11
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Selasa, 19 Juni 2007 Jero Wacik Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Dalam melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional di bidang Kebudayaan dan Pariwisata, sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), kami berkewajiban untuk melaksanakan tiga Agenda Pembangunan Nasional Tahun 2004-2009 yaitu; pertama, menciptakan Indonesia yang aman dan damai. Kedua, mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis. Ketiga, meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Untuk melaksanakan agenda pertama, strategi yang dilakukan adalah dengan membangun budaya berpikir positif, yang merupakan modal dasar dalam pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur dan pemahaman multikulturisme. Penuntasan proses modernisasi negara kebangsaan Indonesia dan masyarakat sipil. Revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal, serta meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya dan produk-produk dalam negeri. Strategi dalam melaksanakan agenda kedua adalah dengan terus-menerus melaksanakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa di lingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian akan tercipta sistem pemerintahan dan biokrasi yang bersih, akuntabel, transparan, efisien, dan berwibawa, serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik di bidang kebudayaan dan pariwista. Strategi ketiga adalah meningkatkan kesejahteraan rakya Indonesia melalui peningkatan daya saing pariwisata guna meningkatkan penerimaan devisa. Oleh karena itu, kebijakan pariwisata diarahkan

Strategi Dan Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Strategi Dan Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata

Strategi dan Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata

Selasa, 19 Juni 2007

Jero Wacik

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia

Dalam melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional di bidang Kebudayaan dan Pariwisata, sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), kami berkewajiban untuk melaksanakan tiga Agenda Pembangunan Nasional Tahun 2004-2009 yaitu; pertama, menciptakan Indonesia yang aman dan damai. Kedua, mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis. Ketiga, meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Untuk melaksanakan agenda pertama, strategi yang dilakukan adalah dengan membangun budaya berpikir positif, yang merupakan modal dasar dalam pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur dan pemahaman multikulturisme. Penuntasan proses modernisasi negara kebangsaan Indonesia dan masyarakat sipil. Revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal, serta meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya dan produk-produk dalam negeri.

Strategi dalam melaksanakan agenda kedua adalah dengan terus-menerus melaksanakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa di lingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian akan tercipta sistem pemerintahan dan biokrasi yang bersih, akuntabel, transparan, efisien, dan berwibawa, serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik di bidang kebudayaan dan pariwista.

Strategi ketiga adalah meningkatkan kesejahteraan rakya Indonesia melalui peningkatan daya saing pariwisata guna meningkatkan penerimaan devisa. Oleh karena itu, kebijakan pariwisata diarahkan untuk meningkatkan efektivitas promosi dan pengembangan produk-produk wisata, serta meningkatkan sinergi jasa pelayanan pariwisata.

Pelaksanaan di Bidang Kebudayaan

Pelaksanaan kebijakan di bidang kebudayaan, kita secara terus-menerus melakukan kegiatan membangun budaya berpikir positif, kemudian akan dilanjutkan dengan budaya berbicara positif. Berpikir positif dan berbicara positif ini akan menjadi modal dasar untuk menurunkan potensi konflik antar kelompok masyarakat serta pemahaman terhadap multikulturisme yang akan memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan demikian semakin berkembangnya penerapan nilai baru yang positif dan produktif.

Page 2: Strategi Dan Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata

Berbagai program dan kegiatan bertaraf internasional dn nasional di dalam maupun luar negeri terus ditingkatkan. Hal ini untuk mendukung pencapaian kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) serta dalam kerangka pelestarian dan pengembangan budaya daerah.

Kegiatan kebudayaan bertaraf nasional dalan kerangka pelestarian dan pengembangan budaya daerah telah dilakukan dengan mencanangkan tahun 2005 sebagai “Tahun Festival Seni Budaya Indonesia�? oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kemudian pada tahun berikutnya serentetan penyelenggaraan untuk dukungan festival budaya di daerah telah digelar. Selama tahun 2006 tidak kurang 100 kegiatan festival budaya digelar di berbagai derah, dan kegiatan itu mendapat sambutan positif dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk kalangan generasi muda.

Dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta baru-baru ini juga diusulkan agar diselenggarakan Gelar Budaya Nasional dengan mengikutsertakan 33 provinsi seluruh Indonesia. Kegiatan Gelar Budaya Nasional yang diusulkan dapat terlaksana pada bulan Mei 2008 itu sekalligus untuk memperingati 100 tahun kebangkitan Indonesia.

Selain itu kami juga menghidupkan kembali penyelenggaraan Festival Film Indonesia (FFI) sebagai wujud perhatian pemerintah terhadap film nasional. Penyelenggaraan FFI tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan film nasional baik secara kualitas maupun kuantitas. Bila sebelumnya produksi film nasional kita hanya beberapa judul film, kini kita dorong menjadi ratusan judul film. Bahkan belakangan ini film-film tersebut sudah diekspor ke mancanegara di antaranya ke Singapura, Malaysia, serta Filipina.

Selain itu kita telah berhasil menarik beberapa produser film terkemuka dari Eropa dan Asia untuk menggunakan Indonesia sebagai lokasi pengambilan adegan dan shooting film. Hal ini akan menjadi salah satu instrumen kita untuk mempromosikan keindahan tanah air kita melalui film-film internasional.

Melalui bidang kebudayaan kita gunakan sebagai alat perjuangan untuk mendapatkan pengakuan kesetaraan dalam pergaulan antar bangsa yang sesungguhnya. Untuk ini akan kita kembangkan melalui kegiatan antara lain “World Culture Forum 2008�? di Bali. Tujuan diadakannya Forum Kebudayaan Dunia itu untuk memberikan ruang bagi diskusi global bidang kebudayaan dan sebagai penyeimbang kegiatan World Economic Forum di Davos, Swiss dan World Social Forum di Nairobi Kenya.

Page 3: Strategi Dan Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata

Sedangkan untuk meningkatkan kerjasama pengololaan kekayaan warisan budaya, sesuai dengan arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kami telah menempatkan Candi Borobudur menjadi salah satu pusat jejak peradaban masa lalu (trail of civilization) yang terkait lokasi lainnya di Kamboja, Thailand, Laos, Vietnam, dan Myanmar. Untuk ini Indonesia memprakarsai pertemuan dengan negara-negara tersebut dan menghasilkan kesepakatan dalam bentuk Deklarasi Borobudur. Kerjasama ini segera ditingkatkan melalui pelaksanaan rencana aksi yang kuat sehingga mampu memberikan manfaat bagi setiap pihak yang berperan serta, terutama kepada masyarakat di sekitar situs yang akan dijadikan pusat pengembangan.

Pelaksanaan di Bidang Pariwisata

Memasuki tahun ke-3 Kabinet Indonesia bersatu, pemerintah telah memutuskan berbagai sektor yang memiliki potensi produksi atau ekonomi, termasuk sektor pariwisata, untuk dipicu kinerjanya dalam rangka mensejahterakan masyarakat.

Dalam kaitan ini, secara khusus Wakil Presiden H.M. Jusuf Kalla, memberi perhatian khusus terhadap prospek pariwisata ke depan yang optimis semakin cerah. Untuk ini ia melihat bahwa tahun 2007 kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia bisa mencapai 7 juta kunjungan.

Sebagai langkah dalam mewujudkan optimisme di sekitar pariwisata Wapres Jusuf Kalla pada 12 Pebruari 2007 memimpin langsung Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) di gedung Sapta Pesona (Depbudpar) Jakarta yang dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Menteri Perhubungan, Kapolri, dan wakil dari kementerian lainnya seperti Departemen Dalam Negeri dan Departemen Luar Negeri.

Hasil dari Rakortas sektor pariwisata itu telah menghasilkan kesimpulan telah menyetujui target kunjungan wisman tahun 2007 sebesar 6 juta kunjungan, untuk ini perlu didukung program khusus yang diberi nama “Program Akselerasi Pariwisata Tahun 2007�?.

Dalam program akselerasi target kunjungan 6 juta wisman tersebut beberapa langkah harus dilakukan di antaranya menggencarkan kegiatan promosi terutama pada pasar-pasar potensial yang selama ini memberikan kontribusi besar terhadap kunjungan wisman ke Indonesia. Sekitar Maret 2007 lalu, misalnya, Indonesia ikut dalam bursa pariwisata dunia di ITB Berlin. Keikutsertaan Indonesia pada bursa pariwisata terbesar dunia tersebut untuk menarik wisman khususnya dari kawasan Eropa.

Di sisi lain dalam upaya mencapai target 6 juta wisman, perlu dilakukan koordinasi guna meningkatkan dukungan lintas sektoral. Dalam Rakornas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) pada

Page 4: Strategi Dan Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata

Maret 2007 yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka Jakarta, Kepala Negara dalam sambutannya minta semua pihak untuk membantu pariwisata agar lebih maju. Presiden menyadari bahwa keberhasilan pariwisata tidak tergantung dari satu instansi (Depbudpar) saja, tetapi terkait dengan banyak instansi lain.

Keterkaitan ini menjadi salah satu pertimbangan terhadap keluarnya Inpres No 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata. Dalam Inpres No. 16 Tahun 2005 itu Presiden menginstruksikan langkah keterpaduan dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata kepada 17 menteri, 2Â kepala badan, kapolri serta para gubernur, bupati, dan walikota se-Indonesia.

Sekali lagi kami garis bawahi bahwa keberhasilan sektor pariwisata sangat tergantung dari dukungan lintas sektoral, seperti Departemen Perhubungan, Departemen Keuangan, Kementerian BUMN, Departemen Hukum dan HAM, Menteri Luar Negeri, maupun Pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten.

Depbudpar telah melakukan koordinasi dengan sejumlah menteri terkait. Misalnya, dengan Kementerian BUMN telah dilakukan koordinasi agar pelayanan di bandar udara (bandara) terutama yang selama ini menjadi pintu masuk utama bagi wisman ditingkatkan pelayanannya seperti pelayanan keimigrasian (visa), taksi bandara, serta kebersihan toilet.

Dengan Departemen Hukum dan Ham, juga telah dikoordinasikan kemudahan dalam perolehan visa bagi wisman, dan ini telah dilakukan. Dalam waktu dekat ini Indonesia akan menambah lagi 11 negara yang mendapat fasilitas Visa kunjungan Saat Kedatangan (VKSK) atau visa on arrival (VoA). Dengan demikian dalam waktu dekat fasilitas VoA tersebut akan mencakup 63 negara. Kemudahan kunjungan ini diharapkan akan mendorong wisman untuk berlbur ke Indonesia.

Target 6 juta kunjungan wisman, yang berarti mengalami pertumbuhan sebesar 20 % dibanding tahun 2006 yang mencapai 4,8 juta wisman, menjadi tantangan bagi pemerintah (Depbudpar) serta para stakeholder terutama kalangan pelaku bisnis atau industri pariwisata. Bagi dunia swasta atau pelaku bisnis pariwisata akselerasi target 6 juta kunjungan wisman harus bisa dimanfatkan sebagai peluang usaha.

Peluang usaha juga tercipta luas dari kegiatan wisata di dalam negeri. Perkembangan wisatawan dalam negeri atau wisatawan nusantara (wisnus) menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pengaturan hari libur panjang (long weekend), tarif tiket pesawat terbang relatif lebih murah (low cost carrier), meningkatnya informasi mengenai destinasi unggulan di derah, serta frekuensi dan jaringan penerbangan yang lebih luas turut mendorong pergerakan wisnus. Pada tahun 2005

Page 5: Strategi Dan Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata

tercatat 213,3 juta perjalanan wisata dengan pengeluaran sebesar Rp 77,51 triliun, sedangkan pada akhir tahun 2006 tercatat 216,5 juta perjalanan dengan pengeluaran sebesar Rp 78,6 triliun.

Berbagai upaya mewujudkan akselerasi target kunjungan 6 juta wisman telah dan akan terus dilakukan antara lain melalui kegiatan strategi pemasaran di antaranya dengan melakukan kerjasama pemasaran internasional atau bilateral. Kerjasama pemasaran bilateral telah dilakukan dengan Singapura, Malaysia, serta Thailand dalam menjaring pasar asal Cina, India, dan Timur Tengah. Kerjasama pemasaran ini dilakukan dalam bentuk sales cooperation, visa integration, serta penambahan frekuensi penerbangan serta kerjasama dalam cross border.

Selain itu upaya peningkatan frekuensi penerbangan dalam rangka penambahan kapasitas seat pesawat terus dilakukan mengingat aksesibilitas udara ini sangat besar pengaruhnya bagi kunjungan wisman ke Indonesia. Tercatat sekitar 57,75% wisatawan menggunakan moda angkutan udara 42,63 laut dan 062% darat.

Upaya penambahan kapasitas seat pesawat terutama untuk pasar-pasar potensial di kawasan Eropa (long haul) telah dilakukan antara lain mengajak sejumlah penerbangan dari Timur Tengah yang melayani jalur Eropa untuk melanjutkan penerbangan ke Indonesia. Saat ini untuk jalur Eropa kita banyak mengandalkan maskapal milik Singapura dan Malaysia. Sedangkan penerbangan Garuda Indonesia yang sejak beberapa tahun lalu tidak lagi terbang ke Eropa, belum terlihat jelas kapan akan terbang kembali melayani jalur long haul tersebut. Maskapai penerbangan Garuda tampaknya lebih berkonsentrasi pada pasar short haul dan middle haul seperti ASEAN, Asia Timur (Jepang, Korea, Taiwan, Hongkong), RRC, Australia, dan Selandia Baru.

Upaya bekerjasama dengan maskapai penerbangan asing dalam rangka meningkatkan kapasitas seat pesawat terutama dari pasar long haul telah menampakkan hasil. Baru-baru ini maskapai Qatar Airways telah membuka jalur baru Doha Jakarta dan Bali. Perusahaan ini mempunyai jalur penerbangan langsung ke sejumlah negara Eropa ke Timur Tengah, dan diharapkan mereka dapat melanjutkan ke Indonesia. Dengan adanya tambahan jalur dan peningkatan frekuensi penerbangan internasional ke Indonesia itu akan berdampak positif terhadap meningkatnya kunjungan wisman long haul seperti dari Eropa dan Amerika.

Saat ini pariwisata Indonesia masih dihadapkan pada persoalan mendasar yakni memulihkan kepercayaan wisatawan untuk datang ke Indonesia. Untuk memulihkan kepercayaan wisatawan pasca-musibah tentunya perlu kerja keras semua pihak baik pemerintah, perilaku bisnis, maupun masyarakat (pers) dengan melakukan berbagai langkah strategis.

Page 6: Strategi Dan Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata

Langkah strategis untuk mencapai target 6 juta wisman tahun 2007 perlu dilakukan dengan pemulihan kepercayaan pasar, khususnya terhadap kondisi kejadian di tahun 2006-mengenai masalah keamanan, flu burung, lingkungan, dan bencana alam. Terhadap pasar utama di kawasan regional seperti Jepang dan Australia perlu pula komunikasi internasional untuk menjelaskan kondisi awal tahun 2007 mengenai keamanan, transportasi, flu burung, maupun bencana alam.

Munculnya berbagai peristiwa dan musibah selama tahun 2005, 2006 hingga awal tahun 2007 yang merugikan pariwisata, cukup besar pengaruhnya terhadap kunjungan wisman ke Indonesia. Musibah bencana alam tsunami di Aceh, wabah flu burung, munculnya Bom Bali 2 membuat kunjungan wisman pada 2005 menurun menjadi 5 juta dari posisi sebelumnya 5.3 juta pada tahun 2004.

Kondisi tahun 2005 berdampak terhadap target kunjungan tahun 2006 yang tercapai 4.8 juta wisman. Pada tahun 2006 masih muncul sejumlah peristiwa besar antara lain bencana gempa bumi di Yogyakarta serta tsunami di kawasan wisata pantai Selatan Jawa. Musibah tersebut berlanjut pada awal tahun 2007 di mana Jakarta saat itu lumpuh karena banjir. Kemudian disusul dengan kejadian peristiwa kecelakaan transportasi darat, laut, dan udara. Namun demikian, semua dampak dari peristiwa dan musibah itu diharapkan tahun ini dapat pulih kembali sehingga akselerasi target kunjungan 6 juta wisman tahun 2007 dapat berjalan sesuai yang kita harapkan bersama.

Ketika krisis ekonomi tahun 1997 menerpa Indonesia, basis perekonomian negara porak poranda. Krisis ekonomi mengakibatkan jutaan orang terkena PHK, puluhan perusahaan gulung tikar serta dibarengi melonjaknya angka kemiskinan. Krisis inilah juga yang mendorong terjadinya perubahan politik nasional yang berlangsung secara cepat. Walaupun satu dasawarsa telah berlalu, namun dampak krisis tersebut masih terasa. Hal ini ditandai dengan masih tingginya angka kemiskinan, tingginya angka pengangguran serta konflik-konflik sosial yang mengikutinya.

Ketika kondisi sektor industri yang selama ini dijadikan sebagai ujung tombak perekonomian Indonesia masih tersendat-sendat menghadapi berbagai macam kendala, pemerintah mulai melirik untuk melakukan pengembangan di sektor lainnya. Salah satu sektor tersebut adalah sektor pariwisata yang merupakan sektor usaha penghasil devisa negara. Pariwisata merupakan sektor yang melibatkan multistakeholder baik dari pihak pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas.

Pariwisata budaya sebagai salah satu produk pariwisata merupakan jenis pariwisata yang disebabkan adanya daya tarik dari seni budaya suatu daerah. Pariwisata budaya pada intinya merupakan jenis pariwisata yang menawarkan kebudayaan yang berupa atraksi budaya baik yang bersifat tangibel atau konkret maupun intangibel atau abstrak, juga yang bersifat living culture (budaya yang masih berlanjut) dan cultural heritage (warisan budaya masa lalu), sebagai daya tarik utama untuk menarik kunjungan wisatawan.

Dalam living culture, unsur-unsur yang bisa dijadikan sebagai daya tarik antara lain tradisi suatu suku bangsa tertentu, upacara dan ritual keagamaan, seni pertunjukan, dan sebagainya. Sedangkan dalam

Page 7: Strategi Dan Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata

cultural heritage, daya tarik yang ditawarkan dapat berupa benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala, lansekap budaya, dan sebagainya.

Dalam era global sekarang ini muncul kecenderungan bahwa masyarakat ingin memahami kebudayaan diluar lingkungannya. Menurut James J. Spillane (2003) bahwa produk pariwisata budaya memiliki segmen pasar khusus yaitu para ”knowledge workers” atau dalam istilah kepariwisataan disebut ”mature tourist” atau wisatawan yang berpengalaman dimana mereka melakukan perjalanan atau kunjungan ke kawasan lain dengan tujuan tidak hanya bersifat recreational tetapi lebih bermotivasi untuk menimba pengalaman melalui keterlibatan langsung dengan aktivitas kehidupan dan tradisi serta budaya masyarakat lokal. Segmen wisatawan tersebut terdiri para lanjut usia atau pensiunan (retired) yang pada umumnya merupakan kelompok menengah ke atas dan berpendidikan yang mempunyai waktu luang untuk bepergian.

Potensi pengembangannya

Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dengan ratusan jumlah suku bangsa yang hidup di seluruh Indonesia baik secara sendiri-sendiri maupun sebagai kesatuan bangsa Indonesia. Keanekaragaman budaya yang dimiliki tersebut merupakan sumber daya tarik utama yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai ragam wisata yang berbasis pada sumberdaya warisan budaya. Berbagai warisan budaya dari masa Prasejarah, Hindu Budha, Islam maupun Kolonial merupakan objek dan daya tarik wisata yang menarik minat wisatawan mancanegara.

Di banyak negara, objek budaya telah banyak dimanfaatkan dengan perolehan devisa yang besar. Sebagai perbandingan di beberapa lokasi, objek-objek wisata budaya seperti di Tetihuacan (Mexico), Persepolis (Iran) atau Williamsburgh (AS), melalui pengelolaan yang optimal menghasilkan ratusan juta dollar. Bahkan keberadaan museum sebagai salah satu objek wisata budaya di negara Amerika Serikat memberikan konstribusi yang cukup besar bagi pendapatan negaranya. Pada tahun 1994 saja tercatat dari pengelolaan museum saja telah menghasilkan 36, 8 milyar dollar.

Adapun di Indonesia, perkembangan pariwisata telah menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini apabila dilihat dari data kunjungan wisatawan tahun 2008, tercatat sejumlah 6,429 juta wisatawan mancanegara mengunjungi objek wisata di Indonesia. Angka kunjungan wisman tersebut telah memberikan devisa negara sebesar 7,5 milyar dollar. Belum lagi angka kunjungan wisatawan domestik, tercatat sejumlah 223,4 juta perjalanan wisata dengan jumlah aktivitas pengeluaran 107,10 trilyun rupiah. Dari seluruh jumlah angka kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara, hampir separuhnya mengunjungi objek wisata yang terkait dengan seni budaya. Daerah Bali dan Yogyakarta sekitarnya merupakan obyek wisata budaya favorit yang dijadikan sasaran kunjungan para wisatawan. Jika dilihat dari segi potensi pemanfaatan, sebenarnya masih terdapat banyak daerah yang bisa diangkat dan dikembangkan sebagai lokasi wisata budaya. Puluhan lokasi objek wisata budaya masih menunggu untuk serius dibangun secara optimal.

Berdasarkan ketentuan Organisasi Pariwisata Dunia (WTO), kecenderungan pariwisata budaya sekarang diarahkan pada pengembangan pariwisata berkelanjutan, yang memberikan ruang luas untuk partisipasi masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bagi masyarakat, aktivitas pariwisata budaya menumbuhkan lapangan kerja mulai dari pelayanan hotel, restoran, cendera mata, perencanaan perjalanan, dan pramuwisata (tour guide). Tidak hanya itu saja, kegiatan pariwisata juga memerlukan pula adanya prasarana ekonomi jalan, jembatan, terminal pelabuhan,

Page 8: Strategi Dan Kebijakan Pembangunan Kebudayaan Dan Pariwisata

lapangan udara, fasilitas umum, fasilitas olahraga, kantor pos dan telekomunikasi, bank, money changer, perusahaan asuransi, advertising agent, percetakan dan banyak sektor perekonomian lainnya, yang tentunya membutuhkan banyak tenaga kerja yang terlibat di dalamnya.

Kebudayaan merupakan segala hal yang berlangsung dan terjadi di sekitar lingkungan kita. Kebudayaan juga merupakan ciri khas masyarakat satu dengan yang lain, yang terbentuk dari rangkaian proses adaptasi lingkungan dan evolusi budaya. Perbedaan kebudayaan antara masyarakat satu dengan yang lainnya inilah yang di kemudian hari menimbulkan adanya keinginan suatu masyarakat untuk mengenal kebudayaan yang lainnya. Di saat yang lain, dengan munculnya industrialisasi pariwisata, telah mendorong pengembangan pariwisata budaya di berbagai negara. Namun di balik itu semua, agaknya perlu disadari bahwa pengembangan pariwisata budaya juga harus memperhatikan unsur kelestarian dan keberlanjutan kebudayaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dea Sudarman. 2006. The Roles And Challenges of Cultural Tourism For Local Communities In Indonesia in International Conference On Cultural Torism And Local Communities. Yogyakarta.

I. G. N Adyana. 1996. Manfaat Arkeologi Dalam Pengembangan Pariwisata Budaya Di Sulawesi Utara. Pertemuan Ilmiah Arkeologi VII. Cipanas.

I Wayan Ardika. 2008. Komodifikasi Warisan Budaya. Makalah Kongres Kebudayaan Indonesia. Bogor.

Oka A. Yoeti. 1996. Anatomi Pariwisata. Angkasa. Bandung

Oka A. Yoeti. 2006. Pariwisata Budaya Masalah daan Solusinya. PT. Pradnya Paramita. Jakarta

Puslitbang Pariwisata. 2006. Prinsip-Prinsip Pengembangan Pariwisata Budaya. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta.

Wardiman Djojonegoro. 2008. Mengembangkan Industri Budaya Untuk Pengembangan Yang Berkelanjutan. Makalah Kongres Kebudayaan 2008. Bogor