32
Spritualitas dan Komitmen Pekerja Bank Syariah (Hubungan Spiritual Well Being dengan Commitment Dalam Islamic Spirituality Workplace ) A. Latar Belakang Perkembangan penelitian dan aplikasi spiritual di tempat kerja tidak lepas dari perubahan fenomena kerohanian manusia dan paradigma keilmuan itu sendiri. Dewasa ini ilmu pengetahuan modern berkembang dalam dua arus besar yakni sekularisme dan integralisme 1 . Sekularisme hadir mengatasi problem objektivitas keilmuan melalui metode reduksionis dan pengabaian terhadap irrasionalitas agama. Sementara integralisme menggugat metode reduksionis tersebut Melalui suatu eksplorasi mendalam kaum integralisme menemukan bahwa ada keselarasan antara ilmu dan nilai-nilia spiritual (agama) 1 Menurut Armahedi Mahzar, Integralisme melihat segala sesuatu dari pastikel fundamental hingga alam semesta membentuk sebuah hierarki seperti halnya pandangan sains modern (sekularisme, “pen”.). Akan tetapi, integralisme juga meletakkan hierarki ini dalam suatu hierarki yang lebih besar dengan memasukkan alam akhirat dan ciptaan Tuhan itu sendiri sebagai penghujung jenjeng material. Lihat Armahedi Mahzar, Revolusi Integralisme Islam Merumuskan paradigma sains dan teknologi Islami (Bandung, Mizan, 2004) hal. xxxvii

Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

Spritualitas dan Komitmen Pekerja Bank Syariah(Hubungan Spiritual Well Being dengan Commitment Dalam Islamic

Spirituality Workplace )

A. Latar Belakang

Perkembangan penelitian dan aplikasi spiritual di tempat kerja tidak lepas

dari perubahan fenomena kerohanian manusia dan paradigma keilmuan itu sendiri.

Dewasa ini ilmu pengetahuan modern berkembang dalam dua arus besar yakni

sekularisme dan integralisme1. Sekularisme hadir mengatasi problem objektivitas

keilmuan melalui metode reduksionis dan pengabaian terhadap irrasionalitas agama.

Sementara integralisme menggugat metode reduksionis tersebut Melalui suatu

eksplorasi mendalam kaum integralisme menemukan bahwa ada keselarasan antara

ilmu dan nilai-nilia spiritual (agama) utamanya dalam prinsip prinsip memahami

fenomena kehidupan seperti adanya prinsip kemenyatuan, berpasangan dan keboleh

jadian.2

Di dunia barat hubungan ilmu dan agama (ajaran spiritual) paling tidak

berkembang pesat melalui dua area disiplin ilmu, yakni ilmu fisika dan ilmu

psikologi. Nilnaiqbal mengatakan bahwa, perkembangan ilmu fisika seperti fisika

kuantum terbukti sangat bersandar pada postulasi-postulasi atau aksioma-aksioma

1 Menurut Armahedi Mahzar, Integralisme melihat segala sesuatu dari pastikel fundamental hingga alam semesta membentuk sebuah hierarki seperti halnya pandangan sains modern (sekularisme, “pen”.). Akan tetapi, integralisme juga meletakkan hierarki ini dalam suatu hierarki yang lebih besar dengan memasukkan alam akhirat dan ciptaan Tuhan itu sendiri sebagai penghujung jenjeng material. Lihat Armahedi Mahzar, Revolusi Integralisme Islam Merumuskan paradigma sains dan teknologi Islami (Bandung, Mizan, 2004) hal. xxxvii

2 Diskusi paradigmatik tentang hubungan sains dan spiritualitas yang dimaksud disini dapat di lihat dalam Frijof Capra, Menyatu dengan Semesta Menyingkap Batas antara Sains dan Spiritualitas ”terj.”, Saut Pasaribu (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 1999)

Page 2: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

yang dibangun di atas asas ketidak pastian. Ini memberi ruang yang semakin luas

berbicara tentang yang gaib.3 Pada prinsip dasar alam semesta sebagaimana

pandangan Fritjof Capra,4 tidak hanya merupakan karakteristik utama pengalaman

mistik, melainkan juga merupakan salah satu karakteristik kalam suci fisika modern

yang paling penting. Selanjutnya dikatakan “ Kesatuan alam semesta menjadi jelas

pada tingkat atomik, lebih dan semakin memanifestasikan dirinya sendiri bila

seseorang masuk lebih dalam lagi kedalam materi, turun ke dalam wilayah partikel-

partikel subatom.5

Sementara hubungan agama dan ilmu psikologi, dalam pengantar buku

kecerdasan spiritual Danah Zohar dan IAN Marshall, Jalaluddin Rahmat

mengungkapkan bahwa :

Sejak 1969, ketika Journal of Transpersonal Psychology terbit untuk pertama kalinya, psikologi mulai mengarahkan perhatiannya pada dimensi spiritual manusia. Penelitian dilakukan untuk memahami gejala-gejala ruhaniah, seperti peak experience, pengalaman mistis ektasi, kesadaran ruhaniah, kesadaran kosmis, aktualisasi transpersonal, pengalaman spiritual, dan akhirnya kecerdasan spiritual.6

Menurut Jalal psikologi transpersonal berusaha menggabungkan tradisi

psikologis dengan tradisi agama-agama besar di dunia. Dia ingin ambil pelajaran dari

kearifan perenial (fislafat perenial).7 Namun Zohar menegaskan perbedaan antara

relijiusitas dan spiriualitas, dalam pandangannya tentang kecerdasan spiritual

dikatakan :

3 Nilnaiqbal, “Dari Asas Fisika Kuantum ke “Yang Gaib” “, Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an (no.6 vol.II 1990 hal.66)

4 Fritjof Capra, Tao of Physics Menyingkap paralelisme Fisika Modern dan Mistisisme Timur. “terj.”, Pipit Maizier ( Yogyakarta : Jalasutra, 1997)

5 ibid6 Jalaluddin Rahmat SQ : Psikologi dan Agama dalam Danah Zohar dan Ian Marsha,l

Kecerdasan Spiritual (Bandung, Mizan, 7ibid.hal.xxvi

Page 3: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

SQ tidak mesti berhubungan dengan agama. Bagi sebagian orang SQ mungkin menemukan cara pengungkapan melalui agama formal, tetapi beragama tidak menjamin SQ tinggi. Banyak orang humanis dan ateis memiliki SQ sangat tinggi; sebaliknya , banyak orang yang aktif beragama memiliki SQ sangat rendah.8

Sejak tahun 1990an berbagai penelitian dan pengamatan organisasi berkaitan

dengan perilaku dan budaya telah membawa jalinan hubungan ilmu dan nilai-nilai

menuju ke spiritualitas semakin intens. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai analisis dan

penelitian. Amaldo Oliveira menegaskan tentang teori organisasi, bahwa spiritual

merupakan suatu gejala kebudayaan yang sangat mungkin mempengaruhi perilaku

organisasi. (cttkkAmaldo Oliveira). Pada tataran analisis praktis tentang spiritual

dalam organisasi, menunjukkan bahwa peran kepemimpinan sangat menetukan.

Adanya kejelian (smart) dan kemampuan internalisasi spiritual seorang pemimpin

dalam merumuskan potensi sumber daya individu melalui gejala-gejala rohaniah

dalam proses dan situasi kerja merupakan modal pembangunan sumber daya

manusia.

Mitroff dan Denton (1999b) mengidentifikasi lima jenis model organisasi

yang berdasarkan pada agama atau spiritualitas. Pertama, The Religious-based

Organization, organisasi berbasis agama baik positif terhadap agama dan spiritualitas

atau positif terhadap agama tetapi negatif terhadap spiritualitas. Kedua Evolutionary

Organizations, organisasi yang berevolusi mulai dengan afiliasi

dengan agama tertentu dan kemudian mengadopsi prinsip-prinsip yang lebih

oikumenis. Ketiga, Organisasi recovery, organisasi yang bekerja mirip dengan

lembaga-lembaga seperti ”Alcoholics Anonymous” sebagai cara untuk memupuk

8ibid hal 8

Page 4: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

spiritualitas. Keempat, Social Responsible organization, organisasi yang bertanggung

jawab secara sosial, para pendiri dipandu oleh prinsip-prinsip rohani yang langsung

diterapkan pada bisnis. Kelima, Organisasi yang prinsip-prinsip filosofisnya tidak

terkait dengan agama tertentu atau pembimbing spiritualitas pendiri dan pemimpin

dari organisasi-organisasi berbasis nilai.

Menurut Denton dan Mitroff, pada dasarnya dorongan untuk mengejar

spiritualitas berasal dari keinginan untuk berhasil mengatasi krisis . Studi kritis

Miguel Pina E Cunha dkk tentang evolusi ideologi manajemen kaitannya dengan

spiritualitas mengungkapkan hal yang berbeda. Miquel dkk menyimpulkan bahwa

pada dasarnya teori management adalah teori spiritualitas organisasi. Evolusi teori

organisasi dan manajemen menunjukkan kaitan tersebut. Miquel dkk menunjukkan

gambaran evolusi tersebut seperti berikut ini :

Ideology Model of the person Model of the managementIndustrial betterment

Dependent Employees are unable to make the good choices. Vulnerable to immoral behaviors

Spiritual Employees must be guided by their bosses to a lifestyle congruent with Christian values

Scientific management

Dependent Unable to make the good choices. Egoistic and externally motivated by economic gains.

Secular Managers must create scientifically-designed organizational contexts. These will give access to better outcomes to employees.

Human relations Dependent Employees are unable to make the good choices. Childish and vulnerable to manipulation. Motivated by social belonging.

Spiritual Managers must view organizations as spiritual climates where people feel included.

Page 5: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

Systems rationalism

Independent People as rational decision makers. Competent people collect, process and make use of information.

Secular Managers should design organizations as information processing machines, operated by cognitive personae

Organizationa Culture

Independent The need to increase autonomy and participation must be complemented with invisible and acceptable mechanisms of control. Culture may be one of such mechanisms, allowing the combination of independent action and organizational control

Spiritual

The organization can be designed as a source of personal identity. Employees are invited to become members and to devote both their hearts and minds to the organization.

Miguel Pina E Cunha dkk memetakan tipologi manajemen organisasi yang

berorientasi spiritual dalam hubungan matriks yakni: the soulful organization, the

holistic organization, the ascetic organization dan the professional organization.

Gambaran tipologi manajemen organisasi dan model manusianya secara matriks

dirumuskan oleh seperti dalam gambar berikut ini :

Dependent person Independent person

Management as spiritual practice

The soulful organization

Source of liberation: Search for integration between individuals and the firm Source of alienation: Spiritual imposition and intrusion, organizational cynicism

The holistic organization

Source of liberation: integral attention to human needs, inner meaning at work Source of alienation: the organization as religion

Page 6: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

Management as secular practice

The ascetic organization

Source of liberation: rationality and clarity Source of alienation: narrow view of the organization’s purposes

The professional organization

Source of liberation: no spiritual demands placed on employees; “pastoral power” is not exerted over the individual Source of alienation: Calculative bonds with the organization, self-directed behaviors, social detachment

Studi literatur yang dilakukan oleh Peter McGhee & Patricia Grant

mnunjukkan perkembangan dan variasi pengertian dan pengungkapan nilai-nilai

spiritual dari tahun 1999 sampai 2005. Seperti dirangkum berikut ini :

AUTHOR(S) SPIRITUAL VALUES COMMENTJackson & Kriger &Hanson, (1999)

Equality, Honesty, Compassion, Avoiding Harm, Respect, Peace, Justice, Forgiveness, Service, DutyTrustworthiness, Being a Good Citizen, Peace,Thankfulness

Spiritual values from world’s main religions (Sikhism, Buddhism, Judaism, Christianity, Hinduism, Islam, Baha’ism, Confucianism & Jainism)

Synder & Lopez (2001)

Optimism, Hope, Humility, Compassion, Forgiveness, Gratitude, Love, Altruism, Empathy, Toughness, Meaningfulness

List of values linked to positive psychology and spirituality

Giacalone & Jurkiewicz, (2003)

Integrity, Humanism, Awareness, Meaningfulness, Responsibility, Love, Inner Peace, Truth, Humility, Sense of Community, Justice

Manifestations of spirituality in the form of spiritual attributes

Fry (2003) Forgiveness, Kindness, Integrity, Empathy, Honesty, Patience, Courage, Trust, Humility, Service to Others

Specifically tied to spiritual leadership; all subordinate under a single value altruistic love

Jurkiewicz & Giacalone, (2004)

Benevolence, Generativity, Humanism, Integrity, Justice, Mutuality, Receptivity, Respect,

Values framework for measuring workplace spirituality

Page 7: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

Responsibility, TrustFry, (2005) Honesty, Forgiveness, Hope,

Gratitude, Humility, Compassion, Integrity

A set of core values reflecting a state of ethical and spiritual well-being experienced by a spiritual employee

Marques (2005) Respect, Understanding, Openness, Honesty, Giving, Trust, Kindness, Peace & Harmony, Acceptance, Creativity, Appreciation, Helpfulness

Vital themes for a spiritual workplace from the literature and compared with the statements of six business executives.

Reave (2005) Meaningfulness, Integrity, Honesty, Humility, Respect, Fairness, Caring & Concern, Listening, Appreciating Others, Reflective Practice

Spiritual values and practices as related to leadership effectivenessIntegrity viewed as the most crucial spiritual value for success

Sumber : Peter McGhee & Patricia Grant 2008

Dalam islam sejak awal kehadiannya dimuka bumi ini, telah menegaskan

konsep-konsep integralitas spiritual (rohani) dan material. Menurut Abul Ala

Maududi, Spiritualitas bukan hanya transcendental, dualisme spiritualitas dan materi

tetapi nucleus dari integrasi dan konsep kesatuan hidup. Selanjutnya dikatakan

Islam rejects and condemns the ascetic view of life, and proposes a set of methods and processes for the spiritual development of man, not outside this world but inside it. the real place for the growth of the spirit is in the midst of life and not in solitary places of spiritual hibernation.

Dasar dari pernyataan ini adalah bahwa

“ According to Islam, Allah has appointed the human soul as His Khalifah (vicegerent) in this world. He has invested it with a certain authority, and given it certain responsibilities and obligations for the fulfillment of which He has endowed it with the best and most suitable physical frame. The body has been created with the sole object of allowing the soul to use it in the exercise of its authority and the fulfillment of its duties and responsibilities. The body is not a prison for the soul, but its workshop or factory; and if the soul is to grow and develop, it is only through this workshop. Consequently, this world is not a place of punishment in which the human

Page 8: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

soul unfortunately finds itself, but a field in which Allah has sent it to work and do its duty towards Him.

Jalan untuk mencapai pembangunan spiritual adalah pertama iman dimana

pikiran dan hatinya selalu waspada yang bertujuan menyenangkan Allah Swt. Kedua,

ketaatan manusia memberikan kemandiriaanya dan menerima sikap tunduk kepada

Allah Swt. Ketiga adalah taqwa sebagi manifestasi dari seseorang yang beriman

kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari yang didasari atar garis-garis ketentuan

hokum Allah swt. Terakhir adalah Ihsan menandakan manusia telah mencapai

kesempurnaan tertinggi dalam kata-kata, perbuatan dan pikiran mengindentifikasi

kehendaknya dengan kehendak Allah dan menyelaraskannya melakukan yang terbaik

dari pengetahuan dan kemampuannya akan ilahi.

Jalan pembangunan rohani ini memiliki tahapan tahapan dan ditujukan tidak

hanya untuk kegiatan individu tetapi juga untuk kepentingan social dan Negara

melalui perkembangan rohani. Gelar untuk pencapaian tersebut adalah mukmin

(beriman), muslim (taat), muttaqin ( kesadaran ilahi) dan Muhsin (saleh). Untuk

mengantar melalui tahapan tahapan tersebut Islam menyediakan metode dan

mekanismenya melalui ibadah shalat, puasa, zakat, haji dan jihad.

Hubungan antara spiritualitas dan workplace dalam praktek Islam klasik

dapat di lihat dalam analisis kritis Sayyid Hussein Nasr. Nasr yang mengungkapkan

pandangan Islam tentang dunia kerja sepanjang sejarah Islam bahwa :

Pada prinsipnya etka kerja Islam melingkupi dua macam fungsi yaitu ‘amal dan shun’ sebab syariah mencakup seluruh jaringan tindakan dan perbuatan manusia. Sementara prinsip-prinsip aspek-aspek dari shun’ atau seni dalam pengerian primordial kata itu, berkaitan dengan dimensi spiritual pewahyuan Islami. Maka aspek etis baik dari ‘amal maupun shun’ atau apa

Page 9: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

yang secara lahiriah dikerjakan manusia, ditemukan dalam petunjuk-petunjuk serta ajaran-ajaran syariah

Selanjutnya dikatakan bahwa

Ritme kehidupan tradisional Islam adalah bahwa jam jam kerja diselang selingi dengan sembahyan, dan ini berlaku juga untuk apa yang saat ini dipandang sebagai aktivitas budaya dan bersenang-senang

Bank syariah sebagai institusi bisnis islami seyogyanya dikelola oleh sumber

daya manusia yang memiliki integritas dan kapabilitas yang berangkat dari nilai-nilia

spiritual dan akhlak Islami (ctt.maududi dan nasr). Sebagaimana Maududi bahwa

meskipun lahan kegiatannya sama antara bank konvensional dan syariah, namun

konsep dan prinsip-prinsipnya tetaplah berbeda. Bank syariah adalah bank yang

melakukan aktivitas kerjasama usaha (bisnis) dan kegiatan jual beli serta layanan

jasa. Diatas nilai-nilia ajaran agama yang berkaitan dengan muamalah. Bank Syariah

seyogyanya dikelola atas dasar internalisasi ajaran agama dimana sumber daya

manusianya berahlak mulia, tercerahkan dan memiliki kinerja serta komitmen yang

baik.

Dengan demikian bank syariah tidak hanya membutuhkan keahlian dalam

bidang bisnis perbankan tapi juga sikap dan komitmen yang tinggi pada cita-cita

syariah Islam serta kesiapan menjadi moral modelling pada dunia bisnis. Disamping

itu misi keumatan harus ditunjukkan oleh aktivitas dalam bank syariah. Pengelola

bank syariah harus sedemikian rupa mencegah terjadinya moral hasard dan

pengkhianatan moral, karena harapan kejayaan peradaban Islam bertumpuh pada

dirinya. Dapat dikatakan bahwa saat secara politis lembaga bank syariah baru

Page 10: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

berhasil pada tahap menunjukkan sikap inklusifitasnya melalui dialektika akademis

yang baik.

Fakta dilapangan menunjukkan bahwa terbatasnya tenaga ahli perbankan

syariah yang paham prinsip syariah dan mengerti serta menguasai seluk beluk bisnis

perbankan menjadi permasalahan yang krusial. Salah satu permasalahan krusial

tersebut adalah munculnya aksi bajak membajak karyawan antar bank.. Menurut

Direktur Bank Muamalat H, M. Hidayat kecenderungan aksi perekutan pegawai

bank Syariah dari bank lain ini telah menggejala sejak dua tahun belakangan. Pada

tahun 2008 kurang lebih 20 orang karyawan level menengah Bank Muamalat pindah

ke bank lain. Dan sesunguhnya hal ini telah terjadi saban tahun sejak berdirinya Bank

Muamalat.9

Disisi lain bank syariah melakukan pelatihan pelatihan berkaitan dengan

peningkatan kesadaran spiritual dan qhirah Islam. Bank Muamalat sebagai pioner

bank umum syariah, sejak 2004 menerbitkan satu buku yang menjadi pedoman

training manajemen spiritual para karyawan yaitu celesial management yang

dikarang sendiri oleh pimpinannya Riawan Amin.10 Celessial management atau

manajemen langit berisi desain bank muamalat untuk mengenalkan visi, misi dan

tujuan organisasi yang dipadu dengan manajemen motivasi untuk meningkatkan

qhiroh dan internalisasi nilai-nilia spritual.

Bank syariah mandiri mengembankan pelatihan budaya SIFAT. Sedangkan

Karim Business Consulting mengembangkan Unlimeted Learning yang diterapkan

9 ?\Ibid.10 ?Buku yang menjadi panduan pelatihan motivasi spiritual di Bank Muamalat ini dapat

dibaca pada : A.Riawan Amin, Zikr, Pikr, Mikr The Celestial Management , (Jakarta, Senayan Abadi Publishing, 2004) cet.kedua

Page 11: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

antara lain di BNI Syariah11. Tentunya tujuan dari semua aktivitas ini adalah

bagaimana melahirkan sdm-sdm yang amanah dan loyal bagi organisasi. Namun

demikian tentunya sdm syariah yang ideal bukan hanya menunjukkan komitmen

organisasi dan komitmen individu tapi juga komitmen sosial serta komitmen agama.

Islam adalah satu ajaran yang utuh memiliki pandangan hidup dan epistemologi

sendiri12. Dengan demikian islam memiliki jati diri dan pandangan yang dapat

membedakan dengan yang lainnya. Meskipun demikian internalisasi ajaran islam

dalam kegiatan muamalahnya merupakan suatu proses keyakinan yang berujung

pada kegiatan yang objektif atau rasional (rahmatan lil alamin). Selain itu nilai-nilai

ajaran Islam selalu menunjukkan pemihakan pada kaum yang lemah dan tertindas13.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penelitian ini bermaksud menguji

hubungan antara spiritual well being, dengan work attitudes pekerja meliputi

komitmen serta intention to quit pekerja perbankan syariah.

B. Rumusan masalah

1. Apakah ada hubungan antara spiritual well being dalam islamic spiritual

workplace dengan komitmen organisasi, komitmen sosial serta komitmen

agama

11http://www.karimconsulting.com/new/files/Artikel_09_SDM_syariah.pdf . Diakses 28 Juni 2009 jam 12:30 “ integritas Diri Sumber Daya Manusia Lembaga Keuangan Syariah”

12Munrokhim Misanan, Makalah “ Kajian Epistemologis untuk Pengembangan Ekonomi Islam” pada Workshop Asosiasi Dosen Ekonomi Islam ” STEI Yogyakarta di Hotel UIN Sunan Kalijaga, 5 desember 200813 ?Lihat Pemikiran Kuntowijoyo, dalam Islam sebagai Ilmu ( Yogyakarta, Tiara Wacana, 2006) edisi kedua

Page 12: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

2. Apakah ada hubungan antara spiritual well being dalam islamic spiritual

workplace dengan intention to quit pekerja

3. Komponen apa saja dalam dimensi spiritual well being di lingkungan kerja

Islam

C. Tujuan Penelitian

. Penelitian ini bertujuan melakukan investigasi dimensi spiritual dalam kerja

. Khususnya menguji

1. hubungan antara spiritual well being dalam islamic spiritual workplace

dengan komitmen organisasi, komitmen sosial serta komitmen agama

2. hubungan antara spiritual well being dalam islamic spiritual workplace

dengan intention to quit pekerja

3. Komponen – komponen dalam dimensi spiritual well being di lingkungan

kerja Islam (islamic workplace)

D. Motivasi Penelitian

Meskipun saat ini di dunia barat, dimensi spiritual dalam dunia usaha dan

kerja telah berkembang sangat pesat namun penelitian dan pengembangan teori teori

ilmiah belumlah memadai ( The next step). Mayoritas penelitian dan pemahaman

workplace spirituality adalah non ideological (proposing a framework). Berkaitan

dengan islamic spiritual workplace dengan basis ideological yang kuat seperti bank

syariah belum ada penelitian yang serius (UII, UI,UPN dan Unpad) dan UGM). Disi

lain fokus penelitian bank syariah, lebih banyak mengkaji aspek etika, hukum, sikap

Page 13: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

dan perilaku non spiritual, baik pelaku pebankan syariah maupun masyarakat

pengguna jasa perbankan.

E. Kajian Pustaka

Berbagai aspek penelitian berkaitan dengan spiritualitas di tempat kerja

(workplace spirituality). Penelitian eksplorasi Robert A Giacalone (cttkk) memetakan

agenda penelitian workplace spirituality dimasa datang meliputi variabel individu,

kelompok, organisasi dan sosial. Baik yang berhubugan dengan relijiusitas maupun

spiritualitas. (Robert A Giacalone). Beberapa penelitian lainnya berkaitan dengan

pengujian terhadap pengembangan perilaku individu, perilaku organisasiteori,

pengembangan alat ukur, keterlibatan sosial.

Spiritualitas dan relijiusitas sering dipandang sebagai dua konsep yang

berbeda (Meta analisis 2002) . Dalam review Rick Zawatzky tersebut dinyatakan

bahwa spiritualitas dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan, pikiran dan

pengalaman yang timbul dari suatu pengenalan mendalam tentang yang sakral.

Sementara relijiusitas dapat dipandang sebagai organisasi yang meliputi kepentingan

sosial dan spiritualitas. Bagi Karasu (cttk) kepercayaan spiritualitas memerlukan

suatu sistem kepercayaan yang tidak dinyatakan dalam agama formal (non

ideological) tertentu, tetapi merupakan kompromi dari tiga elemen dasar yaitu

percaya pada yang sakral, percaya pada kesatuan dan percaya pada transformasi

(continuity and rebirth).

Terlepas dari perbedaan pemahaman tersebut, Miguel Pina E Cunha dkk (ctk....)

melakukan studi eksplorasi hubungan antara manajemen dengan spiritualitas yang

Page 14: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

menunjukan bahwa unsur unsur spiritualitas sejak awal munculnya ilmu manajemen

pada tahap tahap tertentu tidak lepas dari pengaruh-pengaruh unsur unsur

relijiusitas-spiritual (ideological). Beberapa peneliti fokus pada hubungan spiritual

dengan leadership dan transformasi organisasi.

Donald W. McCormick(ccttk) menggambarkan tantangan yang dihadapi manajer

yang mencoba untuk mengintegrasikan spiritualitas dan kerja. Penelitian ini fokus

pada aspek nilai-nilai, tugas dan persoalan-persoalan yang muncul dari latar belakang

tradisi spiritual pekerja yang berbeda beda. Mc Cormick menguji lima tema pokok;

compassion, right livelihood, selfless service, work as a form of meditation and

problem of pluralism. Gordon E Dehler dan M. Ann Welsh (cttkk) membahas

hubungan spiritualitas dan transformasi organisasional. Hal ini menjadi perhatian

penting ketika penelitian menunjukkan bahwa pendekatan rasional seperti

restrukturisasi atau reengineering tidak selamanya meningkatkan kinerja. Perluasan

pada aspek-aspek emosional termasuk visi, kepemimpinan transformative, motivasi

intrinstik, kerja sebagai bermain dan penyelarasan organisasi yang beimplikasi pada

pengelolaan spiritualitas berdasarkan model The Porras dan Silvers (1991).

Setelah Alvin Toffler meramalkan teknologi “gelombang ketiga”, Fraya Wagner

dan James Conley (cttkk) menyarankan adanya gelombang keempat organisasi, yaitu

perusahaan berbasil spiritual. Dalam eksplorasi terhadap sikap dasar dan praktek

yang penting bagi keberhasilan dalam mempertahankan budaya perusahaan

spiritual. Ada enam konsep kunci ditemukan melalui kajian literatur dan wawancara

mendalam dengan para pemimpin spiritual berbasis perusahaan: kejujuran dengan

diri sendiri, artikulasi spiritual korporasi berbasis filosofi, saling percaya dan

Page 15: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

kejujuran, komitmen terhadap kualitas dan pelayanan, komitmen kepada karyawan,

dan seleksi personil agar sesuai dengan spiritual korporasi berbasis filosofi.

Eksplorasi yang dilakukan oleh Sukumarakurup dan Christoper P.Neck (ccttkk)

menunjukkan bahwa ada perbedaan pandangan tentang spiritualitas ditempat

kerja.perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh karena sipat pribadi yang sangat kuat

dari makna spiritual itu sendiri. Pandangan tersebut menjadi efektif jika para manajer

berusaha untuk memahami perbedaan pandangan spiritual dan juga mendorong

semua pandangan dalam sebuah organisasi menjadi bagian dari budaya spiritual

organisasi.

Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh agama dalam pengambilan keputusan

manajer dilakukan oleh Anselmo Ferreira vasconcelos. Penelitian ini berusaha untuk

menunjukkan bahwa konvergensi antara rasional dan non-rasional dalam proses

pengambilan keputusan dapat dioptimalkan dengan mengintegrasikan beberapa

ajaran agama. Temuan penelitian ini adalah menemukan bukti kuat bahwa sebuah

kerangka kerja berbasis agama akan memperkaya topik sensitif proses pengambilan

keputusan dalam organisasi. Secara keseluruhan, penelitian ini berusaha untuk

menunjukkan bahwa intuisi dan doa adalah dua wajah koin yang sama, dan

berpendapat bahwa kedua bentuk proses-proses keputusan (misalnya rasional dan

non-analisis rasional) bisa hidup berdampingan secara sempurna dalam kerangka

integratif.

Marjolein Lips-Wiersma melakukan eksplorasi tentang pemahaman mengenai

makna pekerjaan. Penelitian ini berkaitan dengan pekerjaan memunculkan makna

berorientasi spiritual individu dengan suatu pandangan untuk menentukan apakah ada

Page 16: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

agenda yang umum dapat diidentifikasi dan apakah pengaruh spiritualitas perilaku

kerja. Ditemukan bahwa meskipun mereka memiliki latar belakang yang beragam,

semua peserta penelitian menginginkan untuk mengungkapkan tujuan kehidupan

spiritualnya "mengembangkan diri dan menjadi diri sendiri", " menyatu dengan

orang lain", "mengekpresikan diri" dan "melayani orang lain" di tempat kerja.

Temuan kedua adalah bahwa mereka berusaha untuk menyeimbangkan ini dari

waktu ke waktu. Selain itu ditemukan bahwa spiritualitas jelas mempengaruhi

perilaku kerja peserta penelitian membuat transisi karir jika mereka tidak dapat

mengekspresikan spiritualitas mereka. Pelajaran dieksplorasi untuk organisasi

kontemporer yang tertarik mempertahankan karyawan yang berorientasi spiritual.

.

Page 17: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

Lalu bagaimana hubungan antara perilaku organisasi dan spiritual ?.

Demikian juga spiritual ditempat kerja ?

Page 18: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia
Page 19: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

perjalanan istilah transpersonal ini lahir. Empat asumsi dasar dari psikologi

ini adalah: (1) pendekatan kepada penyembuhan dan pertumbuhan yang menyentuh

semua tingkat spectrum identitas: prapersonal, personal, dan transpersonal; (2)

mengakui terurainya kesadaran diri terapis serta pandangan dunia spiritualnya

sebagai hal yang utama dalam membentuk sifat proses dan hasil terapi; (3)

kebangkitan (awakening) dari identitas kecil menuju identitas yang lebih besar; (4)

membantu proses kebangkitan dengan teknik-teknik yang mempertajam intuisi dan

memperdalam kesadaran personal dan transpersonal tentang diri. Hal ini mengantar

pada apa yang sekarang lazim dikenal sebagai intervensi spiritual dalam psikoterapi.

Psikologi Transpersonal http://peziarah.wordpress.com/2007/01/12/relasi-psikologi-dan-agama

Ken Wilber melihat bahwa psikologi, psikoterapi, filsafat dan tradisi spiritual tidak perlu bersaing dan saling menyingkirkan. Kita harus bisa melihat semuanya berada dalam spektrum kesadaran dan pengalaman yang berbeda.

Menurutnya, manusia bergerak dari tahap prapersonal ke personal lantas transpersonal. Pada tiap tahap yang baru manusia senantiasa mengintegrasikan ciri-ciri “kepribadian” tahap sebelumnya. Untuk kasus sains dan agama, sudah tiba saatnya keduanya untuk berinterasi.

Tokoh yang juga tak bisa diabaikan dalam pendirian aliran ini adalah Anthony Suttich, Abraham Maslow, Stanislav Grof, dan Victor Frankl yang dari pertemuan mereka istilah transpersonal ini lahir.

Empat asumsi dasar dari psikologi ini adalah: (1) pendekatan kepada penyembuhan dan pertumbuhan yang menyentuh semua tingkat spectrum identitas: prapersonal, personal, dan transpersonal; (2) mengakui terurainya kesadaran diri terapis serta pandangan dunia spiritualnya sebagai hal yang utama dalam membentuk sifat proses dan hasil terapi; (3) kebangkitan (awakening) dari identitas kecil menuju identitas yang lebih besar; (4) membantu proses kebangkitan dengan teknik-teknik yang mempertajam intuisi dan memperdalam kesadaran personal dan transpersonal tentang diri. Hal ini mengantar pada apa yang sekarang lazim dikenal sebagai intervensi spiritual dalam psikoterapi.

Maka, sekarang, psikolog tampaknya harus mengerti agama dan agamawan harus belajar psikologi.

Page 20: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

Selanjutnya dikatakan:

Ilmu pengethuan tak akan sanggup mengetahui hakikat sesuatu. Yang dapat

diketahuinya hanyalah bagaimana sifat sesuatu tersebut pada keadaan lingkungan

tertentu; bagaimana hubungannya dengan yang lain. Tapi tak mungkin mengetahui

“apa” dia.Tak mungkin diketahui apa cahaya, apa electron. Kalau ada yang

Kesadaran spiritual tidak hanya lahir dari serangkain observasi dan eksplorasi keilmuan saja tapi juga lahir dari persoalan kehampaan dan pencarian makna dan nilai hidup manusia modern itu sendiri. Dalam tataran aksiologi, kegagalan sekularisme adalah munculnya penyakit sosial aspek kerohanian berkaitan dengan makna dan tujuan hidup yang benar. Meskipun demikian manusia sekuler

Page 21: Spiritual It As Dan Kommitmen Bank Syariah Di Indonesia

memandang hal-hal yang berkaitan dengan kerohanian tidak mesti berhubungan dengan agama (religion). Spiritualitas dalam ilmu perilaku dan manajemen organisasi tidak lepas dari kajian dan penelitian tentang psikologi manusia sebagai bagian dalam organisasi. Bermula dari teori saintifik Frederick W. Tailor, teori perilaku Elton Mayo sampai pada teori kebutuhan manusia Abraham Maslow. Abraham Maslow menjadi pelopor munculnya ilmu psikologi transpersonal.. Psikologi transpersonal merupakan bagian dari perkembangan

Pada tataran praktis didunia kerja nilai-nilai spiritual sejak tahun 1952

Gagasan tentang spiritualitas telah memasuki rana aktivitas “manusia sekuler “. Penemuan-penemuan yang berkaitan dengan otak manusiapun juga telah memberikan konribusi besar terhadap berkembannya kesadaran tentang spiritualitas. Danier Coleman tentang kecerdasan emosinal sampai Danah sohar kecerdasan spiritual

Sesungguhnya ajaran spiritual merupakan titik masuk kaum sekuler dalam naungan

agama. Namun bagi mereka agama yang menyapa kekosongan jiwanya bukan agama

yang berorientasi pada jihad (memperjuangkan agama itu sendiri). Ajaran ajaran

spiritual telah berkembang diberbagai aktivitas kehidupan manusia