20
1. Membangun suatu usaha atau bisnis dimulai dari pemikiran atau ide tentang bagaimana, apa, di mana, dan cara memulai bisnis tersebut. Suatu bisnis dimulai dari munculnya ide atau keinginan membangun suatu dan harapan akan keberhasilan usaha tersebut. Dan berikut dasar utama penggerak seseorang ingin membangun suatu bisnis atau perusahaan dengan berbgai ide bisnis yaitu, dimulai dari Hobi, Mengamati, Membantu orang, Ide lama, Ide orang lain, Kolaborasi, Terbitkan, Catat secara hokum, Adakah pertunjukan, Nasihat ke orang lain dan Konsumsi masyarakat. Salah satu faktor utama yang menyebabkan seseorang wirausaha menjadi sukses adalah berkaitan dengan masalah pengaturan harapan yang jelas. Dengan kata lain, banyak pengusaha gagal menetapkan harapan yang realistis dan gagal dikarenakan tidak mempelajari sebelum merambah ke arena bisnis tanpa informasi yang tepat. Setiap analisa usaha akan menjaga anda dari membuka usaha yang membabi buta dan mengakibatkan kehancuran yang tidak terduga. Namun,seperti yang saya katakan diatas,banyak pengusaha pemula hanya berpatokan dengan menjadi pengusaha,mereka tidak lagi berurusan dengan bos kerja,tidak menerima gaji bulanan dan tidak perlu terburu-buru mengejar waktu kerja. Pergeseran Dunia Wirausaha Menurut laporan terbaru,jumlah lulusan perguruan tinggi dan profesional bisnis yang semakin banyak membuat persaingan

soal dan jawaban enterpreneurship

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kewirausahaan

Citation preview

1. Membangun suatu usaha atau bisnis dimulai dari pemikiran atau ide tentang bagaimana, apa, di mana, dan cara memulai bisnis tersebut. Suatu bisnis dimulai dari munculnya ide atau keinginan membangun suatu dan harapan akan keberhasilan usaha tersebut. Dan berikut dasar utama penggerak seseorang ingin membangun suatu bisnis atau perusahaan dengan berbgai ide bisnis yaitu, dimulai dari Hobi, Mengamati, Membantu orang, Ide lama, Ide orang lain, Kolaborasi, Terbitkan, Catat secara hokum, Adakah pertunjukan, Nasihat ke orang lain dan Konsumsi masyarakat.Salah satu faktor utama yang menyebabkan seseorang wirausaha menjadi sukses adalah berkaitan dengan masalah pengaturan harapan yang jelas. Dengan kata lain, banyak pengusaha gagal menetapkan harapan yang realistis dan gagal dikarenakan tidak mempelajari sebelum merambah ke arena bisnis tanpa informasi yang tepat. Setiap analisa usaha akan menjaga anda dari membuka usaha yang membabi buta dan mengakibatkan kehancuran yang tidak terduga. Namun,seperti yang saya katakan diatas,banyak pengusaha pemula hanya berpatokan dengan menjadi pengusaha,mereka tidak lagi berurusan dengan bos kerja,tidak menerima gaji bulanan dan tidak perlu terburu-buru mengejar waktu kerja.Pergeseran Dunia WirausahaMenurut laporan terbaru,jumlah lulusan perguruan tinggi dan profesional bisnis yang semakin banyak membuat persaingan dunia wirausaha semakin sengit,ide-ide kewirausahaan yang berkembang pesat,Sebagai contoh,dunia usaha untuk wanita. Wanita yang memilih bidang kewirausahaan melakukannya untuk sejumlah alasan.Bagi kebanyakan wanita mereka antusias bahwa kewirausahaan memberikan mereka kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dan mendapatkan penghasilan pada waktu yang sama. Hal ini tidak mengatakan bahwa wanita memiliki lebih mudah sebagai pengusaha daripada pria karena kedua belah pihak menghadapi tantangan yang sama. Setiap pengusaha,tua muda atau wanita dan pria mempunyai tantangan yang berbeda-beda dalam menjalankan usahanya,hanya informasi dan manajemen pengharapan lah yang membedakan rute dan tujuan seorang pengusaha itu akan menuju arah kesuksesan.2. Kewirausahaan jangan hanya dipandang sebagai sekedar tipe individu yang memiliki sifat khusus. Lebih tepatnya, kewirausahaan dapat dipandang sebagai suatu perilaku yang berkait dengan usaha keras seseorang untuk memanfaatkan peluang dengan tidak membedakan apakah sumber daya yang dikelolanya berasal dari dirinya sendiri ataupun dari pemilik modal lain. Jadi, wirausaha bisa mengacu pada orang yang memiliki usaha sendiri dan bisa juga pada orang yang mengelola sumber daya milik orang lain.Wirausaha bukan hanya memecahkan masalah, atau bereaksi terhadap masalah, melainkan lebih jauh lagi mencari peluang dan berani mengambil risiko. Dengan demikian, seorang wirausaha ingin maju/berhasil melalui prestasi yang nyata, bukan berdasarkan belas kasihan, kebaikan hati orang lain, atau fasilitas tertentu. Jika ada seorang pimpinan perusahaan besar, mempunyai omset ratusan juta rupiah, sering menang tender di lembaga resmi karena jasa orang tua, mertua atau keluarga yang lain, apakah ia dapat dikatakan sebagai wirausaha? Tentu saja tidak. Dia memperoleh pekerjaan bukan murni karena usahanya, melainkan karena adanya fasilitas yang diberikan oleh keluarganya. Orang semacam itu lebih cocok disebut sebagai administrator bisnis atau dapat juga dikatakan wirafasilitas.3. Faktor-faktor oeluang bisnis yaitu; Perubahan TeknologiPerubahan teknologi merupakan peluang usaha karena memungkinkan orang lain untuk mengalokasikan sumber daya dengan cara yang berbeda dan lebih potensial. Berbagai Provider, warnet, undustri computer telah menjadi lahan usaha baru dengan adanya perubahan teknologi dari konvensional ke internet. Perubahan Politik dan KebijakanPerubahan politik dari Orba ke Reformasi dan perubahan kebijakan dari pusat ke Otonomi Daerah merupakan sumber peluang usaha baru.

Perubahan DemografiStruktur demografi juga membuka peluang usaha. Demografi Yogyakarta sebagai kota peljar dan budaya, juga dekenal sebgai daerah tujuan bagi pensiunan. Hal ini membawa dampak bagi jenis usaha yang dikembnagkan di kota Yogyakarta. Institusi PendidikanInstitusi pendidikan sebagai pusat penelitian adalah sumber peluang usaha dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Zucker, dkk., (1998) menemukan bahwa jumalh ilmuan dan universitas dalam suatu daerah berkorelasi dengan peningkatan jumlah perusahaan bioteknologi dan hak paten yang dihasilkan. Akses InformasiInformasi memungkinkan seseorang memperoleh peluang membuka uasha dibandingkan dengan orang lain yang tidak mengetahuinya. Beberapa orang mampu mengenali peluang lebih baik karena mereka memiliki informasi lebih dibandingkan orang lain. (Hayek, 1945; Kirzner, 1973). Variasi Pengalaman HidupVariasi dalam pengalaman hidup menyediakan akses pada informasi yang baru dan dapat membantu sesorang dalam menemukan peluang karena sebuah informasi yang baru kadang memiliki elemen yang hilang dan menemukan kecermatan bahwa peluang baru telah hadir. Variasi dalam pengalaman menyebabkan sesorang akan menerima informasi yang baru. Ikatan SosialIkatan social meningkatkan kemungkinan seseorang dalam menemukan peluang usaha melalui internet dengan orang lain atau jejaring sosial mereka. Struktur dari jejaring sosial akan mempengaruhi informasi yang diterima dan mengategorikan informasi tersebut. KepribadianKepribadian berpengaruh terhadap tindakan sesorang dalam mengambil keputusan terkait pemanfaatan peluang.Ada 3 aspek kepribadian yang berpengaruh dalam memanfaatkan peluang, yaitu; EkstraversiEkstraversi terkait dengan sikap sosial, asertif, aktif, ambisi, inisiatif, dan ekshibisionis. Sikap ini akan membantu entrepreneur untuk mengeksploitasi peluang terutama dalam memperkenalkan ide ataupun kreasi mereka yang brenilai kepada calon pelanggan, karyawan, dan senbanginya. Sikap ini membuat entrepreneur untuk mengombinasikan dan mengorganisasikan sumber daya dalam kondisi yang tidak menentu. Agreebleeness (Kesepahaman)Sikap ini terkait dengan keramahan, konformitas sosial, keinginan untuk mempercayai, kerjasama, keinginan untuk memaafkan, toleransi, dan fleksibilitas dengan orang lain. Hal ini akan membantu entrepreneur dalam membangun jaringan kerjasama untuk kematangan bisnisnya terutama aspek dari keinginan untuk mempercayai orang lain. Pengambilan ResikoSikap ini berkaitan dengan kemauan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan beresiko. Beberapa resiko yang mungkin dihadapi oleh entrepreneur antara lain pemasaran, finansial, psikologis dan sosial. Seseorang yang memiliki perilaku pengambilan resiko yang tinggi akan lebih mudah dalam mengambil keputusan dalam keadaan yang tidak menentu dan mengorganisasikan sumber daya yang dimilikinya terutama dalam memperkenalkan produknya ke pembeli MotivasiHal yang tak kalah penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan adalah motivasi. Sebagian besar entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri. Dalam paparan berikut ini akan dibahas mengenai 2 macam kebutuhan yang melandasi motivasi seorang entrepreneur. Kebutuhan Berprestasi Merupakan motivasi yang akan memicu seseorang untuk terlibat dengan penuh rasa tanggung jawab, membutuhkan usaha dan keterampila individu, terlibat dalam resiko sedang, dan memberikan masukan yang jelas. Kebutuhan berprestasi yang tinggi dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru terhadap masalah khusus. Selanjutnya, kebutuhan berprestasi juga dicirikan dengan adanya penentuan tujuan, perencanaan, dan pengumpulan informasi serta kemauan untuk belajar. Ciri selanjutnya dari adanya kebutuhan berprestasi adalah kemampuannya dalam membawa ide ke implementasi di masyarakat. Dengan demikian, kebutuhanberprestasi yang tinggi akan membantu seorang entrepreneur dalam menjalankan usahanya untuk memecahkan masalah sesuai dengan penyebabnya, membantu dalam menentukan tujuan, perencanaan, dan aktivitas pengumpulan informasi. Selain itu, kebutuhan informasi akan membantu entrepreneur untuk bangkit dengan segera ketika menghadapi tantangan. Keinginan untuk independent (Need for independence) Faktor ini menjadi penentu kekhasan dari seorang entrepreneur. Selain keinginan yang tidak ingin ditentukan oleh orang lain, keinginan untuk independen akan memicu seorang entrepreneur menghasilkan produk yang berbeda dengan orang lain. Ia akan lebih berani dalam membuat keputusan sendiri dalam mengeksploitasi peluang berwirausaha. Motivasi seseorang juga akan meningkat seiring dengan adanya role model dalam membangun usahanya. Seorang entrepreneur akan berupaya mewarnai bisnisnya karena terinspirasi dengan entrepreneur yang telah sukses sebelumnya. Biasanya hal ini akan terlihat ketika seorang entrepreneur mulai memperkenalkan usahanya ke publik. Role model berperan sebagai katalis dan mentor dalam menjalankan usahanya. Selain itu, jaringan dukungan sosial dari orang-orang di sekitar entrepreneur akan berperan terutama ketika usaha tersebut menghadapi kesulitan ataupun ketika berada dalam keadaan stagnan dalam prosesnya. Keberadaan jaringan ini dikategorikan menjadi: a. Jaringan dukungan moral. Jaringan ini bisa berawal dari dukungan pasangan, teman-teman, dan saudara. b. Jaringan dukungan dari profesional. Jaringan ini akan membantu seorang entrepreneur dalam mendapatkan nasihat dan konseling mengenai perkembangan usahanya. Jaringan ini bisa berawal dari mentor, asosiasi bisnis, asosiasi perdagangan, dan hubungan yang bersifat personal. Evaluasi Diri Locus of control Locus of control didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang bahwa ia mampu mengendalikan lingkungan di sekitarnya. Seorang entrepreneur yang memiliki internal locus of control lebih mampu dalam memanfaatkan peluang kewirausahaan. Mereka memiliki kepercayaan dapat memanfaatkan peluang, sumber daya, mengorganisasikan perusahaan, dan membangun strategi. Hal ini dikarenakan kesuksesan dalam menjalankan aktivitas entrepreneur tergantung pada keinginan seseorang untuk percaya pada kekuatannya sendiri.

Self Efficacy Self-efficacy adalah kepercayaan seseorang pada kekuatan diri dalam menjalankan tugas tertentu. Entrepreneur sering membuat penilaian sendiri pada keadaan yang tidak menentu, oleh karena itu mereka harus memiliki kepercayaan diri dalam membuat pernyataan, keputusan mengenai pengelolaan sumber daya yang mereka miliki. Karakteristik KognitifKarakteristik kognitif merupakan faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir dan membuat keputusan. Dalam mengembangkan peluang kewirausahaan, seorang entrepreneur harus membuat keputusan positif mengenai sesuatu yang mereka belum pahami, dalam ketidakpastian, dan informasi yang terbatas. Dalam membuat keputusan positif tersebut dibutuhkan karakteristik kognitif yang membantu entrepreneur untuk memetakan cara bagaimana memanfaatkan peluang wirausaha. Karakteristik tersebut antara lain: Overconfidence Overconfidence merupakan kepercayaan pada pernyataan diri yang melebihi keakuratan dari data yang diberikan. Sikap percaya yang berlebihan ini sangat membantu entrepreneur terutama dalam membuat keputusan pada situasi yang belum pasti dan informasi yang terbatas. Mereka akan melangkah lebih pasti dalam menjalankan keputusannya meskipun kesuksesan yang diinginkan belum pasti. Hal ini sebenarnya bias dari rasa optimisme. Overconfidence mendorong orang mampu memanfaatkan peluang usaha (Busenitz dalam Shane, 2003). Beberapa riset yang mendukung teori bahwa overconfidence mendorong memanfaatkan peluang usaha. Shane (2003) mempresentasikan beberapa penelitian yang mendukung kenyataan ini. Gartner dan Thomas pada tahun 1989 melakukan survei terhadap 63 pendiri perusahaan software computer. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka cenderung overconfidence dan perkiraan rata-rata penjualan 29% di atas penjualan tahun sebelumnya. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Cooper dkk tahun 1988 menunjukkan bahwa 33,3% dari yang mereka percaya bahwa mereka akan sukses dan dua pertiga dari yang mereka survei merasa yakin akan kesuksesan yang akan diraihnya. Entrepreneur cenderung lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Hasil penelitian Busenizt dan Barney tahun 1997 dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dan 74 manajer dalam sebuah organisasi besar. Hasilnya menunjukkan bahwa pendiri perusahaan lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Amir dkk tahun 2001, yang Avin Fadilla Helmi & Rista Bentara Megasari 5dilakukan dengan cara wawancara pada 51 pendiri perusahaan dan 28 manajer senior (bukan pendiri) di Kanada. Pendiri perusahaan memperkirakan mereka mempunyai peluang sukses lebih besar dibandingkan dengan perkiraan manajer senior. Representatif Representatif merupakan keinginan untuk menggeneralisasi dari sebuah contoh kecil yang tidak mewakili sebuah populasi. Bias dalam representatif akan mendorong seorang entrepreneur dalam membuat keputusan. Ia menjadi lebih mudah dalam membuat keputusan terutama dalam keadan yang tidak menentu. Penelitian mengenai hal ini dilakukan oleh Busenitz dan Barney di tahun 1997. dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dengan 74 manajer. Hasilnya menunjukkan bahwa para pendiri perusahaan memiliki sekor representativeness yang lebih tinggi dibandingkan dengan manajer. Hal ini menunjukkan bahwa gaya pemecahan masalah antara entrepreneur dan manajer berbeda.

Intuisi Sebagian besar entrepreneur menggunakan intuisi daripada menganalisis informasi dalam membuat keputusan. Kegunaan intuisi untuk memfasilitasi pembuatan keputusan mengenai ketersediaan sumber daya, mengorganisasi dan membangun strategi baru. dengan memfasilitasi pembuatan keputusan maka argumen akan muncul, dan intuisi selanjutnya akan meningkatkan performa dalam kegiatan entrepreneur. Beberapa riset mendukung fakta di atas. Shane (2003) melaporkan beberapa hasil penelitian berikut ini. Hasil penelitian Allison dkk membandingkan 156 pendiri perusahaan dan perusahaan yang masuk daftar dalam British Publication Local Heroes sebagai perusahaan yang berkembang dengan 546 manajer. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendiri perusahaan lebih intuitif dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan manajer.4. Aspek kepribadian yang Ekstaversi, agreebleeness, dan pengambilan risiko terkait peluang bisnis yaitu; EkstraversiEkstraversi terkait dengan sikap sosial, asertif, aktif, ambisi, inisiatif, dan ekshibisionis. Sikap ini akan membantu entrepreneur untuk mengeksploitasi peluang terutama dalam memperkenalkan ide ataupun kreasi mereka yang brenilai kepada calon pelanggan, karyawan, dan senbanginya. Sikap ini membuat entrepreneur untuk mengombinasikan dan mengorganisasikan sumber daya dalam kondisi yang tidak menentu. Agreebleeness (Kesepahaman)Sikap ini terkait dengan keramahan, konformitas sosial, keinginan untuk mempercayai, kerjasama, keinginan untuk memaafkan, toleransi, dan fleksibilitas dengan orang lain. Hal ini akan membantu entrepreneur dalam membangun jaringan kerjasama untuk kematangan bisnisnya terutama aspek dari keinginan untuk mempercayai orang lain. Pengambilan ResikoSikap ini berkaitan dengan kemauan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan beresiko. Beberapa resiko yang mungkin dihadapi oleh entrepreneur antara lain pemasaran, finansial, psikologis dan sosial. Seseorang yang memiliki perilaku pengambilan resiko yang tinggi akan lebih mudah dalam mengambil keputusan dalam keadaan yang tidak menentu dan mengorganisasikan sumber daya yang dimilikinya terutama dalam memperkenalkan produknya ke pembeli5. Penjelasan locus of control dan self efficacy yaitu; Locus of control Locus of control didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang bahwa ia mampu mengendalikan lingkungan di sekitarnya. Seorang entrepreneur yang memiliki internal locus of control lebih mampu dalam memanfaatkan peluang kewirausahaan. Mereka memiliki kepercayaan dapat memanfaatkan peluang, sumber daya, mengorganisasikan perusahaan, dan membangun strategi. Hal ini dikarenakan kesuksesan dalam menjalankan aktivitas entrepreneur tergantung pada keinginan seseorang untuk percaya pada kekuatannya sendiri. Self Efficacy Self-efficacy adalah kepercayaan seseorang pada kekuatan diri dalam menjalankan tugas tertentu. Entrepreneur sering membuat penilaian sendiri pada keadaan yang tidak menentu, oleh karena itu mereka harus memiliki kepercayaan diri dalam membuat pernyataan, keputusan mengenai pengelolaan sumber daya yang mereka miliki.6. Penjelasan tentang karakteristik kognitip, overconfidence, representative, dan instuisi dari seorang entrepreneur yaitu; Overconfidence Overconfidence merupakan kepercayaan pada pernyataan diri yang melebihi keakuratan dari data yang diberikan. Sikap percaya yang berlebihan ini sangat membantu entrepreneur terutama dalam membuat keputusan pada situasi yang belum pasti dan informasi yang terbatas. Mereka akan melangkah lebih pasti dalam menjalankan keputusannya meskipun kesuksesan yang diinginkan belum pasti. Hal ini sebenarnya bias dari rasa optimisme. Overconfidence mendorong orang mampu memanfaatkan peluang usaha (Busenitz dalam Shane, 2003). Beberapa riset yang mendukung teori bahwa overconfidence mendorong memanfaatkan peluang usaha. Shane (2003) mempresentasikan beberapa penelitian yang mendukung kenyataan ini. Gartner dan Thomas pada tahun 1989 melakukan survei terhadap 63 pendiri perusahaan software computer. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka cenderung overconfidence dan perkiraan rata-rata penjualan 29% di atas penjualan tahun sebelumnya. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Cooper dkk tahun 1988 menunjukkan bahwa 33,3% dari yang mereka percaya bahwa mereka akan sukses dan dua pertiga dari yang mereka survei merasa yakin akan kesuksesan yang akan diraihnya. Entrepreneur cenderung lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Hasil penelitian Busenizt dan Barney tahun 1997 dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dan 74 manajer dalam sebuah organisasi besar. Hasilnya menunjukkan bahwa pendiri perusahaan lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Amir dkk tahun 2001, yang Avin Fadilla Helmi & Rista Bentara Megasari 5dilakukan dengan cara wawancara pada 51 pendiri perusahaan dan 28 manajer senior (bukan pendiri) di Kanada. Pendiri perusahaan memperkirakan mereka mempunyai peluang sukses lebih besar dibandingkan dengan perkiraan manajer senior. Representatif Representatif merupakan keinginan untuk menggeneralisasi dari sebuah contoh kecil yang tidak mewakili sebuah populasi. Bias dalam representatif akan mendorong seorang entrepreneur dalam membuat keputusan. Ia menjadi lebih mudah dalam membuat keputusan terutama dalam keadan yang tidak menentu. Penelitian mengenai hal ini dilakukan oleh Busenitz dan Barney di tahun 1997. dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dengan 74 manajer. Hasilnya menunjukkan bahwa para pendiri perusahaan memiliki sekor representativeness yang lebih tinggi dibandingkan dengan manajer. Hal ini menunjukkan bahwa gaya pemecahan masalah antara entrepreneur dan manajer berbeda. Intuisi Sebagian besar entrepreneur menggunakan intuisi daripada menganalisis informasi dalam membuat keputusan. Kegunaan intuisi untuk memfasilitasi pembuatan keputusan mengenai ketersediaan sumber daya, mengorganisasi dan membangun strategi baru. dengan memfasilitasi pembuatan keputusan maka argumen akan muncul, dan intuisi selanjutnya akan meningkatkan performa dalam kegiatan entrepreneur. Beberapa riset mendukung fakta di atas. Shane (2003) melaporkan beberapa hasil penelitian berikut ini. Hasil penelitian Allison dkk membandingkan 156 pendiri perusahaan dan perusahaan yang masuk daftar dalam British Publication Local Heroes sebagai perusahaan yang berkembang dengan 546 manajer. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendiri perusahaan lebih intuitif dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan manajer.7.