Upload
lamkhuong
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI
DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
FEBRIANA IKA RATNASARI
K7408215
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI
DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
FEBRIANA IKA RATNASARI
K7408215
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi,
Program Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRAK
Febriana Ika Ratnasari. STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN
PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN
AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui penyelenggaraan
program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. (2)
Mengetahui hambatan-hambatan/kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan
program akselerasi. (3) Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi
hambatan. (4) Mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa akselerasi dengan
siswa reguler tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian
ini dilaksanakan untuk mengumpulkan data dan memperoleh informasi dari
sumber data. Sumber data berasal dari nara sumber/informan, aktivitas, tempat,
dokumen/arsip. Teknik cuplikan yang digunakan adalah teknik purposive
sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung,
wawancara mendalam, pencatatan dokumen. Validitas data menggunakan teknik
trianggulasi sumber. Analisis data yang digunakan adalah model analisis
interaktif. Prosedur penelitian dimulai dari tahap pralapangan, tahap kegiatan
lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) Penyelenggaraan program
akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta khususnya tahun ajaran 2011/2012 sudah
berjalan cukup baik yaitu meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap
evaluasi/penilaian. (2) Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan
program akselerasi yaitu jumlah sarana dan prasarana, waktu pembelajaran yang
singkat, jumlah dana yang terbatas, siswa merasa mudah jenuh, siswa sulit
berkonsentrasi, terkadang ada materi yang tidak dapat dipahami karena guru
terlalu cepat menerangkan, banyaknya tugas yang diberikan menuntut siswa harus
terus belajar. (3) Upaya-upaya yang dilakukan sekolah diantaranya pihak sekolah
mengatur jadwal pelajaran, pihak sekolah akan mengajukan proposal kepada
Dinas Kota Surakarta untuk memperoleh dana, guru berusaha menyampaikan
materi dengan berbagai metode, guru juga dapat mengatur waktu untuk setiap
kompetensi dasar dalam setiap bab sehingga tidak tergesa-gesa dalam
menyampaikan materi karena sudah terjadwal. (4) Hasil belajar yang diperoleh
siswa akselerasi terutama pada tahun ajaran 2011/2012 sudah cukup baik daripada
hasil belajar siswa reguler. Nilai-nilai siswa akselerasi lebih unggul ketika
ulangan harian maupun ulangan umum karena nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) lebih tinggi daripada siswa reguler, tetapi pada saat Ujian Nasional
(UAN) justru siswa reguler yang memperoleh nilai tertinggi.
Kata kunci: anak berbakat, program akselerasi, hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
ABSTRACT
Febriana Ika Ratnasari. A STUDY ON ACCELERATION PROGRAM
IMPLEMENTATION IN SMP NEGERI 9 SURAKARTA IN THE SCHOOL
YEAR OF 2011/2012. Thesis, Teacher Training and Education Faculty of
Surakarta Sebelas Maret University. July 2012.
The objectives of research are (1) To find out the acceleration program
implementation in SMP Negeri 9 Surakarta in the school year of 2011/2012. (2)
To find out the obstacles encountered in the acceleration program implementation.
(3) To find out the measures taken to deal with such the obstacles. (4) To find out
the difference in learning achievement between acceleration students with regular
students in the school year of 2011/2012.
This study employed a descriptive qualitative approach. The research
was conducted to collect data and to obtain information from the data source. The
data source derived from informant, activity, place, and document/archive. The
sampling technique used was purposive sampling technique. The techniques of
collecting data used were direct observation, in depth interview, and
documentation. The data validation was done using source triangulation
technique. The data analysis was done using an interactive model of analysis. The
procedure begins study of post-pre field phase, fieldwork phase, the stage of
analysis and report writing stage.
From the result of research, it could be concluded that (1) The
implementation of acceleration program in SMP Negeri 9 Surakarta particularly in
the school year of 2011/2012 involved preparation, implementation, and
evaluation/assessment stages. (2) The obstacles encountered in the
implementation of acceleration program included: inadequate infrastructure, short
learning time, limited fund amount, easily saturated students, difficultly
concentrating students, sometimes there was elusive material because the teacher
explained too quickly, and so many assignments given required the students to
learn continuously. (3) The measures taken by the school included the school
scheduled the learning, the school submitted the fund requesting proposal to the
Surakarta City’s Education Service, the teachers attempted to deliver material by
using a variety of methods, the teachers could also schedule the time for each
basic competency in each chapter so that they would not deliver material in hurry
because it had been scheduled. (4) The learning achievement the acceleration
students achieved particularly in the school year of 2011/2012 had been
sufficiently good than learning achievement of regular students. Acceleration
values are students when daily test or exam because the Minimum Passing
Criteria (KKM) value is higher than regular students, but national final exam or
UAN at exactly regular student who got highest score.
Keywords: gifted child, acceleration program, learning achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
MOTTO
Jangan pernah merasa takut selama masih berada dalam jalan yang benar.
(Penulis)
Jangan pernah menganggap remeh akan suatu hal karena sesuatu yang dianggap
remeh bisa jadi suatu saat dapat menjadi bumerang bagi diri sendiri.
(Penulis)
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama
ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.
(Alexander Pope)
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan
dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.
(Abu Bakar Sibli)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan karunia Allah SWT, skripsi ini
peneliti persembahkan untuk:
Ibu dan Bapak yang selama ini telah
mencurahkan kasih sayang.
Adik-adikku (Sasa, Prabu, Nimas) yang telah
menghiasi hari-hariku.
Pakdhe dan budhe beserta keluarga besar
yang memberikan motivasi.
Sahabat-sahabatku Kafe Robelin (Febri,
Rovi, Bety, Herlin) yang telah memberikan
keceriaan, motivasi serta bantuan dalam
menyusun skripsi.
Sahabat-sahabatku SMA (Triyanti, Wahid,
Ambar).
Teman-teman PAK angkatan 2008.
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Atas
kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “STUDI
TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP
NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Program
Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
3. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus
Akuntansi yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
4. Ibu DR. Susilaningsih, M.Bus, selaku pembimbing I yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Muhtar, S.Pd, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Para dosen di Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan pengetahuan dan
bimbingan.
7. Ibu Endang Mangularsih, S.Pd, M.M, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 9
Surakarta yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data
dalam penelitian ini.
8. Ibu Dra. Danarti selaku Manajer Program Akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta
yang telah memberi bantuan dan bimbingan dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
9. Para guru dan siswa SMP Negeri 9 Surakarta yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
10. Bapak dan Ibu yang telah mencurahkan kasih sayangnya untuk mendampingi,
memberikan motivasi, dan bantuan selama penyusunan skripsi.
11. Sahabat-sahabatku “Kafe Robelin” (Febri, Rovi, Bety, Herlin) yang selalu
menghiasi hari-hari dengan keceriaan, memberikan motivasi serta bantuan
dalam penyusunan skripsi.
12. Teman-teman akuntansi angkatan 2008 khususnya kelas B dan semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN .....................................................................
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
HALAMAN REVISI ..................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ............................................................
B. Perumusan masalah ..................................................................
C. Tujuan penelitian ......................................................................
D. Manfaat penelitian ....................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan......................
1. Konsep Kemampuan dan Kecerdasan .................................
2. Program Pendidikan Bagi Anak Cerdas Istimewa dan atau
Berbakat ..............................................................................
3. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Cerdas istimewa
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
x
xi
xiii
xvi
xvii
xviii
1
5
5
5
7
7
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
dan atau Berbakat ...............................................................
4. Penyelenggaraan Program Akselerasi .................................
5. Hasil Belajar Siswa ..............................................................
6. Penelitian yang Relevan ......................................................
B. Kerangka berpikir .....................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................
C. Data dan Sumber Data .............................................................
D. Teknik Sampling (Cuplikan).....................................................
E. Pengumpulan Data ...................................................................
F. Uji Validitas Data ....................................................................
G. Analisis data ..............................................................................
H. Prosedur penelitian ...................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ...........................................
1. Sejarah SMP Negeri 9 Surakarta .........................................
2. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 9 Surakarta ................
3. Kondisi Lingkungan SMP Negeri 9 Surakarta.....................
4. Struktur Organisasi Sekolah ................................................
B. Deskripsi Temuan Penelitian ....................................................
1. Penyelenggaraan Program Akselerasi ..................................
2. Hambatan-Hambatan Penyelenggaraan Akselerasi..............
3. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan ...................................
4. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan
Siswa Reguler ......................................................................
C. Pembahasan ..............................................................................
1. Penyelenggaraan Program Akselerasi...................................
2. Hambatan-Hambatan Penyelenggaraan Akselerasi .............
15
18
26
27
28
30
31
32
33
34
35
36
38
41
41
42
42
43
47
47
60
64
65
66
66
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
3. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan ....................................
4. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan
Siswa Reguler ......................................................................
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Implikasi ...................................................................................
C. Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................
71
72
74
77
79
80
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ..............................................................................
3.1 Skema Model Analisis Interaktif ..........................................................
3.2 Prosedur Penelitian ...............................................................................
4.1 Struktur Organisasi Sekolah .................................................................
29
38
40
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 31
4.1 Data Ruang Belajar Lainnya di SMP Negeri 9 Surakarta .................... 42
4.2 Jumlah Tenaga Pendidik dan Tata Usaha (TU) ................................... 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara .............................................................................
2. Catatan Lapangan ..................................................................................
3. Surat Keputusan Penetapan Sekolah Penyelenggara Akselerasi ...........
4. Struktur Organisasi Sekolah ..................................................................
5. Daftar Nama Guru Akselerasi ...............................................................
6. Daftar Nama Siswa Akselerasi .............................................................
7. Program Pembinaan Karakter Siswa .....................................................
8. Agenda Kegiatan Program Akselerasi ..................................................
9. Dokumentasi Penelitian ........................................................................
10. Surat Ijin Penelitian ..............................................................................
82
89
109
114
117
119
121
130
132
134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi
juga mengalami perkembangan secara pesat di seluruh bidang kehidupan manusia.
Dalam bidang teknologi informasi, penguasaan teknologi informasi menjadi
sangat penting bagi keberadaan suatu negara. Salah satu aspek yang penting dan
berpengaruh dalam penguasaan teknologi informasi yaitu sumber daya manusia
(SDM). SDM yang dibutuhkan dalam penguasaan teknologi informasi adalah
SDM yang mampu bersaing secara internasional. Untuk itu, pendidikan menjadi
tumpuan bagi peningkatan kualitas SDM di Indonesia dalam menghadapi era
globalisasi. Hak mendapatkan pendidikan sudah tertuang dalam UUD 1945 pasal
31 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pen-
didikan”. Hal itu berarti setiap individu berhak mendapatkan layanan pendidikan
tanpa memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka.
Meskipun demikian pendidikan bukan hanya mentransfer ilmu dari pengajar ke
peserta didik tetapi pendidikan akan dapat mengantarkan peserta didik menjadi
pribadi yang unggul dan mampu menghadapi kehidupan dimasa yang akan
datang. Supriyanto berpendapat, “Pada dasarnya tujuan pendidikan menengah
yaitu meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi serta agar dapat mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi” (2003: 100).
Keberhasilan dalam bidang pendidikan ditentukan oleh banyak faktor.
Salah satunya yaitu faktor inteligensi, Purwanto berpendapat, “Inteligensi ialah
kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat se-
suatu dengan cara tertentu” (2002:55-56). Perbedaan faktor inteligensi disebabkan
oleh faktor pembawaan, kematangan, pembentukan sehingga mereka berhak
mendapatkan program pendidikan yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
usia, dan tingkat inteligensinya. Sampai saat ini acuan umum yang digunakan
untuk menentukan apakah seorang anak bisa dikategorikan sebagai anak yang
memiliki bakat istimewa atau biasa saja adalah mengunakan ukuran skor IQ.
Dalam pandangan umum, anak dikatakan memiliki bakat istimewa adalah mereka
yang dalam dirinya memiliki tiga hal utama yaitu IQ (cukup skor 125-130),
memliki CQ (creativity quotient dalam kadar yang cukup, tidak harus tertingi),
dan memiliki TC (task commitment atau kelekatan terhadap tugas) dalam rentang
nilai baik. Jadi anak-anak berbakat istimewa adalah mereka yang memiliki tiga
hal yakni kecerdasan umum, kreativitas, dan kelekatan terhadap tugas menjadi
satu kesatuan kepribadian.
Setiap anak memang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda
yaitu anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata, kecerdasan rata-rata, dan ke-
cerdasan di atas rata-rata serta memiliki bakat istimewa. Anak dengan
kecerdasaan di bawah rata-rata memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan
belajar anak-anak pada umumnya. Anak yang berada di atas rata-rata memiliki
kecepatan belajar di atas kecepatan belajar anak-anak lainnya. Anak-anak yang
memiliki kecerdasan dan bakat istimewa itu membutuhkan layanan yang memang
berbeda dengan anak-anak pada umumnya karena dalam potensi yang serba
unggul tersebut terkadang adanya kebutuhan belajar yang unggul pula. Siswa
yang merasa luar biasa (cerdas) tidak dirugikan oleh keterlambatan belajar siswa
biasa. Sering dikeluhkan banyak guru, anak-anak cerdas di kelas heterogen
cenderung merasa cepat bosan, terkesan santai, tampak kurang memperhatikan
pelajaran dan akibatnya cenderung mengganggu teman lainnya. Oleh karena itu,
anak-anak cerdas ini perlu mendapat layanan khusus di kelas yang terpisah dari
kelas anak biasa. Dengan begitu, pengelolaan kelasnya menjadi lebih mudah.
Menurut Martison dalam Munandar (1992: 30) bahwa “Anak-anak ber-
bakat memiliki ciri-ciri yang unik dan khas yakni cepat menyelesaikan masalah,
membaca pada usia muda, membaca lebih cepat dan lebih banyak, memiliki per-
bendaharaan kata yang luas, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai
minat yang luas, mempunyai inisiatif, tidak cepat puas dengan prestasinya, senang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mencoba hal-hal baru”. Hal inilah yang menjadi keunggulan dan keistimewaan
anak berbakat yang harus dikembangkan melalui pendidikan yang sesuai.
Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 4 tentang
sistem pendidikan nasional, “Bahwa warga negara yang memiliki kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Dari undang-undang
tersebut maka pemerintah berupaya menyelenggarakan suatu program pelayanan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi cerdas istimewa dan atau
berbakat istimewa yaitu program khusus yang dikembangkan untuk memungkin-
kan siswa dapat mengikuti pelajaran sesuai dengan irama kecepatan belajarnya
yang dirancang lebih cepat dari waktu belajar siswa yang normal. Pelayanan
pendidikan tersebut yaitu berupa program akselerasi. Menurut Latifa dalam
Hawadi (2004: 118) bahwa “Program akselerasi adalah program layanan belajar
yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kemampuan tinggi supaya dapat
menyelesaikan studinya sesuai kecepatan dan kemampuannya”. Dalam program
ini, pendidikan dapat ditempuh dalam waktu lebih singkat daripada program
regular, misalnya pada tingkat SD yang seharusnya ditempuh dalam waktu 6
tahun dapat dipercepat menjadi 5 tahun, tingkat SMP dan SMA yang seharusnya
ditempuh dalam 3 tahun dipercepat menjadi 2 tahun. Namun, program akselerasi
tidak semata-mata memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah,
tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyedian
kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman.
Bentuk layanan program akselerasi yang diberikan antara lain dapat berupa
kegiatan penelitian, pengikutsertaan alam, berbagai lomba di bidang akademik
Penyelenggaraan program akselerasi perlu dilakukan sebagai upaya dari
pemerintah untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dalam segala
bidang sehingga dapat bersaing di era globalisasi. Program akselerasi sebenarnya
memiliki keuntungan karena dengan proses yang cepat akan menghasilkan se-
jumlah lulusan yang memadai dan nantinya akan bermanfaat dalam masyarakat.
Bagi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa proses yang
dipercepat bukanlah beban karena proses cepat itulah yang sesuai dengan potensi
mereka. Penyelenggaraan program akselerasi dilaksanakan oleh sekolah-sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
yang telah siap, baik dari segi kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, dana, manajemen dan lingkungan. Komponen-komponen tersebut
saling berkaitan sehingga apabila pihak sekolah belum memiliki kesiapan dari
semua komponen, maka belum dapat menyelenggarakan program akselerasi.
Berhasil atau tidaknya program akselerasi tergantung dari pengelolaan
masing-masing sekolah. Setiap sekolah mempunyai kebijakan yang berbeda-beda
dalam menyelenggarakan program akselerasi, namun tetap mengacu pada pe-
doman yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Depdikbud. Di Surakarta
sudah ada beberapa sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi mulai
dari tingkat SD, SMP maupun SMA. Masing-masing jenjang pendidikan tersebut
berusaha untuk memberikan layanan sebaik mungkin terutama untuk siswa yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Beberapa sekolah yang telah siap
dari segi kurikulum, guru, sarana dan prasarana, dana, manajemen dan lingkungan
berlomba-lomba agar dapat menghasilkan siswa yang berkualitas, salah satunya
melalui penyelenggaraan program akselerasi.
SMP Negeri 9 Surakarta merupakan salah satu sekolah unggulan di
Surakarta. Hal itu terbukti bahwa sekolah tersebut sudah menyelenggarakan
program akselerasi sejak tahun ajaran 2005/2006. Dengan penyelenggaraan
program akselerasi menunjukkan bahwa SMP Negeri 9 Surakarta sudah siap dari
berbagai segi, misalnya sarana dan prasarana yang dimiliki sudah dapat me-
nunjang proses belajar mengajar kelas akselerasi. Namun, penyelenggaraan
program akselerasi dari tahun ke tahun biasanya mengalami perbedaan tergantung
dari pengelolaannya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana pe-
nyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta secara nyata apakah
sudah berjalan dengan baik atau belum. Atas dasar itulah, penulis mengangkat
judul “STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI
DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta
pada tahun ajaran 2011/2012?
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi di
SMP Negeri 9 Surakarta?
3. Apa saja upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut?
4. Bagaimana perbedaan hasil belajar antara siswa program akselerasi dengan
siswa reguler di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9
Surakarta pada tahun 2011/2012.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan
program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta.
3. Untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-
kendala yang dihadapi.
4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa program akselerasi
dengan siswa reguler di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti permasalahan
mengenai penyelenggaraan program akselerasi di suatu sekolah.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan
kebijakan selanjutnya serta memberikan sumbangan pemikiran dalam pe-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
ngembangan pendidikan khususnya mengenai penyelenggaraan program
akselerasi.
b) Bagi penulis
Dapat menambah wawasan serta mengetahui tentang penyelenggaraan
program akselerasi di suatu sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Konsep Kemampuan dan Kecerdasan
a. Batasan Kemampuan dan Kecerdasan
Kemampuan biasanya dikaitkan dengan inteligensi atau ke-
cerdasan. Munandar berpendapat “Kemampuan adalah daya untuk me-
lakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan” (1996:
17). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kekuatan yang dimiliki seseorang baik dari sejak
lahir maupun latihan untuk melakukan suatu tindakan yang berhubungan
dengan kecerdasan.
Purwanto berpendapat “Inteligensi adalah kemampuan yang di-
bawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan
cara yang tertentu” (2002: 52). Sementara itu, sesuai dengan simpulan
Clark (1986) bahwa “Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-
sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk pemahaman terhadap
hu-bungan yang kompleks, semua proses yang terlibat dalam berfikir
abstrak, kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah, dan ke-
mampuan untuk memperoleh kemampuan baru” (Semiawan, 1997: 11).
Dari dua pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kecerdasan adalah
kemampuan yang dibawa sejak lahir untuk melakukan sesuatu dimana
mencakup keseluruhan pemahaman seseorang dari segala aspek.
Setiap orang memiliki inteligensi yang tidak sama, Purwanto
berpendapat “Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi sehingga ter-
dapat perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lain yaitu pem-
bawaan, kematangan, pembentukan, minat dan pembawaan yang khas,
kebebasan” (2002: 55). Faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1) Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang ditentukan
sejak lahir.
2) Kematangan
Tiap organ dalam tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Tiap organ baik fisik maupun psikis dapat dikatakan matang apabila
ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsi masing-masing.
3) Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi. Dapat dibedakan menjadi
pembentukan yang disengaja (dilakukan di sekolah) dan pembentuk-
an yang tidak disengaja (pengaruh alam sekitar).
4) Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat motif yang
mendorong untuk berinteraksi dengan dunia luar.
5) Kebebasan
Kebebasan berarti manusia dapat memilih metode-metode tertentu
dalam memecahkan masalahnya. Dengan adanya kebebasan berarti
minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam inteligensi.
Pada umumnya kecerdasan dapat diukur dengan tes inteligensi
yang menghasilkan IQ yang dapat menentukan keterbakatan seseorang.
IQ masih tepat jika digunakan untuk mengukur bakat intelektual se-
seorang, tetapi belum tentu untuk bakat seni, bakat kreatif serta bakat ke-
pemimpinan. Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan simpulan Renzulli
(1981) bahwa “Ciri-ciri yang dapat menentukan kemampuan dan ke-
cerdasan adalah: (1) kemampuan/inteligensi; (2) kreativitas; (3)
tanggungjawab atau pengikatan diri terhadap tugas yang tinggi”
(Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 18).
Seseorang dikatakan mempunyai bakat intelektual apabila mem-
punyai inteligensi yang tingggi atau kemampuan di atas rata-rata dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
bidang intelektual, namun kecerdasan yang tinggi belum menjamin ke-
terbakatan seseorang. Kreativitas juga penting karena untuk menciptakan
sesuatu yang baru, gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan
masalah.
b. Pengertian Anak Berbakat
Mengenai pengertian anak berbakat, Hawadi menyatakan:
Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai taraf intelegensi di
atas 140 dan yang diidentifikasikan oleh psikolog dan atau guru
sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi yang memuaskan
serta memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada
taraf cerdas, keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik serta
kreativitas yang memadai (2004: 34).
Sementara itu, sesuai dengan simpulan Fledhusen (1986) bahwa
istilah lain untuk menyebut anak berbakat atau anak yang memiliki
kemampuan luar biasa adalah gifted, genius, precocious (Ikhrom, 2000:
5). Gifted adalah anak yang menunjukkan tanda-tanda atau kemampuan
unggul, sedangkan precocious adalah anak yang memiliki kemampuan
untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya merupakan pekerjaan
orang dewasa. Genius sebagai individu yang menunjukkan kemampuan
yang tinggi dalam berbagai pekerjaan yang mempunyai nilai maslahat
yang besar, mereka mempunyai kemampuan yang lebih dalam
menyelesaikan pekerjaan dibandingkan dengan anak-anak normal
lainnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak
berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang
luar biasa atau unggul sehingga mampu mengerjakan pekerjaan orang
dewasa serta dapat mencapai prestasi yang memuaskan. Anak-anak
tersebut memerlukan program pendidikan khusus sesuai dengan ke-
butuhan belajar mereka sehingga dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Identifikasi Anak Berbakat
Munandar berpendapat “Identifikasi terhadap anak berbakat
dapat dibedakan menjadi dua yaitu identifikasi melalui pengetesan dan
identifikasi melalui studi kasus” (1982: 9). Identifikasi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Identifikasi melalui pengetesan (psikometrik maupun prestasi be-
lajar), identifikasi ini meliputi dua tahap, yaitu :
a) Tahap Screening yaitu pengetesan massal dengan menggunakan
tes kelompok.
b) Tahap seleksi/identifikasi dengan menggunakan tes individual
yang memungkinkan pengukuran yang lebih cepat dan teliti.
2) Identifikasi melalui studi kasus
Identifikasi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi sebanyak
mungkin tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumber-
sumber yang berbeda, misalnya: guru, orang tua, teman sebaya atau
anak itu sendiri. Identifikasi studi kasus ini dapat dimulai dengan
menyusun daftar pertanyaan atau kuisoner atau checklist untuk diisi
masing-masing sumber.
d. Karakteristik Anak Berbakat
Setiap anak memiliki karakter atau ciri-ciri yang berbeda-beda,
anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata serta anak berbakat juga
memiliki ciri-ciri tersendiri yang melebihi dari anak-anak normal lain-
nya. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Martinson (1974) bahwa ciri-
ciri anak berbakat antara lain membaca pada usia lebih muda, membaca
lebih cepat dan lebih banyak, memiliki perbendaharaan kata yang luas,
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat yang luas,
mempunyai inisiatif, tidak cepat puas dengan prestasinya, mempunyai
banyak kegemaran, senang mencoba hal-hal baru (Munandar, 1992: 30).
Keberbakatan anak dapat meliputi bermacam-macam bidang, namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang
saja.
Tidak semua anak berbakat mempunyai semua ciri-ciri tersebut
karena setiap anak termasuk anak berbakat mempunyai kekuatan dan
kelemahan. Anak berbakat dapat menunjukkan ciri-ciri yang positif
apabila mereka di lingkungan yang baik, tetapi dalam lingkungan yang
kurang baik dapat muncul ciri-ciri yang negatif. Ciri-ciri negatif tersebut
terkadang dapat menimbulkan masalah bagi siswa berbakat. Hal tersebut
sesuai dengan simpulan Martinson (1974) bahwa “Ciri-ciri negatif siswa
ber-bakat yang dapat menimbulkan masalah-masalah antara lain mudah
ter-singgung atau peka terhadap kritik, cepat bosan terhadap tugas-tugas
rutin, menjurus ke keinginan memaksakan atau mempertahankan pen-
dapatnya, acuh tak acuh dan cepat malas karena pengajaran yang di-
berikan kurang menantang bagi mereka” (Munandar, 1992: 32).
2. Program Pendidikan Bagi Anak Cerdas Istimewa dan atau Berbakat
Pemerintah berupaya untuk memberikan kesempatan pendidikan
yang sama kepada semua warga negara Indonesia, baik yang normal maupun
yang memiliki potensi luar biasa. Selama ini perhatian terhadap siswa-siswa
yang berprestasi dan berbakat di sekolahnya hanya sebatas memberikan
beasiswa sehingga memungkinkan mereka untuk meneruskan pendidikannya.
Meskipun bantuan berupa beasiswa sudah diberikan kepada siswa-siswa yang
berbakat dan berprestasi, namun hal tersebut belum dapat memenuhi ke-
butuhan pendidikan anak berbakat. Mereka masih memerlukan perhatian
khusus dari pemerintah yaitu berupa program pendidikan yang khusus.
Perhatian khusus tersebut tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi,
tetapi pemberian perhatian sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak.
Melalui penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi siswa yang me-
miliki kecerdasan istimewa dan atau berbakat agar dapat berkembang secara
optimal sesuai potensi yang mereka miliki. Program pendidikan yang sesuai
untuk anak cerdas dan atau berbakat adalah program pendidikan yang ber-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
diferensiasi yaitu pelayanan pendidikan yang berbeda dengan siswa-siswa
normal lainnya.
Depdikbud berpendapat “Penyelenggaraan program pendidikan
khusus bagi anak cerdas istimewa/berbakat istimewa dapat dilakukan dalam
bentuk kelas khusus, kelas inklusi, dan satuan pendidikan khusus” (Pedoman
Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 43). Hal tersebut dapat dijelas-
kan sebagai berikut:
a. Kelas khusus adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran yang di-
berikan adalah mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun matematika
dan ilmu pengetahuan alam (IPA).
b. Kelas inklusif adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran
bergabung dengan peserta didik program reguler. Mata pelajaran yang di-
berikan adalah mata pelajaran lain di luar rumpun matematika dan ilmu
pengetahuan alam (IPA).
c. Satuan pendidikan khusus adalah lembaga pendidikan formal pada jenjang
pendidikan dasar (SD) dan pendidikan menengah (SMP/SMA) yang
semua peserta didik memiliki potensi kecerdasan istimewa/bakat istimewa.
Depdikbud berpendapat “Layanan pendidikan untuk siswa cer-
das/bakat istimewa dapat berupa program pengayaan (enrichment) dan
gabungan program percepatan dengan pengayaan (acceleration-enrichment)”
(Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 44). Hal tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Program pengayaan adalah pemberian pelayanan pendidikan kepada siswa
yang memiliki kecerdasan/bakat istimewa dengan penyediaan kesempatan
dan fasilitas tambahan yang bersifat pendalaman. Bentuk layanan ini
antara lain dengan memperkaya materi melalui kegiatan-kegiatan pe-
nelitian dan sebagainya. Fokus layanan ini adalah pada perluasan/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pedalaman materi yang dipelajari dan bukan pada kecepatan belajar di
kelas.
b. Gabungan program percepatan dan pengayaan adalah pemberian pe-
layanan pendidikan kepada siswa yang memiliki kecerdasan/bakat isti-
mewa untuk dapat menyelesaikan pendidikannya dalam jangka waktu
yang lebih singkat disbanding teman-teman yang lainnya. Jadi siswa dapat
menyelesaikan pendidikan di SD dalam jangka 5 tahun dan di SMP atau
SMA dalam waktu 2 tahun. Dalam program ini, siswa tidak semata-mata
memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi se-
kaligus memperoleh pengayaan materi dengan penyediaan kesempatan dan
fasilitas belajar tambahan.
Berdasarkan bentuk-bentuk layanan pendidikan tersebut, berbagai
pihak baik pengambil keputusan di lingkungan Ditjen, Dikdasmen, Dep-
dikbud maupun pihak pelaksana yaitu yayasan atau sekolah lebih condong
untuk menerapkan program akselerasi. Hal ini dikarenakan pemilih-an bentuk
program pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa/anak berbakat tidak hanya tergantung pada individu-individu yang
terlibat, melainkan juga pada situasi dan kondisi lingkungan tempat program
akan dilaksanakan. Selain itu, tidak lepas dari pertimbangan ekonomis yaitu
mudah dan murah dalam pelaksanaanya.
Penyelenggaraan program akselerasi berupaya untuk mengoptimal-
kan pengembangan potensi kecerdasan luar biasa atau bakat siswa sehingga
menghasilkan keluaran/output yang unggul. Untuk mencapai keunggulan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Herry berpendapat “Faktor-faktor
itu meliputi: masukan atau input, kurikulum, guru, sarana prasarana, dana,
manajemen, lingkungan, dan proses belajar mengajar” (1999: 9). Faktor-
faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Masukan atau input
Peserta didik/siswa sebagai masukan harus diseleksi secara ketat
dan komprehensif dengan kriteria tertentu. Seleksi tidak hanya me-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
nyangkut prestasi akademik, tetapi juga menyangkut tes psikologis, tes
kreativitas, dan tanggungjawab pada tugas.
b. Kurikulum
Kurikulum sengaja dikhususkan dengan memberikan kedalaman
dan keluasan materi serta tantangan penyelesaian yang lebih berat.
Kurikulum bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa atau anak berbakat memiliki format yang berlainan dengan
kurikulum pada umumnya yaitu dengan adanya penambahan unsur-unsur
substansial.
c. Guru
Tenaga kependidikan yaitu guru diupayakan memenuhi kriteria
yang baik dan profesional. Pengetahuan guru yang luas, memiliki pe-
mahaman tentang karakteristik siswa dengan kemampuan yang luar biasa
serta apresiatif dalam mengajar harus menjadi standar bagi guru yang
melayani pembelajaran akselerasi.
d. Sarana prasarana
Sarana prasarana disesuaikan dengan sifat siswa yang memang
memiliki tingkat kecerdasan tinggi sehingga dapat menunjang pemenuhan
kebutuhan belajar siswa. Sarana dan prasarana dapat berupa ruang kelas
yang dilengkapi dengan media pembelajaran seperti komputer, LCD, dan
alat peraga.
e. Dana
Segi material sangat penting dalam program akselerasi mengingat
perluasan kegiatan. Ketersediaan dana yang memadai lebih dari sekedar
pelaksanaan program reguler harus diusahakan terpenuhi karena tidak
mungkin tenaga pengajar yang ekstra kerjanya tidak diberikan insetif
lebih. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk pemenuhan alat pen-
dukung lainnya. Sumber dana dapat berasal dari pemerintah dan sumbang-
an orang tua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
f. Manajemen
Manajemen dalam program akselerasi yang meliputi pengaturan
waktu belajar, mobilisasi tenaga pengajar atau guru, keterkaitan dengan
orang tua, maupun kerjasama dengan instansi luar sekolah harus di-
selenggarakan secara optimal sehingga program akselerasi dapat berjalan
lancar. Manajemen tidak terbatas pada pengaturan aspek fisik dan material
personal, tetapi juga aspek motivasi psikologik.
g. Lingkungan
Lingkungan belajar baik secara fisik maupun sosial psikologis
yang kondusif sangat diperlukan untuk berkembangnya potensi kecerdasan
dan bakat yang dimiliki siswa. Menjadikan lingkungan keluarga dan
masyarakat sebagai lingkungan belajar yang kompak dengan sekolah perlu
diciptakan oleh semua pihak.
h. Proses belajar mengajar
Pembelajaran bagi siswa cerdas dan berbakat tidak cukup hanya
dengan mengacu pada standar isi maupun standar kompetensi yang sudah
ada saat ini. Proses belajar mengajar pada kelas akselerasi ditandai dengan
adanya proses yang kreatif diikuti dengan pengayaan serta mengundang
tantangan bagi siswa.
3. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Cerdas Istimewa dan atau
Berbakat
Siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau
dikategorikan berbakat mempunyai cara belajar dan aktivitas yang berbeda
dengan anak normal lainnya. Program akselerasi sebagai layanan pendidikan
khusus bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa,
dituntut untuk menyediakan kurikulum yang diadaptasi dan dirancang untuk
memenuhi perbedaan yang ada. Kurikulum tersebut diformatkan untuk me-
layani pembelajaran bagi siswa berbakat agar ada kesesuaian antara ke-
unggulan siswa dengan volume materi pembelajaran yang padat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
akseleratif. Dengan demikian kurikulum berdiferensiasi dirasa sesuai untuk
melayani kebutuhan pembelajaran bagi siswa berbakat.
Munandar berpendapat, “Kurikulum berdiferensiasi yang diper-
untukkan bagi anak berbakat meliputi: konsep dan pokok-pokok kurikulum
diferensiasi serta modifikasi kurikulum anak berbakat” (1999: 205). Modi-
fikasi kurikulum untuk anak berbakat tersebut terdiri dari:
a. Modifikasi materi kurikulum
Modifikasi kurikulum diperlukan karena anak berbakat memiliki
kemampuan untuk belajar ketrampilan dan konsep yang lebih maju. Dalam
modifikasi materi kurikulum, guru dapat merencanakan dan menyiapkan
materi yang lebih kompleks serta menyiapkan alat yang lebih canggih.
b. Modifikasi proses atau metode pembelajaran
Hal ini menuntut guru untuk melonggarkan pengendalian dalam
kurikulum. Selain itu, kegiatan guru dan siswa harus dapat membuka pintu
pelibatan siswa sehingga dalam proses pembelajaran tidak hanya ter-pusat
pada guru, namun siswa juga harus dilibatkan agar mereka lebih ber-
tanggungjawab dalam belajarnya.
c. Modifikasi produk belajar
Siswa dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk
memahami dan menyelesaikan berbagai masalah serta menunjukkan
kreativitas dalam merancang produk-produk baru berdasarkan pengalaman
belajarnya. Sementara itu, guru akan menghadapi tantangan menemukan
saluran untuk produk-produk siswa karena diharapkan setiap tahun ajaran
dapat menghasilkan karya yang lebih baik.
d. Memilih modifikasi yang sesuai
Dalam melakukan modifikasi materi, proses, dan produk di dalam
kelas guru dituntut untuk melakukan persiapan yang matang agar dapat
berhasil. Guru yang bijak akan memulainya dengan skala yang konservatif
dan menanjak ke perubahan-perubahan setelah siswa dan guru terbiasa
dengan prosedur baru. Sesuai dengan simpulan Parke (1989) bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pedoman untuk memudahkan transisi dari cara-cara pembelajaran yang
lama ke yang baru yaitu:
1) Pembatasan pada satu bidang studi atau salah satu kelompok siswa
yang minat dan kemampuannya setara.
2) Membuat bagan untuk mendaftar program yang hendak di-
selenggarakan dan modifikasi yang dapat dipergunakan untuk
masing-masing program.
3) Dalam melakukan modifikasi hendaklah dipilih yang paling di-
kuasai oleh siswa barulah kemudian diperluas dengan bidang-
bidang yang lain.
4) Pertimbangan sumber-sumber yang tersedia, bahan yang sudah ada
di dalam kelas, orang-orang yang dapat membantu.
5) Setiap program alternatif yang dimulai harus diberi kesempatan
untuk berkembang. (Munandar, 1999: 213)
e. Modifikasi lingkungan belajar
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh ling-
kungan belajar yang aman dan kondusif serta diperlukan lingkungan yang
berpusat pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Parke (1989)
bahwa ciri-ciri lingkungan belajar yang berpusat pada siswa, yaitu:
1) Siswa menjadi mitra dalam membuat keputusan tentang kurikulum.
2) Pola duduk yang memudahkan belajar.
3) Kegiatan dan kesibukan di dalam kelas.
4) Rencana belajar yang diindividualkan.
5) Keputusan dibuat bersama oleh guru dan siswa jika mungkin.
(Munandar, 2004: 146)
Menurut Sisk (1987) bahwa asas-asas kurikulum berdifensiasi adalah
se-bagai berikut:
a. Memadukan berbagai disiplin ilmu dalam bidang studi.
b. memberikan pengalaman yang komprehensif, berkaitan dan saling
memperkuat dalam suatu bidang studi.
c. Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang dipilih sendiri
dalam suatu bidang studi.
d. Mengembangkan ketrampilan belajaryang mandiri atau diarahkan pada
diri sendiri.
e. Mengembangkan ketrampilan yang berfikir lebih, produktif, kompleks
dan abstrak.
f. Memusatkan tugas-tugas yang berakhir terbuka.
g. Mengembangkan ketrampilan dasar dan ketrampilan berfikir kreatif
dalam kurikulum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
h. Mendorong siswa untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru.
(Munandar, 2004: 139)
4. Penyelenggaraan Program Akselerasi
a. Pengertian Akselerasi
Akselerasi dapat memiliki arti yang beraneka ragam, salah satu-
nya sesuai dengan simpulan Pnessey (1949) bahwa “Akselerasi artinya
sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran pada
waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang
konvensional” (Hawadi, 2004: 31). Sementara itu, sesuai dengan simpulan
Latifah bahwa “Program akselerasi adalah program siswa cepat sebagai
sarana layanan kepada siswa yang memiliki kemampuan atau bakat yang
menonjol se-hingga dapat menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari
program regular” (Hawadi, 2004: 118).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
program akselerasi adalah program percepatan belajar bagi anak-anak
yang memiliki potensi dan kecerdasan luar biasa dimana masa pen-
didikannya dapat ditempuh lebih cepat dari anak-anak normal.
b. Tujuan Program Akselerasi
Program akselerasi tentunya memiliki tujuan tersendiri, hal ter-
sebut sesuai dengan simpulan Latifah bahwa tujuan penyelenggaraan
program akselerasi adalah sebagai berikut:
1) Memberikan layanan pendidikan kepada anak berbakat akademik
untuk mewujudkan bakat dan kemampuanny secara optimal.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program
pendidikan di SLTP/SMU lebih cepat yaitu dalam waktu dua
tahun.
3) Mengembangkan kemampuan berfikir dan bernalar siswa secara
lebih komprehensif dan optimal.
4) Mengembangkan kreativitas siswa secara optimal (Hawadi, 2004:
121).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Manfaat Akselerasi
Adanya program akselerasi dapat memberi manfaat terutama bagi
siswa. Hal tersebut sesuai simpulan Southern dan Jones (1991) bahwa
“Manfaat pelaksanaan program akselerasi bagi siswa berbakat adalah
meningkatkan efisiensi, meningkatkan efektifitas, meningkatkan peng-
hargaan, meningkatkan waktu untuk karier, membuka siswa pada
kelompok barunya, dan ekonomis” (Hawadi, 2004: 7).
Dari manfaat pelaksanaan program akselerasi tersebut dapat dijelaskan se-
bagai berikut:
1) Meningkatkan efisiensi
Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai
kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih
efisien.
2) Meningkatkan efektifitas
Siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan
menguasai ketrampilan-ketrampilan sebelumnya merupakan siswa
yang paling efektif.
3) Meningkatkan penghargaan
Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya
memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
4) Meningkatkan waktu untuk karier
Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas
siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain.
5) Membuka siswa pada kelompok barunya
Siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang me-
miliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.
6) Ekonomis
Dengan mengikuti program akselerasi, siswa dapat menghemat waktu
dan biaya sekolahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
d. Kelemahan Program Akselerasi
Penyelenggaraan program akselerasi tidak hanya memiliki ke-
lebihan, tetapi juga terdapat kelemahan. Hal tersebut sesuai dengan sim-
pulan Southern dan Jones (1991) bahwa “Ada empat hal yang berpotensi
negatif dalam proses akselerasi bagi anak berbakat yaitu bidang akademik,
segi penyesuaian sosial, aktivitas ekstrakurikuler, penyesuaian emosional”
(Hawadi, 2004: 8).
Empat hal yang berpotensi negatif dalam proses akselerasi dapat di-
jelaskan sebagai berikut:
1) Bidang akademik, meliputi:
(a) Bahan ajar yang terlalu tinggi bagi siswa akselerasi sehingga akan
membuat mereka menjadi siswa yang tertinggal di belakang ke-
lompok teman barunya.
(b) Kemampuan yang dimiliki bersifat sementara.
(c) Proses akselerasi menyebabkan siswa terikat pada keputusan
karier lebih dini.
(d) Pengalaman-pengalaman yang seharusnya dialami oleh anak se-
usianya mungkin tidak akan dialami oleh siswa akselerasi.
2) Segi penyesuaian sosial, meliputi:
(a) Kekurangan waktu untuk beraktivitas dengan teman sebayanya.
(b) Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia se-
benarnya.
(c) Hilangnya kesempatan mengenal ketrampilan kepemimpinan yang
dibutuhkan dalam pengembangan karier dan sosialnya.
3) Aktivitas ekstrakurikuler, meliputi:
(a) Berkurangnya kesempatan bagi siswa akselerasi untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler.
(b) Siswa akselerasi tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan di luar
pelajaran karena mereka dibatasi dengan masa studi yang lebih
singkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4) Penyesuaian emosional, meliputi:
(a) Frustasi karena tekanan dan tuntutan berprestasi yang dapat
mengakibatkan anak menjadi underachiever.
(b) Kurang mampu menyesuaikan diri dalam karier karena me-
nempati karier yang tidak tepat atau tidak mampu bekerja secara
efektif dengan orang lain.
(c) Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi.
(d) Sedikitnya kesempatan dalam proses bersosialisasi, maka mereka
akan cenderung merasa terisolasi.
e. Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Akselerasi di Indonesia
Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi siswa yang memiliki
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa di Indonesia menggunakan
landasan hukum antara lain sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional:
(a) Pasal 5 ayat 4, “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”.
(b) Pasal 32 ayat 1, “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
2) UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak pasal 52 yang berbunyi
“Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan
aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus”.
3) PP No.72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa.
4) Permendiknas No. 34/2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik
yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa.
Hawadi berpendapat “Dasar hukum penyelenggaraan program
akselerasi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.2 tahun 1989
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tentang Sistem Pendidikan Nasional” (2004: 120). Dasar hukum tersebut
antara lain:
1) Pasal 8 ayat 2, “Bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus”.
2) Pasal 24, “Bahwa setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan
mempunyai hak-hak sebagai berikut:
a) Ayat 1, “Mendapat perlakuan sesuai dengan bakat minat dan ke-
mampuannya”.
b) Ayat 2, “Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas
dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan ke-
mampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat
pendidikan tertentu yang telah dibakukan”.
c) Ayat 6, “Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu
yang ditentukan”.
3) Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1998, “Bahwa sasaran bi-
dang pembangunan ketujuh adalah memberi perhatian dan pelayanan
khusus bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan dan ke-
cerdasan luar biasa agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan
bakatnya tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya”.
f. Manajemen Penyelenggaraan Program Akselerasi
Depdikbud berpendapat “Prinsip manajemen yang digunakan
dalam pengelolaan layanan pendidikan khusus bagi peserta didik cerdas
istimewa/berbakat istimewa adalah manajemen berbasis sekolah”. (Pe-
doman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 71). Pengelolaan
program akselerasi di sekolah reguler harus memiliki manajer/pengelola
program tersendiri dan tidak boleh dirangkap oleh kepala sekolah.
Sementara itu, Hawadi berpendapat “Manajemen penyelenggaraan prog-
ram akselerasi antara lain adalah rekutmen siswa dan kegiatan pem-
belajaran” (2004: 122). Manajemen penyelenggaraan program akselerasi
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
1) Rekrutmen siswa
Proses rekrutmen untuk melakukan penjaringan terhadap siswa yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dilaksanakan melalui
dua tahap, yaitu:
a) Tahap 1
Tahap ini dilakukan dengan meneliti dokumen data seleksi
Penerimaan Siswa Baru (PSB). Kriteria lolos pada tahap 1
didasarkan atas criteria tertentu yang berdasar pada skor:
(1) Nilai rapor kelas 4, 5, dan 6.
(2) Nilai Ebtanas Murni (NEM).
(3) Skor tes seleksi akademis.
(4) Skor tes psikologis yang diperoleh melalui tiga jenis pe-
meriksaan yaitu inteligensi/kecerdasan, kreativitas, dan ke-
terikatan pada tugas serta bebas dari gangguan emosional.
b) Tahap 2
Tahap ini dilakukan melalui proses penyaringan dengan
dua strategi, yaitu:
(1) Strategi informasi data subjektif, yaitu informasi diperoleh dari
proses pengamatan yang bersifat kumulatif. Informasi dapat di-
peroleh melalui nominasi pleh guru, nomonasi oleh orang tua,
nominasi oleh teman sebaya, dan dari diri sendiri.
(2) Strategi informasi data objektif, yaitu informasi diperoleh
melalui alat-alat tes lebih lengkap, seperti Tes Inteligensi
Kolektif Indonesia (TIKI).
2) Kegiatan pembelajaran
(a) Guru
Guru yang mengajar program akselerasi adalah guru-guru
yang biasanya mengajar di program reguler. Hanya saja sebelum-
nya mereka telah dipersiapkan dalam suatu lokakarya dan work-
shop sehingga memiliki pemahaman tentang perlunya layanan pen-
didikan bagi anak-anak berbakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(b) Kurikulum
Muatan materi kurikulum untuk program akselerasi tidak
berbeda dengan kurikulum standar yang digunakan untuk program
reguler. Perbedaannya hanya terletak pada penyusunan kembali
struktur program pengajaran dalam alokasi waktu yang lebih
singkat. Pada tahun pertama siswa akan mempelajari seluruh
materi kelas 1 dan sebagian materi kelas 2. Di tahun kedua, mereka
akan mempelajari materi kelas 2 yang tersisa dan seluruh materi
kelas 3.
(c) Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran untuk siswa berbakat intelektual ber-
beda dengan siswa reguler. Pembelajaran untuk program akselerasi
harus diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih se-
suai dengan tingkat kemampuan yang lebih tinggi daripada siswa
kelas reguler serta menekankan perkembangan kreatif dan proses
berfikir tinggi.
(d) Evaluasi belajar dan laporan hasil belajar
Perbedaan evaluasi belajar antara program akselerasi
dengan reguler terletak pada jadwal tes karena siswa program
akselerasi mengacu pada kalender yang dibuat khusus untuk
mereka. Program ini memungkinkan guru untuk memodifikasi
proses tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam kelas.
g. Layanan Bimbingan dalam Program Akselerasi
Hawadi berpendapat “Pelayanan bimbingan konseling sangat di-
perlukan agar potensi keterbakatan tinggi yang dimiliki oleh siswa dapat
dikembangkan dan tersalur secara optimal” (2004: 127). Layanan bim-
bingan konseling untuk program akselerasi dapat meliputi bidang-bidang
berikut:
1) Bimbingan akademis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Bimbingan ini diperlukan agar siswa dapat mencapai prestasi
yang optimal dalam belajar sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Upaya yang dapat dilakukan adalah:
a) Memonitor hasil ulangan harian.
b) Memanggil siswa atau orang tua yang berkaitan dengan prestasi
akademis siswa apabila di bawah target.
c) Memotivasi kedisiplinan dalam belajar.
2) Bimbingan kepribadian
Bimbingan ini diarahkan agar siswa dapat mengembangkan
konsep diri dan dapat memahami dirinya dan lingkungannya dengan
baik. Selain itu, agar mampu mewujudkan dirinya dalam hubungan
yang serasi dengan diri sendiri, keluarga, sekolah dan lingkungan se-
kitarnya.
3) Bimbingan karier
Bimbingan ini diperlukan agar siswa dapat membuat pilihan
yang tepat dalam merencanakan kariernya.
h. Sistem Evaluasi Program Akselerasi
Evaluasi yang dilaksanakan pada program akselerasi pada dasar-
nya sama dengan yang dilaksanakan pada program reguler yaitu untuk
mengukur daya serap siswa atau ketercapaian materi. Perbedaannya hanya
terletak pada jadwal tes karena evaluasi pada program akselerasi mengacu
pada kalender pendidikan yang dibuat khusus. Adapun sistem evaluasi
yang ada di program akselerasi yaitu sebagai berikut:
1) Ulangan harian
Dalam satu semester setiap guru minimal memberikan ulangan harian
sebanyak tiga kali. Bentuk soal disarankan dalam bentuk uraian.
2) Ulangan umum
Ulangan umum pada siswa akseleasi diberikan lebih cepat dibanding-
kan siswa reguler karena disesuaikan dengan kalender pendidikan
akselerasi. Untuk membandingkan kemampuan siswa program aksel-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
erasi dengan siswa reguler bisa dilakukan antara lain dengan me-
nyertakan siswa akselerasi dalam ulangan umum bersama dengan
siswa reguler.
3) Ujian Akhir Nasional (UAN)
Ujian Akhir Nasional (UAN) akan diikuti siswa akselerasi pada tahun
kedua, bersamaan dengan pelaksanaan UAN siswa reguler. Laporan
hasil pendidikan atau rapor siswa akselerasi juga mempunyai format
yang sama dengan rapor siswa reguler.
5. Hasil Belajar Siswa
Slameto berpendapat, “Hasil belajar adalah suatu pencapaian yang
diperoleh oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dituangkan dengan
angka maupun dalam pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu
yang didapat. Hasil belajar yang tinggi atau rendah menunjukkan keberhasil-
an guru dalam menyampaikan materi pelajaran dalam proses pembelajaran”
(2003: 54). Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa antara lain:
a. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa, meliputi faktor
psikologis, faktor jasmaniah, dan faktor kesiapan.
b. Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria
ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh masing-masing guru mata pe-
lajaran. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni
untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh murid,
misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang di-
lakukan selama pelajaran berlangsung, tes ahir catur wulan dan sebagainya.
Djamarah berpendapat, “Hasil belajar diartikan sebagai hasil akhir pe-
ngambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pe-
ngetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya” ( 2000: 25).
6. Penelitian yang Relevan
a. Prihatin (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Penyelenggaraan
Program Akselerasi Tahun Ajaran 2005/2006 (Studi Kasus di SMP Negeri
1 Karanganyar), menyimpulkan bahwa penyelenggaraan program akse-
lerasi sudah baik karena sasaran belajar di sekolah tersebut sudah sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional. Akan tetapi, kurikulum yang di-
gunakan masih belum dimodifikasi. Siswa merasa cukup puas terhadap
penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 1 Karanganyar.
b. Retno Sunarsih (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas
Penyelenggaraan Program Akselerasi Tahun Ajaran 2007/2008 (Studi
Kasus di SMA Negeri 1 Karanganyar), menyimpulkan bahwa pe-
nyelenggaraan program akselerasi di sekolah tersebut meliputi tiga tahap
yaitu persiapan, proses, dan evaluasi. Apabila ditinjau dari aspek ke-
mampuan untuk mencapai tujuan program, memelihara kegiatan operasi-
onal sehari-hari, dan menyesuaikan terhadap perubahan maka pe-
nyelenggaraan program akselerasi sudah efektif. Namun, dalam pe-
nyelenggaraannya masih menemui hambatan diantaranya biaya yang
cukup besar, sarana dan prasarana yang kurang lengkap serta siswa ke-
kurangan waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya.
c. Yusuf (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Studi Efektivitas
Program Akselerasi di SMU Surakarta, menyimpulkan bahwa secara
umum manajemen penyelenggaraan program akselerasi termasuk kategori
baik hampir semua komponen dari input, proses dan output telah me-
madai. Apabila dilihat dari sisi proses rekruitmen masih menunjukkan
perlunya perbaikan dan penyempurnaan karena siswa yang terjaring belum
semuanya memiliki standar minimal yang dipersyaratkan. Penyelenggara-
an akselerasi tersebut juga memliki dampak positif terhadap kepribadian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
siswa serta motivasi berprestasi siswa akselerasi lebih tinggi daripada
siswa reguler.
Beberapa hasil penelitian diatas pada dasarnya memiliki per-
samaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti mengenai pe-
nyelenggaraan program akselerasi di sekolah tingkat menengah, kendala/
hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan serta upaya untuk me-
ngatasi hambatan tersebut. Sementara itu, selain persamaan terdapat pula
perbedaannya yaitu dalam penelitian ini membahas mengenai hasil belajar
siswa program akselerasi sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan
dengan hasil belajar siswa reguler. Dalam penelitian ini, penyelenggaraan
program akselerasi dilihat dari beberapa komponen yang meliputi kuri-
kulum, tenaga pendidik (guru), sarana dan prasarana, dana, manajemen
serta lingkungan.
B. Kerangka Berfikir
Setiap anak memiliki kemampuan dan inteligensi yang berbeda-beda.
Untuk itu, diperlukan adanya perhatian khusus kepada anak yang memliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau berbakat. Perhatian khusus tersebut
perlu diupayakan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. Pe-
ngembangan potensi siswa berbakat memerlukan strategi yang terarah dan sis-
tematis. Namun, strategi pendidikan yang ditempuh selama ini umumnya bersifat
massal yaitu memberikan perlakuan rata-rata kepada semua siswa sehingga
kurang memperhatikan perbedaan antar siswa. Strategi tersebut kurang mampu
menunjang usaha mengoptimalkan pengembangan potensi siswa karena setiap
anak memiliki perbedaan kemampuan dan kecerdasan.
Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
diperlukan program pendidikan khusus agar mereka dapat mengembangkan
potensi dan kreativitas yang dimiliki. Program tersebut berupa program akselerasi
atau percepatan belajar. Dalam penyelenggaraannya, diperlukan komponen-
komponen yang menunjang proses belajar mengajar yang meliputi kurikulum,
tenaga pendidik (guru), sarana dan prasarana, dana, manajemen serta lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tanpa adanya komponen-komponen tersebut proses belajar mengajar tidak akan
berjalan dengan baik. Kurikulum yang digunakan bagi siswa yang memiliki ke-
mampuan dan kecerdasan luar biasa/berbakat adalah kurikulum berdiferensiasi
yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sehingga sesuai
dengan kecepatan belajar siswa. Kurikulum tersebut dapat diimplementasikan
melalui program akselerasi sehingga pendidikan dapat ditempuh dalam waktu
yang lebih cepat dan tentunya siswa mampu mencapai prestasi yang memuaskan.
Penyelenggaraan program akselerasi diharapkan dapat menjadi suatu
wadah bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa/berbakat
agar dapat mengembangkan potensinya. Namun, dalam penyelenggaraannya
tidak selalu berjalan dengan lancar dan baik karena adanya hal-hal yang menjadi
kendala/hambatan. Pihak sekolah harus dapat mencari solusi untuk mengatasi
kendala/hambatan yang timbul dalam penyelenggaraan program akselerasi. Pe-
nyelenggaraan program akselerasi juga diharapkan dapat menghasilkan siswa
yang memiliki prestasi tinggi sehingga ada perbedaan antara nilai-nilai siswa
akselerasi dengan siswa reguler.
Dari uraian di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
1. Kurikulum
2. Tenaga pendidik/guru
3. Sarana dan prasarana
4. Dana
5. Manajemen
6. Lingkungan
Penyelenggaraan
program akselerasi
Hambatan-
hambatan yang
dihadapi
Upaya
mengatasi
hambatan
Hasil belajar
siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Kartono berpendapat “Metodologi merupakan suatu usaha untuk me-
nemukan, mengembangkan, dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu
peristiwa atau pengetahuan dengan memakai metode-metode ilmiah” (1990: 28).
Metodologi diperlukan untuk mendapat kebenaran dari suatu penelitian.
Metodologi perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum kegiatan penelitian kegiatan
dilakukan. Hal ini karena ketepatan dalam menentukan metodologi akan meng-
antarkan penelitian ke arah tujuan yang diinginkan, yaitu hasil yang dapat diper-
tanggungjawabkan. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai tempat dan
waktu penelititan, pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, teknik sampling,
pengumpulan data, uji validitas data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 9 Surakarta. Alasan mengapa memilih di SMP Negeri 9 Surakarta
karena sekolah tersebut sudah lama melaksanakan program akselerasi se-
hingga memungkinkan memiliki data yang dibutuhkan oleh peneliti. Selain
itu, belum ada penelitian sejenis yang dilakukan di sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama enam bulan terhitung mulai dari
pengajuan masalah sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian,
diawali dari bulan Februari sampai bulan Juli 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Jadwal Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahun 2012
Feb Maret April Mei Juni Juli
1. Persiapan penelitian
- Pengajuan masalah
- Penyusunan proposal
- Ijin penelitian
2. Pelaksanaan penelitian
- Pengumpulan data
- Analisis data
3. Penyusunan laporan
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Untuk mengkaji permasalahan penelitian diperlukan suatu bentuk
pendekatan penelitian yang tepat. Ada tiga bentuk pendekatan yang dapat
digunakan dalam penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi antar
keduanya. Sutopo berpendapat “Penelitian kualitatif mempunyai tiga tingkat-
an penelitian yaitu meliputi penelitian eksploratif, deskriptif, dan eksplanatif”
(2002: 110).
Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Hal
tersebut sesuai dengan simpulan Bogdan dan Taylor (1975) bahwa “Metode
deskriptif kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati” (Moleong, 2007: 4). Sementara itu, Nasir berpendapat “Metode
deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kelas peristiwa pada masa sekarang” (1999: 63). Berdasarkan pendapat ter-
sebut dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti situasi-situasi tertentu berdasarkan
suatu keadaan yang hasilnya berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang
dan perilaku yang diamati.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipilih akan digunakan untuk mengamati, me-
ngumpulkan informasi, menyajikan analisis hasil penelitian, dan untuk me-
netapkan sampel serta pemilihan instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi. Jenis penelitian terdiri dari berbagai macam di-
antaranya yaitu etnografi, studi kasus, historis. Jenis penelitian yang di-
gunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus sendiri terdiri
dari tunggal terpancang dan ganda terpancang. Jadi jenis penelitian yang di-
gunakan yaitu studi kasus tunggal terpancang. Disebut kasus tunggal karena
penelitian ini terarah pada satu karakteristik yaitu masalah yang akan diteliti
hanya ada satu. Maksud dari terpancang adalah peneliti sudah memilih dan
menentukan aspek yang menjadi fokus utamanya sebelum melaksanakan pe-
nelitian di lapangan. Aspek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ter-
batas pada penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta.
C. Sumber Data
Sesuai dengan simpulan Loflan (1984) bahwa “Sumber data utama dalam
pe-nelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan
seperti dokumen dan lain-lain” (Moleong, 2007: 157). Oleh karena itu, sumber
data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :
1. Nara sumber (informan)
Nara sumber dalam penelitian kualitatif sering disebut informan
yaitu orang yang dapat memberikan informasi dan keterangan mengenai
permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Informan dalam penelitian ini
terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kepala sekolah bidang kesiswaan, ketua program akselerasi, guru bidang studi
serta perwakilan dari siswa.
2. Peristiwa atau aktivitas
Data atau informasi dapat dikumpulkan dari peristiwa, aktivitas atau
perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitiannya.
Dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti dapat mengetahui
proses bagaimana sesuatu terjadi. Peristiwa yang relevan dalam penelitian ini
adalah tentang penyelenggaraan program akselerasi, sedangkan aktivitas yang
diamati adalah proses belajar mengajar di kelas akselerasi.
3. Tempat
Informasi mengenai peristiwa atau aktivitas yang dilakukan dapat
digali melalui sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun ling-
kungannya. Penelitian ini mengambil tempat di SMP Negeri 9 Surakarta.
4. Dokumen dan Arsip
Dokumen dan arsip merupakan sumber data tertulis yang berkaitan
dengan peristiwa atau aktivitas tertentu. Penelitian ini menggunakan dokumen
dan arsip berupa profil dan struktur organisasi sekolah, kurikulum yang di-
gunakan, pembagian tugas dan wewenang, catatan tentang siswa dan rapor
atau data prestasi siswa.
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber data
yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuali-
tatif, maka teknik cuplikan yang digunakan lebih bersifat selektif karena peneliti
mendasarkan pada landasan teoritis yang digunakan, keingintahuan pribadi, dan
karakteristik empiris yang dihadapi. Oleh karena itu, teknik cuplikan yang di-
gunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik ini memungkinkan peneliti
untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi secara mendalam
mengenai masalah yang diteliti.
Sesuai simpulan Bogdan dan Biklen (1982) bahwa “Cuplikan dalam
penelitian kualitatif sering juga disebut sebagai internal sampling” (Sutopo, 2002:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
55). Dapat dikatakan internal sampling karena cuplikan diambil untuk mewakili
informasi-nya, jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi
tertentu secara lebih lengkap daripada nara sumber yang lebih banyak tetapi
mungkin kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya.
Keputusan dalam me-nentukan informan dapat diambil begitu peneliti mempunyai
suatu pemikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari,
informasi apa yang akan dibutuhkan, kapan melakukan observasi yang tepat, dan
berapa macam dokumen yang akan diteliti.
E. Pengumpulan Data
Data yang valid sangat diperlukan dalam memecahkan suatu masalah
secara tuntas. Untuk mendapatkan data, maka diperlukan suatu teknik pengumpul-
an data. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Goetz dan LeCompte (1984) bahwa
“Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokkan
menjadi dua cara yaitu: metode interaktif dan non interaktif” (Sutopo, 2002: 58).
Metode interaktif meliputi wawancara mendalam dan observasi langsung, sedang-
kan metode non interaktif meliputi observasi, kuisioner, dan mencatat dokumen
maupun arsip.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi langsung
Moleong berpendapat “Pengamatan memungkinkan peneliti merasa-
kan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan
pula peneliti menjadi sumber data pengamatan, memungkinkan pembentukan
pengetahuanyang diketahui bersama baik dari pihaknya maupun dari pihak
subyek” (2000: 117). Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan peng-
amatan secara langsung terhadap obyek penelitian meliputi: keadaan sekolah
dan lingkungan sekitar, proses belajar mengajar terutama di kelas akselerasi.
2. Wawancara mendalam
Teknik ini dilakukan guna memperoleh informasi yang lebih men-
dalam secara tidak formal atau tidak terstruktur guna menggali pandangan
subyek yang diteliti tentang banyak hal yang bermanfaat sebagai dasar peng-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
galian informasi yang lebih jauh dan mendalam. Dalam penelitian ini subyek
yang diteliti berperan sebagai informan dan dapat dilakukan pada waktu dan
kondisi yang dianggap paling tepat guna mendapatkan data yang rinci, jujur,
dan mendalam. Informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini antara
lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan, ketua program akselerasi, guru bidang studi serta
perwakilan dari siswa.
3. Pencatatan dokumen
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
dokumen dan arsip. Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang
memiliki peranan penting dalam penelitian kualitatif. Dokumen dapat me-
miliki beragam bentuk dari yang tertulis sederhana sampai yang lebih lengkap
bahkan dapat berupa benda-benda peninggalan masa lampau. Penelitian ini
memerlukan dokumen dan arsip yang berupa profil dan struktur organisasi
sekolah, kurikulum yang digunakan, pembagian tugas dan wewenang, catatan
tentang siswa dan rapor atau data prestasi siswa.
F. Uji Validitas Data
Validitas data sangat diperlukan agar data dan informasi yang diperoleh
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sutopo berpendapat “Validitas me-
rupakan jaminan dari kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil pe-
nelitian” (2002: 78). Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang dapat
dipilih untuk pengembangan validitas data penelitian. Cara-cara tersebut antara
lain berupa teknik trianggulasi dan reviu informan.
Dalam penelitian ini untuk memperoleh validitas data menggunakan cara
trianggulasi. Moleong berpendapat “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan ke-
absahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk ke-
perluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu” (2000: 178).
Teknik trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang
bersifat multiperspektif yaitu untuk menarik kesimpulan yang mantap tidak hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
diperlukan satu cara pandang (Sutopo, 2002: 78). Sementara itu, sesuai simpulan
Patton (1987) bahwa trianggulasi dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Trianggulasi sumber adalah pengumpulan data sejenis dengan meng-
gunakan berbagai sumber data yang berbeda.
2. Trianggulasi metode adalah pengumpulan data sejenis dengan meng-
gunakan teknik pengumpulan data yang berbeda.
3. Trianggulasi teori adalah pengumpulan data dengan melakukan penelitian
tentang topik yang sama dan datanya di analisis dengan menggunakan
beberapa perspektif teoritis yang berbeda.
4. Trianggulasi peneliti adalah pengumpulan data yang sejenis yang
dilakukan oleh beberapa peneliti. (Moleong, 2007: 330)
Jenis trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tri-
anggulasi sumber yaitu menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk
mengumpulkan data yang sejenis. Dengan demikian apa yang diperoleh dari
sumber yang satu dapat teruji kebenarannya apabila dibandingkan dengan data se-
jenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda. Sumber data tersebut berupa
informan yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum,
wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, ketua program akselerasi, guru bidang
studi, dan siswa. Selain itu, sumber data dapat diperoleh dari dokumen yang
berupa profil dan struktur organisasi sekolah, kurikulum yang digunakan, catatan
tentang siswa dan rapor atau data prestasi siswa.
G. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen (1975) bahwa “Analisis data adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan
pola, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain” (Moleong,
2007: 248). Ada dua model pokok dalam melaksanakan analisis di dalam
penelitian kualitatif, yaitu model analisis jaringan atau mengalir dan model
analisis inter-aktif. Miles dan Huberman berpendapat “Analisis mengalir terdiri
dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian
data, dan pe-narikan kesimpulan atau verifikasi” (1992: 16). Jadi antara reduksi
data, penyajian data, dan verifikasi dilakukan sebelum, selama, dan sesudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk menghasilkan suatu analisis
yang terpercaya.
Tiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses
siklus. Dalam bentuk analisis ini peneliti bergerak dalam empat komponen yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau
verifikasi dilakukan selama proses pengumpulan data berlangsung. Adapun ke-
giatannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi data
Miles dan Huberman berpendapat “Reduksi data diartikan sebagai
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,
dan transformasi data “kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan” (1992: 16). Reduksi data muncul pada saat sebelum peneliti me-
mutuskan wilayah penelitian, permasalahan penelitian serta pengumpulan data
yang dipilihnya. Dalam penelitian ini reduksi data lebih terfokus pada pe-
nyelenggaraan program akselerasi.
2. Penyajian data
Sutopo berpendapat “Sajian data merupakan rakitan kalimat berupa
informasi yang disusun secara logis dan sistematis sehingga mudah dipahami
serta memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan dan pengambilan
tindakan” (2002: 92). Penyajian informasi tersebut dapat berbentuk matriks,
gambar atau skema, grafik, jaringan dan bagan yang tersusun secara terpadu
sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan langkah selanjutnya.
Kegiatan ini disamping sebagai kegiatan analisis juga merupakan kegiatan
reduksi data.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Merupakan rangkaian pengolahan data yang berupa gejala dan kasus
yang terdapat di lapangan. Penyusunan catatan, pernyataan, pola dan arahan
dilakukan secara teratur. Hal ini berarti kesimpulan akhir yang ditulis me-
rupakan rangkaian keadaan dari yang belum jelas sampai pada pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap
fenomena yang ada.
Ketiga komponen tersebut berjalan bersama pada waktu kegiatan
pengumpulan data. Setelah memperoleh data, maka reduksi data segera dibuat
dan diteruskan dengan penyajian data. Dari penyajian data tersebut dapat
dipergunakan untuk menyusun kesimpulan sementara.
Untuk memperjelasnya, peneliti menyajikan model analisis interaktif
sebagai berikut:
Gambar 3.1 Skema Model Analisis Interaktif (Sumber: Sutopo, 2002: 96)
A. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dapat berupa bagan atau skema yang menggambar-
kan kegiatan dari awal (persiapan) sampai dengan pembuatan laporan. Menurut
Bogdan (1975) bahwa “Dalam penelitian ada tiga tahapan yaitu: (1) pra lapangan;
(2) kegiatan lapangan; (3) analisa data” (Moleong, 2007: 126).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan prosedur
atau langkah-langkah sebagai berikut:
Pengumpulan data
Reduksi data Sajian data
Penarikan kesimpulan/
verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1. Tahap pra lapangan
Tahap ini dilakukan mulai dari pengajuan masalah, menyusun ran-
cangan penelitian, mengurus perijinan, dan menyiapkan perlengkapan pe-
nelitian.
2. Tahap kegiatan lapangan
Tahap ini dilakukan untuk menggali data mengenai penyelenggaraan
program akselerasi, hambatan-hambatan yang dihadapi dan solusi untuk
mengatasinya serta perbedaan hasil belajar antara siswa program akselerasi
dengan siswa reguler. Peneliti sudah mulai terjun ke lapangan penelitian yakni
mulai menggali data dan sumber data yang relevan dengan tujuan penelitian.
Sumber data tersebut dapat berupa informan, dokumen dan arsip. Informan
meliputi: kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan, ketua program akselerasi, beberapa guru
serta perwakilan dari siswa. Dokumen dapat berupa profil dan struktur organi-
sasi sekolah, kurikulum yang digunakan, catatan tentang siswa, dan rapor atau
data prestasi siswa.
3. Tahap analisis data
Tahap ini dilakukan setelah penggalian data dan informasi dianggap
sudah cukup untuk mendukung tujuan penelitian. Pada tahap ini, peneliti
berusaha untuk menemukan tema yang relevan dengan masalah penelitian.
Tema tersebut adalah tentang penyelenggaraan program akselerasi, hambatan-
hambatan yang dihadapi, solusi untuk menghadapi hambatan, dan perbedaan
hasil belajar siswa program akselerasi dengan reguler.
4, Tahap penulisan laporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari prosedur penelitian yang harus
dilakukan. Pada tahap ini, penulis menyusun dan menulis laporan dari hasil
analisis data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Untuk lebih memperjelas dapat dibuat bagan prosedur penelitian sebagai
berikut:
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian
Proposal
Persiapan
pelaksanaan
Pengumpulan
data dan analisis
Analisis akhir
Penarikan
kesimpulan
Trianggulasi
dan review
Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah SMP Negeri 9 Surakarta
Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Surakarta adalah program
pemerintah yang bernama KPKPKB (Kursus Pendidikan Ke-Pengajaran dan
Kewajiban Belajar) yang berdiri mulai tahun 1950. Kursus ini bertempat di
rumah-rumah penduduk di sekitar Kampung Mangkuyudan sampai tahun
1953. Pimpinan KPKPKB waktu itu adalah bapak Sudjadi Siswodiprodjo,
beliau anggota Yayasan Murni. Oleh beliau kursus tersebut dipindah dengan
menyewa di komplek Tugu Kebangkitan Nasional. Tugu ini terletak di
Kampung Penumping Surakarta. Tugu ini menjadi saksi sejarah berdirinya
cikal bakal SMP Negeri 9 Surakarta.
Pada waktu itu kepala sekolah digantikan oleh bapak Supardi
Tondomartono. KPKPKB terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas A, B, dan C.
Bersamaan dengan itu mulai tanggal 1 Juli 1958 menerima siswa SGB III, 2
tahun filial SMP Negeri 1 Surakarta sampai tahun 1960. Berdasar SK No.
69691/S.22-7-1959 SGB III menerima siswa SMP dengan nama SMP Negeri
9 Surakarta. Kepala sekolah waktu itu bapak Pramono sampai tahun 1963,
dilanjutkan bapak Sumartono. Selama 14 tahun SMP Negeri 9 Surakarta
menumpang di komplek Tugu Lilin Penumping dengan bentuk bangunan
yang masih sederhana. Pada tahun 1973 pemerintah memindahkan lokasi
sekolah yang baru, berupa ruang belajar baru di sebidang tanah di desa Jegon,
Pajang, Laweyan, Surakarta dengan luas tanah 5230 m. Bangunan diresmikan
oleh Kepala Bidang Pendidikan Menengah Umum Provinsi Jawa Tengah
pada tanggal 4 November 1973.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 9 Surakarta
Visi:
Bertaqwa, Berprestasi, Cerdas, dan Terampil
Misi:
a. Menumbuhkan penghayatan dan ketaatan terhadap ajaran agama yang
dianut sehingga selalu menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
b. Melaksanakan pendidikan, pembelajaran dan bimbingan secara efektif
sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai bakat dan
potensi yang dimiliki.
c. Mengembangkan semangat berprestasi, sikap cerdas, dan terampil dalam
setiap tindakan dan kegiatan.
d. Menerapkan manajemen partisipatif untuk semua warga sekolah.
3. Kondisi Lingkungan SMP Negeri 9 Surakarta
SMP Negeri 9 Surakarta terletak di daerah Kota Surakarta bagian
barat daya. Lokasi SMP Negeri 9 Surakarta berada di Jalan Sekar Jagad I
Jegon, Pajang, Laweyan, Surakarta dengan kode pos 57146, telp. (0271)
718604. Batas sebelah utara adalah Jalan Sekar Jagad I, batas barat adalah
rumah penduduk, batas timur berupa lapangan Jegon-Pajang, dan batas
selatan adalah Jalan Sekar Jagad III.
Bangunan atau ruang belajar SMP Negeri 9 Surakarta terdiri dari
ruang kelas berlantai dua, ruang penunjang, lapangan basket dan tenis.
Sementara itu, fasilitas pendidikan terdiri dari:
Tabel 4.1 Data Ruang Belajar Lainnya di SMP Negeri 9 Surakarta
Jenis Ruangan Jumlah Ukuran Kondisi
Perpustakaan 1 12 x 7 Baik
Laboratorium Fisika 1 12 x 7 Baik
Laboratorium Biologi 1 12 x 7 Baik
Multimedia 1 9 x 7 Baik
Ruang Kesenian 1 3 x 10 Sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Laboratorium Bahasa 1 15 x 7 Baik
Laboratorium Komputer 1 7 x 15 Baik
Aula 1 17 x 10 Baik
Masjid 1 19 x 11 Baik
4. Struktur Organisasi Sekolah
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sekolah
a. Tugas dan Fungsi Pokok
1) Kepala Sekolah
Kepala sekolah pada umumnya mempunyai fungsi dan tugas antara
lain sebagai berikut:
Kepala Sekolah
Wakil Kepala
Sekolah
Akselerasi Bidang
Kurikulum
Bidang
Kesiswaan
Bidang
Humas
Bidang
TU
Wali Kelas
Guru Bidang Studi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
(a) Membimbing guru dalam hal menyusun dan melaksanakan
program pengajaran, mengevaluasi hasil belajar dan melaksanakan
program pengajaran dan remidial.
(b) Mengelola administrasi kegiatan belajar dan bimbingan konseling
dengan memiliki data lengkap administrasi kegiatan belajar me-
ngajar dan kelengkapan administrasi bimbingan konseling.
(c) Menyusun program kerja, baik jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang.
(d) Mengoptimalkan sumber daya manusia secara optimal, memanfaat-
kan sarana/prasarana secara optimal.
(e) Menyusun dan melaksanakan program supervise kelas, kegiatan
ekstrakurikuler dengan baik.
2) Wakil Kepala Sekolah
Fungsi dan tugas wakil kepala sekolah adalah membantu dan ber-
tanggungjawab kepada kepala sekolah dalam hal:
(a) Menyusun perencanaan, membuat program pelaksanaan, koordina-
si pengawasan, dan evaluasi.
(b) Mewakili kepala sekolah untuk menghadiri rapat-rapat.
(c) Mewakili tugas-tugas kepala sekolah bila kepala sekolah sedang
berhalangan.
(d) Membuat laporan secara berkala.
3) Manajer Akselerasi
(a) Menyusun dan melaksanakan kegiatan kelas akselerasi.
(b) Mengatur dan mempertanggungjawabkan keuangan kepada kepala
sekolah.
(c) Mengkoordinasikan dan melakukan evaluasi kegiatan akselerasi.
(d) Mengatur proses belajar mengajar.
4) Bidang Kurikulum
(a) Menyusun program pengajaran.
(b) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan.
(c) Menyususn pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
(d) Melakukan supervisi administrasi akademis.
(e) Melakukan pengarsipan program kurikulum.
(f) Menyusun laporan secara berkala.
5) Bidang Kesiswaan
(a) Menyusun program pembinaan kesiswaan (OSIS).
(b) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan
kesiswaan.
(c) Membina dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler.
(d) Menyusun jadwal dan pembinaan secara berkala maupun in-
cidental.
(e) Menyusun dan membuat jadwal kegiatan akhir sekolah.
(f) Membuat laporan kegiatan kesiswaan secara berkala.
6) Bidang Hubungan Masyarakat (Humas)
(a) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan Dewan
Sekolah.
(b) Membina hubungan antara sekolah dengan wali murid.
(c) Membuat dan menyusun program semua kebutuhan sekolah.
(d) Koordinasi dengan semua staf untuk kelancaran kegiatan sekolah.
(e) Menyusun laporan secara berkala.
7) Bidang Tata Usaha
Pengelola tata usaha sekolah mempunyai tugas melaksanakan ke-
tatausahaan sekolah dan bertanggungjawab kepada Kepala Sekolah
dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
(a) Menyusun program kerja tata usaha sekolah.
(b) Pengelolaan keuangan sekolah.
(c) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa.
(d) Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah.
(e) Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausaha-
an secara berkala.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
8) Wali Kelas
Wali kelas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan
berikut:
(a) Pengelolaan kelas.
(b) Penyelenggaraan administrasi kelas.
(c) Penyusunan dan pembuatan statistik bulanan anak didik.
(d) Pembuatan catatan khusus tentang anak didik.
(e) Pengisian dan pembagian buku laporan penilaian hasil belajar.
9) Guru Bidang Studi
Guru bertanggungjawab kepada Kepala Sekolah dan mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan
efisien. Tugas dan tanggungjawab guru meliputi:
(a) Membuat perangkat program pembelajaran.
(b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran.
(c) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian,
ulangan umum, ulangan semester dan ujian akhir.
(d) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
(e) Mengisi daftar nilai siswa.
(f) Membuat alat peraga.
b. Jumlah Tenaga Pendidik dan Tata Usaha
Tenaga pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses
pembelajaran selain sarana dan prasarana. Tersedianya jumlah tenaga pen-
didik yang cukup dapat menunjang kegiatan belajar mengajar agar berjalan
dengan lancar. Selain tenaga pendidik, diperlukan juga staff tata usaha
yang membantu dalam proses pembelajaran. Adapun data tentang jumlah
tenaga pendidik dan tata usaha SMP Negeri 9 Surakarta adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Pendidik dan Tata Usaha (TU)
Tenaga Pendidik/TU Jumlah Keterangan
Guru 51 Orang PNS= 45, GTT= 6
Pustakawan 1 Orang PTT= 1
Laboran IPA/Bhs/Komputer 1 Orang PTT= 1
Staff Tata Usaha 14 Orang PNS= 3, GTT= 11
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Penyelenggaraan Program Akselerasi
a. Latar Belakang/Dasar Penyelenggaraan Program Akselerasi
Setiap anak memang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-
beda yaitu anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata, kecerdasan rata-
rata, dan kecerdasan di atas rata-rata serta memiliki bakat istimewa. Anak
yang berada di atas rata-rata memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan
belajar anak-anak lainnya. Anak-anak yang memiliki kecerdasan dan bakat
istimewa itu membutuhkan layanan yang memang berbeda dengan anak-
anak pada umumnya karena dalam potensi yang serba unggul tersebut
dapat menimbulkan kebutuhan belajar yang unggul pula.
Penyelenggaraan program akselerasi perlu dilakukan sebagai
upaya dari pemerintah untuk menyiapkan generasi penerus yang ber-
kualitas dalam segala bidang sehingga dapat bersaing di era globalisasi.
Penyelenggaraan program akselerasi dilaksanakan oleh sekolah-sekolah
yang telah siap, baik dari segi kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, dana, manajemen dan lingkungan. Komponen-komponen
tersebut saling berkaitan sehingga apabila pihak sekolah belum memiliki
kesiapan dari semua komponen, maka belum dapat menyelenggarakan
program akselerasi.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Endang Mangularsih
selaku kepala sekolah bahwa “Dasar penyelenggaraan program akselerasi
di SMP Negeri 9 Surakarta yaitu SK dari Provinsi Jawa Tengah dan Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Kota Surakarta berdasarkan penilaian terhadap sekolah yang menyatakan
SMP Negeri 9 Surakarta layak untuk menyelenggarakan program aksel-
erasi. Sementara itu, Bapak Tarno menyatakan bahwa:
Penentuan penyelenggaraan akselerasi berdasarkan hasil penilaian
dari Direktorat Pendidikan Jendral Luar Biasa, aspek yang dinilai
meliputi sumber daya manusia/tenaga pendidik dan siswa serta
fasilitas yang dimiliki SMP Negeri 9 Surakarta, apabila sekolah
sudah terakreditasi A maka akan mendapatkan SK dan berhak me-
nyelenggarakan akselerasi. Setelah itu, pihak sekolah baru me-
lakukan persiapan-persiapan.
Dari beberapa hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak semua sekolah berhak menyelenggarakan program akselerasi, akan
tetapi harus melalui penilaian dari Direktorat Pendidikan Jenderal Luar
Biasa. Aspek yang dinilai meliputi sumber daya manusia yaitu siswa,
tenaga pendidik maupun karyawannya, dan fasilitas yang dimiliki SMP
Negeri 9 Surakarta. Apabila hasil penilaian menunjukkan bahwa sekolah
sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka sekolah tersebut
berhak menyelenggarakan program akselerasi. SMP Negeri 9 mendapat-
kan kesempatan untuk menyelenggarakan program akselerasi sejak tahun
ajaran 2005/2006 karena sudah memiliki akreditasi A, telah memenuhi
persyaratan-persyaratan yang ada, dan lolos penilaian dari Direktorat
Jendral Pendidikan Luar Biasa. Tujuan SMP Negeri 9 Surakarta me-
laksanakan program akselerasi yaitu untuk memberikan pelayanan khusus
bagi anak-anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa.
b. Penyelenggaraan Program Akselerasi
SMP Negeri 9 Surakarta mulai menyelenggarakan program
akselerasi sejak tahun ajaran 2005/2006. Dalam penyelenggaraan program
akselerasi terdiri dari tiga tahap, yaitu meliputi tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap evaluasi/penilaian. Ketiga tahapan tersebut saling
berkaitan dan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1) Tahap Persiapan
Sebelum program akselerasi diselenggarakan di SMP Negeri
9 Surakarta harus ada persiapan-persiapan terlebih dahulu agar nanti-
nya penyelenggaraan dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Tarno yang menyatakan bahwa:
Sebelum diselenggarakannya program akselerasi, SMP Negeri 9
Surakarta harus melakukan persiapan dari fasilitas fisik terlebih
dahulu seperti ruang kelas harus dilengkapi dengan multimedia,
ber AC, jendela dan pintu kelas diberi tralis, selain itu juga harus
mempersiapkan tenaga pendidik yang memiliki dedikasi tinggi”.
Sementara itu, selain persiapan fasilitas secara fisik, persiap-
an lain juga dijelaskan oleh Ibu Danarti yang menyatakan bahwa:
Persiapan yang dilakukan dalam penyelenggaraan akselerasi
yaitu pertama melakukan perekrutan siswa sesuai kriteria,
setelah sudah ada siswanya selanjutnya ya menentukan guru
yang akan mengajar, mempersiapkan kurikulum yang akan
digunakan serta menyediakan sarana prasarana untuk me-
nunjang pelaksanaan program akselerasi.
(a) Perekrutan Siswa
Siswa merupakan faktor utama dalam penyelenggaraan
program akselerasi. Namun, tidak semua anak dapat masuk men-
jadi siswa akselerasi karena program akselerasi diperuntukkan
bagi mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa. Oleh karena itu, diperlukan perekrutan siswa untuk meng-
identifikasi anak berbakat melalui pengetesan yang diadakan
sekolah. Tahap pengetesan dapat berupa tes IQ, tes akademik, tes
psikologi, dan task commitment. Hal tersebut sesuai dengan per-
nyataan Manajer Program Akselerasi, Ibu Danarti menyatakan
bahwa:
Siswa yang ingin masuk program akselerasi di SMP Negeri
9 Surakarta harus mendaftar terlebih dahulu dengan me-
nyerahkan nilai rapor kelas 4. 5, dan 6 setelah itu mengikuti
tes akademik, tes psikologi dan tes IQ serta task com-
mitment kemudian dilakukan wawancara terhadap orang tua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
siswa. Setelah pengumuman kelulusan SD, siswa menye-
rahkan nilai UASBN yang minimal 8.
Hal sama mengenai persyaratan bagi siswa yang ingin
masuk program akselerasi juga diungkapkan oleh Ibu Umi
Marjanah yang menyatakan bahwa:
Perekrutan siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta dari
tahun ke tahun sangat ketat karena yang mendaftar banyak
sementara kriteria untuk masuk akselerasi tinggi yaitu nilai
rata-rata rapor minimal 8, nilai UASBN minimal juga harus
8, dan harus mengikuti berbagai macam tes yang meliputi
tes IQ ditentukan dengan skala westler, tes psikologi, tes
akademik.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa proses
perekrutan siswa di SMP Negeri 9 Surakarta melalui beberapa
tahap yaitu dimulai dari mendaftar terlebih dahulu dengan me-
nyerahkan nilai rapor kelas 4, 5, 6 minimal 8. Setelah itu siswa
mengikuti tes akademik kemudian disusul dengan tes psikologi
dan tes IQ serta tahap terakhir yaitu wawancara orang tua siswa.
Pada saat tes psikologi, pihak sekolah menyediakan seorang
psikolog untuk menentukan apakah siswa tersebut layak masuk
program akselerasi atau tidak. Apabila hasil dari tes akademik
mencapai nilai 8, IQ minimal 130, disarankan oleh psikolog bah-
wa siswa tersebut layak, dan nilai UASBN minimal 8, maka siswa
tersebut dinyatakan diterima masuk program akselerasi di SMP
Negeri 9 Surakarta.
(b) Perekrutan Guru
Dalam proses belajar mengajar, selain adanya siswa di-
perlukan guru sebagai fasilitator dalam menyampaikan materi.
Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar juga ditentukan
oleh guru. Pada dasarnya siswa akselerasi memang membutuhkan
pelayanan khusus dibandingkan siswa lainnya karena kemampuan
dan kecerdasan yang mereka miliki di atas rata-rata, guru yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
mengajar di program akselerasi diharapkan benar-benar ber-
kompeten. Oleh karena itu, guru diharuskan memiliki keempat
kompetensi yaitu meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Guru
yang memiliki kompetensi-kompetensi tersebut diperlukan dalam
proses belajar mengajar program akselerasi agar dapat mem-
bimbing, mendidik, dan mengarahkan siswa-siswa yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Seorang guru diharapkan
menguasai bahan ajar, mampu mengelola kelas, dan mampu
menggunakan media pembelajaran. Selain itu, guru juga harus
bertanggungjawab, memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, ter-
ampil berkomunikasi, dan ikut serta dalam kegiatan sosial.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Endang
Mangularsih selaku Kepala SMP Negeri 9 Surakarta yang me-
nyatakan bahwa:
Guru yang mengajar di kelas akselerasi SMP Negeri 9
Surakarta harus minimal lulusan S1, mempunyai dedikasi
yang tinggi, dilakukan penilaian terhadap kinerja guru
tersebut melalui supervisi. Kepala sekolah berhak untuk
menentukan guru yang akan mengajar di kelas akselerasi
berdasarkan hasil penilaian kinerja dan kemampuan yang
dimiliki.
Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara salah
satu guru yaitu Ibu Sri Yuliastuti yang memberikan penjelasan
bahwa guru yang mengajar di kelas akselerasi dipilih oleh kepala
sekolah berdasarkan hasil penilaian kinerja, kedisiplinan serta
tanggungjawab yang tinggi terhadap tugasnya, mampu meng-
gunakan media pembelajaran, pendidikan terakhir guru minimal
harus S1. Guru yang mengajar di kelas akselerasi juga mengajar di
kelas reguler.
Dari beberapa hasil wawancara tersebut dapat diketahui
bahwa semua guru yang mengajar di kelas reguler SMP Negeri 9
Surakarta mempunyai peluang untuk mengajar di kelas akselerasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
asalkan memenuhi beberapa persyaratan dari kepala sekolah,
diantaranya yaitu pendidikan minimal S1. Kepala sekolah mem-
berikan penilaian terhadap guru berdasarkan kinerja melalui
dedikasi dalam proses belajar mengajar, kedisiplinan serta
tanggungjawab terhadap tugasnya. Selain itu, guru di kelas
akselerasi juga harus mampu menggunakan media misalnya
mengoperasikan laptop, LCD, dan alat peraga lainnya. Apabila
guru sudah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka kepala
sekolah berhak untuk memilih guru yang akan mengajar di kelas
akselerasi. Guru yang mengajar program akselerasi diharapkan
mempunyai kemampuan yang lebih daripada guru-guru lainnya.
(b) Persiapan Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu pendukung dalam me-
laksanakan kegiatan belajar mengajar agar tujuan pendidikan
tercapai. Hal tersebut dikarenakan rencana dan pengaturan
mengenai waktu dan bahan pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa terdapat dalam kurikulum. Kurikulum yang di-
gunakan untuk siswa akselerasi seharusnya dimodifikasi se-
demikian rupa sesuai kebutuhan siswa. Namun, di SMP Negeri 9
Surakarta kurikulum yang digunakan untuk program akselerasi
sama dengan program reguler, yang membedakan hanya pada
alokasi waktu penyampaian materi untuk siswa akselerasi jauh
lebih singkat. Sesuai dengan pernyataan Bapak Tarno yang me-
ngatakan bahwa:
Kurikulum yang digunakan sama dengan program reguler
yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), per-
bedaannya untuk program akselerasi alokasi waktu lebih
singkat, tetapi materi pelajarannya tetap sama. Jadi kalau
misalnya bab 1 ditempuh siswa reguler dalam waktu 4x
pertemuan, maka siswa akselerasi hanya 2x pertemuan saja.
Di SMP Negeri 9 Surakarta tidak dilakukan persiapan
khusus mengenai kurikulum yang akan digunakan di kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
akselerasi. Kurikulum yang digunakan untuk program akselerasi
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sama
dengan program reguler. Modifikasi kurikulum hanya terletak
pada alokasi waktunya, sedangkan untuk isi materi pelajaran tetap
sama dengan program reguler. Oleh karena itu, guru yang me-
ngajar di kelas akselerasi tetap diharuskan untuk membuat silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Program Tahunan
(Prota), Program Semester (Promes) yang disesuaikan dengan
alokasi waktunya. Hal tersebut karena pendidikan program
akselerasi hanya ditempuh dalam waktu 2 tahun, sedangkan untuk
program reguler ditempuh selama 3 tahun. Jadi, dalam pe-
nyampaian materi untuk siswa akselerasi harus lebih dipersingkat
agar tetap dapat menyelesaikan semua materi sesuai dengan siswa
reguler. Setiap guru mempunyai cara yang berbeda dalam me-
nyampaikan materi sesuai dengan tingkat kesulitan mata pelajaran
yang diampu agar tetap mudah dipahami siswa dengan waktu
yang lebih singkat. Cara tersebut diantaranya yaitu materi yang
sekiranya mudah tidak dijelaskan keseluruhan secara detail,
melainkan siswa diberikan tugas untuk mempelajarinya, apabila
ada yang belum jelas siswa dapat menanyakan kepada guru
sehingga tidak menyita banyak waktu.
(b) Persiapan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung ke-
lancaran dalam proses belajar mengajar di setiap sekolah. Siswa
dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang disediakan oleh
sekolah untuk kegiatan pembelajaran. Sarana prasarana di SMP
Negeri 9 Surakarta dibedakan menjadi dua yaitu sarana dan
prasarana edukatif bersifat fisik yang digunakan dalam proses
belajar mengajar, misalnya ruang kelas, ruang laboratorium, per-
pustakaan, papan tulis, spidol, meja, kursi dan lain-lain. Selain itu,
terdapat pula sarana dan prasarana non edukatif yang diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
untuk menunjang kegiatan siswa di sekolah, misalnya aula,
masjid, kantin sekolah, ruang koperasi.
Sarana dan prasarana untuk siswa akselerasi seharusnya
disesuaikan dengan karakter/sifat siswa yang memiliki ke-
mampuan dan tingkat kecerdasan tinggi. Namun, di SMP Negeri 9
Surakarta sarana dan prasarana yang disediakan untuk siswa
akselerasi tidak berbeda jauh dengan siswa reguler. Hal tersebut
sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Danarti yang me-
nyatakan bahwa:
Pada dasarnya siswa akselerasi itu mempunyai hak yang
sama dengan siswa reguler, sarana dan prasarana yang
disediakan sekolah juga sama, perbedaannya hanya terletak
pada ruang kelasnya dimana ruang kelas akselerasi di-
lengkapi dengan AC, LCD, komputer, televisi dan untuk
sarana dan prasarana lain misal laboratorium serta per-
pustakaan sama. Akan tetapi, saat ini di kelas reguler pun
sudah ada LCD walaupun belum semua kelas.
Sementara itu, menurut Ibu Endang Mangularsih bagi
siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta disediakan fasilitas
yang sama dengan siswa reguler agar tidak terjadi kesenjangan,
yang membedakan hanya ruang kelas siswa akselerasi dilengkapi
dengan AC, LCD, satu unit komputer untuk setiap kelas, serta
televisi karena disesuaikan dengan kebutuhan siswa akselerasi.
Hal yang sama juga di ungkapkan oleh siswa akselerasi
yaitu Sarah yang mengatakan bahwa selama menjadi siswa
akselerasi, sarana dan prasarana yang dapat digunakan hampir sa-
ma dengan siswa lainnya yaitu laboratorium fisika, laboratorium
bahasa, laboratorium komputer, ruang kesenian. Perbedaannya
kalau di kelas reguler hanya disediakan papan tulis, spidol, kipas
angin, sedangkan di kelas akselerasi dilengkapi LCD, AC, televisi,
komputer, dan loker.
Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat di-
simpulkan bahwa sarana dan prasarana di SMP Negeri 9 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
yang disediakan untuk siswa akselerasi pada dasarnya tidak
berbeda jauh dengan siswa reguler. Hal tersebut dilakukan agar
tidak menimbulkan kesenjangan sosial antara siswa akselerasi
dengan siswa reguler. Jadi siswa akselerasi juga berhak meng-
gunakan sarana dan prasarana untuk siswa reguler, misalnya
laboratorium yang digunakan siswa akselerasi digunakan juga
oleh siswa reguler. Namun, bagi siswa akselerasi SMP Negeri 9
Surakarta yang ingin menggunakan laboratorium harus bergantian
dengan siswa reguler dan biasanya siswa akselerasi dapat giliran
di siang hari setelah jam pelajaran. Perbedaan sarana dan pra-
sarana untuk siswa akselerasi hanya pada fasilitas di ruang kelas
karena dilengkapi dengan AC, LCD, satu unit komputer, televisi,
dan loker.
2) Tahap Pelaksanaan Program Akselerasi
Setelah sekolah melakukan berbagai persiapan, maka se-
lanjutnya program akselerasi dapat dilaksanakan. Selain dari per-
siapan, pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta
tahun ajaran 2011/2012 dapat dilihat dari proses belajar mengajar di
kelas, bentuk pelayanan yang diberikan untuk siswa akselerasi ter-
masuk dengan kegiatan yang harus diikuti, dan pengaturan mana-
jemennya. Proses belajar mengajar ketika di kelas akselerasi se-
benarnya hampir sama dengan di kelas reguler karena guru pasti akan
menggunakan metode ceramah. Sesuai dengan penjelasan Ibu Danarti
yang menyatakan bahwa:
Ketika guru mengajar di kelas akselerasi biasanya metode yang
akan digunakan itu disesuaikan dengan kondisi siswa dan materi
yang akan disampaikan, jadi misalnya pelajaran sejarah guru
juga tetap menggunakan ceramah seperti di kelas reguler.
Tetapi, bedanya guru menyampaikan materi lebih cepat karena
tuntutan waktu juga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Selain itu, Ibu Sri Yuliastuti menambahkan perbedaan
mengajar di kelas akselerasi yaitu terletak pada siswanya, siswa
akselerasi cenderung kritis dan aktif sehingga proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik karena tercipta suasana yang kondusif, jadi
guru juga harus siap dan tidak boleh terlalu cepat dalam me-
nyampaikan materi agar lebih mudah dipahami siswa. Hal tersebut
senada dengan hasil pengamatan peneliti, suasana kelas di akselerasi
memang kondusif, hampir semua siswa memperhatikan penjelasan
guru sehingga tidak ada kegaduhan. Ketika guru mengajukan per-
tanyaan, dengan cepat siswa menjawabnya dan juga aktif dalam
bertanya.
Selain dari proses belajar mengajar di kelas, keberhasilan
pelaksanaan program akselerasi dapat dilihat dari bentuk pelayanan
yang diberikan dan kegiatan yang diikuti oleh siswa. Siswa akselerasi
tentunya membutuhkan pelayanan yang khusus disesuaikan dengan
kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki. Di SMP Negeri 9
Surakarta terdapat perbedaan antara pelayanan yang diberikan untuk
siswa akselerasi dengan siswa reguler. Namun, tidak semua pelayanan
dikhususkan untuk siswa akselerasi. Seperti yang dikemukakan oleh
Ibu Endang Mangularsih yang menyatakan bahwa pelayanan yang
diberikan untuk siswa akselerasi diantaranya pendalaman materi dan
pembinaan mental, tetapi siswa reguler juga mendapatkan pelayanan
tersebut. Selain itu, Ibu Umi Marjanah juga menambahkan kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat diikuti siswa akselerasi sama dengan siswa
reguler, tidak ada pemisahan dalam pelaksanaan kegiatan ekstra-
kurikuler. Hal tersebut dilakukan agar mereka dapat bersosialisasi,
siswa akselerasi juga berhak untuk ikut dalam kepengurusan organ-
isasi sekolah seperti OSIS dan MPK.
Perbedaan pelayanan program akselerasi dijelaskan oleh Ibu
Danarti, pihak sekolah bekerjasama dengan pihak psikolog yaitu
ANAVA untuk menyediakan beberapa psikolog bagi siswa akselerasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
agar dapat membantu dan melayani siswa yang ingin konsultasi,
menceritakan permasalahan yang dihadapi. Selain itu juga dapat men-
dampingi siswa dalam melakukan kegiatan terutama saat di luar
sekolah seperti outbond, tadabur alam, dan kegiatan lain.
Mengenai pengaturan manajemen termasuk di dalamnya pe-
ngelolaan administrasi, menurut pernyataan Ibu Endang Mangularsih
menyatakan bahwa “Di SMP Negeri 9 Surakarta dibentuk struktur
organisasi yang terpisah dari program reguler, tetapi ya hanya ada
manajer/ketua program akselerasi, sekretaris, dan bendahara. Untuk
jabatan yang lain tetap sama dengan reguler karena kan gurunya juga
sama”. Sebagai manajer program akselerasi, Ibu Danarti menyatakan
untuk pengelolaan terkait masalah administrasi dan pembayaran bagi
siswa akselerasi terpisah dari siswa reguler sehingga disediakan tata
usaha yang khusus untuk melayani administrasi dan pembayaran agar
memudahkan dalam pengelolaan.
Dari berbagai pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tahap
pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012 sudah berjalan cukup baik. Dilihat dari proses
belajar mengajar di kelas sudah berjalan baik karena suasana kelas
yang kondusif, guru menyampaikan materi dengan metode yang ber-
variasi. Bentuk pelayanan bagi siswa akselerasi juga sudah tepat yaitu
dengan membantu menyediakan psikolog untuk memberikan kon-
seling/pengarahan maupun mengatasi permasalahan siswa. Sementara
itu, untuk pengaturan manejemen program akselerasi yaitu dengan di-
bentuknya struktur organisasi yang terpisah agar memudahkan dalam
pengelolaan, tetapi masih di bawah pengawasan kepala sekolah.
3) Tahap Evaluasi
Setelah persiapan penyelenggaraan program akselerasi sudah
selesai, maka program akselerasi dapat dilaksanakan oleh sekolah
dengan sebaik mungkin. Dari pelaksanaan program akselerasi di-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
perlukan adanya evaluasi/penilaian. Evaluasi bertujuan untuk me-
ngetahui sejauhmana program akselerasi yang telah dilaksanakan,
apakah sudah berjalan lancar sesuai tujuan atau masih perlu ada pe-
ningkatan lagi. Evaluasi perlu dilakukan secara berkelanjutan dan
terus-menerus agar pihak sekolah yaitu kepala sekolah, guru, para staf
karyawan, dan siswa dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang
ada selama pelaksanaan program akselerasi sehingga dapat mem-
perbaikinya. Hal-hal yang perlu dievaluasi diantaranya yaitu, tenaga
pendidik dan staf, kurikulum, hasil belajar, sarana dan prasarana,
biaya.
Tenaga pendidik/guru yang mengajar di kelas akselerasi SMP
Negeri 9 Surakarta rata-rata sudah baik dalam melaksanakan tugasnya
terutama pada saat proses belajar mengajar di kelas. Mereka terlihat
antusias untuk mengajar di kelas akselerasi karena siswa-siswanya
bersemangat dan aktif ketika menerima pelajaran sehingga para guru
akan lebih mudah dan cepat menyampaikan materi. Guru juga sudah
mempersiapkan materi sebelum mengajar sehingga dapat menguasai
materi dengan baik serta sudah mampu mengoperasikan media yang
tersedia. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan pada saat salah
satu guru sedang mengajar di kelas VIIIA akselerasi, guru ber-
semangat ketika menyampaikan materi kepada siswa, tidak terlihat
kebosanan karena didukung oleh suasana kelas yang kondusif dengan
siswa yang aktif.
Kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 9 Surakarta,
khususnya untuk program akselerasi belum disesuaikan dengan ke-
butuhan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa
karena kurikulum yang digunakan masih sama dengan reguler.
Kurikulum untuk siswa akselerasi belum dimodifikasi, pihak sekolah
hanya mengatur alokasi waktu yang lebih singkat agar semua materi
pelajaran dapat disampaikan kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Menurut penjelasan dari Ibu Danarti yang menyatakan
bahwa:
Setiap guru mempunyai cara tersendiri untuk memberikan
penilaian terhadap siswa, guru akan memberikan tugas baik
individu maupun kelompok, melaksanakan ulangan harian,
ulangan umum, dan Ujian Akhir Nasional (UAN). Seandainya
nilai ulangan siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) biasanya guru akan memberikan remidial atau
mungkin diambil dari nilai tugas.
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa bentuk
penilaian bagi siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta meliputi
pemberian tugas, ulangan harian, ulangan umum, dan Ujian Nasional
(UAN). Mengenai pemberian nilai yang akan diberikan kepada siswa
tergantung pada masing-masing guru yang terpenting harus dapat
mencapai nilai sesuai KKM. Apabila belum memenuhi KKM, maka
siswa harus mengikuti remidial yang sudah disiapkan oleh guru.
Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauhmana ke-
mampuan yang dimiliki setiap siswa dan sebagai instropeksi diri bagi
siswa maupun guru. Apabila hasilnya belum memuaskan, maka siswa
dapat lebih meningkatkan belajarnya dan untuk guru evaluasi berguna
untuk mengetahui keberhasilannya dalam proses belajar mengajar.
Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 9 Surakarta
sudah cukup lengkap dan memadai, hanya saja jumlah ruangannya
terbatas, misalnya laboratorium. Saat ini kondisi sarana dan prasarana
dalam keadaan baik walaupun ada ruangan yang sedang rusak yaitu
ruang kesenian. Ruang kelas akselerasi juga sudah cukup nyaman
karena sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang tidak dimiliki
oleh kelas reguler. Namun, pihak sekolah masih perlu memperbaiki
sarana dan prasarana yang sudah tersedia dan menambah jumlah
laboratorium agar siswa akselerasi dapat menggunakan dengan
leluasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pembiayaan untuk program akselerasi di SMP Negeri 9
Surakarta sampai saat ini masih menjadi permasalahan karena subsidi
dari pemerintah masih belum mencukupi. Sumber dana untuk program
akselerasi berasal dari Pemerintah Pusat yaitu berupa Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), Pemerintah Daerah, iuran komite, orang
tua siswa.
2. Hambatan-Hambatan Penyelenggaraan Program Akselerasi
a. Hambatan yang Dihadapi Pihak Sekolah
Penyelenggaraan program akselerasi tidak selalu berjalan dengan
baik, terkadang muncul kendala/hambatan. Hambatan yang timbul dalam
penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta adalah
sebagai berikut:
1) Sarana dan prasarana yang jumlahnya terbatas
Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang dalam
penyelenggaraan akselerasi. Siswa maupun guru membutuhkan sarana
dan prasarana agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
lancar. Pada dasarnya sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri
9 Surakarta sudah cukup memadai. Namun, hambatan yang dihadapi
yaitu mengenai jumlah laboratorium yang terbatas, sedangkan yang
menggunakan laboratorium tersebut tidak hanya siswa akselerasi saja.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Tarno bahwa “Di SMP
Negeri 9 Surakarta itu hanya memiliki laboratorium masing-masing 1
jadi pemakaiannya harus bergantian dengan siswa reguler, tetapi
untuk sarana dan prasarana lain sudah cukup memadai”. Hal tersebut
mengakibatkan pada saat siswa akselerasi ingin menggunakan laborat-
orium harus bergantian dengan siswa reguler dan biasanya jadwal
untuk siswa akselerasi siang hari setelah pulang sekolah.
2) Waktu yang terlalu singkat
Pendidikan yang ditempuh oleh siswa akselerasi berbeda
dengan siswa reguler, mereka hanya menempuh dalam waktu 2 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Oleh karena itu, dengan singkatnya waktu yang dimiliki maka setiap
kegiatan juga dilakukan secepat mungkin. Waktu yang relatif singkat
tersebut terkadang menimbulkan masalah terutama berkaitan dengan
proses pembelajaran. Sesuai dengan penjelasan Ibu Sri Yuliastuti
yaitu guru dituntut menyampaikan semua materi dengan waktu yang
singkat sehingga materi yang diberikan kepada siswa hanya berupa
point-pointnya, bahkan ada materi yang tidak dijelaskan jadi siswa
diminta untuk mempelajari sendiri. Hal lain juga disampaikan oleh
Bapak Tarno yang menyatakan bahwa:
Pada dasarnya kan siswa akselerasi itu memiliki waktu lebih
singkat daripada reguler sehingga kegiatan-kegiatan pembelajar-
an juga harus lebih dulu dilaksanakan, contohnya yaitu pe-
laksanaan ulangan umum baik mid semester maupun semester
tidak bersamaan dengan reguler. Hal tersebut mengharuskan
pihak sekolah untuk membentuk panitia sendiri, sedangkan guru
yang ditunjuk juga memiliki tanggungjawab mengajar di kelas
reguler.
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa
dengan waktu pendidikan yang lebih singkat ternyata dapat me-
nimbulkan permasalahan bagi sekolah maupun guru. Permasalahan
tersebut diantaranya yaitu guru dalam menyampaikan materi tidak
mempunyai kebebasan mengembangkan materi secara detail karena
harus menyesuaikan alokasi waktu yang ditentukan agar semua materi
tersampaikan. Selain itu, waktu yang singkat menuntut pihak sekolah
untuk melaksanakan ulangan umum terlebih dahulu sehingga harus
membentuk panitia tersendiri.
3) Jumlah dana yang terbatas
Dana diperlukan dalam setiap menjalankan kegiatan ter-
masuk juga dalam proses belajar mengajar. Pada saat proses pem-
belajaran tentu akan membutuhkan sarana dan prasarana untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana tersebut
dapat tersedia apabila memiliki dana yang cukup. Selain itu, dana juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
diperlukan untuk membiayai berbagai kegiatan. Menurut pernyataan
Ibu Endang Mangularsih bahwa:
Selama ini dana diperoleh dari Pemerintah Pusat diantaranya
berupa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Pemerintah
Daerah, iuran komite, dan para orang tua siswa, tetapi dana yang
diperoleh dari bantuan pemerintah masih minim dan mem-
butuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkannya karena
harus melalui proses pengajuan.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Tarno bahwa “Dana
yang dimiliki untuk menunjang kegiatan akselerasi masih belum
cukup, kan kalau akselerasi itu butuh biaya yang banyak dibandingkan
dengan reguler”. Sementara itu menurut Ibu Danarti menjelaskan
bahwa:
Untuk masalah dana sampai saat ini masih menjadi per-
masalahan yang belum terpecahkan ya karena dana khusus dari
pemerintah jumlahnya terbatas dan harus menunggu cukup
lama, biasanya harus mengajukan proposal. Jadi subsidi dari
orang tua sangat dibutuhkan, tetapi terkadang apabila dipungut
biaya yang besar orang tua siswa masih ada yang protes.
Padahal biaya diperlukan untuk membiayai anak-anaknya.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penyeleng-
garaan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta diperlukan
biaya yang cukup besar. Sebenarnya pemerintah sudah menyediakan
dana untuk membiayai berbagai kegiatan program akselerasi, tetapi
dana tersebut belum dapat mencukupi. Dana dari pemerintah biasanya
tidak dapat langsung diterima, terkadang untuk meminta dana khusus
untuk kegiatan program akselerasi harus mengajukan proposal. Ke-
giatan program akselerasi dapat berjalan lancar apabila dibantu
dengan sumbangan dari orang tua karena kegiatannya lebih banyak
dari reguler.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b. Hambatan yang Dihadapi Siswa
Hambatan dalam penyelenggaraan program akselerasi juga timbul
dari siswa itu sendiri. Hambatan-hambatan yang dihadapi siswa biasanya
terkait dengan bidang akademik, penyesuaian sosial, dan penyesuaian
emosional. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan, Ibu Umi Marjanah mengatakan bahwa "Siswa
akselerasi seringkali merasa mudah jenuh saat berada di dalam kelas, pada
awal masuk program akselerasi siswa susah untuk berbaur dengan siswa
reguler, saingan antar teman tinggi mengakibatkan muncul sifat egois”.
Selain itu, terkadang masalah keluarga juga dapat membawa pengaruh
terhadap siswa. Biasanya siswa ketika di sekolah akan melamun dan tidak
berkonsentrasi saat pelajaran sehingga mengakibatkan prestasi belajar
menurun.
Sementara itu, menurut pernyataan dari siswa kelas VIII aksel,
Sarah Julysha bahwa “Kesulitan saya dalam mengikuti pelajaran di kelas
ya kalau guru menerangkan pelajaran kurang jelas, biasanya teman-teman
tidak mau memperhatikan dan otomatis mengganggu konsentrasi, akibat-
nya saya tidak mengerti pelajaran yang disampaikan guru”. Hal lain juga
ditambahkan oleh Muhammad Elang yang menjelaskan bahwa “Selama
menjadi siswa akselerasi saya setiap hari harus belajar giat karena tugas-
nya banyak, biasanya kalau sudah selesai satu tugas nanti ada tugas baru
lagi, selain itu terkadang saya susah memahami materi karena guru men-
jelaskannya terlalu cepat”.
Dari beberapa hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
selama ini siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta mudah jenuh ketika
berada di dalam kelas karena mereka dituntut untuk menerima pelajaran
dengan frekuensi waktu yang singkat, pada awal masuk akselerasi biasa-
nya mereka susah berbaur dengan siswa lain, munculnya sifat egois karena
tingginya persaingan. Selain itu, siswa terkadang sulit untuk memahami
materi pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan
Hambatan-hambatan yang timbul selama penyelenggaraan program
akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta harus dapat diatasi agar penyeleng-
garaan selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Upaya-upaya/solusi diperlu-
kan pihak sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang timbul. Sesuai
dengan pernyataan Bapak Tarno yang mengungkapkan bahwa:
Untuk permasalahan keterbatasan laboratorium upaya yang dilakukan
pihak sekolah ya dengan mengatur jadwal pelajaran yang sekiranya
akan menggunakan laboratorium, misalnya untuk pelajaran komputer
biasanya siswa akselerasi mendapatkan jadwal di siang hari karena
paginya digunakan oleh siswa reguler. Begitu pun untuk laboratorium
yang lain apabila ingin menggunakannya harus bergantian dengan
siswa reguler, terkadang guru juga mengajak siswa untuk praktek di
luar laboratorium.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pihak sekolah
sudah berupaya untuk mengatur jadwal agar penggunaan laboratorium siswa
akselerasi tidak bentrok dengan siswa reguler yaitu dengan memberikan
jadwal di siang hari untuk siswa akselerasi sehingga pada saat ada praktek
siswa pulang lebih siang. Untuk mengatasi masalah waktu yang dimiliki lebih
singkat yaitu sesuai dengan pendapat Bapak Tarno bahwa “Kalau dari pihak
guru agar tidak dikejar waktu ketika menyampaikan materi yaitu pada saat
mengajar menggunakan metode yang sesuai dengan isi materi, sedangkan
dari pihak sekolah dengan memberikan jam tambahan yang biasanya di-
gunakan untuk pengayaan/pendalaman materi”.
Sementara itu untuk mengatasi masalah dana yang terbatas, menurut
penjelasan dari Ibu Danarti yaitu pembiayaan kegiatan program akselerasi
tidak mungkin kalau hanya mengandalkan dana dari pemerintah, untuk itu
pihak sekolah memohon subsidi dana dari orang tua siswa dengan mem-
berikan pengertian mengenai kegunaan dana tersebut, selain itu sekolah juga
bekerjasama dengan pihak komite sekolah untuk menghimpun dana.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa, Ibu Umi
Marjanah menambahkan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Ketika di dalam kelas guru akan mengetahui kondisi siswanya saat itu,
jadi sebelum menyampaikan materi, guru menentukan metode pem-
belajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan
kondisi siswa saat itu. Metode yang digunakan juga bervariasi dan
dibuat menarik. Selain itu, guru juga dapat mengatur waktu untuk setiap
kompetensi dasar dalam setiap bab sehingga tidak tergesa-gesa dalam
menyampaikan karena sudah terjadwal.
4. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan Siswa Reguler
Siswa akselerasi pada dasarnya sudah mempunyai kemampuan dan
kecerdasan yang luar biasa. Oleh karena itu, hasil belajar serta prestasi yang
dapat diraih oleh siswa akselerasi diharapkan lebih baik daripada siswa
reguler. Pada tahun ajaran 2011/2012 ini hasil belajar siswa akselerasi di
SMP Negeri 9 Surakarta terbilang sudah cukup memuaskan. Berhasil atau
tidaknya hasil belajar siswa ditentukan oleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Menurut pernyataan dari Ibu Danarti yang menjelaskan bahwa:
Setiap siswa akselerasi harus mencapai atau bahkan melebihi nilai
KKM yang telah ditentukan, masing-masing mata pelajaran tidak harus
memiliki nilai KKM yang sama tergantung dari guru tersebut. Selama
ini nilai-nilai yang didapat siswa akselerasi rata-rata sudah bagus
apabila dibandingkan dengan siswa reguler karena dilihat dari nilai
KKM saja sudah lebih tinggi. Tetapi siswa akselerasi Sementara untuk
prestasi akademik siswa akselerasi tahun ajaran 2011/2012 memang
sampai saat ini belum ada karena ya tidak ada perlombaan yang
mengikutsertakan siswa akselerasi.
Sementara itu, sesuai keterangan dari Sarah Julysha yang menjelas-
kan bahwa “Selama ini nilai-nilai yang saya dapatkan tidak stabil karena
kadang naik dan kadang turun, saya merasa kurang puas dengan nilai tersebut
karena teman-teman yang lain nilainya rata-rata bagus”. Selain hal tersebut
Ibu Sri Yuliastuti selaku guru bidang studi menambahkan bahwa nilai yang
diperoleh siswa akselerasi dalam satu kelas biasanya merata, selisih nilai
mereka tidak terlalu jauh karena memang persaingannya sangat ketat. Untuk
nilai harian dan ulangan umum memang siswa akselerasi lebih unggul, tetapi
dalam hal ujian nasional biasanya siswa reguler yang nilainya lebih tinggi.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya hasil belajar siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta memang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
lebih unggul daripada siswa reguler karena dilihat dari nilai KKM pada setiap
mata pelajaran yang lebih tinggi. Namun, ketika siswa akselerasi berbaur
dengan siswa reguler dengan mengerjakan soal yang sama seperti pada saat
latihan ujian dan Ujian Nasional (UN), maka belum tentu siswa akselerasi
yang lebih unggul karena nilai tertinggi biasanya diperoleh siswa reguler.
C. Pembahasan
Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan
rumusan masalah yang ada. Setelah dianalisis akan mendapatkan hasil dan dari
hasil penelitian diatas, maka akan dibahas mengenai penyelenggaraan program
akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta.
1. Penyelenggaraan Program Akselerasi
a. Tahap Persiapan
SMP Negeri 9 Surakarta tidak melakukan persiapan secara
khusus dalam menyelenggarakan program akselerasi. Persiapan awal
yang dilakukan yaitu mempersiapkan fasilitas secara fisik yaitu ruang
kelas yang dilengkapi dengan tralis, AC, LCD, komputer, televisi, loker.
Hal tersebut merupakan salah satu persyaratan yang telah ditentukan
apabila ingin menyelenggarakan program akselerasi. Setelah syarat ter-
sebut terpenuhi, sekolah berhak untuk menyelenggarkan program akse-
lerasi dan terlebih dahulu melakukan persiapan. Persiapan yang dilakukan
meliputi perekrutan siswa, perekrutan guru, persiapan kurikulum, per-
siapan sarana dan prasarana.
Untuk perekrutan/penyeleksian siswa dimaksudkan untuk me-
nyaring siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang
sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Pihak SMP Negeri 9
Surakarta sudah memberikan beberapa kriteria bagi siswa yang ingin
mendaftar program akselerasi. Kriteria tersebut diantaranya yaitu nilai
rapor kelas 4, 5, 6 harus memiliki nilai rata-rata 8, IQ minimal harus 130,
nilai UASBN minimal 8. Sementara itu, langkah penjaringan yang di-
lakukan yaitu pertama siswa harus mendaftar terlebih dahulu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
menyerahkan foto copy nilai rapor kelas 4, 5, 6. Selanjutnya apabila rata-
rata rapor sudah mencapai nilai 8, maka siswa mengikuti tes akademik
kemudian disusul dengan tes psikologi dan tes IQ serta tahap terakhir
yaitu wawancara orang tua siswa. Langkah yang terakhir yaitu dengan
menyerahkan nilai UASBN karena apabila siswa sudah lulus dari ber-
bagai tes, tetapi nilai UASBN tidak mencapai 8, maka tidak dapat di-
terima di program akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta.
Penentuan guru yang mengajar di program akselerasi merupakan
hak dari kepala sekolah. Kepala sekolah akan melakukan penilaian ter-
hadap guru yang memiliki empat kompetensi yaitu paedagogik, profesi-
onal, sosial, dan kepribadian. Selain berdasarkan kompetensi yang di-
miliki guru, penilaian juga didasarkan atas kinerja serta tanggungjawab
yang tinggi terhadap pekerjaan. Hal lain yaitu guru yang mengajar di
kelas akselerasi harus mampu mengoperasikan media pembelajaran yang
ada.
Pihak sekolah belum mempersiapkan kurikulum yang khusus
untuk siswa akselerasi. Sesuai dengan ketentuan seharusnya program
akselerasi menggunakan kurikulum yang sudah di modifikasi dengan
memberikan kedalaman dan keluasan materi serta tantangan penyelesaian
yang lebih berat. Modifikasi kurikulum dapat terdiri dari modifikasi
materi pembelajaran, proses/metode pembelajaran, dan produk belajar.
Namun, kurikulum yang digunakan untuk siswa akselerasi di SMP Negeri
9 Surakarta masih sama dengan reguler yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Modifikasi hanya dilakukan pada alokasi waktu yang
lebih dipersingkat. Dalam satu semester ditempuh dalam waktu 4 bulan,
sedangkan untuk reguler dapat ditempuh selama 6 bulan.
Untuk sarana dan prasarana yang dipersiapkan untuk siswa
akselerasi secara keseluruhan sama dengan siswa reguler. Jadi apabila
ingin menggunakan harus bergantian dengan siswa reguler. Perbedaanya
hanya terletak pada ruang kelas akselerasi yang dilengkapi dengan AC,
LCD, komputer, televisi, loker, sedangkan untuk siswa reguler hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
tersedia kipas angin dan setiap kelas belum tersedia LCD. Selain beberapa
hal tersebut, masih ada hal lain yaitu dana yang akan digunakan untuk
membiayai kegiatan program akselerasi. Sumber dana dapat diperoleh
dari Pemerintah Pusat yaitu salah satunya berupa dana Bantuan Operasi-
onal Sekolah (BOS), Pemerintah Daerah, iuran komite, dan subsidi dari
orang tua siswa.
b. Tahap Pelaksanaan Program Akselerasi
Pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta
dapat dilihat dari proses belajar mengajar di kelas, bentuk pelayanan yang
diberikan untuk siswa akselerasi, serta pengaturan manajemennya. Dilihat
dari proses belajar mengajar di kelas sebenarnya hampir sama dengan
reguler, guru juga menjelaskan materi kepada siswa, hanya saja metode
yang digunakan berbeda dengan siswa reguler karena disesuaikan dengan
kebutuhan siswa akselerasi. Metode yang digunakan guru selain ceramah
yaitu dengan diskusi yang memberikan tantangan kepada siswa agar dapat
memecahkan sendiri, kemudian dengan permainan agar siswa tidak jenuh
dan tertarik untuk memahami materi. Proses belajar mengajar di kelas
akselerasi dapat berjalan dengan baik karena para siswa juga cenderung
aktif saat kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, mereka mau bertanya
dan ketika guru memberikan pertanyaan maka siswa berusaha untuk
menjawab.
Sementara itu, untuk bentuk pelayanan yang diberikan kepada
siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta yaitu berupa pengayaan
materi, pembinaan mental siswa biasanya dilaksanakan di pagi hari
sebelum pelajaran dimulai yang sebenarnya juga diberikan untuk siswa
reguler. Perbedaan bentuk pelayanan siswa yaitu disediakan psikolog
khusus untuk menangani permasalahan siswa akselerasi, pihak sekolah
bekerjasama dengan ANAVA. Pada setiap tiga bulan sekali psikolog akan
datang ke sekolah untuk melayani siswa akselerasi yang ingin konsultasi,
biasanya siswa akan dipanggil untuk menceritakan apakah ada per-
masalahan atau tidak. Kegiatan ekstrakurikuler yang di ikuti siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta sama dengan reguler, siswa akselerasi
juga diberi kesempatan untuk ikut dalam kepengurusan organisasi seperti
OSIS dan MPK.
Dalam penyelenggaraan program akselerasi diperlukan adanya
manajemen yang mengatur setiap kegiatan program akselerasi termasuk
juga pengaturan administrasinya. Untuk mempermudah dalam mengatur
manajemen, maka dibentuk struktur organisasi tersendiri yaitu meliputi
manajer program akselerasi, sekretaris, dan bendahara yang terpisah dari
program reguler, tetapi untuk komite tetap sama dan tetap berada di
bawah pimpinan kepala sekolah.
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari
penyelenggaraan program akselerasi. Dari hasil deskripsi dan analisis data
dapat diketahui bahwa evaluasi/penilaian dapat mencakup beberapa hal
yang meliputi, tenaga pendidik dan staf, kurikulum, hasil belajar, sarana
dan prasarana, biaya. Evaluasi terhadap hasil belajar lebih di prioritaskan
daripada yang lain, tetapi di akhir semester biasanya SMP Negeri 9
Surakarta mengadakan pertemuan antarguru untuk membahas mengenai
kegiatan yang sudah dilakukan selama satu semester. Sementara itu,
evaluasi hasil belajar dilakukan dengan memberikan ulangan harian,
ulangan umum baik mid semester maupun semester. Mengenai pemberian
nilai yang akan diberikan kepada siswa tergantung pada masing-masing
guru dan terpenting harus dapat mencapai nilai sesuai KKM. Apabila nilai
ulangan siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
biasanya guru akan memberikan remidial atau mungkin diambil dari nilai
tugas.
2. Hambatan-Hambatan dalam Penyelenggaraan Program Akselerasi
Dari hasil deskripsi dan analisis data dapat diketahui hambatan-hambatan
yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9
Surakarta terutama pada tahun ajaran 2011/2012 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
a. Hambatan yang dihadapi pihak sekolah, diantaranya yaitu:
1) Jumlah sarana dan prasarana masih terbatas
Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 9 Surakarta sudah
cukup memadai karena hampir semua yang dibutuhkan siswa sudah
tersedia seperti lapangan, perpustakaan, ruang multimedia, ruang
kesenian, laboratorium, dll. Hanya saja pada laboratorium jumlah
yang dimiliki masih terbatas, siswa akselerasi tidak mempunyai
laboratorium tersendiri.
2) Waktu pembelajaran yang singkat
Hal tersebut mengakibatkan guru harus menyampaikan materi secepat
mungkin agar dengan waktu singkat semua materi dapat tersampai-
kan. Hal tersebut mengakibatkan ada materi yang tidak dijelaskan
karena dikejar oleh waktu sehingga hanya memberi tugas kepada
siswa untuk mempelajarinya sendiri. Selain itu, dengan waktu yang
lebih singkat maka pelaksanaan evaluasi yaitu ulangan umum di-
laksanakan terlebih dahulu sehingga sekolah harus membentuk panitia
tersendiri yang terdiri dari beberapa guru, sementara itu guru tersebut
juga mempunyai tanggungjawab mengajar di kelas reguler mengingat
belum ada guru yang khusus untuk mengajar kelas akselerasi.
Sehingga guru yang menjadi panitia akan kesulitan membagi waktu
antara mengurus pelaksanaan ulangan umum siswa akselerasi dengan
tugas mengajar di kelas reguler.
3) Jumlah dana yang terbatas
Dana yang dibutuhkan untuk pembiayaan program akselerasi cukup
banyak. Akan tetapi, selama ini dana yang dimiliki masih belum
mencukupi karena dana yang disediakan oleh pemerintah belum men-
cukupi, sedangkan dalam penyelenggaraan program akselerasi di-
perlukan biaya yang cukup besar. Apabila memungut biaya yang
terlalu besar kepada orang tua siswa, terkadang masih ada yang protes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
b. Hambatan yang dihadapi siswa, antara lain yaitu:
1) Siswa akselerasi seringkali merasa mudah jenuh saat berada di dalam
kelas karena jadwal pelajaran yang terlalu padat dan materi yang
diterima siswa akselerasi lebih banyak daripada siswa reguler.
2) Pada awal masuk program akselerasi siswa susah untuk berbaur
dengan siswa reguler, merasa bahwa mereka yang paling pintar dan
hebat daripada teman-temannya di reguler. Selain itu, tingkat per-
saingan yang tinggi mengakibatkan muncul sifat egois.
3) Ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas siswa sulit
berkonsentrasi, terkadang ada materi yang tidak dapat dipahami
karena guru terlalu cepat menerangkannya. Biasanya guru me-
nyampaikan materi hanya bagian yang penting saja agar waktunya
cukup. Apabila semua materi tidak disampaikan kepada siswa, maka
guru akan memberikan tugas yang terlalu banyak untuk melengkapi
materi yang belum tersampaikan sehingga menuntut siswa harus terus
belajar.
3. Upaya-Upaya untuk Mengatasi Hambatan-Hambatan
a. Upaya mengatasi hambatan yang dihadapi pihak sekolah, diantaranya
yaitu:
1) Pihak sekolah sudah berupaya untuk mengatur jadwal agar peng-
gunaan laboratorium siswa akselerasi tidak bentrok dengan siswa
reguler yaitu dengan memberikan jadwal di siang hari untuk siswa
akselerasi sehingga pada saat ada praktek siswa pulang lebih siang.
2) Pihak sekolah memberikan jam tambahan di luar jam pelajaran, ter-
utama pada saat kelas IX agar siswa lebih dapat menguasai materi.
Selain itu, di bentuk panitia tersendiri untuk mengatur kegiatan
program akselerasi, misalnya ketika ulangan umum sudah ada panitia
yang berbeda dari reguler.
3) Pihak sekolah meminta bantuan dana dari orang tua siswa dengan
memberikan pengertian mengenai kegunaan dana tersebut, selain itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
sekolah juga bekerjasama dengan pihak komite sekolah untuk meng-
himpun dana.
b. Upaya mengatasi hambatan yang dihadapi siswa antara lain sebagai
berikut:
1) Guru berusaha menyampaikan materi dengan berbagai metode yang
menarik dan disesuaikan dengan kondisi siswa saat itu agar siswa
tidak mudah jenuh.
2) Guru melakukan pendekatan kepada siswa dengan memberikan pe-
ngertian bahwa siswa akselerasi tidak selalu yang paling pandai
karena sebenarnya siswa reguler juga ada yang memiliki kemampuan
seperti siswa akselerasi. Hal tersebut dapat disampaikan pada saat
bimbingan konseling.
3) Guru berusaha mengatur waktu untuk setiap kompetensi dasar dalam
setiap bab sehingga tidak tergesa-gesa dalam menyampaikan materi
karena sudah terjadwal. Dalam penyampaian materi tersebut, guru
menggunakan metode yang disesuaikan dengan alokasi waktu setiap
bab.
4. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan Siswa Reguler
Salah satu cara untuk mengetahui berhasil atau tidaknya penyeleng-
garaan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta yaitu dengan melihat
hasil belajar yang diperoleh siswa. Sementara itu untuk mengetahui apakah
hasil belajar tersebut sudah memuaskan apabila nilai yang diperoleh dapat
melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan.
Setiap guru bidang studi berhak untuk menentukan nilai KKM yang di-
sesuaikan dengan tingkat kesulitan materi serta kemampuan siswa dalam me-
nerima materi tersebut. Nilai KKM untuk siswa akselerasi tentunya lebih
tinggi daripada siswa reguler, misalnya untuk mata pelajaran ekonomi nilai
KKM akselerasi yaitu 80, sedangkan untuk reguler yaitu 70. Dengan de-
mikian secara otomatis nilai siswa akselerasi harus melebihi 80 apabila ingin
tuntas, sedangkan siswa reguler dengan nilai 75 saja sudah tuntas. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
bentuk dan bobot soal yang diberikan untuk siswa askelerasi juga berbeda
sehingga akan terdapat perbedaan pada hasil belajarnya. Ketika ulangan
harian maupun ulangan umum, nilai-nilai siswa akselerasi memang lebih baik
dibandingkan dengan siswa reguler. Selain itu, siswa di program akselerasi
mampu melebihi nilai KKM di setiap mata pelajaran sedangkan program
reguler tidak semua siswa mampu melebihi nilai KKM bahkan terkadang ada
mata pelajaran yang belum tuntas.
Belum semua siswa akselerasi merasa puas dengan nilai yang
diperoleh karena tingkat persaingan antar teman sangat ketat sehingga
masing-masing siswa berlomba-lomba agar memperoleh nilai yang baik.
Akan tetapi, tidak semua siswa selalu memperoleh nilai yang diharapkan,
beberapa siswa mengalami pasang surut nilai yang kadang naik dan kadang
turun. Hasil belajar siswa akselerasi juga tidak selalu yang unggul seperti
pada saat siswa kelas IX mengikuti try out secara bersama dengan siswa
reguler, maka yang mendapatkan rangking pertama justru siswa reguler.
Selain itu, untuk hasil Ujian Nasional (UN) tahun ini nilai tertinggi juga
diraih oleh siswa reguler.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
secara garis besar dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan program akselerasi
di SMP Negeri 9 Surakarta khususnya tahun ajaran 2011/2012 sudah berjalan
cukup baik karena sesuai dengan ketentuan dalam pedoman penyelenggaraan
akselerasi, tetapi belum semua ketentuan dapat terpenuhi dan masih ada hambatan
yang timbul. Namun, selama ini pihak sekolah masih dapat mengatasinya.
Kesimpulan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta terdiri dari
tiga tahap, yaitu meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap
evaluasi/penilaian.
a. Tahap persiapan sebelum penyelenggaraan akselerasi yaitu meliputi pe-
rekrutan siswa, perekrutan guru, menyiapkan kurikulum yang akan di-
gunakan, menyediakan sarana dan prasarana. Di SMP Negeri 9 Surakarta
persiapan awal yang dilakukan yaitu dengan mempersiapkan fasilitas
secara fisik seperti ruang kelas yang akan digunakan untuk siswa
akselerasi harus dilengkapi dengan AC, LCD, komputer, tralis agar
nyaman. Setelah fasilitas secara fisik terpenuhi selanjutnya menyeleksi
siswa dengan persyaratan yang cukup sulit. Sementara itu, untuk pe-
rekrutan guru yang mengajar di kelas akselerasi yaitu sesuai dari hasil
penilaian kepala sekolah dilihat dari kompetensi yang dimiliki, kinerja,
kedisiplinan, dan tanggungjawab yang tinggi. Kurikulum yang dipakai
sama dengan reguler yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
perbedaanya hanya alokasi waktunya. Sarana dan prasarana yang disedia-
kan untuk siswa akselerasi juga sama dengan reguler, perbedaan hanya
pada ruang kelas.
b. Tahap pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012 meliputi proses belajar mengajar di kelas, bentuk pe-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
layanan yang diberikan untuk siswa akselerasi, serta pengaturan mana-
jemennya. Selama ini proses belajar mengajar di kelas dapat berjalan
dengan lancar karena guru menyampaikan materi dengan metode yang
bervariasi tidak hanya ceramah, selain itu juga didukung oleh siswa yang
aktif, kreatif, dan kritis. Bentuk pelayanan yang berbeda untuk siswa
akselerasi yaitu disediakan beberapa psikolog yang dapat membantu
maupun mendampingi siswa dalam setiap kegiatannya. Selain hal tersebut,
pelayanan yang diberikan dan kegiatan ekstrakurikuler untuk siswa
akselerasi sama dengan siswa reguler. Dalam hal pengaturan manajemen,
pihak SMP Negeri 9 Surakarta
c. Tahap evaluasi/penilaian bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pe-
nyelenggaraan program akselerasi yang telah dilaksanakan, apakah sudah
berjalan lancar sesuai tujuan atau masih perlu ada peningkatan lagi. Hal-
hal yang perlu dievaluasi diantaranya yaitu, tenaga pendidik dan staf,
kurikulum, hasil belajar, sarana dan prasarana, biaya. Tenaga pendidik/
guru yang mengajar kelas akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta rata-rata
sudah baik dalam melaksanakan tugasnya, mereka juga memiliki tanggung
jawab yang cukup besar. Sementara itu, untuk kurikulum yang digunakan
masih perlu di modifikasi lagi karena kurikulumnya sama dengan program
reguler. Hasil belajar yang diperoleh siswa akselerasi sebagaian besar
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) karena kalau belum
sesuai KKM akan diadakan remidial. Sarana dan prasarana yang dimiliki
SMP Negeri 9 Surakarta untuk program akselerasi sudah cukup memadai,
hanya saja jumlah laboratorium masih terbatas. Dilihat dari segi biaya,
maka biaya yang diperlukan belum mencukupi karena bantuan dari
pemerintah masih minim. Jadi untuk memperlancar kegiatan dibutuhkan
subsidi dana dari orang tua siswa.
2. Hambatan-hambatan yang dihadapi pihak SMP Negeri 9 Surakarta maupun
siswa adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
a. Jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah masih terbatas yaitu
terutama untuk laboratoriumnya. Siswa akselerasi belum mempunyai
laboratorium khusus, laboratorium yang digunakan sama dengan reguler.
b. Waktu pembelajaran yang singkat mengakibatkan guru tidak dapat me-
ngembangkan materi dengan leluasa karena dituntut agar semua materi
disampaikan, terkadang ada materi yang tidak disampaikan. Pelaksanaan
ulangan umum harus mendahului reguler.
c. Jumlah dana yang terbatas karena dana yang disediakan oleh pemerintah
belum mencukupi, sedangkan dalam penyelenggaraan program akselerasi
diperlukan biaya yang cukup besar. Apabila memungut biaya yang terlalu
besar kepada orang tua siswa terkadang masih ada yang protes.
d. Siswa merasa mudah jenuh ketika di dalam kelas, pada awalnya sulit me-
nyesuaikan/berbaur dengan teman-teman terutama kelas reguler, muncul
sifat egois karena merasa kalau teman adalah siangannya.
e. Kesulitan yang dihadapi siswa berkaitan dengan proses belajar mengajar
yaitu siswa sulit berkonsentrasi, terkadang ada materi yang tidak dapat di-
pahami karena guru terlalu cepat menerangkan, banyaknya tugas yang di-
berikan menuntut siswa harus terus belajar.
3. Upaya-upaya/solusi yang dilakukan oleh pihak SMP Negeri 9 Surakarta
untuk mengatasi hambatan-hambatan yang timbul dalam penyelenggaraan
program akselerasi adalah sebagai berikut:
a. Pihak sekolah mengatur jadwal pelajaran yang sekiranya membutuhkan
laboratorium sehingga pemakaiannya dapat bergantian. Siswa akselerasi
akan mendapatkan giliran di siang hari.
b. Pihak sekolah membentuk panitia tersendiri untuk mengatur kegiatan
program akselerasi, misalnya ketika ulangan umum sudah ada panitia yang
berbeda dari reguler. Selain itu, sekolah memberikan jam tambahan untuk
pengayaan/pendalaman materi.
c. Apabila membutuhkan dana khusus, maka pihak sekolah akan mengajukan
proposal kepada Dinas Kota Surakarta. Selain itu dengan berusaha untuk
menggalang dana dari orang tua siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
d. Guru berusaha menyampaikan materi dengan berbagai metode yang
menarik agar siswa tidak bosan. Selain itu, guru melakukan pendekatan
kepada siswa dengan memberikan pengertian.
e. Metode yang digunakan guru disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan dan kondisi siswa saat itu. Selain itu, guru juga dapat me-
ngatur waktu untuk setiap kompetensi dasar dalam setiap bab sehingga
tidak tergesa-gesa karena sudah terjadwal.
4. Perbedaan hasil belajar antara siswa akselerasi dengan siswa reguler dapat
dilihat ketika ulangan harian maupun ulangan umum nilai siswa akselerasi
lebih unggul daripada siswa reguler karena nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) untuk siswa akselerasi lebih tinggi daripada siswa reguler. Misalnya
nilai KKM siswa akselerasi untuk mata pelajaran ekonomi adalah 80,
sedangkan nilai KKM ekonomi untuk siswa reguler adalah 70. Nilai yang
diperoleh siswa akselerasi memang lebih unggul daripada siswa reguler untuk
nilai ulangan harian dan ulangan umum, tetapi apabila siswa akselerasi
mengerjakan soal yang sama dengan siswa reguler pada saat try out/latihan
ujian dan Ujian Nasional (UN), maka nilai tertinggi justru diperoleh siswa
reguler. Jadi apabila evaluasi dilaksanakan secara terpisah dari reguler seperti
ulangan harian dan ulangan umum, maka hasil yang diperoleh akan lebih
unggul daripada siswa reguler, sedangkan untuk evaluasi yang dilaksanakan
secara bersama seperti Ujian Nasional, maka siswa akselerasi masih kalah
karena nilai tertinggi diraih oleh siswa reguler.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka implikasi
dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan program
akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta sudah berjalan cukup baik, hanya saja
masih kurang persiapan karena ada hal yang belum sesuai dengan ketentuan,
seperti tenaga pendidik/guru serta kurikulum yang digunakan. Oleh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak sekolah
dalam mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan prog-
ram akselerasi seperti penjaringan siswa, perekrutan guru, kurikulum yang di-
gunakan, sarana dan prasarana, lingkungan agar nanti dalam penyelenggaraan
tahun ajaran berikutnya berjalan lebih baik. Selain itu, hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah mengenai masalah pembiayaan
berbagai kegiatan untuk program akselerasi sehingga dapat mengurangi be-
ban orang tua siswa. Selama ini penyelenggaraan program akselerasi mem-
butuhkan biaya yang besar, tetapi sumber dana masih mengandalkan bantuan
dari orang tua siswa. Untuk itu, dengan hasil penelitian ini sekolah dapat
mengupayakan agar memperoleh dana tanpa membebani orang tua siswa.
2. Implikasi Teoretis
Penyelenggaraan program akselerasi berupaya mengoptimalkan
pengembangan potensi kecerdasan luar biasa atau bakat siswa sehingga
menghasilkan keluaran/output yang unggul. Sesuai dengan pendapat Herry
(1999) yang mengatakan bahwa untuk mencapai keunggulan tersebut di-
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, input/siswa, kurikulum, guru, sarana
prasarana, dana, manajemen, lingkungan, dan proses belajar mengajar. Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai pembuktian bahwa penyelenggaraan
program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta sudah memenuhi faktor-faktor
tersebut, salah satunya yaitu faktor input/siswa karena prosedur rekruitmen
siswa sudah sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditetapkan diantaranya
yaitu dengan meneliti dokumen data seperti nilai rapor kelas 4, 5, dan 6, nilai
UASBN murni, hasil tes seleksi akademis, dan tes psikologis.
Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
sekolah lain yang akan menyelenggarakan program akselerasi agar dapat
memperhatikan faktor-faktor seperti input/siswa, kurikulum, guru, sarana pra-
sarana, dana, manajemen, lingkungan, dan proses belajar mengajar. Sehingga
setelah memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan penyelenggaraan
program akselerasi pada suatu sekolah berjalan dengan baik dan dapat
menghasilkan output yang unggul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
C. Saran
Masukan yang dapat diberikan peneliti berdasarkan analisis dan pem-
bahasan yang dilakukan, kesimpulan, dan implikasi yang telah diambil adalah
sebagai berikut:
1. Pihak Sekolah
a. Sebaiknya pihak sekolah menyiapkan guru khusus untuk mengajar di kelas
akselerasi sehingga guru tersebut dapat lebih fokus dalam mendidik siswa
akselerasi.
b. Sebaiknya kurikulum yang digunakan untuk program akselerasi di
modifikasi terutama mengenai isi materinya agar sesuai dengan kebutuhan
siswa karena selama ini kurikulum yang digunakan masih sama dengan
reguler hanya di ubah alokasi waktunya.
c. Sebaiknya sekolah menambah jumlah sarana dan prasarana terutama
laboratorium yang di khususkan untuk siswa akselerasi agar dapat leluasa
menggunakan sesuai kebutuhannya.
d. Sebaiknya pihak sekolah dapat mengikutsertakan siswa akselerasi dalam
berbagai perlombaan tidak hanya yang diselenggarakan oleh sekolah
maupun Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta.
2. Pihak Guru
a. Guru sebaiknya selalu menggunakan metode mengajar yang menarik dan
bervariasi agar suasana belajar menyenangkan.
b. Sebaiknya guru melakukan modifikasi kurikulum terutama mengenai isi
materi pelajaran dengan mengembangkannya sesuai kebutuhan siswa
akselerasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Untuk Peserta Didik Berkecerdasan Istimewa. Jakarta: Balitbang.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hawadi, Reni Akbar dkk. 2001. Keberbakatan Intelektual (Panduan Bagi
Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar). Jakarta: PT. Grasindo.
. .2004. Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak
Berbakat Intelektual. Jakarta: PT. Grasindo.
Ikhrom, Sholeh. 2000. Perspektif Pendidikan Anak Gifted. Jakarta: Depdikbud.
Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: PT. Mandar
Maju.
Miles, M. B. & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Munandar, Utami. 1982. Pembinaan dan Pendidikan Anak-Anak Berbakat.
Jakarta: CV Rajawali.
. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas anak Sekolah
Penuntun bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT. Grasindo.
. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT.
Grasindo.
Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT.
Grasindo.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Supriyanto, Eko. 2003. Inovasi Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah
University Press.
Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret Press.
Widyastono, Herry. 1999. Rancangan Pengembangan Pendidikan bagi Peserta
Didik yang Memiliki Kecerdasan Istimewa. Jakarta: Balitbang.
Yusuf, Munawir. 2010. “Studi Efektivitas Program Akselerasi di SMU
Surakarta”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 16.