13
Tauhid dan Urgensinya bagi Kehidupan Muslim 1. Definisi Tauhid “Tauhid”, secara bahasa, adalah kata benda (nomina) yang berasal dari perubahan kata kerja wahhada–yuwahhidu, yang bermakna ‘menunggalkan sesuatu’. Sedangkan berdasarkan pengertian syariat, “Tauhid” bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5) [http://abinyaraafi.wordpress.com ] Pengertian Kata tauhid berasal dari bahasa arab, bentuk masdar dari kata wahnada yuwahhidu yang secara etimologi berarti keesaan, yakni percaya bahwa Allah SWT itu satu. Tidak lain adalah Lauhidullah(mengesakan Allah Swt). Jadi pernyataan/pengakuan. Bahwa Allah Swt itu esa/satu. LaailahaillAllah (tiada Tuhan selain Allah) [ Syamsul Rijak Hamid, buku pintas agama Islam, (bogor Xahaya Salam, 2005 )] Ilmu tauhid merupakan ilmu pengetahuan yang paling tinggi derajatnya dalam agam Islam. Karena ilmu tauhid merupakan induk (pokok) bagi semua ilmu pengetahuan dalam agama Islam. Bahwa para ulama menyebutkan bahwa agama Islam adalah agama tauhid. Ilmu ini menerangkan serta membahas masalah keesaan Dzat Allah Swt hukumyang mempelajari ilmu tauhid adalah Fardhu’ain. Ilmu tauhid di sebut juga ilmu Usuluddin, ilmu kalam, ilmu akidah, ilmu ma·rifat, adapula yang menyebutnya ilmu sifat 20 karena di dalamnya dibicara kan 20 sifat yang wajib bagi Allah Swt.[Abdullah zakey Al 1

Tauhid Dan Urgensinya Bagi Kehidupan Muslim

Embed Size (px)

DESCRIPTION

AIK II

Citation preview

Tauhid dan Urgensinya bagi Kehidupan Muslim

1. Definisi Tauhid

Tauhid, secara bahasa, adalah kata benda (nomina) yang berasal dari perubahan kata kerja wahhadayuwahhidu, yang bermakna menunggalkan sesuatu. Sedangkan berdasarkan pengertian syariat, Tauhid bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat. (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5) [http://abinyaraafi.wordpress.com]

Pengertian Kata tauhid berasal dari bahasa arab, bentuk masdar dari kata wahnada yuwahhidu yang secara etimologi berarti keesaan, yakni percaya bahwa Allah SWT itu satu. Tidak lain adalah Lauhidullah(mengesakan AllahSwt). Jadi pernyataan/pengakuan. Bahwa Allah Swt itu esa/satu. LaailahaillAllah (tiada Tuhan selain Allah)[Syamsul Rijak Hamid, buku pintas agama Islam, (bogor Xahaya Salam, 2005)]Ilmu tauhid merupakan ilmu pengetahuan yang paling tinggi derajatnya dalam agam Islam. Karena ilmu tauhid merupakan induk (pokok) bagi semua ilmu pengetahuan dalam agama Islam. Bahwa para ulama menyebutkan bahwa agama Islam adalah agama tauhid. Ilmu ini menerangkan sertamembahas masalah keesaanDzat Allah Swthukumyang mempelajari ilmu tauhid adalahFardhuain.

Ilmu tauhid di sebut juga ilmu Usuluddin, ilmu kalam, ilmu akidah, ilmu marifat, adapula yang menyebutnya ilmu sifat 20 karena di dalamnya dibicara kan 20 sifat yangwajib bagi Allah Swt.[Abdullah zakey Al Kaaf dan maman abdul Djajal mutiara Ilmu Tauhid(Bandung CV PustakaSetia1999)hal12]

2. Klasifikasi Tauhid

A. Tauhid Rububiyah : Maknanya adalah keyakinan yang pasti bahwa hanya Allah semata Rabb dan Pemilik segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia-lah Yang Mahapencipta, Dia-lah yang mengatur alam dan yang menjalankannya. Dia-lah yang menciptakan para hamba, yang memberi rizki kepada mereka, menghidupkan dan mematikannya. Dan beriman kepada qada' dan qadar-Nya serta ke-Esaan-Nya dalam Dzat-Nya. Ringkasnya bahwa tauhid Rububiyah Allah Ta'ala dalam segala perbuatan-Nya: Dalam dalil syar'i telah menegaskan tentang wajibnya beriman kepada Rububiyyah Allah Ta'ala seperti dalam firman-Nya, "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam" (Al-Fatihah:2) Dan firman-Nya, "Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam." (Al-A'raaf : 54) Macam tauhid ini tidak diperselisihkan oleh orang-orang kafir Quraisy dan para penganut aliran dan agama. Maksudnya mereka semua beri'tiqad bahwa Pencipta alam semesta ini hanyalah Allah semata. Allah SWT berfirman tentang mereka, "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Tentu mereka akan menjawab: Allah."(Luqman: 25) Yang demikian itu, karena hati manusia secara fitrah mengakui Rububiyyah-Nya oleh karena itu, seseorang tidak menjadi orang yang bertauhid sehingga ia mengakui dan konsisten dengan macam kedua dari ketiga macam tauihid tersebut.

B. Tauhid Uluhiyah : Yaitu mengesahkan Allah Ta'ala melalui perbuatan para hamba, dinamakan juga dengan tauhid ibadah. Maknanya adalah keyakinan yang pasti bahwa Allah adalah Ilah(sesembahan) yang haq dan tidak ada ilah selain-Nya, segala yang diibadahi selain-Nya adalah bathil, hanya Dia-lah yang patut diibadahi, baginya ketundukan dan ketaatan secara mutlak. Tidak boleh siapapun dijadikan sebagai sekutu-Nya dan tidak boleh bentuk ibadah apapun diperuntukannya kepada selain-Nya, seperi shalat, puasa, zakat, haji,do'a, dan isti'anah (meminta pertolongan), nadzar, menyembelih, tawakal, khauf (takut), harap, cinta dan lain-lain dari macam-macam ibadah yang zahir (tampak) maupun bathin. Ibadah kepada Allah harus dilandasi dengan rasa cinta, cemas, dan harap secara bersamaan. Beribadah kepada-Nya dengan sebagian saja dan meninggalkan sebagian lainnya adalah kesesatan. Allah Ta'ala berfirman, "Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan." (Al-Faatihah: 5). Dan firman-Nya pula, "Dan barangsiapa beribadah kepada ilah yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya disisi Rabb-nya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu adalah beruntung." (AlMukminun: 117). Tauhid Uluhiyyah adalah inti dakwah yang diserukan oleh para Rasul. Dan pengingkaran terhadap hal itu merupakan penyebab dari berbagai malapetaka yang menimpa ummat-ummat terdahulu. Tauhid Uluhiyyah merupakan awal dan akhir agama, bathin dan lahirnya. Juga merupakan tema pertama dakwa para Rasul dan yang terakhir. Oleh karenanya diutuslah para Rasul, diturunkannya kitab-kitab samawi, disyari'atkan jihad, dibedakan antara orang muslim dengan orang kafir, dan penghuni surga dengan penghuni neraka. Itulah makna firman Allah, "...Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah..." (Ash-Shaafffat: 35). Allah Ta'ala berfirman, "Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelummu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada ilah (yang hak) melainkan Aku, maka beribadah kamu hanya kepada-Ku." (Al-Anbiyaa': 25) Yang menjadi Rabb Yang Maha Pencipta, Pemberi Rizki, Yang Menguasai, Yang Mengatur, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, yang disifati dengan semua sifat kesempurnaan, yang suci dari segala kekurangan, segala sesuatu (berada) di tangan-Nya maka pasti Dia adalah Rabb Yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak boleh ibadah itu dipalingkan kecuali kepada-Nya semata. Allah Ta'ala berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzariyaat: 56). Tauhid Uluhiyyah merupakan konsekuensi dari tauhid Rububiyyah. Hal tersebut karena orang-orang musyrik tidak menyembah Rabb yang Esa, akan tetapi mereka menyembah banyak rabb bahkan mereka menganggap rabb-rabb tersebut dapat mendekatkan mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Walaupun demikian, mereka mengakui bahwa rabb-rabb tersebut tidak ada mendatangkan mudharat maupun manfaat. Oleh karena itu, Allah tidak menggolongkannya sebagai orang-orang kafir sebab mereka mempersekutukan-Nya dengan salain-Nya dalam ibadah. Dari sini, aqidah salafush shalih -Ahlus Sunnah wal Jamaah berbeda dengan yang lainnya dalam hal tauhid uluhiyyah. Ahlus Sunnah tidak mengartikan tauhid seperti pendapat sebagian kelompok bahwa makna tauhid itu "adalah tidak ada Pencipta kecuali Allah," akan tetapi menurut mereka tauhid uluhiyyah tidak terlealisir.

C. Tauhid Asma'wa Sifat: Yaitu keyakinan dengan pasti bahwa Allah SWT mempunyai asmaul husna (nama-nama yang baik), dan sifat-sifat yang mulia. Dia memiliki semua sifat yang sempurna dan suci dari segala kekurangan. Dia-lah Yang Maha Esa dan sifat-sifat tersebut, tidak dimiliki oleh makluk-Nya. Ahlus Sunnah wal Jama'ah: Mengetahui Rabb mereka dengan sifat-sifat-Nya yang terdapat dalam al-Qur-an dan as-Sunnah. Mereka menyifati Rabb-nya seperti apa yang Allah SWT telah sifatkan untuk diri-Nya dan seperti apa yang disifatkan oleh Rasul-Nya SAW, tidak melakukan tahrif (penyelewengan) ungkapan-ungkapan dari konteks pengertian yang sebenarnya, ataupun ilhad (Al-Ilhad yaitu berpaling dari kebenaran; dan termasuk kategori ilhad adalah: ta'thil (mengabaikan), tahrif (menyimpangkan), takyif (menfisualiasikan) dan tamstil (menyerupakan) sifat Allah. Ta'thil: Tidak menetapkan sifat-sifat Allah atau menetapkan sebagaiannya dan menafikan sisanya, Tahrif: Merubah nash baik sifat secara lafazh kepada makna yang lafazhnya tidak menunjukkan kepadanya kecuali dengan kemungkinan makna yang marjub (tidak kuat). Maka setiap tahrif adalah ta'thil dan tidak semua ta'thil adalah tahrif, takyif: Menjelaskan hakekat sifat, atau (bertanya dengan lafazh bagaimana), Tamstil: Menyerupakan sesuatu dengan Allah dari segala segi) dalam nama-nama-Nya dan ayat-ayat-Nya, dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang telah ditetapkan untuk dirinya-Nya tanpa tamstil, takyif, ta'thil dan tahrif. Dasar mereka dalam semua masalah ini adalah firman Allah, "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (As-Syuura: 11). Dan firman-Nya, "Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (Al-A'raaf: 180). [ http://alislamu.com]

3. Ruang Lingkup Tauhid

a) Hal-hal yang berkaitan dengan Allah swt di antaranya masalahtakdir.

b) Hal-hal yang berkaitan dengan utusan Allah, sebagai penghubungantara manusia dengan Allah, ialahmalaikat. Nabi/rasuldan kitab-kitabsuci.c) Hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan yang akan datang termasukmasalah surga dan neraka.[opcit hal 44]

4. Kedudukan Tauhid

Tidak ada keraguan lagi bahwa tauhid memiliki kedudukan yang tinggi bahkan yang paling tinggi di dalam agama. Tauhid merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-hamba-Nya, sebagaimana dalam hadits Muadz bin Jabal radiyallahu anhu. RasulullahShallallahu alaihi wassallamberkata kepadanya: Hai Muadz, tahukah kamu hak Allah atas hamba-Nya dan hak hamba atas Allah? Ia menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliau mengatakan: Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. (HR.BukharidanMuslim)

a) Tauhid merupakan dasar dibangunnya segala amalan yang ada di dalam agama ini. Rasulullah bersabda:Islam dibangun di atas lima dasar, bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan puasa pada bulan Ramadhan.(Shahih, HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah Ibnu Umar)

b) Tauhid merupakan perintah pertama kali yang kita temukan di dalam Al Quran sebagaimana lawannya (yaitu syirik) yang merupakan larangan paling besar dan pertama kali kita temukan di dalam Al Quran, sebagaimana firman Allah:Hai sekalian manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa. Yang telah menjadikan bumi terhampar dan langit sebagai bangunan dan menurunkan air dari langit, lalu Allah mengeluarkan dengannya buah-buahan sebagai rizki bagi kalian. Maka janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah.(Al-Baqarah: 21-22)Dalil yang menunjukkan hal tadi dalam ayat ini adalah perintah Allah sembahlah Rabb kalian dan janganlah kalian menjadikan tandingan bagi Allah.c) Tauhid merupakan poros dakwah seluruh para Rasul, sejak Rasul yang pertama hingga penutup para Rasul yaitu MuhammadShallallahu alaihi wassallam. Allah berfirman:Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang Rasul (yang menyeru) agar kalian menyembah Allah dan menjauhi thagut.(An-Nahl: 36)d) Tauhid merupakan perintah Allah yang paling besar dari semua perintah. Sementara lawannya, yaitu syirik, merupakan larangan paling besar dari semua larangan.Allah berfirman:Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah kecuali kepada-Nya dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.(Al-Isra: 23)Dan sembahlah oleh kalian Allah dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.(An-Nisa: 36)

e) Tauhid merupakan syarat masuknya seseorang ke dalam surga dan terlindungi dari neraka Allah, sebagaimana syirik merupakan sebab utama yang akan menjerumuskan seseorang ke dalam neraka dan diharamkan dari surga Allah. Allah berfirman:Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allah maka Allah akan mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka dan tidak ada bagi orang-orang dzalim seorang penolongpun.(Al-Maidah: 72)

RasulullahShallallahualaihiwassallambersabda:Barang siapa yang mati dan dia mengetahui bahwasanya tidak ada ilah yang benar kecuali Allah, dia akan masuk ke dalam surga.(Shahih,HR MuslimNo.26 dari Utsman bin Affan)

RasulullahShallallahualaihiwassallambersabda:Barangsiapa yang kamu jumpai di belakang tembok ini bersaksi terhadap Lailaha illallah dan dalam keadaan yakin hatinya, maka berilah dia kabar gembira dengan surga. (Shahih, HR MuslimNo.31 dari Abu Hurairah)

f) Tauhid merupakan syarat diterimanya amal seseorang dan akan bernilai di hadapan Allah.Allahberfirman:Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan agar mereka menyembah Allah dan mengikhlaskan bagi-Nya agama. (Al-Bayinah: 5) [http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/kedudukan-tauhid-dalam-islam-dan-urgensinya/]

5. Makna LAA ILAHA ILLALLAH

asyhadu an-laa ilaaha illallaahartinya: Saya bersaksi bahwa tiadaIlahselainAllahKalimat Laa ilaaha Illallah menunjukkan pengakuantauhid. Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allh sebagai satu-satunya Allah. Allah adalahTuhandalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Jadi dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allh sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.

Kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH sebenarnya mengandung dua makna, yaitu makna penolakan segala bentuk sesembahan selainAllah, dan makna menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalahAllahsemata[3].Berkaitan dengan mengilmui kalimat iniAllahta'ala berfirman: "Maka ketahuilah(ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selainAllah" (QS Muhammad: 19)Berdasarkan ayat ini, maka mengilmui makna syahadattauhidadalah wajib dan mesti didahulukan daripada rukun-rukun Islam yang lain. Di samping itu Rasulullah pun menyatakan: "Barang siapa yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam surga" ( HR Ahmad)Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah mereka yang memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya, karena di dalamnya terkandungtauhidyangAllahmenciptakan alam karenanya. Rasul mengajak paman beliau Abu Thalib, Ketika maut datang kepadaAbu Thalibdengan ajakan "wahai pamanku ucapkanlah LAA ILAAHA ILLALLAH sebuah kalimat yang aku akan jadikan ia sebagai hujah di hadapanAllah" namunAbu Thalibenggan untuk mengucapkan dan meninggal dalam keadaan musyrik.Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam tinggal selama 13 tahun dimakkahmengajak orang-orang dengan perkataan beliau "Katakan LAA ILAAHA ILLALLAH" maka orang kafir pun menjawab "Beribadah kepada sesembahan yang satu, kami tidak pernah mendengar hal yang demikian dari orang tua kami". Orangquraysdi Zaman nabi sangat paham makna kalimat tersebut, dan barangsiapa yang mengucapkannya tidak akan menyeru/berdoa kepada selain Allah.[ http://id.wikipedia.org]

6. Makna Laa ilaaha illallah dan kosekunsinya

Syarat Kalimat Tauhid Laa Ilaaha IllallaahWahab bin Munabbih rahimahullah berkata kepada orang yang bertanya kepadanya: Bukankah La Ilaha Illallah kunci surga? Ia menjawab: Betul. Tetapi, tiada satu kunci-pun kecuali ia memiliki gigi-gigi, jika kamu membawa kunci yang memiliki gigi-gigi, pasti engkau dapat membuka pintu, namun jika engkau membawa kunci yang tidak ada gigi-giginya pasti pintu itu tak akan terbuka. (HR. Bukhari dalam taliq).Dan gigi-gigi kunci La Ilaha Illallah adalah syarat La Ilaha Illallah. Yaitu sebagai berikut:

a. Ilmu meniadakan kejahilan.

Barangsiapa yang tidak mengetahui makna-nya maka ia tidak akan mengetahui petunjuk/tuntutannya. Maknanya adalah berlepas diri dari semua yang diibadahi selain Allah dan mengikhlaskan peribadatan hanya untuk Allah. Maksud La Ilaha adalah meniadakan segala yang diibadahai selain Allah. Maksud Illallah adalah menetapkan ibadah hanya untuk Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya dalam masalah ibadah sebagaimana tiada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya.Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad: 19)Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :Barangsiapa yang meninggal sedangkan dia mengetahui makna La Ilaha Illallah pasti masuk surga. (HR. Muslim)

b. Yakin meniadakan keraguan.

Karena ada sebagian orang yang mengucapkannya dalam keadaan ragu terhadap makna yang ditunjukkannya.Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat: 15)Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah, tiada-lah seorang hamba bertemu Allah (meninggal dunia) dengan membawa keduanya tanpa ada keraguan sedikitpun pasti ia akan masuk surga. (HR. Muslim dari Abu Hurairah)Dari Abu Hurairah rahimahullah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadanya: Barangsiapa yang engkau temui di balik dinding ini, sedangkan dia bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah didasari dengan hati yang yakin maka berilah kabar gembira akan masuk surga. (HR. Muslim)

c. Ikhlas meniadakan kesyirikan.

Karena barangsiapa yang tidak mengikhlaskan seluruh amalannya untuk Allah ia telah melakukan kesyirikan yang meniadakan rasa ikhlas. Allah Taala berfriman:Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS. Az-Zumar: 11)Dari Abu Hurairah rahimahullah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:Orang yang paling bahagia mendapatkan syafaatku (pada hari kiamat) adalah orang yang mengucapkan La Ilaha Ilallah murni dari hatinya (jiwanya). (HR. Bukhari)Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan La Ilaha Illallah dengan hanya mengharap wajah Allah Taala. (HR. Muslim dari Utban bin Malik)

d. Sidq (kejujuran) meniadakan kemunafikan.

Karena orang munafik juga mengucapkannya, akan tetapi perkataannya tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya, maka ia telah berbuat dusta, karena batinnya tidak sesuai dengan dzahirnya. Sebagaimana yang telah Allah kabarkan tentang sifat mereka. Allah Taala berfirman:Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. (QS. Al-Fath: 11)Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tiada seorang-pun yang bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya jujur dari hatinya kecuali Allah akan mengharamkan neraka atasnya. (HR. Bukhari)

e. Qabul (penerimaan) yang meniadakan sifat menolak.

Karena ada sebagian manusia yang mengucapkannya dengan mengetahui maknanya tapi ia tidak menerima seruan orang yang mengajaknya. Hal ini bisa disebabkan karena kesombongan, dengki atau sebab-sebab yang lain.Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa Ilaaha Illallah (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami Karena seorang penyair gila? (QS. Ash-Shaffat: 35-36)

f. Inqiyad (ketundukan) yang meniadakan perilaku meninggalkan amal yang dituntutnya.Syarat ini akan menumbuhkan sikap melaksanakan perintah-perintah Allah, meninggalkan larangan-larangan-Nya dan komitmen dengannya. Hakikat Islam adalah tunduknya hati dan badan seorang hamba kepada Allah dan tunduk kepada-Nya dengan tauhid dan ketaatan. Allah berfirman:Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. Luqman: 22)Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam; Tiada beriman salah seorang kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa. (HR. al Baihaqi; an Nawawi berkata: hadits shahih, kami riwayatkan dalam kitab Al Hujjah dengan sanad shahih)

g. Mahabbah (kecintaan) yang meniadakan kebalikannya.

Tidak mungkin seorang hamba akan mengetahui dan menerimanya kecuali didasari rasa cinta, sebagaimana rasa ikhlas yang akan meniadakan kesyirikan. Barangsiapa mencintai Allah ia akan mencintai agama-Nya, barangsiapa yang tidak mencintainya maka jangan diharap ia akan mencintai agama-Nya.Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. Al-Baqarah : 165)Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah : 54)(PurWD/voa-islam.com)Sumber :http://www.voa-islam.com

3