Upload
susi
View
48
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
have fun
EFEKTIVITAS EKSTRAK BAWANG DAYAK
(Eleutherine palmifolia) DALAM MENGHAMBAT
PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Disusun Oleh:
TAZKIYATUL FIRDAUS
NIM: 1111103000007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifulia) daramMenghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran danIlmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Tazkivatul FirdausNIM: 1111103000007
Pembimbing I Pembim
$ffiedr. Erike Anggraini Suwarsono. M.Pd
NIP. 19810926 20tt0t 2 007dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh. Ph.D
NrP. 19770102 200501 2007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAI\ DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAI\I
UNIVERSITAS ISLAM NEGERJSYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 Ht 2014 M
111
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian EFEKTMTAS EKSTRAK BAWANG DAYAK(ELEUTHERINE PALMIFOLIA) DALAM MENGHAMBATPERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus yang diajukan olehTazkiyatul Firdaus (NIM: 1111103000007), telah diujikan dalam sidang diFakultas I(edokteran dan Ilmu Kesehatan pada 9 Septernber 2014. Laporanpenelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaKedokteran (S.Ked) pada program Studi Pendidikan Dokter.
Ciputat, 9 September 2014
DEWAN PENGUJI
dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD
NrP. 19810926 20tr01 2 007Penguji I
YuliatlNIP. 196
dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh. Ph.DNrP. 19770102 200s01 2 007
Penguji II
dgrsrgdr. Altya Siddiqa. Sp.FK
NrP. 1 9750803 200912 2 005
PIMPINAN FAKULTAS
dr. Wtui Ardini. M.Gizi. SpGK
lv
Pembimbing I
S.Si. M.Biomedt0915 2008012 022
Kaprodi PSPD
c) dr. MK. Tadjudin, Sp.AndProf. Dr.NrP. 19711023 201101 2 003
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji dan syukur atas kehadirat Ilahi Robbi yang telah melimpahkan
kekuatan, hidayah, dan petunjuk pada jalan kemudahan untuk menyelesaikan
laporan penelitian ini yang berjudul Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus. Oleh karena itu, penulis haturkan ribuan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter, serta seluruh dosen atas bimbingan yang diberikan selama penulis
menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
3. dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd dan dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh,
PhD selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan
mengarahkan dalam proses penyelesaian laporan penelitian ini.
4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab riset Program Studi
Pendidikan Dokter 2011, yang tidak pernah bosan untuk selalu mem-
follow-up perkembangan dan kendala riset pada setiap akhir modul.
5. Keluarga tercinta: Husnul Aqib, Tutik Hidayatin, dan Nabilla Alfiani
Rizqi yang selalu memberikan doa, motivasi super, dan semangat tiada
batas hingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Sahabat terbaik: Ifan Effendi, Zidni Furaidah, Siti Nashratul Kamillah, dan
Samrotul Fuadi yang tidak pernah bosan untuk selalu mendukung,
menemani, dan memberikan semangat serta doa yang sangat membantu
selama menjalani penelitian dan proses penyelesaian laporan.
7. Teman satu tim riset: Bagus Kusuma Wardhana, Fikriah Rezeki Amanda,
Fitrian Amwaalun Nafiah, Shevrina Faradiba, dan Ardin Syahputra yang
selalu memberikan bantuan dan dukungan satu sama lain selama menjalani
penelitian bersama, sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.
vi
8. Teman seperjuangan: Nailil farohah, Elvin Ferayanti, Ifa Rizqiyatus
Salsabila, Aini Yunianingtias, Yonita Sukra yang seringkali menghibur
selama mengerjakan laporan penelitian ini.
9. Laboran dan OB khususnya mbak Novi dan Pak Bacok yang sudah banyak
membantu selama melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan
dan juga kekurangan maupun kekeliruan yang tak terhindarkan. Untuk itu, saran
dan kritik sangat diharapkan dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan laporan
ini. Demikian laporan penelitian ini dibuat, semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan hidayah dalam setiap langkah. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan dalam bidang kesehatan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, 31 Agustus 2014
Tazkiyatul Firdaus
vii
ABSTRAK
Tazkiyatul Firdaus. Program Studi Pendidikan Dokter. Efektivitas Ekstrak
Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dalam Menghambat Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus. 2014
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dipercaya sebagai tanaman obat
multifungsi untuk berbagai penyakit salah satunya yaitu sebagai antibakteri.
Bawang dayak mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin,
tannin, glikosid, dan triterpenoid yang memiliki efek antibakteri. Staphylococcus
aureus adalah bakteri penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak bawang dayak
(Eleutherine palmifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus. Bawang dayak sebanyak 3 kg diekstraksi menggunakan pelarut etanol
96% sehingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak bawang dayak dengan
konsentrasi 10mg/ml, 20mg/ml, dan 40mg/ml diuji aktivitas antibakterinya
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada Agar nutrient
menggunakan metode disc diffusion. Didapatkan hasil bahwa ekstrak bawang
dayak dengan pelarut etanol 96% dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang dayak
dengan konsentrasi 40mg/ml memiliki aktivitas antibakteri yang paling baik
dibandingkan dengan konsentrasi 10 mg/ml dan 20 mg/ml meskipun termasuk
dalam klasifikasi daya hambat lemah.
Kata Kunci: Staphylococcus aureus, Bawang Dayak
viii
ABSTRACT
Tazkiyatul Firdaus. Medical Education Study Program. Effectivity Bawang
Dayak (Eleutherine palmifolia) Extract for Inhibiting Staphylococcus aureus
Growth. 2014
Bawang dayak (Eleutherine palmifolia) has been used as a traditional plant which
has benefits for many diseases, one of them is antibacteria. Bawang dayak is
containing current group molecule of alkaloid, flavonoid, saponin, tannin,
glicoside, and triterpenoid as antibacterial agent. Staphylococcus aureus is a
microbe causes upper respiratory tract infection (URTI). This study was
conducted to determine the inhibitory effect of bawang dayak extract to
Staphylococcus aureus growth. For about 3 kg bawang dayak was extracted using
ethanol 96% and producing viscous extract. Bawang dayak extract with various
concentrations 10mg/ml, 20mg/ml, 40mg/ml was tested on nutrient jelly by using
disc diffusion method to determine antibacterial activity to Staphylococcus aureus
growth. This study showed that ethanol extract of bawang dayak has inhibitory
effect to Staphylococcus aureus growth and it can be concluded that 40mg/ml
dose of bawang dayak extract resulted the best antibacterial effect among other
concentrations although it was still classified as low inhibitory effect.
Key Words: Staphylococcus aureus, Bawang Dayak
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iii
LEMBAR PENGESAHAN...... iv
KATA PENGANTAR.. v
ABSTRAK.
ABTRACT
vii
viii
DAFTAR ISI. ix
DAFTAR TABEL. xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN.. xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang. 1
1.2 Rumusan Masalah. 1
1.3 Tujuan Penelitian.. 2
1.4 Manfaat Penelitian.... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Landasan Teori 4
2.1.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia).. 4
2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi.. 4
2.1.1.2 Kandungan Kimiawi Bawang Dayak 5
2.1.2 Bakteri Staphylococcus aureus..
2.1.2.1 Morfologi dan Klasifikasi
6
6
2.1.3 Mekanisme Kerja Antibakteri 8
2.1.4 Metode Pengujian Antibakteri.....
2.2 Kerangka Teori
9
12
2.3 Kerangka Konsep 12
2.4 Definisi Operasional 13
x
BAB 3 METODE PENELITIAN. 14
3.1 Desain Penelitian
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian....
14
14
3.3 Bahan yang Diuji 14
3.4 Sampel Bakteri 14
3.5 Sampel Penelitian ..
3.6 Indentifikasi Variabel..
14
15
3.6.1 Variabel Bebas 15
3.6.1 Variabel Terikat.. 15
3.7 Alat dan Bahan Penelitian... 15
3.7.1 Alat Penelitian. 15
3.7.2 Bahan Penelitian. 16
3.8 Cara Kerja Penelitian.. 16
3.8.1 Tahap Persiapan. 16
3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
3.8.1.2 Pembuatan Ekstrak Bawang Dayak.
3.8.1.3 Pembuatan Stok Bakteri
3.1.8.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi.
3.8.2 Tahap Pengujian..
3.8.2.1 Uji Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak...............
16
16
16
17
17
17
3.9 Alur Penelitian.
3.10 Pengolahan Data
18
19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Ekstraksi Bawang Dayak.
4.1.2 Efek Ekstrak Bawang Dayak terhadap Staphylococcus aureus
4.2 Pembahasan.
20
20
20
20
23
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan..
5.2 Saran
27
27
28
DAFTAR PUSTAKA... 29
LAMPIRAN.. 33
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.. 21
Tabel 4.2 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney. 22
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bawang Dayak.. 5
Gambar 2.2 Hasil Pewarnaan gram Staphylococcus aureus ... 7
Gambar 2.3 Koloni Staphylococcus aureus pada Nutrient Agar .... 7
Gambar 4.1 Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) ... 20
Gambar 4.2 Zona Hambat Ekstrak Bawang Dayak terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus aureus....
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat...
21
23
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Surat Hasil Determinasi Bahan..... 33
Lampiran II Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bawang Dayak. 34
Lampiran III Alat dan Bahan Penelitian... 35
Lampiran IV Foto Hasil Penelitian ..
Lampiran V Riwayat Penulis ...
36
37
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan obat tradisional pada masyarakat Indonesia saat ini semakin
berkembang. Banyak masyarakat tertarik untuk mengobati segala penyakit yang
dideritanya dengan pengobatan tradisional dari berbagai ragam tanaman obat
Indonesia.6 Salah satunya yaitu tanaman bawang dayak (Eleutherine palmifolia) yang
dipercaya sebagai tanaman obat multifungsi untuk berbagai penyakit.7 Dalam umbi
bawang dayak terkandung senyawa fitokimia antara lain: alkaloid, glikosid,
flavonoid, fenolik, streroid, dan tannin7 yang mana senyawa-senyawa tersebut diduga
memiliki efek antimikroba.8
Khasiat bawang dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai antibakteri telah
dibuktikan oleh Mierza (2011), bahwa ekstrak bawang dayak dengan pelarut etanol
menggunakan metode disc diffusion pada konsentrasi 10mg/ml dan 20mg/ml dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan rata-rata zona
hambat yang dihasilkan adalah 12,5 mm dan 14 mm.8
Staphylococcus aureus merupakan bakteri patogen utama pada manusia
sehingga hampir semua orang pernah mengalami infeksi bakteri ini selama hidupnya
dengan derajat keparahan yang beragam.1 Staphylococcus aureus termasuk salah satu
bakteri penyebab ISPA ke empat yaitu 3,6% setelah Streptococcus alba (10,7%),
Streptococcus alfa (10,7%), dan Candida (7,1%).2 Bila pada pasien yang terinfeksi
bakteri Staphylococcus aureus dilakukan pemeriksaan pewarnaan Gram pada apusan
tenggorok maka akan didapatkan gambaran bakteri yang berbentuk kokus Gram
positif yang berkelompok.3
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas. Penyakit ini sering terjadi pada anak.
Indonesia merupakan Negara dengan peringkat keempat yaitu 6 juta episode dengan
kasus ISPA tertinggi setelah India (43 juta), China (21 juta), dan Pakistan (10 juta).
2
Episode batuk pilek pada balita di Indonesia dalam setahun diperkirakan mencapai 2-
3 kali. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di puskesmas
(40-60%) dan rumah sakit (15-30%).4
Berdasarkan laporan tahun 2013, lima provinsi dengan angka kejadian ISPA
tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa
Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Berdasarkan usia, karakteristik
penduduk dengan ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1- 4 tahun (25,8%) dan
selanjutnya pada usia
3
1.3.2 Tujuan Khusus:
Mengetahui konsentrasi ekstrak bawang dayak (Eleutherine
palmifolia) yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk masyarakat :
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat mengenai manfaat bawang dayak
(Eleutherine palmifolia) dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
1.4.2 Untuk Institusi :
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan
tentang efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia)
dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
menambah referensi sehingga dapat digunakan para peneliti lain.
1.4.3 Untuk peneliti :
Dengan penelitian ini, dapat meningkatkan kemampuan dalam
melakukan penelitian dan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
efektivitas ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)
2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi
Bawang dayak adalah tanaman khas Kalimantan Tengah yang digunakan oleh
masyarakat suku Dayak sebagai obat. Tumbuhan ini memiliki tinggi sekitar 30-40cm.
Bentuk umbi pada bawang dayak berwarna merah berlapis menyerupai bawang
merah yang biasa dipakai sebagai bumbu masakan, berdaun tunggal seperti pita
dengan ujung dan pangkal runcing tepi rata atau tidak bergerigi berwarna hijau.
Memiliki bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang berwarna putih dengan putik
berbentuk jarum berukuran kurang lebih 4mm berwarna putih kekuningan, dan
memili akar serabut berwarna cokelat muda.7,9
Dalam ilmu taksonomi, berikut adalah
klasifikasi dari bawang dayak (Eleutherine palmifolia)10
:
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Liliales
Family : Iridaceae
Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine palmifolia (L.) Merr
Tanaman bawang dayak tumbuh dengan baik pada daerah tropis dengan
ketinggian sekitar 600-1500 meter dari permukaan air laut. Biasanya ditemukan di
pinggir jalan yang berumput, di kebun teh, kina, dan kebun karet.23
Penamaan lain
dari bawang dayak juga berbeda yaitu: Bawang kapal (Melayu), Bawang Sabrang
(Sunda), Brambang Sabrang (Jawa tengah).10
5
Gambar 2.1.Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)
Sumber :http://www.ecplaza.net/trade-leads-seller/eleutherine-palmifolia--7806106.html diunduh
pada tanggal 12/12/2013
2.1.1.2 Kandungan Kimiawi Bawang Dayak
Bawang dayak mengandung senyawa-senyawa kimia seperti: alkaloid,
glikosid, flavonoid, fenolik, steroid, dan tanin yang merupakan sumber potensial
untuk dikembangkan sebagai tanaman obat. Alkaloid memiliki fungsi sebagai
antimikroba. Selain itu, alkaloid, glikosid, dan flavonoid juga memiliki fungsi sebagai
hipoglikemik sedangkan tanin biasa digunakan sebagai obat sakit perut.7
Alkaloid yang terkandung dalam bawang dayak adalah suatu golongan
senyawa organik yang memiliki paling sedikit satu atom nitrogen. Kebanyakan
alkaloid berupa padatan kristal dengan titik lebur tertentu, tidak berwarna dan bersifat
basa. Alkaloid dapat ditemukan dari berbagai bagian tumbuh-tumbuhan seperti pada
biji, daun, ranting dan kulit batang. Hampir semua alkaloid mempunyai efek biologis
tertentu, ada yang beracun dan ada juga yang sangat berguna sebagai obat.11
Kadar air yang dimiliki bawang dayak dalam bentuk serbuk simplisia sekitar
8,98 %, kadar sari yang larut dalam air adalah 8,03%, kadar sari yang larut dalam
6
etanol adalah 9,6%. Ekstrak etanol bawang dayak juga memiliki efek antioksidan
kuat.13
2.1.2 Bakteri Staphylococcus aureus
2.1.2.1 Morfologi dan Klasifikasi
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang memiliki
bentuk kokus berdiameter antara 0,8-1,0 mikron, tidak bergerak, tidak berspora dan
berkelompok seperti buah anggur bila dilihat di bawah mikroskop.14,15
Bakteri ini
bersifat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dalam udara yang hanya mengandung
hidrogen. Pada lempeng agar, koloninya berbentuk bulat dengan diameter 1-2 mm,
cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak.15
Koloni yang dibentuk
berwarna abu-abu hingga kuning tua kecoklatan namun koloni bakteri yang masih
sangat muda tidak berwarna. Batas suhu untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus
adalah 150C dan 40
0C dan paling cepat berkembang pada suhu 37
0 C.
1,15 Diantara
semua bakteri yang tidak membentuk spora, Staphylococcus aureus termasuk jenis
kuman yang paling kuat. Bakteri ini dapat tetap hidup selama berbulan-bulan dalam
media agar miring yang disimpan di lemari es maupun pada suhu kamar dan dapat
bertahan dalam zat kimia yaitu alkohol 50-70% selama 1 jam.15
Sistematika
Staphylococus aureus adalah sebagai berikut:1
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococcaceae
Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus aureus
7
Gambar 2.2. Hasil Pewarnaan Gram Staphylococcus aureus
Sumber : http://www.microbeworld.org diunduh pada tanggal 12/12/2013
Gambar 2.3. Koloni Staphylococcus aureus pada Nutrient Agar
Staphylococcus aureus bersifat invasif, penyebab hemolisis, membentuk
koagulase, mencairkan gelatin, membentuk pigmen kuning emas dan meragi manitol.
Bakteri ini merupakan bakteri patogen utama pada manusia yang menghasilkan 3
metabolit bersifat nontoksin, eksotoksin, dan enterotoksin. Metabolit nontoksin yang
dimiliki antara lain: antigen permukaan dan koagulase yang berfungsi mencegah
fagositosis, dan hialuronidase yang berfungsi mempermudah penyebaran bakteri.1,15
Sehingga bakteri ini dapat masuk ke saluran limfatik dan pembuluh darah yang
akhirnya menimbulkan komplikasi bakteremia yang membahayakan. Tempat
predileksi Staphylococcus aureus pada tubuh manusia yaitu 70-90% pada nares
anterior, 5-20% pada perineum, 10% di vagina pada perempuan yang dalam masa
8
menstruasi.16
Bahan untuk mengidentifikasi bakteri ini dapat diperoleh dengan cara
swabbing, atau langsung dari darah, pus, sputum atau likuor serebrospinal.15
Infeksi Staphylococcus aureus disebabkan karena faktor virulensi bakteri dan
juga daya tahan tubuh yang menurun. Dari faktor mikroba, bakteri Staphylococcus
aureus memiliki dinding yang tersusun dari peptidoglikan yang besar sehingga
mampu bertahan pada lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain
itu, bakteri Staphylooccus aureus juga menghasilkan banyak toksin ekstraseluler yang
berespon terhadap rangsangan lingkungan fisikokimiawi.16
Selain dapat menyebabkan
infeksi pada kulit, bakteri Staphylococcus aureus juga termasuk penyebab ISPA ke
empat yaitu 3,6% setelah Streptococcus alba (10,7%), Streptococcus alfa (10,7%),
dan Candida (7,1%).2
2.1.3 Mekanisme Kerja Antibakteri
Antibakteri adalah suatu senyawa yang dapat membunuh atau menekan
pertumbuhan bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan
mekanisme kerjanya, antibakteri dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:
1. Menghambat metabolisme sel bakteri
Mikroba membutuhkan asam folat untuk bisa bertahan hidup. Asam folat
yang dibutuhkan mikroba didapatkan dari hasil sintesis asam amino benzoat
(PABA). Sulfonamida adalah contoh obat yang bekerja menghambat
metabolisme akan bersaing dengan PABA yang menghasilkan analog asam folat
nonfungsional sehingga pertumbuhan sel mikroba akan terhambat.17
2. Menghambat sintesis dinding sel bakteri
Dinding sel mikroba terdiri dari peptidoglikan. Golongan antibiotik yang
menghambat sintesis dinding sel bersifat bakterisidal karena tekanan osmotik
intra sel lebih tinggi daripada ekstra sel. Penisilin adalah obat yang bekerja
menghambat reaksi pembentukan dinding sel pada tahap transpeptidasi.17
3. Mengganggu keutuhan membran sel bakteri
Antimikroba yang mengandung senyawa amonium-kuaterner bila
bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid akan dapat merusak membran sel
9
akibatnya protein, asam nukleat dan lain-lain akan keluar dari sel mikroba.
Contoh golongan obat yang bekerja mengganggu keutuhan membran sel mikroba
adalah polimiksin. Bakteri Gram positif mengandung sedikit fosfor sehingga
antimikroba polimiksin tidak efektif. Bila kandungan fosfor menurun pada
bakteri Gram negatif maka akan resisten.17
4. Menghambat sintesis protein sel bakteri
Sel mikroba mensintesis berbagai protein di ribosom dengan bantuan
tRNA dan mRNA. Setiap ribosom memiliki dua subunit yaitu ribosom 30S dan
ribosom 50S. Ribosom 30S dan ribosom 50S nantinya bersatu menjadi ribosom
70S untuk dapat mensintesis protein. Contoh obat yang berikatan dengan
komponen ribosom 30S adalah streptomisin yang menyebabkan kode pada
mRNA salah dibaca oleh tRNA saat sintesis protein sehingga terjadi
pembentukan protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba.
Sedangkan golongan eritromisin, linkomisin, dan kloramfenikol berikatan
dengan ribosom 50S.17
5. Menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri
Antimikroba yang bekerja menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba
adalah rifampisin dan quinolon. Rifampisin berikatan dengan enzim polimerase-
RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA sel mikroba.17
2.1.4. Metode Pengujian Antibakteri
Uji antimikroba dilakukan untuk mengukur respon pertumbuhan populasi
mikroorganisme terhadap agen antimikroba. Terdapat bermacam-macam metode uji
antimikroba yang dapat dilakukan :
1. Metode Dilusi
Terdapat dua cara untuk melakukan metode ini, metode dilusi cair (broth
dilution) dan metode dilusi padat (solid dilution test).18,19Metode dilusi digunakan
untuk menentukan konsentrasi hambat minimum atau konsentrasi bunuh minimum
dari antimikroba terhadap mikroba yang diujikan. Cara yang dilakukan adalah dengan
membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan
10
dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat
jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai kadar hambat
minimum. Selanjutnya larutan tersebut dikultur ulang pada media cair tanpa
penambahan mikroba uji maupun agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24 jam.
Setelah diinkubasi media cair yang tetap jernih ditetapkan sebagai kadar bunuh
minimum.18
2. Metode Difusi
Metode ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer)
Metode disc diffusion digunakan untuk menentukan aktivitas agen
antimikroba. Metode ini dilakukan dengan meletakkan piringan (blanc disc) yang
sudah diisi dengan suatu zat antimikroba pada media agar yang telah ditanami
mikroorganisme. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan
mikroorganisme oleh agen antimikroba.18
Efektifitas antibakteri menurut
Greenwood (1995) dapat diklasifikasikan pada tabel berikut:12
Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan
>20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
11
Untuk klasifikasi zona hambat antibakteri berdasarkan CLSI 2011 adalah
sebagai berikut:
Zona hambat agen antimikroba berdasarkan CLSI guidelines 2011
Antibiotik Dosis Perlakuan Susceptible Intermedietly
susceptible
Resistant
Amoksisilin 20/10
ug
Enterobacteriaceae 18 mm 14-17 mm 13 mm
Haemophilus
influenza
20 mm 19 mm
Staphylococcus
aureus
20 mm 19 mm
Telah diolah Kembali
b. E-test
Metode E-test digunakan untuk menentukan konsentrasi minimal suatu agen
antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Cara yang
dilakukan menggunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari
kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media Agar yang
sudah ditanami mikroorganisme.18
c. Ditch-plate technique
Metode ini dilakukan dengan meletakkan agen antimikroba pada parit yang
telah dibuat dengan cara memotong media Agar dalam cawan petri pada bagian
tengah secara membujur kemudian mikroba uji digoreskan ke arah parit yang
berisi agen antimikroba.18
d. Cup-plate technique (Metode lubang)
Cup-plate technique memiliki prinsip yang serupa dengan metode disk difusi.
Pada metode ini, media Agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dibuat
lubang yang kemudian diisi dengan zat antimikroba yang akan diuji.18
12
2.2 Kerangka Teori
2.3 Kerangka Konsep
Ekstrak bawang dayak dengan
berbagai konsentrasi
Biakan Bakteri Staphylococcus aureus
Pertumbuhan bakteri normal Pertumbuhan bakteri terhambat
Menghitung zona hambat
Mengandung senyawa
antimikroba
Bawang Dayak
Flavonoid Tanin Triterpenoid Saponin
Merusak
membran
sel bakteri
Menghambat
sintesis DNA
dan RNA
Mengganggu
metabolisme
sel bakteri
Mengganggu
proses
terbentuknya
dinding sel
bakteri
Mengganggu
kestabilan
membran
sitoplasma
Gangguan pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus
13
Biakan bakteri Staphylococcus aureus pada Agar nutrient diberikan
ekstrak bawang dayak dengan berbagai konsentrasi yang mengandung senyawa
antimikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang ditandai
dengan terbentuknya zona terang disekitar cakram. Selanjutnya dilakukan
penghitungan hasil dari zona terang untuk menilai efektifitas dari ekstrak
bawang dayak terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
2.4 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Zona hambat
S.aureus
Zona terang di
sekitar cakram
pada media agar
nutrient yang
telah ditanami
S.aureus
Penggaris
(mm)
Diameter
zona
hambat
(mm)
Numerik
2. Konsentrasi
ekstrak
bawang
dayak
Ekstrak bawang
dayak dengan
konsentrasi
yang telah
ditentukan
Timbangan Jumlah
ekstrak
sesuai
dengan
besar
konsentrasi
Kategorik
3. Larutan
kontrol
negatif
Larutan kontrol
negatif
menggunakan
aquades
Mikro pipet Cakram uji
berisi
aquades
Kategorik
4. Kontrol
positif
Kontrol positif
berupa kertas
cakram berisi
antibiotik
amoksisilin
Tidak ada Cakram uji
berisi
antibiotik
amoksisilin
Numerik
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan uji eksperimental secara in vitro dengan teknik disc
diffusion untuk melihat efek ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Proses determinasi tanaman dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor, sedangkan proses ekstraksi bawang dayak
(Eleutherine palmifolia) dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
(BALITRO) Bogor. Kemudian, penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Agustus
2014 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3 Bahan yang diuji
Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) yang telah dideterminasi oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor dan diekstraksi oleh
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor.
3.4 Sampel Bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus diisolasi pada media agar nutrient, dan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
3.5 Sampel Penelitian
Penentuan jumlah sampel penelitian dihitung menurut rumus Federer :
Rumus : (k-1).(n-1) 15
Keterangan : k = Jumlah kelompok perlakuan
n = Jumlah sampel dalam tiap kelompok
15
Dalam penelitian ini terdapat 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif,
konsentrasi bawang dayak 10 mg/ml, konsentrasi bawang dayak 20 mg/ml,
konsentrasi bawang dayak 40 mg/ml, dan kontrol positif sehingga berdasarkan rumus
Federer didapatkan jumlah sampel dari setiap kelompok perlakuan sebagai berikut :
(k-1).(n-1) 15
(5-1).(n-1) 15
4n.-4 15
4n 19
n 4,75
Sehingga jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 6.
3.6 Identifikasi Variabel
3.6.1 Variabel Bebas
Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan berbagai konsentrasi.
3.6.2 Variabel Terikat
Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus di media Agar nutrient, diukur
dengan diameter zona hambat (zona terang) yang terbentuk dalam milimeter (mm).
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Tabung Reaksi Ose Timbangan
Mikropipet Spatula Besi Autoclave
Vortex Cawan Petri Baki
Bunsen Penggaris Swab Kapas
Korek Api Rak Tabung Pinset
Inkubator Cakram uji kosong Label
Alat Tulis Tisu Laminar Air Flow
16
3.7.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: media agar nutrient,
ekstrak bawang dayak, aquades steril, pelarut etanol, biakan Staphylococcus aureus,
cakram uji kosong, cakram amoksisilin.
3.8 Cara Kerja Penelitian
3.8.1 Tahap Persiapan
3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Seluruh alat yang akan digunakan disterilisasi di dalam autoklaf selama 15
menit pada suhu 121oC dengan tekanan 1,5 atm setelah sebelumnya dicuci bersih,
dikeringkan, dan dibungkus dengan kertas.
3.8.1.2 Pembuatan Ekstrak Bawang Dayak
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut
etanol 96%. Sebanyak 3 kg bawang dayak dicuci bersih kemudian digelinder hingga
didapatkan serbuk bawang dayak. Selanjutnya serbuk dimaserasi pada empat buah
wadah kaca berwarna gelap dengan pelarut etanol 96% sehingga seluruh serbuk
terendam sempurna lalu dikocok dengan mixer selama 2-3 jam dan ditutup dengan
aluminium foil kemudian disimpan selama 24 jam pada suhu 37oC kemudian disaring
dan didapatkan maserat. Tahap selanjutnya, ampas dimaserasi kembali dengan etanol
96% menggunakan prosedur yang sama. Seluruh maserat dikumpulkan dan diuapkan
dengan rotary evaporator pada suhu 55oC untuk mendapat ekstrak kental yang bebas
dari pelarut.
3.8.1.3 Pembuatan Stok Bakteri
Pembuatan suspensi bakteri dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan
murni bakteri Staphylococcus aureus ke dalam media Agar nutrient kemudian
diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam di dalam inkubator.
17
3.8.1.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi
Variabel yang digunakan pada penelitian ini sejumlah 5 variabel, kontrol
negatif, variasi konsentrasi ekstrak bawang dayak 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40 mg/ml
dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan kontrol positif menggunakan antibiotik
amoksisilin 25g. Penentuan variasi konsentrasi ditentukan berdasarkan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Mierza (2011) yang menggunakan variasi konsentrasi
5mg/ml,10mg/ml dan 20mg/ml dengan konsentrasi efektif yang didapatkan adalah
20mg/ml.8
3.8.2 Tahap Pengujian
3.8.2.1 Uji Efektivitas Ekstrak Bawang Dayak
Biakan bakteri Staphylococcus aureus yang telah diremajakan, diambil
sebanyak 1 ose lalu disuspensikan dalam larutan pengencer NaCl dan divortex hingga
homogen kemudian suspensi dibandingkan kejernihannya dengan larutan standar 0,5
mF. Suspensi Bakteri Staphylococcus aureus yang telah dibuat dioleskan
menggunakan kapas lidi steril pada media pertumbuhan Agar nutrient. Kemudian
cakram kosong yang telah dicelup kedalam stok konsentrasi ekstrak bawang dayak
selama 15 menit diletakkan di atas permukaan agar secara steril. Selanjutnya media
diinkubasi ke dalam inkubator dengan suhu 370C selama 24 jam. Setelah proses
inkubasi selesai, kemudian dilakukan pengukuran diameter daerah zona terang
dengan menggunakan penggaris.
18
3.9 Alur Penelitian
Pengumpulan
bawang dayak Determinasi
tanaman
Ekstraksi bawang dayak
(Eleutherine palmifolia)
Pembiakan bakteri
Staphylococcus aureus
Kelompok
1
Kontrol (-)
Kelompok
3
konsentrasi
ekstrak
20mg/ml
Kelompok
4
konsentrasi
ekstrak
40mg/ml
Kelompok
2
konsentrasi
ekstrak
10mg/ml
Kelompok 5
Kontrol (+)
Pembuatan stok
variable konsentrasi
konsentrasi
Penanaman pada biakan
Inkubasi selama
24 jam
Pengukuran zona hambat
Menghitung rata-rata setiap
kelompok perlakuan
Analisis Data
Dilakukan
dengan 6x
pengulangan
19
3.10 Pengolahan Data
Data hasil penelitian efek ekstrak bawang dayak pada Staphylococcus aureus
dianalisis menggunakan program SPSS 18.0. untuk melihat apakah ada perbedaan
yang bermakna dari masing-masing cakram uji yang mengandung berbagai
konsentrasi ekstrak bawang dayak dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus
aureus. Data pada penelitian ini berupa variabel numerik lebih dari 2 kelompok tidak
berpasangan.
Karena distribusi data dari penelitian ini tidak normal maka uji statistik yang
digunakan adalah uji non-parametrik dengan Kruskall-Wallis. Hasil uji dianggap
bermakna atau terdapat perbedaan jika nilai p
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Ekstraksi Bawang Dayak
Bawang dayak didapatkan langsung dari Kalimantan. Selanjutnya
dilakukan determinasi tanaman di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Kebun Raya Bogor untuk membuktikan bahwa tanaman merupakan
jenis Eleutherine palmifolia (L.) Merr., suku Iridaceae.
Setelah dilakukan determinasi tanaman kemudian 3kg bawang dayak
di ekstrak dengan menggunakan pelarut etanol 96% dan menghasilkan hasil
ekstrak sebanyak 10,3 ml dengan konsistensi cair, berwarna kuning
kecoklatan.
Gambar 4.1. Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia)
4.1.2. Efek Ekstrak Bawang Dayak terhadap Staphylococcus aureus
Pada hasil pengamatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
yang diuji menggunakan disc diffusion, dengan konsentrasi ekstrak bawang
21
dayak 10 mg/ml, 20 mg/ml, dan 40 mg/ml diketahui memiliki aktivitas
antibakteri. Hal ini diketahui dengan terbentuknya zona bening di sekeliling
kertas cakram uji yang menujukkan hambatan pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus akibat pengaruh ekstrak bawang dayak.
Gambar 4.2 Zona Hambat Ekstrak Bawang Dayak terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
aureus
Tabel 4.1 Hasil Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
Perlakuan Median (mm) Range
Ekstrak Bawang Dayak 10 mg/ml 9.00 2.00
Ekstrak Bawang Dayak 20 mg/ml 9.00 4.00
Ekstrak Bawang Dayak 40 mg/ml 11.50 5.00
Kontrol (+) 32.50 5.00
Kontrol (-) 0.00 .00
40mg/ml
20mg/ml
10mg/ml
K (-) K (+)
22
Dalam penelitian ini karena data tidak memenuhi syarat untuk melakukan uji
One-way ANOVA maka dilakukan uji Kruskal-Wallis dan diperoleh nilai p = 0,001
yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan antar kelompok. Selanjutnya
untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan maka dilakukan analisis
Post Hoc dengan uji Mann-Whitney.
Dari hasil analisis statistik Post Hoc dengan uji Mann-Whitney didapatkan
hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif dengan semua
konsentrasi ekstrak bawang dayak, kontrol positif dengan semua konsentrasi ekstrak
bawang dayak, konsentrasi ekstrak bawang dayak 10 mg/ml dengan konsentrasi
ekstrak bawang dayak 40 mg/ml, dan kontrol negatif dengan kontrol positif.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney
Perlakuan Konsentrasi
10 mg/ml
Konsentrasi
20 mg/ml
Konsentrasi
40 mg/ml Kontrol (+) Kontrol (-)
Konsentrasi
10 mg/ml
0.343 0.007* 0.003* 0.002*
Konsentrasi
20 mg/ml 0.343
0.051 0.003* 0.002*
Konsentrasi
40 mg/ml 0.007*
0.003* 0.002*
Kontrol (+)
0.003* 0.003* 0.003*
0.002*
Kontrol (-) 0.002* 0.002* 0.002* 0.002*
Keterangan : *Signifikan
23
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat
4.2 Pembahasan
Pemberian ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) memiliki efek
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang ditandai dengan
terbentuknya zona hambat. Adanya zona hambat yang dihasilkan dari pemberian
ekstrak bawang dayak dapat dihubungkan dengan senyawa-senyawa yang terkandung
didalamnya. Bawang dayak mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin, tannin, glikosid, antrakinon glikosida dan steroid.8 Tannin, saponin,
triterpenoid yang termasuk dalam golongan steroid bebas, dan flavonoid dilaporkan
memiliki efek antibakteri.8,20,21
Alkaloid, antrakuinon, tannin, dan flavonoid memiliki
khasiat sebagai antibakteri pada Staphylococcus aureus.8,20,21,24
Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri yaitu dengan membentuk kompleks
protein ekstraselular sehingga dapat merusak membran sel bakteri, menghambat
0.
5.
10.
15.
20.
25.
30.
35.
40.
Kontrol (-) 10 20 40 Amoksisilin
Zon
a H
amb
at (
mm
)
Konsentrasi Bawang Dayak (mg/ml)
Amoksisilin
*
*
*
*
*
*
*
*
24
sintesis DNA dan RNA, dan mengganggu metabolisme sel bakteri.25
Mekanisme
triterpenoid yaitu dengan mengganggu proses terbentuknya dinding sel bakteri.20
Mekanisme tannin yaitu dengan menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA
topoisomerase, serta mengganggu pembentukan dinding sel bakteri seperti halnya
triterpenoid. Sedangkan mekanisme saponin sebagai antimikroba yaitu mengganggu
kestabilan membran sitoplasma dengan meningkatkan permeabilitasnya sehingga
terjadi kebocoran sel bakteri.25
Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh Mierza (2011), yang
membuktikan bahwa ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan
menggunakan pelarut etanol 80% mempunyai efek antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus. Pada penelitian tersebut menggunakan metode difusi agar
dan menggunakan medium MHA. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali. Variasi
konsentrasi yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu 5mg/ml, 10mg/ml, dan
20mg/ml. Didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang dayak
maka semakin besar rata-rata zona hambat yang dihasilkan. konsentrasi hambat
minimum (KHM) 10 mg/ml pada penelitian tersebut menunjukkan zona hambat
sebesar 12,50 mm. Sedangkan pada konsentrasi 20 mg/ml menunjukkan zona hambat
sebesar 14 mm. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian sebelumnya,
terdapat perbedaan dengan hasil penelitian ini yaitu rata-rata zona hambat yang
dihasilkan dari konsentrasi 10 mg/ml pada penelitian ini hanya sebesar 8,83 mm, dari
konsentrasi 20 mg/ml didapatkan rata-rata zona hambat 9,67 mm, dan dari
konsentrasi 40 mg/ml didapatkan rata-rata zona hambat 11,83 mm. Ketidaksesuaian
dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini mungkin dipengaruhi oleh tidak
diketahuinya umur bawang dayak saat dipanen, tidak diketahuinya kadar senyawa
aktif yang terdapat pada ekstrak, perbedaan dari medium yang digunakan, dan
perbedaan konsentrasi pelarut pada penelitian.
Kalidass (2012), meneliti efek ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia)
dengan menggunakan pelarut etanol terhadap bakteri MRSA (Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus) dengan variasi konsentrasi 50 mg/ml, 75 mg/ml, dan
25
100mg/ml dan didapatkan hasil bahwa zona hambat yang dihasilkan dari konsentrasi
50mg/ml sebesar 14 mm, dari konsentrasi 75mg/ml sebesar 17 mm, dan dari
konsentrasi 100mg/ml didapatkan zona hambat sebesar 33 mm. Dari hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang dayak efektif dalam menghambat
bakteri Staphylococcus aureus dan semakin tinggi konsentrasi maka zona hambat
yang dihasilkan akan semakin besar.
Penelitian yang lain juga telah dilakukan oleh Ifesan (2009), yang meneliti
efek ekstrak bawang dayak dengan jenis lain yaitu Eleutherine americana terhadap
bakteri Staphylococcus aureus yang diisolasi dari makanan. Ekstraksi bawang dayak
dilakukan secara maserasi dengan menggunakan etanol 95%. Ekstrak yang digunakan
pada penelitian tersebut sebesar 250 mg/ml yang dilarutkan dalam pelarut DMSO
(Dimethylsulfoxide) kemudian diambil tiap 10 ml untuk dilarutkan lagi dalam
berbagai macam pelarut, yaitu: etanol, heksana, aceton, dan campuran etanol heksana.
Cakram disk yang sudah diisi dengan ekstrak bawang dayak kemudian ditanam pada
biakan bakteri Staphylococcus aureus dan diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam.
Pada hasil penelitian didapatkan rata-rata zona hambat dengan pelarut etanol sebesar
15,36 mm, rata-rata zona hambat dengan pelarut heksana sebesar 14,51 mm, rata-rata
zona hambat dengan pelarut aceton sebesar 15,75 mm dan rata-rata zona hambat
dengan pelarut campuran etanol heksana sebesar 14,59 mm.22
Dari hasil penelitian
tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata zona hambat yang dihasilkan dari ekstrak
bawang dayak dengan pelarut aceton lebih besar dibanding dengan pelarut yang lain.
Namun pada penelitian tersebut juga dikatakan bahwa ekstrak dengan menggunakan
pelarut etanol adalah yang akan digunakan pada penelitian-penelitian selanjutnya
karena tujuan dari penelitian akan diaplikasikan sebagai obat. Adanya perbedaan dari
jenis pelarut yang digunakan saat ekstraksi, penambahan pelarut DMSO, perbedaan
suhu saat inkubasi, dan perbedaan jumlah konsentrasi yang digunakan dalam
penelitian tersebut menjadi sebab ketidaksesuaian hasil penelitian ini.
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang paling signifikan dalam
menghambat bakteri Staphylococcus aureus adalah konsentrasi ekstrak bawang dayak
26
40 mg/ml. Namun zona hambat yang dihasilkan tetap tidak melebihi zona hambat
yang dihasilkan oleh kontrol positif berupa amoksisilin yang merupakan antibiotik
golongan beta laktam. Hal ini dikarenakan mekanisme kerja antibiotik amoksisilin
yang sudah teruji pasti yaitu menghambat pembentukan dinding bakteri dengan
menghambat sintesis petidoglikan sehingga pada penelitian ini memperlihatkan hasil
zona hambatan bakteri yang paling besar.
Berdasarkan klasifikasi Greenwood (1995), konsentrasi ekstrak bawang dayak
40mg/ml dengan pelarut etanol 96% dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus meskipun termasuk dalam klasifikasi daya hambat lemah.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak bawang dayak (Eleutherine palmifolia) dengan pelarut etanol
96% dapat memberikan efek hambat terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococccus aureus.
2. Ekstrak bawang dayak dengan konsentrasi 40 mg/ml memiliki aktivitas
antibakteri yang paling baik dibandingkan dengan konsentrasi 10 mg/ml
dan 20 mg/ml meskipun berdasarkan klasifikasi Greenwood (1995)
termasuk dalam klasifikasi daya hambat lemah.
3. Hasil uji statistik dengan metode uji Mann-Whitney menunjukan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antar kontrol negatif dengan semua
konsentrasi ekstrak bawang dayak, kontrol positif dengan semua
konsentrasi ekstrak bawang dayak, konsentrasi ekstrak bawang dayak 10
mg/ml dengan konsentrasi ekstrak bawang dayak 40 mg/ml, dan kontrol
negatif dengan kontrol positif.
28
5.2 Saran
Bagi peneliti berikutnya:
1. Memilih bahan dengan kualitas baik, sehingga didapatkan hasil ekstrak yang
baik.
2. Menyimpan dan menjaga kesterilan ekstrak untuk menjaga kualitas ekstrak
3. Melakukan penelitian tentang kandungan bahan aktif bawang dayak yang
spesifik menjadi antibakteri.
4. Melakukan penelitian dengan memperhatikan kesterilan alat dan tempat yang
digunakan agar tidak terjadi kontaminasi pada hasil penelitian.
5. Melakukan penelitian dengan menggunakan konsentrasi ekstrak yang lebih
tinggi.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Jawetz, Melnick and Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz. Edisi 2.
Jakarta: EGC. 2007. Hal 225-235.
2. Imron L, Marjanis S, Mulyono W, Djoko Y, Noenoeng R. Etiologi Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Faktor Lingkungan. Buletin Penelitian
Kesehatan 18 (1). 1990. Hal 26-32.
3. Ronald, A. Sacher, Richard, A. McPherson. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Edisi 11. Jakarta: EGC. 2004.
4. Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan
Akut. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2011.
5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI. Riset Kesehatan Dasar: Jakarta. 2013. Diunduh pada tanggal 27 April 2014
www.Riskesdas.com.
6. Harmanto N, Subroto M Ahkam. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping.
Jakarta : Elex media komputindo. 2007. Hal 4-5.
7. Galingging, R. Y. Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) sebagai Tanaman
Obat Multifungsi. 2009. Diakses pada tanggal 10 Januari 2013
http://Kalteng.litbang.deptan.go.id/ind/images/data/bawang%20dayak.pdf
30
8. Mierza V, Suryanto D, Pandabotan M. Nasution. Skrining Fitokimia dan Uji
Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia
Merr.). Prosiding Seminar Nasional Biologi. Medan: USU Press. 2011.
Hal.340-351.
9. Klasifikasi Eleutherine Americana Di unduh pada tanggal 29 juli 2014.
http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat
10. Klasifikasi Tumbuhan Eleutherine palmifolia. diunduh tanggal 29 Juli 2014
http://www.bi.itb.ac.id/hebarium/index.php?c=herbs&view=detail&spid=23837
11. Lenny, Sovia. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida.
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara. Medan. 2006.
12. Greenwood. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity Test), Antimicrobial and
Chemotheraphy. USA: McGraw Hill Company. 1995.
13. Rusmiati, dkk. Efek Antioksidan Ekstrak Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine
palmifolia) pada Gambaran Histopatologis Paru-paru Tikus yang Dipapar Asap
Rokok. Skripsi. Program study Biologi FMIPA. Universitas Lambung
Mangkurat. Kalimantan Selatan. 2012.
14. Arthur G. Johnson, Richard J. Ziegler, Louise Hawley. Essential Mikrobiologi
dan Imunologi. Ed.5. Tangerang-selatan: Binarupa Aksara Publisher. 2011.
15. Staf pengajar bagian mikrobiologi FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta: Bina Aksara. 2010.
31
16. Isselbacher, Braunwald et all. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam.
Vol 2. Ed 13. Jakarta: EGC. 1999. p686-693.
17. Departemen farmakologi dan terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi.
Edisi5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal 585-587.
18. Pratiwi, S. T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. 2008.
Hal.188-190.
19. Lalitha M. Manual on Antimicroial Susceptibility Testing. Departement of
microbiology Christian Medical Collage : Vellore. 2004.
20. Ayunin, L Qurrotu. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada
Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. Skripsi,
Jurusan kimia fakultas sains dan teknologi. UIN Malang. 2008.
21. Parubak, S Apriani. Senyawa Flavonoida yang Bersifat Antibakteri. Vol 6.
2013.Http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php//chemprog/article/view/2069
Diunduh pada tanggal 27 Agustus 2014.
22. Ifesan, B.O.T. Inhibitory Effect of Eleutherine Americana Merr. Extract on
Staphylococcus aureus Isolated from Food. Mc food & Microbiology and safety
: Journal of food science Vol.74. 2009.
23. Yusni, M Ali. Perbedaan Fraksi Etanolik Bawang Dayak (Eleutherine
palmifolia L.Merr) dengan 5-Fluorouracil Terhadap Penghambatan Galur Sel
Karsinoma Kolon HT29 Dan Ekapresi p53 Mutan. Program Pendidikan Dokter
Spesialis Ilmu Bedah FK UNS. RSUD Dr.Moewardi Surakarta. 2008.
32
24. Sitompul, E. Aktivitas Antibakteri dan Analisis Kandungan Kimia Daun Ungu
(Graptophyllum pictum L.Griff). Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Prosiding Seminar Nasional Biologi. Medan: USU Press. 2011. Hal 245-249.
25. Mercy N, Jemmy A, Vanda S. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang
Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In
Vitro. Jurusan Kimia. FMIPA. Unsrat. Manado. 2013.
26. Kalidass S, Sembian S, Femina W, Febina B, Gilbert R. Antagonistic activity of
Eleutherine palmifolia Linn. Asian Pasific Journal of Tropical Disease. 2013.
33
LAMPIRAN I
(Surat Hasil Determinasi Tumbuhan)
34
LAMPIRAN II
(Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bawang Dayak)
36
LAMPIRAN IV
(Foto Hasil Penelitian)
K (-)
K (+)
K (+)
K (-)
K (-)
K (+)
40mg/ml
40mg/ml
10mg/ml
10mg/ml
10mg/ml
20mg/ml
20mg/ml
40mg/ml
20mg/ml
K (-)
K (-)
K (+)
10mg/ml
20mg/ml
40mg/ml
10mg/ml
20mg/ml
40mg/ml
K (+) K (+)
Aquades
Etanol
37
LAMPIRAN V
RIWAYAT PENULIS
Nama : Tazkiyatul Firdaus
Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 22 April 1993
Alamat : Jl. Raya Payaman Solokuro Lamongan
Email : [email protected]
No. Telepon : 085730909994
Riwayat Pendidikan
1996-1999 : TK Aisiyah Bustanul Athfal Payaman Solokuro Lamongan
1999-2005 : Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 01 Payaman
2005-2008 : SMP Muhammadiyah 12 Paciran Lamongan
2008-2011 : Madrasah Aliyah Al-Ishlah Sendangagung Paciran
Lamongan
2011-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK Universitan Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.