Upload
truonghanh
View
272
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI PERENCANAAN PLTA KARANGKATES IV & V
PADA BENDUNGAN KARANGKATES KABUPATEN MALANG
Septian Maulana1, Suwanto Marsudi2, Ussy Andawayanti2 1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
e-mail: [email protected]
ABSTRAK Pengembangan sumber daya air bisa dilakukan dengan memanfaatkan bangunan air
yang dibangun untuk dikembangkan menjadi unit pembangkit listrik (PLTA). Studi ini
diperlukan untuk mengidentifikasi potensi dan keuntungan dari sebuah unit pembangkit.
Studi ini dilakukan untuk mengetahui besarnya energi paling efektif yang dapat
dilakukan berdasarkan kelayakan teknis maupun ekonomi. Studi berlokasi di bendungan
Karangkates dengan memanfaatkan debit pada bendungan. PLTA direncanakan untuk
menambah kapasitas terpasang dengan memanfaatkan tinggi jatuh dan debit pada
bendungan. Studi ini menggunakan alternatif debit untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
Hasil kajian menunjukan debit 107,53 m3/dt (alternatif 2) dapat dibangkitkan energi
tahunan 143.015,06 MWh dan mereduksi emisi gas karbon sekitar 97.050 tCO2/tahun,
PLTA dibangun dengan komponen bangunan sipil (pintu pengambilan, terowongan, pipa
pesat, tangki gelombang, saluran pembuang, dan rumah pembangkit) dan komponen
peralatan mekanik elektrik seperti turbin, governor dan generator. Total biaya
pembangunan sebesar 1.055,57 milyar rupiah dengan nilai BCR 1,23, NPV 271,06 milyar
rupiah, IRR 14,89 % dan pay back period 14,20 tahun, sehingga pembangunan PLTA
layak secara ekonomi.
Kata kunci: PLTA, debit, energi, emisi, kelayakan ekonomi
ABSTRACT
Development of water resources can be done by utilizing the water building built to
be developed into a electric generating units (Hydropower). This study is required to
identify the potential and advantages of a generating unit.
This study was conducted to determine the most effective energy that can be done
based on the technical and economic feasibility. This study is located at the dam
Karangkates by utilizing head effective of dam. Hydropower planned to add instalied
capacity by utilizing head dam fall and discharge at the dam. This study uses an
alternative discharge to obtain optimum results..
The results of the study showed the discharge of 107,53 m3/sec (Alternative 2) can
be produced 143.015,06 MWh of annual energy and reduce carbon emissions around
97.050 tCO2/year, Hydropower is constructed including: civil structures component
(intake, tunnels, penstock, surge tanks, Tailrace channel, and power house) electrical and
mechanical equipment such as turbines, governors and generator. The construction cost of
1.055,57 billion rupiah to the value of BCR: 123, NPV: 271,06 billion, IRR: 14,89 % and
pay back period: 14,20 years, so the development of hydropower is economically viable .
Keywords: hydropowers, discharge, energy, emissions, economic feasibility
1. Pendahuluan
Keberadaan listrik merupakan hal
yang sangat essensial bagi kehidupan
manusia karena hampir semua kegiatan
manusia tidak terlepas dari kebutuhan
terhadap listrik mulai dari kalangan
perumahan biasa sampai kepada kalangan
perindustrian, kebutuhan yang besar
tehadap listrik inilah kemudian
melahirkan Industri pembangkitan listrik.
Begitu juga yang terjadi di
Indonesia kebutuhan terhadap energi
listrik sangat besar, bahkan setelah pulih
dari krisis moneter 1998 kebutuhan
enegri listrik di Indonesia mengalami
trend peningkatan, menurut data pada
tahun 1995 – 2000 konsumsi listrik di
Indonesia mengalami peningkatan
sebesar 2,9 % pertahun, sedangkan pada
tahun 2000 – 2004 konsumsi energi
listrik juga mengalami peningkatan
signifikan yaitu sebesar 5,2% per
tahunnya.
Berdasarkan data Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)
PLN, kebutuhan energi di Indonesia pada
tahun 2014 mencapai 225,4 terawatt
(Twh), terdiri dari Jawa-Bali 174,9 Twh
dan luar Jawa-Bali sebesar 50,5 Twh.
Sementara, pada tahun 2018 permintaan
listrik nasional diperkirakan mencapai
352,2 Twh terdiri dari Jawa-Bali 250,9
Twh dan luar Jawa-Bali 74,3 Tw.
Pertumbuhan listrik nasional pada 2014
diperkirakan mencapai 9,8%.
Sungai Brantas merupakan salah
satu sungai besar di pulau Jawa yang
memiliki potensi yang masih belum
dimaksimalkan pasalnya sebagian besar
air dari sungai Brantas dipergunakan
untuk kebutuhan irigasi, air baku, dan
PLTA. Dengan peningkatan kebutuhan
energi listrik maka sungai Brantas harus
lebih dimaksimalkan lagi potensinya
mengingat masih banyak potensi yang
tersimpan. Pemanfaatan bendungan saat
ini bukan lagi hanya untuk irigasi dan air
baku saja, tetapi bisa dimanfaatkan untuk
PLTA juga. Selain memiliki tinggi jatuh
yang sangat besar bendungan pula
memiliki potensi debit yang sangat
mencukupi untuk operasi PLTA.
Pembangkit listrik tenaga air dapat
membantu kebutuhan energi yang sedang
meningkat.
Studi ini bertujuan untuk meng-
analisa kelayakan dari perencanaan
PLTA dengan memanfaatkan debit air
sungai yang tersimpan pada bendungan
yang dirasa dapat meningkatkan produksi
energi listrik untuk memenuhi kebutuhan
energi listrik yang meningkat.
2. Pustaka dan Metodologi
Klasifikasi pembangkit listrik tenaga
air
Klasifikasi pembangkit listrik
tenaga air dapat dibedakan menjadi lima
jenis berdasarkan masing-masing
parameter, antara lain (Patty, 1995) :
1. Pembagian secara teknis
PLTA dilihat secara teknis dapat
dibagi atas :
a. PLTA yang menggunakan air
sungai atau air waduk.
b. PLTA yang menggunakan air yang
telah dipompa ke suatu reservoir
yang diletakan lebih tinggi.
c. PLTA yang menggunakan pasang
surut air laut.
d. PLTA yang menggunakan energi
ombak.
Ditinjau dari cara membendung
air, PLTA dapat dikategorikan menjadi
dua macam:
a. PLTA run of river yaitu air sungai
di hulu dibelokkan dengan
menggunakan dam yang dibangun
memotong air sungai, air sungai
kemudian diarahkan ke bangunan
PLTA kemudian dikembalikan ke
aliran semula di hilir.
b. PLTA dengan Bendungan (DAM)
yaitu yaitu aliran air sungai
dibendung dengan menggunakan
bendungan yang besar agar
diperoleh jumlah air yang sangat
besar dalam kolam tandon
kemudian baru air dialirkan ke
PLTA. Air di sini dapat diatur
pemanfaatannya misalnya meng-
enai debit air yang digunakan
dalam pembangkitan dapat diatur
besarnya.
2. Pembagian menurut kapasitas
a. PLTA mikro yaitu dengan daya 99
kW.
b. PLTA kapasitas rendah yaitu
dengan daya 100 sampai 999 kW.
c. PLTA kapasitas sedang yaitu
dengan daya 1000 sampai 9999
kW.
d. PLTA kapasitas tinggi dengan
daya diatas 10.000 kW.
3. Pembagian menurut tinggi jatuh
a. PLTA dengan Tekanan rendah; H
< 15 m
b. PLTA dengan tekanan sedang; H =
15 hingga 50 m
c. PLTA dengan tekanan tinggi; H =
50 m.
4. Pembagian berdasarkan ekonomi
a. PLTA yang bekerja sendiri. Jadi
tidak dihubungkan dengan sentral-
sentral listrik yang lain.
b. PLTA yang bekerjasama dengan
sentral-sentral listrik yang lain
dalam pemberian listrik kepada
konsumen. Sehubungan dengan ini
PLTA dapat dipakai untuk:
- Beban dasar; PLTA bekerja
terus-menerus
- Beban maksimum; PLTA
bekerja pada jam-jam tertentu.
Simulasi operasi waduk untuk PLTA
Dalam simulasi pola operasi
waduk untuk PLTA digunakan konsep
beban puncak yaitu dengan mengalihkan
debit dasar ke debit puncak dengan
tujuan agar distribusi listrik lebih efisien
dan efektif.
Operasi waduk pada PLTA dioperasikan
untuk keadaan sebagai berikut :
a. Operasi beban puncak dengan lama
waktu operasi standard dalam satu
hari selama 5 jam, mulai dari jam
17.00 – 22.00.
b. Operasi beban dasar dengan lama
waktu operasi standard dalam satu
hari selama 19 jam, mulai dari jam
23.00 – 16.00, jika terdapat debit
lebih dari pemakaian operasi beban
puncak.
Perencanaan Bangunan PLTA
PLTA Karangkates IV & V
merupaka PLTA dengan kategori kolam
tendon (reservoir) meliputi:
A. Pintu Pengambilan
Pintu pengambilan adalah pintu
untuk mengatur jumlah air yang masuk
ke saluran / terowongan sesuai kebutu-
han. Desain pintu pengambilan ini diren-
canakan berdasar atas kebutuhan air ses-
uai dengan desain perencanaan. Jenis dan
type intake antara lain ;
Canal Intake
Reservoir Intake
Tunnel Intake
B. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa merupakan
bangunan yang berfungsi untuk meng-
antarkan air atu membawa air mulai dari
bangunan pengambilan menuju ke rumah
pembangkit. Terdapat bermacam bentuk
dari bangunan pembawa tergantung dari
sistem pembawaan air menuju rumah
pembangkit, bangunan pembawa antara
lain:
1. Terowongan (Tunnels), Fungsi tero-
wongan adalah membawa air dari
intake menuju penstock dan akhirnya
ke turbin pembangkit.
2. Pipa Pesat (Penstock), Pipa pesat
adalah saluran yang menyalurkan dan
mengarahkan air dari waduk ke
turbin. Parameter desain yang diren-
canakan pada pipa pesat adalah:
1. Diameter pipa pesat
Diameter ekonomis pipa pesat
dapat dihitung dengan persamaan:
Sarkaria formula:
D = 3,55. (Q2
2.g.H)
0,25
ESHA formula:
D = (10,3n2Q2
hf)
0,1875
Dimana:
D : diameter pipa (m)
n : koef kekasaran pipa
Q : debit pada pipa (m3/dt)
Hf : kehilangan tinggi tekan
total pada pipa (m)
H : tinggi jatuh (m)
Namun dalam penentuan diameter
pipa pesat perlu diperhitungkan
besarnya kehilangan tinggi
dikarenakan hal ini akan mempe-
ngaruhi besarnya daya yang akan
dihasilkan.
2. Tebal pipa pesat
Tebal pipa pesat dapat dihitung
dengan persamaan:
ASME (Mosonyi,1963):
t = 2,5 D +1,2
USBR (Varshney,1971):
t = (d+500)/400
ESHA (Penche,2004) :
e = PD/2σkf+es
Barlow’s Formulae
(Varshney,1971):
H = (0,002+σ x t)/(D+0,002 t)
Dimana:
H : Tinggi tekan maksimum ( m )
: tekanan statis + tinggi tekan
akibat pukulan air
σ : tegangan baja yang
digunakan (ton/m2 )
D : diameter pipa pesat (m)
t : tebal pipa pesat ( m )
P : tekan hidrostatis pipa
(kN/mm2)
kf : efisiensi ketahanan
es : tebal jagaan untuk sifat
korosif (mm)
3. Kebutuhan terhadap tangki
gelombang
Pipa pesat membutuhkan tangki
gelombang jika L > 4H
4. Kedalaman minimum pipa
pesat
Kedalaman minimum akan
berpengaruh terhadap gejala
vortex, kedalaman minimum
dapat dihitung dengan persamaan
(Penche,2004):
Ht > s
s = c V √D
Dimana:
c : 0,7245 untuk inlet asimetris
0,5434 untuk inlet simetris
V : kecepatan masuk aliran (m/dt)
D: diameter inlet pipa pesat (m)
Gambar 1. Skema Inlet Pipa
Pesat
5. Sistem Pengambilan Melalui
Pipa Pesat (Inlet)
Sistem pengambilan pada mulut
pipa pesat perlu diperhitungkan
dengan tujuan untuk mengatur
sistem regulasi debit air yang
masuk ke dalam turbin baik saat
kondisi operasional maupun
kondisi perawatan ,intake pipa
pesat biasanya didesain dengan
menggunakan sistem katup
(valve), Tipe katup yang sering
diaplikasikan adalah :
a. Gate valve
b. Butterfly valve
c. Needle valve
C. Tangki Gelombang (Surge Tanks)
Tangki gelombang adalah pipa
tegak di ujung hilir saluran air
tertutup untuk menyerap kenaikan
tekanan mendadak serta dengan cepat
memberikan air selama penurunan
singkat dalam tekanan. Surge tanks
biasanya disediakan pada PLTA besar
atau menengah ketika ada jarak yang
cukup jauh antara sumber air dengan
unit daya, sehingga diperlukan sebuah
penstock panjang.
1. Luas Surge tanks (Thoma)
Ast = 𝐴𝑡 𝐿𝑡
2 𝑔 𝑐 𝐻
Dst = √𝐴𝑠𝑡
0,25 𝛱
Dimana :
Ast = Luas Surge Tanks (m2)
Dst = Diameter Surge Tanks (m)
Lt = panjang terowongan (m)
At = Luas Terowongan (m2)
H = Gross Head (m)
g = gravitasi (m2/s)
c = koefisien thoma
2. Tinggi air dalam Surge tanks
Zst : v (𝐿𝑡 𝐴𝑡
𝑔 𝐴𝑠𝑡)0,5
Dimana :
Zst = Tinggi muka air (m)
V = kecepatan terowongan (m/s)
Lt = panjang terowongan (m)
At = Luas Terowongan (m2)
g = gravitasi (m2/s)
Ast = Luas Surge Tanks (m2)
D. Bangunan Pembuang
Bangunan pembuang digunakan
untuk mengalirkan debit setelah melalui
turbin meuju ke sungai, bangunan
pembauang sendiri bisa direncanakan
sesuai dengan kondisi lapangan, umunya
bangunan pembuang direncanakan
dengan tipe saluran terbuka (saluran
tailrace).
Tinggi Jatuh Efektif
Tinggi jatuh efektif adalah selisih
antara elevasi muka air pada bangunan
pengambilan atau waduk (EMAW) den-
gan tail water level (TWL) dikurangi
dengan total kehilangan tinggi tekan
(Ramos, 2000). Persamaan tinggi jatuh
efektif adalah:
Heff = EMAW – TWL – hl
dimana:
Heff : tinggi jatuh efektif (m)
EMAW: elevasi muka air waduk atau
hulu bangunan pengambilan (m)
TWL : tail water level (m)
hl : total kehilangan tingi tekan (m)
Gambar 2. Sketsa Tinggi Jatuh
Effektif
Kehilangan tinggi tekan digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu kehilangan pada
saluran terbuka dan kehilangan pada
saluran tertutup.
Kehilangan tinggi tekan pada
saluran terbuka biasanya terjadi pada
intake pengambilan, saluran transisi dan
penyaring.
Kehilangan tinggi pada saluran
tertutup dikelompokkan menjadi 2 jenis
yaitu kehilangan tinggi mayor (gesekan)
dan kehilangan tinggi minor. Kehilangan
tinggi mayor dihitung dengan persamaan
Chezy-Manning (Penche,2004):
hf = n2v2
R43
sedangkan kehilangan minor
dihitung dengan persamaan (Ramos,
2000):
hf = ξ V2
2g
dimana:
hf : kehilangan tinggi tekan
V : kecepatan masuk (m/dt)
g : percepatan gravitasi (m/dt2)
L : panjang saluran tertutup / pipa (m)
D : diameter pipa (m)
f : koefisien kekasaran(moody diagram)
ξ : keofisien berdasarkan jenis kontraksi
Perencanaan Peralatan Mekanik Dan
Elektrik Perencanaan peralatan mekanik
dan elektrik meliputi:
A. Turbin Hidraulik
Turbin dapat diklasifikasikan berdasarkan
tabel berikut (Ramos,2000):
Tabel 1. Klasifikasi Jenis Turbin
Dalam perencanan turbin
parameter yang mendasari adalah
kecepatan spesifik turbin (Ns) dan
kecepatan putar/sinkron (n) dimana
kedua parameter tersebut dihitung dengan
persamaan (Anonim, 1976:):
Ns = n√P
H5/4
n = 120 f
𝑃
dimana:
Ns : Kecepatan spesifik turbin (mkW)
n : kecepatan putar/sinkron (rpm)
P : daya (kW)
H : tinggi jatuh effektif (m)
f : frekuensi generator (Hz)
p : jumlah kutub generator
Nilai n bisa didapatkan dengan
melakukan nilai coba-coba dengan
persamaan:
Untuk turbin francis:
n’ = 2334
√H atau n’ =
1553
√H
Untuk turbin propeller:
n’ = 2088
√H atau n’ =
2702
√H
Setelah didapatkan nilai
parameter tersebut maka dapat ditentukan
parameter lain seperti:
1. Titik Pusat Dan Kavitasi Pada Turbin
Titik pusat perlu diletakkan pada
titik yang aman sehingga terhindar dari
bahaya kavitasi kavitasi akan terjadi bila
nilai σaktual < σkritis, dimana σdapat
dihitung dengan persamaan (Anonim,
1976):
σc = Ns1.64
50327
Hs = Ha – Hv – H.σ
Sedangkan titik pusat turbin dapat
dihitung dengan persamaan:
Z = twl + Hs + b
dimana:
Ns : Kecepatan spesifik turbin (mkW)
σc : koefisien thoma kritis
σ : koefisien thoma
Ha : tekanan absolut atmosfer (Pa/gρ)
Hv: tekanan uap jenuh air (Pw/gρ)
H : tinggi jatuh effektif (m)
Hs : tinggi hisap turbin (m)
Z : titik pusat tubrin
twl: elevasi tail water level
b : jarak pusat turbin dengan runner (m)
2. dimensi turbin
Dimensi turbin reaksi meliputi:
Dimensi runner turbin, dimensi
wicket gate, dimensi spiral case dan
dimensi draft tube.
3. effisiensi turbin
Effisiensi turbin sangat tergantung
pengaruh dari debit aktual dalam turbin
dengan debit desain turbin (Q/Qd),
effisiensi turbin ditunjukkan pada gambar
berikut (Ramos,2000):
Gambar 3. Grafik Effisiensi Turbin
B. Peralatan Elektrik
Peralatan elektrik PLTA berfungsi
sebagai pengaturan kelistrikan setelah
dilakukan proses pembangkitan listrik,
peralatan elektrik meliputi generator,
governor, speed increaser, transformer,
switchgear dan auxiliary equipment.
Analisa Pembangkitan Energi
Produksi energi tahunan dihitung
berdasarkan tenaga andalan. Tenaga and-
alan dihitung berdasarkan debit andalan
yang tersedia untuk pembangkitan energi
listrik yang berupa debit outflow dengan
periode n harian.(Arismunandar,2005)
E = 9,8 x H x Q x ηg x ηt x 24 x n
Dimana:
E : Energi tiap satu periode (kWh)
H : Tinggi jatuh efektif (m)
Q : Debit outflow (m3/dtk)
ηg : effisiensi generator
ηt : efisiensi turbin
n : jumlah hari dalam satu periode.
Analisa Reduksi Emisi Gas Karbon
Analisa reduksi emisi gas karbon
dihitung dengan persamaan (Anonim,
2005):
ΔGHG : (ebase – eprop) Eprop (1- λprop)
Dimana:
ΔGHG : Besaran reduksi gas karbon
( kgCO2e )
ebase : faktor emisi gas karbon dari
sumber tidak terbarukan
eprop : faktor emisi gas karbon dari
sumber terbarukan
Eprop : besarnya daya bangkitan (kWh)
λprop : kehilangan daya pada grid
nilai unit konversi produksi
emsisi gas karbon per kWh adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai Konversi Produksi Emisi
Sumber: IPCC,2006
Analisa Kelayakan Ekonomi
Analisa ekonomi dilakukan untuk
mengetahui kelayakan suatu proyek dari
segi ekonomi. Dalam melakukan analisa
ekonomi dibutuhkan dua komponen
utama yaitu:
cost (komponen biaya)
Meliputi biaya langsung (biaya
konstruksi) dan biaya tak langsung
(O&P, contingencies dan engineering)
benefit (komponen manfaat).
Manfaat didapatakan dari hasil
penjualan listrik berdasarkan harga tarif
yang berlaku dan pendapatan dari reduksi
emisi gas karbon (CER).
Parameter kelayakan ekonomi meliputi:
1. Benefit Cost Ratio
BCR =PV dari manfaat
PV dari biaya capital dan O&𝑃
2. Net Present Value
NPV = PV Benefit – PV Cost
3. Internal Rate Of Return
IRR = I′ +NPV′
NPV′ − NPV′′(I′′ − I′)
4. analisa sensitivitas
Analisa sensitivitas dilakukan pada 3
kondisi yaitu:
Cost naik 20%, benefit tetap
Cost tetap, benefit turun 20%
Cost naik 20%, benefit turun 20%
3. Hasil dan Pembahasan
Konsep perencanaan PLTA
adalah dengan memanfaatkan debit yang
berlebih pada sungai Brantas khususnya
pada bendungan Karangkates. Debit yang
tidak digunakan akan dialirkan melalui
intake yang berbeda dengan intake PLTA
sebelumnya, kemudian debit akan
dialirkan menuju sistem PLTA secara
sistem pengaliran aliran (diversion) dan
akan dialirkan kembali menuju sungai
Brantas.
Konsep PLTA ditunjukkan pada
gambar berikut:
Gambar 4. Konsep Dasar PLTA
Karangkates IV & V
Berdasarkan analisa inflow harian
digunakan debit desain rencana untuk
desain PLTA dengan keandalan tertentu
seperti pada kurva durasi aliran (FDC)
seperti berikut:
Gambar 5. Kurva Durasi Aliran
Outflow
Dari kurva maka dilakukanlah
simulasi waduk untuk menentukan daya
terpasang dan debit yang dibutuhkan.
Debit yang dapat digunakan untuk
perencanaan PLTA adalah sebagai
berikut :
Tabel 3. Alternatif Debit Desain
Maka dari perencanaan alternatif
tersebut direncanakan komponen
bangunan sipil, pada studi ini digunakan
alternatif 1 sebagai acuan debit desain
bangunan sipil, bangunan sipil yang
direncanakan meliputi:
Debit daya
m3/dt MW
1 67,4 2x50
2 53,76 2x40
Alternatif
1. Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan direnca-
nakan berupa pintu pengambilan (intake)
dan dilengkapi dengan trashrack, pintu
pengambilan didesain menggunakan tipe
pintu reservoir intake dengan data teknis
sebagai berikut:
Debit desain : 134,79 m3/dt
Tinggi pintu : 13 meter
Lebar pintu : 8 meter
Jumlah Pintu : 2 pintu
Sedangkan desain penyaring
(trashrack) adalah sebagai berikut :
Bentuk jeruji : bulat memanjang
Kemiringan trashrack : 45o
Tebal jeruji (s) : 10 mm
Lebar trashrack : 6,5 m
Jarak antar jerujui : 100 mm
Jumlah jeruji : 65 jeruji
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa yang dimak-
sud dalam studi ini adalah terowongan
dan pipa pesat, kedua bangunan tersebut
adalah tipe tertutup bertekanan.
Perencanaan Terowongan :
Data yang dibutuhkan untuk
perencanaan terowongan adalah sebagai
berikut ;
Debit : 134,79 m3/dt
Debit desain : 148,270 m3/dt
Daya PLTA : 2x50 MW
Gross headi : 94,59 m
Panjang terowongan : 551,5 m
Perencanaan diameter terowongan:
Pendekatan yang digunakan
dalam perencanaan diameter terowongan
adalah kecepatan izin, menurut mosonyi
kecepatan izin pada terowongan berbahan
beton adalah 2-4 m/dt.
Tabel 4. Perhitungan Diameter
V A D
2 74.135 9.716
2.5 59.308 8.690
3 49.423 7.933
3.5 42.363 7.344
4 37.067 6.870
4.5 32.949 6.477
Sumber : Hasil Perhitungan
Maka dari hasil diatas didapatkan
hasil sebagai berikut :
Kecepatan : 3,5 m/dt
Diameter : 7,4 m
Tebal luar : 1,3 m
Tebal total : 10 m
Kedalaman Aliran Tekan
Kedalaman aliran pada terow-
ongan diperlukan untuk menjaga debit air
yang masuk menuju terowongan agar
selalu berada pada keadaan tertekan.
Data yang dibutuhkan:
Kecepatan : 3,5 m/dt
Diameter : 7,40 m
g : 9,81 m2/dt
Persamaan Knauss :
ht > D 1+2,3𝑣
(𝑔𝐷)0,5
ht > 7,40 1+2,3 3,5
(9,81 7,40)0,5
ht = 14,392 m
Desain lubang udara
Lubang udara pada terowongan
berfungsi untuk melepaskan udara
sebelum masuk kedalam terowongan.
Direncanakan luas lubang 20% dari luas
terowongan, sehingga di dapatkan :
Aterowongan : 43,008 m2
Alubang udara : 8,602 m2
Dlubang udara : 3,309 m
Perencanaan Pipa Pesat :
Data yang dibutuhkan dalam
perencanaan pipa pesat adalah sebagai
berikut :
Debit total : 134,79 m3/dt
Panjang pipa pesat : 279 m
Tinggi jatuh : 94,59 m
Jumlah pipa pesat : 2 buah
Kekasaran manning : 0,015
Debit tiap pipa : 67,40 m3/dt
Debit desain : 74,135 m3/dt
Diameter pipa pesat
Diameter pipa pesat harus
direncakan berdasarkan aspek hirdolik
dan aspek ekonomis, menurut mosonyi
kecepatan yang disarankan untuk pipa
baja adalah sebesar 2,5 m/dt – 7 m/dt,
berikut ini adalah persamaan empirik
untuk mene-ntukan diameter pipa pesat:
Persamaan sarkaria:
D = 3,55. (Q2
2.g.H)
0,25
D = 3,55. (74,1352
2 9,81 94,59)
0,25
D = 4,657 m,
maka:
A = 17,033 m2
V = 3,957 m/dt (memenuhi kecepatan
izin)
Persamaan diameter ekonomis
ESHA (Penche,2004):
Jika tinggi tekan karena gesekan pipa
direncanakan 3% dari gross head maka:
D = (𝑛2𝑄2𝐿
𝐻𝑓)
0,1875
D = (0,015274,1352279
2,838)
0,1875
D = 3,81 m, maka:
A = 6,51 m2
V = 6,51 m/dt (memenuhi kecepatan
izin)
Dari kedua persamaan diketahui
bahwa metode Sarkaria dan ESHA bisa
dipergunakan namun perlu dilakukan
analisa pengaruh diameter terhadap
beberapa faktor seperti kehilangan energi.
Maka selanjutnya diameter dihitung
dengan pendekatan kecepatan berda-
sarkan mosonyi, maka :
Kecepatan potensial aliran pada
pipa pesat berdasarkan tinggi jatuh :
V = √2 𝑔 𝐻
= √2 9,81 94,59
V = 43,079 m/dt
Sedangkan kecepatn izin yang
mampu dicapai oleh pipa pesat adalah v
maks = 7 m/dt.
V min = 2,5 m/dt
V maks = 7 m/dt
D maks = 4,825 m
D min = 2,883 m
Maka nilai kisaran diameter pipa
pesat adalah 2,883 – 4,825 m.
Tabel 5. Hubungan Diameter Dengan
Headloss
Sumber : Hasil Perhitungan
Jadi diameter pipa pesat adalah sebagai
berikut :
D = 3,9 m
A = 11,94 m2
V = 6,209 m/dt
Tebal pipa pesat
Tebal pipa direncanakan dengan
tujuan untuk menjaga keamanan pipa
akibat tekanan dari dalam dan luar pipa,
dengan menggunakan beberapa metode
diperoleh hasil sebagai berikut:
USBR : 8.77 mm
PG&E : 16,542 mm
Direncanakan tebal pipa pesat
adalah 17 mm (tebal pipa terbesar dari
analisa diatas)
Jenis baja untuk pipa pesat
Jenis baja yang dipilih untuk
perencanaan pipa pesat adalah baja SM
400B dengan spesifikasi sebagai berikut :
Tabel 6. Spesifikasi Baja SM 400B
Sumber : Bringas, 2004
Pengaruh pukulan air terhadap
pipa pesat
Steel properties notation value unit value unit
type
tensile strenght σs 4079 kg/cm24.00E+08 N/m2
compresivve stress kg/cm2 0.00E+00 N/m2
shearing stress kg/cm2 0.00E+00 N/m2
Yield strength σy 2498 kg/cm22.45E+08 N/m2
unit weight of pipe gs 7860 kg/m37.70E+04 N/m3
modulus elastic of steel Es 1.94E+06 kg/cm21.90E+11 N/m2
coefficient of linier expansion of steel αs 0.000012 /oC
temperature change in penstock ΔT 15 oC
poisson ratio of steel vs 0.26
SM 400B
Perhitungan tekanan hidrostatis untuk
pipa perlu memperhatikan pengaruh
pukulan air (Water Hammer) terhadap
pipa, dimana kenaikan air akibat pukulan
air ini dihitung dengan persamaan allevi :
ρallevi : 𝛼𝑉𝑜
2𝑔𝐻𝑜
: 771,416 5,642
2 9,81 94,59
ρallevi : 2,345
θ : 𝛼𝑇
𝛼𝐿𝑜
: 771,416 5
2 279
θ : 6,912
Dimana perhitungan pukulan air
untuk turbin francis adalah sebagai beriku
; ℎ𝑜
𝐻𝑜 : (
0,75
𝜃√𝜃 +1,25) n
ho : 41,437 m, ℎ𝑜
𝐻𝑜 : 43,437 %
Pipa pesat membutuhkan tangki
gelombang bila𝛴𝐿 𝑣
𝐻 > 3 sampai 5, dalam
studi ini panjang pipa pesat (L) adalah
279 m, kedepatan dalam pipa pesat 4,4
m/detik sedangkan tinggi jatuh (H)
adalah 94,59 m maka dalam studi ini pipa
pesat membutuhkan tangki gelombang.
3. Tangki gelombang (Surge Tanks)
Diameter tangki gelombang perlu
direncanakan sedemikian rupa agar
mampu mereduksi tekanan akibat Water
Hammer pada pipa pesat. Rumus yang
digunkan dalam merencanakan tangki
gelombang adalah sebagai berikut :
Persaman Thoma
Ast : 𝐴 𝐿
2𝑔 𝑐 𝐻
Ast : 1,243,01 551,5
2 9,81 0,06 94,59
Ast : 255,618 m2
Sehingga,
Dst : √𝐴𝑠𝑡
0,25𝛱
: √255,618
0,25 3,14
Dst : 18,041 m
4. Bangunan Pembuang (tailrace
chanel)
Saluran tailrace direncanakan
sistem pengaturan / regulasi pada bagian
akhir dari draft tube berupa pintu atau
katup kemudian debit air akan dialirkan
melalui saluran terbuka dimana diujung
saluran akan direncanakan ambang lebar
sebagai kontrol elevasi muka air (TWL).
Dalam perencanan saluran pembuang
digunakan data teknis rencana sebagai
berikut:
Debit rencana :134,79 m3/dt
Elv dasar saluran : +170
Lebar saluran : 20 meter
Bentuk saluran : persegi
Jenis pasangan : beton
Koefisien manning : 0,020
Aliran air dari saluran pembuang
akan dialirkan melaui ambang (weir)
pada ujung saluran dengan data
perencanaan:
Bentuk ambang : ogee tipe I
Lebar ambang : 20 meter
Tinggi ambang : 0,5 meter
Elevasi ambang : +170,50
Elevasi dasar : +170,00
Dengan menggunakan persamaan
Q = C B H1,5 dengan nilai koefisien debit
untuk pengaliran tenggelam (C = 1,7)
maka akan didapatkan lengkung kap-
asitas debit (ratingcurve) berdasarkan de-
bit operasional pada ambang tailrace seb-
agai berikut:
Sumber : Hasil Perhitungan
Gambar 6. Rating Curve Pada Ambang
Tailrace
Perhitungan Tinggi Jatuh Effektif
Dengan menggunakan persamaan
empir-ik berdasarkan potensi kehilangan
tinggi tekan maka tinggi jatuh effektif
diten-tukan seperti pada tabel berikut:
Tabel 7. Perhitungan Tinggi Jatuh
Effektif
paremeter tinggi tekan Hf
kehilangan pada intake
trashrack 0.013
intake 0.188
kehilangan pada Terowongan
akibat gesekan 0.954
inlet 0.150
outlet 0.100
trashrack 2.961E-05
kehilangan pada pipa pesat
gesekan 2.503
inlet 0.589
belokan 1.965
katup 0.393
outlet 0.100
kehilangan sebelum turbin
diasumsikan 0.1
total kehilangan 7.056
elevasi TWL
TWL +177.9
tinggi jatuh (head)
net head 87.02
gross head 94.59
Sumber : Hasil Perhitungan
Perencanaan Peralatan Hidromekanikal
Dan Elektrikal
Peralatan hidromekanikal dan
elektrikal yang direncanakan dalam studi
ini meliputi: turbin hidraulik, peralatan
elect-rik dan rumah pembangkit.
Turbin hidraulik
Berdasarkan besarnya debit
desain dan tinggi jatuh effektif dapat
dipilih tipe turbin yang digunakan.
Debit desain : 67,40m3/dt
Tinggi jatuh effektif : 87,02 m
Daya teoritis : 50 MW atau
43012,39HP
Gambar 7. Pemilihan Turbin
Gambar 8. Pemilihan Turbin Reaksi
Maka direncanakan:
Tipe turbin : Francis
Jumlah turbin : 2 unit
Debit : 67,40 m3/dt
Frekuensi generator : 50Hz
Kutub generator : 28 buah
Kecepatan putar : 214,29 rpm
Kecepatan spesifik : 184,86 mkW
Diameter runner : 2,84 m
σkritis : 0,12
σaktual : 0,12
elv pusat turbin : +176,91
tinggi hisap : -0,47 m
dan direncanakan sistem intake turbin
tipe spiral case dan draft tube tipe elbow
dengan dimensi:
lebar total spiral case : 9,71 m
diameter intake spiral case : 3,23 m
tinggi draft tube : 5,68 m
panjang draft tube : 9,00 m
peralatan elektrik yang direncanakan
meliputi: generator 3 fasa, governor,
speed increaser, transformer, switchgear
dan auxiliary equipment.
rumah pembangkit direncanakan dengan
tipe dalam tanah (underground facility)
dengan dimensi:
Tinggi : 15 meter
Lebar : 20 meter
Panjang : 50 meter
Material rumah : beton
Tebal dinding rumah : 0.3 meter
Kedalaman pondasi : 1.5 meter
Analisa Pembangkitan Energi
Energi yang dihasilkan pada
PLTAKarangkates IV & V tiap satu hari
operasi ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Pembangkitan Energi
harian Tiap Alternatif
Sumber : Hasil Perhitungan
Sedangkan hasil pembangkitan tahunan
untuk tiap alternatif adalah:
Tabel 9. Hasil Pembangkitan Energi
Tahunan Tiap Alternatif
No.
Unit
Turbin
Debit
Desain
Hari
Operasional
Energi
Tahunan
(unit) (m3/dt) (hari) (MWh)
1 2 11 134,79 163552,654
2 2 22 107,53 143015,159
Sumber : Hasil Perhitungan
Analisa CER
Berdasarkan hasil pembangkitan
energi tahunan maka didaptakan nilai
reduksi emisi dan pendapatan utnuk tiap
alternatif sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Reduksi Emisi Dan
CER
Alt
Jenis
Bahan
Bakar
Nilai
konversi
kgCO2
Energi
Bersih
Tahunan
MWh
Nilai
Reduksi
tCO2/th
Nilai
CER/Th
Milyar
Rp
1
Minyak 0,754 147197 110987 18.44
Diesel 0,764 147197 112459 18.69
Batu
Bara 0,94 147197 138366 22.99
Gas
Alam 0,581 147197 85522 14.21
2
Minyak 0,754 128714 97050 16.13
Diesel 0,764 128714 98337 16.34
Batu
Bara 0,94 128714 120991 20.11
Gas
Alam 0,581 128714 74783 12.43
Sumber : Hasil Perhitungan
Analisa Ekonomi
Biaya proyek dan OP dihitung
dengan menggunakan persamaan empirik
sebagai berikut:
Tabel 11. Estimasi Biaya PLTA
No item pekerjaan
Biaya
(milyar rupiah)
Alt 1 Alt 2
1 biaya engineering 19.27 17.08
2 peralatan hidromekanik 474.78 384.86
3 pemasangan hidromekanik 71.22 57.73
4 pemasangan jalur
transmisi 3.96 3.96
5 travo dan substansi 22.23 18.20
6 pemasangan travo dan
substansi 3.33 2.73
7 sipil 154.10 128.24
8 pipa pesat 45.96 39.62
9 pemasangan pipa pesat 5.95 5.13
10 Terowongan 20.96 15.44
11 Surge Tanks 18.62 14.11
12 lain lain 238.34 185.27
13 biaya contingencies 107.87 87.24
14 biaya O & P 10.79 8.72
15 capital cost 1,186.60 959.61
16 PPN 10% 118.66 95.96
17 total cost 1,305.27 1,055.57
18 rasio rp/kWh 7,981 7,381
Sumber : Hasil Perhitungan
Sedangkan estimasi manfaat
tahunan dari penjualan energi listrik
adalah:
Tabel 12. Estimasi Manfaat PLTA
No.
Harga
Listrik Rp/Kwh
Energi
tahunan Mwh
income
Milyar Rp
CER
Milyar Rp
Total
Milyar Rp
1 1175,4 163553 192,24 18,44 210,68
2 1175,4 143015 168,10 16,13 184,23
Sumber : Hasil Perhitungan
Dengan rencana usia proyek
adalah 35 tahun maka akan didapatkan
parameter kelayakan ekonomi sebagai
berikut:
Tabel 13. Analisa Ekonomi Tiap
Alternatif
Alt PV
Cost
Dengan CER
PV
Benefit BCR NPV
IRR
(%)
Pay
Back Period
1 1468,16 1661,17 1,13 193,01 13,68 17,86
2 1187,31 1458,37 1,23 271,06 14,89 14,89
Tanpa CER
1 1468,16 1483,47 1,01 15,30 12,13 30,23
2 1187,31 1302,98 1,10 115,68 13,24 19,81
Sumber : Hasil Perhitungan
Dan analisa sensitivitas sebagai berikut:
Kondisi 1:benefit turun 20%, cost tetap
Kondisi 2:benefit tetap, cost naik 20%
Kondisi 3:benefit turun 20%, cost naik
20% .
Hasil analisa sensitivitas untuk tiap
alternatif ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil Analisa Sensitivitas
Tiap Alternatif
Kondisi PV Cost PV
Benefit NPV BCR
Alternatif 1
1 1468.16 1328.93 -139.23 0.91
2 1761.79 1661.17 -100.63 0.94
3 1761.79 1328.93 -432.86 0.75
Alternatif 2
1 1187.31 1166.69 -20.61 0.98
2 1424.77 1458.37 33.60 1.02
3 1424.77 1166.69 -258.07 0.82
Sumber : Hasil Perhitungan
Sehingga dari analisa ekonomi
dipilih alternatif 2 sebagai alternatif yang
paling mengguntungkan
4. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisa, kapasitas daya
terpasang berdasarkan alternatif
terpilih adalah sebesar 2x40 MW.
2. Produksi energi PLTA Karangkates
IV & V selama setahun berdasarkan
alternatif terpilih adalah sebesar
143.015,06 MWh
3. Desain bangunan PLTA Karangkates
IV & V yang dipergunakan dalam
studi ini adalah sebagai berikut:
a Bangunan sipil:
Pintu pengambilan, dengan detail
sebagai berikut :
Jenis pintu : Reservoir Intake
Tinggi pintu : 13 m
Lebar pintu : 8 m
Jumlah pintu : 2 Buah
Lebar pilar : 1,5 m
Lebar tiap pintu : 3,25 m
Kecepatan : 3,5 m/dt
Bangunan terowongan, dengan detail
desain sebagai berikut :
Kecepatan : 3,5 m/dt
Dterowongan : 7,40 m
Tebal luar : 1,3 m
Tebal Total : 10,0 m
Panjang : 551,5 m
Bangunan pipa pesat, dengan detail
desain sebagai berikut :
Material pipa pesat: SM 400B
Panjang pipa pesat: 279 m
Tinggi jatuh : 94,59 m
Jumlah pipa pesat : 2 buah
Diameter pipa pesat: 3,9 m
Luas pipa pesat : 11,94 m2
Kecapatan : 6,209 m/dt
Tebal pipa pesat : 17 mm
Tangki gelombang (Surge Tanks),
dengan detail sebagai berikut :
Diameter : 18 m
Luas : 255,618 m2
Diameter orifice : 5 m
Luas orifice : 19,635 m2
Tinggi tangki : 10 m
Rumah pembangkit (Power House),
dengan detail desain sebagai berikut:
Bentuk Power house: tipe dalam
tanah (underground type)
Tinggi : 15 meter
Lebar : 20 meter
Panjang : 50 meter
Material rumah : Beton
Tebal dinding rumah: 0,3 meter
Kedalaman pondasi: 1,5 meter
Bangunan pembuang (saluran
tailrace dan ambang lebar), dengan
detail sebagai berikut :
Luas saluran : 158,23 m2
Keliling basah : 35,82 m
Jari-jari hidraulik : 4,42 m
Slope : 0,000023
Kecepatan saluran: 0,852 m/dt
b Peralatan mekanik dan elektrik:
Turbin francis beserta kelengkapanya
(spiral case, draft tube dan wicket
gate), generator 50Hz 3 fasa dengan
28 kutub, governor, speed increaser,
travo, switchgear dan aksesoris
kelistrikan.
4. Berdasarkan analisa ekonomi
terhadap alternatif terpilih (alternatif
2) didapatkan besar biaya total
sebesar 1.187,31 milyar rupiah
dengan nilai BCR 1,23 , NPV 271,06
milyar rupiah, IRR 14,89 % dan pay
back period 10,02 tahun, sehingga
pembangunan PLTA layak secara
ekonomi.
Daftar Pustaka
1. Anonim. 2006. Guidelines for
National Greenhouse Gas
Inventories. Switzerland: IPCC
(International Panel In Climate
Change).
2. Anonim. 2005. RETScreen®
Engineering & Cases Textbook.
Kanada: RETScreen International.
3. Anonim, 1976. Engineering
Monograph No. 20 Selecting
Reaction Turbines. Amerika: United
States Bureau Of Reclamation.
4. Arismunandar A. dan Kuwahara S.
2004. Buku Pegangan Teknik
Tenaga Listrik. Jakarta : PT
Pradnya Paramita.
5. Bringas, John E. 2004. Handbook of
Comparative World Steel Standarts. USA. ASTM International.
6. Mosonyi, Emil. 1963. Water Power
Development Volume One Low
Head Power Plant. Budapest :
Akademiai Kiado
7. Patty, O.F. 1995. Tenaga Air.
Erlangga : Surabaya.
8. Penche, Celso. 2004. Guidebook on
How to Develop a Small Hydro Site.
Belgia : ESHA (European Small
Hydropower Association).
9. Ramos, Helena. 2000. Guidelines
For Design Small Hydropower
Plants. Irlandia : WREAN (Western
Regional Energy Agency &
Network) and DED (Department
of Economic Development).
10. Varshney,R.S. 1977. Hydro-Power
Structure. India : N.C Jain at the
Roorkee Press.