Tahapan Pembuatan Sari Buah

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    1/26

    6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1.  Buah Naga Super Merah

    Buah naga termasuk dalam keluarga kaktus yang batangnya berbentuk

    segitiga dan tumbuh memanjat. Batang tanaman ini mempunyai duri pendek

    dan tidak tajam. Bunganya seperti terompet putih bersih, terdiri atas

    sejumlah benang sari berwarna kuning. Buah naga merah berbentuk bulat

    lonjong seperti nanas yang memiliki sirip warna kulitnya merah jambu

    dihiasi sulur atau sisik seperti naga (Panjuantiningrum, 2009). Kulit buah

     berwarna merah bersisik, daging buah bertekstur lunak, bertabur biji kecil-

    kecil, dengan berat buah sekitar 500 gram per buah (Soedarya, 2013).

    Tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan

     bagian utara ini sudah lama dimanfaatkan buahnya untuk dikonsumsi dalam

    keadaan segar. Tanaman ini merupakan tanaman memanjat yang secara

    morfologi termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun yang

    hanya memiliki akar, batang, cabang, bunga, buah, dan biji (Kristanto,

    2009). Buah naga memiliki beberapa jenis, antara lain  Hylocereus undatus

    dengan kulit merah dan daging buah putih,  Hylocereus polyrhizus dengan

    kulit merah dan daging merah keunguan,  Hylocereus costaricensis dengan

    daging buahnya lebih merah, dan Selenicereus megalanthus dengan  kulit

     buah yang kuning tanpa sisik (Panjuantiningrum, 2009).

    Gambar 2.1. Buah Naga Super Merah ( Hylocereus costaricensis)

    (Sumber: CV. Wana Bekti Handayani) 

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    2/26

    7

    Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau famili

    Cactaceae  dan subfamili  Hylocereanea. Adapun klasifikasi buah naga

    tersebut adalah :

    Divisi : Spermathophyta (tumbuhan berbiji)

    Subdivisi : Angiospermae (biji tertutup)

    Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

    Ordo : Cactales

    Famili : Cactaceae 

    Subfamili : Hylocereanea 

    Genus : Hylocereus 

    Spesies : costaricensis (daging merah) (Kristanto, 2009).

    Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di pangkal batang didalam tanah tetapi juga pada celah-celah batang, yang berfungsi sebagai alat

     pelekat sehingga tumbuhan dapat melekat atau memanjat tumbuhan lain

    atau pada tiang penyangga. Akar pelekat ini dapat juga disebut akar udara

    atau akar gantung yang memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup tanpa

    tanah atau hidup sebagai epifit (Winarsih, 2007). Perakaran tanaman buah

    naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan genangan yang cukup

    lama. Kalaupun tanaman ini dicabut dari tanah, ia masih hidup terus sebagai

    tanaman epifit karena menyerap air dan mineral melalui akar udara yang ada

     pada batangnya (Kristanto, 2009).

    Batang tanaman buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan

     berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Warnanya hijau kebiru-biruan atau

    ungu. Batang tersebut berukuran panjang dan bentuknya siku atau segitiga.

    Batang dan cabang ini juga berfungsi sebagai daun dalam proses asimilasi.

    Itulah sebabnya batang dan cabangnya berwarna hijau. Batang dan cabang

    mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman

    (Kristanto, 2009).

    Bunga tanaman buah naga berbentuk seperti terompet, mahkota bunga

     bagian luar berwarna krem dan mahkota bunga bagian dalam berwarna

     putih bersih sehingga pada saat bunga mekar tampak mahkota bunga

     berwarna krem bercampur putih. Bunga memiliki sejumlah benang sari (sel

    kelamin jantan) yang berwarna kuning. Bunga buah naga tergolong bunga

    hermaprodit, yaitu dalam satu bunga terdapat benangsari (sel kelamin

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    3/26

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    4/26

    9

     provitamin A. Provitamin A di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A

    yang sangat berguna dalam proses penglihatan. Buah naga juga

    mengandung kalium, zat besi, dan protein. Kalium dalam jumlah cukup

     berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Zat-zat tesebut juga baik

    untuk meningkatkan daya penglihatan dan mencegah hipertensi. Selain itu,

    karoten pada buah naga juga dapat berfungsi untuk menetralkan toksik pada

    tubuh. Kandungan nutrisi buah naga dapat dilihat pada Tabel 2.1.  Buah

    naga mengandung sejumlah air, kadar gula, karbohidrat, asam, protein,

    serat, kalsium, fosfor, magnesium, dan vitamin C.

    Tabel 2.1. Kandungan Nutrisi Sari Buah Naga Super Merah

     Nutrisi Kandungan

    Kadar gula 13-15 Briks

    Air 90,20%

    Karbohidrat 11,5 g

    Asam 0,139 g

    Protein 0,53 g

    Serat 0,71 g

    Kalsium 134,5 mg

    Fosfor 8,7 mg

    Magnesium 60,4 mgVitamin C 9,4 mg

    Sumber: Annas (2011).

    Pada umumnya buah naga dikonsumsi dalam bentuk segar. Saat ini

    konsumsi buah naga di masyarakat cukup besar karena telah diketahui

     bahwa buah ini memiliki kandungan air dan mineral yang cukup banyak.

    Buah naga ini juga dapat diolah menjadi berbagai produk seperti  jelly, ice

    cream, sari buah, sirup, manisan, selai, dan wine (Ide, 2009).

    2. 

    Sari Buah

    Sari buah adalah salah satu produk olahan buah-buahan yang telah

    lama dikenal. Kandungan gizinya yang tinggi, rasanya yang menyegarkan

    serta timbulnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kesehatan

    mendorong berkembangnya industri sari buah buah-buahan sebagai

     pengganti minuman bersoda, kopi, atau teh. Industri sari buah buah-

     buahan tropis termasuk berkembang pesat beberapa tahun terakhir dengan

    laju mencapai 20% per tahun (Iriani dkk., 2005).

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    5/26

    10

    Produk minuman sari buah ( fruit juice) menurut SNI (1995) adalah

    minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau

    tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

    Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM HK00.05.52.4040 Tahun 2006

    tentang Kategori Pangan mengatur definisi dan karakteristik dasar sari buah

    adalah cairan yang diperoleh dari bagian buah yang dapat dimakan yang

    dicuci, dihancurkan, dan dijernihkan, dengan atau tanpa pasteurisasi dan

    dikemas untuk dapat dikonsumsi langsung. Sedangkan menurut Muchtadi

    (1997), sari buah merupakan cairan jernih atau agak jernih, tidak

    difermentasi, diperoleh dari pengepresan buah-buah yang telah matang dan

    masih segar.

    Tahap-tahap pengolahan sari buah secara umum adalah pemilihan dan

     penentuan kematangan buah, pencucian dan sortasi, ekstraksi,

    homogenisasi, penyaringan, deaerasi, pengawetan, dan pembotolan

    (Makfoeld, 1982). Proses pembuatan sari buah pada prinsipnya terdiri dari

    ekstraksi, klarifikasi, deaerasi, pengemasan, dan pasteurisasi. Ekstraksi yang

     baik dapat menghindarkan tercampurnya kotoran dan jaringan buah

    sehingga flavornya tetap terjaga (Muchtadi, 1997). Hasil ekstraksi pada

     buah merupakan suspensi dari partikel-partikel yang berasal dari pulp buah

    tersebut. Partikel-partikel yang tersuspensi ini terdiri dari protein,

     polisakarida, lemak, pektin, dan beberapa pigmen dalam buah tersebut.

    Adanya proses ekstraksi pada pembuatan sari buah menyebabkan partikel

    tersuspensi termasuk pektin yang menyebabkan kekeruhan pada sari buah

    akan mengendap (Eskin et al ., 1971). Kekeruhan sari buah dari hasil

     pengepresan disebabkan oleh bahan-bahan penyusun sel buah yang tertahan

    sebagai suspensi dan ada kecenderungan mengendap apabila pengadukan

    dihentikan (Scoot dan Veldhius, 1965).

    Menurut Pratiwi (2009), beberapa merk produk sari buah komersial

    yang beredar dipasaran memiliki karakteristik yang berbeda pada nilai total

     padatan terlarut, viskositas, dan pH. Ketiga variabel tersebut dapat dijadikan

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    6/26

    11

    acuan dalam sari buah yang dapat diterima dan disukai masyarakat. Data

    karakterisasi sari buah komersial dapat dilihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Data Karakterisasi Sari Buah Komersial

    Sari Buah Komersial pH TPT ( Brix) Viskositas (cP)

    Buavita (Jeruk) 4,03 10,4 2,31

    Country Choice (Jeruk) 4,19 13,0 2,90

     Nutri Sari (Jeruk) 4,02 11,6 2,18

    Country Choice (Guava) 4,16 10,2 3,40

    Country Choice (Apel) 4,00 14,2 1,77

    Jungle Juice (Sirsak) 3,36 12,4 6,61

    Jungle Juice (Guava) 3,43 12,2 5,22

    Berri (Mangga) 3,77 13,4 3,27

    Berri (Guava) 3,77 11,0 3,62Berri (Jeruk) 3,77 10,5 1,77

    Sumber: Pratiwi (2009)

    Satuhu (1994) menjelaskan bahwa perdagangan internasional

    membedakan produk sari buah berdasarkan kandungan total padatan terlarut

    (TPT) dan kandungan sari buah murninya. Dari pengolahan ini dikenal fruit

     syrup, crush, squash, cordial, unsweetened juice, ready served fruit

    beverage, nectar, dan fruit juice concentrate. Pembagian tersebut dapat

    dilihat pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3. Pembagian Produk Sari Buah berdasarkan Total Padatan Terlarut

    dan Kandungan Sari Buah Murni

    Produk sari buah %TPT %Sari buah murni

     Fruit syrup  65 25

    Crush  55 25

    Squash  40 25

    Cordial   30 25

    Unsweetened juice  Alami 100

     Ready served fruit beverage  10 5

     Nectar   15 20

     Fruit juice concentrate  32 100Sumber: Satuhu (1994).

    Menurut SNI (1995), syarat mutu untuk beberapa sari buah (sari buah

     jeruk tidak beku, sari buah anggur, sari buah nanas, sari buah apel) memiliki

    nilai maksimum total padatan terlarut (TPT) tidak lebih dari 20 0Brix.

    Sedangkan TPT minuman sari buah secara umum menurut SNI (1999)

    adalah 100Brix dengan nilai pH maksimal 4. Menurut Maier et al ., (1997),

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    7/26

    12

    kisaran pH pada sari buah antara 3,7-4 masih dapat diterima panelis.

    Viskositas pada beberapa sari buah komersial di pasaran berkisar antara

    1,77-6,61 cP (Pratiwi, 2009).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi sari buah erat

    hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi buah itu

    sendiri seperti faktor genetik, tingkat kematangan, cara penanaman, dan

    faktor lingkungan pertumbuhan tanaman tersebut. Buah-buahan yang akan

    diproses menjadi sari buah hendaknya merupakan buah varietas tertentu dan

     berasal dari daerah penanaman yang sama. sedangkan faktor yang

    mempengaruhi cita rasa sari buah adalah perbandingan antara gula dan

    asam, jenis dan jumlah komponen volatil, serta jenis vitamin (Pollard dan

    Timberlike, 1974 dalam Hulme, 1971). Menurut Tressler dan Joslyn (1961),

     buah yang digunakan dalam pembuatan sari buah harus memenuhi mutu

     baik secara fisik maupun tingkat kematangan. Buah tersebut harus matang,

    utuh, tidak memar, kulit tidak sobek, dan bebas dari infeksi serangga

    maupun kapang.

    Menurut Ashurst (1995) tahapan pengolahan sari buah secara umum

    meliputi:

    a. 

    Sortasi

    Sortasi yaitu pemilihan dan penentuan kematangan buah, buah

    yang digunakan dalam pembuatan sari buah adalah buah yang memiliki

    mutu yang baik ditinjau dari segi fisik maupun tingkat kematangan yaitu

    tidak memar, kulit tidak sobek, dan bebas dari infeksi serangga maupun

    kapang. Untuk mendapatkan sari buah yang baik dipilih buah yang

    masak karena kandungan total padatan terlarut (TPT) dan total asam

    dalam buah akan semaikin meningkat seiring dengan semakin

    meningkatnya derajat kematangan buah, sedangkan kandungan total

    gulanya akan semakin menurun (Kusumawati, 2008).

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    8/26

    13

     b. 

    Pengupasan

    Pengupasan bertujuan untuk menghilangkan bagian buah yang

    tidak dikehendaki (undesirable) maupun bahan yang tidak berguna atau

    tidak dapat dimakan (unedible).

    c.  Ekstraksi

    Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan komponen dari

    suatu bahan dasarnya, biasanya dilakukan dengan penekanan antara

    fraksi cairan dan ampasnya, dengan atau tanpa menggunakan air yang

    menghasilkan puree buah (Hariyadi, 2000).

    d. 

    Klarifikasi

    Menurut Potter (1968), klarifikasi bertujuan untuk menghilangkan

    sisa pulp dari sari buah dengan cara penyaringan (filtrasi), pengendapan,

    atau sentrifugasi. Sari buah yang tidak dimurnikan akan berakibat

    terjadinya pengendapan partikel-partikel  pulp  setelah sari buah

    dibotolkan, hal ini tidak diinginkan karena akan menurunkan penerimaan

    konsumen.

    e. 

    Pasteurisasi

    Pasteurisasi bertujuan untuk membunuh mikroba patogen sehingga

     produk yang dihasilkan memiliki daya simpan yang lebih lama.

    Pasteurisasi biasanya dilakukan pada suhu 60-650C selama 30 menit atau

    75-800C selama 15-20 detik (Ashurst, 1995).

    f. 

    Pengemasan

    Setelah diperoleh sari buah hasil pasteurisasi, dilakukan hot filling  

    yang merupakan metode pengisian sari buah ke dalam botol kemasan

    (Ashurst, 1995).

    g.  Penyimpanan

    Sari buah yang telah dibotolkan kemudian dilakukan penyimpanan.

    Penyimpanan biasanya dilakukan dalam alat pendingin sehingga produk

    dapat bertahan lebih lama. Menurut Pollard dan Timberlake (1974)

    dalam Hulme (1971), suhu penyimpanan yang ideal bagi sari buah adalah

    1,67-4,440

    C.

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    9/26

    14

    Sari buah naga merupakan minuman siap saji yang kaya gizi. Produk

    minuman sari buah naga dibuat melalui proses penghancuran buah naga.

    Dalam pembuatan sari buah naga, digunakan jenis buah naga yang mempunyai

    kandungan sari buah yang tinggi (Soedarya, 2013).

    3.  Klarifikasi Sari Buah

    Menurut Rosaeka (2008), sari buah yang diperoleh biasanya masih

    mengandung partikel padat, sehingga perlu dihilangkan agar mendapatkan

    sari buah yang jernih. Penghilangan dapat dilakukan dengan penyaringan.

    Pemisahan dengan didiamkan beberapa waktu akan terjadi pengendapan

     padat karena adanya gaya gravitasi partikel padat, kemudian dapat diambil

     bagian jernihnya. Selain itu, penyaringan dapat dilakukan dengan

    menggunakan kain atau kertas saring. Beberapa cara yang digunakan untuk

     penjernihan sari buah, antara lain:

    a.  Penambahan enzim

    Perlakuan penambahan enzim dapat membantu proses penjernihan

    sari buah. Enzim yang digunakan adalah pektinase, yaitu enzim yang

    memecah pektin, suatu substrat polisakarida yang ditemukan di dinding

    sel tumbuhan. Salah satu pektinase yang banyak digunakan secara

    komersial adalah poligalakturonase. Hal ini karena pektin merupakan

    suatu matriks mirip jeli yang merekatkan sel-sel tumbuhan dan

    merekatkan antar dinding sel tumbuhan seperti selulosa. Oleh karenanya,

    enzim ini berperan dalam proses yang melibatkan degradasi bahan yang

     berasal dari tumbuhan. Penambahan enzim pektin membantu penjernihan

    dalam 2 cara yaitu:

    1) 

    Enzim pektin menyebabkan koagulasi dan sedimentasi bahan-bahan

    tersuspensi dan kandungan koloid yang terdapat dalam sari buah,

    2)  Penambahan enzim memperkecil viskositas sari buah dan sebagai

    akibatnya mempermudah dan mempercepat filtrasi. Perlakuan

     penambahan pektinase digunakan untuk memisahkan pektin yang

    tidak dikehendaki. Depektinisasi memiliki dua pengaruh yaitu

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    10/26

    15

    mendegradasi pektin terlarut yang kental dan juga menyebabkan

    agregasi partikel keruh (Madden, 2000).

     b.  Perlakuan gelatin

    Sejumlah larutan gelatin ditambahkan kedalam sari buah, maka

    akan terbentuk presipitasi flokulan. Endapan tersebut akan membawa

     partikel-partikel yang tersuspensi didalam sari buah ikut mengendap

    (karena BM lebih besar). Sehingga akan diperoleh supernatan, yaitu sari

     buah dengan kenampakan yang jernih.

    c.  Sentrifugasi

    Sentrifugasi sari buah dilakukan dengan cara memasukkan sari

     buah kedalam “mangkok berputar” (spining bowl) yang berputar dengan

    kecepatan 15.000 rpm. Sehingga akan terpisah antara sari buah yang

     jernih dan endapannya.

    d.  Perlakuan panas

    Pemanasan pendahuluan ini dilakukan pada suhu 82,2-850C dalam

    waktu yang relatif singkat. Kemudian didinginkan secara cepat, lalu

    disaring atau disentrifugasi untuk memisahlkan partikel yang

    terkoagulasi. Namun cara penjernihan ini dapat merusak flavor dan

    aroma dari sari buah yang dibuat karena produk sari buah mengalami dua

    kali pemanasan.

    e.  Tekanan

    Tekanan dilakukan dengan  filter continuous  atau rotary presses.

    Hasil sari buah akan meningkat sampai 20% tergantung pada umur dan

    varietas buah. Untuk memperoleh sari buah yang jernih membutuhkan

     proses pemisahan suspensi partikel. Pemisahan dapat dilakukan dengan

    hanya menyaring partikel, namun ternyata beberapa pektin terlarut ada

    yang bertahan dalam sari buah dan membuat sari buah menjadi

    viskositasnya terlalu tinggi untuk di saring dengan cepat.

    Penjernihan sari buah pertama kali dan sebagian besar adalah dengan

     perlakuan pemberian pektinase. Sedangkan cara tradisional dalam sari buah

     proses adalah penghancuran dan penekanan pulp. Sari buah yang baru saja

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    11/26

    16

    diberi tekanan press cairannya kental dan banyak kabut fragmen dinding sel

    dan fragmen kompleks lainnya. Pemberian pektinase pada sari buah yang

     berkabut keruh menurunkan viskositas dan menyebabkan partikel penyebab

    keruh teragregasi dalam unit yang banyak sehingga endapannya dapat

    dengan mudah dipisah dengan sentrifugasi atau ultrafiltrasi. Penjernihan

    dengan pektinase memisah suspensi partikel dan membuat produk menjadi

    lebih terang. Kejernihan tersebut dapat diketahui dengan alat pengukur

    turbidity (Byarugaba, 2008).

    Pengukuran nilai pH merupakan salah satu parameter untuk

    mengetahui perubahan tingkat keasaman suatu produk (Winarno dan

    Wirakartakusumah, 1974). Produk sari buah yang mempunyai tingkat

    keasaman tinggi (nilai pH 4,5-5) dapat dipasteurisasi pada suhu antara 160-

    1650F atau 71,1-73,90C (Cruess, 1971).   Nilai pH mempengaruhi

     pembentukan gel oleh pektin. Pektin dapat membentuk gel pada kondisi

    asam tinggi (pH menurun) sehingga menyebabkan meningkatnya kestabilan

    sari buah. Ketika pH terlalu tinggi (semakin basa), maka akan terjadi

     pemecahan pektin oleh enzim metil esterase akan menyebabkan kekentalan

    dan konsistensi sari buah menurun serta menjadi tidak stabil (Pollard dan

    Timberlake, 1971).

    Total padatan terlarut menunjukkan kandungan bahan-bahan yang

    terlarut dalam larutan. Komponen yang terkandung dalam buah terdiri atas

    komponen-komponen yang larut air, seperti glukosa, fruktosa sukrosa, dan

     protein yang larut air (pektin). Menurut Susanto (1986) yang dikutip oleh

    Yusuf (2002), sebagian besar perubahan total padatan pada minuman ringan

    adalah gula.  Semakin tinggi konsentrasi penstabil, semakin tinggi total

     padatan terlarutnya. Total padatan terlarut meningkat karena air bebas diikat

    oleh bahan penstabil sehingga konsentrasi bahan yang larut meningkat.

    Semakin banyak partikel yang terikat oleh bahan penstabil maka total

     padatan yang terlarut juga akan semakin meningkat dan mengurangi

    endapan yang terbentuk. Dengan adanya bahan penstabil maka partikel-

     partikel yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut dan tidak

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    12/26

    17

    mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi (Potter dan Hotchkiss, 1995 dalam

    Kusumah, 2007).

    Derajat brix adalah zat padat kering yang terlarut dalam suatu larutan

    yang dihitung sebagai sukrosa. Derajat brix ini merupakan satuan total

     padatan terlarut. Derajat brix ini mempengaruhi karakter sari buah lainnya

    seperti viskositas dan transmitasi dari sari buah, dimana semakin tinggi

    0Brix maka viskositas dan transmitasi juga semakin tinggi. Pengujian 0Brix

    ini menggunakan alat refraktometer yang memiliki prinsip kerja dengan

    melewatkan cahaya. Pada penelitian Kareem dan Adebowale (2007)

    menunjukan peningkatan sari buah 0Brix setelah penambahan enzim

     pektinase, dan semakin besar konsentrasi penambahan enzim 0Brix sari

     buah jeruk terus meningkat walau tidak signifikan. Peningkatan nilai 0Brix

    ini dikarenakan terjadi depolimerisasi pektin oleh enzim pektinase sehingga

    menambah jumlah padatan terlarut pada sari buah. Pektin terdepolimerisasi

    mengakibatkan meningkatnya gula sederhana sari buah sehingga 0Brix sari

     buah semakin meningkat (Sari dkk., 2012).

    Penambahan pektinase pada proses klarifikasi dapat meningkatkan

    hasil atau rendemen sari buah buah, menurunkan viskositas sari buah dan

    mendegradasi struktur gel (Pedrolli et al., 2009). Viskositas sari buah

    merupakan salah satu karakter sari buah pada industri sari buah viskositas

    akan mempengaruhi hasil rendemen sari buah. Viskositas yang semakin

    kecil atau rendah maka akan mudah melalui proses filtrasi sehingga

    rendemen sari buah akan meningkat. Pektin berpengaruh terhadap viskositas

    sari buah, pektin membuat viskositas sari buah tinggi karena pektin

    merupakan polisakarida terlarut dan memiliki kapasitas ikat air yang tinggi,

    sehingga viskositas sari buah juga tinggi (Sato et al., 2006). Penambahan

    enzim pektinase dapat menurunkan viskositas sari buah dan memperbanyak

    rendemen sari buah. Hal tersebut dikarenakan pektinase dapat

    menghidrolisis protopektin dan pektin menjadi rantai yang lebih pendek

    seperti galakturonat sehingga kapasitas ikat airnya akan berkurang (Sato et

    al., 2006) dan penurunan tersebut membuat air yang terikat menjadi bebas

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    13/26

    18

    dilepaskan pada sistem sehingga viskositas menurun (Lee et al., 2006). 

    Menurut Staindby (1977), nilai viskositas yang meningkat disebabkan

     partikel-partikel tersuspensi dalam sari buah naga seperti pektin dan air

     berikatan dengan kompleks protein dengan adanya penambahan bahan

     penstabil.

    Menurut penelitian Kareem (2007) dengan pemberian konsentrasi

    enzim 1% dapat memberikan hasil optimum sebesar 97% pada sari buah

     jeruk, sedangkan viskositas sari buah menurun sebanding dengan

     peningkatan konsentrasi enzim pektinase. Hasil juga menunjukkan terjadi

     penurunan viskositas sebesar 51% pada sari buah jeruk dengan pemberian

    enzim pektinase. untuk keasaman ditinjau dari nilai pH sari buah maka sari

     buah dengan penambahan enzim pektinase sebanyak 2% dapat menurunkan

     pH dari 3,8 menjadi 3,54, setiap semakin banyak konsentrasi pektinase yang

    ditambahkan maka pH semakin menurun. Pada penelitian ini juga meneliti

    total asam yang ada pada sari buah jeruk yang paling dominan adalah asam

    sitrat, total asam ini merupakan faktor penting yang menentukan kualitas

    sari buah. Total asam yang ditunjukan pada penelitian ini semakin

    meningkat, yaitu dari 0,038gram/100gram setelah ditambah pektinase

    dengan konsentrasi 0,5% menjadi 0,047gram/100gram

    Penelitian yang dilakukan Kalistyatika dkk. (2014) menunjukan

     bahwa enzim poligalakturonase yang diaplikasikan pada sari buah jeruk

    keprok Garut dapat menurunkan viskositas, menaikan nilai transmitasi dan

    menurunkan total padatan terlarut pada sari buah jeruk keprok Garut. Pada

     penelitian Tariq dan Latif (2012) meneliti pengaruh penambahan enzim

     pektinase dengan beberapa variasi konsentrasi pada sari buah jeruk dan

    menunjukan hasil enzim pektinase mampu menghidrolisis pektin pada sari

     buah jeruk menjadi asam galakturonat. selain itu semakin konsentrasi

    meningkat semakin banyak pektin yang terhidrolisis.

    Pentingnya pengujian transmitasi dikarenakan transmitasi merupakan

     bagian dari cahaya yang diteruskan melalui larutan. Tingkat kejernihan

    larutan tersebut ditentukan oleh luas permukaan % transmitan, semakin

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    14/26

    19

     jernih larutan maka akan semakin besar nilai transmitasinya (Ananta, 1991).

    Sari buah yang mengandung pektin akan memiliki karakter yang keruh

    sehingga nilai transmitasinya rendah. Dengan pengujian transmitasi pada

    sari buah dapat dilihat bagaimana pengaruh dari pektinase untuk

    memperbaiki karakter sari buah dari kecerahan sari buah tersebut. Pektinase

    dapat meningkatkan nilai transmitasi dengan mekanisme pemotongan

     pektin, pada penelitian Widowati dkk, (2013) bahwa penambahan enzim

    dapat meningkatkan nilai % transmitasinya.

    Sari buah dapat dijernihkan dengan menghilangkan bahan pektik

    koloidal yang larut, yakni dengan menambahkan enzim pektinolitik ke

    dalam sari buah dan membiarkan hasil campuran tersebut sampai seluruh

    komponen senyawa koloidal pektik tersebut menggumpal. Setelah disaring

    akan dihasilkan sari buah yang jernih (Winarno, 2010). Karakteristik sari

     buah naga super merah cenderung keruh karena banyak padatan terlarut,

    kental, dan sedikit asam. Masalah yang timbul dalam pembuatan sari buah

    naga super merah adalah adanya kekentalan sari buah naga super merah

    yang dapat mengganggu proses filtrasi dan mengurangi hasil rendemen sari

     buah naga super merah sehingga diperlukan proses klarifikasi. Salah satu

     proses klarifikasi yang dapat dilakukan adalah dengan enzim

     poligalakturonase. Enzim poligalakturonase memiliki kelebihan dalam

    mengklarifikasi sari buah dengan menghidrolisis asam pektat secara acak

    menjadi asam galakturonat dan tidak menghasilkan residu metoksil

    dibandingkan dengan enzim pektinesterase yang menghasilkan residu

    metoksil (Satyawiharja, 1982). Enzim poligalakturonase menghidrolisis

    ikatan glikosidik pektat dengan mekanisme pemisahan, memiliki sifat

    thermostable, optimum pH 3-6 serta memiliki nilai Km rendah (Reza,

    2007). Depolimerisasi pektin dengan poligalakturonase dapat menurunkan

    viskositas sari buah dan memberikan aroma buah matang karena

     poligalakturonase bekerja pada asam poligalakturonat (Pedrolli et al ., 2009;

    Walter, 1991). Dari penelitian yang telah dilakukan ‘Aliaa et al.,  (2010),

    enzim Pectinex CLEAR (dari  Aspergillus aculeatus dan  Aspergillus niger )

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    15/26

    20

     pada konsentrasi 0,09% dan Pectinex Ultra SP-L (dari  Aspergillus niger )

     pada konsentrasi 0,1% terbukti meningkatkan karakteristik fisikokimia yang

    mengarah pada sari buah dengan hasil yang lebih tinggi, keasaman tinggi,

    total padatan terlarut yang lebih tinggi, dan meningkatkan kejernihan serta

    kenampakan warna sari buah. Perlakuan enzimatik juga mengurangi pH dan

    viskositas sari buah. Selain itu juga meningkatkan komponen gizi dalam sari

     buah seperti protein, karbohidrat, dan jumlah polifenol. Penelitian ini

    menunjukkan pengaruh aplikasi pektinase pada komposisi kimia, vitamin C,

    dan jumlah polifenol. Penggunaan pektinase sebagai alat bantu pengolahan

    dalam produksi sari buah terbukti menjadi langkah penting dalam rangka

    meningkatkan efisiensi seluruh sistem.

    Proses klarifikasi juga dapat dilakukan dengan penambahan gelatin.

    Gelatin berasal dari jaringan kolagen kulit hewan dan memiliki sifat mudah

    terdispersi dalam air. Konsentrasi gelatin yang direkomendasikan dalam

     produk minuman sari buah antara 0,5-1,5% (Koswara, 1992). Gelatin dapat

    digunakan sebagai penjernih ketika gelatin tersebut didenaturasi. Denaturasi

    merupakan suatu perubahan struktur sekunder, tersier, dan kuartener

    terhadap molekul protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan

    kovalen. Denaturasi protein dapat disebabkan oleh panas, pH, senyawa

    kimia (urea dan garam guanidia), mekanik, dan sebagainya. Pemekaran atau

     pengembangan molekul protein yang terdenaturasi akan membuka gugus

    reaktif yang ada pada rantai polipeptida. Selanjutnya akan terjadi pengikatan

    kembali pada gugus reaktif yang sama atau yang berdekatan. Bila unit

    ikatan yang terbentuk cukup banyak sehingga protein tidak lagi terdispersi

    sebagai suatu koloid, maka protein tersebut mengalami koagulasi. Dengan

     berkoagulasi gelatin dapat menjernihkan sari buah dengan menyerap

    kandungan-kandungan yang dapat menyebabkan sari buah keruh seperti

    tanin (Winarno, 1992). Menurut Belitz dan Grosch (1986), gelatin memiliki

    gugus amino yang mampu membentuk senyawa kompleks dengan cara

    mengikat pektin pada sari buah. Pektin mengandung gugus metil ester yang

     bermuatan negatif sedangkan gugus amino pada gelatin bermuatan positif

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    16/26

    21

    yang kemudian berikatan membentuk senyawa kompleks sehingga mampu

    mencegah terjadinya pengendapan.

    Menurut Khalil (2013), klarifikasi enzimatik sari buah dengan

    menambahkan 0,01% gelatin telah mengurangi setengah waktu klarifikasi

    sari buah. Peningkatan konsentrasi enzim dan gelatin menyebabkan

     peningkatan nilai %T690. Hal ini disebabkan karena peningkatan

    konsentrasi enzim telah menyebabkan paparan molekul bermuatan positif

    (partikel) yang lebih tinggi tertarik oleh molekul-molekul bermuatan negatif

    dan menyebabkan pembentukan flok. Namun, peningkatan konsentrasi

    gelatin yang induksi menyebabkan afinitas partikel lebih menempel

    sehingga mereka akan menempel satu sama lain dan membuat mereka

    cukup berat untuk tenggelam di dasar oleh gaya gravitasi. Hal ini dapat juga

    melihat bahwa pada konsentrasi enzim yang sama (25 IU) dengan gelatin

    (0,01%) telah memberikan hasil yang baik (p

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    17/26

    22

    glikosidik pada polimer pektat (Rangarajan, 2010) atau merupakan enzim

    yang berperan dalam degradasi substansi pektin (Heerd et al., 2012).

    Menurut Oyeleke (2012), pektinase merupakan enzim komersial yang dapat

    merusak pektin (substrat polisakarida) dengan cara memecah asam

     poligalakturonat menjadi asam monogalakturonat melalui pelepasan ikatan

    glikosidik. Pedrolli et al., (2009) menjelaskan selain mengatalisis degradasi

    zat pektat (pektin) melalui depolimerisasi (hidrolase dan liase), pektinase

     juga dapat merombak zat pektat (pektin) tersebut melalui reaksi

    diesterifikasi (esterase).

    Berdasarkan titik pemotongannya pada pektin, enzim pektinase dibagi

    ke dalam tiga kelompok, yaitu pektin esterase, poligalakturonase, dan pektin

    liase yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2. Tipe Pektinase Berdasarkan Titik Pemotongannya

    Keterangan : (a) R = H untuk Poligalakturonase (PG) dan CH3 untuk

    Polimetilgalakturonase (PMG); (b) Pektinesterase (PE); (c) R = H untuk

    Pektat Liase (PGL) dan CH3 untuk Pektin Liase (PL).

    Poligalakturonase adalah kelompok enzim yang mendepolimersasi

    asam pektin dengan memutus ikatan glikosida melalui reaksi hidrolisis.

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    18/26

    23

    Enzim ini tersusun sekitar 376 asam amino. Membentuk struktur 10 beta-

    heliks paralel yang sisi aktifnya pada paralel beta-sheet satu pada strands ke

    4,5,6,7 dan 8 pada  E carotovora sp. Enzim ini mempunyai sisi aktif berupa

    asam amino Aspartat, Histidin, Glutamat, Lisin, Arginin, dan Treonin.

    Enzim poligalakturonase bekerja menghidrolisis ikatan glikosidik pektat

    dengan mekanisme pemisahan. Enzim poligalakturonase memiliki sifat

    thermostable (tahan suhu tinggi) yaitu antara 400C-600C serta optimum pada

     pH 3-6. Prinsip kerja enzim poligalakturonase yaitu menghidrolisis

    ikatan glikosidik (α-1,4-glikosidik) pada substansi pektin membentuk D-

    galakturonat. Poligalakturonase merupakan kelompok enzim glikosil-

    hidrolase. Kelompok enzim hidrolase polimetilgalakturonase dan

     poligalakturonase dapat bekerja pada pola endo maupun ekso.

    Endopoligalakturonase (EC 3.2.1.15) dan endo polimetilgalakturonase

    mengkatalisis pemotongan substrat secara acak, sedangkan ekso

     poligalakturonase (EC 3.2.1.67) dan ekso polimetilgalakturonase

    mengkatalisis hidrolisis pemotongan substrat non reduksi pada ujung rantai

    sehingga pada beberapa kondisi memproduksi monogalakturonat atau

    digalakturonat (Pedrolli et al., 2009).

    Enzim merupakan komponen integral dari proses manufaktur sari

     buah modern. Fungsi utamanya adalah untuk meningkatkan ekstraksi sari

     buah dari bahan baku, meningkatkan efisiensi pengolahan (menekan,

     pengendapan padat atau penghapusan), dan menghasilkan produk akhir

    yang jelas dan menarik secara visual. Ekstraksi sari buah dapat dilakukan

    dengan menggunakan berbagai proses mekanis, yang dapat dicapai melalui

    ekstraksi difusi, sentrifugasi, extraktor sari buah, penghancur buah, dan

    dengan berbagai jenis penekan lainnya. Perlakuan enzimatik sebelum

    ekstraksi mekanik secara signifikan meningkatkan pemulihan sari buah

    dibandingkan dengan proses ekstraksi lainnya. Hidrolisis enzimatik dinding

    sel meningkatkan hasil ekstraksi, mengurangi gula, kandungan bahan

    terlarut kering, dan kandungan asam galakturonat dan keasaman produk.

    Degradasi enzimatik dari biomaterial tergantung pada jenis enzim, waktu

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    19/26

    24

    inkubasi, suhu inkubasi, konsentrasi enzim, agitasi, pH dan penggunaan

    kombinasi enzim yang berbeda. Penggunaan enzim seperti selulase,

     pektinases, amilase, dan kombinasi dapat memberikan hasil yang lebih baik

    (Sharma, et al ., 2014).

    Aplikasi enzim pektinase sangat luas, mencakup industri pangan dan

    non-pangan, pektinase dapat digunakan pada proses ekstraksi dan klarifikasi

    sari buah dan wine, ekstraksi minyak, flavor, dan pigmen dari tanaman,

    untuk pengolahan serat selulosa dalam pembuatan linen, goni (jute), dan tali

    rami (hemp), sebagai salah satu bahan yang dapat diterapkan dalam

     produksi oligogalakturonida yang digunakan sebagai komponen pangan

    fungsional, dan membantu proses fermentasi kopi (Phutela et al., 2005).

    Pektinase juga berfungsi untuk pemecahan substansi pektin. Pemecahan

    substansi pektin oleh pektinase akan menurunkan viskositas sari buah yang

    kaya akan pektin kasar, memperpendek waktu penekanan (press-time), dan

    meningkatkan laju alir sari buah (juice flow) (Heerd et al., 2012), selain itu

     pektinase dapat juga digunakan untuk melunakkan dinding sel dan dapat

    meningkatkan rendemen ekstrak dari buah sehingga enzim pektinase

    menjadi salah satu enzim penting pada industri pangan (Oyeleke, 2012).

    Salah satu karakteristik enzim yang perlu dipelajari adalah kinetika

    enzim, berupa parameter Km dan Vmaks. Dalam reaksi enzim dikenal

    kecepatan reaksi hidrolisis, penguraian atau reaksi katalisasi lain yang

    disebut velocity  (V). Harga V dari suatu reaksi enzimatis akan meningkat

    dengan bertambahnya konsentrasi substrat [S], akan tetapi setelah [S]

    meningkat lebih lanjut akan sampai pada kecepatan yang tetap. Pada

    konsentrasi enzim tetap (tertentu) harga V hampir linier dengan [S]. Pada

    kondisi dimana V tidak dapat bertambah lagi dengan bertambahnya [S]

    disebut kecepatan maksimum (Vmaks). Vmaks merupakan salah satu

     parameter kinetika enzim. Parameter kinetika enzim yang lain adalah

    konstanta Michaelis-Menten (Km). Km merupakan konsentrasi substrat

    yang separuh dari lokasi aktifnya telah terisi, yaitu bila kecepatan reaksi

    enzim telah mencapai ½ Vmaks. Nilai Km dapat digunakan dalam

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    20/26

    25

    menentukan ukuran afinitas enzim-substrat (E-S), yang merupakan suatu

    indikator kekuatan ikatan kompleks E-S atau suatu tetapan keseimbangan

    untuk disosiasi kompleks E-S menjadi E dan S. Nilai Km kecil berarti

    kompleks E-S mantap, afinitas enzim tinggi terhadap substrat, sedangkan

     bila Km besar maka afinitas enzim terhadap substrat rendah (Putra, 2009).

    5.  Gelatin

    Dalam pembuatan sari buah keruh, bahan penstabil akan dapat

    mempertahankan kondisi keruh tersebut dengan mencegah pemisahan antara

    cairan dengan endapan partikel padat dalam sari buah tersebut. Beberapa

     bahan yang termasuk dalam bahan penstabil adalah gelatin, gum arab,

    karagenan, CMC, pektin, dan kitosan (Makfoeld, 1982).

    Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan

    kolagen kulit, tulang atau ligamen (jaringan ikat) pada hewan. Pembuatan

    gelatin merupakan salah satu upaya untuk mendayagunakan limbah tulang

    yang biasanya tidak terpakai dan dibuang di rumah pemotongan hewan.

    Penggunaan gelatin dalam industri pangan terutama ditujukan untuk

    mengatasi permasalahan yang timbul khususnya dalam penganekaragaman

     produk (Fauzia, 2007).

    Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit,

    tulang, dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan

    kolagen, dimana glisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari

    seluruh asam amino yang menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi

    oleh prolin dan hidroksiprolin. Di samping bentuk hidroksiprolin, terdapat

     juga dalam bentuk 2-hidroksiprolin atau 3-hidroksiprolin dalam jumlah

    kecil (0,26%). Gelatin tidak mengandung triptofan dan hanya mengandung

    sedikit tirosin dan sistin. Sifat yang dimiliki oleh gelatin tergantung pada

     jenis asam-asam amino penyusunnya. Beberapa sifat yang dimilki oleh

    gelatin adalah dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke bentuk gel,

    membengkak atau mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film,

    mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid.

    Gelatin mengandung 19 asam amino yang dihubungkan dengan ikatan

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    21/26

    26

     peptida membentuk rantai polimer yang panjang. Komposisi asam amino

    gelatin bervariasi tergantung pada sumber kolagen tersebut, spesies hewan

     penghasil dan jenis kolagen. Perbedaan gelatin dan kolagen selain terletak

     pada kandungan triptofan dan tirosin yaitu gelatin mempunyai sifat mudah

    larut dan mudah dicerna sedangkan kolagen tidak. Oleh karena itu gelatin

    dapat dipakai sebagai sumber protein dalam makanan, tetapi hanya berperan

    sebagai suplementasi sebab gelatin kurang mengandung asam amino yang

    cukup. Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti

    gliserol, propilen glikol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam

    alkohol, aseton, karbon tertraklorida, benzen, petroleum eter dan pelarut

    organik lainnya. Pada kondisi tertentu juga larut dalam campuran aseton-air

    dan alkohol-air. Gelatin mudah larut pada suhu 71,10C dan cenderung

    membentuk gel pada suhu 48,90C. Gelatin dapat digunakan sebagai

     penjernih, seperti untuk menjernihkan minuman sari buah buah. Gelatin

     juga menyerap kandungan-kandungan yang dapat menyebabkan bahan

    minuman ini menjadi berembun sehingga menimbulkan kesan kotor pada

    wadahnya (Widyasari, 2007).

    Fungsi gelatin yaitu sebagai pengental, stabilisator, pembentuk gel,

    sebagai pengemulsi, dan penjernih pada sari buah. Penggunaan gelatin

    kurang lebih 0,5% dapat digunakan untuk mengentalkan sari buah dan

    mencegah pengapungan ampas buah selama penyimpanan, memberi rupa

    yang lebih jernih dan lebih cerah, menghasilkan tekstur yang diinginkan.

    Gelatin mempunyai gugus karboksil, maka viskositas larutan gelatin

    dipengaruhi oleh pH larutan (Winarno, 1986).

    Berat molekul gelatin rata-rata berkisar antara 15.000-250.000.

    Menurut Chaplin (2005), berat molekul gelatin sekitar 90.000 sedangkan

    rata-rata berat molekul gelatin komersial berkisar antara 20.000-70.000.

    Gelatin terbagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan proses

     pengolahannya, yaitu tipe A dan tipe B. Dalam pembuatan gelatin tipe A,

     bahan baku diberi perlakuan perendaman dalam larutan asam sehingga

     proses ini dikenal dengan sebutan proses asam. Sedangkan dalam

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    22/26

    27

     pembuatan gelatin tipe B, perlakuan yang diaplikasikan adalah perlakuan

     basa. Proses ini disebut proses alkali (Utama, 1997). Standar mutu gelatin

    dapat dilihat pada Tabel 2.4.

    Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti

    gliserol, propilen glycol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam

    alkohol, aseton, karbontetraklorida, benzen, petroleum eter dan pelarut

    organik lainnya. Menurut Norland (1997), gelatin mudah larut pada suhu

    71,10C dan cenderung membentuk gel pada suhu 48,90C. Sedangkan

    menurut Montero, et al.  (2000) dalam Hidayat (2008), bahwa pemanasan

    yang dilakukan untuk melarutkan gelatin sekurang-kurangnya 490C atau

     biasanya pada suhu 60-700C.

    Tabel 2.4. Standar Mutu Gelatin

    Karakteristik Syarat

    Warna Tidak berwarna

    Bau, rasa Normal (dapat diterima konsumen)

    Kadar air 16% (Maks)

    Kadar abu 3,25% (Maks)

    Logam berat 50 mg/kg (Maks)

    Arsen 2 mg/kg (Maks)Tembaga 30 mg/kg (Maks)

    Seng 100 mg/kg (Maks)

    Sulfit 1000 mg/kg (Maks)Sumber : SNI (1995).

    Gelatin memiliki sifat dapat berubah secara reversible dari bentuk

    sol ke gel membengkak atau mengembang dalam air dingin, dapat

    membentuk film, mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat

    melindungi sistem koloid (Parker, 1982). Menurut Utama (1997), sifat-sifat

    seperti itulah yang membuat gelatin lebih disukai dibandingkan bahan-

     bahan lain seperti gum xantan, karagenan, dan pektin. Sifat permukaan

    gelatin didasarkan pada kenyataan bahwa rantai samping gelatin, seperti

    halnya protein yang lain, memiliki gugus yang bermuatan dan bagian

    tertentu dari rangkaian kolagen mengandung asam amino hidrofobik dan

    hidrofilik. Bagian hidrofobik dan hidrofilik dapat berpindah di permukaan,

    sehingga mengurangi tegangan muka larutan. Pada saat yang sama, gelatin

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    23/26

    28

    memiliki beberapa sifat melindungi stabilitas permukaan yang dibentuk.

    Sifat multifungsi dari gelatin ini digunakan dalam produksi dan stabilisasi

     buih dan emulsi (Hidayat, 2008).

    Penambahan gelatin sebagai bahan penstabil pada sari buah

    dimaksudkan untuk membentuk suatu cairan dengan kekentalan yang stabil

    dan homogen tetapi tidak mengendap dalam waktu yang relatif lama.

    Gelatin sebagai bahan penstabil lebih efektif dari pada gum arab dalam

    mempertahankan mutu sari buah selama penyimpanan (Sopandi, 1989

    dalam Dedi, 2002). Namun demikian, konsentrasi yang terlalu tinggi dapat

    menyebabkan pengendapan. Viskositas akan meningkat sebanding dengan

     peningkatan konsentrasi. Gelatin mampu mempertahankan kekeruhan dan

    mencegah pengendapan pada produk sari buah dengan peningkatan

    viskositas. Viskositas meningkat disebabkan karena terjadi pengikatan

    antara partikel-partikel endapan pada sari buah yaitu pektin dengan gugus

    amino pada gelatin. Pektin mengandung gugus metil ester yang bermuatan

    negatif, sedangkan gugus amino pada gelatin bermuatan positif sehingga

     berikatan membentuk senyawa kompleks yang stabil dan membentuk

    struktur gel. Penggunaan gelatin sebesar 0,1%-5% akan mempengaruhi

    karakteristik produk pangan seperti  jelly, susu, sari buah, mayonaise,

    yoghurt, es krim dan lain-lain (Belizt dan Grosch, 1986).

    Gelatin merupakan penstabil alami yang berasal dari jaringan kolagen

    kulit hewan. Gelatin memiliki sifat lebih mudah terdispersi dalam air.

    Penggunaan konsentrasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan sari buah

    menjadi kental, sedangkan jika konsentrasi kurang maka akan terbentuk

    endapan. Konsentrasi gelatin yang direkomendasikan dalam produk

    minuman sari buah yaitu 0,5-1,5% (Koswara, 1992). Sejumlah larutan

    gelatin ditambahkan ke dalam sari buah, maka akan terbentuk presipitasi

    flokulan. Endapan tersebut akan membawa partikel-partikel yang

    tersuspensi di dalam sari buah ikut mengendap (karena BM lebih besar).

    Sehingga akan diperoleh supernatan, yaitu sari buah dengan kenampakan

    yang jernih (Rosaeka, 2008).

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    24/26

    29

    Semakin tinggi konsentrasi penstabil, semakin tinggi total padatan

    terlarutnya. Total padatan terlarut meningkat karena air bebas diikat oleh

     bahan penstabil sehingga konsentrasi bahan yang larut meningkat. Semakin

     banyak partikel yang terikat oleh bahan penstabil maka total padatan yang

    terlarut juga akan semakin meningkat dan mengurangi endapan yang

    terbentuk. Dengan adanya bahan penstabil maka partikel-partikel yang

    tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut dan tidak mengendap

    oleh pengaruh gaya gravitasi (Potter dan Hotchkiss, 1995 dalam Kusumah,

    2007). Gelatin mampu mengikat sejumlah partikel-partikel yang berada

    dalam sari buah. Pembentukan gel gelatin terjadi karena pengembangan

    molekul gelatin akibat pemanasan. Panas akan membuka ikatan-ikatan

    molekul gelatin dan gugus hidrofobik dari protein gelatin berada di

     permukaan, sedangkan gugus hidrofiliknya berada di dalam serta terjadi

    ikatan antara gugus COO-, NH3+,  dan H2O sehingga membentuk ikatan

    silang pada molekul gelatin sehingga cairan yang awalnya bebas menjadi

    terperangkap di dalam struktur tersebut (Belizt dan Grosch, 1986).

    Gelatin bersifat hidrofilik sehingga akan menyerap air pada sari

     buah sehingga terjadi pembengkakan. Air yang sebelumnya terdapat di luar

    granula dan bebas bergerak, dengan adanya gelatin maka kandungan air

     pada sari buah tidak dapat bergerak dengan bebas sehingga terjadi

     peningkatan viskositas (Fennema, 1996).  Menurut Staindby (1977), nilai

    viskositas yang meningkat disebabkan partikel-partikel tersuspensi dalam

    sari buah naga seperti pektin dan air berikatan dengan kompleks protein

    dengan adanya penambahan bahan penstabil.

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    25/26

    30

    B. Kerangka Berpikir

    C. 

    Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

    Buah naga super merah(Hylocereus costaricensis) mengandung zat bioaktif

    dan serat an an

    Berpotensi dalam pembuatan sari

     buah karena industri sari buah

     berkembang pesat dengan laju 20%

     per tahun

    Kendala kekeruhan dan kental karena

    adanya pektin 

    Memerlukan klarifikasi 

    Metode klarifikasi: sentrifugasi,

    filtrasi, gelatin, dan enzim

    Limbah kulit

     jeruk keprok

    Garut

    Limbah

    sayuran

    Isolasi bakteri pektinolitik  

    Ditentukan konsentrasi

    0,09% dan 0,1%

    Dipilih isolat

    Enzim poligalakturonase

    termostabil

    Buah naga merah(Hylocereus

     polyrhizus ) 

    Klarifikasi dengan kitosan

    dan gelatin 

    Dipilih gelatin

    Dipilih konsentrasi terbaik

    1% dan 1,5%

    Klarifikasi sari buah menggunakan

    enzim poligalakturonase isolat AR2

    konsentrasi 0,09% dan 0,1% serta

    gelatin konsentrasi 1% dan 1,5%

  • 8/19/2019 Tahapan Pembuatan Sari Buah

    26/26

    D. Hipotesis

    Hipotesis dari penelitian ini adalah, enzim poligalakturonase yang

    diperoleh dari limbah kulit jeruk keprok Garut dan sayuran yaitu isolat AR2

     pada konsentrasi 0,09% dan 0,1% dengan gelatin pada konsentrasi 1% dan

    1,5% dapat berperan pada klarifikasi sari buah naga super merah (Hylocereus

    costaricensis), yaitu untuk menurunkan nilai pH, total padatan terlarut,

    menurunkan nilai viskositas, dan meningkatkan nilai transmitasi pada sari buah

    naga super merah sehingga diperoleh sari buah naga super merah dengan

    kenampakan yang jernih dan viskositas yang rendah.