70
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................. ............................................. i DAFTAR ISI ................................................... ..................................................... 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................. ......................................... 2 1.2 Tujuan ................................................ ....................................................... ...... 2 1.2 Skenario .............................................. ....................................................... ..... 3 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 STEP 1 : Mendefinisikan Istilah ............................................... ...................... 4 2.2 STEP 2 : Identifikasi Masalah ............................................... 1

Step 1-5 Resin Akrilik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hgbhj

Citation preview

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iDAFTAR ISI ........................................................................................................ 1BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 21.2 Tujuan ............................................................................................................. 21.2 Skenario .......................................................................................................... 3BAB 2 PEMBAHASAN2.1 STEP 1 : Mendefinisikan Istilah ..................................................................... 42.2 STEP 2 : Identifikasi Masalah ....................................................................... 42.3 STEP 3 : Rumusan Masalah ........................................................................... 52.4 STEP 4 : Kerangka Konsep ........................................................................... 102.5 STEP 5 : Learning Objective ......................................................................... 112.6 STEP 6 : Belajar Mandiri ............................................................................... 112. 7 STEP 7 : Pembahasan .....................................................................................11BAB 3 PENUTUP3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 42DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 44

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gigi merupakan salah satu organ pengunyahan yang sangat penting. Hilangnya salah satu atau lebih gigi akan menyebabkan terganggunya sistem mastikasi dan juga hilangnya estetika rongga mulut. Adapun range kasus hilangnya gigi ini sangatlah tinggi, terutama pada manula. Untuk itu sangatlah diperlukan adanya suatu solusi dalam menghadapi masalah tersebut, salah satunya adalah dengan menggunakan gigi palsu atau protesa. Di dalam dunia kedokteran gigi, protesa ini dalam proses pengaplikasiannya di dalam rongga mulut adalah melalui suatu basis. Basis dari protesa yang umumnya digunakan adalah basis berbahan dasar resin akrilik. Resin akrilik merupakan suatu polimer dari metil metakrilat. Melihat urgensi dari protesa dalam praktek kedokteran gigi, seorang calon dokter gigi haruslah mengetahui secara mendalam tentang basis protesa berbahan dasar resin akrilik. Beberapa hal yang perlu diketahui adalah antara lain mengetahui klasifikasi resin, sifat resin yang dapat digunakan dalam KG, komposisi dan sifat resin akrilik, proses manipulasi, serta pengaplikasiannya di dalam KG. Oleh karena itu, kami kelompok tutorial 6 akan sedikit mengupas tentang resin akrilik di dalam laporan ini.1.2 TujuanPenyusunan laporan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami tentang tentang resin akrili, proses manipulasi resin akrilik serta aplikasi resin akrilik di bidang kedokteran gigi

1.3 SkenarioSKENARIO 2 :RESIN AKRILIKMahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Jember semester 2 saat ini sedang mengikuti skill lab ilmu bahan dan teknologi kedokteran gigi 1. Acara skill lab kali ini adalah membuat basisi gigi tiruan dari bahan resin akrilik. Sebelum acara dimulai instruktur meminta semua mahasiswa untuk menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk manipulasi resin akrilik dan mencatat tahapan-tahapan yang dilakukan. Salah satu mahasiswa bertanya apa semua tahapan perlu dicatat mulai kejadian saat mencampur, kapan saat yang tepat untuk flasking, cara polimerisasinya, proses setting sampai cara pemulasannya? Instruktoe menjawab iya termasuk menjelaskan tipe resin akrilik, macam polimerisasinya, bagaimana proses terjadinya proses polimerisasi, biokompatibilitasnya, serta kelebihan dan kekurangannya.

BAB IIPEMBAHASAN2.1STEP 1Mendefinisikan Istilah1. Basis gigi tiruan : merupakan dasar dari protesa gigi , merupakan bagian yang berkontak langsung dengan rongga mulut2. Flasking : proses penanaman malam dalam kuvet. Pengecoran protesa malam dalam flask3. Polimerisasi :merupakan reaksi intermolekul . gabungan monomer yang akan membentuk polimer4. Biokompatibilitas : suatu kemampuan bahan untuk menimbulkan respon. Biologik pada pemakaian dalam tubuh. Tidak membahayakan tubuh dan bersifat non toksik.Bahan yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan dalam tubuh5. Pemulasan : proses menghaluskan permukaan protesa sehingga dihasilkan hasil yang licin, halus dan mengkilat menggunakan alat abrasi6. Resin akrilik : rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat yang berulang. Resin akrilik digunakan untuk membuat basis gigi tiruan dalam proses rehabilitative , untuk pelat ortodonsi, maupun restorasi crown and bridge. Termasuk resin sintetik ,mempunyai sifat termosintetik.

2.2STEP 2Identifikasi Masalah:1.Sifat resin akrilik ?2. Syarat resin dalam Kedokteran Gigi ?3. Klasifikasi resin akrilik ?4. Macam polimerisasi ?5. Proses polimerisasi ?6. Manipulasi resin akrilik ?7. Faktor yang mempengaruhi manipulasi ?8. Aplikasi resin akrilik dalam Kedokteran Gigi ?9. kelebihan dan kekurangan resin akrilik ?10. Bagaimana biokompatibilitas resin akrilik ?

2.3STEP 3Membahas Masalah1. Sifat resin akrilika. Memiliki sifat biologis yang tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasib. Memiliki sifat fisik dengan warna yang sama dengan jaringan lunak, adhesi terhadap logam rendah, dapat berubah bentuk kembali maupun permanen, dapat mengalami retak, mudah tergores, mudah porous pada saat pemanasan terlalu tinggi karena belum semua monomer menjadi polimer.c. Memiliiki sifat radiologi yang tidak dapat dideteksi karena atom-atomnya menyerap sinar

2. Syarat resin dalam Kedokteran Gigi a) Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak mengiritasi jaringan rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan lain yang dimasukkan ke dalam mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.b) Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit atau pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat terjadi di dalam rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya dibawah semua keadaan, termasuk perubahan termal serta variasi-variasi dalam beban.c) Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah pembentukan.d) Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik selama penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk, dan diproses, mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja, resin harus dapat diperbaiki dengan mudah dan efisien.e) Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah.3. Klasifikasi resin akrilik Berdasarkan cara polimerisasinya:a. Heat cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan pemanasan untuk polimerisasi.b. Self cured acrylic resin : resin akrilik yang menggunakan akselerator kimia untuk polimerisasi yaitu dimetil-para-toluidin.c. Light cured resin : resin akrilik yang menggunakan sinar tampak untuk polimerisasi.Berdasarkan jenisnya :A. Polimerisasi alami : disekresikan oleh tumbuhan dan seranggaB. Polimerisasi sintetik : merupakan campuran dari bahan bahan kimia yang mengacu pada resin alamiBerdasarkan sifat termal a. Termoplastik yaitu bahan yang telah dicetak dapat dibentuk kembalib. Termosetting yaitu bahan yang telah dipanaskan tidak dapat dibentuk lagi karena sudah mengalami setting4. Macam polimerisasi a. Polimerasi kondensasi merupakan polimerasi yang menghasilkan produk sampingan seperti air, atom hidrogen, amonia yang dapat mempengaruhi dimensi celahb. Polimerasi adisi merupan polimerisasi yang tidak mengahasilkan produk sampingan dalam arti lain komposisinya tidak berubah

5. Proses polimerisasi a. Inisiasi : tahap pembentukan molekul monomer aktif oleh initiator. Benzoid perokxide yang dibantu dengan aktivator dari zat kimia maupun radikal bebasb. Propagasi : tahap terbentuknya rantai polimer oleh monomer-monomerc. Terminasi : tahap dimana reaksi terhenti ditandai dengan adanya pertukaran atom Hidrogen antar satu rantai dengan rantai lainnyad. Pemindahan rantai : proses dimana pertumbuhan rantai menjadi aktif dengan terbentuknya molekul baru untuk pertumbuhan selanjutnya

6. Manipulasi resin akrilik1. Perbandingan bubuk dan cairan menggunakan 3,5:1 satuan volumePencampuran : b. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah. c. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan dan berserat ketika ditarik. d. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mould .e. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk dengan kompresi konvensional. 2. Flasking : penanaman model kedalam kuvet yang nantinya akan terbentuk cetakan3. Boiling out : proses buang malam yang nantinya akan ditempati bahan akrilik4. Packing : proses pengisian akrilik kedalam mould space dengan cara ditekan5. Curing : proses polimerisasi antar monomer dalam bahan akrilik6. Polishing : menghasilkan hasil yang halus dan licin

7. Faktor yang mempengaruhi manipulasi

Konsentrasi cairan lebih besar dari bubuk Faktor pengisian : a) Over packing dapat mempengaruhi ketebalan pada pembuatan basis protesa, kelebihan kan mempengaruhi posisi elemen gigi pada protesa b) Under packing dapat mempengaruhi terjadinya porous Sebelum pengisian dinding mould diberi separator untuk mencegah merembesnya air Pada saat curing perubahan suhu dilakukan secara perlahan lahan ke dalam adonan. Kecepatan peningakatan suhu tidak boleh terlalu besar. Jika sejumlah massa akrilik dimasukkan secara tiba-tiba ke dalam air mendidih maka suhu akan berubah diatas 100C sehingga monomer akan menguap

8. Aplikasi resin akrilik dalam Kedokteran GigiA. Basis protesa gigi B. Sebagai bahan restorasiC. Relining D. ReparasiE. Lempengan plat yang berbentuk melengkung (alat ortodonsi)F. Sendok cetak

9. kelebihan dan kekurangan resin akrilik

Jenis ResinKelebihanKekurangan

Heat Curing acrylic resinWarna stabil dan murah, mudah dimanipulasiTerdapat pengerutan volume akhir, pembuatannya tidak praktis, daya tahan abrasi rendah dan fleksibilitas rendah

Self Curing acrylic resinPengerutan volume akhir lebih kecil, praktis, dan relative murah , mudah dilepas dari kuvet dan memiliki fleksibilitas yang tinggiTerdapat sisa-sisa monomer, kestabilan warna rendah, sisa monomer lebih banyak, porositas lebih tinggi, elastisitas rendah

Light Curing acylic resinWaktu polimerisasi dapat diaturBila menggunakan sinar UV dapat merusak jaringan.

10. Bagaimana biokompatibilitas resin akrilikTergantung dari tipe-tipe resin akrilik yang berbeda beda. Yang paling kompatibel heat cured karena sisa monomernya lebih rendah dan mempunyai kekuatan yang lebioh kuat

2.4STEP 4Kerangka Konsep

Aplikasi di Kedokteran GigibiokompatibilitasTahap ManipulasiPolimerisasiSifat syaratResin Akrilik

Klasifikasi

2.5STEP 5Learning Objective (LO) :Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami :1. Tipe, komposisi, sifat dan biokompatibilitas resin akrilik2. Syarat resin akrilik dalam Kedokteran Gigi3. Polimerisasi4. Tahap manipulasi resin akrilik5. Aplikasi resin akrilik dalam Kedokteran Gigi6. Kelebihan dan kekurangan resin akrilik7. Penyebab dan pencegahan terjadinya porous

2.6STEP 6Belajar Mandiri

2.7 STEP 7PembahasanResin AkrilikSejak pertengahan tahun 1990-an, kebanyakan basis protesa kebanyakan dibuat dengan bahan dasar poli(metil metakrilat). Resin-resin tersebut merupakan plastik lentur yang dibuat dengan menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel.Sebelumnya, bahan-bahan yang digunakan untuk basis gigi tiruan adalah vulcanise, vinil plastik, porselen, fenol formaldehyde, dan nitroselulosa. 98% komponen resin akrilik yang sekarang digunakan tersusun atas polime maupun kopolimer. Polimer lain yang dikembangkan untuk resin akrilik adalah vinil akrilik, polistirene, nilon, vinil stirene, polikarbonat, polisulfonat tak jenuh, poliester, poliutherane, hidrofilik poliakrilat, silikon, dan lain sebagainya. (Craig's 2006)Poli(metil metakrilat) murni sejatinya tidak berwarna, transparan dan padat. Untuk mempermudah penggunaannya dalam bidang kedokteran gigi, polimer tesebut diwarnai untuk mendapatkan warna dan derajat kebeningan yang sesuai dengan rongga mulut.Satu keuntungan bahan poli(metil metakrilat) digunakan sebagai bahan dasar resin akrilik adalah relatif mudah dalam pengerjaanya. Bahan basis protesa poli(metil metakrilat) pada umumnya dikemas dalam bentuk bubuk-cairan (polimer-monomer). Cairan mengandung metil metakrilat yang tidak terpolimer dan bubuk mengandung resin poli(metil metakrilat) pra-polimerisasidalam bentuk butiran-butiran kecil. Bila cairan dan bubuk diaduk dengan proporsi yang tepat, diperoleh masa yang dapat dibentuk. Kemudian, bahan dimasukkan kedalam mold (rongga cetakan) dari bentuk yang sudah dipersiapkan untuk dipasang pada pasien. (Annusacive, 2013)Dalam bidang kedokteran gigi, polimer dari akrilik sangat banyak digunakan dalam bidang restorasi sebagai basis gigi tiruan, gigi tiruan, bahan reparasi basis gigi tiruan, impression trays, restorasi sementara, dan aplikasi dalam kerusakan tulang maksilofasial. (Craig's 2006)

2.7.1. Tipe, komposisi, sifat dan biokompatibilitas resin akrilikResin yang digunakan di kedokteran gigi adalah resin sintetik karena resin alami tidak memenuhi persyaratan resin gigi. Sebagian besar resin berbasis pada metakrilat, khususnya metil metakrilat. Pada kenyataannya, kedokteran gigi merupakan bidang yang dinamis dan selalu berkembang, jenis-jenis resin baru terus dikembangkan secara rutin, sehingga hingga saat ini telah banyak pengembangan dari metil metakrilat sebagai resin gigi. Sebelum membicarakan resin sintetik, perlu pemahaman tentang resin alami sebagai asal dari resin sintetik. 1. Resin AlamiResin alami merupakan resin yang berasal dari alam yaitu tumbuhan, sedangkan resin sintetik terdiri dari campuran bahan-bahan kimia dengan struktur kimia yang mengacu pada resin alami. Bahan organik alami atau sintetik terdiri dari substansi non kristal atau cairan yang kental. Resin alami secara khas merupakan bahan organik yang mudah terbakar, transparan, dapat tembus cahaya dan berwarna kekuning-kuningan sampai coklat. Resin alami terbentuk dari sekresi tumbuhan dan dapat larut dalam berbagai cairan organik tetapi tidak dapat larut dalam air. Resin alami contohnya yaitu balsem dan propolis sebagai bahan pengobatan; terpentin sebagai bahan pelarut; mastics, dragons blood, dammar, sandarac, lak, yang digunakan sebagai komponen varnish, dll. Asam akrilat pertama kali dibuat pada tahun 1843. Asam methakrilat, turunan dari asam akrilat, dibuat pada tahun1865. Reaksi antara asam methakrilat dan metil alkohol membentuk ester metil metakrilat. Ahli kimia dari Jerman, Fittig dan Paul pada tahun 1877 meneliti proses polimerisasi dari metil metakrialt menjadi polimetil metakrilat. Pada tahun 1936, akrilik mulai digunakan dan dipasarkan secara umum.

2. Resin SintetikDalam hal ini akan membahas resin akrilik yang erat kaitannya dengan kedokteran gigi. Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus stukturnya. Ada 2 kelompok resin akrilik yang digunakan di kedokteran gigi. Satu kelompok merupakan turunan asam akrilik, CH2 CHCOO, dan kelompok lain dari asam metakrilat CH2 C(CH3)COOH. Kedua senyawa ini berpolimerisasi dengan cara yang sama. Kelompok resin yang banyak digunakan di kedokteran gigi adalah yang berasal dari asam akrilat. Gugus karboksilat menyebabkan asam menyerap air. Air memisahkan rantai-rantainya sehingga menyebabkan pelunakan umum dan mengurangi kekuatan. (Philips: 2003)

H H H HX C C C C H2C CH(a)H C H C O O O O R R (b)Gambar 3: Struktur kimia resin akrilik (a) molekul metakrilat yang mengandung gugus vinil, (b) molekul metakrilat yang mengandung gugus ester.

Resin akrilik mengandung gugus ester. Gugus inilah yang penting dalam kedokteran gigi. Dengan mengganti gugus R pada ester, dapat dihasilkan ribuan ikatan monomer yang senama menjadi polimer. (Philips: 2004)

Sifat Resin AkrilikA. Sifat Fisik Warna dan Persepsi WarnaResin akrilik mempunyai warna yang harmonis, artinya warnanya sama dengan jaringan sekitar. Warna disini berkaitan dengan estetika, dimana harus menunjukka transulensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikannya.Selain itu harus dapat diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah pembentukkan (Annusavice. 2003). Pengerutan dan Stabilitas DimensionalKetika monomer metal metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk PMMA, kepadatan maasa bahan berubah dari 0,94 menjadi 1,19 g/cm3. Perubahan kepadatan ini menghasilkan pengerutan volumetrik sebesar 21% bila resin konvensional yang diaktifkan panas di aduk dengan rasio yang sesuai. ( Philips 2004).Pengerutan ini akan memperngaruhi stabilitas dimensional. Resin Akrilik mempunyai dimensional stability yang baik. Stabilitas dimensional dapat dipengaruhi oleh proses, molding, cooling, polimerisasi, absobsi air dan temperatur tinngi (Annusavice. 2003). KelarutanMeskipun resin akrilik larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah monomer dilepaskan, resin umumnya tidak larut dalam cairan yang ada di rongga mulut. Abrasi dan ketahanan abrasi Kekerasan merupakan suatu sifat yang sering kali digunakan untuk memperkirakan ketahanan aus suatu bahan dan kemampuan untuk mengikis struktur gigi lawannya. Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15 kg/mm2. Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah besar.(Combe, 1992) Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan yang mengakibatakan kerusakan dan terbentuknya pecahan / fraktur. Namun resin akrilik keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi (Combe, 1992). Creep ( Tekanan )Creep didefinisikan sebagai geseran plastik yang bergantung waktu dari suatu bahan di bawah muatan statis atau tekanan konstan.Akrilik mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila akrilik mendapat beban atau tekanan terus menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara permanen (Combe, 1992). Termal Thermal conduktivity resin akrilik rendah dibandingkan dengan logam, pengahantar panasnya sebesar 5,7 x 10-4 / detik / cm / 0C / cm2 (Combe, 1992). Porositas Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik. Dimana resin akrilik ini mudah porus (Combe, 1992).Macam-macam Porosity: Gasseous Porosity Pemanasan yang terlalu tinggi dan cepat sehingga sebagian monomer tidak sempat berpolimerisasi dan menguap membentuk bubbles (bola-bola uap) sehingga pada bagian resin yang lebih tebal, bubbles terkurung sehingga terjadi porositas yang terlokalisir. Sedangkan pada bagian yang tipis, panas cxothermis dapat keluar dan diserap gips sehingga resin ridak meiewati titik didihnya dan lidak akan membentuk bubbles.(Combe, 1992)Air yang terkandung didaiam resin sebelum atau selama polirnerisasi akan merendahkan titik didih monumer sehingga dengan ternperatur biasa akan terjadi seperti diatas.(Combe, 1992) Shrinkage PorosityKetidak-homogenan resin akhlik selama polirnerisasi sehingga bagian yang mengandung lebih banyak monomer akan menyusut dan membentuk voids (ruang-ruang hampa udara) dan terjadi porosity yang terlokalisi. (Combe, 1992)Polimer-polimer yang berbeda BM, komposisi dan ukuran akan menyebabkan bagian- bagian yang mcmpunyai partikel-partikel lebih kecil dulu berpolimerisasi daripada partikel yang lebih besar. Bagian-bagian yang berpolimerisasi lebih lambat akan berpindah kebagian yang berpolimerisasi lebih dulu, sehingga terbentuk voids dengan porosity yang terlokalisir. (Combe, 1992)Kurang lamanya pengepresan sebelum penggodokan maupun selama polimerisasi juga akan menyebabkan diffusi monomer menjadi kurang baik dan membuat voids dengan porosity internal. Yang ketiga hal diatas akan menyebabkan kerapuhan pada basis protesa. (Combe, 1992)

B. Sifat Mekanik Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan. Sifat mekanis bahan basis gigitiruan terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique, crazing dan kekerasan.(Combe, 1992) Kekuatan Tensil Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa. Kekuatan tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin akrilik.(Combe, 1992) Kekuatan Impak Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm. Resin akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan akrilik jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur.(Combe, 1992) Fatique Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak didesain dengan baik sehingga basis gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan pengunyahan. Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in2 pada stress maksimum 17 MPa.(Combe, 1992) Crazing Crazing merupakan terbentuknya goresan atau keretakan mikro. Crazing pada resin transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang. Pada resin berwarna, menimbulkan gambaran putih (Anusavice, 2003).Crazing kadang-kadang muncul berupa kumpulan retakan pada permukaan gigitiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigitiruan. Retakan-retakan ini dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme berikut. Pertama, apabila pasien memiliki kebiasaan sering mengeluarkan gigitiruannya dan membiarkannya kering, siklus penyerapan air yang konstan diikuti pengeringan sehingga dapat menimbulkan stress tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya crazing. Kedua, penggunaan anasir gigitiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di daerah sekitar leher anasir gigitiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi termal antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing dapat terjadi selama perbaikan gigitiruan ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik yang telah mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat crazing ini dapat dikurangi oleh cross-linking agent yang berfungsi mengikat rantai-rantai polimer.(Combe, 1992)

C. Sifat kimia1. Penyerapan Air Penyerapan air selalu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang lebih besar pada bahan yang lebih kasar. Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi, meskipun tidak signifikan.Penelitian Cheng Yi-Yung (1994) menemukan bahwa penambahan berbagai serat pada resin akrilik menunjukkan perubahan dimensi yang lebih kecil selama perendaman dalam air.(Combe, 1992)Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi, sebagai akibatnya rantai polimer terganggu dipaksa memisah. Adanya molekul air dalam massa yang terpoli erisasi menyebabkan massa terpolimerisasi mengalami sedikit ekspansi dan molekul molekul ini akan mempengaruhi kekuatan rantai polimer dan karenanya bertindak sebagai bahan pembuat plastis. PMMA memiliki nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2. Meskipun jumlah ini Nampak kecil, tetapi dapat menimbulkan efek nyata pada dimensi resin.

2. Stabilitas WarnaYu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik.(Combe, 1992).

D. Sifat biologis1. Pembentukan Koloni Bakteri Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan.Berbagai penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah, permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi.Pembersihan dan perendaman gigitiruan dalam pembersih kemis secara teratur umumnya sudah cukup untuk mengurangi masalah perlekatan bakteri.(Combe, 1992)2. BiokompatibilitasSecara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel. Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic acid pada basis gigitiruan.Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi apabila terdapat jumlah monomer yang tinggi pada basis gigitiruan yang tidak dikuring dengan baik. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO adalah 2,2 %. (Combe, 1992)

Klasifikasi resin akrilikBerdasarkan polomerisasi, resin akrilik diklasifikasikan menjadi:

1) Head Cured Acrylic ResinResin ini biasanya diproses dalam kuvet menggunakan teknik pencetakan dan pengecoran. Polimer dan monomer yang dicampur dalam perbandingan yang tepat 3:1 berdasarkan volume atau 2,5:1 berdasarkan berat. Resin akrilik dimana dalam pengolahannya membutuhkan curing / pemasakan dengan panas agar diperoleh polimerisasi yang sempurna. Adapun komposisinya ada dua yaitu:Powder Liquid

Polymethyl methacrylat )/ polimerMethyl mathacrylate / monomer

Organic peroxide initiatorHidroquinon inhibitor

Titanium dioxide agentDimethacrylate/cross linked agent

Inorganic pigments ( for color )Organic amine accelerator

Dyed synthetic fibers ( for esthetic)

a. Powder / bubuk Polimer dari polimethyl metacrylate, baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi methyl metacrylate dalam air maupun pertikel yang tidak teratur bentuknya yang diperolah dengan cara menggerinda batangan polimer. Bahan ini merupakan resin keras dengan nilai kekerasan Knoop 18-20. Kekuatan tariknya sekitar 60 MPa dan modulus elastisitasnya 2,4 GPa. Initiator peroksida berupa 0,2 0,5 % benzoil peroksida. Pigmen tercampur dalam partikel polimer sebanyak 1%b. Liquid / cairan Monomer methyl metacrylate, monomer ini melarutkan sebagian polimer untuk membentuk adonan plastis. Metal metakrilat merupakan salah satu cairan bening transparan pada suhu ruang dengan titik leleh -48 oC, titik didih 100,8 oC, kepadatan 0,945 g/mL pada 20 oC, dan panas polimerisasi 12,9 kcal/mol stabilizer sekitar 0,006 % hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya polimerisasi selama penyimpanan. Bahan untuk memacu cross link seperti ethylene glycol dimetacrilat.Secara umum, resin akrilik yang dipolimerisasi diaktifkan dengan menempatkan kuvet dalam suhu air keran 74 oC (168 oF) selama 8 jam atau lebih, atau dengan 2-3 jam air mendidih pada 100 oC siklus pendek melibatkan pengolahan resin pada 74 oC selama sekitar 2 jam kemudian mendidih pada 100 oC selama 1 jam. (Jacob 2004 )2. Self Cured Acrylic ResinAkrilik ini juga dinamakan autopolymerizing ,dapat juga disebut chemical activated materials. Pada pengolahannya tidak membutuhkan panas. Komposisinya sama dengan bahan heat cured hanya pada self cured cairannya mengandung bahan activator. Zat activator ini umumnya golongan amina organic, dalam hal ini dapat digunakan dimethyl paratoluidine ataupun amina tertier. Aktivasi kimia dicapai melalui penambahan amin tersier, seperti dimetil-para-tolouidin, terhadap cairan basis gigitiruan, yaitu monomer. Bila komponen bubuk dan cair diaduk, amin tersier menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida. Sebagai akibatnya, dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai. Resin basis gigitriruan yang diaktifkan secara kimia paling sering diproses menggunakan teknik compression molding. Pembuatan mold dan pemasukkan resin dilakukan dengan cara yang sama seperti yang digambarkan untuk resin yang diaktivasi secara panas, lalu ditempatkan pada suhu kamar atau pada suhu yang sedikit lebih tinggi (45 oC) selama kurang lebih 3045 menit. Polimer dan monomer dipasok dalam bentuk bubuk dan cairan. Waktu kerja untuk resin yang teraktivasi secara kimia adalah lebih pendek dibanding bahan yang diaktivasi secara panas. Akrilik self cured digunakan untuk bahan restorasi, bahan pengisi yang aktif yaitu dipergunakan dalam pembentukan sendok cetak khusus untuk pengambilan cetakan, reparasi gigi tiruan, relining dan rebasing, pada alat orthodonsia yang removable dan untuk penambahan post-dam pada landasan gigi tiruan atas.Perbandingan bahan akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut : Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan activator seperti dimethyl paratoluidin. Porositas bahan self cured lebih besar daripada heat cured, meskipun ini tidak mudah dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu kamar. Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul rata-rata lebih rendah dan mengandung lebih banyak sisa monomer yaitu sekitar 2-5 %. Bahan sel cured tidak sekuat heat cured, transverse strength bahan ini kira-kira 80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat molekulnya yang lebih ringan. Mengenai sifat-sifat rheologynya, bahan heat cured lebih baik dari self cured karena bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar dari pemakaian. Pada pengukuran creep bahan polimetil metakrilat, polimer heat cured mempunyai deformasi awal yang lebih kecil juga lebih sedikit creep dan lebih cepat kembali dibandingkan dengan bahan self cured. Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertiar dapat terjadi penguningan setelah beberapa lama.

3. Resin Akrilik Polimerisasi MicrowaveGelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik dalam rentang frekuensi megahertz untuk mengaktifkan proses polimerisasi basis resin akrilik. Prosedur ini sangat disederhanakan pada tahun 1983, dengan pengenalan serat kaca khusus, cocok untuk digunakan dalam oven microwave. Resin akrilik dicampur dalam bubuk yang tepat, dalam waktu yang sangat singkat sekitar 3 menit. Kontrol yang cermat dari waktu dan jumlah watt dari oven adalah penting untuk menghasilkan resin bebas pori dan memastikan polimerisasi lengkap.

4. Light Cured Acrylic Resin

Resin akrilik diaktifkan cahaya, yang juga disebut resin VLC, adalah kopolimer dari dimetakrilat uretan dan resin akrilik kopolimer bersama dengan silika microfine. Proses polimerisasi diaktifkan dengan menempatkan resin akrilik yang telah dicampur dalam moldable di model master pada sebuah meja berputar, dalam ruang cahaya dengan intensitas cahaya yang tinggi dari 400-500 nm, untuk periode sekitar 10 menit.2.7.2 Syarat resin akrilik dalam Kedokteran GigiPolimer metakrilat sangat populer dalam bidang kedokteran gigi karena bahan tersebut terbilang ekonomis dan dapat diproses dengan mudah menggunakan teknik yang relatif sederhana. Polimer tersebut mewakili kelompok polimer utama yang mampu memberikan sifat dan karakteristikpenting yang nantinya akan dibutuhkan untuk digunakan dalam rongga mulut. Kinerja ini berhubungan dengan karakteristik biologis, fisik, estetis, dan penanganan. Adapun beberapa hal yang harus dipenuhi agar resin akrilik dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam rongga mulut : 1. Pertimbangan Biologis; Resin yang baik harus tidak memiliki bau, rasa, serta tidak menyebabkan toksis dan tidak mengiritasi jaringan rongga mulut. Agar persyaratan tersebut dapat terpenuhi, resin akrilik haruslah tidak larut dalam segala cairan dalam rongga mulut termasuk saliva dan darah. selain itu juga tidak dapat tembus oleh cairan rongga mulut. Saat resin digunaka sebagai bahan tambal, haruslah berfungsi sebagai bahan tambal sebagaimana mestinya, yakni harus merekat sempurna pada bagian struktur gigi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada sepanjang permukaan gigi yang mengalami restorasi.2. Sifat Fisik; Resin tentunya harus memiliki kekuatan dan kepegasan, serta tahan terhadap tekanan gigit atau pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebih yang mungkin terjadi dalam rongga mulut. Bahan resin juga harus memiliki kestabilan dimensi pada semua keadaan, yang berupa perubahan termal serta variasi-variasi beban. Pada pembuatan basis gigi tiruan, terutapa pada basis rahang atas harus memiliki gaya gravitasi yang rendah.3. Karakteristik penanganan; Pada proses manipulasi maupun penanganan bahan resin tidak boleh menghasilkan debu dan uap terutama yang bersifat toksik. Resin yang dimanipulasi tentunya harus mudah dalam pengadukan, penuangan, pembentukan, pemrosesan, resin harus mudah dipoles, pada keadaan dimana resin patah haruslah mudah dan efisien dipreparasi, dan harus tidak sensitiv terhadap, prosedur penanganan . Komplikasi klinis yang harus diperhatikan adalah mencegah masuknya oksigen, kontaminasi saliva, dan darah, hanya boleh berpengaruh sangat sedikit bahkan dianjurkan untuk tidak sama sekali berpengaruh pada hasil akhir. 4. Pertimbangan Ekonomis; Biaya Resin dan metode pemrosesan harus rendah, Bahan dan alat yang digunakan haruslah murah, mudah didapat dan mudah dalam penggunaannya.5. Penampilan metakrilat keseluruhan; Meskipun metakrilat memenuhi segala persyaratan diatas dengan cukup baik, tidak ada satu resin pun yang mampu memenuhi keseluruhan persyaratan. Keadaan dalam rongga mulut pasien sangatlah menuntut, dan hanya bahan yang secara kimia stabil serta kaku sajalah yang dapat tahan terhadap kondisi-kondisi tersebut tanpa mengalami kerusakan.2.7.3 Polimerisasi Ada Dua Jenis Polimerisasi Resin Akrilik 1. Reaksi KondensasiReaksi yang menghasilkan polimerisasi pertumbuhan bertahap atau kondensasi berlangsung dalam mekanisme yang sama seperti reaksi kimia antara 2 atau lebih molekul-molekul sederhana. Senyawa untama bereaksi, seringkali dengan pembentukan produk sampingan seperti air, asam halogen, dan ammonia.Pembentukan produk sampingan ini adalah alasan mengapa polimerisasi pertumbuhan bertahap, seringkali disebut polimerisasi kondensasi. (Craig, dkk., 2004)2. Reaksi AdisiTidak seperti polimerisasi kondensasi, tidak ada perubahan komposisi selama polimerisasi tambahan/adisi. Makromolekul dibentuk dari unit-unit yang kecil, atau monomer, tanpa perubahan dalam komposisi, karena monomer dan polimer memiliki rumus empiris yang sama. Dengan kata lain struktur monomer diulangi berkali-kali dalam polimer (Anusavice, 2004).Pada proses polimerisasi polimetil metakrilat terjadi reaksi kimia berupa reaksi adisi. Reaksi yang terjadi sewaktu polimerisasi polimetil metakrilat berlangsung dengan tahap sebagai berikut (Umriati, 2000):a) Aktivasi dan InitiasiUntuk berlangsungnya polimerisasi dibutuhkan radikal bebas, yaitu senyawa kimia yang sangat mudah bereaksi karena memiliki electron ganjil (tidak mempunyai pasangan).Radikal bebas tersebut dibentuk misalnya, dalam penguraian peroksida, dimana satu molekul benzoil peroksida dapat membentuk dua radikal bebas.Radikal bebas inilah yang menggerakkan terjadinya polimerisasi dan disebut inisiator. Sebelum terjadi inisiasi, inisiatornya perlu diaktifkan dengan penguraian peroksida baik dengan sinar, ultraviolet, panas atau dengan bahan kimia lain seperti tertian amina.(Umriati, 2000).

Proses yang terjadi pada tahap inisiasi adalah: Benzoil peroksida menghasilkan dua radikal bebas Radikal bebas dapat terurai dan menghasilkan radikal bebas lain.

b) PropagasiStadium terjadinya reaksi antara radikal bebas dengan monomer dan mendorong terbentuknaya rantai polimer. Proses yang terjadi pada tahap ini adalah: Radikal bebas bereaksi dengan monomer menjadi radikal bebas sehingga monomer teraktifkan. Monomer teraktifkan dapat bereaksi dengan molekul monomer lain dan seterusnya menjadi pertumbuhan rantai. (Umriati, 2000).

c) TerminasiTahap ini terjadi apabila dua radikal bebas bereaksi membentuk suatu molekul yang stabil.Pertumbuhan rantai polimer merupakan suatu proses random yaitu sebagian rantai tumbuh lebih cepat dan sebagian terminasi sebelum yang lainnya sehingga tidak semua rantai mempunyai panjang yang sama. Terjadi pergerakan rantai polimer dari rantai yang satu ke rantai lainnya sewaktu menerima beban stress, sehingga semakin panjang rantai polimer semakin sedikit monomer sisa pada basis gigi tiruan dan proses polimerisadi lebih sempurna (Umriati, 2000).

2.7.4 Tahap Manipulasi Resin Akrilik

Dalam manipulasi resin akrilik , terdapat langkah flasking , molding , packing dan curing. Dimana hal-hal tersebut merupakan proses laboratorium yang membentuk suatu kesatuan kerja hingga gigi tiruan terbentuk. Untuk itu , berikut merupakan penjelasan dari langkah-langkah tersebut . a) FLASKINGFlasking adalah suatu proses penanaman model dan trial denture malam dalam suatu flask/cuvet untuk membuat sectional mold. Mold bagian bawah dibuat dengan menanam model dalam gips dan bagian atas dibuat dari 2 adukan stone yang terpisah di atas denture malam. Proses ini dilakukan untuk memampatkan dan memproses resin akrilik saat pembuatan landasan gigi tiruan dan alat-alat prostetik lainnya.Prosedur flasking antara lain:1. Gigi tiruan malam lengkap dicekatkan pada modelnya, lalu dilepaskan dari articulator.2. Pilih flask dengan ukuran yang disesuaikan, lihat ada jarak model dengan dinding flask minimal 1/8 inchi dan tinggi gigi atau jarak gigi dengan tutup flask minimal inchi.3. Sebelum melakukan flasking poles bagian dalam flask dengan lapisan vaselin tipis dan plug/sumbat bawah flask diletakkan. Atau menggunakan 0.003 inci tinfoil agar dicegah melekat dengan gips, dan proses deflasking mudah dilepaskan dari gips/stone.4. Tepi/dasar model dikuas dengan separating medium yaitu air sabun.5. Adon gips, tuang k flask bawah, lalu tanam model. Ketika mulai mengeras rapikan.6. Tunggu hingga benar-benr mengeras. Cat bagian gips tadi dengan air sabun.7. Adon stone dan kuaskan pada gigi dan malam gigi tiruan sambil digetarkan. Pasang flask atas tanpa tutup, lalu isikan stone ke dalam flask hingga menutupi oklusal gigi. 8. Setelah mengeras adon stone kembali dan tuang hingga flask penuh. Tutup kemudian press hingga kontak antar metal flask.9. Stone telah mengeras. Rendam flask dan press dalam air mendidih selama 5 menit. Keluarkan dan buka flask perlahan-lahan.10. Buang malam, semua gigi tinggal di mold bagian atas. Siram dengan air mendidih hingga malam benar-benar bersih. (boiling out).11. Menunggu flask dingin, persiapkan posterior palatal seal dan daerah-daerah yang akan direlief pada model atas.12. Untuk mencegah cairan resin terserap ke permukaan mold, poles mold dengan cairan tinfoil untuk menseal porositas dari stone. Cairan tinfoil dicoating segera setelah malam bersih dan kering serta mold masih hangat sehingga cairan tinfoil akan kering dan segera melekat pada stone. Proses ini harus menghasilkan permukaan yang halus dan mengkilap.

2 macam cara flasking: Pulling the casting seperti cara di atas. Setelah boiling out, gigi akan ikut pada flask atas.(+) memulaskan separating medium dan packingnya lebih mudah, seluruh mold tampak.(-) ketinggian gigitan sering tidak dapat dihindari. Holding the casting abial gigi ditutup stone/gips sehingga setelah boiling out akan terlihat seperti gua kecil.pada waktu packing adonan akrilik harus melewati bagian bawah gigi untuk mencapai daerah sayap, yang disebut packing through.

(+) mencegah ketinggian gigitan.(-) memulaskan separating medium dan boiling outnya sulit.b) MOLDINGMolding merupakan suatu proses pembuatan cetakan atau mempersiapkan ruang untuk pengisian akrilik.Cara memolding: Setelah gips pada cuvet lawan mengeras, dapat diperiksa dengan membuka tutup atas cuvet, buka kuvet tersebut, maksudnya cuvet antar antagonisnya. Buang wax dengan menyiramkan air mendidih. Olesi bahan separasi, jangan sampai mengenai anasir gigi tiruan.

c) PACKINGPacking adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik. Memiliki dua metode yaitu: dry method dengan mencampur monomer dan polimer langsung di dalam mold, dan wet method dengan mencampur monomer dan polimer di luar mold dan bila sudah mencapai dough stage baru dimasukkan dalam mold.Proses pencampuran monomer dan polimer mengalami 6 stadium:1. Wet sand / sandy stage2. Puddle sand3. Stringy / sticky stage4. Dough / packing stage5. Rubbery stage6. Stiff stage

Packing dapat dilakukan dengan dua cara:1. Packing untuk cara Flasking: holding the castinga. Polimer dicampur ke dalam monomer dalam mixing jar, lalu aduk perlahan-lahan sebentarb. Tutup mixing jar rapat-rapat, tunggu hingga dough stagec. Ambil sedikit akrilik, lalu tekankan perlahan-lahan masuk ke dalam sayap, hati-hati gigi jangan sampai lepas, dengan jari dibungkus kertas cellophane.d. Sisa adonan diletakkan di tengah mold lalu ratakan ke tepi, tutup dengan kertas cellophane yang demek tak berair lalu pasang flask atas dengan tutupnya. Press.e. Yang selanjutnya sama2. Packing untuk cara Flasking: pulling the castingDalam hal ini gigi berada di bagian atas sehingga meletakkan adonan akrilik agak berbeda. Adonan akrilik dibagi dua, sebagian besar diletakkan pada mold flask bawah dan sisanya di atas gigi yang berada di flask atas lalu tutup dengan diberi kertas cellophane di antaranya. Press.Langkah selanjutnya adalah:1. Flask dikeluarkan dari press, dibuka hati-hati dan cellophane dibuang.rapikan kelebihan akrilik. Tambahkan sedikit resin pada landasan gigi tiruan di 3 atau 4 tempat, taruh cellophane demek yang baru tutup kemudian press. Lakukan ini 3x hingga mold terisi padat, semua kelebihan resin dibuang dan bagian-bagian flask metal to metal. Trial closure.2. Sebelum final closure, tinfoil dipasang dan ulasi tinfoil cair pada permukaan model flask bawah

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada prosedur packing:

1. Suhu dari flask:sama dengan temperature kamar2. Perbandingan dan lamanya waktu mencampur monomer dengan polimer: sesuai aturan pabrik. Biasanya 1:3 atau 1:43. Menentukan packing time: yaitu waktu yang tepat untuk memasukkan adonan akrilik ke dalam mold. Bila masih lengket dan seperti berserabut belum bisa di packing. Tunggu hingga benar-benar lepas dengan mudah.

d) CURINGPemakai gigi tiruan selalu mengharapkan gigi tiruan dapat berfungsi selama mungkin dengan memuaskan seperti pada saat pertama digunakan. Untuk tujuan tersebut, digunakan bahan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan. Bahan yang paling sering digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan adalah resin akrilik. Bahan resin akrilik yang digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan umumnya adalah resin akrilik polimerisasi panas (heat-cured). Sedangkan resin akrilik polimerisasi dingin (cold cured) umumnya digunakan sebagai bahan reparasi.Resin akrilik adalah bahan yang paling sering digunakan untuk pembuatan geligi tiruan, tetapi apabila proses kuring tidak tepat maka kandungan monomer sisa resin akrilik akan tinggi (Combe 1992. Anusavice 1996). Resin akrilik dan proses kuringnya telah dimodifikasi tidak hanya untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik tetapi juga memperpendek waktu kerja. Proses kuring untuk resin akrilik yang digunakan sehari-hari adalah secara konvensional yaitu pemanasan air tetapi tidak menggunakan curing unit. Proses kuring merupakan hal yang sangat penting untuk menghasilkan gigi tiruan yang memenuhi persyaratan diantaranya kandungan monomer sisa yang rendah. Proses kuring pada resin akrilik terdapat beberapa cara yaitu dengan cara konvensional (kuring dengan pemanasan air), radiasi gelombang mikro dan sinar tampak (visible light). Kandungan monomer sisa yang tinggi akan mengiritasi jaringan mulut (ali dkk 1986), dapat dikatakan bahwa resin akrilik tersebut tidak biokompatibel, karena salah satu syarat suatu bahan yang dikatakan biokompatibel adalah tidak iritasi (Craig 1997). Akhir-akhir ini berkembang resin akrilik rapid heat cured yang hanya memerlukan waktu 20 menit untuk proses kuring pada suhu 100oC, tatapi tidak ada informasi tentang kandungan monomer sisa. Craig (1997) mengatakan bahwa resin akrilik rapid heat cured mempunyai dua cara aktivitas yaitu secara kimia dan panas, sehingga diharapkan porositas dan kandungan monomer sisa minimal. Pada penelitian terdahulu belum ada informasi tentang jumlah monomer sisa yang terkandung dalam resin akrilik sebagai standar yang bersifat biokompatibel.Berdasarkan praktikum ini didapatkan hasil sebuah model landasan gigi tiruan pada rahang atas dari acrylic yang halus dan mengkilat. Model tersebut telah selesai dilakukan tahap finishing dimana model tersebut harus sesuai dengan model rahang atas yang telah diterima dan pinggirannya dipotong sesuai garis outline yang merupakan batas mukosa bergerak dan tidak bergerak. Dan juga membebaskan daerah frenulumnya.1. Hasil fiksasi lempeng gigit yang terbuat dari malam mengalami penipisan di bagian tepinya.2. Tanam malam, rahang bawah tegak lurus dalam kuvet dengan hasil yang halus tidak porus dan tanpa ada daerah under cut.3. Buang malam, didapat hasil kuvet lawan yang halus dan tidak porus.4. Setelah packing akrilik dan pemasakan didapat hasil kasar yang belum rapi tapi tidak porus.5. Hasil akhir setelah dilakukan pemolesan dan penghalusan adalah cetakan resin akrilik yang halus, homogen dan mengkilat.e) Pendinginan Kuvet yang masih dalam press dibiarkan perlahan karena selama pendinginan terdapat kontraksi antara bahan cetakan dan akrilik yang menyebabkan timbulnya stress dalam polimer.f) Deflasking/ pelepasanPelepasan akrilik ini sulit dilakukan karena :a. Tebal tipisnya lapisan yang dibentuk CMS pada waktu mengering. Keadaan akrilik setelah dilepas terdapt kelebihan dipinggir cetakan akrilik hal itu dapat ditanggulangi dengan cara mengurangi dan merapikan sesuai dengan outline formnya pada waktu finishing. Akrilik tidak patah karena pendinginan yang dilakukan berhati-hati. Tidak terdapat porus karena mould space karena pencampuran yang sudah homogen. Akrilik berwarna merah muda pucat seharusnya berwarna merah muda. Hal ini dikarenakan cara pemanasan yag salah suhu yang digunakan terlalu tinggi.b. Pemberian bahan separator tidak sepenuhnya menempel pada permukan mould space yang hal ini disebabkan karena ada malam yang masih menempel pada proses pembuangan malam.g) Penyelesaian / finishingPada tahap ini dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih. Merapikan pinggiran akrilik dan meratakan permukaan akrilik dengan bor stone, fraiser dan amplas halus.h) Pemolesan/ polishingPemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam manipulasi gips. Bahan yang digunakan untuk pemolesan pertama kali adalah pumish yang merupakan bahan dari batu apung yang dipergunakan dalam suspensi dalam air. Bahan selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebih halus yaitu whiting yang dipergunakan dalam bentuk suspensi dalam air. Pemolesan ini dilakukan sampai permukaan akrilik halus dan mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam model rahang yang baik yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu posisi terbalik akrilik tetap pada model rahang atau tidak jatuh.2.7.5 Aplikasi resin akrilik dalam Kedokteran Gigia. Sebagai bahan restorasiKelebihan resin akrilik untuk bahan restorasi antara lain daya alir tinggi, aplikasi mudah setting dengan Light Curing selama 10 menit, dan menghasilkan permukaan yang sangat halus dan mengkilat.b. Sebagai sendok cetakSendok cetak resin dibuat untuk menyesuaikan lengkung tertentu sehingga sering disebut sendok cetak individual. Bahan yang digunakan adalah bahan self-cured resin. Tetapi akhir-akhir ini sering digunakan bahan resin urethra dimetakrilat yang diaktivasi sinar. Sendok cetak dari bahan ini mempunyai dimensi yang stabil selama pasca polimerisasi tetapi rapuh dan melepaskan partikel bubuk selama proses pengasahan.c. Sebagai alat ortodonsi lepasanDipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold curing. Bahan dari cold curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki porositas lebih banyak sehingga kekuatannya lebih rendah. Cold curing polimerisasinya lebih cepat sehingga waktu pengolahannya pun singkat. Waktu pembuatan yang singkat ini membuat bahan ini cocok untuk pembuatan alat ortodontik lepasan dan untuk reparasi plak akrilik. Selain itu cold curing juga mudah dimanipulasi dalam pembuatan.d. Sebagai reparasiBahan yang biasa digunakan adalah jenis self-cured dan heat-cured.e. ReliningRelining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan. Bahan yang biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang diaktivasi dengan energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan menghasilkan panas yang cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi. Tahap awal dari relining itu membersihkan permukaan yang menghadap jaringan untuk meningkatkan perlekatan antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan dibentuk dengan teknik molding tekanan.f. RebasingRebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa digunakan adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured dicampur sampai konsistensi encer lalu dimasukkan ke daerah yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih sedikit apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250 kN/m pada suhu 40-50oC.

2.7.6 Kelebihan Dan Kekurangan Resin Akrilik

Kelebihan dan kekurangan resin menurut Gunadi (1991):Basis resin menunjukkan kelebihan:1. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga memenuhi faktor estetik2. Dapat dilapis dan dicekatkan kembali dengan mudah3. Relatif lebih ringan4. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah5. Harga relatif murah.Disamping kelebihan, resin juga mempunyai beberapa kelemahan:1. Penghantar panas yang buruk2. Dimensinya tidak stabil pada waktu pembuatan, pemakaian maupun reparasi3. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian.4. Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut, yang mempengaruhi stabilitas warna5. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis resin.

Kelebihan dan kekurangan resin berdasarkan tipenya:A. Heat Cured Acrylic (Resin akrilik teraktivasi)a.) Kelebihan: Nilai estetis yang unggul dimana warna hasil akhir akrilik sama dengan warna jaringan lunak rongga mulut. Selain itu resin akrilik ini tergolong mudah dimanipulasi. Harga terjangkau.b). Kekurangan: daya tahan abrasi atau benturan masih tergolong rendah. fleksibilitas juga masih rendah. hasil akhir dari manipulasi akrilik akan terjadi penyusutan volume (Combe, 1992).

B. Self Cured Acrylic (Resin akrilik Teraktivasi Kimia)a). Kelebihan: mudah dilepaskan dari kuvet. fleksibilitas lebih tinggi dari tipe1. pengerutan volume akhir tergolong rendah karena proses polimerisasi dari tipe ini tergolong kurang sempurna.

b). Kekurangan: elastisitas dari tipe initergolong kurang dari tipe I, kemudian karena digunakan bahan kimia hal tersebut dapat mengiritasi jaringan rongga mulut. dari segi ekonomis lebih mahal (Combe, 1992).

C. Light Cured Acrylic (Resin Akrilik teraktivasi Cahaya)a). Kelebihan: penyusutan saat polimerisasi rendah. hasil akhir manipulasi dapat dibentuk dengan baik. resin ini dapat dimanipulasi dengan peralatan sederhana.b). Kekurangan: elastisitas dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV pada resin ini dapat merusak jaringan rongga mulut (Combe, 1992).D. Microwave Cured Acrylic (Resin Akrilik Teraktivasi Kimia)a). Kelebihan: waktu pemanasan yang dibutuhkan sangat singkat. perubahan warna kecil. sisa monomernya lebih sedikit di karenakan polimerisasinya lebih sempurna.b). Kekurangan: resin akrilik ini masih dapat menyerap air. harga cukup mahal karena manipulasinya menggunakan peralatan canggih ( Combe, 1992).

2.7.7 Penyebab Porositas dan Pencegahannya

Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah mengalami polimarisasi. Timbulnya porositas menyabababkan efek negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik.Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi tiruan yaitu shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity kelihatan sebagai gelembung yang tidak beraturan bentuk di seluruh permukaan gigi tiruan sedangkan gaseous porosity terlihat berupa gelembung kecil halus yang uniform, biasanya terjadi terutama pada protesa yang tebal dan di bagian yang lebih jauh dari sumber panas.Gasseous PorosityPemanasan yang terlalu tinggi dan cepat sehingga monomer tidak sempat berpolimerisasi dan menguap membentuk bubbles (bola-bola uap) sehingga pada bagian resin yang lebih tebal, bubbles terkurung sehingga terjadi porositas yang terlokalisir. Sedangkan pada bagian yang tipis, panas exothermis dapat keluar dan diserap gips sehingga resin tidak melewati titik didihnya dan tidak akan membentuk bubbles. Air yang terkandung di dalam resin sebelum atau selama polimerisasi akan merendahkan titik didih monomer sehingga dengan temperatur biasa akan terjadi porosity seperti di atas. Shrinkage PorosityKetika homogen resin akrilik selama polimerisasi sehingga bagian yang mengandung lebih banyak monomer akan menyusut dan membentuk voids ( ruang-ruang hampa udara) dan terjadi porosity yang terlokalisi. Polimer-polimer yang berbeda BM, komposisi dan ukuran akan menyebabkan bagian-bagian yang mempunyai partikel-pertikel lebih kecil dan berpolimerisasi daripada partikel yang lebih besar. Bagian-bagian yang berpolimerisasi lebih lambat akan berpindah kebagian yang berpolimerisasi lebih dulu, sehingga terbentuk voids dengan porosity yang terlokalisir. Kurangnya pengepresan sebelum penggodokan maupun selama polimerisasi juga akan menyebabkan difusi monomer menjadi kurang baik dan membentuk voids dengan porosity internal. Yang ketiga hal diatas akan menyebabkan kerapuhan pada basis protesa.

BAB IVKESIMPULAN

1. Resin akrilik merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi dimana dibuat dari polimer atau kopolimer metil metakrilat. Polimer (metil metakrilat) murni tidak berwarna, dan padat. Material yang digunakan adalah powder dan liquid. 2. Komposisinya adalah sebagai berikut Komposisi basis akrilik , yaitu : 6PowderpolimerPolymethylmethacrylateInisiatorperoksida seperti benzoyl peroksidaPigmengaram dari cadmium atau besiLiquidmonomerMethylmethacrylateCross linking agentEthyleneglycoldimethacrylateInhibitorHydroquinoneActivatorN N-dimethyl-p-toluidinePMMA 3. Resin akrilik menurut polimerisasinya dibedakan menjadi 4 ; Heat cured acrylic resin , light cured acrylic resin , self cured acrylic resin dan resin polimerisasi dengan microwave .4. Polimerisasi terdiri dari beberapa tahap , yaitu : aktivasi dan inisiasi , propagasi dan terminasi , dimana adanya radikal bebas menandakan bahwa dimulainya inisiasi yang dihasilkan oleh benzoil peroksida.5. Syarat utama dari resin akrilik yang digunakan dalam kedokteran gigi yaitu biokompatible , kekuatan serta ketahanan terhadap abrasi , memenuhi estetika serta ekonomis. 6. Proses manipulasi Akrilik terdiri dari flasking , molding , packing dan curing. Dimana hal-hal tersebut merupakan proses laboratorium yang membentuk suatu kesatuan kerja hingga gigi tiruan terbentuk.

BAB VDAFTAR PUSTAKA

Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Jakarta: Balai Pustaka.Gunadi HA, Burhan LK, Suryatenggara F, Margo A, Setiabudi I. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid I. Jakarta: Hipokrates;1991. hal. 215-20.Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th. Jakarta: EGCAnusavice KJ. Philps: Buku ajar ilmu kedokteran gigi. Ahli bahasa: Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003. hal. 197-8.Ecket, Jacob, Fenton, Mericske, Stern. Prosthodontic treatment for edentulous patients. St. Louis: Mosby Inc. 2004. p. 190-205.Combe, E.C. 1992. Sari dental Material. Alih bahasa : drg Slamet Tarigan,Ms,Phd. Jakarta : Balai Pustaka.Phillips, W Ralph.1991. Science of Dental Materials. Philadelphia USA : W.B Saunders Company.Dorland, W.A.Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Alih bahasa, Huriawati Hartanti, dkk. Jakarta: EGC

1