SULING BAMBU

Embed Size (px)

Citation preview

Tugas Seni MusikKeberadaan Musik Suling Bambu ditengahPerkembangan Musik BaratOlivia Kaihatu XII IPA 3

KATA PENGANTARDengan mengucapkan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Makalah tentang Keberadaan Musik Suling Bambu di Tengah Maraknya Perkembangan Musik Barat telah selesai dibuat. Musik suling bambu sendiri yang merupakan salah satu warisan budaya bangsa, perlahan lahan mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Sehingga, berdasarkan tugas yang diberikan oleh guru Seni Musik kelas XII, penulis berupaya untuk dapat menjelaskan tentang masalah tersebut. Penulis menyadari, bahwa pembahasan yang dilakukan dalam laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan segala saran dan kritik sebagai umpan balik bagi penyempurnaan untuk laporan-laporan selanjutnya.

Ambon, Januari 2011

Penulis

DAFTAR ISIKata Pengantar 2 Daftar Isi 3 y BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 5 1.2 Batasan Masalah 8 y BAB II Pembahasan 2.1 Posisi Awal Musik Suling Bambu 2.1.1 Posisi Awal Musik Suling Bambu .. 11 2.1.2 Penggunaan Musik Suling Bambu .. 14 2.1.3 Pandangan Masyarakat Terhadap Musik Suling Bambu .. 17

2

2.2 Masuknya Musik Barat 2.2.1 Sejarah Masuknya Musik Barat 19 2.2.2 Perkembangan Musik Barat di Masyarakat . 22 2.2.3 Pengaruhnya Bagi Masyarakat ... 24 2.3 Perkembangan Yang Terjadi 2.3.1 Perkembangan Musik Suling Bambu . 26 2.3.2 Pengaruh Musik Barat Terhadap Musik Suling Bambu 28 2.4 Posisi Musik Suling Bambu Terhadap Anak Muda 2.4.1 Pandangan Anak Muda Terhadap Musik Suling Bambu .. 31 2.4.2 Fungsi Musik Suling Bambu Bagi Anak Muda 34 2.4.3 Penggunaan Musik Suling Bambu Bagi Anak Muda .... 36 y BAB III Penutup 1. 2. Kesimpulan ..... 38 Saran . 39

Daftar Pustaka .. 40

BAB I PENDAHULUAN3

1.1 Latar Belakang MasalahIndonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan berkembang. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia, yaitu ramah dan sopan. Namun berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut, karekter kita semakin berubah dari sifat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi individual/egoistis. begitu banyaknya seni tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik dan gesek. Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik. Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau campuran keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak. Suling konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai dari middle C. Akan tetapi, pada beberapa suling untuk para ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B di bawah middle C. Ini berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes yang tinggi, hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling. Piccolo adalah suling kecil yang ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo juga umumnya digunakan dalam orkes. Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat (diciptakan dan dirintis oleh Briccialdi) standar. B foot joint, akan tetapi, adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas dan profesional. Suling open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa kunci memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya) umum pada pemain tingkat konser. Namun beberapa pemain suling (terutama para pelajar, dan bahkan beberapa para ahli) memilih closedhole plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan penutup sementara untuk menutup lubang tersebut 4

sampai mereka berhasil menguasai penempatan jari yang sangat tepat. Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu menghasilkan suara yang lebih keras dan lebih jelas pada nada-nada rendah. Suling konser pada sebelum Era Klasik (1750) memakai Suling Blok (seperti gambar atas), sedangkan pada sebelum Era Romantis (Era Klasik 1750-1820) pakai Suling Albert (kayu hitam berlubang dan dilengkapi klep), dan sejak Era Romantis (1820) memakai suling Boehm (kayu hitam atau metal dilengkapi klep semua yang disebut juga suling Boehm, sistem Carl Boehm), atau suling saja. Khusus musik keroncong di Indonesia pada Era Stambul (1880-1920) memakai suling Albert, dan pada Era Keroncong Abadi (1920-1960) telah memakai suling Bohm.

1.2 Batasan MasalahMusik tradisional suling bambu sebenarnya merupakan salah satu alat musik tradisional yang sudah dikenal luas masyarakat Maluku sejak dahulu, sebelum berbagai alat musik modern bermunculan. Hingga era 1970-an musik suling bambu masih tenar di Maluku. Alat musik ini pun mengilhami masyarakat setempat untuk belajar mengenal dan meniupnya. Bahkan alat musik tiup ini terkenal sebagai musik pengiring berbagai acara resmi saat penyambutan para tamu maupun dalam berbagai pesta rakyat Maluku, termasuk mengiringi ibadah di gereja-gereja. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan hadirnya alat musik modern, alat musik tradisional ini mulai ditinggalkan dan secara perlahan semakin menghilang. Seakan ditinggalkan oleh pemiliknya, alat musik tradisional itu tergantikan oleh temannya 5

yang lebih modern dan umum digunakan di Eropa. Sebut saja, alat musik tiup semacam brass, terompet, trombone, horn, tuba dan lainnya. Sesungguhnya musik tradisional di Tanah Air, termasuk suling bambu yang khas di Maluku, sudah terkikis sedikit demi sedikit ketika demam Elvis Presley, The Beatles, Rolling Stones melanda dunia. Di Indonesia, pada 1960-an dan 1970-an musik Barat mengalir deras dan tidak terbendung, bahkan ketika Bung Karno melancarkan agitasi Go To Hell with Your Aid kepada Amerika Serikat dan melarang musik ngak ngik ngok, yang tak kurang membuat personil band terkenal Koes Plus harus rela tidur di penjara.

Era 1815Menurut pengamat musik Maluku, Maynard R. N. Alfons, alat musik suling bambu mulai dikenal orang Maluku dan menjadi musik tradisional sejak tahun 1815. Kala itu alat musik suling bambu dibawa dan diperkenalkan oleh seorang penginjil dari Belanda, yakni Joseph Kam. Musik suling bambu yang dikembangkan Joseph Kam yang dijuluki Rasul Maluku itu mulai menghilang kira-kira tahun 1990-an, kata Maynard yang akrab disapa Rence. Menurut dia, musik suling bambu masih tetap eksis dan dimainkan masyarakat hingga awal 1990-an. Paling tidak masih bersenandung di gereja-gereja ketika perayaan Natal tiba. Awal 1990-an suling bambu yang mulanya eksis di gereja pun mulai termarjinalisasi. Gereja Protestan Maluku (GPM) yang dulunya menjadi wadah pengembangan musik suling bambu pun tidak dapat berbuat banyak. Paduan suling bambu di gereja kian memudar seiring dengan masuknya alat musik modern, serta para penginjil gerakan baru seperti Gereja Bethel Indonesia (GBI) mulai merambah dan memasukkan unsur band ke dalam ibadah. Semakin meluasnya gerakan yang juga disebut aliran kharismatik itu tak pelak membuat musik suling bambu terus terbenam sampai sekarang, dan hanya dimainkan segelintir orang di kampung atau desa tertentu saja. Pertanyaannya, apakah musik khas Maluku ini harus hilang ditelan waktu dan modernisasi zaman?

6

BAB II PEMBAHASAN2.1 Posisi Awal Musik Suling Bambu2.1.1 Fungsi Musik Suling Bambu Dalam Masyarakat Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik. Di dalam masyarakat Maluku, musik suling bambu memiliki fungsi dan beberapa peranan penting dalam masyarakat seperti : 1. Sebagai Sarana Rekreasi atau Hiburan Kehadiran musik ditengah-tengah masyarakat tidak dapat dipungkiri semakin kuat. Sama halnya dengan musik suling bambu, yang pada awalnya merupakan sarana hiburan bagi masyarakat zaman dahulu. Mungkin karena musik tradisional seperti musik suling bambu merupakan satu satunya sarana hiburan pada saat itu. Dalam konteks ini, musik suling bambu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan emosional dan kebutuhan akan hiburan atau rekreasi bagi masyarakat. 7

Musik suling bambu sendiri juga memegang peranan penting dalam dunia hiburan pada saat itu, Misalnya pengiring tarian. Pada umumnya musik musik daerah seperti musik suling bambu ini dipakai dalam kesenian daerah yang bersifat menghibur masyarakat banyak. Karena pada hakekatnya, musik sebagai sarana rekreasi bertujuan untuk memberikan kesegaran kembali dalam diri manusia, setelah bekerja keras ( memeras otak ), oleh karena itu orang memerlukan sesuatu untuk menciptakan kembali kesegaran dalam dirinya. 2. Sebagai Sarana Keagamaan Dalam pengalaman religious, manusia yang terbatas berjumpa dengan Tuhan tidak terbatas. Dalam pengalaman itu terjadi terjadi komunikasi antara Sang Pencipta dan yang diciptakan. Manusia mengalami sesuatu yang dasyat (tremendum), tetapi sekaligus sesuatu yang mempesona (fascinosum). Manusia mengungkapkan pengalamaan religiusnya salah satunya melalui musik. Musik yang dimaksudkan adalah musik musik yang bersifat keagamaan. Musik keagamaan adalah musik yang dipakai dalam kegiatan kegiatan peribadatan dan musik yang bersifat pemujaan ataupun ratapan manusia pada penciptaNya. Salah satunya adalah musik suling bambu. Pada awalnya, musik suling bambu dipakai sebagai pengiring puji pujian di gereja gereja khusnya Gereja Protestan Maluku (GPM).

8

2.1.2 Penggunaan Musik Suling Bambu Musik suling bambu terdapat dalam setiap kebudayaan. Musik suling bambu pada awalnya juga dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan sakral dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kepercayaan dan adat. Musik suling bambu sendiri dipergunakan sebagai sarana untuk membangkitkan semangat, menyemarakkan suasana, mengiringi gerak tari dan sebagai media kesurupan (trance). Di daerah Maluku pada khususnya serta beberapa daerah lainnya musik suling bambu dipergunakan untuk penobatan raja, menyambut tamu kehormatan, pemberangkatan perang, perayaan kemenangan dan lainlain. Selain itu, musik suling bambu memegang peran penting dalam : Sarana upacara budaya (ritual) Musik di Maluku, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrument musik suling bambupun dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat. Sarana Hiburan Dalam hal ini, musik suling bambu merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya masyarakat Indonesia pada umumnya serta masyarakat Maluku pada khususnya sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong - bondong mendatangi tempat pertunjukan untuk menonton. Sarana Ekspresi Diri Bagi para seniman (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik

9

pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia. Sarana Komunikasi Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di gereja. Pengiring Tarian Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisa diiringi oleh musik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik- musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa, poco- poco, dan sebagainya. Musik suling bambu sendiri biasanya dipakai dalam mengiringi tarian khas Maluku seperti Orlapei.

10

2.1.3 Pandangan Masyarakat Terhadap Musik Suling Bambu Seiring dengan perkembangan zaman dan hadirnya alat musik modern, alat musik tradisional ini mulai ditinggalkan dan secara perlahan semakin menghilang. Banyak orang menganggap musik ini sudah kuno, orang cenderung lebih suka ke arah musik yang lebih modern, yang tentu lebih keren. Menurut pengamat musik Maluku, Maynard R. N. Alfons, alat musik suling bambu mulai dikenal orang Maluku dan menjadi musik tradisional sejak tahun 1815. Kala itu alat musik suling bambu dibawa dan diperkenalkan oleh seorang penginjil dari Belanda, yakni Joseph Kam. Musik suling bambu yang dikembangkan Joseph Kam yang dijuluki Rasul Maluku itu mulai menghilang kira-kira tahun 1990-an, kata Maynard yang akrab disapa Rence. Menurut dia, musik suling bambu masih tetap eksis dan dimainkan masyarakat hingga awal 1990-an. Paling tidak masih bersenandung di gereja-gereja ketika perayaan Natal tiba. Awal 1990-an suling bambu yang mulanya eksis di gereja pun mulai termarjinalisasi. Gereja Protestan Maluku (GPM) yang dulunya menjadi wadah pengembangan musik suling bambu pun tidak dapat berbuat banyak. Paduan suling bambu di gereja kian memudar seiring dengan masuknya alat musik modern, serta para penginjil gerakan baru seperti Gereja Bethel Indonesia (GBI) mulai merambah dan memasukkan unsur band ke dalam ibadah. Semakin meluasnya gerakan yang juga disebut aliran kharismatik itu tak pelak membuat musik suling bambu terus terbenam sampai sekarang, dan hanya dimainkan segelintir orang di kampung atau desa tertentu saja.

11

2.2 Masuknya Musik Barat 2.2.1 Sejarah Masuknya Musik Barat Musik Indonesia atau yang disebut musik Nusantara merupakan semua musik yang berkembang di Nusantara ini, yang mencerminkan atau menonjolkan ciri keindonesiaan, baik dalam segi bahasa maupun gaya melodinya. Musik Nusantara sendiri terdiri dari musik tradisi daerah, musik keroncong, musik dangdut, musik langgam, musik gambus, musik perjuangan, dan musik pop. Terdapat tahapantahapan dalam perkembangan musik Indonesia (nusantara), yaitu : Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha Pada masa ini, musik digunakan sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok, bunyi-bunyian yang dihasilkan dari anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya. Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha Pada masa ini, berkembang musik- musik istana khususnya di daerah Jawa. Pada saat itu, musik tidak hanya digunakan sebagai bagian dari sebuah ritual saja, namun juga dalam kegiatan-kegiatan keistanaan sebagai sarana hiburan para tamu raja. Musik istana yang berkembang adalah musik gamelan. Musik gamelan terdiri dari 5 kelompok, yaitu kelompok balungan, kelompok blimbingan, kelompok pencon, kelompok kendang,dan kelompok pelengkap. Masa setelah masuknya pengaruh Islam Musik pada masa ini diperkenalkan olah para pedagang Arab. Alat musik yang mereka pergunakan berupa gambus dan rebana. Dari proses itulah kemudian muncul orkes- orkes gambus di Indonesia hingga sekarang. Masa Kolonialisme

12

Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan musik Indonesia. Para pendatang ini juga memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka. Seperti biola, cello (selo), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Pada masa inilah Indonesia mengalami perkembangan musik modern. Pada masa ini para musisi Indonesia menciptakan sajian musik berupa perpaduan musik barat dengan musik Indonesia. Sajian musik itu kemudian dikenal sebagai musik keroncong.

Masa Kini Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia, masuk pula berbagai jenis musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, R&B dan musik- musik negeri India yang banyak diperkenalakan melalui film-filmnya. Dari perkembangan ini, terjadilah perpaduan musik asing dengan musik Indonesia. Musik India juga berpadu dengan musik melayu yang kemudian menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncullah berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik etnis.

2.2.2 Perkembangan Musik Barat di Masyarakat

13

Seperti yang sudah dijelaskan pada uraian sebelumnya, bahwa musik barat sangat diterima dengan baik dalam masyarakat di Indonesia dan Maluku pada khusnya. Tergambar jelas pada uraian sebelumnya bahwa masyarakat menerima dengan baik, bahkan pada masa kolonialisme, musisi Indonesia dengan bangganya memadukan musik tradisi Indonesia dengan musik barat sehingga menjadi aliran musik baru yaitu Keroncong. Tidak hanya pada aliran musiknya saja, instrument pengiring musik baratpun diterima dengan baik di Indonesia. Sebut saja, biola, cello (selo), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Para pendatangpun membawa system solmisasi yang memudahkan dalam penciptaan karya musik, sehingga sampai sekarang diterima dan digunakan di dalam masyarakat di Indonesia. Seiring berkembangnya zaman, musik barat sangat diterima di telinga penikmat musik tanah air. Beberapa aliran musik barat seperti Electro, Pop, Jazz, Rock dan RnB merupakan aliran aliran musik yang sangat di minati masyarakat Indonesia. Tidak heran muncul banyak sekali group band dan penyanyi yang memiliki background musik barat, seperti Yovie n Nuno dan Kahitna yang mengusung aliran Pop dan Jazz, lain lagi dengan Netral yang menggabungkan aliran Pop dan Rock, penyanyi muda dan berbakat seperti Agnes Monica-pun mengusung 2 genre musik barat yaitu Pop dan RnB. Tidak sampai disitu saja, group band pendatang baru seperti Pee Wee Gaskins juga mengusung aliran musik barat Electro dan Pop. Ini menandakan masyarakat Indonesia bisa menerima dengan baik musik musik barat yang masuk.

14

2.2.3 Pengaruhnya Bagi Masyarakat Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa musik barat memang diterima dengan sangat baik di kalangan masyarakat Indonesia dan Maluku pada umumnya. Tetapi dengan diterimanya musik barat di Indonesia dan di Maluku pada khusnya tidak hanya membawa dampak yang baik, tetapi juga membawa dampak yang buruk. Dapat kita rasakan sendiri, pada masyarakat perkotaan yang sudah maju, mereka seakan sudah melupakan musik musik tradisi. Bahkan, ada juga segelintir masyarakat perkotaan yang menganggap bahwa musik tradisional sudah tidak lagi layak dipelajari di zaman sekarang karena sudah ketinggalan mode atau dalam kata lain sudah ketinggalan zaman. Ironis memang mendengar hal hal seperti itu, karena bukankah musik tradisional adalah peninggalan nenek moyak kita yang patut dilestarikan? Tetapi, tidak semua masyarakat Indonesia beranggapan seperti itu. Masih ada segelintir orang yang memiliki rasa terima kasih kepada peninggalan peninggalan budaya bangsa dan masih mau mempelajari, mengembangkan dan bahkan melestarikan budaya bangsa seperti musik tradisional. Contahnya saja, musisi besar sekaliber Dik Doang yang membuka sekolah alam dan memasukan pelajaran tentang musik musik tradisional dalam kurikulum belajarnya. Selain itu, di dalam masyarakat Maluku-pun, terjadi penggabungan kebudayaan antar budaya barat dan budaya asli Maluku. Dapat dilihat dari salah satu musik khas Maluku yaitu Musik Hawaian. Musik hawaian sendiri adalah musik campuran dari Maluku dan musik campuran dari kawasan Pasifik. Musik ini dapat masuk di wilayah Maluku berkat terjadinya penjajahan oleh bangsa Eropa dan Amerika. Dan dapat diterima dengan baik, dikarenakan kebutuhan umat manusia akan hiburan. Terlepas dari semua dampak positif dan dampak negatif yang diberikan oleh budaya barat, kita sebagai masyarakat dunia harus dapat memilih mana budaya yang baik dan tidak bagi kita. Sama halnya dengan musik, kita tidak dapat menutup mata terhadap perkembangan musik barat yang sudah terlanjur 15

masuk ke dalam kehidupan kita tetapi ada baiknya jika kita tetap mencintai, mempelajari dan melestarikan budaya dari wilayah kita sendiri, salah satunya adalah musik tradisional.

2.3 Perkembangan Yang Terjadi 2.3.1 Perkembangan Musik Suling Bambu Pada perkembangan selanjutnya, musik suling bambu juga berkembang sebagai bentuk seni pertunjukan dengan sasaran hiburan semata-mata. Sedangkan pemanfaatnya ada yang semata-mata untuk tujuan menghasilkan bunyi-bunyian, sebagai tanda tertentu ataupun sebagai pengiring lagu, syair dan tari. Selain itu, perkembangan musik suling khususnya musik suling bambu di Maluku di gerakan oleh pengamat musik Maluku, Maynard R. N. Alfons, karena keprihatinan yang mendalam terhadap eksistensi musik tradisional khususnya suling bambu, musisi yang bergelar Sarjana Seni (S.Sn), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu membuat gebrakan baru dengan membentuk Molucca Bamboo Wind Orchestra pada 2006. Personilnya pun berasal dari latar belakang profesi yang berbeda-beda, seperti tukang tifar (pembuat sopi), tukang bangunan, tukang ojek, tukang becak, montir bengkel, pegawai negeri sipil (PNS) dan pensiun PNS, polisi dan pensiun polisi, pelajar SMP dan SMA serta mahasiswa. Proses membangkitkan musik suling bambu dari mati suri tidaklah mudah. Selain kesulitan dalam masalah finansial, Rence sebagai komposer Molucca Bamboo Wind Orchestra, harus bekerja keras membuat suling dengan menggunakan turner tone dan skala hertz (Hz) untuk mendeteksi nada, guna menghindari irama sumbang yang dihasilkan oleh alat musik tersebut. Aransemen pun digarap secara

16

serius dengan mempertimbangkan karakter bunyi dari suling suara satu, suara dua, suara tiga, suling suara empat dan suling suara lima. Pria yang menamatkan spesialiasasi musikologinya pada ISI Yogyakarta tahun 1997 itu, juga mengolaborasikan suling bambu dengan instrumen tradisional, seperti totobuang, toleng-toleng (kentongan), rebana, tifa dan marwas, serta beberapa musik pendukung lainya, yakni flute, biola, gitar, bass, shaker, chimes dan drum.

Tidak ketinggalan paduan suara dan penyanyi solo juga menambah nuansa fantastik dalam aksi panggung mereka. Alhasil penampilan pertama Molucca Bamboo Wind Orchestra di hadapan publik saat HUT Kota Ambon, 7 September 2006 mendapatkan banyak apresiasi dari masyarakat setempat. Tidak sampai disitu saja, Rence ingin merangkul penikmat musik dari kalangan anak muda. Pada 31 Juli 2010, Rence dan kelompok musik dari Taman Budaya Ambon membuat kembali kolaborasi yang memadukan musik toto buang dan didalamnya juga terdapat musik suling bambu dengan musik barat yang digemari anak muda zaman sekarang. Dan setelah melihat dan mendengar kolaborasi dari kedua jenis musik yang berbeda jauh tersebut, kita yang menyaksikan dapat menyimpulkan bahwa musik tradisional tidak sekuno yang dibayangkan banyak orang.

2.3.2 Pengaruh Musik Barat Terhadap Musik Suling Bambu Provinsi Maluku sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia merupakan salah daerah yang kaya akan kebudayaan. Sejarah telah membuktikan semenjak adanya kerajaan-kerajaan kecil di masa silam sampai Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya hingga dewasa ini Maluku pada khusunya tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaannya bahkan nilai-nilai budaya ini menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Maluku. Walaupun musik tradisional seperti musik suling bambu masih tetap dipelihara, dikembangkan dan dipegelarkan oleh pencinta dan pendukung-pendukungnya sampai dewasa ini namun tidak mungkin akibat penetrasi unsur-unsur luar/kebudayaan luar, nilai-nilai budaya Maluku akan menjadi suram ataupun mungkin menjauh/menghilang dalam masyarakat.

17

Suling sendiri adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik. Setelah masuknya pengaruh musik barat di Indonesia dan Maluku pada khusnya, suling yang merupakan sarana untuk memainkan musik suling bambu mulai berevolusi. Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau campuran keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak. Suling konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai dari middle C. Akan tetapi, pada beberapa suling untuk para ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B di bawah middle C. Ini berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes yang tinggi, hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling. Piccolo adalah suling kecil yang ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo juga umumnya digunakan dalam orkes. Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat (diciptakan dan dirintis oleh Briccialdi) standar. B foot joint, akan tetapi, adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas dan profesional. Suling open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa kunci memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya) umum pada pemain tingkat konser. Namun beberapa pemain suling (terutama para pelajar, dan bahkan beberapa para ahli) memilih closedhole plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan penutup sementara untuk menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil menguasai penempatan jari yang sangat tepat. Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu menghasilkan suara yang lebih keras dan lebih jelas pada nada-nada rendah. Suling konser pada sebelum Era Klasik (1750) memakai Suling Blok (seperti gambar atas), sedangkan pada sebelum Era Romantis (Era Klasik 1750-1820) pakai Suling Albert (kayu hitam berlubang dan dilengkapi klep), dan sejak Era Romantis (1820) memakai suling Boehm (kayu hitam atau metal dilengkapi klep semua yang disebut juga suling Boehm, sistem Carl Boehm), atau suling saja.

18

Khusus musik keroncong di Indonesia pada Era Stambul (1880-1920) memakai suling Albert, dan pada Era Keroncong Abadi (1920-1960) telah memakai suling Bohm.

2.4 Posisi Musik Suling Bambu Terhadap Anak Muda 2.4.1 Pandangan Anak Muda Terhadap Musik Suling Bambu Pada uraian sebelumnya, mungkin sudah dibahas secara sepintas bagaimana pandangan masyarakat terhadap musik musik tradisional seperti musik suling bambu. Tetapi, pada bagian ini akan dibahas secara lebih spesifik bagaimana pandangan penikmat musik terbesar yaitu anak muda terhadap musik suling bambu. Dari hasil survei yang diadakan oleh penulis terhadap 10 anak muda dengan range usia antara 1517 tahun, 7 dari 10 anak muda mengatakan bahwa musik suling bambu adalah musik yang sudah ketinggalan zaman. Tetapi masih ada 3 anak muda yang mengatakan musik suling bambu masih bisa diterima oleh anak muda dengan baik. Dari hasil survei yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa masih banyak anak muda yang tidak menghargai budaya bangsa seperti musik suling bambu ini. Mereka masih beranggapan bahwa musik suling bambu adalah musik yang ketinggalan zaman, untuk pipelajari pada era globalisasi seperti ini. Sebenarnya pandangan seperti inilah yang perlu dirubah, karena kalau kita sendiri sebagai anak muda yang merupakan penerus perjuangan bangsa tidak mencintai budaya bangsa kita sendiri, siapa lagi yang akan mencintai budaya kita? Sudah ada contoh nyata seperti lagu asal daerah Maluku, Rasa Sayange. Lagu yang sudah kita dengar sejak kita kecil ini sudah diklaim oleh negera tetangga kita Malaysia. Ironis memang. Tetapi, kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan mereka, bangsa kita sendiri memang belum memiliki kesadaran 19

yang tinggi untuk melindungi dan melestarikan budaya bangsa. Buktinya, tidak ada perlawanan yang berarti yang di berikan oleh bangsa kita saat apa yang menjadi warisan budaya kita di klaim sebagai milik orang lain. Belakangan, Malaysia mulai lagi mengklaim beberapa budaya bangsa kita, untunglah Indonesia tidak sebodoh dulu lagi. Indonesia sudah mendaftarkan warisan warisan budaya bangsa tersebut pada pihak UNESCO dan mematenkannya sebagai The World Heritage. Pendapat 3 koresponden anak muda menurut hasil survei yang telah dibuat ini perlu kita contoh. Semua harus dimulai dari diri kita sendiri, bagaimana kita mulai mencintai budaya yang sudah di tinggalkan oleh nenek moyang kita dan kita mulai melestarikannya. Kita harus membuktikan pada dunia luar, bahwa Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya. Dan di dalam konteks yang lebih kecil lagi, kita sebagai orang Maluku harus mulai mencintai budaya kita sendiri seperti salah satunya musik suling bambu ini. Kita harus bangga, karena nenek moyang kita dapat menciptakan alat musik yang menjadi cikal bakal alat musik modern seperti terompet dan saxophone, padahal hanya terbuat dari sebuah bambu yang bagi sebagian orang tidak berguna. Untuk itu, kita harus mulai mempelajari musi tradisional seperti musik suling bambu ini. Tidak perlu kita pedulikan pendapat orang lain, bahwa musik suling bambu adalah musik yang sudah ketinggalan zaman. Tetapi, malah harus kita buktikan kepada semua orang dan bahkan pada dunia internasional, musik suling bambu adalah salah satu musik tradisional yang dapat bertahan ditengah perkembangan musik barat dalam ere globalisasi ini.

20

2.4.2 Fungsi Musik Suling Bambu Bagi Anak Muda Bagi anak muda zaman sekarang musik tradisional seperti musik suling bambu ini sudah tidak memegang peran penting lagi dalam kehidupan sehari hari. Mungkin hanya pada beberapa kegiatan atau acara adat saja, musik suling bambu ini dipergunakan, seperti : Pengiring Tarian Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi - bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisa diiringi oleh musik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik- musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa, poco- poco, dan sebagainya. Musik suling bambu contohnya. Musik tradisional asli Maluku ini sering digunakan sebagai pengiring tarian khas Maluku seperti Orlapei. Dengan alunan musik suling bambu yang riang, ditambah hentakan tifa dan bunyi toto buang yang saling bersahut sahutan, tarian ini terasa semakin semarak. Sarana upacara budaya (ritual) Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat. Musik suling bambu sendiri biasanya dipakai sebagai sarana untuk penyambutan tamu dan pelantikan raja di daerah daerah yang tersebar di provinsi Maluku.

21

2.4.3 Penggunaan Musik Suling Bambu Bagi Anak Muda Pada era globalisasi seperti sekarang ini, musik suling bambu sudah tidak terlalu digunakan lagi. Tetapi masih ada beberapa acara atau kegiatan yang memerlukan adanya musik suling bambu, seperti : Sarana upacara budaya (ritual) Musik di Maluku, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di Maluku sendiri, musik suling bambu sering digunakan dalam penyambutan tamu tamu penting dari luar daerah bahkan luar negeri dan juga dalam upacaya pengangkatan raja di kampung kampung di Maluku. Sarana Hiburan Musik suling bambu sebagai sarana hiburan mungkin tidak dirasakan oleh anak muda di daerah perkotaan, tetapi untuk di daerah pedesaan yang sebagian besar penduduknya memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah. Musik suling bambu, murupakan sarana hiburan yang murah meriah dan gampang didapatkan. Sarana Komunikasi Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di gereja. Musik suling bambu22

pun di beberapa tempat tertentu di daerah Maluku masih sering digunakan dalam acara acara peribadatan di gereja. Pengiring Tarian Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisa diiringi oleh musik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik- musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa, poco- poco, dan sebagainya. Musik suling bambu sendiri biasanya dipakai dalam mengiringi tarian khas Maluku seperti Orlapei.

BAB III PENUTUP1. KesimpulanKeanekaragaman musik tradisional seperti musik suling bambu yang terdapat di Maluku pada khususnya merupakan salah satu identitas dari masyarakat Maluku. Oleh karena itu menjadi tugas masyarakat Maluku untuk tetap dijaga, dipelihara kelestariannya. sehingga tidak menjadi punah. Hal ini tentunya juga peran dari pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait untuk mendukung dan bersama-sama memperkenalkan kepada generasi muda betapa tingginya nilai-nilai budaya bangsa yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Serta juga sebagai salah satu daya tarik wisata bagi wisatawan Nusantara dan mancanegara untuk dapat lebih mengenal adat dan seni budaya daerah Maluku.

23

2. SaranDitengah kondisi dan era globalisasi seperti ini, musik barat sangat cepat masuk di Indonesia bahkan di Maluku karena adanya media elektronik seperti TV dan internet. Memang kita tidak dapat mencegah masuknya musik barat dan budaya barat lainya, tetapi bukan berarti kita tidak dapat melakukan apa apa untuk mempertahankan budaya termasuk musik yang kita miliki. Kita sebagai anak muda, harus mulai mencintai budaya dan musik yang menjadi khas dari wilayah kita sendiri. Dan kita kemudian bisa memadukan budaya yang kita miliki dengan budaya bangsa lain. Jika dibuat dengan baik, usaha ini dapat membawa keuntungan yang besar bagi daerah kita masing masing. Selain itu, pemerintahpun sebaiknya mulai peduli dengan budaya milik Indonesia, agar tidak terjadi pengklaiman seperti yang sudah terjadi sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKAInternet : y y y yhttp://myblogisland.blogspot.com/2010/05/suling-bambu.html http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2459852 http://www.antaramaluku.com/artikel/menakar-eksistensi-musik-suling-bambu-maluku http://yuhuuami.blogspot.com/

24

y y y

http://nawa-birawa.blogspot.com/2010/11/perkembangan-musik-indonesia.html http://id.wikipedia.org/wiki/Suling http://sendhie.multiply.com/journal/item/46/Perkembangan_Musik_Indonesia

25