30
104 SYAMSUL ANWAR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB-RUKYAT Niki Alma Febriana Fauzi Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah, Yogyakarta (nicky.alma@gmail.com) Abstrak Tulisan ini membahas pemikiran Syamsul Anwar dalam bidang ilmu falak, terutama dalam bidang hisab-rukyat. Di tengah minimnya ahli falak di Indonesia, terlebih di lingkungan Muhammadiyah, nama Syamsul Anwar terasa masih sangat asing di telinga kebanyakan orang. Akan tetapi jika kita melihat lebih saksama sesungguhnya dari tangan Syamsul Anwar-lah banyak pemikiran-pemikiran cemerlang tentang hisab- rukyat lahir dan sangat terasa kontribusinya bagi Muhammadiyah khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tulisan ini memokuskan pada beberapa pemikiran Syamsul Anwar dalam bidang hisab-rukyat, yaitu mengenai kontekstualisasi pemahaman hadis-hadis tentang rukyat, hisab hakiki sebagai metode penentuan awal bulan dan interkoneksi studi hadis dan astronomi. A. Prolog Syafiq Mughni sebagaimana dikutip Azyumardi Azra mengatakan, pada masa sekarang ini, ilmu falak atau hisab telah menjadi langka dan literatur-literatur yang berbahasa Indonesia sangat sulit didapatkan. Padahal, sesungguhnya ilmu ini sangat penting bukan saja karena dalam beberapa hal tetap diperlukan tetapi juga lebih dari itu memiliki makna yang sangat penting dalam mengapresiasi peradaban Islam.1 Apa yang dikatakan Syafiq Mughni di atas barangkali mewakili 1 Lihat kata pengantar Azyumardi Azra untuk buku Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia: Studi Atas Pemikiran Saadoeddin Djambek karya Susiknan Azhari. Susiknan Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia: Studi Atas Pemikiran Saadoeddin Djambek (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. Vii. pendapat sebagian orang Indonesia yang sadar akan pentingnya ilmu astronomi, terutama ilmu falak syari 2 yang menjadi bagian dari ilmu astronomi itu sendiri. Dalam konteks keindonesian, di mana mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, ilmu falak syar’i benar- benar menjadi ilmu yang tidak dapat dipisahkan dari setiap gerak langkah umat Islam. Dikatakan demikian karena ilmu ini sangat berkaitan erat dengan ibadah yang dilakukan oleh umat Islam 2 Istilah ilmu falak syari adalah istilah yang digunakan untuk membedakan antara ilmu falak dalam arti astonommi dengan ilmu falak yang khusus mengkaji gerak matahari dan bulan untuk menentukan waktu-waktu ibadah dan arah kiblat. Yang terakhir inilah yang disebut dengan ilmu falak syari. Lihat Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 1430/2009), h. 4. Dalam tulisan ini ketika disebut ilmu falak, maka yang dimaksud adalah ilmu falak syari.

SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

104

SYAMSUL ANWAR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANGHISAB-RUKYAT

Niki Alma Febriana FauziPendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah, Yogyakarta

([email protected])

AbstrakTulisan ini membahas pemikiran Syamsul Anwar dalam bidang ilmu falak, terutamadalam bidang hisab-rukyat. Di tengah minimnya ahli falak di Indonesia, terlebih dilingkungan Muhammadiyah, nama Syamsul Anwar terasa masih sangat asing di telingakebanyakan orang. Akan tetapi jika kita melihat lebih saksama sesungguhnya daritangan Syamsul Anwar-lah banyak pemikiran-pemikiran cemerlang tentang hisab-rukyat lahir dan sangat terasa kontribusinya bagi Muhammadiyah khususnya danmasyarakat Indonesia pada umumnya. Tulisan ini memokuskan pada beberapapemikiran Syamsul Anwar dalam bidang hisab-rukyat, yaitu mengenai kontekstualisasipemahaman hadis-hadis tentang rukyat, hisab hakiki sebagai metode penentuan awalbulan dan interkoneksi studi hadis dan astronomi.

A. PrologSyafiq Mughni sebagaimana

dikutip Azyumardi Azra mengatakan,“pada masa sekarang ini, ilmu falakatau hisab telah menjadi langka danliteratur-literatur yang berbahasaIndonesia sangat sulit didapatkan.Padahal, sesungguhnya ilmu ini sangatpenting bukan saja karena dalambeberapa hal tetap diperlukan tetapijuga lebih dari itu memiliki makna yangsangat penting dalam mengapresiasiperadaban Islam.”1

Apa yang dikatakan SyafiqMughni di atas barangkali mewakili

1 Lihat kata pengantar Azyumardi Azrauntuk buku Pembaharuan Pemikiran Hisab diIndonesia: Studi Atas Pemikiran Saadoe’ddinDjambek karya Susiknan Azhari. SusiknanAzhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab diIndonesia: Studi Atas Pemikiran Saadoe’ddinDjambek (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),h. Vii.

pendapat sebagian orang Indonesia yangsadar akan pentingnya ilmu astronomi,terutama ilmu falak syar’i2 yangmenjadi bagian dari ilmu astronomi itusendiri. Dalam konteks keindonesian, dimana mayoritas penduduk Indonesiaberagama Islam, ilmu falak syar’i benar-benar menjadi ilmu yang tidak dapatdipisahkan dari setiap gerak langkahumat Islam. Dikatakan demikian karenailmu ini sangat berkaitan erat denganibadah yang dilakukan oleh umat Islam

2 Istilah ilmu falak syar’i adalah istilahyang digunakan untuk membedakan antara ilmufalak dalam arti astonommi dengan ilmu falakyang khusus mengkaji gerak matahari dan bulanuntuk menentukan waktu-waktu ibadah dan arahkiblat. Yang terakhir inilah yang disebut denganilmu falak syar’i. Lihat Tim Majelis Tarjih danTajdid PP Muhammadiyah, Pedoman HisabMuhammadiyah (Yogyakarta: SuaraMuhammadiyah, 1430/2009), h. 4. Dalamtulisan ini ketika disebut ilmu falak, maka yangdimaksud adalah ilmu falak syar’i.

Page 2: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

105

itu sendiri, baik ibadah yang sifatnyaharian, mingguan, bulanan dan jugatahunan. Namun sangat disayangkankarena pada kenyataannya urgensi ilmuini tidak diimbangi oleh semangat umatIslam untuk mendalaminya.

Hal ini secara sekilas dapatdibuktikan dari prodi pada universitas-universitas Islam di Indonesia, baiknegeri maupun swasta, yang seakantidak memberikan porsi proposionalkepada para mahasiswa dan siapa sajayang berminat untuk mempelajari danmengembangkan keilmuan ini.3 Padahalseperti diisyaratkan Syafiq Mughni diatas, ilmu ini tidak sebatas diperlukandalam ranah praksis ibadah an sich, tapijuga sangat penting dalammengapresiasi peradaban Islam.Sayangnya, terkait peradaban Islam inikita harus mengakui bahwa sampaisekarang umat Islam masih belummampu memiliki suatu sistem tatawaktu (kalender) yang baik, reliabel danbersifat global, yang dapat dijadikansebagai identitas peradaban. Akibatnya,banyak problem yang timbul karenaketiadaan sistem tata waktu tersebut.4

Pada titik ini tampak jelas bahwakelahiran Observatorium Ilmu Falak diUniversitas Muhammadiyah SumateraUtara (OIF UMSU) merupakan kabaryang sangat menggembirakan dan

3 Ahmad Izzudin, “PengembanganKurikulum llmu Falak di PTAI (Belajar PadaProdi AS Konsentrasi Ilmu Falak IAINWalisongo,”, h. 1-2.http://badilag.net/data/hisab%20rukyat/pengembangan%20kurikulum%20ilmu%20falak%20di%20PTAI.pdf, akses 24-12-2014.

4 Lihat misalnya Syamsul Anwar,Diskusi & Korespondensi Kalender HijriahGlobal (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,2014), h.1.

sangat layak mendapat penghargaanserta apresiasi.

Apabila dibandingkan antarajumlah penduduk Indonesia denganjumlah ahli falak yang ada di negera ini,maka jumlah ahli falak kita tidak bisadikatakan melimpah, terlebih dilingkungan Muhammadiyah. Hanya adabeberapa nama yang sering disebut bilamendiskusikan ahli falakMuhammadiyah - meskipunsesungguhnya tidak sedikit ahli falakMuhammadiyah di daerah-daerah yangmulai bermunculan dan memberikankontribusi. Di antara nama-nama ahlifalak Muhammadiyah tersebut ada satunama yang sesungguhnya banyakmemberikan sumbangsih pemikiranakan tetapi namanya kurang begitupopular di lingkungan Muhammadiyah,terlebih di luar perserikatan itu. Beliauadalah Syamsul Anwar, seorang GuruBesar UIN Sunan Kalijaga Yogyakartayang sekaligus menjadi ketua MajelisTarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Meski spesialisasi keilmuanSyamsul Anwar adalah hukum Islam(usul fikih), tapi kepakarannya dalambidang ilmu falak , khususnya yangterkait dengan hisab-rukyat, tidak dapatdipandang sebelah mata. Terbuktibanyak pemikiran cemerlang tentanghisab-rukyat yang ia lontarkan yangsangat kontributif. Tulisan ini akanmemfokuskan pada beberapa saja daripemikiran Syamsul Anwar dalambidang hisab-rukyat, yaitu mengenaikontekstualisasi hadis-hadis tentangrukyat, hisab hakiki sebagai metodepenentuan awal bulan dan interkoneksistudi hadis dan astronomi.

B. Biografi Syamsul Anwar

Page 3: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

106

Syamsul Anwar berasal darisebuah kampung di sebuah pulau kecilbernama Midai yang sekarangmerupakan sebuah kecamatan di dalamKabupaten Natuna, Propinsi KepulauanRiau. Syamsul Anwar pada masakecilnya lebih akrab disapa dengannama Syamsu oleh orang-orang dikampungnya.5

Kehidupan sosial masyarakat dipulau Midai ditandai dengan hadirnyadua sub suku Melayu di pulau ini, yaituMelayu Kepulauan dan MelayuDaratan. Di sini digunakan dua dialekbahasa Melayu: bahasa Melayu RiauDaratan yang dominan dan bahasaMelayu Riau Kepulauan. Keadaan iniberbeda dengan keadaan di daerah laindi Natuna di mana bahasa MelayuKepulauan sebagai satu-satunya bahasakomunikasi yang digunakanmasyarakat. Selain suku Melayu, diMidai dan Natuna pada umumnyaterdapat juga beberapa etnik Tionghoayang umumnya hidup dari perdagangan.Ada juga suku Bugis, namun mereka initelah terserap dan terasimilasi menjadiorang Melayu karena mereka telahberabad-abad tinggal di Natuna. Padadiri mereka sudah tidak ada lagi jejakbudaya dan tradisi Bugis. Apa yangtersisa hanyalah nama dan kenanganmitis mereka mengenai asal usul nenekmoyang mereka. Penduduk asli pulauMidai dan Natuna secara umum adalah

5 Supriatna, “Menulusuri PemikiranHukum Islam Prof. Dr. H. Syamsul Anwar,MA,” dalam Khoiruddin Nasution, AhmadPattiroy dan Slamet Khilmi (ed.), Dari HasbiAsh-Siddiqeiqy Hingga Malik Madany:Pemikiran Hukum Islam Dekan FakutasSyari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta(1963-2007) (Yogyakarta: Syari’ah Press UINSunan Kalijaga, 2009), h. 270.

orang Pesuku atau disebut Orang Laut.Di masa lalu mereka ini hidup di laut didalam perahu-perahu yang bertutupkankajang dan mempunyai kepercayaananimistik. Di bawah kajang dalamperahu, mereka membawa keluarga danharta benda mereka dengan suatutatanan kehidupan yang keras. Anggotakeluarga yang tidak dapat membantuatau mengalami cacat dibunuh.6

Pada masa kini, Orang Pesukuatau Orang Laut ini sudah tidak begitudikenali lagi. Akibat kebijakankependudukan Pemerintah Belanda dizamannya, mereka ini banyak yangdimukimkan di darat. Kemudian denganpengaruh agama Islam dan akibatasimilasi, sebagian melalui perkawainandengan orang Melayu, mereka kinisudah hampir tidak dikenali lagi danmenyatu dengan orang Melayu.7

Kehidupan agama di pulauMidai cukup semarak dan di lingkunganPemerintahan Kabupaten KepulauanRiau dahulu, masyarakat pulau inidikenal sangat santri. Tradisikeagamaan yang umum berlaku adalahfaham modernis yang diusung olehMuhammadiyah. Organisasi ini telahmasuk ke pulau ini sejak zaman Belandadi sekitar akhir dasawarsa keempat abadyang lalu. Dapat dikatakan bahwadisinilah konsentrasi besar dan kuat dariMuhammadiyah di Kepulauan Riau.8

Syamsul Anwar adalah anakkedua dari tujuh bersaudara dan satu-satunya anak laki-laki. Kedua orang tuaSyamsul Anwar adalah orang Melayudari Riau Daratan dan mereka dengandemikian adalah perantau di pulau

6 Ibid., h. 273.7 Ibid., h. 273-274.8 Ibid., h. 274.

Page 4: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

107

Midai, yang biasanya disebut “orangdagang.” Tidak diketahui dengan persiskapan kakek Syamsul Anwar dari pihakibu datang ke Natuna. Mungkin sekalipada akhir abad ke-19 atau awal abadke-20. Ibu Syamsul Anwar sendiri, Hj.Maryam, lahir di Midai, akan tetapi iatidak tahu tahun kelahirannya. Setelahibunya meniggal ketika ia masih kecil,ia dibawa oleh bibinya ke kampunghalaman ayahnya di Cerenti, Inderagiridan di sanalah ia menjalani pendidikandasarnya di Madrasah. Pada tahun 1937ia melanjutkan sekolah ke SamratulAzhar yang didirikan oleh Tuan GuruHaji Musa, alumni al-Azhar di Kairo,yang karena itu sekolahnya dinamakanSamratul Azhar (Buah al-Azhar).Menurutnya ketika itu ia berusia 12 atau13 tahun, yang berarti ia dilahirkansekitar tahun 1925. Ia belajar di sekolahtersebut selama enam tahun, namun iatidak sempat menamatkannya karenasekolah tersebut terpaksa bubar akibatkekuasaan Jepang yang semakinmengganas sehingga para gurunyabanyak yang tidak dapat mengajar. TuanGuru Haji Musa sendiri pergi ke KualaLumpur dan meninggal dunia di sana.Ibu Syamsul Anwar bercerita bahwaketika sekolah di Samratul Azhar iaselalu mendapat juara dan nilai terbaikkecuali satu kali ketika ia sakit karenaujung jarinya putus kena parangsehingga ia tidak mengikuti pelajaranbeerapa waktu lamanya. Sebab ia selalumendapat nilai terbaik adalah karenapenguasaan bahasa Arab-nya yangrelatif baik dan ketika ujian ia selalumenjawab dengan bahasa Arab.9

9 Ibid., h. 274-275.

Pada tahun 1951 ibu SyamsulAnwar pulang ke Midai, Natuna untukkembali bersama orang tuanya dananggota keluarga yang lain.Sekembalinya ke Midai, ibu SyamsulAnwar aktif dalam kegiatanMuhammadiyah bagian Aisyiyah danuntuk beberapa lama menjadi KetuaAisyiyah Cabang Midai. Di Midai,sampai usianya yang amat lanjut pun, iatetap aktif memberikan pengajian untukAisyiyah dan masyarakat padaumumnya.10 Tahun 1977, bersama ayahSyamsul Anwar ia menunaikan ibadahhaji di tanah suci Mekah, sebagaijamaah haji dari Kabupaten Jepara(Jateng) karena oleh abang sepupuSyamsul Anwar yang bekerja sebagaianggota Angkatan Laut di Jepara iadidaftarkan untuk menjadi jamaah hajidari kota tersebut.11 Sekarang ibuSyamsul Anwar tinggal dan menikmatiusia senjanya di Yogyakarta.12

Ayah Syamsul Anwar, sepertiibunya, juga berasal dari Inderagiri,Riau Daratan. Menurutnya ia lahir padatahun 1918. Tahun 1920 ia dibawaayahnya (kakek Syamsul Anwar) keKelang, Malaysia. Pada tahun 1925ayahnya naik haji dan ia dibawa pulangke Inderagiri. Ia datang ke Midai padapermulaan tahun lima puluhan abadyang lalu. Pendidikannya setelahsekolah dasar menlanjutkan ke SamratulAzhar, namun lebih belakangan dari ibu

10 Ketika biografi ini ditulis Supriatna,ibunda Syamsul Anwar masih hidup meskiumurnya sudah teramat lanjut. Ibunda SyamsulAnwar meninggal pada tahun 2012 diYogyakarta dan dikebumikan di sana.

11 Supriatna, op.cit., h. 275.12 Korespondensi penulis dengan

Syamsul Anwar memalui email, 25-12-2014.

Page 5: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

108

Syamsul Anwar. Ia juga tidak sempatmenamatkannya karena sekolah tersebutbubar pada zaman Jepang. Di Midai iamewarisi dan melanjutkan pekerjaankakek Syamsul Anwar dari sebelah ibusebagai petani kelapa dan kemudianjuga cengkeh. Sang ayah inilah yangkuat kehendaknya untukmenyekolahkan Syamsul Anwar padajalur pendidikan agama.13 Kiniayahandanya telah tiada. Beliaumeninggal pada 08 Februari 2013 dandimakamkan di Yogyakarta.14

Syamsul Anwar sendiri menikahpada tahun 1989 dengan seorang gadisasal Belinyu, Bangka, Dra. Suryani.Pasangan ini kini dikarunia dua orangbuah hati; Fitri Prawitasari dan JamalFajri.15

Syamsul Anwar lahir padatanggal 17 Rajab 1375 H pada hariKamis sore pukul 17.30 yang bertepatandengan 30 Maret 1956.16 Masa kecilsejak lahir hingga usia 12 tahun dijalaniSyamsul Anwar di kampung halamanbersama orang tuanya. Pada usia 5tahun sebelum masuk sekolah dasarSyamsul Anwar kecil dibawa oleh orangtuanya mengunjungi kampung halamanleluhurnya di Inderagiri, Riau Daratan.Melalui kedua orang tuanya ini SyamsulAnwar sejak kecil mendapat bimbingankeagamaan dan dididik dalam suasanasemangat religius yang dimiliki keduaorang tuanya dan lingkungankampungnya.17

13 Supriatna, loc.cit.,”, h. 276.14 Korespondensi penulis dengan

Syamsul Anwar memalui email, 25-12-2014.15 Supriatna, loc.cit.,”, h. 276.16 Korespondensi penulis dengan

Syamsul Anwar melalui email, 25-12-2014.17 Supriatna, loc.cit., h. 276-277.

Pendidikan pertama yangdijalani Syamsul Anwar adalah belajarmembaca al-Qur’an kepada orangtuanya sendiri di rumah sebelummemasuki pendidikan formal. Ketikaberusia tujuh tahun, tepatnya pada tahun1963, Syamsul Anwar dimasukkan olehorang tuanya ke Madrasah IbtidaiyahIslamiyah (MII) di kampunghalamannya Midai, dan tamat darisekolah tersebut tahun 1968. Di sekolahSyamsul Anwar tidak terlalu tertinggaldalam pelajaran dibandingkan denganteman-temannya yang lain. SyamsulAnwar termasuk salah seorang muridyang dapat mengikuti pelajaran denganbaik dan karena itu pula selalumendapat nilai yang baik.

Setelah duduk di kelas lima,pada tahun 1967 Syamul Anwar masukMadrasah Muhammadiyah yangdiselenggarakan sore hari sehinggasekolahnya dua kali, sekolah pagi diMII dan sekolah sore di MadrasahMuhammadiyah. Di madrasah soreinilah Syamul Anwar mulai belajarpengetahuan agama secara lebih intensifkepada beberapa guru yang sebagiannyalulusan dari Mekah dan sebagian laindari Thawalib Padang Panjang. Matapelajaran meliputi bahasa Arab, fikih,hadis, tafsir, tarikh dan tulisan Melayu(tulisan bahasa Indonesia denganmenggunakan huruf Arab).18

Tamat dari MII pada tahun 1968,Syamsul Anwar pada tahun 1969meneruskan pelajaran ke SekolahMenegah Pertama Negeri (SMPN) dikampung halamannya. Namun SyamsulAnwar hanya beberapa bulan sajabelajar di sekolah tersebut. Syamsul

18 Ibid., h. 277.

Page 6: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

19 Ibid., h. 2277-278. 22 Ibid., h.279279279.

109

Anwar kemdudian meninggalkankampung halaman dan berangkat keTanjung Pinang di mana ia masukPendidikan Guru Agama Negeri(PGAN). Di sekolah ini ia belajarselama enam tahun sampai tamat kelasenam pada tahun 1974.19

Selama belajar di TanjungPinang, Syamsul Anwar banyakmemanfaatkan waktunya untukmenambah pelajaran di luar sekolahformal. Antara lain ia mengikutipelajaran privat bahasa Arab kepadabeberapa guru dan ustaz. Di antara yangpaling banyak kontribusinya adalahUstaz Abu Bakar Ali (w. 1981).Syamsul Anwar mengunjungi ustaz inisetiap minggu secara rutin, dan karenaketekunan serta kesungguhan yangdiperlihatkan Syamsul Anwar dalambelajar bahasa Arab, sang ustaz merasaamat senang dan memberikan fasilitaspelajaran apa saja terutamameminjaminya buku-buku bacaanberbahasa Arab untuk menunjangpelajaran dan mempercepatpengembangan kosakata. Sang ustaztidak memberikan pelajaran kepadaSyamsul Anwar di rumahnya,melainkan di sebuah surau kecilmiliknya di Kampung Bakar Batu, tidakjauh dari rumahnya. Ustaz ini selainberprofesi sebagai dai yang banyakberdakwah di tengah masyarakat, iapada waktu itu juga adalah KetuaPengadilan Agama Tanjung Pinang. Iabelajar di sekolah Arab di Singapuradan Malaysia serta sangat lancaraberbahasa Arab. Ia memberi pelajaranbahasa Arab kepada Syamsul Anwarsecara privat dengan menggunakan

bahasa Arab dengan metode yangsangat efektif. Bahkan di luar pelajaranpun sang ustaz berbicara dalam bahasaArab kepada Syamsul Anwar sekalipundi depan tamu-tamu penting. Dengandemikian, ketika tamat PGAN 6 TahunTanjung Pinang Syamsul Anwar telahmampu berbahasa Arab20 dan membacakita Arab.21

Syamsul Anwar juga aktifmengikuti kegiatan sekolah terutama dibidang olahraga. Ia adalah salah seoranganggota tim pemain sepak bola sekolahyang kerap ikut serta dalampertandingan pada berbagai event, jugadalam pertandingan persahabatandengan berbagai klub sepakbola sepertipersatuan olahraga PN Aneka Tambang,persatuan sepak bola Angkatan Laut danlain-lain. Syamsul Anwar juga tidakketinggalan dalam aktifitas dakwah.Melalui pelajaran ekstra kurikuler dankeaktifan dalam Seksi Ubudiyah dalamorganisasi intra sekolah, SyamsulAnwar berkesempatan belajar cara-caraberpidato dan khutbah. Sejak kelas 5(PGAN 6 Tahun) ia telah seringmelakukan kegiatan tablig dalam bentukceramah, pengajian dan khutbah.22

Setelah enam tahun tinggal diTanjung Pinang dan meninmbapengetahuan menengah di kota tersebut,Syamsul Anwar pada akhir tahun 1974berangkat menuju Yogyakarta untukmeneruskan kuliahnya di kota Gudeg

20 Penulis menyaksikan sendiri betapabaik kemampuan berbahasa Arab beliau ketikabeliau mengajar penulis saat masih menjadiThalabah di Pendidikan Ulama TarjihMuhammadiyah (PUTM) Yogyakarta. Saat itubeliau mengajar mata kuliah Fikih Siyasahdengan bahasa Arab fuṣha yang sangat baik.

21 Ibid., h. 278-279.

Page 7: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

23 Ibid., h. 279-280. 24 Ibid., h.280280280.

110

ini. Pilihannya dijatuhkan ke kotaYogyakarta sebagai tempat melanjutkanpelajaran tidak lepas dari saran beberapagurunya ketika di PGAN TanjungPinang yang sebagian adalah tamatanYogyakarta. Atas dorongan guru bahasaArabnya Ustaz Abu Bakar Ali, SyamsulAnwar masuk Fakultas Syariah InstitutAgama Islam Negeri (IAIN) SunanKalijaga pada awal tahun 1975. Padatahun 1978 ia memperoleh gelar SarjanaMuda. Kemudian pada tahun itu juga iamelanjutkan studi pada tingkat doktoraldengan mengambil Jurusan Pidana danPerdata Islam dan lulus pada tahun 1981dengan skripsi berjudul “AsasKebebasan Berkontrak dalam HukumIslam.”23

Selain dari mengikuti kuliah dikampus, Syamsul Anwar jugamengikuti berbagai pelajaran tambahandi luar kampus. Sejak pertama kalisampai di Yogyakarta ia mengikutikursus pendidikan kader yangdiselenggarakan oleh Pendidikan KaderMasjid Syuhada (PKMS) pada tahun1975. Tahun berikutnya ia ikut sertamenjadi pengurus PKMS sebagai KetuaSeksi Bahasa Arab. Selain itu SyamsulAnwar masih mengikuti pelajaranbahasa Arab privat kepada salahseorang dosen IAIN Sunan Kalijagayang mahir berbahasa Arab, yaitu AliAbu Bakar Basalamah (w. 1997). Iasecara rutin mendatangi rumah sangguru setiap minggu. Sedangkanpelajaran tambahan bahasa Inggrisdiikuti pada beberapa tempat kursus diYogyakarta. Ia juga pernah mengikuti

kursus bahasa Perancis di LembagaIndonesia Perancis (LIP) Yogyakarta.24

Pendidikan Strata 2 (S-2)diselesaikan Syamsul Anwar di JurusanAkidah dan Filsafat ProgramPascasarjana IAIN Sunan Kalijaga padatahun 1991 dengan menulis tesisberjudul “Konsep Negara dalam DuniaMelayu: Kajian terhadap Pemikiran AliHaji,” dibawah bimbingan Prof. Dr. H.A. Mukti Ali. Selain kuliah di S-2 IAINSunan Kalijaga, Syamsul Anwar jugamendapat beasiswa bersama sejumlah13 orang dosen IAIN se-Indonesialainnya untuk belajar di UniversitasLeiden tahun 1989-1990. Untuk ituSyamsul Anwar harus belajar bahasaBelanda secara super intensif di PusatKebudayaan Belanda “Erasmus Huis”Keduataan Besar Belanda di Jakartaselama satu semester. Setelah ituberangkat ke Belanda untuk uliah diUniversitas Negeri Leiden. Namununtuk memperlancar bahasa Inggris olehUniversitas Leiden dikirim ke School ofOriental and African Studies (SOAS)Universitas London di London selamadua bulan (Juli-Agustus 1989).

Di Leiden Syamsul Anwarmengikuti kuliah dalam bidang IslamicStudies yang diberikan oleh sejumlahspesialis Islamic Studies di kotatersebut. Antara lain Prof. Dr. C. VanDijk, Dr. Johannes den Heijer, Dr. NicoKaptein. Selain itu juga ada kuliah-kuliah dari dosen tamu seperti Dr.G.H.A Juynboll, Dr. P.S. banKoningsveld, serta para ahli dari negeri-negeri muslim sendiri. Selain mengikutikuliah Syamsul Anwar juga melakukanpenelitian untuk tesis masternya di

Page 8: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

111

IAIN. Oleh INIS selaku sponsor, untukpenelitian guna penyusunan tesis diLeiden ini ditunjuk Prof. Dr. C. VanDijk selaku supervisor.

Pendidikan S-3 diselesaikanpada tahun 2001 di Pascasarjana IAINSunan Kalijaga dalam bidang hukumIslam dengan disertasi berjudul“Epistemologi Hukum Islam dalam al-Mustaṣfa Karya al-Gazzali.” Disertasiini sebagian ditulis di Hartford,Connecticut, pada tahun 1997 di manaSyamsul Anwar pada tahun itumendapat kesempatan mengikutiSandwich Program dalam rangka studiagama-agama di Hartford Seminary.Kesempatan ini digunakannya untukmengumpulkan bahan dan menulisdisertasi. Sebagian lagi ditulis di Jakartakarena Syamsul Anwar secara sengajaberuzlah selama delapan bulan ke IAINJakarta pada tahun 1998 untukmenyelesaikan penulisan disertasi.Penulisan disertasi ini berada di abwahbimbingan Prof. Dr. H. RachmatDjatnika dan Dr. H. Satria Effendi M.Zein.

Setelah menyelesaikan kuliahSarjana Lengkap, Syamsul Anwarditerima sebagai dosen di FakultasSyariah tempatnya belajar sebelumnya.Pekerjaan ini sesuai dengan minatnyayang menyenangi pekerjaan dalampengembangan ilmu dan kegiatanpendidikan. Minat ini telah tertanampada dirinya sejak bersekolah di PGANTanjung Pinang. Ia diangkat pertamakali pada tanggal 1 Maret 1983 sebagaiAsisten Ahli Madya. Semula iaberkeinginan untuk menjadi dosen diIAIN Susqa Pekanbaru. Akan tetapiketika sedang memproses lamarannya,ia menerima panggilan dari

almamaternya untuk menjadi tenagapengajar di sana. Ia memilih untuk keYogyakarta dengan alasan kota iniadalah kota budaya dan pendidikansehingga dengan demikian minatnyadalam pengembangan ilmu danmengabdikannya melalui pendidikandapat direalisasikan dengan baik.

Sebagai dosen Syamsul Anwarmengambil spesialisasi dalam ilmu usulfikih. Namun ia juga memberi perhatianbesar dalam bidang fikih, khususnyamuamalat dengan beberapa cabangnya.Ia berpandangan bahwa penguasaanilmu usul fikih, sebagai teori danmetodologi hukum Islam, akan tidakbanyak berguna apabila tidak diikutidengan penguasaan salah satu cabanghukum substantif Islam sebagai arenapenerapan teori dan metodologi usulfikih.Karir sebagai tenaga edukatif dijalanioleh Syamsul Anwar dengan tekunhingga akhirnya ia mencapai jenjangkepangkatan akademik tertinggi dalampekerjaan tersebut, yaitu sebagai gurubesar terhitung sejak 1 Oktober 2004.Untuk pengukuhan guru besarnya, padatanggal 26 September 2005 SyamsulAnwar menyampaikan pidato ilmiahberjudul “Membangun GoodGovernance dalam PenyelenggaraanBirokrasi Publik di Indonesia: Tinjauandari Perspektif Syariah denganPendekatan Usul Fikih.”

Sebagai dosen Syamsul Anwartidak hanya mengajarkan ilmu yangdimilikinya di Fakultas Syariah tempatia menjalankan tugas pokoknya.Menurutnya, mengajar di luar perguruantinggi tempat tugas pokok dijalankanakan memberi tambahan wawasanmelalui kontak dengan para mahasiswa

Page 9: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

112

dan sivitas akademika dari tradisiperguruan tinggi yang berbeda. Olehkarena itu, di samping memberikankuliah di fakultasnya sendiri, ia jugamemberikan kuliah di sejumlahperguruan tinggi yang ada diYogyakarta maupun di luarYogyakarta.25 Di samping menjalankantugas pokok sebagai tenaga edukatifSyamsul Anwar juga pernahmelaksanakan tugas-tugas tambahan(administratif) di lingkungan UINSunan Kalijaga, di mana salah satunyaialah menjadi Dekan Fakultas SyariahIAIN Sunan Kalijaga, terhitung sejak 1September 1999 s/d 31 Agustus 2003.

Syamsul Anwar di sampingsibuk dengan kegiatan mengajar sebagaitugas pokok, juga sibuk dengankegiatan-kegiatan ilmiah dan sosial. Iabanyak mengikuti seimnar, simposium,lokakarya atau sejeninsnya pada tingkatlokal, nasional atau internasional, baiksebagai perserta maupun sebagaipemateri. Ia juga menjadi salah seorangProject Leaders (bersama Prof. C. VanDijk) untuk sub project ‘The TraditionalReligious Authority: Ulama and Fatwa’dari Program “Islam in Indonesia:Dissemination of Religious Authority inthe 20th century” yang merupakanprogram penelitian bilateral dan salahsatu dari lima priority programme yangdijalankan [1 Januari 2001 – 31Desember 2005] dalam rangkaScientific Programme Indonesia-Netherlands (SPIN) di bawah tangggungjawab Royal Netherlands Academy ofArts and Sciences (KNAW). Selain ituSyamsul Anwar juga merupakan salahseorang pakar Majelis Bahasa Brunei

25 Ibid., h. 284.

Darussalam – Indonesia – Malaysia(MABBIM) yang aktif mengikutikegiatan institusi tersebut.

Kegiatan sosial juga merupakanbagian dari kesibukan Syamsul Anwar.Pengalaman yang berkesan baginyadalam kaitan ini adalah mengikutikegiatan dialog dan amal bakti pemudaagama se-dunia pada bulan Juli danAgustus 1988 di Spanyol. Diberi namaReligious Youth Service (RYS),kegiatan ini disponsori olehInternational Religious Fondation yangberkedudukan di New York. Programini diselenggarakan pada musim panassetiap tahun.Dengan melibatkan 150 pemuda dari 40negara yang mwakili 13 agama dandengan latar belakang yang amatberagam, program Religious YouthService yang diikuti Syamsul Anwar inimenyediakan suatu forum bagi pemuda-pemuda agama untuk melakukaninteraksi dan mencari titik temu didalam keragaman kultur dan perbedaanagama yang mereka miliki. Programdalam kegiatan ini meliputi kuliah dandiskusi tentang agama-agama dantentang kebudayaan Spanyol tempatacara diselenggarakan, bakti sosial danrekreasi. Bakti sosial dan rekreasi inidimaksudkan sebagai forum dialog non-verbal yang langsung dalam bentukaksi. Dari situ diharapkan bagaimanapara peserta dapat membinan kerja samayang baik sekalipun berbeda latarbelakang agama dan budaya, bagaimanabertenggang rasa terhadap orang lainyang bertindak menurut kebiasaan dankepercayaan agamanya yang berbeda,dan juga bagaiamana para peserta dapatmengenali secara lebih dekat danlangsung bermacam-macam agama

Page 10: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

113

yang mungkin selama ini tidakdikenalnya dengan baik.26

Bagi Syamsul Anwarketerlibatan dalam program inimemberikan suatu wawasan baru dalamkonteks upaya bagaimana membinasemangat toleransi dan membangundialog konstruktif antara penganutagama-agama. Ini adalah langkah awalbagi Syamsul Anwar dalampengalamannya di bidang dialog antaragama. Langkah awal ini dilanjutkannyadengan studi hubungan Islam-Kristen diHartford Seminary pada tahun 1997.Selama hampir satu tahin di Hartford,AS, Syamsul Anwar selain mengikutiperkuliahan mengenai berbagai teologidan agama, ia juga terlibat dalambanyak acara-acara dialog langsungyang mirip dengan kegiatan RYS diatas, meskipun waktunya lebih singkat.Sebagai hasil dari ini semua ia menulis“Islamic Jurisprudence of Christian-Muslim Relations: Toward aReinterpretation.”27

Kegiatan sosial keagamaandijalani Syamsul Anwar melaluiketerlibatannya di dalam Majelis Tarjihdan Tajdid Muhammadiyah. iabergabung dengan institusi ini sejaktahun 1986 ketika pertama kali iamenjadi anggota pengurus MajelisTarjih Pimpinan Wilayah DIY. Padaperiode 1990-1995, ia masuk dalamkepengurusan Majelis Tarjih PimpinanPusat sebagai wakil sekretaris[Ketuanya adalah Prof. Drs. H. AsjmuniAbdurrahman]. Pada periode berikutnya

Pengembangan Pemikiran Islam dimana Ketuanya adalah Prof. Dr. H. M.Amin Abdullah. Kemudian iadipercayai untuk menjadi Ketua untukmasa kepengurusan 2000-2005, 2005-201028 dan 2010-2015.

Di saat menjadi Ketua inilahSyamsul Anwar mulai mendalami lebihjauh ilmu falak Syar’i dan mulaimenelurkan banyak pemikiran yang iatuangkan dalam buku, artikel dansebagainya.29

C. Awal Mula Mempelajari IlmuFalak

Perkenalan Syamsul Anwardengan ilmu falak syar’i dimulai ketikaia menjadi mahasiswa S-1 FakultasSyariah di IAIN sunan KalijagaYogyakarta. Ketika itu ilmu ini menjadisalah satu rangkain mata kuliah padaprogram studi yang di ambil SyamsulAnwar. Dosen yang mengajari SyamsulAnwar ilmu falak saat itu adalah UstazDrs. H. Abdur Rahim (1935-2004) (ahlifalak Muhammadiyah) dan Drs. H.Marwazi NZ (w. 2010) selama duasemester. Setelah menyelesaikanprogram S-1, Syamsul Anwar tidakpernah berinteraksi kembali denganilmu ini, karena memang setelah itu iamemilih untuk mengambil spesifikasiilmu usul fikih.30

Layaknya manusia biasa, setelahsekian lama tidak pernah berinteraksidengan suatu disiplin ilmu tertentu,pasti akan banyak pengetahuan dariilmu tersebut yang terbenam meski dulu

tahun 1995-2000, ia menjadi WakilKetua Majelis Tarjih dan

26 Ibid., h. 285-288.27 Ibid., h. 288-289.

28 Ibid., h. 289.29 Wawancara penulis dengan Syamsul

Anwar, 14-12-2014.30 Wawancara penulis dengan Syamsul

Anwar, 14-12-2014.

Page 11: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

114

telah didapatkan. Hal ini berlaku jugapada Syamsul Anwar. Setelah begitulama tidak pernah membuka kembaliilmu ini banyak pengetahuan yangdidapat Syamsul Anwar terkait ilmutersebut yang dulunya ia kuasai menjadilupa. Berkecimpungnya Syamsul Anwardi Muhammadiyah, khususnya diMajelis Tarjih, membuatnya termotivasiuntuk kembali mendalami ilmu yanghampir ia lupakan ini. Motivasi tersebutsemakin kuat setelah ia diamanahisebagai Ketua Majelis Tarjih. SyamsulAnwar menyadari bahwa sebagai KetuaMajelis Tarjih, ia harus turutbertanggung jawab atas segala macampersoalan yang dihadapi masyarakat, dimana salah satu masalah yang seringmuncul adalah masalah-masalah yangpenyelesaiannya mau tidak mau harusmenggunakan perangkat yang terdapatdalam ilmu falak ini, seperti masalahperbedaan dalam mengawali Ramadandan perbedaan hari raya. Amanah inimenjadi dorongan paling kuat bagiSyamsul Anwar untuk mau membukakembali buku-buku dan literatur-literatur astronomi, khususnya yangterkait dengan ilmu falak syar’i. Bahkankhusus untuk mengasah kembali danmemperlancar kemampuan dalammetode perhitungan, ia tidak malu-maluuntuk duduk bersama dengan ThalabahPUTM (Pendidikan Ulama TarjihMuhammadiyah) mengikuti kuliah IlmuFalak yang diampu oleh Ustaz Drs. H.Oman Fathurrahmaman SW, M. Ag.(lahir 1957), ahli falak Muhammadiyah

yang terkenal itu.31 Padahal saat itu iatelah menjadi seorang Guru Besar.32

Diakui Syamsul Anwar ada tigaguru yang sangat berperan dalampengembangan keilmuannya dalambidang ilmu falak, khususnya dalam halmetode perhitungan, yaitu dua dosennyaketika menjadi mahasiswa: Ustaz Drs.H. Abdur Rahim dan Ustaz Drs. H.Marwazi NZ, dan satu guru lagi yang iabelajar darinya bersama ThalabahPUTM yaitu Ustaz Drs. H. OmanFathurrahman SW, M. Ag. Adapundalam hal pengembangan wacana danpemikiran, Syamsul Anwarmengembangkannya dengan caramemperbanyak bacaan literatur-literaturastronomi dari berbagai bahasa, baikbahasa Indonesia, bahasa Inggrismaupun bahasa Arab.33

D. Karya-Karya Syamsul Anwar diBidang Hisab Rukyat

Terjemah:1. “Penetapan Bulan Ramadan

dan Pembahasan tentangPenggunaan Hisab,” dalamRida, dkk., Hisab BulanKamariah: Tinjauan Syar’itentang Penetapan AwalRamadlan, Syawwal danDzulhijjah (Yogyakarta,Suara Muhammadiyah,2012), h. 87-93. Tulisan iniditerjemahkan dari tulisan

31 Wawancara penulis dengan SyamsulAnwar, 14-12-2014.

32 Syamsul Anwar diangkat menjadiGuru Besar pada tahun 2004, sementarakuliahnya bersama-sama Thalabah PUTMberlangsung sekitar tahun 2008-2009.

33 Wawancara penulis dengan SyamsulAnwar, 14-12-2014.

Page 12: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

115

Muḥammad Rasyid Riḍaberjudul “Iṡbat SyahriRamaḍan wa Baḥṡ al -‘Amalfihi wa Gairihi bi al-Ḥisab”dalam Jurnal al-Manar, vol.1, no. 28, tanggal 28Syakban 1345 H bertepatandengan 3 Maret 1927(Terjemah).

2. “Tentang Penentuan Hilaldengan Hisab pada ZamanSekarang,” dalam Rida, dkk.,Hisab Bulan Kamariah:Tinjauan Syar’i tentangPenetapan Awal Ramadlan,Syawwal dan Dzulhijjah(Yogyakarta, SuaraMuhammadiyah, 2012), h.95-123. Tulisan iniditerjemahkan dari salah satuartikel Muṣṭafa Aḥmad az-Zarqa berjudul “Ḥaula Iṡbatal-Hilal bi al-Ḥisab al-Falakifi Haża al-‘Aṣr” yangditerbitkan dalam bukunyaAl-‘Aql wa al-Fiqh fi Fahmial-Ḥadiṡ an-Nabawi.(Terjemah)

3. “Rukyat Hilal UntukMenentukan Bulan,” dalamRida, dkk., Hisab BulanKamariah: Tinjauan Syar’itentang Penetapan AwalRamadlan, Syawwal danDzulhijjah (Yogyakarta,Suara Muhammadiyah,2012), h. 125-142. Tulisanini diterjemahkan dari tulisanYūsuf al-Qaraḍawi yangberjudul “Ru’yah al-Hilal liIṡbat asy-Syahr,” dalambukunya Kaifa Nata’amalma’a as-Sunnah an-

Nabawiyyah: Ma’alim waḌawabiṭ. (Terjemah)

4. Kalender Kamariah IslamUnifikatif: Satu Hari SatuTanggal di Seluruh Dunia(Yogyakarta: ItqanPublishing, 2013). Buku initerjemahan dari buku At-Taqwim al-Qamari al-Islamial-Muwaḥḥad karyaJamaluddin ‘Abd Raziq.(Terjemah)

Buku1. Hari Raya & Problematika

Hisab-Rukyat (Yogyakrta:Suara Muhammadiyah,2008).

2. “Kontoversi Hisab danRukyat,” dalam Rida, dkk.,Hisab Bulan Kamariah:Tinjauan Syar’i tentangPenetapan Awal Ramadlan,Syawwal dan Dzulhijjah,edisi ke-2 (Yogyakarta,Suara Muhammadiyah,2009), h. 1-20.

3. “Problem PenggunaanRukyat,” dalam Rida, dkk.,Hisab Bulan Kamariah:Tinjauan Syar’i tentangPenetapan Awal Ramadlan,Syawwal dan Dzulhijjah,edisi ke-3 (Yogyakarta,Suara Muhammadiyah,2012), h. 1-26.

4. “Alasan Penggunaan Hisab,”dalam Rida, dkk., HisabBulan Kamariah: TinjauanSyar’i tentang PenetapanAwal Ramadlan, Syawwaldan Dzulhijjah, edisi ke-3(Yogyakarta, Suara

Page 13: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

116

Muhammadiyah, 2012), h.27-50.

5. “Tentang Hadis Estimasi danIstikmal,” dalam Rida, dkk.,Hisab Bulan Kamariah:Tinjauan Syar’i tentangPenetapan Awal Ramadlan,Syawwal dan Dzulhijjah,edisi ke-3 (Yogyakarta,Suara Muhammadiyah,2012), h. 51-60.

6. “Bulan Sinodis dan BeberapaPengetahuan Populer tentangHisab-Rukyat,” dalam Rida,dkk., Hisab BulanKamariah: Tinjauan Syar’itentang Penetapan AwalRamadlan, Syawwal danDzulhijjah, edisi ke-3(Yogyakarta, SuaraMuhammadiyah, 2012), h.61-86.

7. Interkomeksi Studi Hadisdan Astronomi (Yogyakarta:Suara Muhammadiyah,2011).

8. “Al-Jawanib asy-Syar’iyyahwa al-Fiqhiyyah li Waḍ’ at -Taqwim al-Islami,” Al-Jami’ah: Journal of IslamicStudies, vol. 46, no. 2,2008/1429, h. 457-478.

9. “Metode Usul Fikih untukKontekstualisasi PemahamanHadis-hadis Rukyat,” JurnalTarjih, Volume 11 (1) 1434H / 2013 M, h. 113-130.

10. Terjemahan karyaJamaluddin ‘Abd ar-Raziq,

(Yogyakarta: SuaraMuhammadiyah, 2013).

11. Diskusi & KorespondensiKalender Hijriah Global(Yogyakarta: SuaraMuhammadiyah, 2014).

E. Pemikiran-Pemikiran SyamsulAnwar Dalam Bidang Ilmu Falak

Kontekstualisasi PemahamanHadis-Hadis tentang Rukyat

Ada sejumlah hadis yang seringdijadikan dasar untuk melegitimasiperintah rukyat. Hadis-hadis tersebutialah:

س عمتأباھریرةرضياللهعنھوقیلاقلالبنيص ىلاللهعلیھوسملوأاقلاقلأبوالقمساصىلاللهع لیھوسملوصموالرؤتیھوأفطروالرؤتیھإفنغبيعلكیمأفمكلواعدةشبعانلاثیثن

“(Muḥammad ibn Ziyad berkata): Akumendengar Abū Ḥurairah berkata:Rasulullah atau Abū al-Qasim sawbersabda: Berpuasalah kamu ketikamelihat hilal dan beridulfitrilah ketikamelihat hilal pula. Jika hilal di atasmuterhalang awan, maka genapkanlahbilangan bulan Syakban tiga puluhhari”.34

ع نعبداللهبنعمررضياللهعمھناأنروسلاللهص ىلاللهعلیھوسملذكررمضاناقفللاتصومواح تىترواالھلالولاتفرطواحتىترھوإفنغمعلكیمقافدورالھ

“Dari Ibn ‘Umar ra (diriwayatkan)bahwa Rasulullah menyebut-nyebutRamadan, dan berkata: Janganlahkamu berpuasa sebelum melihat hilal

Kalender Kamariah IslamUnifikatif: Satu Hari SatuTanggal di Seluruh Dunia

34 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, edisiMuhammad Zuhair ibn Naṣir al -Naṣir (Beirut:Dar Tauq an-Najah, 1422/2002), III: 27, hadisno. 1909.

Page 14: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

117

dan janganlah kamu beridulfitrisebelum melihat hilal pula. Jika hilal diatasmu terhalang awan, makaestimasikanlah”.35

أ نابنعمررضياللهعمھنااقلسعمتروسلاللهص ىلاللهعلیھوسملوقیلإاذرأمتیوهفصومواوذإا

رأمتیوهأففرطواإفنمغعلكیمفاقدورال ھ“Sesungguhnya Ibn ‘Umar ra berkata:Aku mendengar Rasulullah sawbersabda: Apabila kamu melihat hilal,maka berpuasalah; dan apabila kamumelihatnya, beridulfitrilah! Jika bulanterhalang oleh awan terhadapmu, makaestimasikanlah”.36

Hadis-hadis di atas seringkalidijadikan dasar oleh orang-orang yangberpandangan rukyat untukmelegitimasi pendapatnya tersebut.Mereka memahami hadis-hadis tersebutsecara tekstual tanpamempertimbangkan dalil-dalil yanglain.

Rukyat (ru’yah) secara harfiahberarti melihat, atau yang lebih umumadalah melihat dengan mata kepala.Rukyat dalam pengertian yang seringdigunakan oleh ilmu Astronomimengacu kepada pengertian Ru’yah al-Hilal. Yang terakhir ini mengandungpengertian melihat atau mengamati hilalpada saat matahari terbenam menjelangawal bulan kamariah dengan mata atauteleskop. Dalam astronomi hal inidikenal juga dengan istilah obeservasi.37

Dalam tradisi penentuan awal bulankamariah ada dua kubu yangberkembang; rukyat dan hisab.38 Kubuyang berpendapat bahwa penentuanawal bulan adalah dengan metoderukyat tidak membolehkan penggunaanhisab sebagai metode penentuannya.Pendapat ini mengharuskan obeservasilangsung untuk dapat melihat hilal.Adapun kubu yang kedua, yaitu hisab,berpendapat bahwa penentuan awalbulan kamariah termasuk juga bulan-bulan ibadah adalah dengan metodehisab, bahkan penggunaan metode inimenurut orang-orang yang berpendapatdemikian dianggap lebih akurat dandapat memberikan kepastian dibandingdengan rukyat, selain juga karena rukyatitu adalah cara yang sukar dilakukan.Dalam hal ini Syamsul Anwar masukdalam kubu yang kedua, yaitu orangyang berpandangan hisab sebagaimetode penentuan awal bulan.

Menurut Syamsul Anwar, tidakdapat dipungkiri bahwa di antara duakubu tersebut, kubu yang berpendapatrukyat sebagai metode penentuan awalbulan masih menjadi mayoritas.39 Halini dapat dimaklumi, karena memangdalam sejumlah hadis - sepertidikemukakan di atas - secara tegas Nabimemerintahkan untuk merukyat.Persoalannya adalah bahwa di zamanNabi penentuan awal bulan kamariahdengan menggunakan rukyat tidakmenimbulkan masalah. Hal itu karena

35 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, III:27, hadis no. 1906.

36 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, III:27, hadis no. 1900.

37 Susiknan Azhari, Ensiklopedi HisabRukyat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h.183.

38 Syamsul Anwar, “Kontrovesi Hisabdan Rukyat,” dalam Rida, dkk., Hisab BulanKamariah: Tinjauan Syar’i tentang PenetapanAwal Ramadan. Syawal dan Zulhijah(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2009),edisi ke-2, h. 1.

39 Ibid.

Page 15: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

118

umat Islam baru berkembang di JazirahArab saja, belum ada di negeri-negerilain yang jauh dari situ. Terlihat dantidaknya hilal di Jazirah Arab tidakberpengaruh bagi penetapan jatuhnyawaktu-waktu ibadah umat Islam ditempat lain yang jauh dari SemenanjungArabia tersebut. Berbeda halnya setelahumat Islam berkembang meluas keberbagai penjuru dunia seperti sekarangini.40

Dalam keadaan umat Islam yangtelah ada di berbagai belahan bola bumiyang bulat ini, menurut Syamsul Anwar,penggunaan rukyat tidak lagi memadaibahkan menimbulkan banyak problem.Hal itu karena rukyat tidak mencakupseluruh permukaan bumi saat visibilitaspertama. Pada saat itu mungkin hanyasebagian sangat kecil saja dari mukabumi yang dapat mengalami rukyat,atau mungkin separohnya, atau mungkinsebagian besar. Akan tetapi jelasmustahil seluruh muka bumi dapatmengalami rukyat pada hari pertamapenampakan hilal di muka bumi.Dengan kata lain, rukyat akanmembelah bumi, yang berakibat tidakdapatnya hari ibadah dijatuhkan satuhari di seluruh dunia.41

Masalahnya bagaimana denganhadis-hadis yang secara tegasmemerintahkan untuk merukyat?Apakah ada pemahaman terhadap hadis-hadis tersebut yang lebih bisamengakomodir kenyataan alam sepertiyang dijelaskan di atas? Di sinilahkemudian Syamsul Anwar, dengan

40 Syamsul Anwar, “Metode Usul Fikihuntuk Kontekstualisasi Pemahaman Hadis-Hadis Rukyat”, dalam Jurnal Tarjih, vol. 11,2013, h. 113.

41 Ibid., h. 114.

kapasitas yang dimilikinya dalambidang Usul Fikih, menggunakanmetode-metode dalam ilmu tersebutuntuk merekonstruksi pemahamaanhadis-hadis tentang rukyat secarakontekstual.

Syamsul Anwar mengatakan adadua metode Usul Fikih yang bisadigunakan untuk meletakkanpemahaman hadis-hadis tentang rukyatitu secara kontekstual, yaitu metodekausasi dan kaidah perubahan hukum.Namun sebelum membahas keduametode tersebut nampaknya perludikemukakan juga beberapa penafsiranpara ulama terhadap hadis-hadis rukyat,mengingat ada anggapan bahwapenggunaan hisab itu agak jauh darisunah Nabi saw.42

Dalam kitab-kitab fikih palingtidak ada tiga kemungkinan makna yangterkandung dalam hadi-hadis tentangrukyat:43 pertama, jumhur ulamaberpendapat hadis-hadis tentang rukyatmemerintahkan melakukan rukyat dandalam hal rukyat tidak dapat dilakukankarena langit berawan, maka bulanberjalan digenapkan 30 hari. Kedua,pendapat yang menyatakan bahwaapabila hilal tertutup awan saat langitmendung sehingga tidak dapat dirukyat,maka bulan berjalan dicukupkan 29hari, artinya bulan Syakban bila akanmemasuki Ramadan atau bulanRamadan bila akan memasuki Syawaldisempitkan bilangannya, yakni cukup

42 Ibid., h. 124-124.43 Syamsul Anwar, “Peralihan Kepada

Hisab Adalah Pilihan yang Tidak MungkinDitawar Lagi dan Sah Adanya,” dalamArgumentasi Hisab Muhammadiyah (Ttp.:Majelis Tarjih dan Tajdid PimpinanMuhammadiyah, 2014), h. 11-13.

Page 16: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

119

29 hari saja. Ketiga, pendapat yangmengatakan bahwa makna faqdurū lahuadalah perintah melakukan hisab. Salahseorang ulama penganut pendapat ketigaini mengatakan, “Apabila hilal tertutupawan dan ada orang yang mengertihisab dan manzilah perjalanan bulandan dengan hisab itu ia mengetahuibahwa bulan Ramadan telah masuk,maka ada dua pendapat: Abū al-‘Abbasmengatakan orang itu wajib puasakarena ia telah mengetahui masuknyabulan berdasarkan suatu dalil sehinggasama dengan kesaksian (rukyat);menurut pendapat lain tidak wajibpuasa...”44

Dari tiga pendapat di atas jelasbahwa sesungguhnya hadis-hadistentang rukyat mengandung salah satukemungkinan makna, yaitu perintahhisab, dan dalam hal ini Syamsul Anwarmenarjihkan pendapat ketiga tersebutsembari memperluas maknanya.Perluasan makna tersebut artinyapenggunaan hisab tidak hanyadiberlakukan pada saat hilal tertutupawan saja, melainkan digunakan dalamsemua keadaan.45 Alasannya karenafaktor alam pada zaman moodern inibukan saja faktor awan yang menutuphilal, melainkan juga faktor alam berupa

44 Ibid., h. 13. Lihat pula SyamsulAnwar, “Alasan Penggunaan Hisab,” dalamRida, dkk., Hisab Bulan Kamariah: TinjauanSyar’i tentang Penetapan Awal Ramadan.Syawal dan Zulhijah (Yogyakarta: SuaraMuhammadiyah, 2012), edisi ke-3, h. 39.Pendapat ini dikutip Syamsul Anwar dari Asy-Syirazi dalam al-Muhażab fi fiqh al-Imam asy-Syafi’i.

45 Syamsul Anwar, Peralihan ..., h. 14.

tampakan hilal yang terbatas di mukabumi.46

Di sinilah kemudian dua metodeUsul Fikih yang digunakan SyamsulAnwar untuk kontekstualisasi hadis-hadis tentang rukyat menemukan peranpentingnya. Metode yang pertamaadalah metode kausasi. Metode kausasiadalah metode penemuan hukumsyariah dalam hal tidak ada teks syariahyang langsung berkaitan dengankasusnya atau ada teks syariah terkait,tetapi diperlukan perubahan hukumkarena ketentuan hukum berdasarkanteks tersebut tidak lagi memadailantaran adanya perubahan kondisi yangmenghendaki adanya perubahansehingga karena itu perlu ditemukanhukum baru. Metode ini juga bisadisebut sebagai metode argumentasi.47

Cara kerja metode ini adalahdengan melakukan analisis terhadap ilat(kausa, ratio legis) hukum dari kasusyang sudah ada hukumnya yang masukke dalam satu himpunan yang samadengan kasus yang hendak dicarihukumnya. Kesamaan dalam himpunanitu ditandai dengan kesamaan kausa(ilat) antara kedua kasus tersebut. Adadua macam kausa dalam ilmu UsulFikih. Pertama, kausa efisien, yaitusebab atau alasan mengapa suatu hukumyang sudah ada itu ditetapkanhukumnya seperti itu. Kedua, kausafinalis, yaitu alasan berupa tujuanhukum yang hendak dicapai melaluipenetapan hukum. Artinnya suatuhukum ditetapkan adalah karenapenetapan hukum demikian diharapkan

46 Syamsul Anwar, Metode Usul Fikih..., h. 128.

47 Ibid., h. 115.

Page 17: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

120

akan dapat mewujudkan tujuan hukumtertentu.

Syamsul Anwar mengutippendapat al-Gazzali (w. 505/1111) yangmengatakan bahwa semua ketentuanhukum syariah yang berkaitan dengankepentingan manusia, selain ibadah,adalah tedas makna (ma’qūlah al-ma’na). Tindakan-tindakan PembuatHukum Syar’i pada dasarnyaberdasarkan rasionalitas. Sehinggaberarti setiap ketentuan hukum syariah -kecuali dalam beberapa aspek ibadah -selalu ada ilat yang menjadi dasarlegitimasinya. Juga ilat itumempengaruhi ada atau tidak adanyahukum tersebut. Kaidah fikihmengatakan,48

الحكمیدروعمعلتھوسببھوجوادوعدما“Hukum itu berlaku menurut ada atautidak adanya ilat dan sebabnya”.

Penerapan metode pertama inidalam kaitannya dengan hadis-hadisrukyat, menurut Syamsul Anwar, bisaditelusuri dengan terlebih dahulumengajukan pertanyaaan: apakahperintah melakukan rukyat untukmemulai Ramadan dan Syawal dalamhadis-hadis Nabi adalah suatu perintahmutlak tanpa alasan apapun ataumerupakan perintah karena alasantertentu (perintah berkausa/berilat)?49

Untuk menjawab pertanyaantersebut Syamsul Anwar melandaskanpada pernyataan al-Gazzali di atasbahwa semua ketentuan hukum syariahyang berkaitan dengan kepentinganmanusia, selain ibadah, adalah tedasmakna. Sehingga oleh karenanya

48 Ibid., h. 116-117.49 Ibid., h. 125.

Syamsul Anwar berkesimpulan bahwaperintah rukyat adalah suatu perintahyang disertai ilat. Ia menguatkanargumennya tersebut dengan mengutippenegasan para ulama terkemuka,seperti Muḥammad Rasyid Riḍa (w.1354/ 1935), Syaikh AḥmadMuḥammad Syakir (w. 1377/ 1958) danMuṣṭafa az-Zarqa (w. 1420/ 1999) yangmenyatakan bahwa perintah rukyat itumerupakan perintah yang didasarkanatas suatu kausa (ilat), yaitu kondisiumat pada saat itu masih ummi, di manakebanyakan mereka belum mengenaltulis baca dan hisab, sehingga untukmemudahkan Nabi saw memerintahkansarana yang mungkin dan tersedia saatitu, yaitu rukyat.

Metode kedua yang digunakanSyamsul Anwar adalah terkait denganmetode penemuan hukum baru. Dalamhal ini ia mengutip kaidah fikhiah yangsudah amat popular yang menyatakan,

لاینكرتغیرُّاحلأكامب◌ِ تغیرُّالأزمان“Tidak diingkari perubahan hukumkarena perubahan zaman”.

Menurut Syamsul Anwar,hukum Islam bukanlah hukum yangkaku. Oleh karena itu dalam sejumlahhal hukum Islam dapat mengalamiperubahan sesuai dengan perubahankemaslahatan manusia pada zamantertentu. Namun hukum itu tidak bolehjuga asal berubah. Di sini kemudianSyamsul Anwar mengajukan empatsyarat yang harus terpenuhi untuk suatuhukum itu dapat berubah, yaitu:pertama, adanya tuntutan kemaslahatanuntuk berubah, yang berarti bahwaapabila tidak ada tuntutan dan keperluanuntuk berubah, maka hukum tidak dapatdiubah. Kedua, hukum itu tidak

Page 18: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

121

mengenai pokok ibadah maḥḍah,melainkan di luar ibadah maḥḍah, yangberarti ketentuan-ketentuan ibadahmaḥḍah tidak dapat diubah karena padadasarnya hukum ibadah itu bersifattidak tedas makna. Ketiga, hukum itutidak bersifat qaṭ’i ; apabila hukum ituqaṭ’i, maka tidak dapat diubah sepertiketentuan larangan makan riba, makanharta sesama dengan jalan batil,larangan membunuh, larangan berzina,wajibnya puasa Ramadan, wajibnyasalat lima waktu, dan sebagainya.Keempat, perubahan baru dari hukumitu harus berlandaskan kepada suatudalil syar’i juga, sehingga perubahanhukum itu sesungguhnya tidak lainadalah perpindahan dari suatu dalilkepada dalil yang lain.

Apakah perubahan dari rukyatkepada hisab memenuhi empat syarat diatas? Menurut Syamsul Anwar empatsyarat di atas telah terpenuhi untukdijadikan alasan kenapa harus berubahdari rukyat kepada hisab. Pertama,sudah amat jelas bahwa terdapattuntututan untuk melakukan perubahandari penggunaan rukyat kepadapenggunaan hisab. Dalam konteksmodern kini, rukyat sudah tidakmemadai karena tidak mengkaverseluruh muka bumi pada hari pertama iatampak dari bumi. Kenyataan inimembawa akibat serius seperti tidakdapat menyatukan jatuhnya hari Arafahdi seluruh dunia secara serentak padatahun tertentu, menghambat pembuatankalender Islam unifikatif di manasetelah hampir 1500 tahun usiaperadaban Islam, umatnya belummemliki kalender Islam terpadu dankomprehensif dan karenanya tidak dapatmenyatukan hari-hari raya Islam di

seluruh dunia, serta tidak dapat menatasistem waktu secara prediktif ke masadepan maupun ke masa lalu. Olehkarena itu perubahan dari rukyat kepadahisab merupakan tuntutan yang sangatimperatif.50

Kedua, rukyat bukan ibadah,melainkan hanya sarana untukmenentukan waktu dan sarana dapatsaja berubah demi mencapai tujuanpokok secara lebih efektif. Ketiga,perintah melakukan rukyat bukanlahperintah yang qaṭ’i karena perintah ituberdasarkan kepada hadis ahad. Dalamkaidah ilmu hadis dan usul fikih, hadisahad tidak menimbulkan pengetahuanpasti (qaṭ’i ), melainkan menimbulkanhukum yang ẓanni. Oleh karena hukummenggunakan rukyat itu bukan hukumyang qaṭ’i, maka ia tidak kebal terhadapkemungkinan diadakan perubahan.Keempat, penggunaan hisab sebagaihukum hasil perubahan mendapatkandasar-dasarnya di dalam al-Qur’an dansunnah. Dalam al-Qur’an terdapat duaayat yang mengandung isyarat yangjelas kepada hisab, yaitu surat ar-Raḥman ayat 5 dan surat Yūnus ayat 5.Kedua ayat ini menunjukkan bahwamatahari dan bulan memiliki sistemperedaran yang ditetapkan oleh SangPencipta dan peredarannya itu dapatdihitung. Penegasan bahwa peredaranmatahari dan bulan dapat dihitungbukan sekadar informasi belaka,melainkan suatu isyarat agardimanfaatkan untuk penentuan bilangantahun dan perhitungan waktu secaraumum.51

50 Ibid., h. 127.51 Ibid., h. 127-128.

Page 19: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

122

F. Hisab Hakiki Sebagai MetodePenentuan Awal Bulan

Syamsul Anwar adalah orangyang berpandangan hisab. Bahkanmenurutnya penggunaan hisab padazaman modern sekarang ini adalahwajib dan sudah tidak bisa ditawarlagi.52 Pendapat Syamsul Anwar inibukan tanpa sebab, karena menurutnyarukyat pada zaman modern ini sudahtidak bisa lagi dipertahankan lantaranakan menimbulkan banyak masalahserius.53 Masalah-masalah tersebutseperti dikemukakan Syamsul Anwarialah: pertama, problem puasa Arafah.Menurutnya merupakan sebuahkenyataan alam bahwa rukyat ituterbatas liputannya dan tidak mengkaverseluruh permukaan bumi, sehingga padasaat visibilitas pertama ada bagian mukabumi yang dapat melihat hilal, adabagian lain yang belum dapatmelihatnya. Akibatnya bagian yangdapat melihat hilal pada suatu sore akanmemasuki bulan baru keesokan harinya,sementara bagian yang belum dapatmelihatnya harus menunda memasukibulan baru dan baru akan memasukinyalusa, sehingga terjadilah perbedaan awalbulan. Apabila ini terjadi pada bulanZulhijah, maka akan timbul masalahkapan melaksanakan puasa sunahArafah bagi kawasan yang tanggal 9Zulhijahnya jatuh berbeda dengantanggal 9 Zulhijah di Arab Saudi yangdiakibatkan perbedaan rukyat.54

52 Wawancara penulis dengan SyamsulAnwar, 14-12-2014.

53 Syamsul Anwar, “Metode Usul Fikih..., h. 114.

54 Syamsul Anwar, ProblemPenggunaan Rukyat, h. 6-7.

Kedua, Rukyat berpotensiakibatkan puasa Ramadan 28 hari. Bilamengacu kepada hadis Nabi, maka tidakmungkin suatu bulan kamariahberjumlah 28 hari. Dalam keteranganhadis bulan kamariah itu kadang-kadangberjumlah 29 hari dan kadang kalaberjumlah 30 hari, tidak pernah lebihatau kurang dari itu. Inilah problem lainyang diakibatkan karena penggunaanrukyat. Syamsul Anwar mengemukakanbeberapa contoh kasus Ramadan padazaman dahulu yang berjumlah 28 hari,yaitu pada Ramadan 35 H dalam masapemerintahan Uṡman ibn ‘Affan dansuatu kali Ramadan di zamanpemmerintahan Ali ibn abi Talib.Syamsul Anwar menambahkan bahwakasus-kasus seperti itu bisa sangatmudah terjadi di zaman modern ini. Haltersebut dapat terjadi karena seseorangbepergian melintasi satu negara kenegara lain, di mana negara-negaratersebut menjatuhkan awal Ramadanmereka secara berbeda. Sebagai contohadalah kasus Ramadan 1503 H (2080).Tanggal 1 Ramadan 1503 H di SelandiaBaru sesuai prinsip rukyat, akan jatuhpada hari Kamis 20 Juni 2080 M setelahmenggenapkan Syakban 30 hari, danIdul Fitri 1 Syawal 1503 H di negeritersebut akan jatuh pada hari Jumat 19Juli 2080 M dengan usia Ramdan 29hari. Di Arab Saudi, sesuai prinsiprukyat, tanggal 1 Ramadan 1503 H jatuhhari Rabu 19 Juni 2080 M dan 1 Syawal1503 H jaruh hari Kamis 18 Juli 2080M dengan usia Ramadan 29 hari.Apabila seorang muslim di Willington,ibukota Selandia Baru, yang mulaipuasa Ramadan 1503 H pada hariKamis 20 Juni 2080 M pergi umrah keMekah pada bulan Ramadan itu dan

Page 20: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

123

berlebaran di Mekah pada hari Kamis20 Juli 2080 M, maka puasaRamadannya hanya 28 hari.55

Ketiga, penggunaan rukyat tidakmemungkinkan kita meramalkantanggal jauh hari ke depan karenakepastian tanggal baru diketahui seharisebelum bulan baru pada setiap bulan.Begitu pula kita tidak bisa menghitungtanggal mundur ke belakang secaratepat karena tanggal di masa lalu tidakdidasarkan kepada logika matematisperhitungan, melainkan ditentukan olehkenyataan pada hari apa rukyat secarafaktual terjadi. Keempat, penggunaanrukyat sebagai metode penetapan awalbulan kamariah tidak memungkinkanumat Islam membuat suatu sistempenanggalan Islam unifikatif karenaketerbatasan cakupan rukyat di mukabumi.56 Salah satu akibatnya umat Islamdi seluruh dunia tidak dapat menyatukanmomen-momen keagamaan merekasecara serentak dalam hari yang sama.57

Problem-problem yangdiakibatkan oleh penggunaan rukyatseperti di atas itulah yang membawaSyamsul Anwar sampai pada suatukesimpulan bahwa beralih dari rukyatkepada hisab untuk menentukan awalbulan adalah harga mati yang tidakdapat ditawar lagi.58 Sayangnya, keluh

55 Ibid., h. 12-16.56 Syamsul Anwar, Metode Usul Fikih

..., h. 124.57 Syamsul Anwar, “Sekali Lagi

Mengapa Hisab”, h. 4.http://www.muhammadiyah.or.id/muhfile/download/kalender_islam_falak/Sekali%20lagi%20Mengapa%20Hisab.pdf, akses 24-12-2014.

58 Syamsul Anwar pada suatukesempatan lain dalam tulisannyamengistilahkannya dengan istilah conditio sinequanon (syarat mutlak yang tidak terelakkan).

Syamsul Anwar, kenyataan bahwarukyat mangakibatkan sederet masalahbelum banyak disadari oleh masyarakat.Masih amat banyak yang tetap bertahanpada rukyat dan memandang bahwaperbedaan antara hisab dan rukyatadalah persoalan mazhab: mazhabpenganut hisab dan mazhab penganutrukyat. Sehingga beralihnya dari rukyatkepada hisab dianggap oleh merekasebagai peralihan dari satu mazhabkepada mazhab yang lain dan itumerupakan suatu sikap inkonsisten.Padahal semestinya peralihan tersebutdipandang sebagai suatu ijtihad gunamengatasi realitas alam dalam suatukonteks yang telah berubah.59

Untuk kaitannya hisab apakahyang seharusnya dipegangi, SyamsulAnwar tidak terlalumempermasalahkannya. Dalam artianhisab apa saja asalkan hisab itu dapatmenjadi landasan dalam pembuatankalender Islam global, maka hisab itulahyang relevan untuk digunakan.60

Menurut penulis, apa yang dikatakanSyamsul Anwar tersebut mengandungmaksud bahwa asalkan hisab itu adalahperhitungan berdasarkan gerak faktualbulan di langit dan perhitungan (hisab)tersebut dapat menjadi landasanpembuatan kalender Islam global, makaitulah hisab yang relevan untukdigunakan. Ada kata “berdasarkan gerakfaktual bulan” yang harus menjadicatatan dalam pengertian hisab yang

Syamsul Anwar, Hari Raya dan ProblematikaHisab-Rukyat (Yogyakarta: SuaraMuhammadyah, 2008), h. 86.

59 Syamsul Anwar, Metode Usul Fikih..., h. 124.

60 Wawancara penulis dengan SyamsulAnwar, 14-12-2014.

Page 21: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

124

dimaksud Syamsul Anwar, yang iniberarti adalah hisab hakiki. Ini menjadipenting karena dalam pemikirannyayang lain Syamsul Anwar tidakmenerima konsep hisab urfi dan hisabdengan kriteria imkanu rukyat untukdijadikan landasan pembuatan kalender.

Hisab urfi adalah sistemperhitungan kalender yang didasarkanpada peredaran rata-rata bulanmengelilingi bumi dan ditetapkan secarakonvensional.61 Artinya, model hisab inimetode perhitungannya tidakberdasarkan gerak faktual bulan dilangit, melainkan denganmendistribusikan jumlah hari dalam satutahun Hijriah ke dalam bulan-bulanhijriah berdasarkan pematokan usiabulan-bulan tersebut berselang-seling 30dan 29 hari antara bulan-bulanbernomor urut ganjil dan bulan-bulanbernomor urut genap. Bulan-bulanbernomor urut ganjil dipatok usianya 30hari dan bulan-bulan bernomor urutgenap dipatok usianya 29 hari.62

Menurut Syamsul Anwar kalender yangdibuat dengan berlandaskan pada hisaburfi akan mengandung kelemahan teknisyang tidak sedikit. Pertama, dalamhisab urfi pada umumnya ada sisa waktuyang belum dimasukkan ke dalamtahun, yaitu sisa 2,8 detik setiap bulan.Waktu ini memang sangat kecilsehingga dengan mudah bisa diabaikan.Namun, meskipun kecil, untuk waktulama akan terakumulasi jumlah yangbesar. Sampai akhir tahun 1428 Hjumlah tersebut telah mencapai 13 jam14 menit 40 detik. Jumlah satu hari akan

61 Susiknan Azhari, PembaharuanPemikiran Hisab di Indonesia, h. 23.

62 Syamsul Anwar, Hari Raya danProblematika Hisab-Rukyat, h. 92.

tercapai pada akhir bulan Jumadal Akhirtahun 2572 H, sehingga harus dilakukanlagi koreksi kalender, dan setiapkelipatan 2571,5 tahun akanterakumulasi siswa waktu satu hari.

Kedua, di dalam kalender hisaburfi tidak terdapat keseragaman tentangpenjadwalan tahun kabisat. Adabeberapa pendapat tentang rumuspenghitungan tahun kabisat. Perbedaanini sudah barang tentu akan berakibatperbedaan penentuan tanggal hijriah.Ketiga, Syamsul Anwar mengutip ‘Abdar-Raziq bahwa kalender hisab urfitidak memenuhi tiga dari tujuh kriteriayang harus dipenuhi oleh suatu kalenderkamariah Islam unifikatif, yaitu: syaratkelahiran bulan, syarat imkanu rukyatdan syarat tidak boleh menunda masukbulan baru ketika hilal telah terlihatjelas dengan mata telanjang.63 Keempat,kelemahan lain dari kalenderberdasarkan hisab urfi adalah caramenentukan awal bulan di belakanghari, karena untuk menentukan awalbulan, misalnya awal bulan Muharramtahun 1430 H yang akan datang, harusdiketahui secara pasti tanggal 1Muharram tahun 1 H. Hal itu karenapenentuan suatu tanggal di kemudianhari dilakukan dengan menjumlahkanseluruh hari yang telah dilalui hinggatanggal bersangkutan. Oleh karena ituperlu diketahui secara pasti hari yangmerupakan tanggal 1 Muharram 1 H.Masalahnya adalah bahwa dalam hal initerdapat perbedaan pendapat. Perbedaanmulainya tanggal 1 Muharram tahun 1H ini akan berakibat berbedanya hasilpenentuan awal bulan-bulan berikutnya.Kenyataan ini jelas merupakan

63 Ibid., h. 103-105.

Page 22: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

125

kelemahan kalender berdasarkan hisaburfi.64

Selain kelemahan-kelemahanteknis tersebut, kalender berdasarkanhisab urfi menurut Syamsul Anwar, jugatidak selaras dengan sunah Nabi saw.Ketidakselarasan tersebut karena dalamkalender hisab urfi bulan Ramadandipatok 30 hari, padahal dalam praktekyang dilakukan Nabi sebagaimanatercermin dalam hadis-hadis yang valid,Nabi justru lebih banyak melaluiRamadan dengan jumlah hari 29.Syamsul Anwar mengutip pendapat IbnḤajar al-‘Asqalani yang menegaskanbahwa Rasulullah saw berpuasaRamadan 30 hari hanya dua kali darisembilan kali Ramadan yangdialaminya. Sehingga otomatis tujuhRamadan lain yang dilalui Nabiberjumlah 29 hari.65 Dari sini terlihatbahwa kalender berdasarkan hisab urfitidak selaras dengan praaktek yangdilakukan Nabi saw.

Hisab dengan kriteria imkanurukyat juga bukan tanpa masalah.Kriteria imkanu rukyat ini ada sebanyakpakar yang mengusulkannya. Akantetapi terlepas dari soal kriteria itu,menurut Syamsul Anwar, hisab dengankriteria imkanu rukyat yang adasekarang masih belum dapatmenyatukan penanggalan umat Islam.Sebagai contoh adalah Kalender HijriahUniversal yang dibuat oleh MuhammadAudah (Odeh). Kalender ini didasarkankepada kriteria imkanu rukyat Audahsendiri sebagai hasil analisis statistikterhadap 737 hasil rukyat akurat danteruji. Namun problemnya kalender ini

64 Ibid., h. 105.65 Syamsul Anwar, ibid., h. 107-110.

masih membelah dunia menjadi duazona tanggal yang pada masing-masingnya berlaku tanggal berbedapada tahun tertentu. Akibatnya kalenderini tidak dapat menyatukan jatuhnyahari Arafah antara Mekah dan kawasandunia lainnya.66 Itulah mengapaSyamsul Anwar selain tidak menerimakonsep hisab urfi, juga tidak menerimakonsep hisab dengan kriteria imkanurukyat sebagai landasan dalampembuatan kalender.

G. Interkoneski Studi Hadis danAstronomi

Pemikiran Syamsul Anwar yangbisa dikatakan paling genuine di antarapemikiran-pemikirannya yang lainadalah tentang interkoneksi studi hadisdan astronomi. Pemikirannya initertuang dalam salah satu karyafenomenalnya berjudul InterkoneksiStudi Hadis dan Astronomi.67 Selaindalam buku tersebut, pemikirannya itujuga dapat dibaca dalam beberapatulisannya yang lain.68 Pemikiran

66 Syamsul Anwar, “Otoritas danKaidah Matematis: Refleksi atas Perayaan HariRaya Idul Fitri 1432 H”, h. 6-7.http://www.muhammadiyah.or.id/muhfile/download/Otoritas%20dan%20sistem%20Matematis.pdf, akses 24-12-2014.

67 Syamsul Anwar, Interkoneksi StudiHadis dan Astronomi (Yogyakarta: SuaraMuhammadiyah, 2011).

68 Misalnya dalam salah satu tulisannyayang berjudul “Perhitungan Penanggalan IslamVersi Ustaz Ismail Noer ” dalam buku Diskusi& Korespondensi Kalender Hijriah Global.Dalam tulisan itu dengan pendekataninterkoneksi ia melacak kapan al-Qur’an ituditurunkan pertama kali kepada NabiMuhammad saw. Syamsul Anwar, Diskusi &Korespondensi Kalender Hijriah Global, h. 94-105.

Page 23: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

126

Syamsul Anwar yang tertuang dalambuku Interkoneksi Studi Hadis danAstronomi ini, oleh seorang resensorbuku, dianggap memiliki relevansitersendiri karena menjadi satu tawaranmetodologi yang dapat dijadikanpertimbangan untuk menyelesaikanpelbagai problematika yang tengahdihadapi umat Islam saat ini, baik diranah praktis, maupun di ranah teoretis.Di ranah praktis, satu problem krusialyang sangat mendesak di tengah umatIslam saat ini adalah bagaimana kitadapat menemukan suatu formula yangdapat dipertanggungjawabkan, baiksecara syar’i, maupun secara astronomi,mengenai masa depan penentuan awalbulan hijriyah, bukan hanya dalam skalanasional dan regional, namun jugadalam skala global. Buku inimengandung suatu gagasan yangbersifat futuristik, namun pada saat yangsama tetap berpijak pada suatu landasankeilmuan yang mengakar ke warisankhazanah Islam klasik.

Dalam ranah teoretis, buku inimenjadi jawaban atas tuduhan yangselama ini disematkan kepada umatIslam, baik olehkalangan insider maupun outsider, berkenaan dengan miskinnya metodologi(the lack of methodology) baru dalamstudi Islam. Studi Islam oleh sebagainkalangan dipersepsikan telah beradapada titik kulminasi, mentok,alias naḍaja wa iḥtaraqa (matangkemudian terbakar), sehingga tidakdapat berkembang lagi. Buku inimenjadi bukti bahwa studi Islam secarageneral, diskusus ilmu hadis dan ilmufalak secara spesifik, sesungguhnyatidaklah berjalan di tempat. PemikiranSyamsul Anwar yang tertuang dalam

buku ini menunjukkan bahwa suatupembaruan dapat terus dilakukanterhadap teori dan metodologikeislaman, sehingga Islam tetap dapatmempertahankan dimensi aktualitas dankompatibelitasnya dengan ruangkesejarahan manusia.

Genealogi Pemikiran SyamsulAnwar ini berawal dari upayapartisipasinya sebagai seorang dosenpada UIN Sunan Kalijaga Yogyakartayang telah merubah identitasnya dariIAIN menjadi UIN. Perubahan dariIAIN ke UIN itu mengandungkonsekuensi berubahnya filosofikeilmuan lembaga pendidikan itu pula.Seperti dikutip Syamsul Anwar, dalambuku Kerangka Dasar Keilmuan danPengembangan Kurikulum UniversitasIslam Negeri (Uin) Sunan KalijagaYogyakarta ditegaskan bahwa UINSunan Kalijaga sebagai lembagapendidikan tinggi Islam menawarkanpengembangan ilmu dan kurikulumdengan menggunakan pendekatanintegrasi-interkoneksi ilmu, yaitupendekatan yang menempatkanberbagai disiplin ilmu saling menyapasatu sama lainnya.69

Dalam konteks pemikiranSyamsul Anwar ini disiplin ilmu yangsaling menyapa itu adalah ilmu hadisdan ilmu astronomi. Akan tetapi,sebagaimana dijelaskan SyamsulAnwar, istilah astronomi di sinidigunakan dalam pengertian yang lebihsempit, yaitu practical astronomy, danlebih dibatasi lagi dalam pengertian apayang dalam literatur keislaman dikenaldengan ilmu falak syar’i. Dimaksudkan

69 Syamsul Anwar, Interkoneksi StudiHadis dan Astronomi, h. 1-2.

Page 24: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

127

yang terakhir ini adalah suatu bagiandari astronomi yang mempelajari gerakdan posisi geometris benda-benda langittertentu - matahari, bulan dan bumi -guna menentukan arah tempat danwaktu di atas bumi. Sedangkan padaranah hadis, hadis-hadis yang menjadiobyek kajiannya adalah hadis-hadisyang berkaitan dengan waktu dantanggal.

Untuk menjelaskan lebih jauhapa yang dimaksud dengan pendekataninterkoneksi, Syamsul Anwar memberipenjelasan gamblang mengenaipendekatan tersebut. Menurutnyapendekatan interkoneksi adalah prosespengkajian dalam suatu bidang ilmudengan memanfaatkan data dan anailisisdalam ilmu lain terkait di sampingmenggunakan data dan analisis ilmubersangkutan sendiri dalam rangkakomplemetasi, konfirmasi, kontribusiatau komparasi (4 K).

Komplementasi artinya bahwadata dan temuan ilmu terkait (dalamkajian ini: astronomi) dapat melengkapidata dan analisis dalam ilmu di manapendekatan interkoneksi dilakukan(dalam kajian ini: ilmu hadis) sehinggadimungkinkan menarik kesimpulanyang lebih valid. Tanpa data itu suatukesimpulan yang diambil masih akanmengandung kelemahan-kelemahan.Dalam kajian ini, pada Bab III salahsatu pertanyaan yang diajukan adalahkapan hadis Kuraib tentang masalahmatlak muncul? Jawaban ataspertanyaan ini tidak mungkin diberikansemata berdasarkan data hadis dansejarah. Data dan temuan astronomidapat melengkapi dan bersama dengandata hadis dan sejarah memungkinkanuntuk dilakukan penarikan suatu

kesimpulan guna menjawab pertanyaantersebut.70 Berdasarkan penelitian yangdilakukannya, Syamsul Anwarmemperkirakan hadis Kuraib tentangmatlak tersebut muncul tahun 35 Hmenjelang terbunuhnya Khalifah Uṡmanibn ‘Affan.71

Konfirmasi artinya memperkuathasil temuan dalam kajian ilmu tertenut(di sini: ilmu hadis). Pada Bab IV, datadan temuan astronomi mengkonfirmasihasil analisis dalam ilmu hadis, yaitubahwa Idul Fitri di zaman Nabi sawtidak ada yang jatuh hari Jumat. Hadisyang menyatakan Idul Fitri di zamanRasulullah pernah jatuh hari Jumat tidaksahih dan temuan analisis astronomimengkonfirmasi kesimpulan itu.Sedangkan hadis yang menyatakanbahwa hari raya pernah jatuh hariJumat, tanpa menyebut nama hari rayadimaksud, adalah sahih dan temuaastronomi menunjukkan bahwa hariraya yang jatuh hari Jumat di zamanbeliau saw itu adalah Idul Adha tahun 8H yang bertepatan dengan tanggal 30Maret 630 M.72

Kontribusi artinya suatu ilmuterkait dapat menyumbangkan temuan-temuan sehingga dapat mempertajamtemuan ilmu tertentu (dalam kaitan ini:ilmu hadis). Beberapa pernyataan dalamhadis, yang dari sudut analisis ilmuhadis merupakan sahih, dikoreksi olehdan tidak sejalan dengan temuanastronomi, sehingga hadis itu dari segimatan harus dinyatakan sahih. Ataupada sisi lain temuan dalam ilmu terkaitdapat dimanfaatkan untuk mengujitingkat validitas data dalam ilmu

70 Ibid., h. 2-3.71 Ibid., h. 115.72 Ibid., h. 3 dan 137.

Page 25: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

128

tertentu di mana dengan semata metodeilmu bersangkutan pengujian terhadapdata tidak dapat dilakukan secara lebihakurat. Pada Bab VI temuan astronomiberhasil mendeteksi waham(ketidakakuratan) rawi dalam pelaporanhadis.

Komparasi artinnya bahwa hasil-hasil analisis ilmu terkait dapat menjadibahan banding dalam analisis ilmutertentu dalam rangka perluasancakrawala pengetahuan. Khusus dalamkajian ini, kebetulan tidak ada unsurkomparasi antara hasil-hasil temuanilmu hadis dan temuan astronomi.Menurut Syamsul Anwar komparasisemacam itu amat berguna bagiperluasan wawasan pengetahuanmengenai suatu masalah yang dapatdilihat dari beberapa sudut pandangberbeda. Misalnya ketika berbicaratentang Hukum Perjanjian Syariah,doktrin-doktrin perjanjian yangdibicarakan di dalamnya dihubungkandengan doktrin-doktrin yang sama atausebanding di dalam Hukum PerjanjianIndonesia atau hukum Perjanjianlainnya sehingga ada perluasancakrawala pengetahuan yang dihasilkandari perbandingan tersebut.73

H. PenutupSyamsul Anwar merupakan

salah seorang ahli falak Muhammadiyahyang banyak menghasilkan pemikiran-pemikiran cemerlang. Di antarapemikiran cemerlangnya itu adalahkontekstualisasi pemahaman hadis-hadistentang rukyat, hisab hakiki sebagaimetode penentuan awal bulan daninterkoneksi studi hadis dan astronomi.

73 Ibid., h. 3-4.

Dalam hal kontekstualisasipemahaman hadis-hadis tentang rukyatSyamsul Anwar menggunakan duametode dalam ilmu usul fikih untukmerekonstruksi pemahaman terhadaphadis-hadis tersebut secara kontekstual.Dua metode itu adalah metode kausasidan kaidah tentang perubahan hukum.Sedangkan dalam hal penentuan awalbulan, Syamsul Anwar merupakanorang yang berpandangan hisab.Menurutnya penggunaan hisab di zamansekarang adalah harga mati dan tidakbisa ditawar lagi. Adapun pemikiranSyamsul Anwar mengenai interkoneksistudi hadis dan astronomi merupakanpemikiran paling genuine yang pernahia hasilkan. Menurutnya pendekataninterkoneksi ini adalah prosespengkajian dalam suatu bidang ilmudengan memanfaatkan data dan anailisisdalam ilmu lain terkait di sampingmenggunakan data dan analisis ilmubersangkutan sendiri dalam rangkakomplemetasi, konfirmasi, kontribusiatau komparasi (4 K).[]

Daftar Pustaka

Ahmad Izzudin, “PengembanganKurikulum llmu Falak di PTAI(Belajar Pada Prodi ASKonsentrasi Ilmu Falak IAINWalisongo,” http://badilag.net.

Al-Bukhari, Ṣaḥiḥ al-Bukhari, edisiMuḥammad Zuhair ibn Naṣir al -Naṣir (Beirut: Dar Tauq an-Najah,1422/2002).

Argumentasi Hisab Muhammadiyah(Ttp.: Majelis Tarjih dan TajdidPimpinan Muhammadiyah, 2014).

Page 26: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

129

Khoiruddin Nasution, Ahmad Pattiroydan Slamet Khilmi (ed.), DariHasbi Ash-Siddiqeiqy HinggaMalik Madany: Pemikiran HukumIslam Dekan Fakutas Syari’ahUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta(1963-2007) (Yogyakarta:Syari’ah Press UIN SunanKalijaga, 2009).

Muhammad Rofiq, “Pembaruan dalamStudi Hadis dan Astronomi,”Rida, dkk., Hisab BulanKamariah: Tinjauan Syar’itentang Penetapan AwalRamadan. Syawal dan Zulhijah(Yogyakarta: SuaraMuhammadiyah, 2009), edisi ke-2.

Rida, dkk., Hisab Bulan Kamariah:Tinjauan Syar’i tentangPenetapan Awal Ramadan.Syawal dan Zulhijah (Yogyakarta:Suara Muhammadiyah, 2012),edisi ke-3.

Syamsul Anwar, Diskusi &Korespondensi Kalender HijriahGlobal (Yogyakarta: SuaraMuhammadiyah, 2014).

---------------------, “Sekali LagiMengapa Hisab,”http://www.muhammadiyah.or.id.

---------------------, Hari Raya danProblematika Hisab-Rukyat(Yogyakarta: SuaraMuhammadyah, 2008).

---------------------, “Otoritas dan KaidahMatematis: Refleksi atas PerayaanHari Raya Idul Fitri 1432 H,”http://www.muhammadiyah.or.id.

---------------------, Interkoneksi StudiHadis dan Astronomi(Yogyakarta: SuaraMuhammadiyah, 2011).

Susiknan Azhari, PembaharuanPemikiran Hisab di Indonesia:Studi Atas Pemikiran Saadoe’ddinDjambek (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2002).

---------------------, Ensiklopedi HisabRukyat (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2008).

Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PPMuhammadiyah, Pedoman HisabMuhammadiyah (Yogyakarta:Suara Muhammadiyah,1430/2009).

Page 27: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

130

Page 28: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

.

131

Page 29: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

132

Page 30: SYAMSUL ANW AR DAN PEMIKIRANNYA DALAM BIDANG HISAB …

133