8
REPRODUCTION PERFORMANCE OF LIMOUSIN CROSSBREED IN TANGGUNGGUNUNG DISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY Anang Wahyu Eko S 1) , Nurul Isnaini 2) and Sri Wahjuningsih 2) 1) Undergraduate Student at the Faculty of Animal Husbandry Brawijaya University 2) Lecturer at the Faculty of Animal Husbandry Brawijaya University ABSTRACT The purpose of this study was to determine reproductive performance of Limousin crossbreed cattle including Days Open (DO), Service per Conception (S/C), Calving Interval (CI) and Conception Rate (CR) in Tanggunggunung district, Tulungagung Regency. The material used in this research were limousin crossbreed cattle. Data were analyzed by one way ANOVA to know the average and standard deviation of DO, S/C, CI and CR and analysis of test data and continued by LSD test to compare the variety of reproductive performances. The study shows that days open, at parity 1, 2 and 3 respectively were 124.07±15.70 days; 116.09±16.15 days and 125.33±17.73 days. Where as the S/C at parity 1, 2, 3 and 4 respectively were 1.78±0.59; 1.65±0.60; 1.35±0, 48 and 1.41±0.50. The calving interval at parity 1, 2 and 3 respectively were 411.93±21.51 days; 405.07±22.17 days and 413.22±20.33 days and the conception rate at parity 1 , 2 , 3 and 4 respectively were 30.34%, 41.30%, 65.22% and 58.70%. It was concluded that Limousin crossbreed cattle had low reproduction values which were indicated by long days open, long calving intervals and low Conception rate. Keywords : Days Open, Service per Conception, Calving Interval, Conception Rate, Limousin Crossbreed. TAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN LIMOUSIN DI KECAMATAN TANGGUNGGUNUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG Anang Wahyu Eko Setyono 1) , Nurul Isnaini 2) dan Sri Wahjuningsih 2) 1) Mahasiswa Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya 2) Dosen Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tampilan reproduksi sapi peranakan Limousin di Kecamatan Tanggunggunung yang meliputi, days open, service per conception, calving interval dan conception rate. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 46 ekor induk sapi Peranakan Limousin hasil Inseminasi Buatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Sampel dipilih secara purposive sampling. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui rataan dan standar deviasi dari DO, S/C, CI dan CR dan One Way Anova dari RAL, apabila ada data berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT untuk membandingkan tampilan reproduksi pada paritas yang berbeda. Hasil penelitian nilai dari DO, pada paritas 1, 2 dan 3 berturut-turut 124,07±15,70 hari; 116,09±16,15 hari dan 125,33±17,73 hari. Nilai S/C pada paritas 1, 2, 3 dan 4 berturut- turut 1,78±0,59 kali; 1,65±0,60 kali; 1,35±0,48 kali dan 1,41±0,50 kali. Nilai CI pada paritas 1,2 dan 3 berturut-turut 411,93±21,51 hari; 405,07±22,17 hari dan 413,22±20,33 hari. Nilai

Tampilan Reproduksi Sapi Peranakan Limousin Di Kecamatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tampilan Reproduksi Sapi Peranakan Limousin Di Kecamatan

REPRODUCTION PERFORMANCE OF LIMOUSIN CROSSBREED INTANGGUNGGUNUNG DISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY

Anang Wahyu Eko S1), Nurul Isnaini2) and Sri Wahjuningsih2)

1) Undergraduate Student at the Faculty of Animal Husbandry Brawijaya University2) Lecturer at the Faculty of Animal Husbandry Brawijaya University

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine reproductive performance of Limousincrossbreed cattle including Days Open (DO), Service per Conception (S/C), Calving Interval(CI) and Conception Rate (CR) in Tanggunggunung district, Tulungagung Regency. Thematerial used in this research were limousin crossbreed cattle. Data were analyzed by oneway ANOVA to know the average and standard deviation of DO, S/C, CI and CR andanalysis of test data and continued by LSD test to compare the variety of reproductiveperformances. The study shows that days open, at parity 1, 2 and 3 respectively were124.07±15.70 days; 116.09±16.15 days and 125.33±17.73 days. Where as the S/C at parity 1,2, 3 and 4 respectively were 1.78±0.59; 1.65±0.60; 1.35±0, 48 and 1.41±0.50. The calvinginterval at parity 1, 2 and 3 respectively were 411.93±21.51 days; 405.07±22.17 days and413.22±20.33 days and the conception rate at parity 1 , 2 , 3 and 4 respectively were 30.34%,41.30%, 65.22% and 58.70%. It was concluded that Limousin crossbreed cattle had lowreproduction values which were indicated by long days open, long calving intervals and lowConception rate.

Keywords : Days Open, Service per Conception, Calving Interval, Conception Rate,Limousin Crossbreed.

TAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN LIMOUSIN DI KECAMATANTANGGUNGGUNUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG

Anang Wahyu Eko Setyono1), Nurul Isnaini2) dan Sri Wahjuningsih2)

1) Mahasiswa Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya2) Dosen Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tampilan reproduksi sapi peranakan Limousindi Kecamatan Tanggunggunung yang meliputi, days open, service per conception, calvinginterval dan conception rate. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 46 ekorinduk sapi Peranakan Limousin hasil Inseminasi Buatan. Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah survei. Sampel dipilih secara purposive sampling. Data yang diperolehkemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui rataan dan standar deviasi dari DO,S/C, CI dan CR dan One Way Anova dari RAL, apabila ada data berbeda nyata makadilanjutkan dengan uji BNT untuk membandingkan tampilan reproduksi pada paritas yangberbeda. Hasil penelitian nilai dari DO, pada paritas 1, 2 dan 3 berturut-turut 124,07±15,70hari; 116,09±16,15 hari dan 125,33±17,73 hari. Nilai S/C pada paritas 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut 1,78±0,59 kali; 1,65±0,60 kali; 1,35±0,48 kali dan 1,41±0,50 kali. Nilai CI pada paritas1,2 dan 3 berturut-turut 411,93±21,51 hari; 405,07±22,17 hari dan 413,22±20,33 hari. Nilai

Page 2: Tampilan Reproduksi Sapi Peranakan Limousin Di Kecamatan

CR pada paritas 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut 30,34%; 41,30%; 65,22% dan 58,70%.Disimpulkan bahwa nilai tampilan reproduksi sapi Peranakan Limousin di kecamatanTanggunggunung tergolong masih kurang efisien meskipun Service per Conception baiktetapi untuk parameter yang lainnya meliputi rata-rata Days open masih panjang, Calvinginterval yang panjang dan Conception rate yang masih rendah.

Kata kunci : Days Open, Service per Conception, Calving Interval, Conception Rate, SapiPeranakan Limousin

PENDAHULUAN

Kebutuhan daging dari tahun ketahun terus meningkat seiring denganpeningkatan jumlah penduduk dankesadaran masyarakat terhadap pentingnyaprotein hewani. Meningkatnya kesadaranmasyarakat berpengaruh pada tingginyapermintaan terhadap daging. Salah satuupaya untuk memenuhi kebutuhan dagingmasyarakat yaitu dengan meningkatkanjumlah populasi sapi. Reproduksi sapimerupakan salah satu faktor pendukungyang paling berpengaruh dalampeningkatan jumlah populasi sapi potongdan kebutuhan daging. Berbagai upayatelah dilakukan pemerintah untukmeningkatkan produktivitas sapi di dalamnegeri. Berbagai macam bangsa sapipotong telah diimpor baik berupa ternakhidup maupun dalam bentuk semen bekuuntuk disilangkan dengan ternak lokalsehingga menghasilkan sapi-sapi silangan(Hartati, dkk, 2005).

Sapi Peranakan Limousinmerupakan sapi hasil persilangan antarbangsa (cross breeding) Sapi Limousindan sapi lokal, seperti Sapi Ongole atauSapi Brahman persilangan antar bangsadilakukan untuk memadukan sifat-sifatunggul dari kedua bangsa. Menurut Talib(2001), persilangan antar bangsa sapiditujukan untuk memaksimalkanheterosigositas (terkumpulnya keunggulandari masing-masing bangsa pada satuindividu). Persilangan yang terkenal didunia adalah antara Bos taurus dan Bosindicus untuk membentuk bangsa baruyang memiliki keunggulan kedua bangsatersebut. Persilangan sapi dilakukandengan cara kawin buatan atau sering

disebut Inseminasi Buatan (IB). TeknologiIB juga diharapkan dapat meningkatkanmutu genetik sapi. Melalui IB beberapaparameter teknis dapat diperbaiki, antaralain kelangkaan pejantan dilokasipeternakan dapat diatasi, produktivitasmenghasilkan anak dapat meningkatdengan menekan waktu Calving Interval,kualitas bakalan dapat diperbaiki, karenasemen IB yang digunakan pada umumnyaberasal dari pejantan unggul terpilih, yaituSimental, Limousin atau Brahman(Kuswaryan, dkk, 2003). Tampilanreproduksi ini juga dipengaruhi olehbeberapa faktor diantaranya adalah pakan,genetik, manajemen dan umur ternak atauparitas ternak (Wijono dan Setiadi, 2004).

Kecamatan Tanggunggunungadalah salah satu kecamatan yang ada diKabupaten Tulungagung yang memilikipopulasi sapi potong sebesar 5.913 ekor(Anonimous, 2013). Perkembanganpopulasi sapi potong di KecamatanTanggunggunung mengalami peningkatanyang cukup baik dari tahun ke tahun.Peningkatan populasi sapi potong didaerah ini merupakan bukti berhasilnyateknologi IB yang telah lama diterapkanmeskipun selama ini belum ada data yangbisa menginformasikan seberapa besarkeberhasilan IB yang ada di kecamatantersebut.

MATERI DAN METODEPENELITIAN

Penelitian dilaksanakan diKecamatan Tanggung gunung, KabupatenTulungagung. Pelaksanaan pengambilandata dilakukan pada tanggal 28 Oktobersampai tanggal 22 Nopember 2013.

Page 3: Tampilan Reproduksi Sapi Peranakan Limousin Di Kecamatan

Materi yang digunakan dalampenelitian ini adalah induk Sapi PeranakanLimousin sebanyak 46 ekor yang telahpartus empat kali hasil IB.

Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode survey. Datayang diambil adalah data primer dansekunder. Pengambilan data primerdilakukan dengan cara pengamatan danwawancara langsung dengan peternakmenggunakan pertanyaan. Data sekunderdiperoleh dari dinas peternakan atau datadari petugas inseminator berupa tanggal IBdan tanggal partus dikonversikan menjadihari kemudian data diolah agar dapatdiketahui dan digambarkan secaradeskriptif, selanjutnya diolahmenggunakan klasifikasi satu arah (OneWay Anova), apabila terjadi perbedaanmaka dilanjutkan dengan uji Beda NyataTerkecil (BNT) untuk membandingkantampilan reproduksi pada paritas yangberbeda berdasarkan DO, S/C, CI dan CR.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi PenelitianKabupaten Tulungagung memiliki

luas 1.555,65 km2 berada pada garisequator 1110 43’ BB-1120 07 BT dan 70

51’ LU-80 18’ LS. Sebagian besarwilayahnya terdiri dari daerah dataranpegunungan dan dataran rendah.Kecamatan Tanggungunung merupakansebuah kecamatan yang terletak padabagian selatan Kabupaten Tulungagungyang terletak pada daerah pegunungandengan ketinggian antara 400 - 700 mdiatas permu- kaan laut dengan luaswilayah 14.000 ha. Batas KecamatanTanggunggunung sebelah barat berbatasandengan Kecamatan Besuki, sebelah timurberbatasan dengan Kecamatan Kalidawir,sebelah utara berbatasan denganCampurdarat dan sebelah selatanberbatasan dengan Samudra Indonesia(Anonymous, 2013). Sistem pemeliharaanternak yang dilakukan oleh peternak diKecamatan Tanggunggunung mengguna-kan cara tradisional (ekstensif) yaitu

mengandalkan pakan dari lingkungansekitar.

Waktu Kosong atau Days OpenWaktu kosong adalah jumlah

periode dari melahirkan sampai ternakbunting kembali. Berdasarkan perhitunganpengamatan DO, didapatkan nilai DOpaling tinggi ada pada paritas tiga yaitu125,33±17,73 hari. Nilai DO lebih lengkapdapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan nilai (DO) Sapi PeranakanLimousin pada paritas yangberbeda

No Paritas Jumlah(ekor)

DO (%)

1 1 46 124,07±15,70b

2 2 46 116,09±16,15a

3 3 46 125,33±17,73b

Rata-rata 46 121,83±16,53Keterangan : Notasi (a,b) pada kolom yangsama menunjukkan adanya perbedaan nyata(P<0,05)

Ihsan (2010) berpendapat bahwamasa kosong yang baik adalah 85-115hari. Hasil rata-rata DO pada tabel 2 lebihrendah jika dibandingkan dengan hasilpenelitian Nuryadi dan Wahjuningsih(2011) yang melaporkan bahwa lama DOsapi adalah 130,27±20,99 dan149,32±24,19. Rataan masa kosong darihasil penelitian juga lebih rendahdibandingkan dengan hasil pengamatanyang dilakukan Atabany, dkk (2011) yangmenyatakan bahwa rataan DO sapi diBBPTU Baturaden adalah 138,8±67,9 hari.

Panjangnya nilai DO ini salahsatunya disebabkan oleh peternak yangmengawinkan sapinya setelah pedetdisapih, penyapihan pedet biasanyadilakukan peternak pada umur 90-110 haridalam kurun waktu tersebut pedet akanterus menyusu induknya hingga disapih.Hasil uji statistik, terlihat bahwa perlakuandengan rata-rata DO tertinggi terdapat

Page 4: Tampilan Reproduksi Sapi Peranakan Limousin Di Kecamatan

pada paritas 3 namun paritas 3 tidakberbeda nyata dengan paritas 1, sedangkanperlakuan dengan rata-rata DO terendahterdapat pada paritas 2. Nilai DO padaparitas 2 ini berbeda nyata dengan semuaperlakuan yang lain. Nilai rendah padaparitas 2 menunjukkan tingkat kesuburanternak yang baik dibandingkan DO padaparitas 1 dan paritas 3.

Tingginya nilai S/C juga dapatmempengaruhi panjangnya nilai DO,dalam pengamatan meskipun memilikinilai S/C dibawah 1,6 lama DO dan CImasih panjang. DO yang panjang dilokasipenelitian juga dipengaruhi oleh deteksiberahi peternak yang kurang cermatbahkan telat melaporkan ke inseminatorsehingga pelaksanaan IB dilakukan padaberahi yang ke tiga atau ke empat setelahberanak. Pirlo, et al (2000) berpendapatbahwa faktor-faktor yang menyebabkanpanjangnya nilai DO adalah birahi yangterlambat, kesalahan dalam deteksi berahi,kurangnya bobot badan dan faktorlingkungan.

Jumlah Inseminasi atau Service perConception

Service per Conception merupakanangka yang menunjukkan jumlahinseminasi untuk menghasilkankebuntingan dari sejumlah pelayanan(service) inseminasi yang dibutuhkan olehseekor ternak betina sampai terjadikebuntingan (Fanani dkk, 2013). AngkaS/C dipengaruhi oleh kualitas semen,keadaaan ternak yang diinseminasi,ketepatan waktu inseminasi danketrampilan inseminator. Berdasarkanpengamatan hasil penghitungan secaradeskriptif S/C dapat diketahui pada Tabel2 dibawah ini.

Tabel 2. Rataan nilai Service perConception (S/C) SapiPeranakan Limousin padaparitas yang berbeda

No Paritas Jumlah(ekor)

S/C (kali)

1 1 46 1,78±0,59b

2 2 46 1,65±0,60b

3 3 46 1,34±0,48a

4 4 46 1,41±0,50a

Rata-rata 1,55±0,54Keterangan : Notasi (a,b) pada kolom yang sama

menunjukkan adanya perbedaan yangsangat nyata (P<0,01)

Tabel 2. menunjukkan nilai rata-rata S/C pada berbagai paritas sebanyak1,55±0,54 kali. Rata-rata hasil penelitiandapat digolongkan dalam kategori baikkarena masih berada dibawah standar dariS/C. Bestari, dkk (1999) menyatakanbahwa banyaknya kawin perkebuntinganyang normal adalah 1,60 sampai 2,00.Rata-rata nilai S/C pada tabel 2 lebihtinggi jika dibandingkan dengan hasilpenelitian Nuryadi dan Wahjuningsih(2011) yang melaporkan bahwa angka S/Cpada sapi potong adalah 1,28 dan 1,34, lainhalnya dengan hasil penelitian Soeharsonodkk (2010) yang melaporkan bahwa (S/C)sapi potong silangan di DIY sebesar 1,9kali.

Hasil perhitungan statistikmenunjuk-kan bahwa pada perlakuan P1tidak berbeda sangat nyata (P>0,01)dengan pelakuan P2. Sedangkan perlakuandengan rata-rata S/C terendah terdapatpada perlakuan P3, perlakuan ini tidakberbeda sangat nyata (P>0,01) denganperlakuan P4. Hal ini membuktikan bahwanilai tingkat kesuburan sapi PeranakanLimousin pada paritas 3 dan 4 lebih baikdibandingkan dengan paritas 1 dan 2. Hasilpenelitian di atas berbeda dengan pendapatTjatur dan Ihsan (2011) bahwa rata-ratapenampilan reproduksi yang meliputi: DO,S/C dan CI berdasarkan analisis statistiktidak menunjukkan perbedaan penampilanreproduksi antar paritas. Hal ini dikarena-kan jumlah sampel yang diamati terdapatperbedaan yaitu paritas 1 sampai paritas 4.

Page 5: Tampilan Reproduksi Sapi Peranakan Limousin Di Kecamatan

Jumlah sampel pada penelitian sebanyak46 ekor, sehingga pembanding antarparitas tidak seimbang. S/C yang rendahmenunjukkan semakin baik kesuburanternak sebaliknya apabila S/C tinggi makakesuburan ternak semakin buruk.

Tingginya S/C pada lokasipenelitian disebabkan oleh pemberianpakan ke ternak kurang baik sehinggamenyebabkan gangguan pada sistemhormonal reproduksi yang menyebabkanterganggunya fertilitas betina. Nebel(2002) menyatakan bahwa S/Cdipengaruhi oleh banyak faktordiantaranya fertilitas betina, fertilitaspejantan, faktor lingkungan dan teknikinseminasi. Fertilitas betina dapat dilihatdari adanya kebuntingan, kondisi saluranreproduksi, pakan yang diberikan,perubahan kondisi tubuh dari kelahiransampai perkawinan kembali, umur danbangsa. Ketepatan kedatangan inseminatorsaat estrus pada sistem pembibitan ternakberpengaruh pada keberhasilan S/C(Soeharsono dkk, 2010).

Jarak Beranak Atau Calving IntervalCalving Interval adalah jarak

waktu antara satu kelahiran dengankelahiran berikutnya. Calving Intervaldipengaruhi oleh lama kebuntingan danlama waktu kosong ternak. Jarak beranakmerupakan salah satu kinerja reproduksiyang perlu diketahui karena keteraturan CIyang setahun sekali menjaminkesinambungan produksi ternak danreplacement stock dalam suatu peternakansapi potong (Luthfi, dkk, 2011).Berdasarkan hasil penghitungan secaradeskriptif dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan nilai Calving Interval (CI)Sapi Peranakan Limousin padaparitas yang berbeda

No Paritas Jumlah(ekor)

CI (hari)

1 1 46 411,93±21,512 2 46 405,06±22,173 3 46 413,21±20,33

Rata-rata 410,07±21,34

Tabel 4 Menunjukkan nilai rata-rata CI sapi Peranakan Limousin410,07±21,34 hari. Hasil pengamatanmenunjukkan bahwa CI masih dibawahhasil penelitian Soeharsono, dkk (2010)yang menunjukkan nilai CI ternak potongdi kota Yogyakarta sebesar 428 hari danHadi dan Ilham (2002) menyatakan bahwapanjangnya nilai CI sapi potong padapembibitan usaha rakyat sebesar 420 hari,nilai ini lebih tinggi dibandingkan denganrata-rata hasil penelitian (tabel 3). Hasil ujistatistik menunjukkan tidak berbeda nyata(P>0,05) antara paritas 1 paritas 2 danparitas 3. Meskipun secara numerik paritas2 lebih rendah dibandingkan paritas 1 danparitas 3. Nilai CI pada penelitian masihdalam kategori kurang baik karena lebihpanjang dari standar yaitu 365 hari. Hadidan Ilham (2002) menyatakan bahwa jarakwaktu beranak (Calving Interval) yangideal adalah 12 bulan, yaitu 9 bulanbunting, 3 bulan menyusui.

Nilai CI pada penelitian yangpanjang kemungkinan dipengaruhi olehbeberapa faktor yaitu penyapihan pedetyang cukup lama sehingga mempengaruhilamanya dari DO, dan pemberian pakanyang kurang memiliki nutrisi yangmencukupi untuk ternak. Sesuai denganpendapat Soeharsono, dkk (2010)menyatakan bahwa pemenuhan nutrisipakan merupakan salah satu faktor yangmempengaruhi kondisi induk selainketepatan dalam penyapihan pedet. Pedetyang terlalu lama disusukan induknyadengan pakan yang diberikan kurangmencukupi kebutuhan nutrisi, dapatmenyebabkan post partum estrus (birahipasca melahirkan) menjadi terlambat danCI juga menjadi panjang sehinggapeternak merugi.

Angka konsepsi atau Conception RateConception Rate adalah besarnya

persentase angka konsepsi ternak betinabunting pada pelayanan inseminasipertama dari sejumlah keseluruhan ternakbetina yang di inseminasi (Riyanto, 2000).CR hasil penelitian yang paling tinggi ada

Page 6: Tampilan Reproduksi Sapi Peranakan Limousin Di Kecamatan

pada paritas 3 yaitu 65,2 % dan yangpaling rendah pada paritas 1 yaitu 30,43%. Nilai CR lebih lengkap dapat dilihatpada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan nilai Conception Rate(CR) Sapi Peranakan Limousinpada paritas yang berbeda

No Paritas Jumlah(ekor)

CR (%)

1 1 46 30,432 2 46 41,313 3 46 65,224 4 46 58,70

Rataan 48,91±15,93

Tabel 5 menunjukkan rata-rata nilaiCR sapi Peranakan Limousin sebesar48,91±15,93 % dan sekaligusmenggambarkan bahwa nilai CR hasilpenelitian ini dibawah standar, karena nilaiCR yang baik adalah lebih dari samadengan 60 %. Partodiharjo (1992)menyatakan angka konsepsi yang baikyaitu 60% atau lebih. Hasil rata-rata padaTabel 4 lebih rendah dibandingkan denganpenelitian Pratiwi, dkk (2008) yangmenyatakan bahwa angka konsepsi padainduk yang mempunyai pedet disapihumur 20 minggu sebesar 70,0%.

Nilai CR dari urutan terendah padaparitas 1 yaitu 30,43% (14 ekor), paritas 2yaitu 41,30% (19 ekor), paritas 4 yaitu58,7% (27 ekor) dan yang tertinggi dari 4paritas yaitu paritas 3 dengan nilai CR65,22% (30 ekor). Hasil penelitian Rasyiddan Krishna (2009) bahwa di KecamatanPadang Kabupaten Lumajang presentasejumlah sapi yang bunting pada inseminasipertama berdasarkan nilai CR cukuprendah yaitu 23%, hasil tersebut masihlebih rendah dibandingkan dengan nilaiCR pada penelitian ini.

Angka CR yang rendah pada lokasipenelitian disebabkan asupan nutrisi padapakan ternak yang kurang, terlebih padasaat musim kemarau umumnya peternakhanya memberikan pakan jerami saja.Nuryadi dan Wahjuningsih (2011)menyatakan bahwa nutrisi pakan yang

diterima oleh sapi sebelum dan sesudahberanak juga berpengaruh terhadap CR.Hal ini didukung oleh Rasyid dan Krishna(2009) yang menyatakan bahwa kegagalanreproduksi dapat disebabkan karena faktorpengelolaan diantaranya kurang gizi,defisiensi mineral termasuk teknikinseminasi dan faktor internal ternak itusendiri.

Angka CR rendah dilokasipenelitian ini juga dipengaruhi olehpeternak yang kurang cermat mengamatiestrus dan waktu pengawinan yang kurangtepat serta jarak rumah inseminator denganakseptor cukup jauh ± 10-15 km denganmedan yang sulit sehingga menghambatdatangnya inseminator untuk melakukaninseminasi. Sesuai dengan pendapatHastuti (2008) menyatakan bahwabesarnya angka konsepsi dipengaruhi olehkesuburan betina, keterampilan petugasinseminator, keterampilan peternak dalammendeteksi berahi ternaknya, penanganansemen beku di pos IB dan kemudahansarana komunikasi maupun prasarana jalandan peralatan IB yang lengkap.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian nilai

tampilan reproduksi sapi PeranakanLimousin di kecamatan Tanggunggunungmasih dalam kategori rendah yang dapatdilihat dari parameter evaluasikeberhasilan IB yaitu panjangnya rata-rataDays Open, Calving Interval yang panjangdan Conception Rate yang masih rendah.

5.2 SaranUntuk meningkatkan nilai tampilan

reproduksi sapi Peranakan Limousinpeternak disarankan untuk memperbaikitatalaksana reproduksi salah satunyadengan pengamatan birahi yang lebihintensif lagi yaitu dengan memperhatikantanda-tanda berahi diikuti denganpelaporan birahi ke inseminator untukdilakukan inseminasi buatan yang tepatwaktu. Selain itu, perlunya perbaikan data

Page 7: Tampilan Reproduksi Sapi Peranakan Limousin Di Kecamatan

recording reproduksi ternak agar dapatterkontrol dengan baik dan mendapatkanhasil yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2013. Hasil Sensus PertanianKabupaten Tulungagung BadanPusat Statistik Tulungagung.Badan Statistik Tulungagung

Atabany A., Purwanto B. P., Toharmat T.dan Anggraeni A. 2011.Hubungan Masa Kosongdengan Produktifitas pada SapiPerah Friesian Holstein diBaturraden Indinesia. MediaPeternakan. Jawa Barat. 34 (2):77-82.

Bestari J. I. A., Rahman S I., Polmer S. I.,Yulvian S dan Razali H. M.1999. Penampilan ReproduksiSapi Induk Peranakan Limousin,Charolais, Droughmaster, danHereford pada Program IB diKabupaten Agam PropinsiSumatera Barat. BalaiPenelitian Temak, Ciawi Bogor.

Fanani S., Subagyo Y. B. P. dan Lutojo.2013. Kinerja Reproduksi SapiPerah Peranakan FriesianHolstein (PFH) di KecamatanPudak, Kabupaten Ponorogo.Tropical Animal Husbandry. 2(1): 21-27.

Hadi U. P dan Ilham N. 2002. Problemdan Prospek PengembanganUsaha Pembibitan Sapi Potongdi Indonesia. Jurnal LitbangPertanian. 21 (4) : 148-157.

Hartati, Maryono dan Wiyono D. 2005.Respons Pertumbuhan SapiPeranakan Ongole dan Silanganpada Kondisi Pakan BerbasisLow External Input. LokaPenelitian Sapi Potong. GratiPasuruan.

Hastuti D. 2008. Tingkat KeberhasilanInseminasi Buatan Sapi Potongdi Tinjau dari Angka Konsepsi

dan Service per Conception. 4(1): 12- 20.

Ihsan M. N dan Wahjuningsih S. 2011.Penampilan Reproduksi SapiPotong di KabupatenBojonegoro. J. Ternak Tropika.12 (2): 76-80.

Kuswaryan S., Firman A., Firmansyah Cdan Rahayu S. 2003. NilaiTambah Finansial AdopsiTeknologi Inseminasi Buatanpada Usaha Ternak PembibitanSapi Potong Rakyat. FakultasPeternakan. UniversitasPadjajaran

Luthfi M. Anggraeny Y. N. dan Purwanto.2011. Perbedaan PerformanReproduksi Sapi PO danBrahman Cross di BerbagaiLokasi di Jawa Tengah danJawa Timur. Loka PenelitianSapi Potong. Grati Pasuruan.

Nebel R. L. 2002. What Should YourConception Rate Be?.Reproductive Management.Extension Dairy Scientist.Virginia State University.

Nuryadi dan Wahjuningsih S. 2011.Penampilan Reproduksi SapiPeranakan Onggole danPeranakan Limousin dikabupaten Malang. FakultasPeternakan, UniversitasBrawijaya, Malang. J. TernakTropika. 12 (1): 76-81.

Partodiharjo S. 1992. Ilmu ReproduksiHewan. Mutiara Jakarta.

Pirlo G., Milflior F. and Speroni M. 2000.Effect of Age at First Calving onProduction Traits andDifference Between Milk Yieldand Returns and Rearing Costin Italian Holsteins. Journaldairy science. 83 (3): 603-608.

Pratiwi W. C., Affandy L. dan RatnawatiD. 2008. Pengaruh UmurPenyapihan TerhadapPerformans Induk danPertumbuhan Pedet Sapi Potongdi Kandang Kelompok. Loka

Page 8: Tampilan Reproduksi Sapi Peranakan Limousin Di Kecamatan

Penelitian Sapi Potong. GratiPasuruan.

Rasyid A dan Krishna N. H. 2009.Produktifitas Sapi Potong DaraHasil Persilangan F1 (PO XLimousin dan PO X Simmental)di Peternakan Rakyat. LokaPenelitian Sapi Potong. GratiPasuruan.

Riyanto J. 2000. Reproduksi Ternak.Politeknik Negri Jember.Jember.

Soeharsono, Saptati dan Dwiyanto. 2010.Kinerja Reproduksi Sapi PotongLokal dan Sapi PersilanganHasil Inseminasi Buatan diDaerah Istimewa Yogyakarta.Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner.Yogyakarta.

Talib C. 2001. Pengembangan SistemPerbibitan Sapi PotongNasional. Balai PenelitianTernak. Bogor

Tjatur A. N. K. dan Ihsan M. N. 2011.Penampilan Reproduksi SapiPerah Friesian Holstein (FH)pada Berbagai Paritas danBulan Laktasi di KetinggianTempat yang Berbeda. J. TernakTropika. 11 (2): 1-10.