110
www.legalitas.org www .l e g al i ta s .o r g www .l e g al i ta s .o r g STATUTA ROMA TENTANG MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL SISTEMATIKA Mukadimah Bagian 1 Pendirian Mahkamah Bagian 2 Yurisdiksi, Hal Yang Dapat Diizinkan, dan Hukum Yang Berlaku Bagian 3 Prinsip-Prinsip Umum Hukum Pidana Bagian 4 Komposisi dan Administrasi Mahkamah Bagian 5 Penyelidikan dan Penuntutan Bagian 6 Proses Peradilan Bagian 7 Penjatuhan Hukuman Bagian 8 Upaya Banding dan Revisi Bagian 9 Kerjasama Internasional dan Pengarahan Yudisial Bagian 10 Penegakan Hukum Bagian 11 Badan Pihak Negara Bagian 12 Pendanaan Bagian 13 Klausula akhir MUKADIMAH (PEMBUKAAN) Negara-Negara Peserta Statuta Ini: Menyadari, bahwa seluruh umat manusia dipersatukan oleh ikatan yang sama dimana kebudayaan mereka jalin menjalin secara turun temurun, dan mengingat mosaik indah ini dapat tercerai berai kapan saja,

Statuta Roma

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

STATUTA ROMA

TENTANG MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL

SISTEMATIKA

• Mukadimah

• Bagian 1 Pendirian Mahkamah

• Bagian 2 Yurisdiksi, Hal Yang Dapat Diizinkan, dan Hukum Yang Berlaku

• Bagian 3 Prinsip-Prinsip Umum Hukum Pidana

• Bagian 4 Komposisi dan Administrasi Mahkamah

• Bagian 5 Penyelidikan dan Penuntutan

• Bagian 6 Proses Peradilan

• Bagian 7 Penjatuhan Hukuman

• Bagian 8 Upaya Banding dan Revisi

• Bagian 9 Kerjasama Internasional dan Pengarahan Yudisial

• Bagian 10 Penegakan Hukum

• Bagian 11 Badan Pihak Negara

• Bagian 12 Pendanaan

• Bagian 13 Klausula akhir

MUKADIMAH (PEMBUKAAN)

Negara-Negara Peserta Statuta Ini:

Menyadari, bahwa seluruh umat manusia dipersatukan oleh ikatan yang sama dimana

kebudayaan mereka jalin menjalin secara turun temurun, dan mengingat mosaik indah ini

dapat tercerai berai kapan saja,

Page 2: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Mengingat, bahwa selama abad ini berjuta-juta anak, wanita, dan laki-laki telah

menjadi korban dari kekejaman yang sulit untuk dibayangkan yang sangat mengejutkan bagi

kesadaran kemanusiaan,

Mengakui bahwa kejahatan tersebut mengancam perdamaian, keamanan, dan

kesejahteraan dunia,

Menegaskan bahwa kejahatan yang paling serius menurut masyarakat internasional

secara keseluruhan harus tidak dapat dibiarkan tanpa ganjaran dan bahwa penuntutan yang

efektif bagi hal tersebut harus dijamin dengan pengambilan tindakan di tingkat nasional,

melalui kerjasama Internasional,

Menetapkan untuk mengakhiri impunity bagi yang melakukan kejahatan tersebut dan

mengupayakan pencegahan kejahatan sedemikian,

Mengingat kembali bahwa merupakan tugas tiap Negara untuk menyelenggarakan

yurisdiksi kriminal atas siapapun yang bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan

internasional,

Menegaskan kembali bahwa Tujuan dan Prinsip dari Piagam Perserikatan Bangsa-

Bangsa, dan secara khusus bahwa setiap Negara harus menjauhkan diri dari ancaman atau

pengunaan pasukan melawan integritas teritorial atau ketergantungan politis Negara

manapun, atau dalam beberapa hal tidak konsisten dengan tujuan dari Perserikatan Bangsa-

Bangsa,

Menekankan dalam hubungan ini bahwa tak ada satu pun dalam Statuta ini dianggap

sebagai otorisasi suatu Negara Peserta untuk ikut campur dalam konflik bersenjata atau

mencampuri urusan dalam negeri Negara Peserta lainnya,

Menetapkan untuk kebaikan generasi saat ini maupun berikutnya, untuk mendirikan

sebuah Mahkamah pidana internasional yang permanen dan independen dalam kaitannya

dengan sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa, dimana yurisdiksinya meliputi hampir semua

kejahatan serius dalam hal masyarakat internasional secara keseluruhan,

Menekankan bahwa ICC yang didirikan di bawah Statuta ini harus menjadi

pelengkap dari yurisdiksi tindak pidana nasional,

Memutuskan untuk menjamin penghormatan abadi untuk penegakan keadilan

internasional,

Page 3: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Menyetujui hal-hal berikut ini:

BAGIAN 1

PENDIRIAN MAHKAMAH

Pasal 1

Mahkamah

Dengan ini Mahkamah Pidana Internasional (disingkat “Mahkamah”) didirikan. Mahkamah

merupakan lembaga yang permanen dan harus memiliki kekuatan untuk pelaksanaan

yurisdiksinya terhadap orang-orang untuk kejahatan internasional yang paling serius,

sebagaimana menurut Statuta ini, dan harus menjadi pelengkap dari yurisdiksi tindak pidana

di tingkat nasional. Yurisdiksi dan fungsi dari Mahkamah akan diatur oleh ketentuan-

ketentuan dalam klausula ini.

Pasal 2

Hubungan Mahkamah Dengan Perserikatan Bangsa Bangsa

Mahkamah ini akan dibawa kedalam suatu hubungan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa

melalui dalam suatu persetujuan yang akan disetujui oleh dewan Negara Peserta Statuta ini

dan untuk kemudian diputuskan oleh Ketua (Presiden) Mahkamah atas namanya.

Pasal 3

Kedudukan Mahkamah

1. Mahkamah akan didirikan di Den Haag, Belanda (“Negara tuan rumah”)

2. Mahkamah akan masuk kedalam sebuah persetujuan mengenai kantor pusat, dengan

Negara tuan rumah, untuk disetujui oleh Dewan Negara Peserta dan untuk kemudian

diputuskan oleh Ketua Mahkamah atas namanya.

3. Mahkamah dapat bertempat dimanapun, sepanjang diinginkan, sebagaimana

ditentukan oleh Statuta ini.

Page 4: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Pasal 4

Status Hukum dan Kekuasaan Mahkamah

1. Mahkamah harus memiliki personalitas hukum internasional. Mahkamah juga harus

memiliki kapasitas hukum demikian sepanjang diperlukan untuk melaksanakan fungsi-

fungsi Mahkamah, dan pencapaian tujuannya.

2. Mahkamah dapat melaksanakan fungsidan kekuasaannya, sebagaimana diberikan dalam

Statuta ini, dalam daerah Negara Peserta manapun, dan melalui persetujuan khusus dalam

wilayah Negara lainnya.

BAGIAN 2

Yurisdiksi, Hal Yang Dapat Diizinkan, dan Hukum Yang Diberlakukan

Pasal 5

Kejahatan-kejahatan dalam Yuridiksi Mahkamah

1. Yuridiksi dari Mahkamah harus dibatasi hanya terhadap tindak pidana yang oleh

keseluruhan masyarakat international dianggap paling serius. Mahkamah memiliki

yuridiksi dalam kaitannya dengan Statuta ini dalam hal kejahatan sebagai berikut:

a. Tindak Pidana Genocide (pembunuhan massal);

b. Kejahatan terhadap kemanusiaan;

c. Kejahatan Perang;

d. Kejahatan agresi

2. Mahkamah harus menyelenggarakan yurisdiksi atas kejahatan agresi ketika ketentuan-

ketentuan ini diadopsi dalam kaitannya dengan Pasal 121 dan 123 menjelaskan kejahatan

dan mengupayakan keadaan dimana Mahkamah harus mengurus yurisdiksinya

menyangkut kejahatan ini. Ketentuan seperti ini harus konsisten dengan ketentuan dalam

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

Pasal 6

Pembunuhan Massal (Genocide)

Page 5: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Untuk kepentingan Statuta ini, "genocide" berarti beberapa perbuatan berikut ini yang

dilakukan dengan niat untuk menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, suatu Negara,

suku, ras atau kelompok keagamaan, seperti:

a. Membunuh Peserta kelompok

b. Menyebabkan luka badan maupun mental Peserta kelompok

c. Dengan sengaja melukai kondisi kehidupan suatu kelompok, yang diperhitungkan,

untuk merusak secara fisik baik keseluruhan ataupun sebagian;

d. Melakukan upaya-upaya pemaksaan yang diniatkan untuk mencegah kelahiran anak

dalam kelompok

e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke kelompok lainnya.

Pasal 7

Kejahatan terhadap kemanusiaan

Untuk kepentingan Statuta ini, "kejahatan terhadap kemanusiaan" (crimes against humanity),

berarti beberapa perbuatan di bawah ini jika dilakukan sebagai bagian dari sebuah

penyebarluasan atau penyerangan langsung yang ditujukan terhadap penduduk sipil secara

sistematis, dengan pengetahuan penyerangan:

a. Pembunuhan;

b. Pembasmian

c. Pembudakan

d. Deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa

e. Pengurungan atau penghalangan kemerdekaan fisik secara bengis yang melanggar

aturan-aturan dasar hukum internasional;

f. Penyiksaan

g. Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, kehamilan secara paksa,

pemandulan secara paksa, atau berbagai bentuk kekerasan seksual lainnya;

h. Penindasan terhadap suatu kelompok yang dikenal atau terhadap suatu kolektivitas

politik, ras, nasional, suku, kebudayaan, agama, gender, sebagaimana di jelaskan dalam

ayat 3, atau dasar-dasar lainnya yang mana secara universal tidak diizinkan di bawah

hukum internasional, dalam kaitannya dengan berbagai perbuatan menurut ayat ini

atas suatu kejahatan dalam wilayah hukum Mahkamah.

Page 6: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

i. Penghilangan orang secara paksa

j. Kejahatan rasial (apartheid)

k. Perbuatan tidak manusiawi lainnya yang memiliki karakter yang sama yang secara

internasional mengakibatkan penderitaan yang besar, luka serius terhadap tubuh, atau

terhadap mental , atau kesehatan fisik seseorang.

2. Untuk kepentingan ayat 1:

a. "Penyerangan . langsung yang ditujukan terhadap penduduk sipil " artinya suatu

perbuatan yang melibatkan berbagai banyak pihak sebagaimana dimaksudkan pada

ayat 1, terhadap penduduk sipil, yang dijalankan untuk atau dibantu oleh Negara atau

kebijakan organisasional untuk melakukan penyerangan sedemikian.

b. “Pembasmian” termasuk penganiayaan atau penyengsaraan yang disengaja terhadap

kondisi hidup, inter alia penghalangan untuk mendapatkan (akses) makanan dan obat-

obatan, yang dilakukan dengan perhitungan untuk merusak bagian dari populasi.

c. “Pembudakan” berarti melakukan sebagian atau seluruh kekuasaan/kekuatan yang

mengikat kepada hak atas kepemilikin terhadap seseorang, termasuk pula pelaksanaan

kekuasaan tersebut dalam upaya memperdagangkan seseorang, khususnya wanita dan

anak-anak.

d. “Deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa”, berarti pemindahan tempat

secara paksa terhadap seseorang dengan jalan pengusiran atau perbuatan paksa lainnya,

dari suatu tempat dimana seseorang diperbolehkan oleh hukum untuk tinggal, tanpa

dasar-dasar yang diizinkan oleh hukum internasional.

e. “Penyiksaan” berarti penyengsaraan yang disengaja untuk menimbulkan penderitaan

ataupun sakit yang amat sangat, baik terhadap fisik maupun mental, yang dilakukan

terhadap seseorang yang berada dalam perlindungan atau yang sedang menjadi

tertuduh; penyiksaan itu tidak termasuk penderitaan atau sakit yang ditimbulkan dari

suatu kejadian insidentil atau merupakan suatu sanksi hukum.

f. “kehamilan secara paksa”, berarti pembatasan secara melawan hukum terhadap

seorang wanita untuk hamil secara paksa, dengan maksud untuk membuat komposisi

etnis dari suatu populasi atau untuk melakukan pelanggaran hukum internasional

lainnya. Definisi ini tidak dapat diartikan sebagai upaya mempengaruhi hukum

nasional berkaitan dengan kehamilan.

Page 7: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

g. “Penindasan”, berarti penghalang-halangan secara keji terhadap hak-hak asasi yang

bertentangan dengan hukum internasional dengan alasan yang berkaitan dengan

identitas suatu kelompok atau golongan tersentu.

h. “Kejahatan apartheid” berarti perbuatan tidak manasiawi sebagaimana perbuatan-

perbuatan yang sama dengan yang dimaksud dalam ayat 1, yang dilakukan dalam

rangka pelembagaan rezim penindasan yang sistematis dan dominasi oleh sebuah

kelompok ras atau kelompok-kelompok ras dan dilakukan dengan niat untuk

melanggengkan rezim tersebut.

i. “Penghilangan orang secara paksa”, berati menangkap, menahan, menculik seseorang

oleh atau dengan kewenangan, dalam rangka mendukung atau memenuhi keinginan

Negara atau sebuah organisasi politik, yang ditindak lanjuti dengan penolakan untuk

mengakui adanya pelanggaran terhadap kemerdekaan tersebut, atau untuk menolak

memberikan informasi atas nasib maupun keadaan orang tersebut, dengan niat untuk

menjauhkan mereka dari perlindungan hukum dalam jangka waktu tertentu.

3. Dalam Statuta ini, dipahami bahwa terminologi “gender” adalah untuk dua jenis kelamin,

laki-laki dan perempuan, dalam konteks masyarakat. Kata “gender” tidak menunjukan arti

selain yang telah disebut diatas.

Pasal 8

Kejahatan Perang

1. Mahkamah harus memiliki yurisdiksi (kewenangan) dalam hal kejahatan-kejahatan perang

khususnya jika kejahatan tersebut dilakukan sebagai bagian dari rencana atau kebijakan

atau bagian dari skala besar perintah untuk melakukan kejahatan tersebut.

2. Dalam Statuta ini, “kejahatan perang”, berarti:

(a) Merujuk kepada Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949, bahwa perbuatan

melawan hak seseorang atau kepemilikan seseorang berikut ini dilindungi dibawah

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam konvensi Jenewa, yaitu:

(i) pembunuhan sengaja;

Page 8: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(ii) penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi, termasuk percobaan-percobaan

biologi;

(iii) Perbuatan yang dikendaki untuk menimbulkan penderitaan yang dalam, atau

luka badan maupun kesehatan yang serius;

(iv) Perusakan secara luas dan perampasan terhadap milik seseorang, tidak

berdasarkan keperluan militer dan dilakukan secara melawan hukum dan

serampangan;

(v) Pemaksaan terhadap tawanan perang atau orang yang dilindungi lainnya untuk

melayani dalam ancaman kekuasaan musuh;

(vi) Upaya untuk menghalang-halangi yang dilakukan dengan sengaja terhadap

tawanan perang atau orang yang dilindungi yang mana mereka memiliki hak

untuk mendapatkan Mahkamah secara adil dan sewajarnya;

(vii) Deportasi secara melawan hukum atau pemindahan atau penahanan secara

melawan hukum;

(viii) Penyanderaan

(b) Pelanggaran hukum yang serius lainnya dan kebiasaan yang dilakukan dalam konflik

bersenjata international, dalam kerangka kerja hukum internasional, disebutkan

dibawah ini:

(i) Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap penduduk sipil sebagaimana

atau terhadap individu sipil yang tidak secara langsung terlibat dalam

pertempuran;

(ii) Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap sasaran sipil, yang mana bukan

merupakan sasaran-sasaran militer;

(iii) Dengan sengaja melakukan penyerangan terhadap personel, instalasi-instalasi,

bangunan, unit-unit atau kendaraan yang terlibat dalam asistensi humaniter dan

misi penjagaan perdamaian sesuai piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

sebagaimana mereka berhak untuk melindungi sipil atau obyek-obyek sipil

dibawah hukum internasional mengenai konflik bersenjata;

(iv) Dengan sengaja melancarkan sebuah serangan yang diketahui bahwa serangan

sedemikian akan menimbulkan korban jiwa secara atau cedera terhadap

penduduk sipil, atau kerusakan terhadap tempat-tempat sipil, atau

Page 9: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

penyebarluasan, kerusakan berat jangka panjang terhadap lingkungan alam yang

secara tegas melampaui batas dalam kaitannya dengan upaya antisipasi

keuntungan-keuntungan militer;

(v) Penyerangan atau pembombardiran kota, desa-desa, tempat tinggal, gedung yang

tidak dilindungi dan bukan sasaran militer;

(vi) Membunuh atau melukai kombatan yang, sudah mengangkat tangan, atau sudah

tidak lagi melakukan perlawanan, sudah menyerah;

(vii) Melakukan penggunaan secara tidak semestinya terhadap bendera, bendera

gencatan senjata, tanda-tandi atau seragam militer musuh atau Perserikatan

Bangsa-Bangsa, juga tanda-tanda yang berbeda sesuai dengan konvensi Jenewa,

yang mengakibatkan kematian atau luka berat;

(viii) Pemindahan, langsung maupun tidak langsung, oleh Kekuasaan Pendudukan

(Occupying Power) terhadap sebagian penduduk sipil si Kekuasaan Pendudukan

itu sendiri kedalam wilayah yang diduduki, atau deportasi maupun pemindahan

seluruh penduduk yang tinggal didaerah yang diduduki keluar daerah mereka;

(ix) Secara sengaja melakukan penyerangan terhadap bangunan-bangunan yang

diperuntukan untuk ibadah atau agama, pendidikan, kesenian, ilmu pengetahuan,

atau kepentingan-kepentingan derma, bangunan bersejarah, rumah sakit, dan

tempat dimana orang-orang yang sakit dan terluka dikumpulkan, yang mana

mereka bukan untuk keperluan militer;

(x) Mempengaruhi orang yang dalam kekuasaan pihak lawan untuk pengudungan

(mutilation) fisik, atau untuk pengobatan, atau untuk percobaan keilmuan apapun

yang tidak dengan dalih medis, pengobatan gigi, atau pengobatan rumah sakit

terhadap seseorang, yang dilakukan diluar kepentingan orang tersebut, dan

menyebabkan kematian atau bahaya serius terhadap kesehatan orang itu;

(xi) Membunuh, atau melukai individu dari Negara musuh yang atau tentara yang

bermusuhan;

(xii) Menyatakan bahwa tidak ada tempat tinggal yang akan diberikan.

(xiii) Menghancurkan dan menyita barang milik musuh kecuali pengrusakan atau

penyitaan tersebut terpaksa dilakukan karena kepentingan atau keperluan perang;

Page 10: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(xiv) Menyatakan penghapusan, penangguhan atau tidak dapat diterima dalam suatu

Mahkamah hak-hak dan tindakan warga Negara dari pihak yang bermusuhan;

(xv) Memaksa penduduk pihak lawan untuk ambil bagian dalam operasi perang yang

ditujukan untuk melawan Negaranya sendiri, bahkan jika mereka bertugas dalam

perang sebelum permulaan perang.

(xvi) Merampas sebuah rumah, atau tempat, bahkan ketika sedang diserang

(xvii) Menggunaan racun atau senjata beracun.

(xviii) Penggunaan asphyxiating, gas beracun atau gas-gas lainnya, dan semua cairan

seperti hal itu, bahan-bahan, atau peralatan-peralatan.

(xix) Menggunakan peluru yang dengan mudah masuk dan hancur dalam tubuh

manusia, seperti peluru dengan selubung keras yang tidak seluruhnya menutupi

ujung peluru atau ujung peluru tersebut ditoreh.

(xx) Menggunakan senjata, proyektil, atau bahan dan metode–metode peperangan

yang pada dasarnya dapat menyebabkan penderitaan atau sakit yang tidak perlu,

atau secara inheren dan tidak sistematis, dalam pelanggaran hukum internasional

mengenai konflik bersenjata, yang mana senjata, proyektil peluru, dan bahan-

bahan, dan metode tersebut merupakan sesuatu yang secara komprehensif

dilarang dan termasuk dalam lampiran Statuta ini, oleh suatu amandemen

berkaitan dengan pasal-pasal ketentuan yang diatur dalam pasal 121 dan 123.

(xxi) Melakukan penghinaan terhadap martabat seseorang, khususnya penghinaan dan

perlakuan yang merendahkan; atau

(xxii) Melakukan pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa,

pemaksaan kehamilan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, ayat ke 2 (f),

pemaksaan kemandulan, atau bentuk-bentuk perbuatan pelanggaran seksual

lainnya, yang juga diatur dalam Konvensi Jenewa;

(xxiii) Menggunakan penduduk sipil atau orang yang dilindungi untuk membuat agar

suatu area militer atau pasukan militer terlindung dari operasi militer;

(xxiv) Secara sengaja melakukan serangan terhadap bangunan, bahan-bahan, unit-unit

obat-obatan dan alat transportasi obat-obatan, dan personelnya yang sedang

menggunakan tanda pembeda sesuai konvensi Jenewa, sesuai dengan hukum

internasional;

Page 11: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(xxv) Dengan sengaja memanfaatkan keadaan kelaparan yang dialami sipil sebagai

metode peperangan, dengan membuat mereka sulit untuk mendapatkan

kebutuhan yang dibutuhkan mereka dalam upaya bertahan hidup (survival),

termasuk menghambat suplai kebutuhan-kebutuhan tersebut sebagaimana diatur

dalam Konvensi Jenewa;

(xxvi) Mempekerjakan atau melibatkan anak-anak dibawah umur lima belas tahun

kedalam tentara nasional atau menggunakan mereka untuk ikut serta secara aktif

dalam pertempuran.

(c) dalam hal konflik bersenjata yang terjadi tidak bersifat internasional, pelanggaran

serius terhadap pasal 3 sampai dengan pasal 4 Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949,

dimana disebutkan, beberapa perbuatan sebagai berikut yang dilakukan terhadap

orang-orang yang ikut serta secara aktif dalam pertempuran, termasuk didalamnya

Peserta tentara yang telah meletakkan senjatanya, dan mundur dari pertempuran

karena sakit, terluka, dan dihukum atau sebab-sebab lainnya :

(i) Kekerasan terhadap jiwa dan orang, khususnya segala jenis pembunuhan ,

perusakan, perlakuan yang kejam, dan penyiksaan;

(ii) Melakukan penghinaan Terhadap martabat seseorang, khususnya penghinaan

dan perlakuan yang merendahkan;

(iii) Menyandera;

(iv) Melaksanakan hukuman dan melaksanakan eksekusi tanpa keputusan

sebelumnya yang disebutkan oleh Mahkamah (a regularly constitute court),

menanggung seluruh jaminan hukum yang secara umum dikenal sebagai suatu

keharusan.

(d) Ayat 2 (c) ditujukan untuk konflik bersenjata bukan untuk suatu karakter

internasional dan oleh karena itu tidak berlaku untuk situasi gangguan dan tekanan

internal, seperti kerusuhan, isolasi dan penyebaran tindakan kekerasan atau tindakan-

tindakan lain yang sama sifatnya.

(e) Pelanggaran hukum serius lainnya dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam

konflik bersenjata bukan dari karakter internasional, dalam kerangka hukum

internasional , yang telah ada , yaitu tindakan-tindakan berikut ini:

Page 12: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(i) Secara sengaja melancarkan serangan melawan penduduk sipil misalnya atau

melawan individu sipil tidak mengambil bagian langsung dalam bagian

peperangan;

(ii) Secara sengaja melancarkan serangan terhadap bangunan, material, unit-unit

dan transportasi kesehatan, dan penggunaan pribadi dari lambang Konvensi

Jenewa yang selaras dengan hukum imternasional;

(iii) Secara sengaja melancarkan serangan terhadap orang, instalasi, material, unit-

unit atau kendaraan yang terkait dengan kegiatan kemanusiaan atau misi

perdamaian berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, selama mereka

berhak atas perlindungan yang diberikan kepada penduduk sipil atau obyek

penduduk sipil di bawah hukum internasional dari konflik bersenjata;

(iv) Secara sengaja melancarkan serangan terhadap tempat ibadah, pendidikan,

kesenian, ilmu pengetahuan atau tujuan amal, monumen bersejarah, rumah

sakit dan tempat-tempat di mana orang-orang sakit dan terluka dikumpulkan,

disediakan bukan untuk tujuan militer;

(v) Penjarahan suatu Kota atau tempat, bahkan saat dikuasai dengan penyerangan;

(vi) Melakukan pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran/prostitusi, kehamilan

secara paksa, seperti yang disebutkan pada pasal 7, ayat 2 9f), pemandulan

secara paksa, dan bentuk kekerasan seksual lainnya juga melakukan kekerasan

serius dari pasal 3 umum bagi empat Konvensi Jenewa;

(vii) Melakukan tindakan wajib militer atau mendaftar anak-anak di bawah umur 15

tahun ke dalam angkatan atau pasukan bersenjata atau mempergunakan

mereka untuk berpastisipasi aktif dalam peperangan/pertempuran;

(viii) Memerintahkan pemindahan lokasi penduduk sipil untuk alasan-alasan yang

berkaitan dengan konflik, kecuali keamanan dari penduduk sipil

mengikutsertakan atau mengharuskan alasan-alasan militer sangat dibutuhkan

(ix) Membunuh atau melukai tentara lawan secara berbahaya/curang ;

(x) Menyatakan bahwa tidak akan ada wilayah yang diberikan;

(xi) Mempengaruhi orang yang dalam kekuasaan pihak lawan untuk sasaran

pemotongan Peserta tubuh secara fisik, atau untuk pengobatan, atau untuk

percobaan keilmuan apapun yang tidak dengan dalih medis, pengobatan gigi,

Page 13: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

atau pengobatan rumah sakit terhadap seseorang, yang dilakukan diluar

kepentingan orang tersebut, dan menyebabkan kematian terhadap atau bahaya

serius terhadap kesehatan orang itu.

(xii) Menghancurkan atau merampas milik pihak lawan kecuali tindakan-tindakan

tersebut di minta secara imperatif karena kebutuhan dari konflik tersebut;

(f) Ayat 2 (e) berlaku terhadap konflik bersenjata yang tidak bersifat internasional dan

tidak berlaku dalam hal kerusuhan atau kekacauan internal, seperti kerusuhan,

perbuatan kekerasan pengisoliran dan sporadis yang terjadi dalam wilayah suatu

Negara ketika terjadi konflik bersenjata berkepanjangan antara pemerintah yang

berwenang dengan kelompok bersenjata yang terorganisir atau antara kelompok-

kelompok tersebut.

3. Ketentuan dalam ayat 2 (c) dan (e) mengakibatkan pemerintah harus bertanggung jawab

untuk memperbaiki hukum maupun kebijakan dalam Negara atau untuk mempertahankan

kesatuan dan integritas wilayah Negara, dalam segala bentuk yang sah (perundang-

undangan)

Pasal 9

Unsur-unsur Tindak Pidana

1. Unsur-unsur tindak pidana harus diinterprestasikan dan diaplikasikan di Mahkamah

sesuai pasal 6, 7 dan 8. Unsur-unsur tersebut harus diadopsi oleh dua pertiga dari

anggota Dewan Negara-Negara Peserta.

2. Amandemen terhadap unsur-unsur pidana tersebut dapat diajukan oleh:

(a) Negara Peserta

(b) Hakim –hakim yang diberi mandat oleh suara terbanyak

(c) Penuntut umum….

Perubahan semacam itu harus diadopsi oleh dua per tiga suara Peserta dari Dewan

Negara-Negara Peserta

Page 14: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

3. Unsur dari tindak pidana dan perubahan harus konsisten dengan Statuta ini

Pasal 10

Tidak ada dalam bagian ini yang harus diartikan sebagai pembatasan atau pengurangan

dengan cara apapun yang ada atau peraturan yang berkembang dari Hukum Internasional

untuk maksud selain dari Statuta ini.

Pasal 11

Jurisdiction ration as is temporis

1. Mahkamah memilki yurisdiksi yang hanya berkenaan dengan tindak pidana yang

dilakukan setelah berlakunya Statuta ini.

2. Jika Negara menjadi Peserta setelah Statuta ini berlaku maka Mahkamah boleh

memberlakukan yurisdiksinya hanya berkenaan dengan tindak pidana yang dilakukan

setelah Statuta ini berlaku kecuali Negara itu telah melakukan deklarasi di bawah pasal

12 ayat 3.

Pasal 12

Persyaratan awal untuk memberlakukan yurisdiksi

1. Negara yang menjadi Peserta pada Statuta ini menerima yurisdiksi Mahkamah

berkenaan dengan tindak pidana yang disebutkan dalam pasal 5.

2. Dalam kasus seperti pasal 13 ayat (a) atau (c), Mahkamah boleh memberlakukan

yurisdiksinya bila satu atau lebih Negara menjadi Peserta dari Statuta ini atau telah

menerima yurisdiksi Mahkamah sesuai dengan ayat 3:

(a) Negara dalam wilayah di mana tindakan tersebut dilakukan atau jika tindak pidana

dilakukan di atas kapal laut atau pesawat terbang yang didaftarkan di Negara

tersebut;

(b) Negara di mana seseorang dituduh melakukan tindak pidana

Page 15: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

3. Apabila penerimaan dari suatu Negara yang bukan merupakan Peserta dari Statuta ini

disyaratkan dalam ayat 2, bahwa Negara boleh, dengan deklarasi menundukkan diri

sama dengan pendaftar, menerima keberlakukan dari yurisdiksi Mahkamah berkenaan

dengan tindak pidana tersebut. Negara yang menerima harus bekerja sama dengan

Mahkamah tanpa ada penundaan atau pengecualian sesuai dengan bagian 9.

Pasal 13

Keberlakuan Yurisdiksi

Mahkamah memberlakukan yurisdiksinya berkenaan dengan tindak pidana yang disebutkan

dalam pasal 5 sesuai dengan ketentuan dari Statuta ini jika:

a. Situasi di mana satu atau lebih tindak pidana telah dilakukan sebelumnya

diserahkan/diarahkan kepada penuntut oleh Negara Peserta sesuai dengan pasal 14;

b. Situasi di mana satu atau lebih tindak pidana telah dilakukan sebelumnya

diserahkan/diarahkan kepada penuntut oleh Dewan Keamanan yang bertindak

berdasarkan Bab VII dari Piagam PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA; atau

c. Penuntut berinisiatif melakukan penyidikan berkenaan dengan tindak pidana

berdasarkan pasal 15

Pasal 14

oleh Negara Peserta

1. Negara Peserta dapat mengacu kepada penuntut situasi di mana satu atau lebih tindak

pidana dalam yurisdiksi Mahkamah telah dilakukan, meminta penuntut untuk

melakukan penyidikan terhadap situasi untuk tujuan menentukan satu atau lebih orang-

orang tertentu harus dituntut oleh komisi tindak pidana tersebut.

2. Sejauh mungkin suatu penyerahan harus menjelaskan keadaan yang bersangkutan dan

dilengkapi oleh dokumentasi yang mendukung yang tersedia bagi Negara berkaitan

dengan situasi tersebut.

Pasal 15

Page 16: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Penuntut

1. Penuntut dapat berinisiatif melakukan penyidikan proprio motu berdasarkan informasi

mengenai tindak pidana di bawah yurisdiksi Mahkamah.

2. Penuntut harus menganalisa keseriusan dari informasi yang diterima. Untuk tujuan ini

dia dapat memeriksa informasi tambahan dari Negara, organ Perserikatan Bangsa-

Bangsa, organisasi antar-pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, atau sumber

lain yang dapat dipercaya yang menurutnya penting, dan dapat menerima kesaksian

lisan ataupun tulisan di hadapan Mahkamah.

3. Jika Penuntut berkesimpulan bahwa ada dasar yang beralasan untuk melanjutkan

kepada tahap penyidikan, dia harus meminta kepada komite pra-peradilan sebuah

permintaan kewenangan untuk melakukan penyidikan, bersamaan dengan materi-

materi mendukung lainnya yang terkumpul. Korban dapat membuat perwakilan kepada

komite pra-peradilan, berdasarkan peraturan-peraturan mengenai tata cara dan

pembuktian.

4. Jika Komite pra-peradilan, dalam melakukan pemeriksaan dari permintaanyang ada dan

materi-materi yang mendukung, menganggap bahwa ada dasar yang beralasan untuk

melanjutkan pada tahap penyidikan, dan kasus tersebut ada dalam yurisdiksi dari

Mahkamah tersebut, komite harus memberi wewenang untuk memulai penyidikan,

tanpa mengurangi penentuan Mahkamah selanjutnya oleh Mahkamah yang berkaitan

dengan yurisdiksi dan persyaratan kasus yang dapat diterima.

5. Penolakan dari Komite Pra-Peradilan untuk memberi wewenang penyidikan tidak boleh

menghalangi presentasi dari permintaan selanjutnya yang diminta oleh oleh penuntut

berdasarkan fakta-fakta baru atau bukti-bukti baru berkaitan dengan situasi yang sama.

6. Jika setelah pemeriksaan awal sebagaimana yang disebut dalam ayat 1 dan 2, Penuntut

berkesimpulan bahwa informasi yang tersedia tidak menghasilkan dasaryang beralasan

untuk sebuah penyidikan, dia harus memberitahu mereka yang memberikan informasi.

Hal ini tidak boleh merugikan penuntut dalam menimbang informasi lebih lanjut

informasi yang masuk kepadanya berkenaan dengan situasi yang sama dalam hal

adanya fakta-fakta baru atau bukti-bukti baru.

Page 17: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Pasal 16

Penundaan Penyidikan atau Penuntutan

Tidak ada penyidikan atau penuntutan yang dimulai atau dilaksanakan di bawah Statuta ini

dalam jangka waktu 12 bulan setelah Dewan Keamanan, dalam resolusi yang diadopsi di

bawah Bab VII dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah meminta Mahkamah dalam hal

itu; permintaan dapat diperbaharui oleh Dewan dalam kondisi yang sama.

Pasal 17

Masalah Penerimaan

1. Berkaitan dengan ayat 10 dari pembukaan dan pasal 1, Mahkamah harus menentukan

bahwa kasus tidak dapat diterima jika:

(a) Kasus tersebut sedang diperiksa atau dituntut/didakwa oleh Negara yang

merupakan yurisdiksi kasus tersebut, kecuali Negara tidak bersedia atau tidak

mampu melaksanakan penyidikan atau penuntutan;

(b) Kasus tersebut telah diselidiki oleh Negara yang memiliki yurisdiksi atas kasus

tersebut dan Negara telah memutuskan untuk tidak melakukan penuntutan

terhadap orang tersebut, kecuali keputusan tersebut dihasilkan dari ketidaksediaan

atau ketidakmampuan dari Negara untuk melaksanakannya;

(c) Orang yang bersangkutan telah diadili untuk perbuatan yang menjadi dasar

tuntutan, dan proses peradilan oleh Mahkamah itu tidak diperbolehkan menurut

pasal 20, ayat 3;

(d) Kasus tersebut tidak cukup berat untuk mengesahkan/ membenarkan tindakan

Mahkamah selanjutnya.

2. Untuk menentukan ketidaksediaan dalam kasus-kasus tertentu, berkaitan dengan

prinsip-prinsip dari proses yang dikenal dalam hukum Internasional, Mahkamah harus

mempertimbangkan apakah satu atau lebih dari prinsip-prinsip di bawah ini, seperti

dalam prakteknya, yaitu:

Page 18: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(a) Pelaksanaan telah atau sedang dilakukan atau keputusan nasional telah dibuat untuk

tujuan perlindungan orang yang berkenaan dengan tanggung jawab kriminal yang

terdapat di dalam yurisdiksi dari Mahkamah mengacu pada pasal 5;

(b) Telah ada suatu penundaan yang tidak disahkan/dibenarkan dalam pelaksanaannya

yang di dalam situasinya adalah tidak konsisten dengan maksud untuk membawa

orang yang bersangkutan

(c) Pelaksanaan tidak telah atau tidak sedang dilaksanakan secara mandiri atau

imparsial, dan hal ini telah atau dilaksanakan dalam keadaan yang tidak konsisten

dengan tujuan/maksud untuk membawa orang yang bersangkutan.

3. Untuk menentukan ketidakmampuan dalam kasus-kasus tertentu, Mahkamah harus

mempertimbangkan apakah, karena kegagalan seluruh atau sebagian besar atau

ketidakmampuan dari sistem hukum nasionalnya, Negara tidak mampu untuk

melakukan tuduhan atau mendapatkan bukti-bukti yang diperlukan dan kesaksian atau

sebaliknya tidak mampu untuk melakukan pelaksanaannya.

Pasal 18

Peraturan awal berkenaan dengan Penerimaan Kasus oleh Mahkamah

1. Ketika situasi telah mengacu pada Mahkamah berdasarkan pasal 13 (a) dan penuntut

telah menentukan bahwa akan ada dasar yang beralasan untuk memulai penyidikan,

atau penuntut mengadakan penyidikan berdarakan pasal 13 (c) dan 15, penuntut harus

memberi tahu seluruh Peserta (Negara-Negara) dan Negara-Negara yang

meperhitungkan informasi yang tersedia itu, Penuntut dapat memberitahu Negara-

Negara seperti itu dengan dasar kerahasiaan dan, dalam hal penuntut yakin perlunya

untuk melindungi orang-orang, mencegah kerusakan bukti-bukti atau mencegah

larinya/menghindarnya/bersembunyinya orang tersebut, dapat membatasi lingkup

informasi yang diberikan untuk Negara-negara.

2. Dalam jangka waktu satu bulan dari penerimaan pemberitahuan, suatu Negara dapat

menyampaikan pada Mahkamah bahwa hal tersebut sedang atau telah dilakukan

penyidikan nasionalnya atau yang lainnya dalam yurisdiksi yang bersangkutan

dengan tindakan-tindakan pidana yang dapat dikatakan sebagai tindak pidana yang

Page 19: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

terdapat pada pasal 5 dan berkaitan dengan informasi yang diberikan dalam

pemberitahuan kepada Negara. Terhadap permintaan dari Negara tersebut, penuntut

harus menunda penyidikan Negara terhadap orang orang tersebut, kecuali Komite Pra-

Peradilan, pada permohonan penuntut, memutuskan untuk memberi wewenang untuk

melakukan penyidikan.

3. Penundaan Penuntut terhadap penyidikan Negara harus terbuka untuk ditinjau ulang

oleh penuntut enam bulan setelah tanggal penundaan atau kapan saja ketika telah ada

perubahan yang signifikan dari keadaan berdasarkan ketidaksediaan atau

ketidakmampuan Negara untuk melakukan penyidikan.

4. Negara yang bersangkutan atau penuntut dapat mengajukan/naik banding kepada

Komisi Banding melawan peraturan Komisi pra-peradilan, berdasarkan pasal 82.

Pernyataan banding dapat didengar dalam dalam dasar yang dipercepat.

5. Saat penuntut telah menunda sebuah penyidikan berdasarkan ayat 2, penuntut dapat

meminta Negara yang bersangkutan secara berkala menyampaikan kepada penuntut

mengenai perkembangan dari penyidikan dan tuntutan selanjutnya. Para Peserta

(Negara-Negara) harus mematuhi permintaan tersebut tanpa adanya penundaan.

6. Menunda persidangan oleh Komisi pra-peradilan, atau pada saat penuntut

melimpahkan penyidikan dalam pasal ini, penuntut boleh, atas dasar pengecualian,

mendapatkan kuasa dari Komisi pra-peradilan untuk mengadakan langkah-langkah

penyidikan yang diperlukan untuk tujuan mendapatkan bukti dimana dalam hal ini

adalah merupakan kesempatan yang unik untuk mendapatkan bukti penting atau ada

resiko dimana bukti tersebut mungkin tidak tersedia.

7. Negara yang mengajukan keberatan terhadap putusan oleh Komisi pra-peradilan

didalam pasal ini boleh mengajukan keberatan suatu kasus dalam persidangan menurut

pasal 19 dengan dasar ada fakta-fakta tambahan atau perubahan sesuai dengan

keadaan.

Pasal 19

Pengajuan Keberatan terhadap yurisdiksi Mahkamah atau

penerimaan kasus oleh Mahkamah

Page 20: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

1. Mahkamah harus menerima kasus yang berada di bawah yurisdiksinya. Mahkamah

boleh, dengan usul pembela kepada hakim, menentukan bahwa suatu kasus bisa

diajukan ke muka Mahkamah sesuai dengan pasal 17.

2. Pengajuan keberatan terhadap pengajuan suatu kasus di muka Mahkamah dengan dasar

sesuai dengan pasal 17 atau pengajuan keberatan terhadap yurisdiksi Mahkamah dapat

diajukan oleh :

(a) Seorang tertuduh atau seseorang yang jaminan atau panggilannya menghadiri

persidangan telah diatur pada pasal 58 ;

(b) Negara yang mempunyai yurisdiksi terhadap suatu kasus, yaitu yang sedang

melakukan penyidikan atau penuntutan atau telah dilakukan penyidikan atau

memutuskan suatu kasus; atau

(c) Negara dimana penerimaan yurisdiksi diperlukan berdasarkan pasal 12.

3. Penuntut dapat mencari sebuah putusan dari Mahkamah berkenaan dengan pertanyaan

mengenai yurisdiksi atau penerimaan kasus. Dalam pelaksanaan yang berkenaan

dengan yurisdiksi atau penerimaan kasus, mereka yang telah berada dalam keadaan

yang terdapat pada pasal 13, seperti halnya korban, dapat juga memasukkan

pengamatannya pada Mahkamah.

4. Penerimaan dari sebuah kasus atau yurisdiksi dari Mahkamah dapat dikeberatan hanya

sekali oleh siapa saja atau Negara yang disebutkan dalam ayat 2 . Keberatan harus

dilakukan sebelum atau pada awal persidangan. Dalam keadaan yang dikecualikan,

Mahkamah dapat membolehkan pengajuan keberatan lebih dari sekali atau pada waktu

setelah awal persidangan. Pengajuan keberatan terhadap suatu kasus pada awal

persidangan atau segera setelah pengadilan berjalan dapat berdasarkan pasal 17, ayat

1 (c).

5. Negara yang disebutkan dalam ayat 2 (b) dan (c) harus membuat keberatan pada

kesempatan pertama.

6. Sebelum konfirmasi dari dakwaan, keberatan terhadap penerimaan kasus atau

keberatan terhadap yurisdiksi Mahkamah harus ditujukan pada Komisi Peradilan

Keputusan yang berkenaan dengan yurisdiksi atau penerimaan kasus dapat diajukan

banding kepada Komisi Banding berdasarkan pasal 82.

Page 21: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

7. Jika suatu keberatan dibuat oleh Negara yang disebutkan dalam ayat 2 (b) atau (c),

penuntut harus menunda penyidikan sampai saat Mahkamah membuat penentuan

berdasarkan pasal 17

8. Penundaan putusan/penilaian oleh Mahkamah, penuntut dapat mencari kewenangan

dari Mahkamah:

(a) Untuk mengejar langkah penyidikan yang disebutkan pada pasal 18, ayat 6, yang

dianggap perlu;

(b) Untuk mengambil suatu pernyataan atau kesaksian dari saksi atau melengkapi

koleksi dan pemeriksaan bukti yang telah dimulai sebelum pembuatan keberatan;

dan

(c) Bekerja sama dengan Negara yang relevan, untuk mencegah larinya/menghindarnya

orang yang bersangkutan, penuntut meminta jaminan penangkapan di bawah pasal

58.

9. Proses keberatan tidak akan mempengaruhi keabsahan dari segala tindakan yang

dilakukan oleh Jaksa Penuntut atau keputusan yang dikeluarkan/ditetapkan oleh

Mahkamah sebelum pengajuan keberatan.

10. Jika Mahkamah memutuskan bahwa suatu kasus dianggap tidak dapat diterima

menurut pasal 17, Penuntut dapat mengajukan sebuah permintaan peninjauan kembali

atas keputusan itu ketika dia sepenuhnya puas saat muncul bukti-bukti baru yang

membatalkan dasar-dasar kasus tersebut sebelumnya dianggap tidak dapat diterima

menurut pasal 17.

11. Jika Jaksa Penuntut dengan menunjuk pada hal-hal dalam pasal 17, menunda sebuah

penyelidikan, Jaksa Penuntut dapat memohon Negara yang bersangkutan memberikan

kepada Jaksa Penuntut segala keterangan mengenai proses peradilan. Keterangan

tersebut atas permohonan dari Negara yang bersangkutan akan bersifat rahasia. Jika

Jaksa Penuntut kemudian memutuskan untuk kemudian melanjutkan sebuah

penyelidikan, dia akan memberitahukan Negara tersebut bahwa penundaan dari proses

peradilan telah terjadi.

Page 22: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Pasal 20

Ne bis in idem

1. Terkecuali yang disebutkan di dalam Statuta ini, tidak ada seorangpun dapat dibawa ke

Mahkamah atas tindakannya yang menjadi dasar-dasar tindak pidana yang telah

didakwakan kepadanya atau yang telah dibebaskan oleh Mahkamah.

2. Tidak ada seorangpun yang dapat diadili Oleh Mahkamah lain untuk suatu tindak pidana

yang disebutkan di dalam pasal 5 dimana orang tersebut telah dijatuhi hukuman atau

telah dibebaskan oleh Mahkamah.

3. Tidak seorangpun yang telah diadili Oleh Mahkamah lain karena tindakannya yang juga

disebutkan di dalam pasal 6,7 atau 8 akan dituntut oleh Mahkamah karena tindakannya

yang sama terkecuali jika proses peradilan di Mahkamah yang lain tersebut:

(a) Bertujuan untuk melindungi orang yang dimaksud dari pertanggungjawaban pidana

atas tindak pidana di dalam wilayah yurisdiksi dari Mahkamah tersebut; atau

(b) Tidak dilakukan secara mandiri atau tidak memihak dengan menunjuk pada norma-

norma dari peradilan yang diakui oleh hukum internasional dan dilakukan dengan

cara yang tidak konsisten dengan tujuan untuk mencapai keadilan.

Pasal 21

Penerapan Hukum

1. Mahkamah akan menerapkan:

(a) Pada awalnya, Statuta ini, unsur-unsur tindak pidana dan aturan tentang

prosedur dan pembuktiannya;

(b) Kemudian, jika pantas, perjanjian-perjanjian yang dapat diterapkan, prinsip-

prinsip dan peraturan dari hukum internasional, termasuk prinsip yang ada dari

hukum internasional tentang konflik bersenjata.

(c) Gagalnya, prinsip-prinsip umum dari hukum yang diambil oleh Mahkamah dari

hukum-hukum nasional dari system hukum dunia termasuk, jika pantas, hukum

nasional dari Negara-Negara yang pada umumnya akan menerapkan yurisdiksi

atas suatu tindak pidana, jika prinsip-prinsip tersebut tidak konsisten dengan

Page 23: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Statuta dan hukum internasional dan norma dan standar internasional yang

diakui.

2. Mahkamah dapat menerapkan prinsip-prinsip dan peraturan hukum seperti yang

dijelaskan dalam keputusan-keputusan sebelumnya.

3. Penerapan dan penafsiran dari hukum di dalam pasal ini harus konsisten dengan hak

asasi internasional yang diakui, dan tidak mengandung hal-hal menentang yang

menunjuk pada jenis kelamin seperti yang dijelaskan di dalam pasal 7 ayat (3), umur,

ras, warna kulit, bahasa, agama atau kepercayaan, pendapat politis atau opini lainnya,

etnik atau asal usul, harta kekayaan, kelahiran atau status lainnya.

BAGIAN 3

PRINSIP-PRINSIP UMUM DI DALAM HUKUM PIDANA

Pasal 22

Nullum crimen sine lege

1. Seseorang tidak dapat bertanggungjawab secara pidana berdasarkan Statuta ini kecuali

jika tindakan tersebut pada waktu dilakukan merupakan suatu tindak pidana di dalam

yurisdiksi dari Mahkamah ini.

2. Definisi dari suatu tindak pindana atas diartikan dengan sempit dan tidak akan

dijelaskan lebih lanjut dengan analogy. Jika terjadi ketidakjelasan, definsi tersebut

akan diartikan dengan lebih menguntungkan orang yang sedang diselidiki, dituntut

atau didakwa.

3. Pasal ini tidak mempengaruhi karakterisi dari tindakan yang dianggap tindak pidana

oleh hukum internasional di dalam Statuta ini.

Pasal 23

Nulla poena sine lege

Seseorang yang telah didakwa oleh Mahkamah hanya dapat dijatuhi hukuman sesua dengan

Statuta ini.

Page 24: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Pasal 24

Non-retroactivity ratione personae

1. Tidak ada seorangpun bisa bertanggungjawab secara pidana berdasarkan Statuta ini

untuk suatu tindakan sebelum berlakunya Statuta ini.

2. Saat terjadinya perubahan pada hukum yang berlaku terhadap suatu kasus sebelum

keputusan akhir, hukum yang lebih menguntungkan orang yang sedang diselidiki,

dituntut atau didakwalah yang berlaku.

Pasal 25

Tanggung Jawab Pidana Secara Pribadi

1. Mahkamah mempunyai yuridiksi atas pribadi kodrati menurut Statuta ini.

2. Seseorang yang melakukan suatu kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah

akan secara bertanggung jawab secara pribadi dan dapat dihukum sesuai dengan

Statuta ini.

3. Sesuai dengan Statuta ini, seseorang akan menjadi bertanggung jawab secara pidana

dan dapat dihukum untuk suatu kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi dari Mahkamah

dari orang tersebut jika:

(a) Melakukan suatu kejahatan, apakah itu sebagai individu, atau secara perbarengan

atau melalui orang lain, tanpa memandang apakah orang lain tersebut bertanggung

jawab secara pidana.

(b) Memerintahkan, mengusahakan, atau mempengaruhi dapat terjadinya suatu

kejahatan yang terjadi atau percobaan melakukannya.

(c) Bertujuan memberikan fasilitas untuk dapat terjadinya kejahatan tersebut, alat

bantu dan segala bentuk perbantuan agar dapat terjadinya atau percobaan

melakukannya, termasuk menyediakan cara untuk melakukannya.

(d) Dengan cara lain memperbantukan terjadinya atau percobaan terjadinya kejahatan

tersebut oleh suatu kelompok yang bertindak dengan tujuan yang sama.

Perbantuan semacam itu adalah dengan sengaja dan antara lain:

Page 25: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(i) Dilakukan dengan tujuan melanjutkan tindakan kejahatan atau tujuan

kejahatan dari kelompok tersebut, dimana perbuatan atau tujuan tersebut

melibatkan terjadinya kejahatan tersebut di dalam wilayah yurisdiksi

Mahkamah; atau:

(ii) Dilakukan atas niatan dari kelompok tersebut untuk melakukan kejahatan

tersebut.

(e) Untuk kejahatan genocide yang secara langsung dan terbuka mempengaruhi orang

lain untuk melakukan genocide.

(f) Percobaan melakukan suatu kejahatan dengan cara mengambil tindakan yang

berakibat berlangsungnya kejahatan tersebut dengan langkah-langkah tertentu,

tetapi kejahatan tersebut tidak terselesaikan karena hal-hal diluar kendali dari niat

orang tersebut. Namun, bendasiapa yang membatalkan niatnya untuk melanjutkan

kejahatan tersebut atau mencegah terselesaikannya kejahatan tersebut tidak dapat

dihukum berdasarkan Statuta ini untuk percobaan kejahatan tersebut, jika orang

tersebut secara penuh dan sukarela membatalkan kejahatan tersebut.

4. Tidak ada ketentuan di dalam Statuta ini yang berhubungan kepada tanggung jawab

pidana secara pribadi akan mempengaruhi tanggung jawab dari Negara-Negara Bagian

dalam hukum internasional.

Pasal 26

Perkecualian atas yurisdiksi untuk yang belum berumur 18 tahun

Mahkamah tidak mempunyai yurisdiksi untuk orang yang belum berumur 18 tahun pada saat

terjadinya suatu kejahatan yang dimaksud.

Pasal 27

Tidak Relevannya Jabatan Resmi

1. Statuta ini akan berlaku kepada setiap orang tanpa melihat perbedaan berdasarkan

jabatannya dalam pemerintahan. Terutama kedudukan pemerintahan sebagai Kepala

Negara Bagian atau Pemerintahan, Peserta dari Pemerintahan atau Parlemen,

Page 26: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Perwakilan yang dipilih atau pejabat pemerintah tidak akan mengecualikan seseorang

dari tanggung jawab pidana yang diatur dalam Statuta ini, atau akan memberikan dasar

untuk pengurangan masa hukuman.

2. Kekebalan atau peraturan prosedural khusus yang melekat pada kapasitas jabatan

seseorang, dibawah hukum nasional atau internasional, tidak akan membatasi

Mahkamah dalam melakukan yurisdiksinya terhadap orang tersebut.

Pasal 28

Tanggungjawab dari komandan atau atasan lainnya

Selain dari dasar-dasar tanggung jawab pidana lainnya sebagaimana yang diatur di dalam

Statuta ini untuk kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah, maka:

(a) Seorang komandan militer atau orang yang bertindak sebagai komandan militer akan

menjadi bertanggung jawab secara pidana untuk kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi

Mahkamah yang dilakukan oleh pasukan dibawah komando dan kewenangannya, atau

otoritas dan kewenangannya sebagai akibat dari kegagalannya dalam mengendalikan

pasukannya, dimana:

(i) Komandan militer atau orang tersebut mengetahui atau melihat keadaan pada

waktu itu seharusnya mengetahui bahwa pasukannya melakukan atau mencoba

untuk melakukan suatu kejahatan; dan

(ii) Komandan militer atau orang tersebut gagal untuk melakukan segala tindakan

yang diperlukan sesuai dengan kekuasaannya untuk mencegah terjadinya atau

untuk melaporkannya kepada pihak-pihak yang berwenang untuk diadakan

penyelidikan dan penuntutan.

(b) Dengan memperhatikan hubungan jenjang kepangkatan yang tidak disebutkan di dalam

ayat (a), seorang atasan akan bertanggung jawab secara pidana di dalam wilayah

yurisdiksi dari Mahkamah yang dilakukan oleh bawahannya dibawah otoritas dan

kewenangannya, sebagai akibat dari kegagalannya mengendalikan bawahannya,

dimana:

Page 27: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(i) Atasan tersebut mengetahui atau secara sadar tidak menghiraukan informasi yang

dengan jelas menyatakan bahwa bawahannya telah melaksanakan atau akan

melaksanakan suatu kejahatan.

(ii) Kejahatan yang berhubungan dengan perbuatan yang dibawah tanggung jawab

dan kewenangan atasannnya; dan

(iii) Atasan tersebut gagal mengambil segala tindakan yang diangap perlu dibawah

kewenangannya untuk mencegah terjadinya atau untuk melaporkannya kepada

pihak-pihak yang berwengan untuk diadakan penyelidikan dan penuntutan.

Pasal 29

Tidak berlakunya pembatasan dalam Statuta

Kejahatan yang terjadi di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah tidak tunduk pada batasan-

batasan Statuta apapun.

Pasal 30

Unsur-unsur Kejiwaan

1. Jika disediakan sebelumnya, sesorang akan bertanggung jawab secara pidana dan dapat

dihukum untuk suatu kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi suatu Mahkamah hanya

jika elemen materi dilakukan dengan niatan dan pengetahuan.

2. Seseorang mempunyai niatan jika:

(a) Dalam hubungannya dengan perbuatan, orang tersebut bermaksud untuk

melakukan perbuatan.

(b) Dalam hubungannya dengan akibat, orang tersebut bermaksud untuk melakukan

suatu akibat atau sadar bahwa hal tersebut akan terjadi dalam keadaan biasa.

Page 28: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

3. "Pengetahuan" berarti kesadaran bahwa suatu keadaan ada atau akibat akan terjadi

dalam keadaan biasa. "Tahu" dan "Mengetahui" akan diartikan dengan sesuai.

Pasal 31

Dasar-dasar pengecualian tanggung jawab pidana

1. Selan dari dasar-dasar tanggung jawab pidana lainnya yang mengecualikan tanggung

jawab pidana sebagaimana yang diatur di dalam Statuta ini, seseorang tidak

bertanggung jawab secara pidana jika, pada saat orang tersebut melakukan perbuatan:

(a) Orang tersebut menderita penyakit kejiwaan atau kecacatan yang menghancurkan

kemampuan seseorang untuk menyadari tindakan melawan hukum atau sifat dari

perbuatannya, atau kemampuan untuk menguasai perbuatannya untuk mematuhi

persyaratan hukum.

(b) Orang tersebut di dalam keadaan keracunan, yang menghancurkan kemampuan

seseorang untuk menyadari tindakan melawan hukum atau sifat dari perbuatannya,

atau kemampuan untuk menguasai perbuatannya untuk mematuhi persyaratan

hukum, kecuali jika orang tersebut dengan suka rela menjadi meracunkan di dalam

keadaan dimana orang tersebut mengetahui atau tidak menghiraukan akibat yang

sebagai akibat dari keracunan tersebut sangat mungkin terlibat di dalam suatu

perbuatan yang berakibat suatu kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah.

(c) Orang tersebut bertindak secara wajar untuk melindungi dirinya atau orang lain,

atau di dalam hal kejahatan perang, benda yang penting untuk bertahan hidup dari

orang tersebut atau orang lain atau benda yang penting untuk mencapai suatu misi

militer, terhadap suatu ancaman dan pengadopsian paksaan(force) secara melawan

hukum dengan cara yang berbahaya terhadap orang tersebut atau orang lain atau

benda yang dilindungi. Bahwa orang tersebut terlibat di dalam operasi pertahanan

yang dilakukan oleh pasukan?(forces) tidak memberikan dasar yang cukup unttk

mengecualikan tanggung jawab pidana dalam butir ini.

(d) Perbuatan yang dianggap sebagai suatu kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi

suatu Mahkamah yang diakibatkan oleh tekanan karena ancaman kematian atau

penganiyaan berat secara terus menerus atau seketika terhadap orang tersebut atau

Page 29: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

orang lain, dan orang tersebut bertindak seperlunya dan sewajarnya untuk

menghindari ancaman ini, asalkan orang tersebut tidak berniat untuk

mengakibatkan bahaya melebihi yang perbuatan yang ingin dihindarinya.

Ancaman tersebut dapat:

(i) Dibuat oleh pihak lain; atau

(ii) Dibuat oleh kejadian diluar kekuasaan orang tersebut.

2. Mahkamah akan memastikan dasar-dasar penerapan pengecualian tanggung jawab

pidana sebagaimana yang diatur di dalam Statuta ini.

3. Saat persidangan , Mahkamah dapat mempertimbangkan dasar untuk mengecualikan

tanggung jawab pidana selain dari apa yang diatur di dalam ayat (1) dimana dasar

tersebut diambil dari hukum yang berlaku sebagaimana yang diatur di dalam pasal 21.

Prosedur yang berhubungan pertimbangan dasar tersebut diatur di dalam Peraturan

Prosedural dan Bukti.

Pasal 32

Kesalahan fakta atau kesalahan hukum

1. Suatu kesalahan fakta akan menjadi dasar untuk mengecualikan tanggung jawab pidana

hanya jika batalkan elemen kejiwaan yang dipersyaratkan untuk suatu kejahatan.

2. Suatu kesalahan hukum dimana suatu jenis tindakan adalah suatu kejahatan di dalam

wilayah yurisdiksi dari Mahkamah tidak akan menjadi dasar untuk mengecualikan

tanggung jawab pidana. Suatu kesalahan hukum namun dapat menjadi dasar

mengecualikan tanggung jawab pidana jika membatalkan elemen kejiwaan yang

dipersyaratkan untu suatu kejahatan, atau sebagaimana yang diatur di dalam pasal 33.

Pasal 33

Perintah atasan dan petunjuk hukum

1. Bahwa suatu kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah telah dilakukan oleh

seseorang yang menerima perintah dari Pemerintah atau seorang atasan, baik militer

maupun sipir, tidak membebaskan orang tersebut dari tanggung jawab pidana, kecuali:

Page 30: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(a) Orang tersebut sedang dibawah kewajiban hukum untuk mematuhi perintah dari

Pemerintah atau dari atasan yang dimaksud;

(b) Oranng tersebut tidak mengetahui bahwa perintah tersebut adalah melawan

hukum; dan

(c) Perintah tersebut tidak secara jelas melawan hukum.

2. Perintah untuk genocide atau kejahatan terhadap kemanusiaan dianggap jelas melawan

hukum.

BAGIAN 4

KOMPOSISI DAN ADMINISTRASI DARI MAHKAMAH

Pasal 34

Organ dari Mahkamah

Mahkamah terdiri dari organ-organ sebagai berikut:

(a) Kepresidenan;

(b) Divisi Banding; Divisi Peradilan dan Divisi Pra-Peradilan;

(c) Kantor Penuntut Umum;

(d) Kepaniteraan

Pasal 35

Pelayanan Hakim

1. Semua hakim akan dipilih sebagai Peserta tetap dari Mahkamah dan akan bertugas

sejak pengangkatan mereka.

2. Hakim yang merupakan Peserta Kepresidenan akan bertugas secara penuh langung

setelah pengangkatan mereka.

3. Kepresidenan dapat dengan dasar beban kerja Mahkamah dan dengan konsultasi para

Pesertanya, memutuskan sewaktu-waktu sejauh mana hakim yang ada diperlukan

untuk bertugas secara penuh. Pengaturan seperti itu adalah tanpa kecurigaan terhadap

pasal 40.

Page 31: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

4. Pengaturan keuangan untuk hakim-hakim yang tidak dipersyaratkan untuk penugasan

penuh diatur di dalam pasal 49.

Pasal 36

Kualifikasi, nominasi dan pemilihan hakim

1. Sesuai dengan ketentuan pasal 2, akan terdapat 18 hakim Mahkamah.

2. (a) Kepresidenan, yang bertindak atas nama Mahkamah, dapat mengajukan

permohonan peningkatan jumlah hakim sebagaimana yang atur di dalam ayat (1),

dengan memberikan alasan-alasan mengapa hal tersebut dianggap diperlukan dan

pantas. Kepala Panitera akan menyebarkanluaskan proposal semacam itu ke semua

Negara Peserta.

(b) Proposal semacam itu akan kemudian dipertimbangakan pada pertemuan dari

Negara Peserta yang akan buat sesuai dengan pasal 112. Proposal tersebut akan

dipertimbangkan untuk digunakan jika disetujui oleh pertemuan dengan suara dua

per tiga dari Negara Peserta dan akan mempunyai kekuatan hukum pada saat yang

ditentuakan oleh Negara Peserta.

(c) (i) Saat proposal untuk peningkatan jumlah hakim telah digunakan menurut butir

(b), pemilihan hakim tambahan akan diselenggarakan pada sesi berikut dari

Negara Peserta sesuai dengan pasal 3-8, dan pasal 37 ayat 2;

(ii) Saat proposal untuk peningkatan jumlah hakim telah digunakan dan

mempunyai kekuatan hukum menurut butir (b) dan (c) (i), maka proposal itu

akan terbuka bagi Kepresidenan pada waktu setelah itu, jika beban kerja

Mahkamah mengizinkan, untuk mengajukan permohonan pengurangan

jumlah Peserta hakim, asalkan jumlah hakim tidak kurang dari yang diatur

dalam pasal 1. Proposal tersebut akan digunakan sesuai dengan prosedur yang

diatur di dalam ayat (a) dan (b). Dalam hal proposal tersebut digunakan,

jumlah hakim akan dikurangi pada saat masa jabatan hakim tersebut berakhir,

sampai jumlah yang diperlukan telah dicapai.

Page 32: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

3. (a) Hakim yang telah dipilih dari orang-orang yang mempunyai karakter moral, rasa

keadilan, dan integritas yang tinggi yang memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan

dari Negara Bagian mereka untuk penunjukkan hingga jabatan yudikatif tertinggi.

(b) Setiap calon pemilihan untuk Mahkamah akan:

(i) Sudah mempunyai kemampuan dalam prosedur dan hukum pidana, dan

pengalaman cukup yang sesuai, baik sebagai seorang hakim, penuntut umum,

advokat, atau di dalam kapasitas yang sejenis dalam persidangan pidana; atau

(ii) Sudah mempunyai kemampuan yang berhubungan dengan bidang-bidang

hukum internasional seperti hukum kemanusiaan internasional dan hukum hak

asasi manusia, dan mempunyai pengalaman yang tinggi sebagai seorang

profesional di bidang hukum yang berhubungan dengan pekerjaan yudikatif di

Mahkamah.

(c) Setiap calon untuk Mahkamah mempunyai pengetahuan yang baik dan dapat

berbahasa lebih dari satu bahasa yang digunakan di Mahkamah.

4. (a) Nominasi untuk calon pemilihan untuk Mahkamah dapat dibuat oleh Partai Negara

Bagian manapun kepada Statuta ini, dan dapat dibuat baik dengan:

(i) Prosedur yang disediakan untuk nominasi calon untuk penunjukkan ke jabatan

yudikatif tertinggi di Negara Bagian yang berkepentingan; atau

(ii) Prosedur yang disediakan untuk nominasi calon untuk Mahkamah Pengadilan

Internasional dalam Statuta dari Mahkamah tersebut. Nominasi akan

diikutsertakan dengan suatu pernyataan dengan penjelasan yang sesuai yang

menjelaskan bagaiman seorang calon dapat memenuhi persyaratan dari pasal

3.

(b) Setiap Partai Negara Bagian dapat mengajukan satu orang calon untuk pemilihan

manapun yang tidak harus merupakan warga Negara dari Partai Negara Bagian

tersebut, tetapi harus merupakan warga Negara dari salah satu Partai Negara

Bagian.

(c) Dewan Partai Negara Bagian dapat memutuskan untuk membentuk, jika diperlukan

suatu Komite Penasehat untuk pencalonan. Dalam hal ini, komposisi dan mandat

dari Komisi tersebut akan dibentuk oleh Dewan Partai Negara Bagian.

5. Untuk tujuan dari pemilihan, akan terdapat dua daftar calon:

Page 33: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Daftar A berisi nama-nama dari para calon dengan kualifikasi yang sebagaimana diatur

di dalam ayat (3) butir (b) (i); dan

Daftar B yang berisi nama-nama kandidat dengan kualifikasi yang sebagaimana diatur

di dalam ayat (3) butir (b) (ii).

Seorang calon dengan kualifikasi yang memadai untuk kedua daftar tersebut dapat

memilih daftar mana yang digunakan. Pada pemilihan pertama Mahkamah, sedikitnya

9 (sembilan) hakim akan dipilih dari daftar A dan sedikitnya 5 hakim dari daftar B.

Pemilihan susulan akan diatur sedemikian rupa untuk menjaga proporsi sesuai dari

hakim Mahkamah yang memenuhi syarat dari kedua daftar tersebut.

6. (a) Para hakim akan dipilih dengan suara rahasia pada suatu pertemuan dari Dewan

Partai Negara bagian yang dikumpulkan untuk tujuan yang diatur dalam pasal 112.

Menurut ayat (7), mereka yang dipilih keMahkamah akan terdiri dari 18 (delapan

belas) calon yang telah mendapatkan jumlah suara terbanyak dan dua per tiga

suara mayoritas dari Partai Negara Bagian yang hadir dan memilih.

(b) Dalam kejadian bahwa jumlah hakim yang cukup tidak terpilih dalam penarikan

suara pertama kali, penarikan susulan akan diselenggarakan sesuai dengan

prosedur sebagaimana disebutkan dalam butir (a) sampai jabatan yang kosong

terpenuhi.

7. Tidak boleh ada beberapa hakim yang berasal dari Negara Bagian yang sama. Seorang

yang untuk tujuan kePesertaan dari Mahkamah, dapat dianggap sebagai seorang warga

Negara dari lebih dari satu Negara Bagian, akan dianggap sebagai warga Negara dari

Negara Bagian diman orang tersebut sehari-hari menggunakan hak sipil dan politiknya.

8. (a) Partai Negara Bagian akan, dalam pemilihan hakim mempertimbangkan keperluan

di dalam kePesertaan Mahkamah untuk:

(i) Perwakilan prinsip dasar sistem hukum dunia

(ii) Perwakilan daerah yang adil; dan

(iii) Perwakilan yang adil antara hakim perempuan dan pria

(b) Partai Negara Bagian juga mempertimbangkan keperluan untuk memasukkan

hakim dengan keahlian hukum untuk bidang-bidang tertentu, termasuk, tetapi

tidak terbatas pada, kekerasan terhadap perempuan atau anak.

Page 34: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

9. (a) Tunduk pada ayat butir (b), hakim akan memegang jabatan selama 9 tahun dan dan,

tunduk pada butir (c) dan pasal 37 ayat (2), tidak memenuhi persyaratan untuk

pemilihan kembali.

(b) Pada pemilihan pertama, satu per tiga dari hakim yang terpilih akan dipilih diundi

untuk menjabat selama 3 (tiga) tahun; satu per tiga hakim yang terpilih akan

dipilih dengan diundi untuk untuk menjabat selama 6 (enam) tahun; dan sisanya

akan menjabat selama 9 (sembilan) tahun.

(c) Seorang hakim yang dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun menurut butir (b)

akan memenuhi syarat untuk pemilihan kembali untuk masa jabatan penuh.

10. Selain ayat 9, seorang hakim yang ditunjuk ke suatu Persidangan atau Kamar Banding

menurt pasal 39 akan terus memegang jabatan untuk menyelesaikan persidangan atau

banding yang telah dilaksanakan sebelum dari Kamar.

Pasal 37

Lowongan Yudikatif

1. Dalam keadaan adanya lowongan, suatu pemilihan akan diadakan menurut pasal 36

untuk mengisi lowongan tersebut.

2. Seorang hakim yang dipilih untuk mengisi lowongan akan menjabat untuk sisa masa

jabatan pendahulunya dan, jika masa tersebut 3 tahun atau kurang, akan memenuhi

persyaratan untuk pemilihan kembali untuk masa jabatan penuh menurut pasal 36.

Pasal 38

Kepresidenan

1. Presiden dan Wakil Presiden Pertama dan Kedua akan dipilih oleh mayoritas absolut

hakim. Mereka akan memegang jabatan selama selama 3 tahun atau sampai

berakhirnya masa jabatan mereka sebagai hakim, mana yang datang lebih dulu.

Mereka akan memenuhi persyaratan untuk pemilihan kembali satu kali.

2. Wakil Presiden Pertama akan bertindak di tempat Presiden dalam kejadian Presiden

tidak berada di tempat atau dipecat. Wakil Presiden Kedua, akan bertindak di tempat

Page 35: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Presiden dalam keadaan kedua Presiden dan Wakil Presiden Pertama tidak ada

ditempat atau dipecat.

3. Presiden bersama dengan Wakil Presiden Pertama, akan membentuk Kepresidenan,

yang akan bertanggung jawab untuk:

(a) Administrasi sesuai untuk Mahkamah, dengan perkecualian Kantor Penuntut

Umum; dan

(b) Fungsi lainnya yang diberikan kepadanya yang diatur di dalam Statuta ini.

4. Dalam membebaskan tanggung jawabnya menurut butir 3 (a), Kepresidenan akan

mengkoordinasikan dengan dan meminta persetujuan Penuntut Umum pada semua hal

yang berhubungan.

Pasal 39

Kamar-Kamar

1. Sesegera mungkin setelah pemilihan para hakim, Mahkamah akan mengatur dirinya

menjadi divisi-divisi yang diatur dalam pasal 34 ayat (b). Divisi banding akan terdiri

dari Presiden dan empat orang hakim lainnya, Divisi Peradilan tidak kurang dari enam

hakim dan Divisi Pra-Peradilan tidak kurang dari enam hakim. Penunjukkan hakim

kepada divisi-divisi akan berdasarkan sifat dari fungsi-fungsi yang akan dilaksanakan

oleh setiap divisi dan kualifikasi dan pengalaman dari para hakim yang dipilih kepada

Mahkamah, dalam cara yang setiap divisi akan berisi suatu kombinasi cocok dari

keahilian dalam bidang hukum dan prosedur dan dalam hukum internasional. Divisi

Peradilan dan Pra-Peradilan akan terdiri dari mayoritas hakim dengan pengalaman

persidangan pidana.

2. (a) Fungsi yudikatif dari Mahkamah akan diselenggarakan oleh setiap divisi oleh

Kamar.

(b) (i) Kamar Banding akan terdiri dari semua hakim di Divisi Banding;

(ii) Fungsi dari Kamar Banding akan diselenggarakan oleh tiga hakim dari Divisi

Banding;

Page 36: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(iii) Fungsi dari Kamar Pra-Peradilan akan diselenggarakan baik oleh 3 (tiga)

hakim dari Divisi Pra-Peradilan atau oleh seorang hakim tunggal dari divisi

tersebut sesuai dengan Statuta ini dan Peraturan Prosedural dan Bukti;

(c) Tidak ada di dalam ayat ini yang membatasi pembentukan berlanjut akan lebih dari

satu Kamar Peradilan atau Kamar Pra-Peradilan saat beban kerja Mahkamah akan

manajemen yang efisien mensyaratkan.

3. (a) Hakim yang ditunjuk untuk Divisi Peradilan dan Pra-Peradilan akan memegang

jabatan di divisi-divisi tersebut selama 3 (tiga) tahun, dan kemudian hingga

selesainya kasus apapun yang sudah berlanjut di divisi yang berkepentingan.

(b) Hakim yang ditunjuk ke Divisi Banding akan memegang jabatan di divisi selama

masa jabatan mereka.

4. Hakim yang ditunjuk untuk Divisi Banding akan memegang jabatan hanya di divisi

tersebut. Tidak ada di dalam pasal ini yang membatasai penugasan sementara hakim

dari Divisi Peradilan kepada Divisi Pra-Peradilan atau sebaliknya, jika Kepresidenan

mempertimbangkan bahwa managemen efisien dari beban kerja Mahkamah

mengizinkan, asalkan dibawah keadaan apapun tidak boleh seorang hakim yang

berpartisipasi di dalam fase pra-peradilan dari sebuah kasus memenuhi syarat untuk

duduk di Kamar Peradilan dari kasus tersebut.

Pasal 40

Kemandirian Hakim

1. Hakim akan mandiri dalam melakukan fungsinya.

2. Hakim tidak akan terlibat dalam suatu kegiatan yang dimungkinkan menghalangi

fungsi yudikatifnya atau mempengaruhi keyakinannya dalam kemandiriannya.

3. Hakim yang dipersyaratkan untuk memegang jabatan penuh di Mahkamah tidak akan

terlibat di dalam pekerjaan lain yang bersifat profesional.

4. Pertanyaan mengenai penerapan dari ayat (2) dan (3) akan diputuskan oleh mayoritas

absolut hakim. Pertanyaan yang melibatkan seorang hakim secara pribadi, hakim

tersebut tidak akan turut serta dalam pengambilan keputusannya.

Page 37: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Pasal 41

Pengunduran dan penarikan hakim

1. Kepresidenan dapat, atas permintaan hakim, menerima pengunduran diri dari hakim

tersebut dalam melaksanakan fungsinya menurut Statuta ini, sesuai dengan Peraturan

Prosedural dan Bukti.

2. (a) Seorang hakim tidak akan ikut serta di dalam kasus apapun dimana obyetifitasnya

diragukan atas dasar apapun. Sorang hakim dapat ditarik dari suatu kasus sesuai

dengan ayat ini, jika inter alia, hakim tersebut sebelumnya terlibat dalam kasus

tersebut dengan kapasitas apapun di hadapan Mahkamah atau dalam kasus pidana

yang berhubungan pada tingkat nasional yang melibatkan orang yang sedang

diselidiki atau dituntut. Seorang hakim juga dapat ditarik dengan dasar yang telah

diatur dalam Peraturan Prosedural dan Bukti.

(b) Penuntut Umum atau orang yang sedang diselidiki atau dituntut dapat mengajukan

permohonan untuk penarikan seorang haim menurut ayat ini.

(c) Pertanyaan mengenai penarikan seorang hakim akan diputuskan oleh mayoritas

absolut hakim. Hakim yang berkepentingan akan berhak memberikan

pernyataannya mengenai masalah ini, tetapi tidak boleh ikut serta di dalam proses

pengambilan keputusan.

Pasal 42

Kantor Penuntut Umum

1. Kantor Penuntut Umum akan bertindak secara mandiri sebagai organ yang terpisah

dari Mahkamah. Kantor Penuntut Umum akan bertanggung jawab dalam menerima

penunjukkan dan informasi penting lainnya pada kejahatan-kejahatan di dalam wilayah

yurisdiksi Mahkamah, dalam memeriksanya dan dalam melakukan penyelidikan dan

penuntutan di hadapan Mahkamah. Soerang Peserta Kantor tidak akan mencari atau

bertingdak atas informasi dari sumber luar.

2. Kantor tersebut akan dipimpin oleh Penuntut Umum. Penuntut Umum akan

mempunyai kewenangan penuh atas manajemen dan administrasi dari Kanotr,

Page 38: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

termasuk pegawai, fasilitas dan sumber-sumber lainnya. Penuntut Umum akan dibantu

oleh satau atau lebih Wakil Penuntut Umum, yang akan berhak untuk

menyelenggarakan kegiatan apapun yang diperlukan oleh Penuntut Umum menurut

Statuta ini. Penuntut umum dan Wakil-wakil Penuntut Umum akan terdiri dari

kewargaNegaraan yang berbeda. Mereka akan memegang jabatan secara penuh.

3. Penuntut Umum dan Wakil-wakil Penuntut Umum adalah orang dengan karakter moral

yang tinggi, sangat berkemampuan dalam dan mempunyai pengalaman praktek yang

luas dalam penuntutan atau persidangan kasus pidana. Mereka akan mempunyai

pengetahuan yang baik dan dapat berbahasa lebih dari satu bahasa yang digunakan di

Mahkamah dengan baik.

4. Penuntut Umum akan dipilih dengan suara rahasi oleh suatu mayoritas absoulut dari

Peserta Dewan Partai Negara Bagian. Wakil-wakil Penuntut Umum akan dipilih

dengan cara yang sama dari suatu daftar calon yang disediakan oleh Penuntut Umum.

Penuntut Umum akan mencalonkan tiga calon untuk setiap osisi dari Wakil Penuntut

Umum yang akan diisi. Kecuali jika ada masa jabatan yang lebih pendek diputuskan

pada saat pemilihan mereka, Penuntut Umum dan Wakil-walik Penuntut Umum akan

memegang jabatan selama 9 (sembilan) tahun dan tidak memenuhi persyaratan untuk

dipilih kembali.

5. Baik Penuntut Umum atau Wakil-wakil Penuntut Umum tidak akan terlibat di dalam

aktifitas apapun yang dimungkinkan menghalangi dingan fungsi penuntutannya atau

mempengaruhi keyakinannya dalam kemandiriannya. Mereka tidak akan terlibat di

dalam pekerjaan lain yang sifatnya profesional.

6. Kepresidenan dapat menerima pengunduran diri Penuntut Umum atau Wakil Penuntut

Umum dari suatu kasus atas permintaan mereka sendiri.

7. Baik Penuntut Umum atau Wakil Penuntut Umum tidak akan ikut serta di dalam hal-

hal dimana obyektifitas mereka mungkin akan diragukan atas dasar apapun. Mereka

dapat ditarik dari suatu kasus sesuai dengan ayat ini jika, inter alia, mereka

sebelumnya terlibat dalm kasus tersebut dalam kapasitas apapun di hadapan

Mahkamah atau di dalam kasus pidana yang berhubungan pada tingkat nasional yang

melibatkan orang yang sedang diselidiki atau dituntut.

Page 39: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

8. Pertanyaan mengenai penarikan Penuntut Umum dan Wakil Penuntut Umum akan

diputuskan oleh Kamar banding.

(a) Orang yang sedang diselidiki atau dituntut dapat kapan saja memohon penarikan

seorang Penuntut Umum atau Wakil Penuntut Umum dengan dasar yang diatur

dalam ayat ini;

(b) Penuntut Umum atau Wakil Penuntut Umum, selayaknya, akan berhak

memberikan pernyataannya mengenai masalah tersebut;

9. Penuntut Umum akan menunjuk penasehat dengan keahlian hukum tentang bidang

khusus, termasuk, tetapi tidak terbatas pada, kekerasan seksual dan jender dan

kekerasan terhadap anak-anak.

Pasal 43

Panitera

1. Panitera akan bertanggung jawab untuk aspek non-yudikatif dari administrasi dan

pelayanan Mahkamah, tanpa mengabaikan fungsi dan kewenangan dari Penuntut

Umum menurut pasal 42.

2. Panitera akan dipimpin oleh Kepala Panitera, yang akan menjadi pejabat administrasi

dari Mahkamah. Kepala Panitera akan menggunakan fungsinya dibawah kewenangan

dari Presiden Mahkamah.

3. Kepada Panitera dan Wakil Panitera adalah orang yang mempunyai karakter moral

yang tinggi, berkemampuan tinggi dan mempunyai pengetahuan yang baik dan dapat

berbahasa lebih dari satu bahasa yang digunakan di Mahkamah dengan baik.

4. Hakim akan memilih Kepala oleh mayoritas absolut dengan suara rahasia, dengan

mempertimbangkan rekomendasi apapun yang disampaikan oleh Dewan Partai Negara

Bagian. Jika diperlukan dan atas rekomendasi dari Kepala Mahkamah, hakim dapat

memilih dengan cara yang serupa, Wakil Panitera.

5. Kepala Panitera akan memegang jabatan selama 5 (lima) tahun, dan akan memenuhi

syarat untuk pemilihan kembali satu kali dan akan memegang jabatan secara penuh.

Wakil Panitera akan memegang jabatan selama 5 (lima) tahun atau masa yang lebih

singkat yang dapat diputuskan oleh mayoritas absolut para hakim, dan dapat dipilih

Page 40: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

dengan dasar bahwa Wakil Panitera dapat dipanggil untuk memegang jabatan jika

diperlukan.

6. Kepala Panitera akan membentuk Unit Korban dan Saksi di dalam Panitera. Unit ini

akan menyediakan, dalam konsultasi dengan Kanor Penuntut Umum, langkah-langkah

perlindungan dan pengaturan keamanan, jasa nasehat dan bantuan memadai lainnya

untuk para saksi, korban yang datang di hadapan Mahkamah, dan mereka yang teracam

karena pernyataan yang akan diberikan oleh saksi-saksi terseubt. Unit ini akan meliputi

pegawai dengan keahlian dalam bidang trauma, termasuk trauma yang berhubngan

dengan kejahatan kekerasan seksual.

Pasal 44

Pegawai

1. Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan menunjuk pegawai berkualifkasi yang

diperlukan untuk jabatan mereka. Dalam halnya Penuntut Umum, hal ini meliputi

penunjukkan penyelidik.

2. Dalam memperkerjakan pegawai, Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan

memastikan standar tertinggi atas efisiensi dan integritas, dan akan memperhatikan,

mutatis mutandis, kriteria yang diatur alam pasal 36 ayat (8).

3. Kepala Panitera dengan persetujuan dari Kepresidenan dan Penuntut Umum, akan

mengajukan Peraturan Kepegawaian yang meliputi persyaratan dimana pegawai dari

Mahkamah akan ditunjuk, digaji dan dipecat. Peraturan Kepegawaian akan disetujui

oleh Majelis Negara Peserta.

4. Mahkamah dapat, dalam keadaan tertentu memperkerjakan keahlian dari pegawai

sukarela yang ditawarkan oleh Negara Peserta, organisasi antar-pemerintah atau

lembaga swadaya masyarakat untuk membantu pekerjaan organ Mahkamah yang ada.

Penuntut Umum dapat menerima tawaran demikian atas nama Kantor Penuntut Umum.

Pegawai sukarela akan dipekerjakan menurut anggaran dasar yang dibentuk oleh

Majelis Negara Peserta.

Pasal 45

Page 41: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Sumpah jabatan

Sebelum memegang kewajiban mereka menurut Statuta ini, hakim, Penuntut Umum, Wakil-

wakil Penuntut Umum, Kepala Panitera, dan Wakil Panitera masing-masing akan

melaksanakan sumpah jabatan dalam persidangan terbuka untuk menjalankan funsi mereka

masing-masing

Pasal 46

Pemecatan dari jabatan

1. Seorang hakim, Penuntut Umum, Wakil Penuntut Umum, Kepala Panitera, dan Wakil

Panitera akan dipecat dari jabatannyajika terdapat suatu keputusan yang dibuat

menurut ayat (2), dalam kasus dimana orang tersebut:

(a) Diketahui telah melakukan kelalaian yang serius atau pelanggaran serius atas

kewajibannya menurut Statuta ini, yang diatur di dalam Peraturan Prosedural

dan Bukti; atau

(b) Tidak dapat melaksanakan fungsinya menurut Statuta ini.

2. Suatu keputusan mengenai pemecatan jabatan soerang hakim, Penuntut Umum atau

Wakil Penuntut Umum menurut ayat (1) akan dibuat oleh Dewan Partai Negara Bagian

dengan suara rahasia:

(a) Dalam halnya seorang hakim, dengan dua per tiga mayoritas dari Partai Negara

Bagian atas rekomendasi yang digunakan oleh dua per tiga mayoritas hakim

lain.

(b) Dalam halnya Penuntut Umum, dengan mayoritas absoulut dari Partai Negara

Bagian;

(c) Dalam halnya Wakil Penuntut Umum, dengan mayoritas absoulut dari Partai

Negara Bagian dengan rekomendasi dari Penuntut Umum.

3. Seorang hakim, Penuntut Umum, Wakil Penuntut Umum, Kepala Panitera, dan Wakil

Panitera yang perbuatannya atau kemampuannya dalam melaksanakan fungsi

jabatannya yang dipersyaratkan menurut Statuta ini ditantang menurut pasal ini akan

mempunyai kesempatan penuh untuk memberikan dan menerima bukti-bukti dan

Page 42: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

membuat proposal sesuai dengan Peraturan Prosedural dan Bukti. Orang yang

berkepentingan tersebut tidak diikut sertakan di dalam proses pertimbangan materinya.

Pasal 47

Tindakan Disipliner

Seorang hakim, Penuntut Umum, Wakil Penuntut Umum atau Wakil Panitera yang melakukan

kelalaian yang bersifat tidak serius dari yang diatur di dalam pasal 46 ayat (1) akan tunduk

pada ketentuan disipliner, sebagaimana yang diatur dengan Peraturan Prosedural dan

Pembuktian.

Pasal 48

Hak Istimewa dan kekebalan

1. Mahkamah akan menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan dalam wilayah yang

diberikan oleh setiap Negara Peserta yang diperlukan dalam memenuhi tujuannya.

2. Para hakim, Penuntut Umum, Wakil-wakil Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan,

saat terlibat atau berhubungan dengan kegiatan Mahkamah, menikmati keuntungan dan

kekebalan yang sama dengan kepala misi-misi diplomatik dan, setelah berakhirnya

masa jabatan mereka, berlanjut mempunyai kekebalan dari proses hukum segala

bentuknya baik secara lisan maupun tulisan dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

mereka dalam kapasitas jabatannya.

3. Wakil Panitera, pegawai dari Kantor Penuntut Umum dan pegawai dari Pantera akan

menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan dan fasilitas yang diperlukan dalam

melaksanakan fungsinya, sesuai dengan perjanjian terhadap hak-hak istimewa dan

kekebalan dari Mahkamah.

4. Dewan, ahli, saksi atau siapa saja yang diperlukan untuk dihadiri di Mahkamah akan

diberikan kelakuan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya Mahkamah, sesuai

dengan perjanjian terhadap hak-hak istimewa dan kekebalan dari Mahkamah.

5. Hak-hak Istimewa dan Kekebalan dari:

Page 43: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(a) Seorang hakim atau Penuntut Umum dapat dibebaskan oleh mayoritas absoulut

hakim.

(b) Seorang Kepala Panitera dapat dibebaskan oleh Kepresidenan.

(c) Wakil-wakil Penuntut Umum dan pegawan dari Kantor Penuntut Umum dapat

dibebaskan oleh Penuntut Umum.

(d) Wakil Panitera dan pegawai dari Panitera dapat dibebaskan oleh Kepala Panitera.

Pasal 49

Gaji, Tunjangan dan Biaya

Para hakim, Penuntut Umum, Wakil-wakil Penuntut Umum, Kepala Panitera, dan Wakil

Panitera akan menerima gaji, upah dan pengeluaran seperti yang ditentutkan oleh Dewan

Partai Negara Bagian. Gaji dan upah ini tidak akan dikurangi selama masa jabatan mereka.

Pasal 50

Bahasa resmi dan yang digunakan

1. Bahasa resmi dari Mahkamah adalah Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol.

Penilaian dari Mahkamah, baik keputusan lainnya meliputi masalah-masalah

fundamental dihadapan Mahkamah, akan diterbitkan dalam bahasa-bahasa resmi

tersebut. Kepresidenan akan, sesuai dengan kriteria yang dibentuk oleh Peraturan

Prosedural dan Bukti, memastikan keputusan mana yang dapat dianggap sebagai

mengatasi masalah fundamental untuk tujuan dari ayat ini.

2. Bahasa yang digunakan dari Mahkamah adalah bahasa Inggris dan Perancis. Peraturan

Prosedural dan Bukti akan menentukan halnya dimana bahasa resmi lainnya dapat

digunakan sebagai bahasa yang digunakan.

3. Atas permohonan oleh suatu pihak terhadap suatu persidangan atau suatu Negara

Bagian yang diperbolehkan untuk turut campur dalam suatu persidangan , Mahkamah

Page 44: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

akan mengizinkan pengadopsian suatu bahasa selain Inggris atau Perancis untuk

digunakan oleh suatu pihak atau Negara Bagian, asalkan Mahkamah

mempertimbangkan perizinan tersebut cukup dibenarkan.

Pasal 51

Peraturan Prosedural dan Bukti

1. Peraturan Prosedural dan Bukti akan mempunyai kekuatan hkum saat pengadopsian

oleh dua per tiga mayoritas dari Peserta Dewan Partai Negara Bagian.

2. Amandemen terhadap Peraturan Prosedural dan Bukti dapat diajukan permohonan

oleh:

(a) Negara Peserta;

(b) Hakim yang bertindak atas nama mayoritas absolut;

(c) Penuntut Umum.

Amandemen tersebut akan mempunyai kekuatan hukum saat pengadopsian oleh dua

per tiga mayoritas dari Peserta Negara Peserta.

3. Setelah pengadopsian Peraturan Prosedural dan Bukti, dalam kejadian-kejadian

mendesak diman Peraturan tidak mengatur untuk suatu kejadian tertentu dihadapan

Mahkamah, hakim dapat, oleh dua per tiga mayoritas, membuat Peraturan tambahan

untuk diterapkan hingga diadopsi, diamandemen atau ditolak pada rapat biasa rapat

khusus dari Dewan Partai Negara Bagian.

4. Peraturan Prosedural dan Bukti, amandemen dan Peraturan tambahan akan konsisten

dengan Statuta ini. Amandemen terhadap Peraturan Prosedural dan Bukti dan

Peraturan tambahan tidak akan diterapkan secara berlaku surut kepada orang yang

sedang diselidiki atau di tuntut atau orang yang telah didakwa.

5. Dalam halnya ada pertentangan antara Statuta dan Peraturan Prosedural dan Bukti,

maka Statuta yang dipakai.

Pasal 52

Regulasi Mahkamah

Page 45: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

1. Hakim akan, menurut Statuta ini dan Peraturan Prosedural dan Bukti, mengadiopsi

dengan mayoritas absolut, Regulasi dari Mahkamah yang diperlukan untuk fungsi

sehari-harinya.

2. Penuntut Umum dan Kepala Panitera akan dikonsultasikan dalam penjabaran dari

Regulasi dan adanya bentuk amandemen.

3. Regulasi dan bentuk amandemen akan mempunyai kekuatan hukum saat pengadopsian

kecuali jika diputuskan lain oleh para hakim. Segera setelah pengadopsian, mereka

akan disebarluaskan kepada Partai Negara Bagian untuk dikomentari. Jika dalam 6

(enam) bulan tidak ada keberatan dari mayoritas Partai Negara Bagian, mereka akan

mempunyai kekuatan tetap.

BAGIAN 5

PENYELIDIKAN DAN PENUNTUTAN

Pasal 53

Pelaksanaan suatu penyelidikan

1. Penuntut Umum akan, setelah memeriksa informasi yang disedikan kepadanya,

mengadakan suatu penyelidikan kecuali dia memutuskan tidak adanya dasar yang

memadai untuk melanjutkannya menurut Statuta ini. Dalam memutuskan apakah perlu

diadakan suatu penyelidikan, Penuntut Umum akan mempertimbangkan apakah:

(a) Informasi yang tersedia untuk Penuntut Umum menyediakan dasar yang memadai

untuk meyakini bahwa suatu kejahatan di dalam wilayah yurisdiksi Mahkamah

telah atau sedang terjadi.

(b) Kasus tersebut pasti atau mungkin ditolak menurut pasal 17; dan

(c) Dengan melihat sifat dari kejahatannya dan kepentingan dari para korban, tidak

adanya alasan substansif untuk meyakini bahwa suatu penyelidikan tidak akan

mencapai kepentingan keadilan.

Jika Penuntut Umum menentukan bahwa tidak ada dasar yang memadai untuk

melanjutkan dan penentuan ini hanya berdasarkan ayat (c) diatas, maka dia akan

memberitahukan Kamar Pra-Peradilan.

Page 46: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

2. Jika, saat penyelidikan, Penuntut Umum berkesimpulan bahwa tidak ada dasar yang

memadai untuk suatu penuntutan karena:

(a) Tidak adanya dasar hukum atau fakta yang memadai untuk mengeluarkan suatu

surat perintah atau surat panggilan menurut pasal 58;

(b) Kasus akan ditolak menurut pasal 17; atau

(c) Penuntutan tidak mempunyai kepentingan keadilan, setelah melihat semua

kemungkinan, termasuk sifat dari kejahatannya, kepentingan dari para korban dan

umur dari terdakwa, dan perannya dalam kejahatan tersebut;

Penuntut Umum akan memberitahu Kamar Pra-Peradilan dan Negara Bagian yang

menunjuk pada pasal 14 atau kepada Dewan Keamanan dalam suatu kasus menurut

pasal 13, ayat (b), dari kesimpulannya dan alasan dari kesimpulannya.

3. (a) Atas permohonan Negara Bagian yang menunjuk pada pasal 14 atau Dewan

Keamanan pada pasal 13, ayat (b), Kamar Pra-Peradilan dapat meninjau kembali

keputusan dari Penuntut Umum menurut ayat (1) atau (2) untuk tidak melanjutkan

dan dapat meminta Penuntut Umum untuk mempertimbankan kembali

keputusannya.

(b) Selain itu, Kamar Pra-Peradilan dapat, atas inisiatifnya sendiri, meninjau kembali

suatu keputusan dari Penuntut Umum untuk tidak melanjutkan jika hanya

berdasarkan ayat (1) butir (c) atau ayat (2) butir (c). Dalam halnya terseubt,

keputusan dari Penuntut Umum akan berlaku hanya jika dikonfirimasikan oleh

Kamar Pra-Peradilan.

4. Penuntut Umum dapat, sewaktu-waktu mempertimbangkan kembali suatu keputusan

baik untuk melakukan suatu penyelidikan atau penuntutan berdasarkan fakta baru atau

informasi.

Pasal 54

Tanggung jawab dan kekuasaan dari Penuntut Umum yang berhubungan

dengan penyelidikan

1. Penuntut umum akan:

Page 47: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(a) Agar dapat membentuk kebenaran, meluaskan penyelidikan untuk meliputi

semua fakta dan bukti yang berhubungan dengan suatu penilaian apkah terdapat

tanggung jawab pidana menurut Statuta ini, dan dalam melaksanakanna

menyelidiki kemungkinan yang memberatkan dan meringankan.

(b) Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk memastikan efektifnya

penyelidikan dan penuntutan dari kejahatan yang terjadi di dalam wilayah

yurisdiksi dari Mahkamah, dalam dengan itu memperhatikan kemungkinan

kepentingan dan pribadi dari koraban dan saksi, termasuk umur, gender seperti

yang dijelaskan dalam pasal 7, ayat (3), kesehatan dan memperhatikan sifat dari

kejahatan, terutam yang melibatkan kejahatan seksual, kejahatan gender atau

kejahatan terhadap anak-anak; dan

(c) Menghormati hak dari orang-orang terlibat menurut Statuta ini.

2. Penuntut Umum dapat melakukan penyelidikan pada wilayah suatu Negara Peserta:

(a) Menurut ketentuan Bab 9; atau

(b) Yang diwenangkan oleh Kamar Pra-Peradilan menurut pasal 57, ayat 3(d).

3. Penuntut Umum dapat:

(a) Mengumpulkan dan memeriksa bukti-bukti;

(b) Meminta kehadiran dan menanyakan orang-orang yang diselidiki, korban dan

saksi;

(c) Mencari kerja sama dengan suatu Negara Bagian atau BUMN atau pertemuan

sesuai dengan kemampuannya atau mandatnya;

(d) Turut dalam pertemuan atau persetujuan, yang tidak bertentangan dengan Statuta

ini, yang mungkin diperlukan untuk memfasilitasikan kerjasama dengan suatu

Negara Bagian, BUMN atau orang;

(e) Menyetujui untuk tidak membuka, pada tingkat persidangan apapun, dokumen

atau infomrasi yang didapat oleh Penuntut Umum mengenai kondisi kerahasiaan

dan hanya untuk tujuan menghasilkan bukti baru, kecuali sang penyedia dari

informasi mengizinakn; dan

(f) Mengambil segala tindakan yang diperlukan atau meminta bahwa tindakan yang

diperlukan diambil atau memastikan bahwa kerahasiaan informasi, perlindungan

seseorang atau pelestarian bukti.

Page 48: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Pasal 55

Hak-hak dari orang-orang selama penyelidikan

1. Dengan memperhatikan penyelidikan menurut Statua ini, seseorang:

(a) Tidak akan terpaksa untuk memberatkan dirinya atau mengakui kesalahan.

(b) Tidak akan tunduk pada bentuk-bentuk paksaan, tekanan atau ancaman,

penganiyaan atau bentuk kekejaman, tidak manusiawi atau perlakuan

merendahkan atau hukuman lainnya;

(c) Akan, jika ditanya dalam bahasa selain bahasa yang dimengerti penuh dan dapat

diucapkan oleh orang tersebut, mempunyai dan bebas dari biaya bantuan dari

penterjemah yang kompeten dan terjemahan tersebut diperlukan untuk memenuhi

persyaratan keadilan; dan

(d) Tidak akan tunduk pada penangkapan paksa atau penahanan, dan tidak akan

diambil kebebasannya kecuali dengan dasar dan menurut prosedur yang telah

dibentuk di dalam Statuta ini.

(e) Ketika adanya dasar yang diyakini bahwa sesorang telah melakukan suatu

kejahatan di dalam wilayah yurisdisi suatu Mahkamah dan orang tersebut akan

ditanyai baik oleh Penuntut Umum atau oleh pejabat nasional atas permohonan

menurut Bab 9, orang tersebut mempunyai hak-hak sebagai berikut yang akan

diberitahukan sebelum ditanyai:

(a) Diberitahu sebelum ditanyai bahwa terdapat dasar-dasar yang diyakini

bahwa dia telah melakukan suatu kejahtan di dalam yurisdiksi suatu

Mahkamah;

(b) Untuk diam, tanpa adanya keheningan tersebut menjadi dasar pertimbangan

dalam menentukan bersalah atau tidak.

(c) Untuk mendapatkan bantuan hukum atas pilihannya, atau jika orang

tersebut tidak mempunyai bantuan hukum, untuk mendapatkan bantuan

hukum yang ditunjuk untuknya, dimana untuk kepentingan keadilan

mempersyaratkan, dan tanpa biaya oleh orang tersebut jika orang tersebut

tidak dapat membiayainya; dan

Page 49: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(d) Untuk ditanyai dihadapan penasehat kecuali jika orang tersebut secara

sukarela mengabaikan haknya untuk dinasehati.

Pasal 56

Peran dari kamar pra-peradilan dalam hubungannya dengan kesempatan

penyelidikan khusus

1. (a) Jika Penuntut Umum mempertimbangkan suatu penyelidikan untuk mengajukan

suatu kesempatan langka untuk suatu pernyataan dari seorang saksi atau untuk

memeriksa, mengumpulkan atau mengkaji bukti, yang mungkin tidak tersedia

sebelumnya untuk tujuan dari persidangan , Penuntut Umum akan

memberitahukan Kamar Pra-Peradilan.

(b) Dalam hal tersebut, maka Kamar Pra-Peradilan dapat atas permohonan dari

Penuntut Umum, mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk memastikan

efisiensi dan integritas dari persidangan dan khususnya melinduhi hak dari pihak

pembela.

(c) Jika tidak diperintah lain oleh Kamar Pra-Peradilan, Penuntut Umum akan

menyedikan informasi berhubungan terhadap orang yang ditangkap atau yang

hadir karena dipanggil dalam hubungannya dengan penyelidikan menurut ayat (a),

agar di dapat didengar pendapatnya.

2. Tindakan-tindakan yang disebutkan dalam ayat (1) butir (b) dapat termasuk:

(a) Membuat rekomendasi atau perintah mengenai prosedur yang harus diikuti;

(b) Mengarahkan bahwa suatu dokumentasi persidangan dibuat;

(c) Menunjuk seorang ahli untuk membantu;

(d) Mengizinkan penasehat untuk orang yang telah ditangkap atau yang hadir di

hadapan Mahkamah karena panggilan, untuk ikut serta, atau dimana belum adanya

suatu penangkapan atau kehadiran atau penasehat yang belum ditunjuk,

penunjukkan penasehat lain untuk menghadiri dan mewakil kepentingan dari pihak

pembela;

(e) Menyebukan salah satu Pesertanya jika diperlukan, hakim lain yang tersedia dari

Pra-Peradilan atau Divisi Peradilan untuk mengawasi dan memberikan

Page 50: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

rekomendasi atau perintah menurut pengumpulan dan pelestarian bukti dan

pertanyaan dari orang-orang;

(f) Mengambil tindakan lain yang mungkin diperlukan untuk mengumpulkan atau

melestarikan bukti.

3. (a) Dimana seorang Penuntut Umum tidak melakukan upaya menurut pasal ini tetapi

Kamar Pra-Peradilan menilai bahwa tindakan yang diperlukan untuk melestarikan

bukti yang dianggapnya penting untuk pihak pembela di persidangan, ia akan

berkonsultasi dengan Penuntut Umum untuk menentukan apakah adanya alasan

yang cukup dari kegagalan Penuntut Umum untuk memohon upaya-upaya

tersebut. Jika atas konsultasi Kamar Pra-Peradilan menyimpulkan bahwa

kegagalan Penuntut Umum untuk memohon upaya-upaya tersebut tidak

dibenarkan, maka Kamar Pra- Peradilan dapat mengambil upaya-upaya atas

inisiatifnya sendiri.

(b) Diterimanya bukti yang dilestarikan atau dikumpulkan untuk persidangan menurut

pasal ini, akan dinilai pada persidangan menurut pasal 69 dan diberikan beban

yang ditentukan oleh Kantor Peradilan.

Pasal 57

Fungsi dan kekuasaan dari kamar pra-peradilan

1. Kecuali jika disebutkan lain dalam Statuta ini, Kamar Pra-Peradilan akan

menggunakan fungsinya menurut ketentuan dalam pasal ini.

2. (a) Perintah atau keputusan dari Kamar Pra-Peradilan yang diterbitkan menurut pasal

15,18,19,54, ayat (2) (61), ayat (7), dan (72) harus disetujui oleh mayoritas

hakimnya.

(b) Dalam kasus lainnya, seorang hakim tunggal dari Kamar Pra-Peradilan dapat

menggunakan fungsinya yang diatur di dalam Statuta ini, kecuali jika diatur di

dalam Peraturan Prosedural dan Bukti atau oleh mayoritas dari Kamar Pra-

Peradilan.

3. Selain dari fungsi lainnya menurut Statuta ini, Kamar Pra-Peradilan dapat:

Page 51: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(a) Atas permohonan Penuntut Umum, menerbitkan perintah yang mungkin

diperlukan untuk tujuan suatu penyelidikan;

(b) Atas permohonan seseorang yang telah ditangkap atau yang hadir karena

pemanggilan menurut pasal 58, atau untuk mendapatkan kejasama menurut Bab 9

jika diperlukan untuk membantu orang yang sedang menyiapkan pembelaannya.

(c) Jika diperulkan, menyediakan untuk perlindungan dan kepribadian korban dan

saksi, pelestarian bukti, perlindungan orang-orang yang telah ditangkap atau

muncul karena pemanggilan, dan perlindungan informasi keamanan nasional;

(d) Mengizinkan Penuntut Umum untuk mengambil langkah-langkah penyelidikan

khusus di dalam wilayah suatu Partai Negara Bagian tanpa mengamankan kerja

sama dari Negara Bagian terseubt menurut Bab 9 jika, jika mungkin dengan

memperhatikan pandangan dari Negara Bagian yang berkepentingan, Kamar Pra-

Peradilan telah memutuskan bahwa kasus yang oleh Negara Bagian tersebut jelas

tidak dapat melaksanakan suatu permohonan kerja sama karena tidak tersedianya

pejabat atau komponen lainnya di dalam sistem yudikatifnya untuk melaksanakan

permohonan kerjasama tersebut menurut Bab 9.

(e) Dimana suatu surat penangkapan atau pemanggilan yang telah diterbikan menurut

pasal 58, dan memperhatikan kekuatan bukti dan hak dari pihak-pihak yang

berkepentingan, yang diatur di dalam Statuta ini dan Peraturan Prosedural dan

Bukti, mencari kerjasama dari Negara Bagian menurut pasal 93, pasal 1 butir (k),

utnuk mengambil tindakan perlindungan untuk fungsi pendendaan khususnya

untuk keuntungan dari korban.

Pasal 58

Penerbitan surat penangkapan atau surat panggilan

1. Sewaktu-waktu setelah dimulainya penyelidikan, Kamara Pra-Penuntutan akan, pada

saat penerapan dari Penuntut Umum, menerbitkan surat pengankapat dari seseorang

jika, setelah memeriksa aplikasi dan bukti atau informasi lainnya yang diajukan oleh

Penuntut Umum memenuhi:

Page 52: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(a) Bahwa adanya dasar-dasar memadai untuk mempercayai bahwa seseorang telah

melakukan suatu kejahatan di dalam yurisprudensi dari Mahkamah; dan

(b) Penangkapan dari orang yang perlu dihadirkan:

(i) Memastikan hadirnya orang tersebut di persidangan.

(ii) Memastikan bahwa orang tersebut tidak menghalangi atau membahayakan

penyelidikan atau proses persidangan, atau

(iii) Jika dapat diterapkan untuk mencegah orang tersebut untuk melanjutkan

terjadinya kejahatan atau kejahatan yang berhubungan yang berada di dalam

yurisprudensi dari Mahkamah dan yang muncul dari kemungkinan yang

serupa.

2. Aplikasi dari Penuntut Umum akan berisi:

(a) Nama dari orang dan informasi lain yang dapat mengidentifikasikan.

(b) Referensi khusus terhadap kejahatan di dalam yurisdiksi dari Peradilan dimana

orang tersebut dianggap melakukan;

(c) Pernyataan singkat atas fakta-fakta yang dianggap membuktikan kejahatan

tersebut.

(d) Suatu ringkasan bukti dan informasi lainnya untuk membentuk dasar yang

memadai untuk meyakini bahwa orang tersebut melakukan kejahatan tersebut; dan

(e) Alasan mengapa Penuntut Umum menyakini bahwa penangkapan orang tersebut

diperlukan.

3. Surat Penangkapan akan berisi:

(a) Nama dari orang dan informasi lain yang dapat mengidentifikasikan;

(b) Referensi khusus terhadap kejahatan di dalam yurisdiksi dari Peradilan dimana

penangkapan orang tersebut diperlukan;

(c) Pernyataan singkat atas fakta-fakta yang dianggap membuktikan kejahatan

tersebut.

4. Surat penangkapan akan mempunyai kekuatan tetap hingga diperintahkan lain oleh

Mahkamah.

5. Dengan dasar surat penangkapan, Mahkamah dapat memintah penangkapan sementara

atau penangkapan dan penyerahan dari orang tersebut menurut Pasal 9.

Page 53: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

6. Penuntut Umum dapat memohon Kamar Pra-Peradilan merubah surat penangkapannya

dengan mengubah atau menambahkan kejahatan yang disebutkan di dalamnya. Kamar

Pra-Peradilan akan merubah surat tersebut jika dianggap adanya dasar yang memadai

untuk meyakini bahwa orang tersebut melakukan kejahatan yang telah dirubah atau

ditambah tersebut.

7. Sebagai alternatif dalam mencari surat penangkapan, Penuntut Umum dapat

mengajukan suatu aplikasi yang memohon bahwa Kamar Penuntut Umum menerbitkan

surat panggilan untuk seseorang agar hadir. Jika Kamar Pra-Peradilan menganggap

bahwa adanya dasar yang memadai untuk meyakini bahwa orang yang melakukan

kejahatan tersebut dan suatu pemanggilan dianggap memadai untuk memastikan

kehadirannya, maka ia akan menerbitkan surat pemanggilan, dengan atau tanpa

persyaratan yang membatasi kebebasan (selain dari penahanan) jika diatur oleh hukum

nasional, untuk orang tersebut agar hadir. Surat pemanggilan tersebut akan berisi:

(a) Nama dari orang dan informasi lain yang dapat mengidentifikasikan;

(b) Tanggal tertentu dimana orang tersebut harus hadir;

(c) Referensi khusus terhadap kejahatan di dalam yurisdiksi dari Peradilan dimana

orang tersebut dianggap melakukan; dan

(d) Pernyataan singkat atas fakta-fakta yang dianggap membuktikan kejahatan

tersebut.

Pemanggilan akan berlaku untuk orang tersebut.

Pasal 59

Proses penangkapan dalam penahanan Negara Bagian

1. Suatu Partai Negara Bagian yang telah menerima permohonan untuk penangkapan

sementara atau penangkapan dan penyerahan akan segera mengambil langkah-langkah

untuk menangkap orang yang dimaksud sesuai dengan hukumnya dan ketentuan dalam

Bab 9.

2. Suatu orang yang ditangkap akan dibawa langsung dihadapan pejabat yudikatif yang

berwenang di penahanan Negara Bagian yang akan menentukan, sesuai dengan hukum

dari Negara Bagian tersebut bahwa:

Page 54: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(a) Surat penangkapan tersebut berlaku untuk orang tersebut;

(b) Orang tersebut ditangkap menurut proses yang sesuai; dan

(c) Hak-hak dari orang tersebut dihormati.

3. Orang yang ditangkap akan mempunyai hak untuk mengajukan kepada pejabat yang

berwenang dari penahanan Negara Bagian pembebasan sementara selama penyerahan.

4. Dalam mencapai suatu keputusan mengenai bentuk aplikasi tersebut, pejabat yang

berwenang dari penahanan Negara Bagian akan mempertimbangkan apakah, melihat

sifat dari kejahatan, adanya kemungkinan mendesak dan khusus untuk membenarkan

pembebasan sementara dan apakah diperlukan bentuk perlindungan untuk memastikan

bahwa penahanan Negara Bagian dapat memenhi kewajibannya untuk menyerahkan

orang tersebut ke Mahkamah. Tidak akan terbuka bagi pejabat berwenang dari

penahanan Negara Bagian untuk mempertimbankan apakah surat penangkapan

diterbitkan sesuai dengan pasal 58 ayat (1) butir (a) dan (b).

5. Kamar Pra-Peradilan akan diberitahu mengenai permohonan pembebasan sementara

dan akan memberikan rekomendasi kepada pejabat berwenang dari penahanan Negara

Bagian. Pejabat berwenang dari penahanan Negara Bagian akan memberikan

pertimbangan penuh atas rekomendasi tersebut, termasuk rekomendasi atas langka-

langkah untuk mencegah pelarian dari penjara sebelum memenuhi keputusannya.

Pasal 60

Acara Pemeriksaan Pendahuluan di Depan Mahkamah

1. Saat penyerahan dari orang tersebut kepada Mahkamah atau hadirnya orang tersebut

dihadapan Mahkamah secara sukarela atau karena panggilan, Kamar Pra Peradilan

akan menganggap bahwa orang tersebut telah diberitahu mengenai kejahatan yang dia

dianggap telah melakukan, dan adalah haknya menurut Statua ini, termasuk hak untuk

mengajukan pembebasan sementara hingga persidangan.

2. Seorang yang tunduk pada surat pengangkapan dapat mengajukan pembebasan

sementara hingga persidangan. Jika Kamar Pra-Peradilan menganggap bahwa kondisi

yang diatur dalam pasal 58 ayat (1) terpenuhi, orang tersebut akan terus ditahan. Jika

Page 55: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

tidak terpenuhi, maka Kamar Pra-Peradilan akan membebaskan orang tersebut, dengan

atau tanpa persyaratan.

3. Kamar Pra-Peradilan akan secara berlanjut melihat kembali keputusannya mengenai

pembebasan atau penahanan sesorang, dan dapat pada waktu apapun atas permohonan

dari Penuntut Umum atau orang tersebut. Atas peninjauan kembali, ia dapat merubah

keputusannya mejadi penahanan, pembebasan atau persyaratan pembebasan, jika

diperlukan.

4. Kamar Pra-Peradilan akan memastikan bahwa seseorang tidak ditahan untuk masa

waktu yang tidak masuk akal sebelum persidangan karena alasan keterlambatan yang

tidak dapat diterima oleh Penuntut Umum. Jika keterlambatan terjadi, Pengdilan akan

mempertimbangkan membebaskan orang tersebut, dengan atau tanpa persyaratan.

5. Jika diperlukan Kamar Pra-Peradilan dapat menerbiktan suatu surat penahanan untuk

memastikan keberadaan orang tersebut yang telah dibebaskan.

Pasal 61

Pemastian penuntutan dihadapan persidangan

1. Tunduk pada ketentuan dari ayat (2), dalam waktu yang memadai setelah penyerahan

orang tersebut atau hadirnya secara sukarea di hadapan Mahkamah, Kamar Pra-

Peradilan akan mengadakan suatu pemeriksaan untuk memastikan bahwa tuntutan

yang diajukan oleh Penuntut Umum untuk persidangan. Pemeriksaan tersebut akan

diadakan dihadapan Penuntut Umum dan orang yang dituntut, juga penasehatnya.

2. Kamar Pra-Peradilan dapat, atas permohonan dari Penuntut Umum atau atas mosinya

sendiri, mengadakan suatu pemeriksaan dalam ketidakhadirannya orang yang dituntut

untuk memastikan tuntutan yang akan digunakan oleh Penuntut Umum untuk

Persidangan saat orang tersebut telah:

(a) Mengabaikan haknya untuk hadir; atau

(b) Melarikan diri atau tidak dapat ditemukan dan semua langkah yang memadai telah

dilaksanakan untuk menjamin kehadirannya dihadapan Mahkamah dan untuk

memberitahukan orang yang dituntut dan sebuah pemeriksaan untuk memastikan

bahwa tuntutan tersebut akan tetap berlaku.

Page 56: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Dalam halnya itu terjadi, seseorang yang akan diwakilkan oleh penasehat dimana

Kamar Pra-Peradilan menentukan bahwa adalah untuk kepentingan keadilan.

3. Dalam waktu yang cukup sebelum pemeriksaan, orang tersebut:

(a) Diberi salinan dokumen yang berisi tuduhan-tuduhan di mana Jaksa Penuntut

bermaksud untuk membawa orang tersebut ke depan Mahkamah; dan

(b) Mendapat informasi tentang bukti dimana Jaksa Penuntut bermaksud untuk

menggunakannya dalam pemeriksaan

Kamar Pra-Peradilan dapat mengeluarkan perintah berkenaan dengan pengungkapan

informasi untuk keperluan pemeriksaan.

4. Sebelum pemeriksaan, Jaksa Penuntut dapat meneruskan penyelidikan dan dapat

merubah atau menarik suatu tuduhan. Orang tersebut harus diberi penjelasan yang

masuk akal sebelum pemeriksaan mengenai suatu amendemen atau penarikan tuduhan.

Dalam hal penarikan tuduhan, Jaksa Penuntut harus memberitahu Kamar Pra-Peradilan

mengenai alasan-alasan mengenai penarikan tersebut.

5. Dalam pemeriksaan, Jaksa Penuntut mendukung setiap tuduhan dengan bukti yang

cukup untuk menetapkan alasan yang kuat untuk percaya bahwa orang tersebut telah

melakukan kejahatan yang dituduhkan. Jaksa Penuntut dapat mengandalkan diri pada

bukti Dokumen atau ikhtisar dan tidak perlu memanggil para saksi yang diharapkan

untuk memberi kesaksian

6. Dalam pemeriksaan, orang tersebut dapat:

(a) Mengajukan Keberatan terhadap tuduhan:

(b) Menantang bukti yang dimukakan oleh Jaksa Penuntut; dan

(c) Menyampaikan Bukti.

7. Kamar Pra-Peradilan atas dasar pemeriksaan harus menentukan apakah bukti yang

cukup untuk menetapkan dasar yang kuat untuk percaya bahwa orang tersebut telah

melakukan setiap kejahatan yang dituduhkan. Berdasarkan ketentuannya, Kamar Pra-

Peradilan harus:

(a) Menegaskan tuduhan-tuduhan itu dalam kaitan mana pihaknya telah

menentukan bahwa ada bukti cukup, dan mengajukan orang tersebut ke Kamar

Pengadilan untuk diadili atas tuduhan sebagaimana ditegaskan;

Page 57: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(b) Menolak menegaskan tuduhan-tuduhan dalam kaitan dimana pihaknya telah

menentukan bahwa tidak ada bukti yang cukup;

(c) Menunda pemeriksaan dan minta Jaksa Penuntut untuk mempertimbangkan :

i) Diberikannya bukti lebih lanjut atau menegaskan penyelidikan lebih

lanjut berkenaan dengan suatu tuduhan tertentu; atau

ii) Merubah tuduhan sebab bukti yang diajukan tampak menetapkan suatu

kejahatan lain dalam Jurisdiksi Mahkamah.

8. Apabila Kamar Pra-Peradilan menolak untuk menegaskan suatu tuduhan, Jaksa

Penuntut ditidak dihalangi untuk kemudian meminta konfirmasi kalau permintaan itu

didukung oleh bukti tambahan.

9. Setelah tuduhan-tuduhan ditegaskan dan sebelum persidangan dimulai, Jaksa Penuntut,

dengan ijin Kamar Pra-Peradilan dan setelah memberitahu tertuduh, dapat merubah

tuduhan itu. Kalau Jaksa Penuntut berusaha menambahkan tutduhan tambahan atau

menggantinya dengan tuduhan yang lebih serius, suatu pemeriksaan berdasarkan pasal

ini untuk menegaskan tuduhan-tuduhan tersebut harus diadakan. Setelah dimulainya

persidangan, Jaksa Penuntut, dengan seijin Kamar Pengadilan, dapat menarik tuduhan.

10. Setiap surat penahanan yang dikeluarkan sebelumnya harus tidak berlaku lagi berkenan

dengan setiap tuduhan yang belum ditegaskan oleh kamar Pra Peradailan atau yang

telah ditarik oleh Jaksa Penuntut.

11. Setelah tuduhan ditegaskan sesuai dengan pasal ini, Kepresidenan akan mengangkat

suatu Kamar Pengadilan yang, tunduk pada ayat 8 dan pada pasal 64, ayat 4, harus

bertanggung jawab atas jalannya proses perkara selanjutnya dan dapat melaksanakan

fungsi dari Kamar Pra-Peradilan yang relevan dan mampu untuk menerapkannya

dalam proses perkara ini.

Pasal 62

Tempat Sidang Pengadilan

Jika tidak diatur sebelumnya, maka tempat persidangan akan diselenggarkan di tempat

kedudukan Mahkamah.

Page 58: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Pasal 63

Persidangan Dengan Kehadiran Tertuduh

1. Tertuduh harus hadir selama persidangan Mahkamah.

2. Kalau tertuduh, yang hadir di depan Mahkamah, terus mengacaukan sidang, Kamar

Pengadilan dapatmemindahkan tertuduh dan membuat ketentuan bagi tertuduh untuk

mematuhi persidangan dan memberi instruksi kepada penasehat hukum dari luar ruang

pengadilan, lewat penggunaan teknologi komunikasi, kalau perlu. Tindakan tersebut

diambil hanya dalam keadaan-keadaan luar biasa setelah alternatif-alternatif yang

masuk akal lainnya terbukti tidak mencukupi, hanya untuk jangka waktu tertentu yang

sangat dibutuhkan.

Pasal 64

Fungsi dan kekatan dari kamar peradilan

1. Fungsi dan kekuatan dari Kamar Peradilan yang diatur di dalam pasal ini akan

diterapkan sesuai dengan Statuta ini dan Peraturan Prosedural dan Bukti.

2. Kamar Peradilan akan memastikan bahwa suatu persidangan berlangsung secara adil

dan cepat dan dilakukan dengan menghormati hak-hak dari terdakwa dan melindungi

memperhatikan perlindungan para korban dan para saksi.

3. Dalam hal penunjukkan atas kasus Mahkamah sesuai dengan pengaturan dalam Statuta

ini, Kamar Peradilan yang ditunjuk untuk menangani kasus tersebut akan:

(a) Berhubungan dengan pihak-pihak dan menggunakan langkah-langkah yang

diperlukan untuk memfasilitasi proses persidangan yang adil dan cepat.

(b) Memastikan bahasa yang akan digunakan dalam persidangan tersebut; dan

(c) Tunduk pada segala ketentuan yang berhubungan di dalam Statuta ini,

memberikan keterangan atas dokumen atau informasi yang sebelumnya tidak

terbuka untuk umum jauh sebelum pelaksanaan persidangan agar dapat

mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk keperluan persidangan .

Page 59: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

4. Kamar Peradilan dapat, jika diperlukan untuk fungsinya agar dapat efektif dan adil,

memberikan petunjuk-petunjuk awal kepada Kamar Pra-Peradilan atau, jika

diperlukan, hakim lain dari Divisi Pra-Peradilan.

5. Atas pemberitahuan kepada pihak-pihak, Kamar Peradilan dapat, jika diperlukan,

penggabungan atau pemisahan dalam hal tuntutan terhadap lebih dari satu orang yang

didakwa.

6. Dalam melaksanakan fungsinya sebelum persidangan atau selama proses persidangan,

dapat jika diperlukan:

(a) Melakukan segala fungsinya dari Kamar Pra-Peradilan sesuai dengan yang diatur

di dalam pasal 61 ayat (11);

(b) Mendatangkan kehadiran dan pernyataan dari para saksi dan produksi dokumen

dan segala bukti-bukti dengan cara, jika diperlukan bantuan dari Negara-Neara

Bagian sebagaimana hal yang diatur di dalam Statuta ini;

(c) Menyediakan perlindungan terhadap informasi yang bersifat rahasia.

(d) Memerintahkan produksi bukti-bukti ditambah dengan yang sudah dikumpulkan

sebelum persidangan atau yang digunakan selama persidangan oleh para pihak;

(e) Menyediakan perlindungan bagi para terdakwa, para saksi, dan para korban; dan

(f) Memberikan keputusan mengenai hal-hal lain yang berhubungan.

7. Persidangan harus terbuka untuk umum. Namun demikian, majelis hakim dapat

menetukan keadaan-keadaan khusus yang menyebabkan persidangan-persidangan

tertentu tertutup untuk umum dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan dalam Pasal

68, atau untuk menjaga kerahasiaan atau informasi sensitif yang diajukan sebagai

bukti.

8. (a) Pada permulaan persidangan, Majelis Hakim harus membacakan tuntutan-

tuntutan yang telah dikonfirmasikan oleh Majelis PraMahkamah kepada terdakwa.

Majelis Hakim harus meyakinkan bahwa terdakwa memahami esensi dari tuntutan-

tuntutan yang diajukan. Hal ini harus memberikan terdakwa kesempatan untuk

mengakui kesalahannya sesuai dengan Pasal 65 atau untuk menyatakan diri tidak

bersalah.

(b) Dalam persidangan, Hakim Ketua dapat memberikan rahan-arahan terhadap

pelaksanaan persidangan, termasuk memastikan bahwa persidangan tersebut

Page 60: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

dilaksanakan dengan cara-cara yang adil dan tidak memihak. Dalam hal tiap arahan

yang diberikan oleh Hakim Ketua, para pihak dapat menyerahkan bukti sesuai

dengan ketentuan-ketentuan Statuta ini.

9. Majelis Hakim antara lain harus memiliki kekuasaan atas suatu permohonan sari

sesuatu pihak atau atas mosinya sendiri untuk:

(a) Menentukan relevansi atau dapat diterimanya bukti; dan

(b) Mengambil seluruh langkah yang diperlukan untuk memelihara ketertiban

dalam pelaksanaan dengar pendapat.

10. Majelis Hakim harus memastikan dibuatnya suatu catatan yang lengkap mengenai

jalannya persidangan, yang dengan tepat menggambarkan jalannya persidangan itu,

dan bahwa catatan tersebut disimpan dan dijaga oleh Panitera.

Pasal 65

Persidangan atas suatu pernyataan bersalah

1. Dalam hal terdakwa mengajukan pernyataan bersalah sebagaimana diatur dalam Pasal

64 ayat 8 (a), Majelis Hakim harus menentukan apakah:

(a) Terdakwa memahami esensi dan konsekuensi dari pernyataan bersalahnya;

(b) Pernyataan tersebut diajukan secara sukarela oleh terdakwa setelah melakukan

konsultasi secukupnya dengan tim pembela; dan

(c) Pernyataan bersalah tersebut didukung oleh fakta-fakta dalam kasus

bersangkutan yang terdapat dalam:

(i) Tuntutan-tuntutan yang diajukan oleh Penuntut dan diakui oleh terdakwa;

(ii) Berbagai materi yang ditampilkan oleh Penuntut yang melengkapi

tuntutan-tuntutan bersangkutan yang telah diterima oleh terdakwa; dan

(iii) Berbagai bukti lainnya, seperti pernyataan para saksi, yang ditampilkan

baik oleh Penuntut maupun terdakwa.

2. Dalam hal Majelis Hakim berpendapat bahwa berbagai hal sebagaimana diatur dalam

ayat 1 telah dipenuhi, maka Majelis hakim harus menentukan bahwa pernyataan

bersalah tersebut, bersama-sama dengan berbagai bukti tambahan yang ditampilkan,

Page 61: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

telah memberikan semua fakta-fakta esensial yang diperlukan untuk membuktikan

kejahatan yang terkait dengan pernyataan bersalah itu, dan dapat memutuskan bahwa

terdakwa bersalah atas kejahatan tersebut.

3. Dalam hal Majelis Hakim berpendapat bahwa berbagai hal sebagaimana diatur dalam

ayat 1 belum dipenuhi, maka Majelis Hakim harus menentukan bahwa pernyataan

bersalah tersebut belum diajukan, untuk kemudian memerintahkan persidangan untuk

dilanjutkan melalui prosedur-prosedur persidangan biasa yang diatur dalam Statuta ini

dan dapat melimpahkan perkara bersangkutan kepada Majelis Hakim lainnya.

4. Dalam hal Majelis Hakim berpendapat bahwa presentasi fakta-fakta yang lebih

lengkap dari suatu perkara diperlukan untuk kepentingan keadilan, terutama untuk

kepentingan-kepentingan korban, Majelis Hakim dapat:

(a) Meminta Penuntut untuk menampilkan bukti tambahan, termasuk pernyataan

para saksi; atau

(b) Memerintahkan untuk melanjutkan persidangan melalui prosedur-prosedur

persidangan biasa yang diatur dalam Statuta ini, dalam mana Majelis hakim

harus memnentukan bahwa pernyataan bersalah dianggap belum diajukan dan

dapat melimpahkan perkara bersangkutan kepada Majelis Hakim lainnya.

5. Semua diskusi antara Penuntut dengan pembela mengenai modifikasi terhadap

tuntutan-tuntutan, pernyataan bersalah atau pidana yang akan dikenakan tidak boleh

mengikat Mahkamah.

Pasal 66

Praduga Tak Bersalah

1. Setiap orang dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah di depan Mahkamah

sesuai dengan hukum yang berlaku.

2. Tanggung jawab berada di tangan Penuntut untuk membuktikan kesalahan dari

terdakwa.

3. Untuk menjatuhkan pidana atas terdakwa, Mahkamah harus yakin mengenai kesalahan

terdakwa di atas keraguan yang masuk akal.

Page 62: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Pasal 67

Hak-hak terdakwa

1. Dalam penentuan segala tuntutan, terdakwa berhak atas suatu dengar pendapat umum,

yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dalam Statuta ini, atas suatu dengar

pendapat yang adil dan dilaksanakan secara penuh, dan jaminan-jaminan minimal

berikut ini, dalam kesamaan yang penuh:

(a) Untuk mendapatkan pemberitahuan sesegera mungkin secara terperinci

mengenai esensi, sebab, dan isi tuntutan, dengan bahasa yang dipahami dan

dapat dipergunakan dengan baik oleh terdakwa;

(b) Untuk memiliki waktu dan fasilitas-fasilitas yang memadai bagi penyiapan

pembelaan dan untuk berkomunikasi secara bebas dengan penasihat hukum

yang dipilih sendiri dan dipercayai oleh terdakwa;

(c) Untuk disidangkan tanpa adanya penundaan yang tidak dapat dibenarkan;

(d) Terkait dengan Pasal 63 ayat 2, untuk tampil dalam persidangan, untuk

melakukan pembelaan sendiri atau dengan bantuan hukum yang dipilih sendiri

oleh terdakwa, untuk diberitahu, apabila terdakwa tidak memiliki bantuan

hukum, mengenai hak ini dan mendapatkan bantuan hukum yang ditunjuk oleh

Mahkamah dalam tiap-tiap perkara di mana kepentingan keadilan sangat

diperlukan, dan tanpa pembebanan biaya apabila terdakwa tidak memiliki

sarana-sarana yang memadai untuk membayarnya;

(e) Untuk memeriksa, atau telah memeriksa, para saksi yang memberatkannya dan

untuk mendapatkan hadirin dan pemeriksaan para saksi yang meringankannya

dalam kondisi-kondisi yang sama sebagaimana para saksi yang

memberatkannya. Terdakwa juga berhak untuk mengajukan pembelaan-

pembelaan dan menampilkan bukti-bukti lain yang dapat diterima menurut

Statuta ini;

(f) Untuk mendapatkan, tanpa pembebanan biaya apapun, bantuan dari seorang

penerjemah yang kompeten dan penerjemahan yang sedemikian yang

diperlukan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan keadilan, apabila ada

persidangan-persidangan atau dokumen-dokumen yang ditampilkan kepada

Page 63: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Mahkamah yang tidak menggunakan bahasa yang dapat dipahami dan

dipergunakan dengan baik oleh terdakwa;

(g) Untuk tidak dipaksa mengajukan kesaksian atau mengaku bersalah dan untuk

diam, yang mana tanpa berdiam itu dapat menjadi pertimbangan dalam

penentuan bersalah atau tidak bersalah;

(h) Untuk membuat pernyataan yang tidak berada di bawah sumpah baik lisan

maupun tertulis dalam pembelaan-pembelaannya; dan

(i) Untuk tidak dibebankan atasnya pembalikan apapun dari beban pembuktian

atau tanggungjawab penyangkalan.

2. Sebagai tambahan terhadap tiap-tiap pengungkapan lainnya yang dimungkinkan oleh

Statuta ini, Penuntut harus sesegera mungkin mengungkapkan kepada pembela bukti

yang dimilikinya atau berada dalam kekuasaannya yang diyakininya menunjukkan atau

cenderung untuk menunjukkan tidak bersalahnya terdakwa, atau mengurangi kesalahan

terdakwa, atau yang kemungkinan dapat mempengaruhi bukti penuntutan. Dalam hal

terjadi keraguan dalam penerapan ayat ini, Mahkamah yang akan memutuskan.

Pasal 68

Perlindungan para korban dan para saksi dan

partisipasi mereka dalam persidangan

1. Mahkamah harus mengambil tindakan-tindakan yang tepat untuk melindungi

keamanan, kesehatan fisik dan psikis, harkat dan martabat dan privasi para korban dan

para saksi. Dalam melakukan hal ini, Mahkamah harus memperhatikan seluruh faktor

yang relevan, termasuk umur, jenis kelamin sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7

ayat 3, dan kesehatan, dan esensi dari kejahatan, terutama, akan tetapi tidak terbatas

untuk, di mana kejahatan tersebut menyangkut masalah sekual atau kekerasan terhadap

gender atau kejahatan terhadap anak. Penuntut harus memberikan perlakuan yang

khusus selama proses penyidikan dan penuntutan bagi kejahatan-kejahatan tersebut.

Perlakuan tersebut tidak boleh melanggar dan bertentangan dengan hak-hak terdakwa

serta asas peradilan yang adil.

Page 64: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

2. Sebagai penyimpangan dari asas peradilan yang terbuka seperti yang dikemukakan

pada pasal 67, Kamar-kamar Mahkamah, guna melindungi korban serta para saksi atau

terdakwa, melakukan proses sidang dengan bantuan kamera atau memperlihatkan

bukti-bukti dengan menggunakan bantuan alat elektronik atau alat-alat khusus lainnya.

Khususnya, hal tersebut dapat diberlakukan pada korban kekerasan seksual atau pada

kasus dimana yang menjadi korban pada kasus tersebut adalah anak dibawah umur

ataupun saksi, kecuali ditentukan lain oleh Mahkamah, dengan mempertimbangkan

segala aspek, khususnya sudut pandang dari korban maupun saksi.

3. Pada kasus di mana terdapat kepentingan dari korban yang terkait, Mahkamah harus

meminta pandangan serta pertimbangan mereka untuk dihadirkan dan di

pertimbangkan pada tahap proses persidangan Pandangan dan pertimbangan yang

dimaksud dapat diwakilkan oleh Kuasa Hukum dari korban apabila Mahkamah

memandang perlu, dengan merujuk pada Aturan Prosedur dan Alat Bukti.

4. Unit Korban dan Saksi dapat memberikan saran kepada Penuntut Umum dan

Mahkamah pada perlindungan, keamanan, konsultasi dan asistensi seperti yang

disebutkan dalam pasal 43 ayat 6.

5. Di mana pengungkapan alat bukti atau informasi sesuai dengan Statuta ini dinilai dapat

membahayakan keselamatan saksi atau keluarganya, Penuntut Umum dapat, untuk

keperluan proses perkara yang dilakukan sebelum dimulainya persidangan, dapat

menahan alat bukti atau informasi tersebut dan memasukkannya dalam bentuk

ringkasannya saja. Tindakan tersebut dilakukan dengan tidak melanggar hak-hak

terdakwa untuk mendapatkan persidangan yang adil.

6. Negara dapat meminta tindakan-tindakan tertentu guna melindungi alat-alat Negara

ataupun agen-agennya serta perlindungan terhadap informasi rahasia maupun

informasi yang bersifat sensitif.

Pasal 69

Alat Bukti

Page 65: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

1. Sebelum memberikan kesaksisan, tiap saksi harus, dengan merujuk pada Aturan

mengenai Prosedur dan Alat Bukti, bersumpah untuk memberikan kesaksiannya

sejujur-jujurnya.

2. Kesaksian dari seorang saksi dalam Mahkamah tidak dapat diwakilkan, kecuali dengan

pengecualian seperti yang disebutkan dalam pasal 68 atau dalam Aturan mengenai

Prosedur dan Alat Bukti. Mahkamah juga dapat mengizinkan kesaksian secara lisan

atau yang direkam dengan menggunakan teknologi audio atau video, maupun diajukan

dokumen atau transkripsi tertulis, dengan merujuk pada peraturan yang ada dalam

Statuta ini serta pada Aturan mengenai Prosedur dan Alat Bukti. Tindakan ini tidak

menghilangkan hak-hak terdakwa serta hak untuk mendapatkan persidangan yang adil.

3. Para pihak dapat mengajukan alat bukti yang relevan dengan kasusnya, sesuai dengan

pasal 64. Mahkamah memiliki wewenang untuk meminta semua alat bukti yang di

ajukan guna memastikan kebenaran.

4. Mahkamah dapat memutuskan bahwa suatu alat bukti dinilai memiliki relevansi atau

dapat diterima, dengan pertimbangan, inter alia, nilai probative dari alat bukti tersebut

serta segala pertimbangan lainnya bahwa alat bukti tersebut dapat mendukung

persidangan yang adil atau penilaian yang adil atas kesaksian seorang saksi, dengan

melihat Aturan mengenai Prosedur dan Alat Bukti.

5. Mahkamah harus menghargai dan observe privilages atas kerahasiaan seperti yang

diatur dalam Aturan mengenai Prosedur dan Alat Bukti.

6. Mahkamah tidak harus membuktikan sesuatu yang telah dianggap umum akan tetapi

dapat dicatat sebagai keterangan.

7. Alat bukti yang diperoleh dengan jalan melanggar aturan-aturan yang ada dalam

Statuta ini atau hak asasi manusia yang telah diakui secara internasional tidak dapat

dipergunakan jika:

a. Pelanggaran tersebut menimbulkan keraguan atas keabsahan dari alat bukti

tersebut, atau

b. Kesaksian dari alat bukti tersebut dapat bertentangan dengan dan merusak

integritas dari proses peradilan.

Page 66: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

8. Pada saat memutus relevansi atau menerima suatu alat bukti yang diperoleh oleh

Negara, Mahkamah dapat tidak melihat aturan-aturan dari hukum nasional Negara

tersebut.

Pasal 70

Pelanggaran terhadap Administrasi Mahkamah

1. Mahkamah memiliki jurisdiksi atas pelanggaran-pelanggaran berikut ini terhadap

Administrasi Mahkamah apabila dilakukan secara sengaja:

(a) Memberi kesaksian palsu ketika berada di bawah kewajiban sesuai dengan

pasal 69, ayat 1, untuk mengatakan yang sebenarnya;

(b) Mengajukan bukti yang diketahui oleh pihak tersebut sebagai palsu atau

dipalsukan;

(c) Secara merusak mempengaruhi seorang saksi, menghalangi atu melakukan

campur tangan terhadap hadirnya atau terhadap kesaksian seoarng saksi,

melakukan pembalasan kepada seorang saksi karena memberikan kesaksian

atau menghancurkan, merusak atau melakukan campur tangan terhadap

pengumpulan bukti;

(d) Menghalangi, mengintimidasi atau secara merusak mempengaruhi seorang

pejabat Mahkamah dengan maksud memaksa atau membujuk pejabat tersebut

agar tidak melaksanakan tugasnya, atau untuk melakukannya secara tidak

benar;

(e) Melakukan pembalasan terhadap seoarng pejabat Mahkamah berkenaan

dengan tugas yang dilakukan oleh pejabat itu atau seoarng pejabat lain;

(f) Meminta atau menerima suap sebagai seoarng pejabt Mahkamah dalam

hubungannya dengan tugas resminya.

2. Prinsip dan prosedur yang mengatur pelaksanaan Jurisdiksi Mahkamah atas

pelanggaran-pelanggaran di bawah pasal ini haruslah merupakan prinsip dan prosedur

yang ditetapkan dalam Hukum Acara dan Pembuktian. Kondisi untuk menetapkan

kerjasama internasional dengan Mahkamah berkenaan dengan proses pengadilan

berdasarkan pasal ini diatur oleh hukum domestik.

Page 67: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

3. Dalam hal pemberian hukuman, maka Mahkamah memutuskan sanksi penjara

maksimal lima tahun atau denda sesuai dengan Aturan mengenai Hukum acara dan

pembuktian, atau keduanya.

4. (a) Setiap Negara Peserta harus memperluas hukum pidananya yang memberi

hukuman kepada pelanggaran terhadap integritas proses penyelidikan atau proses

judisialnya sendiri pelanggaran atas administrasi pemerintah yang disebutkan

dalam pasal ini, yang dilakukan di wilayahnya sendiri, atau oleh seorang

warganegaranya.

(b) Atas Permintaan Mahkamah, apabila dianggap tepat, Negara Peserta harus

mengajukan kasus tersebut kepada pejabat yang berwenang untuk tujuan dilakukannya

penuntutan. Pejabat tersebut harus memperlakukan kasus-kasus semacam itu dengan

tekun dan memberikan sumber daya yang cukup untuk memungkinkan hal-hal tersebut

dilakukan secara efektif.

Pasal 71

Sanksi atas perbuatan tercela sebelum persidangan

1. Mahkamah dapat memberikan sanksi kepada seseorang yang melakukan perbuatan

tercela yang dilakukan sebelum persidangan, termasuk mengganggu proses

pemeriksaan atau bertujuan untuk menolak aturan-aturannya, dengan tindakan

administratif bukan pemenjaraan, sperti diusir secara sementara atau permanen dari

ruang sidang, denda atau tindakan lainnya yang sejenis yang terdapat dalam Aturan

mengenai Hukum Acara dan Pembuktian.

2. Prosedur pemberian sanksi yang dimaksud ayat 1 di atas diatur dalam Aturan

mengenai Hukum Acara dan Pembuktian.

Pasal 72

Perlindungan terhadap informasi keamanan nasional

Page 68: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

1. Pasal ini berlaku bagi setiap kasus di mana pengungkapan atas suatu informasi atau

dokumen dari suatu Negara dapat, menurut pendapat Negara tersebut, melanggar

kepentingan keamanan nasional Negara tersebut. Kasus-kasus yang dimaksud

termasuk dalam pasal 56, ayat 2, pasal 61 ayat 3, pasal 64 ayat 3, pasal 67 ayat2, pasal

68 ayat 6, pasal 87 ayat 6 dan pasal 93, sebagaimana kasus tersebut dapat muncul pada

setiap tahapan persidangan di mana pengungkapan tersebut dapat merupakan isu

utamanya.

2. pasal ini juga diberlakukan ketika seseorang yang telah diminta untuk memberikan

informasi atau alat bukti menulak untuk melakukan hal tersebut atau dengan

pertimbangan Negara dengan dasar bahwa pengungkapan tersebut dapat mengganggu

kepentingan keamanan nasional Negara tersebut dan Negara tersebut menyatakan

bahwa pengungkapan tersebut dapat menggangu kepentingan kemanan nasional

Negaranya.

3. tidak ada aturan dalam pasal ini yang melanggar syarat-syarat kerahasiaan dalam pasal

54 ayat 3(e) dan (f) atau pasal 73.

4. jika suatu Negara sadar bahwa informasi atau data dari Negara tersebut sedang atau

akan diungkap pada tahap manapun dalam persidangan, dan menurutnya

pengungkapan tersebut melanggar kepentingan keamanan nasionalnya, Negara tersebut

dapat mengintervensi persidangan dengan tujuan untuk mendapatkan resolusi dari

masalah tersebut menurut pasal ini.

5. jika, menurut suatu Negara, pengungkapan atas suatu informasi dapat melanggar

kepentingan keamanan nasionalnya, semua langkah yang rasioanal dapat dilakukan

oleh Negara tersebut, yang bertindak bersama-sama dengan Jaksa Penuntut, Pembela

atau Kamar Pra-Peradilan, sesuai dengan kasusnya, untuk mencari jalan keluar dengan

sekooperatif mungkin. Langkah-langkah tersebut termasuk:

a. modifikasi atau klarifikasi dari permintaan;

b. Suatu ketetapan oleh Mahkamah mengenai relevansi informasi atau bukti yang

diupayakan, atau ketentuan mengenai apakah suatu bukti yang diupayakan, atau

ketentuan mengenai apakah suatu bukti, sekalipun relevan, dapat atau telah

diperoleh dari suatu sumber selain Negara yang mengajukan permintaan;

Page 69: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

c. Merubah informasi atau alat bukti dari sumber yang berbeda atau bentuk yang

berbeda; atau

d. Kesepakatan untuk memberikan asistensi termasuk, diantara hal lainnya,

menyediakan ringkasan atau rekdaksi, pembatasan atas pengungkapan,

penggunaan kamera atau ex parte persidangan, atau tindakan-tindakan protektif

lainnya yang diizinkan oleh Statuta ini dan Aturan mengenai Prosedur dan Alat

Bukti.

6. Apabila semua langkah yang rasional telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah

tersebut dengan cara kooperatif, dan jika Negara menimbang bahwa pengungkapan

atas informasi atau dokumen tersebut tidak bisa tidak akan mengganggu kepentingan

keamanan nasionalnya, Negara tersebut harus memberikan catatan kepada penuntut

umum atau Mahkamah alasan-alasannya secara spesifik atas keputusannya tersebut,

kecuali deskripsi secara khusus tersebut atas alasan-alasannya itupun dapat menggangu

kepentingan keamanan nasionalnya juga.

7. Selanjutnya, jika Mahkamah melihat bahwa alat bukti tersebut relevan dan sangat

penting untuk dapat memutuskan bersalah atau tidaknya terdaksa, Mahkamah dapat

mengambil langkah-langkah:

a. Di mana pengungkapan atas informasi atau dokumen yang diupayakan sesuai

dengan permintaan untuk bekerjasama berdasarkan Bagian 9 atau keadaan-keadaan

yang digambarkan dalam ayat 2, dan Negara telah menggunakan alasan untuk

penolakan yang tercantum dalam pasal 93, ayat 4:

i) Mahkamah, sebelum membuat suatu keputusan yang disebutkan dalam sub-ayat

7 (a) (ii), dapat meminta konsultasi lebih lanjut dengan tujuan untuk

mempertimbangkan perwakilan Negara, yang dapat mencakup, apabila sesuai,

pemeriksaan in camera dan ex parte;

ii) Kalau Mahkamah memutuskan bahwa, dengan menggunakan alasan untuk

penolakan berdasarkan pasal 93, ayat 4, dalam keadaan-keadaan kasus tersebut,

Negara yang mengajukan permintaan tidak bertindak sesuai dengan

kewajibannya berdasarkan Statuta ini, Mahkamah dapat meneruskan

masalahnya sesuai dengan pasal 87, ayat 7, yang merinci alasan untuk

keputusannya; dan

Page 70: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

iii) Mahkamah dapat melakukan campur tangan semacam itu dalam persidangan

terhadap tertuduh berkenaan dengan ada atau tidak adanya suatu fakta, yang

mungkin sesuai dalam keadaan itu; atau

b. Dalam semua keadaan lain:

i) Memerintahkan pengungkapan; atau

ii) Sejauh bahwa Mahkamah tidak memerintahkan pengungkapan, melakukan

campur tangan tersebut dalam persidangan tertuduh berkenaan dengan ada atau

tidaknya suatu fakta, yang mungkin sesuai dalam keadaan-keadaan itu.

Pasal 73

Informasi atau dokumen dari Pihak Ketiga

Jika suatu Negara Peserta telah diminta oleh Mahkamah untuk menyediakan dokumen atau

informasi yang berada dalam penahanannya, kepemilikan atau pengendaliannya, yang mana

telah diungkapkan kepadanya secara rahasia oleh suatu Negara, organisasi antar pemerintah

atau organisasi internasional, maka Negara tersebut harus berusaha mendapat persetujuan dari

pemilik asal untuk mengungkap dokumen atau informasi tersebut. Kalau pemilik asal itu

adalah suatu Negara Peserta, maka Negara tersebut harus menyetujui pengungkapan informasi

atau dokumen tersebut atau berusaha menyelesaikan masalah mengenai pengungkapan

tersebut dengan Mahkamah, tunduk pada ketentuan pasal 72. Kalau pemilik asal itu bukan

suatu Negara Peserta dan menolak menyetujui untuk mengungkapkannya, maka Negara yang

diminta harus memberitahu Mahkamah bahwa pihaknya tidak dapat memberikan dokumen

atau informasi tersebut, yang disebabkan oleh adanya suatu kewajiban yang ada sebelumnya

mengenai kerahasiaan terhadap pemilik asal.

Pasal 74

Syarat-syarat Pengambilan Keputusan

1. Semua hakim Kamar Pengadilan harus hadir pada setiap tahap pemeriksaan dan pada

seluruh persidangannya. Kepresidenan, atas dasar kasus demi kasus, dapat

menugaskan, sesuai dengan keadaan, satu atau lebih hakim pengganti untuk hadir pada

Page 71: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

setiap tahapan persidangan dan menggantikan seorang anggota Kamar Pengadilan

kalau anggota tersebut tidak dapat terus hadir.

2. Keputusan Kamar Pengadilan harus didasarkan pada evaluasinya mengenai bukti dan

seluruh proses persidangan. Keputusan itu tidak boleh melebihi fakta-fakta dan

keadaan yang digambarkan dalam tuduhan dan setiap amendemen terhadap tuduhan

tersebut. Mahkamah dapat mendasarkan keputusannya pda bukti yang diajukan dan

didiskusikan di depan persidangan.

3. Para hakim harus berusaha untuk mencapai aklamasi dalam keputusannya, dan kalau

gagal mencapai aklamasi maka keputusan harus diambil oleh mayoritas para hakim.

4. Persidangan Kamar Pengadilan harus tetap rahasia.

5. Keputusan harus dilakukan secara tertulis dan harus mengandung suatu pernyataan

yang lengkap dan beralasan dari temuan-temuan Kamar Pengadilan mengenai bukti

dan kesimpulan. Kamar Pengadilan mengeluarkan satu keputusan. Apabila tidak

tercapai aklams, keputusan Kamar Pengadilan mengandung pandangan dari mayoritas

dan minoritas. Keputusanatau ikhtisar dari padanya harus disampaikan dalam sidng

terbuka.

Pasal 75

Ganti Rugi kepada Korban

1. Mahkamah harus menetapkan prinsip-prinsip yang berkenaan dengan ganti rugi

kepada, atau berkenaan dengan, korban, termasuk restitusi, kompensasi dan

rehabilitasi. Atas dasar ini, dalam keputusannya Mahkamah, atas permohonan ataupun

atas mosinya sendiri dalam keadaan-keadaan luar biasa, dapat menentuan lingkup dan

luasnya setiap kerusakan, kerugian atau luka terhadap, atau berkenaan dengan, para

korban akan menyatakan prinsip-prinsip yang digunakan mahkamah untuk bertindak.

2. mahkamah dapat membuat perintah secara langsung kepada seorang yang dihukum

dengan memerinci ganti rugi yang layak terhadap kepada, atau berkenaan dengan, para

korban, termasuk restitusi, kompensasi dan rehabilitasi. Apabila sesuai, Mahkamah

dapat memutuskan bahwa pemberian ganti rugi dilakukan lewat Trust Fund yang

ditetapkan dalam pasal 79.

Page 72: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

3. Sebelum mengambil keputusan berdasarkan pasal ini, Mahkamah dapat mengundang

dan harus mempertimbangkan perwakilan dari atau atas nama yang terhukum, korban,

orang-orang lain yang berminat atau Negara yang berminat.

4. Dalam melaksanakan kekuasaannya berdasarkan pasal ini Mahkamah, setelah seoarng

dihukum atas suatu kejahatan dalam Jurisdiksi Mahkamah, dapat memutuskan apakah,

untuk memberi pengaruh kepada suatu keputusan yang mungkin diambilnya

berdasarkan pasal ini, Mahkamah perlu mengupayakn tindakan berdasarkan pasl 93,

ayat 1.

5. Suatu Negara Peserta harus memberlakukan suatu keputusan berdasarkan pasal ini

seolah-olah ketentuan-ketentuan pasal 109 bias diterapkan kepada pasal ini.

6. Tiadak ada dalam pasal ini yang harus ditafsirkan sebagai merugikan hak-hak para

korban berdasarkan hukum nasional atau internasional.

Pasal 76

Penjatuhan hukuman

1. Jika terbukti bersalah, majelis hakim menetapkan hukuman yang sesuai untuk

dikenakan dengan mempertimbangkan segala alat bukti yang telah dihadirkan selama

persidangan.

2. Kecuali pada penerapan pasal 65 dan sebelum keputusan dari sidang, majelis hakim

dapat menurut kehendaknya sendiri dan harus, atas permintaan penuntut umum atau

terdakwa, menunda kesaksian yang akan datang untuk melihat alat bukti tambahan

yang relevan dengan penghukuman, sesuai dengan Aturan mengenai Prosedur dan Alat

bukti.

3. Apabila ayat 2 dilakukan, semua representation dalam pasal 75 harus di dengar selama

kesaksian yang akan datang seperti yang dikatakan dalam pasal 2 dan, jika perlu

selama kesaksian tambahan.

4. Hukuman harus diumumkan kepada publik dan, jika mungkin, dengan dihadiri oleh

terdakwa.

Page 73: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

BAGIAN 7

HUKUMAN

Pasal 77

Jenis Hukuman

1. Tunduk pada pasal 110, Mahkamah menjatuhkan salah satu dari hukuman-hukuman di

bawah ini kepada terpidana dengan merujuk pada pasal 5 Statuta ini:

a. Pidana penjara paling lama 30 tahun, atau

b. Penjara seumur hidup dengan melihat beratnya kejahatan serta kondisi-kondisi

personal dari terpidana,

2. Sebagai tambahan untuk pidana penjara, Mahkamah dapat memerintahkan :

a. Denda sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Aturan mengenai

Hukum Acara dan Pembuktian;

b. Penebusan hasil, kekayaan dan aset yang diperoleh secara langsung atau tidak

langsung dari kejahatan yang dilakukannya, dengan tidak melanggar hak-hak

khusus pihak ketiga.

Pasal 78

Penentuan hukuman

1. Dalam menentukan hukuman, Mahkamah harus, merujuk pada Aturan mengenai

Prosedur dan Alat Bukti, mempertimbangkan faktor-faktor beratnya kejahatan yang

dilakukan serta kondisi terpidana.

2. Dalam menjatuhkan pidana penjara, Mahkamah harus mengurangi, jika ada, masa

hukuman dengan masa tahanan yang diperintahkan oleh Mahkamah. Mahkamah dapat

mengurangi waktu yang sebaiknya dilewatkan dalam penahanan dalam hubungannya

dengan perbuatan yang mendasari kejahatan itu

3. Ketika seseorang telah dinyatakan bersalah lebih dari satu kejahatan, Mahkamah harus

menyebutkan hukuman untuk masing-masing kejahatannya dan jumlah hukuman

penjara yang diterimanya. Masa total hukuman ini tidak boleh kurang dari ancaman

Page 74: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

hukuman yang tertinggi dan tidak boleh melebihi 30 tahun atau hukuman penjara

seumur hidup sesuai pasal 77 ayat 2 (b).

Pasal 79

Badan Penjamin

1. Uang jaminan dapat ditetapkan dengan keputusan Majelis Negara Peserta demi

kepentingan korban kejahatan dalam yurisdiksi Mahkamah, dan keluarga-keluarga

korban dari kejahatan yang sama.

2. Mahkamah dapat memerintahkan agar uang dan barang-barang lainnya yang

dikumpulkan dari denda atau penebusan untuk dikirimkan, berdasarkan perintah

Mahkamah, ke Badan Penjamin.

3. Badan penjamin harus diatur berdasarkan kritera yang ditetapkan oleh Majelis Negara

Peserta.

Pasal 80

Tidak Ada Prasangka Bagi Penerapan Domestik

dari hukuman dan hukum nasional

Tidak ada dalam Bagian Statuta ini mempengaruhi penerapan oleh Negara terhadap hukuman

yang diterapkan oleh hukum nasional mereka, maupun hukum Negara yang tidak memberikan

hukuman yang ditetapkan dalam Bagian ini.

BAGIAN 8

PERMOHONAN BANDING

DAN PENINJAUAN KEMBALI

Pasal 81

Banding terhadap keputusan dan pembebasan atau hukuman

1. Suatu keputusan berdasarkan pasal 74 dapat dimintakan banding sesuai dengan Hukum

Acara dan Pembuktian sebagai berikut:

Page 75: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(a) Jaksa Penuntut dapat memohon banding atas dasar suatu alasan berikut:

i) Kesalahan Prosedur;

ii) Kesalahan fakta; atau

iii) Kesalahan hukum.

(b) Seseorang yang dihukum atau Jaksa Penuntut atas nama orang tersebut dapat

mengajukan banding atas suatu dasar berikut ini:

i) Kesalahan prosedur;

ii) Kesalahan fakta;

iii) Kesalahan hukum; atau

iv) Setiap alasan lain yang mempengaruhi keadilan atau keterpercayaan

proses Mahkamah atau keputusan ini.

2. (a) Suatu hukuman dapat dimintakan banding, sesuai dengan Hukum Acara dan

Pembuktian, oleh Jaksa Penuntut atau orang yang dihukum atas dasar yag tidak

proporsional antara kejahatan dan hukuman;

(b) Kalau atas permohonan banding terhadap hukuman Mahkamah berpendapat bahwa

alasan dimana itu mungkin dapat dikesampingkan, seluruhnya atau untuk

sebagian, Mahkamah dapat mengundang Jaksa Penuntut dan orang yang dihukum

untuk mengajukan alasan berdasarkan pasal 81, ayat 1 (a) atau (b), dan dapat

mengubah suatu keputusan mengenai hukuman sesuai dengan pasal 83;

(c) Prosedur yang berlaku apabila Mahkamah, berdasarkan suatu permohonan banding

terhadap hukuman saja, menganggap bahwa ada yang untuk mengurangi hukuman

berdasarkan ayat 2 (a).

3. (a) Kecuali kalau Kamar Mahkamah memutuskan lain, seseorang yang dihukum harus

tetap ditahan sambil menunggu suatu putusan banding;

(b) Apabila masa penahanan seorang terhukum melebihi hukuman penjara yang

dijatuhkan, orang tersebut harus dilepaskan, kecuali kalau Jaksa Penuntut juga

mengajukan banding, pelepasan itu dapat tunduk pada kondisi berdasarkan sub-

ayat (c) di bawah ini.

(c) Dalam hal pembebasan, orang yang terhukum harus dibebaskan dengan segera,

tunduk pada hal berikut ini:

Page 76: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

i) Berdasarkan keadaan luar biasa, dan dengan mengingat, antara lain, resiko

kongkrit bahwa orang itu melarikan diri, kegawatan pelanggaran yang

dituduhkan dan kemungkinan berhasil permohonan banding, Kamar

Mahkamah, atas permohonan Jaksa Penuntut, dapat mempertahankan

penahanan orang tersebut sambil menunggu keptusan banding;

ii) Suatu keputusan oleh Kamar Mahkamah berdasarkan sub-ayat [c] (i) dapat

dimintakan banding sesuai dengan Hukum Acara dan Pembuktian.

4. Tunduk pada ketentuan ayat 3 (a) dan (b), pelaksanaan keputusan atau hukuman harus

ditunda selama jangka waktu yang diperbolehkan untuk pengajuan banding dan untuk

jangka waktu proses Mahkamah banding.

Pasal 82

Permohonan Banding Terhadap Keputusan Lain

1. Masing-masing pihak dapat mengajukan banding terhadap setiap keputusan berikut ini

sesuai dengan Hukum Acara dan Pembuktian:

(a) Suatu keputusan berkenaan dengan Jurisdiksi atau dapat diterimanya suatu kasus;

(b) Suatu keputusan yang memberi atau menolak pembebasan seseorang yang sedang

diselidiki atau dituntut;

(c) Suatu keputusan Kamar Pra-Peradilan untuk bertindak atas prakarsanya sendiri

berdasarkan pasal 56, ayat 3;

(d) Suatu Keputusan yang mencakup suatu masalah yang kiranya sangat

mempengaruhi jalannya persidangan secara adil dan cepat atau hasil dari

persidangan, dan untuk itu, dalam pandangan Kamar Pra-Peradilan atau Kamar

Mahkamah, suatu keputusan mendesak oleh kamar Banding dapat mempercepat

proses persidangan secara materiil.

Page 77: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

2. Suatu keputusan dari kamar Pra-Peradilan berdasarkan pasal 57, ayat 3 (d), dapat

dimintakan banding oleh Negara yang bersangkutan atau oleh Jaksa Penuntut, dengan

ijin Kamar Pra-Peradilan. Permohonan Banding harus diperiksa dengan segera.

3. Suatu permohonan banding dengan sendirinya tidak mempunyai pengaruh menunda

kecuali kalau Kamar Banding memerintahkan demikian, atas permohonan, sesuai

dengan Hukum Acara dan Pembuktian.

4. Perwakilan hukum para korban, orang yang terhukum atau seorang pemilik bonafide

dari kekayaan yang salah terkena oleh suatu keputusan berdasarkan pasal 73 dapat

memohon banding terhadap keputusan mengenai ganti rugi, sebagaimana ditetapkan

dalam Hukum Acara dan Pembuktian.

Pasal 83

Acara Permohonan Banding

1. Untuk keperluan persidangan berdasarkan pasal 81 dan pasal ini, Kamar banding

mempunyai semua kekuasaan dari Kamar Mahkamah.

2. Kalau Kamar Banding berpendapat bahwa persidangan yang dimintakan banding itu

tidak adil dengan cara yang mempengaruhi keterpercayaan dari keputusan atau

hukuman, atau bahwa keputusan atu hukuman yang dimintakan itu secara materiil

terpengaruh oleh kesalahan fakta atau hukum atau kesalahan prosedural, maka Kamar

banding dapat :

(a) Membalikkan atau merubah keputusan atau hukuman itu; atau

(b) Memerintahkan persidangan baru di depan suatu Kamar Mahkamah yang lain.

Untuk keperluan ini, Bamar Banding dapat mengirim kembali masalah faktul kepada

Kamar Mahkamah semula untuk menetapkan masalah dan melaporkan kembali dengan

semestinya, atau dapat mendatangkan bukti sendiri untuk menentukan masalah itu.

Apabila keputusan atau hukuman telah dimintakan banding hanya oleh orang yang

terhukum, atau Jaksa Penuntut atas nama orang tersebut, maka keputusan atau

hukuamn itu tidak dapat diamendir atas kerugian orang tersebut.

Page 78: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

3. Kalau dalam suatu permohonan banding terhadap hukuman Kamar Banding

berpendapat bahwa hukuman itu tidak proporsional dengan kejahatan yang dilakukan,

Kamar Banding dapat merubah hukuman itu sesuai dengan bagian 7.

4. Keptusan Kamar Banding diambil dengan mayoritas para hakim dan harus

disampaikan dalam sidang Mahkamah terbuka. Keputusan itu harus menyatakan

alasan-alasan yang digunakan sebagai dasar. Apabila tidak ada keputusan aklamasi,

keputusan Kamar banding berisi pandangan dari mayoritas dan minoritas, tetapi

seorang hakim dapat menyampaikan suatu pandangan tersendiri atau yang berbeda

mengenai suatu persoalan hukum.

5. Kamar Banding dapat menyampaikan keputusannya tanpa kehadiran orang yang

dibebaskan atau dihukum.

Pasal 84

Peninjauan Kembali mengenai penghukuman atau hukuman

1. Orang yang terhukum atau, setelah kematiannya, pasangan, anak-anak, orang tua atau

seseorang yang hidup pada saat kematian tertuduh yang telah diberi instruksi tertulis

yang mendesak dari tertuduh untuk mengajukan klaim semacam itu, atau Jaksa

Penuntut atas nama orang tersebut, dapat mengajukan permohonan kepada Kamar

Banding untuk meninjau kembali putusan akhir dari penghukuman atau hukuman atas

dasar bahwa:

(a) Bukti baru telah ditemukan yang:

i) Tidak tersedia pada saat sidang Mahkamah, dan tidak tersedianya bukti tersebut

seluruhnya atau untuk sebagian tidak dapat dipersalahkan kepada pihak yang

mengajukan permohonan; dan

ii) Cukup penting bahwa kalau halitu dibuktikan pada sidang Mahkamah mungkin

sekali menghasilkan suatau keputusan yang berbeda.

(b) Baru saja ditemukan bahwa yang menentukan yang dipertimbangkan pada sidang

Mahkamah dan dimana hukuman itu tergantung padanya, adalah palsu atau

dipalsukan.

Page 79: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(c) Satu atau lebih dari para hakim yang ikut serta dalam penghukuman atau

penegasan dari tuduhan-tuduhan itu telah melakukan, dalam kasus itu, suatu

perbutan yang sangat tidak senonoh atau pengingkaran serius terhadap tugas yang

berat sehingga membenarkan diberhentikannya hakim atau para hakim tersebut

dari jabatan berdasarkan pasal 46.

2. Kamar banding harus menolak permohonan kalau berpendapat bahwa permohonan itu

tidak berdasar. Kalau Kamar Banding menentukan bahwa permohonan itu bermanfaat,

Kamar banding dapat, kalau sesuai:

(a) Menyelenggarakan kembali sidang Kamar Mahkamah semula;

(b) Membentuk Kamar Mahkamah baru; atau

(c) Mempertahankan Jurisdiksi atas masalah itu,

dengan tujuan, setelah memeriksa para pihak dengan cara yang ditetapkan dalam

Hukum Acara dan Pembuktian, untuk sampai kepada suatu ketentuan tentang apakah

keputusan itu harus ditinjau kembali.

Pasal 85

Kompensasi Terhadap Seseorang Yang Ditahan atau Dihukum

1. Seseorang yang telah menjadi korban dari penangkapan atau penahanan yang melawan

hukum mempunyai hak atas kompensasi yang bisa diberlakukan.

2. Apabila seseorang dengan suatu keputusan akhir telah dihukum atas suatu pelanggaran

pidana, dan apabila kemudian hukuman dibalikkan atas dasar bahwa suatu fakta baru

atau yang baru diketemukan menunjukkan secara meyakinkan bahwa telah terjadi

salah hukuman sebagai akibat penghukuman semacam itu harus diberi kompensasi

menurut hukum kecuali, kalau terbukti bahwa tidak diungkapkannya fakta yang tidak

diketahui pada waktu itu seluruhnya atau sebagian disebabkan olehnya.

Page 80: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

3. Dalam keadaan luar biasa, dimana Mahkamah menemukan fakta menentukan yang

memperlihatkan bahwa telah terjadi kesalahan dalam menerapkan keadilan yang berat

dan mencolok, Mahkamah dengan kebijaksanaannya dapat memberikan kompensasi,

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Hukum Acara dan Pembuktian, kepada

seseorang yang telah dibebaskan dari penahanan mengikuti suatu keputusan akhir

mengenai pembebasan atau dihentikannya proses Mahkamah karena alasan itu.

BAGIAN 9

KERJASAMA INTERNASIONAL DAN BANTUAN HUKUM

Pasal 86

Kewajiban umum untuk kerjasama

Negara Peserta, sesuai dengan ketentuan Statuta ini, bekerjasama sepenuhnya dengan

Mahkamah dalam melakukan penyidikan dan penuntutan kejahatan yang termasuk dalam

Jurisdiksi Mahkamah.

Pasal 87

Permintaan unntuk bekerjasama: ketentuan umum

1. (a) Mahkamah mempunyai wewenang untuk mengajukan permintaan kepada Negara

Peserta untuk bekerjasama. Permintaan itu disampaikan lewat saluran diplomatik

atu setiap saluran lain yang sesuai dengan sebagaimana ditetapkan oleh setiap

Negara Peserta pada saat ratifikasi, penerimaan, pengesahan atau penambahan.

Perubahanyang kemudian diadakan pada penunjukan dilakukan oleh setiap Negara

Peserta sesuai dengan Hukum Acara dan Pembuktian.

Page 81: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(b) Apabila perlu, tanpa merugikan ketentuan-ketentuan sub-ayat (a), permintaan dapat

juga disampaikan lewat Organisasi Kepolisian Pidana Internasional atau suatu

organisasi regional yang sesuai.

2. Permintaan untuk bekerjasama dan setiap dokumen yang mendukung permintaan itu

haruslah dalam atau disertai oleh terjemahan dalam suatu bahsa remi Negara yang

dimintai kerjasama atau dalam salah satu bahasa kerja Mahkamah, sesuai dengan

pilihan yangdilakukan oleh Negara tersebut pada saat ratifikasi, penerimaan,

pengesahan, atau penambahan. Perubahnyang kemudian diadakan pada pilihan ini

dilaksanakan sesuai dengan Hukum Acara dan Pembuktian.

3. Negara yang diminta kerjasamanya harus merahasiakan permintaan kerjasama dan

setiap dokumen yang mendukung permintaan tersebut, kecuali sejauh bahwa

pengungkapan itu perlu untuk pelaksanaan permintaan tersebut.

4. Dalam hubungan dengan setiap permintaan untuk bantuan yang disampaikan

berdasarkan Bab 9, Mahkamah dapat mengambil tindakan semacam itu, termasuk

tindakan yang berkaitan dengan perlindungan terhadap informasi, yang mungkin perlu

untuk menjamin keamanan atau kesejahteraan fisik atau psikologis dari setiap korban,

para saksi potensial dan keluarga mereka. Mahkamah dapat mengajukan permintaan

bahwa setiap informasi yang dibuat tersedia berdasarkan Bagaian 9 harus dibuat dan

ditandatangi dengan cara yang melindungi keamanan dan kesejahteraan fisik atau

psikologis dari setiap korban, para saksi potensial dan keluarga mereka.

5. Mahkamah dapat mengundang setiap Negar yang bukan Peserta untuk memberi

bantuan di bawah Bagian ini atas dasar pengaturan ad hoc, suatu perjanjian dengan

Negara semacam itu atau atas suatu dasar lain yang sesuai

Apabila suatu Negara yang bukan Peserta, yang telah mengadakan suatu pengaturan ad

hoc atu suatu perjanjian dengan Mahkamah, gagal untuk bekerjasama atas permintaan

sesuai dengan pengaturan atau perjanjian tersebut, mahkamah dapat memberi

informasi mengenai hal tersebut kepada Majelis Negara Peserta atau Dewaen

Keamanan, apabila Dewan Keamanan meneruskan masalah tersebut ke Mahkamah.

6. Mahkamah dapat meminta kepada suatu organisasi antar pemerintah untuk memberi

informsi atau dokumen. Mahkamah juga dapat minta bentuk-bentuk kerjasama dan

Page 82: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

bantuan lain yang mungkin disepakati dengan organisasi semacam itu dan yang sesuai

dengan kompetensi atau mandatnya.

7. Apabila suatu Negara Peserta gagal mematuhi suatu permintaan untuk bekerjasama

oleh Mahkamah yang berlawanan dengan ketentuan Statuta ini, dan dengan demikian

mencegah Mahkamah untuk melaksanakan fungsi dan kekuasaannya berdasarkan

Statuta ini, Mahkamah dapat melakukan suatu temuan mengenai hal itu dan

mengajukan masalah tersebut kepada Majelis Negara. Peserta atau, apabila Dewan

Keamanan meneruskan masalahnya kepada Mahkamah, kepada Dewan keamanan.

Pasal 88

Tersedianya prosedur di bawah hukum nasional

Negara-Negara Peserta harus memastikan bahwa ada prosedur yang tersedia dalam hukum

nasional bagi mereka bagi semua bentuk kerjasama yang ditetapkan di bawah Bagian ini.

Pasal 89

Penyerahan orang kepada Mahkamah

1. Mahkamah dapat mengirimkan suatu permintaan untuk penangkapan dan penyerahan

seseorang, bersama-sama dengan bahan yang mendukung permintaan tersebut yang

diuraikan secara garis besar dalam pasal 91, kepada setiap Negara di wilayah orang

tersebut mungkin ditemukan dan minta kerjasama dari Negara tersebut untuk

penangkapan dan penyerahan orang tersebut. Negara Peserta, sesuai dengan ketentuan

Bagian ini dan prosedur di bawah hukum nasional mereka, harus mematuhi permintaan

untuk penagkapan dan penyerahan tersebut.

2. Apabila orang yang dicari untuk diserahkan itu membawa suatu tantangan di depan

Mahkamah nasional tentang dasar dari prinsip ne bis in idem sebagaimana ditetapkan

dalam pasal 20, Negara yang dimintai kerjasama harus menentukan apakah ada suatuu

keputusan yang relevan tentang biasa diterimanya kasus. Kalau kasus itu bisa

diterima,Negara yang dimintai kerjasama harus mengambil langkah lanjutan dengan

melaksanakan permintaan itu. Kalau keputusan tentang bisa diterimanya kasus

Page 83: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

tertunda, Negara yang dimintai kerja sama dapat menunda pelasanaan permintaan

untuk menyerahkan orang tersebut sampai Mahkamah membuat suatu ketetapan

mengenai bisa diterimanya kasus.

3. (a) Suatu NegaraPeserta memberi wewenag, sesuai dengan hukumprosedur

nasionalnya, kepada pengangkutan lewat wilayahnya seseorang yng diserahkan

kepada Mahkamah oleh suatu Negara lain, kecuali apabila pengangkutan lewat

Negara tersebut akan menghalangi atau menunda penyerahan tersebut.

(b) Suatu permintaan oleh Mahkamah untuk pengangkutan melewati suatu Negara

harus disampaikan sesuai dengan pasal 87. Permintaan untuk transik berisi:

i) gambaran mengenai orang yang diangkut;

ii) Pernyataan singkat mengenai kenyataan dari kasus itu dan karasteristik

hukumnya; dan

iii) Surat perintah untuk penagkapan dan penyerahan.

(c) Seorang yang sedang diangkut harus ditahan di bawah penjagaan selama transit;

(d) Tidak ada otorisasi yang diperlukan kalau orang tersebut diangkut dengan pesawat

dan tidak ada pendaratan yang dijadwalkan dalamwilayah Negara yang dilalui;

(e) Kalau suatu pendaratan di luar jadwal terjadi dalam wilayah Negara yang dilalui,

Negara dapat mensyaratkan suatu permintaan untuk transit dari Mahkamah

sebagaimana ditetapkan dalam sub-ayat (b). Negara yang dilewati harus menahan

orang yang sedang diangkut itu sampai permintaan untuk transit diterima dan

transit diberlakukan; dengan syarat bahwa penahanan untuk keperluan sub-ayat ini

tidak diperpanjang melampaui 96 jam dari pendaratan yag tidak

dijadwalkankecuali kalau permintaan itu diterima dalam waktu tersebut.

4. Kalau orang yang dicari itu sedang diajukan ke depan Mahkamah atau sed ang

menjalani hukuman di Negara yang dimintai kerjasama untuk suatu kejahatan yang

berbeda dari apa yang diupayakan oleh penyerahan kepada Mahkamah, Negara yang

dimintai kerjasama setelah membuat keputusan untuk mengabulkan permintaan

tersebut, harus berkonsultasi dengan Mahkamah.

Pasal 90

Permintaan yang bersaman *)

Page 84: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

1. Suatu Negara Peserta yang menerima permintaan dari Mahkamah untuk menyerahkan

seseorang berdasarkan pasal 89, juga menerima permintan dari suatu Negara lain untuk

mengektradisi orang yang sama untuk perbuatn yang sama yang merupakan dasar dari

kejahatan diman Mahkamah berupaya agar orang tersebut diserahkan, harus memberi

tahu Mahkamah dan Negara yang mengajukan permintaan mengenai kenyataan itu.

2. Apabila Negara yag mengajukan permintaan itu suatu Negara Peserta, maka Negara

yang mendapat permintaan harus memberi prioritas kepada permintaan Mahkamah,

kalau:

(a) Mahkamah sesuai dengan pasal 18 dan 19, telah membuat ketetapan bahwa

kasus penyerahan itu diupayakan adalah bisa diterima dan bahwa ketentuan itu

memperhitungkan penyelidikan atau penuntutan yang dilakukan oleh Negara

yang mengajukan permintaan berkenaan dengan permintaannya untuk

ekstradisi; atau

(b) Mahkamah membuat ketentuan yang digambarkan dalam sub-ayat (a) sesuai

dengan pemberitahuan Negara yag mendapat permintaan berdasarkan ayat 1.

3. Apabila suatu ketentuan berdasarkan ayat 2 (a) belum diambil, Negara yang meneriam

permintaan, atas kebijaksanaannya, sambil menunggu ketentuan dari Mahkamah

berdasarkan ayat 2 (b), meneruskan untuk menangani permintaan itu tetapi tidak akan

mengektradisi orang tersebut sampai Mahkamah menentukan bahwa kasusnya tidak

dapat diterima. Keputusan Mahkamah diambil secara cepat.

4. Kalau Negara yang mengajukanpermintaan adalah suatu Negara yang bukan Peserta

kepada Statuta ini maka Negara yang mendapat permintaan, kalau tidak berada di

bawah kewajiban internasional untuk mengektradisi orang tersebut ke Negra yang

mengajukan permintaan, harus memberi prioritas kepada permintaan penyerahan dari

Mahkamah, kalau mahkamah telah menentukan bahwa kasus itu bisa diterima.

5. Apabila suatu kasus di bawajh ayat 4 belum ditetapkan untuk bisa diterima oleh

Mahkamah, Negara yang meneriam permintaan, atas kebijaksanaannya, melanjutkan

untuk menangani permintaan untuk ekstradisi dari Negara yang mengajukan

permintaan.

Page 85: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

6. Dalam kasus-kasus di mana ayat 4 berlaku, kecuali kalau Negara yang meneriam

permintaan berada dibawah kewajiban internasional yang ada untuk mengektradisi

orang tersebut ke suatu Negara yang mengajukan permintaan yang bukan Peserta

kepada Statuta ini, maka Negara yang mendapat permintaan harus menentukan apakah

menyerahkan orang tersebut kepada Mahkamah atau mengektradisi orang tersebut ke

Negara yang mengajukan permintaan. Dalam membuat keputusan itu, Negara yang

mendapat permintaan itu mempertimbangkan semua faktor terkait, termasuk tetapi

tidak terbatas pada:

(a) Tanggal masing-masing permintaan tersebut;

(b) Kepentingan dari Negara yang mengajukan permintaan termasuk, apabila

relevan, apakah kejahatan itu dilakukan dalam wilayahnya dan kebangsaan dari

para korban dan orang yang dicari; dan

(c) Kemungkinan mengenai penyerahan yang kemudian dilakukan antara

Mahkamah dan Negara yang mengajukan permintaan.

7. Apabila suatu Negara Peserta yang menerima permintaan dari Mahkamah untuk

menyerahkan seseorang juga menerima permintaan dari suatu Negara untuk

mengektradisi orang yang sama untuk perbuatan lain yang merupakan kejahatan di

mana Mahkamah mengupayakan penyerahan orang tersebut:

(a) Negara yang mendapat permintaan, kalau tidak berada di bawah kewajiban

internasional yang ada untuk mengektradisi orang tersebut kepada Negara yang

mengajukan permintaan, harus membereikan prioroitas kepada permintaan

Mahkamah;

(b) Negara yang menerima permintaan, kalau tidak berada di bawah kewajiban

internasional yang ada untuk mengektradisi orang tersebut ke Negara yang

mengajukan permintaan, harus menentukan apakah menyerahkan orang

tersebut ke Mahkamah atau mengektradisi orang tersebut ke Negara yang

mengajukan permintaan. Dalam membuat keputusannya, Negara yang

menerima permintaan harus mempertimbangkan semua faktor terkait, termasuk

tetapi tidak terbatas pada faktor-faktor yang ditetapkan dalam ayat 6, tetapi

memberi pertimbangan khusus kepada sifat relatif dan beratnya perbuatan yang

dipersoalkan.

Page 86: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

8. Apabila sesuai dengan pemberitahuan berdasarkan pasal ini, Mahkamah telah

menentukan suatu kasus sebagai dapat diterima, dan kemudian diektradisi ke Negara

yang mengajukan permintaan ditolak, Negara yang menerima permintaan harus

memberitahu Mahkamah mengenai keputusan ini.

Pasal 91

Isi dari permintaan untuk penahanan dan penyerahan

1. Suatu permintaan untuk penahanan dan penyerahan harus dilakukan secara tertulis.

Dalam kasus-kasus mendesak, suatu permintaan dapat dilakukan lewat suatu medium

yang mampu menyampaikan catatan tertulis, dengan syarat bahwa permintaan itu

harsu ditegaskan lewat saluran yang ditetapkan dalam pasal 87, ayat 1 (a).

2. Dalam hal suatu permintaan untuk penahanan dan penyerahan seseorang untuk siapa

suatu suarat perintah penahanan telah dikeluarkan oleh Kamar Pra-Peradilan

berdasarkan pasar 58, permintaan itu berisi atau didukung oleh:

(a) Informasi yang menggambarkan orang yang dicari, yang cukup untuk

mengidentifikasikan orang tersebut, dan informasi mengenai kemungkinan

keberadaan orang tersebut;

(b) Suatu salinan mengenai surat perintah penahanan; dan

(c) Dokumen, pernyataan atau informasi yang mungkin perlu untuk memenuhi

persyaratan untuk proses penyerahan di Negara yang meneima permintaan,

kecuali bahwa syarat-syarat tersebut haruslah tidak lebih memberatkn

ketimbang syarat-syarat yang bisa diterapkan pada permintaan untuk ekstradisi

sesuai dengan perjanjian atau pengaturan antara Negara yang mendapat

permintaan dan Negara-Negara lain dan, kalau mungkin, seharusnya kurang

memberatkan, dengan mengingat sifat Mahkamah yang berbeda.

3. Dalam hal permintaan untuk penahanan dan penyerahan seseorang yang sudah

dihukum, maka permintaan itu harus mengandung atau didukung oleh:

(a) Satu salinan dari suatu surat perintah penagkapan untuk orang tersebut;

(b) Satu salinan dari keputusan mengenai penghukuman;

Page 87: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(c) Informasi untuk memperlihatkan bahwa orang yang dicari itu adalah oarang

disebutkan dalamkeputusan mengenai penghukuman; dan

(d) Kalau orang yang dicari itu sudah dihukum, asatu salinan dari hukuman yang

dijatuhkan dan, dalam hal satu hukuman penjara, sutu pernyataan mengenai

waktu yang sudah dijalani dan waktu yang tersisa masih harus dijalani.

4. Atas permintaan Mahkamah, suatu Negara Peserta berkonsultasi dengan Mahkamah,

baik secara umum atau berkenaan dengan suatu hal khusus, mengenai setiap

persyaratan berdasarkan hukum nasionalnya yang mungkin berlaku berdasarkan ayat 2

[c]. Selama konsultasi itu, Negara Peserta itu harus memberitahu mahkamah memgenai

persyaratan-persyaratan khusus dari hukum nasionalnya.

Pasal 92

Penahanan sementara

1. Dalam kasus-kasus mendesak, Mahkamah dapat minta dilakukan penahanan sementara

dari orang yang dicari, sambil menunggu disampaikannya permintaan untuk

penyerahan dan dokumen-dokumen yang mendukung permintaan itu seagaimana

ditentukan dalam pasal 91.

2. Permintaan untu penahanan sementara harus diajukan lewat suatu medium yang

mampu menyampaikan catatan tertulis dan mengandung:

(a) Cukup informasi yang mengambarkan orang yang dicari, yang cukup

mengidentifikasikan orang itu, dan informasi tentang kemungkinan keberadaan

orang tersebut;

(b) Pernyataan ringkas mengenai kejahatan untuk itu penahanan orang tersebut

diupayakan dan mengenai fakta yang dilaporkan mengenai kejahatan tersebut

termasuk, apabila mungkin, tanggal dan lokasi kejahatan;

(c) Pernyataan mengenai adanya surat perintah penangkapan atau suatu keputusan

penghukuman terhadap orang yng dicari; dan

(d) Pernyataan suatu permintaan untuk menyerahkan orang yang dicari akan

menyusul.

Page 88: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

3. Seorang yang ditahan untuk sementara dapt dibebaskan dari penahanan kalau Negara

yang menerima permintaan belum menerima permintaan untuk penyerahan dan

dokumen-dokumen yag mendukung permintaan itu sebagaimana ditentukan dalam

pasal 91 dalam batas waktu yang ditetapan dalam Aturan mengenai Prosedur dan

Pembuktian. Tetapi orang tersebut mungkin setuju untuk menyerahkan diri sebelum

habisnya batas waktu ini kalau diperbolehkanoleh hukum dari Negarayang menerima

permintaan. Dalam hal seperti itu, Negara yang mendapat permintaan harus

melanjutkan menyerahkan orang tersebut kepada Mahkamah secepat mungkin.

4. Kenyataan bahwa orang yang dicari telah dibebaskan dari penahanan sesuai dengan

ayat 3 tidak boleh merugikan penahanan dan penyerahan berikutnya dari orang

tersebut kalau permintaan untuk penyerahan dan dokumen yang mendukung

penyerahan itu disampaikan pada suatu tanggal kemudian.

Pasal 93

Bentuk-bentuk kerjasama lainnya

1. Negara-Negara Peserta sesuai dengan ketentuan bagian ini dan berdasarkan prosedur

hukum nasional, harus mematuhi permintaan oleh Mahkamah untuk memberikan

bantuan berikut ini dalam kaitan dengan investasi atau penuntutan:

(a) Identifikasi dan keberadaan orang-orang atau lokasi hal-hal;

(b) Pengambilan bukti, termasuk kesaksian di bawah sumpah, dan pengadaan bukti

termasuk pandangan ahli dan laporan yang perlu kepada Mahkamah;

(c) Menanyai setiap orang yang dalam penyelidikan atau dituntut;

(d) Penyerahan dokumen, termasuk dokumen judisial;

(e) Memfasilitasi kemunculan sukarela dari orang-orang sebagai saksi atau ahli di

depan Mahkamah;

(f) Pemindahan sementara orang-orang sebagaimana ditetapkan dalam ayat 7;

(g) Pemeriksaan tempat atau situs, termasuk penggalian dan pemeriksaan situs

kuburan;

(h) Pelaksanaan penggeledahan dan penyitaan;

(i) Penyediaan catatan dan dokumen, termasuk catatan dan dokumen resmi;

Page 89: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

(j) Perlindungan para korban dan saksi dan pemeliharan bukti;

(k) Identifikasi, penelusuran dan pembekuan atau penyitaan hasil, kekayaan dan

aset serta alat-alat kejahatan untuk keperluan penebusan akhir, tanpa merugikan

hak-hak dari pihakketiga yang bonafide; dan

(l) Setiap bentuk bantuan lain yang tidak dilarang oleh hukum dari Negara yang

mendapat permintaan, dengan tujuan untuk memfasilitasi investigasi dan

penuntutan kejahatan dalam Jurisdiksi Mahkamah.

2. Mahkamah mempunyai kewenangan untuk memberi jaminan kepada seorang saksi

atau seorang ahli yang menghadap di depan Mahkamah bahwa ia tidak akan dituntut,

ditahan atau dikenai suatu pembatasan atas kebebasan pribadinya oleh Mahkamah

berkenaan dengan setiap perbuatan atau penghapusan yang mendahului keberangkatan

orang tersebut dari Negara yang menerima permintaan.

3. Apabila pelaksanaan dari suatu tindakan bantuan tertentu yang dirinci dalam sutu

permintaan yang disampaikan berdasarkan ayat 1, dilarang di Negara yang mendapat

permintaan tas dasar suatu prinsip hukum mendasar dri penerapan umum, Negara yang

mendapat permintaan harus dengan segera berkonsultasi dengan Mahkamah untuk

mencoba menyelesaikan masalah itu. Dalam konsultasi-konsultasi itu, perimbangan

seharusnya diberikan kepada apakah bantuan itu dapat diberikan dalam suatu cara lain

atau tunduk pada kondisi. Kalau setelah konsultasi masalahnya tidak dapat

diselesaikan, Mahkamah harus memodifikasi permintaan itu seperlunya.

4. Sesuai dengan pasal 72, suatu Negara Peserta dapat menolak suatu permintaan

bantuan, seluruhnya atau untuk sebagian, hanya kalau permintaan itu berkenaan

dengan dikeluarkannya suatu dokumen atau diungkapkannya bukti yang berkaitan

dengan keaman nasionalnya.

5. Sebelum menolak suatu permintaan bantun berdasarkan ayat 1 (1), Negara yang

mendapat permintaan harus mempertimbangkan apakah bantuan itu dapat diberikan di

bawah kondisi-kondisi tertentu, atau apakah bantuan itu dapat diberikan pada waktu

belakangan atau dengan suatu cara alternatif, dengan syarat bahwa kalau Mahkamah

atau Jaksa Penuntut menerima bantuan itu di bawah kondisi tertentu, Mahkamah dan

Jaksa Penuntut harus pada syarat-syarat itu.

Page 90: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

6. Kalau suatu permintaan bantuan ditolak, Negara Peserta yang mendapat permintaan

harus denga segera memberi tahu Mahkamah atau Jaksa Penuntut mengenai alasan-

alasan untuk penolakan tersebut.

7. (a) Mahkamah dapat mengajukan permintaan pemindahan sementara dari seseorang

dalam tahanan untuk keperluan identifiksi atau untuk mendapatkan kesaksian atau

bantuan lain. Orang tersebut dapat diserahkan kalau kondisi-kondisi berikut ini:

i) Orang itu secara bebas memberikan persetujuannya yang diinformasikan

kepada penyerahan tersebut; dan

ii) Negara yang yang mendapat permintaan setuju untuk menyerahkan, tunduk

pada kondisi-kondisi sebagaimana disepakati oleh Negara dan Mahkamah

tersebut.

(b) Orang yang diserahkan tersebut harus tetap dalam penahanan. Apabila persyaratan

penyerahan itu telah terpenuhi, Mahkamah harus mengembalikan orang tersebut

tanpa ditunda-tunda lagi kepada Negara yang mendapat permintaan.

8. (a) Mahkamah harus memastikan kerahasian dokumen dan informasi, kecuali yang

dibutuhkan untuk penyidikan dan proses Mahkamah yang digambarkan dalam

permintaan itu.

(b) Negara yang menerima permintaan, apabila perlu, dapat mengirimkan dokumen

atau informasi kepada jaksa Penuntut atas dasar kerahasiaan. Jaksa Penuntut

kemudian boleh menggunakannya semata-mata untuk keperluan menimbulkan

bukti baru;

(d) Negara yang menerima permintaan, dengan mosinya sendiri atau atas permintaan

dari Jaksa Penuntut, kemudian dapat menyetujui diungkapkannya dokumen atau

informasi itu tersebut. Kemudian dokumen atau informasi itu dapat digunakan

sebagai bukti sesuai dengan ketentuan Bagian 5 dan 6 dan sesuai dengan hukum

dan Pembuktian.

9. (a) (i) Dalam hal suatu Negara Peserta menerima beberapa permintaan yang bersaing,

selain penyerahan atau ekstradisi, dari Mahkamah dan dari suatu Negara lain

sesuai dengan kewajiban internasional, maka Negara Peserta itu harus berusaha,

setelah berkonsultasi dengan Mahkamah dan Negara yang lain itu, untuk

Page 91: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

mematuhi kedua permintaan tersebut, kalau perlu dengan menunda atau

memberikan persyaratan kepada satu permintaan atau lainnya.

(ii) Kalau tidak demikian, permintaan-permintaan yang salaing bersaing itu harus

diselesaikan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam pasal 90.

(b) Tetapi, apabila permintaan dari Mahkamah itu berkenaan dengan informasi,

kekayaan atau orang yang tunduk pada penguasaan suatu Negara ketiga atau suatu

organisasi internasional berkat suatu perjanjian internasional, Negara yang

menerima permintaan harus memberitahu Mahkamah sedemikian kepada

Mahkamah dan mahkamah harus meneruskan permintaannya kepada Negara ketiga

atau organisasi internasional itu.

10. (a) Mahkamah, atas permintaan, dapat bekerjasama dengan dan memberikan bantuan

kepada suatu Negara Peserta yang melakukan penyelidikan atau persidangan

berkenaan dengan perbuatan yang merupakan suatu kejhatan dlam Jurisdiksi

Mahkamah atau yang merupakan suatu kejahatan serius di bawah hukum nasional

dari Negara yang mengajukan permintaan.

(b) (i) Bantuan yang diberikan berdasarkan sub-ayat (a) termasuk, antara lain:

(1) Pengiriman pernyataan, dokumen atau sejenis bukti lain yang didapat

selama suatu investigasi atau sidang Mahkamah yang dilakukan oleh

Mahkamah; dan

(2) Menanyai setiap orang yang ditahan dengan perintah Mahkamah;

(ii) Dalam hal adanya bantuan berdasarkan sub-ayat (b) (i) (ii):

(1) Kalau dokumen atau jenis-jeni bukti lainnya telah diperoleh dengan

bantuan suatu Negara, pengiriman itu membutuhkan persetujuan dari

Negara tersebut;

(2) Kalau pernyataan, dokumen atau jenis-jenis bukti lain telah diberikan oleh

seorang saksi atau ahli, pengiriman tersebut harus tunduk pada ketentuan

pasal 68.

(c) Mahkamah, di bawah kondisi yang ditetapkan dalam ayat ini, dapat mengabulkan

suatu permintaan untuk bantuan di bawah ini dari suatu Negara yang bukan

Peserta kepda Statuta ini

Page 92: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Pasal 94

Penangguhan Pelaksanaan Permintaan Yang Berkenaan dengan

Penyelidikan atau Penuntutan yang sedang Berjalan

1. Kalau pelasanaan segera dari suatu permintaan akan mencampuri penyelidikan atau

penuntutan yang sedang berjalan terhadap suatu kasus lain dari yang berkaitan

dengan permintaan itu, Negara yang mendapat permintaan dapat menunda

pelaksanaan permintaan tersebut untuk jangka waktu yang disepakati dengan

Mahkamah. Tetapi, penundaan ini tidak boleh lebih lama dari yang perlu untuk

melengkapi penyelidikan atu penuntutan terkait di Negara yang mendapat

permintaan. Sebelum membuat keputusan untuk menunda, Negara yang mendapat

permintaan harus mempertimbangkan apakah bantuan dapat diberikan dengan

segera yang tunduk pada kondisi tertentu.

2. Kalau suatu putusan untuk menunda diambil sesuai dengan ayat 1, jaksa Penuntut

betapapun dapat mengupayakan tindakan-tindakan untuk menjaga bukti, sesuai

dengan pasal 93, ayat 1 (j).

Pasal 95

Penangguhan Pelaksanaan Permintaan Berkenaan Dengan Keberatan

Mengenai Dapat Diterimanya Suatu Perkara

Tanpa merugikan pasal 53, ayat 2, dimana ada keberatan mengenai dapat diterimanya suatu

perkara yang berada dibawah pertimbangan mahkamah sesuai dengan pasal 18 dan 19, Negara

yang mendapat permintaan dapat menangguhkan pelaksanaan suatu permintaan di bawah

Bagian ini sambil menunggu suatu ketetapan oleh Mahkamah, kecuali kalau Mahkamah dapat

melanjutkan pengumpulan bukti tersebut sesuai dengan pasal 18 atau 19.

Pasal 96

Isi Permintaan Untuk Bentuk-bentuk bantuan lain

Berdasarkan Pasal 93

Page 93: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

1. Suatu Permintaan untuk bentuk-bentuk bantuan lain yang disebutkan dalam pasal

93 harus dibuat secara tertulis. Dalam kasus-kasus mendesak, suatu permintaan

dapat diajukan oleh suatu medium yang mampu mengirimkan catatan tertulis,

dengan syarat bahwa permintaan itu harus dikonfirmasikan lewat saluran yang

ditetapkan dalam pasal 87, ayat 1(a).

2. Permintaan itu, apabila dapat diterapkan, harus berisi atau didukung oleh hal-hal

berikut ini:

(a) suatu pernyataan singkat mengenai maksud permintaan itu dan bantuan yang

diupayakan, termasuk dasar hukum dan alasan dan permintaan tersebut;

(b) informasi sebanyak dan seterinci mungkin tentang lokasi atau identifikasi orang

atau tempat yang harus ditemukan atau diidentifikasi agar bantuan yang

diupayakan dapat diberikan;

(c) suatu pernyataan ringkas mengenai fakta-fakta terpenting yang mendasari

permintaan itu;

(d) alasan untuk dan rincian dari suatu prosedur atau persyaratan yang hendak

diikuti;

(e) informasi yang mungkin diisyaratkan di bawah hukum Negara yang mendapat

permintaan untuk melaksanakan permintaan tersebut; dan

(f) setiap informasi lain yang relevan agar supaya bantuan yang diupayakan dapat

diberikan.

3. Atas permintaan Mahkamah, suatu Negara Peserta harus berkonsultasi dengan

Mahkamah, baik secara umum maupun berkenaan dengan suatu masalah tertentu,

mengenai suatu persyaratan di bawah hukum nasionalnya yang mungkin berlaku

dibawah ayat 2(e). Selama konsultasi, Negara Peserta harus memberi informasi

kepada Mahkamah mengenai persyaratan khusus dari hukum nasionalnya.

4. Ketentuan-ketentuan pasal ini, apabila diterapkan, juga berlaku berkenaan dengan

suatu permintaan untuk bantuan yang ditujukan kepada Mahkamah.

Pasal 97

Konsultasi

Page 94: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Apabila suatu Negara Peserta menerima suatu permintaan berdasarkan Bagian ini dimana

Negara tersebut mengidentifikasikan masalah-masalah yang mungkim menghambat atau

menghalangi pelaksanaan permintaan itu, Negara tersebut harus berkonsultsi dengan

mahkamah tanpa ditunda lagi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Masalah-masalah itu

dapat mencakup, antara lain:

(a) Informasi yang tidak mencukupi untuk melaksanakan permintaan tersebut;

(b) Dalam hal suatu permintaan untuk penyerahan, kenyataan bahwa sekalipun telah

dilakukan usaha sebaik mungkin, orang yang dicari tidak bisa ditemukan atau bahwa

penyelidikan yang dilakukan telah menentukan bahwa orang yang berada di Negara

tempat penahanan jelang bukan orng yang disebut dalam suarat perintah penahanan;

atau

(c) Kenyataan bahwa pelaksanaan dari permintaan dalam bentuknya dewasa ini akan

mengharuskan Negara yang menerima permintaan melanggar suatu kewajiban

terhadap perjanjian yang sudah ada sebelumnya yang dilakukan berkenaan dengan

suatu Negara lain.

Pasal 98

Kerjasama Berkenaan Dengan Dikesampingkannya Kekebalan dan

Persetujuan Untuk Penyerahan

1. Mahkamah tidak dapat melanjutkan suatu permintaan untuk penyerahan atau bantuan

yang kiranya mengharuskan Negara yang mendapat permintaan untuk bertindak tidak

konsisten dengan kewajiban-kewajibannya di bawah hukum internasionl berkenaan

dengan Negara atau kekebalan diplomatik dari orang atau kekayaan dari suatu Negara

ketiga, kecuali kalau mahkamah mula-mula dapat memperoleh kerjasama dari Negara

ketiga untuk itu mengesampingkan kekebalan.

2. Mahkamah tidak dapat melanjutkan suatu permintaan untuk penyerahan yang kiranya

akan mengharuskan Negara yang menerima permintaan untuk bertindak tidak

konsisten dengan kewajibannya berdasarkan perjanjian internasional yang sesuai

dengan itu persetujuan dari Negara yang mengirim dibutuhkan untuk menyerahkan

seseorang dari Negara itu ke mahkamah, kecuali kalau Mahkamah mula-mula dapat

Page 95: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

memperoleh kerjasama dari Negara pengirim karena memberi persetujuan untuk

penyerahan.

Pasal 99

Pelaksanaan dari Permintaan Berdasarkan Pasal 93 dan Pasal 96

1. Permintaan untuk bantuan harus dilaksanakan sesuai dengan proedur terkait

berdasarkan hukum dari Negara yang menerima permintaan dan, kecuali kalau

dilarang oleh hukum tersebut, dengan cara yang ditetapkan dalam permintaan itu,

termasuk mengikuti setiap prosedur yang diuraikan secara garis besar dalam

permintaan itu atau mengijinkan oarang-oarang yang ditetapkan dalam Permintaan

untuk hadir dan membantu dalam pelaksanaan proses tersebut.

2. dalam hal suatu permintaan mendesak, dokumen atau bukti yang dikemukakan untuk

menanggapi, ats permintaan mahkamah, harus dikirimkan dengan segera.

3. Jawaban dari Negara untuk menerima permintaan harus dikirimkan dalam bhasa dn

bentuknya yang asli.

4. Tanpa merugikan pasal-pasal lain dalam bagian ini, adlah perlu bagi keberhasilan

pelaksanaan atas suatu tindak pemaksaan, termasuk secara khusus wawancara atau

pengambilan bukti dari seseorang secara sukarela, termasuk berbuat demikian tanpa

kehadiran para pejabat dari Negara Peserta yang menerima permintaan, kalau hal itu

sangat perlu agar permintaan dilaksanakan, dan pemeriksaan tanpa modifikasi dari

suatu situs publik atau tempat publik lainnya, Jaksa Penuntut dapat melaksanakan

permintaan semacam itu secara langsung dalam wilayah suatu Negara sebagai berikut:

(a) Apabila Negara Peserta yang mengajukan permintaan adalah suatu Negara

yang di wilayahnya telah dilakukan kejahatan yang dilaporkan, dan sudah ada

ketentuan mengenai bisa diterimanya ksus sesuaidengan pasal 18 dan 19, Jaksa

Penuntut dapat secara langsung melaksanakan permintaan tersebut setelah

melakukan semua konsultasi yang mungkin dengan Negara Peserta yang

menerima permintaan.

(b) Dalam kasus-kasus lain, Jaksa Penuntut dapat melaksanakan permintaan

semacam itu setelah mengadakan konsultasi dengan Negara Peserta yang

Page 96: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

menerima permintaan dan tunduk pada tiap kondisi yang masuk akal atau

kekuatiran yang ditimbulkan oleh Negara Peserta tersebut. Apabila Negara

Peserta yang menerima permintaan mengidentifikasikan masalh dengan

melaksanakan suatu permintaan sesuai dengan sub-ayat ini, maka Negara

Peserta, tanpa ditunda-tunda lagi, harus berkonsultasi dengan Mahkamah untuk

menyelesaikan masalah tersebut.

5. Ketentuan-ketentuan yang memungkinkan seseorang didengar atau diperiksa

keterangannya oleh Mahkamah berdasarkan pasal 72 untuk menggunakan

pembatasan yang dirancang untuk mencegah diungkapkannya informasi rahasi

yang berhubungan dengan pertahanan atau keamanan nasional juga berlaku bagi

pelaksanaan dari permintaan atas bantuan berdasarkan pasal ini.

Pasal 100

Biaya

1. Biaya-biaya rutin untuk pelaksanaan permintan di wilayah Negar yang meneriam

permintaan harus ditanggung oleh Negara tersebut, kecuali untuk hal-hal yang

berikut ini yang harus ditanggung oleh Mahkamah:

(a) Biaya yang berhubungan dengan perjalanan dan keamanan para saksi dan ahli

atau penyerahan berdasarkan pasal 93 dari orang yang ditahan;

(b) Biaya terjemahan, juru bahasa dan transkrip;

(c) Biaya perjalanan dan biaya hidup untuk para hakim, Jaksa Penuntut, para

wakil Jaksa Penuntut, Panitera, Wakil Panitera dan staff dari setiap organ

Mahkamah;

(d) Biaya untuk setiap pandangan ahli atau laporan yang diminta oleh Mahkamah;

(e) Biaya yang berkaitan dengan pengangkutan seseorang yang diserahkan ke

Mahkamah oleh suatu Negara tempat penahanan; dan

(f) Setelah mengadakan konsultasi, setiap biaya lauar biasa yang mungkin timbul

dari pelaksanaan suatu permintaan.

Page 97: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

2. Ketentuan ayat 1, apabila sesuai, berlaku bagi permintaan-permintaan dari Negara

Peserta. Dalam hal itu, Mahkamah harus menanggung biaya pelaksanaan yang

biasa.

Pasal 101

Aturan Mengenai Kekhususan

1. Seseorang yang diserahkan kepada Mahkmah berdasarkan Statuta ini tidak akan

diperkarakan, dihukum atau ditahan suatu perbutan yang dilakukan sebelum

penyerahan, selain perbuatan atau bagian dari perbuatan atau bagian dari perbuatan

yang merupakan dasar kejahatan yang karena itu orang tersebut diserahkan.

2. Mahkamah dapat meminta surat perintah pelepasan tuntutan mengenai persyartan

ayat 1 dari Negara yang mnyerahkan orang tersebut kepada Mahkamah dan, kalau

perlu, Mahkamah akan menyediakan informasi tambahan sesuai dengan pasal 91.

Negara Peserta harus mempunyai kewenangan untuk memberikan surat perintah

pelepasan tuntutan kepada Mahkamah dan harus berusaha melakukannya.

Pasal 102

Penggunaan Istilah

Untuk Keperluan Statuta ini:

a. “penyerahan” berarti diserahkannya seseorang oleh suatu Negara kepada

Mahkamah, sesuai dengan Statuta ini.

b. “ekstradisi” berarti diserahkannya seseorang oleh suatu Negara kepada Negara lain

sebagaimana ditetapkan oleh perjanjian, konvensi atau perundang-undangan

nasional.

Bagian 10

PELAKSANAAN

Pasal 103

Page 98: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Peranan Negara Dalam Pelaksanaan Hukuman Penjara

1. (a) Suatu hukuam penjara dijalani di suatu Negara yang ditetapkan oleh Mahkamah

dari Daftar Negara-Negara yang telah mengidentifikasikan kepada Mahkamah

kesediaan mereka untuk menerima orang yang dihukum.

(b) Pada saat menyatakan kesediaannya untuk meneriam orang yang dihukum, suatu

Negara dapat memberikan syarat penerimaannya sebagaimana disetujui oleh

Mahkamah dan sesuai dengan Bagaian ini.

(c) Suatu Negara yang ditunjuk dalam suatu kasus tertentu harus memberi tahu

Mahkamah dengan segera apakah Negara itu menerima petunjuk Mahkamah.

2. (a) Negara pelaksana harus memberi tahu Mahkamah mengenai setiap keadaan yang

disepakati berdasarkan ayat 1, yang secara materiil dapat mempengaruhi masa atau

lamanya pemenjaraan. Mahkamah harus diberitahu sekurang-kurangnya 45 haru

mengenai suatu keadaan yang diketahui atau bisa diramalkan. Selama kurun waktu

ini, Negara pelaksana tidak boleh melakukan suatu kegiatan yang dapat merugikan

kewajiban-kewajibannya berdasarkan pasal 110.

(b) Apabila Mahkamah tidak dapat menyetujui keadaan-keadaan yang disebutkan

dalam sub-ayat (a), Mahkamah harus memberitahu Negara yang menjadi tempat

pemberlakuan dan melanjutkan sesuai dengan pasal 104, ayat 1.

3. Dalam melaksanakan kebijaksanaannya untuk melakukan penunjukan berdasarkanyat

1, Mahkamah harus memperhitungkan hal-hal berikut ini:

(a) Prinsip bahwa Negara Peserta harus berbagi tanggung jawab dalam pelaksanaan

hukuman penjara, sesuai dengan prinsip pembagian yang adail, sebagaimana

ditetapkan dalam Hukum Acara dan Pembuktian;

(b) Penerapan standar perjanjian internasional yang diteriam secara luas yang

mengatur perlakuan terhadap narapidana;

(c) Pandangan dari orang yang dihukum; dan

(d) Kebangsaan dariorang yang dihukum;

(e) Faktor-faktor lain tersebut mengenai keadaan-keadaan kejahatan atau orang yang

dihukum, atau pelaksanaan efektif dari hukuman, yang mungkin sesuai dalam

menetapkan Negara Pelaksana.

Page 99: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

4. Kalau tidak ada Negara yang ditunjuk berdasarkan ayat 1, hukuman penjara akan

dijalani di suatu fasilitas penjara yang disediakan oleh Negara tuan rumah, sesuai

dengan kondisi yang ditetapkan dalam persetujuan mengenai kantor pusat yang

disebutkan dalam pasal 3, ayat 2. Dalam hal itu, biaya-biaya yang timbul dari

diberlakukannya suatu hukuman penjara harus ditanggung oleh Mahkamah.

Pasal 104

Perubahan Dalam Penunjukan Negara Pelaksana

1. Mahkamah, pada setiap saat, dapat memutuskan untuk memindahkan seseoarang yang

dihukum ke suatu penjara di suatu Negara lain.

2. Seorang yang dihukum, setiap saat, dapat mengajukan permohonan kepada Mahkamah

untuk dipindahkandari Negara Pelaksana.

Pasal 105

Pelaksanaan Hukuman

1. Tunduk pada kondisi-kondisi yag mungkin dipunyai suatu Negara yang ditetapkan

sesuai dengan pasal 103, ayat 1 (b), hukuman penjara harus mengikat Negara Peserta,

yang dalam keadaan apapun tidak merubahnya.

2. Hanya Mahkamah saja yang mempunyai hak untuk memutuskan setiap permohonan

banding dan peninjauan kembali. Negara yang menjadi tempat pemberlakuan tidak

boleh menghalangi pembuatan permohonan semacam itu oleh seorang yang dihukum.

Pasal 106

Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Hukuman

Dan Kondisi Hukuman Penjara

1. Diberlakukannya suatu hukuman penjara harus menjadi sasaran pengawasan oleh

Mahkamah dan harus sesuai dengan standar perjanjian internasional yang diteriam

secara luas yang mengatur perlakuan terhadap narpidana.

Page 100: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

2. Kondisi mengenai hukuman penjara diatur oleh hukum Negara yang menjadi tempat

pemberlakuan dan harus sesuai denganstandar perjanjian internasional yang diterima

secara luas yang mengatur pemberlakuan terhadap narapidana, dalam keadaan apapun

kondisi-kondisi semacam itu tidak boleh lebih atau kurang menguntungkan ketimbang

kondisi-kondisi yang tersedia bagi para narapidana yang dihukum karena kesalahan

serupa di Negara yang menjadi tempat pemberlakuan.

3. Komunikasi antara seorang yang dihukum dan Mahkamah harus tidak dihambat dan

bersifat rahasia.

Pasal 107

Pemindahan Orang Setelah selesai Menjalani Hukuman

1. Setelah selesai menjalani hukuman, orang yang bukan wargaNegara Negara yang

menjadi tempat pemberlakuan, sesuai dengan hukum dari Negara yang menjadi tempat

pemberlakuan, dapat dipindahkan ke suatu Negara yang berkewajiban untuk

menerimanya, atau ke suatu Negara yang setuju untuk menerimanya, dengan

memperhitungkan setiap keinginan dari orang yang hendak dipindahkan ke Negara

tersebut, kecuali kalau Negara yang menjadi tempat pemberlakuan memberi wewenang

kepada orang tersebut untuk tinggal di wilayahnya.

2. Kalau tidak ada Negara yang menanggung biaya yang timbul dari pemindahan orang

tersebut ke Negar lain sesuai dengan ayat 1, biaya tersebut harus ditanggung oleh

Mahkamah.

3. Tunduk pada ketentuan-ketentuan pasal 108, Negara Pelaksana, sesuai dengan hukum

nasionalnya, juga dapat mengektradisi atau sebaliknya menyerahkan orang tersebut

kepada yang telah meminta ekstradisi tersebut atau menyerahkan orang itu untuk

keperluan persidangan atau pelaksanaan suatu hukuman.

Pasal 108

Pembatasan Mengenai Penuntutan atau Hukuman Atas

Pelanggaran-Pelanggaran lain

Page 101: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

1. Seorang terhukum yang ditahandi Negara Pelaksana tidak akan menjadi sasaran

penuntutan atau hukuman atau ekstradisi ke Negara ketiga untuk setiap perbuatan yang

dilakukan sebelum orang tersebut diserahkan ke Negara Pelaksana, kecuali kalau

penuntutan, hukuman atau ekstradisi tersebut disetujui oleh Mahkamah atas

permintaan Negara Pelaksana.

2. Mahkamah harus memutuskan persoalan tersebut setelah mendengarkan pandangan-

pandangan dari orang yang dihukum.

3. Ayat 1 harus tidak berlaku lagi kalau orang yang dihukum itu secara sukarela tinggal

selama lebih dari 30 hari di wilayah Negara Pelaksana setelah menjalani hukuman

sepenuhnya yang dijatuhkan oleh Mahkamah, atau kembali ke wilayah Negara tersebut

setelah meninggalkannya.

Pasal 109

Diberlakukannya Denda dan Tindakan Penebusan

1. Negara Peserta memberlakukan denda atau penebusan yang diperintahkan oleh

Mahkamah berdasarkan pasal 7, tanpa merugikan hak-hak pihak ketiga yang bonafide,

dan sesuai dengan prosedur hukum nasional mereka.

2. Kalau Negara Peserta tidak dapat memberlakukan perintah mengenai penebusan,

Negara tersebut harus mengambil tindakan untuk memperoleh kembali nilai dari hasil,

kekayaan atau aset yang diperintahkan oleh Mahkamah untuk ditebus, tanpa

merugikan hak-hak pihak ketiga yang bonafide.

3. Properti, atau hasil penjualan benda tak bergerak atau, dimana sesuai, penjualan

kekayaan lain, yang didapat oleh Negara Peserta sebagai akibat dari pemberlakuannya

terhadap keputusan Mahkamah harus ditransfer ke Mahkamah.

Pasal 110

Peninjauan oleh Mahkamah Mengenai Pengurangan Hukuman

1. Negara Pelaksana tidak boleh membebaskan orng tersebut sebelum habisnya masa

hukuman yang dijatuhkan oleh Mahkamah.

Page 102: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

2. Hanya Mahkamah saja yang mempunyai hak untuk memutuskan pengurangan

hukuman, dan akan memberi keputusan mengenai hal itu setelah memeriksa orang

yang bersangkutan.

3. Apabila seseorang telah menjalani dua pertiga dari hukumannnya, atau dua puluh lima

thun dalam hal hukuman seumur hidup, Mahkamah akan mengadakan peninjauan

terhadap hukuman untuk menentukan apakah hukuaman itu seharusnya dikurangi.

Peninjauan semacam itu tidak boleh dilakukan sebelum waktu tersebut.

4. Dalam peninjauannya berdasarkan ayat 3, Mahkamah dapat mengurangi hukuman

kalau Mahkamah berpendapat bahwa terdapat satu atau lebih faktor-faktor berikut ini:

(a) Kesediaan pada tahap awal dan seterusnya dari orang tersebut untuk

bekerjasama dengan Mahkamah dalam penyelidikan dan penuntutannya;

(b) Bantuan sukarela dari orang tersebut untuk memungkinkan diberlakukannya

keputusan dan perintah Mahkamah dalam kasus-kasu lain, dan secara khusus

dalam memberikan bantuan untuk mengetahui tempat aset yang menjadi

sasaran perintah denda, penebusan atau ganti rugi yang dapat digunakan untuk

kepentingan para korban; atau

(c) Faktor-faktor lain yang menetapkan suatu perubahan yang jelas dan penting

mengenai keadaan-keadaan yang cukup untuk membenarkan pengurangan

hukuman, sebagaimana ditetapkan dalam Hukum Acara dan Pembuktian.

5. Kalau Mahkamah menentukan dalam peninjauan pendahuluannya berdasarkan ayat 3

bahwa tidak tepat untuk mengurangi hukuman, Mahkamah sesudah itu harus

melakukan peninjauan terhadap persoalan pengurangan hukuman pada jangka waktu

sedemikian dan menerapkan kriteria sebagaimana ditetapkan dalam Hukum Acara dan

Pembuktian

BAGIAN 11

MAJELIS NEGARA PESERTA

PASAL 112

Majelis Negara Peserta

Page 103: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

1. Dengan ini ditetapkan Majelis Negara Peserta berdasarkan Statuta ini. Setiap Negara

Peserta mempunyai seorang wakil dalam Majelis yang dapat disertai oleh para

pengganti dan penasehat. Negara-Negara lain yang telah menanda-tangani Statuta ini

atau Tindakan Akhir dapat menjadi peninjau dalam Majelis.

2. Majelis akan:

(a) Mempertimbangkan dan mengesahkan, apabila sesuai, rekomendasi-

rekomendasi dari Komisi Persiapan;

(b) Memberikan pandangan mengenai pengelolaan secara menyeluruh kepada

Kepresidenan, Jaksa Penuntut dan Panitera mengenai administrasi

Mahkamah;

(c) Mempertimbangkan laporan-laporan dan kegiatan dari Biro yang didirikan

berdasarkan ayat 3 dan mengambil tindakan yang perlu berkenaan dengan hal

itu.

BAGIAN 12

PENDANAAN

Pasal 113

Peraturan Keuangan

Kecuali kalau ditetapkan lain secara khusus, semua masalah keuangan yag berkaitan dengan

Mahkamah dari rapat-rapat Majelis Negara Peserta, termasuk Biro dan badan-badan

Bawahannya, akan diatur oleh Statuta ini dan Peraturan Keuangan serta Aturan-aturan yang

disahkan oleh Majelis Negara Peserta.

Pasal 114

Pembayaran Biaya-biaya

Page 104: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Biaya-biaya Mahkamah dan Majelis Negara Peserta, termasuk Biro dan badan-badan

bawahannya, akan dibayar dari dana-dana Mahkamah.

Pasal 115

Dana Mahkamah dan Dana Majelis Negara Peserta

Pengeluaran Mahkamah dan Majelis Negara Peserta, termasuk Biro dan badan-badan

bawahannya, sebagai ditetapkan dalam anggaran yang diputuskan oleh Majelis Negara

Peserta, akan disediakan oleh sumber-sumber berikut ini:

(a) Kontribusi yang diperkirakan oleh Negara Peserta;

(b) Dana yang disediakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, tunduk pada pengesahan

Majelis Umum, terutama dalam kaitan dengan pembiayaan yang timbul yang

disebabkan oleh penyerahan dari Dewan Keamanan.

Pasal 116

Sumbangan Sukarela

Tanpa merugikan pasal 115, Mahkamah dapat menerima dan menggunakan, sebagai dana

tambahan, sumbangan sukarela dari Pemerintah-pemerintah, organisasi internasional,

perorangan, perusahaan dan badan-badan lain, sesuai dengan kriteria terkait yang disahkan

oleh Majelis Negara-Negara Peserta.

Pasal 117

Perkiraan Sumbangan

Sumbangan Kontribusi dari Negara Peserta akan diperkirakan sesuai dengan skala perkiraan

yang disetujui, yang didasrkan pada skala yang diterima oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa

Page 105: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

untuk anggaran tetapnya dan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip dimana skala itu

didasarkan.

Pasal 118

Audit Tahunan

Catatan-catatan, pembukuandan rekening dari Mahkamah, termasuk laporan keuangan

tahunannya, akan diaudit oleh suatu auditor independen.

BAGIAN 13

KLAUSUL PENUTUP

Pasal 119

Penyelesaian Perselisihan

1. Setiap perselisihan mengenai fungsi judisial dari Mahkamah harus diselesaikan dengan

keputusan Mahkamah.

2. Setiap perselisihan lain antara dua atau lebih Negara Peserta yang berkaitan dengan

penafsiran atau penerapan Statuta ini yang belum terselesaikan lewat perundingan

dalam waktu tiga bulan sejak dimulainya perundingan tersebut harus diteruskan kepada

Majelis Negara Peserta. Majelis itu sendiri dapat berusaha menyelesaikan perselisihan

tersebut atau membuat rekomendasi tentang sarana-sarana lebih lanjut mengenai

penyelesaian perselisihan, termasuk diserahkannya masalah tersebut kepada

Mahkamah Internasional sesuai dengan Statuta Mahkamah tersebut.

Pasal 120

Reservasi

Tidak ada reservasi yang dapat diajukan kepada Statuta ini.

Pasal 121

Page 106: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

Amendemen

1. Setelah berakhirnya masa tujuh tahun sejak berlakunya Statuta ini, setiap Negara

Peserta dapat mengusulkan amendemen terhadapnya. Naskah setiap aendemen yang

diusulkan harus diajukan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa,

yang akan mengedarkannya dengan segera kepada semua Negara Peserta.

2. Tidak lebih cepat dari waktu tiga bulan dari tnggal pemberitahuan, Majelis Negara

Peserta berikutnya, dengan suatu mayoritas dari yang hadir dan memberi suara, akan

memutuskan apakah kehendak menyetujui usulan tersebut. Majelis dapat menangani

usul tersebut secara langsung atau menyelenggarakan suatu Konprensi Peninjauan

kalau masalah yang bersangkutan mengharuskan demikian.

3. Pengesahan suatu amendemen pada suatu sidang Majelis Negara Peserta atau pada

suatu Konprensi Peninjauan dimana konsensus tidak dapat dicapai mensyaratkan

mayoritas dua pertiga dari Negara Peserta.

4. Kecuali sebagaimana ditetapkan dalam ayat 5, suatu amendemen akan berlaku bagi

semua Negara Peserta satu tahun setelah instrumen ratifikasi atau penerimaan telah

dikirm kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk disimpan oleh

tujuh perdelapan daripadanya.

5. Setiap amendemen terhadap pasal 5 Statuta ini berlaku bagi Negara Peserta yang telah

menerima amendemen itu satu tahun setelah pengiriman instrumen mengenai ratifikasi

atau penerimaan. Berkenaan dengan Negara Peserta yang belum menerima

amendemen tersebut, Mahkamah tidak melaksanakan jurisdiksinya mengenai suatu

kejahatan yang dicakup oleh amendemen apabila dilakukan oleh wargaNegara Negara

Peserta tersebut atau yang dilakukan di wilayahnya.

6. Kalau suatu amendemen telah diteriama oleh tujuh-perdelapan dari Negara Peserta

sesuai dengan ayat 4, setiap Negara Peserta yang belum menerima amendemen itu

dapat menarik diri Statuta ini yang berlaku dengan segera, tanpa memandang ayat 1

pasal 127, tetapi tunduk kepada ayat 2 pasal 127, dengan mengirimkan pemberitahuan

tidak lebih lambat dari satu tahun setelah diberlakukannya amendemen tersebut.

Page 107: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

7. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa harus mengedarkan kepada semua

Negara Peserta setiap amendemen yang disahkan pada suatu sidang Majelis Negara

Peserta atau pada suatu Konperensi Peninjauan.

Pasal 122

Emendemen Terhadap Ketentuan Yang Bersifat Kelembagaan

1. Amendemen terhadap ketentuan Statuta yang sama sekali bersifat kelembagaan, yaitu

pasal 35, pasal 36, ayat 8 dan 9, pasal 37, pasal 38, ayat 1 (dua kalimat pertama), 2 dan

4, pasal 42, ayat 4 sampai 9, pasal 43, ayat 2 dan 3, dan pasal 44, 46, 47 dan 49, dapat

diusulkan setiap saat, tanpa memandang pasal 121, ayat 1, oleh setiap Negara Peserta.

Naskah dari suatu amendemen yang diusulkan harus diajukan kepada Sekretaris

Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa atau orang lain yang ditunjuk oleh Majelis

Negara Peserta yang harus mengedarkannya dengan segera kepada Negara Peserta dan

kepada para peserta lainnya dalam Majelis.

2. Amendemen berdasarkan pasal ini di mana konsensus tidak dapat dicapai harus

disahkan oleh Majelis Negara-Negara Peserta atau oleh suatu Konperensi Peninjauan,

dengan mayoritas dua pertiga dari Negara Peserta. Amendemen tersebut akan berlaku

bagi semua Negara Peserta enam bulan setelah pengesahan amendemen tersebut oleh

Majelis atau, sebagaimana mungkin kasusnya, oleh Konperensi.

Pasal 123

Peninjauan Terhadap Statuta

1. Tujuh tahun setelah berlakunya Statuta ini Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa menyelenggarakan satu Konperensi Peninjauan untuk membahas setiap

amendemen kepada Statuta ini. Peninjauan tersebut dapat mencakup, tetapi tidak

terbatas pada, daftar kejahatan yang terkandung dalam pasal 5. Konperensi itu terbuka

bagi mereka yang berpartisipasi dalam dalam Majelis Negara Peserta dan atas kondisi

yang sama.

Page 108: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

2. Pada setiap saat sesudah itu, atas permintaan suatu Negara Peserta dan untuk tujuan

yang ditetapkan dalam ayat 1, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, atas

persetujuan oleh mayoritas Negara Peserta, akan menyelenggarakan suatu Konperensi

Peninjauan.

3. Ketentuan pasal 121, ayat 3 sampai 7, berlaku bagi pengesahan dan berlaku suatu

amendemen terhadap Statuta yang dipertimbangkan dalam suatu Konperensi

Peninjauan.

Pasal 124

Ketentuan Peralihan

Tanpa memandang pasal 12 ayat 1, suatu Negara, setelah menjadi peserta terhadap Statuta ini,

dapat menyatakan bahwa, untuk kurun waktu tujuh tahun setelah diberlakukannya Statuta ini

bagi Negara yang bersangkutan, Negara tersebut tidak menerima Jurisdiksi Mahkamah

berkenaan dengan kategori kejahatan yang diacu dalam pasal 8 ketika suatu kejahatan

dilaporkan telah dilakukan oleh wargaNegaranya atau di wilayahnya. Suatu deklarasi

berdasarkan pasal ini dapat ditarik setiap waktu. Ketentuan pasal ini akan ditinjau kembali

pada Konperensi Peninjauan yang diselenggarakan sesuai dengan pasal 123, ayat 1.

Pasal 125

Tandatangan, ratifikasi, Penerimaan, Pengesahan atau Penambahan

1. Statuta ini terbuka untuk ditandatangani oleh semua Negara di Roma, di kantor pusat

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada

tanggal 17 Juli 1998. Setelah itu, Statuta ini masih tetap terbuka untuk tandatangan di

Roma di Kementerian Luar Negeri Italia sampai 17 Oktober 1998. Setelah tanggal itu,

Statuta masih tetap terbuka untuk tanda–tangan di New York, Kantor Pusat

Perserikatan Bangsa-Bangsa, sampai tanggal 31 Desember 2000.

2. Statuta ini harus diratifikasi, diterima atau disahkan oleh Negara-Negara

penandatangan. Instrumen ratifikasi, penerimaan atau pengesahan harus dikirim untuk

disimpan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Page 109: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

3. Statuta ini akan tetap terbuka untuk penambahan oleh semua Negara. Instrumen

penambahan harus dikirim untuk disimpan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan

Bangsa-Bangsa.

Pasal 126

Pemberlakuan

1. Statuta ini berlaku pada hari pertama dari bulan setelah hari ke-enampuluh setelah

tanggal diterimanya penyimpanan instrumen ratifikasi, penerimaan, pengesahan atau

tambahan yang ke-enampuluh pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Bagi setiap Negara yang meratifikasi, menerima, mengesahkan atau menambah pada

Statuta itu setelah pengiriman untuk disimpan instrumen ratifikasi, penerimaan,

pengesahan atau penambahan yang ke-enampuluh, Statuta ini akan berlaku pada hari

pertama dari bulan setelah hari ke-enampuluh diterimanya untuk disimpan instrumen

ratifikasi, penerimaan, pengesahan atau penambahan oleh Negara tersebut.

Pasal 127

Penarikan Diri

1. Suatu Negara Peserta, dengan pemberitahuan tertulis yang dialamatkan kepada

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, dapat menarik diri dari Statuta ini.

Penarikan diri itu mulai berlaku satu tahun setelah tanggal diterimanya pemberitahuan

tersebut, kecuali kalau pemberitahuan itu menetapkan suatu tanggal yang lebih

kemudian.

2. Suatu Negara tidak akan dikeluarkan, dengan alasan penarikan dirinya, dari kewajiban

yang timbul dari Statuta ini ketika Negara itu masih menjadi Peserta pada Statuta ini,

termasuk setiap kewajiban keuangan yang mungkin terkumpul. Penarikan dirinya tidak

mempengaruhi setiap kerjasama dengan Mahkamah dalam hubungan dengan

Page 110: Statuta Roma

www.legalitas.org

www.legalita

s.org

www.legalita

s.org

investigasi dan penuntutan pidana yang mengenai hal itu. Negara yang menarik diri

sebelumnya mempunyai kewajiban untuk bekerjasama dan yang dimulai sebelum

tanggal dimana penarikan diri itu menjadi efektif, ataupun hal itu tidak akan merugikan

dengan cara apapun pertimbangan yang berkelanjutan mengenai setiap hal yang sudah

dipertimbangkan oleh Mahkamah sebelum tanggal dimana penarikan itu menjadi

efektif.

Pasal 128

Naskah Otentik

Naskah asli dari Statuta ini, dimana naskah dalam bahasa Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusia

dan Spanyol sama otentiknya, harus disimpan pada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-

Bangsa, yang akan mengirimkan salinan-salinan daripadanya kepada semua Negara.

DENGAN KESAKSIAN INI, para penandatangan, yang diberi wewenang dengan

semestinya untuk hal itu oleh masing-masing Pemerintah, telah menandatangani Statuta ini.

Dilakukan di Roma, hari ke-17 bulan Juli 1998