125
STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BENETE KABUPATEN SUMBAWA BARAT ISMOL BAHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BENETE

KABUPATEN SUMBAWA BARAT

ISMOL BAHAR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan
Page 3: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini Penulis menyatakan bahwa Tesis berjudul Strategi Pengelolaan

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dalam Pemberdayaan Masyarakat

Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat adalah karya Penulis sendiri dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir Tesis ini.

Bogor, 23 September 2015

Ismol Bahar

I354120115

Page 4: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan
Page 5: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

RINGKASAN

ISMOL BAHAR. Strategi Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)

dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat.

Di bawah bimbingan NINUK PURNANINGSIH dan SOFYAN SJAF.

Keberadaan BUM Desa telah dijadikan instrumen pemberdayaan masyarakat

oleh pemerintah pusat. Kelahiran BUM Desa pada level komunitas, harus melalui

ruang partisipasi publik, dimana masyarakat dan pemerintah Desa menjadi inisiator

utama. Keberadaan lembaga ini di dalam komunitas dapat menjadi pengerak kegiatan

ekonomi dengan membawa misi sosial dan komersial. Sebagai lembaga sosial, BUM

Desa diharapkan memberikan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat miskin dengan

biaya terjangkau sedangkan sebagai organisasi bisnis berfungsi untuk memberikan

keuntungan bagi dirinya dan dapat berkontribusi bagi Pendapatan Asli Desa (PADes).

Sejak tahun 2004, BUM Desa Benete telah menjalankan usaha pelayanan kebutuhan

dasar masyarakat melalui bidang usaha pengelolaan air bersih, pengangkutan sampah

dan pengelolaan pariwisata Desa. Implikasi dari keberadaan usaha yang dijalankan

BUM Desa, dirasakan sangat bermanfaat oleh masyarakat terutama bagi warga tidak

mampu. Secara ekonomi, dari hasil usaha tersebut belum mampu memberikan

keuntungan baik bagi BUM Desa, maupun berkontribusi terhadap PADes.

Tujuan dari kajian ini adalah untuk merumuskan strategi pengelolaan BUM

Desa dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan di Desa Benete.

Kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan ditunjang dengan

metode kuantitatif. Kajian dilakukan di Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat,

pada bulan Januari-Desember 2014. Pengumpulan data menggunakan wawancara

mendalam, focus group discussion (FGD), pengamatan partisipatif dan studi

dokumen.

Keberadaan BUM Desa Benete tidak terlepas dari peran, pengaruh dan

kepentingan para pihak (stakeholder). Hasil pemetaan stakeholder ditemukan

stakeholder kunci yaitu PTNNT, Kepala Desa, Pemerintah Desa, Pemda KSB

(BPMD), Pemerintah Kecamatan, Masyarakat/pelanggan, LSM LAKMUS dan

Pengelola BUM Desa. Hasil analisis terhadap stakeholder yang terlibat pada proses

pendirian dan operasional BUM Desa, menunjukkan bahwa PTNNT dan Kepala Desa

merupakan stakeholder utama yang memiliki pengaruh dan kepentingan tinggi.

Masyarakat dan pengelola berada pada kategori stakeholder sekunder yang memiliki

pengaruh rendah tetapi kepentingan tinggi. Pemerintah Desa dan Kabupaten memiliki

pengaruh tinggi tetapi belum berperan sebagaimana amanat regulasi dalam

memperkuat kelembagaan BUM Desa.

Hasil analisis faktor internal dan eksternal BUM Desa, menunjukkan bahwa

kapasitas SDM pengelola menjadi kelemahan. Keberadaan regulasi dari pemerintah

pusat menjadi peluang, serta ketersediaan sarana dan fasilitas usaha menjadi

keunggulan. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam membayar iuran merupakan

faktor penghambat bagi keberlanjutan usaha.

Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat

berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

kemampuan pengelola, (3) perbaikan pada tata kelola bidang usaha pengolahan air

bersih dan pengangkutan sampah serta pengelolaan fasilitas wisata Pantai Benete.

Kata kunci: BUM Desa, pemberdayaan masyarakat, strategi pengelolaan.

.

Page 6: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan
Page 7: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

SUMMARY

ISMOL BAHAR. Strategy of Management of village-owned enterprises (BUM

Desa) in the Village Community Empowerment at Benete West Sumbawa.

Supervised by NINUK PURNANINGSIH and SOFYAN SYAF.

BUM Desa existence of the village has been used as instruments of

community empowerment by the central government. Formation of BUM Desa at the

community level, must go through public participation, in which community and

village government became the main initiator. The existence of this institution in the

community can be locomotive economic activity by bringing social and commercial

mission. As a social institution, BUM Desa is expected to serve the basic needs of the

poor at an affordable cost, while on the other side of running a business function to

provide benefits for themselves and can contribute to the Revenue Villages (PADes).

Since 2004, BUM Desa Benete has been running business services basic needs of

society through business fields of water management, waste transport and

management of village tourism. The implications of the existence of the business

carried BUM Desa, has been very useful by the community, especially for the less

fortunate. Economically, the results of these efforts have not been able to provide

good profits for BUM Desa, as well as contributing to PADes. The objectives of this

study is to formulate a management strategy BUM Desa in realizing sustainable

community development in the village Benete. The study was conducted using

qualitative methods and supported by quantitative methods. Studies conducted in the

village Benete West Sumbawa regency, in January to December 2014. The data was

collected using in-depth interviews, focus group discussion (FGD), participatory

observation and document study.

The existence of the BUM Desa Benete can not be separated from the role,

influence and interests of the parties (stakeholders). The stakeholder mapping results

found that PTNNT key stakeholders, namely village government, local government of

KSB (BPMD), district government, community/ customer. LSM LAKMUS and

management BUM Desa. The results of this study related to the analysis of the

stakeholders involved in the process of establishing and operating BUM Benete

village, show that; PTNNT and village heads are the main stakeholders, namely the

influence and high importance while the public and the manager is in the category of

secondary stakeholders is low but the effect of high interest. The village and district

government have high influence but not act as mandated by regulation in institutional

strengthening BUM Desa.

The analysis on internal and external factors of BUM Desa showed that the

capacity of human resource at managemen level as a weakness. The regulations of

the central government as an opportunities, as well as the availability of business

facilities to be strenghtening factors. The low of participation in paying retribution is

a weakness factor for the business sustainability of BUM Desa.

The BUM Desa management strategies in sustainable community

empowerment (1) to increase public participation, (2) strengthening the ability of the

management, and (3) governance improvements in the business fields of water

treatment, waste transportation and tourism management.

Keywords: BUM Desa, community empowerment, strategy management

Page 8: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan
Page 9: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh tulisan ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 10: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan
Page 11: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BENETE

KABUPATEN SUMBAWA BARAT

ISMOL BAHAR

I354120115

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

pada Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 12: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

Penguji luar pada saat ujian Tesis : Dr Ir Nurmala K. Panjaitan

Page 13: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

Judul Tesis : Strategi Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dalam

Pemberdayaan Masyarakat Desa Benete Kabupaten Sumbawa

Barat

Nama : Ismol Bahar

NIM : I354120115

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MS

Ketua

Dr Sofyan Sjaf, Msi

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Magister Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 23 September 2015 Tanggal Lulus:

Page 14: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan
Page 15: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

PRAKATA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga Kajian Pengembangan Masyarakat yang berjudul Strategi

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dalam Pemberdayaan

Masyarakat Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara

Barat dapat terselesaikan. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Magister Profesional

Pengembangan Masyarakat di Sekolah Pascasarjanan Institur Pertanian Bogor.

Pembahasan mengenai Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)

dalam Pemberdayaan Masyarakat menjadi menarik karena keberadaan lembaga

ekonomi Desa yang kuat dibutuhkan dalam pengelolaan potensi sumberdaya Desa

untuk kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Sepanjang penulisan Tesis

ini, berbagai pihak telah turut membantu Penulis, maka pada kesempatan ini

Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MS dan Bapak Dr Sofyan Sjaf, MSi

sebagai Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing serta Ibu Dr Ir

Nurmala K. Panjaitan selaku penguji luar komisi.

2. Bapak Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS, Ir Fredian Tonny Nasdian MS

atas saran, kritik dan masukan terhadap tulisan ini sehingga dapat

terselesaikan dengan baik.

3. Bapak dan Ibu Dosen MPM-IPB atas dedikasi dalam mentransfer ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta staf sekretariat MPM (Ibu Susi dan

Ibu Hetty) atas bantuannya yang sangat berarti bagi Penulis. Semoga

amal ibadah Bapak dan Ibu mendapat balasan berlipat ganda dari

Allah SWT.

4. Bapak Ir Martiono Hadianto selaku Presiden Direktur PT Newmont

Nusa Tenggara dan Bapak Dr Ir Amri Rachman Msi, mewakili Pemda

Kabupaten Sumbawa Barat atas semua bantuan pembiayaan

pendidikan dan dukungan fasilitas.

5. Rekan-rekan Mahasiswa MPM seperjuangan yang telah manjadi teman

dalam suku dan duka selama kuliah, berdiskusi dan berdebat secara

konstruktif, semoga menjadi kenangan yang tak terlupakan.

6. Seluruh keluargaku tercinta atas dukungan, kesabaran, kasih sayang

serta do’a tulusnya hingga perjuangan ini dapat tercapai.

7. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, semoga

semua bantuan dan dukungannya menjadi ibadah di sisi Allaw SWT.

Meskipun dalam proses penyusunan laporan Tesis ini, sarat dengan

masukan nilai-nilai akademik dari para dosen pembimbing, namun Penulis yakin

bahwa kajian ini masih banyak kekurangan. Semua kekurangan tersebut karena

keterbatasan Penulis untuk mengelaborasi dan menterjemahkan arahan dari

pembimbing. Oleh karena itu segala kekurangan dalam kajian ini merupakan

tanggungjawab Penulis sepenuhnya. Demikian, semoga karya ilmiah ini dapat

bermanfaat.

Bogor, 23 September 2015

Ismol Bahar

Page 16: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan
Page 17: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xiv

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Kajian 6

Manfaat Kajian 6

Ruang Lingkup Kajian 7

2 PENDEKATAN TEORITIS 9

Tinjauan Pustaka 9

Pengertian dan Prinsip BUM Desa 9

Strategi Pengelolaan BUM Desa 12

Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan BUM Desa 18

BUM Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat 19

Pemberdayaan Masyarakat 20

Kajian Terdahulu 23

Kerangka Pemikiran 24

3 METODE KAJIAN 27

Lokasi dan Waktu Kajian 27

Pendekatan Kajian 27

Teknik Pengumpulan Data 27

Pemilihan Informan 28

Pengolahan dan Analisis Data 29

Metode Kuantitatif 31

Pemilihan Responden 31

Pengumpulan dan Pengolahan Data 31

Analisis Deskriptif 31

Analisis Matriks SWOT 32

Perancangan Strategi dan Program Aksi 33

Metode Perancangan 33

Identifikasi Faktor Internal 33

Identifikasi Faktor Eksternal 33

Partisipan Perancangan 34

Proses Perancangan 34

4 GAMBARAN UMUM LOKASI KAJIAN 37

Profil Komunitas Desa Benete 37

Kependudukan 39

Jumlah dan Komposisi Penduduk 39

Pertumbuhan Penduduk 41

Kepadatan Geografis dan Agraris 42

Pendidikan Penduduk Desa Benete 43

Kondisi Infrastruktur Dasar dan Sarana Prasarana Desa 43

Sarana Jalan 43

Sarana Air Bersih dan MCK 44

Kelembagaan Ekonomi 44

Page 18: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

Jaringan Bisnis 46

Mata Pencaharian Utama 47

Usaha Pertanian 47

Usaha Dagang 47

Usaha Jasa 47

Karyawan Swasta 48

Pegawai Pemerintah 48

Profil Pemerintahan Desa Benete 48

Aparatur Pemerintah Desa Benete 48

Keuangan Desa Benete 49

Gambaran Kerja BUM Desa Benete 50

Bidang Usaha Pengelolaan Air Bersih 51

Bidang Usaha Jasa Pengangkutan Sampah 54

Bidang Usaha Pengelolaan Pasilitas Pariwisata Pantai Benete 55

Personel BUM Desa Benete 56

5 ANALISIS PERAN, PENGARUH DAN KEPENTINGAN STAKE-

HOLDER DALAM PEMBENTUKAN DAN OPERASIONAL BUM

DESA BENETE 61

Keterlibatan Stakeholder dalam Pembentukan BUM Desa Benete 61

Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Operasional BUM Desa Benete 65

Peran, Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder dalam Pembentukan 66

serta Operasional BUM Desa Benete 66

6 KONDISI INTERNAL DAN EKSTERNAL SERTA KINERJA BUM

DESA BENETE DALAM PEMBER-DAYAAN MASYARAKAT 73

Kondisi Internal 73

Kondisi Personalia 73

Kelembagaan BUM Desa Benete 75

Kondisi Produksi 75

Kondisi Keuangan 77

Kondisi Pemasaran 78

Kondisi Sarana dan Prasarana 81

Kondisi Eksternal BUM Desa Benete 82

Jumlah Penduduk 83

Luas Wilayah 83

Jaringan Komunikasi antar Dusun 83

Prasarana dan Sarana Perhubungan dan Komunikasi 83

Pemasaran Produk Komunitas 83

Kelembagaan Sosial 84

Kelembagaan Produksi 84

Sarana dan Prasarana Pemerintahan 84

Sosial Budaya 84

Pola Nafkah Masyarakat dan Prasarananya 85

Keberadaan PTNNT 85

Kondisi Regional KSB 85

Pemerintah Pusat 85

Kinerja BUM Desa Benete Dalam Pemberdayaan Masyarakat 86

Page 19: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

7 STRATEGI PENGELOLAAN BUM DESA BENETE YANG

BERKELANJUTAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 90

Perumusan Strategi Inti 93

Visi 93

Misi 93

Tujuan 93

Rumusan Strategi Pengelolaan BUM Desa Benete 95

SIMPULAN DAN SARAN 97

Simpulan 97

Saran 97

DAFTAR PUSTAKA 98

Page 20: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Strategi lima “C” - pendekatan untuk pengubahan tata kelola

organisasi 15 Tabel 2 Teknik pengambilan data. 29 Tabel 3 Matriks Analisis SWOT 32 Tabel 4 Penduduk Desa Benete berdasarkan umur dan jenis kelamin 40 Tabel 5 Pertumbuhan jumlah penduduk Desa Benete 41 Tabel 6 Luas wilayah, kepadatan penduduk per Km

2 dan jumlah

penduduk di Kecamatan Maluk tahun 2012. 42 Tabel 7 Tingkat pendidikan masyarakat Benete Tahun 2013 43

Tabel 8 Lembaga ekonomi yang ada di Desa Benete Tahun 2013 45 Tabel 9 Tingkat Pendidikan Aparatur Desa Benete Tahun 2014 49 Tabel 10 Penilaian pelanggan terhadap kemampuan BUM Desa dalam

merumuskan aturan dan implementasinya 54 Tabel 11 Penilaian masyarakat terkait kemampuan pengelola dalam

melayani pelanggan 58 Tabel 12 Penilaian pelanggan terhadap kemampuan pengelola BUM Desa

dalam mendorong pelibatan masyarakat/pelanggan 59 Tabel 13 Matrik analisis peran, kepentingan dan pengaruh stakeholder ada

pengembangan BUM Desa Benete. 70 Tabel 14 Penilaian masyarakat/pelanggan terkait kemampuan SDM BUM

Desa Benete 74

Tabel 15 Jumlah pelanggan, pemakaian air dan penerimaan pada BUM

Desa Benete periode Januari-Agustus 2014 78 Tabel 16 Penilaian pelanggan terkait kinerja pengelolaan pada masing-

masing bidang usaha 79 Tabel 17 Pendapatan BUM Desa Benete dari pengolahan sampah tahun

2014. 80 Tabel 18 Matrik analisis faktor internal BUM Desa Benete Tahun 2014 81 Tabel 19 Matrik evaluasi faktor eksternal BUM Desa Benete tahun 2014 86

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model manajemen strategi (Pearse dan Robinson 1997) 14

Gambar 2 Pengembangan kelembagaan saling memberdayakan pada

kawasan pedesaan berbasis komunitas 17

Gambar 3 Peta tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh stakeholder 18 Gambar 4 Hubungan antar variabel pengelolaan BUM Desa dalam

pemberdayaan masyarakat Desa Benete 26 Gambar 5 Komponen dalam analisis data (interactive model) 30 Gambar 6 Peta administratif Kecamatan Maluk 38

Gambar 7 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan jumlah

kepala keluarga per dusun 39 Gambar 8 Luas lahan menurut penggunaan di Desa Benete Tahun 2013 42

Gambar 9 Ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi di Desa Benete

tahun 2013 44

Page 21: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

Gambar 10 Grafik pekerjaan utama kepala keluarga di Desa Benete tahun

2012 48 Gambar 11 Grafik alokasi APBDes Desa Benete tahun 2013-2014 50 Gambar 12 Grafik perkembangan jumlah pelanggan air bersih 52 Gambar 13 Grafik partisipasi pelanggan air bersih dalam membayar iuran 53 Gambar 14 Jumlah pengangkutan sampah ke TPA 55 Gambar 15 Struktur organisasi BUM Desa Benete 56 Gambar 16 Proses pembentukan dan operasional BUM Desa Benete. 64 Gambar 17 Piramida tingkat keterlibatan stakeholder pada proses

pembentukan awal BUM Desa Benete 64 Gambar 18 Skema peran, pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam

pembentukan serta operasional BUM Desa Benete 67 Gambar 19 Posisi stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan terhadap

operasional BUM Desa Benete 68 Gambar 20 Peta Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pengaruh Stakeholder

BUM Desa Benete 71 Gambar 21 Kondisi pemasaran air bersih. 79 Gambar 22 Strategi perubahan kondisi internal BUM Desa Benete 82 Gambar 23 Potensi Usaha dan Hubungan dengan Kepentingan Stakeholder 88 Gambar 24 Proses manajemen strategi BUM Desa 92

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis peran, pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam

pembentukan dan operasional BUM Desa Benete 100 Lampiran 2: Matrik Analisis SWOT BUM Desa Benete untuk peningkatan

kapasitas kelembagaan dan pengembangan unit usaha dalam

mewujudkan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan. 101 Lampiran 3. Rencana aksi pengelolaan BUM Desa melalui peningkatan

kapasitas kelembagaan dalam mewujudkan pemberdayaan

masyarakat berkelanjutan. 102

Page 22: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan
Page 23: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberdayaan komunitas desa memiliki arti penting sebagai sel penyusun

tubuh negara dan sumber kekuatan bagi komunitas negara. Desa-desa yang

berdayalah yang membentuk kecamatan dan kabupaten, propinsi dan negara yang

kuat, sebaliknya desa-desa yang rapuh akan menciptakan kecamatan serta

kabupaten, propinsi dan negara yang rapuh pula (Mubyarto 1999). Paradigma

pembangunan masyarakat desa yang bertumpu pada kekuatan swadaya dan

partisipasi sangat relevan dengan tantangan yang dihadadapi bangsa saat ini.

Melalui keswadayaan dan partisipasi masyarakat akan meningkatkan efisiensi

pembangunan dan memberikan kemudahan bagi pemerintah dalam menjalankan

program-program pengembangan masyarakat.

Mekanisme pengambilan keputusan dan penyelenggaraan program harus

benar-benar mencerminkan bottom up atau program yang lahir dari keinginan dan

kebutuhan masyarakat. Sebagaimana disampaikan oleh Mubyarto (1999) bahwa

salah satu upaya untuk merangsang lahirnya gerakan masyarakat pada komunitas

lokal, maka istilah program pengembangan masyarakat desa seharusnya tidak lagi

berkonotasi program masuk desa, melainkan program dari desa. Artinya dalam

segala kegiatan pembangunan desa, masyarakat desa itulah yang menjadi pelaku

utama. Masyarakat berpartisipasi dalam semua proses, mulai dari perumusan

masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi sampai

pemanfaatan hasil-hasilnya, sehingga masyarakat akan dapat menerima

“kegagalan” maupun “keberhasilan” program secara bertanggung jawab.

Pelaksanaan desentralisasi (otonomi daerah) diharapkan proses

pemberdayaan masyarakat dapat mengalami percepatan melalui kebijakan yang

diterapkan oleh pemerintah daerah. Dalam hal ini, Prasojo (2003) menyebutkan

bahwa dari sudut pandang pemerintah dan masyarakat daerah, nilai utama

kebijakan desentralisasi adalah perwujudan political equality, yakni terbukanya

partisipasi masyarakat dalam berbagai aktivitas politik ditingkat nasional. Nilai

kedua adalah local accountability, yakni kemampuan pemerintah daerah dalam

memperhatikan hak-hak masyarakat ditingkat local dan nilai ketiga adalah local

responsiveness, yakni pemerintah daerah dianggap mengetahui lebih banyak

tentang berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya.

Otonomi daerah menjadi sistem pemerintahan bukan dengan tujuan

berpikir dan bertindak lokal, tetapi diharapkan dapat lebih cepat dan tepat dalam

mengatasi masalah masyarakat serta menggerakkan potensi lokal. Sebagaimana

diungkapkan oleh Salam (2001) sebagai berikut:

1) Lebih mendekatkan pengambilan keputusan dengan masyarakat sebagai

sasaran sehingga operasionalisasi keputusan dapat lebih realistik, efektif dan

efisien;

2) Meringankan beban organisasi pada level yang lebih tinggi sehingga dapat

menggunakan waktu, energi dan perhatiannya ke sasaran permasalahan yang

lebih strategik;

3) Membina kemampuan bertanggung jawab demi para penerima wewenang

pada tingkat yang lebih rendah, sehingga secara langsung dapat menciptakan

iklim kaderisasi yang lebih empirikal dan sistimatik; dan

Page 24: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

2

4) Dengan kewenangan yang diterimanya, kebanggaan para pengambil

keputusan dan pelaksanaan keputusan pada tingkat yang lebih rendah akan

terbangun karena merasa dipercaya oleh pemerintah yang lebih tinggi.

Sebagai strategi pembangunan dan pengembangan kelembagaan lokal,

keswadayaan di tingkat lokal memprioritaskan pada penciptaan kondisi-kondisi

masyarakat di suatu daerah dan komunitas dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

mereka sendiri dengan menggunakan sumber daya lokal yang berada di bawah

kontrol masyarakat lokal. Peranan unit-unit teritorial seperti pemerintah lokal

merupakan hal pokok dalam koordinasi kebijakan pembangunan dan

pengembangan kelembagaan lokal. Keberhasilan unit-unit organisasi teritorial

dinilai berdasarkan sampai sejauh mana organisasi-organisasi tersebut mempunyai

andil bagi penciptaan landasan pembangunan lokal secara mandiri (Nasdian 2014).

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) telah dijadikan instrumen oleh

pemerintah pusat dalam pemberdayaan masyarakat, selanjutnya ditindaklanjuti

oleh pemerintah daerah melalui Perda dan operasionalisasinya melalui Perdes.

BUM Desa dalam konteks perundang-undangan telah diatur sejak terbitnya UU

No. 32 tahun 2004, pasal 213 yang berbunyi “Desa dapat mendirikan badan usaha

milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa”. Peraturan Pemerintah No.

72 Tahun 2005 tentang desa (pasal 78), PermenDagri No. 39 tahun 2010 dan

terakhir UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (pasal 87). Selanjutnya diterbitkan

Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2014 dan diperjelas dalam PermenDesa

PDTT No. 4 Tahun 2015.

Desa Benete merupakan salah satu Desa yang berada di kawasan lingkar

tambang karena letak wilayah berbatasan langsung dengan kawasan industri

pertambangan Batu Hijau yang dikelola PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT).

Sebagai sebuah komunitas desa yang berlokasi di kawasan industri, sudah barang

tentu memiliki karakteristik yang khas sebagai bentuk adaptasi budaya dari

keberadaan industri. Interaksi langsung dengan karyawan dan pendatang dari luar

daerah menunjukkan adanya kecenderungan mengikuti gaya hidup dan selera

yang berubah dari kebiasaan sebelumnya. Kehidupan komunitas desa sebelumnya

cenderung pasif menjadi sangat dinamis, ditandai tingginya ekspektasi warga

untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan peluang kerja di perusahaan.

Sebagai upaya menjaga stabilitas sosial dan ekonomi masyarakat, PTNNT

sebagai kontraktor utama pertambangan di Batu Hijau Sumbawa Barat,

menjalankan Kebijakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) salah satunya

adalah program pengembangan masyarakat. Kontribusi program pengembangan

masyarakat dalam menciptakan peluang ekonomi dan pembangunan infrastruktur

umum, cukup dirasakan manfaat oleh masyarakat. Perusahaan terus mendorong

partisipasi stakeholders pada setiap proses untuk menjamin keberlanjutan program.

Partisipasi masyarakat didorong agar program pengembangan masyarakat selalu

mempertimbangkan dimensi sosial, ekonomi maupun lingkungan secara

berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Selain peran pemberdayaan masyarakat yang dikelola perusahaan,

Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (Pemda KSB) juga menjalankan program

pemberdayaan masyarakat dan bantuan sosial. Semangat otonomi daerah telah

mendorong inovasi Pemda KSB untuk menjalankan program yang pro kepada

kebutuhan masyarakat. Tercatat bahwa sejak tahun 2005 telah memberlakukan

program pendidikan dan pengobatan gratis bagi semua warganya.

Page 25: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

3

Pada kajian profil komunitas Desa Benete tahun 2013, ditemukan bahwa

telah ada organisasi dan bisnis aktual dari BUM Desa yaitu menjalankan usaha di

bidang pelayanan air bersih, pengangkutan sampah, dan mengelola fasilitas

pariwisata di pantai Benete. Keberadaan usaha yang dikelola lembaga tersebut

telah membantu dalam penyediaan kebutuhan dasar masyarakat, meskipun dari

hasil usahanya belum berkontribusi terhadap pendapatan keuangan desa. Atas

kondisi tersebut maka diperlukan kajian untuk menemukan strategi pengelolaan

dan penguatan peran BUM Desa Benete dalam pemberdayaan masyarakat dan

kemandirian sebagai lembaga ekonomi milik Desa.

Perumusan Masalah

BUM Desa berada pada dua sisi organisasi, yaitu publik dan private.

Dinyatakan demikian, karena fungsinya dalam pelayanan sosial dan menciptakan

kegiatan ekonomi masyarakat (pemberdayaan masyarakat) dan dapat memberikan

keuntungan (ekonomi) bagi organisasi serta mampu menjadi sumber pendapatan

keuangan pemerintah desa. Pada kajian ini akan memperhatikan dua aspek

tersebut, walaupun akan mengedepankan kajian tentang kemampuan BUM Desa

dalam memberdayakan masyarakat. Makna mampu dalam hal ini adalah

menghasilkan aliran kas masuk bagi organisasi secara langsung atau terbentuk

usaha produktif pada masyarakat desa. Hal ini hanya dapat terjadi, jika

organisasi dijalankan dengan startegi pengelolaan yang tepat.

Konsep pembangunan melalui pola bantuan kepada masyarakat desa tidak

memberdayakan, dan sebaliknya malah menciptakan kultur ketergantungan. Dasar

pemikiran ini menuntut adanya upaya sistematis untuk memberdayakan dan

memandirikan ekonomi desa. BUM Desa dari aspek ekonomi merupakan lembaga

yang dapat diberdayakan menjadi basis kekuatan ekonomi masyarakat pedesaan

melalui konsolidasi kekuatan ekonomi pedesaan. BUM Desa sebagai lembaga

ekonomi perdesaan merupakan bagian penting dari proses pembangunan desa,

namun diakui masih banyak titik lemah dalam rangka mendukung penguatan

ekonomi pedesaan. Oleh karena itu diperlukan upaya sistematis dan berkelanjutan

untuk mendorong organisasi pedesaan agar mampu mengelola aset ekonomi

strategis di pedesaan sekaligus mengembangkan jaringan ekonomi demi

meningkatkan daya saing ekonomi perdesaan.

BUM Desa sebagai lembaga ekonomi milik desa akan dapat memberikan

sumbangan bagi peningkatan sumber pendapatan asli desa (PADes), sehingga

desa memiliki kemampuan melaksanakan pembangunan melalui prakarsa lokal

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan secara mandiri.

Ketersediaan material dari sumber daya alam dan tenaga kerja murah menjadikan

desa sebagai incaran para investor untuk pengembangan bisnisnya. Potensi desa

terancam dikelola oleh bisnis swasta dan investor dari luar daerah dengan manfaat

yang relatif kecil bagi kesejahteraan masyarakat. Kehadiran BUM Desa

diharapkan akan berkontribusi terhadap perubahan kesejahteraan masyarakat

karena menutup peluang dominasi kelompok tertentu dalam menguasai sumber

daya desa. Tentu dengan segala kelemahan yang dimiliki tidak dapat bersaing

dengan kekuatan inverstor luar. Kekuatan hukum yang melahirkan BUM Desa ini

justru diharapkan menjadi penangkal kekuatan arus pebisnis luar untuk menguasai

potensi ekonomi pedesaan.

Page 26: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

4

Sebagaimana penjelasan pasal 87 UU Desa No. 6 Tahun 2014 bahwa

“BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk mendayagunakan segala

potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam

dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Desa”. Kehadiran BUM Desa diharapkan menjadi stimulan penggerak roda

perekonomian di pedesaan. Prinsipnya bahwa jika ingin mensejahterakan

masyarkat desa maka berdayakan dengan memberi akses pengelolaan aset

ekonomi desa oleh mereka sendiri. Substansi dan filosofi BUM Desa harus dijiwai

dengan semangat kebersamaan sebagai upaya memperkuat aspek ekonomi

kelembagaannya. Pada tahap ini, BUM Desa akan bergerak seirama dengan upaya

meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli desa. Begitu juga untuk

menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat maka BUM Desa berperan sebagai

institusi yang menjadi payung bagi aktivitas ekonomi masyarakat desa.

Pendirian dan pengembangan usaha BUM Desa memungkinkan dilakukan

melalui kerjasama antar desa. Pendirian BUM Desa melalui kerjasama antar desa

dimaksudkan untuk mengkonsolidasi kekuatan ekonomi masyarakat desa dengan

potensi yang sama atau saling mendukung dengan potensi diluar desa, agar

tercipta kerjasama yang dapat mendorong skala ekonomi lebih kuat (UU No. 6

tahun 2014). Pandangan ini lebih ditujukan untuk pengembangan ekonomi

wilayah yang dapat menjadi kekuatan ekonomi berbasis masyarakat, dalam

mendorong percepatan pembangunan ekonomi daerah.

Sebagai lembaga ekonomi baru di pedesaan, maka keberadaan BUM Desa

membutuhkan landasan yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangannya serta

sebagai acuan operasional bagi keberlanjutan lembaga. BUM Desa secara spesifik

tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti perseroan terbatas, CV, atau

koperasi. Oleh karena itu, BUM Desa merupakan suatu badan usaha bercirikan

Desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya di samping untuk membantu

penyelenggaraan Pemerintahan Desa, juga untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat Desa. BUM Desa juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa,

perdagangan, dan pengembangan ekonomi lainnya. BUM Desa dalam

kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi juga

berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.

Melalui Permen Desa No. 43 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan

dan Pengelolaan, dan Pembubaran BUM Desa merupakan upaya rekognisi

terhadap usaha Desa yang telah dilakukan selama ini. Peraturan ini memudahkan

pembentukan BUM Desa, bagi Desa yang belum membentuk BUM Desa.

Sedangkan Desa yang sudah terbentuk BUM Desa maka diarahkan untuk

membentuk unit-unit usaha berbadan hukum dalam skema strategi inkremental.

Pada skala lokal, unit-unit usaha bentukan BUM Desa menjalankan bisnis sosial

(social business) sederhana yang memberikan pelayanan umum (serving),

Penyewaan (renting), Perdagangan (trading), menjadi induk usaha bersama

(holding), usaha jasa perantara (brokering) serta bidang bisnis jasa keuangan

(financial business).

Sebagai salah satu lembaga ekonomi di Desa Benete yang keberadaannya

terbentuk atas inisiatif pihak swasta (PTNNT). Dominannya peran swasta dalam

pembentukan dan operasional BUM Desa ini memiliki pengaruh terhadap

kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan serta kemandirian

lembaga tersebut. Atas dasar uraian ini, maka pertanyaan utama kajian ini adalah

Page 27: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

5

“Bagaimana strategi pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dalam

pemberdayaan masyarakat berkelanjutan di Desa Benete Kabupaten Sumbawa

Barat?”.

Untuk menjawab pertanyaan kajian tersebut maka diperlukan rumusan

masalah dengan mengidentifikasi potensi kelembagaan BUM Desa dalam

pemberdayaan masyarakat dan melakukan analisis para-pihak (stakeholder) yang

berperan dalam pembentukan dan operasional BUM Desa pada level desa dan

PTNNT. Selanjutnya adalah menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal

yang berpengaruh terhadap pengembangan BUM Desa. Adapun ujung dari kajian

ini adalah menemukan rumusan strategi yang dapat diterapkan untuk mengelola

BUM Desa dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan di Desa

Benete Kabupaten Sumbawa Barat.

Kelahiran BUM Desa sebaga lembaga yang diharapkan memiliki

kemampuan menjadi pilar ekonomi Desa, semestinya lahir dari ruang partisipasi

masyarakat yang disinergikan dengan potensi sumberdaya desa. Kekuatan hukum

yang dimiliki oleh BUM Desa telah ada sejak diberlakukannya UU No. 32 tahun

2004 dan terakhir UU No. 6 tahun 2014 yang di perkuat dengan Permen Desa

PDTT No. 4 tahun 2015. Tujuannya adalah menciptakan kegiatan ekonomi bagi

masyarakat sehingga terjadi peningkatan pendapatan masyarakat (terberdayakan)

dan memberikan keuntungan finansial sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli

Desa (PADes) dari pembagian hasil usaha. Pendirian BUM Desa tidak terlepas

dari pengaruh dan kepentingan berbagai pihak. Berdasarkan fakta empiris dari

pendirian BUM Desa Benete, perlu dilakukan kajian tentang, “bagaimana peran,

pengaruh dan kepentingan para pihak (stakeholders) yang terlibat dalam

pembentukan dan operasional BUM Desa Benete?”

Kurun waktu lebih dari sepuluh tahun, karena tepatnya operasionalisasi

usaha BUM Desa Benete telah mulai sejak tahun 2004, sebagai bukti bahwa

organisasi tersebut telah mampu bertahan dengan ragam aktivitas usahanya.

Keberlanjutan usaha tidak terlepas dari kondisi internal dan eksternal

kelembagaan seperti dukungan keuangan serta aliansi strategis antar stakeholder

pada setiap level kebijakan. Sinergitas antara kondisi internal dan eksternal akan

menjadi faktor pengerak dalam mengembangkan BUM Desa sehingga perlu

dilakukan penggalian secara mendalam. Faktor internal BUM Desa Benete

muncul sebagai keunggulan atau kelemahan, dijadikan dasar untuk merumuskan

kebijakan pengelolaan internal dan menyesuaikannya dengan kondisi eksternal

yang tidak dapat dikontrol. Berdasarkan hal ini dimunculkan permasalahan,

“bagaimanakah kondisi internal dan eksternal serta kinerja BUM Desa Benete

dalam pemberdayaan masyarakat?”.

Permasalahan di atas dimunculkan sebagai tahapan proses untuk

menentukan strategi yang dapat digunakan dalam pengelolaan BUM Desa Benete,

untuk mencapai tujuannya sebagai lembaga ekonomi yang memberdayakan

masyarakat dan memberikan nilai tambah bagi pendapatan asli desa. Kondisi yang

diharapkan dari keberadaan BUM Desa adalah terbentuk usaha bisnis dengan

aliran kas masuk yang positif, proses produksi berjalan dengan baik dan sisi lain

masyarakat dapat diberdayakan melalui unit usaha yang dikembangkan BUM

Desa. Berhubungan dengan hal ini muncul pertanyaan, “apakah strategi yang

dapat dijalankan BUM Desa Benete dalam mewujudkan pemberdayaan

masyarakat berkelanjutan?”.

Page 28: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

6

Untuk memecahkan permasalahan di atas, peneliti tidak murni

memposisikan diri sebagai pihak luar yang hanya berperan sebagai pengumpul

data dan menggali informasi dari informan. Dalam menemukan jawaban dan

menganalis pilihan strategi, peneliti juga memposisikan diri sebagai pihak yang

aktif dalam memberikan kontribusi agar BUM Desa Benete dapat mewujudkan

tujuannya.

Guna lebih fokusnya kajian ini, maka dapat dirumuskan pokok-pokok

permasalahan sebagai berikut:

1) Bagaimana peran, pengaruh dan kepentingan para pihak (stakeholders)

yang terlibat dalam pembentukan dan operasional BUM Desa Benete?

2) Bagaimanakah kondisi internal dan eksternal serta kinerja BUM Desa

Benete dalam pemberdayaan masyarakat?

3) Apakah strategi yang dijalankan BUM Desa Benete dalam

mewujudkan pemberdayaan masyarakat?

Tujuan Kajian

Tujuan utama dari kajian ini adalah untuk melakukan analisis mengenai

strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat. Secara spesifik

tujuan kajian ini adalah :

1) Menganalisis peran, pengaruh dan kepentingan para pihak (stakeholders)

dalam pembentukan dan operasional BUM Desa pada level desa dan

PTNNT.

2) Menganalisis kondisi internal dan eksternal serta kinerja BUM Desa

Benete dalam pemberdayaan masyarakat.

3) Merumuskan strategi pengelolaan BUM Desa Benete berkelanjutan dalam

mewujudkan pemberdayaan masyarakat.

Manfaat Kajian

Diharapkan dari kajian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat ilmiah

Memberikan sumbangan khazanah pengetahuan, terutama pada

implikasi kebijakan pemerintah dalam pengentasan kemiskinan melalui

penguatan lembaga ekonomi desa yang dikelola dan dimanfaatkan oleh

masyarakat setempat. Memberikan tambahan bahan rujukan bagi peneliti

selanjutnya yang tertarik pada kajian yang sama, yaitu penguatan

kelembagaan ekonomi Desa, pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan

masyarakat melalui peran pemerintah dan swasta sebagai pemberi stimuli.

2. Manfaat praktis

Memberikan masukan untuk perbaikan dalam pengelolaan BUM Desa

di Desa Benete. Pada skala yang lebih besar diharapkan dapat memberikan

solusi konsep dalam posisi pemerintah sebagai perumus kebijakan publik.

Page 29: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

7

Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup kajian ini adalah: (1) melakukan analisis peran, pengaruh

dan kepentingan para aktor yang terlibat (stakeholders) dalam pendirian dan

operasional BUM Desa pada level desa dan PTNNT; (2) melakukan analisis

kondisi internal dan eksternal BUM Desa Benete untuk mengetahui peluang dan

tantangan dalam pengembangan usaha dan kemadirian kelembagaan; (3)

merumuskan strategi pengelolaan BUM Desa Benete berkelanjutan dalam

mewujudkan pemberdayaan masyarakat.

Secara umum bahwa melalui kajian ini diharapkan dapat menghasilkan

suatu strategi pengelolaan BUM Desa dalam mewujudkan pemberdayaan

masyarakat di Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat, serta dapat menjadi

rujukan pengalaman untuk pengembagan BUM Desa dalam pemberdayaan

masyarakat desa ditempat-tempat lainnya.

Page 30: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

8

Page 31: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

2 PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Pengertian dan Prinsip BUM Desa

Lahirnya konsep BUM Desa tidak lepas dari upaya pembelajaran yang

secara terus menerus dilakukan oleh pemerintah sebagai perumus kebijakan

publik. Pemberlajaran dalam konteks kerja pembangunan yang mengarah pada

pemberdayaan masyarakat telah ada mulai dari program Bimbingan Massal

(Bimas), Instruksi Massal (Inmas), kemudian ragam program pengentasan

kemiskinan, seperti tabungan Kesejahteraan Rakyat (Takesra), Kredit Usaha

Kesejaheraan Rakyat (Kukesra), P4K dan terakhir pada era orde baru adalah

program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Era reformasi juga dikenal Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), selanjutnya yang terbaru atau

mendapatkan perhatian adalah Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).

Pengertian BUM Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal

dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan

usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa (pasal 1

ayat 6 UU No. 06 tahun 2014). Pengertian Desa itu sendiri adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

BUM Desa didirikan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan dibidang

ekonomi dan atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerjasama

antar Desa (pasal 2 UU No. 6 Tahun 2014). Kehadiran BUM Desa sebagai

lembaga ekonomi Desa masih sangat muda. Kemungkinan pada prakteknya masih

lemah dalam permodalan, tata kelola dan kelemahan pada aspek lainnya, sehingga

perlu dukungan pemerintahan yang lebih tinggi dalam melakukan proteksi,

dukungan dan sejenisnya. Dapat dipastikan dalam implementasinya tidak selalu

memunculkan penguatan kelembagaan, karena organisasi ini didirikan untuk

meminimalisir praktek ekonomi yang selama ini menghambat kesejahteraan

masyarakat Desa seperti praktek ijon, rentenir dan sejenisnya. Selama ini, pihak

swasta yang jauh lebih awal telah mengenali kebutuhan masyarakat dan potensi

yang ada di Desa, sehingga ada persaingan dalam taraf pelaksanaan.

BUM Desa didirikan atas prakarsa (inisiatif) masyarakat dan pemerintah

Desa dan pengelolaanya berdasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif,

(user-owned, user-benefited, and user-controlled), transparansi, emansipatif,

akuntable, dan sustainable dengan mekanisme member-base dan self-help

(PKDSP 2007). Berikut makna setiap item dari prinsip usaha BUM Desa, sebagai

berikut:

1) Kooperatif; semua komponen yang terlibat di dalam BUM Desa harus

mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan

kelangsungan hidup usahanya.

Page 32: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

10

2) Partisipatif; semua komponen yang terlibat di dalam BUM Desa harus

bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan

kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUM Desa.

3) Emansipatif; semua komponen yang terlibat di dalam BUM Desa harus

diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.

4) Transparan; aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat

umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan

mudah dan terbuka.

5) Akuntabel; seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan

secara teknis maupun administratif.

6) Sustainabel; kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan

oleh masyarakat dalam wadah BUM Desa.

Posisi BUM Desa berbeda dengan lembaga lainnya yang pernah ada, terkait

dengan program pemerintah untuk pemberdayaan masyarakat. Aspek-aspek

pembedanya sebagaimana tercantum dalam UU No. 6 Tahun 2015 dan Peraturan

Pemerintah No. 43 Tahun 2014, terkait BUM Desa sebagai berikut: (1)

Kepemilikan bersama pemerintah Desa dan masyarakat; (2) Modal usaha

bersumber dari Desa dan dari masyarakat melalui penyertaan modal; (3)

Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal

(local wisdom); (4) Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi desa

dan kebutuhan pasar; (5) Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat yang

diatur dalam peraturan Desa (village policy); (6) Pembinaan dan pengawasan oleh

Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Desa; dan pada tingkatan opersionalisasi,

BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam membina

pengelolaan BUM Desa.

Bidang usaha yang dapat dikembang melalui BUM Desa cukup luas

sebagaimana ketentuan PermenDesa No. 4 tahun 2015 yaitu terdiri dari:

1) Bisnis sosial (social business) sederhana yang memberikan pelayanan

umum (serving) kepada masyarakat dengan memperoleh keuntungan

finansial dan dapat memanfaatkan sumber daya lokal dan teknologi tepat

guna, meliputi:

a) air minum Desa;

b) usaha listrik Desa;

c) lumbung pangan; dan

d) sumber daya lokal dan teknologi tepat guna lainnya.

2) Bisnis penyewaan (renting) barang untuk melayani kebutuhan masyarakat

Desa dan ditujukan untuk memperoleh Pendapatan Asli Desa, meliputi:

a) alat transportasi;

b) perkakas pesta;

c) gedung pertemuan;

d) rumah toko;

e) tanah milik BUM Desa; dan

f) barang sewaan lainnya.

3) Usaha perantara (brokering) yang memberikan jasa pelayanan kepada

warga, meliputi:

a) jasa pembayaran listrik;

Page 33: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

11

b) pasar Desa untuk memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat;

dan

c) jasa pelayanan lainnya.

4) Bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang (trading) barang-barang

tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dipasarkan pada

skala pasar yang lebih luas, meliputi:

a) pabrik es;

b) pabrik asap cair;

c) hasil pertanian;

d) sarana produksi pertanian;

e) sumur bekas tambang; dan

f) kegiatan bisnis produktif lainnya.

5) Bisnis keuangan (financial business) yang memenuhi kebutuhan usaha-

usaha skala mikro yang dijalankan oleh pelaku usaha ekonomi Desa, yaitu

dapat memberikan akses kredit dan peminjaman yang mudah diakses oleh

masyarakat Desa.

6) Usaha bersama (holding) sebagai induk dari unit-unit usaha yang

dikembangkan masyarakat Desa baik dalam skala lokal Desa maupun

kawasan perdesaan, meliputi;

a) pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi

nelayan kecil agar usahanya menjadi lebih ekspansif;

b) Desa wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok

masyarakat; dan

c) kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis usaha lokal

lainnya.

Bidang usaha sesuai dengan fungsi di atas mutlak mengarah pada tujuan

pendirian BUM Desa, sebagaimana disebutkan dalam Permen Desa No. 4 tahun

2015 pasal 3 yaitu; (1) meningkatkan perekonomian desa; (2) mengoptimalkan

aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa; (3) meningkatkan usaha

masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa; (4) mengembangkan

rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga; (5)

menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan

umum warga; (6) membuka lapangan kerja; (7) meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan

ekonomi desa; (8) meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan PADes.

Kegiatan usaha masyarakat harus berkembang, bukan mematikan usaha

yang telah ada. Keberadaan lembaga ekonomi lain di desa dengan pelibatan peran

swasta (private), tidak saling melemahkan. BUM Desa bukan pesaing organisasi

private, tetapi bersifat menguatkan kegiatan ekonomi tersebut. BUM Desa

dirancang bukan sebagai organisasi skala kecil, tetapi disiapkan untuk menjadi

organisasi atau kelembagaan ekonomi-sosial yang besar.

Dapat dilihat dari proses pendirian yang relatif kompleks, layaknya

perusahaan dengan skala investasi yang besar yaitu:

1) Mendisain struktur organisasi; diperlukan adanya struktur organisasi yang

menggambarkan bidang pekerjaan apa saja yang harus tercakup di dalam

organisasi tersebut. Bentuk hubungan kerja (instruksi, konsultatif, dan

pertanggunganjawab) antar personil atau pengelola BUM Desa.

Page 34: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

12

2) Menyusun tugas dan fungsi pengelola; ada kejelasan tugas,

tanggungjawab, dan wewenang pemegang jabatan tidak terjadi duplikasi

yang memungkinkan setiap jabatan/pekerjaan yang terdapat di dalam

BUM Desa diisi oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya.

3) Menetapkan sistem koordinasi; penetapan sistem koordinasi yang baik

memungkinkan terbentuknya kerja sama antar unit usaha dan lintas Desa

berjalan efektif.

4) Menyusun bentuk aturan kerjasama dengan pihak ketiga; transaksi jual

beli atau simpan pinjam penting diatur ke dalam suatu aturan yang jelas

dan saling menguntungkan. Penyusunan bentuk kerjasama dengan pihak

ketiga diatur secara bersama dengan Dewan Komisaris BUM Desa.

5) Menyusun pedoman kerja organisasi BUM Desa; pihak-pihak yang

berkepentingan memahami aturan kerja organisasi.

6) Menyusun Desain sistem informasi; BUM Desa merupakan lembaga

ekonomi Desa yang bersifat terbuka. Untuk itu, diperlukan penyusunan

Desain sistem pemberian informasi kinerja BUM Desa dan aktivitas lain

yang memiliki hubungan dengan kepentingan masyarakat umum.

Sehingga keberadaannya sebagai lembaga ekonomi Desa memperoleh

dukungan dari banyak pihak.

7) Menyusun rencana usaha (business plan); penyusunan rencana usaha

penting untuk dibuat dalam periode 1-3 tahun. Sehingga para pengelola

BUM Desa memiliki pedoman yang jelas apa yang harus dikerjakan dan

dihasilkan dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan dan kinerjanya

menjadi terukur. Penyusunan rencana usaha dibuat bersama dengan

Dewan Komisaris BUM Desa.

8) Menyusun sistem administrasi dan pembukuan; bentuk administrasi dan

pembukuan keuangan harus dibuat dalam format yang mudah, tetapi

mampu menggambarkan aktivitas yang dijalankan BUM Desa.

9) Melakukan proses rekruitmen; persyaratan bagi pemegang jabatan di

dalam BUM Desa penting dibuat oleh Dewan Komisaris. Selanjutnya

dibawa ke dalam forum rembug Desa untuk disosialisasikan dan

ditawarkan pada masyarakat.

10) Menetapkan sistem pengupahan dan penggajian; sistem imbalan harus

jelas dan bernilai (PKDSP 2007).

Berbagai proses dalam pendirian BUM Desa bukan untuk syarat

kelembagaan yang kecil, karena perusahaan dalam skala kecil dan menengah tidak

mempunyai persyaratan pendirian yang kompleks. Berdasarkan syarat pendirian

tersebut, maka keberadaan BUM Desa bukan hanya beroperasional dalam skala

komunitas (Desa), tetapi juga lintas hubungan dengan komunitas lain secara

horisontal dan vertikal.

Strategi Pengelolaan BUM Desa

Strategi memiliki kaitan erat dengan konsep perencanaan dan pengambilan

keputusan, sehingga berkembang menjadi manajemen strategi. Menurut David

(2012) bahwa manajemen strategi adalah seni dan ilmu untuk memformulasikan,

mengimplmenetasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang

memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategis tidak

Page 35: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

13

hanya menjadi domain organisasi bisnis yang mencari laba semata tetapi juga

relevan diterapkan pada organiasi pemerintah, swasta, pendidikan, rumah sakit

dan organisasi nirlaba lainnya. Beberapa hasil kajian menunjukkan bahwa

organiasi yang memiliki dan menerapkan rancangan strategi dengan konsisten

ternyata lebih unggul kinerjanya dibandingkan dengan organiasi yang tidak

memformulasikan strateginya dengan jelas.

Definisi strategi menurut Tjiptono (2002) sebagai “apa yang suatu

organisasi ingin lakukan (intends to do) dan apa yang organisasi akhirnya lakukan

(eventually does)”. Definisi strategi tersebut diperjelas oleh Tripomo dan Udan

(2005) mengutip pendapat Barry yang menyatakan bahwa strategy is a plan of

what an organization intends to be in the future on how it will get there. Strategi

adalah rencana tentang apa yang ingin dicapai atau hendak menjadi apa suatu

organisasi di masa depan (arah) dan bagaimana cara mencapai keadaan yang

diinginkan tersebut (rute). Pada pandangan intends to do dijelaskan bahwa

strategi merupakan program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi

dan mengimplementasikan misinya. Dalam hal ini manajer harus aktif, sadar dan

rasional dalam merumuskan strategi organisasi. Adapun dalam pandangan

eventually does, strategi dapat dinyatakan sebagai suatu pola tanggapan atau

respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu.

Budiman at. al (1989) mendefinikan strategi sebagai “rencana yang

merupakan satu kesatuan (unified), bersifat luas (conprehensive) dan terpadu

(integrated) yang menghadapkan keunggulan-keunggulan strategik yang dimiliki

perusahaan dengan tantangan-tantagan lingkungan”. Rangkuty (2001) memaknai

strategi sebagai “tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan

terus menerus, dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan

oleh para pelanggan di masa depan. Perencanaan strategis dimulai dengan

pertanyaan “apa yang dapat terjadi” dan bukan pertanyaan “apa yang terjadi”.

PermenDesa PDTT No. 4 Tahun 2015, strategi pengelolaan BUM Desa

dijalankan secara bertahap dengan mempertimbangkan perkembangan dari inovasi

yang dilakukan oleh BUM Desa, meliputi:

1) Sosialisasi dan pembelajaran tentang BUM Desa;

2) Pelaksanaan musyawarah desa dengan pokok bahasan tentang BUM

Desa;

3) pendirian BUM Desa yang menjalankan bisnis sosial (social business)

dan bisnis penyewaan (renting);

4) Analisis kelayakan usaha BUM Desa yang berorientasi pada usaha

perantara (brokering), usaha bersama (holding), bisnis sosial (social

business), bisnis keuangan (financial business) dan perdagangan

(trading), bisnis penyewaan (renting) mencakup aspek teknis dan

teknologi, aspek manajemen dan sumberdaya manusia, aspek keuangan,

aspek sosial budaya, ekonomi, politik, lingkungan usaha dan lingkungan

hidup, aspek badan hukum, dan aspek perencanaan usaha;

5) Pengembangan kerjasama kemitraan strategis dalam bentuk kerjasama

BUM Desa antar desa atau kerjasama dengan pihak swasta, organisasi

sosial-ekonomi kemasyarakatan, dan/atau lembaga donor;

6) Diversifikasi usaha dalam bentuk BUM Desa yang berorientasi pada

bisnis keuangan (financial business) dan usaha bersama (holding).

Page 36: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

14

Mungkin?

Strategi Umum

Sasaran

Tahunan

Umpan balik Visi, Tanggung jawab sosial dan etika

Perusahaan

Lingkungan

Eksternal Analisis Internal

Analisis dan Pilihan Strategi

Sasaran Jangka

Panjang

Strategi

Funsional Kebijakan

Melembagakan

Strategi

(struktur,

kepemimpinan dan

budaya organisasi)

Pengendalian, Evaluasi, Inovasi dan

kewirausahaan Strategis Umpan balik

Strategi dalam pendekatan yang dibangun oleh Robinson dan Pearce (1997)

diawali dengan upaya untuk mengetahui kondisi internal organisasi (muncul

sebagai kelemahan atau keunggulan) yang disesuaikan dengan kondisi eksternal

(peluang atau hambatan). Hasil penyesuaian dua faktor tersebut akan

menghasilkan strategi organisasi (strategi korporasi), sebagai dasar untuk

membangun strategi fungsional. Walaupun saat ini BUM Desa Benete belum

dibangun dengan pembagian departemen layaknya organisasi besar, tetapi

setidaknya ada arah perumusan strategi fungsional pada setiap aspek yang ada

seperti personalia, keuangan, pemasaran dan aspek lainnya yang relevan.

Beberapa definisi strategi tersebut terlihat jelas dalam proses perumusan

strategi seperti yang tunjukkan pada Gambar 1 bahwa organisasi (BUM Desa)

harus mempunyai visi, yang dioperasionalkan melalui misinya. Dua aspek ini

harus ada, sebagai pedoman dalam menjalankan bisnis atau dapat dinyatakan

sebagai sesuatu yang memberikan ciri khusus mengenai keberadaannya. Telaah

atas kondisi internal organisasi (BUM Desa) mutlak dilakukan, agar dapat

diberikan kriteria spesifik atas setiap faktor.

Gambar 1 Model manajemen strategi (Pearse dan Robinson 1997)

Sumber: Robinson dan Pearce (1997)

Proses manajemen strategik menurut Pearce dan Robinson (1997) terdiri

dari sembilan tugas penting yang harus dilakukan pengelola yaitu: (1)

merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang luas mengenai maksud,

filosofi dan sasaran badan usaha; (2) melakukan suatu analisis yang

mencerminkan kondisi dan kapabilitas internal badan usaha; 3) menilai

lingkungan eksternal badan usaha, termasuk faktor persaingan dan kontekstual

umum lainnya; (4) menganalisis pilihan-pilihan yang dimiliki oleh badan usaha

dengan cara menyesuaikan sumberdaya dengan lingkungan eksternal; (5)

mengidentifikasikan pilihan paling menguntungkan dengan cara mengevaluasi

Page 37: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

15

setiap pilihan berdasarkan misi badan usaha; (6) memilih satu set tujuan jangka

panjang dan strategi utama yang akan menghasilkan pilihan menguntungkan

tersebut; (7) mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang

sesuai dengan tujuan jangka panjang dan strategi utama yang telah ditentukan; (8)

mengimlementasikan strategi yang telah dipilih melalui alokasi sumberdaya yang

dianggarkan, dimana penyesuaian antara tugas kerja, manusia, struktur, teknologi

dan sistem penghargaan ditekankan; dan (9) mengevaluasi keberhasilan proses

strategi sebagai masukan pengambilan keputusan.

Tahapan strategi pengelolaan BUM Desa diawali dengan perumusan strategi.

Perumusan strategi merupakan sebuah proses memilih pola tindakan utama dalam

mewujudkan visi organisasi (BUM Desa). Adapun tahapan utama perumusan

strategi menurut Tripomo (2005) yaitu: (1) analisis arah, yaitu untuk menentukan

visi, misi dan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai organisasi; (2) analisis

situasi, yaitu tahapan untuk membaca situasi dan menentukan kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang menjadi dasar perumusan strategi; (3)

penetepan strategi, yaitu tahapan untuk identifikasi alternatif dan memilih strategi

yang akan dijalankan organisasi.

Hubungan dengan konsep organisasi publik, Osborne dan Plastrik (1997)

mengidentifikasi lima strategi (five C’s), yaitu core strategy dijalankan pada

tingkatan purpose; consequanses strategy dijalankan pada level incentives;

customer strategy dijalankan pada level accountability; control strategy

dijalankan pada level power dan culture strategy dijalankan pada level culture.

Setiap strategi memunculkan pendekatan tertentu yang memberikan dampak pada

tumbuhnya organisasi atau kemampuan dalam mewujudkan tujuan organisasi

tersebut. Untuk itu BUM Desa Benete perlu dibangun dengan strategi yang tepat

dan dengan pendekatan yang tepat, sesuai dengan kondisi internal dan

eksternalnya.

Tabel 1 Strategi lima “C” - pendekatan untuk pengubahan tata kelola organisasi

Tingkat Strategi Pendekatan

Usaha Strategi Inti

(Core strategy) Membangun kejelasan usaha

Membangun kejelasan peran

Membangun kejelasan arah

Insentif Strategi Konsekuensi

(Consequences strategy) Pengelolaan persaingan

Pengelolaan organisasi

Pengelolaan kinerja

Akuntabilitas Strategi Pelanggan

(Customer strategy) Pilihan pelanggan

Pilihan keunggulan

Jaminan kualitas pelanggan

Kekuatan Strategi Kontrol

(Control srategy) Pemberdayaan organisasi

Pemberdayaan personel

Pemberdayaan masyarakat

Budaya Strategi Budaya

(Culture strategy) Merubah kebiasaan

Menyentuh hati

Memenangkan pikiran

Sumber : Osborne dan Plastrik (1997).

Pertumbuhan organisasi dengan kondisi kemampuan yang tinggi,

penguasaan pasar merupakan tujuan dari organisasi dengan orientasi profit.

Page 38: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

16

Adapun organisasi formal (publik) diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan

yang lebih tinggi, rendah biaya dan lebih demokratis (Wasistiono 2001). Strategi

yang cukup dikenal dalam organisasi publik diajukan oleh Osborne dan Plastrik

(1997). Informasi strategi dalam organisasi publik dapat mengacu pada model

strategi yang dikenal dengan “The Five C’s Strategy. Gambaran informasi ragam

strategi dan pendekatan dapat dilihat pada Tabel 1.

Strategi merupakan acuan umum dan jangka panjang (strategi korporat),

sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan (strategi fungsional). Pada BUM Desa

yang telah mempunyai departemen-departemen, unit usaha dan lainnya akan

melakukan penyesuaian internal dengan rujukan strategi korporat. Konteks yang

sifatnya lebih operasional adalah kebijakan, didukung dengan persiapan keuangan

dan fungsi lainnya. Hal terakhir yang penting adalah evaluasi harus tetap

dilakukan, agar dilakukan penyesuaian kembali pada arah yang lebih baik dalam

mewujudkan tujuan organisasi.

Dokumen penyusunan strategi merupakan acuan yang digunakan setiap

manager atau pengelola dalam menjalankan organisasi. Rumusan strategi dan

rencana aksi hendaknya mampu memberi informasi kepada pembacanya yang

sekaligus berarti mudah diperbaharui oleh setiap anggota manajemen puncak dan

setiap karyawan organisasi. Donelly (1996) menegaskan bahwa ada 6 (enam)

informasi yang tidak boleh dilupakan dalam suatu strategi, yaitu: (1) apa, apa

yang akan dilaksanakan; (2) mengapa demikian, suatu uraian tentang alasan

yang akan dipakai dalam menentukan apa diatas; (3) siapa yang akan

bertanggungjawab untuk atau mengoperasionalkan strategi; (4) berapa banyak

biaya yang harus dikeluarkan untuk mensukseskan strategi; (5) berapa lama waktu

yang diperlukan untuk operasional strategi tersebut; dan (6) hasil apa yang akan

diperoleh dari strategi tersebut.

Penyusunan atau perumusan strategi akan menyiapkan organisasi dalam

menghadapi kondisi eksternal dan sebagai dasar dalam mengatur arah perbaikan

aspek-aspek internal organisasi. Hal ini ditegaskan oleh Mulyadi (2007) bahwa

perumusan strategi menunjukkan dilakukannya pengamatan terhadap tren

perubahan lingkungan makro, lingkungan industri dan lingkungan persaingan.

Perubahan lingkungan eksternal tersebut menjadi dasar dalam mengelola

keuangan, produksi, personalia dan aspek lain yang dimiliki organisasi (BUM

Desa).

Pendekatan yang dilakukan pada setiap level strategi sangat jelas, bahwa

langkah awal yang dilakukan organisasi adalah membangun kejelasan usaha,

peraturan dan pengarahan. Hal ini relevan dengan upaya untuk memperjelas arah

pengelolaan bisnis dengan menetapkan visi dan misi. Pendekatan terakhir, adalah

bagaimana memenangkan hati dari pasar sasaran atau subyek yang menjadi

sasaran. Konsep ini relevan dengan bagaimana organisasi bisnis membangun

emosional dengan karyawan, sehingga akan terbangun komitmen untuk

menghendaki organisasi menjadi besar (Vishal dan Rachma 2011). Penggabungan strategi dalam pengelolaan BUM Desa mengacu pada

rancangan bisnis dan publik karena mempertimbangkan organisasi ini mempunyai fungsi sosial dan komersial. Penggalian makna pilihan strategi berdasarkan analisis SWOT akan menemukan kondisi internal kelembagaan (muncul sebagai keunggulan atau kelemahan) dan kondisi eskternal (muncul sebagai peluang atau hambatan), sehingga dasar kombinasi tersebut akan memberikan pilihan yang tepat atas bentuk usaha dan ragam kebijakan lainnya dalam organisasi BUM Desa.

Page 39: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

17

Terkait dengan rancangan strategi mengacu pada lima “C” (5C) tersebut akan berimplikasi pada munculnya kekuatan kelembagaan dalam mengembangkan komunitas. Berbagai pendekatan yang dimunculkan disetiap aras strategi akan memberikan penguatan peran dari BUM Desa, baik dalam menjalankan fungsi sosial dan komersialnya.

Berdasarkan analisis strategi dengan dua konsep rancangan tersebut akan memberikan arah yang jelas bagi BUM Desa dalam memposisikan pengembangan kelembagaannya pada tiga aras yaitu internal komunitas, antar komunitas dan antar aras yang lebih tinggi diluar komunitas.

Pada Gambar 2 ditunjukkan, bahwa kelembagaan pengembangan kawasan perdesaan secara konsepsional memodifikasi pemikiran tentang tiga strategi akumulasi kapital sosial Woolcock (2001). Langkahnya dimulai dengan strategi penguatan kelembagaan di aras komunitas. Strategi langkah ini disebut sebagai bounding strategy, berupa membangun kesamaan pemahaman dan membangun kesatuan aksi multi-institusi di aras komunitas. Apabila langkah pertama ini berhasil, maka pengembangan kelembagaan pengembangan kawasan perdesaan berbasis komunitas dilanjutkan ke pengorganisasian antar komunitas (bridging strategy). Strategi ketiga adalah melakukan langkah memayungi kegiatan dalam satuan kawasan dalam kerjasama kemitraan dengan multi-pihak. Strategi ini mensyaratkan kreativitas semua pihak yang berkepentingan menjalin kerjasama dengan basis komunitas. Oleh karenanya, langkah ketiga ini disebut dengan creating or linking strategy.

Gambar 2 Pengembangan kelembagaan saling memberdayakan pada kawasan

pedesaan berbasis komunitas

Sumber : Kolopaking at. al 2013

Arah penyusunan strategi yang mengacu pada analisis faktor internal dan

eksternal dan 5C strategy serta kesesuaian dengan fungsi yang dijalankan dalam

pemerintahan Desa, termasuk keberadaan BUM Desa untuk melakukan kerjasama

dengan pihak luar desa. Hal ini dimungkinkan sesuai dengan ketentuan UU No. 6

tahun 2014 ayat 1 pasal 92, sebagai berikut: (1) pengembangan usaha bersama

yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai ekonomi yang berdaya saing; (2)

kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan

masyarakat antar-desa; dan/atau (3) Bidang keamanan dan ketertiban.

Page 40: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

18

Lingkup kerjasama antar Desa tidak hanya pada aspek sosial dan ekonomi,

tetapi juga dapat meliputi aspek keamanan. Kerjasama tersebut menghasilkan

kemampuan daya saing ekonomi pada setiap Desa, yang membentuk akumulasi

daya saing ekonomi pada level regional dan nasional.

Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan BUM Desa

Penerapan strategi dalam mencapai tujuan pendirian BUM Desa, tidak

terlepas dari keterlibatan berbagai pihak (stakeholder). Analisis stakeholder

diperlukan dalam memetakan para pihak (stakeholder mapping), sehingga para

pihak mana saja yang terlibat dalam proses perencanaan, pembentukan,

operasional dan pembiayaan kegiatan usaha BUM Desa. Pemetaan stakeholder

akan mengidentifikasi karakteristik dan memetakan posisi dari masing-masing

berdasarkan pengaruh dan kepentingannya, mengetahui apa yang menjadi

tanggung jawab, hak dan kewajibannya dalam mewujudkan tujuan pendirian

BUM Desa Benete.

Beberapa penulis memberikan definisi tentang stakeholders atau para pihak

terkait. Freeman (1984), mendefiniskan stakeholder sebagai pihak-pihak yang

dapat mempengaruhi atau dipengaruhi (menerima dampak) dari keputusan yang

diambil. Adapun Salam dan Noguchi (2006) mendefnisikan stakeholder sebagai

orang, kelompok atau lembaga yang memiliki perhatian dan/atau dapat

mempengaruhi hasil suatu kegiatan. Berdasarkan kedua definis tersebut, Kadir

et.al (2013) mendefinsikan stakeholder sebagai semua pihak baik secara individu

maupun kelompok yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi pengambilan

keputusan serta pencapaian tujuan suatu kegiatan.

Stakeholder secara umum dikelompokkan menjadi stakeholder primer dan

stakeholder sekunder. Stakeholder primer adalah pihak yang memiliki

kepentingan langsung dalam sumberdaya, baik sebagai mata pencaharian atau

pihak yang terlibat langsung dalam pemanfaatan sumberdaya. Adapun stakeholder

sekunder adalah pihak yang memiliki minat/kepentingan secara tidak langsung,

atau pihak yang tergantung pada sebagian kekayaan atau bisnis yang dihasilkan

oleh sumberdaya (Kadir et.al. 2013; Townsley1998).

Gambar 3 Peta tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh stakeholder

Sumber: Dubois 1998

Pengaruh rendah Pengaruh tinggi

Kep

enti

ngan

ren

dah

Kep

enti

ngan

tin

ggi

(Kuadran III)

Bystanders

(Kuadran IV)

Actor

(Kuadran l)

Subject

(Kuadran II)

Player

Page 41: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

19

Berdasarkan tingkat pengaruhnya, setiap stakeholder dikelompokkan ke

dalam pengaruh rendah dan pengaruh tinggi. Adapun berdasarkan tingkat

kepentingannya, setiap stakeholder dikelompokkan ke dalam kelompok

kepentingan rendah dan kepentingan tinggi. Posisi setiap stakeholder dipetakan

secara grafis, dimana sumbu x (absis) adalah tingkat pengaruh dan sumbu y

(ordinat) adalah tingkat kepentingan. Grafik hubungan antara tingkat pengaruh

dan tingkat kepentingan dibagi dalam 4 (empat) kuadran sebagaimana ditunjukkan

pada (Gambar 3). Posisi pada kuadran menggambarkan posisi dan peranan yang

dimainkan oleh masing-masing stakeholder yaitu: (a) Subject (kepentingan tinggi

tetapi pengaruh rendah); (b) Players (kepentingan dan pengaruh tinggi); (c)

Bystanders (kepentingan dan pengaruh rendah); dan (d) Actors (kepentingan

rendah tetapi pengaruh tinggi). Stakeholder yang berada di kuadran II (players)

merupakan kelompok stakeholders primer, dan stakeholders yang berada kuadran

IV (actors) merupakan kelompok stakeholder sekunder (Dubois 1998).

BUM Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat

Kajian ini fokus pada peranan dari BUM Desa dalam mewujudkan

kelembagaan ekonomi di tingkat desa, yang berperan bagi keuangan pemerintah

desa dan pemberdayaan masyarakat. Adanya akses masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, merupakan salah satu hasil dari pemberdayaan atau ciri dari

keberdayaan, karena masyarakat atau rumah tangga yang ada mampu

menggunakan potensi diri dalam melakukan aktivitas ekonomi produktif.

Pemberdayaan masyarakat desa menurut UU No. 6 tahun 2014 adalah

upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan

meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran,

serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan,

dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan

masyarakat desa.

Pemberdayaan masyarakat desa dilaksanakan oleh Pemerintah desa, Badan

Permusyawaratan Desa (BPD), Forum Musyawarah Mesa (MUSDES), lembaga

kemasyarakatan desa, lembaga adat desa, BUM Desa, badan kerja sama antar-

desa, forum kerja sama desa, dan kelompok kegiatan masyarakat lain yang

dibentuk untuk mendukung kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada aras

komunitas desa.

Adapun syarat dalam mendirikan BUM Desa harus mempertimbangkan;

(1) inisiatif pemerintah desa dan/atau masyarakat desa; (2) potensi usaha ekonomi

desa; (3) sumberdaya alam; (4) sumberdaya manusia yang mampu mengelola

BUM Desa; dan (5) penyertaan modal dari Pemerintah desa dalam bentuk

pembiayaan dan kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian

dari usaha BUM Desa (pasal 4 PermenDesa No. 4 Tahun 2015).

Pengelolaan BUM Desa yang profesional akan menciptakan penguatan

PADes dan sisi lain akan mampu menggerakkan ekonomi produktif masyarakat,

sesuai dengan potensi yang ada atau dapat memecahkan permasalahan yang

membelenggu kegiatan ekonomi produktif masyarakat. Posisi BUM Desa dalam

kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi juga

berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. BUM

Desa diharapkan dapat mengembangkan unit usaha dalam mendayagunakan

Page 42: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

20

potensi ekonomi. Kegiatan usaha dapat berjalan dan berkembang dengan baik,

sangat dimungkinkan pada saatnya BUM Desa mengikuti badan hukum yang

telah ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Keberadaan BUM Desa akhirnya diharapkan sebagai modal sosial

masyarakat desa, dengan adanya peran komersial dan sosial didalamnya. Posisi

ini dapat dipastikan sangat berat, karena fakta banyak lembaga negara yang

mempunyai dua peran tersebut secara sekaligus tidak mampu berbuat banyak.

Misalnya Perusahaan Umum (PERUM) Bulog selalu mengalami kerugian dengan

nilai ROE (return on equity) negatif (Bulog 2006). Kondisi yang merugi, maka

dapat dipastikan tidak akan dapat menghasilkan aliran kas masuk pada negara,

terlebih kerja sosial.

Albrecht (1995) menyatakan bahwa struktur organisasi sebagai jalur-jalur

syaraf dan pembuluh dalam organisasi. Untuk itu, kesesuaian struktur organisasi

dengan skala usaha menjadi sangat penting. Struktrur organiasi BUM Desa dapat

terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum. Pada pasal 10 PermenDesa

PDTT No. 4 tahun 2015, menjelaskan mengenai struktur organisasi BUM Desa

sebagai cermin organisasi yang besar dengan susunan kepengurusan organisasi

yang terdiri dari penasihat, pelaksana operasional dan pengawas. Sesuai

penjelasan peraturan tersebut menunjukkan bahwa BUM Desa disiapkan untuk

menjadi lembaga ekonomi desa yang dapat tumbuh dan besar sehingga

dibutuhkan strategi pengelolaan yang jelas sejak tahap awalnya.

Suharto (1997), mengidentifikasi ragam pendekatan dalam

memberdayakan masyarakat, sebagai berikut:

1) Pemungkinan; menciptakan iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang secara optimal.

2) Penguatan; memperkuat pengetahuan masyarakat dalam memecahkan

masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

3) Perlindungan; menghindari terjadinya persaingan tidak sehat.

4) Penyokongan; memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat

mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.

5) Pemeliharaan; menjaga agar kondisi tetap kondusif.

Strategi dan pendekatan pemberdayaan tersebut secara langsung pada

masyarakat. Kajian akan difokuskan pada pola kerja organisasi (BUM Desa),

sehingga perlu dilakukan penyesuaian strategi dan pendekatan. Pada kajian ini

akan berupaya untuk menggabung konsep strategi perusahaan dan menyesuaikan

dengan konsep organisasi publik dalam menemukan pola implementasi dari

fungsi komersial dan fungsi sosial BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan Masyarakat

Konsep welfare state tidak lagi menjadi pilihan kebijakan dari beberapa

negara, karena berdampak pada kemampuan daya saing tingkat global yang

rendah. Pada prakteknya negara hanya fokus pada penggunaan anggaran untuk

memanjakan masyarakat, yang menyebabkan masyarakat terlena dalam

meningkatkan nilai produksi. Pengaruh krisis dalam negara kesejahteraan jelas

terlihat pada level pemberian pelayanan. Mutu pelayanan semakin rendah,

pemotongan layanan-layanan publik kecuali bila ada kempuan untuk membayar

sendiri. Menghadapi situasi demikian, Ife (2006) memberikan pandangan bahwa

Page 43: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

21

dalam keadaan negara kesejahteraan yang cenderung gagal untuk terus memenuhi

kebutuhan-kebutuhan manusia dan untuk memoromosikan HAM, dan dalam

keadaan ketidak berlanjutan ekologis dari struktur-struktur negara kesejahteraan

yang besar dan sentralistik, adalah penting untuk mempertimbangkan bagaimana

layanan-layanan kemanusiaan akan berjalan dalam model basis masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan sebagai salah satu bagian dari

sistem pelayanan sosial yang berbasis kepada masyarakat. Dalam hal ini,

Pemerintah perlu mengalihkan perhatian dalam memberikan pelayanan dan

pembangunan dengan cara meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan

kegiatan produktif masyarakat, sehingga mampu mendapatkan pelayanan yang

berkualitas di sektor pendidikan, kesehatan dan lainnya (Sondakh 2003). Sehingga

dapat dikatakan bahwa model pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat

(community empowerment) sangat relevan diterapkan dalam upaya pemerintah

memenuhi kebutuhan masyarakat Desa.

Membangun kawasan perDesaan harus dilewati dengan proses partisipatif

yang mampu memberdayakan masyarakat. Proses partisipatif yang dimaksud

dalam UU No. 6 tahun 2014 adalah pembangunan Desa dilakukan mulai dari

proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang mengedepankan

kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan

pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial (Pasal 78 ayat 2 dan 3).

Pemberdayaan harus menjadi tujuan program pengembangan masyarakat.

Makna pemberdayaan adalah “membantu” komunitas dengan sumber daya,

kesempatan, keahlian, dan pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat

sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan mereka sendiri

(Nasdian 2014). Arah dari pemberdayaan adalah penciptaan kemampuan yang

terwujud dari pengetahuan dan keterampilan serta kesempatan untuk dapat

beraktivitas dalam kegiatan ekonomi produktif.

Pengertian lain atas pemberdayaan adalah bagaimana masyarakat atau

organisasi atau komunitas mempunyai kekuasaan dalam menentukan

kehidupannya. Rapport dalam Suharto (2010) mendefinisikan pemberdayaan

sebagai “suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar

mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya”. Pada definisi tersebut ada

penegasan cara oleh pihak tertentu (dalam kajian ini pemerintah dan swasta), cara

tersebut harus dihasilkan melalui strategi yang lebih operasional, dengan obyek

dan subyek berupa individu ataupun kelompok individu.

Pemberdayaan adalah proses dan tujuan. Soetomo (2011) menyatakan

bahwa pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu pendekatan dalam

pembangunan masyarakat, utamanya yang berorientasi pada rakyat (people

centred develompment). Pendekatan ini menyadari bahwa peningkatan kapasitas

masyarakat merupakan jalan menuju kemadirian dan kekuatan internal mayarakat.

Masyarakat memiliki kemampuan mengontrol sumberdaya baik materil maupun

non materil yang vital melalui redistribusi kepemilikan. Pemberdayaan sebagai

suatu proses, maka perlu dikenali faktor yang menyebabkan rakyat atau

masyarakat tidak berdaya. Faktor tersebut menurut Suharto (1997) berupa

penilaian diri yang negatif, interaksi negatif dengan orang lain dan lingkungan

yang lebih luas. Faktor yang berasal dari internal masyarakat tersebut, dalam

intensitas yang tinggi akan menghasilkan budaya kemiskinan dengan ciri

Page 44: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

22

“ketidakberdayaan, ketergantungan dan rendah percaya diri” (Lewis dalam Astika

2010).

Keberdayaan pada konsep di atas tergolong sangat luas, terpenting pada

aspek yang berhubungan dengan ekonomi dan aspek lain yang berhubungan

dengan penciptaan kegiatan ekonomi produktif. Kajian ini perlu dipersempit,

dalam pengertian tidak mengangkat aspek politik. Pada aspek perilaku keputusan

rumah tangga dalam menggunakan aset tidak masuk dalam kajian ini, tetapi

intinya adalah rumah tangga mampu menciptakan kegiatan ekonomi produktif

melalui potensi diri dan kesesuaian dengan potensi yang ada di lingkungannya.

Dapat juga dalam makna kemampuan rumah tangga miskin dalam memecahkan

masalah pemenuhan kebutuhan dasar.

Kajian ini diarahkan untuk pengembangan atau pemberdayaan komunitas

dengan memperkuat kelembagaan perantara (BUM Desa). Di Indonesia terdapat

78.000 Desa merupakan suatu potensi yang sangat besar, terutama dengan

keberadaan BUM Desa dan kelembagaan lainnya. Sisi lain jumlah potensial Desa

tersebut tersimpan masalah yang sangat kompleks, karena 76.200 Desa sebagai

Desa tertinggal (Tempo 2013). Mutlak pemberdayaan komunitas (Desa) sebagai

pilihan untuk mewujudkan kemakmuran atau kesejahteraan yang berasaskan

kemerataan di Indonesia.

Dalam pemberdayaan bermuara pada community self reliance

(kemandirian). Pelaksanaannya mengacu pada enam konseptual (Alfitri 2011)

berikut: (1) learning by doing; (2) problem solving; (3) self evaluation; (4) self

development; (5) self selection; dan (6) self decision. Implementasi enam konsep

tersebut terkait keberadaan BUM Desa dilakukan dengan cara: (1) menciptakan

suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (setiap

Desa, masyarakat, individu mempunyai potensi); (2) upaya dijalankan dengan

memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat; (3) pemberdayaan bukan

hanya pada penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga perantaranya;

(4) meningkatkan partisipasi masyarakat; dan (5) melindungi (dalam proses

pemberdayaan) upaya pelemahan dari pihak lain.

Community development is a movement designed to promote better living

for the whole community with the active participation and on the initiative of the

community (Brokensha dan Hodge, dalam Nasdian 2014). Pengembangan

masyarakat Desain pergerakan untuk meningkatkan taraf kehidupan, dilakukan

partisipasi dan inisiatif anggota dari komunitas.

Definisi yang luas diberikan PBB (1960) dalam Nasdian (2014) yaitu:

The processes by which the eforts of the people themselves are united with

those of governmental athorities to improve the economic, social and

cultural conditions of communities, to integrate the communities into life

of the nation and to echance the contribute fully to national progress.

Dalam definisi tersebut perbaikan dan peningkatan kehidupan komunitas

bukan hanya pada aspek ekonomi, tetapi juga pada aspek sosial dan budaya.

Konsep pengembangan komunitas dari pemerintah dan selanjutnya ada perbaikan

di internal komunitas sehingga memberikan kontribusi lanjutan pada kemajuan

negara. Keberdayaan komunitas Desa, melalui peningkatan ekonomi, sosial dan

budaya anggota komunitas maka secara langsung dan tidak langsung akan

memberikan kontribusi pada kemajuan negara. Kemajuan negara dihasilkan dari

Page 45: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

23

kemajuan regional, di mana kemajuan tersebut dihasilkan dari kemajuan sub

sistemnya.

Berbagai konsep atas dijadikan upaya dalam pelaksanaan pengembangan

dan sekaligus dijadikan sebagai indikator atau ciri terjadinya pengembangan

komunitas dari peran BUM Desa. Ragam prinsip ini dijadikan dasar dalam

menggerakkan atau menjalankan BUM Desa di komunitas, sehingga tujuan

pendiriannya untuk pengembangan potensi dan pemenuhan kebutuhan dasar

masyarakat dapat berjalan dengan baik.

Kajian Terdahulu

Kajian teori ini juga menampilkan hasil riset mengenai peran BUM Desa

dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Sayuti (2011) melakukan kajian

untuk mengetahui partisipasi masyarakat, dukungan otonomi desa dan peran

kelembagaan dalam pengentasan kemiskinan. Riset tersebut dilakukan di

Kabupaten Donggola. Simpulan dari hasil riset ini hanya bersifat normatif dari

konsep teori yang telah diuraikan mengenai BUM Desa. Di Kabupaten Donggala

sampai periode riset tersebut dilakukan, hanya ada satu BUM Desa di Desa Bale.

Fakta empiris kemampuan BUM Desa di desa tersebut dalam menggerakkan

perekonomian desa dan masyarakat dalam konteks kelembagaan BUM Desa tidak

diungkapkan.

Tujuan kajian ini relatif sama, dengan pendekatan akhir yang berbeda,

yaitu memunculkan strategi, kebijakan dan aspek lain yang mampu

mengembangkan ekonomi masyarakat, dalam konteks pemberdayaan melalui

penguatan kelembagaan BUM Desa tersebut. Tujuan yang dicantumkan dalam

riset tersebut belum terjawab sebagai dasar untuk penguatan peran kelembagaan

BUM Desa untuk perekonomian desa dan masyarakat. Kajian yang akan

dilakukan bukan hanya rancangan temuan empiris keberadaan BUM Desa Benete,

tetapi perlu diberikan rancangan strategi dan kebijakan pengelolaan yang

mengarah pada realisasi tujuan normatif keberadaan lembaga tersebut.

Kabupaten Donggola telah mempunyai PERDA yang mengatur pendirian

dan operasional BUM Desa, tetapi fakta empiris hanya baru satu desa yang

melaksanakan atau merealisasikannya. Kondisi yang berbeda dengan lokasi kajian,

belum ada PERDA yang mengatur mengenai BUM Desa di Kabupaten Sumbawa

Barat. Informasi yang didapatkan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa

(BPM) KSB, menyebutkan bahwa di KSB telah terbentuk 16 unit BUM Desa

yang beroperasi di 16 Desa. Terdapat 4 unit BUM Desa terbentuk karena ada

kaitannya dengan program CSR PTNNT. Fakta empiris ini kemungkinan akan

menghasilkan temuan, termasuk juga rancangan strategi dalam pengembangan

BUM Desa sebagai modal sosial dan ekonomi untuk pemberdayaan komunitas,

baik dalam rancangan kerja internal komunitas, antar komunitas secara horisontal

dan dengan komunitas pada aras vertikal.

Suwondo et al. (2012) melakukan riset dengan tujuan untuk mengetahui

keberadaan BUM Desa di Desa Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang,

realisasinya dalam penguatan ekonomi Desa serta temuan atas faktor pendukung

dan penghambat. Ditemukan bahwa pendirian BUM Desa di Desa Landungsari

telah sesuai dengan perundangan yang berlaku. Fakta empiris kemampuan BUM

Desa dalam memberikan aliran kas masuk untuk PADesa belum teraktualisasi.

Page 46: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

24

Fungsi pemenuhan kebutuhan masyarakat juga belum terealisasi. Faktor utama

yang menjadi permasalahan adalah permodalan.

Riset terdahulu sifatnya lebih memberikan deskripsi peran BUM Desa,

bukan dalam taraf aplikasi untuk memberikan solusi dalam memecahkan

permasalahan penguatan kapasitas BUM Desa sebagai rural income generator

dan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan. Kajian ini diarahkan sampai pada

taraf terapan, sehingga hasil riset ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk

perbaikan keberadaan BUM Desa serta memperkuat perannya sebagai lembaga

sosial dan komersial pada tingkat komunitas Desa.

Kerangka Pemikiran

BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa bersama masyarakat untuk

mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta

potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Desa Sehingga kehadiran BUM Desa diharapkan dapat

memberikan solusi sebagai kelembagaan ekonomi Desa yang kuat dan

terwujudnya kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. Posisi BUM

Desa menjadi payung sehingga masyarakat Desa dapat menjalankan aktivitas

ekonominya dengan ciri berdaya saing, berdasarkan potensi Desa dan secara

berkesinambungan menuju pemerataan kesejahteraan masyarakat. Ruang gerak

dari praktek monopoli pengelolaan potensi Desa oleh pihak pemodal dapat

dibatasi. Masyarakat dapat diberdayakan melalui dua fungsi utama BUM Desa

yaitu sebagai lembaga komersial dan sosial.

Pada kajian komunitas ditemukan informasi bahwa keberadaan BUM Desa

Benete terbentuk atas inisiatif dari pihak PTNNT (swasta) sebagai upaya mencari

solusi masalah sosial dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat berupa air

bersih dan kebersihan lingkungan di Desa Benete. Program penguatan

kelembagaan BUM Desa oleh PTNNT diarahkan menjadi cikal bakal

kelembagaan ekonomi masyarakat yang kuat di Desa Benete. Melalui usaha yang

dikelolah oleh BUM Desa Benete, telah membantu mengatasi masalah sosial

terkait kesulitan air bersih, kebersihan lingkungan, fasilitas usaha dan rekreasi.

Dampak kehadiran berbagai fasilitas usaha tersebut akan menjadi stimulan bagi

tumbuhnya inisiatif-inisiatif usaha ekonomi produktif dari masyarakat.

Berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat, menunjukkan adanya keberdayaan

ekonomi masyarakat.

Keberadaan BUM Desa di Desa Benete tentu tidak terlepas dari peran dan

pengaruh aktor (stakeholder) dalam menginisiasi pembentukan maupun dalam

mendukung operasionalnya. Keberadaan BUM Desa Benete diharapkan sebagai

modal sosial dan sarana pemberdayaan masyarakat. Untuk mewujudkan harapan

tersebut, maka peran inisiator dan pemerintah serta personil lainnya harus

memperkuat fungsi lembaga perantara tersebut. Proses yang dijalankan oleh

PTNNT dalam pendirian dan pihak-pihak yang berperan aktif sangat perlu

diketahui, termasuk partisipasi masyarakat dalam pemilihan usaha.

Analisis peran para pihak (stakeholder analysis) adalah sebuah proses

pengumpulan dan analisis informasi kualitatif secara sistematik untuk

memverifikasi pihak-pihak berkepentingan yang patut diperhitungkan pada saat

Page 47: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

25

menyusun rencana strategis pengembangan BUM Desa maupun pada tahapan

implementasi pengelolaan BUM Desa.

Pemetaan para pihak (stakeholder mapping) adalah analisis posisi dan peran

stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat pengaruhnya terhadap

pembentukan dan keberlanjutan operasional BUM Desa Benete. Pada kegiatan

pemetaan stakeholder akan mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing

pihak yang terlibat, memetakan posisi serta pengaruh dan kepentingannya.

Mengetahui apa yang menjadi tanggung jawab, hak dan kewajiban, manfaat dan

dampak yang diperoleh, relasi antar pihak, serta mengkategorikan posisi para

pihak sebagai stakeholder utama atau stakeholder penunjang terkait keberadaan

dan keberlanjutan BUM Desa. Hasil pemetaan stakeholder digunakan untuk

mengetahui dukungan, komitmen, dan kontribusi yang dapat diberikan oleh

masing-masing stakeholder sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

Operasionalisasi BUM Desa Benete sebagai lembaga ekonomi peDesaan

yang kuat sangat perlu, didasarkan atas penyusunan strategi korporat (strategi

umum) dan strategi fungsional (strategi operasional) yang tepat. Strategi tersebut

muncul sebagai hasil analisis atas kondisi internal dan eksternal BUM Desa.

Dalam rangka lengkapnya kajian ini, terlebih dahulu dilakukan analisis pengaruh

dan kepentingan stakeholder atas keberadaan BUM Desa Benete. Kelembagaan

ekonomi peDesaan yang kuat dicirikan oleh kemampuan dalam menghasilkan

aliran kas masuk dan terciptanya ruang bagi kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Keterangan:

: Garis hubungan antar variabel

: Tujuan yang hendak dicapai

Strategi Pengelolaan

BUMDes

Analisis stakeholder dan survey

persepsi pelanggan

Stakeholders/aktor - PTNNT - Masyarakat

- Pemerintah Desa

- Pemda KSB

Analisis Kondisi

Internal: - SDM

- Kelembagaan

- Kondisi produksi - Kondisi keuangan

- Kondisi pemasaran

- Sarana prasarana

Analisis Kondisi

Eksternal: - Tingkat desa

- Regional - Nasional

(aspek ekonomi, sosial, regulasi

dan budaya) dan kemungkinan keberadaan lembaga ekonomi

dan sosial di Desa.

BUM Des

BENETE

Kelembagaan

BUM Desa (kuat dan mandiri)

Pemberdayaan

Masyarakat

Page 48: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

26

Gambar 4 Hubungan antar variabel pengelolaan BUM Desa dalam

pemberdayaan masyarakat Desa Benete

Kajian kondisi internal dan eksternal BUM Desa Benete merupakan

bagian dari proses penyusunan strategi penguatan kelembagaan. Langkah awal

yaitu mengidentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi keunggulan dan

kelemahan serta faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan hambatan

melalui proses diskusi dengan para pihak yang memahami dan terlibat dalam

pengelolaan BUM Desa. Penyesuaian kondisi internal dan eskternal organisasi

akan melahirkan strategi di internal BUM Desa (bonding strategy), antar lembaga

sosial secara horisontal (bridging strategy) dan antar lembaga sosial secara

vertikal (creating strategy). Untuk menemukan jawaban atas permasalah kajian

ini maka disusun kerangka berfikir sebagai rancangan kajian sebagaimana

digambarkan pada, Gambar 4.

Pola dalam melaksanakan strategi tersebut mengarah pada penciptaan

jejaring lembaga sosial/ekonomi untuk pemberdayaan masyarakat secara terus

menerus, yang diwujudkan melalui pembentukan usaha produktif dan penguatan

kapasitas kelembagaan sosial. Masyarakat dapat berpartisipasi sebagai konsumen

maupun keterlibatan langsung dalam kegiatan ekonomi produktif yang dijalankan

BUM Desa. Peran komersial dari BUM Desa dapat dipastikan akan berjalan,

karena dengan penguatan lembaga tersebut akan berpengaruh terhadap

pengembangan bidang usaha produktif dan perolehan keuntungan usaha.

Page 49: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

27

3 METODE KAJIAN

Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian ini dilakukan di Desa Benete Kecamatan Maluk Kabupaten

Sumbawa Barat. Kajian telah dilakanakan sejak bulan Januari – Desember 2014

dan tersusun dalam jadwal kajian.

Pendekatan Kajian

Kajian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif (mixed method)

dimaksudkan agar kedua metode ini dapat saling melengkapi dalam menemukan

jawaban atas permasalahan kajian. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk analisis

data yang bersifat numerik dan kuantifikasi agar mempermudah pengukuran,

sementara pendekatan kualitatif fokus pada penggalian informasi yang bersifat

pendalaman dalam melihat persoalan yang tidak terukur.

Kanuk dan Schiffman (2008) memberikan penegasan bahwa perlu bagi

periset perusahaan untuk mengkombinasikan penelitian kuatitatif dan kualitatif.

Dua desain penelitian ini mempunyai keunggulan masing-masing, yang dapat

dimanfaatkan sebagai masukan dalam merumuskan strategi dan keputusan

organisasi. Hasil riset kualitatif digunakan untuk kajian gagasan baru dan

pengembangan, sedangkan hasil riset kuantitatif digunakan untuk proyeksi,

pembuatan model dan lainnya. Desain khusus penelitian kualitatif ini akan

diperkaya dengan peran peneliti sebagai partisipan. Manfaat akhir dari

pengaplikasian kedua pendekatan ini akan berujung pada penemuan strategi

pengelolaan BUM Desa untuk pemberdayaan masyarakat di Desa Benete

Kabupaten Sumbawa Barat. Oleh karena itu, unit analisis dalam kajian ini adalah

kelembagaan BUM Desa, dimana didalam kelembagaan terdapat pengelola,

pelanggan dan pihak-pihak lain (stakeholder) yang terkait dengan keberadaan

BUM Desa Benete.

Teknik Pengumpulan Data

Pada kajian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi

dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat kajian di lapangan (Sugiyono

2011). Pada kajian ini menggunakan beberapa tehnik agar diperoleh data yang

valid dan mampu memberikan gambaran sebenarnya dari kondisi yang ada.

Tehnik yang digunakan meliputi wawancara mendalam (indepth interview), focus

group discussion (FGD), pengamatan partisipatif dan pengumpulan dokumentasi.

Pengumpulan data terdiri atas data-data dasar, seperti: jumlah penduduk,

jumlah pelanggan, jumlah pengurus BUM Desa, data kondisi sarana dan prasarana

Desa dan BUM Desa, data PADes Benete, laporan keuangan BUM Desa dan data

lain yang berkaitan dengan kajian ini didapatkan melalui:

a) Telaah Pustaka: Sebelum mencari data primer, peneliti terlebih dahulu

menelaah data sekunder dalam bentuk telaah pustaka atau studi

dokumen. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai jenis

data dan informasi pendukung mengenai topik kajian. Data-data

Page 50: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

28

tersebut didapat dari dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang

dimiliki oleh masing-masing stakeholder serta sumber-sumber lainnya

yang dapat memberikan informasi mengenai strategi pengelolaan/

penguatan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat.

b) Teknik Non-Survei: Setelah telaah pustaka atau studi dokumen sudah

dilakukan, selanjutnya dilakukan kajian lapangan melalui kegiatan

non-survei. Hal ini ditujukan untuk mengumpulkan data dan informasi

terkait peran, pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam

pembentukan dan pengelolaan BUM Desa Benete. Wawancara

mendalam dan diskusi kelompok terarah digunakan untuk mengkaji

faktor internal dan eksternal serta kinerja BUM Desa Desa Benete.

Selanjutnya untuk menguji validasi data, peneliti melakukan tehnik

triangulasi dimana memadukan informasi dari beragam informan yang

mengetahui tematik dalam kajian ini.

Data kualitatif yang dihasilkan selama kajian dapat dikelompokkan ke

dalam tiga kategori, yaitu:

a) Data hasil pengamatan: tulisan dari hasil interpretasi penulis dalam

bentuk deskripsi mengenai situasi, kejadian/peristiwa, orang-orang,

interaksi dan perilaku yang diamati secara langsung di lapangan, yang

disajikan dalam bentuk catatan lapang saat penulis melakukan

pengamatan dan wawancara.

b) Data hasil pembicaraan: kutipan langsung dari pernyataan orang-orang

yang menjadi subjek kajian. Kutipan ditulis sebagaimana yang

disampaikan informan mengenai pengalaman, sikap, keyakinan dan

pandangan/pemikiran mereka dalam kesempatan wawancara dengan

peneliti, maupun pada saat diskusi kelompok terarah berlangsung.

c) Data tertulis: petikan atau keseluruhan bagian dari dokumen yang

berkaitan tema kajian. Bahan tertulis lain yang dijadikan sebagai

referensi penulisan kajian ini adalah buku-buku dan artikel terkait,

serta berita dari media massa elektronik terutama internet.

Pemilihan Informan

Informan dipilih secara sengaja (purposive), yaitu individu yang memiliki

kompetensi dan mengetahui bagaimana proses pembentukan dan pemilihan usaha,

operasional, pengaruh dan kepentingan stakeholder terhadap pembentukan dan

pengembangan BUM Desa, kondisi internal dan eksternal, serta aspek lain dari

keberadaan BUM Desa Benete. Peneliti sangat terbantu karena adanya hubungan

yang kedekatan dengan para aktor yang terlibat dalam BUM Desa Benete

disamping peneliti adalah bagian dari komunitas tempat kajian ini dilakukan.

Melalui pendekatan pendahuluan, ditetapkan bahwa informan yang dipilih

berdasarkan jabatan atau pengaruh mereka terhadap lingkungan atau institusi

tempat mereka menjabat diantaranya yaitu: (1) Manager atau staf Specialist Social

Responsibility Departement PTNNT; (2) Kepala Badan Pemberdayaan

Masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat; (3) Kepala Desa Benete periode 2004-

2009; (4) Kepala Desa Benete periode 2013-2019; (5) Sekretaris Kecamatan

Maluk; (6) Ketua BPD Desa Benete; (7) Pengurus BUM Desa periode 2003-2005;

(8) pengelola Pelabuhan Benete; (9) tokoh masyarakat dan pihak terkait lainnya.

Page 51: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

29

Adapun tehnik pengambilan data tematik kajian dan informan dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2 Teknik pengambilan data.

No. Tematik Data yg dibutuhkan

Tehnik

Pengambilan

Data

Informan/

responden

1. Analisi peran, pengaruh

dan kepentingan

stakeholder dalam

pembentukan dan

operasional BUM Desa

pada level desa dan

PTNNT.

Pemetaan peran,

kepentingan dan

pengaruh stakeholder.

Wawancara

mendalam,

FGD

Kepala Desa,

pengurus BUM

Desa

sebelumnya,

pihak Dept. SR

PTNNT.

2. Analsis kondisi internal

yang mempengaruhi

kinerja BUM Desa

Benete.

- Kondisi SDM

- Kelembagaan

- Kondisi produksi

- Kondisi keuangan

- Kondisi pemasaran

- Sarana prasarana

Wawancara

mendalam,

dokumentasi,

observasi,

survey dan

FGD

Pengelola BUM

Desa dan

masyarakat/

pelanggan.

3. Analsis kondisi eksternal

yang mempengaruhi

kinerja BUM Desa

Benete.

- Regulasi yangt

erkaitan dengan

BUM Desa

- Budaya: aspek nilai-

nilai berkaitan

dengan BUM Desa,

Kebiasaan warga

dalam bekerjasama

bidang sosial dan

ekonomi,

- Jaringan operasional

BUM Desa.

Wawancara

mendalam,

studi

dokumen

Pengelola BUM

Desa dan

masyarakat/

pelanggan.

4. Merumuskan strategi

pengelolaan BUM Desa

Benete dalam

mewujudkan

pemberdayaan

masyarakat berkelanjutan

di Desa Benete.

Analisis matrik SWOT,

pendekatan strategi 5C

dan penerapan bonding,

bridging dan creating

strategy.

FGD Kepala Desa,

Ketua BPD,

Ketua LPM,

masyarakat/

pelanggan,

pengurus BUM

Desa dan pihak

Dept. SR

PTNNT.

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data terkait pengelolaan dan keterlibatan para aktor dalam

pembentukan dan operasional BUM Desa Benete dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai data jenuh. Pengolahan dan analisis data

dengan pendekatan kualitatif mengacu pada kerja yang diberikan Miles dan

Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011). Data yang didapatkan dari pendekatan

Page 52: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

30

kualitatif diolah melalui tiga jalur analisis, yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan (Gambar 5).

Gambar 5 Komponen dalam analisis data (interactive model)

Sumber: Sugiyono (2011)

Adapun penjelasan dari tahapan dalam analisis data kualitatif dengn

interactive model, adalah sebagai berikut:

1) Pengumpulan data

Kegiatan pengumpulan data dalam kajian ini lebih banyak dilakukan melalui

wawancara secara kelompok. Peneliti akan banyak memposisikan diri

sebagai pemadu/moderator wawancara dalam suatu pertemuan yang bersifat

partisipatif.

2) Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pencatatan data secara teliti dan rinci.

Proses reduksi data mempunyai arti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan hal-hal penting dicari tema dan pola. Reduksi ditujukan untuk

menajamkan, menggolongkan, mengeliminasi yang tidak diperlukan serta

mengorganisir data untuk memperoleh kesimpulan akhir sebagai temuan

kajian. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data

selanjutnya dan mencari bila diperlukan.

3) Penyajian data

Data yang telah direduksi kemudian disajikan dengan penyusunan

sekumpulan informasi sehingga memungkinkan untuk penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui penyajian data maka akan

mempermudah dalam memahami apa yang terjadi serta dapat merencanakan

langkah berikutnya berdasarkan pemahaman atas informasi yang telah

didapatkan. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, serta

berbagai kutipan penjelasan dari subyek kajian.

Pengumpulan Data

Data Collection Penyajian Data

Reduksi Data

Data Reduction

Penarikan Kesimpulan

Conclusions;

Drawing/verifying

Page 53: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

31

4) Penarikan kesimpulan Melakukan verifikasi atas kesimpulan yang telah didapatkan selama proses pengumpulan data dengan tetap meninjau data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Verifikasi data bertujuan untuk memastikan bahwa data yang dibutuhkan sudah lengkap, sehingga penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan tepat berdasarkan data-data yang sudah terkumpul. Kesimpulan dalam kajian kualitatif merupakan temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Metode Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji kondisi internal dan mendapatkan informasi terkait penilaian pelanggan. Untuk kondisi internal, yang menjadi responden dalam kajian ini adalah pengelola BUM Desa. Penilaian partisipasi pelanggan yang menjadi respondennya adalah pelanggan atau masyarakat yang mengetahui keberadaan BUM Desa. Selanjutnya informasi yang diperoleh diubah dalam penskoran yang menunjukkan intensitas variabel dengan menggunakan skala Likert. Pemilihan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pengelola BUM Desa dan masyarakat/pelanggan yaitu penerima manfaat dan mengetahui keberadaan BUM Desa. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan sample random sampling. Besaran sampel yang digunakan sebanyak 10% dari jumlah pelanggan atau warga penerima manfaat dari unit-unit usaha BUM Desa. Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan BUM Desa baik yang masih aktif maupun tidak aktif dan masih berdomisili di Desa Benete. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Metode pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan metode survey terhadap responden untuk mendapatkan data terkait penilaian pelanggan/masyarakat terhadap kinerja BUM Desa. Instrumen penelitian digunakan adalah kuesioner. Data kuantitatif hasil penyebaran kuesioner di lapangan dilakukan editing, selanjutnya dilakukan pemindahan dari daftar pertanyaan ke lembar tabulasi yang sudah disiapkan. Data yang didapatkan dilakukan editing, untuk mengecek kelengkapan pengisian kuesioner selanjutnya dilakukan pengolahan dengan mengunakan tabel frekwensi dan tabulasi silang.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji hubungan-hubungan antar berbagai faktor yang mempengaruhi pengembangan kelembagaan BUM Desa Benete. Data-data sekunder yang digunakan terutama dari dokumen Maluk Dalam Angka Tahun 2007-2013 dan Informasi dari Profil Desa Benete tahun 2012-2013, laporan BUM Desa dan data lain yang relevan. Hasil kajian hubungan tersebut kemudian dilakukan interpretasi dan generalisasi, terhadap faktor-faktor yang berhubungan, kemudian dipetakan dan dianalisis.

Page 54: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

32

Analisis Matriks SWOT

Hasil analisis lingkungan kelembagaan kemudian dikelompokkan ke dalam faktor internal dan eksternal, yang kemudian dilanjutkan dengan analisis SWOT. Dalam matriks SWOT alternatif formulasi strategi dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan. Perbandingan berpasangan adalah suatu teknik membandingkan suatu komponen dengan komponen lain dalam satu kategori yang sama. Matriks SWOT membantu dalam melakukan perbandingan berpasangan antara faktor-faktor kekuatan, peluang kelemahan, dan ancaman, seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Matriks Analisis SWOT

Faktor

Internal

Faktor

Eksternal

Kekuatan (S)

1. ............................

2. ............................

3. ............................

Kelemahan (W)

1. ..........................

2. ..........................

3. ..........................

Peluang (O)

1. ..........................

2. ..........................

3. .........................

Strategi SO

1. ............................

2. ..........................

3. ..........................

Strategi WO

1. .........................

2. .........................

3. .........................

Ancaman (T)

1. ..........................

2. .........................

3. .........................

Strategi ST

1. ........................

2. ........................

3. .........................

Strategi WT

1. ..........................

2. .........................

3. ..........................

Sumber: Rangkuty (2001).

Melalui analisis SWOT dapat dikembangkan menjadi beberapa rumusan

strategi, dengan alternatif sebagai berikut:

1. Strategi SO (Strength – Opportunity), yaitu dengan menggunakan kekuatan

internal yang ada untuk memanfaatkan peluang eksternal, dalam upaya

mengembangankan kelembagaan BUM Desa untuk meningkatkan pendapatan

dan berkontribusi bagi pemasukan PADes Desa Benete.

2. Strategi ST (Strength – Threats), yaitu dengan menggunakan kekuatan yang

ada untuk mengatasi ancaman potensial, yang dapat menghambat

pengembangan kelembagaan BUM Desa dalam mewujudkan pemberdayaan

masyarakat berkelanjutan.

3. Strategi WO (Weaknesses – Opportunities), yaitu dengan memanfaatkan

peluang yang muncul, untuk mengatasi kelemahan dalam rangka

mengembangkan kelembagaan BUM Desa dalam mewujudkan pemberdayaan

masyarakat berkelanjutan.

4. Strategi WT (Weaknesses - Threats), yaitu upaya mengurangi kelemahan

internal serta menghindari ancaman eksternal dalam rangka mempertahankan

kelembagaan BUM Desa sebagai pengerak kegiatan pemberdayaan

masyarakat berkelanjutan.

Page 55: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

33

Perancangan Strategi dan Program Aksi

Metode Perancangan

Rancangan strategi adalah sebuah temuan sehingga belum dapat diprediksi

secara otomatis apa bentuk kebijakan (strategi fungsional) termasuk rencana aksi

sebagai out put dari kajian ini. Kegiatan perancangan dilakukan dalam forum

FGD untuk pengumpulan data sebagai masukan dalam analisis faktor internal dan

eksternal yang akan digunakan dalam analisis SWOT. Metode ini dipilih karena:

(1) dapat memperoleh informasi-informasi penting yang terkait dengan

permasalahan dan tujuan kajian; (2) menstimulasi ide-ide dan konsep baru; (3)

mendiagnosis permasalahan; (4) menetapkan produk, program, pelayanan, dan

bentuk kelembagaan; (5) menafsirkan hasil-hasil evaluasi secara lebih baik, dan;

(6) mempelajari perilaku dan keinginan masyarakat.

Data terkait komunitas yang menjadi analisis faktor eksternal adalah

sebagai berikut: (1) jumlah penduduk; (2) luas wilayah; (3) jaringan komunikasi

antar dusun; (4) prasarana dan sarana perhubungan dan komunikasi; (5)

pemasaran produk komunitas; (6) kelembagaan sosial; (7) kelembagaan produksi;

(8) prasarana dan sarana pemerintahan komunitas; (9) sosial budaya yaitu suasana

yang memberikan kemungkinan adanya kerukunan hidup beragama dan

kerukunan hidup bermasyarakat dalam hubungannya dengan adat istiadat; (10)

pola nafkah masyarakat dan prasarananya.

Komponen dalam analisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan

faktor eksternal (peluang dan ancaman) sebagai berikut:

Identifikasi Faktor Internal

Strength (Kekuatan)

Strength dalam hal ini diartikan sebagai kekuatan atau hal positif yang

menonjol dari perusahaan/produk yang dapat dijadikan sebagai competitive

advantage (keunggulan bersaing). Misalnya: memiliki tenaga kerja yang cukup

terampil, berpengalaman, dan berdedikasi tinggi pada pekerjaan, memiliki

kemampuan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dan jaringan distribusi

yang luas.

Weakness (Kelemahan)

Kebalikan dari Strength, Weakness merupakan kekurangan atau hal-hal

yang tidak/belum dimiliki perusahaan untuk bersaing di pasar. Misalnya: brand

nama tidak terkenal, reputasi yang kurang baik di mata konsumen, biaya produksi

relatif mahal, menggunakan alat produksi dengan teknologi lama, biaya produksi

langsung atau tidak langsung cukup tinggi dan harga yang kurang kompetitif.

Identifikasi Faktor Eksternal

Opportunity (Peluang)

Opportunity dianggap sebagai bagian dari lingkungan eksternal

perusahaan yang dapat menjadi potensi untuk meningkatkan profit, market share

Page 56: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

34

atau pertumbuhan. Beberapa contoh peluang antara lain: kondisi perekonomian

yang membaik sehingga meningkatkan daya beli masyarakat, adanya permintaan

atau kebutuhan tertentu yang selama ini belum dilayani oleh produk/perusahaan

lain, teknologi baru yang memungkinkan produksi/distribusi menjadi lebih efisien

atau dapat meningkatkan kualitas produk/jasa, peraturan pemerintah yang

mendukung usaha, masih berpeluang mendapatkan sumber biaya dari pemerintah

dan swasta, tingkat permintaan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari

BUM Desa.

Threat (Ancaman)

Threat adalah kebalikan dari Opportunity, yang merupakan halangan atau

ancaman bagi perusahan dalam memperluas pasar atau mendapatkan profit.

Misalnya: rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar tagihan tepat

waktu, munculnya produk substitusi/pengganti, konsumen mengurangi daya

konsumsinya, peraturan pemerintah, trend atau perubahan sosial yang kurang

menguntungkan bagi perusahaan.

Partisipan Perancangan

Penentuan partisipan dalam kegiatan perancangan dipilih secara sengaja

berdasarkan peran dan keterlibatannya dalam pengelolaan BUM Desa. Partisipan

dalam perancangan rumusan strategi pengelolaan BUM Desa dalam

pemberdayaan masayarakat di Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat terdiri

dari: (1) dari pengelola BUM Desa; (2) unsur perusahaan (PTNNT); (3) dari unsur

Pemda KSB; (4) dari unsur pengurus BUM Desa; dan (5) unsur pemerintah Desa

dan Kecamatan.

Proses Perancangan

Kegiatan perancangan dilakukan dalam sebuah forum diskusi terbatas

(FGD) dengan melibatkan partisipan perancang. Dalam penentuan strategi sebagai

dasar rancangan kebijakan dan program aksi akan dilakukan melalui tiga tahapan

analisis yang saling berkaitan, yaitu: (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap

analisis, dan (3) tahap pengambilan keputusan strategis.

A). Tahap Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengumpulan data/informasi

adalah sebagai berikut:

1) Analisis faktor-faktor internal

Analisis faktor-faktor internal mencakup kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

a) Mengidentifikasikan faktor-faktor kunci yang merupakan

kekuatan dan kelemahan organisasi dengan membuat check list

daftar pertanyaan

b) Jawaban hendaknya sespesifik mungkin.

Page 57: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

35

2) Analisis faktor-faktor eksternal

Analisis faktor-faktor eksternal mencakup kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

a) Mengenali kekuatan kunci faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi kinerja pengelolaan BUM Desa.

b) Mengumpulkan data dan informasi mengenai faktor-faktor

tersebut

c) Apabila dianggap perlu, membuat proyeksi mengenai

perkembangan faktor-faktor tersebut selama periode

perencanaan

d) Mengidentifikasikan faktor-faktor eksternal tersebut yang

secara strategis merupakan peluang dan ancaman terhadap

pelaksanaan manajemen pengelolaan BUM Desa.

e) Secara umum, kekuatan kunci faktor-faktor eksternal yang

berpengaruh adalah: (1) kekuatan perekonomian makro

regional, (2) kekuatan politik, pemerintahan, hukum dan

kelembagaan, (3) kekuatan geografi, demografi, sosial, budaya

dan lingkungan.

B). Tahap Analisis

Hasil analisis faktor internal dan eksternal dimasukkan ke dalam

matrik SWOT dan selanjutnya dapat dikembangkan menjadi beberapa

rumusan strategi, dengan alternatif sebagai berikut: (1) Strategi S-O

(Strength – Opportunity); (2) Strategi S-T (Strength – Threats);

(3) Strategi W-O (Weaknesses – Opportunities); (4) Strategi W-T

(Weaknesses – Threats). Selanjutnya temuan strategi dari analisis

SWOT digunakan dalam menyusun program dan rencana aksi dengan

menyesuaikan pendekatan strategi akumulasi kapital sosial (Woolcock,

2001) yaitu, terapan bonding strategy, bridging strategy dan creating

strategy.

Page 58: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

36

Page 59: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

4 GAMBARAN UMUM LOKASI KAJIAN

Gambaran umum lokasi kajian menjelaskan hubungan profil komunitas

dengan keberadaan BUM Desa sebagai instrumen pemberdayaan masyarakat desa.

Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan

kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan

kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi

ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara

berkelanjutan (pasal 78 UU No. 6 tahun 2014). Keberadaan BUM Desa

diharapkan memberi manfaat sosial dan komersial serta menjadi upaya

pengembangan komunitas (community based development). Adanya orientasi

tersebut, maka usaha yang dikembangkan BUM Desa harus mengarah pada

pengembangan potensi desa, pemenuhan kebutuhan masyarakat dan penciptaan

kemandirian serta berdampak pada sejahteraan masyarakat desa yang lebih merata.

Penggalian potensi yang ada di komunitas, serta lingkungan yang lebih

luas berhubungan dengan analisis peluang dan hambatan serta pemilihan usaha

BUM Desa. Kondisi tersebut merupakan bagian dari faktor eksternal yang

berimplikasi terhadap pengembangan BUM Desa. Kajian profil komunitas juga

menjadi informasi sangat mendasar dalam kerja pemberdayaan masyarakat.

Faktor-faktor yang mendapatkan perhatian dalam kajian ini adalah lokasi

komunitas (meliputi wilayah administratif dihubungkan dengan kecamatan dan

kabupaten, topografi dan potensi wilayah), karakteristik penduduk (informasi

terkait dengan penduduk berdasarkan umur, jenis kelamin, mata pencaharian,

pendidikan dan angkatan kerja), aktivitas penduduk (terkait dengan kegiatan

ekonomi), analisis migrasi (faktor sebagai penarik kedatangan dan faktor yang

menyebabkan penduduk keluar dari komunitas) serta pertumbuhan penduduk.

Profil Komunitas Desa Benete

Secara administratif Desa Benete berada di Kecamatan Maluk Kabupaten

Sumbawa Barat. Jarak ke ibukota Kabupaten sekitar 34 Km. Akses jalan sudah

cukup baik dengan jarak tempuh kurang lebih 40 menit jika menggunakan

kendaraan bermotor. Desa Benete merupakan pusat administrasi dari Kecamatan

Maluk. Terdapat lima Desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Maluk yaitu

Desa Benete, Desa Bukit Damai, Desa Maluk, Desa Mantun dan Desa Pasir Putih.

Desa Benete sebelum tahun 2004, merupakan bagian dari wilayah Desa

Belo Kecamatan Jereweh. Penduduk Desa Benete merupakan pendatang.

Kedatangan penduduk ke Benete dilatarbelakangi oleh bencana tsunami di

wilayah pantai Selatan pada sekitar tahun 1977. Kejadian tersebut mengakibatkan

sebagian besar penduduk kehilangan tempat tinggal dan rusaknya lahan pertanian.

Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa berinisiatif memindahkan warga ke

lembah Benete. Perpindahan penduduk saat itu disebut dengan transmigrasi

spontan. Selain alasan kejadian Tsunami, wabah penyakit malaria dan kesulitan

transportasi warga di daerah pedalaman juga menjadi pertimbangan utama dalam

menentukan kebijakan transmigrasi lokal. Pada tahap awal, pemerintah telah

membangun rumah panggung komunal sebanyak 47 rumah di Dusun Tatar, 12

Page 60: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

38

rumah di Dusun Nangkalanung, 12 rumah di Dusun Singa dan 8 rumah di Dusun

Jereweh. Masing-masing rumah awalnya dihuni oleh 2 sampai 3 kepala keluarga.

Migrasi penduduk ke wilayah Benete merupakan cikal bakal penduduk asli dan

menjadi generasi pertama penduduk Desa Benete. Untuk lebih jelas mengenai

lokasi komunitas dapat dilihat pada peta (Gambar 6).

Gambar 6 Peta administratif Kecamatan Maluk

Sumber: Maluk Dalam Angka Tahun 2013

Pemberian nama Dusun disesuaikan dengan nama daerah asal warga

transmigran sebelumnya. Perpaduan beberapa kelompok masyarakat ini dalam

satu komunitas “Benete” diharapkan ada perasaan dan komitmen bersama untuk

menjadi satu komunitas, yaitu komunitas Desa “Benete”. Pengabungan dari empat

komunitas tersebut tidak meninmbulkan masalah, karena ada kesamaan latar

belakang budaya, cara hidup, tradisi dan agama masih sama. Selain itu pandang

atas suatu permasalahan ekonomi dan sosial masih relatif sama, bahkan

pandangan atas potensi alam juga sama, karena dasarnya mempunyai pekerjaan

utama sebagai petani dan pemanfaat potensi hutan. Pekerjaan sebagai nelayan

tidak menjadi mata pencaharian utama penduduk asli, melainkan dilakukan oleh

warga pendatang dari Lombok dan Sulawesi.

SKALA 1 : 20000

PTNNT

Desa Benete

Ibu Kota Kecamatan

Ibu Kota Kabupaten

Batas Kecamatan

Batas Kabupaten

Jalan

Sungai

Danau

Desa Benete

Desa Bukit Damai

Desa Maluk

Desa Mantun

Desa Pasir Putih

PETA ADMINISTRASI KEC. MALUK

PETA ADMINISTRASI

KEC. MALUK KAB. SUMBAWA BARAT

Desa Maluk

Desa Mantun Desa Pasir

Putih

Desa Bukit Damai

Kec. Sekongkang

Kec. Jereweh

Kec. Sekongkang

PTNNT

Page 61: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

39

Kependudukan

Jumlah dan Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk Desa Benete pada tahun 2013 adalah 2.095 jiwa atau

17,33 persen dari total penduduk Kecamatan Maluk, dengan rincian masing-

masing 1.002 jiwa atau 47,8 persen orang laki dan 1.095 jiwa atau 52,2 persen)

perempuan dengan sex ratio 91,7 atau jumlah penduduk perempuan masih lebih

banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Rumah tangga di Desa Benete

berjumlah 504 KK dengan anggota rata-rata 4 orang setiap KK. Jumlah KK

terbanyak terdapat di Dusun Nangkalanung yaitu 200 KK, Dusun Singa 130 KK,

Dusun Tatar 91 KK dan Dusun Jereweh 88 KK. Mayoritas warga Desa Benete

beragama Islam. Sebaran penduduk pada setiap dusun diinformasikan sebagai

berikut (Gambar 1).

Gambar 7 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan jumlah kepala

keluarga per dusun

Sumber: Data yang diolah dari Buku Induk Penduduk Desa Benete tahun 2012

Sebaran penduduk yang merata memberikan keuntungan, terkait dengan

ketersediaan tenaga kerja dan permasalahan demografi lainnya. Sebaran penduduk

Desa Benete yang terbesar di Dusun Nangkalanung sebesar 42,77 persen, Dusun

Tatar sebesar 22,10 persen, Dusun Singa sebesar 18,66 persen dan Dusun Jereweh

16,47 persen. Penduduk Desa Benete terpusat di Dusun Nangkalanung.

Terpusatnya jumlah penduduk pada suatu wilayah, karena beberapa alasan, yaitu

sebagai pusat aktivitas pemerintahan atau kegiatan ekonomi.

Penduduk di Desa Benete tergolong multi etnik dan budaya. Kondisi ini

diharapkan sebagai potensi, dimana sub budaya mempunyai kebiasaan dan cara

hidup yang saling memberikan pengaruh positif antara satu sub dengan sub

lainnya. Konteks multikultural di suatu wilayah juga sebagai potensi negatif,

tetapi tergantung bagaimana pemerintah, tokoh masyarakat menjalankannya. Satu

sub budaya dengan budaya lainnya harus menjalankan nilai-nilai luhur, sehingga

memunculkan penguatan, bukan gap sosial, ekonomi dan budaya. Sub budaya

Page 62: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

40

yang ada di Desa Benete terdiri atas beragam sub budaya (Jawa, Bali, Lombok,

Bima, Kalimantan dan Sulawesi), secara empiris dinyatakan oleh informan bahwa

tidak pernah terjadi gesekan antar etnik di Desa Benete.

Komposisi penduduk Desa Benete tahun 2012 menurut umur dan jenis

kelamin dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4 Penduduk Desa Benete berdasarkan umur dan jenis kelamin

No. Golongan Umur Laki Perempuan Jumlah (%)

1 0–4 15 22 37 1,77 2 5–9 120 118 238 11,36 3 10–14 124 90 214 10,21 4 15–19 75 79 154 7,35 5 20–24 78 87 165 7,88 6 25–29 100 114 214 10,21 7 30–34 93 117 210 10,02 8 35–39 97 118 215 10,26 9 40–44 101 119 220 10,50

10 45–49 49 60 109 5,20

11 50–54 46 53 99 4,73 12 55–59 39 27 66 3,15 13 60 – 64 24 24 48 2,29 14 65–69 12 32 44 2,10 15 70–74 14 20 34 1,62 16 75+ 15 13 28 1,34

TOTAL 1002 1093 2095 100

Sumber : Data yang diolah dari Buku Induk Penduduk Desa Benete tahun 2012.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), komposisi penduduk menurut

kelompok umur terdiri dari penduduk berusia muda (0-14 tahun), usia produktif

(15-64 tahun) dan usia tua ( > 65 tahun). Berdasarkan data kependudukan Desa

Benete pada tahun 2012, diketahui bahwa penduduk tergolong berusia muda

sebanyak 489 jiwa atau 23 persen, usia produktif sebanyak 1500 jiwa atau 72

persen dan usia tua 106 jiwa atau 5 persen.

Angka ketergantungan (dependency ratio) merupakan salah satu indikator

demografi yang penting. Angka dependency ratio adalah perbandingan jumlah

penduduk berumur 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas dengan penduduk berumur

15-64 tahun. Semakin tinggi angka dependency ratio menunjukkan semakin

tingginya beban yang harus ditanggung penduduk produktif untuk membiayai

hidup penduduk belum produktif dan tidak produktif lagi. Berdasarkan data

penduduk Benete pada tabel 1 diatas maka rasio ketergantungan (dependency

ratio) penduduk Desa Benete adalah sebesar 40 persen. Artinya bahwa setiap 100

orang berusia produktif menanggung penduduk yang berusia belum dan tidak

produktif sebanyak 40 orang.

Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar akan mampu menjadi

potensi pembangunan Desa apabila dapat dibina dengan baik. Peningkatan mutu

Page 63: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

41

angkatan kerja dicerminkan dengan adanya peningkatan kualitas pendidikan dan

keterampilan terutama bagi penduduk yang masuk pada kategori usia produktif.

Aspek demografi di Desa Benete menjadi informasi penting, bahwa

terdapat jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki, dengan

total masing-masing sebesar 47,83 persen laki-laki dan 52,17 persen penduduk

perempuan. Persentase penduduk usia angkatan kerja juga lebih banyak penduduk

perempuan. Kondisi empiris ini akan sangat tergantung pada pola pencarian

nafkah di setiap rumah tangga. Rumah tangga dengan tanggung jawab pencarian

nafkah hanya pada kaum laki-laki atau bapak, maka kondisi demografi tersebut

sebagai permasalahan yang serius.

Setiap aspek komunitas perlu menjadi perhatian dalam pemberdayaan

masyarakat, termasuk melalui peran BUM Desa sebagai modal sosial. Potensi

perempuan harus diberdayakan, melalui pelibatan dalam kegiatan usaha BUM

Desa dan kegiatan ekonomi produktif lainnya. Konsep kerja yang dapat

ditawarkan adalah pekerjaan yang mengacu pada keterampilan perempuan dan

dapat dikerjakan di rumah, sehingga fungsi mengatur rumah tangga tidak

terabaikan.

Pertumbuhan Penduduk

Penduduk mempunyai permasalahan yang kompleks, diantaranya adalah

kemampuan dalam pengendaliannya. Jumlah penduduk pada suatu wilayah dapat

mengalami perubahan, sebagai akibat jumlah kelahiran, kematian dan

perpindahan (masuk atau keluar). Jumlah penduduk di Desa Benete mengalami

pertumbuhan dengan rata-rata 3,37 persen per tahun. Informasinya pada Tabel 5.

Tabel 5 Pertumbuhan jumlah penduduk Desa Benete

Tahun Jumlah Penduduk (orang) Pertumbuhan ( %)

2006 1808

2007 1857 2,71

2008/09 1896 2,10

2010 1704 -10,13

2011 1987 16,61

2012 2097 5,54

Rata-rata 3,37

Sumber: Maluk Dalam Angka 2006-2012

Pertumbuhan penduduk Desa Benete cukup fluktuatif, memberikan

indikasi bahwa pertumbuhan bukan hanya akibat kelahiran dan kematian. Pada

tahun 2010 terjadi pengurangan jumlah penduduk, sebesar 10,13 persen

sedangkan pada tahun 2011 terjadi peningkatan yang tinggi, sebesar 16,61 persen.

Pertambahan jumlah penduduk yang di Desa Benete lebih banyak disebabkan oleh

faktor migrasi oleh pencari kerja dari luar daerah yang memilih menetap di Desa

Benete.

Page 64: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

42

Kepadatan Geografis dan Agraris

Luas wilayah Desa Benete pada tahun 2013 adalah 60,87 km2.

dengan

tingkat kepadatan georafis rendah yaitu 33,14 jiwa/km2 atau kategori berpenduduk

jarang. Wilayah yang luas memberikan keleluasaan penduduk untuk memiliki

lahan yang cukup untuk usaha pertanian, perkebunan, peternakan dan usaha

ekonomi produktif lainnya. Asumsi penting dalam kondisi ini adalah pemilikan

lahan pertanian dan perkebunan merata, tidak ada permasalahan sosial budaya

yang menyebabkan pemilikan lahan berada pada kelompok masyarakat tertentu.

Kepadatan penduduk Desa Benete tergolong terjarang jika dibandingkan

dengan Desa lain di Kecamatan Maluk. Informasi terkait luas wilayah, kepadatan

penduduk per Km2 dan jumlah penduduk di Kecamatan Maluk tahun 2012 dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas wilayah, kepadatan penduduk per Km2 dan jumlah penduduk di

Kecamatan Maluk tahun 2012.

Nama Desa Luas Wilayah

(km)

Kepadatan

penduduk per

km2

Jumlah Penduduk

Jiwa Rumah

Tangga

Maluk 9,64 296 2.838 781

Mantun 5,86 371 2.174 718

Benete 60,87 34 2.095 504

Bukit Damai 6,72 355 2.385 695

Pasir Putih 9,35 269 2.515 844

Jumlah 92,42 130 11.957 3.542

Sumber : Kecamatan dalam Angka tahun 2012

Dari luas wilayah 60,87 km2, peruntukan untuk lahan pertanian seluas 200

ha, dengan kriteria 75 ha berupa lahan pertanian dengan irigasi teknis dan 125 ha

lahan pertanian tadah hujan. Peruntukan lainnya adalah 378 ha lahan kebun, 480

ha ladang, 37 ha untuk fungsi lain serta 84 ha tidak difungsikan. Informasi

penggunaan lahan di Desa Benete, sebagai berikut (Gambar 2).

Gambar 8 Luas lahan menurut penggunaan di Desa Benete Tahun 2013

Sumber : Profil Desa Benete tahun 2013

200

979

46

Sawah (Ha) Bukan Sawah (Ha) Non Pertanian (Ha)

Luas Lahan

Page 65: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

43

Kondisi lahan yang ada merupakan potensi ekonomi bagi warga,

tergantung pada etos kerja masyarakat untuk memanfaatkannya. Pembangunan

sarana prasarana sesuai dengan potensi wilayah perlu didukung oleh program

pemerintah, seperti pembangunan bendungan dan irigasi teknis berdampak pada

produktivitas di sektor pertanian.

Pendidikan Penduduk Desa Benete

Kemampuan dalam pengembangan ekonomi secara mandiri dari

masyarakat ataupun kemampuan dalam menggerakan stimulan dari faktor

eskternal tergantung pada tingkat pendidikan masyarakat. Tingkat pendidikan

masyarakat dapat juga menjadi stratifikasi sosial, karena pendidikan relevan

dengan kemampuan memecahkan masalah diri dan masyarakat. Penduduk

Komunitas Benete masih didominasi dengan pendidikan wajib sembilan tahun

(wajar sembilan tahun). Informasi tingkat pendidikan anggota komunitas Benete,

sebagai berikut (Tabel 7).

Tabel 7 Tingkat pendidikan masyarakat Benete Tahun 2013

No. Pendidikan Jumlah

Persentase ( %) Laki-laki Perempuan Total

1. Sekolah Dasar (SD) 157 200 357 26,84

2. Sekolah Menengah

Pertama (SMP)

700 200 900 67,67

3. Sekolah Menengah Atas

(SMA)

10 20 30 2,26

4. Diploma (D3) 10 7 17 1,28

5. Sarjana (S1) 5 21 26 1,95

Jumlah 882 448 1.330 100,00

Sumber: Profile Desa Benete 2013

Masyarakat yang mempunyai potensi, relevan dengan pendidikan tinggi,

yaitu lulusan perguruan tinggi. Pendidikan tamat SMA belum dapat dinyatakan

tinggi, karena masih pada kriteria menengah serta ada beberapa konsep yang telah

menjadikannya sebagai pendidikan wajib dua belas tahun. Masyarakat Benete

yang berpendidikan D3 dan S1 tergolong cukup kecil, masing-masing sebanyak

1,28 persen dan 1,95 persen. Fakta empiris tingkat pendidikan masyarakat ini

perlu mendapatkan perhatian agar dapat menjadi potensi, bukan sebaliknya

menjadi penghambat dalam merealisasi ragam pemberdayaan yang masuk dan

dimunculkan di komunitas tersebut.

Kondisi Infrastruktur Dasar dan Sarana Prasarana Desa

Sarana Jalan

Kondisi infrastruktur jalan pada tahun 2014 di Desa Benete umunya

berupa jalan aspal/hotmix dan pengerasan. Jalan hotmix adalah status jalan

Page 66: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

44

propinsi maupun jalan kabupaten yang melintasi Desa Benete. Panjang ruas jalan

hotmix mencapai 2 km. Jalan yang telah diperkeras yaitu sebagian besar melintasi

pemukiman sepanjang 1,5 km, sedangkan ruas jalan yang berada dipinggiran Desa

umumnya jalan tanah atau jalan pertanian yang panjangnya mencapai 1 Km.

Keberadaan sarana jalan di Desa Benete tidak muncul sebagai penghambat

masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi, baik untuk mendapatkan

pelayanan publik, perolehan faktor produksi dan pemasaran hasil produksi.

Kondisi tersebut sepanjang tahun, baik di musim hujan ataupun musim kemarau.

Sarana Air Bersih dan MCK

Sarana air bersih masyarakat bersumber dari sumur pompa, sumur gali

dan leding. Sedangkan untuk sarana sanitasi sebagian besar masyarakat sudah

memiliki jamban/WC sendiri. Untuk lebih jelas gambaran sarana air bersih dan

sanitasi yang dimiliki oleh masyarakat Benete dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 9 Ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi di Desa Benete tahun 2013

Sumber: Profile Desa Benete 2013

Sarana air bersih dan pendukungnya, seperti MCK merupakan kebutuhan

utama warga. Sebagian besar rumah tangga di Desa Benete telah memiliki

fasilitas MCK. Kesadaran atas cara hidup bersih dan sehat sudah menjadi budaya

baru bagi warga, terutama setelah memiliki sarana MCK sendiri dirumah masing-

masing.

Kelembagaan Ekonomi

Kelembagaan merupakan suatu perangkat aturan yang mengatur atau

mengikat dan dipatuhi oleh masyarakat. Aturan-aturan tersebut menentukan tata

cara kerjasama dan koordinasi anggota masyarakat dalam pemanfaatan sumber

daya serta membantu mereka dalam menentukan hak serta kewajiban masing-

masing (Haryami dan Kikuchi 1982). Kelembagaan pedesaan dapat berupa

kelembagaan penguasaan tanah, kelembagaan hubungan kerja dan kelembagaan

perkreditan.

98 184

345

0 0

627

0 0 0

200

400

600

800

SumurPompa

Sumur Gali Air Leding Sungai Mata Air WC Sendiri WC Umum Tdk punyaWC

Jumlah KK

Page 67: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

45

Menurut data laporan Profil Desa Benete tahun 2013, kelembagaan

ekonomi dan kelompok usaha produktif yang ada di komunitas Desa Benete pada

tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Lembaga ekonomi yang ada di Desa Benete Tahun 2013

No. Kelembagaan Ekonomi Jumlah Satuan

1. Koperasi dan toko/kios

a) Koperasi simpan pinjam

b) Toko / kios

c) Tempat jual pulsa HP

1

8

4

unit

unit

unit

2. Industri kecil dan menengah

a) Industri makan / rumah makan

b) Industri material bahan bangunan

c) Pengilingan Padi

d) Industri pengolahan kayu

9

4

2

1

unit

unit

unit

unit

3. Usaha jasa pengangkutan

a) Pemilik angkutan Desa/perkotaan

b) Ojek kendaraan roda dua

7

30

unit

unit

4. Usaha dan jasa perdagangan toko/kios

a) Usaha peternakan

b) Usaha perikanan

c) Usaha perkebunan

1

2

1

unit

unit

unit

5. Usaha hiburan dan olah raga

a) Usaha jasa hiburan / group music

b) Tempat penyewaan VCD dan Play station

c) Gedung olah raga Footsal

d) Gedung olah raga Bulu tangkis dan Basket

1

3

1

1

unit

unit

unit

unit

6. Usaha jasa keterampilan

a) Tukang kayu

b) Tukang batu

c) Tukang jahit/bordir

d) Service elektronik

e) Bengkel/montir

f) Tukang gali sumur

g) Tukang pijat/urut

h) Tukang cukur

i) Tukang service perahu

5

12

14

1

4

3

2

1

2

orang

orang

orang

orang

orang

orang

orang

orang

orang

7. Usaha jasa penginapan

a) Rumah kontrakan / kos

7

unit

Sumber: Laporan Profil Desa Benete tahun 2013

Selain lembaga ekonomi yang disebutkan dalam Tabel 8, pada tahun 2005 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pernah ada di Desa Benete. Lembaga ini dibentuk oleh masyarakat dan pembiayaan dari PTNNT. Untuk penguatan kelembagaan, PTNNT bekerjasama dengan Yayasan Pengembangan Pertanian Terpadu (YPPT). Penguatan permodalan dilakukan melalui mekanisme networking, dimana KSM dihubungkan dengan lembaga keuangan/Bank yang telah beroperasi di Kecamatan Maluk. Imlementasi dari program tersebut adalah, KSM dihubungkan dengan Bank BRI, dimana peran PTNNT adalah penjamin pinjaman masyarakat di Bank. Proses selanjutnya adalah, pihak Bank membuat nota kesepakatan antara dengan PTNNT dan pengelola KSM. Besaran bungan

Page 68: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

46

kredit ditentukan yaitu sebesar ± 1 persen per bulan. Masyarakat yang ingin mengakses dana tersebut harus menjadi anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan harus mendapatkan rekomendasi dari Kepala Desa. Program tersebut tidak dapat berlembang, disebabkan alasan kredit macet karena anggota tidak mengembalikan kreditnya dan KSM tidak dapat memenuhi kewajiban pengembalian kredit ke Bank. Keberadaan 4 (empat) KSM yang pernah terbentuk di Desa Benete ini tidak lagi beraktifitas sejak tahun 2010 yang laluLembaga keuangan yang lain yang pernah ada di Desa Benete yaitu Koperasi Simpan Pinjam dengan dana awal diambil dari bantuan program PNPM mandiri tahun 2008. Menurut informasi dari pengurus PNPM (bapak SLM) “.... walaupun secara lembaga formal sudah tidak ada tetapi program masih berjalan di masyarakat”.

Jaringan Bisnis

Di desa Benete telah ada beberapa warga yang menjadi pengusaha. Untuk

memenuhi permintaan konsumen, mereka telah mampu membangun jaringan bisnis dengan pengusaha luar seperti Lombok, Bali dan Jawa. Kerjasama dengan pengusaha luar untuk mendapatkan modal, material dan keterampilan dalam menjalankan usahanya.

Keberadan PTNNT dan serta pengaruh dari interaksi dengan pendatang membuka wawasan beberapa warga beralih profesi dari petani atau peternak menjadi pengusaha. Pada umumnya mereka sebagai kontraktor dan suplier pada proyek PT NNT yang tergabung dalam Local Business Inisiative (LBI) yaitu sebuah prakarsa bisnis yang memberikan kesempatan akses atau menjadi mitra bisnis PT NNT. Pengusaha yang tergabung sebagai anggota LBI mendapat pembinaan berupa pelatihan kewirausahaan; keuangan; perpajakan; managemen usaha; e-bisnis, dan jaringan kemitraan.

Keberadaan dermaga umum di Desa Benete memberikan manfaat kepada pengusaha lokal untuk mendatangkan barang dari luar daerah dengan harga relatif murah. Mereka menggunakan jasa angkutan laut mengangkut bahan bangunan dan kebutuhan pokok dari Pulau Jawa. Akses langsung antar pulau melalui transportasi laut membuat harga material bangunan relatif murah. Manfaat lain dari keberadaan dermaga umum tersebut yaitu memberikan peluang kerja bagi masyarakat setempat menjadi buruh angkut di pelabuhan. Beroperasinya dermaga Benete juga dapat menjadi lahan pengembangan usaha BUM Desa sebagaimana disampaikan oleh Kepala Syahbandar Dermaga Benete, pak IL;

“Jika pelabuhan ini sudah berjalan dengan maksimal, ada banyak potensi usaha yang dapat dikelola melalui BUM Desa. Misalnya, BUM Desa bisa memfasilitasi Tenaga Bongkar Muat (TBM) untuk para buruh, akomodir penduduk lokal yang mau menjadi buruh. BUM Desa menginisiasi pembentukan koperasi ekspedisi Laut. Ini bisa berupa menyiapkan tenaga transportasi, baik truk dan lain sebagainya. Kemudian BUM Desa bisa juga mengelola lahan parkir di sekitar pantai selain usaha menjual air bersih dan air layak minum (fresh water) ke kapal-kapal yang bongkar muat di dermaga Benete”. (IL, 24/09/15).

Page 69: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

47

Mata Pencaharian Utama

Penetrasi dan proses industrialisasi yang terjadi di daerah berdekatan

dengan kegiatan industri pertambangan telah membawa dampak ikutan antara lain

terdiferensiasinya mata pencaharian masyarakat dari yang semula hanya

mengandalkan sektor pertanian (alam) semata, bergeser ke sektor lain di luar

pertanian karena peluang mendapatkan penghasilan (income) dari sektor lain

tersebut semakin terbuka dan menjanjikan, yaitu usaha dagang, usaha jasa,

kontraktor dan menjadi karyawan swasta di sektor pertambangan. Selain itu

sebagai dampak dari otonomi daerah dan pemekaran wilayah yaitu terbentuk

Kabupaten Sumbawa Barat yang diikuti pembentukan Kecamatan Maluk dan

pemekaran desa baru telah memberikan kesempatan yang lebih luas bagi

masyarakat untuk menjadi pegawai pemerintah. Pekerjaan adalah kegiatan yang

menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri atau orang lain. Pekerjaan akan

menentukan status sosial ekonomi seseorang. Pekerjaan tidak hanya mempunyai

nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan imbalan

atau upah berupa barang dan jasa (Soekanto 1990).

Usaha Pertanian

Struktur perekonomian masyarakat telah mengalami transformasi yang

demikian cepat dari struktur perekonomian yang berbasis pertanian ke struktur

perekonomian yang berbasiskan industri, jasa, dan perdagangan. Meskipun

peluang usaha di bidang lain terbuka lebar, namun sampai saat ini usaha pertanian

tetap memegang peranan penting sebagai sumber mata pencaharian utama.

Pembangunan infrastruktur pertanian menjadi prioritas program dari Pemda KSB

maupun PTNNT, dengan pertimbangan bahwa sektor pertanian sangat penting

artinya dalam menopang kehidupan ekonomi masyarakat baik pada masa tambang

maupun pasca tambang nantinya.

Usaha Dagang

Usaha dalam bidang perdagangan merupakan kegiatan ekonomi yang

paling pesat perkembangannya dibandingkan jenis usaha lain yang dilakukan oleh

masyarakat. Usaha dagang ini meliputi usaha kios, usaha warung dan pedagang

pakaian. Jenis usaha baru dilakukan oleh masyarakat, seperti usaha dagang

kepeluan bahan pokok, toko alat-alat listrik, material bangunan, penjualan spare

part dan minyak pelumas skendaraan bermotor, kios sarana produksi pertanian

dan toko ATK (stationary).

Usaha Jasa

Usaha paling beragam yang dilakukan oleh masyarakat adalah usaha jasa.

Usaha jasa yang tumbuh dan berkembang meliputi jasa pada bidang transportasi

(ojek), jasa pertukangan, jasa perbengkelan, jasa jahit, jasa tukang urut, jasa TV

kabel, jasa penyewaan hand traktor, jasa foto copy, jasa penyewaan rumah atau

kos-kosan, dan bahkan jasa penangkapan ternak. Usaha di bidang jasa tidak

semata-mata mengandalkan modal material atau uang semata tapi diperlukan

modal keterampilan, pengalaman, dan keahlian.

Page 70: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

48

Karyawan Swasta

Karyawan swasta yang dimaksud adalah tenaga yang bekerja pada

perusahaan tambang PT NNT dan perusahaan sub-kontraktor yang memperoleh

gaji tetap setiap bulan. Jumlah rumah tangga yang memiliki anggota bekerja

menjadi karyawan yang dimaksud relatif banyak dan memiliki kontribusi besar

terhadap perkembangan ekonomi di Desa Benete .

Pegawai Pemerintah

Setelah terbentuk Kabupaten Sumbawa Barat yang diikuti oleh pemekaran

wilayah kecamatan dan Desa, maka jumlah masyarakat yang menjadi pegawai

pemerintah (sebagai PNS maupun tenaga honorer) semakin meningkat. Ada yang

menjadi guru, staf administrasi sekolah, staf administrasi Kantor Cabang Dinas

Dikpora, staf kecamatan, dan staf Desa.

Gambar 10 Grafik pekerjaan utama kepala keluarga di Desa Benete tahun 2012

Sumber: Demografi Desa Benete 2012

Berdasarkan pekerjaan utama Kepala keluarga yaitu bekerja pada sektor

pertambangan/penggalian sebanyak 98 orang atau 31,00 persen, diikuti oleh

sektor pertanian 89 orang atau 29,00 persen, perikanan/nelayan 43 orang atau

14,00 persen, sektor angkutan 26 orang atau 8,00 persen, jasa perorangan 21

orang atau 7,00 persen dan sektor perdagangan 13 orang atau 4,00 persen.

Berikut gambaran mata pencaharian utama masing-masing kepala keluarga di

Desa Benete, dapat dilihat pada Gambar 4.

Profil Pemerintahan Desa Benete

Aparatur Pemerintah Desa Benete

Pemerintah Desa Benete mempunyai peran pada proses pendirian dan

menentukan pilihan usaha BUM Desa. Aparat Desa Benete terdiri dari Kepala

Desa, Sekretaris, Kepala Seksi dan staf administrasi. Kepala Desa dalam

menjalankan fungsinya dibantu oleh 4 (empat) orang Kepala Dusun, seluruh

31%

29%

8% 4%

14%

5% 7%

2% Pertambangan

Pertanian

Anggkutan

Perdagangan

Perikanan

Jasa Pemerintah

Jasa perorangan

Tidak bekerja

Page 71: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

49

jabatan dalam struktur organisasi Pemerintah Desa pada tahun 2014 telah terisi

sesuai dengan kebutuhan. Tingkat pendidikan aparatur Desa Benete digambarkan

pada Tabel 9.

Tabel 9 Tingkat Pendidikan Aparatur Desa Benete Tahun 2014

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Sekolah Dasar (SD) 3 21,43

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 14,29

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) 7 50,00

4. Sarjana (S1) 2 14,28

Total 14 100,00

Sumber: Profile Desa Benete 2013

Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan aparatur Desa Benete

rata-rata berpendidikan dasar yaitu tamat SD dan SMP 35,72 persen. Sedangkan

64,28 persen adalah berpendidikan menengah keatas.

Jumlah keanggotaan BPD adalah 9 (sembilan) orang terdiri dari: ketua,

wakil ketua, sekretaris dan anggota. Fungsi BPD, sebagai penampung, penyalur

aspirasi masyarakat dan pengawasan kinerja kepala Desa serta memberikan

persetujuan terhadap pelaksanaan peraturan Desa. Sembilan orang personel BPD

Benete, seluruhnya berpendidikan SMA kecuali wakil ketua berpendidikan

tamatan S1 (sarjana).

Keuangan Desa Benete

Kondisi keuangan desa akan berimplikasi pada pelayanan dan

pemberdayaan masyarakat, jika digunakan untuk belanja pembangunan, dengan

asumsi kriteria pembangunan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan dan potensi

desa. Pengaturan keuangan daerah otonom, ternyata relatif sama dengan

pengaturan keuangan otonomi desa. Belanja dibagi menjadi dua, yaitu belanja

langsung dan belanja tidak langsung. Dalam belanja langsung dan tidak langsung

ada belanja pegawai. Belanja pegawai dapat dipastikan bersifat konsumtif, hanya

untuk kepentingan pegawai semata, bukan untuk pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat.

Informasi keuangan dan arah belanja Desa Benete perlu mendapatkan

perhatian, karena akan muncul sebagai salah variabel dalam identifikasi kondisi

internal BUM Desa. Selanjutnya akan menjadi dasar dalam menentukan strategi

pemberdayaan masyarakat. Gambaran keadaan alokasi RAPBDes Desa Benete

tahun 2013 dan 2014 ditunjukkan dalam Gambar 5.

Informasi keuangan Desa Benete dapat diperoleh pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (PADes). Kemandirian keuangan desa dapat dilihat

dari PADes, sama dengan konsep penelitian keuangan daerah otonom. Pada tahun

2013, kontribusi PADes terhadap total pendapatan sebesar 5,29 persen.

Pada tahun 2014, dalam RAPBDes kontribusi dari PADes terhadap Total

Pendapatan sebesar 3,43 persen. Kriteria kemandirian keuangan pada dua tahun

terakhir ini di Desa Benete tergolong sangat kurang. Dapat dinyatakan bahwa

keuangan desa sangat tergantung dari bantuan pemerintah (pusat, propinsi dan

Page 72: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

50

kabupaten). PADes bersumber dari tiga aspek, yaitu pengelolaan kekayaan Desa

dan lain-lain pendapatan yang sah. Pada tahun 2013 tidak ada komponen PADes

dari hasil usaha Desa atau dapat dipastikan tidak ada aliran kas dari laba BUM

Desa atau sejenisnya terhadap keuangan Desa.

Gambar 11 Grafik alokasi APBDes Desa Benete tahun 2013-2014

Sumber: laporan RAPBDes Desa Benete tahun 2013-2014

Pada tahun 2014 total belanja Desa Benete sebesar Rp.317.318.259,

dengan belanja barang dan modal sebesar Rp.88.818.259, sehingga persentasenya

sebesar 29,99 persen. Alokasi belanja keuangan Desa Benete yang direncanakan

untuk tahun 2014 lebih tidak berpihak pada kegiatan pemberdayaan ekonomi

masyarakat. Kondisi belanja keuangan desa yang demikian, sulit mengandalkan

pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat. Peran swasta dengan

penguatan BUM Desa sangat diharapkan, sehingga berdampak langsung atas

pelayanan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Gambaran Kerja BUM Desa Benete

BUM Desa Benete didirikan pada tahun 2004 atas inisiasi PTNNT dengan

tujuan untuk mengelola fasilitas umum yang dibangun sebagai program

pemberdayaan masyarakat. Struktur organisasi terdari ketua, sekretaris, bendahara

dan teknisi. Kepala Desa berada pada posisi sebagai pembina. Pengurus dipilih

oleh Kepala Desa dan ditetapkan dengan SK Kepala Desa.

Visi BUM Desa Benete adalah: menjadi mitra pemerintah desa dalam

membangun penguatan ekonomi desa untuk menciptakan masyarakat sesejahtra

dan berdaya saing. Untuk mencapai visi tersebut disusun beberapa misi antara lain:

(1) membentuk lembaga wirausaha melalui UKM dan pembinaan ekonomi kreatif;

(2) pelibatan pemuda dalam program ekonomi kreatif melalui peningkatan skill

dan profesionalisme kewirausahaan; (3) menciptakan lapangan kerja melalui

pembentukan unit usaha baru berdasarkan potensi desa; (4) meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan kebutuhan dasar dengan harga

terjangkau. Bidang usaha yang dikembangkan yaitu pengelolaan dan pelayanan

air bersih, pengangkutan sampah dan pengelolaan pariwisata pantai Benete.

APBDes PADes ADDBelanjaPegawai

Barang danJasa

Modal

Series1 317,318,259 10,800,000 306,438,259 228,600,000 56,418,259 32,300,000

Series2 318,614,770 16,860,000 301,754,770 172,505,000 41,924,500 104,185,270

-

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

350,000,000

An

gara

n (

Rp

)

Page 73: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

51

Bidang Usaha Pengelolaan Air Bersih

Ketersediaan air bersih dan air minum merupakan kebutuhan utama

masyarakat Benete. Penggunaan air dalam kehidupan manusia sangat kompleks

berhubungan dengan standar kesehatan dan kualitas hidup suatu komunitas.

Menyadari pentingnya akses air bersih dan sanitasi lingkungan bagi masyarakat,

maka program pengembangan masyarakat yang jalankan oleh PTNNT fokus pada

penyediaan faslitas umum bidang sanitasi lingkungan dan air bersih. Hal ini

sejalan dengan target ke-10 dari MDGs yakni mengurangi hingga setengahnya

proporsi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum

yang aman dan sanitasi dasar. Sarana dan prasaran air bersih yang telah dibangun

menjadi milik masyarakat diserahkan pengelolaannya kepada Desa. Keberlanjutan

fungsi dari fasilitas yang telah ada sangat tergantung dari tata kelola dan

partisipasi masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkannya.

Faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pembangunan bidang air bersih

dan sanitasi lingkungan di wilayah perdesaan yaitu; seperti rusaknya infrastruktur

air bersih, karena rendahnya partisipasi masyarakat dalam fasilitas tersebut.

Belum efektifnya organisasi pengelola air bersih dan minimnya pengetahuan dan

pola perilaku masyarakat yang kurang sehat seperti buang air besar di sembarang

tempat, menggunakan air sungai sebagai sarana MCK dan tingginya penyakit

yang disebabkan oleh kurangnya air bersih dan sanitasi. Sedangkan disisi lain

target dari Millenium Development Goals (MDGs) di tahun 2015, cakupan

layanan air bersih harus mencapai 68,87 persen dan sanitasi dasar sebesar 62,4

persen (Bappenas 2010).

Pada tahun 2004, PTNNT bersama pemerintah desa menginisiasi

pembentukan BUM Desa sebagai lembaga ekonomi desa yang diharapkan

mampuh mengelola fasililtas tersebut secara berkelanjutan. Pada periode pertama

pengoperasian fasilitas air bersih, hampir semua rumah tangga mendapat akses air

bersih ke rumah masing-masing yang disalurkan melalui pipa primer dan skunder

yang terpasang disepanjang jalan utama dan jalan kampung. Masyarakat ingin

menjadi pelanggan cukup membayar uang jasa pemasangan instalasi sebesar Rp

250 ribu. Selanjutnya menjadi tugas BUM Desa untuk melakukan penyambungan

ke rumah-rumah penduduk yang ingin menjadi pelanggan. Hal ini terungkap dari

wawancara dengan mantan kepala Desa (bapak AM) yang menjabat pada periode

tersebut; “Pada tahun 2003, ada fasilitas air bersih yang dibangun oleh PTNNT.

Kami memikirkan bagaimana kelanjutan dari pengelolaan air bersih ini

karena pada tahun berikutnya pengelolaan akan diserahkan ke Desa.

Maka kemudian kami mencari lembaga apa yang tepat untuk mengelola

ini. Saat pertama penggagasan BUM Desa ini kami lakukan diskusi

bersama dan tercetus ide dari pihak PTNNT terkait nama lembaganya

yaitu Badan Usaha Milik Desa Benete. Saat itu yang terlibat saya selaku

Kepala Desa, kemudian dari pihak Comdev PT NNT pak Yuyud dan

Pengurus BPD pak Jabir. Saat itu PTNNT menyerahkan bantuan berupa

water meternya, kemudian BUM Desa melakukan pemasangan ke

rumah-rumah masyarakat. Tugas BUM Desa itu melanjutkan

pemasangan pipa dari pipa induk ke rumah-rumah masyarakat. Seingat

saya waktu itu setiap rumah dikenakan biaya Rp 250 ribu“ (Bapak AM,

5/07/14).

Page 74: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

52

Masyarakat sangat antusias untuk menjadi pelanggan, dan hampir semua

dusun dapat teraliri jaringan pipa air bersih. Pada kondisi awal pelanggan air

bersih mencapai 358 rumah tangga (KK). Pelanggan air bersih terus berkurang

karena berbagai alasan lebih kepada faktor kemampuan tehnis fasiltas dan

beberapa hal terkait pelayanan dari pengelola. Berikut jumlah pelanggan air

bersih pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 12 Grafik perkembangan jumlah pelanggan air bersih

Sumber: Data yang diolah dari laporan BUM Desa Benete

Dari gambar tersebut diketahui dari bahwa jumlah pelanggan pada awal

operasional sampai dengan tahun 2014 menunjukan kecenderungan yang berbeda

pada setiap dusun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu; (1) tofografi

yang berbeda pada setiap dusun yang berpengaruh terhadap debet air; (2) kualitas

air; dan (3) pasokan air tidak lancar. Keterbatasan kemampuan BUM Desa untuk

memberikan pelayanan air bersih sesuai yang diharapkan pelanggan

menyebabkan beberapa warga berhenti menjadi pelanggan. Hal tersebut

terungkap dari wawancara dengan pelanggan air ibu HS; …namun belakangan ini kondisinya sedikit berbeda. suplay air

kurang, kalaupun ada kualitas airnya tidak bagus. Kondisi airnya keruh

dan alirannya juga kecil. Disamping itu, pola penarikan distribusi juga

tidak jelas. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak berlangganan lagi

air bersih yang dikelola BUM Desa, dan beralih ke sumur bor dalam

memenuhi kebutuhan air bersihnya kami” (HS, 09/09/15).

Untuk mempertahankan pelanggan, pengurus BUM Desa Benete

menerapkan aturan menyesuaikan dengan kondisi masyarakat. Adapun ketentuan

menjadi pelanggan air bersih adalah sebagai berikut:

1) Membayar uang administrasi sebesar Rp 250 ribu. Biaya tersebut sudah

termasuk biaya pembelian bahan dan ongkos pasang instalasi.

2) Pelanggan menyatakan bersedia untuk memenuhi kewajibannya sebagaimana

diatur dalam kontrak.

Page 75: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

53

3) Pelanggaran seperti; keterlambatan pembayaran, melakukan pencurian air,

dan merusak jaringan atau meteran air maka dikenakan sangsi sesuai

ketentuan.

4) Keterlambatan pembayaran atau menunggak bayar selama 3 bulan berturut-

turut maka dikenkan denda sebesar Rp 25 ribu, jika dalam jangka waktu satu

minggu belum melakukan pembayaran maka petugas BUM Desa akan

menyegel sementara. Pemutusan sebagai pelanggan dilakukan jika semua

peringatan tidak dipatuhi.

5) Bila melakukan pengrusakan seperti yang dimaksud pada point 3 maka

dikenakan sangsi administrasi sebesar Rp150 ribu.

Pendapatan rata-rata perbulan BUM Desa Benete dari jasa air bersih,

retribusi sampah dan sewa stand/warung pantai yaitu Rp 4,5 juta. Penagihan

retribusi kepada pelanggan setiap tanggal yang ditentukan berdasarkan nilai

tagihan yang tercatat pada kartu pelanggan. Berikut gambaran partisipasi

pelanggan air bersih tahun 2013 dalam membayar iuran (Gambar 7).

Gambar 13 Grafik partisipasi pelanggan air bersih dalam membayar iuran

Sumber: Data yang diolah dari laporan BUM Desa Benete

Berdasarkan informasi dari Gambar 7, dapat diketahui bahwa jumlah

pelanggan menunggak bayar semakin berkurang. Hal tersebut membuktikan

bahwa semakin ada kesadaran masyarakat dalam mendukung keberlanjutan

program air bersih yang dikelolah BUM Desa Benete.

Kepatuhan pelanggan dalam membayar iuaran ditentukan juga oleh

perangkat aturan dan pelaksanaan aturan yang telah dibuat. Masing-masing pihak

yang terikat dalam perjanjian harus konsisten menjalankan hak dan kewajibannya.

Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan aturan atau prosedur sebagai pelanggan

jasa usaha yang dijalankan oleh BUM Desa Benete, berikut gambarkan dalam

Tabel 10.

Hasil survey penilaian pelanggan terhadap kemampuan pengelola BUM

Desa dalam merumuskan prosedur atau aturan kerja, ditemukan pendapat bahwa

53,1 persen responden menyatakan bahwa pengelola BUM Desa telah mampu

merumuskan aturan. Terdapat 70,0 persen responden menilai bahwa prosedur

yang dijalankan sangat mudah, tetapi 65,0 persen reseponden menyatakan bahwa,

pengelola tidak konsisten dalam memberikan reaksi cepat saat melayani

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Bulan

Jumlah pelanggan

Pelanggan menunggakbayar

Page 76: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

54

kebutuhan konsumen. Kelemahan ini dapat menjadi penyebab rendahnya kinerja

pemasaran untuk semua jenis usaha. Hal ini dibuktikan dari tingkat penerimaa

dari hasil usaha setiap bulan sangat minim, sehingga tidak dapat menutupi biaya

operasional.

Tabel 10 Penilaian pelanggan terhadap kemampuan BUM Desa dalam

merumuskan aturan dan implementasinya

No. Deskripsi penilaian

Kurang baik Baik

Jumlah Persentase

(%) Jumlah

Persentase

(%)

1 Ketepatan prosedur 18 45,0 22 55,0

2 Kecepatan pelayanan 26 65,0 14 35,0

3 Konsistensi penerapan prosedur 19 47,5 21 52,5

4 Kemudahan prosedur 12 30,0 28 70,0

Rata-rata 19 46,9 21 53,1

Sumber: Data yang diolah dari survey persepsi responden

Pengeluaran BUM Desa Benete rata-rata adalah Rp18 juta per bulan.

Anggaran tersebut digunakan untuk; (1) pembayaran gaji karyawan; (2)

pembayaran listrik; (3) pemeliharaan jaringan; (4) pembelian material; (5) setoran

pembagian Desa; (6) pemeliharaan fasilitas pasriwisata pantai; dan (7) biaya

administrasi kantor. Untuk menutupi defisit anggaran sebesar Rp13,5 juta (biaya

operasioanl Rp18 juta – Rp4,5 juta), BUM Desa Benete mendapatkan subsidi

biaya secara rutin dari PTNNT. Besaran dana subsidi setiap bulan yang diterima

rata-rata Rp14 juta. Mekanisme pencairan dana subsidi tersebut dilakukan

melalui proses penagihan resmi dari pihak BUM Desa dengan melampirkan daftar

pengeluaran dan laporan kegiatan bulan lalu. Pembayaran dilakukan dalam bentuk

dana transfer ke rekening giro atas nama BUM Desa Benete.

Bidang Usaha Jasa Pengangkutan Sampah

Peran BUM Desa Benete dalam unit usaha pengangkutan sampah adalah

sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pemungutan retribusi sampah

khusus pelanggan dari warga Desa Benete. Mekanisme kerja pengangkutan

sampah yaitu kerjasama lintas desa yang dikoordinir oleh pemerintah Kecamatan

Maluk. Posisi PTNNT adalah pihak yang mendanai biaya operasional dan

penyediaan sarana angkut. Dana operasional disalurkan melalui LSM LAKMUS,

yaitu salah satu LSM mitra kerja PTNNT dalam pengembangan masyarakat

bidang kesehatan. LSM LAKMUS menjadi pendamping masyarakat dalam

menjalankan program Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satu

program produktif dalam menekan tingkat pencemaran sampah rumah tangga

adalah dengan membuka unit usaha Bank Sampah. Melalui Bank Sampah ini,

masyarakat bisa berpartisipasi mengurangi pencemaran lingkungan terutama dari

limbah palstik, kertas dan metal. Warga bisa mendapatkan uang dengan

membawa sampah-sampah tersebut ke Bank Sampah. Petugas Bank Sampah akan

Page 77: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

55

menawarkan kepada warga yang datang membawa sampah-sampah tersebut

apakah uangnya diambil tunai atau uangnya ditabung.

Sejak tahun 2007, PNNT telah menyumbang 3 unit truk pengangkut

sampah kepada pemerintah Kecamatan Maluk untuk diperasikan pada 5 Desa

secara bergiliran. Rata-rata lebih 950 ton sampah yang diangkut ke pengolahan

akhir sampah (TPA). Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga

kebersihan lingkungan, maka setiap rumah tangga atau unit usaha harus

membayar retribusi sampah sebesar Rp 10 ribu. Pembayaran retribusi sampah

dikoordinir melalui BUM Desa yang ada dimasing-masing Desa. BUM Desa

mendapatkan pembagian 25 persen dari iuran pelanggan yang telah terbayar.

Jumlah retase pengangkutan sampah dari wilayah Kecamatan Maluk ke TPA

ditunjukkan dengan grafik pada Gambar 8.

Gambar 14 Jumlah pengangkutan sampah ke TPA

Sumber: Data yang diolah dari laporan LSM LAKMUS

Dari Gambar 8, diketahui bahwa rata-rata jumlah kali pengangkutan

sampah dengan menggunakan dump truk dalam satu bulan yaitu; 100 dump truk

pada tahun 2012, tahun 2013 dilakukan 112 kali pengangkutan dan meningkat

menjadi 177 kali pengangkutan pada tahun 2014.

Bidang Usaha Pengelolaan Pasilitas Pariwisata Pantai Benete

Fasilitas pariwisata pantai Benete merupakan salah satu icon Desa Benete.

Beberapa fasilitas yang telah dibangun di sekitar lokasi pariwisata pantai Benete

adalah tempat bermain anak-anak, beruga (bangunan tempat duduk bersama

keluarga), penyewaan perahu, bangunan utama untuk pertemuan/makan dan

warung makan. Masyarakat dapat menikmati keindahan pantai sambil menyantap

hidangan makanan tradisional yang dijual dibeberap warung makan yang tertata

rapi. Pada lokasi tersebut BUM Desa Benete menjalankan usaha penyewaan stand

untuk warung makan. Masyarakat yang ingin menggunakan cukup membayar

uang sewa sebesar Rp 150 ribu per bulan kepada BUM Desa. Hingga saat ini,

BUM Desa Benete memiliki 4 Stand berupa bangunan permanen yang disewakan.

Adapun ketentuan penyewaan untuk tambahan tenda atau bangunan tidak

permanen ditentukan dengan harga yang berbeda. Pengujung tidak dipungut biaya

Page 78: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

56

tambahan untuk menikmati fasilitas hiburan berupa tempat bermain termasuk

gratis bayar parkir dan menggunakan toilet.

Personel BUM Desa Benete

Syarat sukses dalam pengelolaan pemerintahan dan organisasi, di era

terapan otonomi adalah manusia pelaksana baik, keuangan cukup dan baik,

peralatan cukup dan baik serta organisasi dan manajemen yang baik (Salam 2001).

Ragam syarat tersebut, beberapa CEO sukses memberikan perhatian utama pada

sumber daya manusia, dengan pertimbangan sebagai sumber daya yang selalu

dapat disesuaikan dengan perkembangan yang ada (Schuler dan Jackson 2001).

Kajian atas personel BUM Desa hanya pada struktur organisasi tahun

2014 (Gambar 7). Fakta struktur organisasi BUM Desa Benete sangat sederhana

relatif jauh dengan struktur organisasi yang ideal sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah. Personel BUM Desa terdiri atas ketua dan sekretaris,

lainnya adalah teknisi dan asisten. Total personel yang ada sebanyak empat orang.

Pengelola hanya ada pada jabatan ketua dan sekretaris, sementara empat orang

lainnya lebih mengemban posisi sebagai tenaga operasional, teknisi atau

pelaksana (staf).

Keterangan:

_________ Garis tugas

------------- Garis koordinasi

Gambar 15 Struktur organisasi BUM Desa Benete

Struktur organisasi BUM Desa Benete tersebut sejak awal pendirian di

tahun 2004. Perubahan struktur organisasi belum terjadi, berarti belum ada

pengembangan usaha yang menyebabkan Desain struktur organisasi mengalami

perubahan. Desain struktur organisasi BUM Desa disiapkan untuk organisasi yang

besar, karena ada jabatan dewan komisaris, bagian keuangan, manajer, sekretaris,

bendahara dan karyawan (staf). Fakta empiris ini menunjukkan bahwa BUM Desa

Benete tergolong masih dalam skala kecil dari cita-cita kapasitas usaha yang

diamanat oleh pemerintah.

MANAGER KEPALA DESA

MUSDES

JURU TAGIH

IURAN TIAP RT

PEMBINA

TEKNISI AIR

BERSIH BAGIAN ADMINISTRASI TEKNISI SAMPAH

Page 79: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

57

Kekuasaan tertinggi dalam BUM Desa Benete terletak pada muswayarah

Desa, tetapi dalam struktur organisasi tidak terlihat. Peraturan Desa Benete

memberikan penegasan juga bahwa musyawarah Desa sebagai bagian dari

struktur BUM Desa, termasuk juga adanya fungsi administrasi dan keuangan

(Pasal 3 Perdes Benete, 28 Februari 2014). PerDes tersebut terlihat masih

sederhana terutama paa pasal yang mengatur bidang tugas dan bidang usaha yang

dijalankan BUM Desa, terdiri atas teknisi air, sampah dan kerja personel penarik

iuran.

Temuan dalam penelitian ini, dilihat dari struktur organisasi dan profile

personel dapat dinyatakan bahwa kompetensinya masih rendah. Seluruhnya

maksimal berpendidikan SMA, sementara pengelola organisasi yang diharapkan

mampu memberikan fungsi penguatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat

harus mempunyai kemampuan inovasi, kreativitas dan berpikir jauh ke depan

dalam memecahkan masalah-masalah masyarakat. Usaha yang ada saat ini, telah

ada di awal berdirinya BUM Desa Benete, terdiri atas pengelolaan air bersih,

sampah dan pengelolaan pantai Benete untuk menjadi sentral aktivitas bisnis.

Hasil wawancara dengan personel penggagas BUM Desa dari PTNNT, sebagai

berikut petikan wawancara dengan Staf SR PTNNT: “…seluruh usaha (pengelolaan air bersih, sampah dan pengelolaan

parawisata pantai) masih sebagai usaha awal. Usaha tersebut sangat

diakui diinisiasi oleh kami...pengelola BUM Desa sampai saat ini masih

belum mampu membuat usaha baru, baik yang sifatnya pemenuhan

kebutuhan pokok masyarakat dan pengembangan potensi Desa” (WA, 12

Juni 2014).

Informasi lainnya mengenai pesonil BUM Desa Benete:

“…sangat diakui personel yang ada tidak mempunyai kompetensi yang

unggul, sementara ketua tidak fokus karena sebagai karyawan PTNNT”

(YI, 13/07/2014).

Personel BUM Desa Benete tidak muncul sebagai potensi dengan ciri

pendidikan yang tinggi, kreativitas dan inovasi dalam menjalankan usaha.

Informan dari warga Benete mengomentari terkait kemampuan personel BUM

Desa; “…tenaga tehnisinya belum ahli dibidang pengelolaan air bersih.

Mereka hanya orang mencari pekerjaan kemudian dipekerjakan begitu saja

oleh BUM Desa tidak melalui seleksi pegawai sebagaimana mestinya.

Seharusnya pengelola BUM Desa banyak belajar ke tehnisi PDAM ( HUS,

11/07/2014).

Kondisi lemahnya kemampuan SDM yang dimiliki oleh BUM Desa dapat

saja terjadi sebagai implikasi subsidi dari PTNNT. Informasi sebagaimana

disampaikan oleh staf SR PTNNT sebagai berikut: “…BUM Desa Benete merupakan salah satu sarana dalam

menjalankan program CSR PTNNT.. seluruh sarana dan prasarana air

bersih, sampah dan pengembangan usaha di daerah wisata pantai Benete

masih didominasi bantuan dari PTNNT. Operasionalnya juga mendapatkan

subsidi...tidak kurang dari Rp 14 juta per bulan (AW, 13/07/2014).

Page 80: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

58

Kinerja pemasaran yang dilakukan oleh pengelola tidak dapat berjalan

dengan baik karena keterbatasan kemampuan SDM pengelola. Keterbatasan

kemampuan pengelola dapat dijelaskan berdasarkan hasil survey penilaian

pelanggan atas kemampuan personel BUM Desa dalam melayani pelanggan

(Tabel 11).

Hasil survey pelanggan terhadap kemampuan pengelola dalam melayani

pelanggan, menunjukkan bahwa 53,80 persen pelanggan menyatakan bahwa

pengelola BUM Desa Benete belum mampu memberikan pelayananan yang

memuaskan kepada pelanggan. Keunggulan yang dimiliki pengelola BUM Desa

ada pada kemampuan dalam hal keterbukaan informasi kepada pelanggan dan

diakui oleh 62,5 persen responden. Sedangkan kelemahan pengelola adalah

kemampuan dalam mengantisipasi tuntutan pelanggan, hal ini dinyatakan oleh

37,5% responden.

Tabel 11 Penilaian masyarakat terkait kemampuan pengelola dalam melayani

pelanggan

No. Deskripsi penilaian

Kurang mampu Mampu

Jumlah Persentase

(%) Jumlah

Persentase

(%)

1 Kemampuan pengelola dalam

mengantisipasi tuntutan

25 62,5 15 37,5

2 Kemampuan pengelola dalam

mengikuti perkembangan teknologi

manajemen dan teknologi usaha

22 55,0 18 45,0

3 Kemampuan pengelola dalam

merespon keluhan pelanggan

22 55,0 18 45,0

4 Kemampuan pengelola dalam hal

keterbukaan informasi kepada

pelanggan

17 42,5 23 57,5

Rata-rata 21 53,80% 19 46,3

Sumber: Data yang diolah dari survey persepsi responden

Selain hasil survey diatas, juga dilakukan pendalaman informasi dengan

melihat pembukuan keuangan BUM Desa Benete. Ditemukan sampai pada bulan

terakhir 2014 (Juni, Juli, Agustus, September) ada aliran kas masuk dari Subsidi

PTNNT dengan kisaran minimal tercatat Rp 14 juta per bulan. Temuan ini

menunjukkan kemandirian dalam bisnis dan pembiayaan pada BUM Desa Benete

belum terwujud.

Berhubungan dengan kerja para personel BUM Desa Benete, berikut

informasi dari aparatur dan tokoh masyarakat Benete: “Usaha BUM Desa Benete masih lebih dikontrol oleh pihak PTNNT...

kontrol dalam makna positif untuk memastikan usaha yang dijalankan

berhasil.... inovasi dalam usaha yang sesuai potensi Desa belum terwujud.

Dapat saja ini terjadi, karena awal berdirinya bukan dari kesadaran

masyarakat, tetapi inisiatif dari PTNNT yang bertujuan membangun

masyarakat Desa Benete… tugas bagi PTNNT untuk memandirikan

BUM Desa Benete” (Ibu JB, 21/07/2014).

Page 81: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

59

Beberapa hasil wawancara di atas menyatakan bahwa usaha yang

dijalankan dengan kapasitas personel BUM Desa Benete belum bisa mengarah

pada apa yang diharapkan pelanggan/masyarakat jika dihubungkan dengan

konsep pemberdayaan masyarakat. Program yang dijalankan hanya sebatas

mengikuti arahan pemberi modal, sedangkan pelibatan masyarakat sebagai subyek

dan obyek utama tujuan pembedayaan tidak dilibatkan.

Dari hasil survey pelanggan 53,80 persen menyatakan bahwa mereka tidak

pernah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan terkait kepentingan BUM

Desa, kecuali pada pertemuan penentuan tarif iuran sampah. Sedangkan pada

kegiatan yang terkait penentuan jenis usaha, 70,00 persen responden menyatakan

tidak pernah dilibatkan. Hal yang sama terjadi pada kegiatan penentuan prosedur

atau peraturan yang mengatur hubungan pelanggan dengan BUM Desa, dimana

62,5 persen responden menyatakan tidak pernah dilibatkan. Tabel penilaian

pelanggan terkait kemampuan pengelola dalam mendorong partisipasi pelanggan

dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Penilaian pelanggan terhadap kemampuan pengelola BUM Desa dalam

mendorong pelibatan masyarakat/pelanggan

No. Deskripsi penilaian

Kurang mampu Mampu

Jlh Persentase

(%) Jlh

Persentase

(%)

1 Pelibatan masyarakat dalam pemilihan bidang

usaha

28 70,0 12 30,0

2 Pelibatan masyarakat dalam peningkatan kualitas

pelayanan

18 45,0 22 55,0

3 Kemampuan pengelola untuk pelibatan masyarakat

dalam penyusunan prosedur

25 62,5 15 37,5

4 Penilaian pelanggan atas penetapan tarif dengan

mempertimbangkan kempuan masyarakat.

15 37,5 25 62,5

Rata-rata 22 53,8 19 46,3

Sumber: Data yang diolah dari survey persepsi responden

Dapat dipastikan jika pelibatan masyarakat tidak didorong maka BUM Desa

akan sangat tergantung terhadap subsidi biaya operasional dari luar. Pola

pendekatan yang dillakukan pengelola sudah saatnya dilakukan perubahan, dari

penerima subsidi aktif menjadi lembaga mandiri, karena partisipasi masyarakat

dapat ditingkatkan. Pengembangan usaha, membentuk produk, mengarahkan

perilaku masyarakat dan teraktualisasi dalam kehidupan ekonomi masyarakat

sebagai pekerjaan yang membutuhkan fokus waktu, fokus pemikiran, inovasi serta

kerelaan dalam bekerja. Peran yang perlu dimainkan oleh pengelola BUM Desa

Benete, setidaknya mendinamiskan kelompok, mencerdaskan komunitas,

mengakses sumberdaya, mengatasi konflik, mempresentasi dan advokasi,

penyampaian informasi di depan publik, menguasai media, menggali dan

membagi pengalaman, merumuskan gagasan, mengelola kegiatan dan melakukan

riset (Nasdian 2014).

Page 82: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

60

Personel di BUM Desa Benete perlu memunculkan diri sebagai pemberdaya

masyarakat, sehingga harus mampu menggerakkan perilaku masyarakat, terkait

dengan kesadaran atas upaya pemenuhan kebutuhan dasar dengan baik dan benar

serta mampu mewujudkan perilaku produktif. Pada kondisi ini dapat diharapkan

fungsi personel BUM Desa tidak hanya sebagai pekerja rutin, tetapi diupayakan

menjadi perekat antara kepentingan masyarakat dengan BUM Desa.

Uraian di atas sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa personel

berikut: “…usaha yang ada saja belum optimal dilakukan, karena kendala modal.

Saya sendiri belum mendengar ada informasi usaha baru, usulan dari

pemerintah Desa, masyarakat termasuk dari pihak PTNNT... tiga usaha

yang ada menjadi andalan dan belum ditemukan usaha baru” (ibu SK,

03/07/2014).

Ada alasan hambatan modal yang menyebabkan BUM Desa Benete tidak

mampu mengembangkan usahanya. Adapun terkait dengan masalah modal BUM

Desa bahwa secara regulasi terdapat berbagai sumber modal, yaitu keuangan Desa,

kontribusi masyarakat dan pihak ketiga. Komposisi kepemilikan saham tetap

51,00 persen milik Desa. Syarat pemilik modal dalam BUM Desa Benete sangat

penting, sehingga tetap menjadi ciri khas dari suatu Badan Usaha Milik Desa.

Sebaliknya, jika komposisi modal yang lebih besar dari pihak ketiga (swasta),

maka badan usaha tersebut bukan lagi menjadi BUM Desa. Wawancara dengan

ketua BUM Desa Benete, sebagai berikut: “…saya sangat berharap pemerintah mangambil peran yang maksimal

dalam pengembangan BUM Desa. Terutama terkait regulasi. Saya juga

berharap BUM Desa ini dapat dikelola oleh SDM yang berkualitas.

kemudian dari jenis usaha, kami beraharap kita bisa mengembangkan

jenis usaha yang berkelanjutan dengan pendapatan yang maksimal.

Seperti usaha air minum isi ulang atau air kemasan. Ide ini pernah kami

sampaikan ke Perusahaan (PTNNT), namun belum dapat direalisasi

dalam waktu dekat. Potensi wisata di pantai Benete cukup bagus jika

dikelola dengan baik. saya juga berharap, BUM Desa nantinya memiliki

Koperasi sendiri terutama untuk mengelola hasil pertanian masyarakat”

(SH, 03/07/2014).

Keberadaan BUM Desa Benete dapat mengembangan perekonomian

masyarakat, jika mempunyai bidang usaha yang berhubungan dengan pekerjaan

masyarakat dan pengelolaan potensi sumber daya alam yang ada di desa.

Memberikan kemudahan dalam pemasaran hasil produksi, memunculkan perilaku

produktif masyarakat dan aspek lain yang mampu mewujudkan kegiatan produksi

di setiap keluarga di Desa Benete.

Page 83: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

61

5 ANALISIS PERAN, PENGARUH DAN KEPENTINGAN

STAKEHOLDER DALAM PEMBENTUKAN DAN

OPERASIONAL BUM DESA BENETE

Analisis stakeholder diperlukan dalam memetakan para pihak (stakeholder

mapping), sehingga para pihak mana saja yang terlibat dapat dipetakan sebelum

kegiatan atau program dilaksanakan. Pemetaan stakeholder akan mengidentifikasi

karakteristik dari masing-masing pihak yang terlibat, memetakan posisi dari

masing-masing stakeholder terkait dengan pengaruh dan kepentingannya,

mengetahui apa yang menjadi tanggung-jawab, hak dan kewajiban, manfaat dan

dampak yang diperoleh, relasi antar pihak, serta mengkategorikan posisi para

pihak sebagai primary stakeholder atau secondary stakeholder.

Analisis keterlibatan para pihak (stakeholders) terhadap eksistensi BUM

Desa Benete dimaksudkan untuk mengetahui peran dan kepentingan dari masing-

masing pihak pada kegiatan pembentukan dan operasional BUM Desa Benete

dalam pengembangan masyarakat. Analisis stakeholder berdasarkan tingkat

pengaruhnya terhadap pembentukan dan operasional BUM Desa Benete, yaitu: (1)

stakeholder pengaruh tinggi yaitu yang memiliki posisi dominan dalam

mempengaruhi kegiatan operasional; (2) stakeholder pengaruh sedang yaitu yang

memiliki posisi tidak terlalu dominan dalam mempengaruhi kegiatan operasional;

(3) stakeholder pengaruh rendah yaitu yang memiliki posisi yang tidak dominan

dalam mempengaruhi.

Sedangkan keterlibatan stakeholder terhadap pembentukan dan operasional

BUM Desa Benete dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu : (1) kepentingan; stakeholder

yang memiliki kepentingan atas keberadaan dan kegiatan BUM Desa Benete; (2)

power adalah kekuasaan yang dimiliki oleh stakeholder yang dapat

mempengaruhi keberadaan dan operasional BUM Desa; (3) legitimasi adalah

stakeholder yang memiliki pengakuan dari pihak-pihak pendukungnya atau

instansi pemerintah. Idealnya, dalam pengelolaan BUM Desa semua stakeholder

dapat bersinergi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan keberlanjutan kegiatan

dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat. Analisis peran, pengaruh dan

kepentingan stakeholder dalam pembentukan dan operasional BUMDes Benete

dapat dijelaskan dalam matrik (Lampiran 1).

Keterlibatan Stakeholder dalam Pembentukan BUM Desa Benete

Empat pihak yang perlu mendapatkan perhatian dalam proses pendirian

BUM Desa Benete. Pihak-pihak tersebut adalah PTNNT, pemerintah KSB-

pemerintah desa, pengurus BUM Desa Benete dan masyarakat Desa Benete.

Konsep dasar dalam pendirian BUM Desa dari pemerintah desa dengan tujuan

meningkatkan sumber keuangan desa, dibangun dengan kesesuaian atas potensi

dan kebutuhan desa seperti potensi pengelolaan air bersih dan sampah.

Seperti pengelolaan air bersih pengelolaan sampah perlu ditangani dengan

baik karena dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan. Sampah

rumah tangga dan industri yang beserakan di tengah pemukiman penduduk yang

tidak dikelola dengan baik dan hanya membuang sampah tanpa penanganan

Page 84: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

62

khusus mengakibatkan munculnya gas hasil dekomposisi sampah-sampah yang

menyebabkan pencemaran udara. Untuk mengatasi permasalahan persampahan ini,

pemerintah Desa Benete melalui BUM Desa Benete tidak bekerja sendiri namun

melibatkan pihak swasta dan masyarakat bersama-sama mengatasi permalahan

tersebut. Membangun infrakstruktur penyediaan layanan publik tersebut

memerlukan pembiayaan yang sangat besar. Oleh karena itu, pemerintah Desa

Benete menggandeng PTNNT untuk terlibat secara aktif dalam menanggulangi

persoalan tersebut.

Koordinasi kerjasama multi pihak dan lintas wilayah sangat dibutuhkan

dalam rangka pengelolaan sumberdaya air secara terintegrasi, harmoni, lestari dan

berkelanjutan. Untuk mewujudkan itu, dimungkinkan adanya kerjasama antar

pemerintah daerah dan antar instansi dalam hal pengelolaan sumberdaya alam

khususnya sumber daya air. Pasal 17 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa daerah memiliki kewenangan

untuk melakukan kerjasama antar daerah dalam hal pengelolaan sumberdaya alam

mulai dari pemanfaatan, budidaya, pengendalian dampak, dan pelestariannya.

Bahkan, daerah otonom diperbolehkan untuk melakukan bagi hasil atas

pemanfaatan sumberdaya alam tersebut. Namun, daerah juga wajib melakukan

penyelarasan lingkungan dan tata ruang serta rehabilitasi lahan. Hal tersebut

diimplementasikan dalam PP No.16 tahun 2005 tentang Pengembangan Air

Minum, yang mengamanatkan pemerintah, termasuk pemerintah daerah, harus

menjamin tersedianya air bersih yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini

ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 120/1730/SJ

tentang Kerja Sama Antar Daerah bahwa daerah wajib mengelola pelayanan

publik secara bersama dengan daerah lainnya untuk kepentingan masyarakat.

Keberadaan unit usaha pengelolaan air besih yang dikelolah BUM Desa

Benete tidak terlepas dari pengaruh dan kepentingan PTNNT. Sebagaimana

disampaikan dalam petikan wawancara dengan bapak AM, tokoh masyarakat dan

mantan Kepala Desa Benete;

“…melalui diskusi dengan pemerintah Desa, pihak PTNNT mengusulkan

agar dibentuk suatu lembaga yang akan mengelola fasilitas bantuan

perusahaan untuk masyarakat berupa unit pengelolaan air bersih” (AM,

05/07/2014).

Pihak PTNNT mempunyai inspirasi dan sekaligus yang aktif dalam proses

pendirian BUM Desa Benete. Hal ini diinformasikan oleh bapak SHI, 07/072014,

bahwa:

“....inisiatif pendirian BUM Desa datang dari PTNNT yang saat itu

dibawa oleh staf bagian Comdev dan sekarang departmen SR PTNNT”.

Informan berikut memberikan informasi lebih lanjut:

“…pada saat pertemuan di Desa, pihak PTNNT memberikan penjelasan,

termasuk tujuan utama pendirian BUM Desa untuk mengelola program

air bersih dan pelayanan kebutuhan dasar lainnya. Selanjutnya pihak

pemerintah Desa, tokoh masyarakat dengan dukungan personel PTNNT

melakukan proses pendirian BUM Desa Benete” (AW, 10/09/2014).

Page 85: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

63

Konsep pendiriannya, maka jiwa pendirian harus dari masyarakat,

sehingga makna down-top (bootom-up) berjalan dengan sebenarnya.

Berhubungan dengan hal ini diperoleh informasi sebagai berikut:

…“kami sendiri juga mempunyai jiwa bagaimana BUM Desa Benete

akan menjadi organisasi milik Desa, dirasakan, dipentingkan

keberaadaannya, berupaya untuk menjadikannya besar dan rasa memiliki

dalam makna keberhasilan-kegagalan sebagai hasil kerja masyarakat.

Upaya yang kami lakukan adalah bagaimana memberikan penjelasan

bahwa BUM Desa Benete ini didirikan dan dioperasionalkan hanya

untuk kepentingan masyarakat. Keberhasilannya tergantung pada kerja

masyarakat. Dalam proses persiapan pendiriannya kami berikan kemudi

pada tokoh masyarakat” (YY, 10/07/2014).

Informasi proses dan peran serta pihak-pihak yang terlibat dalam pendirian

BUM Desa Benete. Seluruh informan memberikan informasi bahwa pihak

PTNNT memberikan ruang yang luas bagi masyarakat, walaupun sebagai

pencetus berdiri, usulan usaha dan penggalangan dana. Organisasi BUM Desa

Benete secara aktual telah berdiri dan mempunyai bisnis aktual, terkait dengan

kebutuhan dan potensi desa.

Kerja normatif pendirian BUM Desa harus bersifat bottom up,

memberikan gambaran partisipasi mayasrakat yang dominan. Kepengurusan

BUM Desa harus ada dari unsur pemerintah desa dan masyarakat (PermenDesa

PDTT No. 4 Tahun 2015). Sumber modal bersumber dari pemerintah desa,

tabungan masyarakat, bantuan pemerintah (kabupaten dan provinsi), pinjaman

dan penyertaan. Hal normatif lainnya yang diatur dalam perundangan adalah

BUM Desa didirikan melalui musyawarah desa.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa BUM Desa Benete sepakat

memulai usahanya dengan mengoptimalkan keberadaan air bersih dan

pengelolaan sampah rumah tangga merupakan wujud hasil pengenalan masalah di

beberapa desa yang ada di lingkar tambang (Kecamatan Maluk). Konteks ini telah

sangat bersesuaian dengan perundangan mengenai desa, yaitu adanya kerjasama

antar desa.

Keberlanjutan program pengembangan masyarakat yang telah dijalankan

tetap menjadi perhatian pihak PTNNT. Subsidi biaya operasional diberikan oleh

PTNNT adalah untuk memastikan keberlanjutan bidang usaha yang melayani

kepentingan masyarakat umum. Kemandirian lembaga terus didorong melalui

upaya penguatan kapasitas kelembagaan, dengan tujuan agar usaha BUM Desa

tetap berjalan meskipun subsidi biaya dihilangkan. Untuk mewujudkan harapan

tersebut, maka mejadi tugas utama dari pengelola dan pemerintah desa dalam

mendorong peningkatan partisipasi masyarakat pada setiap proses. Partisipasi

dapat berbentuk peran aktif dalam menjalankan usaha yang telah ada atau

memunculkan bidang usaha yang baru.

Proses pendirian cikal bakal BUM Desa Benete tidak didasarkan oleh

amanat UU No. 32 Tahun 2004, tetapi oleh fungsi CSR PTNNT. Dalam

perkembangannya guna menjaga keberlangsungan fungsi CSR dan kesesuaian

dengan kebijakan negara, maka proses lanjutan pendirian dan operasionalnya

Page 86: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

64

Page 87: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

65

Gambaran piramida di atas menunjukkan bahwa tingkat keterlibatan

PTNNT dalam pembentukan BUM Desa Benete sangat dominan. Pemerintah

Desa yang diwakili Kepala Desa berada pada posisi tengah piramida dengan peran

sebagai fasilitator dan pihak yang menindak lanjuti inisiatif pembentukan BUM

Desa melalui kapasitasnyas sebagai Pemerintah Desa. Pelibatan masyarakat dalam

pembentukan awal relatif kecil karena hanya melibatkan beberapa orang sebagai

pengurus.

Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Operasional BUM Desa Benete

Pihak yang terlibat dalam tahapan operasionalnya dapat dilihat dari personel

yang ada di struktur organisasi. Personel yang terlibat dalam operasional, relatif

sama dari awal pendirian sampai periode akhir ini 2014. Personel yang ada hanya

bertukar jabatan, sehingga tidak ada pembaharuan dalam operasional organisasi.

Peran personel pengelola dalam pengembangan bidang usaha dan pemberdayaan

masyarakat tidak signifikan, meskipun eksistensi BUM Desa masih dapat

dipertahankan selama lebih 10 tahun. Hasil wawancara dengan pembina diperiode

awal, bapak AM, sebagai berikut: “Saya melihat usaha yang ada hanya ada tiga bidang itu saja, belum ada

pengembangan...bahkan masih jauh dari kriteria mandiri. Dua kegiatan

yang dijalankan, yaitu pengolahan sampah dan air bersih tergolong biaya

tinggi dibandingkan dengan penerimaan retribusi dari masyarakat. Murni

dua kegiatan usaha ini sebagai pelayanan sosial pada masyarakat.

Kegiatan usaha yang kemungkinan menghasilkan keuntungan belum ada.

Kegiatan usaha pariwisata pantai relatif menggunakan biaya operasional

rendah, meskipun pendapatan BUM Desa dari bidang usaha tersebut

relatif kecil” (AM, 24/07/2014).

Informan di atas masih aktif memberikan perhatian pada BUM Desa

Benete dari awal berdirinya dan terakhir pada tahun 2012, saat menjabat sebagai kepala Desa. Saat ini dapat diposisikan sebagai tokoh masyarakat yang aktif dalam memberikan perhatian atas pelaksanaan usaha BUM Desa Benete.

Pihak yang terlibat di BUM Desa Benete, umumnya personel di luar personel pemerintahan desa. Peran personel pemerintah hanya pada Kepala Desa yang menjabat, dengan posisi sebagai pembina. Pada periode 2004-2014 personel yang terlibat sebagai pengurus atau pengelola operasional BUM Desa Benete terdiri atas bapak JZ, SR, SK, AM, SHI, SMD dan MY. Pada setiap periode, personel yang berfungsi sebagai pengurus tidak lebih dari empat orang. Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan pengelola BUM Desa hanya terbatas pada kelompok tertentu saja. Lemahnya daya kontrol masyarakat terhadap rekrutmen pengelola dapat merupakan bentuk ketidak berdayaan dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengembangkan organisasi tersebut.

Pertanyaan pentingnya adalah keberadaan anggota masyarakat dengan pendidikan yang tinggi, karena temuan pendidikan dari personel BUM Desa Benete selama ini mempunyai pendidikan dengan kisaran SMP-SMA serta rendahnya pergantian personel, walaupun dengan pendidikan yang relatif sama. Kajian atas aspek ini dilakukan dengan wawancara mendalam:

...“warga yang berpendidikan lebih tinggi mencari pekerjaan yang lebih baik secara ekonomi... warga yang berpendidikan berupaya menjadi PNS atau karyawan PTNNT atau karyawan sub kontraktor karena gajinya

Page 88: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

66

lebih besar. ...terkait dengan ketua yang tidak optimal dalam mengurus BUM Desa, karena waktu lebih banyak di perusahaan, perlu mendapatkan perhatian agar yang mengelola BUM Desa Benete lebih fokus...berikan pada yang lebih banyak waktu dan profesional” (SB, 27/2014).

Memperkuat alasan tersebut, informan lain memberikan informasi sebagai

berikut: “Orang-orang ini yang aktif dari awal...saya lihat pihak pemerintah

Desa dan masyarakat tidak ada yang membicarakannya. Saya berpikir motivasi kerja dari tenaga potensial untuk mengembangkan BUM Desa Benete belum muncul. Dari awal kami menghendaki munculnya orang-orang baru yang mempunyai ide usaha untuk mengembangkan BUM Desa Benete, tetapi tidak muncul” (YI, 28/2014).

Konteks di atas perlu di cross check dengan personel lain di BUM Desa

(SMD dan SK), berikut hasil wawancaranya: “…jelas lebih banyak kami yang mengurus ...bisa dikatakan

kondisi internal BUM Desa Benete dan kondisi pelayanan yang diberikan hanya mendapatkan informasi dari kami” (SMD, SKI 04/08/2014).

Pada kondisi kerja ketua BUM Desa Benete yang demikian, maka relatif

sulit diperoleh perubahan dalam pengelolaan, perbaikan kinerja dan aspek lainnya. Organisasi akan dapat berkembang, jika personel yang ada bekerja dengan inovasi yang tinggi, bukan sebatas pelambangan atau pengisian jabatan semata. Perlu disadari, tanpa melakukan analisis yang mendalam, bahwa BUM Desa Benete membutuhkan personel yang mengerti pembukuan dasar (lulusan SMK atau SMA jurusan sosial). Fakta temuan ini menunjukkan bahwa personel yang ada di BUM Desa Benete masih jauh dari kriteria profesional dan kriteria lain yang dipersyaratkan untuk suksesnya pengembanan suatu jabatan.

Peran, Pengaruh dan Kepentingan Stakeholder dalam Pembentukan

serta Operasional BUM Desa Benete

Keberadaan BUM Desa sebagai instrumen pemberdayaan masyarakat desa

yang dicanangkan oleh pemerintah, berfungsi sebagai organisasi sosial dan

private (bisnis). Kemungkinan dalam prakteknya masih lemah dalam hal

permodalan, tata kelola dan kelemahan pada aspek tehnis lainnya, sehingga perlu

dukungan pemerintahan yang lebih tinggi dalam melakukan proteksi, dukungan

biaya dan sejenisnya. Kondisi keuangan desa dan ketersediaan modal yang

bersumber dari masyarakat desa tentu akan sulit didapatkan dalam jumlah yang

layak untuk membiayai operasional BUM Desa. Menyikapi kondisi ini maka

diperlukan dukungan pemerintah melalui anggaran pembangunan, termasuk

swasta melalui dana CSR.

Nasdian (2014) berpendapat bahwa pemerintah lokal perlu mengalokasikan

dana untuk masyarakat lapisan bawah atau pengusaha kecil di daerah. Dalam hal

ini penguatan kelembagaan merupakan hal penting dalam pemberdayaan

masyarakat. Untuk itu harus ada kesepakatan bahwa harus dimulai dengan

penguatan kelembagaan dan alokasi dana. BUM Desa sebagai lembaga ekonomi

yang dipilih dalam mengerakkan ekonomi pedesaan harus dapat melengkapi

kegiatan usaha-usaha produktif yang melibatkan masyarakat setempat sebagai

Page 89: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

67

pelaku. Kewajiban Pemerintah daerah dalam mendukung pengembangan BUM

Desa dipertegas dalam UU No. 6 tahun 2014, pasal 90 bahwa peran Pemerintah

daerah adalah: (1) memberikan hibah dan/atau akses permodalan; (2) melakukan

pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan (3) memprioritaskan BUM Desa

dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.

Pada tahap pembentukan awal BUM Desa Benete, peran pemerintah Desa

Benete yaitu sebagai fasilitator sedangkan peran aktual dalam operasionalisasi

dapat dinyatakan tidak ada. Pemerintah Desa tidak menggunakan pengaruhnya

untuk membuat aturan yang membantu biaya operasional dan penguatan kapasitas

BUM Desa. Terbukti dalam analisis atas aliran kas yang ada di BUM Desa Benete

tidak ada anggaran masuk yang bersumber dari APBDes. Peran yang dijalankan

oleh Pemerintah desa yang dilakukan oleh Kepala Desa dalam struktur orgasniasi

hanya menjadi pembina. Informasi lain ditemukan bahwa belum ada solusi

diberikan untuk pengembangan BUM Desa, karena selama ini BUM Desa hanya

menjalankan organisasi secara rutinitas dan tidak ada perubahan pada setiap

periode pergantian Kepala Desa.

Terkait hal ini dilakukan wawancara dengan personel BUM Desa Benete,

sebagai berikut: “…secara finansial, sepengetahuan saya dari tahun 2004 belum ada

bantuan keuangan dari pemerintah Desa untuk BUM Desa”.…semua

biaya operasional BUM Desa mendapat disubsidi dari PTNNT rata-rata

sebesar Rp.14 Juta per bulan setelah kami mengajukan pengagihan

dengan melampirkan laporan kegiatan kami. Dana ditransfer ke rekening

bendahara BUM Desa. Uang tersebut kami gunakan untuk biaya

operasional truk sampah, gaji pegawai dan bayar tagihan listrik mesin

pompa air pada instalasi pengolahan air bersih” (SHI, 24/07/2014).

Informasi di atas dianggap cukup dalam, karena penggalian dengan

menggunakan data dokumentasi, terkait dengan cash flow BUM Desa Benete

tidak ditemukan aliran kas dari APBDes ke BUM Desa Benete, sebagai akumulasi

pembentuk modal.

Gambar 18 Skema peran, pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam

pembentukan serta operasional BUM Desa Benete

PTNNT

Peran: pencetus cikal bakal BUM Desa Benete, penentu pilihan bentuk lembaga,

memberikan modal, membangun fasilitas umum/aset usaha. Kepentingan: menjalankan

kebijakan CSR, reputasi dan lisensi sosial. Pengaruh: melakukan penguatan kapasitas

kelembagaan BUM Desa.

Pemerintah Desa:

Peran: sebagai

fasilitator. pentingan:

pemasukan bagi PADes dan

kesejahteraan masyarakat

Pengaruh: membuat

peraturan dan anggaran

Desa.

Masyarakat :

Peran: sebagai

partisipan & konsumen.

Kepentingan:

mendapatkan pelayanan

dengan biaya terjangkau.

Pengaruh: dapat

membentuk usaha baru.

Pengurus BUMDes:

Peran: sebagai pengelola

organisasi.

Kepentingan: sebagai

sebagai tempat bekerja.

Pengaruh: membuat

aturan internal.

Page 90: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

68

Berdasarkan skema peran dan kepentingan stakeholder kunci (Gambar 10),

pihak yang paling berkepentingan atas manfaatnya keberadaan usaha yang

dijalankan BUM Desa adalah masyarakat/pelanggan. Hal ini ditunjukkan dengan

tingkat ketergantungan terhadap pelayanan kebutuhan air bersih serta

pengangkutan sampah.

Gambar 19 Posisi stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan terhadap

operasional BUM Desa Benete

Gambaran posisi stakeholder dalam menerima manfaat dari operasional

BUM Desa sebagaimana digambarkan dalam bentuk paramida terbalik (Gambar 11), bahwa kepentinga atas keberadaan BUM Desa Benete berbanding terbalik dengan tingkat partisipasi masing-masing pihak pada proses pembentukan dan pembiayaan. Jika pada proses pembentukan BUM Desa, PTNNT berada pada level bawah dengan komitmen (pendampingan SDM, maintenance dan modal) tertinggi, maka fakta sebaliknya terjadi pada siapa sesungguhnya yang menikmati keberadaan BUM Desa tersebut. Dari piramida tersebut di atas tergambar bahwa kebutuhan akan air bersih dan pengelolaan sampah merupakan hajat hidup primer masyarakat Benete.

Alternatif strategi, selanjutnya kebijakan yang ditempuh dalam pengembangan proyek, khususnya pada proyek pemerintah yang sifatnya pemberdayaan, suatu yang dijadikan sebagai langkah yang harus diperkuat dengan alasan undang-undang, maka stakeholer perlu diposisikan dan diupayakan untuk mempunyai posisi kepentingan yang tinggi. Pada proyek tertentu, kepentingan tersebut dapat dimunculkan dari output yang dihasilkan oleh proyek yang dikembangkan. Alternatif kajian ini diberikan, berbeda dengan konsep teori yang menyatakan stakeholder tertentu diabaikan.

Mengacu pada prinsip dalam mengelola stakeholder Friedman and Miles (2006) sebagai berikut: (1) mengakui dan secara aktif memantau hal yang menjadi perhatian stakeholder, serta memperhatikan kepentingan mereka dalam pengambilan keputusan; (2) mendengarkan dan berkomunikasi secara terbuka dengan stakeholder mengenai hal yang menjadi perhatian dan kontribusinya, serta risiko yang mungkin terjadi akibat keterlibatannya; (3) mengadopsi proses dan cara berperilaku terhadap hal sensitif yang menjadi perhatian dan kemampuan masing-masing stakeholder; (4) mengakui saling ketergantungan dan berusaha untuk mencapai distribusi yang adil atas manfaat dan beban di antara stakeholder,

Masyarakat Benete

Pemerintah Desa

PTNNT

Page 91: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

69

dengan mempertimbangkan risiko dan kerentanan masing-masing; (5) bekerja sama dengan entitas lain untuk memastikan bahwa risiko dan bahaya yang timbul dapat diminimalkan serta kompensasi yang tepat; (6) menghindari kegiatan yang membahayakan hak asasi manusia (misalnya hak untuk hidup) atau menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima stakeholder; dan (7) mengakui potensi konflik akibat adanya peran dan tanggung jawab hukum dan moral bagi stakeholder, dan mengatasinya melalui komunikasi yang terbuka, pelaporan yang tepat, sistem insentif, dan bila perlu melibatkan pihak ketiga.

Peran yang harus dijalankan oleh PTNNT adalah membangun relasi secara terus menerus, meningkatkan kesadaran semua pihak yang terlibat, sehingga usaha yang ada dapat berjalan dengan mandiri, sebagai wujud terbentuknya aliran kas dari konsumen “masyarakat” dan tambahan modal dari pemerintah untuk peningkatan kapasitas bisnis. Adapun pihak pemerintah (Desa Benete) hanya muncul sebagai fasilitator, rendah dalam kepentingan dan rendah dalam power. Kepentingan dalam makna kesadaran tingginya BUM Desa Benete dalam pemenuhan kebutuhan dan pengembangan potensi masyarakat. Kontribusi ide dan dana selama ini, tidak terealisasi dari pihak pemerintah, baik pemerintah Desa ataupun pada level yang lebih tinggi.

Pada pihak masyarakat, menjadikan BUM Desa Benete sebagai fungsi pemenuhan kebutuhan dasar, berupa kebutuhan air minum dan kebersihan. Pelayanan ini masih dinikmati oleh sebagian masyarakat Benete, bukan seluruhnya. Kepentingan dalam makna pemilikan dan kesadaran menjadi organisasi pemenuh kebutuhan dasar dan pengembangan potensi Desa belum muncul. Kondisi ini terjadi, karena penerima pelayanan masih sebagian, termasuk juga masyarakat yang dapat manfaat ekonomi dari pengembangan stand di Pantai Benete.

Pengelola tidak dimunculkan sebagai media aktualisasi diri, dalam makna menunjukkan kemampuan diri dalam memecahkan masalah masyarakat. Fakta yang ada, keterlibatan personel pengelola BUM Desa Benete belum memberikan kontribusi dalam pengembangan usaha dan kemandirian. Kontribusi personel dalam memberikan keuntungan ekonomi bagi BUM Desa hampir tidak muncul, meskipun setiap bulan mereka mendapatkan gaji karena adanya subsidi. Secara umum masing-masing personel BUM Desa mendapatkan gaji pada kisaran Rp1,2 juta sampai dengan Rp1,5 juta. Tenaga operasional mendapat gaji Rp 1,2 juta, sedangkan untuk jabatan ketua dan staf administrasi mendapatkan gaji Rp1,5. Penentuan besaran gaji personel BUM Desa tidak menggunakan standar kinerja atau kontribusi masing-masing personel terhadap kinerja produksi atau pendapatan.

Berdasarkan hasil temuan di atas, maka dapat dipetakan peran, pengaruh dan kepentingan serta bentuk ketertarikan stakeholder dalam pembentukan dan pengembangan keberlanjutan usaha BUM Desa Benete sebagaimana digambarkan dalam matrik (Tabel 13). Posisi tersebut merupakan posisi relatif, karena tidak diuji melalui analisis kuantitatif, melainkan berdasarkan kesimpulan peneliti atas respon informan dalam bentuk pernyataan maupun sikap yang ditunjukkan pada saat dilakukan wawancara mendalam atau dalam forum diskusi terfokus. Informasi lain diperkuat oleh laporan dan dokumentasi lain yang peneliti dapatkan dari beberapa sumber yang dimiliki oleh stakeholder.

Page 92: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

70

Tabel 13 Matrik analisis peran, kepentingan dan pengaruh stakeholder ada

pengembangan BUM Desa Benete.

Stakeholder Ketertarikan pada masalah Interest (+) (-)

Tingkat kepen-tingan

Tingkat penga

ruh

Pemda KSB

- Menetapkan regulasi untuk memperkuat BUM Desa

- Tanggung jawab pemberdayaan masyarakat - Penyediaan sarana produksi dan bantuan modal - Penyediaan air bersih untuk masyarakat - Pengembangan pariwisata Pantai Benete - Angaran untuk pengembangan BUM Desa

(+) (+) (+) (-) (+) (+)

*** *** *** ** ** **

**** **** **** **** **** ****

PTNNT

- Tanggung jawab sosial perusahaan - Anggaran untuk pengembangan BUM Desa - Reputasi dan hubungan baik dengan masyarakat

setempat - Mendapatkan lisensi sosial untuk kelanjutan

operasi

(+) (+)

(+) (+)

**** **** **** ****

**** **** **** ****

Pemdes Benete

- Menetapkan regulasi/Perdes terkait BUM Desa - Sumber PADes - Pelaksana pemberdayaan masyarakat - Pelayanan kebutuhan dasar masyarakat - Penyediaan air bersih - Pengembangan pariwisata - Anggaran Desa untuk BUM Desa

(+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)

*** **** **** **** **** **** **

**** ** ** ** *** *** ****

Pengurus BUM Desa

- Tata kelola yang baik - Keberlanjutan program - Pelayanan terhadap konsumen - Dukungan dari pemerintah dan swasta (PTNNT) - Mendorong partisipasi dari masyarakat - Mendapatkan gaji

(+) (+) (+) (+) (+) (+)

*** **** *** *** *** ****

** ** ** ** ** **

Masyarakat

- Ketersediaan fasilitas umum melayani kebutuhan dasar

- Suasana lingkungan bersih dan sehat - Terbuka lapangan kerja melalui pengelolaan unit

usaha produktif - Partisipasi untuk pengembangan BUM Desa

(+) (+) (+)

(-)

**** **** **** **

** *** ** **

Pelanggan Air Bersih

- Ketersediaan air bersih - Mendapatkan pelayanan yang baik dari BUM

Desa - Partisipasi membayar iuran

(+) (+) (-)

**** **** **

** ** **

Pelanggan Sampah

- Lingkungan bersih dan sehat - Mendapatkan pelayanan yang baik dari BUM

Desa - Partisipasi membayar iuran

(+) (+) (-)

**** **** **

*** ** **

Penyewa Stand Pantai

- Fasilitas yang bersih dan lengkap - Kunjungan tinggi dan pembeli banyak - Partisipasi membayar iuran

(+) (+) (-)

**** **** **

*** *** ***

Keterangan : Skor penilaian (*) tidak ada; (**) kecil; (***) sedang; (****) besar

(+) positif; (-) negatif.

Sumber: Data yang diolah dari hasil FGD dan wawancara mendalam.

Informasi yang didapatkan dari hasil pemetaan kepentingan, pengaruh dan

intrest dari masing-masing stakeholder maka posisi mereka dapat ditunjukkan

Page 93: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

71

dalam kuadran tingkat pengaruh dan kepentingan untuk keberlanjutan usaha

BUM Desa Benete. Kuadran posisi stakeholder dapat dilihat pada (Gambar 12).

Gambar 20 Peta Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pengaruh Stakeholder BUM

Desa Benete

Gambar 12 menunjukkan bahwa setiap stakeholder berdasarkan tingkat

pengaruh dan tingkat kepentingannya dikelompok menjadi stakeholder dengan

tingkat pengaruh rendah atau tinggi, serta kepentingan rendah atau tinggi. Posisi

pada kuadran menggambarkan posisi dan peranan yang dimainkan oleh masing-

masing stakeholder yaitu: (a) Masyarakat dan Pengelola BUM Desa berada pada

kuadran I (satu) yaitu stakeholder dengan kepentingan tinggi tetapi pengaruh

rendah; (b) PTNNT dan Kepala Desa berada pada kuadran II (dua) yaitu

stakeholder dengan kepentingan dan pengaruh tinggi; dan (c) Pemerintah Desa

dan Pemerintah Kabupaten berada pada kuadran IV (empat) yaitu stakeholder

dengan kepentingan rendah tetapi pengaruh tinggi. Stakeholder yang berada di

kuadran II (players) merupakan kelompok stakeholder primer, dan stakeholder

yang berada kuadran IV (actors) merupakan kelompok stakeholder sekunder.

Kepentingan masyarakat atas keberadaan BUM Desa Benete belum dapat

dinyatakan tinggi. Pada kondisi kepentingan yang tinggi, maka masyarakat akan

memberikan kontribusi atas kemandirian dan keberlangsungan usaha yang

dijalankan BUM Desa Benete. Fakta yang ada kepengurusan yang tidak optimal

dan relatif konstan sejak awal berdiri, bahkan pimpinan yang lebih banyak berada

pada pekerjaan utama tidak menjadi perhatian masyarakat.

Berdasarkan kepentingan dan proses aktual berdiri dan beroperasinya

usaha BUM Desa Benete, dapat dipastikan bahwa fungsi CSR PTNNT yang

dominan. Pengaruh yang dimiliki PTNNT, mulai dari ide pendirian, permodalan

dan pembersian subsidi setiap bulan kerja selama 10 tahun terakhir dijalankan

dengan tujuan yang memberikan kemudahan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Pengaruh yang diberikan tidak ada yang bersifat negatif,

seluruhnya untuk manfaatnya pada masyarakat. Kondisi ini sebenarnya tidak

berarti baik bagi NNT maupun masyarakat. Karena pada dasarnya keberhasilan

program pengembangan masyarakat ditentukan oleh sejauh mana keberhasilan

pihak donatur atau pengelola program dapat mendorong partisipasi dan

kemandirian masyarakat. Jadi dikatakan masyarakat telah berdaya jika dua

Pengaruh rendah Pengaruh tinggi

Kep

enti

ngan

ren

dah

Kep

enti

ngan

tin

ggi

Pemerintah Desa Benete,

Pemda KSB

Pengelola BUM Desa,

Masyarakat/

pelanggan

PTNNT,

Kepala Desa

Page 94: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

72

indikator tersebut dapat terpenuhi. Posisi dalam kuadran akan bergeser ke arah

stakeholder dengan kepentingan tinggi dan pengaruh tinggi.

Pemerintah KSB, pemerintah Desa Benete dan pengurus BUM Desa Benete

berada pada kuadran “perioritas rendah” (Rudito dan Famiola 2008). Dalam

penelitian ini tidak dapat diposisikan demikian, karena semua pihak harus

memposisikan diri layaknya PTNNT, yaitu mempunyai kepentingan dan power

yang tinggi. Power tersebut dalam makna yang luas, dapat juga dimaknakan

penggunaan peran dan sumber daya yang dimiliki secara optimal. Fakta empiris

ini perlu mendapatkan kajian secara mendalam, selanjutnya akan dimunculkan

dalam penerapan strategi.

Page 95: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

6 KONDISI INTERNAL DAN EKSTERNAL SERTA KINERJA

BUM DESA BENETE DALAM PEMBER-DAYAAN

MASYARAKAT

Tahapan kajian analisis dilakukan terhadap berbagai faktor internal dan

eksternal yang dianggap berpengaruh terhadap penguatan kelembagaan BUM

Desa Benete dan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan. Kemudian kajian

dilanjutkan pada pembuatan matriks SWOT untuk mensintesis alternatif-alternatif

strategi S-O, W-O, S-T dan W-T berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal

yang ada. Pemilihan alternatif strategi selalu mempertimbangkan ketentuan UU

No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dan regulasi turunannya. Pertimbangan utama

yaitu kemampuan pendanaan Desa dan pendekatan kawasan, maka dilakukan

penyesuaian penerapan bonding, bridging dan creating strategy yang dijabarkan

dalam matrik strategi dan rencana program BUM Desa.

Kondisi Internal

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja BUM Desa Benete

secara umum dibedakan atas faktor yang mendukung (faktor kekuatan) dan faktor

yang tidak mendukung (faktor kelemahan). Kekuatan dan kelemahan internal

merupakan aktivitas terkontrol suatu organisasi yang mampu dijalankan dengan

sangat baik atau buruk. Faktor tersebut akan muncul dalam manajemen,

pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan,

dan aktivitas sistem informasi manajemen bisnis (David 2010).

Kondisi internal BUM Desa Benete dikaji layaknya organisasi, baik dalam

konteks organisasi publik dan komersial. Dua konsep ini dipergunakan, karena

peran dari BUM Desa Benete dalam UU No. 06 tahun 2014 adalah peran

komersial dan sosial. Aspek internal yang dikaji adalah kondisi SDM,

kelembagaan, kondisi produksi, kondisi keuangan, kondisi pemasaran dan sarana

prasarana yang memberikan gambaran potensi dan kelemahan internal organisasi

tersebut.

Kondisi Personalia

Kondisi personalia dimaknai sebagai manajemen personalia yang

dijalankan oleh BUM Desa Benete. Peran ini tergolong sangat vital, karena

keberadaan karyawan dalam organisasi sebagai satu-satunya sumber daya yang

dapat diperbaharui, berbeda dengan sumber daya lainnya yang dipastikan ada

keausan dan keusangan, sehingga ada waktunya untuk diganti. Aspek SDM

meliputi kuantitas, kualitas dan kompetensi yang dimiliki, sehingga pekerjaan

dapat diselesaikan dengan baik serta ada konsep pengembangan yang terwujud

dari kemampuan melakukan inovasi.

Pada periode akhir (2014) jumlah karyawan yang dimiliki sebanyak 3

orang pada level manajemen dan 4 orang tenaga operasional. Seluruhnya hanya

pada kisaran pendidikan SMP-SMA. Kerja yang dijalankan hanya bersifat

rutinitas, seolah hanya menjalankan subsidi dari PTNNT (data dokumentasi dan

Page 96: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

74

observasi kerja BUM Desa Benete selama bulan Juli-September 2014, bahkan

kembali diperkuat kembali pada kisaran bulan Oktober 2014).

Peran ketua tidak berjalan dengan baik, karena waktu, tenaga dan pikiran

telah habis tercurah dalam perannya sebagai pegawai PTNNT. Struktur organisasi

(terlampir), telusur atas fungsi, tanggungjawab dan wewenang sebagai dasar

evaluasi atas kerjanya tidak dimiliki oleh BUM Desa Benete. Organisasi (BUM

Desa Benete) tidak mempunyai Anggaran Dasar dalam mengatur kerja organisasi

belum dimiliki, sehingga kerja organisasi dan kerja karyawan hilang sasaran.

Fakta empiris ini akan berimplikasi pada kehilangan arah dalam operasional

karyawan dan arah pengembangan organisasi kedepannya.

Secara keseluruhan terkait kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) yang

dimiliki oleh BUM Desa Benete dapat dijelaskan melalui survey penilaian

pelanggan terhadap kemampuan SDM pengelola, pada Table 14.

Tabel 14 Penilaian masyarakat/pelanggan terkait kemampuan SDM BUM

Desa Benete

No. Deskripsi penilaian

Kurang baik Baik

Jlh Persentase

(%) Jlh

Persentase

(%)

1 Kemampuan pengelola terkait pengetahuan

dan keterampilan tehnis yang dimiliki

25 62,5 15 37,5

2 Kemampuan pengelola terkait pengetahuan

dan keterampilan bidang manajemen BUM

Desa

19 47,5 21 52,5

3 Sikap pengelola dalam memberikan

pelayanan

14 35,0 26 65,0

Rata-rata 19 48,3 21 51,7

Sumber: Data yang dioleh dari hasil survey persepsi pelanggan.

Terkait kemampuan SDM pengelola BUM Desa, masyarakat atau

pelanggan memberikan penilaian bahwa kinerja pengelola berdasarkan

kompentesi SDM yang dimiliki, dirasakan cukup baik oleh 51,7 persen responden.

Keunggulan yang dimiliki personel berada pada faktor sikap dalam memberikan

pelayanan. Faktor sikap pengelola dalam melayani berkontribusi 65,0 persen

dalam penilaian kemampuan SDM yang dimiliki oleh BUM Desa Benete. Adapun

kelemahan personel pengelola adalah pada faktor pengetahuan dan keterampilan

tehnis yang dimiliki pengelola masih kurang yaitu dinyatakan oleh 62,5 persen

responden. Faktor kemampuan pengelola terkait pengetahuan dan keterampilan

bidang manajemen BUM Desa dirasakan cukup baik oleh 52,5 persen responde.

Berdasarkan hasil kerja karyawan dengan latar belakang pendidikan dan

rendahnya kompetensi, tidak adanya fungsi manajemen personalia, maka dapat

dinyatakan bahwa kondisi SDM BUM Desa Benete muncul sebagai kelemahan.

Penilaian ini juga didasarkan atas perundangan yang mensyaratkan setiap jabatan

diemban oleh profesional. Pemerintah dalam menetapkan syarat ini tentu

mempunyai cita-cita yang besar atas keberadaan BUM Desa sebagai penguat

ekonomi Desa dan pemberdayaan masyarakat.

Page 97: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

75

Kelembagaan BUM Desa Benete

Uraian singkat atas kondisi kelembagaan BUM Desa Benete belum dapat

dinyatakan sebagai keunggulan, baik dipandang dari internal ataupun hal yang

memperkuatnya dari aspek eksternal. Kelembagaan BUM Desa Benete belum

mempunyai kekuatan, karena belum diperkuat dengan akte notaris sebagai badan

hukum yang sah. Aspek ini juga tidak dapat dinyatakan sebagai keunggulan,

tetapi sebagai kelemahan.

Kondisi Produksi

Bisnis yang dijalankan BUM Desa Benete berupa pengolahan pengolahan

air bersih, pengangkutan sampah dan pengelolaan fasilitas pariwisata di Pantai

Benete. Untuk menciptakan kondisi bisnis yang mampu melayani konsumen

(masyarakat) dan memberikan keuntugan, maka pada usaha pengelolaan air bersih,

pengangkutan sampah dan pengelolaan fasilitas pariwisata pantai Benete

diperlukan pembenahan. Beberapa input terkait kondisi beberapa sarana dan

prasaran pendukung produksi ditemukan dari hasil wawancara dan FGD.

Masalah-masalah kelembagaan dan unit usaha BUM Desa Benete sebagai

berikut:

1) Dibutuhkan perbaikan instalasi air bersih utama dan jaringan ke rumah-

rumah penduduk;

2) Penggantian mesin dengan mesin baru karena boros biaya pemeliharaan;

3) Diperlukan tanki air baru pada instlasi pengolahan air (IPAL) dengan

kapasitas yang besar;

4) Pembersihan endapan lumpur pada saluran distribusi agar kualitas air yang

diterima pelanggan dalam keadaan bersih dan debet airnya lebih besar;

5) Mencari alternatif lokasi pompa baru untuk mengantisipasi semakin

berkurangya sumber air bersih untuk diolah;

6) Teknologi yang digunakan tidak ekonomis dan membutuhkan biaya

operasional besar berupa pembayaran listrik.

7) Pengelola BUM Desa sedangan menjalin kerjasama dengan PDAM

Sumbawa Barat untuk mengoptimalkan pelayanan air bersih di Desa

Benete.

8) Kurang partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi air bersih karena

menganggap fasilitas air bersih adalah bantuan dari PTNNT.

9) Terjadi penurunan jumlah pelanggan air bersih, sebelumnya berjumlah 420

KK, saat ini telah berkurang menjadi 165 KK. Terutama pada

perkampungan warga yang letaknya lebih tinggi ( dusun Singa, Tatar dan

Jereweh) hampir sudah tidak ada aliran air.

10) Pelayanan air bersih hanya efektif dinikmati oleh warga yang tinggal di

daerah pantai (dusun Nangkalanung) karena lokasi lebih rendah dari dusun

yang lain.

11) Kemampuan tehnisi dan tenaga pengelola masih terbatas terutama pada

bidang manajemen administrasi dan keahlian tehnis terkait pengelolaan

fasilitas air minum.

Page 98: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

76

Sub usaha pengelolaan sampah, diperoleh temuan sebagai berikut:

1) PTNNT telah membantu 3 unit truk sampah untuk digunakan secara

bersama oleh lima Desa di Kecamatan Maluk. Saat ini hanya 2 (dua)

unit yang layak operasi.

2) Belum ada fasilitas daur ulang sampah hanya ada TPA / landfill yang

digunakan bersama dua kecamatan yaitu Kec. Jereweh dan Kec, Maluk.

3) Perlu dukungan peraturan desa terkait pemungutan retribusi untuk

memperkuat pihak pengelola BUM Desa melakukan pemungutan

iuran dari warga.

4) Belum ada klasifikasi jumlah penarikan retribusi berdasarkan tingkatan

pengeluaran sampah di masing-masing warga.

5) Ada praktek yang merugikan dengan modus mengoperasional truk

sampah diluar fungsi/jam kerja dilakukan operator truk sampah, hal ini

menyebabkan bertambahnya biaya operasional pada truk sampah.

6) Minset masyarakat tidak mendukung produktifitas usaha BUM Desa

dengan tidak membayar retribusi karena alasan fasilitas yang

digunakan merupakan bantuan PTNNT jadi tidak perlu membayar.

7) Pendapatan dari pungutan retribusi sampah rata-rata Rp. 1 juta

perbulan, sedangkan jumlah pelanggan yang harus dilayani adalah

lebih dari 400 rumah tangga/unit usaha.

8) Jumlah retribusi yang dibebankan kepada warga sangat minim jika

dibandingkan dengan biaya operasional.

9) Belum ada pemisahan beban biaya yang (iuaran) antara rumah tangga

biasa dengan unit usaha yang menghasilkan sampah lebih banyak.

10) Kurang ada koordinasi antara pemerintah desa dengan pengelola BUM

Desa terkait masalah pengembangan usaha.

11) Pengelola BUM Desa sering tidak ada di kantor.

12) Mekanisme penarikan retribusi dilakukan langsung oleh pertugas truk

sampah dengan menggunakan kupon. Pola seperti ini sangat rawan

penyelewengan keuangan karena tidak tertib administrasi.

13) Bentuk kerjasama lintas desa dalam pelayanan truk sampah diatur oleh

pemerintah Kecamatan Maluk bekerjasama dengan LSM LAKMUS.

Pada tingkat kecamatan, dibentuk BUM Desa kecamatan untuk

mengkordinir pengelolaan operasional truk sampah. Kehadiran

lembaga perantara ini telah disepakati oleh masing-masing pemerintah

desa. Alasan mendasar karena 3 unit truk sampah yang menjadi aset

pemerintah kecamatan Maluk dari bantuan hibah PTNNT, harus bisa

digunakan secara bersama oleh masing-masing desa. Fungsi BUM

Desa Kecamatan adalah memastikan pembagian manfaat dari

keberadaan truk sampah tersebut secara bergiliran.

14) Petugas sampah mendapatkan faslitas asuransi kecelakaan.

Sub usaha bidang pengelolaan fasilitas pariwisata pantai Benete

ditemukan beberapa informasi sebagai berikut:

1) Tersedia 4 unit bangunan permanen dan 6 warung tenda yang cukup

representatif.

2) Tersedia fasilitas bermain anak-anak dan tempat santai keluarga.

3) Rencana pengadaan banana boat untuk meningkatkan kunjungan

wisata lokal ke Pantai Benete

Page 99: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

77

4) Akan menambah petugas kebersihan menjadi 3 orang dari 1 orang

yang telah ada.

5) Fasilitas stand/kios disewa oleh 4 orang dengan biaya sewa masing-

masing Rp. 150 ribu per blok (stand/kios) dan Rp. 100 ribu untuk

kedai (6 unit warung tenda diluar bangunan utama).

6) Telah ada aturan atau kontrak dengan pengguna/penyewa.

7) Harga makanan, terutama jenis makanan tradisional yang dijual di

warung pantai Benete relatif lebih mahal dibandingkan di tempat lain

(wisata pantai Maluk).

8) BUM Desa telah berkotribusi bagi PADes sebesar Rp. 500 ribu tiap

bulan.

9) Suasana ketertiban dan kebersihan lingkungan belum sesuai harapan

pengunjung.

10) Pengelola BUM Desa sudah menjajaki kerjasama pengelolaan fasilitas

pantai sebagai obyek pariwisata andalan dengan melibatkan Pemda

KSB.

Berdasarkan beberapa informasi tersebut, maka dapat disebutkan bahwa

BUM Desa Benete belum mempunyai kemandirian atas usaha jasa pengangkutan

sampah. Dua unit truk yang masih layak pakai digunakan untuk melayani lima

Desa, maka dapat dipastikan belum muncul sebagai kondisi yang baik atau

keunggulan. Berjalan waktu, satu atau dua tahun, kondisi alat angkut tersebut

akan tidak layak pakai. Keberlanjutan kegiatan produksi perlu dijamin, sehingga

jelas muncul sebagai potensi, tetapi pada taraf yang rendah.

Usaha bidang penyewaan stand/warung di lokasi pariwisata pantai Benete

termasuk usaha yang menggunakan biaya rendah dan bisa dikatakan hampir

mandiri meskipun dari sisi pendapatan yang diterima BUM Desa relatif kecil.

Pendapatan dari uang sewa warung menjadi pemasukan pendapatan Desa yaitu

rata-rata Rp 500 ribu per bulan. Operasional usaha ini dapat dimunculkan sebagai

keunggulan, walaupun masih pada taraf yang rendah.

Kondisi Keuangan

Kondisi keuangan terkait dengan hasil analisis dari laporan keuangan

berupa neraca dan laba rugi. Fakta laporan ini tidak ada, tetapi hanya berupa

aliran kas. Pada laporan aliran kas Januari 2013 BUM Desa memiliki saldo kas

sebesar Rp20.944.000 tetapi pada laporan keuangan periode Desember 2013

berkurang menjadi sebesar Rp8.728.100 dan Agustus 2014 menjadi sebesar

Rp1.500.100. Pada bulan Agustus 2014 tercatat aliran kas masuk dari PTNNT

sebesar Rp13.300.000 sehingga dapat diketahui kemungkinan minus kas yang

dimiliki tanpa subsidi tersebut. Aliran kas masuk berupa pembayaran retribusi

atas pelayanan air bersih, sampah dan sewa stand. Pengeluaran yang dikeluarkan

untuk operasionalisasi usaha, gaji karyawan dan lainnya.

Adanya saldo kas pada Agustus 2014 bukan sebagai akibat nilai lebih dari

pendapatan terhadap ragam biaya/pengeluaran, tetapi adanya subsidi rutin dari

PTNNT sebesar rata-rata Rp 14 juta per bulan. Fakta ini menunjukkan bahwa

kondisi keuangan BUM Desa Benete dikategorikan sebagai kelemahan, baik

dalam makna kinerja keuangannya ataupun pengelolaannya. Kajian terkait kinerja

Page 100: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

78

keuangan tidak dapat dilakukan, karena ternyata pengelola tidak memiliki laporan

keuangan yang lengkap.

Kondisi Pemasaran

Pemasaran berkaitan dengan analisis hubungan antara kualitas produk,

harga jual, biaya distribusi, biaya produksi, pelayanan konsumen dan biaya promosi serta kemampuan personel. Analisis kondisi pemasaran produk dari usaha BUM Desa hanya dilihat dari aspek kemampuan produksi, produk terjual, jumlah pelanggan dan jumlah penerimaan. Kajian dilakukan pada produk air bersih selama 2013 dapat dilihat pada Table 15.

Tabel 15 Jumlah pelanggan, pemakaian air dan penerimaan pada BUM Desa

Benete periode Januari-Agustus 2014

Bulan Pelanggan

(KK)*

Pemakaian

(kubik)

Penerimaan

(Rp)

Januari 152 4.348 4.439.000

Februari 152 4.047 4.040.000

Maret 105 - 3.430.000

April 93 - 2.227.000

Mei 91 - 2.647.000

Juni 90 2.534 2.615.000

Agustus 92 1.926 2.244.000

Keterangan)*: rumah tangga

Sumber: Laporan BUM Desa Benete

Jumlah pelanggan pada produk air minum bersih mengalami penurunan,

begitu juga dengan pemakaian dan perolehan pendapatan. Data total penerimaan untuk produk air bersih (bisnis utama) tidak mampu menutupi gaji karyawan, terlebih biaya operasional lainnya. Fakta penurunan kuantitas penjualan dan penerimaan atas produk utama menunjukkan bahwa fungsi pemasaran tidak berjalan dengan baik. Adanya penurunan jumlah pelanggan menunjukkan penurunan apresiasi atas produk yang ditawarkan oleh BUM Desa Benete.

Beberapa kondisi yang menjadi alasan pelanggan untuk tetap memilih bertahan atau berhenti berlangganan suatu produk disebabkan karena adanya rasa puas atau senang dengan produk atau jasa yang diterima. Menurut kotler (2003), Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesan terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Jadi, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan akan puas. Jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan akan amat puas atau senang.

Berdasarkan hasil survey terhadap kinerja pengelola BUM Desa dalam menjalankan usaha, 51,7 persen responden menyatakan bahwa pengelola BUM Desa belum mampu, terutama dalam mengelola usaha bidang air bersih dan 75,0 persen responden beralasan bahwa pengelola BUM Desa belum mampu meningkatkan kualitas produksi air bersih yang diterima pelanggan. Bidang usaha pariwisata pantai menjadi potensi usaha BUM Desa jika dapat dikelola dengan baik. Untuk lebih jelas terkait penilaian pelanggan terkait kinerja

Page 101: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

79

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tunggakan (Rp)

Penerimaan(Rp)Pemakaian Air (M3 )

pengelolaan pada masing-masing bidang usaha BUM Desa Benete dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Penilaian pelanggan terkait kinerja pengelolaan pada masing-masing

bidang usaha

No. Deskripsi penilaian Kurang mampu Mampu

Jumlah Persentase

(%) Jumlah

Persentase (%)

1 Kemampuan BUM Desa dalam mengelola usaha air bersih

24 60,0 16 40,0

2 Kemampuan BUM Desa dalam mengelola usaha pengangkutan sampah

18 45,0 22 55,0

3 Kemampuan BUM Desa dalam mengelola usaha pariwisata

19 47,5 21 52,5

4 Kemampuan BUM Desa dalam meningkatkan kualitas produksi air bersih yang diterima pelanggan

30 75,0 10 25,0

5 Kemampuan BUM Desa dalam menigkatkan kualitas mengelola usaha jasa pengangkutan sampah

17 42,5 23 57,5

6 Kemampuan BUM Desa dalam meningkatkan kualitas pengelolaan usaha pariwisata pantai

16 40,0 24 60,0

Rata-rata 21 51,7 19 48,3

Fakta empiris yang ada, masyarakat sangat ingin terus menjadi konsumen

air bersih, karena kebutuhan air bersih cukup sulit diapatkan terutama bagi warga

yang tinggal di daerah pantai. Kondisi ini telah menunjukkan potensi usaha

unggulan BUM Desa, tetapi tidak dapat dimanfaatkan karena kendala

keterbatasan kemampuan teknis dan tidak memiliki biaya pemeliharaan jaringan

distribusi. Adapun alasan lain yang diungkapkan oleh pelanggan yang

menyatakan bahwa kinerja BUM Desa dalam mengelola bidang usaha air bersih

kurang baik karena alasan debit air yang sangat kurang, faktor pelayanan yang

tidak memuaskan dan ketersediaan air dengan kondisi keruh. Produk air bersih

menjadi keunggulan jika bisa dilakukan pengolahan menjadi kualitas air minum.

Gambar 21 Kondisi pemasaran air bersih.

Sumber: Data yang diolah dari laporan BUM Desa Benete

Page 102: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

80

Kebutuhan air ini relatif besar dan dapat dijual dengan harga yang lebih

tinggi dari tarif yang diberlakukan kepada masyarakat. BUM Desa dapat

melakukan diferensiasi dalam bidang usaha air bersih menjadi air minum dalam

kemasan atau isi ulang. Bisnis penjualan air untuk kebutuhan kapal di dermaga

Benete menjadi faktor produksi unggulan bagi usaha BUM Desa Benete. Kondisi

pemasaran air bersih terkait, perkembangan jumlah pelanggan dan distribusi air

dalam periode tahun 2012 ditunjukkan dalam Grafik 15.

Produk lainnya yang juga telah diterima oleh masyarakat Desa Benete

adalah pengolahan sampah. Asset pengelolaan sampah berupa unit truk yang

masih layak pakai sebagai milik bersama dengan lima Desa yang ada di

Kecamatan Maluk. Informasi pendapatan dari pengolahan sampah diperiode akhir

2014 dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Pendapatan BUM Desa Benete dari pengolahan sampah tahun 2014.

Bulan Jumlah Pelanggan (KK) Penerimaan

(Rp)

Januari 167 450.000

Februari 167 0

Maret 167 0

April 167 600.000

Mei 167 605.000

Juni 167 1.005.000

Juli 167 0

Agustus 0 1.000.000

TOTAL 3.660.000

Sumber: Laporan pendapatan BUM Desa Benete dari usaha sampah

Pencatatan yang dilakukan personel BUM Desa Benete masih sangat

kurang, menyebbakan informasi internal dalam pelaksanaan usaha tidak secara

utuh diperoleh. Hal ini berdampak juga pada analisis bisnis dan upaya perbaikan

melalui perumusan strategi dan kebijakan. Usaha pengolahan sampah tidak

mempunyai jumlah data pelanggan, ermasuknya tidak tercatatnya penerimaan

pada tiga bulan di tahun 2014. Ada kecenderungan penerimaan dari sampah,

menunjukkan potensi pasar semakin baik.

Usaha yang terakhir adalah pengelolaan stand di Pesisir Pantai Benete,

terdiri atas 8 blok dan 1 kedai kopi. Retribusi yang dibayarkan untuk blok sebesar

Rp 150 ribu per bulan dan Rp 100 ribu per bulan untuk kedai kopi. Seluruh blok

dan kedai kopi terisi, sehingga secara normatif per bulan dapat diperoleh

penerimaan sebesar Rp 1,3 juta.

BUM Desa Benete dalam pengelolaan stand pesisir pantai menanggung

beban biaya berupa biaya tenaga kerja, biaya listrik dan biaya pemeliharaan.

Aliran kas yang terbentuk tidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan, karena

khusus untuk karyawan dikeluarkan biaya sebesar Rp2,2 juta per bulan. Temuan

ini menunjukkan bahwa pemasaran dan wujud fungsional lainnya dalam

pengelolaan usaha tidak berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga berdampak

pada beban biaya yang lebih besar dibandingkan penerimaannya.

Page 103: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

81

Kondisi Sarana dan Prasarana

Kondisi ini dalam pendekatan keuangan, khususnya pada pos aktiva akan

menggambarkan pemilikan kekayaan. Sisi lain dari aspek sarana dan prasarana dapat memberikan gambaran bahwa BUM Desa telah memiliki logistik yang cukup dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan catatan inventaris BUM Desa pada Bulan Agustus 2014 bahwa pemilikan asset/sarana prasarana BUM Desa Benete adalah sebagai berikut:

1) Komputer (PC) 1 unit dan Laptop merk Acer 1 unit; 2) Printer (cannon) 2 unit; 3) Meja dan kursi 2 unit; 4) Dispenser 1 unit dan Ruangan kantor (1 ruang); 5) Pompa air 2 unit dan Mesin penetral air (Lux) 1 unit; 6) Instalasi pengolahan air bersih (1 unit) dan Jaringan pipa ke pelanggan;

telah terpasang di sepanjang jalan Desa; 7) Listrik dengan daya 10.000 watt; 8) Fasilitas pariwisata pantai Benete ( 4 los rumah makan dan 1 bangunan

untama untuk ruang makan dan tempat pertemuan). Pertambahan asset tersebut dibandingkan dengan periode awal, hanya

terjadi pada pengadaan satu unit laptop merek Accer dan usaha stand di Pantai Benete. Nilai dan produktifitas asset tersebut mengalami penurunan karena menurunnya usia ekonomis. Penambahan kapasitas untuk asset produksi belum dapat dilakukan karena keterbatasan anggaran dan belum bantuan dari pihak lain. Bisnis pengelolaan air bersih dan usaha di pantai Benete, menjadi asset internal sementara asset untuk unit usaha pengelolaan sampah masih menjadi milik bersama dengan Desa lainnya. Pemilikan sarana prasarana ini merupakan potensi internal, tetapi pengubahan bentuk untuk melakukan diversifikasi usaha tidak dapat dilakukan.

Melalui penilaian faktor internal di atas, maka dapat dikelompokan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dari beragam pihak (stakeholders). Berdasarkan temuan pada kondisi internal BUM Desa Benete dapat dibuatkan matrik sebagai berikut.

Tabel 18 Matrik analisis faktor internal BUM Desa Benete Tahun 2014

Kekuatan (Strength) – S Kelemahan (Weaknesses) –W 1) Tersedia sarana dan prasarana usaha 2) BUM Desa telah dikenal luas oleh

masyarakat 3) Cukup tersedia fasilitas perkantoran

dan pelayanan administrasi 4) Bidang usaha yang dikelola

melayani kebutuhan dasar masyarakat

5) Produk mudah dipasarkan

1) Kapasitas SDM pengelola rendah 2) Kinerja personal tidak berkontribusi terhadap

pendapatan BUM Desa 3) Tidak ada jobdescription masing-masing

pengelola 4) Kurangnya kinerja dalam mengembangkan usaha 5) Belum ada kejelasan visi dan misi organisasi 6) Struktur organisasi belum ideal 7) Kinerja keuangan tidak seimbang antara

pemasukan dibanding biaya 8) Lemah dalam manajemen administrasi 9) Mengandalkan sumber biaya hanya dari subsidi

PTNNT 10) Tidak ada jaringan kerja dengan lembaga lain 11) Unit produksi sudah tua dan biaya operasional

tinggi.

Sumber: Data primer diolah dari hasil FGD dan indept interview

Page 104: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

82

Sesuai dengan uraian sebelumnya, personel organisasi sebagai sumber

penggerak utama bagi perkembangan usaha BUM Desa. Dasar pertimbangannya

adalah pengelola merupakan sumber daya yang mengelola potensi lain serta

sumber daya yang selalu dapat diperbaharukan kualitas dan keberadaanya. Faktor

internal lainnya, yang perlu mendapat perhatian yang sama yaitu faktor yang

muncul sebagai keunggulan berupa faktor produksi, sarana prasarana dan

pemasaran. Faktor produksi masih pada taraf perioritas rendah, sedangkan sarana

prasarana dan pemasaran pada taraf perioritas sedang.

Faktor personel, kelembagaan dan keuangan muncul sebagai kelemahan.

Kondisi internal organisasi ini akan dipadankan dengan kondisi eksternal, guna

membentuk matrik SWOT sebagai dasar untuk perumusan strategi pada level

fungsional (kebijakan).

Secara umum, kondisi internal BUM Desa Benete tersebut dapat

diijelasakan sebagai betikut:

Gambar 22 Strategi perubahan kondisi internal BUM Desa Benete

Kondisi Eksternal BUM Desa Benete

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan BUM Desa

Benete secara umum dibedakan atas faktor yang mendukung dan faktor yang tidak

mendukung. Berbagai kondisi eksternal BUM Desa Benete telah diuraikan saat

memberikan deskripsi profile komunitas Benete. Sub kajian ini hanya fokus pada

pemberiaan kriteria, yaitu muncul sebagai peluang atau hambatan. Analisis

lingkungan eksternal BUM Desa, merupakan analisis aspek diluar lembaga BUM

Desa, namun berpengaruh sebagai peluang atau sebagai hambatan. Aspek yang

akan dikaji meliputi: (1) jumlah penduduk; (2) luas wilayah; (3) jaringan

komunikasi antar dusun; (4) prasarana dan sarana, perhubungan dan komunikasi;

(5) pemasaran produk komunitas; (6) kelembagaan sosial; (7) kelembagaan

produksi; (8) prasarana dan sarana pemerintahan komunitas; (9) sosial budaya

yaitu suasana yang memberikan kemungkinan adanya kerukunan hidup beragama

dan kerukunan hidup bermasyarakat dalam hubungannya dengan adat istiadat; dan

(10) pola nafkah masyarakat dan prasarananya.

Kondisi saat ini:

1) Manajemen personalia masih kurang

2) Kelembagaan yang sederhana dan

tanpa prangkat yang memadai

3) sarana prasana yang belum maksimal

4) Pemasaran yang belum optimal

5) Keuangan yang masih rendah

6) produksi yang belum maksimal

Kondisi yang diharapkan:

1) Manajemen personalia yang efektif

2) Kelembagaan yang proporsional dan

fungsional

3) sarana prasana yang memadai

4) Pemasaran yang optimal

5) Keuangan dengan manajemen cash

flow yang baik dan balance

6) produksi yang maksimal dan optimal

Strategi Perubahan:

Proses Rekrutmen personalia, perubahan tata kelola, merumuskan pola dan pendekatan maintenance

sarana dan prasarana dengan biaya murah dan hasil maksimal, meningkatkan produksi melalui perbaikan

pola pelayanan yang maksimal dengan cakupan wilayah pemasaran yang lebih luas dan pelatihan

manajemen pengelolaan BUM Desa untuk pengelola.

Page 105: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

83

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Benete pada tahun 2012 sebanyak 2.095 jiwa,

dengan komposisi penduduk laki-laki 47,43 persen persen dan penduduk

perempuan 52,17 persen persen. Jumlah penduduk angkatan kerja (15-65 tahun)

sebanyak 71,60 persen. Struktur kependudukan yang terjadi di Desa Benete dapat

dikatakan sebagai peluang karena komposisi usia produktif lebih tinggi

dibandingkan usia non produktif. Terdapat banyak angkatan kerja yang dapat

digerakkan untuk mendukung kegiatan ekonomi sesuai dengan potensi ekonomi

Desa. Jumlah penduduk juga berhubungan dengan peluang pasar dan pendapatan

usaha, dengan asumsi jika penduduk dapat ditingkatkan produktifitasnya,

sehingga akan berpengaruh terhadap daya beli.

Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Benete 60,87 km2, tergolong tidak padat dihubungkan

dengan jumlah penduduk (34,42 jiwa/km2). Luas wilayah tersebut tergolong

potensi, dilihat dari alokasi wilayah untuk pertanian dan potensi lainnya yang

dapat dikembangkan. Aspek luas wilayah merupakan peluang yang tinggi dari

BUM Desa Benete dalam menjalankan usaha dan pengembangan masyarakat.

Jaringan Komunikasi antar Dusun

Dusun merupakan sub bagian dari Desa, yang dipimpin oleh kepala dusun.

Dalam struktur organisasi jelas keberadaan kepala dusun, sehingga dipastikan ada

koordinasi antar dusun dan pemberian perintah atau wewenang dari pemerintah

Desa. Desa Benete Komunikasi antar Desa berjalan dengan baik, termasuk dalam

makna penggunaan alat atau aktualisasinya. Desa Benete sebagai salah satu Desa

di lingkar tambang PTNNT mendapatkan nilai manfaat keberadaan prasarana

komunikasi, dalam makna sinyal penggunaan alat komunikasi (HP dan internet)

tergolong sangat baik, sehingga muncul sebagai peluang dengan taraf tinggi.

Prasarana dan Sarana Perhubungan dan Komunikasi

Masyarakat secara umum mempunyai alat komunikasi, termasuk yang

dimiliki oleh BUM Desa Benete. Sarana dan prasarana untuk perhubungan di

internal desa dan eksternal (masyarakat kecamatan dan kabupaten) tergolong

tersedia dengan kriteria yang tinggi. Aspek ini dapat dimasukkan pada aspek

peluang yang tinggi, baik bagi masyarakat itu sendiri dan bisnis atau fungsi yang

dijalan BUM Desa Benete.

Pemasaran Produk Komunitas

Dese Benete mempunyai akses yang mudah, karena tersedianya sarana dan

prasarana, baik untuk perhubungan ataupun aktivitas ekonomi untuk menampung

hasil produksi. Aspek ini dapat dinyatakan snagat luas, bukan hanya pada lingkup

internal desa, tetapi juga sampai taraf regional (kabupaten). Hasil pertanian dapat

dengan mudah dipasarkan, tetapi hasil produksi pertanian dan hasil sektor lainnya

Page 106: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

84

yang masih belum optimal. Masyarakat Desa Benete tidak mempunyai kesulitan

dalam memasarkan produk, karena pasar cukup tersedia dengan mudah dan cepat

diakses. Aspek ini juga muncul sebagai peluang yang dalam pengembangan usaha

produktif masyarakat.

Kelembagaan Sosial

Kelembagaan sosial di Desa Benete cukup banyak, baik yang mempunyai

lembaga formal ataupun informal. Kegiatannya mulai dari keorganisasian untuk

mendukung pemerintah, kesehatan, pendidikan, keseniaan dan budaya serta

peningkatan produktivitas, terutama pada sektor pertanian. Observasi yang

dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa lembaga yang ada telah terjalin hubungan

harmonis satu sama lain. Hubungan yang tidak saling menjatuhkan merupakan

modal sosial untuk memperkuat kerja BUM Desa Benete dalam pemberdayaan

masyarakat. Aspek ini muncul sebagai peluang dalam membangun relasi bisnis

antar lembaga.

Kelembagaan Produksi

Lembaga manufaktur, dalam makna lembaga yang mengubah hasil alam

menjadi produk jadi yang menghasilkan nilai ekonomis yang lebih tinggi, masih

relatif kurang tersedia di Desa Benete. Jumlah dan variasinya masih sedikit

(informasinya pada Tabel 8). Kriteria keberadaan lembaga produksi ini bukan

penghambat, justeru muncul sebagai peluang untuk memperkuat jaringan kerja

kelembagaan dalam komunitas.

Sarana dan Prasarana Pemerintahan

Sarana dan prasarana pemerintahan di Desa Benete sudah menunjukkan

standar layak. Kepemilikan gedung, sarana dan prasarana penunjang kerja

lengkap. Pengelolaan administrasi sudah menggunakan sistem komputer dan telah

berlangsung cukup lama. Pemilikan sarana dan prasarana pemerintahan di Desa

Benete muncul sebagai peluang.

Sosial Budaya

Kondisi empiris sosial budaya Desa Benete relatif berubah, sebgai

implikasi keterbukaan. Fakta ini dapat dilihat dengan berjalannya penambangan

dan berbagai implikasi sosial budaya yang ada, bahkan telah masuk juga budaya

atau cara hidup individu dari luar negeri. Keterbukaan dalam makna positif telah

terjadi, di mana pengaruh yang bersifat positif dapat merubah cara hidup dan

kegiatan sosial ekonomi masyarakat setempat. Budaya yang sifatnya menghambat

pendidikan, pembaharuan dan pengembangan dapat dinyatakan tidak ada,

sehingga sosial budaya ini bukan menjadi penghambat. Seluruh program

pengembangan dan pemberdayaan dapat berjalan dan masuk di Desa Benete, tentu

dengan pola pendekatan yang tepat.

Page 107: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

85

Pola Nafkah Masyarakat dan Prasarananya

Masyarakat Desa Benete umumnya mempunyai mata pencaharian sebagai

petani, tetapi juga telah banyak masyarakat yang bekerja dalam kegiatan

manufaktur, jasa dan perdagangan. Masyarakat Desa Benete bukan masyarakat

pedalaman yang hanya mencari nafkah secara primer. Fakta empiris ini telah

diuraikan, bahkan banyak pengusaha lokal yang telah tumbuh sesuai dengan

keberadaan PTNNT. Peran yang dilakukan oleh masyarakat, selanjutnya adalah

meningkatkan efektivitas dalam setiap pola pencarian nafkah, sehingga taraf

hidup masyarakat mengalami peningkatan.

Sepuluh faktor di atas menjadi faktor eksternal BUM Desa Benete pada

tingkat Desa. Faktor eskternal lain yang dijelaskan adalah pada tingkat regional

dan pusat. Faktor penting yang perlu mendapatkan perhatian adalah keberadaan

PTNNT dan peran yang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat.

Keberadaan PTNNT

Perusahaan tambang taraf global ini telah memberikan sumbangan yang

sangat tinggi terhadap BUM Desa Benete, baik dalam proses pendirian dan

operasionalnya. PTNNT menjadi pencetus pendirian BUM Desa Benete dan

memberikan sumbangan dana yang terus menerus dalam jumlah yang besar, baik

saat awal pendirian dan subsidi per bulan. Subsidi tersebut secara terus menerus,

dari PTNNT menjadi peluang pengembangan usaha. Peran pengelola BUM Desa

sangat menetukan arah pemanfaat peluang tersebut.

PTNNT bukan hanya berperan dari aspek finansial, tetapi juga pemilihan

usaha dan membangun lembaga sosial yang dapat dijadikan penguat ekonomi di

tingkat desa dan kecamatan Maluk. PTNNT melalui fungsi CSR memperkenalkan

kerja antar desa untuk berkoordinasi, mengenali masalah desa dan potensi desa

untuk dikembangkan. Keberadaan PTNNT juga memberikan pengaruh positif

terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat Benete.

Kondisi Regional KSB

Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2003, mendekatkan

pelayanan kepada masyarakat, jika dibandingkan sebelum terjadi pemekaran

daerah otonom. Jarak yang harus ditempuh ke ibu kota Kabupaten (Sumbawa

Besar) lebih dari 160 Km, dengan kondisi sarana transportasi yang sangat terbatas.

Sebagai kabupaten baru terbentuk, maka beberapa perangkat hukum daerah

belum semuanya tersedia. Sampai periode akhir kajian ini tidak ditemukan Perda

KSB yang mengatur mengenai pendirian dan operasional BUM Desa. Kondisi ini

dapat dinyatakan bahwa belum ada dukungan nyata dalam bentuk kebijakan yang

diterapkan oleh pemerintah KSB sebagai upaya memperkuat kelembagaan dan

pembiayaan usaha BUM Desa Benete.

Pemerintah Pusat

Pengaruh pemerintah dilihat dari aspek produk regulasi dan keberpihakan

terhadap pengembangan BUM Desa. Dukungan positif dari regulasi yang ada

Page 108: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

86

yaitu dalam bentuk kekuatan hukum dan potensi pembiayaan. Pemerintah pusat

melalui UU No. 32 Tahun 2004 diperkuat dengan peraturan dan perundangan

yang lain, terakhir UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa. BUM Desa muncul

sebagai salah satu penguat dalam instrumen pemberdayaan ekonomi desa.

Peluang tersebut harus dimanfaatkan dengan maksimal, terlebih dalam amanat

undang-undang akan ada alokasi dana pada kisaran Rp800 juta sampai Rp1,4

miliar per desa. Kondisi ini sebagai peluang pengembangan BUM Desa Benete di

masa yang akan datang, terutama dalam realisasi pemilikan modal oleh

pemerintah Desa minimal 51,00 persen atas total modal BUM Desa.

Melalui penilaian faktor eksternal di atas, diketahui peluang dan

tantangan. Setiap faktor menunjukkan posisi relatif dalam mempengaruhi

pengembangan BUM Desa. Rekapitulasi kondisi faktor eksternal tersebut dapat

dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Matrik evaluasi faktor eksternal BUM Desa Benete tahun 2014

Peluang (Opportunities) – O Tantangan (Threats) - T

1) Dukungan regulasi Pemerintah (UU No. 06

Tahun 2014) terkait BUM Desa

2) Dukungan dari program CSR PTNNT

3) Jumlah penduduk sebagai konsumen

4) Luas wilayah dan potensi SDA

5) Ketersediaan sarana dan perasarana

perhubungan/komunikasi yang memadai

6) Daya beli masyarakat dan permintaan pasar

7) Keberadaan kelembagaan sosial tingkat

komunitas

8) Ketersediaan kelembagaan produksi/usaha

jasa

9) Tersedia sarana dan prasarana pemerintahan

Desa

10) Kondisi sosial budaya yang kondusif

11) Pola nafkah masyarakat dan prasaranya

1) Dukungan regulasi dan pembiayaan

dari pemerintah Daerah dan Desa

2) Keterlibatan pihak swasta yang

belum dikelola dengan baik

3) Minset masyarakat terhadap

program CSR PTNNT

4) Rendah berpartisipasi masyarakat

5) Potensi sumber air terbatas

6) Ketidakpastian keberlanjutan

operasional perusahaan (PTNNT)

karena kesulitan memenuhi syarat

perijinan

Sumber: Data primer yang diolah

Kondisi faktor eskternal BUM Desa Benete, sebagai akumulasi internal

dekat (Desa dan regional) serta jauh (nasional), secara umum menghasilkan

kriteria sebagai peluang. Peluang yang dimunculkan tergolong tinggi, karena

hanya satu faktor yang menjadi penghambat, yaitu kondisi regional KSB yang

belum memberikan dukungan secara regulasi. Kondisi tersebut berimplikasi pada

tidak adanya dukungan finansial dan kebijakan dari pemerintah KSB dalam

mendukung berkembangnya BUM Desa Benete.

Kinerja BUM Desa Benete Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Kinerja atau performa BUM Desa Benete dapat dipandang dari dua sudut,

yaitu laporan bidang usaha dimiliki organisasi dan implikasi dari bidang usaha

tersebut terhadap pengembangan dan aspek lain yang ada dalam makna

pemberdayaan masyarakat. BUM Desa Benete mempunyai tiga bidang usaha,

yaitu pengolahan sampah, pengolahan air bersih dan stand di Pantai Benete.

Page 109: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

87

Kajian secara internal, dalam makna kinerja internalnya secara organisasi

belum dapat dianggap baik. BUM Desa Benete secara keseluruhan belum mampu

mandiri dalam pelaksanaan usaha, terutama pada usaha pengolahan air bersih dan

sampah. Kinerja internal yang masih rendah menjadi salah satu indikasi bahwa

BUM Desa Benete belum mampu berbuat secara maksimal dalam pemberdayaan

masyarakat. Organisasi profit ataupun non profit membutuhkan aliran kas masuk

dalam mengembangan usaha.

Pelayanan yang diberikan pada masyarakat pada usaha pengolahan air

bersih dan sampah masih pada kisaran 92 keluarga dari 504 rumah tangga di Desa

Benete. Masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan dasar dengan baik, yaitu

dalam mendapatkan air bersih dan sampah masing tergolong hanya sebagian kecil

masyarakat 18,25 persen. Masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan dasar

tersebut belum dapat dilayani, karena keterbatasan prasarana yang dimiliki.

Pemberdayaan masyarakat dihubungkan dengan kegiatan usaha, hanya

terjadi pada sembilan orang (8 orang mengelola warung makan di pantai Benete).

Implikasi pemberdayaan ekonomi dalam wujud pembuatan unit usaha baru (kerja

produktif) masih tergolong sangat minim. Konteks ini muncul dari kajian empiris

berdasarkan observasi dan dokumentasi yang dimiliki oleh BUM Desa Benete

dalam menjalankan usaha. Berdasarkan fakta ini dapat dinyatakan bahwa kinerja

BUM Desa Benete masih tergolong minim.

BUM Desa Benete tidak mengarahkan kegiatan lain, penggalian potensi

ekonomi pada bidang pertanian, manufaktur untuk pengolahan hasil primer

(pertanian dan hutan) belum terjadi. Kerja yang mengarah pada perubahan

perilaku produktif tidak menjadi perhatian pengelola BUM Desa Benete.

Cross check temuan tersebut dilakukan melalui wawancara dengan

masyarakat. Wawancara dilakukan dengan beberapa informan di setiap dusun.

Hasil wawancara yang diperoleh relatif sama, bahwa keberadaan dan usaha BUM

Desa Benete telah dapat dinikmati oleh masyarakat, meskipun beberapa

pelanggan akhirnya berhenti karena kecewa dengan pelayanan pengelola.

Beberapa diantaranya sebagai berikut:

“...di rumah saya belum sampai pipa air bersih... saya tahu

usahanya, yaitu mengangkut sampah, air bersih dan usaha di Pantai

Benete...hanya itu. Orang yang bekerja di BUM Desa Benete

paling merasakan manfaat karena mendapatkan gaji. Airnya

kurang lancar dan terkadang keruh. Lebih baik dari air sumur bor

tetangga saya. Tetapi membuat sumur bor sangat mahal dan

kedalam air cukup dalam” (DM, 25/07/2014).

“kami yang tinggal di sekitar pantai sangat butuh air bersih....yang

tinggal di kampung sana tentu tidak sama perasaannya dengan

kami...sangat membantu dalam memperoleh air bersih, jadi kami

bisa mengerjakan pekerjaan yang lain” (AMN, 29/07/2014).

“saya tidak dapat mengandalkan usaha air dari BUM Desa

Benete... lebih baik saya membuat sumur bor sendiri... saya yakin

kalau berhenti newmont berhenti sudah usaha ini... lebih bagus kita

siapkan diri (ibu WT, 29/09/2014).

Page 110: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

88

Masyarakat memberikan penilaian bahwa air bersih sangat dibutuhkan

oleh masyarakat, begitu juga dengan pengangkutan sampah. Kinerja BUM Desa

Benete dalam pemberdayaan hanya pada konteks pemenuhan kebutuhan dasar,

dalam bentuk penyediaan air bersih dan pelayanan pengangkutan sampah dengan

iuaran terjangkau. Meskipun dalam prakteknya belum maksimal, yaitu belum

menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Pemberdayaan dalam makna peningkatan

taraf hidup, kemampuan lebih dalam menjalankan aktivitas ekonomi tidak

menjadi perhatian pengelola.

Kerja pemberdayaan secara tidak langsung melalui penguatan ekonomi

Desa juga tidak terjadi. Informasi dari BUM Desa Benete ada aliran kas ke Desa,

tetapi telusur dalam APBDes Benete tidak terdapat aliran kas masuk yang

bersumber dari BUM Desa Benete. Fakta ini dapat dinyatakan bahwa BUM Desa

Benete dalam menggerakkan ekonomi Desa, secara langsung dan tidak langsung

belum berjalan.

Berdasarkan pengamatan dan analisis data, kinerja BUM Desa yang

kurang maksimal lebih disebabkan oleh maindset pengelolanya yang tidak

konstruktif dan visioner. Keberdaan BUM Desa harus dikelola dengan baik agar

menghasilkan keuntungan dan memberikan nilai tambah bagi pengelolanya dalam

bentuk gaji atau tunjangan yang akan terus meningkat seiring pertambahan

keuntungan dari hasil usaha. Begitu juga dengan stakeholder lainnya, harus

melihat bahwa kontribusi mereka dalam penguatan BUM Desa sebagai unit bisnis

dan pelayanan sosial memiliki potensi keuntungan yang besar. Usaha yang

dikembangkan BUM Desa jika dikelola dengan baik tentu akan meningkatkan

produktifitas dan pencitraan yang baik pula. Berikut gambaran potensi usaha yang

dijalankan oleh BUM Desa Benete yang dihubungkan dengan manfaat bagi

stakeholder yang melingkupinya (Gambar 14).

Gambar 23 Potensi Usaha dan Hubungan dengan Kepentingan Stakeholder

Pengelolaan air Bersih, Sampah yang baik dan

Pariwisata pantai

PTNNT

Masyarakat

BUM Des

Benete

PEMDES

Benete

Page 111: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

89

Gambar 14, tersebut di atas terlihat jelas bahwa jika usaha pengelolaan air

bersih, jasa pengangkutan sampah dan fasilitas pariwisata pantai Benete dikelola

secara optimal, maka akan memberikan manfaat bagi semua pihak. Meskipun

pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder berbeda tetapi harus

menciptakan sinergi untuk terwujudnya kemandirian lembaga dan pemberdayaan

masyarakat. Pembagian daya dalam wujud sinergisitas antar stakeholder tidak

akan menghilangkan manfaat bagi pemberi daya. Terkait kondisi tersebut,

Nasdian (2014) menyatakan bahwa sebaliknya yang berlaku pada sisi dimensi

generatif, daya (kuasa) dapat bersifat positive-sum, artinya pemberi daya pada

pihak lain dapat meningkatkan daya sendiri. Apabila daya suatu unit sosial secara

keseluruhan meningkat, semua anggotanya dapat menikmati bersama-sama.

Pada kasus pengelolaan program air bersih, pengangkutan sampah dan

pengelolaan fasilitas pantai Benete oleh BUM Desa, maka pihak PTNNT

mendapatkan manfaat dari sisi pencitraan yang baik karena masyarakat sekitar

terbantu (terberdaya). Demikian pula dengan Pemerintah Desa dan masyarakat

serta pengelola BUM Desa itu sendiri akan merasakan manfaat dari sisi ekonomi

dan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar. Kondisi ini akan tetap berlanjut jika

terjadi pergeseran tingkat pengaruh (daya) dimana masyarakat, pengurus dan

Pemerintah Desa tidak berada pada posisi kepentingan tinggi, melainkan juga

memiliki pengaruh (daya) yang tinggi pula. Implementasinya yaitu melalui

partisipasi aktif, dengan penerapan hak dan kewajibannya secara konsisten.

Partisipasi masyarakat diharapkan lebih meningkat, tidak saja dalam bentuk

pembayaran iuran atas pelayanan jasa yang didapatkan melainkan dapat

berkontribusi dalam penambahan aset dan modal bagi BUM Desa. Bentuk

penggambungan aset didalam usaha BUM Desa bisa berupa modal kerja atau

peralatan produksi. Perhitungan bagi hasil dapat diatur dalam Anggaran Dasar

/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) BUM Desa.

Untuk mencapai tujuan kemandirian kelembagaan dan pemberdayaan

masyarakat, maka peran yang diharapkan dari keberpihakan Pemerintah Desa

terhadap pengembangan BUM Desa adalah dalam bentuk penganggaran biaya,

pendampingan dan perlindungan secara hukum atas usaha-usaha yang dijalankan

melalui penguatan aturan pada level regulasi Desa (PerDes). Sedangkan

partisipasi yang diharapkan dari pengelola adalah komitmen untuk memberikan

kinerja terbaik dalam meningkatkan peran BUM Desa secara sosial maupun

secara ekonomi dalam arti memberikan keuntungan finansial bagi BUM Desa.

Dalam hal ini, Nasdian (2014), menyatakan bahwa memperkuat kelembagaan

komunitas merupakan tahap awal untuk menuju kepada partisipasi

Page 112: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

90

Page 113: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

91

7 STRATEGI PENGELOLAAN BUM DESA BENETE

YANG BERKELANJUTAN DALAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Sebagai badan usaha yang pembentukannya datang dari partisipasi banyak

pihak, maka perlu dilakukan pemetaan para pihak (stakeholder) kunci atas dasar

tingkat berpengaruh dan berkepentingannya terhadap BUM Desa Benete.

Stakeholder yang mempunyai kepentingan tinggi atas keberadaan BUM Desa

Benete adalah masyarakat, pemerintah, pengelola dan PTNNT (swasta).

Keterlibatan PTNNT dalam pengembangan BUM Desa adalah untuk memastikan

keberlanjutan program pengembangan masyarakat, dimana terdapat tiga bidang

usaha yang dikelola dengan menggunakan wadah BUM Desa.

Masih dominannya peran PTNNT ditunjukkan dengan tingginya

ketergantungan BUM Desa atas dana subsidi untuk biaya operasional usaha. Hal

ini disebabkan karena belum adanya interpensi pembiayaan dari sumber lain. Pada

kondisi ini, pihak PTNNT harus dapat menggerakkan stakeholder yang lain untuk

mempunyai kepentingan agar BUM Desa Benete dapat tumbuh menjadi lembaga

yang mandiri. Penegasan ini diperlukan, karena PTNNT mempunyai peran,

kepentingan dan pengaruh yang dominan. Satu sisi stakeholder yang lain masih

perlu diupayakan lebih maksimal dalam membentuk kepentingan, peran dan

pengaruhnya atas keberadaan dan bisnis BUM Desa Benete.

Konflik kepentingan antar stakeholder yang terlibat dalam pengembangan

BUM Desa tidak ditemukan termasuk dengan organisasi lain yang ada di Desa

Benete. Kondisi ini dapat dijadikan peluang, dengan menjalankan koordinasi kerja

dengan semua pihak. PTNNT melalui fungsi CSR tidak dapat bekerja secara

sendiri, tetapi bagaimana menggunakan seluruh sumber daya dan bersinergi

dengan stakeholder yang lain, bukan hanya pada pemberian pelayanan dasar,

tetapi yang lebih penting adalah mengubah minset terhadap arah pemberdayaan

teraktualisasi dalam prilaku produktif. Perhatian diberikan pada peran dan

kepentingan PTNNT, karena sebagai pihak yang mempunyai kemampuan sumber

daya yang tinggi lebih tinggi. Bagaimana kerja tersebut diarahkan, termasuk peran

dari stakeholder lainnya, maka perlu dilakukan pendekatan atas dasar konsep dan

teori pemberdayaan-pengembangan masyarakat yang ada.

Tahapan strategi pengelolaan BUM Desa diawali dengan perumusan strategi.

Perumusan strategi merupakan sebuah proses memilih pola tindakan utama dalam

mewujudkan visi organisasi (BUM Desa). Adapun tahapan utama perumusan

strategi menurut Tripomo (2005) yaitu: (1) analisis arah, yaitu untuk menentukan

visi, misi dan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai organisasi; (2) analisis

situasi, yaitu tahapan untuk membaca situasi dan menentukan kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang menjadi dasar perumusan strategi; (3)

penetepan strategi, yaitu tahapan untuk identifikasi alternatif dan memilih strategi

yang akan dijalankan organisasi.

Sebagai pertimbangan dalam pengelolaan BUM Desa, dengan

memposisikan sebagai organisasi bisnis (mencari laba) dan sosial (kesejahteraan

masyarakat), maka penerapan strategi harus bersifat khusus, dengan cara

mereduksi konsep strategi dalam organisasi bisnis dan organisasi publik.

Berdasarkan konsep proses manajemen strategi yang dikembangkan oleh

Page 114: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

92

Robinson dan Pearce (1997), maka dapat disederhanakan dalam kerangka konsep

proses manajemen strategi BUM Desa seperti ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 24 Proses manajemen strategi BUM Desa

Penentuan visi dan misi merupakan langkah awal dalam proses perencanaan,

sedangkan penentuan tujuan mengikuti formulasi strategi (David 2009). Ketiga

komponen tersebut mempunyai hubungan yang saling menunjang serta

mempunyai peran dalam pelaksanaan perencanaan strategi. Visi merupakan suatu

pernyataan niat yang dirumuskan dengan seksama yang menetapkan tujuan atau

keadaan masa depan yang secara khusus digunakan oleh seseorang atau

sekelompok. Menurut David (2009) visi adalah pernyataan masa depan yang

mungkin dan didambakan oleh kelompok. Visi diperlukan untuk memotivasi

tenaga kerja secara efektif, visi bersama menciptakan perhatian bersama yang

dapat mengangkat pekerja dari kebosanan kerja sehari-hari dan menempatkan

mereka ke dunia baru yang penuh peluang dan tantangan.

Misi adalah tujuan atau alasan mengenai keberadaan organiasi, dalam misi

badan usaha yang ditetapkan apa yang ingin atau akan dicapai oleh badan usaha

tersebut. Misi ini mencakup tipe, lingkungan atau karakteristik yang dikerjakan

oleh badan usaha, harapan dan keinginan yang ingin dicapai (Jauch dan Gleueck

1999). Sedangkan menurut David (2009) misi akan lebih berkaitan dengan

tingkah laku masa kini. Misi merupakan pernyataan alasan keberadaan suatu

kelompok, pernyataan misi mengungkapkan misi jangka panjang dari suatu

kelompok dalam arti kelompok ingin menjadi seperti apa dan siapa yang ingin

dilayani.

Visi dan misi merupakan motivator dalam kelompok terutama tenaga kerja.

Misi adalah pernyataan tentang bisnis yang dijalankan oleh kelompok. Visi

biasanya dapat membangkitkan semangat. Misi dapat memastikan kebulatan

tujuan dalam kelompok, menyediakan standar untuk mengalokasikakan

Evaluasi visi

dan misi BUM Desa

Menganalisis

Lingkungan

External

Menganalisis

Lingkungan

Internal

Mengidentifikasi

Faktor Startegis

Peluang Ancaman

Mengidentifikasi

Faktor Strategis Kekuatan

Kelemahan

Pemberdayaan

Masyarakat dan pemasukan bagi

PADes

Menyusun/

merumus-kan

strategi

Mengimle-

mentasikan

Strategi

Analisis

SWOT

Evaluasi dan

Pengendalian Umpan balik

Page 115: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

93

sumberdaya kelompok dan berfungsi sebagai titik pusat bagi individu dalam

menyelaraskan diri dengan tujuan dan arah kelompok.

Tujuan merupakan hasil akhir dari suatu kreatifitas atau kinerja. Tujuan

menyatakan secara tegas apa saja yang akan dicapai dan kapan serta berapa yang

harus dicapai. Tujuan badan usaha umumnya meliputi profitabilitas, efektivitas,

efisiensi, pertumbuhan, kesejahteraan, pemanfaatan sumberdaya secara penuh,

reputasi, kontribusi kepada karyawan melalui program kesejahteraan karyawan,

kepemimpinan pasar, dan mempunyai keunggulan kompetitif yang tinggi.

Perumusan Strategi Inti

Berdasarkan hasil analisis stakeholder dan evaluasi kondisi internal dan

eksternal BUM Desa Benete, maka selanjutnya dilakukan perumusan alternatif

strategi. Penyusanan strategi dan rencana aksi merupakan langkah awal dalam

menentukan arah perbaikan operasional dan kelembagaan dalam mencapai tujuan.

Strategi merupakan ilmu dan seni dalam memanfaatkan sumber daya yang ada

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Kolopaking et. al 2013).

Goldworthy dan Ashley (1996) mengusulkan tujuh aturan dasar dalam

merumuskan suatu strategi sebagai berikut: (1) Harus menjelaskan dan

menginterpretasikan masa depan, tidak hanya masa sekarang; (2) Arahan

strategi harus bisa menentukan rencana dan bukan sebaliknya; (3) Strategi

harus berfokus pada keunggulan kompetitif, tidak semata-mata pada

pertimbangan keuangan; (4) Harus diaplikasikan dari atas ke bawah, bukan dari

bawah ke atas; (5) Strategi harus mempunyai orientasi eksternal; (6) Fleksibilitas

adalah sangat esensial; dan (7) Strategi harus berpusat pada hasil jangka panjang.

Perumusan strategi merupakan sebuah proses memilih pola tindakan utama

dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan BUM Desa Benete. Berikut pernyataan

terkait visi, misi dan tujuan BUM Desa Benete:

Visi:

Menjadi mitra pemerintah desa dalam membangun penguatan ekonomi desa untuk

menciptakan masyarakat sesejahtra dan berdaya saing.

Misi:

1) membentuk lembaga wirausaha melalui UKM dan pembinaan ekonomi

kreatif;

2) pelibatan pemuda dalam program ekonomi kreatif melalui peningkatan

skill dan profesionalisme kewirausahaan;

3) menciptakan lapangan kerja melalui pembentukan unit usaha baru

berdasarkan potensi desa;

4) meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan kebutuhan

dasar dengan harga terjangkau.

Tujuan:

Pembentukan BUM Desa Benete bertujuan untuk menjalan misi pengembangan

masyarakat melalui pengelolaan bidang usaha yang melayani kebutuhan dasar

Page 116: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

94

masyarakat dengan mempertimbangkan aspek pemberdayaan masyarakat dan

aspek bisnis untuk mencapai kemandirian lembaga serta dapat berkontribusi bagi

pendapatan keuangan Desa.

Penyusunan strategi dilakukan melalui forum FGD untuk pengumpulan

data sebagai masukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and

Threats), yang merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor kritis

dalam suatu organisasi dengan sistimatis dalam rangka merumuskan berbagai

strategi. Metode Analisa ini didasarkan pada logika untuk dapat memaksimalkan

kekuatan (strength) dan memanfaatkan peluang (opportunities), dengan secara

bersamaan juga dapat meminimalkan dampak kelemahan (weaknesses) dan

mengantisipasi ancaman (threats) (Rangkuty 2011).

Dari hasil analisis matrik SWOT (Lampiran 2), diperoleh beberapa rumusan

strategi yaitu:

A. Strategi S-O (Strength – Opportunity), yaitu dengan menggunakan

kekuatan internal yang ada untuk memanfaatkan peluang eksternal, dalam

upaya mengembangankan kelembagaan BUM Desa untuk meningkatkan

pendapatan dan berkontribusi bagi pemasukan PADes Desa Benete.

Rumusan strategi S-O untuk BUM Desa Benete adalah:

1) Meningkatkan aktivitas bisnis/usaha melalui pemanfaatan potensi desa

dan peluang pasar.

2) Tingkatkan mutu pelayanan dan merubah pola pendekatan terhadap

konsumen.

3) Menambah unit usaha pada bidang usaha yang melayani kebutuhan

pokok masyarakat.

4) Perkuat kapasitas organisasi dengan mengoptimalkan pemanfaatan

bantuan dana dan fasilitas usaha dari PTNNT.

B. Strategi W-O (Weaknesses – Opportunities), yaitu dengan memanfaatkan

peluang yang muncul, untuk mengatasi kelemahan dalam rangka

mengembangkan kelembagaan BUM Desa dalam mewujudkan

pemberdayaan masyarakat berkelanjutan. Rumusan strategi W-O untuk

BUM Desa Benete adalah:

1) Meningkatkan kapasitas SDM melalui pelatihan keterampilan dan

motivasi kerja.

2) Menyusun struktur organisasi yang menyesuaikan bidang usaha

dengan mempertimbangkan kualifikasi dan kinerja individu personel

yang akan ditempatkan pada posisi tersebut.

3) Menetapkan rencana strategi berdasarkan pernyataan visi misi BUM

Desa Benete secara lebih operasional.

C. Strategi S-T (Strength – Threats), yaitu dengan menggunakan kekuatan

yang ada untuk mengatasi ancaman potensial, yang dapat menghambat

pengembangan kelembagaan BUM Desa dalam mewujudkan

pemberdayaan masyarakat berkelanjutan. Rumusan strategi S-T untuk

BUM Desa Benete adalah:

1) Menetapkan aturan Desa yang mendorong pelibatan masyarakat dalam

penguatan BUM Desa dan pengelolaan usaha produktif.

Page 117: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

95

2) Memilih teknologi pengolahan air bersih yang efektif dan bangun

kerjasama dengan Desa lain untuk mengelola sumber air secara

bersama.

D. Strategi WT (Weaknesses - Threats), yaitu upaya mengurangi kelemahan

internal serta menghindari ancaman eksternal dalam rangka

mempertahankan kelembagaan BUM Desa sebagai pengerak kegiatan

pemberdayaan masyarakat berkelanjutan. Rumusan strategi W-T untuk

BUM Desa Benete adalah:

1) Mendorong pemerintah agar menerbitkan PERDA untuk pembinaan

dan pembiayaan pengembangan BUM Desa.

2) Mencari sumber alternatif pembiayaan baru dan membangun jaringan

usaha dengan lembaga lain diluar komunitas.

Rumusan Strategi Pengelolaan BUM Desa Benete

Rumusan strategi yang didapatkan dari analisis SWOT tersebut, masih

bersifat umum dan belum dapat dioperasionalkan. Pilihan strategi yang menjadi

prioritas disesuaikan berdasarkan tingkat urgensi, dengan kebutuhan operasional

dan kemampuan sumberdaya internal BUM Desa, rancangan strategi dan program

aksi pada lampiran 3.

Adapun pilihan strategi utama pada masing-masing bidang sasaran adalah

sebagai berikut:

A. Alternatif strategi penguatan kapasitas kelembagaan BUM Desa Benete

adalah:

a) Menyusun rencana strategis pengembangan usaha BUM Desa

berdasarkan visi dan misi BUM Desa Benete dalam bentuk operasional

pada bidang usaha yang dikelola;

b) Meningkatkan kemampuan personel dalam pengelolaan BUMDes

Benete;

c) Memperbaiki pola pelayanan terhadap konsumen; dan

d) Memperkuat seluruh potensi internal BUMDes Benete.

B. Alternatif strategi untuk keberlanjutan bidang usaha pengelolaan air bersih

adalah:

a) Menjalin kemitraan dengan PDAM KSB dalam meningkatkan

keterampilan tehnis dan manajemen pengelolaan air bersih; dan

b) Memperbaiki jaringan distribusi, mesin, unit pengolahan air untuk

menekan biaya operasional dan menciptakan efesiensi anggaran.

C. Alternatif strategi untuk keberlanjutan bidang usaha pengelolaan

pengangkutan sampah dan kebersihan lingkungan adalah:

a) Usaha pengelolaan sampah/kebersihan lingkungan perlu pendekatan lebih

kreatif dengan menerapkan konsep reduce, reuse dan recycle yang

dilakukan melalui kerjasama dengan pihak luar untuk memberikan nilai

tambah bagi keuangan BUM Desa; dan

b) Mengurangi biaya opeasional truk sampah dengan sistim penempatan bak

sampah komunal. Sampah dikumpulkan dari tempat tinggal pelanggan

dengan menggunakan gerobak sampah. Selanjutnya dilakukan pemisahan

Page 118: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

96

pada jenis sampah plastik dan metal dengan sampah jenis organik.

Pengangkutan sampah ke TPA menggunakan truk sampah.

D. Alternatif strategi untuk keberlanjutan bidang usaha pengelolaan pariwisata

Pantai Benete adalah:

a) Diferensiasi usaha melalui kerjasama dengan pihak luar untuk menambah

fasilitas bermain dan hiburan dengan pembagian hasil yang tidak

merugikan BUM Desa; dan

b) Mendorong kontribusi Pemda dalam penataan dan promosi wisata pantai

Benete.

Page 119: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

97

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1) Hasil analisis terhadap stakeholder yang terlibat pada proses pendirian dan

operasional BUM Desa, menunjukkan bahwa PTNNT dan Kepala Desa

merupakan stakeholder utama yang memiliki pengaruh dan kepentingan tinggi.

Masyarakat dan pengelola berada pada kategori stakeholder sekunder yang

memiliki pengaruh rendah tetapi kepentingan tinggi. Pemerintah Desa dan

Pemerintah Kabupaten memiliki pengaruh tinggi tetapi belum berperan

sebagaimana amanat regulasi dalam memperkuat kelembagaan BUM Desa.

2) Hasil analisis faktor internal dan eksternal BUM Desa, menunjukkan bahwa

kapasitas SDM Pengelola menjadi faktor kelemahan. Keberadaan regulasi dari

pemerintah pusat menjadi peluang, serta ketersediaan sarana dan fasilitas

usaha menjadi keunggulan. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam

membayar iuran merupakan faktor penghambat bagi keberlanjutan usaha.

3) Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat

berkelanjutan adalah; (1) meningkatkan partisipasi masyarakat; (2) penguatan

kemampuan pengelola;dan (3) perbaikan pada tata kelola bidang usaha

pengolahan air bersih dan pengangkutan sampah serta pengelolaan fasilitas

wisata Pantai Benete.

Saran

1) Stakeholder dapat memberikan kontribusi maksimal dengan komitmen yang

tinggi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi masing-masing.

Masyarakat sebagai sasaran utama program pemberdayaan hendaknya tidak

menjadi penerima/konsumen tetapi dapat berkontribusi dalam

mengembangkan usaha BUM Desa melalui partisipasi aktif sesuai kewajiban

dan tanggung jawab yang telah disepakati. Pemerintah Desa dan Kecamatan

hendaknya lebih pro aktif melakukan koordinasi dengan SKPD terkait untuk

mendapatkan dukungan regulasi dan pembiayaan dari anggaran daerah dalam

pengembangan usaha BUM Desa.

2) Untuk meningkat produktifitas, personel BUM Desa Benete perlu diberikan

pelatihan dan kemungkinan pergantian personel dapat dilakukan dengan

mempertimbangkan indikator kinerja lembaga dan kompetensi individu.

Fakta sarana dan prasarana yang dikelola BUM Desa Benete adalah bantuan

dari PTNNT kepada masyarakat. Kondisi ini masih abstrak sehingga perlu

kejelasan status sehingga menjadi bagian dari asset BUM Desa.

3) Strategi pemilihan untuk bidang usaha baru perlu menjadi pertimbangan

dengan melihat faktor potensi Desa dan kebutuhan pasar. Pilihan usaha yang

dilakukan sifatnya adalah padat karya, bukan padat modal dan

memprioritaskan pada kegiatan ekonomi produktif masyarakat.

Page 120: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

DAFTAR PUSTAKA

Albrecht, K. 1995. Pengembangan Organnisasi. Bandung [ID]: Angkasa. Anonim. 2006, Warta Intra Bulog; Evaluasi : Refleksi Internal. Jakarta: No. 11-

12/Th.XXXII/Nov-Des.2006. Astika, Sudhana K. 2010. Budaya Kemiskinan Di Masyarakat:Tinjauan Kondisi

Kemiskinan Dan Kesadaran Budaya Miskin Di Masyarakat. Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. I No. 01. 20-26.

Budiman, SHR., dkk.1989. Business Policy & Strategic Management. Jakarta: Karunika.

David. 2006. Manajemen Strategik. Jakarta [ID]: PT Prenhallindo. David. 2009. Strategic Management: Manajemen Strategis Konsep. Edisi kedua

belas. Jakarta [ID]: Salemba Empat. Departemen Pendidikan Nasional - Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan

(PKDSP). 2007. Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Malang: Universitas Brawijaya.

Dubois O. 1998. Capacity to manage role changes in forestry. Introducing the 4Rs framework. Forest Participation Series No. 11, IIED, London.

Friedman, A.L. and S. Miles. 2006. Stakeholders. Theory and Practice. OXFORD University Press.

Hancock, B. 2002. An Introduction to Qualitative Research. Trent Focus Group. University of Nottingham.

Hayami Yujiro, Masao Kikuci, Asian Village Economy at the Crossroads. University of Tokyo Press, 1981.

Ife, Jim dan Frank Tesoriero. 2006. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Jauch L, Glueck. 1999. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta [ID]: Penerbit Erlangga.

Kadir A, S.A.Awang, R.H. Purwanto dan E.Poedjirahajoe. 2013. Analisis Stakeholder Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Provinsi Sulawesi Selatan (Stakeholder Analysis of Bantimurung Bulusaraung National Park Management, South Sulawesi Province). J. Manusia Dan Lingkungan, Vol. 20, No.1, Maret. 2013: 11 –21.

Kanuk L L dan Schiffman, L. 2008. Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Indeks. Kolopaking LM et al, 2013. Desain Pengembangan Kawasan Minapolitan

Percontohan Berbasis Industri Rumput Laut Kabupaten Sumbawa Barat. PSP3-IPB. Kotler, Philip, 2003, Marketing Management, 11th Edition, New Jersey:

Prentice Hall Int’l. Mubyarto.1999. Memacu Perekonomian Rakyat; Metedologi Kaji Tindak

Partisipatif. Yogyakarta: Aditya Media. Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Sistem Pelipat

ganda Kinerja Perusahaan. Jakarta: SalembaEmpat. Nasdian, FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia. Osborne, David dan Peter Plastrik. 1997. Banishing Bureaucracy: The Five

Strategies for Reinventing Government. www.consultci.com/book_reviews/Banashing Bureaucracy.html.

Page 121: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

99

Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Bandung [ID]: Fokusmedia.

______. 2005. Peraturan Pemerintah RI No. 72 Tahun 2005 tentang Desa. Jakarta. ______. 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010. Jakarta. ______. 2014. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2014. Jakarta. ______. 2014. Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 tentang Pemerintah Desa.

Jakarta [ID]: sekretaris Negara. ______. 2015. Peraturan Menteri Desa No. 4 Tahun 2015. Jakarta. Prasojo, Eko. 2003. Hasil penelitian: Pola dan mekanisme Pemberdayaan

Masyarakat di DKI Jakarta. Pusat Kajian Strategi Pembangunan dan Politik (PKSPSP) FISIP UI.

Rangkuty, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia.

Robinson BR, Pearce AJ. 1997. Manajemen Strategik; Formulasi, Implementasi dan Pengendalian Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara.

Salam DS. 2001. Otonomi Daerah dalam Perspesktif Lingkungan, Nilai dan Sumber Daya. Jakarta: Djambatan.

Salam, Md. Abdus and T. Noguchi. 2006. Evaluating Capacity Development for Participatory Forest Management in Bangladesh Sal Forests Based on 4Rs Stakeholder Analysis. Forest Policy and Economics 8 (2006) 785–796. doi:10.1016/j.forpol.2004.12.004.

Schuler, Jackson. 2001. Manajemen Suber Daya Manusia Menghadapi Abad ke-21, jilid 2, edisi keenam. Jakarta [ID]: Penerbit Erlangga.

Sitorus M. T. Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan. Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial untuk Laboratorium Sosiologi, Antropologi, dan Kependudukan, Jurusan Sosial-Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soekanto S. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta [ID]: PT Raja Grafindo Persada.

Soetomo. 2011. Pemberdayaan Masyarakat; Mungkinkah Muncul Antitesisnya? Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sondakh W. Lucky. 2003. Globalisasi & Desentralisasi; Perspektif Ekonomi Lokal. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV. Alfabeta.

Suharto E. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran, Bandung: LSP-STKS.

Suharto E. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama, PT.

Tjiptono F. 2002. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset. Tripomo TU dan. 2005. Manajemen Strategi. Bandung: Rekayasa Sains. Vishal S, Rachma S. 2011. Experiential Marketing: A Contemporary Marketing

Mix. International Journal of Management and Strategy. Vol. I. No. 11. Wasistiono S. 2003. Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah, CV. Fokus

Media, Jakarta. Woolcock M. 2001. The Place of Social Capital in Understanding Social and

Economic Outcome. Canadian Journal of Policy Reserach. Vol 2 (1), page 1-27.

Page 122: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

100

Lampiran 1. Analisis peran, pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam pembentukan dan operasional BUM Desa Benete

No Faktor

Analisis

Stakeholder

Analisis Keterlibatan PTNNT

Pemerintah

Desa Benete Pemerintah Daerah KSB

Pengurus

BUMDes

Masyarakat/

Konsumen

A. Peran

1) Pembentuk

cikal bakal

BUMDes

Benete

2) Memberikan

modal

3) Membangun

fasilitas umum /

aset usaha

4) Penguatan

kapasitas

kelembagaan

BUMDes

1) Fasilitator

dalam

kegiatan

pembentukan

2) Memfasilitasi

kemitraan

antar lembaga

3) Merekomenda

sikan pengurus

dan membuat

SK

4) Sosialisasi

1) Bimbingan dan

pelatihan pengurus

2) Memfasilitasi

kemitraan antar

lembaga

1) Mengelola

organisasi

2) Merumuskan misi

dan arah organisasi

3) Menyusun

program kerja dan

penggaran

4) Melakukan

evaluasi dan

perbaikan kinerja

1) Sebagai

konsumen/

pengguna

2) Pembentukan

usaha baru

3) Menciptakan

kondisi kondusif

bagi

keberlanjutan

investasi dunia

usaha

Pihak PTNNT, Pemerintah Desa,

Pengurus dan masyarakat/pelanggan

sudah menjalankan peran sesuai

fungsinya sedangkan pihak Pemda

KSB belum menunjukkan peran

nyata.

B. Pengaruh

1) Penentu pilihan

bentuk lembaga

dan bisnis

BUMDes

2) Bantuan biaya

operasional

1) Membuat

regulasi

2) Koordinasi

lintas lintas

stakeholder

pada level

Desa

3) Penganggaran

melalui

APBDes

1) Membuat regulasi

2) Koordinasi lintas

lintas stakeholder

pada level

Kabupaten

3) Penganggaran

melalui APBD

1) Menggerakkan

organisasi

2) Kinerja organisasi

1) Partisipasi dalam

membayar iuran

dan membayar

jasa pelayanan

Stakeholder yang telah menggunakan

pengaruhnya yaitu; PTNNT,

Pengurus dan masyarakat (sebagian

kecil). Sedangkan pemerintah Daerah

dan Desa belum menggunakan

pengaruhnya secara nyata dalam

pengembangan BUMDes Benete.

C. Kepentinga

n

1) Menjalankan

kebijakan CSR

untuk

mendapatkan

lisensi sosial

2) Pemberdayaan

masyarakat.

1) Pemasukan

bagi PADes

2) Pemberdayaan

masyarakat

3) Menjalankan

amanat

regulasi/UU

Pemerintah

1) Pemasukan bagi

PAD

2) Pemberdayaan

masyarakat

3) Menjalankan amanat

regulasi/UU

Pemerintah

1) Kepentingan

sebagai salah satu

tempat bekerja

2) Mendapatkan gaji

1) Mendapatkan

pelayanan

dengan biaya

terjangkau.

2) Program

pemberdayaan

masyarakat

Satakeholder yang telah memenuhi

kepentingannya yaitu; PTNNT,

Pengurus BUMDes dan masyarakat.

Sedangkan Pemerintah Daerah dan

Desa belum memenuhi

kepentingannya terutama pada

imlementasi amanat regulasi.

Page 123: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

101

Lampiran 2: Matrik Analisis SWOT BUM Desa Benete untuk peningkatan kapasitas kelembagaan dan pengembangan unit usaha dalam

mewujudkan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan.

Kekuatan (Strength) - S

1. Tersedia sarana dan prasarana usahayang memadai

2. BUMDes telah dikenal luas oleh masyarakat

3. Cukup tersedia fasilitas perkantoran dan pelayanan administrasi

4. Bidang usaha yang dikelola melayani kebutuhan dasar

masyarakat

5. Produk mudah dipasarkan

Kelemahan (Weaknesses) – W

1. Kapasitas SDM pengelola rendah

2. Kinerja personal tidak berkontribusi terhadap pendapatan BUM Desa

3. Tidak ada jobdescription masing-masing pengelola

4. Kurangnya kinerja dalam mengembangkan usaha 5. Belum ada kejelasan visi dan misi organisasi

6. Struktur organisasi belum ideal

7. Kinerja keuangan tidak seimbang antara pemasukan dibanding biaya

8. Lemah dalam manajemen administrasi

9. Mengandalkan sumber biaya hanya dari subsidi PTNNT 10. Tidak ada jaringan kerja dengan lembaga lain

11. Unit produksi sudah tua dan biaya operasional tinggi.

Peluang (Opportunities) – O

1. Dukunganregulasi Pemerintah (UU No. 06 Tahun 2014) terkait

BUM Desa

2. Dukungan dari program CSR PTNNT

3. Jumlah penduduk sebagai konsumen

4. Luas wilayah dan potensi SDA

5. Ketersediaan sarana dan perasarana perhubungan/komunikasi yang memadai

6. Daya beli masyarakat dan permintaan pasar

7. Keberadaan kelembagaan sosial tingkat komunitas

8. Ketersediaan kelembagaan produksi/usaha jasa

9. Tersedia sarana dan prasarana pemerintahan Desa

10. Kondisi sosial budaya yang kondusif

11. Pola nafkah masyarakat dan prasarananya

Strategi S-O

1. Meningkatkan aktivitas bisnis/usahamelalui pemanfaatan potensi

desa dan peluang pasar

2. Tingkatkan mutu pelayanan dan merubah pola pendekatan terhadap konsumen

3. Menambah unit usaha pada bidang usaha yang melayani

kebutuhan pokok masyarakat. 4. Perkuat kapasitas organisasi dengan mengoptimalkan

pemanfaatan bantuan dana dan fasilitas usaha dari PTNNT.

Strategi W-O

1. Meningkatkan kapasitas SDM melalui pelatihan

keterampilan dan motivasi kerja

2. Menyusun struktur organisasi yang menyesuaikan bidang usaha dengan mempertimbangkan kualifikasi dan kinerja

individu personel yang akan ditempatkan pada posisi

tersebut. 3. Menetapkan sasaran program dan rumusan visi misi BUM

Desa Benete

Tantangan (Threats) - T

1. Dukungan regulasi dan pembiayaan dari pemerintah Daerah dan

Desa 2. Keterlibatan pihak swasta yang belum dikelola dengan baik

3. Minset masyarakat terhadap program CSR PTNNT

4. Rendah berpartisipasi masyarakat 5. Potensi sumber air terbatas

6. Ketidakpastian keberlanjutan operasional perusahaan (PTNNT)

karena kesulitan memenuhi syarat perijinan

Strategi S-T

1. Menetapkan aturan Desa yang mendorong pelibatan masyarakat

dalam penguatan BUM Desa dan pengelolaan usaha produktif. 2. Memilih teknologi pengolahan air bersih yang efektif dan

bangun kerjasama dengan Desa lain untuk mengelola sumber air

secara bersama.

Strategi W-T

1. Mendorong pemerintah agar menerbitkan PERDA untuk

pembinaan dan pembiayaan pengembangan BUM Desa. 2. Mencari sumber alternatif pembiayaan baru dan

membangun jaringan dengan lembaga lain.

Faktor-faktor Internal

Faktor-faktor Eksternal

Page 124: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

102

Lampiran 3. Rencana aksi pengelolaan BUM Desa melalui peningkatan kapasitas kelembagaan dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat

berkelanjutan.

No. Strategi dan Kegiatan Pertimbangan* Aktor Waktu

Pelaksanaan Mekanisme Pelaksanaan Sumber Dana

A. Bonding Strategy

1. Evaluasi sasaran

program dan rumusan

visi misi BUMDes

Benete

- Ketidak jelasan tujuan BUMDes

Benete dan belum optimal dalam

pemilihan usaha yang berdasarkan

potensi Desa dan kebutuhan pasar.

Personel CSR

PTNNT dan

Personel

BUMDes Benete

Semester awal

tahun 2016

- Padukan Restra PTNNT

dengan RPJM KSB

- Lakukan analisi potensi

ekonomi Desa dan kebutuhan

pasar.

PTNNT

2. Perbaikan kemampuan

personel BUMDes

Benete

- Kapasitas personel pengurus rendah,

tata kelola organisasi dan kinerja

kinerja keuangan rendah.

Personel CSR

PTNNT dan

Personel

BUMDes Benete

Pertengahan

Tahun 2016

- Pilih pengurus berdasarkan

kompetensi,

- Pelatihan manajemen usaha

dan perbaikan struktur

organiasi

PTNNT dan

Dinas Terkait

Pemerintah

Daerah

3. Perkuat potensi

BUMDes Benete

- Pemanfaatan bantuan dana dan

fasilitas dari PTNNT tidak optimal.

- Bidang usaha sektor lain selain

bidang usaha dari bantuan PTNNT

belum tergarap.

Personel CSR

PTNNT,

Personel

BUMDes Benete

dan Pemdes

Benete

Semester kedua

tahun 2015 dan

semester awal

2016

- Pelatihan usaha dan

pengelolaan organisasi

- Melakukan diversifikasi usaha

pada bidang pengadaan sarana

pertanian, perikanan dan

kebutuhan pokok

- Membuka unit usaha koperasi

tani

PTNNT, Pemdes

Benete

4. Tingkatkan mutu

pelayanan dan merubah

pola pendekatan

- Kurang terbangunnya hubungan

emosional antara pengurus Bumdes

dengan masyarakat

- Rendahnya tingkat partisipasi

masyaratak serta masih kuatnya

mindset bahwa bantuan daari PTNNT

adalah gratis.

- Personil BUMDes tidak kompeten

Personel CSR

PTNNT, Pemdes

Benete dan

Personel

BUMDes Benete

Semester awal

2016

- Sosialisasi dan perbaikan

kinerja BUMDes.

- Pemdes menerbitkan Perdes

penarikan retribusi pelayanan

BUMDes

PTNNT, Pemdes

Benete

Page 125: STRATEGI PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA … · Strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat berkelanjutan adalah (1) meningkatkan partisipasi masyarakat, (2) penguatan

103

No. Strategi dan Kegiatan Pertimbangan* Aktor Waktu

Pelaksanaan

Mekanisme Pelaksanaan Sumber

Dana

B. Bridging Strategy

1. Membangun kemitraan

dengan karang taruna

dan PKK.

- Mengurangi biaya operasional yang

relatif mahal.

- Memungkinkan terbentuknya usaha

dari kegiatan daur ulang sampah.

PTNNT,

Personel

BUMDes,

Karang Taruna,

ibu-ibu PKK dan

pemerintah desa.

Semester awal

2016

- Menyiapkan alat angkut

sampah sederhana lintas RT.

Pelibatan karang taruna dan

ibu-ibu PKK, pelatihan

keterampilan recycle dan

reuse sampah.

PTNNT

2. Membangun kemitraan

dengan kelompok tani,

Rumah kompos dan

kelompok nelayan.

BUMDes Benete tidak bermitra dengan

potensi lembaga yang ada di desa untuk

menggerakkan potensi ekonomi

masyakat.

PTNNT,

personel

BUMDes Benete

Semester awal

2016

- Sosialisasi, kemitraan,

pemetaan potensi dan

penilaian kebutuhan

masyarakat.

PTNNT

C. Creating Strategy

1.

2.

3.

4.

Membangun kemitraan

dengan PDAM

Menjajaki peluang

kerjasama dengan

lembaga keuangan dan

mencari sumber

pembiayaan lain

Membangun kemitraan

dengan

Membangun kerjasama

dengan otoritas

Dermaga Benete

Infrastruktur Air Bersih telah ada,

tetapi tinggi biaya operasional.

Pembiyaan masih tergantung dari

subsidi PTNNT. Kondisi ini tidak

menguntungkan bagi kelangsungan

usaha BUM Desa jika operasi PTNNT

berakhir.

Diperlukan kolaborasi antar BUMDes

dan LKM untuk advokasi mendorong

pembahasan Perda BUMDes di KSB

Peluang usaha transportasi, pengadaan

air bersih dan jasa buruh angkutan

barang.

PTNNT, PDAM

KSB, Pemerintah

Daearah,

Kecamatan dan

Desa,

Otoritas

Pelabuhan

Benete

(Syahbandar)

Tahun 2016

Semester kedua

tahun 2016

Semester

pertama tahun

2016

Semester kedua

tahun 2016

- Pembuatan Perda tentang

BUMDes

- Pembuatan Perdes pengelolaan

BUMDes dan Perdes

Pembayaran Retribusi

- Kejelasan asset BUM Desa

(MOU PTNNT dan BUM

Desa Benete

- MOU BUMDes dengan

PDAM

- MOU dengan otoritas

Dermaga Benete

PTNNT;

DPR dan

pemerintah

KSB,

Pemdes

Benete, dan

PDAM

KSB

Keterangan: *sesuai kajian IFAS dan EFAS serta strategy 5C.