18
TUGAS EKSLORASI II PERALATAN SURVEI SEISMIK DARAT DAN LAUT Oleh : 1. Rika Hardiwan 07 135 022 2. Aulya Rahayu 07 135 024 3. Rindy Anggraeni 07 135 026 4.Lusi Niarti 07 135 031 5. Lola Prima Yunita 07 135 032 6. Arsal Chayri Iby 07 135 034

Survei Seismik Darat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Survei Seismik Darat

TUGAS EKSLORASI II

PERALATAN SURVEI SEISMIK DARAT DAN

LAUT

Oleh :

1. Rika Hardiwan 07 135 0222. Aulya Rahayu 07 135 0243. Rindy Anggraeni 07 135 0264. Lusi Niarti 07 135 0315. Lola Prima Yunita 07 135 0326. Arsal Chayri Iby 07 135 034

Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Page 2: Survei Seismik Darat

Universitas AndalasPadang, Juni 2011

PERALATAN SURVEI

SEISMIK DARAT DAN LAUT

1. Survei Seismik Darat

Pelaksanaan survei seismik melibatkan beberapa departemen yang bekerja secara dan

saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Departemen-departemen yang terlibat antara

lain: Topografi, Seismologist, Processing, Field Quality Control (QC) dan departemen

pendukung lainya. Departemen Topografi bertugas untuk memplotkan koordinat teoretik

hasil desain. Departemen Seismologist bertugas mulai dari pembentangan kabel, penempatan

Shot point (proses drilling dan preloading) dan selanjutnya dilakukan penembakan dan

recording yang teknis pelaksanaanya dikerjakan di LABO. Data hasil recording diolah oleh

departemen processing untuk mendapatkan output data akhir pelaksanaan survei. Untuk

mengontrol serta meningkatkan kualitas dalam kegiatan akuisisi data seismik maka dilakukan

juga Field QC. Berikut gambaran umum pekerjaan survei seismik darat.

1.1 Topografi

Dalam survey seismik posisi koordintat SP (shot point) dan TR (trace) sangat penting

sekali diperhatikan, karena hal ini menyangkut dengan kualitas data yang akan dihasilkan.

Departemen Topografi melakukan pengeplotan /pematokan koordinat-koordinat SP dan TR

teoritik yang telah didesain. Dalam membuat desain survei seismik terdapat beberapa

parameter lapangan yang harus diperhatikan :

1. Trace interval : Jarak antara tiap trace

2. Shot point interval : jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya

3. Far Offset : Jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh terjauh

4. Near Offset : Jarak antara sumber seismik dengan trace terdekat

5. Jumlah shot point : Banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan

6. Jumlah Trace : Banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP

7. Record length : lamanya merekam gelombang seismik

8. Fold coverage : Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece terekam oleh

Page 3: Survei Seismik Darat

geophone di permukaan

Program kerja yang dilakukan oleh departemen Topografi antara lain:

- Survey Lokasi

- Posisi Lokasi Survey

- Daerah Survey

- Akses kelokasi survey

- Perencanaan Pekerjaan

- Pembuatan peta kerja

1.2 Pengukuran Titik Kontrol

Langkah pertama dalam pembuatan titik kontrol adalah mendistribusikan pilar-pilar GPS

pada seluruh area. Kemudian BM GPS ini dipasang pada area survai sesuai dengan distribusi

dimana pilar tersebut dipasang.Titik BM yang telah diketahui digunakan untuk menentukan

koordinat-koordinat lain yang belum diketahui, misalnya koordinat shoot point atau koordinat

receiver.Pada dasarnya pengukuran GPS selalu diikatkan dengan titik dari Bakosurtanal yang

bertujuan untuk mengikatkan titik koordinat secara global sehingga titik koordinat tersebut

dapat dikorelasikan dengan titik koordinat peta yang lain.

Gambar 1. Pengukuran Titik Kontrol

1.3 Pengukuran Lintasan Seismik

Page 4: Survei Seismik Darat

Pengukuran Lintasan Seismik & Pemasangan patok SP dan TRPengukuran lintasan

seismik yang meliputi pengukuran titik tembak (SP) dan titik rekam (TR) dilakukan dengan

menggunakan peralatan total station.

Pembuatan Titian dan RintisanTitian dibuat untuk mempermudah dan memperlancar

kerja ketika survey menemukan lokasi yang tidak bisa dilewati sepeti: irigasi, parit, sungai

atau rawa Sehingga mengefektifkan waktu dan kerja crew baik drilling maupun recording.

Gambar 2. Pengukuran Lintasan

2. Drilling Dan Preloading

Pemboran dangkal pada survey Seismik bertujuan untuk membuat tempat penanaman

dinamit sebagai sumber energi (source) pada perekaman. Kedalaman lubang bor biasanya 30

m dengan diameternya sekitar 11 cm. Penentuan kedalaman lubang bor ini berdasarkan test

percobaan yang dilakukan sebelumnya. Kedalaman ini terletak di bawah lapisan lapuk

(weathering zone).

Gambar 3. Drilling

Pada survey seismik digunakan sumber energi dinamit untuk di darat, dan airgun

digunakan khusus untuk daerah survey di dalam air. Dinamit yang digunakan bermerk Power

Gel ini terbungkus dalam tabung plastik dan dapat disambung-sambung sesuai dengan berat

Page 5: Survei Seismik Darat

yang diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini dinamit diisi dengan detenator atau ‘cap’

sebagai sumber ledakan pertama, serta dipasang pula anchor agar dinamit tertancap kuat di

dalam tanah.

Pemasangan dinamit (preloading) dilakukan langsung setelah pemboran selesai, dengan

tujuan untuk menghindari efek pendangkalan dan runtuhan di dalam lubang. Pengisian

dinamit dilakukan oleh regu loader yang dipimpin oleh seorang shooter yang telah

mempunyai pengetahuan keamanan yang berhubungan dengan bahan peledak dan telah

memiliki lisensi tertulis dari migas.

Gambar 4. Preloading

Gambar 5. Bentuk preloading

3. Recording

Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik, yaitu merekam data

seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya akan diproses oleh pusat pengolahan

data (processing centre). Sebelum melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai dengan

Page 6: Survei Seismik Darat

posisi dan lintasannya berdasarkan desain survey 2D. Pada saat perekaman, yang memegang

kendali adalah observer dengan memakai perlengkapan alat recording yang disebut LABO.

3.1 Persiapan Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam proses recording antara lain:1. Kabel Trace: Kabel

penghubung antar trace.2. Geophone: Penerima getaran dari gelombang sumber yang berupa

sinyal analog.3. SU (Stasiun Unit): Pengubah sinyal analog dari trace ke dalam digital yang

akan ditransfer ke LABO.4. PSU (Power Stasiun Unit): Berfungsi memberikan energi pada

SU 70 A / 16 Volt.

3.2 Penembakan (Shooting)

Peledakan dan perekaman tidak semua data terekam sempurna, kadang-kadang dinamit

tidak meledak, Up Hole tidak terekam dengan baik, banyak noise, dsb. Kejadian ini disebut

misfire, beberapa istilah misfire yang sering digunakan di lapangan:

a. Cap Only : dinamit tidak meledak, detenator meledak

b. Dead Cap : hubungan pendek, dinamit tidak meledak

c. Loss wire : kabel deto tidak ditemukan

d. Weak Shot : tembakan lemah, frekuensi rendah

e. Line Cut : kabel terputus saat shooting

f. Parity Error : instrumen problem

g. No CTB : no confirmation time break

h. Loss Hole : lubang dinamit tidak ditemukan

i. Reverse Polaritty : polaritas terbalik

j. Bad/No Up Hole : UpHole jelek atau tidak ada (pada monitor record atau blaster)

k. Dead Trace : trace mati

l. Noise Trace : terdapat noise pada trace

4. Field Processing

Field processing adalah proses yang dilakukan di lapangan sebelum dilakukan proses

selanjutnya di pusat. Perhatian utama di field processing adalah pada geometri penembakan

dimana jika ada penembakan terdapat wrong ID, wrong coordinate, wrong spread dsb, dapat

diketahui dan segera dikonfirmasikan ke Field Seismologist dan TOPO untuk dilakukan

perbaikan. Proses pengolahan data seismik di lapangan biasanya hanya dilakukan sampai

Page 7: Survei Seismik Darat

pada tahapan final stack tergantung dari permintaan client. Langkah-langkah yang umum

dilakukan dalam memproses data seismic di lapangan adalah sebagai berikut:

4.1 Loading Tape

Data sesimik dalam teknologi masa ini selalu disimpan dalam pita magnetik dalam

format tertentu. Pita magnetik yang memuat data lapangan ini disebut field tape. SEG

(Society of Ekploration Geophysics) telah menetukan suatu standar format penulisan data

pada pita magnetic.

4.2 Geometri Up Date

Adalah proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan

shotpoint, koordinat X,Y,Z di permukaan, kumpulan CDP, offset terhadap shot-point, dan

sebagainya.

4.3 Trace Editing

Proses editing dan mute bertujuan untuk merubah atau memperbaiki trace atau record

dari hal-hal yang tidak diinginkan yang diperoleh dari perekaman data di lapangan.

Editing dapat dilakukan pada sebagian trace yang jelek akibat dari adanya noise, terutama

koheren noise, misfire, atau trace yang mati, polariti yang terbalik. Pelaksanaan pengeditan

dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, pertama membuat trace-trace yang tidak diinginkan

tersebut menjadi berharga nol (EDIT) dan atau membuang / memotong bagian-bagian trace

pada zona yang harus didefinisikan (MUTE).

Hal-hal yang perlu diedit dari suatu data dapat diperoleh dari catatan pengamatan di

lapangan (observer report) maupun dengan pengamatan dari display raw recordnya.

Gambar 6. Raw Data

Page 8: Survei Seismik Darat

4.4 Koreksi Statik

Tujuan koreksi statik ini adalah untuk memperoleh arrival time bila penembakan dilakukan

dengan titik tembak dan group geophone yang terletak pada bidang horizontal dan tanpa

adanya lapisan lapuk. Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh dari variasi

topografi, tebal lapisan lapuk dan variasi kecepatan pada lapisan lapuk. Suatu reflector yang

datar (flat) akan terganggu oleh adanya kondisi static yang disebabkan adanya efek

permukaan (near surface efects). Secara garis besar koreksi static ini dapat dibagi menjadi

dua bagian koreksi :

- Koreksi Lapisan Lapuk (weathering layer)

- Koreksi Ketinggian

Gambar 7. Peralatan yang digunakan dalam seismik darat.

4.5 Amplitudo Recovery (Proses Pemulihan Amplitudo)

Proses ini bertujuan memulihkan kembali nilai amplitudo yang berkurang yang hilang

akibat perambatan gelombang seismic dari sumber sampai kepenerima (geophone),

sedemikian rupa sehingga pada setiap trace dikalikan dengan besaran tertentu, sehingga nilai

amplitudo relatif stabil dare time break hingga kedalaman target. Pengurangan intensitas

gelombang seismic ini disebabkan karena hal-hal sebagai berikut:- Peredaman karena

melewati batuan yang kurang elastik sehingga mengabsorbsi energi gelombang.- Adanya

penyebaran energi kesegala arah (spherical spreading atau spherical divergence).

4.6 Deconvolution

Energi getaran yang dikirim kedalam bumi mengalami proses konvolusi (filtering)

bumi bersikap sebagai filter terhadap energi seismik tersebut. Akibat efek filter bumi, maka

bentuk energi seismik (wavelet) yang tadinya tajam dan tinggi amplitudonya di dalam

Page 9: Survei Seismik Darat

kawasan waktu (time domain). Kalau ditinjau dalam kawasan frekuensi, tampak bahwa

spektrum amplitudonya menjadi lebih sempit karena amplitudonya frekuensi tinggi diredam

oleh bumi dan spektrum fasenya berubah tidak rata. Dekonvolusi adalah suatu proses untuk

kompensasi efek filter bumi, berarti di dalam kawasan waktu bentuk wavelet dipertajam

kembali, atau di dalam kawasan frekuensi spektrum amplitudonya diratakan dan spektrum

fase dinolkan atau diminimumkan.

4.7 Analisa Kecepatan

Analisa kecepatan (velocity analysis) adalah metode yang dipakai untuk mendapatkan

stacking velocity dari data seismik yang dilakukan dengan menggunakan Interactive Velocity

Analisis diperoleh dari kecepatan NMO dengan asumsi bahwa kurva NMO adalah hiperbolik.

Analisa kecepatan ini sangat penting, karena dengan analisa kecepatan ini akan diperoleh

nilai kecepatan yang cukup akurat untuk menetukan kedalaman, ketebalan, kemiringan dari

suatu reflektor. Analisis kecepatan ini dilakukan dalam CDP gather, harga kontur semblance

analisis sebagai fungsi dari kecepatan NMO dan CDP gather stack dengan kecepatan NMO

yang akan diperoleh pada waktu analisa kecepatan. Didalam CDP gather titik reflektor pada

offset yang berbeda akan berupa garis lurus (setelah koreksi NMO).

4.8 Residual static

Kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman pada weathering layer saat

melakukan koreksi statik dan adanya sisa deviasi static pada data seismik serta Data Uphole

dan First break yang sangat buruk juga dapat mempengaruhi kelurusan reflektor pada CDP

gather sehingga saat stacking akan menghasilkan data yang buruk. Pada prinsipnya

perhitungan residual static didasarkan pada korelasi data seismik yang telah terkoreksi NMO

dengan suatu model. Dimana model ini diperoleh melalui suatu Picking Autostatic Horizon

yang mendefinisikan besar pergeseran time shift yang dinyatakan sebagai statik sisa yang

akan diproses.

4.9 Stacking

Proses stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen dalam suatu CDP gather,

seluruh trace dengan koordinat midpoint yang sama dijumlahkan menjadi satu trace. Setelah

semua trace dikoreksi statik dan dinamik, maka di dalam format CDP gather setiap refleksi

menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak horizontal, seperti ground roll dan multiple. Hal

tersebut dikarenakan koreksi dinamik hanya untuk reflektor-reflektornya saja. Dengan

Page 10: Survei Seismik Darat

demikian apabila trace-trace refleksi yang datar tersebut disuperposisikan (distack) dalam

setiap CDP-nya, maka diperoleh sinyal refleksi yang akan saling memperkuat dan noise akan

saling meredam sehingga S/N ratio naik. Kecepatan yang dipakai dalam proses stacking ini

adalah stacking velocity. Stacking velocity adalah kecepatan yang diukur oleh hiperbola

NMO.

4.10 Migrasi

Migrasi dilakukan setelah proses stacking, migrasi merupakan tahap akhir dalam metode

Post Stack Time Migration yang bertujuan untuk memindahkan event-event data pada section

seismic ke posisi yang sebenarnya. Dengan kata lain migrasi diperlukan karena rumusan

pemantulan pemantulan pada CMP yang diturunkan berasumsi pada model lapisan datar,

apabila lapisannya miring maka letak titik-titik CMP / reflektornya akan bergeser. Untuk

mengembalikan titik-titik reflektor tersebut keposisi yang sebenarnya dilakukan proses

migrasi.

5. Survei Seismik Laut

Seismik laut adalah suatu pekerjaan untuk mencari kandungan minyak dan gas bumi

yang ada di lapisan bawah bumi tepatnya di daerah laut. Namun karena kita tidak mengetahui

dimana kandungan minyak bumi itu berada, sehingga diperlukan pemetaan terhadap lapisan

bawah bumi.

Syarat untuk dapat memetakan lapisan bawah bumi ada 2 hal :

1. Perlu adanya sumber getaran (Air gun ).

2. Perlu adanya alat perekam yang dapat menerima sumber getaran (Hidrophone ).

Prinsipnya : getaran dalam bentuk gelombang udara ( airgun) ditembakkan ke dasar

laut, setelah sampai di dasar laut kemudian getaran tersebut dipantulkan , dan

getaran ditangkap kembali oleh hidrophone sebagai perekam getaran.

Page 11: Survei Seismik Darat

5.1 Metode Dalam Survei Seismik Laut

a. Marine Seismik

Ciri Khasnya:

- Survei Seismik berada pada daerah dengan kedalaman > 10 meter. ( Laut dalam )

- Kabel Streamer yang berisi Hidrophone ( perekam getaran ), ditarik oleh kapal dan

posisinyaa “melayang” ( tidak berada di dasar laut).

- Low Cost dan Waktu Pengukuran relatif lebih cepat.

b. Transition Zone (Ocean Bottom Cable/OBC)

Ciri Khasnya:

- Survei Seismik berada pada daerah dengan kedalaman 0-10 meter. (Daerah dangkal)

- Kabel Streamer yang berisi Hidrophone ( perekam getaran ), dibentangkan di dasar

laut.

- High Cost dan Waktu Pengukuran relatif lebih lama.

Page 12: Survei Seismik Darat

Survei seismik baik menggunakan metode Marine Seismik maupun Transition Zone,

dapat dilakukan secara 2 dimensi maupun 3 Dimensi. Nantinya akan berbeda konfigurasi

Streamer, jalur kapal, air gun

5.2 Peralatan utama yang dipergunakan

a. GPS C-Nav ( DGPS method )

Setiap pengukuran yang dilakukan di daerah laut, dapat dipastikan menggunakan

peralatan GPS C-NAV menggunakan metode pengukuran DGPS. Lalu,“Apa sih DGPS itu?”.

DGPS memiliki kepanjangan Differensial Global Positioning System. Jadi konsepnya hampir

sama seperti GPS CORS. Pada DGPS, GPS yang dijadikan sebagai base station, tersebar di

berbagai kota diantaranya Singapura, Balikpapan, Australia, dll. Nah GPS C-Nav yang

dibawa kapal berfungsi sebagai Rover dan menerima koreksi dari setiap base station di kota

terdekat. ( mis: Singapura).Ketelitian bisa sampai level desimeter.

b. Gyro Compass ( Gyroscope )

Alat ini hampir memiliki fungsi yang sama dengan kompas yaitu menunjukkan arah

utara. Hanya saja arah utara yang ditunjukkan oleh Gyro Compass adalah arah utara

Geografis ( arah utara sebenarnya ), namun kelemahan nya, alat ini baru dapat menunjukkan

arah utara setelah 3 jam.

Page 13: Survei Seismik Darat

c. Streamer

Streamer bentuknya seperti kabel yang dibentangkan kemudian ditarik oleh kapal

( untuk marine seismic), Streamer ini berisi Hidrophone( alat perekam getaran), ADC

(Analog to digital converter), dan bird (berperan untuk mengatur posisi dan kedalaman

streamer). Total panjang dari streamer biasanya mencapai 3 km.

d. AirGun

Airgun berfungsi sebagai sumber getaran. Air gun memiliki kekuatan tekanan

mencapai 2000 psi atau sekitar 200 kali tekanan ban motor. Tenaga yang digunakan adalah

tekanan dari udara bebas dan tidak akan merusak karang yang ada di bawah kapal.