Upload
denny-h-piliang
View
354
Download
22
Embed Size (px)
Citation preview
i
STATUSKEANEKARAGAMANHAYATI INDONESIA
PUSAT PENELITIAN BIOLOGI-LIPI
ii
© 2011 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian Biologi
Katalog dalam Terbitan
Status Keanekaragaman Hayati Indonesia/Elizabeth A. Widjaja, IbnuMaryanto, Daisy Wowor, Siti Nuramaliati Prijono (Ed.). – Jakarta:LIPI Press, 2011.
xi + 48 hlm.; 14,8 x 21 cm
ISBN 978-979-799-635-21. Keanekaragaman
2. Hayati333.95
Pengumpul Data: Elizabeth A. Widjaja, Ibnu Maryanto, DaisyWowor, Ristiyanti M. Marwoto, Renny K. Hadiati,Awal Riyanto, Mumpuni, Muhamad Irham, SriHartini, Dhian Dwibadra, Endang Purwaningsih,Kartika Dewi, Hari Sutrisno, dan M. Rofik
Desain Isi : Ibnu Maryanto, Elizabeth A. WidjajaDesain Sampul : Deden Sumirat Hidayat
Diterbitkan Oleh:LIPI Press, anggota IkapiJln. Gondangdia Lama 39, Menteng, Jakarta 10350Telp. (021) 314 0228, 314 6942. Faks. (021) 314 4591E-mail: [email protected] [email protected]
iii
Editor:Elizabeth A.WidjajaIbnu MaryantoDaisy WoworSiti Nuramaliati Prijono
Pengumpul data
Elizabeth A.WidjajaIbnu MaryantoDaisy WoworRistiyanti M. MarwotoRenny K. HadiatiAwal RiyantoMumpuniMuhamad IrhamSri HartiniDhian DwibadraEndang PurwaningsihKarika DewiHari SutrisnoM. Rofik
iv
v
KATA PENGANTAR
Informasi mengenai status keanekaragaman hayati di Indonesiasangatlah diperlukan untuk mendukung upaya konservasi agarusaha penyeimbangan antara pelestarian dan pemanfaatannkeanekaragaman hayati dapat berlangsung secaraberkelanjutan. Masih banyak jenis-jenis flora, fauna dan mikrobadi Indonesia yang belum dideskripsi nama speciesnya.Permasalahan yang dihadapi adalah jumlah peneliti bidang biologi,khususnya yang mendalami bidang biosistematika sangatlah tidakmemadai dibandingkan jumlah kekayaan keanekaragaman hayatiyang ada di Indonesia.
Menyadari pentingnya memiliki informasi tentangkeanekaragaman jenis hayati yang ada di Indonesia maka sejakawal didirikannya, Pusat Penelitian Biologi-Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI) yang dahulu dikenal dengan namaLembaga Biologi Nasional (LBN)-LIPI, tetap konsistenmelakukan aktivitasnya menggali khasanah ilmu pengetahuandi bidang keanekaragaman hayati. Spesimen yang telah dikoleksidan dideskripsi sebagai species baru, disimpan di Pusat PenelitianBiologi-LIPI yaitu di Bidang Zoologi/Museum ZoologicumBogoriense (untuk specimen fauna), Bidang Botani/HerbariumBogoriense (untuk specimen flora) dan di Bidang Mikrobiologi/LIPI Microbial Culture Collection (untuk specimen mikroba).Informasi yang terkandung di dalam spesimen tersebut sangatbernilai dan merupakan dasar untuk kebijakan bidang konservasidan pengelolaan keanekaragaman hayati di Indonesia, sertasumber informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidang keanekaragaman hayati.
Sehubungan dengan terbitnya buku “Status KeanekaragamanHayati di Indonesia”, maka kami ucapkan selamat danpenghargaan yang sangat tinggi kepada para peneliti di Pusat
vi
Penelitian Biologi-LIPI yang telah banyak menemukan speciesbaru sehingga dapat berkontribusi banyak dalam pengembangandunia ilmu pengetahuan di bidang keanekaragaman hayati. Kamiucapkan terimakasih pula kepada semua pihak yang telah bekerjakeras dan berpartisipasi dalam penyusunan buku ini dan jugakepada berbagai pihak yang telah membantu kelancaran dalampenerbitannya. Semoga buku ini dapat menambah pengetahuantentang kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesian sertabermanfaat sebagai salah satu sumber informasi dalam upayakonservasi keanekaragaman hayati di Indonesia.
Cibinong, Juli 2011Kepala Pusat penelitian Biologi-LIPI
Dr. Siti Nuramaliati Prijono
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xi I. PENDAHULUAN 1 II. FLORA FAUNA YANG DI LINDUNGI PERUNDANG-
UNDANGAN REPUBLIK INDONESIA 2
III. FLORA FAUNA DALAM “IUCN RED DATA LIST” 3 IV. FLORA, FAUNA, DAN MIKROBA INVASIVE 5 V. FLORA 6
Tumbuhan tinggi 6 VI. KRIPTOGAM 8
1. Lichens 8 2. Algae 9 3. Musci 9 4. Hepaticae 10 5. Jamur 11
VII. FAUNA 13 1. VERTEBRATA 13
1.1. Mamalia 13 1.2. Burung 15 1.3. Amphibia dan Reptilia 16 1.4. Ikan 17
2. AVERTEBRATA 18 2.1 Krustasea 18 2.2. Moluska 19 2.3. Cacing Nematoda 19 2.4. Tungau Macrochelidae 20 2.5. Serangga 21
VIII. MIKROBA 23 IX. KOLEKSI ACUAN HERBARIUM, ZOOLOGI DAN
MIKROBA 24
LAMPIRAN 1 JENIS-JENIS FLORA DAN FAUNA DIDESKRIPSI OLEH PENELITI PUSAT PENELITIAN BIOLOGI LIPI 2005-2010
27
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Flora Fauna yang dilindungi oleh undang-undang RI 3 Gambar 2. Flora fauna berdasarkan kriteria IUCN 4 Gambar 3. Kategori kriteria IUCN pada fauna 4 Gambar 4. Kategori kriteria IUCN pada flora 5 Gambar 5. Jumlah jenis flora, fauna dan microba invasive 6 Gambar 6. Jumlah jenis flora di Indonesia berdasarkan pulau 7 Gambar 7. Koleksi kriptogamae di Indonesia 8 Gambar 8. Jumlah jenis lumut kerak berdasarkan pulau 9 Gambar 9. Jumlah jenis algae berdasarkan pulau 10 Gambar 10. Jumlah lumut daun berdasarkan pulau di Indonesia 10 Gambar 11. Jumlah lumut hati berdasarkan pulau 11 Gambar 12. Jumlah jenis jamur berdasarkan pulau 12 Gambar 13. Sebaran jumlah jenis Maramius berdasarkan pulau. 12 Gambar 14. Jumlah jenis Boletus berdasarkan pulau 12 Gambar 15. Suku Agaricaceae berdasarkan pulau 13 Gambar 16. Jumlah jenis mamalia berdasarkan pulau 14 Gambar 17. Jumlah jenis mamalia endemik berdasarkan pulau 14 Gambar 18. Jumlah jenis burung berdasarkan pulau 15 Gambar 19. Jumlah jenis burung endemik berdasarkan pulau 15 Gambar 20. Jumlah jenis Amphibia dan Reptilia berdasarkan
pulau 16
Gambar 21. Jumlah jenis endemik Amphibia dan Reptilia berdasarkan pulau
16
Gambar 22. Jumlah jenis ikan air tawar berdasarkan pulau 17 Gambar 23. Jumlah jenis Krustasea air tawar berdasarkan pulau 18 Gambar 24. Jumlah jenis Nematoda berdasarkan pulau 21 Gambar 25. Jumlah jenis tungau berdasarkan pulau 22 Gambar 26. Jumlah-jenis mikroba tersimpan di Indonesia 23 Gambar 27. Mikroba yang disimpan di LIPIMC 25 Gambar 28. Asal mikroba berdasarkan pulau 25
x
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah moluska di Indonesia 20 Tabel 2. Jumlah serangga di Indonesia 22 Tabel 3. Jumlah Koleksi herbarium -LIPI (belum termasuk
spesimen backlog dan spesimen di pinjam instansi lain) 26
Tabel 4. Koleksi fauna di Museum Zoologicum Bogoriense-LIPI 26
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
1
I. PENDAHULUAN
Sejak Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention onBiological Diversity/CBD) disahkan pada pertemuaninternasional mengenai lingkungan di Rio de jainero, Brazil, padatahun 1992, banyak pikiran yang berkembang dan semakinmenyadari bahwa keanekaragaman hayati adalah pusat darisemua sektor yang penting bagi kehidupan manusia. Karenamenganggap keanekaragaman hayati juga sangat penting bagibangsa Indonesia, maka Pemerintah Indonesia meratifikasiKonvensi Keanekaragaman Hayati pada tahun 1994 melaluiUndang-undang Nomor 5 tahun 1994.
CBD dimaksudkan untuk tiga hal yang saling terkait, yaitupelestarian, pemanfaatan secara berkelanjutan dan pembagiankeuntungan secara adil dan merata bagi pemiliknya maupunpenggunanya. Pada pasal 7 dalam CBD dijelaskan bahwa perludilakukan identifikasi dan pemantauan terhadap komponenkeanekaragaman hayati yang penting bagi pelestarian danpemanfaatannya secara lestari, pemantauan terhadappelaksanaannya, identifikasi proses yang menimbulkan dampakmerugikan, serta organisasi pelaksanaannya. Dengandisahkannya Konvensi Keanekaragaman Hayati olehPemerintah Indonesia tersebut, maka komitmen untuk memantaukeanekaragaman hayati menjadi kewajiban seluruh instansi diberbagai sektor pembangunan, baik pemerintah maupun swasta.
Sampai saat ini pengetahuan mengenai besarnya kekayaansumberdaya alam hayati belum memadai untuk mendasaripemanfaatan keanekaragaman hayati secara lestari.Pengetahuan kita tentang kekayaan sumberdaya alam hayatimasih sedikit sekali. Perkiraan keanekaragaman jenis globalsekitar 5 – 30 juta species, dan baru sekitar 1,78 juta speciesflora, fauna dan mikroba yang diberi nama. Di Indonesia,diperkirakan kurang dari 300.000 spesies flora, fauna dan
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
2
mikroba yang sudah diberi nama. Permasalahannya di Indonesiaadalah jumlah pakar biosistematik yang melakukan identifikasispesies tidak memadai dengan jumlah spesies yang ada diIndonesia dan dengan wilayah Indonesia yang terdiri lebih dari17.000 pulau. Olehkarena itu, data yang disajikan di bawah inisebagian merupakan data yang lengkap seperti pada FaunaVertebrata, namun pada Fauna Invertebrata, Flora dan Mikrobadata maksimal yang disuguhkan merupakan data yang belumlengkap sehingga perlu penelusuran lebih mendalam untukmelengkapinya. Data kekayaan hayati Indonesia terutamadiambil dari koleksi flora, fauna dan mikroba yang tersimpanpada Pusat penelitian Biologi, ditambah dengan data koleksi darilembaga lain, dan berbagai data dari publikasi untuk daerahterkait di Indonesia.
II. FLORA FAUNA YANG DI LINDUNGIPERUNDANG-UNDANGAN REPUBLIK INDONESIA
Perlindungan terhadap kekayaan jenis hayati sudah lamadiberlakukan sejak Pemerintah Hindia Belanda dan dilanjutkanpada masa kemerdekaan. Peraturan pertama kali terhadapperlindungan hayati Indonesia mengacu pada peraturan SuratKeputusan Ordonantie Peraturan Perlindungan Binatang Liar1931, Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 tertanggal 27Januari 1999 dan terakhir tentang penetapan Trachypithecusauratus sebagai satwa dilindungi menurut SK Menteri Kehutanandan Perkebunan No. 733/Kpts-II/1999 Tanggal 22 September1999. Dari keseluruhan jumlah jenis yang dilindungi palingbanyak jenis yang dilindungi adalah dari kelompok tumbuhankarena dalam peraturan yang dibuat tidak mencantumkan jumlahsecara rinci dari jenis-jenis anggrek alam. Jumlah jenis terbanyakselanjutnya adalah Kelas Aves atau burung diikuti Mamalia dan
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
3
131
389
48
1818
12 6 3
109
Mamalia
Burung
Amphibia dan Reptil ia
Ikan
Serangga
Moluska
Krustasea
Artopoda lainnya
Tumbuhan
paling sedikit dari kelompok Krustasea sebanyak 6 jenis danArtropoda lainnya sebanyak 3 jenis.
Untuk melindungi kekayaan hayati jenis asli Indonesia saja,pemerintah melalui peraturan SK Menteri Pertanian No.179/Kpts/Um/3/1982 melarang 37 jenis ikan masuk dalam perairanIndonesia dan10 jenis ikan dilarang keluar dari perairanIndonesia. Ikan-ikan yang dilarang masuk tersebut padaumumnya sangat berbahaya karena salah satu diantaranyabersifat invasive sedangkan jenis-jenis ikan yang dilarang keluarIndonesia mayoritas dari marga Anguilla spp.
Gambar 1. Flora Fauna yang dilindungi oleh undang-undang RI
III. FLORA FAUNA DALAM “IUCN RED DATA LIST”
Berdasarkan data IUCN (International UnionConservation Natural) yang termasuk dalam red data listIUCN berjumlah 4.640 jenis fauna dan 755 jenis flora. Jenisfauna terbagi berdasarkan kelasnya masing-masing dan jenisflora terbagi berdasarkan divisi dan ordo seperti tertera padaGambar 2.
Dari data fauna yang termasuk dalam kriteria IUCN yang
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
4
termasuk dalam kategori punah ada 2 jenis, kritis 66 jenis danberkategori genting 167 jenis (Gambar 3). Selanjutnya, untukflora yang termasuk kriteria IUCN seperti tertera pada Gambar4. Dari data ini dapat dilihat bahwa jenis yang punah ada 1jenis, punah in situ ada 2 jenis, jenis yang tergolong kritis 115dan genting 72.
Gambar 2. Flora fauna berdasarkan kriteria IUCN
Gambar 3. Kategori kriteria IUCN pada fauna
2 66 167
516 4
527
6432715
Punah
Kritis
Genting
Rawan
Terkikis
Hampir langka
Data belum lengkap
Kurang diperhatikan
1 91
2733
714
364
1564
129
678175
2
622
24
254 7 27
665
AnnelidaKrustaseaInsektaMerostomataActinopterygi iAmphibiaAvesChondrichthyesMammaliaRepti liaSarcopterygiiCnidariaMolluscaPolypodiophytaConiferopsidaCycadopsidaLi liopsidaM agnolipsida
Fauna
Flora
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
5
IV. FLORA, FAUNA, DAN MIKROBA INVASIVE
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber pustaka danhasil diskusi kelompok IAS (Invasive Allien Species) yaitu ketikadiadakan workshop GTI 29 Maret 2007, diketahui ada 2.809jenis invasive yaitu mulai dari jamur, bakteri, virus, ikan,Arachnida, burung, mamalia, insekta dan moluska, sertatumbuhan. Pada Gambar 5 dapat dilihat jumlah jenis invasiveterkecil ada pada burung (2 jenis) dan moluska (2 jenis). Jumlahjenis invasive terbesar adalah tumbuhan (2.184 jenis). Jenis inimasuk ke Indonesia sebagai tanaman hias atau hasil ikutan importbenda lain yang kemudian secara tidak diketahui dan sengajatumbuh meliar.
Invasive species tidak hanya jenis hayati yang datang dariluar masuk ke dalam negara Indonesia. Invasive spesies dapatberasal dari kawasan Indonesia sendiri, sebagai contoh Rusatimor (Cervus timorensis) dan Monyet kra (Macacafascicularis) yang ada di Papua merupakan dua jenis dari KelasMamalia bukan asli Papua atau sebagai pendatang dengankondisi saat ini telah menjadi hama di kawasan pulau tersebut.
1 2
115
72
206
9
8341
226
Punah
Punah in situ
Kritis
Genting
Rawan
Terkikis
Gambar 4. Kategori kriteria IUCN pada flora
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
6
Kedua jenis mamalia tersebut di Papua harus segera dikurangiatau diambil karena telah menjadi pesaing hewan asli Papua.Monyet kra menjadi musuh semua burung di Papua karenaberpotensi menghancurkan atau memakan telur burung siapmenetas, sedangkan Rusa timor menjadi pesaing Walabi tanah(Macropus agilis) dalam mencari pakan.
V. FLORA
Tumbuhan tinggiTumbuhan tinggi termasuk semua tumbuhan yang
berbentuk pohon, semak, terna, rumput, paku-pakuan. Kesemuatumbuhan tersebut diperkirakan di dunia ada 258.650 jenis,sedangkan lumut ada 18.000 jenis. Dari jenis yang ada didunia,diperkirakan Indonesia memiliki sekitar 13-15%. Oleh sebabitu berberapa ahli mengatakan bahwa di Indonesia ada 35.000jenis namun ada pula yang mengemukakan 40.000 jenis.
Gambar 5. Jumlah jenis flora, fauna dan mikroba invasive
8
342
90
20 222
2184
76 4716
2 Mamalia
Flora (alien)
Serangga
Ikan
Arachnida
Burung
Flora (bukan alien)
Bacteria
Virus
Fungi
Moluska
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
7
Pengungkapan data keanekaragaman flora saat ini diperkirakanbaru 1/3 dari total jumlah keseluruhan, karena pendataanspesimen belum tuntas seluruhnya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai pustakatermasuk diantaranya dari Herbarium Netherlands teristimewauntuk daerah Kalimantan dan Sulawesi.
Data jenis tersebut juga termasuk jenis-jenis yang tertulisdalam Flora of Java (1963-1968), Tree of Sulawesi, Flora ofSumatra dan Flora of Sulawesi. Berdasarkan data tersebutmengindikasikan bahwa P. Sulawesi merupakan pulau yangtertinggi keanekaragamannya sedangkan Kepulauan SundaKecil merupakan pulau yang terkecil jumlah keanekaragamannya(Gambar 6). Namun keanekaragaman dari kedua pulau inikemungkinan akan meningkat jumlahnya seiring denganpenemuan baru maupun beberapa data yang belum terkumpulhingga buku ini terbit. Lain halnya dengan data flora P. Jawa,data yang kami peroleh diperkirakan tidak akan bertambahdengan tajam, hampir semua pustaka baik yang berupa herbariummaupun buku atau jurnal telah terdata dengan lengkap.Penambahan jumlah jenis akan terjadi jika ada penambahan jenisbaru.
Pengumpulan data flora terkesan sangat kurang khususnyadata flora yang berasal dari Papua, selain eksplorasi dikawasan
Gambar 6. Jumlah jenis flora di Indonesia berdasarkan pulau
5692
6641
5575
490
6796
2279 3928 Sumatra
Jawa
Kalimantan
Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku
Papua
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
8
tersebut relatif kurang, juga penemuan jenis baru hampir selaluada untuk setiap kali dilakukan ekspedisi di kawasan Papua.
VI. KRIPTOGAM
Kriptogam secara umum terbagi dalam 5 kelompok yaituLichens, Algae, Hepaticae, Musci, dan Jamur. Sedang jamurterbagi dalam 2 kelompok yaitu jamur besar yang spesimennyadisimpan di gedung Herbarium Bogoriense dan jamur yangbentuk kultur yang disimpan di gedung Mikrobiologi sehinggatermasuk dalam koleksi mikroba.
Pengetahuan tentang kriptogam sangatlah sedikit diketahuidi Indonesia, karena itu data ini umumnya merupakan koleksisejak era Belanda dan hanya ada sedikit penambahan setelahmasa kemerdekaan yang diperkirakan berjumlah sekitar 7.782jenis. Di samping itu data kriptogam belum terkumpul denganbaik, baik yang berasal dari pustaka maupun dari spesimen. Olehsebab itu data ini kemungkinan akan berubah dengan cepat bilainventarisasi rutin dilakukan. Dari Gambar 7 berikut tampakbahwa jamur mempunyai jumlah jenis terbanyak dibandingkanjenis lainnya, hal ini kemungkinan erat kaitannya denganbanyaknya ahli yang kita miliki dibidang tersebut.
1. Lichens
Lichens atau yang dikenal dengan nama lumut kerakada 444 jenis dari Jawa yang diikuti oleh 151 jenis dari Sumatraseperti tampak pada Gambar 8. Jumlah jenis terkecil tampakberasal dari Kepulauan Sunda Kecil yang termasuk P. Bali, P.Flores, P. Sumba, P. Sumbawa, P. Timor dan pulau-pulau kecillainnya di daerah Nusa Tenggara Barat dan Timur.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
9
Gambar 7. Koleksi kriptogam di Indonesia
Gambar 8. Jumlah jenis lumut kerak berdasarkan pulau
907 146
1885
1023
3821Lichens
Algae
Musci
Hepatice
jamur
151
444
7124
10858 51 Sumatra
Jawa
Kalimantan
Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku
Papua
2. Algae
Algae dikenal sebagai ganggang. Jumlah jenis terbanyakberasal dari Jawa (84 jenis), sedangkan jumlah terkecil adalahdari Kepulauan Nusa Tenggara (4 jenis) (Gambar 9).
3. MusciMusci dikenal dengan lumut daun, jumlah jenis terbanyak
berasal dari Jawa (610 jenis), sedangkan jumlah jenis terendah
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
10
Gambar 10. Jumlah lumut daun berdasarkan pulau di Indonesia
12
84
4
12
13
15 6 Sumatra
Jawa
Kalimantan
Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku
Papua
Gambar 9. Jumlah jenis algae berdasarkan pulau
dari Sulawesi. Hal ini tidak berarti bahwa di daerah tersebutmemang mempunyai lumut daun paling banyak atau palingsedikit. Kondisi ini dikarenakan data yang terkumpul belumsemuanya tuntas terdata. Keterbatasan peneliti bidang ini yangmenjadi penyebab utama ketersediaan dan kelengkapan datamenjadi terasa sangat kurang (Gambar 10).
4. Hepaticae
Hepaticae yang dikenal dengan nama lumut hati,mempunyai koleksi dari P. Jawa tertinggi (497 jenis), sedangkanjumlah jenis terkecil berasal dari Kepulauan Nusa Tenggara (14
268
610
376
205
202
224Sumatra
Jawa
Kalimantan
Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
11
164
497
235
14 31 1666 Sumatra
Jawa
Kalimantan
Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku
Papua
Gambar 11. Jumlah lumut hati berdasarkan pulau
jenis) (Gambar 11). Kurangnya koleksi di daerah KepulauanSunda Kecil tidak menandakan bahwa daerah tersebut memangmempunyai jenis yang sangat sedikit, namun umumnyadisebabkan karena kurangnya koleksi di daerah tersebut.
5. Jamur
Jamur secara umum dapat dibedakan dalam 2 kelompokbesar yaitu jamur yang termasuk makro fungi biasanya disimpankering atau basah dalam botol, sedangkan kelompok keduaadalah mikro fungi yang umumnya dimasukkan dalam mikrobaseperti tercantum dalam bagian mikroba di bawah. Jenis-jenisyang masuk dalam kelompok mikroba adalah jenis yangumumnya ditumbuhkan dalam kultur. Oleh sebab itu, jamur yangtermasuk kultur akan dibahas di bagian mikroba sedangkan makrofungi atau jamur besar akan dibahas disini.
Berdasarkan data yang dipunyai Herbarium Bogoriense,koleksi jamur terbanyak dari Jawa (2.131 jenis), dan paling sedikitdari kepulauan Nusa Tenggara (Gambar 12). Jamur dari MargaMaramius terdiri dari 44 jenis, dan jenis dari marga tersebutpaling banyak berasal dari Jawa (Gambar 13). Sedangkan margaBoletus yang terdapat di Indonesia dapat dilihat pada Gambar14.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
12
Gambar 13. Sebaran jumlah jenis Maramius berdasarkan pulau.
Gambar 14. Jumlah jenis Boletus berdasarkan pulau
Gambar 12. Jumlah jenis jamur berdasarkan pulau
3
34
22
2 1Sumatra
Jawa
Kalimantan
Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku
477
2131
374
28244 482
Sumatra
Jawa
Kalimantan
Nusa Tenggara
Sulawesi
Papua
10
67
4
Sumatra
Jawa
Kalimantan
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
13
Gambaran jenis jamur Indonesia ini belumlahmenggambarkan keanekaragaman hayati jamur besar secarakeseluruhan karena koleksi jamur yang belum lengkap, disampingitu juga sedikitnya tenaga peneliti jamur di Indonesia sehinggainventarisasi jamur untuk Indonesia sulit dilakukan. Untuk sukuAgaricaceae di Indonesia tercatat ada 62 jenis, Sumatramempunyai jenis terbanyak (35 jenis) dan jenis tersedikit adalahSulawesi (4 jenis) seperti tampak pada Gambar 15.
VII. FAUNA
Kelompok ini terbagi dalam 2 kelompok yaitu Vertebratadan Avertebrata. Vertebratae seperti Aves, Mamalia, Reptilia,Amphibia, dan Ikan.
1. VERTEBRATA1.1 Mamalia
Jumlah jenis mamalia di dunia tercatat ada 4.400 an jenis,sedangkan di Indonesia diperkirakan ada 707 jenis (16% darijenis di dunia). Jumlah jenis tersebut akan terus bertambah karena
Gambar 15. Suku Agaricaceae berdasarkan pulau
35
8
7
48
Sumatra
Jawa
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
14
49
46
29
10620
22
127
Sumatra
Kalimantan
Jawa
Sulawesi
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
beberapa jenis sedang dilakukan deskripsi dan sedang dalamproses penerbitan di berbagai jurnal ilmiah, sedangkan jenis-jenisasal Papua diperkirakan akan terus bertambah dengan seiringmeningkatnya ekspedisi dan belum banyak kajian yang dilakukandi kawasan tersebut. Jumlah jenis mamalia terbanyak ada diKalimantan (240 jenis) dan paling sedikit dari kawasan NusaTenggara (96 jenis) (Gambar 16).
Dari keseluruhan jumlah jenis tersebut kawasan PapuaBarat memiliki jumlah jenis endemik terbanyak (127 jenis) disusuluntuk kawasan Sulawesi (107 jenis) dan paling sedikit adalahkawasan Nusa Tenggara (20 jenis) (Gambar 17).
Gambar 16. Jumlah jenis mamalia berdasarkan pulau
Gambar 17. Jumlah jenis mamalia endemik berdasarkan pulau
233
240
165172
96
125
214 Sumatra
Kalimantan
Jawa
Sulawesi
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
15
629
523
507417
426
365
671 Sumatra
Kalimantan
Jawa
Sulawesi
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
Gambar 18. Jumlah jenis burung berdasarkan pulau
1.2. Burung
Jumlah jenis burung di dunia tercatat ada 9.000 jenis,sedangkan di Indonesia ada 1.602 jenis (kira-kira 18% dari jumlahjenis di dunia), jumlah jenis terbanyak tersebar di kawasan Papuasebanyak 671 jenis dan terendah tercatat tersebar dikawasanMaluku (365 jenis) (Gambar 18).
Dari sejumlah burung tersebut jumlah jenis burungendemik ada 372 jenis terbanyak berasal dari kawasan Sulawesi(117 jenis) dan terendah dari Kalimantan (4 jenis) (Gambar 19).
Gambar 19. Jumlah jenis burung endemik berdasarkan pulau
444
56
11768
94
55 Sumatra
Kalimantan
Jawa
Sulawesi
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
16
69
110
3146
5635
297
Sumatra
Kalimantan
Jawa
Sulawesi
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
354
386
211154125
134
493Sumatra
Kalimantan
Jawa
Sulawesi
Nusa Tenggara
Maluku
Papua
Gambar 20. Jumlah jenis Amphibia dan Reptilia berdasarkan pulau
Gambar 21. Jumlah jenis endemik Amphibia dan Reptiliaberdasarkan pulau
1.3. Amphibia dan Reptilia
Jumlah jenis Amphibia dan Reptilia di Indonesia ada 1.112terdiri dari 350 jenis Kelas Amphibia dan 762 jenis dari KelasReptilia. Dari sejumlah jenis Amphibia dan Reptilia yang ada,tertinggi tersebar di kawasan Papua (493 jenis), selanjutnya diikutikawasan Kalimantan (354 jenis) dan paling sedikit berasal dariNusa Tenggara (125 jenis) (Gambar 20).
Dari sejumlah jenis tersebut jumlah jenis endemik masihtetap berasal dari kawasan Papua (297 jenis) dan terendah darikawasan Maluku (35 jenis) (Gambar 21)
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
17
1.4. Ikan
Berdasarkan database koleksi ikan yang ada di MuseumZoologicum Bogoriense, data dari Departemen Kehutanan,SPECIES 2000, fishbase database dan GBIF database yangdiunduh pada tahun 2006, dan tambahan catatan jenis baru hingga2010 tercatat ada 2.184 jenis ikan air tawar di Indonesia dan3.288 jenis ikan laut. Dengan berjalannya waktu, berbagai jenisikan baru telah ditemukan dan dideskripsi. Daftar jenis-jenis ikanbaru terkini masih dalam proses pendataan dan belum dapatdisajikan disini. Hanya data ikan air tawar Indonesia bagian barat,yaitu yang ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa danSulawesi yang dapat ditampilkan (Gambar 22).
Ikan air tawar paling banyak ditemukan di Kalimantan(36% atau 686 jenis), yang diikuti oleh Sumatra (31% atau 583jenis), Jawa (21% atau 398 jenis) dan Sulawesi (12% atau 236jenis). Diharapkan dengan adanya penelitian yang lebih intensifdimasa mendatang data ikan Indonesia akan menjadi lebih akuratdan lengkap. Hal ini terbukti dari seringnya ditemukan berbagai
Sumatra31%
Jawa21%
Kalimantan36%
Sulawesi12%
Gambar 22. Jumlah jenis ikan air tawar berdasarkan pulau
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
18
jenis ikan air tawar baru dari hasil penelitian di lapangan. Hal inijuga berlaku untuk berbagai fauna takson-takson lainnya.
2. AVERTEBRATA
Kelompok ini terdiri atas 9 filum yaitu Protozoa, Prorifera,Coelenterata, Nematoda, Cestoda, Trematoda, Acanthocephala,Annelida, Mollusca, Arthropoda dan Echinodermata.
2.1. Krustasea
Data yang disajikan disini adalah khusus data udang danlobster air tawar yang ditemukan di Indonesia. Data kepiting airtawar belum dapat turut disajikan karena berbagai sumberacuannya tersebar dan belum terkumpul. Paling tidak ada 1200jenis krustasea yang terdapat di Indonesia, dan sekitar 270 jenisterdapat di air tawar maupun terrestrial.
Di Sulawesi (29% atau 64 jenis)(Gambar 23) palingbanyak ditemukan berbagai jenis udang air tawar, khususnyadari suku Atyidae. Ada 52 jenis udang dari suku Atyidae yangditemukan di Sulawesi dari jumlah total 68 jenis Atyidae
Gambar 23. Jumlah jenis Krustasea air tawar berdasarkan pulau
Sumatra, 35
Kalimantan, 19
Jawa, 27
Sulawesi, 64
Bali , 5
Nusa Tenggara, 20
Maluku, 19
Papua, 46
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
19
Indonesia. Di Sulawesi khususnya dijumpai 38 jenis atau 73%udang Atyidae yang endemik pulau ini. Udang-udang endemikini hanya ditemukan di beberapa gua di daerah karst Maros dandanau-danau purba Malili (terdiri dari Danau Matano, DanauMahalona, Danau Towuti, Danau Masapi dan Danau Lantoa)di Sulawesi Selatan, Danau Poso dan Lindu di Sulawesi Tengah.Sedangkan lobster air tawar marga Cherax dari sukuParastacidae hanya ditemukan di Papua dan Kepulauan Aru.Walaupun secara administratif Kepulauan Aru termasuk ProvinsiMaluku, tetapi secara geografi dan ditinjau dari sejarah geologinyakepulauan ini termasuk kedalam gugusan Papua. Sejauh ini telahdiketahui ada 16 jenis Cherax yang ditemukan di Papua Indonesiadari 18 jenis Cherax yang ditemui di seluruh pulau Papua(termasuk Papua New Guinea).
2.2. Moluska
Masih sangat sulit untuk menghitung jumlah jenisAvertebrata seperti Moluska Indonesia, hingga saat ini dapatdiperkirakan bahwa jumlah Gastropoda Indonesia ada sekitar4.000 jenis, Bivalvia 4.000 jenis. Scaphopoda 70 jenis,Cephalopoda 100 jenis dan kelompok Amphineura sulit diterkajumlah jenisnya dan tercatat ada 3 suku dengan jumlah jenisyang belum dapat diperkirakan (Tabel 1.).
2.3. Cacing Nematoda
Sampai saat ini telah terdaftar 98 jenis cacing Nematodayang ditemukan didalam tubuh dari berbagai jenis Mamalia kecil,burung, Reptilia dan Amfibia liar yang terdapat di Indonesia.Nematoda paling banyak dijumpai di Sulawesi (30% atau 36jenis) yang diikuti oleh Jawa (25% atau 30 jenis) dan Sumatra(16% atau 20 jenis). Nematoda paling sedikit di jumpai di NusaTenggara (4% atau 5 jenis) (Gambar 24). Dari Bali bahkan tidak
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
20
diperoleh data keberadaan Nematoda pada hewan liar, tetapi initidak berarti bahwa di Bali tidak ada Nematoda. Hal inidisebabkan belum dilakukannya penelitian Nematoda padahewan-hewan liar di Bali.
Selain itu telah diketahui pula bahwa sebanyak 16 jenisNematoda endemik dijumpai pada tikus-tikus endemik Sulawesidan Halmahera. Namun data di atas masih jauh dari sempurnakarena cukup banyak daerah-daerah di Indonesia yang belumditeliti.
2.4. Tungau Macrochelidae
Belum banyak penelitian tungau Macrochelidae yangdilakukan di Indonesia. Sampai saat ini baru 67 jenisMacrochelidae yang diketahui dengan jumlah terbanyak dijumpaidi Jawa (26% atau 38 jenis). Hal ini disebabkan karena penelitianMacrochelidae terutama dilakukan di pulau Jawa yang relativlebih mudah dijangkau.
Di Sumatera (14% atau 20 jenis), Kalimantan (14% atau20 jenis) dan Sulawesi (13% atau 19 jenis) juga ditemukan cukupbanyak jenis Macrochelidae. Mamalia besar yang menjadi inangperantara yang baik bagi tungau-tungau ini terdapat di pulau-pulau tersebut. Hal yang kontras terdapat di Maluku (3% atau 5
Tabel 1. Jumlah moluska di Indonesia
Famili Jenis Gastropoda 142 4.000 Bivalvia 39 1.000 Scaphopoda 1 70 Cephalopoda 13 100 Amphineura 3 Jumlah 198 5.170
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
21
Sumatera, 20
Jawa, 30
Sulawesi, 37
Kalimantan, 11
Maluku, 6
Nusa Tenggara, 5 Papua, 14
Gambar 24. Jumlah jenis Nematoda berdasarkan pulau
jenis) yang relatif miskin jenis Macrochelidae, kemungkinandikarenakan tidak adanya mamalia besar yang menjadi inangperantaranya (Gambar 25). Sampai saat ini belum diketahuikeberadaan Macrochelidae yang endemik di Indonesia karenastudi tungau untuk Indonesia masih jauh dari lengkap.Macrochelidae yang ditemukan di Papua (12% atau 17 jenis)amat spesifik dan sampai saat sekarang hanya ditemukan dikawasan Papua saja .
2.5. Serangga
Jumlah jenis serangga Indonesia semakin sulit diterka,jumlah jenis paling banyak ada pada Ordo Coleoptera atauHymenoptera yang diperkirakan berjumlah 45.000 jenis. Secaralengkap jumlah jenis untuk masing-masing ordo dari Seranggadapat dilihat pada Tabel 2. Karena itu diperkirakan bahwaserangga di Indonesia adalah 15% dari serangga dunia.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
22
Tabel 2. Jumlah serangga di Indonesia
Ordo Indonesia Dunia Collembola 900 6.000 Odonata 757 5.000 Ephemeroptera 40 250 Orthoptera 3.000 20.000 Blattodea 600 4.000 Isoptera 225 2.500 Mantodea 200 1.800 Phasmatodea 3.750 25.000 Dermaptera 400 1800 Plecoptera 300 2000 Hemiptera 3.750 25.000 Thysanoptera 675 4.500 Psocoptera 450 4.500 Neuroptera 750 5.000 Diptera 22.500 150.000 Tricoptera 1050 7000 Lepidoptera 22.500 150.000 Coleoptera 45.000 300.000 Hymenoptera 45.000 300.000 151.847 1.014.350
Gambar 25. Jumlah jenis tungau berdasarkan pulau
Sumatra, 20
Kalimantan, 20
Jawa, 38Bali, 11
Sulawesi, 19
Maluku, 5Nusa
Tenggara, 17
Papua, 17
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
23
VIII. MIKROBA
Di Indonesia ada 18 lembaga penyimpan koleksi kulturBalitvet Culture Collection (BCC), Biofarma CultureCollection (BFCC), Biogen Culture Collection (BiogenCC),Biotek BPPT Microbial Culture Collection (BioMCC),Biotechnology Lemigas Culture Collection (BLCC), BPPTCulture Collection (BPPTCC), Biotechnology CultureCollection (BTCC), Diponegoro University CultureCollection (DUCC), Food and Nutrition Culture Collection(FNCC), IPB Culture Collection (IPBCC), ITB CultureCollection (ITBCC), Department of Microbiology, Facultyof Medicine, University of Indonesia Culture Collection(MUICC), National Center for Fish Quality Control CultureCollection (NCQCCC), Pusat Aplikasi Isotop dan RadiasiCulture Collection (PAIRCC), RS. Paru Dr. H. A. Rotinsulu(RSPRCC), University of Indonesia Culture Collection(UICC), dan Universitas Udayana Culture Collection(UNUDCC). Koleksi tersebut terdiri dari bacteria, yeast,moulds, microalgae, protozoa dan virus. Berdasarkan datatersebut, ternyata koleksi yang terbanyak adalah bacteria danmoulds (Gambar 26). Namun sangat disayangkan bahwasampai saat ini belum satu lembaga penyimpanan kultur diIndonesia yang memenuhi standar Internasional.
1589374
500
10 100 65
bakteria
yeast
moulds
microalgae
protozoa
viruses
Gambar 26. Jumlah jenis mikroba tersimpan di Indonesia
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
24
IX. KOLEKSI ACUAN HERBARIUM, ZOOLOGIDAN MIKROBIOLOGI LIPI
Bidang botani, Bidang Zoologi dan Bidang MikrobiologiPuslit Biologi-LIPI memiliki koleksi acuan spesimen herbarium,fauna dan mikroba. Tempat koleksi flora lebih dikenal denganHerbarium Bogoriense, untuk zoologi lebih dikenal dengansebutan Museum Zoologicum Bogoriense dan untuk mikrobadikenal dengan LIPIMC. Semua koleksi spesimen tersebutdigunakan sebagai acuan kekayaan hayati yang ada di Indonesia.Hingga saat ini koleksi acuan menjadi tempat koleksi yangterbesar di kawasan Asia Tenggara, namun koleksi yangtersimpan di dalam tiga gedung tersebut belum mewakilikekayaan hayati yang ada di Indonesia.
Koleksi spesimen terkatalog di Herbarium BogorienseLIPI ada sejumlah 870.869 spesimen (Tabel 3). Jumlah ini belumtermasuk spesimen backlog dan spesimen yang dipinjam olehinstansi luar terutama di herbarium yang ada di Luar negeri.
Hingga saat ini koleksi spesimen yang ada di MuseumZoologicum Bogoriense sejumlah 2.823.567 individu dan 25.226nomor katalog (Tabel 4)
Koleksi hidup mikroba yang disimpan di LIPIMC, PuslitBiologi terdiri atas 321 koleksi yang terbagi dalam koleksiActinomycetes, Bakteria, Fungi dan Yeast seperti dapat dilihatpada Gambar 27. Koleksi ini berasal dari berbagai daerah diIndonesia antara lain P. Jawa, Sulawesi, Sumatra, Papua danNusa Tenggara , namun ada juga yang berasal dari luar negerimisalnya dari Jerman, Cina dan Taiwan (Gambar 28). Sayangnya46% dari koleksi tersebut tidak tercatat lokasi pengambilankoleksinya.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
25
1 11 2
63
53
85
Cina
Jerman
Taiwan
Sumatra
Sulawesi
Papua
Nusa Tenggara
Jawa
Gambar 28. Asal mikroba berdasarkan pulau
2952
128
109
3Actinomycetes
Bacteria
Fungi
Yeast
(tanpa label)
Gambar 27. Mikroba yang disimpan di LIPIMC
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
26
Tabel 3. Jumlah Koleksi herbarium -LIPI (belum termasuk spesimenbacklog dan spesimen di pinjam instansi lain)
Tabel 4. Koleksi fauna di Museum Zoologicum Bogoriense-LIPI
*= Nomor katalog
Kelompok Jumlah Dicotyledonae 605.607 Monocotyledonae 97.140 Cryptogamae 55.968 Lichens 6.673 Algae 1.511 Musci 19.496 Hepaticae 16.876 Jamur 11.412 Pterydophyta 69.187 Gymnospermae 5.295 Fosil 166 Carpology 8.233 Koleksi basah 12.236 Spesimen tipe 17.037 Total 870.869
Takson Spesimen Spesies Specimen Tipe Spesies Specimens
Mamalia 33.794 460 117 303 Burung 32.324 1.200 166 869 Insekta 2.530.743 15.805 891 2.674 Ektoparasit (Insekta)
3310* 105 11 26
Ektoparasit (Acari) 7073* 97 38 308 Herpetofauna (Reptil + Amphibia)
24.988 800 105 618
Moluska 201.420 3.007 165 1.053 Ikan 144.516 1.300 250 536 * Krustasea (37.060) 3.150 * 270 167 * Helminth/parasit 1.706 * 116 28 51 *
TOTAL 3.004.845 + 4.856* 23.160
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
27
LAMPIRAN 1
JENIS-JENIS FLORA DAN FAUNA DIDESKRIPSIOLEH PENELITI PUSAT PENELITIAN BIOLOGI
LIPI2005-2010
FLORA
Jamur
Stachylidium pallidum, DewiDewi, S, 2006. Stachylidium pallidum sp. Nov Dewi Sfrom Java. Reinwardtia 12 (3):215-217.
Calvatia vinosa Kasuya et Retnowati sp.nov.Kasuya T & Retnowati A. 2006. New or northwortyspecies of the genus Calvatia Fr. (Basidiomycota) withprobable medicinal value from Indonesia. InternationalJournal of Medicinal Mushrooms 8: 283-288.
Endophragmiella bogoriensis RifaiRifai, M.A. 2008. Endophragmiella bogoriensis Rifai,spec. nov. (Hyphomycetes). Reinwardtia 12(4): 275-276.
Neopodoconis ampullacea (Petch) Rifai,Rifai, M.A. 2008. Another note on Podoconis megaspermaBoedijn (Hyphomycetes). Reinwardtia 12(4): 277 – 279
Maramius xenopellis RetnowatiRetnowati, Atik. 2008. A new Javanese species ofMaramius (Trichlomataceae). Reinwardtia 12(4): 335 -337.
Crinipellis brunnescens Kerekes, Desjardin & Retnowatisp.nov.Kerekes JF & Desjardin DE. 2009. A monograph ofthe genera Crinipellis and Moniliopthora from SoutheastAsia including a molecular phylogeny of nrITS region.Fungal Diversity 37: 101-152.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
28
Marasmius coklatus var. mentarangensis Retnowati.Retnowati A. 2010. Species of Marasmius (Agaricales:Tricholomataceae) from Kayan Mentarang NationalPark, East Kalimantan, Indonesia. Gardens BulletinSingapore 62(1): 31-42
Marasmius caryote var. pa’rayeensis Retnowati sp. nov.Retnowati A. 2010. Species of Marasmius (Agaricales:Tricholomataceae) from Kayan Mentarang NationalPark, East Kalimantan, Indonesia. Gardens BulletinSingapore 62(1): 31-42
Marasmius gypseus Retnowati sp. nov.Retnowati A. 2010. Species of Marasmius (Agaricales:Tricholomataceae) from Kayan Mentarang NationalPark, East Kalimantan, Indonesia. Gardens BulletinSingapore 62(1): 31-42
Arecaceae
Daemonorops takaenensis RustiamiRustiami, H. 2009. Two new species of Daemonoropsfrom Sulawesi. Reinwardtia 13(1): 25-30
Daemonorops mogeana RustiamiRustiami, H. 2009. Two new species of Daemonoropsfrom Sulawesi. Reinwardtia 13(1): 25-30
Poaceae
Dinochloa aopaensis WidjajaWidjaja, E.A. 2009. Three new species of Dinochloa(Poaceae, Bambusoideae) with erect culm sheath bladesfrom Sulawesi, Indonesia. Reinwardtia 12(5): 435–440.
Dinochloa morowaliensis WidjajaWidjaja, E.A. 2009. Three new species of Dinochloa(Poaceae, Bambusoideae) with erect culm sheath bladesfrom Sulawesi, Indonesia. Reinwardtia 12(5): 435–440.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
29
Dinochloa petasiensis, WidjajaElizabeth E. Widjaja, 2009. Three new species ofDinochloa (Poaceae, Bambusoideae) with erect culmsheath blades from Sulawesi, Indonesia. Reinwardtia12(5): 435 – 440
Oxalidaceae
Averrhoa leucopetala Rugayah & SunartiRugayah & Sunarti, Siti. 2008. Two new wild species ofAverrhoa (Oxalidaceae) from Indonesia. Reinwardtia12(4): 325-331.
Averrhoa dolichocarpa Rugayah & SunartiRugayah & Sunarti, S. 2008. Two new wild species ofAverrhoa (Oxalidaceae) from Indonesia. Reinwardtia12(4): 325-331.
Begoniaceae
Begonia baliensis GirmansyahGirmansyah, D. 2009. A Taxonomic study of Bali andLombok Begonia (Begoniaceae). Reinwardtia 12(5):419 - 434.
Begonia lempuyangensis GirmansyahGirmansyah, D. 2009. A Taxonomic study of Bali andLombok Begonia (Begoniaceae). Reinwardtia 12(5):419 - 434.
Begonia lombokensis GirmansyahGirmansyah, D. 2009. A Taxonomic study of Bali andLombok Begonia (Begoniaceae). Reinwardtia 12(5):419 - 434.
Begonia multibracteata GirmansyahGirmansyah, D. 2009. A Taxonomic study of Bali andLombok Begonia (Begoniaceae). Reinwardtia 12(5):419 - 434.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
30
Begonia pseudomuricata GirmansyahGirmansyah, D. 2009. A Taxonomic study of Bali andLombok Begonia (Begoniaceae). Reinwardtia 12(5):419 – 434
Begonia watuwilensis GirmansyahGirmansyah, D., Wiriadinata, H., Thomas, D.C. & Hoover,W.S. 2009. Two new species and one new subspeciesof Begonia (Begoniaceae) from Southeast Sulawesi,Indonesia. Reinwardtia 13(1): 69-74.
Begonia mekonggensis Girmansyah & WiriadinataGirmansyah, D., Wiriadinata, H., Thomas, D.C. & Hoover,W.S. 2009. Two new species and one new subspeciesof Begonia (Begoniaceae) from Southeast Sulawesi,Indonesia. Reinwardtia 13(1): 69-74.
Begonia aptera Blume subsp. Hirtissima Girmansyah &ThomasGirmansyah, D., Wiriadinata, H., Thomas, D.C. & Hoover,W.S. 2009. Two new species and one new subspeciesof Begonia (Begoniaceae) from Southeast Sulawesi,Indonesia. Reinwardtia 13(1): 69-74.
Pandanaceae
Freycinetia berbakensis, Widjaja, Pasaribu & HidayatWidjaja, E.A, N. Pasaribu &Hidayat, A. 2009. A newspecies of Freycinetia (Pandanaceae) from Jambi,Sumatra, Indonesia. Reinwardtia 12 (5): 441-442.
Pandanus bintuniensis WiriadinataWiriadinata, H. 2009. A new species of Pandanus(Pandanaceae) from Bintuni Bay, West Papua.Reinwardtia 12(5): 443–446.
Pandanus kabaenaensis A.P. Keim,Keim, A. P., 2009. New Species of Pandanus(Pandanaceae) From Kabena Island, South EastSulawesi, Indonesia. Reinwardtia 13 (1): 13-14
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
31
Freycinetia kartawinatae KeimKeim, A. P., 2009. Three New Species of Freycinettia(Pandanaceae) From Kalimantan, Indonesia.Reinwardtia 13 (1): 15-20
Freycinetia runcingensis KeimKeim, A. P., 2009. Three New Species of Freycinettia(Pandanaceae) From Kalimantan, Indonesia.Reinwardtia 13 (1): 15-20
Freycinetia subracemosa KeimKeim, A. P., 2009. Three New Species of Freycinettia(Pandanaceae) From Kalimantan, Indonesia.Reinwardtia 13 (1): 15-20
Freycinetia scabrosa Pasaribu & WidjajaPasaribu, N. & Widjaja, E.A. 2009. Notes on Freycinetia(Pandanaceae) from Jambi, Sumatra with the descriptionof a new species. Reinwardtia 13(1): 87–92.
Freycinetia allantoidea KeimKeim, AP. 2009. Pandanaceae of the island of Yapen,Papua (West New Guinea), Indonesia, with theirnomenclature and notes on the rediscovery of Sararangasinuosa, and several new species and records. Blumea54: 255-266.
Freycinetia spinifera KeimKeim, AP. 2009. Pandanaceae of the island of Yapen,Papua (West New Guinea), Indonesia, with theirnomenclature and notes on the rediscovery of Sararangasinuosa, and several new species and records. Blumea54: 255-266.
Freycinetia streimannii KeimKeim, A.P. 2010. A new species of Freycinetia(Pandanaceae) from Papua New Guinea. Reinwardtia13(2):101-106.
Freycinetia dewildeorum Pasaribu
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
32
Pasaribu, N. 2010. Two new species of Freycinetia(Pandanaceae) from Sumatra, Indonesia. Reinwardtia13(2): 147-150.
Freycinetia leuserensis Pasaribu,Pasaribu, N. 2010. Two new species of Freycinetia(Pandanaceae) from Sumatra, Indonesia. Reinwardtia13(2): 147-150.
Freycinetia sumbawaensis Keim & Rahayu.Keim, A.P. & M. Rahayu. 2010. Pandanaceae ofSumbawa, West Nusa Tenggara, Indonesia. Reinwardtia13(2): 151-158.
Freycinetia gunungmejensis Sinaga,Sinaga, N.I. 2010. Two new species of Freycinetia(Pandanaceae) from Manokwari, West Papua.Reinwardtia 13(2): 183-187.
Balsaminaceae
Impatiens rubricaulis UtamiUtami, N. 2009. Impatiens rubricaulis (Balsaminaceae),a new species of Impatiens from West Sumatra.Reinwardtia 13(1): 93-94.
Impatiens mamasensis Utami & WiriadinataUtami, N. & H. Wiriadinata. 2010. Impatiens mamasesis(Balsaminaceae), a new species from West Celebes,Indonesia. Reinwardtia 13(2): 211-212.
Impatiens batanggadisensis UtamiUtami, N. 2005. Two new species of Impatiens(Balsaminaceae) from Batang Gadis National Park, NorthSumatra, Indonesia. Blumea 50:443-446.
Rafflesiaceae
Rafflesia meijeri Wiriadinata & Sari,
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
33
Wiriadinata, H. & Sari, Rismita. 2010. A new species ofRafflesia (Rafflesiaceae) from North Sumatra.Reinwardtia 13(2): 95-100.
Rafflesia lawangensis Mat-Salleh, Mahyuni & SusatyaMat-Salleh, K., Mahyuni, R., Susatya, A. & Veldkamp,J.F. 2010. Rafflesia lawangensis (Rafflesiaceae), a newspecies from Bukit Lawang, Gunung Leuser NationalPark, North Sumatra, Indonesia. Reinwardtia 13(2): 159-165.
FAUNA
Mamalia
Leopoldamys diwangkarai Maryanto & Sinaga 2008Maryanto, I & M.H.Sinaga. 2008New species ofLeopoldamys from Kalimantan and Jawa. Treubia. 36.23-35
Nytycebus javanicus (E. Geoffroy, 1812)Groves, C & I. Maryanto. 2008 Craniometry of slow loris(Genus Nycticebus) on insular Southeast Asia. Primatesof the oriental night. Shekelle et al ed, 115-122. LIPIpress
Rattus nikenii Maryanto, Sinaga, Achmadi &Mahadatunkamsi, 2010Maryanto, I., M. H. Sinaga, A. S. Achmadi, &Maharadatunkamsi (2010) morphometric variation ofRattus praetor (thomas, 1888) complex from papua, withthe description of new species of Rattus from Gagisland. Treubia. 37:25 - 48.
Burung
Melipotes carolae Beehler & Prawiradilaga, 2007
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
34
Beehler, B, Dewi, M. Prawiradilaga, Y. De Freetes & N.Kemp, 2007. A New Species of Smooky Honyeater(Meliphagidae: Melipotes) from Western New Guninea.The Auk 124 (3): 1000-1009
Amphibia dan Reptilia
Cyrtodactylus wallacei Hayden, Brown, Gillespie, Setiadi,Linkem, Iskandar, Umilaela, Bickford, Riyanto, Mumpuni,& McGuire, 2008Hayden, C.J., R. M. Brown, G. Gillespie, M.I. Setiadi,C.W. Linkem, D.T. Iskandar, Umilaela, D.P. Bickford, A.Riyanto, Mumpuni, & J.A.McGuire, 2008. A New Speciesof Bent-Toed Gecko Cyrtodactylus Gray, 1827(Squamata: Gekkonidae) From the Island of Sulawesi,Indonesia. Herpetologica 64(1): 109-120.
Eutropis grandis Howard, Gillespie, Riyanto, & Iskandar 2007Howard, G. Gillespie, A. Riyanto, & D.T. Iskandar. 2007.A New Species of Large Eutropis (Scincidae) fromSulawesi, Indonesia. Journal of Herpetology 41 (4): 604–610.
Draco supriatnai McGuire, Brown, Mumpuni, Riyanto &Andayani. 2007McGuire, JA., R.M. Brown, Mumpuni, A. Riyanto & N.Andayani. 2007. The Flying Lizards of the DracoLineatus Group (Squamata: Iguania: Agamidae): ATaxonomic Revision with Descriptions of Two NewSpecies. Herpetological Monographs 21: 179-212.
Draco iskandari McGuire, Brown, Mumpuni, Riyanto &Andayani, 2007McGuire, JA., R.M. Brown, Mumpuni, A. Riyanto & N.Andayani. 2007. The Flying Lizards of the DracoLineatus Group (Squamata: Iguania: Agamidae): ATaxonomic Revision with Descriptions of Two NewSpecies. Herpetological Monographs 21: 179-212.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
35
Cyrtodactylus zugi Oliver, Tjaturadi, Mumpuni, Krey & Richards,2008.
Oliver, P., B.Tjaturadi, Mumpuni, K. Krey & S. Richards,2008. A new species of large Cyrtodactylus (Squamata :Gekkonidae) from Melanesia. Zootaxa 1894 : 59- 68
Cyrtodactylus nuaulu Oliver, Edgar, Mumpuni, Iskandar, &Lilley, 2009.Oliver, P., P. Edgar, Mumpuni, D.T.Iskandar, and R. Lilley,2009. A new species of bent-toed gecko (Cyrtodactylus;Gekkonidae) from Seram Island, Indonesia. Zootaxa.2115 : 47 – 55.
Ikan
Leiocassis aculeatus Ng & Hadiaty, 2005.Ng, HH & RK Hadiaty, 2005. Two new bagrid catfishes(Teleostei: Bagridae) from Alas River drainage,Northern Sumatra. Ichthyol. Explor. Freshwaters. 16(1): 83-92. 10 figs, 2 tabs.
Mystus alasensis Ng & Hadiaty, 2005.Ng, HH & RK Hadiaty 2005. Two new bagrid catfishes(Teleostei: Bagridae) from Alas River drainage,Northern Sumatra. Ichthyol. Explor. Freshwaters. 16(1): 83-92. 10 figs, 2 tabs.
Akysis scorteus Page, Hadiaty, Lopez, Rachmatica & Robins,2007.
Page, L.M., R.K. Hadiaty, J.A. Lopez, I. Rachmatika,R.H. Robins, 2007. Two new species of Akysisvariegatus species group. Copeia. (2): 292-303.
Akysis galeatus Page, Hadiaty, Lopez, Rachmatica & Robins,2007.
Page, L.M., R.K. Hadiaty, J.A. Lopez, I. Rachmatika,R.H. Robins, 2007. Two new species of Akysisvariegatus species group. Copeia 2007(2): 292-303.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
36
Melanotaenia ammeri Allen, Unmack & Hadiaty, 2008.Allen, G.R., P.J. Unmack & R.K. Hadiaty, 2008. Twonew species of rainbowfishes (Melanotaenia:Melanotaeniidae), from, western New Guinea (PapuaBarat Province, Indonesia), Aqua International Journalof Ichthyology. 14 (4): 209-224
Melanotaenia kokasensis Allen, Unmack & Hadiaty, 2008.Allen, G.R., P.J. Unmack & R.K. Hadiaty 2008. Twonew species of rainbowfishes (Melanotaenia:Melanotaeniidae), from, western New Guinea (PapuaBarat Province, Indonesia), Aqua International Journalof Ichthyology . 14 (4): 209-224
Glyptothorax plectilis Ng, & Hadiaty, 2008.Ng, HH & RK Hadiaty 2008. Glyptothorax plectilis, anew species of hillstream catfish from northern Sumatra(Teleostei: Sisoridae). Proceedings of the Academy ofNatural Sciences of Philadelphia. 157: 137-147.
Nanobagrus torquatus Thompson, Lopez, Hadiaty & Page,2008.Thompson, AW; J.A. Lopez, RK Hadiaty & LM Page,2008. A new species of Nanobagrus (Teleostei:Bagridae) from southern Sumatra. Proceedings of TheAcademy of Natural Sciences of Philadelphia. 157:62-72.
Glyptothorax ketambe Ng & & Hadiaty, 2009.Ng, HH & & RK Hadiaty, 2009. Glyptothorax ketambe,a new catfish from northern Sumatra (Teleostei:Sisoridae). Zootaxa 2085: 61-68 (2009).
Nemacheilus tebo Hadiaty, & Kottelat, 2009.Hadiaty, RK & M Kottelat, 2009a. Nemacheilus tebo, anew loach from Sangkulirang Karst, East Kalimantan,Indonesia (Teleostei: Nemacheilidae). Raff. Bull. of Zool2009 57(1): 119-125.
Pangio lidi, Hadiaty & Kottelat, 2009.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
37
Hadiaty, RK & M Kottelat, 2009. Pangio lidi, a newspecies of loach from eastern Borneo, Indonesia(Teleostei: Cobitidae). Zootaxa 2171: 65-68 (2009).
Rasbora lacrimula, Hadiaty & Kottelat, 2009.Hadiaty, R.K. and M. Kottelat, 2009.Rasbora lacrimula,a new species of cyprinid fish from eastern Borneo(Teleostei: Cyprinidae). Ichthyological ExplorationFreshwater Journal .20 (.2):105-109.
Diancistrus typhlops Nielsen, Schwarzhans & Hadiaty, 2009.Nielsen, J.G., W Schwarzhans & R.K. Hadiaty, 2009.Ablind, new species of Diancistrus (Teleostei, Bythitidae)from three caves on Muna Island, southeast of Sulawesi,Indonesia. Cybium 2009, 33(3): 241-245.
Ompok brevirictus Ng & Hadiaty, 2009.Ng, HH & & RK Hadiaty, 2009. Ompok brevirictus, anew catfish (Teleostei: Siluridae). from Sumatra.Zootaxa 2232: 50-60 (2009).
Nemacheilus marang Hadiaty & Kottelat, 2010.Hadiaty, R. K & M. Kottelat 2010. Nemacheilus marang,a new loach (Teleostei: Nemacheilidae) from Sangkulirangkarst, Eastern Borneo. Zootaxa 2557: 39-48
Oryzias woworae Parenti & Hadiaty, 2010.Parenti. L.R. & R.K. Hadiaty 2010. A new, remarkablycolorful, small ricefish of the genus Oryzias(Beloniformes, Adryanichthyudae) from Sulawesi,Indonesia. Copeia 2: 268-273.
Clarias microspilus Ng & Hadiaty, 2011.Ng, HH & R.K. Hadiaty 2011. Clarias microspillus, anew walking catfish (Teleostei: Clariidae) from northernSumatra, Indonesia. Journal of Threatened Taxa 3(3):1577-1584.
Melanotaenia mairasi Allen, Hadiaty, & Unmack, 2011.Allen, G.R. & RK Hadiaty, 201-. A new species ofRainbowfish (Melanotaeniidae) from western New
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
38
Guinea. Journal of the Australian New Guinea fishesAssociation, Angfa. 25 (1): 601-607.
Krustasea
Stenasellus javanicus Magniez, & Rahmadi 2006.Magniez, G. J., & R. Cahyo, 2006. A new species of thegenus Stenasellus (Crustacea, Isopoda, Asellota,Stenasellidae). Bull. Mens. Soc. Linn. Lyon 75(4): 173-177
Macrobrachium urayang Wowor & Short, 2007.Wowor, D. & J. W. Short, 2007. Two new freshwaterprawns of the genus Macrobrachium Bate, 1868(Crustacea: Decapoda: Palaemonidae) from the KelianRiver, East Kalimantan, Indonesia. The Raffles Bulletinof Zoology 55(1): 77-87.
Macrobrachium kalianense Wowor & Short, 2007.Wowor, D. & J. W. Short, 2007. Two new freshwaterprawns of the genus Macrobrachium Bate, 1868(Crustacea: Decapoda: Palaemonidae) from the KelianRiver, East Kalimantan, Indonesia. The Raffles Bulletinof Zoology 55(1): 77-87.
Caridina longidigita Cai & Wowor, 2007.Cai, Y. & D. Wowor, 2007. Atyid shrimps from LakePoso, Central Sulawesi, Indonesia with description of anew species (Crustacea: Decapoda: Caridea). The RafflesBulletin of Zoology 55(2): 311-320.
Macrobrachium wallacei Wowor & Ng, 2008.Wowor, D. & P. K. L. Ng, 2008. Case 3428. Palaemonrosenbergii De Man, 1879 (currently Macrobrachiumrosenbergii; Crustacea, Decapoda): proposed conservationof usage by designation of a neotype. Bulletin ofZoological Nomenclature, 65(4): 288-293. ISSN 0007-5167
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
39
Karstarma ardea, Wowor & Peter Ng, 2009.WOWOR, Daisy & PETER K. L. NG. 2009. Two newspecies of sesarmid crabs (Crustacea: Decapoda:Brachyura) associated with limestone formations in WestPapua, Indonesia. Zootaxa 2025: 21–31.
Karstarma waigeo, Wowor & Ng, 2009.WOWOR, Daisy & PETER K. L. NG. 2009. Two newspecies of sesarmid crabs (Crustacea: Decapoda:Brachyura) associated with limestone formations in WestPapua, Indonesia. Zootaxa 2025: 21–31 .
Holthuisana lipkei Wowor & Ng, 2009.Wowor, D. & P. K. L. Ng, 2009. Two new species ofHolthuisana Bott, 1969 (Crustacea: Decapoda: Brachyura:Gecarcinucidae) from West Papua, Indonesia. Zootaxa,2071: 50-60.
Holthuisana tikus Wowor & Ng, 2009.Wowor, D. & P. K. L. Ng, 2009. Two new species ofHolthuisana Bott, 1969 (Crustacea: Decapoda: Brachyura:Gecarcinucidae) from West Papua, Indonesia. Zootaxa,2071: 50-60.
Caridina woltereckae Cai, Wowor & Choy, 2009.Cai, Y., D. Wowor & S. Choy, 2009. Partial revision offreshwater shrimps from Central Sulawesi, Indonesia, withdescriptions of two new species (Crustacea: Decapoda:Atyidae). Zootaxa, 2045: 15-32
Caridina mahalona Cai, Wowor & Choy, 2009.Cai, Y., D. Wowor & S. Choy, 2009. Partial revision offreshwater shrimps from Central Sulawesi, Indonesia, withdescriptions of two new species (Crustacea: Decapoda:Atyidae). Zootaxa, 2045: 15-32.
Macrobrachium duri Wowor & Ng, 2010.Wowor, D & P. K. L. Ng, 2010. On the taxonomy ofPalaemon javanicus Heller, 1862, and Palaemonsundaicus Heller, 1862, with description of a new species
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
40
of Macrobrachium Bate, 1868 (Crustacea: Decapoda:Caridea: Palaemonidae) from Southeast Asia. Zootaxa,2372: 278-297.
Macrobrachium empulipke Wowor, 2010.Wowor, D. 2010. Macrobrachium empulipke, a newfreshwater prawn species (Decapoda, Palaemonidae)from Indonesia. In Studies on Malacostraca: LipkeBijdeley Holthuis Memorial Volume. CrustaceanaMonographs, 14: 715-726.
Malayopotamon lipkei Wowor & Tan, 2010.Wowor, D. & Tan, 2010.Description of a new species ofMalayopotamon Bott, 1968 (Decapoda Brachyura,Potamidae) from Gunung Slamet, Central Java, Indonesia.Crustaceana Monographs, 14: 727-734.
Serangga
Parohinka kendengensis Kamitani, Ubaidillah, Kahono,Simbolon & Partomihardjo, 2006.Kamitani, S., R. Ubaidillah, S. Kahono, H. Simbolon &&T. Partomihardjo 2006. Two New Species ofSelenocephalinae (Auchenorrhyncha, Cicadellidae) inJava, Indonesia. Esakia 46: 83-87.
Drabescus yoshitakei Kamitani, Ubaidillah, Kahono, Simbolon& Partomihardjo, 2006.Kamitani, S., R. Ubaidillah, S. Kahono, H. Simbolon. &T. Partomihardjo. 2006. Two New Species ofSelenocephalinae (Auchenorrhyncha, Cicadellidae) inJava, Indonesia. Esakia 46: 83-87.
Cofana yukawai Kamitani, Ubaidillah, Kahono, Simbolon &Partomihardjo, 2006.Kamitani, S., R. Ubaidillah, S. Kahono, H. Simbolon & T.Partomihardjo 2006. A New Species of the Genus Cofana(Hemiptera : Auchenorrhyncha : Cicadellidae) Associated
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
41
with a Climbing Vine of Bamboo in Java,Indonesia. Esakia46: 83-87.
Alophomorphella boneia Ubaidillah & Kojima , 2006R. Ubaidillah & J. Kojima 2006. First Record of theParasitoid Wasp Genus Alophomorphella (Insecta:Hymenoptera: Eulophidae) from Indonesia, withDescription of Three New Species. Species Diversity,11, 45–55
Alophomorphella infaceta Ubaidillah &Kojima, 2006R. Ubaidillah & J. Kojima 2006. First Record of theParasitoid Wasp Genus Alophomorphella (Insecta:Hymenoptera: Eulophidae) from Indonesia, withDescription of Three New Species. Species Diversity,2006, 11, 45–55
Alophomorphella marosia Ubaidillah & Kojima 2006Ubaidillah, R. & J. Kojima, 2006. First Record of theParasitoid Wasp Genus Alophomorphella (Insecta:Hymenoptera: Eulophidae) from Indonesia, withDescription of Three New Species. Species Diversity,2006, 11, 45–55
Trichospilus striatus Ubaidillah, 2006R. Ubaidillah 2006, Eulophine parasitoids of the genusTrichospilus in. Indonesia, with the description of two newspecies (Hymenoptera: Eulophidae). EntomologicalScience 9(2): 217-222.
Trichospilus politus Ubaidillah, 2006R. Ubaidillah 2006, Eulophine parasitoids of the genusTrichospilus in. Indonesia, with the description of twonew species (Hymenoptera: Eulophidae). EntomologicalScience 9(2): 217-222
Stenopetius jeniei Ubaidillah, 2008.Rosichon Ubaidillah. 2008 The discovery of the eulophidwasp genus Stenopetius Bouèek (Insecta: Eulophidae:Eulophinae) in Indonesia, with description of a new
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
42
species. The Raffles Bulletin of Zoology, 56 (2): 289-292.
Saprinus (Saprinus) chalcites Ohara & Hartini, 2008.Ohara, M and S. Hartini. 2008. Notes on the subfamilySaprininae (Coleoptera:Histeridae) of Indonesia. InsectaMatsumurana, 64: 1-22.
Chalcionellus condolens Ohara & Hartini, 2008.Ohara, M & S. Hartini. 2008. Notes on the subfamilySaprininae (Coleoptera:Histeridae) of Indonesia. InsectaMatsumurana, 64: 1-22.
Xestocephalus tetracerus Kamitani, Ubaidillah, Kahono &Ghani, 2009.Kamitani, S., R. Ubaidillah, S. Kahono & I.A. Ghani,2009. Taxonomic study of fourSoutheast Asian Speciesof the genus Xestocephalus (Auchenorrhyncha,Cicadellidae). Esakia. 49: 95-101
Xestocephalus halimunensis Kamitani, Ubaidillah, Kahono &Ghani, 2009.Kamitani, S., R. Ubaidillah, S. Kahono & I.A. Ghani,2009. Taxonomic study of fourSoutheast Asian Speciesof the genus Xestocephalus (Auchenorrhyncha,Cicadellidae). Esakia. 49: 95-101.
Xestocephalus takahashii Kamitani, Ubaidillah, Kahono &Ghani, 2009.Kamitani, S., R. Ubaidillah, S. Kahono & I.A. Ghani 2009.Taxonomic study of four Southeast Asian Species of theGenus Xestocephalus (Auchenorrhyncha, Cicadellidae).Esakia. 49: 95-101
Xestocephalus fuliginosus Kamitani, Ubaidillah, Kahono &Ghani, 2009.Kamitani, S., R. Ubaidillah, S. Kahono & I.A. Ghani,2009. Taxonomic study of fourSoutheast Asian Speciesof the genus Xestocephalus (Auchenorrhyncha,Cicadellidae). Esakia. 49: 95-101
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
43
Arthula plebeja Ubaidillah & Kojima, 2009.Ubaidillah, R. G, Yamaguchi & J. Kojima 2009. NewArthula Cameron (Ichneumonidae, Cryptinae) parasitoidof Ropalidia plebeiana Richards (Vespidae) and host ofAmoturoides breviscapus Girault (Torymidae)(Hymenoptera), Zoo Taxa 2274: 45-50 ISSN 1175-5326(print edition) & ISSN 1175-5334 (online edition)
Eumnenes batantanensis Nugroho, 2010.Nugroho, H. 2010. Potter wasps of the genus EumenesLatreille (Hymenoptera: Vespidae: Eumeninae) in thewestern part of the Papuan regions with description oftwo new species and taxonomic notes on E. inconspiculisSmith. The raffles Bulletin of Zoology 58 (2): 167-175
Eumnene truncatus Nugroho, 2010.Nugroho, H. 2010. Potter wasps of the genus EumenesLatreille (Hymenoptera: Vespidae: Eumeninae) in thewestern part of the Papuan regions with description oftwo new species and taxonomic notes on E. inconspiculisSmith. The raffles Bulletin of Zoology 58 (2): 167-175
Parasit
Dorcopsistrongylus ewini Purwaningsih & Lesley, 2010.Purwaningsih, E & R.S. Lesley . 2010. Two new speciesof Docopsistrongylus (Strongylida:Strongyloidea) fromDorcopsis muelleri (Marsupialia: Macropodidae) fromPapua Indonesia. J. Parasitology 96 (3): 596-601
Dorcopsistrongylus sawatinensis Purwaningsih& Lesley ,2010.Purwaningsih, E & R.S. Lesley. 2010. Two new speciesof Docopsistrongylus (Strongylida:Strongyloidea) fromDorcopsis muelleri (Marsupialia: Macropodidae) fromPapua Indonesia. J. Parasitology 96 (3): 596-601
Labiostrongylus biakensis Purwaningsih, 2010.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
44
Purwaningsih, E. New species of Strongylid nematode, Labiostrongylus biakensis (Nematode: Strongyloidea)from Macropus agylis. Treubia. 37: 15-24
Syphacia rifaii Dewi & Hasegawa 2010.Dewi, K & H. Hasegawa 2010. A new Syphacia species(Nematoda: Oxyuridae) collected from Bunomys spp(Rodentia: Muridae) in Central Sulawesi Indonesia. J.Parasitology 96 (1): 125-128
Diplotriaena anthreptis Dewi & Zhang, 2010.Dewi, K & L. Zhang 2010.Two new species of spiruroidnematodes in bird from Kangean Island. Indonesia. J.Helminthology 84 (3) 245-252
Acaurina irhami Dewi & Zhang, 2010.Dewi, K & L. Zhang 2010.Two new species of spiruroidnematodes in bird from Kangean Island. Indonesia. J.Helminthology 84 (3) 245-252.
Acari
Macrocheles sumbaensis Hartini, Takaku, Kojima & Katakura,2005.Hartini, S., G. Takaku, J. Kojima & H. Katakura. 2005.Macrochelid mite fauna in the eastern part of the LesserSunda Islands with description of two new species.Entomological Science 8(2): 201-209.
Macrocheles entetiensis, Hartini, Takaku, Kojima & Katakura.2005Hartini, S., G. Takaku, J. Kojima & H. Katakura. 2005.Macrochelid mite fauna in the eastern part of the LesserSunda Islands with description of two new species.Entomological Science 8(2): 201-209.
Macrocheles erniae Hartini & Takaku. 2006Hartini, S. & G. Takaku. 2006. Mites of the genusMacrocheles (Acari: Gamasida: acrochelidae)
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
45
Associated with Dung Beetles in Papua, Indonesia. J.Acarol. Soc. Jpn, 15(1): 29-46.
Macrocheles kojimai Hartini & Takaku. 2006Hartini, S. & G. Takaku. 2006. Mites of the genusMacrocheles (Acari: Gamasida: acrochelidae)Associated with Dung Beetles in Papua, Indonesia. J.Acarol. Soc. Jpn, 15(1): 29-46.
Macrocheles manokwariensis Hartini & Takaku. 2006Hartini, S. & G. Takaku. 2006. Mites of the genusMacrocheles (Acari: Gamasida: acrochelidae)Associated with Dung Beetles in Papua, Indonesia. J.Acarol. Soc. Jpn, 15(1): 29-46.
Macrocheles timikaensis Hartini & Takaku. 2006Hartini, S. & G. Takaku. 2006. Mites of the genusMacrocheles (Acari: Gamasida: acrochelidae)Associated with Dung Beetles in Papua, Indonesia. J.Acarol. Soc. Jpn, 15(1): 29-46.
Macrocheles woroae Hartini & Takaku, 2006.Hartini, S. & G. Takaku. 2006. Mites of the genusMacrocheles (Acari: Gamasida: acrochelidae)Associated with Dung Beetles in Papua, Indonesia. J.Acarol. Soc. Jpn, 15(1): 29-46.
Holostaspella fatimahae Hartini & Takaku. 2006.Hartini, S. & G. Takaku. 2006. Two new species of thegenus Holostaspella (Acari: acrochelidae) Associatedwith Dung Beetles in Papua, Indonesia. Internat. J.Acarol. 32:169-173
Holostaspella rosichoni Hartini & Takaku. 2006Hartini, S. & G. Takaku. 2006. Two new species of thegenus Holostaspella (Acari: acrochelidae) Associatedwith Dung Beetles in Papua, Indonesia. Internat. J.Acarol. 32:169-173
Macrocheles convexus Hartini, Dwibadra & Takaku. 2007Hartini, S., D. Dwibadra & G. Takaku. 2007. Macrochelidmites (Acari: Gamasina: Macrochelidae) associated with
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
46
dung beetles in Sulawesi, Indonesia. J. Acarol. Soc. Jpn.16(2): 73-96.
Macrocheles donggalensis Hartini, Dwibadra & Takaku. 2007Hartini, S., D. Dwibadra & G. Takaku. 2007. Macrochelidmites (Acari: Gamasina: acrochelidae) associated withdung beetles in Sulawesi, Indonesia. J. Acarol. Soc. Jpn.,16(2): 73-96.
Macrocheles persimilis Hartini, Dwibadra & Takaku. 2007Hartini, S., D. Dwibadra & G. Takaku. 2007. Macrochelidmites (Acari: Gamasina: acrochelidae) associated withdung beetles in Sulawesi,Indonesia. J. Acarol. Soc. Jpn.,16(2): 73-96.
Macrocheles pilosellus Hartini, Dwibadra & Takaku. 2007Hartini, S., D. Dwibadra & G. Takaku. 2007. Macrochelidmites (Acari: Gamasina: Macrochelidae) associated withdung beetles in Sulawesi, Indonesia. J. Acarol. Soc. Jpn.,16(2): 73-96.
Macrocheles simulans Hartini, Dwibadra &Takaku, 2007.Hartini, S., D. Dwibadra & G. Takaku. 2007. Macrochelidmites (Acari: Gamasina: Macrochelidae) associated withdung beetles in Sulawesi, Indonesia. J. Acarol. Soc. Jpn.,16(2): 73-96.
Macrocheles variodecoratus Hartini, Dwibadra & Takaku.2007.Hartini, S., D. Dwibadra and G. Takaku. 2007.Macrochelid mites (Acari: Gamasina: Macrochelidae)associated with dung beetles in Sulawesi, Indonesia. J.Acarol. Soc. Jpn., 16(2): 73-96.
Macrocheles amaliae Hartini, 2008Hartini, S. 2008. Notes on Macrocheles (Acari:Macrochelidae) associated with scarabaeid dung beetlesin Raja Ampat, Waigeo Island, West Papua, Indonesia.Treubia, 36: 11-22.
Macrocheles waigeoensis Hartini, 2008
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
47
Hartini, S. 2008. Notes on Macrocheles (Acari:Macrochelidae) associated with scarabaeid dung beetlesin Raja Ampat, Waigeo Island, West Papua, Indonesia.Treubia, 36: 11-22.
Glyptholaspis merapiensis Hartini, Dwibadara & Takaku, 2009Hartini, S., D. Dwibadra & G. Takaku. 2009. Mites offamily Macrochelidae (Acari: Gamasida) associated withdung beetles in Mt. Merapi National Park, Jogyakarta,Java, Indonesia. Entomological Science, 12)4):416-426.
Macrocheles turgoensis Hartini, Dwibadara & Takaku, 2009Hartini, S., D. Dwibadra & G. Takaku. 2009. Mites offamily Macrochelidae (Acari: Gamasida) associated withdung beetles in Mt. Merapi National Park, Jogyakarta,Java, Indonesia. Entomological Science, 12)4):416-426.
Macrocheles pumilus Hartini, Dwibadara &Takaku, 2009.Hartini, S., D. Dwibadra & G. Takaku. 2009. Mites offamily Macrochelidae (Acari: Gamasida) associated withdung beetles in Mt. Merapi National Park, Jogyakarta,Java, Indonesia. Entomological Science, 124:416-426.
Holostaspella oblonga Hartini & Takaku, 2010Hartini, S & G. Takaku, 2010. Mites of the genusHolostaspella (Acari: Gamasida: Macrochelidae) inIndonesia. Entomological Science, 13(1): 107-115
Holostaspella villosa Hartini & Takaku, 2010Hartini, S & G. Takaku.2010. Mites of the genusHolostaspella (Acari: Gamasida: Macrochelidae) inIndonesia. Entomological Science 13(1): 107-115
Laba-laba
Stygophrynus sunda, Rahmadi & Harvey 2008Cahyo, R & Harvey 2008. A first epigean species ofStygophrynus kraepelin ( Amblypygi: Charontidae) fromJava and adjacent islands, Indonesia with notes on S.
Status Keanekargaman Hayati Indonesia
48
dammermani Roewer, 1928. Raffless Bulletin ofZoology 56(2): 281-289