tempering smaw gmaw

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengaruh tempering thd las smaw dan gmaw

Citation preview

Supriyono, pengaruh preheating hasil pengelasan GMAW dan SMAW pada material st 37, Universitas pancasakti Tegal,2014Page 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ramang Mangga (2008) dalam penelitiannya menjelaskan tentang Analisa ketangguhan hasil pengelasan pada sambungan pipa dengan prehet dan tanpa preheat, dari hasil penelitiannya struktur mikro hanya didapatkan struktur ferit , perlit dan bainit dan tidak dijumpai struktur martensit. Subardi (2009) dalam penelitiannya menjelaskan tentang Effect of post heat temperatur to hardness and macrostucture in welde stell 37 hasil dari penelitiannya pengaruh pengelasan variasi suhu post heat menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro. Studi kekuatan mekanik struktur mikro hasil pengelasan SMAW dengan variasi prehet dan postheat menggunakan metode pendinginan cepat dan pendingan lambat, pada hasil pengelasan perlakuan panas berupa preheting, material hasil las menunjukkan penurunan kekuatan tarik dan indeks kekerasan namun tidak secara signifikan (Dhanur Rananggono, 2010)

Femina Gapsari ( 2011) dalam penelitiannya menjelaskan tentang optimasi kualitas hasil pengelasan Gas Metal Arc Welding ( GMAW ) baja ASTM 283 grade A dengan RSM (Response Surface Methology) bahwa RSM perencanaan eksperimen efektif di gunakan pada optimasi parameter pengelasan GMAW. Pengaruh preheat dan postheat terhadap lebar Haz struktur mikro dan distribusi kekerasan pada proses pengelasan SMAW besi cor kelabu dengan hasil pengukuran lebar Haz, semakin besar temperatur preheat maka semakin lebar Haz-nya (Muhammad Khusnul Yaqin, 2011) Sedangkan Anas Mahfud ( 2011 ) dalam penelitiannya menjelaskan tentang sifat-sifat fisis dan mekanis sambungan las listrik pada daerah logam las ST 37 dengan metode pengelasan Shield Metal Arc Welding (SMAW) dan Gas Metal Arc Welding (GMAW). Pengujian kekuatan takik 458,06 mpa tegangan luluh 317,8 mpa, tenaga patah 32,3 joule dan nilai pukul takik 0,39 joule/mm paling rendah di banding dengan variasi spesimen pengelasan. Variasi pengelasan SMAW nilai kekuatan takik naik 22,79 % tegangan luluh naik 29,45 %, tegangan patah naik 82,48 % , pukulan takik naik 85,98 %. Variasi pengelasan GMAW kekuatan takik naik 7,81 % , tegangan luluh naik 6,69 %, tegangan patah naik 63,99 % , tegangan tarik naik 63,71 %. Proses pengelasan SMAW memiliki kekuatan tarik dan impak yang baik. Kekuatan material SS 400 dengan pengaruh preheting dan PWHT dengan menggunakan metode simulasi dan uji tarik, hasil penelitiannya menjelaskan bahwa plat SS 400 yang di las menggunakan SAW dengan perlakuan preheat dan PWHT di dapat tegangan tarik yang lebih besar di banding dengan pengelasan FCAW dengan perlakuan yang sama ( Rahmi Sartika Permana Dora,Irfan Syarief Arief,ST,MT, 2012). Dari beberapa jurnal diatas dapat kita buat Tabel 1.1 jurnal penelitian seperti di bawah ini :

Tabel 1.1. Jurnal penelitian

No

Penelitian

Metode penelitian

Hasil

1

Ramang Magga (2008)

Pengujian di lakukan terhadap hasil lasan dengan pemberian panas dan tanpa panas, jenis yang dilakukan adalah pengujian kekerasan dan analisa struktur mikro.

Dari pengamatan struktur mikro hanya didapatkan struktur ferit, perlit dan bainit, dan tidak dijumpai struktur martensit

2

Subardi (2009)

Plat baja st 37 dengan ketebalan 8 mm dengan jenis kampuh V tunggal,kawat AWS E 6013 setelah di las kemudian di lakukan heat treatment dengan suhu 200, 300 , 400 dan 500 kemudian di lakukan pengujian.

Pengaruh pengelasan variasi suhu post heat menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro

3

Dhanur Rananggono (2010)

Pengujian ini dilakukan untuk memastikan besarnya kekuatan tarik dari base metal bentuk serta ujuran berdasarkan standars ASTM A 307 tahun 2002

pengelasan perlakuan panas berupa preheting , material hasil las menunjukkan penurunan kekuatan tarik dan indeks kekerasan namun tidak secara signifikan

4

Femina Gapsari

( 2011)

Pada pelaksanaan penelitian ini, material yang digunakan adalah pelat baja ASTM 283

grade A dengan tebal 6 mm. Komposisi kimia dan sifat mekanik dari baja ASTM 283 grade

Perencanaan eksperimen efektif di gunakan pada optimasi parameter pengelasan GMAW

5

Muhammad Khusnul Yaqin (2011)

Bahan besi cor di las SMAW tanpa prehet,dengan di lakukan pengelasan denga preheat 200dan 400 dan pengelasan SMAW preheat 200 + post 625 preheat 400 + postheat 625 .

pengukuran lebar Haz, semakin besar temperatur preheatnya maka semakin lebar Haz-nya.

6

Anas Mahfud (2011)

Bahan st 37 di las dengan metode pengelasan SMAW dan GMAW,di lakukan pengujian tarik dan impak dengan standar spesimen ASTM E-8 1996 dan ASTM E- 23 1996.

Pengelasan SMAW memiliki nilai kekuatan tarik dan impack yang baik di banding dengan pengelasan GMAW.

7

Rahmi sartika (2012)

Peneletian di gunakan metode ASTM Vol.3 A370-03a. proses pengelasan dengan menggunakan metode pengelasan Flux cored Arc Welding ( FCAW ) dan Submerged Arc weldin ( SAW)

Plat SS 400 yang di las menggunakan saw dengan perlakuan preheat dan pwht di dapat tegangan tarik yang lebih besar di banding dengan pengelasan menggunakan FCAW dengan perlakuan yang sama.

proses perlakuan panas berupa preheat dan pwht dapat mengubah tegangan tarik di daerah pengelasan

Dalam konstruksi yang menggunakan bahan baku logam hampir sebagian besar sambungannya dikerjakan dengan cara proses pengelasan yang jenisnya bervariasi mulai dari manual, semiotomatik sampai dengan otomatik. Diantara pengelasan yang sering di lakukan adalah las SMAW, las GMAW, las FCAW, Las Tig, las SAW dll. Khusus yang otomatik ini dapat menggunakan logam tambahan yang pejal yang biasa disebut dengan solid wire dan dapat juga menggunakan logam tambahan yang didalamnya terdapat fluks. Pada pengerjaan pengelasan karena ketidaktahuan kita sering menggunakan jenis mesin las yang salah sehingga hasil pengelasan pun kurang efesian, tidak jarang kita kadang menggunakan jenis mesin las GMAW tetapi menggunakan Mesin Las SMAW.

GMAW merupakan merupakan las busur gas yang menggunakan kawat las sekaligus sebagai elektroda. Elektroda tersebut berupa gulungan kawat ( rol ) yang gerakannya diatur oleh motor listrik. Pada pengelasan selalu akan terjadi proses thermal yang dapat di tunjukkan dengan terjadinya perubahan struktur mikro pada daerah HAZ ( Heat Affect Zone ), daerah panas ini di pengarauhi oleh jenis material, input panas, dan kecepatan pendinginan. Kecepatan pendinginan seluruh permukaan terjadi tidak seragam, hal ini disebabkan karena pemberian panas terjadi hanya pada salah satu sisi saja, sehingga terjadi tegangan sisa pada daerah las. Pada Pengelasan juga terdapat beberapa perlakuan diantaranya melakukan preheting. Preheting atau pemanasan awal dilakukan untuk mencegah terjadinya retak las. Tujuan Preheting dilakukan untuk menghilangkan tegangan sisi ( Residual Stress ), meningkatkan ketangguhan dan mengendalikan sifat - sifat metalurgi didaerah HAZ ( Heat Affected Zone).

Baja st 37 banyak di gunakan untuk konstruksi karena mempunyai sifat mampu las dan kepekaan terhadap retak las, kepekaan yang rendah cocok untuk terhadap proses las, dan untuk dapat di gunakan untuk pengelasan plat tipis maupun plat tebal. Kualitas daerah las hasil pengelasan lebih baik dari logam induk. Dari beberapa pemikiran dan jurnal penelitian diatas hasil perlu di lakukan penelitian lebih lanjut pada proses preheting pada baja carbon rendah, sehingga peneliti mengambil Judul PENGARUH PREHETING HASIL PENGELASAN GMAW DAN SMAW PADA MATERIAL ST 37

Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah sebagai berikut :

Material yang digunakan baja St 37.Proses pengelasan menggunakan MESIN LAS SMAW AC/DC 400 A diameter kawat 2,5 mm dan kuat arus 90 A dengan MESIN LAS GMAW diameter kawat 0,8 mm kuat arus 42 - 71 A , posisi pengelasan mendatar, bentuk kampuh V terbuka. Jenis elektoda las SMAW menggunakan AWS E 6013, las GMAW menggunakan kawat ER 70 S - 6 gas pelindung co2.Variasi suhu preheting 95, 105, 115 dan 125 di pertahankan (Holding Time) selama 30 menit didalam tungku.Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :Pengujian kekerasan (Hardnes Test)Pengujian kekuatan Tarik ( Tensile test)Pengujian foto Mikro

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh suhu preheting 95, 105, 115 dan 125 terhadap kekuatan tarik las pada St 37.Bagaimana pengaruh suhu preheting 95, 105, 115 dan 125terhadap kekerasan hasil las pada St 37.Bagaimana pengaruh suhu 95, 105, 115 dan 125 terhadap struktur mikro hasil las.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

Mengetahui pengaruh variasi suhu preheting 95, 105, 115 dan 125 yang terjadi pada material St 37 terhadap sifat - sifat mekanik hasil las dengan uji tarik.Untuk mengetahui variasi suhu preheting 95, 105, 115 dan 125 terhadap sifat mekanik hasil las pada baja St 37 dengan Uji kekerasan.Untuk menegetahui pengaruh suhu preheting 95, 105, 115 dan 125 terhadap perubahan struktur mikro hasil las pada baj St 37.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sebagai referensi atau ide dalam pengembangan teknologi las dimasa mendatang.Peneliti diharapkan dapat menambah wawasan tentang preheting pada pengelasan baja karbon rendah .Mendapatkan hasil yang terbaik dari pengelasan menggunakan preheting.

Sistem Penulisan

Dalam penyusunan Laporan skripsi disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bagian pendahuluan Laporan skripsi berisi tentang judul, halaman persetujuan skripsi,motto, abstract, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran ( bila ada), arti lambing dan singkatan. Bagian laporan skripsi terdiri atas.

BAB 1PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan skripsi.

BAB IILANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Berisi teori - teori yang diperoleh dari kerangka berpikir yang merupakan jembatan penghubung antar teori yang dikemukakan dengan hipotesis yang diajukan dan hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap penelitian.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang metode penelitian atau rancangan percobaan, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, waktu penelitian dan teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil penelitian yang berupa data, deskripsi data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan serta analisanya dan pembahasan.

BAB VPENUTUP

Berisi tentang kesimpulan yang memuat pernyataan singkat dan tepat dari penjabaran hasil penelitian dan pembahasan serta saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Supriyono, pengaruh preheating hasil pengelasan GMAW dan SMAW pada material St 37, universitas Pancasakti Tegal,2014Page 30

BAB II

LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Pengertian Las

Pengelasan adalah proses penyambungan logam atau non logam yang dilakukan dengan memanaskan material yang disambung hingga temperatur las yang dilakukan secara, dengan atau tanpa menggunakan tekanan (preasure), hanya dengan tekanan (preasure), atau dengan tanpa menggunakan pengisi (filler) (Amerika Welding Society, 1989). Las menurut kamus besar bahas indonesia (1994) adalah penyambungan besi dengan cara membakar. Dalam referensi teknik terdapat beberapa definisi dari las.

Las menurut Maman Suratman (2001) pengelasan adalah salah satu cara menyambung dua bagian logam secara permanen dengan menggunakan tenaga panas. Sedangkan pengertian pengelas menurut DIN (Deutcthe Industrie Normen) pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Menurut Welding Handbook pengelasan adalah proses penyambungan bahan yang menghasilkan peleburan bahan dengan memanasinya dengan suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kerja las adalah penyambungan dua bagian logam atau lebih dengan menggunkan energi panas.

Klasifikasi Proses pengelasan

Banyak sekali cara pengklafikasi pengelasan, hal ini disebabkan belum adanya kesepakatan dalam klasifikasi tersebut. Klasifikasi dapat kita bagi menjadi 2 klasifikasi besar yaitu pengelasan konvensional dan pengelasan non konfensional. Pengelasan konvensional klasifikasi pengelasan dibagi menjasi 2 golongan

a. Berdasarkan cara kerja las : las cair, las tekan, las patri dll

b.Berdasarkan sumber energi yang digunakan : las kimia las listrik, las mekanik dll.

Untuk lebih terperinci lagi berdasarkan hal tersebut diatas pengelasan dapat dibagi sebagai berikut :

Gambar 2.1: Klasifikasi proses pengelasan (Dany Dwi Kusuma Wardany,2010)

Prinsip Kerja Las GMAW dan SMAW

GMAW adalah proses penyambungan dua material logam atau lebih menjadi satu melalui proses pencairan setempat, dengan menggunakan elektroda ( wire rodfiller metal ) yang sama dengan logam dasarnya ( base metal ) dan menggunakan gas pelindung ( gas inert ), yang sering digunakan adalah argon helium dan co2 sehingga GMAW sering disebut metal inert gas ( MIG ) Gas pelindung dalam proses pengelasan ini berfungsi sebagai pelindung dari proses oksidasi, yaitu pengaruh udara luar yang dapat mempengaruhi kualitas las. Kawat elektroda dan gas pelindung argon dan hellium diumpankan secar kontinu melalui welding gun.

Prinsip kerja las GMAW elektroda di umpan secara terus menerus ( kontinyu ), yang di lakukan dengan suatu mekanisme pengumpan yang dapat diatur kecepatannya welder hanya tinggal memposisikan welding dan mengarahkan kebagian yang akan di las, yang perlu diperhatikan adalah jarak antara elektoroda dan benda kerja harus dijaga konstanta karena, kalau tidak elektroda terlalu panas dan akan membuang gas pelindung. Elektroda disalurkan melalui pemegang (Torch) elektroda yang berfungsi mengalirkan kawat elektroda dan gas pelindung pada bahan yang akan dilas Dapat dilihat gambar dibawah ini.

Gambar 2. 2: Torch GMAW

Gambar 2.2 welding torch

Regulator

Kabel las dan kontrol

Mesin las

Tang las

nozzel

Botol gas pelindung

Wire feeder

Gambar 2.3: Perlengkapan las GMAW

Las SMAW ( Shilel Metal Arc Welding ) atau las busur elektoroda terbungkus sering disebut dengan nama las listrik. Las SMAW merupakan proses penyambungan 2 buah logam yang sejenis atau lebih dengan menggunakan sumber panas listrik dengan menggunakan elektroda terbungkus sebagai bahan tambahan atau pengisi sehingga akan membuat sambungan tetap.

Prinsip kerja las SMAW yaitu saat ujung elektroda didekatkan pada benda kerja terjadi panas listrik ( busur listrik ) yang membuat antara benda kerja dengan ujung elektroda terbungkus tersebut mencair secara bersamaan. Menurut AWS (American Welding Society) prinsip dari SMAW adalah menggunakan panas dari busur untuk mencairkan logam dasar dan ujung sebuah consumable elektroda tertutup dengan tegangan listrik yang dipakai 23 - 45 Volt, dan untuk pencairan digunakan arus listrik hingga 500 ampere yang umum digunakan berkisar antara 80200 ampere. Dimana dalam proses SMAW dapat terjadi oksidasi, hal ini perlu dicegah karena oksidasi metal merupakan senyawa yang tidak mempunyai kekuatan mekanis. Adapun untuk mencegah hal tersebut maka bahan penambah las dilindungi dengan selapis zat pelindung yang disebut flux atau slag yang ikut mencair ketika pengelasan. Tetapi karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan metal yang dicairkan, cairan flux akan mengapung diatas cairan metal, sekaligus mengisolasi metal tersebut sehingga tidak beroksidasi dengan udara luar. Sewaktu membeku, flux akan ikut membeku dan tetap melindungi metal dari reaksi oksidasi. Rangkaian dimulai dengan sumber daya listrik dan kabel termasuk pengelasan, pemegang elektroda, sambungan benda kerja, benda kerja (Weldment), dan elektroda las. Salah satu dari dua kabel dari sumber listrik terpasang ke bekerja, selebihnya melekat pada pemegang elektroda, seperti yang terlihat pada Gambar 2.4 di bawah ini:

Gambar 2.4: Proses Las SMAW

Keuntungan dan Kelemahan Las SMAW dan GMAW

Keuntungan SMAW

Setiap mesin las mempunyai keuntungan dan kelemahan disetiap jenisnya, termasuk jenis mesin las SMAW. Keuntungan SMAW adalah proses las busur paling sederhana dan paling serba guna, karena sederhana dan mudah dalam mengangkut peralatan dan perlengkapannya membuat proses SMAW ini mempunyai aplikasi luas, Las SMAW dapat dilakukan pada berbagai posisi atau lokasi yang dapat dijangkau dengan sebatang elektroda. Lokasi sambungan pada daerah dimana pandangan mata terbatas masih dapat di las dengan cara membengkokan elektroda. Las SMAW digunakan untuk pengelasan berbagai macam logam ferrous.

4.2 Kelemahan Las SMAW

Meskipun las SMAW adalah proses pengelasan dengan daya guna tinggi, proses ini mempunyai beberapa karakteristik dimana laju pengisian lebih rendah dibandingkan proses pengelasan semi-otomatis, panjang elektroda tetap meskipun pengelasan dihentikan. pada pengelasan SMAW setelah sebatang elektroda terbakar habis putung elektoroda yang tersisa terbuang dan waktu juga terbuang untuk mengganti elektoda, slag atau kerak yang terbentuk harus dihilangkan dari lapiasan las sebelum lapiasan berikutnya, langkah ini mengurangi keefisiensi pengelasan hingga sekitar 50 %. Asap dan gas yang terbentuk merupakan masalah bagi lingkungan sekitar area pengelasan.

4.3 Keuntungan Las GMAW

Proses las GMAW dikerjakan dengan mempergunakan elektroda solid atau tubular sesuai dengan komposisi yang diinginkan, yang diumpankan melalui suatu spool atau gulungan, elekroda ini diumpankan secara kontinu dari sebuah gun atau torch sambil mempertahankan busur yang terbentuk antara ujung elektroda dengan base metal. Keuntungan Las GMAW dapat dikerjakan secara semi-otomatis atau otomatis. Asap dan percikan las Pada GMAW hubungan singkat lebih sedikit dibandingkan dengan las SMAW, tidak ada slag yang harus dibersihkan setelah pengelasan selesai. Kecepatan pengelasan dan laju pengisian sama atau bisa lebih besar dari las SMAW.

Larutan logam las umumnya lebih rendah karena penetrasi GMAW lebih dangkal. Dengan panas masukan rendah dan penetrasi yang dangkal, logam tipis lebih mudah disambung dan sambungan yang memiliiki celah root lebih lebar akan lebih mudah di las. Proses las GMAW mempunyai laju pengisian lebih besar pada pengelasan paduan - paduan ferrous dan non ferrous. Keseragaman panjang busur dipertahankan dengan cara membuat sumber listrik memiliki tegangan konstan.

Kelemahan Las GMAW

Kelemahan las GMAW peralatan lebih mahal, dan lebih rumit dalam pemasangan dan perawatan, dibandingkan dengan Las SMAW. Biaya kawat las dan shielding gas bisa menjadi lebih mahal dibandingkan dengan elektroda terbungkus. Las GMAW memerlukan ruang gerak yang lebih besar terhadap benda kerja karena pengaruh ukuran welding gun dan nozzle. Pada umumnya alat pengumpan kawat harus ditempatkan sedekat mungkin dengan benda kerja.

Elektroda

Umumnya elektroda dibuat dari besi atau baja, tetapi juga menurut bahan yang akan disambung, misalnya kita akan menyambung bahan dari tembaga maka elektrodanya juga dari tembaga. Menurut standar AWS/ASTM (Amerika welding society/America Society for Testing Material ) semua jenis elektroda ditandai dengan huruf E.pada elektoda SMAW jenis AWS E 6013 mempunyai arti sebagai berikut :

E = Elektroda las listrik

60 = Kekuatan tarik minimum dari deposit las adalah 60.000 lb/in atau 42 kg/mm

= Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi= jenis selaput: rutil potasium

Sumber tegangan arus AC, DCSP, DCRP

Daya tembus lemah

Tabel 2.1: Kekuatan tarik pada elektroda SMAW

Klasifikasi

Kekuatan Tarik

1 b/in ( Psi)

Kg/mm

E 60 xx

60.000,00

42

E 70 xx

70.000,00

49

E 80 xx

80.000,00

56

E 90 xx

90.000,00

63

E 100 xx

100.000,00

70

E 110 xx

110.000,00

77

E 120 xx

120.000,00

84

Sumber :Maman Suratman (2001)

Gambar 2.5 : Elektroda Las Listrik ( Daryanto, 2011)

Keterangan gambar

Kawat elektroda5. Getesan elektroda cairBalut elektroda6. Elektroda yang mencair Logam elektroda yang telah leleh7. Gerak Gas yang menutup cairan elektroda8. Benda kerja

Tabel 2.2 : Kondisi pengelasan pada elektroda SMAW (Maman Suratman, S.Pd, 2001)