39
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN Mampu mengenal Total Station baik itu bagian-bagiannya ataupun kegunaanya Mampu melakukan pembuatan job, setting station dan backsight Mampu melakukan pengukuran jarak ataupun sudut secara cepat dan efektif Mampu melakukan kalibrasi pada TS Mampu mendownload data dari Total Station Mampu memplotting peta dengan data hasil downloadan dari TS Mampu menggunakan software untuk membuat peta digital baik itu mengunakan Autocad Land Development ataupun Surpac Mampu membuat kontur dengan menggunakan software Autocad dan Surpac. 1.2 LANDASAN TEORI A. Pengukuran Kerangka Horizontal Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan melakukan penentuan titik-titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau areal yang akan dilakukan pengukuran yaitu penentuan titik-titik yang ada di lapangan yang ditandai dengan patok kayu, paku atau patok permanen yang dipasang dengan kerapatan tertentu, fungsi dari sistem kerangka dasar pemetaan dengan penentuan titik-titik inilah yang nantinya akan dipakai sebagai titik acuan ( reference ) bagi penentuan titik-titik lainya dan juga akan dipakai sebagai titik kontrol bagi pengukuran yang baru. Pengukuran dilakasanakan untuk memperoleh data sudut dan jarak dilapangan yang akan dihasilkan suatu data posisi berupa data koordinat (X,Y) yang dapat digunakan dalam pembuatan peta dasar teknik (Brinker, 1987). Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang datar ( X,Y) dalam sistem proyeksi tertentu. Bila dilakukan dengan cara teristris, pengadaan kerangka horizontal bisa dilakukan menggunakan cara triangulasi, trilaterasi atau poligon.Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian yang dikehendaki ( Purworhardjo, 1986 ).

Surpac Tutor

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tos

Citation preview

Page 1: Surpac Tutor

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN

Mampu mengenal Total Station baik itu bagian-bagiannya ataupun kegunaanya

Mampu melakukan pembuatan job, setting station dan backsight

Mampu melakukan pengukuran jarak ataupun sudut secara cepat dan efektif

Mampu melakukan kalibrasi pada TS

Mampu mendownload data dari Total Station

Mampu memplotting peta dengan data hasil downloadan dari TS

Mampu menggunakan software untuk membuat peta digital baik itu mengunakan

Autocad Land Development ataupun Surpac

Mampu membuat kontur dengan menggunakan software Autocad dan Surpac.

1.2 LANDASAN TEORI

A. Pengukuran Kerangka Horizontal

Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan melakukan

penentuan titik-titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau areal yang akan dilakukan

pengukuran yaitu penentuan titik-titik yang ada di lapangan yang ditandai dengan patok kayu,

paku atau patok permanen yang dipasang dengan kerapatan tertentu, fungsi dari sistem

kerangka dasar pemetaan dengan penentuan titik-titik inilah yang nantinya akan dipakai

sebagai titik acuan ( reference ) bagi penentuan titik-titik lainya dan juga akan dipakai sebagai

titik kontrol bagi pengukuran yang baru. Pengukuran dilakasanakan untuk memperoleh data

sudut dan jarak dilapangan yang akan dihasilkan suatu data posisi berupa data koordinat (X,Y)

yang dapat digunakan dalam pembuatan peta dasar teknik (Brinker, 1987).

Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau

ditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang datar (X,Y) dalam sistem

proyeksi tertentu. Bila dilakukan dengan cara teristris, pengadaan kerangka horizontal bisa

dilakukan menggunakan cara triangulasi, trilaterasi atau poligon.Pemilihan cara dipengaruhi

oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian yang dikehendaki ( Purworhardjo, 1986 ).

Page 2: Surpac Tutor

2

- Poligon

Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik dipermukaan bumi, yang

terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak, (Wongsotjitro, 1977). Unsur-unsur yang

diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat awal diketahui, maka titik-titik yang lain

pada poligon tersebut dapat ditentukan koordinatnya. Pengukuran dengan metode poligon ini

terbagi menjadi dua bentuk yaitu poligon tertutup dan terbuka.

B. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal

Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-titik

yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang

rujukan ketinggian tertentu.

Bidang ketinggian rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air taut rata-rata (mean sea

level – MSL) atau ditentukan lokal.

Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di lapangan

menggunakan rambu ukur.

Pengukuran Trigonometris prinsipnya adalah Mengukur jarak langsung (Jarak Miring), tinggi

alat, tinggi, benang tengah rambu, dan sudut Vertikal (Zenith atau Inklinasi).

Pengukuran Barometris pada prinsip-nya adalah mengukur beda tekanan atmosfer.

- Pengukuran Metode Sipat Datar

Metode sipat datar merupakan metode yang paling teliti dibandingkan dengan metode

trigonometris dan barometris. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan teori perambatan

kesalahan yang dapat diturunkan melalui persamaan matematis diferensial parsial.

Metode sipat datar prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis

dilapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi dengan

menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara pengukuran beda tiggi dengan

menggunakan metode sipat datar optis masih merupakan cara pengukuran beda tinggi yang

paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga

terbesar perbedaan tinggi hasil pengukura sipat datar pergi dan pulang.

- Pengukuran metode Barometris

Pengukuran Barometris pada prinsipnya adalah mengukur beda tekanan atmosfer.

Pengukuran tinggi dengan menggunakan metode barometris dilakukan dengan menggunakan

sebuah barometer sebagai alat utama.

Page 3: Surpac Tutor

3

Seperti telah di ketahui, Barometer adalah alat pengukur tekanan udara. Di suatu

tempat tertentu tekanan udara sama dengan tekanan udara dengan tebal tertentu pula.

Idealnya pencatatan di setiap titik dilakukan dalam kondisi atmosfer yang sama tetapi

pengukuran tunggal hampir tidak mungkin dilakukan karena pencatatan tekanan dan

temperatur udara mengandung kesalahan akibat perubahan kondisi atmosfir. penentuan beda

tinggi dengan cara mengamati tekanan udara di suatu tempat lain yang dijadikan

referensidalam hal ini misalnya elevasi ± 0,00 meter permukaan air laut rata-rata.

- Metode pengukuran trigonometris

d AB = dm . cos i

∆ HAB =dm. sin i + TA – TB

Pengukuran kerangka dasar vertikal metode trigonometris pada prinsipnya adalah

perolehan beda tinggi melalui jarak langsung teropong terhadap beda tinggi dengan

memperhitungkan tinggi alat, sudut vertikal (zenith atau inklinasi) serta tinggi garis bidik yang

diwakili oleh benangtengah rambu ukur. Alat theodolite, target dan rambu ukur semua berada

diatas titik ikat. Prinsip awal penggunaan alat theodolite sama dengan alat sipat datar yaitu kita

harus mengetengahkan gelembung nivo terlebih dahulu baru kemudian membaca unsur-unsur

pengukuran yang lain. Jarak langsung dapat diperoleh melalui bacaan optis benang atas dan

benang bawah atau menggunakan alat pengukuran jarak elektronis yang sering dikenal

dengan nama EDM (Elektronic Distance Measurement). Untuk menentukan beda tinggi dengan

cara trigonometris di perlukan alat pengukur sudut (Theodolit) untuk dapat mengukur sudut

sudut tegak. Sudut tegak dibagi dalam dua macam, ialah sudut miring m clan sudut zenith z,

sudut miring m diukur mulai dari keadaan mendatar, sedang sudut zenith z diukur mulai dari

keadaan tegak lurus yang selalu ke arah zenith alam.

C. Pengukuran Sudut dan Jarak

Cara pengukuran poligon merupakan cara yang umum dilakukan untuk pengadaan

kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak terlalu luas - sekitar (20 km x 20km).

Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk medan

pemetaan dan keberadaan titik-titik rujukan maupun pemeriksa.

Tingkat ketelitian, sistem koordinat yang diinginkan dan keadaan medan lapangan

pengukuran merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam menyusun ketentuan poligon

kerangka dasar. Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan

yang sedang dilakukan.Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan pengukuran

Page 4: Surpac Tutor

4

pengikatan.Medan lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok

sebagai penanda titik di lapangan dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik.

Koordinat VR diketahui

Sudut – sudut Poligon So, S1, ....., S6 diketahui.

Bila : αVR = sudut jurusan 1 – V2

α12 = sudut jurusan 1 – 2

Rumus – rumus yang digunakan dalam perhitungan :

α12 = αVR – So

α23 = α 12 + 180 0 – S2

α34 = α23 + 180 0 – S3

α45 = α34 + 180 0 – S4

Titik 1

X1 = XR + dR sin αVR

Y1 = YR + dR cos αVR

Dimana dR = jarak dari titik 1 ke VR

Titik 2

X2= X1 + d12 sin αV12

Y2 = Y1+ d12 cos αV12

Dimana d12 = jarak dari titik 1 ke 2

Titik 3

X3 = X2 + d23 sin αV23

Y3 = Y2 + d23 cos αV23

Dimana dR = jarak dari titik 2 ke 3

Demikian juga untuk titik 4, 5 dan 6

D. Pengukuran Jarak Elektronik

Suatu gelombang elektronik yang telah diketahui frekuensinya (f) dipancarkan ke

pemantul atau reflector, dan dipantulkan kembali kepemancar. Alat pemancar mampu

menghitung jumlah panjang gelombang (n) dengan ketelitian sampai 1/1000 bagian dari

panjang gelombang. Nilai n/f dihitung (t) baik secara manual maupun otomatis pada alat, dan

dikalikan dengan nilai kecepatan standar sinyal di atmosfer (v), hasilnya adalah jarak atau

panjang lereng yang diukur.

Page 5: Surpac Tutor

5

Dimuka telah dikemukakan bahea berdasarkan macam gelombang yang dipakai, pengukuran

metode elektronik dapat dibagi menjadi dua system. Yaitu MDM untuk pengukuran jarak jauh

dan EDM untuk pengukuran jarak menengah dan dekat.

- Sistem Elektro-optis

Berdasarkan spectrum yang digunakan, system elektro-optis dapat dikelompokkan

dalam dua kelas, yaitu kelas menggunakan sinar tampak/kasat mata(termasuk katagori jarak

menengah) dan kelas menggunakan sinar infra merah (termasuk katagori jarak pendek).

Kedua memiliki banyah kesamaan.

Sinyal pengukur dibawa oleh berkas sinar sempit yang sangat terpokus yang

diarahkan secara otomatis kesasaran yang jauh dengan teropong yang terdapat didalamny.

Unit PJE jarak pendek dapat dipasang pada teropong theodholit dengan wadah yang khusus

derancang untuk mengarahkan unit PJE tepat sasaran dengan garis bidik teropong ke mana

saja dia diarahkan.

E. TOTAL STATION

Saat ini telah banyak teodolit elektronik yang digabung atau dikombinasi dengan alat

PJE dan pencatat data (kolektor) elektronik menjadi Alat Takheometer Elektronik (ATE) yang

dikenal dengan sebutan Total Station. Alat ini dapat membaca dan mencatat sudut horizontal

dan vertikal bersama-sama dengan jarak miringnya. Bahkan alat ini juga dilengkapi dengan

dengan mikroprosesor, sehingga dapat melakukan bermacam-macam operasi perhitungan

matematis seperti merata-rata hasil sudut ukuran dan jarak-jarak ukuran, menghitung koordinat

(x, y, z), menentukan ketinggian objek-objek yang diamati, koreksi atmosfer dan koreksi alat,

dan lain-lain.

Selain dapat mencatat data, total station juga mempunyai kelebihan-kelebihan lain yang

berbeda untuk setiap pabrik. Selain bisa digunakan untuk mengukur jarak datar dari objek-

objek yang dibidik, alat tersebut dapat pula mengetahui jarak miring antar objek yang dibidik

tersebut. Alat ini dapat dipakai baik baik secara individu untuk menghitung kesalahn penutup

poligon dan menghitung perataan, maupun sebagai bagian dari sistem sebagai pengumpul

data, perhitungan secara digital dan plotting secara otomatis.

Total station dapat pula digunakan dalam model absolut untuk mengukur sudut, secara

koinsiden optis dengan sensor foto elektronis menggunakan scanning dan membaca lingkaran

dalam mode derajat, grade maupun radian. Beberapa total station dilengkapi dengan sistem

elektronik koaksial sistem optis dan orientasi secara elektronik. Sekarang juga telah didesain

sedemikian rupa sehingga pengumpulan data dapat di download secara otomatis ke komputer

Page 6: Surpac Tutor

6

via kabel interface RS 232, dan proses perhiungannya dilakukan dalm komputer yang

selanjutnya dapat dihubungkan dengan printer atau plotter untuk penggambarab petanya

secara otomatis.

Page 7: Surpac Tutor

7

BAB II

PELAKSANAAN

2.1 Prosedur pengecekan alat

1. Pengecekan vertical plummet

Vertical plummet adalah instrument yang merupakan bagian dari alat totalstation yang

berfungsi untuk menempatkan sumbu I pada titik pengukuran dimana alat didirikan.

Langkahkerja:

a. Dirikan alat TS pada statip dengan posisi stabil, kaki statip membentuk segitiga sama sisi

dengan panjang sisi yang cukup sehingga alat berdiri kokoh.

b. Buatlah tanda silang dengan pensil/bolpoint pada secarik kertas putih.

c. Letakkan kertas dengan tanda silang dibawah alat sedemikian rupa sehingga tanda silang bisa

dilihat dari teropong sentering optic. (gambar a)

d. Menggunakan sekrup ABC, masukkan titik perpotongan garis silang kedalam pusat lingkaran

(gambar b), kemudian setimbangkan nivo lingkar dengan kaki statif, selanjutnya setimbangkan

nivo tabung dengan skrup ABC.

e. Periksa kembali kondisi garis silang pada mikroskop pemusatan, jika tidak berimpit lakukan

pengimpitan dengan menggeser kertas.

f. Putar alat TS 3600 pada sumbu I, sambil diamati posisi garis silang terhadap lingkaran, melalui

mikroskop pemusat alat, jika titik potong tanda silang tetap berada pada posisinya (di tengah

lingkaran), berarti vertical plummet dalam kondisi baik. Jika tidak maka perlu dilakukan koreksi.

g. Koreksi dapat dilakukan dengan melakukan adjustment/pengaturan sekrup pada teropong

vertical plummet (gambar c) dengan bimbingan dosen pengampu.

2. Pengecekan Indek vertical (NIKON DTM-352)

Langkah kerja:

a. Dirikan statif dan tempatkan instrument TS di atas statif kemudian kunci/klem.

Page 8: Surpac Tutor

8

b. Dirikan sistem sesuai prosedur pendataran menggunakan skrup ABC.

c. Posisikan teropong pada kedudukan Face I (Face Left).

d. Pilih target dengan sudut elevasi sekitar tinggi instrument.

e. Tampilkan menu TS pada menu BMS (Basic measurement Screen)

f. Arahkan teropong pada target, kemudian baca dan catat hasil pembacaan sudut vertical

(VA1).

g. Putar instrument 1800 pada sumbu I dan arahkan kembali ke target, sehingga sekarang

kdudukan teropong pada face-2 (face right).

h. Baca dan catat sudut vertical pada layar monitor (VA2).

i. Cek apakah VA1+VA2 = 360 , jika ya maka alat dalam kondisi baik.

j. Jika lebih dari itu maka perlu dilakukan kalibrasi dengan langkah berikut:

Pilih menu Clibrat seperti gambar a)

Pilih target yang kedudukannya pada kondisi mendatar, (pada horizon teropong

TS)

Teropong pada kedudukan F1 (face left) arahkan ke target, kemudian tekan Enter.

Tunggu sesaat sampai tulisan “NOT TOUCH” pada layar berganti menjadi “Turn to

F2”.

Putar alat sedemikian rupa sehingga kedudukan menjadi F2 (face right), arahkan

kembali ke target, kemudian tekan Enter.

Kembalikan teropong pada kedudukan F1, pada layar akan tampil beberapa

parameter seperti: X1, Y, ACV, dan ACH.

2.2 Pengukuran Polygon

1) Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal

Pengukuran awal dari pekerjaan pemetaan adalah pengadaan titik – titik kerangka

dasar pemetaan (TKDP).Kerangka dasar dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kerangka

Page 9: Surpac Tutor

9

horizontal (planimetris) dan kerangka vertikal (tinggi). Cara yang akan digunakan adalah

menggunakan cara poligon. Poligon adalah rangkaian titik-titik secara berurutan sebagai

kerangka dasar pemetaan. Titik polygon yang digunakan berjumlah 5, 1 titik BM, dan 1 titik

bantu.

Rumus Perhitungan Kerangka kontrol Horisontal poligon

Xakhir = Xawal + Dhorizontal sin α

Yakhir = Yawal + Dhorizontal cos α

α = azimuth Titik

α = B + Bacaan arah Horizontal akhir

B = Azimut awal - Bacaan Arah Horizontal Awal

Syarat –syarat poligon tertutup

∑s + fs = (n-2).180⁰ (sudut dalam)

∑ Dhorizontal sin α + f x = 0

∑ Dhorizontal cos α + fy= 0

Fl =(fx2+fy2)

Ketelitian linear = 1 : ( ∑d / fl )

2) Langkah kerja pengukuran dan perhitungan kerangka kontrol vertikal,

Pengukuran kontrol vertikal atau kontrol tinggi(Z),dilakukan dengan pengukuran beda

tinggi secara teliti antara titik-titik control horizontal(polygon) yang berurutan dengan

cara/metode trigonometrik.

1. Dari pengukuran kerangka kontrol pemetaan maka akan didapat raw data dan hasil

hitungan koordinat titik-titik polygon yang berupa X,Y,Z . dari koordinat Z maka didapat

ketinggian dari titik polygon tersebut.

1

2

3

5

4

6

Page 10: Surpac Tutor

10

2. Setelah ketinggian semua titik diketahui ,lakukan perhitungan kerangka control

vertikalnya dengan menghitung beda tinggi antar tiap titik polygon secara berurutan.

3. Hitung ketelitian untuk order 1 dimana selisih beda tinggi pergi-pulang <4mm 𝐷.

Setelah data dari Kerangka pemetaan,kerangka kontrol vertikal,dan semua detil yang

diperlukan telah diukur,maka langkah selanjutnya adalah adalah memploitting data ukuran dari

Total Station.Caranya adalah dengan mendownload data ukuran dari Total Station ke dalam

Komputer.Adapun data-data yang kita bisa kita dapatkan setelah mendownload dari TS adalah

data raw(mentah) dan data koordinatnya.

Setelah data raw dan data koordinat telah kita dapatkan,maka langkah selanjutnya adalah

memindahkannya ke dalam file excel atau notepad untuk diolah lebih lanjut formatnya agar

data bisa terbaca di software pemetaan seperti „Autodesk‟ atau „Surpac‟.Adapun contoh data

dalam bentuk file csv adalah sebagai berikut

2.3 Prosedur pengukuran detil

Langkah-langkah pengukuran detil

1. Dirikan alat TS dititik polygon 1 beserta senteringnya dan dirikan prisma standard di titik 6

untuk backsight (BS) dan titik 2 untuk foresight (FS)..

2. Ukur tinggi TS dan 2 target tersebut.

3. Hidupkan alat TS dengan menekan tombol power.

4. Buat job terlebih dahulu dengan cara :

Tekan perintah menu job isikan nama job dan tekan rec

5. Pengukuran Detil

Page 11: Surpac Tutor

11

a. Untuk memulai pengukuran detil masukkan tinggi alat dan koordinat tempat berdiri dengan

cara berikut :

Tekan perintah STN known

Isikan station (ST) dan code (CD) tempat berdiri alat beserta tinggi alat (HI) rec

Isikan koordinat local

Setelah koordinat tempat berdiri alat dimasukkan, maka secara otomatis dari alat akan

meminta untuk memasukkan informasi backsight ( BS ) dan tinggi prisma. Pilih perintah

koordinat, karena koordinat BS sudah diukur saat pengukuran polygon.

Page 12: Surpac Tutor

12

Kemudian arahkan teropong ke BS dan bidik, tekan tombol MSR1 untuk merekam tekan

rec.

b. Pengukuran foresight

Atur tinggi foresight dengan menekan perintah HOT

Arahkan dan bidik teropong ke titik 2 (FS), tekan MSR1, tekan rec untuk menyimpan data

pengukuran. Atur point (PT), tinggi target (HT), dan kodenya (CD).

c. Pengukuran detil

Ukur tinggi prisma poll dan atur lagi tinggi target pada TS dengan menekan perintah HOT

Posisikan prisma poll ke detil yang akan diambil dan arahkan teropong ke prisma poll.

Tekan rec untuk menyimpan hasil pengukuran.

2.4 Prosedur pengolahan data

Untukmelakukanprosesdownloaddatadari alatkekomputer,langkah yang dilakukanyaitu :

1. Settingportdengancaramembukadevivemanager.Langkahnyayaknipertama ketikkan

compmgmt.mscpadamenu Run kemudian klik OK.

Page 13: Surpac Tutor

13

2. Kemudian pilihDeviceManagerports (com andLPT) prolific USB-to-serial commport (com4).

3. KoneksikanantarakomputerdenganalatNikonTotalstationmenggunakankabel koneksi.

JalankanprogramTransITdaridekstopatauklikStartallProgramTransIT, maka akan muncul

tampilan seperti berikut :

4. Untuk download data klikTransfer pilihData RecorderTo PC

Page 14: Surpac Tutor

14

5. Kemudian akan muncul tampilan sebagai berikut.

Keterangan:

DataRecorder:PilihtipeNikonTotalStation(DTM350,DTM450 dsbnyaatau

tipeyangberdekatan).

JobName:Masukkannamajob/fileyangakandidownloadke

komputer.Patikansebelumnya Jobsudah dibuka danaktif pada total

station.Misalnyakamipakai surdigkel2.raw

Data Format : Pilih tipe format data (RawDataatau Koordinat Data )

Directories :Pilih directori./folder tempat penyimpanan data di komputer

Halyang perlu diperhatikan dalammelakukan proses download data :

a. Unit

Tekan buttonUnits.., kemudian pilih :

-Angle: Degrees

-Jarak : Meters

Page 15: Surpac Tutor

15

b. Settings

Untuk settings, pilih :

-Vertical Angle : Zenith

-Coordinate Order : ENZ/NEZ

-Horizontal Angle: Azimuth

-Azimuth :North

c. Comm

Untuk comm.

-ComPort : Sesuaikan dengan port dikomputeryang digunakan

Page 16: Surpac Tutor

16

-Baud rate : samakan dengan baudratedi alat

6. Kemudian tekan OK

Page 17: Surpac Tutor

17

7. Dengan demikiankomputer sudah siap menerima data. Langkah selanjutnya adalah langkah-

langkahdi alat Nikon TS

8. BukajobyangakandidownloaddatanyadengancaratekanMenuJob, pilihJobyang akan di

downloadOpen

9. KemudiantekantombolMenupilihComm(tekantombolnomor5)untuk masuk kemenu

download/upload

10. Pilih download atau tekan tombol nomer1

11. Akan muncul seperti berikut :

12. Kemudian tekanEnter

Page 18: Surpac Tutor

18

13. Pilih COMMuntuk memastikan bahwa PORT Communicationnya sama dengan dikomputer.

14. Pilih GO atau tekan tombol F4untuk memulai download data

15. Setelah selesai proses download datasimpan.

16. KemudianDatadipindahdiexcelldansetiapdatadipisahkandengancaradrag

semuadatadatatexttocolumnpilihtipe file delimitednextpada delimiters dipilih tab

dancomma next finish

17. Kemudian filedisimpandengan extensi CSV (Commadelimited)

Page 19: Surpac Tutor

19

2.5 Prosedur penggambaran

1. Buat data dalam format YXZ,string.kode point

2. Jalankan program Surpac vision

Page 20: Surpac Tutor

20

3. Pilih no profil lalu klik Apply

4. Akan muncul tampilan awal sebagai berikut :

5. Pilih tempat penyimpanan data. Pilih folder -> Klik Kanan -> pilih set as work

directory.

Page 21: Surpac Tutor

21

6. Import file GEODESI_1.csv dengan cara : File -> Import -> Data from many file

(string) -> tunggu hasilnya -> klik Apply.

Hasilnya setelah diklik apply sebagi berikut :

Page 22: Surpac Tutor

22

Isikan nomor kolom string, kolom X,Y,Z sesuai data yang ada pada

GEODESI_1.csv lalu klik Apply dan hasilnya sebagai berikut :

Isikan no kolom dari deskripsi data ukuran -> klik Apply.

7. Akan muncul file GEODESI_1.str, drag file tersebut ke jendela kerja surpac, maka

hasilnya sebagai berikut :

Page 23: Surpac Tutor

23

8. Lakukan “break line” pada hasil yang muncul,sesuaikan dengan sketsa lapangan

yang sudah dibuat. Untuk melakukan perintah break line,klik icon tools ini :

Untuk detil yang juga terpotong, bisa disambung lagi dengan tools select a point to

digitise

Hasilnya sebagai berikut :

9. Setelah mendapat hasil diatas, lanjutkan dengan membuat kontur. Langkahnya

sebagai berikut :

Page 24: Surpac Tutor

24

Klik surface DTM File Function Create DTM from string file, seperti dibawah

ini

Hasilnya sebagai berikut :

Klik Apply maka akan muncul file geodesi_1.dtm

10. Drag geodesi_1.dtm ke jendela kerja surpac,lalu klik tools toggle rendering ,

maka hasilnya sebagai berikut :

Page 25: Surpac Tutor

25

11. Pilih menu conturing Contour DTM file

Hasilnya sebagai berikut :

Klik Apply, dan hasilnya sebagai berikut

Page 26: Surpac Tutor

26

Isikan Contour Interval dengan nilai 0.25 m. Interval kontur diperoleh dari rumus

1

2000 𝑥 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 . Klik Apply dan hasilnya sebagai berikut :

Page 27: Surpac Tutor

27

Klik Apply lagi dan hasilnya sebagai berikut :

12. Drag file kontur mayor dan kontur minor untuk melihat hasilnya. Hasilnya sebagai

berikut :

13. Merubah nomor string kontur mayor = 6 dan kontur minor = 1. Pilih Edit string

renumbering range

Hasilnya sebagai berikut :

Page 28: Surpac Tutor

28

Klik Apply, hasilnya sebagai berikut .

Lakukan hal yang sama pada kontur mayor dengan nomor sting range to = 6

Klik Apply maka hasilnya sebagai berikut :

Page 29: Surpac Tutor

29

14. Hasil kontur yang sudah digabung sebagai berikut :

15. Lakukan smooting pada kontur,pilih contouring smooth string in layer

Page 30: Surpac Tutor

30

Hasilnya sebagai berikut :

Klik Apply dan hasilnya sebagai berikut :

16. Pisahkan detil bangunan, taman ,jalan, titik polygon , kontur mayor dan minor

menjadi string yang berbeda. Hasilnya sebagai berikut :

17. Mulai membuat peta dengan cara pilih Plotting Map New

Page 31: Surpac Tutor

31

Hasilnya sebagai berikut :

Klik apply, hasilnya sebagai berikut :

18. Klik Plotting Procces map

Hasilnya Sebagai berikut :

Klik apply dan hasilnya sebagai berikut ;

Page 32: Surpac Tutor

32

Isikan X scale dan Y scale dengan angka 1000. Karena menggunakan kertas A4 jadi

untuk skala 1 : 500 tidak cukup untuk menampilkan seluruh detil yang ada. Klik

Apply dan hasilnya sebagai berikut :

Klik Apply,hasilnya sebagai berikut ;

Isikan interval grid seperti gambar diatas, klik apply dan hasil stringnya sebagai

berikut :

Page 33: Surpac Tutor

33

Kemudian buka file petasita.pf,hasilnya sebagai berikut :

Page 34: Surpac Tutor

34

BAB III

PENGUKURAN DAN HASIL

3.1 Pengukuran KKH.

Terlampir.

3.2 Pengukuran KKV.

Terlampir.

3.3 Hasil Pengukuran Detil.

Terlampir.

Page 35: Surpac Tutor

35

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari rangkaian praktikum yang kami lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Dalam pengukuran sudut maupun jarak (poligon) sangat diperlukan kecermatan maupun

ketelitian dari si pengamat agar memperoleh data yang akurat.

2. Kondisi alat sangat mempengaruhi kelancaran proses pengamatan dan perhitungan.

3. Perhitungan sudut yang diperoleh dari pembidikan dua seri rangkap, memenuhi

toleransi dengan besar kesalahan penutup sudut sebesar 00000‟03”.Azimut titik 1-6 (α16)

yang didapatkan dengan menggunakan kompas adalah 5°3'55".

4. Berdasarkan data perhitungan boudith, pengukuran yang dilakukan memiliki kesalahan

linear poligon sebesar 1: 10109.08396.

5. Batas toleransi yang diperbolehkan untuk pengukuran sipat datar ialah = 7 mm

6. Kesalahan penutup vertikal polygon pergi = -2 mm

7. Kesalahan penutup vertikal polygon pulang = 0 mm

8. Kesalahan penutup vertikal polygon pulang dan pergi masih masuk batas toleransi

karena < 7 mm.

9. Dalam mendirikan alat,jarak antara rambu muka terhadap instrumen dan rambu

belakang terhadap instrument harus memenuhi toleransi < 2 %

10. Hasil Koreksi Beda tinggi nya sebagai berikut

Pergi

Hitungan Beda Tinggi PERGI

titik 1 titik 2 SD HD VD HI HT VA Beda Tinggi

BM 1 60.078 60.074 0.741 1.324 1.521 89 17 37 0.544

1 2 34.803 34.802

-

0.189 1.494 1.406 90 18 40 -0.101

2 3 39.285 39.284

-

0.119 1.398 1.518 90 10 23 -0.239

3 4 61.822 61.821 -0.4 1.506 1.556 90 22 16 -0.45

4 5 58.009 58.007 0.622 1.493 1.582 89 23 9 0.533

5 BM 52.76 52.757

-

0.557 1.578 1.31 90 36 19 -0.289

-0.002

Page 36: Surpac Tutor

36

Pulang.

Hitungan Beda Tinggi PULANG

titik 1 titik 2 SD HD VD HI HT VA Beda Tinggi

BM 5 52.754 52.759 0.371 1.324 1.412 89 35 51 0.283

5 4 58.009 58.007

-

0.628 1.578 1.492 90 37 14 -0.542

4 3 61.826 61.824 0.44 1.493 1.491 89 35 33 0.442

3 2 39.283 39.281 0.249 1.48 1.489 89 38 13 0.24

2 1 34.804 34.802 0.2 1.398 1.5 89 40 14 0.098

1 BM 60.078 60.075

-

0.721 1.502 1.302 90 41 27 -0.521

0

11. Peta topografi dapat menjadi peta tiga dimensi dengan disertakan ketinggiannya yang

diwakili oleh garis-garis kontur.

12. Pada peta digital software yang digunakan yaitu autocad dan surpac

B. Saran

Untuk tercapainya keberhasilan dalam pengukuruan yang dilakukan agar tidak terjadi banyak error

atau selisih error terlalu jauh perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut :

1. Sebelum melakukan pengukuran hendaknya dipelajari dahulu teori-teori tentang pengukuruan

yang akan dilakukan

2. Dalam penggunaan alat hendaknya hati-hati dan diperhatikan ketentuan-ketentuan

penggunaannya untuk menghindari terjadinya kerusakan dan kesalahan pengukuran

3. Serius dan teliti dalam melakukan kegiatan pengukuran agar kesalahan dapat diminimalkan.

4. Tim yang dilandasi koordinasi yang baik akan memperlancar kerja praktek sehingga hasil

akhir akan maksimal

Page 37: Surpac Tutor

37

DAFTAR PUSTAKA

Suharto. 2011. Pekerjaan SurveidanPemetaan.

http://www.indahnyabelajar.wordpress.com/2011/07/17/pekerjaan-survei-dan-pemetaan/

diakses pada tanggal 18 Januari 2014

Teknik Geodesi. 2012. Pengukuran jarak elektronik PJE.

http://geodesigeomatika.blogspot.com/2009/05/pengukuran-jarak-elektronik-pje.html/.

Diakses pada tanggal 18 Januari 2014

Basuki, S. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada

Page 38: Surpac Tutor

38

LAMPIRAN

Page 39: Surpac Tutor

39