33
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TB PARU + HEMOPTOE DIRUANG PARU LAKI RSUD DR SOETOMO I. Pengertian Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru. II. Etiologi Mycobacterium tuberkulosis (Amin, M.,1999). III. Faktor Resiko Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia Tenggara. Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan status kesehatan. Bayi dan anak di bawah 5 tahun. Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker. IV. Patofisiologi Mycobacter ium TBC Masuk jalan napas Tinggal di Alveoli Tanpa infeksi Inflamasi disebar oleh limfe Fibrosis Timbul jar. Ikat sifat Elastik & tebal. Kalsifikasi - Batuk Alaveolus tidak - Spuntum purulen Exudasi kembali saat - Hemoptisis ekspirasi - BB menurun Nekrosis/perkejuan Gas tidak dapat 1

Tb Paru Hemoptoe

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep TB Paru Hemoptoe pada Ny. s

Citation preview

R.Paru Lk

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TB PARU + HEMOPTOE DIRUANG PARU LAKI RSUD DR SOETOMO

I. Pengertian

Penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru.

II. Etiologi

Mycobacterium tuberkulosis (Amin, M.,1999).

III. Faktor Resiko

Rasial/Etnik group : Penduduk asli Amerika, Eskimo, Negro, Imigran dari Asia Tenggara.

Klien dengan ketergantuangan alkhohol dan kimia lain yang menimbulkan penurunan status kesehatan.

Bayi dan anak di bawah 5 tahun.

Klien dengan penurunan imunitas : HIV positip, terapi steroid & kemoterapi kanker.

IV. Patofisiologi

Mycobacterium TBC

Masuk jalan napas

Tinggal di Alveoli

Tanpa infeksi

Inflamasi

disebar oleh limfe

Fibrosis

Timbul jar. Ikat sifat

Elastik & tebal.

Kalsifikasi

- Batuk

Alaveolus tidak

- Spuntum purulen Exudasi

kembali saat

- Hemoptisis

ekspirasi

- BB menurun

Nekrosis/perkejuan

Gas tidak dapat

Kavitasi

berdifusi dgn. Baik.

Sesak

Kuman

Infeksi primer

Sembuh total

Sembuh dgn. SarangKomplikasi

ghon

- Menyebar ke seluruh

tubuh scr. Bronkhogen,

limphogen, hematogen

Infeksi post primer Kuman dormant

Muncul bertahun kemudian

Diresorpsi kembali/sembuh Membentuk jar. keju Sarang meluas

Jika dibatukkan sembuh dgn.

membentuk kavitas. Jar. Fibrotik

.

Kavitas meluas Memadat & membungkus diriBersih & menyembuh

Membentuk sarang tuberkuloma

Gejala Klinis

1. Demam (subfebris, kadang-kadang 40 - 41 C, seperti demam influensa.

2. Batuk (kering, produktif, kadang-kadang hemoptoe (pecahnya pembuluh darah).

3. Sesak napas, jika infiltrasi sudah setengah bagian paru.

4. Nyeri dada, jika infiltrasi sudah ke pleura.

5. Malaise , anoreksia, badan kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

Pengkajian (Doegoes, 1999)

1. Aktivitas /Istirahat

Kelemahan umum dan kelelahan.

Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.

Sulit tidur dgn. Demam/kerungat malam.

Mimpi buruk.

Takikardia, takipnea/dispnea.

Kelemahan otot, nyeri dan kaku.

2. Integritas Ego :

Perasaan tak berdaya/putus asa.

Faktor stress : baru/lama.

Perasaan butuh pertolongan

Denial.

Cemas, iritable.

3. Makanan/Cairan :

Kehilangan napsu makan.

Ketidaksanggupan mencerna.

Kehilangan BB.

Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot, lemak subkutan tipis.

4. Nyaman/nyeri :

Nyeri dada saat batuk.

Memegang area yang sakit.

Perilaku distraksi.

5. Pernapasan :

Batuk (produktif/non produktif)

Napas pendek.

Riwayat tuberkulosis

Peningkatan jumlah pernapasan.

Gerakan pernapasan asimetri.

Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan).

Suara napas : Ronkhi

Spuntum : hijau/purulen, kekuningan, pink.

6. Kemanan/Keselamatan :

Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positip.

Demam pada kondisi akut.

7. Interaksi Sosial :

Perasaan terisolasi/ditolak.

Tes Diagnostik

Tes diagnostik yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Jenis PemeriksaanInterpretasi Hasil

Sputum:

-Kultur

-Ziehl-Neelsen

Tes Kulit (PPD, Mantoux, Vollmer)

Foto thorax

Histologi atau kultur jaringan (termasuk bilasan lambung, urine, cairan serebrospinal, biopsi kulit)

Biopsi jarum pada jaringan paru

Darah:

-LED

-Limfosit

-Elektrolit

-Analisa Gas Darah

Tes faal paru

Mycobacterium tuberculosis positif pada tahap aktif, penting untuk menetapkan diagnosa pasti dan melakukan uji kepekaan terhadap obat.

BTA positif

Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk menunjukkan keaktivan penyakit.

Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru, simpanan kalsium lesi sembuh primer, efusi cairan, akumulasi udara, area cavitas, area fibrosa dan penyimpangan struktur mediastinal.

Hasil positif dapat menunjukkan serangan ekstrapulmonal

Positif untuk gralunoma TB, adanya giant cell menunjukkan nekrosis.

Indikator stabilitas biologik penderita, respon terhadap pengobatan dan predeksi tingkat penyembuhan. Sering meningkat pada proses aktif.

Menggambarakan status imunitas penderita (normal atau supresi)

Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi cairan pada TB paru kronis luas.

Hasil bervariasi tergantung lokasi dan beratnya kerusakan paru

Penurunana kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, penurunan saturasi oksigen sebagai akibat dari infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyaki pleural

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi) b/d penurunan imunitas, penurunan kerja silia, stasis sekret, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

2. Pola pernapasan tak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara, nyeri dada, proses inflamasi.)

3. Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

4. (Risiko tinggi) Gangguan pertukaran gas b/d penurunan jaringan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, edema bronkial.

5. Risiko tinggi trauma/henti napas b/d pemasangan sistem drainase dada, kurang pengetahuan tentang pengamanan drainase.

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, peningkatan status metabolisme (penyakit kronis), kelemahan, dispnea, asupan yang tidak adekuat.

7. Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh dan perawatan penyakit) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1 Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi) b/d penurunan imunitas, penurunan kerja silia, stasis sekret, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.

Intervensi dan Rasional:

1. Kaji fase patologis penyakit (aktif/tidak aktif) dan potensi penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa.

- Membantu klien menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah reaktivasi dan komplikasi.

2. Jelaskan penyebab penyakit, proses dan upaya pencegahan penularan yang dapat dilakukan klien (Anjurkan klien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan sekret pada tisu sekali pakai dan menghindari meludah).

- Pemahaman klien tentang bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran kemungkinan transmisi dapat membantu klien dan orang terdekat mengambil langkah untuk mencegah penularan kepada orang lain.

3. Identifikasi orang lain yang berisiko (anggota keluarga, teman karib)

- Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.

4. Identifikasi faktor risiko individu terhadap reaktivasi tuberkulosis (alkoholisme, merokok, malnutrisi, minum obat imunosupresant/kortikosteroid, adanya penyulit DM)

-Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah pola hidup dan menghindari hal-hal yang dapat menghambat penyembuhan penyakit.

5. Awasi peningkatan suhu tubuh klien

-Reaksi demam merupakan indikator adanya infeksi lanjut.

6. Tekankan pentingnya melanjutkan terapi obat sesuai jangka waktu yang diprogramkan.

-Fase aktif berakhir 2-3 hari setelah periode kemoterapi awal tetapi pada caverne atau lesi yang luas risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

7. Tekankan pentingnya mengikuti pemeriksaan ulangan (kultur, BTA, foto thoraks) sesuai jadual yang ditetapkan.

-Pemeriksaan diagnostik tersebut merupakan satu-satunya alat evaluasi keberhasilan terapi, bukan berdasarkan kemajuan klinis penyakit.

2 Pola pernapasan tak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara dalam rongga pleura, nyeri dada, proses inflamasi)

Intervensi dan Rasional:

1. Identifikasi etiologi/faktor pencetus (kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi mekanik)

- Pemahaman penyebab kolaps paru penting untuk pemasangan WSD yang tepat dan memilih tindakan terapeutik lainnya.

2. Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dispnea, sianosis dan perubahan tanda vital

- Distres pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok akibat hipoksia.

3. Auskultasi bunyi napas.

- Bunyi napas dapat menurun/tak ada pada area kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru atau seluruh area paru (unilateral).

4. Kaji pengembangan dada dan posisi trakea.

- Ekspansi paru menurun pada area kolaps. Deviasi trakea ke arah sisi yang sehat pada tension pneumothorax.

5. Kaji fremitus.

- Suara dan taktil fremitus menurun pada jaringan yang terisi cairan dan udara seperti pada pneumothorax.

6. Kaji area nyeri bila klien batuk atau napas dalam.

- Sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif dan mengurangi trauma.

7. Pertahankan posisi nyaman (biasanya dengan meninggikan kepala tempat tidur). Balik ke sisi yang sakit dan dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

- Meningkatkan inspirasi minimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang sehat.

8. Bila dipasang WSD:

8.1 Periksa pengontrol penghisap, jumlah hisapan yang benar.

- Mempertahankan tekanan negatif intrapleural yang meningkatkan ekspansi paru optimum.

8.2 Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.

- Air dalam botol penampung berfungsi sebagai sekat yang mencegah udara atmosfir masuk kedalam pleura.

8.3 Observasi gelembung udara dalam botol penampung

- Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan keluarnya udara dari pleura sesuai dengan yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun seioring dengan bertambahnya ekspansi paru. Tidak adanya gelembung udara dapat menunjukkan bahwa ekspansi paru sudah optimal atau tersumbatnya selang drainase.

9. Setelah WSD dilepas, tutup sisi lubang masuk dengan kasa steril, observasi tanda yang dapat menunjukkan berulangnya pneumothorax seperti napas pendek, keluhan nyeri.

- Deteksi dini terjadinya komplikasi penting seperti berulangnya pneumothorax.

3 Bersihan jalan napas tak efektif b/d sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

Intervensi dan Rasional:

1. Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot asesori)

- Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi sekret dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori dan peningkatan kerja pernapasan..

2. Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume sputum dan adanya hemoptisis.

- Pengeluaran sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat). Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronkial dan memerlukan intervensi lebih lanjut.

3. Berikan posisi semi/fowler tinggi dan bantu pasien latihan napas dalam dan batuk yang efektif.

- Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya bernapas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.

4. Pertahankan asupan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan.

- Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan napas.

5. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, bila perlu lakukan penghisapan (suction)

- Mencegah obstruksi dan aspirasi. Penghisapan diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.

6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti agen mukolitik, bronkodilator dan kortikosteroid.

Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan.

Bronkodilator meningkatkan diameter lumen percabangan trakeobronkial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.

Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan.

4 (Risiko tinggi) Gangguan pertukaran gas b/d penurunan jaringan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, edema bronkial.

Intervensi dan Rasional:

1. Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, ekspansi thorax dan kelemahan.

- TB paru mengakibatkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkopenumonia sampai inflamasi difus yang luas, nekrosis, efusi pleura dan fibrosis yang luas. Efeknya terhadap pernapasan bervariasi dari gejala ringan , dispnea berat dampai distres pernapasan.

2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.

- Akumulasi sekret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat dapat menggangu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh.

3. Tunjukkan dan dorong pernapasan bibir selama ekspirasi khususnya untuk pasien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim paru.

- Membuat tahanan melawan udara luar untuk mencegah kolaps/penyempitan jalan napas sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan mengurangi napas pendek

4. Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan pasien.

- Menurunkan konsumsi oksigen selama periode penurunan pernapsan dan dapat menurunkan beratnya gejala.

5. Kolaborasi pemeriksaan AGD

- Penurunan kadar O2 (PaO2) dan atau saturasi, peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi/perubahan program terapi.

6. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan.

Terapi oksigen dapat mengoreksi hipoksemia yang terjadi akibat penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.

5 Risiko tinggi trauma/henti napas b/d pemasangan sistem drainase dada, kurang pengetahuan tentang pengamanan drainase.

Intervensi dan Rasional:

1 Diskusikan dengan klien tujuan/fungsi pemasangan drainase dada.

- Informasi tentang bagaimana sistem kerja dan tujuan drainase memberi rasa tenang kepada klien dan mengurangi ansietas.

2 Pastikan keamanan unit drainase (sambungan selang, kemungkinan terlepas, terlipat/tersumbat, teregang)

- Memastikan selang tidak terlepas atau teregang yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada klien serta memastikan funsi drainase berjalan semestinya.

3 Awasi sisi lubang insersi pemasangan selang, amati kondisi kulit, ganti kasa pentup steril setiap hari atau setiap kali bila kotor atau basah.

- Tindakan deteksi dini komplikasi pemasangan drainase dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

4 .Pastikan keamanan pemasangan drainase bila klien harus meninggalkan unit perawatan untuk tujuan pemeriksaan atau terapi (periksa batas cairan dalam botol, ada tidaknya gelembung udara, perlu tidaknya selang diklem sementara).

- Meningkatkan kontinuitas evaluasi optimal selama pemindahan.

6 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, peningkatan status metabolisme (penyakit kronis), kelemahan, dispnea, asupan yang tidak adekuat.

Intervensi dan Rasional:

1.Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.

- Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.

2. Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi)

- Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan nutrisi.

3.Pantau asupan dan haluaran, timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu).

- Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

4.Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan peroral.

- Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau obat untuk mengobatan sistem respirasi yang dapat merangsang pusat muntah.

5.Fasilitasi pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering.

- Memaksimalkan asupan nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna.

6.Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.

- Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehuvungan dengan status hipermetabolik klien.

7.Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein serum dan albumin.

- Menilai kemajuan terapi diet dan membantu perencanaan intervensi selanjutnya.

7 Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan kambuh dan perawatan penyakit) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

Intervensi dan Rasional:

1.Kaji kemampuan klien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan umum, pengetahuan klien sebelumnya, suasana yang tepat).

- Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik, emosional dan lingkugan yang kondusif.

2.Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan mengapa pengobatan TB berlangsung dalam waktu lama.

- Meningkatkan partisipasi klien dalam program pengobtan dan mencegah putus berobat karena membaiknya kondisi fisik klien sebelum jadual terapi selesai.

3.Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk mengidentifikasi gejala/tanda reaktivasi penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitan bernapas, kehilangan pendengaran, vertigo).

- Dapat menunjukkan pengaktifan ulang proses penyakit dan efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.

4.Tekankan pentingnya mempertahankan asupan nutrisi yang mengandung protein dan kalori yang tinggi serta asupan cairan yang cukup setiap hari.

- Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan tentang hal tersebut meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan penyakitnya.

Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.

3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, penurunan geraan silia, stasis dari sekresi.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan infornmasi kurang / tidak akurat.

A. INTERVENSI

Diagnosa Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.

Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.

Kriteria hasil :

Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.

Mendemontrasikan batuk efektif.

Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Rencana Tindakan :

1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.

R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.

3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

4. Lakukan pernapasan diafragma.

R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.

5. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.

Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.

R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.

6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.

8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Pemberian expectoran.

Pemberian antibiotika.

Konsul photo toraks.

R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Diagnosa Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.

Tujuan : Pertukaran gas efektif.

Kriteria hasil :

Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.

Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.

Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Rencana tindakan :

1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.

R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Pemberian antibiotika.

Pemeriksaan sputum dan kultur sputum.

Konsul photo toraks.

R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Diagnosa Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia

Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat

Kriteria hasil :

Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori

Menu makanan yang disajikan habis

Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema

Rencana tindakan

1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.

R/ Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik.

2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.

R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.

3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).

R/ Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.

4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.

R/ cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan masukan.

5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.

R/ Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat.

6. Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut

a. Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).

b. Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).

c. Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).

d. Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar).

R/ Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan jarinagn hepar.

7. Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup.

R/ Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi parenteral,total, atau makanan per sonde.

Daftar Pustaka

Amin, M., (1999). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :Airlangga Univerciti Press

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC.

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta

(2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC

Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab. Ilmu Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.

Tucker et al, Standar Perawatan Klien,Edisi V Volume 2 EGC. Jakarta

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TB PARU + HEMOPTOE DIRUANG PARU LAKI RSUDNama : Suko Asri

N I M : 010030198 B

Ruangan: Paru Laki-Laki

No. Reg.: 10113703

Pengkajian: Tanggal 17-02-2002

Jam

: 11.00 WIB

-------------------------------------------------------------------------------------------

I. IDENTITAS

Nama

: Tn. J. A.

Tgl. MRS : 27 - 01 - 20003

Umur

: 56 tahun

Diagnosa : TB paru + Hemaptoe

Jenis kelamin: Laki-Laki

Suku/bangsa: Timor/Indonesia

Agama

: Kristen

Pekerjaan: Swasta/Karyawan percetakan

Pendidikan: SMP

Alamat

: Bendil Sari Madya Surabaya

Alasan Dirawat : Batuk darah selama 3 minggu

Keluhan Utama: Klien mengatakan Batuk batuk disertai darah dan badan lemah

Upaya yang telah dilakukan: Telah diberikan bantuan oksigen 2l/menit .

Terapi/operasi yang pernah dilakukan: Minum obat OAT teratur

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Klien mempunyai TB paru sejak 1 tahun yang lalu, minum obat OAT secara teratur.

Riwayat Penyakit Sekarang

Batuk darah sudah 3 minggu sebelum MRS, tanggal 27 01 2003, setelah 2 jam MRS batuk darah + 200 cc encer

Riwayat Kesehatan Keluarga

Istri sekarang adalah istri pertama, tidak mempunyai penyakit yang berbahaya, menular atau menurun. Kedua anaknya juga tidak mempnyai penyakit yang berat, hanya batuk pilek dibelikan obat sembuh. Tetapi mengalami kontak dengan mertua yang mempunyai riwayat batuk lama.Genogram

Klien

Keadaan Kesehatan Lingkungan

Klien bertempat tinggal di rumah sewaan di Surabaya, yang penduduknya padat, dan udara panas, pada daerah tempat tinggalnya antar rumah sangat rapat, udara bersih.

Alat Bantu yang Dipakai

Klien tidak memakai alat bantu, baik gigi, kaca mata maupun pendengaran.

III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Klien dalam keadaan lemah, kelin tidur dalam posisi head down /trendenlenbeg.

Tanda-Tanda Vital

Suhu 36,8 celcius, pada axilla, nadi 92 x/menit, tidak teratur, Tensi : 110/70 mmHg. Lengan kanan, RR = 24 x/menit, dengan memakai pernapasan perut dan bantuan otot pernapasan sternokleidomastoid.

Body System

Pernapasan (B1)

Trachea tidak ada kelainan

Terdapat retraksi dada, batuk darah sedikit-sedikit, napas dangkal.

Suara tambahan terdengar bunyi ronchi.

Bentuk dada simestris.

CardioVaskuler (B2)

Dada terasa neyri bila untuk membatukan dahak., palpitasi tidak ada, clubbing fingger tidak ada.

Suara jantung : S1 S2 tunggal.

Edema : tidak ada.

Persyarafan (B3)

Kesadaran Compomentis, GCS : 4 - 5 - 6

wajah : pucat

Mata : sklera putih, Conjungtiva :pucat, pupil : isokor.

Leher : tak ada kelaianan.

Reflek batuk ada, tapi tidak keras.

Persepsi sensoris :

Pendengaran: normal /dbn.

Penciuman: normal /dbn.

Pengecapan: normal /dbn.

Penglihatan: normal /dbn.

Perabaan

: normal /dbn.

Perkemihan

Produksi urine : 1500 ml. Tak tentu.

Warna : kuning kecoklatan, Bau : Khas.

Tidak ada masalah

Pencernaan - Eliminasi Alvi

Mulut dan tenggorokan : mulut keadaan bersih mokosa basah.

Abdomen : tak ada kelainan.

Rektum tak ada kelainan, BAB 1 x/3 hari,

Diet TKTP, Bubur, tiap makan dihabiskan.

Tulang - Otot - Integumen

Kemampuan pergerakan bebas, perese tidak ada.

Extrimitas atas dan bawah tidak ada kelainan

Tulang belakang tidak ada kelainan.

Kulit : kuning kecoklatan

Akral dingin basah.

Turgor cukup.

Sistem Endokrine

Tidak ada kelainan

Sosial / Interaksi

Hubungan dengan klien : kenal

Dukungan keluarga : aktif

Dukungan kelompok/teman/masyarakat : kurang.

Reaksi saat interaksi : kooperatif

Spiritual

Konsep tentang penguasa kehidupan Tuhan

Sumber kekuatan/harapan di saat sakit : Tuhan.

Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Berdoa.

Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang diharapkan saat ini lewat berdoa.

Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi sakit saat ini : Ya.

Keyakinan/kepercayaa bahwa penyakit dapat disembuhkan : ya

Persepsi terhadap penyebab penyakit : cobaan/peringatan.

Pemeriksaan Penunjang

Photo thoraks terakhir :

Cor besar dan bentuk tampak tertarik ke atas

Pulmo tampak fibro infiltrat di supra hilar kanan/kiri

Kavitas di supra hilar kiri tampak fibro infiltrat di pase hilar kanan, kedua sinus precaostatiles tajam. ICS hemitoraks ke atas menyempit. Kedua hilus tertarik ke atas

Kesimpulan : KP dengan Schwarte kanan

Laboratorium tanggal 05 - 02 - 2003

Hb. 9,8 (13,4 - 18,9)

Leukosit : 12.150 (4.000 - 11.000/cmm)

LED 42 87 mm/jam

Terapi

Injeksi Transamin 3 x 1 amp.

Injeksi Vitamin K 3 x 1 amp.

Injeksi Kanamicin 3 x 1 gram

Refampisin 1 x 450 mg.

Pyrazinamide 1 x 1500 mg.

Aflax 1 x 500 mg.

Romilan 3 x 1 tab.

Tanda Tangan Mahasiswa

Suko Asri

NIM.: 010030198 B

ANALISA DATA

NODATAKEMUNGKINAN PENYEBABMASALAH

S: Klien mengatakan masih batuk darah sedikit-sedikit.

O : Klien tampak lemah

: Nadi 92 x/menit

: Keluar keringat dingin basah

: Klien sering bertanya masalah klien ke perawat

Kurang akurat informasi yang diterima

Pendidikan klien

Stress

Fisiologi Emosional Kognitip

- nadi cepat - diam - sering

- Diaphoresis - takut bertanya

AnsietasAnsietas

S: Klien mengatakan batuk darah.

O : Klien tampak napasnya cepat memakai pernapasan perut (RR = 24 x/menit dangkal).

: Tampak ada bantuan otot pernapasan sternokleidomastoid.

Ronchi +, Sputum kental tebal dan sulit dikeluarkan

: Posisi klien tredenlenbeg (head down).

Foto Thorax tampak fibro infiltrat di supra hilar kanan kiri.

Civitas di supra hilarInfeksi TB Paru

(penurunan permukaan efektif paru

(Paru Atelektasis

(Kerusakan Membran Alviolar sampai KapilerResiko Gangguan pertukaran gas

S : Klien mengatakan lemah, nafsu makan menurun, mual kadang muntah

O : KU lemah, Conjungtiva pucat, akral pucat, Tonus otot lemah

BB 40 kg. TB 160 cm

Hb : 9,8gr%Sering batuK Dispnea

(kebutuhan kalori meningkat

(Anorexia

(Kebutuhan tak terpenuhiPerubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

RENCANA TINDAKAN PERAWATAN

Tanggal 17 Pebruari 2003

1. Anxietas berhubungan dengan ancaman biologis (takut mati) ditandai dengan batuk darah, Nadi 92 x/menit, Keluar keringat, Klien sering bertanya masalah klien ke perawat

Tujuan : Pasien memperlihatkan penurunan anxietas

Kriteria Hasil :

Pasien mengatakan anxietas berkurang

Memperagakan bahwa pengobatan telahah dimengerti

Mengurangi penggunaan obat-obatan penurun rasa nyeri

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat anxietas (ringan, sedang atau berat).

2. Berikan dukungan emosional

3. Baringkan pada posisi yang dapat meningkatkan rasa nyaman.

4. Rencanakan waktu istirahat.

5. Berikan dorongan klien untuk mengungkapkan rasa ketakutan dan pikiran-pikirannya

2. Resiko Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoli-kapiler, penurunan permukaan afektif paru. Ditandai dengan : Klien mengatakan batuk darah. Klien tampak napasnya cepat memakai pernapasan perut (RR = 24 x/menit dangkal). Tampak ada bantuan otot pernapasan sternokleidomastoid. Ronchi +, Sputum kental tebal dan sulit dikeluarkan. Posisi klien tredenlenbeg (head down). Foto Thorax tampak fibro infiltrat di supra hilar kanan kiri. Civitas di supra hilar

Tujuan : Pertukaran gas efektif (1 hari).

Kriteria hasil :

Klien mengetahui penyebab dari batuk dardarah

Klien tidak sesak napas lagi (Respirasi = normal)

Tidak memakai oksigen tambahan.

Rencana tindakan :

1. Berikan posisi yang nyaman, sesuai yang diindikasikan oleh dokter.

R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.

R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

4. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Pemberian antibiotika.

R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

3. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan sering batuk dengan produktif sputum dispnea, anorexia ditandai dengan: Klien mengatakan lemah, nafsu makan menurun, mual kadang muntah KU lemah, Conjungtiva pucat, akral pucat, Tonus otot lemah BB 40 kg. TB 160 cm, Hb : 9,8gr%

Tujuan : Pasien akan pempertahankan status nutrisi yang adekuat

Kriteria Hasil :

Berat badan tetap stabil dan dalam batasan yang normal bagi tinggi, usia dan bentuk tubuhnya.

Rencana Tindakan :

1. Kaji status nutrisi pada dasar reguler, konsulkan dengan ahli gizi

2. Pantau presentasi makanan yang dimakan

3. Pertahankan diet tinggi protein, tinggi karbohidrat dengan makan sedikit tapi sering.

4. Kaji penyebab tambahan mal nutrisi (depresi).

5. Pantau albumin dan limposit.

6. Baringkan dalam posisi fowler tinggi saat makan untuk mengurangi despnea.

7. Berikan dorongan pada orang terdekat untuk membawakan klien makanan kesukaannya.

TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal 17 Pebruari 2003

1. Anxietas berhubungan dengan ancaman biologis (takut mati) ditandai dengan batuk darah, Nadi 92 x/menit, Keluar keringat, Klien sering bertanya masalah klien ke perawat

1. Mengkaji tingkat anxietas (ringan, sedang atau berat).

2. Memberikan dukungan emosional

3. Membaringkan pada posisi yang dapat meningkatkan rasa nyaman.

4. Merencanakan waktu istirahat.

5. Memberikan dorongan klien untuk mengungkapkan rasa ketakutan dan pikiran-pikirannya

2. Diagnosa Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.

1. Memberikan posisi yang nyaman, sesuai yang diindikasikan oleh dokter.

2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.

3. Memberikan Oksigen sesuai advis dokter 2 l/menit

4. Menjelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan dan jelaskan tentang etiologi /faktor pencetus adanya sesak..

5. Menganjurkanklien untuk berperilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

3. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan sering batuk dengan produktif sputum dispnea, anorexia ditandai dengan: Klien mengatakan lemah, nafsu makan menurun, mual kadang muntah KU lemah, Conjungtiva pucat, akral pucat, Tonus otot lemah BB 40 kg. TB 160 cm, Hb : 9,8gr%

1. Mengaji status nutrisi pada dasar reguler, konsulkan dengan ahli gizi

2. Memantau presentasi makanan yang dimakan

3. Mempertahankan diet tinggi protein, tinggi karbohidrat dengan makan sedikit tapi sering.

4. Mengkaji penyebab tambahan mal nutrisi (depresi).

5. Memantau albumin dan limposit.

6. Baringkan dalam posisi fowler tinggi saat makan untuk mengurangi despnea.

7. Berikan dorongan pada orang terdekat untuk membawakan klien makanan kesukaannya.

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 18 Pebruari 2003

1. Anxietas berhubungan dengan ancaman biologis (takut mati),

S : Klien mengatakan batuk masih sedikit darah.

O : Nadi 88 x/menit, Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang masalah klien ke perawat, pasien tidak murung. Klien tampak bisa tersenyum.

A : Masalah teratasi

P : Dihentikan.

2. Diagnosa Resiko Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar - kapiler.

S : Klien mengatakan batuk darahnya sudah tidak lagi.

O: Keadaan klien masih agak lemah.

: Posisi tredelenbeg.

: Klien masih tampak batuk, tapi tidak keras dan tak ada darahnya.

: Tidak ada cianosis, respirasi 18 x/menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Dilanjutkan No. 1, 2, 5.

3. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan sering batuk dengan produktif sputum dispnea, anorexia

S : Klien mengatakan lemah

O: nafsu makan mulai membaik.

: mual mulai berkurang, muntah tidak ada.

: Porsi yang disajikan habis.

: Ada makanan tambahan ekstra dari keluarga

A : Masalah teratasi sebagian

P : Dilanjutkan No. 1, 2, 3, 6.

Tanggal 19 Pebruari 2003

1. Diagnosa Resiko Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar - kapiler.

S : Klien mengatakan batuk darahnya sudah tidak lagi.

O: Keadaan klien masih agak lemah.

: Posisi tredelenbeg.

: Klien masih tampak batuk, tapi tidak keras dan tak ada darahnya.

: Tidak ada cianosis, respirasi 18 x/menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Dilanjutkan No. 1, 2, 5.

2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan sering batuk dengan produktif sputum dispnea, anorexia

S : Klien mengatakan lemah

O: nafsu makan mulai membaik.

: mual mulai berkurang, muntah tidak ada.

: Porsi yang disajikan habis.

: Ada makanan tambahan ekstra dari keluarga

A : Masalah teratasi sebagian

P : Dilanjutkan No. 1, 2, 3, 6.

Tanggal 20 Pebruari 2003

1. Diagnosa Resiko Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar - kapiler.

S : Klien mengatakan batuk darahnya sudah tidak lagi.

O: Keadaan klien masih agak lemah.

: Posisi tredelenbeg.

: Klien masih tampak batuk, tapi tidak keras dan tak ada darahnya.

: Tidak ada cianosis, respirasi 18 x/menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Dilanjutkan No. 1, 2, 5.

2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan sering batuk dengan produktif sputum dispnea, anorexia

S : Klien mengatakan lemah

O: nafsu makan mulai membaik.

: mual mulai berkurang, muntah tidak ada.

: Porsi yang disajikan habis.

: Ada makanan tambahan ekstra dari keluarga

A : Masalah teratasi sebagian

P : Dilanjutkan No. 1, 2, 3, 6.

PAGE 22