25
BAB 5 Tatanan Sosial dan Pengendalian POKOK PEMBAHASAN MAKROSOSIOLOGI Sebagaimana telah kita lihat dalam pembahasan mengenai pembagian sosiologi dalam mikrosoaiologi dan makrososiologi, maka mesososiologi dan makrososiologi mempelajari tatanan makro—mempelajari struktur sosial; menurut Randall Collins (1981) makrososiologi menganalisis proses sosial berskala besar dan berjangka panjang. Dalam skala ruang dan waktu yang disusun Collins pokok perhatian makrososiologi bergerak dari kerumunan, organisasi ke arah komunitas dan masyarakat territorial, dan dari hari, minggu, bulan, tahun kea bad. Makro-sosiologi tidak memperhatikan apa yang terjadi dengan individu atau kelompok kecil dan apa yang terjadi dalam jangka waktu pendek seperti detik, menit, dan jam melainkan proses jangka panjang seperti sekularisasi, rasionalisasi, industrialisasi, modernisasi, munculnya kapitalisme, urbanisasi. Berbeda dengan mikrososiologi yang menggunakan sudut pandang sehari-hari, maka makrososiologi

Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

BAB 5

Tatanan Sosial dan Pengendalian

POKOK PEMBAHASAN MAKROSOSIOLOGI

Sebagaimana telah kita lihat dalam pembahasan mengenai pembagian

sosiologi dalam mikrosoaiologi dan makrososiologi, maka mesososiologi dan

makrososiologi mempelajari tatanan makro—mempelajari struktur sosial; menurut

Randall Collins (1981) makrososiologi menganalisis proses sosial berskala besar

dan berjangka panjang. Dalam skala ruang dan waktu yang disusun Collins pokok

perhatian makrososiologi bergerak dari kerumunan, organisasi ke arah komunitas

dan masyarakat territorial, dan dari hari, minggu, bulan, tahun kea bad. Makro-

sosiologi tidak memperhatikan apa yang terjadi dengan individu atau kelompok

kecil dan apa yang terjadi dalam jangka waktu pendek seperti detik, menit, dan jam

melainkan proses jangka panjang seperti sekularisasi, rasionalisasi, industrialisasi,

modernisasi, munculnya kapitalisme, urbanisasi.

Berbeda dengan mikrososiologi yang menggunakan sudut pandang sehari-

hari, maka makrososiologi menggunakan sudut pandang struktur; makrososiologi

menggunakan sudut pandang klasik Emile Durkheim (Douglas, 1973). Menurut

Douglas ciri makrososiologi ialah, antara lain, mengikuti ilmu-ilmu alamiah seperti

pencarian hokum sebab-akibat dalam masyarakat, pengukuran variable, dan

pengujian proposisi, dan penekanan pada penelitian terapan.

Apa yang menjadi pokok bahasan makrososiologi? Menurut Alex Inkeles

(1965) sosiologi mempelajari hubungan sosial, institusi, dan masyarakat. Di antara

tiga pokok perhatian ini, institusi dan masyarakat merupakan pokok perhatian

mesososiologi dan makrososiologi. Perumusan Emile Durkheim mengenai pokok

Page 2: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

bahasan sosiologi menunjukkan bahwa pokok perhatian sosiologi ialah tatanan

meso dan makro, karena fakta sosial mengacu pada institusi yang mengendalikan

individu dalam masyarakat. Selain itu, sebagaimana dikemukakan oleh Inkeles

(1965), Durkheim berpandangan bahwa sosiologi ialah ilmu masyarakat dan

mempelajari institusi.

Gambaran visual mengenai apa yang merupakan pokok perhatian sosiologi

dapat kita amati pada beberapa karikatur yang menghiasi buku Peter L.Berger

Sociology: A Biographical Approach (1981). Pada gambar sampul diperlihatkan

seorang laki-laki yang duduk di kursi malas sambil membaca surat kabar di depan

televise, dan di bawah kursi terdapat kompor gas dengan masakan di atasnya; laki-

laki dengan berbagai fasilitas tersebut berada dalam sebuah sangkar yang

tergantung sehingga ia laksana seekor burung yang terkurung. Pada halaman 13

buku tersebut disajikan suatu karikatur lain yang menggambarkan tiga orang

manusia yang sedang bercakap-cakap; ketiganya berada di suatu tempat yang

dikelilingi tembok tebal berwajah manusia dan berbentuk lingkaran yang seakan-

akan mengurung ketiga orang tersebut. Agaknya gambar kedua ini ada kaitannya

dengan pandangan Berger dalam buku Invitation to Sociology, bahwa “ society is

the walls of our imprisonment in history” (Berger, 1978:109)—masyarakat adalah

tembok keterkungkungan kita dalam sejarah.

Meskipun karikatur-karikatur yang disajikan Berger dan Berger ini tentu

tidak dapat secara tepat menggambarkan apa yang menjadi pokok perhatian

mesososiologi dan makrososiologi, namun kedua gambar tersebut dapat menuntun

kita ke apa yang dibayangkan Durkheim tatkala ia menyatakan bahwa sosiologi

mempelajari fakta sosial-mempelajari “cara bertindak, berfikir dan merasakan di

Page 3: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa, yang mengendalikan individu”

(Durkheim, 1986:30).

STRUKTUR SOSIAL

Menurut Douglas (1973) mikrososiologi mempelajari situasi sedangkan

makrososiologi mempelajari struktur. Apa yang dimaksudkan ahli sosiologi

dengan konsep struktur sosial? Ternyata jawabnya tidak semudah yang kita duga,

mengingat bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempunyai banyak teori dan

paradigm. Seseorang yang mempelajari mikrososiologi seperti George C.Homans

mengaitkan struktur dengan perilaku sosial elementer dalam hubungan sosial

sehari-hari, sedangkan orang yang mempelajari makrososiologi, seperti misalnya

Gerhard Lenski, berbicara mengenai struktur masyarakat yang diarahkan oleh

kecendrungan jangka pan jang yang menandai sejarah. Kalau Talcott Parsons, yang

bekerja pada jenjang makrososiologi, berbicara mengenai struktur ia berbicara

mengenai kesalingterkaitan antara institusi, bukan kesalingterkaitan antarmanusia,

maka Coleman melihat struktur sebagai pola hubungan antarmanusia dan

antarkelompok manusia (mengenai pandangan Lenski, Parsons dan Coleman ini

lihat Blau, 1975).

Yang penting untuk diperhatikan ialah bahwa manakala seorang ahli

sosiologi berbicara mengenai struktur maka ia berbicara mengenai suatu yang

terdiri atas bagian yang saling tergantung dan membentuk suatu pola tertentu.

Bagian dari sesuatu tersebut dapat terdiri atas pola prilaku individu atau kelompok,

institusi, maupun masyarakat. Satu contoh dari konsep struktur sosial yang

menekankan pada pola prilaku individu dan kelompok ialah definisi Kornblum

(1988:77) berikut ini: “the recurring patterns of behavior that create relationships

Page 4: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

individuals and groups within a society”--pola prilaku berulang-ulang yang

menciptakan hubungan antaindividu dan antarkelompok dalam masyarakat.

Dalam membahas struktur sosial, dikenal dua konsep penting: status (status)

dan peran (role). Definisi Ralph Linton mengenai kedua konsep tersebut adalah

sebagai berikut: suatu status ialah “a collection of rights and duties”--suatu

kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan suatu peran ialah “the dynamic aspect of

status” (1968:358). Menurut Linton seseorang menjalankan peran manakala ia

menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya. Kalau kita memakai

kerangka Linton ini untuk membedakan antara status dan peran dosen, misalnya,

kita dapat mengatakan bahwa status dosen terdiri atas sekumpulan kewajiban

tertentu seperti kewajiban mendidik mahasiswa, melakukan penelitian ilmiah, dan

melakukan pengabdian kepada masyarakat, dan sekumpulan hak seperti hak

menempati jabatan fungsional dan menerima imbalan untuk jasanya. Peran seorang

dosen mengacu pada bagaimana seseorang yang berstatus sebagai dosen

menjalankan hak dan kewajibannya; antara lain bagaimana ia mengajar,

membimbing, dan mengevaluasi mahasiswanya.

Tipologi lain yang juga dipopulerkan Linton (1968:360) ialah pembagian

status menjadi status yang diperoleh (ascribed status) dan status yang diraih

(achieved status). Menurut Linton status yang diperoleh ialah status yang

“assigned to individuals without reference to their innate differences or abilities”--

status yang diberikan kepada individu tanpa memandang kemampuan atau

perbedaan antarindividu yang dibawa sejak lahir. Status yang menurut Linton

termasuk dalam kategori ini ialah usia ( misalnya anak, orang dewasa, manusia

berusia lanjut), jenis kelamin (setiap masyarakat menetapkan kegiatan dan sikap

berbeda bagi laki-laki dan perempuan), hubungan kekerabatan, dan kelahiran

Page 5: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

dalam suatu kelompok khusus seperti kasta atau kelas. Menurut Linton sebagian

besar status dalam semua system sosial termasuk dalam kategori ini.

Status yang diraih didefinisikan Linton sebagai status yang “requiring

special qualities”--status yang memerlukan kualitas tertentu. Menurut Linton status

jenis ini tidak diberikan pada individu sejak lahir melainkan harus diraih melalui

persaingan dan usaha pribadi.

Robert K.Merton (1965) mempunyai pandangan yang berbeda dengan

Linton. Menurut Merton ciri dasar dari suatu struktur sosial ialah bahwa suatu

status tidak hanya melibat satu peran terkait melainkan sejumlah peran terkait.

Merton memperkenalkan konsep perangkat peran (role-set), yang didefinisikan

sebagai ”complement of role relationshisp which persons have by virtue of

occupying a particular status”--pelengkap hubungan peran yang dipunyai

seseorang karena menduduki suatu status sosial tertentu (1965:369). Contoh yang

disajikan Merton ialah status sebagai mahasiswa fakultas kedokteran, yang

menurut Merton tidak hanya melibatkan peran mahasiswa dalam kaitan dengan

dosennya melainkan juga sekumpulan peran yang mengaitkan status mahasiswa

kedokteran dengan mahasiswa lain, juru rawat, dokter, teknikus medis dan

sebagainya. Konsep perangkat peran ini menurut Merton berbeda dengan konsep

peran majemuk (multiple roles), yang menurut Merton mengacu pada suatu

perangkat peran yang terkait dengan berbagai status yang dipunyai individu

(contoh yang diberikan Merton ialah status seseorang sebagai guru, istri, ibu,

penganut agama katolik, anggota Partai Republik). Menurut Merton dalam kasus

demikian nama yang paling tepat ialah perangkat status (status-set).

Page 6: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

INSTITUSI SOSIAL

Durkheim mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari institusi. Dlam

bahasa Indonesia dijumpai terjemahan berlainan dari konsep institution. Selo

Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964), misalnya, menggunakan istilah

“lembaga pemasyarakatan” sebagai terjemahan konsep social institution.

Koentjaraningrat, Mely G.Tan dan Harsja W.Bachtiar menggunakan istilah

“pranata”.

Sebagaimana halnya dengan konsep lain, maka mengenai konsep institusi

pun dijumpai berbagai definisi. Kornblum (1988:60) membuat definisi sebagai

berikut: “… an institution is a more or less stable structure of statuses and troles

deveted to meeting the basic needs of people in society”—suatu struktur status dan

peran yang diarahkan ke pemenuhan keperluan dasar anggota masyarakat. Harry

M. Johnson mengemukakan bahwa institusi ialah “seperangkat norma yang

terinstitusionalisasi (institutionalizet), “ yaitu : (1) telah diterima sejumlah besar

anggota system social ; (2) ditanggapi secara sungguh-sungguh (internalizet) ; dan

(3) diwajibkan, dan terhadap pelanggarnya di kenakkan sanksi tertentu.

Perumusan terakhir yang akan dibahas disini bersumber pada Peter L.

Berger (1978:104), yang mendefenisikan institusi sebagai “ a distinctive complex

of social actions”. Untuk memudahkan pemahaman mengenai konsep institusi

Berger mengacu pada pendapat Arnold Gehlen yang menamakan institusi suatu

“regulatory agency” yang menyalurkan tindakan manusia laksana naluri mengatur

tindakan hewan . contoh yang dikemukakan Berger ialah dorongan untuk menikah;

dalam banyak masyarakat dorongan untuk menikah merupakan suatu dorongan

yang menyerupai suatu naluri, namun dorongan tersebut sebenarnya bukan naluri

Page 7: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

melainkan ditanamkan pada dirinya oleh masyarakat melalui institusi seperti

keluarga, pendidikan, agama, media massa, iklan (Berger, 1978:105).

MASYARAKAT

Dari berbagai definisi telah kita lihat bahwa makrososiologi mempelajari

masyarakat. Bagaimanakah konsep masyarakat didefinisikan dalam sosiologi ?

Marion Levy (lihat Inkelrs, 1965) mengemukakan empat criteria yang perlu di

penuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat, yaitu (1) kemampuan

bertahan melebihi masa hidup seorang individu; (2) rekrutmen seluruh atau

sebagian anggota melalui reproduksi; (3) kesetiaan pada suatu “system tindakan

utama bersama” ; (4) adanya system tindakan utama yang bersifat “suasembada”.

Inkeles mengemukakan bahwa suatu kelompok hanya dapat kita namakan

kelompok tersebut dapat bertahan stabil untuk beberapa generasi walaupun sama

sekali tidak ada orang atau kelompok lain diluar kelompok tersebut .

Seorang tokoh sosiologi modern, Talcott Parsons (1968), punmerumuskan

kriteria bagi adanya masyarakat. Menurutnya masyarakat adalah suatu sistem

sosual yang swasembada (self-subsistent), melebihi masa hidup inividu normal,

dan merekrut anggota secara reprouks biologis serta melakukan sosialisasi

terhadap generasi berikutnya. Seorang tokoh sosiologi modern lain, Edward Shils,

pun menekankan pada aspek pemenuhan keperluan sendiri (self-suffficiency) yang

dibaginya dalam tiga komponen: pengaturan diri, reproduksi sendiri, dan

penciptaan diri (self-regulation, self-reproduction, self-generation). Dari berbagai

perumusan ini nampak bahwa konsep masyarakat mempunyai makna khusus, dan

bahwa, berbeda dengan penggunaan kata masyarakat dalam bahasa sehari-hari,

dalam sosiologi tidak smua kelompok dapat disebut masyarakat.

Page 8: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

PENGENDALIAN SOSIAL

Dalam uraiannya mengenai konsep fakta social Durkheim menyebutkan

bahwa fakta sosial dapat kita ketahui dari kekuatan paksaan luar yang

dijalankannya atau yang dapat dijalankannya terhadap individu. Menurut

Durkheim selanjutnya, adanya kekuatan paksaan luar ini dapat kita kita ketahui

dari sanksi tertentu atau perlawanan yang diberikan terhadap setiap usaha individu

untuk melanggar fakta sosial. Durkheim mengemukakan pula bahwa fakta sosial

berada di luar individu dan memiliki daya paksa untuk mengendalikan individu

tersebut (lihat Durkheim, 1965:1-3). Dari perumusan-perumusan ini nampak

bahwa individu harus menaati sejumlah aturan yang terdapat dalam masyarakat –

bahwa masyarakat menjalankan pengendalian sosial (social control) terhadap

individu.

Apa yang dimaksudkan dengan pengendalian sosial ? Berger (1978:83-84)

mendefinisikan pengendalian sosial sebagai “various means used by a society to

bring recalcitrant members back into line.“ Jadi dalam definisi ini pengendalian

sosial diartikan sbagai berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk

menertibkan anggota yang membangkang.

Roucek (1965), yang mengemukakan bahwa konsep pengendalian sosial

baru digunakan dalam sosiologi pada tahun 1894 oleh Small dan Vincent,

mengemukakan bahwa pengendalian adalah “a collective term for those processes,

planned or unplanned, by which individuals are taught, persuaded, or compelled

to conform to usages and life-values of groups (1965:3).”

Page 9: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

Definisi Roucek ini nampak lebih luas daripada definisi Berger, karena

definisi Roucek tidak hanya terbatas pada tindakan terhadp mereka yang

membengkang tetapi mencakup pula proses yang dapat kita klasifikasikan sebagai

proses sosialisasi.

Cara apa sajakah yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota

masyarakat yang membengkang ? menurut Berger cara terakhir dan tertua ialah

paksaan fisik. Berger mengemukakan bahwa semua orang hidup dalam situasi

dalam mana kekerasan fisik dapat digunakan secara resmi dan secara sah manakala

semua cara paksaan lain gagal (1978:86).

Dalam kehidupan sehari-hari dimasa kini maupun di masa lampau apa yang

dikemukakan Berger inidapat kita jumpai. Pada tahun 399 sebelum Masehi ahli

filsafat yunani, Socrates dipaksa minum racun karena dituduh mengacaukan

pikiran kaum muda dengan ajaran-ajarannya. Tatkala mahasiswa dan pemuda di

Republik Rakyat Tiongkok secara terus-menerus berdemonstrasi dilapangan

Tienanmen menuntut demokrasi dan kebebasan, mka pada bulan Juni 1989 Tentara

Pembebasan Tiongkok dikerahkan untuk mengusir para demonstran secara paksa

dengan menggunakan senjata api dan kendaraan lapis baja – suatu tindakan yang

mengakibatkan meninggalnya ratusan, dan bahkan mungkin ribuan demonstran.

Dalam surat kabar dan majalah kita membaca bahwa di kota Jakarta sejumlah

tersangka pelaku kejahatan ditembak oleh petugas setelah dilaporkan melawan

petugas atau berusaha melarikan diri tatkala diminta menunjukkan tempat

persembunyian teman-temannya. Di tepi Barat Sungai Jordan hampir tiap hari

dalam jangka beberapa tahun pemuda Palestinia ditembak mati oleh tentara Israel

karena berdemonstrasi melawan penduduk Israel terhadap wilayah tersebut.

Contoh ini memperlihatkan bahwa kekerasan fisik dapat ditempuh sebagai jalan

Page 10: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

terakhir, dan bahwa kekerasan fisik tersebut sering dapat berarti maut bagi si

pembangkang.

Pengendalian sosial berupa paksaan fisik sering kali bahkan tidak bersifat

resmi ataupun sah. Kita berkali-kali membaca dalam surat kabar atau majalah

bahwa seorang tersangka pelaku kejahatan seerti pencopet atau penodong

meninggal dunia setelah secara beramai-ramai di aniaya oleh sekerumunan orang

di tempat kejadian. Telah beberapa kali terjadi bahwa orang yang di sangka

menggunakan ilmu hitam di bunuh oleh warga setempat. Kita pernah membaca

pula bahwa di beberapa tempat orang yang di sangka melakukakn hubungan seks

di luar nikah di arak dan bahkan dipaksa mengulangi perbuatannya di depan

umum.

Di samping paksaan fisik, Berger menyebutkan sejumlah mekanisme lain

yang digunakan masyarakat untuk mengendalikan anggotanya. Mekanisme yang

disebutkan ini diterapkan dalam ruang lingkup lebih terbatas, yaitu dalam

kelompok sepertidalam pekerjaan, dalam lingkungan teman, dalam lingkungan

keluarga. Menurut Berger mekanisme-mekanisme tersebut ialah membujuk,

memperolok-olokkan, mendesas-desuskan mempermalukan dan mengucilkan

(lihat Beger 1978:87-92).

Mengingat adanya berbagai mekanisme pengendalian sosial tersebut, Berger

berpendapat bahwa setiap individu dalam masyarakat berada di pusat seperangkat

lingkaran kosentris yang masing-masing mewakili suatu sistem pengendalian

sosial (1978:93). Masing-masing di antara kita tentu akan mengalami bahwa kita

dikendalikan oleh sistem pengendalian sosialyang berlaku dalam berbagai

kelompok seperti keluarga kita, sekolah ataupun tempat kerja kita, lingkungan

Page 11: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

tetangga kita. Seorang pemuda yang menikah dengan perempuan yang tidak

direstui keluarga dan masyarakatnya dapat menghadapi resiko kehilangan jabatan

(sebagaimana dialami Edwar VIII, yang kehilangan tahta kerajaan Inggris karena

menikah dengan perempuan yang pernah bercerai); orang yang diduga melakukan

hubungan seks di luar menikah menghadapi risiko di desas-desuskan, publikasi

dalam pers (seperti yang dialami calon presiden AS,Gary Hart atau Presiden

Clinton), atau bakhan diarak didepan umun dan di paksa beberapa anggota aparat

desa untuk melakukan hubungan seks di hadapan orang lain di gedung balai

pertemuan rukun warga (seperti yang dialami dua warga kota malang);mahasiswa

atau dosen yang terlibat dalam prilaku kolektif atau gerakan sosial didalam

maupun diluar kampus mengahadapi risiko dikeluarkan dari perguruan tinggi,

dan/atau duajukan ke pengadialan dengan tuduhan melakukan tindak pidana

(sebagaimana dalam masyarakat kita dialami oleh sejumlah orang mahasiswa dan

dosn UI pada tahun 1974, beberapa orang mahasiswa ITB pada tahun 1989 atau

mahasiswa dalam peristiwa Dilli pada tahun 1992): pegawai yang dituduh

melakukan kesalahan atau pelanggaran dalam pekerjaanya (mislanya melakukan

korupsi atau menjadi anggota organisasi terlarang) menghadapi risiko penundaan

kenaikan pangkat, penuruna pangkat, dialihtugaskan ke jabatan yang tidak berarti,

dirumahkan, dipensiunkan secara dini atau bahkan dipecat dengan tidak hormat.

Kontrol sosial secara kumulatif nampak jelas pada kasus tabloid Monitor

yang memuat berita yang di anggap menghina agama: SIUPP-nya di cabut

Pemerintah, kantornya di obrak-abrik massa, dan Pemimpin Redaksinya

mengalami sanksi bertubi-tubi: di pecat dari PWI, dikeluarkan dari penerbitnya,

dikritik oleh berbagai kalangan (seperti mentri,anggota mahkamah agung,pemuka

agama) melalui berbagai media mulai dari elektronik, media cetak, sampai ke

Page 12: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

demonstrasi ditahan oleh polisi, diajukan kedepan pengadilan pidana, dan akhirnya

di jatuhi hukuman penjara.

Penting pula untuk dikemukakan di sini bahwa menurut Berger (1978:101)

hidup kita tidak hanya dikuasai oleh orang yang hidup masa kini tetapi juga oleh

mereka yang telah meninggal selama berabad-abad. Pernyataan Berger ini tentu

tidak memerlukan penjelasan. Fakta sosial yang disebutkan Durkheim —cara

bertindak, berpikir, berperasaan –yang sering kali bersumber pada nenek moyang

kita hingga kini masih menjalankan paksaan dari luar, dan pelanggaran tehadapnya

sering masih menghasilkan sanksi.

Dalam bahasanya mengenai cara pengendalian sosial Roucek (1965)

menyebutkan bahwa cara pemaksaan konformitas perilaku sangat banyak jumlah

dan ragamnya. Ia pun menyebutkan mekanisme seperti desas-desus, mengolok-

olok, mengucilkan, menyakiti. Namun karena definisinya mengenai pengendalian

sosial yang diuraikannya pun sangat banyak, seperti ideologi, bahasa, seni,

rekreasi, organisasi rahasia, cara tanpa kekerasan, kekerasan dan teror,

pengendalian ekonomi, perencanaan ekonomi dan sosial (Roucek, 1965:185-381).

Roucek berpendapat bahwa pengendalian sosial dapat diklasifikasikan

dengan berbagai cara. Menurutnya ad pengendalian sosial yang dijalankan

memalui institusi, dan ada yang tidak; ada yang dilakukan secara lisan dan

simbolik, dan ada yang dilakukan secar kekerasan: ada yang menggunakan

hukuman dan ada yang menggunakan imbalan; ada yang bersifat formal, dan ada

yang informasi.

Page 13: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

RINGKASAN

Makrososiologi menggunakan sudut pandangan struktual, sudut pandangan

klasik Durkheim. Perumusan Durkheim mengenai pokok pembahasan sosiologi

menunjukkan bahwa pokok perhatian sosiologi ialah tatanan meso dan makro,

karna fakta sosial mengacy pada institusi yang mengendalikan individu dalam

masyarakat dan mempelajari institusi.

Homans mengaitkan struktur dengan oerilaku sosial elementer dalam

hubungan sosial sehari-hari. Lenski berbicara mengenai struktur struktur

masyarakat yang diarahkan oleh kecendrungan jangka panjang yang menandai

sejarah. Di kala Talcott Parsons berbicara mengenai keselingterkaitan antara

isntitusi, bukan keselingterkaitan antarmanusia. Colernan melihat strukture sebagai

pola hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia.

Dalam mebahas struktur sosial, Linton menggunakan dua konsep penting:

status dan peran. Tipologi lain yang juga dipopulerkan Linton ialah pembagian

status menjadi status yang diperoleh dan status yang diraih.

Merton memperkenalkan konsep perangkat peran, yang didefenisiskannya

sebagai pelengkap hubungan peran yang dipunyai konsep perangkat peran ini

menurut Merton berbeda dengan konsep peran majemuk, yang menurutnya

mengacu pada suatu perangkat peran yang terkait dengan berbagai status yang

dipunyai individu.

Page 14: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

Durkheim mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari institusi.

Sebagaimana halnya dengan konsep lain, maka mengenai konsep institusi pun

dijumpai berbagai definisi.

Dari berbagai definisi telah kita lihat bahwa makrososiologi mempelajari

masyarakat. Menurut Parsons masyarakat ialah suatu sistem sosial yang

swasembada melebihi masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara

reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya. Shils

pun menekan kan pada aspek pemenuhan keperluan sendiri yang dibaginya dalam

tiga komponen: pengatur diri, reproduksi sendiri dan penciptaan diri.

Berger mendefinisikan pengendalian sosial sebagai berbagai cara yang

digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang. Roucek

mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang

mengacu pada proses terencana maupun tidak melalui mana individu diajarkan,

dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup

kelompok.

Menurut Berger cara pengendalian sosial terakhir dan tertua ialah paksaan

fisik. Ia pun menyebutkan sejumlah mekanisme lain yang digunakan masyarakat

untuk mengendalikan anggotanya, yaitu membujuk, memperolok-olokkan,

mendesas-desuskan, mempermalukan, dan mengucilkan.

Berger berpendapat bahwa setiap individu dalam masyarakat berada di pudat

seperangkat lingkaran kosentris yang masing-masing mewakili suatu sistem

pengendalian sosial. Menurut Berger hidup hidup kita tidak hanya dikuasai oleh

Page 15: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

orang yang hidup masa kini tetapi juga oleh mereka yang telah meninggal selama

berabad-abad.

KONSEP PENTING

Institusi (institution): suatu struktur status dan peran yang diarahkan ke pemenuhan

keperluan dasar anggota masyarakat (Kornbium); seperangkat norma yang

terinstitusionalisme, yaitu (1) telah diterima sebagian besar anggota sistem sosial,

(2) diinternalisasikan, dan (3) diwajibkan, dan terhadap pelanggarnya dikenakan

sanksi tertentu (Johnson); suatu kompleks tindakan yang khas (Berger).

Makrososiologi (macrososiology): bagian sosiologi yang menganalisis proses

sosial berskala besar dan berjangka panjang.

Masyarakat (society): suatu sistem sosial yang swasembada, melebihi masa hidup

individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan

sosialisasi terhadap generasi berikutnya (Parsons).

Multiple roles (peran majemuk): suatu perangkat peran yang terkait dengan

berbagai status yang dipunyai individu (Merton).

Pengendalian sosial (sosial control): berbagai cara yang digunakan masyarakat

untuk menertibkan anggota yang membangkang (Berger); suatu istilah kolektif

yang mengacu pada proses, baik yang terencana maupun tidak, melalui mana

individu diajarkan, dibujuk ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada

kebiasaan dan nilai hidup kelompok (Roucek).

Page 16: Tatanan Sosial Dan Pengendalian Sosial

Peran (role): ialah segi dinamis suatu status (Linton).

Perangkat peran (role-set): pelengkap hubungan peran yang dipunyai seseorang

karena menduduki suatu status sosial tertentu (Merton).

Status (ststus): suatu kumpulan hak dan kewajiban (Linton).

Status yang diperoleh (ascribed status): status yang diberikan kepada individu

tanpa memandang kemampuan atau perbedaan atarindividu yang dibaawa sejak

lahir (Linton).

Status yang diraih (achieved status): status yang memerlukan kualitas tertentu yang

harus diraih melalui persaingan dan usaha pribadi (Linton).

Struktur sosial: pola prilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan

antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat (Kornblum).