Standarisasi Pemetaan Penguasaan Tanah

  • Upload
    mikatan

  • View
    508

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

02/ TMK/ 2007

PEDOMAN PEMETAAN GAMBARAN UMUM PENGUASAAN TANAH

DIREKTORAT PEMETAAN TEMATIK DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007

PEDOMAN PEMETAAN PENGUASAAN TANAH NAMA PRODUK : PETA GAMBARAN UMUM PENGUASAAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Salah satu peta tematik yang penting untuk kebijakan pertanahan dan pembangunan pada umumnya adalah peta penguasaan tanah. Peta gambaran umum penguasaan tanah menggambarkan pola penguasaan tanah secara sederhana. Informasi penguasaan tanah tersebut diharapkan menjadi petunjuk tentang struktur penguasaan tanah yang dapat berdampak pada kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat. Data penguasaan tanah terdiri dari tanah tanah milik baik oleh perorangan maupun perusahaan, tanah tanah kawasan konsensi dan kehutanan serta bentuk penguasaan tanah lainnya. Untuk memperoleh data yang lengkap diperlukan berbagai sumber data selain dari BPN sendiri. Mengingat dampak informasi penguasaan tanah sangat sensitif terhadap kondisi sosial politik maka data yang disajikan merupakan gambaran umum dan belum memberikan batas pemilikan yang sesungguhnya. Perkembangan teknologi penginderaan dan komputer sangat membantu dalam peningkatan kinerja dan efisiensi survei pemetaan tematik. Teknologi yang dilibatkan pemetaan tematik meliputi satelit dengan berbagai tingkat resolusi, alat penentu posisi (GPS) dan komputer dengan seluruh perangkatnya. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan pedoman pemetaan gambaran umum penguasaan tanah adalah memberikan standar dan acuan pemetaan penguasaan tanah. Tujuan dari penyusunan pedoman pemetaan gambaran umum penguasaan tanah adalah memberikan suatu rujukan teknis dalam bentuk tata cara kerja dan klasifikasi peta penguasaan tanah. 1.3. Norma/Dasar Hukum a. Undang-undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 Ayat 3. b. Undang-undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria c. Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. d. Undang-undang No. 4 Tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pertambangan e. Keppres No. 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri 1

1.4. Istilah dan Definisi Data yang diklasifikasikan pada peta gambaran umum penguasaan tanah adalah kelompok bidang tanah berskala kecil atau satu bidang tanah berskala besar. a. Tanah milik (TM) adalah tanah milik adat baik yang sudah maupun belum terdaftar serta tanah yang telah bersertifikat Hak Milik. b. Tanah negara bersertipikat (TNS) yaitu Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak Pengelolaan. c. Tanah negara dikuasai (TND) dalah tanah negara yang dikuasai oleh perorangan, Badan Hukum atau secara bersama-sama tanpa dilekati oleh sesuatu hak menurut UUPA. Contoh tanah obyek landreform, tanah reklamasi, tanah yang dikuasai oleh instansi pemerintah pemerintah yang belum bersetifikat, tanah kehutanan, pertambangan. d. Tanah negara belum dilekati hak (TNB) adalah tanah negara yanag belum dilekati sesuatu hak menurut hak UUPA maupun hak adat baik secara perorangan, Badan Hukum, maupun bersama-sama, dan secara fisik penggunaan tanahnya dibiarkan tumbuh secara alami atau belum pernah dimanfaatkan. Contoh tanah timbul. e. Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah f. Hak guna-usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan. g. Hak guna-bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. h. Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain

2

BAB II RUANG LINGKUP PEKERJAAN

2.1. Ruang Lingkup Pekerjaan pemetaan gambaran umum penguasaan tanah selalu dilakukan pembaruan data. Hal tersebut karena data penguasaan tanah berubah dalam waktu tertentu seiring dengan perkembangan aktivitas manusia. Oleh karena itu peta gambaran umum penguasaan tanah harus menyebutkan nama blad atau nama wilayah dan tahun pembuatan. Peta penguasaan tanah ditampilkan dalam blad atau wilayah administrasi. Skala peta penguasaan tanah dengan basis blad adalah : Blad peta penguasaan tanah perkotaan : skala terkecil : 1: 10.000 Blad peta penguasaan tanah perdesaan : skala terkecil : 1: 25.000 Blad peta penguasaan tanah wilayah pesisir, pulau pulau kecil dan wilayah khusus : skala terkecil : 1: 25.000

Peta penguasaan tanah dalam satuan wilayah administrasi menggunakan skala yang tidak terlalu detail karena hanya bersifat indikatif. Meskipun demikian dianjurkan menggunakan skala peta penguasaan tanah sebagai berikut : Wilayah desa : skala terkecil : 1: 10.000 Wilayah kelurahan : skala terkecil : 1: 5.000 Wilayah kecamatan perdesaan : skala terkecil : 1: 50.000 Wilayah kecamatan perkotaan : skala terkecil : 1: 25.000 Wilayah kabupaten : skala terkecil : 1: 100.000 Wilayah kota : skala terkecil : 1: 50.000 Wilayah propinsi : skala terkecil : 1: 250.000 Wilayah nasional : skala terkecil : 1: 1.000.000

2.2. Bahan/ Input Data Pemetaan penguasaan tanah memerlukan bahan atau input data awal sebagai dasar pekerjaan survei. Bahan atau input data yang digunakan untuk pemetaan penguasaan tanah adalah : Skala 1 : 25.000 atau lebih kecil : citra satelit resolusi menengah atau rendah Skala 1 : 10.000 atau lebih besar : citra satelit resolusi tinggi dan atau foto udara

2.3. Material Hasil Pekerjaan Hasil kegiatan utama pemetaan penguasaan tanah adalah peta gambaran umum penguasaan tanah. Peta peta digital dalam bentuk blad

3

disusun menjadi peta digital wilayah administrasi dimulai dari tingkat desa/ kelurahan. 2.4. Konsep Pekerjaan Secara garis besar tahapan pekerjaan pemetaan penguasaan tanah adalah : a. Penyiapan peta dasar b. Delineasi/ klasifikasi awal c. Survei lapang d. Pengolahan data/ reklasifikasi e. Digitasi Keterangan dari tahapan pekerjaan di atas adalah sebagai berikut : Penyiapan peta dasar adalah penyiapan bahan berupa peta foto atau citra satelit yang telah direktifikasi (georeferenced) agar dapat digunakan sebagai peta kerja. Delineasi / klasifikasi awal gambaran umum penguasaan tanah adalah interpretasi secara sistematik dari peta foto atau citra satelit berdasarkan data sekunder mengenai penguasaan tanah. Survei lapang adalah melakukan pengambilan data berdasarkan metode tertentu. Pengolahan data/ klasifikasi adalah membuat poligon baru berdasarkan hasil atau data lapang sesuai kelas yang telah ditentukan Digitasi adalah memindahkan data dari hardcopy ke dalam format digital dengan bantuan komputer.

a.

b.

c. d. e.

2.5. Hubungan Pekerjaan Survei pemetaan gambaran umum penguasaan tanah adalah pengambilan data sekunder dan checking lapang untuk obyek data yang memerlukan kejelasan. Bahan atau peta kerja yang digunakan adalah : a. Skala 1 : 25.000 : peta foto atau citra satelit minimal dengan resolusi menengah dan peta Rupa Bumi Indonesia (Bakosurtanal). b. Skala 1 : 10.000 atau lebih besar : peta foto atau citra satelit dengan resolusi tinggi dan peta dasar pendaftaran tanah. Peta foto atau citra satelit diperoleh dari Direktorat Pemetaan Dasar dalam kondisi yang sudah dikoreksi secara geometris (georeferenced). Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah peta bidang yang diperoleh dari Deputi II. Hasil yang diperoleh yaitu peta gambaran umum penguasaan tanah merupakan bahan analisa atau input data terutama untuk Direktorat Potensi Tanah dan Direktorat Penatagunaan Tanah.

4

BAB III SPESIFIKASI TEKNIS

3.1. Spesifikasi Tenaga Dalam pemetaan penguasaan tanah dibutuhkan surveyor yang mempunyai pengalaman dalam melaksanakan kegiatan survei dan pemetaan dengan tingkat pendidikan Sarjana, Diploma I dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang pernah mendapat pelatihan khusus. Tenaga lapang terdiri dari surveyor dan dibantu oleh tenaga lokal sebagai pembantu di lapangan. Sedangkan untuk tenaga pengolahan data lapangan dibutuhkan tenaga Sarjana, Diploma I dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang mempunyai keahlian di bidang digitalisasi data spasial dan operasional komputer 3.2. Spesifikasi Peralatan Software GIS : mampu mengolah, memanipulasi, menganalisis, menampilkan serta mencetak dataset digital. Software tersebut harus berlisensi Software Image Processing (opsional) : mampu mengolah, memanipulasi, menganalisis, menampilkan serta mencetak data citra satelit. Software tersebut harus berlisensi Hardware yang mampu mengolah image dengan kapasitas hard disk minimal 40 GB, processor setara pentium 4, memori minimal 512 MB GPS : GPS navigasi dengan akurasi 6 meter Plotter : resolusi minimal 1200 x 1200 dpi 3.3. Spesifikasi Metode Metoda yang digunakan dalam pemetaan penguasaan tanah ada dua jenis yaitu secara primer dengan cara survei sampling dan secara sekunder. Yang dilakukan secara primer adalah pemetaan langsung ke lapangan dan pengolahan peta citra satelit. Sedangkan pengumpulan data sekunder adalah mengumpulkan data yang dapat menunjukkan pemilikan/ penguasaan tanah seperti peta bidang tanah, peta PBB, peta kawasan hutan, dan sebagainya. 3.4. Spesifikasi Teknis Produk Utama 3.4.1. Obyek peta Peta penguasaan tanah dengan skala yang telah ditentukan menampilkan unsur unsur sebagai berikut: a. Unsur dasar terdiri dari : Jaringan jalan. Nama jalan disebutkan pada penguasaan tanah perkotaan skala 1 : 5.000 atau lebih besar.

5

-

Jaringan sungai, saluran air (irigasi dan drainase) Batas administrasi : provinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan. Nama dusun/kampung disebutkan untuk peta yang lebih besar dari 1 : 25.000 Teluk, laut, selat, pulau kecil Gunung, titik ketinggian Ibukota wilayah administrasi kecamatan, desa/ kelurahan Bendungan Poligon penguasaan tanah Atribut jenis penguasaan tanah (lihat tabel klasifikasi) Untuk penguasaan tanah berskala besar disebutkan nama yang memiliki/ menguasai. Contoh : Perkebunan X, Perumahan, dan sebagainya. Logo BPN Judul peta Nomor lembar peta Simbol arah utara Skala angka dan garis Keterangan proyeksi dan datum Indeks provinsi atau Indonesia Petunjuk letak peta Legenda Sumber data Tahun pemetaan Grid dan notasi koordinat : provinsi, kabupaten,

-

Atribut nama sungai besar, wilayah administrasi, gunung

b. Unsur tematik terdiri dari :

c. Unsur layout terdiri dari : -

3.4.2. Sistem koordinat Sistem koordinat yang digunakan dalam pemetaan penguasaan tanah tergantung dari skala yang digunakan. Untuk skala 1 : 25.000 atau lebih kecil menggunakan sistem koordinat UTM dan pembuatan indeks peta mengikuti standar Bakosurtanal. Sedangkan untuk skala 1 : 10.000 atau lebih besar menggunakan sistem koordinat TM 3 dan pembuatan indeks mengikuti standar BPN. Seluruh koordinat baik baik dalam UTM maupun TM3 dinyatakan dalam satuan meter (satuan metrik)

6

Peta penguasaan tanah dalam satuan wilayah administrasi dari tingkat Desa/ Kelurahan hingga Kabupaten/ Kota menggunakan koordinat UTM. Untuk peta penguasaan tanah satuan wilayah Propinsi dan Negara selain mencantumkan koordinat UTM juga mencantumkan koordinat geografis. Luas minimal yang harus dipetakan adalah cm x cm di peta, atau seluas ukuran pada tabel di bawah ini dilapang tergantung dari sekala yang akan dibuat. Apabila kurang dari luasan tersebut, tidak usah dicantumkan dalam peta. Khusus untuk pemetaan permukiman atau kampung, maka tingkat ketelitiannya 2 milimeter x 2 milimeter dipeta. Hal-hal yang tidak memenuhi minimal unit namun sangat penting artinya untuk pemetaan penguasaan tanah, dicantumkan dalam bentuk plot titik. Contoh sumber mata air, antena stasiun bumi, bendungan. 3.4.3. Sistem penomoran a. Sistem TM3 Nomor zone pada sistem proyeksi TM-3o terdiri dari 3 buah nomor, yaitu dua nomor pertama adalah nomor zone UTM dan nomor ketiga adalah nomor zone TM-3. Kedua jenis nomor dipisahkan dengan tanda titik. Contoh : Nomor zone UTM 48, dan blad yang digunakan adalah daerah blad sebelah kanan, maka nomor zone adalah 48.2 (lihat lampiran) Satu zone TM-3 dibagi dalam wilayah yang lebih kecil dengan ukuran sebesar 60 cm x 60 cm pada peta atau 6.000 m x 6.000 m di lapangan. Titik awal pembagian lembar ditetapkan pada koordinat x = 32.000 m dan y = 282.000 m. Untuk pembagian lembar peta skala 1 : 10.000 maka satu zone TM-3 akan terbagi menjadi 314 baris dan 56 kolom. Penomoran peta diambil dari nomor kolom dan baris. Sebagai misal 54.312 adalah wilayah yang berada pada kolom ke 54 dan baris ke 312. (lihat lampiran). Pembagian grid dan pencantuman koordinat grid mengikuti seperti yang tertera dalam peta dasar BPN. b. Sistem UTM Perhitungan garis grid didasarkan pada Garis Meridian Tengah dengan Equator dalam satuan metrik. Titik awal perhitungan untuk angka horizontal dimulai dari garis meridian tengah dari Pembagian Zone yang ditetapkan, diberi nilai 500.000, dengan notasi meter Timur (mT). Sedangkan titik awal perhitungan untuk angka vertikal dimulai dari garis Khatulistiwa (equator). Untuk wilayah sebelah utara equator, titik awal yaitu equator diberi nilai 0 (nol), dan untuk wilayah sebelah selatan equator, titik awal yaitu equator diberi nilai 10.000.000. Nomor Lembar Peta yang juga menunjukkan tingkat sekala peta, disusun berdasarkan Hirarkhi Peta yang telah ditetapkan melalui Sistem Bakosurtanal secara nasional, sebagai pedoman peta dasar nasional.

7

Nomor lembar peta merupakan Identitas tunggal yang bersifat unik, yang berarti tidak akan mungkin ada lembar peta yang mempunyai nomor kembar. Sistem penomoran dapat dilihat pada lampiran. Pembagian zona UTM berdasarkan skala peta dapat dilihat pada tabel di bawah ini. No 1. 2. 3. 4. Sekala Peta 1 : 250.000 1 : 100.000 1 : 50.000 1 : 25.000 Zona UTM dalam metrik + 45cm x 67cm + 56cm x 56cm + 56cm x 56cm + 56cm x 56cm Zona UTM dalam geografis 10 x 10 30 30 x 30 15 x 15 730 x 730

Pembagian grid dan pencantuman koordinat grid mengikuti peta rupa bumi. 3.4.4. Ukuran dan format lembar peta a. Sistem UTM Ukuran lembar peta pada skala 1 : 25.000 dan 1 : 50.000 : 86 cm x 62 cm Ukuran muka peta adalah 58,5 cm x 58,5 cm dan ukuran bidang gambar adalah 56 cm x 56 cm Ukuran lembar peta pada skala 1 : 10.000 dan 1 : 2.500 : 83 cm x 66 cm. Ukuran muka peta adalah 60 cm x 60 cm dan ukuran bidang gambar adalah 60 cm x 60 cm.

b. Sistem TM3 -

8

BAB IV PROSEDUR/PROSES PEKERJAAN

4.1. Diagram Alir Proses Produksi Diagram 1. Pengolahan, Penyusunan dan Penyajian Data Penguasaan tanah

Citra Satelit

Rektifikasi Peta/Informasi Pendukung

Klasifikasi

Survey Lapang

Inventarisasi/pengumpulan data dan informasi : Penguasaan tanah

Quality control I Korelasi data

Re-klasifikasi

Digitasi

Quality Control II

OUTPUT

PLOTTER

9

4.2. Uraian Bagan Alir Produksi 4.2.1. Penyiapan peta citra satelit Bahan atau peta dasar untuk pemetaan penguasaan tanah telah disebutkan sebelumnya yaitu tergantung dari skala yang digunakan. Secara garis besar dibedakan untuk pembuatan peta skala menengah dan kecil serta peta skala besar. a. Peta citra satelit untuk skala menengah dan skala kecil Data raster yang digunakan adalah citra satelit dengan resolusi menengah hingga rendah yang telah direktifikasi. Data vektor yang digunakan untuk menyajikan unsur jalan dan sungai adalah peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Bakosurtanal dengan skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 dalam bentuk digital. Buat layer peta kerja dengan memuat data raster citra satelit dan di atasnya dimuat data vektor peta RBI untuk menghasilkan peta dasar skala 1 : 25.000 atau lebih kecil. Batas administrasi dapat merujuk pada peta RBI dan sumber lainnya yang akurat Data raster yang digunakan adalah citra satelit dengan resolusi tinggi yang telah direktifikasi. Data vektor yang digunakan untuk menyajikan unsur jalan dan sungai adalah peta garis atau peta dasar BPN dengan skala 1 : 2.500 atau 1 : 1.000 dalam bentuk digital. Untuk pembuatan peta dasar skala 1 : 10.000 terlebih dahulu harus memperkecil skala baik data raster maupun data vektor yang berskala besar dengan bantuan software. Buat layer peta kerja dengan memuat data raster citra satelit atau foto udara dan di atasnya dimuat data vektor peta garis atau peta dasar untuk menghasilkan peta dasar skala 1 : 10.000 atau lebih besar. Batas administrasi dapat merujuk pada peta RBI dan sumber lainnya yang akurat

-

-

b. Peta citra satelit untuk skala besar -

-

-

-

4.2.2. Delineasi/ klasifikasi awal a. Tarik garis deliniasi sesuai perbedaan, penampakan warna, rona, tekstur, struktur, pola, bentuk, ukuran, bayangan, asosiasi, site (situs/tapak) pada peta citra (hardcopy citra) dengan menampilkan identitas antara lain : Jalan, rel Sungai, irigasi Batas Administrasi (sesuai tingkat kedetailan survei)

10

b. Klasifikasikan hasil deliniasi berdasarkan informasi dari peta bidang tanah, peta kawasan hutan, peta PBB. Untuk mempermudah terlebih dahulu tarik poligon untuk tanah kawasan hutan, tanah bersertipikat berskala besar, tanah bersertipikat lainnya dalam satu blok persil, dan sebagainya sehingga semua wilayah terbagi habis dalam kriteria penguasaan tanah. c. Untuk danau, sungai, waduk, rawa didelineasi sebagai unsur alam 4.2.3. Pengamatan lapang 4.2.3.1. Persiapan a. Peta dasar untuk skala menengah dan skala kecil Data raster yang digunakan adalah citra satelit dengan resolusi menengah hingga rendah yang telah direktifikasi. Data vektor yang digunakan untuk menyajikan unsur jalan dan sungai adalah peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Bakosurtanal dengan skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 dalam bentuk digital. Data sekunder yang digunakan adalah peta bidang tanah, peta HGU, peta kawasan hutan dan lain sebagainya yang menunjukkan kondisi penguasaan tanah. Buat layer peta kerja dengan memuat data raster citra satelit dan di atasnya dimuat data vektor peta RBI untuk menghasilkan peta dasar skala 1 : 25.000 atau lebih kecil. Batas administrasi dapat merujuk pada peta RBI dan sumber lainnya yang akurat

-

-

-

-

b. Peta dasar untuk skala besar Data raster yang digunakan adalah citra satelit dengan resolusi tinggi yang telah direktifikasi. Data vektor yang digunakan untuk menyajikan unsur jalan dan sungai adalah peta garis atau peta dasar BPN dengan skala 1 : 2.500 atau 1 : 1.000 dalam bentuk digital. Data sekunder yang digunakan adalah peta bidang tanah, peta HGU, peta kawasan hutan dan lain sebagainya yang menunjukkan kondisi penguasaan tanah. Untuk pembuatan peta dasar skala 1 : 10.000 terlebih dahulu harus memperkecil skala baik data raster maupun data vektor yang berskala besar dengan bantuan software. 11

-

-

-

Buat layer peta kerja dengan memuat data raster citra satelit atau foto udara dan di atasnya dimuat data vektor peta garis atau peta dasar untuk menghasilkan peta dasar skala 1 : 10.000 atau lebih besar. Batas administrasi dapat merujuk pada peta RBI dan sumber lainnya yang akurat

-

4.2.3.2. Pengamatan lapang Areal yang perlu dicek lapang adalah yang tidak jelas batasnya, biasanya tanah kawasan hutan atau kawasan lainnya. Pengecekan lapang juga diperlukan pada tanah tanah berskala besar untuk mencari informasi apabila sudah terjadi pemindahan hak Cantumkan dan berikan simbol klasifikasi penguasaan tanah pada peta kerja (peta citra yang telah dideliniasi), sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan. Objek yang dipetakan adalah : a. semua poligon penguasaan tanah yang masuk dalam tingkat ketelitian sebagai ukuran minimal unit pemetaan. b. Jaringan jalan, rel, yang didasarkan pada kwalitas, nilai dan fungsi dari aksesnya. Contoh: jalan aspal, jalan berbatu, jalan tanah; jalan penghubung kampung dengan sawah, tegalan, kebun; rel kereta api, rel lori. c. Saluran pengairan/sungai, yang didasarkan pada kualitas, nilai dan fungsi dari saluran. Contoh: sungai, irigasi, drainase, bendungan, terowongan air, waduk, situ, embung dengan mencantumkan namanya bila ada. Objek penunjang penguasaan tanah yang juga dipetakan antara lain batas administrasi. Hal ini dilakukan bersamaan waktunya dengan pengamatan menjelajah penguasaan tanah. Pemetaan batas dilakukan sampai tingkat desa/kelurahan.

-

-

-

4.2.4. Korelasi data dan reklasifikasi Perjelas garis batas poligon penguasaan tanah, simbol, notasi pada peta yang telah disurvey (peta citra) hasil survei. Siapkan blanko peta diatas media transparant yang berisi jaringan jalan dan jaringan pengairan/sungai Overlaykan/tumpangkan peta tersebut diatas pada peta yang telah disurvey (peta citra) hasil survei. 12

-

Pindahkan garis batas poligon penguasaan tanah dari peta yang telah disurvey (peta citra) pada blanko peta media transparant yang berisi jaringan jalan dan jaringan pengairan/sungai. Lengkapi simbol, notasi dan informasi penguasaan tanahnya. Selanjutnya peta media transparant ini merupakan peta konsep penguasaan tanah hasil pemetaan lapang. Periksa dan cermati peta konsep penguasaan tanah hasil pemetaan lapang, apabila ada perubahan mendasar pada peta dasar. Misal : penambahan jalan, perubahan jaringan irigasi/sungai, pemekaran wilayah yang mengakibatkan perubahan letak dan nama ibukota, dan lain-lain. Data Sekunder yang telah diplotkan dicek dan dikonfirmasikan kembali di lapangan sebagai bahan untuk revisi dan penyempurnaan hasil ploting. Semua data sekunder diplotkan ke dalam peta kerja yang telah disiapkan. Lakukan korelasi antar blad/lembar peta dalam satu kesatuan wilayah survey, dengan tujuan setiap unsur isi peta yang ada dalam peta, terutama isi peta bagian tepi (kiri, kanan, atas dan bawah) berkorelasi dengan blad/lembar lain. Unsur-unsur yang harus dikorelasi adalah : a. Poligon batas dan jenis penguasaan tanah b. Notasi dan simbol yang dipakai, lengkap atau tidak c. Jaringan jalan, rel d. Sungai, saluran air (irigasi dan drainase) e. Batas Administrasi desa/kelurahan : provinsi, kabupaten, kecamatan,

-

-

-

4.2.5. Digitasi a. Digitasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui meja digitasi (digitizer) dan melalui layar komputer (monitor). Setelah digitasi dilanjutkan dengan tahap editing dan labeling. Editing merupakan perbaikan terhadap kesalahan kesalahan hasil digitasi sebagai akibat tidak bertemunya node dan adanya tumpang tindih garis. Labeling merupakan pencantuman atribut teks dan simbol lokasi tertentu pada peta. b. Satuan poligon penguasaan tanah pada peta skala besar adalah blok bidang tanah yang memiliki kelas penguasaan tanah yang sama. c. Seluruh wilayah administrasi harus memiliki atribut nama. Apabila dalam satu blad masih dalam satu kabupaten/ kota cukup menampilkan nama desa/ kelurahan dan kecamatan. Apabila terdapat wilayah berbatasan antar kabupaten/ kota dan propinsi masing masing nama wilayah tersebut harus disebutkan. Plot ibukota wilayah administrasi dari tingkat desa/ kelurahan hingga tingkat propinsi pada lokasi kantor kepala wilayah. Nama nama

13

unsur yang harus dicantumkan adalah nama sungai, gunung, taman nasional/hutan lindung, danau/situ, rawa besar, waduk dan kawasan penting lainnya. d. Peletakan atribut teks sedapat mungkin pada tempat yang tidak menutup persimpangan jalan atau sungai atau tempat yang luang. Atribut pada kawasan atau badan air di tengah poligon. Untuk sungai letak atribut di atas garis sungai, mengarah ke kanan mengikuti arah sungai. e. Letak garis batas administrasi harus berada di tengah badan sungai besar atau jalan besar (dalam skala besar). f. Buat lay out kartografi sesuai dengan format standard. Lay out peta dapat dalam bentuk blad, format administrasi wilayah dan format wilayah tertentu. Format blad mengikuti ukuran blad yang telah ditentukan. Format administrasi wilayah mengikuti bentuk wilayah bersangkutan serta bergantung pada ukuran kertas yang dikehendaki oleh penyusun layout kartografi. Sedangkan format wilayah tertentu mengikuti stadart kartografi secara empiris. g. Pengaturan direktori kerja dan sistem penamaan file dimaksudkan agar lebih tertib dan mempermudah bila hendak dikembangkan menjadi aplikasi tersendiri. h. Untuk peta tematik berbasis blad sistem penamaan file adalah : Ox. Dimana O adalah kode peta penguasaan tanah dan x adalah nomor blad. Nomor blad untuk skala 1 : 25.000 atau lebih kecil menggunakan sistem penomoran blad peta rupabumi. Sedangkan untuk skala 1 : 10.000 atau lebih besar menggunakan sistem penomoran peta dasar BPN. Contoh : O51212016 : pada blad 512.12.016 dengan skala peta 1 : 2.500 O1209411 : pada blad 1209-411 dengan skala peta 1 : 25.000 Untuk peta tematik berbasis wilayah disebutkan nama wilayah i. Seluruh dataset yang digunakan adalah file dengan ekstension shp atau coverage.

4.3. Indikator Keberhasilan Proses 4.3.1. Untuk kualitas hasil survei ground check (kontrol kualitas I) Tingkat ketelitian lapang yang harus dihasilkan dari survei ground check sesuai dengan skala peta yang digunakan. Tabel Ukuran Tingkat Ketelitian Pemetaan (Minimal Unit Pemetaan) No. 1. Skala peta 1 : 250.000 Ukuran panjang cm di lapang 1250 meter Ukuran luas cm x cm di lapang 156,25 Ha

14

2. 3. 4. 5. 6. 7.

1 : 100.000 1 : 50.000 1 : 25.000 1 : 10.000 1 : 5.000 1 : 2.500

500 meter 250 meter 125 meter 50 meter 25 meter 12,5 meter

25,00 6,25 1,56 0,25

Ha Ha Ha Ha

0,0625 Ha 0,0156 Ha

4.3.2. Untuk kualitas hasil digitasi Tidak boleh ada kesalahan dangling berupa overshoot, undershoot dan sliver. Overshoot adalah garis satu melebihi garis lain. Undershoot adalah garis satu tidak terhubung dengan garis lain. Sliver adalah garis ganda. Tidak boleh ada unsur alam atau buatan yang melebihi garis pantai. Seluruh poligon harus berwarna atau berarsir. Garis jalan atau sungai tidak boleh melebihi garis jalan atau sungai lainnya.

-

4.3.3. Untuk kualitas hasil cetak(kontrol kualitas II) Ukuran layout peta tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm untuk peta skala 1 : 10.000 atau lebih kecil dan tidak boleh lebih dari 5 mm untuk peta skala lebih besar dari 1 : 10.000 Jenis warna yang ditampilkan harus sesuai dengan yang di monitor. Bentuk arsiran dan atribut teks harus tampak

-

15

BAB V SPESIFIKASI AKSES DATA/PENYAJIAN/PUBLIKASI

5.1. Perolehan Data Peta penguasaan tanah dapat dicopy atau digandakan oleh masyarakat umum berdasarkan peraturan yang berlaku dengan prosedur yang telah ditetapkan. Peta penguasaan tanah tersedia di tingkat pusat maupun di Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan. 5.2. Penyimpanan Peta digital penguasaan tanah disimpan dalam hard disk dan CD. Sedangkan peta cetak disimpan dalam lemari peta. Setiap CD harus dibubuhi identitas data yang tersimpan dengan spidol dan pada casing diberi label. Seluruh CD data digital disimpan dalam rak atau lemari khusus. Satu CD memuat peta digital penguasaan tanah berbasis blad dalam satu kelompok kotak indeks. Sedangkan untuk satuan wilayah pengaturan penyimpanan sebagai berikut : Di Kanwil : tiap kabupaten minimal dalam 1 CD Di Kantor Pertanahan : tiap kecamatan minimal dalam 1 CD

5.3. Pengiriman Hasil pekerjaan digitasi yang harus dilaporkan atau di kirim copy hanya yang sudah berbentuk satuan wilayah dengan ketentuan : Di Kantor Pertanahan : dilaporkan ke Kanwil untuk satuan wilayah kecamatan dan kabupaten/ kota Di Kanwil : dilaporkan ke Direktorat Pemetaan Tematik untuk satuan wilayah kabupaten/ kota dan propinsi

16

BAB VI SPESIFIKASI LEGALITAS

6.1. Penanggung jawab Produk Peta tematik merupakan produk dari Direktorat Pemetaan Tematik. Penanggung jawab peta tematik adalah Direktorat Pemetaan Tematik. Kebenaran isi dari peta tematik bukan merupakan kebenaran secara hukum sehingga bukan merupakan alat bukti hukum. 6.2. Legalisasi/Keabsahan Bukti keabsahan tidak diperlukan dalam produksi peta tematik karena bukan merupakan bukti pembuktian hukum sehingga tidak diperlukan tanda tanda keabsahan seperti tanda tangan, cap, tanda air dan sebagainya. Bukti keabsahan sudah cukup berupa logo BPN dan identitas nama. 6.3. Perjanjian/Kerjasama Apabila produk peta tematik merupakan hasil dari kerjasama atau perjanjian maka wajib mencantumkan pihak pihak yang diajak disertai nama program kegiatan dimana kerjasama atau perjanjian tersebut diwujudkan. 6.4. Hak Cipta dan Lisensi Logo yang ditampilkan adalah logo BPN dan identitas yang ditampilkan adalah Badan Pertanahan Nasional RI.

17

Lampiran Tabel 1. Klasifikasi Peta Gambaran Umum Penguasaan Tanah Skala 1 : 5.000 - Tanah telah bersertipikat - Tanah milik belum bersertipikat - Tanah negara telah diperuntukkan - Tanah negara belum diperuntukkan - Tanah digarap 1 : 10.000 - Tanah telah bersertipikat - Tanah milik belum bersertipikat - Tanah negara telah diperuntukkan - Tanah negara belum diperuntukkan - Tanah digarap 1 : 25.000 - Tanah telah bersertipikat - Tanah milik belum bersertipikat - Tanah negara telah diperuntukkan - Tanah negara belum diperuntukkan - Tanah digarap

Tabel 2. Penggunaan Simbol dan Warna pada Klasifikasi Gambaran Umum Penguasaan Tanah Nama kelas Simbol Atribut Warna Tanah milik telah bersertipikat - Hak atas tanah berskala kecil - HGU - HGB induk - HPl Tanah milik belum bersertipikat HGU HGB HPl 255, 0 , 0 255, 0 , 0

Tanah negara sudah diperuntukkan - Tanah kehutanan - Tanah pertambangan - Tanah militer - Tanah instansi pemerintah lainnya Tanah negara belum diperuntukkan

Ht Pt Mt Ip -

0, 255, 0

0, 255, 0

18