Upload
iman-setiawan
View
38
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap perusahaan/instansi dalam setiap kegiatannya selalu
menginginkan hasil kerja yang baik dan maksimal guna untuk mendapatkan
laba/penghargaan dari pihak lain, baik pemilik maupun pihak lain mempunyai
kepentingan.
Laporan keuangan sebagai alat ukur yang penting sebagai indikator utama
untuk menilai tingkat keberhasilan suatu perusahaan/instansi dalam melaksanakan
program kerja serta sasaran-sasaran yang disepakati bersama atau yang digariskan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pada Instansi Pemerintah, laporan keuangan sering digunakan untuk
mengukur tingkat transparansi dan akuntabilitas dari Instansi Pemerintah yang
bersangkutan. Laporan keuangan yang tidak akuntabel pada sebuah lembaga
pemerintah mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat dan lembaga penegak
hukum tidak lagi menaruh kepercayaan terhadap lembaga yang bersangkutan. Hal ini
akan mengurangi efektivitas kerja dan kegiatan lembaga pemerintah tersebut.
Setiap Instansi Pemerintah mempunyai tugas pokok dan fungsi masing-
masing sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mengukur
kinerja dan kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan aspek hukum dan
aturan yang ada.
1
Peraturan perundang-undangan telah mengatur bagaimana sebuah instansi,
baik di tingkat pusat maupun di daerah menjalankan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing. Kegiatan yang dilakukan oleh setiap instansi tersebut tidak pernah
lepas dari sistem pengawasan dan pengendalian dari jajaran instansi di atasnya serta
lembaga penegak hukum yang diberikan kewenangan untuk melakukan pengawasan
dan pengendalian tersebut.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara
pasal 10 ayat 3 butir g yang menyebutkan bahwa kepala SKPD selaku pejabat
Pengguna Anggaran mempunyai tugas untuk menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan SKPD yang dipimpinnya. Lebih lanjut lagi, Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa setiap Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) sebagai suatu entitas akuntansi maka pada akhir tahun anggaran
wajib menyusun Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan anggarannya berupa
Laporan Keuangan. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang
sebagai Instansi Pemerintah di Daerah tingkat Kabupaten, memiliki tugas pokok dan
fungsi sebagai pengelola keuangan di daerah. Dari tugas pokok dan fungsi tersebut,
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Deli Serdang berfungsi sebagai juru bayar Pemerintah Kabupaten,
serta menjadi pusat penerimaan Pendapatan Daerah, baik pendapatan asli, maupun
pendapatan lain-lain yang ditetapkan dengan Undang-Undang. Diantara tugas pokok
tersebut adalah menggali sumber-sumber pendapatan daerah yang sah, yang
menunjang keberlangsungan jalannya roda pemerintahan dan juga pembangunan di
daerah, khususnya di Kabupaten Deli Serdang.
2
Sebagai pengelola keuangan daerah, sudah tentu dituntut untuk bekerja keras
menggali dan mendapatkan sumber-sumber keuangan bagi pembiayaan program-
program pemerintahan dan pembangunan yang ditujukan pada kesejahteraan
masyarakat dan daerah pada umumnya.
Seiring dengan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Deli Serdang setelah melakukan tugas pokok sesuai peraturan
perundang-undangan yang ada, akan membuat dan menyajikan laporan keuangan
sebagai konsekuensi hukum dan administrasi Negara kepada lembaga-lembaga
pemeriksa dan hukum Negara yang ditunjuk juga berdasarkan undang-undang yang
berlaku. Laporan keuangan yang diberikan dan disajikan haruslah memenuhi unsur-
unsur yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang ada. Dengan
demikian akan dapat dicapai tujuan penyajian laporan keuangan yang diharapkan.
Dengan terpenuhinya aspek hukum dan administrasi Negara dari laporan keuangan
dari Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang, amat diharapkan
akan terjaga akuntabilitas dan efektivitas dari laporan keuangan tersebut, yang pada
akhirnya akan memberikan efek pada pelaksanaan program pemerintahan dan
pembangunan di Daerah Kabupaten Deli Serdang, serta akan dapat mempercepat
tercapainya keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, khususnya di
Kabupaten Deli Serdang. Hal ini akan juga akan berpengaruh pada tingkat
pertumbuhan ekonomi di tingkat regional, dan lebih luas lagi, akan mempengaruhi
tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.
3
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat pentingnya penyusunan laporan
keuangan di dalam suatu perusahaan/instansi pemerintah. Dengan demikian penulis
mengharapkan dapat mengetahui lebih lanjut mengenai hal yang berhubungan dengan
masalah penyusunan laporan keuangan, yaitu dengan cara membandingkan antara
teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Dengan latar belakang hal-hal yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik
untuk menelitinya melalui suatu penulisan skripsi dengan judul: “Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan dalam Penyajian Laporan Keuangan Pada Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang”
B. Identifikasi Masalah
Ada beberapa masalah yang sering dihadapi Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah dalam menyajikan laporan keuangannya. Adapun masalah-masalah yang
dapat diidentifikasi oleh penulis antara lain :
1. Apakah penyusunan laporan keuangan pada Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Deli Serdang sudah sesuai dengan Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang berlaku?
2. Apakah penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ada membantu
penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku?
3. Apakah laporan keuangan yang disajikan oleh Dinas pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Deli Serdang berpengaruh terhadap pencapaian program
pembangunan di daerah ini?
4
C. Batasan Masalah
Dari masalah yang sudah diidentifikasi di atas dan untuk menghindari
penyimpangan pembahasan atau masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis
akan membatasi dan hanya akan mengkaji masalah penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan dalam penyajian Laporan Keuangan.
D. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari kegiatan penelitian ini adalah:
“Apakah Laporan Keuangan pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten
Deli Serdang sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan”
E. Tujuan Penelitian
Secara umum, maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh laporan keuangan berpengaruh pada peningkatan pendapatan daerah, serta
pencapaian sasaran pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah,
khususnya di Kabupaten Deli Serdang. Dengan demikian dapat diperoleh tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah penyusunan laporan keuangan pada Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang sudah sesuai dengan
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku.
2. Untuk mengetahui penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ada
membantu penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5
3. Untuk mengetahui apakah laporan keuangan yang disajikan oleh Dinas
pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang berpengaruh terhadap
pencapaian program pembangunan daerah.
F. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini penulis dapat memberikan :
1. Masukan pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang,
khususnya pimpinan.
2. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis dalam bidang penyusunan laporan
keuangan instansi pemerintah.
3. Bahan peneilitian bagi pihak-pihak lain yang akan melakukan penelitian
tentang penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan.
G. Anggapan Dasar
Dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka ditetapkan anggapan
dasar sebagai berikut: “Dengan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan maka akan menghasilkan akuntabilitas
penyelenggaraan program pembangunan di Kabupaten Deli Serdang.”
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu proposisi, kondisi dan prinsip yang untuk
sementara waktu dianggap benar, agar supaya dapat ditarik suatu konsekuensi yang
logis dengan cara itu. Kemudian diadakan pengujian/testing tentang kebenarannya
6
dengan menggunakan data empiris (empirical date) melalui penelitian sesuai
permasalahan yang dirumuskan, maka dibuat hipotesa: “Laporan keuangan yang
disusun oleh Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sesuai dengan Standard
Akuntansi Pemerintahan”
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Laporan Keuangan
Dalam setiap perusahaan atau instansi, baik yang bertujuan mencari
keuntungan maupun yang tidak untuk tujuan bisnis (non laba), penyusunan laporan
keuangan menjadi hal yang penting dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan
dari kegiatan operasional perusahaan/instansi yang bersangkutan.
Dalam perspertif teori, laporan keuangan adalah uraian segala kegiatan
keuangan sebuah perusahaan/instansi yang berisi hasil pendapatan dan belanja dalam
satu tahun periode akuntansi.
Didalam perkembangannya, laporan keuangan sekarang tidak saja
dipergunakan bagi kepentingan mengakhiri kegiatan operasional perusahaan/instansi
yang bersangkutan, tetapi sudah berkembang menjadi alat ukur tingkat keberhasilan
pengelola perusahaan/instansi melaksanakan kegiatan operasionalnya.
1. Ruang Lingkup Laporan Keuangan
Kegiatan laporan keuangan di dalam perusahaan/instansi dapat di
kelompokkan menjadi beberapa bagian, yang satu sama lainnya saling berhubungan.
Diantara bagian itu ada yang masuk kategori sektor publik, dan sebagian lainnya
masuk sektor swasta. Kegiatan-kegiatan yang ditunjukkan oleh laporan keuangan
tersebut bertujuan akhir agar tercapainya tujuan dan sasaran yang telah disepakati
dan diprogramkan sebelumnya.
8
8
2. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur
mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara fisik, tujuan pelaporan keuangan
pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya, dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
ekuitas dana pemerintah
b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dan pemerintah
c. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi
d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya
e. Menyediakan informasi mengenaicara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya
dan memenuhi kebutuhan kasnya
f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintah
9
g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas
pelaporan dalam mendanai aktivitasnya
Tujuan umum laporan keuangan juga mempunyai peranan prediktif dan
prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya
sumber daya yanng dibutuhkan untuk operasi yanng berkelanjutan, sumber daya yang
dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang
terkait.
Selain itu pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna
mengenai:
a. Indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan
anggaran
b. Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan,
termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD
Untuk memenuhi tujuan umum, laporan keuangan menyediakan informasi
mengenai entitas pelaporan dalam hal:
a. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yanng dikuasai dan /atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
10
Aset dibedakan menjadi dua yaitu: aset tak berwujud dan aset tetap. Aset tak
berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai
wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa
digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tetap
adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
b. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
c. Ekuitas dana
Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah.
d. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah.
e. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
11
f. Transfer
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelapor dari/
kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
g. Pembiayaan (financing)
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
h. Arus Kas
Arus Kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas pada
Bendahara Umum Negara/Daerah.
Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk memenuhi tujuan
laporan keuangan. Informasi tambahan, termasuk laporan keuangan, dapat dilaporkan
bersama-sama dengan laporan keuangan untuk memberikan gambaran yang lebih
komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu periode.
3. Komponen-Komponen Laporan Keuangan
Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan pokok
adalah:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Neraca
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan atas Laporan Keuangan
12
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas
pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan. Unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau
sebagai kuasa bendaharawan umum negara/daerah.
Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi dan
kewajiban entitas pelaporan pada tanggal pelaporan dan arus sumber daya ekonomi
selama periode berjalan. Informasi ini diperlukan pengguna untuk melakukan
penilaian terhadap kemampuan entitas pelaporan dalam menyelenggarakan kegiatan
pemerintahan di masa mendatang.
Kegiatan keuangan pemerintah dibatasi dengan anggaran dalam bentuk
apropriasi atau otoritas anggaran. Laporan keuangan menyediakan informasi
mengenai apakah sumber daya ekonomi telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan
anggaran yang telah ditetapkan. Laporan Realisasi Anggaran memuat anggaran dan
realisasi.
Entitas pelaporan menyajikan informasi tambahan untuk membantu para
pengguna dalam memperkirakan kinerja keuangan entitas dan pengelolaan aset,
seperti halnya dalam pembuatan dan evaluasi keputusan mengenai alokasi sumber
daya ekonomi. Informasi tambahan ini termasuk rincian mengenai output entitas dan
outcomes dalam bentuk indikator kinerja keuangan, laporan kinerja keuangan,
tinjauan program dan laporan lain mengenai pencapaian kinerja keuangan entitas
selama periode pelaporan.
13
Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu entitas pelaporan
diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual dan Laporan
Perubahan Ekuitas. Ekuitas pelaporan mengungkapkan informasi tentang keuangan
terhadap anggaran.
B. Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh lembaga-
lembaga publik sebagai salah satu alat pertanggungjawaban kepada publik. Sekarang
terdapat perhatian yang makin besar terhadap praktek akuntansi yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga publik, baik akuntansi sektor pemerintahan maupun lembaga
publik non pemerintah. Lembaga publik mendapat tuntutan dari masyarakat untuk
dikelola secara transparan dan bertanggung jawab.
Organisasi sektor publik menghadapi tekanan untuk lebih efisien,
memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial dan manfaatnya bagi publik, serta
dampak negatif dari aktifitas yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut
menyebabkan akuntansi dapat diterima sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk
mengelola urusan-urusan publik. Akuntansi sektor publik pada awalnya merupakan
aktifitas yang terspesialisasi dari suatu profesi yang relatif kecil. Saat ini sektor publik
sedang mengalami proses untuk menjadi disiplin ilmu yang lebih dibutuhkan.
1. Ruang Lingkup Akuntansi Publik
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada wilayah publik. Wilayah publik sendiri memiliki wilayah
14
yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta/komersil. Secara
kelembagaan wilayah publik antara lain meliputi organisasi non laba pemerintahan
dan organisasi non laba non pemerintahan. Organisasi pemerintahan adalah badan-
badan pemerintahan (pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan unit-unit kerja
pemerintah), sedangkan organisasi nonlaba non pemerintahan meliputi organisasi
sukarelawan, rumah sakit, sekolah tinggi dan universitas, serta organisasi-organisasi
non pemerintahan lainnya (yayasan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
keagamaan, organisasi politik, dan lain sebagainya).
Sistem akuntansi untuk badan-badan pemerintahan (pemerintahan pusat,
kementerian negara/lembaga dan pemerintah daerah), harus mengikuti Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) seperti dimaksud dalam Undang-Undang No. 17/2003
pasal 32, UU No. 1 tahun 2004 pasal 51 ayat (3), dan peraturan pemerintah no. 24
tahun 2005, sedangkan unit-unit pemrintahan yang bergerak di bidang bisnis
(BUMN/BUMD) harus Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan Ikatan
Akuntan Indonesia. Sementara organisasi publik non pemerintahan mengikuti Standar
Akuntansi Keuangan (SAK).
Untuk akuntansi pemerintahan, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah, dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor
337/KMK.012/2003 tanggal 18 Juli 2003 tentang Sistem Akuntansi dan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (SAPP).
15
2. Sifat dan Karakteristik Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, yang harus
memiliki manfaat bagi publik. Dalam beberapa hal akuntansi sektor publik berbeda
dengan sektor swasta/komersial, disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan
yang mempengaruhinya. Sifat dan karakteristik organisasi sektor publik terutama
adalah tujuan, sifat, dan sumber dananya. Sifat organisasi publik adalah organisasi
non laba, tidak mencari laba. Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, dan memberikan dan meningkatkan kesejahteraannya. Pemberi dana
tidak berkehendak untuk meminta pengembalian, bunga, ataupun memiliki
organisasi.
Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat komplek.
Komponen lingkungan yang mempengaruhi sektor publik meliputi faktor ekonomi,
politik, kultur, dan demografi, seperti :
a. Faktor ekonomi; - Pertumbuhan ekonomi
- Tingkat inflasi
- Pendapatan per kapita (GNP)
- Struktur ekonomi
- Tenaga kerja
- Arus modal
- Cadangan devisa
- Teknologi, dsb
b. Faktor politik; - Hubungan masyarakat-negara
16
- Legitimasi pemerintah
- Ideologi Negara
- Kelembagaan, dsb
c. Faktor kultural; - Agama, suku, ras, budaya, bahasa
- Historis
- Sosiologi masyarakat
- Pendidikan
d. Demografi; - Pertumbuhan penduduk
- Usia penduduk
- Migrasi
- Tingkat kesehatan
C. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),
pemerintah terus melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Usaha reformasi keuangan negara
mencakup bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan, sistem, dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk dapat mencapai good governance
diharapkan penyusunan dan penyajian laporan keuangan dapat berpedoman pada
sebuah standar akuntansi dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan.
17
Di bidang peraturan perundang-undangan, pemerintah dengan persetujuan
DPR-RI telah menetapkan suatu paket undang-undang di bidang keuangan negara,
yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara. Ketiga undang-undang tersebut menjadi dasar bagi institusi negara
mengubah pola administrasi keuangan (financial administration) menjadi
pengelolaan keuangan (financial management).
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan Presiden dan Gubernur,
Bupati, Walikota untuk menyajikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan APBN
atau APBD berupa laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut setidak-tidaknya
meliputi Laporan Realisasi APBN atau APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan
negara atau daerah dan badan lainnya. Disebutkan pula bahwa bentuk dan isi laporan
keuangan tersebut disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Untuk menyusun Standar Akuntansi Pemerintahan diperlukan suatu komite
standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih
dahulu mendapat pertimbangan dari BPK. Untuk itu Presiden RI telah menetapkan
Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP), sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 2
Tahun 2005. Walaupun penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan memerlukan
18
waktu yang lama namun KSAP telah berhasil menyusun suatu Standar Akuntansi
Pemerintahan yang ditetapkan Presiden sebagai Peraturan Pemerintah tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (PP SAP) tertanggal 13 Juni 2005.
KSAP terdiri dari Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite
Konsultatif) dan Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Kerja).
Komite Konsultatif bertugas memberi konsultasi dan pendapat dalam rangka
perumusan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Komite Kerja bertugas mempersiapkan, merumuskan, dan menyusun
konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
KSAP menyampaikan konsep Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan kepada Menteri Keuangan untuk proses penetapan menjadi Peraturan
Pemerintah.
Kedudukan KSAP adalah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Setiap
entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menerapkan SAP.
Selain itu, diharapkan adanya upaya pengharmonisan berbagai peraturan baik di
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Ruang lingkup SAP diterapkan di
lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah dan satuan
organisasi di lingkungan pemerintah pusat atau daerah, jika menurut peraturan
perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan
keuangan.
19
Dengan ditetapkannya PP SAP maka pemerintah pusat dan pemerintah daerah
telah memiliki suatu pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Hal ini menandai
dimulainya suatu era baru dalam pertanggungjawaban pelaksanaan APBN atau
APBD dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas. Diharapkan
seluruh instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat mengimplementasikan
SAP dengan baik sehingga laporan keuangan pemerintah dapat memberikan
informasi yang lengkap dan handal kepada berbagai pihak.
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Tahun 2005 terdiri dari:
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan Atas Laporan Keuangan
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aktiva Tetap
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
dan Peristiwa Luar Biasa.
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
20
D. Perbandingan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 dan SAP memiliki pola perubahan yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL I
PERBANDINGAN KEPMENDAGRI NO. 29 TAHUN 2002 DENGAN SAP
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 SAPBasis Kas Modifikasian Basis kas untuk pengakuan pendapatan,
belanja dan pembiayaan (LRA)Aktiva tetap diakui pada akhir periode dengan menyesuaikan belanja modal yang terjadi
Aktiva/aset tetap diakui pada saat hak kepemilikannya berpindah dan atau saat diterima
Aktiva tetap selain tanah di depresiasi dengan metode garis lurus berdasarkan umur ekonomisnya
Aset tetap selain tanah dapat di depresiasi dengan metode garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi
Kewajiban diakui pada akhir periode akuntansi melalui penyesuaian
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan atau kewajiban timbul
Jenis Laporan Keuangan: Laporan Perhitungan APBD Neraca Laporan Aliran Kas Nota Perhitungan APBD
Jenis Laporan Keuangan: Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) Neraca Laporan Arus Kas Catatan atas Laporan Keuangan
Belanja Dikategorikan: Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan
Pemeliharaan Belanja Modal Belanja Tidak Tersangka
Masing-masing belanja dikelompokkan menjadi:
Belanja Pegawai dan Personalia Belanja Barang dan Jasa Belanja Perjalanan Dinas Belanja Pemeliharaan
Belanja dikelompokkan menurut klasifikasi yaitu:BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai Belanja Barang Bunga Subsidi Hibah Bantuan Sosial
BELANJA MODALBELANJA TAK TERDUGA
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 SAP
21
Laporan Aliran Kas Dikelompokkan dalam 3 Aktivitas yaitu:
Aktivitas Operasi Aktivitas Investasi Aktivitas Pembiayaan
Laporan Arus Kas dikelompokkan dalam 4 aktivitas yaitu:
Aktivitas Operasi Aktivitas Investasi Aktivitas Pembiayaan Aktivitas Non-Anggaran
Jadwal tahapan penyiapan dokumen APBD tidak diatur secara rinci
Jadwal tahapan penyiapan dokumen penyusunan APBD diatur secara rinci dan ketat untuk mencapai target persetujuan DPRD paling lambat 1 tahun sebelum Tahun Anggaran dilakukan
Sumber: Diolah dari Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik
Dengan terjadinya perubahan peraturan dari Kepmendagri No. 29 Tahun 2002
kepada Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang SAP, terjadi perubahan
yang signifikan baik bersifat pragmatik maupun teknik operasionalnya terkait dengan
penatausahaan keuangan daerah sampai pada teknik atau sistem akuntansinya.
E. Faktor Pendukung dalam Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah
1. Sumber Daya Manusia
Menurut Nawawi (2001: 37) “sumber daya manusia adalah orang yang
bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai,
pekerja, tenaga kerja, dan lain-lain”. Menurut Susilo (2002: 3) “sumber daya manusia
adalah pilar penyangga utama sekaligus penggerak organisasi dalam usaha
mewujudkan visi, misi dan tujuannya”.
Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan dibutuhkan tenaga
sumber daya manusia atau pegawai untuk menjalankan perangkat pendukung yang
dipergunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan sehubungan
22
dengan aplikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang merupakan program
tersendiri, sangat dibutuhkan pegawai yang mengerti dengan baik dan dapat
menjalankan secara benar program aplikasi tersebut.
Karena sistem aplikasi tersebut merupakan sistem yang baru, maka
pemerintah daerah mempersiapkan pegawai melalui program pelatihan. Modul
pelatihan disusun oleh Badan Akuntansi Keuangan Negara Departemen Keuangan RI
dan setiap provinsi telah ada aplikasi Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah. Pelatihan dilakukan kepada pegawai yang bekerja khusus dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan tersebut.
Jumlah pegawai yang disyaratkan mengikuti pelatihan paling sedikit sesuai
dengan jumlah komputer dengan aplikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah di
daerah yang bersangkutan. Kemampuan pegawai untuk dapat memahami program
aplikasi tersebut dan dapat menjalankannya dengan benar tergantung kepada kualitas
pegawai yang bersangkutan. Seorang pegawai akan lebih mudah dan cepat mengerti
program aplikasi tersebut jika telah mengerti dasar-dasar pengoperasian komputer
atau lebih mahir menggunakan aplikasi dalam komputer khususnya program Office.
2. Perangkat Pendukung
Perangkat pendukung utama yang dibutuhkan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan adalah perangkat pendukung teknis. Perangkat
pendukung teknis adalah perangkat keras (hardware) berupa unit komputer. Menurut
Kenneth dan Jane (2005: 18) “perangkat keras adalah perlengkapan fisik yang
digunakan untuk aktivitas input, pemrosesan, dan output dalam sebuah sistem
23
informasi”. Kenneth dan Jane (2005: 10) “perangkat lunak komputer merupakan
sekumpulan rincian instruksi program yang mengendalikan dan mengkoordinasi
perangkat keras komponen komputer di dalam sebuah sistem informasi”. Perangkat
lunak (software) yang digunakan adalah aplikasi khusus yang dinamakan program
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan selanjutnya secara otomatis
mempersiapkan Laporan Keuangan Daerah ketika laporan tersebut dibutuhkan.
Pemerintah Daerah akan menyusun Laporan Keuangan Daerah mengacu pada
Standar Akuntansi yang berlaku umum yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan.
F. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
1. Definisi dan Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005
tentang SAP adalah “merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan
dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan”. Menurut Erlina
(2008: 18)
Laporan keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam PP No. 24 Tahun 2005. Laporan Keuangan Daerah suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas Pemerintah Daerah yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan Keuangan Daerah dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas Pemerintah Daerah yang memerlukannya. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
24
Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah:
a. Masyarakat
b. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman
d. Pemerintah
2. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
a. Peranan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005: 7):
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Menurut Erlina (2008: 21)
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:1) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik
2) ManajemenMembantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian arus seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
3) Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak
25
untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
4) Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity)Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
b. Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Erlina (2008: 20)
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005: 7) menyatakan bahwa
pelaporan keuangan seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi
pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik dengan:
1) Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah
2) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah
3) Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi
4) Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya5) Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya6) Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
26
Erlina (2008: 20) menyatakan bahwa untuk memenuhi tujuan umum ini,
laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:
1) Aset2) Kewajiban3) Ekuitas Dana4) Pendapatan5) Belanja6) Transfer7) Pembiayaan8) Arus Kas
3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (2005: 10):
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:a) Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi dapat dikatakan relevan jika memiliki kriteria:1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value). Informasi
memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value). Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
3) Tepat waktu. Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan
4) Lengkap. Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam
27
laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
b) Andal Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:1) Penyajian jujur. Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
2) Dapat diverifikasi (verifiability). Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
3) Netralitas. Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.
c) Dapat dibandingkan Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal yang dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
d) Dapat dipahamiInformasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
Menurut Erlina (2008: 35):
Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat keterbatasan atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah daerah, yaitu:
28
1) Materialitas. Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
2) Pertimbangan biaya dan manfaat. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak hanya harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain disamping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi biaya yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.
3) Keseimbangan antar karakteristik kualitatif. Keseimbangan karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatif antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif merupakan masalah pertimbangan profesional.
4. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan
yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi,
oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan
kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan
keuangan yang disajikan.
Menurut Erlina (2008: 31):Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah:a. Basis akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.
29
Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekening kas umum daerah atau entitas pelaporan. Entitas pelaporan tidak menggunakan istilah laba. Penentuan sisa lebih pembiayaan anggaran untuk setiap periode tergantung pada selisih realisasi pendapatan dan belanja serta pembiayaan. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
b. Prinsip nilai historisAset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dimasa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.
c. Prinsip realisasiBagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama satu tahun fiscal akan digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut. Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against revenue principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.
d. Prinsip substansi mengungguli bentukInformasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten atau berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan
e. Prinsip periodesitasKegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 menentukan Pemerintah Daerah dan SKPD diharapkan membuat laporan semester pertama dan laporan prognosis untuk satu semester ke depan.
30
f. Prinsip konsistensiPerlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan maupun entitas akuntansi (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari suatu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
g. Prinsip pengungkapan lengkapLaporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.
h. Prinsip penyajian wajarLaporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakuidengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembungi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.
5. Unsur-unsur dan Bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
a. Laporan Realisasi Anggaran
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 2005) tujuan dari Laporan Realisasi Anggaran terdiri atas dua bagian,
yaitu:
31
1) Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-dasar
penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi
tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
2) Tujuan pelaporan Realisasi Anggaran adalah memberikan informasi tentang
realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding.
Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat
ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan
informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan,
yang masing-masing diperbandingkan dengan anggaranya dalam satu periode (PP
No. 24 Tahun 2005).
Dalam menyusun Laporan Realisasi Anggaran minimal pos yang dilaporkan
adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan
b. Belanja
c. Transfer
d. Surplus/defisit
e. Penerimaan pembiayaan
f. Pengeluaran pembiayaan
g. Pembiayaan neto
h. Selisih lebih/kurang pembiayaan anggaaran (SILPA/ SIKPA)
32
Informasi-informasi yang disediakan oleh Laporan Realisasi Anggaran adalah
mengenai informasi realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari suatu entitas
pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Laporan
Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan
tentang indikasi apakah sumber daya ekonomi yang diperoleh dan digunakan (PP No.
24 Tahun 2005) :
a. Telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat
b. Telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan
c. Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bentuk format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten disajikan
pada tabel berikut:
TABEL II
PEMERINTAH KABUPATEN.........FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER...Dalam Rupiah
Kode UraianAnggaran
Setelah Perubahan
RealisasiLebih/
(Kurang)
1 2 3 4 51 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
1.2 Pendapatan Transfer1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak1.2.1.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya
Alam)
33
Kode UraianAnggaran
Setelah Perubahan
RealisasiLebih/
(Kurang)
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus
1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya1.2.2.1 Dana Otonomi Khusus1.2.2.2 Dana Penyesuaian
1.2.3 Transfer Pemerintah Provinsi1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah1.3.1 Pendapatan Hibah 1.3.2 Pendapatan Dana Darurat1.3.3 Pendapatan Lainnya
Jumlah
2 BELANJA2.1 Belanja Operasi
2.1.1 Belanja Pegawai2.1.2 Belanja Barang2.1.3 Belanja Bunga2.1.4 Belanja Subsidi2.1.5 Belanja Hibah2.1.6 Belanja Bantuan Sosial2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan
Jumlah
2.2 Belanja Modal2.2.1 Belanja Tanah2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin2.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan2.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya2.2.6 Belanja Aset Lainnya
2.3 Belanja Tidak Terduga 2.3.1 Belanja Tidak Terduga
Jumlah
2.4 Transfer2.4.1 Transfer Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa
2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Surplus/(Defisit)
34
Kode UraianAnggaran
Setelah Perubahan
RealisasiLebih/
(Kurang)
3 Pembiayaan3.1 Penerimaan Daerah
3.1.1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran3.1.2 Pencairan Dana Cadangan3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah3.1.5 Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah
3.2 Pengeluaran Daerah3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan3.2.2 Penyertaan Modal Investasi Pemerintah Daerah3.2.3 Pembayaran Pokok Utang3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
JumlahPembiayaan Neto
3.3 Sisa Lebih Pembiayaan AnggaranSumber: Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 (SAP)
b. Neraca Daerah
Penyajian laporan keuangan berupa neraca adalah penting, sebab pemerintah
umumnya mempunyai jumlah aset yang signifikan dan utang, pengungkapan atas
informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan akuntabilitas
(Diamond, 2002 dalam Mulyana, 2006). Di samping itu, seiring dengan tuntutan yang
dikehendaki dalam PP No. 11 tahun 2001 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah, neraca pembukaan (neraca yang pertama kali dibuat) menjadi sesuatu yang
harus dimiliki oleh setiap pemerintah daerah. Sebab, bila sistem informasi keuangan
daerah (SIKD) ingin menghasilkan laporan keuangan secara lengkap pada akhir
tahun, maka perlu terlebih dahulu disusun neraca pembukaan (opening balance).
35
Apabila hal ini tidak segera diantisipasi oleh pemerintah daerah, maka bukan tidak
mungkin reformasi dalam keuangan daerah menjadi terkesan lamban dan mandul
(Halim, 2002).
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 1, alinea 43,
(PP No. 24 tahun 2005) dinyatakan bahwa neraca mencantumkan sekurang-
kurangnya pos-pos berikut: kas dan setara kas; investasi jangka pendek; piutang pajak
dan bukan pajak; persediaan; investasi jangka panjang; aset tetap; kewajiban jangka
pendek; kewajiban jangka panjang; dan ekuitas dana.
Manfaat informasi keuangan yang terkandung di dalam neraca adalah:
1) Meningkatkan akuntabilitas untuk para manajer (kepala daerah dan para pejabat
pemda) ketika mereka menjadi bertanggung jawab tidak hanya pada kas masuk
dan kas keluar, tetapi juga pada aset dan utang yang mereka kelola;
2) Meningkatkan transparansi dari aktivitas pemerintah. Pemerintah umumnya
mempunyai jumlah aset yang signifikan dan utang, pengungkapan atas informasi
ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan akuntabilitas.
3) Memfasilitasi penilaian posisi keuangan dengan menunjukkan semua sumber
daya dan kewajiban.
4) Memberikan informasi yang lebih luas yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan. (Diamond, 2002 dalam Mulyana, 2006)
Sebaliknya, dengan tidak adanya informasi seperti yang dilaporkan dalam
neraca akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
36
1) Pengaruh dari transaksi keuangan pada pemerintah daerah dalam suatu periode
tidak tercermin secara penuh, misalnya tidak ada pelaporan mengenai piutang
pajak, saldo aktiva persediaan, aktiva dalam konstruksi, kewajiban saat ini untuk
menyerahkan (membayar) sejumlah uang atau barang di masa yang akan datang,
dsb.
2) Akuntabilitas terbatas pada penerimaan dan penggunaan kas dan mengabaikan
transparansi dan akuntabilitas untuk pengelolaan aset dan utang;
3) Tidak memfasilitasi penilaian posisi keuangan karena tidak menunjukkan semua
sumber daya dan kewajiban.
4) Informasi yang dibutuhkan tidak memadai untuk pengambilan keputusan yang
lebih baik.
Bentuk Neraca Pemerintahan Kabupaten disajikan pada tabel dibawah ini:
TABEL III
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.......NERACA
PER 31 DESEMBER 20..... DAN 20......Dalam Rupiah
No Uraian 20..... 20....1 ASET2 ASET LANCAR3 Kas di Kas Daerah4 Kas di Bendahara Pengeluaran5 Kas di Bendahara Penerimaan6 Investasi Jangka Pendek 7 Piutang Pajak8 Piutang Retribusi9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya 13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan
37
No Uraian 20..... 20....15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi16 Piutang Lainnya17 Persediaan
Jumlah18 INVESTASI JANGKA PANJANG19 Investasi Nonpermanen20 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara21 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah22 Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya23 Investasi dalam Surat Utang Negara24 Investasi dalam Proyem Pembangunan25 Investasi Nonpermanen Lainnya
Jumlah26 Investasi Permanen27 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah28 Investasi Permanen Lainnya
JumlahJumlah
29 ASET TETAP30 Tanah 31 Peralatan dan Mesin 32 Gedung dan Bangunan33 Jalan, Irigasi dan Jaringan34 Aset Tetap Lainnya 35 Konstruksi dalam Pengerjaan36 Akumulasi Penyusutan
Jumlah37 DANA CADANGAN38 Dana Cadangan
Jumlah39 ASET LAINNYA40 Tagihan Penjualan Angsuran41 Tuntutan Perbendaharaan 42 Tuntutan Ganti Rugi43 Kemitraan dengan Pihak Ketiga 44 Aset Tak Berwujud45 Aset Lain-lain
Jumlah Jumlah
46 KEWAJIBAN47 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK48 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)49 Utang Bunga 50 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat51 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah Daerah52 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank53 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan
Bank
38
No Uraian 20..... 20....54 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Obligasi55 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya56 Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah 57 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG58 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat59 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Daerah60 Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank61 Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank62 Utang Dalam Negeri-Obligasi63 Utang Jangka Panjang Lainnya
JumlahJumlah
64 EKUITAS DANA65 EKUITAS DANA LANCAR66 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)67 Pendapatan yang Ditangguhkan68 Cadangan Piutang69 Cadangan Persediaan70 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
PendekJumlah
71 EKUITAS DANA INVESTASI72 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang73 Diinvestasikan dalam Aset Tetap74 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 75 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
PanjangJumlah
76 EKUITAS DANA CADANGAN77 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
JumlahJumlah
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 (SAP)
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menggambarkan arus masuk kas dan keluar yang terjadi
selama periode anggaran, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pihak-pihak
yang berkepentingan seperti :
1) Bagaimana pemerintah daerah memperoleh sumber dana kas dan bagaimana
menggunakan sumber dana tersebut.
39
2) Darimana pemerintah daerah mendapatkan pinjaman dan bagaimana kemampuan
daerah untuk mengembalikan pinjaman tersebut.
3) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi likuiditas pemerintah daerah, yaitu
kemampuan keuangan daerah untuk memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh
tempo atau yang harus segera dilunasi.
Financial Accounting Standard Board (FASB), yaitu pernyataan No.95
memberikan definisi Laporan Arus Kas sebagai berikut :
Laporan Arus Kas merupakan suatu laporan keuangan yang menunjukkan atau menggambarkan arus masuk kas dan arus keluar kas, dan perubahan bersih dalam kas yang berasal dari kegiatan operasi, kegiatan investasi (dalam SAKD dibatasi pada aktivitas transaksi aktiva tetap dan aset lainnya) dan kegiatan pembiayaan dari suatu entitas selama periode akuntansi tertentu (dalam SAKD adalah tahun anggaran). Dan laporan ini juga merupakan suatu media yang dapat menelusuri atau mencocokkan saldo awal kas dengan saldo kas pada akhir tahun anggaran.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2, pengertian
Laporan Arus Kas adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan
setara kas dari suatu perusahaan melalui Laporan Arus Kas yang mengklasifikasikan
arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan (financing)
selama suatu periode akuntansi. Manfaat informasi Laporan Arus Kas menurut PP No
24 Tahun 2005 adalah:
1) Sebagai indikator terhadap jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta
berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat
sebelumnya.
40
2) Alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode
pelaporan.
3) Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, Laporan Arus Kas
memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan
dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).
Bentuk Laporan Arus Kas Pemerintahan Kabupaten disajikan pada tabel
dibawah ini:
TABEL IV
LAPORAN ARUS KASPEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.......
Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20..... dan 20.... Metode Langsung
Dalam RupiahNo Uraian 20..... 20....
Arus Kas dari Aktivitas OperasiArus Masuk Kas
Pendapatan Pajak DaerahPendapatan Retribusi DaerahPendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanLain-lain PAD yang SahDana Bagi Hasil PajakDana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi UmumDana Alokasi KhususDana Otonomi KhususDana PenyesuaianPendapatan Bagi Hasil PajakPendapatan Bagi Hasil LainnyaPendapatan HibahPendapatan Dana DaruratPendapatan Lainnya
JumlahArus Keluar Kas
Belanja PegawaiBelanja BarangBungaSubsidiHibah
41
No Uraian 20..... 20....Bantuan SosialBelanja Tak TerdugaBagi Hasil PajakBagi Hasil RetribusiBagi Hasil Pendapatan Lainnya
JumlahJumlah
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset NonkeuanganArus Masuk Kas
Pendapatan Penjualan atas TanahPendapatan Penjualan atas Peralatan dan MesinPendapatan Penjualan atas Gedung dan BangunanPendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan JaringanPendapatan dari Penjualan Aset TetapPendapatan dari Penjualan Aset Lainnya
JumlahArus Keluar Kas
Belanja TanahBelanja Peralatan dan MesinBelanja Gedung dan BangunanBelanja Jalan, Irigasi dan JaringanBelanja Aset Tetap LainnyaBelanja Aset Lainnya
Jumlah Jumlah
Arus Kas dari Aktivitas PembiayaanArus Kas Masuk
Pencairan Dana CadanganHasil Penjualan Kekayaan Daerah yang DipisahkanPinjaman Dalam Negeri-Pemerintah PusatPinjaman Dalam Negeri-Pemerintah DaerahPinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan BankPinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan BankPinjaman Dalam Negeri-ObligasiPinjaman Dalam Negeri-LainnyaPenerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan NegaraPenerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan DaerahPenerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Arus Kas Keluar
Pembentukan Dana CadanganPenyertaan Modal Pemerintah DaerahPembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah PusatPembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah DaerahPembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan BankPembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan BankPembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-ObligasiPembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-LainnyaPemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara
42
No Uraian 20..... 20....Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan DaerahPemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
JumlahJumlah
Arus Kas dari Aktivitas NonanggaranArus Masuk Kas
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)Jumlah
Arus Keluar KasPengeluaran Perhitungan Fihak Fetiga (PFK)
Jumlah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran
Kenaikan/Penurunan KasSaldo Awal Kas di BUDSaldo Akhir Kas di BUDSaldo Akhir Kas di Bendahara PengeluaranSaldo Akhir Kas di Bendahara PenerimaanSaldo Akhir Kas
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 (SAP)
d. Catatan Atas Laporan Keuangan
Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tujuan
umum. Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat
dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk tertentu ataupun
manajemen entitas pelaporan. Oleh karena itu, laporan keuangan mungkin
mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman diantara
pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus dibuat
catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna
dalam memahami laporan keuangan (PP No. 24 Tahun 2005).
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan
43
Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah serta pengungkapan-pengungkapan lainya
yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen-komitmen lainya (PP No. 24 Tahun 2005).
Selain itu dalam SAP dijelaskan bahwa Catatan atas Laporan Keuangan
menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka
pengungkapan yang memadai, antara lain :
1) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
2) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
3) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainya.
4) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
5) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas.
6) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
44
Bentuk Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintahan Kabupaten disajikan
pada tabel dibawah ini:
TABEL V
PEMERINTAH KABUPATEN ........FORMAT CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
PENDAHULUANBab I Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan SKPD1.3 Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan SKPD
Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD SKPD
2.1 Ekonomi Makro2.2 Kebijakan Keuangan2.3 Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan SKPD3.1 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan SKPD3.2 Hambatan dan Kendala yang ada dalam Pencapaian Target yang
Telah DitetapkanBab IV Kebijakan Akuntansi
4.1 Entitas Akuntansi/Entitas Pelaporan Keuangan Daerah SKPD4.2 Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
SKPD4.3 Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
SKPD4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan dengan Ketentuan yang
ada dalam SAP pada SKPDBab V Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan SKPD
5.1 Rincian dari Penjelasan Masing-masing Pos-pos Pelaporan Keuangan SKPD
5.1.1 Pendapatan5.1.2 Belanja5.1.3 Pembiayaan (khusus untuk SKPD)5.1.4 Aset5.1.5 Kewajiban5.1.6 Ekuitas Dana
5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas akuntansi/entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada SKPD
Bab VI Penjelasan atas Informasi-informasi Nonkeuangan SKPDBab VII Penutup
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian berfungsi untuk membantu agar dapat berjalan dengan baik.
Metode analisa data yang digunakan penulis untuk menganalisa masalah yang ada
adalah dengan metode analisa data deskriptif. Metode ini digunakan penulis untuk
mengetahui gambaran sebenarnya tentang penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan terhadap akuntabilitas dan akurasi laporan keuangan pada Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Deli Serdang Jl. Mawar No.8 Lubuk Pakam.
C. Jenis Data
Adapun data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung yang memerlukan
pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh
penulis.
b. Data Sekunder, yaitu data yang sudah diolah yang bersumber dari kantor
pemerintahan yang diteliti, misalnya sejarah singkat Kabupaten Deli Serdang dan
informasi yang berhubungan dengan penyajian laporan keuangan.
46
46
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data-data mengenai “Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan dalam penyajian Laporan Keuangan pada Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Deli Serdang”, penulis menggunakan alat/bahan yang disebut
instrumen penelitian. Dalam hal ini yang dijadikan sebagai instrumen penelitian
adalah studi kasus dan peninjauan langsung.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini,
peneliti melakukan teknik sebagai berikut:
1. Teknik wawancara, yaitu melakukan tanya jawab langsung secara lisan dengan
beberapa pihak yang berkompeten dan berwenang dalam memberikan data yang
dibutuhkan pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang
sehubungan dengan penyajian Laporan Keuangan pada Pemerintah Kabupaten
Deli Serdang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
2. Teknik dokumentasi, yaitu melakukan penghimpunan atas data-data sekunder
untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini, seperti Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
F. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu
dengan mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan data yang diperoleh
sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah
yang dihadapi.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang terletak diantara 2º57 - 3º16 Lintang Utara dan 98º33
- 99º27 Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan
palung pasifik barat. Dengan luas wilayah 2.391,62 km² (139.462 Ha) atau
merupakan 3,345 dari luas propinsi Sumatera Utara. Secara administratif terdiri dari
22 kecamatan dengan 394 desa atau kelurahan (380 desa dan 14 kelurahan).
Kabupaten Deli Serdang berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Langkat dan Selat Sumatera.
b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo.
c. Sebelah Barat dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo.
d. Sebelah Timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Daerah ini secara geografis terletak pada wilayah pengembangan pantai timur
sumatera serta memiliki topografi, kountur dan iklim yang bervariasi, berdasarkan
topografi maka wilayah kabupaten Deli Serdang dibagi menjadi tiga bahagian yaitu :
a. Dataran pantai luasnya ± 63.002 Ha (26,30%) terdiri dari 4 kecamatan (Hamparan
Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan dan Pantai Labu). Jumlah desa sebanyak 64
desa atau kelurahan dengan panjang pantai ± 62 km. Potensi utama adalah
48
48
pertanian, pangan, perkebunan rakyat, perkebunan besar, perikanan laut,
pertambangan, peternakan unggas dan pariwisata.
b. Dataran rendah luasnya ± 68.965 Ha (28,80%) terdiri dari 11 kecamatan
(Sunggal, Pancur Batu, Namorambe, Deli Tua, Batang Kuis, Tanjung Morawa,
Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin, Pagar Merbau). Jumlah desa atau kelurahan
sebanyak 197 desa atau kelurahan.
c. Dataran tinggi pegunungan luasnya ± 111.970 Ha (44,90%) terdiri dari 7
kecamatan (Kutalimbaru, Sibolangit, Sibiru-biru, STM Hilir, STM Hulu, Gunung
Meriah dan Bangun Purba). Jumlah desa sebanyak 133 desa. Potensi utama
adalah pertanian rakyat, perkebunan dan peternakan.
Di Kabupaten Deli Serdang terdapat lima daerah aliran sungai atau DAS yaitu
DAS Belawan, DAS Deli, DAS Belumai, DAS Percut dan DAS Ular dengan luas
areal 378.841 Ha, yang kesemuanya bermuara ke Selat Malaka dengan hulunya
berada di Kabupaten Simalungun dan Karo. Pada umumnya sub DAS ini
dimanfaatkan untuk mengairi areal persawahan sebagai upaya peningkatan produktif
pertanian.
Penduduk Kabupaten Deli Serdang terdiri dari beraneka ragam suku antara
lain Melayu, Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Jawa, Minangkabau, dan lain-lain
yang ada pada umumnya memeluk agama dengan kepercayaan seperti Islam, Kristen
Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan Budha.
Jumlah penduduk pada akhir tahun 2004 sebesar ± 1.463.031 jiwa dan
merupakan jumlah penduduk terbesar di Sumatera Utara dengan tingkat pertumbuhan
49
penduduk 2,09% dan kepadatan rata-rata 598 jiwa/km² sedangkan komposisi mata
pencaharian penduduk adalah petani 60,22%, ABRI atau pegawai negeri atau
karyawan 21,83%, pedagang 5,40%, nelayan 2,86%, jasa-jasa 3,17%, pengrajin
0,40% dan lain-lain 6,12%. Desentralisai sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah akan dilaksanakan mulai pada tahun 2001.
Perda Kabupaten Deli Serdang No. 8 tahun 2001 tentang rencana strategis
pembangunan kabupaten Deli Serdang tahun 2001 sampai 2005 telah ditetapkan visi
yaitu mengembangkan Kabupaten Deli Serdang sebagai pusat agribisnis, agriindustri
dan pariwisata untuk mencapai masyarakat maju, sejahtera sekaligus
berkesinambungan dan berwawasan lingkungan. Sedangkan visi misi Bupati Deli
Serdang tahun 2004-2009 yaitu ”Deli Serdang yang maju dengan masyarakatnya
yang religius, sejahtera dalam ke-Bhinekaan melalui pemerataan pembangunan,
pemanfaatan sumber daya yang adil dan penegakan hukum yang ditopang oleh tata
pemerintahan yang baik”. Untuk mewujudkan visi tersebut maka dibuatlah misi
seperti di bawah ini :
a. Mendorong lahirnya masyarakat ”Civic” yang toleran, dapat menerima perbedaan
agama, etnis, orientasi politik dan status sosial lainnya serta meningkatkan
kualitas hidup rakyat.
b. Meningkatkan pembangunan yang merata di segala bidang.
c. Meningkatkan kualitas SDM Pemerintah Deli Serdang.
d. Menegakkan supremasi hukum dan meningkatkan jaminan situasi yang kondusif.
50
e. Mendorong percepatan pembangunan sarana dan prasarana daerah.
f. Meningkatkan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.
Sesuai dengan wewenang daerah Kabupaten Deli Serdang yang diatur UU No.
22 tahun 1999, maka fungsi pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada dasarnya dapat
dibagi ke dalam lima sifat yaitu :
a. Pemberian pelayanan.
b. Fungsi pengaturan.
c. Fungsi pembangunan.
d. Fungsi perwakilan atau berinteraksi dengan pemerintah propinsi atau pusat.
e. Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota.
2. Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli
Serdang
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 5 Tahun 2007
tentang Pembentukan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Deli Serdang yang
ditetapkan di Lubuk Pakam pada tanggal 14 November 2007 maka Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah adalah merupakan Unsur Pelaksana Pemerintah Daerah yang
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daeah Kabupaten ( Pasal 85 Perda Kab.Deli
Serdang Nomor 5 Tahun 2007 ).
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan
kewenangan Pemerintah Daerah di bidang Pendapatan , Penganggaran dan Kebijakan
51
Keuangan Daerah, Penatausahaan Keuangan dan Aset Daerah .
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pendapatan , Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah ;
b. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan Pelayanan Umum di bidang
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah:
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsi di bidang Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah ;
e. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi kesekretariatan, program,
kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan organisasi di bidang Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;
f. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis di bidang Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah.
Susunan Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah terdiri dari :
1. Kepala Dinas;
2. Sekretaris;
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris mempunyai tugas memberikan
pelayanan administrasi kepada seluruh bidang dalam lingkungan Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah yang meliputi urusan Penganggaran dan
52
Kebijakan Keuangan Daerah, Pendapatan, Aset, dan Penatausahaan Keuangan
Daerah.
Sekretariat terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum
b. Sub Bagian Program
c. Sub Bagian Keuangan
3. Bidang Pendapatan;
Bidang Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang mempunyai tugas
melaksanakan ekstensifikasi objek pendapatan yang meliputi pengelolaan
potensi pajak dan retribusi, perencanaan, pendapatan, perimbangan keuangan
dan sumber lainnya serta melakukan evaluasi terhadap pengelolaan pendapatan
dan pemungutan daerah serta pajak-pajak pusat yang dilimpahkan ke daerah.
Bidang Pendapatan terdiri dari :
a. Seksi Pendataan Pendapatan;
b. Seksi Penetapan Pendapatan;
c. Seksi Penagihan Pendapatan.
4. Bidang Penganggaran dan Kebijakan Keuangan Daerah;
Bidang Penganggaran dan Kebijakan Keuangan Daerah dipimpin oleh seorang
Kepala Bidang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis
Pemerintah Daerah tentang pengelolaan dan pelaksanaan Keuangan Daerah,
menganalisa efisiensi dan efektifitas penggunaan belanja dan pembiayaan,
menghitung, mengkaji kebutuhan realisasi investasi dan pinjaman daerah,
53
menyusun kebijakan lainnya yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.
Bidang Penganggaran dan Kebijakan Keuangan Daerah terdiri dari :
a. Seksi Penyusunan Kebijakan Keuangan Daerah;
b. Seksi Perencanaan Anggaran;
c. Seksi Pengendalian Anggaran.
6. Bidang Penatausahaan Keuangan Daerah;
Bidang Penatausahaan Keuangan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Bidang
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan keuangan dan perbendaharaan
daerah.
Bidang Penatausahaan Keuangan Daerah terdiri dari :
a. Seksi Verifikasi;
b. Seksi Anggaran Kas;
c. Seksi Akuntasi dan Pelaporan.
7. Bidang Aset Daerah;
Bidang Aset dipimpin oleh seorang Kepala Bidang mempunyai tugas
merumuskan kebijakan perencanaan, pengadaan, inventarisasi dan mutasi
barang, pengendalian penilaian dan dokumentasi pelaksanaan pengawasan serta
fasilitasi atas pengelolaan barang/aset daerah.
Bidang Aset Daerah terdiri dari:
a. Seksi Pendataan Aset Daerah;
b. Seksi Pengendalian Aset Daerah;
c. Seksi Penghapusan Aset Daerah.
54
8. Unit Pelaksana Teknis (UPT);
9. Kelompok Jabatan Fungsional.
3. Faktor Pendukung dalam Penyajian Laporan Keuangan Daerah
Perangkat pendukung dalam penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah
terdiri atas sumber daya manusia (pegawai) yang bekerja menyajikan laporan
keuangan daerah serta perangkat pendukung yang akan digunakan sehingga penyajian
laporan keuangan sesuai dengan Standart Akuntansi Pemerintahan (SAP). Untuk
mengoperasikan perangkat pendukung berupa komputer dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan Pemerintah Daerah dibutuhkan sejumlah pegawai
dengan kualifikasi khusus yang dapat mengoperasikan aplikasi Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah.
Jumlah pegawai yang terdapat pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Deli Serang sebanyak 183 orang. Berdasarkan tingkat pendidikannya yang
terdapat pada Dinas Pengelolaan Keuangan tersebut terdiri dari: 1 orang dengan
tingkat pendidikan SMP, 83 orang dengan tingkat pendidikan SMA, 3 orang dengan
pendidikan D3, 91 orang dengan tingkat pendidikan S1, dan 5 orang dengan tingkat
pendidikan S2. Dari pegawai yang ada tidak lebih dari 50% pegawai tersebut yang
mengerti dengan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, hal ini disebabkan karena
dalam mensosialisasikan sistem dan peraturan-peraturan baru menemui hambatan-
hambatan dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu penyebabnya adalah setiap
pegawai yang telah mengikuti pelatihan tidak menjamin bahwa mereka telah paham
dalam mengoperasikan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan mampu membaca
laporan keuangan. Di samping itu faktor individu atau keinginan untuk menguasai
55
tugasnya sehingga mampu menyusun dan menyajikan laporan keuangan sendiri
masih kurang. Oleh karena itu, dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang masih menggunakan bantuan tenaga konsultan
dan melakukan pendampingan dari BPK.
Dari 47 orang pegawai yang terdapat pada bagian keuangan, hanya 8 orang
yang mahir dalam menjalankan Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP). Selebihnya
masih belum menguasai program aplikasi tersebut dan masih memerlukan
pengawasan dan bimbingan lebih jauh dalam mengoperasikan program aplikasi
tersebut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang baik. Kondisi ini
jugalah yang sering menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang.
Perangkat pendukung yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan adalah perangkat pendukung teknis. Perangkat pendukung teknis
adalah perangkat keras (hardware) berupa unit komputer. Selain itu juga perangkat
(software) yang digunakan adalah aplikasi khusus yang dinamakan program Sistem
Akuntansi Pemerintah Daerah, yaitu suatu aplikasi yang digunakan untuk mencatat
transaksi-transaksi keuangan pemerintah daerah dan selanjutnya secara otomatis
mempersiapkan laporan keuangan ketika laporan tersebut dibutuhkan. Pemerintahan
daerah dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan daerah mengacu pada
Standart Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Dari 48 unit komputer dan laptop (35 unit komputer dan 13 unit laptop) yang
ada pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang, hanya 8 unit
dengan program aplikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. Hal ini disebabkan
56
oleh faktor pegawai sebagai pengguna kurang layak maka komputer sebagai
perangkat pendukung teknis tidak diaktifkan, hal ini menjaga agar tidak timbulnya
permasalahan baru dalam sistem. Bagi SKPD yang perangkat pendukungnya tidak
diaktifkan, maka akan menumpang pada SKPD lain yang telah aktif di dalam
membuat pengajuan anggaran pada masing-masing SKPD. Hal ini tentu akan
menghambat kelancaran dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, karena
rancangan atau usulan APBD pada setiap SKPD terlambat dikirimkan kepada Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah selaku Ketua Tim Penyusunan Rancangan APBD.
4. Konversi Penyajian Laporan Keuangan Daerah
Penyajian laporan keuangan tahun 2011 sesuai SAP dapat dilakukan dengan
teknik memetakan atau konversi ketentuan-ketentuan di Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 29 Tahun 2002 ke dalam ketentuan-ketentuan SAP. Konversi
mencakup:
a. Jenis laporan
Laporan keuangan menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29
Tahun 2002 terdiri atas Laporan Perhitungan APBD, yaitu nota perhitungan APBD,
Laporan Aliran Kas, dan Neraca Daerah. Laporan keuangan menurut SAP terdiri atas
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
b. Basis akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan daerah menurut
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 adalah basis kas modifikasi.
57
Maksudnya transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dibukukan pada saat uang
diterima atau dibayar (dasar kas) dan pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk
mengakui transaksi dan kejadian dalam periode berjalan meskipun penerimaan atau
pengeluaran kas dari transaksi dan kejadian yang dimaksud belum terealisasi.
Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP adalah basis
kas menuju akrual (cash toward accrual). Maksudnya basis kas untuk pendapatan
dan beban, sedangkan basis akrual untuk aktiva, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.
c. Penilaian pos-pos laporan keuangan, khususnya aktiva
d. Struktur APBD, terutama struktur belanja
e. Klasifikasi anggaran pendapatan dan belanja, serta klasifikasi aset, kewajiban,
ekuitas, arus kas.
f. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan komponen laporan keuangan yang
baru yang kedudukannya menggantikan Nota Perhitungan APBD catatan atas laporan
keuangan sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP) Nomor 4 belum memperoleh porsi pengaturan secara cukup dalam
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, oleh karena itu penyusunan
Catatan atas Laporan Keuangan dapat langsung mengacu kepada PSAP Nomor 4.
Pada tabel berikut dapat dilihat perubahan struktur realisasi anggaran, perbedaan
dalam pengkodean yang lalu, struktur dasar (kode akun dan kode rekening
penganggaran) antara Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 2005 (SAP).
58
TABEL VI
STRUKTUR REALISASI ANGGARAN
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 SAPKlasifikasi belanja menurut bidang kewenangan pemerintah daerah, organisasi, kelompok, jenis, objek dan rincian objek belanja.
Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintah daerah, organisasi, kelompok, jenis, objek dan rincian objek belanja
Pemisahan secara tegas antara belanja aparatur dan pelayanan publik
Pemisahan kebutuhan belanja antara aparatur dan pelayanan publik tercermin dalam program dan kegiatan
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 SAPPengelompokkan BAU, BOP, dan BM cenderung menimbulkan terjadinya tumpang tindih penganggaran
Belanja dikelompokkan belanja operasi, belanja modal, belanja tak terduga sehingga mendorong terciptanya efisiensi mulai saat penganggaran
Menggabungkan antara jenis belanja sebagai input dan kegiatan dijadikan sebagai jenis belanja
Restrukturisasi jenis-jenis belanja
Sumber: Diolah Penulis dari Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 (SAP)
TABEL VII
PERBEDAAN STRUKTUR APBD DENGAN PENGKODEAN YANG LALU
Lama BaruStrukturnya terdiri dari: pasal dan ayat Strukturnya terdiri dari rekeningStrukturnya tidak standar Strukturnya standar berbasis
Government Financial StatisticTerpisah-pisah dan berorientasi pada pos-pos belanja dan pendapatan
Integrated, meliputi Rekening Pendapatan, Belanja, Pembiayaan dan pos-pos Neraca
Numeric dan alphabetic Numeric Sumber: Diolah Penulis dari Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 2005 (SAP)
59
TABEL VIII
TABEL AKUN
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 SAP1. Pendapatan 2. Belanja 3. Pembiayaan4. Aktiva 5. Utang6. Ekuitas
1. Aset 2. Kewajiban3. Ekuitas Dana4. Pendapatan5. Belanja6. Pembiayaan Daerah
Sumber: Diolah Penulis dari Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 (SAP)
X XX XX XX XX XX XX XX
Gambar 1. Kode Rekening Penganggaran Menurut Kepmendagri No. 29
Tahun 2002
60
Kode rekening anggaran, pendapatan, belanja dan pembiayaan
Kode bidang pemerintahan
Kode unit organisasi
Kode rekening kelompok pendapatan, belanja dan pembiayaan
Kode rekening jenis pendapatan, belanja dan pembiayaan
Kode rekening objek pendapatan, belanja dan pembiayaan
Kode rekening rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan
Kode rekening bagian belanja
X XX XX XX XX XX XX XX
Gambar 2. Kode Rekening Penganggaran Menurut Peraturan Pemerintah No.
24 Tahun 2005
Dari tabel-tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan adanya perubahan
peraturan dari Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 ke PP Nomor 24 Tahun 2005
terjadinya perubahan struktur APBD sampai kepada kode rekening penganggarannya.
Struktur APBD yang dimaksud merupakan kesatuan yang terdiri dari pendapatan
daerah, belanja daerah dan pembiayaan. Struktur ini diklasifikasikan menurut urusan
pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan
pemerintah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Begitu juga
61
Kode rekening rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan
Kode kegiatan
Kode organisasi
Kode urusan pemerintah daerah
Kode program
Kode akun
Kode rekening jenis pendapatan, belanja dan pembiayaan
Kode rekening objek pendapatan, belanja dan pembiayaan
dengan kode rekening sangat dibutuhkan dalam pengklasifikasian penyusunan
rencana anggaran, penatausahaan, pembuatan laporan pertanggung jawaban, serta
penyusunan neraca dan arus kas.
Setiap jenis belanja yang dianggarkan harus memperhatikan keterkaitan
pendanaan dengan keluaran penghasilan yang diharapkan dari program dan kegiatan
yang dianggarkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut.
Belanja daerah yang diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja dibagi ke dalam
kelompok belanja operasi, belanja modal, dan belanja tak terduga. Belanja operasi
adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah yang memberi
manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja
barang, subsidi, hibah, dan bantuan sosial. Belanja modal adalah pengeluaran
anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat dari
suatu periode akuntansi. Belanja ini antara lain belanja modal untuk perolehan tanah,
gedung, bangunan, peralatan, dan aset tak berwujud. Belanja tak terduga adalah
pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan
berulang.
Perubahan jenis dan kelompok belanja dari Kepmendagri No. 29 Tahun 2002
ke SAP dapat digambarkan sebagai berikut:
62
JENIS DAN KELOMPOK BELANJA
KEPMENDAGRI 29/2002 SAP
Sumber: Diolah Penulis dari Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dan SAP Tahun 2005
Gambar 3. Jenis dan Kelompok Belanja
63
BELANJA ADMINISTRASI UMUM
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Bunga
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
BELANJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
BELANJA MODAL
BELANJA TAK TERSANGKA
BELANJA BAGI HASIL DAN BANTUAN KEUANGAN
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Barang Pakai Habis
Belanja Pemeliharaan
Belanja Perjalanan
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
BELANJA MODAL
BELANJA TAK TERDUGA
BELANJA BAGI HASIL
NERACA
KLASIFIKASI ASET
KEPMENDAGRI 29/2002 SAP
Sumber: Diolah Penulis dari Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dan SAP Tahun 2005
Gambar 4. Klasifikasi Aset
TABEL IX
TABEL POS-POS EKUITAS
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 SAPEkuitas Dana Umum
Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas Dana Donasi
Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Cadangan
Sumber: Diolah Penulis dari Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 (SAP)
64
Aktiva Lancar
Belanja Dibayar Dimuka
Investasi
Aktiva Tetap
Dana Cadangan
Aktiva Lain-lain
Bangunan dalam Pengerjaan
Aset Lancar
Belanja Dibayar DimukaBelanja Dibayar Dimuka
Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Dana Cadangan
Aset Lainnya
5. Penyajian Laporan Keuangan Daerah
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan pemerintah
pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi
Anggaran menyajikan iktisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi
yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, menunjukkan bahwa
Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Hal ini dapat dilihat
dari Laporan Realisasi Anggaran yang dikeluarkan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Deli Serdang (dapat dilihat pada lampiran).
b. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Dari hasil penelitian yang
penulis lakukan, menunjukkan bahwa Neraca yang disajikan oleh Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang telah sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (dapat dilihat pada lampiran).
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara
kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan
65
aktivitas operassi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.
Penyajian Laporan Arus Kas dan pengungkapan yang berhubungan dengan arus kas
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 03 tentang Laporan
Arus Kas.
d. Catatan atas Laporan Keuangan
1) Latar Belakang Penyusunan Neraca
Sebagai perwujudan atas pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang menyajikan Laporan Keuangan Daerah tahun yang berakhir per 31
Desember 2011 sebagai unsur Laporan Pertanggungjawaban Bupati Deli Serdang.
Tujuan penyusunan Laporan Keuangan Daerah adalah untuk memberikan
gambaran keuangan yang lebih kepada masyarakat, serta dimaksudkan juga dapat
digunakan untuk:
a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui Laporan Keuangan
Pemerintah secara periodik.
b) Manajerial
Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan
pengelolaan keuangan pemerintah serta memudahkan pengendalian yang efektif atas
seluruh aset, hutang dan ekuitas dana.
66
c) Transparansi
Menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam
rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
2) Kebijakan Akuntansi
a) Laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang disusun dengan
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
b) Masa pembukuan adalah satu tahun anggaran yang dimulai 1 Januari dan
berakhir 31 Desember.
c) Mata uang yang digunakan adalah Rupiah, Valuta Asing dikonversi
berdasarkan nilai kurs tengah, dengan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal neraca.
d) Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang dipergunakan dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang adalah:
(1) Basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan
(2) Basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas
e) Pendapatan
(1) Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Daerah Kabupaten Deli
Serdang yang menambah ekuitas dana dalam periode Laporan Keuangan
yang menjadi hak Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, yang tidak perlu
dibayar kembali oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang.
67
(2) Pendapatan diakui pada saat diterima pada Kas Umum Daerah Kabupaten
Deli Serdang.
(3) Pembukuan pendapatan dilaksanakan dengan menggunakan azas bruto,
yakni dengan membukukan penerimaan bruto atas pendapatan.
(4) Pengembalian/koreksi penerimaan pendapatan yang terjadi pada
penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan,
sedangkan atas penerimaan pendapatan dari periode sebelumnya
dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana lancar.
f) Belanja
(1) Belanja adalah semua pengeluaran Kas Umum Kabupaten Deli Serdang
yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode Laporan Keuangan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali (menjadi beban)
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang.
(2) Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Kas Umum Daerah
Kabupaten Deli Serdang. Khusus pengeluaran kepada Pemegang Kas
diakui pada saat dipertanggungjawabkan.
(3) Belanja dalam Laporan Keuangan diklasifikasikan ke dalam Belanja
Operasi, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Bunga, Belanja Hibah, Belanja
Bantuan Sosial, Belanja Bantuan Keuangan, Belanja Barang Modal,
Belanja Tak Terduga dan Belanja Bagi Hasil.
g) Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja, sedangkan defisit
adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja.
68
h) Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang, baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar kembali
atau akan diterima kembali dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau
memanfaatkan surplus anggaran.
i) Sisa lebih/kurang Perhitungan Anggaran adalah akumulasi surplus/defisit
dengan pembiayaan netto.
j) Aset dalam neraca diakui pada saat diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.
k) Persediaan
(1) Persediaan adalah barang pakai habis yang diperoleh dengan maksud
untuk mendukung kegiatan operasional Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang dan barang-barang yang dimaksudkan untuk digunakan/dijual/
diserahkan dalam rangka pelayanan masyarakat.
(2) Persediaan dicatat pada akhir tahun buku berdasarkan atas hasil
inventarisasi fisik.
(3) Persediaan, dinilai dalam neraca dengan cara:
(a) Harga pembelian terakhir apabila diperoleh dengan pembelian.
(b) Harga standar bila memperoleh dengan memproduksi sendiri.
(c) Harga wajar atau harga estimasi apabila diperoleh dengan cara lainnya
seperti Donasi.
69
l) Investasi permanen
(1) Investasi permanen dinilai berdasarkan harga perolehan (historical cost)
termasuk di dalamnya biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk
memperoleh investasi permanen.
(2) Harga perolehan dalam Valuta Asing dinyatakan dalam mata uang Rupiah
dengan menggunakan nilai tukar (kurs dengan Bank Indonesia) yang
berlaku pada saat tanggal transaksi.
m) Aset tetap
(1) Aset Tetap dinilai berdasarkan harga perolehan (historical cost) termasuk
didalamnya biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh Aset
Tetap.
(2) Harga perolehan Aset Tetap yang dibangun secara swakelola meliputi
biaya langsung untuk alat-alat angkutan, alat kantor dan rumah tangga,
alat-alat studio dan komunikasi, gedung kantor dan buku perpustakaan.
(3) Aset Tetap dalam pengerjaan dinilai dalam neraca sebesar realisasi biaya
yang telah dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut.
(4) Nilai Aset Tetap bertambah apabila terjadi penambahan dan berkurang
nilainya apabila terjadi penghapusan yang telah ditetapkan oleh Bupati
Deli Serdang.
(5) Nilai Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam neraca tidak
disusutkan.
70
(6) Nilai Aset Tetap dalam Neraca Pemerintah Kabupaten Deli Serdang tidak
termasuk Aset Tetap yang dipisahkan (Aset Tetap BUMN/BUMD dan
Perusahaan lainnya)
n) Aset Lainnya
(1) Tagihan Penjualan Angsuran dan Piutang lain-lain dinilai sebesar nilai
nominal.
(2) Dana Cadangan dinilai sebesar akumulasi dana yang berasal dari
pembentukan dana cadangan yang tercantum dalam APBD (nominal)
ditambah dengan hasil yang diperoleh.
o) Kewajiban
(1) Hutang adalah kewajiban pihak ketiga sebagai akibat transaksi keuangan
masa lalu
(2) Hutang dikelompokkan menjadi hutang jangka pendek dan hutang jangka
panjang
(3) Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat
kewajiban timbul
(4) Kewajiban dibukukan dalam neraca sebesar nilai nominal dari kewajiban
tersebut
(5) Kewajiban dalam Valuta Asing dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah
berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal
transaksi.
71
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Penyajian Laporan Keuangan Daerah pada Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan informasi
mengenai perhitungan atas pelaksanaan kegiatan yang telah dianggarkan dalam satu
tahun anggaran baik pada kelompok pendapatan, belanja maupun pembiayaan.
Realisasi anggaran pada tahun 2011 ini disusun berdasarkan jumlah realisasi
pendapatan, belanja dan pembiayaan yang dibandingkan dengan masing-masing
anggarannya sesuai dengan APBD Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Jumlah
angka yang tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran ini mencakup semua
penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja serta pembiayaan yang masuk ke
dalam atau dikeluarkan dari Bendahara Umum Daerah, khusus untuk pengeluaran
pengisian kas yang diberikan kepada pemegang kas, realisasinya didasarkan atas
pengesahan pertanggungjawaban. Tujuan Laporan Realisasi Anggaran adalah
menyajikan informasi mengenai kegiatan berdasarkan anggaran belanja yang
ditetapkan, dan sumber-sumber pembiayaan yang digunakan untuk mengalokasikan
surplus atau menutup defisit.
Pada Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Deli Serdang
menyajikan rekening pendapatan, belanja, pembiayaan dan realisasinya. Walaupun
dalam prakteknya sering kali realisasinya jauh lebih besar atau lebih kecil dari yang
dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. Dari Laporan Realisasi
Anggaran (dapat dilihat pada lampiran) menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
72
dengan anggaran sebesar Rp. 1.712.981.334.755,00 yang terdiri dari 4 (empat) jenis
pendapatan masing-masing Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp.
186.929.900.000,00, Pendapatan Retribusi sebesar Rp. 18.600.000,00, Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp. 10.200.000.000,00 dan
lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah sebesar Rp. 5.382.000.000,00. Keempat
jenis pendapatan tersebut tidak mencapai target. Pencapaian anggaran (target)
tertinggi pada kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 99,40% berada pada
jenis lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah dengan anggaran Rp.
5.382.000.000,00 dengan realisasinya Rp. 5.349.770.842,74.
Pada kelompok Dana Perimbangan dengan pencapaian anggaran sebesar
100% yang terdiri dari 4 (empat) jenis pendapatan, yaitu Dana Alokasi Umum
sebesar 100% dari target Rp. 888.557.680.000,00 dengan realisasinya Rp.
888.557.245.000,00.
Begitu juga dengan Rekening Belanja, jumlah belanja yang dianggarkan
sebesar Rp. 196.879.856.182,54 dengan realisasinya sebesar Rp. 183.152.488.883,65.
Hal ini menunjukkan bahwa ada kelebihan pembiayaan sebesar Rp.
13.727.367.298,89. Sedangkan Pembiayaan Daerah pada Laporan Realisasi Anggaran
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran)
menunjukkan bahwa Penerimaan Pembiayaan Daerah melebihi anggaran yang telah
ditetapkan yaitu sebesar Rp. 40.906.034.387,54 dengan realisasinya sebesar Rp.
42.099.745.614,54. Dari sisi pengeluaran ditargetkan sebesar Rp. 34.772.044.417,54
terealisasi sebesar Rp. 37.370.435.626,68 atau 107.47%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa adanya kekurangan pembiayaan sebesar Rp. 2.598.391.209,14 atau 107.47%
73
dari yang dianggarkan. Meskipun dana yang dianggarkan tidak dapat terealisasi
sepenuhnya, tetapi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sudah dapat menyajikan
Laporan Realiasi Anggaran dengan baik. Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang telah menyajikan berupa perhitungan atau pelaksanaan dari
semua yang telah dianggarkan dalam tahun anggaran, baik pada kelompok
pendapatan, belanja dan pembiayaan. Pos-pos pada Laporan Realisasi Anggaran telah
disajikan sesuai dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 (SAP). Anggaran telah
dilaksanakan sesuai dengan struktur anggaran yang terdiri dari Anggaran Pendapatan,
Belanja dan Pembiayaan. Pendapatan telah diakui pada saat diterima pada Rekening
Kas Umum Daerah. Pendapatan pada Laporan Realisasi Anggaran telah
diklasifikasikan menurut jenis pendapatan. Belanja diakui pada saat terjadinya
pengeluaran dari Rekening Kas Daerah, Belanja sudah diklasifikasikan menurut
klasifikasi ekonomi (jenis belanja). Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima
pada Rekening Kas Umum Daerah, dan juga Pengeluaran Pembiayaan diakui pada
saat dikeluarkan dari Rekening Kas Daerah. Selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos SILPA,
dan dalam penyajian laporan sudah menggunakan Laporan Realisasi Anggaran.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang pada tahun 2011 telah menyajikan Laporan Realisasi Anggaran dengan baik
dan telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Laporan Realisasi
Anggaran yang disajikan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang telah diaudit
dapat bermanfaat bagi semua pihak pengguna laporan tersebut.
74
b. Neraca
Neraca Daerah merupakan salah satu dari Laporan Keuangan Daerah. Neraca
Daerah menyajikan informasi mengenai posisi aktiva, utang dan ekuitas dana pada
akhir tahun anggaran. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang
menyusun neraca dengan mengumpulkan, menganalisis, mencatat anggaran dan
realisasinya ke dalam pos-pos neraca.
Pada tahun anggaran per 31 Desember 2010 pada post aset, jumlah Aset
Lancar sebesar Rp. 38.720.254.560,54, jumlah Investasi Permanen sebesar Rp.
29.800.652.583,24, dan jumlah Aset Tetap sebesar Rp. 73.458.949.643,78. Maka
total aset Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada tahun anggaran 2010 adalah
sebesar Rp. 73.458.949.643,78. Pada pos kewajiban, jumlah Kewajiban Jangka
Pendek sebesar Rp. 275.273.654,86, jumlah Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp.
304.379.140,80, jumlah Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp. 1.230.306.198.985,32,
jumlah Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp. 34.434.315.942,44. Maka total Kewajiban
dan Dana Ekuitas Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada tahun anggaran 2010
adalah sebesar Rp. 73.458.949.643,78.
Pada tahun anggaran per 31 Desember 2011 pada post aset, jumlah Aset
Lancar sebesar Rp. 2.144.483.833,79, jumlah Investasi Permanen sebesar Rp.
33.243.547.583,24, dan jumlah Aset Tetap sebesar Rp. 5.995.948.000,00. Maka total
aset Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada tahun anggaran 2011 adalah sebesar
Rp. 41.383.979.417,03. Pada pos kewajiban, jumlah Kewajiban Jangka Pendek
sebesar Rp. 202.919.427,20, jumlah Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp.
101.459.713,60, jumlah Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp. 1.438.992.105.617,41,
75
jumlah Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp. 39.138.035.869,64. Maka total Kewajiban
dan Dana Ekuitas Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada tahun anggaran 2011
adalah sebesar Rp. 41.383.979.417,03.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Deli Serdang telah menyajikan informasi aktiva, kewajiban dan ekuitas
dana pada akhir tahun anggaran. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah
mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan aset tetap serta telah
mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang. Ekuitas dana telah disajikan dalam neraca yang terdiri dari ekuitas dana
lancar dan ekuitas dana investasi. Dimana dalam neraca yang disajikan Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang membandingkan antara
neraca tahun berjalan dengan tahun anggaran yang telah berlalu. Pos-pos pada neraca
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah dicantumkan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan yang memberikan informasi arus masuk dan
arus keluarnya kas pada Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang selama tahun
anggaran 2011. Berdasarkan hasil pemeriksaan kas oleh Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang terdapat:
- Saldo Kas per 31 Desember 2011 sebesar Rp. 40.906.034.387,54
- Saldo Kas pada Pemegang Kas yang
belum disetor s/d 31 Desember 2010 Rp. -
- Saldo Akhir Kas 2011 Rp. 40.906.034.387,54
76
Arus kas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) aktivitas antara lain:
1) Aktivitas operasi
Merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi Pemerintah
Daerah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai kegiatan operasional
yang bersumber dari arus kas masuk pada tahun anggaran 2011 di luar pinjaman dan
sisa lebih perhitungan anggaran yang lalu. Besarnya arus kas masuk dari aktivitas
operasi selama tahun anggaran 2011 sebesar Rp. 1.584.880.343.291,58 dan
dikeluarkan untuk membiayai aktivitas operasional sebesar Rp. 183.152.488.883,65
sehingga mendapat surplus operasional sebesar Rp. 1.401.727.854.407,93.
2) Aktivitas investasi
Menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto berkaitan dengan
perolehan atau pelepasan sumber daya ekonomi yang ada, yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat dimasa
yang akan datang. Arus kas bersih dari aktivitas investasi tahun anggaran 2011
sebesar Rp. 37.370.435.626,68. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa telah terjadi
kenaikan kas bersih selama tahun anggaran 2011, dengan perincian sebagai berikut:
- Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi Rp. 1.401.727.854.407,93
- Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan Rp. 37.370.435.626,68
Kenaikan Kas Rp. 1.439.098.290.034,61
Laporan arus kas pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang telah disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Aktivitas-aktivitas pada laporan arus
kas telah disajikan secara benar dan telah mengacu pada Standar Akuntansi
77
Pemerintahan. Kelompok utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto dari aktivitas
operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Arus kas dari
aktivitas operasi telah disajikan dengan metode langsung. Metode langsung
mengungkapkan pengelompokkan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto.
Secara garis besar laporan arus kas pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang
dilakukan Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang telah
menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan.
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Sebagaimana seperti teori-teori yang telah disampaikan pada bab-bab
sebelumnya, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang pada
tahun 2011 juga menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan
Keuangan yang disajikan Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli
Serdang pada tahun anggaran 2011 telah berpedoman pada Standar Akuntansi
Pemerintahan. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi-informasi
tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang
memadai. Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan mengikuti
standar berlaku yang mengatur tentang pengungkapan untuk pos-pos yang
berhubungan. Catatan atas Laporan Keuangan pada Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Deli Serdang telah disajikan secara sistematis. Catatan atas
Laporan Keuangan pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli
Serdang meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas.
78
Termasuk pula dalam catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi
yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang telah menyajikan
Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi dasar penyusunan Laporan Keuangan
Daerah dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas
transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya, pengungkapan informasi
untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis
akrual atas pendapatan dan belanja serta basis kas untuk pencatatan aset, kewajiban
dan ekuitas dana (neraca).
2. Strategi-strategi yang Diperlukan Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Deli Serdang Terhadap Keberhasilan Menyajikan Laporan
Keuangan Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
Sejak adanya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah, setiap pemerintah daerah diharuskan menerapkannya di dalam
penyajian Laporan Keuangan. Strategi-strategi yang diperlukan terhadap keberhasilan
dalam menyajikan Laporan Keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan tersebut adalah:
a. Komitmen dari Pimpinan
Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu
penerapan Peraturan Pemerintah. Dengan adanya kejelasan peraturan perundang-
undangan, mendorong penerapan akuntansi pemerintah dan memberikan dukungan
yang kuat bagi pimpinan kepala daerah Pemerintah Kabupaten Deli Serdang.
79
b. Tersedianya Sumber Daya yang Kompeten
Laporan Keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan
masing-masing oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah kepada BPK selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir, Laporan Keuangan yang
telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Bupati kepada DPRD. Penyusunan dan
penyajian Laporan Keuangan tersebut memerlukan sumber daya manusia yang
menguasai dan berkompeten dalam penyajian Laporan Keuangan yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
c. Resistensi Terhadap Perubahan
Sebagaimana layaknya untuk setiap perubahan, pihak internal yang sudah
terbiasa dengan sistem yang lama, akan enggan mengikuti perubahan. Untuk itu,
penerapan berbagai kebijakan akuntansi pemerintah pada Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang perlu dilakukan melalui sosialisasi-
sosialisasi mengenai penyajian Laporan Keuangan Daerah yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
d. Lingkungan atau Masyarakat
Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan
dalam penyajian Laporan Keuangan Daerah sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah, sehingga dapat mengetahui dan memahami
80
penggunaan atas penerimaan pajak yang diperoleh dari masyarakat maupun
pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan dukungan yang positif, masyarakat
mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan
kebijakannya.
3. Pengaruh Faktor Pendukung terhadap Keberhasilan Penyajian Laporan
Keuangan Daerah Sesuai Dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
Dalam penyajian Laporan Keuangan Daerah sesuai dengan PP Nomor 24
Tahun 2005 terdapat kendala-kendala seiring dengan penerapannya. Kendala utama
yang dihadapi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang dalam
penerapannya adalah sumber daya manusia. Mengingat perkembangan akuntansi
pemerintahan di Indonesia tidak secepat perkembangan akuntansi komersial, sampai
dengan saat ini masih sedikit sumber daya manusia yang menguasai akuntansi
pemerintahan. Hal ini didorong oleh masih kurangnya kepedulian para pimpinan di
lingkungan Pemerintah Daerah untuk mendasarkan keputusannya pada informasi
keuangan.
Dalam menerapkan setiap peraturan baru kurang dari 50% yang mengerti
akan peraturan tersebut, sehingga dalam penyusunan dan penyajian Laporan
Keuangan sering mengalami keterlambatan. Seharusnya pada zaman reformasi saat
sekarang ini tidak semestinya lagi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten
Deli Serdang melakukan hal tersebut, karena tuntutan dan perubahan-perubahan
Peraturan Pemerintah yang selalu berubah akan membuat Pemerintah Daerah itu
81
sendiri agak sedikit tersendat di dalam segi pembangunan maupun segi administrasi
pemerintah.
Kendala kedua adalah perangkat pendukung. Meskipun Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang telah mengeluarkan dana sebesar Rp.
1.202.602.000,00 untuk pembelian komputer dan sistem akuntansi pemerintah
daerah. Namun dari beberapa penyajian Laporan Keuangan Daerah baik setiap ada
perubahan Peraturan Pemerintah Daerah maupun sistem akuntansi Pemerintah
Daerah selalu terlambat.
Hasil yang diharapkan dari penggunaan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
dengan komputerisasi sebenarnya adalah penghematan anggaran yang berlebihan.
Selain itu dengan dilaksanakannya Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang
memenuhi tuntutan akuntabilitas keuangan yang merupakan salah satu prinsip good
governance akan tercipta peningkatan kepercayaan stakeholder seperti pihak
legislatif, dunia usaha, masyarakat, peningkatan kepercayaan dunia internasional,
investor dan lembaga-lembaga donor serta peningkatan kepercayaan dan pemberian
informasi yang handal kepada berbagai pihak akan sangat bermanfaat dalam usaha
peningkatan kinerja Pemerintah Daerah.
Saat ini dorongan untuk mengembangkan akuntansi pemerintah daerah adalah
lebih pada pemenuhan tuntutan peraturan perundang-undangan, bukan karena
kebutuhan akan informasi keuangan untuk dasar pengambilan keputusan dan
peningkatan kinerja. Namun pemerintah daerah masih banyak
mempertimbangkannya mungkin karena berkaitan dengan dana untuk
82
mengembangkan sumber daya manusia maupun Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah. Hal ini akan mengganggu peningkatan dalam pemberian pelayanan
maksimum bagi publik sehingga timbul ketidakpercayaan publik terhadap kinerja
pemerintah daerah yang dihasilkan belum optimal. Disamping itu juga proses
desentralisasi dan otonomi daerah masih belum dapat dipisahkan secara jelas
terutama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Salah satu upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang untuk mengatasi kendala tersebut
adalah dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan
pelatihan fungsional dan struktur, agar stabilitas yang mantap, aman, dan kondusif
dapat tercapai.
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Pada tahun anggaran 2011, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli
Serdang di dalam penyajian Laporan Keuangan Daerah telah berpedoman pada
Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan
sebelumnya yaitu “Laporan keuangan yang disusun oleh Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan” dapat
diterima kebenarannya.
2. Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang disajikan
oleh Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang pada tahun
anggaran 2011 berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan ini telah diaudit oleh
BPK.
3. Secara keseluruhan pada tahun anggaran 2011, kinerja Pemerintah Kabupaten
Deli Serdang secara khususnya Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten
Deli Serdang belum optimal karena dalam berbagai kasus masih ditemukan
kurangnya rasa tanggung jawab aparatur pemerintah terhadap tugas yang
dibebankan, disamping itu proses desentralisasi dan otonomi daerah masih belum
dijalankan sepenuhnya oleh karena adanya beberapa kewenangan yang belum
dapat dipisahkan secara jelas terutama antara pemerintah pusat dan daerah.
84
83
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada, penulis memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Pada tahun anggaran berikut, hendaknya Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Deli Serdang dalam penyajian Laporan Keuangan Daerah telah
berpedoman sepenuhnya pada Standar Akuntansi Pemerintahan.
2. Untuk tahun-tahun anggaran selanjutnya hendaknya Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Deli Serdang dapat menyajikan Laporan Keuangan Daerah
tepat waktu sesuai dengan kalender anggaran tahunan yang telah ditetapkan
dalam peraturan yang berlaku dan tidak terjadi lagi keterlambatan.
3. Kualitas dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam
penyajian Laporan Keuangan lebih ditingkatkan dengan memberikan pelatihan
dan teknis maupun nonteknis mengenai penyajian Laporan Keuangan yang baik,
sehingga Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang mampu
menyajikan laporan keuangan sendiri dengan program aplikasi Sistem Akuntansi
Pemerintahan Daerah. Begitu juga kualitas atau jumlah perangkat pendukungnya
baik berupa komputer, laptop, ataupun software diperbanyak lagi, agar penyajian
Laporan Keuangan lebih cepat dan akurat.
4. Pada tahun anggaran berikutnya, hendaknya kinerja Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang khususnya Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dapat lebih baik lagi
dengan melakukan berbagai upaya untuk menjamin terpeliharanya kondisi yang
mantap, aman dan kondusif sehingga tuntutan masyarakat yang menghendaki
transparansi, akuntabilitas dan kepemerintahan yang bebas KKN dapat terwujud.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Bagus Mantra Ida, 2004. Demografi Umum, Cetakan III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pemeriksa Keuangan Rpeublik Indonesia, 2007. Peraturan BPK Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), Januari 2007.
Direktur Jendral Perbendaharaan, 2004, Surat Edaran No. SE-01/Pb/2004 tanggal 21 September 2004 tentang Penyelenggaraan Tugas POkok Dan Fungsi Direktorat Jendral Perbendaharaan Negara.
Earl R. Wilson and Susan C. Kattelus, 2004. Accounting for Governmental and Nonprofit Entities, McGraw Hill, 13th Edition.
Erlina, 2008. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah, Medan: USU Press.
Kenneth dan Jane, 2005. SIM: Mengelola Perusahaan Digital. Yogyakarta: Andi.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Menteri Dalam Negeri, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
------------, 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah
Nawawi, Hadari, 2001. Perencanaan Sumber Daya Manusia untuk Organisasi Profit yang Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pemerintah Republik Indonesia, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
86
Renyowijoyo, Muindro, 2008. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sugijanto, Robert Gunardi dan Sonny Loho, 1995. Akuntansi Pemerintahan dan Organisasi Non-Laba. PPA-FE, UNIBRA.
Susilo, 2002. Audit Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gema Amini.
87
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dimana atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga sampailah penulis kepada tugas akhir untuk
menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Medan
menyusun skripsi, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Dan pada kesempatan ini, penulis menyusun skripsi yang sangat sederhana
dengan judul: “Penerapan Standart Akuntansi Pemerintahan dalam Penyajian
Laporan Keuangan Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli
Serdang”.
Dan ucapan terima kasih penulis sampaikan yang tiada ternilai kepada :
1. Bapak Drs. H. Kondar Siregar, MA sebagai Rektor Universitas Muslim Nusantara
Al-Washliyah Medan.
2. Ibu Shita Tiara, SE, M.Si, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.
3. Ibu Sri Wardany, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan yang telah banyak
memberikan petunjuk kepada penulis sehingga selesainya skripsi ini.
4. Ibu Sri Wardany, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu dalam mengarahkan, memotivasi serta memberi nasehat
kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
5. Ibu Shita Tiara, SE, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan hingga selesainya
skripsi ini.
88
i
6. Rekan-rekan mahasiswa dan pihak lain yang turut mendukung penyelesaian
skripsi ini.
7. Bapak Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang dan
beserta seluruh staf pegawai yang telah memberikan izin dan membantu penulis
selama pengumpulan data.
8. Seluruh dosen pengajar dan staf yang ada di Fakultas Ekonomi Universitas
Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan, yang telah mendidik dan membimbing
penulis sejak di bangku kuliah.
9. Dan tak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada keluarga yang telah memberikan dorongan kepada penulis sejak penulis
pertama kuliah sampai penulis menyelesaikan pendidikan di Universitas Muslim
Nusantara Al-Washliyah.
10. Kepada teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih
atas kebersamaan serta persahabatan dalam suka dan duka selama ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan
semoga kebaikan-kebaikan dari orang-orang yang telah membantu penulis semuanya
mendapat dari yang maha kuasa.
Medan, Desember 2013Penulis,
SRI RAHAYU ESTINPM : 103224074
89
ii
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA (UMN)
AL-WASHLIYAH MEDAN
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : SRI RAHAYU ESTINpm : 103224074Jurusan : AkuntansiProgram Studi : Ekonomi AkuntansiJenjang Pendidikan : Strata Satu (S-1)Judul Skripsi : Penerapan Standart Akuntansi Pemerintahan dalam
Penyajian Laporan Keuangan Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang
Pembimbing I Pembimbing II
Sri Wardany, SE, M.Si Shita Tiara, SE, M.Si, Ak
Diuji Pada Tanggal :Judisium :
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. H. Kondar Siregar, MA Shita Tiara, SE, M.Si, Ak
90
PENERAPAN STANDART AKUNTANSI PEMERINTAHAN DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA
DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Jurusan Akuntansi
OLEH :
Sri Rahayu EstiNPM : 103224074
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA
AL-WASHLIYAHM E D A N
2013
91
PENERAPAN STANDART AKUNTANSI PEMERINTAHAN DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA
DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG
OLEH :
Sri Rahayu EstiNPM : 103224074
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA
AL-WASHLIYAHM E D A N
2013ABSTRAK
92
PENERAPAN STANDART AKUNTANSI PEMERINTAHAN DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG
OLEH :
SRI RAHAYU ESTINPM : 103224074
Seiring dengan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang setelah melakukan tugas pokok sesuai peraturan perundang-undangan yang ada, akan membuat dan menyajikan laporan keuangan sebagai konsekuensi hukum dan administrasi Negara kepada lembaga-lembaga pemeriksa dan hukum Negara yang ditunjuk juga berdasarkan undang-undang yang berlaku. Laporan keuangan yang diberikan dan disajikan haruslah memenuhi unsur-unsur yang telah di tetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang ada. Dengan demikian akan dapat dicapai tujuan penyajian laporan keuangan yang diharapkan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Laporan Keuangan pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan”. Sedangkan tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh laporan keuangan berpengaruh pada peningkatan pendapatan daerah, serta pencapaian sasaran pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, khususnya di Kabupaten Deli Serdang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang dihadapi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang di dalam penyajian Laporan Keuangan Daerah telah berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan sebelumnya yaitu “Laporan keuangan yang disusun oleh Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan” dapat diterima kebenarannya. Selain itu, Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang disajikan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang pada tahun anggaran 2011 berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan telah berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan.
DAFTAR ISI
ix
93
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
ABSTRAK................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................. 4
C. Batasan Masalah.................................................................. 5
D. Rumusan Masalah................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian............................................................... 6
G. Anggapan Dasar................................................................... 6
H. Hipotesis .............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 8
A. Pengertian Laporan Keuangan........................................... 8
1. Ruang Lingkup Laporan Keuangan.............................. 8
2. Tujuan Laporan Keuangan............................................ 9
3. Komponen-komponen Laporan Keuangan................... 12
B. Pengertian Akuntansi Sektor Publik.................................. 14
iii
94
1. Ruang Lingkup Akuntansi Publik................................ 14
2. Sifat dan Karakteristik Sektor Publik........................... 16
C. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan....................................... 17
D. Perbandingan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan....................................... 21
E. Faktor Pendukung dalam Penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah......................................................................... 22
1. Sumber Daya Manusia................................................. 22
2. Perangkat Pendukung................................................... 23
F. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah............................. 24
1. Definisi dan Pengguna Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah...................................................... 24
2. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Daerah......................................................................... 25
3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah...................................................... 27
4. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan................ 29
5. Unsur-unsur dan Bentuk Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah...................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 46
iv
95
A. Desain Penelitian................................................................. 46
B. Lokasi Penelitian................................................................. 46
C. Jenis Data............................................................................ 46
D. Instrumen Penelitian............................................................ 47
E. Teknik Pengumpulan Data.................................................. 47
F. Teknik Analisis Data........................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................ 48
A. Hasil Penelitian................................................................... 48
1. Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang................. 48
2. Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Deli Serdang................................. 51
3. Faktor Pendukung dalam Penyajian Laporan
Keuangan Daerah........................................................ 53
4. Konversi Penyajian Laporan Keuangan Daerah.......... 56
5. Penyajian Laporan Keuangan Daerah.......................... 64
B. Pembahasan Hasil Penelitian.............................................. 71
1. Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang............................................. 71
2. Strategi-strategi yang Diperlukan Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Deli Serdang terhadap
Keberhasilan Menyajikan Laporan Keuangan Sesuai
Dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.................. 78
3. Pengaruh Faktor Pendukung terhadap Keberhasilan
v
96
Penyajian Laporan Keuangan Daerah Sesuai Dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan................................ 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 83
A. Kesimpulan ........................................................................ 83
B. Saran.................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 85
LAMPIRAN
vi
97
DAFTAR TABEL
Tabel I Perbandingan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 dengan SAP............................................................................... 21
Tabel II Format Laporan Realisasi Anggaran......................................... 33
Tabel III Format Neraca........................................................................... 37
Tabel IV Format Laporan Arus Kas......................................................... 41
Tabel V Format Catatan atas Laporan Keuangan................................... 45
Tabel VI Struktur Realisasi Anggaran..................................................... 57
Tabel VII Perbedaan Struktur APBD dengan Pengkodean yang Lalu...... 58
Tabel VIII Tabel Akun................................................................................ 58
Tabel IX Tabel Pos-pos Ekuitas............................................................... 63
vii
98
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kode Rekening Penganggaran Menurut Kepmendagri No. 29Tahun 2002................................................................................ 59
Gambar 2 Kode Rekening Penganggaran Menurut Peraturan PemerintahNo. 24 Tahun 2005.................................................................... 60
Gambar 3 Jenis dan Kelompok Belanja..................................................... 62
Gambar 4 Klasifikasi Aset......................................................................... 63
viii
99