Upload
others
View
36
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertandatangan di bawah ini, saya penulis disertasi:
Nama : Cyrilus Winatama
NIM : 1590671012
Program Studi : Ilmu Ekonomi Program Doktor Pascasarjana Universitas
Udayana
Alamat : Jln. Feronia 3 No. 23, Cluster Feronia Alam Sutera.
Tangerang Selatan.
Telepon : 081908301615
Email : [email protected]
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi dengan judul “Analisis
Bank Devisa BUMN dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Kredit Nilai impor
non migas Indonesia” ini bebas dari plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti
ada plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
Peraturan Mendiknas Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan jujur dan penuh rasa tanggung
jawab, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Denpasar, November 2017
Yang Membuat Pernyataan,
Cyrilus Winatama
NIM 1590671012
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, Tuhan Yang Maha Esa atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya sehingga
disertasi ini selesai dengan baik. Disertasi ini berjudul “Analisis Bank Devisa
BUMN dan Pengaruhnya Terhadap Kredit Impor Non Migas Indonesia”. Dengan
selesainya disertasi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis dengan penuh
syukur dan ketulusan hati menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya sebagai berikut.
Kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi,
Sp.S(K). beserta para Pembantu Rektor, penulis ucapkan terima kasih atas
kesempatan yang diberikan dan fasilitas yang disediakan untuk dapat
menyelesaikan studi dan disertasi ini.
Kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana,
Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., yang telah memberikan fasilitas dan
kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan disertasi ini.
Ucapan terima kasih kepada Ketua Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Udayana sekaligus sebagai
Promotor dan Dosen Pengampu Matakuliah Penunjang Disertasi (MKPD), Prof.
Dr. Drs. Made Kembar Sri Budhi, M.P., Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana, Denpasar yang dengan penuh kepiawaian ilmu dan
kesabarannya telah memberikan bimbingan, arahan yang sangat menunjang dalam
penulisan disertasi ini, serta selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada
penulis untuk dapat segera menyelesaikan Program S3 ini.
iii
Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, S.E., M.S., sebagai Ko-Promotor I
yang dengan kepiawaian, kecerdasan, keluasan wawasan dan ketegasan beliau
sebagai ilmuan senior, telah memberikan bimbingan, mengarahkan dan
memotivasi bagi penulis untuk segera menyelesaikan studi disertasi ini dengan
penuh ketekunan tersendiri.
Dr. Ketut Djayastra, S.E., S.U., selaku Ko Promotor II sekaligus sebagai
Dosen Pengampu Matakuliah Penunjang Disertasi (MKPD) dengan
kepiawaiannya telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan dalam
penulisan disertasi ini, sehingga penulisan lebih bermakna yang karenanya
penulis ucapkan penghargaan tersendiri dan terima kasih dengan tulus.
Para dosen pengajar Program Doktor Ilmu Ekonomi Pascasarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu, ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus atas semua
perannya dalam memberikan pengetahuan ataupun meletakkan dasar keilmuan
secara kritis dan inovatif, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini
dengan baik.
Kepada staf Program Doktor Ilmu Ekonomi Pascasarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Ni Komang Sri Mariatini, S.E., Ni
Putu Sri Suarningsih, S.E., dan I Nyoman Suwendra, S.E., terima kasih atas
bantuan dan fasilitasinya kepada penulis selama masa perkuliahan dan
penyelesaian disertasi ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih juga kepada
rekan-rekan di IDEYANA terutama kepada Dr. Ir. Paulus K, MBA. dan Dr. Nina,
SE., MM. beserta staf Komang Arsini, atas dukungannya yang tulus.
iv
Dengan rasa hormat dan bakti serta terima kasih disampaikan kepada
Ayah tercinta Dr. Ir. Paulus Kurniawan, MBA, Ibu tercinta Dr. dr. Yustina Anie
Indriastuti, MSc, SpGK dan Mertua yang dengan penuh rasa kasih sayang telah
mendoakan dan menanamkan makna berbagi kasih dan ilmu dalam arti hidup
yang mandiri. Terima kasih penulis sampaikan secara khusus kepada istri tercinta
Marlene Agustine yang dengan sabar memberikan izin, semangat, dukungan dan
motivasi untuk menyelesaikan studi ini dan anak tercinta Marianne Sydney dan
Matthew Skyler.
Kepada rekan-rekan Angkatan VII (September 2015) Program Doktor
Ilmu Ekonomi Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana,
yang selalu memberikan dukungan dan saling memberikan semangat untuk dapat
secepatnya menyelesaikan studi.
Penulis mengucapkan terimakasih yang tulus mulia kepada semua pihak
yang telah memberi bantuan yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan dan amal perbuatan Bapak, Ibu dan Saudara sekalian
mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Akhir kata, penulis bersyukur dapat menyelesaikan disertasi ini dan
semoga karya ilmiah ini dapat memberi secercah manfaat kepada pembaca dan
perkembangan ilmu.
Denpasar, November 2017
Penulis
Cyrilus Winatama
v
ABSTRAK
Perlemahan ekonomi global yang masih berlangsung hingga saat ini
memberikan pengaruh langsung terhadap nilai impor non migas di Indonesia.
Studi ini menganalisis Bank Devisa BUMN dan Pengaruhnya terhadap Kredit
Nilai impor non migas Indonesia. Variabel analisis yang digunakan dalam studi
ini yaitu variabel independen yang terdiri dari variabel risiko kredit, risiko pasar
dan risiko likuiditas Bank Devisa BUMN di Indonesia, variabel intervening dari
Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN di Indonesia, variabel dependen
dari nilai impor non migas di Indonesia dan variabel moderasi dari inflasi dan kurs
mata uang. Studi ini didukung oleh teori perdagangan internasional, teori inflasi
dan mata uang, sistem perbankan di Indonesia dan konsep impor. Data sekunder
yang digunakan berupa data panel dari tahun 2010 sampai 2015 dari Otoritas Jasa
Keuangan Republik Indonesia. Untuk menganalisis digunakan regresi berganda
dan analisis jalur dengan menggunakan program perangkat lunak E-Views versi 9.
Analisis dari studi menghasilkan, antara lain: 1) Variabel Risiko Kredit, Risiko
Pasar dan Risiko Likuiditas secara bersama-sama, mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Agregat Nilai Kredit Impor Bank Devisa BUMN; 2) Secara
parsial Risiko Kredit mempunyai pengaruh negatif dan signifikan serta Risiko
Likuiditas mempunyai pengaruh positif dan signifikan. Sedangkan Risiko Pasar
mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Agregat Nilai Kredit
Impor Bank Devisa BUMN di Indonesia; 3) Variabel Agregat Nilai Kredit Impor
Bank Devisa BUMN di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Nilai Impor Non Migas Indonesia; 4) Variabel Agregat Nilai Kredit Impor Bank
Devisa BUMN di Indonesia memediasi pengaruh risiko kredit, risiko pasar dan
risiko likuiditas Bank Devisa BUMN di Indonesia terhadap Nilai Impor Non
Migas Indonesia; 5) Variabel Inflasi memoderasi hubungan antara Agregat Nilai
Kredit Impor Bank Devisa BUMN di Indonesia dengan Nilai Impor Non Migas;
dan 6) Variabel Kurs USD tidak memoderasi hubungan antara Agregat Nilai
Kredit Impor Bank Devisa BUMN dengan Nilai impor non migas. Hasil studi ini
merekomendasikan, antara lain: 1) Menerapkan manajemen risiko yang ketat
terhadap bank-bank devisa BUMN yang berada di Indonesia dengan pengawasan
OJK; 2) Bank Indonesia hendaknya menjaga tingkat inflasi; dan 3) Menjaga laju
impor dengan tanpa mengorbankan tingkat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan
dan berkeadilan.
Kata kunci: Agregat Nilai Kredit Impor Bank Devisa BUMN, Nilai Impor Non
Migas di Indonesia.
vi
ABSTRACT
The global economic downturn recently and still continues has a direct impact on
the non-oil and gas imports in Indonesia. This dissertation study analyzes the
effects of Indonesian state owned foreign exchange bank credits to the non-oil gas
imports in Indonesia. The analysis variables used in this study are; independent
variables consisting of credit risk, market risk and liquidity risk of state owned
foreign exchange banks in Indonesia, intervening variable from aggregate credit
value of foreign exchange banks in Indonesia, dependent variable of non-oil and
gas imports in Indonesia, and moderating variables of inflation and currency
exchange rates. This study is supported with international trade theory, inflation
and currency theories, banking system in Indonesia, and import concept. This
study utilizes secondary data in quarterly form from year 2010 until 2015, mainly
obtained from the Financial Services Authority of the Republic of Indonesia
(OJK). The analysis adopted is using multiple regression analysis and path
analysis using E-Views software version 9. The analysis results have obtained the
following: 1) The credit risk, market risk and liquidity risk variables have
simultaneously and significantly influence the aggregate import credit value of
state owned foreign exchange banks, 2) Partially the credit risk has a negative and
significant influence, the liquidity risk has a positive and significant influence,
while the market risk has a negative and insignificant influence to the aggregate
import credit value of state owned foreign exchange banks, 3) The aggregate
import credit value of state owned foreign exchange banks variable has a positive
and significant influence to the non-oil and gas imports, 4) The aggregate import
credit value of state owned foreign exchange banks variable mediates the
influence of credit risk, market risk and liquidity risk of state owned foreign
exchange banks to the non-oil and gas imports, 5) the Inflation variable moderates
the relationship between the aggregate import credit value of state owned foreign
exchange banks with the non-oil and gas imports, and 6) The exchange rate
variable do not moderate relationship between the aggregate import credit value of
state owned foreign exchange banks with the non-oil and gas imports. The
findings from this study have recommended the following: 1) Apply strict risk
management control to the state-owned foreign exchange banks in Indonesia
through OJK supervision, 2) Bank Indonesia as the central bank should maintain
the inflation, and 3) Maintain the import rate without sacrificing a sustainable
economy growth rate in Indonesia.
Keywords: Aggregate Import Credit Value of Indonesian State Owned Foreign
Exchange Banks, Non-Oil and Gas Imports in Indonesia.
vii
RINGKASAN
Perlemahan perekonomian global yang masih berlangsung hingga saat ini
memberikan pengaruh langsung terhadap nilai impor non migas di Indonesia.
Analisis Bank Devisa BUMN dan Pengaruhnya Terhadap Kredit Nilai impor non
migas Indonesia ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis pengaruh risiko-risiko
kredit, pasar dan likuiditas Bank Devisa BUMN terhadap besarnya nilai kredit
Bank Devisa BUMN di Indonesia, 2) Menganalisis nilai kredit Bank Devisa
BUMN Indonesia terhadap nilai impor non migas di Indonesia, 3) Menganalisis
nilai kredit Bank Devisa BUMN di Indonesia dalam memediasi pengaruh risiko-
risiko kredit, pasar dan likuiditas Bank Devisa BUMN di Indonesia terhadap nilai
impor non migas di Indonesia dan 4) Menganalisis variabel inflasi dan kurs USD
yang memoderasi hubungan besarnya nilai kredit Bank Devisa BUMN di
Indonesia dengan ekspor non migas di Indonesia.
Studi ini didukung dengan teori perdagangan internasional, inflasi dan kurs
mata uang, konsep sistem perbankan devisa di Indonesia. Kerangka konsep dari
studi ini menggunakan variabel-variabel independen yang terdiri dari risiko kredit,
risiko pasar dan risiko likuiditas, variabel antara yang dibangun dari nilai kredit
Bank Devisa BUMN di Indonesia, variabel dependen dari nilai nilai impor non
migas di Indonesia dan variabel moderasi dari inflasi dan kurs mata uang rupiah
terhadap USD.
Data sekunder berupa data panel, cross sectional dan runtun waktu
perolehan dari OJK dari tahun 2010 hingga 2015 digunakan dalam analisis ini.
Analisis menggunakan regresi berganda dan analisis jalur dengan perangkat lunak
E-Views versi 9.
Studi ini menghasilkan temuan antara lain 1) Variabel Risiko Kredit, Risiko
Pasar dan Risiko Likuiditas secara bersama-sama, mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN, 2) Secara
parsial Risiko Kredit mempunyai pengaruh negatif dan signifikan serta Risiko
Likuiditas mempunyai pengaruh positif dan signifikan. Sedangkan Risiko Pasar
mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Agregat Nilai kredit
impor Bank Devisa BUMN di Indonesia, 3) Variabel Agregat Nilai kredit impor
Bank Devisa BUMN di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai impor non migas Indonesia, 4) Variabel Agregat Nilai kredit impor Bank
Devisa BUMN di Indonesia memediasi pengaruh risiko kredit, risiko pasar dan
risiko likuiditas Bank Devisa BUMN di Indonesia terhadap nilai impor non migas
Indonesia, 5) Variabel Inflasi memoderasi hubungan antara Agregat Nilai kredit
impor Bank Devisa BUMN di Indonesia dengan Nilai impor non migas dan 6)
Variabel Kurs USD tidak memoderasi hubungan antara Agregat Nilai kredit
impor Bank Devisa BUMN dengan Nilai impor non migas.
Hasil studi merekomendasikan hal-hal berikut. 1) Menerapkan manajemen
risiko yang ketat terhadap bank-bank devisa BUMN yang berada di Indonesia
dengan pengawasan OJK, 2) Bank Indonesia hendaknya menjaga tingkat inflasi
dan 3) Menjaga laju impor dengan tanpa mengorbankan tingkat pertumbuhan
ekonomi berkelanjutan dan berkeadilan.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ...................................................................................... i
PRASYARAT GELAR ................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.............................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
RINGKASAN .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 31
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 32
1.4 Manfaat Studi ...................................................................... 33
1.4.1 Manfaat Praktis ....................................................... 33
1.4.2 Manfaat Teoritis ..................................................... 33
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 35
2.1 Landasan Teori ................................................................... 35
2.1.1 Teori Perdagangan Internasional ............................. 51
2.1.2 Impor ....................................................................... 51
2.1.3 Ekspor ..................................................................... 64
2.1.4 Perbankan Nasional ................................................. 66
2.1.5 Teori Nilai Tukar (Kurs) ......................................... 91
2.1.6 Inflasi ...................................................................... 98
2.1.7 Hukum Okun ........................................................... 110
2.1.8 Teori Crowding Out ................................................ 110
2.2 Penelitian Empiris di Indonesia .......................................... 112
2.3 Penelitian Empiris di Negara Lain ...................................... 115
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ......... 118
3.1 Kerangka Berpikir .............................................................. 118
3.2 Kerangka Konsep ................................................................ 120
3.3 Hubungan Antar Variabel .................................................... 121
3.3.1 Hubungan Risiko Kredit dengan Besarnya Agregat
Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN .................. 121
ix
3.3.2 Hubungan Risiko Pasar dengan Besarnya Agregat
Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN .................. 123
3.3.3 Hubungan Risiko Likuiditas dengan Besarnya
Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN .... 124
3.3.4 Hubungan Besarnya Agregat Nilai kredit impor
Bank Devisa BUMN dengan Nilai impor non
migas ........................................................................ 125
3.3.5 Inflasi Memperlemah Hubungan Agregat Nilai
kredit impor Bank Devisa BUMN Terhadap Nilai
impor non migas ...................................................... 126
3.3.6 Kurs USD Memperlemah Hubungan Besarnya
Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN
Terhadap Nilai impor non migas ............................. 127
3.4 Hipotesis .............................................................................. 129
BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 130
4.1 Desain Penelitian ................................................................. 130
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 131
4.3 Jenis dan Sumber Data ....................................................... 131
4.3.1 Jenis Data ............................................................... 131
4.3.2 Sumber Data ........................................................... 132
4.4 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................... 132
4.5 Variabel Penelitian .............................................................. 134
4.5.1 Pengertian Variabel ................................................. 134
4.5.2 Klasifikasi Variabel ................................................. 134
4.6 Teknik Analisis Data ........................................................... 135
4.6.1 Data Panel .............................................................. 136
4.6.2 Model Regresi Data Panel ....................................... 137
4.6.3 Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data
Panel ........................................................................ 140
4.6.4 Model Regresi Ganda Data Panel ............................ 142
4.6.5 Estimasi Regresi Ganda Data Panel ........................ 143
4.6.6 Uji Asumsi Klasik Regresi ..................................... 145
4.6.7 Uji Stasioneritas Data Panel .................................... 148
4.7 Pengujian Hipotesis ............................................................ 154
4.7.1 Pengujian Hipotesis, H1dan H2............................... 154
4.7.2 Analisis Jalur (Path Analysis) .................................. 155
4.7.3 Pengujian Hipotesis H4 dan H5 dengan
Variabel Moderasi ................................................... 157
BAB V HASIL DAN ANALISIS STUDI .............................................. 160
5.1 Gambaran Umum Lokasi Studi .......................................... 160
5.2 Gambaran Umum Sampel Penelitian ................................. 160
5.3 Data Studi ........................................................................... 161
5.3.1 X1: Risiko Kredit (NPL) ......................................... 161
5.3.2 X2: Risiko Pasar (NIM) ........................................... 163
5.3.3 X3: Risiko Likuiditas (LDR) ................................... 165
5.3.4 X4: Inflasi ................................................................ 168
5.3.5 X5: Kurs USD ......................................................... 170
5.3.6 Y1: Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa
BUMN ..................................................................... 170
5.3.7 Y2: Nilai impor non migas Indonesia ...................... 172
5.4 Uji Stasioneritas Data ......................................................... 173
5.4.1 Uji Stasioneritas Data X1: NPL .............................. 176
5.4.2 Uji Stasioneritas Data X2: NIM .............................. 176
5.4.3 Uji Stasioneritas Data X3: LDR .............................. 177
5.4.4 Uji Stasioneritas Data X4: Inflasi ............................ 178
5.4.5 Uji Stasioneritas Data X5: Kurs USD ..................... 178
5.4.6 Uji Stasioneritas Data Y1: Agregat Nilai kredit
impor Bank Devisa BUMN ..................................... 179
5.4.7 Uji Stasioneritas Data Y2: Nilai impor non migas .. 180
5.5 Analisis Regresi Sub Struktur-1 Pengaruh X1, X2 dan X3
terhadap Y1 ........................................................................ 180
5.5.1 Regresi Substruktur-1 Model Common Effect ........ 181
5.5.2 Regresi Substruktur-1 Model Fixed Effect .............. 182
5.5.3 Regresi Substruktur-1 Model Random Effect .......... 184
5.5.4 Uji Ketepatan Model Substruktur-1 ........................ 185
5.6 Analisis Regresi Sub Struktur-2 Pengaruh Y1,
Moderating X4 dan Moderating X5 terhadap Y2 .............. 188
5.6.1 Regresi Substruktur-2 Model Common Effect ........ 189
5.6.2 Regresi Substruktur-1 Model Fixed Effect .............. 191
5.6.3 Regresi Substruktur-1 Model Random Effect .......... 192
5.6.4 Uji Ketepatan Model Substruktur-2 ........................ 192
5.7 Analisis Jalur .................................................................... 193
5.7.1 Analisis Jalur Substruktur-1 .................................... 194
5.7.2 Analisis jalur Substruktur-2 .................................... 195
5.7.3 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total ..... 196
5.8 Pengujian Hipotesis ............................................................ 198
5.8.1 Pengujian Hipotesis H1 ........................................... 198
5.8.2 Pengujian Hipotesis H2, H3, H4 dan H5 ................ 202
BAB VI PEMBAHASAN HASIL ANALISIS ........................................ 207
6.1 Pembahasan Hasil Analisis ................................................ 207
6.2 Analisis Regresi Sub Struktur-1 ......................................... 208
6.2.1 Pengaruh Risiko Kredit (NPL) Terhadap Nilai
Kredit Ekspor ........................................................... 214
6.2.2 Pengaruh Risiko Pasar (NIM) Terhadap Nilai
Kredit Ekspor ........................................................... 215
6.2.3 Pengaruh Risiko Likuiditas (LDR) Terhadap Nilai
Kredit Ekspor ........................................................... 216
6.3 Analisis Regresi Sub Struktur-2 .............................. 218
6.3.1 Pengaruh Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa
BUMN terhadap Nilai impor non migas ................ 219
6.3.2 Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN
sebagai intervening (mediasi) pengaruh variabel
risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas
terhadap Nilai impor non migas .............................. 224
6.3.3 Pengaruh Inflasi sebagai Pemoderasi ...................... 228
6.3.4 Pengaruh Kurs USD sebagai Pemoderasi ............... 231
6.4 Analisis Jalur ...................................................................... 235
BAB VII PENUTUP ................................................................................. 237
7.1 Simpulan ............................................................................ 237
7.2 Temuan Studi ..................................................................... 238
7.3 Implikasi Teoritis dan Implikasi Praktis ............................ 241
7.3.1 Implikasi Teoritis ...................................................... 241
7.3.2 Implikasi Praktis ....................................................... 245
7.4 Limitasi Studi ..................................................................... 246
7.5 Saran Studi Mendatang ...................................................... 246
7.6 Rekomendasi ...................................................................... 248
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 250
LAMPIRAN .................................................................................................. 266
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ..................................................... 4
1.2 Komoditas Nilai impor non migas Indonesia (dalam Juta US$) ..... 7
1.3 Perkembangan Impor Indonesia 2010-2015 ..................................... 9
1.4 Tabel Kondisi Umum Perbankan 2015 ............................................. 15
1.5 Agregat Nilai kredit Impor Non Migas dari 4 Bank Devisa
BUMN Tahun 2013-2015 ................................................................. 21
2.1 Struktur Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang Tahun
2004-2014 .......................................................................................... 54
5.1 Sampel Penelitian .............................................................................. 160
5.2 Deskripsi Data NPL Triwulanan Periode 2005-2015 ....................... 162
5.3 Deskripsi Data NIM Triwulanan Periode 2005-2015 ...................... 164
5.4 Deskripsi Data LDR Triwulanan Periode 2005-2015 ....................... 167
5.5 Deskripsi Data Inflasi Triwulanan Periode 2005-2015 ..................... 169
5.6 Deskripsi Data Kurs USD Triwulanan Periode 2005-2015 .............. 170
5.7 Deskripsi Data Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN
Triwulanan Periode 2005-2015 ......................................................... 171
5.8 Deskripsi Data Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN
Triwulanan Periode 2005-2015 ......................................................... 173
5.9 Unit Root test Data NPL .................................................................... 176
5.10 Unit Root test Data NIM ................................................................... 176
5.11 Unit Root test Data LDR ................................................................... 177
5.12 Unit Root test Data Inflasi ................................................................. 178
5.13 Unit Root test Data Kurs USD .......................................................... 178
5.14 Unit Root test Data Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa
BUMN ............................................................................................... 179
5.15 Unit Root test Data Nilai impor non migas ....................................... 180
5.16 Regresi Common Effect Substruktur-1 .............................................. 182
5.17 Regresi Fixed Effect Substruktur-1 ................................................... 183
5.18 Regresi Random Effect Substruktur-1 ............................................... 184
5.19 Uji F-statistik (Chow test) Regresi Sub Struktur-1 ........................... 186
5.20 Uji LM Regresi Sub Struktur-1 ...................................................... 187
5.21 Regresi Common Effect Substruktur-2 .............................................. 190
5.22 Regresi Fixed Effect Substruktur-2 ................................................... 191
5.23 Uji F-statistik (Chow test) Regresi Sub Struktur-2 ........................... 193
5.24 Regresi Random Effect Substruktur-1 .............................................. 194
5.25 Analisis hubungan kausal terhadap Y1 ............................................. 195
5.26 Regresi Common Effect Substruktur-2 ............................................. 195
xiii
5.27 Analisis hubungan kausal terhadap Y2 ........................................... 196
5.28 Pengaruh ke Nilai impor non migas .................................................. 196
5.29 Regresi Random Effect Sub Struktur-1 ........................................... 198
5.30 Uji Multikolinearitas Sub Struktur-1 ................................................. 200
5.31 Regresi Common Effect Substruktur-2 ........................................... 203
6.1 Hasil Analisis Regresi Sub struktur-1 ............................................... 208
6.2 Hasil Analisis Regresi Substruktur-2 ................................................ 219
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Global .......................................................... 3
1.2 Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (Juta US$) ........................... 9
1.3 Nilai impor non migas Berdasarkan Jenis Barang ............................ 10
1.4 Indikator Risiko Pasar Keuangan Global .......................................... 15
1.5 Perdagangan Migas dan Non Migas Indonesia dengan Inflasi
yang Terjadi ...................................................................................... 25
1.6 Perkembangan Inflasi Tahunan (Realisasi vs Sasaran) ..................... 26
1.7 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah ......................................................... 27
1.8 Bagan Alir dalam Penelitian ............................................................. 31
2.1 Ilustrasi Munculnya Perdagangan Global ......................................... 45
2.2 Proses Importasi ................................................................................ 61
2.3 Prosedur Impor .................................................................................. 62
2.4 Model Stabilitas Perekonomian BI ................................................... 74
2.5 Pengaruh Flukstuasi Kurs Rupiah terhadap Variabel
Makroekonomi .................................................................................. 92
2.6 Kenaikan Full Employment Tercapai Dorongan Kenaikan
Permintaan Total Sepenuhnya Akan Mendorong Terjadinya
Kenaikan Harga atau Inflasi .............................................................. 102
2.7 Short-Run Phillips Curve (SRPC) ..................................................... 105
2.8 Kurva Fungsi Reaksi Kebijakan Moneter (Monetary Policy
Reaction Function/MPRF) ................................................................ 109
3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................ 119
3.2 Kerangka Konseptual Penelitian ...................................................... 120
4.1 Alur Metode Penelitian ..................................................................... 159
6.1 Faktor-Faktor Analisis Bank dalam Proses Pemberian Kredit........ . 212
6.2 Perbandingan Agregat Nilai Kredit 4 Bank Devisa BUMN, Bank
Devisa Swasta dan Nilai Impor Non Migas Indonesia Tahun
2010-2015 ......................................................................................... 221
6.3 Komposisi Ekspor Manufaktur Indonesia ......................................... 234
6.4 Diagram Jalur Full Model ................................................................. 235
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Data Penelitian .................................................................................. 266
2 Deskripsi Statistik Data Penelitian .................................................... 268
3 Uji Stationeritas Data X1: NPL ......................................................... 269
4 Uji Stationeritas Data X2: NIM ........................................................ 270
5 Uji Stationeritas Data X3: LDR ........................................................ 271
6 Uji Stationeritas Data X4: Inflasi ...................................................... 272
7 Uji Stationeritas Data X5: KURS USD ............................................. 273
8 Uji Stationeritas Data Y1: Agregat Nilai kredit impor Bank
Devisa BUMN ................................................................................... 274
9 Uji Stationeritas Data Y2: Nilai impor non migas ............................ 275
10 Regresi Sub Struktur-1: Y1_X1-X2-X3 (CE_MODEL) ................... 276
Regresi Sub Struktur-1: Y1_X1-X2-X3 (FE_MODEL) ................... 277
UJI_CHOW-Sub Struktur-1 .............................................................. 277
RE_MODEL ...................................................................................... 278
UJI_LM-Sub Struktur-1 .................................................................... 279
11 Regresi Substruktur-2 (CE- Model-(CEM)) ..................................... 280
Regresi Substruktur-2 (FE-Model_(FEM)) ....................................... 281
Uji Chow_Sub Struktur-2 .................................................................. 281
12 Analisis Jalur Struktur-1 REM .......................................................... 282
13 Analisis Jalur Struktur-2_CEM ......................................................... 285
14 Tabel Statistik F ................................................................................ 287
Tabel Statistik t .................................................................................. 287
15 Rangkuman Wawancara .................................................................. 287
16 Foto Dokumentasi Wawancara ....................................................... 290
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AD : Aggregat Demand
ADF : Augmented Dickey-Fuller
AEC : ASEAN Economic Community
AS : opAggregat Suply
AS : Amerika Serikat
ASEAN : Association of Southeast Asian Nations
Bapepam-LK : Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
BCBS : Basel Committee on Banking Supervision
BI : Bank Indonesia
BI-RTGS : Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
BIS : Bank for International Settlements
BLUE : Best Linear Unbiased Estimator
BNI : Bank Negara Indonesia
BOC : Bank Of China
BOPO : Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan
Operasional
BPS : Badan Pusat Statistik
BRI : Bank Rakyat Indonesia
BTN : Bank Tabungan Negara
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
Camels : Capital, Asset, Management, Earnings, Liquidity,
Sensitivity
CAR : Capital Adequacy Ratio
CCB : China Construction Bank
DF : Dickey-Fuller
DHE : Devisa Hasil Ekspor
DPK : Dana Pihak Ketiga
xvii
EAGLES : Earning Ability, Asset Quality, Growth, Liquidity, Equity
and Strategic
ECM : Error Component Model
ECM : Error Correction Model
EM : Emerging Market
ER : Exchange Rate
FTAA : Free Trade Area of America
GATT : General Agreement on Tariffs and Trade
GDP : Gross Domestic Product
GNP : Gross National Product
GWM : Giro Wajib Minimum
Ha : Hipotesis alternatif
HSBC : The Hongkong dan Shanghai Banking Corporation bank
Ho : Hipotesis nol
H-O : Teori Heckscher-Ohlin
ICBC : Industrial and Commercial Bank of China Ltd.
IEQ : Indonesia Economic Quarterly
IHK : Indeks Harga Konsumen
IPS : Im, Pesaran and Shin
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
IRB : The Internal Rating Based
LC : Letter of Credit
LLC : Levin, Lin and Chu
LDR : Loan to Deposit Ratio
LKNB : Lembaga Keuangan Non Bank
LM : Langrange Multiplier
LPI : Laporan Perekonomian Indonesia
LUE : Linier Unbiased Estimator
MAI : Multilateral Agreement on Invesment
MEA : Masyarakat Ekonomi ASEAN
MerCOSUR : Mercado Común del Sur
xviii
MPM : Marginal Propencity to Management
MPRF : Monetary Policy Reaction Function
NAFTA : North American Free Trade Agreement
NIM : Net Interest Margin
NPI : Neraca Pembayaran Indonesia
NPL : Non Perfomance Loan
OJK : Otoritas Jasa Keuangan
OPT : Operasi Pasar Terbuka
OLS : Ordinary Least Square
PAT : Profit After Tax
PBI : Peraturan Bank Indonesia
PDB : Produk Domestik Bruto
PEB : Pemberitahuan Ekspor Barang
PP : Phillips Perron
PPP : Purchasing Power Parity/
PT : Perseroan Terbatas
ptp : point to point
ROA : Return on Assets
RI : Republik Indonesia
RSS : Residual Sum of Square
RTE : Rincian Transaksi Ekspor
RTGS : Real Time Gross Settlement
SBI : Surat Berharga Indonesia
SBI : Sertifikat Bank Indonesia
SBN : Surat Berharga Negara
SDM : Sumber dayaManusia
SE : Surat Edaran
SEKI : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia
SSK : Stabilitas Sistem Keuangan
ULN : Utang Luar Negeri
UMKM : Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
xix
US : United State
USD : United State Dollar
UST : United State Treasury
UU : Undang-Undang
WDI : World Development Indicators
WTO : World Trade Organization
Yoy : year of year
20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara merupakan
salah satu sektor yang paling penting untuk mengukur kemajuan suatu negara.
Suatu negara dapat dikatakan maju apabila salah satunya dapat diketahui melalui
angka pencapaian pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pada umumnya apabila
angka pertumbuhan ekonomi bergerak pada arah yang positif, maka dapat
dikatakan negara tersebut maju dan begitu juga sebaliknya. Pergerakan
pertumbuhan ekonomi ke arah positif tidak selamanya menggambarkan bahwa
negara tersebut maju. Beberapa faktor lain yang memiliki pengaruh dalam
pengukuran tingkat kemajuan suatu negara seperti misalnya angka inflasi, situasi
keamanan, politik dan sebagainya. Kondisi ekonomi merupakan salah satu sektor
yang berperan penting dan berperan sebagai indikator penentu kemajuan suatu
negara.
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan semua kegiatan ekonomi
yang menyebabkan barang dan jasa dalam masyarakat bertambah dari satu
periode ke periode yang lain serta kemakmuran masyarakat meningkat. Keadaan
tersebut secara konvensional diukur sebagai tingkat persentase peningkatan
Produk Domestik Bruto (PDB) riil atau GDP riil. Tujuan yang lebih utama adalah
pertumbuhan rasio GDP penduduk (PDB perkapita) yang disebut pendapatan per
kapita. Peningkatan pendapatan perkapita tersebut, ditunjukkan oleh pertumbuhan
PDB yang lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk (Arsyad,
2010; Dodge, 2013; Kurniawan dan Budhi, 2015). Masalah pertumbuhan ekonomi
21
dapat dipandang sebagai masalah dalam makroekonomi untuk jangka panjang.
Selain itu, pertumbuhan ekonomipun dipengaruhi oleh bertambahnya investasi,
teknologi yang berkembang dan meningkatnya kesempatan kerja (Laili, 2007).
Pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan PDB
saja, jika pertumbuhan produksi barang dan jasa di dalam negeri disertai dengan
meningkatnya harga barang dan jasa (inflasi) maka pertumbuhan tersebut menjadi
tidak berarti, dimana daya beli masyarakat melemah. Selain faktor moneter ada
lagi pengaruh lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi dewasa ini yang juga
menjadi langkah umum dengan paket-paket kebijakan khusus ekonomi
pemerintah Indonesia sejak 9 September 2015 untuk menciptakan struktur
reformasi ekonomi di Indonesia. Bentuk pembaharuan ini diwujudkan dengan
adanya transisi dari ketergantungan sumber daya alam ke persaingan
internasional. Sumber daya sebuah negara dapat mengalami pertumbuhan di
antaranya angkatan kerja meningkat karena pertumbuhan penduduk atau kapital
stok fisik bertumbuh melalui net investasi. Pertumbuhan faktor ini menyebabkan
kapasitas negara untuk berproduksi sedang naik. Pertumbuhan yang terjadi ini
kemudian akan berinteraksi dengan kondisi permintaan dalam negeri dan luar
negeri menentukan efek akhir pada output, termasuk kegiatan perdagangan yaitu
ekspor dan impor dan term of trade (Dodge, 2013; Kurniawan dan Budhi, 2015).
Pertumbuhan perekonomian global saat ini menunjukkan arah masih pada
kondisi melambat baik di negara maju dan negara berkembang, seperti terlihat
pada Gambar 1.1. Pertumbuhan ekonomi negara maju dari tahun 2014 hingga
2015 stagnan dengan rata-rata 2 persen (yoy), sedangkan negara berkembang ke
arah menurun pertumbuhannya dengan rata-rata 4 persen (yoy), dan pertumbuhan
rata-rata dunia mencapai 3 persen (yoy).
22
Gambar 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Global Sumber: Bank Indonesia, 2015
Pertumbuhan ekonomi global masih ditopang ekonomi negara maju
terutama AS (mulai ada perbaikan), di tengah pertumbuhan ekonomi Eropa, China
dan Jepang yang masih lemah. Dengan semakin terintegrasinya perekonomian
global, dinamika yang terjadi di suatu negara akan berdampak langsung ataupun
tidak langsung terhadap perekonomian negara lain, salah satunya melalui jalur
perdagangan internasional. Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang
melambat terutama didorong oleh melemahnya ekonomi China sebagai salah satu
mitra dagang utamanya. Pelemahan harga komoditas global yang utamanya dipicu
oleh melemahnya permintaan dari China memberikan tekanan pada negara-negara
berkembang yang bergantung pada komoditas ekspor, seperti Indonesia.
Di negara-negara berkembang ASEAN, termasuk negara Indonesia,
pertumbuhan perdagangan ekspor dan impor memegang peranan strategis bagi
pertumbuhan ekonomi. Net export akan menambah devisa yang dibutuhkan untuk
membayar hutang luar negeri serta mengimpor bahan baku dan barang modal
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan industri dalam negeri. Ketergantungan
23
negara-negara ASEAN pada perdagangan luar negeri menandakan bahwa andalan
ekpor terutama ekspor non migas bertujuan untuk meningkatkan permintaan
agregat. Peningkatan permintaan agregat selanjutnya akan meningkatkan
pendapatan nasional, konsumsi, tabungan, investasi dan kesempatan kerja
(Sukirno, 2002; Soejoto dan Kaluge, 2005).
Setiap negara melakukan perdagangan ekspor dan impor. Kegiatan ini
didasari dengan kondisi bahwa setiap negara memiliki karakteristik sumber daya
masing-masing dan tentunya karakteristik tersebut berbeda antara satu negara
dengan negara lainnya. Untuk melengkapi dan mengisi perbedaan karakteristik
tersebutlah, kegiatan ekspor dan impor dilakukan. Baik secara langsung dan tidak
langsung kegiatan ekspor dan impor mempunyai andil yang penting dalam
memacu pertumbuhan ekonomi setiap negara. Berdasarkan data Kementerian
Perdagangan pada Tabel 1.1, pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2012
hingga 2015 menunjukkan perlambatan yang salah satunya didorong oleh
perlambatan indikator ekspor dan impor sebagai dampak dari perkembangan
kondisi perekonomian global yang kurang kondusif. Pertumbuhan ekspor dan
impor pada tahun 2015 menurun hingga -1.87 persen dan -5,84 persen.
Tabel 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Komponen PDB 2012 2013 2014* 2015**
Konsumsi RT 5,49 5,43 5,16 4,96
Konsumsi LNPRT 6,68 8,18 12,19 -0,63
Konsumsi Pemerintah 4,53 6,75 1,16 5,38
PMTB 9,13 5,01 4,57 5,07
Bangunan 8,13 6,74 5,52 6,23
Nonbangunan 11,73 0,63 2,03 1,87
Ekspor 1,61 4,17 1,00 -1,87
Impor 8,00 1,86 2,19 -5,84
PDB 6,03 5,56 5,02 4,79
*Angka sementara ** Angka sangat sementara Persen, yoy
Sumber: Bank Indonesia, 2015
24
Ekonomi Indonesia di kuartal kedua tahun 2016 (April-Juni 2016)
meningkat lebih dari yang diharapkan, didorong oleh belanja konsumen dan
belanja negara. Badan Pusat Statistik mencatat kuartal kedua tahun ini tumbuh
5,18 persen dibanding tahun 2015. Hasil ini di atas prediksi 5 persen serta
pertumbuhan kuartal pertama tahun ini sebesar 4,92 persen (www.bbc.com,
www.bi.go.id).
Indonesia termasuk salah satu negara berkembang, yang selalu
menghadapi masalah ekonomi yang sama. Kemiskinan merupakan faktor utama
masalah Indonesia, jumlah pengangguran yang semakin meningkat, tingkat
kecerdasan masyarakat yang masih rendah dan distribusi pendapatan yang tidak
merata. Kekurangan modal adalah satu ciri setiap negara yang sedang mengalami
proses pembangunan ekonomi. Kekurangan modal ini tidak hanya menghambat
percepatan pembangunan, tetapi juga menyulitkan negara tersebut keluar dari
kemiskinan. Hal ini disebabkan tingkat tabungan dan tingkat pembentukan modal
yang rendah. Untuk mengatasi kekurangan modal, pemerintah menarik investor,
baik dari dalam ataupun luar negeri. Hingga saat ini negara Indonesia yang
merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki Utang Luar Negeri
(ULN) pada akhir triwulan I 2016 tercatat sebesar USD316,0 miliar atau tumbuh
5,7 persen (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan ULN pada akhir
triwulan IV 2015. Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada triwulan
I 2016 masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap
perekonomian nasional. Utang ini dipergunakan sebagai kapital untuk
kelangsungan jalannya perekonomian dalam pemerintahan. Sedangkan utang luar
25
negeri kelompok swasta mencapai 163,6 miliar USD atau 52,1 persen di antara
total utang luar negeri Indonesia (www.bi.go.id, http://news.detakriaunew.com).
Masalah lain yang dihadapi negara berkembang dalam melaksanakan
pembangunan ekonomi adalah masalah pemerataan pendapatan. Contohnya di
Indonesia, perekonomian terkonsentrasi di kota-kota besar, terutama di Pulau
Jawa. Sementara itu, dilihat dari hak penguasaan sektor industri, perekonomian
didominasi oleh sekelompok perusahaan korporasi. Hal ini disebabkan sistem
perekonomian yang terlalu terpusat sehingga potensi daerah kurang diperhatikan.
Suatu negara akan membutuhkan komoditi yang tidak tersedia di
negaranya tetapi tersedia di negara lain (karena sumber daya yang berbeda-beda),
maka negara tersebut akan melakukan perdagangan atau pertukaran komoditi
dengan negara lain. Impor diperlukan untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan
tersebut, untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya, untuk mendukung produksi
dalam negeri, memacu kegiatan ekonomi untuk peningkatan pendapatan (PDB)
dan pertumbuhan ekonomi, dan pada akhirnya mencapai sasaran dari
pembangunan yaitu kemajuan masyarakat.
Tabel 1.2 menunjukkan komoditas nilai impor non migas Indonesia dari
tahun 2011 hingga 2015, dimana Indonesia masih sangat mengandalkan impor
untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa hingga saat ini. Pada kenyataanya
untuk kebutuhan barang konsumsi, hasil produksi domestik tidak mampu untuk
menutupi besarnya konsumsi masyarakat atau tidak dapat dihasilkan di dalam
negeri. Bahkan ini terjadi pada kebutuhan pokok seperti beras, daging, kedelai,
susu, gula, dan lain-lain.
26
Tabel 1.2
Komoditas Nilai Impor Non Migas Indonesia (dalam Juta US$)
Sumber: BPS, 2016
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015
1 MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK 24.728,0 28.428,0 27.290,0 25.834,0 22.376,0
2 MESIN/PERALATAN LISTRIK 18.245,0 18.904,0 18.201,0 17.226,0 15.518,0
3 PLASTIK DAN BARANG DARI PLASTIK 6.687,0 7.126,0 7.774,0 7.920,0 6.920,0
4 BESI DAN BAJA 8.580,0 10.138,0 9.553,0 8.354,0 6.316,0
5 BAHAN KIMIA ORGANIK 6.634,0 6.896,0 7.041,0 7.096,0 5.727,0
6 KENDARAAN DAN BAGIANNYA 7.602,0 9.756,0 7.914,0 6.253,0 5.343,0
7 BENDA-BENDA DARI BESI DAN BAJA 3.573,0 4.889,0 4.747,0 4.292,0 3.716,0
8 GANDUM-GANDUMAN 4.753,0 3.714,0 3.621,0 3.605,0 3.156,0
9 AMPAS/SISA INDUSTRI MAKANAN 2.219,0 2.798,0 3.042,0 3.273,0 2.734,0
10 KAPAS 3.169,0 2.513,0 2.554,0 2.499,0 2.124,0
11 PUPUK 2.587,0 2.619,0 1.747,0 1.822,0 2.011,0
12 PERANGKAT OPTIK 1.812,0 2.168,0 2.353,0 2.070,0 1.922,0
13 BERBAGAI PRODUK KIMIA 1.697,0 1.803,0 2.103,0 2.074,0 1.886,0
14 KARET DAN BARANG DARI KARET 2.346,0 2.624,0 2.212,0 2.005,0 1.685,0
15 BAHAN KIMIA ANORGANIK 1.820,0 2.246,0 1.914,0 1.817,0 1.605,0
16 GULA DAN KEMBANG GULA 1.900,0 1.884,0 1.983,0 1.567,0 1.498,0
17 ALUMINIUM 1.895,0 1.916,0 1.777,0 1.656,0 1.468,0
18 KAIN RAJUTAN 1.265,0 1.293,0 1.336,0 1.352,0 1.365,0
19 KERTAS/KARTON 1.369,0 1.357,0 1.381,0 1.367,0 1.311,0
20 BIJI-BIJIAN BERMINYAK 1.550,0 1.481,0 1.482,0 1.503,0 1.291,0
21 TEMBAGA 1.375,0 1.536,0 1.305,0 1.373,0 1.286,0
22 BUBUR KAYU/PULP 1.800,0 1.551,0 1.733,0 1.749,0 1.282,0
23 FILAMEN BUATAN 1.197,0 1.185,0 1.217,0 1.316,0 1.277,0
24 SERAT STAFEL BUATAN 1.179,0 1.322,0 1.352,0 1.366,0 1.264,0
25 SARI BAHAN SAMAK & CELUP 1.205,0 1.302,0 1.374,0 1.368,0 1.241,0
26 KAPAL LAUT 1.945,0 1.807,0 1.131,0 1.212,0 1.107,0
27 GARAM, BELERANG, KAPUR 938,0 1.099,0 1.083,0 1.127,0 1.030,0
28 MINYAK ATSIRI, KOSMETIK WANGI-WANGIAN 752,0 861,0 1.101,0 1.027,0 962,0
29 SUSU, MENTEGA, TELUR 1.162,0 1.121,0 1.337,0 1.374,0 911,0
30 KAPAL TERBANG DAN BAGIANNYA 3.420,0 4.494,0 1.530,0 580,0 784,0
31 PERHIAASAN/PERMATA 153,0 113,0 95,0 87,0 765,0
32 PRODUK INDUSTRI FARMASI 521,0 565,0 626,0 692,0 727,0
33 BERBAGAI MAKANAN OLAHAN 643,0 662,0 750,0 697,0 680,0
34 BUAH-BUAHAN 829,0 848,0 667,0 789,0 666,0
35 PERABOT, PENERANGAN RUMAH 466,0 579,0 656,0 626,0 622,0
36 SAYURAN 599,0 503,0 640,0 644,0 558,0
37 BINATANG HIDUP 328,0 286,0 342,0 682,0 553,0
38 BERBAGAI BARANG LOGAM DASAR 579,0 671,0 683,0 619,0 533,0
39 KAIN DITENUN BERLAPIS 528,0 586,0 617,0 612,0 532,0
40 SABUN DAN PREPARAT PEMBERSIH 526,0 581,0 552,0 567,0 493,0
41 JANGAT DAN KULIT MERAH 459,0 408,0 427,0 519,0 478,0
42 PERKAKAS, PERANGKAT POTONG 526,0 601,0 512,0 464,0 462,0
43 TEMBAKAU 591,0 765,0 723,0 671,0 458,0
44 KAPAS GUMPALAN, TALI 303,0 353,0 376,0 431,0 457,0
45 BIJIH, KERAK, DAN ABU LOGAM 559,0 355,0 490,0 446,0 447,0
46 BAHAN BAKAR MINERAL 138,0 199,0 278,0 487,0 436,0
47 HASIL PENGGILINGAN 616,0 645,0 292,0 349,0 435,0
48 PEREKAT, ENZIM 401,0 442,0 469,0 458,0 426,0
49 ALAS KAKI 352,0 387,0 434,0 408,0 418,0
50 BERBAGAI BARANG BUATAN PABRIK 370,0 367,0 395,0 383,0 372,0
LAINNYA 7.817,0 8.353,0 8.128,0 7.985,0 6.424,0
NON MIGAS 136.734,0 149.125,0 141.362,0 134.718,0 118.082,0
27
Dengan adanya impor, Indonesa mendapat kesempatan untuk
mendapatkan barang-barang modal, baik yang berupa mesin-mesin ataupun bahan
baku yang diperlukan untuk kegiatan industri, termasuk industri untuk keperluan
ekspor. Hal ini karena tingkat sumber daya manusia Indonesia yang masih rendah
dan kurangnya teknologi untuk memproduksinya produksi bahan baku tersebut.
Barang-barang modal usaha seperti teknologi, elektronik, pesawat terbang, mesin-
mesin, dan lain-lain, Indonesia masih sangat bergantung dari impor. Dengan
adanya impor memungkinkan terjadinya alih teknologi dan untuk pemenuhan
barang dan jasa yang diperlukan di suatu negara. Secara bertahap tentunya
Indonesia diharapkan mampu mengembangkan teknologi modern untuk
mengurangi ketergantungan akan impor dan ketertinggalan dengan negara maju.
Di tengah melambatnya perekonomian global dan rendahnya harga
komoditas global berdampak pada perlambatan perekonomian domestik. Kinerja
impor Indonesia mengalami perlambatan yang cukup signifikan dari tahun 2011
hingga tahun 2015 ini seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2, karena struktur
ekspor yang masih didominasi oleh produk komoditas. Pelemahan rupiah yang
terjadi saat ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk ekspor, tetapi
tidak demikian karena permintaan diluar juga turun. Hal ini dibebani juga
kandungan impor pada produk manufaktur ekspor Indonesia masih tinggi
sehingga menjadi mahal dan tidak bersaing.
28
Gambar 1.2
Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (Juta US$)
Sumber: Kementerian Perdagangan, 2015
Penurunan kinerja ekspor dapat memberi dampak negatif pada PDB nasional,
yang pada akhirnya dapat melemahkan daya beli masyarakat untuk barang impor.
Di tengah pelemahan ekspor, nilai impor non migas terkontraksi lebih
dalam sehingga surplus neraca perdagangan non migas meningkat. Penurunan
nilai impor non migas terjadi di seluruh kelompok barang, baik konsumsi, bahan
baku ataupun barang modal seperti terlihat pada Tabel 1.3 dan Gambar 1.3.
Tabel 1.3
Perkembangan Impor Indonesia 2010-2015
IMPOR (juta US$)
TAHUN
TOTAL
KELOMPOK
Consumption
Goods
Raw Material
Support
Capital
Goods
2010 135.606,10 9.991,90 98.727,70 26.915,90
2011 177.435,70 13.392,90 130.934,40 33.108,40
2012 191.691,00 13.408,60 141.127,50 38.154,90
2013 186.631,30 13.138,90 141.957,80 31.532,00
2014 178.178,80 12.667,20 136.209,10 29.303,00
2015 142.694,80 10.873,50 107.123,60 24.742,50
Sumber: Kementerian Perdagangan, 2016
29
Total nilai impor non migas Indonesia pada seluruh kelompok barang baik
barang konsumsi (consumption goods), bahan baku (raw material support) dan
barang modal (capital goods), secara total menunjukkan penurunan 25,5 persen
dari tahun 2012 sebesar US$191.691.000 hingga tahun 2015 sebesar
US$142.694.800. Penurunan impor barang konsumsi dipengaruhi oleh penurunan
permintaan domestik sejalan dengan penurunan konsumsi rumah tangga.
Selanjutnya penurunan konsumsi tersebut diikuti pula oleh penurunan tingkat
penjualan di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi sehingga menyebabkan
turunnya permintaan investasi dan modal kerja. Penurunan investasi tersebut pada
akhirnya berdampak pada penurunan impor, khususnya impor bahan baku dan
barang modal. Penurunan nilai impor non migas lebih lanjut didorong oleh
pelemahan nilai tukar rupiah saat ini yang mengakibatkan harga barang impor
menjadi mahal.
60
50
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
-40
-50
2012
I II III IV
2013
I II III IV
2014
I II III IV
2015
I II III IV
Impor Barang Modal
Impor Barang KonsumsiImpor Bahan Baku
Total Impor
Gambar 1.3
Nilai Impor Non Migas Indonesia Berdasarkan Jenis Barang
Sumber: Bank Indonesia, 2015
30
Impor tumbuh terbatas dengan merespon penurunan kinerja ekspor dan
melambatnya permintaan domestik. Terbatasnya pertumbuhan impor ini sejalan
dengan upaya stabilisasi Bank Indonesia dan pemerintah dalam mengendalikan
defisit transaksi berjalan. Dilihat dari komponennya, impor barang modal tumbuh
negatif sepanjang tahun 2015 seiring terbatasnya investasi non bangunan.
Sementara, melemahnya konsumsi rumah tangga berdampak pada menurunnya
impor barang konsumsi (Bank Indonesia, 2015).
Bagi eksportir ataupun importir, bank devisa merupakan lembaga
keuangan yang sangat diperlukan para importir sebagai pemberi pinjaman dan
sebagai perantara dalam mengadakan penagihan kepada debitur di luar negeri
dalam menjalankan tugasnya, diawasi oleh Badan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Bagi pengirim atau penjual barang harus terlebih dulu ada jaminan pembayaran
terhadap barang yang akan dijualnya. Tanpa jaminan dari pihak pembeli
(importir) tidak mungkin penjual berani melepas barang dagangannya. Begitu
pula bagi pihak pembeli perlu ada jaminan untuk memperoleh barang dengan
disertai jumlah dan kualitas yang diinginkannya. Oleh karena itu untuk
menjembatani keinginan, baik pihak pembeli (importir) ataupun pihak penjual
(eksportir) maka perlu digunakan sarana pembayaran yang saling menguntungkan.
Sarana pembayaran ini akan menjamin pembayaran yang diinginkan penjual
dengan mengirim barangnya.
Sistem pembayaran internasional dapat dilakukan tanpa dan atau dengan
jaminan bank devisa. Pada sistem pembayaran internasional tanpa jaminan bank,
fungsi bank di sini hanya sebagai pihak yang diberi kuasa, bukan sebagai
31
penjamin. Dalam sistem pembayaran atas barang dan jasa tersebut, bank devisa
hanya berfungsi sebagai perantara bagi para pihak (penjual dan pembeli) tanpa
memberikan jaminan. Sedangkan pada sistem pembayaran dengan jaminan bank,
maka bank memegang peran dan tanggung jawab yang sangat penting, yaitu
sebagai pihak yang memberikan jaminan. Jaminan itu berupa instrumen yang
disebut letter of credit (L/C). Sebutan lainnya adalah documentary credit. Dalam
bahasa Indonesia berarti kredit berdokumen. L/C adalah suatu janji atau komitmen
untuk membayar (credit) yang dilakukan bank atas dasar permintaan dari pembeli
(applicant) kepada penjual (beneficiary) melalui perantara bank pihak penjual.
Negara berkembang seperti Indonesia bank mempunyai peranan yang
cenderung lebih penting dalam pembangunan, karena bukan hanya sebagai
sumber pembiayaan tetapi juga mampu mempengaruhi siklus usaha dalam
perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan bank lebih superior
dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya dalam menghadapi informasi
yang asimetris dan mahalnya biaya dalam melakukan fungsi intermediasi. Secara
alami bank mampu melakukan kesepakatan dengan berbagai tipe peminjam
(Alamsyah dkk., 2005).
Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80 persen-90
persen dari seluruh dana yang dikelola oleh bank dan kegiatan perkreditan
mencapai 70-80 persen dari total aktiva bank. Bila memperhatikan neraca bank
akan terlihat bahwa sisi aktiva didominasi oleh besarnya kredit yang diberikan dan
bila memperhatikan laporan laba rugi bank akan terlihat bahwa sisi pendapatan
didominasi oleh besarnya pendapatan dari bunga dan provisi kredit. Hal ini
32
dikarenakan aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung
ataupun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan (Nurmawan, 2005;
Dendawijaya, 2005).
Menurut Siamat (2005), salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank
dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi
antara unit surplus dengan unit defisit dan sumber utama dana bank berasal dari
masyarakat sehingga secara moral bank harus menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit. Sumber pembiayaan dunia usaha termasuk
importer di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan yang
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pemberian
kredit oleh bank harus dikawal dengan manajemen risiko yang ketat Kemampuan
dan kemandirian para importir di Indonesia sangat lemah, dimana sebagian besar
para importir sangat memerlukan modal sebagai penggerak kegiatan impor yang
merupakan faktor penghambat paling besar dalam melakukan proses transaksi di
samping penjaminan atas barang dan jasa yang dibeli. Karenanya, bank devisa
sangat menentukan untuk dapat terjadinya proses impor barang dan jasa, dimana
khususnya hanya 4 (empat) Bank Devisa BUMN sebagai bank devisa yang dapat
melakukan transaksi dengan mata uang asing (Bank Indonesia, 2014,
InfoBankNews.com, 2007).
Seluruh lembaga perbankan dalam melakukan kegiatannya menghadapi
berbagai kemungkinan, dimana kegiatan yang dilakukan tersebut dapat
berdampak negatif atau tidak seperti yang diharapkan, dengan kata lain perbankan
harus menghadapi berbagai risiko sehubungan dengan kegiatan yang
33
dilakukannya, dimana risiko-risiko tersebut digolongkan sesuai dengan
hakekatnya masing-masing. Basel Accord mengklasifikasikan risiko sebagai
berikut. 1) Risiko pasar, 2) Risiko kredit, 3) Risiko operasional, 4) Risiko lainnya,
risiko usaha, risiko strategis dan risiko reputasi. Menurut UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998
Pasal 1 Ayat (2), dimana bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya
bank sangat tergantung pada risiko kredit, dimana komponen pinjaman yang
diberikan merupakan pos aktiva yang terbesar pada neraca bank. Pengelolaan
risiko kredit merupakan bagian integral dari manajemen risiko perusahaan
termasuk bank. Risiko-risiko yang terkait dengan aktivitas bisnis harus
diidentifikasi, diukur, dinilai, dimitigasi dan dikendalikan oleh pengurus bank
(Bank Indonesia, 2014).
Indikator risiko pasar keuangan menunjukkan perlemahan dengan risiko
memburuk seperti terlihat pada Gambar 1.4. Di tengah ketidakpastian ekonomi
global saat ini dan perlambatan ekonomi domestik, Stabilitas Sistem Keuangan
(SSK) pada tahun 2014 tetap terkendali, sejalan dengan kebijakan makro
prudensial yang ditempuh Bank Indonesia.
34
Gambar 1.4
Indikator Risiko Pasar Keuangan Global
Sumber: Bank Indonesia, 2014
Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas
dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Perkembangan
tersebut tercermin dari indeks SSK yang membaik menjadi 0,7 dibandingkan
dengan tahun 2013 yang sebesar 1,1.
Tabel 1.4
Tabel Kondisi Umum Perbankan 2015
Indikator
Utama
2015
Jan Feb Mar Apr Nov
Total aset (TRp) 5.622,0 5.683,2 5.784,0 5.792,7 6.022,9
DPK (TRp) 4.105,9 4.151,4 4.198,6 4.217,6 4.367,0
Kredit* (TRp) 3.634,3 3.665,7 3.679,9 3.711,6 3.950,7
LDR* (%) 88,52 88,30 87,65 88,0 90,47
NPLs Bruto* (%) 2,35 2,43 2,40 2,48 2,66
CAR (%) 20,84 21,.9 20,73 20,54 21,12
NIM (%) 4,1 4,0 5,1 5,1 5,2
ROA (%) 2,7 2,4 2,6 2,5 2,3
Sumber: Bank Indonesia, 2015
35
Kondisi umum perbankan pada saat ini (Tabel 1.4), risiko-risikonya tetap
terjaga di tengah kinerja ekonomi domestik yang termoderasi dan ekonomi global
yang kurang kondusif. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL)
sedikit meningkat dibandingkan dengan akhir tahun 2013, namun masih berada
pada level yang rendah pada kisaran 2,66 persen pada November 2015. Meskipun
sempat meningkat, tekanan likuiditas perbankan menurun sejalan dengan
efektifitas kebijakan Giro Wajib Minimum-Loan to Deposit Ratio (GWM-LDR)
dan ekspansi operasi keuangan pemerintah. Sementara itu, terjaganya risiko pasar
tercermin dari kenaikan suku bunga simpanan dan kredit yang relatif terbatas,
dampak depresiasi nilai tukar rupiah terhadap neraca perbankan yang terkendali
dan harga Surat Berharga Negara (SBN) yang meningkat. Dari sisi permodalan,
rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) mencapai 21,12 persen
pada November 2015, jauh di atas ketentuan minimum 8 persen, sebagai cerminan
daya tahan perbankan yang relatif kuat.
Kinerja perbankan pada umumnya diukur melalui risiko, yaitu risiko kredit
(NPL), risiko pasar (NIM) dan risiko likuiditas (LDR), dimana rata-rata NPL per
November 2015 mencapai 2,66 persen yang masih di bawah acuan standar 5
persen dari Bank Indonesia. NIM rata-rata mencapai 5,2 persen per November
2015 yang menunjukkan lebih rendah dari acuan standar lebih besar 6 persen dari
Bank Indonesia. LDR rata-rata mencapai 90,47 persen per November 2015 yang
menunjukkan batas di atas ideal dari acuan standar berkisar 75-80 persen dan
maksimum 110 persen dari Bank Indonesia.
36
Pengelolaan risiko-risiko tersebut ditunjukan untuk meminimalkan
kemungkinan kerugian dan potensi yang mengancam reputasi bank. Dengan
semakin meningkatnya risiko kredit yang dihadapi, maka bank harus memiliki
sarana yang memadai untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan
mengendalikan risiko kredit serta menentukan bahwa semua risiko yang ada telah
diperhitungkan dengan baik yang pada akhirnya mengalokasikan modal yang
memadai untuk menutup risiko ini. Risiko kredit merupakan risiko terbesar yang
dihadapi perbankan, karena sebagian besar struktur aset yang dimiliki perbankan
dalam neracanya adalah berbentuk kredit. Dengan demikian menjadi hal yang
sangat penting untuk mengukur seberapa besar nilai risiko yang terkandung dalam
suatu pemberian kredit. Seberapa besar tingkat akurasi risiko kredit sangat
tergantung pada pemilihan metodologi yang paling sesuai dengan karakteristik
dan kompleksitas kredit yang disalurkan bank. Sebagai lembaga kepercayaan
masyarakat yang mengemban fungsi intermediasi, perbankan dihadapkan pada
berbagai risiko usaha yang harus dikelola sehingga dapat meminimalisir potensi
kerugian. Salah satu risiko yang krusial adalah risiko likuiditas. Untuk itu bank
harus memiliki suatu kebijakan dan praktek manajemen risiko likuiditas yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor serta mengendalikan
risiko likuiditas sehingga dapat meminimalisir dampaknya pada tingkat yang
dapat ditoleransi (risk tolerance).
37
Mencermati dari sisi mikro, meningkatnya persaingan untuk memperoleh
dana nasabah, semakin berkembangnya produk-produk pendanaan dari pasar
modal dan kemajuan teknologi telah mengubah cara bank memperoleh pendanaan
dan mengelola risiko likuiditas. Di samping itu, konsentrasi likuiditas pada
produk-produk terstruktur (structured product) tertentu dan pasar antar bank, serta
meningkatnya probabilitas komitmen pada off balance sheet menjadi pos-pos
pada neraca telah memicu masalah likuditas pendanaan dan intervensi oleh bank
sentral. Permasalahan likuiditas suatu bank dapat memiliki dampak terhadap
industri perbankan dan keuangan secara keseluruhan (contagion effect). Untuk
melindungi bank dari risiko terjadinya kerugian maka bank harus mengalokasi
modal dalam risiko pasar. Setiap jenis risiko yang melekat pada setiap transaksi
yang mengandung risiko pasar harus dapat diidentifikasikan sebagai dasar untuk
memastikan bahwa pengukuran risiko pasar dapat dilakukan secara akurat. Setiap
jenis transaksi harus dianalisis dan dicermati, karena satu transaksi dapat
menyebabkan lebih dari satu jenis risiko yang akan mempengaruhi besarnya risiko
yang dihadapi. Jenis risiko pasar secara umum dapat dikelompokkan atas: risiko
suku bunga, risiko nilai tukar, risiko posisi ekuitas dan risiko komoditas.
Bank memainkan peran penting dalam operasional suatu usaha ekonomi.
Dengan demikian, pemahaman tentang faktor-faktor penentu profitabilitas bank
adalah penting untuk sarana stabilitas ekonomi. Dalam literatur-literatur
perbankan, faktor-faktor penentu profitabilitas secara empiris banyak dieksplorasi
meskipun definisi profitabilitas bervariasi di antara banyak studi. Sebagian besar
38
studi perbankan menggunakan rasio modal, ketentuan pinjaman-rugi NPL (Non
Perfomance Loan) dan kontrol biaya impor merupakan faktor dalam mencapai
profitabilitas yang tinggi. Pentingnya profitabilitas perbankan dapat dipisahkan
menjadi dua kategori, yaitu dari sudut pandang internal (mikroekonomi) dan
eksternal (industri tertentu dan makroekonomi).
Secara internal, keuntungan dianggap sebagai bagian penting untuk
melakukan bisnis. Tanpa keuntungan tersebut, akan sulit bagi perusahaan untuk
menarik modal dari luar dan mengembangkan usahanya. Bank dengan nilai
keuntungan yang baik mampu meningkatkan kepercayaan stakeholder, pemegang
saham berjangka dan deposan serta tetap kompetitif di pasar keuangan. Faktor
eksternal adalah di luar kendali manajemen bank. Oleh karena itu yang penting
adalah pihak bank memiliki informasi lengkap secara ekonomis dan lembaga
perbankan yang stabil serta menguntungkan sehingga dapat berperan menghadapi
setiap guncangan ekonomi negatif dan berkontribusi terhadap stabilitas ekonomi
(Gitman, 2007; Aburime, 2008).
Peranan pengawasan terhadap kinerja perbankan di Indonesia diawasi
secara langsung oleh OJK berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011 (BI, 2014). Bagi
importir, bank devisa merupakan lembaga dengan siapa bank dapat menjual-
belikan surat wesel luar negeri dan menggunakannya hanya sebagai perantara
dalam mengadakan penagihan kepada debitur di luar negeri. Pada umumnya para
importir dan juga pemerintah negara pengekspor hampir senantiasa menghendaki
untuk menggunakan hard currenccy atau mata uang kuat (seperti mata uang USD)
39
dalam mengadakan perjanjian jual-beli dengan para pembeli di luar negeri dan
bukannya soft currenccy atau mata uang lemah. Oleh karena bank-bank devisa
menjual-belikan surat wesel luar negeri dimana bank-bank devisa tersebut pada
umumnya mempunyai rekening pada bank-bank di berbagai negara. Bagi
pengekspor barang dari luar negeri, meminta bank yang dimiliki oleh pemerintah
Republik Indonesia yang pada umumnya dapat dipergunakan dan diminati dalam
transaksi pembukaan L/C. Hal ini terjadi semenjak Indonesia menghadapi krisis
pada tahun 1998 dan tahun 2008 dimana hanya Bank Devisa BUMN (Badan
Usaha Milik Pemerintah) saja yang dipercaya atau dapat dipergunakan.
Perkembangan Agregat Nilai kredit impor non migas yang telah diberikan
oleh Bank Devisa BUMN secara agregat dari tahun 2013 hingga 2015 di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.5. Berdasarkan Agregat Nilai kredit impor
non migas yang telah diberikan pada tahun 2014 secara agregat oleh 4 (empat)
Bank Devisa BUMN (Bank Mandiri Tbk., Bank BNI 46 Tbk., Bank Rakyat
Indonesia Tbk. dan Bank Tabungan Negara Tbk.) pada kuartal pertama sebesar
44.579.951 juta rupiah dan pada akhir tahun 2015 kuartal empat menurun hingga
5.976.403 juta rupiah (OJK, 2016). Hal ini sejalan dengan tren penurunan nilai
impor non migas Indonesia beberapa tahun akhir ini akibat dari efek perlambatan
ekonomi global dan domestik serta kebijakan untuk menjaga keseimbangan
Neraca Perdagangan.
40
Tabel 1.5
Agregat Nilai Kredit Impor Non Migas dari 4 Bank Devisa BUMN
Tahun 2013-2015
Sumber: OJK, 2016
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang suatu negara
untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh
atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat mengatur standar bunga pinjaman,
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
TAHUN DATA BULAN DATA KREDIT IMPOR TRIWULANAN
Januari 5.714.450
Februari 6.507.657
Maret 5.511.511
April 5.663.406
Mei 14.437.618
Juni 16.326.084
Juli 17.921.363
Agustus 19.858.502
September 21.039.591
Oktober 22.828.822
November 17.832.001
Desember 19.477.423
Januari 16.808.374
Februari 14.809.523
Maret 12.962.054
April 12.020.210
Mei 10.936.039
Juni 10.183.749
Juli 9.948.046
Agustus 2.211.279
September 2.047.130
Oktober 2.012.826
November 1.978.331
Desember 1.995.260
Januari 2.163.198
Februari 2.266.223
Maret 2.199.968
April 2.008.122
Mei 2.558.485
Juni 2.357.627
Juli 2.227.341
Agustus 2.080.443
September 2.093.298
Oktober 1.926.557
November 2.033.312
Desember 2.016.533
5.986.418
6.629.389
6.924.235
6.401.081
5.976.403
2013
2014
2015
17.733.318
36.427.108
58.820.155
60.138.246
44.579.951
33.139.998
14.206.455
41
"margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak
sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi
dengan pemerintah lain. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu
kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan
keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya
tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang.
Instrumen akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara
kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang
rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku
bunga kebijakan BI (Bank Indonesia) Rate sebagai instrumen kebijakan utama
untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir
pencapaian inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai
dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat komplek dan memerlukan
waktu (time lag).
Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi
tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter.
Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-
perubahan instrumen moneter dan target operasional yang mempengaruhi
berbagai variabel ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan
akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral,
42
perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate
mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, di antaranya jalur suku bunga, jalur
nilai tukar, jalur harga aset, jalur ekspektasi dan jalur kredit.
Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang
mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang
ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi.
Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga
permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat.
Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan
untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan
investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila
tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan
suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat
sehingga mengurangi tekanan inflasi. Kebijakan moneter diartikan sebagai
kebijakan yang diambil oleh bank sentral atau Bank Indonesia dengan tujuan
memelihara dan mencapai stabilitas nilai mata uang yang dapat dilakukan antara
lain dengan pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan penetapan
suku bunga.
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.
Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate akan mendorong
kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri.
Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk
43
menanamkan modal ke dalam instrumen-instrumen keuangan di Indonesia seperti
SBI karena akan diperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal
masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar rupiah.
Apresiasi rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang
ekspor Indonesia di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif
sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini
akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan
perekonomian.
Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro
melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset
seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan
perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan untuk melakukan
kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi (Kementerian Perdagangan,
2014; Bank Indonesia, 2014a).
Pemulihan keseimbangan eksternal terus berlanjut, tercermin dari kinerja
neraca perdagangan yang membaik pada Oktober 2014. Neraca perdagangan
Indonesia mencatat surplus 0,02 miliar dolar AS pada Oktober 2014 setelah pada
bulan sebelumnya mengalami defisit sebesar 0,26 miliar dolar AS. Kinerja positif
tersebut terutama didukung oleh surplus neraca perdagangan non migas yang
meningkat dari 0,77 miliar dolar AS pada September menjadi 1,13 miliar pada
Oktober. Tekanan kepada Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada 2013 juga
menurun dan diikuti oleh meredanya pelemahan nilai tukar rupiah. Perbaikan NPI
44
dipengaruhi defisit transaksi berjalan yang menurun signifikan menjadi 2,0 persen
dari PDB (Badan Pusat Statistik, 2013: Berita Resmi Statistik, No 17/03/Tahun
XVI; LPI, 2015).
Gambar 1.5
Perdagangan Migas dan Non migas Indonesia dengan Inflasi yang terjadi Sumber: BPS, 2013
Perkembangan inflasi dan impor dapat dilihat pada Gambar 1.5, dimana
sejak tahun 2011 aktivitas impor menurun seiring dengan penurunan inflasi
sebesar 6,96 persen dan pada tahun 2013 inflasi mencapai 4,5 persen. Inflasi
sangat berpengaruh pada transaksi impor barang dan jasa dimana secara umum
harga barang impor naik di domestik dan berimbas transaksi barang impor akan
menurun. Namun, transaksi impor akan tetap dilakukan apabila barang jasa sangat
diperlukan atau mempengaruhi kehidupan masyarakat banyak, seperti contoh
impor bahan pangan beras, kedelai dan jagung untuk menutupi kelangkaan barang
di domestik. Pemerintah Indonesia telah berusaha menekan inflasi dengan salah
satu cara menetapkan sasaran inflasi sehingga inflasi relatif dapat terkendali.
Inflasi 11,06 Inflasi 2,8 Inflasi 6,96 Inflasi 3,79 Inflasi 4,5
45
Gambar 1.6
Perkembangan Inflasi Tahunan (Realisasi vs Sasaran) Sumber: Bank Indonesia, 2015
Gambar 1.6 menjelaskan realisasi inflasi pada tahun 2009 sebesar 2,8
persen dari rencana sasaran sebesar 4,5 persen. Artinya pada tahun 2009, inflasi
terjadi sebesar 2,8 peren atau lebih rendah 38 persn dari prediksi. Pada tahun 2012
realisasi inflasi terjadi 4,5 persen, dimana hal ini terjadi karena pasokan
melimpah. Sedangkan inflasi pada tahun 2015 dapat ditekan hingga 3,35 persen
dari prediksi pemerintah 4 persen. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan
dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Pada kondisi tersebut
ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran
produknya, sehingga harga‐harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang
terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing
power of money). Di samping itu, inflasi yang tinggi dapat mengurangi tingkat
pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.
46
Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan volume ekspor. Jika
peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat
dinikmati oleh perusahaan, maka profitabilitas perusahaan akan turun.
Gambar 1.7
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Sumber: Bank Indonesia, 2015
Kuatnya apresiasi mata uang dolar AS sejalan dengan normalisasi
kebijakan Fed memberikan tekanan pelemahan terhadap hampir semua mata uang
dunia, termasuk Rupiah. Pada November 2014, rupiah secara rata-rata melemah
sebesar 0,21 persen (mtm) ke level Rp 12.167 per dolar AS, sejalan dengan
melemahnya hampir semua mata uang dunia. Secara point to point (ptp), rupiah
terdepresiasi sebesar 0,98 persen dan ditutup pada level Rp12.204 per dolar AS
(Gambar 1.7). Kurs per dolar AS pada pertengahan bulan November 2016
mencapai Rp 13.350,- (www.bi.go.id).
Berdasarkan hasil kajian OJK (2015), menunjukkan bahwa industri
perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian sebagai lembaga
47
intermediasi yang menyalurkan dana masyakarat ke dalam investasi aset produktif
yang akan mendorong produktivitas sektor riil, akumulasi kapital dan
pertumbuhan output agregat (Bencivenga dan Smith, 1991; Hung dan Cothern,
2002).
Secara empiris, hubungan kausalitas antara perkembangan sektor
perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak ditunjukkan oleh
penelitian terdahulu. Untuk analisis pada tingkatan negara, King dan Levine
(1993a, 1993b), Levine (1998) dan Rajan dan Zingales (1998), memberikan
dukungan terhadap dampak positif kredit perbankan terhadap pertumbuhan
pendapatan per kapita, baik di negara maju ataupun berkembang. Secara terpisah,
Demirgüç-Kunt dan Maksimovic (2002), dalam studinya menunjukkan bahwa
perusahaan penerima kredit cenderung mengalami peningkatan pendapatan.
Di sisi lain, studi terdahulu juga menunjukkan bahwa kredit perbankan
tidak selalu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pengaruh positif kredit
perbankan terhadap perekonomian hanya akan terjadi, apabila kualitas
fundamental di suatu negara seperti kapital fisik (gross capital formation) atau
kualitas infrastruktur telah mencapai tingkatan tertentu yang cukup untuk
mendorong produktivitas dan kompetivitas sektor riil (Augier dan Soedarmono,
2011; Crouzille et al., 2012; Deidda dan Fattouh, 2002).
Crouzille et al. (2012) menjelaskan lebih lanjut bahwa hubungan positif
antara sektor finansial dengan pertumbuhan ekonomi hanya terlihat di negara-
negara dengan tingkat pembangunan yang telah mencapai level yang cukup baik.
Pada tingkat individu bank, bank akan mendorong intermediasi finansial secara
48
optimal dengan memberikan suku bunga kredit yang lebih kompetitif, apabila
manajemen bank telah mencapai tingkat efisiensi biaya tertentu dalam
memperoleh dan mengolah informasi dari debitur secara berkala (Bose dan
Cothren, 1996; 1997).
Penelitian empiris selanjutnya menganalisis dampak kredit perbankan
terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana kredit dikelompokkan menjadi kredit
perusahaan (enterprises credit) dan kredit rumah tangga (household credit). Beck
et al. (2012) menunjukkan bahwa hanya kredit modal kerja yang berdampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Sassi dan Gasmi
(2014), juga menunjukkan hasil serupa untuk sampel yang terdiri dari 27 negara di
Eropa. Beberapa penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kredit perbankan
dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Arcand et al. (2012)
dan Samargandi et al. (2015), menunjukkan bahwa sampai tingkatan tertentu,
peningkatan kredit perbankan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Apabila
secara agregat alokasi kredit terlampau besar, maka peningkatan kredit dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi karena terdapat productivity shift effects dari
sektor riil ke sektor finansial. Dengan demikian, dimungkinkan bahwa hubungan
antara perkembangan sektor finansial dan pertumbuhan ekonomi bersifat non-
linearatau kurva-U terbalik.
Jenis-jenis kredit (credare atau kepercayaan) yang diberikan oleh Bank
Devisa berdasarkan sektor perekonomian, yaitu: 1) Kredit ekspor-impor adalah
kredit yang diberikan kepada eksportir dan atau importir beraneka barang, 2)
49
Kredit pertanian ialah kredit yang pemberiannya kepada perkebunan, peternakan
dan perikanan, 3) Kredit perindustrian merupakan kredit yang disalurkan kepada
beraneka macam industri kecil, menengah dan besar, 4) Kredit pertambangan
yaitu kredit yang pemberiannya kepada beraneka macam pertambangan, 5) Kredit
koperasi yaitu kredit yang pemberiannya kepada jenis-jenis koperasi, dan 6)
Kredit profesi ialah kredit yang pemberiannya kepada beraneka macam profesi,
seperti dokter dan guru (Hasibuan, 2008; www.pengertianpakar.com).
Berdasarkan uraian pada latar belakang sebelumnya dan kondisi beberapa
tahun terakhir (2013-2015) di Indonesia, pemberian agregat kredit kepada
importir mengalami penurunan baik aktivitas impor ataupun ekspor, dimana
ekspor relatif menurun dan impor menurun secara signifikan, khususnya di sektor
non migas. Karenanya menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: Apakah
risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas Bank Devisa BUMN di Indonesia
berpengaruh terhadap Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN dan
pengaruhnya terhadap nilai impor non migas Indonesia dan apakah tingkat inflasi
dan Nilai kurs USD mempengaruhi hubungan besarnya Agregat Nilai kredit
impor Bank Devisa BUMN terhadap nilai impor non migas Indonesia? Periksa
bagan alir dalam penelitian pada Gambar 1.8.
50
Gambar 1.8
Bagan Alir dalam Penelitian
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari bahasan sebelumnya, masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1) Bagaimana pengaruh risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas Bank
Devisa BUMN terhadap besarnya Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa
BUMN Indonesia?
2) Bagaimana pengaruh besarnya Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa
BUMN Indonesia terhadap nilai impor non migas Indonesia?
3) Apakah besarnya Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN Indonesia
memediasi pengaruh risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas bank
devisa terhadap nilai impor non migas Indonesia?
4) Bagaimana inflasi memoderasi hubungan antara besarnya Agregat Nilai
kredit impor Bank Devisa BUMN Indonesia dengan nilai impor non migas
Indonesia?
Inflasi
Kurs USD
Nilai impor
non migas
Indonesia
Agregat Nilai
Kredit Impor
Bank Devisa
BUMN
Bank Devisa BUMN:
Resiko Kredit
Resiko Pasar
Resiko Likuiditas
51
5) Bagaimana kurs USD memoderasi hubungan antara besarnya Agregat Nilai
kredit impor Bank Devisa BUMN Indonesia dengan nilai impor non migas
Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menunjukkan dan memberikan bukti
empiris sebagai berikut.
1) Menganalisa pengaruh risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas bank
devisa terhadap besarnya Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN
Indonesia.
2) Menganalisa pengaruh besarnya Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa
BUMN Indonesia terhadap nilai impor non migas Indonesia.
3) Menganalisa peran besarnya Agregat Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN
Indonesia dalam memediasi pengaruh risiko kredit, risiko pasar dan risiko
likuiditas Bank Devisa BUMN Indonesia terhadap nilai impor non migas
Indonesia.
4) Menganalisa inflasi yang memoderasi hubungan antara besarnya Agregat
Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN Indonesia dengan nilai impor non
migas Indonesia.
5) Menganalisa kurs USD yang memoderasi hubungan antara besarnya Agregat
Nilai kredit impor Bank Devisa BUMN Indonesia dengan nilai impor non
migas Indonesia.
52
1.4 Manfaat Studi
Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi, sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoritis
1) Bagi perkembangan ilmu pengetahuan yaitu sebagai temuan peranan utama
Bank Devisa, BUMN Indonesia terhadap nilai impor non migas di Indonesia.
2) Dapat sebagai acuan alat mediasi untuk penelitian selanjutnya khususnya
yang berkaitan dengan perubahan kinerja bank devisa, perusahaan atau
lembaga keuangan lain yang disesuaikan dengan keterkaitan dan
kebutuhannya.
3) Dapat sebagai acuan dalam menentukan elastisitas rasio pada kinerja Bank
BUMN dalam memberikan kredit dan menjaganya dengan manajemen risiko
yang ketat yang baik.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Sebagai referensi tambahan dalam menyusun rencana bisnis bank devisa
secara tahunan, khususnya dalam menentukan pemberian kredit perbankan
khusus untuk impor di Indonesia.
2) Sebagai langkah identifikasi terhadap faktor-faktor keuangan apa saja yang
dapat mempengaruh kinerja perbankan dengan demikian faktor-faktor yang
53
berhubungan adanya perubahan kinerja perbankan untuk acuan dalam
menyusun rencana bisnis bank secara tepat di Indonesia.
3) Bagi pemerintah daerah ataupun pusat, dapat digunakan sebagai rujukan
perumusan kebijakan masalah impor non migas Indonesia.