12
Oleh : ariefpurwodito ANATOMI SISTEM PERNAPASAN 1. Saluran napas bagian atas : a. Cavum Nasi b. Faring c. Laring 2. Saluran napas bagian bawah : a. Trakhea : Mulai dari bawah Cartilago Cricoidea Terletak didepan Esofagus Terdiri dari 16-20 Cartilago Trachealis Terdapat Otot polos Percabangan menjadi bronkus disebut : Bifucartio Trachea (Vet. Th. IV-V) b. Bronchus Principalis : Epitel bertingkat toraks + silia + sel goblet Kanan => Lebih lebar, pendek, vertical, lebih rentan. c. Bronchus Lobaris : d. Bronchus Segmentalis : Dextra 10, dan Sinistra 9 e. Bronchiolus : Epitel selapis toraks + silia + sel goblet -/+ Pada bronchioles terminalis epitel selapis kubis + silia Terdapat sel Clara penghasil surfaktan f. Alveolus : Sel Alveolar Tipe 1, Sel Alveolar tipe 2 (surfaktan), Fagosit

SOCA bronkopneumonia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kasus bronkopneumonia

Citation preview

Page 1: SOCA bronkopneumonia

Oleh : ariefpurwodito

ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

1. Saluran napas bagian atas :

a. Cavum Nasi b. Faringc. Laring

2. Saluran napas bagian bawah :

a. Trakhea : Mulai dari bawah Cartilago Cricoidea Terletak didepan Esofagus Terdiri dari 16-20 Cartilago Trachealis Terdapat Otot polosPercabangan menjadi bronkus disebut : Bifucartio Trachea (Vet. Th. IV-V)

b. Bronchus Principalis : Epitel bertingkat toraks + silia + sel goblet Kanan => Lebih lebar, pendek, vertical, lebih rentan.

c. Bronchus Lobaris :

d. Bronchus Segmentalis : Dextra 10, dan Sinistra 9

e. Bronchiolus : Epitel selapis toraks + silia + sel goblet -/+ Pada bronchioles terminalis epitel selapis kubis + silia Terdapat sel Clara penghasil surfaktan

f. Alveolus : Sel Alveolar Tipe 1, Sel Alveolar tipe 2 (surfaktan), Fagosit

3. Otot-otot pernapasan :

a. Inspirasi : Kontraksi Diafragma (N. Frenikus), M. Intercostalis Externusb. Insiparasi Paksa : + M. SternokleidoMastoideus, M. Scalenusc. Eksipirasi : Relaksasi Otot Inspirasi + daya recoil parud. Ekspirasi Paksa : + M. Intercostalis Internum, Otot-otot dinding abdomen.

Page 2: SOCA bronkopneumonia

Oleh : ariefpurwodito

BRONKOPNEUMONIA

Page 3: SOCA bronkopneumonia

Oleh : ariefpurwodito

Pneumonia adalah inflamasi/infeksi saluran napas akut bagian bawah, yang mengenai jaringan parenkim paru.

Berdasarkan Klasifikasi Klinis dan Epidemiologis :1. Pneumonia Komuniti2. Pneumonia Nosokomial3. Pneumonia Aspirasi4. Pneumonia pada Imunocompromised

Berdasarkan Predileksi Infeksi :

1. Pneumonia Lobaris2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia)3. Pneumonia Intersisial

Definisi Bronkopneumonia :

Bronkopneumnia peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir pada bronkiolus respiratorius/terminal dan alveolus sekitarnya sehingga terjadi gambaran berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).

Epidemiologi :

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun. Insiden menurun seiring bertambahnya umur. (Bradley et.al., 2011)

Etiologi;

Page 4: SOCA bronkopneumonia

Oleh : ariefpurwodito

Usia Etiologi yang seringNeonatus (<20 hari) Stretococcus Group B

Respiratory Sincytial Virus (RSV)Bayi (3 minggu – 3 bulan) Streptococcus Pneumoniae

Chlamydia TrachomatisVirus InfluenzaAdeno Virus

Anak-anak (4 bulan – 5 thn) RSVVirus InfluenzaAdeno VirusStreptococcus PneumoniaeChlamydia Pneumoniae

5 tahun - remaaja Chlamydia PneumoniaeMycoplasma PneumoniaeStreptococcus Pneumoniae

Patofisiologi :

Page 5: SOCA bronkopneumonia

Oleh : ariefpurwodito

Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley et.al., 2011):

1.    Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

2.    Stadium II (48 jam berikutnya)Disebut hepatisasi merah (Red Hepatization), terjadi sewaktu alveolus terisi

oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

3.    Stadium III (3-8 hari berikutnya)Disebut hepatisasi kelabu (Grey Hepatization), yang terjadi sewaktu sel-sel

darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

4.    Stadium IV (7-11 hari berikutnya)Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan

peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

Page 6: SOCA bronkopneumonia

Oleh : ariefpurwodito

Manifestasi Klinis :

Dipengaruhi oleh Imaturitas struktur anatomi dan imunologik.

Secara umum gejala pada pneumonia : Demam, sakit kepala, diare, malaise, mual,

Batuk, sesak, retraksi dada, takipnea, sianosis, dll

1. Pada Neonatus dan bayi kecil

Biasanya sering dari transmisi dari ibu ke anak pada proses persalinan (Aspirasi meconium, amnion, dan serviks), kontaminasi (perawat/dokter), kontaminasi alat-alat kedokteran (ventilator).

Gejala tidak khas ! Demam, apnea, sianosis, napas cuping hidung, retraksi subkosta, merintih, takipnea, lethargi, dll.

2. Pada Balita dan anak-anak.

Keluhan meliputi demam, batuk sakit kepala, anoreksia, gangguan GI Tract, takipnea, retraksi subkosta, napas cuping hidung, sianosis, dll. Pada anak biasanya lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut yang tertekuk karena nyeri dada.

Pemeriksaan Fisik :

Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia khususnya bronkopneumonia ditemukan hal-hal sebagai berikut (Bennete, 2013):

1.    Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.

2.    Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.

3.    Pada perkusi tidak terdapat kelainan.

4.    Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.

5. Warna sputum

6. Takipnea : < 2 bulan RR >60/menit 2 – 11 bulan RR >50/menit 1 – 5 tahun RR >60/menit

Pemeriksaan Penunjang :

Page 7: SOCA bronkopneumonia

Oleh : ariefpurwodito

1. Darah Lengkap :

a. Leukositosis -> 15.000 – 40.000 (Bakteri) dominan PMNb. Leukopenia < 5000 (infeksi bakteri berat, prognosis buruk)c. Tidak meningkat atau Leukositosis < 20.000 (virus) dominan Limfositd. Eosinophilia (infeksi Chlamydia)e. Anemia Ringan (n = 11 – 13 gr/dl)f. LED Meningkat < 10 jam

2. CRP

3. Uji Serologis

4. Pemeriksaan Mikrobiologis

5. Ro. Thorax

Kriteria Diagnosis (WHO)

Page 8: SOCA bronkopneumonia

Oleh : ariefpurwodito

Usia 2 bulan – 5 Tahun :

1. Pneumonia Berat : Ada sesak napas, harus dirawat + AB

2. Pneumonia : Tidak ada sesak napas, Takipnea +, tidak perlu dirawat + AB

3. Bukan Pneumonia : Tidak ada sesak napas, Takipnea -, pengobatan simtomatis.

Usia Dibawah 2 bulan :

1. Pneumonia : Takipnea +, Dirawat + AB2. Bukan pneumonia : sama kaya diatas

Kriteria Diagnosis Bradley et, al 2011 :

Tatalaksana :

Page 9: SOCA bronkopneumonia

Oleh : ariefpurwodito

Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri

dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al.,

2011)

1.    Penatalaksaan Umum

a.    Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit à sampai sesak nafas hilang atau PaO2

pada analisis gas darah ≥ 60 torr.

b.    Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

c.    Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

2.    Penatalaksanaan Khusus

a.    Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada

72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.

b.    Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,

takikardi, atau penderita kelainan jantung

c.    Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi

klinis.

Tentang Antibiotik Menyusul!!

Komplikasi :

Biasanya perburukan dari gejala :

1. Efusi Pleura2. Empiema3. Pneumothorax4. Perikarditis5. Miokarditis6. Meningitis

Page 10: SOCA bronkopneumonia

Oleh : ariefpurwodito

NadiBayi                : 120-130 x/mntAnak              : 80-90 x/mntDewasa          : 70-80 x/mnt

Lansia            : 60-70 x/mnt