45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Djumhur (1975), pada umumnya pendidikan diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Pendidikan sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tertentu timbullah interaksi antara individu dengan lingkungannya baik secara fisik maupun secara sosial kultural. Proses pendidikan dapat bersifat formal maupun non formal yaitu pendidikan yang berada dilingkungan keluarga dan lembaga- lembaga yang bersifat non formal. Sedangkan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai peranan penting dalam proses pendewasaan anak dan menjadikannya berguna dalam masyrakat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi segala kesulitan belajar yang dihadapi para siswanya. Sebagai seorang guru yang baik maka guru tidak hanya menyampaikan materi yang sesuai tetapi juga harus tanggapan terhadap segala macam masalah-masalah yang dihadapi oleh siswanya. Besar kecilnya hambatan yang dihadapi oleh siswa merupakan salah satu faktor tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut maka seorang guru harus memberikan layanan bimbingan terhadap siswa yang mengalami keterlambat dalam belajar. Layanan bimbingan siswa merupakan salah satu model pemberian bantuan layanan dan bimbingan kepada siswa sebagai upaya pemberian

Studi Kasus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Kasus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Djumhur (1975), pada umumnya pendidikan diartikan sebagai suatu proses

bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai

kedewasaan. Pendidikan sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang

berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tertentu timbullah interaksi antara individu

dengan lingkungannya baik secara fisik maupun secara sosial kultural.

Proses pendidikan dapat bersifat formal maupun non formal yaitu pendidikan yang

berada dilingkungan keluarga dan lembaga-lembaga yang bersifat non formal. Sedangkan

sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai peranan penting dalam

proses pendewasaan anak dan menjadikannya berguna dalam masyrakat. Sekolah sebagai

lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi segala kesulitan belajar

yang dihadapi para siswanya. Sebagai seorang guru yang baik maka guru tidak hanya

menyampaikan materi yang sesuai tetapi juga harus tanggapan terhadap segala macam

masalah-masalah yang dihadapi oleh siswanya. Besar kecilnya hambatan yang dihadapi oleh

siswa merupakan salah satu faktor tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut maka seorang guru harus memberikan layanan bimbingan

terhadap siswa yang mengalami keterlambat dalam belajar.

Layanan bimbingan siswa merupakan salah satu model pemberian bantuan layanan

dan bimbingan kepada siswa sebagai upaya pemberian bantuan pemecahan yang dihadapi

siswa secara efektif dan efisien, dengan harapan proses belajar mengajar dapat terlaksana

secara optimal.

Menyelenggarkan studi kasus adalah salah satu usaha yang bertujuan untuk

memahami siswa sebagai individu dalam penyesuain diri yang baik dan membantu

perkembangan siswa secara optimal agar dapat membantu dalam membentuk peserta didik

yang unggul sesuai amanat UU tentang tujuan 2

Page 2: Studi Kasus

pendidikan formal yang tercantum dalam UU RI No. 20 TH 2003, BAB II Pasal 3 :

“untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri,

kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Praktik Pengalaman Lapangan (PP ) merupakan kegiatan intrakurikuler yang wajib

diikuti oleh seluruh mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Malang sebagai salah satu dari beberapa syarat untuk dapat dinyatakan

sebagai sarjana pendidikan. Hal ini dimaksudkan untuk menyiapkan dan membentuk serta

merancang calon tenaga pendidik yang professional dan kompeten serta menguasai

kemampuan keguruan yang utuh melalui praktek secara langsung di sekolah yang sudah

ditentukan. Dengan adanya program ini, setelah menyelesaikan pendidikannya calon

pendidik diharapkan siap secara mandiri dalam mengemban tugas guru sesuai bidangnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam menyelenggarakan Program Pengalaman Lapangan

(PPL), praktikan sebagai calon guru tentunya tidak hanya berkewajiban menyampaikan

materi pembelajaran, mentransfer pengetahuan tetapi lebih dari pada itu, seorang guru

dituntut untuk memahami kondisi peserta didik dalam penerimaan pembelajaran tersebut.

Seorang guru juga dituntut untuk menangani peserta didik yang mengalami kesulitan dalam

belajar dan mencarikan pemecahan sebagai jalan keluarnya. Guru diharapkan peka dan

tanggap terhadap masalah yang dihadapi oleh anak didiknya. Karena guru merupakan orang

yang terdekat dengan peserta didik, maka disamping berperan sebagai penyampai materi

pelajaran, seorang guru diharapkan selalu siap membantu siswa yang mempunyai masalah

dengan proses belajarnya. Menurut Prof.Dr. Made Pidarta, pekerjaan mendidik mencakup

banyak hal yang terkait dengan segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia

mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, perasaan, kemauan dan sosial.

Sedangkan menurut Mulyono (2008) belajar bukanlah sekedar transmisi ilmu pengetahuan

semata sebagai fakta. 3

1.2 Pemilihan Kasus

Layanan bimbingan siswa yang dilaksanakan diutamakan pada siwa yang dianggap

mempunyai masalah yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya dan perlu dicarikan

pemecahannya, agar siswa yang bersangkutan sesegera mungkin dapat mengikuti dan

melaksanakan tugas dalam belajarnya dengan hasil yang optimal sesuai dengan yang

diharapkan.

Page 3: Studi Kasus

Untuk mendapatkan siswa yang termaksud diatas, selama PPL dan kegiatan mengajar

dikelas penulis mengadakan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun yang mendasari penulis untuk memilih siswa yang bersangkutan sebagai subjek studi

kasus adalah sebagi berikut:

1. Kelihatan kurang bersemangat dan pasif di kelas.

1 Kurang mempunyai rasa percaya diri saat dikelas.

2 Kelihatannya kurang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman sekelas.

3 Mempunyai nilai di bawah rata-rata kelas.

4 Lamban dalam menerima pelajaran yang di sampaikan guru.

1.3 Tujuan Layanan Studi Kasus

Tujuan studi kasus di sekolah adalah untuk mencapai dan mendapatkan pemahaman

menyuluhan mengenai siswa yang bermasalah sehingga dapat dibuat program bantuan. tujuan

studi kasus dapat dibagi menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

o TUJUAN UMUM

Secara umum tujuan studi kasus bertujuan untuk :

1. Umum memproleh gambaran yang jelas tentang keadaan pribadi siswa yang di anggap

mempunyai masalah belajar.

2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab dan menerapkan jenis dan sifat kesulitan belajar

serta latar belakang timbulnya masalah yang dihadapi siswa kasus.

3. Untuk memberi bekal pengalaman kepada calon guru agar lebih peka terhadap

permasalahan yang dihadapi siswa dan mampu memecahkannya.

o TUJUAN KHUSUS

Secara khusus pelaksanan studi kasus bertujuan untuk:

1. Memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mempunyai masalah.

2. Membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan.

3. Membantu siswa memecahkan masalah dan mengembangkan potensi belajar siswa secara

optimal.

Page 4: Studi Kasus

6

Page 5: Studi Kasus

1.4 Manfaat Layanan Studi Kasus

Kegunaan studi kasus dalam layanan bimbingan siswa disekolah merupakan suatu

upaya dalam membantu siswa yang bermasalah supaya dapat memahami kemampuan dirinya

dan lingkungan dalam usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kasus. Selain itu juga

dapat berguna untuk siswa agar mengetahui keadaan diri sendiri dan bisa beradaptasi dengan

lingkungan sekitarnya.

Secara terperinci dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Siswa dapat memahami karakteristik keribadiannya sendiri.

b. Siswa mendapatkan bantuan dalam penemuan permasalahan dan jalan pemecahannya.

c. Siswa dapat memperoleh informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan prestasi

belajarnya.

2. Bagi Calon Guru (Praktikan)

Pengalaman ini memberikan masukan dan bekal dalam usaha mengatasi masalah yang

dialami siswa yang juga merupakan pengalaman praktis untuk menunjang profesionalisme

sebagai guru di masa yang akan datang.

3. Bagi Wali Kelas

Layanan bimbingan siswa bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam memahami

peserta didik, mengidentifikasi permasalahan – permasalahan dan jalan pemecahan dalam

rangka membimbing dan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar.

4. Bagi Konselor

Laporan bimbingan siswa ini diharapkan untuk bisa dijadikan sebagai solusi alternatif

dalam mengetahui sekaligus memahami siswa yang bermasalah dan penyelesaiannya serta

pemberian bimbingan atas latar belakang penyebabnya sehingga siswa mampu menjadi insan

seutuhnya. 7

Page 6: Studi Kasus

5. Bagi Kepala Sekolah

a. Bahan pertimbangan dalam monitoring keadaan siswa dan kemampuan guru, terutama

berkaitan dengan studi kasus.

b. Merupakan salah satu sumber informasi tentang siswanya, sehingga dapat digunakan

sebagai landasan menentukan kebijaksanaan tentang masalah siswa

6. Orang Tua

a. Meningkatkan komunikasi antara orang tua dan sekolah sehingga dapat dihindari kesalahan

atau kekeliruan dalam mendidik anak.

b. Memberikan informasi tentang situasi dan kondisi anaknya disekolah pada umumnya,

sehingga dengan informasi ini orang tua dapat mengendalikan dan membina anaknnya.

1.5 Konfidensial

Pengumpulan data dalam kegiatan studi kasus dilakukan bertujuan untuk memperoleh

informasi yang selengkap-lengkapnya tentang siswa. Data siswa baik berupa data pribadi

maupun data lingkungan sangat diperlukan karena akan mempermudah praktikan dalam

membantu siswa.

Agar lebih menjaga kerahasiaan identitas siswa dalam menyusun laporan studi kasus

ini, praktikan menggunakan nama fiktif sebagai pengganti nama asli siswa yang dibantu

dalam menyelesaikan masalahnya. Sehingga kerahasiaan identitas siswa yang dibantu untuk

menyelesaikan masalahnya tetap terjaga. Hal ini tidak terlepas dari kode etik jabatan konselor

yang mana dimaksudkan agar konselor dalam menjalankan tugasnya tetap menjaga standar

mutu dan menghindari adanya penyimpangan.

Menurut Munandir (1979) kode etik jabatan konselor adalah terdapat dalam kode etik

no. 1 dan 4 penyimpangan penggunaan informasi. Kode etik konselor butir 1.1 adalah: 8

Page 7: Studi Kasus

Catatan-catatan tentang diri siswa, yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat

menyurat, perekam dan data lainnya, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia

dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan riset atau pendidikan calon konselor asalkan

identitas siswa dirahasiakan.

Butir tersebut diperjelas lagi pada butir 1.2 yang berbunyi:

Penyampaian informasi mengenai siswa kepada keluarga atau kepada anggota profesi

lain hanya boleh dilakukan seizin siswa. Penggunaan informasi tentang siswa yang sama atau

yang lain dapat dibenarkan asalkan untuk kepentingan siswa dan tidak merugikan siswa.

Kewajiban konselor untuk memegang rahasia siswa tetap berlaku walaupun konselor tidak

lagi menangani siswa atau tidak lagi berdinas sebagai konselor.

Berpijak dari kode etik di atas, maka menjadi kewajiban praktikan untuk tidak

membocorkan dan menjamin kerahasiaan idetitas siswa dengan menuliskan identitas siswa

secara fiktif dalam laporan ini.

Kerahasiaan tersebut dimaksudkan supaya siswa merasa dihargai dan dilindungi

dengan aman. Selain itu juga menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa dan percaya

terhadap praktikan sehingga nantinya terbina hubungan dengan baik, akrab, hangat, dan

terbuka terhadap praktikan, sehingga siswa tidak merasa dirugikan secara langsung maupun

tidak langsung oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Penyusunan laporan studi kasus

ini sudah atas kesediaan siswa, sehingga dengan ini siswa tidak merasa dijadikan sebagai

percobaan oleh praktikan dalam melaksanakan tugas studinya.

Page 8: Studi Kasus

BAB II

LAYANAN BIMBINGAN SISWA

Layanan Bimbingan memegang peranan penting bagi siswa dalam memecahkan

masalah yang dihadapi sehingga dengan adanya layanan bimbingan, perkembangan siswa

siswa berjalan sesuai harapan. Bimbingan menurut Natawijaya (dalam Suganda : 2006) yaitu

suatu proses dengan memperhatikan perbedaan individual sehingga ia dapat menjalankan

tahap maju seoptimal mungkin di dalam perkembangannya dan dapat memecahkan

maalahnnya sendiri.

Langkah-langkah yang digunakan dalam pengumpulan informasi tentang siswa dalam

studi kasus kesulitan belajar ini yaitu meliputi: identifikasi kasus, sintesis, diagnosis,

prognosis, pemberian bantuan (treatment), dan tindak lanjut (follow up). Dalam bab ini akan

diuraikan mengenai identifikasi kasus sampai dengan prognosis.

2.1 Defenisi Kesulitan Belajar

Aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar.

Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadangkadang dapat cepat menangkap apa

yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang

semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi atau lambat dalam

menerima materi yang disampaikan. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap

anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Setiap

individu memang tidak ada yang sama. perbedaan individu ini pulalah yang menyebabkan

perbedaan tingkah laku dikalangan anak didik. “dalam keadaan di mana anak didik / siswa

tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar.

Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah. Ketidak

mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang berbeda dengan orang

yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan

karena factor intelligensi yang rendah (kelaianan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan

karena faktor lain di luar intelligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu

menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar

adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam

mencapai hasil belajar.

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah

karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Page 9: Studi Kasus

belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak

sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan

belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil

belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya

dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.

2.2 Macam-Macam Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning

disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning

diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.

a. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar

seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang

mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya

terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil

belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang

sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan

mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemahgemulai.

b. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak

berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya

subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh :

siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet

bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat

menguasai permainan volley dengan baik.

c. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi

intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan

tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau

malah sangat rendah.

d. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga

ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang

memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

Page 10: Studi Kasus

e. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa

tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi

intelektualnya.

2.3 Learning Disorder

2.3.1 Learning Disorder

Learning disorder dapat disebut juga kekacauan belajar yaitu keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.Adapun ciri-ciri anak yang mengalami learning disorder, diantaranya:• Daya ingat kurang baik

• Sulit dalam mempelajari keterampilan baru

• Sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan satu tugas atau kegiatan tertentu dengan

tuntas

• Impulsif (bertindak sebelum berpikir)

• Sulit konsentrasi atau perhatiannya mudah teralih

• Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah

• Problem emosional

• Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas tertentu

• Kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari dan waktu

• Menolak bersekolah

Disamping itu, ada 3 Jenis Gangguan dalam learning disorder, yaitu: Reading Disorder

Pada anak yang mengalami learning disorder, Ada Masalah pada syaraf otak yang mengurus penglihatan, bahasa dan memori, Kesulitan dalam memahami dan membedakan bunyi (phonological skill), Yang dilihat : ketepatan, kecepatan & pemahaman dalam membaca, Kesalahan : d b (huruf yang terbalik), was menjadi saw (kata yang terbalik), dan place menjadi palace (penghilangan huruf dalam kata).

Menurut DSM IV-TR:

Page 11: Studi Kasus

a. Prestasi membaca yang diukur dengan tes ketepatan dan pemahaman membaca individu yang terstandarisasi, hasilnya berada di bawah harapan usia kronologis, dengan pengukuran inteligensi, dan usia pendidikannya.

b. Gangguan pada kriteria A secara signifikan dapat mengganggu prestasi akademik dan

c. Jika muncul keterbatasan (deficit) pada sensori, kesulitan membaca secara terus-menerus berhubungan dengan hal tersebut.

Mathematic Disorder

Menurut DSM-IV TR:

• Kemampuan berhitung (matematika), yang diukur dengan tes individu yang terstandarisasi, hasilnya berada di bawah harapan usia kronologis, dengan pengukuran inteligensi, dan usia pendidikannya.

• Gangguan pada kriteria A secara signifikan dapat mengganggu prestasi akademik dan aktivitas sehari-hari yang memerlukan kemampuan berhitung (matematika).

• Jika muncul keterbatasan (deficit) pada sensori, kesulitan dalam menghitung (matematika) secara terus-menerus berhubungan dengan hal tersebut.

Adanya Dyscalculia, yaitu Kesulitan dalam memahami konsep abstrak dalam operasi hitung & pemecahan masalah serta Kesulitan dalam memahami angka dan symbol namun Tidak ada masalah dengan IQ, fungsi sensori, perkembangan & emosi serta Kesulitan dengan visual-spatial yang Berhubungan dengan syaraf otak.

Writing Disorder

Menurut DSM-IV TR:• Kemampuan menulis berdasarkan pengukuran tes individu yang terstandarisasi (atau

pengukuran fungsi kemampuan menulis), dimana hasilnya di bawah harapan usia kronologis, dengan pengukuran inteligensi, dan usia pendidikannya.

• Gangguan pada kriteria A secara signifikan dapat mengganggu prestasi akademik dan aktivitas sehari-hari yang memerlukan keahlian dalam menulis kata-kata (misalnya menulis kalimat yang benar dan paragraph yang teratur). Jika muncul keterbatasan (deficit) pada sensori, kesulitan dalam menghitung (matematika) secara terus-menerus berhubungan dengan hal tersebut.

Adanya Masalah pada visual motor eye-hand coordination yang Biasanya diikuti dengan masalah perencanaan, evaluasi diri dan modfikasi diri.

2.4 Motivasi

Page 12: Studi Kasus

Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, efektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh respon yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu tahapan perubahan tingkah laku individu atau kelompok yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman, interaksi dengan lingkungan sekitar yang melibatkan proses kognitif. Belajar merupakan proses yang berkesinambungan dan mengubah seseorang dalam berbagai cara. Proses belajar terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa.

2.4 Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003).

2.5 Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki gangguan satu atau  lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung

2.6 Bahasa Inggris

Bahasa Inggris adalah sebuah bahasa yang berasal dari Inggris, merupakan bahasa

utama di Britania Raya (termasuk Inggris), Amerika Serikat, serta banyak negara lainnya, dan

termasuk rumpun bahasa Jermanik Barat. Bahasa ini berawal dari kombinasi antara beberapa

bahasa lokal yang dipakai oleh orang-orang Norwegia, Denmark, dan Anglo-Saxon dari abad

ke-6 sampai 10. Lalu pada tahun 1066 dengan ditaklukkan Inggris oleh William the

Conqueror, sang penakluk dari Normandia, Perancis Utara, maka bahasa Inggris dengan

sangat intensif mulai dipengaruhi bahasa Latin dan bahasa Perancis. Dari seluruh kosakata

bahasa Inggris modern, diperkirakan ±50% berasal dari bahasa Perancis dan Latin.

Page 13: Studi Kasus

BAB III

Penanganan Kasus

3.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka usaha memperoleh data yang akurat tentang diri siswa, penulis dalam

penyusunan studi kasus dan layanan bimbingan siswa ini menerapkan beberapa metode

pengum pulan data sebagai berikut:

1. Metode Angket :

Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan

pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud:1975)

Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara

tertulis juga ( WS. Winkel, 1987)

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan

komunikasi dengan sumber data ( I. Djumhur, 1985 )

Page 14: Studi Kasus

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

memerlukan kedatangan langsung dari sumber data ( Dewa Ktut Sukardi, 1983 ).

Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh

orang/anak yang ingin diselidiki atau responden (Bimo Walgito, 1987).

Metode ini berupa angket isian yang memuat sejumlah pertanyaan guna memperoleh

informasi seputar diri siswa, keluarga dan lingkungannya yang diberikan kepada siswa kasus,

orang tua siswa dan guru wali kelas untuk diisi data yang sebenar-benarnya. 9

2. Metode Interview / wawancara :

Metode ini digunakan untuk mengetahui hal-hal yang belum terungkap dalam angket

atau untuk mengecek prosentase keakuratan data angket. Metode ini di lakukan terhadap

siswa kasus, teman sekelas, dan guru wali kelas mengenai hal yang relevan dengan masalah

yang dihadapi siswa kasus.

3. Studi Dokumentasi :

Dalam hal ini penulis mempelajari, menganalisa serta menafsirkan data seputar siswa

yang terdapat pada dokumen-dokumen di SMA Negeri 7 Malang atau pada guru kelas yang

bersangkutan.

4. Problem Checklist :

Merupakan suatu daftar kemungkinan masalah yang pernah atau sedang dialami siswa kasus.

5. Observasi :

Penulis mengamati langsung tingkah laku siswa kasus, baik didalam maupun diluar kelas,

serta di lingkungan sekolah.

Page 15: Studi Kasus

Jika hal yang dapat menghambat pembelajaran dibiarkan, maka tentu tujuan proses belajar

mengajar tidak akan pernah tercapai. Harapan agar anak mereka menjadi anak yang pandai,

mendapatkan nilai yang baik di sekolah menambah kesedihan mereka ketika melihat

kenyataan bahwa anak-anak mereka kesulitan dalam belajar.

Berdasarkan gambaran tersebut diatas , maka dalam penyusunan studi kasus dan

layanan bimbingan siswa ini akan dibahas tentang masalah yang dihadapi oleh siswa dalam

hal ini siswa SMA Negeri 7 Malang, Jawa Timur.

Layanan Bimbingan memegang peranan penting bagi siswa dalam memecahkan masalah

yang dihadapi sehingga dengan adanya layanan bimbingan, perkembangan siswa siswa berjalan

sesuai harapan. Bimbingan menurut Natawijaya (dalam Suganda : 2006) yaitu suatu proses dengan

memperhatikan perbedaan individual sehingga ia dapat menjalankan tahap maju seoptimal mungkin

di dalam perkembangannya dan dapat memecahkan maalahnnya sendiri.

Langkah-langkah yang digunakan dalam pengumpulan informasi tentang siswa dalam studi

kasus kesulitan belajar ini yaitu meliputi: identifikasi kasus, sintesis, diagnosis, prognosis, pemberian

bantuan (treatment), dan tindak lanjut (follow up). Dalam bab ini akan diuraikan mengenai

identifikasi kasus sampai dengan prognosis.

3.2 Identifikasi Kesulitan Belajar

Tujuan dari identifikasi kasus adalah untuk menentukan siswa yang mendapat

masalah belajar dan yang memerlukan bantuan atau penanganan untuk meningkatkan

motivasi atau hasil belajarnya. Dalam melaksanakan kegiatan ini, maka peserta praktikan

berusaha untuk mengumpulkan informasi-informasi yang berkaitan dengan siswa yang

mempunyai masalah yang membuat belajar tidak optimal tersebut agar dapat ditentukan letak

permasalahan yang dialami oleh siswa tersebut.

Dalam identifikasi kasus ini penulis menggunakan berbagai cara sebagai berikut:

1. Memperhatikan siswa atau siswi di dalam kelas ketika kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Hal ini meliputi aktivitas siswa selama KBM khususnya pada mata pelajaran

Matematika.

2. Mengamati siswa atau siswi yang kurang serius.

3. Mencari informasi mengenai siswa yang dianggap mempunyai masalah belajar kepada

beberapa guru mata pelajaran yang mengajar kelas siswa yang bersangkutan.

Page 16: Studi Kasus

4. Melakukan wawancara dan pendekatan secara pribadi kepada siswa yang bersangkutan

untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang dapat menunjukkan permasalahan yang

dihadapi oleh siswa yang meliputi masalah belajar, keluarga, dan lain-lain yang dianggap

perlu.

5. Mengumpulkan dokumentasi yang berisi data siswa, yaitu daftar nilai ulangan dan tugas

siswa, buku pedoman tata tertib siswa, daftar presensi, maupun rapor SMP (karena siswa

belum mempunyai rapor SMA) untuk dipelajari guna mendapatkan informasi tentang siswa

yang lebih lengkap.

6. Memberikan questioner untuk diisi oleh siswa. Questioner terdiri dari identitas siswa, dan

daftar check masalah (DCM) yang masing-masing berisi daftar pilihan permasalahan-

permasalahan yang umumnya dihadapi oleh siswa SMA yang diklasifikasikan kedalam

beberapa aspek dan dipilih oleh siswa jika sesuai dengan keadaan/kondisi dirinya. Questioner

diberikan kepada sekelompok siswa yang terdiri atas beberapa siswa yang dianggap ada

masalah belajar kemudian diteliti dan dicocokkan dengan keterangan-keterangan yang telah

diperoleh sebelumnya baik melalui pengamatan, wawancara dengan siswa, maupun

keterangan dari pihak lain misalnya beberapa guru mata pelajaran.

Berdasarkan data yang dijaring dan teknik atau metode yang dilaksanakan dapat diperoleh

data sebagai berikut:

I. Data berdasarkan observasi

Berdasarkan observasi (pengamatan) yang telah dilakukan terhadap siswa baik ketika dalam

kegiatan KBM di kelas maupun di luar kelas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pada saat kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika berlangsung siswa

cenderung diam, tidak rame dan tidak usil seperti teman-temannya yang lain.

2. Siswa rajin mencatat materi pelajaran yang ada di papan tulis.

3. Siswa rajin masuk sekolah, dan jarang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah

12

Page 17: Studi Kasus

4. Tidak pernah mengajukan pertanyaan kepada guru mata pelajaran atau teman yang lain

apabila ada ketidakpahaman terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Dalam kata lain

siswa pasif.

5. Kelihatan mengantuk dan melamun pada saat kegiatan belajar berlangsung.

6. Ketika ditanya oleh guru bahwa apakah memahami materi yang telah dipelajari di kelas,

siswa memberikan jawaban sejak materi pertama tidak memahami sehingga materi yang

disampaikan pada saat dikelas ketika itu pun juga tidak dipahami dengan baik.

7. Dalam mengerjakan soal ulangan harian ataupun UTS mata pelajaran Matematika siswa

selalu hanya mengerjakan tidak lebih dari 50% dari jumlah soal yang diberikan sehingga nilai

yang dicapai selalu kurang dari KKM yang telah ditentukan sebesar 75.

8. Siswa sering ijin ke kamar kecil ketika mengikuti pelajaran di kelas.

II. Data berdasarkan wawancara

1. Di rumah tidak pernah belajar meskipun hari besok ada ulangan atau ujian kecuali pada

saat ada guru les yang datang ke rumah.

2. Siswa mengikuti bimbingan belajar tambahan berupa les privat mata pelajaran Fisika dan

Matematika masing-masing satu kali dalam seminggu dengan durasi tiap pertemuan 90

menit.

3. Siswa gemar membaca, tetapi hanya gemar dan tertarik untuk membaca komik dan tidak

pernah tertarik untuk membaca buku pelajaran sekolah.

4. Ketika ada tugas rumah sering tidak menyelesaikannya.

5. Siswa bisa dan mau belajar apabila ada yang membimbing belajarnya atau ada teman yang

mengajaknya belajar bersama. Tetapi bimbingan belajar hanya pada mata pelajaran Fisika

dan Matematika saja sedangkan yang lain tidak, serta tidak pernah ada teman yang

mengajaknya belajar kelompok.

6. Dalam suatu kelompok atau komunitas yang diikutinya baik dalam komunitas kelas,

kelompok belajar dan lain-lain siswa tidak pernah menjadi ketua atau pemimpin dalam tim

tetapi hanya selalu menjadi anggota karena tidak mempunnyai kepercayaan diri untuk

Page 18: Studi Kasus

memimpin teman-temannya dan selalu merasa mempunyai kemampuan di bawah teman-

temannya yang lain.

7. Lebih banyak menghabiskan waktu-waktunya di rumah untuk main “game” dan membaca

komik.

8. Jarang bermain keluar rumah dan lebih banyak berada di rumah kecuali pada hari libur.

Pada hari libur siswa biasanya bermain ke rumah teman-teman atau ke tempat rekreasi.

9. Orang tua tidak memantau kegiatan dirinya dengan baik, karena kedua orang tua sibuk

dengan pekerjaannya masing-masing. Ayah bekerja sehari penuh di tokonya sampai malam

hari, sementara ibunya bekerja di Jakarta yang tidak rutin pulang menengok siswa yang

bersangkutan. Hal ini menyebabkan siswa merasa kurang perhatian dan menjadi tiak nyaman

berada di rumah.

10. Sang ayah sering menegur dirinya untuk belajar tetapi tidak ada pemantauan, sehingga

siswa berhenti belajar jika sang ayah sudah beralih perhatian ke lain hal.

11. Tidak punya pilihan untuk menentukan pilihan jurusan ketika kenaikan kelas, tetapi

hanya pasrah akan ditempatkan di jurusan apa saja.

12. Mempunyai cita-cita menjadi seorang pengusaha.

13. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan supaya cita-citanya tersebut dapat tercapai.

Tetapi jika tidak mampu mempunyai usaha sendiri, siswa berkeinginan untuk meneruskan

usaha ayahnya yaitu berupa toko.

III. Gambaran diri siswa

1. Berbadan gemuk.

2. Tidak suka membuat gaduh di kelas.

3. Siswa ini relatif pasif dan kelihatan tidak mempunyai kepercayaan diri untuk unjuk diri di

depan teman-teman sekelas.

4. Sering melamun dan cuek ketika teman-temannya bergurau dan mengantuk pada saat

pelajaran.

5. Kemampuan akademiknya terutama pelajaran matematika tergolong rendah, nilai ulangan

harian maupun ujian tengan semester tidak pernah mencapai KKM.

Page 19: Studi Kasus

6. Rajin masuk kelas dan belum kelihatan melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, tetapi

sering meminta izin ke kamar kecil ketika pelajaran.

7. Jika diajak ngobrol oleh guru praktikan siswa ini cukup komunikatif dan merespon

pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh guru praktikan dengan baik.

8. Siswa malas belajar dirumah dan hampir tidak pernah belajar jika tidak ada yang

membimbingnya.

3.3 Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

3.4 Diagnosis

Diagnosis adalah tahap menginterpretasikan data yang diperoleh dari menganalisis serta

merangkum data atau dalam kata lain menentukan letak/titik kesulitan dan hambatan belajar

yang dialami siswa yang nantinya dijadikan dasar dalam pembuatan prediksi terhadap

masalah yang dihadapi siswa kasus. Pada tahap ini ada dua langkah yang harus dilakukan

yaitu identifikasi masalah dan mencari penyebab timbulnya masalah yang meliputi faktor dari

dalam diri siswa (intrinsik) dan faktor dari luar diri siswa (ekstrinsik).

1. Faktor dari dalam diri siswa (intrinsik) :

- Tidak mempunyai kemauan untuk belajar di rumah.

- Tidak pernah belajar meskipun akan ada ulangan atau ujian di sekolah.

- Belum menyadari akibatnya kalau di rumah siswa tidak belajar, hanya mengabaikan dan

pasrah apabila mendapat skor ulangan atau ujian yang jelek.

- Siswa tidak mempunyai manajemen waktu yang baik sehingga waktu di rumah hanya

banyak terbuang sia-sia.

- Kegiatan kesehariannya di rumah adalah bermain game dan membaca komik.

- Tidak mempunyai tujuan dan arah yang jelas untuk masa depannya.

- Punya cita-cita tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai cita-citanya

tersebut.

21

Page 20: Studi Kasus

2. Faktor dari luar siswa (eksternal) :

- Kesibukan orang tua dan saudara laki-lakinya pada pekerjaan membuat siswa merasa

kurang mendapat perhatian dan menjadi tidak bersemangat.

- Guru les tersedia tidak untuk semua pelajaran tetapi hanya pelajaran matematika dan fisika

saja, sehingga selain pelajaran yang ada guru lesnya hampir tidak pernah dipelajari di rumah.

3.5 Prognosis

Prognosis adalah langkah melakukan dugaan/prediksi terhadap kemungkinan-kemungkinan

yang akan terjadi atau dialami oleh siswa apabila permasalahan-permasalahan yang dihadapi

siswa saat ini tidak segera mendapatkan bantuan atau jika segera diberikan bantuan.

Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam menentukan bantuan yang diberikan kepada

siswa atas masalah yang dialaminya.

Dengan memperhatikan keterangan-keterangan dan data-data yang telah diperoleh pada

langkah sebelumnya, diprediksi akan terjadi hal-hal seperti di bawah ini apabila masalah

siswa tidak segera ditangani yang mana hal-hal berikut akan berdampak negatif terhadap

kelangsungan proses belajar siswa :

1. Kebiasaannya dirumah yang hampir keseluruhan waktunya dihabiskan untuk bermain

game dan membaca komik akan dapat semakin membunuh minat siswa untuk belajar.

2. Nilai ulangan harian dan jenis ujian yang lain tidak mengalami peningkatan yang

diakibatkan karena tidak pernah belajar meskipun ada ujian.

3. Apabila tetap tidak ada minat belajar terhadap pelajaran sekolah, siswa akan selalu

ketinggalan dalam memahami bahan pelajaran dan tidak dapat mengikuti pelajaran pada

jenjang selanjutnya dengan baik karena tidak ada pendalaman dasar tentang suatu konsep.

4. Semakin menurunnya hasil belajar siswa, karena semakin bertambah jenjang dan lama

belajar maka tingkat kesulitan materi pelajaran juga semakin tinggi.

5. Akan selalu bergantung kepada pembimbing (guru les) untuk dapat dan mau belajar karena

tidak mungkin setiap saat guru les bisa hadir menemani belajar.

22

Page 21: Studi Kasus

6. Siswa tidak dapat memiliki keberanian dalam bertanya atau mengungkapkan pendapat di

dalam kelas, serta tidak mempunyai jiwa kepemimpinan.

7. Tidak dapat memanajemen waktu.

8. Tidak mampu menentukan arah masa depannya, sehingga selalu pasrah pada keadaan yang

akan diterimanya nanti.

Namun apabila masalah siswa tersebut segera ditangani atau diberikan bimbingan, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan-peubahan positif sebagai berikut :

1. Waktu siswa selama di rumah yang digunakan untuk bermain game dan membaca komik

akan dapat terkurangi dan digunakan untuk aktivitas yang lain.

2. Ada sedikit kemauan untuk belajar sedikit demi sedikit meskipun harus selalu

mendatangkan guru les maupun dengan belajar sendiri.

3. Jika siswa telah mau belajar, materi pelajaran yang belum dipahami oleh siswa dapat

dipelajari kembali sehingga kemungkinan bahwa siswa ketinggalan materi pelajaran dapat

ditanggulangi.

4. Siswa akan dapat menerima materi pelajaran baru yang diberikan oleh guru dengan baik

karena dengan belajar di rumah siswa akan mendapatkan pengetahuan awal/dasar tentang

suatu materi pelajaran.

5. Tidak selamanya menggantungkan guru les untuk belajar apabila siswa secara perlahan-

lahan mempunyai kemauan untuk belajar sendiri.

6. Siswa akan sedikit memiliki keberanian dalam bertanya atau mengungkapkan pendapat di

dalam kelas, dan juga mempunyai jiwa kepemimpinan.

7. Dapat berlatih untuk mengelola waktunya.

8. Akan dapat merumuskan arah masa depan dan dapat menentukan pilihan-pilihan yang

harus dipilihnya di masa depan, sehingga tidak selalu pasrah.

Page 22: Studi Kasus

3.6 Pemberian Bantuan Belajar

(TREATMENT)

Layanan bimbingan mengarah kepada bantuan yang diberikan kepada seseorang agar ia dapat

mengambil keputusan sendiri (Suganda : 2006). Tujuan dari tahap pemberian bantuan ini

adalah untuk memberikan bantuan kepada siswa agar dapat menyelesaikan masalah kesulitan

belajarnya sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dan penyesuaian yang sehat.

Setelah menganalisis gejala kesulitan-kesulitan yang dialami siswa hingga merangkumnya

dalam sebuah diagnosis, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan langkah inti yaitu

pemberian bantuan (treatment).

A. Rencana Bantuan

1. Masalah ketidakmauan belajar

a. Memberikan wawasan dan kesadaran kepada siswa tentang pentingnya belajar bagi siswa

SMA.

b. Mengajak siswa memikirkan tentang akibat kalau tidak belajar dan manfaat atau hasil jika

siswa mau belajar.

c. Mendorong siswa agar sebisa mungkin bisa belajar, dengan cara mau mencari teman

belajar selain belajar dengan guru lesnya.

d. Membantu membentuk kelompok belajar dengan teman-temannya dalam satu kelas.

2. Masalah pengaturan/manajemen waktu

a. Siswa disediakan lembar daily schedule.

b. Siswa diminta menyusun jadwal kegiatan sehari-harinya dalam lembar daily schedule yang

terdiri dari jadwal harian senin – kamis, jadwal harian jum’at dan sabtu, serta jadwal harian

minggu..

c. Memeriksa jadwal kegiatan yang telah dibuat oleh siswa untuk diperiksa kesesuaiannya.

d. Membuat analisis bersama-sama siswa tentang daily schedule yang telah dibuat siswa.

24

Page 23: Studi Kasus

e. Daily schedule yang telah dibuat tersebut diminta untuk ditempelkan di kamar siswa dan

diminta untuk mencoba mentaatinya.

f. Siswa diminta mencatat ketidaksesuaian antara jadwal yang telah dibuat dengan yang telah

dikerjakan sebenarnya.

g. Mengontrol kesesuaian jadwal yang telah disusun dengan yang telah dikerjakannya melalui

catatan siswa serta pengamatan.

3. Masalah cita-cita dan masa depan

a. Memberikan pengertian kepada siswa bahwa segala sesuatu memerlukan perencanaan

termasuk aktivitas yang akan dilakukan hari ini, hari besok, pekan depan, bulan depan,

beberapa bulan kemudian, serta kehidupan di masa yang akan datang.

b. Membangkitkan pemikiran siswa mengenai masa depannya dengan memberikan “lembar

impianku”.

B. Bantuan yang telah diberikan

1. Masalah Ketidakmauan Belajar

a. Memberikan wawasan kepada siswa tentang pentingnya belajar bagi siswa SMA

b. Mengajak siswa memikirkan tentang akibat kalau tidak belajar dan manfaat atau hasil jika

siswa mau belajar.

c. Mendorong dan membantu siswa tentang cara untuk mendapatkan teman belajar supaya

siswa bisa belajar.

2. Masalah pengaturan/manajemen waktu

a. Siswa disediakan lembar daily schedule.

b. Siswa diminta menyusun jadwal kegiatan sehari-harinya dalam lembar daily schedule yang

terdiri dari jadwal harian senin – kamis, jadwal harian jum’at dan sabtu, serta jadwal harian

minggu..

c. Memeriksa jadwal kegiatan yang telah dibuat oleh siswa untuk diperiksa kesesuaiannya.

d. Membuat analisis bersama-sama siswa tentang daily schedule yang telah dibuat siswa.

25

Page 24: Studi Kasus

e. Daily schedule yang telah dibuat tersebut diminta untuk ditempelkan di kamar siswa dan

diminta untuk mencoba mentaatinya.

f. Siswa diminta mencatat ketidaksesuaian antara jadwal yang telah dibuat dengan yang telah

dikerjakan sebenarnya.

4. Masalah cita-cita dan masa depan

a. Memberikan pengertian kepada siswa bahwa segala sesuatu memerlukan perencanaan

termasuk aktivitas yang akan dilakukan hari ini, hari besok, pekan depan, bulan depan,

beberapa bulan kemudian, serta kehidupan di masa yang akan datang.

b. Membangkitkan pemikiran siswa mengenai masa depannya dengan memberikan “lembar

impianku” dan diisi oleh siswa.

C. Bantuan yang belum diberikan

Ada beberapa rencana pemberian bantuan kepada siswa yang belum dilakukan, yaitu yang

pertama, membantu membentuk kelompok belajar dengan teman-temannya dalam satu kelas.

Hal ini belum terlaksana karena kesulitan dalam mencari teman-teman yang berminat belajar

kelompok dan tempat tiggalnya berdekatan dengan tempat tinggal siswa.

Yang kedua, mengontrol kesesuaian jadwal yang telah disusun dengan yang telah

dikerjakannya melalui catatan siswa serta pengamatan. Rencana kedua ini tidak terlaksana

karena keterbatasan waktu praktikan melakukan PPL, sehingga pemberian bantuan terputus.

3.4 Treatment

Pemberian Bantuan (Treatment) merupakan langkah tindak lanjut dari kegiatan

prognosa yang bertujuan agar siswa dapat mengatasi kesulitannya, sehingga dapat dicapai

hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Pada dasarnya pemberian bantuan

hanyalah memberi alternatif pemecahan kepada siswa, namun yang berhak mengambil

keputusan adalah siswa sendiri. Untuk keperluan tersebut dilakukan pendekatan terhadap

siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tujuan dari tahap pemberian bantuan ini adalah untuk memberikan bantuan kepada

siswa agar dapat menyelesaikan masalah kesulitan belajarnya sehingga dapat mencapai hasil

yang optimal dan penyesuaian yang sehat.

Page 25: Studi Kasus

Setelah diketahui masalah siswa, faktor-faktor penyebab timbulnya masalah serta

kemungkinan jika masalah siswa diatasi atau tidak diatasi maka langkah selanjutnya adalah

melaksanakan langkah inti yaitu pemberian bantuan (treatment).

1. Perencanaan Pemecahan Masalah

Menumbuhkan motivasi belajar siswa yaitu: memberikan motivasi bahwa setiap

manusia harus mempunyai kemampuan sendiri sehingga kita harus selalu percaya

akan kemampuan kita sendiri, selalu berusaha untuk cepat memahami dan

berkonsentrasi penuh saat pelajaran di kelas dan memulainya dengan berdoa dan

menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga pada saat belajar

tidak ada beban yang mengganjal pikirannya, berusaha meyakinkan diri bahwa

kita sebenarnya mampu menguasai pelajaran dengan cepat apabila selalu

berusaha, menyarankan serta membantu siswa dalam menyusun jadwal belajar

dan meminta siswa kasus berusaha untuk disiplin menjalankannya. Selain itu ada

satu hal yang perlu dirubah siswa yaitu menghilangkan sifat minder atau tidak

percaya diri saat di kelas dengan cara menunjukkan hal-hal positif yang

dimilikinya.

Cara belajar yang baik, yaitu dengan: membaca bahan pelajaran setiap pulang

sekolah yaitu mengulangi pelajaran yang diberikan di sekolah dengan cara belajar

mengerjakan latihan soal sedikit demi sedikit sehingga jika sewaktu-waktu

diadakan ulangan tidak perlu membaca secara keseluruhan tetapi hanya untuk

mengingatkan bahan yang belum dipahami dan cara ini untuk menghilangkan

sistem belajar kebut semalam, selain itu berusaha memahami pelajaran dan

apabila ada yang kurang dimengerti siswa bisa langsung bertanya kepada guru

atau teman yang lebih tahu dan tidak menunda-nunda tugas yang telah diberikan

oleh guru.

Memanfaatkan waktu, dengan cara: memanfaatkan waktu luang dengan membaca

buku pelajaran untuk memehami materi yang belum dimengerti serta

membiasakan memilih pergaulan yang positif dan membangun.

Mengubah sikap melanggar tata-tertib, cuek, dan malas, dengan cara: selalu

komitmen terhadap masa depan dan cita-cita, akan mengarahkan langkah dan

pikiran hidup kita ke arah hal-hal yang positif.

Menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya menguasai Bahasa Inggris terhadap

masa depannya nanti ketika terjun dalam pekerjaan maupun ketika sedang

mencari pekerjaan.

Page 26: Studi Kasus

2. Pemberian bantuan yang telah terlaksana

Penulis telah melaksanakan beberapa pemecahan masalah yang dihadapi oleh

siswa, yaitu melalui menumbuhkan motivasi belajar siswa, memberi tahu bagaimana

cara belajar yang baik serta bagaimana cara memanfaatkan waktu luang yang dimiliki

oleh siswa seperti yang sudah dijelaskan diatas.

3. Pemberian bantuan yang belum terlaksana

Mengingat permasalahan yang dialami siswa cukup kompleks dan terbatasnya

waktu penulis dalam menyelesaikan laporan layanan bimbingan siswa ini, maka

masih ada pemberian bantuan yang belum terlaksana. Oleh karena itu untuk

memecahkan masalah yang dihadapi siswa, dibutuhkan kerjasama dengan berbagai

pihak diantaranya:

Guru, baik guru mata pelajaran, wali kelas ataupun guru BK diharapkan

memberikan motivasi pada siswa supaya lebih giat belajar, semangat dan

komitmen dalam menggapai cita-cita, tetap percaya diri, dan selalu merasa yakin

kalau kemampuannya tidak beda dengan teman sekelasnya.

Orang tua, diharapkan memberikan perhatian dan dukungan penuh dalam

berbagai kegiatan yang dilakukan anaknya terutama dalam membantu kegiatan

belajar anak di rumah.

3.5 Follow-up

Setelah keseluruhan langkah diatas dilaksanakan maka langkah selanjutnya adalah

mengevaluasi efisiensi dan efektifitas layanan bimbingan yang telah diberikan. Tujuan

layanan bimbingan sudah tercapai atau belum, mengetahui hambatan-hambatannya serta

memikirkan langkah-langkah untuk memperbaikinya.

Metode-metode yang biasa digunakan dalam langkah follow up antara lain penilaian

hasil belajar, wawancara dan observasi hasil perubahan yang ada pada dalam diri siswa kasus

setelah mendapat bimbingan.

Mengingat pelaksanaan waktu PPL yang terbatas, maka keberhasilan layanan

bimbingan ini tidak dapat diamati secara langsung setelah siswa diberikan layanan

bimbingan, maka untuk langkah follow-up tersebut maka pihak penulis serahkan kepada

pihak-pihak sekolah umumnya dan pihak BK khususnya.

Page 27: Studi Kasus

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 28: Studi Kasus

Berdasarkan hasil perkiraan dan identifikasi alternatif pemecahan pada Bab II dan

Bab III, maka ada beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan alternatif tindakan yang

ditempuh untuk melaksanakan pemecahan.

Pendekatan dan strategi serta program yang berbeda pada tiap siswa akan menjadi

lebih baik bagi siswa, sehingga akan dapat menerima pengajaran yang tepat sesuai dengan

kondisinya.Untuk memahami siswa, maka diperlukan adanya diagnosis terlebih dahulu.

Kerjasama antar berbagai pihak dan saling terbuka untuk berkomunikasi, tidak kalah

pentingnya dalam tercapainya tujuan yang diharapkan.

Dari paparan data dan pembahasan diatas dapat diperoleh kesimpulan tentang subyek,

adalah sebagai berikut:

2. Tidak pernah belajar meskipun akan ada ulangan atau ujian di sekolah dengan alasan malas

karena belum menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai prasyarat untuk

mengikuti pelajaran atau tingkat pendidikan tertentu.

3. Belum menyadari akibatnya kalau di rumah siswa tidak belajar, hanya mengabaikan dan

pasrah apabila mendapat skor ulangan atau ujian yang jelek.

4. Siswa tidak mempunyai manajemen waktu yang baik sehingga waktu di rumah hanya

banyak terbuang sia-sia.

5. Kegiatan kesehariannya di rumah adalah bermain game dan membaca komik.

6. Tidak mempunyai tujuan dan arah yang jelas untuk masa depannya.

7. Punya cita-cita tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai cita-citanya

tersebut.

Hal-hal tersebut menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar karena kurangnya

minat dan motivasi untuk belajar, selain itu siswa tidak mau bertanya apabila ada mata

pelajaran yang kurang dimengerti. Disamping itu, siswa sering 27

Page 29: Studi Kasus

malas belajar, sering merasa mengantuk dan kurang berkonsentrasi dalam pelajaran.

Jadi, bantuan yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk membantu menyelesaikan

masalah belajar di sekolah, masalah kebiasaan belajar, masalah pergaulan social, dan masalah

manajemen waktu.

Dan akhirnya, hasil yang diperoleh setelah diberi bantuan yaitu siswa mulai

memperhatikan penjelasan dari guru pada waktu pelajaran dan hasil pelajaran pada bidang

studi matematika si siswa meningkat dari pada yang sebelumnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil pemberian studi kasus kesulitan belajar siswa ini, penulis

memberikan beberapa saran antara lain:

1. Saran bagi pihak sekolah

Hendaknya pihak sekolah lebih memperhatikan siswanya lagi dalam menghadapi

masalah atau problem dan dapat membantu memecahkan jika masalah atau problem tersebut

masih dapat terbantu.

2. Saran Bagi Pelaksana/ Penulis Selanjutnya

Konselor hendaknya sesegera mungkin menindaklanjuti siswa dan permasalahannya

atas dasar studi kasus ini, sehingga perubahan siswa semakin optimal dan studi kasus ini

semakin maksimal.

Konselor hendaknya melaksanakan pelancaran instrument testing untuk

memperlengkap data siswa, sehingga data siswa yang terkumpul lebih komprehensif.

Konselor harus dapat menjaga kode etik jabatan terutama berkaitan dengan

penggunaan data dari studi kasus ini, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, terutama

siswa.

4. Saran Bagi Orang tua Siswa atau Wali Murid

Orang tua siswa hendaknya mengajak siswa untuk tinggal bersama keluarga sehingga

terjalin komunikasi yang efektif dan memudahkan kontrol terhadap siswa. Orang tua siswa

hendaknya meningkatkan hubungan komunikasi yang efektif dengan siswa sehingga siswa

dapat berkembang secara optimal. Orang tua siswa hendaknya lebih memperhatikan

kebutuhan siswa terutama kebutuhan psikis, sehingga didapat pemahaman tentang siswa

untuk mencegah permasalahan yang dialami siswa semakin melebar.

Page 30: Studi Kasus

5. Saran Bagi siswa

Siswa hendaknya lebih bisa kooperatif dengan praktikan, konselor ataupun orang-

orang yang dapat membantu pemecahan masalah siswa sehingga memudahkan proses

penyelesaiaan masalah.

Siswa hendaknya memulai aktifitas belajar di sekolah dengan niat yang baik,

belajarlah untuk mendengarkan saran guru dan teman sehingga proses pembelajaran

berlangsung dengan nyaman. Hilangkan perilaku-perilaku amoral yang biasa dilakukan di

dalam kelas sehingga kamu lebih dihargai oleh teman dan guru.

Page 31: Studi Kasus

DAFTAR PUSTAKA

Djumhur I dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance and

Conselingt). Bandung : CV. Ilmu.

Prof. Dr. Made Pidarta. Landasan Pendidikan ; stimulus ilmu pendidikan bercorak

Indonesia/Rineka Cipta. Jakarta: Anggota IKAPI.

Suganda, H.A.M. 2006. Jurnal Pentingnya Layanan Bimbingan untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Siswa.

Mulyono, MA. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Ar-ruzz Media.

Makmun, Abin Syamsudin. 1975. Prinip-prinsip Diagnostik Kesulitan Belajar. Bandung :

Jurusan BP FKIP IKIP Bandung.