91
STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI INDONESIA KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA 2015

STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

  • Upload
    others

  • View
    55

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

STANDAR KOMPETENSI

DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI

INDONESIA

KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA

2015

Page 2: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

ii

PENYUSUN

(Edisi 2006)

Prof. Harsono, dr., Sp.S(K)

FK UGM Yogyakarta

Jofizal Jannis, dr., Sp.S(K)

FK UI Jakarta

KONTRIBUTOR

Prof. Dr. Aboe Amar Joesoef, dr, Sp.S(K)

FK UNAIR Surabaya

Prof. Bambang Hartono,dr, Sp.S(K), Ph.D (alm)

FK UNDIP Semarang

Billy Indra Gunawan,dr, Sp.S(K)

FK UNSRI Palembang

Darwin Amir,dr, Sp.S

FK UNAND Padang

Hasan Sjahrir,dr, Sp.S(K)

FK USU Medan

I. Wayan Kondra, dr,Sp.S

FK UNUD Denpasar

Muh. Akbar, dr, Sp.S, Ph.D

FK UNHAS Makassar

M. Dalhar, dr, Sp.S

FK UNIBRAW Malang

Mohammad Saiful Islam, dr, Sp.S(K)

FK UNAIR Surabaya

Page 3: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

iii

Nani Kurniani, dr, Sp.S

FK UNPAD Bandung

Nizar Yamanie, dr, Sp.S(K)

FK UI Jakarta

S.C. Siwi Kotambunan, dr, Sp.S

FK UNSRAT Manado

Dr. Suroto, dr, Sp.S(K)

FK UNS Surakarta

TIM REVISI

(Edisi 2015)

Ketua

Mohammad Saiful Islam, dr, Sp.S(K)

FK UNAIR Surabaya

Anggota

Prof (ret). Harsono, dr, Sp.S(K)

FK UGM Yogyakarta

Prof. Troeboes Poerwadi, dr, Sp.S(K)

FK UNAIR Surabaya

Dr. DPG Purwa Samatra, dr, SpS(K)

FK UNUD Denpasar

Eva Dewati, dr, Sp.S(K)

FK UI Jakarta

Wardah Rahmatul Islamiyah, dr,Sp.S

FK UNAIR Surabaya

Para Ketua Departemen Neurologi

Para KPS Program Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi

Page 4: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

iv

PENGANTAR TIM REVISI

(Edisi 2015)

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya tugas tim revisi

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia. Standar kompetensi memang

memerlukan revisi secara berkala karena standar kompetensi bersifat dinamis, dengan arti

ada kecenderungan untuk mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran, pembangunan kesehatan di Indonesia,

dan tuntutan pemangku kepentingan. Revisi ini menguraikan lebih rinci tentang berbagai

indikator hasil pembelajaran atau pencapaian kompetensi yang diatur dalam Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK).

Revisi ini melibatkan seluruh Ketua Departemen Neurologi dan KPS

(Ketua/Koordinator Prodi) dari 13 (tigabelas) Program Pendidikan Dokter Spesialis

Neurologi di Indonesia. Untuk itu tim revisi menyampaikan penghargaan dan ucapan terima

kasih secara tulus atas kerja samanya yang sangat baik.

Mudah-mudahan semua upaya ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya para

pengelola PPDSN agar dapat menyelenggarakan pendidikan yang lebih berkualitas, dan para

peserta didik agar menjadi lulusan yang lebih profesional.

Tentu masih banyak kekurangan dalam revisi ini. Karenanya, kritik dan saran sangat

kami harapkan.

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, Juli 2015

Tim Revisi

Page 5: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

v

SAMBUTAN KETUA UMUM

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA (PERDOSSI)

(Edisi 2015)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan terbitnya buku Revisi

Standard Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia yang merupakan

penyempurnaan dari buku yang sama terbitan tahun 2006, yang disusun oleh Kolegium

Neurologi Indonesia.

Seperti diketahui standar kompetensi merupakan suatu keharusan untuk dipahami

oleh setiap profesi baik di bidang neurologi atau bidang pelayanan medis lain. Jelas bagi kita

kemampuan profesional seorang dokter spesialis neurologi didukung oleh kurikulum

pendidikan yang memenuhi standar internasional. Perkembangan ilmu kedokteran yang

sangat pesat serta timbulnya subspesialisasi di bidang klinis berdampak pada pelayanan

medik yang tumpang tindih antarspesialisasi. Standar kompetensi menjelaskan dengan

gamblang apa saja kemampuan yang harus dimiliki dokter spesialis neurologi sebagai

profesi dalam pelayanan kedokteran serta tanggung jawabnya terhadap pasien yang

dilayani. Pengurus Pusat PERDOSSI mengharuskan setiap dokter spesialis neurologi

memahami kompetensi dan batas kemampuan profesinya dalam melayani pasien yang

menjadi tanggung jawabnya.

Pengurus Pusat PERDOSSI menyampaikan terima kasih kepada tim revisi Standar

Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia dari KNI yang telah bekerja dengan penuh

dedikasi. Semoga menjadi amalan baik disisi Allah SWT.

Wabillahittaufiq wal hidayah.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, Juli 2015

Ketua Umum

Prof.Dr. H. M. Hasan Machfoed, dr, MS, SpS(K)

Page 6: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

vi

SAMBUTAN

KETUA KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA (KNI)

(Edisi 2015)

Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridha, taufik dan hidayah-Nya

sehingga Kolegium Neurologi Indonesia (KNI) mampu menyelesaikan revisi Standar

Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia. Revisi ini didasarkan atas semangat

perbaikan mutu berkelanjutan, serta memperhatikan perubahan dan kemajuan yang terjadi

di ranah ilmu kedokteran, pendidikan, maupun praktik sehari-hari. Dengan demikian standar

kompetensi diupayakan untuk selalu mengikuti perkembangan yang ada agar pendidikan

dokter spesialis neurologi di Indonesia selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi di bidang kedokteran.

Kami menyampaikan terima kasih secara tulus dan penghargaan yang tinggi kepada

tim revisi yang dikoordinasi oleh dr. Mohammad Saiful Islam, Sp.S(K), dan diarahkan oleh

Prof. Troeboes Poerwadi, dr, Sp.S(K), yang telah menyelesaikan tugasnya dengan penuh

dedikasi. Semoga seluruh upaya tim revisi menjadi amal ibadah. Amin.

Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, Juli 2015

Ketua

Prof. (Ret). Dr. Harsono, Sp.S(K)

Page 7: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

vii

DAFTAR ISI

Tim Revisi………....................................…………………... .............................................................................. iii

Pengantar Tim Revisi ................................................................................................................................ iv

Sambutan Ketua Umum PERDOSSI ..................................................................................................... v

Sambutan Ketua Kolegium Neurologi Indonesia .......................................................................... vi

Daftar Isi......................................................................................................................................................... vii

Daftar Singkatan.............................................................................................................. ............................ viii

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ............................................................................................ x

BAB I. Pendahuluan .................................................................................................................................. 1

BAB II. Kompetensi ................................................................................................................................... 8

A. Prinsip Kompetensi............................................................................................................... 8

B. Katagori Kompetensi............................................................................................................ . 8

C. Elemen Kompetensi............................................................................................................... 9

D. Area dan Komponen Kompetensi.................................................................................... 10

E. Peran Dokter Spesialis Neurologi Berkaitan dengan Kompetensi....................... 10

F. Standar Kompetensi................................................................................................................ 10

G. Capaian Pembelajaran........................................................................................................... 11

H. Implikasi Pengembangan KBK............................................................................................ 11

I. Ciri-ciri KBK................................................................................................................................... 12

J. Ruang Lingkup Kompetensi Lulusan.................................................................................. 13

BAB III. Pencapaian Kompetensi............................................................................................................ ... 15

A. Pengalaman Pembelajaran.............................................................................................. ... 15

B. Evaluasi........................................................................................................................................ 16

BAB IV. Karakteristika Pencapaian Kompetensi ............................................................................. 18

A. Katagori Kompetensi....................................................................................................... ...... . 18

B. Jenis Kompetensi................................................................................................................. ... 20

BAB VI. Penutup .......................................................................................................................................... 26

Daftar Kepustakaan………………………………………………………………………………………………… ....... 27

Lampiran 1……………………………………………………………………………………………………………… ....... 28

Lampiran 2………………………………………………………………………………………………………………. ...... 31

Lampiran 3………………………………………………………………………………………………………………. ...... 43

Lampiran 4………………………………………………………………………………………………………………. ...... 64

Lampiran 5………………………………………………………………………………………………………………. ...... 75

Lampiran 6………………………………………………………………………………………………………………. ...... 76

Page 8: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

viii

DAFTAR SINGKATAN

ADHD : Attention deficit hyperactivity disorder

BAEP : Brainstem auditory evoked potentials

CBT : Computer based testing

CK : Creatine kinase

CPD : Continuing professional development

CSS : Cairan serebrospinal

CT scan : Computed Tomography

DMP : Dystrophia musculorum progressiva

DSA : Digital substraction angiography

DSM-V : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-V

DVT : Deep vein thrombosis

EEG : Elektroensefalografi

EKG : Elektrokardiografi

EMG : Elektroneuromiografi

EP : Evoked potentials

GBS : Guillain-Barre Syndrome

GCS : Glasgow Coma Scale

GMP : Good Medical Practice

ICU : Intensive Care Unit

IDASI : Ikatan Dokter Ahli Saraf Indonesia

Ig : Imunoglobulin

ILAE : International League Against Epilepsy

IVIg : Intravenous immunoglobuline

KBK : Kurikulum berbasis kompetensi

KHS : Kecepatan hantar saraf

KKI : Konsil Kedokteran Indonesia

KKNI : Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

KNI : Kolegium Neurologi Indonesia

KPS : Ketua/Koordinator Program Studi

LDH : Lactate dehydrogenase

MBB : Mata kuliah Berkehidupan Bermasyarakat

MG : Miastenia gravis

MKB : Mata kuliah Keahlian Berkarya

MKK : Mata kuliah Keilmuan dan Ketrampilan

MKKI : Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia

MPB : Mata kuliah Perilaku Berkarya

Page 9: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

ix

MPK : Mata kuliah Pengembangan Kepribadian

MMSE : Mini Mental State Examination

MSLT : Multiple sleep latency test

MRA : Magnetic Resonance Angiography

MRI : Magnetic Resonance Imaging

MRS : Magnetic Resonance Spectroscopy

MS : Multiple sclerosis

OAE : Obat anti-epilepsi

OSCE : Objective Structured Clinical Examination

PERDOSSI : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

PET : Positron Emission Tomography

PPT : Power point

Prodi : Program studi

PPDS : Program Pendidikan Dokter Spesialis

RM : Retardasi mental

RTSW : Repeated test of sustained wakefulness

SAR : Serum antirabies

SOL : Space occupying lession

SPECT : Single-photon Emission Computed Tomography

SSEP : Somatosensory evoked potentials

SSP : Sistem saraf pusat

SST : Sistem saraf tepi

TCD : Transcranial Doppler

TIA : Transient ischemic attack

TIK : Tekanan intrakranial

VAR : Vaksin antirabies

VCT : Voluntary Counceling Test

VEP : Visual evoked potentials

Page 10: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

x

SK KKI HALAMAN 1

Page 11: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

xi

SK KKI HALAMAN 2

Page 12: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

xii

SK KKI HALAMAN 3

Page 13: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

BAB I

PENDAHULUAN

Kompetensi dokter spesialis neurologi tidak terlepas dari filosofi dan

ruang lingkup neurologi itu sendiri. Neurologi merupakan salah satu bidang

ilmu kedokteran yang mengkaji otak dan sistem saraf lainnya, serta sistem

yang terkait dengannya. Dengan demikian neurologi juga mencakup

seluruh keluhan yang merupakan manifestasi penyakit dan kelainan yang

mempengaruhi otak dan sistem saraf, baik disebabkan oleh kelainan

fungsional maupun struktural.

Kompetensi dokter spesialis neurologi meliputi pengetahuan, sikap

dan keterampilan. Pengetahuan (cipta), sikap (rasa) dan ketrampilan (karsa)

yang dikenal pula sebagai ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik,

merupakan tiga ranah terpadu yang merefleksikan kompetensi seseorang

setelah melalui serangkaian pendidikan dan/atau pelatihan. Seorang dokter

spesialis neurologi secara internal harus menguasai ketiga ranah tadi

secara lengkap, dan secara eksternal harus mampu menunjukkan

kompetensinya kepada pihak lain dalam kaitan academic contract maupun

professional contract.

Penyakit saraf (meliputi latar belakang anatomi, fisiologi, biokimiawi,

dan biologi molekular) menuntut dokter spesialis neurologi untuk

menguasai dan mengimplementasikan ketiga ranah tadi dengan penuh rasa

tanggung jawab dan sekaligus memperlihatkan social accountability

sebagaimana dituntut oleh masyarakat. Dengan demikian kompetensi

harus dibangun secara komprehensif, terpadu, terstruktur, akademik, dan

profesional. Tuntutan seperti ini dapat dijawab dengan menyediakan

kurikulum berbasis kompetensi, yang dalam implementasinya memerlukan

konsistensi, disiplin, dan komitmen yang tinggi. Hal ini didasarkan atas

kenyataan bahwa kurikulum merupakan instrumen yang tidak hanya

memiliki implikasi edukatif, melainkan juga memiliki implikasi

administratif, ekonomi, sosial, dan politik.

Page 14: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

2

A. Sejarah Singkat

Program pendidikan dokter spesialis neurologi di Indonesia, diawali

sejak tahun 1950-an. Ketika itu, program pendidikan spesialis neurologi

masih tergabung dalam program pendidikan dokter spesialis saraf dan jiwa.

Seorang dokter yang dididik di bagian neuorologi dan psikiatri, setelah lulus

mendapat sertifikat keahlian (brevet) ahli neurologi dan psikiatri, dengan

sebutan (gelar) di belakang nama dokter: neuroloog dan psikiater. Sejak

tahun 1955, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia memulai

program pendidikan dokter spesialis saraf (neurologi) secara terpisah dari

program pendidikan dokter spesialis jiwa (psikiatri). Hal ini kemudian

diikuti oleh FK Universitas Airlangga. Setelah itu, FK Universitas

Padjadjaran membuka program pendidikan dokter spesialis saraf (neurologi)

pada tahun 1980, yang kemudian berturut-turut diikuti oleh FK Universitas

Diponegoro (1983), FK Universitas Gadjah Mada (1987), FK Universitas

Hasanuddin (1988), FK Universitas Sumatera Utara (1993), FK Universitas

Sriwijaya (2003), FK Universitas Andalas (2006), FK Universitas Udayana

(2006), FK Universitas Brawijaya (2010), FK Universitas Sebelas Maret

(2010), dan FK Universitas Sam Ratulangi (2010).

Pada tahun 1993 dibentuk organisasi Konsilium Neurologi, sebagai

unit organisasi di bawah Ikatan Dokter Ahli Saraf Indonesia (IDASI).

Selanjutnya organisasi IDASI berubah nama menjadi Perhimpunan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Konsilium Neurologi bertugas untuk

membina dan mengelola pendidikan dokter spesialis saraf. Sebagai Ketua

Konsilium Neurologi adalah Prof. Dr. Mahar Mardjono. Pada tahun 1996

nama Konsilium Neurologi berubah menjadi Kolegium Neurologi Indonesia

(KNI), dengan tugas membina dan mengelola pendidikan dokter spesialis

spesialis saraf dan subspesialis (konsultan). Sebagai Ketua KNI berturut-

turut adalah sebagai berikut: periode 1997-2000 adalah Prof. Dr. Mahar

Mardjono, DSS(K), periode 2000 – 2003 adalah dr. Merdias Almatsier,

Sp.S(K), periode 2003 – 2007 adalah dr. Samino, Sp.S(K), periode 2007 –

2011 adalah Prof. dr. Harsono, Sp.S(K), dan periode 2011 -2015 adalah

Prof. dr, Harsono, Sp,S(K).

Page 15: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

3

Sampai dengan tahun 2006, prosedur perizinan pendirian program

pendidikan dokter spesialis neurologi dimulai dengan penilaian kelayakan

oleh Consorsium of Health Sciences (CHS) yang kemudian memberi

rekomendasi kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi. Setelah itu,

prosedur perizinan melalui proses evaluasi meja (desk evaluation) dan

visitasi lapangan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) bersama-sama

dengan Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI) dan Kolegium

Neurologi Indonesia (KNI), atas permintaan dari Direktur Jenderal

Pendidikan Tinggi. Hasil evaluasi meja dan visitasi dilaporkan oleh KKI

kepada Dirketur Jenderal Pendidikan yang kemudian menerbitkan izin

penyelenggaraan program pendidikan dokter spesialis neurologi.

B. Latar Belakang

Sebagai konsekuensi terbitnya Undang-Undang Praktik Kedokteran

(tahun 2004), maka program pendidikan dokter spesialis neurologi (PPDSN)

harus didukung oleh Standar Pendidikan dan Standar Kompetensi. Untuk

ini KNI telah menyusun buku Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf

(tahun 2006) dan buku Standar Pendidikan Dokter Spesialis Saraf (tahun

2007). Kedua buku standar tersebut telah direvisi oleh Komisi

Pengembangan Kurikulum KNI periode 2011-2015, dengan judul Standar

Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia dan Standar Kompetensi

Dokter Spesialis Neurologi Indonesia yang disyahkan tahun 2015. Di

samping itu, kurikulum pendidikan dokter spesialis neurologi tahun 2001

(yang sudah direvisi pada tahun 2003), telah pula direvisi oleh Komisi

Pengembangan Kurikulum KNI, dan disyahkan tahun 2015. Kurikulum ini

merupakan kurikulum inti yang harus dijadikan pedoman dalam

penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis neurologi di setiap Program

Studi (Prodi) PPDSN di Indonesia dalam menyusun kurikulum institusional.

Berdasarkan kurikulum Program Pendidikan Dokter Spesialis

Neurologi tahun 2015, pendidikan dokter spesialis telah berkembang

dengan program yang lebih rinci dan dititikberatkan pada pendalaman

neurosains dan penelitian klinis (terapan). Kurikulum merupakan

perangkat pendidikan yang dinamis. Perubahan kurikulum memang harus

Page 16: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

4

terjadi seiring dengan dinamika perubahan masyarakat dan tuntutan

global. Kurikulum yang statis tidak akan memberi makna pencapaian

tujuan pendidikan yang lebih baik. Kurikulum tidak terlepas dari usaha

terencana dan terancang dalam mempersiapkan masa depan peserta didik

untuk dapat berkembang dan berinteraksi secara harmonis dengan pasien,

sumber pembelajaran, lingkungan dan masyarakat di tempat ia berada.

Oleh karena itu, perlu dilakukan revisi standar kompetensi dokter spesialis

saraf dengan menggunakan berbagai indikator keberhasilan atau

pencapaian yang diatur dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Pada gilirannya standar kompetensi yang dicapai setelah

menyelesaikan pendidikan, bukan saja berupa pengetahuan, melainkan

juga keterampilan, nilai, serta pola berpikir dan bertindak. Dengan

demikian, kompetensi yang dimiliki para lulusan merupakan refleksi

pemahaman dan penghayatan dari bidang neurologi yang telah dipelajari

selama proses pendidikan serta pengalaman bermasyarakat.

C. Landasan Hukum

Landasan hukum yang dijadikan acuan dalam menyusun standar

kompetensi dokter spesialis neurologi di Indonesia adalah Undang-Undang

dan Peraturan Pemerintah, serta Peraturan Menteri yang terkait dengan

dokter spesialis.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 ayat (1) menyebutkan bahwa standar

nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,

tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan

penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan

berkala. Dalam penjelasan pasal 35 ayat (1) disebutkan bahwa standar isi

mencakup ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan

ke dalam persyaratan tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan

kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus

dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang

Page 17: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

5

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar

nasional yang telah disepakati.

Surat keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional No. 1386/D/5/2004 merupakan tonggak

pembaharuan dalam bidang pendidikan kedokteran di Indonesia.

Kompetensi, sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional No 045/U/2002, adalah seperangkat tindakan cerdas

dan penuh tanggung jawab, yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

dianggap mampu oleh masyarakat melaksanakan tugas-tugas di bidang

pekerjaan tertentu. Dalam bidang kedokteran, kompetensi dokter adalah

aplikasi pengetahuan yang diperlihatkan melalui ketrampilan/kecakapan/

kemampuan profesional dalam hubungan antar orang, pengambilan

keputusan, psikomotor, moral dan etika yang dimiliki dokter dalam praktik,

dalam konteks kesehatan masyarakat, keselamatan, dan keamanan pasien.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

mengatur beberapa hal yang berkenaan dengan sistem perguruan tinggi,

termasuk pendidikan dokter spesialis. Disebutkan bahwa Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) menjadi acuan pokok dalam

penetapan kompetensi lulusan pendidikan akademik, pendidikan vokasi

dan pendidikan profesi.

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang KKNI, menyebutkan

penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui pendidikan

dengan jenjang kualifikasi pada KKNI, bahwa lulusan spesialis setara

dengan jenjang 8 atau 9. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 12

Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI untuk Pendidikan Kedokteran juga

menyebutkan bahwa kualifikasi sesuai KKNI untuk lulusan pendidikan

profesi dokter spesialis/subspesialis setara dengan S3 adalah jenjang 9.

Sedangkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 73

Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI Bidang Pendidikan Tinggi

menyebutkan bahwa lulusan pendidikan spesialis satu setara dengan

jenjang 8, dan lulusan pendidikan spesialis dua setara dengan jenjang 9.

Page 18: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

6

D. Pengertian Umum

Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung

jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh

masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Dalam program pendidikan dokter spesialis neurologi, kompetensi

mencakup kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak secara konsisten

sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi dinyatakan dalam berbagai indikator

hasil pembelajaran atau pencapaian pembelajaran yang diuraikan dalam

kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Berbagai hal pokok yang berkaitan

dengan kompetensi diuraikan dalam Bab berikutnya.

E. Pengertian Standar Kompetensi

Standar kompetensi merupakan standar minimal kompetensi lulusan.

Sebelumnya, Kolegium Neurologi Indonesia (KNI) telah menyusun buku

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf (tahun 2006) dan telah

digunakan sebagai acuan dalam pengembangan uji kompetensi dokter

spesialis neurologi yang bersifat nasional. Namun standar kompetensi

memerlukan revisi secara berkala karena bersifat dinamis, dengan arti ada

kecenderungan untuk mengalami perubahan, sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran,

pembangunan kesehatan di Indonesia, dan tuntutan pemangku

kepentingan.

F. Manfaat Standar Kompetensi

Beberapa manfaat standar kompetensi adalah sebagai berikut:

1. Standar kompetensi merupakan pedoman utama dalam

penyelenggaraan pendidikan dan kelulusan peserta didik sebagai

dokter spesialis neurologi. Standar kompetensi dokter spesialis

neurologi dicapai melalui kurikulum yang dijalankan selama proses

pendidikan dokter spesialis neurologi.

Page 19: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

7

2. Standar kompetensi merupakan standar kompetensi minimal yang

harus dicapai oleh setiap lulusan melalui uji kompetensi dokter

spesialis neurologi oleh Kolegium Neurologi Indonesia (KNI).

3. Standar kompetensi merupakan acuan dasar bagi setiap dokter

spesialis neurologi di Indonesia dalam menjalankan profesinya.

Page 20: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

8

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

Berbagai hal pokok yang berkaitan dengan standar kompetensi

diuraikan berikut ini.

A. Prinsip Kompetensi

Kompetensi meliputi kemampuan dalam menunjukkan keterampilan,

pengetahuan, dan kemampuan lainnya, sehubungan dengan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1. Consistency, kemampuan mengulang teknik-praktik dan keluaran

yang sama;

2. Independence, kemampuan praktik tanpa bantuan pihak lain;

3. Timeliness, kemampuan praktik dalam jangka waktu tertentu demi

keselamatan penderita;

4. Accuracy, kemampuan praktik dengan menggunakan teknik yang

benar untuk mencapai tujuan yang diharapkan;

5. Appropriateness, kemampuan praktik sehubungan dengan standar

klinik dan protokol dalam ruang lingkup jurisdiksi praktik;

6. Accountability, kemampuan untuk memikul tanggung jawab profesi

sesuai dengan prinsip-prinsip keselamatan pasien.

B. Katagori Kompetensi

Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 045/

U/2002 pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa kompetensi hasil didik suatu

program studi terdiri atas kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan

kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama.

1. Kompetensi utama

Kompetensi utama merupakan kompetensi penciri lulusan program

studi neurologi, sebagai pembeda dengan program studi lainnya.

Kompetensi utama ini berkisar antara 40-80% dari keseluruhan

kompetensi.

Page 21: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

9

2. Kompetensi pendukung

Kompetensi pendukung adalah kompetensi yang ditambahkan oleh

program studi neurologi untuk memperkuat kompetensi utamanya

dan memberi ciri keunggulan program studi tersebut. Kompetensi

pendukung ini dapat berkisar antara 20 - 40% dari keseluruhan

kompetensi.

3. Kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi

utama, yaitu kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh perguruan

tinggi/ program studi sendiri sebagai ciri lulusannya dan untuk

memberi bekal lulusan agar mempunyai keluasan dalam memilih

bidang kehidupan serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Kompetensi ini berkisar antara 0-30% dari kompetensi secara

keseluruhan.

Kompetensi pendukung, dan kompetensi lain yang bersifat khusus

dan gayut dengan kompetensi utama program studi neurologi ditetapkan

oleh institusi penyelenggara program studi.

C. Elemen Kompetensi

Sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/

U/2002 pasal 2 ayat (2) disebutkan adanya 5 (lima) elemen kompetensi,

yaitu:

1. Landasan kepribadian, dalam mata kuliah Pengembangan

Kepribadian (MPK);

2. Penguasaan ilmu dan keterampilan, dalam mata kuliah Keilmuan dan

Ketrampilan (MKK);

3. Kemampuan berkarya, dalam mata kuliah Keahlian Berkaya (MKB);

4. Sikap, perilaku dan akuntabilitas dalam berkarya menurut tingkat

keahlian berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang dikuasai, dalam

mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB);

5. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan

pilihan keahlian dalam berkarya, dalam mata kuliah Berkehidupan

Bermasyarakat (MBB).

Page 22: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

10

D. Area dan Komponen Kompetensi

Terdapat 9 (sembilan) area kompetensi, yaitu pengetahuan

kedokteran, ketrampilan klinik, kecakapan untuk mengambil keputusan

klinik, keterampilan interpersonal, sikap dan perilaku profesional,

keterampilan manajerial, advokasi dan edukasi kesehatan, penghayatan

praktik kedokteran, dan wawasan yang luas di bidang neurologi. Setiap

area kompetensi dijabarkan dalam komponen kompetensi.

Rincian area kompetensi dan komponen kompetensi masing-masing

area kompetensi dapat dibaca pada Lampiran 1 (Tabel 1.1).

E. Peran Dokter Spesialis Neurologi berkaitan dengan Kompetensi

Dengan menguasai ke-9 area kompetensi tersebut di atas, maka

diharapkan para dokter spesialis neurologi mampu melaksanakan 7

(tujuh) peran utama dalam menjalankan profesinya, yaitu sebagai pakar

kedokteran, komunikator dan edukator, kolaborator, manajer, penasihat,

cendekiawan, dan profesional di bidang neurologi.

Rincian tentang peran dokter spesialis neurologi berkaitan dengan

kompetensinya dapat dibaca pada Lampiran 1 (Tabel 1.2).

F. Standar Kompetensi

Dalam bidang pendidikan, terdapat dua jenis standar, yaitu standar

akademik (academic content standard) dan standar kompetensi (performance

standard). Standar akademik merefleksikan pengetahuan dan ketrampilan

esensial setiap disiplin ilmu yang harus dipelajari dan dikuasai oleh seluruh

peserta didik. Sedangkan standar kompetensi ditujukan dalam bentuk

proses dan hasil kegiatan yang ditunjukkan oleh peserta didik sebagai

penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajarinya.

Secara operasional, standar kompetensi merupakan standar

kemampuan minimal dan memadai yang harus dipunyai oleh seorang

dokter spesialis dalam bentuk:

1. Pengaplikasian pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan pada

tingkat atau situasi yang khusus;

2. Pendemonstrasian tanggung jawab dan tanggung gugat dalam praktik

Page 23: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

11

dan pengambilan keputusan;

3. Pembatasan dan/atau penyesuaian praktiknya apabila disadari

terdapat gangguan fungsi sebagai dokter oleh karena disabilitas

mental dan fisik.

Standar kompetensi, selain merupakan standar minimal kompetensi

lulusan, juga digunakan sebagai pedoman dalam penentuan kelulusan

peserta didik dari satuan pendidikan.

G. Capaian Pembelajaran

Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Presiden No.8 Tahun 2012 tentang

KKNI, penyetaraan capaian pembelajaran yang dihasilkan melalui

pendidikan dengan jenjang kualifikasi pada KKNI, lulusan spesialis setara

dengan jenjang 8 atau 9. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 12

Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

(KKNI) untuk Pendidikan Kedokteran pasal 4 menyebutkan bahwa

kualifikasi sesuai KKNI untuk lulusan pendidikan profesi dokter

spesialis/subspesialis setara dengan S3 adalah jenjang 9. Sedangkan

berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 73

Tahun 2013 tentang Penerapan KKNI Bidang Pendidikan Tinggi Pasal 3

Ayat 4, lulusan pendidikan spesialis satu setara dengan jenjang 8, dan

lulusan pendidikan spesialis dua setara dengan jenjang 9. Berbagai upaya

untuk pencapaian jenjang tersebut diserahkan kepada masing-masing prodi

pendidikan dokter spesialis neurologi.

H. Implikasi Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Perubahan yang terjadi di masyarakat dan tuntutan globalisasi akan

menimbulkan beberapa implikasi dalam pengambilan kebijakan terhadap

pelaksanaan pendidikan. KBK merupakan perangkat standar program

pendidikan yang dapat mengantarkan peserta Program Pendidikan Dokter

Spesialis Neurologi untuk menjadi kompeten dalam pengetahuan neurologi

Page 24: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

12

yang dipelajarinya. Beberapa hal yang terkait secara langsung dengan KBK

adalah sebagai berikut:

1. Penetapan standar kompetensi peserta didik;

2. Pengembangan kurikulum inti;

3. Penilaian hasil belajar secara nasional;

4. Penyusunan pedoman pelaksanaan KBK;

5. Penetapan standar materi pelajaran pokok, penetapan kalender

pendidikan dan jumlah jam belajar setiap semester.

I. Ciri-ciri KBK

Ciri-ciri KBK adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi dinyatakan secara jelas dalam proses pembelajaran,

baik secara individual maupun klasikal;

2. Kurikulum berorientasi pada keluaran belajar (outcome-based

curriculum);

3. Proses pembelajaran memberi bekal untuk tercapainya kompetensi;

4. Proses pembelajaran melalui clinical teaching yang bersifat

menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kompetensi yang akan

dicapai, dengan pendekatan student-centered learning yang

variasinya meliputi independent learning, collaborative learning,

cooperative learning, case-based learning (pada hakekatnya adalah

problem solving), dan problem-based learning;

5. Seluruh aktivitas pembelajaran dijiwai oleh self-directed learning

dan adult learning. Pendekatan tersebut akan memudahkan peserta

didik mencapai kompetensi yang ditetapkan oleh kurikulum;

6. Proses pembelajaran lebih mengutamakan keterpaduan penguasaan

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik;

7. Sumber belajar tidak hanya guru, tapi juga sumber belajar lain yang

memenuhi unsur edukatif;

8. Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan

untuk mendemonstrasikan keterpaduan ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Page 25: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

13

J. Ruang Lingkup Kompetensi Lulusan

Ruang lingkup kompetensi di bidang neurologi mencakup beberapa

hal sebagai berikut:

1. Lulusan PPDSN mempunyai pengetahuan dan pengertian menyeluruh

tentang penyakit dan keluhan yang mengawali penyakit saraf dengan

menampilkan konsep neurosains, neurologi klinik di dalam pelayanan

neurologi, khususnya tentang pelayanan medik dan keadaan/penyakit

lain yang terkait;

2. Lulusan PPDSN mampu menguraikan makna, tanda dan gejala

tertentu serta hasil-hasil pemeriksaan klinik lainnya, menunjukkan

pengertiannya tentang berbagai cara pengobatan yang tepat untuk

sekelompok kelainan atau masalah tertentu, serta bagaimana

mekanismenya agar intervensi itu dapat berhasil;

3. Lulusan PPDSN mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah

dan mengambil keputusan klinik neurologik, mengenal masalah-

masalah klinik, mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut

dari berbagai sumber, menilai masalah tersebut, menegakkan

diagnosis atas dasar data yang terkumpul, menggunakan kesimpulan

tersebut untuk merumuskan serta merencanakan manajemen secara

tepat beserta evaluasinya, kemudian membuat prakiraan perjalanan

penyakit saraf dan penyakit atau keadaan lain yang terkait;

4. Lulusan PPDSN memiliki keterampilan dalam hal prosedur dan

tindakan klinik, yaitu melaksanakan berbagai prosedur utama yang

memerlukan ketrampilan (aspek psikomotorik), termasuk di dalamnya

adalah melakukan berbagai aspek pemeriksaan fisik, prosedur

diagnostik dan melakukan prosedur terapetik dalam bidang neurologi

dan keadaan atau penyakit lain yang terkait, dengan kemungkinan

melibatkan disiplin ilmu kedokteran lain untuk keselamatan pasien;

5. Lulusan PPDSN memiliki keterampilan interpersonal dan interprofe-

sional, meliputi:

a. Kemampuan mendengarkan dengan penuh perhatian dan

memahami perilaku penderita, baik yang terucap maupun tersirat

Page 26: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

14

melalui bahasa tubuh, membesarkan hati penderita, bereaksi wajar

terhadap perasaan pasien;

b. Kemampuan menggunakan keterampilan interprofesional untuk

bekerjasama dengan sesama insan profesi kesehatan lainnya

dengan mengutamakan keselamatan pasien.

6. Lulusan PPDSN memiliki kebiasaan kerja dan sikap profesional, yaitu:

a. dalam melakukan tanggung jawab profesi senantiasa menampilkan

obyektivitas, ketelitian, kegigihan, efisiensi, handal, dan penuh

kewaspadaan terhadap situasi yang dapat membahayakan

keselamatan pasien (situational awareness);

b. senantiasa siap untuk melakukan tanggung jawab profesinya

sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil perawatan kedokteran/

kesehatan yang maksimal;

c. senantiasa melakukan tanggung jawab profesinya berlandaskan

kode etik kedokteran.

7. Lulusan PPDSN memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas

dan kuantitas penelitian neurosains, klinis (terapan), dan komunitas.

8. Lulusan PPDSN mempunyai motivasi internal yang tinggi untuk

mengembangkan pengalaman belajarnya sehingga dapat mencapai

tingkat akademik yang lebih tinggi.

Page 27: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

15

BAB III

PENCAPAIAN KOMPETENSI

Pencapaian kompetensi lulusan PPDSN dilakukan melalui berbagai

proses pengayaan melalui pengalaman pembelajaran dan evaluasi hasil

pembelajaran

A. PENGALAMAN PEMBELAJARAN

Kegiatan pembelajaran merupakan proses aktif dan interaktif antara

peserta didik PPDSN dan dosen untuk mengembangkan potensi, sehingga

mereka memahami dan menguasai pengetahuan serta memiliki kemam-

puan untuk melakukan sesuatu, baik secara akademik maupun profesi-

onal. Untuk pencapaian kompetensi melalui pengalaman pembelajaran

dapat bersifat one-to-one learning, one-to-many learning, maupun many-to-

many learning.

Rincian tahapan pencapaian kompetensi dan pengalaman

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Tahap pembekalan: semester I

a. Mata Kuliah Dasar Umum;

b. Pendidikan Gawat Darurat;

c. Pembelajaran terkait akreditasi, misalnya patient safety, Undang-

Undang Praktik Kedokteran.

2. Tahap magang: semester II s/d VI

a. Semester II dan III: tugas bangsal (neuro-anatomi, pemeriksaan fisik

neurologi, rencana pemeriksaan penunjang, diagnosis banding,

diagnosis, rencana terapi, rencana rujukan, kegawatdaruratan terkait

kasus neurologi);

b. Semester IV: tugas rawat jalan, presentasi poster acara ilmiah

nasional;

c. Semester V: laboratorium EEG, laboratorium EMG, Neurobehavior;

d. Semester VI: rotasi di divisi dan departemen lain yang terkait dengan

neurologi (psikiatri, radiologi, neuropediatri, bedah saraf, ortopedi,

penyakit dalam, kardiologi, rehabilitasi medik).

3. Tahap mandiri: semester VII, VIII

Page 28: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

16

a. Semester VII: Chief resident untuk rawat inap, rawat jalan, rawat

bersama, konsultan, rawat darurat;

b. Semester VIII: pengalaman kerja mandiri di RS jejaring dan presentasi

tugas akhir.

Rincian bentuk pembelajaran yang digunakan dalam pencapaian

kompetensi dan pengalaman pembelajaran adalah sebagai berikut:

1 Kuliah/tutorial;

2 Tugas baca (artikel, jurnal, buku teks);

3 Menyusun dan menyajikan naskah ilmiah dan laporan kasus;

4 Mengikuti dan membantu kegiatan mendidik;

5 Diskusi kelompok dan bimbingan sub-divisi (sub-spesialis);

6 Mengikuti workshop, simposium keahlian, pelatihan;

7 Melakukan tugas jaga atau neurologi terintegrasi;

8 Menyusun dan mempresentasikan hasil kegiatan tugas jaga atau

neurologi terintegrasi;

9 Tugas laboratorium;

10 Mengikuti dan melakukan tindakan intensif dan emergensi;

11 Menyusun dan menyajikan naskah ilmiah berupa laporan kasus pada

pertemuan ilmiah tingkat nasional, regional, atau internasional;

12 Penyusunan dan presentasi karya tulis (referat);

13 Penyusunan proposal tesis;

14 Pelaksanaan penelitian;

15 Penyusunan hasil penelitian (tesis)

B. EVALUASI

Evaluasi hasil pembelajaran (student assessment) dapat berupa :

1. Portofolio;

2. Observasi oleh dosen/pembimbing secara langsung (observasi pasif,

mengajukan pertanyaan);

3. Tes formatif dan sumatif;

4. Ujian presentasi naskah ilmiah berupa laporan kasus pada pertemuan

ilmiah tingkat nasional, regional, atau internasional;

5. Ujian presentasi karya tulis (referat);

6. Ujian presentasi hasil penelitian (tesis);

7. Ujian nasional (CBT dan OSCE) yang diselenggarakan oleh KNI.

Page 29: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

17

Umpan balik (feedback) evaluasi dapat berupa:

1 Minimal feedback (memberi komentar benar atau salah);

2 substantive feedback (alasan/penjelasan mengapa salah atau benar,

saran, kritik);

3 promote self-direction (planning, self-assessment).

Sistem evaluasi secara rinci telah diatur dalam Buku Standar

Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Revisi Tahun 2015)

Page 30: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

18

BAB IV

KARAKTERISTIK PENCAPAIAN KOMPETENSI

Pada hakekatnya karakteristik pencapaian kompetensi diwarnai oleh

isi, proses pembelajaran, dan evaluasinya. Rincian karakteristika

pencapaian kompetensi dalam kurikulum disusun berdasarkan kategori

kompetensi dan jenis kompetensi.

A. KATAGORI KOMPETENSI

Seperti telah diuraikan Bab sebelumnya, bahwa kompetensi hasil

didik suatu program studi terdiri atas kompetensi utama, kompetensi

pendukung, dan kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan

kompetensi utama. Karakteristik pencapaian kompetensi berdasarkan

katagori kompetensi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kompetensi Utama

a. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

baru di dalam bidang neurologi atau praktik profesionalnya melalui

penelitian, hingga menghasilkan karya kreatif, original dan teruji.

1) mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran terkini guna meningkatkan ketrampilan klinik

praktis dalam bidang spesialisasi neurologi;

2) mampu mengembangkan ilmu pengetahuan baru melalui

kegiatan penelitian dalam bidang spesialisasi neurologi;

3) mampu mengembangkan teknologi kedokteran baru yang

inovatif, kreatif dan teruji dalam bidang spesialisasi neurologi

melalui kegiatan penelitian dalam bidang spesialisas neurologi.

b. Mampu memberikan solusi segala permasalahan sains, teknologi,

dan atau seni di dalam bidang neurologi melalui pendekatan inter,

multi, dan transdisipliner.

1) mampu merangkum interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik,

uji laboratorium, dan pemeriksaan penunjang yang sesuai

Page 31: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

19

spesialisasi, untuk menegakkan diagnosis, dengan mengacu

pada evidence-based medicine;

2) mampu melakukan prosedur klinis dalam bidang spesialisasi

sesuai masalah, kebutuhan pasien dan kewenangannya,

berdasarkan kelompok/nama penyakit serta masalah/tanda

atau gejala klinik termasuk kedaruratan klinis;

3) mengembangkan konsep atau prinsip baru dalam bidang ilmu

biomedik, klinik, ilmu perilaku, humaniora, dan ilmu kesehatan

masyarakat sesuai dengan bidang spesialisasi neurologi;

4) mampu memimpin tim untuk menyelesaikan masalah

kesehatan pada individu, keluarga, atau masyarakat secara

komprehensif dalam konteks pelayanan kesehatan sekunder

atau tersier;

5) mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang

penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu

kedokteran mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum;

6) mampu mengelola sumber daya manusia dan sarana –

prasarana pelayanan kesehatan dalam bidang spesialisasi

neurologi secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan

sekunder dan tersier;

7) mampu mendidik peserta program pendidikan dokter.

c. Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan penelitian

neurologi dan pengembangan ilmu yang bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia, serta mampu

mendapat pengakuan nasional maupun internasional.

1) mampu merencanakan dan berkontribusi dalam sebuah

penelitian multidisiplin terkait bidang spesialisasi neurologi

untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kedokteran bidang supspesialiasi neurologi yang bermanfaat

bagi masyarakat dan ilmu kesehatan serta mampu mendapat

pengakuan nasional maupun internasional;

2) mampu mengelola penelitian melalui pengkajian dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran di

bidang spesialisasi neurologi yang hasilnya dapat diaplikasikan

Page 32: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

20

pada tahap nasional dan internasional dan layak

dipublikasikan di tingkat nasional dan internasional;

3) mampu mengelola penelitian untuk menapis ilmu pengetahuan

dan teknologi kedokteran terkini di bidang spesialis neurologi

yang aplikasinya sesuai dan bermanfaat bagi masyarakat dan

ilmu pengetahuan di tingkat nasional dan internasional.

2. Kompetensi Pendukung

Kompetensi pendukung merupakan kompetensi yang diperlukan untuk

dapat mendukung pencapaian kompetensi utama, dan merupakan

kurikulum institusional yang ditetapkan oleh institusi penyelenggara

program studi.

3. Kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi

utama.

Kompetensi khusus merupakan kompetensi lain yang gayut dengan

kompetensi utama. Kompetensi ini sering kali menjadi unggulan di tiap

program studi namun tetap relevan dengan kompetensi utama serta

mempertimbangkan batasan kompetensi bidang neurologi dan bidang

disiplin kedokteran lainnya.

B. JENIS KOMPETENSI

Jenis kompetensi meliputi 3 (tiga) kelompok kompetensi, yaitu

kompetensi dasar, kompetensi penunjang, dan kompetensi lainnya.

1 Kompetensi dasar diuraikan dalam 2 (dua) kelompok, yaitu (a) kelompok

umum dan profesional, serta (b) kelompok berdasarkan gangguan atau

penyakit.

a. Kelompok umum dan profesional, terdiri dari 17 (tujuhbelas)

kompetensi dasar. Rincian jenis kompetensi dan indikator hasil

pembelajarannya dapat dibaca pada Lampiran 2 (Tabel 2.1- 2.22 ).

Kelompok ini meliputi:

1) anamnesis (Tabel 2.1);

2) pemeriksaan neurologik (Tabel 2.2);

Page 33: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

21

3) keterampilan berkomunikasi (Tabel 2.3);

4) diagnosis banding, pemeriksaan lebih lanjut dan manajemen awal

(Tabel 2.4);

5) kualitas perorangan (Tabel 2.5): mengidentifikasi kekuatan,

kemampuan diri, keterbatasan, dan perilaku peserta didik, serta

mampu mengubah perilakunya dengan cara menerima feedback

dan melakukan refleksi diri;

6) bekerjasama dengan sejawat atau profesi lain (Tabel 2.6):

menggunakan pendekatan tim, memahami dan menghargai upaya

pihak lain, memberi kontribusi dan mau berkompromi, serta

mampu menganalisis tujuan tim secara umum dan menghargai

keputusan tim;

7) mengelola pelayanan (Tabel 2.7): mendukung anggota tim untuk

mengembangkan peran dan tanggung jawab mereka, serta

melanjutkan untuk menelaah kinerja seluruh anggota tim untuk

memastikan apakah hasil yang ada sesuai dengan perencanaan;

8) meningkatkan mutu pelayanan (Tabel 2.8): memastikan

keselamatan pasien sepanjang waktu, terus-menerus

mengupayakan inovasi dan memfasilitasi transformasi;

9) menyiapkan dan menentukan arah manajemen (Tabel 2.9);

10) farmakologi klinik terkait dengan sistem saraf (Tabel 2.10);

11) keterampilan presentasi dan audit (Tabel 2.11);

12) perhatian khusus terhadap kelompok perempuan dan kehamilan

(Tabel 2.12);

13) perhatian khusus terhadap kelompok anak dan remaja (Tabel

2.13);

14) perhatian khusus terhadap kelompok lanjut usia (Tabel 2.14);

15) perhatian khusus terhadap kesulitan belajar (Tabel 2.15);

16) perhatian khusus terhadap pasien dalam keadaan terminal (Tabel

2.16);

17) perhatian khusus terhadap kelompok kelainan neurologik yang

berpotensi mengalami masalah medikolegal (Tabel 2.17);

Page 34: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

22

b. Kelompok berdasarkan gangguan atau penyakit, terdiri dari 22

(duapuluh dua) kompetensi dasar. Rincian jenis kompetensi dan

indikator hasil pembelajarannya dapat dibaca pada Lampiran 3 (Tabel

3.1- 3.22 ). Kelompok ini meliputi:

1) neurotraumatologi (Tabel 3.1);

2) nyeri kepala (Tabel 3.2);

3) gangguan kesadaran (Tabel 3.3);

4) gangguan tidur (Tabel 3.4);

5) gangguan fungsi luhur dan perilaku (neurobehavior) (Tabel 3.5);

6) kejang dan epilepsi (Tabel 3.6);

7) stroke dan gangguan neurovaskular lain (Tabel 3.7);

8) tumor susunan saraf (neuro-onkologi) (Tabel 3.8);

9) infeksi susunan saraf (neuro-infeksi) (Tabel 3.9);

10) gangguan serebrospinal (Tabel 3.10);

11) demielinasi dan vaskulitis (Tabel 3.11);

12) komplikasi neurologik dari imunosupresi (Tabel 3.12);

13) Parkinsonisme dan gangguan gerak (Tabel 3.13);

14) penyakit motor neuron (Tabel 3.14);

15) gangguan metabolik dan toksik (Tabel 3.15);

16) gangguan saraf kranialis (I-XII) (Tabel 3.16);

17) gangguan neuro-oftalmologik (Tabel 3.17);

18) gangguan kolumna vertebralis, medula spinalis, radiks, dan

cedera spinal (Tabel 3.18);

19) gangguan sistem saraf tepi (Tabel 3.19);

20) gangguan sistem saraf otonom (Tabel 3.20);

21) gangguan otot (Tabel 3.21);

22) nyeri (Tabel 3.22);

Page 35: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

23

2 Kompetensi penunjang

Kompetensi penunjang merupakan kategori kompetensi yang diperlukan

untuk dapat menunjang pencapaian kompetensi dasar. Jenis

kompetensi ini terdiri dari 11 (sebelas) kompetensi penunjang. Rincian

jenis kompetensi dan indikator hasil pembelajarannya dapat dibaca pada

Lampiran 4 (Tabel 4.1- 4.11). Kompetensi penunjang ini meliputi:

1) neurofisiologi klinik (Tabel 4.1);

2) neuro-intervensi (Tabel 4.2);

3) neuro-endokrinologi (Tabel 4.3);

4) neurogenetik (Tabel 4.4);

5) neuro-intensif dan neuro-emergensi(Tabel 4.5);

6) neuro-otologi (Tabel 4.6);

7) neuropediatri (Tabel 4.7);

8) neuro-imaging (Tabel 4.8);

9) neurorestorasi (Tabel 4.9);

10) neuro-urologi (Tabel 4.10);

11) neuro-imunologi (Tabel 4.11).

3 Kompetensi lainnya

Kompetensi ini disesuaikan dengan karakteristik program studi

neurologi masing-masing, misalnya penyakit dekompresi (caisson

disease) (Lampiran 5, Tabel 5.1).

Page 36: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

24

Daftar Capaian Kompetensi

Kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik disusun

berdasarkan jenis kompetensi. Capaian kompetensi tersebut berasal dari

survei dan masukan dari seluruh Prodi PPDSN di seluruh Indonesia. Daftar

capaian kompetensi ini sangat penting untuk dijadikan acuan dalam

penyelenggaraan aktivitas pendidikan, termasuk dalam menentukan

wahana pendidikan. Dalam daftar capaian kompetensi (Lampiran 6), setiap

capaian jenis kompetensi diuraikan tentang tingkat kemampuan yang

harus dicapai oleh peserta didik pada akhir masa pendidikan. Daftar

capaian kompetensi berdasarkan jumlah kasus yang telah dikelola oleh

peserta didik pada akhir masa pendidikan, ditentukan dalam peraturan

khusus yang ditetapkan oleh KNI.

Tingkat kemampuan dasar kelompok gangguan atau penyakit yang

harus dicapai (Tabel 6.1) dikatagorikan dalam 4 (empat) tingkatan sebagai

berikut:

Tingkat Kemampuan 1

Mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan

mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih

lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan

subspesialistik dan tindak lanjut pasca rujukan.

Tingkat Kemampuan 2

Mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan

menentukan rujukan subspesialistik yang paling tepat bagi penanganan

pasien serta tindaklanjut pasca rujukan.

Tingkat Kemampuan 3

Mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan

pada keadaan bukan gawat darurat, menentukan rujukan subspesialistik

yang paling tepat bagi penanganan pasien dan tindak lanjut pasca

rujukan.

Tingkat Kemampuan 4

Mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan

penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

Page 37: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

25

Sedangkan tingkat kemampuan dasar kelompok penunjang yang

harus dicapai (Tabel 6.2) dikatagorikan dalam 4 (empat) tingkatan sebagai

berikut:

Tingkat Kemampuan 1

Mengetahui dan menjelaskan tentang ketrampilan klinik tersebut (prinsip,

indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul).

Tingkat Kemampuan 2

Pernah melihat dan mengamati atau didemonstrasikan tentang

ketrampilan klinik tersebut

Tingkat Kemampuan 3

Pernah melakukan atau menerapkan ketrampilan klinik tersebut dibawah

supervisi

Tingkat Kemampuan 4

Mampu melakukan secara mandiri keterampilan klinik tersebut dengan

menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara

melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi.

Page 38: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

26

BAB V

PENUTUP

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia ini

merupakan revisi dari Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf Tahun

2006 yang disahkan oleh KKI dengan Keputusan KKI Nomor

27/KKI/Kep/IV/2008 tentang Pengesahan Standar Pendidikan dan Standar

Kompetensi Dokter Spesialis Saraf. Standar Kompetensi Dokter Spesialis

Neurologi Indonesia yang telah direvisi ini disusun oleh Kolegium Neurologi

Indonesia dan dalam penyusunannya telah berkoordinasi dengan

pemangku kepentingan atau pengandil terkait lainnya sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia merupakan

standar kompetensi minimal yang harus dicapai oleh setiap lulusan

Program Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi di Indonesia. Ketentuan

mengenai pemenuhan Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi

Indonesia oleh institusi penyelenggara Program Pendidikan Dokter Spesialis

Neurologi dilakukan melalui uji kompetensi Dokter Spesialis Neurologi oleh

Kolegium Neurologi Indonesia (KNI).

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi dicapai melalui

kurikulum yang dijalankan selama proses pendidikan dokter spesialis

neurologi. Dengan demikian standar kompetensi ini merupakan pedoman

bagi seluruh program studi yang mengelola Program Pendidikan Dokter

Spesialis Neurologi di Indonesia, sebagai bahan uji kompetensi dan

pedoman dalam penentuan kelulusan peserta didik, serta sebagai acuan

dasar bagi setiap dokter spesialis neurologi di Indonesia dalam menjalankan

profesinya.

Standar kompetensi bersifat dinamis, dengan arti ada kecenderungan

untuk mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan tuntutan pemangku

kepentingan.

Page 39: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

27

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Biller J et al. De Myer’s Neurologic Examination, 6th ed. McGraw-Hill Companies, Inc. New York, 2011.

2. Campbell, WW. DeJong’s The Neurologic Examination, 6th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2005.

3. Daroff RB et al. Bradley’s Neurology in Clinical Practice 6th ed. Elsevier Saunders, Philadelphia, 2012.

4. Joint Royal Colleges of Physicians Training Board. Specialty Training Curriculum for Neurology. London, 2007

5. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.

6. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 045/U/2002 tahun 2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.

7. Kolegium Neurologi Indonesia (KNI). Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf Tahun 2006. Jakarta, 2006.

8. Lee K. Neuro ICU Books. McGraw-Hill Companies, Inc. New York 2012. 9. Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 73 tahun 2013

tentang Penerapan KKNI Bidang Pendidikan Tinggi. 10. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang

Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) untuk Pendidikan Kedokteran.

11. Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

12. Posner JB et al. Plum and Posner’s Diagnosis of Stupor and Coma 4th ed. Oxford University Press, New York, 2007.

13. Ropper AH et al. Adam and Victor’s Principles of Neurology, 10th ed. McGraw-Hill education, New York, 2014.

14. Sub Direktorat KPS (Kurikulum dan Program Studi). Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (Sebuah alternatif penyusunan kurikulum), Jakarta 2008.

15. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 1386/D/5/2004.

16. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi. 18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Page 40: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

28

Lampiran 1

KOMPETENSI

Tabel 1.1 Area dan Komponen Kompetensi

No. Area

Kompetensi

Komponen Kompetensi

1 Pengetahuan

kedokteran Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru dan lebih

maju di bidang neurologi

Memiliki kemampuan menyelesaikan masalah di bidang neurologi berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru dan lebih maju di bidang neurologi

2 Keterampilan klinik

Menunjukkan kecakapan dalam hal anamnesis

Melakukan pemeriksaan fisik secara efektif

Menunjukkan kemampuan dalam pendekatan diagnostik

Menunjukkan kecakapan dalam hal ketrampilan teknik pemeriksaan penunjang

3 Kecakapan untuk mengambil keputusan klinik

Menunjukkan kecakapan dalam hal penalaran klinik

Membuat keputusan diagnostik dan terapetik yang tepat

Memahami keterbatasan pengetahuan yang dimiliki seseorang

Memperhatikan dan mempertimbangkan analisis risiko dan biaya yang ditanggung oleh pasien

4 Keterampilan interpersonal

Memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan santun dengan pasien dan keluarganya

Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan sejawat, tenaga kesehatan lainnya, dan dinas atau instansi kesehatan terkait

5 Sikap dan

perilaku profesional

a. Akuntabilitas Profesi

Bertanggung jawab atas tugas yang diembannya

Membuat rekam medik secara lengkap, tepat waktu, dan mudah terbaca oleh pihak lain

Siap dan bersedia untuk berperan sebagai konsultan terhadap sejawat dan profesi kesehatan lainnya apabila diperlukan

Memberi kesempatan, membantu dan memudahkan pasien dan keluarganya, mahasiswa, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya, untuk belajar atau memahami sesuatu yang terkait dengan profesinya di bidang neurologi

b. Pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning)

Memiliki kemampuan untuk mengevaluasi secara kritis setiap informasi terbaru di bidang kedokteran dan ilmiah lainnya yang gayut dengan praktik kedokteran di bidang neurologi dan penerapannya

Page 41: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

29

No. Area Kompetensi

Komponen Kompetensi

Memiliki ketrampilan dan pengalaman dalam hal evaluasi diri tentang pengetahuan mutakhir di bidang neurologi dan ketrampilan klinik

c. Menjunjung tinggi kemanusiaan

Mampu menunjukkan integritas dan kejujuran

Mampu menunjukkan empati kepada pasien & keluarganya

Mampu menunjukkan sikap menghargai hak pribadi pasien

Mampu menunjukkan sikap dalam menghargai pasien sebagai individu, termasuk budaya, jenis kelamin, dan umur

d. Perilaku bermoral, beretika, dan taat hukum

Mampu berperilaku dan bersikap sesuai dengan standar moral dan perilaku etika secara konsisten

Mentaati perundang-undangan dan aturan yang berlaku e. Keselamatan pasien (patient safety)

Menunjukan kepedulian dan berpartisipasi dalam mengupayakan keselamatan pasien

Menyadari keterbatasan kompetensinya dalam menangani pasien

6 Keterampilan manajerial

Mampi bekerja di unit kerja pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien

Mampu menggunakan teknologi informasi untuk kepentingan perawatan pasien, pembelajaran sepanjang hayat, dan aktivitas lainnya

Memiliki ketrampilan kerja dasar yang penting untuk manajemen secara efektif

7 Advokasi dan edukasi kesehatan

Memiliki kemampuan untuk mempromosikan kesehatan dan pencegahan penyakit, baik individual mapun komunitas

Mampu membantu dan memberi nasihat untuk kepentingan pasien

8 Penghayatan praktik kedokteran

Mampu mengelola dokumen medik secara lengkap dan mudah terbaca (patient-oriented medical record)

9 Wawasan yang luas

Memiliki kemampuan berfikir strategis, kritis, dan tidak bersikap apriori

Page 42: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

30

Tabel 1.2 Peran Utama Dokter Spesialis Neurologi

No. Peran utama Kompetensi utama

1 Pakar

kedokteran Menunjukkan ketrampilan diagnostik dan terapetik untuk

kepentingan perawatan pasien secara efektif

Mempunyai akses informasi dan menggunakan informasi sesuai dengan kepentingan praktik klinik

Menunjukkan kemampuannya sebagai konsultan yang efektif sehubungan dengan perawatan pasien, pendidikan, dan aspek

hukum

2 Komunikator

dan edukator Cakap dalam berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya

sehubungan dengan terapi

Cakap dalam melakukan anamnesis dan sintesis hasil anamnesis terhadap pasien, keluarga, dan pihak lain

Mampu bersikap sebagai pendengar yang efektif

Berdiskusi secara efektif dengan pasien, keluarga, sejawat dan profesi kesehatan lainnya

3 Kolaborator Berkonsultasi secara efektif dengan sejawat dan profesi kesehatan lainnya

Memberi sumbangan pikiran atau pendapat dalam aktivitas tim interdisipliner

4 Manajer Menggunakan berbagai sumber secara efektif untuk keseimbangan perawatan pasien, kebutuhan pembelajaran, dan aktivitas lainnya

Bekerja secara efektif dan efisien di dalam organisasi pelayanan kesehatan

Menggunakan teknologi informasi untuk mengoptimalkan perawatan pasien, pembelajaran sepanjang hayat, dan aktivitas lainnya

5 Penasihat Mengidentifikasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi kesehatan individu

Memberi sumbangan yang efektif untuk meningkatkan kesehatan pasien dan komunitas

Mengenal dan menanggapi berbagai hal penting yang memerlukan advokasi kesehatan

6 Cendekiawan Mengembangkan, mengimplementasikan, dan memantau strategi pendidikan berkelanjutan

Bersikap kritis terhadap informasi kedokteran

Memberi bantuan/memudahkan pasien, perawat, mahasiswa, dan profesi kesehatan lainnya untuk belajar

Memberi sumbangan dalam pengembangan pengetahuan baru/lanjut

7 Profesional Memberi pelayanan dengan mutu terbaik disertai integritas, kejujuran, dan kasih sayang

Menunjukkan perilaku profesional yang konsisten

Praktik kedokteran dengan etika dan tanggung jawab secara konsisten

Page 43: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

31

Lampiran 2

KOMPETENSI DASAR:

Kelompok Umum dan Profesional

Tabel 2.1 Anamnesis

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Anamnesis Mampu melakukan

anamnesis sistematis dengan dasar yang rasional dan beretika

a. Melakukan anamnesis riwayat penyakit

secara sistematik b. Mampu membedakan antara pertanyaan

terbuka dan tertutup c. Mampu melakukan anamnesis secara

terpusat dan komprehensif, termasuk informasi dari orang lain yang dianggap perlu, dan mengkomunikasikan secara verbal atau tertulis dan meringkasnya

d. Mampu memprediksi kemungkinan pengaruh faktor lain yang sensitif, misalnya status sosio-ekonomi, keluarga tidak mampu, status pekerjaan

e. Mampu membina sambung rasa dengan pasien dan keluarganya secara baik sesuai norma etika.

f. Mampu menilai perilaku pasien dan pengaruhnya terhadap status kesehatannya

Tabel 2.2 Pemeriksaan Neurologik

Materi pokok

Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Pemeriksaan neurologik

Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan neurologik yang dilakukan menjadi diagnosis klinis, topis dan etiologis dengan dasar yang rasional

a. Mampu melakukan pemeriksaan fisik, neurologis, dan status mental secara menyeluruh, terarah

b. Mampu menganalisis temuan klinis berdasarkan pengetahuan neuro-anatomi dan fisiologi

c. Mampu mengkomunikasikan kesimpulan hasil pemeriksaan secara verbal dan tertulis

d. Mampu berinteraksi dengan pasien dengan memperhatikan aspek etika

Page 44: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

32

Tabel 2.3 Keterampilan Komunikasi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Keterampilan Komunikasi

Mampu berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien tentang penyakit, rencana pemeriksaan dan terapi, serta prognosis dengan bahasa yang mudah dipahami dan beretika

a. Mampu berkomunikasi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien dan keluarganya.

b. Mampu melakukan negosiasi dengan sejawat dari disiplin ilmu lain dan tenaga kesehatan demi kepentingan pasien tanpa mengabaikan kerahasiaan pasien

c. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan pasien yang memiliki keterbatasan tertentu atau latar belakang yang beragam

d. Mampu menjelaskan prognosis kepada pasien dan keluarganya untuk memperoleh kesepakatan penuh dalam pemeriksaan dan pemberian terapi

e. Mampu membuat ringkasan kasus secara jelas untuk diketahui oleh para sejawatnya dengan memperhatikan kerahasiaan pasien

Tabel 2.4 Diagnosis Banding, Pemeriksaan Lebih Lanjut dan Manajemen Awal

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Diagnosis

banding,

pemeriksaan

lebih lanjut dan

manajemen

awal

Mampu melakukan

penatalaksanaan awal

berdasarkan diagnosis

banding dan hasil

pemeriksaan lanjutan

yang direncanakan

a. Mampu menganalisis formulasi urutan

diagnosis banding berdasarkan kondisi

pasien (termasuk ras, sosial, etnis), riwayat

penyakit dahulu, dan masalah terbaru, serta

kemungkinan penyebabnya

b. Mampu menganalisis perbedaan manifestasi

berbagai penyakit saraf yang tercantum

dalam diagnosis banding

c. Mampu melakukan perencanaan

pemeriksaan penunjang yang relevan dan

memiliki dasar rasional untuk

menyingkirkan diagnosis banding

d. Mampu menganalisis hasil konsultasi

dengan sejawat lain terkait diagnosis banding

yang dibuat dengan mengutamakan

kepentingan pasien.

e. Mampu melakukan observasi dan penatalak-

sanaan awal dengan efektif untuk mengatasi

kegawatan pasien berdasarkan urutan

diagnosis banding dan alasan yang rasional

f. Mampu menunjukkan kemampuan dalam

mengoordinasi tim medis dan yuniornya

Page 45: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

33

Tabel 2.5 Kualitas Perorangan

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Kualitas

perorangan

Mampu melakukan

pengembangan diri

terkait hasil

evaluasi diri

dengan

memperhatikan

potensi dan

kelemahan diri

a. Mampu menerima segala umpan balik

terkait kinerja diri dalam proses

pendidikan dan pelayanan

b. Memiliki kesadaran bahwa setiap peserta

didik memiliki nilai diri sendiri dan

prinsip bagaimana membedakan dirinya

dengan orang dan/ atau kelompok lain

c. Mampu melakukan tugas akademik dan

pelayanan secara konsisten dan

akuntabel

d. Mampu melakukan perbaikan dan

pengendalian diri sesuai dengan kritik

dan saran terhadap perbaikan perilaku

dan kinerjanya

e. Mampu mengelola beban kerja secara

efektif dan fleksibel

f. Mampu menunjukkan penghargaan

terhadap keragaman dan perbedaan

dengan pihak lain

g. Mampu menunjukkan komitmen untuk

melakukan Continuing Professional

Development (CPD) yang mencakup

pelatihan, pengembangan diri, dan

belajar dari sejawat lain, serta menerima

kritik

h. Menunjukkan kemampuan dalam hal

self-management dengan memperhatikan

prioritas pihak lain

Page 46: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

34

Tabel 2.6 Bekerja Sama Dengan Sejawat atau Profesi Lain

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Bekerja sama

dengan sejawat

atau profesi

lain

Mampu bekerja

sama dengan

sejawat atau

profesi lain dalam

proses pendidikan,

pelayanan,

penelitian dan

pengabdian

masyarakat.

a. Mampu menganalisis berbagai gaya

kepemimpinan serta mampu

menerapkannya kepada orang lain dalam

situasi yang berbeda

b. Mampu menganalisis peran dan

pentingnya anggota kelompok yang

berbeda karakternya

c. Mengimplementasikan rencana secara

individual maupun kelompok, serta

mampu membuat keputusan

d. Menilai sejawat junior dan mahasiswa

e. Mampu mempertahankan hubungan

dengan pihak lain dengan cara

mendengarkan, membantu pihak lain,

meningkatkan kepercayaan, dan

menunjukkan bahwa dia memahami

situasi

f. Menunjukkan kemauan untuk menjadi

pemimpin, mentor, pendidik dan role

model

g. Mampu menjadi penghubung dan

berkomunikasi dengan pihak lain dalam

arti konstruktif dan profesional, dalam

kaitannya dengan pasien dan

perawatnya

h. Menunjukkan kemampuannya dalam hal

pendekatan tim, menghargai sejawat,

termasuk profesional non-medik

i. Memberi kontribusi dalam pertemuan

atau mampu menjadi pemimpin

pertemuan

j. Menghargai keragaman status dan nilai-

nilai yang dimiliki pasien dan sejawatnya

Page 47: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

35

Tabel 2.7 Mengelola Pelayanan

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Mengelola

pelayanan

Mampu

mengoordinir

potensi anggota tim

mulai tahap

perencanaan

hingga evaluasi

keberhasilan

program

a. Memiliki pengetahuan tentang legislasi

dan kebijakan SDM

b. Mampu menunjukkan kewajiban, hak

dan tanggung jawabnya sebagai petugas

dan teman kerja

c. Mampu menunjukkan pengetahuannya

tentang telaah kinerja perorangan

d. Mampu menganalisis peran, kompetensi

dan kecakapan tenaga profesional lain

(yang bekerja dalam satu tim)

e. Mampu memanfaatkan peran audit

(memperbaiki pelayanan dan perawatan

pasien, manajemen risiko, dsb)

f. Memberi kontribusi terhadap

pengembangan staf dan pelatihan,

termasuk mentoring, supervisi dan

telaah hasil

g. Menulis rincan tugas, termasuk

spesifikasi personal dan membuat daftar

kriteria singkat

h. Memberi kontribusi terhadap

pengembangan organisasi sesuai dengan

kebijakan kesehatan baru

i. Memiliki komitmen terhadap komunikasi

yang baik, juga menginspirasi

kepercayaan dan percaya diri

j. Mengelola sumberdaya: tahu sumber

daya apa yang tersedia dan

menggunakan pengaruhnya untuk

memastikan bahwa sumber daya

digunakan secara efisien dan aman

k. Mengelola orang: memberi arahan, telaah

kinerja dan memotivasi orang lain

l. Mengelola kinerja: menjaga dan

mengendalikan orang lain agar

bertanggung jawab terhadap hasil

pelayanan

Page 48: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

36

Tabel 2.8 Meningkatkan Mutu Pelayanan

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Meningkatkan

mutu

pelayanan

Mampu

menunjukkan

peningkatan

kinerja yang selalu

mengutamakan

kepentingan dan

keselamatan pasien

secara holistik

a. Mampu mempraktikkan manajemen

risiko beserta instrumennya

b. Mampu membuat peraturan yang

berkaitan dengan pelayanan kesehatan

dan pengaruhnya terhadap perawatan

pasien

c. Mampu mengaplikasikan berbagai

metodologi untuk mengembangkan solusi

yang kreatif, guna meningkatkan

pelayanan

d. Mampu menceritakan kembali

manajemen dan penilaian risiko

e. Mampu mengidentifikasi pedoman

manajemen risiko, misalnya penulisan

resep yang benar, benda-benda tajam,

cedera karena tertusuk jarum

f. Melaporkan kecelakan klinik

g. Menilai dan mengelola risiko pada pasien

h. Memantau mutu alat dan keselamatan

lingkungan, sesuai dengan spesialisasinya

i. Memastikan penggunaan alat medik

secara benar dan aman, memastikan

bahwa alat-alat medik yang rusak sudah

dilaporkan sebagaimana mestinya

j. Mengajukan pertanyaan tentang praktik

sehari-hari dalam rangka meningkatkan

mutu pelayanan

k. Mencari saran dan bantuan ketika ada

masalah keselamatan pasien

l. Membantu teman sejawat untuk

mengajukan gagasan baru dan terbuka

untuk gagasan baru

Page 49: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

37

Tabel 2.9 Menyiapkan dan Menentukan Arah Manajemen

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Menyiapkan

dan

menentukan

arah

manajemen

Mampu

mengidentifikasi

konteks untuk

perubahan dan

mampu membuat

keputusan yang

relevan

a. Mampu menunjukkan pengetahuannya

tentang fungsi dan tanggung jawab

institusi nasional, universitas, fakultas,

badan-badan perwakilan, dan peraturan-

peraturan yang terkait dengan pendidikan

b. Mampu menunjukkan pengetahuannya

tentang strategi dan komunikasi dalam

organisasi

c. Berdiskusi tentang prioritas kesehatan

lokal, regional dan nasional, serta

bagaimana dampaknya terhadap

pelayanan kesehatan terkait dengan

bidang spesialis yang dipelajarinya

d. Melaksanakan pertemuan dan bekerja

secara kolegial dan kolaboratif dengan

beberapa orang yang beragam karakternya

e. Memiliki kemauan untuk mengutarakan

gagasan strategis dan menggunakan

ketrampilan untuk mempengaruhi secara

efektif

f. Memiliki kemauan untuk berpartisipasi

dalam proses pembuatan keputusan di

luar konteks perawatan klinik

g. Menerapkan pengetahuan dan bukti:

mengumpulkan informasi untuk

menghasilkan evidence-based yang

menantang sistem dan proses, dalam

rangka mengidentifikasi peluang untuk

meningkatkan mutu pelayanan

h. Membuat keputusan: mengintegrasikan

nilai-nilai dalam bukti guna

menginformasikan keputusan

Page 50: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

38

Tabel 2.10 Farmakologi Klinik Terkait dengan Sistem Saraf

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Farmakologi

klinik terkait

dengan penyakit

saraf

Mampu menerapkan

prinsip farmakologi

klinik dalam setiap

penatalaksanaan

kasus neurologi

a. Memiliki pengetahuan tentang prinsip neuro-

farmakokinetika dan farmakodinamika

b. Memiliki pengetahuan tentang prinsip terapi,

khususnya untuk penyakit vaskular, migren,

epilepsi, nyeri, gangguan psikiatrik, gangguan

gerak, multiple sclerosis, gangguan autoimun,

infeksi, demensia dan penyakit motor-neuron

c. Menganalisis keterbatasan yang mencakup

ketaatan, efek samping, interaksi dan

implikasi harga obat

d. Mampu untuk merencanakan pengobatan

farmakologis secara aman dan efektif

e. Mampu melakukan penatalaksanaan penyakit

saraf dengan selalu mengacu kepada pedoman

lokal dan nasional, serta sumber bukti dan

informasi tentang terapi

f. Mampu memberikan segala informasi pada

pasien dan keluarganya terkait terapi yang

dibutuhkan oleh pasien dalam bahasa yang

mudah dipahami dan santun

g. Menggunakan mekanisme pelaporan kejadian

efek samping obat, baik di dalam maupun di

luar organisasi kepada institusi nasional

Tabel 2.11 Kompetensi Utama Kelompok Umum dan Profesional:

Ketrampilan Presentasi dan Audit

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Keterampilan

Presentasi dan

Audit

Mampu

mempertanggung

jawabkan presentasi

kasus neurologi

dengan dasar ilmiah

dan rasional

a. Memiliki pengetahuan tentang pentingnya audit

dan prosesnya

b. Mampu melakukan presentasi oral dengan

menggunakan alat audio visual termasuk PPT.

Presentasi tentang kasus klinik, audit atau

makalah penelitian

c. Mampu untuk menjawab pertanyaan dari

peserta pertemuan

d. Mampu untuk menyesuaikan presentasinya

terhadap tanggapan peserta pertemuan

e. Mampu untuk merefleksikan perubahan di

dalam manajemen pasien sebagai hasil dari

audit lengkap

Page 51: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

39

Tabel 2.12 Perhatian Khusus terhadap Kelompok Perempuan dan Kehamilan

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Perhatian

Khusus Terhadap Kelompok

Perempuan dan Kehamilan

Mampu melakukan

penatalaksanaan kasus neurologi yang melibatkan

kelompok perempuan dan kehamilan secara

holistik

a. Memiliki pengetahuan tentang dampak

menarke, siklus menstruasi dan menopause terhadap penyakit saraf yang sering dijumpai

b. Memiliki pengetahuan tentang metode

kontrasepsi, tingkat kegagalan dan interaksi dengan obat lain (khususnya OAE); risiko teratogenik obat-obat yang sering diresepkan

(khususnya OAE) serta risiko genetik penyakit-penyakit saraf; diagnosis pragejala/pranatal penyakit-penyakit saraf;

disfungsi psikoseksual pada berbagai penyakit saraf (khususnya epilepsi)

c. Memiliki pengetahuan tentang dampak

kehamilan terhadap penyakit saraf yang diderita pasien, dan penyakit saraf sebagai komplikasi kehamilan

d. Memiliki pengetahuan tentang komplikasi neonatal pada perempuan dengan penyakit

saraf, dampak obat terhadap kehamilan (fetus dan ibu) serta kehamilan terhadap obat

e. Melakukan penatalaksanaan pada

perempuan dengan penyakit saraf

f. Mengacu kepada pedoman tatalaksana penyakit saraf

g. Bersedia untuk konsultasi dengan spesialis obstetri & ginekologi

Tabel 2.13 Perhatian Khusus Terhadap Kelompok Anak dan Remaja

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Perhatian

Khusus Terhadap Kelompok Anak

dan Remaja

Mampu melakukan

penatalaksanaan kasus neurologi yang melibatkan

kelompok anak dan remaja secara holistic

a. Memiliki pengetahuan tentang penyakit-

penyakit saraf pada golongan anak dan remaja

b. Memiliki pengetahuan tentang penyakit-

penyakit saraf anak yang muncul pada golongan awal dewasa (lihat bab neuropediatri)

c. Menganalisis kebutuhan khusus para remaja, terutama hal-hal yang bersifat rahasia dan masalah-masalah transisional

d. Mengevaluasi, mendiagnosa dan mengelola para remaja dengan penyakit saraf

e. Mampu untuk berinteraksi dengan spesialis

kesehatan anak dalam menangani pasien anak sampai dewasa

Page 52: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

40

Tabel 2.14 Perhatian Khusus Terhadap Kelompok Lanjut Usia

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Perhatian

Khusus

Terhadap

Lanjut Usia

Mampu melakukan

penatalaksanaan

kasus neurologi

yang melibatkan

lanjut usia secara

holistik dan sesuai

standar operasional

prosedur

a. Memiliki pengetahuan tentang keadaan klinis

dan data radiologis normal pada lansia;

penyakit-penyakit saraf khusus pada lansia;

pemeriksaan, diagnosis dan pengelolaan

demensia; dampak obat pada lansia,

pelayanan lansia di rumah sakit dan

komunitas; komunikasi dengan keluarga dan

perawat lansia; peran bagian neurologi

terhadap lansia

b. Menerapkan peraturan perundang-undangan

tentang perawatan lansia

c. Mampu mengelola lansia dengan penyakit

saraf

d. Mampu berinteraksi dengan sejawat dari

geriatri dan badan-badan yang terkait dengan

perawatan lansia (misalnya posyandu lansia)

e. Mampu melakukan penatalaksanaan kasus

neurologi (stroke, infeksi, tumor, trauma dan

degeneratif) pada populasi lansia secara holis-

tik dan sesuai standar operasional prosedur.

f. Mampu menguraikan patogenesis,

patofisiologi dan kelainan molekuler demensia

g. Mampu menyimpulkan gejala dan tanda

klinik demensia

h. Mampu membedakan antara demensia

Alzheimer dengan demensia vaskular atau

demensia karena penyebab lain

i. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan

penunjang CT scan, MRI, PET dan EEG yang

direncanakan

j. Mampu menyimpulkan diagnosis dini dari

hasil pemeriksaan MMSE

k. Mampu menyimpulkan diagnosis berdasarkan

DSM-IV

l. Mampu menangani kasus demensia dengan

prioritas pencegahan progresivitas penyakit,

terapi farmakologik dan non farmakologik

m. Mampu menjelaskan informasi dan edukasi

kepada keluarga dan pasien tentang penyakit

serta prognosisnya

Page 53: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

41

Tabel 2.15 Perhatian Khusus Terhadap Kesulitan Belajar

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Perhatian

Khusus

Terhadap

Gangguan

Belajar

Mampu melakukan

penatalaksanaan

kasus neurologi

gangguan belajar

secara holistik

a. Memiliki pengetahuan tentang penyebab

umum gangguan belajar, serta perbedaan

tampilan gejala dalam kelompok ini

b. Mengenali dampak stigmatisasi beberapa

penyakit dan bidang pekerjaan untuk

membantu mengatasi stigma

c. Menganalisis kebutuhan pasien penyakit

saraf yang memerlukan pendidikan khusus

d. Mampu untuk berkolaborasi dengan tenaga

profesional lain (interprofessional

collaboration) yang berkaitan dengan

kesulitan belajar

Tabel 2.16 Perhatian Khusus Terhadap Pasien Dalam Keadaan Terminal

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Perhatian Khusus

Terhadap Pasien

dalam Keadaan

Terminal

Mampu melakukan

penatalaksanaan

kasus neurologi

pada pasien

kondisi terminal

secara holistik

a. Memiliki pengetahuan tentang keadaan akhir

kehidupan pada berbagai penyakit saraf dan

peran pelayanan perawatan paliatif dan

spesialis dalam bidang keperawatan, etika dan

hukum

b. Mampu untuk menyampaikan berita akhir

kehidupan termasuk penghentian pengobatan

dan donasi organ kepada pasien dan

keluarganya

c. Mampu untuk berdiskusi dengan pasien dan

keluarganya terkait penolakan pengobatan,

perawatan, dan tindakan medik

d. Mampu untuk berkolaborasi dengan tenaga

profesional lain (interprofessional collaboration)

yang berkaitan dengan pasien dalam keadaan

terminal

Page 54: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

42

Tabel 2.17 Perhatian Khusus terhadap Pasien yang Berpotensi Mengalamai

Masalah Medikolegal

Materi pokok Kompetensi

Dasar

Indikator hasil pembelajaran

Perhatian khusus

terhadap pasien

yang berpotensi

mengalami

masalah

medikolegal

Mampu

mengidentifikasi,

menetapkan,

mencegah dan

mengelola kasus-

kasus yang

berpotensi untuk

mengalami

masalah

medikolegal

a. Mampu menjelaskan karakteristika kasus

medikolegal dan konsekuensinya

b. Mampu menjelaskan prinsip patient safety

c. Mampu menjelaskan tindakan medik yang

termasuk ranah medikolegal

d. Mampu memberi penjelasan kepada pasien dan

keluarganya tentang makna informed consent

e. Mampu menjelaskan makna eutanasia

f. Mampu mengidentifikasi, mencegah, dan

mengelola kasus yang berpotensi mengalami

masalah medikolegal

g. Mampu memberikan penjelasan kepada pasien

dan keluarganya tentang aspek medikolegal

terkait dengan penyakit yang dideritanya

h. Mampu menjelaskan tugas dan fungsi Komite

Medik Rumah Sakit terkait dengan masalah

medikolegal

Page 55: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

43

Lampiran 3

KOMPETENSI DASAR:

Kelompok Berdasarkan Gangguan atau Penyakit

Tabel 3.1 Neurotraumatologi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neurotraumatologi

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus trauma SSP dan SST secara holistik dan sesuai standar operasional prosedur dengan mempertimbangkan batasan kompetensi bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

a. Mampu menafsirkan diagnosis trauma kapitis dan spinal berdasarkan hasil pemeriksaan radiologis konvensional.

b. Mampu membedakan jenis perdarahan intrakranial akibat trauma melalui pemeriksaan neurologis

c. Mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

d. Mampu menentukan kasus trauma SSP dan SST yang memerlukan tindakan operatif sesuai dasar ilmiah yang rasional.

e. Mampu melakukan persiapan praoperasi kasus trauma SSP dan SST sesuai standar operasional prosedur

f. Mampu melakukan observasi paska tindakan operatif kasus trauma SSP dan SST sesuai standar operasional prosedur

g. Mampu melaksanakan tindakan resusitasi jantung-paru-otak pada pasien

dengan kegagalan nafas dan sirkulasi h. Mampu melaksanakan tindakan darurat

untuk mengatasi peningkatan tekanan intrakranial, kejang, dan gangguan pernafasan

i. Mampu menyimpulkan diagnosis dan melaksanakan tindakan pada penderita renjatan (syok)

j. Mampu melaksanakan restorasi dan rehabilitasi penderita selama perawatan dan pasca perawatan.

Page 56: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

44

Tabel 3.2 Nyeri Kepala

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Nyeri kepala

Mampu melakukan

penatalaksanaan

kasus nyeri

berdasarkan dasar

neuroanatomi dan

neurofisiologi

sesuai standar

operasional

prosedur secara

holistik.

a. Mampu mengkategorikan bagian – bagian

kepala yang sensitif terhadap nyeri

b. Mampu menguraikan patogenesis,

patofisiologi dan kelainan molekuler nyeri

kepala

c. Mampu menyimpulkan gejala dan tanda

klinis nyeri kepala termasuk faktor yang

memperberat dan meringankan nyeri

kepala

d. Mampu membedakan nyeri kepala primer

dan sekunder

e. Mampu membedakan 3 jenis nyeri kepala

primer (migren, tension headache dan

cluster headache)

f. Mampu menguraikan indikasi untuk

melakukan eksplorasi lebih jauh tentang

penyebab nyeri kepala (untuk nyeri kepala

sekunder), misalnya funduskopi

g. Mampu menyimpulkan keadaan darurat

nyeri kepala akut (disebabkan oleh

vaskuler) dan nyeri kepala sub akut atau

kronik (meningitis, tumor intrakranial)

h. Mampu merencanakan tindakan

pemeriksaan penunjang sesuai indikasi dan

mampu menafsirkan hasilnya

i. Mampu menangani kasus nyeri kepala

dengan terapi umum, medikamentosa

(abortif, simptomatis dan profilaksis) dan

terapi nonmedikamentosa (terapi perilaku,

relaksasi)

Page 57: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

45

Tabel 3.3 Gangguan Kesadaran

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Gangguan Kesadaran

Mampu mendiagnosa penyebab penurunan kesadaran dengan dasar anatomi fisiologi yang

ilmiah dan rasional secara tepat.

a. Mampu menguraikan anatomi dan fisiologi kesadaran, dan patofisiologi gangguan kesadaran

b. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS)

c. Mampu membedakan penderita penurunan kesadaran karena kelainan struktur dan

metabolik d. Mampu menafsirkan diagnosis penyebab

penurunan kesadaran berdasarkan anamnesis, pemeriksaan neurologik dan penunjang

e. Mampu mendemonstrasikan dan mengerjakan pemeriksaan penunjang sesuai dengan etiologi penurunan kesadaran

f. Mampu membedakan kelainan neurologik primer dan sekunder

g. Mampu merencanakan dan menangani tindakan darurat dan pemasangan intubasi atas indikasi

h. Mampu merencanakan dan menangani perawatan intensif dan kemungkinan tindakan operasi

i. Mampu mendemonstrasikan dan mengerjakan pemeriksaan kematian batang otak

j. Mampu menguraikan definisi, penyebab, patofisiologi, dan gambaran klinik serta

prognosis persistent vegetative state, locked in state dan kematian batang otak

k. Mampu melaksanakan interpersonal skills untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien

Page 58: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

46

Tabel 3.4 Gangguan Tidur

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Gangguan Tidur

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus gangguan tidur secara holistik dan sesuai standar operasional

prosedur

a. Mampu menjelaskan kategori gangguan tidur (sulit tidur, tidur pada waktu yang tidak tepat, tidur terlalu lama, perilaku abnormal berkaitan dengan tidur)

b. Mampu menjelaskan International Classification of Sleep Disorders (dyssomnia, parasomnia, medical/ psychiatric disorders, proposed sleep disorders)

c. Mampu membedakan beberapa jenis gangguan tidur (primer, sekunder dan restriksi tidur)

d. Mampu membedakan jenis – jenis gangguan tidur (termasuk sleep apnea, restless leg syndrome, narcolepsy)

e. Mampu menguraikan faktor risiko gangguan tidur

f. Mampu melaksakan konseling pencegahan gangguan tidur

g. Mampu melaksanakan pemeriksaan gangguan tidur (Epworth sleepiness scale, Nocturnal polysomnography, Multiple sleep latency test/ MSLT, Repeated test of sustained wakefulness/ RTSW, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan polisomnografi) dengan supervisi

h. Mampu menyimpulkan diagnosis gangguan tidur

i. Mampu menangani kasus gangguan tidur

dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi

Page 59: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

47

Tabel 3.5 Gangguan fungsi luhur dan perilaku (neurobehavior)

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Gangguan

Fungsi Luhur

dan Perilaku

(Neurobehavior)

Mampu melakukan

penatalaksanaan

kasus gangguan

fungsi luhur

(neurobehaviour)

berdasarkan klinis

dan topis secara

holistik dan sesuai

standar

operasional

prosedur

a. Mampu menafsirkan keluhan gangguan

fungsi luhur berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan neurologis fungsi luhur pasien

dengan tepat.

b. Mampu melaksanakan pemeriksaan fungsi

kortikal luhur

c. Mampu merencanakan pemeriksaan

radiologis untuk menentukan kelainan

struktural dan mampu menyimpulkan hasil

pemeriksaannya

d. Mampu mengkategorikan pasien

berdasarkan kelainan dan penyebabnya

e. Mampu menangani penyebab dan

meramalkan keluaran fungsional

f. Mampu menyimpulkan jenis

neurobehaviour (focal neurobehavioral

syndromes, major neuropsychiatric

syndrome, gangguan neurologik dengan

cognitive & emotional behavioral features,

comorbid neuropsychiatric & neurologic

condition)

g. Mampu menyimpulkan gangguan memori

(short term dan long term memory)

h. Mampu menafsirkan pemeriksaan fungsi

luhur yang dilaksanakan

i. Mampu menyimpulkan diagnosis

j. Mampu merencanakan pemeriksaan

penunjang laboratorium dan radiologik

untuk mencari penyebab

k. Mampu menganalisis kelainan yang secara

struktural tidak jelas

l. Mampu melaksanakan terapi dan

rehabilitasi kognisi untuk melatih memori

dan kognisi

m. Mampu merencanakan VP shunt pada NPH

sesuai indikasi

Page 60: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

48

Tabel 3.6 Kejang dan Epilepsi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Kejang dan Epilepsi

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus kejang secara holistik dan sesuai standar

operasional prosedur .

a. Mampu menyimpulkan diagnosis kejang berdasarkan gambaran klinik

b. Mampu menangani kejang dengan terapi injeksi diazepam intravena dengan segera secara rasional

c. Mampu melaksanakan terapi pemeliharaan dengan obat antikejang yang sesuai secara

rasional d. Mampu menyimpulkan etiologi kejang e. Mampu merencanakan pemeriksaan

tambahan laboratorik dan radiologik pada kasus kejang simptomatik

f. Mampu menguraikan klasifikasi epilepsi menurut International League Against Epilepsy (ILAE)

g. Mampu menyimpulkan jenis atau sindroma epilepsi yang dialami pasien

h. Mampu menjelaskan pada pasien tentang indikasi dan persiapan sebelum pemeriksaan EEG

i. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan EEG yang dilakukan dan bila perlu EEG monitoring bila sindroma belum diketahui secara jelas

j. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan CT scan atau MRI yang direncanakan pada kasus epilepsi simptomatik karena kerusakan struktural otak

k. Mampu menangani kejang sesuai sindroma epilepsi yang terjadi dan mengevaluasi hasil terapi secara teratur

l. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk memantau efek samping obat dan kadar obat dalam darah

m. Mampu menyimpulkan adanya epilepsi refrakter

n. Mampu menentukan kasus yang memerlukan perujukan lebih lanjut pada subspesialistik kejang dengan mengikuti dasar perujukan yang tepat

o. Mampu melaksanakan penyuluhan tentang kejang kepada pasien dan keluarganya

Page 61: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

49

Tabel 3.7 Stroke dan Gangguan Neurovaskular Lain

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Stroke dan Gangguan Neurovaskular lain

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus neurovaskuler (stroke) secara holistik sesuai standar operasional prosedur

a. Mampu menjelaskan epidemiologi stroke

b. Mampu menguraikan struktur, fungsi dan proses

sirkulasi darah di otak dan medulla spinalis

c. Mampu menguraikan patofisiologi, patogenesis dan

aspek biomolekuler stroke

d. Mampu menyimpulkan diagnosis stroke dan

membedakannya dengan TIA dan penyakit lainnya yang mirip dengan stroke

e. Mampu menyimpulkan dan menangani faktor risiko

stroke (mayor, minor, faktor risiko baru dan masih dipelajari) termasuk berkonsultasi kepada sejawat dari bagian terkait

f. Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang pada

penderita yang dicurigai memiliki kelainan pembuluh darah otak

g. Mampu menafsirkan pemeriksaan penunjang dengan

transcranial Doppler (TCD)/Duplex sonography, CT Scan, MRI, MRA, DSA, echocardiography

h. Mampu menangani penderita stroke akut pada

keadaan emergensi dan memasang intubasi sesuai indikasi

i. Mampu mempraktekkan teknik pemberian terapi

trombolisis intravena secara mandiri

j. Mampu melakukan perujukan terapi trombolisis

intraarterial pada subspesialistik neurointervensi vaskuler

k. Mampu mempraktekkan teknik pemberian terapi

antikoagulan pada stroke sesuai indikasi secara mandiri

l. Mampu menangani komplikasi yang timbul seperti kejang, peningkatan tekanan intrakranial (TIK), infeksi paru, deep vein thrombosis (DVT)

m. Mampu melaksanakan pemberian nutrisi oral dan

parenteral seusai dengan kebutuhan pasien

n. Mampu menyiapkan tindakan operasi dekompresi

pada stroke iskemik luas dan perdarahan.

o. Mampu menyimpulkan derajat impairment, aktivitas

harian, dan handicap pasien stroke termasuk menetapkan indeks Barthel serta melakukan neurorestorasi dan merencanakan neurorehabilitasi

p. Mampu melaksanakan tindakan pencegahan primer

dan sekunder termasuk community stroke care

q. Mampu melakukan pemeriksaan Carotid dopler dan

Transcranial dopler (TCD) dengan supervisi subspesialistik

r. Mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan TCD

s. Mampu menafsirkan hasil carotid dopler dan TCD

t. Mampu menjelaskan gelombang ultrasound

u. Mampu meletakkan probe di transtemporal,

transorbital, submandibular dan suboksipital

Page 62: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

50

Tabel 3.8 Tumor Susunan Saraf (Neuroonkologi)

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Tumor Susunan Saraf (Neuroonkologi)

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus neuroonkologi secara holistik dan mengikuti standar

operasional prosedur

a. Mampu menyimpulkan diagnosis etiologis kasus neuro-onkologi berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan neurologi dan penunjang

b. Mampu menangani kondisi darurat untuk mengatasi nyeri kepala, kejang, dan

peninggian tekanan intrakranial c. Mampu membedakan SOL (space occupying

lesion) dengan infeksi berdasarkan perjalanan penyakit dan gambaran radiologik

d. Mampu menyimpulkan kemungkinan metastasis dini tumor di otak (dari mammae, prostat, rektum, testis, paru dll)

e. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan radiologik yang direncanakan sebelumnya terkait kasus yang ditangani

f. Mampu melakukan persiapan sebelum tindakan kemoterapi, radioterapi dan operatif kasus neuroonkologi

g. Mampu melakukan tindakan kemoterapi dengan supervisi oleh subspesialistik terkait

h. Mampu melakukan kerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan kasus neuro-onkologi

i. Mampu menentukan syarat, indikasi, dan kontraindikasi tindakan radioterapi, kemoterapi dan operatif pada kasus neuroonkologi

j. Mampu menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien tahapan tindakan radioterapi, kemoterapi dan operatif

k. Mampu menjelaskan prognosis secara arif kepada pasien dan keluarganya dengan didasarkan pada data epidemiologi dan dasar ilmiah yang rasional

Page 63: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

51

Tabel 3.9 Infeksi Susunan Saraf (Neuroinfeksi)

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Infeksi Susunan Saraf

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus infeksi SSP dan SST secara holistik sesuai standar operasional prosedur

Infeksi Susunan Saraf Pusat (SSP) a. Mampu menyimpulkan kelainan infeksi

saraf pusat melalui anamnesis dan pemeriksaan klinis pasien

b. Mampu menyimpulkan etiologi penderita infeksi SSP secara klinik dan laboratorik

c. Mampu menjelaskan epidemiologi meningitis, tuberkulosis, AIDS, poliomielitis,

sistiserkosis, malaria dan infeksi viral d. Mampu melaksanakan tindakan pungsi

lumbal, secara mandiri menafsirkan hasil cairan serebrospinal

e. Merencanakan pemeriksaan penunjang radiologi pada kasus infeksi dan mampu menafsirkan hasilnya

f. Mampu merencanakan terapi empiris pada seluruh infeksi SSP

g. Mampu melaksanakan dan menjelaskan terapi infeksi SSP dan resistensi antibiotika

h. Mampu merencanakan tindakan operatif sesuai indikasi (misal: drainase ventrikel, biopsi, pengangkatan massa infeksi)

Manajemen rabies a. Mampu menyimpulkan diagnosis disertai

diagnosis banding kasus rabies b. Mampu melaksanakan terapi preventif,

suportif dan simtomatik pada rabies c. Mampu merencanakan dosis dan cara

pemberian vaksin dan serum antirabies (VAR dan SAR)

d. Mampu menguraikan informasi yang jelas kepada keluarga penderita tentang rabies dan prognosisnya

e. Mampu membuat laporan kepada Direktur Rumah Sakit dan Kepala Dinas Kesehatan setempat

Manajemen HIV/Neuro-AIDS a. Mampu menjelaskan epidemiologi HIV/AIDS b. Mampu menyimpulkan kelainan infeksi

langsung atau oportunistik c. Mampu merencanakan pemeriksaan HIV

dan CD4 (diagnosis fase I, II, III, IV)

Page 64: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

52

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

d. Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang, misal ELIZA, Western blot analysis, IFA, RIPA, X-ray thoraks

e. Mampu menyimpulkan diagnosis demensia dengan pemeriksaan MMSE, dan tes-tes lain/ miopati/ GBS dengan pemeriksaan klinik dan EMG

f. Mampu merencanakan dan melaksanakan penatalaksanaan demensia dan neuropati berdasarkan gambaran klinik

g. Mampu menyimpulkan etiologi berdasarkan hasil pemeriksaan klinik yang terdapat pada infeksi oportunistik

h. Mampu merencanakan pemeriksaan CT scan/MRI pada keluhan sakit kepala, muntah, kejang, diplopia dan penurunan kesadaran pada penderita AIDS serta lesi fokal

i. Mampu merencanakan terapi termasuk obat antiretroviral segera berdasarkan keluhan dan atau gambaran CT scan

j. Mampu merencanakan dan melaksanakan pengobatan atau konsultasi ke bagian lain yang terkait/ berkompeten bila terjadi efek samping obat

k. Mampu merencanakan terapi obat anti-edema bila terdapat tekanan intrakranial tinggi

l. Mampu merencanakan dan melaksanakan pungsi lumbal atas indikasi dan

merencanakan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan diagnosis kerja

m. Mampu melaksanakan konsultasi dengan Pokja HIV-AIDS di RS setempat, klinik VCT

n. Mampu menjelaskan secara arif kepada keluarga pasien tentang diagnosis dan prognosis penyakit

o. Mampu merencanakan dan melaksanakan HIV-AIDS dengan memperhatikan algoritma keluhan intraserebral/ lesi massa intrakranial

Page 65: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

53

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Malaria serebral a. Mampu menguraikan manifestasi klinis

malaria serebral b. Mampu menjelaskan epidemiologi dan

pencegahan malaria c. Mampu menyimpulkan diagnosis dan

diagnosis banding malaria serebral d. Mampu menjelaskan farmakologi dan

farmakokinetik obat-obat antimalaria

e. Mampu merencanakan dan memberikan obat antimalaria secara parenteral

Tetanus a. Mampu menyimpulkan diagnosis dan

diagnosis banding kasus tetanus b. Mampu melaksanakan rujukan pada bidang

terkait dalam tatalaksana tetanus c. Mampu melaksanakan terapi kausatif dan

suportif/ simtomatik pada tetanus d. Mampu menjelaskan dosis dan cara

pemberian vaksin dan serum anti tetanus

Tabel 3.10 Gangguan Cairan Serebrospinal

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Gangguan Cairan

Serebrospinal (CSS)

Mampu melakukan penatalaksanaan

kasus gangguan cairan serebrospinal secara holistik dan sesuai standar operasional prosedur

a. Memiliki pengetahuan tentang komposisi dan dinamika CSS; anatomi dan radiologi

sistem ventrikel; proses terjadinya hidrosefalus; biokimia dan imunologi CSS; blood-brain barrier; indikasi, teknik dan kontra-indikasi pemeriksaan CSS

b. Menguasai metode pemantauan tekanan intrakranial, terapi tekanan intrakranial yang meningkat, manajemen shunt

c. Mengevaluasi dan mengelola pasien dengan gangguan CSS, termasuk pungsi lumbal diagnostik dan terapetik

d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Page 66: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

54

Tabel 3.11 Demielinasi dan Vaskulitis

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Demielinasi dan Vaskulitis

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus demielinasi dan vaskulitis secara holistik dan sesuai standar operasional

prosedur

a. Memiliki pengetahuan tentang prinsip demielinisasi dan vaskulitis, gambaran klinis multiple sclerosis (MS), gangguan lain yang terkait dengan demielinisasi, vaskulitis dan arteritis

b. Menguasai manajemen gangguan spesifik dan disabilitas pada pasien MS; peran obat

untuk MS, terapi simtomatik c. Menguasai prinsip disability rating scales d. Mengevaluasi dan mengelola pasien dengan

penyakit demielinisasi dan vaskulitis e. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat

pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Tabel 3.12 Komplikasi Neurologik dari Imunosupresi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Komplikasi neurologik dari Imunosupresi

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus komplikasi neurologiki akibat

imunosupresi secara holistik dan sesuai standar operasional prosedur

a. Memiliki pengetahuan tentang prinsip respon imun terkait dengan sistem saraf; basis imu-nologik yang mendasari penyakit saraf auto-imun; gambaran klinik penyakit,

teknik diagnostik dan penggunaannya yang sesuai

b. Menganalisis berbagai terapi imunosupresif dan imunomodulator; aksi terapi, serta indikasi dan efek sampingnya

c. Mengevaluasi hasil pengelolaan pasien dengan gangguan imunologis

d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat profesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Page 67: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

55

Tabel 3.13 Parkinsonisme dan Gangguan Gerak

Materi pokok Kompetensi

Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Parkinsonisme dan gangguan gerak

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus gangguan gerak secara holistik dan sesuai standar operasional

prosedur

a. Mampu menyimpulkan adanya gangguan gerak

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sistematis

b. Mampu menyimpulkan jenis gangguan gerak:

hiperkinesia atau hipokinesia

c. Mampu menafsirkan gambaran/ gejala gangguan gerak dan penyakit yang mendasarinya

(parkinsonisme, atetosis, mioklonus, tics, khorea, asteriksis, tremor, distonia)

d. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan EEG dan

radiologi (CT/ MRI)

e. Mampu menyimpulkan hubungan antara khorea dengan kelainan katub jantung

f. Mampu menangani kasus gangguan gerak (terutama parkinson) dengan optimal dan holistik

g. Mampu menangani kasus gangguan gerak dengan

etiologi tidak jelas (spasme hemifasial, distonia)

h. Mampu melaksanakan terapi botox pada gerakan tidak terkendali

i. Mampu merencanakan tindakan operatif apabila resisten terhadap terapi botox

j. Membedakan antara penyakit Parkinson dan

parkinsonisme

k. Identifikasi gambaran klinik umum dan khusus serta kriteria diagnostik penyakit Parkinson

l. Identifikasi perjalanan penyakit sesuai dengan pentahapan menurut Hoehn dan Yahr

m. Identifikasi komplikasi penyakit yang dapat terjadi

n. Menetapkan diagnosis banding penyakit Parkinson

o. Menganjurkan pemeriksaan penunjang

(laboratorium, CT scan, MRI, PET) bila terdapat indikasi

p. Melakukan pengobatan sesuai dengan algoritma penatalaksanaan dalam ’Konsensus Tatalaksana Penyakit Parkinson’

q. Melakukan penilaian kemajuan pengobatan dengan menggunakan Skala Terpadu Penilaian Penyakit Parkinson (STP3)

r. Menganjurkan fisioterapi

s. Menganjurkan tindakan operasi pada penyakit yang sudah tidak dapat diatasi lagi dengan terapi

medikamentosa.

Page 68: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

56

Tabel 3.14 Penyakit Motor Neuron

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Penyakit Motor Neuron

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus penyakit motor neuron secara holistik dan sesuai standar operasional prosedur

a. Memiliki pengetahuan tentang gambaran klinis dan diagnosis banding sindroma motor neuron, serta terapi untuk memodifikasi penyakit dan terapi simtomatik

b. Memiliki pengetahuan tentang prognosis dan penyampaian berita buruk; aspek perawatan paliatif; pengetahuan tentang semangat hidup

c. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan

penyakit motor neuron d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat

pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Tabel 3.15 Gangguan Metabolik dan Toksik

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Gangguan Metabolik dan Toksik

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus gangguan metabolik dan toksik secara holistik dan sesuai standar operasional prosedur

a. Memiliki pengetahuan tentang biokimia dan neuropatologi pengaruh alkohol dan recreat-ional drugs (kokain, amfetamin, opiat), logam berat, pestisida dan obat-obat terapetik; gambaran klinis neurotoksisitas alkohol, kokain, opiat, amfetamin; gambaran klinis keracunan logam berat, CO, NO, dan organo-fosfat; dan gambaran klinis neurotoksisitas obat (vinkristin, litium, radiasi)

b. Menafsirkan munculnya morbiditas psikia-trik terkait dengan penyalahgunaan obat

c. Menganalisis manifestasi neurologis dari gagal ginjal dan gagal hati, defisiensi nutrisi dan porfiria

d. Menganalisis peran dan nilai toksikologi darah dan urin, imaging dan neurofisiologi; penilaian kerusakan organ lainnya; gambaran klinis dan manajemen hipertermia/ hipotermia, serta gangguan natrium, kalium, kalsium dan keseimbangan asam-basa

e. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan gangguan metabolik dan intoksikasi

f. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat pofesional sesuai dengan kasus yang

ditanganinya

Page 69: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

57

Tabel 3.16 Gangguan Saraf Kranialis (I – XII)

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Gangguan Nervi Kranialis (I – XII)

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus gangguan nervi kranialis secara holistik dan sesuai standar operasional prosedur

a. Menyimpulkan anatomi basis kranii, terutama orbita, sinus kavernosus, fosa hipofisis, foramen magnum dan foramen jugularis, proses patologis yang melibatkan nervi kranialis dan pusat-pusat yang terkait, gambaran klinis dan penilaian klinis fungsi nervi kranialis

b. Melakukan penatalaksanaan gangguan nervi kranialis termasuk pendekatan multidisipliner terhadap gangguan visual, pendengaran, keseimbangan, berbicara dan menelan

c. Memiliki kemampuan untuk mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi nervi kranialis

d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Page 70: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

58

Tabel 3.17 Gangguan Neuro-oftalmologik

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Gangguan Nervi Neuro-oftalmologik

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus gangguan neuro-oftalmologik secara holistik dan sesuai standar operasional prosedur

a. Menyimpulkan anatomi dan faal terkait dengan sistem visual dan okulomotor; evaluasi klinis mata dan organ tambahan, visus (ketajaman, lapang penglihatan dan fungsi luhur); gambaran klinis dan kondisi yang dapat mengganggu sistem visual

b. Melakukan penatalaksanaan pasien gangguan sistem visual, penurunan visus, gangguan okulomotor dan penyakit hipofisis

c. Menunjukkan kompetensi yang bersifat profesio-nal sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Penurunan visus

a. Mampu mengidentifikasi kelainan berdasarkan penyebabnya

b. Mampu menguraikan anatomi pembuluh darah sirkulasi anterior serta seluruh percabangannya

c. Mampu membedakan kebutaan yang ada dengan buta kortikal berdasarkan pemeriksaan klinis

d. Mampu melaksanakan pemeriksaan TCD dan sonografi dupleks

e. Mampu merencanakan pemeriksaan MRA untuk diagnostik

f. Mampu melaksanakan pemeriksaan funduskopi (mengidentifikasi papil edema, papil atrofi, dan kelainan di retina)

g. Mampu melaksanakan pemeriksaan kampus visi

h. Mampu memberikan jawaban konsultasi dari spesialis mata dan sebaliknya

Diplopia

a. Mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi N.III, IV, VI

b. Mampu menyimpulkan kelumpuhan saraf okuler

c. Mampu membedakan kelumpuhan pada N.III, IV dan VI

d. Mampu menyimpulkan adanya peningkatan tekanan intrakranial dengan melihat gejala ikutan

e. Mampu menyimpulkan kelainan metabolik yang dapat menyebabkan diplopia (misal: DM)

f. Mampu melaksanakan tes cover – uncover

g. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan radiologi yang diusulkan

h. Mampu menyimpulkan penyebab diplopia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan neurologik dan penunjang

Page 71: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

59

Tabel 3.18 Gangguan Kolumna Vertebralis, Medula Spinalis, Radiks, dan

Cedera Spinal

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Gangguan Kolumna Vertebralis, Medula Spinalis, Radiks, dan Cedera Spinal

Mampu melakukan penatalaksanaan gangguan kolumna vertebralis, medula spinalis, radiks, dan cedera spinal secara holistik dan sesuai standar operasional prosedur

a. Menyimpulkan anatomi kolumna vertebralis, medula spinalis, radiks spinalis; gambaran klinis sindrom medulla spinalis, radiks dan kauda ekuina; indikasi untuk pemeriksaan yang bersifat segera; potensi dan keterbatasan pemeriksaan CT, MRI, mielografi dan angiografi spinal

b. Melakukan penatalaksanaan kedaruratan medulla spinalis atau kompresi radiks; cedera spinal; manajemen nyeri leher dan punggung bawah dan skiatika

c. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan gangguan kolumna vertebralis, medulla spinalis dan radiks; dan konsekuensi akut dan kronis dari cedera medulla spinalis termasuk dampak dari paralisis, disfungsi autonom dan hilangnya fungsi sensorik

d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Tabel 3.19 Gangguan Sistem Saraf Tepi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Gangguan Sistem Saraf Tepi

Mampu melakukan penatalaksanaan gangguan sistem saraf tepi secara holistik dan sesuai standar operasional prosedur

a. Menyimpulkan anatomi dan patologi saraf tepi; gambaran klinis dan pemeriksaan neuropati demielinasi genetik dan aksonal; neuropati traumatik dan entrapment, pleksopati dan mononeuropati multipleks; manajemen GBS dan neuropati paralisis berat lainnya; manajemen umum paralisis neuromuskuler akut

b. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dgn gangguan saraf tepi (termasuk lesi pleksus)

c. Menunjukkan kompetensi yang bersifat profesio-nal sesuai dengan kasus yang ditanganinya

d. Mampu menguraikan patogenesis, patofisiologi dan kelainan molekular neuropati perifer

e. Mampu menyimpulkan pola gejala dan tanda klinik neuropati perifer (akut dan kronik)

Page 72: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

60

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

f. Mampu menganalisis diagnosis topis keluhan pasien dengan dasar neuroanatomi, pemeriksaan fisik dan EMG yang benar.

g. Mampu menyimpulkan penyebab yang mendasari terjadinya neuropati (defisiensi, metabolik, trauma/kompresi, keganasan, genetik, imunologik)

h. Mampu menjelaskan perjalanan penyakit, sindroma prototip, gejala yang dominan (motorik/sensorik) dan identifikasi gejala-gejala atipikal, serta gejala lain yang menyertai

i. Mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium, lumbal pungsi dan PA

j. Mampu menangani kasus gangguan saraf tepi yang meliputi penanganan kausa, pencegahan komplikasi, fisioterapi, mengobati penyakit yang menyertai, menghentikan obat-obatan yang bersifat neurotoksik, memperbaiki metabolisme, kompensasi malnutrisi, memberikan obat yang membantu regenerasi saraf, dan imunoterapi sesuai indikasi

k. Mampu menjelaskan indikasi intraoperative monitoring

l. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan intraoperative monitoring

Sindroma Guillain-Barre

a. Mampu melakukan penatalaksanaan kasus sindrom Guillain-Barre secara holistik dan sesuai standar prosedur operasional.

b. Mampu menjelaskan patogenesis, patofisiologi dan kelainan molekuler sindrom Guillain-Barre (SGB)

c. Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinik SGB dan variannya

d. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan pungsi lumbal yang dilaksanakan sendiri

e. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan EMG, KHS (termasuk F-wave) yang dilakukan sendiri

f. Mampu menangani kasus GBS termasuk perawatan intensif di ICU bila terdapat ancaman gagal nafas

g. Mampu menangani kasus SGB dengan terapi spesifik berupa pemberian Ig intravena atau plasmaparesis

h. Mampu menangani pencegahan komplikasi

i. Mampu merencanakan program fisioterapi

Page 73: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

61

Tabel 3.20 Gangguan Sistem Saraf Otonom

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Gangguan sistem saraf otonom

Mampu melakukan penatalaksanaan gangguan sistem saraf otonom secara holistik dan sesuai standar operasional prosedur

a. Mampu melaksanakan anamnesis tentang keluhan utama secara sistematik, mengarah ke gangguan neurologik atau mekanik/non- neurologik serta etiologik

b. Mampu melakukan pemeriksaan tes keringat (perspirasi) sesuai prosedur dan menganalisis hasil pemeriksaan

c. Mampu melaksanakan pemeriksaan hipotensi postural

d. Mampu melaksanakan pemeriksaan dengan tilt table

e. Mampu melaksanakan pemeriksaan urodinamik dengan supervisi

f. Mampu menyimpulkan jenis-jenis impotensi dan manajemennya

g. Mampu menyimpulkan sindrom Horner dan latar belakangnya

h. Mampu melakukan penatalaksanaan gangguan saraf otonom secara holistik dan sesuai standar prosedur operasional

Tabel 3.21 Gangguan Otot

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Gangguan otot

Mampu melakukan penatalaksanaan gangguan otot secara holistik dan sesuai standar operasional prosedur

a. Menganalisis tentang gambaran klinis dan pemeriksaan gangguan neuromuscular junction dan otot lurik yang bersifat genetik dan didapat, termasuk gangguan yang bersifat periodik dan gangguan metabolisme energi (misalnya gangguan mitokondria)

b. Melakukan penatalaksanaan kardiorespirasi darurat pada pasien gangguan otot nafas

c. Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan gangguan otot

d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Page 74: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

62

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Distrofi Muskular Progresif

a. Mampu melakukan penatalaksanaan kasus Distrofi Muskular Progresif secara holistik dan sesuai standar prosedur operasional

b. Mampu melaksanakan pemeriksaan klinik secara cermat, berkaitan dengan kelemahan otot-otot rangka proksimal (Gower’s sign)

c. Mampu melaksanakan anamnesis yang berkaitan aspek genetik (membuat pedigree)

d. Mampu melaksanakan pemeriksaan EMG

e. Mampu merencanakan biopsi otot sesuai

syarat, indikasi dan kontraindikasi

f. Mampu menyimpulkan hasil pemeriksaan enzim CK dan LDH

e. Mampu menangani terapi suportif dan penyuluhan genetika

f. Mampu merencanakan program rehabilitasi

Miastenia Gravis a. Identifikasi patogenesis, patofisiologi dan

kelainan molekular miastenia gravis

b. Mengidentifikasi gejala dan tanda klinik miastenia gravis

c. Identifikasi miastenia gravis berdasarkan

klasifikasinya d. Melakukan manuver pemeriksaan untuk

membantu diagnosis seperti uji Wattenberg,

Cogan sign, Hering sign, dan tes berhitung e. Melakukan uji tensilon atau uji neostigmin/

prostigmin

f. Melakukan pemeriksaan EMG berupa uji Harvey-Masland

g. Menganjurkan pemeriksaan single fibre bila uji Harvey-Masland negatif

h. Menentukan diagnosis banding

i. Memberikan pengobatan yang sesuai dengan respon terhadap terapi

j. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya

krisis miastenia dan menangani krisis miastenia dan membedakan dengan krisis kholinergik

k. Menganjurkan tindakan timektomi pada pasien dengan timoma, miastenia umum, dan

yang tidak berespon dengan terapi medikamentosa.

Page 75: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

63

Tabel 3.22 Nyeri

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Nyeri

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus nyeri secara holistik dan sesuai

standar operasional prosedur dengan mempertimbangkan batasan kompetensi bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

a. Mampu membedakan nyeri nosiseptif, neuropatik dan psikogenik berdasarkan gambaran nyeri dan penyebabnya

b. Mampu melakukan pemeriksaan spesifik

untuk diagnosis (penilaian dan pengukuran nyeri)

c. Mampu menyimpulkan lokasi/ topis lesi d. Mampu menafsirkan penyebab nyeri dan

mengevaluasinya e. Mampu merencanakan pemeriksaan

penunjang dan mampu menyimpulkan hasilnya

f. Mampu menangani keluhan secara farmakologik dan nonfarmakologik (cognitive behavioral therapy, biofeedback), serta mengevaluasi hasilnya

g. Mampu melaksanakan perujukan kepada sejawat dari bagian lain yang terkait dengan persoalan nyeri termasuk rehabilitasinya

Page 76: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

64

Lampiran 4

KOMPETENSI PENUNJANG

Tabel 4.1 Neurofisiologi Klinik

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neurofisiologi Klinik

Mampu menganalisis hasil pemeriksaan penunjang neurofisiologi berdasarkan klinis pasien sesuai standar operasional prosedur

EEG (elektro-ensefalografi) Mampu melakukan tahapan pemeriksaan EEG secara mandiri dan berurutan. a. Mampu menjelaskan prinsip dasar EEG b. Mampu menyimpulkan indikasi dan tujuan

pemeriksaan EEG c. Mampu melaksanakan pemeriksaan EEG

sesuai dengan prosedur d. Mampu melaksanakan penempelan

elektroda EEG dengan berdasarkan sistem 10 – 20 di kepala

e. Mampu mengatur kalibrasi alat EEG f. Mampu menyimpulkan montase yang

dipergunakan untuk menentukan lokasi lesi g. Mampu menyimpulkan jenis EEG untuk

praktek klinik (rutin, ambulatory, EEG-video monitoring)

h. Mampu menafsirkan parameter gelombang EEG (amplitudo, durasi, frekuensi,

morfologi, latensi, lokasi, reaktivitas) i. Mampu menafsirkan artefak fisiologik

(bersumber dari otot, glosokinetik, elektrokardiografi/EKG, pulsasi, gerakan mata, respirasi, kulit) dan ekstrafisiologi (elektroda, arus 60 Hz, gerakan di lingkungan)

j. Mampu menjelaskan prinsip stimulasi fotik k. Mampu menyimpulkan pola gelombang tidur l. Mampu menyimpulkan korelasi klinis hasil

pemeriksaan EEG m. Mampu menyimpulkan pola gambaran EEG

pada kasus ensefalopatik

Page 77: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

65

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Brain Mapping Mampu melakukan tahapan pemeriksaan brain maping dengan supervisi sesuai standar prosedur operasional. a. Mampu melaksanakan prosedur perekaman

EEG b. Mampu menjelaskan human functional

neuroanatomy c. Mampu menjelaskan teknologi komputer

d. Mampu menyimpulkan glucose uptake, konsumsi oksigen dan aliran darah di regio– regio yang berbeda

e. Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan PET (Positron Emission Tomography)

f. Mampu menyimpulkan indikasi utama pemeriksaan brain mapping

Polisomnografi Mampu melaksanakan pemeriksaan gangguan tidur: Epworth sleepiness scale, nocturnal polysomnography, multiple sleep latency test (MSLT), repeated test of sustained wakefulness (RTSW), pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan polisomnografi, dengan supervisi

ENMG (elektroneuromiografi) Mampu melakukan pemeriksaan ENMG, kecepatan hantar saraf (KHS), stimulasi repetitif dengan memperhatikan prinsip teknik; abnormalitas dalam nerve entrapments yang sering dijumpai, neuropati perifer; penyakit

motor neuron; gangguan neuromuscular junction; penyakit otot

Evoked Potentials (EP) Mampu menganalisis hasil pemeriksaan Evoked Potentials – abnormalitas yang sering dijumpai dalam penyakit saraf terutama demielinisasi, peran intraoperative EP

Page 78: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

66

Tabel 4.2 Neuro-intervensi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neuro-intervensi

Mampu melakukan tindakan neurologis khusus dengan supervisi sesuai tahapan teknis dan standar operasional

yang tepat, dengan mempertimbangkan batasan kompeten-si bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

Injeksi intra-artikular Mampu melakukan tindakan injeksi intra-artikular sesuai lokasi topis neuroanatomi secara tepat. a. Mampu membedakan berbagai jenis

gangguan sendi

b. Mampu menguraikan indikasi dan kontraindikasi tindakan injeksi intra-artikular

c. Mampu menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien tahapan tindakan yang akan dilakukan dengan bahasa yang mudah dipahami dan beretika.

d. Mampu mendesain rencana lokasi penyuntikan sesuai topis nyeri

e. Mampu melaksanakan prinsip aseptik dan antiseptik pada daerah tindakan injeksi intraartikuler

f. Mampu melaksanakan aspirasi cairan sendi ataupun penyuntikan steroid sesuai indikasi

g. Mampu melaksanakan pemantauan hasil injeksi lebih lanjut dan komplikasi yang muncul

h. Mampu menentukan kasus perujukan nyeri yang perlu mendapatkan tindakan injeksi intraartikuler khusus pada ahli/

subspesialistik intervensi nyeri dengan memperhatikan aturan prosedur perujukan

Injeksi botox Mampu melakukan tindakan injeksi botox dengan supervisi sesuai lokasi topis neuro-anatomi secara tepat a. Mampu mendesain rencana lokasi injeksi b. Mampu menyimpulkan kelainan tonus otot c. Mampu menyimpulkan diagnosis kelainan

gerak d. Mampu menyimpulkan diagnosis spastisitas e. Mampu membedakan dan memilih otot-otot

sekitar mata dan mulut pada spasme

hemifasial dan blefarospasme

Page 79: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

67

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

f. Mampu membedakan dan memilih lokasi injeksi otot-otot leher pada distonia

g. Mampu memilih otot-otot spastik pada pasien pascastroke

h. Mampu menentukan kasus perujukan yang perlu mendapatkan tindakan injeksi botox khusus pada ahli/ subspesialistik saraf tepi dengan memperhatikan aturan prosedur perujukan

Neuro-intervensi vaskular Mampu mendiagnosis kasus neurologi yang layak menjadi kandidat tindakan neurointervensi vaskuler dengan memperhatikan syarat, indikasi dan kontraindikasinya a. Mampu menjelaskan syarat, indikasi dan

kontra-indikasi tindakan neurointervensi vaskuler intrakranial

b. Mampu melaksanakan trombolisis intravena secara mandiri dengan memperhatikan syarat, indikasi dan kontraindikasi tindakan tersebut

c. Mampu menentukan kasus perujukan yang perlu mendapatkan tindakan neuro-intervensi vaskuler khusus pada ahli/ subspesialistik neurointervensi dengan memperhatikan aturan prosedur perujukan

d. Mampu melakukan observasi pada pasien paska tindakan neurointervensi khusus terkait efek samping dan komplikasi

pascaprosedur sesuai standar operasional prosedur dalam supervisi subspesialistik

i. Mampu menjelaskan tujuan dan manfaat tindakan neurointervensi kepada pasien dan keluarga pasien dengan bahasa mudah dipahami dan beretika

Page 80: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

68

Tabel 4.3 Neuro-endokrinologi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neuro-endokrinologi

Mampu mengana-lisis indikasi peme-riksaan neuro-en-dokrinologi terkait kasus neurologis sesuai standar operasional yang tepat, dengan

mempertimbangkan batasan kompeten-si bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

a. Menganalisis gambaran klinis dan pemeriksaan gangguan endokrin

b. Mengevaluasi efek terapeutik dan efek

samping terapi steroid serta komplikasinya c. Menganalisis prinsip sistem saraf dalam

fungsi endokrin dan gambaran neurologis

tentang gangguan endokrin terutama penyakit hipofisis

d. Mampu untuk berinteraksi dengan sejawat

pakar endokrinologi e. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat

pofesional sesuai dengan kasus yang

ditanganinya

Tabel 4.4 Neurogenetika

Materi pokok Kompetensi

Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neurogenetika

Mampu menganalisis indikasi pemeriksaan neurogenetika terkait kasus neurologis sesuai standar operasional dengan tepat

a. Menyimpulkan dasar genetika termasuk

pola pewarisan dan metode umum diagnostik; peran riwayat keluarga secara

rinci dan tes diagnostik berdasarkan DNA b. Menganalisis kontribusi genetik pada

penyakit saraf multifaktorial (misal: Stroke,

MS, SAH, epilepsi) c. Menafsirkan gambaran klinis penyakit

genetik (misal: ataksia herediter, penyakit

Huntington, neuropati herediter, penyakit otot, dan sindrom neurokutaneus)

d. Menafsirkan peran bioinformatic database of human disease

e. Menjelaskan tentang prinsip genetika

sebagai ilmu terapan dalam penyakit saraf f. memiliki kemampuan untuk

menginterpretasikan laporan genetik

g. Memiliki kemampuan untuk memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya sebelum melakukan tes genetik

h. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan sejawat pakar genetika

i. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat

pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Page 81: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

69

Tabel 4.5 Neuro-intensif dan emergensi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neuro-intensif dan emergensi

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus neurologi emergensi yang memerlukan tindakan dan

perawatan intensif secara holistik dan sesuai standar prosedur operasional dengan mempertimbangkan batasan kompetensi bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

a. Mampu menyimpulkan ciri-ciri/kondisi pasien yang mengalami keadaan gawat darurat dan kritis

b. Mampu membedakan bentuk keadaan gawat darurat dan kritis (masalah neurologi atau bukan)

c. Mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya untuk mendukung dalam penentuan tingkat keadaan emergensi/ kritis

d. Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kegawatdaruratan pernafasan/ paralisis neuromuskuler pada penyakit saraf tertentu (miastenia gravis, sindrom Guillain-Barre,dsb)

e. Mampu menangani pasien neurologi dengan keadaan renjatan (syok)

f. Mampu melaksanakan tindakan resusitasi jantung-paru-otak pada pasien neurologi

g. Mampu menangani kasus peningkatan tekanan intrakranial

h. Mampu menangani kasus hipertensi gawat darurat dan krisis hipertensi

i. Mampu menangani kasus status epileptikus

j. Mampu menyimpulkan pasien yang

memerlukan tindakan operatif segera (cito) atau memerlukan perawatan intensif

k. Mampu menyimpulkan keadaan mati batang otak, mati otak, persistent vegetative state, aphalica syndrome dan locked in syndrome

Page 82: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

70

Tabel 4.6 Neuro-otologi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neuro-otologi

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus neuro-otologi

secara holistik dan sesuai standar prosedur operasional dengan mempertimbangkan batasan kompetensi bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

a. Mampu membedakan kelainan sentral dan perifer pada vertigo

b. Mampu menyimpulkan diagnosis topis

kelainan neuro-otologi berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan neurologi

c. Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang untuk kasus neuro-otologi sesuai indikasi

d. Mampu menganalisis dizziness dan sinkope berdasarkan kemungkinan penyebabnya

e. Mampu melaksanakan tes Halpike pada vertigo

f. Mampu menafsirkan pemeriksaan gerakan bola mata menjadi sebuah diagnosis klinis

g. Mampu mengidentifikasi gejala tambahan yang menyokong pada kelainan sentral atau perifer

h. Mampu menangani vertigo sesuai penyebabnya

i. Mampu mempraktikkan latihan posisi khusus vertigo

j. Mampu menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang diagnosis penyakit yang diderita dengan bahasa yang mudah dipahami dan beretika

Page 83: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

71

Tabel 4.7 Neuropediatri

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neuropediatri

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus neuropediatri secara holistik dan sesuai standar prosedur operasional dengan mempertimbangkan

batasan kompetensi bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

a. Mampu membedakan perkembangan anak normal dan tidak

b. Mampu menyimpulkan penyimpangan perkembangan anak serta penatalaksanaannya dengan fokus perhatian pada keterlambatan motorik (cerebral palsy), gangguan kognisi yaitu retardasi mental (RM) dan gangguan

belajar spesifik, keterlambatan

perkembangan berbahasa, attention deficit

hyperactivity disorder (ADHD), serta autisme

c. Mampu menyimpulkan gangguan neurologik lainnya pada anak (metabolik, epilepsi, migren, distrofi muskuler, komplikasi intrauterin, genetik, degeneratif)

d. Mampu melakukan penatalaksanaan infeksi sistem saraf pusat pada anak (meningitis, ensefalitis, dan abses otak)

e. Mampu menangani epilepsi anak berdasarkan jenis bangkitan

f. Mampu menangani kasus tumor anak (supra dan infratentorial berdasarkan lokasi dan gejala kliniknya)

g. Mampu menyimpulkan gangguan saraf tepi dan otot serta melakukan penatalaksanaan dengan fokus pada polineuropati akut, polio, dystrophia musculorum progressiva (DMP), miastenia gravis

h. Mampu menangani kelainan vaskuler pada anak (stroke, sinus trombosis dan hemiplegic infantile encephalopathy)

i. Mampu menangani kasus nyeri dan nyeri kepala pada anak

j. Mampu menangani kasus gangguan gerak (tic, distonia, khorea)

k. Mampu menangani kasus penurunan kesadaran yang disebabkan proses intrakranial

l. Mampu menyimpulkan penyebab penurunan kesadaran

Page 84: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

72

Tabel 4.8 Neuro-imaging

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neuro-imaging

Mampu menafsir-kan korelasi hasil pemeriksaan radio-logis yang diusul-kan sebelumnya dengan klinis pasien, dengan mempertimbangkan

batasan kompeten-si bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

a. Mampu menyimpulkan indikasi, kontra-indikasi dan hasil yang diharapkan pada pemeriksaan radiologik sederhana (foto polos kepala, foto Water’s, foto sella, foto mastoid, vertebra, panggul, dan genu)

b. Mampu menyimpulkan indikasi, kontra-indikasi dan hasil yang diharapkan pada pemeriksaan radiologik CT scan kepala

dengan/ tanpa kontras c. Mampu menyimpulkan indikasi, kontra-

indikasi dan hasil yang diharapkan pada pemeriksaan radiologik MRI kepala dengan/ tanpa kontras

d. Mampu menyimpulkan indikasi, kontra-indikasi dan hasil yang diharapkan pada pemeriksaan radiologik canggih seperti advanced MRI, SPECT, PET scan

Tabel 4.9 Neurorestorasi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neurorestorasi

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus neurologi de-ngan memperhati-kan prinsip neuro-restorasi secara holistik dan sesuai

standar prosedur operasional dengan mempertimbangkan batasan kompeten-si bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

a. Mampu menyimpulkan penyakit saraf yang memerlukan neurorestorasi dan rehabilitasi (stroke, cedera kepala, lesi medula spinalis, multiple sclerosis, neuropati perifer)

b. Mampu menjelaskan konsep neurosains pada proses neurorestorasi dengan sistematis dan rasional

c. Mampu menjelaskan potensi dan keterbatasan program neurorestorasi dan rehabilitasi

d. Mampu melaksanakan tes/ penilaian fungsional (misalnya Barthel Index, tes menelan)

e. Mampu menyimpulkan gangguan fungsi motorik (berjalan/ gait, ketrampilan lengan/ tangan/ jari dan gangguan psikomotor lainnya)

f. Mampu merencanakan program restorasi dan rehabilitasi

g. Mampu merencanakan program restorasi pada gangguan kognitif

h. Mampu mengevaluasi hasil program restorasi dan rehabilitasi

Page 85: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

73

Tabel 4.10 Neuro-urologi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neuro-urologi

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus neurologi yang mengenai fungsi miksi dan seksual secara holistik dan sesuai standar prosedur

operasional dengan mempertimbangkan batasan kompetensi bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

a. menganalisis sistem kontrol normal miksi dan fungsi seksual; diagnosis banding penyebabab gangguan miksi dan disfungsi ereksi; hipo- dan hiperseksualitas; strategi terapi gangguan miksi dan fungsi seksual

b. Mengevaluasi, mengelola dan/atau merujuk pasien dengan gangguan miksi

dan fungsi seksual oleh karena gangguan neurologis

c. Merujuk pasien kepada spesialis urologi atau uroneurologist

d. Menunjukkan kompetensinya yang bersifat pofesional sesuai dengan kasus yang ditanganinya

Tabel 4.11 Neuro-imunologi

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Neuro-imunologi

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus neurologi yang berhubungan dengan sistem imun secara holistik dan sesuai standar prosedur

operasional dengan mempertimbangkan batasan kompetensi bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

Miastenia gravis (MG)

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus MG secara holistik dan sesuai standar

prosedur operasional

a. Mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi neuromuscular junction

b. Mampu menguraikan patogenesis, patofisiologi dan kelainan molekular miastenia gravis

c. Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinis myatenia gravis

d. Mampu melaksanakan manuver pe-

meriksaan untuk membantu diagno-sis, seperti uji Wattenberg, Cogan sign, Hering Sign, dan tes berhitung

e. Mampu melaksanakan uji tensilon atau uji neostigmin/ prostigmin

f. Mampu melaksanakan pemeriksaan

EMG berupa uji Harvey-Masland dengan supervisi

g. Mampu merencakan pemeriksaan single

fiber bila uji Harvey Masland negatif dengan supervisi

Page 86: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

74

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

h. Mampu menyimpulkan diagnosis banding MG

i. Mampu melaksanakan pencegahan

timbulnya krisis miastenia dan manangani kasus krisis miastenia dan membedakan dengan krisis kolinergik

j. Mampu merencanakan tindakan timektomi pada pasien dengan timoma, miastenia umum dan yang tidak

berespon dengan terapi medikamentosa

Multiple Sclerosis

Mampu melakukan penatalaksanaan kasus multiple sclerosis secara holistik dan sesuai standar prosedur operasional

a. Mampu menjelaskan epidemiologi multiple sclerosis

b. Mampu menjelaskan patogenesis,

patofisiologi dan kelainan molekuler multiple sclerosis

c. Mapu menyimpulkan gejala dan tanda

klinis multiple sclerosis

d. Mampu menjelaskan kriteria diagnosis multiple sclerosis

e. Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang radiologi berupa MRI dan MRS dengan dasar indikasi yang jelas

f. Mampu melaksanakan pungsi lumbal dan analisis cairan serebrospinal umum dan khusus (indeks IgG, oligoclonal band)

g. Mampu melaksanakan pemeriksaan

evoked potential (VEP, SSEP, BAEP) dengan supervisi

h. Mampu menangani kasus multiple sclerosis dengan prioritas pencegahan kekambuhan dan progresivitas ( immu-nomodulatory drugs, plasmaferesis, IVIg)

dan terapi simtomatik

i. Mampu merencanakan rehabilitasi baik terapi fisik maupun okupasi

Mampu menjelaskan tentang penyakit dan prognosis pada pasien dan keluarga

pasien

Page 87: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

75

Lampiran 5

KOMPETENSI LAIN

Tabel 5.1 Penyakit dekompresi (penyakit caisson)

Materi pokok Kompetensi Dasar Indikator Hasil Pembelajaran

Penyakit dekompresi (penyakit caisson)

Mampu mengaitkan patofisiologi penyakit dekompresi (penyakit caisson) dengan gejala klinik dan terapinya sesuai standar prosedur operasional dengan mempertimbangkan batasan kompetensi bidang neurologi dan bidang disiplin kedokteran lainnya

a. Memahami gejala klinik tipe I (pain only bends, joint bends, decompression arthralgia) dan tipe II (serious decompression sickness)

b. Menegakkan diagnosis banding c. Melakukan pemeriksaan penunjang

laboratorium, radiologik, EKG, EEG, bila diperlukan

d. Memberikan terapi kausal disertai informed consent (terapi oksigen hiperbarik) dan medikamentosa (koreksi cairan dan elektrolit, antiplatelet, kortikosteroid, dan lainnya sesuai indikasi yang ada)

e. Mengidentifikasi komplikasi (osteonekrosis disbarik, keracunan oksigen)

f. Menjelaskan prognosis kepada keluarga pasien

Page 88: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

76

Lampiran 6

DAFTAR CAPAIAN KOMPETENSI

Tabel 6.1 Capaian kompetensi dasar kelompok gangguan atau penyakit

No.

Kelompok gangguan atau penyakit

Tingkat

kemampuan

1 2 3 4

1 Neurotraumatologi (Tabel 3.1)

2 Nyeri kepala (Tabel 3.2)

3 Gangguan kesadaran (Tabel 3.3)

4 Gangguan tidur (Tabel 3.4)

5 Gangguan fungsi luhur dan perilaku (Tabel 3.5)

6 Kejang dan epilepsi (Tabel 3.6)

7 Stroke dan gangguan neurovaskular lain (Tabel 3.7)

8 Tumor susunan saraf (neuro-onkologi) (Tabel 3.8)

9 Infeksi susunan saraf (neuro-infeksi) (Tabel 3.9)

10 Gangguan serebrospinal (Tabel 3.10)

11 Demielinasi dan vaskulitis (Tabel 3.11)

12 Komplikasi neurologik imunosupresi (Tabel 3.12)

13 Parkinsonisme dan gangguan gerak (Tabel 3.13)

14 Penyakit motor neuron (Tabel 3.14)

Page 89: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

77

No.

Kelompok gangguan atau penyakit

Tingkat

kemampuan

1 2 3 4

15 Gangguan metabolik dan toksik (Tabel 3.15)

16 Gangguan saraf kranialis (I-XII) (Tabel 3.16)

17 Gangguan neuro-oftalmologik (Tabel 3.17)

18 Gangguan kolumna vertebralis, medula

spinalis, radiks, dan cedera spinal (Tabel 3.18)

19 Gangguan sistem saraf tepi (Tabel 3.19)

20 Gangguan sistem saraf otonom (Tabel 3.20)

21 Gangguan otot (Tabel 3.21)

22 Nyeri (Tabel 3.22)

Tingkat kemampuan 1: Mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan subspesialistik dan tindak lanjut pasca rujukan.

Tingkat Kemampuan 2: Mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan subspesialistik yang paling tepat bagi penanganan pasien serta tindaklanjut pasca rujukan. Tingkat Kemampuan 3: Mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan bukan gawat darurat, menentukan rujukan subspesialistik yang paling tepat bagi penanganan pasien dan tindak lanjut pasca rujukan. Tingkat Kemampuan 4: Mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit

tersebut secara mandiri dan tuntas.

Page 90: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

78

Tabel 6.2 Capaian kompetensi penunjang

No.

Kelompok penunjang

Tingkat

kemampuan

1 2 3 4

1 Neurofisiologi klinik (Tabel 4.1)

1.1 EEG (Elektroensefalografi)

1.2 Brain mapping

1.3 PSG (Polisomnografi)

1.4 ENMG (Elektroneuromiografi)

1.5 EP (Evoked potentials)

2 Neuro-intervensi (Tabel 4.2)

2.1 Injeksi intra-artikuler

2.2 Injeksi botox

2.3 Neurointervensi vaskuler spesialistik

2.4 Neurointervensi vaskuler subspesialistik

3 Neuro-endokrinologi (Tabel 4.3)

4 Neurogenetik (Tabel 4.4)

5 Neuro-intensif dan neuro-emergensi(Tabel 4.5)

6 Neuro-otologi (Tabel 4.6)

7 Neuropediatri (Tabel 4.7)

Page 91: STANDAR KOMPETENSI DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI …

79

No.

Kelompok penunjang

Tingkat

kemampuan

1 2 3 4

8 Neuro-imaging (Tabel 4.8)

9 Neurorestorasi (Tabel 4.9)

10 Neuro-urologi (Tabel 4.10)

11 Neuro-imunologi (Tabel 4.11)

11.1 Miastenia gravis

11.2 Multiple sclerosis

Tingkat Kemampuan 1 Mengetahui dan mampu menjelaskan tentang ketrampilan klinik

tersebut (prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul).

Tingkat Kemampuan 2

Pernah melihat dan mengamati atau didemonstrasikan tentang

ketrampilan klinik tersebut

Tingkat Kemampuan 3

Pernah melakukan atau menerapkan ketrampilan klinik tersebut

dibawah supervisi

Tingkat Kemampuan 4

Mampu melakukan secara mandiri keterampilan klinik tersebut dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara

melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi.