124
SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI MUDA BATAK DI PERKOTAAN (Kasus Pada Perkumpulan Masyarakat Batak Parsahutaon Dalihan Na Tolu di Sarua Permai, Ciputat) Oleh Charolina Margaretha A14204065 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

  • Upload
    doanbao

  • View
    240

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

1

SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI MUDA BATAKDI PERKOTAAN

(Kasus Pada Perkumpulan Masyarakat Batak Parsahutaon Dalihan Na Toludi Sarua Permai, Ciputat)

OlehCharolina Margaretha

A14204065

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008

Page 2: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

2

RINGKASAN

CHAROLINA MARGARETHA. Sosialisasi Dalihan Na Tolu pada GenerasiMuda Batak di Perkotaan (Kasus Pada Perkumpulan Masyarakat BatakParsahutaon Dalihan Na Tolu di Sarua Permai, Ciputat). Di bawah bimbinganDJUARA P. LUBIS.

Dalihan na tolu merupakan pedoman bagi masyarakat Batak dalam

berinteraksi dengan sesamanya dan merupakan inti dari kebudayaan Batak.

Sebagai suatu bentuk kebudayaan, dalihan na tolu disosialisasikan kepada

generasi muda. Menarik untuk dipelajari bagaimana sosialisasi tersebut pada

masyarakat kota di tengah-tengah suku lain yang heterogen.

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan penjelasan mengenai proses

sosialisasi yang dilakukan untuk pelembagaan dalihan na tolu kepada pemuda

Batak, menghasilkan identifikasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

proses sosialisasi dalihan na tolu kepada pemuda Batak, dan menghasilkan

penjelasan mengenai hubungan antara proses sosialisasi yang dilakukan dengan

pengetahuan dan sikap pemuda Batak terhadap dalihan na tolu.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2008 pada

perkumpulan Masyarakat Batak di Sarua Permai-Ciputat yang bernama

Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemuda Parsahutaon

Dalihan na tolu sebanyak 40 orang dengan menggunakan metode sampel jenuh.

Data kuantitatif dalam penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan wawancara

terstruktur dengan menggunakan kuesioner sedangkan data kualitatif dengan

wawancara mendalam. Data hasil kuantitatif ditabulasi dan diuji dengan

menggunakan uji statistik non-parametrik melalui uji Chi-Square dan uji Korelasi

Spearman.

Page 3: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

3

Penelitian ini menunjukkan bahwa proses sosialisasi dalihan na tolu pada

generasi muda dilakukan dengan mengajarkan pemuda mengenai upacara adat

Batak dan panggilan atau sebutan kepada saudara-saudaranya berdasarkan Adat

Batak serta mengajarkan mengenai peranan yang dimiliki setiap individu

berdasarkan Adat Batak. Proses lainnya adalah memperkenalkan pemuda kepada

saudara-saudaranya, memberikan sanksi dan imbalan apabila pemuda berbuat

sesuai atau tidak sesuai dengan peraturan adat, dan mengajak pemuda untuk

menghadiri upacara adat. Proses sosialisasi dilakukan oleh saudara terdekat, orang

tua, dan teman bermain pemuda terdekat.

Berdasarkan uji statistik diketahui semakin tinggi usia pemuda, maka

semakin rendah proses sosialisasi; tidak ada perbedaan antara jenis kelamin dalam

proses sosialisasi; tingkat pendidikan individu tidak berhubungan dengan proses

sosialisasi; tidak ada perbedaan antara individu yang lahir di Sumatera Utara dan

di luar Sumatera Utara dalam proses sosialisasi. Hubungan faktor sosial pemuda

dan proses sosialisasi dalihan na tolu adalah sebagai berikut: semakin banyak

organisasi Batak yang dilibatkan oleh individu, maka semakin tinggi proses

sosialisasi; semakin banyak teman bermain yang bersuku Batak, maka proses

sosialisasi akan semakin tinggi. Hubungan faktor orang tua dengan proses

sosialisasi dalihan na tolu adalah sebagai berikut: apabila kedua orang tua beretnis

Batak, maka semakin tinggi proses sosialisasi; semakin banyak organisasi Batak

yang dilibatkan oleh orang tua responden, maka semakin tinggi proses sosialisasi;

tingkat pendidikan orang tua tidak berhubungan dengan proses sosialisasi.

Berdasarkan hasil uji Korelasi Spearman proses sosialisasi yang dialami

oleh generasi muda Batak mempengaruhi pengetahuan tentang dalihan na tolu.

Page 4: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

4

Semakin tinggi proses sosialisasi maka pengetahuan terhadap dalihan na tolu

akan semakin tinggi. Akan tetapi, proses sosialisasi yang dialami tidak

mempengaruhi sikap pemuda terhadap dalihan na tolu.

Page 5: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

5

SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA PEMUDA BATAKDI PERKOTAAN

(Kasus Pada Perkumpulan Masyarakat Batak Parsahutaon Dalihan Na Toludi Sarua Permai, Ciputat)

OlehCharolina Margaretha

A14204065

SKRIPSISebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana

PadaProgram Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas PertanianInstitut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008

Page 6: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

6

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh:

Nama : Charolina Margaretha

NRP : A14204065

Judul Skripsi : Sosialisasi Dalihan Na Tolu pada Generasi Muda Batak

di Perkotaan (Kasus Pada Perkumpulan Masyarakat

Batak Parsahutaon Dalihan Na Tolu di Sarua Permai,

Ciputat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MSNIP. 131 476 600

Mengetahui,Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Kelulusan:

Page 7: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

7

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

”SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI MUDA BATAK DI

PERKOTAAN (KASUS PADA PERKUMPULAN MASYARAKAT BATAK

PARSAHUTAON DALIHAN NA TOLU DI SARUA PERMAI, CIPUTAT)”

BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU

LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR

AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI

INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU

DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN

RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2008

CHAROLINA MARGARETHAA14204065

Page 8: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

8

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 20 Juni 1986. Penulis terlahir sebagai

anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Charles Sihombing dan

Ibu Emmi Rosalina Hutabarat.

Penulis memulai pendidikannya di TK Pelangi, Ciputat pada tahun 1990-

1992. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar pada SDK

Pelangi, Ciputat dan menyelesaikannya pada tahun 1998. Pada tahun yang sama

penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di

SLTPK Santa Ursula II, Bumi Serpong Damai (BSD). Kemudian pada tahun 2001

penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah Umum di SMUK

Charitas Jakarta Selatan dan selesai pada tahun 2004. Pada tahun yang sama pula

penulis diterima di Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Dalam bidang kemahasiwaan, penulis sempat bergabung dalam

kepengurusan Miseta pada periode 2005-2006 dan mengikuti beragam kepanitiaan

Miseta dalam kegiatan periode yang sama.

Page 9: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

melimpahkan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi

dengan judul ” Sosialisasi Dalihan Na Tolu pada Generasi Muda Batak di

Perkotaan (Kasus: Pada Perkumpulan Masyarakat Batak Parsahutaon Dalihan Na

Tolu di Sarua Permai, Ciputat)” bertujuan untuk menghasilkan penjelasan

mengenai proses sosialisasi yang dilakukan untuk pelembagaan dalihan na tolu

kepada generasi muda Batak, menghasilkan sebuah identifikasi mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi dalihan na tolu kepada generasi

muda Batak, dan menghasilkan penjelasan mengenai hubungan antara proses

sosialisasi yang dilakukan dengan pengetahuan dan sikap generasi muda Batak

terhadap dalihan na tolu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih terdapat

kekurangan dan jauh dari sempurna, namun dengan segala keterbatasan yang ada,

skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2008

Penulis

Page 10: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

10

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghormatan dan ucapan

terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan, masukan, bimbingan,

serta doa selama penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Dr. Ir. Djuara Lubis, MS atas kesabaran dan waktu yang telah diberikan

dalam membimbing, memberi masukan dan mengarahkan penulis selama

penulisan ini di tengah-tengah kesibukannya.

2. Dra. Winati Wigna, MDS dan Ratri Virianita, S.Sos, M.Si atas kesedian

dan masukannya untuk menjadi dosen penguji dalam sidang hasil

penelitian ini.

3. Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS sebagai pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Papa dan mama tercinta, Yoseph dan Monik atas segala dukungan moril

dan materiil terlebih doa dan pengertiannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Karya kecil ini kupersembahkan untuk kalian.

5. Nurina Pangkaurian, Rianti T.M Marbun, dan Sushane Sarita atas bantuan

dan dukungannya selama ini. Teman-teman KPM 41 yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu yang telah berjasa membantu memberikan

masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Teman-teman DR (Yoyo, Yunda, Ami, Meita, Wulan, Mira, Anyu,

Marissa, Choy, Resti, Elin) dan “penghuni gelapnya” (Adi, Munir, Sani,

Bang Ilham, Yudi ‘Nceq’) yang telah membantu memberikan masukan,

Page 11: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

11

keceriaan, pengalaman, dan kegilaan luar biasa kepada penulis selama

menjalani perkuliahan.

7. Teman-teman Naposo Bulung HKBP Ciputat atas dukungan doa dan moril

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Bagi pengurus Naposo,

mohon maaf atas sering absennya penulis selama penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman Naposo Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai atas

kerjasamanya dalam proses pengambilan data.

9. Ricky dan Ika yang telah direpotkan penulis dalam proses pengumpulan

data. Setiap kayuhan sepeda yang telah kita tempuh sangat berarti dalam

penyelesaian skripsi ini.

10. Randi Sudarmaji yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

11. Pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah

memberi dukungan dan doa kepada penulis

Page 12: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

i

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL .................................................................................. ivDAFTAR GAMBAR .............................................................................. viDAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... viiDAFTAR ISTILAH ................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 11.1 Latar Belakang ................................................................. 11.2 Perumusan Masalah ......................................................... 31.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 41.4 Kegunaan Penelitian ......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 62.1 Konsep Kebudayaan ......................................................... 62.2 Dalihan Na Tolu............................................................... 82.3 Perilaku ............................................................................ 132.4 Sosialisasi dalam Proses Pelembagaan.............................. 162.5 Berbagai Kasus Sosialisasi Tradisi di Indonesia ............... 222.6 Kerangka Pemikiran ......................................................... 252.7 Hipotesis Penelitian .......................................................... 272.8 Definisi Operasional ......................................................... 27

BAB III METODOLOGI ...................................................................... 323.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 323.2 Teknik Pemilihan Responden. .......................................... 323.3 Teknik Pengumpulan Data. .............................................. 333.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .............................. 34

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDENPENELITIAN .......................................................................... 374.1 Gambaran Umum Kompleks Sarua Permai-Benda Baru 374.2 Gambaran Umum Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua

Permai .......................................................................... 394.3 Gambaran Penggunaan Dalihan Na Tolu di

Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai Ciputat .... 434.4 Perkumpulan Pemuda Naposo Bulung Parsahutaon

Dalihan Na Tolu ........................................................... 454.5 Faktor Pribadi Responden ............................................. 47

Page 13: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

ii

4.6 Faktor Sosial Responden ............................................... 484.7 Faktor Orang Tua Responden ........................................ 50

BAB V PROSES SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU DANFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ......... 52

5.1 Proses Sosialisasi Dalihan Na Tolu ................................ 52 5.1.1 Proses Ajar Didik ................................................. 52 5.1.2 Sanksi ................................................................... 55 5.1.3 Ritus Kolektif ........................................................ 57 5.1.4 Alokasi Posisi ....................................................... 585.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi

Dalihan Na Tolu ........................................................... 60 5.2.1 Faktor Individu ..................................................... 60 5.2.1.1 Jenis Kelamin ........................................... 60 5.2.1.2 Usia .......................................................... 61 5.2.1.3 Tingkat Pendidikan Responden ................. 63 5.2.1.4 Daerah Asal .............................................. 65 5.2.2 Faktor Sosial Responden ....................................... 66 5.2.2.1 Keterlibatan dalam Organisasi Batak ........ 66 5.2.2.2 Teman Bermain ........................................ 68 5.2.3 Faktor Orang Tua Responden ................................ 70 5.2.3.1 Etnis Orang Tua ........................................ 70 5.2.3.2 Keterlibatan Orang Tua dalam Organisasi

Batak ........................................................ 72 5.2.3.3 Tingkat Pendidikan Orang Tua ................. 745.3 Resume .......................................................................... 75

BAB VI PENGARUH PROSES SOSIALISASI TERHADAPPENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI DALIHAN NATOLU ..................................................................................... 78

6.1 Pengetahuan Pemuda Tentang Dalihan Na Tolu danFaktor yang Mempengaruhinya ........................................ 78

6.1.1 Pengatahuan Pemuda Tentang Dalihan Na Tolu ... 78 6.1.2 Hubungan Proses Sosialisasi dan Pengetahuan

Pemuda Tentang Dalihan Na Tolu ........................ 806.2 Sikap Pemuda terhadap Dalihan Na Tolu dan Faktor yang

Mempengaruhinya ........................................................... 82 6.2.1 Sikap Pemuda terhadap Dalihan Na Tolu .............. 82 6.2.2 Hubungan Proses Sosialisasi dan Sikap Pemuda

terhadap Dalihan Na Tolu .................................... 846.3 Resume ............................................................................ 86

Page 14: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

iii

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 87 7.1 Kesimpulan...................................................................... 87 7.2 Saran ............................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 89LAMPIRAN ......................................................................................... 91

Page 15: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Ciri Individu diParsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008 ......................... 47

2. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Sosial diParsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008 ......................... 49

3. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Orang Tuadi Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008 ..................... 50

4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses Ajar Didikdi Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008 ..................... 55

5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sanksi diParsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008 ......................... 57

6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Jenis Kelamin di Parsahutaon Dalihan NaTolu Sarua Permai, 2008................................................................. 60

7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Usia di Parsahutaon Dalihan Na Tolu SaruaPermai, 2008 .................................................................................. 62

8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Tingkat Pendidikan di Parsahutaon DalihanNa Tolu Sarua Permai, 2008 ........................................................... 64

9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Daerah Asal di Parsahutaon Dalihan NaTolu Sarua Permai, 2008................................................................. 65

10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Keterlibatan Individu dalam OrganisasiBatak di Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008. .......... 67

11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Teman Bermain di Parsahutaon Dalihan NaTolu Sarua Permai, 2008................................................................. 68

12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Etnis Orang Tua di Parsahutaon Dalihan NaTolu Sarua Permai, 2008................................................................. 70

13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Keterlibatan Orang Tua dalam OrgansasiBatak di Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008 .......... 72

14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Pendidikan Orang Tua Responden diParsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008 ........................ 74

15. Hasil Uji Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap ProsesSosialisasi Dalihan Na Tolu............................................................ 77

Page 16: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

v

16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan PengetahuanTentang Dalihan Na Tolu di Parsahutaon Dalihan Na Tolu SaruaPermai, 2008 ................................................................................. 79

17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses Sosialisasidan Pengetahuan Tentang Dalihan Na Tolu di ParsahutaonDalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008 ............................................. 81

18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sikapnya terhadapDalihan Na Tolu di Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai,2008 ........................................................................................ 83

19. Jumlah dan Persentase Proses Sosialisasi dan Sikap terhadapDalihan Na Tolu di Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai,2008 ........................................................................................ 84

20. Hasil Uji Proses Sosialisasi Dalihan Na Tolu terhadapPengetahuan dan Sikap, 2008 ........................................................ 86

Page 17: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Proses Sosialisasi Dalihan Na Tolu, 2008 ...... 26

Page 18: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner ...................................................................................... 912. Panduan Pertanyaan ......................................................................... 973. Peta Kompleks Sarua Permai ............................................................. 994. Hasil Pengujian Korelasi Rank Spearman .......................................... 1005. Hasil Pengujian Korelasi Chi-Square................................................. 1026. Dokumentasi ..................................................................................... 104

Page 19: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

viii

DAFTAR ISTILAH

1. Bona Taon = Suatu acara pembukaan tahun2. Boru = Pihak penerima isteri3. Dongan sabutuha = Teman semarga.4. Hula-hula = Pihak pemberi isteri5. Mangapuli = Kegiatan untuk memberikan penghiburan apabila terdapat

seseorang yang tertimpa kemalangan6. Mangulosi = Peristiwa memberikan ulos kepada orang lain melalui suatu

upacara adat7. Manortor = Tarian khas Sumatera Utara8. Martutur = penelusuran mata rantai istilah kekerabatan jika ia berjumpa

dengan orang Batak lainnya9. Namboru = Saudara perempuan dari ayah10. Naposo Bulung = Pemuda-pemudi Batak yang belum menikah11. Ompung = Kakek atau nenek12. Parsahutaon = Perkumpulan Masyarakat Batak yang memiliki kedekatan

tempat tinggal13. Partondongan = Saling affina atau tidak dipertalikan oleh hubungan darah14. Tulang = Saudara (kakak atau adik) laki-laki dari ibu15. Tumpak = Sumbangan16. Ulos = Kain tenun khas Batak berupa selendang yang melambangkan ikatan

kasih sayang antar masyarakat Batak

Page 20: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia

dengan cara mempelajarinya (Koentjaraningrat, 1990). Kebudayaan memiliki tiga

wujud yaitu ideas (merupakan kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-

norma, peraturan, dan sebagainya), activities (kompleks aktivitas serta tindakan

berpola), artifacts (benda-benda hasil karya manusia). Dari ketiga wujud

kebudayaan tersebut, sistem nilai budaya, pandangan hidup, dan ideologi

merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari kebudayaan. Tiap

masyarakat memiliki kebudayaan itu atau mengambil bagian dalam budaya itu

(Ihromi, 1999).

Kebudayaan memiliki sifat yang tidak statis dan adaptif (Ihromi, 1999).

Kebudayaan selalu mengalami perubahan dan tidak sedikit perubahan tersebut ke

arah yang negatif yang ditandai dengan memudarnya nilai-nilai kebudayaan yang

dimiliki oleh suatu masyarakat. Adanya perubahan tersebut disebabkan karena

derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru serta

ketidakmampuan dalam membendung serangan dan mempertahankan budaya

dasar (Novianto, 2008). Arus globalisasi tersebut ditandai dengan majunya ilmu

pengetahuan, teknik serta penggunaan dalam masyarakat, komunikasi dan

transport, urbanisasi, perubahan-perubahan pertambahan harapan dan tuntutan

manusia (Susanto, 1977). Perubahan terhadap kebudayaan juga dapat disebabkan

Page 21: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

2

karena pembauran budaya sehingga dapat berujung pada memudarnya suatu

tradisi dan dapat memungkinkan ciri khas suatu etnis akan sulit untuk ditemukan

khususnya dalam lingkungan perkotaan yang multikultural dan sangat heterogen

(Sa’diyyah sebagaimana dikutip Siregar, 2003).

Memudarnya suatu tradisi terjadi pada masyarakat Pontianak khususnya

pada tradisi Pantang Larang. Dahulu Pantang Larang harus dilaksanakan dan

dilakukan oleh orang tua. Namun sekarang telah terjadi perubahan sehingga

banyak masyarakat Pontianak banyak mengabaikan tradisi tersebut (Aminah,

2006). Selain pada Masyarakat Pontianak, perubahan juga terjadi pada

Masyarakat Batak di perkotaan. Perubahan tersebut terjadi dalam upacara adat

pernikahan. Saat ini banyak pemuda Batak yang tidak melakukan upacara

pernikahan sesuai dengan tradisi Batak.

Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat yang telah terjadi

pemudaran kebudayaan. Hal ini berbeda dengan masyarakat pedesaan dimana

kebudayaan masih kental (Redfield, 1982). Pembauran kebudayaan pada

masyarakat perkotaan menjadikan proses sosialisasi terhadap budaya asal sebagai

suatu yang penting. Wirutomo sebagaimana dikutip Siregar (2003)

mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan proses sosialisasi yang nyata antara

daerah perkotaan dan pedesaan. Hal ini disebabkan karena industrialisasi,

urbanisasi, dan modernisasi.

Dalihan na tolu merupakan suatu bentuk kebudayaan dari masyarakat

Batak yang dijadikan sebagai konsep dasar kebudayaan Batak (Harahap, 1987).

Dalihan na tolu terdiri dari dongan sabutuha, boru dan hula-hula. Dongan

Sabutuha merupakan teman semarga, saudara, orang yang seibu-sebapak, berasal

Page 22: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

3

dari keturunan yang sama. Boru adalah pihak penerima isteri, sedangkan hula-

hula adalah pihak pemberi isteri. Fungsi dari dalihan na tolu secara umum adalah

menjaga integrasi masyarakat Batak (Sitorus, 1998). Dalihan na tolu adalah suatu

bentuk nilai budaya Batak (Harahap, 1987). Sebagai suatu bentuk dari nilai

budaya maka dalihan na tolu juga memiliki sifat yang tidak statis dan adaptif atau

dapat berubah. Hal ini yang menyebabkan diperlukannya pemahaman mengenai

dalihan na tolu oleh setiap individu dalam masyarakat Batak agar perubahan

tersebut tidak diarahkan pada perubahan yang negatif dan tetap dijadikan

pegangan dalam mengatur kehidupan masyarakat Batak (Damanik, 2006).

Oleh sebab itu, pada masyarakat yang heterogen perlu melakukan proses

sosialisasi terhadap dalihan na tolu agar tetap bertahan menjadi suatu konsep

dasar kebudayaan Batak dan tidak terhalang oleh adanya pembauran budaya.

Proses sosialisasi dalihan na tolu juga penting dalam mempersiapkan generasi

muda sebagai penerus agar kebudayaan tersebut tidak punah dan dapat dijadikan

filtrasi dalam menghadapi perubahan kebudayaan. Proses sosialisasi tersebut

dilakukan dengan pengendalian sosial yaitu melalui proses ajar didik, sanksi, ritus

kolektif, dan alokasi posisi (Van Doorm Lammers sebagaimana dikutip Sajogyo

dan Sajogyo, 1982).

1.2 Perumusan Masalah

Dalihan na tolu merupakan konsep dasar dari kebudayaan Batak yang

mengatur hubungan antar setiap individu (Harahap, 1987). Fungsi dari dalihan na

tolu adalah menjaga integrasi dalam masyarakat Batak. Apabila masyarakat Batak

Page 23: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

4

tidak menjalankan dalihan na tolu maka keseimbangan masyarakat Batak akan

terancam (Sitorus, 1998).

Perubahan kebudayaan dapat disebabkan karena kuatnya arus globalisasi

dan pembauran budaya pada masyarakat heterogen. Hal ini menunjukkan bahwa

diperlukannya suatu proses sosialisasi tehadap kebudayaan. Oleh sebab itu

dalihan na tolu harus disosialisasikan pada generasi muda Batak sebagai penerus

kebudayaan Batak terutama yang tinggal di perkotaan.

Hal ini agar dalihan na tolu tetap menjadi konsep dasar kebudayaan Batak

di tengah-tengah masyarakat yang heterogen. Pertanyaan utama dalam penelitian

ini adalah: bagaimana proses pelembagaan dalihan na tolu pada masyarakat yang

tinggal pada lingkungan perkotaan ? Permasalahan tersebut dijabarkan dalam

pertanyaan yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses sosialisasi yang dilakukan dalam proses pelembagaan

dalihan na tolu kepada generasi muda Batak ?

2. Apa faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi dalihan na tolu kepada

generasi muda Batak ?

3. Bagaimana hubungan antara proses sosialisasi dengan pengetahuan dan

sikap generasi muda Batak terhadap dalihan na tolu ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

menghasilkan:

Page 24: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

5

1. Penjelasan proses sosialisasi yang dilakukan untuk pelembagaan dalihan

na tolu kepada pemuda Batak.

2. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi dalihan na

tolu kepada pemuda Batak.

3. Penjelasan hubungan antara proses sosialisasi yang dilakukan dengan

pengetahuan dan sikap pemuda Batak terhadap dalihan na tolu.

1.4 Kegunaan Penelitian

Bagi penulis hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai

sosialisasi terhadap dalihan na tolu. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan

informasi kepada institusi yang melakukan pembinaan kebudayaan daerah.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi mahasiswa dan

masyarakat luas untuk melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut.

Page 25: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddahyah, yang merupakan

keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar

(Koentjaraningrat, 1990). Menurut Ihromi (1999) kebudayaan adalah seluruh cara

kehidupan dari masyarakat yang tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup

itu yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau diinginkan.

Koentjaraningrat (1990) mengungkapkan kebudayaan memiliki tiga wujud

yang terdiri dari:

1. Ideas, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-

nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Wujud kebudayaan ini

sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto. Lokasinya berada dalam alam

pikiran warga masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak berada lepas dari yang

lain, melainkan selalu berkaitan, menjadi suatu sistem. Dalam Bahasa

Indonesia terdapat istilah lain untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan

ini, yaitu adat atau adat istiadat.

2. Activities, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-

aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan

yang lain dari hari-ke hari menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat

tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam suatu masyarakat,

Page 26: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

7

sisitem sosial ini bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa

difoto, dan didokumentasi.

3. Artifacts, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Seluruh total dari hasil fisik

adalah aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat sehingga

sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda yang dapat diraba, dilihat,

dan difoto.

Ketiga wujud kebudayaan di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan yang

lain. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada

tindakan dan karya manusia. Baik pikiran dan ide, maupun karya manusia,

menghasilkan kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk

suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia

dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pola-pola perbuatannya,

bahkan juga cara berpikirnya (Koentjaraningrat, 1990).

Unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dimasukkan ke dalam

kebudayaan lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan pada kebudayaan itu.

Namun harus diingat, kebudayaan tidak dapat bersifat statis dan selalu berubah.

Tanpa adanya gangguan yang disebabkan oleh masuknya unsur budaya asing

sekalipun suatu kebudayaan dalam masyarakat tertentu, pasti akan berubah

dengan berlalunya waktu. Faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan

menurut Soekanto sebagaimana dikutip Ambayoen (2006) adalah sebagai berikut:

1. Kontak dengan kebudayaan lain.

2. Sistem pendidikan formal yang maju.

Page 27: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

8

3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk

maju.

4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation),

yang merupakan delik.

5. Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification).

6. Penduduk yang heterogen.

7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

8. Orientasi ke masa depan.

9. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki

hidupnya.

Dalam setiap kebudayaan selalu ada suatu kebebasan tertentu dari setiap

individu terutama untuk memperkenalkan variasi dalam cara-cara berlaku yang

pada akhirnya dapat dijadikan milik bersama dan di kemudian hari dapat menjadi

suatu kebudayaan. Atau mungkin beberapa aspek lingkungan berubah dan

memerlukan adaptasi kebudayaan yang baru (Ihromi,1999).

2.2 Dalihan Na Tolu

Dalihan na tolu merupakan konsep dasar kebudayaan masyarakat Batak

yang sifatnya sangat unik. Secara harafiah arti dalihan na tolu adalah kaki tungku

nan tiga dan merupakan lambang sistem sosial masyarakat Batak yang terdiri dari

tiga tiang penopang, yaitu dongan sabutuha, boru, dan hula-hula. Hal tersebut

seperti yang diungkapkan dalam semboyan Batak yang berbunyi manat

mardongan tubu, elek marboru, somba marhula-hula, yang artinya: “Hendaklah

Page 28: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

9

hati-hati dengan teman semarga, terhadap boru haruslah melayani, dan kepada

hula-hula harus dengan sikap menyembah.” (Siahaan, 1982).

Dalihan na tolu merupakan tiang utama penyangga kehidupan seluruh

tatanan kebudayaan Batak yang terdiri dari hula-hula - dongan sabutuha - boru.

Di atas ketiga kaki tungku inilah seluruh tatanan sosio kultural disandarkan

(Harahap, 1987). Dalihan na tolu merupakan suatu bentuk kebudayaan

masyarakat Batak yang mengatur kekerabatan antarindividu. Dalihan na tolu

dapat dianalogikan dengan tiga kaki tungku-masak di dapur tempat menjajakan

periuk yang terdiri dari unsur pihak semarga, pihak yang menerima isteri dan

pihak yang memberi isteri. Dalihan na tolu merupakan salah satu dan merupakan

nilai utama dari nilai inti budaya suku Batak (Daulay, 2006).

Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalihan na

tolu adalah suatu bentuk kebudayaan berupa sistem kekerabatan yang mengatur

hubungan antar manusia masyarakat Batak yang merupakan nilai utama dari inti

budaya Batak yang terdiri dari ketiga unsur yaitu dongan sabutuha, hulahula, dan

boru. Unsur-unsur dalam dalihan na tolu dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dongan sabutuha, secara harafiah teman yang berasal dari kandungan

yang sama (sabutuha = sekandungan) atau dalam arti luas disebut sebagai

teman semarga. Marga merupakan satuan kelompok yang berasal dari jalur

keturunan yang sama yang berasal dari keturunan pihak ayah, hal tersebut

dikarenakan sistem kekerabatan orang Batak adalah patrilineal dimana

laki-laki membentuk kelompok kekerabatan dan perempuan menciptakan

hubungan besan dengan pihak yang lain (Vergouwen, 1986).

Page 29: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

10

2. Hula-hula, secara harafiah adalah pihak pemberi isteri. Misalkan sebuah

keluarga memiliki anak perempuan maka pihak perempuan itu menjadi

hula-hula bagi pihak suaminya. Prinsip yang dipegang teguh masyarakat

Batak ialah klen pria yang menerima seorang wanita menjadi anggotanya

karena kawin dengan putera dari klen tersebut maka klen pria sangat

berhutang budi kepada klen yang memberikan wanita tersebut. Sang

wanita dan klen suaminya harus tetap hormat menyembah hula-hula

seolah-olah sebagai sumber berkat. Hula-hula dianggap sebagai pemberi

kebahagiaan, ketentraman batin dan juga sumber kemakmuran.

3. Boru, secara harafiah diartikan sebagai pihak yang menerima isteri.

Misalkan sebuah keluarga memiliki anak perempuan, marga suami dari

anak perempuannya itu menjadi boru bagi marga kepala keluarga tersebut.

Ketiga unsur dalam dalihan na tolu tersebut saling betalian satu dengan yang lain

dan tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut karena setiap orang dapat menjadi

dongan sabutuha, boru, maupun hula-hula bagi individu yang lainnya. Hubungan

ini dapat digambarkan sebagai berikut: misalnya X adalah seorang suami dari Y.

Apabila X sedang berada pada keluarga Y maka ia berperan sebagai boru. Apabila

X sedang berada pada keluarganya maka ia berperan sebagai dongan tubu.

Sedangkan apabila X memiliki anak perempuan dan menikah dengan keluarga Z

maka X adalah hula-hula bagi keluarga Z.

Dalihan na tolu dapat dikategorikan sebagai wujud kebudayaan ideas,

activities, dan artifacts. Dikatakan sebagai ideas karena dalihan na tolu

merupakan suatu gagasan yang merupakan nilai inti dari masyarakat Batak dan

bertalian satu dengan yang lain. Dalam wujud yang demikian sifatnya sangat

Page 30: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

11

abstrak, tak dapat diraba maupun difoto. Apabila dalihan na tolu sudah

diimplementasikan dalam sebuah aktivitas seperti upacara adat dan kebiasaan

‘martutur’ maka wujud dari sistem kekerabatan ini adalah activities. Martutur

merupakan penelusuran mata rantai istilah kekerabatan jika ia berjumpa dengan

orang Batak lainnya. Hal tersebut untuk mengetahui apakah yang satu masih

kerabat dari yang lainnya dan bagaimana cara yang seharusnya untuk saling

bertutur sapa. Dalam wujud artifacts terlihat dalam ulos. Secara harafiah ulos

adalah selimut untuk menghangatkan badan. Ulos merupakan kain tradisional

Batak berupa selendang yang melambangkan ikatan kasih sayang antara orang tua

dan anak-anaknya atau antara seseorang dan orang lain. Pemberian ulos

didasarkan pada dalihan na tolu dimana seseorang hanya boleh mengulosi

(memberi ulos) orang lain yang menurut kekerabatan berada di bawahnya.

Misalnya orang tua boleh mangulosi anak, tetapi anak tidak boleh mangulosi

orang tua atau seorang boru tidak boleh mangulosi hula-hula.

Prinsip dalihan na tolu dijadikan konsep dasar kebudayaan Batak baik di

kampung halaman atau desa maupun tanah perantauan (Harahap, 1987). Desa

bagi masyarakat Batak merupakan suatu unit genealogis dan teritorial dimana

warga desa diikat oleh hubungan darah dari satu leluhur. Selain itu prinsip

tersebut digunakan dalam setiap upacara adat yang mencakup upacara adat

perkawinan, kematian, dll. Apabila tidak berdasarkan pada adat dalihan na tolu

maka tidak dapat dikatakan sebagai upacara adat Batak (Siahaan, 1982). Upacara

adat dikatakan berdasarkan adat dalihan na tolu apabila ia mengundang dongan

sabutuha, hula-hula, dan boru serta melakukan berbagai prosesi berdasarkan

ketentuan adat.

Page 31: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

12

Pada tahap yang lebih tinggi dalihan na tolu dihayati sebagai sistem

kognitif yang memberikan pedoman bagi orientasi setiap orang Batak. Hal ini

ditunjukkan dengan Pada tingkat selanjutnya, dalihan na tolu adalah pengetahuan

kolektif yang menentukan persepsi dan definisi terhadap realitas (Harahap, 1987).

Mekanisme dalihan na tolu menurut Sitorus (1998) berfungsi memelihara

kesatuan (integrasi) masyarakat Batak Toba. Hal tersebut dapat berlangsung

karena keluarga inti menjalankan fungsi-fungsi hula-hula, dongan tubu, dan boru

pada tempat, waktu, dan konteks peristiwa dan dengan cara yang benar. Fungsi-

fungsi itu adalah:

1. Hula-hula memberi pengayoman

2. Dongan sabutuha menanggung bersama beban ringan maupun berat

(solidaritas).

3. Boru “berkorban” untuk hula-hula.

Sekali keluarga inti berhenti menjalankan fungsi-fungsi di atas, maka

integrasi masyarakat akan terancam. Nasib prasyarat integrasi tersebut ditentukan

oleh sejauh mana terjadi keseimbangan dalam pelaksanaan tri-fungsi dalihan na

tolu. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut: apabila seseorang tidak

menjalankan peran berdasarkan statusnya maka peran tersebut tidak dapat

digantikan oleh orang lain yang mimiliki status yang berbeda. Keadaan ini

menjadikan adanya peran yang tidak dijalankan, contohnya: jika hula-hula tidak

menjalankan fungsinya, maka tidak ada yang memberikan pengayoman; jika

dongan sabutuha tidak menjalankan fungsinya, maka tidak ada yang menanggung

beban; jika boru tidak menjalankan fungsinya, maka tidak ada yang berkorban

atau melayani. Hal ini dapat mengancam integrasi masyarakat Batak.

Page 32: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

13

Sejalan dengan Sitorus, Daulay (2006) mengungkapkan bahwa fungsi dari

dalihan na tolu adalah menciptakan integrasi terhadap ketiga unsur dalihan na

tolu melalui perkawinan. Selain itu, fungsi dalihan na tolu merupakan pengenalan

garis keturunan pada setiap individu masyarakat Batak. Kekuatan kekerabatan

terwujud dalam pemakaian tutur atau sapa. Secara singkat, dalihan na tolu

mengatur mekanisme integritas dan identitas antar marga (clan). Nilai tersebut

diaplikasikan dalam bentuk sosial adat dalihan na tolu.

Segi khusus dalam pelaksanaan fungsi dalihan na tolu adalah proses

pertukaran apabila dua keluarga inti dihubungkan: satu melakukan fungsi hula-

hula dan satu lainnya melakukan fungsi boru. Pertukaran harusnya terjadi dalam

batas-batas keseimbangan, tidak ada yang merasa dirugikan, sehingga tidak

mengganggu integrasi masyarakat. Hubungan tersebut menjadikan affina bagi

individu yang satu dan lainnya; mereka menciptakan hubungan partondongan =

saling affina; tidak dipertalikan oleh hubungan darah. Fungsi hula-hula, dongan

tubu dan boru dilakukan dengan oleh keluarga inti yang berbeda, tetapi dalam

suatu ikatan interaksi (Sitorus, 1998).

2.3 Perilaku

Perilaku merupakan reaksi dari hasil interaksi antar individu dengan

rangsangannya atau lingkungannya. Menurut Goldmith sebagaimana dikutip

Lutfiah (2007) perilaku individu adalah segala sesuatu yang meliputi

pengetahuannya (knowledge) yang menjadi sikapnya (attitude), dan yang bisa

dikerjakan (action). Adapun perilaku muncul sebagai hasil interaksi antar individu

dengan lingkungannya. Dengan demikian perilaku juga dapat dikatakan sebagai

Page 33: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

14

reaksi yang terjadi karena adanya stimulus atau interaksi antara individu dengan

lingkungannya dan benar-benar dilakukan seseorang dalam bentuk tindakan.

Menurut Smith sebagaimana dikutip Sarwono (2002), perilaku manusia

sebagai makhluk sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari luar maupun

dari dalam. Perilaku bukanlah faktor yang kuat tetapi dapat berubah, diubah, dan

berkembang sebagai hasil interaksi individu yang bersangkutan dengan

lingkungannya.

Mengacu pada pendekatan psikologi, Mugniesyah (2006) mengungkapkan

bahwa perilaku individu mencakup domain atau ranah, yaitu:

1. domain atau ranah kognitif atau pengetahuan

2. domain atau ranah afektif atau sikap

3. domain psikomotorik atau keterampilan

Perubahan perilaku diperoleh dari hasil proses belajar. Secara sederhana

perubahan perilaku yang ingin dicapai oleh individu yang belajar adalah

perubahan pada aspek pengetahuan (knowladge), sikap (attitude), keterampilan

(skill). Bloom sebagaimana dikutip Mugniesyah (2006) mengembangkan

klasifikasi hasil atau tujuan belajar yang dilihat dari tiga ranah perilaku yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun rincian dari setiap ranah perilaku

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Ranah kognitif

a. Pengetahuan, pada tahap ini individu dapat mengingat berbagai hal

yang pernah tersimpan dalam ingatannya.

Page 34: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

15

b. Pemahaman, pada tahap ini individu mempunyai kemampuan untuk

menangkap makna dan arti dari berbagai hal yang pernah dilakukan

dan dipelajarinya. Pada tahap ini kemampuan individu dapat

ditunjukkan dengan menerangkan, menerjemahkan, dan/atau

menginterpretasikan sesuatu yang dilihat dan didengarnya dengan

menggunakan kata-kata sendiri.

c. Penerapan, kemampuan individu untuk mengaplikasikan (dalam

pikiran) apa yang telah dipelajari dengan menerapkannya pada suatu

kasus atau problem baru.

d. Analisa, kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-

bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat

dipahami dengan baik.

e. Sintesa, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan pola

baru.

f. Evaluasi, individu dapat memberikan penilaian terhadap suatu atau

membanding keunggulan dan kelemahan sesuatu atau beberapa hal,

bersama dengan pendapat itu dengan kriteria tertentu.

2. Ranah afektif

a. Penerimaan, mencakup kemampuan seseorang yang belajar untuk

menerima hal-hal yang baru atau sikap menerima terhadap sesuatu

dengan menunjukkan sikap mendengar dengan penuh perhatian, sadar

akan pentingnya belajar

b. Menanggapi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif

dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan

Page 35: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

16

dengan memberikan suatu reaksi dengan menunjukkan minat terhadap

sesuatu

c. Penilaian/penentuan sikap, mencakup kemampuan untuk memberikan

penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian

itu. Mulai dibentuk sikap menerima, menolak atau mengabaikan

d. Organisasi, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem

nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan

e. Menghayati, mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai

kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi

(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur

kehidupannya sendiri.

3. Ranah psikomotorik, hasil belajar melibatkan unsur saraf, otak, dan otot

yang ada pada tubuh dengan tujuah kategori hasil belajar, yaitu persepsi,

set, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa atau mekanis, gerakan

kompleks, adaptasi, kreativitas.

2.4 Sosialisasi dalam Proses pelembagaan

Untuk menciptakan hubungan manusia dalam lembaga kemasyarakatan

maka dirumuskan norma-norma masyarakat (Soekanto, 2002). Awalnya norma

dibuat secara tidak sengaja. Namun semakin lama norma dibuat secara sadar.

Setiap norma memiliki kadar kekuatan mengikat yang berbeda. Untuk melihat

kadar mengikatnya maka terdapat empat tingkatan norma, yaitu:

Page 36: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

17

1. Cara (usage), pada tingkatan ini norma memiliki kekuatan yang sangat

lemah. Cara (usage) lebih menonjol dalam hubungan individu dalam

masyarakat. Suatu penyimpangan terhadapnya hanya mendapat celaan dari

individu yang dihubunginya.

2. Kebiasaan (folkways), pada tingkat ini norma memiliki kekuatan mengikat

yang lebih besar. Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang diulang-

ulang dalam bentuk yang sama, merupakan bukti bahwa orang banyak

menyukai perbuatan itu. Kebiasaan merupakan perilaku yang diakui dan

diterima oleh masyarakat. Penyimpangan terhadapnya akan dianggap

sebagai penyimpangan terhadap kebiasaan umum dalam masyarakat.

3. Tata kelakuan (mores), mencerminkan sifat-sifat hidup dari kelompok

manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar maupun

tidak, oleh masyarakat dan anggota-anggotanya. Tata kelakuan, di satu

pihak memaksakan suatu perbuatan dan di pihak lain melarangnya,

sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota masyarakat

menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Tata

kelakuan penting karena tata kelakuan memberikan batas-batas pada

perilaku individu, mengidentifikasi individu dengan kelompoknya,

menjaga solidaritas antar anggota masyarakat.

4. Adat istiadat (custom), adat istiadat memiliki daya ikat yang tinggi dimana

pelanggaran terhadap adat istiadat mendapat sangsi yang keras yang secara

tidak langsung diperlakukan. Biasanya yang melakukan pelanggaran akan

dikeluarkan dari masyarakat.

Page 37: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

18

Norma-norma di atas mengalami proses yang pada akhirnya akan menjadi

bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Proses tersebut dinamakan proses

pelembagaan (institutionalization). Suatu norma tertentu dikatakan telah

melembaga apabila norma tersebut telah diketahui, dipahami dan dimengerti,

ditaati, dihargai. Proses pelembagaan tidak berhenti pada suatu tahap

institutionalized saja, tetapi menjadi internalized dimana para anggota masyarakat

dengan sendirinya berperilaku sejalan dengan perilaku yang sebenarnya

memenuhi kebutuhan masyarakat.

Proses pelembagaan norma diatas adalah menggunakan pengendalian

sosial. Pengendalian sosial merupakan suatu proses pengawasan, yang bersifat

mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga-warga masyarakat untuk

mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku. Pengendalian sosial dapat

dilakukan oleh individu terhadap individu lainnya (contoh: ibu mendidik anak

untuk menyesuaikan diri pada kaidah yang berlaku) atau mungkin dari individu

terhadap suatu kelompok sosial, dan selanjutnya dilakukan oleh suatu kelompok

kepada kelompok yang lainnya. Tujuan utama dari pengendalian sosial adalah

mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan yang ada dalam

masyarakat. Proses pengendalian sosial dapat bersifar prefentif atau represif, atau

bahkan kedua-duanya. Prefensi merupakan suatu pencegahan terhadap terjadinya

gangguan pada keserasian. Usaha prefentif dijalankan melalui sosialisasi,

pendidikan formal, dan informal. Sedangkan represif berwujud penjatuhan sanksi

terhadap masyarakat yang melanggar atau menyimpang dari kaidah yang berlaku

(Soekanto, 2002).

Page 38: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

19

Bentuk pengendalian sosial adalah sosialisasi. Sosialisasi merupakan

proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Selain itu sosialisasi

merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan dan pewarisan kebudayaan

serta tingkah laku dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Proses

sosialisasi ini dialami individu sejak lahir hingga meninggal dunia dan dalam

proses tersebut si individu belajar mengenali nilai, sikap, keahlian dan berbagai

peranan yang secara keseluruhan membentuk kepribadiannya, baik secara

langsung maupun tidak langsung dari keluarga maupun lingkungannya

(Adiwijaya dkk sebagaimana dikutip Siregar 2003).

Berkaitan dengan hal di atas maka George Ritzer sebagaimana dikutip

Soe’oed (1999) membagi siklus kehidupan manusia dalam empat tahap, yaitu:

1. Tahap kanak-kanak, pada tahap ini orang tua sangat berperan dalam

sosialisasi karena orang tua dinilai memiliki kewajiban untuk mengajarkan

kepada anaknya tentang kehidupan. Apa yang dilakukan orang tua pada

masa hidupnya sangat menentukan kepribadian tentang anak tersebut.

2. Tahap remaja, merupakan masa transmisi dari anak-anak menuju dewasa.

Sosialisasi pada tahap remaja dapat disebut sebagai suatu gejala “reverse

socialization” yang mengacu pada cara di mana orang yang lebih muda

dapat menggunakan pengaruh mereka kepada yang lebih tua.

3. Tahap dewasa, pada tahap ini sosialisasi merupakan proses dimana

individu dewasa mempelajari norma, nilai, dan peranan yang baru dalam

lingkungan sosial yang baru pula. Proses belajar di sini lebih intensif,

belum tentu sama dengan nilai, norma yang diperoleh pada kesempatan

Page 39: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

20

sebelumnya atau di lingkungan sosial yang lainnya, mungkin berbeda

bahkan bertentangan.

4. Tahap tua, proses sosialisasi bagi orang lanjut usia dimulai secara

perlahan-lahan. Ketika seorang mencapai lanjut usia maka mereka harus

bergantung kepada orang lain

Menurut Sunarto (1993), sosialisasi merupakan keseluruhan kebiasaan

yang dimiliki manusia baik dalam bidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan,

agama dan sebagainya yang harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu

masyarakat melalui suatu proses. Proses sosialisasi merupakan pembinaan dan

pengembangan budaya yang berlangsung berupa kegiatan-kegiatan yang

melibatkan generasi muda dalam rangkaian proses belajar dan penghayatan nilai-

nilai budaya yang berlaku di masyarakat dengan ajaran, bimbingan, keteladanan

dari generasi orangtua (Sucipto, 1998).

Menurut Fuller dan Sunarto (1993) terdapat empat agen sosialisasi, yang

terdiri dari:

1. Keluarga. Agen sosialisasi terdiri atas orangtua dan saudara kandung. Pada

masyarakat yang mengenal sistem keluarga luas, agen sosialisasi bisa

berjumlah banyak dan mencakup nenek, kakek, paman, bibi dan lainnya.

Pada tahap ini terjadi proses significant other dimana seorang anak mulai

belajar berkomunikasi secara verbal dan non-verbal. Kemampuan anak

akan mencapai tahap play-stage dalam pengambilan peranan orang lain. Ia

mulai mengidentifikasi diri sebagai diri seorang anak laki-laki dan anak

perempuan.

Page 40: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

21

2. Teman Bermain. Biasanya seorang anak yang tengah bepergian atau

merantau, maka anak tersebut akan memperoleh agen sosialisasi di luar

keluarga yaitu teman bermain baik yang terdiri dari kerabat maupun

tetangga atau teman sekolah. Pada tahap ini memasuki game stage.

3. Sekolah. Dalam sekolah, seorang anak akan mempelajari hal-hal baru yang

belum dipelajari sebelumnya dalam keluarga ataupun dalam kelompok

bermain.

4. Media Massa. Media massa sebagai agen sosialisasi yang berpengaruh

terhadap perilaku khayalaknya. Perkembangan teknologi yang semakin

maju telah meningkatkan kualitas pemberi pesan serta peningkatan

frekuensi pengenaan masyarakat sehingga memberi peluang yang semakin

tinggi bagi media massa untuk berperan sebaagai agen sosialisasi.

Menurut Van Doorm Lammers yang dikutip oleh Sajogyo dan Sajogyo

(1982) proses sosialisasi dilakukan melalui pengendalian sosial yang meliputi

empat proses sebagai berikut:

1. Proses ajar, didik, atau pewarisan. Proses belajar menurut Witting yang

dalam Muhibbin yang dikutip oleh Aminah (2007) menyatakan belajar

adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam

atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil dari

pengalaman. Proses belajar sosial terjadi dalam urutan yang meliputi tahap

perhatian, tahap penyimpanan dalam ingatan, tahap reproduksi, dan tahap

motivasi.

2. Dengan sanksi, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah

tindakan-tindakan atau hukuman untuk memaksa orang menepati

Page 41: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

22

perjanjian atau mentaati ketentuan undang-undang. Lubis sebagaimana

dikutip Aminah (2007) mengungkapkan bahwa sanksi dapat dibagi ke

dalam tiga bentuk yaitu: (a) sanksi fisik berupa kontrol negatif,

pengusiran, permusuhan, dan hukuman fisik; (b) sanksi ekonomi berupa

hukuman ekonomi, intimidasi ekonomi dan hadiah atau ganjaran ekonomi;

dan (c) sanksi psikologis berupa hukuman secara psikologis dan ganjaran

atau hadiah secara psikologis.

3. Ritus kolektif, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah

tata cara dalam upacara secara bersama-sama.

4. Alokasi posisi-posisi adalah adanya peranan-peranan tertentu yang

dilakukan berdasarkan status yang dimilikinya.

2.5 Berbagai Kasus Sosialisasi Tradisi di Indonesia

Proses sosialisasi terhadap tradisi atau kebudayaan juga dilakukan di

berbagai tempat di Indonesia. Berikut adalah contoh kasus proses sosialisasi

terhadap tradisi atau kebudayaan yang terjadi di Indonesia:

1. Proses ajar didik. Dalam masyarakat Tengger proses ajar melalui forum

formal dan informal. Pada forum formal dilakukan dengan melakukan

proses pengajaran di sekolah. Pengajaran mengenai adat dan tradisi

Tengger dilakukan bersama-sama dengan pelajaran agama Hindu maupun

PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan). Pengajaran mengenai

Adat tengger bahkan sudah mulai dirintis di tingkat Sekolah Menengah

Umum. Pada forum non formal dilakukan proses ajar-didik tata cara

upacara adat Entas-Entas yang dilakukan oleh tokoh adat. Tokoh adat

Page 42: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

23

mengajarkan tradisi tersebut saat persiapan upacara adat dimana pada saat

itu masyarakat dapat bebas menanyakan mengenai tradisi Entas-Entos

(Ambayoen, 2006). Dalam masyarakat Melayu Pontianak, proses ajar

didik dilakukan secara informal dengan melakukan pengajaran oleh orang

tua kepada anaknya mengenai tradisi Pantang Larang (Aminah, 2007).

Proses tersebut dilaksanakan apabila seseorang akan memasuki prosesi

perkawinan, masa kehamilan dan melahirkan pada saat itu orang tua

mengajarkan mengenai Pantang Larang agar dapat mengingat pantang

larang yang sedang dijalani.

2. Dengan sanksi. Pada masyarakat Melayu Pontianak sanksi berkenaan

dengan tradisi Pantang Larang disampaikan ketika upacara perkawinan

kepada calon pengantin, pada pasangan suami isteri di masa kehamilan

dan kelahiran (Aminah, 2007). Apabila mereka melanggar pantang larang

yang diberikan kepada mereka maka mereka akan mendapat dampaknya

pada diri mereka sendiri. Pada masyarakat Tengger sanksi diberikan

berupa hukuman moral dengan dikucilkan dari pergaulan apabila ada yang

meninggalkan upacara Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat.

Selain itu sanksi berupa imbalan terlihat dengan adanya penghargaan dan

pengakuan masyarakat berupa tingkat pengetahuan yang dimiliki

(pemberian predikat sebagai orang yang paham budaya), pada tahap

selanjutnya mereka dapat dicalonkan/ mencalonkan diri menjadi tokoh

adat seperti Legen, Wong Sepuh atau bahkan dicalonkan sebagai dukun

(Ambayoen, 2006).

Page 43: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

24

3. Ritus kolektif. Dalam masyarakat Tengger ritus kolektif ditunjukkan

dengan upacara-upacara adat seperti Entas-Entas, Praswala Gara, dan

Pujaan Kapat yang masih dilakukan doleh masyarakat Tengger dan

melibatkan banyak orang, sehingga generasi muda dan warga masyarakat

lainnya dapat mengikuti (Ambayoen, 2006). Secara khusus upacara adat

Pujaan Kapat semua masyarakat Desa dapat mengikuti upacara adat ini

dan mereka dapat merasa ikut memiliki hajat ini. Pada masyarakat Melayu

Pontianak ritus kolektif salah satunya ditunjukkan pada upacara adat

seperti prosesi perkawinan dan kehamilan. Pada saat itu orang tua atau

dukun kampung menyampaikan pantang larang kepada calon pengantin

dan calon orang tua bayi agar mereka dapat menjalakan pantang larang

dengan tepat (Aminah, 2007).

4. Alokasi posisi. Pada masyarakat Tengger alokasi posisi terlihat dari

kuatnya peranan kepala desa dalam melestarikan budaya Tengger dengan

mensosialisasikan berbagai ketentuan-ketentuan adat seperti penggunaan

pakaian adat di setiap upacara. Selain itu alokasi posisi juga terlihat dari

peran keluarga yang menjalin komunikasi dengan generasi muda untuk

mensosialisasikan kebudayaan Entas-Entas (Ambayoen, 2006). Pada

masyarakat Melayu Pontianak alokasi posisi terlihat dari kepatuhan yang

besar antara anak kepada orang tua berkenaan dengan tradisi Pantang

Larang, sehingga tradisi tersebut tetap dijalankan oleh generasi muda

(Aminah, 2007).

Page 44: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

25

2.6 Kerangka Pemikiran

Dalihan na tolu adalah salah satu bentuk kebudayaan Batak yang

dijadikan sebagai tiang utama penyangga kehidupan seluruh tatanan kebudayaan

Batak. Sebagai suatu bentuk dari kebudayaan dalihan na tolu bersifat tidak statis

dan adaptif. Hal tersebut dapat menyebakan adanya perubahan terhadap dalihan

na tolu sebagai akibat dari majunya ilmu pengetahuan, teknik serta

penggunaannya, komunikasi dan transport, serta pembauran dengan kebudayaan

lain. Oleh sebab itu, perlu adanya sosialisasi terhadap dalihan na tolu di kalangan

generasi muda Batak yang pada lingkungan perkotaan.

Sosialisasi terhadap dalihan na tolu dipengaruhi oleh agen sosialisasi

utama yaitu keluarga terutama orang tua (Sunarto, 1993). Pada penelitian ini,

aspek orang tua diukur dengan melihat faktor orang tua yang meliputi status orang

tua, keterlibatan dalam organisasi Batak, dan tingkat pendidikan. Sosialisasi

dalihan na tolu juga dipengaruhi adalah faktor individu dan faktor sosial (Rogers

dan Shoemaker, 1971). Pada penelitian ini faktor individu meliputi jenis kelamin,

usia, tingkat pendidikan, dan daerah asal, sedangkan faktor sosial pemuda

meliputi oleh keterlibatan individu dalam organisasi Batak dan teman bermain.

Sosialisasi terhadap dalihan na tolu dilakukan dengan sistem pengendalian

sosial. Pengendalian sosial dilakukan dengan empat komponen, yaitu proses ajar

didik, sanksi, alokasi posisi, ritus kolektif. Pengendalian sosial yang dilakukan

mempengaruhi perilaku generasi muda terhadap dalihan na tolu.

Perilaku dapat dilihat dari dua domain atau ranah perilaku yaitu komponen

pengetahuan dan sikap. Ranah psikomotorik (keterampilan) dalam dalihan na tolu

Page 45: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

26

tidak dibahas karena sulit untuk dikaji. Secara ringkas, hubungan variabel-variabel

tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan:

Bergubungan dengan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Proses Sosialisasi Dalihan Na Tolu, 2008

Proses sosialisasidalihan na tolu

• Proses ajardidik

• Sanksi• Alokasi posisi• Ritus kolektif

Perilaku

• Pengetahuan• Sikap

FaktorOrang tua

• Etnis• Keterlibatan Orang

Tua dalam organi-sasi Batak

• Tingkat pendidikanOrang tua

FaktorIndividu

• Jenis kelamin• Usia• Tingkat pendidikan

individu• Daerah asal

Faktor sosial individu

• Keterlibatanindividu dalamorganisasi Batak

• Teman bermain

Page 46: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

27

2.7 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan di atas maka

hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor orang tua (etnis, keterlibatan orang tua dalam organisasi Batak,

tingkat pendidikan) mempengaruhi proses sosialisasi dalihan na tolu.

2. Faktor individu (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, daerah asal)

mempengaruhi proses sosialisasi dalihan na tolu

3. Faktor sosial (keterlibatan dalam organisasi Batak, teman sepermainan)

mempengaruhi proses sosialisasi dalihan na tolu

4. Proses sosialisasi dalihan na tolu mempengaruhi pengetahuan dan sikap

pemuda Batak terhadap dalihan na tolu.

2.8 Definisi Operasional

1. Etnis adalah suku orang tua kandung (ayah dan ibu) dari responden.

Kategori etnis orang tua dari responden diukur dengan melihat dua

kategori yang terdiri dari:

a. Kedua orang tua responden bersuku Batak diberi skor 2

b. Salah satu orang tua responden yang bersuku Batak diberi skor 1

2. Keterlibatan orang tua dalam organisasi Batak adalah keikutsertaan orang

tua responden dalam kegiatan organisasi Batak. Berdasarkan hasil jawaban

responden melalui kuesioner, keterlibatan dalam organisasi Batak dalam

penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori yang terdiri dari:

a. Sedikit apabila orang tua responden terlibat 2 organisasi sosial Batak

Page 47: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

28

b. Tinggi apabila orang tua responden terlibat > 2 organisasi sosial Batak

3. Tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu) responden adalah jenjang

pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh orang tua responden

sampai pada wawancara berlangsung. Tingkat pendidikan diukur

berdasarkan hasil jawaban responden melalui kuesioner. Pemberian skor

dilakukan sebagai berikut: SD diberi skor 1, SMP diberi skor 2, SMU

diberi skor 3, Perguruan tinggi diberi skor 4. Selanjutnya, skor ayah dan

ibu dijumlahkan dan dikategorikan menjadi:

a. Rendah apabila skor < 5

b. Tinggi apabila skor 5

4. Jenis kelamin adalah identitas biologis responden yang terdiri dari:

a. Laki-laki diberi kode 1

b. Perempuan diberi kode 2

5. Usia adalah lama hidup responden dari sejak lahir sampai ketika

diwawancarai, diukur dalam tahun. Berdasarkan hasil jawaban responden

melalui kuesioner, usia responden dalam penelitian ini dikategorikan

menjadi 2 tingkatan, yaitu:

a. Rendah apabila Usia 17 - 20 tahun dan diberi skor 1

b. Tinggi apabila Usia 21 - 25 tahun dan diberi skor 2

6. Tingkat pendidikan individu adalah jenjang pendidikan formal tertinggi

yang pernah ditempuh responden sampai pada wawancara berlangsung.

Berdasarkan hasil jawaban responden melalui kuesioner, tingkat

Page 48: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

29

pendidikan responden dalam penelitian ini dikategorikan menjadi empat

tingkatan, yaitu:

a. SD diberi skor 1

b. SMP diberi skor 2

c. SMU diberi skor 3

d. Perguruan tinggi diberi skor 4

7. Daerah asal adalah lokasi tempat responden ketika dilahirkan. Daerah asal

responden dilihat dari 2 kategori yang meliputi:

a. Di luar Sumatera Utara diberi kode 1

b. Di Sumatera Utara diberi kode 2

8. Keterlibatan individu dalam organisasi sosial adalah keikutsertaan

responden dalam kegiatan organisasi Batak. Berdasarkan hasil jawaban

responden melalui kuesioner, keterlibatan dalam organisasi Batak dalam

penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori yang terdiri dari:

a. Sedikit apabila responden terlibat 1 organisasi sosial Batak

b. Tinggi apabila responden terlibat > 1 organisasi sosial Batak

9. Teman bermain adalah teman reponden yang berinteraksi secara intensif

rata-rata 2 kali seminggu dalam 6 bulan terakhir dengan responden dilihat

dari etnisnya. Teman responden dalam penelitian ini dilihat dari jumlah

teman responden yang berdasarkan sukunya. teman bermain responden

dikategorikan menjadi:

a. Sedikit apabila jumlah teman responden yang bersuku non Batak lebih

banyak daripada yang bersuku Batak

Page 49: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

30

b. Sedang apabila jumlah teman responden yang bersuku non Batak

berimbang dengan yang bersuku Batak

c. Tinggi apabila jumlah teman responden yang bersuku Batak lebih

banyak daripada yang bersuku non Batak

10. Proses sosialisasi adalah cara yang dilakukan oleh orang lain untuk

mengajarkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dalihan na tolu

terhadap responden. Proses sosialisasi terdiri dari empat aspek, yaitu:

a. Ajar didik adalah penjelasan berupa pengajaran yang pernah diberikan

oleh berbagai pihak kepada responden mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan dalihan na tolu. Proses ajar didik diukur dari

jawaban responden melalui kuesioner. Pertanyaan mengenai ajar didik

di kuesioner yaitu pertanyaan nomor 1 sampai 5 pada bagian 4.

b. Sanksi adalah hukuman dan ganjaran yang pernah diberikan oleh orang

lain kepada responden terhadap tindakan responden berkenaan dengan

ketentuan dalihan na tolu. Sanksi diukur dari jawaban responden

melalui kuesioner. Pertanyaan mengenai sanksi di kuesioner yaitu

pertanyaan nomor 6 sampai 4 dan nomor 10 sampai 11 pada bagian

empat.

c. Alokasi posisi adalah peran yang dilaksanakan oleh orang lain

berkenaan dengan statusnya dalam proses pelembagaan dalihan na

tolu. Diukur dari jawaban responden melalui kuesioner. Pertanyaan

mengenai alokasi posisi di kuesioner yaitu pertanyaan terbuka pada

nomor 1 sampai 11 pada bagian empat

Page 50: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

31

d. Ritus kolektif adalah aktivitas adat berupa upacara-upacara adat Batak

yang pernah dihadiri responden. Ritus kolektif diukur diukur dari

jawaban responden melalui kuesioner. Pertanyaan mengenai alokasi

posisi di kuesioner yaitu pertanyaan nomor 11 pada bagian empat.

Secara keseluruhan proses sosialisasi diukur dari jawaban responden

melalui kuesioner yaitu sebanyak 11 pertanyaan. Apabila responden

menjawab “Ya” maka diberi skor 2 dan jika menjawab “Tidak” diberi skor

1. Selanjutnya pengukuran proses sosialisasi adalah sebagai berikut:

a. Rendah apabila skor pertanyaan 16

b. Tinggi apabila skor pertanyaan > 16

11. Aspek kognitif adalah pengetahuan responden tentang dalihan na tolu.

Aspek kognitif diukur dengan mengajukan 14 pertanyaan berkenaan

dengan dalihan na tolu. Kategori aspek kognitif adalah sebagai berikut:

a. Rendah apabila jumlah pertanyaan benar < 8

b. Tinggi apabila jumlah pertanyaan benar 8

12. Aspek afektif adalah perasaan senang atau tidak senang responden

berkenaan dengan dalihan na tolu. Diukur dengan memberikan 10

pertanyaan mengenai sikap terhadap dalihan na tolu, mulai dari “sangat

setuju” diberi skor 5, “setuju” diberi skor 4, “ragu-ragu” diberi skor 3 ,

“tidak setuju” diberi skor 2, dan “sangat tidak setuju” diberi skor 1.

selanjutnya pengukuran aspek afektif adalah sebagai berikut:

a. Rendah apabila skor pertanyaan < 30

b. Tinggi apabila skor pertanyaan 30

Page 51: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

32

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yaitu pada suatu perkumpulan

masyarakat Batak di Sarua Permai, Ciputat yang bernama Parsahutaon Dalihan

na tolu. Penelitian dilakukan pada pemuda Parsahutaon Dalihan na tolu. Lokasi

penelitian dipilih berdasarkan kemudahan akses dan pertimbangan bahwa

Parsahutaon Dalihan na tolu merupakan suatu kelembagaan Batak yang berada

pada masyarakat perkotaan dan para pemudanya telah membentuk suatu

kelembagaan baru yang berada pada naungan kelembagaan Parsahutaon Dalihan

na tolu.

Proses penelitian dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Mei dan

Juni 2008. Waktu penelitian terdiri dari wawancara kuesioner (10 sampai dengan

25 Mei 2008) dan wawancara kelompok (1 Juni 2008 dan 7 Juni 2008).

Pengolahan data dan penulisan hasil laporan dilakukan selama satu bulan, yaitu

pada bulan Juni 2008.

3.2 Teknik Pemilihan Reponden

Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah anggota

pemuda Parsahutaon Dalihan na tolu masyarakat Batak di Sarua Permai-Ciputat,

orang tua pemuda dan pendiri perkumpulan masyarakat Batak di Sarua Permai-

Ciputat untuk memperoleh gambaran mengenai lokasi penelitian.

Page 52: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

33

Penentuan sampel bagi responden dilakukan dengan menggunakan metode

sampel jenuh yang menjadikan seluruh populasi menjadi sampel penelitian.

Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 60 orang. Namun karena beberapa

pemuda parsahutaon yang melaksanakan pendidikan dan bekerja di luar Ciputat

serta ada pemuda yang pindah sementara, maka yang menjadi sampel penelitian

hanya berjumlah 40 orang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif

dilakukan melalui metode survai. Metode survai adalah penelitian yang

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok

(Singarimbun, 1995). Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan mengenai sosialisasi

sistem kekerabatan dalihan na tolu pada generasi muda yang terdiri dari faktor

orang tua, faktor individu, aktivitas sosial, dan proses sosialisasi dalihan na tolu.

Kuesioner dapat dilihat pada lampiran 1.

Pada awalnya peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan

kuesioner kepada seluruh pemuda Batak yang berada di Sarua Permai. Jumlah

responden adalah 40 orang. Kuesioner yang terkumpul kemudian diolah. Dari

hasil pengolahan data kemudian dipilih 10 responden secara purposive untuk

dijadikan subyek dalam wawancara kelompok melalui pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati (Moleong, 2000). Instrumen pengumpulan data yang digunakan

Page 53: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

34

berupa pedoman wawancara guna melengkapi hasil penelitian kuantitatif.

Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran 2. Selanjutnya pengumpulan

data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada orang tua dari pemuda

untuk memperkuat hasil penelitian sebelumnya. Wawancara kemudian dilakukan

kepada Bapak Ch. Sihombing yang merupakan tokoh di Parsahutaon Dalihan na

tolu untuk memperoleh gambaran mendalam mengenai dalihan na tolu.

Data sekunder diperoleh dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

tangga Parsahutaon Dalihan na tolu melalui pengurus parsahutaon. Hal ini

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai gambaran umum

lokasi penelitian dan data anggota Pemuda Parasahutaon Dalihan na tolu.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data primer kuantitatif kemudian ditabulasi dan diuji dengan

menggunakan uji statistik non-parametrik melalui uji Chi-Square untuk melihat

hubungan antar variabel dengan data berskala nominal. Sementara itu, untuk data

dengan skala ordinal diolah dengan menggunakan uji Korelasi Spearman.

Pengolahan data untuk Chi-Square dan uji Spearmen dilakukan dengan

menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 13.0. Hal ini

dilakukan guna ketepatan, kecepatan proses perhitungan, dan kepercayaan hasil

pengujian. Hasil dari pengolahan tersebut kemudian dilakukan analisis dan

diinterpretasikan untuk memperoleh kesimpulan.

Dalam penelitian ini uji Chi-Square untuk melihat hubungan antara jenis

kelamin dan proses sosialisasi serta hubungan tempat lahir dengan proses

Page 54: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

35

sosialisasi. Rumus Chi-Square berdasarkan buku Metedologi Penelitian Survay

oleh Singarimbun (1995) adalah:

(f0 – ft)²

² =

ft

Keterangan: ² = Kai kuadrat

f0 = Frekuensi yang diperoleh melalui survay

ft = Frekuensi yang diharapkan

Selain itu uji Korelasi Rank Spearman untuk menguji hubungan faktor

orang tua reponden (meliputi: etnis orang tua reponden, keterlibatan dalam

organisasi sosial, tingkat pendidikan), faktor individu (tingkat pendidikan, usia,

daerah asal), faktor sosial responden (teman bermain, keterlibatan dalam

organisasi sosial) terhadap proses sosialisasi dan proses sosialisasi terhadap

tingkat kognitif dan afektif. Untuk melihat hubungan yang nyata atau tidak, maka

P-value dibandingkan dengan taraf nyata 5 % atau 0.05 dan selang kepercayaan

95 %. Nilai Rs akan berada pada selang -1 hingga +1, semakin mendekati -1 atau

+1 artinya korelasi antara kedua variabel semakin erat atau dengan kata lain

variabel x berpengaruh semakin nyata terhadap variabel y. Tanda positif dan

negatif menggambarkan ke arah pengaruhnya, dimana tanda positif menunjukkan

searah, sedangkan tanda negatif menunjukkan hubungan berlainan arah. Menurut

Walpole (1995), tingkat hubungan antar variabel penelitian berdasarkan kesalahan

tersebut sebagai berikut:

Page 55: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

36

• 0,80 - 1,00 = variabel-variabel penelitian berhubungan sangat kuat

• 0,60 - 0,79 = variabel-variabel penelitian berhubungan kuat

• 0,40 - 0,59 = variabel-variabel penelitian berhubungan sedang

• 0,20 - 0,30 = variabel-variabel penelitian berhubungan lemah

• 0,01 - 0,19 = variabel-variabel penelitian berhubungan sangat lemah

Page 56: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

37

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kompleks Sarua Permai-Benda Baru

Penelitian ini dilakukan di Kompleks Sarua Permai. Lokasi tersebut

terletak di Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kabupaten Tangerang

dan berbatasan dengan Provinsi Banten dan DKI Jakarta. Kompleks ini terdiri dari

delapan Rukun Warga (RW). Peta Kompleks Sarua Permai dapat dilihat pada

Lampiran 3.

` Penduduk di Kompleks Sarua Permai merupakan penduduk yang

heterogen. Hal tersebut ditandai dari keragaman etnis warganya. Penduduk di

Sarua Permai sebagian besar didominasi oleh etnis Jawa, Sunda, dan Batak. Selain

ketiga etnis tersebut juga terdapat etnis Manado, Minang, Bugis, dan Tionghoa.

Setiap etnis memiliki kedekatan interpersonal yang tinggi dengan sesama

etnisnya. Kedekatan tersebut menyebabkan beberapa etnis membentuk suatu

kelembagaan nonformal. Tujuannya adalah mempererat hubungan antar setiap

individu dan mempertahankan kebudayaan daerah asal. Salah satu etnis yang

membentuk kelembagaan adalah etnis Batak yang diberi nama Parsahutaon

Dalihan na tolu.

Interaksi antar setiap warga seetnis terlihat ketika ada anggota etnisnya

yang terimpa kemalangan seperti kematian. Warga seetnis akan terlebih dahulu

membantu dibanding warga lain. Warga seetnis bersama-sama masyarakat lain

akan saling memberikan bantuan baik material maupun imaterial. Bantuan

material yang diberikan berupa sejumlah uang, sedangkan bantuan imaterial yang

Page 57: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

38

diberikan berupa dukungan moral dan tenaga untuk mempersiapkan hal-hal yang

dibutuhkan berkaitan dengan rangkaian acara sampai pada penguburan. Persiapan

tersebut di antaranya adalah menyediakan makanan dan minuman untuk para

tamu, mendirikan tenda, maupun membereskan rumah duka sebelum para tamu

datang untuk melayat. Selain kemalangan warga seetnis bekerja sama pada

peristiwa pernikahan dengan memberikan bantuan moral dan material. Etnis lain

juga ikut serta memberikan partisipasi dengan menghadiri peristiwa tersebut.

Interaksi antar warga yang berbeda etnis berlangsung rukun dan harmonis.

Hal ini terlihat ketika warga ikut serta dalam program perbaikan jalan yang

berlangsung dari tahun 2002 sampai tahun 2006. Pada saat itu delapan RW yang

terdapat di Kompleks Sarua Permai memutuskan untuk membentuk panitia

perbaikan jalan dan menerapkan iuran sebesar Rp 1000,- per hari untuk warga

yang keluar atau masuk kompleks dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Hubungan antar etnis terlihat juga dalam kegiatan perayaan hari

kemerdekaan. Kegiatan tersebut diantaranya perlombaan olahraga, perlombaan

hiburan, dan “Karnaval Agustusan” dimana anak-anak diwajibkan untuk memakai

pakaian daerah dan berkeliling kompleks. Pada acara puncak perayaan diadakan

acara hiburan berupa nyanyian, pembacaan puisi, dan persembahan tari-tarian

tradisional. Pada peristiwa Idul Fitri juga terjadi interaksi antar warga yang

berbeda etnis. Pada saat itu warga saling bermaafan dan saling mengunjungi

rumah warga lain terutama yang tidak mudik. Bagi warga yang mudik dan belum

sempat melakukan hal tersebut, maka digelar acara Halal Bihalal di beberapa RT

untuk silaturahmi dan saling bermaafan antar warga yang seetnis maupun berbeda

etnis.

Page 58: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

39

4.2 Gambaran Umum Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai

Perkumpulan parsahutaon di Sarua Permai, Ciputat dibentuk pada hari

Sabtu tanggal 7 September 1985 oleh Masyarakat Batak di Perumahan Sarua

Permai-Benda Baru dan sekitarnya, dan diberi nama Parsahutaon Dalihan na

tolu. Nama tersebut diambil dari inti kebudayaan Batak yang mengatur hubungan

antarindividu dalam masyarakat Batak. Parsahutaon merupakan suatu

perkumpulan masyarakat Batak yang memiliki kedekatan tempat tinggal.

Kegiatan dalam parsahutaon seperti menghadiri upacara adat Batak berperan

dalam proses pelembagaan dalihan na tolu.

Parsahutaon Dalihan na tolu adalah perkumpulan yang berlandaskan pada

adat Batak dan persaudaraan yang bertumpu pada keturunan si Raja Batak yang

merupakan nenek moyang dari masyarakat Batak. Perkumpulan Parsahutaon

Dalihan na tolu merupakan perkumpulan yang menjalankan kasih, kekeluargaan,

dan sosial. Tujuan dari Perkumpulan Parsahutaon Dalihan na tolu adalah (1)

menuju kesatuan hati dan kesamaan pendapat antar setiap anggota Parsahutaon

Dalihan na tolu, (2) saling tolong menolong dalam setiap kegiatan adat antar

sesama anggota baik dalam peristiwa sukacita maupun kegiatan dukacita, (3)

memperbaiki dan menetapkan hal yang berhubungan dengan adat Batak yang

sesuai dengan kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang sehingga menuju

kesatuan adat yang lebih baik (Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Parsahutaon Dalihan na tolu, 2006).

Pada awal dibentuk, Parsahutaon Dalihan na tolu terdiri dari 20 kepala

Keluarga. Saat ini anggota Parsahutaon Dalihan na tolu terdiri dari 70 kepala

keluarga. Dalam melakukan pengkoordinasian kepada setiap kepala keluarga,

Page 59: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

40

maka dibentuklah lima komisaris yang dikoordinir oleh seorang koordinator pada

setiap daerahnya. Wilayah suatu komisaris disesuaikan dengan tempat tinggal

anggota Parsahutaon Dalihan na tolu. Komisaris memimpin 15 kepala keluarga.

Anggota Parsahutaon Dalihan na tolu adalah seluruh masyarakat Batak

yang merupakan keturunan dari si Raja Batak dan bertempat tinggal di Sarua

Permai-Benda Baru dan sekitarnya yang telah mendaftarkan dirinya untuk

menjadi anggota. Seluruh Masyarakat Batak di Sarua Permai dan Benda Baru

telah mendaftar menjadi anggota Parsahutaon Dalihan na tolu. Akan tetapi,

hanya 50 anggota yang aktif mengikuti setiap kegiatan di Parsahutaon Dalihan

na tolu dan menjalankan kewajibannya sebagai anggota parsahutaon. Setiap

anggota Parsahutaon Dalihan na tolu memiliki kewajiban sebagai berikut:

1. Membayar iuran yang telah ditetapkan sebesar Rp 10.000,- setiap bulan

dan memberikan waktu serta sumbangan pikiran untuk keperluan

Parsahutaon Dalihan na tolu. Apabila terdapat anggota yang tidak

membayar iuran maka parsahutaon tidak menjalankan kegiatannya untuk

mengunjungi mereka ketika sakit, penghiburan apabila ada yang

meninggal maupun pernikahan.

2. Menjalankan peraturan yang tertuang dalam Anggaran dasar dan

Anggaran Rumah Tangga (AD & ART) Parsahutaon Dalihan na tolu

serta keputusan lain diluar AD & ART

3. Mengikuti kegiatan yang dilaksanakan Parsahutaon Dalihan na tolu baik

dalam kegiatan yang bersifat kebahagiaan dan kemalangan.

Page 60: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

41

Hak anggota Parsahutaon Dalihan na tolu adalah sebagai berikut:

1. Memberikan bantuan baik berupa moral dan material untuk membangun

Parsahutaon Dalihan na tolu

2. Memilih dan dipilih untuk menjadi pengurus Parsahutaon Dalihan na tolu

3. Memberikan ide, kemampuan, dan perilaku untuk menciptakan kerukunan

Parsahutaon Dalihan na tolu

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Parsahutaon Dalihan na tolu

adalah sebagai berikut:

1. Arisan setiap Bulan yang dilaksanakan pada minggu pertama awal bulan

yaitu pada hari Sabtu. Setiap anggota yang mengikuti arisan diwajibkan

membayar iuran sebesar Rp 50.000,-. Kegiatan tersebut dikoordinasikan

oleh seksi arisan. Anggota Parsahutaon yang mengikuti Arisan sebanyak

30 orang. Sedikitnya anggota yang mengikuti arisan karena beberapa

anggota memiliki kegiatan lain yang bersamaan dengan waktu

pelaksanaan arisan. Arisan bulanan dilakukan di rumah anggota yang

mengikuti kegiatan arisan secara bergiliran dan tuan rumah menyediakan

makanan dan minuman. Kegiatan arisan dilakukan untuk tetap menjalin

komunikasi dan tatap muka antar sesama anggota parsahutaon.

2. Kunjungan terhadap anggota yang sakit. Kegiatan ini dilaksanakan kepada

semua anggota parsahutaon yang sakit baik yang dirawat di rumah

maupun di rumah sakit. Pengurus mengeluarkan anggaran sebanyak Rp

50.000,- apabila terdapat anggota yang sakit.

3. Memberikan penghiburan (mangapuli) terhadap anggota keluarga yang

mengalami kemalangan (kematian). Pada saat anggota keluarga

Page 61: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

42

parsahutaon ada yang meninggal, para pengurus dan anggota yang lain

langsung datang ke rumah duka dan mempersiapkan keperluan untuk

kelangsungan upacara adat. Pada saat upacara berlangsung para anggota

juga membantu hal-hal yang berkaitan dengan upacara adat. Kegiatan ini

berada dibawah koordinasi dari dongan sabutuha yang meninggal.

Dongan sabutuha juga berkoordinasi dengan tuan rumah. Setelah satu

sampai dua minggu kemudian pengurus dan anggota mengunjungi kembali

ke rumah duka untuk memberikan penghiburan kepada keluarga yang

berduka. Acara penghiburan tersebut terdiri dari ucapan belasungkawa dari

seorang mewakili kaum ibu, seorang mewakili kaum bapak, dan seorang

mewakili pemuda. Selanjutnya, pengurus mengeluarkan anggaran kepada

keluarga yang berduka sebesar Rp 100.000,-

4. Menghadiri pernikahan anggota Parsahutaon Dalihan na tolu. Pada saat

pernikahan pengurus mempersiapkan ulos atau tumpak (sumbangan) untuk

diserahkan kepada pengantin. Penyerahan ulos (mangulosi) atau tumpak

dilakukan oleh salah seorang dari pengurus kepada pengantin.

5. Merayakan bona taon (pembukaan tahun) di awal tahun bersama-sama

dengan seluruh anggota Parsahutaon Dalihan na tolu. Bona taon diadakan

di rumah salah satu anggota parsahutaon. Pada kegiatan ini anggota

parsahutaon saling membantu untuk kelangsungan acara ini. Bantuan

tersebut dapat dilakukan dengan memberikan kontribusi baik secara

material maupun imaterial.

Page 62: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

43

6. Merayakan hari raya Natal bersama dengan seluruh anggota Parsahutaon

Dalihan na tolu. Para anggota parsahutaon saling membantu untuk

kelangsungan acara ini baik secara material maupun imaterial.

Struktur organisasi Parsahutaon Dalihan na tolu terdiri dari ketua dan

wakil ketua, sekertaris dan wakil serksertaris, bendahara dan wakil bendahara,

komisaris-komisaris, seksi-seksi yang meliputi seksi kerohanian, seksi

kebudayaan, seksi pemuda, dan seksi arisan.

4.3 Gambaran Penggunaan Dalihan Na Tolu di Parsahutaon Dalihan Na ToluSarua Permai Ciputat

Parsahutaon berperan dalam berbagai upacara adat, bahkan parsahutaon

dijadikan sebagai pelengkap dalihan na tolu dimana apabila suatu upacara adat

tidak dihadiri oleh parsahutaon, maka upacara adat tersebut tidak dapat berjalan.

Dalam upacara adat Batak hula-hula selalu dihormati, dongan sabutuha

mendampingi dan saling membantu dengan pihak tuan rumah, boru membantu

dongan sabutuha untuk melayani para tamu, sedangkan parsahutaon ikut

membantu dan memberikan sumbangan berupa tumpak atau ulos. Dokumentasi

upacara adat Batak dapat dilihat pada Lampiran 6.

Pada upacara pernikahan adat Batak dalihan na tolu digunakan pada setiap

prosesi adat. Upacara pernikahan didahului dengan penyambutan dongan

sabutuha dan hula-hula. Setelah seluruh dongan sabutuha dan hula-hula

memasuki ruangan maka dilanjutkan makan siang dan manumpaki atau

memberikan sumbangan kepada pengantin atau orang tua pengantin. Selanjutnya

adalah acara memberikan ulos. Pemberian ulos diawali oleh hula-hula yang

Page 63: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

44

memberikan ulos kepada kedua orang tua pria, kemudian ulos dari orang tua

pengantin wanita kepada pengantin pria yang dinamakan ulos besan, dan

pemberian ulos kepada suhi ngampang na opat. Setelah prosesi tersebut selesai

maka dilanjutkan dengan pemberian tumpak atau ulos dari parsahutaon kepada

pengantin. Tupak diberikan apabila parsahutaon mendapat undangan dari pihak

pengantin pria, sedangkan ulos diberikan apabila mendapat undangan dari pihak

pengantin wanita. Setelah pemberian tumpak dilanjutkan dengan prosesi

mangulosi tulang, baik tulang dari pihak pengantin pria maupun wanita.

Pada upacara kematian dalihan na tolu diperlihatkan dalam prosesi adat

kematian dan dalam mempersiapkan berbagai hal berkaitan dengan upacara adat.

Ketika ada keluarga yang berduka parsahutaon bekerjasama dengan dongan

sabutuha keluarga untuk membantu menyiapkan berbagai hal yang berkaitan

dengan upacara adat. Parsahutaon adalah orang yang terlebih dulu datang

membantu karena dianggap sebagai saudara terdekat. Pada upacara ini

parsahutaon memberikan tumpak kepada keluarga yang berduka. Apabila terdapat

kekurangan dana dalam pelaksanaan upacara adat maka dongan sabutuha saling

membantu untuk mengatasi kekurangan tersebut.

Dalihan na tolu juga digunakan dalam upacara adat untuk memasuki

rumah baru. Upacara adat ini dihadiri oleh hula-hula, dongan sabutuha, boru, dan

parsahutaon. Pada acara ini dongan sabutuha mendampingi tuan rumah, hula-

hula membawa beras, sedangkan boru melayani tamu.

Selain pada upacara adat dalihan na tolu terdapat dalam keseharian

masyarakat Batak. Pada saat pertemuan keluarga, peranan setiap unsur dalam

dalihan na tolu tetap dijalankan. Ketika ada suatu pertemuan keluarga dongan

Page 64: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

45

sabutuha menjadi tuan rumah sedangkan boru membantu dongan sabutuha untuk

mempersiapkan kebutuhan seperti mempersiapkan makanan dan minuman.

Apabila hula-hula juga hadir dalam pertemuan tersebut maka ia menjadi tamu dan

wajib untuk dilayani.

Dalihan na tolu tidak hanya dijalankan pada saat pertemuan keluarga.

Ketika ada permasalahan seperti kesulitan keuangan, ada anggota keluarga yang

putus sekolah, atau ada keluarga yang membutuhkan pekerjaan maka dongan

sabutuha wajib untuk membantunya. Hal ini terjadi juga di Parsahutaon Dalihan

na tolu dimana terdapat anggota parsahutaon yang ikut membantu saudara

terdekatnya dengan menyekolahkan atau hanya sekedar memberi tumpangan

tempat tinggal. Oleh sebab itu, ketika seseorang ingin bermigrasi dari kampung

halaman (Sumatera Utara) ke Jakarta, ia akan terlebih dahulu mencari dongan

sabutuha-nya. Ini memperlihatkan bahwa dalihan na tolu tidak hanya

mengandung unsur kebudayaan tetapi juga mengandung unsur ekonomi.

4.4 Perkumpulan Pemuda Naposo Bulung Parsahutaon Dalihan Na Tolu

Pada tanggal 3 April 2005 Parsahutaon Dalihan na tolu membentuk

sebuah perkumpulan pemuda di bawah naungan organisasi yang sama dan diberi

nama Naposo Bulung Parsahutaon Dalihan na tolu. Perkumpulan tersebut

dibentuk guna menampung kegiatan-kegiatan pemuda Parsahutaon Dalihan na

tolu. Anggota dari Naposo Bulung Parsahutaon Dalihan na tolu berjumlah 60

orang yang terdiri dari pemuda-pemudi masyarakat Batak yang belum menikah.

Anggota perkumpulan ini tidak hanya bagi pemuda yang orang tuanya terdaftar

sebagai anggota Parsahutaon Dalihan na tolu saja tetapi juga pemuda Batak yang

Page 65: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

46

bertempat tinggal di Sarua Permai dan Benda Baru. Hal tersebut karena ada

sebagian pemuda yang bermigrasi dari kampung halaman (Sumatera Utara) untuk

bersekolah dan tinggal di rumah saudara mereka di Sarua Permai-Benda Baru.

Tujuan dari Naposo Bulung Parsahutaon Dalihan na tolu adalah memupuk

kesatuan dan kebersamaan keluarga besar Naposo Bulung Parsahutaon Dalihan

na tolu dan meningkatkan pelayanan rohani bagi keluarga besar Naposo Bulung

Parsahutaon Dalihan na tolu. Berbeda dengan organisasi pokoknya (Parsahutaon

Dalihan na tolu) naposo bulung dalihan na tolu lebih bertumpu pada pedoman

kerohanian daripada kebudayaan atau adat.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Parsahutaon Dalihan na tolu

adalah sebagai berikut:

1. Melakukan kebaktian bulanan yang biasa diadakan pada minggu ketiga

setiap bulannya

2. Mengunjungi anggota yang sakit

3. Memberikan penghiburan (mangapuli) terhadap anggota keluarga yang

mengalami kemalangan (meninggal, musibah dan bencana alam, dll)

4. Merayakan Bona Taon (pembukaan tahun) di awal tahun bersama-sama

dengan seluruh anggota Parsahutaon Dalihan na tolu

5. Merayakan hari raya Natal bersama dengan seluruh anggota Parsahutaon

Dalihan na tolu

Struktur organisasi Naposo Bulung Parsahutaon Dalihan na tolu terdiri

dari ketua, sekertaris, bendahara, dan seksi-seksi yang meliputi seksi kerohanian,

seksi olahraga, seksi humas.

Page 66: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

47

4.5 Faktor Pribadi Responden

Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 orang yang

diambil secara keseluruhan pada pemuda Batak yang bertempat tinggal di Sarua

Permai. Secara lebih rinci jumlah dan persentase responden penelitian menurut

ciri individunya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Ciri Individu diParsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008

Faktor Kategori Jumlah Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 16 40,0

Perempuan 24 60,0

Usia 17 – 20 11 27,5

21 – 25 29 72,5

Tingkat Pendidikan SD 1 2,5

SMP 4 10,0

SMA 27 67,5

Perguruan Tinggi 8 20,0

Tempat Lahir Luar Sumatera Utara 35 87,5

Sumatera Utara 5 12,5

Berdasarkan Tabel 1 maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan. Responden perempuan berjumlah 24 orang (60

persen). Sedangkan responden pria sebanyak 16 orang (40 persen).

Jika dilihat dari usianya, kisaran usia responden dalam penelitian ini

adalah 17 sampai 25 tahun. Selanjutnya kisaran tersebut dibagi ke dalam dua

tingkatan yaitu usia tinggi dan rendah. Responden sebagian besar berada pada usia

tinggi yaitu usia 21 sampai 25 tahun (72,5 persen), sedangkan responden yang

berada pada kisaran usia rendah yaitu sebesar 11 orang (27,5 persen).

Page 67: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

48

Dalam penelitian ini, faktor pribadi responden juga dilihat dari tingkat

pendidikannya. Tingkat pendidikan responden adalah jenjang pendidikan formal

tertinggi yang telah dilalui oleh responden. Persentase pendidikan formal

responden paling banyak berada pada jenjang pendidikan SMA (67,5 persen). Hal

tersebut karena sebagian besar responden masih menjalani pendidikan di

Perguruan tinggi sedangkan pengukuran tingkat pendidikan formal pada

penelitian ini dilihat dari jenjang pendidikan formal terakhir yang telah

ditamatkan oleh responden. Selanjutnya, jenjang pendidikan formal responden

penelitian adalah Perguruan Tinggi (20 persen), SMP (10 persen), dan SD (2,5

persen).

Faktor selanjutnya adalah tempat lahir. Sebagian besar responden pada

penelitian ini dilahirkan di luar Sumatera Utara yaitu sebesar 35 orang (87,5

persen). Hal ini dikarenakan orang tua responden telah terlebih dahulu bermigrasi.

Responden yang lahir di Sumatra Utara yaitu sebesar 5 orang (12,5 persen).

Sebagian besar responden yang dilahirkan di Sumatera Utara melakukan migrasi

ketika responden telah lulus pada jenjang pendidikan tertentu untuk melanjutkan

sekolah atau mencari pekerjaan di Jakarta dan mereka tinggal bersama dengan

kerabatnya.

4.6 Faktor Sosial Responden

Faktor sosial responden dalam penelitian ini dilihat dari keterlibatan

responden dalam organisasi Batak dan teman bermain responden. Jumlah dan

persentase faktor sosial responden dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 68: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

49

Keterlibatan dalam organisasi penelitian ini dilihat dari jenis

organisasinya, yaitu organisasi Batak. Pengkategorian keterlibatan responden

dalam organisasi Batak adalah sebagai berikut: apabila responden terlibat kurang

dari sama dengan satu organisasi Batak maka keterlibatan responden dalam

organisasi Batak tergolong rendah, sedangkan apabila responden terlibat lebih dari

satu organisasi Batak, maka keterlibatan dalam organisasi tergolong banyak.

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Sosial diParsahutaon dalihan na tolu Sarua Permai, 2008

Faktor Kategori Jumlah Persentase

Keterlibatandalam organisasiBatak

Sedikit 27 67,5

Banyak 13 32,5

Teman bermain Sedikit 16 40,0

Sedang 5 12,5

Banyak 19 47,5

Berdasarkan Tabel 2 maka dapat dilihat bahwa reponden yang sedikit

terlibat dalam organisasi Batak lebih banyak dibandingkan responden dengan

keterlibatan dalam organisasi Batak yang banyak. Responden dengan keterlibatan

dalam organisasi Batak yang sedikit berjumlah 27 orang (67,5 persen), sedangkan

responden dengan keterlibatan yang banyak berjumlah 13 orang (32,5 persen).

Faktor sosial lain yang dilihat dari reponden adalah teman bermain. Teman

bermain dalam penelitian ini adalah teman yang berinteraksi secara intensif rata-

rata dua kali seminggu dalam enam bulan terakhir dengan responden dilihat dari

sukunya.

Berdasarkan pada Tabel 2 maka responden dengan teman bermain bersuku

Batak yang banyak adalah 19 orang (47,5 persen), sedangkan responden dengan

Page 69: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

50

teman bermain bersuku Batak yang sedikit yaitu 16 orang (40,0 persen) dan teman

bermain bersuku Batak yang sedang yaitu 5 orang (12,5 persen).

4.7 Faktor Orang Tua Responden

Faktor orang tua responden dapat dilihat dari etnis orang tua, keterlibatan

dalam organisasi Batak, dan tingkat pendidikan. Jumlah dan persentase faktor

orang tua responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Orang Tua diParsahutaon dalihan na tolu Sarua Permai, 2008

Faktor Kategori Jumlah Persentase

Etnis orang tua Salah satu Batak 6 15,0

Keduanya Batak 34 85,0

Keterlibatandalam organisasiBatak

Sedikit 23 57,5

Banyak 17 42,5

Tingkatpendidikan

Rendah 2 5,0

Tinggi 38 95,0

Faktor orang tua yang pertama adalah etnis orang tua. Kategori dari etnis

orang tua meliputi salah satu orang tua (ayah atau ibu) beretnis Batak dan kedua

orang tua (ayah dan ibu) beretnis Batak.

Berdasarkan Tabel 3 maka jumlah terbanyak adalah responden yang kedua

orang tuanya beretnis Batak yaitu sebanyak 34 orang (85 persen), sedangka

responden yang salah satu orang tuanya beretnis Batak berjumlah 6 orang (15

persen). Hasil ini memperlihatkan bahwa terdapat kecenderungan bagi masyarakat

Batak yang tinggal di perkotaan untuk menikah dengan orang yang bersuku lain.

Akan tetapi, untuk tetap mempertahankan dalihan na tolu maka terdapat tiga

Page 70: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

51

responden yang orang tuanya diangkat menjadi suku Batak dengan memberikan

marga melalui suatu upacara adat.

Faktor orang tua selanjutnya dilihat dari keterlibatan dalam organisasi

Batak. Kategori keterlibatan orang tua responden dalam organisasi Batak dilihat

dari dua kategori meliputi: apabila orang tua responden terlibat dalam kurang dari

sama dengan dua organisasi Batak, maka keterlibatan responden dalam organisasi

Batak tergolong rendah. Kategori yang kedua adalah banyak jika orang tua

responden terlibat lebih dari dua organisasi Batak.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui sebagian besar orang tua reponden banyak

terlibat dalam organisasi Batak dengan responden berjumlah 23 orang (57,5

persen), sedangkan orang tua responden yang memiliki keterlibatan dalam

organisasi Batak sedikit berjumlah 17 orang (42,5 persen).

Faktor orang tua responden juga dilihat dari tingkat pendidikannya.

Berdasarkan Tabel 3, maka diketahui reponden yang pendidikan formal orang

tuanya tinggi yaitu sebanyak 38 orang (95 persen). Jumlah tersebut lebih banyak

dibandingkan orang tua responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah

yaitu sebanyak 2 orang (5 persen).

Page 71: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

52

BAB V

PROSES SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU DAN FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHINYA

5.1 Proses Sosialisasi Dalihan Na Tolu5.1.1 Proses Ajar Didik

Proses ajar didik merupakan proses pewarisan kebudayaan dengan

pengajaran. Pengukuran proses ajar didik responden dilakukan melalui

pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner dan pendekatan kualitatif

melalui wawancara kelompok. Wawancara kelompok dilakukan untuk

memperoleh gambaran lebih mendalam mengenai proses ajar didik.

Berdasarkan wawancara kelompok yang telah dilakukan peneliti terhadap

pemuda parsahutaon, proses ajar didik yang terjadi di Parsahutaon Dalihan na

tolu bersifat non formal dan sebagian besar terjadi pada lingkungan keluarga.

Sebagian proses ajar didik dilakukan oleh orang tua dan saudara terdekat (seperti:

namboru, oppung, tulang). Proses awal ajar didik pada awalnya dilakukan ketika

seseorang sudah mengenal saudara terdekatnya yaitu dengan mengajarkan

panggilan atau sebutan untuk memanggil saudara-saudara terdekatnya terutama

keluarga kandung dari pihak ayah dan ibu. Hal tersebut karena seseorang akan

sering menjalin komunikasi dengan keluarga kandung, baik dari pihak ayah

maupun ibu.

Proses ajar didik juga dilakukan dengan mengajarkan mengenai upacara-

upacara adat Batak dan sebagian besar dilakukan oleh orang tua kandung dari

pemuda parsahutaon. Orang tua responden menjelaskan mengenai upacara adat

dan kapan upacara adat tersebut dilaksanakan. Orang tua juga menjelaskan

mengenai peranan-peranan yang harus dijalankan oleh setiap individu dalam

Page 72: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

53

setiap upacara adat. Penjelasan tersebut adalah sebagai berikut apabila seseorang

berperan sebagai boru dalam suatu upacara adat, maka dia harus bekerja atau

melayani tamu yang hadir, sedangkan teman semarga menjadi tuan rumah.

Sebagai tuan rumah, teman semarga berkewajiban untuk saling membantu

kelancaraan upacara adat baik dalam hal dana maupun hal-hal lain yang

mendukung kelancaran suatu upacara adat tersebut. Contohnya ketika seseorang

kekurangan dana saat mengadakan upacara adat maka teman semarga wajib

membantu kekurangan tersebut.

Proses ajar didik mengenai upacara adat biasanya dilakukan ketika

keluarga para pemuda sedang menghadiri suatu upacara adat. Hal tersebut pernah

dialami oleh Y (23 tahun). Ia menceritakan bahwa ketika ia mengikuti upacara

pernikahan adat Batak orang tuanya menjelaskan mengenai kekerabatan Batak

yang terdiri dari hula-hula, dongan sabutuha, dan boru serta peranan yang

dimiliki ketiga unsur tersebut. Pada upacara pernikahan adat Batak posisi tempat

duduk diatur sedemikian rupa sehingga orang-orang yang memiliki status tertentu

berkumpul menjadi satu. Misalnya Hula-hula memiliki tempat tertentu. Pada saat

itulah orang tua menjelaskan mengenai status dan peranan yang dimiliki

seseorang berdasarkan adat Batak. Pada saat upacara adat Batak juga merupakan

suatu peristiwa dimana keluarga besar dapat bertemu, maka pada saat itu juga

orang tua menjelaskan mengenai panggilan-panggilan dan mengenalkan

responden pada keluarga besarnya.

Tujuan dari proses ajar didik adalah memperkenalkan kepada para pemuda

mengenai adat istiadat masyarakat Batak agar kekerabatannya tidak punah.

Pemuda juga diharapkan untuk dapat ikut serta melestarikan kebudayaan tersebut.

Page 73: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

54

Selain itu, tujuan proses ajar didik adalah untuk memperlihatkan bahwa

masyarakat Batak memiliki kelebihan dengan suku-suku lain dalam hal

kekerabatannya. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh kakek (ompung) dari

salah satu responden pria berinisial Y (20 tahun):

“Orang Batak punya kelebihan dibanding suku-suku yanglainnya. Kalian Lihat aja Orang Batak punya panggilan-panggilanuntuk memanggil saudara-saudaranya. Bahkan yang gak hubungan darah pun ada panggilan-panggilannya. Kelebihan lainnya kalau kalian bertemu sama orang yang semarga sama kalian kalian bisa langsung martutur. Tanya aja dia keturunan nomor berapa. Itu yang harus membuat kita bangga sebagai orang Batak.”

Kelebihan dalam hal kekerabatan juga dijelaskan tidak hanya oleh keluarga dari

para pemuda Parsahutaon melainkan dapat melalui diskusi adat berupa seminar

mengani adat Batak yang dialami oleh C (25 tahun). Dalam seminar tersebut

diajarkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan adat Batak dan hal-hal yang

berkaitan dengan kekerabatan masyarakat Batak. Ia menyatakan bahwa ketika ia

mengikuti seminar tersebut ia dapat lebih mengetahui bahwa masyarakat Batak

memiliki kekerabatan yang sangat kuat antar individu.

Hasil kuesioner memperlihatkan bahwa proses ajar didik yang dialami

sebagian responden tergolong tinggi. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat

34 orang pemuda (85 persen) yang mengalami proses ajar didik yang tinggi.

Pemuda yang mengalami proses ajar didik yang rendah sebanyak 6 orang(15

persen). Jumlah dan persentase proses ajar didik dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 74: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

55

Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses Ajar Didik diParsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008Proses Ajar Didik Jumlah Persentase (%)

Rendah 6 15

Tinggi 34 85

Total 40 100

5.1.2 Sanksi

Proses Sosialisasi terhadap dalihan na tolu dilakukan juga melalui sanksi.

Sanksi tidak hanya berupa hukuman atau punishment tapi juga dapat berupa

reward atau pemberian ganjaran.

Orang tua dari salah satu pemuda parsahutaon menyatakan bahwa

pemberian sanksi dalam sosialisasi adat dirasa kurang efektif karena apabila

anaknya semakin dipaksa maka akan menimbulkan sikap ketidaksukaan terhadap

adat Batak. Hal ini pernah ia alami ketika ia sering memaksa anaknya untuk ikut

dalam acara pernikahan. Saat itu anaknya menjadi malas untuk datang ke berbagai

acara adat dan menganggap adat Batak bertele-tele serta membosankan. Begitu

juga dengan pemberian reward atau imbalan hanya sekali-sekali saja ia akan

tertarik.

Hasil wawancara kelompok mengungkapkan bahwa individu yang

memberikan sanksi terbanyak adalah orang tua. Proses sosialisasi melalui sanksi

dilakukan apabila para pemuda malas menghadiri upacara adat. Ketika para

pemuda malas, maka orang tua akan memaksa. Apabila para pemuda merubah

pikiran maka biasanya orang tua akan memberikan imbalan kepada mereka.

Imbalan dapat berupa material (uang) atau imaterial seperti ajakan “jalan-jalan”

sehabis upacara adat berlangsung. Namun, apabila mereka tidak merubah pikiran

Page 75: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

56

dan tetap untuk tidak ikut ke upacara adat, maka orang tua akan memaksa dan

kemudian memarahi mereka.

Sanksi juga dilakukan apabila pemuda salah dalam menyebutkan sapaan

atau panggilan kepada kerabat mereka. Biasanya keluarga tidak memberikan

sanksi namun teguran dan meralat kesalahan mereka. Hal tersebut pernah dialami

oleh I (23 tahun) dan S (22 tahun) pada saat itu ia salah dalam menyebutkan

panggilan kepada saudara mereka, selanjutnya orang tua mereka menegur dan

meralat kesalahan tersebut.

Pemberian sanksi tidak hanya dilakukan oleh orang tua tetapi dapat juga

dilakukan oleh keluarga lainnya seperti tulang, bapak tua, ataupun saudara

kandung lainnya dari ayah dan ibu. Dalam suatu upacara adat yang dialami oleh R

(18 tahun) ia pernah diminta untuk membantu melayani para tamu saat ada

upacara adat dari pihak ayahnya. Pada saat itu ia malas untuk melakukannya maka

ia dimarahi oleh orang tuanya dan juga mendapatkan teguran dari namboru-nya.

Pemberian sanksi bagi individu yang sudah menikah berbeda dengan yang

belum menikah. Berdasarkan wawancara dengan salah satu orang tua responden

apabila seseorang yang sudah menikah malas datang ke upacara adat, maka

apabila ia mengadakan upacara adat orang lain tidak akan datang ke acaranya.

Sanksi lain adalah apabila seseorang tidak menjalankan peranan dalam dalihan na

tolu maka orang tersebut dapat dikucilkan oleh saudara-saudaranya.

Berdasarkan data hasil kuesioner pada Tabel 5 maka dapat dilihat bahwa

sanksi tidak begitu dominan dalam proses sosialisasi terhadap dalihan na tolu.

Responden dengan sanksi yang rendah sebesar 22 orang (55 persen), sedangkan

Page 76: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

57

sanksi yang tinggi sebesar 18 orang (45 persen). Hasil pengukuran sanksi dalam

proses sosialisasi dalihan na tolu dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sanksi di ParsahutaonDalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008

Sanksi Jumlah Persentase (%)

Rendah 22 55

Tinggi 18 45

Total 40 100

5.1.3 Ritus Kolektif

Ritus kolektif merupakan proses sosialisasi adat melalui saluran upacara-

upacara adat. Untuk melihat sosialisasi melalui ritus kolektif, dapat diperoleh

melalui wawancara kelompok dan kuesioner. Hasil kuesioner digunakan untuk

mendapat gambaran singkat mengenai pernah atau tidaknya responden diajak ke

suatu upacara adat oleh keluarga atau orang lain di sekitar lingkungannya. Setelah

itu hasil tersebut diperdalam melalui wawancara kelompok yang dilakukan

bersama pemuda parsahutaon. Berdasarkan kuesioner, dapat diketahui bahwa

seluruh responden pernah diajak ke upacara-upacara adat.

Para pemuda parsahutaon sebagian besar diajak oleh orang tua, namboru,

tulang, bahkan sepupu-sepupu mereka. Orang tua mereka berpendapat dengan

mengajak mereka ke upacara adat maka orang tua dapat memperkenalkan upacara

adat Batak kepada mereka dan memperkenalkan mereka kepada keluarga

terdekatnya. Keluarga para pemuda juga ingin mengajarkan kepada mereka bahwa

apabila seseorang malas datang ke upacara adat, maka apabila di kemudian hari

Page 77: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

58

orang tersebut mengadakan upacara adat, maka orang juga akan berbuat demikian

terhadapnya.

Namun upacara-upacara adat masih terbatas pada upacara perkawinan dan

kematian. Selain itu berdasarkan wawancara kelompok dengan para pemuda

parsahutaon diketahui bahwa para pemuda sebagian besar juga diajak untuk

berpartisipasi membantu kelangsungan upacara adat tersebut. Namun, partisipasi

tersebut tidak terlalu berkaitan dengan adat karena para pemuda belum menikah.

Dalam masyarakat Batak, seseorang yang sudah menikah dapat memperoleh hak-

hak tertentu seperti mangulosi. Partisipasi dalam suatu upacara adat pernah

dialami oleh I (23 tahun). Ketika itu ia berpartisipasi menjadi penerima tamu saat

upacara pernikahan dari sepupunya. Selain itu partisipasi dalam upacara adat juga

pernah dialami oleh Y (23 tahun). Ia mempersiapkan dan menyediakan makanan

ketika ada upacara adat di rumah saudaranya.

Selain keluarga yang berperan mengajak para pemuda untuk ikut serta

dalam upacara adat adalah teman bermain. Hal tersebut dialami oleh pemuda

parsahutaon ketika ada salah satu anggota mereka yang menikah. Para pemuda

parsahutaon diajak untuk menghadiri upacara pernikahan yang berdasarkan pada

adat Batak. Pada saat itu mereka juga ikut berpartisipasi bersama para orang tua

yang merupakan anggota perkumpulan Parsahutaon Dalihan na tolu untuk

manortor (tarian adat Batak) saat orang tua memberikan ulos kepada mempelai.

5.1.4 Alokasi Posisi

Proses sosialisasi melalui alokasi posisi yaitu dimana adanya peranan-

peranan tertentu yang dijalankan berdasarkan status yang dimilikinya baik dalam

Page 78: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

59

keluarga atau masyarakat untuk keberlangsungan dalihan na tolu. Alokasi dapat

dilihat melalui jawaban kuesioner untuk memperoleh gambaran singkat mengenai

proses sosialisasi tersebut dan kemudian diperdalam melalui wawancara

kelompok dengan beberapa responden. Dari hasil kuesioner dapat diketahui

bahwa alokasi posisi banyak dilakukan oleh orang tua mereka. Di samping itu

keluarga kandung dari ayah dan ibu mereka seperti ompung, namboru, tulang juga

berperan memperkenalkan mengenai dalihan na tolu kepada mereka. Hal tersebut

dilakukan karena keluarga adalah agen sosialisasi utama.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pemuda parsahutaon, diketahui

bahwa keluarga para pemuda berperan dalam mengajarkan mengenai sapaan-

sapaan, mengenalkan kepada saudara-saudara terdekat, dan mengajak pemuda

untuk ikut serta dan berpartisipasi dalam upacara-upacara adat Batak. Selain

keluarga, alokasi posisi juga dilakukan oleh teman bermain mereka. Teman

bermain sering mengajak mereka untuk ikut serta dalam upacara adat dan

menjelaskan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan kekerabatan

masyarakat Batak. Hal tersebut dialami oleh Y (23 tahun) yang memiliki teman

bermain beretnis Batak yang lebih banyak dibandingkan suku lain di luar Batak.

Selain keluarga dan teman bermain, alokasi posisi juga dilakukan oleh

para tokoh adat melalui seminar adat Batak yang diselenggarakan oleh para tokoh

adat. Tokoh adat memiliki peran untuk tetap menjaga kelangsungan adat Batak.

Oleh sebab itu, ia mengadakan suatu seminar mengenai adat Batak yang

menjelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan adat Batak diantaranya

mengenai kekerabatan Dalihan Na Tolu.

Page 79: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

60

5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi Dalihan Na Tolu5.2.1 Faktor Individu5.2.1.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 6 maka dapat dilihat bahwa baik responden laki-laki

maupun perempuan tidak berbeda jauh dalam proses sosialisasi terhadap dalihan

na tolu. Selain itu, dapat dilihat bahwa laki-laki yang mengalami proses sosialisasi

rendah, yaitu sebesar 3 orang (18,75 persen) dan perempuan sebesar 5 orang

(20,83 persen). Pada responden laki-laki yang mengalami proses sosialisasi tinggi,

yaitu sebesar 13 orang (81,25 persen) dan perempuan sebesar 19 orang (79,17

persen ). Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin responden

dan proses sosialisasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Jenis Kelamin di Parsahutaon Dalihan Na ToluSarua Permai, 2008

Jenis

Kelamin

Proses Sosialisasi

Total

Rendah Tinggi

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 3 18,75 13 81,25 16

Perempuan 5 20,83 19 79,17 24

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 16, dapat dilihat antara

jenis kelamin dengan proses sosialisasi dalihan na tolu terbukti tidak ada

hubungan nyata. Hasil uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95 persen ( =

0,05) menunjukkan bahwa nilai probability yaitu 0,872 lebih tinggi daripada 0,05

sehingga Ho diterima atau tidak terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin

responden dengan proses sosialisasi. Hasil ini juga memperlihatkan bahwa tidak

Page 80: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

61

ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam proses

sosialisasi. Kesimpulan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan yang diberikan

oleh salah satu pemuda Parsahutaon Dalihan na tolu yang mengatakan bahwa

baik pria maupun perempuan sama-sama harus mempelajari kebudayaan. Berikut

petikan pernyataan responden:

“Kalau menurut gua mah orang belajar tentang budaya tuh gakharus dibedain cowo sama cewe. Semuanya sama-sama harusbelajar. Kan itu juga emang kebudayaan kita. Contohnya dikeluarga gua gak ada dibeda-bedain antara cara ngajar adat keadek gua (cewe) sama ke gua.” (R, 24 tahun)

Pernyataan tersebut juga sekaligus menekankan bahwa baik laki-laki maupun

perempuan memiliki kewajiban yang sama dalam hal mempelajari adat Batak

dan tidak ada pembedaan dalam cara mengajar adat. Begitu halnya dengan

proses sosialisasi dengan menggunakan sanksi dan ritus kolektif yang dialami

oleh I (23 tahun) yang berjenis kelamin perempuan dan S (22 tahun) yang

berjenis kelamin laki-laki sama-sama pernah dikenakan sanksi ketika ia salah

dalam memanggil sebutan kepada saudaranya. Selain itu, mereka diajak ke

upacara adat dan tidak membedakan antar jenis kelamin.

5.2.1.2 Usia

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat sebaran usia responden terhadap proses

sosialisasi dalihan na tolu dimana responden yang berada pada usia rendah (17

sampai 20 tahun) mengalami proses sosialisasi yang tinggi, yaitu sebesar 100

persen. Responden yang berada pada usia tinggi (23 sampai 25 tahun) mengalami

proses sosialisasi yang tinggi, yaitu hanya sebesar 72,41 persen. Hal tersebut

Page 81: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

62

memperlihatkan bahwa responden pada usia rendah lebih sering mengalami

proses sosialisasi dibandingkan responden yang berada pada usia tinggi. Jumlah

dan persentase usia terhadap terhadap proses sosialisasi dapat dilihat pada Tabel

7.

Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Usia di Parsahutaon Dalihan Na Tolu SaruaPermai, 2008

Umur

Proses Sosialisasi

Total

Rendah Tinggi

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

17 – 20 0 0,00 11 100,00 11

21 – 25 8 27,59 21 72,41 29

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 15 maka dapat dilihat

bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen ( = 0,05) variabel usia memiliki

hubungan yang nyata atau signifikan dengan proses sosialisasi dalihan na tolu.

Hal tersebut dapat dilihat dari nilai probability yaitu sebesar 0,027 yang lebih

rendah daripada 0,05; yang berarti berarti tolak Ho atau terdapat hubungan nyata.

Namun, R hitung dari usia responden menunjukkan angka negatif yang berarti

semakin rendah usia responden, maka proses sosialisasi akan cenderung lebih

tinggi.

Kesimpulan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang diberikan oleh

beberapa pemuda parsahutaon melalui wawancara kelompok, yang menyatakan

bahwa proses sosialisasi merupakan proses yang dilakukan lebih sering ketika

mereka berada pada usia rendah. Namun, responden berinisial R (24 tahun)

mengakui bahwa para pemuda yang berada pada usia rendah, proses sosialisasinya

Page 82: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

63

hanya terbatas pada kuantitasnya saja dan tidak pada makna yang terkandung dari

perstiwa adat tersebut. Contohnya pada usia rendah orang tua sering mengajak

pemuda untuk ikut dalam upacara adat. Pada saat itu orang tua hanya mengajak

saja dan tidak mengajarkan mengenai rangkaian acara dalam upacara adat

tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu orang tua, maka dapat

diketahui bahwa ia mengajarkan dan memperkenalkan adat sedini mungkin dan

dilakukan terus menerus karena mereka hidup di tengah-tengah masyarakat

majemuk dan rentan bagi mereka untuk melupakan budaya asal. Mereka

mengatakan bahwa ketika semakin rendah usia maka seseorang akan cenderung

sering mendapatkan pengajaran mengenai adat dari keluarga dan sering diajak ke

upacara adat. Semakin tinggi usia seseorang maka ia akan cenderung malas untuk

ke upacara adat apabila diajak oleh orang tua mereka.

5.2.1.3 Tingkat Pendidikan Responden

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa, baik responden yang tingkat

pendidikannya rendah maupun tinggi, tidak jauh bebeda dalam proses sosialisasi

dalihan na tolu. Sebaran pendidikan responden memperlihatkan bahwa setiap

tingkatan pendidikan rata-rata memiliki proses sosialisasi yang tinggi terhadap

dalihan na tolu. Pada tingkat SD dan SMP proses sosialisasi memiliki persentase

sebesar 100 persen. Begitu juga pada tingkat pendidikan SMA memiliki

persentase sebesar 74,07 persen dan Perguruan Tinggi sebesar 87,5 persen.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan dengan proses sosialisasi.

Page 83: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

64

Hasil uji Spearman pada Tabel 15 juga memperlihatkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang nyata antar tingkat pendidikan dengan proses sosialisasi

dengan nilai P value sebesar 0,413 yang lebih besar dari yaitu 0,05. Namun, r

hitung dari tingkat pendidikan responden menunjukkan angka negatif yang berarti

semakin rendah tingkat pendidikan responden maka proses sosialisasi cenderung

tinggi walaupun tidak terdapat hubungan nyata. Jumlah dan persentase tingkat

pendidikan terhadap terhadap proses sosialisasi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Tingkat Pendidikan di Parsahutaon Dalihan NaTolu Sarua Permai, 2008

Pendidikan

Proses Sosialisasi

Total

Rendah Tinggi

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

SD 0 0,00 1 100,00 1

SMP 0 0,00 4 100,00 4

SMA 7 25,93 20 74,07 27

PT 1 12,50 7 87,50 8

Kesimpulan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang diberikan oleh

responden wanita berinisial R (20 tahun) dengan tingkat pendidikan SD dan

responden pria berinisial R (24 tahun) dengan tingkat pendidikan Perguruan

Tinggi. Kedua responden mengatakan bahwa keluarga mengajarkan adat Batak

(dalihan na tolu) tanpa mempertimbangkan tingkat pendidikan. Mereka mengakui

bahwa orang tua beranggapan bahwa tingkat pendidikan merupakan hal yang

terpisah dengan adat sehingga orang tua tetap mengajarkan dalihan na tolu kepada

mereka.

Page 84: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

65

5.2.1.4 Daerah Asal

Tabel sebaran mahasiswa berdasarkan daerah asal responden terhadap

proses sosialisasi (Tabel 9) memperlihatkan bahwa responden yang lahir di luar

Sumatera Utara memiliki proses sosialisasi dalihan na tolu yang tidak jauh

berbeda. Responden yang lahir di Sumatera Utara memiliki proses sosialisasi

yang tinggi yaitu sebesar 27 responden (77,14 persen) dari 35 responden yang

lahir di luar Sumatera Utara. Begitu juga yang lahir di Luar Sumatera yaitu

sebesar 5 responden yang mengalami proses sosialisasi yang tinggi. Jumlah dan

persentase daerah asal terhadap terhadap proses sosialisasi dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Daerah Asal di Parsahutaon Dalihan Na ToluSarua Permai, 2008

Daerah Asal

Proses Sosialisasi

Total

Rendah Tinggi

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Luar Sumatera Utara 8 22,86 27 77,14 35

Sumatera Utara 0 0,00 5 100,00 5

Hasil uji Chi-Square pada Tabel 15 juga memperlihatkan tidak ada

hubungan antara daerah asal dengan proses sosialisasi. Pada tingkat kepercayaan

95 persen ( = 0,05) nilai probability yaitu sebesar 0,232 dan lebih tinggi dari

maka Ho diterima dan tidak ada hubungan nyata antara kedua variabel tersebut.

Page 85: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

66

Dari hasil kuesioner juga ditemukan responden yang berinisial Y (23

tahun) memiliki proses sosialisasi yang tinggi namun ia tidak dilahirkan di

Sumatera Utara begitu juga R (20 tahun) yang dilahirkan di Sumatera Utara.

Namun, berdasarkan wawancara kelompok R yang lahir di Sumatera Utara dan

dibesarkan di Sibolga menyatakan bahwa pengajaran yang diberikan di kampung

(Sibolga) lebih mendalam dan langsung dapat dilihat dan dipraktekkan dalam

kehidupan sehari-hari. Hal tersebut karena di Sibolga merupakan lingkungan yang

homogen yang sebagian besar penduduknya beretnis Batak. Ia mengatakan di

daerahnya sering diadakan upacara adat dan para pemuda ikut membantu

kelangsungan upacara adat tersebut.

5.2.2 Faktor Sosial Responden5.2.2.1 Keterlibatan dalam Organisasi Batak

Tabel sebaran keterlibatan responden dengan proses sosialisasi (Tabel 10)

memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang jauh dalam hal proses sosialisasi

pada organisasi Batak. Terdapat 19 responden (70,37 persen) yang keterlibatan

dalam organisasi Bataknya sedikit dan memiliki proses sosialisasi yang tinggi dan

sedangkan terdapat 13 responden atau sebesar 100 persen yang keterlibatan dalam

organisasi Bataknya banyak dan memiliki proses sosialisasi yang tinggi. Hal ini

memperlihatkan bahwa semakin banyak responden terlibat dalam organisasi

Batak, maka proses sosialisasi dalihan na tolu akan semakin tinggi. Jumlah dan

persentase keterlibatan individu terhadap proses sosialisasi dapat dilihat pada

Tabel 10.

Hasil uji korelasi-Spearman pada Tabel 15 juga menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara proses sosialisasi dengan keterlibatan dalam organisasi

Page 86: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

67

Batak. Hal tersebut terlihat dari nilai P value sebesar 0,014 yang lebih besar dari

nilai (0,05) pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Organisasi Batak yang dilibatkan oleh para pemuda diantaranya

perkumpulan pemuda parsahutaon, perkumpulan mahasiswa Batak di kampus,

dan perkumpulan pemuda Batak di tempat ibadah. Para pemuda yang terlibat

dalam organisasi Batak mengungkapkan bahwa organisasi Batak memberikan

masukan tentang hal-hal yang berhubungan dengan dalihan na tolu seperti

pengetahuan mengenai aturan bertingkah laku setiap unsur dalam dalihan na tolu

dan pengetahuan mengenai marturur. Namun, mereka mengakui bahwa

pengajaran yang diberikan kepada pemuda dilakukan secara tidak sengaja.

Pengajaran yang didapat pemuda dilakukan dalam pembicaraan antar setiap

anggota dalam organisasi tersebut.

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Keterlibatan Individu dalam Organisasi Batak diParsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008

Organisasi Batak

Individu

Proses Sosialisasi

Total

Rendah Tinggi

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Sedikit 8 29,63 19 70,37 27

Banyak 0 0,00 13 100,00 13

Selain proses ajar didik proses sosialisasi yang dilakukan adalah ritus

kolektif. Organisasi Batak yang diikuti sering diundang dalam upacara pernikahan

apabila ada anggotanya yang menikah. Pada saat itu pemuda secara bersama-sama

menghadiri upacara tersebut. Selain pernikahan, organisasi Batak juga memiliki

kegiatan untuk menghadiri upacara adat kematian apabila ada anggota keluarga

Page 87: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

68

yang meninggal. Hal ini memperlihatkan bahwa organisasi Batak memiliki

pengaruh yang tinggi dalam melakukan proses sosialisasi.

5.2.2.2 Teman Bermain

Tabel sebaran mahasiswa berdasarkan teman bermain (Tabel 11)

memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang besar antara responden yang

memiliki sedikit dan banyak teman bermain yang bersuku Batak. Terdapat 7

responden dengan teman bermain bersuku Batak yang sedikit dan mengalami

proses sosialisasi yang rendah. Terdapat 18 responden yang memiliki teman

bermain bersuku Batak yang banyak dan mengalami proses sosialisasi yang

tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin sedikit teman responden

yang bersuku Batak, maka semakin rendah proses sosialisasi. Begitu juga

sebaliknya, semakin banyak teman responden yang bersuku Batak maka akan

semakin tinggi proses sosialisasi terhadap dalihan na tolu. Jumlah dan persentase

teman bermain terhadap proses sosialisasi dapat dilihat pada Tabel 11. Hasil uji

Korelasi-Spearman pada Tabel 15 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang nyata antar teman bermain dengan nilai P value sebesar 0,02 yang lebih

rendah dari nilai yaitu 0,05.

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Teman Bermain di Parsahutaon Dalihan NaTolu Sarua Permai, 2008

Teman

Bermain

Proses Sosialisasi

Total

Rendah Tinggi

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Sedikit 7 43,75 9 56,25 16

Sedang 0 0,00 5 100,00 5

Page 88: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

69

Banyak 1 5,26 18 94,74 19

Berdasarkan wawancara kelompok dengan responden wanita berinisial S

(22 tahun) ia memiliki teman bermain yang bersuku Batak lebih sedikit jumlahnya

dengan teman bermain yang bersuku lain. Teman bermainnya yang bersuku Batak

hanya pada Parsahutaon Dalihan na tolu. Hal ini mengakibatkan proses

sosialisasi terhadap dalihan na tolu menjadi rendah. Ia menyatakan bahwa teman

bermain sangat besar pengaruhnya terhadap ketertarikannya. Berikut petikan

pernyataan S:

“Temen tuh berpengaruh banget ya.. kita sehari-hari kan selalu bareng mereka. Trus kalo temen gua gak ada yang Batak jadi gak pernah sekalipun ngomongin adat, gak pernah dateng ke pesta Batak..ya..gua jadi semakin gak tau..” (S, 22 tahun)

Begitu juga yang diungkapkan oleh Y (23 Tahun) yang memiliki teman bersuku

Batak yang banyak. Ia tidak jarang membicarakan kegiatan-kegiatan adat Batak

dan sering datang ke upacara adat ketika ada undangan bersama teman-teman lain

yang bersuku Batak. Y juga pernah diajak untuk berpartisipasi dalam pesta

pernikahan berdasarkan adat Batak karena saat itu teman bermainnya akan

melangsungkan pernikahan. Pada saat temannya menikah temannya meminta

bantuan untuk menjadi pendampingnya sehingga ia harus menyaksikan rangkaian

upacara pernikahan sampai selesai. Hal tersebut diakui oleh E (22 tahun) yang

juga memiliki teman bermain bersuku Batak yang banyak. Ia mengakui teman

bermain dapat menambah ketertarikan dirinya terhadap dalihan na tolu karena

mereka sering membicarakannya dengan teman bermain.

Page 89: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

70

5.2.3 Faktor Orang Tua Responden5.2.3.1 Etnis Orang Tua

Tabel sebaran responden berdasarkan etnis orang tua (Tabel 11),

memperlihatkan bahwa antara salah satu orang tua responden yang bersuku Batak

dan kedua orang tua responden yang beretnis Batak memiliki perbedaan yang

mencolok dalam hal proses sosialisasi. Kedua orang tua responden yang bersuku

Batak memiliki proses sosialisasi yang lebih tinggi. Terdapat 32 responden (94,2

persen) yang kedua orang tuanya beretnis Batak dan mengalami proses sosialisasi

yang tinggi, sedangkan pada proses sosialisasi yang rendah terdapat 6 responden

yang salah satu orang tuanya beretnis Batak. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa semakin homogen (Batak) etnis kedua orang tua responden maka akan

semakin tinggi proses sosialisasi terhadap dalihan na tolu.

Hasil uji Korelasi-Spearman pada Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai r

hitung sebesar 0,000 yang lebih rendah dari nilai yaitu 0,05. Hasil ini

menyatakan bahwa tolak Ho dan terdapat hubungan nyata antara etnis orang tua

dengan proses sosialisasi dalihan na tolu.

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Etnis Orang Tua di Parsahutaon Dalihan NaTolu Sarua Permai, 2008

Etnis

Orang Tua

Proses Sosialisasi

Total

Rendah Tinggi

Jumlah Persentase(%)

Jumlah Persentase(%)

Salah satu Batak 6 100,00 0 0,00 6

Kedua Batak 2 5,88 32 94,12 34

Page 90: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

71

Kesimpulan tersebut juga diperkuat dengan pernyataan S (22 tahun) yang

kedua orang tuanya beretnis Batak dan Manado. S mengungkapkan bahwa di

dalam keluarga, komunikasi menjadi lebih sering dengan keluarga dari ibunya

yang beretnis Manado. Hal tersebut karena keluarga dari ayahnya berada jauh di

Medan.

Para pemuda yang kedua orang tuanya bersuku Batak memiliki proses

sosialisasi yang tinggi. Hal tersebut karena kedua orang tuanya sering

mengajarkan mengenai dalihan na tolu dan sering berkomunikasi dengan saudara

dekatnya. Walaupun ia lebih sering berkomunikasi dengan keluarga dari salah

satu pihak misalnya hanya keluarga dari pihak ayah ataupun ibu namun kedua-

duanya masih beretnis sama. Pemuda yang kedua orang tuanya beretnis Batak

pada umumnya mengharapkan agar mereka pada akhirnya juga menikah dengan

orang yang bersuku Batak pula dengan tujuan mempertahankan budaya Batak dan

tetap mempererat kekerabatan masyarakat Batak.

Namun diantara pemuda ada yang hanya salah satu orang tuanya yang

beretnis Batak dan telah diberikan marga Batak. Pemberian marga ini dilakukan

dalam suatu upacara adat. Peristiwa ini dialami oleh pemuda parsahutaon

berinisial L (22 tahun) yang ayahnya beretnis Batak dan ibu beretnis Jawa. Marga

yang diberikan kepada ibunya adalah marga ibu dari ayahnya (nenek). Sebelum

ibunya diberikan marga, ibu dan ayahnya terlebih dahulu meminta izin kepada

saudara kandung laki-laki neneknya dari pihak ayah atau tulang ayahnya untuk

mengangkatnya menjadi anak dalam hal adat. Selanjutnya diadakan suatu upacara

adat untuk memberikan marga kepada ibunya. Pemberian marga ini sekaligus

Page 91: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

72

mengangkat ibunya menjadi anak dari tulang ayahnya dan tulang ayahnya

bertanggung jawab untuk mengajarkan adat Batak kepada ibunya.

5.2.3.2 Keterlibatan Orang Tua dalam Organisasi Batak

Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa orang tua yang berpartisipasi

dalam organisasi Batak yang banyak memiliki proses sosialisasi yang tinggi.

Begitu juga sebaliknya, orang tua yang berpartisipasi sedikit memiliki proses

sosialisasi yang rendah. Terdapat 5 responden dengan keterlibatan organisasi

Batak yang sedikit dan proses sosialisasinya rendah, dan 32 responden dengan

keterlibatan yang banyak dan proses sosialisasinya rendah. Jumlah dan persentase

keterlibatan orang tua terhadap proses sosialisasi dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Keterlibatan Orang Tua dalam Organsasi Batakdi Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008

Keterlibatan Orangtua dalam

Organisasi Batak

Proses Sosialisasi

Total

Rendah Tinggi

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Sedikit 7 30,43 16 69,57 23

Banyak 1 5,88 16 94,12 17

Hasil uji Korelasi-Spearman pada Tabel 15 juga menunjukkan pada taraf

kepercayaan 95 persen ( = 0,05) maka terdapat hubungan antara keterlibatan

orang tua responden dengan proses sosialisasi. Hasil P value sebesar 0,002 lebih

rendah dari nilai maka tolak Ho dan terdapat hubungan yang signifikan antara

kedua variabel.

Page 92: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

73

Berdasarkan wawancara dengan para pemuda parsahutaon apabila orang

tua mengikuti organisasi Batak maka ia akan sering mengajak anaknya dalam

setiap kegiatan dalam organisasi tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh

responden berinisial R (24 tahun) ia mengatakan bahwa orang tuanya sering

mengajaknya ke upacara adat ataupun kegiatan lain dalam organisasi Batak

tersebut. Ia pernah diajak ayahnya untuk menghadiri upacara adat pernikahan,

Bonataon, ataupun acara “Pulang Kampung Bersama” yang diadakan oleh

organisasi Batak tempat ayahnya terlibat. Ayah dari R terlibat di banyak

organisasi Batak diantaranya perkumpulan marga, perkumpulan orang-orang yang

dibesarkan di kampung yang sama, dan parsahutaon. Alasan ayahnya untuk ikut

serta organisasi Batak adalah agar saling mengenal dan membantu dengan apabila

ada kesusahan ataupun kegembiraan serta untuk tetap mempertahankan

kebudayaan Batak di tengah-tengah masyarakat yang heterogen seperti ditempat

ia tinggal (Ciputat).

Para pemuda lain yang orang tuanya memiliki keterlibatan yang tinggi

dalam organisasi Batak adalah Y (19 tahun). Ia mengatakan bahwa orang tuanya

sering mengajaknya untuk ikut dalam upacara adat pernikahan dan dalam kegiatan

lain dalam organisasi Batak seperti arisan, rekreasi bersama, bona taon. Apabila ia

malas menghadiri upacara adat tersebut orang tua sering memaksanya. Ia juga

mengatakan tujuan orang tua mengajaknya dalam kegiatan organsasi Batak adalah

untuk menambah pengetahuan mereka.

Page 93: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

74

5.2.3.3 Tingkat Pendidikan Orang Tua

Berdasarkan Tabel 14 maka dapat dilihat bahwa antara orang tua yang

tingkat pendidikannya rendah dan tinggi tidak banyak memiliki perbedaan dalam

proses sosialisasi terhadap dalihan na tolu. Begitu juga sebaliknya, orang tua yang

berpartisipasi sedikit memiliki proses sosialisasi yang rendah. Terdapat 5

responden dengan keterlibatan organisasi Batak yang sedikit dan proses

sosialisasinya rendah, dan 32 responden dengan keterlibatan yang banyak dan

proses sosialisasinya rendah. Jumlah dan persentase tingkat pendidikan orang tua

terhadap proses sosialisasi dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses SosialisasiDalihan Na Tolu dan Pendidikan Orang Tua Responden diParsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008

Pendidikan

Orang tua

Proses Sosialisasi

Total

Rendah Tinggi

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Rendah 0 0,00 2 100,00 2

Tinggi 8 21,05 30 78,95 38

Berdasarkan hasil pengolahan pada Tabel 15, maka dapat dilihat antara

tingkat pendidikan orang tua responden dengan proses sosialisasi terhadap proses

sosialisasi dalihan na tolu terbukti tidak terdapat hubungan nyata. Hasil uji

Korelasi-Spearman menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen ( =

0,05) menunjukkan bahwa nilai probability yaitu 0,240 lebih tinggi daripada 0,05

sehingga Ho diterima atau tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat

pendidikan dan proses sosialisasi dalihan na tolu. Namun, r hitung dari tingkat

Page 94: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

75

pendidikan orang tua menunjukkan angka negatif yang berarti semakin rendah

tingkat pendidikan orang tua maka proses sosialisasi akan cenderung tinggi

walaupun tidak terdapat hubungan nyata. Hal ini terlihat dari persentase orang tua

yang pendidikannya rendah dan proses sosialisasinya tinggi berjumlah 100 persen

sedangkan orang tua yang pendidikannya tinggi dan proses sosialisasinya tinggi

berjumlah 78,95 persen.

Kesimpulan tersebut diperkuat dapat diperkuat dari kuesioner beberapa

pemuda parsahutaon. Baik seseorang yang tingkat pendidikan orang tuanya

rendah maupun tinggi sama-sama memiliki proses sosialisasi yang tinggi.

Berdasarkan wawancara dengan orang tua pemuda parsahutaon yang

berpendidikan tinggi dan rendah, maka dapat diketahui bahwa orang tua memiliki

tanggung jawab yang sama tingginya untuk mempertahankan kebudayaan Batak

dan tidak dibatasi oleh tingkat pendidikan. Namun mereka berpendapat bahwa

terdapat kecenderungan bahwa seseorang yang pendidikannya tinggi akan

semakin melupakan dalihan na tolu. Hal ini terutama disebabkan karena

kesibukan mereka. Seseorang yang pendidikannya tinggi cenderung memiliki

kesibukan yang tinggi sehingga mereka jarang berpartisipasi dalam kegiatan adat.

5.3 Resume

Faktor-faktor yang diduga memiliki hubungan nyata dengan proses

sosialisasi terhadap dalihan na tolu meliputi faktor individu, faktor sosial

individu, dan faktor orang tua. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor tersebut

memiliki hubungan nyata dengan proses sosialisasi maka dilakukan uji Chi-

Square dan uji korelasi Spearman. Untuk melihat tingkat keeratan pada

Page 95: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

76

koefisiensi Spearman maka dilakukan dengan menguji signifikansi (one-tailed)

dari hasil koefisien korelasi Spearman. Jika nilai signifikansi (one-tailed) lebih

besar dari 0,05 ( = 5 %); maka Ho diterima dan tidak terdapat korelasi. Begitu

juga sebaliknya jika nilai signifikansi (one-tailed) lebih rendah dari 0,05 ( = 5

%); maka Ho ditolak dan terdapat korelasi. Selanjutnya untuk menguji hubungan

antar variabel dimana salah satu variabelnya adalah nominal, maka dilakukan uji

statistik Chi-Square. Nilai asymptotic signifikasi (2-sided) lebih besar dari 0,05

maka tidak terdapat hubungan antar variabel yang diuji, begitu pula sebaliknya

apabila signifikasi (2-sided) lebih kecil dari 0,05 maka terdapat hubungan antar

variabel yang diuji. Hasil output SPSS dapat dilihat pada lampiran empat dan

lima.

Berdasarkan Tabel 15, maka dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang

berhubungan dengan proses sosialisasi dalihan na tolu adalah etnis orang tua,

keterlibatan orang tua dalam organisasi Batak, usia, keterlibatan responden dalam

organisasi Batak dan teman bermain responden. Sedangkan, faktor-faktor lainnya

(jenis kelamin, tingkat pendidikan responden, daerah asal, tingkat pendidikan

orang tua) tidak berhubungan nyata dengan proses sosialisasi.

Page 96: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

77

Tabel 15. Hasil Uji Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Proses SosialisasiDalihan Na Tolu

Faktor-faktor yangberhubungan

ProsesSosialisasiDalihan Na

Tolu

r

hitung

Probability Keterangan

I. Faktor Individu

Ajar didik

Sanksi

Rituskolektif

Sanksi

a. Jenis kelamin - 0,872 Tidak signifikan

b. Usia -0,308 0,027 Signifikan

c. Tingkat pendidikan -0,036 0,413 Tidak signifikan

d. Daerah asal - 0,232 Tidak signifikan

II. Faktor SosialIndividu

a. Keterlibatan individudalam organisasiBatak

0,347 0,014 Signifikan

b. Teman bermain 0,438 0,02 Signifikan

III. Faktor orang tua

a. Etnis orang tua 0,840 0,000 Signifikan

b. Keterlibatan orangtua dalam organisasiBatak

0,303 0,002 Signifikan

c. Tingkat pendidikan -0,115 0,240 Tidak signifikan

Page 97: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

78

BAB VI

PENGARUH PROSES SOSIALISASI TERHADAP PENGETAHUAN DANSIKAP MENGENAI DALIHAN NA TOLU

6.1 Pengetahuan Pemuda Tentang Dalihan Na Tolu dan Faktor yangMempengaruhinya

6.1.1 Pengetahuan Pemuda Tentang Dalihan Na Tolu

Pengetahuan pemuda Parsahutaon Dalihan na tolu diukur dengan

mengajukan 14 pertanyaan terbuka kepada pemuda parsahutaon berkaitan dengan

dalihan na tolu. Selanjutnya pengkategorian pengetahuan digolongkan menjadi

rendah dan tinggi. Secara umum pengetahuan pemuda parsahutaon terhadap

dalihan na tolu tergolong tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 16. Pemuda

dengan pengetahuan tentang dalihan na tolu yang tinggi yaitu berjumlah 33

orang (82,5 persen) sedangkan yang pengetahuannya rendah berjumlah 7 orang

(17,5 persen).

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengetahuan TentangDalihan Na Tolu di Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008

Pengetahuan Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah 7 17,5

Tinggi 33 82,5

Total 40 100,0

Berdasarkan Kuesioner, pemuda parsahutaon cenderung memiliki

pengetahuan yang tinggi dalam hal martutur atau menyapa saudara dengan

panggilan atau sebutan yang sesuai dengan Adat Batak. Hal tersebut terlihat dari

hasil kuesioner dimana pertanyaan antara nomor 1 sampai 7 responden dapat

Page 98: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

79

menjawab dengan baik, sedangkan pertanyaan pada kuesioner nomor 8 hingga 14

mengenai unsur-unsur dari dalihan na tolu pemuda banyak membuat kesalahan.

Berdasarkan hasil wawancara kelompok para pemuda memperoleh

pengetahuan mengenai martutur dari teman bermain, orang tua, dan saudara dekat

seperti ompung dan saudara kandung dari ayah dan ibu. Namun, para pemuda

mengakui bahwa orang tua responden lebih sering mengajarkan para pemuda

mengenai sebutan untuk memanggil saudaranya (martutur). Para pemuda

mengakui bahwa tujuan orang tua mengajarkan martutur kepada anaknya adalah

agar mereka merasa lebih dekat dengan saudara-saudaranya. Selain itu orang tua

menginginkan agar mereka dapat mengetahui bahwa Masyarakat Batak memiliki

keragaman dalam hal memberikan sebutan kepada saudara-saudara dekatnya.

Alasan orang tua mengajarkan martutur kepada anakanya karena mereka

menginginkan agar para pemuda dapat mengikuti ketentuan adat dalam

memanggil sebutan kepada saudara terdekatnya.

Para pemuda parsahutaon mengakui bahwa pengetahuan mengenai

martutur lebih dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya para

pemuda langsung dapat memanggil saudara mereka dengan panggilan yang sesuai

dengan Adat Batak. Para pemuda mengatakan bahwa martutur tidak diajarkan

secara sengaja oleh orang tua. Martutur lebih sering diajarkan kepada para

pemuda ketika bertemu dengan saudara yang hendak disapa dengan panggilan

berdasarkan dalihan na tolu. Misalnya mereka sedang bertemu dengan adik atau

kakak perempuan dari ayah, maka pada saat itulah orang tua mengajarkan

panggilan ‘namboru’ kepada para pemuda.

Page 99: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

80

Pengetahuan yang lebih mendalam mengenai unsur-unsur dari dalihan na

tolu dan fungsi dari setiap unsurnya kurang dimiliki oleh pemuda parsahutaon.

Hal tersebut diakui oleh pemuda parsahutaon. Menurut pemuda pengetahuan

mengenai unsur-unsur dalam dalihan na tolu merupakan pengetahuan tambahan

yang kurang begitu penting apabila dibandingkan dengan martutur. Para pemuda

yang memiliki pengetahuan lebih mendalam mengenai unsur dalihan na tolu

terjadi karena lingkungan pemuda yang dekat dengan unsur Batak dan ditandai

dengan teman bermain yang sebagian besar bersuku Batak ataupun orang tua

mereka yang aktif dalam kepengurusan organisasi Batak. Hal tersebut dialami

oleh Y (23 tahun) dan C (25 tahun). Berbeda dari mereka, pemuda parsahutaon

lainnya seperti S (22 tahun) dan L (22 tahun) yang jauh dari unsur Batak karena

teman bermain bersuku Batak yang sedikit, orang tua yang tidak aktif dalam

organisasi Batak, dan hanya salah satu orang tua beretnis Batak memiliki

pengetahuan yang kurang mendalam mengenai dalihan na tolu.

6.1.2 Hubungan Proses Sosialisasi dan Pengetahuan Pemuda TentangDalihan Na Tolu

Pengetahuan para pemuda mengenai dalihan na tolu dipengaruhi oleh

proses sosialisasi yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar pemuda. Proses

sosialisasi yang dialami oleh responden meliputi proses ajar didik, sanksi, ritus

kolektif dan sanksi. Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat bahwa terdapat 32 orang

atau semua pemuda Parsahutaon dengan proses sosialisasi yang tinggi dan

memiliki pengetahuan yang tinggi. Responden yang mengalami proses sosialisasi

yang rendah dan memiliki pengetahuan yang rendah sebanyak 7 orang (87,5

Page 100: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

81

persen). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa para pemuda yang mengalami

proses sosialisasi yang tinggi akan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi.

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Proses Sosialisasi danPengetahuan Tentang Dalihan Na Tolu di Parsahutaon Dalihan NaTolu Sarua Permai, 2008

Proses Sosialisasi

Aspek Kognitif

Total

Rendah Tinggi

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Rendah 7 87,50% 1 12,50% 8

Tinggi 0 0,00% 32 100,00% 32

Total 7 17,50% 33 82,50% 40

Hasil uji Korelasi Spearman pada Tabel 20 dengan taraf kepercayaan 95 %

= 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara proses sosialisasi

dengan pengetahuan. Nilai P value sebesar 0,000 lebih rendah daripada nilai .

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi proses sosialisasi maka

semakin tinggi pengetahuan responden tentang dalihan na tolu.

Berdasarkan wawancara kelompok, para pemuda menyatakan bahwa

pengetahuan mereka mengenai dalihan na tolu banyak didapat dari orang tua,

saudara dekat, tokoh adat dan teman bermain. Mereka menyatakan bahwa

pengetahuan tersebut diperoleh melalui penjelasan yang diberikan oleh orang tua

dan saudara dekat mereka, dari upacara-upacara adat yang pernah diamati, dan

sanksi yang diperoleh untuk memperbaiki kesalahan sehingga mereka semakin

mengerti dengan dalihan na tolu. Kesimpulan tersebut diperkuat oleh pernyataan

beberapa responden. Berikut petikan wawancara dengan responden:

Page 101: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

82

“Gua sering diajarin dan sering nanya-nanya ke orang tuatentang kekerabatan Batak sih. Trus orang tua juga seringngajakin ke acara-acara adat. makanya gua jadi ngerti dikit-dikit.” (Y, 23 tahun)

Para pemuda mengakui bahwa semakin sering mengalami proses

sosialisasi dari kecil maka pengetahuan mereka terhadap dalihan na tolu juga

akan semakin bertambah. Mereka mengakui bahwa pengetahuan yang mereka

peroleh merupakan suatu proses dan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan

suatu proses yang berkesinambungan.

6.2 Sikap Pemuda terhadap Dalihan Na Tolu dan Faktor yangMempengaruhinya

6.2.1 Sikap Pemuda terhadap Dalihan Na Tolu

Sikap pemuda terhadap dalihan na tolu diukur dengan mengajukan

sepuluh pertanyaan tertutup kepada responden dengan menggunakan skala likert.

Selanjutnya pengkategorian sikap pemuda digolongkan menjadi rendah dan

tinggi. Berdasarkan jawaban kuesioner, maka diketahui bahwa responden yang

memiliki sikap yang tinggi dan rendah memiliki perbandingan yang seimbang.

Responden yang sikapnya rendah, yaitu sebesar 20 orang (50 persen). Jumlah

tersebut sama dengan jumlah responden yang memiliki sikap yang tinggi. Jumlah

dan persentase sikap pemuda parsahutaon dapat dilihat pada Tabel 18.

Para pemuda parsahutaon yang memiliki aspek sikap yang tinggi

mengungkapkan bahwa mereka secara keseluruhan memiliki ketertarikan terhadap

dalihan na tolu. Alasan mereka tertarik terhadap dalihan na tolu karena

kebudayaan Batak tersebut sangat unik dan sangat mempererat persaudaraan antar

setiap individu dalam Masyarakat Batak. Hal tersebut terlihat dari peristiwa

martutur. Selain martutur, marga yang dimiliki masyarakat Batak juga dapat

Page 102: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

83

mempererat persaudaraan yang terlihat ketika seorang Batak bertemu dengan

sesama Batak dan memiliki marga yang sama dengannya maka mereka langsung

merasa saudara dekat walaupun awalnya mereka belum saling mengenal. Selain

itu mereka menganggap bahwa aturan berperilaku yang dimiliki oleh masyarakat

Batak memiliki keunikan. Contohnya ayah mereka harus hormat kepada keluarga

dari pihak ibu begitu juga ayah mereka harus saling membantu saudara dari

pihaknya.

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sikapnya terhadapDalihan Na Tolu di Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008

Sikap Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah 20 50

Tinggi 20 50

Total 40 100

Berdasarkan wawancara kelompok dengan para pemuda yang memiliki

aspek sikap yang rendah, mereka mengakui bahwa sikap yang dimilikinya karena

kebudayaan Batak sifatnya sangat bertele-tele. Mereka memberi contoh ketika

upacara perkawinan. Upacara tersebut dalam adat Batak berlangsung dari pagi

hingga malam hari. Demikian juga dengan upacara kematian yang dapat

berlangsung selama beberapa hari. Selain bertele-tele mereka menganggap bahwa

aturan mengenai bertingkah laku terhadap individu lain seperti orang yang

semarga (dongan sabutuha) ataupun saudara dari pihak ibu sangat banyak dan

dapat mengurangi keakraban dengan individu yang lainnya.

Page 103: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

84

6.2.2 Hubungan Proses Sosialisasi dan Sikap Pemuda terhadap Dalihan NaTolu

Berdasarkan Tabel 19 maka dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan

yang tinggi antara responden yang proses sosialisanya rendah dan tinggi dengan

sikapnya terhadap dalihan na tolu. Terdapat 14 responden (43,75 persen) yang

memiliki proses sosialisasi tinggi dan memiliki sikap terhadap dalihan na tolu

yang rendah dan terdapat 18 responden (56,25 persen) dengan proses sosialisasi

tinggi dan memiliki sikap terhadap dalihan na tolu yang tinggi. Jumlah dan

persentase responden berdasarkan proses sosialisasi dalihan na tolu terhadap

sikapnya dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Jumlah dan Persentase Proses Sosialisasi dan Sikap terhadap DalihanNa Tolu di Parsahutaon Dalihan Na Tolu Sarua Permai, 2008

Proses Sosialisasi

Sikap

Total

Rendah Tinggi

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Rendah 6 75,00 2 25,00 8

Tinggi 14 43,75 18 56,25 32

Total 20 50,00 20 50,00 40

Hasil uji korelasi-Spearman pada Tabel 20 memperlihatkan bahwa dengan

tingkat kepercayaan 95 persen ( = 0,05) tidak terdapat hubungan yang nyata

antar kedua variabel tersebut. Nilai P value sebesar 0,06 lebih tinggi daripada nilai

yaitu 0,05 maka terima Ho maka tidak terdapat hubungan nyata antar kedua

variabel.

Hasil wawancara dengan responden yang memiliki proses sosialisasi yang

tinggi dan sikap yang rendah menyatakan bahwa proses sosialisasi yang dilakukan

Page 104: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

85

oleh orang tua responden adalah berupa paksaan dan tekanan kepada responden

sehingga responden menjadi tidak menyukai sistem kekerabatan maupun berbagai

hal tentang adat Batak. Hal tersebut dialami oleh pemuda parsahutaon yang

berinisial I (23 tahun) dan E (22 tahun). Mereka menyatakan bahwa orang tuanya

sering mengajarkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan adat Batak terutama

kekerabatan dalihan na tolu dan sering mengajak mereka untuk ikut serta dalam

upacara adat. Namun, orang tua mereka selalu memaksa mereka sehingga mereka

tidak menyukai kebudayaan Batak. Orang tua dari pemuda bahkan ada yang

berpesan kepada anak mereka apabila kelak mereka menikah mereka harus

menikah dengan orang yang bersuku Batak juga. Mereka merasa bahwa

masyarakat Batak sering merasa lebih baik dalam hal kebudayaan dan

kekerabatan dibandingkan etnis lainnya.

Pada responden yang mengalami proses sosialisasi tinggi dan sikap yang

tinggi seperti dialami oleh Y (23 tahun) dan R (24 tahun). Ia menyatakan bahwa

orang tua mereka sering mengajarkan mengenai budaya Batak termaksud

kekerabatan dengan individu lain sejak kecil dan juga mengajak ke upacara adat

serta mengajarkan mengenai makna-makna dari setiap kegiatan Batak. Hal

tersebut membuatnya semakin tertarik dengan adat Batak terutama dalihan na

tolu. Dengan demikian maka sikap terhadap dalihan na tolu yang dimiliki oleh

para pemuda parsahutaon bergantung pada cara orang di sekitar mereka

melakukan proses sosialisasi.

Page 105: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

86

6.3 Resume

Faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap

responden adalah proses sosialisasi dalihan na tolu yang meliputi proses ajar

didik, sanksi, ritus kolektif, dan alokasi posisi. Untuk mengetahui hubungan

setiap faktor maka dilakukan uji korelasi Spearman. Keeratan hubungan antar tiap

variabel dilihat dengan menguji nilai signifikasi (one-tailed) dari hasil koefisien

korelasi Spearman. Jika nilai signifikansi (one-tailed) lebih besar dari 0,05 ( = 5

%); maka Ho diterima dan tidak terdapat korelasi. Begitu juga sebaliknya jika

nilai signifikansi (one-tailed) lebih rendah dari 0,05 ( = 5 %); maka Ho ditolak

dan terdapat korelasi antara kedua variabel. Hasil uji antara pengaruh proses

sosialisasi dengan pengetahuan dan sikap pemuda parsahutaon dapat dilihat pada

Tabel 20.

Tabel 20. Hasil Uji Proses Sosialisasi Dalihan Na Tolu terhadap pengetahuan danSikap, 2008

Proses Sosialisasidalihan na tolu

Faktor faktoryangdipengaruhi

r

hitung

Probability Keterangan

Ajar didik, sanksi,ritus kolektif, alokasi

posisi

Aspek Kognitif 0,921 0,000 Signifikan

Aspek Afektif 0,250 0,06 Tidak signifikan

Berdasarkan Hasil pengujian pada Tabel 20 maka proses sosialisasi

dalihan na tolu berhubungan nyata dengan pengetahuan responden dilihat dari

nilai probability sebesar 0.000. Sikap tidak berhubungan dengan proses sosialisasi

dalihan na tolu yang diperlihatkan dengan nilai probability sebesar 0,06.

Page 106: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

87

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dalihan na tolu yang merupakan inti dari kebudayaan Batak, masih

disosialisasikan pada masyarakat perkotaan yang heterogen. Proses sosialisasi

dalihan na tolu kepada pemuda dilakukan dengan mengajaran pemuda mengenai

upacara adat Batak, sapaan untuk memanggil saudara-saudaranya berdasarkan

Adat Batak, dan mengajarkan mengenai peranan yang dimiliki setiap individu

berdasarkan Adat Batak. Proses lainnya adalah memperkenalkan pemuda kepada

saudara-saudaranya, memberikan sanksi dan imbalan apabila pemuda berbuat

sesuai atau tidak sesuai dengan peraturan adat, dan mengajak pemuda untuk

menghadiri upacara adat. Proses sosialisasi dilakukan oleh saudara terdekat, orang

tua, tokoh adat dan teman bermain pemuda.

Berdasarkan uji statistik diketahui semakin tinggi usia pemuda, maka

semakin rendah proses sosialisasi; tidak ada perbedaan antara jenis kelamin dalam

proses sosialisasi; tingkat pendidikan individu tidak berhubungan dengan proses

sosialisasi; tidak ada perbedaan antara individu yang lahir di Sumatera Utara dan

di luar Sumatera Utara dalam proses sosialisasi. Hubungan faktor sosial pemuda

dan proses sosialisasi dalihan na tolu adalah sebagai berikut: semakin banyak

organisasi Batak yang dilibatkan oleh individu, maka semakin tinggi proses

sosialisasi; semakin banyak teman bermain yang bersuku Batak, maka proses

sosialisasi akan semakin tinggi. Hubungan faktor orang tua dengan proses

sosialisasi dalihan na tolu adalah sebagai berikut: apabila kedua orang tua beretnis

Page 107: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

88

Batak, maka semakin tinggi proses sosialisasi; semakin banyak organisasi Batak

yang dilibatkan oleh orang tua responden, maka semakin tinggi proses sosialisasi;

tingkat pendidikan orang tua tidak berhubungan dengan proses sosialisasi.

Berdasarkan hasil uji Korelasi Spearman proses sosialisasi yang dialami

oleh generasi muda Batak mempengaruhi pengetahuan tentang dalihan na tolu.

Semakin tinggi proses sosialisasi maka pengetahuan terhadap dalihan na tolu

akan semakin tinggi. Akan tetapi, proses sosialisasi yang dialami tidak

mempengaruhi sikap pemuda terhadap dalihan na tolu.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka proses sosialisasi adalah hal yang

penting untuk meningkatkan pengetahuan pemuda terhadap dalihan na tolu. Akan

tetapi tingginya pengetahuan tidak menjamin tingginya sikap pemuda. Oleh sebab

itu saran dalam penelitian ini adalah orang tua sebagai agen utama sosialisasi

dalihan na tolu perlu melakukan sosialisasi yang tidak memaksa dan memberikan

imbalan kepada pemuda sehingga pemuda lebih tertarik dengan dalihan na tolu.

Page 108: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

89

DAFTAR PUSTAKA

Ambayoen, Mas Ayu. 2006. Pola Komunikasi Masyarakat Tengger dalam Sosialisasi Tradisi Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat. Tesis: Sekolah Pascasarjana IPB.

Aminah, SYF. 2007. Proses Komunikasi dan Perubahan Nilai-nilai Budaya Masyarakat Melayu Pontianak. Tesis: Sekolah Pascasarjana IPB.

Anonim. 2002. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ParsahutaonDalihan Na Tolu Sarua Permai-Benda Baru. Ciputat.

Damanik, Erond Litno. 2006. Budaya Lokal Vs Global, Sanggupkah ?.http://www.silaban.net/2006/11/26/budaya-lokal-vs-budaya-global-sanggupkah/

Daulay, Anwar Saleh. 2006. Adat Budaya Batak Dalihan Na Tolu: Analisis DariSudut Prinsip Serta Urgensinya dalam Merajut Integrasi dan IdentitasBangsa.http://marbun.blogspot.com/2006/11/dalihan-na-tolupenjelasan.html

Harahap. 1987. Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak. Jakarta: Sanggar WillemIskandar

Ihromi, T.O. 1999. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mugniesyah, Siti Sugiah. 2006. Diktat Penyuluhan Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmuSosial dan Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Novianto, Rahmad Dedi. 2008. Perkembangan kebudayaan dalam Wacana Sejarah. http://www.hupelita.com/baca.php?id=34139

Redfield, Robert. 1982. Masyarakat Petani dan Kebudayaan. Jakarta: Rajawali.

Rogers, Everett M. dan Shoemaker, F. Floyd. 1971. Communication ofinovations: A Cross Cultural Approach. London: Collier Macmillan Publishers.

Sajogyo, Pudjiwati & Sajogyo. 1982. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teoriPsikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Page 109: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

90

Siahaan, N. 1982. Adat Dalihan Natolu: Prinsip dan Pelaksanaannya. Jakarta:Grafina.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta:LP3S.

Soe’oed, R. Diniarti F. 1999. Proses Sosialisasi dalam Bunga RampaiSosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sitorus, M.T. Dalihan Na Tolu: Fungsi Keluarga Batak Toba, suatu AnalisisMakro-Fungsional. Mimbar Sosek: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian FapertaIPB, vol 11 no 1, April 1998.

Siregar, Rahma Sari. 2003. Sosialisasi Anak Dalam Keluarga yang Tinggal Bukanpada Lingkungan Budaya Asalnya. Skripsi: Fakultas Pertanian IPB.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi sebagai Suatu Pengantar. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Sucipto, Toto. 1998. Peranan Media Massa Lokal bagi Pembinaan danPengembangan Kebudayaan Daerah. Bandung: Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Sunarto, Kamanto. 1993. “Pengantar Sosiologi”. Fakultas Ekonomi. UniversitasIndonesia. Jakarta.

Susanto, Astrid S. 1995. Globalisasi dan Komunikasi. Jakarta: Pustaka SinarHarapan.

_________. 1977. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung:Binacipta

Tim editor. 2003. Sosiologi Umum. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.

Vergouwen, J.C. 1986. Masyarakat dan Hukum Batak Toba. Jakarta: Pustaka Azert.

Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika, Edisi Ketiga. Penerjemah Bambang Sumantri. Jakarta: PT. Gramedia.

Page 110: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

91

LAMPIRAN

Page 111: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

91

Lampiran 1. KuisionerKUESIONER PENELITIAN

SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI MUDA BATAK DICIPUTAT

(Studi Kasus: Perkumpulan Masyarakat Batak “Parsahutaon Dalihan Na Tolu”,Sarua Permai)

Petunjuk Umum:• Berilah tanda ( ) pada setiap kolom ( ) di bawah ini• Isilah kuesioner pada setiap bagian yang bertitik-titik

I. Karateristik Individu1. Nama :.............................................................2. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan3. Usia :.................Tahun4. Pendidikan :............................5. Di mana anda di lahirkan ?...............................................

II. Karateristik Orang tua1. Orang tua anda beretnis:

•Ayah :.....................................•Ibu :.....................................

2. Apakah orang tua (ayah dan ibu) anda sedang mengikuti organisasi sosial ? ( ) Ya ( ) Tidak Jika jawaban Ya,

Orang Tua Organisasi Sosial Peran

Ayah • .................................• .................................• .................................• .................................• .................................

( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus

Ibu • .................................• .................................• .................................• .................................• .................................

( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus

Page 112: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

92

3. Pendidikan terakhir orang tua anda:• Ayah :......................................• Ibu :......................................

III. Karateristik Sosial1. Teman bermain anda:

Teman bermain (geng) Bersuku Batak (jumlahorang)

Bersuku non Batak(jumlah orang)

• Di sekolah/kampus .......................orang .......................orang• Di Kosan .......................orang .......................orang• Di rumah .......................orang .......................orang• .......................orang .......................orang• .......................orang .......................orang• .......................orang .......................orang• .......................orang .......................orang• .......................orang .......................orang

2. Apakah anda pernah mengikuti organisasi sosial ? ( ) Ya ( ) Tidak Jika jawaban anda Ya,

Organisasi Sosial Peran

• .................................• .................................• .................................• .................................• .................................

( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus( ) Anggota ( ) Pengurus

IV. Proses Sosialisasi Dalihan Na Tolu1. Apakah anda pernah diajarkan mengenai panggilan atau sapaan untuk

memanggil anggota keluarga dari pihak ayah atau ibu anda? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah Apabila Pernah, Sebutkan oleh siapa............................................................ ........................................................................................................................2. Apakah anda pernah diajarkan mengenai upacara-upacara adat masyarakat

Batak ? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah Apabila Pernah, Sebutkan oleh siapa............................................................. .........................................................................................................................3. Apakah anda pernah diajarkan mengenai kelebihan-kelebihan yang dimiliki

Orang Batak dalam hal kekerabatannya (seperti: marga, sapaan/panggilankepada individu yang lain, dll) ?

( ) Pernah ( ) Tidak Pernah Jika Pernah, sebutkan oleh siapa....................................................................

Page 113: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

93

.........................................................................................................................4. Apakah anda pernah diajarkan mengenai aturan bagaimana anda atau orang

lain bertingkah laku (seperti: menghormati, melayani, dll) sesuai denganstatusnya (sebagai orang tua, sebagai anak, sebagai oppung, dll) ?

( ) Pernah ( ) Tidak Pernah Jika Pernah, sebutkan oleh siapa................................................................... .........................................................................................................................5. Apakah anda pernah diajarkan mengenai sanksi yang didapat apabila anda

atau orang lain bertingkah laku tidak sesuai dengan aturan adat (seperti tidakdatang ke upacara adat, tidak menghormati, dll) ?

Jika Pernah, sebutkan oleh siapa.................................................................... ........................................................................................................................6. Apakah anda pernah dikenakan sanksi apabila anda salah dalam menyebutkan

panggilan atau sapaan kepada anggota keluarga dari pihak ayah atau ibu saya?

( ) Pernah ( ) Tidak pernah Jika Pernah, Sebutkan oleh siapa.................................................................. ........................................................................................................................ ........................................................................................................................7. Apakah anda pernah dikenakan sanksi/hukuman apabila anda tidak

menghadiri upacara-upacara adat ? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah Jika Pernah, sebutkan oleh siapa................................................................... ........................................................................................................................8. Apakah anda pernah diberi imbalan (dapat berupa hadiah, pujian, dll) apabila

anda benar dalam memanggil sapaan atau panggilan kepada keluarga baik daripihak ayah maupun ibu saya ?

( ) Pernah ( ) Tidak Pernah Jika Pernah, sebutkan oleh siapa................................................................... ........................................................................................................................9. Apakah anda pernah diajak untuk menghadiri upacara-upacara adat seperti

perkawinan, kematian, kelahiran, dll ? ( ) Pernah ( ) Tidak pernah Jika Pernah, sebutkan oleh siapa................................................................... ........................................................................................................................

10. Apakah anda pernah diberi nasehat apabila anda malas untuk menghadiriupacara-upacara adat ?

( ) Pernah ( ) Tidak Pernah Jika Pernah, sebutkan oleh siapa................................................................... ........................................................................................................................

11. Apakah anda pernah diberi imbalan (dapat berupa hadiah, pujian, dll) apabilaanda menghadiri upacara adat ?

( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

Page 114: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

94

Jika Pernah, sebutkan oleh siapa................................................................... ........................................................................................................................12. Upacara adat apa yang pernah anda hadiri ?................................................... .........................................................................................................................

IV. Perilaku terhadap Dalihan Na Tolu• Aspek Kognitif Isilah pada Bagian yang bertitik-titik di bawah ini1. Anak perempuan berdasarkan adat Batak harus memanggil adik/kakak laki-

laki kandungnya dengan sebutan: .........................................................2. Saya memanggil adik/kakak perempuan ayah saya dengan

sebutan:........................................................................................................3. Saya memanggil adik laki-laki ayah saya dengan

sebutan:.........................................................................................................4. Saya memanggil kakak laki-laki ayah saya dengan

sebutan:.........................................................................................................5. Saya memanggil adik/kakak laki-laki dari ibu saya dengan

sebutan:........................................................................................................6. Saya memanggil kakak perempuan dari ibu saya dengan

sebutan:.........................................................................................................7. Saya memanggil suami dari adik/kakak perempuan ayah saya dengan

sebutan:.........................................................................................................8. Anak dari adik/kakak perempuan merupakan.......................bagi saudara

(adik/kakak) laki-lakinya.9. Dalam upacara adat Batak maka pihak pengundang atau yang mengundang

biasa dinamakan:.....................................................................10. Ayah saya dalam setiap kegiatan adat Batak harus lebih hormat

kepada:..........................................................................................................11. Ketika ada upacara adat atau kegiatan adat Batak di pihak siapa ayah saya

harus bersikap melayani ?.....................................................................12. Ayah saya dalam setiap upacara atau kegiatan adat Batak harus saling

membantu terhadap:......................................................................................13. Ucapan terima kasih dari pihak pengundang setelah upacara adat Batak

berakhir disebut:............................................................................................14. Pada Masyarakat Batak ulos diberikan

kepada...........................................................................................................

• Aspek Afektif Berikut ini disajikan pernyataan mengenai sikap anda terhadap Dalihan NaTolu. Anda diharapkan menyatakan sikap anda terhadap pernyataan-pernyataantersebut dengan memilih:

SS = Sangat Setuju TS = Tidak SetujuS = Setuju STS = Sangat Tidak SetujuR = Ragu-ragu

Page 115: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

95

NO PERNYATAAN PILIHAN

SS S R TS STS

1. Saya merasa senang menghadiriupacara-upacara adat Batak

2. Saya merasa upacara-upacara adatBatak tidak ribet/bertele-tele

3. Saya merasa senang dengankebiasaan masyarakat Batak dalamhal memberi sebutan ataupanggilan kepada individu lainnya(seperti: namboru, tulang, dll)

4. Saya merasa bahwa kebiasaanmasyarakat Batak memberisebutan atau panggilan kepadaindividu lainnya memilikikelebihan tersendiri dibandingkanetnis lainnya.

5. Saya merasa bahwa kebiasaanmasyarakat Batak dalam halmemberi sebutan atau panggilankepada individu lainnya dapatmenjalin keakraban dankekeluargaan.

6. Saya merasa senang apabila adaorang yang mengajarkan kepadasaya mengenai sebutan ataupanggilan-panggilan kepadaindividu lainnya (seperti:namboru, tulang, dll)

7. Saya merasa senang apabila adayang menegur saya apabila sayasalah memanggil saudara-saudarasaya karena tidak sesuai dengansebutan atau panggilanberdasarkan adat Batak.

8. Saya merasa senang apabila ayahsaya hormat kepada saudara daripihak ibu saya

9. Saya merasa senang apabila ayahsaya harus melayani danmembantu pihak ibu saya ketika

Page 116: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

96

ada suatu upacara adat di pihak ibusaya.

10. Saya merasa senang apabila ayahsaya saling membantu keluargadari pihaknya.

Page 117: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

97

Lampiran 2. Panduan Pertanyaan

PANDUAN PERTANYAAN

• Wawancara Kelompok

Responden Generasi Muda Perkumpulan Masyarakat Batak Sarua Permai,

Ciputat

1. Apakah orang tua kalian sering mengajarkan mengenai sebutan/panggilan dan

bertingkah laku kepada individu yang lain beradasarkan adat Batak ? Menurut

kalian hal apa yang menyebabkan mereka bersikap seperti itu ?

2. Bagaimana mereka mengajarkan kepada kalian mengenai sebutan/panggilan

dan bertingkah laku kepada individu yang lain berdasarkan adat Batak ?

3. Apakah orang tua kalian sering mengajarkan dan mengajak kalian dalam

mengikuti upacara-upacara adat Batak ? Menurut kalian hal apa yang

menyebabkan mereka bersikap demikian ?

4. Apa faktor yang utama menyebabkan kalian menjadi tertarik atau tidak

tertarik terhadap sebutan/panggilan kepada individu yang lain berdasarkan

adat Batak?

5. Apa faktor utama yang menyebabkan kalian menjadi tertarik atau tidak

tertarik terhadap upacara-upacara adat Batak ?

6. Siapa orang yang paling sering mengajarkan kalian mengenai

sapaan/panggilan kepada individu yang lain berdasarkan adat Batak, upacara-

upacara adat Batak, maupun cara kalian bertingkah laku terhadap individu

yang lain berdasarkan adat Batak ?

Page 118: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

98

7. Siapa yang paling sering memberikan hukuman (baik fisik maupun teguran)

apabila kalian salah dalam menyapa/memanggil saudara kalian ?

8. Bagaimana mereka memberikan hukuman (baik fisik maupun teguran) apabila

kalian salah dalam menyapa/memanggil saudara kalian ?

9. Siapa orang yang paling sering memberikan imbalan apabila kalian benar

dalam menyapa individu yang lain dan bertingkah laku sesuai dengan adat

Batak ?

10. Bagaimana cara mereka memberikan imbalan apabila kalian benar dalam

menyapa individu yang lain dan bertingkah laku sesuai dengan adat Batak ?

11. Siapa orang yang paling sering memberikan hukuman apabila kalian malas

mendatangi upacara adat Batak ? Bagaimana mereka memberikan hukuman

kepada kalian ?

12. Siapa orang yang paling sering memberikan imbalan apabila kalian

mendatangi upacara adat Batak ? Bagaimana cara mereka memberikan

imbalan kepada kalian ?

Page 119: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

99

Lampiran 3. Peta Kompleks Sarua Permai

Skala 1: 12.500

Page 120: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

100

Lampiran 4. Hasil Pengujian Korelasi rank Spearman

Correlations

1,000 ,460** -,259 -,141 -,037 ,112 -,051 -,308*. ,001 ,053 ,192 ,411 ,246 ,378 ,027

40 40 40 40 40 40 40 40,460** 1,000 -,062 ,252 ,246 ,268* ,185 -,036,001 . ,351 ,058 ,063 ,047 ,127 ,413

40 40 40 40 40 40 40 40-,259 -,062 1,000 -,096 ,361* ,480** ,291* ,840**,053 ,351 . ,277 ,011 ,001 ,034 ,000

40 40 40 40 40 40 40 40-,141 ,252 -,096 1,000 ,197 -,229 ,159 -,115,192 ,058 ,277 . ,111 ,077 ,163 ,240

40 40 40 40 40 40 40 40-,037 ,246 ,361* ,197 1,000 ,470** ,267* ,303*,411 ,063 ,011 ,111 . ,001 ,048 ,028

40 40 40 40 40 40 40 40,112 ,268* ,480** -,229 ,470** 1,000 ,580** ,438**,246 ,047 ,001 ,077 ,001 . ,000 ,002

40 40 40 40 40 40 40 40-,051 ,185 ,291* ,159 ,267* ,580** 1,000 ,347*,378 ,127 ,034 ,163 ,048 ,000 . ,014

40 40 40 40 40 40 40 40-,308* -,036 ,840** -,115 ,303* ,438** ,347* 1,000,027 ,413 ,000 ,240 ,028 ,002 ,014 .

40 40 40 40 40 40 40 40

Correlation CoefficientSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (1-tailed)N

Umur

Pendidikan

Etnis Orang Tua

Pendidikan Orang tua

Organisasi SosialOrang tua

Teman Bermain

Organisasi SosialIndividu

Proses Sosialisasi

Spearman's rhoUmur Pendidikan

EtnisOrang Tua

PendidikanOrang tua

OrganisasiSosial Orang

tuaTemanBermain

OrganisasiSosial

IndividuProses

Sosialisasi

Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).**.

Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).*.

Page 121: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

101

Correlations

1,000 ,921** ,250. ,000 ,060

40 40 40,921** 1,000 ,329*,000 . ,019

40 40 40,250 ,329* 1,000,060 ,019 .

40 40 40

Correlation CoefficientSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (1-tailed)NCorrelation CoefficientSig. (1-tailed)N

Proses Sosialisasi

Aspek Kognitif

Aspek Afektif

Spearman's rho

ProsesSosialisasi Aspek Kognitif Aspek Afektif

Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).**.

Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).*.

Page 122: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

102

Lampiran 5. Hasil Pengujian Korelasi Chi Square

Tempat Lahir * Proses Sosialisasi Crosstabulation

CountProses Sosialisasi

Totalrendah tinggiTempatLahir

Luar Sumatera Utara 8 27 35Sumatera Utara 0 5 5

Total 8 32 40

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Pearson Chi-Square 1,429(b) 1 ,232ContinuityCorrection(a) ,357 1 ,550

Likelihood Ratio 2,404 1 ,121Fisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociation 1,393 1 ,238

N of Valid Cases 40a Computed only for a 2x2 tableb 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.

Symmetric Measures

Value

Asymp.Std.

Error(a)Approx.

T(b) Approx. Sig.Interval by Interval Pearson's R ,189 ,053 1,186 ,243(c)Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,189 ,053 1,186 ,243(c)N of Valid Cases 40

a Not assuming the null hypothesis.b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.c Based on normal approximation.

Jenis kelamin * Proses Sosialisasi Crosstabulation

CountProses Sosialisasi

Totalrendah tinggiJenis kelamin Laki-laki 3 13 16

Perempuan 5 19 24Total 8 32 40

Page 123: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

103

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Pearson Chi-Square ,026(b) 1 ,872ContinuityCorrection(a) ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,026 1 ,871Fisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociation ,025 1 ,873

N of Valid Cases 40a Computed only for a 2x2 tableb 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,20.

Symmetric Measures

Value

Asymp.Std.

Error(a)Approx.

T(b) Approx. Sig.Interval by Interval Pearson's R -,026 ,157 -,157 ,876(c)Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,026 ,157 -,157 ,876(c)N of Valid Cases 40

a Not assuming the null hypothesis.b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.c Based on normal approximation

Page 124: SOSIALISASI DALIHAN NA TOLU PADA GENERASI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1503/A08cma.pdf · Parsahutaon Dalihan na tolu. Responden penelitian adalah pemudaParsahutaon

104

Lampiran 6. Dokumentasi

Gambar 1.Anggota Parsahutaon Dalihan Na Tolu Gambar 2. Pemuda Parsahutaon Dalihan Na Tolu

Gambar 3 & 4. Suasana Pernikahan Adat Batak saat Mangulosi

Gambar 5. Suasana Upacara Kematian Adat Batak