Upload
alfa-makatitasuabey
View
238
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
P E N D A H U L U A N
1.1. Latar Belakang
Kota Manokwari terletak di bagian Kepala Burung Pulau Papua, memiliki
topografi dataran rendah, perbukitan serta pegunungan yang kaya akan potensi
sumber daya alam, gunung, lembah, pantai dan keanekaragaman hayati merupakan
bagian dari panorama dan kekayaan nan indah menawan dan tidak ternilai harganya
sebagai obyek dan daya tarik wisata. Secara geografis Kota ini terletak antara 0015
Lintang Utara dan 3025 Lintang Selatan dan terbentang dari 132035 sampai 134045
Bujur Timur dan luas wilayah Kota Manokwari adalah 14.250,94 km2 dengan batas
di sebelah Utara: Samudera Pasifik, sebelah Timur Kota Teluk Wondama, sebelah
Selatan Kota Teluk Bintuni, dan sebelah Barat Kota Sorong dan Sorong Selatan.
Jumlah penduduk Kota Manokwari sekitar 238.133 jiwa tersebar di 29 Distrik, 9
Kelurahan dan 208 kampung.
Etimologi Manokwari berasal dari Bahasa Biak Numfor yang berarti "Kampung
Tua", dikenal sebagai kota Bersejarah dan tempat dimulainya peradaban di Tanah
Papua karena pada tanggal 5 Februari 1855 Injil diberitakan pertama kali di tanah
ini oleh dua Missionaris berkebangsaan Jerman yaitu Carel Willem Ottow dan
Johann Gotlob Geisller. Dalam Lembaran Sejarah, Manokwari juga tercatat sebagai
kota pemerintahan tertua di tanah Papua, Pada Tanggal 8 November 1989 adalah
hari jadinya. Penetapan ini ditandai dengan pelantikan JJ. Van Oosterszee sebagai
Controler Afdeling Noord Nieuw Guinea yang berkedudukan di Manokwari oleh
Residen Ternate, Van Horst atas nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan sejak
itu aktivitas pemerintahan dan kemasyarakatan di kota ini dimulai. Tahun 1999
Manokwari ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Irian Jaya Barat (Sekarang Papua
Barat), penduduk asli Kota Manokwari terdiri dari beberapa suku seperti Suku
Sough, Suku Karon, Suku Hatam, Suku Meyah dan Suku Wamesa, Suku-suku ini
mempunyai budaya yang unik dan berbeda satu sama lain. Walaupun begitu
kebudayaan penduduk asli tetap terpelihara dan terjaga. Ada pula objek- objek
wisata seperti Pegunungan Arfak, Pantai Pasir Putih, Pantai Amban, Danau Anggi,
Hutan Wisata Gunung Meja dan tugu di Pulau Mansinam. Selain itu jaga Kota
Manokwari memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata budaya berupa hasil
kerajinan, upacara tradisional, tari tradisional, dan tari kreasi; semua ini masih
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 1
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat adat di Kota Manokwari. Sejumlah
sanggar seni atau kelompok masyarakat di kampung-kampung tetap produktif
menghasilkan karya seni berupa ukiran, pahatan, anyaman dan lukisan. Sementara
grup tari menggelar upacara adat dan tari tradisional serta tari kreasi yang dikemas
menjadi suatu produk wisata atraktif untuk dipertunjukkan kepada para tamu atau
wisatawan yang berkunjung ke kota Manokwari.
Perkembangan Kota Manokwari yang semakin maju bisa dilihat dari Sumber
daya alam (SDA) dan juga sarana prasarana yang disediakan oleh pemerintah
daerah, tetapi masih banyak dibutuhkan peningkatan aksesibilitas pelayanan di
kawasan perkotaan maupun daerah terisolir, misalnyaperkembangan pada sektor
fasilitas umum, sektor bangunan,sector pertanian,sektor trasportasi daratdan lain-
lain. Sektor – sektor ini yang masih menjadi kendala perkembangan di kota dan
Kota Manokwari.
1.2. Perumusan Masalah
Kota Manokwariadalah ibukota dari Kota Manokwari. Beberapa permasalahan
yang terkait erat dengan Kota Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan
dan hipotesa awal antara lain sebagai berikut:
Sektor Pertanian
o Untuk lahan pertanian di wilayah Distrik Manokwari Barat dan Distrik
Manokwari Timur sudah sangat jarang terlihat akibat dari pembangunan Sektor Industri, Sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran dikarenakan dua Distrik ini terletak di tengah – tengah kota dan menjadi pusat pembangunan kota Manokwari.
Sektor Listrik dan Air Bersih
o Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi untuk pembayaran
rekening listrik.
o Coret - coretan pada gardo – gardo listrik akibat tangan – tangan jail
o Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi untuk pembayaran air
PDAM.
o Pencemaran air akibat dari pembuangan limbah sampah rumah tangga dan
industri.
Sektor Industri
hampir semua Industri yang ada berada di Distrik Manokwari Barat baik dari
jenis industri dari kulit, industri dari kayu, industri dari logam/logam mulia,
industri anyaman, industri gerabah/keramik, industri dari kain/tenun serta
industri makanan dan minuman. Sedangkan untuk Distrik Manokwari Utara
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 2
tidak terdapat satupun industri kecil dan kerajinan. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan selain di Distrik Manokwari Barat dikembangkan berbagai industri
kecil sejenis.
Sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran
o Kurangnya perhatian pemerintah daerah menyangkut dengan perbaikan
sarana dan prasaran pasar sebagai tempat jual-beli barang.
Sektor Jasa
o Untuk sektor ini Kota Manokwarimemiliki banyak sekali objek – objek
wisata yang bisa menjadi daya tarik wisatawan, namun banyak sekali fasilitas
– fasilitas pendukung yang kurang memadai.
Sektor Fasilitas Umum
o Masih jarang tersedianya tempat pengumpulan sampah (TPS) ditiap - tiap
pemukiman warga masyarakat
o Banyak sekali drainase yang kurang terawat dan mengalami penyumbatan
berupa tanah timbunan atau penumpukan sampah plastik botol vit.
Sektor Bangunan
o Pembangunan sering terhambat akibat permasalahan tanah adat suku asli
o Masih terdapat beberapa bangunan penduduk yang tidak layak huni.
Sektor Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan
o Untuk sektor ini, Kurangnya kantor cabang Bank pembantu untuk Distrik
Manokwari utara dan Manokwari selatan.
o Penduduk umumnya masih kurang memanfaatkan kegiatan perbankan.
o Fasilitas ATM yang masih jarang terlihat di beberapa Distrik yang jahu dari
perkotaan.
Sektor Transportasi dan Komunikasi
o Belum adanya rehabilitasi pengaspalan jalan padadaerah terisolir
o Kurang tersedianya sarana angkutan umum roda empat (taksi) kota
o Kurangnya penambahan pemancar jaringan telkomunikasih pada tiap Distrik
yang jahu dari pemukiman kota.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 3
1.3. Tujuan dan Sasaran
Sebagaimana rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
dilakukannya Studio Perencanaan Kota ini adalah :
1.3.1. Tujuan
Mengidentifikasi masalah dan potensi yang ada di Kota Manokwari.
Memajukan setiap sektor yang berfungsi sebagai indikator pengembangan
kota
Mengembangkan potensi Sumber Daya Alam yang ada
1.3.2. Sasaran
Agar pemerintah lebih meningkatkan pengembangan atau pemanfaatan
sumber daya yang tersedia
Terciptanya penggunaan ruang kota yang serasi dengan lingkungan, melalui
cara pengaturan fasilitas kebutuhan lingkungan dan pemerataan
pembangunan.
Agar pemerintah perlu melakukan perbaikan dan penyedian sarana dan
prasarana yang terdapat di kota Manokwari.
1.4. Ruang Lingkup Studi
1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah kota
Wilayah studi Kota Manokwari merupakan salah satu wilayah Kota di
Provinsi Papua Barat yang terletak di bagian kepala burung Pulau Papua. Kota
Manokwari secara geografis terletak pada 132º35’ - 134º45’ BT dan 0º15’ -
3º25’ LS, dengan luas wilayah Kota Manokwari adalah 22.199,37 km2, dengan
Jumlah penduduk Kota Manokwari sekitar 105,930 jiwa tersebar di 4 distrik dan ,
20 kelurahaan.
.Batas wilayah Kota Manokwari adalah:
o Sebelah Utara ; Distrik Masni
o Sebelah Selatan : Distrik Warrikmare
o Sebelah Barat : Distrik Prafi
o Sebelah Timur : Samudera Pasifik
Kota Manokwari secara umum termasuk daerah beriklim tropika humida
dengan curah hujan berkisar antara 2.500 – 3.000 mm per tahun. Curah hujan rata-
rata per tahun adalah 110 mm (dengan rata-rata hari hujan perbulan adalah 16
hari). Curah hujan tertinggi menurut stasiun pencatat Meteorologi Rendani terjadi
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 4
pada bulan Maret (mencapai 337 mm), sedangkan curah hujan terendah terjadi
pada bulan Agustus (mencapai 11 mm). Hari hujan tertinggi terjadi pada bulan
Maret (mencapai 21 hari), sedangkan hari hujan terendah terjadi pada bulan April,
Mei dan Oktober (yang mencapai 13 hari).
Sebagai daerah tropis seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia,
wilayah Kota Manokwarimempunyai topografis daerah pantai, dataran rendah
hingga perbukitan. Kota Manokwarimenurut pencatatan Stasiun Meteorologi dan
Geofisika Rendani memiliki tingkat kelembaban udara relatif tinggi yang berkisar
antara 80 - 86% dengan rata-rata kelembaban udara 83%. Kelembaban udara
tertinggi terjadi pada bulan Februari dan kelembaban udara terendah pada bulan
Agustus. Penyinaran matahari di wilayah ini adalah 59,67%, sedangkan tekanan
udara rata-rata adalah 1007,9 mb. Rata-rata kecepatan angin pertahun sebesar 8
knot.
Secara umum kondisi geologi Kota Manokwarididominasi oleh batuan
sedimen liat berlempung, dan batuan endapan Tersier. Formasibatuanterdiri atas
batuansedimenbatukapur, pasir, lanau, dan batuan pluton. Struktur geologi
memilikisesarnaik, sesarturun, dan lipatan yang umumnyaberada di wilayah
dataran tinggi dan lembah-lembah. Batuan di KotaManokwari merupakan endapan
batuan sedimen berumur Tersier yang sangattua, telahterkonsolidasisempurna, dan
telahmengalamiberbagaiperistiwatektonik, sehinggabersifatkompak. Batuan
tersebut mempunyai kemampuan terbatas untuk menyimpan dan meneruskan
aliran air tanah, ataudinyatakansebagai impermeable sampaisemi permeable yang
tidak berperan sebagai akuifer air tanah yang baik, kecuali pada lapisan yang
relatifsangat tipis di bagian atas di dekatpermukaan yang lebih gembur dan
mampumenyimpan dan meneruskan air tanahkarenatelahmengalamipelapukan.
Namun jika batuan sedimen kompak tersebut oleh proses tektonik terkekarkan
secara intensif, maka dapat berperan sebagai akuifer air tanah yang produktif.
Geologi daerah Manokwari terdiri dari batuan sedimen Pra-Tersier berupa
batuan sedimenklastik, karbonat, plutonik (granit), batuan vulkanik berupa aliran
lava, aglomerat, breksi, tufa dan lahar serta batuan metamorfik. Batuan sedimen
tersier terdiri dari batuan sedimen klastik, vulkanik dan karbonat. Batuan Kuarter
terdiri endapanpantai, endapansungai, endapanlimpas banjir. Berdasarkan tataan
fisiografi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung (1992).
Morfologi wilayah daerah kajian dapat dibagi menjadi 3 satuan, yaitu pegunungan
struktur, perbukitan rendah dan dataran. Satuan perbukitan merupakan wilayah
terluas luas daerah dan berketinggian 200 m dpl. Satuan ini disusun oleh batuan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 5
gunung api, batuan sedimen klastik, karbonat, batuan terobosan, batuan malihan.
Derajat pelapukan pada satuan ini cukup tinggi, ditunjukkan oleh tanah pelapukan
yang setempat mencapai hampir di seluruh daerah kajian. Satuan perbukitan
rendah tersebar di bagian tengah daerah kajian terutama disusun oleh batuan
sedimen klastik dan batuan vulkanik. Satuan dataran yang disusun oleh aluvium
sebarannya di sepanjang aliran sungai besar dan pantai. Setempat satuan ini
menempati daerah pinggiran pantai yang sempit. Satuan ini dibentuk oleh pasir,
lumpur, dan lempung.
Berkaitan dengan kondisi hidrologi, air permukaan di Kota
Manokwaritercerminkan dari kondisi sitem sungai. Sistem sungai yang ada di
Kota Manokwariantara lain meliputi: Sistem Sungai Pami, Sistem Sungai
Rendani, Sistem Sungai Sowi, Sistem Sungai Andai, Sistem Sungai Maripi,
danSistem Sungai Maruni. Berdasarkan penelitian sebelumnya di daerah pantai
yang mempunyai akuifer produktif dan luas penyebarannya, mempunyai debit
kurangdari 5 liter/detik (Direktorat Geologi Tata Lingkungan). Air tanah di daerah
kajian sangat tergantung dari kondisi geologi dan morfologinya. Berdasarkan hal
tersebut dari produktifitas akuifernya, daerah kajian dapat dibedakan menjadi 2
(dua) satuan, yaitu:
(a) satuan dengan akuifer produktif sedang keterusan sedang-rendah (beragam),
dijumpai pada batuan tersier; dan
(b) satuan langka airtanah, keterusan umumnya rendah-sangat rendah, setempat
air tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada daerah lembah
atau zona pelapukan batuan.
Jenis tanah
jenis tanah di kota Manokwari menurut lembaga penelitian tanah adalah alluvial,
mediteran, grey brown podsolik, complex of soils, red yellow podsolik,
organosol,danlatosol. Secaraumum, jenistanah yang terdapat di Kota
Manokwarimempunyai sifat asam, yaitu nilai pH lebih dari 8. Jenis tanah
berkorelasi positif terhadap kedalaman efektif tanah. Kedalaman efektif tanah
adalah batas kedalaman yang dapat ditembus oleh akar tanaman untuk menyerap
unsur hara. Semakin dalam lapisan tanah maka semakin besar pula kemungkinan
tumbuhnya tanaman keras, sebaliknya bila tingkat kedalaman efektif tanah amat
dangkal, maka hanya tanaman yang memiliki perakaran dangkal saja yang dapat
tumbuh. Wilayah Kota Manokwarisecara umum mempunyai kedalaman efektif
tanah > 25 cm. Adanya kendala kedalaman efektif tanah ini menyebabkan hanya
beberapa jenis tanaman (terutama tanaman musiman) yang dapat tumbuh dengan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 6
baik. Pengolahan dan pemupukan lahan sangat diperlukan untuk mengintensifkan
pengolahan pertanian.
1.4.2. Lingkup Substansi
Kajian mengenai lingkup substansi dalam studio perencanaan kota adalah
menganalisa setiap potensi yang di miliki dalam sektor sosial ekonomi yang
berada di Kota Manokwari.
1.5. Metodelogi
1.5.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di terapkan pada pelaksanaan Studio
Perencanaan Kota Manokwari adalah Metode pengumpulan data sekunder dan
pengumpulan data melalui survey primer dengan melakukan observasi dan
dokumentasi.
1. Survey Sekunder
Survey sekunder atau survey data instansional berupa pengumpulan data
dari instansi-instansi. Hasilnya adalah uraian fakta dan informasi baik dalam
bentuk data angka, buku, atau peta mengenai keadaan daerah studi, serta
rencana dan kebijakan pembangunan.
2. Survey Primer
Selain itu survey primer yang dilakukan adalah pengamatan/observasi
terhadap kegiatan setiap sektor di Kota Manokwari. Kompilasi data
merupakan proses memilah data yang akan di analisa dan di bahas pada bab
berikutnya. Diharapkan data yang sudah ada dapat menghasilkan suatu
gambaran informasi yang lebih optimal.
1.5.2. Metode Pengolahan Data
Dalam metode pengolahan data ini akan dianalisa data-data yang
dikumpulkan secara langsung dilapangan. Analisa ini menggunakan dua
metode yaitu :
1. Metode Analisa Kualitatif
Metode ini digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk non
numeric. Penggunaan metode ini lebih bersifat deskriptif dengan
memberikan gambaran dan penjelasan mengenai wilayah studi, asumsi
atau anggapan dan perkiraan tertentu yang didasari pada suatu kondisi
tertentu, kompratif yaitu dengan cara membandingkan berbagai masalah
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 7
serta keadaan yang ditemui di lapangan dan berbagai sektor yang
berkaitan dan analisis kondisi menurut standar umum yang berlaku.
2. Metode Analisa Kuantitatif
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis data
yang terkaji dalam bentuk angka dan dapat diukur atau dihitung. Metode
ini juga dapat digunakan dalam perhitungan disektor kependudukan.
Metode Analisa Kuantitaif ini meliputi kajian tentang:
i. Laju pertumbuhan penduduk,
ii. Proyeksi penduduk dan
iii. Kepadatan penduduk
iv. LQ (Location Questients)
i. Laju Pertumbuhan Penduduk
Adapun untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk
menggunakan rumus sebagai berikut:
LJPx =
JP y− JPx−1
JPx−1
x 100 %
Dimana :
LJPx = Laju pertumbuhan penduduk pada tahun tertentu n
Jpy = Jumlah penduduk tahun pada tahun ini
JPx-1 = Jumlah penduduk 1 tahun sebelumnya (tahun lalu)
ii. Proyeksi Penduduk
Untuk menganalisa penduduk dalam jangka waktu 10 tahun mendatang
sesuai perolehan data, digunakan Metode Ekstrapolasi/Trend atau bunga
berganda. Metode Ekstrapolasi cenderung melihat pertumbuhan penduduk
dimasa lalu dan melanjutkan kecenderungan tersebut dimasa yang akan
datang sebagai proyeksi. Metode Ekstrapolasi mengasumsikan laju
pertumbuhan penduduk masa lalu akan berlanjut dimasa yang akan
datang. Metode ini dapat di bagi dua, yaitu teknik grafik dan metode
trend. Cara yang paling mudah dalam teknik ekstrapolasi adalah dengan
teknik grafik. Dalam teknik grafik, perkembangan penduduk di masa
lampau digambarkan dalam sebuah susunan koordinat salib. Jumlah
penduduk untuk setiap kurun waktu (misalnya per tahun) dinyatakan
dalam sebuah titik pada bidang koordinat salib. Susunan titik-titik tersebut
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 8
dapat dipandang sebagai suatu garis (lurus atau lengkung) dan arah garis
tersebut diteruskan ke masa yang akan datang sebagai proyeksi. Teknik
grafik ini sebetulnya tidak untuk meramalkan jumlah penduduk melainkan
hanya melihat arah kecenderungannya saja. Metode Trend adalah metode
meramalkan pertumbuhan penduduk dengan sebagai berikut:
Pt = Po ( 1 + r )ⁿ
Dimana :
Pt = Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po = Jumlah penduduk pada tahun dasar
r = angka pertumbuhan penduduk
n = Periode proyeksi /jangka waktu dalam tahun
iii. Kepadatan Penduduk
Untuk mengetahui kepadatan penduduk rumus yang digunakan sebagai
berikut:
Kepadatan penduduk = MenyeluruhSecaraWilayahLuas
PendudukJumlah
iv. LQ (Location Quotient)
Teknik analisis loqation quotient (LQ) merupakan cara permulaan
untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan
tertentu. Cara ini tidak atau belum memberikan kesimpulan akhir.
Kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan sementara yang
masih harus dikaji dan ditilik kembali melalui teknik analisis lain yang
dapat menjawab apakah kesimpulan sementara diatas terbukti
kebenarannya. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 9
menghasilkan koefisien dapat menggunakan satuan : jumlah buruh,
atau hasil produksi atau satuan lainnya yang dapat digunakan sebagai
kriteria. Perbandingan relatif ini dinyatakan secara matematika sebagai
berikut :
LQi = Si/N = Si/S
S/N = Ni/N
Dimana:
Si = Jumlah buruh industri di daerah yang diselidiki.
S = Jumlah buruh seluruhnya di daerah yang diselidiki.
Ni = Jumlah buruh industri di daerah yang lebih luas.
N = Jumlah seluruh buruh di daerah yang lebih luas.
Struktur penulisan LQ memberikan beberapa nilai sebagai berikut:
LQ > 1, atau LQ = 1, LQ < 1.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 10
Dengan kata lain LQ memberikan indikasi sebagai berikut:
LQ > 1, menyatakan sub daerah bersangkutan mempunyai
potensi ekspor dalam kegiatan tertentu.
LQ < 1, menunjukan sub daerah bersangkutan mempunyai
kecenderungan mengimpor dari sub daerah/daerah lain.
LQ = 1, memperlihatkan daerah yang bersangkutan telah
mencukui dalam kegiatan tertentu (seimbang).
1.5.3. Instrumen penelitian
Merupakan alat atau faktor-faktor yang mendukung dalam survey ini, meliputi:
1. Keamanan
Sebagai faktor penunjang kelancaran penelitian, keamanan sangat
penting dalam mendukung target/waktu yang telah ditetapkan.
2. Aksesibilitas
Adalah penunjang pergerakan ketempat penelitian, sama peranannya
dengan faktor keamanan. Jika aksesibilitas ke lokasi penelitian mengalami
permasalahan maka akan mengganggu lancarnya penelitian.
3. Dana
Merupakan faktor utama dalam pelaksanaan penelitian. Dana
menjadi penghambat utama jika dana yang tersedia tidak memenuhi
kebutuhan.
4. Waktu
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 11
Melakukan suatu penelitian memerlukan waktu yang cukup lama
untuk memperoleh kelengkapan data. Biasanya dalam melakukan
penelitian, waktu disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti.
1.6. Tahapan Pelaksanaan
1.6.1. Tahapan Persiapan
Beberapa kegiatan dalam tahap persiapan survey antara lain:Persiapan
teknis survey, berupa penentuan wilayah studi, survay awal, identifikasi
permasalahan, penentuan tujuan, melakukan kajian literaratur, surat-surat
perizinan, serta persiapan peralatan lainnya yang diperlukan untuk
kepentingan pengumpulan data.
1.6.2. Tahapan Pelaksanaan Survei
Tahap ini di lakukan untuk memperoleh data yang di sesuaikan dengan
kebutuhan sebagai input dalam proses analisa yang wujudnya dapat di
lakukan baik melalui survey primer maupun sekunder. Dalam
pelaksanaannya data yang berasal dari kedua bentuk survey ini saling
mendukung sehingga data yang di peroleh semakin akurat.
a) Survey Primer
Survey primer merupakan proses pengambilan data yang di lakukan
langsung di lapangan,dengan cara melakukan :
Observasi visual,di lakukan dengan cara meninjau langsung di
lapangan terhadap kondisi fisik lapangan yang berhubungan dengan
lokasi dan kondisi suatu objek, misalkan : Peta fasilitas, kondisi
fasilitas, kondisi jalan, jaringan listrik, drainase dan lain sebagainya.
Kuisioner,di lakukan dengan cara memberikan pertanyaan baik lisan
maupun tertulis mengenai suatu masalah yang akan di ajukan kepada
sejumlah sumber yang dapat di percaya dari masyarakat di wilayah
studi sebagai responden.
b) Survey Sekunder
Merupakan proses pengambilan data yang di peroleh dari literatur-
literatur yang di kumpulkan maupun yang di peroleh dari instansi
terkait atau pihak tertentu seperti : Kantor desa atau kampung, kantor
Distrik, kantor lurah, BPS, badan meteorologi dan geofisika, LSM,
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 12
dll. Data tersebut dapat berupa data statistik, laporan dan dokumen
lainnya. Adapun data-data yang di maksud antara lain :
Data Penduduk
- Jumlah penduduk dan kepadatan
- perkembangan penduduk
- komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
- komposisi penduduk menurut agama
- komposisi penduduk menurut mata pencaharian
Data perekonomian
- Perkebunan
- Pertanian tanaman pangan
- Perdaganganpa
- dll
Data fasilitas dan Utilitas
- Fasilitas Pendidikan
- Fasilitas Kesehatan
- Fasilitas Peribadatan
- Fasilitas pemukiman
- Fasilitas Perdagangan
- Fasilitas Air bersih
- Fasilitas Elektikal (Listrik)
- Fasilitas Telekomunikasi
- Fasilitas Sarana dan Prasarana transportasi
1.6.3. Tahap Penyusunan Laporan Fakta dan Analisa
Tahapan yang dilakukan setelah tim melakukan survey dilapangan.
Pengumpulan data guna penyusunan laporan fakta yang merupakan tahapan
yang dilakukan untuk menampilkan fakta yang ada yang berhubungan
dengan objek yang sedang diamati. Sehingga dari data yang sudah
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 13
terkumpul kemudian dikaji guna mendapatkan suatu output berupa
informasi yang diperlukan untuk menunjang studi yang sedang di kaji.
Untuk menganalisis data digunakan beberapa metode analisis sebagai alat
bantu sehingga data tersebut memiliki keterkaitan atau berhubungan satu
sama lain.
1.6.4. Tahap Penyusunan Laporan Rencana
Tahap ini merupakan tahap akhir dari studio perencanaan kota, yang
kemudian di presentasikan. Tahap ini juga berisi tentang hasil dari analisis
beserta alur prosesnya yang dituangkan dalam bentuk tertulis yang bersifat
deskriptif, objektif, dan kompherensif. Jika perlu juga maka dapat diadakan
evaluasi terhadap hasil analisis agar hasil laporan akhir dapat optimal.
1.7. Organisasi Pelaksana
Adapun organisasi pelaksana pada proses pengambilan data di Kota Manokwari,
Kota Manokwari dan pengolaan laporan ini antara lain sebagai berikut
STRUKTUR KEPANITIAAN
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 14
STUDIO PERENCANAAN KOTA 2013
PENANGGUNG JAWAB : JOKO PURCAHYONO, M.MT
DOSEN PENGASUH : Y.L MARNALA SITORUS, MT
KETUA : IRWAN F. KASIMAT
SEKRETARIS : APNER. ROTKOKAY
BENDAHARA : DEMIANUS. WODIOK
KORD. DATA : ALBERTH. KRENAK
KORD. KONSUMSI : RUDOLOF . MANDACAN
KORD. PERLENGKAPAN : YUSAK K. KAMBUAYA
KORD. SURVEY : PENIUS. UNBEY
KORD. TRANSPORTASI : MARSHAL L.RESUBUN
ANGGOTA STUDIO
PERENCANAAN KOTA MANOKWARI
Tahun 2013
NIXON WALLY
PAULUS HALUK
MAXIMILIANUS
MAGADIN
KOSTANTINUS
DEMOTEKAIIIiiiiIi
ELIFAS RUMBOBO
KRISTON WANGGAI
DORSIUS KOMBO
BARNABAS AIRBARU
AGUS SAMBERI
ELIFAS RUMBOBO
ANDY KARET
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 15
BAB II
KARAKTERISTIK KOTA MANOKWARI
2.1. KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN
2.1.1. Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Papua Barat
Pemerintah melalui UU No. 45 tahun 1999 tentang Pemekaran Propinsi
Papua Barat telah menetapkan Kota Manokwari sebagai Ibukota Propinsi Papua
Barat. Kebijaksanaan ini berdampak kepada pertumbuhan fisik, sosial dan
ekonomi Kota Manokwari yang telah berkembang dengan cepat. Hal Ini dapat
dilihat dari pertumbuhan ekonomi, meluasnya kawasan terbangun terutama
kawasan jasa komersial, perdagangan, dan sebagainya. Peningkatan potensi
internal dan eksternal, menjadikan Kota Manokwari sebagai pusat pengembangan
dan pertumbuhan bagi daerah-daerah di sekitarnya maupun pusat pertumbuhan
dan pengembangan Papua Barat. Selain itu kota manokwari yang memiliki letak
strategis yang dibatasi dengan laut dan juga kawasan hutan yang masih terjaga
keasriannya, serta budaya masyarakat yang masih kental,membuat kota
manokwari memiliki ciri khas tersendiri. hal ini menjadi pendukung untuk
menumbuh kembangkan sumber daya manusia dalam hal pemanfaatan
sumberdaya alam yang ada untuk peningkatan pembangunan kota manokwari
serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Agar terwujud masyarakat yang
sejahtra dan memiliki daya saing, maka didukung pula dengan peningkatan
dibidang pendidikan,dan kesehatan melalui penyediaan sarana dan prasarana
publik.
Merujuk kepada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, maka pembangunan kota Manokwari ditata dalam dua arahan
pembangunan, yaitu: penataan kawasan lindung dan/atau kawasan konservasi, dan
penataan kawasan budidaya. Penataan kawasan lindung dan atau kawasan
konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan hidup perlu menjadi
perhatian utama dalam membangun dan mengembangkan Kota Manokwari.
Penekanan ini sangat penting oleh karena kota Manokwari memiliki kawasan
hutan Wosi-Rendani sebagai hutan lindung serta kawasan hutan Gunung Meja
sebagai hutan wisata nasional. Selain itu, terdapat hutan dengan pepohonan yang
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 16
cukup rapat di bagian barat dan selatan kota yang perlu dikendalikan
pemanfaatannya sebagai kawasan resapan air.
Kawasan lain yang perlu diperhatikan adalah kawasan pantai dan pulau. Kota
Manokwari memiliki garis pantai yang panjang demikian juga terdapat pulau
Mansinan yang memiliki riwayat historis yang perlu dipertahankan. Untuk itu
perlu penataan yang intensif sehingga terhindar dari eksploitasi yang berlebihan.
Hutan tanaman mangrove perlu ditingkatkan, khususnya di lahan-lahan pantai
yang kritis.
Penataan kawasan budidaya sudah mendapat perhatian yang memadai sejak
dilakukan penyusunan Rencana Induk Kota (RIK), RUTRK, dan RDTRK, dan
juga di dalam hasil revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota Manokwari. Namun
demikian, dinamika pembangunan kota yang telah berkembang pesat pasca
peningkatan status kota Manokwari sebagai ibukota Propinsi Papua Barat (Irjabar)
perlu ditindaklanjuti dengan rencana tata ruang kota yang mewadahi semua
kegiatan budidaya masyarakat yang meliputi kawasan Cipta, Karya, Marga, Suka
dan Penyempurna. Kawasan Cipta adalah kawasan terbangun untuk perumahan
dan permukiman dimana masyarakat kota Manokwari melakukan kegiatan
bertempat tinggal, beribadah, menimba ilmu, dan kegiatan permukiman
lainnya.Kegiatan Karya adalah penyediaan fasilitas dimana masyarakat akan
bekerja, berusaha untuk meningkatkan taraf social ekonominya, yaitu antara lain
tempat bekerja (perkantoran), tempat berusaha (kawasan perdagangan, meliputi
pasar, petokoan, kios dan kegiatan usaha lainnya. Tempat prosessing dan produksi
barang kebutuhan untuk konsumsi dan diperdagangkan, dalam hal ini kawasan
industri kecil, sedang dan berat, serta kegiatan usaha lainnya.
Kegiatan Marga adalah kegiatan yang memberi pelayanan umum kepada
masyarakat kota serta fasilitas kenyamanan dan pengamanan kota meliputi
penyediaan transportasi (darat, laut dan udara), penyediaan sarana drainase,
pengelolaan dan pengendali erosi, banjir dan abrasi. Pengelolaan sampah, sanitasi
dan air buangan, penyediaan energi, air bersih dan sarana telekomunikasi,
Termasuk juga penyediaan sarana bagi pencegahan dan penanganan bahaya
kebakaran
Kawasan Suka adalah fasilitas yang disediakan untuk kegiatan rekreasi, olah
raga dan kawasan terbuka hijau yang memberi kesenangan dan kenyamanan,
seperti taman-taman kota, kawasan rekreasi gunung, pantai dan pulau. Termasuk
dalam kegiatan suka adalah kegiatan budaya/seni, organisasi masyarakat dan lain-
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 17
lain kegiatan yang membutuhkan penyediaan sarana prasarana untuk kepentingan
pelestarian budaya (museum) dan pementasan seni (gedung pertunjukan dan atau
gedung serbaguna).
Kegiatan Penyempurna adalah fasilitas yang disediakan guna memperoleh
manfaat yang lebih baik dan lebih lengkap, termasuk penyediaan assesoeis kota
seperti lampu-lampu jalan, lampu-lampu taman, lampu pengatur lalu lintas, shelter
(tempat menunggu bus/angkutan kotam tempat pejalan kaki (pedestrian), Pos
ronda/pos jaga, dan lain sebagainya.
2.1.2. Kebijaksanaan Pembangunan Kota/Regional
Dalam membangun dan mengembangkan Kota Manokwari ada dua sasaran
pokok, yaitu bagi pengembangan Kota Manokwari sendiri dan pengembangan
wilayah yang ada di sekitarnya. Kebijaksanaan pengembangan kota yang
tercantum dalam Tujuan pengembangan Kota Manokwari ditinjau dari segi
kepentingan kota, antara lain untuk:
(a) Menciptakan pola tata ruang yang terencana secara optimal;
(b) meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat;
(c) memberikan pelayanan umum bagi masyarakat;
(d) meningkatkan pendapatan asli daerah/PAD;
(e) meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan ruang;
(f)meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyebaran fasilitas dan utilitas
secara tepat dan merata sesuai kebutuhan masyarakat;
(g) menjaga kualitas lingkungan untuk mempertahankan keseimbangan
lingkungan dan cadangan air bersih; dan
(h) mengembangkan Kota Manokwari dalam upaya melayani kebutuhan
penduduk dan memacu pertumbuhan wilayah yang ada di sekitarnya.
Sehubungan dengan hai tersebut, pembangunan Kota Manokwari
ditujukan untuk:
(a) meningkatkan kemampuan pelayanan Kota Manokwari sebagai pusat
pengembangan (Central Business District) Kota Manokwari dan Propinsi
Papua Barat;
(b) meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan penduduk kota Manokwari,
penduduk yang bermukim di sekitar Kota Manokwari atau penduduk
kecamatan di sekitarnya serta penduduk Kota Manokwari pada
umumnya, sebagai multiplier effect pembangunan kota Manokwari;
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 18
(c) meningkatkan pelayanan sosial bagi penduduk Kota Manokwari dan
sekitarnya; dan
(d) memacu pertumbuhan ekonomi wilayah belakang (hinterland) Kota
Manokwari, khususnya Kota Manokwari
2.1.3. Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Tata Ruang
Konsep tata ruang Kota Manokwari pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi
stujuan pembangunan kota serta fungsi dan peranan kota, Dalam hal ini konsep tata
ruang Kota Manokwari dibagi dalam dua kelompok, yaitu konsep makro dan konsep
mikro.
(a) Konsep Tata Ruang Makro
Konsep tata ruang makro ditekankan keterkaitan unsur-unsur Kota Manokwari
dengan wilayah luar kota, yang diuraikan berikut ini.
Pengembangan pelabuhan laut Kota Manokwari sebagai sarana pergantian
moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan volume besar
tetapi dengan waktu perjalanan cukup panjang) dan wilayah pelayanan Kota
Manokwari ke luar dan sebaliknya, sekaligus sebagai pelabuhan ekspor-
impor.
Pengembangan pelabuhan/bandar udara Kota Manokwari sebagai sarana
pergantian moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan
waktu perjalanan cukup singkat tetapi dengan volume kecil) dan wilayah
pelayanan Kota Manokwari keluar dan sebaliknya, maupun dalam wilayah
Kota.
Pengembangan transportasi darat yang mampu meningkatkan hubungan Kota
Manokwari dengan wilayah yang ada di sekitarnya.
Pengembangan pusat perdagangan eceran regional untuk komoditi
perdagangan barang-barang kebutuhan sekunder dan tersier.
Pengembangan kawasan wisata alam dan budaya, sejarah, pendidikan untuk
kebutuhan rekreasi dan pendidikan bagi penduduk Kota Manokwari dan
daerah sekitarnya serta bagi rekreasi pencinta alam.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 19
(b) Konsep Tata Ruang Mikro
Konsep tata ruang mikro ditekankan pada keterkaitan antar unsur-unsur yang ada
di dalam wilayah Kota Manokwari, seperti diuraikan berikut ini.
Pengembangan pusat-pusat Bagian Wilayah Kota (BWK) di luar kawasan
pusat kota dengan tujuan menyebarkan dan menjalankan fungsi pelayanan ke
bagian wilayah kota.
Pengembangan sistem jaringan transportasi untuk menghubungkan pusat-
pusat BWK.
Pengembangan kawasan industri terutama industri kecil/ ringan dan industri
hasil pertanian ke arah selatan kota serta ke lokasi dekat sumber bahan baku.
Pembatasan pertumbuhan industri polutif yang menyebar di kawasan
pemukiman dan mengarahkannya ke bagian selatan.
Pengembangan kawasan perumahan secara vertikal di kawasan-kawasan yang
layak secara teknis serta peremajaan dan peningkatan kualitas fisik bangunan
dan lingkungan.
Pengembangan kawasan wisata laut/pantai Pasir Putih dan Pantai Amban,
Pulau Mansinam serta pengembangan wisata kawasan air Danau Kabori di
wilayah bagian selatan kota.
Pengembangan kawasan pusat pemerintahan, jasa komersial, perdagangan di
pusat kota.
Penataan kawasan pantai Teluk Sawaibu untuk mencegah pencemaran dan
rusaknya lingkungan.
Penataan kawasan pelabuhan laut di Teluk Sawaibu karena kedudukannya
yang strategis.
Pemanfaatan ruang secara optimal dan terencana di kawasan efektif
pengembangan perkotaan yang diarahkan untuk dapat mengakomodasikan
berbagai kegiatan fungsional kota.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 20
Strategi Penataan Ruang Kota
Untuk lebih mengoptimalkan dan mengatur pemanfaatan ruang Kota Manokwari
diperlukan strategi pembagian wilayah kota dalam beberapa Bagian Wilayah Kota
(BWK). Pembagian ini berperan untuk hal-hal berikut ini.
(a) Meningkatkan peranannya sebagai ibukota Provinsi Papua Barat, maka saat ini
Kota Manokwari diarahkan untuk berperan sebagai pusat pemerintahan Provinsi
Papua Barat. Dengan demikian Kota Manokwari harus dapat diarahkan dapat
mencukupi kebutuhan aktivitas dan volume kegiatan yang berskala provinsi.
(b) Ditinjau dari konstelasi regional yang lebih luas, Kota Manokwari mempunyai
kedudukan dans peranan sebagai titik simpul penerima sekaligus penjalar
pertumbuhan dan perkembangan wilayah dibelakangnya.
(c) Melihat alur kegiatan yang saat ini berjalan, maka peranan Kota Manokwari
sangat sesuai sebagai pusat-pusat perdagangan dan jasa, industri, pemerintahan
baik itu Pemerintahan Provinsi maupun Pemerintahan Kota.
Pada RUTRK sebelumnya, Kota Manokwari dibagi menjadi empat BWK
yaitu BWK A, B, C dan D. Setiap BWK tersebut diharapkan berfungsi sebagai
berikut ini.
(a) BWK A diarahkan untuk fungsi kegiatan pemerintahan, perdagangan, pelayanan
sosial budaya, kegiatan pelabuhan dan perumahan. BWK A dapat
diidentifikasikan sebagai kawasan pusat kota.
(b) BWK B difungsikan sebagai kawasan pendidikan, perguruan tinggi dan kegiatan
penelitian dan permukiman.
(c) BWK C difungsikan sebagai kawasan pendidikan, perdagangan dan permukiman.
(d) BWK D ditetapkan untuk fungsi pusat kegiatan pelayanan ekonomi regional dan
pusat perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat maupun pemerintahan Kota
Manokwari, perhubungan, permukiman, TPU dan TPA.
Berdasarkan fakta dan analisis maka pembangunan di masing-masing kawasan tidak
berjalan dengan efektip. BWK A tumbuh terlalu dominant (terlalu kuat) sehingga
mematikan peran dan potensi BWK lain khususnya BWK C. Selain itu pada tahun 2002,
Pemeriintah Kota Manokwari telah melakukan pemekaran Distrik Manokwari menjadi
empat Kecamatan yang terdiri dari kurang lebih 96 kelurahan/desa. Sebagaimana maksud
dan tujuan pembagian BWK yaitu untuk mendekatkan pelayanan fasilitas ke pada
masyarakat, maka ke depan dama RUTK Manokwari 2005-2915, diusulkan untuk
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 21
memekarkan BWK menjadi lima BWK, dalam hal ini memecah BWK C menjadi dua
BWK, yaitu BWK C dan E. BWK C yang semula berpusat di Amban karena tidak efektip
(secara geografis masyarakat Kelurahan Wosi dan Manokwari Barat tidak dapat
memanfaatkan fasilitas yang ditempatkan di pusat BWK C).
Selanjutnya pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK) untuk RUTRK 2005-2015
beserta arahan peran/fungsinya masing-masing adalah sebagai berikut.
(a) BWK A berfungsi utamanya adalah kegiatan perdagangan, pelabuhan laut,
pelayanan sosial budaya dan perumahan. BWK A merupakan kawasan pusat kota
(central business District) Manokwari
(b) BWK B berfungsi utamanya adalah kawasan pendidikan perguruan tinggi dan
kegiatan penelitian, kawasan resapan air (hutan lindung), kawasan rekreasi dan
permukiman.
(c) BWK C berfungsi utamanya adalah sebagai pusat pelayanan jasa dan
perdagangan.tingkat regional (pasar pusat dan terminal pusat di Wosi), kawasan
perumahan dan pertanian/perkebunan terbatas.
(d) BWK D ditetapkan untuk fungsi pusat kegiatan pelayanan regional, pusat
perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat dan juga perkantoran pemerintah
Kota Manokwari, kawasan perhubungan udara, permukiman baru, kawasan industri,
TPU dan TPA.
(e) BWK E difungsikan sebagai kawasan perumahan, pusat pertanaman hortikultura
dan lahan perkebunan terbatas, kawasan rekreasi .pertanian, kawasan penyanggah
dan konservasi, serta kawasan pendidikan.
Jika dikaitkan dengan rencana pengelolaan persampahan Kota Manokwari diarahkan
melalui kebijakan sebagai berikut:
(a) pembangunan dan atau perluasan TPA;
(b) penambahan jumlah TPS dan perluasan jangkauan pelayanan;
(c) pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas, dan plastik (sampah kering);
(d) sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah sanitary landfill;
(e) peningkatan kesadaran (peran serta) masyarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungan;
(f) pengefektifan fungsi pemulung dengan membangkitkan kegiatan daur ulang sampah
menjadi produk-produk yang berdaya guna;
(g) penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan;
(h) pengomposan sampah-sampah organik dan pembangunan fasilitas tempat pemisahan
jenis sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 22
rumah-rumah sampai tempat-tempat umum, dimana pemerintah menyediakan sarana
tong sampah untuk memilah-milah sampah tersebut;
(i) re-design tempat/lahan pembuangan akhir yang ada untuk mencegah akibat yang
ditimbulkan ke depan; dan
(j) pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan yang lebih tegas
mengenai pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda kepada pihak
yang membuang sampah sembarangan, sistem retribusi sampah, tarif pengelolaan.
Secara Umum struktur tata ruang kawasan di wilayah prencanaan dapat
dikemukakan sebagai berikut ini.
(a) Pola tata ruang kawasan bertumpu pada kegiatan kawasan yang dominan
(perkantoran pemerintah, perumahan, perdagangan-jasa, industri dan wisata). Ruang
kawasan strategis kanan kiri jalan menjadi kerangka utama kawasan yang akan
“ditawarkan” kepada investor dan juga berperan sebagai nadi perekonomian
kawasan.
(b) Fungsi kegiatan wilayah perencanaan terdiri dari dua jenis, yakni fungsi primer dan
fungsi sekunder. Bila fungsi sekunder memberikan pelayanan terutama bagi internal
kebutuhan kawasan, maka fungsi primer mempunyai orientasi pelayanan eksternal
melayani wilayah regional. Fungsi primer yang melayani wilayah regional didukung
oleh keberadaan pusat pemerintahan skala Kota, pusat pemerintahan skala provinsi,
jalan arteri, Bandara Rendani, pelabuhan regional, perkantoran regional dan jalan
regional.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 23
2.2. Gambaran Umum Kota Manokwari
2.2.1. Kondisi Fisik
2.2.1.1. Kondisi Geografis
Kota Manokwarimerupakan salah satu wilayah di Provinsi Papua Barat
yang terletak di bagian kepala burung Pulau Papua. Kota Manokwarisecara
geografis terletak pada 132º35’ - 134º45’ BT dan 0º15’ - 3º25’ LS dengan luas
14.44850 km2, dengan ibukota Kota terletak di Kota Manokwari. Batas wilayah
Kota Manokwari adalah:
sebelah utara : Samudra Pasifik;
sebelah selatan : Kota Teluk Bintuni;
sebelah barat : Kota Sorong Selatan; dan
sebelah timur : Kota Teluk Wondama.
Posisi geografis tersebut sangat strategis oleh karena berada pada lintas
pergerakan barat-timur Pulau Papua dan perairan laut yang berbatasan merupakan
jalur transportasi internasional. Pengembangan sarana dan prasarana Kota
Manokwari ke depan dapat memanfaatkan peluang dari letak posisi yang strategis
secara geografis ini.
Secara administrasi Kota Manokwarimeliputi wilayah Distrik yang berada
khususnya Di kota manokwari.
Tabel 2.1
Luas Kota Manokwari Menurut Distrik
NO Distrik
1 Manokwari Selatan 542,07 34,82
2 Manokwari Barat 237,24 15,24
3 Manokwari Timur 154,84 9,95
4 Manokwari Utara 622,79 40,00
jumlah 1.556,94 100
LUAS (km)
Persentase (%)
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 24
Sumber. BPS Kota ManokwariTahun 2012.
2.2.1.2. Topografis
Kota Manokwari mempunyai topografis daerah pantai, dataran rendah
hingga perbukitan. Kota Manokwarimenurut pencatatan Stasiun Meteorologi
dan Geofisika Rendani memiliki tingkat kelembaban udara relatif tinggi yang
berkisar antara 80 - 86% dengan rata-rata kelembaban udara 83.
Untuk jenis tanah Jenis tanah di Kota Manokwari menurut lembaga
penelitian tanah adalah alluvial, mediteran, grey brown podsolik, complex of
soils, red yellow podsolik, organosol, dan latosol. Secara umum, jenis tanah
yang terdapat di Kota Manokwarimempunyai sifat asam, yaitu nilai pH lebih
dari 8. Jenis tanah berkorelasi positif terhadap kedalaman efektif tanah.
Kedalaman efektif tanah adalah batas kedalaman yang dapat ditembus oleh
akar tanaman untuk menyerap unsur hara. Semakin dalam lapisan tanah maka
semakin besar pula kemungkinan tumbuhnya tanaman keras, sebaliknya bila
tingkat kedalaman efektif tanah amat dangkal, maka hanya tanaman yang
memiliki perakaran dangkal saja yang dapat tumbuh. Wilayah Kota
Manokwarisecara umum mempunyai kedalaman efektif tanah > 25 cm.
Adanya kendala kedalaman efektif tanah ini menyebabkan hanya beberapa
jenis tanaman (terutama tanaman musiman) yang dapat tumbuh dengan baik.
Pengolahan dan pemupukan lahan sangat diperlukan untuk mengintensifkan
pengolahan pertanian.
2.2.1.3. Hidrologi
Berkaitan dengan kondisi hidrologi, air permukaan di Kota
Manokwaritercerminkan dari kondisi sistem sungai. Sistem sungai yang ada di
Kota Manokwari antara lain meliputi: Sistem Sungai Pami, Sistem Sungai
Rendani, Sistem Sungai Sowi, Sistem Sungai Andai, Sistem Sungai Maripi, dan
Sistem Sungai Maruni. Berdasarkan penelitian sebelumnya di daerah pantai yang
mempunya i akuifer produktif dan luas penyebarannya, mempunyai debit kurang
dari 5 liter/N Air tanah di daerah kajian sangat tergantung dari kondisi geologi dan
morfologinya. Berdasarkan hal tersebut dari produktifitas akuifernya, daerah
kajian dapat dibedakan menjadi dua (satuan), yaitu :
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 25
(a) satuan dengan akuifer produktif sedang keterusan sedang-rendah (beragam),
dijumpai pada batuan tersier; dan
(b) satuan langka airtanah, keterusan umumnya rendah-sangat rendah, setempat
air tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada daerah lembah
atau zona pelapukan batuan.s
2.2.1.4. Iklim
Perubahan iklim yang terjadi diseluruh dunia juga banyak mempengaruhi
cuaca di kota manokwari. Badan meteorology dan geofisika (BMG) Rendani
manokwari mencatat curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu
mencapai 371 mm. hari hujan tertinggi pada bulan Mei-Juni.
Table 2.2
Jumlah curah hujan dan kelembaban udara
Bulan banyaknya Dalam Derajat Celcius kelembaban udara (%)curah hujan hari hujan maksimum minimum
januari 165.4 19 33.5 23 83februari 80.3 19 33.2 23.2 85maret 238.7 20 33.2 22.7 87april 128.5 21 33.2 23 86mei 401 24 33 23 86juni 307.7 24 33.8 23 88juli 216.2 17 32.6 22 89agustus 251.7 22 32.4 21.3 86september 172.4 19 32.8 22.8 86oktober 142.5 19 33.1 21.4 85november 204.9 21 33.6 22.8 83desember 371.2 21 34 23.2 85
Sumber :Badan Meteorology klimatologi Dan Geofisika Kota Manokwari
tahun 2012.
2.2.2. Kependudukan
2.2.2.1. Perkembangan Penduduk
Suatu wilayah kependudukan dalam suatu daerah perencanaan dapat
dilihat dari laju pertumbuhan penduduk ,untuk merasakan suatu pembangunan
yang nyata disuatu wilayah itu.pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Manokwari
tidak bisa dilepas dari semakin strategisnya manokwari baik secara ekonomi
maupun politis. Jumlah penduduk Kota Manokwari pada tahun 2012 berjumlah
194.948 .dari jumlah penduduk tersebut 102,719 jiwa merupakan pria sedangkan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 26
penduduk wanita adalah 92,229 jiwa. Kota Manokwari terlihat memiliki
peningkatan yang cukup pesat begitu pula pada Distrik. Hal ini disebabkan
pemekaran wilayah provinsi yang menjadikan Kota Manokwari sebagai
ibukota provinsi. Pada tabel dibawah terlihat bahwa penduduk di Kota
Manokwari terkosentrasi pada daerah kota yaitu Distrik manokwari barat.
Table 2.3
Luas Wilayah Kota, Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Dirinci menurut Distrik, Pertengahan tahun 2011
Regency Area, Household, Population and Density In Manokwari Regency by
District, mid 2011
No DistrikLuas
Area (km2)Jumlah
PendudukRumah tangga
Kepadatan penduduk
1 Manokwari Barat 237,24 80,606 17,761 340
2 Manokwari Timur 154,84 9,298 1,611 60
3 Manokwari Utara 622,79 2,312 565 4
4 Manokwari Selatan 542,07 13,714 3,327 25
Jumlah1.556,94 1o5,930 23,268 429
Sumber : BPS Kota Manokwari Tahun 2012
2.2.2.2. Struktur penduduk
Kota Manokwarimemiliki jumlah penduduk yang berkisar sampai
194.948 jiwa, dengan komposisi 102,719 jiwa laki-laki, sedangkan wanita
92,229 jiwa.untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.4 Penduduk Kota Manokwari menurut Jenis Kelamin per Distrik
Pertengahan tahun 2011
No DistrikLuas
Area (km2)Jenis kelamin Jumlah
TotalLaki-laki Perempuan
18 Manokwari Barat 237,24 43,393 37,213 80,606
19 Manokwari Timur 154,84 4,802 4,496 9,298
20 Manokwari Utara 622,79 1,208 1,104 2,312
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 27
21 Manokwari Selatan 542,07 7,380 6,334 13,714
Population In Manokwari Regency by Sex and District mid 2011
Sumber : badan pusat statistik kabpate Manokwari tahun 2012
Tabel 2.5Banyaknya Penduduk Kota Manokwari Dirinci Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin pertengahan tahun
2011
Kelompok umurJumlah penduduk
Jumlah totalLaki-laki perempuan
0 - 4 11,676 11,676 22,585
5 - 9 11,129 11,129 21,680
10 - 14 10,224 10,224 19,664
15 - 19 9,418 9,418 18,371
20 - 24 11,327 11,327 21,577
25 - 29 11,032 11,032 21,131
30 - 34 9,873 9,873 18,451
35 - 39 7,511 7,511 14,018
40 - 44 6,642 6,642 12,111
45 - 49 4,795 4,795 8,870
50 - 54 3,438 3,438 6,327
55 - 59 2.306 2.306 4,160
60 - 64 1.564 1.564 2,829
65 - 69 901 901 1,582
70 - 74 497 497 889
75+ 386 386 703
Jumlah
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 28
total 102,719 92,229 194,948
Sumber : badan pusat statistik Kabupaten Manokwari tahun 2012
2.2.3. Sosial Ekonomi
2.2.3.1. Perekonomian Daerah
Produk Domestik Regional Bruto Kota Manokwari maengalami kenaikan
sebesar 548,477.10 dibandingkan tahun sebelumnya. Besarnya peningkatan
ini menunjukkan bahwa adanya produktifitas yang meningkat dari sector –
sector ekonomi. Kontribusi terbesar datang melalui sector pertanian dengan
25,81%.
Tabel 2.6
Gross Regional Domestic Product Of Manokwari Regency At Current Price By Industrial Origin,
2010 – 2011 (Jutaan Rupiah)
NOLapangan usaha 2010 2011
(1) (2) (3)
1 Pertanian / Agriculture 813,451.41 861,601.21
2 Pertambangan dan PenggalianMinning and Quarryng
55,163.23 70,859.62
3 Industri / Industries 91,644.37 99,723.72
4 Listrik dan Air BersihElectricity and Water Supply
25,788.71 28,337.07
5 Bangunan / Contruction 585,746.66 706,034.88
6 Perdagangan Hotel dan RestoranTrading, Hotels and Restaurant
447,150.85 528,029.97
7Pengangkutan dan Komunikasi
Transportation and Communication
278,156.93 310,023.50
8 Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan
155,436.20 184,562.35
9 Jasa - jasa / Service 494,139.76 548,477.10
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Manokwari Tahun 2012
Tabel 2.7Laporan Realisasi APBD Kota Manokwari
tahun 2011
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 29
URAIAN NILAI
A. PENDAPATAN
B. BELANJA DAERAH
C. PEMBIAYAAN
864,735,611,742
799,990,368,457
58,826,254,249
JUMLAH 1,723,552,234,448
Sumber BPS Kota Manokwari 2012.
2.2.3.2. Sektor-Sektor Unggulan
Sektor Perdagangan.
Ssektor ini merupakan salah satu sector yang mendukung pertumbuhan kota
secara ekonomi. Pusat perdagangan skala regional meliputi : pasar regional,
pasar grosir atau pasar induk, pusat perbelanjaan, ruko, show room,
elektronik, sandang/pakaian, minimarket/supermaket, perbengkelan, toko
bangunan, toko mebel/interior, restouran atau rumah makan dan sejenisnya.
Sektor Jasa.
Pusat jasa skala Kota, meliputi perbankan (kantor cabang), fasilitas bank
untuk pengkreditan rakyat (bpr), pengembangan koperasi kud, bengkel mobil
dan sepeda motor, elektronik, salon, wartel, foto copy, money changer,
pegadaian, jasa pengiriman dan jasa umum lainnya.
Pusat jasa pemerintahan umum yang merupakan pusat pelayanan skala
regional maupun provinsi papua barat berada di sekitar arfai.
Sektor pariwisata.
Pengembangan kawasan pariwisata Teluk Sawaibu yang membawa banyak
dampak secara tidak langsung (multiplier effect) bagi perkembangan
perekonomian di wilayah perkotaan.
2.2.4. Transportasi.
2.2.4.1. Transportasi Darat
Jaringan jalan di Kota Manokwarisaat ini terbagi menjadi beberapa fungsi, yaitu
jalan arteri primer, kolektor primer, kolektor sekunder, lokal dan lingkungan.
Pengelompokan jalan berdasarkan fungsi tersebut merujuk pada UU No 38 tahun
2004 dan PP No 34 tahun 2006 tentang jalan.
(a) Jaringan Jalan Arteri, yaitu tipe jaringan yang menampung lalu-lintas
perjalanan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi, jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
(b) Jaringan jalan Kolektor, yaitu tipe untuk menampung lalu-lintas dari dan ke pusat-
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 30
pusat kegiatan daerah kota, kecepatan sedang, jumlah jalan masuk dibatasi.
(c) Jaringan Jalan Lokal, yaitu tipe jaringan jalan untuk menampung lalu lintas antar
blok/jarak dekat, kecepatan rendah, jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
(d) Jaringan Jalan Lingkungan, yaitu tipe jaringan jalan yang melayani angkutan
lingkungan, jarak dekat, kecepatan rendah.
Sementara yang dimaksud dari:
(a) Jaringan Jalan Primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,
dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan; dan
(b) Jaringan Jalan Sekunder, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
Sebagian besar jalan tersebut sudah beraspal. Semakin memadai jaringan jalan yang
tersedia, maka akan berpengaruh terhadap kelancaran transportasi angkutan sampah.
Termasuk di dalamnya adalah lebar badan jalan, sempadan pagar dan sempadan
bangunan akan berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas di jalan.
Gambar 2.1. Kenampakan Jalan Trikora Wosi dan Jalan Yos Sudarso
Kota Manokwaridilewati Jalan Arteri Manokwari, yang mempunyai klas primer,
berfungsi untuk arus kendaraan berat dan arus kendaraan pribadi. Jalan tersebut
juga terbebani oleh lalu-lintas lokal yang melayani pergerakan antar pusat kegiatan
di Kota Manokwari, hal ini terjadi karena kurangnya jalan yang sejajar dengan jalan
arteri tersebut.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 31
Tabel 2.8 nama dan fungsi jalan eksisting
Nama JalanLebar
sBadan Jalan (m)
Fungsi Jalan
Lebar Drainase
(m)
Lebar Trotoar
(m)
Sempadan Pagar (m)
Sempadan Bangunan(m)
Jl Jend Sudirman 6,2 KP 0,8 (2) 1,4 (2) 6,3 11,3
Jl Merdeka 7 KP 0,7 (2) 1,2 (2) 11,1 13,8
Jl Yogyakarta 7 Lokal 0,7 (2) - 7 9
Jl Siliwangi 10 KP 0,7 (2) 1,5 (1) 7,5 14,5
Jl Bhayangkara 7,5 KP 0,6 (2) - 5,3 12,3
sJl Pantai Pasir Putih 7,5 KP 0,5 (1) - 4,75 9,75
Jl Brawijaya 6 Lokal - - 7 10
Jl Gunung Salju (lampu merah s/d pertigaan Jl Merapi)
8 KssP 0,7 (2) 1,5 (1) 11,5 18,5
Jl Gunung Salju (pertigaan Jl Merapi s/d kaw UNIPA )
15 KP - - 9,5 11,5
Jl Yos Sudarso 15 AP 0,5 (2) - 9,5 14
Jl Trikora 15 AP 0,5 (2) - 10,5 12,5
Jl Trikora Wosi 18 AP 0,5 (1) - 12,25 17,25
Jl Pasir 8,5 Lokal 0,7 (2) - 8,5 15,5
Jl Trikora Tamanria 11 KS 0,8 (1) - 13,5 17,5
Jl Esau Sesa 7 AP 0,8 (2) - 8,7 11,7
Jl Trikora Sowi 7 AP 0,6 (1) - 4,5 6,5
Jl Pertanian 6,5 Lokal 0,6 (2) - 5,5 8,25
Jl Pahlawan 15 KS 0,8 (2) 1,5 (2) 11,2 17,2
Jl S. Condro-negoro 10,5 KP 0,8 (1) - 5,9 7,9
Jl Percetakan Negara 11 KS 1 (2) - 8,5 12,5
Jl Karya Abri 7 Lokal 0,8 (2) - 5 8
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 32
Jl Ekonomi 6 Lokal - - 5,5 10,5
Jl Merapi 7 Lokal 0,7 (2) - 8 14
Jl Wirsi 3,5 Lingk 0,35 (1) - 2,75 4,75
Jl Simponi Rindu 2,5 Lingk 0,35 (2) - 2 4
Jl Durian 3,5 Lingk - - 3 5
Jl Nenas 3,5 Lingk - - 3 5
Jl Toba 4,6 Lingk 0,5 (2) - 7 9
Kampung Makasar 4,5 Lingk 0,35 (1) - 2,5 3
Kampung Jawa 4 Lingk 0,35 (1) - 3 4
Kampung Ambon 6 Lingk 0,8 (2) - 4,8 6,8
Jl Litban Anggori 7 KP - - 8,5 13,5
Jl Wosi Dalam 6,5 Lokal 0,5 (1) - 5 7
Jl Wajib Senyum 4 Lokal 0,5 (1) - 3 8
Jl Swaven 7 Lokal - - 7,5 12,5
Jl AMD 3,5 Lingk 0,35 (2) - 2,2 4
Sumber: Hasil Survei, 23 Juli – 29 Juli 2009Keterangan: *S empadan pagar dan sempadan bangunan dihitung dari as jalan
Jalan-jalan Kota yang disamping menjadi penghubung di dalam wilayah
perencanaan antar Distrik yaitu Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari
Selatan dan Manokwari Utara. Jalan-jalan Kota juga menjadi penghubung antara
Distrik dalam kota dengan Distrik luar kota. Geometri jalan mengandung
pengertian tentang Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA), Ruang Milik Jalan
(RUMIJA) dan Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA), sebagaimana tersebut
dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan dan PP No. 34 Tahun 2006. Sebagian
besar geometri jalan yang ada di wilayah perencanaan belum sepenuhnya
memenuhi kriteria jalan, baik mengenai sempadan pagar maupun sempadan
bangunannya. Jalan-jalan Kota perlu adanya peningkatan / perbaikan konstruksi
untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan dan ruang yang terjadi.
Berdasarkan hasil survei lapangan, menunjukkan bahwa klas jalan yang telah
ditetapkan di Kota Manokwari, baik sebagai jalan arteri, kolektor, maupun lokal
sebagian telah sesuai dengan standar yang berlaku, meskipun nilai LHR-nya masih
sedikit kurang mendekati standar tersebut.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 33
2.2.4.2. Transportasi Udara
Pengembangan sistem jaringan udara direncanakan antara lain Bandara Nasional,
Bandara Regional dan Bandara Lokal. Bandara Nasional memiliki skala pelayanan
regional dan nasional hingga ke wilayah luar Kota Manokwari, bandara regional
yang juga berfungsi sebagai pendorong perkembangan wilayah memiliki skala
pelayanan regional yaitu mencakup beberapa Distrik atau wilayah pengembangan.
Sedangkan bandara lokal direncanakan selain sebagai alternatif perangkutan juga
untuk mengantisipasi adanya aktifitas-aktifitas insidental misalnya pengangkutan
bahan pokok mengingat jangkauan wilayah yang masih relatif sulit untuk dilalui
dengan jalur darat. Rencana dan arah pengembangan sistem jaringan prasarana
transportasi udara adalah sebagai berikut;
1. Pengembangan Bandara Nasional Rendani di Distrik Manokwari Selatan
2. Peningkatan bandara lokal yang sudah ada diantaranya : Bandara Perintis
(Isim, Ambarbaken, dan Senopi serta Testega) dan Bandara Regional (Kebar
dan Anggi).
Kondisi eksisting Bandar Udara Rendani, saat ini masih dalam tahap
pengembangan lebih lanjut untuk perluasan terminal tunggu dan terminal
kedatangan. Secara fisik gedung yang ada terbilang Sudah cukup memadai
fasilitasnya, dan pada saat ini sedang dalam tahap pengembangan.
Sampai saat ini, pesawat terbesar yang bisa mendarat di Bandar Udara Rendani
Manokwari adalah jenis Boeing 737-200, kemudian juga pesawat jenis Fokker
100 serta pesawat perintis. Hal ini terkait dengan panjang Landasan Pacu atau
Runway di bandara tersebut yang belum memungkinkan pesawat yang lebih besar
untuk bisa mendarat. Jika dilihat pertumbuhan volume penumpang dan kargo dari
tahun ke tahun yang mengalami kenaikan, Akibat positif dari pengembangan
bandara adalah semakin terbukanya akses ke Manokwari baik nasional maupun
internasional. Hal tersebut akan semakin membuka peluang para investor untuk
menanamkan modalnya. Hasil akhirnya adalah semakin pesatnya pertumbuhan
ekonomi di Manokwari dan sekitarnya. Pada saat ini maskapai yang melayani rute
dari dan ke Manokwari adalah Merpati Nusantara, Batavia Air dan Express Air
serta perintis. Berdasarkan data-data yang ada yaitu dari BPS maupun dari
Rencana Induk Bandar Udara Rendani, perkembangan volume penumpang adalah
seperti tabel berikut : Pada saat ini maskapai yang melayani rute dari dan ke
Manokwari adalah Merpati Nusantara, Batavia Air dan Express Air serta perintis.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 34
Berdasarkan data-data yang ada yaitu dari BPS maupun dari Rencana Induk
Bandar Udara Rendani, perkembangan volume penumpang adalah seperti tabel
berikut :
Tabel 2.10Penumpang dan Frekuensi Pesawat di Bandara Rendani
Tahun 2012
No. Jenis Data Jumlah
a. Pesawat Berangkat 3.869
b. Pesawat Datang 3.833
c. Penumpang Berangkat 138.877
d. Penumpang Datang 130.243
e. Penumpang Transit 48.605
f. Bongkar Barang 437.951
g. Muat Barang 387.030
Sumber: Data BPS Manokwari Dalam Angka Tahun 2011
Gambar 2.2 bandara rendani manokwari dalam tahap penyelesaian
2.2.4.3. Transportasi Laut.
Kondisi eksisting pelabuhan di Manokwari, pada saat ini sudah ada
beberapa pelabuhan laut dengan beberapa kegunaan:
1) Pelabuhan campuran, lokasinya ada di Distrik Manokwari Timur
2) Pelabuhan militer, lokasinya ada di Sowi dekat perbatasan Anday
3) Pelabuhan minyak, lokasinya ada di Sanggeng
4) Pelabuhan semen, lokasinya ada di Maruni Distrik Manokwari Selatan
Rencana Pengembangan sistem dan jaringan transportasi laut didasarkan pada
berkembangnya bidang sosial dan ekonomi penduduk di wilayah perencanaan,
sehingga kebutuhan akan sandang, pangan dan berbagai fasilitas lainnya meningkat.
Hasil bumi maupun industri di wilayah yang bersangkutan yang terus meningkat perlu
pemasaran keluar daerah. Maka diperlukan sarana dan prasarana keluar masuk barang
dari dan ke daerah yang bersangkutan dalam hal ini adalah pelabuhan laut.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 35
Berdasarkan data BPS tahun 2011, barang yang dibongkar dan dimuat serta
penumpang yang naik turun seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 2.11
Jumlah Bongkar Muat Barang dan Penumpang di Pelabuhan Manokwari Dalam 1 Tahun
(2012)
No. Aktifitas Volume
1. Bongkar barang 266.807.494
2. Muat barang 56.291.774
3. Kunjungan kapal 1.254 kali
4. Penumpang turun 112.293 orang
5. Penumpang naik 104.572 orang
Sumber: Data BPS Manokwari dalam Angka Tahun 2012.
Muat barang dapat menggambarkan seberapa besar sumberdaya di Kota Manokwariyang
mampu di ekspor keluar daerah. Bila dilihat bongkar barang memiliki nilai yang jauh lebih
besar. Kebutuan di Kota Manokwarimasih banyak dipenuhi oleh barang dari luar daerah.
h di kaKunjungan kapal ke Kota Manokwarimengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Kota Manokwaridiharapkan mampu terus meningkatkan promosi daerah, sehingga
semakin banyak penduduk dalam maupun luar negeri yang menikmati Kota Manokwari.
Kunjungan kapal dan orang mampu memberikan manfaat dengan kemajuan dalam bidang
sosial ekonomi.
Gambar 2.3 kondisi eksisting
pelabuhan di Kota
Manokwari
2.2.5. Sarana Dan Prasarana.
2.2.5.1. Prasarana Dasar
2.2.5.1.1. Air Bersih.
Jaringan air bersih di Kota Manokwari terdiri penggunaan Sumur Bor dan
Jaringan Pipa yang berasal dari dinas PDAM.
Khusus untuk penggunaan air tanah di Kota Manokwari, dibutuhkan
penanganan lebih lanjut karena air tanah masih memiliki zat kapur yang cukup
tinggi.
2.2.5.1.2. Jaringan Listrik
Pusat produksi dan suplai listrik di Kota Manokwari bertempat di PLTD
Sanggeng. Dengan menggunakan 10 unit pembangkit tenaga listrik yang
memprduksi sekitar 82,381,260 kwh,yang terjual sebesar 74,183,403 kwh dan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 36
harga jual sebesar Rp.9,705,583,700,-. Daerah yang dilayani meliputi Distrik
manokwari barat, Distrik manokwari timur, Distrik manokwari utara, dan
Distrik manokwari selatan.
Tabel 2.12
Banyaknya tenaga listrik yang di produksi, terjual dan jumlah penjualan
tahun 2011.
BanyaknyaKwh
Produksi
terjual
dialirkan
82,381,260
74,183,403
82,381,260
Sumber : BPS Kota Manokwari tahun 2012.
Tabel 2.13
Banyaknya unit pembangkit tenaga listrik, kapasitas terpasang, kemampuan
mesin, dan beban puncak tahun 2012.
LokasiBanyaknya
unit
Kapasitas
terpasang
(KW)
Kemampuan mesin
(KW)
Beban maksimum
(KW)
Sanggeng 10 25,304 17,960 14,000
Sidey 2 200 165 118
Ransiki 4 280 235 222
Oransbari 3 450 370 225
Warkapi 1 20 18 16
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 37
Mansinam 1 20 18 17
Igor - - - -
Nuni 1 40 30 18
Siwi 1 40 35 12
Jumlah 23 26,358 18,831 14,628
Sumber : BPS Kota Manokwari Tahun 2011.
Tabel 2.14
Banyaknya pelanggan, KWH terpasang,dan jumlah gardu tahun 2011
LokasiBanyaknya pelanggan
KW terpasang Jumlah gardu
Sanggeng 23,897 39,745,935 179
Sidey 558 373,350 4
Ransiki 537 456,150 7
OransbarI 72 522,100 5
Warkapi 64 49,150 -
Mansinam - 48,200 -
Igor 117 - -
Nuni 92 91,850 3
Siwi 809 59,800 -
Jumlah 26,148 41,346,935 198
Sumber : BPS Kota Manokwari tahun 2012.
2.2.5.1.3. Jaringan Telekomunikasi.
Terbentuknya pembangunan suatu perkotaan tidak lepas dari akses
telekomunikasi yang menjadi salah satu kebutuhan manussia akan media
informasi.untuk itu di Kota Manokwarisendiri dilakukan pembangunan kantor
Pos sebanyak 1 buah. Selain itu terdapat 1 buah kantor telekomunikasi yang
berlokasi di Distrik maanokwari barat yang melayani daerah manokwari
timur, manokwari utara, dan manokwari selatan.
2.2.5.1.4. Jaringan Drainase.
Pengembangan drainase bertujuan untuk mengalirkan air hujan sedemikian rupa
sehingga tidak lagi menimbulkan bahaya (banjir) atau gangguan lingkungan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 38
(genangan air). Sedangkan sasaran jangka panjangnya adalah untuk
menetapkan suatu jaringan drainase yang terpadu, yang praktis dioperasikan dan
dipelihara, mengurangi bahaya banjir dan genangan air, menjaga/menciptakan
kondisi lingkungan yang baik.Rencana bentuk sistem drainase berupa: saluran
drainase, sumur peresapan air hujan (SPAH), dan kolam retensi. Rencana
saluran drainase sebagian besar mengikuti jaringan jalan yang ada, rencana
SPAH tersebar mengikuti distribusi permukiman, sedangkan rencana kolam
retensi menggunakan kolam/dam eksisting. Kolam retensi berfungsi sebagai
penampung sementara dari limpasan (over land flow) di sekitarnya. Masalah
yang sering muncul dalam jaringan drainase adalah adanya genangan atau run-
off (aliran permukaan). Air hujan tidak dapat tertampung atau masuk ke saluran
drainase karena terhambat oleh sedimen ataupun sampah. Rencana
penanggulangan genangan air hujan dilakukan dengan pemeliharaan dan
perbaikan saluran yang sudah ada, peningkatan saluran yang sudah ada antara
lain dengan: pembuatan pasangan batu pada saluran tersebut sehingga lebih
kuat dan kapasitasnya lebih besar, serta pembuatan saluran baru. Dengan
demikian diharapkan akan dapat mengatasi luapan dan genangan-genangan
walaupun hanya pada waktu hujan saja. Di Kota Manokwarisendiri sudH
Memiliki saluran drainase yang sudah cukup memadai. Hal yang perlu di
tingkatkan di situ adalah mengenai masalah perawatan dan pemeliharaan.
2.2.5.1.5. Persampahan.
Sistem Penanganan sampah Kota Manokwarisaat ini adalah sistem setempat dan
sistem terpusat. Teknik operasional sistem setempat yang ada saat ini adalah
sebagai berikut ini.
(a) Sistem individu
Pada sistem ini, penduduk mengumpulkan sampah di pekarangan,
kemudian dibakar, atau penduduk membuat lubang untuk pembuangan
sampahnya. Untuk wilayah pingggiran kota, dengan kavling tanah
berukuran besar, kepadatan penduduk masih rendah, sistem ini tidak akan
berdampak negatif bagi kesehatan. Ada juga diantaranya yang langsung
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 39
membuang sampah ke selokan atau sungai atau laut. Dengan sistem yang
kedua ini jelas akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
(b) Sistem bersama
Pada sistem ini diorganisir oleh pengurus kampung atau kelurahan/desa.
Tempat pembuangan sampah tersebut biasanya dekat dengan permukiman.
Sebagian tempat pembuangan sementara belum memperhatikan dampak
lingkungan sekitarnya, sehingga menggangu lingkungan dan menimbulkan
pencemaran terhadap air tanah dan air permukaan. Hal ini akan berdampak
negatif kesehatan masyarakat. Air tanah yang tercemar masuk ke sumur-
sumur dangkal yang airnya digunakan untuk air minum.
Untuk sistem terpusat, teknik operasionalnya adalah sampah dari
penduduk diwadahi kantung plastik atau bak sampah dari bambu kemudian
diletakkan di depan rumah atau toko atau di pinggir jalan. Ada juga yang
langsung dibuang ke TPS. Truk sampah akan mengangkut sampah-sampah
tersebut ke TPA. Tetapi karena truk sampah frekwensi pengambilannya
rendah, maka ada penduduk yang tidak sabar sehingga membakar sendiri
sampahnya atau membuang ke sungai atau ke selokan, walaupun warga
tersebut termasuk pelanggan untuk pengambilan sampah. Masalah
frekwensi pengambilan yang rendah inilah yang sering dikeluhkan
penduduk, karena hal itu berakibat sampah membusuk sebelum diangkut
terutama sampah basah, yang akan mendatangkan lalat atau bau yang tidak
sedap.
Pengangkutan sampah tersebut dikelola oleh Bidang Perumahan dan
Penyehatan Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Manokwari, jadi
tidak melibatkan pihak swasta. Alat angkut yag dipakai diantaranya Dump
Truk dan Armroll Truk.
Secara umum kondisi prasarana sampah seperti TPS, masih kurang perlu
adanya peningkatan jumlah dari prasarana tersebut. Selain itu peningkatan
perlu dilakukan dalam hal pemeliharaan serta perbaikan TPS yang sudah
tidak layak guna dan sudah rusak.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 40
(a)
(b)
Gambar : (a) proses
pembuangan sampah di TPS.
(b) salah satu prasarana TPA .
2.2.5.2. Sarana
2.2.5.2.1. Sarana pendidikan
Peningkatan sumber daya manusia
di Kota Manokwariterlihat sudah cukup
maju. Hal ini dapat kita lihat dengan
adanya pembangunan serta penyediaan
fasilitas pendidikan yang menjadi sarana
pendukungnya. Salah satu kebutuhan
dasar masyarakat adalah Pendidikan.
Semakin banyak masyarakat yang dapat memperoleh pendidikan, maka semakin
tinggi kualitas kehidupan dan lingkungannya. Pengembangan fasilitas pelayanan
pendidikan dimungkinkan dengan mengacu pada standar SNI yang berlaku, yakni
SNI 03-1733-1989. SNI tersebut berisi tentang tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota. Dimana di dalamnya diatur standar daya layan dan kebutuhan
luas lahan minimum untuk masing-masing jenis fasilitas pendidikan.
Jenis fasilitas pendidikan yang diatur mencakup tingkat taman kanak-
kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk akademi, universitas,
dan sejenisnya tidak diatur dalam SNI karena memiliki skala pelayanannya sangat
luas (provinsi, nasional, dan atau internasional). Pada BWP Manokwari terdapat
beberapa Akademi, Universitas, dan Sekolah Tinggi lainnya. Antara lain:
Universitas Negeri Papua (UNIPA), Institut Sains Dan Teknologi Indonesia
Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Mah-Eisa, Politeknik Cratindo Manokwari, dan STKIP Muhammadiyah
Manokwari.
Tabel 2.15Kondisi kondisi fasilitas sarana pendidikan di Kota Manokwari
tahun 2012
Distrik Penduduk 2012
Jumlah Fasilitas Eksisting Kebutuhan 2012
T S SLT SMA T S SLT SM
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 41
K D P K D P A
manokwari barat
82.451
18 34 10 11 66 52 17 17
Manokwari timur
9.673
2 9 2 2 8 6 2 2
Manokwari utara
3.146
1 8 1 0 3 2 1 1
Manokwari selatan
14.332
2 9 1 0 11 9 3 3
Jumlah 23 60 14 13 88 69 23 23
Sumber : Kota Manokwari dalam Angka diolah (Analisis Studio 2012)
Pada Tahun 2017, jumlah penduduk di BWP Manokwari diproyeksikan menjadi
151.343 jiwa. Kebutuhan fasilitas pendidikan Sub BWP A terbesar berada pada
Blok A3. Kebutuhan untuk TK sebanyak 35 unit, SD 27 unit, SLTP 9 unit, dan
SMA 9 unit. Sedangkan untuk Sub BWP C, kebutuhan fasilitas pendidikan
terbesar terletak pada Blok C2, dengan 14 unit TK, 11 unit SD, 4 unit SLTP, dan 4
unit SMA.
Pada Tabel 5.8, terdapat hal yang menarik. Pada Sub BWP E tidak terdapat
kebutuhan akan fasilitas pendidikan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduknya
yang belum memenuhi standar daya layan. Jumlah penduduk untuk Sub BWP E
hanya 674 jiwa. Padahal untuk 1 (satu) unit TK saja membutuhkan 1.250 jiwa.
Sehingga masyarakat di Sub BWP E harus pergi ke Sub BWP di sekitarnya untuk
mengenyam pendidikan. Alternatif lainnya adalah dengan membangun fasilitas
pendidikan yang saling terintegrasi, agar mampu menampung kebutuhan
masyarakat. Secara keseluruhan, BWP Manokwari pada tahun 2017 membutuhkan
121 unit TK, 93 unit SD, 30 unit SLTP, dan 30 unit SMA. Dengan luas kebutuhan
lahan minimum terbesar adalah untuk SMA sebesar 375.000 m2.
Tabel 2.16. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Tahun 2017
Bagian
WilayahLuas (Ha)
Penduduk 2017
Kebutuhan Fasilitas (Unit)
Kebutuhan Lahan (m2)
TK SD SLTP SMA TK SD SLTP SMA
Sub BWP A 1.652,171 93.969 76 59 19 19 38.000 118.000 171.000 237.500
A1 347,364 20.691 17 13 4 4 8.500 26.000 36.000 50.000
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 42
A2 1.033,745 29.632 24 19 6 6 12.000 38.000 54.000 75.000
A3 271,062 43.646 35 27 9 9 17.500 54.000 81.000 112.500
Sub BWP B 2.778,924 11.385 9 6 2 2 4.500 12.000 18.000 25.000
B1 519,523 3.816 3 2 1 1 1.500 4.000 9.000 12.500
B2 1.176,989 1.745 1 1 0 0 500 2.000 0 0
B3 651,527 5.131 4 3 1 1 2.000 6.000 9.000 12.500
B4 430,885 693 1 0 0 0 500 0 0 0
Sub BWP C 5.608,901 28.533 23 18 6 6 11.500 36.000 54.000 75.000
C1 2.771,538 40 0 0 0 0 0 0 0 0
C2 1.666,049 17.658 14 11 4 4 7.000 22.000 36.000 50.000
C3 1.171,314 10.835 9 7 2 2 4.500 14.000 18.000 25.000
Sub BWP D 8.257,33 16.782 13 10 3 3 6.500 20.000 27.000 37.500
D1 4.731,191 359 0 0 0 0 0 0 0 0
D2 1.744,335 9.763 8 6 2 2 4.000 12.000 18.000 25.000
D3 1.781,804 6.660 5 4 1 1 2.500 8.000 9.000 12.500
Sub BWP E 3.902,048 674 0 0 0 0 0 0 0 0
E1 729,767 311 0 0 0 0 0 0 0 0
E2 2.081,722 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E3 1.090,559 363 0 0 0 0 0 0 0 0
Grand Total 22.199,374 151.343 121 93 30 30 60.500 186.000 270.000 375.000
Sumber: Analisis Studio, 2012
2.2.5.2.2. Sarana Kesehatan
Kota Manokwarisudah memiliki beberapa fasilitas kesehatan. Untuk rumah sakit
yang berada di Kota Manokwariantara lain: Rumah Sakit Umum Manokwari,
Rumah Sakit TNI AL Manokwari, dan Rumah Sakit Dim 1703 Manokwari.
Kondisi eksisting fasilitas kesehatan di Kota Manokwarisudah cukup memenuhi
kebutuhan masyarakat. Keberadaan puskesmas tahun 2012 sudah mencukupi
kebutuhan penduduk, bahkan untuk Distrik manokwari barat memiliki 3 (tiga)
unit. Padahal kebutuhannya hanya 1 (satu) unit saja. Puskesmas pembantu
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 43
(Pustu) yang ada juga sudah dapat memenuhi kebutuhan fasilitas. Berikut ini
(Tabel 5.13) gambaran perbandingan kondisi eksisting tahun 2012 fasilitas
kesehatan dengan kebutuhan fasilitas kesehatan berdasarkan daya layan menurut
standar daya layan SNI.
Tabel 2.17.Kondisi Fasilitas Kesehatan di BWP Manokwari Tahun 2012
Bagian Wilayah
Penduduk 2012
Kondisi Eksisting Kebutuhan 2012
Puskesmas PustuBalai
PengobatanPosyandu Apotik Puskesmas Pustu
Balai Pengobatan
Posyandu Apotik
Manokwari barat
82.452 3 3 2 25 27 1 3 33 66 3
manokwari timur
9.674 1 5 0 14 0 0 0 4 8 0
Manokwari utara
3.147 1 4 0 11 0 0 0 1 3 0
Manokwari selatan
14.332 1 1 0 20 0 0 0 6 11 0
Jumlah 109.605 6 13 2 70 27 1 3 44 88 3
Sumber: Analisis Studio, 2012
Proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan pada 5 tahun pertama atau tahun 2017 dapat
dilihat pada Tabel 5.14. Kebutuhan akan puskesmas tidak ditemukan pada semua
Sub BWP Manokwari. Hal ini dikarenakan belum terpenuhinya standar daya
layannya. Bila dilihat pada tabel sebelumnya (Tabel 5.12), kebutuhan puskesmas di
Sub BWP A dan C adalah 1 (satu) unit, ini karena jumlah penduduk Sub BWP
tersebut digabung. Untuk kebutuhan Pustu, di Sub BWP A membutuhkan 3 unit dan
Sub BWP C membutuhkan 1 unit. Secara keseluruhan kebutuhan fasilitas pelayanan
kesehatan BWP Manokwari tahun 2017, antara lain: 4 unit Pustu, 60 unit Balai
Pengobatan, 121 unit Posyandu, dan 4 unit Apotik. 4 Unit Pustu membutuhkan
lahan minimum seluas 1.200 m2, dan 60 unit balai pengobatan membutuhkan lahan
18.000 m2.
Dari hasil analisis seperti tersaji pada Tabel 5.14. mengenai proyeksi fasilitas
kesehatan dan kebutuhan luas lahannya pada tahun 2017, BWP Manokwari masih
memiliki fasilitas kesehatan yang cukup untuk melayani kebutuhan kesehatan
penduduknya. Proyeksi penduduk pada tahun 2017 masih dapat dilayani oleh
ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada saat ini (eksisting) di BWP Manokwari.
Pada tahap ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas dari failitas kesehatan,
karena dari sisi kuantitasnya tidak memerlukan penambahan.
Kota Manokwari, dalam hal ini lingkup BWP Manokwari, merupakan salah satu
wilayah yang endemik penyakit malaria. Karena aspek kesehatan merupakan salah
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 44
satu hal yang paling mendasar, maka sangat penting juga memperhatikan faktor-
faktor lain penunjang fasilitas kesehatan tersebut. Seperti halnya tenaga medis, obat-
obatan dan lain sebagainya. Pada Tabel sebelumnya (Tabel 5.13) sudah terlihat
bahwa fasilitas yang ada saat ini terutama fasilitas kesehatan yang paling utama
yaitu puskesmas dan puskesmas pembantu atau pustu, jumlah keberadaannya (unit)
melebihi dari kebutuhan menurut perhitungan teknis. Tabel 5.14. menunjukkan
sampai dengan 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2017, fasilitas kesehatan yang ada
masih mencukupi untuk melayani penduduk BWP Manokwari.
Tabel2.17. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Tahun 2017
Bagian
Wilayah
Penduduk 2017
Kebutuhan Fasilitas (Unit)Kebutuhan
Luas Lahan (m2)
Puskesmas PustuBalai
PengobatanPosyandu Apotik Puskesmas Pustu
Balai Pengobatan
Posyandu Apotik
Sub BWP A 93.969 0 3 37 76 3 0 900 11.100 4.560 750
A1 20.691 0 1 8 17 1 0 300 2.400 1.020 250
A2 29.632 0 1 12 24 1 0 300 3.600 1.440 250
A3 43.646 0 1 17 35 1 0 300 5.100 2.100 250
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 45
Sub BWP B 11.385 0 0 5 9 0 0 0 1.500 540 0
B1 3.816 0 0 2 3 0 0 0 600 180 0
B2 1.745 0 0 1 1 0 0 0 300 60 0
B3 5.131 0 0 2 4 0 0 0 600 240 0
B4 693 0 0 0 1 0 0 0 0 60 0
Sub BWP C 28.533 0 1 11 23 1 0 300 3.300 1.380 250
C1 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C2 17.658 0 1 7 14 1 0 300 2.100 840 250
C3 10.835 0 0 4 9 0 0 0 1.200 540 0
Sub BWP D 16.782 0 0 7 13 0 0 0 2.100 780 0
D1 359 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D2 9.763 0 0 4 8 0 0 0 1.200 480 0
D3 6.660 0 0 3 5 0 0 0 9.00 300 0
Sub BWP E 674 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E1 311 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
E3 363 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Grand Total 151.343 0 4 60 121 4 0 1.200 18.000 7.260 1.000
Sumber: Analisis Studio, 2012
2.2.5.2.3. Sarana Peribadatan
Kota Manokwaridikatakan sebagai “kota injil” .Mayoritas pemeluk agama di Kota Manokwariadalah beragama Kristen. Hal ini ditunjukkan dengan presentase yaitu sebesar 73,19 dibanding kan agama islam, hindu dan budha.Fasilitas peribadatan di Kota Manokwarilebih didominasi oleh gereja, antara lain, gereja protestan, khatolik, GKI, GBI,GPDI, DAN gereja pentakosta.
Tabel 2.18Banyaknya Golongan Pemeluk Agama Tahun 2012Agam Presentase
Kristen Protestan 73,19
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 46
Katolik 3,18
Islam23,27
Hindu0,26
Budha0,10
Jumlah 100
Sumber : BPS Kota Manokwari tahun 2012
2.3. Tata Ruang
Konsep tata ruang Kota Manokwaripada dasarnya bertujuan untuk memenuhi tujuan
pembangunan kota serta fungsi dan peranan kota, Dalam hal ini konsep tata ruang Kota
Manokwaridibagi dalam dua kelompok, yaitu konsep makro dan konsep mikro.
(a) Konsep Tata Ruang Makro
Konsep tata ruang makro ditekankan keterkaitan unsur-unsur Kota
Manokwaridengan wilayah luar kota, yang diuraikan berikut ini.
Pengembangan pelabuhan laut Kota Manokwarisebagai sarana pergantian
moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan volume besar
tetapi dengan waktu perjalanan cukup panjang) dan wilayah pelayanan Kota
Manokwarike luar dan sebaliknya, sekaligus sebagai pelabuhan ekspor-impor.
Pengembangan pelabuhan/bandar udara Kota Manokwarisebagai sarana
pergantian moda transport (terutama untuk penumpang dan barang dengan
waktu perjalanan cukup singkat tetapi dengan volume kecil) dan wilayah
pelayanan Kota Manokwarikeluar dan sebaliknya, maupun dalam wilayah
Kota.
Pengembangan transportasi darat yang mampu meningkatkan hubungan Kota
Manokwaridengan wilayah yang ada di sekitarnya.
Pengembangan pusat perdagangan eceran regional untuk komoditi
perdagangan barang-barang kebutuhan sekunder dan tersier.
Pengembangan kawasan wisata alam dan budaya, sejarah, pendidikan untuk
kebutuhan rekreasi dan pendidikan bagi penduduk Kota Manokwaridan
daerah sekitarnya serta bagi rekreasi pencinta alam.
(b) Konsep Tata Ruang Mikro
Konsep tata ruang mikro ditekankan pada keterkaitan antar unsur-unsur yang ada di
dalam wilayah Kota Manokwari, seperti diuraikan berikut ini.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 47
Pengembangan pusat-pusat Bagian Wilayah Kota (BWK) di luar kawasan
pusat kota dengan tujuan menyebarkan dan menjalankan fungsi pelayanan ke
bagian wilayah kota.
Pengembangan sistem jaringan transportasi untuk menghubungkan pusat-
pusat BWK.
Pengembangan kawasan industri terutama industri kecil/ ringan dan industri
hasil pertanian ke arah selatan kota serta ke lokasi dekat sumber bahan baku.
Pembatasan pertumbuhan industri polutif yang menyebar di kawasan
pemukiman dan mengarahkannya ke bagian selatan.
Pengembangan kawasan perumahan secara vertikal di kawasan-kawasan yang
layak secara teknis serta peremajaan dan peningkatan kualitas fisik bangunan
dan lingkungan.
Pengembangan kawasan wisata laut/pantai Pasir Putih dan Pantai Amban,
Pulau Mansinam serta pengembangan wisata kawasan air Danau Kabori di
wilayah bagian selatan kota.
Pengembangan kawasan pusat pemerintahan, jasa komersial, perdagangan di
pusat kota.
Penataan kawasan pantai Teluk Sawaibu untuk mencegah pencemaran dan
rusaknya lingkungan.
Penataan kawasan pelabuhan laut di Teluk Sawaibu karena kedudukannya
yang strategis.
Pemanfaatan ruang secara optimal dan terencana di kawasan efektif
pengembangan perkotaan yang diarahkan untuk dapat mengakomodasikan
berbagai kegiatan fungsional kota.
Konsep Pembangunan / Pengembangan Kota
Untuk mencapai konsep tata ruang tersebut di atas, maka strategi pembangunan dan
pengembangan tata ruang Kota Manokwarimeliputi hal-hal berikut ini.
(a) Pembangunan jaringan jalan kolektor primer, hal ini bertujuan untuk meningkatkan
aksesibilitas antara pusat kota dengan wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya.
Dalam hal ini, interaksi dan pencapaian pergerakan berbagai kegiatan antar kawasan
pusat kota (pusat pelayanan) dengan sub pusat kota (sub pusat pelayanan) lebih
tinggi dan mudah dijangkau.
(b) Untuk pengembangan pusat-pusat pemukiman baru, perlu dilakukan pembangunan
jalan-jalan kolektor sekunder dan lokal serta peningkatan fungsi jaringan jalan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 48
lainnya sehingga sesuai dengan kebutuhan pengembangan kawasan pemukiman.
Pembangunan ruas-ruas jalan baru tersebut, utamanya dilakukan pada bagian selatan
dan utara kota dimana pada saat ini lahan yang akan diarahkan sebagai kawasan
perumahan dan fungsi kegiatan kota lainnya masih berupa lahan kosong. Sedangkan
peningkatan fungsi jalan seperti perkerasan, perbaikan dan pelebaran jalan, secara
umum diarahkan di wilayah pusat kota dan barat Kota Manokwari.
(c) Penataan kawasan pemukiman dalam bentuk Kampung Improvement Program
(KIP) di kawasan Manokwari Timur, Manokwari Barat dan di kawasan Pusat Kota
Manokwari. Penataan ini diprioritaskan pada kawasan kumuh seperti perkampungan
nelayan di pesisir pantai Teluk Sawaibu.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 49
BAB III
ANALISIS SARANA PRASARANA
3.1. Analisis Pengembangan Dan Fungsi Peran Kota.
Adapun fungsi dan peran dari wilayah pengembangan Kota Manokwari dijabarkan sebagai
berikut:
Meliputi Distrik Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari Utara dan Manokwari
Selatan dengan Manokwari Barat sebagai pusatnya.
Pusat WP Manokwari : Perkotaan Manokwari Barat
Peran dan Fungsi Utama :
WP Manokwari merupakan wilayah pengembangan kawasan perkotaan yang berperan
sebagai Ibu Kota Kota Manokwari.
Fungsi WP Manokwari sebagai pusat pelayanan skala Kota yang meliputi : pusat
pelayanan pemerintahan, pendidikan dan kesehatan skala Kota Manokwari.
Struktur Kegiatan Utama yang dikembangkan :
Kegiatan ekonomi yang dikembangkan adalah Sektor Perdagangan.
Kegiatan non ekonomi yang ditata sebagai konsekuensi dari peran dan fungsi WP sebagai
pusat pelayanan skala Kota adalah kegiatan pendidikan, pariwisata, kesehatan dan
pemerintahan skala Kota Manokwari dan propinsi papua barat.
Arahan Pengembangan WP Manokwari :
WP ini berperan sebagai pusat pertumbuhan skala regional dengan skala pelayanan Kota
Manokwari terutama pada sektor Perdagangan, Jasa pemerintahan dan kegiatan
transportasi darat, laut maupun udara.
Pengembangan Terminal Tipe A di Distrik Manokwari Selatan.
Pengembangan kawasan perkotaan dikonsentrasikan pada wilayah Ibukota Kota
Manokwari dengan pusat-pusat kawasan perkotaan antara lain Wosi, Sanggeng, Padarni,
Amban, Pasir Putih dan Anday.
Pengembangan fasilitas pendidikan berupa perguruan tinggi di Distrik Manokwari Barat
yang akan menjadi salah satu magnet pertumbuhan wilayah perkotaan.
Pengembangan kawasan kantor pemerintahan skala regional yaitu Provinsi Papua Barat di
sekitar Arfai sebagai pusat jasa pemerintahan umum.
Pembangunan fasilitas kesehatan berupa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dengan
skala regional yang berada di Distrik Manokwari Barat.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 50
Pengembangan kawasan pariwisata Teluk Sawaibu yang membawa banyak dampak secara
tidak langsung (multiplier effect) bagi perkembangan perekonomian di wilayah perkotaan.
Pengembangan linkage system kota dengan berbasis pada konsep interaksi kota yang
menghubungkan interaksi kota primat di wilayah perkotaan Manokwari dengan wilayah
satelitnya.
Pengembangan BWP Manokwari diarahkan dengan mengikuti pola yang telah ada.
Artinya bahwa fungsi peruntukan atau penggunaan lahan sebelumnya tetap dipertahankan dengan
memberikan kemungkinan pengembangan lainnya yang selaras. Beberapa arahaan pengembangan
BWP Manokwari adalah sebagai berikut :
a. Fungsi transportasi, dalam perencanaan sistem transportasi dan lalu lintas di wilayah BWP
Manokwari yang sangat menonjol adalah jangkauan dan kecepatan. Sementara jaringan
transportasi yang telah ada berfungsi untuk menghubungkan antara kota, antar pusat kegiatan,
dan antar blok lingkungan. Selain itu juga diarahkan untuk mendukung kegiatan transportasi
laut dan udara. Untuk tujuan ini wilayah yang direncanakan adalah sub blok A2-11 dan A3-2.
b. Fungsi ruang terbuka hijau. Rencana pengembangan ruang terbuka hijau diarahkan pada
daerah-daerah yang sebelumnya telah ditetapkan mengemban fungsi tersebut. Pada peruntukan
fungsi ini juga dimungkinkan untuk pengembangan tempat rekreasi berupa taman bermain, play
ground demi menjaga estetika lingkungan, iklim mikro dan meso serta pelestarian tanaman
yangka dan lingkungan sekitarnya. Fungsi ini diarahkan pengembangannya pada sub blok A2-
15, A2-16 dan beberapa sub blok lainnya.
c. Arahan pengembangan fungsi perdangangan atau jasa tunggal adalah disepanjang jalan arteri
primer ataupun sekunder. Tujuannya adalah melayani kebutuhan di tingkat lokal dan regional.
Untuk mengantisipasi tingginya kebutuhan pengembangan jasa dan perdagangan, maka
diarahkan pengembangannya secara vertikal. Pengembangan ini dapat dilakukan di sub blok
A3-2, A3-4, A3-9 dan sub blok lainnya.
d. Fungsi pertanian diarahkan pada lahan dataran yang sebelumnya telah dibudidayakan untuk
pertanian. Jenis tanaman pertanian yang dapat dikembangkan adalah tanaman berkayu, padi,
dan palawija. Mengingat fungsi yang ada, maka diharapkan sub blok yang diperuntukkan bagi
pengembangan pertanian mampu mensuplai kebutuhan pangan penduduk BWP Manokwari.
Namun tidak menutup kemungkinan sub blok di dalamnya digunakan untuk pengembangan
permukiman secara terbatas.
e. Fungsi pariwisata. Untuk mendukung kegiatan pariwisata di BWP Manokwari, maka beberapa
sub blok diarahkan pengembangannya sebagai kawasan pariwisata, seperti B3-2, A3-7 dan sub
blok lainnya. Dengan fungsi tersebut, maka kegiatan yang mungkin dikembangkan adaah
kegiatan pariwisata yang didukung oleh keberadaan objek wisata pantai pasir putih dan
pasirindo dengan arah pengembangan obyek daya tarik wisata mealui penambahan infrastruktur
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 51
pendukung. Selain itu juga untuk pengembangan permukiman terbatas, dimana pola
pengembangan permukiman diarahkan secara individual dan bukan berciri real estate
f. Fungsi perlindungan bawahan. Sub blok C1-1 adalah salah satu sub blok dalam BWP
Manokwari yang diarahkan untuk pengembangan perlindungan bawahan. Sub blok ini luasnya
mencapai 2.771,538 ha yang diharapkan mampu menjadi area serapan air, mampu menjaga
iklim dalam skala meso-makro, melakukan fungsi perlindungan plasma nutfah, pelestarian
tanaman langka dan fungsi lindung lainnya. Kegiatan yang dapat dikembangan pada sub blok
dengan fungsi ini sangat terbatas seperti jalur dan kawasan evakuasi bencana. Sementara fungsi
lainnya seperti permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa tidak diarahkan
g. Fungsi suaka alam dan cagar budaya. Sebagian BWP Manokwari diarahkan untuk fungsi
sebagai kawasan suaka alam, yaitu menjaga kelestarian flora dan faunan yang terdapat di
dalamnya, sehingga kegiatan yang dapat berkembang terbatas pada kegiatan wisata berupa
wisata hutan dan ruang terbuka hijau. Kegiatan eksplotasi berlebihan atau pembangunan di
sempadan pantai tidak diijinkan karena dapat merusak ekosistem. Sub blok yang diarahkan
untuk fungsi ini adalah D3-1, D3-2, D3-3, D3-4, D3-5 dan sub blok lainnya.
h. Fungsi permukiman. Pengembangan permukiman dalam BWP Manokwari diarahkan pada
pengembangan terbatas dan sangat terbatas. Hal ini berarti kepadatan yang dimungkinkan
sangat tergantung pada kondisi lokal. Sub blok C2-7 diarahkan untuk fungsi permukiman
berkepadatan sangat rendah, yaitu dilakukan oleh individu. Kegiatan pertanian ataupun
peternakan tetap diperbolehkan dengan pengaturan jarak lokasi yang sesuai dan selaras.
Sementara kegiatan perdagangan dapat dikembangkan di sepanjang jalan lingkungan secara
horisontal dengan memperhatikan keserasian lingkungan. Permukiman berkepadatan rendah
diarahkan pengembangannya ke arah utara, selatan, dan timur BWP Manokwari. Permukiman
tipe ini dapat dikembangkan secara individu ataupun terorganisir melalui pengembang dengan
intensitas terbatas.
Untuk mendukung fungsi BWP Manokwari dan mencapai tujuan penataan BWP yang
ditetapkan, maka dilakukan pembagian BWP kedalam beberapa bagian blok dan sub blok.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa BWP Manokwari terdiri dari lima sub bagian yang
masing-masing mencerminkan fungsi pelayanan dengan memperhatikan kawasan lindung. Pada
sub BWP A yang hanya meliputi sebagian kecildari wilayah BWP Manokwaridengan luas
±1.652Ha, terbagi menjadi 44 subblok peruntukan. Sub BWP A diarahkan untuk
pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa tunggal, pariwisata, militer, ruang
terbuka hijau serta pengembangan sarana prasarana umum. Sementara sub BWP E yangmeliputi
sebagian besar wilayah perencanaan, terbagi ke dalam 4 subblok peruntukan saja.
Pengembangannya diarahkan untuk pengembangan zona permukiman dan pertanian. Sub BWP
D yang terletak di bagian timur Kota Manokwarimerupakan wilayah terluas yang mencapai
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 52
±8.257Ha terbagi dalam 28 sub blok peruntukan yang meliputi permukiman, perkantoran, hutan
lindung, sarana prasarana umum, ruang terbuka hijau dan kawasan militer.
Tabel 3.1. Pembagian Sub BWP, Blok dan Sub Blok pada BWP Manokwari
No Sub – BWPJumlah
BlokJumlah
Sub BlokJumlah Zona
Peruntukkan/FungsiJumlah Subzona
Peruntukkan/Fungsi
1 A 3 44(9 Zona)C; K; KH; KT; PL; R; RTH; SC; SPU
(13 Sub Zona)C-2; C-3; K-1; KH-1; KT-1; PL-3; R-4; R-5; RTH; SC; SPU-1; SPU-2; SPU-3
2 B 4 22(5 Zona)C; PB; PL; R; RTH; SC
(7 Sub Zona)C-2; PB; PL-1; R-4; R-5;RTH; SC
3 C 3 15(5 zona)C; PB; R; RTH; SPU
(6 Sub Zona)C-1; PB; R-4; R-5; RTH; SPU-1
4 D 3 28(10 zona)C ; HL ; KH ; KT ; PB ; PS ; R ; RTH ; SC ; SPU
(13 Sub Zona)C-1; HL; KH-1; KH-2; KT-1; PB; PS; R-4; R-5; RTH; SC; SPU-1; SPU-2
5 E 3 4(2 zona)PL; R
(2 Sub Zona)PL-1; R-5
Total 16 113Sumber : Hasil Analisis, 2012
3.2. Analisis Kesesuaian Lahan
Dalam perkembangannya, penggunaan lahan di Kota Manokwari didominasi oleh
pembangunan infrastruktur. Hal ini disesuaikan dengan struktur kegiatan masyarakat yang
berpusat di wilayah tersebut antara lain, pusat aktivitas perkantoran,pemukiman,
pendidikan ,kesehatan, dan jasa. selain itu daerah hutan lindung, serta hutan konservasi yang
mencapai luas 3.371,32 ha yang menjadi daya tarik wisata alam di Kota Manokwari. Kota
Manokwari memiliki struktur tanah yang pada umumnya sangat cocok untuk perkebunan dan
pertanian. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan meluasnya lahan di pemukiman, maka
lahan pertanian dan pertanian di daerah ini semakin berkurang. Pada saat ini luas lahan
pertanian serta perkebunan di Kota Manokwari seluas 1.207,73 ha. Pertanian dan perkebunan
lebih banyak di kembangkan di Distrik Masni, Warmare, Prafi, Dan Sidey.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 53
Tabel 3.2Pola Ruang Wilayah Kota Manokwari
Tahun 2009-2029
No. Jenis Pola RuangLuas (Ha)
Prosentase Dari Luas Wilayah Kota Manokwari (%)
Kawasan Lindung1 Kawasan Hutan Lindung 291169.42 20.15
2Kawasan Perlindungan Setempat
a. Sempadan Pantai 3848.00 0.26 b. Sempadan Danau/waduk 2551.00 17.504 Cagar Alam 447466.13 30.97
Kawasan Budidaya 1 Kawasan Hutan produksi 303728.10 20.792 Kawasan Pertanian 4528.66 0.313 Kawasan Perkebunan 52369.85 3.624 Kawasan Permukiman 933.70 6.40Jumlah 14580.35 100.00Sumber : Hasil Rencana
Tabel 3.3 Luas Penggunaan Menurut Distrik
NoDistrik
Pola Ruang (Ha)
Luas Total (Ha)
Permukiman
Pertanian
Perkebunan
Cagar Alam
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Konservasi
Hutan Produk
si Terbata
s
1 Manokwari Barat 5,849.85 472.96 734.77 11,984.28 1,251.39 2,120.13 - 22,413.37
2 Manokwari Timur 8,943.41 2,135.68 233.92 172.15 1,164.44 619.48 384.16 13,653.23
3 Manokwari Utara 4,560.01 4,108.34 3,323.46 6,768.45 20,262.99 19,051.11 - 58,074.35
4 Manokwari Selatan 560.01 - 3,932.86 29,446.98 3,013.52 6,801.64 6,247.33 50,002.35
Sumber : Hasil Analisis, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 54
3.3 Analisis Perkembangan Kota
3.3.1 Pengaruh Kependudukan Terhadap Perkembangan Kota
Faktor kependudukan sangat berpengaruh penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan suatu kota, begitu juga Kota Manokwari. Analisa kependudukan ini
meliputi kajian mengenai Laju Pertumbuhan Penduduk, Proyeksi Penduduk, Serta
kepadatan Penduduk.
Laju Pertumbuhan Penduduk
Kota Manokwari terdiri dari 4 Distrik, termasuk dalam Wilayah Kota Manokwari.
Jumlah Penduduk Kota pada Tahun 2012 adalah 1.556.93 jiwa. Adapun Metode yang
digunakan untuk menghitung Laju Pertumbuhan Penduduk untuk setiap tahunnya
dengan megunakan metode (Garis Lurus).
JPy – JPx-1
LJPx = X 100%
JPx-1
Dimana :
LJPX = Laju Pertumbuhan Penduduk pada tahun tertentu
JPY = Jumlah Penduduk tahun tertentu
JPX-1 = Jumlah Penduduk tahun sebelum tahun tertentu.
Tabel 3.4.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Manokwari Tahun 2008 - 2012
Tahun Jumlah
Penduduk
Laju Pertumbuhan
Penduduk
2008 76.509
2009 79.871 0.043
2010 77.232 0.033
2011 99.488 0.288
2012 105.93 0.893
JUMLAH 0.429
Rata-rata Pertumbuhan Penduduk 0.107
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 55
Sumber: Hasil Analisa
Proyeksi dan Kepadatan Penduduk
Untuk menganalisa jumlah penduduk pada tahun-tahun yang akan datang maka
dibutuhkan suatu Proyeksi Penduduk terlebih dahulu. Dalam kajian ini akan
diproyeksikan jumlah penduduk Kota Manokwari pada tahun 2008 - 2012 dengan
menggunakan teori pendekatan Proyeksi Penduduk secara alamiah. Adapun Metode
yang digunakan dalam memproyeksikan penduduk Kota Manokwari adalah Geometic
Rate Growth (Bunga Berganda).
Rumus Bunga Berganda :
Pt = Po (1 + r)n
Dimana :
Pn = Jumlah Penduduk pada tahun “n”
Po = Jumlah Penduduk pada tahun awal
r = Rata-rata Perumbuhan Penduduk
n = Periode Proyeksi / Jangka waktu Proyeksi
Sedangkan untuk menghitung Kepadatan Penduduk Kota Manokwari, dapat
berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk. Dari hasil tersebut, maka untuk menghitung
Kepadatan Penduduk Rata-rata dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk = x 100 %
Luas Wilayah Keseluruhan
Untuk lebih jelasnya Proyeksi dan Kepadatan Penduduk untuk jangka waktu lima (5) tahun
mendatang sebagaimana disajikan pada tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5. Proyeksi dan Kepadatan Penduduk Kota Manokwari Tahun 2013-2017
Tahun Luas ( Km )2Jumlah
penduduk( jiwa)
Kepadatan Penduduk
( jiwa / Km2)
Laju pertumbuhan penduduk
2013 1.556.94 117.27 75
2014 1.556.94 234.53 151 0.999
2015 1.556.94 351.79 226 0.500
2016 1.556.94 469.06 301 0.333
2017 1.556.94586.32
378 0.250
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 56
Jumlah 1131 2.082Rata-rata 0,521
Sumber : Hasil Analisa
3.2. Pengaruh Aktivitas Perekonomian Terhadap Perkembangan Kota
Perekonomian menjadi penting dibahas karena dengan diketahuinya struktur perekonomian suatu
daerah maka kita akan dapat mengetahui sektor-sektor yang mendominasi perekonomian di suatu
daerah. Sektor-sektor dominan tersebut dijadikan sebagai leading sector yang pengaruhnya sangat
besar bagi pertumbuhan ekonomi di suatu daerah, sehingga sedikit saja perubahan yang terjadi
pada leading sector tersebut akan berdampak pada perekonomian secara keseluruhan.
Pengembangan dan intensitas pembangunan sector ekonomi pada sector-sektor dominan tersebut
harus dilakukan secara intensif. Sektor-sektor perekonomian yang paling dominan di Kota
Manokwari adalah sektor jasa-jasa, bangunan, serta perdagangan, hotel dan restoran perlu
dikembangkan di Blok A-1, Blok A-2, Blok A-3, dan Blok C-3. Pengembangan sector transportasi
juga perlu dikembangkan terutama di daerah-daerah penyokong perkembangan transportasi
perkotaan, yaitu di Blok B-3, Blok C-2, Blok D-2, dan Blok D-3.
Strategi pengembangan kawasan perdagangan/perekonomian adalah sebagai berikut :
a) Rencana pengembangan kawasan perdagangan/perekonomian dan ikutannya, seperti
kantor perusahaan, rumah kantor (rukan) dan rumah toko (ruko) dikembangkan di Jalan
Percetakan (BWK A), Selain itu juga dikembangkan pusat perdagangan dan industri jasa
tingkat regional yaitu pembangunan Pasar Pusat dan Terminal Regional yang bertaraf
Provinsi di Wosi (BWK C) dan Terminal antar wilayah di Maripi (BWK D).
b) Pengembangan kegiatan usaha yang ada di Kota Manokwari diarahkan untuk membuka
lapangan kerja baru, sebagai usaha untuk memanfaatkan potensi yang ada, antara lain
bidang perdagangan, bidang jasa, dan bangunan untuk menarik investasi dari luar, baik
dari Kota Manokwari maupun daerah lainnya. Peranan yang penting dari arus lalu lintas di
Kota Manokwari nantinya perlu dimanfaatkan untuk menunjang dan memacu
pertumbuhan Kota Manokwari sehingga dapat memanfaatkan kelancaran arus lalu lintas
barang, jasa dan manusia serta mampu mengimbangi pertumbuhan pelayanan ekonomi
bagi daerah sekitarnya.
c) Menyiapkan prasarana dan sarana untuk mendukung pembangunan kawasan perdagangan
termasuk fasilitas penunjang seperti; jaringan jalan, listrik, telepon, jaringan air bersih,
pengolahan sampah dan lain-lain.
d) Mengembangkan dan memberdayakan ekonomi kerakyatan dan pengurangan kemiskinan
dengan pengembangan industri berbasis pada masyarakat.
e) Mengembangkan perekonomian daerah (local economic development) melalui perusahaan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 57
daerah dan perbankan.
f) Tata ruang disempurnakan agar berbagai kegiatan dan dinamika masyarakat dapat berjalan
serasi dan tidak saling mengganggu. Persyaratan Tata Ruang Kota Manokwari juga
diarahkan agar kebutuhan dan peruntukan ruang dapat diselaraskan dengan potensi yang
ada, serta sarana-prasarana penunjang kegiatan yang diperlukan sejalan dengan
perkembangan Kota Manokwari di masa yang akan datang.
g) Melihat ruang yang ada, pada bagian utara dan selatan (dekat Bandar Udara Rendani)
perlu dikembangkan kegiatan yang dapat menjadi bangkitan ekonomi yang diharapkan
mampu menarik tenaga kerja dari luar daerah. Pengembangan kegiatan ekonomi pada
bagian utara dan selatan kota diharapkan pula akan menciptakan keseimbangan struktur
ruang antara pusat kota dan daerah sekitarnya.
3.3.3. Kecenderungan Arah Perkembangan Kota
Berdasarkan Arah pengembangan fungsi kawasan perkotaan ditujukan untuk mendukung
kebijakan pembangunan perkotaan terutama untuk mewujudkan visi dan misi pengembangan.
Adapun visi pembangunan dan pengembangan Kota Manokwari Tahun 2005-2015 adalah:
“sebagai kota hijau alami, kota terdepan dalam pembangunan perkotaan berwawasan
lingkungan dan kota beriman sebagai pusat pekabaran Injil di Kawasan Timur Indonesia”.
Motto Kota Manokwari adalah KOTA BERSEJARAH, yaitu kota yang Bersih, Sehat,
Sejahtera, Rapi, Aman dan Harmonis. Motto KOTA BERSEJARAH, ini dipandang dalam 2
(dua) aspek:
Aspek Historis, Kota Manokwari merupakan tempat pertama kali dimulainya penyebaran
agama Kristen Protestan di Papua dan juga Kota Manokwari merupakan kota
pemerintahan pertama.
Aspek Pembangunan, yaitu upaya memacu pemerintah dan masyarakat dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain
sebagainya.
Sedangkan misi pembangunan Kota Manokwari mencakup :
Menyediakan fasilitas perdagangan dan jasa serta sarana penunjangnya yang dilengkapi
dengan penyediaan pelayanan perbankan yang memadai, terutama untuk kegiatan industri
kecil dan rumah tangga.
Menyediakan dan membangun infrastruktur seperti jaringan jalan, listrik, telepon,
penyediaan air bersih, peningkatan pelayanan baik transportasi darat, laut, udara dan
penyeberangan, guna kelancaran pergerakan arus transportasi barang dan jasa serta produk
dari kawasan industri dan komoditas perdagangan.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 58
Penyediaan fasilitas umum/publik berupa sarana dan prasarana persampahan, toilet umum
yang memadai, pemeliharaan kebersihan kota, serta peningkatan pelayanan masyarakat
lainnya.
Menyediakan dan menata ruang permukiman sesuai BWK dan konsep kota yang ramah
lingkungan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Peningkatan keamanan dan harmonisasi sendi-sendi kehidupan antara berbagai elemen
masyarakat di Kota Manokwari.
Meningkatkan kualitas pelayanan publik seperti rumah sakit, pendidikan dan
pengembangan kapasitas aparatur pemerintahan.
ANALISIS SARANA DAN PRASARANA
3.4.1. S a r a n a
3.4.1.1. Sarana Pendidikan
Salah satu kebutuhan dasar masyarakat adalah Pendidikan. Semakin banyak
masyarakat yang dapat memperoleh pendidikan, maka semakin tinggi kualitas kehidupan dan
lingkungannya. Pengembangan fasilitas pelayanan pendidikan dimungkinkan dengan mengacu
pada standar SNI yang berlaku, yakni SNI 03-1733-1989. SNI tersebut berisi tentang tata cara
perencanaan kawasan perumahan kota. Dimana di dalamnya diatur standar daya layan dan
kebutuhan luas lahan minimum untuk masing-masing jenis fasilitas pendidikan.
Jenis fasilitas pendidikan yang diatur mencakup tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga
Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk akademi, universitas, dan sejenisnya
tidak diatur dalam SNI karena memiliki skala pelayanannya sangat luas (provinsi, nasional,
dan atau internasional). Pada BWP Manokwari terdapat beberapa Akademi, Universitas, dan
Sekolah Tinggi lainnya. Antara lain: Universitas Negeri Papua (UNIPA), Institut Sains Dan
Teknologi Indonesia Manokwari, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Manokwari, Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Mah-Eisa, Politeknik Cratindo Manokwari, dan STKIP Muhammadiyah
Manokwari.
Pada Tabel 3.6. dijabarkan bahwa tiap 1.250 jiwa penduduk membutuhkan 1 unit TK
dengan luas lahan minimum 500 m2. Untuk tingkat pendidikan SMA, memiliki daya layan
sebesar 4.800 jiwa dengan kebutuhan luas lahan minimum 12.500 m2.
Tabel 3.6. Standar daya layan dan Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Pendidikan
Jenis Fasilitas Daya Layan
(jiwa)
Kebutuhan Luas Lahan Min (m2)
TK 1.250 500
SD 1.600 2.000
SLTP 4.800 9.000
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 59
SMA 4.800 12.500
SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota
Pada BWP Manokwari, jumlah penduduk terbesar berada pada Sub BWP A dan C. Kebutuhan
akan fasilitas pendidikan juga paling banyak dibanding dengan Sub BWP yang lain. Bila
dilihat kondisi eksistingnya pada tahun 2012, Sub BWP A dan C sudah memiliki 18 TK, 34
SD, 10 SLTP, dan 11 SMA. Namun, ternyata fasilitas yang ada belum memenuhi kebutuhan
yang ada. Bila kita mengacu pada SNI, kebutuhan fasilitas pendidikan di Sub BWP A dan C
yaitu: 66 TK, 52 SD, 17 SLTP, dan 17 SMA. Seperti yang terlihat pada Tabel 3.7. berikut ini:
Table. 3.7. Kondisi Fasilitas Pendidikan di BWP Manokwari Tahun 2012
SubBWPPendudu
k 2012
Jumlah Fasilitas Eksisting Kebutuhan 2012
T
K
S
D
SLT
PSMA
T
K
S
D
SLT
P
SM
A
A dan C 82.451 18 34 10 11 66 52 17 17
B 9.673 2 9 2 2 8 6 2 2
E 3.146 1 8 1 0 3 2 1 1
D 14.332 2 9 1 0 11 9 3 3
Jumlah 23 60 14 13 88 69 23 23
Sumber : Kota Manokwari dalam Angka diolah (Analisis Studio 2012)
Pada Tahun 2017, jumlah penduduk di BWP Manokwari diproyeksikan menjadi 151.343 jiwa.
Kebutuhan fasilitas pendidikan Sub BWP A terbesar berada pada Blok A3. Kebutuhan untuk TK
sebanyak 35 unit, SD 27 unit, SLTP 9 unit, dan SMA 9 unit. Sedangkan untuk Sub BWP C, kebutuhan
fasilitas pendidikan terbesar terletak pada Blok C2, dengan 14 unit TK, 11 unit SD, 4 unit SLTP, dan 4
unit SMA.
Pada Tabel 3.7. terdapat hal yang menarik. Pada Sub BWP E tidak terdapat kebutuhan akan
fasilitas pendidikan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduknya yang belum memenuhi standar daya
layan. Jumlah penduduk untuk Sub BWP E hanya 674 jiwa. Padahal untuk 1 (satu) unit TK saja
membutuhkan 1.250 jiwa. Sehingga masyarakat di Sub BWP E harus pergi ke Sub BWP di sekitarnya
untuk mengenyam pendidikan. Alternatif lainnya adalah dengan membangun fasilitas pendidikan yang
saling terintegrasi, agar mampu menampung kebutuhan masyarakat. Secara keseluruhan, BWP
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 60
Manokwari pada tahun 2017 membutuhkan 121 unit TK, 93 unit SD, 30 unit SLTP, dan 30 unit SMA.
Dengan luas kebutuhan lahan minimum terbesar adalah untuk SMA sebesar 375.000 m2.
Tabel. 3.8. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Tahun 2017
Bagian
WilayahLuas (Ha)
Penduduk 2017
Kebutuhan Fasilitas (Unit)
Kebutuhan Lahan (m2)
TK SD SLTP SMA TK SD SLTP SMA
Sub BWP A 1.652,171 93.969 76 59 19 19 38.000 118.000 171.000 237.500
A1 347,364 20.691 17 13 4 4 8.500 26.000 36.000 50.000
A2 1.033,745 29.632 24 19 6 6 12.000 38.000 54.000 75.000
A3 271,062 43.646 35 27 9 9 17.500 54.000 81.000 112.500
Sub BWP C 5.608,901 28.533 23 18 6 6 11.500 36.000 54.000 75.000
C1 2.771,538 40 0 0 0 0 0 0 0 0
C2 1.666,049 17.658 14 11 4 4 7.000 22.000 36.000 50.000
C3 1.171,314 10.835 9 7 2 2 4.500 14.000 18.000 25.000
Grand Total 7.261,072 122.502 99 77 25 25 49.500 154.000 225.000 312.500
Sumber: Analisis Studio, 2012
3.4.1.2. Sarana Kesehatan
Rencana pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan mengacu pada SNI 03-1733-1989, yang
berisi tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan. Di dalamnya, diatur tentang standar
daya layan dan kebutuhan lahan minimum untuk tiap jenis fasilitas kesehatan (Tabel.3.9.)
Jenis fasilitas kesehatan yang tercantum pada SNI tersebut, antara lain: Puskesmas, Puskesmas
Pembantu (Pustu), Balai Pengobatan, Posyandu, dan Apotik. Untuk jenis fasilitas kesehatan
berupa Rumah Sakit, baik yang umum maupun rumah sakit khusus, tidak diatur dalam SNI.
Rumah Sakit mempunyai skala pelayanan yang besar, yakni tingkat provinsi maupun regional.
Sehingga sulit untuk ditetapkan daya layannya. Hal ini seperti yang terjadi pada jenis fasilitas
pelayanan pendidikan, Akademi/Universitas.
Tabel 3.9. Standar daya layan dan Kebutuhan Luas Lahan
Fasilitas Kesehatan
Jenis Fasilitas Daya Layanan(jiwa)
Standar Kebutuhan Luas Lahan Min(m2)
Puskesmas 120.000 1.000
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 61
Pustu 30.000 300Balai Pengobatan 2.500 300Posyandu 1.250 60Apotik 30.000 250
SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahans
Mengacu pada standar SNI pada Tabel 3.9. puskesmas memiliki daya layan terbesar
yakni, 120.000 jiwa, dengan kebutuhan lahan minimumnya 1.000 m2. Pustu dan Apotik
memiliki daya layan yang sama, 30.000 jiwa/unit. Namun, untuk kebutuhan lahan
minimumnya berbeda, Pustu 300 m2 dan Apotik 250 m2.
BWP Manokwari sudah memiliki beberapa fasilitas kesehatan. Untuk rumah sakit
yang berada di BWP Manokwari antara lain: Rumah Sakit Umum Manokwari, Rumah Sakit
TNI AL Manokwari, dan Rumah Sakit Dim 1703 Manokwari. Kondisi eksisting fasilitas
kesehatan di BWP Manokwari sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. Keberadaan
puskesmas tahun 2012 sudah mencukupi kebutuhan penduduk, bahkan untuk Sub BWP A dan
C memiliki 3 (tiga) unit. Padahal kebutuhannya hanya 1 (satu) unit saja. Puskesmas pembantu
(Pustu) yang ada juga sudah dapat memenuhi kebutuhan fasilitas. Berikut ini (Tabel3.10)
gambaran perbandingan kondisi eksisting tahun 2012 fasilitas kesehatan dengan kebutuhan
fasilitas kesehatan berdasarkan daya layan menurut standar daya layan SNI.
Table. 3.10 Kondisi Fasilitas Kesehatan di BWP Manokwari Tahun 2012
Bagian
Wilaya
h
Penduduk
2012
Kondisi Eksisting Kebutuhan 2012
PuskesmasPust
u
Balai
Pengobatan
Posyand
u
Apoti
k
Puskesma
sPustu
Balai
Pengobatan
Posyand
uApotik
A dan C 82.452 3 3 2 25 27 1 3 33 66 3
Jumlah 109.605 6 13 2 70 27 1 3 44 88 3
Sumber : Kota Manokwari dalam Angka diolah (Analisis Studio 2012)
Proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan pada 5 tahun pertama atau tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel
3.10. Kebutuhan akan puskesmas tidak ditemukan pada semua Sub BWP Manokwari. Hal ini
dikarenakan belum terpenuhinya standar daya layannya. Bila dilihat pada tabel sebelumnya (Tabel
3.9), kebutuhan puskesmas di Sub BWP A dan C adalah 1 (satu) unit, ini karena jumlah penduduk Sub
BWP tersebut digabung. Untuk kebutuhan Pustu, di Sub BWP A membutuhkan 3 unit dan Sub BWP C
membutuhkan 1 unit. Secara keseluruhan kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan BWP Manokwari
tahun 2017, antara lain: 4 unit Pustu, 60 unit Balai Pengobatan, 121 unit Posyandu, dan 4 unit Apotik.
4 Unit Pustu membutuhkan lahan minimum seluas 1.200 m2, dan 60 unit balai pengobatan
membutuhkan lahan 18.000 m2.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 62
Dari hasil analisis seperti tersaji pada Tabel 3.10. mengenai proyeksi fasilitas kesehatan dan
kebutuhan luas lahannya pada tahun 2017, BWP Manokwari masih memiliki fasilitas kesehatan yang
cukup untuk melayani kebutuhan kesehatan penduduknya. Proyeksi penduduk pada tahun 2017 masih
dapat dilayani oleh ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada saat ini (eksisting) di BWP Manokwari.
Pada tahap ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas dari failitas kesehatan, karena dari sisi
kuantitasnya tidak memerlukan penambahan.
Kota Manokwari, dalam hal ini lingkup BWP Manokwari, merupakan salah satu wilayah yang
endemik penyakit malaria. Karena aspek kesehatan merupakan salah satu hal yang paling mendasar,
maka sangat penting juga memperhatikan faktor-faktor lain penunjang fasilitas kesehatan tersebut.
Seperti halnya tenaga medis, obat-obatan dan lain sebagainya. Pada Tabel sebelumnya (Tabel 3.9)
sudah terlihat bahwa fasilitas yang ada saat ini terutama fasilitas kesehatan yang paling utama yaitu
puskesmas dan puskesmas pembantu atau pustu, jumlah keberadaannya (unit) melebihi dari kebutuhan
menurut perhitungan teknis. Tabel 3.11 menunjukkan sampai dengan 5 tahun ke depan, yaitu tahun
2017, fasilitas kesehatan yang ada masih mencukupi untuk melayani penduduk BWP Manokwari.
Tabel 3.11. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Tahun 2017
Bagian
Wilayah
Penduduk 2017
Kebutuhan Fasilitas (Unit)Kebutuhan
Luas Lahan (m2)
Puskesmas
PustuBalai
Pengobatan
Posyandu
Apotik
Puskesmas
PustuBalai
Pengobatan
Posyandu
Apotik
Sub BWP A 93.969 0 3 37 76 3 0 900 11.100 4.560 750
A1 20.691 0 1 8 17 1 0 300 2.400 1.020 250
A2 29.632 0 1 12 24 1 0 300 3.600 1.440 250
A3 43.646 0 1 17 35 1 0 300 5.100 2.100 250
Sub BWP C 28.533 0 1 11 23 1 0 300 3.300 1.380 250
C1 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C2 17.658 0 1 7 14 1 0 300 2.100 840 250
C3 10.835 0 0 4 9 0 0 0 1.200 540 0
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 63
3.4.1.3. Sarana perdagangan dan Niaga
Rencana fasilitas pelayanan perdagangan dan niaga disusun berdasarkan standar yang berlaku,
yaitu: SNI 03-1733-2004 tentang Perencanaan Lingkungan Perkotaan. Dimana dalam SNI
tersebut, mengacu pada SNI 03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan
kota. SNI ini memuat tentang dasar standar daya layan dan kebutuhan luas lahan minimum
untuk kegiatan perdagangan dan jasa.
Jenis fasilitas pelayanan perdagangan dan niaga yang diatur dalam SNI di atas, antara lain:
toko/warung, pertokoan, pusat pertokoan-pasar lingkungan, dan pusat perbelanjaan-niaga.
Menurut SNI 03-1733-2004, daya layan yang terkecil dimiliki oleh toko/warung sebesar 250
jiwa dan kebutuhan lahannya 100 m2. Sedangkan daya lahan terbesar dimiliki oleh jenis
fasilitas pusat perbelanjaan dan niaga, yaitu sebesar 120.000 jiwa dengan kebutuhan lahan
minimum sebesar 36.000 m2. Pusat perbelanjaan dan niaga ini terdiri dari gabungan kegiatan
toko, pasar, bank, dan kantor. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12.Standar daya layan dan Kebutuhan Luas Lahan Fasilitas Perdagangan dan Niaga
Jenis FasilitasDaya Layan
(Jiwa)
Standar Kebutuhan
Lahan Min (m2)
Toko/Warung 250 100
Pertokoan 6.000 3.000
Pusat Pertokoan + Pasar
Lingkungan30.000 10.000
Pusat Perbelanjaan dan Niaga
(toko + pasar + bank + kantor)120.000 36.000
SNI 03-1733-1989, tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 64
Di BWP Manokwari, berdasarkan data Potensi Desa (PODES) 2011 sudah terdapat beberapa
fasilitas perdagangan dan jasa. Fasilitas yang ada antara lain: pasar, minimarket, toko/warung,
restoran, hotel dan bank. Pada Tabel 3.13 terlihat bahwa Sub BWP A dan C memiliki jumlah
fasilitas perdagangan dan jasa yang lengkap dan lebih banyak dibandingkan dengan Sub BWP
yang lain. Pasar di Sub BWP A dan C berjumlah 4 buah sedangkan di Sub BWP B hanya 2.
Minimarket, restoran dan bank hanya terdapat di Sub BWP A dan C, sedangkan di Sub BWP
yang lain belum tersedia. Persebaran hotel sangat mencolok, di Sub BWP A dan C tersedia 20
hotel. Di Sub BWP B dan D masing-masing hanya memiliki 1 hotel saja. Persebaran fasilitas
perdagangan dan jasa kurang merata per Sub-BWP. Hal ini mengingat Sub-BWP A dan C
merupakan pusat perkotaan yang meliputi pusat perekonomian dan pemerintahan.
Tabel 3.13
.Kondisi Fasilitas Perdagangan dan Niaga di BWP Manokwari Tahun 2012
Bagian
Wilayah
Penduduk
Tahun 2012
(Jiwa)
Kondisi Fasilitas Eksisting (Unit) Kebutuhan 2012 (Unit)
Pasar
Pasar non
bangunan
MinimarketToko/
WarungBank
Toko/
WarungPertokoan
Pusat
Pertokoan +
Pasar
Lingkungan
Pusat
Perbelanjaan
dan Niaga
(toko + pasar +
bank + kantor)
Sub BWP A & C 82.451 4 3 11 461 8 330 14 3 1
Sub BWP B 9.673 2 0 0 51 0 39 2 0 0
Sub BWP E 3.146 0 0 0 23 0 13 1 0 0
Sub BWP D 14.331 1 8 0 324 0 57 2 0 0
Jumlah 109.601 7 11 11 859 8 439 19 3 1
Sumber: PODES 2011 dan Analisis Studio, 2012
Rencana fasilitas perdagangan dan niaga disusun per 5 (lima) tahun dalam kurun waktu 20
tahun (masa berlaku RDTR). Untuk mengetahui kebutuhan fasilitas perdagangan dan niaga di masa
yang akan datang, maka dilakukan perhitungan proyeksi kebutuhan fasilitas dengan acuan proyeksi
penduduk. Proyeksi kebutuhan ini terdiri dari proyeksi kebutuhan tahun 2017, Tahun 2022, Tahun
2027, dan Tahun 2032. Untuk proyeksi kebutuhan fasilitas perdagangan dan niaga pada tahun 2017
dapat dilihat pada Tabel 3.14
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 65
Pada tahun 2017, total kebutuhan fasilitas perdagangan berupa toko/warung sebesar 606 unit.
Untuk pertokoan 25 unit, pusat pertokoan-pasar 4 unit. Kebutuhan terbesar berada pada Sub BWP A,
khususnya blok A3 dimana pada blok ini memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 43.646 jiwa. Sub
BWP A memiliki kebutuhan fasilitas perdagangan sebesar 377 unit toko/warung, 15 unit pertokoan,
dan 3 unit pusat pertokoan-pasar. Untuk jenis fasilitas pusat perbelanjaan dan niaga, menurut standar
kebutuhan yang termuat dalam SNI, BWP Manokwari belum membutuhkan jenis fasilitas ini. Namun,
fakta di lapangan penduduk sudah membutuhkannya. Hal ini disebabkan wilayah luar pulau jawa
dalam hal ini Papua, umumnya memiliki jumlah dan kepadatan penduduk yang relatif masih rendah –
sedang. Berbeda halnya dengan wilayah kepulauan lainnya, terutama Pulau Jawa. Mengingat BWP
Manokwari merupakan perkotaan yang akan berkembang luas, maka jenis fasilitas pusat perdagangan
dan niaga patut dikembangkan.
Tabel 3.14. Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Niaga Tahun 2017
Bagian
Wilayah
Penduduk 2017
Kebutuhan Fasilitas (Unit) Kebutuhan Lahan (m2)
Toko/ Warun
g
Pertokoan
Pusat Pertokoan
+ Pasar Lingkunga
n
Pusat Perbelanjaan dan Niaga
Toko/ Warun
g
Pertokoan
Pusat Pertokoan
+ Pasar Lingkunga
n
Pusat Perbelanjaan dan Niaga
Sub BWP A
93.969 377 15 3 0 37.700 45.000 30.000 0
A1 20.691 83 3 1 0 8.300 9.000 10.000 0
A2 29.632 119 5 1 0 11.900 15.000 10.000 0
A3 43.646 175 7 1 0 17.500 21.000 10.000 0
Sub BWP C
28.533 114 5 1 0 11.400 15.000 10.000 0
C1 40 0 0 0 0 0 0 0 0
C2 17.658 71 3 1 0 7.100 9.000 10.000 0
C3 10.835 43 2 0 0 4.300 6.000 0 0
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 66
3.4.2. P r a s a r a n a
3.4.2.1. Jaringan Transportasi
3.4.2.1.1 Jaringan Trasportasi Darat
Rencana Pengembangan sistem dan jaringan transportasi darat didasarkan pada fungsi
masing-masing jalan, beban arus lalu-lintas, banyaknya pusat-pusat kegiatan yang mendorong
bangkitan lalu-lintas, seperti pasar, komplek perdagangan, dan terminal. Dalam perencanaan kota,
sistem jaringan jalan yang direncanakan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
a) Arah perkembangan fisik kota yang dikehendaki.
b) Keadaan yang ada dan rencana struktur kegiatan yang direncanakan.
c) Bentuk permukaan tanah kota.
d) Kendala fisik alam.
Dengan demikian akan terbentuk sistem jaringan jalan yang fungsional, efisien, aman, lancar,
ekonomis dari segi biaya, ekonomis dari segi ruang kota, serta menunjang pelestarian lingkungan
kehidupan.Konsep pengembangan dimensi jalan menyangkut ukuran-ukuran geometrik jalan dan
mengandung pengertian tentang pemanfaatan jalan sebagaimana tersebut dalam UU Nomor 38
Tahun 2004 tentang Jalan.
Pertumbuhan dan perkembangan Wilayah Perencanaan dipengaruhi oleh perkembangan daerah
sekitarnya, baik perkembangan ekonomi, aktivitas penduduk, lapangan kerja maupun peningkatan
lalu lintas dalam kota. Lalu lintas di BWP Manokwari dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu lalu-lintas lokal dan regional. Lalu-lintas lokal berupa pergerakan penduduk BWP
Manokwari dan sekitarnya, sedangkan lalu-lintas regional terkait dengan keberadaan Jalan Trans
Papua.
Sejalan dengan meningkatnya jumlah kendaraan yang melewati suatu ruas jalan, maka akan
berakibat meningkat pula konflik yang terjadi pada jalan tersebut. Konflik sering terjadi pada jalan
perkotaan maupun jalan luar kota yang diakibatkan bertambahnya kepemilikan kendaraan,
terbatasnya sumberdaya untuk pembangunan jalan raya, dan belum optimalnya pengoperasian
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 67
fasilitas lalu-lintas yang ada. Hal ini merupakan persoalan utama di berbagai tempat yang apabila
di biarkan akan mengakibatkan kerugian baik dari segi material maupun non material. Untuk itu
diperlukan tindakan untuk mengatasinya, dimana diperlukan metode efektif untuk perancangan dan
perencanaan agar dihasilkan suatu sistem yang paling tepat untuk mengatasi konflik yang terjadi
dengan mempertimbangkan biaya maupun keselamatan dan dampak lingkungan yang akan
dirasakan oleh pengguna jalan.
Pertumbuhan lalu lintas dapat dipengaruhi pertumbuhan sosio-ekonomi dan perkembangan
jumlah kendaraan regional. Dari angka pertumbuhan lalu lintas tersebut, dapat diperkirakan pola
lalu lintas yang akan datang guna mengatasi berbagai masalah lalu lintas yang nantinya akan
timbul. BWP Manokwari dilewati Jalan Arteri Manokwari, yang mempunyai klas primer,
berfungsi untuk arus kendaraan berat dan arus kendaraan pribadi. Jalan tersebut juga terbebani
oleh lalu-lintas lokal yang melayani pergerakan antar pusat kegiatan di BWP Manokwari, hal ini
terjadi karena kurangnya jalan yang sejajar dengan jalan arteri tersebut.
Jalan-jalan Kota yang disamping menjadi penghubung di dalam wilayah perencanaan antar
Distrik yaitu Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari Selatan dan Manokwari Utara.
Jalan-jalan Kota juga menjadi penghubung dengan kecamatan di luar wilayah perencanaan yaitu ke
Distrik Sidey. Sedangkan jalan provinsi yang dikenal dengan Jalan Trans Papua menghubungkan
wilayah perencanaan dengan Kota yang lain seperti Kota Sorong dan Kota Fak-Fak. Jadi dapat
dikatakan bahwa sistem jaringan jalan di wilayah perencanaan sudah dapat melayani sebagian
besar wilayah perencanaan dan mampu menghubungkan wilayah perencanaan dengan wilayah
sekitar, walaupun tidak semuanya dilayani oleh jalan Kota yang beraspal.
Pergerakan eksternal jalur darat di BWP Manokwari dilayani dengan bus, minibus, kendaraan
carteran dan truk. Untuk pergerakan internal jalur darat di BWP Manokwari banyak dilayani
minibus yang berupa angkot dan juga ojek. Keberadaan angkutan umum sangat mempengaruhi
tingkat mobilitas penduduk dalam suatu wilayah. Sedangkan keberadaan angkutan umum sangat
bergantung pada waktu operasionalnya.
Keberadaan angkutan jenis ojek dapat ditemui hampir diseluruh wilayah/kawasan BWP
Manokwari, sedangkan waktu operasional dan trayek (jalur) untuk angkutan jenis ojek sampai
dengan saat ini dapat dikatakan tidak menentu karena banyak armadanya serta dapat ditemui
dimanapun. Jenis angkutan ojek terlihat sangat mendominasi di BWP Manokwari. Sedangkan
untuk jenis angkutan mobil jenis angkutan perkotaan (angkot) hanya melayani dengan jalur
tertentu. Rencana trayek yang melayani BWP Manokwari meliputi berbagai route di wilayah BWP
Manokwari. Jaringan trayek angkutan orang yang melayani BWP Manokwari meliputi tujuh rute,
yaitu:
1) Terminal Besar Anday – Kompleks Perumahan Baru D1 – Terminal Wosi – Terminal Besar
Anday
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 68
2) Terminal Besar Anday – Terminal Wosi – Sub Terminal Sanggeng – Terminal Wosi –
Terminal Besar Anday
3) Terminal Wosi – Sub Terminal Sanggeng – Sub Terminal Manokwari Timur – Sub Terminal
Pasir Putih – Sub Terminal Bakaro – Sub Terminal Padarmi – Terminal Wosi
4) Terminal Wosi – Sub Terminal Padarni – Sub Terminal Amban – Sub Terminal Padarni –
Terminal Wosi
5) Sub Terminal Bakaro – Sub Terminal Amban – Terminal Padarni – Sub Terminal Manokwari
Timur – Sub Terminal Pasir Putih – Sub Terminal Bakaro
6) Terminal Besar Anday – Kompleks Perumahan Baru D1 – Terminal Wosi – Sub Terminal
Sanggeng – Sub Terminal Manokwari Timur – Sub Terminal Sanggeng – Terminal Wosi –
Terminal Besar Anday
7) Sub Terminal Amban – Sub Terminal Bakaro – Sub Terminal Pasir Putih – Sub Terminal
Manokwari Timur – Sub Terminal Sanggeng – Terminal Wosi – Sub Terminal Padarni – Sub
Terminal Amban
Ketersediaan angkot di dalam Kota belum terlayani penuh selama 24 jam. Keberadaan Angkot
ini rata-rata mulai pagi sampai jam 9 malam. Dengan keterbatasan jam pelayanan angkot maka
keberadaan ojek sangat berperan penting dalam transportasi di dalam BWP Manokwari.
Transportasi Darat sangat membutuhkan sarana dan prasarana perhubungan seperti jalan,
terminal, tempat parkir, fasilitas pejalan kaki dan halte/tempat perhentian. Berdasarkan fungsinya
di Manokwari terdapat jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan. Jalan arteri di
kota ini memanjang paralel dengan garis pantai. Untuk jalan kolektornya cenderung membentuk
grid dan terhubung dengan jalan arteri. Jalan kolektor dan jalan lingkungan membentuk grid
dengan mengelilingi blok-blok kawasan permukiman, perdagangan dan jasa. Bentuk jalan yang
memanjang garis pantai dengan tambahan jalan dengan klas yang lebih rendah membentuk grid
mengelilingi blok permukiman, perdagangan dan jasa ini menunjukkan bahwa kontur tanah yang
datar terbatas di sebagian tepian pantai dan sedikit menjorok ke daratan.
Terminal di BWP Manokwari sudah tersedia. Terminal ini digunakan untuk melayani
penumpang dalam kota dan luar kota. Selain terminal resmi terdapat juga beberapa titik yang
berfungsi sebagai tempat menunggu penumpang (terminal bayangan). Terminal bayangan di BWP
Manokwari merupakan terminal penumpang yang berfungsi sebagai tempat ganti moda
transportasi. Untuk mengembangkan sistem transportasi jalur darat perlu disediakan terminal dan
subterminal untuk melayani moilitas penduduk yang semakin berkembang dan fungsi kawasan
yang beragam. Beberapa lokasi terminal dan subterminal baik yang sudah ada maupun yang
direncanakan di BWP Manokwari disajikan pada Tabel 3.15. berikut
Tabel 3.15.
Lokasi Terminal dan SubTerminal di BWP Manokwari
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 69
No Kelas Terminal Sub BWP Blok Sub Blok Fungsi
1 Terminal Pusat Sub BWP A A3 A3-2 K-1 (Perdagangan / Jasa Tunggal)
2 Sub Terminal Sub BWP A A2 A2-7 SPU-1 (Pendidikan)
3 Sub Terminal Sub BWP A A2 A2-14 R-5 (Rumah Kepadatan Sangat Rendah)
4 Sub Terminal Sub BWP B B3 B3-4 R-4 (Rumah Kepadatan Rendah)
5 Sub Terminal Sub BWP D D3 D3-8 KH-1 (Pertahanan dan Keamanan)
6 Sub Terminal Sub BWP E E3 E3-1 PL-1 (Pertanian)
Sumber : RTRW Manokwari 2011
Selain sarana prasarana angkutan darat tersebut di atas, yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan jaringan transportasi darat antara lain adalah pola parkir dan keberadaan
trotoar. Pola parkir di Kota Manokwari dibedakan menjadi parkir on street dan off street. Pola
parkir on street terutama di komplek pertokoan atau komplek komersial yang belum
menyediakan tempat parkir khusus. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penyediaan fasilitas
parkir telah tersedia di instansi-instansi baik pemerintah maupun swasta. Parkir on street
yang menggunakan badan jalan, berdampak berkurangnya lebar efektif ruang dan berdampak
tersendatnya lalu-lintas. Fasilitas pejalan kaki berupa trotoar di tepian jalan. Fungsi trotoar
adalah memisahkan antara Pejalan kaki dengan arus kendaraan agar tidak terjadi konflik
antar keduanya. Kegiatan berjalan kaki umumnya terjadi perjalanan jarak dekat, misalnya
dari rumah sekolah atau kantor, dari lokasi parkir ke tempat tujuan dan sebagainya.
Pada sub bab ini juga akan dijabarkan lebih lanjut mengenai rencana pengembangan jaringan
jalan. Jaringan jalan merupakan komponen utama dalam pengembangan moda transportasi
darat.
Hasil analisis studio terhadap data panjang dan kelas jalan di BWP Manokwari
menunjukkan Sub BWP A merupakan Sub BWP yang memiliki kerapatan jaringan jalan dan
variasi kelas jalan yang paling baik. Kondisi eksisiting sub BWP A yang memiliki fungsi
sebagai CBD (Center Bussines District) dengan variasi aktivitas perekonomian, perdagangan,
serta fungsi pelayanan dalam skala regional dan lokal terkait erat dengan hal tersebut. Sub
BWP A saat ini dialui oleh jalan arteri primer sepanjang 7.842,13 m, kolektor primer
sepanjang 23.089,80, kolektor sekunder sepanjang 6.856,09 m, jalan lokal sepanjang 48.413,90
m, dan jalan lingkungan sepanjang 58.435,38 m. Dalam jangka waktu ke depannya, kecuali
jalan lingkungan belum diperlukan pernambahan panjang jalan di Sub BWP A. Kerapatan
jalan di Sub BWP A dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat dari
dan menuju CBD. Sedangkan untuk kelas jalan lingkungan tetap diperlukan penambahan
panjang sebesar 621,47 m untuk akses di sub blok A2-1 (fungsi pendidikan) dan A2-15 (fungsi
RTH). Hal tersebut diperlukan untuk akses llingkungan yang menghubungkan sub blok
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 70
tersebut dengan sub blok lain di sekitarnya. Lebih lengkap tentang rencana pengembangan
jaringan jalan di Sub BWP A dapat diperhatikan dalam Tabel 3.16.
Tabel 3.16. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Sub BWP A
BlokSub Blok
Kode (Fungsi Sub Blok)
Arteri Primer
*(m)
Kolektor Primer*
(m)
Kolektor Sekunder
*(m)
Lokal*(m)
Jalan Lingkungan
Eksisting (m)
Rencana Pembangunan Jalan Baru (m)
A1
A1-1C-2 (Perumahan dan Perkantoran) 418,781 713,196 1.087,744
A1-2R-4 (Rumah Kepadatan Rendah) 174,054 2.003,200
2.712,196 5.497,781
A1-3 SPU-1 (Pendidikan) 531,733 177,806 1.694,76
9 2.858,222 A1-4 KT-1 (Pemerintahan) 22,039 231,223 869,410 947,679
A1-5 RTH (Ruang Terbuka Hijau) 1.619,55
4 2.457,4183.524,26
7 4.662,655 A2
A2-1KH-1(Pertahanan dan Keamanan) 336,139 551,159 377,481
A2-2K-1(Perdagangan / Jasa Tunggal)
1.345,999 968,173 130,140
A2-3 KT-1(Pemerintahan) 674,286 1.244,77
1 161,055 A2-4 SPU-3(Kesehatan) 261,393 505,669 230,269
A2-5R-4(Rumah Kepadatan Rendah) 416,117
1.438,183 256,029
A2-6C-3(Perkantoran dan Perdagangan / Jasa) 117,687
2.801,881
2.614,481 1.375,241
A2-7 SPU-1(Pendidikan) 1.771,27
4 1.973,37
5 2.843,361
A2-8KH-1(Pertahanan dan Keamanan) 994,990 1.416,085
A2-9 SPU-1(Pendidikan) 2.610,78
5 3.442,77
0 7.607,573 310,735
A2-10R-4(Rumah Kepadatan Rendah) 620,694
A2-11 SPU-2(Transportasi) 896,814 472,722 55,560
A2-12C-2(Perumahan dan Perkantoran)
1.616,364 39,685
A2-13 RTH(Ruang Terbuka Hijau) 3.280,79
3
A2-14R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah)
1.866,224
1.319,432 2.472,338
A2-15 RTH(Ruang Terbuka Hijau) 963,756 784,856 2.033,041 310,735
A2-16 RTH(Ruang Terbuka Hijau) 1.157,23
4 366,486 A2-17 SC(Suaka Alam dan Cagar 1.841,22 3.469,69 170,934
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 71
BlokSub Blok
Kode (Fungsi Sub Blok)
Arteri Primer
*(m)
Kolektor Primer*
(m)
Kolektor Sekunder
*(m)
Lokal*(m)
Jalan Lingkungan
Eksisting (m)
Rencana Pembangunan Jalan Baru (m)
Budaya) 4 5
A3
A3-1R-4(Rumah Kepadatan Rendah) 955,956
1.104,700 1.983,255
A3-2K-1(Perdagangan / Jasa Tunggal)
1.426,763 907,315
A3-3C-2(Perumahan dan Perkantoran) 129,913 401,275 460,602
A3-4C-3(Perkantoran dan Perdagangan / Jasa) 506,865 404,617
1.131,618 1.276,879
A3-5 KT-1(Pemerintahan) 680,338 796,432 533,684 218,726 1.023,311 A3-6 KT-1(Pemerintahan) 224,088 244,827 541,711 500,572
A3-7 PL-3(Kawasan Pariwisata) 41,0381.113,14
3 193,902 2.102,406
A3-8R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah) 526,287
1.520,465 196,668
A3-9K-1(Perdagangan / Jasa Tunggal) 810,727 813,233 980,773
A3-10R-4(Rumah Kepadatan Rendah) 793,407 788,384 446,932 1.984,604
A3-11KH-1(Pertahanan dan Keamanan) 22,409 263,741 736,161
A3-12 KT-1(Pemerintahan) 686,960 1.878,256
A3-13KH-1(Pertahanan dan Keamanan) 764,812 281,338 795,762 3.112,918
A3-14R-4(Rumah Kepadatan Rendah) 98,338 230,889 314,879 374,475
A3-15R-4(Rumah Kepadatan Rendah) 238,255 298,833 618,905 590,639
A3-16KH-1(Pertahanan dan Keamanan) 648,065 1.664,135
A3-17R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah) 338,512 1.098,939
A3-18 PL-3(Kawasan Pariwisata) 107,148 0,008 741,730 1.068,877
A3-19K-1(Perdagangan / Jasa Tunggal) 914,818 810,020 533,409
A3-20K-1(Perdagangan / Jasa Tunggal) 272,892 983,831 451,154
A3-21KH-1(Pertahanan dan Keamanan) 451,543 0,010 1381,274
Total 7.842,1323.089,8
06.856,09
48.413,90
58.435,38 621,47
Sumber: Analisis Studio, 2012
Sebagian besar penggunaan lahan Sub BWP C merupakan kawasan lindung yang terdiri dari zona
perlindungan bawahan dan zona ruang terbuka hijau. Kawasan permukiman yang terletak di kawasan
pesisir membuat kerapatan jaringan jalan di sub bwp C terpusat di kawasan pesisir. Berdasarkan
kondisi eksisisting hasil analisa studio, saat ini Sub BWP C dilalui oleh jalan arteri primer sepanjang
4.501,83 m, jalan kolektor primer sepanjang 951,349 m, jalan kolektor sekunder sepanjang 6.782,964
m, dan jalan lingkungan sepanjang 3.628,955 m. Guna mengakomodasi kebutuhan terhadap
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 72
aksesibilitas yang baik dan merata terhadap semua wilayah ke depannya maka dalam jangka waktu
beberapa tahun berikutnya diperlukan penambahan ruas jalan baru. Rencana pembangunan jalan
lingkungan sepanjang 3.628,95 m yang melalui 6 sub blok merupakan upaya untuk mewujudkan hal
tersebut. Lebih lengkapnya tentang rencana pembangunan jalan di sub BWP C dapat diperhatikan
dalam Tabel 3.17.berikut :
Tabel 3.17. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Sub BWP C
BlokSub Blok
Kode Fungsi Sub Blok
Arteri Primer*
Kolektor
Primer* (m)
Kolektor Sekunder
* (m)
Lokal* (m)
Jalan Lingkungan
Eksisting
(m)
Rencana Pembanguna
n Jalan Baru
(m)
C2
C2-1R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah)
253,193 1.118,69
61.219,40
456,010
C2-2 RTH(Ruang Terbuka Hijau) 2.102,08
11.856,00
9
C2-3 RTH(Ruang Terbuka Hijau) 1.521,58
7995,011 1.719,537
C2-4R-4(Rumah Kepadatan Rendah)
675,650 38,756 1.579,44
22.371,51
8
C2-5R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah)
912,593 1.021,8211.463,84
62.765,25
1
C2-6R-4(Rumah Kepadatan Rendah)
137,002 1.938,74
8
C2-7R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah)
962,013 862,960
C2-8C-1(Perumahan dan Perdagangan/Jasa)
2.211,705 682,838 406,520
C3
C3-1R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah)
1.108,710 128,015 425,714
C3-2R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah)
1.628,353
1.711,128 2.444,23
1
C3-3 PB(Perlindungan Bawahan) 772,0396.544,49
9637,821
C3-4R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah)
1.808,754
1.102,98
53.104,36
0523,186
C3-5R-5(Rumah Kepadatan Sangat Rendah)
135,879 592,598 183,983 799,018
C3-6 SPU-1 (Pendidikan) 991,934 285,881
Total 4.501,83 951,349 6.782,96410.934,6
927.001,5 3.628,955
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 73
Lebih lanjut lagi, untuk mendapatkan gambaran distribusi spasial rencana jaringan
transportasi darat pada BWP Manokwari, dapat dilihat pada Gambar 5.2. mengenai Peta
Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Darat.
3.4.2.1.2 Rencana Jaringan Transportasi Laut
Rencana Pengembangan sistem dan jaringan transportasi laut didasarkan pada
berkembangnya bidang sosial dan ekonomi penduduk di wilayah perencanaan, sehingga
kebutuhan akan sandang, pangan dan berbagai fasilitas lainnya meningkat. Hasil bumi maupun
industri di wilayah yang bersangkutan yang terus meningkat perlu pemasaran keluar daerah.
Maka diperlukan sarana dan prasarana keluar masuk barang dari dan ke daerah yang
bersangkutan dalam hal ini adalah pelabuhan laut.
a) Barang dan Penumpang Yang Masuk dsan Keluar Pelabuhan
Berdasarkan data BPS tahun 2011, barang yang dibongkar dan dimuat serta penumpang
yang naik turun seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.18.
Jumlah Bongkar Muat Barang dan Penumpang di Pelabuhan Manokwari
Dalam 1 Tahun (2010)
No. Aktifitas Volume
1. Bongkar barang 266.807,494 ton
2. Muat barang 56.291,774 ton
3. Kunjungan kapal 1.254 kali
4. Penumpang turun 112.293 orang
5. Penumpang naik 104.572 orang
Sumber: Data BPS Manokwari dalam Angka Tahun 2011
Muat barang dapat menggambarkan seberapa besar sumberdaya di Kota
Manokwari yang mampu di ekspor keluar daerah. Bila dilihat bongkar barang
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 74
memiliki nilai yang jauh lebih besar. Kebutuan di Kota Manokwari masih banyak
dipenuhi oleh barang dari luar daerah.
Kunjungan kapal ke Kota Manokwari mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Kota Manokwari diharapkan mampu terus meningkatkan promosi daerah,
sehingga semakin banyak penduduk dalam maupun luar negeri yang menikmati Kota
Manokwari. Kunjungan kapal dan orang mampu memberikan manfaat dengan
kemajuan dalam bidang sosial ekonomi.
b) Pelabuhan
Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi
dengan fasilitas laut seperti dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang,
kran-kran untuk bongkar muat, tempat-tempat penyimpanan dimana kapal membongkar
muatannya dan gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih
lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Ditinjau dari segi
penggunaannya, pelabuhan dibagi menjadi:
1) Pelabuhan Barang
Pelabuhan jenis ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar muat
barang. Lokasi pelabuhan dapat berada di pantai atau estuari dari sungai besar. Dermaga,
harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal atau setidak-tidaknya 80%
dari panjang kapal
2) Pelabuhan Penumpang
Pelabuhan yang khusus melayani penumpang
3) Pelabuhan Campuran
Pelabuhan jenis ini melayani bongkar muat barang sekaligus naik turun penumpang
4) Pelabuhan Militer
Pelabuhan khusus untuk kepentingan militer. Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang
cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang
5) Pelabuhan Minyak
Dibangun khusus untuk keperluan bongkar muat minyak
6) Pelabuhan Ikan
Pelabuhan khusus untuk bongkar muat ikan. Pelabuhan ini tidak memerlukan kedalaman air
yang besar.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 75
Rencana Pengembangan Pelabuhan
Kondisi eksisting pelabuhan di Manokwari, pada saat ini sudah ada beberapa pelabuhan laut
dengan beberapa kegunaan:
1. Pelabuhan campuran, lokasinya ada di Distrik Manokwari Timur
2. Pelabuhan militer, lokasinya ada di Sowi dekat perbatasan Anday
3. Pelabuhan minyak, lokasinya ada di Sanggeng
4. Pelabuhan semen, lokasinya ada di Maruni Distrik Manokwari Selatan
Dengan memperhitungkan perkembangan sosial dan ekonomi penduduk serta kemajuan
hubungan regional, nasional bahkan internasional, maka rencana pengembangan pelabuhan-
pelabuhan tersebut sebagai berikut:
a. Memisahkan pelabuhan penumpang dengan pelabuhan barang. Pelabuhan penumpang tetap
ada di Manokwari Timur. Sedangkan pelabuhan barang ada di perbatasan Sowi dan Wosi.
b. Pelabuhan militer, lokasi tetap dipertahankan.
c. Pelabuhan minyak, lokasinya tidak berubah, tetapi perlu pengamanan yang memadai karena
dekat dengan pemukiman penduduk.
d. Pelabuhan ikan, lokasi tetap.
Prasarana pendukung pelabuhan
Pada pelabuhan penumpang terdapat stasiun penumpang untuk melayani segala kegiatan yang
berhubungan dengan orang yang bepergian seperti kantor imigrasi, keamanan, direksi pelabuhan,
maskapai pelayaran dan sebagainya.
Pada pelabuhan barang dilengkapi dengan gudang penyimpanan, kran-kran, jalan kereta api,
jalan raya atau saluran pelayaran darat serta terminal peti kemas. Disamping itu harus mempunyai
halaman dermaga yang cukup luas untuk bongkar muat barang serta tersedia jalan dan halaman
untuk pengambilan dan atau pemasukan dari dan ke gudang serta mempunyai fasilitas reparasi.
c) Kapal
Jenis kapal berikut karateristiknya sangat mempengaruhi dimensi pelabuhan. Kapal dapat
dibedakan menjadi beberapa tipe:
1. Kapal Penumpang
2. Kapal Barang
3. Kapal Barang Curah: barang curah misal beras, batu bara dsb.
4. Kapal Tanker: pengangkut minyak
5. Kapal Khusus: untuk barang tertentu misal LNG
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 76
Tabel 3.19. berikut menunjukkan lokasi keberadaan pelabuhan di BWP Manokwari. Sedangkan pada
Gambar 3.1. disajikan Peta Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Laut BWP Manokwari.
Tabel 3.19.
Lokasi Pelabuhan di BWP Manokwari
NPelabuhan
Sub
BWP
BLO Sub
BlokFungsi
1 Pelabuhan Kelas III Manokwari A A2 A2-11 SPU-2 (Transportasi)
2Pelabuhan Khusus Angkutan
Semen *D D3 D3-10
R5(Rumah Kepadatan Sangat
Rendah)
Sumber : RTRW Kota Manokwari 2009 dan analisis studio 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 77
3.4.2.1.2. Jaringan Transportasi Udara
Rencana Pengembangan sistem dan jaringan transportasi udara pada BWP Manokwari
didasarkan pada pertimbangan–pertimbangan antara lain sebagai berikut :
a. Jarak bandar udara dengan pusat kota
b. Perluasan / pengembangan di masa mendatang
c. Keberadaan jalan akses
d. Keberadaan sarana pendukung
e. Keadaan topografi kota
f. Sosial ekonomi.
Dengan demikian apabila pertimbangan – pertimbangan seperti tersebut diatas dapat
diakomodir pada BWP Manokwari maka akan terbentuk sistem transportasi udara yang aman,
strategis dan tidak ada konflik sosial.
Kondisi eksisting Bandar Udara Rendani, saat ini masih dalam tahap pengembangan
lebih lanjut untuk perluasan terminal tunggu dan terminal kedatangan. Secara fisik gedung
yang ada masih terbilang sangat minim fasilitas, karena masih dalam tahap pembangunan.
Secara umumkondisi eksisting Bandar Udara Rendani dideskripsikan seperti Tabel 3.20.
berikut ini :
Tabel 3.20.
Kondisi eksisting Bandar Udara Rendani Manokwari
Umum
Coordinate S 00053’37” E 134003’01”
Operating Hour 22.00 – 09.00 UTC (06.00 – 17.00) WIT
Operational Category Non Instrument
Air Traffic Services ATC (Air Traffic Control)
Fasilitas Sisi Udara Runway 17 – 35 Dimension 2000m x 30m
Runway Strip 2120m x 150m
Taxiway A 115m x 18m
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 78
Taxiway B 115m x 20m
Apron 125m x 67,5m
Fasilitas Sisi Darat
Terminal penumpang 540m2, Terminal VIP 120m2, ATC Tower 66m2,
Bangunan NDB 209m2, Bangunan Meteo 540m2, PKPPK Cat IV 224m2,
DPPU Pertamina 540m2, Power House 132m2, Workshop 540m2, Gudang
540m2, Bangunan Administrasi 516m2, Rumah Dinas 39 unit
Alat Bantu Navigasi Udara NDB Nautel ND 4000 BD
Alat Bantu Komunikasi Penerbangan VHF Tranceiver, HF-SSB Tranceiver
Fasilitas Penunjang Jalan Akses 1.000m2, Halaman Parkir 3.900m2
Fasilitas Utilitas Daya Listrik PLN, Genset, Jaringan Air Bersih, Jaringan Telpon
Sumber : Rencana Induk Bandar Udara Rendani Manokwari Tahun 2004
Pertumbuhan dan perkembangan Wilayah Perencanaan, perkembangan aktifitas regional dan nasional
akan sangat mempengaruhi rencana pengembangan bandar udara di wilayah perencanaan. Untuk
mengetahui karakteristik lalu-lintas udara di Kota Manokwari, dilakukan pencacahan volume
penumpang dan pesawat.
Volume penumpang dan pesawat terbang
Pada saat ini maskapai yang melayani rute dari dan ke Manokwari adalah Merpati Nusantara,
Batavia Air dan Express Air serta perintis. Berdasarkan data-data yang ada yaitu dari BPS maupun
dari Rencana Induk Bandar Udara Rendani, perkembangan volume penumpang adalah seperti tabel
berikut :
Tabel 3.21.
Data Penumpang dan Frekuensi Pesawat di Bandara Rendani Tahun 2010
No. Jenis Data Jumlah
a. Pesawat Berangkat 4.414 kali
b. Pesawat Datang 4.330 kali
c. Penumpang Berangkat 133.207 orang
d. Penumpang Datang 124.117 orang
e. Penumpang Transit 69.290 orang
f. Bongkar Barang 421.311 Kg
g. Muat Barang 601.581 Kg
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 79
Sumber: Data BPS Manokwari Dalam Angka Tahun 2011
Rencana Pengembangan
Sampai saat ini, pesawat terbesar yang bisa mendarat di Bandar Udara Rendani Manokwari
adalah jenis Boeing 737-200, kemudian juga pesawat jenis Fokker 100 serta pesawat perintis. Hal
ini terkait dengan panjang Landasan Pacu atau Runway di bandara tersebut yang belum
memungkinkan pesawat yang lebih besar untuk bisa mendarat.
Jika dilihat pertumbuhan volume penumpang dan kargo dari tahun ke tahun yang mengalami
kenaikan, Akibat positifdari pengembangan bandara adalah semakin terbukanya akses ke
Manokwari baik nasional maupun internasional. Hal tersebut akan semakin membuka peluang para
investor untuk menanamkan modalnya. Hasil akhirnya adalah semakin pesatnya pertumbuhan
ekonomi di Manokwari dan sekitarnya.
Gambar 3.25 Kondisi Bandara Udara Rendani, Manokwari
Bandar udara Rendani terletak pada SubBWP D, pada subblok D2-5 dengan fungsi
kawasan (peruntukan) SPU-2 atau Zona Pelayanan Umum Transportasi. Selanjutnya pada
Gambar 5.5. berikut, disajikan mengenai Peta Rencana jaringan transportasi udara pada BWP
Manokwari
Jaringan telekomunikasi
Seiring dengan semakin menipisnya jarak antar ruang dan waktu sebagai dampak dari
perkembangan teknologi, keberadaan infrastruktur penunjang telekomunikasi merupakan
kebutuhan yang sangat vital. Wilayah yang memiliki infrastruktur teknologi dan komunikasi
yang baik akan mampu terhubung dengan wilayah lainnya sehingga memudahkan akses
terhadap informasi dari dan menuju daerah tersebut. Keberadaan teknologi dan informasi yang
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 80
mumpuni akan mendukung interaksi wilayah tersebut dengan wilayah lainnya sehingga dapat
memunculkan peluang-peluang baru, terutama dalam hal ekonomi dan perdagangan.
Keterbatasan data tentang kondisi eksisting infrastruktur telekomunikasi menyebabkan
sedikit sekali gambaran yang diperoleh terkait dengan perkembangan infrastruktur
telekomunikasi di BWP Manokwari. Satu sumber data yang dimiliki dan dapat
menggambarkan kondisi telekomuniasi di BWP Manokwari adalah data jumlah pelanggan
telepon kabel yang bersumber dari Potensi Desa (Podes) 2011. Berdasarkan data yang
diperoleh, dalam lingkup Sub BWP Manokwari terdapat 133 pelanggan telepon kabel.
Minimnya jumlah pelanggan telepon kabel, dikarenakan mahalnya pengembangan atau
pembangunan infrastruktur penunjang di lokasi setempat. Selain itu karena jaringan
telekomunikasi via telepon seluler dinilai lebih praktis dan saat ini lebih diminati oleh
masyarakat, maka pengguna telepon kabel sangat terbatas. Jumlah pelanggan telepon kabel di
BWP Manokwari yang dibagi tiap sub BWP yang dapat diamati dalam Tabel 5.45. menurut
ketersediaan data, Sub BWP E tidak memiliki pelanggan telepon kabel.
Tabel 3.22.
Jumlah Pelanggan Telepon Kabel di BWP Manokwari
No Sub BWP
Jumlah Pelanggan
Telepon Kabel
1 Sub BWP A 72
2 Sub BWP B 9
3 Sub BWP C 48
4 Sub BWP D 4
Total 133
3.4.2.3. Jaringan Energi/Kelistrikan
jaringan energi/kelistrikan menjabarkan tentang jaringan distribusi dan pengembangannya
berdasarkan perkiraan kebutuhan energi/listrik di wilayah perencanaan yang terdiri atas:
a. Jaringan subtransmisi, yang berfungsi menyalurkan daya listrik dari sumberdaya besar
(pembangkit) menuju jaringan distribusi primer (gardu induk) yang terletak di wilayah
perencanaan
b. Jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT,SUTET,SUTT) berfungsi menyalurkan daya
listrik dari jaringan subtransmisi menuju jaringan distribusi sekunder, infrastruktur
pendukung pada jaringan distribusi primer meliputi :
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 81
i. Gardu induk berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan subtransmisi (70-500 kv)
menjadi tegangan menengah ( 20 kv);
ii. Gardu hubung berfungsi membagi daya listrik dari gardu induk menuju gardu distribusi.
c. Jaringan distribusi sekunder yang berfungsi untuk menyalurkan atau menghubungkan daya
listrik tegangan rendah ke konsumen, yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung berupa
gardu distribusi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer (20 kv) menjadi tegangan
sekunder (220 v/380 v).
Beberapa asumsi/perkiraan dasar yang digunakan untuk perhitungan kebutuhan jaringan
energi/kelistrikan adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan dilakukan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan lingkungan perkotaan
2. Asumsi kebutuhan listrik per KK = 450 vA
3. Asumsi kebutuhan listrik sarana lingkungan 40 % × asumsi kebutuhan listrik per KK
4. Asumsi trafo yang dibutuhkan = 10 kVA membutuhkan 1 unit trafo
Tabel 3.23.
Jumlah Pelanggan Listrik BWP Manokwari
No Sub BWP
Jumlah Pelanggan
(KK)
1 Sub BWP A 7.553
2 Sub BWP B 1.865
3 Sub BWP C 5.001
4 Sub BWP D 2.693
5 Sub BWP E 24
TOTAL 17.136
Potensi Desa Tahun 2011
Berdasarkan data Potensi Desa tahun 2011 yang termuat dalam Tabel 5.34, pelanggan listrik rumah
tangga BWP Manokwari berjumlah 17.136 KK. Pelanggan listrik terbanyak terdapat di Sub BWP A
dengan jumlah sebesar 7553 KK, sedangkan yang terkecil adalah sub BWP E dengan 24 KK.
Komposisi tersebut menggambarkan kondisi terpusatnya permukiman di Sub BWP A dan C dengan
segala fasilitas pelayanan ekonomi dan jasa yang terdapat di dalamnya.
Namun berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan
lingkungan perkotaan, jumlah tersebut masih belum memenuhi kondisi ideal jika memperhatikan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 82
jumlah KK yang sudah dialiri listrik. Kebutuhan ideal pemenuhan listrik di tingkat rumah tangga di
BWP Manokwari adalah sekitar 27.742 KK. Dengan asumsi setiap rumah tangga mebutuhkan sekitar
450 vA, maka total yang dibutuhkan adalah sebesar 12.483,90 kvA. Selain kebutuhan listrik rumah
tangga, fasilitas pelayanan yang terdapat di masing masing sub blok juga memerlukan tenaga listrik
untuk melaksanakan fungsinya. Asumsi yang digunakan untuk perhitungan listrik fasilitas lingkungan
di masing masing sub blok adalah 40 % dari kebutuhan rumah tangga di lingkungan tersebut.
Sedangkan total kebutuhan listrik merupakan hasil penjumlahan dari kebutuhan listrik rumah tangga
dan kebutuhan listrik lingkungan.
Tabel 3.24.
Kondisi Ideal Kebutuhan Listrik BWP Manokwari Tahun 2012
Bagian
Wilayah
KK
2012
Kebutuhan
Listrik
Rumah
Tangga (kVA)
Kebutuhan
Listrik
Lingkungan
(kvA)
Kebutuhan
Listrik
Total (kvA)
Total Trafo
Yang
dibutuhkan
(Unit)
Sub BWP A 16.595 7.467,75 2.987,10 10.454,85 1.045
A1 3.653 1.643,85 657,54 2.301,39 230
A2 5.232 2.354,40 941,76 3.296,16 330
A3 7.710 3.469,50 1.387,80 4.857,30 486
Sub BWP B 2.411 1.084,95 433,98 1.518,93 152
B1 808 363,60 145,44 509,04 51
B2 370 166,50 66,60 233,10 23
B3 1.086 488,70 195,48 684,18 68
B4 147 66,15 26,46 92,61 9
Sub BWP C 5.036 2.266,20 906,48 3.172,68 317
C1 7 3,15 1,26 4,41 0
C2 3.116 1.402,20 560,88 1.963,08 196
C3 1.913 860,85 344,34 1.205,19 121
Sub BWP D 3.553 1.598,85 639,54 2.238,39 224
D1 76 34,20 13,68 47,88 5
D2 2.067 930,15 372,06 1.302,21 130
D3 1.410 634,50 253,80 888,30 89
Sub BWP E 147 66,15 26,46 92,61 9
E1 68 30,60 12,24 42,84 4
E2 0 0,00 0,00 0,00 0
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 83
Bagian
Wilayah
KK
2012
Kebutuhan
Listrik
Rumah
Tangga (kVA)
Kebutuhan
Listrik
Lingkungan
(kvA)
Kebutuhan
Listrik
Total (kvA)
Total Trafo
Yang
dibutuhkan
(Unit)
E3 79 35,55 14,22 49,77 5
Total 27.742 12.483,90 4.993,56 17.477,46 1.748
Sumber: Analisis Studio, 2012
Berdasarkan hasil analisis studio yang termuat dalam Tabel 5.35, total kebutuhan listrik BWP
Manokwari adalah 17.477kvA. Jumlah tersebut sebagian besar merupakan kebutuhan listrik di Sub
BWP A dan C. Blok dengan kebutuhan terbesar adalah blok A3 sejumlah 4,57,3 KvA. Terdapat satu
blok yang tidak memerlukan listrik, yaitu blok E2. Hal tersebut disebabkan blok tersebut merupakan
kawasan pertanian yang tidak dihuni oleh penduduk. Hasil perhitungan total kebutuhan tersebut
kemudian digunakan sebagai dasar untuk menentukan totak trafo yang dibutuhkan untuk mengalirkan
listrik di tiap sub blok. Asumsi yang digunakan adalah setiap 10 KvA membutuhkan 1 unit trafo untuk
mengalirkan listrik, sehingga total trafo yang dibutuhkan di BWP Manokwari adalah sekitar 1.748 unit
trafo.
Selain melakukan perhitungan terhadap kondisi ideal kebutuhan listrik BWP Manokwarotahun 2012,
perhitungan kebutuhan listrik BWP Manokwari juga dilakukan dengan periode 5 tahunan
Kebutuhan listrik rumah tangga di BWP Manokwari tahun 2017 adalah sebesar 17.033,40 KvA.
Jumlah kebutuhan listrik tersebut kemudian ditambahkan dengan kebutuhan listrik lingkungan sebesar
40 % dari kebutuhan listrik rumah tangga dengan jumlah sebesar 6.813,36 KvA, sehingga total
kebutuhan listrik BWP manokwari tahun 2017 adalah sebesar 23.846,76 KvA. Jumlah trafo yang
dibutuhkan untuk mengalirkan listrik tersebut ke masing masing rumah tangga adalah sebanyak 2.385
unit trafo. Pemenuhan kebutuhan tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel 3.25.
Proyeksi Kebutuhan Listrik BWP Manokwari Tahun 2017
Bagian
Wilayah
KK
2017
Kebutuhan
Listrik Rumah
Tangga (kVA)
Kebutuhan
Listrik
Lingkungan
(kVA)
Kebutuhan
Listrik total
(kVA)
Total Trafo
Yang
dibutuhkan
(Unit)
Sub BWP A 23.501 10.575,45 4.230,18 14.805,63 1.481
A1 5.174 2.328,30 931,32 3.259,62 326
A2 7.410 3.334,50 1.333,80 4.668,30 467
A3 10.917 4.912,65 1.965,06 6.877,71 688
Sub BWP C 7.135 3.210,75 1.284,30 4.495,05 450
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 84
Bagian
Wilayah
KK
2017
Kebutuhan
Listrik Rumah
Tangga (kVA)
Kebutuhan
Listrik
Lingkungan
(kVA)
Kebutuhan
Listrik total
(kVA)
Total Trafo
Yang
dibutuhkan
(Unit)
C1 10 4,50 1,80 6,30 1
C2 4.416 1.987,20 794,88 2.782,08 278
C3 2.709 1.219,05 487,62 1.706,67 171
Sumber: Analisis Studio, 2012
Dari hasil analisis berupa proyeksi kebutuhan listrik selama 5 tahunan hingga akhir masa
perencanaan pada BWP Manokwari, dapat diperkirakan atau direncanakan estimasi kebutuhan
anggaran yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di BWP Manokwari.
Pada tahun 2022, 2027 dan 2032 menunjukkan proyeksi kepala keluarga setiap lima tahunan
melebihi 20.000 KK. Hal ini berarti dalam 5 tahun jumlah potensial pelanggan atau pengguna listrik
yang harus di layani lebih dari 20.000 kepala keluarga. Hal ini secara otomatis menyebabkan
kebutuhan listrik rumah tangga akan meningkat pula. Pertumbuhan penduduk, akan meningkatkan
kebutuhan akan listrik. Karena listrik sangat krusial dalam menunjang kegiatan penduduk suatu
wilayah, maka dari itu hal ini harus menjadi perhatian lebih lanjut.
Pemenuhan kebutuhan listrik yang semakin besar dari tahun ke tahun membuat peningkatan
infrastruktur penunjang menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Infrasturktur
tersebut terutama terkait dengan ketersedian jaringan listrik induk yang mengalirkan arus listrik ke
setiap rumah. Analisis kebutuhan pengembangan jaringan listrik dalam dokumen ini dilakukan dengan
data jaringan listrik yang bersumber dari dokumen RDTR sebelumnya tahun 2009. Keterbatasan data
penunjang dari PLN ataupun instansi yang terkait lainnya membuat analisis kebutuhan pengembangan
dilakukan berdasarkan asumsi bahwa jaringan listrik induk mengikuti jaringan jalan utama di setiap
kawasan, terutama jalan arteri primer dan kolektor. Selain itu analisis pengembangan jaringan juga
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor proporsi kepadatan pemukiman di suatu kawasan.
Semakin padat suatu kawasan permukiman maka semakin besar kepadatan jaringan di suatu kawasan
tersebut maupun sebaliknya.
Pada rencana pengembangan jaringan listrik, akan dibahas pula mengenai rencana panjang jaringan
listrik pada masing-masing Sub BWP. Hal ini sangat terkait dengan kebutuhan listrik BWP Manokwari
yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan melihat fungsi kawasan atau fungsi subblok peruntukan
atau fungsi subzona peruntukan maka dapat dilihat dan dijadikan bahan pertimbangan lebih lanjut
untuk prioritas pengembangan jaringan listrik pada BWP Manokwari.Fungsi kawasan yang merupakan
pusat atau sebagai fungsi penting yang melayani penduduk BWP Manokwari harus diprioritaskan
pengembangannya. Jaringan listrik eksisting atau yang sudah ada saat ini, ada kemungkinan belum
mencukupi untuk jangka waktu 20 tahun ke depan. Oleh karena itu disajikan rencana pengembangan
jaringan listrik baik eksisting maupun yang akan direncanakan. Jaringan listrik yang ada saat ini
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 85
(eksisting) apabila masih mencukupi kebutuhan atau jangkauan pelayanannya dapat melingkupi
seluruh kawasan (Sub BWP), maka analisisnya disajikan pada tabel tanpa rencana pengembangannya.
Sedangkan untuk Sub BWP yang memiliki banyak pengembangan fungsi kawasan, maka sangat besar
kemungkinannya untuk menambah jaringan listrik agar kawasan-kawasan atau zona-zona baru tersebut
dapat tercakup dalam jangkauan pelayanan jaringan listrik. Selanjutnya akan dibahas mengenai
rencana pengembangan jaringan listrik pada BWP Manokwari untuk masing-masing Sub BWP.
Tabel 3.27. berikut menyajikan Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP A,
pada Sub BWP A tidak terdapat rencana penambahan jaringan listrik (induk) baru.
Tabel 3.27.
Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP A
Sub BW
PBLOK
Sub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan Listrik
IndukEksisting(m)
Jumlah Gardu Listrik(unit)
A
A1
A1-1 C-2 Perumahan dan Perkantoran 824,835A1-2 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 2.177,254 1 UnitA1-3 SPU-1 Pendidikan 1.662,254A1-4 KT-1 Pemerintahan 385,840A1-5 RTH Ruang Terbuka Hijau 4.350,485
A2 A2-1 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 336,139A2-2 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 1.360,274A2-3 KT-1 Pemerintahan 674,286A2-4 SPU-3 Kesehatan 261,393A2-5 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 416,117
A2-6 C-3Perkantoran dan Perdagangan / Jasa
2.919,568 1 Unit
A2-7 SPU-1 Pendidikan 1.771,274A2-8 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 0 1 UnitA2-9 SPU-1 Pendidikan 2.610,785 1 UnitA2-11 SPU-2 Transportasi 792,289A2-12 C-2 Perumahan dan Perkantoran 1.616,364
A2-14 R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.866,224
A2-15 RTH Ruang Terbuka Hijau 963,756A2-17 SC Suaka Alam dan Cagar 1.841,224
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 86
Sub BW
PBLOK
Sub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan Listrik
IndukEksisting(m)
Jumlah Gardu Listrik(unit)
Budaya
A3
A3-1 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 955,956A3-3 C-2 Perumahan dan Perkantoran 531,188
A3-4 C-3Perkantoran dan Perdagangan / Jasa
911,482
A3-5 KT-1 Pemerintahan 2.010,455A3-6 KT-1 Pemerintahan 468,915A3-7 PL-3 Kawasan Pariwisata 1.154,181
A3-8 R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
526,287 1 Unit
A3-9 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 810,727A3-10 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 1.581,792 1 UnitA3-11 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 22,409A3-13 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 1.046,150A3-14 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 329,227A3-15 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 537,088A3-18 PL-3 Kawasan Pariwisata 107,156A3-19 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 914,818A3-20 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 272,892A3-21 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 451,543
Total 39.462,627 6 unit Sumber: Analisis Studio, 2012
Sebagai Sub BWP yang menjadi pusat perekonomian dalam skala regional maupun lokal, kebutuhan
rencana panjang jaringan listrik induk di Sub BWP A merupakan yang terbesar di antara Sub BWP
Manokwarilainnya. Total panjang jaringan listrik induk Sub BWP A adalah 39.462,62 m dengan
jumlah gardu induk sebanyak 6 unit. Hasil analisis studio yang dilakukan menunjukkan bahwa panjang
jaringan eksisting tersebut sudah cukup mumpuni untuk memenuhi kebutuhan listrik Sub BWP A
dalam beberapa periode yang akan datang, sehingga belum diperlukan rencana penambahan jaringan
baru ataupun rencana penambahan unit gardu listrik baru. Lebih lengkapnya tentang rencana panjang
jaringan listrik induk dan gardu induk dapat diamati dalam Tabel 5.40. mengenai rencana panjang
jaringan listrik induk pada sub BWP A.
Sub BWP C memiliki panjang jaringan listrik induk eksisting sebesar 12.236,142 m. Sub blok yang
dilalui jaringan induk teroanjang adalah sub blok C3-2 dengan panjang 3.339 m atau 25 % dari total
panjang jarinagn di Sub BWP C, sedangkan yang terkecil adalah di sub blok C3-5 dengan panjang
728,48. Jumlah tersebut dianggap sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sub BWP C dalam
beberapa periode yang akan datang sehingga penambahan jaringan induk baru belum diperlukan. Lebih
lengkapnya panjang jaringan listrik induk di Sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 5.42. pada
Tabel 5.42. dapat dilihat bahwa Sub BWP C tidak direncanakan untuk penambahan jaringan listrik
baru. Saha halnya dengan Sub BWP A.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 87
Fungsi Sub Blok peruntukan pada Sub BWP C yang dilalui atau dilingkupi oleh jaringan listrik seperti
tersaji pada Tabel 5.42. merupakan zona perumahan dan zona campuran. Jenis kedua zona ini sangat
potensial sebagai pengguna listrik. Kawasan hunian seperti pada Subblok C yang terlingkupi oleh
jaringan listrik sangat besar kemungkinannya untuk berkembang sehingga kondisi jaringan listrik yang
ada harus ditambahkan. Apabila tidak diperhatikan sejak dini, bisa jadi akan mengganggu kestabilan
jaringan kelistrikan pada wilayah disekitarnya. dalam jangka waktu 5 sampai dengan 20 tahun
mendatang
Tabel 3.28.
Rencana Panjang Jaringan Listrik Induk pada Sub BWP C
Sub BW
P
BLOK
Sub Blok
Kode
Fungsi
Panjang Jaringan
Listrik Induk Eksisting (m)
C
C2
C2-1
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
253,193
C2-4
R-4 Rumah Kepadatan Rendah 714,407
C2-5
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.934,414
C2-6
R-4 Rumah Kepadatan Rendah 137,002
C2-8
C-1Perumahan dan Perdagangan/Jasa
2.211,705
C3
C3-1
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.108,710
C3-2
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
3.339,481
C3-4
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.808,754
C3-5
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
728,476
Total 12.236,142Sumber: Analisis Studio, 2012
3.4.2.4. Jaringan Air Bersih
Air bersih termasuk salah satu kebutuhan vital bagi keberlangsungan kehidupan. Tersedianya
air bersih termasuk ke dalam satu tujuan dari MDG (Milllenium Developments Goal) yang
ditetapkan oleh PBB. Hingga saat ini penyediaan air bersih belum menjadi masalah yang mendesak
bagi BWP Manokwari. Masih tersedianya kawasan resapan air yang cukup membuat ketersediaan
air baku bagi masyarakat perkotaan dapat terpenuhi dengan cukup baik. Hanya saja semakin
meningkatnya jumlah penduduk tentu saja semakin meningkatkan kebutuhan terhadap air baku.
Berdasarkan analisis yang dilakukan menggunakan standar Dirjen Cipta Karya (2003), rumah
tangga BWP Manokwari membutuhkan pasokan air bersih sebesar 3.606.460,00 l/hari pada tahun
2012. Kebutuhan tersebut semakin meningkat setiap periodenya karena asumsi yang digunakan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 88
adalah pertumbuhan jumlah KK. Pada tahun 2017, kebutuhan pasokan air bersih adalah sebesar
4.920.760 l/hari, dan mencapai puncaknya pada tahun 2032 sebesar 12.861.290 l/hari.
Sub BWP dengan kebutuhan terbesar adalah Sub BWP A.sedangkan Sub BWP E merupakan
Sub BWP dengan kebutuhan pasokan air bersih paling kecil di antara Sub BWP lainnya.
Perhitungan juga dilakukan terhadap kebutuhan air untuk fasilitas lingkungan dan juga cadangan
untuk persediaan pemadam kebakaran. Sebagian wilayah kota yang memiliki kepadatan tinggi
cukup rawan kebakaran sehingga persiapan dan antisipasi air untuk kebakaran perlu juga
dimasukkan dalam asumsi kebutuhan total air bersih. Pemenuhan kebutuhan air yang semakin
meningkat tersebut merupakan sebuah tantangan bagi PDAM dan segenap instansi pemerintahan
Manokwari untuk menyediakan sumber air air baku yang cukup dan juga pendisribusian yang
merata.
Tabel 3.29. menyajikan perhitungan kondisi ideal kebutuhan air bersih di BWP Manokwari
tahun 2012. Perhitungan detail kebutuhan masing masing sub BWP dalam periode 5 tahunan dapat
dicermati dalam Tabel 3.29. sampai denganTabel 3.30.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 89
Sumber: Analisis Studio, 2012
Tabel 3.30 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di BWP Manokwari Tahun 2017
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 90
KK 2012
Penduduk 2012
Kebutuhan rumah tangga (L/hari)
Fasilitas sosial,
komersial dan
industri (L/hari)
Kebutuhan seluruh kawasan (L/hari)
Kebocoran 30 %
dari kebutuhan seluruh perencan
aan (L/hari)
Cadangan
kebakaran 10 %
dari kebutuhan seluruh kawasan (L/hari)
Total kebutuhan seluruh kawasan (L/hari)
Kebutuhan Air Rata Rata Setiap
Hari (L/detik)
Kebutuhan Air
Pada Jam Puncak
(L/detik)
Kebutu
Sambun
Rumah (Unit)
16595 663402.157.350,0
0647.205,0
02.804.555,
00841.366,5
0280.455,5
03.926.377,
0045,4
479,53 10.614
3653 14605 474.890,00142.467,0
0617.357,0
0185.207,1
061.735,70 864.299,80
10,00
17,51 2.337
5232 20922 680.160,00204.048,0
0884.208,0
0265.262,4
088.420,80
1.237.891,20
14,33
25,07 3.348
7710 308131.002.300,0
0300.690,0
01.302.990,
00390.897,0
0130.299,0
01.824.186,
0021,1
136,95 4.930
5036 20142 654.680,00196.404,0
0851.084,0
0255.325,2
085.108,40
1.191.517,60
13,79
24,13 3.223
28 910,00 273,00 1.183,00 354,90 118,30 1.656,20 0,02 0,03
3116 12464 405.080,00121.524,0
0526.604,0
0157.981,2
052.660,40 737.245,60 8,53 14,93 1.994
1913 7650 248.690,00 74.607,00323.297,0
096.989,10 32.329,70 452.615,80 5,24 9,17 1.224
Bagian
Wilayah
KK 2017
Penduduk
2017
Kebutuhan
rumah
tangga
(L/hari)
Fasilitas sosial,
komersial
dan industr
i (L/hari)
Kebutuhan
seluruh
kawasan (L/hari)
Kebocoran 30 % dari
kebutuhan seluruh
perencanaa
n (L/ha
ri)
Cadangan pemadam kebakaran 10 %
dari kebutuha
n seluruh
kawasan
(L/hari)
Total kebutuha
n seluruh
kawasan
(L/hari)
Kebutuhan Air Rata Rata Setiap Hari (L/detik)
Kebutuhan Air Pada Jam Puncak (L/detik)
Kebutuhan Sambungan Rumah (Unit)
Kebutuhan Hidran Umum (Unit)
Sub BWP
A
23.501
93.969
3.055.130
916.539
3.971.669
1.191.500,7
0397.166,90
5.560.336,60
64,36
112,62
15.035 188
A1
5.174
20.691
672.620
201.786
874.406
262.321,80
87.440,60
1.224.168,
4014,1
7 24,803.31
1 41
A2
7.410
29.632
963.300
288.990
1.252.290
375.687,00
125.229,00
1.753.206,
0020,2
9 35,514.74
1 59
A3
10.917
43.646
1.419.210
425.763
1.844.973
553.491,90
184.497,30
2.582.962,
2029,9
0 52,326.98
3 87Sub
BWP B
2.851
11.385
370.630
111.189
481.819
144.545,70
48.181,90
674.546,60 7,81 13,66
1.822 23
B1955
3.816
124.150
37.245
161.395
48.418,50
16.139,50
225.953,00 2,62 4,58 611 8
B2438
1.745
56.940
17.082
74.022
22.206,60
7.402,20
103.630,80 1,20 2,10 279 3
B31.284
5.131
166.920
50.076
216.996
65.098,80
21.699,60
303.794,40 3,52 6,15 821 10
B4174 693
22.620
6.786
29.406
8.821,80
2.940,60
41.168,40 0,48 0,83 111 1
Sub BWP
C
7.135
28.533
927.550
278.265
1.205.815
361.744,50
120.581,50
1.688.141,00
19,54 34,19
4.565 57
C110 40 1.300 390 1.690
507,00
169,00
2.366,00 0,03 0,05 6 0
C24.416
17.658
574.080
172.224
746.304
223.891,20
74.630,40
1.044.825,
6012,0
9 21,162.82
5 35
C32.709
10.835
352.170
105.651
457.821
137.346,30
45.782,10
640.949,40 7,42 12,98
1.734 22
Sub 4. 16.7 545.4 163. 709.1 212.7 70.91 992.7 11,4 20,11 2.68 34
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 91
Bagian
Wilayah
KK 2017
Penduduk
2017
Kebutuhan
rumah
tangga
(L/hari)
Fasilitas sosial,
komersial
dan industr
i (L/hari)
Kebutuhan
seluruh
kawasan (L/hari)
Kebocoran 30 % dari
kebutuhan seluruh
perencanaa
n (L/ha
ri)
Cadangan pemadam kebakaran 10 %
dari kebutuha
n seluruh
kawasan
(L/hari)
Total kebutuha
n seluruh
kawasan
(L/hari)
Kebutuhan Air Rata Rata Setiap Hari (L/detik)
Kebutuhan Air Pada Jam Puncak (L/detik)
Kebutuhan Sambungan Rumah (Unit)
Kebutuhan Hidran Umum (Unit)
BWP D
196 82 80 644 24 37,20 2,40 73,60 9 5
D190 359
11.700
3.510
15.210
4.563,00
1.521,00
21.294,00 0,25 0,43 57 1
D22.440
9.763
317.200
95.160
412.360
123.708,00
41.236,00
577.304,00 6,68 11,69
1.562 20
D31.666
6.660
216.580
64.974
281.554
84.466,20
28.155,40
394.175,60 4,56 7,98
1.066 13
Sub BWP
E169 674
21.970
6.591
28.561
8.568,30
2.856,10
39.985,40 0,46 0,81 108 1
E178 311
10.140
3.042
13.182
3.954,60
1.318,20
18.454,80 0,21 0,37 50 1
E2 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0
E391 363
11.830
3.549
15.379
4.613,70
1.537,90
21.530,60 0,25 0,44 58 1
Total37.852
151.343
4.920.760
1.476.22
8
6.396.988
1.919.096,4
0
639.698,80
8.955.783,20
103,65
181,40
24.215
303
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 92
Kebutuhan penyediaan air bersih bagi setiap BWP tentunya harus sejalan dengan ketersedian
jaringan distribusi yang merata terhadap semua rumah tangga yang membutuhkan. Analisis rencana
pengembangan jaringan perpipaan air bersih manokwari dilakukan menggunakan data jaringan
perpipaan air bersih BWP Manokwari dokumen RDTR dan Peraturan Zonasi tahun 2009 yang lalu.
Jaringan perpipaan yang dimaksud dalam analisis rencana pengembangan adalah pipa induk yang
distribusi air menuju pipa sambungan rumah yang dimiliki oleh konsumen. Data tersebut kemudian
diperbarui dengan mempertimbangkan perubahan fungsi kawasan dan arah perkembangan BWP
Manokwari ke depannya.
Masing-masing Sub BWP memiliki kebutuhan yang berbeda untuk ketersediaan air bersih.
Beberapa hal yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk yang dilayani
2. Keragaman fungsi kawasan (subblok peruntukan) pada masing-masing Sub BWP
3. Keberadaan sumber air
Seperti telah diuraikan sebelumnyajaringan perpipaan diperlukan untuk mendistribusikan air bersih
untuk penduduk. Jaringan perpipaan yang ada di BWP Manokwari pada bahasan ini dapat dibedakan
menjadi dua yaitu, jaringan pipa eksisting atau jaringan yang sudah ada hingga saat ini, dan rencana
pengembangan atau penambahan jaringan pipa, yang dimaksudkan untuk mendistribusikan air bersih
kepada lokasi kawasan yang belum terlingkupi jaringan perpipaan eksisting. Hingga akhir masa
perencanaan atau 20 tahun ke depan diperkirakan akan semakin banyak kawasan pada BWP
Manokwari yang berkembang, sehingga jaringan perpipaan yang ada tidak akan cukup lagi melayani
kebutuhan penyediaan air bersih seluruh BWP Manokwari. Maka dari itu perlu penambahan jaringan
yang diarahkan untuk mencakup area layan baru. Selain daripada itu fungsi subzona saat ini telah
mengalami perkembangan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan zonsi sebelumnya.
Sehingga jaringan perpipaan baru dibutuhkan untuk menyediakan air bersih bagi penduduk beserta
kegiatan atau aktivitasnya.
Substansi berikut akan menjelaskan mengenai rencana pengembangan atau penambahan jaringan
perpipaan baru pada Sub BWP Manokwari yang disajikan pada tabel-tabel untuk masing-masing Sub
BWP (Tabel 3.30 sampai dengan Tabel 3.34.) dan untuk melengkapi pembahasan mengenai jaringan
air bersih dan perpipaan di BWP Manokwari disajikan mengenai sebaran spasial rencana
pengembangan jaringan air bersih yang diwujudkan melalui jaringan perpipaan pada Gambar 5.8.
tentang Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih.
Sub BWP Asebagai kawasan pusat perekonomian Kota Manokwari saat ini dialui oleh jaringan
perpipaan sepanjang 20.951,76 m dengan 1 unit reservoar yang terletak di sub blok A1-2 Reremi
dengan fungsi sub blok sebagai kawasan perumahan kedapatan rendah. Jaringan perpipaan tersebut
melewati 3 blok dan 43 sub blok di Sub BWP A. Sub blok dengan panjang pipa terbesar adalah sub
blok A2-7 yang berfungsi sebagai kawasan perkatoran, perdagangan dan jasa, sedangkan sub blok
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 93
dengan jaringan perpipaan terkecil adalah sub blok A3-11 dengan fungsi sebagai kawasan pertahanan
dan keamanan.
Seiring dengan semakin besarnya kebutuhan air bersih di kawasan perkotaan, di Sub BWP A
diperlukan tambahan jaringan perpipaan baru sepanjang 18.519,87 m dan juga satu tambahan reservor
baru yang direncanakan terletak di Sub Blok A2-9. Rencana pembangunan jaringan perpipaan baru
tersebut diharapkan dapat meningkatkan panjang jaringan yang telah ada mencapai 100%
dibandingkan dengan kondisi saat ini, sehingga kebutuhan terhadap air bersih di beberapa periode
waktu yang akan datang dapat terpenuhi dengan baik.
Tabel 3.31 Rencana Pengembangan Jaringan Perpipaan Air Bersih Sub BWP A
BLOK
Sub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan
Perpipaan Air Bersih Eksisting
(m)
Rencana Penambahan Panjang
Jaringan Perpipaan
Baru (m)
Keberadaan Reservoar Air Bersih
(1 unit)
A1
A1-1 C-2 Perumahan dan Perkantoran 418,78 406.05
A1-2 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 521,18 1.656.08Reservoir Air Reremi
A1-3 SPU-1 Pendidikan 531,73 1.130.52A1-4 KT-1 Pemerintahan 253,26 132.58A1-5 RTH Ruang Terbuka Hijau 4.350.49
A2
A2-1 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 206,99 129.15A2-2 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 1.345,34 14.93A2-3 KT-1 Pemerintahan 674,29 A2-4 SPU-3 Kesehatan 261,39 A2-5 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 416,11 0.01
A2-6 C-3Perkantoran dan Perdagangan / Jasa
2.919,57
A2-7 SPU-1 Pendidikan 1.771.27
A2-9 SPU-1 Pendidikan 2.610.78
Rencana Pembangunan Reservoar Baru
A2-11
SPU-2 Transportasi 777,36 14.93
A2-12
C-2 Perumahan dan Perkantoran 1.616.36
A2-14
R-5Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.866.22
A2-15
RTH Ruang Terbuka Hijau 963.76
A2-17
SCSuaka Alam dan Cagar Budaya
1.841.22
A3 A3-1 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 955,96 A3-3 C-2 Perumahan dan Perkantoran 531,19
A3-4 C-3Perkantoran dan Perdagangan / Jasa
908,14 3.34
A3-5 KT-1 Pemerintahan 2.010,45 A3-6 KT-1 Pemerintahan 468,91 A3-7 PL-3 Kawasan Pariwisata 1.154,18 A3-8 R-5 Rumah Kepadatan Sangat
Rendah526,29
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 94
BLOK
Sub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan
Perpipaan Air Bersih Eksisting
(m)
Rencana Penambahan Panjang
Jaringan Perpipaan
Baru (m)
Keberadaan Reservoar Air Bersih
(1 unit)
A3-9 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 810,73 A3-10
R-4 Rumah Kepadatan Rendah 1.581,79
A3-11
KH-1 Pertahanan dan Keamanan 22,41
A3-13
KH-1 Pertahanan dan Keamanan 1.046,15
A3-14
R-4 Rumah Kepadatan Rendah 327,64 1.59
A3-15
R-4 Rumah Kepadatan Rendah 537,09
A3-18
PL-3 Kawasan Pariwisata 107,16
A3-19
K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 914,82
A3-20
K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 271,31 1.59
A3-21
KH-1 Pertahanan dan Keamanan 451,54
Total 20.951,76 18.510,87 2 Unit
Sub BWP C dilewati oleh perpipaan distribusi air bersih sepanjang 3.605,5 m yang melewati 2
blok dan 6 sub blok. Umumnya sub blok yang dilewati oleh jaringan perpipaan tersebut merupakan sub
blok yang berfungsi sebagai kawasan permukiman. Berdasarkan analisis, jumlah tersebut masih jauh
dari kondisi ideal untuk pemenuhan kebutuhan Sub BWP C. Dalam beberapa periode waktu ke
depannya, rencana pengembangan dilakukan dengan peningkatan panjang jaringan perpipaan hampir 3
kali lipat dari jumlah yang ada saat ini, dengan panjang mencai 8.630,64 dengan tambahan perpipaan
di 3 sub-blok baru, yaitu sub blok C2-6 (fungsi rumahh kepadatan rendah) sepanjang 137 m, sub blok
C2-8 (fungsi perumahan perdagangan dan jasa sepanjang 2.221,70 m, serta sub blok C3-1 (fungsi
rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 1.108,71 m. Lebih lengkapnya tentang rencana
pengembangan jaringan perpipaan air bersih di Sub BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 3.32
berikut :
Tabel 3.32 Rencana Pengembangan Jaringan Perpipaan Air Bersih Sub BWP C
BLOKSub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan
Perpipaan Air Bersih Eksisting
(m)
Rencana Penambahan
Panjang Jaringan
Perpipaan Baru (m)
Keberadaan Reservoar Air Bersih
(1 unit)
C2 C2-1 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 252,03 1,16C2-4 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 714,41 C2-5 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 1.231,95 702,47 PDAMC2-6 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 137,00
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 95
BLOKSub Blok
Kode Fungsi
Panjang Jaringan
Perpipaan Air Bersih Eksisting
(m)
Rencana Penambahan
Panjang Jaringan
Perpipaan Baru (m)
Keberadaan Reservoar Air Bersih
(1 unit)
C2-8 C-1 Perumahan dan Perdagangan/Jasa 2.211,70
C3
C3-1 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 1.108,71C3-2 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 592,60 2.746,88C3-4 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 110,96 1.697,80C3-5 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 703,55 24,92
Total 3.605,5 8.630,64 1 UnitSumber: Analisis Studio, 2012
3.4.2.5. Jaringan drainase
Pengembangan drainase bertujuan untuk mengalirkan air hujan sedemikian rupa sehingga
tidak lagi menimbulkan bahaya (banjir) atau gangguan lingkungan (genangan air). Sedangkan
sasaran jangka panjangnya adalah untuk menetapkan suatu jaringan drainase yang terpadu, yang
praktis dioperasikan dan dipelihara, mengurangi bahaya banjir dan genangan air,
menjaga/menciptakan kondisi lingkungan yang baik.Rencana bentuk sistem drainase berupa:
saluran drainase, sumur peresapan air hujan (SPAH), dan kolam retensi. Rencana saluran drainase
sebagian besar mengikuti jaringan jalan yang ada, rencana SPAH tersebar mengikuti distribusi
permukiman, sedangkan rencana kolam retensi menggunakan kolam/dam eksisting. Kolam retensi
berfungsi sebagai penampung sementara dari limpasan (over land flow) di sekitarnya.
Masalah yang sering muncul dalam jaringan drainase adalah adanya genangan atau run-off
(aliran permukaan). Air hujan tidak dapat tertampung atau masuk ke saluran drainase karena
terhambat oleh sedimen ataupun sampah. Rencana penanggulangan genangan air hujan dilakukan
dengan pemeliharaan dan perbaikan saluran yang sudah ada, peningkatan saluran yang sudah ada
antara lain dengan: pembuatan pasangan batu pada saluran tersebut sehingga lebih kuat dan
kapasitasnya lebih besar, serta pembuatan saluran baru. Dengan demikian diharapkan akan dapat
mengatasi luapan dan genangan-genangan walaupun hanya pada waktu hujan saja.
Pembuangan air dari saluran drainase direncanakan ke sungai-sungai yang ada, seperti keadaan
drainase yang telah ada pada saat ini. Hal ini dimungkinkan karena tinggi muka air sungai tersebut
jauh lebih rendah dibandingkan dengan muka air tanah di sekitarnya.Jaringan drainase direncanakan
menurut hirarkhi yang berbeda. Jaringan tersebut hendaknya terdiri dari elemen-elemen sebagai
berikut:
a) Saluran tersier, mengalirkan air hujan dari masing-masing rumah tangga ke saluran sekunder
sedemikian rupa sehingga air hujan tersebut tidak lagi menimbulkan gangguan atau
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 96
bahaya.Biasanya saluran tersebut dibiayai, dilaksanakan, dioperasikan dan dipelihara oleh
masing-masing rumah tangga atau warga lingkungan setempat.
b) Saluran sekunder, mengalirkan air hujan dari saluran tersier ke saluran primer. Saluran tersebut
melayani beberapa kelompok perumahan. Biasanya saluran tersebut direncana, didesain,
dibiayai,dilaksanakan, dioperasikan dan dipelihara oleh Pemda Kota/Kota.
c) Saluran primer, mengalirkan air hujan dari beberapa saluran cabang. Saluran tersebut melintasi
batas administrasi. Biasanya saluran tersebut direncana, didesain, dilaksanakan, dioperasikan dan
dipelihara oleh Pemerintah Provinsi.
Mengingat menurunnya kapasitas air tanah dan kebijakan untuk melindungi sumber-sumber
air tanah, sebaiknya tidak semua air hujan dialirkan ke sungai. Sebanyak mungkin air hujan tersebut
dialirkan ke sumur peresapan. Sumur-sumur peresapan tersebut sebaiknya dibangun di wilayah
permukiman untuk mengimbangi jumlah permukaan kedap air yang semakin meningkat.
Keberadaan jaringan drainase di BWP Manokwari cukup diperlukan. Kontur sebagian besar
wilayah terbangun yang berada di kemiringan lereng yang cukup besar menyebabkan aliran run off air
perlu diatur agar tidak menimbulkan potensi terkikisnya tanah yang dapat menyebabkan longsor.
Selain itu jaringan drainase yang teletak di bahu kiri dan kanan jalan juga berpengaruh terhadap
meningkatnya umur pemakaian jalan, karena run-off yang memenuhi badan jalan berpotensi mengikis
permukaan aspal. Analisis rencana pengembangan jaringan drainase BWP Manokwari dilakukan
dengan menggunakan data jaringan drainase yang terdapat di dokumen RDTR dan Peraturan Zonasi
2009, yang kemudian diperbarui dan disesuaikan dengan kondisi perkembangan kawasan kota dan
perubahan fungsi peruntukan.
Sub BWP A merupakan kawasan yang terletak di kawasan yang relatif landai sehingga menjadi
pusat kawasan perkotaan manokwari. Berdasarkan analisis kebutuhan jaringan drainase yang dilakukan
Sub BWP A membutuhkan 1.509,14 m jaringan drainase primer yang melewati 9 sub blok. besar
jaringan drainase primer tersebut saat ini berfungsi sebagai sungai / kali yang berukuran cukup besar
dan alirannya menuju ke arah laut. Sedangkan jaringan drainase sekunder yang dibutuhkan oleh Sub
BWP A adalah sebesar 39.562,06 m yang melewati 39 sub blok. Berdasarkan observasi dan
pengamatan lapangan, sebagian jaringan drainase sekunder tersebut saat ini telah terbangun dengan
konstruksi permanen, sedangkan sebagian masih berupa saluran kecil dengan konstruksi yang belum
permanen. Keterbatasan data pendukung dari instansi terkait membuat perbandingan antara drainase
sekunder yang telah dimiliki dan rencana kebutuhan jaringan yang dianalisis belum dapat
dibandingkan. Lebih lengkapnya tentang kebutuhan pengembangan jaringan drainase di Sub BWP A
dapat diperhatikan dalam Tabel 3.41. berikut :
Tabel 3.41. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Sub BWP A
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 97
BLO
K
Sub
BlokKode Fungsi
Rencana
Panjang
Drainase
Primer
(m)
Rencana
Panjang
Drainase
Sekunder
(m)
A1
A1-1 C-2 Perumahan dan Perkantoran 824,835
A1-2 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 2.177,254
A1-3SPU-
1Pendidikan 1.662,254
A1-4 KT-1 Pemerintahan 385,840
A1-5 RTH Ruang Terbuka Hijau 4.350,485
A2
A2-1 KH-1 Pertahanan dan Keamanan 336,139
A2-2 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 1.360,274
A2-3 KT-1 Pemerintahan 674,286
A2-4SPU-
3Kesehatan 261,393
A2-5 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 416,117
A2-6 C-3Perkantoran dan Perdagangan /
Jasa2.919,568
A2-7SPU-
1Pendidikan 1.771,274
A2-9SPU-
1Pendidikan 2.610,785
A2-
11
SPU-
2Transportasi 69,301 792,289
A2-
12C-2 Perumahan dan Perkantoran 15,843 1.616,364
A2-
14R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 1.866,224
A2-
15RTH Ruang Terbuka Hijau 963,756
A2-
17SC Suaka Alam dan Cagar Budaya 1.841,224
A3 A3-1 R-4 Rumah Kepadatan Rendah 603,474 955,956
A3-3 C-2 Perumahan dan Perkantoran 531,188
A3-4 C-3 Perkantoran dan Perdagangan / 911,482
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 98
BLO
K
Sub
BlokKode Fungsi
Rencana
Panjang
Drainase
Primer
(m)
Rencana
Panjang
Drainase
Sekunder
(m)
Jasa
A3-5 KT-1 Pemerintahan 2.010,455
A3-6 KT-1 Pemerintahan 468,915
A3-7 PL-3 Kawasan Pariwisata 371,413 1.253,611
A3-8 R-5 Rumah Kepadatan Sangat Rendah 526,287
A3-9 K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 54,502 810,727
A3-
10R-4 Rumah Kepadatan Rendah 1.581,792
A3-
11KH-1 Pertahanan dan Keamanan 22,409
A3-
13KH-1 Pertahanan dan Keamanan 1.046,150
A3-
14R-4 Rumah Kepadatan Rendah 329,227
A3-
15R-4 Rumah Kepadatan Rendah 537,088
A3-
18PL-3 Kawasan Pariwisata 229,917 107,156
A3-
19K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 113,226 914,818
A3-
20K-1 Perdagangan / Jasa Tunggal 111,819 272,892
A3-
21KH-1 Pertahanan dan Keamanan 451,543
A3-
22RTH Ruang Terbuka Hijau 20,648
Total 1.590,14 39.562,06
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 99
Peruntukan lahan terbangun Sub BWP C yang didomunasi oleh kawasan permukiman
membutuhkan drainse primer sepanjang 877,168 m yang melalui 3 sub blok. Hampir
seluruh kebutuhan drainase primer tersebut telah terpenuhi dengan keberadaan sungai
rendani dan sungai wosi. Sungai Rendani melewati sub blok C3-1 (fungsi rumah
kepadatan sangat rendah) sepanjang 178,47 m dan sub blok C3-2 (fungsi rumah kepadatan
sangat rendah) sepanjang 325,84 m. Sungai Wosi yang bermuara di Teluk Wosi melewati
sub blok C3-5 (fungsi rumah kepadatan sangat rendah) sepanjang 372,85 m. Selain
drainase primer, sub BWP C juga membutuhkan saluran drainase primer sepanjang
12.477,15 m yang melewati 9 sub blok. Berdasarkan pengamatan terhadap citra satelit
maupun observasi lapangan, sebagian saluran drainase sekunder yang direncanakan dapat
ditemukan keberadaannya saat ini, namun sebagian lagi belum terdapat di lapangan
(belum terbangun). Lebih jelasnya tentang rencana pengembangan jaringan drainase Sub
BWP C dapat diperhatikan dalam Tabel 5.67.
Tabel 5.67. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Sub BWP C
BLOK
Sub Blok
Kode
Fungsi
Rencana
Panjang
Drainase
Primer
(m)
Rencana
Panjang
Drainase
Sekunder (m)
C2
C2-1
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
253,19
3C2-4
R-4
Rumah Kepadatan Rendah
714,40
7C2-5
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.934,4
14C2-6
R-4
Rumah Kepadatan Rendah
137,00
2C2-8
C-1
Perumahan dan Perdagangan/Jasa
2.211,7
05
C3
C3-1
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
178,466
1.108,710
C3-2
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
325,840
3.580,487
C3-4
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
1.808,754
C3-5
R-5
Rumah Kepadatan Sangat Rendah
372,849
728,476
Total877,1
6812.477,
148
Sumber: Analisis Studio, 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 100
3.4.2.6. Jaringan persampahan
Armada dan sarana pengangkutan yang dimiliki oleh DPU cukup terbatas
sehingga pelayanan tidak dapat mencakup seluruh kawasan. Hanya beberapa titik
penting yang sampahnya diangkut oleh armada pengangkut sampah untuk
kemudian diolah di TPA. Sebagian besar penduduk mengelola sampah secara
mandiri dengan cara membakar di pekarangan rumah. Padahal sampah plastik
merupakan sampah yang sangat sulit untuk terurai dan cenderung berbahaya bagi
lingkungan terutama untuk kesuburan tanah. Lebih lengkapnya tentang kondisi
eksisting pengelolaan sampah di Kota Manokwari dapat diperhatikan dengan jelas
dalam Tabel 5.70. dan 3.42. berikut :
Tabel 3.42. Gambaran Umum Pengelolaan Sampah Eksisting Tahun 2009 dan
yang Direncanakan Hingga Tahun 2019 di BWP Manokwari
Uraian2009 2019
Besaran Satuan Besaran Satuan
Jumlah penduduk 261.907 (Jiwa) 277.785 (Jiwa)
Jumlah timbunan sampah 654,77 (m3/hari) 654,77 (m3/hari)
Sampah terangkut (P2L Dinas PU) 55,08 (m3/hari) 173,62 (m3/hari)
Penduduk terlayani 8,41 % 25,0 %
Sisa sampah tertinggal (sistem
setempat)599.69 (m3/hari) 520,85 (m3/hari)
Pengelolaan sampah LDUS 0 % 52,0830% sampah
terangkut
Produksi kompos 0 % 10,42 ton/hari
Sumber : Laporan Akhir Perencanaan Sistem Penanganan Sampah Kota Manokwari
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 101
Tabel 3.43. Kondisi Pengelolaan Sampah di BWP Manokwari
Uraian Besaran Satuan
Gambaran UmumJumlah penduduk 261.907 (Jiwa)Jumlah anggota per KK 2,34 (jiwa/KK)
Cakupan sampahJumlah Penduduk Terlayani 22.026 (jiwa)% Penduduk terlayani, terdiri atas: 8,41 (%)
- TPS 13,62(% penduduk terlayani)
- Contaimer jalan 6,81(% penduduk terlayani)
- Langsung diangkut Truck 79,57(% penduduk terlayani)
- Transfer depo/contaimer -(% penduduk terlayani)
Produksi Sampah (standar) 2,5 (liter/jiwa/hari)Total Produksi sampah 654,77 (m3/hari)
Sampah yang terkumpulDump Truck 6 (m3/hari)Arm roll truck/contaimer jalan 6 (m3/hari)Pelayanan Penyapuan Jalan Kota - (Km)Panjang jalan aspal (kolektor sekunder 9,261 Km, kolektor primer 41,769 Km dan arteri primer 29,747)
80,777 (Km)
- Pelayanan Penyapuan Jalan - (% panjang jalan)- Cakupan Penyapuan Jalan - (Unit)- Becak (1,0m3, 2 rit/hari) -
Pengumpulan Sampah Kota (Unit)- Gerobak (1,0 m3, 2 rit/hari - (Unit)- TPS 3 m3, 2 rit/minggu 4 (Unit)- Dump truck (6 m3/hari ) 6 (Unit)- Armroll truck (5 m3/hari ) 5 (Unit)- Pick up (5 m3/hari ) 1 (Unit)
- Contaimer jalan (6 m3)5 (di 3 lokasi)
(Unit)
- Tranfer depo (6.30m3) - (Unit)* sebagai TPS (Unit)* sebagai TD
Tempat Pemrosesan Akhir 1 (Unit)
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 102
Uraian Besaran Satuan
- Bulldozer 70 hp 1 (Unit)
3.4.3. Perkembangan Sarana Dan Prasarana Kota Manokwari.
sarana dan prasarana merupakan salah satu kebutuhan dasar yang menjadi factor
perkembangan di Kota Manokwari. dengan terpenuhinya sarana dan prasarana tersebut,
sudah dapat di ambil tolak ukur sejauh mana hirarki ataupun tingkatan perkembangan kota
tersebut. Sebagai daerah central business district yang memiliki skala pelayanan regional
dan juga provinsi. Untuk sarana pendidikan seperti TK,SD,SMP,SMA sudah dapat
memenuhi kebutuhan pendidikan untuk tahun ini. Namun perencanaan harus dilakukan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang akan datang. Sarana kesehatan yang saat ini
terdapat di Kota Manokwari juga sudah memenuhi kebutuhan dasar, dengan 3 buah
RSUD, di lengkapi dengan tenaga kesehatan dan fasilitas yang memadai. Peningkatan
perlu dilakukan terhadap sarana air bersih di Kota Manokwari, dalam hal pemeliharaan,
dan juga pergantian pipa-pipa lama yang sudah rusak termakan usia. Ketersediaan air
tanah di daerah ini masih acukuo banyak mengingat masih terdapat area hutan konservasi
yang menjadi sumber resapan. Fasilitas listrik yang ada saat ini sudah cukup untuk
memenuhi standar. Dibutuhkan kinerja yang baik dari para tenaga kerja di bidang tersebut
dalam hal pengawasan serta pemeliharan fasilitas kelistrikan didaerah tersebut, serta
partisipasi masyarakat dalam hal pembayaran rekening listrik.
Sarana prasarana perdagangan yang merupakan penunjang bagi pertumbuhan ekonomi di
Kota Manokwari sendiri masih perlu pembenahan lebih banyak oleh pemerintah setempat.
Terlihat tingkat ketersediaan sarana yang pada saat ini sudah mulai berkurang, sehingga
area pasar tradisional yang ada saat ini terlihat kumuh, dan berbecek pada saat hujan.
Selain itu salah satu penunjang peningkatan perekonomian di Kota Manokwari juga dapat
dilihat dari ketersediaan sarana prasarana transportasi.
Ketersediaan sarana persampahan diKota Manokwari, masih terlihat kurang. Kebanyakan
sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di sini adalah secara perorangan. Yakni
dengan membuang ataupun membakar sendiri sampah, ataupun dengan pembuatan lubang
di tanah dan dikubur. Kelayakan TPS di Kota Manokwari perlu dilakukan peningkatan
dalam hal pemeliharaan sarana yang sudah rusak termakan usia.
Selain itu sebagai kota yang memiliki latar belakang historis, sarana peribadatan di Kota
Manokwari lebih didominasi oleh pemeluk agama Kristen. Pada saat ini sarana yang
menjadi kebutuhan sudah cukup memadai, dan juga tersedia.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 103
3.5. Analisis Tata Ruang Kota
perkembangan Kota Manokwari mengalami perubahan dalam hal peningkatan jumlah
penduduk serta jumlah infrastruktur sarana prasarana yang mempengaruhi struktur ruang
sehingga dibutuhkan analisia mengenai ketersediaan fasilitas yang sudah ada, serta
melakukan pengaturan serta penataan agar pemerataan pembangunan dapat berjalan
dengan baik.
Analisis tata ruang Kota Manokwari yang terdapat di dalam RTRW mengatur sistem
penataan yang sesuai dengan kawasan-kawasan tertentu yang di di peruntukan di dalam
suatu kota.
Kawasan yang terdapat di Kota Manokwari adalah sebagai berikut ;
Kawasan pemukiman
Kawasan perkantoran
Kawasan perdagangan dan jasa
Kawasan pariwisata
Kawasan konservasi
Pemukiman di Kota Manokwari pada saat ini terbilang sudah cukup padat, pertumbuhan
penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Selain dipenuhi oleh penduduk dari
dalam daerah sendiri, pengaruh migrasi juga menjadi salah satu penyebab peningkatan
penduduk.
Kawasan perkantoran yang terdapat di Kota Manokwari, pada saat ini di arahkan
pembangunannya diluar kota yaitu di arfai.
Kawasan perdagangan dan jasa di Kota Manokwari pada saat ini sudah cukup banyak. Hal
ini menjadi salah satu pendongkrak peningkatan perokonomian di Kota Manokwari.
kawasan ini banyak di penuhi oleh pengusaha dari luar daerah.
Kawasan pariwisata yang di kembangkan disini berupa kawasan wisata bahari.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 104
Kawasan konservasi yang di peruntukan di daerah ini dilakukan dalam rangka menjaga
kelestarian sumbar daya air tanah agar dapat mencukupi kebutuhan akan sumber air yang
berkelanjutan.
Fasilitas sarana prasarana yang masih peningkatan disini antara lain, fasilitas air bersih,
dan juga fasilitas persampahan.
Perhatian pemerintah akan pentingnya pemeliharaan fasilitas berupa pipi air yang sudah
termakan usia. Selain itu penyebaran pipa air di daerah Pemukiman yang sampai saat ini
belum terjangkau perlu diperhatikan.
Fasilitas persampahan yang terdapat di Kota Manokwari masih memiliki kekurangan
dalam penyediaan sarana TPS, di pusat kota yang sudah terlihat rusak dan perlu adanya
perbaikan.
3.6. Potensi, Kendala, Peluang, Ancaman.
Adapun peluang, kendala, dan ancaman yang terdapat di Kota Manokwari dapat diuraikan
sebagai berikut :
Potensi
manokwari sebagai pusat pemerintahan skala regional dan provinsi
menjadi daya tarik bagi para investor, akan sumber daya alam yang ada di distrik
disekitar daerah perkotaan.
Pusat perekonomian di Kota Manokwari
Memiliki daya tarik wisata bahari dan wisata hutan konservasi.
Aksesibilitas yang menghubungkan pusat kota dengan daerah daerah disekitarnya.
Kendala.
Banyak masalah sosial yang terjadi, mengenai hak tanah adat,
Kuraangnya skil managerial yang mengakibatkan, sumber daya manusia terbatas
Ketersediaan fasilitas kebersihan seperti TPS masih minim
Peluang
Pengembangan daerah agribisnis
Pengembangan perekonomian lewat sektor kelautan
Pengembangan pariwisata
Pengembangan pusat pemerintahan dan perkantoran berskala provinsi
Ancaman
Daerah rawan bencana banjir dan tsunami
Sulitnya para investor menanamkan modal, akibat masalah-masalah social yang
sering terjadi.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 105
3.7. Arahan Perencanaan Pengembangan Kota
Arahan pengembangan di Kota Manokwari di lakukan berdasarkan fungsi dari
kawasan tertentu, serta mengikuti pola kota yang sudah ada sebelumnya.
Beberapa arahaan pengembangan BWP Manokwari adalah sebagai berikut :a. Fungsi transportasi, dalam perencanaan sistem transportasi dan lalu lintas di
wilayah BWP Manokwari yang sangat menonjol adalah jangkauan dan
kecepatan. Sementara jaringan transportasi yang telah ada berfungsi untuk
menghubungkan antara kota, antar pusat kegiatan, dan antar blok lingkungan.
Selain itu juga diarahkan untuk mendukung kegiatan transportasi laut dan udara.
Untuk tujuan ini wilayah yang direncanakan adalah sub blok A2-11 dan A3-2.
b. Fungsi ruang terbuka hijau. Rencana pengembangan ruang terbuka hijau
diarahkan pada daerah-daerah yang sebelumnya telah ditetapkan mengemban
fungsi tersebut. Pada peruntukan fungsi ini juga dimungkinkan untuk
pengembangan tempat rekreasi berupa taman bermain, play ground demi
menjaga estetika lingkungan, iklim mikro dan meso serta pelestarian tanaman
yangka dan lingkungan sekitarnya. Fungsi ini diarahkan pengembangannya pada
sub blok A2-15, A2-16 dan beberapa sub blok lainnya.
c. Arahan pengembangan fungsi perdangangan atau jasa tunggal adalah disepanjang
jalan arteri primer ataupun sekunder. Tujuannya adalah melayani kebutuhan di
tingkat lokal dan regional. Untuk mengantisipasi tingginya kebutuhan
pengembangan jasa dan perdagangan, maka diarahkan pengembangannya secara
vertikal. Pengembangan ini dapat dilakukan di sub blok A3-2, A3-4, A3-9 dan
sub blok lainnya.
d. Fungsi pertanian diarahkan pada lahan dataran yang sebelumnya telah
dibudidayakan untuk pertanian. Jenis tanaman pertanian yang dapat
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 106
dikembangkan adalah tanaman berkayu, padi, dan palawija. Mengingat fungsi
yang ada, maka diharapkan sub blok yang diperuntukkan bagi pengembangan
pertanian mampu mensuplai kebutuhan pangan penduduk BWP Manokwari.
Namun tidak menutup kemungkinan sub blok di dalamnya digunakan untuk
pengembangan permukiman secara terbatas.
e. Fungsi pariwisata. Untuk mendukung kegiatan pariwisata di BWP Manokwari,
maka beberapa sub blok diarahkan pengembangannya sebagai kawasan
pariwisata, seperti B3-2, A3-7 dan sub blok lainnya. Dengan fungsi tersebut,
maka kegiatan yang mungkin dikembangkan adaah kegiatan pariwisata yang
didukung oleh keberadaan objek wisata pantai pasir putih dan pasirindo dengan
arah pengembangan obyek daya tarik wisata mealui penambahan infrastruktur
pendukung. Selain itu juga untuk pengembangan permukiman terbatas, dimana
pola pengembangan permukiman diarahkan secara individual dan bukan berciri
real estate
f. Fungsi perlindungan bawahan. Sub blok C1-1 adalah salah satu sub blok dalam
BWP Manokwari yang diarahkan untuk pengembangan perlindungan bawahan.
Sub blok ini luasnya mencapai 2.771,538 ha yang diharapkan mampu menjadi
area serapan air, mampu menjaga iklim dalam skala meso-makro, melakukan
fungsi perlindungan plasma nutfah, pelestarian tanaman langka dan fungsi
lindung lainnya. Kegiatan yang dapat dikembangan pada sub blok dengan fungsi
ini sangat terbatas seperti jalur dan kawasan evakuasi bencana. Sementara fungsi
lainnya seperti permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa tidak diarahkan
g. Fungsi suaka alam dan cagar budaya. Sebagian BWP Manokwari diarahkan
untuk fungsi sebagai kawasan suaka alam, yaitu menjaga kelestarian flora dan
faunan yang terdapat di dalamnya, sehingga kegiatan yang dapat berkembang
terbatas pada kegiatan wisata berupa wisata hutan dan ruang terbuka hijau.
Kegiatan eksplotasi berlebihan atau pembangunan di sempadan pantai tidak
diijinkan karena dapat merusak ekosistem. Sub blok yang diarahkan untuk fungsi
ini adalah D3-1, D3-2, D3-3, D3-4, D3-5 dan sub blok lainnya.
h. Fungsi permukiman. Pengembangan permukiman dalam BWP Manokwari
diarahkan pada pengembangan terbatas dan sangat terbatas. Hal ini berarti
kepadatan yang dimungkinkan sangat tergantung pada kondisi lokal. Sub blok
C2-7 diarahkan untuk fungsi permukiman berkepadatan sangat rendah, yaitu
dilakukan oleh individu. Kegiatan pertanian ataupun peternakan tetap
diperbolehkan dengan pengaturan jarak lokasi yang sesuai dan selaras. Sementara
kegiatan perdagangan dapat dikembangkan di sepanjang jalan lingkungan secara
horisontal dengan memperhatikan keserasian lingkungan. Permukiman
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 107
berkepadatan rendah diarahkan pengembangannya ke arah utara, selatan, dan
timur BWP Manokwari. Permukiman tipe ini dapat dikembangkan secara
individu ataupun terorganisir melalui pengembang dengan intensitas terbatas.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 108
BAB IV
RENCANA STRUKTUR TATA RUANG DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
KOTA
4.1. Rencana Pengembangan Kota
4.1.2. Rencana Struktur Pelayanan
Rencana struktur pelayanan di Kota Manokwari di bagi berdasarkan
fungsi kawasan yang ada. Untuk mendukung fungsi BWP Manokwari dan
mencapai tujuan penataan BWP yang ditetapkan, maka dilakukan
pembagian BWP kedalam beberapa bagian blok dan sub blok. Secara
umum dapat dijelaskan bahwa BWP Manokwari terdiri dari lima sub
bagian yang masing-masing mencerminkan fungsi pelayanan dengan
memperhatikan kawasan lindung. Pada sub BWP A yang hanya meliputi
sebagian kecildari wilayah BWP Manokwaridengan luas ±1.652Ha,
terbagi menjadi 44 subblok peruntukan. Sub BWP A diarahkan untuk
pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa tunggal,
pariwisata, militer, ruang terbuka hijau serta pengembangan sarana
prasarana umum. Sementara sub BWP E yangmeliputi sebagian besar
wilayah perencanaan, terbagi ke dalam 4 subblok peruntukan saja.
Pengembangannya diarahkan untuk pengembangan zona permukiman dan
pertanian. Sub BWP D yang terletak di bagian timur Kota Manokwari
merupakan wilayah terluas yang mencapai ±8.257Ha terbagi dalam 28
sub blok peruntukan yang meliputi permukiman, perkantoran, hutan
lindung, sarana prasarana umum, ruang terbuka hijau dan kawasan
militer.
Secara lebih lengkap, disajikan pada Tabel 4.1. mengenai jumlah
pembagian blok dan subblok serta jumlah dan jenis zona dan subzona
pada masing-masing SubBWP. Sedangkan untuk mengetahui gambaran
spasialnya, dapat dilihat pada Gambar 3.1. mengenai Peta SubBlok BWP
Manokwari.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 109
Tabel 4.1. Pembagian Sub BWP, Blok dan Sub Blok pada BWP Manokwari
No Sub - BWPJumlah
BlokJumlah
Sub BlokJumlah Zona
Peruntukkan/FungsiJumlah Subzona
Peruntukkan/Fungsi
1 A 3 44(9 Zona)C; K; KH; KT; PL; R; RTH; SC; SPU
(13 Sub Zona)C-2; C-3; K-1; KH-1; KT-1; PL-3; R-4; R-5; RTH; SC; SPU-1; SPU-2; SPU-3
2 B 4 22(5 Zona)C; PB; PL; R; RTH; SC
(7 Sub Zona)C-2; PB; PL-1; R-4; R-5;RTH; SC
3 C 3 15(5 zona)C; PB; R; RTH; SPU
(6 Sub Zona)C-1; PB; R-4; R-5; RTH; SPU-1
4 D 3 28(10 zona)C ; HL ; KH ; KT ; PB ; PS ; R ; RTH ; SC ; SPU
(13 Sub Zona)C-1; HL; KH-1; KH-2; KT-1; PB; PS; R-4; R-5; RTH; SC; SPU-1; SPU-2
5 E 3 4(2 zona)PL; R
(2 Sub Zona)PL-1; R-5
Total 16 113Sumber : Hasil Analisis, 2012
4.1.2. Rencana Pemanfaatan Ruang
Rencana pemanfaatan ruang di Kota Manokwari pada umumnya
terbagi kedalam 2 pemanfaatan pola ruang yakni, zona lindung dan
zona budidaya.
Zona lindung
Zona lindung yang terdapat di Kota Manokwari antara lain ;
1. Zona Perlindungan Bawahannya (PB)
Zona PerlindunganBawahannya terdapatpada1 Sub BWPdan tersebar pada 2
Blok, yaitu:
Sub BWPC : Blok C1 (Sub blok C1-1) dan C3 (C3-3)
2. Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Zona Ruang Terbuka Hijau terdapat pada 2 Sub BWPyang tersebar pada 3
Blok, yaitu :
Sub BWP A : Blok A1 (Sub blok A1-5), A2 (Sub blok A2-13 Sub blok A2-15,
Sub blok A2-16)Blok A3 (Sub blok A3-22)
Sub BWPC : Blok C2 (Sub blok C2-2 dan Sub blok C2-3)
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 110
3. Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya (SC)
Zona suaka alam dan cagar budaya terdapat di 1 Sub BWPyang tersebar pada
1 Blok, yaitu:
Sub BWP A : Blok A2 (A2-17)
Kawasan Bawahan(PB), yaitu peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindunganterhadap kawasan di bawahannya meliputi kawasan gambut dan
kawasan resapan air.
zona perlindungan setempat(PS), yaitu peruntukan ruang yang merupakan
bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan terhadap sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar
danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yaitu area memanjang/jalur dan atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
Zona lindung lain yang masuk dalam rencana pola ruang BWP Manokwari
adalah suaka alam dan cagar budaya (SC)yaitu peruntukan ruang yang
merupakan bagian dari kawasan lindung yang memiliki ciri khas tertentu baik
di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa danekosistemnya beserta nilai
budaya dan sejarah bangsa.
Zona Budidaya
Zona Budidaya atau Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Zona
budidaya pada BWP Manokwari mengacu pada fungsi subblok peruntukan
zonasi ruang BWP Manokwari yang termasuk dalam klasifikasi fungsi
budidaya.Pada zonasi subblok peruntukan BWP Manokwari yang telah
ditetapkan, zona budidaya yang teridentifikasi sebanyak 7 zona dengan 14 sub
zona.Yaitu :
(1) Zona Perumahan, yang terdiri dari : Sub Zona Rumah Kepadatan Rendah (R-
4), dan SubZona Rumah Kepadatan Sangat Rendah (R-5),
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 111
(2) Zona Perdagangan dan Jasa, yaitu : Sub Zona Perdagangan dan Jasa Tunggal
(K-1),
(3) Zona Perkantoran, yaitu : Sub Zona Pemerintahan (KT-1),
(4) Zona Sarana Pelayanan Umum, yang terdiri dari : Sub Zona Pendidikan
(SPU-1), Sub Zona Transportasi (SPU-2), dan Sub Zona Kesehatan (SPU-3),
(5) Zona Peruntukan Lainnya, yang terdiri dari : Sub Zona Pertanian (PL-1), dan
Sub Zona Kawasan Pariwisata (PL-3),
(6) Zona Peruntukan Khusus, yang terdiri dari : Sub Zona Pertahanan dan
Keamanan (KH-1), dan Sub Zona TPA (KH-2),
(7) Zona Peruntukan Campuran, yang terdiri dari : Sub Zona Perumahan dan
Perdagangan/jasa (C-1), Sub Zona Perumahan dan Perkantoran (C-2), dan
Sub Zona Perkantoran dan Perdagangan/jasa (C-3).
Pemanfaatan Ruang untuk zona budidaya padaBWP Manokwari secara lebih
lengkap, adalah sebagai berikut :
I. Zona Perumahan
Zona perumahan adalah Peruntukan ruang yang terdiri atas kelompok rumah
tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
dilengkapi dengan fasilitasnya. PadaBWP Manokwari, zona perumahan terdiri
dari 2 subzona yaitu rumah kepadatan rendah dan rumah kepadatan sangat
rendah, dengan rincian sebagai berikut:
1. Rumah Kepadatan Rendah (R-4), zona rumah kepadatan rendah berada di 4
Sub BWP yaitu:
Sub BWP A: Blok A1 (Sub blok: A1-2), Blok A2 (Sub blok: A2-5; A2-10), dan
Blok A3 (Sub blok: A3-1; A3-10; A3-14; A3-15)
Sub BWP C : Blok C2 (Sub blok: C2-4 dan C2-6)
2. Rumah Kepadatan Sangat Rendah (R-5), zona rumah kepadatan rendah
berada di 5 SubBWP yaitu:
Sub BWP A: Blok A2 (Sub blok: A2-14), Blok A3 (Sub blok: A3-8; A3-17)
Sub BWP C: Blok C2 (Sub blok: C2-1; C2-5; C2-7), Blok C3 (Sub blok: C3-1;
C3-2; C3-4; C3-5)
II. Zona Perdagangan dan Jasa
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 112
Zona perdagangan dan jasa adalah peruntukan ruang yang merupakan
bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan
usaha yang bersifat komersial, tempat bekerja, tempat berusaha, serta
tempat hiburan dan rekreasi, serta fasilitas umum/sosial pendukungnya.
PadaBWP Manokwari hanya terdapat satu jenis zona perdagangan dan jasa
yaitu:
Perdagangan dan jasa tunggal (K-1), berada di 1 sub BWP, yaitu:
Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-14), Blok A3 (Sub blok: A3-8; A3-17)
III. Zona Perkantoran
Zona perkantoran adalah Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan
pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha, tempat berusaha, dilengkapi
dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya. PadaBWP Manokwarizona ini
haya satu jenis saja, yaitu :
Pemerintahan (KT-1)Zona ini berada di:
Sub BWP A : Blok A1 (Sub blok: A1-4), Blok A2 (Sub blok: A2-3), Blok A3
(Sub blok: A3-5; A3-6; dan A3-12)
IV. Zona Sarana Pelayanan Umum
Zona sarana pelayanan umum adalah peruntukan ruang yang dikembangkan
untuk menampung fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan,
peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya yang
dikembangkan dalam bentuk tunggal/ renggang, deret/rapat dengan skala
pelayanan yang ditetapkan dalam RTRWK. PadaBWP Manokwari terdiri dari:
1. Pendidikan (SPU-1), Zona ini berada di:
Sub BWP A : Blok A1 (Sub blok: A1-3), Blok A2 (Sub blok: A2-7; A2-9)
Sub BWP C : Blok C3 (Sub blok: C3-6)
2. Transportasi (SPU-2), Zona ini berada di:
Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-11)
3. Kesehatan (SPU-3), Zona ini berada di:
Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-4)
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 113
V. Zona Peruntukan Khusus
Zona peruntukan khusus adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampung peruntukan-
peruntukan khusus hankam, tempat pemrosesan akhir (TPA), instalasi
pembuangan air limbah (IPAL), dan lain-lain yang memerlukan penanganan,
perencanaan sarana prasarana serta fasilitas tertentu, dan belum tentu di
semua wilayah memiliki peruntukan khusus ini. PadaBWP Manokwari terdiri
dari:
Pertahanan dan Keamanan (KH-1), Zona ini berada di:
Sub BWP A : Blok A2 (Sub blok: A2-1; A2-8), Blok A3 (Sub blok: A3-11;
A3-13; A3-16; A3-21)
VI. Zona Peruntukan Campuran
Zona peruntukan campuran adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk menampung beberapa
peruntukan fungsi dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan
perdagangan/jasa; perumahan dan perkantoran; perkantoran
perdagangan/jasa. PadaBWP Manokwari terdiri dari:
1) Perumahan dan Perdagangan/Jasa (C-1), Zona ini berada di:
Sub BWP C : Blok C2 (Sub blok: C2-8)
2) Perumahan dan Perkantoran (C-2), Zona ini berada di:
Sub BWP A: Blok A1 (Sub blok: A1-1), Blok A2 (Sub blok: A2-12), dan Blok
A3 (Sub blok: A3-3)
3) Perkantoran dan Perdagangan/Jasa (C-3), Zona ini berada di:
Sub BWP A: Blok A2 (Sub blok: A2-6), dan Blok A3 (Sub blok: A3-4)
Seperti telah dideskripsikan di atas, Zona Budidaya yang telah ditetapkan
sebanyak 7 jenis zona pada BWP Manokwari, secara lebih ringkas rincian
lokasinya untuk masing-masing zona peruntukan disajikan pada Tabel 4.2.
berikut
Tabel 4.2. Zona Budidaya Pada BWP ManokwariNo. Zona Kode Sub BWP Blok Sub Blok
ZONA PERUMAHAN
1. Rumah Kepadatan Rendah R-4A
A1 A1-2A2 A2-5; A2-10A3 A3-1; A3-10; A3-14; A3-15
C C2 C2-4; C2-6
2Rumah Kepadatan Sangat Rendah
R-5A
A2 A2-14
A3 A3-8; A3-17
C C2 C2-1; C2-5; C2-7
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 114
No. Zona Kode Sub BWP Blok Sub Blok
C3 C3-1; C3-2; C3-4; C3-5
DD1 D1-2D2 D2-1; D2-8D3 D3-9; D3-10; D3-13; D3-14
E E1 E1-2ZONA PERDAGANGAN DAN JASA
3. Tunggal K-1 AA2 A2-2A3 A3-2; A3-9; A3-19; A3-20
ZONA PERKANTORAN
4. Pemerintahan KT-1A
A1 A1-4A2 A2-3A3 A3-5; A3-6; A3-12
DD2 D2-6D3 D3-15; D3-17
ZONA SARANA PELAYANAN UMUM
5. PendidikanSPU-
1
AA1 A1-3A2 A2-7; A2-9
C C3 C3-6D D2 D2-9
6. TransportasiSPU-
2A A2 A2-11D D2 D2-5
7. KesehatanSPU-
3A A2 A2-4
ZONA PERUNTUKAN LAINNYA
8. Pertanian PL-1
B B2 B2-7
EE1 E1-1E2 E2-1E3 E3-1
9. Pariwisata PL-3 A A3 A3-7; A3-18ZONA PERUNTUKAN KHUSUS
10. Pertahanan dan Keamanan KH-1A
A2 A2-1; A2-8A3 A3-11; A3-13; A3-16; A3-21
D D3 D3-811. TPA KH-2 D D2 D2-7
ZONA PERUNTUKAN CAMPURAN
12.Perumahan dan Perdagangan/Jasa
C-1C C2 C2-8D D3 D3-7
13.Perumahan dan Perkantoran
C-2A
A1 A1-1A2 A2-12A3 A3-3
BB1 B1-3B2 B2-5
14.Perkantoran dan Perdagangan/Jasa
C-3 AA2 A2-6A3 A3-4
Hasil Analisis 2012
Zona perumahan (R)di BWP Manokwariterdiri dari dua jenis subzona yaitu
zona rumah kepadatan rendah(R-4) dan zona rumah kepadatan sangat rendah
(R-5).Zona ini memiliki fungsi utama untuk menunjang kegiatan permukiman,
dengan arah pengembangan baik secara horisontal dan vertikal, dan dengan
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 115
pola pengembangan permukiman diarahkan secara individual (tidak diorganisir
oleh pengembang atau real estate). Pada zona ini, tidak hanya terdapat kegiatan
permukiman saja, tetapi bercampur dengan zona budidaya lain, seperti zona
perdagangan/jasa tunggal, pemerintahan, perkantoran di Blok A3 dan C2, zona
pertahanan dan keamanan di blok D3. Adanya kegiatan perdagangan ini
didukung oleh keberadaan jalan arteri primer untuk pengembangan pelayanan
lokal maupun regional. Keberadaan beberapa aktivitas di sekitar zona
perumahan akan saling mendukung dimana akan memudahkan akses
pemenuhan kebutuhan penduduk, dan juga mendekatkan konsumen pada pusat
perdagangan. Selain bercampur dengan zona budidaya, terdapat pula zona
lindung yaitu RTH yang dapat dikembangkan untuk rekreasi, tempat bermain
(play ground), meningkatkan estetika lingkungan, menjaga iklim mikro-meso,
pelestarian tanaman langka dan sejenisnya. RTH ini berada di blok A2 dan B3.
Dengan adanya RTH ini, akan mendukung terciptanya kondisi permukiman
penduduk yang nyaman dan sehat. Zona lindung lain adalah zona perlindungan
setempat berupa sempadan pantai do Blok D3 dan sempadan sungai di Blok A3.
Zona ini diarahkan untuk RTH karena merupakan zona yang bebas dari
bangunan, artinya tidak diijinkan pendirian bangunan di atasnya. Dilihat dari
Peta Pengggunaan Lahan, blok-blok untuk zona perumahan ini, saat ini memang
merupakan daerah permukiman penduduk yang dominan pada Blok A, sehingga
dengan rencana pola ruang tepat digunakan sebagai pedoman pengawasan dan
pengendalian supaya pembangunan khususnya permukiman penduduk tidak
merusak daerah sekitar, khususnya kawasan lindung.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, zona perdagangan (K)bercampur
dengan zona perumahan karena memang menguntungkan secara
ekonomi(hubungan konsumen-produsen). Selain itu, perdagangan ini ditakkan di
wilayah dengan aksesibilitas tinggi, khususnya dekat dengan jalan besar,
terutama jalan dengan kelas arteri primer seperti di Blok A2 dan A3.
Keberadaan jalan ini akan mendukung pengembangan sektor perdagangan di
BWP Manokwaribaik lingkup lokal maupun regional. Aksesibilitas yang baik,
khususnya jalan merupakan kunci penting pengembangan ekonomi daerah,
khususnya di bidang perdagangan. A2 Fungsi utamanya untuk menunjang
Kegiatan Perdagangan, didukung oleh keberadaan Jln. Jenderal Sudirman klas
Kolektor, arah pengembangannya untuk pelayanan lokal dan
regional.Pendukung lain selain jalan arteri adalah karena adanya kegiatan
pelayanan transportasi berupa terminal tipe B di blol A2 dan juga terminal tipe C
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 116
di Blok A3. Dengan adanya jalur transportasi skala desa dan skala kota ini, serta
moda transportasi yang memadai, dapat dipastikan mobilitas yang tinggi pada
wilayah tersebut yang dapat mendukung kegiatan ekonomi. Bercampurnya zona
pada blok-blok ini, seperti halnya disebutkan sebelumnya tidak hanya dengan
zona budidaya tetapi juga zona lindung yaitu perlindungan setempat berupa
sempadan sungai dan sempadan pantai yang fungsinya untuk melindungi daerah
sekitar sungai dan pantai supaya tidak digunakan untuk pendirian bangunan.
Aktivitas pemerintahan pada BWP Manokwari, difokuskan pada kawasan
tersendiri yaitu perkantoran pemerintahan (KT-1), dengan tujuan efisiensi dan
efektifitas kinerja pemerintah agar memudahkan koordinasi dan komunikasi
antar dinas. Zona ini merupakan pengelompokan badan/dinas/kantor
pemerintahan Provinsi Papua Barat (pada Sub BWP A) dan pengelompokan
badan/dinas/kantor pemerintahan Kabupaten Manokwari (pada Sub BWP D)
Bercampurnya zona budidaya ini terjadi pula pada zona sarana pelayanan
umum (SPU)dimana memang diperuntukkan untuk menampung fungsi kegiatan
penduduk, sehingga lokasinya dekat dengan permukiman, perdagangan, maupun
perkantoran. Zona sarana pelayanan umum di BWP Manokwariini terdiri dari
tiga yaitu pendidikan(SPU-1), transportasi(SPU-2), dan kesehatan(SPU-3).
Sarana pelayanan umum ini dibangun berdasarkan kebutuhan penduduk yaitu
dilihat dari jumlah minimum penduduk yang harus dilayani (population
threshold), dan harus melihat jarak antara penduduk dan lokasi sarana.
Kedekatan dengan sarana pelayanan umum ini sangat menguntungkan, seperti
pendidikan sehingga dapat meminimalkan usaha baik biaya maupun tenaga
untuk mencapai sarana, kemudian transportasi seperti terminal, pelabuhan, dan
juga bandara akan mendukung kemudahan mobilitas penduduk, serta untuk
sarana kesehatan yang sudah seharusnya mudah untuk diakses/dicapai
penduduk. Tetapi untuk sarana kesehatan ini, harus diawasi dengan ketat
supaya tidak berimbas negatif atau membahayakan lingkungan sekitar yang
biasanya disebabkan oleh limbah-limbah rumah sakit yang dibuang
sembarangan.
Terkait dengan potensi Manokwari, terdapat zona pertanian(PL-1) dan
pariwisata (PL-3)yang dikembangan untuk menampung fungsi kegiatan di
daerah tertentu. Pada zona ini, keberadaan zona budidaya lain dibatasi, seperti
permukiman yang ada merupakan permukiman terbatas (kalaupun bukan
permukiman terbatas akan diarahkan pengembangannya secara vertikal) dan
juga perdagangan hanya perdagangan terbatas (warung, toko kecil) supaya tidak
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 117
merusak kegiatan pertanian maupun pariwisata. Pada sekitar zona ini tetap
terdapat zona lindung berupa sempadan sungai dan sempadan pantai yang
nantinya akan diarahkan sebagai RTH.
Pada zona budidaya BWP Manokwari, terdapat kawasan/peruntukan
khusus. Untuk menampung kegiatan khusus bidang pertahanan dan keamanan,
terdapat zona peruntukan khusus berupa zona pertahanan dan keamanan (KH-
1)di beberapa blok. Keberadaan zona ini, berdekatan dengan kegiatan
perdagangan maupun permukiman, sehingga dapat mendukung keamanan baik
lokal maupun regional. Zona peruntukan khusus lainnya yaitu terkait dengan
pengelolaan sampah yaitu TPA (KH-2)sehingga dapat menunjang kondisi BWP
Manokwariyang nyaman dan sehat. TPA ini berada di Blok D2 (TPA Gunung
Sayori). Pengelolaan sampah di TPA ini harus benar-benar tepat sehingga
keberadaannya yang dekat dengan permukiman penduduk tidak mengganggu.
Jika sebelumnya dikatakan bahwa beberapa zona budidaya lokasinya
bercampur dengan zona budidaya lain, maka pada beberapa blok yang memang
direncanakan menjadi zona peruntukan campuran (C) yang bertujuan untuk (1)
menyediakan ruang untuk pengembangan beberapa fungsi pperuntukan dalam
satu kesatuan lahan sehingga terwujud efisisensi lahan; (2) menetapkan kriteria
pengembangan zona campuran yang menjamin pencapaian masyarakat atas
prasarana/sarana; dan (3) mendukung konsep pembangunan kota kompak.
Terdapat tiga zona yang ada yaitu (1) Perumahan dan Perdagangan/jasa; (2)
Perumahan dan Perkantoran; (3) Perkantoran dan Perdagangan/Jasa.
Pada zona campuran perumahan dan perdagangan/jasa(C-1) di Blok D3
terdapat kegiatan lain seperti transportasi/terminal, kegiatan pendidikan, dan
kegiatan wisata pantai. Kegiatan Perdagangan (perdagangan terbatas) terdapat
pada zona perumahan dan perkantoran (C-2)yang dimaksudkan untuk melayani
area lokal/kecil/sekitar. Selain itu terdapat pula sarana pendidikan pada zona ini
walaupun hanya kecil saja. Zona perkantoran dan perdagangan/jasa (C-
3)biasanya didukung oleh keberadaan jalan yang dapat mendukung
pengembangan kegiatan untuk skala lokal maupun regional. Pada zona ini ada
pula kegiatan lain yaitu permukiman yang dapat dikembangkan untuk kegiatan
perekonomian seperti rumah toko dan rumah kantor.
Rencana zona peruntukan campuran ini akan dapat meningkatkan
kawasan terbangun dan kepadatan penduduk permukiman, mengintensifkan
aktifitas ekonomi, sosial dan budaya perkotaan, dan memanipulasi ukuran kota,
bentuk dan struktur perkotaan serta sistem permukiman dalam rangka
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 118
mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh
dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan1. Dengan beberapa aktivitas dijadikan
satu tempat maka akan berdampak positif pada keberlanjutan kota/sustainable
city yang dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu: (1) sustainable economy; (2)
sustainaible society; (3) sustainable urban environment; (4) sustainable urban
shelter; (5) sustainable urban access; dan (6) sustainable urban government2.
Dengan zona peruntukan campuran ini maka akan terjadi diversity and
mixed use activity yaitu menyatunya berbagai macam kegiatan yang beragam
dalam sebuah lokasi, dengan jalan pembangunan atau pengembangankegiatan
campuran (mixed-use development). Dampak-dampak positif dari campuran
kegiatan ini antara lain :
1. Perpengaruh positif pada kegiatan ekonomi dan jasa dalam satu ruang,
memicu perputaran roda ekonomi sehingga pendapatan meningkat
sehingga akan lebih mudah untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi
penduduk yang berarti akan meningkatkan kualitas hidup.
2. Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor karena lokasi sarana baik
pendidikan, kantor, perdagangan dekat dengan rumah sehingga
mengefisiensikan biaya transport, menghemat biaya transport, waktu,
mengurangi polusi sehingga terjadi pengembangan kota yang ramah
lingkungan.
3. Lingkungan yang lebih sehat dan nyaman dengan pembangunan kota yang
terpadu dan terkendali.
4. Memicu peningkatan sarana dan prasarana transportasi untuk menunjang
aktivitas penduduk jika memang ada dibeberapa daerah yang aksesnya
belum memadai.
5. Memaksimalkan lahan yang tersedia di kota, bahkan mungkin dapat
memaksimalkan lahan kosong yang selama ini tidak optimal.
6. Adanya zona lindung di sekitar zona budidaya yang dapat menjamin
“keamanan” dan “kenyamanan” kota seperti adanya RTH dan sempadan
sungai.
4.1.3. Rencana Pengembangan Wilayah
Rencana pengembangan wilayah Kota Manokwari mencakup aspek
Pengembangan Sistem Transportasi, Sistem Jaringan Prasarana
1
2
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 119
Telekomunikasi, Sistem Jaringan Prasarana Listrik, Sistem Jaringan
Prasarana Air Bersih.
Dalam sistem transportasi yang di kembangkan, bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan akan aksesibilitas diKota Manokwari yakni, rencana
jalan penghubung antara wilayah kabupaten, maupun jalan penghubung
antar distrik.selain itu ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu yang
harus terpenuhi sebagai factor pendukung pergerakan sistem
transportasi. Sistem jaringan prasaranan telekomunikasi memiliki arahan
pengembangan yang meliputi, penyediaan sambungan mikro, penyediaan
sistem telekomunikasi berbasis teknologi internet, dan pengembangan
prasarana telekomunikasi di yang meliputi telepon rumah tangga, telepon
umum, dan telepon seluler.
Pengembangan sistem jaringan listrik meliputi, peningkatan tingkat
pelayanan, pemeliharaan fasilitas kelistrikan, serta penambahan
infrastruktur.selanjutnya pengembangan sistem jaringan air bersih
meliputi perlindungan terhadap sumber-sumber air bersih yang terdapat
di Kota Manokwari, serta peningkatan infrastruktur untuk memperlancar
pengairan.
4.2. Strategi Pengembangan Kota Manokwari
4.2.1. Strategi Dasar Pengembangan Kota
2.1.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah
Kabupaten Manokwari termasuk didalamnya Kota Manokwari memiliki
peran penting dalam skala nasional. Dengan demikian pengembangan
Kabupaten Manokwari sangat berkaitan dengan berbagai pengembangan
infrastruktur pendukungnya. Untuk itu diperlukan adanya kebijakan dan
strategi pengembangan prasarana wilayah, antara lain:
1. Kebijakan 1: Pengembangan sistem transportasi jaringan jalan dalam
mendukung pertumbuhan dan pemerataan wilayah.
Strategi :
a. Pengembangan jalan penghubung distrik dan perdesaan;
b. Pengembangan jalan arteri primer pada ruas jalan yang
menghubungkan Kabupaten Manokwari menuju Kabupaten Sorong,
yaitu ruas jalan yang melalui Kota Manokwari - Warmare – Prafi –
Sidey – Masni – Mubrani – Kebar - Senopi dan jalan yang
menghubungkan Kabupaten Manokwari dengan Kabupaten Teluk
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 120
Bintuni melalui Distrik Manokwari Barat – Manokwari Selatan –Tanah
Rubu – Oransbari – Ransiki –Mumi Waren.
2. Kebijakan 2 : Pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan
wilayah berupa terminal.
Strategi :
a. Pengembangan Terminal Tipe B di Distrik Manokwari Barat
b. Pengembangan Terminal Tipe B di Distrik Distrik Prafi, Distrik Sidey,
dan Distrik Kebar.
c. Peningkatan infrastruktur pendukung dan pelayanan terminal yang
memadai di perkotaan Manokwari Barat yang terintegrasi dengan
Pelabuhan Laut Nasional di Distrik Manokwari Timur.
3. Kebijakan 3 : Pengembangan sistem transportasi laut.
Strategi :
a. Pengembangan sarana pendukung Pelabuhan Nasional di Distrik
Manokwari Barat
4. Kebijakan 4 : Pengembangan Sistem Transportasi Udara.
Strategi :
a. Pengembangan dan peningkatan sarana pendukung Bandara Nasional
di Manokwari Selatan sebagai Bandara Nasional.
b. Pengembangan Bandara Regional serta peningkatan sarana
penunjang.
2.1.2. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Kebijakan : Pengembangan jangkauan dan kemudahan mendapatkan
pelayanan.
Strategi :
a. Pengembangan Jaringan telekomunikasi sistem mikro yang melintasi
Manokwari barat bagian tengah dan manokwari utara bagian tengah.
b. Peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah
berupa informasi berbasis teknologi internet;
c. Pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah
tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler.
2.1.3. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Listrik
1. Kebijakan 1 : Optimalisasi tingkat pelayanan.
Strategi :
a. Perluasan jaringan (pemerataan);
b. Pengembangan sumberdaya energi;
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 121
c. Pengembangan jaringan baru;
d. Peningkatan infrastruktur pendukung;
e. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan; serta
f. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan.
2. Kebijakan 2 : Perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok
desa(Kampung).
Strategi :
a. Peningkatan jaringan listrik pada wilayah pelosok;
3. Kebijakan 2 : Peningkatan kapasitas dan pelayanan energy listrik.
Strategi :
a. Pengembangan jariangan listrik yang terintegrasi dengan sistem
jaringan jalan;
b. Peningkatan kapasitas sumber listrik;
c. Peningkatan efisiensi pemakaian listrik; serta
d. Pengembangan sumber energi yang terbarukan.
4. Kebijakan 4 : Pengembangan alternatif pelayanan listrik.
a. Pengembangan sistem penyediaan setempat misalnya melalui mikro
hidro.
b. Pengembangan sistem solarcell serta
c. Pengembagan biogas
2.1.4. Pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air
Kebijakan (1) Peningkatan sistem jaringan pengairan.
Strategi :
a. Pengembangan pengairan di distrik Manokwari Utara, Distrik Ransiki
dan Distrik Nenei berikut distrik lainnya yang belum terdapat sistem
jaringan pengairan baik sistem irigasi maupun sistem jaringan air
bersih;
b. Peningkatan jaringan irigasi sederhana dan irigasi teknis;
c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung system jaringan
pengairan;
d. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan
air;
e. Perlindungan dan pengelolaan sumber-sumber air.
2.1.5. Pengembangan sistem jaringan Air Bersih;
Kebijakan : Peningkatan sistem jaringan Air bersih.
Strategi :
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 122
a. Peningkatan Distribusi Air Bersih dengan Sistem Perpipaan, melalui
PDAM, HIPAM dll;
b. Peingkatan Distribusi Air Bersih dengan Sistem Non Perpipaan,
seperti Sumur Gali dan Sumur Pompa dll;
c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung; serta
d. Perlindungan dan pengelolaan sumber-sumber air.
2.1.6. Pengembangan sistem jaringan Air Minum;
Kebijakan : Peningkatan sistem jaringan Air Minum.
Strategi :
a. Peningkatan penyediaan air minum yang bersih dan sehat;
b. Peningkatan Distribusi Air Minum dengan Sistem Perpipaan,
khususnya di Kota Manokwari;
c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung; serta
d. Perlindungan dan pengelolaan sumber-sumber air.
2.1.7. Pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya
1. Kebijakan (1) Mereduksi sumber timbunan sampah sejak awal.
Strategi :
a. Meminimasi pengunaan sumber sampah yang sukar didaur ulang
secara alamiah dengan sistem 3 R;
b. Memanfaatkan ulang sampah (re-cycle) yang ada terutama yang
memiliki nilai ekonomi;
c. Mengolah sampah organik menjadi kompos.
2. Kebijakan (2) Optimalisasi tingkat penanganan sampah perkotaan.
Strategi :
a. Peningkatan prasarana pengolahan sampah;
b. Pengadaan TPA regional; serta
c. Pengelolaan sampah berkelanjutan.
3. Kebijakan (3) Penetapan kawasan Ruang Terbuka Hijau.
Strategi :
a. Pengadaan taman dan hutan kota;
b. Penetapan luasan RTH perkotaan minimum 30% dari luas area; serta
c. Pengembangan jenis RTH dengan berbagai fungsinya.
4. Kebijakan (4) Menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.
Strategi :
a. Pemenuhan fasilitas septic tank per KK di wilayah perkotaan;
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 123
b. Peningkatan sanitasi lingkungan untuk permukiman, produksi, jasa,
dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.
Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kota Manokwari
Pola ruang wilayah Kabupaten Manokwari mencakup kawasan lindung dan
budidaya, dimana kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan
lindung tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya, dan kawasan
budidaya akan dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Kawasan
budidaya hutan produksi dan lahan abadi pertanian tanaman pangan harus tetap
dipertahankan.
Untuk lebih jelas mengenai kebijakan dan strategi pengembangan pola
ruang wilayah Kabupaten Manokwari dapat dilihat dibawah ini:
I. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung, meliputi:
1. Kebijakan (1) Pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberi
perlindungan kawasan bawahannya.
Strategi :
a. Pengembalian fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan,
melalui penanganan secara teknis dan vegetatif;
b. Pada kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya
tetapi terjadi alih fungsi untuk budidaya maka perkembangan dibatasi
dan dikembangkan tanaman yang memiliki fungsi lindung;
c. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan resapan air harus
dipertahankan;
d. Peningkatan peran serta dari masyarakat sekitar kawasan;
e. Kawasan yang termasuk sekitar Hutan lindung harus dilestarikan;
serta
f. Peningkatan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan,
pariwisata, penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan.
2. Kebijakan (2) Pemantapan kawasan perlindungan setempat.
Strategi :
a. Pembatasan kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan
setempat;
b. Kawasan perlindungan setempat sepanjang sungai dibatasi untuk
mengupayakan sungai sebagai latar belakang kawasan fungsional;
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 124
c. Kawasan perlindungan setempat sekitar mata air, dibatasi untuk
pariwisata dan menghindari bangunan radius pengamanan kawasan
dan mengutamakan vegetasi yang memberikan perlindungan mata air;
d. Pengamanan kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai
dilakukan dengan mempertahankan ekosistem pantai : hutan
mangrove, terumbu karang, rumput laut dan estuaria. Penggunaan
fungsional seperti pariwisata, pelabuhan, hankam, permukiman harus
memperhatikan kaidah lingkungan dan ekosistem pesisir; serta
e. Pemanfaatan sumber air untuk irigasi dilakukan dengan tetap
memperhatikan keseimbangan pasokan air dan kebutuhan masyarakat
setempat.
3. Kebijakan (3) Pemantapan kawasan Cagar Budaya.
Strategi :
a. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi kegiatan yang berkaitan
dengan budaya masyarakat;
b. Memelihara nilai dan fungsinya sebagai peninggalan sejarah, objek
penelitian dan pariwisata;
c. Pelaksanaan kerjasama pengelolaan kawasan; serta
4. Kebijakan (4) Penanganan kawasan rawan bencana alam.
Strategi :
a. Pengembangan peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana
alam;
b. Menghindari kawasan yang rawan terhadap bencana banjir, dan
bencana gelombang pasang sebagai kawasan terbangun;
c. Pengembangan bangunan tahan gempa pada daerah terindikasi rawan
gempa;
d. Pengembangan hutan mangrove dan bangunan yang dapat meminimasi
bencana bila terjadi tsunami; serta
e. Melakukan reboisasi.
II. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya, meliputi:
1. Kebijakan (1) Pengembangan hutan produksi.
Strategi :
a. Mengembangkan hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi tetap
memiliki fungsi perlindungan kawasan;
b. Melakukan penanaman dan penebangan secara bergilir;
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 125
c. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan
sebagai hutan Rakyat;
d. Kawasan hutan rakyat diberikan insentif untuk mendorong
terpeliharanya hutan produksi; serta
e. Pada kawasan hutan produksi yang dikonversi harus dilakukan
pengganti lahan untuk pengembangan hutan setidaknya tanaman
tegakan tinggi tahunan yang berfungsi seperti hutan
2. Kebijakan (2) Pengembangan kawasan pertanian.
Strategi :
a. Luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Manokwari secara
keseluruhan tetap dipertahankan;
b. Pada kawasan perkotaan yang alih fungi sawah tidak dapat dihindari
harus dilakukan pengembangan irigasi setengah teknis atau sederhana
menjadi sawah beririgasi teknis sehingga secara keseluruhan luas
sawah beririgasi teknis tidak berkurang;
c. Saluran irigasi tidak boleh diputus atau disatukan dengan drainase,
dan penggunaan bangunan sepanjang saluran irigasi harus dihindari;
d. Pada lahan yang ditetapkan sebagai lahan abadi, pertanian tanaman
pangan diberikan insentif dan tidak boleh alih fungsi untuk peruntukan
lain;
e. Upaya pelestarian kawasan hortikultura dengan mengembangkan
sebagian lahan untuk tanaman tegakan tinggi yang memiliki fungsi
lindung;
f. Pengembalian lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi
perkebunan seperti semula;
g. Peningkatan produktivitas dan pengolahan hasil perkebunan;
h. Pengembangan kemitraan dengan masyarakat;
i. Melakukan usaha kemitraan dengan pengembangan peternakan;
j. Memelihara kualitas waduk dan sungai untuk pengembangan
perikanan darat;
k. Pengembangan perikanan ; serta
l. Peningkatan kualitas ekosistem pesisir untuk menjaga mata rantai
perikanan laut.
3. Kebijakan (3) Pengembangan kawasan pertambangan.
Strategi :
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 126
a. Melakukan integrasi/kerjasama dengan Kabupaten Teluk Bintuni dalam
pengelolaan potensi Tambang diwilayah perbatasan untuk mencapai
kesepakatan;
b. Pengembangan pertambangan perlu didukung dengan pengelolaan
secara terkoordinasi.
c. Pengembalian rona alam melalui pengembangan kawasan hutan, atau
kawasan budidaya lain seperti tanaman jarak pada area bekas
penambangan;
d. Peningkatan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan
hasil tambang;
e. Pencegahan galian liar terutama pada kawasan yang membahayakan
lingkungan;
f. Pada kawasan tambang bernilai ekonomis tinggi yang berada pada
kawasan lindung atau permukiman harus melakukan kajian kelayakan
ekologis dan lingkungan, ekonomis dan sosial bila akan dilakukan
kegiatan penambangan; serta
g. Pengelolaan lingkungan kawasan pertambangan.
4. Kebijakan (5) Pengembangan kawasan pariwisata.
Strategi :
a. Mengembangkan obyek wisata di kabupaten Menokwari, baik jenis
pariwisata alam, buatan, dan khusus;
b. Mengkaitkan kalender wisata dalam skala regional;
c. Peningkatan promosi wisata;
d. Pengadaan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya;
e. Pengembangan fasilitas pendukung objek wisata untuki meningkatkan
mutu tempat wisata: serta
f. Pengembangan infrastruktur menuju objek wisata sehingga mudah
dijangkau.
5. Kebijakan (6) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan
perkotaan.
Strategi :
a. Pengembangan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter
fisik, sosial-budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan;
b. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perdesaan;
c. Peningkatan kualitas permukiman perkotaan;
d. Pengembangan perumahan terjangkau; serta
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 127
e. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan;
6. Kebijakan (7) Penetapan kawasan konservasi budaya dan sejarah.
Strategi :
a. Pengamanan kawasan dan/atau benda cagar budaya dan sejarah
dengan melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai
sejarah;
b. Peningkatan partisipasi masyarakat;
c. Pemberian intensif bagi yang melestarikan benda cagar budaya, dan
memberikan disinsentif bagi yang melakukan perubahan;
d. Meningkatkan nilai manfaat melalui kegiatan penelitian dan
pariwisata; serta
e. Pada bangunan bersejarah yang digunakan untuk berbagai kegiatan
fungsional dilakukan pemeliharaan dan larangan perubahan tampilan
bangunan.
4.2.2. Strategi Tahapan Program Pengembangan Kota Manokwari
Tahapan program pengembangan di atur melalui raperda tahun 2009 yang
menyusun tahapan berdasarkan waktu perencanaan. Tahapan disusun
mencakup seluruh wilayah kabupaten manokwari. Waktu perencanaan dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Manokwari yaitu
selama kurun waktu 20 tahun, yang dibagi dalam 4 tahap, yaitu :
Penyusunan & Raperda : 2009
Tahap I : 2010 - 2014
Tahap II : 2015 - 2019
Tahap III : 2020- 2024
Tahap IV : 2025 – 2029.
Tidak semua kebutuhan fasilitas dapat dibangun karena ada beberapa
pertimbangan dalam penentuan program yang dilaksanakan pada wilayah
perencanaan. Dasar-dasar pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Adanya keterbatasan dana yang tersedia;
2. Adanya sarana dan prasarana yang telah ada yang masih dimanfaatkan;
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 128
3. Adanya permasalahan yang sifatnya mendesak untuk dilaksanakan; serta
4. Adanya komponen kawasan yang mempunyai multiplier effect yang besar
untuk merangsang tercapainya struktur yang diinginkan, misalnya jaringan
jalan.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dapat ditentukan prioritas
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Manokwari yang terdiri dari dua
komponen utama, yaitu struktur ruang dan pola ruang wilayah. Arahan
pemanfaatan ruang disusun berdasarkan indikasi program yang ada. Didalam
indikasi program tersebut terdapat tahapan pelaksanaan pembangunan yang
terbagi kedalam 4 tahap, pada setiap tahap tersebut dibagi 5 tahunan. Pada
tahap pertama akan dijelaskan pertahun sedangkan tahanp-tahap berikutnya
akan dijelaskan per 5 tahun.
Berikut akan dijelaskan dalam tabel 4.3 mengenai indikasi program yang
berisi program-program utama di Kota Manokwari.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 129
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 130
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
A Perwujudan Struktur Ruang1. Perwujudan Pusat Kegiatan Perkotaan
2.1. Pengembangan pusat kegiatan
perkotaana. Pengembangan perkotaan utama di
Kabupaten Manokwari sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) di Propinsi
Papua Barat;
b. Mendorong dan mempersiapkan
perkotaan Manokwari sebagai pusat
pemerintahan dan pusat perdagangan
dan jasa skala regional; serta
c. Mendorong pengembangan perkotaan
Manokwari sebagai perkotaan dengan
fungsi pelayanan fasilitas umum skala
regional.
PKW adalah
berada dalam
wilayah
pengembangan
Manokwari yang
terdiri atas: Distrik
Manokwari Barat,
Manokwari Timur,
Manokwari Utara,
dan Manokwari
Selatan.
Distrik Manokwari
Barat sebagai
pusat wilayah
pengembangan
Manokwari.
√
√
√
√
√
√
APBN,
APBD
Provinsi,
APBD Kab
Departemen PU,
Dinas Bina Marga
Provinsi, Dinas
Bina Marga
Kabupaten
2.2. Membentuk pusat kegiatan yang
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 131
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
terintegrasi dan berhirarki di
Kabupaten Manokwari
a. Pengembangan dan pemantapan
perkotaan yang menjadi Pusat
Pelayanan Kegiatan (PPK);
b. Pengembangan perkotaan pusat
Wilayah Pengembangan (WP)
Manokwari sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW);
c. Pengembangan perkotaan Ibukota
Distrik yang bukan sebagai pusat
Wilayah Pengembangan Manokwari
(WP Manokwari) sebagai Pusat
Pelayanan Kegiatan (PPK) ;
√
√
√
√
√
√
APBN,
APBD
Provinsi,
APBD Kab
Departemen PU,
Dinas PU.
Binamarga dan
PU. Cipta Karya
dan Tata Ruang
Propinsi Papua
Barat, Dinas PU.
Cipta Karya dan
Tata Ruang, Dinas
Perhubungan,
Bappeda
Kabupaten, Dinas
Komunikasi dan
Informatika
Kabupaten
4 Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah
4.1. Transportasi
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 132
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
1). Transportasi Darat
Pembangunan dan Peningkatan jalan
lintas regional Manokwari – Bintuni
√ √ APBN,
APBD Prov,
APBDKab.
Dept PU, Dinas
Binamarga Prov,
Dinas Binamarga
Kab, BPN Kab,
Bappekab, Dinas
Ciptakarya dan
Tata Ruang,
Peningkatan jaringan jalan lintas
regional (arteri primer) Kab.
Manokwari - Kota Sorong
√ √ √ APBN,
APBD Prov,
APBDKab.
Dept PU, Dinas
Binamarga Prov,
Dinas Binamarga
Kab, BPN Kab,
Bappekab, Dinas
Ciptakarya dan
Tata Ruang,
Pembangunan dan Peningkatan
jaringan jalan lintas selatan yang
menghubungkan Distrik Mumiwaren -
Dataran Isim - Sururey - Taige - Anggi -
Catubouw - Menyambou – Prafi
√ √ √ APBN,
APBD Prov,
APBDKab.
Dept PU, Dinas
Binamarga Prov,
Dinas Binamarga
Kab, BPN Kab,
Bappekab, Dinas
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 133
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
Ciptakarya dan
Tata Ruang,
Pembangunan jaringan jalan
Kabupaten Manokwari - Kabupaten
Sorong melalui Ambarbaken
√ √ √ APBN,
APBD Prov,
APBDKab.
Dept PU, Dinas
Binamarga Prov,
Dinas Binamarga
Kab, BPN Kab,
Bappekab,
DinasCiptakarya
dan Tata Ruang,
Pengembangan jalan lokal sebagai
akses penghubung antar distrik
(Testega - Catubouw, Catubouw -
Anggi, Didohu - Dataran Isim, Didohu -
Sururey, dan Testega - Sidey)
√ √ √ APBD Prov,
APBDKab.
Dinas Binamarga
Prov, Dinas
Binamarga Kab,
BPN Kab,
Bappekab, Dinas
Ciptakarya dan
Tata Ruang,
Pengembangan terminal tipe A sebagai
terminal utama di Distrik Manokwari
Barat
√ √ √ √ APBD Prov,
APBDKab.
Dinas Binamarga
Prov, Dinas
Binamarga Kab,
BPN Kab,
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 134
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
Pengembangan Terminal Tipe B di
Distrik Mumiwaren, Distrik Prafi,
Distrik Sidey, dan Distrik Kebar
Bappekab, Dinas
Ciptakarya dan
Tata Ruang,
2). Transportasi Laut Peningkatan pelabuhan Manokwari
menjadi Pelabuhan Nasional
Distrik Manowari
Barat.
√ APBN,
APBD Prov
Dinas Binamarga,
Dinas Ciptakarya
dan Tata Ruang
Kab.
Optimalisasi pelayanan PPI dari segi
ketersediaan sarana pendukung;
Distrik Manokwari
Utara dan
Oransbari serta
Ransiki
√ APBN,
APBD Prov
Dinas Binamarga,
Dinas Ciptakarya
dan Tata Ruang
Kab.
Optimalisasi pengembangan PPI dari
segi sosial ekonomi
Distrik Ransiki √ APBN,
APBD Prov
Dept PU, Dis
Binamarga Prov,
Dishubpar Prov3). Transportasi Udara Peningkatan bandara nasional Rendani Distrik Manokwari
Barat
√ Swasta Dept PU, Dis
Binamarga Prov,
Dishubpar Prov
Peningkatan dan perbaikan prasarana
landasan terbang di masing-masing
Masing-masing
Distrik
√ √ √ √ APBD Prov,
APBD Kab.
Dishub
Kabupaten, PU
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 135
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
distrik Binamarga
4.2. Prasarana Telematika
a. Penyediaan tower BTS (Base
Transceiver Station) secara bersama
Masing-masing
distrk
√ √ √ √ Swasta Swasta
4.3. Prasarana Lingkungan
a. Pengembangan TPA regional Sowi Gunung -
Distrik Manokwari
√ √ APBD Prov,
APBD Kab
Dinas Permukiman
Prov, Dinas 4.4. Prasarana Energi/listrik
a. Penambahan dan perbaikan jaringan Masing-masing
distrik
√ √ BUMN PLN
b. Peningkatan infrastruktur
pendukung
√ √
4.5. Prasarana Pengairan
a. Pengembangan waduk, bendung, cek
dam
√ √ APBD Kab Dinas pengairan
b. Penanaman pohon pencegah longsor √ √ APBD Kab Dinas pengairan
c. Pembangunan dan perbaikan pintu air √ √ APBD Kab Dinas pengairan
B Perwujudan Pola Ruang
1 Perwujudan Kawasan Lindung
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 136
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
1.1. Kawasan Rawan Bencana Alam
a. Konservasi kawasan rawan
gelombang pasang dan banjir
Wilayah Perkotaan
Manokwari, Distrik
Manokwari Timur,
Distrik Manokwari
Barat dan Pantura
Manokwari.
√ √ √
APBD Kab,
b. Perlindungan Kawasan rawasan
Tsunami
Kota Manokwari,
Distrik Manokwari
Timur, Distrik
Manokwari Barat
dan Pantura
Manokwari.
√ √ √
APBD Kab,
1.2. Kawasan Lindung Lainnya
a. Perlindungan kawasan pantai
berhutan bakau
Sepanjang Pesisir
Kabupaten
Manokwari
√ √ √APBD Kab
B Perwujudan Kawasan Budidaya
1. Pengembangan hutan produksi bernilai
ekonomi tinggi dengan fungsi lindung
29 Distrik di
Kabupaten
√ √ √ √ APBN,
APBD Kab.,
Perhutani, Bape-
kab, BPN Kab.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 137
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
a. Reboisasi tanaman untuk menahan
tanah
Manokwari.
Perhutani
b. Pengembangan aneka produk
olahan
29 Distrik di
Kabupaten
Manokwari.
√ √ √ √
c. Mengembangkan hutan rakyat 29 Distrik di
Kabupaten
Manokwari.
√ √ √ √
2. Pengembangan Kawasan dengan jenis
komoditi tanaman kakao, kelapa sawit,
kopi, pala, cengkeh, dan kelapa.
Distrik Amberbaken
– Mubrani, Anggi,
Sururey, Dataran
Isim, Kebar, Senopi,
Manokwari (Utara,
Selatan, Barat,
Timur), Masni,
Sidey, Oransbari,
Ransiki - Momi
Waren, Warmare,
Prafi,
√ √ √ √ APBN,
APBD Kab.,
swasta
Dis Kelautan dan
Perikanan.
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 138
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
Menyambouw.
3. Pengembangan kawasan pariwisata
a. Mengembangkan obyek wisata
Budaya
DI Pulau Mansinam
di kawasan
pegunungan Arfak,
Kawasan Kebar dan
Anggi;
√ √ √ √ APBD Kab Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Kab.
b. Mengembangkan objek wisata alam Pantai Pasir Putih,
Pantai Borarsi,
Angrem, Indoki,
Fanindi, Arkuki,
Wirsi, Imbrairiri,
Biryosi, dan Wosi
dan Kawasan Sesar
Sorong.
√ √ √ √
c. Mengembangkan objek Wisata
buatan
kawasan Teluk
Sawaibu
√ √ √ √
d. Mengembangkan objek Wisata
Minat Khusus
CBD Manokwari
Manokwari Barat
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 139
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
Pelabuhan Manokwari Manokwari Timur
C PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS
KOTA
1. Kawasan Strategis Ekonomi
a. Pengembangan Pusat Perdagangan
dan Jasa
Distrik Manokwari
Barat
√ APBD
Provinsi,
APBD Kab
DKP, Perhutani,
Kemtr Neg LH,
BPN, Dept
Perindag,
Bappenas, DKP
Prov, BPN
Provinsi, Dinas
Perindag Prov,
Bappeprov, Dinas
Binamarga, Dis
Perhubungan,
Kom&info.
b. Pengembangan Pelabuhan
Pengembangan infrastruktur
pendukung Pelabuhan Nasional
Penyediaan lahan untuk daerah
berkembangan disekitar
Distrik Manokwari
Timur
√ APBD
Provinsi,
APBD Kab
DKP, Perhutani,
Kemtr Neg LH,
BPN, Dept
Perindag,
Bappenas, DKP
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 140
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
pelabuhan Nasional sebagia
kawasan perdagangan
Mempersiapkan Distrik
Manokwari Timur sebagai pusat
pertumbuhan karena didukung
oleh pengembangan Pelabuhan.
Pengembangan jalur angkutan
barang.
Pengembangan pariwisata di
lokasi pelabuhan
Prov, BPN
Provinsi, Dinas
Perindag Prov,
Bappeprov, Dinas
Binamarga, Dis
Perhubungan,
Kom&info.
a. Pengembangan kawasan
perkebunan
Distrik Amberbaken
– Mubrani, Anggi,
Sururey, Dataran
Isim, Kebar, Senopi,
Manokwari (Utara,
Selatan, Barat,
√ APBN,
APBD
Provinsi,
APBD Kab
DKP, Perhutani,
Kemtr Neg LH,
BPN, Dept
Perindag,
Bappenas, DKP
Prov, BPN
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 141
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
Timur), Masni,
Sidey, Oransbari,
Ransiki - Momi
Waren, Warmare,
Prafi,
Menyambouw.
Provinsi, Dinas
Perindag Prov,
Bappeprov, Dinas
Binamarga, Dis
Perhubungan,
Kom&info.
2. Kawasan Strategis Sosio-kultural
Kawasan tempat injil pertama
masuk di Manokwari
Pulau Mansinam
√
APBD Kab
Dinas Binamarga,
Dis Perhubungan,
Kom&info. Strategi Budaya di pegunungan
Arfak, Kawasan Kebar dan Anggi,
pegunungan Arfak,
Kawasan Kebar dan
Anggi,
√
3. Kawasan Strategis Penyelamatan
Lingkungan Hidup
a. Kawasan Rawan Gempa Bumi dan
Tsunami
Pantai Borarsi,
Angrem, Indoki,
Fanindi, Arkuki,
Wirsi, Imbrairiri,
Biryosi, dan Wosi
√ APBN,
APBD
Provinsi,
APBD Kab
DKP, Kemtr Neg
LH, BPN,
Bappenas, DKP
Prov, BPN
Provinsi,
Bappeprov, Dis
Perhubungan,
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 142
N
O
Rencana Kegiatan LOKASI
WAKTU
PELAKSANAA
N
SUMBER
DANA
INSTANSI
PELAKSANA
I II II
I
IV
Kom&info.
Sumber : Hasil Rencana
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 143
STUDIO PERENCANAAN KOTA MANOKWARI 144