24
Sumber Daya Perairan 1.1 Latar belakang Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma, dan dapat pula dikatakan bahwa semua jenis kehidupan bersifat akuatik. Dalam prakteknya, suatu habitat dikatakan akuatik apabila mediumnya baik eksternal maupun internalnya adalah air. Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (ICRF,2010). Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003). Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan adalah (O- fish, 2009): 1. Rendah kadar amonia dan nitrit 2. Bersih secara kimiawi 3. Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai 4. Rendah kadar cemaran organik, dan 5. Stabil

Sumber Daya Perairan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sumber Daya Perairan

Sumber Daya Perairan

1.1   Latar belakang

Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma, dan dapat pula dikatakan bahwa semua jenis kehidupan bersifat akuatik. Dalam prakteknya, suatu habitat dikatakan akuatik apabila mediumnya baik eksternal maupun internalnya adalah air.

Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (ICRF,2010).

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003).

Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan adalah (O-fish, 2009):

1. Rendah kadar amonia dan nitrit

2. Bersih secara kimiawi

3. Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai

4. Rendah kadar cemaran organik, dan

5. Stabil

Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH, Konduktivitas, Kecerahan, Alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (Plankton dan Benthos) (Sihotang, 2006).

Page 2: Sumber Daya Perairan

1.2. Tujuan Pratikum

Adapun tujuan dari praktikum Ekologi Perairan ini adalah untuk mengetahui, serta meneliti kondisi serta keadaan lokasi penelitian yang mencakup :

I.                Parameter fisika : Suhu, kecerahan, kekeruhan, kecepatan arus, Padatan tersuspensi, serta kedalaman.

II.              Parameter kimia  : pH air, Oksigen terlarut, CO2 bebas, nitrat, Phospat ,serta BOD5.

1.3. Manfaat Pratikum

Manfaat dari praktikum tentang Kualitas Air adalah agar setiap praktikan dapat mengetahui kualitas air yang ada di suatu perairan/ekosistem dengan menggunakan parameter fisika ataupun parameter kimia yang digunakan untuk mengukur kualitas air yang ada di perairan tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.       Tipe Perairan

Berdasarkan habitatnya, Aquatic ecosystem atau ekologi perairan terbagi atas 3 jenis yaitu:

a.         Fresh Water Aquatic, yaitu habitat air tawar yang terdiri dari perairan mengalir (lotic) dan perairan tergenang (lentic).

b.         Marine Water Aquatic, yaitu habitat air laut yaitu suatu habitat yang menitikberatkan pada pola hubungan antar jasad dan hubungan antara jasad dengan laut sebagai lingkungannya.

c.         Brackhis Water Aquatic, yaitu habitat air payau atau habitat eustaria yaitu suatu habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.laut tercampur dengan air tawar sehingga sering juga disebut daerah ekoton atau daerah peralihan (Penuntun Pratikum Ekologi Perairan, 2012).

Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat yang sangat berdaya guna,yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah besar dari pada zat cair lainnya.Sifat-sifat ini dapat dilihat dari banyak unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air laut.(Hutabarat, 2000).

2.2.             Parameter yang Dipraktekkan

1.         PARAMETER FISIKA

A.                 SUHU

Page 3: Sumber Daya Perairan

Suhu Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatakan bahwa suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan berkembangbiak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan zat/unsure yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air. Selanjutnya, densitas air dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu air sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di badan air penerima, saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan akibat sebagai berikut: 1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun; 2) Kecepatan reaksi kimia meningkat; 3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan hewan air lainnya mati. Suhu dapat mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesa, sedangkan pengaruh secara tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton (Tomascik et al., 1997).

Menurut Nontji (1979) menyatakan bahwa suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi yakni curah hujan, penguapan , kelembapan udara, suhu udara, keceptan angin, dan intesitas radiasi matahari. Oleh sebab itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pada musiman.

Suhu perairan biasanya akan meningkat apabila intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan dalam jumlah yang besar. Menurut dahuri et el (1996) suhu perairan dipengaruhi oleh radiasi dan posisi matahari , letak geografis, musim, kondisi awan, proses interaksi air dengan udara seperti kenaikan panas, penguapan, dan hembusan angin.

Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).

Page 4: Sumber Daya Perairan

Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto, 2005).

B.                KECERAHAN

(Effendi, 2003). Cahaya merupakan sumber energi utama dalam ekosistem perairan. Di perairan, cahaya memiliki dua fungsi utama (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi, 2003) antara lain adalah: 1. Memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis (densitas) dan selanjutnya menyebabkan terjadinya percampuran massa dan kimia air. Perubahan suhu juga mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat suatu organisme akuatik, karena setiap organisme akuatik memiliki kisaran suhu minimum dan maksimum bagi kehidupannya. 2. Merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis algae dan tumbuhan air. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditemukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter, nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi serta ketelitian seseorang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi, 2003).

Kecerahan suatu perairan menentuan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan seichi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002)

C.                 KEDALAMAN

Arus akan dipengaruhi oleh topografi dasar perairan, oleh karena itu distribusi fraksi sedimen sangat tergantung dari bentuk dasar peraian terutama keadaan kedalaman karena akan mempengaruhi bentuk dan pola arus (Panggabean,1994).

Kedalaman diukur dengan menggunakan tali yang telah diberi pemberat yang alatnya dimasukkan ke dalam perairan sampai pemberat mencapai

Page 5: Sumber Daya Perairan

dasar perairan.Kemudian pengukuran dimulai dari tali dari permukaan perairan sampai pada alat pemberat (Haslinda,1992).

2.         PARAMETER KIMIA

A.   pH (Power Hydrogen)

pH merupakan suatu pernyataan dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air, besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Besaran pH berkisar antara 0 – 14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH =7 disebut sebagai netral (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005).

 Perairan dengan pH < 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan pH > 9,5 merupakan perairan yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas perairan. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7 – 8,4. pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982; Nybakken, 1992) Pescod (1973) menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan akuatik terhadap pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut,

adanya variasi bermcam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota. Perairan basa (7 – 9) merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diassimilasi oleh fotoplankton (Suseno, 1974). pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan, menyebabkan tidak efektifnya pemupukan air di kolam dan meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S. pH air berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik, semakin tinggi kandungan CO2 perairan, maka pH akan menurun dan demikian pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung garam CaCO3 (Cholik et al., 2005).

Derajat keasaman (pH) adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion H+ dan menunjukkan suasana air tersebut apakah dalam keadaan asam atau basa. Secara alamiah oH- perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa-senyawa bersifat asam (Hasibuan, 2001).

B.   Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen / DO)

Page 6: Sumber Daya Perairan

Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya adalah 5 – 8 mg/l (Mayunar et al., 1995; Akbar, 2001). Oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Penentuan oksigen terlarut harus dilakukan berkali-kali di berbagai lokasi dengan tingkat kedalaman yang berbeda pada waktu yang tidak sama (Sastrawijaya, 2000).

Oksigen terlarut adalah jumlah gas oksigen yang terlarut dalam air yang berasal dari hasil fotosintesa oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya atau difusi dari udara (Penuntun Pratikum Ekologi Perairan, 2011).

C.          Karbondioksida Bebas (CO2)

Karbondioksida yang dihasilkan oleh hewan-hewan akan diperlukan untuk fotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan.( Lesmana, 2001). Selanjutnya Odum (1993) menyatakan kandungan karbondioksida bebas dalam air tidak boleh dari 25 ppm.

III.          BAHAN DAN METODE

3.1.   Waktu dan Tempat

Praktikum tentang Pengukuran kualitas Air dilakukan pada tangal 20 Maret 2012 pada pukul 15.00 WIB yang mengambil lokasi di Waduk Universitas Riau untuk pengambilan sampel dan penelitiannya dilakukan di laboratorium Laboratorium Ekologi (dan Manajemen Lingkungan) Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan untuk melakukan praktikum tentang pengukuran kualitas air adalah sebagai berikut :

Bahan Alat

Termometer larutan  MnO(OH)2

Secchi Disk

Mistar

Kertas Indikator pH larutan thiosulfat (S2O3)

Tabung Erlenmeyer

Ember indikator kanji (amilum)

botol

Page 7: Sumber Daya Perairan

pena indikator pnolpthealin (Pp),

pensil

botol BOD larutan Na2CO3.

pipet tetes

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan

3.3   Metode Praktikum

Metode praktikum yang digunakan dalam praktikum tentang Pengukuran kualitas air yang dilakukan pada tanggal 20 Maret 2012 yang bertempat di Waduk Universitas Riau adalah dengan melakukan pengamatan langsung ke tempat penelitian dan membawa sampel ke lab untuk di teliti lebih lanjut.

3.4               Prosedur Praktikum

1.               PARAMETER FISIKA

a.          Pengukuran Suhu

Praktikum pertama tentang pengukuran kulitas air dilakukan dengan menggunakan parameter Fisika yaitu melakukan pengukuran suhu pada perairan tersebut.

Cara mengukur suhu air tersebut adalah dengan menggunakan termometer yang pada pangkalnya di ikatkan sebuah benang dan saat melakukan pengukuran suhu, termometer tidak boleh di pegang dengn menggunakan tangan , tetapi praktikan harus memegang benang yang di ikatkan pada pangkal dari termometer tersebut.

b. Pengukuran Kecerahan

Pada praktikum kedua, kita di tuntut untuk mengukur tentang kecerahan yang ada pada perairan tersebut, dan cara melakukan pengukuran kecerahan adalah sebagai berikut :

1.          Masukkan/celupkan sechi disk ke dalam perairan sampai bagian sechi disk yang berwarna putih tidak nampak lagi dari atas.

2.          Jika bagian putih dari sechi disk sudah tidak nampak, maka tandai berapa dalamkah sechi disk tenggelam.

3.          Tarik pelan-pelan sechi disk dari dasar perairan sampai bagian putih dari sechi disk sudah nampak.

Page 8: Sumber Daya Perairan

4.          Tahan posisi sechi disk pada saat sechi disk sudah namapak dari atas lalu ukur dalamnya sechi disk itu nampak dari batas persentuhan antara air dengan batang pegangan sechi disk.

c.           Pengukuran Kedalaman

Pengukuran tentang tingkat kedalaman dari waduk di ukur dengan cara menenggelamkan mistar ke dalam air secara vertikal sampai menyentuh dasar dari perairan tersebut, jika sudah menyentuh dasar perairan tersebut , maka di lihat berapa dalamkah mistar tenggelam di dalam air tersebut.

2. PARAMETER KIMIA

a. Pengukuran pH

pengukuran tingkat keasaman (pH) dari perairan yang berada di Waduk dilakukan dengan cara mencelupkan kertas indikator ke dalam perairan dan menariknya kembali, lalu menyocokkan warna yang ada di kertas indikator dengan indikator yang telah di sediakan sebelumnya.

b.          Pengukuran Oksigen Terlarut (DO)

Pengukuran tentang Oksigen terlarut (DO) di waduk dilakukan dengan cara :

1.          Tabung BOD di masukan ke dalam waduk tetapi di masukkan agak miring ±30º secara perlahan-lahan karena pada saat pengambilan sampel air dengan menggunakan tabung BOD tidak boleh adanya bubling (oksigen yang terperangkap dalam air)

2.          Tabung dimasukan secara perlahanlahan apabila tidak terjadi bubbling, maka tabung setelah masuk sekitar setengah dari ukuran tabung, tabung di luruskan/diberdirikan dengan posisi mulut tabung rata dengan permukaan air sehinga air dapat masuk

3.          Jika tabung sudah penuh dengan air, maka tabung di tutup dan di cek apakah ada terdapat bubling atau tidak, jika terdapat bubling maka proses di atas harus di ulangi dari awal.

Page 9: Sumber Daya Perairan

4.           Tambahkan 2 ml larutan mangan sulfat di bawah permukaan, kemudian tambahkan 2 ml larutan alkali-azida-iodida dengan pipet tetes yang lain. Botol ditutup kembali untuk mencegah terperangkapnya udara dari luar, kemudian dikocok dengan membalik-balikkan botol beberapa kali.

5.          Biarkan gumpalan mengendap selama 10 menit. Jka proses pengendapan sudah sempurna, maka bagian larutan yang jernih dikeluarkan dari botol dengan pipet sebanyak 100 ml dipindahkan ke dalam erlenmeyer.

6.          Tambahkan 2 ml asam sulfat pada sisa larutan yang mengendap dalam botol dikocokdengan hati-hati hingga semua endapan larut, setelah itu larutan dipindahkan ke dalam erlenmeyer, dan titrasi dengan thiosulfat hingga berwarna cokelat muda.

7.          Tambahkan 1-2 ml indicator kanji (amilum) hingga warna biru muncul, selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan larutan thiosulfat hingga warna biru tersebut hilang.

c . Pengukuran Karbondioksida Bebas

    Pengukuran karbondioksida bebas juga menggunakan titrasi.

1. Air sample dimasukkan kedalam tabung elemeyer

2. kemudian ditambah dengan indikator pnolpthealin, jika berwana pink maka tidak ada CO2.

3. jika tidak berwarna pink maka dilanjutkan dengan ditambahkan Na2CO3 samapi berwarna pink stabil

4. Kemudian catat berapa banyak cairan yang dimasukkan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.   Hasil Pengamatan

1.             PARAMETER FISIKA AIR

a.     Suhu, Kedalaman, dan Kecerahan

Page 10: Sumber Daya Perairan

Jarak hilang              : 50 cm

Jarak tampak            : 35 cm

Rumus yang digunakan :

Transparansi air : Jarak hilang + Jarak tampak

                                      2

                       50   cm + 42 35   cm    = 42.5 cm

                                 2

Suhu permukaan air             : 30    °C

Kedalaman air di lokasi        : 0.7   meter

Kekeruhan air dengan Turbidimeter : 7 NTU

2.             PARAMETER KIMIA AIR

a.     Oksigen Terlarut (DO)

Rumus yang digunakan; DO = AxNx8x1000

                                                V

Maka nilai oksigen terlarut air sampel = 2,3   x   100   x 8 x 1000

                                                                   100

                                                 = 4.6 mg/L

b.     Karbondioksida Bebas (CO2)

Hasil analisis CO2 dengan menggunakan titrasi, dimana Nilai ml larutan Na2CO3 yang terpakai      = 0,4     ml

Nilai normalitas larutan Na2CO3 = 0,0454         N

Nilai volume air yang digunakan dalam erlenmeyer = 100 ml

Rumus yang digunakan; CO2 = AxNx22x1000

                                                   V

Maka nilai CO2 bebas air sampel = 0, 4   x 0,0454 x 22 x 1000

                                                              100

Page 11: Sumber Daya Perairan

                                          = 3.96 mg/L

c.    pH (Power Hydrogen)

pH perairan = 6

4.2.  Pembahasan

Setelah penelitian tentang “Pengukuran Kualitas Air” maka didapatkan data sebagai berikut:

No. Parameter Nilai

A.               FISIKA

1 Suhu 30 °C

2 Kedalaman 0.7 m

3 Kecerahan 42.5 cm

B.               KIMIA

4 Oksigen Terlarut (DO) 4.6 mg/L

5 Karbondioksida Bebas 3.96 mg/L

6. pH 6

TABEL 2. Hasil pengamatan

Kualitas dari suatu perairan sangat berpengaruh pada organisme-oranisme yang berada pada perairan tersebut, baik itu fitoplankton yang berfungsi sebagai sumber makanan bai ikan-ikan kecil ataupun bagi ikan itu sendiri, kondisi perairan akan berpengaruh baik pada organisme di

Page 12: Sumber Daya Perairan

dalamnya apabila kondisi dari perairan tersebut juga baik dan akan berdampak buruk apabila kondisi perairan itu tidak baik.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil praktikum kami tentang Pengukuran kualitas Air yan dilakukan pada tanggal 20 Maret 2012 yang bertempat di waduk Universitas Riau adalah :

1.               Kecerahannya cukup baik

2.               Suhunya normal

3.               Kekeruhannya bagus

4.               Oksigen yang terlarut di perairan waduk Universitas Riau tipis dikarenakan waktu pengukurannya dilakukan pada sore hari.

5.               Tingkat dari karbondioksidanya normal.

6.               pH perairan tersebut adalah basa.

5.2. Saran

Agar pratikum Ekologi Perairan ini dapat berjalan dengan lancar dan baik maka diharapkan bagi para asisten agar mendampingi praktikan yang akan melakukan praktikum dan ikut membantu praktikan dalam praktikumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: Sumber Daya Perairan

http://alfian-arby92.blogspot.com/2012/01/literatur-kualitas-air.html

Anonim. 2000. Budidaya Ikan Nila ( Oreochromis niloticus). Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas. Jakarta

Boyd, C.E., 1979. Water Quality in Warm water Fish Ponds. Auburn. University. Alabama. USA.. 1982. Water Quality for pond fish culture. Elsevier scientific publishing company. Amsterdam the Netherland

Effendie. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Kanisius.Jogjakarta ,1979 Metodologi Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri

Herper,b. and Y Prugnin. 1984. Commercial Fish Farming, With The Special Reference To Fish Culture In Israel. Jhon Wiley and sons. New York Karyawan parangin Angin.2008. Modul Pembesaran Ikan. PPPTK pertanian Cianjur

Odum,E.P. 1971. Fundamental Ecology W. B. Saunders Company. Philadelphia.

Sitohang, Clemens dkk. 2010. Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Kasry, Adnan dkk., 2010. Penuntun Pratikum Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 53 hal.

2010. Diktat Perkuliahan Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 100 hal.

M. Ghufra H. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan, Bhnineka Cipta.

Poernomo A.1997. Peranan Tata Ruang, Desain Interior Kawasan Pesisir Dan PengelolaannyaTerhadap Kelestarian Budidaya Tambak. Dalam majalah Techner, No 29, tahun VI Jakarta

Page 14: Sumber Daya Perairan

Laporan Praktikum Oksigen Terlarut (DO)

I. PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Air merupakan suatu zat pelarut yang sangat berguna bagi semua mahluk hidup.Dan bahkan hampir 90% tanaman dan mikrobia terdiri dari air. Kandungan yang terlarut dalam suatu perairan tentunya mempengaruhi aktivitas hidup suatu organisme yang ada di dalamnya seperti kelimpahan kandungan oksigen (O2) dalam perairan yang memudahkan organisme di dalamnya dapat melakukan proses respirasi.

Kandungan oksigen (O2) dalam suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia dalam menentukan kualitas air yang tingkat kebutuhannya dari tiap-tiap perairan, berbeda antara perairan satu dengan lainnya. Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor suhu dan cuaca serta jenis organisme yang menempati perairan tersebut.

Menurut Kordi (2004), Oksigen (O2) merupakan salah satu faktor pembatassehingga apabila ketersediaannya dalam perairan tidak mencukupi kebutuhan organisme yang ada, maka segala aktivitas organisme tersebut akan terhambat. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan semakin kecil atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin sedikit. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan, yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah.

1.2  Tujuan Dan Kegunaan

      Tujuan dari praktikum Limnologi tentang pengamatan oksigen terlarut adalah agar praktikan dapat mengetahui jumlah kadar oksigen (O2) yang ada di dalam perairan.Kegunaannya adalah agar praktikan dapat mengetahui cara menentukan kadar oksigen terlarut dalam perairan serta metode pengukurannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Sumber Oksigen (O2)

Oksigen (O2) merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh semua mahluk hidup, khususnya didalam perairan. Dalam perairan oksigen merupakan gas terlarut yang kadarnya bervariasi yang tergantung pada suhu dan salinitas. Oksigen dapat bersumber dari difusi oksigen yang terdapat diatmosfer dan aktifitas fotosintesis tumbuhan air maupun fitoplankton dengan bantuan energi matahari. Difusi juga dapat terjadi karena agitasi atau pergolakan massa air akibat adanya gelombang atau ombak dan air terjun (Effendi, 2003).

            Menurut Khiatuddin (2003), oksigen juga dapat berasal dari oksidasi karbohidrat sebagai sumber energi dalam metabolisme tubuh dan pembakaran karbohidrat tersebut mengeluarkan kembali karbondioksida dan air, yang sebelumnya digunakan dalam proses pembentukan karbohidrat melalui proses fotosintesis.

Page 15: Sumber Daya Perairan

2.2 Kadar Oksigen (O2)

Dalam perairan, khususnya perairan tawar memiliki kadar oksigen (O2) terlarut berkisar antara 15 mg/l pada suhu 0oC dan 8 mg/l pada suhu 25oC. Kadar oksigen (O2) terlarut dalam perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/l (Efendi, 2003).

Menurut Boyd (1990) dalam Caca dan Polong (2009), besarnya oksigen yang diperlukan oleh suatu organisme perairan tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan sebagainya. Konsentrasi oksigen (O2) yang rendah dapat menyebabkan stress dan kematian pada ikan. Lebih lanjut dikatakan oleh Hanafiah (2005), Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar oksigen (O2) dalam perairan  secara umum merupakan konsekuensi terhambatnya aktivitas akar tumbuhan dan mikrobia, serta difusi yang menyebabkan naiknya kadar CO2 dan turunnya kadar O2.

2.3 Peranan Oksigen (O2) Dalam Perairan

Menurut Zonnelved (1991) dalam Kordi (2004) kebutuhan oksigen mempunyai dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan komsutif yang tergantung pada keadaan metabolisme suatu organisme. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan molekul sel dari organisme yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah.

Organisme dalam air membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk menghasilkan aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan sebagainya. Beberapa jenis organisme air mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsenterasi oksigen 3 ppm, namun konsenterasi minimum yang masih dapat diterima sebagian besar organisme air untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm. Pada perairan dengan konsenterasi oksigen dibawah 4 ppm organisme masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makan mulai menurun (Kordi, 2004).

2.4  Hubungan Oksigen (O2) Dengan Parameter Lain

Oksigen (O2) dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain sepertikarbondioksida, alkalinitas, suhu, pH, dan sebagainya. Di mana semakin tinggi kadar oksigen yang dibutuhkan, maka karbondioksida yang dilepaskan sedikit. Hubungan antara kadar oksigen terlarut dengan suhu ditunjukkan bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin berkurang (Efendi, 2003).

Kadar oksigen (O2) dalam perairan tawar akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurangnya kadar alkalinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut dalam perairan .

2.5  Dampak Oksigen (O2) Dalam Perairan

Pengurangan oksigen (O2) dalam air pun tergantung pada banyaknya partikel organik dalam air yang membutuhkan perombakan oleh bakteri melalui proses oksidasi. Makin banyak partikel organik, maka makin banyak aktivitas bakteri perombak dan makin banyak oksigen yang dikonsumsi sehingga makin berkurang oksigen dalam air (Lesmana, 2005).

Oksigen (O2) terlarut dalam air secara ilmiah terjadi secara kesinambungan. Organisme yang ada dalam air pertumbuhannya membutuhkan sumber energi seperti unsur carbon (C) yang diperoleh dari bahan organik yang berasal dari ganggang yang mati maupun oksigen dari udara. Dan apabila bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai akibat masuknya limbah aktivitas (seperti limbah organik

Page 16: Sumber Daya Perairan

dari industri), yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan kecepatan pertumbuhan organisme akan berlipat ganda (Putranto, 2009)

2.6  Penanggulangan Oksigen (O2)

Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan selalu mengalami perubahan dalam sehari semalam. Sehingga apabila kadar oksigen terlarut berkurang dalam air, maka perlu dilakukan cara-cara yaitu menggunakan aerator atau alat sirkulasi air yang mampu memutar oksigen dari udara kedalam air sacara cepat dan dalam jumlah besar. Oleh karena itu, pengelolaan dalam perairan harus selalu diperhatikan kadar dan perubahan konsentrasi oksigen terlarutnya (Sitanggang, 2002).

Dalam perairan, apabila terjadi penurunan  oksigen dapat dilakukan denganpenambahan bahan kimia menjadi senyawa yang lebih sederhana sebagai nutrien yang sangat dibutuhkan organisme perairan. Oksigen terlarut ini diperlukan untuk menjaga kelestarian kehidupan tumbuhan dan hewan dalam air. Kehilangan oksigen karena proses biologis ini diganti dari melarutkan udara di dalam air dan dari proses fotosintesis tumbuhan air.

III.  METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

            Praktikum Limnologi tentang Oksigen (O2) Terlarut dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Desember 2010 pada pukul 13.30 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

            Alat yang digunakan pada praktikum Limnologi tentang Oksigen (O2) yaitu :

1.  Labu Erlenmeyer                     

2.  Labu Semprot               

3.  Botol B.O.D

4.  Karet Penghisap

5.  Pipet Skala

6.  Pipet Tetes

7.  Gelas ukur

8. Alat tulis menulis

            Bahan yang digunakan dalam Praktikum Limnologi tentang oksigen (O2)yaitu :

1.   Larutan MnSO4 (Mangano Sulfat)

2.   Larutan NaOH+KI (Alkali-Iodida)

3.   Larutan H2SO4 (Asam sulfat)

4.   Larutan Na2SO3 0,025 N

5.   Indikator amylum

Page 17: Sumber Daya Perairan

6.   Larutan standard 0,025 N

7.   Air sampel (yang ada organisme dan tidak ada organisme)

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam Pengukuran  Oksigen Terlarut dalam akuarium yang ada organisme dan  yang tidak ada organisme sebagai berikut :      

1.  Memasukkan sampel air ke dalam sebuah botol BOD hingga sampai tidak ada gelembung udara yang masuk ke dalam botol tersebut.

2.  Menambahkan 1 ml larutan MnSO4 dengan menggunakan pipet yang dapat masuksampai ke dasar botol.

3.  Dengan menggunakan pipet yang lain, lalu menambahkan 1 ml larutan alkali-iodida-azida (NaOH+KI). Setelah digunakan, cuci pipet hingga bersih sebelum dikembalikan ke dalam botol larutan yang digunakan. Tutup botol BOD dengan hati-hati sampai tidak ada gelembung udara yang terbentuk. Selanjutnya botol dibolak-balik selama beberapa kali hingga terbentuk endapan. Dan botol di diamkan beberapa saat sampai endapan menetap di dasar botol (kurang lebih setengah volume botol).

4.  Membuka tutup botol dengan hati-hati dan menambahkan 1 ml larutan H2SO4 pekat. Menutup kembali botol dan kemudian membolak-balik selama beberapa kali hingga semua endapan larut kembali.

5.  Memindahkan larutan dari botol BOD sebanyak 50 ml ke dalam labu Erlenmeyer dengan hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara. Menitrasi dengan 0,025 N Na2S2O3sampai terjadi perubahan warna dari kuning tua menjadi kuning muda.

6.  Menambahkan beberapa tetes indikator amylum hingga terbentuk warna biru. Selanjutnya menitrasi kembali dengan larutan Na2S2O3 sampai warna larutan menjadi bening. Jumlah titrasi yang digunakan adalah penjumlahan volume Na2S2O3 yang digunakan sebelum dan sesudah menambahkan amylum.

3.4 Analisa Data

            Kadar oksigen (O2) terlarut dalam air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Ket :            1000 = ml per liter air

                             8     = jumlah mg/l O2 setara 0,025 N Na2S2O3

                             V    = jumlah air sampel yang dititrasi

                             N    = Normalitas Na2S2O3 (0,025 N)

                             p    = volume titran (Na2S2O3) yang digunakan

IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 18: Sumber Daya Perairan

4.1 Hasil

Berdasarkan perhitungan kadar oksigen terlarut dalam air yang ada organisme dan yang tidak ada organisme, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar 1.      Histogram Kandungan Oksigen Terlarut (DO).

4.2  Pembahasan

Praktikum yang kami lakukan tentang oksigen (O2) hasil yang di dapat pada kelompok IV ialah pada sampel yang ada organisme nilainya adalah sebesar 40,8 mg/l dan pada sampel yang tidak ada organisme nilainya sebesar 8,8 mg/l. Lanjut dikatakan Kordi (2004) oksigen dalam perairan yang diperlukan oleh organisme air harus terlarut dalam air.Kandungan oksigen (O2) terlarut minimum 5 ppm. Hal ini dikarenakan bahwa kandungan karbondioksida dalam air diperlukan dalam proses pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk menghasilkan aktivitas.

Hasil yang didapat pada praktikum limnologi tentang oksigen (O2) untuk sampel yang ada organismenya kadar terendahnya berkisar dari 16,2 mg/l - 40,8 mg/l dan untuk sampel yang tidak ada organismenya kadar terendahnya berkisar antara 6 mg/l – 32,8 mg/l. Hal ini disebabkan karena organisme dalam suatu perairan membutuhkan oksigen yang cukup banyak dalam proses fotosintesis dan respirasi. Apabila terjadi peningkatan kadar oksigen yang berlebih, maka dapat dilakukan dengan cara pergantian air (sirkulasi) secara teratur atau menambahkan air baru yang bertujuan untuk menghidari terjadinya perubahan suhu secara tiba-tiba. Dan saat kadar oksigen mengalami penurunan dapat dilakukan dengan memberikan oksigen buatan menggunakan aerasi.

Volume penitrasi yang pertama sebelum dimasukkan indikator amylum sebesar 3,8 ml dan penitrasi yang kedua sesudah dimasukkan indikator amylum sebesar 6,4 ml sehingga total dari keseluruhan volume adalah 10,2 ml untuk sampel yang ada organismenya. Untuk sampel yang tidak ada organismenya volume penitrasi  pertama sebelum ditambahkan indikator amylum sebesar 0,7 ml dan penitrasi yang kedua sesudah dimasukkan amylum sebesar 1,5 ml sehingga total keseluruhan volume adalah 2,2 ml. Perbedaan volume tersebut dikarenakan adanya organisme dalam air yang dapat menyerap oksigen dalam jumlah besar sesuai dengan kondisi yang ada dalam perairan dan kandungan oksigen terlarut dalam perairan yang mengalami fluktuasi secara bergantian, tergantung pada percampuran dan pergerakan massa air. Lebih lanjut dikatakan oleh Kordi (2004),ketersediaan oksigen bagi organisme menentukan lingkaran aktivitasnya, demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen  dengan ketentuan faktor kondisi lainnya adalah optimum.

Ketersediaan oksigen dalam perairan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses respirasi dan fotosintesis, selain itu juga secara langsung dipengaruhi kualitas air. Aktifitas respirasi organisme dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air. Terlebih lagi pada malam hari, karena saat itu proses fotosintesis tidak terjadi sehingga tumbuhan dan hewan bersaing untuk mendapatkan oksigen.

Page 19: Sumber Daya Perairan

V.  KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktikum Kandungan Oksigen (O2) pada air yang ada organisme dan air yang tidak ada organisme, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.  Kandungan oksigen (O2) yang diperoleh dari hasil sampel air yang ada organismenya sebesar  40,8 mg/l.

2.  Kandungan oksigen (O2) yang diperoleh dari hasil sampel air yang tidak ada organismenya sebesar 8,8 mg/l.

3.  Kedua sampel yang digunakan dalam praktikum limnologi tentang oksigen terlarut tergolong baik untuk kegiatan budidaya, karena tidak kurang dari 5 ppm atau 5 mg/l.

5.2  Saran

Diharapkan agar pada praktikan dapat mengetahui kadar optimum oksigen terlarut dalam perairan, karena bila oksigen yang dibutuhkan banyak maka dapat membantu suatu organisme dalam proses fotosintesis. Dan bila terlalu sedikit akan menghambat prosesrespirasi.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. KANISIUS. Yogyakarta.

Hanafiah, A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT RAJAGRAFINDO PERSADA, Jakarta.

Kordi, K. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT Rineka Cipta dan PT Bina Aksara. Jakarta.

Khiatuddin, M. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa Buatan.GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS. Yogyakarta.

Lesmana, D.S. 2005. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sitanggang, M. 2002.Mengatasi Penyakit dan Hama Pada Ikan Hias. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.