada penyembuhan luka yang lebar dengan banyak jaringan
nekrotik dan cairan eksudot, ruang kosong akan terisi oleh jaringan granulasi, terutama hasil
proliferasi fibroblas berupa jaringan ikat muda. Pada awalnya jaringan ikat muda ini
menonjol, disebut hyperetripic scar. Dalam keadaan normal setelah dilapisi lengkap oleh
epidermis jaringan ikat menua dan mengisut. Penonjolan akan berkurang dan sama dengan
jaringan sekitar, dan warna jaringan ikat yang menua menjadi pucat. Pada
kelainan/abnormalitas pertumbuhan jarigan ikat hipertrofi terus berlangsung dan berlebihan
disebut ”keloidal fibriomatosis”. Kondisi ini menimbulkan masalah kosmetik.
Mikroskopik
JARINGAN IKAT MUDA SEMBAB
PEMBULUH DARAH
P a t o l o g i A n a t o m i | 16
Tentir PA-FSI IBNU SINA 2011
Epidemis pada kulit yang mengalami keloid tampak menipis (atrifik) Jaringan keloid yang
terutama terdiri dari bundel jaringan ikat kolagen padat berwarna merah. Srabut kolagen
berjalan paralel dengan permukaan kulit. Kelenjar adneksa kulit dan pembuluh vaskuler
menghilang/terdesak.
HIPERTROFI
JARINGAN IKAT
E P I D E R M I S
HIPERTROFI JARINGAN IKAT
PEMULIHAN / KELOID