70
0 STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA MASYARAKAT KARO JAHE, BUATAN BAPAK LAPE SITEPU DI DESA RAJA TENGAH, KECAMATAN KUALA, KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H JAKUB SINULINGGA SINULINGGA NIM: 070707014 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2013

STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

  • Upload
    lekhanh

  • View
    224

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

0

STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA MASYARAKAT KARO JAHE, BUATAN BAPAK LAPE SITEPU DI DESA RAJA TENGAH, KECAMATAN KUALA, KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H JAKUB SINULINGGA SINULINGGA NIM: 070707014

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2013

Page 2: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Batak Karo adalah salah satu etnis yang terdapat di Sumatera Utara. Etnis

Batak Karo termasuk dalam Sub Etnis Batak, yang diantaranya adalah, Pakpak,

Simalungun, Toba, Mandailing, Angkola, ( Bangun, 1993 : 94 ). Berdasarkan wilayah

administratif pemerintah, masyarakat Karo mendiami daerah kabupaten Karo (meliputi

Tanah Karo dan sekitarnya) dan Kabupaten Langkat. Masyarakat Karo yang mendiami

daerah kabupaten Karo sering disebut sebagai Karo Gugung yang artinya adalah masyarakat

Karo yang mendiami dataran tinggi (pegunungan), dan masyarakat Karo yang menempati

Kabupaten Langkat disebut sebagai Karo Jahe yang artinya adalah sebagian masyarakat

Karo yang mendiami dataran rendah wilayah Langkat dan Deli Serdang ( Darwan Prints,

2004 : 12 )

Etnis Batak Karo memiliki budaya yang diwariskan dari leluhurnya secara

turun-temurun. Salah satu bentuk dari kebudayaan itu adalah kesenian. Kesenian pada Etnis

Batak Karo sangat banyak, diantaranya adalah seni tekstil, seni tari, seni ukir, seni patung

dan juga seni musik. Dalam tulisan ini, penulis lebih berfokus untuk mengkaji aspek musik

dari etnis Batak Karo yang di Kabupaten Langkat saja atau disebut dengan Karo Jahe.

Bagi masyarakat Karo Jahe , musik menjadi sebuah kebutuhan yang banyak

digunakan untuk tujuan hiburan, ritual, upacara adat, dan juga upacara keagamaan, maka

terdapatlah sebuah ensambel musik pada masyarakat Karo Jahe yang mendukung untuk

kebutuhan tersebut, ensambel tersebut antara lain adalah Gendang Binge.

Pada ensambel Gendang Binge terdapat beberapa alat musik yang terdiri dari, sarune,

gendang galang, gendang kitik, penganak, dan gung. Dalam tulisan ini si penulis berfokus

pada alat musik gendang galang. Gendang Galang adalah alat musik yang tergolong dalam

Page 3: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

2

klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu

nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah digunakan kulit kancil yang sudah

dikeringkan dan sebagai pengikatnya digunakan kulit lembu. Alat musik ini biasanya

dimainkan oleh pemainnya dengan posisi duduk dengan menggunakan dua buah stick

pemukul dan dipukulkan pada membran gendang tersebut.

Masyarakat Karo Jahe di Desa Nangka Lima mengatakan bahwa gendang galang

adalah alat musik tradisional yang diwarisi dari nenek moyang mereka. Sekarang, sejauh

pengamatan penulis gendang galang di daerah tersebut hanya tinggal beberapa saja. Hal ini

disebabkan karena sudah berkurangnya pengrajin alat musik tersebut, dan juga oleh karena

semakin berkurangnya pemain gendang galang di daerah tersebut. Di desa Nangka Lima

terdapat seorang yang ahli dalam pembuatan gendang galang, yaitu Bapak Lape Sitepu.

Beliau berusia kurang lebih 57 tahun, dan berpengalaman dalam pembuatan alat – alat musik

khususnya alat musik Gendang Binge Karo Jahe, seperti sarune, gendang kitik, penganak,

dan gung. Pengalaman ini diperoleh dari orang tuanya sendiri kurang lebih tiga puluh tahun

yang lalu. Menurut beliau, sudah banyak orang yang menempah / membuat gendang galang

dari beliau, baik dari Kabupaten Langkat sendiri maupun dari luar daerah seperti Medan dan

Deli Serdang.

Dalam proses pembuatannya, Bapak Lape Sitepu masih tetap menggunakan alat-alat

yang masih tergolong sederhana, yakni berupa Palu (martil), gergaji, pahat, ketam, parang,

belati, paku, dan bahan-bahan yang juga sederhana yaitu, papan, kayu, tali, kertas pasir, dan

pensil. Proses pembuatannya tergolong sederhana, karena hanya menggunakan tenaga

manusia, tanpa bantuan mesin.

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti, serta

menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul :

Page 4: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

3

“Studi Organologis Gendang Galang Pada Masyarakat Karo Jahe,

Buatan Bapak Lape Sitepu” ; Di Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala,

Kabupaten Langkat.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka

pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini adalah :

1. Bagaimana struktur gendang galang?

2. Bagaimana proses dan teknik pembuatan gendang galang?

3. Bagaimana teknik memainkan gendang galang?

4. Apa fungsi gendang galang pada Masyarakat Karo Jahe di Kabupaten Langkat?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian terhadap gendang galang Karo Jahe adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana struktur gendang galang

2. Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan gendang galang.

3. Untuk mengetahui teknik memainkan gendang galang.

4. Untuk mengetahui fungsi dari gendang galang pada masyarakat Karo Jahe di

Kabupaten Langkat.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi mengenai gendang galang di

Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan gendang galang.

Page 5: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

4

3. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama

perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

4. Sebagai suatu upaya untuk memelihara dan melestarikan musik tradisional daerah

sebagai bagian dari budaya Nasional.

5. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi program S-1 di Departemen

Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

1.4 Konsep dan Teori yang Digunakan

1.4.1 Konsep

Ada beberapa konsep dan teori yang dibutuhkan dalam membicarakan permasalahan

terhadap objek penelitian ini, studi organologi yang dimaksud adalah sesuai dengan konsep

yang dikemukakan oleh Mantle Hood ( 1982 : 124 ), bahwa : organologi yang digunakan

adalah berhubungan dengan alat musik. Istilah tersebut mempunyai tendensi untuk dijadikan

batasan dalam mendeskripsikan penampilan fisik, properti akustik, dan sejarah alat musik.

Selanjutnya menurut beliau organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya

meliputi sejarah dan deskripsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan “ ilmu

pengetahuan ’’ dari alat musik itu sendiri antara lain : teknik pertunjukan, fungsi musikal,

dekoratif dan variasi dari sosial budaya.

Dari konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa studi organologis gendang galang pada

masyarakat Karo Jahe, adalah penelitian secara mendalam mengenai sejarah dan deskripsi

instrumen, juga mengenai teknik-teknik pembuatan, cara memainkan, dan fungsi dari alat

musik gendang galang tersebut.

Selanjutnya, istilah membranophone (membranofon) adalah klasifikasi alat musik

yang ditinjau berdasarkan penggetar utamanya sebagai penghasil bunyi yaitu berasal dari

membran atau kulit (klasifikasi alat musik oleh Curt sach, 1961). Berdasarkan konsep di atas,

maka dalam tulisan ini penulis mengkaji mengenai proses pembuatan instrumen gendang

Page 6: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

5

galang pada masyarakat Karo Jahe, termasuk juga teknik pembuatan, proses pembuatannya,

di Desa Nangka Lima, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, juga mengenai teknik-teknik

dalam memainkan, fungsi musik, ornamentasi (hiasan yang dibedakan dengan konstruksi),

dan beberapa pendekatan sosial budayanya.

1.4.2 Teori

Teori mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian dan dapat meningkatkan arti dari

penemuan penelitian. Tanpa teori, penemuan tersebut akan menjadi keterangan-keterangan

empiris yang berpencar (Moh. Nazir, 1983 : 22-25) .

Dalam tulisan ini, penulis membahas tentang pendeskripsian alat musik gendang

sikambang yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Susumu Khasima di dalam

APTA ( Asia Performing Traditional Art 1978 : 74), yaitu: Dua pendekatan yang dapat

dilakukan untuk membahas alat musik, yakni pendekatan struktural dan fungsional. Secara

struktural yaitu; aspek fisik instrumen musik, pengamatan, mengukur, merekam, serta

menggambar bentuk instrumen, ukurannya, konstruksinya, dan bahan yang dipakai. Dan

secara fungsional, yaitu; fungsi instrumen sebagai alat untuk memproduksi suara, meneliti,

melakukan pengukuran dan mencatat metode, memainkan instrumen, penggunaan bunyi yang

diproduksi, ( dalam kaitannya dengan komposisi musik) dan kekuatan suara.”

Untuk mengetahui teknik permainan gendang galang oleh bapak Lape Sitepu, penulis

menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Nettl (1963 : 98) yaitu:

” Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat.”1

Menurut teori yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel (1961) yaitu: sistem

pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya. Sistem

klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu:

1 Terjemahan March Perlman 1990

Page 7: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

6

- Idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri,

- Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara,

- Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah membran atau kulit,

- Kordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai.

Mengacu pada teori tersebut, maka gendang galang adalah instrumen musik

membranofon dimana penggetar utama bunyinya melalui membran atau kulit.

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu

yang bersangkutan, (Koentjaraningrat 1997 : 16). Dalam penelitian ini penulis menggunakan

metode penelitian kualitatif ( Kirk dan Miller dalam Moleong dalam Metodologi Penelitian

Kualitatif, 1990 : 3 ) yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasanya

dan dalam peristilahannya. Untuk memahami permasalahan yang terdapat dalam pembuatan

gendang galang pada masyarakat Karo Jahe diperlukan tahap-tahap, yaitu tahap sebelum ke

lapangan (pra lapangan), tahap kerja lapangan, Analisis data dan Penulisan laporan.

(Maleong, 2002 : 109). Di samping itu, untuk mendukung metode penelitian yang

dikemukakan oleh Moleong, penulis juga menggunakan metode penelitian lainnya, yaitu:

disiplin lapangan (field) dan disiplin laboratorium (laboratory discipline). Hasil dari kedua

disiplin ini kemudian digabungkan menjadi satu hasil akhir (a final study), (Meriam, 1964 :

37).

Untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam penulisan ini, penulis

menggunakan Metode Pengumpulan Data, umumnya ada dua macam, yakni: Menggunakan

daftar pertanyaan (questionnaires), Menggunakan wawancara (interview). Untuk melengkapi

pengumpulan data dengan daftar pertanyaan maupun wawancara tersebut dapat pula

Page 8: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

7

digunakan pengamatan (Observation) dan penggunaan catatan harian, ( Djarwanto, 1984 :

25 ).

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan tiga tahap yaitu : ( 1 ) studi

kepustakaan ; ( 2 ) kerja lapangan ; ( 3 ) kerja laboratorium.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Pada tahap sebelum ke lapangan (pra-lapangan), dan sebelum mengerjakan penelitian,

penulis terlebih dahulu mencari dan membaca serta mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan

ilmiah, literatur, majalah, situs internet dan catatan-catatan yang berkaitan dengan objek

penelitian.

Studi pustaka ini diperlukan untuk mendapatkan konsep-konsep dan teori juga

informasi yang dapat digunakan sebagai pendukung penelitian pada saat melakukan

penelitian dan penulisan skripsi ini.

1.5.2 Kerja Lapangan

Dalam hal ini, penulis langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan tiga hal yang

telah diketahui sebelumnya yaitu, observasi, wawancara, dan pemotretan ( pengambilan

gambar ) dan langsung melakukan wawancara bebas dan juga wawancara mendalam antara

penulis dengan informan yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya, walaupun saat melakukan penelitian terdapat juga hal-hal baru, yang menjadi

bahan pertanyaan yang dianggap mendukung dalam proses penelitian ini, semua ini

dilakukan untuk tetap memperoleh keterangan-keterangan dan data-data yang dibutuhkan dan

data yang benar, untuk mendukung proses penelitian.

1.5.3 Wawancara

Dalam proses melakukan wawancara penulis beracuan pada metode wawancara yang

dikemukakan oleh Koenjaraningrat (1985 : 139), yaitu: Wawancara berfokus (Focused

interview), Wawancara bebas (Free interview), Wawancara sambil lalu (Casual interview).

Page 9: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

8

Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan

saat wawancara, pertanyaan yang penulis ajukan bisa beralih dari satu topik ke topik lain

secara bebas. Sedangkan data yang terkumpul dalam suatu wawancara bebas sangat beraneka

ragam, tetapi tetap materinya berkaitan dengan topik penelitian.

Menurut Harja W. Bachtiar (1985 : 155), wawancara adalah untuk mencatat

keterangan-keterangan yang dibutuhkan dengan maksud agar data atau keterangan tidak ada

yang hilang. Untuk pemotretan dan perekaman wawancara penulis menggunakan kamera

dan handphone bermerk nokia sebagai alat rekam Sedangkan untuk pengambilan gambar

(foto) digunakan kamera digital bermerk Canon x-3s , di samping tulisan atas setiap

keterangan yang diberikan oleh informan.

1.5.4 Kerja Laboratorium

Keseluruhan data yang telah terkumpul dari lapangan, selanjutnya diproses dalam

kerja laboratorium. Data-data yang bersifat analisis disusun dengan sistematika penulisan

ilmiah. Data-data berupa gambar dan rekaman diteliti kembali sesuai ukuran yang telah

ditentukan kemudian dianalisis seperlunya. Semua hasil pengolahan data tersebut disusun

dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi. (Meriam 1995 : 85)

1.5.5 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang penulis pilih adalah di lokasi yang merupakan tempat

tinggal narasumber yaitu bapak Lape sitepu , yang bertempat tinggal di Jalan Nangka Lima

kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat yang juga merupakan lokasi bengkel instrumen beliau.

Page 10: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

9

BAB II : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO JAHE

DI DESA RAJA TENGAH KABUPATEN LANGKAT, DAN

BIOGRAFI RINGKAS LAPE SITEPU SEBAGAI

SENIMAN MUSIK TRADISIONAL GENDANG GALANG

LANGKAT

2.1 Sejarah Kabupaten Langkat

Kabupaten Langkat yang dikenal sekarang ini mempunyai sejarah yang cukup panjang.

Kabupaten Langkat sebelumnya adalah sebuah kerajaan di mana wilayahnya terbentang

antara aliran Sungai Seruwai atau daerah Tamiang sampai ke daerah aliran anak Sungai

Wampu. Terdapat sebuah sungai lainnya di antara kedua sungai ini yaitu Sungai Batang

Serangan yang merupakan jalur pusat kegiatan nelayan dan perdagangan penduduk setempat

dengan luar negeri terutama ke Penang/Malaysia. Sungai Batang Serangan ketika bertemu

dengan Sungai Wampu, namanya kemudian menjadi Sungai Langkat. Kedua sungai tersebut

masing-masing bermuara di Kuala langkat dan Tapak Kuda.

Adapun kata “Langkat” yang kemudian menjadi nama daerah ini berasal dari nama sejenis

pohon yang dikenal oleh penduduk Melayu setempat dengan sebutan “pohon langkat”.

Dahulu kala pohon langkat banyak tumbuh di sekitar Sungai Langkat tersebut. Jenis pohon

ini sekarang sudah langka dan hanya dijumpai di hutan-hutan pedalaman daerah Langkat.

Pohon ini menyerupai pohon langsat, tetapi rasa buahnya pahit dan kelat. Oleh karena pusat

kerajaan Langkat berada di sekitar Sungai Langkat, maka kerajaan ini akhirnya populer

dengan nama Kerajaan Langkat.

Tentang asal mula Kerajaan Langkat berdasarkan tambo Langkat mengatakan bahwa nama

leluhur dinasti Langkat yang terjauh diketahui ialah Dewa Syahdan yang hidup kira-kira

tahun 1500 sampai 1580.

Dewa syahdan digantikan oleh puteranya, Dewa Sakti yang memerintah kira-kira tahun 1580

Page 11: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

10

sampai 1612. Dewa Sakti selanjutnya digantikan oleh Sultan Abdullah yang lebih dikenal

dengan nama Marhum Guri. Selanjutnya tambo Langkat mengatakan bahwa yang

menggantikan Marhum Guri adalah puteranya Raja Kahar (± 1673).

Raja Kahar adalah pendiri Kerajaan Langkat dan berzetel di Kota Dalam, daerah antara

Stabat dengan Kampung Inai kira-kira pertengahan abad ke-18. Berpedoman kepada tradisi

dan kebiasaan masyarakat Melayu Langkat, maka dapatlah ditetapkan kapan Raja Kahar

mendirikan Kota Dalam yang merupakan cikal bakal Kerajaan Langkat kemudian hari.

Setelah menelusuri beberapa sumber dan dilakukan perhitungan, maka Raja Kahar

mendirikan kerajaannya bertepatan tanggal 12 Rabiul Awal 1163 H, atau tanggal 17 Januari

1750. Perkembangan selanjutnya Kota Binjai pernah jadi Ibu kota Kabupaten Langkat hingga

pada saat ini Kabupaten Langkat beribukota Stabat, dan berdasarkan Perda Nomor 11 tahun

1995 telah ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Langkat 17 Januari 1750, dengan Motto : ”Bersatu

Sekata Berpadu Berjaya”.

2.2 Gambaran Umum Kabupaten Langkat

Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera

Utara. Jarak rata-ratanya dari Kota Medan sekitar 60 km ke arah barat laut, dan berbatasan

langsung dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Kabupaten Langkat beribukota di

Stabat.

Wilayah Kabupaten Langkat terletak pada koordinat 3°14’ - 4°13’ LU dan 97°52’ - 98°45’

BT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Propinsi Nangro Aceh

Darussalam (NAD)

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo

c. Sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Tanah Alas

Page 12: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

11

d. Sebeleh timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai.

Luas keseluruhan Kabupaten Langkat adalah 6,263.29 km² atau 626.329 Ha.

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten

Langkat, secara administratif terdapat dua puluh tiga Kecamatan yang ada di Kabupaten

Langkat .

Kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Langkat :

1. Kecamatan Kuala

2. Kecamatan Sei Bingai

3. Kecamatan Salapian

4. Kecamatan Bahorok

5. Kecamatan Serapit

6. Kecamatan Kutambaru

7. Kecamatan Selesai

8. Kecamatan Binjai :

9. Kecamatan Stabat

10. Kecamatan Wampu

11. Kecamatan Secanggang

12. Kecamatan Hinai

13. Kecamatan Padang Tualang

14. Kecamatan Batang Serangan

15. Kecamatan Sawit Seberang

16. Kecamatan Tanjung Pura :

17. Kecamatan Babalan

18. Kecamatan Gebang

19. Kecamatan Brandan Barat

Page 13: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

12

20. Kecamatan Sei Lepan

21. Kecamatan Pangkalan Susu

22. Kecamatan Besitang

23. Kecamatan Pematang Jaya .

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2012, penduduk Kabupaten Langkat

mayoritas bersuku bangsa Melayu (70,87 persen), diikuti dengan suku Jawa (9,93 persen),

Karo (7,22 persen), Tapanuli/ Toba (2 persen), Madina (2 persen) dan lainnya (5,94 persen).

Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas agama Islam (90,00

persen), Kristen 7,56 persen), Katolik (1,06 persen), Budha (0,95 persen) dan lainnya (0,34

persen).

2.2.1 Letak Lokasi Penelitian

Desa Raja Tengah merupakan tempat tinggal dari bapak Lape Sitepu, di lokasi tersebutlah

beliau membuka bengkel instrumennya dan hidup dengan keluarganya, tepatnya di Dusun

Nangka Lima, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat. Berikut ini merupakan gambaran

umum mengenai Desa Raja Tengah. Desa Raja tengah memiliki luas wilayah 258 km².

berbatasan dengan:

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kampung Baru

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Menjahong

Sebelah Barat berbatasan dengan Dalan Naman

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei

2.3 Bahasa

Bahasa karo jahe adalah bahasa yang dipergunakan masyarakat Nangka lima sehari-hari

sebagai bahasa lisan untuk menyampaikan maksud dan tujuan di rumah maupun di luar

rumah dan dalam pergaulan sehari-hari. Bahasa karo yang digunakan sudah dipengaruhi

dengan kebudayaan Melayu, sehingga didaerah tersebut berbahasa Karo tetapi berdialeg

Page 14: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

13

Melayu . Peranan bahasa karo jahe menunjukkan keberadaanya di tangah-tengah masyarakat,

di sekolah, upacara adat istiadat dan upacara agama.

2.4 Sistem Kekerabatan

Berikut adalah sistem kekerabatan di masyarakat Karo Jahe atau sering disebut Daliken

Sitelu atau Rakut Sitelu.

Secara etimologis, daliken Sitelu berarti tungku yang tiga (Daliken = batu tungku, Si =

yang, Telu = tiga). Arti ini menunjuk pada kenyataan bahwa untuk menjalankan kehidupan

sehari-hari, masyarakat tidak lepas dari yang namanya tungku untuk menyalakan api

(memasak). Lalu Rakut Sitelu berarti ikatan yang tiga. Artinya bahwa setiap individu Karo

tidak lepas dari tiga kekerabatan ini. Namun ada pula yang mengartikannya sebagai sangkep

nggeluh (kelengkapan hidup).

Unsur Daliken Sitelu ini adalah

1. Kalimbubu

2. Sembuyak/Senina

3. Anak Beru

Setiap anggota masyarakat Karo dapat berlaku baik

sebagai kalimbubu,senina/sembuyak, anakberu, tergantung pada situasi dan kondisi saat itu.

1. Kalimbubu

Kalimbubu adalah kelompok pihak pemberi wanita dan sangat dihormati dalam sistem

kekerabatan masyarakat Karo. Masyarakat Karo menyakini bahwa kalimbubu adalah

pembawa berkat sehingga kalimbubu itu disebut juga dengan Dibata Ni Idah(Tuhan yang

nampak). Sikap menentang dan menyakiti hati kalimbubu sangat dicela.

Kalau dahulu pada acara jamuan makan, pihak kalimbubu selalu mendapat prioritas utama,

para anakberu (kelompok pihak penerima istri) tidak akan berani mendahului makan

sebelum pihak kalimbubu memulainya, demikian juga bila selesai makan,

Page 15: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

14

pihak anakberu tidak akan berani menutup piringnya sebelum pihak kalimbubunya selesai

makan, bila ini tidak ditaati dianggap tidak sopan. Dalam hal nasehat, semua nasehat yang

diberikan kalimbubu dalam suatu musyawarah keluarga menjadi masukan yang harus

dihormati, perihal dilaksanakan atau tidak masalah lain.

Oleh Darwan Prints, kalimbubu diumpamakan sebagai legislatif, pembuat undang-undang.

Kalimbubu dapat dibagi atas dua yaitu Kalimbubu berdasarkan tutur dan kalimbubu

berdasarkan kekerabatan (perkawinan).

1.Kalimbubu berdasarkan tutur

o Kalimbubu Bena-Bena disebut juga kalimbubu tua adalah kelompok keluarga

pemberi dara kepada keluarga tertentu yang dianggap sebagai keluarga pemberi

anak dara awal dari keluarga itu. Dikategorikan kalimbubu Bena-Bena, karena

kelompok ini telah berfungsi sebagai pemberi dara sekurang-kurangnya tiga

generasi.

o Kalimbubu Simajek Lulang adalah golongan kalimbubu yang ikut mendirikan

kampung. Status kalimbubu ini selamanya dan diwariskan secara turun temurun.

Penentuan kalimbubu ini dilihat berdasarkan merga. Kalimbubu ini selalu

diundang bila diadakan pesta-pesta adat di desa di Tanah Karo.

2. Kalimbubu berdasarkan kekerabatan (perkawinan)

Kalimbubu Simupus/Simada Dareh adalah pihak pemberi wanita terhadap generasi ayah,

atau pihak clan (semarga) dari ibu kandung ego (paman kandung ego).

(Petra : ego maksudnya orang, objek yang dibicarakan)

o Kalimbubu I Perdemui atau (kalimbubu si erkimbang), adalah pihak

kelompok dari mertua ego. Dalam bahasa yang populer adalah bapak mertua

berserta seluruh senina dan sembuyaknya dengan ketentuan bahwa si pemberi

Page 16: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

15

wanita ini tidak tergolong kepada tipe Kalimbubu Bena-Bena dan Kalimbubu

Si Mada Dareh.

o Puang Kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu, yaitu pihak subclan

pemberi anak dara terhadap kalimbubu ego. Dalam bahasa sederhana pihak

subclan dari istri saudara laki-laki istri ego.

o Kalimbubu Senina. Golongan kalimbubu ini berhubungan erat dengan jalur

senina darikalimbubu ego. Dalam pesta-pesta adat, kedudukannya berada

pada golongan kalimbubuego, peranannya adalah sebagai juru bicara bagi

kelompok subclan kalimbubu ego.

o Kalimbubu Sendalanen/Sepengalon. Golongankalimbubu ini berhubungan

erat dengan kekerabatan dalam jalur kalimbubu dari senina sendalanen,

sepengalon (akan dijelaskan pada halaman-halaman selanjutnya) pemilik

pesta.

Ada pun hak kalimbubu ini dalam struktur masyarakat Karo :

o Dihormati oleh anakberunya

o Dapat memberikan perintah kepada pihak anakberunya

Tugas dan kewajiban dari kalimbubu :

o Memberikan saran-saran kalau diminta oleh anakberunya

o Memerintahkan pendamaian kepada anakberu yang saling berselisih

o Sebagai lambang supremasi kehormatan keluarga

o Mengosei anak berunya (meminjamkan dan mengenakan pakaian adat) di dalam

acara-acara adat

o Berhak menerima ulu mas, bere-bere (bagian dari mahar) dari sebuah

perkawinan, maneh-maneh (tanda mata atau kenang-kenangan) dari salah seorang

Page 17: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

16

anggota anakberunya yang meninggal, yang menerima seperti ini

disebut Kalimbubu Simada Dareh.

Pada dasarnya setiap ego Karo, baik yang belum menikah pun mempunyai kalimbubu,

minimal kalimbubu si mada dareh. Kemudian bila ego (pria) menikah berdasarkan adat

Karo, dia mendapat kalimbubu si erkimbang.

2. Senina/Sembuyak

Hubungan perkerabatan senina disebabkan seclan, atau hubungan lain yang berdasarkan

kekerabatan. Senina ini dapat dibagi dua :

o Senina berdasarkan tutur yaitu senina semerga. Mereka bersaudara karena satu clan

(merga).

o Senina berdasarkan kekerabatan :

o Senina Siparibanen, perkerabatan karena istri saling bersaudara.

o Senina Sepemeren, mereka yang berkerabat karena ibu mereka saling

bersaudara, sehingga mereka mempunyai bebere (beru (clan) ibu) yang sama.

o Senina Sepengalon (Sendalanen) persaudaraan karena pemberi wanita yang

berbeda merga dan berada dalam kaitan wanita yang sama. Atau mereka yang

bersaudara karena satu subclan (beru) istri mereka sama. Tetapi dibedakan

berdasarkan jauh dekatnya hubungan mereka dengan clan istri. Dalam

musyawarah adat, mereka tidak akan memberikan tanggapan atau pendapat

apabila tidak diminta.

o Senina Secimbangen (untuk wanita) mereka yang bersenina karena suami

mereka sesubclan (bersembuyak).

Tugas senina adalah memimpin pembicaraan dalam musyawarah, bila dikondisikan

dengan situasi sebuah organisasi adalah sebagai ketua dewan. Fungsinya adalah sebagai

Page 18: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

17

sekaku, sekat dalam pembicaraan adat, agar tidak terjadi friksi-friksi ketika akan

memusyawarahkan pekerjaan yang akan didelegasikan kepada anakberu.

Sembuyak adalah mereka yang satu subclan, atau orang-orang yang seketurunan

(dilahirkan dari satu rahim), tetapi tidak terbatas pada lingkungan keluarga batih, melainkan

mencakup saudara seketurunan di dalam batas sejarah yang masih jelas diketahui. Saudara

perempuan tidak termasuk sembuyak walaupun dilahirkan dari satu rahim, hal ini karena

perempuan mengikuti suaminya.

Peranan sembuyak adalah bertanggungjawab kepada setiap upacara adat sembuyak-

sembuyaknya, baik ke dalam maupun keluar. Bila perlu mengadopsi anak yatim piatu yang

ditinggalkan oleh saudara yang satu clan. Mekanisme ini sesuai dengan konsep sembuyak,

sama dengan seperut, sama dengan saudara kandung. Satu subclan sama dengan saudara

kandung.

Sembuyak dapat dibagi dua bagian :

1. Sembuyak berdasarkan tutur. Mereka bersaudara karena sesubklen

(merga).

2. Sembuyak berdasarkan kekerabatan, ini dapat dibagi atas:

o Sembuyak Kakek adalah kakek yang bersaudara kandung.

o Sembuyak Bapa adalah bapak yang bersaudara kandung.

o Sembuyak Nande adalah ibu yang bersaudara kandung.

3. Anak Beru

Anakberu adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak gadis untuk diperistri.

Oleh Darwan Prints, anakberu ini diumpamakan sebagai yudikatif, kekuasaan peradilan.

Page 19: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

18

Hal ini maka anakberu disebut pula hakim moral, karena bila terjadi perselisihan dalam

keluarga kalimbubunya, tugasnyalah mendamaikan perselisihan tersebut.

Anakberu dapat dibagi atas 2:

1. Anakberu berdasarkan tutur :

o Anakberu Tua adalah pihak penerima anak wanita dalam tingkatan nenek

moyang yang secara bertingkat terus menerus

minimal tiga generasi.

o Anakberu Taneh adalah penerima wanita pertama, ketika sebuah kampung

selesai didirikan.

2. Anakberu berdasarkan kekerabatan :

o Anakberu Jabu (Cekoh Baka Tutup, dan Cekoh Baka Buka). Cekoh

Baka artinya orang yang langsung boleh mengambil barang

simpanankalimbubunya. Dipercaya dan diberi kekuasaan seperti ini karena

dia merupakan anak kandung saudara perempuan ayah.

o Anakberu Iangkip, adalah penerima wanita yang menciptakan jalinan

keluarga yang pertama karena di atas generasinya belum pernah mengambil

anak wanita dari pihak kalimbubunya yang sekarang. Anakberu ini disebut

juga anakberu langsung yaitu karena dia langsung mengawini anak wanita

dari keluarga tertentu. Masalah peranannya di dalam tugas-tugas adat, harus

dipilah lagi, kalau masih orang pertama yang menikahi keluarga tersebut, dia

tidak dibenarkan mencampuri urusan warisan adat dari pihak mertuanya.

Yang boleh mencampurinya hanyalah Anakberu Jabu.

o Anakberu Menteri adalah anakberu darianakberu. Fungsinya menjaga

penyimpangan-penyimpangan adat, baik dalam bermusyawarah maupun

Page 20: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

19

ketika acara adat sedang berlangsung. Anakberu Menteri ini memberi

dukungan kepadakalimbubunya yaitu anakberu dari pemilik acara adat.

o Anakberu Singikuri adalah anakberu darianakberu menteri, fungsinya

memberi saran, petunjuk di dalam landasan adat dan sekaligus memberi

dukungan tenaga yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan acara adat peran anakberu adalah yang paling penting. Anakberulah

yang pertama datang dan juga yang terakhir pada acara adat tersebut. Lebih lanjut tugas-

tugasnya antara lain :

o Mengatur jalannya pembicaraan runggu (musyawarah) adat.

o Menyiapkan hidangan pada pesta.

o Menyiapkan peralatan yang diperlukan pesta.

o Menanggulangi sementara semua biaya pesta.

o Mengawasi semua harta milik kalimbubunya yaitu wajib menjaga dan mengetahui

harta benda kalimbubunya.

o Menjadwal pertemuan keluarga.

o Memberi khabar kepada para kerabat yang lain bila ada pihak kalimbubunya

berduka cita.

o Memberi pesan kepada puang kalimbubunya agar membawa ose (pakaian adat)

bagi kalimbubunya.

o Menjadi juru damai bagi pihak kalimbubunya,

Anakberu berhak untuk :

o Berhak mengawini putri kalimbubunya, dan biasanya para kalimbubu tidak berhak

menolak.

Page 21: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

20

o Berhak mendapat warisan kalimbubu yang meninggal dunia. Warisan ini berupa

barang dan disebut morah-morah atau maneh-maneh, seperti parang, pisau, pakaian

almarhum dan lainnya sebagai kenang-kenangan.

Selain itu juga karena pentingnya kedudukan anakberu, biasanya

pihak kalimbubu menunjukkan kemurahan hati dengan :

o Meminjamkan tanah perladangan secara cuma-cuma kepada anakberunya.

o Memberikan hak untuk mengambil hasil hutan (dahulu karena

pihak kalimbubu adalah pendiri kampung, mereka mempunyai hutan sendiri di

sekeliling desanya).

o Merasa bangga dan senang bila anak perempuannya dipinang oleh

pihak anakberunya. Ini akan melanjutkan dan mempererat hubungan

kekerabatan yang sudah terjalin.

o Mengantarkan makanan kepada anaknya pada waktu tertentu misalnya pada waktu

menanti kelahiran bayi atau lanjut usia.

o Membawa pakaian atau ose (seperangkat pakaian kebesaran adat) bagi

anakberunya pada waktu pesta besar di dalam clan anakberunya.

Adapun istilah-istilah yang diberikan kalimbubu, kepadaanakberunya adalah :

o Tumpak Perang, atau Lemba-lemba. Artinya adalah ujung tombak. Maksudnya,

bila kalimbubunya ingin pergi ke satu daerah, maka yang berada di depan sebagai

pengaman jalan dan sebagai perisai dari bahaya adalah pihakanakberu. Dalam

bahasa lain anakberu sebagai tim pengaman jalan.

o Kuda Dalan (Kuda jalan/beban). Dahulu sebelum ada alat transportasi hanya kuda,

untuk membawa barang-barang atau untuk menyampaikan informasi dari satu desa

ke desa lain, dipergunakanlah kuda. Arti Kuda Dalam dalam istilah ini adalah alat

atau kenderaan yang dipakai kemana saja, termasuk untuk berperang, untuk

Page 22: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

21

membawa barang-barang yang diperlukan pihak kalimbubunya atau untuk

menyampaikan berita tentang kalimbubunya, dan sekaligus sebagai hiasan bagi

kewibawaan martabatkalimbubunya.

o Piso Entelap (pisau tajam). Dalam pesta adat atau pekerjaan adat pisau tajam

dipergunakan untuk memotong daging atau kayu api atau untuk mendirikan teratak

tempat berkumpul. Setiap anakberu harus memiliki pisau yang yang demikian agar

tangkas dan sempurna mengerjakan pekerjaan yang diberikankalimbubunya.

Menjadi kebiasaan dalam tradisi Karo, pisau dari pihak kalimbubu yang meninggal

dunia diserahkan kepada anakberunya. Pisau ini disebut maneh-maneh,

pemberiannya bertujuan agar pekerjaankalimbubu terus tetap dilanjutkan oleh

penerimanya. Dalam pengertian lain dalam acara-acara adat di dalam

keluarga kalimbubu, anakberulah yang menjadi ujung tombak pelaksanaan tugas

tersebut, mulai dari menyediakan makanan sampai menyusun acaranya. Ketiga

jenis pekerjaan di atas, dikerjakan tanpa mendapat imbalan materi apapun,

maka anakberu yang selalu lupa kepada kalimbubunya dianggap tercela di mata

masyarakat. Bahkan dipercayai bila terjadi sesuatu bencana di dalam lingkungan

keluarga dari anakberuyang melupakan kalimbubunya, ini dianggap sebagai

kutukan dari arwah nenek moyang mereka yang tetap melindungi kalimbubu.

2.5 Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Karo Jahe sangat beragam, disesuaikan dengan

keahlian pribadi yang dimiliki oleh seseorang, dan tidak terbatas pada satu bidang saja.

Banyak warga Karo Jahe yang bekerja sebagai pedagang, petani, PNS (pegawai negeri sipil),

guru, pegawai swasta, dan lain-lain.

Dari hasil wawancara dengan bapak Lape Sitepu, bahwa beliau selain sebagai seorang

seniman juga sebagai seorang pekerja bangunan dan petani. Diakui oleh beliau, penghasilan

Page 23: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

22

menjadi seorang pemusik di Kabupaten Langkat tidaklah mencukupi jika dibanding dengan

kebutuhan hidup saat ini, sehingga dengan dibantu penjualan instrumen musik yang

dilakukannya sedikit mampu meringankan beban ekonomi keluarganya.

2.6 Sistem Kesenian

Dalam musik instrumental ada beberapa instrumen yang lazim digunakan dalam

ansambel maupun disajikan dalam permainan tunggal, baik dalam kaitannya dalam upacara

adat, religi maupun sebagai hiburan.

Pada masyarakat Karo Jahe terdapat ensambel musik tradisional, yaitu ansambel

gendang Binge. Selain itu ada juga instrument musik tradisional yang digunakan secara

tunggal.

2.6.1 Ensambel Gendang Binge

Beberapa instrumen yang terdapat dalam ansambel gendang Binge adalah sebagai

berikut:

1. Sarune, kelompok aerophone yang memiliki reed tunggal (single reed)

dimainkan dengan meniup terus menerus.

2. Gendang Galang, kelompok membranofone klasifikasi frame drum

3. Gendang Kitik, kelompok membranofone klasifikasi frame drum

4. Gung, instrumen idiophone sebagai pembawa tempo (ketukan dasar).

2.7 Pengertian Biografi

Dalam disiplin ilmu sejarah biografi dapat didefenisiskan sebagai sebuah riwayat

hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun

juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat

hanya memaparkan tentang fakta-fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam

masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi-

Page 24: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

23

informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan

yang baik dan jelas.

Sebuah biografi biasanya menganalisia dan menerangkan kejadian-kejadian pada

hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya. Dengan membaca biografi,

pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam

kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman

selama hidupnya.

Suatu karya biografi biasanya becerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang

tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadikan

orang tersebut dikenal secara luas, jika didalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik

untuk disimak oleh pembacanya, namun demikian biasanya biografi hanya berfokus pada

orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal saja.

Tulisan biografi biasanya bercerita mengenai seorang tokoh yang sudah meninggal

dunia, namun tidak jarang juga mengenai orang atau tokoh yang masih hidup. Banyak

biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya memulai

dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasa seseorang, namun ada juga

beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat

berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan

pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memparkan

peranan subjek biografi tersebut.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a)

Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai

kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d)

Page 25: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

24

Pikirkan, hal apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang tersebut, bagian mana dari

cerita tentang beliau yang ingin lebih banyak anda utarakan dan tuliskan.

Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan yang dapat

dijadikan pertimbangan, misalnya: (a) Apa yang membuat orang tersebut istimewa atau

menarik untuk dibahas; (b) Dampak apa yang telah beliau lakukan bagi dunia atau dalam

suatu bidang tertentu juga bagi orang lain; (c) Sifat apa yang akan sering penulis gunakan

untuk menggambarkan orang tersebut; (d) Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang

menggambarkan sifat tersebut; (e) Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan

orang tersebut; (f) Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar untuk mengatasi masalah

dalam hidupnya; (g) Apakah beliau mengatasi masalahnya dengan mengambil resiko, atau

karena keberuntungan; (h) Apakah dunia atau suatu hal yang terkait dengan beliau akan

menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup ataupun tidak hidup,

bagaimana, dan mengapa demikian.

Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi perpustakaan atau

internet untuk membantu penulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan

supaya tulisan si peneliti dapat dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik. Terjemahan

Ary (2007) dari situs:

(www.infoplease.com/homework/wsbiography.html).

2.8 Alasan Dipilihnya Lape Sitepu

Dalam tulisan ini, penulis memilih Lape Sitepu sebagai objek penelitian, dikarenakan

beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional Karo Jahe diantaranya adalah:

(a) Beliau adalah satu-satunya orang yang dapat membuat gendang galang yang merupakan

alat musik tradisional Karo Jahe; (b) Beliau dapat memainkan alat musik tradisional Karo

Jahe dengan sangat baik; (c) Gendang galang hasil buatan Lape Sitepu banyak dipakai oleh

para masyarakat baik di dusun tempat Lape Sitepu tinggal ataupun di luar dusun tersebut; (d)

Page 26: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

25

hasil karya beliau juga dikirim ke daerah-daerah lainnya seperti Bukit Lawang, Langkat,

Batang Serangan, Tanjung Pura, maupun dari tanah Karo sendiri. (e) pengalaman beliau yang

merupakan anak dari pembuat gendang galang pertama sekali yang membuat Lape Sitepu

menjadi orang yang lebih paham mengenai alat musik tradisional Karo Jahe.

Hal-hal tersebut penulis ketahui dari hasil percakapan/wawancara dengan Lape Sitepu

dan juga dari sudara-saudara, dan rekan-rekan. Peranan dan pengalaman beliau yang banyak

ini menjadi alasan ketertarikan penulis menemukan fakta-fakta mengenai kehidupan beliau,

dalam hal ini penulis lebih fokus kepada kehidupan beliau sebagai pembuat alat musik dan

lebih dikhususkan kepada instrumen musik gendang buatan beliau.

Melalui wawancara penulis akan mencatat kehidupannya berdasarkan dimensi waktu,

ide-ide kreatif beliau dalam pembuatan instrumen musik tradisional Karo Jahe, dalam hal ini

gendang galang adalah salah satu instrumen musik tradisional Karo Jahe dan juga akan

membahas bagaimana pengalaman hidup beliau, tanggapan masyarakat khususnya

masyarakat Karo Jahe mengenai bentuk instrumen musik tradisional Karo Jahe yang dibuat

oleh beliau yang sama sekali tidak ada perbedaan dengan yang terdahulu, khususnya pada

instrumen gendang galang, bagaimana pendapat orang mengenai dirinya, dan hal-hal lain.

2.9 Biografi Lape Sitepu

Biografi Lape Sitepu yang akan dideskrpsikan dalam tulisan ini, mencakup aspek-

aspek: latar belakang keluarga, pendidikan beliau, kehidupan sebagai pemusik, kehidupan

sebagai pembuat alat musik dan tanggapan masyarakat khususnya para masyarakat di

Langkat mengenai keberadaan Lape Sitepu, khususnya mengenai gendang galang buatan

beliau tersebut.

2.9.1 Latar Belakang Keluarga

Lape Sitepu lahir di desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat pada

tanggal 10 Oktober 1955, anak dari ayah bapak T. Sitepu dan ibu T. Ginting. Lape lahir dari

Page 27: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

26

keluarga seniman musik tradisional Karo Jahe, dimana ayah beliau bapak T Sitepu adalah

seorang pemusik dan pembuat alat musik tradisional Karo Jahe yang terkenal se Langkat.

Latar belakang keluarga yang sedemikian rupa membuat Lape sudah sangat akrab dengan

musik tradisional Karo Jahe, baik dalam memainkan instrumen dan juga pembuatannya.

Profesi keseharian ayah beliau yang adalah pemain sekaligus pembuat instrumen

musik tradisional Karo Jahe, sering juga membuat Lape sering terlibat membantu ayahnya

dalam membuat alat musik juga dalam bermain musik, hal tersebutlah yang membuat Lape

menjadi sangat akrab dengan musik tradisional Karo Jahe dan menguasai banyak permainan

instrumen musik tradisional juga proses pembuatan nya.

Lape Sitepu merupakan anak pertama dari 4 bersaudara masing-masing adalah

sebagai berikut:

1. Lape Sitepu ( pembuat gendang, laki – laki )

2. Nor Sitepu ( perempuan )

3. Hemat Sitepu ( Laki – Laki )

4. Sedia Sitepu ( Laki – Laki )

2.9.2 Latar Belakang Pendidikan

Lape Sitepu hanya sempat menginjakkan dirinya di bangku SD di desa Raja tengah

pada Tahun 1961 dan itupun hanya kelas 1 SD saja. Setelah itu dia tidak melanjutkan

pendidikan apapun karena terkendala di biaya.

2.9.3 Berumah Tangga

Lape Sitepu menikah pada tanggal 10 Oktober 1984 dengan istrinya Arihta Ginting,

dari pernikahan mereka lahirlah 3 orang anak, 1 orang putra dan 2 orang putri, yaitu:

Page 28: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

27

1. Pirak Sitepu (anak sulung, laki-laki)

2. Carina Sitepu (perempuan)

3. Lusiana Sitepu (perempuan)

Setelah menikah beliau memilih untuk berprofesi sebagai tukang bangunan dan

sekaligus sebagai pembuat alat musik tradisional Karo Jahe khususnya gendang galang di

rumah beliau yang beralamat di dusun Nangka Lima desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala,

Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

2.10 Lape Sitepu Sebagai Pemusik Tradisional Gendang Galang Pada Masyarakat

Karo Jahe

Kemampuan bermusik khususnya musik tradisional Karo Jahe sudah dimiliki beliau

sejak masa kanak-kanaknya, dikarenakan latar belakang keluarga beliau yang merupakan

keluarga seniman musik tradisional Karo Jahe di Kabupaten Langkat, ayah beliau bapak

Terimbang Sitepu adalah seorang pemusik tradisional Karo Jahe yang terkenal di Kabupaten

Langkat, dan juga sebagai pembuat alat musik tradisional Karo Jahe yang juga terkenal di

sana. Kemampuan bermusik beliau sewaktu anak-anak tidak diragukan lagi terbukti dari

beberapa event yang diikuti di daerahnya.

Karir beliau sebagai pemusik tradisional gendang galang dimulai bersama saudaranya

Sedia Sitepu, dan mereka mulai bermain musik di beberapa acara-acara adat maupun acara-

acara seperti peresmian seperti gedung pemerintahan di binjai tahun 1995.

2.11 Lape Sitepu Sebagai Pembuat Alat Musik

Seperti yang telah dibahas di sub bab sebelumnya, bahwa latar belakang keluarga

banyak mempengaruhi dan membuat Lape Sitepu seorang yang piawai dalam bermain musik

tradisional Karo Jahe. Demikian juga halnya sebagai pembuat instrumen musik Karo Jahe.

Kemampuan dalam membuat instrumen musik tradisional masyarakat Karo Jahe

diperoleh bapak Lape Sitepu semenjak dia masih anak-anak, beliau sering membantu

Page 29: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

28

ayahnya bapak Terimbang Sitepu dalam membuat instumen musik tradisional masyarakat

Karo Jahe. Berawal dari pengalaman hidup pada masa anak-anak tesebutlah yang terus

dikembangkan dan menjadi bekal bagi beliau untuk memulai karir beliau sebagai pembuat

instrumen musik tradisional pada masyarakat Karo Jahe.

Pada awal karirnya sebagai pembuat alat musik, sebenarnya diakui beliau adalah

didasari kebutuhan pribadi juga beberapa saudara kandungnya yang juga sebagai pemusik

tradisional pada masyarakat Karo Jahe, sehingga beliau membuat instrumen musik tradisional

tersebut seperti apa yang pernah dialami dan dipelajari beliau ketika bersama dengan

ayahnya. Sarune, gendang kitik, dan gung adalah jenis instrumen musik tradisional yang

sering dibuat oleh bapak Lape Sitepu , karena keempat instrumen tersebutlah yang kerap

digunakan oleh bapak Lape Sitepu dan saudaranya dalam setiap pertunjukan yang mereka

adakan maupun yang mengundang mereka untuk bermain musik tradisional. Dengan

seringnya instrumen musik tradisional buatan bapak Lape Sitepu tersebut ditampilkan di

beberapa acara-acara Kabupaten Langkat, maka hal tersebut lambat laun mulai diketahui oleh

pemusik tradisional Karo lainnya, dan merekapun mulai meminta kepada bapak Lape Sitepu

untuk dibuatkan juga instrumen musik serupa. Dari hasil penjualan instrumen tersebut

membuat Junihar tertarik untuk mulai menekuni karirnya sebagai pembuat instrumen musik

tradisional gendang galang pada masyarakat Karo Jahe.

Page 30: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

29

BAB III : PERSPEKTIF , STRUKTUR DAN TEKNIK PEMBUATAN GENDANG

GALANG

3.1 Perspektif Masuknya Gendang Galang Ke Langkat

Pada tahun 1949 Indonesia mengesahkan dirinya menjadi Republik Indonesia Serikat

(RIS). Mulailah berdatangan para suku-suku karo gugung ke daerah Langkat dan mulai

bertempat tinggal dan melanjutkan hidup di Langkat. Banyaknya suku Karo yang mendiami

daerah Langkat sehingga menjadikan mereka disebut “karo Jahe”.

Budaya yang sama baik dalam segi bahasa, acara adat, dll, sehingga para suku karo

yang ada saat mengadakan acara-acara tertentu pasti menggunakan setiap nilai-nilai

kebudayaannya baik tata cara maupun alat musik yang digunakan dalam setiap acara tersebut.

Ada beberapa alat musik karo yang digunakan dalam setiap acara adat suku karo

seperti : serune, gong, gendang kitik dan gendang galang. Dan dalam setiap acara adat yang

dilakukan semua alat musik ini harus lengkap. Seperti halnya dibawah akan dibahas

mengenai salah satu alat musik karo yang merupakan objek penelitian bagi peneliti yaitu

gendang galang.

Awal pertama sekali gendang galang itu diperkenalkan kepada warga suku karo yang

yaitu oleh bapak Terimbang Sitepu yang merupakan orang tua dari bapak Lape Sitepu yang

menjadi informan penelitian. Lebih kurang gendang galang ini diperkenalkan oleh bapak

Terimbang Sitepu sejak 100 tahun yang lalu. Namun pada masyarakat di Langkat gendang ini

diperkenalkan oleh bapak Lape Sitepu setahun setelah dia pindah ke Langkat pada tahun

1953.

Gendang galang ini dipergunakan untuk setiap acara-acara yang dilakukan oleh para

suku karo seperti : acara pernikahan, masuk rumah baru, memindahkan tulang-belulang para

leluhur, upacara agama, dll. Gendang galang juga menjadi sesuatu yang dianggap berbau

Page 31: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

30

mistik oleh para suku karo dikarenakan mereka mempercayai bahwa saat memainkan alat

musik tersebut yang memainkannya adalah para leluhur mereka dan tidak sembarangan orang

dapat memainkannya. Namun ada juga yang berpendapat seperti yang diutarakan oleh bapak

Kebal Kaban bahwa dalam memainkannya si pemain juga harus merasakan emosi dari lagu

yang dimainkan.

Seiring berjalannya waktu, bapak Lape Sitepu semakin terkenal namanya sebagai

pemain alat musik karo yaitu pada tahun 1958, yang menyebabkan banyak orang yang

mengenal dia hingga akhirnya ada 6 orang yang memesan alat musik karo untuk dia buat

seperti : Gendang galang atau serune. Dan bahkan dia memberikan 3 teman terdekatnya

masing-masing 1 alat musik karo.

Masyarakat sekitar baik yang bersuku karo ataupun tidak (pendatang seperti jawa,

melayu, dll) menerima keberadaan Gendang galang dikarenakan mereka mengerti

bahwasanya itu merupakan bagian dari seni budaya yaitu budaya karo. Dan bahkan diantara

suku-suku yang lain ada yang menyukai salah satu alat musik karo tersebut yaitu Gendang

galang.

Page 32: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

31

3.2 Struktur dan Ukuran Gendang Galang

3.2.1 Struktur Gendang Galang

Berikut struktur atau bagian-bagian gendang galang :

Kulit / Membran

Bingke Atas

Baloh

Nali

Palu-palu Bingke bawah

Gambar 1.Struktur Gendang Galang

3.2.1.1 Kulit/Membran

Kulit atau membran terbuat dari kulit napoh / kancil. Biasanya menggunakan kulit

kancil yang berusia sekitar usia 1 – 2 tahun. Tidak hanya usia, dari jenis kelamin kancil, kulit

kancil yang digunakan baiknya kulit kancil betina karena dibandingkan kulit kancil jantan

memiliki kulit yang tebal sehingga dengan menggunakan kulit yang tipis, bunyi yang

dihasilkan lebih nyaring.

Page 33: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

32

Gambar 2. Kulit napoh

Kulit napoh yang digunakan bapak Lape sitepu biasanya diperoleh dari masyarakat di

desa Marike yang masih membudidayakan kancil. Satu ekor kancil, kulitnya hanya bisa

menghasilkan satu membran saja.

Sebelum kulit napoh tersebut dijemur, kulit harus dibersihkan, membuang daging maupun

lemak-lemak yang menempel pada kulit bagian dalam kulit napoh agar memudahkan dalam

membului kulit napoh nantinya. Setelah bersih, kulit napoh tersebut di jemur sampai kering

agar tidak menimbulkan bau amis.

3.2.1.2 Baloh

Baloh adalah resonator/badan gendang yang terbuat dari batang nangka atau cempedak.

Bahan yang digunakan bapak Lape Sitepu adalah batang nangka, beliau menggunakan batang

pohon nangka karena menurut beliau batang nangka mempunyai daya tahan yang lebih lama

dan mempunyai suara yang lebih bagus dibandingkan pohon nangka cempedak. Dalam

pemilihan bahan yang digunakan, bapak Lape memilih untuk menggunakan batang nangka

yang sudah tua. Batang nangka yang tua menurut beliau, pohon kelapa yang sudah berusia ±

10 tahun. Satu batang pohon kelapa dapat menghasilkan 5 unit gendang.

Page 34: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

33

Gambar 3.Baloh

Beliau memilih batang nangka yang tua karena menurut beliau dapat menghasilkan bunyi

yang lebih bagus. Beliau lebih mementingkan kualitas bunyi dan daya tahan gendang

buatannya sekalipun ia menyadari bahwa batang pohon nangka yang muda dalam proses

pengerjaannya lebih menghemat waktu dibandingkan batang pohon nangka yang tua. Batang

pohon nangka yang muda masih mengandung getah, hal ini dapat merusak membran

gendang.

Dalam pembuatan diameter gendang, bapak Lape sitepu menggunakan jangka yang

beliau buat sendiri dengan paku dan bambu, dimana paku tersebut ditancapkan ditengah kayu

nangka dan bambu tersebut yang dikenal dengan istilah ‘r’ (jari-jari). Setelah lingkaran

gendang dibentuk, batang pohon tersebut mulai dikerjakan melalui tahap kasar dan halus.

Page 35: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

34

Gambar 4. Batang Pohon Nangka

Tahap kasar yakni menggunakan gergaji mesin untuk membentuk sisi luar dan dalam

gendang. Pada tahap ini alat yang digunakan berupa gergaji kayu , parang dan martil.

Kemudian tahap halus,mengunakan pahat, ketam dan kertas pasir.

.

(I) (II)

Page 36: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

35

(III) (IV)

(V) (VI )

(VII) (VIII)

(IX)

Page 37: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

36

(X) (XI)

(XII)

Gambar 5. Proses pembuatan baloh

Keterang .ngan :

(I) Pohon nangka diukur menggunakan meter untuk menentukan ukuran panjang

baloh.

(II) Batang nangka dipotong menggunakan gergaji mesin.

Page 38: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

37

(III) Setelah batang nangka dipotong mengunakan gergaji mesin, maka batang nangka

dipotong menggunakan parang untuk mendapatkan bentuk kasar baloh.

(IV) Bentuk kasar baloh setelah dipotong

(V) Membuat ukuran jangka untuk diameter atas dan bagian bawah baloh

mengunakan bambu dan paku. Paku ditancapkan di tengah diameter atas baloh.

(VI) Bambu diputar bersamaan dengan pensil searah jarum jam untuk mendapatkan

ukuran diameter bagian atas baloh.

(VII) Membuat ukuran diameter bawah baloh

(VIII) Bentuk kasar baloh dilubangi menggunakan bor dari bagian atas tepat dimana

paku tadi ditancapkan.

(IX) Bentuk lubang setelah dibor

(X) Setelah dilubangi menggunakan bor maka lubang tersebut diperbesar

menggunakan pahat.

(XI) Sisi luar dihaluskan dengan ketam agar memperoleh bentuk luar yang diinginkan

(XII) Bentuk baloh

3.2.1.3 Bingkei

Bingkei terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai pengikat antara membran dan baloh.

Bingkei yang dibuat dalam ini ada dua bingke atas dan bingke bawah. Biasanya bapak Lape

Sitepu menggunakan jenis bambu tua untuk membuat bingkei bagian atas dan bawah

gendang. Menurut beliau bambu yang lebih tua bisa menghasilkan bunyi yang lebih nyaring

dan lebih kuat dibandingkan bambu muda.

Dalam membuat bingke, bambu dibelah menjadi dua dan kemudian diiris atau dihaluskan

sampai lentur hingga membentuk lingkaran. Kemudian bambu tersebut diikat menggunakan

tali agar bambu tersebut kuat.

Page 39: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

38

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 6. Proses pembuatan bingke, (a) Bambu dibelah, (b) Bambu dihaluskan, (c)

Membuat ikatan menggunakan tali rafia, (d) mengikat bingke dengan ikatan pertama sebagai

penahan awal bingke, (e) ikatan kedua hingga ikatan seterusnya sampai ikatan ketujuh belas

(f) hasil

Page 40: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

39

3.2.1.4 Nali

Nali terbuat dari kulit lembu, kemudian dibentuk seperti tali yang berfungsi sebagai

pengetat bingkei atas dan bawah beserta baloh. Nali pun berfungsi sebagai penyetem

gendang sehingga membuat membran semakin ditarik dan membranpun makin ketat serta

warna suara yang dihasilkan lebih nyaring.

(i) (ii)

(iii) (iv)

Page 41: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

40

(v)

Gambar 7. Proses pembuatan nali

Keterangan :

( i) Kulit Lembu

(ii) Mengukur diameter kulit lembu menggunakan baskom

(iii) Kulit lembu berdiamter 33 cm

(iv) Kulit dikikis hingga berbentuk tali

(v) Hasil

3.2.1.5 Palu – palu

Palu – palu terbuat dari kayu nangka, berfungsi sebagai alat pemukul yang digunakan bapak

Lape Sitepu untuk memainkan alat musik gendang galang tersebut.

(A) (B)

(C)

Page 42: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

41

Gambar 8. Proses pembuatan palu – palu, (A) batang nangka dipotong 17 cm

berdiameter 1 cm, (B) Dihaluskan dengan amplas / kertas pasir, (C) Hasil

3.3 Ukuran Gendang galang

3.3.1 Ukuran Kulit /Membran

Ukuran kulit atau membran yang dibutuhkan untuk membuat gendang adalah lebih besar

dari diameter badan gendang/resonator gendang. Tujuannya agar kulit yang dilebihkan itu

dapat dipakai untuk menutup bingkei nantinya.

Gambar 9. Kulit Sebagai Membran

3.3.2 Ukuran Baloh

Baloh mempunyai bagian atas yang nantinya dilapisi oleh kulit berdiameter 33 centimeter

dengan ketebalan 0.5 cm dan tinggi 36 cm. Ukuran diameter bagian bawah baloh 10 cm.

Page 43: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

42

Gambar 10. (a) Ukuran tinggi baloh Gambar 10. (b) Ukuran diameter atas baloh

Gambar 10 (c) Ukuran tebal dinding baloh Gambar 10 (d) Ukuran diameter bawah baloh 3.3.3 Ukuran Bingkei

3.3.3.1 Bingke Atas

Bingkei atas mempunyai diameter yang lebih besar dibandingkan dengan bingke bagian

bawah. Bingkei atas berukuran lebih besar daripada badan gendang karena bingkei ini

berfungsi sebagai sumber utama penghasil bunyi.

36 cm

33 cm

0.5 cm 10 cm

Page 44: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

43

Gambar 11. (a) Ukuran Bingke Atas 3.3.3.2 Bingke Bawah

Bingkei bawah mempunyai diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan bingke

bagian atas. Bingkei bawah berukuran lebih kecil daripada badan gendang karena bingkei ini

hanya berfungsi sebagai penjaga agar kulit tidak mudah renggang.

Gambar 11. (b) Ukuran Bingke Bawah . 3.3.4 Ukuran Nali

Kulit lembu dipotong sehingga membentuk lingkaran yang mempunyai diameter

berukuran 38 cm . Kemudian Kulit lembu diiris sehingga menghasilkan panjang 8 m nali.

33,5 cm

10.5 cm

Page 45: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

44

Gambar 12. (a) ukuran diameter kulit Gambar 12.(b) ukuran diameter nali

Gambar 12. (c) Panjang nali

3.3.5 Ukuran Palu Palu berukuran sekitar 7 cm.

Gambar 13. Ukuran palu

7 cm

38 cm

0.5cm

8 M

Page 46: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

45

3.4 Bahan Baku Yang Dipergunakan

Berikut bahan baku yang digunakan dalam membuat gendang galang yakni :

3.4.1 Kayu Nangka

Kayu nangka digunakan sebagai badan/resonator gendang. Pada umumnya yang

digunakan untuk membuat resonator gendang tersebut adalah bahagian bawah batang pohon

nangka.

Dalam pemilihan bahan untuk membuat resonator gendang, batang pohon yang

digunakan baiknya batang pohon yang sudah tua karena memiliki daya tahan yang kuat dan

menghasilkan ruang akustik yang bagus. Batang pohon nangka yang tua juga memiliki

kelemahan, dalam pengerjaannya yang memakan waktu yang lama dan resonatornya bisa

retak.

3.4.2 Kulit Kancil

Kulit kancil adalah bahan yang digunakan untuk membuat membran gendang. Kulit

kancil sering juga disebut kulit napoh pada masyarakat Karo Jahe. Kulit yang digunakan

baiknya mempunyai ketebalan yang tipis. Kulit napoh yang tipis dapat diperoleh dari kulit

napoh betina, dibandingkan kulit napoh jantang yang lebih tebal.

3.4.3 Kulit Lembu

Kulit Lembu adalah bahan yang digunakan untuk pengikat antara resonator dengan

membran gendang. Kulit lembu biasanya diperoleh dari peternakan yang ada di sekitar desa

Raja Tengah. Bapak Lape Sitepu juga terkadang memanfaatkan acara kurban di sekitar desa

Raja Tengah sehingga beliau tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan kulit lembu

tersebut.

3.4.4 Bambu

Bambu digunakan oleh bapak Lape Sitepu untuk sebagai bahan pembuat bingke. Bambu

tersebut diperoleh dari hutan kemudian dipotong dan dikikis sehingga bisa dilenturkan dan

Page 47: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

46

menjadi bentuk lingkaran. Setelah berbentuk lingkaran, maka bambu tersebut diikat

menggunakan tali rafia agar kuat dan tidak gampang lepas.

3.5 Peralatan yang dipakai

3.5.1 Gergaji mesin Digunakan untuk memotong pohon nangka yang akan digunakan untuk bahan pembuatan gendang galang. Gergaji ini digunakan dalam tahap kasar.

Gambar 14. Gergaji mesin

3.5.2 Kikir

Kikir adalah alat yang digunakan untuk mempertajam suatu benda seperti Gergaji. Kikir ini digunakan bapak Lape sitepu untuk mempertajam mata gergaji untuk pembuatan gendang galang.

Gambar 15. Kikir 3.5.3 Pahat

Page 48: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

47

Pahat adalah alat berupa bilah besi yg tajam pada ujungnya untuk melubangi atau

mengukir kayu. Bapak Lape Sitepu menggunakan pahat ini untuk mengikis dan memahat

batang pohon nangka untuk membuat resonator gendang.

Gambar 16v. Pahat 3.5.4 Pisau

Pisau adalah bilah besi tipis dan tajam yg bertangkai sebagai alat pengiris bahan dalam pembuatan gendang. Alat ini digunakan beliau untuk mengikis badan gendang dan membuat jangka yang terbuat dari bambu sebagai alat pengukur diameter baloh.

Gambar 17. Pisau

Page 49: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

48

3.5.5 Parang Parang adalah pisau besar (lebih besar daripada pisau biasa, tetapi lebih pendek daripada

pedang), yang digunakan untuk memotong bahan dalam pembuatan gendang. Alat ini

digunakan beliau tahap kasar dalam pembuatan baloh.

\ Gambar 18. Parang 3.5.6 Bor Terbuat dari besi yang digunakan beliau untuk membuat lubang resonator pada batang nangka.

Gambar 19. Bor 3.5.7 Palu kayu Terbuat dari kayu nangka yang digunakan untuk memukul pahat untuk melubangi kayu nangka sebagai lubang resonator pada gendang.

Page 50: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

49

Gambar 20. Palu kayu 3.5.8 Ketam Ketam adalah alat yang terbuat dari besi yang digunakan untuk melicinkan kayu. Ketam ini

digunakan bapak Lape Sitepu untuk melicinkan bagian luar dari badan gendang. Alat ini

digunakan pada tahap kasar dalam pembuatan gendang.

Gambar 21. Ketam 3.5.9 Gergaji kayu Gergaji adalah sejenis alat yang digunakan untuk memotong sesuatu. Alat ini digunakan bapak Lape Sitepu untuk memotong batang pohon nangka yang digunakan dalam pembuatan gendang galang.

Page 51: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

50

Gambar 22. Gergaji Kayu

3.5.10 Pensil Pensil adalah alat tulis yang ujungnya lunak, dipakai untuk menulis di kertas. Bapak Lape Sitepu menggunakan Pensil Sebagai penanda dalam pembuatan gendang.

Gambar 23. Pensil 3.5.11 Meter

Meter adalah alat yang berfungsi sebagai alat ukur dengan satuan dasar ukuran panjang 39,37 inc. Meteran digunakan ketika pengukurun bahan-bahan yang dibutuhkan oleh bapak Lape Sitepu.

Page 52: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

51

Gambar 24. Meter 3.5.12 Amplas

Amplas (disebut juga kertas pasir) adalah sejenis kertas yang digunakan untuk membuat

permukaan benda-benda menjadi lebih halus dengan cara menggosokkan salah satu

permukaan amplas yang telah ditambahkan bahan yang kasar kepada permukaan benda

tersebut. Amplas atau kertas pasir dipakai pada tahap kerja halus pada pembuatan gendang.

Gambar 25. Amplas 3.6 Teknik Pembuatan Gendang

Dalam pembuatan gendang, bapak Lape Sitepu tidak mengunakan tenaga mesin. Beliau

menggunakan kemampuannya dan alat seadanya untuk membuat alat musik ini. Berikut tahap

pembuatan gendang galang oleh bapak Lape Sitepu di Desa Raja Tengah.

Page 53: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

52

Prosedur Kerja Pembuatan Gendang galang no 1. Pemilihan bahan a. Kulit napoh betina yang berusia 1-2 tahun dan

sudah pernah melahirkan. b. Batang nangka yang tua yang sudah berumur 5

tahun atau ketinggian pohon kelapa tersebut minimal mencapai 5 meter dari permukaan tanah.

c. Kulit Lembu d. Bambu

2. Membentuk bagian-bagian gendang

a. Membran bulu pada kulit napoh harus dibersikan dan dikikis dengan menggunakan pisau.

b. Membuat ukuran diameter baloh dengan menggunakan jangka yang dibuat dari bambu dan paku. Paku tersebut kemudian ditancapkan ke titik tengah diameter batang nangka dan pensil sebagai pembuat lingkaran gendang.

Tahap selanjutnya pengerjaan kasar dengan menggunakan alat seperti parang, bor, pahat untuk membuat baloh. Tahap terakhir yakni pengerjaan halus dengan menggunakan kertas pasir atau amplas dan kemudian dipernis agar badan gendang kelihatan menarik. c. Bingke, terbuat dari bambu yang dibelah dua

dan dihaluskan dengan pisau dan diikat menggunakan tali rafia.

d. Nali terbuat dari kulit lembu yang diiris hingga benbentuk seperti tali.

e. Palu –palu terbuat dari batang nangka 3 Teknik pembuatan

gendang galang a. Di atas baloh ditaruh membran. b. Kemudian, bingkei atas yang terbuat dari bambu

menjepit sisi baloh sehingga kulit terjepit. c. Memasang nali pada membran dan diikatkan

pada bingke bawah. d. Mengikat secara simetris agar keketatan

membran terjaga. 3.6.1 Membuat Membran

Pada tahap membuat membran atas gendang, bingke akan dilapisi dengan kulit napoh.

Terlebih dahulu kulit direndam, agar kulit lentur dan mudah diatur. Kemudian bingke dilapis

dengan kulit tersebut dan dijemur sekitar satu malam. Setelah dijemur kulit tersebut menyatu

dan mengikat sendirinya dengan bingke. Kemudian tahap selanjutnya pada kulit membran

Page 54: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

53

dibuat lubang sebanyak sepuluh lubang untuk tempat nali sebagai pengikat dengan bingke

bawah gendang.

(a) (b)

(c)

Gambar 26. Proses Membuat Membran

Setelah letak dan posisi membran sudah tepat melapisi baloh, maka bingkei yang terbuat

dari bambu digunakan sebagai penjaga kerenggangan kulit. Bingkei tersebut menjepit kulit

dan badan gendang, nali dimasukkan kedalam lubang ditarik dengan tangan agar kulit

semakin ketat. Semakin ketat kulit di tarik maka bunyi gendang akan lebih nyaring nantinya.

Sebelum diikat, silek dimasukkan diantara membran dan baloh agar membran tidak

renggang .

Page 55: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

54

Gambar 27. Memasukkan Silek

3.6.2 Mengiket

Setelah keketatan gendang sudah terjaga, maka proses selanjutnya adalah mengiket. Cara

mengiket yakni, lobang, masukkan nali, tarik nali, melilit nali begitulah seterusnya. Cara

melobang yang dimaksud adalah melobangi diantara kulit dan bingkei. Setelah itu dilobangi

kulitnya menggunakan bambu dan nali pun dimasukkan ke lobang tersebut. Setelah nali

masuk, nali ditarik dan dililitkan ke bingkei bawah. Cara melilitnya, simpei dimasukkan dari

sisi pinggir bingke atas, kemudian nali masuk melalui sisi dalam bingkei bawah. Dilanjutkan

dengan menarik ujungnali dan dimasukkan kecelah yang bingke atas dan begitu seterusnya.

( 1 ) ( 2 )

silek

Page 56: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

55

( 3 ) ( 4 )

( 5 )

Gambar 28. Proses mengiket Keterangan:

1. Nali masuk dari lobang membran dalam bingke atas, dan keluar dari membran luar.

2. Nali keluar dari membran luar bingke atas, dan masuk dari bagian luar membran

bingke bawah.

3. Nali keluar dari bagian dalam membran bingke bawah masuk ke bagian luar membran

bingke atas. Begitu seterusnya sampai nali masuk ke semua lubang.

4. Setelah semua nali memasuki lubang maka nali satu persatu ditarik agar ketat.

5. Pada lubang terakhir, ujung nali diikatkan pada bingke atas agar tidak renggang lagi.

Page 57: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

56

Setelah selesai, gendang dijemur sekitar dua hari pada siang hari agar gendang betul –

betul kering dan dapat menggahsilkan suara yang nyaring.

3.7 Klasifikasi Alat Musik

Dalam mengklasifikasikan instrumen gendang galang, penulis mengacu kepada teori yang

dikemukakan oleh Sachs dan Horn Bostel (1914), yaitu: sistem pengklasifikasian alat musik

berdasarkan sumber penggetar utama bunyi. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yang

terdiri dari: idiofon (alat itu sendiri sebagai sumber penggetar utama bunyi), membranofon (kulit

sebagai sumber penggetar utama bunyi), aerofon (udara sebagai sumber penggetar utama bunyi), dan

kordofon (senar sebagai sumber penggetar utama bunyi).

Berdasarkan teori di atas, gendang galang dapat dimasukkan dalam klasifikasi

membranofon. Di dalam klasifikasi ini, curt sach memperhatikan bentuk dari membrnofon itu

sendiri dan membaginya ke dalam: cylindrycal drums, barrel drums, conical drums,

hourglass drums, footed drums, goblet drums, kettle drums, handle drums, dan frame drum.

Melihat dari bentuknya, gendang galang dapat dimasukkan dalam klasifikasi frame drum.

Frame drum adalah bentuk gendang yang ketebalan badannya relatif lebih kecil dari diameter

membran penghasil bunyi yang diikat di atas badan alat musik tersebut.

Dari ketebalan gendang, Curt Sacs membagi dalam kedua kategori yakni, gendang

berbingkai tebal dan berbingkai tipis. Gendang berbingkai tebal adalah ketebalan badan

gendang melebihi seperempat dari diameter membrannya. Sedangkan gendang berbingkai

tipis adalah gendang yang ketebelan badan gendangnya kurang dari seperempat dari diameter

membaran. Berdasarkan kategori ketebalan badan gendang, gendang galang dapat

dikategorikan gendang berbingkai tipis.

Page 58: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

57

BAB IV

TEKNIK MEMAINKAN DAN FUNGSI MUSIK GENDANG GALANG PADA

MASYARAKAT KARO JAHE

Pada bab ini, penulis mendiskusikan kajian dari gendang galang. Penulis akan membahas

mengenai, warna bunyi dari gendang galang, teknik pukulan, posisi memainkan, dan pola

dasar ritem gendang galang.

4.1 Posisi Memainkan

Gambar 29. Posisi Memainkan

Inilah posisi dalam memainkan gendang Galang, menjepitkan gendang dengan kedua

belah paha dalam posisi duduk bersila. Posisi gendang dibuat miring agar memudahkan

dalam memainkan gendang.

Page 59: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

58

4.2 Warna Bunyi

Setiap suku bangsa mempunyai persepsi yang berbeda terhadap bunyi yang dianggap

musikal maupun cara menghasilkan bunyi tersebut (Merriam, 1964: 3). kondisi yang

menyebabkan penulis mengalami kesulitan dalam mengukur bunyi mana yang dianggap

benar-benar musikal dan yang dianggap tidak musikal oleh masyarakatnya.

Setelah penulis mengamati persepsi masyarakat Karo Jahe mengenai warna bunyi dari

gendang galang, ternyata persepsi mereka berdasarkan onomatope. Onomatope adalah kata

atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya

dengan kata lain penamaan berdasarkan peniruan bunyi. Tidak ada satu ketentuan yang baku

dan bisa dipakai sebagai pedoman yang tetap dalam memainkan gendang ini.

Ada berbagai versi mengenai warna bunyi yang dihasilkan oleh gendang galang, menurut

bapak Kebal Kaban menyatakan warna bunyi gendang ini ada dua, yakni warna “tih” dengan

memukul bagian pinggir gendang dan warna bunyi “tang” dengan memukul bagian tengah

gendang.

Penyaji Warna Bunyi

Bpk. Lape Sitepu Tang Tih - -

Selanjutnya dari bapak Lape Sitepu, beliau menyatakan ada 4 warna bunyi yang

dihasilkan oleh gendang galang yakni, “tang”, “tih”, “dum”, “tik”.

Penyaji Warna Bunyi

Bpk. Kebal Kaban dum tang tih tik

Warna bunyi “tang” dihasilkan jika memukul bagian tengah membran gendang dengan

pelan menggunakan stik pemukul gendang. Warna bunyi “tih” dihasilkan jika memukul

bagian pinggir gendang / bingke gendang dengan pelan . warna bunyi “dum” dihasilkan jika

memukul di bagian tengah membran gendang dengan keras. Warna bunyi “tik” dihasilkan

Page 60: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

59

jika memukul bagian pinggir gendang / bingke gendang dengan keras. Dinamika memukul

dengan stik pemukul gendang ini yang mempengaruhi perbedaan suara dari alat musik

tersebut.

Gambar 30a Tehnik memukul dengan satu stik

Gambar 30b tehnik memukul dengan dua stik

Page 61: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

60

Sekalipun penulis menyadari bahwa mendeskripsikan satu bunyi ke dalam tulisan adalah

tidak mungkin, namun dengan mendeskripsikan letak stik dan permukaan gendang yang

dipukul mampu memberikan gambaran kepada pembaca. Penulis juga menyadari bahwa

sekalipun deskripsi memukul gendang ini dipraktekkan oleh orang yang tidak tahu bermain

gendang, belum tentu dapat mewakili bunyi yang diharapkan kecuali ada alat bantu seperti

kaset rekaman yang bisa dijadikan orientasi bunyi atau belajar langsung dengan bimbingan

seorang guru.berikut letak tangan yang mengahasilkan warna bunyi secara keseluruhan dalam

satu gendang.

bunyi dum

bunyi tih bingkei

bunyi tang

bunyi tik

4.3 Pola Ritem Gendang Galang

Yang dimaksud penulis pola ritem disini ialah pola irama dari gendang galang yang

dimainkan ketika mengiringi baik tari maupun lagu. Dalam menganalisis pola ritem, penulis

melakukan pendekatan yang dikemukakan oleh netll (1964) yakni: dalam menganalisis ritem

maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pola dasar ritem, repetisi, dan variasi dari pola

dasar ritem.

Untuk menjelaskan hal yang dikemukakan oleh netll penulis menggunakan teknik

transkripsi análisis. Transkripsi adalah proses penotasian bunyi, mengalihkan bunyi menjadi

simbol visual (Nettl, 1964 : 98). Pentranskripsian bunyi musik merupakan suatu usaha untuk

mendeskripsikan musik, yang mana hal ini merupakan bagian penting dalam disiplin

etnomusikologi.

Page 62: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

61

Dalam mentranskripsikan pola ritem gendang galang, penulis menggunakan notasi Barat.

Adapun alasan penulis memilih sistem notasi barat karena sistem notasi barat sangat cocok

untuk menunjukkan nilai ritmis dari setiap nada. Lebih dari pada itu simbol-simbol yang

terdapat dalam sistem notasi barat bersifat fleksibel, artinya untuk menyatakan sebuah nada

yang sulit untuk ditranskripsikan dapat dibubuhkan atau ditambahkan simbol lain sesuai

dengan kebutuhan yang penulis inginkan.

Sebagai bahan transkripsi pola dasar ritem penulis mengambil dua lagu, yakni lagu doah

– doah dan jambe gunung tinggi dengan dua orang penyaji yakni bapak Lape Sitepu dan

Kebal Kaban. Alasan penulis mengambil dua lagu tersebut karena memilki pola ritem dasar

yang berbeda dan melihat variasi yang terjadi dari setip lagu pola ritemnya. Dalam

penyajiannya gendang ini dimainkan bersama dengan sarune dan gung. Gendang dimainkan

tidak bersamaan masuknya dengan sarune maupun gung dalam satu komposisi repertoar.

Tidak ada ketentuan kapan dimulainya memainkan gendang dalam komposisi namun sejauh

pengamatan penulis gendang mulai dimainkan setelah sarune main sudah 2 bar pada

komposisi.

Variasi-variasi yang muncul dari siklus pola ritem dasar, baik di lagu doah – doah

maupun lagu jambe gunung tinggi , variasi ini bisa lebih berkembang dari variasi yang

dikemukakan penulis, karena tiap pemain gendang mempunyai suasana hati yang berbeda

antara satu pemain dengan yang lain. Semakin profesioanal seorang musisi itu maka semakin

banyak variasi yang bisa dimainkan. Variasi yang dibuat penulis hanya menunjukkan adanya

variasi yang muncul dari repetisi pola dasar ritem lagu yang disajikan.

Page 63: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

62

4.3.1 Pola ritem dasar gendang galang pada lagu lambat :

4.3.2 Pola ritem dasar gendang galang pada lagu cepat :

Keterangan :

Dum tang tih tik

Diolah menggunakan software sibelius

4.4 Fungsi Musik Gendang galang

Dalam menuliskan fungsi gendang galang, maka penulis mengacu pada teori Alan P.

Merriam, yaitu:

...use then refers to the situation in which is employed in human action: function concern the reason for its employment and particulary the brodader purpose which is serves... (1964:210)

Page 64: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

63

Dari kalimat di atas, dapat diartikan bahwa use (penggunaan) menitikberatkan pada masalah

situasi atau cara yang bagaimana musik itu digunakan, sedangkan function (fungsi) yang

menitikberatkan pada alasan penggunaan atau menyangkut tujuan pemakain musik itu

mampu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Penulis juga menuliskan beberapa fungsi

gendang galang sebagai tujuan dan akibat yang timbul dari penggunaan yang telah disebutkan

di atas, maka dapat ditelusuri melalui fungsi-fungsi antara lain sebagai berikut:

4.3.1 Fungsi Pengungkapan Emosional

Fungsi pengungkapan perasaan dapat dituangkan dengan berbagai cara sebagai

pengungkapan emosional karena dapat dilakukan sebagai hiburan pribadi, dikarenakan

instrumen gendang galang merupakan instumen musik yang khas dari masyarakat Karo Jahe

di Kabupaten Langkat, banyak orang dari perantauan yang mengakui bahwa ketika melihat

instrumen ini dapat meningatkannya akan kampung halamannya, dan bahkan mampu juga

untuk mengobati kerinduannya tersebut, terlebih jika gendang galang tersebut dimainkan atau

diperdengarkan oleh seorang yang mampu memainkannya, yang diakui mampu membawa

kita ke suasana kampung halaman. Dari uraian pengalaman tersebut. Penulis mengamati

bahwa bentuk fisik maupun lantunan musik yang dilahirkan dari permainan gendang galang

bisa menjadi ungkapan perasaan bagi orang yang memiankan gendang galang, demikian juga

dengan orang yang menyaksikan dapat juga terpengaruh oleh permainan gendang galang

tersebut.

4.3.2 Fungsi Hiburan

Gendang galang juga dapat berfungsi sebagai sarana hiburan, dikarenakan gendang galang

juga dapat dimainkan secara bersama sarune, gendang kitik, dan gung. Gendang galang yang

sering difungsikan untuk mengiringi tarian, dan nyanyian yang sering ditampilkan dalam

pertunjukan yang bersifat hiburan pada masyarakat Karo Jahe di kabupaten Langkat.

Page 65: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

64

4.3.3 Fungsi Kesinambungan Budaya

Ensambel gendang Binge merupakan kesenian masyarakat Karo Jahe yang sampai saat ini

tetap dipertahankan penggunaannya pada setiap upacara dan terpelihara di tengah-tengah

masyarakat pemiliknya terutama di daerah kabupaten Langkat.

Dengan mengikutsertakan gendang ini dalam setiap upacara, misalnya: upacara perkawinan,

khitanan, memasuki rumah baru, memindahkan tulang-belulang leluhur, dan upacara agama

yang akan menjadikannya tetap terpelihara.

4.3.4 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat

Masyarakat Karo Jahe di kabupaten Langkat memiliki perkumpulan masyarakat,

perkumpulan masyarakat ini menggunakan ensambel gendang Binge untuk mengiringi

upacara peresmian suatu lembaga tertentu, ataupun hari besar nasional maupun hari besar

agama. Dan gendang galang menjadi sebuah instrumen musik yang kerap digunakan dalam

ensambelnya untuk mengiringi acara-acara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa adanya

suatu kesatuan atau komunitas masyarakat Karo Jahe di kabupaten Langkat.

4.3.5 Fungsi Perlambangan

Gendang galang adalah alat musik pukul masyarakat Karo Jahe yang memiliki kateristik

tersendiri. Secara umum gendang galang dengan gendang kitik pada masyarakat Karo Jahe

mempunyai bentuk yang sama yakni frame drum, namun gendang galang memiliki ukuran

yang berbeda dengan gendang kitik. Masyarakat dapat mengenal dan membedakan kedua

gendang ini menjadikan gendang galang sebagai perlambangan.

4.3.6 Fungsi Reaksi Jasmani

Gendang galang dalam ensambel gendang Binge yang digunakan untuk mengiringi tarian

yang sebagian gerakannya adalah gerakan yang dinamis yang kerap membuat para penarinya

bergerak indah.

Page 66: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

65

4.3.7 Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Agama

Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama dimana ensambel gendang Binge

digunakan dalam upacara agama, upacara perkawinan, peresmian suatu tempat,

organisasi/lembaga maupun individu.

4.3.8 Fungsi Penghayatan Estetis

Suatu keindahan dapat dituangkan dalam bunyi-bunyian yang dihasilkan dari perpaduan

instrumen-instrumen musik dalam gendang galang , yang tertuang melalui permainan ritem

maupun melodi yang dapat dinikmati oleh pemusik itu sendiri maupun pendengarnya.

Page 67: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

66

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Peranan ilmu Etnomusikologi sangat penting mengangkat suatu konsep dalam sistem

musikal disetiap etnis di dunia ini. Seperti pada masyarakat Karo Jahe di Kabupaten Langkat

menggunakan pendekatan onomatope dalam menggambarkan warna bunyi gendang galang.

Pendekatan lainnya dalam pengklasifikasian alat musik gendang galang, gendang ini dapat

diklasifikasikan ke dalam frame drum, tujuan pengklasifikasian ini memudahkan

persmuseuman dalam pengklasifikasian alat musik.

Dalam proses pembuatan gendang galang, bapak Lape Sitepu masih menggunakan tenaga

dan kemampuannya. Mulai dari pemilihan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan

gendang ini, beliau sangat telaten dan lebih mementingkan kualitas suara dan ketahanan

gendang sekalipun beliau mengetahui memakan waktu yang cukup lama. Beliau mempunyai

kiat-kiat tersendiri dalam membuat gendang tersebut.

Ritem yang dimainkan dalan setiap lagu pada masyarakat Karo Jahe di Kabupaten

Langkat dan ritem setiap lagu memiliki pola dasar yang dimainkan secara konstan hingga

akhir komposisi lagu, ternyata ritem tersebut ketika penyajiannya menghasilkan ritem yang

mengisi celah ritem yang kosong, ritem saling yang mengisi itu adalah variasi, variasi ini

terjadi secara spontan dan tidak dapat dipelajari, variasi ini muncul dari suasana hati pemusik.

5.2 Saran

Penelitian yang penulis lakukan masih dalam tahap kecil namun bermanfaat bagi

masyarakat pendukung kebudayaan serta pihak departemen pemerintahan yang mengemban

tugas menjaga dan melestarikan budaya nusantara. Kiranya penelitian ini membuka jalan

untuk penelitian berikutnya. Mungin kendala yang akan dialami peneliti berikutnya adalah

Page 68: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

67

sulitnya memperoleh informasi dari informan-informan di lapangan. Sejauh pengamatan

penulis, usia dari para narasumber dan tokoh-tokoh adat yang menguasai kesenian dan

budaya dari masyarakat Karo Jahe.

Pemerintah sedang gencar-gencarnya melestarikan budaya nusantara, kiranya bukan

hanya budayanya saja diperhatiakan tetapi, memperhatikan kehidupan para informan dan

penggiat seni tradisonal karena tidak sedikit dari terlupakan. Habis manis sepah dibuang

ibaratnya kata mereka akan diri mereka sendiri. Maksudnya, ada festival atau karnaval

budaya pemerintah sibuk mencari penggiat seni, apapun cara dilakukan pemerintah untuk

memikat hati penggiat seni. Tetapi lewat massa festival/karnaval budaya dan penggiat seni

tesebut dilupakan.

Page 69: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

68

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Payung, 1993. “ Kebudayaan Batak” dalam Manusia dan Kebudayaan Indonesia

(koentjaraningrat : ed). Jakarta, Penerbit Jembatan ( hal 94 – 117 ) Prinst, Darwan, 2004. Adat Karo, Medan, Bina Media Perintis Hornbostel, Erich M. Von and Curt Sach, 1961. Clasification of Musical Instrument.

Translate From Original Jerman by Antoni Brims and Klons P. Wachsman 1961

Hood, Mantle, 1982. The Etnhomusicologist, New Edition Kent. The Kent State University

Press

Khasima, Susumu, 1978. Ilustrasi dan Pengukuran Instrumen Musik. Terjemahan Rizaldi

Siagian

Koentjaraningrat, 1997. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, Aksara Baru

Meriam, Alan P. 1995. Antropology of music. Bloomington, Indiana: University Press

Moleong, L.J, 1990. Penelitian Metodologi Kualitatif, Jakarta, Rosda Karya Pusat Pembinaan Bahasa, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Penerbit Balai

Pustaka

Nettle,Bruno. 1964.Theory and Method in Etnomusicology. The Free Press of Glencoe.

Page 70: STUDI ORGANOLOGIS GENDANG GALANG PADA · PDF file2 klasifikasi membranofon, adalah sebuah alat musik pembawa ritmis yang terbuat dari kayu nangka. Sebagai penutup rongga atas dan bawah

69

DAFTAR INFORMAN

Nama : Lape Sitepu Usia : 57 tahun Pekerjaan : Petani / pembuat gendang galang Alamat : Desa Nangka Lima, Kabupaten Langkat Nama : Carinta Sitepu Usia : 30 tahun Pekerjaan : Petani ( anak dari bapak Lape Sitepu ) Alamat : Desa Nangka Lima, Kabupaten Langkat Nama : Kebal Kaban Usia : 88 tahun Pekerjaan : Pekerja seni musik tradisional Karo Langkat

Alamat : Desa Baguldah

Nama : Massa Ginting Usia : 52 tahun

Pekerjaan : Pemuka adat tradisional Karo Langkat

Alamat : Desa Baguldah