Upload
rahmat-hidayat
View
867
Download
158
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sumber daya proyek konstruksi
Citation preview
TUGAS PERTEMUAN KE-II
TUGAS 1 :
Sebuah proyek merupakan suatu aktifitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi oleh
waktu, anggaran, resources dan spesifikasi performansi yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Sebuah proyek juga dapat diartikan sebagai upaya
atau aktifitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan-
harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia
yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
Proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Senantiasa dibutuhkan
pemberdayaan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan,
sasaran, dan harapan penting tertentu. Aktifitas atau kegiatan pada proyek merupakan
sebuah mata rantai, yang dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan kemudian
dilaksanakan, sampai benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan
perencanaannya semula. Proyek merupakan aktifitas yang bersifat temporer. Selalu ada
pembatasan dalam pelaksanaannya dan juga dalam skala tertentu.
Untuk mendukung pembangunan megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS)
dibutuhakan beberapa sumber daya secara optimal, yaitu:
1. Sumber Daya Manusia
2. Sumber Daya Peralatan
3. Sumber Daya Material
4. Sumber Daya Modal atau Keuangan
dimana, keempat aspek tersebut akan dipertimbangkan berdasarkan beberapa hal di
bawah ini, yaitu:
1. Jumlah sumber daya yang tersedia dengan kebutuhan maksimal proyek
2. Kondisi keuangan untuk membayar sumber daya
3. Produktivitas sumber daya
4. Kemampuan dan kapasitas sumber daya
5. Efektivitas dan efesiensi sumber daya
Berdasarkan kelima hal tersebut, diharapkan proyek pembangunan infrastruktur dapat
berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya pada pra-feasibility
study.
Berikut merupakan penjelasan dari keempat aspek di atas pada megaproyek Jembatan
Selat Sunda (JSS):
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam proyek Jembatan
Selat Sunda (JSS) merupakan kumpulan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek secara memuaskan (on time, on budget dan on quality).
SDM proyek bukan hanya terdiri dari tim pengembang proyek saja, akan tetapi
termasuk sponsor, pengguna, pelanggan, pengguna, staf pendukung (jika ada),
vendor/supplier, dsb.
Manajemen SDM sangat dibutuhkan dalam proyek, untuk memastikan
bahwa tenaga ahli yang ditugaskan kompeten dan telah bekerja secara
profesional. Manajemen SDM merupakan proses mengorganisasikan dan
menempatkan orang-orang yang terlibat dalam proyek, sehingga orang tersebut
dapat dimanfaatkan potensinya secara efektif dan efisien.
Untuk pembangunan proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) dibutuhkan tim
proyek yang terdiri dari beberapa tenaga ahli di bidangnya, seperti ahli geologi,
ahli tanah, ahli beton, dan konstruksi untuk bagian atas Jembatan Selat Sunda
(JSS). Selain itu, terdapat ruang lingkup kerjasama dari pembangunan jembatan
yang meliputi meliputi survei dan pemetaan hidro-oseanografi, dinamika pantai
serta soil investigation, kajian aspek meteorologi, oceanologi, vulkanologi,
gempa bumi dan tsunami, serta perancangan struktur jembatan dan pemanfaatan
fasilitas pengujian.
Ditinjau dari pertimbangan yang ada, berikut penjelasan mengenai kelima
pertimbangan tersebut:
a. Jumlah sumber daya yang tersedia dengan kebutuhan maksimal proyek
Untuk pembangunan jembatan selat sunda, dibutuhkan tenaga kerja baik
tenaga kerja ahli maupun tenaga kerja terampil sebanyak 82.736 tenaga
kerja. Tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja indonesia karena
pemerintah pusat menginginkan bahwa megaproyek Jembatan Selat
Sunda (JSS) menjadi karya anak bangsa. Data kebutuhan tenaga kerja
tersebut merupakan perkiraan awal dari pra-feasibility study.
b. Kondisi keuangan untuk membayar sumber daya
Pada pembangunan jembatan selat sunda, pendanaan untuk pembayaran
sumber daya manusia sudah terakomodir pada tahapan pra-feasibility
study dengan memperkirakan jumlah dana yang dikeluarkan untuk
megaproyek ini adalah senilai US$ 100 Miliar atau setara dengan 100
Triliun dalam rupiah.
c. Produktivitas sumber daya
Pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) memiliki tim proyek dengan
tenaga kerja ahli dan tenaga kerja terampil di bidangnya. Tenaga kerja
ahli berasal dari kalangan doktor besar ataupun profesor dari universitas
besar di Indonesia. Hasil dari para tenaga ahli terlihat pada pra-
feasibility study dengan mempertimbangkan berbagai aspek pengerjaan
secara operasional maupun secara teknis dalam pembangunan
megaproyek jembatan selat sunda untuk mencapai keberhasilan proyek.
d. Kemampuan dan kapasitas sumber daya
Dalam pembangunan jembatan selat sunda, kemampuan dari tenaga
kerja ahli dan tenaga kerja terampil sudah dapat diperkirakan secara
matang guna memberikan hasil yang efektif dan efisien. Sedangkan
kapasitas sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan
megaproyek Jembatan Selat Sunda ini diperkirakan membutuhkan
tenaga kerja ahli dan tenaga kerja terampil sebanyak kurang lebih 82.736
tenaga kerja.
e. Efektivitas dan efisiensi sumber daya
Berdasarkan data yang telah diperoleh mengenai sumber daya manusia
yang dibutuhkan dalam pembangunan megaproyek Jembatan Selat
Sunda (JSS) ini, maka penggunaan sumber daya manusia termasuk
dalam tenaga kerja ahli dan tenaga kerja terampil yang digunakan sudah
tercukupi secara efektif. Hal tersebut sudah diperhitungkan berdasarkan
perbandingan jumlah tenaga kerja yang digunakan pada pembuatan
Jembatan Akashi-Kaikyo, Jepang. Penggunaan tenaga kerja pada kisaran
nilai tersebut dapat diharapkan bisa memenuhi kebutuhan standar tenaga
kerja pada pembangunan jembatan kelak sehingga pengerjaan
pembangunan dapat dilakukan sesuai dengan target yang telah
ditentukan sebelumnya.
2. Sumber Daya Peralatan
Peralatan merupakan hal penting yang digunakan tenaga kerja sebagai
sumber daya utama untuk membantu melaksanakan megaproyek Jembatan Selat
Sunda (JSS). Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan serta tenaga kerja pada
suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran
pekerjaan. Pengunaan alat yang dipilih sesuai dengan standar dan kondisi di
lapangan. Peralatan kerja yang digunakan terdiri dari alat-alat berat dan alat-alat
pelengkap lainnya, baik yang digerakan secara manual atau mekanis. Pemilihan
jenis peralatan yang digunakan dalam suatu pekerjaan merupakan faktor penting
yang mempengaruhi proses penyelesaian proyek secara cepat dan tepat.
Pertimbangan dari segi biaya sehubungan dengan penggunaan peralatan harus
tetap ada, artinya harus ada optimalisasi dari harga produksi per satuan waktu
untuk setiap peralatan yang digunakan. Selama pemeliharaan dan perawatan
peralatan, terutama untuk alat-alat berat harus dilakukan secara rutin sehingga
kondisi alat selalu baik dan siap pakai. Hal ini sangat penting agar dalam
pelaksanaan proyek tidak terhambat karena adanya kerusakan pada peralatan
kerja.
Beberapa hal terkait dengan sumber daya peralatan sebagai pertimbangan
dalam megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS) adalah sebagai berikut:
a. Jumlah sumber daya yang tersedia dengan kebutuhan maksimal proyek
Penggunaan peralatan pada pembangunan jembatan selat sunda adalah
sebagai berikut:
Peralatan yang digunakan :
1) Mobile Crane
Mobile crane biasanya digunakan untuk mengangkat beton precast
pada konstruksi gedung dan jembatan. Meskipun mobile crane
dengan tingkat kemampuan 100 ton atau lebih kadangkala
digunakan, perencana sebaiknya juga menyadari kenyataan bahwa
tingkat kemampuan yang dimiliki adalah kemampuan maksimum
yang didasarkan pada kemampuan crane mengangkat benda untuk
kondisi panjang lengan (boom) yang relatif pendek dan dengan
radius minimum beban yang dapat dicapai. Radius pembebanan
adalah jarak horisontal yang diukur dari sudut vertikal yang dapat
dicapai pada pusat putaran crane ke jalur pembebanan. Perlu
diperhatikan bahwa kemampuan mobile crane akan berkurang jika
alat tersebut bekerja tanpa dibantu oleh kaki penyeimbangnya. Oleh
sebab itu pada saat pengangkatan balok girder kaki penyeimbang
sangatlah berperan dalam menentukan kestabilan posisi mobile
crane teresebut. Sebagai tambahan, mobile crane yang akan
digunakan pada saat sebelum dioperasikan haruslah dapat dipastikan
berada dalam kondisi permukaan yang rata dan cukup kuat, apalagi
bila beban yang ditahan mendekati kemampuan maksimal alat
tersebut. Pada pelaksanaan erection PCI Girder di proyek
pembangunan JSS pada kedua sisi daerah penghubung, sisi mobile
crane yang digunakan adalah dua unit mobile crane yang masing-
masing mempunyai kapasitas 80 ton, dengan memperhitungankan
bahwa masing-masing PCI Girder yang akan diangkat mempunyai
bobot ± 80 ton sehingga mobile crane tersebut mampu bekerja
dengan optimal. Fungsi kerja dari mobile crane adalah : untuk
menaikkan PCI Girder dari stressing bed (stock yard) keatas trailler
truck dan boggie, selanjutnya PCI Girder diangkut kelokasi dengan
menggunakan trailler truck dan boggie.
2) Crawler Crane
Crawler Crane dengan kapasitas yang besar kadangkala juga
digunakan untuk menarik beton pracetak. Crawler Crane apabila
digunakan pada daerah yang luas biasanya lebih banyak
menghabiskan biaya dan susah diterapkan karena untuk
memindahkannya dari satu lokasi ke lokasi yang lain harus
menggunakan alat bantu berupa trailler. Radius beban untuk
Crawler Crane dapat diukur seperti pada alat mobile crane dan
dengan bentuk serta cara kerja yang hampir sama pula. Alat ini
mampu bekerja pada kemampuan yang mendekati maksimum
seperti mobile crane, namun juga dengan syarat harus pada kondisi
permukaan yang cukup rata dan kuat. Untuk mendapatkan
permukaan yang rata dan kuat, biasanya permukaan tanah diberi plat
baja yang mempunyai ketebalan ± 2.5cm sebagai alas dari track
crawler crane.
3) Trailler Truck dan Boggie
Trailler truck digunakan untuk mengangkut PCI Girder yang telah
siap untuk di erection dari stock yard menuju lokasi pier head
jembatan. Dalam pelaksanaan pengangkutannya trailler truck
dilengkapi dengan boggie, yaitu semacam alat bantu yang dilengkapi
dengan roda karet yang berfungsi sebagai pengangkut PCI Girder
sekaligus menghubungkannya dengan trailler truck. Boggie
diperlukan karena PCI Girder tidak mungkin diangkut hanya dengan
menggunakan trailler, mengingat panjang dari PCI Girder yang
melebihi panjang dari trailler truck nya sendiri. Dalam pelaksanaan
pengangkutannya ujung bagian depan PCI Girder menumpu pada
trailller truck sedang pada ujung bagian belakangnya menumpu
pada boggie. Boggie juga dilengkapi dengan alat kemudi power
steering, hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan dalam
pengangkutan PCI Girder agar tidak terjadi perubahan konstruksi
pada balok girder akibat tidak seimbangnya antara kemudi depan
(trailler truck) dengan kemudi belakang (boggie).
4) Ponton
Dalam pelaksanaan erection PCI Girder pada proyek pembangunan
JSS, ponton digunakan sebagai jalan kerja. Hal ini dikarenakan
ponton lebih memungkinkan untuk digunakan sebagai jalan kerja
bila dibandingkan dengan jalan kerja yang terbuat dari timbunan
tanah. Dimana jalan kerja yang terbuat dari timbunan tanah akan
mudah terkikis oleh ombak air laut sehingga kita memerlukan
tenaga, waktu dan biaya ekstra untuk perawatannya.
Pada saat pelaksanaan erection PCI Girder jalan kerja yang terbuat
dari ponton harus benar-benar stabil, dalam arti ponton tidak boleh
bergerak (goyang) karena pengaruh ombak air laut, bila hal ini
terjadi maka akan mengganggu proses pelaksanaan erection PCI
Girder sehingga proses pelaksanaan erection PCI Girder kurang
maksimal, untuk itu ponton harus dilengkapi dengan jangkar. Selain
itu ponton juga harus diisi air terlebih dahulu hingga kandas ke dasar
laut, saat itulah ponton bisa dikatakan stabil dan layak untuk
dijadikan jalan kerja.
5) Water pump
Water pump sangatlah penting didalam mendukung pelaksanaan
erection PCI Girder. Sesuai dengan namanya, water pump berfungsi
untuk mengisi air kedalam ponton yang akan digunakan sebagai
jalan kerja erection PCI Girder. Air yang digunakan untuk mengisi
ponton langsung diambil dari air laut sehingga tidak perlu lagi
mendatangkan air dari luar.
6) Peralatan Pembantu
a) Kabel seling pengikat PCI Girder, berfungsi untuk menjaga
kestabilan PCI Girder ketika diangkut menggunakan trailler dan
boggie serta menjaga kestabilan PCI Girder pada saat penurunan
menggunakan jack hidrolik.
b) Rantai bracing pengikat PCI Girder, memiliki fungsi yang sama
dengan kabel seling.
c) Reinforce support, yaitu tiang penyangga PCI Girder yang
terbuat dai pipa besi yang bisa di stel panjang pendeknya
berfungsi untuk menjaga kestabilan PCI Girder ketika diangkut
menggunakan trailler dan boggie serta menjaga kestabilan PCI
Girder pada saat penurunan menggunakan jack hidrolik.
Untuk metode Roller Skate peralatan yang dipergunaka sama seperti
dengan metode Crawler Crane hanya saja ditambahkan alat :
1) Roller skate
Suatu peralatan yang terbuat dari rangkaian baja WF yang
dilengkapi dengan roll penggerak yang berfungsi untuk menggeser
PCI Girder menuju titik tumpunya (elastomeric bearing pad). Untuk
mengontrol roller skate agar dalam pelaksanaan penggeseran dapat
berjalan lurus (tidak ber belok-belok) maka roller skate harus
dilengkapi dengan dua buah rell. Rell yang digunakan terbuat dari
baja tipe UNP250 dimana masing-masing dari rell tersebut diberi
alas yang terbuat dari plat baja dengan ketebalan plat 25mm. Untuk
menjaga kestabilan rell maka plat baja yang berfungsi sebagai alas
rell di las dengan rel nya.
2) Winch manual
Suatu alat yang fungsinya untuk menarik atau menggeser roller
skate. Komponen winch manual terdiri dari :
a) Pulung drum, fungsi nya untuk menggulung kabel seling
b) Kabel seling, fungsinya sebagai tali penarik roller skate
c) Pooly, fungsinya sebagai pengait antara kabel seling dengan
roller skate.
Sesuai dengan namanya winch manual diopersaikan secara manual
(menggunakan tenaga manusia).
3) Jack hirolik
Merupakan alat berjenis dongkrak yang berfungsi untuk menurunkan
PCI Girder dari roller skate keatas tumpuan balok girder. Karena
pekerjaan penurunan PCI Girder ini rentan dengan resiko (bisa terjadi
tergulingnya PCI Girder), maka penurunan PCI Girder dilakukan
dengan cara melepas bantalan PCI Girder satu demi satu setiap
pergerakan jack hidrolik nya. (maksimal ketinggian dalam satu
pergerakan jack hidrolik adalah ± 10mm)
Kapasitas angkat dari jack hidrolik yang digunakan adalah 100 ton.
Hal terpenting yang tidak boleh dilupakan adalah pengawasan
terhadap kondisi jack hidrolik tersebut, dimana pada saat digunakan
untuk menurunkan PCI Girder kondisi jack hidrolik harus benar-
benar siap 100%. Untuk itu kontrol terhadap piston jack terjadi aus
apa tidak, kontrol terhadap dust sill mengalami kebocoran atau tidak
dan kontrol terhadap selang hidrolik mengalami kebocoran atau tidak
harus senantiasa dilakukan. Bila hal ini diabaikan bisa berakibat fatal
dengan gagalnya pelaksanaan penurunan PCI Girder tersebut.
4) Peralatan Penunjang
Tipe, kapasitas serta jumlah peralatan bantu atau penunjang yang
digunakan untuk pelaksanaan erection PCI Girder pada proyek
pembangunan JSS dengan metode roller skate sama seperti peralatan
bantu atau penunjang yang digunakan untuk erection PCI Girder
dengan metode crawler crane.
b. Kondisi keuangan untuk membayar sumber daya
Pada pembangunan jembatan selat sunda, pendanaan untuk pembayaran
sumber daya peralatan sudah terakomodir pada tahapan pra-feasibility
study dengan memperkirakan jumlah dana yang dikeluarkan untuk
megaproyek ini adalah senilai US$ 100 Miliar atau setara dengan 100
Triliun dalam rupiah.
c. Produktivitas sumber daya
Penggunaan alat berat pada pembangunan jembatan selat sunda sudah
mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam masa pembangunan kelak.
Peralatan tersebut juga digunakan pada proyek besar di Indonesia, seperti
pembangunan Jembatan Suramadu, terlebih menggunakan teknologi
terapan Delta Qualstone S.K.125 dalam memprediksi kekuatan bangunan
dalam mengantisipasi terjadinya gempa dan tsunami. Peralatan tersebut
juga digunakan pada pembangunan Jembatan Akashi-Kaikyo, Jepang
sehingga dapat menunjang target penyelesaian pembangunan jembatan
pada tahun yang telah ditetapkan sebelumnya didukung dengan adanya
tenaga kerja ahli pada proyek ini.
3. Sumber Daya Material
Berbagai tipe jembatan yang telah digunakan dalam jembatan lintas laut adalah
Suspension Bridges dan Cable Stayed Bridges. Ilustrasi dari penggunaan tipe
jembatan ini diperlihatkan dalam tabel 1 dan 2. Berdasarkan Tabel 1, tipe jembatan
Suspension Bridges telah digunakan di Akashi Kaikyo Japan. Jembatan ini
mempunyai 6 lajur dengan kedalaman pondasi 45 meter, bentang tengah 1.991
meter, bentang kiri dan kanan 906 meter dan tinggi pylon 298,3 meter. Waktu
konstruksi yang dibutuhkan selama ± 10 tahun (192 meter panjang/tahun).
Tabel 1. Tipe Jembatan Suspension Bridges
Untuk tipe jembatan Cable Stayed Bridges (Tabel 2) di jembatan Sutong China
dengan 6 lajur, bentang tengah 1.088 meter, tinggi pylon 306 meter, waktu
konstruksi ± 5 tahun (»217 meter panjang/tahun). Angka ini tentu tidak dapat
digunakan sebagai pedoman dalam pembangunan tipe jembatan sejenis, namun
dapat memberikan informasi mengenai waktu konstruksi untuk jembatan tipe
Suspension Bridges dan Cable Stayed Bridges.
Tabel 2. Tipe Jembatan Cable Stayed Bridges
Beberapa hal terkait dengan sumber daya material sebagai pertimbangan
dalam megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS) adalah sebagai berikut:
a. Jumlah sumber daya yang tersedia dengan kebutuhan maksimal proyek
Berdasarkan data yang telah ada pada pra-feasibility study, berikut
merupakan jumlah kebutuhan material yang dibutuhkan pada proyek
JSS:
Perkiraan Bill of Quantity konstruksi jembatan gantung ultra panjang
Perkiraan Bill of Quantity dan rencana konstruksi viaduck beton
RENCANA JEMBATAN SELAT SUNDA
Jembatan Selat Sunda (JSS) menghubungkan Propinsi Lampung di Pulau
Sumatera dengan Propinsi Banten di Pulau Jawa sepanjang ± 29 km
dapat direncanakan menjadi dua rute, yaitu: rute utara menghubungkan
Merak dan Ketapang dan rute selatan menghubungkan Anyer dan
Ketapang. Tipe jembatan yang mungkin dipakai pada proyek JSS adalah:
Suspension Bridges, Cable Stayed Bridges, Truss Bridges dan Box
Culvert Bridges (Konstruksi edisi Mei, 2011).
JSS merupakan rangkaian jembatan yang panjang dan lebar sehingga
dibutuhkan beberapa segmen jembatan dengan bentang panjang, struktur
pylon yang tinggi, dan struktur pondasi yang dalam dan masif, dan
beberapa segmen jembatan berada di laut dalam. Bentang jembatan
terpanjang pada rangkaian JSS direncanakan berupa jembatan
suspension yang terdiri atas bentang tepi seluas 2 x 800 meter, bentang
tengah 2.200 meter, dan lebar jembatan sepanjang 60 m. Jembatan ini
dirancang akan memiliki fungsi sebagai jalur lalu lintas selebar 2 x 3
meter, jalur darurat 2 x 1 meter, dan jalur lintasan ganda kereta rel.
Selain itu, JSS juga mengakomodasikan jalur utilitas seperti jalur pipa
gas, pipa minyak, kabel fiber optik, kabel listrik dan lain-lain. JSS
direncanakan minimal mempunyai umur kelayakan 150 tahun (dikutip
dari Imran, I., 2011 melalui situs http://bisnis.vivanews.com).
Prakiraan Material Jembatan Selat Sunda
Tinjauan terhadap jenis dan jumlah material didasarkan pada perkiraaan
secara global, hal ini disebabkan karena belum adanya disain JSS
sehingga bill of quantity belum dapat ditentukan. Kebutuhan jenis
material untuk pembangunan JSS antara lain adalah: beton bertulang,
baja struktur, kawat baja, tendon prategang, semua material yang
digunakan dipersyaratkan harus bermutu tinggi. Kebutuhan minimum
material beton per kilometer jembatan adalah: volume beton 50.000 m3,
semen 25.000 ton, agregat kasar 50.000 ton, agregat halus 40.000 ton
(http://bisnis.vivanews.com). Jika panjang jembatan diperkirakan 29 km
maka kebutuhan material total adalah: volume beton 1.450.000 m3,
semen 725.000 ton, agregat kasar 1.450.000 ton, agregat halus 1.160.000
ton. Sedangkan kebutuhan baja adalah ± 472.000 ton. Terkait dengan
material konstruksi berkelanjutan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan
seperti gambar 2.
Taksiran Emisi Dalam Siklus Hidup Material
Emisi Akibat Ekstraksi.
Proses menambang agregat halus dan kasar di quarry membutuhkan
peralatan (misalnya excavator). Semakin dalam lubang galian di
pertambangan maka produktivitas perlatan cenderung menurun yang
berakibat pada semakin lama waktu kerja excavator. Dengan
bertambahnya waktu operasi excavator akan berakibat pada
meningkatnya emisi yang ditimbulkan oleh bahan bakar peralatan
tersebut.
Emisi Akibat Produksi.
Proses mengubah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau bahan
jadi membutuhkan sejumlah energi tertentu. Besar kecilnya energi yang
dibutuhkan bergantung pada tingkat kompleksitas proses produksi yang
harus dilalui. Semakin kompleks prosesnya maka semakin besar
konsumsi energinya yang berakibat pada meningkatnya emisi yang
ditakar dalam CO2 ekivalen. Emisi yang ditimbulkan untuk
memproduksi satu ton semen berbeda dengan satu ton baja.
Emisi Akibat Transportasi.
Emisi yang ditimbulkan oleh proses transportasi berbagai jenis material
tergantung pada jarak antara sumber pengambilan material dengan lokasi
proyek. Sumber pengambilan berbagai jenis material adalah sebagai
berikut:
Emisi Proses Konstruksi.
Proses konstruksi adalah tahap menyatukan berbagai sumberdaya dalam
ruang dan waktu yang sama untuk menghasilkan suatu bangunan. Proses
konstruksi punya peran dalam menciptakan value terhadap lingkungan
yang disebut dengan green construction, salah satu aspeknya adalah
konservasi energi. Penggunaan energi untuk berbagai jenis peralatan
pendukung inilah yang menimbulkan emisi selama proses konstruksi.
Taksiran emisi yang ditimbulkan oleh peralatan dihitung sejak
mobilisasi, operasional, dan demobilisasi. Berhubung penentuan jenis
dan kapasitas alat belum dapat ditentukan maka dalam paper ini taksiran
emisi diabaikan.
Emisi Operasional Bangunan.
Proses operasional bangunan dapat dibedakan menjadi tahap
pemanfaatan bangunan dan tahap perawatan. Emisi ditimbulkan oleh
energi yang digunakan untuk mendukung bangunan beroperasi dan
aktivitas perawatan bangunan sesuai dengan umur kelayakan bangunan
(±150 tahun). Taksiran emisi yang ditimbulkan belum dapat
diprediksikan secara pasti.
b. Kondisi keuangan untuk membayar sumber daya
Pada pembangunan jembatan selat sunda, pendanaan untuk pembayaran
sumber daya material sudah terakomodir pada tahapan pra-feasibility
study dengan memperkirakan jumlah dana yang dikeluarkan untuk
megaproyek ini adalah senilai US$ 100 Miliar atau setara dengan 100
Triliun dalam rupiah.
4. Sumber Daya Modal
Biaya studi dan jasa engineering USD 190 juta atau Rp. 1,8 Triliun. Biaya
konstruksi USD 9.810 juta atau Rp. 90,2 Triliun. Total USD 10 Miliar. Waktu
pelaksanaan konstruksi 6 – 10 Tahun.
Anggaran yang digunakan dalam pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS)
ini mencapai angka 90 hingga 100 triliun rupiah. Untuk mendapatkan anggaran
tersebut, telah dianggarkan dari APBN dan PDRB Provinsi Lampung dan
Provinsi Banten dan akan dibantu oleh 10 provinsi di Pulau Sumatera. Anggaran
tersebut juga didapatkan dari hasil konsorsium dari beberapa perusahaan di
Daerah Cilegon, Banten.
Dalam pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) ini, telah diserahkan
kepada kontraktor PT. Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM) didukung oleh
Artha Graha Network sebagai pemimpin dari proyek pembangunan JSS ini.
Berbagai pihak dari pemerintah pusat juga ikut serta dalam proses survei
lapangan demi terealisasinya pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) sebagai
Mega Proyek Bangsa Indonesia.
Estimasi Biaya
Rencana Biaya Total Konstruksi Jembatan Selat Sunda (JSS) adalah sebagai
berikut :
Ket : biaya total menggunakan standard harga tahun 2009, belum
memperhitungkan eskalasi harga, bunga bank serta tidak
termasuk biaya untuk pengembangan wilayah Selat Sunda.
Tugas 2 :
Jenis kontrak yang digunakan pada megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS) adalah
BOT (Built Operate Transfer) dimana suatu rancangan kontrak yang dilakukan oleh
sektor swasta yaitu PT Bangungraha Sejahtera Mulia (BSM) membangun suatu
fasiilitas Jembatan Selat Sunda (JSS), lalu mengoperasikannya dan memungut
pembayaran terhadap pengguna fasilitas, lalu sektor swasta mengalihkanya kepada
pemerintah setelah kurun waktu tertentu yang telah disepakati apabila pihak swasta
sudah mendapatkan hak mereka pada kondisi BEP (Break Even Point). Sebagai bahan
pertimbangan pada kontrak BOT melibatkan pihak swasta dalam seluruh aspek desain,
pelaksanaan kontruksi, pembiayaan, pengoperasian hingga pengalihan kepada
pemerintah, yakni semuanya berhubungan dengan risiko yang harus ditanggungnya.
Tetapi dari beberapa hal, pemerintah bertanggung jawab terhadap risiko yang memang
harus ditanggungnya seperti risiko politik, kebijakan dan regulasi, serta pembebasan
lahan.