70
KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR (NEONATAL SEIZURES / FIT) Yain Panggalo Akademi Kebidanan Bina Sejahtera 2013

Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR (NEONATAL SEIZURES / FIT)

Yain Panggalo

Akademi Kebidanan Bina Sejahtera

2013

Page 2: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Kejadiannya meliputi 0,5% dari semua neonatus baik cukup bulan maupun kurang bulan

Kejadiannya lebih tinggi pada bayi kurang bulan (3,9%) yaitu pada bayi dengan usia kehamilan < 30 minggu

Kejadian Kejang Pada Neonatus :

Page 3: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Definisi :

Kejang merupakan gangguan sepintas fungsi otak yang bermanifestasi sebagai cedera episodik pada kesadaran yang berkaitan dengan kegiatan motorik atau otonom

Kejang adalah episode kehilangan kesadaran yang berhubungan dengan kegiatan motorik atau sistem otonom abnormal

Page 4: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Definisi :

Perubahan tiba-tiba fungsi neurologi baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik

Akibat kelebihan pancaran listrik pada otak.

Page 5: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

PRINSIP DASAR

Kejang keadaan emergensi / tanda bahaya, mengakibatkan hipoksia otak, yang menimbulkan kematian / gejala sisa. Termasuk spasme, gangguan kesadaran

Kejang satu tanda atau gejala pada BBLApapun penyebab kejang harus segera

dikelola dengan baikDapat diantisipasi dengan tidakan promotif

atau preventif

Page 6: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Penyebab Kejang Yang Paling Sering

HIE (hipoksia iskemik ensefalopati) / asfiksia Infeksi (TORCH, meningitis, septicemia)Metabolik (Hipoglikemia, hipo/hiperkalsemia,

hypomagnesemia)Perdarahan Intrakranial (intraventrikular,

subdural, trauma, dll.)

Page 7: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Penyebab Kejang Yang Jarang

Kelainan bawaan otak/Anomali kromosomKesalahan metabolisme bawaanGejala penghentian obat pada ibu (heroin,

barbiturat, metadon, kokain, dll.)Kern ikterus Ketergantungan Pyridoxine (B6) HiponatremiaNeurodegeneratif

Page 8: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

TUJUAN

TUJUAN UMUM

Meningkatkan kemampuan peserta tentang penyebab kejang, dampak kejang pada bayi baru lahir serta manajemen kejang dengan baik

TUJUAN KHUSUS Menjelaskan beberapa penyebab kejang pada neonatus Menjelaskan terapi kejang pada neonatus Melakukan praktek menjaga potensi jalan nafas dan pemberian

oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut. Melakukan cara memotong kejang dengan baik Mampu melakukan pemasangan jalur IV dan beri cairan IV dengan

dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat.

Page 9: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Mengapa Tatalaksana Kejang Penting?

Seringkali tidak dilakukan secara baik.Diagnosis yang salahPenggunaan obat yang kurang tepat →

kejang tidak terkontrol, depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu

Gejala sisa (sekuele)Kematian

Page 10: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Kejang pada bayi baru lahir(Neonatal Seizures / Fit)

Kejang (serangan) pada 28 hari setelah lahir (term infant), usia konsepsi 44 minggu lengkap (usia kronologis + masa gestasi) (preterm infant)

Berbeda dengan anak/dewasa Batang otak+diensefalon lebih awal terbentuk

– Manifestasi serangan sesuai fungsi batang otak dan diensefalon

Korteks serebri belum sempurna (organisasi dan mielinisasi)

– Rangsang menetap satu hemisfer, menyebrang perlahan lahan

Page 11: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Kejang pada bayi baru lahir(Neonatal Seizures / Fit)

Anatomi :– Perkemb neuron : percab. dendrit dan akson– Sinaptogenesis belum komplit– Mielinisasi masih kurang

Fisiologi :– Daerah limbik dan neokorteks eksitasi berkembang

lebih awal– Hipokampus dan neuron korteks imatur rentan

rangsangan– Subs nigra belum sempurna inhibisi tak sempurna– Propagasi elektrik kurang sempurna

Page 12: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Menurut asal patologi dan neuronal, kejang dibagi 2 kejang epileptik dan non epileptik

Kejang epileptik berasal dari saraf kortikal dan berkaitan dengan perubahan EEG

Kejang non-epileptik berawal dari subkortikal dan biasanya tidak terdapat kelainan pada EEG

Klasifikasi Kejang pada Neonataus

Page 13: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Pathophysiology - Epileptic

Generated by an epileptic mechanismInitiated and maintained by abnormal

paroxysmal hypersynchronous electrical discharges of cortical neurons

Page 14: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Patofisiologi : Kejang Epileptik

Klonik fokal– Unifocal, Multifocal, Hemiconvulsive,Axial

Tonik fokal – Asymmetrical truncal posturing, Limb posturing, Sustained eye deviation

Mioklonik– Generalized, Focal

Spasme– Flexor, Extensor, Mixed extensor / flexor

(Mizrahi, 2001)

Page 15: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya
Page 16: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Pathophysiology - Epileptic

Generated by an epileptic mechanismInitiated and maintained by abnormal

paroxysmal hypersynchronous electrical discharges of cortical neurons

Occur in infants with forebrain depression cause by diffuse brain injury

Characteristic of movements generated or mediated at brainstem level

Page 17: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Patofisiologi : Kejang Non-Epileptic)

Mioklonik– Generalized, Focal, Fragmentary

Tonik Menyeluruh– Flexor, Extensor, Mixed extensor / flexor

Automatisme Motorik– Oral-buccal-lingual movements, Ocular signs, Progression movements, Complex purposeless movements

Electrical seizures without clinical seizures activity

(Mizrahi, 2001)

Page 18: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Jenis dan Presentasi Klinis Kejang Pada neonatus

Empat jenis kejang yang sering ditemui :

1. Kejang Tonik

2. Kejang Klonik

3. Kejang Mioklonik

4. Kejang “subtle”

Page 19: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Kejang Tonik

→ Kejang tonik dapat berbentuk umum atau fokal Kejang tonik umum:

- Terutama bermanifestasi pada neonatus kurang bulan (< 2500 gram).

- Fleksi atau ekstensi tonik pada ekstremitas bagian atas, leher atau batang tubuh dan berkaitan dengan ekstensi tonus pada ekstremitas bagian bawah

- Pada 85% kasus kejang tonik tidak berkaitan dengan perubahan otonomis apapun seperti meningkatnya detak jantung atau tekanan darah, atau kulit memerah

Page 20: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

......Kejang Tonik

Kejang Tonik Fokal

- Terlihat dari postur asimetris dari salah satu ekstremitas atau batang tubuh atau deviasi tonik kepala atau mata

- Sebagian besar kejang tonik terjadi bersamaan dengan penyakit sistem syaraf pusat yang difus dan perdarahan intraventrikular

Page 21: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

...............Kejang Klonik

Terdiri dari gerakan kejut pada ekstremitas yang perlahan & berirama (1-3 /menit), penyebabnya mungkin focal/multi-focal

Setiap gerakan terdiri dari satu fase gerakan yang cepat dan diikuti oleh fase yang lambat

Perubahan posisi atau memegang ekstremitas yang bergerak tidak akan menghambat gerakan tersebut

Biasanya terjadi pada neonatus cukup bulan Tidak terjadi hilang kesadaran Berkaitan dengan trauma fokal,infarks atau gangguan

metabolik

Page 22: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Kejang Mioklonik

→ Kejang mioklonik fokal, multi-fokal atau umum Kejang mioklonik fokal biasanya melibatkan otot fleksor

pada ekstremitas Kejang mioklonik multi-fokal terlihat sebagai gerakan

kejutan yg tidak sinkron pd beberapa bagian tubuh Kejang mioklonik umum terlihat sangat jelas berupa

fleksi masif pada kepala dan batang tubuh dengan ekstensi atau fleksi pada ekstremitas

Kejang ini berkaitan dengan patologi SSP yang difus

Page 23: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Kejang jenis ini terjadi sehubungan dengan adanya jenis kejang lain dan mungkin bermanifestasi dengan :

• Gerakan stereotip ekstremitas seperti gerakan mengayuh sepeda atau berenang

• Deviasi / gerakan kejut pada mata dan mengedip berulang

• Ngiler, gerakan menghisap atau mengunyah

• Apnea atau perubahan tiba-tiba pada pola pernapasan

• Fluktuasi yang berirama pada tanda vital

Kejang “Subtle”

Page 24: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Gerakan Ringan Yang bukan Kejang :

Jitteriness Apnea pada saat tidur Gerakan menghisap yang terisolasi Mioklonik ringan saat tidur

Page 25: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Jitteriness

Seringkali salah didiagnosis sebagai kejang klonik Secara klinis jitteriness berbeda dari kejang klonik

menurut aspek berikut ini :

•Amplitudo fase fleksi dan ekstensi sama

•Neonatus umumnya sadar, tidak ada gerakan atau kerlingan mata yang abnormal

•Fleksi pasif atau memindahkan posisi ekstremitas bisa menghilangkan tremor

•Tremor timbul karena rangsangan taktil meskipun mungkin spontan

•Tidak ada abnormalitas EEG

Page 26: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

........Jitteriness

Seringkali terlihat pada neonatus dengan hipoglikemi, penghentian obat, hipokalsemia, hipotermia dan pada neonatus kecil untuk masa kehamilan (KMK)

Secara spontan menghilang dalam waktu beberapa minggu, pemeriksaan neurologis normal pada masa selanjutnya, karena itu anti kejang pada umumnya tidak diperlukan

Page 27: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Gerakan Menghisap Yang Terisolasi

Gerakan menghisap yang tidak beraturan, tidak sering dan tidak berlangsung lama bukanlah kejang

Page 28: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Gerakan Mioklonik Ringan Saat Tidur

Umumnya pada bayi kurang bulan selama tidur, bisa fokal, multi-fokal, atau umum

Tidak akan berhenti meskipun bayi dikekang Menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa

menit dan tidak memerlukan pengobatan

→ Gerakan tersebut berbeda dengan kejang mioklonik :

• Dapat dipicu oleh bunyi atau gerakan

• Dapat berkurang jika bangun

• Tidak berkaitan dengan perubahan otonom apapun

Page 29: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Diagnostik

Anamnesis ibu dan obstetri, mengetahui faktor predisposisi

Pemeriksaan Fisis

- Kejang

- Spasme

Page 30: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Kriteria Jitteriness KejangGerakan ekstraokuler

Peka terhadap rangsang

Gerakan dominan

Dapat dihentikan dengan pasif

Perubahan autonom

Diagnosis banding

Page 31: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Diagnosis banding

Jitteriness Kejang Gerakan ekstraokular tidak

ya

Peka terhadap rangsang ya tidak

Gerakan dominan tremor jerking

Dapat dihentikan ya tidak dengan pasif

Perubahan autonom tidak ya

Page 32: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

DIAGNOSTIK BANDING

1. Hipoglikemia- Anamnesis: ibu DM- Pemeriksaan: kejang, tremor, letargi atau tidak

sadar, bayi kecil ( berat lahir < 2500 gr atau umur kehamilan < 37 minggu); bayi sangat besar (berat lahir > 4000 gr)

2. Tetanus neonatorum- Anamnesis: ibu tidak diimunisasi tetanus toksoid,

malas minum, timbul pada hari ke 3 – 14, lingkungan kurang hiegenis, pengolesan bahan

tidak steril pada tali pusat

- Pemeriksaan : spasme

Page 33: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

3. Curiga meningitis

- Anamnesis: hari ke 2 atau lebih

- Pemeriksaan fisis: kejang, tidak sadar, ubun-ubun

besar membonjol, letargi

- Tanda-tanda sepsis

4. Asfiksi / trauma lahir

- Anamnesis: riwayat resusitasi, timbul pada hari ke 1-

ke 4, persalinan dengan penyulit (misal partus lama

atau gawat janin)

- Kejang, tidak sadar, layuh/letargi, gangguan nafas,

suhu abnormal, mengantuk / aktifitas menurun

Iritabel atau rewel.

DIAGNOSTIK BANDING

Page 34: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

5. Perdarahan Intrakranial

- Anamnesis: timbul hari ke 1-7, bayi mendadak

memburuk / pucat

- Pemeriksaan fisis: kejang, tidak sadar, bayi kecil (

berat lahir < 2500 gr atau umur kehamilan < 37

minggu), gangguan nafas berat.

6. Ensefalopati bilirubin

- Anamnesis: ikterus hebat hari ke 2 tidak diobati,

ensefalopati timbul hari ke 3-7.

- Pemeriksaan fisis: kejang spastis, opistotonus

DIAGNOSTIK BANDING

Page 35: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Sindrom epilepsi

Benign Neonatal Familial Convulsions– Klonik fokal / tonik fokal– Neonatus normal dengan riwayat keluarga (+)– Kelainan kromosom 8 q dan 20q13

Benign Neonatal Convulsions (Fifth days fits)– Klonik unifokal, berhubungan dengan apnu– Neonatus normal, riwayat keluarga (-)– Terjadi pada hari ke 4 – 6, neurologi normal

Early Myoclonic Encephalophaty– Mioklonik, partial motor, spasm, neurologi abnormal– EEG : periodik ‘supression burst’– Ohtahara (1978): Early Infantile Epileptic Encep.

Page 36: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Sindrom epilepsi

Early Myoclonic Encephalophaty– Mioklonik, partial motor, spasm, neurologi abnormal– EEG : periodik ‘supression burst’

Early Infantile Epileptic Encephalophaty (Ohtahara syndrome)– Usia 3 bulan pertama– Neurologi abnormal, fokal motor, hemikonvulsif– EEG : periodik ‘ suppression burst’– Perkembangan selanjutnya menjadi Sindrom West

sampai Sindrom Lennox Gastaut

Page 37: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Pemeriksaan Fisis

Observasi aktivitas kejang-tipe kejangKesadaran Jejas trauma lahirPalpasi fontanel anteriorLingkaran kepalaKelainan kongenitalFunduskopi: perdarahan, korioretinitisTransiluminasi

Page 38: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Pemeriksaan Penunjang

Untuk mencari penyebab kejang Laboratorium

- Darah rutin- Pengecatan gram- Kadar glukosa darah dengan dekstrostik.- Pada kecurigaan infeksi (meningitis)

* Pemeriksaan darah ditemukan adanya lekositosis (>h 25.000/mm3) atau lekopenia (<5000/mm3) dan trombositopenia (<150000/mm3)

- Gangguan metabolik* Hipoglikemi (Glukosa darh < 45 mg/gl)

Page 39: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Analisis gas darahElektrolit Darah :

– Ca, Mg, Na, K, analisa gas darah, bilirubin, amonia

Pungsi lumbal/kultur cairan serebrospinalTiter TORCHUSG/CT Scan kepalaEEGKelainan metabolisme lain

Pemeriksaan Penunjang

Page 40: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Langkah Awal Menghadapi Kejang

Memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan.

Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya

Page 41: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

TATALAKSANA UMUM

Tujuan Umum :

1. Mencapai homeostasis sistemik (jalan napas, pernapasan dan sirkulasi)

2. Mengoreksi penyebab utamanya, jika mungkin

Bebaskan jalan nafas dan OksigenasiMedikamentosa untuk memotong kejangMemasang jalur infus intra venaPengobatan sesuai penyebab

Page 42: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Waspada dalam melakukan tatalaksana kejang jenis apapun

Larutan dextrose 10% (2cc/kg IV) secara empiris kepada neonatus yang sedang mengalami kejang

Kalsium glukonat (200mg/kg IV), jika dicurigai adanya hipokalsemia

Hipomagnesemia : 0,25 ml/kg atau 2 ml Eq/kg Magnesium sulfat 50% IM diulang tiap 12 jam

Pada ketergantungan pyridoxine, berikan 50 mg pyridoxin IV, kejang akan berhenti dalam beberapa menit

Antibiotika diberikan jika dicurigai adanya sepsis Obat anti kejang

TATALAKSANA MEDIS UNTUK KEJANG

Page 43: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Obat anti kejang pilihan pertama : Fenobarbital

Obat anti kejang pilihan kedua : DiazepamJika kejang timbul lagi (kejang berulang),

ulangi pemberian Fenobarbital 1 kali lagi dengan dosis yang sama, minimal selang waktu 15 menit.

Jangan memberi minum atau apapun lewat mulut bila bayi kejang, karena bisa terjadi aspirasi

Tatalaksana Antikonvulsan

Page 44: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

1. Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena dalam waktu 5 menit- Jika kejang tidak berhenti dapat diulang dengan

dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit

- Jika tidak tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia sediaan obat intravena, maka dapat diberikan intramuskuler.

2. Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg.kg berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis dengan kecepatan 1 mg/kg berat badan/menit.

Tatalaksana Antikonvulsan

Page 45: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Fenobarbital 100 mg/ 2 ml (dalam ampul 2 ml) diberikan secara intramuskular

Diazepam5 mg/ml (dalam ampul 1ml) atau 10mg/ 2ml (dalam ampul 2ml) diberikan per

rektal

Dosis : 30 mg = 0.6 ml Berat < 2500 gram diberikan 0.25ml*Berat ≥ 2500 gram diberikan 0.50ml*

* Diberikan dengan menggunakan semprit 1 ml

Page 46: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Tatalaksana antikonvulsan

Diazepam : – 0,25mg/kg IV atau 0,5mg/kg rektal, dapat

diulang 2 kaliPhenobarbital :

– 10-20mg/kg IV, rumatan 3-5 mg/kg : 2 dosisPhenytoin :

– 20 mg/kg IV, rumatan 4-8 mg/kg : 2-3 dosisAED: karbamazepin, asam valproat dll

Page 47: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Fenobarbital 3-5 mg/kg BB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara intravena atau peroral, sampai bebas kejang 7 hari.

Fenitoin 4-8 mg/kg/hari intravena atau per oral. Dosis terbagi dua atau tiga

Maintenance/Rumatan

Page 48: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Jangka pendek:– Non epileptiform: 2 minggu setelah kejang

Jangka panjang :– Epileptiform : 1 tahun– Gambaran EEG– Evaluasi klinis, EEG tiap 2 - 3 bulan

Maintenance/Rumatan

Page 49: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Menghentikan Kejang Dengan Anti Kejang

Obat Dosis Keterangan Efek Samping

Pheno-barbital

•Dosis awal: 10 – 20 mg/kg. Tambahkan 5 mg/kg sampai maksimal 40 mg/kg•Pemeliharaan: 3-5 mg/kg/hari bagi dalam beberapa dosis dan berikan setiap 12 jam

• Merupakan obatpilihan.• Berikan secara IV selama 5 mnt .• Tingkat Terapeutik:20-40 μg/ml.• Berikan IM, IV, atauPO setiap 12 jam.• Mulai terapi 12 jamsetelah dosis rumatan.

• Hipotensi• Apnea

• Pantau status pernapasan selamapemberian dan periksa tempat masuknya infus.

Page 50: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

• Jika kejang tidak dapat dikendalikan dengan Phenobarbital saja :

Obat Dosis Keterangan Efek Samping

Pheny-toin

• Dosis awal: 15-20 mg/kg IV selama 30 min.• Dosis rumatan:3-5 mg/kg/hari

• Berikan IV dgn kec.maksimal 0.5 mg/kg/min• Dosis rumatan: 4-8mg/kg/hari secara IVcepat atau PO.• Bagi dosis total danberikan IV setiap 12 jam

• Jangan berikansecara IM. • Keracunanmerupakanmasalah denganobat ini• Aritmia Jantung• Kerusakan otak

Benzo-diazepin

• Lorazepam:0.05 – 0.1 mg/kg• Diazepam: 0.1 –0.3 mg/kg/dosis

• Berikan secara IV• Ulangi setiap 15 menit untuk 2-3 dosis jika perlu• Dosis maksimal adalah 2-5 mg• Dapat diberikan sekali sebagai dosis PO sebesar 0.1-0.3 mg/kg

• Gawat napas• MenghambatPengikatan bilirubinterhadap albumin

Page 51: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Waktu Penghentian Obat Anti Kejang

→Tidak ada pedoman praktik yang spesifik untuk waktu penghentian obat tersebut, tapi:

• Menghentikan obat anti kejang 2 minggu setelah kejang terakhir dapat dilakukan karena pengobatan berkepanjangan dapat berpengaruh buruk pada perkembangan otak

• Penghentian obat anti kejang sebelum pulang umumnya direkomendasikan kecuali neonatus menunjukkan lesi otak yang signifikan pada hasil USG kepala atau CT, atau tanda neurologis abnormal

Page 52: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Tatalaksana Etiologi

Hipoglikemi: glukosa < 40 mg/dl– Glukosa 10% : 2 ml/kg IV– Rumatan: sampai 8 ml/kg IV

Hipokalsemia: Ca < 7 mg/dl– Kalsium glukonas 10% : 2 ml/kg IV perlahan > 3 menit– Rumatan: 8 ml/kg/hari

Hipomagnesemia: Mg < 1,2 mg/dl– MgSO4 50%: 0,25 ml/kg IM diulang tiap 12 jam

Ketergantungan piridoksin– Piridoksin 100mg Iv

Page 53: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Tatalaksana Etiologi

Hipoksik-iskemik ensefalopati– Antiedema dan pirasetam

Perdarahan intrakranial– Cari kausa, operasi?

Infeksi– Antibiotika selama 2-3 minggu

Infark– Perbaikan sirkulasi - piracetam

Kelainan kongenital otak– Operasi??

Page 54: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Prognosis - Etiologi

Baik– Hipokalsemia tanpa komplikasi– Ketergantungan pyridoxine– Trauma ringan (perdarahan subarachnoid)

Buruk– Hipoksik iskemik ensefalopati, anoksia– Hipoglikemi– Infeksi– Kelainan metabolik, asfiksia, – Kongenital/malformasi otak

Sekuele– Malformasi otak (15-20%)– Retardasi mental– Cerebral palsy

Page 55: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Prognosis - EEG

Baik (70-85% normal)– Normal (latar belakang)– Gelombang paku / tajam unifokal,

Buruk(< 12% normal)– Abnormal (latar belakang)– Gelombang tajam multifokal– ‘burst supression’– Gambaran isoelektrik

Page 56: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Langkah Promotif dan Preventif

Mencegah persalinan prematurMencegah asfiksia neonatorumMencegah infeksiMencegah hipoglikemi

Page 57: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

MANAJEMEN SPESIFIK

Meningitis, pemberian antibiotika Gangguan metabolik, pemberian cairan infus, cara

pemberian minum Ensefalopati hiperbilirubin Hipoksia, jaga patensi jalan nafas dan oksigenisasi Tetanus/spasme

Page 58: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Meningitis

Antibiotika awal diberikan ampisilin dan gentamisisn, bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti ampisilin dan beri sefotaksim disamping tetap beri gentamisin. Antibiotika diberikan sampai 14 hari setelah ada perbaikan.

Page 59: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Tabel Dosis antibiotika

Ampisilin IV 100 mg/kg setiap 12 jam

100 mg/kg setiap 8 jam

Sefotaksim IV 50 mg/kg setiap 12 jam

50 mg/kg setiap 6 jam

Gentamisin IV, IM

< 2 kg

4 mg/kg sekali sehari 3.5 mg/kg sekali sehari

≥ 2 kg

5 mg/kg sekali sehari 3.5 mg/kg sekali sehari

Page 60: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya
Page 61: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

GANGGUAN METABOLIK

Kejang metabolik ---- sulit ditegakkan karena terbatasnya fasilitas dan kemampuan pemeriksaan penunjang di puskesmas

Gejala klinis tidak khas untuk beberapa kejang metabolik, misal hiponatremia, hipermatremia dan hipomagnesimia.

Manajemen umum diperlukan untuk kejang metabolik ini, dan segera dirujuk

Bila tersedia fasilitas pemeriksaan kadar glukosa darah, lakukan manajemen hipoglikemia (lihat manajemen hipoglikemia)

Dugaan diagnosis kejang disebabkan oleh hipokalsemia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis berupa karpopedal spasme dan riwayat hipoksia atau asfiksia. Untuk kasus ini di beri:– Kalsium gflukonas 10%, 1-2 ml/kg berat badan dengan aquadest sama

banyak secara intrvena dalam 5 menit. Dapat diulang setelah 10 menit jika tidak ada respon klinis.

Page 62: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Terapi Suportif

Menjaga patensi jalan nafas Oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut Pasang jalur IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi

adekuat Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan

invasif untuk menghindari bangkitan kejang pada penderita tetanus.

Dietetik: pasang pipa nasogastrik dan beri ASI peras diantara spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan perhari dan pelan-pelan dinaikkan jumlah ASI yang diberikan sehingga tercapai jumlah yang diperlukan.

Page 63: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Tanda/Gejala : Spasme / Tetanus

Kejang/kaku seluruh tubuh baik dirangsang maupun spontan

Mulut mencucu seperti mulut ikanBiasanya kesadaran masih baik tetapi bayi

tak bisa menyusu.

Page 64: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Lakukan Tindakan :

Beri obat anti kejang Diazepam bukan Fenobarbital.

Beri dosis pertama antibiotik intramuskular Penisilin Prokain.

RujukLihat Pedoman Eliminasi Tetanus

Neonatorum untuk tindakan berikutnya.

Page 65: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Spasme / Tetanus

Beri diazepam 10 mg/kg/hari dengan drip selama 24 jam atau bolus IV tiap 3 jam, maksimum 40 mg/kg/hari

Bila frekuensi nafas kurang 30 kali per menit, hentikan pemberian obat meskipun bayi masih mengalami spasme

Bila tali pusat merah dan membengkak, mengeluarkan pus atau berbau busuk, obati untuk infeksi tali pusat.

Beri bayi– Human tetanus immunoglobin 500 U IM, bila tersedia, atau beri

padanannya antitoksin tetanus 5000 IU IM toksoid tetanus IM pada tempat yang berbeda dengan tempat pemberian antitoksin

– Benzyl penicillin G 100000 IU/kg BB IV atau IM dua kali sehari selama tujuh hari (bila tidak tersedia dapat diberi penisilin peroksin)

Page 66: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Anjurkan ibunya untuk mendapat toksoid tetanus 0.5 ml (untuk melindunginya dan bayi yang dikandung berikutnya) dan kembali bulan depan untuk pemberian dosis ke dua.

Hindari rangsang yang berlebihan Perhatikan asupan minuman, kalau perlu dengan ASI

peras dengan menggunakan pipa lambung.

Page 67: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya
Page 68: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya
Page 69: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Cara Memberikan Diazepam Rektal

Page 70: Temu 3 ; Kejang & Penanganannya

Kasus– Perdarahan subdural

– Trauma SSP

– Hidrosefalus

Perlu tindakan bedah Rujuk