90
SKRIPSI PERBANDINGAN TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) SEBELUM DAN SESUDAH HIPNOTERAPI PADA MAHASISWI KEBIDANAN D-III TINGKAT I DI POLTEKKES KEMENKES MEDAN TAHUN 2018 OLEH : EVI MARIENSE BR BARUS NIM : P07524414014 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018

SKRIPSI PERBANDINGAN TINGKAT NYERI HAID ...repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/653...14. Kakak angkat tersayang yaitu kak Tia Karolina dan kak Romaida Vianney, juga

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    SKRIPSI

    PERBANDINGAN TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) SEBELUM DAN SESUDAH HIPNOTERAPI PADA MAHASISWI

    KEBIDANAN D-III TINGKAT I DI POLTEKKES KEMENKES MEDAN

    TAHUN 2018

    OLEH :

    EVI MARIENSE BR BARUS NIM : P07524414014

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

    PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018

  • 2

    SKRIPSI

    PERBANDINGAN TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) SEBELUM DAN SESUDAH HIPNOTERAPI PADA MAHASISWI

    KEBIDANAN D-III TINGKAT I DI POLTEKKES KEMENKES MEDAN

    TAHUN 2018

    Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi

    Diploma IV

    EVI MARIENSE BR BARUS

    NIM : P07524414014

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

    PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018

  • 3

  • 4

  • 5

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-IV KEBIDANAN MEDAN SKRIPSI, JULI 2018 EVI MARIENSE BR BARUS Perbandingan Tingkat Nyeri Haid (Dismenorea) Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III Tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018 xii+ 46 halaman,6 tabel,11 gambar,11 lampiran

    ABSTRAK Dismenorea merupakan keadaan seseorang perempuan mengalami nyeri saat menstruasi yang dapat meyebabkan gangguan melakukan aktivitas. Dengan hipnoterapi, dismenore dapat diatasi, karena hipnosis merupakan komunikasi dimana seseorang diberikan sugesti positif yang akan tertanam di pikiran alam bawah sadar sehingga menjadi terapi non farmakologis untuk mengatasi dismenore. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan tingkat dismenore sebelum dan sesudah dilakukan hipnoterapi pada mahasiswi kebidanan D-III tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan Jenis penelitian ini adalah penelitian true eksperimen yaitu dengan rancangan one group pretest posttest dimana pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Jumlah responden adalah 20 orang mahasiswi kebidanan D-III tingkat 1 Poltekkes Kemenkes Medan dimana waktu penelitian dilaksanakan pada April sampai Juli 2018 dengan analisa data pada penelitian ini adalah uji Wilcoxon Signed Ranks Test

    Hasil penelitian didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,000 melalui uji Wilcoxon Signed Ranks Test yang artinya 0,000

  • 6

    HEALTH MEDAN POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY THESIS, JULY 2018 EVI MARIENSE BR BARUS Comparison Rate Dysmenorrhea (dysmenorrhoea) Before and After Hypnotherapy on Student Midwifery D-III Level I at the Polytechnic Ministry of Health Medan 2018 xii + 46 pages, 6 tables, 11 pictures, 11 attachments

    ABSTRACT Dysmenorrhoea is someone circumstances women experience pain during menstruation may cause interference with activities. With hypnotherapy, dysmenorrhea can be overcome, because hypnosis is a communication where a person is given positive suggestions which will be embedded in the subconscious mind so that a non-pharmacological therapy for dysmenorrhea. The purpose of this study to compare the level of dysmenorrhea before and after hypnotherapy in midwifery student D-III level I at the Polytechnic Ministry of Health Medan This type of research is true experimental research that is with one group pretest posttest design where sampling with purposive sampling technique. The number of respondents is 20 female students of midwifery D-III level 1 Poltekkes MoH Medan. Analysis of the data in this study is a test Wilcoxon Signed Ranks Test ,

    Research result earned value Asymp. Sig. (2-tailed) is 0.000 through test Wilcoxon Signed Ranks Test which means that 0.000

  • 7

    KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

    berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III Tingkat I Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018”.

    Dalam skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun bahasanya, namun demikian peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan dating. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak ,oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada : 1. Dra. Hj. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

    Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun skripsi ini.

    2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan dan selaku pembimbing utama yang telah memberikan kesempatan, mendukung, dan membimbing saya dalam proses penyelesaian skripsi serta mengizinkan saya untuk penelitian di Poltekkes Kemenkes RI.

    3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan Medan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun skripsi.

    4. Melva Simatupang, SST, M.Kes selaku pembimbing akademik dan Ketua Prodi D-IV Kebidanan Medan di semester 1-7 yang telah mendukung dalam proses penyelesaian skripsi.

    5. Yulina Dwi Hastuty S.Kep, Ners, M.Biomed selaku dosen pembimbing II dan Dosen Penguji I yang mendukung dalam proses penyelesaian skripsi.

    6. Tri Marini SST, M.Keb selaku Ketua Penguji yang telah memberikan masukan dan kritikan untuk perbaikan dalam penyusunan skripsi.

    7. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Drs. E. Barus dan ibunda Dra. S.N Sembiring , yang telah memberikan cinta kasih yang tulus dalam mendidik, membesarkan dan selalu membawa nama penulis dalam setiap doa-doanya, memberikan dukungan moril, ekonomi serta kepercayaan selama mengikuti perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

    8. Adik penulis yang tersayang, Fredrik Maga dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan, doa kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

    9. Sahabat dan rekan seperjuangan tercinta penulis Yolanda Damaris, Rika Anggrenisa, Elpera Siska Dearni yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan bersama tugas-tugas akhir.

    10. Abang tersayang Hendra Armanda yang telah memberikan doa, dukungan, perhatian dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

    i

  • 8

    11. Teman-teman sepelayanan yang terkasih, Guru Sekolah Minggu (KAKR) dan Permata Gamaliel Rg. Namo Simpur-Lau Cekala yang telah mendoakan dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

    12. Kakak dan teman yaitu kak Yesika Lumbangaol dan Natalia Girsang yang telah bersedia menjadi enumerator (menghipnoterapi responden) dalam penyelesaian penelitan skripsi ini.

    13. Teman satu bimbingan penulis yaitu Afipah Septalina dan Ayu yang sudah berjuang bersama dan saling mendukung dari awal penyusunan skripsi.

    14. Kakak angkat tersayang yaitu kak Tia Karolina dan kak Romaida Vianney, juga adik angkat dan adik kelas tersayang yaitu Elsa Noviyanti, Ericha Christine, Putri Diliyana serta seluruh adik D-III Kebidanan Tingkat I yang telah mendukung, berpartisipasi dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

    15. Seluruh teman-teman angkatan tahun 2014 dan teman seperjuangan selama 4 tahun bersama yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat, terima kasih untuk semua kenangan dan pengalaman, serta kekeluargaan yang kalian berikan selama kita bersama

    Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan praktik kebidanan. Terimakasih.

    Medan, Juli 2018

    Penulis

    Evi Mariense Br Barus NIM : P07524414014

    ii

  • 9

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PERSETUJUAN....................................................... LEMBAR PENGESAHAN........................................................ ABSTRAK…………..................................................................i KATA PENGANTAR................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................iii DAFTAR TABEL..................................................................... v DAFTAR GAMBAR..................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN...............................................................vii

    BAB I Pendahuluan

    A. Latar Belakang........................................................ 1 B. Rumusan Masalah................................................. 3 C. Tujuan ................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian.................................................. 3 E. Keaslian Penelitian................................................. 4

    BAB II Tinjauan Pustaka

    A. Tinjauan Teori......................................................... 6 A.1 Menstruasi.........................................................6 A.1.1 Pengertian Menstruasi................................... 6 A.1.2 Siklus Menstruasi.......................................... 7 A.1.3 Gangguan Menstruasi................................... 9

    A.2 Nyeri.............................................................. 16 A.2.1 Definisi Nyeri................................................. 16 A.2.2 Teori-teori tentang Nyeri................................. 17

    A.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri............................................................... 17

    A.2.4 Tanda dan Gejala Nyeri................................. 20 A.2.5 Pengkajian terhadap Nyeri............................ 21 A.2.6 Skala atau Pengukuran Nyeri........................ 23 A.3 Hipnoterapi................................................... 26 A.3.1 Konsep Dasar Hipnoterapi............................. 26 A.4 Nyeri dan Hipnoterapi................................. 29

    B. Kerangka Teori....................................................... 30 C. Kerangka Konsep................................................... 31 D. Defenisi Operasional.............................................. 31

    Hipotesis................................................................. 32

    BAB III Metode Penelitian A. Jenis dan Metode Penelitian................................... 33 B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................. 33 C. Populasi dan Sampel.............................................. 34

    iii

  • 10

    D. Jenis dan Cara pengumpulan data......................... 35 E. Alat/Instrumen dan bahan penelitian...................... 35 F. Prosedur Penelitian................................................ 35

    G. Pengolahan dan Analisis Data............................... 37 H. Etika Penelitian...................................................... 38

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...................................................... 39

    A.1 Analisis Univariat………………………………….39 A.2 Analisis Bivariat………………………………… .40

    B. Pembahasan….……………......................................41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan………………….................................... 46 B. Saran………………………….................................. 46

    DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… LAMPIRAN…………………………………………………………………

    iv

  • 11

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Skala Nyeri dengan Observasi Perilaku ............................... 25 Tabel 2.2 Definisi Operasional ............................................................. 31 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Responden ........... 39

    Tabel 4.2 Distribusi Responden Tingkat Nyeri Haid Sebelum Hipnoterapi 39 Tabel 4.3 Distribusi Responden Tingkat Nyeri Haid Sesudah Hipnoterapi 40

    Tabel 4.4 Perbandingan Tingkat Nyeri Haid (Dismenorea) Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi ............................................................ 40

    v

  • 12

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Numeric Pain Intensity Scale ............................................... 22 Gambar 2.2 Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana ............................... 23 Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Numerik ................................................... 24 Gambar 2.4 Skala Analog Visual ..................................................................... 24 Gambar 2.5 Skala Nyeri Muka ........................................................................ 24 Gambar 2.6 Skala Peringkat Intensitas Nyeri ................................................. 25 Gambar 2.7 Skala Nyeri Muka (Wong Baker Facial Gramace Scale) ............ 25 Gambar 2.8 Skala Nyeri dari FLACC .............................................................. 26 Gambar 2.9 Kerangka Teori ............................................................................ 30 Gambar 2.10 Kerangka Konsep ...................................................................... 31 Gambar 3.1 Rancangan Pretest dan Posttest ................................................ 33

    vi

  • 13

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1. Lembar Persetujuan menjadi responden .................................. 2. Kuesioner............................................................................................. 3. Lembar Observasi Teknik Hipnoterapi ..................................... 4. Lembar Observasi Pengkajian Nyeri Sesudah Intervensi ......... 5. Pernyataan............................................................................... 6. Etical Clirence...................................................................................... 7. Surat Izin Penelitian............................................................................. 8. Surat Selesai Penelitian....................................................................... 9. Lembar Konsultasi Skripsi ........................................................ 10. Master Tabel........................................................................................ 11. Lembar Output SPSS..........................................................................

    vii

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dismenorea adalah gejala kekambuhan, atau istilah medisnya disebut

    catmenial pelvic pain, merupakan keadaan seseorang perempuan mengalami nyeri

    saat menstruasi yang berefek buruk menyebabkan gangguan melakukan aktivitas

    harian karena nyeri yang dirasakannya. (Afiyanti dan Pratiwi, 2016). Nyeri

    menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke

    punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas hingga betis. (Sinaga, E,

    dkk, 2017).

    Dismenore dapat menyerang perempuan yang mengalami haid pada usia

    berapapun. Tidak ada batasan usia. Hampir semua perempuan mengalami rasa

    tidak nyaman selama haid biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan pingsan.

    Jika sudah seperti ini, tentunya nyeri haid tidak boleh dibiarkan begitu saja. Nyeri

    haid harus diatasi dengan benar. (Anugoro dan Wulandari, 2011)

    Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari

    50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Angka kejadian

    (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif.

    Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali dirasa mengganggu

    bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak

    sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis),

    adapula yang tidak sanggup beraktivitas karena nyerinya (Proverawati dan Misaroh,

    2009).

    Di Amerika Serikat, prevalensi dismenorea diperkirakan 45 – 90%.

    Dismenorea juga berpengaruh atas ketidakhadiran saat bekerja dan sekolah

    dimana sebanyak 13 – 51% perempuan telah absen sedikitnya sekali, dan 5 – 14%

    berulang kali absen. Dalam studi epidemiologi pada populasi remaja (berusia 12 -17

    tahun) di Amerika Serikat, Klein dan Lift melaporkan prevalensi dismenorea 59,7%.

    Dari mereka yang mengeluh nyeri, 12% tergolong berat, 37% sedang, dan 49%

    ringan. Studi ini juga melaporkan bahwa dismenorea menyebabkan 14% remaja

    putri sering tidak masuk sekolah. Puncak insiden dismenore primer terjadi pada

    akhir masa remaja dan di awal usia 20-an. Insiden dismenorea pada remaja putri

    1

  • 2

    dilaporkan sekitar 92%. Kerugian ekonomi di AS tiap tahun dari kasus dismenorea

    diperkirakan mencapai 600 juta jam kerja dan 2 miliar dolar. Dari 1266 mahasiswi di

    Firat University, Turki, sejumlah 45,3 % merasakan nyeri di setiap haid 42,5 %

    kadang-kadang nyeri, dan 12,2 % tidak mengalami nyeri. (Anugoro dan Wulandari,

    2011) .

    Hasil penelitian Lestari, H, dkk, 2009 di Manado, dari 98,5 % yang

    mengalami dismenore terdapat 10,1 % mengalami mual muntah, 14,1 % nyeri

    kepala, 33,7 % gangguan emosi dan 1% pingsan. Begitu juga, penelitian Indarsita,

    D, dkk, 2016 di SMPN 1 Pancurbatu, ada 93,3 % responden yang terganggu

    aktivitasnya dan 70% yang sulit beraktivitas belajar karena dismenore.

    Dismenore ini dapat diatasi dengan pendekatan farmakologis dan non

    farmakologis. Salah satu pendekatan non farmakologis yang dapat digunakan

    adalah hipnoterapi. Salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah pola pikir dari

    yang negatif menjadi positif. Pendekatan yang umumnya dilakukan adalah

    memunculkan pikiran bawah sadar agar latar belakang permasalahan dapat

    diketahui dengan tepat. (Anugoro dan Wulandari, 2011). Dengan hipnoterapi,

    sebagian besar masalah menstruasi dapat disembuhkan atau paling tidak

    berkurang. Karena pada dasarnya hiposis merupakan teknik komunikasi langsung

    dengan pikiran alam bawah sadar kita. (Najmi, 2016)

    Hasil penelitian Purnama, W, 2013 di Pemangkat, terapi non farmakologis

    dapat mengatasi dismenore tanpa memberikan efek samping yang membahayakan.

    Tidak sama halnya dengan terapi farmakologis yang paling sering untuk kasus nyeri

    haid adalah dengan obat-obatan golongan non steroid anti inflammatory drugs

    (NSAID) dapat mengurangi ketidaknyamanan, tetapi terapi ini memberikan efek

    samping terhadap saluran cerna yang sering timbul misalnya dispepsia dan gejala

    iritasi lain terhadap mukosa lambung.

    Hasil penelitian Triana, H 2014 di STiKes Immanuel, menunjukkan tingkat

    nyeri yang dialami remaja hampir sama jumlahnya pada kelompok intervensi

    (diberikan hipnoterapi) dan kontrol, dimana pada pre tes kelompok intervensi

    terdapat 24 orang remaja merasakan nyeri pada tingkat “lebih nyeri” sedangkan

    pada kontrol terdapat 23 orang. Namun pada postest pada kelompok intervensi

    tingkat nyeri remaja mengalami penurunan yang drastis dialami remaja seluruhnya

    (100%) lebih dari 3 hari. Sementara pada kontrol tidak mengalami penurunan

    tingkat nyeri.

  • 3

    Berdasarkan latar belakang diatas, didukung dengan survei awal peneliti pada

    mahasisiwi kebidanan D-III tingkat 1 Poltekkes Kemenkes Medan, dari 20 orang

    mahasiswi yang diambil secara acak, ada 14 orang mahasiswi yang mengalami

    dismenore, dimana 3 orang nyeri ringan dan 11 orang nyeri sedang, maka peneliti

    tertarik untuk melihat berapa besar tingkat dismenore yang bisa diturunkan dengan

    hipnoterapi maka peneliti mengangkat judul “Perbandingan Tingkat Nyeri Haid

    (Dismenorea) Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III

    Tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian ini

    adalah apakah ada perbandingan tingkat nyeri haid sebelum dan sesudah

    hipnoterapi pada mahasiswi kebidanan D-III tingkat I di Poltekkes Kemenkes

    Medan?

    C. Tujuan

    C.1 Tujuan Umum

    Mengetahui perbandingan tingkat nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan

    hipnoterapi pada mahasiswi kebidanan D-III tingkat I di Poltekkes Kemenkes

    Medan.

    C.2 Tujuan Khusus

    1. Mengetahui tingkat nyeri haid sebelum dilakukan hipnoterapi

    2. Mengetahui tingkat nyeri haid setelah dilakukan hipnoterapi

    3. Mengukur perbedaan tingkat nyeri haid sebelum dan setelah dilakukan

    hipnoterapi

    D. Manfaat

    D.1 Manfaat Teoritis

    Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi pendidikan adalah sebagai

    tambahan referensi dan pengembangan penelitian tentang perbedaan tingkat nyeri

    haid sebelum dan setelah dilakukan hipnoterapi pada mahasiswi kebidanan D-III

    tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan.

  • 4

    D.2 Manfaat Praktik

    Manfaat praktik yang bisa diperoleh adalah menambah pengetahuan dan

    wawasan mengenai efektivitas hipnoterapi, baik bagi peneliti, responden maupun

    orang-orang yang membaca penelitian ini sehingga hipnoterapi ini dapat digunakan

    ataupun dimanfaatkan sebagai salah satu jenis terapi non-farmakologis dalam

    penanganan nyeri haid.

    E. Keaslian Penelitian

    Penelitian yang mendahului adalah penelitian yang dilakukan oleh Arifa Rina

    Pradhipta (2011) yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik terhadap Nyeri Haid

    (Dismenorea) pada Remaja Putri SMA N 1 Karangnongko Klaten”. Penelitian ini

    bertujuan untuk diketahuinya pengaruh terapi musik terhadap nyeri haid

    (Dismenorea) pada remaja putri SMA N 1 Karangnongko Klaten. Metode penelitian

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan

    one group pre test-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja

    putri usia 16-18 tahun di SMA N 1 Karangnongko Klaten yang mengalami nyeri haid

    (dismenore). Total sampel 25 responden dengan uji statistik menggunakan uji

    paired t-test. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik paired t-test

    didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,000 yang nilainya sebesar 11,255 lebih besar

    dari t tabel t (0,05)(24) = 1,711 pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti terapi musik

    diterima memiliki peran penting dalam mempengaruhi nyeri haid (dismenore) remaja

    putri SMA N 1 Karangnongko Klaten.

    Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Nurul Laili (2012) yang berjudul

    “Perbedaan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum dan Sesudah Senam

    Dismenore pada Remaja Putri di SMAN 2 Jember”. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengidentifikasi perbedaan tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum dan sesudah

    senam dismenore pada remaja putri di SMAN 2 Jember. Metode penelitian yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan non

    equivalent control grup. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri SMAN 2

    Jember yang mengalami dismenore. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-test

    dependen. Dari hasil statistic berhubungan dengan uji tersebut didapatkan nilai rata-

    rata 0,933 ; nilai t = 1,262 (t hitung < t tabel yaitu 1,262 < 1,701) dan p = 0,218 (p >

    α yaitu 0,218 > 0,05); sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 gagal ditolak artinya

  • 5

    tidak ada perbedaan tingkat nyeri antara kelompok eksperimen dan kelompok

    kontrol sesudah senam dismenore (kedua kelompok sama).

    Penelitian kali ini berjudul “Perbandingan Tingkat Nyeri Haid (Dismenorea)

    Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III Tingkat I di

    Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018”. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui perbandingan tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum dan sesudah

    dilakukan hipnoterapi pada mahasiswi kebidanan D-III tingkat I Poltekkes Kemenkes

    Medan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah true

    eksperimen dengan rancangan one group pretest posttest dan dengan uji Wilcoxon.

    Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi kebidanan D-III tingkat I Poltekkes

    Kemenkes Medan yang mengalami nyeri haid.

    Persamaan dari penelitian ini adalah variabel dependennya. Perbedaan dari

    kedua penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode

    penelitian yang digunakan dimana penelitian yang dilakukan oleh Arifa Rina

    Pradhipta (2011) dengan quasi eksperimen. Berbeda juga dengan penelitian ini

    yang dilakukan oleh Nurul Laili (2012) yaitu dengan metode quasi eksperimen

    dengan rancangan non equivalent control grup. Sedangkan, penelitian yang akan

    dilakukan ini dengan metode true eksperimen dengan rancangan one group pretest

    posttest. Begitu juga terletak perbedaan pada variabel independen dimana

    penelitian terdahulu variabel independennya terapi musik, juga senam dismenore

    sedangkan penelitian ini adalah hipnoterapi. Kemudian dari segi uji juga berbeda,

    dimana penelitian sebelumnya baik yang dilakukan Nurul begitu juga Arifa dengan

    T-Test sedangkan penelitian yang sudah dilakukan ini dengan menggunakan uji

    Wilcoxon.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teori

    A.1 Menstruasi

    A.1.1 Pengertian Menstruasi

    Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan

    secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi

    kehamilan. Masa menstruasi biasa juga disebut dengan mens, menstruasi,

    atau dating bulan. Pada saat menstruasi, darah yang keluar sebenarnya

    merupakan darah akibat peluruhan dinding rahim (endometrium). Darah

    menstruasi tersebut mengalir dari rahim menuju leher rahim, untuk kemudian

    keluar melalui vagina. (Najmi, 2016)

    Haid atau menstruasi atau datang bulan merupakan salah satu ciri

    kedewasaan perempuan. Haid biasanya diawali pada usia remaja, 9-12

    tahun. Ada sebagian kecil yang mengalami lebih lambat dari itu, 13-15 tahun

    meski sangat jarang terjadi. Cepat atau lambat usia untuk mulai haid sangat

    dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya kesehatan pribadi perempuan

    yang bersangkutan, nutrisi, berat badan, dan kondisi psikologis serta

    emosionalnya. Sejak saat itu, perempuan akan mengalami haid sepanjang

    hidupnya, setiap bulan hingga mencapai usia 45-55 tahun yang biasa disebut

    menopause.

    Masa rata-rata perempuan haid antara 3-8 hari dengan siklus rata-rata

    haid selama 28 hari. Masa rata-rata dan siklus rata-rata antara satu

    perempuan dengan perempuan yang lain berbeda-beda dan sangat

    bervariasi. Hal ini lagi-lagi kembali tergantung berbagai faktor, seperti kondisi

    kesehatan, siklus nutrisi, dan emosi perempuan yang bersangkutan.

    Haid adalah siklus alami yang terjadi secara regular untuk

    mempersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya terhadap kehamilan.

    Siklus haid ini melibatkan beberapa tahapan yang dikendalikan oleh interaksi

    hormon yang dikeluarkan hipotalamus, kelenjar di bawah otak depan, dan

    6

  • 7

    indung telur. Pada permulaan siklus, lapisan sel rahim yang akan mulai

    berkembang dan menebal.

    Hormon-hormon tersebut akan memberikan sinyal pada telur di dalam

    indung telur untuk mulai berkembang. Tidak lama kemudian, telur akan

    dilepaskan dari indung telur perempuan dan mulai bergerak menuju tuba

    fallopi terus menuju rahim. Apabila telur tersebut tidak dibuahi oleh sperma

    melalui senggama atau inseminasi buatan maka lapisan rahim akan berpisah

    dari dinding uterus dan mulai meluruh. (Anurogo dan Wulandari, 2011)

    Peluruhan tersebut akan dikeluarkan melalui vagina. Periode

    pengeluaran darah inilah yang disebut dengan haid (diistilahkan juga dengan

    menstruasi atau dating bulan). Apabila perempuan hamil maka ia akan

    berhenti haid. Itulah sebbanya perempuan yang berhenti haid serinng

    menjadi tanda kehamilan, meskipun tidak berarti berhenti haid sudah pasti

    hamil. Kadang ada penyakit tertentu yang menyebabkan seorang perempuan

    berhenti haid. Kondisi emosional yang tidak stabil dan stress juga dapat

    memicu tidak terjadi haid selama kurun waktu tertentu.

    Pada saat haid, pada sebagian perempuan ada yang mengalami

    berbagai gangguan haid yang cukup berat. Misalnya ada sebagian yang

    mengalami kram karena kontraksi otot halus pada rahim, sakit kepala, sakit

    perut, gelisah berlebihan, merasa letih dan lemas, hidung terasa tersumbat,

    bahkan selalu ingin menangis. Selain itu ada juga yang mengalami

    kemarahan tak berujung pangkal, depresi, kondisi ingin makan yang

    berlebihan, hingga nyeri haid yang luar biasa. Semua kondisi gangguan haid

    tersebut haruslah ditangani dengan bijaksana agar tidak mengganggu

    kesehatan secara keseluruhan (Anurogo dan Wulandari, 2011)

    A.1.2 Siklus Menstruasi

    Haid adalah proses pelepasan dinding rahim yang disertai dengan

    pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali pada saat

    terjadi kehamilan. Hari pertama terjadinya haid dihitung sebagai awal setiap

    siklus haid (hari ke-1). Haid akan terjadi 3-7 hari. Hari terakhir haid adalah

  • 8

    waktu berakhir sebelum mulai siklus haid berikutnya. Rata-rata perempuan

    mengalmi siklus haid selama 21-40 hari. Hanya sekitar 15% perempuan

    yang mengalamisiklus haid selama 28 hari. Jarak siklus haid yang paling

    panjang biasanya terjadi setelah haid yang pertama (menarche) dan sesaat

    sebelum berhenti haid (menopause). Jarak di antara waktu tersebut biasanya

    2 bulan atau bahkan 1 bulan terjadi 2 kali siklus. Ini hal yang normal dan

    tidak perlu dirisaukan. Dalam rentang waktu tertentu semenjak menarche,

    siklus akan berlangsung normal. Pada perempuan yang akan menopause,

    kondisi tersebut tidak perlu dicemaskan. Selama kesehatan tetap terjaga,

    menopause tidak perlu ditakuti.

    Untuk dapat mengetahui siklus haid secara pasti, sebaiknya setiap

    perempuan membuat kalender haid. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

    menandai kalender pada saat terjadi haid setiap bulannya. Setelah beberapa

    bulan akan dapat diketahui siklus haid secara pasti. Ini akan membantu kita

    untuk menentukan dan memperkirakan kapan haid berikutnya akan dating.

    Terutama bagi mereka yang biasa memiliki masalah dan ganggua saat haid.

    Jadi, dapat mempersiapkan segala sesuatunya hingga peristiwa penting

    tidak perlu terganggu dengan adanya masalah haid. (Anurogo dan

    Wulandari, 2011)

    Siklus haid terdiri dari 3 fase, yaitu fase folikuler, fase ovulatoir, dan

    fase luteal.

    1. Fase folikuler

    Fase ini dimulai dari hari ke 1 hingga sesaat sebelum kadar LH

    (Luteinizing Hormone), hormon gonatropik yang disekresi oleh kelenjar

    pituitary anterior serta berfungsi merangsang pelepasan sel telur dan

    membantu pematangan serta perkembangan sel telur; meningkat dan terjadi

    peepasan sel telur atau ovulasi. Dinamakan fase folikuler karena pada masa

    ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium.Pada masa pertengahan

    fase folikuler, kadar FSH meningkat sehingga merangsang pertumbuhan

    folikel sebanyal 3-30 folikel yang masing-masing mengandung satu sel telur.

    Hanya satu folikel yang terus tumbuh dan yang lainnya akan hancur. Fsh

  • 9

    adalah hormon gonadotropin yang merangsang sel telur untuk memproduksi

    folikel dominan yang akan matang dan melepaskan telur yang dibuai saat

    ovulasi (pelepasan sel telur), dan berperan untuk menstimulasi folikel

    ovarium untuk memproduksi hormone esterogen.

    Pada suatu siklus, sebagian indung telur dilepaskan sebagai respons

    terhadap penurunan kadar hormon esterogen dan hormon progesteron.

    Indung telur terdiri dari 3 lapisan. Lapisan yang paling atas dan lapisan

    tengah adalah bagian yang dilepaskan. Sedangkan lapisan dasar akan tetap

    dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk membentuk kedua

    lapisan yang telah dilepaskan. Darah haid tidak membeku, kecuali jika terjadi

    perdarahan yang hebat. Setiap kali haid, darah yang hilang sebanyak 28-283

    gram.

    2. Fase Ovulatoir

    Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat. Pada fase inilah sel telur

    dilepaskan. Pada umumnya, sel telur dilepaskan. Pada umumnya, sel telur

    dilepaskan setelah 16-32 jam terjadinya peningkatan kadar LH. Folikel yang

    matang akan tampak menonjol dari permukaan indung telur sehingga

    akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat terjadi pelepasan sel

    telur ini, beberapa perempuan sering merasakan nyeri yang hebat pada

    perut bagian bawah. Nyeri ini akan terjadi selama beberapa menit hingga

    beberapa jam, mengikuti proses pelepasan telur.

    3. Fase Luteal

    Fase ini terjadi setelah pelepasan sel telur dan berlangsung selama 14

    hari. Setelalh melepaskan sel telur, folikel yang pecah akan kembali menutup

    dan membentuk korpus luteum (disebut juga yellow body, struk anatomis

    yang kecil dan berwarna kuning pada permukaan ovarium. Selama masa

    subur atau reproduksi wanita, corpus luteum dibentuk setelah setiap ovulasi

    atau pelepasan sel telur) yang menghasilkan progesterone dalam jumlah

    cukup besar. Hormone progesterone ini akan menyebabkan suhu tubuh

  • 10

    meningkat. Ini terjadi selama fase luteal dan akan terus tinggi sampai siklus

    yang baru dimulai. Peningkatan suhu tubuh ini dapat digunakan sebagai

    perkiraan terjadinya ovulasi.

    Setelah 14 hari, corpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan

    dimulai. Ini akan terus terjadi selama perempuan dalam masa aktif

    reproduksi, kecuali jika terjadi pembuahan dan menyebabkan kehamilan.

    Jika telur dibuahi maka corpus luteum akan menghasilkan HCG (Human

    Chorionic Gonadotropine) yang memelihara progesterone hingga dapat

    menghasilkan hormone sendiri. Tes kehamilan didasarkan pada adanya

    peningkatan kadar HCG. (Anurogo dan Wulandari, 2011)

    A.1.3 Gangguan Menstruasi

    Gangguan menstruasi dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat

    digolongkan dalam :

    1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:

    a. Hipermenorea atau Menoragia

    Adalah perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lama dari normal

    (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

    Tindakan bidan : memeberikan anti perdarahan seperti ergometrin tablet/

    injeksi; KIE (Konseling, Informasi, Edukasi) untuk pemeriksaan selanjutnya;

    merujuk ke fasilitas yang tinggi dan lengkap

    b. Hipomenorea

    Adalah perdarahan haid yang lebih pendek atau lebih kurang dari biasa

    yang disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari

    kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal. Tindakan bidan

    : merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.

    2. Kelainan Siklus

    a. Polimenorea atau Epimenoragia

    Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21

    hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.

    Terapi : stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormone esterogen

  • 11

    dan stadium sekresi menggunakan hormone kombinasi esterogen dan

    progesterone.

    b. Oligomenorea

    Adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan

    jumlah perdarahan tetap sama. Terapi : Jika oligomenore yang disebabkan

    ovulatoar tidak memerlukan terapi, sedangkan bila mendekati amenorea

    diusahakan dengan ovulasi.

    c. Amenorea

    Keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut. Amenore

    terbagi 2 yaitu amenore primer dan sekunder. Amenore Primer, apabila

    belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun. Amenore Sekunder,

    apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haid tetapi

    berhenti berturut-turut selama 3 bulan. Terapi : tergantung pada etiologinya.

    Secara umum dapat diberikan hormone-hormon yang merangsang ovulasi,

    iradiasi dari ovarium dan pengembalian keadaan umum, menyeimbangkan

    antara kerja, rekreasi dan istirahat.

    3. Perdarahan di luar haid

    a. Metrorargia

    Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya

    dengan haid. Terapi : kuretase dan hormonal.

    4. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid

    a. Pre Menstrual Tension (Ketegangan Pra Haid)

    Adalah ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid

    bahkan sampai menstruasi berlangsung yang terjadi pada usia 30-40 tahun

    dan disebabkan oleh ketidakseimbangan hormone esterogen dan

    progesterone menjelang menstruasi. Terapi : olahraga, perubahan diet

    (tanpa garam, kopi dan alkohol, mengurangi stress, mengkonsumsi anti

    depressan bila perlu, menekan fungsi ovulasi, konsultasi dengan tenaga ahli,

    KIE untuk pemerikassan lebih lanjut.

  • 12

    b. Mastodinia atau Mastalgia

    Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid yang disebabkan

    oleh dominasi hormone esterogen, sehingga terjadi retensi air dan garam

    yang disertai hiperemia di daerah payudara

    c. Mittelschemerz (Rasa nyeri pada ovulasi)

    Adalah rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung

    beberapa jam sampai beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi

    dimana ini terjadi karena pecahnya folikel de graff. (Proverawati, A, 2013)

    d. Dismenorea

    1) Pengertian Dismenorea

    Secara etimologi, dismenorea berasal dari kata dalam bahasa Yunani

    kuno (Greek). Kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri,

    abnormal; meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus.

    (Judha, M,2012). Dengan demikian, secara singkat dismenorea dapat

    didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang

    mengalami nyeri. (Anugoro dan Wulandari, 2011)

    Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Nyeri

    menstruasi terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar

    hingga ke pungung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga

    betis. Nyeri bias juga disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal

    dari kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah

    menstruasi dari dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian

    menyebabkan otot- otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit

    atau nyeri. Ketegangan otot ini tidak hanya terjadi pada bagian perut, tetapi

    juga pada otot-otot penunjang yang terdapat di bagian punggung bawah,

    pinggang, panggul, paha hingga betis. (Ernawati,dkk,2017)

    2) Faktor Risiko Dismenore

    Faktor-faktor risiko berikut ini berhubungan dengan episode dismenore

    yang berat :

    a) Haid pertama pada usia amat dini

    b) Periode haid yang lama

  • 13

    c) Aliran darah haid yang hebat

    d) Merokok

    e) Riwayat keluarga yan positif terkena penyakit

    f) Kegemukan

    g) Mengkonsumsi alcohol

    (Anugoro dan Wulandari, 2011)

    3) Jenis Dismenore

    a) Dismenore Primer

    (1) Pengertian Dismenore Primer

    Dismenore Primer adalah nyeri menstruasi yang biasa dirasakan oleh

    perempuan saat mengalami haid tanpa adanya kelainan pada alat

    reproduksi. Rasa nyeri ini biasanya terjadi setelah 12 bulan atau lebih,

    dimulai sejak haid yang pertama. Bahkan ada sebagian perempuan yang

    selalu merasakan nyeri setiap menstruasi datang. (Najmi, 2016)

    (2) Pathogenesis Dismenore Primer

    Dismenore Primer adalah karena prostaglandin F2 alpha (PGF2alpha),

    suatu stimulant miometrium yang kuat dan vasoconstrictor (penyempit

    pembuluh darah) yang ada di endometrium sekretori. Respons terhadap

    inhibitor (penghambat) prostaglandin pada pasien dengan dismenore

    mendukung pernyataan bahwa dismenore diperantarai oleh prostaglandin.

    Banyak bukti kuat menghubungkan dismenore dengan kontraksi uterus yang

    memanjang dan penurunan aliran darah ke miometrium.

    Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan di cairan endometrium

    perempuan dengan dismenore dan berhubungna baik dengan derajat nyeri.

    Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak tiga kali lipat terjadi dari

    fase folikuler menuju fase luteal dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi

    selama haid. Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti

    penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan

    tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan.

    Leukotrine (suatu produk pengubahan metabolisme asam arakidonat,

    bertanggung jawab atas terjadinya contraction (penyusutan atau penciutan)

  • 14

    otot polos (smooth muscle) proses peradangan juga elah diterima ahli untuk

    mempertinggi sensitivitas nyeri serabut di uterus. Jumlah leukotriene yag

    signifikan telah ditunjukkan di endometrium perempuan penderita dismenore

    primer yang tidak merespons terapi antagonis prostaglandin.

    Hormon pituitary posterior, vasopressin terlibat pada hipersensitivitas

    miometrium, mengurangi aliran darah uterus , dan nyeri pada penderita

    dismenore primer. Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan

    dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin. Hipotesis neunoral juga telah

    direkomendasikan untuk pathogenesis dismenore primer. Neuron nyeri tipe

    C di stimulasi oleh metabolit anaerob yang diproduksi oleh ischemic

    endometrium (berkurangnya suplai oksigen ke membran mukosa kelenjar

    ang melapisi rahim). (Anugoro dan Wulandari, 2011)

    (3) Penyebab Dismenore Primer

    - Faktor Endokrin

    Rendahnya kadar progesterone pada akhir fase corpus luteum. Hormon

    progesterone menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan

    hormone esterogen meragsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain,

    endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga

    menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang

    berlebihan memasuki peredaran darah maka selain dismenore dapat juga

    dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual), muntah, diare, flushing (respons

    involunter / tak terkontrol dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh

    kapiler kulit, dapatberupa warna kemerahan/ sensasi panas). (Anugoro dan

    Wulandari, 2011)

    - Faktor Kejiwaan

    Pada remaja yang secara emosional tidak stabil (seperti mudah marah

    dan cepat tersinggung), apalagi jika tidak mengetahui serta tidak

    medapatkan pengetahuan yang baik tentang proses menstruasi, maka hal ini

    dapat menyebabkan timbulnya nyeri mensttruasi. (Najmi, 2016)

  • 15

    - Faktor Konstitusi

    Faktor konstitusi erat kaitannya dengan faktor kejiwaan yang dapat pula

    menurunkan ketahanan tubuh terhadap rasa nyeri. Adapun faktor konstitusi

    ini bentuknya seperti anemia atau penyakit menahun yang dapat

    mempengaruhi timbulnya nyeri saat menstruasi. (Judha, M, 2012)

    - Faktor Alergi

    Faktor ini merupakan teori yang dikemukakan setelah dilakukan

    penelitian tentang adanya hubungan antara dismenore dan migrain atau

    asma. Melalui penelitian tersebut, diduga bahwa penyebab alergi ini ialah

    karena adanya toksin haid. (Najmi, 2016)

    b) Dismenore Sekunder

    (1) Pengertian Dismenore Sekunder

    Dismenore sekunder atau yang disebut juga dismenore ekstrinsik

    adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik, misalnya

    endometriosis (sebagian besar), fibroids, adenomyosis. (Proverawati dan

    Misaroh, 2013).

    Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,

    tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah tahun-tahun

    normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan

    pada dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang menyertai haruslah

    ada. (Anurogo dan Wulandari, 2011)

    (2) Penyebab Dismenore Sekunder

    - Intrauterine contraceptive devices (alat kontrasepsi dalam rahim)

    - Adenomyosis (adanya endometrium selain di dalam rahim)

    - Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot)

    - Uterine polyps (tumor jinak di dalam rahim)

    - Adhesions (perlekatan)

    - Kista ovarium

    - Ovarian torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir)

    - Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di

    panggul)

  • 16

    - Uterine leiomyoma (tumor jinak otot rahim)

    - Penyakit radang panggul kronis

    - Tumor ovarium, polip endometrium

    - Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi dan

    retrofleksi terfiksasi

    - Faktor psikis, seperti takut tidak punya anak, konflik dengan

    pasangan, gangguan libido . (Anurogo dan Wulandari, 2011)

    (3) Potret Klinis Dismenore Sekunder

    Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder

    yang terbatas pada onset yang terbatas pada onset haid. Ini biasanya

    berhubungan dengan perut besar atau kembung, pelvis terasa berat, dan

    nyeri punggung. Secara khas, nyeri meningkat secara progresif selama fase

    luteal dan akan memuncak sekitar onset haid. Berikut adalah potret klinis

    dismenorea sekunder :

    - Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid pertama

    - Dismenore dimulai setelah usia 25 tahun

    - Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik,

    pertimbangkan kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease

    (penyakit radang panggul), dan pelvic adhesion (perlengketan pelvis)

    - Sedikit atau tidak ada respon terhadap obat golongan NSAID

    (nonsteroidal anti-inflammatory drug) atau obat anti inflamasi non-steroid,

    kontrasepsi oral atau keduanya

    Menurut Laurel D. Edmudson, dismenore sekunder memiliki ciri khas

    sebagai berikut:

    - Onset pada usia sekitar 20-30 tahun, setelah siklus haid yang relatif tidak

    nyeri di masa lalu

    - Infertilitas

    - Darah haid yang banyak atau perdarahan yang tidak teratur

    - Rasa nyeri saat berhubungan seks

    - Vaginal discharge (keluar cairan yang tidak normal dari vagina)

    - Nyeri perut bawah atau pelvis selama waktu selain haid

  • 17

    - Nyeri yang tidak berkurang dengan terapi NSAID.

    (Anurogo dan Wulandari, 2011)

    A.2 Nyeri

    A.2.1 Definisi Nyeri

    Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

    menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.Nyeri

    adalah alasan seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.

    Menurut Smeltzer & Bare, International Association for the Study of Pain

    (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan

    pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan

    kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam

    kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan. Nyeri biasa terjadi karena

    adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit di ujung-ujung

    syaraf bebas yang disebut nosireseptor. (Judha, M, 2012).

    Pada kehidupan nyeri dapat bersifat lama dan ada yang singkat,

    berdasarkan lama waktu terjadinya inilah maka nyeri dibagi menjadi dua,

    yaitu nyeri kronis dan nyeri akut, beda diantara keduanya adalah:

    - Nyeri akut

    Sebagian besar, diakibatkan oleh penyakit, radang, atau injuri

    jaringan. Nyeri jenis ini biasanya datang tiba-tiba, sebagai contoh, setelah

    trauma atau pembedahan dan mungkin menyertai kecemasan atau distress

    emosional. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera sudah

    terjadi. Nyeri akut biasanya berkurang sejalan dengan terjadinya

    penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari 6 (enam) bulan.

    Penyebab nyeri yang paling sering adalah tindakan diagnose dan

    pengobatan. Dalam beberapa kejadian jarang menjadi kronis.

    - Nyeri kronik

    Nyeri kronik konstan dan intermitten yang menetap sepanjang suatu

    periode waktu. Nyeri kronik menjadi lebih berat yang dipengaruhi oleh

  • 18

    lingkungan dan faktor kejiwaan. Nyeri kronis dapat berlangsung lebih lama

    (lebih dari enam bulan) dibandingkan dengan nyeri akut dan resisten

    terhadap pengobatan. Nyeri ini dapat dan sering mengakibatkan masalah

    yang berat bagi pasien. (Judha, M, 2012).

    A.2.2 Teori-Teori tentang Nyeri

    1. Teori Affect

    Menurut teori ini, nyeri merupakan suatu emosi. Intensitasnya

    bergantung pada bagaimana klien mengartikan nyeri tersebut.

    2. Teori Endorphin

    Teori ini mengatakan, bahwa tubuh memproduksi zat kimia yang

    disebut endorphin yang berperan untuk menolong tubuh dalam melawan

    rasa nyeri secara alamiah. Endorfin mempengaruhi tranmisi implus nyeri.

    Endorfin memiliki serupa dengan narkotik, yaitu menghambat rasa nyeri.

    Endorfin muncul dengan cara memisahkan diri dari DNA tubuh. Ketika

    endorfin terpisah dari DNA, Endorfin membuat kehidupan dalam situasi

    normal menjadi terasa tidak menyakitkan. Endorfin harus diusahakan timbul

    pada situasi yang menyebabkan rasa nyeri. (Solehati dan Eli, 2015)

    Jenis-Jenis Nyeri

    Price & Wilson (2005), mengklasifikasikan nyeri berdasarkan lokasi

    atau sumber, antara lain:

    1) Nyeri somatik superficial (Kulit)

    2) Nyeri somatik dalam

    3) Nyeri visera

    4) Nyeri alih

    5) Nyeri neuropati (Judha, M, 2012).

  • 19

    A.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

    Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Perry &

    Potter (2005), antara lain:

    1) Usia

    Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,

    khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang

    ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi

    bagaimana anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.

    2) Jenis kelamin

    Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam

    respon terhadap nyeri.Toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh

    faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap

    individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.

    3) Kebudayaan

    Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

    mengatasi nyeri. Menurut Clancy dan Vicar (Cit Perry & Potter, 2005),

    menyatakan bahwa sosialisasi budaya menentukan perilaku

    psikologis seseorang. Dengan demikian, hal ini dapat mempengaruhi

    pengeluaran fisiologis opiate endogen dan sehingga terjadilah

    persepsi nyeri.

    4) Makna nyeri

    Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

    Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya

    individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara

    berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman,

    suatu kehilangan, hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita

    yang melahirkan akan mempersepsikan nyeri, akibat cedera karena

    pukulan pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersiapkan

    nyeri klien berhubungan dengan makna nyeri.

  • 20

    5) Perhatian

    Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat

    sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang

    menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsenterasi klien

    pada stimulus yang lain, ini termasuk nyeri pada kesadaran yang

    perifer. Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu

    meningkat, khususnya terhadap nyeri yang berlangsung hanya

    selama waktu pengalihan.

    6) Ansietas

    Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.Ansietas

    seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

    menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah

    sama dalam nyeri dan anisietas. Price (Cit Perry, Potter 2005),

    melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian

    sistem limbic dapat memproses reaksi emosi seseorang, khususnya

    ansietas.Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi seseorang

    terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.

    7) Keletihan

    Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan

    sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkn kemampuan

    koping.Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang

    menderita penyakit dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai

    kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa lebih berat dan jika

    mengalami suatu proses periode tidur yang baik maka nyeri

    berkurang.

    8) Pengalaman sebelumnya

    Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu

    akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan

    datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian

    episode nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul dan

  • 21

    juga sebaliknya. Akibatnya klien akan lebih siap untuk melakukan

    tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.

    9) Gaya koping

    Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat

    merasa kesepian, gaya koping mempengaruhi mengatasi nyeri.

    10) Dukungan keluarga dan sosial

    Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah

    kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka

    terhadap klien. Walaupun nyeri dirasakan, kehadiran orang yang

    bermakna bagi pasien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

    Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri

    membuat klien semakin tertekan, sebaliknya tersedianya seseorang

    yang member dukungan sangat berguna karena membuat seseorang

    merasa lebih nyaman. (Judha, M, 2012).

    A.2.4 Tanda Dan Gejala Nyeri

    Secara umum orang yang mengalami nyeri akan didapatkan respon

    psikologis berupa:

    1) Suara

    - Menangis

    - Merintih

    - Menarik/menghembuskan nafas

    2) Ekspresi wajah

    - Meringis

    - Menggigit lidah, mengatupkan gigi

    - Dahi berkerut

    - Tertutup rapat/membuka mata atau mulut

    - Menggigit bibir

    3) Pergerakan tubuh

    - Kegelisahan

  • 22

    - Mondar-mandir

    - Gerakan menggosok atau berirama

    - Bergerak melindungi bagian tubuh

    - Immobilisasi

    - Otot tegang

    4) Interaksi sosial

    - Menghindari percakapan dan kontak sosial

    - Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri

    - Disorientasi waktu

    Berdasarkan studi literatur dan hasil penelitian dalam melakukan

    penatalaksanaan nyeri dengan manajemen non farmakologis tidak begitu

    banyak dilakukan.Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa

    nyeri ini sifatnya sesaat, maka penggunaan yang tepat adalah menggunakan

    distraksi/relaksasi cukup efektif.Terapi distraksi/relaksasi yang umum

    digunakan adalah menarik nafas dalam yang diberikan atau dilakukan

    bersamaan dengan munculnya rasa nyeri akibat dari suatu hal misalnya saat

    mengganti balutan.

    Terapi lain yang juga dapat dilakukan adalah terapi sentuhan/counter

    pressure yang dilakukan pada saat orang yang akan melahirkan timbul his.

    Terapi ini cukup efektif, karena pada saat muncul his yang menyebabkan

    nyeri, maka jarak spinal dan syaraf yang menghantar nyeri akan di blockade

    sehingga tidak sampai ke pusat nyeri di otak. Keefektifan tindakan counter

    pressure dibuktikan dengan pasien selalu meminta agar daerah lumbar di

    gosok-gosok dan menurutnya teknik ini sangat efektif untuk mengurangi

    nyeri akibat his.

    Tindakan lain yang juga sangat sederhana dan dapat mengurangi

    rasa nyeri adalah mengurangi nyeri dengan kompres hangat. Terapi ini dapat

    diberikan pada saat seseorang mengalami kolik renal.Untuk nyeri-nyeri

    kronik yang sudah lama dan muncul secara terus menerus dan hebat, dapat

    digunakan teknik mengaliri aliran listrik yang kecil atau bisa juga memberikan

  • 23

    pancaran panas dengan skala kecil dengan menerapkan terapi

    distraksi/relaksasi dan ditambah dengan nafas dalam. (Judha, M, 2012).

    A.2.5 Pengkajian Terhadap Nyeri

    Beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang

    antara lain:

    a. Intensitas nyeri

    Membuat tingkatan nyeri pada skala verbal. Misal, tidak nyeri, sedikit

    nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, sangat nyeri atau dengan membuat skala

    nyeri yang sebelumnya bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif dengan

    menggunakan skala 0-10 yang bermakna 0= tidak nyeri dan 10= nyeri

    sangat hebat.

    b. Karakteristik nyeri

    Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri,

    durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus menerus,

    hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas) dan kualitas

    (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial, atau

    bahkan seperti di gencet).

    Karakteristik nyeri dapat juga dilihat berdasarkan metode PQRST, P

    Provocate, Q Quality, R Region, S Severe, T Time. Berikut ini keterangan

    lengkapnya:

    1. P : Provocate

    Tenaga kesehatan harus mengkaji penyebab terjadinya nyeri pada

    penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-bagian tubuh mana

    yang mengalami cedera termasuk menghubungkan antara nyeri yang

    diderita dengan faktor psikologisnya, karena bisa terjadinya nyeru hebat

    karena dari faktor psikologis bukan dari lukanya.

  • 24

    2. Q : Quality

    Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh

    klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat nyeri seperti

    ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial atau bahkan seperti di

    gencet.

    3. R : Region

    Untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk

    menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman. Untuk

    melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya tenaga kesehatan meminta

    penderita untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal sampai kea

    rah nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri

    yang dirasakan bersifat menyebar atau difuse.

    4. S : Severe

    Tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang dirasakan

    oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas

    nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala yang sifatnya

    kuantitas.

    Gambar 2.1 Numeric Pain Intensity Scale

    5. T : Time

    Tenaga kessehatan mengkaji tentang frekuensi, durasi dan rangkaian

    nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama

    menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-lain. (Solehati dan

    Eli, 2016)

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  • 25

    c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri

    Hal-hal yang menyebabkan nyeri berkurang adalah seperti gerakan

    tertentu, istirahat, nafas dalam, penggunaan obat dan sebagainya. Selain itu

    adalah apa-apa yang dipercaya sifatnya psikologis pada penderita dapat

    membantu mengatasi nyeri.

    d. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari

    Kaji aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat adanya nyeri seperti

    sulit tidur, tidak nafsu makan, sulit konsenterasi. Nyeri akut sering berkaitan

    dengan ansietas dan nyeri kronis dengan depresi.

    e. Kekhawatiran individu tentang nyeri

    Mengkaji kemungkinan dampak yang dapat diakibatkan oleh nyeri

    seperti beban ekonomi, aktivitas harian, prognosis, pengaruh terhadap peran

    dan perubahan citra diri.

    f. Mengkaji respon fisiologis dan perilaku terhadap nyeri

    Perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indicator nyeri yan

    lebih akurat. Respon involunter seperti meningkatnya frekuensi nadi dan

    pernafasan, pucat dan berkeringat adalah indicator rangsanga saraf otonom

    dan bukan nyeri. Respon perilaku terhadap nyeri dapat berupa menangis,

    merintih, merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal atau

    menarik diri. Respon lain dapat berupa mudah marah atau tersinggung.

    (Judha, M, 2012).

    A.2.6 Skala atau Pengukuran Nyeri

    Ada beberapa skala atau pengukuran nyeri, diantaranya adalah

    sebagai berikut:

    1. Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana

    Gambar 2.2 Skala Deskripsi Intensiitas Nyeri Sederhana

  • 26

    2. Skala Intensitas Nyeri Numerik

    Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Numerik

    3. Skala Analog Visual

    Gambar 2.4 Skala Analog Visual

    Keterangan:

    0 : Tidak Nyeri ; 1 – 5 : Nyeri Sedang ; 6 – 10 : Nyeri sangat hebat

    4. Skala Nyeri “Muka”

    Gambar 2.5 Skala Nyeri Muka

    5. kala Nyeri dengan “Observasi Perilaku”

    Tabel 2.1 Skala Nyeri dengan Observasi Perilaku

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    No

    Pain Moderate Pain

    Worst

    Possible

    Pain

  • 27

    PENGUKURAN SKOR

    0 1 2

    1. Penjagaan (Guarding)

    2. Memegang Area yang Sakit

    (Bracing)

    3. Menggosok (Rubbing)

    4. Meringis (Grimacing)

    5. Mendesah (Sighing)

    6. Skala Peringkat Intensitas Nyeri

    Gambar 2.6 Skala Peringkat Intensitas Nyeri

    7. Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale)

    Gambar 2.7 Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale)

  • 28

    8. Skala Nyeri dari FLACC

    Gambar 2.8 Skala Nyeri dari FLACC

    (Judha, M, dkk, 2012)

    A.3 Hipnoterapi

    A.3.1 Konsep Dasar Hipnoterapi

    Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari

    manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku.

    Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran

    menggunakan hipnotis. Hipnotis dapat diartikan sebagai ilmu untuk member

    sugesti atau perintah kepada pikiran bawah sadar. (Setiawan, 2014)

    Hipnoterapi merupakan salah satu cara yang cukup ampuh untuk

    menyembuhkan nyeri haid.salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah

    pola piker dari yang negative ke positif. Pendekatan yang umumnya

    dilakukan adalah memunculkan pikiran bawah sadar agar latar belakang

    permasalahan dapat diketahui dengan tepat. (Anugoro dan Wulandari,

    2011)

    Terdapat 2 macam pikiran, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.

    Peran dan pengaruh pikiran sadar terhadap diri kita adalah sebesar 12 %

    sedangkan pikiran bawah sadar mencapai 88%. Pikiran sadar dan bawah

  • 29

    sadar sebenarnya saling mempengaruhi dan bekerja dengan kecepatanyang

    sangat tinggi.

    Empat fungsi spesifik pikiran sadar

    1. Mengidentifikasi informasi yang masuk

    Informasi ini diterima melalui panca indera, penglihatan, pendengaran,

    penciuman, pengecapan, sentuhan atau perasaan.

    2. Membandingkan

    Informasi yang masuk dibandingkan dengan database (referensi

    pengalaman dan segala informasi) yang berada di pikiran bawah sadar

    3. Menganalisis

    4. Memutuskan

    Pikiran bawah sadar mempunyai fungsi atau menyimpan hal-hal berikut

    :

    1. Kebiasaan (baik, buruk, refleks)

    2. Emosi

    3. Memori jangka panjang

    4. Kepribadian

    5. Intuisin

    6. Kreativitas

    7. Persepsi

    8. Belief dan value

    Terapi konvensional biasanya membutuhkan waktu yang relative lama

    karena hanya bermain pada level pikiran sadar. Ada 5 cara untuk melewati

    filter mental dan masuk ke pikiran bawah sadar.

    1. Pengulangan / Repetisi

    Segala sesuatu yang dilakukan secara konsisten atau berulang-ulang

    akan masuk ke bawah sadar dan menjadi kebiasaan

    2. Identifikasi kelompok/ keluarga

  • 30

    Hidup dalam keluarga yang memiliki latar belakang budaya tertentu

    akan membuat kita mengikuti kebiasaan yang ada di dalam keluarga,

    kelompok gang atau masyarakat.

    3. Ide yang disampaikan oleh figure yang dipandang memiliki otoritas

    Apa yang disampaikan oleh seseorang yang dipandang memiliki

    otoritas, seorang pakar, seseorang yang kita hormati dan kagumi akan dapat

    diterima oleh pikiran bawah sadar dengan mudah.

    4. Emosi yang intens

    Setiap kejadian yang kita alami, bila disertai dengan intensitas emosi

    yang tinggi, baik positif Maupin negative, akan sangat membekas di pikiran

    bawah sadar.

    5. Hypnosis/ kondisi alfa

    Hypnosis menjangkau pikiran bawah sadar dengan teknik komunikasi

    yang mampu melewati pikiran sadar. (Gunawan,A, 2006)

    Kunci untuk mengubah program yang ada di bawah sadar terletak pada

    bagaimana kita dapat mem-by-pass atau melewati pikiran sadar. Dari lima

    cara di atas, hypnosis adalah cara yang paling cepat dan efektif untuk masuk

    ke pikiran bawah sadar.

    Hipnosis menggunakan cara yang sangat cepat untuk menonaktifkan

    filter mental dan masuk ke pikiran bawah sadar, saat pikiran nonaktif, setiap

    sugesti yang diberikan memiliki kekuatan sembilan kali lebih kuat dari pada

    dalam situasi biasa.

    Struktur Hypnosis

    1. Pre-Induction Talk

    Proses yang dilakukan sebelum langkah induction. Pada prinsipnya

    pada proses ini Hypnotist melakukan pengenalan terhadap subjek,

    melakukan Suggestibility Test dan menerapkan Hypnotic Training. Dalam

    konteks Hypnotherapy, maka Hypnotherapist melakukan eksplorasi

    permasalahan Client secara detail pada proses ini.

  • 31

    2. Induction

    Teknik untuk membawa Subyek ke kondisi Hypnotic State.

    - Instant Induction (Rapid, Shock) bagi Subyek yang memiliki tingkat

    sugestivitas tinggi

    - Extended Progressive Relaxation bagi Subyek yang memiliki tingkar

    sugestivitas yang moderat dan rendah.

    3. Deepening

    Teknik untuk memperdalam kondisi Trance dari Subyek. Terdapat

    sangat banyak Script untuk keperluan deepening dikelompokkan menjadi 3

    jenis, yaitu:

    - Hitungan (Simple Deepening), yaitu deepening dengan mengistirahatkan

    sisi Conscious Mind dari subyek.

    - Tempat kenyamanan, yaitu Deepening dengan memandu subyek pergi ke

    suatu tempat yang nyaman untuknya.

    - Aktivitas, yaitu Deepening dengan memandu subyek untuk melakukan

    aktivitas tertentu (menuruni tangga, menuruni gedung menggunakan lift,

    dsb).

    4. Depth Level Test

    Suatu teknik untuk memeriksa kedalaman dari subyek. Dapat

    dilakukan dengan dengan cara, antara lain:

    - Dengan melakukan konfirmasi secara langsung kepada subyek (misal

    dengan teknik Ideo Motor Response)

    - Dengan cara mengamati tanda-tanda di fisik subyek (Trance Signal)

    - Dengan membandingkan tanda-tanda kedalaman dengan Depth Trance

    Scale (skala kedalaman Trance)

    5. Suggestion

    Inti dari proses Hypnosis, yaitu pemberian kata-kata Sugesti, sesuai

    dengan kebutuhan. Terdapat dua jenis suggestion, yaitu yang dapat

    menghasilkan efek Therapeutic (Hypnotherapy) dan Suggestion yang tidak

    menghasilkan efek Therapeutic (Stage Hypnotism).

  • 32

    Dalam konteks Hypnotherapy, suggestion yang bertentangan dengan

    nilai dasar dan sistem keyakinan dari client tidak akan bertahan lama.

    6. Termination (Emerging)

    Teknik untuk mengembalikan subyek kembali ke kondisi normal.

    Harus dilakukan secara bertahap dan tegas. (The Indonesian Board of

    Hypnotherapy, 2015)

    A.4 Nyeri dan Hipnoterapi

    Masalah menstruasi dapat diatasi dengan hipnoterapi. Mungkin banyak

    orang-orang tidak percaya, tetapi bisa dirasakan manfaatnya. Namun, ketika

    melakukan hipnoterapi, sebaiknya jangan saat menstruasi.Dengan

    hipnoterapi, sebagian besar masalah menstruasi dapat disembuhkan atau

    paling tidak berkurang. Karena pada dasarnya hypnosis merupakan teknik

    komunikasi langsung dengan pikiran alam bawah sadar kita. Pikiran bawah

    sadar adalah bagian dari pikiran yang mengatur semua proses biologis yang

    tidak kita sadari.

    Salah satu metode hipnoterapi yang banyak digunakan dalam

    mengatasi khususnya dalam hal nyeri adalah dengan mengubah pola piker

    dari yang negatif ke positif. Pendekatan yang umumnya dilakukan yaitu

    memunculkan pikiran bawah sadar agar latar belakag permasalahan dapat

    diketahui dengan tepat. Caranya, saat menstruasi belum datang, rilekskan

    tubuh. Nonaktifkan pikiran. Dengan mata terpejam, sadari kondisi saat itu.

    Setelah benar-benar rileks dan nyaman, instruksikan sebuah perintah “Rasa

    sakit yang biasanya datang saat menstruasi ,hilang!” Ucapkan kalimat

    tersebut berulang sembari meyakini bahwa hal itu pasti terjadi. Menstruasi itu

    tidak harus sakit. Selama ini, pikiran terpola bahwa menstruasi itu sakit,

    sehingga benar-benar sakit saat menstruasi. (Najmi, 2016).

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Primatama dan Ardiansyah, 2014,

    didapatkan nilai Visual analog scale / VAS responden sebelum menjalani

    perlakuan pada kelompok hipnoterapi dengan total jumlah sampel 16 orang

    paling banyak pada nilai 7 atau skala nyeri berat berjumlah 5 orang (31,2 %)

  • 33

    - Primer

    dan paling sedikit pada nilai 4 atau skala nyeri sedang berjumlah 2 orang

    (12,5 %). Setelah dilakukan perlakuan (hipnoterapi), mengalami penurunan

    dengan persentase sebesar 18,8 % pada intensitas skala nyeri sedang, 50 %

    nyeri ringan dan 21,2 % tidak nyeri.

    B. Kerangka Teori

    Gambar 2.9 Kerangka Teori

    Pengobatan :

    . 1. Pengobatan Herbal

    2. Penggunaan Suplemen

    3. Perawatan Medis

    4. Relaksasi

    Dismenore :

    6. Akupuntur

    - Sekunder

    = Diteliti Diteliti

    Tidak Diteliti

    C. Kerangka Konsep

    Gambar 2.10 Kerangka Konsep

    Variabel Independen Variabel

    Dependen

    Tingkat Nyeri :

    1. Tidak Nyeri

    2. Nyeri Ringan

    3. Nyeri sedang

    4. Nyeri berat

    5. Nyeri sangat

    berat

    5.

    Hipnoterapi

    Hipnoterapi

    Tingkat Nyeri Haid

    (Dismenore)

  • 34

    D. Definisi Operasaional

    Tabel 2.2 Definisi Operasional

    Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala

    Ukur Hasil Ukur

    Independen

    :

    Hipnoterapi

    Merupakan salah

    satu cara yang dapat

    dilakukan responden

    untuk mengurangi

    nyeri haid dengan

    cara mengubah pola

    pikir dari negatif ke

    positif dengan

    memunculkan pikiran

    bawah sadar.

    Lembar

    teknik

    hipnoterapi

    Nominal - Ya

    - Tidak

    Dependen :

    Nyeri Haid

    (Dismenore)

    Perasaaan tidak

    nyaman yang

    dirasakan responden

    saat menstruasi

    akibat kontraksi

    uterus

    - Lembar

    Kuesione

    r

    - Lembar

    observasi

    Rasio Skala nyeri

    (0-10)

    - Tidak nyeri

    (0)

    - Nyeri ringan

    (1-3)

    - Nyeri

    sedang (4-

    6)

    - Nyeri berat

    (7-10)

    E. Hipotesis Penelitian

  • 35

    Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti

    m