175
1 SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI (Studi Kasus di SD se-Kecamatan Sregen Tahun 2016) Oleh: PUJI HANDRIYANI NIM. M2.14.024 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan PROGRAM BEASISWA SUPERVISI PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016

SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DALAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/974/1/CD TESIS.pdf · kepala sekolah tidak melakukan supervisi perseorangan dengan kunjungan kelas,

  • Upload
    ngodung

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

PROFESIONAL GURU PAI

(Studi Kasus di SD se-Kecamatan Sregen Tahun 2016)

Oleh:

PUJI HANDRIYANI

NIM. M2.14.024

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

Untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM BEASISWA SUPERVISI PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2016

2

3

4

5

ABSTRAK

SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI

(Studi Kasus di SD se-Kecamatan Sregen Tahun 2016)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik Kepala

Sekolah dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut serta

keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi

profesional guru PAI. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif. Teknik pengambilan data melalui observasi dan wawancara. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa pertama, perencanaan kegiatan supervisi

akademik kepala sekolah dimulai dengan pembuatan program supervisi kemudian

disosialisasikan kepada semua guru agar mengetahui dan memahami sehingga

timbul rasa tanggung jawab. Kedua, pelaksanaan supervisi akademik kepala

sekolah di Kecamatan Sragen menggunakan tehnik kelompok dan perorangan.

Sebagian besar kepala sekolah hanya melakukan supervisi secara kelompok

dengan pembinaan guru secara bersama-sama di awal tahun ajaran baru. Beberapa

kepala sekolah tidak melakukan supervisi perseorangan dengan kunjungan kelas,

observasi kelas maupun pertemuan individual. Ketiga, program tindak lanjut

supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan Sragen hanya berupa pembinaan

yang bersifat umum dan dilakukan dalam rapat guru sehingga kurang menyasar

kepada guru PAI. Keempat, supervisi akademik kepala sekolah di kecamatan

Sragen belum berhasil dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI

karena pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah belum terencana,

sistematis dan berkelanjutan.

Kata kunci: supervisi akademik, kepala sekolah, kompetensi profesional, guru

PAI

6

ABSTRACK

PRINCIPAL ACADEMIC SUPERVISION OF IMPROVING TEACHER

PROFESSIONAL COMPETENCE PAI

(Case Study in elementary sub-district Sregen 2016)

The purpose of study is to investigate implementation of the principal academic

supervision. The study starting from the planning, implementation and follow-up

academic supervision to improving the professional competence of islamic

teachers. This study used descriptive qualitative approach, Technique intake of

data through observation and interviews.

The study concludes that first, the planning activities of the principal

academic supervision starting with the production supervision program and then

disseminate to all teachers in order to know and understand so that the resulting

sense of responsibility. Second, the implementation of the principal academic

supervision in the district of Sragen using the technique with groups and

individuals. Most principals just do supervision in groups with teachers coaching

together at the meeting of new school year. Some principal were supervising

individual with visit classroom, observation classroom and individual meetings.

Third, the follow-up program of the principal academic supervision in the district

only form of guidance a general nature and is done in a teachers' meeting so that

less targeted to islamic teachers. Fourth, the principal academic supervision in the

district of Sragen has not success to improving the professional competence of

islamic teachers. In the mplementation of the principal academic supervision, the

principal has not been planned, systematic and sustainable.

Inggris keywords: academic supervision, principal, professional competence,

islamic teachers.

7

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil „alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala

karunia terindahnya. Atas rahmat Allah SWT, penulis bisa menyelesaikan Tesis

yang berjudul “Supervisi Akademik Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Kompetensi Profesional Guru PAI (Studi Kasus SD se-Kecamatan Sragen tahun

2016).

Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis mendapat bantuan, motivasi dari

berbagai pihak. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan Jazakallah khoiron

katsiro kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Dr. Zakiyuddin, M.Ag selaku direktur Pascasarjana Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Bapak Dr. H. Muh. Saerozi, M.Pd selaku pembimbing Tesis, yang telah

membimbing dengan ikhlas sampai Tesis selesai.

4. Semua Dosen program Beasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga yang telah membimbing dan memberi kemudahan selama

penulis mengikuti kuliah.

5. Teman-teman program Beasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

6. Kepada seluruh Kepala Sekolah dan guru PAI se-Kecamatan Sragen terima

kasih atas bantuan selama ini.

8

7. Untuk keluarga, suami dan anak-anakku terima kasih atas motivasi selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat untuk penulis dan juga semua

pihak. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun.

Penulis

Puji Handriyani

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………

HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………

ABSTRAK………………………………………………………………….

PRAKATA………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………..

DAFTAR BAGAN …………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..

i

ii

iii

iv

vi

viii

x

xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ….…………………………………

B. Rumusan Masalah …………..……………………………...

1. Identifikasi Masalah …………………………………….

2. Pembatasan Masalah ……………………………………

3. Rumusan Masalah ………………………………………

C. Tujuan Penelitian …..……………………………………….

D. Manfaat Penelitian ….……………………………………….

E. Penelitian yang Relevan …………………………………….

F. Sistematika Penulisan………………………………………..

1

10

10

11

11

12

12

14

BAB II KAJIAN TEORI

A. Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...……………………..

B. Tujuan Supervisi Akademik ...………………………………

C. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik .……………………….

D. Ruang Lingkup Supervisi Akademik ……………………….

E. Perencanaan Supervisi Akademik ………………………….

F. Model-model Supervisi Akademik …………………………

G. Teknik Supervisi Akademik ………………………………...

H. Tindak Lanjut Supervisi Akademik ………………………...

I. Kompetensi Profesional Guru PAI ………………………….

22

23

25

26

27

31

33

40

43

10

J. Indikator Kompetensi Profesional Guru PAI ………………. 45

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Sragen

B. Kondisi Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Sragen …...........

C. Perencanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ......……..

D. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ......……..

E. Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kepala Sekolah ......…...

47

49

66

72

84

BAB IV PEMBAHASAN

A. Tingkat Keberhasilan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...

B. Faktor Pendukung Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...….

C. Kendala yang Dihadapi ………………………………………

92

106

108

BAB V PENUTUP

A. Simpulan……………………………………………………...

B. Saran………………………………………………………….

112

114

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 115

LAMPIRAN…………………………………………………………………

BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………

11

DAFTAR BAGAN

Hal

Bagan 1 Struktur Organisasi SD Birrul Walidain Muhammadiyah

Sragen ……………………………………………………

50

Bagan 2 Struktur Organisasi SD N Mojo 58 ………………………. 51

Bagan 3 Struktur Organisasi SD N Karang Tengah 1 …………….. 53

Bagan 4 Struktur Organisasi SD N 16 Sragen …………………… 54

Bagan 5 Struktur Organisasi SD N Mojomulyo 2 ………………… 56

Bagan 6 Struktur Organisasi SD N Tangkil 4 ……………………. 58

Bagan 7 Struktur Organisasi SD Sragen 6 ……………………….. 59

Bagan 8 Struktur Organisasi SD N Nglorog 3 …………………… 61

Bagan 9 Struktur Organisasi SD N Nglorog 1 …………………… 63

Bagan 10 Struktur Organisasi SD N Sragen 4 …………………… 65

12

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HAL

Lampiran 1 Panduan Wawancara untuk Kepala Sekolah ...………..

Lampiran 2 Panduan Wawancara untuk Guru PAI …..….…… …

Lampiran 3 Transkrip Wawancara ….……………… ……………..

Lampiran 4 Foto Kegiatan Wawancara …...………………………..

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan

UUD 45, adalah “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”1 Usaha mencerdaskan

kehidupan bangsa salah satunya dengan memajukan pendidikan yang

operasionalnya diatur melalui Undang-undang.

Sebagai konsekuensi logis dari adanya arah tujuan nasional, maka

pemerintah menyelenggarakan pendidikan sebagai sarana untuk

mengembangkan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas.

Penyelenggaran pendidikan oleh pemerintah dilaksanakan melalui jalur

pendidikan formal, informal, dan non formal.

Pendidikan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 dijelaskan

bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

1 Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945, Sekretariat Jenderal MPR RI Cetakan

keempatbelas, Jakarta. 2015, 3.

14

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.2

Sistem pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3 Maka perlu

lembaga/sekolah yang mampu menghasilkan manusia yang berkualitas serta

didukung sumber daya manusia yang berkualitas pula.

Salah satu sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pendidikan

adalah kepala sekolah. Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting

dalam mempengaruhi sistem dalam sekolah. Secara operasional, kepala

sekolah adalah orang yang berada terdepan dalam mengkoordinasikan upaya

meningkatkan pembelajaran yang bermutu. Sebagai pemimpin lembaga di

suatu sekolah memiliki peran yang cukup besar dalam membina kemampuan

guru dalam proses pembelajaran. Untuk membuat guru menjadi profesional

tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui

pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk

belajar lagi, namun juga perlu memperhatikan guru dari segi yang lain seperti

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf diunduh pada hari Rabu, 10

Pebruari 2016 pukul 23.30 WIB. 3 Yudha M.Saputra, “Supervisi Pembelajaran untuk Meningkatkan Kinerja Guru

Pendidikan Jasmani”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 8 (Juni 2011), 417.

15

peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui

supervisi.

Suharsimi4 menjelaskan bahwa kepala sekolah lebih dekat dengan

sekolah bahkan melekat pada kehidupan sekolah yang lebih banyak

mengarahkan perhatiannya pada supervisi pengajaran/akademik. Kepala

sekolah merupakan supervisor yang sangat tepat karena kepala sekolahlah

yang paling memahami seluk beluk kondisi dan kebutuhan sekolah yang

dipimpinnya. Kepala Sekolah dituntut melakukan fungsinya sebagai manajer

sekolah dalam meningkatkan proses pembelajaran dengan melakukan

supervisi, membina, dan memberikan saran-saran positif kepada guru.

Sebagai manajer sekolah, kepala sekolah juga dituntut untuk

meningkatkan proses pembelajaran, dengan melakukan supervisi kelas,

membina dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Di samping

itu, kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran,

dan studi banding antar sekolah untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinan

dari kepala sekolah yang lain.5

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah adalah

kompetensi supervisi. Kompetensi supervisi sesuai permendiknas nomor 13

tahun 2007 mencakup perencanakan program supervisi akademik dalam

rangka peningkatan profesionalisme guru, melaksanakan supervisi akademik

terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan tehnik supervisi yang

tepat dan menindaklanjuti hasil supervisi akademis terhadap guru dalam

rangka peningkatan profesionalisme guru.6 Untuk menunjang kompetensi

4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar supervisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 7.

5 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2006, 40. 6 Permendiknas nomor 13 taun 2007 , http://www.slideshare.net/YaniPitoy/permen-13-

2007standar-kepala-sekolah. diunduh pada hari Kamis, 21 Juli 2016.

16

tersebut, kepala sekolah harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan

dalam merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti supervisi dalam

upaya meningkatkan kualitas sekolah. Untuk meningkatkan kualitas guru,

kegiatan supervisi kepala sekolah melalui kegiatan pelayanan dan pembinaan

dengan memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk dapat berkembang

secara profesional.

Supervisi merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang

pemimpin berkaitan dengan peran kepemimpinan yang diembannya dalam

rangka menjaga kualitas produk yang dihasilkan lembaga.7 Hal tersebut

bertujuan meningkatkan kualitas dan kinerja. Dengan bimbingan dan bantuan,

kualitas sumber daya manusia yang ada akan senantiasa bisa dijaga dan

ditingkatkan.

Dalam proses supervisi, supervisor dapat berperan sebagai sumber

informasi, sumber ide, sumber petunjuk dalam berbagai hal dalam rangka

peningkatan kemampuan profesional guru. Supervisi sebagai koordinasi,

kepala sekolah sebagai supervisor harus memimpin sejumlah guru/straf yang

masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri.

Supervisor haruslah menjaga agar setiap guru dapat menjalankan tugasnya

dengan baik dalam situasi kerja yang kooperatif. Supervisi sebagai evaluasi,

untuk mengetahui kemampuan guru yang akan dibina perlu dilakukan evaluasi

sehingga program supervisi cocok dengan kebutuhan guru. Selain itu melalui

7 Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya

Media, 2008, 370.

17

evaluasi dapat pula diketahui kemampuan guru setelah mendapatkan bantuan

dan latihan dari supervisor.8

Bafadal mengemukakan pula bahwa supervisi akademik akan mampu

membuat guru semakin profesional apabila programnya mampu

mengembangkan dimensi persyaratan profesional/kemampuan kerja.9 Oleh

karena itu kegiatan supervisi akademik dipandang perlu untuk meningkatkan

kompetensi profesional guru termasuk guru PAI dalam proses pembelajaran.

Dan dengan perkembangan pendidikan yang semakin pesat, menuntut guru

menjadi seorang yang berkembang pula di setiap tahunnya dan semakin

profesional dalam mengajar, sehingga supervisi akademik perlu dilakukan

secara efektif agar kekurangan-kekurangan dari guru dapat segera diatasi.

Guru Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu guru di Sekolah

Dasar yang mempunyai peran penting dalam pembentukan akhlak dan

karakter anak. Sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, guru

PAI mempunyai hak yang sama dengan guru-guru yang lain seperti guru kelas

dan guru Penjasorkes dalam supervisi Kepala Sekolah. Guru PAI mempunyai

pengawas dari Kementrian Agama, namun hal ini tidak maksimal sehingga

perlu peran Kepala Sekolah dalam memberikan supervisi.

Pelaksanaan supervisi perlu dilaksanakan secara rutin dan bertahap

dengan jadwal dan program supervisi yang jelas. Pencapaian target nilai

kelulusan peserta didik dari tahun ke tahun yang semakin bertambah dan

banyaknya tuntutan untuk menjadi sekolah lebih maju, merupakan kewajiban

8 Kompri, Manajemen Pendidikan 3, Bandung: Alfabeta, 2015, 196-197.

9 Ibrahim Bafadal, Supervisi pengajaran: Teori dan aplikasinya dalam membina

profesional guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 10.

18

kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi agar guru lebih profesional

dalam pembelajaran.

Dalam pelaksanaannya di lembaga pendidikan, supervisi masih menemui

berbagai kendala baik itu dalam teknik penyampaian maupun intensitas

pelaksanaan supervisi yang dilakukan belum ditetapkan dengan baik sehingga

kepala sekolah masih insidental mengadakan pembinaan dan pelatihan kepada

guru dalam proses pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah kurang menguasai

kompetensi yang harus dimiliki untuk mengadakan pembinaan dan pelatihan

kepada guru dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat

Suharsimi10

yang mengemukakan bahwa dalam kenyataannya kepala sekolah

belum dapat melaksanakan supervisi dengan baik dengan alasan beban kerja

kepala sekolah yang terlalu berat serta latar belakang pendidikan yang kurang

sesuai dengan bidang studi yang disupervisi. Sehingga tujuan untuk membina

dan membimbing guru masih belum sempurna serta guru kurang memahami

makna dari pentingnya supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Selain itu pelaksanaan supervisi oleh Kepala Sekolah belum maksimal

terutama untuk guru Pendidikan Agama Islam. Secara umum persoalan

tersebut meliputi kualitas dan kuantitas supervisi dari Kepala Sekolah yang

masih tergolong rendah. Tinggi rendahnya peran Kepala Sekolah sebagai

supervisor menjadi hal yang patut untuk dipertanyakan, hal ini dikarenakan

banyaknya tugas dan tanggungjwab Kepala Sekolah menjadi salah satu alasan

minimnya pelaksanaan supervisi di sekolah. Bahkan tidak jarang kepala

10

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar …., 4.

19

sekolah hanya menekankan pada sisi tanggungjawab administratif guru PAI

tanpa memperhatikan pembinaan kompetensi profesionalnya yang jauh lebih

penting. Pelaksanan supervisi oleh kepala sekolah harus dilakukan secara

kontinyu mengingat peningkatan kompetensi profesional guru PAI tidak bisa

dilakukan secara instan. Sebagai supervisor, kepala sekolah harus mampu

memahami karakteristik dan kondisi setiap guru sehingga apa yang menjadi

esensi ataupun tujuan supervisi dapat tercapai. Selain itu kepala sekolah juga

harus bisa merencanakan melaksanakan dan membuat tindak lanjut dari hasil

pelaksanaan supervisi.

Alasan peneliti memilih Kecamatan Sragen sebagai lokasi penelitian

karena kecamatan Sragen merupakan tempat strategi yang berada di tengah-

tengah kota dan merupakan ibu kota kabupaten Sragen. Hal ini menjadikan

kecamatan Sragen sebagai tujuan orang tua dalam memilih pendidikan untuk

anak-anaknya. Tidak hanya tingkat SLTA dan SLTP, tingkat Sekolah Dasar

juga menjadi pilihan bagi orang tua.

Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen terdiri dari 37 Sekolah Dasar. 30 SD

Negeri, 4 SD Swasta berbasis Islam, dan 3 SD Swasta non Islam. Dari

Sekolah negeri dan swasta terdiri dari 48 Guru Pendidikan Agama Islam. Guru

PAI lebih banyak dari jumlah sekolah karena ada beberapa sekolah yang

memiliki rombel lebih dari satu. Dari 48 guru PAI, terdiri dari 12 guru PNS

dan 36 guru Wiyata Bhakti dan guru yayasan.

Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen banyak menuai prestasi di tingkat

karisidenan, propinsi maupun tingkat nasional. Sebagaimana info yang kami

20

dapatkan dari ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Joko Laksono,

bahwa Sekolah Dasar di Sragen mempunyai prestasi yang menggembirakan

baik di tingkat karesidenan Surakarta, propinsi maupun tingkat nasional.

Termasuk lomba-lomba dalam Pendidikan Agama Islam juga meraih juara di

tingkat Propinsi Jawa Tengah. Tentu ini tidak lepas dari peran guru

Pendidikan Agama Islam dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada

murid-muridnya.11

Upaya peningkatan kompetensi profesional guru PAI di sekolah bukan

masalah yang sederhana, tetapi memerlukan penanganan yang multidimensi

dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait. Untuk mencapai hal itu,

kepala sekolah SD se-Kecamatan Sragen melakukan berbagai upaya

diantaranya adalah dengan meningkatkan kemampuan supervisi akademik

kepala sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dikaji tentang

supervisi kepala sekolah SD dengan judul “Supervisi Akademik Kepala

Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI.” (Studi

kasus SD se-Kecamatan Sragen Tahun 2016).

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Rendahnya pemahaman kepala sekolah tentang supervisi akademik

sehingga kepala sekolah hanya memahami supervisi sebagai bentuk

pengawasan dan penilaian kinerja guru dalam pembelajaran.

11

Wawancara pada hari Jum’at, 3 Juni 2016.

21

b. Minimnya pelatihan kepala sekolah tentang supervisi, serta beban

tugas kepala SD yang tidak dibantu oleh tenaga administrasi/TU

membuat kepala sekolah tidak maksimal melakukan supervisi

akademik.

c. Kurangnya perhatian kepala sekolah terhadap guru dalam

meningkatkan kompetensi profesional terutama guru Pendidikan

Agama Islam.

d. Guru Pendidikan Agama Islam kurang memahami pentingnya

pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah sehingga pembinaan

terkesan kurang bermakna dalam meningkatkan kompetensi

profesional guru dalam proses pembelajaran

2. Pembatasan Masalah

a. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu supervisi akademik

yang dilakukan oleh kepala sekolah SD di Kecamatan Sragen.

b. Kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian,

profesional dan sosial. Peneliti membatasi penelitian ini dalam hal

peningkatan kompetensi profesional guru PAI

c. Peneliti membatasi permasalahan dari perencanaan sampai tindak

lanjut dan keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah dalam

meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SD di Sekolah Dasar

se-Kecamatan Sragen.

3. Rumusan Masalah

22

a. Bagaimana perencanaan supervisi akademik kepala sekolah dalam

meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen?

b. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dalam

meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen?

c. Bagaimana tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah dalam

meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen?

d. Bagaimana keberhasilan supervisi akademik dalam meningkatkan

kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen?

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui/menemukan perencanaan supervisi akademik

kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI

se Kecamatan Sragen.

b. Untuk mengetahui/menemukan pelaksanaan supervisi akademik

kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI

se Kecamatan Sragen.

c. Untuk mengetahui/menemukan tindak lanjut supervisi akademik

kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI

se Kecamatan Sragen.

d. Untuk mengetahui/menemukan keberhasilan supervisi akademik

kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI

se Kecamatan Sragen.

2. Manfaat Penelitian

23

a. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini menjadi masukan dan pertimbangan bagi SD

se-Kecamatan Sragen dalam rangka peningkatan kompetensi

profesional guru PAI.

2) Penelitian ini dapat diterapkan sebagai langkah meningkatkan

kemampuan supervisi kepala sekolah, sebagai upaya dalam rangka

meningkatkan kompetensi profesional guru PAI.

b. Manfaat Teoritis

1) Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan di

bidang supervisi pendidikan

2) Bagi akademisi

Untuk menambah wawasan dan literatur dalam pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya supervisi pendidikan.

D. Kajian Pustaka

Penelitian Puji Rahayu tahun 2015 bahwa pertama, penyusunan

program supervisi sangat penting berdasarkan pertimbangan perlunya

orientasi kepada seluruh guru SMP Budaya dalam bentuk latihan khusus guru

dalam perbaikan PBM di kelas, meningkatkan kompetensi dan

profesionalisme guru dan pengembangan SDM. Kedua, Kepala Sekolah

dibantu guru dan tim supervisi sekolah telah mampu melaksanakan program

sekolah. Pelaksanaan supervisi didasarkan atas usulan dan kebutuhan guru

untuk meningkatkan kompetensi serta pelaksanaan supervisi disesuaikan

24

dengan kebutuhan guru bidang studi dan kondisi sekolah /daerah sendiri.

Ketiga, tim supervisi mempunyai moral tangggung jawab dalam pelaksanaan

Supervisi sampai dengan evaluasi supervisi dan pemantauan di lapangan

sehingga akan mengetahui kelemahan dan kekurangan Guru, setelah itu

diadakan supervisi tidak lanjut. Keempat, pengaruh supervisi bagi guru di

SMP Budaya dapat merubah paradigma terhadap arti dari supervisi di sekolah

sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru dalam

tugasnya sebagai tenaga pengajar sehingga proses PBM dapat tercapai

tujuannya.12

Penelitian Donni Juni Priansa dan Rismi Somad tahun 2014

menyatakan bahwa kepala sekolah perlu menguasai perencanaan supervisi

akademik sehingga ia perlu menguasai kompetensi perencanaan supervisi

akademik dengan baik. Terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan

dalam perencanaan supervisi akademik, yaitu menyangkut obyektivitas (data

apa adanya) tanggung jawab, berkesinambungan, didasarkan pada Standar

Nasional Pendidikan; serta didasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah.13

Penelitian Wahid Hasim tahun 2013 diperoleh temuan pada sekolah

dan madrasah bahwa pertama, pelaksanaan supervisi pembelajaran yang

dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah ditandai dengan melalui membuat

perencanaan jadwal supervisi, pelaksanaannya menggunakan model,

12

Puji Rahayu, “Peran Kepala Sekolah dalam Supervisi Akademik untuk Meningkatkan

Profesionalisme Guru (Studi Kasus di SMP Budaya Bandar Lampung)”, Lampung: Universitas

Lampung, 2015. 13

Donni Juni Priansa, Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepamimpinan Kepala

Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014.

25

pendekatan dan teknik supervisi, observasi kelas dilakukan dengan

menggunakan instrumen, dan menindaklanjuti supervisi. Kedua, pelaksanaan

supervisi ditinjau dari teori supervisi di kedua sekolah/madrasah tersebut

hanya sebagian yang dilaksanakan. Ketiga, dampak supervisi dapat

meningkatan kompetensi profesional ditandai dengan meningkatnya guru

dalam membuat silabus dan RPP secara mandiri. Keempat, perbedaan

pelaksanaan supervisi di MTs Negeri belum melibatkan wakil kepala

madrasah dan guru senior, sedangkan di SMP Islam Al-Azhar telah

melibatkan wakil kepala sekolah dan guru senior, dan dampaknya dapat

meningkatkan kompetensi profesional guru.14

Penelitian M. Dja’far HS, dalam Jurnal Evaluasi Pendidikan Volume 4,

Nomor 2 bulan Oktober 2013, menyatakan bahwa supervisi kepala sekolah

berpengaruh positif dan memberikan kontribusi/pengaruh langsung positif

terhadap kualitas tes buatan guru.15

Penelitian Rohikah tahun 2012 menyimpulkan bahwa supervisi Kepala

Sekolah terhadap pembelajaran PAI terbukti efektif dengan adanya

peningkatan guru PAI dalam hal: peningkatan Guru PAI dalam persiapan

mengajar, peningkatan guru PAI dalam mengelola kelas, peningkatan guru

14

Wahid Hasim, “Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan

Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga)”,

Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2013. 15

M. Dja’far HS. “Supervisi Kepala Sekolah Meningkatkan Kualitas Tes Buatan Guru,

Jakarta”, Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 4, No. 2, (Oktober 2013), 172-182.

26

PAI memahami peserta didik dan peningkatan guru PAI dalam memanfaatkan

teknologi pembelajaran.16

Penelitian Andi Tenriningsih dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 17,

nomor 6 bulan Oktober 2011, menyatakan bahwa supervisi yang dilakukan

kepala sekolah dapat memberikan kontribusi pada peningkatan motivasi kerja

para guru yang berdampak pada kinerja guru. Kinerja guru yang baik akan

memberikan kontribusi pada keberhasilan belajar siswa yang baik. Oleh

karena itu kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah memiliki peranan

yang sangat penting bagi terciptanya kinerja sekolah secara menyeluruh baik

dari aspek motivasi kerja para guru, kinerja para guru serta pada akhirnya

dapat menciptakan keberhasilan belajar.17

Penelitian Sutikno tahun 2009 menyimpulkan bahwa supervisi yang

dilakukan pengawas TK/SD/SDLB telah berhasil meningkatkan

profesionalisme guru SD pada pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) Sejarah di Sekolah Dasar Colo dan Sekolah Dasar 2 Japan.18

Penelitian Tri Martiningsih tahun 2008 menyimpulkan bahwa: 1)

Semakin baik persepsi guru terhadap supervisi akademik akan diikuti dengan

semakin tingginya kompetensi profesional guru SD Negeri di Kecamatan

Pekalongan Utara. 2) Semakin baik partisipasi guru dalam KKG (Kelompok

Kerja Guru) akan diikuti dengan semakin tingginya kompetensi profesional

16

Rohikah., “Efektivitas Supervisi Kepala Sekolah terhadap Pembelajaran PAI di SMP

Negeri 2 Ponjong”, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, UIN, 2012. 17

Andi Tenriningsih, “Supervisi Pengajaran, Motivasi Kerja, Kinerja Guru dan Prestasi

Belajar”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 5, (Oktober 2011), 425-428. 18

Sutikno, “Peranan Supervisi Pengawas TK/SD/SDLB dalam Meningkatkan

Profesionalisme Guru SD pada Pembelajaran IPS Sejarah (Studi Kasus di SD Kecamatan Dawe

Kabupaten Kudus)”, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2009.

27

guru SD Negeri di Kecamatan Pekalongan Utara. 3) Semakin baik persepsi

guru terhadap supervisi akademik dan partisipasi guru dalam KKG

(Kelompok Kerja Guru) akan diikuti dengan semakin tingginya kompetensi

profesional guru SD Negeri di Kecamatan Pekalongan Utara.19

Dengan menjelaskan penelitian-penelitian di atas, maka akan bisa dilihat

perbedaan dan persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan ini.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang ditampilkan di atas

adalah membahas tentang supervisi kepala sekolah. Adapun yang

membedakan penelitian ini dengan karya ilmiah dan penelitian lainnya yang

telah ada pertama, lokasi yang peneliti lakukan di Kecamatan Sragen. Kedua,

dalam penelitian sebelumnya, membahas tentang supervisi kepala sekolah

terhadap guru secara umum, namun dalam penelitian ini, peneliti berusaha

untuk menjelaskan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan

kompetensi profesional guru PAI di SD se Kecamatan Sragen. Dalam

penelitian ini, peneliti menekankan pada supervisi akademik kepala sekolah

dalam peningkatan kompetensi profesional guru terutama guru Pendidikan

Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar yang berada di kecamatan Sragen

Kabupaten Sragen.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan

dan Taylor dalam Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif

19

Tri Martiningsih, “Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG

(Kelompok Kerja Guru) terhadap Kompetensi Profesional Guru SD di Kecamatan Pekalongan

Utara”, Semarang, UNNES, 2008.

28

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.20

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian

ini berusaha untuk mendreskripsikan atau menggambarkan data-data yang

telah diperoleh dari lapangan maupun literatur kepustakaan yang berkaitan

dengan pembahasan.

Penelitian ini bersifat deskriptif, hanya sebatas pada usaha untuk

mengungkapkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana

berkenaan dengan masalah penelitian yaitu gambaran pelaksanaan

supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah dalam upaya

meningkatkan kompetensi profesional guru PAI di SD se kecamatan

Sragen. Teori-teori dalam penelitian ini digunakan untuk memahami dan

menjelaskan realita sosial yang terjadi, sehingga teori tidak digunakan

untuk mengintervensi realitas sosial tersebut. Dalam arti bahwa penelitian

ini tidak untuk mendukung, membantah suatu teori.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SD se Kecamatan Sragen yang terdiri dari 37

SD dan akan menggunakan teknik purposive sampling, di mana lokasi

Sekolah Dasar yang dipilih dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk

menjadi sumber data. Untuk menentukan Sekolah Dasar yang akan dipilih,

peneliti membagi menjadi 5 karena kecamatan Sragen terdiri dari 5 gugus,

20

Lexy J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007, 4.

29

dan tiap gugus peneliti mengambil 2 sekolah. Sehingga obyek yang

peneliti ambil sejumlah 10 SD yang terdiri dari SD Birrul Walidain

Muhammadiyah Sragen, SD N Mojo 58, SD N Karang Tengah 1, SD N 16

Sragen, SD N Mojomulyo 2, SD N Tangkil 4, SD N 6 Sragen, SD N

Nglorog 3, SD N Nglorog 1, dan SD N 4 Sragen.

Peneliti mengambil obyek penelitian di 10 Sekolah Dasar tersebut

dengan alasan sekolah-sekolah tersebut cukup mewakili kondisi sekolah di

Kecamatan Sragen baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Kemudian

peneliti mengambil sekolah di masing-masing gugus agar obyek yang

peneliti ambil bisa mewakili kondisi Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen.

3. Tehnik Pengumpulan Data

a. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari

kepala SD se-Kecamatan Sragen yang merupakan subyek dalam

penelitian.

Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya dalam hal ini melalui guru-

guru PAI, serta dokumen yang terkait dengan penelitian. Semua itu

untuk menjelaskan supervisi akademik kepala sekolah dalam

meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SD se-Kecamatan

Sragen.

b. Tehnik Pengumpulan Data

30

1) Tehnik Observasi

Dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan teknik

observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

tentang fenomena–fenomena yang diselidiki secara sistematik.21

Dalam hal ini, observasi dilakukan untuk meneliti tentang

gambaran lokasi penelitian, aktivitas supervisi akademik kepala SD

se-Kecamatan Sragen dalam meningkatkan kompetensi profesional

guru PAI.

2) Teknik Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti memilih bentuk wawancara tak

terstruktur. Wawancara tak terstruktur dalam pelaksanaan tanya

jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari.22

Alasan

peneliti menggunakan teknik wawancara tak terstruktur adalah

untuk memberikan kesempatan kepada seseorang atau responden

untuk menyatakan dan menangkap pernyataan secara mendetail.

Yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri dari (1). Kepala

sekolah, (2) Guru PAI SD se-Kecamatan Sragen.

3) Teknik Dokumentasi

Teknik ini dikenal dengan penelitian dokumentasi

(dokumentation research) yang mencari data melalui beberapa

21

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid 3, Yogyakarta:Penerbit Andi, 2007, 36. 22

Lexy J. MoleonG, Metodologi Penelitian…, 191.

31

arsip dan dokumen sejarah madrasah/sekolah, raport, surat kabar,

majalah, jurnal, buku dan benda-benda tulis lainnya yang relevan.23

Dalam penelitian ini metode dokumentasi untuk

mengumpulkan data tentang supervisi akademik kepala sekolah di

SD se-Kecamatan Sragen.

4. Validitas Data

Setelah seluruh data yang dibutuhkan berhasil dikumpulkan, langkah

selanjutnya adalah melakukan proses verifikasi data supaya data yang ada

dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Menurut J. Moleong dalam

penelitian kualitatif terdapat empat kriteria yang dapat digunakan dalam

uji validitas data yaitu berkaitan dengan derajat kepercayaan (credebility)

keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability) dan kepastian

(confirmability).24

Data tersebut diuji keabsahan dengan triangulasi data,25 untuk

mengetahui sejauhmana temuan-temuan di lapangan benar-benar

representatif untuk dijadikan pedoman analisis dan juga untuk

mendapatkan informasi yang luas tentang perspektif penelitian.

Teknik yang digunakan dalam triangulasi adalah dengan

menggunakan banyak sumber untuk satu data yaitu membandingkan

antara hasil wawancara dengan hasil observasi antara ucapan informan di

depan umum dengan ucapan ketika informan sendirian (secara informal)

23

Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta:Rineka Cipa,1993,

200. 24

Lexy J. Moleong,, Metodologi Penelitian …, 173. 25

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian …, 177.

32

Dan antara hasil wawancara dengan data yang ada pada dokumen. Juga

dilakukan chek-richek, konsultasi dengan kepala sekolah, guru dan

sumber-sumber data yang terkait.

F. Sistematika Penelitian

Penelitian Tesis ini terdiri atas lima bab. Bab Pertama: Pendahuluan,

yang meliputi: Latar belakang masalah; Perumusan masalah; Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian; Penelitian yang relevan dan Sistematika

Penelitian.

Bab Kedua: Kajian Teori. Bab ini meliputi: Supervisi akademik Kepala

Sekolah; Tujuan supervisi akademik; prinsip-prinsip supervisi akademik;

Ruang lingkup supervisi akademik; Model-model supervisi akademik; teknik-

teknik supervisi akademik; perencanaan supervisi akademik; langkah-langkah

supervisi akademik; tindak lanjut supervisi akademik; kompetensi profesional

guru PAI dan indikatornya.

Bab Ketiga: Hasil penelitian yang meliputi gambaran dan kondisi

Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen, perencanaan, pelaksanaan dan tindak

lanjut supervisi akademik kepala sekolah.

Bab Keempat: Pembahasan yang meliputi tingkat keberhasilan

supervisi akademik kepala sekolah serta hambatan dalam pelaksanaan

supervisi akademik kepala sekolah.

Bab Kelima: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Akhirnya

tulisan ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan beberapa lampiran yang

mendukung terhadap validitas data serta biografi peneliti.

33

34

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Menurut Glickman sebagaimana dikutip Sudjana26

, supervisi akademik

adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya

mengelola proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Menurut Kemendiknas dalam Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, supervisi

akademik merupakan upaya untuk membantu guru-guru dalam

mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran.27

Supervisi akademik adalah supervisi yang menitikberatkan pengamatan

pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang

dalam proses belajar mengajar.28

Sedangkan Syaiful Sagala memberikan

definisi:

Supervisi akademik adalah bantuan dan pelayanan yang diberikan

kepada guru agar mau terus belajar, meningkatkan kualitas

pembelajarannya menumbuhkan kreativitas guru memperbaiki bersama-

sama dengan cara melakukan seleksi dan revisi tujuan-tujuan

pendidikan, bahan pengajaran, model dan metode pengajaran, dan

evaluasi pengajaran untuk meningkatkan kualitas pengajaran,

pendidikan, dan kurikulum dalam perkembangan dari belajar mengajar

dengan baik agar memperoleh hasil lebih baik.29

26

Nana Sudjana, Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui Supervisi

Klinis, Jakarta: Binamita Publishing, 2011, 54. 27

Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan

Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014, 107. 28

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar …., 5. 29

Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran: dalam Profesi Pendidikan, Bandung:

Alfabeta, 1992, 94.

35

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa supervisi

akademik merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan pelayanan yang

menitikberatkan pada masalah akademik untuk membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi

tercapainya tujuan pembelajaran

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah mempunyai peran penting

dalam supervisi. Kepala sekolah mempunyai peran memberikan petunjuk dan

pengarahan kepada guru-guru, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat

As Sajdah ayat 24:

Artinya : Dan Kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang

memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar.30

Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah diharapkan

memberi dampak terbentuknya sikap profesional guru. Sikap profesional guru

sangat penting dalam meningkatkan kualitas guru, karena selalu berpengaruh

pada perilaku dan aktivitas keseharian guru. Perilaku profesional akan lebih

diwujudkan dalam diri guru, apabila institusi tempat ia bekerja memberi

perhatian lebih banyak pada pembinaan, pembentukan, dan pengembangan

sikap profesional.31

Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah harus memiliki dan

menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi pengertian, tujuan dan

fungsi, prinsip-prinsip, dan tehnik-teknik supervisi.

30

Kementrian Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka

Indonesia, 2012, 589. 31

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah,

Bandung: Alfabeta, 2013, 215.

36

B. Tujuan Supervisi Akademik

Menurut Glickman dalam Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Secara

umum, tujuan supervisi akademik adalah membantu guru untuk

mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang

direncanakan bagi peserta didiknya.32

Menurut Peter Oliva dalam Donni Juni

Priansa dan Rismi Somad, menyatakan bahwa kegiatan supervisi akademik

dimaksudkan untuk:

1. Membantu guru dalam merencanakan pembelajaran

2. Membantu guru dalam penyajian materi pembelajaran

3. Membantu guru dalam mengevaluasi pembelajaran

4. Membantu guru dalam mengelola kelas

5. Membantu guru mengembangkan kurikulum

6. Membantu guru dalam mengevaluasi kurikulum

7. Membantu guru dalam mengevaluasi diri mereka sendiri

8. Membantu guru bekerjasama dengan kelompok

9. Membantu guru melalui inservice program33

Tiga tujuan supervisi akademik antara lain pengembangan profesional,

pengawasan kualitas dan penumbuhan motivasi yang dapat dijelaskan sebagai

berikut34

:

1. Pengembangan profesional

32

Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi …, 108. 33

Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi …, 109. 34

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah,

Bandung: Alfabeta, 2013, 216.

37

Supervisi akademik dimaksudkan untuk membantu guru mengembangkan

kemampuan profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan

kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya melalui teknik-teknik

tertentu.

2. Pengawasan kualitas

Supervisi akademik untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala

sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi

dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan peserta didik.

3. Penumbuhan motivasi

Supervisi akademik untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya

dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru

mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia

memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan tanggung

jawabnya.

C. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik

Menurut Dodd dalam Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala

Sekolah menyatakan bahwa prinsip-prinsip supervisi akademik yaitu:

1. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.

2. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program

supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.

3. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.

4. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.

5. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang

mungkin akan terjadi.

6. Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru

dalam mengembangkan proses pembelajaran.

38

7. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan

guru dalam mengembangkan pembelajaran.

8. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh

dalam mengembangkan pembelajaran.

9. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan

supervisi akademik.

10. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.

11. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang

harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor

12. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan

berkelanjutan oleh Kepala sekolah).

13. Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.

14. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di

atas.35

D. Ruang Lingkup Supervisi Akademik

Ruang lingkup supervisi akademik meliputi:36

1. Pelaksanaan kurikulum

2. Persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran oleh guru.

3. Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar Isi, dan

peraturan pelaksanaannya.

4. Peningkatan mutu pembelajaran melalui pengembangan sebagai

berikut:

a. model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses;

b. peran serta peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktif,

kreatif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas

dan dialogis;

c. peserta didik dapat membentuk karakter dan memiliki pola pikir

serta kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas

intelektual yang kreatif dan inovatif, berargumentasi,

mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi;

d. keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang

dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai

pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang diberikan oleh

guru.

e. bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan

pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar

siswa mampu:

1) meningkat rasa ingin tahunya;

2) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai

dengan tujuan pendidikan;

35

Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Dirjen PMPTK, 2010,

https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com diunduh pada hari Kamis, 7 April 2016 pukul 21.00

WIB, 8-9. 36

Materi Pelatihan ..., 15-17.

39

3) memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan

mencari sumber informasi;

4) mengolah informasi menjadi pengetahuan;

5) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;

6) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan

7) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan

proporsi yang wajar.

Supervisi akademik juga mencakup buku kurikulum, kegiatan belajar

mengajar dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Supervisi akademik

tidak kalah pentingnya dibanding dengan supervisi administratif. Sasaran

utama supervisi edukatif adalah proses belajar mengajar dengan tujuan

meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel yang

mempengaruhi proses pembelajaran antara lain guru, siswa, kurikulum, alat

dan buku pelajaran serta kondisi lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu, fokus

utama supervisi edukatif adalah usaha-usaha yang sifatnya memberikan

kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional sehingga

mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu: memperbaiki dan

meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.

E. Perencanaan Supervisi Akademik

Perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen

perencanaan, pemantauan serangkaian kegiatan membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran.37

37

Lantip Diat Prasojo dan Budiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media,

2011, 99.

40

Perencanaan penting dilakukan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

kegiatan. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr: 18

yang berbunyi:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya

untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.38

Perencanaan dalam fungsi manajemen pendidikan merupakan bagian

yang penting dan menjadi fungsi pertama. Begitu pula dalam kegiatan

supervisi, perlu diawali dengan perencanaan yang baik. Kegiatan supervisi

adalah kegiatan yang terencana untuk memperbaiki pengajaran menjadi lebih

baik. Karena itu perlu perencanaan yang matang agar dapat berjalan sesuai

yang diharapkan. Dalam melaksanakan supervisi, merencanakan program

supervisi merupakan salah satu tugas kepala sekolah. Perencanaan supervisi

akademik disusun dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran atau

prosedur yang jelas untuk mencapai tujuan supervisi akademik serta

mempermudah dalam mengukur membuat etercapaian program. Di samping

itu kepala sekolah harus memiliki kompetensi membuat rencana program

supervisi akademik agar dapat menyusun perencanaan yang maksimal.

38

Kementrian Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka

Indonesia, 2012.

41

Perencanaan program supervisi akademik meliputi pembuatan program

supervisi, sosialisasi kepada guru, pembinaan dan pendampingan sebelum

pelaksanaan supervisi, pelaksanaan supervisi, dan langkah-langkah tindak

lanjut. Seorang kepala sekolah harus memahami bahwa kagiatan ini untuk

memperbaiki proses dan hasil belajar yang mengacu pada perubahan tingkah

laku dan pola mengajar guru ke arah yang lebih baik.

Program supervisi terdiri dari kesatuan dalam kerangka untuk

meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran dalam menjalankan

tugas, peran dan fungsi seorang kepala sekolah sebagai supervisor. Program

supervisi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan

meningkatkan proses dan hasil belajar. Kegiatan ini menggambarkan hal-hal

yang akan dilakukan, bagaimana melakukan, fasilitas apa yang diperlukan,

kapan waktu pelaksanaan dan untuk mengetahui berhasil tidaknya usaha yang

dilakukan.

Manfaat perencanaan program supervisi akademik adalah sebagai

berikut:39

1. Sebagai pedoman pelaksanaan dan pengawasan akademik,

2. Untuk menyamakan persepsi seluruh warga sekolah tentang program

supervisi akademik, dan

3. Penjamin penghematan serta keefektifan penggunaan sumber daya sekolah

(tenaga, waktu dan biaya).

39

Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Dirjen PMPTK, 2010,

https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com diunduh pada hari Kamis, 7 April 2016 pukul 21.00

WIB, 15.

42

Prinsip-prinsip perencanaan program supervisi akademik adalah:

1. obyektif (data apa adanya),

2. bertanggung jawab,

3. berkelanjutan,

4. didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan, dan

5. didasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah/madrasah. 40

Program supervisi akademik hendaknya disusun sesaca jelas, sistematis

yang memuat jadwal secara rinci dan disampaikan kepada guru. Jadwal

supervisi memuat jadwal kunjungan, waktu kunjungan guru yang disupervisi

serta kelasnya.

Dalam menyusun program supervisi perlu disosialisasikan kepada guru

dengan tujuan agar guru mengetahui program kepala sekolah serta jadwal

kunjungan masing-masing. Jika guru mengetahui ada program supervisi dari

kepala sekolah, tentu guru dengan senang mempersiapkan terkait

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Program supervisi ini perlu

disosialisasikan kepada guru dengan tujuan agar mempunyai persepsi yang

sama dan saling tanggung jawab.

Program supervisi dimaksudkan sebagai bahan acuan dalam

melaksanakan supervisi. Program supervisi dibuat untuk mengukur apakah

pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan perencanaan atau belum. Apabila

pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan program supervisi, berarti

pelaksanaan supervisi sudah berjalan, namun tidak menutup kemungkinan ada

beberapa hal yang menjadi kendala. Program supervisi dibuat juga untuk

menyamakan persepsi seluruh warga sekolah tentang program supervisi akademik.

40

Materi Pelatihan ..., 15.

43

Kegiatan supervisi tidak hanya untuk menilai guru, tapi juga sebagai sarana untuk

pembinaan dan pendampingan kepada guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain

itu, diharapkan dengan supervisi akademik akan dapat mengefektifankan penggunaan

sumber daya sekolah seperti tenaga, waktu dan biaya.

Program supervisi yang baik, akan menentukan pelaksanaan supervisi.

Program supervisi yang direncanakan secara matang, akan memberikan hasil

yang maksimal. Sebaliknya apabila program supervisi hanya disusun secara

asal-asalan tentu pelaksanaannya pun tidak sistematis. Melalui program

supervisi akademik ini, gambaran kegiatan kepala sekolah dalam mensupervisi

dapat direncanakan.

Perencanaan program supervisi akademik yang baik dimulai dengan

penyusunan dokumen perencanaan pemantauan kegiatan dalam membantu

guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Tidak ada aturan yang baku mengenai

perencanaan supervisi akademik kepala sekolah. Kepala sekolah bisa

menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah masing-masing.

Program supervisi di suatu sekolah belum tentu bisa diterapkan di sekolah

lain.

Untuk mencapai supervisi akademik yang benar-benar bisa

dilaksanakan di sekolah, seorang kepala sekolah hendaknya membuat

perencanaan yang realistis sehingga bisa dilaksanakan. Program supervisi

akademik bisa disusun setahun sekali, namun perlu disusun secara spesifik

dalam pelaksanaannya, misalnya dalam bentuk program mingguan, bulanan

ataupun semesteran. Dan program supervisi tidak harus sama di suatu

44

kecamatan, disesuaikan dengan kondisi sekolah dan tidak ada salahnya bila

melibatkan guru, agar timbul rasa tanggung jawab bersama.

F. Model-model Supervisi Akademik

Model yang dapat digunakan dalam melaksanakan kegiatan supervisi

akademik, antara lain41

:

1. Model supervisi tradisional, meliputi:

a. Observasi langsung

Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada

guru yang sedang mengajar melalui prosedur: praobservasi, observasi,

dan post-observasi.

1) Pra-Observasi

Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan

wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi

diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan,

metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis.

2) Observasi

Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan

dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian

supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi

pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup.

3) Post-Observasi

Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan

wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap

penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru,

identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu

ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan.42

b. Observasi tidak langsung

Observasi ini dilakukan melalui tes dadakan, diskusi kasus, dan

metode angket.

41

Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi …, 111-113. 42

Materi Pelatihan ..., 18.

45

1) Tes dadakan

Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui

validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal

yang diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik

waktu itu.

2) Diskusi kasus

Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada

observasi Proses Pembelajaran (PBM), laporan-laporan atau hasil

studi dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus

demi kasus, mencari akar permasalahan dan mencari berbagai

alternatif jalan keluarnya.

3) Metode angket

Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan

mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan

guru dengan siswanya dan sebagainya.43

2. Model kontemporer

Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan

pendekatan klinis, sehingga sering disebut dengan model supervisi klinis.

Model supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam

pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru

dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara

obyektif serta teliti sebagai dasar untuk mengubah perilaku mengajar

guru.44

Tekanan dalam model supervisi klinis bersifat khusus melalui tatap

muka ketika guru mengajar dikelas. Inti bantuan dari supervisor berpusat

pada perbaikan penampilan dan perilaku guru dalam mengajar.

Tujuan supervisi klinis adalah memperbaiki perilaku guru dalam

proses belajar mengajar, terutama yang kronis secara aspek demi aspek

dengan intensif, hingga mereka dapat mengajar dengan baik. Ini berarti

43

Materi Pelatihan ..., 19. 44

Jasmani Asf, M.Ag, Syaiful Mustofa, M.Pd.,M.A, Supervisi Pendidikan Terobosan

Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru, Yogyakarta: Arruzz Media, 2013,

97.

46

perilaku yang tidak kronis bisa diperbaiki dengan teknik supervisi yang

lain. Secara teknik mereka mengatakan bahwa supervisi klinis adalah

suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan

perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balik. Supervisi klinis adalah

supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara nyata di kelas,

termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses

supervisi tersebut45

G. Teknik Supervisi Akademik

Teknik supervisi akademik merupakan suatu cara yang digunakan oleh

seorang supervisor dalam memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru

yang disupervisi. Teknik-teknik supervisi pendidikan dapat ditinjau dari

banyaknya guru dan cara menghadapi guru.46

Pertama ditinjau dari banyaknya

guru, dapat dilakukan melalui:

1. Teknik Kelompok

Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan

program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru

yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau

kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau

dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka

diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan

yang mereka hadapi.

45

Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada

Press, 2009, 61. 46

Hendiyat Soetopo dan Easti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,

Jakarta: Bina Aksara, 1984, 44.

47

Teknik-teknik yang dapat dipakai dalam supervisi kelompok antara

lain:

a. Rapat guru

Rapat Guru merupakan teknik supervisi kelompok melalui suatu

pertemuan guru yang dilakukan untuk membicarakan proses

pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru. Rapat

guru yang dipimpin oleh supervisor akan menghasilkan guru yang baik

jika direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai rencana, dan

ditindaklanjuti sesuai dengan kesepakatan yang telah dicapai dalam

rapat. Contoh rapat guru adalah rapat membahas kegiatan dan

pelaksanaan pengembangan kurikulum, rapat pembinaan awal tahun

ajaran baru, rapat untuk meningkatkan kemampuan lulusan, termasuk

meningkatkan kualitas lulusan, dan juga untuk mengatasi masalah-

masalah yang ada.

b. Lokakarya (Workshop)

Lokakarya/Workshop diartikan sebagai suatu kegiatan belajar

memecahkan suatu masalah melalui percakapan. Ciri lokakarya

adalah:

1) Masalah yang dibahas bersifat “life centered" dan muncul

dari guru;

2) Menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik

dalam kegiatannya, sehingga tercapai taraf pertumbuhan

profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula atau

terjadi perubahan yang berarti setelah megikuti lokakarya;

3) Metode yang digunakan dalam bekerja adalah metode

pemecahan masalah, musyawarah, dan penyelidikan;

4) Dilaksanakan berdasarkan kebutuhan bersama;

48

5) Menggunakan narasumber yang memberi bantuan yang

besar dalam mencapai hasil; dan

6) Senantiasa memelihara kehidupan seimbang di samping

memperkembangkan pengetahuan, kecakapan, dan

perubahan tingkah laku.47

c. Diskusi

Diskusi merupakan kegiatan pertukaran pikiran atau pendapat

melalui suatu proses percakapan antara dua atau lebih individu tentang

suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Melalui teknik

ini, kepala sekolah dapat membantu guru untuk saling mengetahui,

memahami atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara

bersama-sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah

tersebut. Contoh: guru PAI berdiskusi dengan kepala sekolah tentang

strategi yang tepat untuk penyampaian materi tertentu.

d. Studi kelompok.

Studi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok

guru bidang studi sejenis (biasanya untuk sekolah lanjutan). Untuk SD

dapat pula dibentuk kelompok-kelompok guru yang berminat pada

mata pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu

diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi guna

membicaraka hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan

dan peranan proses belajar-mengajar. Di dalam setiap diskusi,

supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan pengarahan,

bimbingan, nasihat-nasihat ataupun saran-saran yang diperlukan.

47

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja …, 226.

49

2. Teknik Perorangan

Teknik yang dipergunakan apabila hanya seorang guru memiliki

masalah khusus dan meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Dalam

hal ini teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain: kunjungan kelas,

observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai

diri sendiri.

a. Kunjungan Kelas

Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah

untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah

untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.

Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan

tukar pikiran antara supervisor guru. Cara melaksanakan kunjungan

kelas:

1) dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat

tujuan dan masalahnya,

2) atas permintaan guru bersangkutan,

3) sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan

4) tujuan kunjungan harus jelas.48

b. Observasi Kelas

Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara

teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif

aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam

usaha memperbaiki proses pembelajaran. Secara umum, aspek-aspek

yang diobservasi meliputi usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam

48

Materi Pelatihan ..., 24.

50

proses pembelajaran, cara menggunakan media pengajaran, variasi

metode, ketepatan penggunaan media dengan materi, ketepatan

penggunaan metode dengan materi, dan reaksi mental para siswa

dalam proses belajar mengajar.49

Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahapan persiapan,

pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi; dan tindak lanjut.

Dalam pelaksanaan observasi kelas seorang supervisor sudah siap

dengan instrumen observasi, menguasai masalah dan tujuan supervisi,

dan tidak mengganggu proses pembelajaran.

c. Pertemuan Individual

Pertemuan individual bertujuan untuk memberikan

kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan

yang dihadapi; mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;

memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan

menghilangkan atau menghindari segala prasangka. Kunjungan antar

kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah

itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam

pembelajaran.

Menurut Swearingen dalam Materi Pelatihan Penguatan

Kemampuan Kepala Sekolah mengklasifikasi empat jenis pertemuan

(percakapan) individual sebagai berikut:

49

Materi Pelatihan ..., 26.

51

1) classroom-conference, yaitu percakapan individual yang

dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang

meninggalkan kelas (istirahat).

2) office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan

di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi

dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan

penjelasan pada guru.

3) causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat

informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru

4) observational visitation. Yaitu percakapan individual yang

dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau

observasi kelas.50

Supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif

guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan

pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih

meragukan.

d. Kunjungan Antar Kelas

Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke

kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi

pengalaman dalam pembelajaran. Melaksanakan kunjungan antar kelas

dengan cara direncanakan; guru-guru yang akan dikunjungi harus

diseleksi; tentukan guru-guru yang akan mengunjungi; sediakan segala

fasilitas yang diperlukan; supervisor hendaknya mengikuti acara ini

dengan pengamatan yang cermat; adakah tindak lanjut setelah

kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan

pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu; segera

aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan

menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi; dan adakan

50

Materi Pelatihan ..., 27.

52

perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas

berikutnya.51

e. Menilai diri sendiri

Menilai diri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri

secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri.

Cara menilai diri sendiri yaitu dengan:

1) Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada

murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas.

Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup

maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama.

2) Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.

3) Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka

bekerja secara individu maupun secara kelompok.52

Kedua ditinjau dari cara menghadapi guru, yaitu:

1. Teknik langsung misalnya menyelenggarakan rapat guru, kunjungan

kelas, menyelenggarakan workshop, dan mengadakan coverence.

2. Teknik tidak langsung dapat dilakukan melalui quesioner (angket), buku

presensi guru, jurnal mengajar, buku paket guru, bulletin board.

Teknik-teknik supervisi individual atau kelompok di atas tidak semua

bisa diterapkan untuk semua pembinaan guru di sekolah. Oleh sebab itu,

seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang

sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Untuk

menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah.

Seorang kepala sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang

keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap

51

Materi Pelatihan ..., 28. 52

Ibid.

53

teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru sehingga teknik yang digunakan

betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi

akademik.

H. Tindak Lanjut Supervisi Akademik

Kegiatan tindak lanjut merupakan rangkaian akhir kegiatan supervisi.

Kegiatan tindak lanjut diantaranya dengan penguatan dan penghargaan

diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat

mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar dan guru

diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.

Kegiatan tindak lanjut diharapkan akan memberikan dampak perubahan

dalam peningkatan kompetensi profesional guru. Jenis tindak lanjut juga

disesuaikan dengan permasalahan dan kendala guru. Pemilihan program

tindak lanjut yang tepat akan berdampak signifikan pada keberhasilan guru.

Guru yang kurang menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar,

materi keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu tentu perlu

tindak lanjut dalam penguasaan materi pembelajaran. Guru yang kurang dalam

penggunaan media teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri, perlu pelatihan dan diklat yang berkaitan tentang

teknologi informasi. Selain itu, kegiatan tindak lanjut diharapkan mampu

memberikan peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran. Kepala

sekolah menyadari bahwa pemberian tindak lanjut sering diabaikan, dan ada

yang tidak melakukannya. Pembinaan dalam rapat hanya bersifat rutinitas dan

tidak menyasar pada permasalahan yang sedang dihadapi guru. Permasalahan

54

dalam mengajar tentu dialami oleh masing-masing guru, namun terkadang

kepala sekolah hanya menyimpan instrumen supervisi sebagai dokumen

administrasi saja. Tentu hal ini tidak memberikan manfaat dalam peningkatan

kompetensi guru.

Bentuk tindak lanjut supervisi akademik dapat berupa53

:

1. Pembinaan

Pembinaan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung. Pembinaan langsung bila berkaitan dengan hal-hal yang bersifat

khusus dan perlu perbaikan dengan segera dari hasil analisis supervisi.

Pembinaan tidak langsung dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya umum

yang perlu perbaikan dan perhatian setelah memperoleh hasil analisis

supervisi.

Beberapa cara yang dapat dilakukan kepala sekolah/madrasah

dalam membina guru untuk meningkatkan proses pembelajaran

diantaranya dengan:

a. Menggunakan secara efektif petunjuk bagi guru dan bahan

pembantu guru lainnya

b. Menggunakan buku teks secara efektif

c. Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang dapat

mereka pelajari selama pelatihan profesional/inservice training

d. Mengembangkan teknik pembelajaran yang telah mereka miliki

e. Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel)

f. Merespon kebutuhan dan kemampuan individual siswa

g. Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu

pembelajaran

h. Mengelompokan siswa secara lebih efektif

i. Mengevaluasi siswa dengan lebih akurat/teliti/seksama

j. Berkooperasi dengan guru lain agar lebih berhasil

53

Donni Juni Priansa dan Risma Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan

Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 117.

55

k. Meraih moral dan motivasi mereka sendiri

l. Memperkenalkan teknik pembelajaran modern untuk inovasi

dan kreatifitas layanan pembelajaran

m. Membantu membuktikan siswa dalam meningkatkan

ketrampilan berpikir kritis, menyelesaikan masalah dan

pengambilan keputusan

n. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif54

Tindak lanjut supervisi akademik bisa berupa penghargaan dan

motivasi yang diberikan kepala sekolah kepada guru yang telah melakukan

pembelajaran sesuai strandar kompetensinya. Saran dan kritik membangun

diharapkan mampu membekali guru dalam meningkatkan kemampuan

mengajar yang lebih baik. Guru diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

mengikuti kegiatan peningkatan kompetensi diri melalui seminar,

pelatihan dan kegiatan lain dalam rangka peningkatan kompetensi

profesional guru.

2. Pemantapan instrumen supervisi akademik

Kegiatan pemantapan instrumen supervisi akademik dapat dilakukan

dengan cara diskusi kelompok oleh kepala sekolah tentang instrumen

supervisi.

Cara-cara melaksanakan tindak lanjut hasil supervisi akademik

sebagai berikut.

a. Mengkaji rangkuman hasil penilaian.

b. Apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar

pembelajaran belum tercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian

ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang

menjadi tujuan pembinaan.

c. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka mulailah

merancang kembali program supervisi akademik guru untuk masa

berikutnya.

54

Materi Pelatihan ..., 41.

56

d. Membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya.

e. Mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada masa

berikutnya.55

I. Kompetensi Profesional Guru PAI

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir

c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.56

Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74

Tahun 2008 Tentang Guru bab II pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi

profesional sebagaimana dimaksud adalah merupakan kemampuan guru dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya

yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar

isi prorgram satuan pendidikan, mata pelajaran dan kelompok mata

pelajaran yang akan diampu

2. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang

relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan

program satuan pendidikan, mata pelajaran atau kelompok mata

pelajaran yang akan diampu.57

Kompetensi profesional guru adalah seperangkat kemampuan yang

harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas

55

Materi Pelatihan ..., 43 56

Penjelasan Standar Nasional Pendidikan, http://kemenag.go.id/file/dokumen/

PP1905.pdf, diunduh hari Selasa 12 April 2016 pukul 10.00 WIB. 57

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

BAB II Pasal 3, http://www.slideshare.net/wellyindrianykurniyawan/pp-no-74-tahun-2008,

diunduh pada hari Selasa, 12 April 2016 pukul 10.00 WIB.

57

mengajarnya dengan berhasil.58

Jadi seorang guru harus memilki

kemampuan profesional tersebut agar dapat melaksanakan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai.

Sedangkan pengertian pendidikan agama dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 55 tahun 2007 pasal 1 adalah :

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan

dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik

dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-

kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang,

dan jenis pendidikan.59

Jadi kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam

penelitian ini merupakan seperangkat kemampuan yang dimiliki oleh guru

PAI dalam pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan

peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam secara luas dan

mendalam yang memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam

Standar Nasional Pendidikan

J. Indikator Kompetensi Profesional Guru PAI

Dalam Permendiknas no.16 tahun 2007 disebutkan standar kompetensi

profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru. Standar kompetensi

profesional guru mata pelajaran adalah sebagai berikut:

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran yang diampu.

3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

58

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan

di Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, Cet. Ke-7, 18. 59

Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, https://gurumimu.wordpress.com/

2012/04/15/pp-no-55-tahun-2007/, diunduh pada hari Selasa, 26 Juli 2016 pukul 13.00 WIB.

58

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri.60

Menurut Muhaimin dan Abdul Majib dalam Abdul Majid61

, guru

Agama Islam profesional harus memiliki kompetensi sebagai berikut:

1. Penguasaan materi Al Islam yang komprehensif serta wawasan dan

bahan pengajaran, terutama pada bidang yang menjadi tugasnya.

2. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik)

pendidikan Islam termasuk kemampuan evaluasinya.

3. Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.

4. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian

pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan

Pendidikan Islam. Menurut kepekaan terhadap informasi secara

langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentingan

tugasnya.

Departemen Agama Republik Indonesia melalui program pengadaan

dan penyetaraan guru PAI telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang

harus dimiliki oleh guru PAI, yaitu:

1. Memiliki sifat dan kepribadian sebagai muslim yang bertakwa

kepada Allah SWT dan sebagai warga negara Indonesia serta

cendekia dan mampu mengembangkannya.

2. Menguasai wawasan kependidikan, khususnya berkenaan dengan

pendidikan pada tingkat dasar. (Sekolah/Madarasah).

3. Menguasai bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang

pendidikan dasar serta konsep dasar keilmuan yang menjadi

sumbernya.

4. Mampu merencanakan dan mengembangkan program pengajaran

Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar.

5. Mampu melaksanakan program pengajaran Pendidikan Agama Islam

sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak usia pendidikan

dasar

6. Mampu menilai proses dan hasil belajar mengajar murid

sekolah/madrasah.

60

Permendiknas no. 16 tahun 2007 https://www.google.com/search?q= Permen diknas+

no.16+tahun+2007&ie=utf-8&oe=utf-8, diunduh hari Minggu, 10 April 2016 pukul 23.00. 61

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2014, 91-92.

59

7. Mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat serta peserta

didik sekolah/madrasah.

8. Mampu memahami dan memanfaatkan hasil penelitian untuk

menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai guru agama Islam di

sekolah/madrasah.62

Dari indikator-indikator kompetensi profesional guru PAI di atas, dapat

kami sampaikan bahwa indikator kompetensi profesional guru PAI yaitu:

1. Bertaqwa kepada Allah SWT

2. Menguasaan materi Al Islam dan ilmu kependidikan yang komprehensif

serta wawasan dan bahan pengajaran, terutama pada bidang yang menjadi

tugasnya.

3. Mampu merencanakan dan mengembangkan program pengajaran PAI

serta menguasai strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik)

pendidikan Islam termasuk kemampuan evaluasinya.

4. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan

pada umumnya guna keperluan pengembangan Pendidikan Islam.

5. Mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat serta peserta didik

sekolah/madrasah.

62

Abdul Majid, Belajar …, 92.

60

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Sragen

Kecamatan Sragen merupakan kecamatan yang terletak di pusat kota.

Jumlah Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen terdiri dari 37 yang terdiri dari 30

SD Negeri, dan 7 SD swasta.

Tabel 1

Daftar Nama dan Status Sekolah di Kecamatan Sragen

No Nama sekolah Status No Nama sekolah Status

1 SDN 1 Sragen Negeri 20 SDN Tangkil 4 Negeri

2 SDN 2 Sragen Negeri 21 SDN Kedungpit 1 Negeri

3 SDN 3 Sragen Negeri 22 SDN Kedungpit 2 Negeri

4 SDN 4 Sragen Negeri 23 SDN Kedungpit 3 Negeri

5 SDN 6 Sragen Negeri 24 SDN Nglorog 1 Negeri

6 SDN 7 Sragen Negeri 25 SDN Nglorog 3 Negeri

7 SDN 9 Sragen Negeri 26 SDN Nglorog 4 Negeri

8 SDN 12 Sragen Negeri 27 SDN Nglorog 5 Negeri

9 SDN 14 Sragen Negeri 28 SDN Teguhan Negeri

10 SDN 15 Sragen Negeri 29 SDN Mojomulyo 2 Negeri

11 SDN 16 Sragen Negeri 30 SDN Mojo 58 Negeri

12 SDN 1 Sragen Negeri 31 SD Muh. Sragen Swasta

13 SDN Kr Tengah 1 Negeri 32 SD Birrul Walidain

Muhammadiyah Sragen

Swasta

14 SDN Kr Tengah 3 Negeri 33 SDIT Az Zahro Swasta

15 SDN Sine 1 Negeri 34 SD Al Hidayah Swasta

16 SDN Sine 2 Negeri 35 SD Elim Swasta

17 SDN Sine 3 Negeri 36 SD Santo Swasta

18 SDN Tangkil 1 Negeri 37 SD Kristen Swasta

19 SDN Tangkil 2 Negeri

Sumber: UPTD Dinas Pendidikan Kec. Sragen

Guru-guru PAI terdiri dari 48 orang yang terdiri dari 12 PNS dan 36

guru Wiyata Bhakti di Sekolah Dasar Negeri dan guru yayasan. Sebanyak 46

guru PAI sudah lulus S-1/D-IV, 2 orang berpendidikan Diploma dan ada 10

61

orang yang sudah sertifikasi. Melihat sisi akademik, guru-guru PAI sudah

memiliki kompetensi dan profesional di bidang materi dan tugasnya masing-

masing. Namun guru-guru yang sudah tersertifikasi, belum ada jaminan mutu

pendidikan akan meningkat, tentu masih perlu banyak faktor pendukung lain

seperti supervisi, siswa, guru, sarana dan prasarana dan lain-lain.

Penelitian ini dilaksanakaan di beberapa SD di kecamatan Sragen yaitu

SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, SD N Mojo 58, SD N Karang

Tengah 1, SD N 16 Sragen, SD N Mojomulyo 2, SD N Tangkil 4, SD N 6

Sragen, SD N Nglorog 3, SD N Nglorog 1, dan SD N Sragen 4. Penelitian

dimulai pada bulan Pebruari sampai bulan Juli 2016. Kepala Sekolah Dasar

(SD) di kecamatan Sragen dalam hal kualifikasi pendidikan sudah sesuai

dengan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah, yaitu harus memiliki kualifikasi akademik S1/D-IV

kependidikan. Bahkan sudah ada kepala sekolah yang sudah menempuh S-2.

Hal ini tentu akan mempengaruhi kepemimpinan seorang kepala sekolah,

karena kompetensi dan keterampilan kepala sekolah sangat diharapkan di

dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya. Ada juga beberapa kepala

sekolah yang sudah mengikuti pelatihan supervisi sehingga diharapkan dengan

mengikuti program-program peningkatan kompetensi ini, kwalitas kepala

sekolah akan meningkat. Kepala sekolah juga memiliki sertifikat pendidik

yang diperoleh melalui sertifikasi, secara teoritis kepala sekolah sebagai guru

sudah profesional dalam menjalankan tugas pembelajaran.

62

B. Kondisi Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen

1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen

SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen merupakan salah satu

sekolah swasta di bawah naungan Muhammadiyah yang beralamat di Jl.

Batanghari – Rt 02/XII Sumengko, Sragen Tengah, nomor telepon / Fax :

(0271) 894309, Web Site / email : www.sdmbirrul_srg.com / sdbirrul-

[email protected]. Sekolah ini berdiri sejak tahun 2004 dengan jenjang

akreditasi A. Visi sekolah untuk mewujudkan sekolah unggul dan generasi

taqwa, cerdas dan mandiri. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2015/2016

berjumlah 704 dengan jumlah rombel sebanyak 23 dengan rincingan kelas

1 ada 4 rombel, kelas dua ada 4 rombel, kelas 3 ada 4 rombel, kelas 4 ada

4 rombel, kelas 5 ada 4 rombel dan kelas 6 ada 3 rombel.

Jumlah guru dan karyawan di SD Birrul ada 56 orang. Petugas

satpam dan kebersihan sebanyak 5 orang, guru tetap yayasan 15 orang,

guru tidak tetap yayasan 32 Orang, staf tata usaha 3 orang dan

maintenance 1 orang. Guru Pendidikan Agama Islam diampu oleh 5 orang

yaitu:

Tabel 2

Daftar Nama Guru PAI SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen

No Nama Guru Gelar Asal Pendidikan

1 Dartopo S.Pd.I UIN Yogyakarta

2 Tutik Ernawati S.Pd.I Universitas Muhammadiyah Surakarta

3 Umi Muslimah S.Pd.I STIT Gontor

4 Annas Sayyidina S.Sy Universitas Muhammadiyah Surakarta

5 Hariyanto A.Md UNS (sedang menempuh Pendd.

Agama Islam di STIT Muh. Ngawi)

63

Struktur organisasi SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen

sebagai berikut:

Bagan 1

Struktur Organisasi

SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen

2. SD N Mojo 58

SD Negeri Mojo 58 merupakan salah satu Sekolah Dasar Negeri

yang ada di dekat pasar kota Sragen. Yaitu terletak di jalan RA. Kartini

Nomor 1 Sragen. Dahulu SD Mojo 58 merupakan penggabungan dari dua

sekolah yaitu SD N Mojo 5 dan SD N Mojo 8. Tahun ini SD N Mojo 58

mendapat nilai akreditasi A.

Siswa SD N Mojo 58 berjumlah 594 siswa. Tiap tingkatan kelas

terbagi dalam dua rombel. Dari jumlah tersebut terdiri dari 527 siswa

beragama Islam dan non Islam berjumlah 67 siswa.

64

Guru SD N Mojo 58 berjumlah 23 orang yang terdiri dari 13 orang

guru PNS, 10 orang guru Wiyata Bhakti, satu orang pustakatan dan 3

orang penjaga sekolah yang berstatus 1 PNS dan 2 Wiyata Bhakti. Guru

Pendidikan Agama Islam terdiri dari tiga orang yaitu ibu Tutik Rusdiatun,

S.Pd.I, Ibu Siti Rohani, S.Pd.I dan seorang guru Wiyata Bhakti bernama

ibu Merynda Eastin, S.Pd.I.

Struktur organisasi SD N Mojo 58 sebagai berikut:

Bagan 2

Struktur Organisasi SD N Mojo 58

3. SD N Karang Tengah 1

SD Negeri Karang Tengah 1 beralamat di Desa Karang Tengah,

terletak bersebelahan dengan kantor Kelurahan Karang Tengah. Sekolah

Kepala Sekolah Komite

Gr. K 5

3

Gr. K 2

Gr. K 1

Gr. A.Kristen

Gr. B. Inggris

Gr. K 6

Guru OR

Guru PAI

Penjaga

Masyarakat Sekitar

Gr. K 3

Gr. K 4

3

Pustakawan

Penjaga

65

ini cukup luas karena penggabungan dari dua sekolah yaitu SD N Karang

Tengah 1 dan 2. Kekungan jumlah murid di SD N Karang Tengah 1 dan

SD N Karang Tengah 2 membuat dua sekolah digabung agar lebih efektif.

Jumlah siswa di SD N Karang Tengah 1 ada 60 siswa. Jumlah

siswa selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan

desa Karang Tengah letaknya perbatasan dengan kelurahan Sragen dan

banyak anak yang lebih memilih sekolah di sekolah-sekolah Kelurahan

Sragen. Seluruh siswa beragama Islam. Y.Sri Purwanti selaku kepala

sekolah juga sudah mengupayakan berbagai cara untuk menumbuhkan

minat anak untuk mendaftar di sekolah ini, namun tetap kurang berhasil.63

Guru di SD Negeri Karang Tengah 1 berjumlah 10 orang yang

terdiri dari 6 orang guru PNS dan 4 orang Wiyata Bhakti. Pelajaran

Pendidikan Agama Islam diampu oleh Haryatik. Dia orang yang lemah

lembut, namun pandai dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Selain

mempunyai kualifikasi akademik sebagai guru Pendidikan Agama Islam,

Haryatik juga sudah sertifikasi, sehingga dia sudah profesional dalam

menjalankan tugasnya.

Struktur organisasi di SD Negeri Karang Tengah 1 sebagaimana

terdapat dalam bagan berikut:

63

Wawancara hari Rabu, 23 Mei 2016

66

Bagan 3

Struktur Organisasi SD N Karang Tengah 1

4. SD N 16 Sragen

SD N 16 Sragen terletak di Jl. Kapten Tendean No.8 Sragen Wetan,

Sragen. SD N 16 Sragen berdiri sejak tahun 1967 dan mempunyai lahan

yang cukup luas, membuat anak-anak lebih leluasa dalam bermain

melakukan kegiatan sekolah.

Jumlah siswa di SD N 16 dari tahun ke tahun tidak mengalami

perubahan pesat. Tiap tahun jumlah murid selalu berada di atas 100, dan

pada tahun ini keseluruhan berjumlah 118, yang terdiri dari 110 beragama

Islam dan 8 orang beragama Kristen.

Kepala Sekolah Komite

Gr. K 3

Gr. K 2

Gr. K 1

Gr. K 6

Gr. K 5

Gr. K 4

Pustakawan

Guru OR

Guru PAI

Penjaga

67

Guru di SD N 16 berjumlah 10 orang yang terdiri dari 6 PNS dan 4

orang Wiyata Bhakti. Sale Wasesa sekalu Kepala sekolah berasal dari guru

PAI dan sekarang masih mengampu mata pelajaran PAI dibantu guru

Wiyata Bhakti bernama Fatimah. Sale Wasesa mengajar kelas 5, 6 dan

kelas 1,2,3 dan 4 diampu oleh Fatimah guru Wiyata Bhakti. Fatimah

adalah guru yang kreatif, terbukti dia sering menggunakan alat peraga dan

media seperti vidio dalam proses kegiatan belajar mengajar. Di SD N 16

Sragen tidak mempunyai tenaga tata usaha, namun dalam menjalankan

tugasnya, kepala sekolah berkoordinasi dengan guru dan karyawan.

Struktur organisasi di SD N 16 Sragen bisa digambarkan sebagai

berikut:

Bagan 4

Struktur Organisasi SD N 16 Sragen

Kepala Sekolah Komite

Guru kelas 3

Guru kelas 2

Guru kelas 1

Guru kelas 6

Guru kelas 5

Guru kelas 4

Pustakawan

Guru OR

Guru PAI

Penjaga

68

5. SD N Mojomulyo 2

SD N Mojomulyo 2 terletak di tengah-tengah perkampungan

penduduk. Letaknya sangat strategis di lingkungan desa Mojomulyo serta

berada diantara rumah-rumah penduduk dan jauh dari jalan raya, membuat

SD N Mojomulyo 2 aman untuk anak-anak. Alamat SD N Mojomulyo 2

di Jalan Kyai Agus Salim Gang 9, Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan

Sragen.

Jumlah siswa di SD N Mojomulyo 2 tergolong banyak di

lingkungan kecamatan Sragen. Jumlah siswa ada 209 yang terdiri dari 194

siswa beragama Islam dan 8 siswa beragama Kristen. Siswa di SD N

Mojomulyo hanya berasal dari daerah sekitar. Kondisi penduduk yang

padat, membuat SD N Sidomulyo tidak mengalami kekurangan murid

setiap tahunnya.

Jumlah guru di SD N Mojomulyo 2 sebanyak 11 orang yang terdiri

dari 7 orang PNS dan 4 orang Wiyata Bhakti. Kepala Sekolah SD N

Mojomulyo 2 Menuk Rusmiati merupakan Kepala Sekolah berprestasi

tingkat kabupaten Sragen. Sebelum menjadi kepala sekolah, dia menjadi

guru di SD N 3 Sragen. Guru Pendidikan Agama Islam diampu oleh

Masykuri. Dia adalah sekretaris Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama

Islam (KKG PAI) di kecamatan Sragen. Dia guru yang rajin dan

bersemangat. Jarak tempuh tempat tinggal ke sekolah sekitar 35 km, tidak

menjadi halangan untuk senantiasa datang ke sekolah tepat waktu. SD N

Mojomulyo 2 tidak mempunyai tenaga tata usaha, namun dalam

69

menyelesaikan administrasi dikerjakan sendiri oleh kepala sekolah dan

dibantu guru

Pembagian tugas di SD N Mojomulyo 2 terdapat dalam struktur

organisasi sebagaimana pada bagan berikut:

Bagan 5

Struktur Organisasi SD N Mojomulyo 2

6. SD N Tangkil 4

SD N Tangkil 4 terletak di bagian utara Kecamatan Sragen. Yaitu

di Bulakrejo RT. 02/13 desa Tangkil, kecamatan Sragen. Letak sekolah

yang jauh dari perkampungan penduduk membuat sekolah ini mempunyai

murid sedikit. Kemudian proyek jalan tol Solo-Kertosono yang berada di

Kepala Sekolah Komite

Gr. K 3

Gr. K 2

Gr. K 1

Gr. K 6

Gr. K 5

Gr. K 4

Pustakawan

Guru OR

Guru PAI

Penjaga

G. B. Inggris

Guru Ekstra

Masyarakat sekitar

70

dekat sekolah dan memisahkan SD N Tangkil 4 dengan perkampungan,

membuat jumlah murid SD N Tangkil 4 semakin menurun.64

Jumlah murid di SD N Tangkil 4 ada 84 siswa yang keseluruhan

beragama Islam. Kepala sekolah serta guru dan karyawan selalu berusaha

untuk menarik simpati warga agar menyekolahkan anaknya ke SD N

Tangkil 4, namun jumlah siswa setiap tahun belum mengalami kenaikan

yang signifikan.

Guru dan karyawan SD N Tangkil 4 berjumlah 10 orang yang

terdiri dari 6 PNS dan 4 orang guru Wiyata Bhakti termasuk penjaga

sekolah. Guru Pendidikan agama Islam di SD Negeri Tangkil 1 diampu

oleh Gadis Wahyutira. Dia sosok guru yang bersemangat dalam mengajar.

Walau baru 6 bulan di SD Negeri Tangkil 1, dia selalu berusaha untuk

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Pelajaran Pendidikan

Agama Islam sering dilakukan di luar kelas, yaitu praktek di masjid.

Selain lebih menyenangkan, materi yang dilakukan dengan praktek secara

langsung akan lebih melekat di ingatan anak-anak.

Dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah maupun

administrasi sekolah, Sutardi selaku kepala sekolah senantiasa

berkoordinasi dengan guru-guru yang lain. Karena di SD N Tangkil 4

tidak ada tenaga administrasi, maka guru-guru yang mempunyai waktu

luang, diharapkan bisa membantu administrasi sekolah. Struktur

64

Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016

71

organisasi SD Negeri Tangkil 4 sebagaimana terdapat dalam bagan

berikut:

Bagan 6

Struktur Organisasi SD N Tangkil 1

7. SD N 6 Sragen

SD N 6 Sragen berlokasi di pinggir jalan raya dan bersebelahan

dengan SD N 9 Sragen, tepatnya di Jalan Ahmad yani no. 133 Sragen

Kulon, Sragen. Letak sekolah yang bersebelahan membuat 2 sekolahan

selalu bersaing untuk mendapatkan peserta didik. Hal ini justru membuat

semangan guru dan kepala sekolah untuk selalu berinovasi agar lebih baik.

SD N 6 Sragen mempunyai murid berjumlah 197 terdiri dari 181

beragama Islam, 11 anak beragama Kristen dan 5 anak beragama Katolik

5. Jumlah murid yang sedemikian banyak diasuh oleh 13 guru dan

Kepala Sekolah Komite

Guru kelas 3

Guru kelas 2

Guru kelas 1

Guru kelas 6

Guru kelas 5

Guru kelas 4

Pustakawan

Guru OR

Guru PAI

Penjaga

72

karyawan, yang terdiri dari 9 orang PNS dan 4 orang Wiyata Bhakti

termasuk pustakawan dan penjaga.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diampu oleh Pranto

Sutrisno. Dia sekarang sedang menyelesaikan pendidikan S-2 jurusan

supervisi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Di samping

kuliah, selama ini dia tetap mengajar. Tentunya disesuaikan dengan waktu

dia kuliah. Kepala sekolah juga memberikan ijin dan memberikan peluang

bagi guru untuk peningkatan kompetensi profesional guru.

Pembagian tugas di sekolah, digambarkan dalam bagan struktur

organisasi sebagai berikut:

Bagan 7

Struktur Organisasi SD N 6 Sragen

Kepala Sekolah Komite

Gr. K 5

3

Gr. K 2

Gr. K 1

Gr. A.Kristen

Gr. B. Inggris

Gr. K 6

Guru OR

Guru PAI

Penjaga

Murid

Masyarakat Sekitar

Gr. K 3

Gr. K 4

3

Pustakawan

73

8. SD N Nglorog 3

SD N Nglorog 3 terletak di ujung selatan Kecamatan Sragen.

Letaknya di Jalan Perintis Kemerdekaan nomor 40 Nglorog, Sragen.

Suasana kerja di SD N Nglorog 3 penuh kekeluargaan sebagaimana

diungkapkan oleh Sri Kuncoro “Suasana di sini sangat kekeluargaan

sekali, saya senang karena semua bapak ibu guru disini menganggap

teman adalah saudara, sehingga suasana kerja juga menyenangkan.”65

Murid di SD ini tergolong sedang, yaitu berjumlah 154 yang terdiri

dari 151 siswa beragama Islam dan 3 siswa beragama Kristen. Jumlah

siswa rata-rata tiap kelas 30 anak membuat proses belajar mengajar

menjadi lebih tenang dan terkendali.

Jumlah guru dan penjaga berjumlah 10 terdiri dari 6 orang guru

PNS termasuk guru PAI dan 4 orang guru Wiyata Bhakti. Mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam diampu oleh bapak Wiyono, S.Pd. Dia sosok

guru senior yang disegani. Tempat tinggal sekitar 30 km dari sekolah tidak

membuatnya mengeluh. Dia menjalani dengan penuh ikhlas hingga

pensiun tahun depan. Kedisiplinan dan ketelitiannya membuat dia

dipercaya sebagai bendahara Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Kepala sekolah SD N Nglorog 3 merupakan sosok ibu yang

bersahaja bernama Sri Kuncoro, S.Pd. Dia menjadi kepala sekolah sudah

lebih dari 6 tahun. Sebelum di SD N Nglorog 3, sempat menjadi kepala

sekolah di SD N Nglorog 1. Dalam melaksanakan tugas administrasi,

65

Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.

74

kepala sekolah dibantu guru-guru yang masih muda dan tentu bisa

mengoperasikan komputer. Berikut struktur organisasi di SD N Nglorog 3:

Bagan 8

Struktur Organisasi SD N Nglorog 3

9. SD N Nglorog 1

SD N Nglorog 1 merupakan Sekolah Dasar yang terletak di bagian

timur Kecamatan Sragen. SD N Nglorog 1 yang mempunyai visi unggul

dalam prestasi, teruji dalam keimanan, & ketaqwaan merupakan gabungan

dari dua sekolah yaitu SD N Nglorog 1 dan SD N Nglorog 2. Letak

sekolah sangat strategi dan berada di pinggir jalan dekat perkampungan

penduduk yaitu di Jalan Irian No. 26 Nglorog, Sragen.

Kepala Sekolah Komite

Guru kelas 3

Guru kelas 2

Guru kelas 1

Guru kelas 6

Guru kelas 5

Guru kelas 4

Pustakawan

Guru OR

Guru PAI

Penjaga

G. B. Inggris

75

Jumlah siswa di SD N Nglorog 1 mencapai 250 yang terdiri dari

248 siswa beragama Islam dan 2 siswa beragama Kristen. Tiap-tiap kelas

terdiri dari dua rombel sehingga rata-rata setiap kelas menampung 20-an

siswa.

SD N Nglorog 1 mempunyai tenaga pendidik sebanyak 15 guru

yang terdiri dari 11 Pegawai Negeri Sipil dan 3 guru Wiyata Bakti

termasuk 1 orang pustakawan. Guru PAI di SD N Nglorog 1 adalah sosok

yang sangat patuh dan disiplin. Walaupun kondisi kesehatan yang kurang

baik, Suharyati tetap masuk untuk mengajar. Dia senantiasa bersemangat

dalam mengajar, dan hanya ijin apabila sedang sakit yang memerlukan

istirahat total. Kondisi kesehatan guru Pendidikan Agama Islam yang tidak

stabil, membuat teman guru dan kepala sekolah tidak memberikan beban

terlalu berat. Guru-guru yang lain juga memahami dan bersedia membantu

dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kepala Sekolah juga tidak

memberikan tugas tambahan kepada Suharyati mengingat kondisi

kesehatannya.

Kepala Sekolah SD N Nglorog 1 Paini, dalam melaksanakan tugas

administrasi untuk sekolah dibantu guru-guru karena tidak ada tenaga tata

usaha. Berikut struktur organisasi SD N Nglorog 1:

76

Bagan 9

Struktur Organisasi SD N Nglorog 1

10. SD N Sragen 4

SD Negeri 4 Sragen merupakan Sekolah Dasar negeri yang

mempunyai murid terbanyak. Sekolah ini terletak di pusat kota yaitu di

Jalan Diponegoro No. 6 Sragen. SD N 4 merupakan penggabungan dari

SD Negeri 4, SD Negeri 13, dan SD Negeri 19 Sragen. Visi sekolah untuk

menjadikan anak yang taqwa, berbudi pekerti luhur, cerdas, trampil, peduli

pada lingkungan dan berperspektif gender. Misi sekolah untuk

menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama, nilai-

nilai luhur kepribadian bangsa, norma-norma hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara dan bernegara dalam kehidupan sehari-hari.

Kepala Sekolah Komite

Guru kelas 3

Guru kelas 2

Guru kelas 1

Guru kelas 6

Guru kelas 5

Guru kelas 4

Pustakawan

Guru OR

Guru PAI

Penjaga

Guru Bhs. Inggris

77

Kedua, pemberdayaan seluruh komponen sekolah agar mampu

menghasilkan keluaran hasil belajar (output) yang berkualitas, memiliki

kemandirian, serta mampu berkompetisi pada jenjang pendidikan

selanjutnya. Ketiga, mengedepankan pendidikan anak seutuhnya (pas)

dalam setiap KBM. Keempat, mengembangkan pendidikan lingkungan

dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kelima, menciptakan

lingkungan dan proses pembelajaran yang responsif gender.

SD Negeri 4 Sragen mempunyai murid terbanyak di kabupaten

Sragen untuk kategori sekolah negeri, yaitu berjumlah 896 siswa. Ada 849

siswa beragama Islam dan 47 siswa beragama Kristen. Dalam pelajaran

agama diampu oleh guru masing-masing.

Guru Pendidikan Agama Islam di SD N 4 Sragen terdiri dari 4 orang

yaitu:

Tabel 3

Daftar Nama Guru PAI SD N Sragen 4

No Nama Guru Gelar Asal Pendidikan

1 Siyami M.Pd.I UIN Yogyakarta

2 Sriyono S.Ag IIM Surakarta

3 Pristisa Nur F S.Pd.I Universitas Muhammadiyah Surakarta

4 Mustachim S.Pd.I IAIN Surakarta

Ibu Siyami, merupakan ketua Kelompok Kerja Guru Pendidikan

Agama Islam (KKG PAI) Kecamatan Sragen. Beliau sosok yang sangat

disiplin dan penuh tanggung jawab.

Kepala Sekolah SD N 4 Sragen adalah seorang ibu yang sangat

disiplin dalam memimpin. Beliau bernama Mastuti Rahayu. selain menjadi

78

kepala sekolah, beliau juga menjadi ketua Gugus Sukowati dan salah satu

kepala sekolah berprestasi di Kabupaten Sragen. Dalam menjalankan tugas

di sekolah, beliau dibantu oleh guru yang diberi tugas sebagai wakil kepala

sekolah. Struktur organisasi SD Negeri 4 Sragen yaitu:

Bagan 10

Struktur Organisasi SD N Sragen 4

Kepala Sekolah Komite

Guru kelas 3

Guru kelas 2

Guru kelas 1

Guru kelas 6

Guru kelas 5

Guru kelas 4

Pustakawan

Guru PAI

UPTD Dinas Pendidikan

Kec. Sragen

Guru Komputer

Guru Bhs. Inggris

Guru A. Kristen

Guru OR

Penjaga

Ko. Ekstra

79

C. Perencanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Kegiatan supervisi merupakan sesuatu hal yang direncanakan untuk

memperbaiki pengajaran tentu memerlukan perencanaan yang matang. Tugas

kepala sekolah dalam supervisi akademik yang pertama adalah merencanakan

program supervisi. Agar dapat melaksanakan supervisi, kepala sekolah harus

memiliki kompetensi dalam menyusun program supervisi akademik. Berikut

hasil penelitian di lapangan mengenai perencanaan supervisi akademik kepala

sekolah:

1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen

Kepala Sekolah SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, Rosit

Mustofa, selalu membuat perencanaan supervisi di awal tahun ajaran baru.

Perencanaan ini diwujudkan dalam program supervisi kepala sekolah.

Supervisi lebih ditekankan kepada semua guru baik guru kelas maupun

guru mata pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam. Program supervisi

sangat penting bagi seorang kepala sekolah sebagaimana disampaikan

dalam wawancara bahwa:

“Program supervisi akademik itu sangat penting, karena itu

sebagai acuan dalam melaksanakan supervisi. Bayangkan saja

disini ada 50 an guru dan karyawan, kalau tidak ada perencanaan

tentu akan kewalahan. Dalam pembuatan perencanaan saya

selalu koordinasi dengan wakil kepala-wakil kepala yang lain

pada waktu rapat kerja (raker) awal tahun. Dan dalam

pelaksanaan supervisi saya koordinasi dengan bagian akademik.

Program supervisi ini juga saya sosialisasikan pada waktu rapat.

Hal ini dimaksudkan agar guru dan karyawan juga memahami

maksud dan tujuan program supervisi ini.66

66

Wawancara tanggal 6 April 2016 .

80

Kepala Sekolah SD Birrul Walidain, Rosit Mustofa menyusun

program supervisi dibantu oleh wakil kepala bagian Akademik yaitu Novi

Animah, Wakil Kepala bagian Kesiswaan Paryanto, serta dibantu

koordinator jenjang masing-masing kelas yaitu Yesi Puji Hastuti, Ari

Qudriyati, Tutik Ernawati, Dartopo, Annas Sayidina, dan Heni

Widiastuti. Penyusunan dilakukan di awal tahun ajaran baru. Kepala

sekolah melibatkan guru dalam menyusun program supervisi untuk selalu

koordinasi tentang jadwal dan waktu pelaksanaan. Setelah program

disusun, kemudian disampaikan dalam rapat kerja awal tahun ajaran agar

semua guru bisa memahami dan bisa mempersiapkan diri. Selain itu,

kepala sekolah juga menyampaikan tentang maksud dan tujuan diadakan

supervisi akademik.

Dalam menyusun program supervisi yang berkaitan dengan jadwal

kunjungan kelas, Kepala Sekolah berkoordinasi dengan guru yang terkait.

Hal ini dimaksudkan agar semua guru ikut terlibat dan bertanggung jawab

dalam pelaksanaannya. Apabila guru mengetahui adanya kegiatan

supervisi, mereka akan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Adanya

supervisi akademik akan mendorong guru untuk melengkapi administrasi

dan menyiapkan pembelajaran baik guru kelas maupun guru mata

pelajaran. Dalam penyusunan kelengkapan administrasi dan perangkat

lainnya secara bersama-sama di awal tahun ajaran baru akan ada rasa

kebersamaan dan tentunya akan membuat guru bersemangat. Hal ini bisa

digunakan kepala sekolah untuk memberikan pembinaan dan bimbingan

81

dalam penyusunan administrasi serta menjelaskan manfaat adanya

supervisi.

2. SD N Mojo 58

Kepala Sekolah SD N Mojo 58, Sulardi menyusun program supervisi

sama dengan tahun sebelumnya. Program-program supervisi tahun ini

sama persis dengan tahun-tahun sebelumnya. Kepala Sekolah hanya

mengganti tanggal dan tahun pelaksanaan saja.

Menurut Sulardi, program supervisi hanya sebagai pelengkap dalam

administrasi kepala sekolah. Program supervisi tidak terlalu penting, yang

lebih adalah pelaksanaan supervisi. Program supervisi dari tahun lalu dan

sekarang juga sama, hanya mengubah tanggal dan tahun.67

3. SD N Karang Tengah 1

Dalam wawancara dengan ibu Y. Sri Purwanti Kepala Sekolah Dasar

Negeri Karang Tengah 1, tiap awal ajaran baru selalu menyusun program

supervisi, walaupun terkadang juga sama dengan tahun-tahun sebelumnya,

minimal untuk kelengkapan administrasi Kepala Sekolah. Namun dalam

pelaksanaannya kadang tidak sesuai jadwal, karena bersamaan dengan

kegiatan yang lain seperti rapat dinas atau sedang ada pelatihan.68

Jadwal supervisi disusun di awal tahun pelajaran, namun ketika ada

kegiatan yang bersamaan dan bersifat mendadak maka akan

menyesuaikan. Dalam hal ini perlu ada pengertian semua pihak baik

Kepala Sekolah maupun guru yang disupervisi, untuk diganti di hari lain.

67

Wawancara hari Senin, 21 Maret 2016. 68

wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016 .

82

4. SD N 16 Sragen

Kepala Sekolah SD N 16 Sragen, Sale Wasesa mempunyai program

supervisi kepala sekolah namun hanya mengkopi tahun-tahun sebelumnya.

Dia mengatakan bahwa perencanaan supervisi memang penting tapi

karena kesibukan kepala sekolah sehingga program supervisi dibuat sama

tiap tahunnya.

Menurut Sale Wasesa, program supervisi hanya sebagai administrasi

kepala sekolah, yang terpenting adalah bagaimana pelaksanaan supervisi.

Perhatian dan pendampingan kepala sekolah kepada guru lebih penting

daripada sekedar program supervisi.69

5. SD N Mojomulyo 2

Menuk Rusmiyati selaku kepala SD N Mojomulyo 2 menyusun

program supervisi untuk semua guru dan karyawan pada awal ajaran baru.

Kepala Sekolah menyusun program supervisi sendiri. Hal ini dimaksudkan

supaya lebih efisien waktu dan agar guru lebih konsentrasi dalam

mengajar.

Perencanaan program supervisi dilakukan oleh kepala sekolah

dengan menyesuaikan kondisi guru dan karyawan. Kepala sekolah juga

menyampaikan program supervisi kepada guru dan karyawan agar ada

kesepahaman dan tanggung jawab bersama.70

69

Wawancara hari Selasa, 5 April 2016. 70

Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016.

83

6. SD N Tangkil 4

Sutardi selaku kepala sekolah tidak menyusun program supervisi.

Sutardi hanya melakukan supervisi secara insidental tanpa adanya

pedoman yang jelas. Program supervisi ada ditulis di papan secara

permanen yang dipajang di kantor sekolah. Program supervisi selalu sama

dan tidak berubah dari tahun ke tahun.

Kepala Sekolah menganggap penyusunan kegiatan supervisi tidak

penting. Sebagainya diungkapkan Sulardi dalam wawancara bahwa ada

tidaknya program supervisi tidak berpengaruh terhadap kegiatan belajar

mengajar. Walaupun tidak ada program supervisi, kepala sekolah tetap

mengawasi guru dalam mengajar secara insidental.71

7. SD N Sragen 6

Sumarni Kepala Sekolah Negeri 6 tidak menyusun program

supervisi. Program supervisi hanya dibuat dalam rencana kerja sekolah.

Kepala sekolah tidak membuat program supervisi maupun jadwal

kunjungan kelas. Sebagaimana diungkapkan dalam wawancara sebagai

berikut:

“Oo..kalau secara khusus tidak ada program supervisi, hanya

yang ada di dalam Rencana Kerja Sekolah. Di dalamnya cuma ada

jadwal pelaksanaannya secara umum tetapi kalau secara khusus

misalnya perkelas atau untuk guru mapel tidak ada. Saya

melaksanakan supervisi untuk mengamati guru mengajar. Saya

mengamati juga tidak pakai instrument. Saya cuma keliling begitu,

sambil mengamati guru-guru mengajar. Guru-guru juga sudah

paham kalau sedang diperhatikan mengajarnya.”72

71

Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016. 72

Wawancara hari Selasa, 5 April 2016.

84

8. SD N Nglorog 3

Sri Kuncoro Kepala Sekolah Dasar Negeri Nglorog 3 menyusun

program supervisi sebagaimana disampaikan bahwa selaku kepala sekolah

seharusnya menyusun program supervisi sebagai acuan dalam melakukan

supervisi selama setahun.73

Program supervisi digunakan sebagai pedoman

pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Dengan program yang jelas,

diharapkan pelaksanaan supervisi akademik dapat berjalan lancar dan

maksimal.

Perencanaan supervisi Kepala Sekolah di SD N Nglorog 3 ditujukan

untuk semua guru baik guru kelas, guru Penjas, maupun guru Pendidikan

Agama Islam. Kepala Sekolah SD N Nglorog 3 merencanakan program

supervisi kepala sekolah dengan tujuan agar adanya perencanaan yang

baik dapat dilaksanakan dan mendapat hasil yang baik sesuai harapan.

9. SD N Nglorog 1

Kepala Sekolah SD N Nglorog 1, Paini belum menyusun program

supervisi kepala sekolah dengan alasan bahwa beliau baru diangkat Kepala

Sekolah 1 tahun. Sehingga belum sempat menyusun program supervisi

akademik kepala sekolah.74

Paini sebagai Kepala Sekolah beranggapan bahwa program supervisi

untuk guru PAI sudah dilakukan oleh pengawas PAI. Dia tidak membuat

perencanaan supervisi untuk guru Pendidikan Agama Islam. Dan dia juga

belum membuat program supervisi untuk guru kelas yang lain.

73

wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016. 74

Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.

85

10. SD N Sragen 4

Kepala Sekolah SD N 4 Sragen Mastuti Rahayu, menyusun program

supervisi pada awal tahun ajaran baru. Menurut Kepala Sekolah SD N 4

Sragen, perencanaan program supervisi diperlukan agar dalam

menjalankan supervisi, seorang kepala sekolah mempunyai pedoman dan

acuan yang jelas. Perencanaan program supervisi ditujukan untuk semua

guru dan karyawan termasuk guru Pendidikan Agama Islam baik yang

berstatus guru PNS maupun guru Wiyata Bhakti.75

Menurut Mastuti Rahayu, program supervisi selain sebagai pedoman

dalam supervisi juga sebagai administrasi kepala sekolah. Seorang kepala

sekolah harus mempunyai program supervisi yang didokumentasikan

dalam tulisan.

D. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Berdasarkan temuan di sekolah Kecamatan Sragen dapat diketahui

bahwa pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah sebagai berikut:

1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen

Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di SD Birrul

Walidain menggunakan dua tehnik yaitu kelompok dan perseorangan.

Supervisi kelompok dilakukan pada awal tahun ajaran baru dan setiap

bulan sekali di minggu pertama. Dalam tehnik kelompok, kepala sekolah

memberikan pembinaan dan menumbuhkan motivasi guru dalam

mengajar. Selain itu, dalam supervisi kelompok sering digunakan untuk

75

Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016.

86

diskusi kasus tentang permasalahan yang muncul dalam kegiatan belajar

mengajar. Guru yang mempunyai permasalahan tentang anak didiknya di

kelas, disampaikan kemudian didiskusikan dengan kepala sekolah dan

guru yang lain.

Dalam supervisi kelompok digunakan kepala sekolah untuk

membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam

mengembangkan keterampilan mengajar melalui teknik-teknik tertentu.

Selain itu, dalam pelaksanaan supervisi kelompok digunakan kepala

sekolah untuk memberikan motivasi kepada guru agar memiliki semangat

dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas.

Persiapan supervisi kunjungan kelas di SD Birrul Walidain

Muhamamdiyah Sragen menggunakan metode guru senior, sebagaimana

disampaikan Rosit Mustofa bahwa:

“Biasanya sebelum ada supervisi, kalau ada guru mengalami

permasalahan dalam mengajar, mungkin tentang strategi atau

penggunaan media, guru terbiasa berdiskusi dengan sesama guru

per jenjang. Disini ada 4 rombel, dan tiap minggu ada pertemuan

rutin guru kelas maupun guru mapel tiap jenjang. Hal ini

dimaksudkan untuk penyamaan persepsi tentang materi serta

berdiskusi tentang strategi pembelajaran, pembuatan media

pembelajaran serta pola penanganan anak. Apabila dalam diskusi

tersebut belum menemukan solusi, biasanya konsultasi dengan

saya. Maklum disini ada lebih dari 50 guru, tentu saya tidak bisa

melakukannya sendiri.”76

Jumlah guru di SD Birrul Walidain tidak memungkinkan kepala

sekolah terjun secara langsung di setiap kelas. Dalam memberikan

bimbingan kepala sekolah bisa meminta bantuan kepada guru senior.

76

Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.

87

Strategi ini cukup efektif diterapkan untuk membantu kepala sekolah

dalam supervisi akademik.

Dalam pelaksanaan supervisi kunjungan kelas, kepala sekolah

dibantu wakil kepala bagian Akademik dan koordinator masing-masing

jenjang. Semua guru kelas maupun guru mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam mempunyai waktu dan kesempatan yang sama dalam

supervisi. Kegiatan supervisi kunjungan kelas menggunakan instrumen

penilaian. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan wakil kepala sekolah

dan koordinator jenjang melaporkan hasil supervisi kepada kepala

sekolah.

Kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi perlu

menyiapkan perlengkapan supervisi, instrumen, sesuai dengan tujuan,

sasaran, objek metode, teknik dan pendekatan yang direncanakan, dan

instrumen yang sesuai. Hal ini senada dengan ungkapan Rosit Mustofa

bahwa:

“Tentu ada instrumennya, instrumen itu saya gunakan sebagai

bukti fisik adanya supervisi. Guru disini kan banyak, kalau tidak

menggunakan instrumen, ya saya tidak ingat lagipula dalam

melakukan supervisi dibantu oleh wakil kepala sekolah. Selain itu

hasil dari supervisi yang saya gunakan untuk evaluasi dan tindak

lanjutnya.”77

2. SD N Mojo 58

Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di SD N Mojo 58

menggunakan tehnik langsung dan secara kelompok seperti dalam rapat

guru. Kepala sekolah memberikan pembinaan di awal tahun ajaran baru.

77

Wawancara pada hari Rabu, 6 April 2016.

88

Kepala sekolah menyampaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan terutama

dalam hal administrasi guru dan administrasi kelas.

Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas, tiap guru dilakukan sekali

dalam satu semester. Untuk guru PAI, kepala sekolah hanya melakukan

kunjungan kelas kepada Tutik Rusdiatun, mengingat kegiatan kepala

sekolah yang padat serta jumlah guru yang banyak. Hal ini dilakukan

Kepala Sekolah pertimbangan bahwa Tutik Rusdiatun adalah guru

Pendidikan Agama Islam yang berstatus PNS.

Waktu pelaksanaan supervisi kunjungan kelas ditentukan dalam

program supervisi yang telah disusun di awal tahun ajaran baru. Namun

kenyataannya terkadang ada yang maju bahkan mundur dari jadwal karena

menyesuaikan kegiatan kepala sekolah. Sebagaimana diungkapkan

Sulardi Kepala Sekolah Dasar Mojo 58 bahwa:

“Kalau pelaksanaannya tiap semester cuma sekali, itupun waktunya

terkadang mundur dari jadwal. Karena saya juga memaklumi, disini

kekurangan guru. Bu Tutik sebagai guru PAI harus mengajar penuh

seminggu. Bisa dibayangkan saja, kelas 1 sampai 6 yang terdiri 3

rombel, hanya ada 1 guru dan 1 guru WB tapi jarang masuk juga,

terkadang bu Tutik itu harus mengajar dua kelas sekaligus dalam

jam yang sama, kerepotan sekali. Sedang saya sendiri juga banyak

kegiatan kepala sekolah, selain itu saya juga pengurus koperasi jadi

sering ada tamu yang kesini.”78

Dalam melakukan supervisi kunjungan kelas terhadap guru pelajaran

Pendidikan Agama Islam Tutik Rusdiatun, Sulardi tidak menilai dari sisi

materi yang disampaikan karena latar belakang keilmuan yang kurang

menguasai, namun dalam hal strategi dan perangkat pembelajaran.

78

wawancara hari Senin, 21 Maret 2016.

89

3. SD N Karang Tengah 1

Pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SD Karang Tengah 1 hanya

dilakukan untuk menilai administrasi guru. Hal ini dilakukan ibu Y. Sri

Purwanti selaku kepala sekolah di setiap awal semester. Semua guru

termasuk guru Pendidikan Agama Islam, mengumpulkan semua perangkat

pembelajaran seperti silabus, RPP, jadwal mengajar, buku nilai dan buku

administrasi lainnya di meja kepala sekolah untuk diperiksa dan diberi

tanda tangan oleh kepala sekolah. Hal ini dilakukan agar guru tertib dalam

administrasi.79

Ibu Y. Sri Purwanti selaku kepala sekolah SD N Karang Tengah 1

tidak melakukan supervisi perseorangan dengan kunjungan di kelas-kelas.

Kepala sekolah hanya mengamati guru mengajar dari luar kelas tanpa

instrumen dan dilakukan secara insidental. Hal ini juga diungkapkan

Haryatik bahwa selama menjadi guru Pendidikan Agama Islam di SD N

Karang Tengah 1 tidak pernah ada supervisi kunjungan kelas oleh kepala

sekolah. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah hanya menilai perangkat

administrasi guru saja.80

4. SD N 16 Sragen

Supervisi akademik kepala sekolah di SD N 16 Sragen sering

dilakukan dalam bentuk supervisi kelompok. Kepala sekolah sering

mengadakan pembinaan berkaitan kegiatan belajar mengajar secara

bersama-sama. Apabila ada permasalahan tertentu, kepala sekolah

79

Wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016. 80

Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.

90

mendiskusikan sendiri dengan guru yang bersangkutan. Termasuk guru

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Fatimah sering konsultasi

dengan Kepala Sekolah mengenai strategi pembelajaran dan materi

Pendidikan Agama Islam. Seperti yang diungkapkan Sale Wasesa Kepala

Sekolah SD Negeri 16 Sragen. “Pada awalnya biasanya guru-guru tanya

apakah RPP nya dah betul atau belum, tapi selanjutnya mereka sudah

melanjutkan sendiri.”81

Pelaksanaan supervisi perseorangan di SD N 16 Sragen dilakukan

secara langsung. Sebelum melakukan observasi di kelas, kepala sekolah

berdiskusi dengan guru dan memeriksa RPP untuk mengetahui

perencanaan dalam pembelajaran. Kemudian kepala sekolah mengamati

guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

Saat mengamati proses pembelajaran di kelas, kepala sekolah

menggunakan instrumen yang berfungsi sebagai penilaian. Selain sebagai

bukti fisik kegiatan supervisi, instrumen untuk mencatat hal-hal yang perlu

diperbaiki guna kegiatan tindak lanjut

5. SD N Mojomulyo 2

Kepala sekolah SD N Mojomulyo 2 menggunakan dua tehnik dalam

supervisi yaitu kelompok dan perseorangan. Supervisi kelompok

dilakukan kepala sekolah secara bersama-sama dalam rapat guru awal

tahun ajaran baru. Seperti yang disampaikan oleh Menuk Rusmiyati

Kepala Sekolah SD N Mojomulyo bahwa:

81

Wawancara hari Selasa, 5 April 2016.

91

“Dalam pelaksanaannya paling satu semester cuma satu kali. Tapi

pelaksanaannya tidak runtut. Pada awal ajaran baru saya

memberikan bimbingan seperti cara membuat RPP, silabus dan

lainnya. Namun pelaksanaan supervisi di kelas, tidak pasti harinya.

Saya menyesuaikan dan mencari waktu luang, karena kepala sekolah

tugasnya juga banyak.”82

Untuk kegiatan supervisi perseorangan, kepala sekolah SD N

Mojomulyo 2 melakukan kunjungan kelas. Kepala sekolah mengamati

guru dalam mengajar secara bergantian sesuai jadwal yang telah disepakati

bersama. Termasuk guru Pendidikan Agama Islam Masykuri juga

disupervisi. Supervisi akademik penting bagi kepala sekolah untuk

mengetahui kelebihan dan kekurangan guru dalam pembelajaran.

Supervisi akademik dilaksanakan sekali dalam tiap semester, sedangkan

waktu bisa menyesuaikan jadwal kepala sekolah dan guru yang akan

disupervisi. Sebagaimana diungkapkan Menuk Rusmiyati Kepala Sekolah

SD N Mojomulyo 2:

“Dalam pelaksanaanya paling satu semester cuma satu kali. Tapi

pelaksanaannya tidak runtut. Pada awal ajaran baru saya

memberikan bimbingan seperti cara membuat RPP, silabus dan

lainnya. Namun pelaksanaan supervisi di kelas, tidak pasti harinya.

Saya menyesuaikan dan mencari waktu luang, karena kepala sekolah

tugasnya juga banyak.”83

Menuk Rusmiyati dalam melakukan supervisi akademik didukung

dengan instrumen penilaian yang terdiri dari penilaian perencanaan

pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Dalam instrumen ini memuat

hal-hal atau komponen-komponen penilaian. Kepala sekolah perlu

82

Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016. 83

Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016.

92

mensosialisasikan instrumen ini kepada guru agar terjadi kesepahaman.

Instrumen ini merupakan pedoman dalam melaksanakan supervisi, agar

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

6. SD N Tangkil 4

Sebagai kepala sekolah SD N Tangkil 4 Sutardi, belum pernah

melakukan supervisi kunjungan kelas kepada guru-guru termasuk kepada

guru Pendidikan Agama Islam yaitu Gadis Wahyutira. Dia hanya

melakukan pembinaan kepada guru dalam waktu rapat guru. Pada waktu

luang, Sutardi terkadang berkeliling mengamati guru yang mengajar, tanpa

ada instrumen dan tujuan yang jelas.

Sutardi selaku Kepala Sekolah juga jarang melakukan supervisi

kelompok ataupun diskusi perseorangan dengan guru PAI. Sutardi yang

berasal dar guru Pendidikan Agama Islam sebelum menjadi Kepala

Sekolah merasa guru PAI sudah menguasai materi PAI dan sudah mampu

dalam mengajar, sehingga dia beranggapan tanpa adanya supervisi,

pembelajaran tetap berjalan lancar.

7. SD N 6 Sragen

Pelaksanaan supervisi di SD N 6 Sragen, Kepala Sekolah hanya

menggunakan teknik kelompok. Supervisi kelompok dilakukan Kepala

Sekolah dalam bentuk rapat guru yang membahas tentang proses

pembelajaran secara umum.

Sumarni selaku kepala sekolah tidak melakukan supervisi

perseorangan baik kunjungan kelas, observasi kelas maupun secara

93

individual kepada guru PAI maupun guru kelas yang lain. Seperti yang

disampaikan Sumarni Kepala Sekolah Dasar 6 Sragen sebagai berikut:

“Tidak ada pembinaan khusus dari saya, karena saya mengamati

KBM juga insidental. Itupun tidak menggunakan instrumen. Biasanya

hal-hal yang belum pas atau perlu perbaikan saya catat di buku

harian saya, kemudian waktu rapat guru saya sampaikan. Dan

tentunya tidak saya sebutkan nama guru, untuk menjaga perasaan.”84

8. SD N Nglorog 3

Pelaksanaan supervisi akademik di SD N Nglorog 3 dilakukan

dengan tehnik kelompok dan perseorangan. Tehnik kelompok dilakukan

kepala sekolah pada awal tahun ajaran baru. Supervisi kelompok untuk

memberikan bimbingan kepada guru dalam menyusun silabus, RPP dan

menentukan strategi dalam pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan Sri

Kuncoro kepala SD Nglorog 3 “Biasanya saya menanyakan dulu kepada

guru. Nanti jadwalnya apa, materinya tentang apa. Kemudian saya juga

menanyakan metode yang dipakai. Kalau ada yang belum pas, saya kasih

masukan. Termasuk pemilihan alat peraga kalau memang diperlukan.”85

Sri Kuncoro melakukan diskusi untuk mengetahui kesiapan guru

serta mengetahui permasalahan-permasalahan awal yang muncul untuk

dicari penyelesaiannya. Pembinaan kepala sekolah kepada guru dapat

memberikan semangat dan rasa percaya diri bagi guru karena kepala

sekolah telah memberikan perhatian dan bimbingan dalam pelaksanaan

pembelajaran.

84

Wawancara hari Selasa, 5 April 2016. 85

Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.

94

Selain supervisi kelompok, kepala sekolah SD N Nglorog 3 juga

melakukan tehnik supervisi perseorangan dengan kunjungan kelas.

Kegiatan kunjungan kelas dilakukan sekali dalam satu semester ke semua

guru termasuk guru PAI. Kunjungan kelas ini dengan tujuan untuk

pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses

pembelajaran di kelas. Namun pada tahun ajaran 2015/2016 ini, hanya

melakukan sekali dalam setahun kepada guru PAI Wiyono. Hal ini

dikarenakan kesibukan kepala sekolah dan banyaknya administrasi sekolah

yang perlu diselesaikan.

9. SD N Nglorog 1

Kepala SD N Nglorog 1 tidak melakukan supervisi kepada guru

Pendidikan Agama Islam dengan berbagai pertimbangan. Paini selaku

kepala sekolah memberikan kebijaksanaan kepada Suharyati selaku guru

Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan mengingat Suharyati sering

sakit. Kepala Sekolah hanya memberikan motivasi kepada Suharyati agar

tetap semangat dalam mengajar.

Paini selaku Kepala sekolah juga tidak memaksa Suharyati untuk

membuat administrasi yang berkaitan dengan pelajaran Pendidikan Agama

Islam. Seperti diungkapkan dalam wawancara sebagai berikut:

“Kalau supervisi di sekolah ini yang jelas dalam rapat-rapat saya

tekankan tertib adminstrasi. Kalau kegiatan pembelajaran di kelas,

belum saya terapkan. Apalagi maaf, bu guru PAI sering sakit. Saya

tidak tega kalau membebani dia terlalu lebih. Dulu diminta nilai rapot

PAI yang kurikulum 2013 saja malah masuk rumah sakit 10 hari.

Kalau saya laksanakan program supervisi beneran takutnya nanti

nambahi beban dan malah sakit tidak bisa ngajar. Kalau guru-guru

95

disini loyalitasnya sangat tinggi, saya sudah bersyukur mereka

mengajar dengan tertib gitu aja.”86

10. SD N 4 Sragen

Kegiatan supervisi akademik kepala sekolah di SD N 4 Sragen

menggunakan teknik kelompok dan perseorangan. Tehnik kelompok

dilakukan dalam wujud pembinaan awal tahun secara bersama-sama

dengan seluruh guru. Dalam pembinaan ini kepala sekolah menyampaikan

hal-hal yang perlu dipersiapkan selama setahun seperti pembuaatan RPP

dan perangkat kelas yang lain. Tidak hanya guru kelas, namun guru-guru

bidang studi juga mendapatkan supervisi.

Supervisi perseorangan dilakukan Mastuti Rahayu selaku kepala

sekolah SD N 4 Sragen dengan kunjungan kelas. Pelaksanaan supervisi

kunjungan kelas hanya dilakukan untuk guru PNS baik guru kelas

maupun guru bidang studi termasuk guru Pendidikan Agama Islam.

Mastuti Rahayu tidak melakukan supervisi kunjungan kelas untuk guru

Wiyata Bhakti dengan berbagai pertimbangan. Menurut Mastuti Kepala

Sekolah Dasar Negeri 4 Sragen bahwa:

“Seorang kepala sekolah haruslah mempunyai program supervisi,

karena itu sudah menjadi tugas kepala sekolah, ya dilaksanakan

semaksimal mungkin. Namun dalam pelaksanaannya tidak semua

guru saya supervisi. Saya lebih menekankan pada guru PNS, saya

tidak tega kalau guru WB ikut disupervisi. Dulu pernah saya

lakukan, tapi ya kembali lagi, saya tidak tega. Karena saya tidak

bisa menuntut terlalu banyak kepada WB, karena tidak ada ikatan

yang memaksa dia untuk berbagai tanggung jawab dalam

mengajar. Beda dengan yang PNS kan. Di samping itu, guru disini

ada 40 an orang, jadi tidak cukup waktu karena kegiatan kepala

sekolah juga tidak supervisi saja. Dan juga guru WB masih takut

86

Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.

96

ketika ada supervisi, pernah dulu saya lakukan untuk semua guru.

Tapi guru yang WB terlihat kurang siap dan membuat saya tidak

tega.”87

Mastuti Rahayu tidak bermaksud membedakan status guru dalam

supervisi, namun karena jumlah guru yang banyak sehingga kepala

sekolah tidak mampu melakukan kunjungan di setiap kelas. Maka kepala

sekolah memberikan prioritas kepada guru PNS karena secara tugas dan

tanggung jawab yang lebih berat.

Guru Pedidikan Agama Islam yang terdiri 4 orang, 1 orang yaitu

Siyami berstatus PNS dan 3 orang lainnya berstatus guru Wiyata Bhakti.

Kepala Sekolah SD N 4 Sragen melakukan supervisi kunjungan kelas

kepada Siyami selaku guru Pendidikan Agama Islam sekali dalam satu

semester. Kegiatan supervisi kunjungan kelas ini dimaksudkan untuk

memberikan semangat dalam peningkatan kompetensi profesfional guru

serta memberikan penilaian dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Walaupun Kepala Sekolah Mastuti Rahayu tidak berlatar belakang

Pendidikan Agama Islam, namun dalam supervisi kepala sekolah bisa

memberikan saran dan penilaian dalam strategi dan metode mengajar yang

baik.

Dalam melakukan supervisi, kepala sekolah SD N 4 Sragen

menggunakan instrumen. Instrumen perencanaan pembelajaran terdiri dari

penilaian perencanaan yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran

seperti RPP. Instrumen pelaksanaan pembelajaran terdiri dari penilaian

87

Wawancara pada hari Rabu, 1 Juni 2016.

97

kegiatan pembelajaran, mengelola interaksi kelas dan evaluasi. Kedua

instrumen tersebut berisi cacatan dan rekomendasi kepala sekolah dalam

penilaian, selanjutnya digunakan dalam tindak lanjut. Sebagaimana

diungkapkan Mastuti Kepala bahwa:

“Tentu saya memakai instrumen, sebagai kepala sekolah saya

perlu mendokumentasikan hasil supervisi itu. Instrumen ini

penting, karena hasil penilaian ada di sini, dan ini saya gunakan

untuk langkah selanjutnya. Kekurangan-kekurangan dalam

pembelajaran akan saya jadikan bahan untuk pembinaan guru.”88

E. Program Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kepala Sekolah

1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen

Bagi sekolah swasta seperti SD Birrul Walidain Muhammadiyah

Sragen, hasil supervisi sangat penting untuk menentukan tindak lanjut.

Guru yang mempunyai permasalahan bersifat pribadi, akan dipanggil

wakil kepala sekolah akademik Novi Animah secara pribadi agar tidak

menyinggung perasaan yang guru bersangkutan. Apabila belum ada

perubahan, akan diberi pembinaan oleh kepala sekolah. Permasalahan

yang bersifat umum dan dialami oleh beberapa guru bisa disampaikan

dalam rapat pembinaan guru. Selain itu, kelebihan-kelebihan guru juga

perlu dipromosikan, bisa berupa kenaikan gaji, penempatan posisi ataupun

bonus yang lain untuk memacu kinerja guru lebih profesional.

Hal ini sebagaimana disampaikan kepala sekolah SD Birrul

Walidain Rosit Mustofa:

“Ya tentu ada, catatan-catatan dalam supervisi itu saya evaluasi.

Kalau perlu saya panggil ke ruangan saya untuk saya beri masukan.

88

Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016.

98

Hal ini untuk menjaga perasaan guru dan saya kira ini akan lebih

maksimal. Selain itu, saya sering mengirim guru untuk mengikuti

pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan tugas dan mata pelajaran

yang diampu.

Selain itu, hasil supervisi saya gunakan untuk pemetakan guru. Dari

hasil itu, saya bisa memetakkan mana guru yang perlu ditempatkan

sebagai wali kelas, guru mata pelajaran, tim lomba, guru kelas atas,

guru kelas bawah ataupun yang lainnya. Maaf karena kita sekolah

swasta, maka hasil kerja guru juga menentukan gaji yang akan

diperoleh. Kita tidak bisa menyamakan guru dengan kinerja rendah

dan guru yang mempunyai kinerja tinggi. Guru yang kurang bagus

kinerjanya selalu saya panggil, saya beri masukan. Dan apabila tidak

ada perubahan setelah dipanggil sampai 3 kali, ya saya beri surat

pemberhentian. Memang sanksi kita berlakukan secara bertahap, guru

yang punya kompetensi rendah tidak bisa menjadi wali kelas, kemudian

scorsing dan bila tidak ada perubahan akan berujung pemberhentian.

SD Birrul adalah sekolah swasta, tuntutan orang tua sangat luar biasa.

Maka perlu kerja profesional, kerja bersemangat dan tentunya

berharap hasil yang maksimal.”89

Sasaran terpenting dalam tindak lanjut hasil supervisi guru SD

Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen adalah peningkatan kegiatan

pembelajaran. Dengan adanya tindak lanjut, minimal dapat memberi solusi

terhadap kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran. Selain

masukan dari supervisor, masukan dari guru juga bisa dijadikan perbaikan

dalam proses supervisi.

2. SD N Mojo 58

Kepala Sekolah SD Mojo 58 tidak melakukan tindak lanjut secara

langsung kepada guru PAI, melainkan memberikan pembinaan secara

langsung pada rapat guru. sebagaimana disampaikan kepala SD N Mojo

58 Sulardi bahwa:

“Ya saya hanya menyampaikan kepada guru untuk selalu belajar.

karena ilmu itu semakin berkembang. Guru PAI, guru Penjas dan guru-

89

wawancara hari Rabu, 6 April 2016.

99

guru kelas selalu saya sarankan untuk aktif di kegiatan KKG masing-

masing. Agar lebih banyak wawasan dan pengetahuan. Kalau dari saya

selaku kepala sekolah, ya kurang maksimal. Kalau cuma dalam

menyusun RPP dan persiapan pembelajaran, saya bisa bantu, tapi

kalau berkaitan dengan pelajaran, ya tentu kurang pas untuk pelajaran

PAI, karena dulu saya sebagai guru kelas.”90

Sulardi selaku kepala sekolah kurang percaya diri ketika

memberikan masukan kepada guru PAI. Latar belakang disiplin ilmu yang

berbeda, membuat kepala sekolah tidak memberikan masukan dalam hal

materi pembelajaran PAI. Kepala sekolah beranggapan guru PAI sudah

menguasai materi pembelajaran karena sudah sesuai dengan disiplin

ilmunya.

3. SD N Karang Tengah 1

Kegiatan tindak lanjut di SD N Karang Tengah 1 hanya berupa

pembinaan pada waktu rapat guru. Karena Kepala Sekolah hanya

melaksanakan supervisi administrasi guru, maka bentuk tindak lanjut

hanya penekanan pada kelengkapan administrasi saja. Sebagaimana

diungkapkan Y. Sri Purwanti bahwa sebagai kepala sekolah dia selalu

memberikan pembinaan pada saat rapat. Guru harus baik dalam mengajar

dan tertib administrasi. Apalagi guru yang sudah sertifikasi. Pemerintah

memberikan tambahan gaji untuk meningkatkan profesional guru.91

Kepala Sekolah SD N Karang Tengah 1 tidak melakukan supervisi

kunjungan kelas kepada guru PAI, maka Kepala Sekolah juga tidak

melakukan tindak lanjut. Kepala Sekolah tidak pernah memberikan tindak

90

Wawancara hari Senin, 21 Maret 2016. 91

Wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016.

100

lanjut berupa pembinaan kepada guru PAI berkaitan dengan pembelajaran

PAI. Kepala Sekolah beranggapan bahwa pembinaan dalam tindak lanjut

supervisi untuk guru PAI menjadi tanggung jawab pengawas PAI.

4. SD N 16 Sragen

Kepala sekolah SD N 16 Sragen memberikan tindak lanjut kepada

guru Pendidikan Agama Islam dengan pembinaan langsung secara

perseorangan. Hal ini dilakukan karena Sale Wasesa selaku Kepala

Sekolah berasal dari guru Pendidikan Agama Islam. Latar belakang

akademik membuat Sale Wasesa lebih menguasai materi dan

berpengalaman dalam strategi pembelajaran PAI.

Kegiatan tindak lanjut dilakukan Kepala Sekolah dengan harapan

agar kekurangan guru PAI dalam proses pembelajarn dapat diperbaiki.

Kepala Sekolah perlu menyampaikan kelebihan guru agar menjadi

penyemangat dan dapat menggali potensi guru PAI.

5. SD N Mojomulyo 2

Kepala Sekolah SD Mojomulyo 2 melakukan tindak lanjut hasil

supervisi dengan selalu menyarankan kepada guru PAI untuk aktif di

kegiatan KKG agar guru PAI aktif di kegiatan KKG karena dalam

kegiatan KKG, guru PAI akan mendapatkan ilmu secara langsung

mengenai materi-materi yang berkaitan dengan tema-tema pembelajaran

PAI. Hal ini tentu akan lebih memudahkan guru PAI dalam menguasai

strandar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran PAI. Strategi-strategi

pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAI, tentu akan lebih

101

mendalam dibahas dalam kegiatan ini. Hal ini diungkapkan Menuk

Rusmiyati Kepala SD Negeri Mojomulyo 2:

“Untuk tindak lanjutnya, pertama-tama saya lihat hasil supervisi

dulu. Saya mempunyai catatan-catatan tersendiri. Apabila perlu

saya beri masukan secara pribadi, maka saya akan memanggil guru

ke ruangan saya secara pribadi, karena ini menjaga perasaan guru

satu dengan yang lain. Kalau hanya bersifat umum, biasanya saya

sampaikan di rapat guru.

Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan kompetensi profesional

guru, terutama guru PAI. Ya saya sarankan aktif di kegiatan KKG.

Karena penguasaan kompetensi terutama guru PAI yang di KKG

itu. Latar belakang saya kan bukan guru PAI, jadi urusan

penguasaan materi itu ya kurang paham. Saya hanya memberikan

pendampingan dalam metode pengajaran, media pembelajaran, ya

pokoknya yang bersifat umum saja.”92

6. SD N Tangkil 4

Kepala sekolah SD N Tangkil 4 tidak mengadakan tindak lanjut

karena Kepala Sekolah tidak melaksanakan supervisi di kelas. Kegiatan

pembinaan yang dilakukan Kepala Sekolah hanya bersifat umum dan tidak

mengacu pada permasalahan guru.

Kepala Sekolah juga tidak melakukan pemantapan instrumen

supervisi akademik karena Kepala Sekolah tidak mempunyai instrumen

dalam supervisi. sebagaimana diungkapkan Sutardi selaku kepala sekolah

SD N Tangkil 4 bahwa:

“Saya tidak memberikan tindak lanjut secara spesifik. Saya hanya

memberikan pembinaan secara umum saja dalam rapat guru. Kalau

ada undangan pelatihan, ya saya kirim sesuai undangan. Misal

untuk guru kelas 1 ya saya kirim guru kelas 1. Kalau undangan

untuk guru PAI ya saya kirim guru PAI. Apalagi pelatihan-

pelatihan juga jarang, paling yang baru-baru ini pelatihan

kurikulum 2013.93

92

Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016. 93

Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016.

102

7. SD N Sragen 6

Kepala sekolah SD N 6 Sragen tidak memberikan tindak lanjut

karena tidak melakukan supervisi di kelas. Sumarni selaku Kepala Sekolah

SD N Sragen 6 hanya memberikan saran dan pembinaan secara umum

tanpa mengetahui secara pasti permasalahan, kelebihan dan kekurangan

guru dalam mengajar masing-masing guru. Selain itu sebagaimana

diungkapkan Sumarni bahwa dia tidak mengadakan tindak lanjut, karena

merasa kurang paham materi PAI.94

Sumarni kurang memahami konsep tindak lanjut. Menurut dia,

pembinaan dan pengawasan guru PAI menjadi tanggung jawab pengawas

PAI. Selain itu, dia merasa guru PAI di SD N Sragen 6 sudah menguasai

kompetensi dan sudah profesional dalam mengajar. Hal ini dilihat dari usia

guru PAI yang masih mudah dan sudah menempuh pendidikan S2.

8. SD N Nglorog 3

Kepala sekolah SD N Nglorog 3, Sri Kuncoro mengatakan bahwa

untuk tindak lanjut guru Pendidikan Agama Islam, dia menyarankan

untuk guru PAI selalu aktif mengikuti Kelompok Kerja Guru PAI. Dengan

mengikuti KKG PAI tentu akan dapat meningkatkan kemampuan guru

dalam mengajar.

Sri Kuncoro yang berlatar belakang guru kelas, merasa kurang

mampu memberikan pembinaan kepada guru PAI. Seperti diungkapkan

Sri Kuncoro bahwa:

94

Wawancara hari Kamis, 5 April 2016.

103

“Sebagai tindak lanjut ya saya pelajari dulu kekurangan masing-

masing guru. Catatan-catatan waktu supervisi saya gunakan untuk

pertimbangan. Saran dan masukan sudah pasti, kemudian saya

arahkan untuk senantiasa aktif di KKG PAI, biar lebih

meningkatkan kemampuan guru.”95

9. SD N Nglorog 1

Kepala sekolah SD N Nglorog 1 dan SD N Karang Tengah 1 tidak

melakukan tindak lanjut hasil supervisi kepada guru Pendidikan Agama

Islam dengan alasan tidak melakukan tindakan supervisi di kelas. Selain

itu, perbedaan keyakinan antara kepala sekolah SD N Karang Tengah 1

dengan guru PAI sehingga kepala sekolah SD N Karang Tengah 1 Y. Sri

Purwanti merasa tidak berwenang memberikan pembinaan kepada guru

PAI.

Kepala Sekolah SD N Nglorog 1 hanya melakukan supervisi khusus

administrasi guru. Bentuk tindak lanjut yang dilakukan Kepala Sekolah

hanya memberikan pembinaan dalam kelengkapan administrasi guru.

Kepala Sekolah sangat menekankan kepada guru untuk selalu tertib

administrasi.

10. SD N 4 Sragen

Bentuk tindak lanjut sangat penting bagi Kepala Sekolah untuk

menentukan langkah-langkah selanjutnya. Hasil supervisi ini pun juga

disesuaikan dengan kebutuhan guru yang bersangkutan. Sebagaimana

diungkapkan kepala SD N 4 Sragen Mastuti Rahayu bahwa hasil supervisi

perlu ditindak lanjuti, baik secara pribadi maupun secara umum

95

Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.

104

disampaikan melalui pembinaan guru. Guru yang sudah mengajar bagus,

juga disampaikan agar tambah semangat dan menjadi motivasi untuk guru

yang lain.96

Kepala sekolah SD N 4 Sragen Mastuti Rahayu, memberikan

tindak lanjut berupa pembinaan kepada guru. Pembinaan langsung

dilakukan secara perseorangan berkaitan dengan hasil supervisi dan

pembinaan secara umum disampaikan pada waktu rapat guru.

96

Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016.

105

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Tingkat Keberhasilan Supervisi Akademik

Setelah melakukan penelitian di lapangan, keberhasilan supervisi

akademik kepala sekolah masih belum maksimal. Kegiatan supervisi

akademik Kepala Sekolah yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

tindak lanjut belum dilakukan Kepala Sekolah sesuai teknik, prinsip dan

tujuan supervisi. Hal ini tentu berpengaruh terhadap keberhasilan supervisi

akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru

PAI.

Dalam penyusunan program supervisi, masih ada Kepala Sekolah yang

tidak menyusun program supervisi. ada juga Kepala Sekolah yang menyusun

program supervisi namun hanya menggandakan program tahun sebelumnya,

bahkan ada yang menggandakan dari sekolah lain.

Kepala Sekolah yang menyusun program supervisi diantaranya SD

Birrul Walidain Muhammadiyah, SD N Nglorog 3 dan SD N 4 Sragen.

Penyusunan dilakukan kepala sekolah di awal tahun ajaran baru sebagai

pedoman pelaksanaan supervisi selama setahun yang akan datang. Dalam

menyusun program supervisi, Kepala Sekolah melibatkan guru dalam

koordinasi tentang jadwal dan waktu pelaksanaan. Hal ini bisa menumbuhkan

rasa tanggung jawab bersama antara guru dan Kepala Sekolah.

Program supervisi yang sudah jadi kemudian disampaikan dalam rapat

guru di awal tahun ajaran baru. Fungsi penyampaian program kepada guru

106

agar guru bisa mengetahui maksud dan tujuan supervisi serta bisa

mempersiapkan diri. Pemahaman persepsi ini penting untuk membangun pola

pikir guru bahwa kegiatan supervisi tidak untuk menakut-nakuti ataupun

mengawasi guru dalam mengajar, namun kegiatan supervisi merupakan

kegiatan untuk memberikan bimbingan kepada guru untuk memperbaiki

pembelajaran.

Namun kenyataan di lapangan, ada kepala sekolah yang tidak

melakukan perencanaan supervisi dengan menyusun program supervisi.

Kepala Sekolah menganggap program supervisi tidak berpengaruh terhadap

kemampuan profesional guru terutama guru PAI. Program supervisi hanya di

pajang pada papan yang dari tahun ke tahun tertulis sama dan tidak ada

perubahan apapun.

Kepala sekolah membuat program supervisi hanya untuk kelengkapan

administrasi apabila ada pemeriksaan dari pengawas sekolah. Untuk

memenuhi kewajiban administrasi, kepala sekolah membuat program

supervisi hanya memakai program supervisi dari tahun-tahun yang lalu. Hal

ini dilakukan hanya mengubah tanggal dan tahun kemudian digandakan tiap

tahun ajaran baru. Bahkan ada yang mengcopi program supervisi sekolah lain

dan hanya mengganti identitas sekolah saja. Program supervisi ini juga tidak

disosialisasikan kepada semua guru, sehingga guru juga tidak mengetahui

adanya program supervisi akademik kepala sekolah.

Kepala Sekolah tidak membuat program supervisi sesuai prinsip dan

manfaat perencanaan program supervisi akademik kepala sekolah. Membuat

107

program supervisi hanya menggunakan dokumen tahun sebelumnya ataupun

menggandakan program supervisi dari SD lain. Kebutuhan kondisi guru di

masing-masing sekolah tentu berbeda. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip

perencanaan program supervisi akademik kepala sekolah yang mana harus

obyektif, bertanggung jawab, berkelanjutan, dan didasarkan pada kebutuhan dan

kondisi sekolah.97

Keberhasilan supervisi akademik Kepala Sekolah dalam meningkatkan

kompetensi profesional guru PAI juga kurang maksimal dilihat dari sisi

pelaksanaan. Kepala Sekolah hanya melaksanakan supervisi kelompok dengan

rapat guru di awal tahun ajaran baru. Hal ini disampaikan kepala sekolah

untuk memberikan pembinaan dan pengarahan tentang kelengkapan

administrasi kepada guru. Pembinaan dan pengarahan administrasi hanya

bersifat umum dan kurang fokus dalam peningkatan kompetensi profesional

guru Pendidikan Agama Islam.

Kepala Sekolah tidak melaksanakan supervisi akademik karena

kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang supervisi. Kepala sekolah

tidak memberikan bimbingan dalam perbaikan pembelajaran, hanya menuntut

guru-guru agar bekerja lebih baik dan nilai setiap mata pelajaran peserta didik

meningkat. Ini salah satu bukti bahwa kelemahan kepala sekolah tidak

memiliki kompetensi dalam mengelola sekolah. Kepala sekolah belum

memahami bahwa kegiatan supervisi tidak hanya menilai kinerja guru, tetapi

juga memberikan pembinaan dan bimbingan. Kepala sekolah hanya

97

Materi Pelatihan ..., 15.

108

mengetahui bahwa supervisi hanya dilakukan oleh pengawas sekolah. Kepala

sekolah juga belum memahami instrumen-instrumen supervisi akademik. Hal

ini diungkapkan oleh Sutardi Kepala SD N Tangkil 4 bahwa “saya belum

memahami instrumen untuk supervisi, karena kepala sekolah juga jarang ada

pelatihan tentang supervisi itu.”98

Kepala Sekolah ada yang tidak melakukan supervisi akademik kepada

guru PAI karena faktor latar belakang pendidikan. Supervisi hendaknya tidak

diartikan sempit, melainkan perlu mempertimbangkan prinsip dan tujuan

dalam supervisi. Penguasaan materi pelajaran yang diampu guru tidak semua

wajib dikuasai kepala sekolah. Apabila kepala sekolah menguasai materi yang

diampu guru, tentu bimbingan akan lebih maksimal karena kepala sekolah

sudah berpengalaman dalam menyampaikan materi tersebut. Namun hal ini

tidak perlu dijadikan alasan kepala sekolah tidak melakukan kegiatan supervisi

kepada guru PAI. Guru PAI juga perlu bimbingan dan pembinaan dari kepala

sekolah dalam memilih strategi dan metode dalam penyampaian materi

pembelajaran.

Kepala sekolah SD di Kecamatan Sragen sebagian besar berlatar

belakang guru kelas merasa tidak menguasai materi Pendidikan Agama Islam

menjadi alasan kepala sekolah tidak melakukan supervisi akademik kepada

guru PAI. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak Joko Tri Laksono selaku

Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) kecamatan Sragen bahwa dia

98

Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016.

109

tidak melakukan supervisi kepada guru PAI karena tidak menguasai ilmunya

dan takut nanti kalau salah memberikan masukan.99

Hal ini menunjukkan bahwa Kepala Sekolah kurang memahami tujuan

supervisi akademik. Kepala Sekolah hanya melihat supervisi secara sempit.

Kepala Sekolah kurang memahami bahwa tujuan kegiatan supervisi adalah

untuk pengembangan profesional, pengawasan kualitas dan penumbuhan

motivasi. Melihat tujuan supervisi, tentu tidak membedakan latar belakang

pendidikan serta materi pelajaran yang diampu guru masing-masing.

Hal ini juga diungkapkan Sulardi selaku guru SD N Mojo 58 bahwa

dalam supervisi akademik, dia tidak banyak memberikan masukan kepada

guru PAI karena dia berlatar belakang guru kelas, kalau memberikan saran

takut salah. Dan dia yakin bahwa guru PAI pasti menguasai materi PAI,

karena PAI merupakan mata pelajaran yang selama kuliah didapatkan. Dia

hanya memberikan saran-saran seperti media yang perlu dipakai, cara

mengajar dan hal-hal lain yang bersifat umum. Selanjutnya menurut bapak

Sulardi kegiatan supervisi juga belum sepenuhnya berhasil, karena masih

banyak kekurangan dan kelemahan. Hal itu perlu proses, dan ketika kita ada

usaha untuk maju, maka pasti akan ada peningkatan. Guru PAI sudah

menguasai materi yang diampu namun masih perlu menguasai strategi dan

dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti menggunakan media pendukung,

penggunaan media teknologi komputer dan LCD. Kepala sekolah terus

memberikan semangat kepada guru agar terus mencoba dan belajar

99

Wawancara hari Jum’at, 3 Juni 2016.

110

menggunakan media yang ada. Semangat dan kemauan guru untuk terus

belajar membuat usaha lebih maksimal.100

Motivasi Kepala Sekolah kepada guru merupakan salah satu tujuan

supervisi akademik Kepala Sekolah. Motivasi Kepala Sekolah menjadi

penyemangat untuk guru melakukan kegiatan belajar mengajar ke arah yang

lebih baik.

Dalam supervisi kelompok, Kepala Sekolah enggan dan tidak

melakukan diskusi dengan guru PAI membahas materi yang berkaitan dengan

pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan Kepala Sekolah dengan

alasan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai. Ada pula anggapan bahwa

hal-hal yang berkaitan dengan guru PAI menjadi tugas dan tanggung jawab

pengawas PAI, sehingga Kepala Sekolah tidak perlu melakukan supervisi

akademik. Hanya kepala sekolah yang mempunyai latar belakang Pendidikan

Agama Islam yang melakukan diskusi dengan guru PAI.

Bimbingan dan pembinaan dalam penyusunan RPP, silabus dan lainnya

bisa dilakukan secara bersama-bersama sebagaimana teknik supervisi

kelompok. Namun apabila dilakukan secara umum untuk semua guru tentu

hasilnya kurang maksimal tanpa dilakukan pembinaan maupun diskusi secara

khusus dengan guru PAI.

Tujuan supervisi adalah memperbaiki pembelajaran. Namun ada kepala

sekolah yang melaksanakan supervisi hanya sekedar melaksanakan program

kepala sekolah dan sebagai bukti administrasi saja. Bukti administrasi ini

100

Wawancara hari Senin, 21 Maret 2016.

111

digunakan kepala sekolah ketika ditanya dan disupervisi manajerial oleh

pengawas sekolah.

Pelaksanaan supervisi dengan teknik perseorangan juga jarang

dilakukan kepala sekolah. Ada Kepala Sekolah melaksanakan supervisi tetapi

tanpa tujuan yang jelas dan tanpa menggunakan instrument. Kepala Sekolah

hanya mengawasi guru dari luar kelas tanpa menggunakan instrumen dan

tujuan yang jelas. Hal ini tidak sesuai dengan cara kunjungan kelas

sebagaimana terdapat dalam pedoman supervisi akademik bahwa melakukan

kunjungan kelas hendaknya sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan

serta mempunyai tujuan yang jelas.101

Kepala Sekolah yang tidak melakukan tahapan-tahapan supervisi

akademik dari awal, membuat guru kebingungan dengan apa yang dilakukan

kepala sekolah. Kepala sekolah yang mengawasi cara mengajar guru dari luar

kelas, tanpa ada pemberitahuan, merupakan contoh supervisi yang belum baik.

Hal ini kurang memberikan pengaruh signifikan terhadap guru PAI. Hal ini

tidak sesuai dengan prinsip supervisi akademik yaitu bersifat sistematis,

artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan

tujuan pembelajaran serta kooperatif (ada kerja sama yang baik antara

supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran). 102

Kegiatan supervisi akademik Kepala Sekolah kurang memberikan

kontribusi kepada peningkatan kompetensi guru PAI. Hal ini diungkapkan

salah satu guru PAI yaitu Pranto Sutrisno yang mengatakan bahwa supervisi

101

Materi Pelatihan ..., 24. 102

Materi Pelatihan ..., 8-9.

112

akademik kepala sekolah belum signifikan pada kemajuan pembelajaran PAI

di kelas.103

Hal ini dirasakan oleh guru PAI, karena kepala sekolah hanya

memberikan bimbingan secara kelompok saja dan tidak spesifik kepada guru

PAI. Sebagai seorang guru PAI, Pranto Sutrisno merasa supervisi akademik

Kepala Sekolah saat ini belum berhasil dalam meningkatkan kompetensi

profesional guru PAI.

Kegiatan supervisi sudah dilakukan kepala sekolah namun kondisi guru

yang kurang tanggap membuat supervisi belum berhasil. Sebagaimana terjadi

di SD N Mojomulyo 2 berdasarkan pernyataan Menuk Rusmiati Kepala SD N

Mojomulyo 2 bahwa:

“Saya kira belum berhasil, karena itu perlu proses. Sebagai contoh,

kemarin guru-guru minta dibelikan LCD lagi karena disini baru punya

1 buah, oke saya belikan 3 buah. Dan saya menyarankan untuk

kegiatan pembelajaran agar lebih variatif, supaya guru menggunakan

LCD. Namun kenyataannya juga jarang digunakan. Saya berusaha

memberikan fasilitas, tapi karena SDM yang kurang greget untuk

belajar, ya kurang maksimal jadinya. Tapi saya yakin apabila supervisi

akademik dilaksanakan dengan berkelanjutan, akan ada perubahan.

Memang mengubah pola pikir terutama guru-guru ya maaf (sudah usia

agak tua), sangat sulit sekali. Disini ada yang muda, tapi masih wiyata

bakti. Jadi saya yang tidak tega kalau saya tuntut tanggung jawab

maksimal.”104

Menuk Rusmiati selaku Kepala Sekolah memberikan fasilitas

pendukung pembelajaran agar dapat meningkatkan kompetensi profesional

guru PAI. Selain pengadaan sarana penunjang pembelajaran, guru juga

dibimbing dalam penggunaannya. Fasilitas media tidak akan berfungsi apabila

103

Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016 104104

Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016.

113

guru tidak bisa mengoperasikan. Namun apabila guru tidak punya semangat

untuk berubah, juga tidak maksimal hasilnya.

Hal ini diperlukan kerja sama antara guru dan Kepala Sekolah

sebagaimana prinsip supervisi akademik yaitu aktif dan kooperatif. Aktif

dalam artian guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi, serta kooperatif

dengan kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam

mengembangkan pembelajaran. Apabila guru dan Kepala Sekolah tidak saling

kooperatif tentu pelaksanaan supervisi tidak mendapatkan hasil maksimal.

Kepala SD Birrul Walidain, SD N 4 Sragen dan SD N Nglorog 3

melaksanakan supervisi kunjungan kelas kepada guru PAI satu kali dalam satu

semester. Dalam melakukan kunjungan kelas, Kepala Sekolah juga

menyiapkan instrumen sebagai penilaian serta catatan-catatan hal yang perlu

ditindak lanjutan setelah pelaksanaan supervisi akademik. Instrumen ini

penting, selain untuk administrasi juga untuk pedoman pemberian tindak

lanjut.

Kepala Sekolah SD Birrul Walidain dalam melaksanakan supervisi

akademik dibantu guru senior. Pelaksanaan sueprvisi juga menggunakan

instrumen untuk laporan kepada kepala sekolah. Adanya instrumen supervisi

sudah disosialisasikan kepada semua guru agar ada kesamaan persepsi

terutama untuk kepala sekolah dan guru senior.

Hasil supervisi baik persiapan pembelajaran sampai pelaksanaan

pembelajaran dimasukkan dalam instrumen sebagai wujud penilaian kepala

sekolah. Hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran dicatat untuk digunakan

114

dalam menentukan langkah tindak lanjut. Kepala sekolah perlu

mendokumentasikan hasil supervisi sebagai bukti administrasi.

Rosit Mustofa mengungkapkan bahwa supervisi akademik belum

semua berhasil. Tetapi adanya supervisi akademik dapat meningkatkan

semangat guru dalam mengajar. Selain itu, guru akan terus terpacu untuk

belajar guna meningkatkan kemampuan mengajar dan penguasaan materi

pelajaran yang diampu.105

Sri Kuncoro kepala sekolah SD N Nglorog 3 menyampaikan bahwa

pelaksanaan supervisi belum maksimal. Karena masih adanya hambatan dan

kendala. Apabila supervisi akademik ini berjalan maka guru PAI akan

menjadi profesional dalam mengajar dan kualitas pembelajaran akan

meningkat.106

Hal senada juga disampaikan Mastuti Rahayu selaku kepala SD

N 4 Sragen bahwa supervisi akademik kepala sekolah terhadap guru

Pendidikan Agama Islam di SD 4 Sragen belum semua berhasil, namun ada

peningkatan dari tahun sebelumnya.107

Selain perencanaan dan pelaksanaan yang matang, rangkaian kegiatan

supervisi akademik adalah program tindak lanjut. Kepala Sekolah kurang

memperhatikan dan tidak melakukan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut

dapat berupa penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah

memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru

yang belum memenuhi standar dan guru diberi kesempatan untuk mengikuti

pelatihan/penataran lebih lanjut. Namun kebanyakan kepala sekolah hanya

105

Wawancara hari Rabu, 6 April 2016. 106

Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016. 107

Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016.

115

berhenti di pelaksanaan supervisi akademik. Hasil dari pelaksanaan supervisi

hanya berupa catatan-catatan di instrumen penilaian supervisi tanpa ada tindak

lanjut. Kepala sekolah hanya memberikan tindak lanjut dengan menyarankan

kepada guru PAI untuk selalu aktif di kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG)

PAI sebagaimana diungkapkan Menuk Rusmiyati Kepala Sekolah SD N

Mojomulyo 2:

“Untuk meningkatkan kemampuan kompetensi profesional guru,

terutama guru PAI. Ya saya sarankan aktif di kegiatan KKG. Karena

penguasaan kompetensi terutama guru PAI yang di KKG itu. Latang

belakang saya kan bukan guru PAI, jadi urusan penguasaan materi itu

ya kurang paham. Saya hanya memberikan pendampingan dalam

metode pengajaran, media pembelajaran, ya pokoknya yang bersifat

umum saja.”108

Jenis tindak lanjut juga tidak disesuaikan dengan permasalahan guru.

Guru yang kurang menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar,

materi keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu tentu perlu

tindak lanjut dalam penguasaan materi pembelajaran. Namun kenyataan di

lapangan, Kepala Sekolah hanya memberikan tindak lanjut dengan

memberikan pembinaan secara umum saja. Sebagaimana diungkapkan Sutardi

Kepala Sekolah SD N Tangkil 4 “Saya tidak memberikan tindak lanjut secara

sistematis, saya hanya memberikan pembinaan secara umum saja dalam rapat

guru.”109

Selain itu, Kepala sekolah menyadari bahwa pemberian tindak lanjut

sering diabaikan, dan ada yang tidak melakukannya. Pembinaan dalam rapat

108

Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016. 109

Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016.

116

hanya bersifat rutinitas dan tidak menyasar pada permasalahan yang sedang

dihadapi guru. Permasalahan dalam mengajar tentu dialami oleh masing-

masing guru, namun terkadang kepala sekolah hanya menyimpan instrumen

supervisi sebagai dokumen administrasi saja. Tentu hal ini tidak memberikan

manfaat dalam peningkatan kompetensi profesional guru PAI.

Dalam kegiatan tindak lanjut, peran kepala sekolah dalam memberikan

pembinaan sangat diperlukan. Guru yang mempunyai kekurangan perlu

dimotivasi dan diberi saran sesuai permasalahan yang dihadapi. Guru yang

mempunyai kelebihan perlu diapresiasi dan diberi penghargaan agar lebih

bersemangat lagi dalam meningkatkan kemampuan diri.

Peningkatan kompetensi profesional guru PAI ditandai dengan

meningkatnya kualitas guru PAI. Hal ini ditunjukkan bahwa guru PAI

memiliki sifat dan kepribadian sebagai muslim yang bertakwa kepada Allah

SWT dan sebagai warga negara Indonesia serta cendekia dan mampu

mengembangkannya, menguasai wawasan kependidikan, khususnya

berkenaan dengan pendidikan pada tingkat dasar, menguasai bahan pengajaran

Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar serta konsep dasar

keilmuan yang menjadi sumbernya, mampu merencanakan dan

mengembangkan program pengajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang

pendidikan dasar, mampu melaksanakan program pengajaran Pendidikan

Agama Islam sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak usia

pendidikan dasar, mampu menilai proses dan hasil belajar mengajar murid

sekolah, mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat serta peserta

117

didik sekolah, dan mampu memahami dan memanfaatkan hasil penelitian

untuk menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai guru agama Islam di

sekolah.110

Dari penelitian di atas, dapat dilihat bahwa supervisi akademik kepala

sekolah belum berhasil meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Guru

PAI dalam penguasaan bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam,

merencanakan, melaksanakan serta menilai proses dan hasil belajar diperoleh

selama menempuh pendidikan. Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala

sekolah kurang memberi dampak kepada guru PAI, karena kegiatan supervisi

akademik kepala sekolah tidak dilaksanakan secara terencana, sistematis dan

berkelanjutan.

Pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah terhadap guru PAI dirasa kurang

maksimal sebagaimana dirasakan guru PAI Gadis Wahyutira guru PAI SD N

Tangkil 4 bahwa:

“Saya kurang merasakan manfaatnya, karena selama ini saya mengajar

berdasarkan ilmu yang saya dapat selama kuliah. Kepala sekolah tidak

pernah memberikan masukan kepada saya. Strategi mengajar juga saya

dapatkan di pelatihan-pelatihan sebelum saya mengajar di sekolah ini.

Pembinaan kepala sekolah biasanya hanya secara global saja dan

tidak spesifik untuk guru PAI.”111

Hal ini juga diungkapkan Pranto Sutrisno bahwa “Selama ini saya kira tidak

terlalu berpengaruh kepada saya, karena kepala sekolah jarang melakukan

kunjungan kelas, pembinaan guru juga hanya bersifat umum dan tidak

menyasar kepada guru PAI.”112

110

Abdul Majid, Belajar …, 92. 111

Wawancara hari Rabu, 6 April 2016. 112

Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.

118

Pelaksanaan supervisi akademik di sekolah belum memberikan

pengaruh dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Guru PAI

tidak merasakan bahwa adanya supervisi akademik kepala sekolah untuk

memberikan bantuan mengatasi kesulitan dalam melaksanakan tugas

mengajar. Di sisi lain kepala sekolah belum menguasai prinsip dan teknik

supervisi yang benar sehingga menyebabkan berbagai masalah seperti guru

seakan-akan tidak membutuhkan supervisi akademik kepala sekolah.

Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan Sragen

yang belum menyasar kepada guru PAI, belum berdampak terhadap

peningkatan profesional guru PAI. Namun demikian, nilai hasil belajar siswa

terutama pelajaran Pendidikan Agama Islam tetap di atas Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM). Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah dalam

pendidikan. Aturan pemerintah yang menetapkan batas minimal ketuntasan

dalam pencapaian nilai mata pelajaran, membuat guru kurang profesional

dalam memberikan nilai. Anak yang mendapat nilai di bawah KKM ditindak

lanjuti dengan kegiatan remidial sampai nilai mencapai KKM. Namun ketika

sudah diadakan remidial tetapi nilai tetap sama, guru tetap memberikan nilai

sesuai KKM karena kebijakan pemerintah yang membuat guru harus

melakukan hal tersebut.

Sebagai guru PAI, peningkatan kompetensi profesional tetap perlu

ditingkatkan. Kemampuan profesional guru PAI tidak hanya untuk

meningkatkan hasil belajar anak, namun juga untuk peningkatan kualitas diri

dan menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru PAI di sekolah

119

Tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah memberi bimbingan,

pembinaan, pelayanan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang

berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan

dan pengajaran. Sebelum melakukan supervisi terhadap guru, Kepala sekolah

hendaknya menyusun program supervisi akademik secara sistematis serta

melibatkan guru dengan tujuan untuk mencapai persamaan persepsi bahwa

kegiatan supervisi dalam rangka membantu dan memperbaiki kekurangan

guru dalam prosesa pembelajaran, bukan untuk mencari kesalahan dan

kekurangan guru. Sehingga tercipta rasa tanggung jawab bersama. Kemudian

melakukan sosialisasi sebelum pelaksanaan supervisi. Kepala sekolah sebagai

supervisor perlu memahami pengertian, prinsip-prinsip, tujuan dan teknik-

teknik dalam supervisi. Setelah pelaksanaan, sebagai pemantapan perlu tindak

lanjut sebagai bentuk analisis hasil supervisi yang telah dilaksanakan dengan

memberikan penghargaan, saran perbaikan maupun bimbingan dan

pembinaan.

B. Faktor Pendukung Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Faktor pendukung pelaksanaan supervisi bisa dijadikan kekuatan dan

dorongan dalam melaksanakan supervisi akademik. Kesadaran Kepala

Sekolah tentang kompetensi supervisi yang harus dijalankan serta suasana

kebersamaan antara guru dan kepala sekolah seharusnya menjadi

penyemangat dalam pelaksanaan supervisi akademik. Sebagaimana

diungkapkan Sri Kuncoro Kepala Sekolah Dasar Negeri Nglorog 3 bahwa:

“Kalau yang mendukung pelaksanaan supervisi selain memang sudah

120

program juga kedekatan dan kebersamaan antara kepala sekolah dengan

guru dan kemudian bantuan atau saran dari guru yang sudah senior. Mereka

sangat mendukung sekali program ini. ….113

Kesadaran kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi tentu menjadi

modal penting. Kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk melakukan

pembinaan, pendampingan dan memantau kinerja guru dan karyawan lain di

sekolah yang dipimpinnya. Pembinaan kepala sekolah akan memberikan

pengaruh terhadap proses pembelajaran pembelajaran. Kepala sekolah yang

terbuka memberikan pengarahan, mendampingi guru dalam menyusun

program pembelajaran akan bermanfaat terhadap peningkatan kwalitas guru

PAI.

Selain sudah menjadi program Kepala Sekolah, faktor pendukung

kegiatan supervisi diantaranya semangat guru-guru yang masih muda

mengharapkan diadakan supervisi. Sebagaimana diungkapkan Sumarni selaku

Kepala Sekolah SD N Sragen 6 bahwa keinginan dari guru yang masih muda

untuk diadakan supervisi.114

Keinginan guru PAI untuk disupervisi dalam pembelajaran merupakan

faktor pendukung yang perlu diapresiasi. Semangat guru untuk lebih

meningkatkan kompetensi profesionalnya, perlu mendapat motivasi,

bimbingan dan saran dari kepala sekolah. Apabila guru bersemangat dan

113

wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016. 114

Wawancara hari Selasa, 5 April 2016.

121

kepala sekolah memberikan respon positif, tentu kegiatan supervisi akan

berjalan lebih baik.

Menurut Y. Sri Purwani Kepala Sekolah SD N Karang Tengah 1

mengatakan bahwa pendukung kegiatan supervisi adalah kerjasama,

kekompakan antara guru dan kepala sekolah serta suasana kekeluargaan, di

lingkungan kerja akan.115

Apabila hubungan guru PAI dan kepala sekolah

baik, tentu akan menjadi faktor pendukung dalam kegiatan supervisi.

Sebagai kepala sekolah hendaknya melihat faktor pendukung sebagai

hal yang bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Suasana kebersamaan

sekolah yang mendukung bisa dijadikan sarana untuk membangun kinerja

lebih maksimal. Dengan suasana kebersamaan, akan membuat suasana

supervisi tidak kaku, tidak otoriter dan akan membuat guru semakin nyaman.

Sebagaimana diungkapkan Pranto Sutrisno Guru PAI SD N 6 Sragen bahwa

supervisi yang dirasa paling tepat adalah supervisi yang kontinyu, membuka

peluang komunikasi dua arah dan terjadi pemecahan masalah.116

Faktor pendukung dalam supervisi perlu ditindak lanjuti dengan positif.

Kondisi guru yang terbuka dalam menerima masukan, akan mempermudah

kepala sekolah melakukan supervisi sehingga peningkatan dalam

pembelajaran akan terwujud. Begitu juga ketika semangat guru-guru yang

masih muda, perlu dibimbing dan diarahkan agar peningkatan kompetensi

profesional guru dapat terus ditingkatkan.

115

Wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016. 116

Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.

122

C. Kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Dalam setiap pelaksanaan kegiatan tentu ada kendala-kendala yang

dihadapi, termasuk dalam kegiatan supervisi akademik kepala sekolah.

Kendala dalam pelaksanaan kegiatan supervisi diantaranya yaitu kurangnya

kompetensi yang dimiliki kepala sekolah terutama kompetensi supervisi.

Pemahaman Kepala Sekolah dalam hal supervisi masih rendah

sebagaimana diungkapkan Joko Tri Laksono selaku ketua Kelompok Kerja

Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Sragen bahwa kendala pelaksanaan

supervisi karena kurangnya pelatihan-pelatihan tentang supervisi, yang

berdampak pada rendahnya pengetahuan dan pemahaman Kepala Sekolah

tentang supervisi akademik Kepala Sekolah. Sebagaimana diungkapkan dalam

wawancara sebagai berikut:

“…menurut saya kwalitas kepala sekolah itu sendiri. Jarang sekali ada

pelatihan kepala sekolah tentang supervisi. Pembekalan-pembekalan

dan materi-materi tentang supervisi tidak pernah di dapat. Maka tidak

heran jika ada kepala sekolah yang tidak paham tentang supervisi.

Bagaimana mau melaksanakan apabila kepala sekolah sendiri tidak

paham tentang supervisi. Bahkan ada kepala sekolah yang

beranggapan bahwa supervisi adalah tugas pengawas sekolah, dan dia

tidak menyadari kalau kepala sekolah juga bertindak sebagai

supervisor untuk guru-gurunya. Kemudian pemahamannya tentang

kegiatan supervisi yang hanya dimaknai sempit hanya dalam penilaian,

membuat kegiatan supervisi akademik kepala sekolah tidak berjalan

maksimal.”117

Pemahaman Kepala Sekolah yang masih kurang tentang supervisi

membuat Kepala Sekolah tidak melakukan supervisi akademik kepada guru

PAI. Kepala Sekolah beranggapan bahwa bahwa supervisi kepada guru PAI

menjadi tanggung jawab pengawas PAI. Perbedaan latar belakang keilmuan

117

Wawancara hari Jum’at, 3 Juni 2016.

123

juga membuat Kepala Sekolah enggan melakukan supervisi. Hal ini tentu

tidak terjadi apabila Kepala Sekolah mengetahui dan memahami bahwa

supervisi kepada semua guru merupakan salah satu tugas yang harus

dilaksanakan Kepala Sekolah.

Kedua, kendala pelaksanaan supervisi kepala sekolah adalah perasaan

kurang nyaman melakukan supervisi terhadap guru senior dan sudah tua. Hal

ini diungkapkan Sumarni Kepala Sekolah SD N 6 Sragen sebagaimana

diungkapkan dalam wawancara bahwa: … faktor yang menghambat secara

prinsipil sih tidak ada, hanya pada diri saya ada perasaan kurang nyaman

melakukan supervisi terhadap guru senior dan sudah tua. Kemudian ada juga

guru yang mengharapkan jangan ada supervisi terhadap mereka.118

Hal

senada juga diungkapkan Sri Kuncoro selaku Kepala Sekolah SD N Nglorog 3

bahwa:

… faktor penghambat dari luar secara serius tidak ada. Hanya saya

sebagai kepala sekolah yang baru dari dari dalam diri saya masih ada

kekhawatiran dari tanggapan guru-guru misalnya kalau menjadi

kepala sekolah sudah mau supervisi, rasanya tidak nyaman dan

pekewuh pada guru yang sudah senior. Walaupun mereka tidak

mengaap seperti itu. Kemudian beban tugas-tugas yang cukup banyak

seperti rapat dll, membuat saya kesulitan membagi waktu dan tenaga.

Sedangkan sekolah ini tidak ada staf TU sehingga jadwal ang disusun

kadang terlupakan. Kemudian saya sebagai kepala sekolah merasa

kurang tentang ilmu supervisi.119

Sebagai Kepala Sekolah harus bisa bersikap tegas dalam menjalankan

tugas. Rasa tidak nyaman dalam melakukan supervisi hendaknya disikapi

dengan bijak dan memandang supervisi akademik sebagai tugas Kepala

118

Wawancara hari Selasa, 5 April 2016. 119

Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.

124

Sekolah. Rasa tidak nyaman bisa dikurangi dengan saling komunikasi antara

Kepala Sekolah dan guru. Komunikasi yang baik antara Kepala Sekolah dan

guru menjadi saling pengertian dalam menjalankan tugas masing-masing.

Kendala ketiga yang dirasakan kepala sekolah diantaranya beban tugas

dan tidak adanya staf Tata Usaha. Hal ini membuat kepala sekolah tidak

maksimal dalam melaksanakan supervisi. Hal ini diungkapkan Sale Wasesa

kepala sekolah SD N 16 Sragen bahwa yang menjadi penghambat supervisi

akademik adalah terlalu banyak tugas administrasi dan kegiatan Kepala

Sekolah. Tidak adanya tenaga TU membuat supervisi tidak maksimal.120

Hal

ini juga diungkapkan Paini Kepala SD N Nglorog 3 bahwa penghambat dalam

melakukan supervisi karena terlalu sibuk dengan kegiatan dinas.121

Namun apabila Kepala Sekolah bisa membagi waktu, kesibukan tidak

menjadi hambatan untuk melakukan supervisi. Menurut Rosit Mustofa Kepala

Sekolah SD Birrul Walidain, faktor penghambat pelaksanaan supervisi

akademik karena waktu dan kesibukan kepala sekolah bisa diatasi dengan

meminta bantuan kepada guru senior.122

Sekolah Dasar yang mempunyai guru lebih banyak bisa melakukan

supervisi dengan meminta bantuan kepada guru senior. Sebagaimana guru SD

Birrul Walidain yang mempunyai guru lebih dari 40 dan kesibukan kepala

sekolah yang padat, tentu tidak mampu melakukan supervisi sendiri. Hasil

supervisi dan tindak lanjut bisa didiskusikan antara guru senior dan kepala

sekolah sebagai penanggung jawab supervisi.

120 Wawancara hari Selasa, 5 April 2016.

121 Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.

122 Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.

125

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan data dan pembahasan tentang supervisi akademik kepala

sekolah di Kecamatan Sragen dapat diambil suatu kesimpulan untuk

menjawab permasalahan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah dimulai

dengan pembuatan program supervisi oleh kepala sekolah. Kemudian

program supervisi disosialisasikan kepada semua guru agar guru PAI juga

mengetahui dan memahami sehingga timbul rasa tanggung jawab.

Belum semua kepala sekolah melakukan perencanaan dalam

supervisi akademik. Terbukti ada kepala sekolah yang tidak menyusun

program supervisi. Ada yang sudah menyusun tetapi hanya menggunakan

program tahun-tahun sebelumnya tanpa ada perubahan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan

Sragen menggunakan tehnik kelompok dan perorangan. Sebagian besar

kepala sekolah hanya melakukan supervisi secara kelompok dengan

pembinaan guru secara bersama-sama di awal tahun ajaran baru. Beberapa

kepala sekolah tidak melakukan supervisi perseorangan dengan kunjungan

126

kelas, observasi kelas maupun pertemuan individual. Kepala sekolah

memahami supervisi hanya untuk mengawasi dan menilai kinerja guru.

3. Tindak lanjut

Program tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah di

Kecamatan Sragen hanya dengan pembinaan yang bersifat umum dan

dilakukan dalam rapat guru sehingga kurang menyasar kepada guru PAI.

Sebagaian besar Kepala Sekolah hanya menyarankan agar guru PAI aktif

di kegiatan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) di

kecamatan Sragen.

4. Supervisi akademik kepala sekolah di kecamatan Sragen belum berhasil

dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI karena pelaksanaan

supervisi akademik kepala sekolah belum terencana, sistematis dan

berkelanjutan. Kepala sekolah belum dapat memberikan layanan dan

bantuan kepada guru PAI sesuai tujuan dan fungsi supervisi karena masih

banyak kendala diantaranya pertama, kepala sekolah kurang memahami

tehnik dan tujuan supervisi akademik. Kedua, perasaan tidak nyaman

kepada guru senior membuat kepala sekolah tidak melakukan supervisi.

Ketiga, Kepala Sekolah sebagian besar belum melakukan supervisi kepada

guru PAI, dengan alasan latar belakang pendidikan yang berbeda dan

kurang memahami materi PAI. Keempat, tugas dan kewajiban kepala

sekolah serta belum ada tenaga administrasi membuat kepala sekolah

kerepotan dalam administrasi.

127

B. Saran

Masukan pemikiran untuk keberhasilan supervisi akademik kepala

sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi profesional guru PAI sebagai

berikut:

1. Program supervisi kepala sekolah hendaknya dibuat secara terencana,

runtut dan berkelanjutan. Dimulai dari penyusunan program, sosialisasi,

pelaksanaan supervisi, dan kemudian program tindak lanjut. Kegiatan

supervisi dilaksanakan dengan terbuka dan kekeluargaan sesuai prinsip

dan tujuan supervisi serta disosialisasikan kepada guru termasuk guru PAI,

agar dapat dimengerti dan dapat dilaksanakan dengan baik.

2. Perlu adanya pelatihan-pelatihan Kepala Sekolah tentang supervisi, agar

Kepala Sekolah lebih mengerti dan memahami supervisi akademik Kepala

Sekolah.

3. Faktor-faktor penghambat supaya bisa diminimalkan agar peningkatan

kompetensi profesional guru PAI dapat berhasil baik.

4. Perlu ada tenaga administrasi/Tata Usaha guna membantu administrasi di

Sekolah Dasar.

5. Guru PAI hendaknya selalu menjalin komunikasi dengan kepala sekolah,

agar supervisi dapat berjalan lancar.

6. Guru PAI hendaknya selalu meningkatkan kompetensi profesional, agar

dapat meningkatkan kualitas dalam mengajar.

128

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta:Rineka

Cipa,1993.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar supervisi. Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:

Aditya Media, 2008.

Barlian, Ikbal. Manajemen Berbasis Sekolah; Menuju Sekolah Berprestasi.

Jakarta: Penerbit Erlangga, 2013.

Daryanto. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Daryanto. Administrasi dan Manajemen Sekolah. Jakarya: PT. Rineka Cipta,

2013.

Diat Prasojo. Lantip dan Budiyono. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava

Media, 2011.

E. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006.

E. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Jilid 3. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007.

Hendarman. Revolusi Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta: Permata Puri Media,

2015.

Ibrahim Bafadal. Supervisi pengajaran: Teori dan aplikasinya dalam membina

profesional guru. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Jasmani Asf, Syaiful Mustofa. Supervisi Pendidikan Terobosan Baru dalam

Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Yogyakarta: Arruzz

Media, 2013.

Karwati, Euis dan Donni Juni Priansa. Kinerja dan Profesionalisme Kepala

Sekolah. Bandung: Alfabeta, 2013.

129

Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Tim Pusat Bahasa Depdiknas, 2008.

Kementrian Agama RI. Al Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka

Indonesia, 2012.

Kompri. Manajemen Pendidikan 3. Bandung: Alfabeta, 2015.

Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras, 2009.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007.

Mukhtar dan Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung

Persada Press, 2009.

Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan,Cetakan ke-13. Jakarta: Gunung

Agung, 1996.

E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah Srategi dan Imlementasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2003.

Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004.

Suhardiman, Budi. Studi Pengembangan Kepala Sekolah, Konsep dan Aplikasi.

Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

Sahertian, Piet A. dan Frans Mataheru. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi

Pendidikan, Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Soetopo, Hendyat dan Waty Soemanto. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan.

Jakarta: Bina Aksara, 2012.

Sudjana, Nana. Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui

Supervisi Klinis. Jakarta: Binamita Publishing, 2011.

Suhardi, Dadang. Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Alfabeta, 2012.

Suryosubroto. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Sutikno. Peranan Supervisi Pengawas TK/SD/SDLB dalam Meningkatkan

Profesionalisme Guru SD pada Pembelajaran IPS Sejarah. Universitas

Sebelas Maret Surakarta, 2009.

130

Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945. Cetakan keempatbelas. Jakarta.

2015.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf

http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/repository/PAI-126030010.pdf. Diunduh pada

hari Sabtu, 9 April 2016.

Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Dirjen PMPTK. 2010,

https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com diunduh pada hari Kamis,

7 April 2016 pukul 21.00 WIB.

Penjelasan Standar Nasional Pendidikan. http://kemenag.go.id/file/dokumen/

PP1905.pdf. diunduh hari Selasa 12 April 2016 pukul 10.00 WIB.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

BAB II Pasal 3, http://www.slideshare.net/wellyindrianykurniyawan/pp-

no-74-tahun-2008, diunduh pada hari Selasa, 12 April 2016 pukul 10.00

WIB.

Hamzah B. Uno. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi

Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, Cet. Ke-7.

Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39.

http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf. diunduh pada hari

Selasa, 12 April 2016 pukul 16.30 WIB.

Permendiknas no. 16 tahun 2007. https://www.google.com/search?q= Permen

diknas+ no.16+tahun+2007&ie=utf-8&oe=utf-8. diunduh hari Minggu,

10 April 2016 pukul 23.00.

131

PANDUAN WAWANCARA

Informan : Kepala Sekolah

Kepada Bapak/Ibu Kepala Sekolah yang saya hormati, mohon memberikan

jawaban atau penjelasan yang benar sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Terima

kasih atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu kepala sekolah.

Daftar pertanyaan:

1. Sejak kapan Bapak/Ibu diangkat menjadi Kepala Sekolah?

2. Berapa jumlah murid di sekolah Bapak/Ibu?

3. Berapa jumlah yang muslim?

4. Berapa jumlah guru PNS dan guru WB di sekolah Bapak/ibu?

5. Bagaimana kondisi guru PAI?

6. Bagaimana Bapak/Ibu membuat perencanaan dalam supervisi?

7. Apakah program supervisi disampaikan kepada guru?

8. Berapa kali Bapak/Ibu melakukan supervisi kepada guru PAI dalam semester?

9. Apakah ada pertemuan awal dengan guru yang akan disupervisi?

10. Apakah Bapak/Ibu menggunakan instrumen saat penilaian supervisi?

11. Bagaimana tanggapan guru terhadap pelaksanaan supervisi akademik

Bapak/Ibu?

12. Apakah guru PAI menguasai materi PAI?

13. Pernahkan Bapak/Ibu memberikan tindak lanjut dari hasil supervisi?

Bagaimana bentuk tindak lanjutnya?

14. Permasalahan apa yang muncul dalam pelaksanaan supervisi akademik

Bapak/Ibu?

15. Apakah upaya Bapak/Ibu dalam mengatasi kendala dalam pelaksanaan

supervisi akademik?

16. Apakah supervisi akademik kepala sekolah sudah berhasil meningkatkan

kompetensi profesional guru PAI?

132

PANDUAN WAWANCARA

Informan : Guru PAI

Kepada Bapak/Ibu guru PAI yang saya hormati, mohon memberikan jawaban atau

penjelasan yang benar sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Terima kasih atas

partisipasi Bapak/Ibu guru PAI.

Daftar pertanyaan:

1. Bapak/ibu menjadi guru sudah berapa tahun?

2. Apakah Bapak/ibu pernah disupervisi oleh kepala sekolah? Berapa kali dalam

1 semester?

3. Pernahkan Bapak/ibu melakukan pertemuan awal dengan kepala sekolah yang

membahas masalah yang akan disupervisi?

4. Bagaimana tanggapan Bapak/ibu terhadap supervisi kepala sekolah?

5. Apakah manfaat supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah untuk

peningkatan profesionalisme guru dalam tugas pembelajaran?

6. Apakah Bapak/ibu pernah diberikan bimbingan dan pembinaan oleh kepala

sekolah baik secara perseorangan maupun bersama-sama?

7. Menurut Bapak/ibu bagaimana supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah

sebaiknya?

133

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Sri Kuncoro, S.Pd (Kepala Sekolah Dasar Negeri Nglorog 3)

Hari/tanggal : Selasa, 22 Maret 2016

Peneliti : Sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?

Informan : Saya disini udah 1,5 tahunan bu, sebelumnya saya kepala sekolah di

SD Nglorog 1

Peneliti : berapa jumlah murid di sekolah ini bu?

Informan : 154 siswa bu, ada 3 yang non muslim

Peneliti : bagaimana suasana kerja di SD N Nglorog 1 ini bu?

Informan : suasana di sini sangat kekeluargaan sekali, saya senang karena

semua bapak ibu guru disini menganggap teman adalah saudara,

sehingga suasana kerja juga menyenangkan.

Peneliti : Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program

supervisi?

Informan : ya mesti nho bu, sudah tentu saya harus menyusun program supervisi

karena merupakan acuan saya nanti dalam melaksanakan supervisi.

Peneliti : Bagaimana perencanaannya bu? Apakah bisa dilaksanakan?

Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru?

Informan : perencanaan program supervisi tentunya didahului dengan

penyusunan program supervisi kemudian saya sosialisasikan dalam

rapat tentang maksud dan tujuan saya membuat ini. Sehingga guru-

guru memahami dan jadwalnya kami susun bersama pada

pertengahan semester yaitu bulan September dan Maret. Satu

semester cuma sekali. Ini berguna bagi kami, sehingga guru-guru

sudah dapat mempersiapkan diri sebelum dilaksanakan supervisi.

Namun dalam pelaksanaannya kadang-kadang bergeser dari jadwal

karena saya ada acara luar. Tapi sudah saya beritahu dulu, agar guru

bisa mempersiapkan diri

134

Peneliti : Bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?

Informan : guru menanggapi positif, karena mereka juga memahami ini semua

untuk kemajuan sekolah dan guru itu sendiri. Dan ini merupakan

program sekolah dan untuk memperbaiki kinerja guru

Peneliti : Sebelum mengadakan supervisi, apakah Ibu melakukan diskusi

dengan guru untuk membahas tentang metode, strategi ataupun

media pembelajaran?

Informan : Biasanya saya menanyakan dulu kepada guru. Nanti jadwalnya apa,

materinya tentang apa. Kemudian saya juga menanyakan metode

yang dipakai. Kalau ada yang belum pas, saya kasih masukan.

Termasuk pemilihan alat peraga kalau memang diperlukan.

Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?

Informan : kalau yang mendukung pelaksanaan supervisi selain memang sudah

program juga kedekatan dan kebersamaan antara kepala sekolah

dengan guru dan kemudian bantuan atau saran dari guru yang sudah

senior. Mereka sangat mendukung sekali program ini. Kalau faktor

penghambat dari luar secara serius tidak ada. Hanya saya sebagai

kepala sekolah yang baru dari dari dalam diri saya masih ada

kekhawatiran dari tanggapan guru-guru misalnya kalau menjadi

kepala sekolah sudah mau supervisi, rasanya tidak nyaman dan

pekewuh pada guru yang sudah senior. Walaupun mereka tidak

mengaap seperti itu. Kemudian beban tugas-tugas yang cukup

banyak seperti rapat dll, membuat saya kesulitan membagi waktu

dan tenaga. Sedangkan sekolah ini tidak ada staf TU sehingga jadwal

ang disusun kadang terlupakan. Kemudian saya sebagai kepala

sekolah merasa kurang tentang ilmu supervisi.

Peneliti : menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?

Informan : kalau kendala dari diri saya sendiri ya saya berusaha semaksimal

mungkin untuk selalu belajar agar kedepan lebih baik.

135

Untuk pelaksanaan supervisi sendiri, perlu pemahaman kembali,

kemudian menjelaskan kembali program supervisi yang harus

dilaksanakan, selanjutnya memberikan pengertian terhadap guru dan

personil lainnya dan tidak lupa saya minta saran dan masukan dari

semua guru-guru.

Peneliti : menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di

sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?

Informan : bagi saya pelaksanaan supervisi belum maksimal. Karena masih

adanya hambatan dan kendala. Jadi menurut saya bahwa pelaksanaan

supervisi akademik yang saya lakukan di sekolah ini belum tercapai

secara maksimal. Karena masih ada kendala tadi. Saya yakin kalau

supervisi akademik ini berjalan maka guru akan menjadi profesional

dalam mengajar dan kualitas pembelajaran akan meningkat.

Peneliti : Kegiatan tindak lanjut apa yang Ibu lakukan terhadap hasil

supervisi?

Informan : sebagai tindak lanjut ya saya pelajari dulu kekurangan masing-

masing guru. Catatan-catatan dalam supervisi saya gunakan untuk

pertimbangan. Saran dan masukan sudah pasti, kemudian saya

arahkan untuk senantiasa aktif di KKG PAI, biar lebih meningkatkan

kemampuan guru.

136

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Sale Wasesa, S.Ag (Kepala Sekolah Negeri 16 Sragen)

Hari/tanggal : Selasa, 5 April 2016

Peneliti : Sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?

Informan : Sudah 6 tahunan

Peneliti : Berapa jumlah murid di SD ini pak?

Informan : 118 siswa, 110 beragama Islam dan 8 siswa non Islam

Peneliti : Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program

supervisi?

Informan : Ya saya punya program supervisi walau cuma mengcopy tahun lalu,

itu saya lakukan sekali dalam semester.

Peneliti : Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan supervisi

akademik terhadap guru?

Informan : Sebelum saya melakukan supervisi, saya beritahu dulu kepada guru

agar guru-guru menyiapkan RPP dan lain-lain.

Seperti tadi, jenengan juga lihat saya mengamati KBM PAI. Kalau

ada perhatian dari kepala sekolah, guru juga akan mengajar lebih

serius.

Peneliti : Apakah dalam menyusun RPP, guru konsultasi dengan Kepala

Sekolah?

Informan : pada awalnya biasanya guru-guru tanya apakah RPP nya dah betul

atau belum, tapi selanjutnya mereka sudah melanjutkan sendiri.

Peneliti : menurut Bapak, apakah guru menguasai standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu (terutama guru PAI)?

Informan : saya kira iya, karena bu Fatimah sudah sarjana agama, berarti secara

akademik sudah memenuhi kualifikasi. Dan saya melihat dia

mengajar juga bagus dan bisa menguasai anak. Dalam KBM juga

bagus.

Peneliti : Setelah supervisi, apakah Bapak melakukan tindak lanjut?

137

Informan : ya ada bu, pembuatan RPP yang belum lengkap ya saya suruh

melengkapi. Kekurangan dalam mengajar, ya saya kasih masukan.

Seperti penggunaan media dan memilihan alat peraga.

Peneliti : Menurut Bapak, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?

Informan : Yang menjadi penghambat karena saya terlalu banyak kegiatan

administrasi dan kegiatan K3S jadi belum bisa maksimal. Kerepotan

kepala sekolah SD dan tidak adanya tenaga TU, membuat saya tidak

maksimal. Kalau yang mendukung ya karena disini suasana

kebersamaannya sangat kuat, ya enak-enak saja bu.

Peneliti : menurut Bapak, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?

Informan : Untuk mengatasi kendala tersebut ya sebisa bisanya saya ngatur

waktu bu, kalau guru-guru disini manut kepalanya. Tapi saya sendiri

yang terkadang tidak tega kalau membuat aturan yang memberatkan

guru. Karena tugas mereka sudah banyak.

Peneliti : menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di

sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?

Informan : kalau itu, ya belum berhasil baik menurut saya. Sebab masih banyak

kendala. Supervisi akademik itu penting bagi guru, agar

meningkatkan mutu guru dalam mengajar. Dan akhirnya akan

mempengaruhi mutu sekolah ini juga.

Peneliti : dari hasil supervisi, tindak lanjut apa yang bapak siapkan? Terutama

untuk guru PAI?

Informan : tindak lanjut yang saya ambil biasanya kalau mengajarnya sudah

baik ya saya beri penghargaan walaupun hanya dengan ucapan

selamat. Apabila ada yang perlu perbaikan, maka saya akan memberi

masukan. Saya sendiri juga guru PAI, jadi saya paham materi serta

sedikit banyak tentang strategi dalam pembelajaran PAI.

138

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Sumarni, S.Pd (Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Sragen)

Hari/tanggal : Selasa, 5 April 2016

Peneliti : Sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?

Informan : Saya diangkat kepala sekolah pertama disini dan sudah 8 tahun.

InsyaAllah berakhir Juni nanti bersamaan saya pensiun.

Peneliti : Berapa jumlah murid di SD ini bu?

Informan : 197 siswa, yang 181 beragama Islam, yang lain Kristiani

Peneliti : Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program

supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan

supervisi akademik terhadap guru?

Informan : Oo..kalau secara khusus tidak ada program supervisi, hanya yang

ada di dalam Rencana Kerja Sekolah.

Di dalamnya cuma ada jadwal pelaksanaannya secara umum tetapi

kalau secara khusus misalnya perkelas atau untuk guru mapel tidak

ada. Saya melaksanakan supervisi untuk mengamati guru mengajar.

Saya mengamati juga tidak pakai instrument. Saya cuma keliling

begitu, sambil mengamati guru-guru mengajar. Guru-guru juga

sudah paham kalau sedang diperhatikan mengajarnya.

Peneliti : menurut Ibu, apakah guru menguasai standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu (terutama guru PAI)?

Informan : guru PAI disini sekarang menempuh S2, jadi saya kira dia

menguasai mata pelajaran PAI. Dalam mengajar juga bagus, dia juga

bisa komputer.

Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?

Informan : Kalau faktor yang mempengaruhi tentu saja ada. Yang mendukung

agar dilaksanakan supervisi misalnya karena sudah merupakan

program kepala sekolah yaitu tugas dan tanggung jawab sebagai

139

kepala sekolah. Namun ada juga keinginan dari guru yang masih

muda untuk diadakan supervisi.

Kalau faktor yang menghambat secara prinsipil sih tidak ada, hanya

pada diri saya ada perasaan kurang nyaman melakukan supervisi

terhadap guru senior dan sudah tua. Kemudian ada juga guru yang

mengharapkan jangan ada supervisi terhadap mereka. Selanjutnya

tugas-tugas dinas luar yang sifatnya mendadak seperti rapat-rapat

dan banyaknya laporan yang segera diminta, apalagi di sekolah ini

tidak ada tenaga administrasi. Hal ini cukup mengganggu

pelaksanaan supervisi terhadap guru.

Peneliti : Menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?

Informan : upaya saya mengatasi hambatan tersebut dengan memberikan

pengertian kepada guru, bahwa kegiatan supervisi baik administrasi

maupun proses KBM perlu mendapat dukungan dari guru. Dan itu

semua saya lakukan karna sudah menjadi tugas saya sebagai kepala

sekolah untuk meningkatkan kinerja guru.

Peneliti : Menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di

sekolah ini dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?

Informan : Kalau berhasil ya belum. Tapi ketika saya keliling mengamati guru-

guru yang sedang mengajar, guru-guru akan lain mengajarnya. Saya

melihat mereka lebih serius. Kalau belum saya amati, mereka

mengajar sambil duduk, tapi waktu saya lewat dan berhenti di dekat

kelas, dia berdiri dan mengajar sambil keliling memperhatikan

murid-murid.

Peneliti : Apakah ada tindak lanjut terutama guru PAI dari hasil pengamatan

ibu?

Informan : kalau tindak lanjut tidak ada bu, karena saya juga kurang paham

materi di PAI. Saya cuma menyapaikan dalam rapat guru, dan itu

juga bersifat umum untuk semua guru. Saya percaya saja dengan

guru PAI.

140

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Paini, S.Pd, M.Pd (Kepala Sekolah Dasar Nglorog 1)

Hari/tanggal : Selasa, 22 Maret 2016

Peneliti : Sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?

Informan : Saya diangkat kepala sekolah baru satu tahunan dan langsung di

sekolah ini.

Peneliti : Berapa jumlah murid disini bu?

Informan : Jumlah murid ada 250, ada 2 anak yang non muslim

Peneliti : Bagaimana kesan ibu terhadap guru dan karyawan disini?

Informan : Hubungan kami baik-baik saja. Sini gurunya banyak yang muda, jadi

pada senang humor sehingga suasana kekeluargaan sangat terlihat

sekali.

Peneliti : Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program

supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan

supervisi akademik terhadap guru?

Informan : Program belum ada bu, maaf saya belum menyusun program

supervisi kepala sekolah saya diangkat menjadi Kepala Sekolah

baru 1 tahun. Sehingga belum sempat menyusun program supervisi

akademik kepala sekolah. Saya juga kepala sekolah baru dan belum

berpengalaman. Semester ini juga belum sempat karena repot buat

administrasi mau akreditasi.

Peneliti : Kalau kegiatan supervisi untuk guru PAI bentuknya seperti apa bu?

Informan : Kalau supervisi di sekolah ini yang jelas dalam rapat-rapat saya

tekankan tertib adminstrasi. Kalau kegiatan pembelajaran di kelas,

belum saya terapkan. Apalagi maaf, bu guru PAI sering sakit. Saya

tidak tega kalau membebani dia terlalu lebih. Dulu diminta nilai

rapot PAI aja malah masuk rumah sakit 10 hari. Kalau saya

laksanakan program supervisi beneran takutnya nanti nambahi beban

dan malah sakit ga bisa ngajar. Kalau guru-guru disini loyalitasnya

141

sangat tinggi, saya sudah bersyukur mereka mengajar dengan tertib

gitu aja.

Peneliti : Apakah guru menguasai kompetensi mata pelajaran yang diampu

bu? Terutama guru PAI?

Informan : Bu Suharyati guru PAI memang cuma lulusan D2 bu, tapi dia

mengajar bagus, disiplin. Namun karena beliau sudah tua dan sering

sakit, maka dia dalam mengajar cuma monoton ceramah saja. Tidak

memakai LCD atau media lain, karena dia tidak bisa

mengoperasikan komputer.

Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?

Informan : Kalau faktor pendukung dalam kegiatan supervisi sebenarnya sudah

ada, guru disini semua terbuka dan siap untuk dibimbing dan diajak

maju karena disini suasananya kekeluargaan. Sedangkan faktor

penghambatnya ya karena saya terlalu sibuk dengan kegiatan dinas,

kemudian kalau melihat guru yang sudah sepuh dan sering sakit,

membuat saya tidak tega.

Peneliti : Menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?

Informan : Ya saya sebagai kepala sekolah baru, sedikit demi sedikit

memberikan pengertian kepada guru, bahwa guru tidak hanya

mengajar, namun juga tertib administrasi. Saya memberikan

pengarahan pada rapat-rapat guru, namun untuk melakukan supervisi

di kelas-kelas secara formal belum bisa saya laksanakan. InsyaAllah

tahun ajaran baru akan saya coba.

Peneliti : Menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di

sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?

Informan : Belum bu, masih banyak yang perlu diperbaiki

Peneliti : Berarti juga tidak ada tindak lanjut ya bu?

Informan : (sambil tersenyum) supervisi aja belum dilaksanakan, apalagi tindak

lanjut.

142

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Sutardi, S.Ag (Kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 4)

Hari/tanggal : Kamis, 24 Maret 2016

Peneliti : Sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?

Informan : Saya jadi kepala sekolah pertama di SD N 14, kemudian saya

dipindah disini sudah 4 tahunan. Dan ini saya mau pensiun.

Peneliti : berapa jumlah murid di SD ini pak?

Informan : Letak sekolah yang jauh dari perkampungan penduduk membuat

sekolah ini mempunyai murid sedikit. Kemudian proyek jalan tol

Solo-Kertosono yang berada di dekat sekolah dan memisahkan SD N

Tangkil 4 dengan perkampungan, membuat jumlah murid SD N

Tangkil 4 semakin menurun. Tahun ini jumlah murid ada 84 siswa.

Peneliti : Bagaimana suasana kerja di sekolah ini pak?

Informan : hehe…. (sambil tersenyum)

Saya itu orangnya santai, jadi disini saya juga santai. Dengan teman-

teman guru juga begitu. Seperti keluarga lah. Latar belakang saya

guru agama Islam bu, tapi saya tidak mau kalah dengan kepala

sekolah yang lain, saya ingin buktikan bahwa guru agama juga bisa

jadi kepala sekolah yang baik.

Peneliti : Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program

supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan

supervisi akademik terhadap guru?

Informan : Kalau program secara tertulis tidak ada, namun saya sering keliling

mengamati cara mengajar guru-guru. Kalau saya kira tidak pas, saya

kasih masukan kalau rapat guru. Kadang juga saya kasih masukan

waktu ngobol biasa.

Peneliti : Berarti tidak ada dokumen atau instrumen pak?

143

Informan : Tidak ada bu, ini cuma ada blangko supervisi/monitoring dari

pengawas seperti ini. (sambil menjunjukkan dokumen monitoring

kegiatan UTS oleh pengawas sekolah)

Peneliti : Bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?

Informan : Biasa-biasa saja. Guru-guru lebih suka seperti itu dari pada harus

pakai instrumen dan ditungguin di dalam kelas. Katanya pada grogi

begitu.

Peneliti : Menurut Bapak yang dulunya juga guru PAI, apakah guru PAI disini

menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

yang diampu? Terutama guru PAI?

Informan : bu guru disini namanya bu Gadis, dia baru lulus sarjana. Dulunya dia

ngajar TK. Saya lihat dalam mengajar sangat kreatif sekali,

terkadang anak-anak melakukan pembelajaran di luar dan langsung

praktek. Dia juga mahir mengoperasikan komputer, jadi sering saya

mintai tolong mengerjakan administrasi sekolah.

Peneliti : apakah guru PAI juga menguasai IT pak? Terutama yang berkaitan

dengan pembelajaran?

Informan : bu guru PAI menguasai IT bu, guru-guru disini terutama yang muda-

muda bisa menggunakan komputer. Tetapi guru yang sudah sepuh

memang kurang. Saya sendiri mengakui, dalam hal IT memang

kurang fasih.

Peneliti : Menurut Bapak, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?

Informan : Hambatan yang ada saya kira tidak begitu serius, cuma kesiapan

guru-guru yang masih kurang ketika disupervisi. Dan pengetahuan

saya yang masih kurang tentang supervisi inilah yang saya kira

menjadi hambatan bagi saya. Saya belum memahami instrumen

untuk supervisi, karena kepala sekolah juga jarang ada pelatihan

tentang supervisi itu.

Peneliti : Menurut Bapak, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?

144

Informan : Untuk mengatasinya ya harus belajar dan belajar terus. Namun ni

saya sudah mau pensiun. Hehehehe …..

Saya hanya berharap semoga kepala sekolah yang akan datang bisa

lebih baik lagi.

Peneliti : Menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di

sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?

Informan : ya belum bu. Masih banyak yang perlu dibenahi. Namun sejak saya

disini, sudah ada peningkatan di sekolah ini sedikit demi sedikit.

Peneliti : Bagaimana bentuk tindak lanjut dari hasil supervisi pak?

Informan : Saya tidak memberikan tindak lanjut secara sistematis. Saya hanya

memberikan pembinaan secara umum saja dalam rapat guru. Kalau

ada undangan pelatihan, ya saya kirim sesuai undangan. Misal untuk

guru kelas 1 ya saya kirim guru kelas 1. Kalau undangan untuk guru

PAI ya saya kirim guru PAI. Apalagi pelatihan-pelatihan juga jarang,

paling yang baru-baru ini pelatihan kurikulum 2013.

145

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Menuk Rusmiyati, S.Pd (Kepala SD Negeri Mojomulyo 2)

Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei 2016

Peneliti : Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini sudah berapa tahun?

Informan : 4 tahun bu, tapi kalau menjadi guru sudah 34 tahun

Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program

supervisi?

Informan : ya tentu saya menyusun program supervisi di awal tahun ajaran baru.

Peneliti : Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan supervisi

akademik terhadap guru terutama guru PAI?

Informan : Dalam pelaksanaanya paling satu semester cuma satu kali. Tapi

pelaksanaannya tidak runtut. Pada awal ajaran baru saya

memberikan bimbingan seperti cara membuat RPP, silabus dan

lainnya. Namun pelaksanaan supervisi di kelas, tidak pasti harinya.

Saya menyesuaikan dan mencari waktu luang, karena kepala sekolah

tugasnya juga banyak.

Peneliti : apakah ibu memakai instrumen supervisi?

Instrumen : iya, saya memakai instrumen dan saya masuk dalam kelas tapi ya

tidak dari awal. Paling cuma berapa menit gitu.

Peneliti : apakah guru-guru memahami instrumen supervisi yang akan

digunakan?

Informan : ya saya kira paham, karena waktu rapat guru, saya sudah

menyampaikan kalau saya akan melakukan supervisi di kelas. Hal-

hal yang dinilai seperti ini dan ini. Mereka sudah tahu.

Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?

Informan : Guru-guru menanggapi dengan baik, karena pada waktu rapat sudah

saya sampaikan bahwa kepala sekolah perlu melakukan supervisi

karena itu sudah menjadi tugas dan kewajiban.

146

Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?

Informan : kalau pendukung, ya guru-guru disini semua mendukung

pelaksanaan kegiatan ini.

Kekurangannya ya guru-guru disini ada yang ekonominya lemah,

makanya sering mengajar tidak fokus. Adalagi yang mengajar bagus,

tapi karena sering sakit, maka sering juga ijin. Kemudian yang

wiyata bakti juga ada 3 yang megang guru kelas. Saya tidak bisa

menuntut banyak, karena sekolah tidak bisa memberikan gaji yang

memadai. Tapi yang paling sulit bagi saya adalah mengubah pola

pikir guru itu sendiri yang sulit. Mengajak mereka untuk maju,

sangat sulit. Karena mereka sudah bertahun-tahun terpola begitu.

Peneliti : Bagaimana dengan guru PAI disini? Apakah menurut Ibu dia

menguasai materi yang diampu?

Informan : Kalau guru PAI, masih muda. Dia angkatan K2, bagus ngajarnya.

Dia sudah sarjana, dan dia sekretaris KKG kecamatan Sragen, jadi

saya yakin dia pasti menguasai materi. Saya kasihan, dia rumahnya

jauh, tiap hari sragen solo.

Peneliti : menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?

Informan : ya untuk membuka dan mengarahkan pola pikir guru, melalui

pembinaan guru pada waktu rapat. Selain itu, saya juga

membiasakan ngobrol secara perorangan dan informal. Biar lebih

dekat dan lebih maksimal.

Peneliti : Apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini

sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?

Informan : Saya kira belum berhasil, karena itu perlu proses. Sebagai contoh,

kemarin guru-guru minta dibelikan LCD lagi karena disini baru

punya 1 buah, oke saya belikan 3 buah. Dan saya menyarankan

untuk kegiatan pembelajaran agar lebih variatif, supaya guru

menggunakan LCD. Namun kenyataannya juga jarang digunakan.

Saya berusaha memberikan fasilitas, tapi karena SDM yang kurang

147

greget untuk belajar, ya kurang maksimal jadinya. Tapi saya yakin

apabila supervisi akademik dilaksanakan dengan berkelanjutan, akan

ada perubahan. Memang mengubah pola pikir terutama guru-guru ya

maaf (sudah usia agak tua), sangat sulit sekali. Disini ada yang

muda, tapi masih wiyata bakti. Jadi saya yang tidak tega kalau saya

tuntut tanggung jawab maksimal.

Peneliti : Bagaimana program tindak lanjutnya bu?

Informan : untuk tindak lanjutnya, pertama-tama saya lihat hasil supervisi dulu.

Saya mempunyai catatan-catatan tersendiri. Apabila perlu saya beri

masukan secara pribadi, maka saya akan memanggil guru ke ruangan

saya secara pribadi, karena ini menjaga perasaan guru satu dengan

yang lain. Kalau hanya bersifat umum, biasanya saya sampaikan di

rapat guru.

Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan kompetensi profesional

guru, terutama guru PAI. Ya saya sarankan aktif di kegiatan KKG.

Karena penguasaan kompetensi terutama guru PAI yang di KKG itu.

Latang belakang saya kan bukan guru PAI, jadi urusan penguasaan

materi itu ya kurang paham. Saya hanya memberikan pendampingan

dalam metode pengajaran, media pembelajaran, ya pokoknya yang

bersifat umum saja.

148

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Sulardi, S.Pd (Kepala Sekolah Dasar Mojo 58)

Hari/tanggal : Senin, 21 Maret 2016

Peneliti : sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?

Informan : 3 tahunan bu

Peneliti : SD Mojo 58 ada berapa rombel pak?

Informan : ada 3 rombel bu. Sekolah ini gabungan dari 3 sekolahan, SD Sragen

5, SD Sragen 8 dan SD Mojo. Jumlah murid mencapai 594.

Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program

supervisi?

Informan : ya ada programnya, tiap kepala sekolah sudah seharusnya menyusun

tapi bagi saya yang penting pelaksanaannya

Peneliti : Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan supervisi

akademik terhadap guru (terutama guru PAI)?

Informan : Kalau pelaksanaannya tiap semester cuma sekali, itupun waktunya

terkadang mundur dari jadwal. Karena saya juga memaklumi, disini

kekurangan guru. Bu Tutik sebagai guru PAI harus mengajar penuh

seminggu. Bisa dibayangkan saja, kelas 1 sampai 6 yang terdiri 3

rombel, hanya ada 1 guru dan 1 guru WB tapi jarang masuk juga,

terkadang bu Tutik itu harus mengajar dua kelas sekaligus dalam jam

yang sama, kerepotan sekali. Sedang saya sendiri juga banyak

kegiatan kepala sekolah, selain itu saya juga pengurus koperasi jadi

sering ada tamu yang kesini.

Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?

Informan : guru-guru juga senang, mereka merespon positif. Cuma ada

beberapa guru yang grogi karena kurang siap

Peneliti : Bagaimana mengatasi agar guru tidak grogi pak?

Informan : Sebenarnya saya menggunakan pendekatan kekeluargaan agar lebih

santai, tapi tetap saja grogi. Diawasi dengan tidak tetap lain.

149

Peneliti : menurut Bapak, apakah guru terutama guru PAI menguasai standar

kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PAI?

Informan : ya guru PAI disini menguasai materinya, cuma kalau penggunaan IT

masih kurang. Saya juga menyediakan LCD agar KBM bisa lebih

baik dan membuat anak semakin semangat. Walaupun belum bisa,

guru semangat mencoba dan belajar menggunakan media yang ada.

Peneliti : menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di

sekolah ini sudah bisa meningkatkan kompetensi profesional guru?

Informan : kalau di SD sini belum sepenuhnya berhasil, karena masih banyak

kekurangan dan kelemahan. Tapi saya yakin itu perlu proses, dan

ketika kita ada usaha untuk maju, maka pasti akan ada peningkatan.

Mohon maaf bila saya tidak banyak memberikan masukan kepada

guru PAI. Karena saya dari guru kelas, kalau saya memberikan

masukan nanti takut salah. Lagi pula saya yakin guru PAI pasti

menguasai materi PAI, karena itu mata pelajaran yang selama kuliah

dia dapatkan. Saya cuma memberikan saran-saran saja, umpamanya

media yang dipakai, cara mengajar dan hal-hal lain yang bersifat

umum.

Peneliti : Bagaimana bentuk tindak lanjut hasil supervisi pak?

Informan : ya saya hanya menyampaikan kepada guru untuk selalu belajar.

karena ilmu itu semakin berkembang. Guru PAI, guru Penjas dan

guru-guru kelas selalu saya sarankan untuk aktif di kegiatan KKG

masing-masing. Agar lebih banyak wawasan dan pengetahuan.

Kalau dari saya selaku kepala sekolah, ya kurang maksimal. Kalau

cuma dalam menyusun RPP dan persiapan pembelajaran, saya bisa

bantu, tapi kalau berkaitan dengan pelajaran, ya tentu kurang pas

untuk pelajaran PAI, karena dulu saya sebagai guru kelas.

150

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Y. Sri Purwanti, S.Pd (Kepala SD N Karang Tengah 1)

Hari/tanggal : Rabu, 23 Maret 2016

Peneliti : sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?

Informan : saya baru setahun ini mbak

Peneliti : berapa jumlah murid disini bu?

Informan : Jumlah siswa di SD N Karang Tengah 1 ada 60 siswa. Jumlah siswa

selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan

desa Karang Tengah letaknya perbatasan dengan kelurahan Sragen

dan banyak anak yang lebih memilih sekolah di sekolah-sekolah

Kelurahan Sragen.

Peneliti : bagaimana hubungan kepala sekolah dengan guru dan karyawan?

Informan : baik semua, walau disini muridnya cuma sedikit, tapi guru-guru

disini semua baik, ramah dan bersemangat

Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program

supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan

supervisi akademik terhadap guru?

Informan : tiap awal ajaran baru, saya selalu menyusun program supervisi,

walaupun terkadang juga sama dengan tahun-tahun sebelumnya,

minimal untuk kelengkapan administrasi Kepala Sekolah. Namun

dalam pelaksanaannya kadang tidak sesuai jadwal, karena bersamaan

dengan kegiatan saya yang lain seperti rapat dinas atau sedang ada

pelatihan. Kelengkapan administrasi guru-guru disini tertib mbak,

tiap awal ajaran baru memang saya suruh ngumpulkan di meja saya

untuk saya periksa dan saya tanda tangani.

Peneliti : Untuk yang supervisi akademik untuk guru PAI bagaimana bu?

Informan : Supervisi selama ini hanya di administrasi saja bu yang berjalan.

Selain saya juga repot urusan administrasi dan kegiatan kepala

sekolah, saya juga masih punya jam ngajar 6 jam pelajaran juga.

151

Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?

Informan : mereka merespon baik, ini bisa dilihat. Tiap awal tahun ajaran,

semua administrasi sudah ditaruh di meja yang sudah saya sediakan.

Nanti saya periksa dan saya tandatangani.

Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?

Informan : yang menjadi pendukung yang jelas kerjasama dan kekompakan

antara guru dan kepala sekolah. Suasana kekeluargaan, kedamaian

dalam bergaul akan sangat mendukung dalam kerja

Kalau kelemahan, ya ada satu dua guru yang terkadang males dalam

administrasi, tapi saya maklumi karena faktor kesibukan dalam

mengajar. Sehingga administrasi terkadang tidak rapi dan lengkap.

Peneliti : menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?

Informan : ya sebagai kepala sekolah saya tidak bosan untuk selalu memberikan

pembinaan pada saat-saat rapat. Bahwa guru harus baik dalam

mengajar dan tertib administrasi. Apalagi guru yang sudah

sertifikasi. Pemerintah memberikan tambahan gaji untuk

meningkatkan profesional guru.

Peneliti : menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di

sekolah ini sudah berhasil?

Informan : kalau berhasil ya belum, namun kita juga harus berusaha semaksimal

mungkin agar lebih baik lagi

152

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Rosit Mustofa, ST, S.Pd

Jabatan : Kepala SD Birrul Walidain Muh. Sragen

Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016

Peneliti : sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?

Informan : sekitar 6 tahun

Peneliti : berapa jumlah murid baru di SD Birul tahun ini pak?

Informan : SD Birrul Walidain pada tahun ajaran baru 2016/2017 menerima

murid kelas 1 sebanyak 190 terdiri dari 6 rombel berasal dari

berbagai daerah di kabupaten Sragen.

Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, bagaimana tanggapan Bapak tentang

supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah? apakah Bapak

menyusun program supervisi?

Informan : Program supervisi akademik itu sangat penting, karena itu sebagai

acuan dalam melaksanakan supervisi. Bayangkan saja disini ada 50

an guru dan karyawan, kalau tidak ada perencanaan tentu akan

kewalahan. Dalam pembuatan perencanaan saya selalu koordinasi

dengan waka-waka yang lain pada waktu rapat kerja (raker) awal

tahun. Dan dalam pelaksanaan supervisi saya koordinasi dengan

bagian akademik. Program supervisi ini juga saya sosialisasikan

pada waktu rapat. Hal ini dimaksudkan agar guru dan karyawan juga

memahami maksud dan tujuan program supervisi ini

Peneliti : Apakah dalam supervisi, ada instrumennya?

Informan : Tentu ada instrumennya, instrumen itu saya gunakan sebagai bukti

fisik adanya supervisi. Guru disini kan banyak, kalau tidak

menggunakan instrumen, ya saya tidak ingat lagipula dalam

melakukan supervisi dibantu oleh wakil kepala sekolah. Selain itu

hasil dari supervisi yang saya gunakan untuk evaluasi dan tindak

lanjutnya.

153

Peneliti : apakah guru-guru memahami instrumen supervisi yang akan

digunakan?

Informan : ya paham, guru disini masih muda semua. Usia 20 sampai 40

tahunan

Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?

Informan : biasa saja. Supervisi sudah menjadi hal biasa. Waktu tes guru saja

dulu ada sesi microteaching juga kok

Peneliti : Sebelum melakukan melakukan supervisi, apakah ada diskusi

tentang strategi serta media pembelajaran yang dipakai guru?

Informan : biasanya sebelum ada supervisi, kalau ada guru mengalami

permasalahan dalam mengajar, mungkin tentang strategi atau

penggunaan media, guru terbiasa berdiskusi dengan sesama guru per

jenjang. Disini ada 4 rombel, dan tiap minggu ada pertemuan rutin

guru kelas maupun guru mapel tiap jenjang. Hal ini dimaksudkan

untuk penyamaan persepsi tentang materi serta berdiskusi tentang

strategi pembelajaran, pembuatan media pembelajaran serta pola

penanganan anak. Apabila dalam diskusi tersebut belum menemukan

solusi, biasanya konsultasi dengan saya. Maklum disini ada lebih

dari 40 guru, tentu saya tidak bisa melakukannya sendiri.

Peneliti : apakah kepala sekolah pernah melakukan supervisi akademik secara

tidak langsung?

Informan : supervisi tidak langsung maksudnya?

Peneliti : seperti diskusi tentang suatu masalah yang ada kaitannya dengan

KBM atau mungkin dengan angket tentang kinerja guru?

Informan : pernah dan itu sering saya lakukan. Di sekolah ini terdiri dari 704

siswa, tentu mempunyai karakter masing-masing. Terdiri dari latar

belakang yang berbeda pula. Tingkat ekonomi yang bervariasi, pola

asuh orang tua yang berbeda-beda, sehingga sering masalah muncul.

Ketika hal itu terjadi, sering wali kelas berdiskusi dengan saya.

Peneliti : Apakah guru disini menguasai kompetensi mata pelajaran yang

diampu?

154

Informan : tentu bu, karena ketika masuk menjadi guru dan karyawan disini ada

4 tahapan tes yang harus dilalui. Mulai dari mengaji, tes tertulis,

mikroteaching dan wawancara. Semua guru mengajar disesuaikan

dengan kemampuan dan jurusan masing-masing

Peneliti : apakah guru menguasai dan sering menggunakan media IT dalam

pembelajaran?

Informan : masuk jadi guru disini sudah harus menguasai IT bu, jadi semua

guru wajib bisa. Dan saya selalu menyarankan penggunakaan media

IT dalam pembelajaran agar lebih menyenangkan untuk anak-anak.

Sekolah juga memberikan fasilitas Wifi, jadi saya berharap lebih

maksimal lagi.

Peneliti : menurut Bapak, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?

Informan : faktor pendukungnya ya guru-guru disini muda-muda serta enerjik

dan bersemangat, apalagi sekolah ini bukan sekolah negri melainkan

dibawah suatu yayasan, semua guru dituntut untuk selalu

meningkatkan kemampuan dalam mengajar. Kalau penghambatnya

ya karena waktu dan kesibukan kepala sekolah, jadi sering supervisi

dilakukan oleh guru senior.

Peneliti : apakah setelah supervisi ada tindak lanjut pak?

Informan : ya tentu ada, catatan-catatan dalam supervisi itu saya evaluasi. Kalau

perlu saya panggil ke ruangan saya untuk saya beri masukan. Hal ini

untuk menjaga perasaan guru dan saya kira ini akan lebih maksimal.

Selain itu, saya sering mengirim guru untuk mengikuti pelatihan-

pelatihan yang berkaitan dengan tugas dan mata pelajaran yang

diampu.

Selain itu, hasil supervisi saya gunakan untuk pemetakan guru. Dari

hasil itu, saya bisa memetakkan mana guru yang perlu ditempatkan

sebagai wali kelas, guru mata pelajaran, tim lomba, guru kelas atas,

guru kelas bawah ataupun yang lainnya. Maaf karena kita sekolah

swasta, maka hasil kerja guru juga menentukan gaji yang akan

155

diperoleh. Kita tidak bisa menyamakan guru dengan kinerja rendah

dan guru yang mempunyai kinerja tinggi. Guru yang kurang bagus

kinerjanya selalu saya panggil, saya beri masukan. Dan apabila tidak

ada perubahan setelah dipanggil sampai 3 kali, ya saya beri surat

pemberhentian. Memang sanksi kita berlakukan secara bertahap,

guru yang punya kompetensi rendah tidak bisa menjadi wali kelas,

kemudian scorsing dan bila tidak ada perubahan akan berujung

pemberhentian. SD Birrul adalah sekolah swasta, tuntutan orang tua

sangat luar biasa. Maka perlu kerja profesional, kerja bersemangat

dan tentunya berharap hasil yang maksimal.

Peneliti : menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di

sekolah ini sudah berhasil?

Informan : saya kira belum semuanya. Namun adanya supervisi akademik dapat

meningkatkan semangat guru dalam mengajar. Selain itu, guru akan

terus terpacu untuk belajar guna meningkatkan kemampuan

mengajar dan penguasaan materi pelajaran yang diampu

156

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Mastuti Rahayu, S.Pd, M.Pd (Kepala SD N 4 Sragen)

Hari/tanggal : Rabu, 1 Juni 2016

Peneliti : sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?

Informan : sudah 4 tahunan

Peneliti : Berapa jumlah siswa disini bu?

Peneliti : jumlah murid ada 896 dan tahun ini menerima 4 rombel yang berasal

dari kecamatan Sragen dan juga kecamatan lain

Peneliti : Menurut Ibu, manfaat apa yang bisa diambil kepala sekolah dalam

melaksanakan supervisi kepala sekolah

Informan : Bagi saya supervisi akademik itu sangat bermanfaat sekali, sebagai

kepala sekolah jadi tahu kapasitas guru-gurunya. Karena setiap guru

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Terkadang kita melihat

seorang guru yang giat, semangat, belum tentu dia bagus dalam

KBM. Terkadang guru yang biasa-biasa saja ternyata mempunyai

kemampuan bagus dalam mengajar. Kalau kita sebagai kepala

sekolah tidak melakukan supervisi, ya tidak tau kemampuan guru.

Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program

supervisi?

Informan : ya membuat, kan itu sudah tugas kepala sekolah

Peneliti : Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan supervisi

akademik terhadap guru?

Informan : karena itu sudah menjadi tugas kepala sekolah, yaitu salah satunya

semaksimal mungkin saya laksanakan. Namun dalam

pelaksanaannya tidak semua guru saya supervisi. Saya lebih

menekankan pada guru PNS, saya tidak tega kalau guru WB ikut

disupervisi. Dulu pernah saya lakukan, tapi ya kembali lagi, saya

tidak tega. Karena saya tidak bisa menuntut terlalu banyak kepada

WB, karena tidak ada ikatan yang memaksa dia untuk berbagai

157

tanggung jawab dalam mengajar. Beda dengan yang PNS kan. Di

samping itu, guru disini ada 40 an orang, jadi tidak cukup waktu

karena kegiatan kepala sekolah juga tidak supervisi saja. Dan juga

guru WB masih takut ketika ada supervisi, pernah dulu saya lakukan

untuk semua guru. Tapi guru yang WB terlihat kurang siap dan

membuat saya tidak tega.

Peneliti : Untuk menangani jumlah guru yang sangat banyak, apakah ibu tidak

memanfaatkan guru senior dalam supervisi bu?

Informan : Maaf saya tidak melibatkan guru senior, karena itu sudah tugas saya

sebagai kepala sekolah. Lagipula kalau saya wakilkan dan dia belum

mengikuti pelatihan tentang kepengawasan, menurut saya itu kurang

pas.

Peneliti : Apakah dalam supervisi ada blangko instrumennya bu?

Informan : Tentu saya memakai instrumen, sebagai kepala sekolah saya perlu

mendokumentasikan hasil supervisi itu. Instrumen ini penting,

karena hasil penilaian ada di sini, dan ini saya gunakan untuk

langkah selanjutnya. Kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran

akan saya jadikan bahan untuk pembinaan guru.

Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?

Informan : ada yang biasa saja, ada yang grogi. Disini sudah menjadi hal yang

biasa, mereka ngajar, saya nungguin dari awal sampai selesai dan

saya nilai juga pernah.

Peneliti : apakah guru PAI disini sering menggunakan media IT dalam

pembelajaran?

Informan : sering, mereka sering menggunakan LCD dalam menyampaikan

materi.

Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan

menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?

Informan : kalau pendukungnya yang karena itu sudah tugas, jadi ya jalan gitu

aja.

158

Kalau kelemahan, waktu yang sering saya tidak bisa karena banyak

hal dan pekerjaan selaku kepala sekolah

Peneliti : menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di

sekolah ini sudah berhasil?

Informan : belum semua berhasil, tapi yang jelas ada peningkatan

Peneliti : bagaimana bentuk tindak lanjut dari hasil supervisi bu?

Informan : dari hasil supervisi, tentu saya lihat dulu catatan-catatan yang ada.

Apabila ada hal-hal yang perlu saya tindak lanjuti secara pribadi ya

saya lakukan secara pribadi. Namun apabila cuma ringan dan

permasalahan umum, maka saya akan sampaikan melalui pembinaan

guru. Biasanya saya lakukan pada rapat rutin guru. Guru yang sudah

mengajar bagus, juga saya sampaikan agar guru tersebut semakin

bersemangat dan menjadi motivasi untuk guru yang lain.

159

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Joko Tri Laksono, S.Pd (Ketua K3S Kec. Sragen)

Hari/tanggal : Jum’at, 3 Juni 2016

Peneliti : sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?

Informan : sudah 14 tahunan, saya menjadi kepala sekolah dah 3 SD. Pertama di

SD 12, kemudian SD N 3 sudah 8 tahun dan baru di SD 1 ini

setahun.

Peneliti : berarti Bapak sudah lama menjadi kepala sekolah di Sragen, prestasi

ada prestasi anak yang menonjol di bidang Pendidikan Agama

Islam?

Informan : Sekolah Dasar di Sragen mempunyai prestasi yang menggembirakan

baik di tingkat karesidenan Surakarta, propinsi maupun tingkat

nasional. Termasuk lomba-lomba dalam Pendidikan Agama Islam

juga meraih juara di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Tentu ini tidak

lepas dari peran guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan

arahan dan bimbingan kepada murid-muridnya.

Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program

supervisi?

Informan : Ya mesti menyusun, saya juga menyusun sendiri program supervisi.

Karena itu sudah menjadi tugas seorang kepala sekolah untuk

melaksanakan supervisi.

Peneliti : menurut Bapak, seberapa besar manfaat supervisi kepala sekolah

bagi guru?

Informan : Sebagai kepala sekolah supervisi itu penting, minimal dengan

supervisi akan memberi motivasi kepada guru untuk mengajar lebih

baik. Sebagai contoh, kalau tidak ada kegiatan supervisi, guru

mengajar seadanya, biasa dan tidak memakai media. Tapi ketika ada

kegiatan supervisi, pasti akan mempersiapkan diri.

160

Bagi saya, dalam pembelajaran itu yang penting ada target. Kalau

guru mengajar serius dan mempunyai target, pasti ada peningkatan

kemampuan anak.

Peneliti : Apakah supervisi akademik di SD ini bisa dilaksanakan? Bagaimana

pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru?

Informan : Bisa dilaksanakan, tapi ya cuma beberapa guru saja.

Peneliti : Bagaimana dengan guru PAI?

Informan : Maksudnya?

Peneliti : Apakah Bapak pernah melakukan supervisi akademik (maksudnya

supervisi dalam kunjungan kelas) untuk guru PAI?

Informan : Selama saya menjadi kepala sekolah, saya belum pernah

mensupervisi guru PAI. Karena saya tidak menguasai ilmunya. Saya

tidak enak kalau dengan guru PAI, takutnya nanti kalau saya

memberikan masukan, malah salah. (sambil tersenyum). Saya dari

latar belakang guru kelas, jadi saya lebih mantap mensupervisi guru

kelas. Bukannya saya membedakan, tapi karena saya tidak

menguasai materinya, tapi kalau bimbingan dan motivasi tetap saya

berikan.

Peneliti : Apakah menurut bapak, guru PAI disini menguasai materi yang

diampu serta bisa menggunakan media IT dalam pembelajaran?

Informan : kalau itu saya yakin bisa, guru PAI walaupun masih WB tapi

penguasaan materinya bagus, dia juga bisa mengoperasikan

komputer jadi saya yakin dia bisa menggunakan media IT. Buktinya

nilai anak-anak untuk PAI bagus.

Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?

Informan : semua guru siap, apalagi guru-guru yang masih muda itu. Dia malah

bilang, kalau mau disupervisi yang silahkan saja pak. Disupervisi

bagian tentang apa begitu. (sambil tertawa)

Peneliti : menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di

sekolah ini sudah berhasil?

161

Informan : belum semua berhasil, tapi ada perubahan yang lebih baik. Nilai

ujian tahun ini ada peningkatan. Rata2 anak bisa diatas 8.

Peneliti : ternyata banyak kepala sekolah yang belum berhasil dalam

melaksanakan supervisi, kira-kira apa penyebabnya pak?

Informan : selain kesibukan kepala sekolah sendiri, menurut saya kwalitas

kepala sekolah itu sendiri. Jarang sekali ada pelatihan kepala sekolah

tentang supervisi. Pembekalan-pembekalan dan materi-materi

tentang supervisi tidak pernah di dapat. Maka tidak heran jika ada

kepala sekolah yang tidak paham tentang supervisi. Bagaimana mau

melaksanakan apabila kepala sekolah sendiri tidak paham tentang

supervisi. Bahkan ada kepala sekolah yang beranggapan bahwa

supervisi adalah tugas pengawas sekolah, dan dia tidak menyadari

kalau kepala sekolah juga bertindak sebagai supervisor untuk guru-

gurunya. Kemudian pemahamannya tentang kegiatan supervisi yang

hanya dimaknai sempit hanya dalam penilaian, membuat kegiatan

supervisi akademik kepala sekolah tidak berjalan maksimal.

Peneliti : Bagaimana bentuk tindak lanjut setelah supervisi pak?

Informan : Kalau untuk guru kelas, saya kasih masukan berkaitan dengan materi

yang diampu karena saya dulu guru kelas dan saya paham materinya.

Tapi kalau guru PAI saya tidak berani bu, takut salah karena saya

kurang paham materi PAI. Saya hanya memberikan bimbingan

secara umum saja pada rapat guru.

162

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Haryatik, S.Pd.I

Jabatan : Guru PAI SD N Karang Tengah 1

Hari/tanggal : Selasa, 3 Mei 2016

Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi akademik oleh kepala

sekolah?

Informan : saya pernah disupervisi tapi administrasi saja, tiap awal semester

Peneliti : kalau supervisi waktu pembelajaran di kelas?

Informan : belum pernah

Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala

sekolah?

Informan : Senang aja, karena kepala sekolah memperhatikan guru-gurunya.

Kalau ada pemeriksanaan, kita jadi semangat mengajar

Peneliti : mohon maaf, kan kepala sekolah sini non muslim, apakah tetap

memberikan perhatian yang sama terhadap guru PAI?

Informan : kepala sekolah kami profesional, dia tidak membeda-bedakan guru.

Dia juga perhatian kepada kami guru PAI.

Namun selama menjadi guru Pendidikan Agama Islam di SD N

Karang Tengah 1, saya tidak pernah ada supervisi kunjungan kelas

oleh kepala sekolah. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah hanya

menilai perangkat administrasi guru saja.

Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari kepala

sekolah?

Informan : saya pengen yang ramah, tidak tegang. Tidak hanya menyalahkan

tapi juga memberi solusi. Ibu kepala juga mengajar, jadi saya bisa

mencontoh cara dia mengajar

163

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Gadis Wahyutira, S.Pd.I

Jabatan : Guru PAI SD N Tangkil 4

Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016

Peneliti : Apakah Ibu guru PAI pernah disupervisi administrasi oleh kepala

sekolah?

Informan : pernah, karena saya juga guru baru ya seadanya. Kepala sekolah

saya juga guru agama, jadi administrasi beliau yang punya

Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi dalam pembelajaran oleh

kepala sekolah?

Informan : belum pernah, pernah tapi oleh pengawas PAI

Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?

Informan : saya tidak tahu bu

Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala

sekolah?

Informan : kepala sekolah belum supervisi di kelas bu

Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari

kepala sekolah?

Informan : apa ya, ya mungkin lebih ditingkatkan lagi supaya lebih baik

Peneliti : Bagaimana menurut ibu, pelaksanaan supervisi akademik kepala

sekolah selama ini?

Informan : saya kurang merasakan manfaatnya, karena selama ini saya mengajar

berdasarkan ilmu yang saya dapat selama kuliah. Kepala sekolah

tidak pernah memberikan masukan kepada saya. Strategi mengajar

juga saya dapatkan di pelatihan-pelatihan sebelum saya mengajar di

sekolah ini. Pembinaan kepala sekolah biasanya hanya secara global

saja dan tidak spesifik untuk guru PAI.

164

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Tutik Rusdiatun, S.Ag

Jabatan : Guru PAI SD N Mojo 58

Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016

Peneliti : Apakah Ibu guru PAI pernah disupervisi administrasi oleh kepala

sekolah?

Informan : ya pernah

Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi dalam pembelajaran oleh

kepala sekolah?

Informan : ya tapi sudah lama

Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?

Informan : ada tapi yang membawa pak kepala

Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan

supervisi?

Informan : tidak tentu, sudah tahun lalu

Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala

sekolah?

Informan : saya sangat mendukung dengan diadakannya supervisi oleh kepala

sekolah, karena dengan demikian dapat meningkatkan kinerja kami

baik secara administrasi maupun dalam KBM.

Peneliti : apakah ibu sering menggunakan media TP seperti LCD dalam

pembelajaran?

Informan : pernah, tapi saya kurang bisa mengoperasikan. Kalau mau pakai saya

minta tolong guru lain yang bisa mengoperasikan

Peneliti : apakah ibu pernah dilatih dalam penggunaannya? Sehingga bisa

menggunakan sendiri?

Informan : pernah juga, tapi ya kadang masih bingung. Perlu proses mungkin

(sambil tersenyum)

165

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Fatimah, S.Pd.I

Jabatan : Guru PAI SD N 16 Sragen

Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016

Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?

Informan : pernah

Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?

Informan : tentunya ada

Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan

supervisi?

Informan : 1 kali

Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala

sekolah?

Informan : senang sekali, sebagai guru pemula menjadikan saya lebih tahu.

Apalagi pak kepala adalah guru PAI, dia banyak memberikan

masukan dan bimbingan, walaupun disini cuma membantu saja.

Karena kepala sekolah masih mengajar 6 jam, maka sisanya

diserahkan kepada saya

Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari kepala

sekolah?

Informan : ya seperti saat ini. Pak kepala orang yang santai dan penuh

kekeluargaan. Jadi saya merasa nyaman-nyaman saja, rasa grogi

tetap ada, tapi saya optimis karena untuk kemajuan saya juga.

166

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Pranto Sutrisno, S.Pd.I

Jabatan : Guru PAI SD N 6 Sragen

Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016

Peneliti : Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi administrasi oleh kepala

sekolah?

Informan : pernah, sesekali ditanya kelengkapan administrasi

Peneliti : Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi dalam pembelajaran

oleh kepala sekolah?

Informan : pernah, kepala sekolah di luar kelas memperhatikan pembelajaran

Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?

Informan : mungkin saja ada, tetapi guru PAI tidak ditunjukkan

Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan

supervisi?

Informan : tidak pasti

Peneliti : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap supervisi yang dilakukan

kepala sekolah?

Informan : masih belum signifikan pada kemajuan pembelajaran PAI di kelas

Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Bapak guru PAI harapkan dari

kepala sekolah?

Informan : supervisi yang dirasa paling tepat, kami rasa supervisi yang

kontinyu, membuka peluang komunikasi dua arah dan terjadi

pemecahan masalah

Peneliti : Bagaimana menurut Bapak, pelaksanaan supervisi akademik kepala

sekolah selama ini?

Informan : Selama ini saya kira tidak terlalu berpengaruh kepada saya, karena

kepala sekolah jarang melakukan kunjungan kelas, pembinaan guru

juga hanya bersifat umum dan tidak menyasar kepada guru PAI.

167

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Siyami, S.Ag, M.Pd.I

Jabatan : Guru SD 4 Sragen. Ketua KKG PAI Kecamatan Sragen

Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016

Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?

Informan : ya rutin tiap semester sekali

Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?

Informan : ada, tapi dibawa kepala sekolah

Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan

supervisi?

Informan : 1 kali tiap semester

Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala

sekolah?

Informan : senang tentunya, karena ketika kita diawasi, maka kita akan

semangat dan dapat membantu dalam hal peningkatan kemampuan

guru

Peneliti : apakah ibu menggunakan media seperti LCD dalam pembelajaran?

Informan : sering, malah ibu kepala sekolah menekankan. Kalau sekiranya perlu

ya suruh pakai.

Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari

kepala sekolah?

Informan : supervisi yang memberi arahan agar lebih baik, suasana dibuat santai

agar tidak terkesan kaku. Guru yang disupervisi biar bisa santai dan

suasana kekeluargaan.

168

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Wiyono, S.Pd.I

Jabatan : Guru PAI SD N Nglorog 3

Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016

Peneliti : Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?

Informan : ya pernah

Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?

Informan : ada

Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan

supervisi?

Informan : tidak tentu, menyesuaikan waktu Ibu kepala sekolah

Peneliti : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap supervisi yang dilakukan

kepala sekolah?

Informan : saya senang, walaupun saya sudah tua dan mau pensiun

Peneliti : apakah bapak menggunakan media seperti LCD dalam

pembelajaran?

Informan : maaf saya sudah tua bu, bingung masang dan menggunakan kalau

mau pakai LCD. Saya lebih sering ceramah saja.

Peneliti : apakah tidak ada pelatihan IT di sekolah pak?

Informan : kalau mau latihan sebenarnya ada guru yang bisa melatih, tapi saya

sudah tidak sempat latihan bu. Rumah saya jauh, lagipula di sekolah

juga ada tambahan ngurusi BOS juga. Sebenarnya ibu kepala

sekolah sudah menawarkan kalau mau latihan, tapi saya yang nyerah

dahulu

Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Bapak guru PAI harapkan dari

kepala sekolah?

Informan : supervisi yang bersifat membangun, memberi masukan atas

kekurangan dalam kegiatan belajar mengajar

169

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Masykuri, S.Ag

Jabatan : Guru PAI SD N Mojomulyo 2

Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016

Peneliti : Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?

Informan : ya pernah

Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?

Informan : ada

Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan

supervisi?

Informan : tidak tentu, menyesuaikan waktu Ibu kepala sekolah

Peneliti : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap supervisi yang dilakukan

kepala sekolah?

Informan : saya senang, sebagai guru PAI kita harus siap, kita tidak boleh

ketinggalan dengan guru yang lain

Peneliti : apakah bapak menggunakan media seperti LCD dalam

pembelajaran?

Informan : ya pernah pakai tapi tidak setiap hari, menyesuaikan materi saja.

Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Bapak/Ibu guru PAI harapkan dari

kepala sekolah?

Informan : supervisi yang memberikan pembinaan dan pendampingan dari

pembuaatan RPP sampai pelaksanaan pembelajaran. Tidak hanya

diawasi cara mengajarnya saja, tapi guru juga dibimbing dalam

persiapan dan pelaksanaan pembelajaran

170

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Suharyati, A.Ma.Ag

Jabatan : Guru PAI SD N Nglorog 1

Hari/tanggal : Selasa, 22 Maret 2016

Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?

Informan : belum bu, saya bingung kalau di supervisi

Peneliti : Lha kenapa bu?

Informan : saya kalau disuruh masuk dan mengajar siap. Tapi kalau disupervisi,

tensi saya langsung naik, penyakit diabetes saya juga kambuh.

Kemarin waktu pelaksanaan kurikulum 2013 disuruh mengisi nilai,

saya malah sakit mikir itu. Karena saya tidak bisa komputer

Peneliti : apakah ibu menggunakan media seperti LCD dalam pembelajaran?

Informan : maaf saya tidak bisa, komputer saja saya tidak bisa menggunakan

Peneliti : apakah tidak dibantu kepala sekolah atau guru yang lain untuk

latihan komputer bu?

Informan : maaf saya sendiri yang tidak mau bu, kalau banyak pikiran saya jadi

sakit.

Peneliti : Lha terus bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan

dari kepala sekolah?

Informan : ya yang saya harapkan bu kepala selalu memberikan pembinaan dan

bimbingan. Jangan formal-formal, karena nanti saya grogi dan

membuat penyakit hipertensi saya kambuh

171

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama informan : Ummi Muslimah, S.Pd.I

Jabatan : Guru PAI SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen

Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016

Peneliti : Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi akademik oleh kepala

sekolah?

Informan : pernah tapi yang nunggu waka akademik

Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan

supervisi?

Informan : biasanya 1 kali tiap semester

Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala

sekolah?

Informan : biasa saja, bapak kepala sekolah tidak menunggu di dalam kelas

secara langsung dan saya memaklumi. Karena disini gurunya

banyak, maka diwakilkan kepala wakil kepala sekolah

Peneliti : Apakah Bapak/Ibu menggunakan media IT untuk mendukung proses

pembelajaran?

Informan : ya kadang memakai kalau memang materi perlu menggunakan

media IT seperti kisah-kisah nabi dan lainnya. Anak-anak lebih

tertarik dengan itu daripada saya ceramah. Dalam pembinaan, kepala

sekolah juga menyarankan penggunaan LCD dan sekolah

menyediakan beberapa LCD untuk menunjang kegiatan

pembelajaran.

Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari

kepala sekolah?

Informan : supervisi yang saya harapkan ya yang memberikan bimbingan,

memberikan solusi terhadap permasalahan guru. Tidak hanya

penilaian administrasi saja

172

Wawancara dengan Kepala SD N Mojo 58

Wawancara dengan Kepala SD N Nglorog 3

Wawancara dengan Kepala SD N 16 sragen

173

Wawancara dengan Kepala SD N Tangkil 4

Wawancara dengan Kepala SD N Mojomulyo 2

174

Wawancara dengan Ketua KKKS

Wawancara dengan Kepala SD N 4 Sragen

175

Wawancara dengan Kepala SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen