24
Page | 0 PAPER SOSIOLOGI Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Sosiologi mengenai Stratifikasi : Determinan dan Konsekuensi. Disusun oleh : Anggi Mustika (209000008) Anita Rahmadhani (209000226) Ardilla Anggraini Simabur (209000108) Cut Mellyza Rizka (209000282) Psikologi A UNIVERSITAS PARAMADINA Jalan Gatot Subroto, Kav. 97 Mampang, Jakarta 12790 T. +62-21-7918-1188 F. +62-21-799-3375 www.paramadina.ac.id

Stratifikasi Determinan Dan Konsekuensi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Created: 22 Oktober 2009

Citation preview

Page 1: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 0

PAPER SOSIOLOGI

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Sosiologi mengenai

Stratifikasi : Determinan dan Konsekuensi.

Disusun oleh :

Anggi Mustika (209000008)

Anita Rahmadhani (209000226)

Ardilla Anggraini Simabur (209000108)

Cut Mellyza Rizka (209000282)

Psikologi A

UNIVERSITAS PARAMADINA

Jalan Gatot Subroto, Kav. 97 Mampang, Jakarta 12790

T. +62-21-7918-1188 F. +62-21-799-3375

www.paramadina.ac.id

Page 2: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 1

DAFTAR ISI

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................. 2

1.2. Metode .............................................................. 3

1.3. Tujuan .............................................................. 4

1.4. Manfaat .............................................................. 4

BAB II ISI

2.1. Pengertian Stratifikasi

Sosial

.............................................................. 5

2.2. Macam-Macam

Stratifikasi Sosial

.............................................................. 5

2.3. Determinan Stratifikasi

Sosial

.............................................................. 6

2.4. Unsur-Unsur Stratifikasi

Sosial

.............................................................. 9

2.5. Mobilitas Sosial (Social

Mobility)

.............................................................. 11

2.6. Akumulasi Dimensi .............................................................. 15

2.7. Kemiskinan Struktural .............................................................. 16

2.8. Konsekuensi Stratifikasi

Sosial

.............................................................. 16

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .............................................................. 20

Daftar Pustaka

Page 3: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.

Manusia sebagai makhluk sosial dengan segala perbedaan yang dimilikinya,

disadari atau tidak disadari telah terjadi kelas-kelas atau pembagian tingkat

kedudukan sosial. Hal tersebut terjadi baik pada kelompok-kelompok kecil maupun

kelompok-kelompok besar sekalipun. Contoh kecilnya yaitu pada suatu keluarga batih

yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah memiliki kedudukan yang lebih tinggi

dalam keluarga dibandingkan dengan ibu ataupun anak-anaknya. Hal ini dapat terjadi

dikarenakan seorang ayah secara universal sudah diakui perannya sebagai kepala

keluarga yang bersifat memimpin, mengarahkan bahkan menghidupi keluarganya.

Adapun peran seorang ibu merupakan sebagai orang yang membantu serta

mendampingi ayah dalam melakukan tugasnya dalam keluarga. Ada berbagai macam

faktor penyebab terjadinya perbedaan status tersebut.

Begitu pula yang terjadi pada kehidupan bermasyarakat. Masyarakat memiliki

aneka ragam ciri pembeda baik itu warna kulit, tinggi badan, jenis kelamin, umur,

kepercayaan agama, politik, pendapatan ataupun pendidikan. Beberapa pendapat

sosiologis mengatakan dalam semua masyarakat dijumpai ketidaksamaan di

berbagai bidang misalnya saja dalam dimensi ekonomi: sebagian anggota

masyarakat mempunyai kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidupnya

terjamin, sedangkan sisanya miskin dan hidup dalam kondisi yang jauh dari

sejahtera. Dalam dimensi yang lain misalnya kekuasaan: sebagian orang mempunyai

kekuasaan, sedangkan yang lain dikuasai. Suka atau tidak suka inilah realitas

masyarakat, setidaknya realitas yang hanya bisa ditangkap oleh panca indera dan

kemampuan berpikir manusia.

Adapun salah satu contoh pembagian lapisan sosial yang terjadi di Indonesia

yaitu sistem kasta pada masyarakat Bali. Dalam kitab-kitab suci orang Bali,

masyarakat terbagi menjadi empat strata yaitu Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra.

Ketiga lapisan pertama biasa disebut triwangsa, sedangkan lapisan terakhir disebut

jaba yang merupakan lapisan dengan jumlah terbanyak. Keempat lapisan tersebut

terbagi lagi dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahui dari

Page 4: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 3

gelar seseorang, ke dalam kasta mana ia tergolong. Gelar-gelar tersebut diwariskan

menurut garis keturunan laki-laki yang sepihak patrilineal. Seperti penggunaan gelar

Ida yang merupakan gelar bagi golongan Brahmana; gelar Bagus, Tjokorda dan

Dewa merupakan gelar bagi golongan Satria; gelar Ngahan, Gusti, I Gusti

merupakan gelar bagi golongan Waisya; sedangkan golongan Sudra biasa

menggunakan gelar Pande, Kebon dan Pasek.1

Walaupun gelar tersebut tidak memisahkan golongan-golongan tersebut

secara ketat, tetapi sangat penting bagi sopan santun pergaulan. Di samping itu,

hukum adat juga menetapkan hak-hak bagi si pemakai gelar, baik dalam memakai

tanda-tanda, pakaian ataupun perhiasan. Kehidupan sistem kasta di Bali umunya

terlihat jelas ketika hubungan pernikahan. Seorang gadis Bali umumnya dilarang

menikah dengan laki-laki yang menduduki kasta di bawahnya.

Sistem kasta yang terjadi pada masyarakat Bali hanyalah satu dari beribu

contoh lapisan sosial (stratifikasi sosial) yang terjadi di masyarakat baik itu secara

regional ataupun global. Masih banyak ragam stratifikasi yang terjadi baik itu

diketahui secara umum ataupun tidak.

Pada kehidupan bermasyarakat adanya stratifikasi sosial memang tidak dapat

dihindari bahkan dihilangkan. Karena hal ini terbentuk secara alamiah seiring dengan

adanya proses sosial. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara agar

pelapisan sosial itu tidak menimbulkan gesekan-gesekan yang berdampak fatal pada

kehidupan kemasyarakatan.

Adapun paper Stratifikasi Sosial : Determinan dan Konsekuensi yang kami susun

ini membahas tentang stratifikasi sosial yang terjadi di masyarakat secara umum dan

telah diklasifikasikan sebelumnya oleh para pakar sosiologi agar mudah untuk

dipelajari.

1.2.Metode.

Paper Stratifikasi Sosial : Determinan dan Konsekuensi ini disusun dengan

melakukan pengumpulan dan peringkasan dari berbagai referensi seperti buku dan

halaman website.

1 Soekanto, Soejono. 2007. Suatu Pengantar. Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 203

Page 5: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 4

1.3.Tujuan.

Paper ini disusun dengan tujuan :

a. Memenuhi tugas paper kelompok mengenai Stratifikasi Sosial : Determinan dan

Konsekuensi .

b. Sebagai bahan atau materi penjelasan presentasi kelompok II yang akan

dilaksanakan pada pertemuan minggu ke-10.

c. Mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang stratifikasi sosial yang terjadi di

kehidupan kemasyarakatan serta mencari penyelesaian dari permasalahan tersebut.

1.4.Manfaat.

a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya bagi penyusun dan

umumnya bagi pembaca.

b. Dapat mengetahui tentang permasalahan stratifikasi yang terjadi pada kehidupan

kemasyarakatan beserta penyelesaiannya.

Page 6: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 5

BAB II

ISI

2.1. Pengertian Stratifikasi Sosial.

Stratifikasi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas

secara bertingkat. Pembedaan tersebut diwujudkan dengan adanya lapisan-lapisan

sosial (lapisan tinggi ataupun lapisan bawah) berupa penggolongan manusia yang

ditandai dengan cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan

menurut gengsi kemasyarakatan.2

2.2. Macam-Macam Stratifikasi Sosial.

Menurut sifat-sifatnya, stratifikasi sosial terbagi menjadi 3 (tiga), diantaranya

:3

a. Stratifikasi tertutup.

Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit

mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas

pada mobilitas horisontal saja. Contoh:

1. Sistem Kasta :

Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.

2. Rasialis : Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa

pindah kedudukan di posisi kulit putih.

3. Feodal : Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.

b. Stratifikasi Terbuka.

Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap

anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun

horisontal. Contoh :

1. Seorang miskin bisa menjadi kaya karena usahanya.

2. Seorang yang tidak/kurang pendidikan dapat memperoleh pendidikan asal

adat niat dan usaha.

c. Stratifikasi campuran.

2 Soekanto, Soejono. 2007. Suatu Pengantar. Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 198

3 Stratifikasi Sosial. Dalam e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=51&fname=sos203_16.htm

Page 7: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 6

Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi

tertutup dan terbuka. Contoh :

Seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di

Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh

kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok

masyarakat di Jakarta.

2.3. Determinan Stratifikasi Sosial.

Pembentukan pelapisan sosial yang terjadi pada masyarakat biasanya

berdasarkan pada :4

a. Ukuran kekayaan.

Kekayaan atau materi biasanya dijadikan sebagai tolak ukur masyarakat dalam

pelapisan sosial. Semakin banyak jumlah kekayaan seseorang maka semakin atas pula

kedudukannya dalam strata sosial. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil jumlah

kekayaan seseorang maka semakin rendah pula kedudukannya. Kekayaan atau materi

tersebut biasanya dilihat pada bentuk/ukuran tempat tinggal, cara berpakaian ataupun

barang tersier lainnya yang dimilikinya.

b. Ukuran kekuasaan dan wewenang.

Wewenang dapat dijadikan tolak ukur dalam strata sosial. Kekuasaan atau

wewenang dapat mendatangkan kekayaan. Oleh sebab itu, semakin tinggi kekuasaan

(jabatan) seseorang dalam suatu masyarakat maka semakin dihormati pula

kedudukannya. Semakin rendah jabatannya dalam suatu lingkungan sosial masyarakat

maka akan semakin diacuhkan pula kedudukannya di dalam kehidupan

bermasyarakat.

c. Ukuran kehormatan.

Dalam strata sosial masyarakat, orang yang paling berjasa dalam lingkungan

kemasyarakatannya biasanya akan dihormati bahkan disegani. Ukuran kehormatan ini

masih terlihat kental di lingkungan masyarakat tradisional.

d. Ukuran ilmu pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan, biasa dipakai oleh orang-orang yang menghargaiu

pendidikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin dihargai pula

4 Soekanto, Soejono. 2007. Suatu Pengantar. Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 208

Page 8: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 7

keberadaannya di dalam masyarakat. Ukuran ilmu pengetahuan ini biasa dilihat

berdasarkan gelar kesarjanaan ataupun profesi yang dilakoninya.

` Menurut Jeffris dan Ransford (1980)5, di dalam masyarakat pada dasarnya

bisa dibedakan 3 (tiga) macam stratifikasi sosial, yaitu :

1. Hierarki Kelas.

Hierarki kelas merupakan pelapisan sosial pada masyarakat penguasaan atau

pemilikan jasa dan alat-alat produksi.

Dalam masyarakat di masa lalu, kekayaan dalam beberapa bentuk, seperti

tanah, umumnya lebih berharga ketimbang kekayaan dalam bentuk lain, seperti uang.

Dan warisan kekayaan lenih bernilai daripada kekayaan yang diperoleh dari kegiatan

perdagangan atau bisnis. Dalam masyarakat yang kapitalitik, dasar bagi terbentuknya

kelas ekonomi agak berbeda.

Karl Marx membagi pelapisan masyarakat pada masyarakat industri atas dasar

pemilikan alat-alat produksi yaitu kaum borjuis dan kaum proletar. Kaum borjuis

merupakan kaum orang-orang yang memiliki alat-alat produksi. Sedangkan kaum

proletar merupakan kaum orang-orang yang tidak memiliki alat-alat produksi (kaum

yang dieksploitasi oleh borjuis).6

Di dalam masyarakat industri yang makin modern dan kompleks, pemilihan

kelas versi Marx yang hanya membagi masyarakat dalam dua kelompok ekstrem telah

banyak dipersoalkan dan dinilai tidak lagi relevan. Stratifikasi ekonomi atas dasar

pemilikan alat produksi dinilai sifatnya terlalu khusus dan cenderung hanya bisa

dipergunakan untuk menjelaskan hubungan dalam suatu industri. Di dalam komunitas

yang makin kompleks, pemilahan kelas ekonomi yang sifatnya lebih umum adalah

brdasarkan pemilikan kekayaan dan penghasilan, termasuk pemilikan aset produksi.

2. Hierarki Kekuasaan.

Hierarki kekuasaan merupakan hierarki yang didasarkan pada kekuasaan.

Kekuasaan ialah kemampuan untuk mempengaruhi individu lain dan mempengaruhi

pembuatan kekuasan kolektif. Adapun pengertian kekuasaan menurut :7

2.1. Robert D Putnam (1976).

5 Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 171

6 Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 171

7 Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 174

Page 9: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 8

Kekuasaan adalah probabilitas untuk mempengaruhi alokasi nilai-nilai

otoritatif.

2.2. Weber (1920).

Kekuasaan adalah peluang bagi seseorang atau sejumlah orang untuk

mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui suatu tindakan komunal meskipun

mengalami tantangan dari oraang lain yang ikut serta dalam tindakan komunal itu.

Menurut Gaetano Mosca (1939)8, dalam setiap masyarakat selalu terdapat dua

kelas penduduk : satu kelas yang menguasai (jumlahnya selalu lebih kecil,

menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan

yang diberikan oleh kekuasaan itu) dan kelas yang dikuasai (jumlahnya jauh lebih

besar, diatur dan dikendalikan oleh kelas pertama itu).

Menurut Vilfredo Pareto, Gaetano Mosca dan Robert Michels9 beberapa asas

umum yang menjadi dasar bagi terbentuknya stratifikasi sosial, khususnya yang

berkaitan dengan kekuasaan politik adalah

1. Kekuasaan politik, seperti halnya barang-barang sosial didistribusikan

dengan tidak merata.

2. Pada hakikatnya, orang hanya dikelompokan dalam dua kelompok yaitu

mereka yang meiliki politik “penting” dan mereka yang “tidak

memilikinya”.

3. Secara internal elit itu bersifat homogen, bersatu dan memiliki kesadaran

kelompok.

4. Elit itu mengatur sendiri kelangsungan hidupnya dan keanggotaannya

berasal dari lapisan masyarakat yang sangat terbatas.

5. Kelompok elit pada hakikatnya bersifat otonom, kebal akan gugatan dari

siapapun mengenai keputusan-keputusan yang dibuat.

Dalam pemerintahan yang diktator, mungkin benar kekuaasaan mutlak berada

di tangan pihak yang berkuasa. Tetapi di negara demokratis, siapapun yang berkuasa

biasanya akan selalu dikontrol oleh kelompok-kelompok yang ada di luar sistem dan

jumlahnya lebih dari satu.

3. Hierarki Status.

8 Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 174

9 Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 174

Page 10: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 9

Hierarki status merupakan hierarki yang didasarkan atas pembagian

kehormatan dan status sosial. Dalam bentuk sederhana,stratifikasi atas dasar status ini

membagi masyarakat ke dalam 2 (dua) kelompok10, yaitu kelompok masyarakat yang

disegani atau terhormat dan kelompok masyarakat biasa. Kelompok masyarakat yang

terhormat, mereka biasanya selalu menekankan arti penting akar sejarah yang

dijadikan dasar untuk membenarkan mengapa mereka pantas memiliki kedudukan

istimewa di masyarakat. Misalnya di wilayah Jawa kita mengenal pembagian antara

kaum priyayi dan wong cilik.

Kelompok masyarakat yang menduduki posisi terhormat, biasanya memiliki

gaya hidup yang ekslusif. Di bidang pergaulan hidup sehari-hari, hal itu mungkin

diwujudkan dalam bentuk pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang

statusnya lebih rendah. Para anggota suatu kelompok status cenderung menjalankan

endogami dan menghindari pernikahan denga kelompok yang statusnya lebih rendah.

Di Inggris misalnya, sempat terjadi polemik ketika Pangeran Charles yang

akan mewarisi tahta Kerajaan Inggris memilih menikah dengan Putri Diana yang

berasal dari kalangan rakyat biasa.

Kelompok masyarakat yang dihormati ini tidak selalu mutlak harus dari kaum

bangsawan atau keluarga raja. Di lingkungan masyarakat yang masih tradisional,

kelompok yang disegani bisa berupa tokoh-tokoh agama atau orang-orang tertentu

yang dianggap sesepuh desa.

2.4. Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial.

Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan

masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role).11 Kedudukan dan peranan

merupakan unsur-unsur baku dalam sistem lapisan dan mempunyai arti yang penting

bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal

balik antar-individu dalam masyarakat, antara individu dalan masyarakat dan tingkah

laku individu-individu tersebut.

a. Kedudukan (status).

10

Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 175

11 Soekanto, Soejono. 2007. Suatu Pengantar. Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 209

Page 11: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 10

Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu

kelompok sosial. Sedangkan, kedudukan sosial artinya tempat seseorang

secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan,12

yaitu :

a. Ascribed Status.

Yaitu kedudukan dalam masyarakat tanpa memperhatikan

perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Misalnya, anak seorang

bangsawan adalah bangsawan pula.

Pada umumnya, ascribed status dijumpai pada masyarakat-

masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup. Misalnya, masyarakat

feodal atau masyarakat dimana sistem lapisan tergantung pada perbedaan

rasial.

Namun demikian, ascribed status juga dijumpai pada masyarakat

dengan sistem lapisan terbuka. Misalnya, pada laki-laki dalm suatu

keluarga, kedudukannya berbeda dengan kedudukan istri dan anak-

anaknya. Walaupun tidak diperoleh atas dasar kelahiran, pada umunya

sang ayah atau suami adalah kepala keluarga batih.

b. Achieved Status.

Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha

yang disengaja (tidak diperoleh atas dasar kelahiran). Achieved status

bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-

masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap

orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu.

Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu

assigned-status yang merupakan kedudukan yang diberikan. Artinya suatu

kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebuh tinggi kepada

seorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu untuk

memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Misalnya, seorang

pegawai negeri seharusnya naik pangkat secara reguler, setelah menduduki

kepangkatannya yang lama, selama jangka waktu tertentu.

b. Peranan (role).

12

Soekanto, Soejono. 2007. Suatu Pengantar. Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 210

Page 12: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 11

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia

menjalankan suatu peranan.

Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan

ilmu pengetahuan. Keduannya saling bergantung satu sama lain. Pentingnya

peranan adalah karena mengatur perilaku seseorang. Peranan diatur oleh

norma-norma yang berlaku misalnya norma kesopanan menghendaki agar

seorang laki-laki bila berjalan bersama wanita harus di sebelah luar.

Posisi seseorang dalam (social position) merupakan unsur sratis yang

menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan suatu proses. Peranan

mencakup tiga hal, yaitu:

a. Peranan meliputi norma-norma yang membimbing posisi seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan suatu

organisasi masyarakat.

c. Peranan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur kehidupan

masyarakat.

2.5. Mobilitas Sosial (Social Mobility).

Mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial. “Social

mobility refers to the movement of individuals or groups-up or down-within a social

hierarchy” (Ransford, 1980:491).13

Mengacu pada definisi Ransford, mobilitas sosial dapat terjadi pada individu

maupun kelompok. Contoh yang diberikan Ransford pada mobilitas individu ialah

perubahan status seseorang dari seorang tukang menjadi seorang dokter. Mobilitas

sosial suatu kelompok terjadi ketika suatu minoritas etnik atau kaum perempuan

mengalami mobilitas, misalnya mengalami peningkatan dalam penghasilan rata-rata

bila dibandingkan dengan kelompok mayoritas. Ransford juga mengutip contoh

yang diberikan Sorokin mengenai mobiltas kelompok, yaitu turunnya status dinasti

penguasa. Mobilitas juga dapat terjadi pada kekuasaan priviles maupun prestise.

Tipe-tipe mobilitas sosial prinsipil ada dua macam14, yaitu :

13

Sunarto, Kamanto. 2002. Pengantar Sosiologi.Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Page 13: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 12

a. Mobilitas Sosial yang Horizontal.

Mobilitas sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-

objek sosial dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang

sederajat, contohnya adalah seseorang yang beralih kewarganegaraan beralih

pekerjaan yang sederajat atau mungin juga peralihan, atau gerak objek-objek

sosial seperti misalnya radio, mode pakaian dan ideologi.

b. Mobilitas Sosial yang Vertikal.

Mobilitas sosial vertikal yaitu perpindahan individu atau objek sosial

dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat. Sesuai

dengan arahnya maka terdapat dua jenis gerak vertikal yaitu naik (social

climbing) dan turun (social sinking).

Mobilitas sosial vertikal yang naik mempunyai dua bentuk utama,15

yaitu:

a. Masuknya individu-individu yang mempunyai keduduka n rendah ke

dalam kedudukan yang lebih tinggi.

b. Pembentukan suatu kelompok baru yang kemudian ditempatkan pada

derajat yang lebih tinggi dari kedudukan-kedudukan individu

pembentuk kelompok tersebut.

Mobilitas sosial vertikal yang menurun juga mempunyai dua bentuk

utama,16 yaitu:

a. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan individu yang lebih

rendah derajatnya.

b. Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi

kelompok sebagai suatu kesatuan.

Pada mobilitas/gerak sosial vertikal terdapat prinsip-prinsip umum yang

sangat penting,17 diantaranya:

a. Hampir tak ada masyarakat yang sifat sistem lapisannya mutlak

tertutup, dimana sama sekali tidak ada mobilitas sosial yang vertikal.

Suatu contoh adalah suatu masyarakat berkasta di India. Walaupun

14

Soekanto, Soejono. 2007. Suatu Pengantar. Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 220.

15 Soekanto, Soejono. 2007. Suatu Pengantar. Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 220.

16 Soekanto, Soejono. 2007. Suatu Pengantar. Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 220.

17Soekanto, Soejono. 2007. Suatu Pengantar. Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 222.

Page 14: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 13

gerak mobilitas vertikal hampir tidak dapat, proses tadi pasti ada.

Seorang warga kasta Brahmana yang berbuat kesalahan besar dapat

turun kastanya atau sseorang dari kasta rendahan dapat naik ke kasta

yang lebih tinggi, misalnya melalui perkawinan.

b. Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tidak

mungkin mobilitas sosial yang vertikal dilakukan dengan sebebas-

bebasnya. Paling tidak banyak akan ada hambatan-hambatan. Apabila

proses mobbilitas sosial termaksud dapat dilakukan dengan sebebas-

bebasnya, tak mungkin ada stratifikasi sosial yang menjadi ciri tetap

dan umum dari setiap masyarakat.keadaan tersebut dapat diibaratkan

sebagai gedung bertingkat yang sama sekali tidak mempunyai batas-

batas yang memisahkan lantai yang rendah dengan lantai berikutnya

yang lebih tinggi.

c. Mobilitas sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat

tidak ada. Setiap masyarakat mempunyai ciri-ciri sendiri bagi mobilitas

sosial yang vertikal.

d. Laju mobilitas sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor

ekonomi, politik serta pekerjaan berbeda.

e. Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial

vertikal yang disebabkan faktor-faktor ekonomis, politik dan pekerjaan,

tak ada kecenderungan yang kontinu perihal bertambah atau

berkurangnnya laju mobilitas sosial. Hal ini berlaku bagi suatu negara,

lembaga sosial yang besar, dan juga bagi sejarah manusia.

Pitirim A Sorokin18 mengatakan bahwa mobilitas sosial vertikal memiliki

saluran-saluran dalam masyarakat. Proses mobilitas sosial melalui saluran ini disebut

social circulation. Saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga

keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi dan keahlian.

Angkatan bersenjata memiliki peranan penting dalam masyarakat dengan

sistem kemiliteran. Ketika suatu negara sedang menghadapi perang, peran angkatan

bersenjata disitu sangat dibutuhkan. Setiap negara menghendaki dan berusaha agar

menjadi pemenang. Dalam hal ini, kedudukan (status) asal/asli prajurit bukan menjadi

fokus perhatian, ia akan dihargai tinggi oleh masyarakat . Seorang prajurit yang

18

Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 210.

Page 15: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 14

berasal dari kedududkan yang rendah, karena jasa-jasanya, kedudukannya akan

terangkat jauh lebih tinggi dari sebelumnya.

Saluran kedua adalah keagamaan. Keagamaan dapat meningkatkan status

kedudukan seseorang. Hal ini dapat dilihat, ketika masyarakat lebih menghormati

orang-orang yang memiliki pengetahuan keagamaan yang lebih daripada yang

lainnya.

Saluran ketiga adalah pendidikan. Pendidikan merupakan social elevator bagi

setiap individu yang ingin menaikan status sosialnya. Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka akan semakin tinggi pula status sosialnya. Selain ia memiliki

kedudukan tinggi karena tingkat pendidikannya atau gelar yang ia dapat, status

sosialnya pun meningkat akibat keahlian yang dimilikinya.

Organisasi politik pun dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan status

sosial seseorang. Organisasi politik dapat memberikan peluang yang besar bagi

seseorang untuk mendapatkan suatu kedudukan ataupun kekuasaan. Atas

kedudukan/kekuasaan/posisi yang ia dapat tersebut, seseorang dapat dihormati bahkan

disegani.

Selain itu, saluran yang paling jelas terlihat dalam kehidupan masyarakat yaitu

status sosial berdasarkan pada ekonomi. Seseorang yang memiliki kemampuan

ekonomi yang lebih tinggi terlihat dapat lebih disegani oleh masyarakat lingkungan

sekitar. Sebaliknya, seseorang yang memiliki financial yang rendah, status sosial

dalam masyarakatnya pun tidak akan terlalu dihiraukan. Kecuali jika ia memiliki

saluran lain yang dapat digunakan untuk mengangkat status sosialnya itu seperti

dalam hal keagamaan, pendidikan ataupun keahlian.

Dengan demikian, mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat karena gejala

tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat, yaitu

penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan

mendorongnya agar melaksanakan kewajibannya yang sesuai dengan kedudukan dan

peranannya.

Tak banyak individu yang dapat memenuhi persyaratan demikian, bahkan

mungkin hanya segolongan kecil dalam masyarakat. Oleh sebab itu, pada umumnya

warga lapisan atas (upper-class) tidak terlalu banyak apabila dibandingkan dengan

lapisan menengah (middle-class) dan lapisan bawah (lower-class).19

19

Soekanto, Soejono. 2007. Suatu Pengantar. Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 226.

Page 16: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 15

Upper-class

Middle-class

Lower-class

2.6. Akumulasi Dimensi

Selain ketiga dimensi stratifikasi sosial diatas sudah tentu masih terdapat

sejumlah dimensi yang lain. Artinya, seseorang yang memiliki aset produksi

melimpah, kaya dan memiliki banyak perusahaan, biasanya ia sebelumnya lahir dari

keluarga yang berkecukupann dan hormat, memiliki pendidikan yang tinggi dan

bahkan didukung dengan kepemilikan jaringan atau koneksi yang luas.

Seseorang yang berpendidikan, misalnya tidak selalu menjamin, tetapi lebih

berpeluang melakukan mobilitas vertikal.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi20 dalam realita sering

terjadi seseorang yang memiliki kekuasaan politik akan cenderung lebih besar

peluangnya untuk meraih fasilitas dan kebutuhan material. Dan sebaliknya, orang

yang miskin selain tidak memiliki kekuasaan mereka biasanya juga tidak berdaya dan

mudah dijadikan bahan eksploitasi.

Ada lima basis kekuasaan sosial menurut Friedman21 :

1. Modal produksi atas aset, misalnya tanah kemayoran, poralatan dan kesehatan.

2. Sumber keuangan, seperti income dan kredit yang memadai.

3. Organisasi sosial dan polotik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan

bersama, seperti koperasi.

4. Network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang,

pengetahuan dan keterampilan yang memadai.

5. Informasi-informasi yang berguna untuk kehidupan.

20

Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 177

21 Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 177

Page 17: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 16

2.7. Kemiskinan Struktural

Menurut Selo Soemardjan(1980)22, yang dimaksud dengan kemiskinan

struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena

struktur sosial itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber yang sebenarnya

tersedia bagi mereka. Secara teoristis kemiskinan struktural dapat diartikan sebagai

suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya

bersumber, dan oleh karena itu dapat dicari pada strukyur sosial yang berlaku

sedemikian rupa.

Kemiskinan stuktural biasanya terjadi didalam suatu masyarakat dimana terdapat

perbedaan yang tajam antara mereka yang tidak melarat dengan mereka yang hidup

dalam kemewahan.

Golongan yang menderita kemiskinan struktural itu misalnya, para petani yang

tidak memiliki tanah sendiri, atau kaum migran dikota yang bekerja disektor informal

dengan hasil tidak menentu sehingga tidak mencukupi kebutuhannya. Yang dimaksud

golongan miskin lain adalah kaum buruh, pedagang kaki lima dan penghuni permukiman

kumuh.

Menurut Robert Chambers23, inti dari masalah kemiskinan biasa disebut

deprivation. Yang terdiri dari lima unsur, yaitu :

a. Kemiskinan itu sendiri.

b. Kelemahan fisik.

c. Keterasingan atau kadar isolasi.

d. Kerentanan.

e. Ketidakberdayaan.

2.8.Konsekuensi Stratifikasi sosial.

a. Gaya hidup.

Gaya hidup atau life style yang ditampilkan antara kelas sosial yang satu dengan

kelas sosial yang lainnya dalam banyak hal tidak sama, bahkan cenderung masing-masing

kelas mencoba mengembangkan gaya hidup yang eksklusif agar membedakan mereka

dengan kelas yang lain. Berbeda dengan kelas sosial rendah yang umunya bersifat

22

Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 178

23 Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 180.

Page 18: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 17

konservatif dibidang agama, moralitas, selera berpakaian, selera makanana, cara mendidik

anak dan lain-lain. Sedangkan biaya hidup kelas sosial menengah umumnya lebih atraktif

dan eksklusif (Dickson, 1968).24

Keluarga yang berasal dari kelas atas biasanya cenderung memilih berlibur keluar

negeri sedangkan untuk keluarga yang berasal dari kelas menengah mereka biasanya

berlibur cukup dalam negri saja. Untuk keluarga yang benar-benar miskin atau dari

keluarga kelas rendah mereka hanya menghabiskan waktu luang didalam rumah atau

sesekali pergi ke sekitar tempat tinggal mereka.

Gaya hidup lain yang tidak sama antara kelas sosial satu dengan yang lain adalah

dalam hal berpakaian. Atribut yang bersifat masal biasanya dianggap berselera rendahan,

contohnya pakaian kodian. Bagi mereka yang mengenakan atribut tersebut akan

mencerminkan status sosial yang lebih rendah.

Dalam memanfaatkan waktu luang, film yang banyak ditonton oleh orang-orang

kelas menengah ke atas adalah film-film barat yang dibintangi oleh bintang holywood,

sedangkan musik yang didengar adalah musik jazz atau musik barat yang sering

ditayangkan di televisi swasta seperti Mtv.

Sebagian orang kelas sosial bawah, terkadang mencoba meniru atribut yang

dikenakan gaya hidup kelas sosial diatas. Misalnya dalam pemilihan pakaian atau sepatu

mereka banyak meniru membeli barang-barang tiruan yang biasa dikenakan oleh kelas

menengah keatas. Salah satu ciri dari kelas sosial kebawah adalah mereka seringkali

mengapresiasikan dan sejauh mungkin untuk tampil seperti kelas sosial diatas. Bagi orang-

orang yang belum berpengalaman dan dipandang sepintas kilas merek yang dipakai

mungkin terlihat sama namun bila dilihat dekat maka tampak sangat berbeda dengan

barang yang asli.

b. Peluang Hidup dan Kesehatan.

Dalam kajian ini terdapat kaitan antara stratifikasi sosial dengan peluang hidup dan

derajat kesehatan keluarga, misalnya keluarga yang miskin, tidak berpendidikan, dan

rentan mereka umunya lemah jasmani dan mudah terserang penyakit. Sementara itu studi

yang dilakukan oleh Brooks (1975) menemukan kecenderungan kematian bayi

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kelas sosial orang tua.25 Menurut studi yang dilakukan

24

Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 183.

25 Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 185.

Page 19: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 18

oleh Antonovsky (1972) dan Harkey dkk. setidaknya terdapat dua faktor yang berinteraksi

menghasilkan hubungan anatara kelas sosial dan kesehatan,26 yaitu:

1. Para anggota kelas sosial yang lebih tinggi biasanya menikmati sanitas, tindakan-

tindakan perawatan medis yang baik.

2. Orang yang mengidap penyakit kronis, status sosialnya lebih cenderung kebawah

dan sulit menagalami mobilitas vertikal karena penyakit menghalangi mereka

memperoloh dan mempertahankan berbagai pekerjaan (Zanten, 1979).

c. Respon Terhadap Perubahan.

Setiap terjadi proses perubahan tentu membutuhkan proses adaptasi bahkan respon

yang tepat dari warga masyarakat yang tengah berubah. Berbeda dengan orang yang

berpendidikan dan berasal dari kelas atas, banayak kajian yang membuktikan bahwa

kelas sosial rendah seringkali menjadi kelompok yang paling terlambat menerangkan

kecenderungan baru, khususnya dalam pengambilan keputusan. Orang kelas sosial

rendah umunya ragu-ragu untuk menerima pemikiran serta curiga terhadap para pencipta

hal-hal baru.

Terbatasnya pendidikan mengakibatkan kebanyakan orang-orang kelas rendah

tidak mengetahui latar belakang pemikiran yang mendasari program perubahan yang

ditawarkan. Mereka cenderung curiga terhadap para ahli dari kelas sosial menengah

keatas yang menunjang perubahan (Horton dan Hunt, 1987).27

Kelas sosial atas dimana sebagian besar berpendidikan relatif memadai cenderung

lebih responsif terhadap ide baru sehingga mereka lebih sering memetik manfaat atas

program baru atau inovasi yang diketahuinya.

d. Peluang Bekerja dan Berusaha.

Terdapat perbedaan peluang bekerja anatara kelas sosial rendah dengan kela sosial

diatasnya. Tingkat pendidikan yang tinggi dan uang yang dimiliki kelas sosial atas relatif

lebih mudah membuka usah. Baru atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan minatnya.

Sementara itu kelas sosial rendah terperangkap dalam pendidikan yang rendah

umumnya rentan dan kecil kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan yang memadai.

Keluarga yang dibelit perangkap kemiskinan biasanya tidaak bisa ikut meramaikan hasil

26

Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 185.

27 Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 186.

Page 20: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 19

pertumbuhan ekonomi, rapuh, sulit meningkatkan kualitas kehidupan bahkan mengalami

penurunan kualitas hidup. Kendati orang-orang miskin telah mendapat bantuan kredit

permodalan, seperti KUD, KUT, BRI unit desa dan lain-lain.

Ketidakberdayaaan golongan masyarakat miskin untuk memiliki akses terhadap

kekuasaan menyebabkan posisi mereka tetap rentan dan sulit untuk berkembang, berbeda

dengan kelompok kelas menengah mereka relatif lebih banyak dan mudah mendapat

fasilitas.

e. Kebahagiaan dan Sosialisasi Dalam Keluarga.

Studi yang dilakukan oleh Easterlin (1973) dan Cameron (1974)28 menemukan

bahwa kebahagiaan tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya cacat tubuh, tidak pula oleh

faktor usia. Dari faktor yang diteliti kelas sosial lah yang memiliki kaitan paling erat,

contohnya orang kaya lebih mampu memenuhi kebutuhan mereka sehingga mereka

merasa bahagia. Perselisihan dan terjadinya tindak kekerasan dikalangan keluarga berada

dalam hal yang relatif kecil.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Gelles (1979)29 membuktikan bahwa orang

tua yang suka menyiksa anak banyak menunjukan sifat yang sama, sebagian besar biasa

disiksa sewaktu kecil dan condong bereaksi kasar bila anak mengecewakan mereka.

f. Perilaku Politik.

Terdapat kaiatan anatara kelas sosial dan perilaku polotik orang. Studi yang

dilakukan Erbe (1964), Hansen (1975) menyimpulkan bahwa semakin tinggi kelas sosial

semakin cenderung individu mendaftarkan diri sebagai pemilih, memberikan suara,

tertarik pada politik, membahas soal politik, menjadi anggota organisasi dan berusaha

mempengaruhi pandangan politik orang lain.30

Kelas menengah yang berafiliasi dan merasa karir politiknya tengah menanjak

cenderung bersikap seperti kelas atas yaitu konservatif dan sama sekali jauh dari radikal

yang biasanya menjadi karakteristik kelas bawah.

28

Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 189.

29 Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 190.

30 Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, hlm. 190.

Page 21: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 20

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan.

Stratifikasi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

bertingkat. Menurut sifat-sifatnya, stratifikasi sosial terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu stratifikasi

tertutup, stratifikasi terbuka dan stratifikasi campuran.

Determinan stratifikasi sosial diantaranya ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan dan

wewenang, ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan. Menurut Jeffris dan Ransford

(1980), di dalam masyarakat pada dasarnya bisa dibedakan 3 (tiga) macam stratifikasi sosial,

yaitu :

a. Hierarki kelas.

b. Hierarki kekuasaan.

c. Hierarki status.

Hal yang mewujudkan stratifikasi sosial juga tidak lepas dari unsur-unsurnya yang

meliputi :

a. Kedudukan (status). Pada umunya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu

ascribed status dan achieved status.

b. Peranan (role).

Mobilitas sosial merupakan perpindahan status dalam stratifikasi sosial. Mobilitas

sosial terdiri dari dua tipe yaitu mobilitas sosial yang horizontal dan mobilitas sosial yang

vertikal. Mobilitas sosial yang vertikal pun terbagi menjadi mobilitas vertikal yang naik dan

mobilitas sosial yang turun.

Menurut Pitirim Sorokin, mobilitas sosial memiliki saluran-saluran dalam masyarakat.

Adapun saluran yang terpenting diantaranya angkatan bersenjata, lembaga keagamaan,

sekolah, organisasi politik ekonomi dan keahlian. Saluran-saluran tersebut dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya kedudukan (status) seseorang.

Menurut Friedman, ada lima basis kekuasaan sosial yaitu ::

1. Modal produksi atas aset, misalnya tanah kemayoran, poralatan dan kesehatan.

2. Sumber keuangan, seperti income dan kredit yang memadai.

3. Organisasi sosial dan polotik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan

bersama, seperti koperasi.

Page 22: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 21

4. Network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan

dan keterampilan yang memadai.

5. Informasi-informasi yang berguna untuk kehidupan.

Menurut Selo Soemardjan, kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita

oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial itu tidak dapat ikut menggunakan

sumber-sumber yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan stuktural biasanya terjadi

didalam suatu masyarakat dimana terdapat perbedaan yang tajam antara mereka yang tidak

melarat dengan mereka yang hidup dalam kemewahan.

Menurut Robert Chambers, inti dari masalah kemiskinan (deprivation) terdiri dari

lima unsur, yaitu :

a. Kemiskinan itu sendiri.

b. Kelemahan fisik.

c. Keterasingan atau kadar isolasi.

d. Kerentanan.

e. Ketidakberdayaan.

Stratifikasi sosial dapat menimbulkan sejumlah perbedaan dalam berbagai aspek

kehidupan manusia diantaranya dapat terjadi pada :

a. Gaya hidup

b. Peluang hidup dan kesehatan.

c. Respons terhadap prubahan.

d. Peluang bekerja dan berusaha.

e. Kebahagiaan dan sosialisasi dalam keluarga.

f. Perilaku politik.

Agar stratifikasi sosial berjalan tanpa gesekan-gesekan yang terlalu berdampak

negatif terhadap kehidupan kemasyarakatan, dalam tatanan kehidupannya dituntut kesadaran

akan adanya kontrol pada setiap pemegang kedudukan atau peranan sosial. Kesadaran bahwa

dirinya adalah makhluk sosial dapt cukup membantu dalam keseimbangan akan adanya

perbedaan.

Page 23: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 22

DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, Kamanto. 2002. Pengantar Sosiologi.Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Suyanto, Bagong, dkk. 2007. Teks Pengantar Sosiologi. Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta:

Kencana

Soekanto, Soejono. 2007. Suatu Pengantar. Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Stratifikasi Sosial. Dalam e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=51&fname=sos203_16.htm

Page 24: Stratifikasi Determinan  Dan Konsekuensi

Page | 23