49
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA Disusun oleh: KELOMPOK I Luqman Nul Hakim J1E110003 Marzuki J1E111074 Fajrina Haitami J1E111211 Alifni Adha Bakti J1E112001 Aulea Rahmawati J1E112002 Dian Fatmawati J1E112003 Lingga Ayudia J1E112006 Mega Permatasari J1E112008 Nabila Hadiah Akbar J1E112009 Khairun nisa J1E112213 Muhammad Riduan J1E112035

Tabl Hasil

Embed Size (px)

DESCRIPTION

:)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA

Disusun oleh:KELOMPOK I

Luqman Nul HakimJ1E110003MarzukiJ1E111074Fajrina HaitamiJ1E111211Alifni Adha BaktiJ1E112001Aulea RahmawatiJ1E112002Dian FatmawatiJ1E112003Lingga AyudiaJ1E112006Mega PermatasariJ1E112008Nabila Hadiah AkbarJ1E112009Khairun nisaJ1E112213Muhammad RiduanJ1E112035

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASIPROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT2015LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA

Disusun oleh:KELOMPOK I

Luqman Nul HakimJ1E110003MarzukiJ1E111074Fajrina HaitamiJ1E111211Alifni Adha BaktiJ1E112001Aulea RahmawatiJ1E112002Dian FatmawatiJ1E112003Lingga AyudiaJ1E112006Mega PermatasariJ1E112008Nabila Hadiah AkbarJ1E112009Khairun nisaJ1E112213Muhammad RiduanJ1E112035

Asisten : Lia Hidayati

Nilai Laporan AwalNilai Laporan Akhir

Tanggal dan TTDTanggal dan TTD

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASIPROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT2015PEMBUATAN LARUTAN AMPICILLIN I. STRUKTUR ORGANISASI 1. Nama Industri :PT. Unofarma2. Direktur :Luqman Nul Hakim3. Bidang Reseach and Development dan Bidang Produksi:Lingga Ayudia dan Aulea Rahmawati 4. Bidang PPIC dan Penimbangan :Nabila HadiahAkbar dan AlifniAdha Bakti5. Bidang Quality Control :Dian Fatmawati, Marzuki, MegaPermatasari, Khairun Nisa.6. Bidang Pengemasan :Muhammad Riduan

II. TINJAUAN PUSTAKA SEDIAANMenurut FI III, larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. Sedangkan, menurut FI IV, solution atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut secara kimia maupun fisika ke dalam bahan cair.Beberapa alasan bahan aktif diformulasi bentuk larutan yaitu beberapa orang sulit menelan obat bentuk tablet atau kapsul, dalam bentuk terlarut berasa pahit, lebih stabil secara kimia daripada bentuk terlarut, lebih siap secara biovaibilitas dari pada bentuk tablet atau kapsul (Blank, 2013).Antibiotik berasal dari kata Antibiotika yang berarti (anti : lawan, bios: hidup) yaitu zat-zat yang dihasilkan oleh fungsi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitas bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara semi-sintetis, juga termasuk kelompok ini. Begitu pula semua senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri (Tjay & Rahardja, 2007).Adapun uraian dari ampicillin sebagai berikut :Nama IUPAC : Asam-6-[(D(-)-aminofenilasetamido)]-penisilinat (Depkes RI, 1979).Nama Lain : Ampisilina (Depkes RI, 1979).Rumus Kimia : C16H19N3O4S (Depkes RI, 1979).Rumus Bangun:

BM : 349,41 (Depkes RI, 1979).Pemerian: Serbuk hablur remik, tidak berbau, atau hampir tidak berbau, rasa pahit (Depkes RI, 1979).Kelarutan: Larut dalam 170 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol 95% P, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam aseton P, dan dalam minyak lemak (Depkes RI, 1979).Khasiat : Antibiotikum (Depkes RI, 1979).Pemberian : Oral, rektal maupun secara i.m dan i.vFarmakologi : Ampicillin tergolong kelas antibiotik yang disebut penicillin yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Kebanyakan penisilin diabsorbsi secara tidak lengkap. Semua penisilin melewati sawar plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik. Penisilin G seperti yang ditunjukkan terjadi pada penderita gagal fungsi ginjal. Jalan utama ekskresi melalui sistem sekresi asam organik (tubulus) di ginjal.Kontraindikasi: Untuk pasien yang hipersensitivitas terhadap amoxilin, penisilin, atau komponen lain dalam sediaanEfek Samping:Hipersensitivitas, diare, nefritis, neurotoksisitas, gangguan fungsi pembekuan darah, toksisitas lain.Mekanisme: Penisilin Beta-laktam dapat membunuh bakteri yang sensitif. Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba.(Tjay & Rahardja, 2007).III. SPESIFIKASI PRODUKa. Nama produkNama produk yang dipasarkan adalah Ampisio.b. Kandungan zat aktifKandungan zat aktif yang digunakan adalah Ampicillin 125 mg/5 mlc. Bentuk sediaanBentuk sediaan yang digunakan adalah dry sirupd. Kekuatan sediaanKekuatan sediaan yang digunakan adalah 125 mg/5 mle. Bahan pengemas primerBahan pengemas primer yang digunakan adalah botol kaca coklat 60 ml tutup putihIV. FARMAKOLOGI BAHAN AKTIFa. DosisDosis untuk dewasa dan anak-anak diatas 5 tahun yaitu 250 mg setiap 8 jam. Dosis diberikan 2 kali pada kondisi infeksi berat. Untuk anak yang berumur 1 bulan sampai 1 tahun diberikan 62,5 mg setiap 8 jam, dan dosis dapat ditingkatkan 2 kali lipat pada kondisi infeksi berat. Untuk anak yang berumur 1-5 tahun diberikan dosis sebanyak 125 mg setiap 8 jam. Dimana dosis juga dapat ditingkatkan pada kondisi berat (Al Shareifi, 2011).b. KhasiatAmpicillin berkhasiat sebagai antibiotik (Tatro, 2003).V. FORMULA STANDAR DAN FORMULA MODIFIKASIV.1 Formula Standar R/ Ampicillin trihydrate 5.0 gSodium citrate5.0 gCitric acid, crystalline2.1 gSodium gluconate 5.0 gSorbitol crystalline [10] 40.0 gKollidon CL-M [1] 6.0 gOrange flavor1.5 gLemon flavour 0.5 gSaccharin sodium0.4 g(Buhler, 1998).V.2 Formula ModifikasiR/ Ampicillin 125 mgNatrium sitrat1 %Asam sitrat 1 %Sukrosa 67 %Na-CMC 1 %R/ Ampicillin dry syrup Aquades 60 mlVI. ALASAN PEMILIHAN BAHANa. Ampicillin Ampicillin adalah obat yang banyak digunakan masyarakat baik anak-anak maupun orang dewasa untuk memperoleh efek terapi antibiotik. Ampicillin memiliki pemerian yakni mempunyai rasa yang pahit, sehingga zat aktif ampicillin ini sangat cocok untuk di formulasikan dalam bentuk larutan. Tapi karena ampicillin mempunyai kelarutan yang buruk di dalam air yakni larut dalam 170 bagian air, dan stabilitasnya di dalam air tidak baik, maka ampicillin dibuat dalam bentuk dry sirup. Dan saat ingin digunakan, ampicillin dry sirup ditambahkan dengan aquades hingga batas pemakaian sampai 7 hari (Depkes RI, 1979).b. AquadesSalah satu komponen dalam suatu formulasi larutan, diperlukan suatu bahan pelarut. Bahan pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat aktif yang digunakan dan aman bagi tubuh. Jika sediaan larutan ditujuakan untuk pengobatan dalam, maka pelarut yang baik adalah aquades. Selain itu, menurut FI III, ampicillin larut dalam air walaupun larut dalam 170 bagian air. (Depkes RI, 1979).c. Asam sitratSuatu larutan harus mengandung buffering agent, antioksidan dan zat penstabil. Ketiga fungsi ini telah di miliki oleh asam sitrat. Selain itu, asam sitrat juga merupakan zat yang biasa digunakan dan paling baik digunakan sebagai zat penstabil. Hal itu dikarenakan sifatnya yang non toksik,non iritan, efektif pada konsentrasi rendah, larut pada fase pembawa, dan stabil. Selain itu, karena ampicillin akan dibuat dry sirup, maka suatu bahan yang dapat mencegah terjadinya pengendapan saat ditambahkan pelarut sangat dibutuhkan. Dan asam sitrat dapat berperan sebagai sequestering agent yakni mencegah terjadinya pengendapan. Sehingga, di pilihlah asam sitrat. Asam sitrat juga berperan sebagai flavoring agent pada konsentrasi 1% (Rowe et al., 2009).d. Sukrosa Sukrosa memiliki banyak fungsi. Pada umumnya digunakan sebagai pemanis yang merupakan salah satu komponen penting dan mempunyai sifat yang baik jika di olah larutan yakni meningkatan visikositas, memberi tekstur yang menyenangkan di mulut dan membentuk larutan tidak berwarna yang stabil pada pH 4-8. Selain itu, sukrosa dengan konsentrasi yang tinggi juga dapat bertindak sebagai pengawet. Sehingga, bahan pengawet yang lain pun tidak perlu ditambahkan lagi (Rowe et al., 2009).e. Na-CMCNa-CMC digunakan sebagai pengental karena Na-CMC merupakan pengental yang umunya digunakan untuk membuat sediaan larutan dan sifatnya yang tidak toksik, tidak iritan dan mudah larut dalam air. Sehingga, saat ditambahkan air, maka Na-CMC tidak mengendap (Rowe et al., 2009).f. Natrium sitratNatrium sitrat digunakan untuk menyeimbangkan pH dari asam sitrat. Sehingga pH ampicillin yang adalah 3,5 sampai 5,5, tidak terlalu turun (Depkes RI, 1979).

VII. SIFAT FISIKOKIMIA BAHAN AKTIF DAN EKSIPIENVII. 1. Ampicillina. Sifat fisika bahan aktif Nama dan sinonim Ampicillin atau biasa disebut dengan Ampisilina (Depkes RI, 1979). BentukAmpicillin memiliki bentuk serbuk hablur renik (Depkes RI, 1979). WarnaAmpicillin memiliki warna putih (Depkes RI, 1979). RasaAmpicillin memiliki rasa pahit (Depkes RI, 1979). BauAmpicillin tidak berbau atau hampir tidak berbau (Depkes RI, 1979). Struktur

Gambar 1. Struktur kimia ampicillin (Depkes RI, 1979).b. Sifat kimia bahan aktif KelarutanAmpicillin larut dalam 170 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol 95 %, kloroform pekat, dalam eter, dalam aseeton dan dalam minyak lemak (Depkes RI, 1979). StabilitasAmpicillin stabil dalam tempat yang kering dan terlindung dari cahaya matahari, dan tertutup rapat (Depkes RI, 1979). PenyimpananAmpicillin disimpan di tempat yang stabil dan tertutup rapat (Depkes RI, 1979). pHAmpicillin memiliki pH larutan 0,25 % b/v 3,5 sampai 5,5 (Depkes RI, 1979).VII. 2. Asam sitrata. Sifat fisika bahan aktif Nama dan sinonim Asam sitrat atau acidum citricum memiliki nama sinonim yakni 2-hydroxypropane-1,2,3-tricarboxylic acid monohydrate (Rowe et al., 2009). BentukAsam sitrat memiliki bentuk serbuk hablur dan serbuk hingga kristal (Rowe et al., 2009). WarnaAsam sitrat memiliki warna putih (Rowe et al., 2009). RasaAsam sitrat memiliki rasa asam yang kuat (Rowe et al., 2009). BauAsam sitrat tidak berbau (Rowe et al., 2009). Struktur

Gambar 2. Struktur kimia asam sitrat (Rowe et al., 2009).b. Sifat kimia bahan aktif KelarutanAsam sitrat larut dalam 1 dalam 1,5 bagian etanol 95 %, sedikit larut dalam eter dan 1 di dalam sedikit 1 bagian larut dalam air (Rowe et al., 2009).

StabilitasAsam sitrat tidak stabil di udara kering atau ketika dipanaskan sampai sekitar 40oC (Rowe et al., 2009). PenyimpananAsam sitrat disimpan di wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering (Rowe et al., 2009). pHAsam sitrat memiliki pH 2,2 (Rowe et al., 2009). InkompatibilitasAsam sitrat tidak kompatibel dengan kalium tartrat , alkali, karbonat alkali tanah, bikarbonat , asetat, sulfide, zat pengoksidasi , basa , pereduksi , dan nitrat (Rowe et al., 2009).VII. 3. Sukrosaa. Sifat fisika bahan aktif Nama dan sinonimSukrosa memiliki nama sinonim yakni beet sugar, tebu, a-D-glucopyranosyl-b-D-fructofuranoside, gula halus, sakarosa, gula. (Rowe et al., 2009). BentukSukrosa memiliki bentuk kristal dan serbuk kristal (Rowe et al., 2009). WarnaSukrosa tidak berwarna (Rowe et al., 2009). RasaSukrosa memiliki rasa manis (Rowe et al., 2009). BauSukrosa tidak berbau (Rowe et al., 2009).

Struktur

Gambar 3. Struktur kimia sukrosa (Rowe et al., 2009).b. Sifat kimia bahan aktif KelarutanSukrosa larut dalam 1 bagian 0,5 air dan praktis tidak larut dalam kloroform (Rowe et al., 2009). StabilitasSukrosa memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar dan di kelembaban yang relatif moderat (Rowe et al., 2009). PenyimpananSukrosa disimpan di wadah tertutup rapat dan di tempat yang sejuk dan kering (Rowe et al., 2009). pHSukrosa memiliki pKa 12,62 (Rowe et al., 2009). InkompatibilitasSukrosa dapat terkontaminasi dengan logam berat, yang dapat menyebabkan ketidakcocokan dengan bahan aktif , misalnya asam askorbat . Sukrosa juga dapat terkontaminasi dengan sulfit dari proses pemurnian (Rowe et al., 2009).VII. 5. Na-CMCa. Sifat fisika bahan aktif Nama dan sinonimNa-CMC memiliki nama sinonim yakni sodium carboxy methyl cellulose, cellulose gum, sodium cellulose glycolate (Rowe et al., 2009). BentukNa-CMC memiliki bentuk serbuk granul (Rowe et al., 2009). WarnaNa-CMC berwarna putih atau hampir putih (Rowe et al., 2009). RasaNa-CMC tidak memiliki rasa (Rowe et al., 2009). BauNa-CMC tidak berbau (Rowe et al., 2009). Struktur

Gambar 4. Struktur kimia Na-CMC (Rowe et al., 2009).b. Sifat kimia bahan aktif KelarutanNa-CMC praktis tidak larut dalam aseton, etanol ( 95 % ), eter dan toluene dan mudah tersebar dalam air pada semua suhu (Rowe et al., 2009). StabilitasNa-CMC stabil, meskipun higroskopis. Dalam kondisi kelembaban yang tinggi , karboksi metal selulosa natrium ini dapat menyerap air jumlah yang besar ( > 50 % ) (Rowe et al., 2009). PenyimpananNa-CMC disimpan di wadah tertutup rapat dan di tempat yang sejuk dan kering dan ditambah pengawet (Rowe et al., 2009). pHNa-CMC memiliki pH 6-8 (Rowe et al., 2009). InkompatibilitasNa-CMC dapat terkontaminasi dengan larutan asam kuat (Rowe et al., 2009).

VII. 6. Natrium sitrata. Sifat fisika bahan aktif Nama dan sinonim Natrium sitrat atau sodium citricum memiliki nama sinonim yakni Citric acid trisodium salt, E331, sodium citrate tertiary dan trisodium citrate (Rowe et al., 2009). BentukNatrium sitrat memiliki bentuk serbuk kristal dan kristal monoklinik (Rowe et al., 2009). WarnaNatrium sitrat memiliki warna putih (Rowe et al., 2009). RasaNatrium sitrat memiliki rasa salin dan dingin (Rowe et al., 2009). BauNatrium sitrat tidak berbau (Rowe et al., 2009). Struktur

Gambar 6. Struktur kimia natrium sitrat (Rowe et al., 2009)..b. Sifat kimia bahan aktif KelarutanNatrium sitrat larut dalam 1,5 bagian air dan 0,6 bagian air panas, dan praktis tidak larut dalam etanol 95 % (Rowe et al., 2009). StabilitasNatrium sitrat adalah zat yang stabil (Rowe et al., 2009). PenyimpananNatrium sitrat disimpan di tempat yang kering (Rowe et al., 2009).

pHNatrium sitrat memiliki pH 7,5-8,5 (Rowe et al., 2009). InkompatibilitasNatrium sitrat akan bereaksi dengan asam (Rowe et al., 2009).VIII. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGANPembuatan larutan ampicillin dengan dosis 125 mg/5 mL.Ampicillin 125 mgAsam sitrat 1 %Sukrosa 67 %Na-CMC1 %Natrium sitrat1 %Perhitungan (60 ml) Ampicillin = 125 mg/5ml x 60 g = 1500 mg = 1,5 gAsam sitrat = 1 % x 60 g= 0,6 gSukrosa = 67 % x 60 g= 40,2 gNa-CMC= 1 % x 60 g= 0,6 gNatrium sitrat= 1% x 60 g= 0,6 gPerhitungan (400 ml) Ampicillin = 125 mg/5ml x 400 g = 10000 mg = 10 gAsam sitrat = 1 % x 400 g= 4 gSukrosa = 67 % x 400 g= 268 gNa-CMC= 1 % x 400 g= 4 gNatrium sitrat= 1% x 400 g= 4 gIX. Ampicillin, asam sitrat, sukrosa, Na-CMC, Natrium sitratCARA KERJA

AirDitimbang

Dipanaskan untuk memanaskan mortir

Asam sitrat dan natrium sitrat

Dihaluskan dalam mortir panas

Ampicillin

Dimasukkan ke dalam mortir yang berisi asam sitrat dan natrium sitrat Digerus hingga homogen

Na-CMC

Dimasukkan ke dalam mortir yang berisi asam sitrat, natrium sitrat dan ampicillin Digerus hingga homogen

Sukrosa

Dimasukkan ke dalam mortir yang berisi campuran bahan obat HasilDigerus hingga homogen

Diayak dengan ayakan 12 Dikeringkan dalam oven

Hasil

Diayak dengan ayakan 14 HasilDimasukkan dalam botol yang sudah dikalibrasi 60 ml aquadest

XI. HASIL DAN PEMBAHASAN XI.1. Hasil EvaluasiXI.1.1. Uji organoleptisNo.UjiWarna

1.BentukKental

2.WarnaMerah jambu

3.BauStrawberry

4.RasaPahit

XI.1.2. Uji pH larutanNoPerlakuanHasil

1.pH meter dicelupkan dalam buffer pH 7pH meter terkalibrasi

2pH meter dicelupkan dalam aquadespH meter menunjukkan pH netral

3pH meter dicelupkan dalam larutan obatpH meter menunjukkan angka 5,09; 5,02; 5,01.

4Mencocokkan dengan literatur dimana pH larutan kloramfenikol harus masuk dalam rentang 5-6 (Depkes RI, 1995).pH larutan kloramfenikol yang dibuat masuk rentang 9 (+)

XI.1.3. Uji Berat jenis dengan piknometerNoPerlakuanHasil

1.Menimbang piknometer kosong (A)31,01 gram

2.Menimbang piknometer+air (B)82,56 gram

3.Menimbang piknometer+bahan (C)87,69 gram

4.Dihitung berat jenis bahannya dengan rumus

5.Dihitung berat jenis airnya dengan rumus

6.Dicocokkan dengan literatur dimana suspensi yang baik memiliki berat jenis > 1 g/ml (Depkes RI, 1995).Berat jenis suspensi yang dihasilkan > 1 g/ml yakni

Diketahui :Berat bahan = C A = 87,69 31,01 = 56,68 gramBerat air = B A = 82,56 31,10 = 51,46 gram

XI.1.4. Uji viskositasNoReplikasiFaktorHasilRpmSpindel Viskositas

1.I10130215 Cps

2.II10130215 Cps

3.III10130215 Cps

Viskositas rata-rata = 15+15+15 = 45 = 15 Cps3 3Literatur : Suspensi yang baik memiliki nilai viskositas 15-25 cps (Lestari & Helda, 2012).Praktikum:Suspensi memiliki nilai viskositas 15 cps. Artinya viskositas yang ditunjukkan masuk rentang. XI.1.5. Uji stabilitas sediaan PerlakuanHasilLiteratur

Memasukkan larutan dalam 2 tabung sentrifuge Sentrifugasi pada 3000 rpm selama 5 menitTerbentuk endapan (+)Suspensi yang stabil menunjukkan adanya endapan yang terkumpul di dasar (Gozali et al., 2009).

XI.1.6. Uji homogenitasNoPerlakuanLiteraturPratikum

1.

2.Secara visualMasukkan suspensi dalam gelas beker amati adanya partikel yang tersebar dalam larutan

Uji dengan kaca objekSuspensi dimasukkan dalam gelas beker pipet larutan bagian atas, tengah dan bawah ketiganya letakan di atas kaca objek ratakan dengan kaca penutupSuspensi yang homogen menunjukkan partikel tidak larut tersebar secara merata pada seluruh bagian larutan

Suspensi dikatakan homogen jika partikel tersebar secara merata pada seluruh bagian larutan

(Agus, 2012).Partikel tersebar secara merata pada seluruh bagian larutan (+)

Suspensi bawah menunjukkan adanya partikel.

Suspensi tengah menunjukkan adanya partikel.

Suspensi atas menunjukkan adanya partikel.

Artinya, homogen (+)

XI.1.7. Uji kebocoran botolPerlakuanLiteraturPraktikum

Botol yang ingin digunakan untuk memuat suspensi dimasukkan air secukupnya menutup botol dengan rapat memasukkan botol dalam metilen blueditunggu hingga 5 menitbotol diangkat dan bagian sisinya dilaptuang air yang ada dalam botol ke gelas bekerNampak air tetap berwarna jernih, tidak ada larutan berwarna biru (Singgih, et al., 2011).Air yang ada di dalam gelas beker nampak jernih (+)

XI.1.8. Uji Volume SedimentasiPerlakuanHasilLiteratur

Memasukkan 40 ml (Vo) suspensi dalam gelas ukur 50 ml didiamkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari selama 5 menit dilihat perubahan volumenya dan dilihat ada tidaknya endapan yang terbentukTerbentuk endapan dan volume suspensi menjadi berubah 0,2 ml dari semula (+)Nilai F nya :F=Vu/Vo = 40,2 ml/ 40 ml =1,005 mlSuspensi yang stabil menunjukkan adanya endapan yang terkumpul di dasar (Gozali et al., 2009).

XI.1.9. Uji Volume SedimentasiPerlakuanHasilLiteratur

Memasukkan 40 ml suspensi dalam gelas ukur 50 ml didiamkan gelas ukurnya dimiringkan 45o posisikan gelas ukur seperti semula sambil menyalakan stopwatch untuk menghitung waktu kembalinya supensi pada volume semulaWaktu kembalinya suspensi pada kondisi semula adalah 1 detikSuspensi yang stabil menunjukkan adanya endapan yang terkumpul di dasar (Gozali et al., 2009).

XI.2. PembahasanPercobaan kali ini berjudul suspensi, dimana tujuan dilakukannya percobaan ini adalah agar mahasiswa mampu membuat sediaan suspensi, melakukan evaluasi terhadap sediaan suspensi, melakukan proses manufacturing suspensi, melakukan in process control dan mengevaluasi mutu larutan serta dapat mengatasi masalah yang timbul selama proses manufacturing. Selain itu, tujuan lain yang diharapkan yaitu dapat membuat etiket, brosur, kemasan primer, dan kemasan sekunder untuk suspensi yang telah dibuat. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus dan tidak larut dan terdispersi dalam larutan pembawa. Adapun keuntungan dari sediaan suspensi ini adalah baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul. terutama untuk anak-anak; memiliki homogenitas yang cukup tinggi; lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karena luas permukaan kontak dengan permukaan saluran cerna tinggi; dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat; dan dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Sediaan suspensi juga memiliki kekurangan seperti memiliki kestabilan yang rendah; jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga homogenisitasnya menjadi buruk; aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk dituang; ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan; suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan; dan pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi akan meningkat apabila terjadi perubahan temperatur pada tempat penyimpanan. Ciri-ciri suspensi yang baik adalah antarkomponen suspensi masih ada bidang batas dan dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop, suspensi terlihat keruh dan tidak stabil, zat tersuspensi lambat laun terpisah karena gravitasi atau mengalami sedimentasi dan suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan (Khoiri, 2009).Pratikum kali ini, pratikan membuat sediaan suspensi dengan menggunakan bahan aktif kloramfenikol yang merupakan obat antibakteri/ antibiotik. Sediaan dibuat dalam bentuk suspensi bertujuan untuk memperbaiki rasa kloramfenikol yang memiliki pemerian rasa yang sangat pahit. Diketahui bahwa dengan dibuat suspensi, maka rasa atau bau tidak enak yang dimiliki suatu obat dapat ditutupi dengan penambahan bahan tambahan perasa dan pemanis. Sehingga obat dengan zat aktif kloramfenikol ini sangat cocok untuk di formulasikan dalam bentuk suspensi. Selain untuk memperbaiki rasa, alasan kloramfenikol diformulasikan menjadi larutan adalah untuk mempercepat efek terapi mengingat zat aktif yang diformulasikan menjadi larutan akan lebih cepat terabsorbsi ke saluran sistemik sehingga efek obat akan cepat muncul. Kloramfenikol mempunyai kelarutan yang buruk di dalam air. Sehubungan dengan hal itu, formulasi terbaik untuk kloramfenikol adalah suspensi. Karena jika tetap diformulasikan menjadi bentuk larutan contohnya sirup, maka akan nampak partikel obat yang tidak dapat terdispersi dalam pelarutnya. Ini akan berdampak pada kurangnya ketepatan dosis saat pemberian obat. Selain itu, karena kloramfenikol sangat sulit larut dalam air, maka butuh pelarut khusus yang cocok untuk bisa melarutkan zat aktif ini. Pada praktikum, digunakan propylen glikol untuk melarutkan kloramfenikol mengingat kelarutan kloramfenikol dalam propylen glikol sangat baik. Bahan tambahan yang umum digunakan dalam sediaan suspensi antara lain: pelarut dan pembawa, stabilisator (dapar, acidifier, pengawet, antioksidan), wetting agent, dispersants, osmotic agent, thickeners, floculating agent, perasa, pewarna dan dapar (Buhler, 2008). Bahan-bahan tambahan yang digunakan untuk membuat larutan kali ini adalah asam sitrat, sirup simplex, sorbitol, essens strawberry, propylenglikol, nipagin, Na-CMC dan natrium sitrat serta air untuk medium dispersinya. Asam sitrat digunakan sebagai acidifier yang dapat berperan dalam mempertahankan pH dan menjaga viskositas suspensi dalam botol. Suatu suspensi harus mengandung buffering agent, antioksidan dan zat penstabil. Ketiga fungsi ini telah di miliki oleh asam sitrat. Selain itu, asam sitrat juga merupakan zat yang biasa digunakan dan paling baik digunakan sebagai zat penstabil. Hal itu dikarenakan sifatnya yang non toksik,non iritan, efektif pada konsentrasi rendah, larut pada fase pembawa, dan stabil. Selain itu, karena kloramfenikol akan dibuat suspensi, maka suatu bahan yang dapat mempelambat terjadinya pengendapan saat ditambahkan pelarut sangat dibutuhkan. Dan asam sitrat dapat berperan sebagai sequestering agent yakni memperlambat terjadinya pengendapan. Sehingga, di pilihlah asam sitrat. Asam sitrat juga berperan sebagai flavoring agent pada konsentrasi 1%. Natrium sitrat digunakan untuk menyeimbangkan pH dari asam sitrat. Sehingga pH kloramfenikol yang adalah 4,5 dan 7,5, tidak terlalu turun (Depkes RI, 1979).Na-CMC digunakan sebagai flocculating agent tipe polimer hidrofilik kelompok anion. Karena mempunyai tipe polimer hidrofilik, maka Na-CMC ini dapat digunakan sebagai suspending agent yang merupakan komponen penting untuk membuat suspense. Sebenarnya flocculating agent yang baik itu yang termasuk dalam kelompon nonionic. Namun, untuk menyesuaikan bahan yang ada di lab, maka digunakan Na-CMC. Na-CMC dapat memperlambat pengendapan dan mencegah penurunan partikel untuk sediaan suspensi. Na-CMC juga dapat mencegah penurunan partikel dan bahan berlemak. Selain itu, Na-CMC dapat larut dengan mudah dalam air panas atu dingin membentuk larutan yang kental yang bertindak sebagai suspending agent. Na-CMC juga dapat bertindak sebagai dispersants, thickeners dan osmotic agent (Rowe et al., 2009).Propylenglycol digunakan sebagai wetting agent atau pelarut yang baik utnuk melarutkan kloramfenikol. Dalam formulasi ini, propilenglikol digunakan sebagai pelarut karena kloramfenikol sendiri tidak larut dalam air, sehingga digunakan propylenglycol untuk melarutkannya. Dibandingkan dengan gliserin dan bahan wetting agent lain, propylenglikol merupakan wetting agent yang lebih baik (Rowe et al., 2009).Nipagin digunakan sebagai pengawet dikarenakan mempunyai sifat yang baik untuk dijadikan pengawet pada suspensi. Nipagin tidak toksik, inert, stabil, tidak berbau dan dapat dicampurkan dengan formula lain serta dapat bertindak sebagai antimikroba yang berpotensi dalam spektrum luas. Adapun sirup simplek digunakan sebagai pengental, pemanis dan untuk meningkatkan berat jenis dimana berat jenis ditingkatkan untuk mengurangi kecepatan sedimentasi partikel. Sirup simplek sudah sering digunakan untuk pengental suspense karena punya sifat yang baik yaitu inert, tidak toksik dan stabil (Rowe et al., 2009).Essen strawberry digunakan sebagai flavoring agent dan sebagai pewarna suspensi. Bahan ini digunakan agar membuat suspensi yang diolah semakin menarik dari segi estetikanya, suspensi tidak pucat sehingga pengguna suspensi kloramfenikol khususnya anak-anak suka dan tidak ada masalah untuk meminum. Dan terkait pemilihan strawberry di karenakan rasa ini yang umumnya disukai anak-anak. Anak-anak lebih menyukai rasa manis atau buah-buahan sedangkan orang dewasa lebih menyukai rasa asam. Aquadest digunakan sebagai pelarut yang bersifat netral sehingga tidak mempengaruhi pH sediaan yang diinginkan. Dan bahan yang terakhir adalah sorbitol yang memiliki sifat dapat mencegah kristalisasi gula di dalam botol, sehingga cocok digunakan sebagai Anti Caplocking Agent yang juga merupakan komponen penting dari suatu larutan. Selain itu, dapat digunakan sebagai pemanis (Rowe et all, 2009). Pertama-tama semua bahan ditimbang sesuai perhitungan sambil memanaskan air hingga mendidih. Air yang mendidih tadi di tuangkan sedikit ke dalam mortir untuk membasahi mortir. Setelah mortir panas, Na-CMC dimasukkan sebanyak 4 gram kedalam mortir dan di masukkan air panas sedikit demi sedikit sambil di gerus cepat agar suspending agent tidak pecah. Penggunaan air panas bertujuan untuk mempermudah terbentuknya mucilago. penambahan air panas sebanyak 1:100, yaitu sebanyak 400 mL. Mucilago yang dihasilkan tidak terlalu baik, karena mucilago yang dihasilkan sangat kental dan masih lengket. Hal ini kemungkinan disebabkan karena air yang digunakan tidak terlalu panas sehingga mucilago yang dihasilkan kurang baik. Kemudian langkah selanjutnya adalah memasukkan mucilago tadi pada gelas beker yang sudah berisi air panas 100 ml. Kemudian diletakkan di atas hot plate sambil diaduk untuk menyempurnakan pembentukan mucilago. Hal ini dilakukan agar mendapatkan mucilago yang lebih baik dari sebelumnya. Kemudian satu persatu bahan dimasukkan ke dalam gelas beker sambil di aduk. Pertama-tama masukkan zat aktif yaitu kloramfenikol sebanyak 10 gram. Kemudian dimasukkan propylenglicol sebanyak 48 gram yang digunakan sebagai wetting agent, selanjutnya dimasukkan sirup simpleks 80 gram yang berfungsi sebagai pengental dan pemanis, essens strawberry 6 gram yang berfungsi sebagai flavoring agent serta pewarna suspensi dan terakhir nipagin sebanyak 0,8 gram sebagai pengawet. Sediaan suspensi yang sudah dibuat dimasukkan ke dalam botol yang sudah dikalibrasi 60 ml.Tahap selanjutnya adalah tahapan evaluasi. Tujuan dilakukannya uji evaluasi sediaan adalah untuk mengetahui kelayakan dari produk obat yang diolah apakah telah memenuhi syarat untuk dipasarkan atau tidak dan untuk penyesuaian terhadap monografi obat nantinya (kontrol kualitas). Tahapan-tahapan evaluasi yakni uji organoleptis, uji volume sedimentasi dan kecepatan redispersi, uji pH sediaan, uji homogenitas, uji kebocoran botol, uji viskositas, uji stabilitas sediaan dan uji berat jenis dengan piknometer. Tahap pertama adalah tahap organoleptis. Pemeriksaan organoleptis terhadap larutan yang sudah dibuat diamati warna, rasa, bau, dan bentuknya. Hasil organoleptis dari sediaan suspense yang dibuat, yaitu berbentuk suspensi yang merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut, berwarna agak merah muda, berbau strawberry dikarenakan penambahan essens strawberry, dan rasa yang pahit akibat bahan aktif yang digunakan pada percobaan adalah kloramfenikol biasa yang memiliki rasa sangat pahit. Padahal pada formulasi bahan aktif yang ingin digunakan adalah kloramfenikol palmitat yang sifatnya hampir tidak berasa (DepkesRi, 1995). Namun, karena keterbaatsan bahan lab, maka digunakan kloramfenikol biasa. Hasil untuk bentuk, warna, dan bau sesuai dengan formulasi. Tetapi berdasarkan formula sediaan hasil pengujian organoleptis untuk rasa tidak sesuai dengan yang diinginkan, dikarenakan tidak tersedianya kloramfenikol palmitat di laboratorium dan juga menunjukan bahwa pemilihan konsentrasi pemanis yang digunakan masih kurang, sehingga untuk perbaikannya maka dapat ditambahkan konsentrasi pemanis yang digunakan agar dapat menutupi rasa pahit dari kloramfenikol.Pengujian berikutnya yaitu uji sedimentasi dan kemampuan redispersi yang bertujuan untuk mengetahui apakah fase tersuspensinya mengendap atau bersedimentasi pada penyimpanan yang lama dan untuk melihat kemampuan redispersi suspensi yang terbentuk. Uji ini dilakukan dengan menuang sediaan suspense kegelas ukur kemudian didiamkan dan dilihat apakah terbentuk endapan. Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa setelah didiamkan terdapat endapan, kemudian sediaan dikocok dan dihitung waktu pengendapan sedimen didapatkan selama 1 detik. Menurut literatur, kemampuan redispersi baik bila suspense telah terdispersi sempurna dan diberi nilai 100% (Lachmanet al,1989). Maka suspensi yang terbentuk termasuk jenis suspensi yang baik karena suspense dapat terdispersi sempurna setelah dikocok.Evaluasi selanjutnya adalah pengukuran pH sediaan. Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui stabilitas pH sediaan. Selain itu, uji penentuan pH dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman sediaan yang sangat mempengaruhi tempat terserapnya obat didalam saluran pencernaan. pH yang ingin dicapai pada pembuatan larutan kloramfenikol adalah antara 5 dan 6 (Depkes RI, 1995), dimana ini sesuai dengan monografi pH kloramfenikol pada literatur. Adapun cara kerjanya adalah pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan buffer sampai pH 7, kemudian dicelupkan ke aquades. Selanjutnya dicelupkan ke sediaan. Tujuan dilakukannya kalibrasi ini yaitu untuk mempertahankan keakuratan dari data pengamatan yang dihasilkan sehingga mendapatkan hasil yang sangat akurat. Prinsip kerja dari pH meter ini yaitu semakin banyak electron pada sampel maka akan semakin bernilai asam. Begitu pun sebaliknya. Karena batang pada pH meter berisi larutan elektrolit lemah. pH menunjukkan 5,09; 5,02; 5,01. Hal ini menunjukkan pH sediaan larutan kloramfenikol sesuai dengan literature karena masuk rentang antara 5 dan 6.Untuk evalusi berat jenis dengan piknometer bertujuan untuk mengetahui berat jenis sediaan yang telah dibuat. Adapun cara kerjanya, pertama menimbang piknometer 50 ml kosong (A), kemudian piknometer + air (B), dan piknometer + bahan (C). Dihitung massa air = (B) - (A) dan didapatkan massa air sebesar 51,46 gram. Massa bahan = (C) (A), didapatkan massa bahan sebesar 56,68 gram. Dihitung berat jenisnya dengan rumus massa/volume. Dimana volumenya adalah 50 ml, sehingga didapatkan beratj enis air sebesar 1,0292 g/ml. Dan berat jenis bahan sebesar 1,1336 g/ml. Hal ini menunjukkan berat jenis bahan baik karena sesuai dengan literatur dimana berat jenis > 1 g/ml yang menunjukkan bahwa sediaan dapat mengalir dengan baik dan mudah dituang (Depkes RI, 1995).Uji evaluasi selanjutnya adalah uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara visual dan dengan menggunakan kaca objek. Tujuannya yaitu untuk mengetahui tingkat tercampurnya sediaan dan menunjukkan suatu kehomogenitasan dari suatu sediaan cair setelah dilakukan penggojogan. Pada uji ini diharapkan setelah dilakukan penggojogan maka sediaan yang dihasilkan akan homogen. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dari ukuran kehomogenitasan suatu sediaan, diantaranya yaitu ukuran partikel dari zat terdispersi dan gravitasi bumi. Larutan yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel (suspensi dikocok terlebih dahulu). (Singgih et al., 2011).Pertama- tama dilakukan uji secara visual, suspensi dimasukkan ke dalam gelas beker dan diamati partikel yang tersebar dalam suspensi. Dengan cara ini, dapat diketahui homogen atau tidaknya sediaan suspensi secara visual. Suspensi yang homogen menunjukkan partikel tersebar secara merata pada seluruh bagian suspensi (Agus, 2012). Dari uji secara visual, didapatkan hasil bahwa sediaan suspensi homogen, karena partikel tersebar secara merata pada seluruh bagian suspensi.Cara yang kedua adalah dengan menggunakan kaca objek, dengan cara ini diharapkan homogenitas dapat diuji dengan lebih teliti dibandingkan dengan menggunakan cara visual. Langkah yang dilakukan adalah suspensi dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian pipet suspensi bagian atas, tengah dan bawah, letakkan ketiganya di atas kaca objek dan ratakan dengan kaca penutup. Alasan perlakuan ini adalah agar dapat dilihatnya homogenitas dari tiga bagian suspensi, yaitu bagian atas, tengah dan bawah. Suspensi dikatakan homogen jika partikel tersebar secara merata pada seluruh bagian suspensi (Agus,2012). Hasil menunjukkan bahwa suspensi bagian bawah menunjukkan adanya partikel, suspensi bagian tengah menunjukkan adanya partikel, suspensi bagian atas menunjukkan adanya partikel. Hasil ini menunjukkan bahwa sediaan suspensi tersebut homogen.Uji selanjutnya adalah uji stabilitas sediaan yang tujuannya untuk mengevaluasi stabilitas ukuran partikel. Langkah pertama adalah memasukkan sediaan ke dalam 2 tabung sentrifuge. Tabung sentrifuge ini berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel dalam suatu larutan yang mempunyai berat molekul yang berbeda. Kemudian di sentrifuge pada 3000 rpm selama 15 menit. Digunakan kecepatan dengan 3000 rpm ini dikarenakan ini merupakan kecepatan maksimal pada alat sentrifuge sehingga dapat mengetahui volume sedimentasinya pada kecepatan maksimal. Sedangkan digunakan waktu 5 menit dikarenakan batas sentrifuge untuk sediaan larutan waktunya adalah 5 menit. Hasil yang didapatkan adalah suspensi yang stabil yang menunjukkan adanya endapan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan tersebut stabil karena telah memenuhi syarat uji stabilitas sedian. Suspensi yang stabil menunjukkan adanya endapan yang terkumpul di dasar (Gozaliet al.,2009).Uji berikutnya adalah uji kebocoran botol. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah kemasan bocor dan layak atau tidaknya kemasan itu di gunakan dan dalam penyimpanan larutan atau dalam distribusinya. Langkah yang dilakukan adalah memasukkan botol yang ingin digunakan kedalam air secukupnya. Kemudian menutup botol dengan rapat dan memasukkan botol dalam metilen blue. Metilen blue digunakan karena warnanya biru yang kontras berbeda dengan larutan air yang bening dan jernih. Sehingga jika terjadi kebocoran, dapat mudah terlihat kebocoran tersebut yang ditandakan dengan air yang tidak jernih lagi. Ditunggu hingga 5 menit, kemudian botol diangkat dan bagian sisinya dilap seta tuang air kedalam botol ke gelas beker. Hasil yang didapatkan adalah air yang didalam gelas beker nampak jernih. Hal ini sesuai dengan ketentuan syarat kebocoran botol yaitu jika wadah terjadi kebocoran terlihat ada larutan berwarna keluar maka larutan jernih akan berubah warna (Singgih et al, 2011). Pada uji ini, tidak terjadi perubahan warna sehingga dapat dinyatakan tidak terjadi kebocoran botol.Uji evaluasi yang terakhir adalah uji viskositas. Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan sediaan apakah cairan sediaan mampu untuk dialirkan atau tidak. Cairan yang mempunyai tipe alir Newton misalnya air, etanol, gliserin, minyak pelumas serta larutan yang mempunyai senyawa terlarut dengan ukuran partikel kecil, misalnya larutan gula. Penentuan viskositas sediaan larutan dilakukan dengan menggunakan Viscometer Brookfield. Viscometer Brookfield merupakan salah satu viscometer yang menggunakan gasing atau kumparan yang dicelupkan kedalam zat uji dan mengukur tahanan gerak dari bagian yang berputar. Tersedia kumparan yang berbeda untuk rentang kekentalan tertentu, dan umumnya dilengkapi dengan kecepatan rotasi. Prinsip kerja dari Viscometer Brookfield ini adalah semakin kuat putaran semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin besar.Viskometer Brookfield yang digunakan kali ini adalah tipe LV. Viskometer brookfield ini sebenarnya ada dua tipe yaitu tipe RV dan tipe LV. Yang membedakan keduanya adalah arah putaran dari spindle. Tipe RV putaran spindle nya ke arah kanan sedangkan tipe LV putaran spindle nya ke arah kiri. Langkah yang dilakukan adalah sampel dimasukkan ke dalam gelas beker. Kemudian spindel no.2 dipasang pada alat viskometer brookfield, dan dimasukkan ke dalam sampel sampai tanda batas. Setelah posisinya sudah sesuai, motor viskometer dinyalakan pada angka 30 rpm. Didapatkan data, kemudian diplotkan terhadap tekanan geser (dyne/cm2) dan kecepatan geser. Perlakuan ini direplikasi 3 kali agar data yang didapat, dapat dipercaya kebenarannya. Didapatkan hasil secara berturut- turut yaitu 15 Cps, 15 Cps, 15 Cps, sehingga didapatkan viskositas rata- rata yaitu 15 Cps. Hasil ini memenuhi syarat yang ditentukan yaitu antara 15-25 Cps, sehingga dapat dinyatakan bahwa sediaan suspensi ini memiliki viskositas yang baik.Kesulitan yang banyak ditemui dalam pembuatan suspensi, yang merupakan faktor yang amat penting dalam formulasi suspensi, adalah pembasahan fase padat oleh medium suspensi. Secara definisi, suspensi pada pokoknya adalah suatu sistem yang tidak dapat bercampur, tetapi untuk keberadaannya suspensi memerlukan beberapa derajat kompatibilitas, dan pembasahan bahan-bahan tersuspensi dengan baik sangat penting dalam pencapaian akhir ini. Bila antar cairan dan zat padat ada suatu afinitas kuat, cairan dengan mudah membentuk lapisan tipis pada permukaan zat padat. Tetapi bila afinitas ini tidak ada atau lemah, cairan sulit untuk memindahkan udara atau zat-zat lain disekitar zat padat tersebut, dan di sana ada suatu sudut kontak antara cairan dan zat padat.Menilai dari hasil-hasil uji yang dilakukan, semua hasil evaluasi menunjukkan hasil positif kecuali satu hal yaitu rasa. Rasa yang dihasilkan masih sangat pahit sehingga tujuan dilakukannya pembuatan suspensi yang dapat menutupi bau dan rasa kloramfenikol yang sangat pahit tidak tercapai. Hal ini dikarenakan kurangnya konsentrasi essens strawberry yang digunakan. Sehingga dapat disimpulkan sediaan larutan yang telah dibuat belum siap dipasarkan dan harus dikaji ulang karena masih ada satu evaluasi yang tidak memenuhi syarat. Kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersentuhan dengan produk atau sediaan, untuk itu diharapkan kemasan primer bersifat inert sehingga tidak mempengaruhi kualitas produk. Kemasan sekunder adalah kemasan kedua yang melapisi kemasan primer, dengan tujuan untuk lebih memberikan perlindungan kepada produk. Kemasan tersier adalah kemasan ketiga setelah kemasan sekunder dan kemasan primer, dengan tujuan untuk memudahkan proses distribusi agar lebih praktis dan efisien. Adapun kemasan tersier dapat berupa kotak dari karton atau petikayu. Kemasan primer yang digunakan pada percobaan kali ini adalah botol berwarna gelap, kemasan sekunder yang digunakan adalah kertas mika. Alasan menggunakan kertas mika ini dikarenakan kertas mika yang mudah dibentuk, harganya murah, dan lebih kuat dibandingkan kertas lainnya.XIII. Kesimpulan dan SaranXIII. 1. KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :1. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair, suspense dalam farmasi adalah dispersi kasar, dimana partikel padat yang tak larut terdispersi dalam medium cair.2. Kloramfenikol diformulasi menjadi sediaan suspensi karena sifat kelarutan kloramfenikol yang sukar larut dalam air.3. Komponen zat tambahannya adalah Na-CMC, propylenglycol, nipagin, sirup simplex, asam sitrat, sorbitol , natrium sitrat, essen strawberry dan aquades4. Uji evaluasi fisika yang dilakukan adalah organoleptik, penentuan pH, penentuan berat jenis, penentuan viskositas, stabilitas, homogenitas, uji kebocoran botol, uji volume sedimentasi, dan uji kecepatan redispersi.5. Uji evaluasi yang memenuhi syarat evaluasi yaitu uji penentuan pH, penentuan berat jenis, penentuan viskositas, stabilitas, homogenitas, uji kebocoran botol, uji volume sedimentasi, dan uji kecepatan redispersi.6. Uji evaluasi yang tidak memenuhi syarat adalah uji organoleptis yaitu rasa. 7. Dari hasil uji evaluasi dapat disimpulkan bahwa sediaan suspensi yang dibuat masih tidak bisa dipasarkan karena ada 1 hasil uji evaluasi yang tidak memenuhi syarat yaitu rasa.

XIII. 2 SaranSaran untuk praktikum ini adalah agar disediakan bahan dan alat-alat praktikum yang lebih banyak supaya praktikum ini berjalan lebih lancar.