skripsi (satriani 10542022410)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pola pemberian ASI eksklusif

Citation preview

  • CORRELATION OF KNOWLEDGE AND OTHER FACTOR ON THE PATTERN

    EXCLUSIVE BREASTFEEDING

    HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR LAINNYA

    TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN POLA PEMBERIAN ASI

    Disusun Oleh :

    SATRIANI

    10542 0224 10

    SKRIPSI INI DI AJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK

    MEMPEROLEH GELAR SARJANA KEDOKTERAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2014

  • FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

    MAKASSAR

    TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

    Judul Skripsi :

    HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR LAINNYA

    TENTANG ASI EKSKLUSIF DAN POLA PEMBERIAN ASI

    MAKASSAR, FEBRUARI 2014

    Pembimbing,

    dr. Suryani Tawali, MPH

  • PANITIA SIDANG UJIAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

    MAKASSAR

    Skripsi dengan judul HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN

    FAKTOR LAINNYA TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN POLA

    PEMBERIAN ASI. Telah diperiksa, disetujui, serta di pertahankan di hadapan Tim

    Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar pada :

    Hari/Tanggal : Rabu, 12 Februari 2014

    Waktu : 13.00 15.00 WITA

    Tempat : Ruang Rapat FK Unismuh Gedung F Lantai 1

    Ketua Tim Penguji :

    (dr. Suryani Tawali, MPH)

    Anggota Tim Penguji :

    Anggota I Anggota II

    (dr. Nurul Resky, M. Kes) (Juliani Ibrahim Ph.D)

  • KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan berkahnya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul HUBUNGAN TINGKAT

    PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR LAINNYA TENTANG ASI EKSKLUSIF DAN

    POLA PEMBERIAN ASI.

    Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan

    pendidikan pada Program S1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

    1. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang

    tuaku yang tercinta, ayahanda bachtiar dan Ibunda Masati yang tidak pernah berhenti

    memberikan doa, semangat, dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan

    ini, Saudara-saudaraku :Dewi sartika, sarina dan sahrul serta keluarga yang selalu

    membantu, mendukung serta mendoakan penulis sehingga tulisan ini terselesaikan.

    2. Terima kasih yang tak terhingga kepada dr. suryani Tawali MPH Selaku pembimbing

    yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan pengarahan dan

    koreksi kepada penulis selama penuyusunan skripsi ini.

    3. Terima kasih kepada Dr.H.Irwan Akib,M.pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

    Makassar.

    4. Kepada dr.H.Machmud Ghaznawie, Ph.D. Sp. PA (K) selaku Ketua Program Studi

    kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar, saya mengucapkan banyak terima

    kasih

    5. Terima kasih kepada Segenap dosen Program Pendidikan Dokter Universitas

    Muhammadiyah Makassar atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

    6. Terima kasih kepada dr. st. Nurul Reski, M.kes selaku tim penguji

  • 7. Terima kasih kepada Kepala Puskesmas Taraweang bapak Sudirman SKM.,M.Adm.Kes

    dan staf Puskesmas Taraweang atas kerjasama dan bimbingannya dalam penyusunan

    skripsi ini.

    8. Kepada sahabat-sahabatku yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis dalam

    penulisan skripsi ini (Anha, yuni, Shia, Haryati, Milfin, Niar) terima kasih atas

    dukungan,doa dan bantuannya.

    9. Kepada Teman teman 1 bimbingan (Elisa, Aris, Acil dan Monash) terima kasih atas

    dukungan dan doanya.

    10. Serta semua teman-teman angkatan 10 Hypothalamus, Yang tidak dapat disebutkan

    satu persatu, teman seperjuangan yang selalu mendukung dan memberikan semangat

    selama proses penyusunan skripsi ini.

    11. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah

    membantu penulis selama ini.

    Demikian, penulis sampaikan semoga bantuan yang di berikan kepada penulis mendapat

    pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

    sempurna oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan masukan guna

    perbaikan skripsi ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang

    membacanya, Amin

    Billahi Fi Sabilill Haq Fastabiqul Khaerat

    Wassalam Alaikum Wr.Wb

    Makassar, Januari 2014

    Penulis

    (Satriani)

    SKRIPSI

    Februari 2014

  • FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    SATRIANI, 10542022410

    Dibimbing oleh (dr. SURYANI TAWALI M.P.H

    HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN FAKTOR LAINNYA TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN POLA PEMBERIAN ASI

    (xv + 92 halaman + lampiran)

    ABSTRAK

    LATAR BELAKANG: Hak bayi untuk mendapat ASI sesuai dengan resolusi world health

    Assembly (WHA) tahun 2001, yaitu bayi harus mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai

    usia 6 bulan. ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah.

    Keunggulan ASI sudah diketahui tetapi kecenderungan ibu untuk tidak menyusui secara

    eksklusif masih sangat besar. Hal ini dapat di lihat dengan semakin besarnya jumlah ibu

    menyusui yang memberikan makanan tambahan lebih awal kepadabayinya.

    TUJUAN: Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif

    dan faktor lainnya dengan pola pemberian ASI.

    METODE: Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional

    analitik. Waktu penelitian 5 20 desember 2013. Jumlah responden sebanyak 75 orang dari populasi ibu yang memiliki anak dengan usia 3-6 bulan di kelurahan Bara Batu kecamatan

    Labakkang kabupaten Pangkep

    HASIL: Dari sampel penelitian berjumlah 75 orang, sebanyak 49 ibu yang memberikan ASI

    Eksklusif kepada bayinya (65.3%). Ada hubungan yang signifikan antara variabel

    pengetahuan (P=0.000). sedangkan untuk variable karakteristik (umur, jumlah anak, jarak

    umur anak, pendidikan, pekerjaan, penghasilan) dan variable sikap tidak memiliki hubungan

    yang bermakna.

    KESIMPULAN:Tidak terdapat hubungan antara karakteristik ibu dengan pola pemberian

    ASI. terdapat hubungan antara Tingkat pengetahuan ibu pola pemberian ASI. Tidak terdapat

    hubungan antara sikap ibu dengan pola pemberian ASI.

    SARAN: Dipertahankan atau lebih ditingkatkan sosialisasi tentang pentingnya, kandungan

    serta manfaat pemberian ASI Eksklusif.

    Kata Kunci : ASI Eksklusif, Pengetahuan, Karakteristik ibu, sikap

    Referensi 58 (2000-2013)

    SCRIPT

    February 2014

  • FACULTY OF MEDICINE

    UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    Satriani , 10542022410

    Advisor (dr . SURYANI TAWALI M.P.H)

    CORRELATION OF KNOWLEDGE AND OTHER FACTORS ON THE PATTERN EXCLUSIVE BREASTFEEDING

    (xv + 92 pages + appendix)

    ABSTRACT

    BACKGROUND : The rights for infants breastfed in accordance with a resolution of the

    World Health Assembly (WHA) in 2001, the baby should be exclusively breastfed from birth

    until the age of 6 months. Breast milk is the best food for babies, which is natural. The

    advantages of breastfeeding are already known, but the tendency of mothers to exclusively

    breastfeed still not very large. This can be seen by the growing number of mothers who give

    extra food to their babies early.

    OBJECTIVE : To determine the relationship of the level of knowledge of mothers about

    exclusive breastfeeding and other factors with the pattern of breast-feeding

    METHODS : The study was cross sectional analytic design. The number of respondents

    many as 75 people from a population of mothers of children age 3-6 months at Batu Bara

    village sub-district Labakkang Pangkep in 5-20 December 2013.

    RESULTS : Total of sampling test many as 75 respondent, 49 respondent to give their babies

    exclusive breastfeeding ( 65.3 % ) . There is a significant relationship between the variables

    of knowledge ( p = 0.000 ) . whereas for variable characteristics ( age , number of children ,

    age range , education , occupation , income ) and attitude variables have a significant

    association .

    CONCLUSION : There was no relationship between the characteristics of the pattern of

    breastfeeding mothers . There is a relationship between the level of knowledge of mothers

    breastfeeding patterns . There was no relationship between maternal attitudes to breastfeeding

    patterns .

    ADVICE : Maintained or improved dissemination of the importance , content and benefits of

    exclusive breastfeeding .

    Keywords : Exclusive Breastfeeding, Knowledge, Maternal Characteristics, Attitudes

    Reference 58 (2000-2013)

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL .................................................................................................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................... ii

    LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR...................................................................................................................vi

    ABSTRAK....................................................................................................................................ix

    ABSTRACT .................................................................................................................................. x

    DAFTAR ISI ................................................................................................................................xi

    DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar belakang .................................................................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ........................................................................................................... 4

    C. Batasan Masalah ................................................................................................................. 4

    D. Batasan Penelitian .............................................................................................................. 4

    E. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 5

    F. Tujuan penelitian ................................................................................................................ 5

    G. Manfaat penelitian .............................................................................................................. 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Air Susu Ibu (ASI).............................................................................................................. 7

    B. Pengetahuan ..................................................................................................................... 20

    C. Sikap ................................................................................................................................ 22

    D. Karakteristik ibu ............................................................................................................... 28

    E. faktor-faktor yang berhubungan dengan pola pemberian ASI Eksklusif ........................... 32

    F. Tantangan Terhadap Praktik Pemberian Asi Eksklusif ...................................................... 34

    G. Kerangka Teori ................................................................................................................. 44

  • BAB III KERANGKA KONSEP

    A. Kerangka konsep .............................................................................................................. 45

    B. Definisi operasional .......................................................................................................... 46

    C. Hipotesis .......................................................................................................................... 49

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Obyek Penelitian .............................................................................................................. 51

    B. Metode Penelitian ............................................................................................................. 51

    C. Variabel Penelitian ........................................................................................................... 51

    D. Teknik pengumpulan data ................................................................................................. 51

    E. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................................................ 53

    F. Teknik Analisis data ......................................................................................................... 55

    BAB V HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................................................................ 56

    B. Hasil Penelitian ................................................................................................................ 60

    BAB VI PEMBAHASAN

    A. Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Pola Pemberian ASI................................................. 74

    B. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI ............................................ 81

    C. Hubungan sikap ibu Dengan pola pemberian ASI ............................................................. 83

    BAB VII TINJAUAN ISLAM

    A. Keutamaan ASI ................................................................................................................ 85

    B. Larangan Menyusui .......................................................................................................... 87

    C. Cara menyusui dan waktu menyusui ................................................................................. 89

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. kesimpulan ....................................................................................................................... 91

    B. saran ................................................................................................................................. 91

    DAFTAR PUSTAKA

  • DAFTAR TABEL

    Table III.1 definisi operasional dan Kriteria objektif .................................................................... 46

    Tabel V.1 Jumlah KK dan Jiwa Desa Bara Batu ........................................................................... 57

    Tabel V.2 Rekapitulasi Data Pendidikan Berdasarkan Umur ...................................................... 57

    Tabel V.3 Pendidikan Masyarakat berdasarkan status ................................................................... 58

    Tabel V.4 Tingkat Kesejahteraan berdasarkan peringkat Kesejahteraan ...................................... 58

    Tabel V.5 Distribusi Frekuensi (N=75) Ibu Menurut Pola Pemberian ASI .................................... 60

    Tabel V.6 Distribusi Frekuensi (N=75) karakterisik Ibu Menurut Umur Per Dekade ................... 60

    Tabel V.7 Distribusi Frekuensi (N=75) karakteristik Ibu Menurut Jumlah Anak ........................... 61

    Tabel V.8 Distribusi Frekuensi (N=75) karakteristik Ibu Menurut Jarak Umur Anak .................... 62

    Tabel V.9 Distribusi Frekuensi (N=75) karakteristik Ibu Menurut Pendidikan .............................. 62

    Tabel V.10 Distribusi Frekuensi (N=75) karakteristik Ibu Menurut Pekerjaan .............................. 63

    Tabel V.11 Distribusi Frekuensi (N = 75) karateristik Ibu berdasarkan Penghasilan Keluarga ...... 64

    Tabel V.12 Distribusi Frekuensi (N=75) Ibu Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu ........................... 65

    Tabel V.13 Distribusi Frekuensi (N=75) Ibu Menurut Sikap Ibu .................................................. 65

    Tabel V.14 Crosstabulation Distribusi Umur dengan Pola Pemberian ASI.................................... 66

    Tabel V.15 Crosstabulation Distribusi Jumlah Anak dengan Pola Pembeian ASI ......................... 67

    Tabel V.16 Crosstabulation Distribusi Jarak Umur Anak sekarang dengan sebelumnya

    dengan pemberian ASI ................................................................................................................. 68

    Tabel V.17 Crosstabulation Distribusi Tingkat Pendidikan dengan Pemberian ASI ...................... 69

    Tabel V.18 Crosstabulation Distribusi Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ...................................... 70

    Tabel V.19 Crosstabulation Distribusi Penghasilan Keluarga dengan Pemberian ASI ................... 71

    Tabel 5.20 Crosstabulation Distribusi tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI ...................... 72

  • Tabel 5.21 Crosstabulation Distribusi sikap ibu pola pemberian ASI ............................................ 73

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar II.1 kerangka teori ........................................................................................................... 44

    Gambar III.1 kerangka konsep ..................................................................................................... 45

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuisioner

    Lampiran 2 Uji Validitas

    Lampiran 3 Uji Reliabilitas

    Lampiran 4 Analisis Data

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Sudah menjadi hak bayi untuk mendapat ASI sesuai dengan resolusi world health

    Assembly (WHA) tahun 2001, yaitu bayi harus mendapat ASI eksklusif sejak lahir

    sampai usia 6 bulan, selanjutnya diberikan MP-ASI dan pemberian ASI di teruskan

    sampai usia 2 tahun atau lebih. (1),(4),(6)

    ASI(2)

    merupakan makanan yang pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang

    bersifat alamiah. Dalam Beberapa tahun terakhir ini, di Indonesia pemerintah sudah

    melakukan kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yang dipelopori oleh

    World Health Organization (WHO). Walaupun Dahulu pemberian ASI ekslusif hanya

    berlangsung sampai bayi berusia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar

    ASI eksklusif diberikan sampai anak berusia 6 bulan. Bahkan ASI dapat diberikan

    hingga usia 2 tahun selama produksi ASI masih banyak atau ketika anak sudah tidak

    mau lagi minum ASI.

    Keunggulan ASI sudah diketahui namun kecenderungan ibu untuk tidak

    menyusui secara eksklusif masih sangat besar. Hal ini dapat di lihat dengan semakin

    besarnya jumlah ibu menyusui yang memberikan makanan tambahan lebih awal dari

    yang di anjurkan kepada bayinya sebagai pengganti ASI. Laode amal saleh

    menegaskan(3)

    berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu sehingga dalam pemberian

    ASI secara eksklusif kepada bayinya rendah, antara lain adalah pengaruh iklan/promosi

    pengganti ASI, ibu bekerja, lingkungan sosial budaya, pendidikan, pengetahuan yang

    rendah serta dukungan suami yang rendah.

  • Dengan menggunakan meta-analisis, Hafni Van Gobel,dkk(5)

    dalam penelitiannya

    mengatakan bahwa ASI mengandung semua zat gizi yang baik untuk membangun dan

    menyediakan energi yang diperlukan oleh bayi. Nilai ASI paling tinggi jika

    dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan, seperti

    susu sapi, susu kerbau, dan lain-lainnya sebagaimana pernah dicanangkan pada pekan

    air susu ibu sedunia pada tanggal 1-7 Agustus 2007 yang bertemakan menyusui

    Ekslusif 6 bulan akan menyelamatkan sejuta bayi. Selain itu program peningkatan ASI

    ekslusif merupakan salah satu bentuk usaha pemerintah dalam hal pencapaian

    Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2014.

    Dalam studi kedokteran di Eropa yang dilakukan , menunjukkan bahwa angka

    kematian dan kesakitan bayi yang diberikan ASI lebih rendah daripada yang diberi susu

    formula tegas febrianti(7)

    Penelitian ekologis yang menekankan pada efek ASI-eksklusif yang dilakukan di

    Amerika Latin memperlihatkan bahwa pemberian ASI-eksklusif walaupun hanya

    berlangsung 3 bulan dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI bukan eksklusif

    mempunyai dampak pada penurunan angka kematian bayi.(8)

    Lebih mendalam dari penelitian wahana(7)

    mengungkapkan bahwa ternyata faktor

    penyebab utama terjadinya kematian pada bayi baru lahir dan balita adalah penurunan

    angka pemberian inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif. Namun menurut Nuryanti

    dkk(8)

    Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah pendarahan (28%), eklampsia

    (24%), dan infeksi termasuk AIDS (11%).

    Dalam buku Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

    merupakan Salah satu pencegahan yang murah dan alami guna mengurangi pendarahan.

    Oleh Roesli Utami(9)

    dikemukakan IMD adalah perilaku pencarian puting payudara ibu

    sesaat setelah bayi lahir. Bayilah yang diharapkan berusaha untuk menyusu. Lebih

  • lanjut dalam Penelitian yang dilakukan oleh Fika dan Syafiq(10)

    menunjukkan bahwa

    jika bayi diberi kesempatan IMD, hasilnya 8 kali lebih berhasil dalam pemberian ASI

    eksklusif.

    Namun pada kenyataannya beberapa penelitian di Amerika menyatakan bahwa

    sebanyak 85% ibu yang menginginkan bayinya disusui secara eksklusif, namun hanya

    15% ibu yang berhasil mencapai pemberian ASI Eksklusif hingga 6 bulan(44)

    dan Hasil

    survey nasional kesehatan anak di AS hanya mendapatkan angka 16.8% yang

    menyusui secara eksklusif.(45)

    Hasil penelitian kohort di Canada menyatakan 64,1% dari

    4433 ibu yang berkeinginan menyusui, hanya 10.4% yang berhasil menyusui secara

    eksklusif 6 bulan. Hasil berbeda didapatkan dari hasil studi di Srilangka oleh Perera et

    al(46)

    capaian ASI Eksklusif pada 2, 4 dan 6 bulan masing-masing sebesar 98%, 75.4%

    dan 71.3% secara respectif.

    Sedangkan, di Indonesia pelaksanaan IMD masih sangat rendah menurut Fikawati

    dan Syafiq(10)

    . Berdasarkan data Susenas tahun 2004-2008 cakupan pemberian ASI

    ekslusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Cakupan

    pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007) menjadi 56,2%

    tahun 2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi

    24,3% (2008). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007

    memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun

    1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007.

    Dari data hasil Riskesdas 2010(10),(11)

    menunjukkan adanya penurunan persentase

    bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI

    kurang dari 1 jam setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan

    terendah di Maluku (13%) dan di Sulawesi Selatan hanya 30,1%. Sebagian besar proses

    menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun masih ada

  • 11,1 % yang dilakukan setelah 48 jam. Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di

    Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 57,48% dan tahun 2007 57,05%.

    Meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya Indonesia, menurut Roesli(2),(12)

    namun upaya meningkatkan perilaku ibu menyusui ASI Eksklusif masih diperlukan

    karena pada kenyataannya praktik pemberian ASI Eksklusif belum dilaksanakan

    sepenuhnya. Penyebab utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya

    ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung

    program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI), gencarnya promosi susu

    formula, rasa percaya diri ibu masih kurang, rendahnya pengetahuan ibu tentang

    manfaat ASI bagi bayi dan dirinya

    Maulita,(13)

    mengemukakan bahwa promosi pemberian ASI masih terkendala oleh

    rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,

    kurangnya pelayanan konseling laktasi dari petugas kesehatan, masa cuti yang terlalu

    singkat bagi ibu yang bekerja, persepsi sosial budaya dan keagresifan produsen susu

    formula memromosikan produknya kepada masyarakat dan petugas kesehatan. Padahal

    ASI merupakan makanan sempurna yang dapat melindungi bayi dari berbagai jenis

    penyakit termasuk Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), diare, gangguan pencernaan

    kronis, kegemukan, alergi, diabetes dan tekanan darah tinggi.

    B. IDENTIFIKASI MASALAH

    Berdasarkan latar belakang di atas, di Indonesia, pada tahun 1997-2007

    memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun

    1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 sedangkan bayi yang

    menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%.

    C. BATASAN MASALAH

  • Berdasarkan latar belakang di atas, banyak faktor yang dapat mempengaruhi

    ibu dalam pola pemberian ASI ekslusif kepada bayinya, maka dari itu peneliti

    membatasi pada karakteristik, sikap dan tingkat pengetahuan ibu.

    D. BATASAN PENELITIAN

    Berdasarkan latar belakang di atas, banyak faktor yang dapat mempengaruhi ibu

    dalam pola pemberian ASI ekslusif kepada bayinya, namun karena batasan waktu,

    tenaga, fasilitas dan dana maka peneliti membatasi penelitian pada ibu menyusui

    dengan usia anak 3-6 bulan

    E. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang di atas maka ingin diketahui bagaimana hubungan

    tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan faktor lainnya dengan pola

    pemberian pada ibu menyusui?

    F. TUJUAN PENELITIAN

    1. Tujuan umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu menyusui

    tentang ASI eksklusif dan faktor lainnya dengan pola pemberian ASI.

    2. Tujuan khusus

    a. Mengetahui karakteristik ibu (usia, jumlah anak, umur anak terakhir dengan

    sebelumnya, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan)

    b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu

    c. Mengetahui sikap ibu

    d. Mengetahui pola pemberian ASI eksklusif

    e. Mengetahui hubungan karakteristik ibu (usia, jumlah anak, umur anak

    terakhir, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) dengan pola pemberian

    ASI

  • f. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pola

    pemberian ASI

    g. Mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan pola pemberian ASI

    G. MANFAAT PENELITIAN

    a. Bagi Masyarakat

    Memberikan informasi tentang manfaat dan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi

    b. Bagi Istansi Terkait

    Memberikan informasi bagi instansi khususnya terkait dengan tingkat

    pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan sikap ibu dalam pemberian ASI

    eksklusif, sehingga dapat di jadikan dasar dalam pengambilan kebijakan dalam

    menangani rendahnya pemberian ASI eksklusif.

    c. Bagi Peneliti Lain

    Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan data dasar dan acuan bagi peneliti

    lain,misalnya tentang pengaruh faktor lingkungan dan sosiodemografi dengan

    kejadian rendahnya pemberian ASI Eksklusif.

    d. Bagi Peneliti Sendiri

    Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman yang berharga dalam memperluas

    wawasan keilmuan dan menjadi sarana pengembangan diri melalui penelitian.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. AIR SUSU IBU (ASI)

    1. Definisi

    ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam

    anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan

    bagi bayinya.(14)

    ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi

    makanan maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu selain ASI.

    Pemberian vitamin, mineral, dan obat-obatan diperbolehkan selama pemberian ASI

    eksklusif. (15)

    2. Kandungan ASI

    ASI yang keluar pada akhir kehamilan dan awal sesudah melahirkan berisi

    banyak protein, kalsium, dan mineral lain daripada selama akhir laktasi. Berikut

    kandungan ASI(16)

    a. Kolostrum

    Sekresi ASI selama periode terakhir kehamilan dan selama 2-4 hari sesudah

    persalinan disebut kolostrum. Ia berwarna kuning lemon tua; reaksinya

    alkalis dan berat jenisnya 1,040-1,060, berbeda dengan rata-rata berat jenis

    ASI matur 1,030. Jumlah kolostrum total yang disekresikan setiap hari adalah

    10-40 mL. Kolostrum berisi beberapa faktor imunologik unik. Sesudah laktasi

    beberapa hari pertama, kolostrum diganti dengan sekresi bentuk susu peralihan

    yang sedikit demi sedikit mengandung sifat-sifat ASI matur pada minggu ke 3

    dan ke 4.

    b. Air

  • Jumlah air dan bahan padat lebih bnayak jika di bandingkan dengan susu sapi.

    c. Kalori

    Nilai energi setiap air susu dapat agak bervariasi dan sekitar 20 kkal/ons atau

    0,67 kkal/mL

    d. Protein

    Protein ASI terdiri atas 65% protein whey, sebagian besar laktalbumin, dan

    35% kasein.

    e. Karbohidrat

    ASI berisi laktosa 6,5-7% dan sekitar 10% karbohidrat ASI terdiri atas

    polisakarida dan glikoprotein.

    f. Lemak

    Kadar lemak susu sekitar 3,5%. ASI mengandung olein yang dapat diserap.

    g. Mineral

    Kadar mineral ASI adalah 0,15-0,25%.

    h. Vitamin

    ASI berisi vitamin C yang cukup, jika ibu makan makanan yang sesuai, dan

    cukup vitamin D kecuali jika ibu tidak terpapar secara cukup pada cahaya

    matahari atau berpigmen gelap.

    i. Kadar bakteri

    ASI pada dasarnya tidak terkontaminasi oleh bakteri, namun organisme

    patogen dalam jumlah yang berarti dapat masuk air susu dari mastitis.

    j. Lebih mudah tercerna

  • Pengosongan lambung lebih cepat sesudah minum ASI daripada sesudah

    minum susu sapi murni.

    3. Manfaat Pemberian ASI

    a. Penelitian tentang manfaat pemberian ASI bagi bayi telah banyak

    dilakukan.Menurut Utami Roesli,manfaat tersebut antara lain(14)

    1) Sebagai nutrisi terbaik dan sumber kekebalan tubuh. ASI merupakan

    sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena

    disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI

    adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun

    kuantitasnya. Dengan melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat

    dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan

    tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia 6 bulan. Secara alamiah,

    bayi yang baru lahir mendapat zat kekebalan atau daya tahan tubuh dari

    ibunya melalui plasenta. Akan tetapi, kadar zat tersebut akan cepat

    menurun setelah kelahirannya. Adapun kemampuan bayi membantu

    daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat, maka selanjutnya akan

    terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan tersebut dapat

    diatasi apabila bayi diberi ASI sebab ASI adalah cairan yang

    mengandung zat kekebalan tubuh;

    2) Melindungi bayi dari infeksi. ASI mengandung berbagai antibodi

    terhadap penyakit yang disebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit

    yang menyerang manusia;

    3) Mudah dicerna. Kandungan enzim pencerna pada ASI memudahkan

    bayi mencerna makanan pertamanya. Sementara itu, susu sapi sulit

  • dicerna karena tidak mengandung enzim ini, padahal sistem

    pencernaan bayi belum terbentuk seecara sempurna; dan

    4) Menghindarkan bayi dari alergi. Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini

    dapat menderita lebih banyak masalah, misalnya asma dan alergi.

    5) ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:

    a) ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,

    ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang

    ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi;

    b) ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    susu buatan. Di dalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi

    asam laktat yang bermanfaat untuk;

    i) Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen,

    ii) Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat

    menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis

    vitamin,

    iii) Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat,

    dan

    iv) Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti

    calsium, magnesium;

    c) ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi

    selama 5-6 bulan pertama, seperti immunoglobin, lysozyme, complemen

    C3 dan C4, antistapiloccocus, lactobacillus, bifidus,dan lactoferrin;

    d) ASI tidak mengandung beta-lactoglobulinyang dapat menyebabkan

    alergi pada bayi; dan

  • e) Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu

    dan bayi.

    b. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga dapat memberikan

    keuntungan bagi ibu,(14)

    yaitu:

    1) Memberi rasa kebanggaan bagi ibu karena ia dapat memberikan

    kehidupan kepada bayinya;

    2) Hubungan yang lebih erat antara ibu dan anak baik secara psikis karena

    terjadi kontak kulit;

    3) Menyusui membuat rahim ibu akan berkontraksi yang dapat

    menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil;

    4) Mempercepat berhentinya pendarahan post-partum;

    5) Kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberapa bulan sehingga

    menjarangkan kehamilan; dan

    6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan

    datang.

    c. Memberikan ASI kepada bayi memberikan manfaat bagi negara, yaitu :

    1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

    2) Menghemat devisa negara

    3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

    4) Peningkatan kualitas generasi penerus

    4. Volume Produksi ASI

    Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai

    menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir

    akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah

    sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu

  • kedua. Jumlah tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut

    (17),(22)

    a. Makanan

    Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila

    makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan

    mempengaruhi produksi ASI. Untuk membentuk produksi ASI yang baik,

    makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta

    mineral yang cukup selain itu ibu di anjurkan minum lebih banyak kurang

    lebih 8-12 gelas setiap hari.

    b. Ketenangan jiwa dan fikiran

    Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam

    keadaan terteka, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan

    emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi

    ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.

    c. Penggunaan alat kontrasepsi

    Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya

    diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat

    mempengaruhi produksi ASI.

    d. Perawatan payudara

    Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk

    mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan hormon

    oxytocin.

    e. Keadaan Anatomis

  • Bila jumlah lobus dalam payudara berkurang, lobulus pun berkurang. Dengan

    demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang menghisap

    zat-zat makanan dari pembuluh darah akan berkurang

    f. Fisiologi

    Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon terutama prolaktin ini merupakan

    laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan

    sekresi air susu

    g. Faktor istrahat

    Bila kurang istrahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya

    dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang

    h. Faktor isapan anak

    Bila ibu menyusui segera jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak

    berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang

    i. Faktor obat-obatan

    Obat- obatan yang mengandung hormon akan mempengaruhi hormon

    prolaktin dan oytocin yang berfunsi dalam penbentukan dan pengeluaran ASI.

    Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi

    pembentukan dan pengeluaran ASI.

    5. Kontraindikasi Pemberian ASI

    Ada beberapa kontraindikasi pemberian ASI yaitu (19)

    a. Bayi yang menderita galaktosemia

    Dalam hal ini bayi tidak mempunyai enzim galaktase, sehingga galaktosa

    tidak dapat dipecah. Bayi demikian juga tidak boleh minum susu formula.

    b. Ibu dengan HIV/AIDS yang dapat memberikan susu formula yang memenuhi

    syarat AFASS

  • A=acceptable, F=feasable, A=affordable, S=sustainable, S=safe

    c. Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi gagal

    jantung

    d. Ibu yang memerlukan terapi dengan obat-obat tertentu misalnya kemoterapi

    e. Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat-obat radioaktif perlu

    menghentikan pemberian ASI kepada bayinya selama 5x paruh waktu obat.

    Setelah itu bayi boleh menetek lagi. Sementara itu ASI tetap diperah dan

    dibuang agar tidak mengurangi produksi.

    6. Waktu dan Teknik Menyusui

    a. Waktu Menyusui

    Bila tidak ada halangan dari pihak ibu dan bayi, sebaiknya setelah lahir,

    bayi segera disusui. Faktor penghambat untuk menyusui bayi dengan segera

    antar lain(20)

    1) Ibu mendapat pengobatan tertentu

    2) Bayi tidak segera menangis

    3) Bayi lahir lebih cepat (prematur)

    4) Bayi lahir dengan kelainan bawaan pada saluran pencernaan

    Ibu yang melahirkan, air susunya belum ada (keluar), tapi jika ibu tersebut

    dengan segera menyusui bayinya, puting susu ibu dihisap oleh bayi dan

    payudara ibu akan terangsang untuk lebih cepat memproduksi dan

    mengeluarkan air susu.

    Dua macam refleks yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI,

    yaitu

    1) Refleks produksi ASI

  • Adanya hisapan dari bayi terhadap puting ibu, merangsang reseptor-

    resptor syaraf pada puting susu dan areola yang diteruskan oleh

    hipothalamus. Hipothalamus akan merangsang glandula pituitaria

    bagian depan sehingga dihasilkan hormon prolactin. Hormon ini

    berfungsi merangsang alveoli pada kelenjar susu untuk memproduksi

    air susu.

    2) Refleks pengeluaran susu

    Refleks ini dapat terjadi akibat adanya hormon oxytocin yang

    diproduksi oleh glandula pituitaria bagian belakang. Hormon ini juga

    dihasilkan karena adanya hisapan bayi pada puting susu dan areola.

    Sebagian ibu dapat memproduksi air susu tetapi bila tidak diekskresikan

    atau dikeluarkan sebagaimana seharusnya, maka untuk produksi yang

    selanjutnya akan terhambat.

    Air susu pertama berwarna kekuning-kuninga, berbeda dengan ASI biasa

    yang disebut kolostrum. Kolostrum ini jangan sampai dibuang, karena walaupun

    jumlahnya masih sedikit, tetapi banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi

    bayi. Diantaranya mengandung zat kekebalan yang berguna untuk mencegah

    penyakit infeksi terutama diare pada bayi.

    Waktu yang diperlukan untuk menyusui bayi kira-kira 10-15 menit. Pada

    masing-masing payudara, karena biasanya seorang bayi akan menghisap

    sebagian besar ASI yang ada dalam payudara ibu.

    Tidak diperlukan jadwal tertentu untuk menyusui bayi. Karena antara bayi

    satu dengan bayi lainnya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena

  • itu, berikan air susu sesuai dengan kebutuhan dan permintaan bayi, biasanya

    bayi akan merasa lapar setiap 2,5-3 jam.

    b. Teknik Menyusui

    1) Posisi ibu

    Untuk memilih posisi yang baik tergantung pada masing-masing ibu.

    Menyusui dapat dilakukan dengan posisi duduk atau sambil berbaring. Hal

    yang harus diperhatikan selama menyusukan, posisi diatur sedemikian rupa

    sehingga baik ibu maupun bayi merasa senang dan nyaman dalam posisi

    yang santai.

    2) Cara menyusukan

    a) Sebelum mneyusui, tangan ibu hendaklah dicuci dengan sabun

    terlebih dahulu agar bersih (steril). Kemudian puting susu dan areola

    dibersihkan dengan kain bersih yang dibasahi air matang setelah itu

    dengan kain kering yang juga dalam keadaan bersih.

    b) Sentuhkan puting susu ibu pada bagian pipi bayi dekat mulutnya,

    maka dengan sendirinya bayi akan menoleh ke arah datangnya sambil

    membuka mulut. Pada saat yang sama, ibu harus menekan kepala bayi

    kearah puting susu sedemikian rupa sehingga puting susu dan

    sebagian besar areola masuk kedlam mulut bayi.

    Cara ini mempunyai keuntungan, yaitu :

    i) Bayi akan merasa puas telah mendapatkan ASI yang cukup karena,

    sinus lactiferus (kantong air susu) berada dibagian areola.

    Sedangkan diputing susu hanya didapatkan saluran susu. Setiap

    bayi menghisap, air susu akan terperas keluar melalui saluran dari

    kantong air susu.

  • ii) Dapat mencegah penhisapan udara yang banyak karena jika

    banyak udara yang masuk sewaktu bayi menyusu, dapat

    menimbulkan perut kembung, muntah, bayi merasa tidak enak,

    tidur terganggu, dan lain-lain. Tertekannya udara dalam jumlah

    sedikit adalah hal biasa dan terkadang sukar dihindari terutama

    pada minggu-minggu pertama. Untuk mengatasinya, maka setiap

    selesai menyusui, bayi harus disandarkan pada bahu ibu,

    didudukkan pada pangkuan ibu atau ditengkurapkan pada

    pangkuan ibu sambil diusap-usap atau ditepuk-tepuk

    punggungnya.

    iii) Dapat mencegah timbulnya rasa nyeri pada payudara yang

    disebabkan oleh lecetnya bagian puting susu karena hisapan bayi.

    3) Cara mengakhiri proses menyusui

    Walaupun bayi masih menghisap, proses menyusui dapat diakhiri,

    misalnya sewaktu akan memindahkan kepayudara yang belum dihisap, atau

    bayi sudah tertidur, hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan salah satu

    jari ibu (biasanya jari kelingking) antara puting susu dan mulyt bayi, lalu

    puting susu ditarik keluar dengan perlahan-lahan. Untuk menghindari

    terjadinya lecet pada puting susu.(20)

    7. Problematika Menyusui

    Problematika dalam menyusui di pengaruhi oleh beberapa faktor berikut(14)

    yaitu

    a. Faktor Ekonomi

    Sudah bukan rahasia lagi kalau Indonesia di huni lebih dari 100 juta

    warga miskin. Ibu yang sedang menyusui terpaksa bekerja di berbagai sektor

    sehingga realisasi pemberian ASI sangat tergantung dengan kebijakan

  • tempatnya bekerja. Belum lagi faktor jarak antara tempat tinggal dengan

    tempat bekerja. Sebenarnya, persoalan ini telah diatur dalam Undang-undang

    Ketenagakerjaan No. 13 Pasal 82 Tahun 2003 bahwa ada hak cuti 3 bulan bagi

    ibu melahirkan. Lebih jelas lagi pada pasal 83 bahwa perusahaan harus

    memberi kesempatan kepada para ibu untuk menyusui bayinya. Upaya ini

    penting agar kaum

    b. Faktor Pengetahuan Ibu tentang Menyusui

    Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah

    lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa

    ASI kurang.(21)

    selain hal itu adanya mitos-mitos tentang menyusui ASI yang

    dianggap benar. Hal itu menurut Roesli antara lain;

    1) menyusui akan merubah bentuk payudara ibu,

    2) menyusui sulit untuk menurunkan berat badan ibu,

    3) ASI tidak cukup pada hari-hari pertama sehingga bayi perlu makanan

    tambahan,

    4) ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif,

    5) payudara ibu yang kecil tidak cukup menghasilkan ASI,

    6) ASI pertama kali keluar harus dibuang karena kotor, dan

    7) ASI dari ibu kekurangan gizi, dan kualitasnya tidak baik.

    c. Faktor Dukungan Keluarga

    Peran keluarga sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI

    eksklusif. Hal ini akan lebih terlihat pada ibu-dan ayah yang baru memilki

    anak pertama. Peran suami akan lebih menentukan bagaiaman ibu berani

    bersikap untuk menentukan apakah ibu akan memberikan ASI eksklusif

    ataukah memberikan makanan atau minuman lain selain ASI pada bayi

  • mereka. Dukungan suami memberikan kepercayaan diri pada ibu untuk dapat

    memberikan ASI eksklif.

    Beberapa studi tentang Breastfeeding father yaitu merupakan istilah

    populer yang digunakan untuk ayah yang mendukung dan berperan aktif

    membantu ibu dalam proses menyusui menjadi faktor dominan penentu

    keberhasilan pemberian ASI eksklusif. (22)

    d. Kondisi ibu yang tidak mendukung, yaitu :

    1) Puting susu nyeri

    2) Puting susu lecet

    3) Payudara bengkak

    4) Mastitis atau abses payudara

    e. Peranan tenaga kesehatan

    Menurut penelitian dari Wiidiasakara dkk didapatkan bahwa masih

    kurangnya partisipasi tenaga kesehatan dalam upaya menerapkan 10 langkah

    menuju keberhasilan menyusui yang di anjurkan WHO/UNICEF pada rumah

    sakit sayang bayi, akibat dari kebijakan rumah sakit yang tidak dilaksanakan

    dengan konsisten. Sehingga diperlukan pelatihan/penyegaran berkala untuk

    mengalakkan motivasi petugas dalam upaya peningkatan penggunaan ASI (23)

    B. PENGETAHUAN

    1. Pengertian

    Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan tahu

    tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti, dan pandai.(47)

    Menurut Notoatmodjo,

    pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab

    pertanyaan What. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

    orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan,

  • penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

    penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).(48)

    Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk

    mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik

    lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu

    stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan.(48)

    2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

    Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu.(48)

    a. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

    (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

    yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang

    paling rendah

    b. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

    tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

    benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

    menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

    yang dipelajari.

    c. Aplikasi (Aplication)

    Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

    telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

    d. Analisis

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

  • kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan

    masih ada kaitannya satu sama lain.

    e. Sintesis

    Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan

    bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain

    sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-

    formulasi yang ada.

    f. Evaluasi

    Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

    suatu materi atau objek

    3. Pengukuran tingkat pengetahuan

    Menurut Arikunto,(49)

    pengukuran pengetahuan ada dua kategori yaitu:

    menggunakan pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan

    objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), pertanyaan betul salah

    dan pertanyaan menjodohkan.

    Rumus Pengukuran Pengetahuan:

    P = f/N x 100%

    Dimana:

    P : adalah persentase

    f : frekuensi item soal benar

    N : jumlah soal

    Sedangkan untuk pengkategorian pengetahuan yaitu:

    1.Kategori baik dengan nilai 76-100 %

    2.Kriteria cukup dengan nilai 56-75 %

    3.Kriteria kurang dengan nilai 40-55 %

  • 4.Kriteria tidak baik dengan nilai < 40 %.

    C. SIKAP

    1. Pengertian Sikap

    Terdapat beberapa pendapat diantara para ahli apa yang dimaksud dengan sikap

    itu. Ahli yang satu mempunyai batasan lain bila dibandingkan dengan ahli

    lainnya. Untuk memberikan gambaran tentang hal ini, diambil beberapa

    pengertian yang diajukan oleh beberapa ahli, antara lain:

    a. Thustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik

    bersifat positif maupun negative dalam hubungannya dengan objek-objek

    psikologis, seperti: simbul, prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan

    gagasan(50)

    b. Howard Kendle mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecendrungan

    (tendency) untuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), atau

    melakukan sesuatu, baik secara positif maupun secara negative terhadap suatu

    lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep.

    c. Paul Massen dan David Krech, berpendapat sikap merupakan suatu system

    dari tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu kognisi (pengenalan),

    feeling (perasaan), dan action tendency (kecendrungan untuk bertindak)(51)

    d. Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan, bahwa sikap adalah kesiapan

    seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu(52)

    Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah

    kondisi mental relative menetap untuk merespon suatu objek atau perangsang

    tertentu yang mempunyai arti baik bersifat positif, netral, atau negative yang

    mengangkat aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecendrungan untuk bertindak.

  • 2. Unsur (Komponen) Sikap

    Unsur (komponen) yang membentuk struktur sikap, yaitu(51)

    a. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan

    dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan

    dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap. Merupakan

    representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi

    dan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali

    komponen kognitif disamakan dengan pandangan (opini) apabila menyangkut

    masalah issu atau problem controversial.

    b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan

    dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang

    merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang

    negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

    Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah

    emosi. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai

    komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap

    pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen afeksi

    disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

    c. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component, yaitu

    komponen yang berhubungan dengan kecendrungan bertindak terhadap objek

    sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar

    kecilnya kecendrungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek

    sikap. Merupakan aspek kecendrungan berperilaku sesuai dengan sikap yang

    dimiliki seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap

  • sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang akan

    dihadapi

    3. Kategori Sikap

    a. Menurut Heri Purwanto, sikap terdiri dari:

    1) Sikap Positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

    menghadapkan objek tertentu.

    2) Sikap Negatif, terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari,

    membenci, tidak menyukai objek tertentu.

    b. Menurut Azwar, sikap terdiri dari: (53)

    1) Menerima (Receiving)

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

    stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi

    dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap gizi

    2) Merespon (Responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

    tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap. Karena dengan

    suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

    diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang

    tersebut menerima ide tersebut.

    3) Menghargai (Valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

  • masalah suatu indikasi tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang

    mengajak ibu lain (tetangga, saudara, dan sebagainya) untuk pergi

    menimbang anaknya ke Posyandu adalah bukti bahwa ibu tersebut

    telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

    4) Bertanggung Jawab (Responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala

    risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang

    ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun ibu tersebut mendapatkan

    tantangan dari mertua dan orang tuanya sendiri

    4. Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap

    Sikap dapat dibentuk atau diubah melalui 4 macam cara, yaitu(53)

    a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan

    terus-terusan, lama kelamaan secara bertahap ke dalam diri individu dan

    mempengaruhi terbentuknya sikap.

    b. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman,

    bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis sekarang

    dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapatnya objek tersebut terbentuk

    sikap.

    c. Intelegensi, tadinya secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang

    berhubungan dengan suatu hal tertentu.

    d. Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan

    mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman

    traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

    5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

    Factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap, yaitu:

  • a. Faktor intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang

    bersangkutan. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsanga dari luar melalui

    persepsi, oleh karena itu kita harus memilih rangsang-rangsang mana yang

    akan kita teliti dan mana yang harus diajauhi. Pilihan ini ditentukan oleh

    motif-motif dan kecendrungan-kecendrungan dalam diri kita.

    b. Faktor eksterna, yang merupakan factor di luar manusia yaitu:

    1) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.

    2) Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut.

    3) Sifat orang/kelompok yang mendukung sikap tersebut.

    4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.

    5) Situasi pada saat sikap dibentuk

    6. Pengukuran Sikap

    Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis besarnya

    dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu

    subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu

    masalah atau hal yang dihadapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan

    langsung yang tidak berstruktur dan langsung berstruktur. Secara langsung yang

    tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dan survei (misal public option

    survey). Sedangkan secara langsung yang berstruktur yaitu pengukuran sikap

    dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa

    dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung dibedakan kepada subjek

    yang diteliti(54)

    7. Pengukuran Sikap Model Likert

    Dalam skala Likert, item ada yang bersifat favorable (baik/positif/tidak

    mendukung) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya ada pula yang bersifat

  • unfavorable (tidak baik/negatif) terhadap masalah yang diteliti. Jumlah item yang

    positif maupun yang negatif sebaiknya harus seimbang atau sama.(55)

    Beberapa

    bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala

    likert adalah sebagai berikut(56)

    Alternatif penilaian terhadap item yang positif terhadap masalah penelitian :

    Sangat setuju : 5

    Setuju : 4

    Ragu-ragu : 3

    Tidak setuju : 2

    Sangat tidak setuju : 1

    Alternatif penilaian terhadap item yang negatif terhadap masalah peneliti :

    Sangat setuju : 1

    Setuju : 2

    Ragu-ragu : 3

    Tidak setuju : 4

    Sangat tidak setuju : 5

    Corak khas dari skala Likert ialah bahwa makin tinggi skor yang diperoleh

    oleh seseorang, merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin positif

    terhadap objek sikap, demikian sebaliknya(50)

    D. KARAKTERISTI IBU

    1. Umur

    Usia 20 30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil /melahirkan,

    akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu

    remaja yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Usia < 20 tahun dan > 35 tahun

    meningkatkan risiko komplikasi obstetri juga peningkatan kesakitan dan kematian

  • perinatal. Pada kehamilan > 35 tahun juga berpengaruh untuk terjadi abnormalitas

    persalinan. Umur meningkatkan angka kematian maternal(57)

    2. Jumlah Anak (Paritas) (57)

    Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti menghasilkan.

    Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup

    ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan

    demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas.

    Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status paritas yang

    sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, dimana G menyatakan jumlah kehamilan

    (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus.

    Sebagai contoh, seorang wanita dengan status paritas G3P1Ab1, berarti wanita

    tersebut telah pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan

    satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga kalinya.

    Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang wanita dapat dibedakan

    menjadi:

    a. Nullipara : Adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali

    b. Primipara : Adalah wanita yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali

    c. Multipara : Adalah wanita yang telah melahirkan sebanyak dua hingga empat

    kali

    d. Grandemultipara : Adalah wanita yang telah melahirkan sebanyak lima kali

    atau lebih

    3. Jarak umur anak sekarang dengan sebelumnya (jarak hamil) (58)

    Kehamilan merupakan saat yang paling tepat untuk saling berbagi dan

    merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai calon orangtua. Jarak kehamilan

    atau kelahiran yang berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama

  • secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat

    ketidaksiapan berbagi kasih sayang dari orang tuanya. Banyak kakak-beradik

    dengan jarak kehamilan atau kelahiran terlalu pendek menimbulkan sikap iri atau

    cemburu. Seperti kakak tidak gembira atas kehadiran si kecil, justru sering

    menganggapnya musuh karena merampas jatah kasih sayang orang tuanya.

    Secara medis, organ reproduksi sebenarnya sudah siap untuk hamil kembali

    tiga bulan setelah melahirkan. Namun berdasarkan catatan statistik penelitian

    bahwa jarak kelahiran yang aman antara anak satu dengan lainnya adalah 27

    sampai 32 bulan. Pada jarak ini si ibu akan memiliki bayi yang sehat serta

    selamat saat melewati proses kehamilan(58)

    Penelitian The Demographic and Health Survey, menyebutkan bahwa anak-

    anak yang dilahirkan 2-5 tahun setelah kelahiran anak sebelumnya, memiliki

    kemungkinan hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi daripada yang berjarak kelahiran

    kurang dari 2 tahun, maka jarak kehamilan yang aman adalah 2-5 tahun.

    4. Pendidikan(50)

    Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang dalam

    menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa

    penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang

    pendidikan. Peningkatan pendidikan juga meningkatkan pengetahuan dan

    kepedulian serta akses terhadap informasi yang berkaitan dengan kesehatan

    reproduksi

    5. Pekerjaan(50)

    Kesibukan dengan pekerjaan, sering sekali membuat seorang ibu lupa dan

    tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Walaupun kepada ibu telah

    diajarkan bagaimana mempertahankan produksi ASI, yaitu dengan memompa

  • ASI peras / perahnya selama ibu bekerja dan malam hari lebih sering menyusui.

    Ternyata ibu yang bekerja, lebih cepat memberikan susu botol. Alasan yang

    dipakai ialah supaya membiasakan bayi menyusu dari botol bila nanti ditinggal

    bekerja. Masalah ibu yang bekerja memang terdapat hampir di seluruh dunia,

    kecuali di negara-negara Skandinavia dimana ibu mendapat cuti selama masih

    menyusui bayinya. Dalam pemberian ASI terutama ASI eksklusif, masalah yang

    prinsipil adalah bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan informasi yang mendukung

    sehingga menambah pengetahuan ibu serta keyakinan ibu bahwa mereka dapat

    menyusui bayinya secara eksklusif, tugas ini akan berdampak positif bila petugas

    kesehatan berpengetahuan yang cukup tentang memberikan informasi yang

    diperlukan oleh ibu menyusui.

    6. Penghasilan (Pendapatan)(50)

    Pendapatan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi

    keuangan yang menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan menjadi lebih

    besar. Pendapatan menyangkut besarnya penghasilan yang diterima, yang jika

    dibandingkan dengan pengeluaran, masih memungkinkan ibu untuk memberikan

    makanan tambahan bagi bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya semakin

    baik perekonomian keluarga maka daya beli akan makanan tambahan juga

    mudah, sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga, maka daya beli akan

    makanan tambahan lebih sukar

    Tingkat penghasilan keluarga berhubungan dengan pemberian MP-ASI

    dini. Penurunan prevalensi menyusui lebih cepat terjadi pada masyarakat

    golongan ekonomi menengah ke atas. Penghasilan keluarga yang lebih tinggi

    berhubungan positif secara signifikan dengan pemberian susu botol pada waktu

    dini dan makanan buatan pabrik. Disamping itu, ibu dengan status ekonomi lebih

  • rendah cenderung terlambat memulai menyusui, membuang kolostrum dan

    memberikan makanan pralaktal. Selanjutnya, menurut penelitian Zulfanetti di

    Jambi, ibu-ibu dengan penghasilan keluarga Rp.260-000 Rp.360.000 yang

    memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar 30%, 26% pada ibu-ibu

    dengan pendapatan keluarga sebesar Rp.361.000-Rp.560.000, sedangkan ibu-ibu

    dengan pendapatan keluarga lebih dari Rp.561.000 memberikan MP-ASI berupa

    susu formula sebesar 44%.

    E. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA PEMBERIAN

    ASI EKSKLUSIF

    1. Umur(24)

    Ibu yang masih mudah keadaan psikologisnya belum stabil, dengan sendirinya

    akan lebih banyak timbul benturan antara kasih sayang seorang ibu dengan

    egonya yang masih ingin bebas sebagai orang muda. Hal inilah yang dapat

    berpengaruh terhadap motivasi untuk memberikan ASI eksklusif

    Usia reproduksi wanita terjadi pada masa dewasa dini (18-40 tahu). Pada masa

    ini kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan

    diri dari setuasi-situasi baru seperti mengingat hal-hal yang dulu pernah

    dipelajari. Penalaran analogis dan berpikir kreatif mencapai puncaknya serta

    kecepatan respon maksimal dalam pelajaran dan menguasai atau menyesuaikan

    diri dari situasi-situasi tertentu. Terjadi pada masa dewasa ini, terjadi pada usia

    20-35 tahun.

  • 2. Paritas(24)

    Adalah para ibu primipara yang baru memepunyai pengalaman menyusui akan

    memberikan ASI kepada bayinya. Bila ibu mempunyai masalah dalam menyusui

    dan tidak mempunyai pengalaman memberikan ASI seperti menghadapi masalah

    besar dan kecil dalam penyesuaian pemberian ASI(24)

    3. Jarak kehamilan(24)

    Jarak kehamilan mempunyai kontribusi untuk tidak adanya risiko. Jarak yang

    baik pada persalinan terkahir dengan kehamilan yang sekarang adalah lebih atau

    sama dengan dua tahun

    4. Pekerjaan(25)(26)

    Pekerjaan merupakan segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan untuk

    mrndaptkan hasil atau upah yang dapat dinilai dengan uang. Ibu balita cenderung

    mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan yang hanya diam saja

    dirumah, mengingat dengan bekerja ibu balita dapat memperoleh informasi dari

    berbagai sumber diantaranya tabloid dan media lainnya

    Sebenarnya semua wanita adalah pekerja, sebab pekerjaan seperti mengasuh

    anak, memasak, membersihkan rumah, serta pekerjaan lainnya adalah pekerjaan

    yang memakan waktu, tenaga dan pikiran. Hanya saja wanita yang bekerja di

    rumah dapat mengatur waktnya dan setiap saat bila diperlukan dapat mengehntika

    pekerjaannya untuk meluangkan waktu guna menyusui bayinya. Lain halnya

    wanita yang bekerja dengan cara harus meninggalkan rumah, mereka tidak

    memiliki waktu yang lebih banyak dibandingkan wanita yang tidak bekerja,

    sehingga untuk membersihkan pelayanan kepada bayinya terbatas. Bekerja bukan

    alasan untuk mengehntikan pemberian asi eksklusif selama paling sedikit 4 bulan

    dan bila mungkin sampai dengan 6 bulan. Meskipun cuti namil 3 bulan,

  • pemberian ASI eksklusif pada saat ibu bekerja, yaitu bayi dapat diberi ASI perah

    yang diperoleh sehari sebelumnya dan disimpan di lemari es. Memerah ASI bisa

    di lakukan dengan alat bantu pompa/pipet perah ASI.

    Memberi ASI eksklusif, tidak hanya merupakan hal terbaik bagi bayi, tetapi

    juga hal yang menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini didukung oleh bukti

    secara ilmiah bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat. Bayi yang

    tidak diberi ASI eksklusif akan tiga kali lebih sering sakit atau dirawat. Ini berarti

    bayi ASI eksklusif lebih jarang dibawa ke dokter sehingga ibu lebih jarang

    meninggalkan pekerjaan.

    Menurut marini mengatakan bahwa ibu yang tidak bekerja selalu ada di

    rumah, sehingga lebih memungkinkan untuk pemberian ASI eksklusif

    dibandingkan dengan ibu yang bekerja, karena disamping tidak selalu bersama

    bayinya juga sikap dan kemauan ibu yang kurang.

    F. TANTANGAN TERHADAP PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

    Pemberian ASI pada bayi erat kaitannya dengan keputusan yang dibuat oleh ibu.

    Selama ini ibu merupakan figur utama dalam keputusan untuk memberikan ASI atau

    tidak pada bayinya. Pengambilan keputusan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik

    faktor dari dalam maupun dari faktor dari luar diri ibu.(27)

    Faktor-faktor dari dalam diri ibu atau faktor internal antara lain pengetahuan ibu

    mengenai proses laktasi, pendidikan, motivasi, sikap, pekerjaan ibu, dan kondisi

    kesehatan ibu. Sementara itu, faktor dari luar diri ibu atau faktor eksternal antara lain

    sosial ekonomi, tata laksana rumah sakit, kondisi kesehatan bayi, pengaruh iklan susu

    formula yang intensif, keyakinan keliru yang berkembang di masyarakat dan

    kurangnya penerangan dan dukungan terhadap ibu dari tenaga kesehatan atau petugas

  • penolong persalinan maupun orang-orang terdekat ibu seperti ibu, mertua, suami, dan

    lain-lain.

    1. Faktor internal

    a. Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

    pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

    pancaindra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan

    peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

    telinga.(28)

    Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang penting

    dalam kesuksesan proses menyusui. Thaib et al dalam Abdullah et al

    menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, status kerja ibu, dan jumlah

    anak dalam keluarga berpengaruh positif pada frekuensi dan pola pemberian

    ASI.

    Penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati(29)

    di Kecamatan Banyumanik,

    Kota Semarang menunjukkan bahwa persentase kegagalan pemberian ASI

    Eksklusif lebih tinggi terjadi pada para ibu dengan pengetahuan tentang ASI

    yang kurang daripada para ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI yang

    lebih baik.

    b. Pendidikan

    Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa juga mempengaruhi

    pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan semakin besar

    peluang untuk memberikan ASI Eksklusif. Sebaliknya akses terhadap media

    berpengaruh negatif terhadap pemberian ASI, dimana semakin tinggi akses ibu

    pada media semakin tinggi peluang untuk tidak memberikan ASI Eksklusif(30)

    .

  • Namun penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati(29)

    di Kecamatan

    Banyumanik, Kota Semarang menunjukkan bahwa persentase kegagalan

    pemberianASI Eksklusif pada ibu yang berpendidikan dasar hampir sama

    banyaknya dengan ibu yang berpendidikan lanjutan. Pola ini menggambarkan

    tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kegagalan pemberian ASI

    Eksklusif. Tingkat pendidikan formal yang tinggi memang dapat membentuk

    nilai-nilai progresif pada diri seseorang, terutama dalam menerima hal-hal baru,

    termasuk pentingnya pemberian ASI secara eksklusif pada bayi. Namun karena

    sebagian besar ibu dengan pendidikan tinggi bekerja di luar rumah, bayi akan

    ditinggalkan di rumah di bawah asuhan nenek, mertua atau orang lain yang

    kemungkinan masih mewarisi nilai-nilai lama dalam pemberian makan pada

    bayi. Dengan demikian, tingkat pendidikan yang cukup tinggi pada wanita di

    pedesaan tidaklah menjadi jaminan bahwa mereka akan meninggalkan tradisi

    atau kebiasaan yang salah dalam memberi makan pada bayi, selama lingkungan

    sosial di tempat tinggal tidak mendukung ke arah tersebut.(31)

    c. Motivasi

    Motivasi merupakan salah satu mekanisme bagaimana perilaku terbentuk

    dan mengalami proses perubahan. Motivasi berarti dorongan yang timbul dari

    dalam diri seseorang yang secara sadar atau tidak sadar sehingga membuat orang

    berperilaku untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan kebutuhannya.(32)

    Ibu-ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya menyusui anaknya,

    terutama sebelum melahirkan. Apabila nilai menyusui hendak ditingkatkan pada

    masyarakat, maka pengertian tentang menyusui harus ditanamkan pada anak-

    anak gadis sejak usia muda, bahwa menyusui anak merupakan bagian dari tugas

    biologi seorang ibu. Di daerah perkotaan, sasaran yang harus diberi pendidikan

  • adalah para gadis remaja. Di daerah pedesaan, pendidikan harus diarahkan untuk

    tujuan mencegah kekurangan gizi dan diare.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Permana(33)

    di Kecamatan Mranggen,

    Kabupaten Demak menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian tidak

    menginginkan pemberian ASI Eksklusif. Subjek tidak menginginkan pemberian

    ASI Eksklusif karena subjek merasa tidak yakin dengan produksi ASI, anak

    menjadi susah makan, mudah sakit, dan subjek menganggap pemberian ASI

    Eksklusif tidak mencukupi kebutuhan bayi. Ketidakinginan subjek untuk

    memberikan ASI Eksklusif mendorong subjek untuk tidak memberikan ASI

    Eksklusif.

    d. Sikap

    Selain pengaruh pengetahuan tentang ASI, pendidikan dan motivasi ibu,

    faktor lain yang dapat berpengaruh adalah sikap ibu terhadap ASI. Menurut

    Notoatmodjo,(28)

    sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

    tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat

    langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

    tertutup.

    Penelitian yang dilakukan oleh Permana(33)

    menunjukkan bahwa sikap

    positif ibu terhadap praktik pemberian ASI Eksklusif tidak diikuti dengan

    pemberian ASI Eksklusif pada bayinya. Sikap belum otomatis terwujud dalam

    sutau tindakan. Terwujudnya sikap agar menjadi tindakan nyata diperlukan

    faktor dukungan dari pihak-pihak tertentu, seperti tenaga kesehatan dan orang-

    orang terdekat ibu.

    e. Pekerjaan

  • Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui

    adalah kerena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja, terutama pada usia

    subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara merawat bayi.

    Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor,

    tapi bisa juga berarti bekerja di ladang, bagi masyarakat di pedesaan.(34)

    Pada Pekan ASI Sedunia tahun 1993 diperingati dengan tema Tempat Kerja

    Sayang Bayi (Mother Friendly Workplace), menunjukkan bahwa adanya

    perhatian dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja. Salah satu

    kebijakan dan strategi Departemen Kesehatan RI tentang Peningkatan Pemberian

    ASI (PP-ASI) pekerja wanita adalah mengupayakan fasilitas yang mendukung

    PP-ASI bagi ibu yang menyusui di tempat kerja dengan menyediakan sarana

    ruang memerah ASI, menyediakan perlengkapan untuk memerah dan

    menyimpan ASI, menyediakan materi penyuluhan ASI, dan memberikan

    penyuluhan.(35)

    f. Kondisi kesehatan ibu

    Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara

    eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya

    dokter melarang ibu untuk menyusui karena sedang menderita penyakit yang

    dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti ibu menderita sakit jantung berat,

    ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau

    ibu meninggal dunia.(36)

    2. Faktor eksternal

    a. Sosial ekonomi

    Status sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi kemampuan keluarga

    untuk memproduksi dan atau membeli pangan. Ibu-ibu dari keluarga

  • berpendapatan rendah kebanyakan adalah berpendidikan lebih rendah dan

    memiliki akses terhadap informasi kesehatan lebih terbatas dibanding ibu-ibu

    dari keluarga berpendapatan tinggi, sehingga pemahaman mereka untuk

    memberikan ASI secara eksklusif pada bayi menjadi rendah(31)

    b. Tata laksana rumah sakit

    Bila persalinan normal, bayi dan ibu tidak perlu tidur terpisah. Bayi tidur

    bersama ibu dalam satu tempat tidur atau di dalam tempat tidur kecil di samping

    tempat tidur ibunya. Ini disebut rawat gabung. Ibu dapat menyusui,

    menggendong atau membersihkan bayinya setiap saat bayi membutuhkan ibu.

    Rawat gabung akan mempermudah keberhasilan pemberian ASI Eksklusif

    sehingga dapat mencegah timbulnya masalah menyusui.(37)

    Di dunia ini hanya beberapa negara saja yang mempunyai komitmen kuat

    mendukung ASI. Data tahun 1998 mencatat bahwa 7 negara di Asia, yaitu India,

    Iran, Lebanon, Nepal, Philipina, Sri Langka, dan Bahrain telah mengadopsi

    Kode Internasional menjadi Undang-undang. Di Afrika terdapat 6 negara, di

    benua Amerika 7 negara, sedangkan di Eropa dan wilayah Oceania tidak ada.

    Bahkan negara bagian Kerala di India pada 2 Agustus 2003 dinyatakan sebagai

    Negara Sayang Bayi (baby friendly state) pertama di dunia. Sebesar 90% rumah

    sakit bersalinnya bersertifikat Rumah Sakit Sayang Bayi (baby friendly

    hospital). Angka kematian bayi dan ibu di 14 kecamatan di negara bagian itu

    turun secara signifikan.(38)

    Rumah Sakit Sayang Bayi adalah rumah sakit yang melaksanakan Sepuluh

    Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Pada saat ini upaya ini tidak hanya

    dilaksanakan di Rumah Sakit saja, tetapi juga pada Rumah Sakit Bersalin dan

    Puskesmas dengan tempat tidur.(39)

  • c. Kondisi kesehatan bayi

    Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara

    eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita

    penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam

    jumlah besar pada ASI.(36)

    d. Pengaruh Pengganti ASI (PASI) atau susu formula

    Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik,

    aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan

    berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi rendah),

    sejarah menunjukkan bahwa menyusui ASI, apalagi ASI Eksklusif selalu

    mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu formulam

    yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI.(38)

    Melalui sidang WHA tahun 1981, sebuah kode internasional yang mengatur

    agar pemasaran susu formula, baik secara langsung maupun tidak langsung,

    tidak menghalangi kemampuan, keyakinan dan kepercayaan diri ibu untuk dapat

    menyusui atau yang terkenal dengan nama International Code on Marketing of

    Breastmilk Substitute diadopsi dan sejak saat itu seluruh negara anggota WHA

    diminta untuk meratifikasinya dalam peraturan nasionalnya masing-masing.(40)

    Menindaklanjuti anjuran tersebut, pada tahun 1985, pemerintah

    mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 240/Menkes/Per/V/1985

    tentang Pengganti ASI (PASI) yang kemudian direvisi menjadi Keputusan

    Menteri Kesehatan No. 237/SK/Menkes/IV/1997 tentang Pemasaran PASI.

    Menurut data SDKI 2002, pemberian susu formula di Indonesia meningkat

    tajam menjadi 32,1% dari 10,8% pada tahun 1997. Hasil temuan dari Nutrition

    and Health Surveillance System (2002), di daerah pedesaan di Indonesia,

  • sebagian besar ibu (60%) melahirkan di rumah dan hampir semua ibu tidak

    mendapat contoh susu formula. Dua puluh dua persen (22%) dari ibu

    melahirkan di rumah bersalin dengan bantuan bidan dan sekitar 10%-nya

    mendapat contoh gratis atau informasi tentang susu formula, dan hampir 20%

    ibu membeli susu formula yang dicontohkan. Di daerah pinggiran kota, hampir

    setengah dari semua ibu melahirkan di rumah bersalin dengan bantuan bidan,

    27-50% ibu tidak menerima contoh susu formula, 15-36% menerima contoh,

    dan 20-42% membeli susu formula yang dicontohkan. Di daerah pinggiran Kota

    Semarang, dari semua ibu, 4% mendapat informasi tentang susu formula, 39%

    membeli susu formula yang dicontohkan, dan 10% menerima contoh gratis susu

    formula di tempat persalinan. Mereka yang melahirkan di rumah bersalin,

    puskesmas, ataupun rumah sakit bersalin, 47-79% menerima informasi dan

    membeli atau menerima susuformula.

    Sterken(42)

    melalui WABA dan INFACT Canada menginformasikan

    beberapa risiko pemberian susu formula pada bayi. Pada bayi, pemberian susu

    formula akan meningkatkan risiko asma, alergi, ISPA (Infeksi Saluran

    Pernafasan Akut), altered occlution, infeksi dari kontaminasi susu formula,

    kekurangan zat-zat gizi, kanker, penyakit-penyakit kronik, diabetes, penyakit

    kardiovaskuler, obesitas, infeksi saluran pencernaan, meningkatnya angka

    kematian bayi, dan menurunnya perkembangan kognitif. Sedangkan pada ibu

    akan meningkatkan risiko kanker payudara, kelebihan berat badan (overweight),

    kanker ovarium dan kanker endometrium, osteoporosis, peradangan sendi, stres

    dan kecemasan, diabetes, dan mengurangi ikatan emosi antara ibu dan anak.

    e. Keyakinan yang keliru di masyarakat

  • Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus

    kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama, umum dilakukan di banyak

    negara seperti terlihat pada Gambar 4. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi

    berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru

    menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan pertama.

    Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan

    bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya

    dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai

    minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan

    bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan,

    suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus.(42)

    Pemberian makanan padat pada bayi yang terlalu dini tidak dianjurkan

    sebab pada bulan-bulan pertama bayi belum dapat menelan makanan padat

    dengan baik. Selain itu zat-zat yang terdapat dalam makanan baru ini dapat

    menyebabkan alergi. Energi yang tinggi dalam makanan padat dapat

    menyebabkan keadaan gizi lebih pada bayi.(36)

    Mitos tentang menyusui dapat mengurangi rasa percaya diri ibu maupun

    dukungan yang diterimanya.Empat mitos yang paling sering berdasarkan

    pernyataan bersama UNICEF, WHO, dan IDAI (2005) adalah : stres

    menyebabkan ASI kering, ibu dengan gizi kurang tidak mampu menyusui, bayi

    dengan diare membutuhkan air atau teh, sekali menghentikan menyusui, tidak

    dapat menyusui lagi.

    f. Pengaruh penolong persalinan

    Penolong persalinan di Indonesia terdiri dari dukun bayi, bidan, dan dokter.

    Dukun bayi umumnya menolong persalinan di rumah, bidan dapat menolong

  • persalinan di rumah maupun di rumah bersalin, sedangkan dokter umumnya

    menolong persalinan di Rumah Sakit maupun Rumah Sakit Bersalin. Di saat

    teknologi tengah berkembang pesat, masyarakat di desa maupun pinggiran kota

    masih mempercayakan proses kelahiran dengan bantuan dukun bayi. Penelitan

    yang dilakukan oleh Margawati,(43)

    para ibu di daerah pinggiran kota masih

    mempercayakan perawatan bayinya dengan bantuan dukun bayi. Pemberian ASI

    Eksklusif juga dipengaruhi oleh keberadaan dukun bayi ini. Hasil temuan dari

    Nutrition and Health Surveillance System (2002), di daerah pedesaan di

    Indonesia, sebagian besar ibu (60%) melahirkan di rumah dengan bantuan

    dukun bayi dan hampir semua ibu tidak mendapat contoh susu formula. Dukun

    bayi tahu bahwa menyusui segera setelah melahirkan akan membantu menolong

    mengeluarkan uri dan menghentikan pendarahan. Mereka juga tahu bahwa terus

    menyusui akan membantu memperlambat terjadinya kehamilan baru. Mereka

    memberikan para ibu dukungan praktis dan dukungan emosional serta minuman

    hangat bergizi seperti bubur atau sup untuk membantu ASI mengalir.(34)

    Di

    banyak masyarakat dan rumah sakit, saran dari petugas kesehatan juga

    mempengaruhi pemberian cairan selain ASI. Sebagai contoh, penelitian di

    sebuah kota di Ghana menunjukkan 93% bidan berpendapat cairan harus

    diberikan kepada semua bayi sejak hari pertama kelahirannya. Di Mesir, banyak

    perawat menyarankan para ibu untuk memberi air manis kepada bayinya segera

    setelah melahirkan.(42)

    Dokter, perawat, dan petugas kesehatan wanita lainnya bisa juga menjadi

    seorang ibu. Bila mereka harus menganjurkan dan menolong wanita lain

    menyusui, mereka sendiri harus bisa melakukan untuk diri mereka sendiri dan

    memberikan contoh. Di banyak tempat, petugas kesehatanlah yang pertama

  • menggunakan susu botol. Hal ini disebabkan karena persoalan yang dihadapi

    mereka saat kembali bekerja setelah melahirkan. Jam giliran kerja mereka

    menyulitkan untuk menyusui. Sehingga mereka tidak dapat diharapkan

    mengajar ibu lain untuk melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh mereka

    sendiri.(34)

    G. KERANGKA TEORI

    Gambar II.1 kerangka teori

    Faktor Pendorong

    Pengetahuan

    Motivasi

    Sikap

    Karakteristik demografi

    (pendidikan, pekerjaan)

    Faktor Pemungkin

    Ketersediaan sumberdaya kesehatan

    Keterjangjakauan sumberdaya kesehatan

    Akses media masa (informasi)

    Prioritas dan komitmen masyarakat /

    pemerintah

    Ketrampilan

    Faktor penguat

    Petugas Kesehatan

    Dukun bayi

    Keluarga

    (ibu/mertua/suami)

    Praktik Pemberian ASI eksklusif

    Faktor Penghambat (sosbud

    dan kesehatan):

    Keyakinan yang keliru tentang makanan bayi

    Promosi susu formula dan MP-ASI

    Masalah kesehatan pada ibu

    dan bayi

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. KERANGKA KONSEP

    Keterangan

    : variabel dependen

    : variabel independen

    : variabel yang di teliti

    : variabel yang tidak diteliti

    Gambar III.1 kerangka konsep

    Karakteristik ibu

    1. Usia

    2. Jumlah anak

    3. Umur anak terakhir

    4. Pendidikan

    5. Pekerjaan

    6. Penghasilan

    Pengetahuan Pola

    Pemberian ASI

    Sikap ibu

    Sumber informasi

    1. Pelayanan kesehatan

    2. Media massa

    3. Tempat bersalin

  • B. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF

    Table III.1

    Definisi operasional dan kriteria objektif

    N

    o

    Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur

    Sk

    ala

    Hasil

    (Kriteria Objektif)

    1 Usia

    Rentang waktu

    saat lahir

    sampai

    pengambilan

    data, di hitung

    saat ulang

    tahun terakhir

    Menginstruksi

    kan untuk

    mengisi pada

    lembaran

    kuisioner pada

    data demografi

    Kuesioner

    No

    mi

    nal

    1. Beresiko < 20

    dan > 35 tahun

    2.Tidak Beresiko :

    20-35 tahun

    2

    Jumlah

    anak

    Banyaknya

    anak yang di

    miliki oleh

    responden

    Menginstruksi

    kan untuk

    mengisi pada

    lembaran

    kuisioner pada

    data demografi

    kuesioner

    Or

    din

    al

    1. cukup 2 anak

    2. banyak >2 anak

    3

    Jarak

    usia anak

    sekarang

    dengan

    sebelum

    nya

    Rentang waktu

    anak terkhir

    ibu saat lahir

    sampai

    pengambilan

    data, di hitung

    saat ulang

    Mengins