11
68 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 68–78 68 STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI WILAYAH SUB DAS KONTO HULU Arif Rahmad Darmawan 1 , Mohammad Sholichin 2 , Lily Montarcih Limantara 2 , Ussy Andawayanti 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Abstrak: Tanah longsor sering terjadi di Sub DAS Konto Hulu. Untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor di masa mendatang, maka dibuatlah peta kerentanan tanah longsor yang menunjukkan daerah berpotensi longsor. Delapan peta tematik sebagai parameter formula kerentanan tanah longsor dipergunakan untuk me- ngembangkan sebuah peta kerentanan tanah longsor yang meliputi hujan tiga harian kumulatif maksimum, kemiringan lereng, geologi batuan, keberadaan patahan, kedalaman tanah regolit, penggunaan lahan, keberadaan infrastruktur jalan, dan kepadatan penduduk. Penentuan nilai kerentanan merupakan hasil penjumlahan dari perkalian skor tiap parameter dengan bobot masing-masing parameter. Berdasarkan nilai kerentanan, peta kerentanan tanah longsor dihasilkan dari analisa overlay hasil perkalian skor dan bobot kedelapan parameter dengan program Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian ini adalah potensi tanah longsor di Sub DAS Konto Hulu terdiri dari tidak rentansebesar 1,24%, agak rentan sebesar 12,12%, sedang sebesar 84,17%, dan rentan sebesar 2,38%, sedangkan yang sangat rentan ada tapi sangat kecil. Upaya pengendalian tanah longsor dibedakan menjadi penanganan jangka pendek dengan metode mekanis sesuai dengan tingkat keren- tanannya dan penanganan jangka panjang dengan metode vegetatif sesuai dengan fungsi kawasan dan tingkat kerentanannya. Kata Kunci: potensi tanah longsor, formula kerentanan tanah longsor, upaya pengendalian Abstract: Landslides often occur in the Upper Konto sub watershed. To anticipate the future landslide, the landslide susceptibility map was made that show the landslide potential areas. Eight thematic maps as landslide susceptibility formula parameters used to develop a landslide susceptibility map that includes three daily maximum cumulative rainfall, slope, geology rocks, the presence of faults, regolith soil depth, land use, the presence of road infrastructure, and population density. Determination of susceptibility value is the sum of the multiplying of scores for each parameter with the weight of each parameter. Based on the value of vulnerability, landslide susceptibility maps generated from the overlay analysis of the multiplica- tion results of the score and weight of the eighth parameters with the Geographic Information Systems (GIS)program. The results of this study is the potential for landslides in the Upper Konto sub watershed consists of not susceptible at 1.24%, slightly susceptible at 12.12%, moderatelysusceptible 84.17%, and susceptible at 2.38%, so do very vulnerable while there but very small. Landslide control efforts can be divided into short-term treatment with mechanical methods in accordance with the level of susceptibility and long-term treatment with vegetative methods in accordance with the area function and the level of susceptibility. Keyword: potential landslides, landslide susceptibility formula, control efforts Penurunan daya dukung dan fungsi lingkungan Dae- rah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia telah teriden- tifikasi seperti ditunjukkan dengan sering terjadinya bencana banjir, erosi, sedimentasi, dan tanah longsor (Paimin, 2010).Proses terjadinya tanah longsor ( land- slide) berhubungan dengan berbagai faktor seperti geologi, geomorfologi, tanah, litologi, hujan, dan tu- tupan lahan (land cover).Mempelajari hubungan an- tara tanah longsor (landslide) dan faktor penyebab- nya tidak hanya membantu memahami dan meme- cahkan mekanisme longsor itu sendiri, tapi juga mem- bentuk dasar untuk memprediksi kemungkinan ter-

STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

68 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 68–78

68

STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYAPENGENDALIANNYA DI WILAYAH SUB DAS KONTO HULU

Arif Rahmad Darmawan1, Mohammad Sholichin2, Lily Montarcih Limantara2, Ussy Andawayanti2

1Mahasiswa Program Magister Teknik Pengairan Universitas Brawijaya2Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

Abstrak: Tanah longsor sering terjadi di Sub DAS Konto Hulu. Untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsordi masa mendatang, maka dibuatlah peta kerentanan tanah longsor yang menunjukkan daerah berpotensilongsor. Delapan peta tematik sebagai parameter formula kerentanan tanah longsor dipergunakan untuk me-ngembangkan sebuah peta kerentanan tanah longsor yang meliputi hujan tiga harian kumulatif maksimum,kemiringan lereng, geologi batuan, keberadaan patahan, kedalaman tanah regolit, penggunaan lahan, keberadaaninfrastruktur jalan, dan kepadatan penduduk. Penentuan nilai kerentanan merupakan hasil penjumlahan dariperkalian skor tiap parameter dengan bobot masing-masing parameter. Berdasarkan nilai kerentanan, petakerentanan tanah longsor dihasilkan dari analisa overlay hasil perkalian skor dan bobot kedelapan parameterdengan program Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian ini adalah potensi tanah longsor di SubDAS Konto Hulu terdiri dari tidak rentansebesar 1,24%, agak rentan sebesar 12,12%, sedang sebesar 84,17%,dan rentan sebesar 2,38%, sedangkan yang sangat rentan ada tapi sangat kecil. Upaya pengendalian tanahlongsor dibedakan menjadi penanganan jangka pendek dengan metode mekanis sesuai dengan tingkat keren-tanannya dan penanganan jangka panjang dengan metode vegetatif sesuai dengan fungsi kawasan dantingkat kerentanannya.

Kata Kunci: potensi tanah longsor, formula kerentanan tanah longsor, upaya pengendalian

Abstract: Landslides often occur in the Upper Konto sub watershed. To anticipate the future landslide, thelandslide susceptibility map was made that show the landslide potential areas. Eight thematic maps aslandslide susceptibility formula parameters used to develop a landslide susceptibility map that includesthree daily maximum cumulative rainfall, slope, geology rocks, the presence of faults, regolith soil depth,land use, the presence of road infrastructure, and population density. Determination of susceptibility valueis the sum of the multiplying of scores for each parameter with the weight of each parameter. Based on thevalue of vulnerability, landslide susceptibility maps generated from the overlay analysis of the multiplica-tion results of the score and weight of the eighth parameters with the Geographic Information Systems(GIS)program. The results of this study is the potential for landslides in the Upper Konto sub watershedconsists of not susceptible at 1.24%, slightly susceptible at 12.12%, moderatelysusceptible 84.17%, andsusceptible at 2.38%, so do very vulnerable while there but very small. Landslide control efforts can bedivided into short-term treatment with mechanical methods in accordance with the level of susceptibilityand long-term treatment with vegetative methods in accordance with the area function and the level ofsusceptibility.

Keyword: potential landslides, landslide susceptibility formula, control efforts

Penurunan daya dukung dan fungsi lingkungan Dae-rah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia telah teriden-tifikasi seperti ditunjukkan dengan sering terjadinyabencana banjir, erosi, sedimentasi, dan tanah longsor(Paimin, 2010).Proses terjadinya tanah longsor (land-slide) berhubungan dengan berbagai faktor seperti

geologi, geomorfologi, tanah, litologi, hujan, dan tu-tupan lahan (land cover).Mempelajari hubungan an-tara tanah longsor (landslide) dan faktor penyebab-nya tidak hanya membantu memahami dan meme-cahkan mekanisme longsor itu sendiri, tapi juga mem-bentuk dasar untuk memprediksi kemungkinan ter-

Page 2: STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

Darmawan, dkk., Studi Potensi Tanah Longsor dan Upaya Pengendaliannya di Wilayah Sub DAS Konto Hulu 69

jadinya tanah longsor di masa depan. Sub DAS Kontomerupakan salah satu bagian dari DAS Brantas de-ngan sungai utama Kali Konto bagian hulu yang ber-muara di waduk Selorejo, Kabupaten Malang danbagian hilir bermuara di Kali Brantas. Pada Sub DASKonto hulu selama ini pada masa musim penghujansering kali terjadi tanah longsor terutama di sepanjangjalan Batu-Jombang/Kediri.Data dari dokumen Ren-cana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ma-lang 2008–2028 menyebutkan bahwa pernah terjaditanah longsor di DAS Konto, yaitu di Desa Purwo-rejo, Jombok, dan Mulyorejo Kecamatan Ngantang,juga Desa Pait dan Wonoagung Kecamatan Kasem-bon, serta Desa Bendosari, Tawangsari, dan SukorejoKecamatan Pujon.Upaya antisipasi dalam menekankerawanan tanah longsor pada wilayah dengan ka-rakteristik fisiografis perbukitan dapat dilakukan me-lalui upaya pengelolaan lahan yang bijaksana. Perludilakukan penelitian mengenai tingkat kerentanandaerah berpotensi terjadi tanah longsor yang kemu-dian dituangkan dalam bentuk peta tingkat kerentanantanah longsor sebagai sarana mitigasi bencana sertamenemukan upaya pencegahan dan pengendaliannyadengan pendekatan konservasi tanah dan air. Pene-litian ini bertujuan untuk menganalisa potensi tanahlongsor berdasarkan parameter penentunya di wila-yah Sub DAS Konto hulu, mengembangkan modelspasial (peta) kerentanan tanah longsor di wilayahSub DAS Konto hulu, dan mendapatkan upaya-upayauntuk mengendalikan potensi tanah longsor di wilayahSub DAS Konto hulu.

LANDASAN TEORI

Tanah longsor adalah gerakan menuruni atau ke-luar lereng oleh massa tanah atau batuan penyusunlereng, ataupun percampuran keduanya sebagai ba-han rombakan, akibat dari terganggunya kestabilantanah atau batuan penyusun lereng tersebut. (Kar-nawati, 2005). Faktor-faktor penyebab tanah longsormenurut Zaruba dan Menel (1982) adalah perubahangradien lereng, kelebihan beban, getaran atau gon-cangan, perubahan kandungan air, pengaruh air ta-nah, pelapukan dan pengaruh vegetasi. Arsyad(1989) menyebutkan ada tiga faktor penyebab, yaitu(1) keadaan lereng yang curam sehingga tanah akanmeluncur ke bawah, (2) lapisan di bawah yang agakkedap air dan relatif lunak sebagai bidang peluncur,(3) terdapatnya air cukup banyak di dalam tanah se-hingga lapisan tanah tepat di atas lapisan yang kedapair tadi jenuh. Sutikno (1987) mengemukakan para-meter-parameter geomorfologi dan aspek lingkunganyang terkait tanah longsor yaitu (1) topografi/relief,

(2) material/litologi, (3) stratigrafi, (4) struktur geologi,(5) iklim, (6) organik, dan (7) aktifitas manusia. Kar-nawati, (2005) menjelaskan bahwa terjadinya longsorkarena adanya faktor-faktor pengontrol gerakan diantaranya geomorfologi, geologi, geohidrologi, dantata guna lahan, serta adanya proses-proses pemicugerakan seperti, infiltrasi air ke dalam lereng, getaran,dan aktivitas manusia.Hujan pemicu gerakan tanahadalah hujan yang mempunyai curah tertentu danberlangsung selama periode waktu tertentu, sehinggaair yang di curahkannya dapat meresap ke dalamlereng dan mendorong massa tanah untuk longsor.

Formula Kerentanan Tanah LongsorPada formula ini disebutkan bahwa nilai keren-

tanan tanah longsor didasarkan pada 8 faktor pem-bobotan yang sesuai dengan tingkat pengaruh 8 ma-cam parameter penentu kerentanan tanah longsoryang mana diberikan suatu nilai antara 1-5 untuk tiapparameter, tergantung oleh kondisi lokal daerah ter-sebut. Kemudian dilakukan perhitungan dengan per-samaan Nilai Kerentanan (1).

Formula kerentanan tanah longsor memiliki de-lapan (8) parameter yaitu: Hujan 3 harian kumulatifmaksimum, Kemiringan Lereng, Geologi batuan, Ke-beradaan Patahan, Kedalaman tanah regolit, Peng-gunaan lahan, Keberadaan Infrastruktur jalan,dan Ke-padatan Penduduk, di mana masing-masing memilikinilai bobot merupakan faktor pemberat dari masing-masing parameter. Dari nilai hasil perhitungan ter-sebut kemudian didapatkan suatu angka (nilai), se-hingga diketahui tingkat potensi kerentanan tanahlongsor. Sedangkan skor untuk masing-masing para-meter bisa dilihat pada Tabel 1 s/d Tabel 8, sedangkanuntuk bobot tiap parameter ditampilkan pada Tabel9.

Tabel 1. Hujan 3 Harian Kumulatif Maks.

Sumber: Paimin dkk. (2012)

Tabel 2. Kemiringan Lereng.

Sumber: Paimin dkk. (2012)

Page 3: STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

70 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 68–78

Sumber: Paimin dkk. (2012)

Tabel 5. Kedalaman Tanah Regolit.

nilai kerentanan yang merupakan gambaran tingkatkerentanan terjadinya tanah longsor di suatu area.Kemudian akan di lakukan pengidentifikasian areastudi yang rentan terhadap tanah longsor. Semakintinggi nilai dari nilai kerentanan, maka semakin besarkerentanan suatu area untuk terjadi tanah longsor.

Tabel 10. Kriteria Tingkat Kerentanan.

Tabel 3. Geologi Batuan.

Sumber: Paimin dkk. (2012)

Tabel 4. Keberadaan Patahan/Sesar/Gawir.

Sumber: Paimin dkk. (2012)

Tabel 6. Penggunaan Lahan.

Sumber: Paimin dkk. (2012)

Tabel 7. Infrastruktur Jalan.

*(jika lereng <25%, maka skor = 1)Sumber: Paimin dkk. (2012)

Tabel 8. Kepadatan Penduduk.

*(jika lereng <25%, maka skor = 1)Sumber: Paimin dkk. (2012)

Persamaan untuk menentukan Nilai Kerentanan ada-lah:Nilai kerentanan = (skor parameter x bobot parameter) (1)

Dari penjumlahan hasil perkalian skor denganbobot setiapparameter tanah longsor akan didapatkan

Tabel 9. Pembobotan Parameter.

Sumber: Paimin dkk. (2012)

Sumber: Paimin dkk. (2012)

Daerah yang memiliki nilai kerentanan yang ting-gi termasuk dalam daerah yang sangat rentan untukterjadi tanah longsor. Pada daerah yang memiliki nilaikerentanan rendah juga berpotensi terjadi tanah long-sor, namun tingkat kerentanannya masih lebih rendahdibandingkan daerah dengan nilai kerentanan tinggi.

Metode Pengendalian Tanah LongsorMetode pengendalian tanah longsor dapat dila-

kukan dengan metode mekanis dan metode vegetatif.Hal ini disesuaikan dengan tingkat urgensi dan skalaprioritas penanganan. Pengendalian tanah longsor se-cara mekanis pada umumnya dilakukan untuk me-reduksi gaya-gaya yang menggerakkan, menambahtahanan geser tanah atau keduanya. Gaya-gaya yangmenahan gerakan longsor dapat ditambah dengancara (Abramson dkk, dalam Hardiyatmo, 2012): (1)Drainase yang menambah kuat geser tanah; (2)Menghilangkan lapisan lemah atau zona berpotensilongsor yang lain; (3) Membangun struktur penahanatau sejenisnya; (4) Melakukan perkuatan tanah ditempat; (5) Penanganan secara kimia atau yang lain(misalnya mengeraskan tanah untuk menambah kuatgeser tanah.

Page 4: STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

Darmawan, dkk., Studi Potensi Tanah Longsor dan Upaya Pengendaliannya di Wilayah Sub DAS Konto Hulu 71

Sedangkan menurut Hardiyatmo (2012), bebe-rapa metode untuk memperbaiki stabilitas lereng an-tara lain: (A) Merubah geometri lereng; (1) Melan-daikan kemiringan lereng; (2) Pembuatan teras bang-ku (benching); (B) Mengontrol drainase dan rem-besan; (1) Drainase air permukaan; (a) Parit per-mukaan; (b) Pengalihan aliran air permukaan; (c)Penutupan sambungan, retakan, dan celah; (d) Pe-rataan permukaan lereng agar tidak ada genanganair; (e) Perkerasan permukaan lereng dengan bahankedap air; (f) Penanaman tumbuh-tumbuhan (seed-ing); (2) Drainase di bawah permukaan; (a) Drainasehorizontal; (b) Lapisan drainase (drainage blanket);(c) Drainase pemotong (cut off drain); (d) Sumurdrainase vertikal (vertical drain well); (C) Pembu-atan struktur sipil untuk stabilisasi; (1) Struktur berm;(2) Parit geser; (3) Dinding penahan; (4) Tiang-tiang/terucuk; (D) Pembongkaran dan pemindahan mate-rial lereng yang rentan; (E) Perlindungan permukaanlereng; (1) Shotcreet atau plester chunam; (2) Pa-sangan batu (masonry blocks) atau riprap.

Metode pengendalian tanah longsor dengan ve-getatif adalah dengan memanfaatkan kemampuantumbuh-tumbuhan dalam stabilisasi lereng. Tumbuh-tumbuhan dapat mempengaruhi stabilitas lereng. Per-kuatan lereng yang paling efektif oleh tumbuh-tum-buhan adalah bila akar-akar menembus tanah sampaiujungnya menembus retakan atau rekahan batuandasar atau bila akar-akar menembus tanah kuat yangdalam. Pemilihan tipe tumbuh-tumbuhan untuk ke-stabilan lereng sangat penting, misalnya tanaman rum-put yang rapat dengan akar yang dangkal sangat baikuntuk menahan erosi. Sebaliknya, akar pohon-pohon-an yang dalam dapat memperkuat lereng, terutamauntuk mencegah longsoran dangkal (Hardiyatmo,2012).

Greenway (1987) menunjukkan pengaruh hidro-mekanik tumbuhan terhadap stabilitas massa tanahseperti pada Gambar 1 dan tabel berikut.

Manajemen Pengelolaan DasMenurut UU 7/2004 dan PP 76/2008 DAS ada-

lah suatu wilayah daratan yang merupakan satu ke-satuan dengan sungai dan anak sungainya, yang ber-fungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan airyang berasal dari curah hujan ke danau atau ke lautsecara alami, yang batas di darat merupakan pemisahtopografis dan batas di laut sampai dengan daerahperairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Salah satu bentuk manajemen pengelolaan DASadalah dengan membagi wilayah DAS menjadi tigakawasan sesuai fungsinya. Disebut analisa fungsi ka-

wasan karena digunakan untuk mengetahui fungsikawasan dari suatu wilayah berdasarkan kondisi fisikyang terdiri dari tiga buah variabel yaitu jenis tanah,kemiringan lereng, dan curah hujan. Dasar peraturanyang dipergunakan untuk analisa fungsi kawasan ada-lah SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/UM/II/1980dan No. 683/Kpts/UM/II/1981 tentang kriteria dantata cara penetapan hutan lindung dan hutan produksi.Kemudian dimodifikasi menjadi metode analisa fungsikawasan dalam Asdak (2002). Pendekatan ideal un-tuk suatu DAS bisa dengan membagi fungsi kawasansebagai: kawasan Lindung, yaitu kawasan yang di-tetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarianLingkungan Hidup yang mencakup sumber alam,sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budayabangsa guna kepentingan Pembangunan berkelan-jutan (Keppres No 32/1990).

Kawasan Penyangga, yaitu kawasan yang di-tetapkan untuk menopang keberadaan kawasan lin-dung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga. Di-mana hanya kegiatan-kegiatan yang sesuai dengantujuan konservasi yang dapat dilakukan.Kawasan pe-nyangga ini merupakan batas antara kawasan lin-dung dan kawasan budidaya. Penggunaan lahan yangdiperbolehkan hutan tanaman rakyat atau kebun de-ngan sistem wanatani dengan pengolahan lahan sa-ngat minim.

Kawasan Budidaya, yaitu wilayah yang ditetap-kan dengan fungsi utamauntuk dibudidayakan atasdasar kondisi dan potensi sumber daya alam,sumberdaya manusia, dan sumber daya buatan (Permen PUNo. 41/PRT/M/2007).

Gambar 1. Pengaruh hidromekanik tumbuhan padastabilitas lereng.

Sumber: Greenway, 1987

Page 5: STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

72 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 68–78

Kriteria dalam menentukan suatu kawasan itusebagai kawasan lindung, penyangga atau budidayaadalah berdasarkan karakteristik fisik dasar, yaitu:(a) Topografi: Untuk melihat sisi kelerengan/keting-gian lahan; (b) Jenis tanah: Menyangkut masalah ke-pekaan tanah terhadap erosi atau bahaya tanah long-sor; (c) Iklim/curah hujan: Identifikasi curah hujansehingga diketahui kapasitas hujan.

METODE PENELITIAN

Data yang digunakan adalah data sekunder yangdidapatkan dari instansi-instansi terkait, data-datayang dibutuhkan antara lain seperti pada Tabel 16.

Pengumpulan data dilakukan langsung dari ins-tansi sumber data terkait, yang selanjutnya dianalisis.Tahap selanjutnya adalah inventarisasi pustaka terkaityaitu terutama yang makah sejenis sebagai bahanpertimbangan.

Data sekunder kemudian dianalisis dengan me-makai Formula kerentanan tanah longsor. Kemudiandilakukan analisa overlay, hingga didapatkan peta ke-rentanan tanah longsor dengan program SIG.

Tabel 11. Proses Pengumpulan Data.

ini sudah ditetapkan dan ini merupakan intisari dariformula penentu kerentanan tanah longsor tersebut.

Parameter hujan 3 harian kumulatif maksimumdidapatkan dari pengolahan data hujan harian mulaitahun 2000–2011 pada 5 stasiun hujan yaitu Jombok,Kedungrejo, Ngantang, Pujon dan Sekar. Sebelumdiolah, data hujan diuji terhadap homogenitas dan kon-sistensinya.

Peta poligon Thiessen dihasilkan dari analisa de-ngan bantuan program ArcView 3.2. Peta lokasi sta-siun hujan yang ada di wilayah Sub DAS Konto huludimasukkan dalam program ArcView dan dilakukananalisa poligon Thiessen sehingga didapatkan petapoligon Thiessen seperti Gambar 2.

Analisa hujan tiga harian kumulatif maksimumdilakukan pada setiap stasiun hujan yaitu Stasiun Jom-bok, Stasiun Kedungrejo, Stasiun Ngantang, StasiunPujon dan Stasiun Sekar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari proses pengolahan data dan identifikasi daritiap-tiap parameter tanah longsor, maka akan dike-tahui skor dari tiap parameter. Nilai bobotnya untuktiap-tiap parameter tidak akan berubah karena nilai

Gambar 2. Peta Poligon Thiessen.

Setiap nilai skor dari masing-masing stasiun akandikalikan dengan bobot parameter hujan tiga harianyaitu 25%. Dari hasil perkalian tersebut maka akandidapatkan nilai rating. Nilai rating ini yang akanmenjadi dasar analisa overlay.

Tabel 12. Hasil Skoring Parameter Hujan Tiga HarianKumulatif.

Sumber: Hasil analisa

Parameter kemiringan lereng juga didapatkandari pengolahan peta topografi yang dijadikan DEMdengan program ArcView hingga dapat diklasifika-sikan lagi klas lerengnya sesuai kebutuhan. Hasil sko-ringnya seperti tabel berikut.

Page 6: STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

Darmawan, dkk., Studi Potensi Tanah Longsor dan Upaya Pengendaliannya di Wilayah Sub DAS Konto Hulu 73

Sumber: Hasil analisa

Parameter geologi batuan menggambarkan kon-disi batuan yang ada di daerah penelitian Sub DASKonto Hulu.Pada daerah penelitian Sub DAS Kontohulu ini terdapat tiga jenis batuan induk yaitu Allu-vial, Sedimen, dan Basalt. Skoring parameter geologibatuan

Tabel 14. Hasil Skoring Parameter Geologi Batuan.

Parameter infrastruktur dalam hal ini jalan di dae-rah penelitian pada sebagian lokasi dinilai memotonglereng yang ada, sehingga kondisi lereng tersebutmenjadi lebih curam. Hal ini meningkatkan resikoterjadinya tanah longsor di daerah tersebut. Hasil pe-nentuan skor dari parameter infrastruktur jalan inidapat ditabelkan seperti berikut.

Tabel 17. Hasil Skoring Parameter Keberadaan Infra-struktur/Jalan.

Tabel 13. Hasil Skoring Parameter Kemiringan Lereng.

Sumber: Hasil analisa

Di daerah penelitian Sub DAS Konto hulu tidakterdapat adanya patahan/sesar/gawir, sehingga untukhasil skoring dapat ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 15. Hasil Skoring Parameter Keberadaan Patah-an.

Sumber: Hasil analisa

Parameter kedalaman tanah yang dimaksud da-lam hal ini merupakan ukuran kedalaman suatu tanahdi mana tanah itu mampu menyerap air.

Tabel 16. Hasil Skoring Parameter Kedalaman TanahRegolit.

Sumber: Hasil analisa

Sumber: Hasil analisa

Analisa spasial yang telah dilakukan terhadappeta penggunaan lahan di daerah penelitian mene-mukan beberapa jenis penggunaan lahan yang adadi Sub DAS Konto Hulu.Penentuan skor dari para-meter penggunaan lahan ini dapat dilihat pada tabelberikut.

Tabel 18. Hasil Skoring Parameter Penggunaan Lahan.

Sumber: Hasil analisa

Parameter kepadatan penduduk merupakan jum-lah jiwa penduduk dalam satu luasan wilayah. Dalamhal ini diberikan satuan jiwa/km2.Hasil analisa skoringkepadatan penduduk ditampilkan pada Tabel 19 be-rikut.

Untuk melakukan analisa overlay, maka dibuat-lah peta-peta dari nilai rating tiap parameter. Peta-peta karakteristik parameter penentu kerentanan ta-nah longsor ditampilkan untuk diberikan skor sesuai

Page 7: STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

74 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 68–78

Gambar 8. Peta Infrastruktur Jalan.

Sumber: Hasil analisa

Tabel 19. Hasil Skoring Parameter Kepadatan Pendu-duk

nilai rating berdasarkan pada formula kerentanan ta-nah longsor (Paimin, 2010). Peta-peta tiap parameterpenentu tingkat potensi kerentanan tanah longsor ter-sebut dapat ditampilkan pada Gambar 3 sampai Gam-bar 10 berikut.

Gambar 4. Peta Kemiringan Lereng.

Gambar 3. Peta Hujan 3 Harian Kumulatif Maksimum.

Gambar 5. Peta Geologi Batuan.

Gambar 6. Peta Patahan/Sesar/Gawir.

Gambar 7. Peta Kedalaman Tanah.

Page 8: STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

Darmawan, dkk., Studi Potensi Tanah Longsor dan Upaya Pengendaliannya di Wilayah Sub DAS Konto Hulu 75

Gambar 10. Peta Kepadatan Penduduk.

Setelah didapatkan nilai skor pada tiap-tiap para-meter tanah longsor, selanjutnya dilakukan perhitung-an nilai tingkat potensi tanah longsor dengan caramengalikan skor tiap parameter dengan bobot ma-sing-masing, sehingga didapatkan nilai rating para-meter tersebut, kemudian di setiap unit lahan nilairating setiap parameter tersebut dijumlahkan denganmetode analisa overlay dalam ArcView 3.2, hinggadidapatkan nilai kerentanan. Hasil analisa overlay 8peta parameter tersebut adalah pada tabel berikut.

Tabel 20. Tingkat Kerentanan Tanah Longsor.

jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan keseluruhanluas daerah penelitian. Namun dengan luasan yangtidak terlalu signifikan tersebut dapat mengakibatkanbahaya bencana tanah longsor yang cukup signifikanbagi daerah tersebut, terlebih lagi bila di daerah ter-sebut terdapat pemukiman atau jalan yang merupa-kan jalur perekonomian vital bagi masyarakat.

Gambar 9. Peta Penggunaan Lahan.

Sumber: Hasil analisa

Prosentase luas daerah dengan tingkat potensitanah longsor yang tinggi di daerah penelitian memang

Gambar 11. Prosentase Luas Potensi Tanah Longsor.

Gambar 12. Peta Kerentanan Tanah Longsor Sub DASKonto Hulu.

Pada formula penentu kerentanan tanah longsor,parameter kemiringan lereng memiliki bobot 15%.Hal ini menunjukkan bahwa parameter kemiringanlereng ini termasuk yang memiliki peran dominan da-lam mempengaruhi terjadinya tanah longsor. Namuntidak semata-mata karena memiliki kelerengan yangcuram, maka akan memiliki potensi tanah longsordengan kerentanan tinggi atau sebaliknya. Hal inidikarenakan di lokasi tersebut dipengaruhi oleh para-meter lain seperti penggunaan lahan (20%) sertaparameter hujan tiga harian kumulatif (25%).

Pada daerah dengan kemiringan lereng 25–45%memiliki kategori resiko rendah dan tidak ada jalanmemotong lereng, namun dikarenakan memiliki curahhujan sangat tinggi, tipe batuan basalt yang beresikosangat tinggi, dan keberadaan jalan yang memotonglereng di situ, maka daerah tersebut masuk kategorirentan longsor. Seperti tabel berikut.

Page 9: STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

76 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 68–78

Sumber: Hasil analisa

Jadi meskipun kemiringan lereng pada suatu areatergolong tidak terlalu curam, tapi kemungkinan bisaterjadi tanah longsor. Oleh karena itu, kewaspadaantetap diperlukan meskipun kondisi fisik lahan terlihattidak berpotensi.

Catatan bencana yang ada di Badan Penang-gulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang jugamenyatakan bahwa ada kejadian tanah longsor didaerah Kecamatan Pujon dan Ngantang yang ter-masuk dalam wilayah Sub DAS Konto Hulu. Catatankejadian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Kejadian Tanah Longsor Di Sub DAS KontoHulu.

Tabel 21. Hasil Analisa Unit Lahan 251.

Sumber: BPBD Kab.Malang

Gambar 13. Titik Longsor Pada Peta KerentananTanah Longsor.

Dari plotting delapan titik longsor pada gambardi atas, dapat dilihat letak terjadinya longsor sebagianbesar di sekitar sungai. Sebagian besar titik longsor(1, 2, 4, 5, 7) berada di daerah rentan longsor danbeberapa titik (3, 8) di daerah kerentanan sedang.Jadi dapat dikatakan peta kerentanan tanah longsorini telah mendekati realitas terjadinya tanah longsorseperti yang telah dicatat BPBD Kabupaten Malang.Langkah ini sekaligus sebagai verifikasi dari peta po-tensi tanah longsor di Sub DAS Konto Hulu.

Analisa fungsi kawasan diperlukan untuk melo-kalisir penanganan tanah longsor jangka panjang de-ngan metode vegetatif. Analisa fungsi kawasan dila-kukan dengan bantuan ArcView menggunakan pa-rameter kemiringan lereng, jenis tanah, dan hujan ha-rian rerata.

Hasil analisa overlay terhadap ketiga parameteryaitu tiga jenis fungsi kawasan yang dapat dilihat daritabel berikut.

Tabel 23. Hasil Analisa Fungsi Kawasan.

Sumber: Hasil Analisa

Gambar 14. Prosentase Luas Fungsi Kawasan.

Page 10: STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

Darmawan, dkk., Studi Potensi Tanah Longsor dan Upaya Pengendaliannya di Wilayah Sub DAS Konto Hulu 77

Gambar 15. Peta Fungsi Kawasan.

Upaya penanganan potensi tanah longsor ini da-pat dibagi menjadi dua, yaitu upaya penanganan jang-ka pendek/langsung dan upaya penanganan jangkapanjang/tidak langsung.

Upaya penanganan langsung ini biasanya lebihmengarah pada sipil teknis atau mekanis pada daerahterutama lereng-lereng di lokasi strategis atau rawanadanya korban. Upaya ini lebih spesifik lagi mengarahpada perbaikan kestabilan lereng. Seperti Tabel 24berikut.

Arahan penanganan jangka panjang manfaatnyatidak bisa langsung dirasakan, namun menunggu de-ngan jangka waktu yang relatif lama untuk merasa-

kan pengaruhnya. Pada penelitian ini upaya jangkapanjang dapat dilakukan dengan metode vegetatifyang didasarkan pada fungsi kawasan.Pada pena-nganan tanah longsor, vegetasi ditujukan untuk me-nambah gaya penahan gerakan tanah, sehingga yangmenjadi perhatian adalah tipe dan jenis perakarandari vegetasi tersebut.Pemanfaatan tanaman dalamupaya penanganan longsor ini disesuaikan denganjenis fungsi kawasan. Pada kawasan lindung, kawas-an penyangga, dan kawasan budidaya tentu beda satusama lain pemilihan jenis vegetasi sesuai peruntukankawasannya. Rekomendasi pengendalian potensi ta-nah longsor seperti pada gambar-gambar berikut.

Tabel 24. Rekomendasi Penanganan Jangka Pendek.

Sumber: Hasil analisa

Gambar 16. Peta Arahan Guna Lahan.

Page 11: STUDI POTENSI TANAH LONGSOR DAN UPAYA PENGENDALIANNYA …

78 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 68–78

Gambar 20. Peta Rencana Penanganan 4.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa potensi tanah longsor,kesimpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini

adalah: (A) Potensi kerentanan tanah longsor di SubDAS Konto Hulu terbagi menjadi beberapa kategoritingkat kerentanan yaitu: (1) Sangat rentan, hampirtidak ada; (2) Rentan, dengan luasan 5,6 km2 atau2,38%; (3) Kerentanan sedang, dengan luasan 197,97km2 atau 84,17%; (4) Agak rentan, dengan luasan28,71 km2 atau 12,12%; (5) Tidak rentan, denganluasan 2,92 km2 atau 1,24%; (B) Upaya pengenda-lian tanah longsor dapat dibagi menjadi dua, yaitu:(1) Upaya pengendalian jangka pendek/langsung, ya-itu menitikberatkan pada penanganan yang langsungdapat dirasakan manfaatnya. Metode yang diguna-kan adalah mekanis/sipil teknis. Penerapan jenis pe-nanganan pada metode ini disesuaikan dengan tingkatkerentanan terjadinya tanah longsor; (2) Upaya pe-ngendalian jangka panjang/tidak langsung, yaitu de-ngan memprioritaskan penanganan potensi tanahlongsor yang manfaatnya baru akan dirasakan dalamwaktu yang relatif panjang (minimal 10 tahun). Halini dikarenakan metode yang digunakan adalah me-tode vegetatif yang memerlukan waktu untuk per-tumbuhan akar sebagai penahan longsor. Jenis pe-nanganan pada metode ini dilakukan dalam lingkupkawasan yang disesuaikan untuk setiap jenis fungsikawasan dan tingkat kerentanannya. Di mana fungsikawasan terbagi menjadi: a) Kawasan lindung, de-ngan luasan 75,91 km2 atau 32,27%; b) Kawasanpenyangga, dengan luasan 96,87 km2 atau 41,18%;c) Kawasan budidaya, dengan luasan 62,43 km2 atau26,54%.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Alir-an Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Greenway, D.R. 1987. Vegetation and Slope Stability,Geotechnical Engineering and Geomorphology,Jhon Wiley & Sons, pp. 187-230.

Hardiyatmo, H.C. 2012. Tanah Longsor dan Erosi Keja-dian dan penanganan. Yogyakarta: Gajah Mada Uni-versity Press.

Karnawati, D. 2005. Bencana Alam Gerakan Massa Tanahdi Indonesia dan Upaya Penanggulangannya.Jurusan T. Geologi FT. UGM, Yogyakarta.

Paimin, Sukresno, dan Purwanto. 2010. Sidik Cepat De-gradasi Sub Daerah Aliran Sungai. Pusat Penelitiandan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi,Bogor.

Paimin, Purnomo, Purwanto, dan Indrawati. 2012. SistemPerencanaan dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi danRehabilitasi, Bogor.

Zaruba, dan Menel.1982. Landslide and Their Control,pp. 31-73 2nd edition. elsevier Scientific PublishingCompany, Amsterdam.

Gambar 17. Peta Rencana Penanganan 1.

Gambar 18. Peta Rencana Penanganan 2.

Gambar 19. Peta Rencana Penanganan 3.