56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang kompleks dan menjadi perhatian utama berbagai negara di dunia. Sehat menurut WHO merupakan keadaan yang lengkap meliputi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial tidak hanya terbebas dari penyakit dan kecacatan. Sidang kesehatan sedunia (World Essembly) di tahun 1977 telah melahirkan kesepakatan global untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS) pada tahun 2000, yaitu tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan setiap orang hidup produktif baik secara social maupun ekonomi. Selanjutnya di tahun 1978, dalam konfrensi Alma Ata ditetapkanlah prinsip-prinsip Primary Health Care (PHC) sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS), dan Indonesia ikut menandatangani, menyatakan bahwa Health for All pada tahun 2000 Primary Health Care adalah kuncinya. Sejatinya PCH merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam pembangunan kesehatan di banyak negara, mengingat banyak isu yang berkembang tentang kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan di daerah-daerah pedesaan. Pembangunan kesehatan sendiri harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah sendiri telah menetapkan strategi nasional 1

Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan sesuatu yang kompleks dan menjadi perhatian utama

berbagai negara di dunia. Sehat menurut WHO merupakan keadaan yang lengkap

meliputi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial tidak hanya terbebas dari penyakit

dan kecacatan. Sidang kesehatan sedunia (World Essembly) di tahun 1977 telah

melahirkan kesepakatan global untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS) pada

tahun 2000, yaitu tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif baik secara social maupun ekonomi.

Selanjutnya di tahun 1978, dalam konfrensi Alma Ata ditetapkanlah prinsip-prinsip

Primary Health Care (PHC) sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai

Kesehatan Bagi Semua (KBS), dan Indonesia ikut menandatangani, menyatakan

bahwa Health for All pada tahun 2000 Primary Health Care adalah kuncinya.

Sejatinya PCH merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam

pembangunan kesehatan di banyak negara, mengingat banyak isu yang berkembang

tentang kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan di daerah-daerah pedesaan.

Pembangunan kesehatan sendiri harus dipandang sebagai suatu investasi

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut

pemerintah sendiri telah menetapkan strategi nasional menuju Indonesia Sehat dan

puskesmas adalah unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan

kesehatan di Indonesia. Konsep puskesmas dilahirkan pada tahun 1968 ketika

dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakernas) I di Jakarta. Pelayanan

kesehatan pada tingkat pertama pada waktu itu dirasakan kurang menguntungkan dan

kegiatan-kegiatan seperti BKIA, BP, dan sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri,

selain itu pelayanan kesehatan serta keberadaan dokter masih minim di pedesaan

karena cenderung berada di kota, serta biaya pelayanan di RS dan dokter swasta yang

lebih banyak bersifat kuratif (pengobatan jauh lebih mahal dibandingkan program

pencegahan). Melalui rakernas inilah timbul gagasan untuk menyatukan semua

pelayanan kesehatan di tingkat pertama kedalam suatu organisasi yang kemudian

dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Untuk jangka panjang

pelayanan kesehatan dasar (Primary Healh Care) yang dikembangkan melalui

1

Page 2: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

Puskesmas dinilai jauh lebih efisien dan efektif jika dibandingkan pengembangan

pelayanan melalui RS.

Dalam pelaksanaannya untuk mencapai Indonesia yang sehat, indikator

pencapaian yang digunakan untuk mengukur keberhasilan puskesmas antara lain

lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta

derajat kesehatan penduduk kecamatan yang optimal. Konsekuensinya, upaya

pelayanan kesehatan di  Puskesmas tidak hanya dalam hal pengobatan (kuratif) tetapi

juga meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kompleksnya

upaya pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas yang terdiri dari upaya kesehatan

wajib dan upaya kesehatan pengembangan serta adanya kerjasama lintas program

dan lintas sector tersebut menuntut adanya sebuah sistem manajemen puskesmas

yang baik meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi.

Berdasarkan hal tersebut maka dalam makalah yang berjudul “Analisis

Manajamen Pelayanan Kesehatan Dasar (Studi Kasus Manajemen Program Gizi

Kesehatan Masyarakat Di puskesmas II Denpasar Utara) ” ini akan dianalisis proses

manajemen program gizi di Puskesmas II Denpasar Utara yang terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi berdasarkan

prinsip-prinsip pelayanan kesehatan dasar.

2

Page 3: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen

1. Pengertian

Dalam bahasa Indonesia, istilah manajemen sering diidentikkan dengan

pengertian pengelolaan, kepengurusan, pembinaan, tata laksana, dan lain sebagainya.

Secara klasik manajemen merupakan ilmu atau seni yang mempelajari penggunaan

sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga bisa dikatakan manajemen adalah

bagaimana untuk memecahkan masalah, yang mengandung tiga prinsip pokok yaitu

efesien, efektif dan rasional, yang merupakan cirri utama dari manajemen. Yaitu

effisien dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternative kegiatan

untuk mencapai tujuan organisasi, serta rasional dalam mengambil keputusan

manajerial.

Untuk menerapkan batasan manajemen yang pertama kali harus dilakukan adalah

menetapkan rumusan masalah atau kendala untuk mencapai tujuan organisasi.

Masalah adalah kesenjangan antara apa yang ingin dicapai dengan apa yang di capai

(das sollen and dos sein). Di bidang pelayanan kesehatan, terdapat dua jenis masalah

yang perlu dirumuskan yaitu masalah kesehatan dan masalah program, yang saling

berkaitan satu sama lain. Dalam memecahkan masalah kesehatan yang ada,

perumusan masalah ini merupakan hal utama yang harus dilakukan sebab tujuan

utama dari pelaksanaa manajemen kesehatan sejatinya adalah untuk memecahkan

masalah kesehatan tersebut.

2. Fungsi Manajemen

Manajemen sebagai suatu proses dipelajari melalui fungsi-fungsi manajemen.

Fungsi manajeman adalah langkah-langkah penting yang wajib dilaksanakan oleh

seorang manajer untuk mencapai tujuan organisasi. Di Indonesia, oleh Kementrian

kesehatan digunakan empat fungsi manajemen yang mengacu pada George Terry,

yaitu :

3

Page 4: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

a. Planning (perencanaan)

Merupakan suatu proses yang dimulai dari merumuskan tujuan organisasi,

sampai dengan menetapkan alternative kegiatan untuk mencapainya. Dengan

perencanaan maka akan ada kejelasan kegiatan, apa yang akan dilakuakan atau

tugas-tugas oleh staf, peran pimpinan, serta sumber-sumber daya yang

dibutuhkan.

b. Organizing (pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun

semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan

memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan kata

lain pada fungsi ini berbgai macam kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya

akan mulai digolongkan dan diatur sedemikian rupa sehingga terintegrasi dengan

baik, termasuk pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf untuk

mencapai tujuan organisasi.

c. Actuating (penggerak dan pelaksanaan)

Adalah proses bimbingan kepada staf agar mampu bekerja secara optimal atau

menggerakkan sumber daya yang ada terutama sumber daya manusia untuk

mecapai tujuan yang telah ditetapkan. Kejelasan komunikasi, pengembangan

motivasi dan penerapan kepemimpinan yang efektif sangat membantu suksesnya

pelaksanaan pada fungsi ini.

d. Controlling (pengawasan dan pengendalian)

Merupakan proses mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan rencana kerja yang telah disusun, sehingg dapat dilakukan koreksi jika

terjadi kesalahan.

B. Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health Care)

1. Pengertian

PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metoda dan

teknologi praktis, ilmiah dan social yang dapat diterima secara umum baik oleh

individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka

sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara

untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup

mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).

4

Page 5: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

2. Tujuan PCH

a. Tujuan Umum

Adalah mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan

yang diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada

masyarakat yang menerima pelayanan

b. Tujuan Khusus

1) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani

2) Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani

3) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan madis dari populasi yang

dilayani

4) Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-

sumber daya lain dalam memenuhi kebutuan masyarakat

3. Fungsi PHC

PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi berikut ini :

a. Pemeliharaan kesehatan

b. Pencegahan penyakit

c. Diagnosis dan pengobatan

d. Pelayanan tindak lanjut

e. Pemberian sertifikat

4. Tiga unsur utama PHC

a. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan

b. Melibatkan peran serta masyarakat

c. Melibatkan kerjasama lintas sektoral

5. Elemen PHC

Dalam pelaksanaan PHC paling sedikit harus memiliki 8 elemen, yaitu :

a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit

serta pengendaliannya

b. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi

c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar

d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

5

Page 6: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

e. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama

f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat

g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa

h. Penyediaan obat-obat esensial

6. Ciri-ciri PHC

a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat

b. Pelayanan yang menyeluruh

c. Pelayanan yang terorganisasi

d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat

e. Pelayanan yang berkesinambungan

f. Pelayanan yang progresif

g. Pelayanan yang berorientasi pada keluarga

h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

7. Prinsip utama PHC

a. Partisipasi

b. Keadilan (equity)

c. Integrasi

d. Kerjasama lintas sektoral

C. Puskesmas

1. Pengertian

Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan dengan misi

sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang tugasnya melaksanakan

pembinaan, pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat 

di suatu wilayah tertentu. Pelayanan kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh,

meliputi aspek-aspek;  promotif, preventif, kuratif,  dan rehabilitatif.

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan

Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai

melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan

dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

6

Page 7: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi

pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat,

yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan

setempat.

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang

diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan,

yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat

yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,

melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk

hidup sehat.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan

memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta

meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh

anggota masyarakat.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat

berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung

dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan

menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup

pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.

7

Page 8: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

2. Fungsi Puskesmas

Terdapat 3 fungsi pokok puskesmas, yaitu :

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahknya

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat

c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat di wilayah kerjanya

3. Kegiatan Pokok Puskesmas

Kegiatan-kegiatan pokok puskesmas yang diselenggaraka sejak berdirinya

semakin berkembang. Saat ini kegiatan puskesmas dibagi menjadi upaya kesehatan

wajib dan upaya kesehatan pengembangan.

a. Upaya Kesehatan Wajib

1) Upaya kesehatan ibu dan anak (KIA)

2) Upaya promosi kesehatan (Prokes)

3) Upaya kesehatan lingkungan (Kesling)

4) Upaya perbaikan gizi

5) Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular

6) Upaya pengobatan dasar

b. Upaya Kesehatan Pengembangan

1) Upaya Kesehatan Sekolah

2) Upaya Kesehatan Olah Raga

3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

4) Upaya Kesehatan Kerja

5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

6) Upaya Kesehatan Jiwa

7) Upaya Kesehatan Mata

8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut

9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

8

Page 9: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

4. Asas Penyelenggaraan Puskesmas

Dalam penyelenggaraan puskesman, ada beberapa asa yang dijadikan

pegangan, yaitu :

a. Azas pertanggungjawaban

b. Asas pemberdayaan

c. Asas keterpaduan

Lintas program

Lintas sektoral

d. Asas rujukan

Rujukan medis

Rujukan kesehatan masyarakat

D. Penerapan Manajemen di Tingkat Puskesmas

Untuk dapat melaksanakan usaha pokok Puskesmas secara efisien, efektif,

produktif dan berkualitas, pimpinan puskesmas harus memahami dan menerapkan

prinsip-prinsip manajemen. Manajemen merupakan sebuah ilmu terapan yang dapat

dimanfaatkan di berbagai jenis organisasi untuk membantu manajer memecahkan

masalah organisasi. Oleh karena itu, ilmu manajemen juga diterapkan di bidang

kesehatan untuk membantu manajer kesehatan memecahkan masalah kesehatan.

Manajemen akan bermanfaat untuk membantu pimpinan dan pelaksana program agar

kegiatan program puskesmas dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Penerapan fungsi manajemen di puskesmas sendiri yaitu :

1. Perencanaan

Kegiatannya adalah merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh

puskesmas selama setahun. Perencanaan tingkat puskesmas yang dilakukan

setahun sekali, unsur yang direncanakan meliputi jenis kegiatan, kebutuhan

tenaga, alat dan sarana, serta penunjang lainnya. Sedangkan perencanaan obat

dan alat kesehatan dilakukan setiap bulan, dengan cara mengajukan usulan ke

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Pengorganisasian

Berdasarkan struktur organisasi puskesmas, dengan jabatan struktural kepala

puskesmas, sedangkan lainnya bersifat fungsional. pembagian tugas, yang

berdasarkan program pokok puskesmas, yang melibatkan tenaga perawat dan

9

Page 10: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

bidan. Dalam pembagian wilayah kerja, setiap petugas puskesmas melakukan

pembinaan ke desa-desa.

3. Pelaksanaan

a. Lokakarya mini puskesmas, dilakukan tiap bulan dalam rangka koordinasi

lintas program dan sektor.

b. Adanya proses kepemimpinan

c. Dilakukan koordinasi secara lintas program & sektor

d. Pelaksanaan program pokok puskesmas yang melibatkan seluruh staf

4. Monitoring dan Evaluasi

a. Melalui pemantauan laporan kegiatan

b. Pemantauan wilayah setempat (PWS)

c. Supervisi

d. Rapat rutin (staff meeting)

10

Page 11: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

BAB III

PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Puskesmas II Denpasar Utara

UPT Puskesmas II Denpasar Utara berlokasi di Desa Pamecutan Kaja

Kecamatan Denpasar Utara yang terletak di Jalan Gunung Agung Gg. II. Puskesmas

ini berdiri sejak tanggal 1 September 1982. Luas wilayah kerja UPT Puskesmas II

Denpasar Utara 10,17 km2 yang meliputi 2 desa dan 1 kelurahan dengan 30 banjar

dan 4 lingkungan yaitu:

1. Desa Pemecutan Kaja yang terdiri dari 13 dusun.

2. Desa Ubung Kaja yang terdiri dari 17 dusun.

3. Kelurahan Ubung yang terdiri dari 4 lingkungan

Adapun batas-batas wilayah kerja UPT Puskesmas II Denpasar Utara adalah

sebagai berikut :

Disebelah Utara  : Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, Badung.

Disebelah Timur  : Kelurahan Dauh Puri dan Kelurahan Peguyangan

Disebelah Selatan : Kelurahan Pemecutan.

Disebelah Barat  : Kelurahan Padang Sambian dan Desa Padang Sambian Kaja.

B. Visi dan Misi Puskesmas

1. Visi UPT Puskesmas II Denpasar Utara

Visi adalah suatu keadaan atau arah masa depan yang ingin dicapai oleh

sebuah organisasi. Adapun visi dari UPT Puskesmas II Denpasar Utara adalah

“Prima dalam pelayanan dengan semangat kebersamaanmenuju masyarakat sehat

merata tahun 2015”

2. Misi UPT Puskesmas II Denpasar Utara

Misi merupakan tujuan atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai visi

yang telah ada. Adapun misi dari UPT Puskesmas II Denpasar Utara adalah :

a. Meningkatkan profesional sumber daya manusia UPT Puskesmas II Denpasar

Utara.

b. Menggerakkan pembangunan yang berwawasan kesehatan dan mendorong

kemandirian masyarakat melalui PHBS.

11

Page 12: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

terjangkau melalui peningkatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.

d. Mendorong dan memilihara kesehatan lansia

C. Kegiatan yang dilakukan di Puskmas II Denpasar Utara

1. Kegiatan Pokok

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya KIA dan KB

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular (P3M)

f. Upaya Pengobatan

2. Kegiatan Integrasi

a. Upaya Kesehatan Pengembangan

1) Upaya Kesehatan Sekolah

2) Perkesmas

3) Puskesmas Rawat Inap

4) Upaya Kesehatan Kerja

b. Upaya Kesehatan Penunjang

1) Laboratorium

2) Surveilance

3) Gudang obat

4) Apotek

5) Loket

D. Analisis Manajemen Program Gizi Puskesmas II Denpasar Utara (Tahun

2011)

1. Perencanaan

a. Kegiatan

Perencanaan tingkat puskesmas adalah proses penyusunan rencana tahunan

Puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

Perencanaan ini mencakup semua kegiatan yang termasuk dalam upaya kesehatan

wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang. Perencanaan

12

Page 13: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

ini disusun sebagai Rencana Tahunan Puskesmas yang dibiayai oleh Pemerintah

Daerah, Pemerintah Pusat serta sumber dana lainnya.

Berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Tahunan tersebut, kegiatan-

kegiatan program gizi di Puskesmas II Denpasar Utara adalah :

a. Penanggulangan gizi makro; dengan subkegiatannya meliputi :

1) Penyuluhan gizi masyarakat

2) Melaksanakan kegiatan dan pelayanan posyandu

3) Melatih dan membina kader posyandu

4) Pemetaan dan pemantauan KADARZI

5) Pemantauan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

6) Pemanfaatan pekarangan

b. Penanggulangan gizi mikro; dengan subkegiatannya meliputi :

1) Pemantauan penggunaan garam beryodium

2) Pemberian vitamin A

3) Pemberian zat bezi

4) Pojok laktasi

5) Penanganan gizi lanjut usia

c. Upaya perbaikan gizi institusi; dengan subkegiatannya meliputi :

1) Pemantauan ASI Eksklusif

2) Konseling gizi melalui pojok gizi (POZI)

d. Sistem Kewaspadaan pangan dan gizi; kegiatannya meliputi:

1) Pemantauan perubahan pola konsumsi

2) Pemantauan status gizi

3) Intervensi penanggulangan kasus

b. Tenaga

Terdiri dari petugas gizi, dokter Puskesmas, Petugas PKM, Bidan KIA, kader

c. Dana

Sumber Dana yang digunakan untuk pelaksanaan program gizi di UPT

Puskesmas II Denpasar Utara berasal dari Pemerintah Kota Denpasar (APBD

Kota). Untuk penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk, UPT Puskesmas II

Denpasar Utara memperoleh dana dari APBD I selama 1 bulan APBD II selama

4 bulan masing-masing dalam bentuk barang, yaitu : susu, biskuit, kacang ijo,

dan kupon bensin.

13

Page 14: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

d. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan program gizi berupa blanko,

vitamin A, sirup zat besi, tablet zat besi, yodium tes, biskuit.

e. Sasaran Program

Tabel 1 Jumlah Penduduk Dan Data Sasaran Program Gizi Di Wilayah Puskesmas II

Denpasar Utara Tahun 2011

Desa/kelurahanLuas

(Km2)

Pddk

(Jiwa)

Jumlah

Kader

Sasaran

BayiVit. A

Bayi

Anak

BalitaBumil Bulin

Pemecutan Kaja 3.85 26995 70 567 312 2338 632 594

Kel. Ubung 1.73 9141 20 192 106 1096 211 202

Ubung Kaja 4.59 11242 85 236 130 1348 260 248

Puskesmas 10,17 47,379 175 994 547 5682 1094 1045

Sumber : Laporan Tahunan Program Gizi Tahun 2011

2. Pengorganisasian

Proses pengorganisasian yang ada di puskesmas II Denpasar Utara, dipimpin

oleh seorang kepala puskesmas yang membawahi upaya-upaya wajib dan upaya-

upaya pengembangan, salah satunya adalah program gizi. Program gizi sendiri di

koordinasi oleh satu petugas gizi yang membawahi beberapa kader yang dibentuk di

setiap banjar yang terdapat di 2 desa dan 1 kelurahan.

Unsur- unsur yang terlibat dalam proses pengorganisasian ini yaitu kepala

puskesmas yang bertangguang jawab terhadap seluruh program puskesmas, petugas

program gizi bertugas mengkoordinir seluruh pelaksaaan kegiatan gizi yang

dilaksanakan dilapangan yang juga bekerja sama dengan bidan KIA, petugas-

petugas dari program KIA serta berkoordinasi dengan kader- kader di setiap banjar

yang ikut membantu pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan di setiap banjar

mereka. Program gizi juga berkoordinasi dengan sekolah- sekolah dasar yang ada di

wilayah kerja puskesmas II Denpasar Utara.

3. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan program gizi, petugas gizi dibantu oleh

berbagai pihak, antara lain kader-kader dan ibu-ibu PKK yang ada di setiap banjar

14

Page 15: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

dari dua desa dan satu kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar

Utara untuk menggerakan masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan program

gizi. Hal ini dikarenakan minimnya tenaga gizi yang hanya berjumlah satu orang.

Selain itu, untuk kegiatan tertentu seperti pemberian tablet besi kepada ibu hamil,

petugas gizi bekerjasama dengan bidan KIA.

Pelaksanaan kegiatan program gizi di Puskesmas II Denpasar Utara yaitu :

a. Penanggulangan gizi makro

Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang disebabkan oleh kekurangan atau

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Subkegiatannya meliputi :

1) Penyuluhan Gizi Masyarakat

Penyuluhan gizi masyarakat adalah suatu upaya dalam rangka

memasyarakatkan pengetahuan gizi secara luas guna meningkatkan status

gizi, menanamkan sikap dan prilaku yang mendukung kegiatan hidup sehat

dengan makan makanan yang bermutu gizi seimbang.

Tujuan penyuluhan adalah dengan menginformasikan tentang makanan yang

bergizi dan sumber bahan makanan yang bergizi sesuai dengan kebutuhan

usianya dan bisa berpartisipasi turut menginformasikan pengetahuannya

tentang gizi kepada anggota keluarganya. Adapun sasarannya adalah ibu

hamil, ibu menyusui, ibu nifas, ibu balita,wanita usia subur, anak usia sekolah

dan remaja.

Kegiatan ini dilakukan sebanyak 12 kali setahun dengan sasaran kegiatan

adalah masyarakat. Tenaga pelaksananya petugas gizi, PKM dan dokter.

Waktu pelaksanaan setiap bulan. Tempat pelaksanaannnya di posyandu-

posyandu, maupun di sekolah-sekolah.

2) Melaksanakan kegiatan dan pelayanan posyandu

Kegiatan dilakukan dengan sistem lima meja dan dilakukan secara terpadu.

Hasil pemantauan penimbangan Balita ditulis dalam KMS dan buku KIA.

Adapun hasil penimbangan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

15

Page 16: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

Tabel 2Hasil Penimbangan Tahun 2011

Tolak ukur Pencapaian Target

Jumlah balita yang ada (S) 2006 100 %

Jumlah balita yang punya KMS (K) 2006 100 %

Jumlah balita yang ditimbang (D) 1711 80 %

Jumlah balita yang naik BB (N) 1096 60 %

Jumlah balita dibawa garis merah (BGM) 2 0.33 %

Tingkat Pencapaian

K/S (%) 100 100 %

D/S (%) 85.29 80 %

N/D (%) 86.83 60 %

BGM/D (%) 0.16 0.33 %

Posyandu yang ada 35 35

Posyandu yang aktif 35 35

Jumlah kader yang ada 175 175

Frekuensi penimbangan posyandu/tahun 12 kali 12 kali

Sumber : Laporan Tahunan Program Gizi Tahun 2011

Jumlah balita yang ada di wilayah UPT Puskesmas II Denpasar Utara

sebanyak 2006 orang dengan balita yang mempunyai KMS sebanyak 2006

anak balita (100%). Dari hasil penimbangan tiap bulan rata-rata balita yang

hadir sebanyak 1711 balita dengan balita yang naik BB sebanyak 1096 balita.

Cakupan penimbangan K/S sudah mencapai 100% dengan tingkat partisipasi

masyarakat terhadap penimbangan mencapai 85,29%. Tingkat keberhasilan

program penimbangan (N/D) di tingkat UPT Puskesmas II Denpasar Utara

sebanyak 86,83% ini berarti bahwa banyak yang berat badannya tidak naik

setiap penimbangan.

Kegiatan posyandu dilakukan setiap bulan dengan sasaran bumil, bayi, balita,

bufas, dan buteki. Tenaga pelaksananya dokter dan petugas gizi, dan kader.

16

Page 17: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

3) Melatih dan membina kader posyandu

Kader merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam Program

Gizi Posyandu. Kader adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau

bekerja secara sukarela dan iklas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan

posyandu, mau dan sanggup menggerakan masyarakat untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan. Di UPT Puskesmas II Denpasar

Utara terdapat 175 kader yang tersebar di 2 desa dan 1 kelurahan. Dari 175

kader yang ada, hampir semua kader aktif melaksanakan kegiatan posyandu,

namun ada beberapa kader yang tidak aktif.

Adapun tugas kader adalah :

1. Mencatat setiap bayi/balita yang datang pada saat posyandu.

2. Menimbang bayi/balita.

3. Mencatat berat badan bayi/balita pada KMS dan buku KIA.

4. Melaporkan hasil pencatatan kepada petugas kesehatan yang ditunjuk

oleh UPT Puskesmas II Denpasar Utara.

5. Selain itu kader juga bertugas memantau berat badan bayi/balita, jika ada

kasus gizi buruk atau gizi kurang, kader harus melaporkannya ke puskesmas.

Pelatihan kader dilakukan sebanyak 2 kali setahun dengan sasaran adalah

kader posyandu. Tenaga pelaksananya adalah dokter puskesmas, petugas gizi

dan petugas PKM. Waktu pelaksanaan bulan Maret dan Agustus.

4) Pemetaan dan pemantauan KADARZI

Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang mempunyai sikap dan prilaku

keluarga dapat secara mandiri bisa mewujudkan keadan gizi yang sebaik-

baiknya yang tercermin dalam pola konsumsi pangan yang beraneka ragam

dan bermutu gizi seimbang. Tujuan dari KADARZI adalah agar setiap

keluarga:

1. Menimbang balita ke posyandu secara berkala.

2. Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi (gizi

kurang dan gizi lebih).

3. Mampu menghidangkan susunan makanan yang baik dan benar sesuai

dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

4. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian atau mencari rujukan apabila

terjadi kelainan gizi dalam keluarga.

17

Page 18: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

5. Menghasilkan makanan melalui pemanfaatan pekarangan.

Sasaran pembinaan KADARZI adalah semua keluarga di wilayah kerja UPT

Puskesmas II Denpasar Utara yang ditunjuk terutama pada keluarga yang

mempunyai kelainan gizi, keluarga prasejahtera, dan keluarga sejahtera.

Adapun indikator yangdipakai dalam mewujudkan KADARZI adalah 

1. Keluarga bisa mengkonsumsi aneka ragam makanan.

2. Keluarga selalu memantau status gizi anggota keluarga khususnya balita

dan ibu hamil dengan cara menimbang berat badannya.

3. Keluarga biasa atau selalu menggunakan garam beryodium dalam

memasak makanan sehari-hari.

4. Keluarga memberikan dukungan pada ibu yang melahirkan untuk

memberi ASI Eksklusif dari usia bayi 0-6 bulan.

5. Keluarga memberikan Sumplemen Gizi seperti kapsul Vitamin A, tablet

besi, dan kapsul yodium.

Penentuan sampel pemantauan KADARZI ditentukan oleh dinas kesehatan

pusat. Pada tahun 2011 di UPT Puskesmas II Denpasar Utara sampel yang

diambil adalah Desa Ubung Kaja dengan jumlah sampel pemantauan

KADARZI adalah sebanyak 95 KK dengan jumlah keluarga yang sudah

KADARZI 45 KK. Untuk lebih jelasnya hasil pemetaan KADARZI tahun

2011, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3Laporan HAsil Pemetaan KADARZI Tahun 2011

Desa/kelurahan Jumlah KK

Sampel

Jumlah KK

Belum

KADARZI

Jumlah KK sudah

KADARZI

Persentase

(%)

Ubung Kaja 98 53 45 45.91

Sumber : Laporan Tahunan Program Gizi Tahun 2011

Pemetaan KADARZI dilakukan sebanyak 1 kali setahun dengan sasaran

kegiatan adalah kepala keluarga yang telah dijadikan sampel. Tenaga

pelaksananya yaitu petugas gizi. Waktu pelaksanaan bulan Juli. Untuk

pemantauan KADARZI dilakukan sebanyak 12 kali setahun dengan sasaran

kegiatan adalah keluarga yang merupakan sampel.

18

Page 19: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

5) Pemantauan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Pemantauan BBLR bekerjasama dengan program KIA dengan memantau BB

bayi yang lahir dengan BB < 2500 gram sampai bayi mencapai BB normal

sesuai dengan umurnya. Tenaga pelaksananya yaitu petugas gizi. Waktu

pelaksanaan setiap saat ada bayi BBLR.

6) Pemanfaatan pekarangan

Tujuan pemanfaatan pekarangan adalah untuk membantu memenuhi

kebutuhan gizi keluarga. Pekarangan mempunyai fungsi antara lain sebagai

penyedia bahan kebutuhan sehari-hari, sebagai sumber tambahan

penghasilan, dan sebagai tempat yang dapat memberikan kenyamanan. Di

UPT Puskesmas II Denpasar Utara pemanfaatan pekarangan dikaitkan

dengan kegiatan diversifikasi pangan dan gizi serta lebih banyak merupakan

tugas terpadu bersama intansi terkait misalnya dinas pertanian dan

peternakan. Dalam upaya ini berbagai kegiatan penyuluhan bagi

pembudidayaan pekarangan lebih ditingkatkan sebagai bagian dari program

diversifikasi pangan dan gizi yang dipadukan dengan kegiatan Upaya

Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Pelaksananya adalah Penyuluh Pertanian

Lapangan (PPL) bersama Kelompok Wanita Tani (KWT), PKK serta kader

lain. Sebagian dari hasil produksi pekarangan diharapkan dapat dimanfaatkan

untuk mendukung kegiatan PMT diposyandu.

b. Penaggulangan Gizi Mikro

Tujuan umum dari program penanggulangan gizi mikro adalah mencegah dan

menurunkan prevalensi masalah gizi mikro. Sedangkan tujuan khususnya adalah

mencegah dan menurunkan prevalensi GAKY serta mencegah terjadinya bayi lahir

dengan kretin, mencegah dan menurunkan prevalensi anemia gizi,

menurunkanprevalensi dan mencegah Kekurangan Vitamin A pada balita.

Adapun subkegiatannya meliputi :

1) Pemantauan Penggunaan Garam Beryodium

Kekurangan zat yodium dalam waktu tertentu akan dapat menimbulkan

gangguan pertumbuhan fisik, keterbelakangan mental, dan penurunan

kecerdasan yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Untuk

penanggulangan masalah tersebut dilakukan melalui program jangka panjang

19

Page 20: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

yaitu distribusi garam beryodium dengan kadar 30-80 ppm yang bertujuan

untuk mencegah timbulnya kasus kritin pada balita, menurunkan prevalensi

gondok endemik total (TGR), dan iodisasi garam secara nasional melalui

iodisasi semua garam.

Kegiatan yang dilaksanakan yaitu pemetaan penggunaan garam beryodium

untuk memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam

yodium yang memenuhi syarat masyarakat. Penggumpulan data dilaksanakan

pada tiap desa/kelurahan dengan memilih SD secara acak. Masing-masing

sampel diambil 21 orang anak murid kelas 4 dan kelas 5. Anak diminta

membawa garam dapur yang biasa dipakai sehari-hari dan juga membawa

bungkus garam yang dipakai tersebut. Pemantauan dilakukan sebanyak 2 kali

dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Adapun hasil

pemetaan penggunaan garam beryodium di wilayah kerja UPT Puskesmas II

Denpasar Utara tahun 2011 adalah seperti pada tabel berikut :

20

Page 21: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

Tabel 4. Hasil Pemetaan Penggunaan Garam Beryodium Diwilayah Kerja UPT Puskesmas II Denpasar Utara

Desa/Kel

Katagori Desa Bentuk GaramNama Merek

DagangNo.MD/IP Tempat Beli Agram

Baik Tidak Halus Krosok Briket Ada Tidak Ada Tidak Pasar WarungTukang

SayurLain-lain

Februari

Pemecutan

Kaja- V 9 0 12 7 14 7 14 3 16 0 2

Kel. Ubung V - 19 2 0 5 14 5 16 5 16 0 0

Ubung Kaja - V 17 0 4 10 11 10 11 12 18 0 0

Jumlah 1 2 45 2 16 22 41 22 41 21 40 0 2

Agustus

Pemecutan

KajaV - 21 0 0 21 0 18 3 4 17 0 0

Kel. Ubung V - 21 0 0 21 0 21 0 8 13 0 0

Ubung Kaja V - 21 0 0 19 2 19 2 13 8 0 0

Jumlah 3 - 63 0 0 61 2 58 5 25 38 0 0

Sumber : Laporan Tahunan Program Gizi Tahun 2011

21

Page 22: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

Dapat dilihat bahwa pada pemantauan bulan Februari masih ada

desa/kelurahan yang masuk katagori desa tidak baik yaitu desa pemecutan

kaja dan ubung kaja. Katagori ini diberikan berdasarkan penggunaan garam

yodiumnya yang masih kurang baik. Seperti sebagian gram masih berbentuk

masih berbentuk briket, tidak ada merek dagang, tidak ada nomor MD/IP.

Namun setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan-penyuluhan tentang

garam berodium dan pemberian garam beryodium, pada bulan Agustus

masyarakat sudah beralih kegaram yang beryodium, sehingga semua

desa/kelurahan dikatagorikan sudah merupakan desa/kelurahan yang baik.

2) Pemberian vitamin A

Penanggulangan KVA yaitu kegiatan menurunkan prevalensi KVA melalui

upaya peningkatan konsumsi vitamin A dengan makan makanan sumber

vitamin A dan suplemen kapsul vitamin A dosis tinggi. Tujuan adalah untuk

mencegah KVA, menurunkan prevalensi KVA pada anak balita, dan

meningkatkan status balita dan meningkatkan vitamin A pada ibu nifas.

Sasaran pemberian vitamin A :

a. Bayi dari umur 6-11 bulan, baik sehat maupun sakit dengan dosis 1 tablet

vitaminA 100.000 IU warna biru, serentak pada bulan Februari dan

Agustus.

b. Anak balita umur 1-5 tahun baik sehat maupun sakit dengan dosis 1 tablet

warna merah (vitamin A 200.000 IU) diberikan serentak pada bulan

Februari dan Agustus.

c. Ibu nifas, ibu melahirkan (masa nifas) sehingga bayinya akan

mendapatkan vitamin A melalui ASI dengan dosis 1 tablet 200.000 IU

warna merah paling lambat 30 hari setelah melahirkan.

d. Kejadian tertentu : bagi balita dengan kasus campak, diare, pneumonia,

gizi buruk segera diberikan kembali 1 kapsul vitamin A yang telah

ditentukan. Hasil pencapaian pemberian vitamin A tahun 2011 dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

22

Page 23: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

Tabel 5Hasil Pencapaiana Penaggunalang Anemia Di wilayah Kerja UPT Puskesmas II

Denpasar Utara Tahun 2011Tolak Ukur Pencapaian Target

N %

FE I Bumil 1229 100 100

FE III Bumil 1184 100 90

Sumber : Laporan Tahunan Program Gizi Tahun 2011

Pemberian vitamin A baik pada bayi, balita, maupun ibu hamil sudah

mencapat target tang ditetapkan.

3) Pemberian Zat Besi

Penanggulangan anemia gizi besi adalah kegiatan menurunkan prevalensi

anemia gizi besi melalui upaya peningkatan konsumsi zat besi melalui

suplemen tablet/sirup besi dan konsumsi sumber zat besi.

Tujuan kegiatan yaitu : mencegah terjadinya anemia gizi besi pada semua

kelompok sasaran serta untuk menurunkan anemia gizi besi pada ibu hamil,

bayi dan balita. Sasaran kegiatan adalah : ibu hamil sampai nifas, bayi (0-6

bulan), dan anak balita. Kegiatannya yaitu : pemberian tablet besi pada

kelompok sasaran, penyuluhan pada masyarakat dengan pendekatan

pemasaran sosial untuk mengkomsunsi makanan alami sumber zat besi, dan

pemanfaatan pekarangan dengan tanaman sumber besi. Tenaga pelaksana

yaitu : petugas Puskesmas, bidan desa, kader posyandu, dan tenaga lainnya

yang bisa bekerja sama antara bidan praktek swasta, rumah bersalin dan

dokter praktek swasta.

Penanggulangan Anemia di UPT Puskesmas II Denpasar Utara :

a. Penanggulangan anemia pada Balita dengan memberikan sirup besi

kepada bayi berumur 6-11 bulan dengan:

Pemberian setengah sendok takar obat (2,5 ml) berturut-turut selama 60

hari.

Pada bayi yang lahir dengan BBLR pemberian sirup besi dimulai saat

umur 5 bulan

Diberikan sirup besi pada balita 1-5 tahun sehari 1 sendok takar obat

(5ml) berturut-turut selama 60 hari.

23

Page 24: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

b. Penanggulangan anemia pada anak usia sekolah yaitu dengan pemberian

1 tablet besi setiap minggu selama 3 bulan.

c. Penanggulangan anemia pada WUS, ibu hamil, nifas, remaja putri dan

pekerjawanita dianjurkan minum tablet tambahan darah dengan dosis 1

tablet (yang mengandung 60 mg elemental dan 0,25 mg asam polat sesuai

rekomendasi WHO), setiap hari selama masa kehamilan dan 42 hari

setelah melahirkan (minimal 90 tablet). Adapun hasil pencapaian

penanggulangan anemia dapat dilihat pada tabelberikut ini :

Tabel 6 Hasil Pencapaiana Penaggunalang Vitamin A Di wilayah Kerja UPT Puskesmas II

Denpasar UtaraTolak Ukur Pencapaian Target

N %

Vit. A Bayi 6-12 Tahun

- Februari 324 100 100

- Agustus 244 100 100

Vit. A Anak Balita

- Februari 1618 100 100

- Agustus 1767 100 100

Vit. A Ibu Nifas 1020 100 90

Sumber : Laporan Tahunan Program Gizi Tahun 2011

Dari data diatas dapat dilihat pemberian vitamin A pada bayi, balita dan ibu

nifas tahun 2011 sudah mencapai target yang telah ditetapkan

4) Pojok Latasi

Merupakan suatu tempat ini ibu menyusui atau calon ibu diajarkan cara

memberi ASI yang benar, cara memeras ASI, cara menyimpan ASI dan

sekaligus sebagai tempat pengeluaran dan penyimpanan ASI selama waktu

bekerja. Tujuan pojok laktasi adalah meningkatkan penggunaan ASI yang

diberikan secara eksklusif sampai dengan bayi berumur 6 bulan. Secara

khusus bertujuan untuk memberikan konsultasi tentang cara supaya produksi

ASI lancar, memberikan konsultasi tentang cara memberikan ASI dan cara

memeras ASI yang benar, memberikan konsultasi tentang masalah-masalah

24

Page 25: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

yang dihadapi selama menyusui, danmenyediakan tempat untuk memeras

ASI dan menyimpan dengan baik sebelumdibawa pulang.

Sasaran pojok laktasi adalah calon ibu, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Kegiatan yang dilakukan di pojok lakasi antara lain memberikan konsultasi

tentang tatalaksana menyusui, serta menyediakan tempat untuk memeras ASI

dan menyimpannya. Tempat pelaksanaan di puskesmas dan di posyandu-

posyandu.

5) Penanganan Gizi Usia Lanjut

Penanganan gizi usia lanjut merupakan cakupan kesehatan pra usia lanjut dan

usia lanjut. Pra usia lanjut dan usia lanjut yang memperoleh pelayanan

kesehatan sesuai dengan standar di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu

tertentu. Tujuan penanganan gizi usia lanjut adalah mengetahui beberapa

akibat dari proses menua terhadap status gizi. Ada beberapa proses penuaan

yang dapat mempengaruhi status gizi lansia, misalnya penurunan kecepatan

metabolisme basal (setelah usia 30 tahun). Penurunan ini mengakibatkan

kebutuhan kalori menurun, sehingga cenderung untuk menderita kegemukan

atau obesitas. Masalah gizi pada lansia ini akan berdampak pada penyakit

jantung koroner, hipertensi, DM, sirosis hepatis ,osteoporosis, anemia, gout,

KEK, kurang zat gizi mikro (vitamin A, B1, asam folat, B12, C, D, E, dan

Zn), dan kekurangan serat.

Kegiatan penanganan gizi usia lanjut yaitu senam lansia, pemeriksaan

kesehatan lansia (tekanan darah), pengobatan dan penyuluhan dari dinas

terkait. Kegiatan ini dilakukan pada pelaksanaan Posyandu Paripurna yang

dilakukan setiap bulan.

c. Upaya Perbaikan Gizi Institusi

Tujuan dari perbaikan gizi institusi adalah untuk meningkatkan perbaikan gizi

institusi serta mendukung pola pelayanan dari segi aspek promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi warga institusi

melalui pelayanan makanan maupun aspek pengobatan. Adapun kegiatan yang

dilakukan yaitu :  

25

Page 26: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

1) Pemantauan ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah perilaku dimana bayi dari 0-6 bulan hanya diberikan

ASI (Air Susu Ibu) saja tanpa ada makanan tambahan dan minuman lain,

kecuali pemberian obat bila sakit. Pemberian ASI secara eksklusif dapat

mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan

status gizi masyarakat untuk menuju tercapainya kualitas sumber daya

manusia yang memadai. Untuk lebih jelasnya pencapaian ASI Eksklusif di

wilayah kerja UPT Puskesmas II Denpasar Utara dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 7Hasil Pencapaian Penanggulangan Asi Eksklusif Di wilayah Kerja UPT

Puskesmas II Denpasar UtaraTolak Ukur Pencapaian Target (%)

n %

Bayi 0-6 bulan yang lulus Asi Eksklusif 21 38.37 80

Sumber : Laporan Tahunan Program Gizi Tahun 2011

Dari data tersebut dapat dilihat pencapaian ASI Ekslusif di Puskesmas II

Denpasar Utara belum mencapai target. Dimata tahun 2011 pencapaiannya

yaitu 38,37% dengan targetnya 80%.

2) Konseling Gizi Melalui Pojok Gizi (POZI)

POZI adalah pelayanan gizi professional yang diberikan di puskesmas oleh

tenaga gizi terdidik/terlatih kepada setiap pengunjung puskesmas yang

membutuhkan dan bertujuan untuk pencegahan, penanggulangan,

penyembuhan, dan pemulihan penyakit yang berkaitan dengan gizi. Secara

professional POZI terdiri dari konseling, anjuran dietetik, dan intervensi

berdasarkan hasil pengkajian. Ruang lingkup meliputi preventif, kuratif dan

rehabilitatif, pelayanan oleh tenaga terlatih sesuai dengan protap, berlaku

untuk setiap individu yang membutuhkan, dan pedoman pelaksanaan POZI

berlaku secara nasional

Dilakukan setiap hari, dengan sasaran kegiatan adalah pengunjung

puskesmas. Tenaga pelaksananya yaitu dokter puskesmas dan petugas gizi.

26

Page 27: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

d. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) merupakan suatu system

pengelolaan informasi yang dilaksanakan secara terus menerus untuk mendukung

perencanaan dan penetapan langkah-langkah tindakan penanggulangan jangka

pendek/panjang berkaitan dengan masalah pangan dan gizi di suatu wilayah tertentu.

Oleh karena itu, kegiatan SKPG dilaksanakan secara terpadu dengan lintas sector

terkait lainnya seperti pertanian, perternakan, perikanan, perkebunan, perdagangan

dan industri, kesehatan dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan SKPG. Sektor

kesehatan berperan dalam memberikan informasi komsumsi pangan serta keamanan

pangan. Komsumsi pangan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan melalui peningkatan

surveilen gizi sedangkan keamanan pangan bekerja sama dengan Balai Besar POM.

Sasaran kegiatan SKPG adalah meliputi seluruh desa yang ada di wilayah

kerja UPT Puskesmas II Denpasar Utara, dengan kegiatannya adalah :

1) Pemantauan Perubahan Pola Konsumsi

Pemantauan/pengamatan perubahan pola konsumsi dilakukan terhadap rumah

tangga pra-sejahtera di semua desa, Pengamatan dilakukan dengan

mengambil sampel sebanyak 20 KK miskin. Waktu pelaksanaannya yaitu

setiap bulan. Hasil pelaksanaan SKPG adalah sepeti tabel berikut ini :

Tabel 8Hasil Pelaksanaan Kegiatan SKPG Di wilayah Kerja UPT Puskesmas II Denpasar

Utara

Indikator

Desa/kel

JumlahPemucutan

Kaja

Kel.

Ubung

Ubung

Kaja

Jumlah sampel 20 20 20 60

Jumlah sampel yang frekuensi makan

- 3 kali/hari 20 20 20 60

- 2 kali/hari 0 0 0 0

- 1 kali/hari 0 0 0 0

Jumlah KK yang berubah jenis pangan dari

bahan makan pokok ke jenis makanan

lainnya

0 0 0 0

Jumlah KK yang pengan pokoknya dimasak

kurang

0 0 0 0

Jumlah 20 20 20 60

Sumber : Laporan Tahunan Program Gizi Tahun 2011

27

Page 28: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

Berdasarkan sampel yang diambil, semua KK mempunyai pola komsumsi

yang baik dan masih bisa memenuhi kebutuhan pokoknya.

2) Pemantauan Status Gizi

Pemantauan status gizi dilaksanakan setahun sekali, yaitu pada bulan Agustus

dengan jumlah sampel 182 balita yang tersebar di 2 desa dan 1 kelurahan

yaitu Desa Pemecutan Kaja, Desa Ubung Kaja, dan Kelurahan Ubung Kaja

dengan metode pemilihan sampel menggunakan teknik simple random

sampling.

Hasil kegiatan PSG dapat dilihat pada tabel berikut ini :

28

Page 29: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

Tabel 9Hasil Pelaksanaan Kegiatan SKPG Di wilayah Kerja UPT Puskesmas II Denpasar Utara

Desa/Kelurahan

Balita

yang

diukur

Jumlah Anak Menurut Status Gizi

Laki-laki Perempuan

L P Buruk Kurang Baik Lebih Buruk Kurang Baik Lebih

N % n % N % N % n % n % n % n %

Pemecutan Kaja 53 25 0 0 3 5.66 43 81.3 7 13.2 0 0 1 4.0 22 88.0 2 8.0

Kelurahan Ubung 15 11 0 0 0 0 14 93.3 1 6.67 0 0 0 0 11 10.6 0 0

Ubung Kaja 38 40 0 0 3 7.9 34 89.5 1 2.6 0 0 2 5.0 37 92.5 1 2.5

Jumlah 106 76 0 0 6 5.7 91 85.9 9 8.5 0 0 3 4.0 70 92.1 3 4.0

Sumber : Laporan Tahunan Program Gizi Tahun 2011

Berdasarkan data pada tabel di atas ditemukan :

- Di Desa Pemecutan Kaja tidak ditemukan kasus gizi buruk, tetapi ditemukan 4 kasus gizi kurang pada anak balita

- Di Kelurahan Ubung hanya terdapat 1 kasus gizi lebih pada anak balita laki-laki

- Di Desa Ubung Kaja ditemukan 6 kasus gizi kurang pada anak balita 4 kasus gizi lebih pada anak balita.

29

Page 30: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

3) Intervensi Penanggulangan Kasus

Kegiatan penanganan status gizi yaitu sebagai berikut:

Tingkat Rumah Tangga : Menimbang anak secara teratur ke Posyandu,

Bayi umur 0-6 bulan di berikan hanya ASI saja, berikan makanan yang

beraneka ragam,dan Anak yang sakit atau mengalami gangguan

pertumbuhan diberitahukan kepada petugas atau kader.

Tingkat Posyandu : lakukan penimbangan dan pencatatan di KMS,

berikan nasehat tentang ASI, penyuluhan MP ASI, anjurkan makanan

beraneka ragam, apabila berat badan balita tidak naik, maka berikan

PMT, dan apabila tiga kali berturut-turut berat badan tidak naik berikan

PMT pemulihan, serta rujuk balita ke puskesmas bila gizi buruk dan

lakukan kunjungan rumah untuk pemantauan perkembangan kesehatan.

Tenaga pelaksananya yaitu dokter puskesmas, petugas gizi dan dokter.

Untuk mempercepat meningkatkan gizi balita yang status gizinya kurang

dilakukan beberapa kegiatan meliputi :

Penyuluhan dan konsultasi gizi melalui posyandu melibatkan kader

maupun yang datang ke puskesmas melalui pojok gizi (POZI)

Pemberian makanan tambahan berupa roti, susu dan vitamin.

Melaksanakan kunjungan rumah pada kasus gizi buruk.

4. Monitoring Dan Evaluasi

Pemantauan keberhasilan setiap kegiatan program gizi di 2 desa dan 1 kelurahan

yang ada di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Utara dilakukan dengan teknik

monitoring bulanan. Monitoring bulanan ini dilakukan untuk mengetahui apakah

kegiatan yang dilaksanakan pada bulan tertentu di kelurahan dan setiap desa telah

sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Bila hasilnya belum sesuai dengan

harapan, maka akan dicari penyebabnya untuk kemudian dilakukan intervensi.

Evaluasi program gizi di Puskesmas II Denpasar Barat dilakukan sebanyak dua

belas kali dalam setahun yaitu setiap bulan. Evaluasi dilakukan dengan membuat

pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan serta menilai cakupan setiap kegiatan

program gizi. Cakupan kegiatan ini dinilai dengan cara membandingkan persentase

target kegiatan dengan persentase hasil kegiatan. Selisih antara persentase target

30

Page 31: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

kegiatan dengan hasil kegiatan dijadiakn patokan untuk menentukan tercapai

tidaknya pelaksanaan suatu kegiatan. Apabila selisih yang diperoleh bernilai positif,

maka dapat dikatakan bahwa kegiatan yang telah dilakukan telah tercapai sebaliknya

bila selisihnya negatif dikatakan kegiatan yang dilaksanakan tidak tercapai. Pada

akhir tahun, eveluasi juga dilakukan dengan membuat pencatatan dan pelaporan hasil

kegiatan dan cakupannya dari bulan Januari sampai Desember.

E. Masalah Dan Hambatan Program Gizi di Puskesmas II Denpasar Barat

Dari kegiatan yang telah dilaksanakan oleh program gizi pada tahun 2008 di

UPT Puskesmas II Denpasar Utara, ada beberapa permasalahan yang dihadapi

sebagaiberikut :

1. Dari hasil pemetaan KADARZI pada sampel sebanyak 98 KK hanya 45 KK

yang KADARZI atau sekitar 45,92% dari target 80%. Sehingga masih masih

cukup banyak keluarga yang tidak memantau kesehatan dan pertumbuhan

anggota keluarga terutama anak balita dan ibu hamil, serta masih banyak juga

ibu yang belum memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dengan alasan

ibunya bekerja.

Pemecahan masalah :

- Peningkatan keaktifan petugas maupun kader dalam melakukan

penyuluhan dan sosialisasi kepada masayarkat untuk memperhatikan

pentingnya KADARZI seperti pentingnya Posyandu dan Pentingnya ASI

bagi pertumbuhan bayinya.

2. Program pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui sebanyak 1103 Buteki.

Adapun hasil pencapaian ASI Eksklusif yaitu 38,10% dengan target pencapaian

ASI Eksklusif sebanyak 80%. Pencapaian program ASI Eksklusif masih jauh

dari target yang ditentukan. Beberapa hal yang menyebabkan bayi tidak lulus

ASI Eksklusif adalah keadaansosial ekonomi keluarga yang tidak mendukung,

seperti ibu harus bekerja disektor swasta maupun pemerintah untuk membantu

kebutuhan keluarga sehingga tidak memungkinkan memberikan ASI saja.

Pemecahan masalah yang dilakukan :

- Peningkatan promosi pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan sejak bayi

lahir sampai berumur 6 bulan melalui kerjasama lintas sektor dan lintas

program baik oleh petugas maupun kader.

31

Page 32: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

- Mengadakan pencatatan dan pemantauan setiap ibu menyusui selama

pemberianASI Eksklusif

- Mengadakan pendekatan pada keluarga (suami dan mertua) ibu menyusui

mengenai program pemberian ASI Eksklusif

- Meningkatkan program pojok laktasi

3. Masih adanya balita yang mengalami gizi kurang selama tahun 2011

Pemecahan masalah :

- Peningkatan penyuluhan bahayanya gizi buruk dan pelacakan gizi buruk

4. Kurangnya sumber daya manusia dengan program yang menumpuk pada waktu

yang sama.

Dalam program gizi tenaga yang ada hanya satu orang sedangkan kegiatan

seringkali dilaksanakan pada saat yang berdekatan bahkan pada waktu yang

sama, meskipun tetap dibantu oleh tenaga- tenaga. Hal ini seringkali menjadi

hambatan dalam pelaksanaan program.

Pemecahan masalah :

- Pengusulan penambahan tenaga

- Tetap melakukan koordinasi yang baik dengan pemegang program

maupun kader-kader yang telah dibentuk.

5. Ada kader yang tidak aktif di beberapa desa.

Tidak semua kader aktif dalam setiap kegiatan posyandu sehinggga pelayanan

tidak berjalan lancar. Keterbatasan kader disebabkan adanya kader drop out

karena lebih tertarik bekerja di tempat lain yang memberikan keuntungan

ekonomis, karena ada kesibukan tersendiri, kader pindah karena ikut suami, dan

juga setelah bersuami tidak mau lagi menjadi kader.

Pemecahan masalah :

- Melakukan follow up kembali kader yang tidak aktif dan dalam

pemelihan kader berikutnya lebih memilih kader yang berkomitmen dan

pembekalan yang mendalam kepada kader yang telah ada, sehingga

mempunyai komitmen yang tinggi.

32

Page 33: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

F. Penerapan Keempat Prinsip Pelayanan Kesehatan Dasar Dalam Pelaksaaan

Program Di Puskesmas II Denpasar Utara

1. Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan masyrarakat dalam suatu kegiatan. Pada

puskesmas II Denpasar Utara partisipasi masyarakatnya sudah cukup baik, hal ini

di terbukti dengan keikut sertaan mayarakat dalam berbagai kegiatan program

gizi seperti penyuluhan gizi dan mengadakan pemanfaatan pekarangan dan

posyandu. Selain itu, bentuk partisipasi masyarakat berupa kesediaan masyarakat

untuk menjadi kader dalam membantu petugas gizi dalam melaksanakan

kegiatannya. Namun seiring berjalannya waktu ada beberapa kader yang menjadi

tidak aktif.

2. Equity

Pelayanan program gizi Puskesmas II Denpasar Utara telah mencakup kelurahan

dan desa yang berada di wilayah kerjanya karena sasaran kegiatan program gizi

telah ditentukan dari dinas. Dinas kesehatan menentukan sampel yang akan di

intervensi untuk setiap kegiatan yang diambil dari setiap desa dan kelurahan.

3. Integrasi

Program gizi Puskesmas II Denpasar Utara, melakukan kerjasama dengan

program lain yang ada di puskesmas tersebut seperti program KIA. Bentuk

kerjasama antara program gizi dan program KIA dalam hal pemberian zat besi

kepada ibu hamil karena untuk pemberian zat besi petugas gizi memerlukan

informasi dari bidan KIA tentang kondisi ibu hamil. Selain itu, program gizi

bekerja sama dengan program KIA dalam kegiatan imunisasi.

4. Kerjasama

Untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan, Puskesmas II Denpasar Barat

melakukan kerjasama dengan pemerintah kecamatan dan desa, pihak- pihak

sekolah, dan PKK. Rapat paripurna yang dilaksanakan 3 bulan sekali untuk

membahas masalah- masalah di setiap sektor termasuk sektor kesehatan dihadiri

oleh dinas komunikasi, pertanian, dan dinas- dinas lainnya.

33

Page 34: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

BAB III

KESIMPULAN

Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan

pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan strata pertama mempunyai upaya-upaya

kesehatan wajib dan upaya-upaya kesehatan pengembangan yang memungkinkan

terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Penerapan tahap-tahap manajemen dan

kerjasama lintas program puskesmas dan lintas sektor serta keterlibatan masyarakat

sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan upaya-upaya puskesmas tersebut.

Program gizi yang merupakan bagian dari upaya kesehatan wajib di

Puskesmas II Denpasar Utara sudah menerapkan tahap-tahap manajemen yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan

puskesmas sudah melakukan kerjasama lintas program puskesmas dan lintas sektor,

serta melibatkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan

programnya.

Keberhasilan Program gizi di Puskesmas II Denpasar Utara diketahui dari

tercapainya target dari semua kegiatan dalam program gizi. Namun tetap ada

beberapa program yang belum mencapat target yang disebabkan oleh beberapa

hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program di Puskesmas II Denpasar Utara

yaitu kurangnya sumber daya manusia, program yang menumpuk pada waktu yang

sama, ibu-ibu yang bekerja, ada kader yang tidak aktif di beberapa desa karena

mempunyai kesibukan sendiri. Namun hal ini telah berusaha diatasi oleh Puskesmas

II Denpasar Utara. Berdasarkan hasil analisis , Puskesmas II Denpasar utara juga

telah menerapan keempat prinsip pelayanan kesehatan dasar dalam pelaksaaan

program- programnya.

34

Page 35: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2007). Proses Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Posyandu Terhadap Intensitas Posyandu (online). Available from: : http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

Depkes RI. 2007. Pedoman Strategi Kie Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi (online). Available from : http://www.depkes.go.id

Effendy, N. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC

Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Konsep Dasar Puskesmas

Laporan Tahunan Program Gizi Tahun 2011

Muninjaya, A.A.G. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC

Trihono. 2005. Arrimes Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat : CV. Sagung Seto, Jakarta

Wijayanti dan Baraba. 2008. Implementasi Total Quality Management: Studi pada Puskesmas di Kabupaten Sleman dengan Sertifikat ISO 9001;2000. (online). Available from : http://www.ejournal.umpwr.ac.id (Jurnal Manajemen dan Bisnis No. 2, Juli 2008, ISSN 0216-93807).

35

Page 36: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

ANALISIS MANAJAMEN PELAYANAN KESEHATAN DASAR

STUDI KASUS PROGRAM GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

DI PUSKESMAS II DENPASAR UTARA TAHUN 2011

OLEH :

(KELOMPOK II)

1. DESAK NYM WIDYANTHINI (1292161003)

2. YUNETI OCTAVIANUS NYOKO (1219161005)

3. ELVERA SUKMA DANIEL (1292161011)

4. I GEDE BUDI KRISARA (1292161019)

MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Page 37: Studi Kasus Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar Klp II

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... ...1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………...1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.……………………………………………………..3

A. Manajemen …………………………... ……………………………………. ..3

B. Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health Care/PHC)

………………………………….……………………………...... ..4

C. Puskesmas ………………………………………………………….…………6

D. Penerapan Manajemen di Tingkat Puskesmas ..................................................9

BAB III PEMBAHASAN ……………………………………….. ……………........11

A. Ruang Lingkup Puskesmas II Denpasar Utara…………………….. ………...11

B. Visi dan Misi Puskesmas II Denpasar Utara………………………………….11

C. Kegiatan yang Dilakukan di Puskesmas II Denpasar Utara…………………..12

D. Analisi Manajemen Program Gizi di Puskesmasn II Denpasar Utara

Tahun 2011………………………………………………………………….. .12

E. Masalah dan hambatan Program Gizi di Puskesmas II Denpasar Utara……...32

F. Penerapan Keempat Prinsip Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas II

Denpasar Utara……………………………………………………………….33

BAB IV KESIMPULAN……………………………………………………………34

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 35

ii