Upload
trantuong
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
K.H. ACHMAD SIDDIQ;
Aktivitas dan Pemikiran Keagamaannya
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
AHMAD MUFID
NIM: 11120135
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
v
MOTTO
“Kesuksesan adalah jumlah total berbagai upaya
kecil yang diulangi setiap hari”
Robert Collier
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, skripsi ini
penulis persembahkan untuk almamaterku Fakultas Adab
dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Ayahku Tohir Mustofa dan Ibuku Umi Nasihatun, adik-
adiku (Nurul Habibi, M. Ngafif Ma’ruf, Uswatun
Mukaromah), serta seluruh sahabat seperjuanganku Jurusan
Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu
Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
vii
ABSTRAK
Perkembangan pemikiran Islam di Indonesia khususnya dalam masalah
agama telah mengalami banyak kemajuan dan pembaharuan yang sangat
mengesankan. Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya tokoh pembaharu yang
bermunculan, salah satunya ialah K.H. Achmad Siddiq. Ia merupakan salah satu
tokoh besar NU yang banyak memberikan pemikiran penting di dalamnya, seperti
pemikiran untuk mengatasi beberapa masalah yang terjadi di internal NU sendiri
maupun masalah yang dihadapi oleh umat Islam di Indonesia.
K.H. Achmad Siddiq telah menyumbangkan pemikirannya baik pemikiran
keagamaan maupun pemikiran kenegaraan. Dalam pemikiran kenegaraan, ia
mengajak kepada para ulama NU untuk menerima Pancasila sebagai asas tunggal,
walaupun pada awalnya apa yang ia usulkan sempat mendapat penolakan dari
kalangan ulama NU. Dalam pemikiran keagamaan, ia mencoba untuk melakukan
modernisasi dalam bidang tasawuf. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar
semangat keberagamaan sebagaimana ditunjukkan oleh tasawuf dapat diterapkan
dalam konteks kehidupan modern. Dalam dunia modern, tasawuf dapat
dipergunakan sebagai pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan keberagamaan
masyarakat. Pendekatan ini diambil karena menurutnya dua pendekatan yang
sudah ada yaitu aqidah dan fiqhiyah dianggap sudah tidak relevan lagi ketika
Islam berhadapan dengan kehidupan modern. Menurutnya, pendekatan tasawuf
bisa merangkul semua manusia tanpa membedakan asal muasal suku, ras, warna
kulit dan agamanya, karena dalam kehidupan tasawuf semua manusia dipandang
sama. Dengan adanya pendekatan tersebut, ia ingin menghadirkan Islam yang
damai dalam kehidupan masyarakat. Pemikiran dari K.H. Achmad Siddiq yang
tidak kalah penting adalah pemikirannya tentang Khittah Nahdliyyah. Selain itu ia
juga mengajarkan mengenai pentingnya berijtihad dan pentingnya menegakkan
keseimbangan dalam kehidupan.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan nantinya bisa
mengetahui bagaimana pembaharuan yang dilakukan oleh K.H. Achmad Siddiq
kemudian bagaimana praktek ajaran tasawuf dari K.H. Achmad Siddiq serta
bagaimana pengaruh dari pembaharuan yang ia lakukan dalam kehidupan umat
Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang bertujuan untuk
merekonstruksi peristiwa masa lampau secara kronologis dan sistematis. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan pendekatan biografis intelektual, sedangkan
teori yang digunakan adalah teori persepsi dari Hippolyte Tais, yaitu tentang
adanya interaksi ide dan peristiwa. Maksudnya suatu gagasan ide atau pemikiran
muncul karena peristiwa yang mendorongnya, sedangkan ide itu sendiri
melahirkan peristiwa baru yang akan mendorong lahirnya ide lagi.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan pencipta dan pemelihara alam
semesta. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi penulis yang akhirnya
dapat menyelesaikan skripsi berjudul “K.H. Achmad Siddiq; Aktivitas dan
Pemikiran Keagamaannya”. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari
pertolongan Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil baik
itu secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada:
1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2. Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
3. Ketua dan sekertaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
4. Ibu Dra. Soraya Adnani, M. Si selaku Dosen Penasehat Akademik
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta yang telah memberikan segenap ilmunya kepada penulis,
khususnya staf pengajar Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.
ix
6. Ibu Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Hum., M.A selaku pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan,
kritik dan saran maupun arahan yang sangat berguna dalam prosses penulisan
skripsi ini.
7. Khususnya kepada yang tercinta dan tersayang kedua orang tua saya Ibu Umi
Nasihatun dan Bapak Tohir Mustofa yang telah mendidik dan membimbing
anak-anaknya, mereka yang selalu mendo’akan, memberi motifasi serta
pengorbanannya dari segi moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Untuk adik-adikku Nurul Habibi, M. Ngafif Ma’ruf,
dan Uswatun Mukaromah. Tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada seluruh
keluarga besarku yang ada di Cilacap, semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
8. Kepada seluruh sahabat-sahabatku di Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam,
anggota klub futsal SKI 2011 ( Wahyu, Rizki, Sholeh, Imam, trio Agus, Ebit,
Miftahul Khoeri, Miftahul Huda, Ja’far, Muhammadi, Ahmad, Habib, Faris,
Ifat dll). Para anggota Casper (Ayu, Farida, Tiofani, Arin, Itsna, Via), dan juga
sahabat-sahabatku lainnya yang sudah lulus terlebih dahulu, semoga apa yang
kalian dapatkan selama belajar di UIN Sunan Kalijaga ilmunya bisa
bermanfaat.
9. Sahabat-sahabat KKN angkatan 83 dusun Pete, Margodadi, Seyegan, Sleman.
Pak ketua Lutfi, Risa, Arum, Nisa, Anisa, Kak Ica, Rohman, yang sudah satu
tahun lebih kita berpisah dan sudah mempunyai kesibukan masing-masing,
semoga tali silaturahmi diantara kita bisa terus terjalin.
x
Atas bantuan dari berbagai pihak diatas itulah skripsi ini dapat
diselesaikan. Sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga Allah
SWT senantiasa memberikan balasan kepada kalian semua lebih dari apa yang
telah kalian berikan kepada penulis. Penulis juga menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan membutuhkan kritik
serta saran dari berbagai pihak.
Yogyakarta, 24 Februari 2016
Penulis,
Ahmad Mufid
NIM: 11120135
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii
HALAMAN NOTA DINAS ................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN MOTO ............................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .......................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 5
D. Kajian Pustaka ..................................................................................... 6
E. Landasan Teori ..................................................................................... 8
F. Metode Penelitian ............................................................................... 10
G. Sistematika Pembahasan ................................................................... 13
BAB II : PROFIL K.H. ACHMAD SIDDIQ ..................................................... 16
A. Profil Keluarga ................................................................................... 16
B. Latar Belakang Pendidikan ............................................................... 20
C. Karya-karya K.H. Achmad Siddiq ................................................... 22
BAB III : AKTIVITAS K.H. ACHMAD SIDDIQ ............................................ 28
A. Aktivitas K.H. Achmad Siddiq di Organisasi NU ........................... 28
B. Aktivitas K.H. Achmad Siddiq di Pemerintahan ............................ 37
BAB IV : PEMIKIRAN KEAGAMAAN K.H. ACHMAD SIDDIQ ............... 40
A. Modernisasi Tasawuf ......................................................................... 40
B. Khittah Nahdliyyah ............................................................................ 48
C. Menegakkan Prinsip Keseimbangan ................................................ 54
D. Pentingnya Membudayakan Ijtihad ................................................. 57
xii
BAB V : PENUTUP ............................................................................................. 63
A. Kesimpulan ......................................................................................... 63
B. Saran .................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 69
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 70
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Foto K.H. Achmad Siddiq
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi umat Islam di Indonesia, istilah kyai merupakan suatu istilah yang
tidak asing lagi. Di Indonesia, kyai adalah sebutan untuk seorang tokoh dari
kalangan agamawan khususnya agama Islam yang mempunyai peranan sosial
penting dalam masyarakat.1 Posisi seorang kyai tidak hanya diagungkan oleh
kalangan santri saja tetapi juga sangat berpengaruh pada tradisi masyarakat
sebagai identitas kulturnya. Dalam prosesnya, pengembangan ini bersamaan
dengan dimulainya garakan dakwah kecil-kecilan hingga pengajian kitab yang
melibatkan masyarakat umum serta institusi pesantren yang telah dibuat dalam
pengembangan keilmuan.2
K.H. Achmad Siddiq merupakan sosok ulama tradisional yang terkenal di
kalangan pesantren, khususnya di wilayah Jember Jawa Timur. Ia lahir di Jember
pada tanggal 24 Januari 1926 atau tepat satu minggu sebelum organisasi Nahdlatul
Ulama lahir yaitu pada tanggal 31 Januari 1926.3 Ia adalah putra ke 16 dari 25
bersaudara, ayahnya bernama K.H. Muhammad Siddiq dan merupakan pendiri
dari pesantren Shiddiqiyah. Menurut silsilah yang ada, K.H. Achmad Siddiq
merupakan keturunan ke 15 dari Joko Tingkir pendiri dari Kerajaan Pajang.4
1Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia, cet. 8 (Jakarta: LP3ES, 2011), hlm. 94. 2Suismanto, Menelusuri Jejek Pesantren (Yogyakarta: Alief Press, 2004), hlm. 53.
3Munawar Fuad Noeh, Mastuki HS, Menghidupan Ruh Pemikiran K.H Achmad Siddiq
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 31. 4Ibid.,
2
Selama masa hidupnya ia telah banyak menduduki berbagai jabatan baik
dipemerintahan maupun di dalam Organisasi NU. Sebagai seorang ulama dan juga
politikus, ia telah banyak melahirkan ide-ide, pemikiran di bidang agama, sosial
budaya maupun politik.
Kebesaran nama yang dimiliki K.H. Achmad Siddiq tentunya tidak
muncul begitu saja, melainkan berkaitan erat dengan kultur di mana ia hidup. Ia
tumbuh dan berkembang dalam suasana interaksi sosial yang sangat kondusif bagi
kematangan kepribadian dan kemunculannya sebagai tokoh besar.5 Selain itu
keseluruhan pengalaman yang dilalui oleh seseorang dalam perjalanan hidupnya,
ikut membentuk kepribadian diri orang tersebut.6 Demikian juga terjadi pada diri
K.H. Achmad Siddiq. Ia memperoleh pendidikan pertamanya dari orang tuanya
sendiri dan kemudian menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat Islam di Jember.7
Setelah ia lulus dari Sekolah Rakyat, ia kemudian masuk ke Pesantren
Tebuireng. Di pesantren inilah ia mulai menunjukkan keaktifannya dalam
berorganisasi sehingga pada perkembangannya ia mampu menjadi seorang
organisatoris dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang luar biasa yang mampu
mengantarkan dirinya menjadi pemimpin laskar Hizbullah dalam melawan
Belanda. Pada saat belajar di Tebuireng, ia juga masuk ke Madrasah Nidhamiyah
yang dirintis oleh K.H. Wahid Hasyim. Melalui madrasah inilah kemudian ia
5Syamsun Ni‟am, The Wisdom, of K.H Achmad Siddiq: Membumikan Tasawuf (Jakarta:
Erlangga, 2009), hlm. 22. 6Abdussami, Humaidy, dan Ridwan Fakla, Biografi Lima Rais „Aam Nahdlatul Ulama
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan LTn-NU, 1995), hlm. 143. 7Ibid., hlm. 145.
3
masuk kedalam kelompok Intelektual santri yang pengkaderannya dilakukan
langsung oleh K.H. Wahid Hasyim.8
Pengkaderan yang dilakukan oleh K.H. Wahid Hasyim ini telah membuat
hubungan antara K.H. Wahid Hasyim dan K.H. Acmad Siddiq menjadi semakin
dekat. Pada saat K.H. Wahid Hasyim menjadi Menteri Agama pada tahun 1945-
1952, ia ditunjuk langsung untuk menjadi sekertaris pribadinya. Berkat kedekatan
antara keduanya itulah yang menjadikan K.H. Achmad Siddiq bisa mendapatkan
pekerjaan tersebut.9
Karir perjuangannya dimulai ketika ia menjadi anggota dari GPII
(Gabungan Pemuda Islam Indonesia) Jember. Sementara pengabdian K.H.
Achmad Siddiq di pemerintahan dimulai ketika ia menjadi kepala KUA Situbondo
dan Bondowoso, kemudian meningkat menjadi kepala Kantor Wilayah
Departemen Agama Jawa Timur sampai 1971. Pada tahun 1955-1957 dan 1971 ia
pernah menjadi anggota DPR RI.10
Pada saat ia mulai berkarir di NU, ia mengawali karirnya dari wilayah
Jawa Timur khususnya wilayah Jember. Pada saat NU menjadi Parpol 1952, ia
menjadi anggota pengurus besar NU dibawah Rais „Aam K.H. Abdul Wahab
Hasbullah dan ketua umum K.H. Masykur. Kemudian pada periode 1956-1959 ia
menjadi Wakil Sekertaris Umum PBNU dengan Rais „Aam K.H. Wahab
Hasbullah dan Ketua Umum H. Idham Chalid.11
Setelah sekian lama ia aktif di
8Ibid., hlm. 146.
9Munawar Fuad Noeh, Mastuki HS, Menghidupkan, hlm. 38.
10Syamsun Ni‟am, The Wisdom, hlm. 23.
11Abdussami, Humaidy, dan Ridwan Fakla, Biografi, hlm. 148.
4
NU, kemudian ia diangkat menjadi Rais „Aam NU pada tahun 1984-1989 bersama
dengan Gus Dur.12
Selama aktif di NU inilah ia mempunyai banyak peran penting, di
antaranya ia berhasil membuat perubahan melalui perannya dalam memberikan
pemikiran dengan melakukan berbagai pembaharuan guna menyelesaikan masalah
yang ada di organisasi NU maupun yang berkaitan dengan Negara Indonesia.
Gagasannya yang mengajak warga NU untuk menerima pancasila sebagai asas
tunggal telah membuat bingung warga NU dengan keputusannya tersebut. Agar
upayanya dalam menerima asas tunggal bisa diterima oleh warga NU, maka
kemudian ia menggunakan metode agama (ijtihad dan tajdid) yang sudah lama
dipakai untuk menyelesaikan suatu masalah.
Gagasan yang tidak kalah penting dari K.H. Achmad Siddiq adalah
pemikirannya mengenai khittah nahdliyyah. Pada dasarnya gagasan ini adalah
untuk mengajak warga NU untuk kembali kepada Khittah 1926. Khittah 1926
merupakan landasan berfikir, bersikap, dan bertingkah laku warga NU dalam
semua tindakan dan kegiatan (organisasi) serta dalam setiap pengambilan
keputusan.13
Gagasan mengenai Khittah Nahdliyyah sebenarnya sudah lama
dibicarakan oleh K.H. Achmad Siddiq sejak tahun 1978 dan sering didiskusikan
dengan K.H. A. Muchith Muzadi.14
12
Munawar Fuad Noeh, Mastuki HS, Menghidupkan, hlm. 43. 13
Einar Martahan Sitompul, NU dan Pancasila (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1989),
hlm. 197. 14
A. Khoirul Anam, dkk., Ensiklopedi Nahdlatul Ulama: Sejarah Tokoh dan Khazanah
Pesantren, cet. Pertama (Jakarta: Mata Bangsa dan PBNU ), hlm. 84.
5
Selain itu, ia juga menganjurkan mengenai pentingnya membudayakan
Ijtihad dan menegakan prinsip keseimbangan. Ia juga melakukan pembaharuan
dalam bidang tasawuf dengan cara memodernisasikan tasawuf. Hal itu dilakukan
karena menurutnya, modernisasi yang terjadi pada masyarakat saat itu lebih
mengarah pada mudhirunisasi atau lebih mengarah kepada hal-hal yang
mudharat.15
Dengan demikian maka pengembangan jiwa agama atau suasana
religius merupakan hal penting dan mendasar untuk diprioritaskan. Kemudian ia
juga berupaya untuk membawa NU kembali pada Khittah NU 1926 dengan
harapan jalur perjuangan NU bisa kembali pada jalur sosial keagamaan
sebagaimana NU 1926.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul keinginan penulis untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemikiran dari K.H. Achmad Siddiq
dalam bidang pemikiran keagamaan.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah
mengenai pemikiran keagamaan yang dilakukan oleh K.H. Achmad Siddiq. Agar
penulisan skripsi ini lebih terarah, maka perlu dicantumkan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Siapa K.H. Achmad Siddiq?
2. Apa aktivitas K.H. Achmad Siddiq?
3. Bagaimana pemikiran keagamaan K.H. Achmad Siddiq?
15
Syamsun Ni‟am, The Wisdom, hlm. 149.
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Secara umum sejarah digunakan untuk merekonstruksi kejadian masa
lampau umat manusia.16
Begitu juga dengan penelitian ini yang bertujuan untuk
merekonstruksi peristiwa masa lampau terutama kaitannya dengan pemikiran
keagamaan yang dilakukan oleh K.H. Achmad Siddiq. Dengan dilakukan
penulisan yang sistematis, diharapkan bisa menjawab pertanyaan yang ada pada
rumusan masalah.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Mendeskripsikan biografi dari K.H. Achmad Siddiq .
2. Menganalisis pemikiran keagamaan K.H. Achmad Siddiq.
Kegunana dari penulisan ini adalah:
1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai sejarah pemikiran Islam yang
akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zamannya,
terutama pemikiran Islam yang ada di Indonesia.
2. Untuk menambah khasanah kepustakaan di Indonesia terutama
mengenai sejarah tokoh dan pemikirannya.
D. Tinjauan Pustaka
K.H. Achmad Siddiq adalah tokoh ulama besar yang sering memberikan
pemikirannya guna kepentingan umat Islam di Indonesia. Hal itu dibuktikan
16
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995),
hlm. 17.
7
dengan pemikirannya mengenai penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal serta
pemikirannya yang mengajak para ulama NU untuk kembali kepada Khittah
Nahdliyyah. Meskipun demikian, kajian-kajian yang membahas mengenai
pemikiran K.H. Achmad Siddiq khususnya dalam pemikiran keagamaan masih
sedikit.
Terkait dengan penelusuran terhadap penelitian atau pustaka terdahulu,
penulis mendapatkan beberapa buku mengenai K.H. Achmad Siddiq diantaranya:
buku yang berjudul “Menghidupkan Ruh Pemikiran K.H Achmad Siddiq” yang
ditulis oleh Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS, diterbitkan oleh PT. Logos
Wacan Ilmu tahun 1999. Kemudian skripsi dari Muhibin mahasiswa Fakultas
Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga tahun 2009 yang berjudul “
Pemikiran Kenegaraan K.H. Achmad Siddiq”. Buku yang ditulis oleh Munawar
Fuad Noeh berisi mengenai pemikiran K.H. Achmad Siddiq baik pemikirann
kenegaraan, masalah pancasila, serta hanya sedikit membahas mengenai
pemikiran keagamaan yang dilakukan oleh K.H. Achmad Siddiq. Sedangkan
dalam skripsi yang ditulis oleh Muhibin lebih fokus mengenai pemikiran K.H.
Achmad Siddiq terutama mengenai penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal,
dan hanya sekilas saja membahas mengenai pemikiran keagamaannya.
Buku yang berjudul “Biografi Lima Rais „Aam Nahdlatul Ulama”, yang
diterbitkan oleh Pustaka Pelajar tahun 1995. Buku ini menjelaskan mengenai lima
tokoh Rais „Aam NU seperti K.H Hasyim Asy‟arie, K.H. Wahab Hasbullah, K.H.
Bisri Syansuri, K.H. Ali Ma‟shum dan K.H. Achmad Siddiq. Dalam buku ini
dijelaskan sekilas mengenai biografi, aktifitasnya selama berada dalam
8
pemerintahan maupun Organisasi NU termasuk pemikiran yang ia berikan di
dalamnya sampai akhirnya ia menjadi salah satu Rais „Aam NU menggantikan
K.H Ali Ma‟sum.
Buku berjudul “The Wisdom of K.H. Achmad Siddiq” yang ditulis oleh
Syamsun Ni‟am, diterbitkan oleh Erlangga tahun 2009. Pembahasan dalam buku
ini hanya terfokus mengenai tasawuf termasuk tasawuf menurut K.H. Achmad
Siddiq. Sedangkan pembahasan lainnya mengenai pentingnya berijtihad,
menegakan prinsip keseimbangan, serta mengenai Khittah Nahdiyyah tidak
dibahas di dalamnya. Berdasarkan hal tersebut, maka hal inilah yang menarik
penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan menjelaskan lebih rinci
mengenai pemikiran yang dilakukan oleh K.H. Achmad Siddiq terutama
mengenai pemikiran keagamaan yang dilakukan olehnya.
E. Landasan Teori
Sebuah penelitian akan dapat dipertanggung jawabkan apabila dilandasi
dengan kerangka teori yang jelas. Sebab dalam pengertian yang lebih luas, teori
adalah suatu perangkat kaidah yang memandu seorang sejarawan dalam
menyusun data yang diperoleh dari analisis sumber dan juga dalam mengevaluasi
penemuannya.17
Penelitian ini merupakan kajian tentang sejarah pemikiran. Penelitian
sejarah memerlukan pendekatan yang relevan untuk membantu mempermudah
usaha dalam mendekati realitas masa lampau. Yang akan menjadi fokus dalam
17
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007), hlm. 32.
9
penelitian ini adalah mengenai pemikiran keagamaan K.H. Achmad Siddiq.
Dalam penelitian ini, digunakan teori persepsi dari Hippolyte Tais, yaitu tentang
adanya interaksi antara ide dan peristiwa. Maksudnya suatu gagasan ide atau
pemikiran muncul karena peristiwa yang mendorongnya, sedangkan ide itu sendiri
melahirkan peristiwa baru yang akan mendorong lahirnya ide lagi.18
Persepsi adalah proses pengorganisasian dan proses penafsiran seorang
terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh berbagai pengetahuan, keinginan dan
pengalaman yang relevan terhadap stimulasi yang dipengaruhi oleh perilaku
manusia dalam menentukan pilihan hidupnya. Persepsi merupakan suatu proses
yang didahului oleh suatu penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Persepsi seseorang
terhadap suatu peristiwa atau masalah akan mempengaruhi prilaku dan tindakan
selanjutnya, sesuai dengan asumsi dasar dari teori presepsi. Teori ini berasumsi
bahwa tingkah laku orang dipengaruhi oleh cara ia melihat, menafsirkan, serta
menilai lingkungannya baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya,
serta bagaimana ia menilai kedudukannya sendiri di dalam lingkungan tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan biografi
intelektual. Pendekatan ini berusaha untuk menelusuri perkembangan tokoh
terutama dalam hal pemikiran secara individual untuk menemukan sumber dan
perilaku keagamaannya, serta pemikirannya dalam bidang agama. selain itu,
pendekatan ini juga bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
18
Nourouzzaman Shidiqi, Tamadun Muslim ( Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 139.
Juga dalam Taufik Abdullah dan Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama ( Tiara Wacana,
1989), hlm.70.
10
mengenai kepribadian seseorang dirunut berdasarkan pengetahuan, latar belakang
sosial, kultur, latar belakang pendidikan, dan orang yang ada disekitarnya yang
mempengaruhi pemikirannya.19
Menurut Sidi Gazalba, pendekatan biografis adalah pendekatan yang
mengarah pada usaha untuk mengungkapkan kenyataan-kenyataan subyek yang
sedang diteliti, pengaruh yang diterima subyek itu dalam masa formatif
kehidupannya, sifat, dan watak subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek
kehidupan.20
Sedangkan pendekatan Intelektual yaitu pendekatan yang difokuskan
pada hasil pemikiran, ide-ide tokoh yang mempengaruhi tindakan seseorang.
Seorang sejarawan idealis berpendapat bahwa pikiran-pikiran seseorang akan
mempengaruhi tindakannya.21
Hal itu karena semua tindakan dan perbuatan
manusia pasti dipengaruhi oleh pikiran.
F. Metode Penelitian
Dalam proses penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode
sejarah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis atas
rekaman dan peninggalan terhadap peristiwa masa lampau.22
Sedangkan menurut
G.J Garaghan yang telah dikutip oleh T. Ibrahim Alfian, metode historis ialah
seperangkat aturan atau prinsip yang sistematis untuk mengumpulkan sumber-
19
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta:
Gramedia, 1992) hlm. 77. 20
Sidi Gazalaba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu ( Jakarta: Bhatara, 1996), hlm. 177. 21
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah ( Yogya: Tiara Wacana, 2003), hlm. 177. 22
Louis Gouschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI
Press,1986), hlm. 32.
11
sumber secara efektif, menilai secara kritis dan menyajikan sintesa dari hasil yang
dicapai dalam bentuk tertulis.23
Dalam penelitian ini digunakan beberapa tahapan untuk melacak
informasi sejarah agar penelitian ini dapat tersusun secara sistematis dan teruji
kredibilitasnya. Tahapan-tahapan tersebut meliputi:
1. Heuristik atau pengumpulan sumber
Heuristik adalah teknik atau cara memperoleh, menangani,
memperinci, mengklasifikasi dan merawat sumber.24
Dalam hal ini
ditempuh teknik kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data baik
yang berupa buku, jurnal, artikel, majalah, dan surat kabar yang
berkaitan dengan K.H. Achmad Siddiq, baik mengenai biografi maupun
pemikiran-pemikirannya, serta dengan ditambah data lain yang berkaitan
dengan permasalahan atau topik. Dalam tahap ini, peneliti mendapatkan
sumber berupa buku, ensiklopedi, artikel, dan juga surat kabar.
2. Verifikasi
Setelah sumber terkumpul, langkah selanjutnya adalah
melakukan verifikasi atau kritik sumber untuk memperoleh keabsahan
sumber. Kritik yang dilakukan pada tahap ini adalah kritik intern dan
ekstern. Kritik ektern yaitu menyelidiki keaslian data, sedangkan kritik
23
Gilbert J. Garraghan, A Guide to Historical Method, dalam Dari Babad dan Hikayat
Sampai Sejarah Kritis (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992), hlm. 411. 24
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 55.
12
intern mencari kebenaran isi sumber tersebut.25
Teknik ini dilakukan
dengan cara membandingkan dan mengkritisi beberapa sumber yang
telah terkumpul untuk kemudian dicari data yang paling teruji
kredibilitasnya. Seperti membandingkan isi antara buku Menghidupkan
Ruh Pemikiran K.H. Achmad Siddiq, The Wisdom of K.H. Achmad
Siddiq, dan juga artikel yang berjudul K.H. Achmad Siddiq Pencetus
Kembali ke Khittah Nahdlatul Ulama yang didapatkan setelah melakukan
pengumpulan sumber.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran data sejarah sering juga disebut
dengan analisis sejarah. Analisis sejarah bertujuan untuk melakukan
sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah.26
Sumber sejarah yang telah terkumpul dan melalui proses verifikasi
kemudian peneliti tafsirkan menggunakan pendekatan dan teori yang
digunakan dalam penelitian ini. Tahap ini sangat penting karena
merupakan upaya untuk mengkronologiskan peristiwa sejarah, sehingga
menghasilkan konstruksi sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Fakta sejarah tidak dapat menjelaskan apapun kepada kita tanpa
dibarengi dengan tafsiran manusia.27
Dengan menggunakan teori
persepsi, maka diharapkan bisa menjelaskan lebih luas lagi mengenai
25
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik
(Bandung: Tarsito, 1982), hlm. 135. 26
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian, hlm. 64. 27
Frederick, Wiliam H, dan Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia (LP3ES,
1982), hlm. 10.
13
pemikiran keagamaan K.H. Achmad Siddiq terutama mengenai faktor
yang melatar belakangi pemikirannya.
4. Historiografi
Historiografi merupakan penyusunan sejarah yang didahului
oleh penelitian-penelitian terhadap peristiwa masa lampau.28
Historiografi merupakan tahapan akhir dalam penulisan sejarah. Tahap
ini merupakan pemaparan hasil penulisan yang telah dilakukan
berdasarkan sistematika yang telah dibuat oleh penulis. Setiap
pembahasan ditempuh melalui deskripsi dan analisis, dengan selalu
memperhatikan aspek kronologi suatu peristiwa.29
Pada tahap ini penulis
menyajikan hasil dari tahap-tahap sebelumnya dengan cara menyususn
menjadi sebuah bentuk tulisan yang baik dan utuh. Untuk memaparkan
hasil penelitian secara sistematis, penulis memaparkan dalam lima bab
yang saling berkaitan satu sama lain agar mudah dipahami oleh pembaca.
Dalam lima bab tersebut terdiri dari satu bab pendahuluan, tiga bab
pembahasan, serta satu bab penutup atau kesimpulan.
G. Sistematika Pembahasan
Penyajian penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya. Agar pembahasan ini dapat dibaca secara mudah dan dapat
dipahami, maka kajian ini perlu disusun secara sistematis sehingga tidak terjadi
28
Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos, 1995), hlm. 5. 29
Nugroho Notosusanto, Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah (Jakarta: Pusat Sejarah
angkatan Bersenjata, 1964), hlm. 22-29.
14
kerancuan di dalamnya. Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini,
penulis menyusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Dalam bab ini
diungkap gambaran umum tentang seluruh rangkaian penelitian sebagai dasar
pijakan bagi pembahasan dalam bab-bab selanjutnya.
BAB II membahas mengenai biografi K.H. Achmad Siddiq yang meliputi
latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, kiprahnya didalam NU serta
karya-karyanya. Pembahasan dalam bab ini bertujuan untuk mengetahui lebih
jauh mengenai siapa K.H. Achmad Siddiq dan lebih mendekatkan kita pada tokoh
tersebut.
BAB III berisi mengenai aktivitas K.H. Achmad Siddiq, baik di
pemerintahan maupun di organisasi NU. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana serta apa saja aktivitas dari K.H. Achmad Siddiq, baik di pemerintahan
maupun di organisasi NU.
BAB IV merupakan fokus utama dari pembahasan mengenai pemikiran
keagamaan K.H. Achmad Siddiq yang meliputi masalah pembaharuan tasawuf,
khittah nahdliyyah, ijtihad serta tentang perintah untuk menegakkan prinsip
keseimbangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pemikiran
keagamaan dari K.H. Achmad Siddiq dan untuk melihat kemungkinan adanya
15
pengaruh dari lingkungan dan latar belakang pendidikan terhadap pemikiran
keagamaannya.
BAB V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Dalam bab ini akan disampaikan pernyataan singkat yang merupakan jawaban
atas masalah yang telah diteliti melalui tahap analisis historis masing-masing bab
yang sudah dibahas sebelumnya, di akhiri dengan saran untuk penelitian
selanjutnya.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
K.H. Achmad Siddiq yang mempunyai nama kecil Achmad Muhammad
Hasan, ia lahir di Jember pada tanggal 24 Januari 1926 tepat satu minggu
sebelum lahirnya organisasi Nahdlatul Ulama yang didirikan oleh K.H. Hasyim
Asy’ari. Ia adalah putra ke 16 dari K.H. Muhammad Siddiq yang merupakan
pendiri dari Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah Jember. Sejak kecil ia dikenal
sebagai orang yang cerdas, sehingga banyak teman-teman dan juga guru-guru
yang segan kepadanya. Ia juga menjadi seorang santri yang mendapatkan didikan
khusus dari K.H. Wahid Hasyim yang kemudian membuatnya pandai dalam
berorganisasi. Berkat kecerdasannya dalam berorganisasi, maka tidak heran jika
pada akhirnya ia mampu menduduki posisi tertinggi di dalam organisasi Nahdlatul
Ulama.
Sebelum ia menjadi pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah, ia
merupakan seorang yang sangat aktif di dalam organisasi NU. Aktifitasnya di
dalam organisasi NU dimulai sejak ia menjadi sekretaris pribadi K.H. Wahid
Hasyim dan kemudian ditunjuk menjadi dewan harian PBNU yang merupakan
hasil dari Muktamar ke 20 yang dilaksanakan di Surabaya, Selain itu ia juga aktif
sebagai pengurus GP.ANSOR. Selama aktif di dalam organisasi NU, ia telah
menduduki berbagai kursi jabatan, sampai pada puncaknya ketika ia ditunjuk
sebagai Rais ‘Aam Nahdlatul Ulama bersama dengan K.H Abdurrahman Wahid
64
yang menjadi ketua Tanfidziyahnya dalam Muktamar yang dilaksanakan di
Situbondo pada tahun 1983. Selain aktif di dalam organisasi NU, ia juga aktif di
pemerintahan. Ia pernah beberapa kali menjabat sebagai anggota DPRDP sebelum
pemilu pada tahun 1955, kemudian menjadi anggota parlemen DPR RI hasil dari
pemilu tahun 1955. Jabatannya sebagai anggota parlemen DPR RI diembannya
sampai keluarnya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959. Pada tahun 1957, ia
mengundurkan diri dari DPR RI karena ia menentang konsep Nasakom sebelum
akhirnya ia kembali aktif di DPR RI pada tahun 1971. Pada tahun yang sama, ia
juga pernah diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik
Indonesia serta menjadi anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional
sampai tahun 1977.
Di samping dikenal sebagai seorang ulama, ia juga dikenal sebagai
seorang pemikir yang sangat ahli. Namanya menjadi semakin terkenal setelah ia
menyampaikan pemikirannya mengenai Khittah Nahdliyyah. Hal itu disampaikan
karena ia merasa khawatir dengan nasib NU kedepannya sebab banyak dari
anggota NU yang sibuk dengan dunia perpolitikan dan melupakan tujuan utama
dari organisasi NU itu sendiri. Selain itu, ia juga mengajarkan kepada umat Islam
khususnya untuk menjaga keseimbangan antara jasmani-rohani, material-spiritual,
akal-wahyu, duniawi-ukhrowi. Semuanya harus dilakukan secara wajar dan
seimbang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam masalah tasawuf, ia mencoba
untuk melakukan modernisasi. Hal ini dilakukan karena ia hendak
mengembalikan semangat keberagamaan dalam konteks kehidupan modern.
Menurut K.H. Achmad Siddiq, kehidupan modern lebih cenderung mengarah
65
pada hal-hal yang membawa mudarat, jadi perkembangan pemahaman agama
seseorang perlu untuk diprioritaskan. Kemudian, dalam masalah ijtihad, ia
mengajak agar umat Islam terus berijtihad dan tidak taqlid serta bersikap jumud.
Hal itu dikarenakan seiring perkembangan zaman, banyak masalah-masalah baru
yang bermunculan dan memerlukan hukum yang jelas.
B. Saran
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan seperti yang diinginkan. Oleh karena itu
diperlukan koreksi, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun. Meskipun demikian, dalam penyusunan ini penulis telah berusaha
dengan semaksimal mungkin dan menggunakan data yang bisa
dipertanggungjawabkan. Harapan penulis semoga masih ada pihak-pijak lain yang
akan meneliti lebih dalam lagi mengenai K.H. Achmad Siddiq dan juga
pemikirannya untuk melengkapi apa yang telah penulis teliti, sehingga obyek
penelitian ini bisa lebih sempurna lagi.
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdussami, Humaidy, dan Ridwan Fakla. Biografi Lima Rais ‘Aam Nahdlatul
Ulama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan LTn-NU, 1995.
Achmad Farid. Mensucikan jiwa: Konsep Ulama Salaf, terj. M. Anshari Hatim.
Surabaya: Risalah Gusti, 1997.
Achmad Siddiq. Khittah Nahdliyyah. Surabaya: Balai Buku, 1980.
________. Fungsi Tasawuf: Ruhul Ibadah, Tahdzibul Akhlaq, dan Taqarrub
Ilallah. Surabaya: PWNU, 1977.
________. Detik Sejarah Kenabian dan Timbulnya Peradaban Baru Yang
Mengubah Wajah Baru. Jember: UNEJ, 1978.
________. Kepemimpinan NU dan Tajdid. Jakarta: Yayasan Saefudin Zuhri,
1999.
________. Pedoman Berfikir Nahdlatul Ulama. Surabaya: FOSSNU, 1992.
Aboe Bakar Aceh. Sejarah Hidup K.H. A. Wahid Hasyim dan Karangan Tersiar.
Jakarta: Panitia Buku Peringatan Almarhum K.H. A. Wahid Hasyim,
1957.
A. Khoirul Anam, dkk. Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah Tokoh dan
Khazanah Pesantren. Cet. I. Jakarta: Mata Bangsa dan PBNU, 2014
Amin Mu’alim, Yusdari. Ijtihad dan Suatu Kontroversi antara Teori dan Fungsi
Yogyakarta: Titipan Illahi Press, 1997.
Arief Mudatsir. Dari Situbondo Menuju NU Baru: Sebuah Catatan Awal. Jakarta:
Prisma, 1984.
Badri Yatim. Historiografi Islam. Jakarta: Logos, 1995.
Bibit Suprapto. Ensilopedi Ulama Nusantara: Riwayat Hidup, Karya dan
Perjuangan 157 Ulama Indonesia. Jakarta: Gelegar Media Indonesia,
2009.
Choirul Anam. Jejak Langkah Sang Guru Bangsa Suka Duka Mengikuti Gus Dur
Sejak 1978. Jakarta: PT Duta Aksara Mulia, 2010.
Dudung Abdurahman. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos, 1999.
67
________. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007.
________. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: OMBAK, 2011
Einar Martahan Sitompul. NU dan Pancasila. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1989.
Frederick Wiliam. H, Soeri Soeroto. Pemahaman Sejarah Indonesia. Jakarta:
LP3ES, 1982.
Harun Nasution. Falsafat dan Mistisisme dalam Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang,
1973.
Imam Bernadib. Arti dan Metode Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Pendidikan, IKIP, 1982.
Ja’far Shodiq. Pertemuan Antara Tarekat dan NU. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008.
Khoirul Fathoni, Muhammad Zen. Nu Pasca Khittah: Prospek Ukhuwah dengan
Muhammadiyah. Yogyakarta: Media Widya Mandala, 1992.
Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003.
________. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995.
Louis Gouschalk. Mengerti Sejarah. terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI
Press,1986.
Mastuhu. Tiga Ulama Termahsyur di Jawa Timur, Developmen Studies:
Penelitian Tentang Pandangan dan Sikap Hidup Ulama Indonesia.
Jakarta: LIPI, 1987.
Mohammad Damami, Tasawuf Positif dalam Pemikiran Hamka. Yogyakarta:
Fajar Pustaka, 2000.
Munawar Fuad Noeh, Mastuki HS. Menghidupkan Ruh Pemikiran K.H Achmad
Siddiq. Jakarta: Logos wacana Ilmu, 1999.
Nugroho Notosusanto, Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah (Jakarta: Pusat
Sejarah ngkatan Bersenjata, 1964),
________.masalah penelitian sejarah kontemporer. Jakarta: Yayasan Idayu,
1978.
Nourouzzaman Shidiqi. Tamadun Muslim. Jakarta: Bulan Bintang, 1986.
68
PBNU. Buku Panduan, Nahdlatul Ulama Kembali ke Khittah 1926. Situbondo:
Risalah, 1995.
Saefullah Ma’sum. Kharisma ulama: kehidupan ringkas 26 tokoh NU. Bandung:
MIZAN, 1998.
Sartono Kartodirjo. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:
Gramedia, 1992.
Sidi Gazalba. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhatara, 1996.
Soeleiman Fadeli, Mohammad Subhan. Antologi NU: Sejarah Istilah Amaliyah
Uswah. Surabaya: Khalista, 2010.
Suismanto. Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta: Alief Press, 2004.
Syamsun Ni’am, The Wisdom of K.H Achmad Siddiq: Membumikan Tasawuf,
Jakarta: Erlangga, 2009.
T. Ibrahim Alfian, dkk. Dari Babad dan Hikayat Sampai Sejarah Kritis.
Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1992.
Taufik Abdullah dan Rusli Karim. Metodologi Penelitian Agama. Tiara Wacana,
1989.
Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatulloh. Ensiklopedi Islam. Cet I. Jakarta:
Djambatan, 1992.
Winarno Surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik.
Bandung: Tarsito, 1982.
Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan
Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. cet. 8. Jakarta: LP3ES, 2011.
http://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/.
http://www.rmi-nu.or.id/featured/kh-achmad-siddiq-pencetus-kembali-ke-khitah-
nahdlatul-ulama-1926-123.
69
K.H. Achmad Siddiq
70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ahmad Mufid
Tempat/Tanggal Lahir : Cilacap, 11 Januari 1993
Alamat Asal : Jln. Teuku Umar, Desa Layansari, Kecamatan
Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa
Tengah.
Orang Tua:
Bapak : Tohir Mustofa
Pekerjaan : Buruh
Ibu : Umi Nasihatun
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jln. Teuku Umar, Desa Layansari, Kecamatan
Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Propinsi
Jawa Tengah.
Riwayat Pendidikan:
1. Madrasah Ibtidaiyah Darwata Layansari, lulus tahun 2005.
2. Madrasah Tsanawiyah Ma’arif NU 01 Gandrungmangu, lulus tahun 2008
3. Madrasah Aliyah Negeri Cilacap, lulus tahun 2011
4. Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, masuk
tahun 2011.