46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup, karena dari makanan inilah segala proses dalam tubuh berlangsung, seperti pembentukan energi, pertumbuhan, perkembangan, dan lain-lain. Stuktur organ pencernaan berbeda-beda pada berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. Pada hewan invertebrata organ pencernaannya umumnya masih sederehana dilakukan secara fagositosis dan intrasel. Sedangkan pda hewan vertebrata sudah memiliki organ pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel. Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat stuktural tertentu yang terdiri dari empat lapisan utama yaitu lapisan mukosa, lapisan submukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa (Brotowidjoyo,1990). Di dalam tubuh kita terdapat organ-organ yang sangat berperan penting dalam proses pencernaan. Sistem perncernaan terdiri dari saluran penncernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria). Saluran pencernaan dimulai mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Kelenjar- kelenjar pencernaan meliputi kelenjar ludah, kelenjar hati, dan kelenjar pankreas. 1.2 Rumusan Masalah 1

SPH Pencernaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Jurnal

Citation preview

Page 1: SPH Pencernaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup, karena dari

makanan inilah segala proses dalam tubuh berlangsung, seperti pembentukan energi,

pertumbuhan, perkembangan, dan lain-lain. Stuktur organ pencernaan berbeda-beda pada

berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan

tersebut serta jenis makanannya. Pada hewan invertebrata organ pencernaannya

umumnya masih sederehana dilakukan secara fagositosis dan intrasel. Sedangkan pda

hewan vertebrata sudah memiliki organ pencernaan yang sempurna yang dilakukan

secara ekstrasel. Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat stuktural tertentu yang

terdiri dari empat lapisan utama yaitu lapisan mukosa, lapisan submukosa, lapisan otot,

dan lapisan serosa (Brotowidjoyo,1990).

Di dalam tubuh kita terdapat organ-organ yang sangat berperan penting dalam

proses pencernaan. Sistem perncernaan terdiri dari saluran penncernaan (tractus

digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria). Saluran pencernaan dimulai

mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan anus.

Kelenjar-kelenjar pencernaan meliputi kelenjar ludah, kelenjar hati, dan kelenjar

pankreas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur histologis organ-organ penyusun sistem pencernaan mamalia?

2. Bagaimana struktur anatomi sistem pencernaan vertebrata?

3. Apa saja penyakit/ kelainan yang terkait dengan struktur histologis/anatomi sistem

pencernaan?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui struktur histologis organ-organ penyusun sistem pencernaan mamalia.

2. Mengetahui struktur anatomi sistem pencernaan vertebra.

3. Mengetahui penyakit/kelainan yang terkait dengan struktur histologis/anatomi sistem

percernaan.

1

Page 2: SPH Pencernaan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur Histologis Organ-Organ Penyusun Sistem Pencernaan Mamalia

Histologi saluran pencernaan dari dalam ke luar terdiri dari :

1. Tunika mukosa, terdiri dari :

a. Epitelium

b. Lamina propria: tersusun atas jaringan pengikat longgar, mengandung pembuluh

darah, pembuluh limfe dan nodus limfatikus

c. Muskularis mukosa: tersusun atas serabut-serabut oto polos

2. Tunika submukosa: tersusun atas jaringan ikat dengan serabut kolagen dan elastis.

Mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, saraf, dan simpul saraf (pleksus)

Meissner. Pada esofagus dan duodenum terdapat kelenjar-kelenjar submukosa.

3. Tunika muskularis eksternal : tersusun atas otot polos longitudinal di sebelah luar

dan otot polos sirkuler di sebelah dalam. Diantara kedua lapisan otot terdapat pleksus

Auerbach yang mengkoordinir kerja otot-otot tersebut.

4. Tunika serosa : tersusun jaringan ikat areolar (longgar) yang merupakan lanjutan dari

peritoneum.

Sistem pencernaan pada mamalia antara lain terdiri atas esophagus,

lambung(ventrikulus) dan usus(intestinum tenue) terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum,

jejunum dan ileum yang batasnya tidak dapat dibedakan. Ventrikulus dan duodenum

dihubungkan dengan suatu lubang yang disebut pilorus yang dindingnya terdiri dari otot

sfingster yang dapat membuka dan menutup, sedangkan usus besar (intestinum krassum)

terdiri dari caecum, colon dan rectum, serta berakhir pada anus (Djuhanda, 1980). Dalam

sistem pencernaan terdapat juga organ asesori (organ tambahan) yaitu, gigi, lidah,

kelenjar ludah, dan kelenjar pencernaan di luar saluran pencernaan meliputi kelenjar

hepar dan kelenjar pankreas.

Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa. Pada

lidah terdapat papila, ada empat macam bentuk papila, yaitu papila filiformis, papila

fungiformis, papila foliate, dan papila circumfalatae. Pharynx dibatasi oleh epitel berlapis

pipih jenis mukosa, kecuali pada daerah-daerah bagian pernapasan yang tidak mengalami

abrasi. Pada daerah yang terakhir, epitel berlapis dan memiliki silia dan bersel goblet.

Esofagus bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi

2

Page 3: SPH Pencernaan

menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Esofagus diseliputi oleh epitel pipih

berlapis. Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi

utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, kemudian mengubahnya

menjadi bubur yang dinamakan dengan kimus (chyme). Permukan lambung ditandai

adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas lipatan-

lipatan tersebut menembus lamina propria membentuk alur mikroskopik yang dinamakan

gastric pits atau foveolae gastricae. Usus halus relatif panjang kira-kira 6m dan ini

memungkinkan kontak yang lama antara makanan dan enzim pencernaan serta antara

hasil-hasil pencernaan dan sel-sel absorbtif epitel pembatas. Usus halus terdiri atas

duodenum, jejunum, dan ileum. Usus besar terdiri dari membran mukosa tanpa lipatan

kecuali pada bagian distal atau rectum dan tidak terdapat vili usus. epitel yang membatasi

adalah toraks dan mempunyai kutikula tipis berfungsi untuk absorbsi air dan pembentukan

massa feses.

2.1.1 Rongga Mulut

Dilapisi epitel squamosa kompleks non keratin sebagai pelindung yang juga

melapisi permukaan dalam bibir. Rongga mulut dibatasi oleh epitel pipih berlapis

banyak tidak bertanduk. Langit-langit mulut tersusun atas palatum keras (durum) dan

palatum lunak (molle). Uvula palatina merupakan tonjolan konis yang yang menuju ke

bawah dari batas tengah palatum lunak. Dalam rongga mulut terdapat organ tambahan

yaitu, gigi, lidah, dan kelenjar ludah.

2.1.1.1 Gigi

Mamalia mempunyai jumlah gigi yang paling sedikit. Pada umumnya mamalia

mempunyai gigi yang berganti dua kali yang disebut difiodonti. Gigi tersebut terdiri

dari gigi susu (dentes decidualis) dan gigi permanen (dentes permanentes). Pada

platypus (monodermata) mempunyai satu set gigi yang tidak berganti disebut

monofiodonti. Cara perlekatan gigi pada mamalia yaitu tekodonti yaitu akar gigi

tertanam dalam alveoli (soket) tulang rahang. Mamalia memiliki bentuk heterodonti

terdiri dari insisivus (gigi seri), kaninus (gigi taring), premolar (gigi geraham depan),

dan molar (gigi geraham belakang).

Histologi gigi terdiri dari tiga bagian yaitu mahkota (korana), leher (serviks), dan

akar (radiks).

3

Page 4: SPH Pencernaan

Histologi gigi

2.1.1.2 Lidah

lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk mengaduk makanan, membantu

menelan makanan, dan mengontrol suara. Lidah pada mamalia merupakan suatu

kantunf ektoderm yang berisi otot lurik dan jaringan pengikat. Pada permukaan bawah

lidah, membran mukosanya halus, sedangkan permukaan dorsalnya ireguler, diliputi

oleh banyak tonjolan-tonjolan kecil yang dinamakan papilae. Papilae lidah merupakan

tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya

berbeda. Terdapat 4 jenis papilae.

1. Papilae filiformis: mepunyai bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat

banyak, dan terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak mengandung

puting kecap (reseptor).

Papilla filiformis

2. Papilae fungiformis: menyerupai bentuk jamur karena mereka mempunyai

tangkai sempit dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini, mengandung

4

Page 5: SPH Pencernaan

puting pengecap yang tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur

terdapat di sela-sela antara papilae filoformis yang banyak jumlahnya.

Papilla fungiformis

3. Papilae circumfalatae: merupakan papilae yang sangat besar yang

permukaannya pipih meluas di atas papilae lain. Papilae circumvalate tersebar

pada daerah “V” pada bagian posterior lidah. Banyak kelenjar mukosa dan

serosa (von Ebner) mengalirkan isinya ke dalam alur dalam yang mengelilingi

pinggir masing-masing papilla. Susunan yang menyerupai parit ini

memungkinkan aliran cairan yang kontinyu di atas banyak puting kecap yang

terdapat sepanjang sisi papilla.

Papilla sirkumvalata

5

Page 6: SPH Pencernaan

4. Papilae foliatae: tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat

sepanjang pinggir lateral belakang lidah, papila ini mengandung banyak puting

kecap.

Papilla foliata

2.1.1.3 Kelenjar Ludah (Glandula salivary)

Mamalia mempunyai kelenjar ludah, menurut tempatnya ada tiga pasang kelenjar

ludah, yaitu:

1. Kelenjar bawah telinga (glandula parotid) : bermuara di dekat gigi molar atas

yang kedua. Bentuk kelenjar asiner bercabang majemuk, sel penyusunnya

adalah sel serous.

2. Kelenjar bawah rahang (glandula mandibularis) : bermuara di dekat pangkal

lidah, bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk. Sel penyusunnya

adalah sel serous(banyak) dan sel mukus.

3. Kelenjar bawah lidah (glandula sublingualis) : bermuara di dekat pangkal

lidah. Bentuk kelenjar tubuloasiner bercabang majemuk. Sel penyusunnya sel

mukus.

Letak kelenjar ludah

6

Page 7: SPH Pencernaan

2.1.2 Pharynx

Pharynx merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem pernapasan

dan pencernaan. Ia membentuk hubungan antara daerah hidung dan larynx. Pharynx

dibatasi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah-daerah bagian

pernapasan yang tidak mengalami abrasi. Pada daerah-daerah yang terakhir ini,

epitelnya toraks bertingkat bersilia dan bersel goblet. Pharynx mempunyai tonsila yang

merupakan sistem pertahanan tubuh. Mukosa pharynx juga mempunyai banyak

kelenjar-kelenjar mukosa kecil dalam lapisan jaringan penyambung padatnya.

2.1.3 Esofagus

Bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan

makanan dari mulut ke lambung. Oesofagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa

tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-kelenjar oesofagea yang

mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distal oesofagus, lapisan otot hanya terdiri

sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran sel-sel otot lurik dan polos, dan pada

ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.

7

Keterangan:

Ep : EpiglottisGlDu : Glandular ductLaPr : lamina propriaLu : LumenMuGl : Mucous glandSkMu : Skeletal muscleSqEp : Stratifes squamous epithelium

Page 8: SPH Pencernaan

2.1.4 Ventrikulus

Ventrikulus merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi

utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi

bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). Permukaan ventrikulus ditandai oleh

adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas

lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk alur mikroskopik yang

dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae. Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil, yang

terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits ini. Epitel

pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi mukus. Struktur

histologi dari lambung umumnya terdiri dari epitel mukosa yang merupakan epitel

berlapis tunggal silindris. Permukaan tunika mokosa membentuk lekukan ke arah

lamina propria, disebut fovea gastrika. Tunika muskularis eksterna terdiri dari tiga lapis

otot polos. ventrikulus secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia,

korpus, fundus, dan pylorus.

Kardia merupakan peralihan antara esofagus dan ventrikulus. Lamina proprianya

mengandung kelenjar-kelenjar kardia turbular simpleks bercabang, bergelung dan

sering mempunyai lumen yang besar yang berfungsi mensekresikan mukus. Kelenjar-

kelenjar ini strukturnya sama seperti kelenjar kardia bagian terminal oesofagus dan

mengandung (dan mungkin sekresi) enzim lisosom. Kelenjar fudus mengandung sel-sel

kelenjar, yaitu:

1. Sel musigen : terdapat dibagian atas kelenjar, menghasilkan musigen yang

berfungsi untuk melindungi lambung dari getahan yang bersifat asam.

2. Sel parietal : berbentuk bulat, terdapat disepanjang dinding kelenjar,

menggetahkan HCl.

3. Sel zimogen : sel berwarna gelap, terdapat sepertiga di bagian bawah

dinding kelenjar, menghasilkan pepsinogen yang dengan bantuan HCl akan

berubah menjadi pepsin, suatu enzim aktif, menghasilkan renin dan

menghasilkan faktor intrinsik yang memudahkan prnyerapan vitamin B12

dalam usus.

4. Sel argentaffin : juga dinamakan sel-sel enterokromafin karena afinitasnya

terhadap garam kromium serta perak. Sel-sel ini jumlahnya lebih sedikit

dan terletak pada dasar kelenjar, terselip antara sel-sel zimogenik. Fungsi

mereka sebenarnya masih merupakan spekulasi (belum jelas). Termasuk

sebagai sel endokrin.

8

Page 9: SPH Pencernaan

Pada pilorus terdapat kelenjar bergelung pendek yang mensekresikan enzim

lisosim. Diantara sel-sel mukus ke lenjar pilorus terdapat sel-sel gastrin (G) yang

berfungsi mengeluarkan hormone gastrin. Gastrin berfungsi merangsang pengeluaran

asam lambung oleh kelenjar-kelenjar lambung.

Histologi ventrikulus

2.1.5 Intestinum Tenue

Intestinum tenue atau usus halus berfungsi untuk menyelsaikan proses pencernaan

kimiawi dan untuk mengarbsorbsi hasil pencernaan. Pada mamalia intestenium tenue

dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Permukaan dalam

intestinum tenue diperluas dengan adanya tonjolan-tonjolan (jonjot) yang menjorok ke

dalam lumen yang disebut villus. Setiap villus mengandung pembuluh darah dan

pembuluh limfe. Pada duodenum villus berbentuk daun menjari berlapis-lapis, di

daerah jejenum villus lebih pendek dan menjari, dan di daerah ileum villus paling

pendek dan menjari.

Tunika mukosa intestinum tenue menunjukkan sederetan lipatan permanen yang

disebut plika sirkularis atau valvula Kerkringi. Pada tunika mukosa terdapat lubang

kecil yang merupakan muara kelenjar tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar

intestinal (kriptus atau kelenjar Lieberkuhn). Kelenjar intestinal mempunyai epitel

pembatas usus halus dan sel-sel goblet (bagian atas). Mukosa usus halus dibatasi oleh

beberapa jenis sel, yang paling banyak adalah sel epitel toraks (absorptif), sel paneth,

9

Page 10: SPH Pencernaan

dan sel-sel yang mengsekresi polipeptida endokrin. Sel toraks adalah sel-sel absorptif

yang ditandai oleh adanya permukaan apikal yang mengalami spesialisasi yang

dinamakan ”striated border” yang tersusun atas mikrovili. Mikrovili mempunyai fungsi

fisiologis yang penting karena sangat menambah permukaan kontak usus halus dengan

makanan. Striated border merupakan tempat aktivitas enzim disakaridase usus halus.

Enzim ini terikat pada mikrovili, menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida,

sehingga mudah diabsorbsi. Di tempat yang sama diduga terdapat enzim dipeptidase

yang menghidrolisis dipeptida menjadi unsur-unsur asam aminonya. Fungsi sel toraks

usus halus lebih penting adalah mengabsorbsi zat sari-sari yang dihasilkan dari proses

pencernaan. Sel-sel goblet terletak terselip diantara sel-sel absorpsi, jumlahnya lebih

sedikit dalam duodenum dan bertambah bila mencapai ileum. Sel goblet menghasilkan

glikoprotein asam yang fungsi utamanya melindungi dan melumasi mukosa pembatas

usus halus. Sel-sel Paneth (makrofag) pada bagian basal kelenjar intestinal merupakan

sel eksokrin serosa yang mensintesis lisosim yang memiliki aktivitas antibakteri dan

memegang peranan dalam menjaga pertahanan usus halus. Sel-sel endokrin saluran

pencernaan. Hormon-hormon saluran pencernaan antara lain: sekretin, dan

kolesistokinin. Sekretin berperan sekresi cairan pankreas dan bikarbonat.

Kolesistokinin berperan merangsang kontraksi kandung empedu dan sekresi enzim

pankreas. Dengan demikian, aktivitas sistem pencernaan diregulasi oleh sistem saraf

dan hormon-hormon peptida. Tunika submukosa pada bagian permulaan duodenum

terdapat kelenjar-kelenjar tubulosa bercabang, bergelung yang bernuara ke dalam

kelenjar intestinal yang disebut kelenjar duodenum (Brunner), yang berfungsi

menghasilkan glikoprotein netral untuk menetralkan HCl lambung, melindungi mukosa

duodenum terhadap pengaruh asam getah lambung, dan mengubah isi usus halus ke pH

optimal untuk kerja enzim-enzim penkreas.

10

Page 11: SPH Pencernaan

Histologi Intestinum tenue

2.1.6 Intestinum Krassum

Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian distalnya

(rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah toraks dan

mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi utama usus besar adalah:

1. absorpsi air

2. pembentukan massa feses

3. pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan demikian

banyak sel goblet.

Lamina propria kaya akan sel-sel limfoid dan nodulus limfatikus. Nodulus sering

menyebar ke dalam dan menginvasi submukosa. Pada bagian sekum, lapisan serosa

ditandai oleh suatu tonjolan pedunkulosa yang terdiri atas jaringan adiposa –

appendices epiploidices (usus buntu). Sekitar 2 cm sebelum anus epitel tunika mukosa

usus diganti oleh epitel berlapis banyak pipih. Pada tunika muskularis, lapisan

longitudinal otot polos membentuk tiga gumpalan otot seperti pita disebut tenia koli.

11

Page 12: SPH Pencernaan

Histologi colon

Histologi Rectum

12

Page 13: SPH Pencernaan

Kelenjar Pencernaan di Luar Saluran Pencernaan

1. Kelenjar Hepar

Hati merupakan organ terbesar dari tubuh, setelah kulit, terletak dalam rongga

abdomen di bawah diafragma. Berfungsi menghasilkan empedu, menyimpan lemak

dan glikogen serta albumin, mensisntesis protein plasma darah, detoksifikasi zat-zat

toksis, merombak sritrosit yang rusak, eliminasi asam amino menjadi urea,

menyimpan vitamin A dan B dan berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak.

Sebagian besarnya darahnya (sekitar 70%) berasal dari vena porta. Melalui vena

porta, semua zat yang diabsorpsi melalui usus mencapai hati kecuali asam lemak,

yang ditranspor melalui pembuluh limfe. Hati tersusun atas sel-sel hati yang disebut

hepatosit. Sel-sel epitel ini berkelompok dan saling berhubungan dalam susunan

radier (menjari) membentuk suatu bangunan yang disebut lobulus hati.

Celah portal, terdapat pada sudut-sudut polygon hati (lobulus hati) dan diduduki

oleh segitiga portal atau segitiga kirnann (trigonum portal). Segitiga kirnann hati

manusia mengandung venula (cabang dari vena portal), arteriol (cabang dari arteria

hepatica),dan duktus biliaris (bagian dari sistem saluran empedu) dan

pembuluhpembuluh limfe. Sinusoid kapiler memisahkan sel-sel hati. Sinusoid

merupakan pembuluh yang melebar tidak teratur dan hanya terdiri atas satu lapisan

sel-sel endotel yang tidak utuh (kontinyu). Sinusoid mempunyai pembatas yang tidak

sempurna dan memungkinkan pengaliran makromolekul dengan mudah dari lumen ke

sel-sel hati dan sebaliknya. Sinusoid berasal dari pinggir lobulus, diisi oleh venula-

venula dalam, cabang-cabang terminal vena porta, dan arteriola hepatica, dan mereka

berjalan ke arah pusat, di mana mereka bermuara ke dalam vena centralis. Pada

sinusoid juga mengandung sel-sel fagosit yang dikenal sebagai sel Kupffer.

13

Page 14: SPH Pencernaan

Histologi sel hati

2. Kelenjar Pankreas

Pankreas tersusun atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian endokrin terdiri atas

pulau Langerhans, dan bagian eksokrin terdiri atas kelenjar asiner, maka disebut

bagian asini pankreas. Sel asiner pankreas merupakan sel serosa, dan memilki sifat

memsintesis protein. Setelah disintesis dalam bagian basal sel, maka proenzim

selajutnya meninggalkan retikulum endoplasma kasar dan masuk apparatus Golgi.

Proenzimproenzim tersebut dikumpulkan dalam vesikel-vesikel sekresi yang disebut

sebagai granula prozimogen. Granula sekresi yang matang (granula zimogen),

melekat pada membran dan terkumpul pada bagian apical (ujung) sel.

Bagian eksokrin pankreas manusia mensekresikan:

1. air

2. ion-ion bikarbonat

3. enzim: karboksipeptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, dan

amilase.

4. proenzim sebagai berikut: tripsinogen, kimotripsinogen.

Regulasi sekresi asini pankreas diatur oleh 2 hormon – sekretin dan kolesistokinin

(dahulu dinamakan pankreoenzim) – yang dihasilkan oleh mukosa duodenum.

Perangsangan nervus vagus (saraf parasimpatis) juga akan meningkatkan sekresi

pankreas.

14

Page 15: SPH Pencernaan

1. Sekretin bersifat merangsang sekresi cairan, sedikit protein (enzim) dan kaya

akan bikarbonat. Fungsinya terutama mempermudah transport air dan ion.

Hasil sekresi ini berperanan untuk menetralkan kimus yang asam (makanan

yang baru dicernakan sebagian) sehingga enzim-enzim pancreas dapat dapat

berfungsi pada batas pH netral optimalnya.

2. Kolesistokinin (CCK) merangsang sekresi cairan (sedikit), banyak protein dan

enzim. Hormon ini bekerja terutama dalam proses pengeluaran granula-

granula zimogen. Kerja gabungan ke dua enzim tersebut menghasilkan sekresi

getah pankreas yang kaya akan enzim.

Histologi sel pankreas

2.2 Struktur Anatomi Sistem Pencernaan Vertebrata

2.2.1 Sistem Pencernaan Pada Pisces

Ikan yang mempunyai habitat di air setelah dibedah ternyata memiliki sistem

pencernaan yang sudah lengkap, meskipun ada beberapa organ yang belum ditemukan.

Walaupun bentuk saluran pencernaan ikan dari depan sampai ke belakang hampir sama,

tetapi masih dapat dibedakan masing-masing bagiannya. Sistem pencernaan pada pisces

meliputi :

1. Rongga mulut(cavum oris),pada rahang ikan terdapat gigi-gigi kecil.

15

Page 16: SPH Pencernaan

2. Ludah (lingua), melekat pada dasar mulut dan tidak dapat digerakkan, banyak

mengandung kelenjar lendir (glandula mucosa), tetapi tidak memiliki kelenjar ludah

(glandula salivales)

3. Pangkal tenggorokan (pharynx), merupakan lanjutan rongga mulut yang terdapat di

daerah sekitar insang.

4. Kerongkongan (esophagus), merupakan lanjutan dari pangkkal tenggorokan

(pharynx) yang berbentuk kerucut, berukuran sangat pendek, dan terdapat di belakang

daerah insang.

5. Lambung (ventrikulus),merupakan lanjutan dari kerongkongan (esophagus) dan

berupa saluran memanjang yang agak membesar. Batas antara ventrikulus dengan

usus tidak terlalu jelas. Pada beberapa spesies tertentu, di bagian akhir ventrikulus

terdapat tonjolan-tonjolan berbentuk kantong buntu yang disebut pyloric

caeca(appendicea pyloricae). Kantong buntu ini berguna untuk memperluas

permukaan dinding ventrikulus agar pencernaan dan penyerapan makanan dapat

berlangsung lebih sempurna.

6. Usus (intestinum).Berbentuk seperti pipa panjang yang berkelok kelok dan sama

besarnya, berakhir, dan bermuara keluar pada lubang anus. Usus ini diikat oleh suatu

alat penggantung yang disebut mesenterium, yang merupakan derivat dari pembngkus

rongga perut (peritonium).

Kelenjar pencernaan (glandula digestoria) pada pisces terdiri dari kelenjar hati, dan

kantong empedu.

1. Kelenjar hati (hepar). Berbentuk besar berwarna merah kecoklat-coklatan, letaknya

di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus. Berfungsi untuk

menghasilkan empedu yang disimpan pada kantung empedu untuk membantu proses

pencernaan lemak.

2. Kantong empedu (vesica fellea) . berbentuk bulat bila berisi penuh, berwarna

kehijau-hijauan, terletak pada bagian depan dari hati, mempunyai saluran yang disebut

ductus cystius yang bermuara pada usus. Empedu berguna untuk mencerna lemak.

16

Page 17: SPH Pencernaan

Sistem Pencernaan Ikan

2.2.2 Sistem Pencernaan Pada Amphibia

Alat pencernaan pada amphibia makanan diawali oleh cavum oris dan di akhiri

oleh anus. Pada beberapa bagian dari trackus digestoria mempunyai struktur dan ukuran

yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan

dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum

oris makanan akan melalui pharynx, oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan

mendorong makanan masuk ke dalam vetriculus yang berfungsi sebagai gudang

pencernaan. Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan

dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan

katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin,

tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus

menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang

menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik. Makanan

masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris. Kelenjar pencernaan

yang besar ialah hepar dan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum.

Hepar yang besar terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan

akan ditampung sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam

intestinum melalui ductus cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang

merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus

untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam intestinum mayor

menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan melalui anus.

Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada

beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa Amfibi

mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah digulung ke

lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada

gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan

kodok terdapat usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka.

17

Page 18: SPH Pencernaan

Sistem pencernaan Amphibi hampir sama seperti pada Pisces, meskipun

keduanya memiliki makanan yang berbeda.

Sistem pencernaan Amphibi lebih rincinya sebagai berikut:

1.  Rongga mulut. Rongga mulut atau cavum oris pada katak dilengkapi dengan gigi

berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa. Gigi

Amphibi berbentuk V dengan perkembangan yang tidak sempurna. Giginya terdapat

pada rahang atas dan rahang bawah. Pada rahang atas disebut gigi maxilaris sedangkan

pada rahang bawah disebut gigi vomerin. Lidah katak berbentuk menggulung, panjang,

bertekstur kenyal dan lengket digunakan untuk menangkap mangsa.

2.  Kerongkongan (esofagus). Setelah dari cavum oris, makanan menuju esofagus yang

berupa saluran pendek. Esofagus akan menghasilkan sekresi alkalis  dan mendorong

makanan masuk lambung.

3. Lambung(ventrikulus). Lambung berfungsi sebagai gudang makanan. Berbentuk

kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan

menjadi dua , yaitu tempat masuknya esophagus dan lubang keluar menuju usus. Bagian

muka ventrikulus yang besar disebut cardiac, bagian posterior mengecil dan berakhir di

pyloris.  Kontraksi dinding otot ventrikulus meremas makanan menjadi hancur dan

dicampur dengan sekresi ventrikulus yang mengandung enzim atau fermen, yang 

merupakan katalisator. Tiap- tiap enzim mengubah sekelompok makanan menjadi

ikatan-ikatan yang lebih sederhana. Enzim yang dihasilkan oleh ventrikulus dan

intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di

samping itu, ventrikulus juga menghasilkan asam klorida (HCl) untuk mengasamkan

bahan makanan. Mengasamkan bahan makanan berguna untuk membunuh mangsa dan

membunuh kuman penyakit, mengingat mangsa katak adalah serangga atau hewan kecil

lainnya yang mungkin masih hidup. Gerakan yang menyebabkan makanan berjalan

dalam saluran disebut gerakan peristaltik.

4. Usus (intestinum). Dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus

meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Di dalam

usus terjadi penyerapan makanan oleh enzim yang dihasilkan pankreas.Makanan masuk

ke dalam intestinum melalui ventrikulus.

18

Page 19: SPH Pencernaan

5. Usus Besar (colon). Di dalam usus besar katak hanya terjadi penyerapan air dan

pembusukan sisa makanan. Bahan makanan yang merupakan sisa dalam intestinum

mayor akan menjadi feses. Colon berakhir pada rectum dan akan menuju kloaka.

6. Kloaka. Merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran

reproduksi, dan urine.

Kelenjar pencernaan pada amphibi terdiri atas kelenjar hati, dan kelenjar

pankreas.

1. Kelenjar Hati. Berwarna merah kecolkatan terdiri dari lobus kanan yang terbagi

menjadi dua lobus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung

empedu yang berwarna kehijauan. Fungsi cairan empedu yang menetralisir racun dan zat

– zat toxic yang masuk kesaluran pencernaan katak.

2. Kelenjar Pankreas. Berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus

duabelas jari (duodenum). Berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara

pada duodenum.

2.2.4 Sistem Pencernaan Pada Reptil

Sistem pencernaan pada reptil terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar

pencernaan. Reptile pada umumnya terdiri atas saluran pencernaan dan kelnejar

pencernaan. Pada umumnya reptil adalah karnivora (pemakan daging). Saluran

pencernaannya terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Dan kelenjar

pencernaannya terdiri atas kelenjar ludah, pankreas dan hati.

1. Rongga Mulut disokong oleh rahang atas dan rahang bawah. Pada masing-masing

rahang terdapat gigi-gigi yang berbentuk kerucut. Gigi menempel pada gusi dan sedikit

melengkung kea rah rongga mulut. Dan khusus pada ular berbisa akan tumbuh gigi yang

dapat menghasilkan racun yang terdapat pada rongga mulut. Pada buaya giginya bisa

mnegalami 50 kali pergantian. Pada umumnya reptil tidak mengunyah makanannya jadi

giginya berfungsi sebagai penangkap mangsa.Pada rongga mulut terdapat lidah yang

melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua. Pada reptil pemakan insekta

memiliki lidah yang dapat dijulurkan, sedangkan pada buaya dan kura-kura lidahnya

relatif kecil dan tidak dapat dijulurkan. Lidah ular berbentuk pembuluh yang terbungkus

oleh selaput dan terletak di bagian rahang bawah. Memiliki kelenjar mukoid yang

sekretnya berfungsi agar rongga mulut tetap basah dan dapat dengan mudah menelan

19

Page 20: SPH Pencernaan

mangsanya.Pada ular Kelenjar labia bermodifikasi menjadi kelenjar poison yang

bermuara di kantung yang terletak di daerah gigi taring dan dikeluarkan melalui gigi

tersebut.

2. Kerongkongan (esophagus) merupakan saluran di belakang rongga mulut yang

menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Di dalam esophagus tidak terjadi

proses pencernaan.

3. Lambung (ventrikulus) merupakan tempat penampungan makanan dan pencernaan

makanan berupa saluran pencernaan yang membesar dibelakang esophagus. Disini

makanan baru mengalami proses pencernaan. Pada bagian fundus pylorus makanan

dicerna secara mekanik dan kimia.

4. Intestinum terdiri dari usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus. Dalam

usus halus terjadi proses penyerapan dan sisanya menuju ke rectum, kemudian diteruskan

ke kloaka untuk dibuang. Ukuran usus disesuaikan dengan bentuk tubuhnya.

5. Kelenjar pencernaan, terdiri atas hati dan pancreas. Empedu yang dihasilkan oleh

hati ditampung di dalam kantong yang disebut vesica fellea. Hati tediri dari dua lobus

yaitu sinister dan dexter yang berwarna coklat kemerahan. Kantong empedu terletak pada

tepi sebelah kanan hati. Pancreas pada reptile terletak diantara lambung dan duodenum.

Pancreas berbentuk pipih dan berwarna kekuning-kuningan

2.2.5 Sistem Pencernaan Pada Aves

Saluran pencernaan terdiri dari paruh, rongga mulut, kerongkongan, tembolok,

lambung kelenjar, lambung pengunyah, usus halus, usus besar, dan kloaka.

1. Paruh. Paruh merupakan modifikasi dari gigi. Bentuk paruh tergantung pada jenis

makanan.

2. Rongga Mulut. Terdiri dari rahang atas yang merupakan penghubung antara rongga

mulut dan tanduk. Di dalam rongga mulut burung tidak terdapat gigi sehingga makanan

tidak dikunyah dan langsung masuk menuju kerongkongan.

3. Faring. Berupa saluran pendek yang menghubungkan rongga mulut dengan

tembolok.

4. Tembolok. Tembolok merupakan pelebaran ujung bawah kerongkongan. Tembolok

berbentuk kantung. Tembolok berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan

sementara.

5. Lambung.Lambung terdiri atas proventrikulus (lambung kelenjar) dan ventrikulus

(lambung pengunyah). Lambung kelenjar memiliki dinding otot yang tipis dan

20

Page 21: SPH Pencernaan

mengandung banyak kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan ini menghasilkan enzim-

enzim pencernaan untuk mencerna makanan secara kimiawi.

6. Lambung Pengunyah.Lambung pengunyah (lambung otot atau empedal) sering pula

disebut ampela. Kontraksi otot lambung pengunyah ini mencerna makanan secara

mekanik. Di dalam lambung pengunyah burung pemakan biji-bijian, sering terdapat

batu-batu kecil atau pasir. Batu-batu kecil atau pasir ini sengaja ditelan untuk membantu

proses pencernaan.Dari lambung, makanan hasil pencernaan menuju usus halus.

7. Usus.Di dalam usus halus terjadi pencernaan secara kimiawi oleh enzim-enzim

pencernaan yang dihasilkan oleh pankreas, dan empedu yang dihasilkan oleh hati. Sari-

sari makanan hasil pencernaan diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di usus halus.

Selanjutnya, sari-sari makanan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah. Sisa-sisa makanan

yang tidak diserap akan masuk ke usus besar menjadi feses (kotoran). Feses akan menuju

rektum dan dikeluarkan melalui kloaka.

8. Kloaka.Kloaka merupakan muara tiga saluran, yaitu saluran pencernaan, saluran urin,

dan saluran kelamin (saluran perkembangbiakan)

Sistem Pencernaan Burung

2.2.6 Sistem Pencernaan Pada Mamalia

1. Mulut

Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.

Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem

pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Bagian-bagian yang terdapat dalam mulut:

21

Page 22: SPH Pencernaan

a) Gigi (dens)

b) Lidah (lingua) adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat

membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Berfungsi untuk

sebagai indera pengecap/perasa, mengaduk makanan di dalam rongga mulut,

membantu proses penelanan, membantu membersihkan mulut, dan membantu

bersuara/berbicara.

c) Ludah (saliva) dihasilkan oleh kelenjar ludah

2. Esofagus atau kerongkongan

Esofagus adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan

mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui esofagus

dengan menggunakan proses peristaltik.

3. Lambung

Lambung atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak di bawah sekat

rongga badan. Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan dicerna

dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung dapat dibagi menjadi tiga

daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah bagian atas, daerah pintu

masuk makanan dari kerongkongan . Fundus adalah bagian tengah, bentuknya

membulat. Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari

duodenum. Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni mucosa, submucosa,

muscularis, dan serosa.

4. Usus

`Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di

antara lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas

22

Page 23: SPH Pencernaan

jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Pada usus dua

belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

Usus halus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

Usus dua belas jari (bahasa Inggris: duodenum) adalah bagian dari usus halus yang

terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian

usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo

duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan organ

retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus

dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.

Di bagian ini terdapat beberapa enzim yang sangat di butuhkan dalam proses pencernaan,

antara lain :

1.      Enterokinase, untuk mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pankreas

2.      Erepsin atau dipeptidase, untuk mengubah dipeptida atau pepton menjadi asam amino

3.      Laktase, mengubah laktosa menjadi glukosa

4.      Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa

5.      Disakarase, mengubah disakarida menjadi monosakarida

6.      Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino

7.      Lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak

8.      Sukrase, mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.

    Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua

dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).

Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah

bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh

23

Page 24: SPH Pencernaan

dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan

terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis

dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.

Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel

goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus

penyerapan secara makroskopis.

5. Usus penyerapan (ileum)

Usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan

manusia, )duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.

6. Anus (Rectum)

Proses pengeluaran sisa – sisa makanan melalui anus. Rectum dan tidak terdapat

vili usus. epitel yang membatasi adalah toraks dan mempunyai kutikula tipis berfungsi

untuk absorbsi air dan pembentukan massa feses.

Glandula digestoria (kelenjar pencernaaan) terdiri dari :

a. Glandula salivarae kelenjar ludah

b. Glandula mucosae : terdapat pada dinding sebelah dalam dari ventriculus dan

intestinum (terutama intestinum tenue).

c. Hepar (hati) : suatu kelenjar yang besar berwarna kecoklat-coklatan terletak di

sebaelah kanan dibawah diafragma, terbagi atas beberapa lobi. Dari tiap lobi terdapat

ductus hepaticus yang mengeluarkan sekresi ke vesica vellea (kantong empedu). Dari

sini akan keluar ductus cysticus yang selanjutnya akan bertemu dengan ductus

pancreaticus bersama membentuk ductus cholidocus yang bermuara di bagian cranial

duodenum.

d. Pancreas : kelenjar ini terletak antara pars ascendens dan pars descendens dari

duodenum berwarna merah muda, bersaluran yang disebut ductus pancreaticus yang

akhirnya bersatu dengan ductus cysticus membentuk ductus cholidocus. Saluran yang

terakhir itu akan menuangkan sekresinya ke duodenum. Kecuali itu pada pancreas

terdapat sel yang disebut insulae langerhensi (island of langerheng) menghasilkan

sekresi (hormone) berupa insulin yang berlangsung masuk pembuluh darah.

24

Page 25: SPH Pencernaan

Pada hewan memamahbiak misalnya pada sapi terdapat pencernaan ruminansia. Hewan

memamah biak ( Ruminantia ) adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan yang

mencerna makanannya dalam dua langkah

1. Dengan menelan bahan mentah

2. Mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dan mengunyahnya lagi.

Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang ( monogastrik) tetapi

lebih dari satu ruang ( poligastrik ), atau secara umum bisa dikatakan berperut banyak

Perbedaan antara hewan ruminansia dengan mamalia lainnya Terlihat pada susunan

dan fungsi gigi serta lambung. Hal ini berkaitan dengan jenis makanannya.

a. Gigi geraham (premolare & molare) sangat besar,kuat, bergelombang seperti papan

pencuci. Serta berfungsi untuk menggiling dan menggilas dinding seltumbuhan yg

dimakan.

b. Gigi seri berbentuk seperti kapak, berfungsi untukmenjepit dan memotong makanan

c. Antara gigi seri dan geraham terdapat rongga yangdisebut diastema.

Di dalam usus terdapat kumpulan bakteri simbiosis yang dapat melakukan peragian

selulosa.Cenderung memiliki usus yang lebih panjangdibanding mamalia lainnya, karena

makanan yang melalui usus dicerna perlahan-lahan.

Memiliki 4 ruangan lambung, yaitu Rumen atauperut besar (berisi bakteri dalam cairan

alkali), Retikulum (perut jala), Omasum (perut masam), danAbomasum atau perut kitab

(merupakan lambungyang sesungguhnya).

Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia .

i. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan

seperli rumput.

25

Page 26: SPH Pencernaan

ii. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lebar.

iii. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.

iv. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen (fermentor), Retikulum,

Omasum dan Abomasum ( Lambung yang sebenarnya sehingga terjadi pencernaan

enzimatis).

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri

atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan

kadang kadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain. Berdasarkan

susunan giginya, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri

bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan

manusia. Banyaknya gigi geraham ini sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan

berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa, jika

dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan) pada

sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding

tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm. Lambung sapi sangat besar,

diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk

menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada

lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian. Lambung ruminansia terdiri atas 4

bagian, yaitu rumen, reticulum, omasum, abomasums. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%,

omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat

otot sfinkter berkontraksi. Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi

sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,

polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan

jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini

makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus).

26

Page 27: SPH Pencernaan

Bolus akan Dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan

akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang

memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke

abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan

bolus secara kimiawi oleh enzim. Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan

protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan

hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun

dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan

demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.

2.3 Penyakit/Kelainan yang Terkait dengan Struktur Histologis/Anatomi Sistem

Pencernaan

2.3.1 Gastritis

Artinya adalah peradangan mukosa lambung. Gangguan ini umum terjadi,

terutama pada orang yang berusia lanjut. Gastritis menimbulkan peradangan yang tidak

begitu berbahaya, tetapi berlangsung lama sehingga menyebabkan rusaknya mukosa

lambung. Para peneliti saat ini yakin hampir tidak ada makanan yang menyebabkan

iritasi pada bagian lambung, kecuali cairan asam lambung yang berlebihan.

2.3.2 Konstipasi

27

Page 28: SPH Pencernaan

Gangguan ini berarti lambatnya pergerakan feses melalui usus besar dan

sering dihubungkan dengan jumlah feses yang kering dan keras pada kolon yang

menumpuk karena lamanya waktu penyerapan cairan. Penyebab konstipasi adalah

kebiasaan buang air yang tidak teratur dan kurangnya minum air putih juga makan

makanan yang berserat.

2.3.3 Pankreasitis

Merupakan peradangan dan ini dapat terjadi baik dalam bentuk pankreasitis

akut (berlangsung cepat dan parah) maupun pankreasitis kronis (berlangsung lama).

Penyebab umum dari pankraesitis adalah alkohol dan terhambatnya tonjolan vateri

(akhir saluran pengluaran pankreas) oleh batu empedu.

28

Page 29: SPH Pencernaan

2.3.3 Diare

Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus

besar. ada diare, infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan padaileum. Dimanapun

infeksi terjadi, mukosa akan teriritasi secara luas sehingga kecepatan sekresinya sangat

tinggi. Diare disebabkan oleh bakteri kolera. Toksin kolera menstimulus sekresi

elektrolit dan cairan yang berlebihan dari ileum dan usus besar.

2.3.4 Flatus

Masuknya gas C dalam saluran pencernaan. Gas C tersebut berupa udara yang

tertelan. Gas yang dihasilkan bakteri atau gas dari difusi darah yang masuk kesaluran

pencernaan. Gas nitrogen dan oksigen lebih banyak berada dalam lambung dan dapat

29

Page 30: SPH Pencernaan

dikeluarkan dengan bersendawa, sedangkan gas-gas lain yaitu CO 2 metana dan

hidrogen lebih banyak berada dalam usus besar yang dihasilkan oleh bakteri. Gangguan

system pencernaan ini dapat terjadi karena :

a. Melakukan diet dengan ekstrim, yaitu dengan mengonsumsi pil pelarut lemak serta

mengurangi porsi dan jadwal makan.

b. Minuman keras yang dapat memicu pengeluaran getah lambung.

c. Bulimia, yaitu makan banyak tetapi dimuntahkan kembali dengan sengaja

menggunakan obat pencahar.

d. Memakan makanan kaleng yang dapat terkontaminasi bakteri Clostridium botulium .

2.3.5 Tukak Lambung ( Ulkus )

Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung

enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian

kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak

lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi

lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh

infeksi bakteri jenis tertentu.

30

Page 31: SPH Pencernaan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Struktur saluran pencernaan makanan mulai dari lumen sampai luar terdiri dari atas

lapisan mukosa, yang terdiri dari epithelium, lamina proporia, muskularis mukosa,

lapisan submukosa tersusun atas lapisan otot sirkuler dan longitudinal, lapisan

adventitia terdiri atas jaringan ikat kendur dan mesotelium.

2. Saluran pencernaan pada hewan vertebrata memiliki perbedaan dan cirri khas masing-

masing. Pada aves (burung) memiliki tembolok yang berfungsi untuk menyimpan

makanan sementara. Pada pisces, amphibia, aves, dan reptilian memiliki kloaka

sedangkan pada mamalia memiliki anus. Khusus pada hewan ruminansia memiliki

struktur lambung empat ruangan, yaitu: Rumen (fermentor), Retikulum, Omasum dan

Abomasum ( Lambung yang sebenarnya sehingga terjadi pencernaan enzimatis).

3. Gangguan pada sistem pencernaan meliputi gastritis, pankreasitis, kontipatis, diare,

flaktus, tukak lambung.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diabil dari pembahasan di atas yaitu:

1. Kepada mahasiswa, agar memahami dan menguasai materi tentang sistem pencernaan

secara menyeluruh agar bermanfaat nantinya pada dunia kerjanya atau di masyarakat.

2. Kepada masyarakat, sesuai penjelasan di atas diketahui bahwa gangguan yang terjadi

pada sistem pencernaan sangat berfariasi,maka dari itu perlu menyadari dan menjaga

kesehatan sistem pencernaan.

31