32
TEKNIK KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN Tujuan Instruksional Khusus 1. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan komunikasi terapeutik 2. Mahasiswa mampu menyebutkan fase-fase komunikasi 3. Mahasiswa mampu menyusun strategi komunikasi terapeutik 4. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan Analisa Proses Interaksi 5. Mahasiswa mampu menganalisis proses interakasi A. Pengantar WE WERE GIVEN TWO EARS BUT ONLY ONE MOUTH, BECAUSE LISTENING IS TWICE AS HARD AS TALKING (kita diberi dua telinga satu mulut tatapi mendegar lebih berat dari pada berbicara) Komunikasi merupakan fasilitatif praktek keperawatan. Perawat dalam 24 jam prakteknya selalu berhubungan dengan klien dan relasi kerja apakah itu perawat-klien, perawat- keluarga, perawat-perawat dan perawat-dokter serta perawat dengan petugas kesehatan lain. Sehingga seorang perawat sudah seharusnya menyadari bahwa setiap perilaku merupakan komunikasi baik verbal maupun nonverbal. Seorang perawat dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menjalin hubungan lebih-lebih 80 % hubungan kita lebih banyak nonverbalnya. Menurut Towsend (1996), keperawatan kesehatan jiwa merupakan pemberian bantuan secara total kepada klien yang didukung oleh situasi belajar bersama perawat-klien. Hubungan terapeutik perawat-klien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan pengalaman emosional korektif bagi klien. Dalam hubungan ini perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinik tertentu dalam bekerja dengan klien untuk meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku klien. Untuk memenuhi hubungan yang terapeutik perlu fasilitatif yaitu komunikasi (stuart & sundeen, 1996). Ada dua syarat komunikasi itu efektif apabila, pertama komunikasi itu ditujukan untuk menghormati kedua belah pihak pengirim dan penerima dalam hal ini perawat dank lien, ke-dua adanya penerima atau terjalin trust (Varcarolis, 1990). Dalam upaya membantu dan mempermudah dalam komunikasi maka sebelum melakukan komunikasi terlebih dahulu seorang perawat pemula harus menyusun strategi pelaksanaan komunikasi. Strategi pelaksanaan komunikasi merupakan rangkaian percakapan perawat dengan klien atau rekanan pada saat melaksanakan tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan ini melatih kemampuan intelektual tentang pola komunikasi serta kemampuan intelektual, psikomotor dan

Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

API

Citation preview

Page 1: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

TEKNIK KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan komunikasi terapeutik

2. Mahasiswa mampu menyebutkan fase-fase komunikasi

3. Mahasiswa mampu menyusun strategi komunikasi terapeutik

4. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan Analisa Proses Interaksi

5. Mahasiswa mampu menganalisis proses interakasi

A. Pengantar

WE WERE GIVEN TWO EARS BUT ONLY ONE MOUTH, BECAUSE LISTENING IS TWICE AS HARD AS TALKING

(kita diberi dua telinga satu mulut tatapi mendegar lebih berat dari pada berbicara)

Komunikasi merupakan fasilitatif praktek keperawatan. Perawat dalam 24 jam prakteknya selalu

berhubungan dengan klien dan relasi kerja apakah itu perawat-klien, perawat-keluarga, perawat-perawat

dan perawat-dokter serta perawat dengan petugas kesehatan lain. Sehingga seorang perawat sudah

seharusnya menyadari bahwa setiap perilaku merupakan komunikasi baik verbal maupun nonverbal.

Seorang perawat dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menjalin hubungan lebih-lebih 80 % hubungan

kita lebih banyak nonverbalnya. 

Menurut Towsend (1996), keperawatan kesehatan jiwa merupakan pemberian bantuan secara total kepada

klien yang didukung oleh situasi belajar bersama perawat-klien. Hubungan terapeutik perawat-klien

merupakan pengalaman belajar timbal balik dan pengalaman emosional korektif bagi klien. Dalam hubungan

ini perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinik tertentu dalam bekerja dengan klien untuk

meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku klien. Untuk memenuhi hubungan yang terapeutik perlu

fasilitatif yaitu komunikasi (stuart & sundeen, 1996). Ada dua syarat komunikasi itu efektif apabila, pertama

komunikasi itu ditujukan untuk menghormati kedua belah pihak pengirim dan penerima dalam hal ini

perawat dank lien, ke-dua adanya penerima atau terjalin trust (Varcarolis, 1990). 

Dalam upaya membantu dan mempermudah dalam komunikasi maka sebelum melakukan komunikasi

terlebih dahulu seorang perawat pemula harus menyusun strategi pelaksanaan komunikasi. Strategi

pelaksanaan komunikasi merupakan rangkaian percakapan perawat dengan klien atau rekanan pada saat

melaksanakan tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan ini melatih kemampuan intelektual tentang pola

komunikasi serta kemampuan intelektual, psikomotor dan afektif secara terintegrasi.

Selanjutnya bila terjadi miskomunikasi maka perawat harus memiliki kemampuan untuk menganalisis pola

Page 2: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

komunikasi. Sebagai contoh Analisa Proses Interakasi (API), adalah sarana menganalisa tahap-tahap

komunikasi antara perawat dan klien baik verbal maupun nonverbal. Kemudian keduanya dilakukan

interpretasi.

Strategi pelaksanaan terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu 

1) Proses keperawatan dan 

2) Strategi komunikasi pada saat melaksanakan tindakan keperawatan.

(1)Proses keperawatan merupakan kemampuan intelektual perawat dalam menjustifikasi sumber tindakan

keperawatan yang akan dilakukan secara ilmiah.

Contoh 1.

Seorang perawat yang akan melakukan pengukuran tanda-tanda vital (TTV), sebelumnya ia harus

mengetahui : 1) apa diagnosenya, 2) apa tujuan yang akan dilakukan TTV, dan 3) apa saja prosedur tindakan

TTV.

Contoh 2

Seorang perawat akan membina hubungan saling percaya (BHSP), sebelumnya ia harus mengetahui : 1)

Kondisi klien, 

2) Apa diagnosenya, 

3) Apa tujuan dilakukan BHSP, dan 

4) Langkah-langkah dalam membina hubungan saling percaya.

(2) Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah tahapan komunikasi terapeutik

perawat-klien; pra interaksi, perkenalan/orientasi, kerja dan terminasi.

Contoh 

Salam terapeutik pada saat perkenalan, “Selamat pagi bu, saya Ana Maria, saya seorang perawat di ruang

perawatan ini, saya biasa di panggil suster maria, nama ibu siapa? “saya pungki irawati”, senang dipanggil

siapa ibu?, “ saya senang dipanggil ibu Pungki. Begini, ibu pungki saya suster maria yang akan merawat ibu

pada sift pagi……. Dan seterusnya.

B.Maksud dan tujuan komunikasi

Menurut Echols dan Shadily (1997), Komunikasi merupakan upaya mengirim pesan sedangkan terapeutik

berarti pengobatan, sehingga komunikasi dapat diartikan sebagai proses pengiriman pesan kepada satu

atau lebih orang yang bertujuan untuk memberikan pengobatan atau kesembuhan.

Menurut Berlo’s (1960) yang dikutip varcarolis (1990) komunikasi merupakan proses pengiriman berita

Page 3: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

kepada satu atau lebih orang. 

Tujuan membina hubungan terapeutik adalah 

1) meningkatkan kesadaran diri, 

2) meningkatkan identitas dan integritas diri, 

3) meningkatkan kemampuan berhubungan intim dan interdependen, 

4) meningkatkan fungsi dan kemampuan memenuhi kebutuhan diri.

C.Hubungan unsur unsur dalam komunikasi 

Unsur-unsur dalam komunikasi, meliputi ;

1.Komunikator atau sumber adalah penyampai pesan

2.Incoding atau perumusan pesan adalah sebelum pesan disampaikan terlebih dahulu dirumuskan 

oleh komunikator

3.Komunikan atau penerima adalah penerima pesan

4.Decoding atau menafsirkan adalah komunikan penafsirkan pesan yang telah disampaikan oleh 

komunikator

5.Chanel atau saluran adalah sarana atau fasilitas sehingga pesan dapat tersalurkan 

6.Massage atau berita adalah informasi

D.Teknik-teknik komunikasi

Perawat perlu memahami seluruh proses agar komunikasi mencapai tujuan dan waktu yang digunakan

efektif. Perawat menghadirkan dirinya saat komunikasi harus totalitas, yaitu; fisik dan psikologis. 

Ada lima sikap untuk mengahdirkan diri secara fisik, yaitu; 

1) berhadapan, 

2) mempertahankan kontak mata, 

3) membungkuk kearah klien, 

4) mempertahankan sikap terbuka, dan rileks.

Ada banyak teknik-tenik komunikasi, diantaranya adalah: 

1.Pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka adalah perawat memberikan dorongan kepada klien untuk dapat mengungkapkan

perasaannya. Nilai terapeutiknya adalah seorang perawat penunjukkan penerimaan serta mendorong

munculnya inisiatif klien. Untuk klien jiwa usahakan untuk menggunakan teknik pertanyaan terbuka dari

pada tertutup.

Page 4: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

Contoh :

”saya merasa gembira bapak bisa menjenguk anaknya, sehingga saya bisa tahu lebih banyak dari bapak,

Bagaimana sebenarnya yang menimpa anak bapak di rumah ?

2.Diam

Diam adalah seorang perawat tidak melakukan komunikasi verbal dengan alasan terapeutik. Nilai

terapeutiknya adalah memberi waktu kepada klien untuk berfikir dan menghayati sementara perawat

memberikan dukungan dan penerimaan.

Saat kita berkomunikasi, baik dlm pergaulan di kantor, mengikuti seminar, maupun komunikasi dlm keluarga

serta hubungan sosial lainnya, diperlukan komunikasi yang baik, bila tidak bisa lebih baik diam, dan untuk

dpt merespon dengan baik kita perlu atau harus mendengar dengan baik

Manusia berbicara setiap masa. Bicara yang baik akan membawa keselamatan dan kebaikan. Oleh karena

itu diam adalah benteng bagi lidah manusia. Dari pada mengucapkan perkataan yang sia-sia.

Diam pada saat yang tepat merupakan karakter orang-orang besar, sebagaimana berbicara pada saat yang

tepat merupakan tabiat termulia.

Hikmah diam

1) Benteng tanpa pagar

2) Perhiasan tanpa berhias

3) Kehebatan tanpa kerajaan

4) Kekayaan tanpa meminta maaf kepada orang

5) Menutupi segala aib

6) Istirahat bagi ke-dua malaikat pencatat amal

3.Mendengar

Mendengar adalah proses aktif perawat dalam menerima informasi dan menelaah reaksi atau respon klien.

Nilai terapeutiknya adalah secara nonverbal seorang perawat menerima dan mampu mengkomunikasikan

kepada klien dengan menunjukkan minat serta memperhatikan masalah yang dihadapi

How to be a good listener

Good Listener

Page 5: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

Active Listening ----------> Reflectif listening

Effective Listening

Ketrampilan mendengar dengan baik (good listening skill) sangat penting, baik di tempat kerja maupun

dalam kehidupan sehari-hari

a.Skill atau ketrampilan adalah sesuatu yang kita latihkan dengan sungguh-sungguh, sehingga 

akan dipraktekkan dan kmd menjd kebiasaan

b.Sangat sedikit kita mendapatkan pelatihan bagaimana mendengar aktif (Active listening) sehingga kita

dapat mendengar sacara efektif (efektif Listening)

Apakah anda tahu, bahwa :

a. Sebagian besar kita tidak pernah berfikir tentang bagaimana “mendengar”, padahal kita 

sebenarnya telah mengeluarkan separo waktu kita dlm mendengarkan

b. Sekitar 50% “kesalah pahaman” terjadi akibat org tdk mendegar secara efektif

c. Sebagian dari kita tahu dan percaya bahwa menjadi pendengar (being heard) sudah cukup!, 

tidak perlu mendengar dengan baik (listening).

d. Orang percaya hal tersbt (hanya mendengar saja), krn seseorang mempyi kemampuan dengar 

(hearing ability) dan dgn sendirinya menganggap dirinya “pendengar yg aktif” (?)

e. Sebagian kita tdk pernah memahami bahwa mendengar aktif (active listening) sangatlah penting

f. Perlu diketahui : 80% dari komunikasi (interpersonal communication) adalah Non verbal 

g. Faktor perintang “tdk bisa menjadi pendengar aktif”

(a)menghayal

(b)berfikir ttg org lain, tempat lain atau barang

(c) menyiapkan respon dengan membthkan 

(d) banyak waktu

Strategi menjadi pendengar aktif

(a)Dibutuhkan waktu utk mendengar

(b)Berikan penuh perhatian

(c)Memulai membuat point utama

Page 6: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

(d)Jangan bereaksi berlbhan dalam menyampaikan respon

(e)Jangan bereaksi berlbhan dlm mengulas isi

(f)Jangan mengganggu perhatian

(g)Dengarkan baik-baik

(h)Pahami isi pikiran

(i)Jangan memonopoli

(j)Sesuaikan kecepatan pada berfikir 

Reflekting skills/kemampuan merefleksikan ide, pikiran, perasaan adalah dengan cara

memberikan umpan balik

4.Refleksi

Refleksi adalah seorang perawat mampu mengarahkan kembali ide, pikiran, perasaan, pertanyaan dan isi

pembicaraan kepada klien. Nilai terapeutiknya adalam mampu memvalidasi apa yang diucapkan klien dan

menekankan empati, minat dan rasa hormat terhadap klien

Contoh

Klien , ”apakah saya sudah diperkenankan pulang akhir minggu ini ?”

Perawat, ”menurutmu apakah kamu sudah merasakan dapat mengatasi masalah, sehingga kemudian kamu

ingin pulang?”

Keterampilan refleksi

(1) Paraphrase

Seorang berkata : “saya pikir, kita seharusnya menambah lebih banyak sumber dana untuk menyelesaikan

program ini”

Pendengar berkata: “menambah sumber dana”

(2)Repeating

Seorang berkata : “ saya tidak dapat menunggu untuk mendapatkan perumahan di Banyuwangi”.

Pendengar berkata: “Banyuwangi.

(3) Summarizing

Seorang berkata: “ pesanan barang sudah datang melalui Kantor Suvervisor, tapi melihatnya isinya menurut

pendapatku pesanan itu lebih cocok untuk kantor manager. Jika kamu setuju, saya akan menulis suatu

Page 7: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

penjelasan dan mengirim barang inike kantor manajer

Penengar berkata : “ Mari kita melihat langsung permasalahannya. Pesanan dikirim Ke Kantor suvervisor.

Menurut kamu kiriman itu lebih cocok untuk kantor manager. Dan kamu akan menulis sebagai penjelasan

dan mengirim barang tersbt ke kantor manager, Apakah saya benar ?

(4) Cofirmation

Seorang berkata : “ saya mau meyakinkan, apakah pegawai baru datang tepat pada waktu dan siap kerja”

pendengar berkata : “ Tampaknya kamu sangat concern pada masalah itu”.

5.Klarifikasi

Klarifikasi adalah seorang perawat mampu menjelaskan ide, perasaan, pikiran yang tidak jelas atau meminta

klien untuk menjelaskan maksudnya. Nilai terapeutiknya adalah membantu mengklarifikasi perasaan, ide

dan pikiran klien dan memberikan penjelasan tentang hubungan antara perasaan dengan tindakan.

Contoh

Klien, ”saya benci tempat ini, saya tidak betah disini”

Perawat, ”kamu tidak betah disini?”

6.Memfokuskan

Memfokuskan adalah membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih. Nilai terapeutiknya adalah

pembicaraan tidak keluar dari topik yang dipilih, sehingga klien tidak mengalami kesulitan dalam

memberikan kesimpulan.

Pasien, ”wanita sering menjadi bulan-bulanan”

Perawat, ”coba ceritakan bagaimana perasaan anda sebagai wanita?

E.Demensi hubungan

Kualitas hubungan sangat dibutuhkan oleh seorang perawat, sehingga bagaimana perawat dapat secara

totalitas yaitu fisik dan psikologis dapat hadir dalam komunikasi. Kualitas tersebut menggabungkan perilaku

verbal dan non verbal serta sikap dan perasaan pada saat komunikasi.

Menurut Stuart & Sundeen (1995), untuk mencapai kualitas hubungan yang efektif ditentukan oleh 2

demensi besar, yaitu dimensi responsif dan demensi yang berorientasi tindakan.

Dimensi responsif lebih kepada upaya menjalin kepercayaan yaitu pada fase orientasi. Demensi ini akan

menentukan keberhasilan fase-fase berikutnya. Demensi responsi ini meliputi; 

Page 8: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

(a) Kesejatian yaitu seorang perawat mempunyai sikap iklas, terbuka dan transparan, 

(b) Hormat atau respek yaitu seorang perawat memperlakukan klien tanpa syarat, menghargai,dan 

menghormati sebagai seorang yang membutuhkan pertolongan, 

(c) empati, 

(d) konkrit yaitu seorang perawat mampu menggunakan bahasa yang jelas.

Demensi yang berorientasi pada tindakan ini adalah demensi yang memberi ruang untuk perawat

mengobservasi hambatan klien dalam berhubungan. Hambatan ini terjadi bisa karena sisi internal klien

seperi kepribadian klien tetapi bisa terjadi karena sisi ekternal karena lingkungan kurang adaptif. 

Demensi ini meliputi; 

(a) Konfrontasi yaitu seorang perawat mampu mengekspresikan sikapnya terhadap perilaku klien 

yang menyimpang untuk tujuan memperluas kesadaran diri klien, 

(b) kesegeraan yaitu seorang perawat sensitif terhadap perbaikan fungsi klien melalui 

kemamdirian untuk pemenuhan kebutuhan dasar, 

(c) Pengungkapan diri perawat yaitu seorang mampu memberikan informasi tentang diri, nilai, 

perasaan dan sikapnya dalam rangka memfasilitasi klien belajar untuk mengungkapkan 

perasaannya dan 

(d) katarsis emosional yaitu seorang perawat mampu mendorong klien untuk mengungkapkan 

perasaan yang mengganggu.

F.Faktor-faktor yang mempengaruhi unsur-unsur komunikasi

Situasi 

(a) Tempat melakukan komunikasi

(b) Pesan tdk lengkap

(c) Tekanan waktu

Pengirim 

(a) Tdk memahami pesan yang disampaikan

(b) Melibatkan emosi

(c) Penggunaan bahasa yg berbeda / tdk setara

Penerima

Page 9: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

(a) Pengetahuan dan pengalaman

(b) Perasaan/feeling

(c) Perhatian

(d) Pandangan norma/ budaya

(e) Mood/suasana hati

(f) Keadaan fisik

(g) mekanisme koping

Sumber kesalahan

(a) Pesan yg tdk lengkap

(b) Kesimpulan yg terll cepat

(c) Generalisasi

(d) Prasangka

(e) Kesan pertama

(f) Norma individu yg tak sama

G.Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi

(1)Fisik (iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, 

alat-alat yang tersedia)

(2)Waktu (hari apa, jam berapa, pagi, siang sore)

(3)Psikologis (stirotipe, prasangka, emosi)

(4)Sosial ( nilai, sikap dan keyakinan, agama, budaya, status)

(5)Biologis (usia perkembangan, jenis kelamin )

H.Tahap- tahap komunikasi dalam proses keperawatan

Sebelum menjalin hubungan terapeutik seorang perawat terlebih dahulu memahami proses keperawatan,

yaitu proses dalam memberikan asuhan keperawatan, disamping itu dalam memberikan asuhan

keperawatan terlebih dahulu tercipta hubungan yang saling menerima sehingga perlu komunikasi dengan

kiat-kiat tertentu.

1. Tahapan proses keperawatan

Page 10: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

a. Kondisi klien

Keadaan klien yang terkait dengan komunikasi yang akan dilakukan pada kondisi awal umumnya 

terkait dengan keluhan utama.

b. Diagnose keperawatan

Masalah atau diagnose keperawatan yang akan dilakukan tindakan keperawatan

c. Tujuan Umum

Tujuan yang akan dicapai dengan tindakan keperawatan yang dilakukan

d. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai rencana dan tujuan

2. Tahapan proses komunikasi

1. Pra Interaksi

Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dengan orang lain. Jika 

saudara telah siap maka saudara membuat rencana interaksi dengan klien, tetapi 

sebaliknya jika saudara belum siap maka saudara perlu berdiskusi dengan teem, atasan, 

dan lebih banyak membaca standar operaional prosedur. Hal-hal yang saudara siapkan pada 

saat interaksi adalah :

a. Evaluasi diri

Evaluasi diri ini merupakan cara untuk mengetahui kesiapan dalam berinteraksi dengan 

klien, dengan mempertanyakan kepada diri kita, seperti :

(1) Apa pengetahuan dan kemampuan saya miliki tentang kondisi pasien ?

(2) Apa yang saya ucapkan saat bertemu nanti ?

(3) Bagaimana respon saya selanjutnya ?

(4) Apakah ada pengelaman negatif sebelumnya ?

(5) Jika ada lakukan koreksi dengan cara membaca, konsultasikan dengan teem atau 

kelompok 

(6) Bagaimana tingkat kecemasan saya ?

b.Penetapan tahapan interaksi/hubungan

(1) Apakah ini interaksi yang pertama atau lanjutan ?

(2) Apa tujuan pertemuan ?

(3) Apa tindakan yang akan dilakukan ?

(4) Bagaimana cara melakukannya ?

Page 11: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

c. Rencana interaksi

(1) Untuk interaksi dengan klien dan keluarga perlu direncakan : Rencana percakapan 

tertulis, teknik komunikasi dan langkah-langkah tindakan (SOP). 

2. Perkenalan/orientasi

Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak 

klien. Sedangkan orientasi adalah awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya.

(1) Perkenalan

(a) Salam terapeutik disertai perkenalan

(a) Ucapan salam : 

Assalammualaikum, Selamat pagi, Selamat siang, Selamat Sore, 

Selamat Malam, permisi dan sebagainya

(b) Mengulurkan tangan untuk berjabat tangan (disesuaikan dengan kondisi)

(c) Memperkenalkan diri

Nama saya Joni Suratno, saya seorang perawat dan biasa dipanggil 

joni, saya yang akan merawat bapak pagi ini.....

(d) Menanyakan nama klien

Nama bapak, ibu, atau saudara siapa ?

Biasanya senang di panggil siapa ?

(2) Validasi

Apa yang ibu tuti rasakan di rumah ?

Apa yang terjadi di rumah sampai ibu tuti datang ke RS ?

(3) Kontrak

(a) Topik

Bagaimana kalau kita bicara mengenai apa yang dirasakan ibu tuti ?

Bagaimana kalau ibu saya periksa?

(b) Waktu 

Kita akan bicara lebih kurang 10 – 15 menit ?

(c) Tempat (sesuaikan dengan keinginan klien)

Dimana tempat yang cocok untuk bicara menurut ibu ?

(2) Orientasi

Page 12: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

(a) Salam terapeutik

Selamat pagi bu tuti

(b) Validasi

Bagaimana perasaan ibu tuti pagi ini ?

Bagaimana tidur ibu tuti tadi malam ?

(c) Kontrak

(a) Topik

Bu tuti masih ingat yang akan kita bicarakan pagi ini ?

Baik bu, pagi ini saya akan ganti verban ibu dan nanti saya bantu ibu tuti 

latihan duduk ?

(b) Tempat dan waktu di sesuaikan dengan kondisi

3. Kerja

Inti hubungan perawat-pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan 

keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan di capai :

a) Meningkatkan pengertian, perasaannya, pikiran dan perilakunya

b) Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien

c) Melaksanakan pendidikan kesehatan

d) Melaksanakan terapi

e) Melaksanakan kolaborasi

f) Melaksanakan observasi/monitoring

4. Terminasi 

a. Terminasi sementara

Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan, misalnya pada saat dinas 

pagi perawat akan melaksanakan 3 (tiga) macam kegiatan : jam 08.00 memandikan, jam 

10.00 ganti verban, jam 12.00 memasukkan obat intravena (antibiotik)

Isi percakapan, “setelah memandikan” pada terminasi sementara

1) Evaluasi hasil

Bagaimana perasaan ibu setelah mandi ?

2) Tindak lanjut

Page 13: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

Ibu sudah boleh miring kiri dan kanan serta menggerakkan tungkai. 

3) Kontrak (topik, waktu)

Sampai nanti jam 10.00 bu, tapi kalau ada apa-apa panggil saya, ya. 

b. Terminasi akhir

Terminasi akhir terjadi jika pasien akan pulang dari Rumah Sakit 

(apakah dalam kondisi sembuh/sehat, pindah ke RS lain atau meninggal) 

Isi percakapan meliputi seluruh tindakan keperawatan yang telah 

dilaksanakan terutama kemampuan dan kegiatan yang diperlukan di rumah 

( discharge planning )

Isi percakapan ”pasien sehabis melahirkan” sebagai berikut :

1) Evaluasi akhir

Bagaimana perasaan ibu rencana pulang hari ini ?

Apa saja yang telah ibu dapatkan tentang perawatan selama dirawat di RS?

2) Tindak lanjut

Coba ibu sebutkan apa saja yang perlu ibu lakukan di Rumah ?

3) Kontrak (topik, waktu, dan tempat)

Ibu jangan lupa kontrol, satu bulan lagi, jam 09.00 di Poli kebidanan,

tetapi jika ada gejala yang dirasakan segera telpon atau datang kemari.

I. Aplikasi komunikasi 

1. Rencana strategi komunikasi perawat – klienUntuk mempermudah hubungan perawat dan klien, seorang

mahasiswa perawat sebelum ketemu 

klien terlebih dahulu menyusun strategi; 1) laporan pendahuluan, 2) strategi komunikasi , 

yaitu :

a. Laporan pendahuluan tentang kasus 

Pertama, memahami kondisi klien/karakteristik klien, sebagai contoh klien dengan perilaku 

kekerasan, dengan tanda dan gejala; - ruman muka merah, bicara keras, tidak terarah, 

aktifitas meningkat.

Kedua, menentukan masalah atau diagnosa keperawatan

Perilaku kekerasan

Ketiga, menentukan tujuan umum (TUM) dan Tujuan khusus (TUK)

Tujuan umumnya PK, adalah;

Page 14: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

- Klien mampu mengungkapkan emosional secara adaptif

Tujuan khususnya, adalah;

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

2. klien dapat mengidentifikasi penyebab marah

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala marah

4. Klien dapat mengidentifikasi kebiasaan marah

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat marah

Kemudian ke-empat menentukan tindakan keperawatan,

1. Bina hubungan saling percaya

2. Identifikasi penyebab marah

3. Identifikasi tanda dan gejala marah

4. Identifikasi kebiasaan marah

5. Identifikasi akibat marah

b.Strategi pelaksanaan komunikasi

Setelah menyusun laporan pendahuluan, seorang mahasiswa dituntut untuk membuat skenario 

bagaimana komunikasi dengan klien sesuai dengan tahap-tahap hubungan.

1. Rencana strategi komunikasi perawat – keluarga

Contoh dibawah ini dengan kasus perilaku kekerasan.

1) SP 1 - klien

Strategi komunikasi pada pertemuan pertama (SP 1): 

(a) membina hubungan saling percaya, 

(b) Identifikasi penyebab perasaan marah, 

(c) Indentifikasi tanda dan gejala marah, 

(d) Identifikasi perilaku kekerasaan yang sering dilakukan, 

(e) Ajarkan cara mengontrol 

(1) Tahap Orientasi

Salam terapeutik

Page 15: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

”assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya gunawan sasmita, panggil saya sasmita, saya 

perawat yang didinas di ruang Arjuna ini, hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.30. 

saya yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Agar kita lebih dekat saya 

kenal nama bapak, Nama bapak siapa?, biasanya senang dipanggil siapa?”

Validasi

“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, baik, apa sebenarnya yang menyebabkan bapak diantar 

oleh saudara datang ke RS ini?. 

Kontrak (topik, waktu dan tempat)

“Baiklah bapak saya ingin mengajak bapat untuk dapat menceritakan tentang masalah bapak 

saat ini, bersedia bapak?”, “ada waktu berapa lama bapak bersedia untuk menceritakan 

masalah bapak?” ....., “bagaimana kalau 10 menit?”........, “dimana ya pak enaknya kita 

berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang tamu?”

(2) Tahap kerja

“apa yang menyebabkan bapak marah?”, “apakah sebelumnya bapak pernah marah?”, “terus 

penyebabnya apa?”, Samakah dengan yang sekarang?”, “ O...iya, jadi ada 2 penyebab marah?”

“Pada saat penyebab marah itu ada, apa yang bapak rasakan?” ( misalkan penyebab marah belum 

tersedianya hidangan makan, karena istri sibuk bekerja) , “apakah bapak merasakan kesal 

kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat dan tangan 

mengepal?”,

Setelah itu, “apa yang bapak lakukan?”, O....ya..., jadi bapak memukul istri, memecah 

piring, apakah kemudian cara ini makanan dapat terhidangkan?”(tunggu respon klien.....jawab 

klien, “tidak” ), tidakan kan, “apa kerugian dari tindakan bapak?”,....... betul, istri 

sakit dan jadi takut, piring-piring pecah, menurut bapak bagaimana perasaan bapak setelah 

kejadian ini?”, maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa 

menimbulkan kerugian?”, “ada cara-cara yang sangat bermanfaat guna mengontrol kemarahan 

bapak, salah satunya adalah dengan cara fisik, yaitu dengan cara melakukan kegiatan fisik 

yang bapak sukai, apakah olah raga, aktifitas lain seperti membersihkan rumah, maka marah 

bapak dapat tersalurkan dengan baik?”,

“Bagaimana kita belajar cara yang satu dulu?’, “begini pak, kalau tanda-tanda marah itu 

bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik nafas panjang, tahan sebentar, lalu keluarkan, 

berlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo,... coba lagi tarik dari 

hidung, bagus... tahan, kemudian keluarkan melalui mulut. Nah lakukan 5 kali, bagus 

sekali. 

Page 16: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

Bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaan bapak sekarang?’.

”Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa 

marah itu muncul, bapak sudah terbiasa.

(3) Fase terminasi

”Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”

”Jadi, ada 2 penyebab marah, .......(coba sebutkan) dan yang bapak rasakan saat itu 

bagaimana?..... (coba sebutkan) dan yang bapak lakukan apa?..... (coba sebutkan) yang 

bapak rasakan saat itu bagaimana?..... (coba sebutkan) 

”coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang 

bapak lakukan kalau perasaan marah itu muncul?”, dan jangan lupa cara mengatasi seperti yang 

kita pelajari bersama, sekarang kita buat jadwal latihan ya pak, .... berapa kali sehari 

bapak mau latihan nafas dalam?, jam berapa saja pak?”, baik, bagaimana kalau 2 jam sekali 

saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah atau mengontrol marah, tempatnya 

disini saja ya pak’.... sampai nanti, asalamu’alaikum.

2) SP 2 - klien

Strategi komunikasi pada pertemuan ke-dua (SP 2) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan 

secara fisik, meliputi (a) evaluasi latihan nafas dalam, (b) latihan cara fisik ke-2; pukul 

kasur dan bantal, (c) susun jadwal kegiatan harian,

(1) Tahap Orientasi

”Assalamu’alaikum pak (usahakan sebut nama), sesuai janji saya dua jam yang lalu, saya 

sekarang datang lagi.

”bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”

”Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk 

cara yang kedua”, Bapak bersedia,

”mau berapa lama ? Bagaiman kalau 20 menit?

”dimana kita bicara? Bagaiman kalau diruang tamu?

(2) Tahap kerja

”Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata 

melotot, salain dengan menggunakan cara nafas dalam, dapat bapak lampiaskan dengan cara 

melakukan tindakan yang tidak merugikan atau membayakan, seperti bapak memukul bantal atau 

kasur”.

Page 17: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

”sekarang mari kita latihan memukul bantal atau kasur. Mana kamar bapak?”. jadi kalau nanti 

bapak kesal atau ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan 

memukul kasur dan bantal. Nah coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal”. Nah bagus 

sekali bapak dapat melakukannya”. Kekesalan lampiaskan kekasur atau bantal”. ”nah cara 

inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan 

tempat tidurnya”.

(3) Tahap terminasi

”bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”,

”ada berapa cara latihan kita, coba bapak sebutkan?, bagus!”

“mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Jam berapa kita tebah-tebah 

kasur atau bantal? Bagaimana kalau setiap pagi?”, baik, jadi jam 08.00 pagi dan jam 17.00 

sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu lakukan hal yang sama. 

Besuk pagi kita ketemu lagi, kita akan latihan cara mengontrol dengan belajar bicara yang 

baik, besuk jam berapa pak?” baik, besuk pagi jam 10.00 kita ketemu lagi ditempat ini, 

sampai besuk. Assalamu’alaikum.

3) SP 3 - Klien

Strategi Komunikasi pada pertemuan ke-tiga (SP 3) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan 

secara sosial dan verbal, meliputi; (a) evaluasi jadual harian untuk 2 cara fisik, (b) 

latihan mengungkapkan cara marah secara verbal; menolak dengan baik, meminta dengan baik, 

mengungkapkan perasaan dengan baik.

(1) Tahap Orientasi

”Assalamu’alaikum pak sesuai janji saya kemarin, saya sekarang ketemu lagi.

”bagaimana perasaan bapak pagi ini, sudahkah dilakukan latihan tarik nafas dalam atau saat 

sedang mengalami perasaan marah bapak melampiaskan dengan memukul bantal?”

”coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?

”Baagus, nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis ”M” artinya mandiri, kalau 

diingatkan oleh perawat tulis ”B” artinya dibantu, kalau tidak dilakukan tulis ”T” artinya 

belum bisa dilakukan.

”Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?, ”mau berapa 

lama?”, ”Bagaimana kalau 20 menit?, ”dimana kita bicara?, ”Bagaiman kalau diruang tamu?”

Page 18: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

(2) Tahap kerja

”sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah disalurkan 

melalui taraik nafas dalam dan memukul kasur atau bantal dan sudah lega, maka kita perlu 

bicara dengan orang yang membuat kita marah”, ada 3 caranya pak, yaitu :

”Pertama, meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak 

menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak bilang penyebab marahnya karena minta uang sama 

istri tidak diberi” Coba bapak minta dengan baik, ”Bu, saya perlu uang untuk beli 

rokok”. Kalau dirumah, bapak bisa melakukannya bila ada keperluan sama istri, anak atau 

saudara dengan baik seperti meminta sesuatu, meminjam sesuatu, menyuruh kepada orang 

lain. Nah sekarang coba bapak praktekkan, bagus pak.

”Ke-dua, menolak dengan baik. Jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya”, 

katakan; ”maaf, saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan”. Coba bapak 

praktekkan. Bagus pak.

”Ke-tiga, mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal 

bapak dapat mengatakan; ”saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu”. Coba praktek. 

Bagus pak.

(3) Tahap Terminasi

”bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan 

bicara yang baik?”, ”coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik setalah kita belajar 

tadi?”, bagus, sekarang kita masukan dalam jadual. ”barapa kali bapak mau latihan bicara 

yang baik?”, bisa kita buat jadwalnya?”. coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, 

misalnya meminta obat, uang atau yang lain. ”Bagus, nanti dicoba ya, pak?”

”bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”, nanti kita akan bicarakan cara lain 

untuk mengatasi rasa marah bapak dengan cara ibdah, bapak setuju? Mau dimana, pak?”, 

Nanti kita akan bicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara 

ibadah, ”bapak setuju?”, ”Mau dimana pak?”, ”Disini lagi?”, ”Baik sampai nanti, ya”.

4) SP 4 - Klien

Strategi Komunikasi pada pertemuan ke-empat (SP 4) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan 

secara spiritual, meliputi; (a) diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan 

secara fisik dan sosial, (b) latihan sholat atau berdoa, dan (c) buat jadual latihan 

sholat atau berdoa.

(1) Tahap Orientasi

Page 19: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

”Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang 

lagi”. Baik, yang mana yang mau dicoba?”

”bagaimana pak, apakah sudah berlatih?”, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara 

teratur?”, Bagus sekali, kemudian bagaimana rasa marahnya?”

”Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan 

ibadah kepada Tuhan yang kuasa?”. 

”Dimana tempat kita berbincang-bincang?”, bagaimana kalau ditempat tadi?”, Berapa lama 

kesediaan bapak untuk berbincang-bincang?”, Bagaimana kalau 15 menit?”. 

(2) Tahap Kerja

”Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan?”, ”Bagus,........ Baik, yang mana 

mau dicoba?

”Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam.

”Jika tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar tetap rileks, jika tidak reda juga ambil 

air wudhu kemudian sholat”(untuk ibadah sholat dilakukan bagi muslim).

”Bapak bisa melakukan solat secara teratur untuk meredakan kemarahan”.

”coba bapak sebutkan sholat lima waktu?”, bagus, mau coba yang mana?”, sebutkan caranya.

(3) Tahap terminasi

”bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”, jadi sudah 

berapa cara untuk mengontrol marah kita pelajari?”, bagus, sekarang kita masukan dalam 

jadual.

”kapan waktunya bapak ingin melakukan sholat?”, bisa kita buat jadwalnya?”. coba masukkan 

dalam jadual kegiatan sehari-hari.

”coba bapak sebutkan lagi cara mengendalikan dengan berdoa bila bapak marah?” 

”bagaimana kalau besuk kita ketemu lagi?”, besuk kita akan bicarakan cara lain untuk 

mengatasi rasa marah bapak dengan menepati minum obat, bapak setuju? Mau jam berapa, 

pak?”, 

”Mau dimana pak?”, ”Disini lagi?”, ”Baik sampai besuk, ya”. Assalamu’alaikum

5) SP 5 -Klien

Strategi Komunikasi pada pertemuan ke-lima (SP 5) : Latihan mengontrol perilaku kekerasan 

dengan obat, meliputi; (a) evaluasi jadual kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah 

yang sudah dilatih, (b) latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar, 

Page 20: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

yaitu; benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, 

dan benar dosis obat. Disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat. Dan 

susun jadual minum obat secara teratur.

(1) Tahap Orientasi

”Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang lagi”. 

”bagaimana pak, apakah sudah berlatih latihan tarik nafas dalam, pukul kasur atau bantal, 

bicara yang baik, kemudian dengan solat?”, mari kita bersama-sama lihat jadual yang telah 

bapak tetapkan?”, Bagus, ”apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”, 

Bagus sekali, kemudian bagaimana rasa marahnya?”

”Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan 

mematuhi minum obat?”. 

”Dimana tempat kita berbincang-bincang, ya?”, bagaimana kalau ditempat kemarin?”, Berapa 

lama kesediaan bapak untuk berbincang-bincang?”, Bagaimana kalau 15 menit?”. 

(2) Tahap Kerja

”Bapak sudah dapat obat dari dokter?”, ”Berapa macam obat yang Bapak minum?”, “apa 

warnanya?”, Bagus, “jam berapa bapak minum obat ?”, Bagus. 

”Begini pak, untuk mencegah timbulnya marah bapak harus mematuhi minum obat secara 

teratur. Ada 3 jenis obat yang harus bapak ketahui, yaitu; pertama, warnnya oranye namanya 

CPZ gunanya agar bapak pikirannya tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar bapak 

lebih rileks dan tenang, sedangkan yang merah jambu namanya HLP gunanya agar pikiran 

teratur dan rasa marah berkurang, semua ini bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 

siang, dan jam 7 malam”.

”bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu, mengatasinya 

bapak bisa minum air putih sedikit-sedikit tapi sering”. ”bila tarasa mata bapak berkunang-

kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktifitas dulu”.

”nanti bila di rumah, sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label dikotak obat, apakah 

nama bapak tertulis dalam label tersebut, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa 

saja harus diminum, baca apakah nama obatnya sudah benar?.

”jangan pernah menghentikan obat sebelum konsultasi dengan dokter ya bak, karena dapat 

terjadi kekambuhan”.

”sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak”.

(3) Tahap terminasi

”bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara mematuhi minum obat?”, ”coba 

Page 21: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum?”, bagus, bagaimana cara minum obat yang 

benar?”, Nah, sudah arapa kali bapak belajar mengontrol perasaan marah?”, bisa kita 

tambahkan dalam jadwal kegiatan bapak yaitu minum obat secara terjadual?”. coba masukkan 

dalam jadual bapak?”, Bagus, nanti bapak tepati,..... ya?”

Baik pak, besuk kita bertemu lagi untuk terus berlatih cara-cara yang telah kita pelajari 

kemarin dan hari ini, ”bapak bersedia?”, ”Mau dimana, pak?”, Besuk kita akan praktek 

kembali, ”bapak setuju?”, ”Baik, sampai besuk,..... ya”. Assalamu’alaikum.

2. Rencana strategi komunikasi perawat – keluarga

a). Tujuan

Keluarga dapat merawat klien di rumah

b) Tindakan

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

2) Diskusikan bersama keluarga perilaku kekerasan

3) Diskusikan bersama keluarga kondisi klien yang perlu segera dilaporkan kepada 

perawat, seperti melempar atau memukul benda atau orang lain

4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan

(a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah 

diajarkan oleh perawat.

(b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat 

melakukan kegiatan tersebut secara tepat.

(c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien 

menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

(d) Buatlah perencanaan pulang bersama keluarga

c) Strategi komunikasi pada keluarga 

SP - 1 keluarga

Pertemuan pertama (SP 1. keluarga); memberi penyuluhan kepada keluarga tentang cara 

merawat klien perilaku kekerasan di rumah, meliputi; (1) diskusikan masalah yang 

dihadapi keluarga dalam merawat klien, (2) diskusikan bersama keluarga tentang perilaku 

Page 22: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut, (3) diskusikan bersama keluarga kondisi-

kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau 

memukul benda atau oranglain.

(1) Tahap Orientasi

Salam terapeutik

”assalamu’alaikum Bu, perkenalkan nama saya gunawan sasmita, panggil saya sasmita, saya 

perawat yang didinas di ruang Arjuna ini, hari ini saya dinas pagi dari pukul 

07.00-14.30. saya yang merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Agar kita lebih 

dekat saya ingin perkenalan dengan ibu, Nama ibu siapa?, biasanya senang dipanggil 

siapa, bu?”, betulkah ibu istri bapak?

Validasi

“Bagaimana perasaan bu selama suami ibu dirawat di rumah sakit ini?, baik, apa 

sebenarnya yang menyebabkan bapak diantar oleh saudara datang ke RS ini, bu?. 

Kontrak (topik, waktu dan tempat)

“Baiklah bu, saya ingin tahu lebih banyak dari ibu tentang masalah bapaknya, yaitu 

suami ibu, bersedia ibu?”, “ada waktu berapa lama ibu bersedia untuk menceritakan 

masalah bapak?” ....., “bagaimana kalau 10 menit?”........, “dimana ya ibu enaknya 

kita berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang 

saya?”

(2) Tahap Kerja

”Bu, apa masalah yang ibu hadapai dalam merawat bapak?, ”apa yang ibu lakukan ?”, Baik 

bu, saya akan coba jelaskan tentang marah bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan”.

”Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bila tidak disalurkan dengan cara yang 

benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan, begini bu, biasanya 

seorang suami itu marah dan ngamuk kepada istrinya adalah kalau dia merasa direndahkan, 

keinginan tidak terpenuhi, ”kalau bapak apa bu penyebabnya?”, ya, baik. 

”nanti kalau di rumah, bila bapak kelihatan gelisah, mondar mandir, tegang dan merah 

matanya, itu artinya bapak sedang marah dan biasanya akan dibarengi dengan melampiaskan 

emosinya dengan berbagai cara seperti membanting-banting perabotan rumah tangga atau 

mumukul kasar istrinya atau anaknya?” , sedangkan bapak, apa yang biasa dilakukan 

ketika bapak marah?”, ya, baik.

”bila hal tersebut terjadi lagi sebaiknya ibu tetap tenang tapi waspada, jauhkan 

benda-benda yang berbahaya atau berharga atau anak-anak, bicaralah yang lembut dan 

Page 23: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

penuhi kebutuhannya selama tidak membahayakan, jawablah dengan tegas bila tidak 

memiliki apa yang dibutuhkan”. Bila bapak masih ngamuk dan marah segera bawa ke 

Puskesmas atau RSJ terdekat. Minta bantuan keluarga untuk melakukan ikatan secara baik. 

Dalam melakukan ikatan tetap waspada, lindungi diri kita dulu. Beri penjelasan saat 

mengikat yaitu bapak diikat ini tidak ada maksud jelek tetapi ingin mengamankan bapak 

agar tidak mencederai diri, saudara, atau orang lain dan merusak lingkungan”

”bu, mengertikan apa yang saya jelaskan tadi, seperti penyebab marah?”, coba ibu 

sebutkan penyebab marah dan bagaimana cara menghadapai bila marah?” bagus, berarti ibu 

sudah paham.

”ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang 

sudah dibuat, yaitu; secara fisik, verbal, spiritual dan obat secara teratur”

”kalau bapak bisa melakukan latihan dengan baik, jangan lupa di puji ya bu”

(3) Tahap terminasi

”Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat, bapak?”, coba 

ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”, setelah di rumah coba ibu selalu ingatkan jadual 

yang telah dibuat untuk bapak ya bu”. ”kapan ibu akan berkunjung lagi?”.

”Bagaimana kalau kita ketemu 1 minggu lagi untuk belajar langsung cara mengontrol marah 

bersama bapak ?”, ingsaallah tempatnya besuk disini?”, ibu bersedia ? baik, kita 

ketemulagi besuk 1 minggu lagi, trimakasih atas kedatang ibu, selamat jalan.

SP - 2 Keluarga

Pertemuan ke-dua (SP 2. keluarga) : melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol 

kemarahan, meliputi; (a) evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah, (b) anjurkan 

keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat, 

(c) ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan 

kegiatan tersebut secara tepat. dan (d) diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus 

dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan. 

(1) Tahap Orientasi

Salam terapeutik

”assalamu’alaikum Bu, sesuai dengan janji kita 1 minggu yang lalu, ibu bisa menyisihkan 

waktu untuk datang?”, ”bagaimana khabarnya ibu?”, Sehatkan, bu?”

Validasi

"Baik, masih ingat diskusi kita yang lalu?”

Page 24: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

”adakah yang ingin ibu tanyakan?”

”bagaimana sekarang kita latiahan bersama bapak?, baik, kalau ibu bersedia nanti kita 

panggilkan agar bersama-sama kita untuk mengatasi perihal marah, bapak.

“Baiklah bu, kita hadirkan bapak disini, ada waktu berapa lama ibu bersedia untuk 

menemani bapak?” ....., “bagaimana kalau 10 menit?”........, “dimana ya ibu enaknya 

kita berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang saya 

ini ?”

(2) Tahap Kerja

” Nah pak, coba ceritakan keada ibu, latihan yang sudah bapak lakukan. Bagus sekali. Coba 

perlihatkan kepada ibu jadwal harian bapak!, bagus!

”nanti dirumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan bapak”, 

”sekarang kita coba latihan bersama-sama ya, pak?”

”Masih ingat ya pak!, 

”coba, kalau ada perasaan marah, apa yang harus dilakukan pak?”, ”ya.... betul sekali, 

bapak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan, atau tiup 

berlahan-lahan lewat mulut seperti mengeluarkan kemarahan. ”ayo,......coba lagi, tari 

dari hidung, .......bagus, .....tahan, dan tiup berlahan-lahan lewat mulut. Nah, lakukan 

sampai lima kali !,

”coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali !, ..... bagus 

sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.

”cara yang kedua masih ingat, pak, bu ?” (tunggu respon klien)

”ya, ...... benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal dan 

berdebar-debar, mata melotot, selain nafas dalam dapat memukul kasur atau bantal !”.

”sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal, mana kamar bapak?, jadi, kalau 

nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung kekamar dan lampiaskan kemarahan tersebut 

dengan memukul kasur dan bantal.

”Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu”.

”ya,..... bagus sekali bapak melakukannya”.

”cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga cara, coba 

praktekan langsung kepada ibu cara bicara ini, yaitu :

Pertama, meminta dengan baik tanpa marah denagn nada suara yang rendah serta tidak 

menggunakan kata-kata kasar, misalnya: “bu, saya perlu uang untuk beli rokok ?”, coba 

bapak praktekkan, Bagus pak.

Page 25: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

Ke-dua, menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, 

katakan: “maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan”, coba bapak 

praktekan.

“ya,....coba prktekkan”, .....”bagus pak”,

Ke-tiga, mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal 

bapak dapat mengatakan: ”saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu”

”ya,.... coba praktekkan !, ya, bagus !,

”Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?” , ”baik 

sekali”, bapak coba langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga 

marahnya maka rebahkan badan bapak agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu 

kemudian sholat. ”bapak bisa melakan secara teratur dengan didampingi ibu untuk 

meredakan kemarahan”.

”cara terakhir adalah minum obat secara teratur ya pak, agar pikiran bapak menjadi 

tenang, tidurnya tenang, tidak ada rasa marah”

”Coba bapak, jelaskan berapa macam obatnya !”, ”bagus”, jam berapa minum obat’, 

”bagus. “apa gunanya obat?”, “bagus”. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat. 

“wah, bagus sekali”, satu minggu yang lalu sudah saya jelaskan kepada bapak 

atau ibu tentang terapi pengobatan. Ibu tolong selama di rumah, ingatkan bapak 

untuk meminum obat secara teratur?

(3) Tahap terminasi

“baiklah bu, latihan kita sudah selesai”, “bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan 

cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak ?” 

“bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marag?

“selanjutnya tolong pantau dan motivasi bapak dalam melaksanakan jadual latihan yang 

telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk bapak, bila dapat 

melakukan dengan benar, ya.....bu !. 

”karena bapak sebentar lagi sudah diizinkan pulang, bagaimana 1 minggu lagi bertemu 

untuk membicarakan jadual aktifitas di rumah dan puskesmas, ”ibu bersedia”, ya, 

....baik, ingsaalloh swt ibu masih diberikan sehat sehingga kita masih dipertemukan 

pada minggu depan, di tempat ini, jam 09.30 dengan topik yang sama, terimaksih, wassalam 

Wr. Wb. 

Page 26: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

SP - 3 Keluarga

Pertemuan ke-tiga (SP 3. keluarga) : membuat perencanaan pulang bersama keluarga, 

meliputi; (a) buat perencanaan pulang bersama keluarga.

(1) Tahap Orientasi

”assalamu’alaikum Bu, sesuai dengan janji kita 1 minggu yang lalu, ibu bisa menyisihkan 

waktu untuk datang?”, ”bagaimana khabarnya ibu?”, Sehatkan, bu?”

Validasi

Baik, masih ingat diskusi kita sekarang?”

”Ya,....betul, karena bapak ini sudah diperkenankan pulang, maka kita perlu diskusikan 

bagaimana perawatan di rumah bapak?

”bagaimana bu, selama bapak di rawat di rumah sakit ini ada nggak perubahan ?”. baik, 

kita sekarang diskusi rencana perawatan di rumah ya bu, sehingga ibu akan lebih mudah, 

ibu bersedia, kan ?”, ”baik”, ”berapa lama ibu ada waktu?”, “bagaimana kalau 10 

menit?”........, “dimana ya ibu enaknya kita berbincang-bincang?”....., “Bagaimana kalau 

kita berbincang-bincang di ruang saya ini ?”

(2) Tahap Kerja

”Pak, bu, jadual yang telah di buat selama di rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah, 

baik jadual aktifitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal bapak, ya 

bu! 

”hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh 

bapak selama di rumah, ....... berikan kesempatan bapak untuk mengekspresikan 

perasaannya ya, bu!

”Kalau misalnya bapak menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang 

lain. Jika hal ini terjadi hubungi perawat di puskesmas terdekat. Jika ibu kesulitan 

maka ibu bisa menghubungi tim krisis di RS ini

(3) Tahap terminasi

”bagaimana bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba ibu sebutkan apa saja yang perlu 

diperhatikan (jadual kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke puskesmas). Baiklah, 

silahkan menyelesaikan administrasi!, saya akan mempersiapkan pakaian dan obat, bapak”. 

selamat jalan, 

Page 27: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

3. Rencana strategi komunikasi perawat – dokter

a) Tujuan

Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan gaduh gelisah

b) Tindakan

(a) Beritahu kondisi klien saat ini

(b) beritahu tindakan yang sudah dilakukan

(c) Mintalah saran tindakan apa yang harus dilakukan

c) Strategi pelaksanaan komunikasi

(1) Tahap oreintasi

Salam terapeutik

”Selamat pagi dokter ”, 

Validasi

”bagaimana khabarnya dok, 

Kontrak

”Dakter ini saya perawat pasien nana, ada yang ingin saya konsulkan”, dokter ada 

waktu” 

(2) Tahap kerja

"Begini dokter, perlu saya sampaikan mengenai keadaan pasien nana”, ”Kondisi pasien 

nana tadi malam tidak dapat tidur, berteriak-teriak, sulit makan, sudah diijeksi 

valium 2 ml?

"Apa tindakan yang tepat ya dok, agar gaduh gelisah berkurang?"

(3) Tahap terminasi

”ya, jadi kita observasi terus, ....kemudian kalau toh tidak ada reaksinya kita 

lakukan tindakan ECT, begitu dokter”

”kapan dokter akan mengobservasi langsung”

”terimakasih dokter, kita tunggu berkembangannya”.

4. Rencana strategi komunikasi perawat – perawat 

a) Tujuan

Operan sift jaga

b) Tindakan

Page 28: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

(a) Beritahu kondisi klien saat ini

(b) Beritahu tindakan yang sudah dilakukan

(c) Diskusikan bersama tindakan apa yang harus dilakukan

c Strategi komunikasi terapeutik

(1) Tahap orientasi 

Salam terapeutik

”Selamat pagi bapak, ibu”, 

Validasi

”bagaimana kabarnya pagi hari ini, mudah-mudah bapak ibu mendapatkan lindungan 

Allah swt, begini bapak ibu pagi hari ini kita akan evaluasi pasien, bersamaan 

dengan operan jaga, 

Kontrak

”kita tahu tujuan evaluasi ini untuk mengetahui berkembangan klien, dan mohon 

petugas jaga malam dapat menyampaikan infiormasinya, bapak-ibu setujukan, untuk 

bersabar sebentar, ya kurang lebih 10 menit?

(2) Tahap kerja

”bapak ibu kita mulai ya dari klien A.. klien A ini tadi malam tenang, tidur sering 

terjaga bolak-balik ke kamar mandi, makan dihabiskan minum obat, tetapi kadang 

emosinya masih dangkal, persepsinya realitis”

”Bapak ibu ada yang perlu didiskusikan?”

dan seterusnya ke pasien berikutnya 

(3) Tahap terminasi

”bapak ibu, ada 3 pasien yang menunjukkan perkembangan bagus, tinggal bagaimana 

memulihkan sosialnya dengan keluarga”,

”oh ya, 3 pasien tersebut perlu mendapatkan dukungan dari keluarga”. Sebelum pulang 

tolong keluarga perlu mendapatkan terapi, sehingga keluarga siap menerima. itu saja 

pertemuan pagi, sampai ketemu besuk pagi. 

J. Analisis Proses Interaksi

Proses terapi dalam konsep komunikasi denagan melalui Analisis Proses Interaksi (API) yaitu menguraikan

kegiatan baik verbal (percakapan) maupun non verbal (perbuatan). 

Menurut Ellis, dkk (1995), komunikasi dimulai dari pikiran dan perasaan pengirim pesan dari dalam diri, jika

Page 29: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

mereka ingin dikeluarkan dari intra psikis atau berkomunikasi dengan orang lain pengirim pesan mengubah

pengetahuan yang ada dalam pikiran dan perasaan menjadi sandi dalam bentuk perilaku atau pesan.

Maksud analisis interakasi adalah menganalisis pertukaran kata, pikiran, dan perilaku dari 2 orang sedang

berdialog dalam kondisi tampak atau disembunyikan. 

1. Tujuan API

a. Meningkatkan ketrampilan perawat mendengar secara aktif

b. Meningkatkan ketrampilan perawat berkomunikasi

c. Mengembangkan dasar kemampuan perawat berkomunikasi, sebagai alat pengkajian, interaksi 

perawat-klien, memberi intruksi, supervisi klinis, bimbingan klinis

d. Pemahaman diri bagi perawat dan dampaknya

e. Mempersiapkan diri bagi perawat dalam dinamika perilaku

f. Membantu perawat dalam menyusun intervensi keperawatan

2. Komponen API

a. Komuniksi verbal dan non verbal

b. Analisis interpretasi

c. Mengenal perasaan perawat

d. Persepsi perawat, untuk melihat emosi klien

e. Evaluasi, untuk mengetahui efektifitas

f. Alternatif keperawatan, melalui rasionalisasi

3. Analisis berpusat pada perawat

a. Perilaku non verbal perawat

b. Isi pembicaraan perawat

c. Perasaan perawat

d. Tujuan interaksi

e. Mengubah interaksi

4. Analisis berpusat pada klien

a. Perilaku non verbal

b. Isi pembicaraan

c. Perasaan klien

d. Kebutuhan klien

5. Analisis teoritis, yaitu alasan teoritis intervensi

Page 30: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

Referensi

Keliat, B.A. (2001). Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, 

makalah disampaikan pada pelatihan nasional Asuhan Keperawatan Profesional jiwa dan 

komunikasi terapeutik Keperawatanm, Batu, Malang.

Varcarolis, E. M. (1990). Foundations of Psychiatric Mental Health Nursing, W.B. Sounders 

Company.

Tawnsend, M. C. (1996). Psychiatric Mental Health Nursing Consept of Care, Davis Company, 

Philadelphia.

Jawablah pertanyaan dibawah ini singkat dan jelas !

1. Dalam hubungan terapeutik ada dimensi responsif dan dimensi tindakan yang harus diketahui 

dan dikuasai oleh perawat. Apa yang anda ketahui demensi responsif ?

2. Sebutkan fase-fase hubungan terapeutik ?

3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi unsur-unsur komunikasi ?

4. Jelaskan fase orientasi atau perkenalan dan tahapan-tahapannya ?

5. WE WERE GIVEN TWO EARS BUT ONLY ONE MOUTH, BECAUSE LISTENING IS TWICE AS HARD AS TALKING.

Apa maksudnya ? dan bagaimana menjadi pendengar efektif ?

1. B – S Hubungan terapeutik perawat-klien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan 

pengalaman emosional korektif bagi klien

2. B – S Encoding atau menafsirkan adalah komunikan penafsirkan pesan yang telah disampaikan 

oleh komunikator

3. B – S Menurut Johari Window, sukses komunikasi interperosnal tergantung oleh kualitas 

konsep diri yaitu konsep diri positif atau transparan.

4. B – S Sikap responsif sebagai sarana untuk menjalin hubungan saling percaya, seperti, 

ikhlas dalam bertindak, respek, empati, ungkapannya jelas.

5. B – S Perbedaan komunikasi pria dan wanita jika pria itu merindukan tempat/space sedang 

wanita merindukan keintiman.

6. B – S Steriotipe dapat menggangu komunikasi, yaitu mengeneralisasikan orang-orang 

berdasarkan sedikit informasi.

Page 31: Teknik Komunikasi Dalam Keperawatan

7. B - S Konfrontasi yaitu seorang perawat mampu mengekspresikan sikapnya terhadap perilaku 

klien yang menyimpang untuk tujuan memperluas kesadaran diri klien

8. B - S Komunikasi perawat – klien adalah komunikasi intrapersonal

9. B - S Membusungkaan dada atau bertopang dagu merupakan isyarat proksemik

10.B - S Pertanyaan terbuka, ” apakah anda tinggal sendiri ?”