Stemi Yoana

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stemi yoana

Citation preview

CASE REPORT III

INFARK MIOKARD ST ELEVASI (STEMI) INFERIOR WALL

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan KlinikBagian Ilmu Penyakit Dalam

Pembimbing: dr.Rosa Priambodo, Sp.PD

Disusun Oleh :Yohana Lourensia, S.KedJ5000800508PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTERUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2013

CASE REPORT

INFARK MIOKARD ST ELEVASI (STEMI) INFERIOR WALL

Oleh

Yohana Lourensia Matatula J500 080 050

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah SurakartaPada hari, tanggal Agustus2013

Pembimbing:dr. Rosa Priambodo, Sp.PD(.....................................)

Dipresentasikan dihadapan:dr. Rosa Priambodo, Sp.PD(.....................................)

Disahkan Ka Program Pendidikan Profesi FK UMS:dr. Dewi Dona Nirmalawati(....................................)

BAB IPENDAHULUAN

Istilah serangan jantung yang dulu sering digunakan sekarng dikenal sebagai sindrom koroner akut.Sindrom koroner akut merupakan kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri dari Infark miokard akut dengan gambaran ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI), Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI), dan Unstable Angina Pectoris. Segmen ST merupakan gambaran dari elektrokardiografi (EKG) yang menginterprestasikan denyut jantung. Ketika terjadi serangan jantung pada gambaran EKG akan menunjukkan adanya ST elevasi atau disebut sebagai ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI) (Alwi, 2000)Di Amerika Serikat, lebih dari 50% dari semua orang yang mengalami serangan jantung tidak member gambaran ST elevasi pada diagram EKG. Di Indonesia data lengkap SKA belum ada. Pada survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1992, kematian akibat penyakit kardiovaskuler menempati urutan pertama (16%) untuk umur di atas 40 tahun. SKRT pada tahun 1995 di Pulau Jawa dan Pulau Bali didapatkan kematian akibat kardiovaskuler menempati urutan pertama dan persentasenya semakin meningkat (25%) dibandingkan dengan SKRT tahun 1992. Di Makasar, didasari data yang dikumpulkan oleh Alkatiri di empat rumah sakit selama 5 tahun yaitu dari tahun 1985-1989, ternyata penyakit kardiovaskuler menempati urutan ke 5 sampai 6 dengan persentase berkisar antara 7,5 sampai 8,6% dan angka kesakitannya berkisar antar 30 sampai 36,1%. (Brown, 2005)

BAB IILAPORAN KASUS

IDENTITASNama: Tn. S.DUmur: 58 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiAgama: IslamStatus perkawinan: MenikahAlamat: Majasto, TawangsariNo RM: 22XXXMasuk Rumah Sakit: 18 Agustus 2013Jam: 21:21:19WIBTanggal pemeriksaan: 19 Agustus 2013

ANAMNESAAutoanamnesis Keluhan Utama :Sesak nafas.Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo dengan keluhan sesak nafas disertai nyeri dada seperti terbakar dibagian tengah yang menjalar ke bahu sampai ke lengan kiri, nyeri dirasakan kurang lebih selama 30 menit, dada terasa ampeg (+) keluhan dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengaku bahwa sakitnya ini sering kumat-kumatan, Nyeri tidak berkurang walau dengan beristirahat, mual (-), muntah (-), pusing (-),keringat dingin (-), perut mbeseseg (-). BAB (+), BAK (+) dalam batas normal

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat penyakit serupa diakui Riwayat diabetes mellitus disangkal Riwayat hipertensi disangkal Riwayat alergi obat/makanan disangkal Riwayat mondok disangkalRiwayat penyakit keluarga: Riwayat penyakit serupa disangkal Riwayat diabetes mellitus disangkal Riwayat hipertensi disangkalRiwayat Kebiasaan: Pasien Riwayat konsumsi rokok diakui (pasien mengaku sering menghabiskan 2 bungkus rokok perhari) Riwayat konsumsi makanan berlemak diakui Pasien mengaku jarang berolahragaPEMERIKSAAN FISIK Status generalis: keadaan umum lemas, kesadaran compos mentis. Vital Sign: TD: 130/90 mmHgSuhu: 36,2CHR: 78x/menitRR:24x/menit. Mata: Conjunctivaanemis tidak didapatkan, sklera tidak ikterik, reflekcahaya positif, pupil isokor. Leher: Pembesaran kelenjar getah bening tidak didapatkan, peningkatantekanan venajugularis tidak ada. Thorax: Inspeksi: dinding dada simetris kanan dan kiri, ketinggalan gerak (-),retraksi (-)Palpasi:Cor : iktus cordis di SIC V linea midclavicularis sinistraPulmo: fremitus (+), simetris kanan dan kiri, ketinggalangerak (-)Perkusi: Cor : batas atas jantung SIC III LPS sinistra,batasjantung bawah SIC VLMC sinistraPulmo : sonor diseluruh lapang paruAuskultasi: Cor : suara jantung S1-S2 tunggal, bising (-)Pulmo: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-) Abdomen: Inspeksi: sikatrik (-), supelAuskultasi: peristaltic (+) NormalPalpasi: nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-),splenomegali (-),turgor elastisitas kulit normalPerkusi:ascites (-), pekak beralih (+), nyeri ketokkostovertebral (-) --

--

Extremitas : oedema (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANGGambar 1. EKG tanggal 19 Agustus 2013Hasil EKG: HR; 78x/menit, irama sinus , normoaxis,terdapat gambaran segmen ST elevasi pada lead II, III, aVF.

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 19 Agustus 2013:Pemeriksaan Hasil

Hb12,1 gr/dl

Eritrosit3,96 106 L

Ht33,3 vol%

MCVMCHMCHC84,2 pf30,6 g36,3 %

Leukosit10,28 L

Trombosit263.000 L

Golongan darahO

Netrofil Segmen0 %

Limfosit11,9 %

Monosit2,7 %

Glukosa110,3mg%

SGOT164 U/I

SGPT49 U/I

Ureum35,20 mg/dl

Creatinin1,45 mg/dL

HbSAg-

PEMERIKSAANHASIL

Cholestrol total 218

HDL cholestrol 49

LDL cholestrol198

Natrium Kalium Chlorida Uric acid 1313,91008,7

Trigliserida 119

DIAGNOSIS1. STEMI Inferior Wall Fase Recent2. Hiperlipidemia3. Hiperurisemia

TERAPIDiet jantung02 3-4 liter/menitInfus RL 20 tpmInj. Lovenox 0,6 mg/ 12 jamInj. Ranitidine 1 Amp/12 jamInj. Antalgin 1 Amp/8 jamISDN 3x5 mg/SL (anti iskemik)Aspilet 2x80mgAlprazolam 1x0,5 mgBed Rest

FOLLOW-UPTanggal 19 Agustus 2013TD: 110/70HR: 78x/menitRR: 22x/menitS: 36,20CS/ sesek(+), nyeri dada(+), dada terasa ampeg (+),pusing(-),mual(-), muntah(-), batuk (-)perut sebah(-), BAB/BAK(+/+) dbn.O/ KU: CMKep: CA(-/-), SI (-/-)Tho: BJ 1-2 reg, SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-)Abd: supel, Peristaltik (+) N, nyeri tekan (-), ascites (-)--

--

Ext: Akral hangat, oedema (-)

A/ STEMI Inferior Wall Fase RecentHiperlipidemiaHiperurisemia

P/02 3-4 liter/ menitInfus RL 20 tpmSimvastatin 1x1Inj Antalgin/8jamInj Ranitidin/12 jam lovenox 0,6/12 jamISDN 3x1Aspilet 2x80mgAlprazolam 1x0,5 mgDulcolax supp 1x1

Tanggal 20 Agustus 2013TD: 100/60HR: 94x/menitRR: 20x/menitS: 36,40CS/ sesek(+), nyeri dada(+), pusing(-), dada terasa ampeg sudah berkurang, batuk(-), mual(-), muntah(-), perut sebah(-).O/ KU: CM, lemas Kep: CA(-/-), SI (-/-) Tho: BJ 1-2 reg, SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-) Abd: supel, peristaltik (+) N, nyeri tekan (-), ascites (-)--

--

Ext: Akral hangat, oedema (-)

A/ STEMI Inferior Wall Fase RecentHiperlipidemiaHiperurisemia

P/ Infus RL 20 tpmO2 3-4 liter/menitInj. antalgin/8jamInj. Ranitidine 1 Amp/12 jamISDN 3x5 mgAspilet 2x80 mgAlprazolam 1x0,5 mgDulcolax supp 1x1

Tanggal 21 Agustus 2013TD: 120/80HR: 87x/menitRR: 18x/menitS: 36,40CS/ sesak (-), dada ampeg (-), perut sebah (-), pusing (+)O/ KU: CM Kep: CA(-/-), SI (-/-) Tho: BJ 1-2 reg, SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-) Abd: Supel, peristaltik (+) N, nyeri tekan (-), ascites (-)

--

--

Ext: Akral hangat, oedem (-)

A/ STEMI Inferior Wall Fase RecentHiperlipidemiaHiperurisemia

P/Infus RL 20 TpmO2 3-4 liter/ menitInj. antalgin/8jamInj. Ranitidine 1 Amp/12 jamISDN 3x5 mgAspilet 2x80 mgAlprazolam 1x0,5 mgDulcolax supp 1x1

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiInfark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya (Alwi, 2000)Letak perbedaan antara STEMI, Non STEMI dan Unstable Angina Pectoris (UAP) adalah dari jenis thrombus yang menyertainya. Pada Elevasi ST adalah thrombus komplet/ oklusif, Non- Elevasi ST dengan thrombus inkomplet/non-oklusif, sedangkan pada Angina tak stabil adalah thrombus mural (Isselbacher, 2000)B. EtiologiPenyebab terjadinya elevasi ST antara lain: thrombus atau tromboemboli yang biasanya timbul dari plak terkikis., tromboemboli dari erosi plak, obstruksi dinamik, obstruksi mekanik yang progresif, inflamasi arteri koroner, dan diseksi arteri koroner (Alwi, 2000)C. PatofisiologiInfark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu, STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Alwi, 2000)Infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalam rupture dan jika kondisi lokal atau sistemik yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Plak koroner cenderung mengalami rupture jika mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red thrombus, yang dipercaya menjadi dasar sehingga STEMI memberikan respon terhadap terapi trombolitik (Price, 2005)D. Gejala klinisInfark miokard dengan elevasi gelombang ST biasanya diketahui dengan beberapa tanda dan gejala yang diketahui dari beberapa pemeriksaan, pertama pada anamnesis biasanya diketahui adanya keluhan nyeri dada, yang hampir setengah kasus terjadi akibat aktivitas fisik berat, stress emosi, penyakit medis atau bedah. Dirasakan pada saat pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun tidur. Nyeri dada merupakan petanda awal dalam kelainan utama ini (Isselbacher, 2000)E. Diagnosis 1. AnamnesisNyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala cardinal pasien IMA. Sifat nyeri dada angina sebagai berikut :a. Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial.b. Sifat nyeri : rasa sakit,seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.c. Penjalaran : biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi, punggung/interskapula, perut, dan dapat juga ke lengan kanan.d. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat, atau obat nitrat.e. Faktor pencetus : latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan sesudah makan.f. Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, cemas dan lemas. (Alwi, 2000)2. Pemeriksaan Fisika. Tampak cemasb.Tidak dapat istirahat (gelisah)c. Ekstremitas pucat disertai keringat dingind. Takikardia dan/atau hipotensie. Brakikardia dan/atau hipotensif. S4 dan S3 gallopg. Penurunan intensitas bunyi jantung pertamah. Split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukani. Peningkatan suhu sampai 38C dalam minggu pertama. (Isselbacher, 2000)

3. ElektrokardiogramGambaran khas yaitu timbulnya gelombang Q yang besar, elevasi segmen ST dan inversi gelombang T. Walaupun mekanisme pasti dari perubahan EKG ini belum diketahui, diduga perubahan gelombang Q disebabkan oleh jaringan yang mati, kelainan segmen St disebabkan oleh injuri otot dan kelainan gelombang T karena iskemia (Brown, 2005)4. Laboratoriuma. Creatinine kinase (CK)MB : meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari.b. Mioglobin : dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 4-8 jam.c. Creatinin Kinase (CK) : meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.d. Lactic dehydrogenase (LDH) : meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark miokard, mencapai puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.(Alwi, 2000)F. Penatalaksanaan Farmakologi1. MorfinMorfin sangat efektif mengurangi nyeri. Dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek samping : konstriksi vena dan arteriolar melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri (Isselbacher, 2000).2. Penyekat betaTujuan pemberian penyekat beta adalah memperbaiki keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard, mengurangi nyeri, mengurangi luasnya infark dan menurunkan risiko kejadian aritmia ventrikel yang serius (Alwi, 2000)Rekomendasi Dosis Penyekat Beta pada IMACara pemberianDosis

Metoprololintravena5-15mg

MetoprololOral2 x 25-100mg

AtenololOral1 x 25-100 mg

PropanololOral3 x 20-80 mg

BisoprololOral1 x 5-10 mg

CarvedilolOral1x 25-50 mg

(PERKI, 2004)3. AntitrombotikTujuan primer pengobatan adalah untuk mendapatkan dan mempertahankan patensi arteri koroner yang terkait infark. Tujuan sekunder adalah menurunkan tendensi pasien menjadi thrombosis ( Alwi, 2000).Obat antitrombin standar yang digunakan dalam praktek klinis adalah unfractionated heparin. Unfractionated heparin diberikan 5000 unit bolus dilanjutkan dengan 1000 unit/jam. Dosis heparin kemudian diteruskan sesuai pemeriksaan aPTT (target aPTT 1,5-2x nilai normal) (PERKI, 2004).

4. Inhibitor ACEObat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada otot jantung (Alwi, 2000)Rekomendasi Dosis ACE Inhibitor pada IMADosis awalTarget

Captopril3 x 6,25 mg3 x 25-50 mg

Ramipril 2 x 2,5 mg2 x 5 mg

Enalapril 1 x 2,5-5 mg1 x 10 mg

Lisinopril 1 x 5 mg1 x 10 mg

Quinapril 2 x 5 mg2 x 10-20 mg

Trandolapril 0,5 mg1 x 4 mg

Fosinopril 1 x 10 mg1 x 40 mg

Perindopril 1 x 2 mg1 x 4 mg

(PERKI, 2004)4. Analgetik Obat analgetik yang sering di gunakan adalah antalgin.Antalgin merupakan derivat metansulfonat dan amidopirina yang bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi sensitivitas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh. Tiga efek utama adalah sebagai analgesik, antipiretik dananti-inflamasi (Katzung, 2001) Non Farmakologis1. Aktivitas : pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama.2. Diet : pasien harus puasa atau hanya minum cair dalam 4-12 jam pertama. Diet mencakup lemak