36
BAB I PENDAHULUAN Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell- mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak di paru tetapi dapat mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang tidak efektif untuk penyakit yang aktif, biasa terjadi penyakit yang kronik dan berakhir dengan kematian. 1 Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara berkembang. 4 Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul 1

TBC kasus putus obat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Case TBC kasus putus obat

Citation preview

Page 1: TBC kasus putus obat

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosa dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada

jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-

mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak di paru tetapi dapat

mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang tidak efektif untuk

penyakit yang aktif, biasa terjadi penyakit yang kronik dan berakhir dengan

kematian.1

Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk

dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian

3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini

merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan

pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara

berkembang.4

Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka

kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga

setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita

TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit

muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita

baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang

meninggal akibat TBC di Indonesia.3

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis berkeinginan

menyajikan masalah ini dalam bentuk sebuah laporan kasus TB Paru agar dapat

menjadi bahan masukan kepada diri penulis dan kita semua dapat mendiagnosis

serta memberikan terapi yang tepat pada penderita tuberkulosis.

1

Page 2: TBC kasus putus obat

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTIFIKASI

Nama : Tn.M

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 60 tahun

Alamat : Jl. Tangga Takat, Palembang

Pekerjaan : Tidak bekerja

Status perkawinan : Sudah menikah

Agama : Islam

MRS : 21 April 2013

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Sesak napas sejak 1 hari SMRS

Riwayat Perjalanan Penyakit

Sejak 3 bulan SMRS, pasien mengeluh batuk hilang timbul, berdahak,

warna putih kehijauan, kental, dan sulit dikeluarkan. Pasien juga mengeluh nafsu

makan menurun. Pasien tidak mengeluh sesak napas, demam, mual muntah dan

keringat malam (-). BAK dan BAB juga tidak ada keluhan. Kemudian pasien

berobat di puskesmas dan diberi obat batuk tetapi keluhan tidak berkurang.

Sejak 2 bulan SMRS, pasien sering merasakan sesak napas. Sesak napas

sering mucul setelah batuk-batuk. Sesak juga sering timbul apabila pasien

melakukan aktivitas sedang-berat seperti berjalan jauh. Pasien juga mengeluh

sering demam pada sore dan malam hari, tidak tinggi, naik turun. Pasien juga

mengeluh nyeri ulu hati dan mual tetapi tidak muntah. Pasien merasakan lebih

kurus karena berat badannya menurun.

Sejak 1 hari SMRS, pasien mengeluh sesak napas yang berat. Sesak napas

muncul saat batuk-batuk dan sedang tidak melakukan aktivitas. Pasien juga

2

Page 3: TBC kasus putus obat

mengeluh demam, nyeri ulu hati, mual dan badan terasa lemas. Kemudian pasien

dibawa berobat oleh keluarganya ke IGD RSMP dan dirawat di bagian PDL

RSMP.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit TB paru diakui (+),

Pada tahun 2004 pasien mengeluh gejala yang sama seperti ini dan

dinyatakan menderita TB paru. Kemudian pasien menjalani pengobatan

OAT tetapi tidak tuntas (4 bulan).

Riwayat sakit magh diakui (+)

Riwayat sakit hipertensi diakui (+)

Riwayat sakit Asma disangkal (-)

Riwayat sakit kencing manis disangkal (-)

Riwayat sakit jantung disangkal (-)

Riwayat alergi obat disangkal (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit TB paru diakui (+) yaitu kakak kandung.

PEMERIKSAAN FISIK (21 April 2013)

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Gizi : (BB 40 kg,TB:160 cm) IMT= 15,6 (Gizi Kurang)

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 110 x/ menit, teratur, isi dan tegangan cukup

Pernapasan : 28 x/ menit

Temperatur : 37,8º celcius

3

Page 4: TBC kasus putus obat

Keadaan Spesifik

Kulit

Warna cokelat, scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-), sianosis (-), spider nevi (-),

telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan rambut normal.

KGB

KGB di submandibula, supraclavicula, leher, axila, inguinal tidak teraba.

Kepala

Bentuk normocephali, warna rambut hitam, rontok (-), deformitas (-)

Mata

Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra

pucat (+), sklera ikterik (-), pupil isokor.

Hidung

Deformitas (-), septum deviasi (-), mukosa hidung normal, epistaksis (-)

Telinga

Deformitas (-), nyeri tekan (-), selaput lendir baik, pendengaran baik.

Mulut

Mukosa bibir sianosis (-), T1/T1, gusi berdarah (-), lidah kotor (-), atrofi papil (-),

stomatitis (-), Pharynx hiperemis (-).

Leher

Pembesaran KGB dan kelenjar thyroid (-), JVP (5+0) cmH2O, kaku kuduk (-).

4

Page 5: TBC kasus putus obat

Dada

Bentuk dada simetris, retraksi (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-)

Paru:

Anterior

Inspeksi : statis: kanan sama dengan kiri

dinamis: tidak ada yang tertinggal

Palpasi : stemfremitus kanan < kiri

Perkusi : redup di apex paru kanan dan sonor di seluruh lapangan paru kiri.

Auskultasi : vesikuler (-) N, ronki basah halus di seluruh lapangan paru kanan

dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).

Posterior

Inspeksi : statis: kanan sama dengan kiri

dinamis: tidak ada yang tertinggal

Palpasi : stemfremitus kanan < kiri

Perkusi : redup di apex paru kanan dan sonor di seluruh lapangan paru kiri.

Auskultasi : vesikuler (-) N, ronki basah halus di seluruh lapangan paru kanan

dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).

Jantung

Inspeksi : ictus cordis terlihat, setinggi ICS 6 mid midclavicula sinistra

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 6

Perkusi : batas jantung kanan atas ICS II, parasternal dextra

Batas jantung kiri bawah ICS 6 mid clavicula sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I/II (+) normal, murmur (-), gallop (-)

5

Page 6: TBC kasus putus obat

Abdomen

Inspeksi : cekung, venektasi (-)

Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastrium,

turgor kulit kembali lambat.

Perkusi : thympani, shifting dullness (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Genital : tidak diperiksa

Ekstremitas

Ekstremitas atas : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi

normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-), turgor

kembali lambat (-), CRT < 2”

Ekstremitas bawah : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi

normal, telapak kaki pucat (-), turgor kembali lambat (-),

CRT < 2”

6

Page 7: TBC kasus putus obat

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan foto thorax (21 April 2013) didapatkan gambaran berawan

(infiltrat) pada kedua lapangan paru dan kavitas pada apex paru kiri.

Kesan: KP / TB paru aktif

Pemeriksaan Sputum BTA : (24 April 2013)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

BTA I ++ -

BTA II ++ -

BTA III ++ -

7

Page 8: TBC kasus putus obat

Pemeriksaan Laboratorium : (21 April 2013)

Hb: 10,5 g/dl (menurun)

Leokosit : 13.400 /mm3 (meningkat)

Trombosit : 625.000 /mm3

LED : 35 mm/ jam (meningkat)

Dift count: 1/0/0/75/11/13

BSS: 88 mg/dl

RESUME

Sejak 3 bulan SMRS, pasien mengeluh batuk hilang timbul, berdahak,

warna putih kehijauan, kental, dan sulit dikeluarkan. Pasien juga mengeluh nafsu

makan menurun. Pasien tidak mengeluh sesak napas, demam, mual muntah dan

keringat malam (-). BAK dan BAB juga tidak ada keluhan. Kemudian pasien

berobat di puskesmas dan diberi obat batuk tetapi keluhan tidak berkurang.

Sejak 2 bulan SMRS, pasien sering merasakan sesak napas. Sesak napas

sering mucul setelah batuk-batuk. Sesak juga sering timbul apabila pasien

melakukan aktivitas sedang-berat seperti berjalan jauh. Pasien juga mengeluh

sering demam pada sore dan malam hari, tidak tinggi, naik turun. Pasien juga

mengeluh nyeri ulu hati dan mual tetapi tidak muntah. Pasien merasakan lebih

kurus karena berat badannya menurun.

Sejak 1 hari SMRS, pasien mengeluh sesak napas yang berat. Sesak napas

muncul saat batuk-batuk dan sedang tidak melakukan aktivitas. Pasien juga

mengeluh demam, nyeri ulu hati, mual dan badan terasa lemas. Kemudian pasien

dibawa berobat oleh keluarganya ke IGD RSMP dan dirawat di bagian PDL

RSMP.

Vital Sign :

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 110 kali/menit, teratur, isi dan tegangan cukup

RR : 28 kali/menit

Temperatur : 37,80C

8

Page 9: TBC kasus putus obat

Pada pemeriksaan paru didapatkan stemfremitus kanan < kiri, redup di

apex paru kanan dan ronki basah halus di seluruh lapangan paru kanan dan

lapangan bawah paru kiri. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan

epigastrium, turgor kulit kembali lambat.

DIAGNOSA BANDING

Susp. TB Paru Kasus Putus Obat

PPOK

Pneumonia

DIAGNOSA KERJA

Susp. TB Paru Kasus Putus Obat

PENATALAKSANAAN

Non farmakologis

- Observasi KU & vital sign

- O2 nasal 3L/menit

- Diet nasi biasa

Farmakologi

- IVFD RL gtt XX/m

- Ambroxol syr 3x1 C

- Antasid syr 3x1 C

PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

9

Page 10: TBC kasus putus obat

Follow Up

Tanggal 22 April 2013S Sesak napas (+) saat batuk-batuk, batuk

berdahak (+) sulit dikeluarkan.O: Keadaan umum

KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala

Leher

Thorax:Paru

Jantung

Abdomen

Ekstremitas

Compos mentis110/70 mmHg90x/menit26x/menit37ºC

Conjungtiva palpebra pucat (+)Sclera ikterik (-)

JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)

I : statis: kanan = kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan < kiriP : redup pada apex paru kanan dan sonor di

seluruh lapangan paru kiri.A : vesikuler (-) N, ronki basah halus di

seluruh lapangan paru kanan dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).

I : ictus cordis terlihat setinggi ICS 6P : ictus cordis teraba di ICS 6P : batas kanan atas ICS II LS dextra, batas kiri ICS 6 LMC sinistraA : HR 90x/ menit, SI/II(+)N, murmur (-), gallop (-)

I : cekungP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.P : thympaniA : bising usus (+) normal

Edema (-), akral hangat, CRT<2”, sianosi(-)

A Susp. Tb Paru Kasus Putus ObatP - Observasi KU dan Vital Sign

- O2 Nasal 3L/m bila sesak- IVFD RL gtt XX/m

10

Page 11: TBC kasus putus obat

- Ambroxol syr 3x1 C- Antasid syr 3x1 C- Diet nasi biasa

Tanggal 23 April 2013S Sesak napas (+) saat batuk-batuk, batuk

berdahak (+) sulit dikeluarkan.O: Keadaan umum

KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala

Leher

Thorax:Paru

Jantung

Abdomen

Ekstremitas

Compos mentis110/70 mmHg86x/menit22x/menit36,8ºC

Conjungtiva palpebra pucat (+)Sclera ikterik (-)

JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)

I : statis: kanan = kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan < kiriP : redup pada apex paru kanan dan sonor di

seluruh lapangan paru kiri.A : vesikuler (-) N, ronki basah halus di

seluruh lapangan paru kanan dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).

I : ictus cordis terlihat setinggi ICS 6P : ictus cordis teraba di ICS 6P : batas kanan atas ICS II LS dextra, batas kiri ICS 6 LMC sinistraA : SI/II(+)N, murmur (-), gallop (-)

I : cekungP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.P : thympaniA : bising usus (+) normal

Edema (-), akral hangat, CRT<2”, sianosi(-)

A Susp. Tb Paru Kasus Putus ObatP - Observasi KU dan Vital Sign

11

Page 12: TBC kasus putus obat

- O2 Nasal 3L/m bila sesak- IVFD RL gtt XX/m- Ambroxol syr 3x1C- Antasid syr 3x1 C- Diet TKTP

Tanggal 24 April 2013S Sesak napas (-), batuk berdahak (+)O: Keadaan umum

KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala

Leher

Thorax:Paru

Jantung

Abdomen

Ekstremitas

Compos mentis120/80 mmHg92x/menit22x/menit36,7ºC

Conjungtiva palpebra pucat (+)Sclera ikterik (-)

JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)

I : statis: kanan = kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan < kiriP : redup pada apex paru kanan dan sonor di

seluruh lapangan paru kiri.A : vesikuler (-) N, ronki basah halus di

seluruh lapangan paru kanan dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).

I : ictus cordis terlihat setinggi ICS 6P : ictus cordis teraba di ICS 6P : batas kanan atas ICS II LS dextra, batas kiri ICS 6 LMC sinistraA : SI/II(+)N, murmur (-), gallop (-)

I : cekungP : lemas, nyeri tekan (-) di epigastrium.P : thympaniA : bising usus (+) normal

Edema (-), akral hangat, CRT<2”, sianosi(-)

A Tb Paru Kasus Putus Obat

12

Page 13: TBC kasus putus obat

P - Observasi KU dan Vital Sign- O2 Nasal 3L/m bila sesak- IVFD RL gtt XX/m- Ambroxol syr 3x1 C- Antasid syr 3x1 C- OAT kategori 2- Isoniazid tab 300mg 1x1- Rifampisin tab 450mg 1x1- Pirazinamid tab 500mg 3x1- Etambutol tab 250mg 3x1- Diet nasi biasa

Tanggal 25 April 2013S Sesak napas (-), batuk berdahak (+).O: Keadaan umum

KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala

Leher

Thorax:Paru

Jantung

Abdomen

Compos mentis120/80 mmHg86x/menit18x/menit36,5ºC

Conjungtiva palpebra pucat (-)Sclera ikterik (-)

JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)

I : statis: kanan = kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan < kiriP : redup pada apex paru kanan dan sonor di

seluruh lapangan paru kiri.A : vesikuler (-) N, ronki basah halus di

seluruh lapangan paru kanan dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).

I : ictus cordis terlihat setinggi ICS 5-6P : ictus cordis teraba di ICS 5-6P : batas kanan atas ICS II LS dextra, batas kiri ICS 6 LMC sinistraA : HR 90x/ menit, SI/II(+)N, murmur (-), gallop (-)

I : cekungP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.

13

Page 14: TBC kasus putus obat

Ekstremitas

P : thympaniA : bising usus (+) normal

Edema (-), akral hangat, CRT<2”, sianosi(-)

A Tb Paru Kasus Putus ObatP - Observasi KU dan Vital Sign

- O2 Nasal 3L/m bila sesak- IVFD RL gtt XX/m- Ambroxol syr 3x1 C- Antasid syr 3x1 C- OAT kategori 2- Isoniazid tab 300mg 1x1- Rifampisin tab 450mg 1x1- Pirazinamid tab 500mg 3x1- Etambutol tab 250mg 3x1- Diet nasi biasa- rencana pulang hari ini

14

Page 15: TBC kasus putus obat

Pencegahan

a. Penderita tidak menularkan kepada orang lain ;

1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan

atau tissu.

2. Tidak meludah di sembarang tempat, tetapi dalam wadah yang

diberi lysol, kemudian dibuang dalam lubang dan ditimbun

dalam tanah.

3. Menjemur alat tidur secara teratur pada pagi hari.

4. Membuka jendela pada pagi hari, agar rumah mendapat udara

bersih dan cahaya matahari yang cukup sehingga kuman

tuberkulosis paru dapat mati.

b. Masyarakat tidak tertular dari penderita tuberkulosis paru ;

1. Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain dengan makan-

makanan yang bergizi

2. Tidur dan istirahat yang cukup

3. Tidak merokok dan tidak minum-minuman yang mengandung

alkohol.

4. Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari masuk ke

ruang tidur dan ruangan lainnya.

5. Imunisasi BCG pada bayi.

6. Segera periksa bila timbul batuk lebih dari tiga minggu.

7. Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

15

Page 16: TBC kasus putus obat

BAB III

ANALISA KASUS

TEORI KASUS TB paru adalah infeksi kronik pada

paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium Tuberculosis, ditandai dengan pembentukan granuloma dan adanya reaksi hipersensitifitas tipe lambat. Sumber penularan umumnya adalah penderita Tb yang dahaknya mengandung Basil Tahan Asam(BTA).

Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis/pemeriksaan fisik, foto toraks, pemeriksaan sputum BTA dan laboratorium penunjang.

Gejala klinis pada penderita Tb paru dibagi menjadi :

Gejala sistemik Demam, tidak tinggi, naik

turun, terutama pada sore dan malam.

Sering berkeringat pada sore dan malam

Badan terasa lemah, Nafsu makan dan penurunan

berat badan.

Gejala respiratorik Batuk kronis, >3minggu,

kering/berdahak/berdarah. Sesak napas, biasanya muncul

saat batuk-batuk. Rasa nyeri dada.

Batuk ≥ 3 minggu, Timbul sesak nafas setelah batuk-

batuk Sering berkeringat saat sore dan

malam. Sering demam, tidak tinggi, naik

turun disertai menggigil terutama malam hari.

Nafsu makan menurun. Berat badan menurun.

Diagnosis berdasarkan pemeriksaan Kelainan pulmo yang dapat

16

Page 17: TBC kasus putus obat

fisik sangat tergantung pada luas dan kelainan struktural paru.

Pemeriksaan fisik dapat normal pada lesi minimal, kelainan umumnya terletak pada daerah apikal/posterior lobus atas dan daerah apikal lobus bawah.

Kelainan yang dapat ditemukan bentuk dada yang tidak simetris, pergerakan paru yang tertinggal, peningkatan stem fremitus, redup pada perkusi, suara napas bronkial / amforik /

vesikuler melemah, / ronkhi basah

ditemukan:• stem fremitus kanan < kiri,• redup pada paru kanan dan sonor

pada paru kiri• ronki basah halus di seluruh

lapangan paru kanan dan lapangan bawah paru kiri.

Dari pemeriksaan foto thorax ditemukan

Gambaran lesi TB paru aktif biasanya berupa infiltrat nodular berbagai ukuran di lobus atas paru, kavitas (terutama lebih dari satu), bercak milier ataupun adanya efusi pleura unilateral.

Gambaran lesi tidak aktif berupa fibrotik, atelektasis, kalsifikasi, penebalan pleura, penarikan hilus dan deviasi trakea.

Pada foto thorax pasien ini tampak ditemukan gambaran lesi TB aktif berupa infiltrate dan kavitas pada paru kanan dan kiri

Pemeriksaan BTA penting dalam menegakkan diagnosis TB Paru.

Dahak terbaik adalah dahak pagi hari sebelum makan, kental, purulen, dengan jumlah minimal 3-5 ml.

Untuk lebih efisien, Depkes RI menganjurkan pengambilan dahak SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) yang dikumpulkan dalam 2 hari.

BTA dikatakan positif bila BTA dijumpai setidaknya pada dua dari tiga pemeriksaan BTA.

Hasil pemeriksaan BTA sputum: (++,++,++)

Hasil pemeriksaan darah rutin Hasil pemeriksaan ditemukan

17

Page 18: TBC kasus putus obat

kurang spesifik untuk TB paru. Kelainan yang sering dijumpai adalah

anemia, peningkatan laju endap darah, lekositosis dan limfositosis.

anemia ringan, leukositosis, Diff count menunjukkan shift to the right dan peningkatan LED.

ANALISA DIAGNOSA BANDING

TBC PPOK PNEUMONIADEFINISI Penyakit infeksi

yang disebabkan oleh micobakterium tuberculosis

Penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan proses inflamasi kronik terhadap polusi udara dan bersifat progresif

Suatu penyakit paru dimana alveolus terisi cairan yang disebabkan infeksi bakteri, virus atau jamur.

ETIOLOGI Micobacterium Tuberculosis

Perokok berat yang lama, sering terpapar polusi udara

Bakteri Streptococcus pneumoniae, mycoplasma pneumoniae, virus, jamur.

MANIFESTASI KLINIS

Batuk (kering/berdahak/berdarah) kronik, sesak napas, nyeri dada, demam lama pada malam hari, hilang nafsu makan, BB turun, lemas.

Batuk (kering/berdahak/berdarah) kronik, sesak napas, nyeri dada, demam

Batuk (kering/berdahak/berdarah) kronik, sesak napas, nyeri dada, demam, lemah, nafsu makan turun

PEMERIKSAAN KLINIS

Bentuk dada asimetris

Pergerakan ada yang tertinggal

Stemfremitus meningkat/melemah

Perkusi redup Suara napas

vesikuler normal/melemah,

Bentuk dada barrel chest

Retraksi ICS Pelebaran ICS Stemfremitus

melemah Perkusi

hipersonor Suara napas

vesikuler normal/melemah,

Retraksi ICS Pergerakan dada

ada yang tertinggal Perkusi pekak Stemfremitus

melemah Suara vesikuler

normal/melemah, ronchi basah

18

Page 19: TBC kasus putus obat

ronchi basah halus/sedang/kasar

Wheezing (+), Ronchi (+),

PEMERIKSAAN BTA

(+) / (-) (-) (-)

FOTO THORAX

Gambaran berawan/ infiltrat terutama pada apex paru

Gambaran cavitas Gamabaran milier

seperti biji beras.

Gambaran hiperlusen

Sela iga melebar

Gambaran infiltrat/ konsolidasi pada satu lobus/ lebih

ANALISA PENGOBATAN TB PARU

Pengobatan

1. Isoniasid ( H )

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi

kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif

terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang

berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kk BB,sedangkan untuk

pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.

Memiliki efek samping hepatotoksik.

2. Rifampisin ( R )

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi –dormant ( persister )

yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama

untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. Efek samping

anoreksia, mual, nyeri perut, hepatotoksik, anemia hemolitik, urin berwarna

merah.

3. Pirasinamid ( Z )

19

Page 20: TBC kasus putus obat

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel

dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg BB ,sedangkan

untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg

BB. Efek samping nyeri sendi, hepatotoksik, anoreksia, nausea, gastritis.

4. Streptomisin ( S )

Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB

sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang

sama penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75gr/hari sedangkan unuk

berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50gr/hari.

5. Etambulol ( E)

Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg

BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis

30 mg/kg/BB. Efek samping hepatotoksik, penurunan visus.

Prinsip Pengobatan

1. Tahap Intensif

Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan

diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT

terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara

tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalamkurun waktu 2

minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif

( konversi ) pada akhir pengobatan intensif.

2. Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit ,

namum dalam jangka waktu yang lebih lama

Kombinasi / Paduan OAT di Indonesia

20

Page 21: TBC kasus putus obat

WHO dan IUATLD ( Internatioal Union Against Tuberculosis and

lung Disease ) me-rekomendasikan paduan OAT Standar, yaitu :

Kategori 1 :

- 2HRZE / 4 H3R3

- 2HRZE / 4 HR

- 2HrZE / 6 HE

Kategori 2:

- 2HRZES / HRZE /5H3R3E3

- 2HRZES / HRZE / 5HRE

Kategori 3:

- 2HRZ / 4H3R3

- 2 HRZ / 4 HR

- 2HRZ / 6 HE

Program Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia tahun 2007

menggunakan paduan OAT

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Disamping ketiga kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan tujuan

untuk memudahkam pemberian obat dan menjamin kelangsungan

(kontinuitas) pengobatan sampai selesai satu (1) paket untuk satu (1)

penderita dalam satu (1) masa pengobatan.

1. Katagori 1

Tahap intensif terdiri dari Isoniasid ( H), Rifampisin ( R ),

Pirasinamid ( Z) dan Etambutol ( E ) Obat-obat tersebut diberikan

setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZE ). Klemudian diteruskan dengan

tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid ( H) dan Rifampisin ( R )

diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan ( 4 H 3R3 ).

Obat ini diberikan untuk :

21

Page 22: TBC kasus putus obat

- Penderita baru TBC Paru BTA Positif

- Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang “ sakit

berat “ dan

- Penderita TBC Ekstra Paru berat.

Tabel 2. Dosis untuk paduan OAT KDT kategori 1

Tabel 3. Paduan OAT kategori 1

2. Katagori 2

Tahap intensif diberikan selama 6 bulan yang terdiri dari 2 bulan

dengan Isoniasid (H) , Rifampisin (R), Pirasinamid (Z),dan Etambutol

(E) setiap hari . Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 4

bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu

diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah pemderita

selesai menelan obat.

Obat ini diberikan untuk :

- Penderita kambuh ( relaps )

- Penderita Gagal ( failure )

- Penderita dengan Pengobatan setelah lalai ( after default )

Tabel .4 Dosis untuk paduan OAT KDT kategori 2

22

Page 23: TBC kasus putus obat

Tabel.5 Paduan OAT kategori 2

Catatan:

• Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal

untuk streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat

badan.

• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan

khusus.

• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan

menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi

4ml. (1ml = 250mg).

3. OAT Sisipan (HRZE)

23

Page 24: TBC kasus putus obat

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA

positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang

dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif

diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hari selama 1 bulan.

Tabel.6 Dosis KDT untuk sisipan

Tabel.7 Paduan OAT Sisipan

Pasien ini termasuk dalam kategori kasus putus obat, jadi perlu diobati

dengan OAT kategori II, dengan regimen Rifampisin, INH, Pirazinamid,

Etambutol dan Streptomisin selama 2 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan 4

bulan Rifampisin, INH dan Etambutol.

DAFTAR PUSTAKA

24

Page 25: TBC kasus putus obat

1. Daniel, T.M. 1999. Tuberkulosis. Dalam : Asdie, A.H., (editor edisi bahasa indonesia). Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. edisi 13 (hal 799-808). EGC, Jakarta-Indonesia.

2. Price, A. S., Wilson, M. L. 1990. Patofisiologi: . EGC, Jakarta, Indonesia.3. Anonim. 2009. Situasi Epidemiologi TB Indonesia.

(http://www.tbcindonesia.or.id. Diakses 6 April 2012.)4. Amin, Z., A. Bahar. 2007. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, A.W, dkk

(editor). Ilmu Penyakit Dalam (hal. 988-993). Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta, Indonesia.

5. Depkes RI. 2007. Pedoman Umum Promosi Penanggulangan Tuberculosis, Jakarta , 2007

6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis Pedoman Diagnostik dan Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta, hal. 1

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB), Jakarta.

8. Depkes RI. 2001. Pedoman Umum Promosi Penanggulangan Tuberculosis, Jakarta , 2001

25