50
1 PROPOSAL PENELITIAN “Pengaruh Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Erosi di Kelas X SMA X Tahun 2011/2012 ” Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pembelajaran Geografi Dosen Pengampu : Drs. Djoko Subandrio, M.Pd Disusun oleh : Sri Rahayu K5409057 Pendidikan Geografi

Sri Rahayu k5409057

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sri Rahayu k5409057

1

PROPOSAL PENELITIAN

“Pengaruh Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Geografi Materi Erosi di Kelas X SMA X Tahun 2011/2012 ”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Pembelajaran Geografi

Dosen Pengampu : Drs. Djoko Subandrio, M.Pd

Disusun oleh :

Sri Rahayu

K5409057

Pendidikan Geografi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: Sri Rahayu k5409057

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai model, metode dan

media. Dalam memilih model, metode dan media yang akan digunakan itu tentu

tidak lepas dari tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa memahami dan

dapat menghayati materi suatu ilmu pengetahuan agar dapat dikembangkan dan

diterapkan dalam dunia nyata dan keadaan sebenarnya. Tujuan pembelajaran ini

kadang tidak diperhatikan guru karena mereka beranggapan bahwa pembelajaran

hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke murid tanpa memperhatikan

tingkat pemahaman siswa. Guru cenderung memilih metode ceramah dan lebih

menekankan bagaimana menyelesaikan materi tepat waktu daripada menerapkan

model dan metode yang lebih inovatif. Dengan metode ceramah, peran guru

dalam penyampaian materi lebih dominan dibandingkan keaktifan siswa sehingga

terkesan monoton atau searah.

Namun hal lain yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran adalah

motivasi siswa yang berbeda - beda. Daya tarik siswa yang berbeda-beda terhadap

suatu materi juga menjadi kendala tersendiri dalam proses pembelajaran dalam

mencapai tujuan. Permasalahan ini tidak bisa digeneralisasi begitu saja karena

akan mempengaruhi tingkat pemahaman, pengetahuan dan hasil belajar siswa.

Guru sangat mempengaruhi hasil belajar siswa terutama dalam penyajian mata

pelajaran. Penyusunan model, metode dan penggunaan media dalam suatu

pembelajaran sangat penting. Karena dengan penyusunan model, metode dan

penggunaan media yang tepat dapat membawa pengaruh baik terhadap motivasi,

minat siswa untuk mengeksplorasi suatu materi dan hasil belajar.

Geografi merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam

kehidupan sehari - hari. Namun pada kenyataan dilapangan seringkali hasil proses

pembelajaran pada mata pelajaran geografi tidak sesuai dengan harapan. Proses

pembelajarannya masih banyak menghadapi kendala, diantaranya pelaksanaan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mata pelajaran geografi yang belum

Page 3: Sri Rahayu k5409057

3

optimal, banyak siswa yang mengeluh terhadap materi geografi yang dianggap

terlalu banyak dan terkesan bayangan, pembelajaran yang tidak menyenangkan

dan siswa merasa kesulitan dalam penerapan materi pelajaran geografi.

Salah satu cara untuk mengubah paradigma siswa dengan mengoptimalkan

pembelajaran geografi melalui pembelajaran aktif yaitu menggunakan

pembelajaran CTL (Contextual Teaching & Learning). Karena di dalam proses

pembelajaran dengan model pemelajaran CTL lebih ditekankan pentingnya

lingkungan alamiah yang diciptakan dalam setiap kegiatan pembelajaran, agar

kelas lebih “hidup” dan lebih “bermakna”. Pengetahuan itu akan bermakna

manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa untuk menguatkan,

memperluas, menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik siswa dalam

berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun diluar sekolah. Selain

itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam

situasi dan masalah yang memang ada dalam keseharian siswa.

Dalam pendekatan kontekstual, guru dituntut dapat mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Metode CTL

memungkinkan pembelajaran yang tenang dan menyenangkan karena

pembelajaran dapat dilakukan secara alamiah dan difokuskan pada pengalaman,

sehingga siswa dapat berfikir kritis, mempraktekkan secara langsung materi yang

dipelajari dan memecahkan persoalan. Oleh karena itu tugas guru yang paling

utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar dapat

membangkitkan rasa ingin tahu semua siswa sehingga tumbuh pengetahuan,

pemahaman dan minat atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dengan

pengetahuan dan motivasi yang tinggi akan mempengaruhi hasil belajar. Hasil

belajar siswa yang baik merupakan buah dari kerja keras baik oleh guru dalam

menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan maupun dari siswa yang

mempunyai motivasi tinggi dan berusaha agar hasil belajar lebih baik.

Erosi merupakan materi yang diperoleh siswa kelas X semester ganjil

Sekolah Menengah Pertama. Dalam materi tersebut dibutuhkan pemahaman,

penguasaan konsep dan teori sehingga siswa tidak hanya mengahafal materi tetapi

Page 4: Sri Rahayu k5409057

4

juga memahami dan menguasai sehingga dapat menemukan manfaat yang akan

didapatkan dalam kehidupan sehari – hari.

Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tergerak untuk

melakukan penelitian eksperimen yang berjudul “Pengaruh Metode

Demonstrasi Dalam Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Erosi

di Kelas X SMA X Tahun 2011/2012 ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran yang searah menyebabkan motivasi siswa rendah

sehingga siswa kurang memahami dan mengerti materi yang

disampaikan oleh guru.

2. Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif

sehingga siswa menjadi jenuh pada mata pelajaran geografi dan akan

mempengaruhi hasil belajar siswa.

3. Kurangnya minatnya siswa terhadap mata pelajaran geografi, oleh

karena materi yang dipelajari dianggap terlalu luas, sulit dan tidak

menyenangkan.

4. Penerapan Contextual Teaching and Learning dengan metode

demonstrasi diharapkan mampu mengatasi masalah dan meningkatkan

prestasi belajar secara optimal pada mata pelajaran geografi materi

erosi, walaupun mungkin dalam pelaksanaannya perlu banyak

perbaikan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji

dapat terarah dan mendalam maka masalah – masalah tersebut penulis batasi

sebagai berikut :

Page 5: Sri Rahayu k5409057

5

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas X melalui

pembelajaran model Contextual Teaching and Learning ( CTL ) dengan

menggunakan metode demontrasi.

Pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) dengan metode demonstrasi untuk kelas eksperimen dan metode

ceramah untuk kelas kontrol.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran

geografi materi erosi.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

“Apakah ada perbedaan antara hasil belajar siswa melalui metode

demonstrasi dengan metode ceramah dalam pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning) pada Mata Pelajaran Geografi Materi

Erosi di Kelas X SMA X Tahun 2011/2012 ? ”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

“Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan

metode demonstrasi dengan metode ceramah dalam pembelajaran

Contextual Teaching and Learning CTL (Contextual Teaching and

Learning) pada Mata Pelajaran Geografi Materi Erosi di Kelas X SMA X

Tahun 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat yang

berupa :

Page 6: Sri Rahayu k5409057

6

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pengetahuan penggunaan model dan metode

pembelajaran yang tepat terutama dalam pembelajaran geografi.

b. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan

kualitas belajar siswa terutama mata pelajaran geografi materi erosi.

2. Manfaat Praktis

a. Bahan masukan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang

tepat diharapkan dapat meminimalkan kejenuhan siswa dalam belajar

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya mata

pelajaran geografi materi erosi.

b. Bahan acuan bagi praktisi pendidikan untuk melakukan penelitian

model dan metode pembelajaran selanjutnya.

Page 7: Sri Rahayu k5409057

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian dan hakekat pembelajaran

Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa itu memperoleh kemudahan

dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Brings dalam Sugandi, 2004:10).

Sedangkan pengertian pembelajaran secara khusus adalah sebagai berikut:

a. Menurut Teori Gestalt pembelajaran adalah usaha guru

memberikan mata pelajaran sedemikia rupa sehingga siswa lebih

mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi suatu Gestalt

(pola bermakna), bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan

potensi mengorganisir yang terdapat dalam diri siswa.

Dari berbagai pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah seperangkat peristiwa sebagai wahana bagi guru memberikan materi

pelajaran dengan sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah

mengorganisasikannya menjadi pola yang bermakna serta memperoleh

kemudahan dalam berinteraksi dalam lingkungannya.

Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001). Dalam proses

pembelajaran guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak dapat

dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling

menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Ciri-ciri

pembelajaran adalah:

a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara

sistematis.

b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siwa

dalam belajar.

c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan

menantang bagi siswa.

Page 8: Sri Rahayu k5409057

8

d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan

menyenangkan bagi siswa.

e) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik

secara fisik maupun psikologis.

Tujuan pembelajaran adalah membantu peserta didik agar memperoleh

berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku peserta didik

bertambah baik kuantitas maupun kualitas (Darsono, 2000). Tingkah laku yang

dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan dan nilai atau norma yang berfungsi

sebagai pengendali sifat dan perilaku siswa. 

2. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning ( CTL )

a. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan

pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari

pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas suatu

pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan

berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan

dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu

konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks

dimana materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana

seseorang belajar atau gaya/cara siswa belajar. Konteks memberikan arti,

relevansi, dan manfaat penuh terhadap belajar.

Sebagai satu konsep pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

memiliki tiga definisi. Pertama, CTL dapat didefinisikan sebagai mengajar dan

belajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata

dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan

kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Kedua, CTL

yaitu proses belajar mengajar yang erat kaitannya dengan pengalaman nyata.

Ketiga, CTL dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang harus situation and

cimentspecific dan memberi kesempatan dilakukannya pemecahan masalah secara

riil atau otentik, serta latihan melakukan tugas (Sudikan, 2004:1).

Page 9: Sri Rahayu k5409057

9

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah

konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Komponen Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dikembangkan

dengan melibatkan tujuh komponen utama, yakni :

Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan

berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan

dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

diperluas melalui kontruks pengetahuan. Pengetahuan bukanlah

seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk

diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan

itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi

proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam

proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan

mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.

Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan

pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat

fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri.

Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari

bertanya. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama

pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran

Page 10: Sri Rahayu k5409057

10

dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing,

dan menilai kemampuan berfikir siswa. Penerapan di kelas, hampir

semua aktifitas belajar questioning dapat diterapkan antara siswa

dengan siswa, antar guru dengan guru, antara siswa dengan orang

lain.

Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam

CTL guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam

kelompok-kelompok belajar.

Pemodelan (Modelling)

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan

memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh

setiap siswa. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan

yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru

menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa

yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Pemodelan dapat

berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau

aktivitas belajar. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan

satu-satunya model, akan tetapi model dapat dirancang dengan

melibatkan siswa atau juga dapat didatangkan dari luar.

Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa yang baru

dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah

dilakukan di masa yang lalu.

Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang

bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru

agar bisa memastikan bahwa mengalami proses pembelajaran

dengan benar. Pembelajaran yang benar memang seharusnya

Page 11: Sri Rahayu k5409057

11

ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari

(Learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada

perolehannya sebanyak mungkin informasi diakhir periode

pembelajaran.

Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna

yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang

dipelajari dan sekaligus memperhatikan kebutuhan individual siswa dan peran

guru. Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual harus

menekankan pada hal-hal berikut : belajar berbasis masalah, pengajaran autentik,

pengajaran berbasis inquiri, belajar berbasis proyek/tugas terstruktur, belajar

berbasis kerja.

3. Metode Mengajar

a. Pengertian Metode Mengajar

Metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai

suatu tujuan. Semakin baik suatu metode, maka akan baik pula pencapaian tujuan.

Dalam pembelajaran, metode adalah suatu cara yang digunakan guru untuk

menciptakan situasi pengajaran yang benar – benar menyenangkan dan

mendukung kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar siswa.

Mengajar adalah peristiwa yang terikat oleh tujuan, terarah tujuan dan

dilaksanakan semata – mata untuk mencapai tujuan. Adapun yang dimaksud

dengan metode mengajar adalah cara yang digunakan berisi prosedur baku untuk

melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi

pelajaran kepada siswa ( Syah, 1995 : 20 ).

Menurut Surakhmad ( 1975 : 75 ), “ metode mengajar adalah suatu cara

yang merupakan alat untuk menyampaikan materi pelajaran guna mencapai tujuan

pengajaran ”.

Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode mengajar

adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran pada

proses belajar mengajar kepada siswa dalam rangka mendukung tercapainya

tujuan pengajaran. Terkait dengan metode mengajar, guru sangat berperan penting

Page 12: Sri Rahayu k5409057

12

dalam menetukan metode mengajar dalam proses belajar mengajar. Untuk

menentukan suatu metode, diperlukan suatu pedoman yang bersumber dari

beberapa faktor. Faktor utamanya adalah tujuan belajar yang akan dicapai.

b. Macam – Macam Metode mengajar

Dalam pembelajaran geografi, dimana penulis mengadakan penelitian

terdapat beberapa metode yang digunakan yaitu

Metode ceramah

Metode ceramah adalah salah satu cara mengajar yang digunakan untuk

menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok

persoalan serta masalah secara lisan ( Roestiyah, 1991 : 173 ). Praktek

penggunaan metode oleh ceramah guru dalam mengajar selama ini masih

monoton, dianggap searah, kurang mendalam. Peran siswa dalam metode ceramah

adalah diam mendengarkan dengan cermat serta mencatat pokok – pokok penting

yang dikemukakan atau dijelaskan oleh guru. Hal ini mengakibatkan siswa sangat

pasif karena tidak ada kegiatan apapun bagi siswa selain mendengarkan materi

yang disampaikan guru. Sehingga siswa akan mudah jenuh, kurang aktif, kurang

inisiatif dan sangat tergantung pada guru karena tidak terlatih untuk belajar

mandiri. Setiap metode mempunyai kelemahan dan keunggulan sendiri – sendiri.

Adapun keunggulan metode ceramah sebagai berikut :

1) Dapat menampung kelas yang besar, tiap siswa memiliki

kesempatan yang sama untuk mendengarkan materi.

2) Bahan pelajaran dapat diberikan secara lebih urut oleh guru.

3) Konsep – konsep yang disajikan guru akan memberikan fasilitas

belajar kepada siswa.

4) Guru dapat memerikan tekanan terhadap materi atau hal hal yang

penting, sehingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik

mungkin.

Page 13: Sri Rahayu k5409057

13

5) Isi silabus dapat disesuaikan dengan lebih mudah, karena guru

tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.

6) Kekurangan alat tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu

pelajaran tidak menghambat proses belajar dengan ceramah.

Kelemahan metode ceramah :

1) Pelajaran berjalan membosankan dan siswa menjadi pasif karena

tidak adanya kesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang

diajarkan, siswa hanya aktif membuat catatan saja.

2) Kepadatan konsep – konsep yang diberikan dapat berakibat murid

tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.

3) Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat

terlupakan.

4) Metode ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi “belajar

menghafal” yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.

Metode demonstrasi.

Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta

dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan

sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta.

Karena itu, tujuan demonstrasi adalah demonstrasi proses untuk memahami

langkah demi langkah dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau

memperagakan hasil dari sebuah proses. Biasanya, setelah demonstrasi

dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan

memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan

merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek

adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.

Kelebihan metode demonstrasi :

Page 14: Sri Rahayu k5409057

14

a) Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di

anggap penting oleh guru dapat di amati

b) Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di

Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan

mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain

c) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses

belajar dan menambah pengalaman anak didik

d) Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di

sampaikan

e) Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas

dan kongkrit

f) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran

setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung.

Kelemahan metode demonstrasi adalah :

a) Memerlukan waktu yang cukup banyak

b) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang

efesien

c) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-

bahannya

d) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit

e) Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.

Metode mengajar merupakan faktor eksternal memiliki peranan penting

dalam proses belajar mengajar dan merupakan salah satu penunjang utama

berhasil atau tidaknya seorang guru dalam mengajar. Disamping ketrampilan

mengajar, seorang guru harus memiliki dan menguasai metode pembelajaran,

serta dapat menggunakannya dengan tepat sesuai dengan pokok bahasan satu

materi yang diajarkan.

Page 15: Sri Rahayu k5409057

15

4. Pembelajaran / mata pelajaran geografi

Pembelajaran geografi Geografi adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan

dimuka bumi (geosfer) dalam konteks keruangan dan kewilayahan serta interaksi

manusia dengan lingkungan fisiknya (Daldjoeni, 1982: 2). Pembelajaran

Pengetahuan Sosial Geografi adalah seperangkat peristiwa yang dilakukan guru

untuk mengarahkan anak didik dalam memahami mengenai berbagai fenomena

gejala alam dan kehidupan di muka bumi serta interaksi antara manusia dengan

lingkungannya.

Tujuan Pembelajaran Pengetahuan Sosial Geografi.

Tujuan pembelajaran Pengetahuan Sosial Geografi adalah agar siswa

memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk mengembangkan

kemampuan berpikir analitis geografis dalam menghadapi dan memahami

gejala-gejala geosfera, memupuk rasa cinta tanah air, menghargai

keberadaan negara lain dalam menghadapi masalahmasalah yang timbul

sebagai akibat interaksi antara manusia dengan lingkungannya

(Depdikbud, 2002: 3)

Ruang Lingkup Pembelajaran Pengetahuan Sosial Geografi

Pembelajaran geografi hakekatnya berkenaan dengan aspek-aspek

keruangan permukaan bumi (geosfer) dan faktor-faktor geografis, alam

lingkungan dan kehidupan manusia, oleh karena itu ruang lingkup

pembelajaran geogafi meliputi :

a) Alam lingkungan yang menjadi sumber daya bagi kehidupan

manusia.

b) Penyebaran umat manusia degan variasi kehidupannya.

c) Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang

memberikan variasi terhadap ciri khas tempat di permukaan bumi.

d) Kesatuan regional yang merupakan perpaduan antara darat,

perairan, dan udara diatasnya (Sumaatmadja, 1997:12-13)

Page 16: Sri Rahayu k5409057

16

5. Hasil Belajar Siswa

a. Hakekat Belajar

Belajar adalah Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan  lingkungannya. Jadi, belajar

ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku atau penampilan, setelah melaui

proses membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan mengalami langsung.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin

dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi

internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam

diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi

eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang

belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.

b. Hasil Belajar

Keberhasilan dalam suatu proses pengajaran dan pemebalajaran dapat

dilihat dari segi hasil. Proses pengajaran dan pemebelajaran yang optimal

memungkinkan hasil belajar siswa yang optimal pula. Terdapat korelasi atau

hubungan yang sangat erat antara proses pengajaran dan pembelajaran dengan

hasil yang dicapai.

Hasil belajar adalah akumulasi kegiatan belajar mengajar dalam bentuk

pemberian ujian oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar

yang dilakukan siswa dan guru. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru

dituntut untuk memadukan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara

proporsional. Ranah kognitif berkenaan dengan hail belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan ( ingatan ), pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri

dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan

Page 17: Sri Rahayu k5409057

17

internalisasi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar

ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek pada ranah

psikomotorik, yakni gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan

perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan, dan gerakan

ekspresif ( interpretative ).

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni

faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar siswa terutama

kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya

terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki

siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan

kebiasaan belajar, ketekunaan, sosial ekonomi, faktor fisik psikis dan lingkungan.

Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar,

sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang

diniati dan disadarinya. Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk

belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha mengarahkan segala daya upaya untuk

mencapainya.

Hasil belajar yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan.

Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau

mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satunya adalah lingkungan belajar

yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas

pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya

atau efektif tidaknya proses belajar-mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.

Oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa

dan kualitas pengajaran.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Prima Desiana Ferry Andriyanto (2010), penelitiannya berjudul “Pengaruh

model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap

Hasil Belajar Pada Siswa Kelas XI IS Mata Pelajaran Akuntansi SMA Negeri

1 Pecangaan Kabupaten Jepara Dengan Kreatifita Belajar Sebagai Variabel

Moderating”

Page 18: Sri Rahayu k5409057

18

Suhardi Riyanto (2010), Penelitiannya berjudul “Pengaruh Pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap hasil belajar Matematika

ditinjau dari kemampuan Awal ( Studi Eksperimen pada Siswa Semester 1

Kelas VII SMP Negeri 2 Gombong )”

C. Kerangka Berpikir

Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi proses interaksi antara guru

dengan siswa yang melalui kegiatan terpadu dari 2 bentuk kegiatan yaitu kegiatan

belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Guru dalam mengajar harus mampu

melaksanakan tugasnya dengan mengatur dan menciptakan kondisi yang

memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar secara optimal. Dengan

demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai dan siswa dapat memperoleh hasil

belajar yang lebih baik.

Keberhasilan suatu proses belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya guru, siswa dan metode mengajar. Metode yang digunakan guru

dalam menyampaikan materi akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses

belajar mengajar.

Dalam materi erosi pada mata pelajaran geografi, metode yang digunakan

guru kebanyakan adalah metode ceramah hanya sebatas memberikan uraian dan

penjelasan tentang erosi. Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk

menggunakan suatu metode alternatif sebagai pengayaan materi pelajaran, metode

tersebut adalah metode demonstrasi pada model CTL ( Contextual Teaching and

learning ). Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah

konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari. Sedangkan metode demonstrasi adalah metode yang

digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan

memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi

merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi

dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah

Page 19: Sri Rahayu k5409057

19

demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan

hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek

oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar

langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari

demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan

pada ranah keterampilan.

Metode demonstrasi pada pembelajaran kontekstual akan menyenangkan

dan mampu memberikan pengalaman siswa pada materi yang disampaikan guru

sehingga siswa akan lebih cepat mengingat materi tersebut dibandingkan materi

yang disampaikan dengan ceramah karena siswa mengalami langsung dam

melakukan praktek dalam dunia nyata.

Dengan adanya pembelajaran kontekstual yang bersifat kreatif dan

menyenangkan, maka siswa akan merasa mudah dan senang mempelajari

geografi. Pada akhirnya kemampuan belajar siswa akan meningkat dan akan

diperoleh hasil belajar yang lebih baik daripada metode ceramah. Dalam

penelitian tersebut terbagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari kelas control

dan kelas eksperimen. Untuk kelompok kontrol, pembelajaran kontekstual dengan

metode ceramah. Sedangkan untuk kelompok eksperimen adalah pembelajaran

kontekstual dengan metode demonstrasi. Hal ini dilakukan karena ingin

mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa SMA kelas X dari masing – masing

perlakuan serta mengetahui keefektifan metode demonstrasi untuk pelajaran

geografi pada materi erosi. Secara singkat dapat dilihat pada kerangka pemikiran

di bawah ini :

Page 20: Sri Rahayu k5409057

Kelompok kontrol

Model Pembelajaran CTL (Contextual

Teaching and Learning)

Metode Demonstrasi

Kelompok Eksperimen

Metode Ceramah

Materi Erosi

Hasil Belajar Siswa

20

Gambar.1 Skema Kerangka Berpikir

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada

perbedaan hasil belajar siswa menggunakan metode demonstrasi dengan metode

ceramah dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata

pelajaran geografi materi erosi di kelas X SMA X tahun 2011/2012.

Page 21: Sri Rahayu k5409057

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SMA X pada kelas X. Alasan

pemilihan tempat penelitian karena proses belajar mengajar yang kurang optimal

dalam menggunakan metode dan model pembelajaran di SMA X. Selain itu,

belum pernah dilakukan penelitian tentang penggunaan metode demonstrasi

dalam pembelajaran CTL (Contextual Learning and Teaching) di SMA X.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian hingga penyusunan laporan penelitian dilaksanakan pada

bulan Januari 2012 sampai bulan Mei 2012. Di dalam Penelitian ini terbagi

menjadi beberapa tahap yang tercantum dalam tabel dibawah ini.

Tabel. Jadwal Kegiatan Penelitian

NoUraian

Kegiatan

Pelaksanaa pada Bulan ( 2011-2012)Januari Februari Maret April Mei1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1Pengajuan Judul                                    

2 Penyusunan Proposal                                    

3 Ijin Penelitian                                    

4 Penyusunan Instrumen                                    

5 Pengumpulan Data                                    

6Pengolahan data dan

                                    

penulisan Laporan

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan prosedur

Page 22: Sri Rahayu k5409057

22

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh variabel tertentu terhadap

variabel yang lain dalam kondisi terkontrol. Dalam rancangan ini sekelompok

subyek yang diambil dari populasi tertentu dikelompokkan secara acak menjadi

dua yaitu metode demonstrasi sebagai kelompok eksperimen dan metode ceramah

sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok dianggap sama dalam semua segi dan

hanya berbeda dalam pemberian metode pembelajran. Kelompok eksperimen

dikenai variabel tertentu, kemudian kedua kelompok itu dikenai perlakuan yang

sama. Berdasarkan penjelasan tersebut secara ringkas dapat disajikan dalam tabel

berikut.

Kelompok Perlakuan posttest

G1 Xa T1

G2 Xb T2

Keterangan :

G1 : Kelompok Eksperimen

G2 : Kelompok control

Xa :Metode demonstrasi dalam pembelajaran CTL (Contextual

Teaching and Learning) sebagai kelompok eksperimen.

Xb : metode ceramah sebagai diskusi control

T1 : uji kelompok ekperimen

T2 : uji kelompok kontrol

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti ( Suharsimi

Arikunto, 1997 : 115 ). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA

X pada tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 7 kelas yaitu kelas X.1 sampai

dengan kelas X.7 dan masing – masing kelas terdiri dari 40 siswa.

Page 23: Sri Rahayu k5409057

23

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Suharsimi

Arikunto, 2002 : 115 ). Sampel dari penelitian ini adalah 3 kelas yaitu kelas X.2,

kelas X.5 dan X.7. Sampel dari penelitian ini digunakan untuk melakukan

generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada. Sampel yang diperoleh dibagi

menjadi dua kelas yaitu kelas eksperimen pada kelas X.5 dan kelas kontrol pada

kelas X.2 dan X.7.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

random sampling atau acak. Teknik Random Sampling adalah individu dalam

populasi baik secara sendiri – sendiri atau bersama – sama diberi kesempatan

yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. (Sutrisno, 1983 : 75 ). Untuk

menentukan kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian dilakukan dengan

cara undian. undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan tiga kali

pengambilan. Kelas yang keluar pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelas

yang keluar berikutnya sebagai kelompok control. Setelah dilakukan random

sampling, terpilih kelas X.5 sebagai kelas eksperimen dan X.2, X.7 sebagai kelas

kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi dan

metode ceramah pada model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and

Learning).

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Hasil

belajar siswa dalam penelitian ini merupakan skor yang diperoleh siswa

dalam menjawab soal – soal materi erosi dalam bentuk pilihan ganda dan

uraian.

Page 24: Sri Rahayu k5409057

24

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini jenis instrumen yang digunakan adalah metode tes.

Suharsimi (2002:127) menyatakan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan tau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk mengumpulkan data

mengenai kompetensi kognitif siswa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam

penelitian adalah tes bentuk obyektif (multiple choice). Tes ini diberikan sesudah

siswa mengikuti proses pembelajaran (posttest) materi erosi

Langkah – langkah yang akan digunakan dalam membuat tes sebagai

berikut:

a. Membuat kisi-kisi soal tes

Soal yang akan dibuat berdasarkan indikator berikut:

1. mengindentifikasi erosi dan prosesnya.

2. menganalisis macam-macam erosi.

3. menganalisis penyebab terjadinya erosi tanah dan kerusakan tanah

yang lain serta dampaknya terhadap kehidupan.

4. mengidentifikasi usaha untuk mengurangi erosi tanah.

b. Menyusun soal-soal tes

Soal-soal dalam penelitian ini adalah pilihan ganda sebanyak 10 soal

dan uraian 3 soal. Aspek yang dinilai adalah aspek kognitif pada materi

erosi.

c. Mengadakan uji coba tes

Tes yang telah tersusun, diuji cobakan terlebih dahulu terhadap siswa

kelas yang tidak termasuk dalam kelas yang dijadikan sampel. Dalam

penelitian ini kelas yang akan dijadikan uji coba adalah kelas yang berbeda

dengan kedua kelas yang terpilih menjadi sampel namun masih dalam satu

sekolah. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang telah

disusun memenuhi syarat-sayarat instrumen yang baik.

1. Uji Validitas Instrument

Page 25: Sri Rahayu k5409057

25

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:160), “ Validitas adalah suatu

ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu

instrumen”. Suatu instrumen dapat dikatakan valid jika instrumen tersebut

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini,untuk

menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment

dari Karl Pearson sebagai berikut :

rXY =

dimana :

r XY = koefisien korelasi suatu butir

n = cacah subyek

X = skor butir nomor tertentu

Y = skor total

Dengan kriteria uji :

Rhitung > rtabel : berarti item valid

Rhitung < rtabel : berarti item tidak valid

2. Uji Reliabilitas Instrument

Suharsimi Arikunto (2002:153) mengatakan bahwa “Sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen tersebut sudah baik”. Dalam penelitian ini reliabilitas

instrumen yang berupa tes obyektif akan dicari dengan rumus KR-20 yaitu:

r11 =

dimana :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya item soal

Vt = variasi total

P = proporsi sunyek yang menjawab item dengan benar

Q = proporsi subyek yang menjawab dengan salah (q =1-p)

Page 26: Sri Rahayu k5409057

26

∑pq = jumlah perkalian antara p dan q.

(Suharsimi,2002:163)

3. Indeks Kesukaran

Soal yang baik untuk alat ukur hasil belajar adalah soal yang

mempunyai indeks kesukaran yang memadai dalam arti soal tidak terlalu

sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk mengetahui indeks kesukaran dari

masing-masing item soal digunakan rumus :

P =

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab benar

JS : Jumlah eluruh peserta tes

Klasifikasi derajat kesulitan soal tes sebagai berikut :

Item dikategorikan sukar jika 0,00 < P ≤ 0,30

Item dikategorikan sedang jka 0,30 < P ≤ 0,70

Item dikategorikan mudah jika 0,70 < P ≤ 1,00

(Suharsimi,2002:208)

4. Daya Pembeda

Menurut Sumadi Suryabrata (2005:201),daya pembeda soal adalah

kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan

siswa yang kurang pandai. Daya pembeda soal disebut juga indeks

diskriminasi yangd dapat dicari dengan rumus sebagai berkut :

ID =

Dimana :

ID : Indeks diskriminasi

KA : Jumlah jawaban yang benar diperleh dari siswa yang tergolong

kelompok atas

Page 27: Sri Rahayu k5409057

27

KB : Jumlah jawaban yang benar diperoleh dari siswa yang tergolong

kelompok bawah

NKA /NKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah

Kualifikasi indeks kesukaran sebagai berikut :

0,80 – 1,00 : sangat membedakan

0,60 – 0,79 : lebih membedakan

0,40 – 0,59 : cukup membedakan

0,20 – 0,19 : sangat membedakan

Negatif – 0,19 : sangat kurang membedakan

E. Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan.

Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis koefisien

variansi. Sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat

analisis dengan maksud agar kesimpulan yang diambil dapat dipercaya dan dapat

dipertanggungjawabkan.

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan

uji homogenitas.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian

diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini,uji

normalitas yang digunakan adalah metode Lilliefors,dengan prosedur uji

sebagai berikut :

a. Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi normal

H1 : sam[pel tidak berasal dari populasi normal

b. Taraf signifikasi = 0,05

c. Statsistik uji

L = maks |F (zi ) – S(zi)|

Page 28: Sri Rahayu k5409057

28

Dimana :

L = Koefisien Lilliefors dari pengamatan

zi = skor standar,untuk zi =

s = standar deviasi

F (zi) = proporsi cacah: z ≤ z,terhadap seluruh cacah zi

d. Daerah Kritik

DK = { L| L > Lα;n } dari tabel Lilliefors

e. Keputusan Uji

H0 ditolak jika Lobs Є DK

H0 diterima jika L obs € DK

(Budiyono,2004:170-171)

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel penelitian

berasal dari populasi yang homogen atau tidak. mempunyai varians yang

homogen. Unttuk mengetahui homogenitas variansi Bartlett dengan rumus

sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis

Ho = 12 = 2

2 => sampel homogen

H1 = 12 = 2

2 => sampel tidak homogen

b. Menghitung varians masing-masing populasi (S12) dengan rumus:

S =

c. Menghitung varians gabungan dari semua sampel (S2) dengan

rumus: S12

S =

d. Menghitung harga satuan dnegan rumus :

Page 29: Sri Rahayu k5409057

29

B = (log S2 ) ∑ (ni – 1)

e. Menghitung Chi kuadrat ( X2 )dengan rumus:

Х = (1n10) { B - ∑ (ni-1)log Si2 )

f. Menghitung X2 dari tabel distribusi Chi kuadrat pada taraf

signifikasi 5%.

g. Kriteria uji

Ho diterima apabila X2 hitung < X2

tabel berarti populasi homogen.

(Sudjana,2002:61)

3. Uji Keseimbangan

Uji ini dilakukan kedua kelompok, baik kelompok eksperimen atau

kelompok kontrol dikenai perlakuan yang berbeda. Uji ini bertujuan untuk

mengetahi apakah kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang atau

tidak. Dengan pertimbangan bahwa variansi populasinya tidak diketahui

maka stastistik uji yang digunakan adalah uji-t yaitu:

T =

Dimana :

S =

Keterangan

t : harga distribusi kelompok CTL

Xi : rata-rata skor kelompok CTL

X2 : rata-rata skor jumlah kelompok ceramah

n1 : jumlah subyek kelompok CTL

n2 : jumlah subyek kelompok ceramah

Page 30: Sri Rahayu k5409057

30

S : standar deviasi gabungan

Kriteria yang digunakan :

Ho diterima jika t hitung < t tabel

Ho ditolak jika t hitung t tabel (Sudjana,2002:239)

4. Uji hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan diatas maka di gunakan

uji statistik Anava Ganda. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen harus

berada dalam kondisi yang sama kemudian diberi perlakuan yang berbeda

maka akan diketahui efektif tidaknya perlakuan tersebut dengan melihat

perbedaan hasil belajar. Untuk pengujian hipotesis digunakan Anava Ganda

dengan prosedur sebagai berikut:

a. Dibuat tabel persiapan Anava Ganda

Sumber

Variasi

(SV)

Jumlah Kuadrat (JK) Derajat

Kebebasan

(db)

Mean

Kuadrat

(MK)

Fo

Antara AJK A = ∑

DbA = A-1MKA = FA =

Antara BJK B = ∑

DbB = B-1MKB = FB =

Antara AB

(Interaksi) JK AB = ∑ JKA -

JKB

DbAB =

DbA x DbB

MKAB = FAB =

Dalam (D) JKd = JKT - JKA - JKB - JKAB Dbd = DbT

– DbA -MKd =

-

Page 31: Sri Rahayu k5409057

31

DbB - DbAB

Total (T)JKT = ∑XT

2 – dbT =N-1 - -

Tabel. Persiapan Anava Ganda

b. Harga-harga yang dibutuhkan dihitung untuk mengisi tabel persiapan

Anava Tunggal antara lain:

1. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT )

2. Menghitung Jumlah Kuadrat Variabel A (JKA )

3. Menghitung Jumlah Kuadrat variabel B (JKB)

4. Menghitung Jumlah Kuadrat Interaksi antara variabel A dengan

Variabel B (JKAB )

5. Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam (JKd)

6. Menghitung dbA

7. Menghitung dbB

8. Menghitung dbAB

9. Menghitung db Dalam (dbd)

10. Menghitung db Total (dbT)

11. Menghitung Mean Kuadrat Variabel A (MKA)

12. Menghitung Mean Ku

13. Menghitung mean Kuadrat Interaksi antara variabel A dengan

Variabel B (MKAB)

14. Menghitung Mean Kuadrat Dalam (MKd)

15. Menghitung harga Fo untuk Variabel A (FA)

16. Menghitung Harga Fo untuk Variabel B (FB)

17. Menghitung harga Fo untuk interaksi antara variabel A dengan

Variabel B (FAB)

18. Memasukan harga-harga dalam tabel ringkasan Anava Ganda

c. Taraf signifikasi (α) = 0,05

d. Harga F0 dikonsultasikan dengan harga Ftabeldengan kriteria:

Page 32: Sri Rahayu k5409057

32

H0 diterima jika F0 Ftabel,ada perbedaaan yang signifikan

H0 ditolak jika F0 Ftabel, tidak ada perbedaaan yang signifikan

(Arikunto,2002:291-293)

Page 33: Sri Rahayu k5409057

33

DAFTAR PUSTAKA

Anitah,Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta:UNS Press.

Budiyono,2004.Statistik Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press

Roestiyah,NK. 1991. Strateg Belajar Mengajar. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Sudjana.2002.Merode Statistika.Bandung:PT Trasito

Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktek.

Jakrta:PT Rineka Cipta

http://ipotes.wordpress.com/2008/05/13/pendekatan-kontekstual-atau

contextual-teaching-and-learning-ctl/

http://uunsmaji.wordpress.com/2011/03/15/efektifitas-contextual-teaching-

and-learning-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar-biologi-dan-

hubungan-interpersonal-siswa-kelas-i-sma-n-yogyakarta/