Author
lamkhanh
View
227
Download
3
Embed Size (px)
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN
IKATAN KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PENALARAN PADA SISWA KELAS X
SMAN 1 TAWANGSARI
TAHUN AJARAN
2009/2010
Skripsi
Oleh:
Apriyanti
K 3305003
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN
IKATAN KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PENALARAN PADA SISWA KELAS X
SMAN 1 TAWANGSARI
TAHUN AJARAN
2009/2010
Skripsi
Oleh:
Apriyanti
K 3305003
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERS ITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan pembimbing:
Pembimbing I
Dra. Hj. Kus Sri Mart ini, M.Si
NIP. 19500104 197501 2 001
Pembimbing II
Endang Susilowati, S.Si, M.Si.
NIP.19700117 200003 2 001
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari:
Tanggal:
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Ketua : Dra. Bakt i Mulyani, M. Si. ...................
Sekretaris : Drs. Sulistyo Saputro, M.Si. ....................
Anggota I : Dra. Kus Sri Martini, M.Si. ....................
Anggota II : Endang Susilowati, S.Si, M.Si. ....................
Disahkan Oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Dekan.
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Apriyanti . PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN PADA SISWA KELAS X SMAN 1 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Pebruari 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan
metode pembelajaran Problem Solving terhadap prestasi belajar ikatan kimia. (2)
Pengaruh kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan kimia. (3)
Interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Problem Solving dan
kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan kimia.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen dan menggunakan
rancangan penelitian Factorial Design 2x2. Sampel terdiri dari dua kelas yang
diambil dengan teknik Cluster Random Sam pling. Satu kelas sebagai kelas
eksperimen metode Problem Solving dan satu kelas untuk kelas kontrol. Populasi
yang digunakan adalah siswa kelas X SMAN 1 Tawangsari Tahun Ajaran
2009/2010. Teknik pengambilan data prestasi belajar siswa menggunakan tes
bentuk obyektif untuk aspek kognitif dan angket untuk aspek afektif serta nilai
kemampuan penalaran siswa dengan angket penalaran. Data yang telah terkumpul
dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai statistik uji
Analisis Variansi Dua Jalan dengan frekuensi sel tidak sama.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan: (1) Ada pengaruh
penggunaan metode pembelajaran Problem Solving terhadap prestasi belajar
ikatan kimia ditandai dengan nilai FA = 34,524 > F0,05; 1,60 = 4,00 untuk aspek
kognitif tetapi tidak untuk aspek afektif. (2) Ada pengaruh kemampuan penalaran
terhadap prestasi belajar ikatan kimia ditandai dengan nilai FB = 4,478 > F0,05; 1,60
= 4,00 untuk prestasi kognitif tetapi tidak untuk aspek afekt if. (3) Tidak ada
interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Problem Solving dan
kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan kimia ditandai dengan FAB
= 1,903 < F0,05; 1,76 = 4,00.
vi
ABSTRACT Apriyanti . THE EFFECT OF PROBLEM SOLVING LEARNING METHOD ON THE CHEMISTRY LEARNING ACHIEVEMENT IN THE SUBJECT MATTER OF CHEMICAL BOND VIEWED FROM THE LOGICAL REASONING CAPABILITY IN THE X GRADERS OF SMA N 1 TAWANGSARI IN THE SCHOOL YEAR OF 2009/2010. Thesis. Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. Surakarta. February 2010.
This research aims to find out: (1) the effect of the use of problem solving learning method on the chemical bond learning achievement, (2) the effect of the use of logical reasoning capability on the chemical bond learning achievement , and (3) the interaction between the use of problem solving learning method and the logical reasoning capability on the chemical bond learning achievement .
This research was taken place in experimental method and used Factorial Design 2x2. The sample consist of two class was taken with Cluster Random Sampling, that is, two classes: one class is the experimental class of problem solving method and one control class. The population used was the X graders of SMA N 1 Tawangsari in the School Year of 2009/2010. Technique of collecting data employed were objective test method for the cognitive learning achievement , quistionnaire for the data on student learning affective and students logical reasoning capability. The data obtained was analyzed using quantitative approach of Two-way variance analysis with different cell.
Based on the result of research can be concluded that: (1) there is the effect of the use of problem solving learning method on the chemical bond learning achievement because FA = 34,524 > F0,05; 1,60 = 4,00 for cognitive aspect but no for affective aspect, (2) There is the effect of the use of logical reasoning capability on the chemical bond learning achievement because FB = 4,478 > F0,05; 1,60 = 4,00 for cognitive aspect but no for affective aspect, and (3) There is no interaction between the use of problem solving learning method and the logical reasoning capability on the chemical bond learning achievement because FAB = 1,903 < F0,05; 1,76 = 4,00.
vii
MO TTO
Lakukan apa yang bisa kamu kerjakan hari ini.
Setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan.
Kita hidup bukan untuk kita sendiri, lakukan yang terbaik untuk orang-
orang yang mencintai kita.
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta,
atas doa dan restunya.
2. Aning & Bowo adik-adikku tersayang.
3. Keponakanku Dika, Dody, Raha, Iga, Yoga
terima kasih untuk semangatnya.
4. Teman-teman seperjuanganku, Titik, Elmi,
Evy, Linggar, Mas Mawan, Tina, Ika, Ima,
Dieni, Titin, Astri terima kasih atas
dukungannya.
5. Rekan-rekan angkatan 2005.
6. Almamater.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan proses penelitian dan penyusunan
skripsi ini. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat dalam mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Kimia Jurusan P. MIPA, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam menulis skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, petunjuk dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan ijin penelitian kepada penulis.
2. Ibu Dra. Kus Sri Martini, M. Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan
baik.
3. Ibu Dra. Tri Redjeki, M. S, selaku Ketua Program Kimia yang telah
memberikan ijin penelitian kepada penulis.
4. Ibu Endang Susilowati, S.Si, M. Si, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan saran dan arahan kepada penulis.
5. Bapak Prof. Dr. Ashadi, selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
6. Ibu Sri Lastari, M.Pd selaku kepala SMAN 1 Tawangsari yang telah
memberikan ijin kepada penulis.
7. Bapak Drs. Daryono selaku Guru Kimia SMAN 1 Tawangsari yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu dalam kegiatan
penelitian ini.
8. Bapak ibu guru, segenap karyawan dan karyawati dan siswa SMAN 1
Tawangsari, yang telah m emberikan dukungan.
x
9. Teman-teman angkatan 2005 yang selalu memberi bantuan dan semangat
dalam penyusunan makalah ini.
10. Semua pihak yang belum penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak
kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun, salah satunya
dengan penelitian lanjutan dari penelitian ini.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Surakarta, Pebruari 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xix
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Ident ifikasi Masalah............................................................... 3
C. Perumusan Masalah ............................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
BAB II. LANDASAN TEORI................................................................... 5
A. Kajian Teori........................................................................... 5
1. Belajar .............................................................................. 5
2. Pembelajaran Problem Solving ........................................ 6
3. Prestasi Belajar ................................................................. 12
4. Penalaran Formal ............................................................. 15
5. Ikatan Kimia .................................................................... 19
xii
B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 28
C. Hipotesis................................................................................. 29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................ 30
1. Tempat Penelitian ............................................................ 30
2. Waktu Penelitian.............................................................. 30
B. Metode Penelitian .................................................................. 30
1. Rancangan Penelitian....................................................... 30
2. Prosedur Penelitian .......................................................... 30
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 31
1. Populasi Penelitian........................................................... 31
2. Sampel Penelitian ............................................................ 31
D. Variabel Penelitian................................................................. 31
1. Variabel Bebas.................................................................. 31
2. Variabel Terikat............................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 32
1. Sumber Data .................................................................... 32
2. Instrumen Penelitian ........................................................ 32
a. Aspek Kognitif........................................................... 32
1) Uji Validitas Soal .................................................. 32
2) Uji Reliabilitas Soal .............................................. 34
3) Taraf Kesukaran Soal ............................................ 35
4) Daya Pembeda Soal............................................... 36
b. Aspek Afekt if ............................................................ 37
1) Uji Validitas Soal .................................................. 37
2) Uji Reliabilitas Soal .............................................. 38
c. Tes Kemampuan Penalaran ....................................... 39
1) Uji Validitas Soal .................................................. 39
2) Uji Reliabilitas Soal .............................................. 40
3) Taraf Kesukaran Soal ............................................ 41
xiii
4) Daya Pembeda Soal............................................... 42
F. Teknik Analisis Data ............................................................. 44
1. Uji Prasyarat .................................................................... 44
2. Uji Normalitas.................................................................. 44
3. Uji Homogenitas .............................................................. 45
4. Uji T-Matching ................................................................ 46
5. Pengujian Hipotesis.......................................................... 47
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 51
A. Deskripsi Data ....................................................................... 51
1. Data Nilai Kemampuan Awal Siswa ................................ 51
2. Data Skor Kemampuan Penalaran ................................... 53
3. Data Prestasi Belajar Kimia............................................. 57
4. Data Nilai Afekt if ............................................................ 66
B. Hasil Uji Prasyarat................................................................. 69
1. Uji Keseimbangan............................................................. 69
2. Uji Normalitas.................................................................. 69
3. Uji Homogenitas .............................................................. 71
C. Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................... 72
D. Pembahasan............................................................................ 74
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 81
A. Kesimpulan............................................................................. 81
B. Implikasi ................................................................................ 82
C. Saran....................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 83
LAMPIRAN ................................................................................................. 84
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 1. Konfigurasi Elektron Unsur-Unsur Gas Mulia ............................... 17
Tabel 2. Daftar Keelektronegatifan ............................................................... 20
Tabel 3. Contoh Moleul dan Bentuk Molekul ............................................... 21
Tabel 4. Rancangan Analisis ......................................................................... 31
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Kognitif ...... 35
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian Kognitif .... 37
Tabel 7. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penelitian Kognitif . 38
Tabel 8. Rangkuman Hasil Daya Pembeda Soal Instrumen Penelitian
Kognitif ........................................................................................... 39
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Afektif ........ 40
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Realibilitas Instrumen Penelitian Afekt if .... 41
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan
Penalaran ......................................................................................... 42
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Tes
Kemampuan Penalaran .................................................................... 43
Tabel 13. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penelitian Tes
Kemampuan Penalaran .................................................................... 44
Tabel 14. Rangkuman Hasil Daya Pembeda Soal Instrumen Penelitian Tes
Kemampuan Penalaran .................................................................... 45
Tabel 15. Rangkuman Analisis Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .................... 52
Tabel 16. Jumlah Siswa, Rata-Rata dan Variansi Nilai Kemampuan Awal
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II ................................. 54
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Kelas Eksperimen
Problem Solving .............................................................................. 55
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Kelas Eksperimen
Konvensional ................................................................................... 56
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Penalaran Kelas
Eksperimen Problem Solving .......................................................... 57
xv
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Penalaran Untuk Kelas
Eksperimen Konvensional ............................................................... 58
Tabel 21. Perbandingan Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Penalaran
Anatara Kelas Eksperimen I (Problem Solving) dan Kelas
Eksperimen II (Konvensional) ........................................................ 59
Tabel 22. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kognitif Kelas Eksperimen I
dengan Metode Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan
Kimia ............................................................................................... 60
Tabel 24. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen I
dengan Metode Problem Solving Pada Pokok Bahasan Ikatan
Kimia ............................................................................................... 61
Tabel 25. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kognitif Kelas Eksperimen II
dengan Metode Konvensional Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia 62
Tabel 26. Distribusi Frekuensi Nilai Postes Kognitif Kelas Eksperimen II
dengan Metode Konvensional Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia 63
Tabel 27. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen II
dengan Metode Konvensional Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia 64
Tabel 28. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Kognitif Siswa
Antara Kelas Eksperimen I (Problem Solving) dan Kelas
Eksperimen II (Konvensional) ........................................................ 65
Tabel 29. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Postes Kognitif Siswa
Antara Kelas Eksperimen I (Problem Solving) dan Kelas
Eksperimen II (Konvensional) ........................................................ 66
Tabel 30. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa
Antara Kelas Eksperimen I (Problem Solving) dan Kelas
Eksperimen II (Konvensional) ........................................................ 67
Tabel 31. Distribusi Frekuensi Nilai Afekt if Kelas Eksperimen Problem
Solving Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia .................................... 68
Tabel 31. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen
Konvensional Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia .......................... 69
xvi
Tabel 32. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afekt if antara Kelas
Eksperimen I (Problem Solving) dan Eksperimen II
(Konvensional) ................................................................................ 69
Tabel 34. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Awal .................................... 70
Tabel 35. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kemampuan Penalaran ................ 70
Tabel 36. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Pretes Kognitif .................... 70
Tabel 37. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Postes Kognitif .................... 70
Tabel 38. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif ................... 70
Tabel 39. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Efektif .................................. 70
Tabel 40. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Awal ................................ 71
Tabel 41. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretes Kognitif ................. 71
Tabel 42. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretes Kognitif ................. 71
Tabel 43. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Postes Kognitif ................ 71
Tabel 44. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Kognitif ................ 71
Tabel 45. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Afekt if .............................. 71
Tabel 46. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek
Kognitif ........................................................................................... 72
Tabel 47. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Aspek
Afektif ............................................................................................. 72
Tabel 48. Perbandingan Metode Belajar Problem Solving dan Konvensional 74
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ikatan Kovalen Pada HCl ........................................................... 18
Gambar 2. Ikatan Kovalen Rangkap Dua Pada O2 ...................................... 19
Gambar 3. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga Pada N2 ...................................... 19
Gambar 4. Pembentukan Senyawa NH3. BCl3 ............................................. 20
Gambar 5. Contoh Terjadinya Polarisasi Pada Ikatan Kovalen ................... 20
Gambar 6. Rumus Lewis Senyawa BCl3 ...................................................... 22
Gambar 7. Rumus Lewis Senyawa NO2 ....................................................... 23
Gambar 8. Rumus Lewis PCl5. SF6. ClF6 .................................................... 24
Gambar 9. Rancangan Penelitian ................................................................. 31
Gambar 10. Histogram Nilai Kemampuan Awal Kelas Eksperimen Problem
Solving ........................................................................................ 55
Gambar 11. Histogram Nilai Kemampuan Awal Kelas Eksperimen
Konvensional .............................................................................. 56
Gambar 12. Histogram Skor Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen
Problem Solving .......................................................................... 57
Gambar 13. Histogram Skor Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen
Konvensional .............................................................................. 58
Gambar 14. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Skor
Kemampuan Penalaran Antara Problem Solving dan Kelas
Konvensional .............................................................................. 59
Gambar 15. Histogram Nilai Pretes Kognitif Kelas Eksperimen I Metode
Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia ................. 60
Gambar 16. Histogram Nilai Postes Kognitif Kelas Eksperimen I Metode
Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia ................. 61
Gambar 17. Histogram Nilai Pretes Kognitif Kelas Eksperimen I Metode
Problem Solving Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia ................. 62
Gambar 18. Histogram Nilai Pretes Kognitif Kelas Eksperimen II Metode
Konvensional Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia ...................... 63
xviii
Gambar 19. Histogram Nilai Pretes Kognitif Kelas Eksperimen II Metode
Konvensional pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia ...................... 64
Gambar 20. Histogram Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen II Metode
Konvensional pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia ...................... 65
Gambar 21. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pretes
Kognitif Siswa Antara Kelas Eksperimen I (Problem Solving)
dan Kelas Eksperimen II (Konvensional) ................................... 66
Gambar 22. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Postes
Kognitif Siswa Antara Kelas Eksperimen I (Problem Solving)
dan Kelas Eksperimen II (Konvensional) ................................... 67
Gambar 23. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai
Kognitif Siswa Antara Kelas Eksperimen I (Problem Solving)
dan Kelas Eksperimen II (Konvensional) ................................... 68
Gambar 24. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Afekt if Kelas Eksperimen
Problem Solving pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia ................. 69
Gambar 25. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Afekt if Kelas Eksperimen
Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia ............................................. 70
Gambar 26. Histogram Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif
Antara Kelas Eksperimen I (Problem Solving) dan Kelas
Eksperimen II (Konvensional) .................................................... 71
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ....................................................................................... 86
Lampiran 2. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Penalaran ................................ 89
Lampiran 3. Soal Tes Kemampuan Penalaran .............................................. 90
Lampiran 4. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Penalaran ............................. 96
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ........... 97
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Konvensional ........ 101
Lampiran 7. Indikator Soal Kognitif SistemPeriodik Unsur Untuk Tes
Kemampuan Awal Siswa .......................................................... 105
Lampiran 8. Soal Kognitif Sistem Periodik Unsur Untuk Tes Kemampuan
Awal Siswa ............................................................................... 106
Lampiran 9. Kunci Jawaban Soal Kognitif Sistem Periodik Unsur Untuk
Tes Kemampuan Awal Siswa ................................................... 116
Lampiran 10. Kisi-Kisi Soal, Indikator Tes Kemampuan Kognitif Ikatan
Kimia ........................................................................................ 117
Lampiran 11. Soal Tes Kemampuan Kognitif Pokok Bahasan Ikatan Kimia . 119
Lampiran 12. Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif Pokok
Bahasan Ikatan Kimia ............................................................... 128
Lampiran 13. Kisi-Kisi Indikator Instrumen Penelitian Afekt if Pokok
Bahasan Ikatan Kimia ............................................................... 129
Lampiran 14. Instrumen Penilaian Afekt if Pokok Bahasan Ikatan Kimia ...... 130
Lampiran 15. Daftar Siswa Kelas Eksperimen Problem Solving ................... 132
Lampiran 16. Daftar Siswa Kelas Konvensional ............................................ 133
Lampiran 17. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda dan Taraf Kesukaran
Tes Kemampuan Kognitif Pokok Bahasan Sistem Periodik
unsur ........................................................................................... 134
Lampiran 18. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda dan Taraf Kesukaran
Tes Kemampuan Kognitif Pokok Bahasan Ikatan Kimia ......... 137
xx
Lampiran 19. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda dan Taraf Kesukaran
Tes Kemampuan Afekt if Pokok Bahasan SPU ........................ 140
Lampiran 20. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda dan Taraf Kesukaran
Tes Kemampuan Penalaran ...................................................... 142
Lampiran 21. Data Induk Penelitian ............................................................... 144
Lampiran 22. Uji Normalitas Kemampuan Penalaran Kelas Metode Problem
Solving ...................................................................................... 148
Lampiran 23. Uji Normalitas Pretes Kognitif Kelas Metode Problem
Solving ...................................................................................... 150
Lampiran 24. Uji Normalitas Postes Kognitif Kelas Metode Problem
Solving ...................................................................................... 151
Lampiran 25. Uji Normalitas Selisih Kognitif Kelas Metode Problem
Solving ...................................................................................... 152
Lampiran 26. Uji Normalitas Pretes Kognitif Kelas Metode Konvensional ... 153
Lampiran 27. Uji Normalitas Postes Kognitif Kelas Metode Konvensional .. 154
Lampiran 28. Uji Normalitas Selisih Kognitif Kelas Metode Konvensional . 155
Lampiran 29. Uji Normalitas Afektif Kelas Metode Problem Solving ........... 156
Lampiran 30. Uji Normalitas Kemampuan Afekt if Kelas Metode
Konvensional ............................................................................ 158
Lampiran 31. Uji Homogenitas Kemampuan Penalaran Siswa ...................... 159
Lampiran 32. Uji Homogenitas Pretes Kognitif .............................................. 160
Lampiran 33. Uji Homogenitas Postes Kognitif ............................................. 161
Lampiran 34. Uji Homogenitas Selisih Kognitif ............................................ 162
Lampiran 35. Uji Homogenitas Kemampuan Afektif ..................................... 163
Lampiran 36. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Prestasi Kognitif ... 164
Lampiran 37. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Kemampuan
Afektif ....................................................................................... 172
Lampiran 38. Distribusi Frekuensi Nilai Keadaan Awal Siswa ...................... 179
Lampiran 39. Uji Keseimbangan (Uji t Dua Pihak) ......................................... 181
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
menuntut bangsa Indonesia untuk lebih meningkatkan kualitas dirinya agar dapat
sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Perubahan-perubahan yang dilakukan
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas dirinya meliputi berbagai bidang.
Sebagai contoh dalam bidang pendidikan, perubahan yang dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah pembaharuan kurikulum yang salah
satunya menyangkut metode atau meningkatkan kualitas metode mengajar.
Dengan adanya penyempurnaan kurikulum diharapkan dalam pembelajaran tidak
hanya berpusat pada guru saja. Pembelajaran harus bertindak secara menyeluruh
dan sesuai dengan sasaran yang dimaksudkan, yang akhirnya dapat meningkatkan
hasil belajar-mengajar.
Dewasa ini pemerintah menerapkan kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa
penguasaan terhadap beberapa kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004 :18). Dengan
adanya perubahan kurikulum tersebut maka diharapkan adanya pendekatan
pembelajaran yang baru, agar tujuan yang dimaksudkan dapat tercapai.
Salah satu mata pelajaran yang diberikan di SMA adalah mata pelajaran
kimia. Kimia berkembang melalui pengamatan, percobaan, diskusi ilmiah dan
sebagainya. Sama sepert i penguasaan materi pelajaran yang lain, penguasaan
pelajaran kimia bagi siswa dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam
siswa (faktor internal) maupun faktor dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor
internal antara lain: kondisi fisiologis siswa, tingkat kecerdasan, motivasi belajar,
aktivitas belajar, minat dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi
metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pelajaran,
bahan pelajaran, waktu dan fasilitas yang tersedia, dan sebagainya.
1
2
Menurut observasi yang telah dilakukan penulis pada bulan Juni di SMA
N 1 Sukoharjo. Materi ikatan kimia adalah materi yang cukup sulit untuk
dipelajari. Hal ini disebabkan oleh karena: (1) ikatan kimia merupakan sesuatu
yang tidak tampak (abstrak), (2) gejala yang ditimbulkan ikatan kimia tidak dapat
diperoleh dari eksperimen di laboratorium kimia biasa, (3) terjadinya ikatan kimia
harus dipelajari secara teoritis, (4) penerapan teori ikatan kimia memerlukan
kemampuan penalaran untuk penyelesaiannya.
Metode pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan berhasil dan tidaknya suatu proses belajar mengajar, karena dengan
metode yang tepat, sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, materi pelajaran,
lingkungan dan fasilitas yang tersedia, diharapkan siswa akan semakin mudah
menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga dengan
digunakannya metode pembelajaran yang tepat akan memberi pengaruh yang baik
terhadap prestasi belajar siswa.
Untuk mengatasi kesulitan siswa, peneliti melihat dua hal yaitu
kemampuan penalaran siswa dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat.
Kemampuan penalaran siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran kimia. Penggunaan metode pambelajaran yang tepat
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar ikatan kimia.
Berdasarkan kesulitan yang disampaikan diatas, maka perlu diberikan
suatu metode pembelajaran alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Salah
satunya adalah metode Problem Solving. Metode Problem Solving adalah suatu
penyajian materi pelajaran dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang
harus diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini,
siswa diharuskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian
terhadap mesalah yang diberikan. Siswa menganalisis masalah, mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, membuat referensi dan merumuskan kesimpulan.
Seperti yang diungkapkan oleh Munir Tanrere (2008: 47): The best way
for the students to learn science was by giving them challenge problems and
forcing their m ind, stimulating habituation to think and doing action relate to
3
Problem Solving. Yang art inya cara terbaik untuk belajar IPA adalah dengan
memberikan mereka suatu masalah dan memberdayakan seluruh pikiran dan
rangsangan yang ada untuk berpikir dan melakukan tindakan yang berhubungan
untuk memecahkan masalah.
Di dalam pembelajaran Problem Solving ini kemampuan kognitif siswa
sangat diperlukan, termasuk kemampuan penalaran. Karena dalam memecahkan
masalah yang dihadapi siswa dituntut untuk menganalisis masalah, mencari
jawaban penyelesaian dengan menghubungkan konsep-konsep yang telah
diperoleh sehingga kesimpulan yang benar dapat ditemukan.
Metode Problem Solving diharapkan tepat diterapkan untuk materi pokok
ikatan kimia terutama pada penalaran karena dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan ketrampilan
berpikir. Selain itu dapat pula melatih kemandirian dalam menyelesaikan masalah
dan merumuskan kesimpulan. Karena di dalam materi ikatan kimia semuanya
dipelajari secara teoritis sehingga sangat mengandalkan kemampuan penalaran
siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar khususnya
materi ikatan kimia?
2. Apakah pembelajaran dengan metode Problem Solving berpengaruh terhadap
prestasi belajar kimia khususnya materi ikatan kimia?
3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
kemampuan penalaran yang tinggi dan rendah?
4. Apakah kemampuan penalaran dan metode pembelajaran Problem Solving
sangat berpengaruh dalam mempelajari materi ikatan kimia?
C . Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan Ident ifikasi masalah diatas, maka penelitian ini
dibatasi pada:
1. Kemampuan penalaran dibatasi pada Kemampuan Penalaran Formal.
4
2. Kemampuan penalaran ditunjukkan dengan skor tes kemampuan penalaran
formal.
3. Pembelajaran dilakukan dengan metode Problem Solving.
4. Prestasi belajar ikatan kimia ditunjukkan dengan skor tes prestasi belajar
ikatan kimia.
5. Obyek penelitian hanya dibatasi pada kelas X semester gasal SMAN I
Tawangsari Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah disebutkan
diatas, maka penulis merumuskan masalah yang timbul sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh penggunaan metode pembelajaran Problem Solving
terhadap prestasi belajar ikatan kimia?
2. Adakah pengaruh kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan
kimia?
3. Apakah ada interaksi antara penggunaan metode Problem Solving dan
kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan kimia?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran Problem Solving terhadap
prestasi belajar ikatan kimia.
2. Pengaruh kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan kimia.
3. Pengaruh interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Problem Solving
dan kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan kimia.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Masukan dan bahan pert imbangan bagi guru dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa melalui penggunaan metode pembelajaran Problem Solving.
2. Memberikan informasi tentang adanya pengaruh penggunaan metode
pembelajaran Problem Solving dan kemampuan penalaran terhadap prestasi
belajar ikatan kimia.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Be lajar
Gagne dalam Winkel (1996: 75) mengemukakan mengenai belajar konsep
yakni cara belajar dengan pemahaman. Ciri khas yang diperoleh sebagai hasil
belajar adalah adanya skema konseptual. Konsep-konsep dihubungkan satu sama
lain atau dikombinasikan satu dengan yang lain sehingga lahir kaidah atau aturan.
Kaidah menghubungkan pengert ian dan mengungkapkan relasi yang terdapat
diantara konsep-konsep itu. Kaidah sangat berguna dalam menyelesaikan suatu
masalah.
Siswa disyaratkan memahami setiap konsep yang terdapat dalam aturan
itu. Aturan yang lebih rendah merupakan prasyarat bagi pemahaman aturan pada
tingkat yang lebih tinggi. Kebanyakan pelajaran di sekolah terdiri atas aturan-
aturan, yang sederhana maupun yang kompleks. Untuk memahami aturan yang
kom pleks, harus dikuasai aturan sederhana yang mendasarinya, bahkan konsep-
konsep yang terdapat di dalamnya.
Dari pengertian tersebut, pengertian belajar adalah merangkaikan konsep
untuk membentuk suatu aturan yang berkaitan dengan cara penyampaian konsep
dan pengaitan antar konsep sehingga dapat memecahkan masalah.
C. Asri Budiningsih dalam M. Saekhan Muchits menjelaskan bahwa
Kolb membagi tahap-tahap belajar menjadi 4, yaitu :
a. Tahap pengalaman konkret .
b. Tahap pengamatan akt if dan relatif.
c. Tahap konseptualisasi.
d. Tahap eksperimentasi aktif.
Masing-masing aspek dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
5
6
a. Tahap Pengalaman Konkret
Belajar akan efekt if jika desain dengan cara memberikan pengalaman
secara optimal bagi peserta didik. Artinya, belajar adalah seseorang mampu atau
dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
b. Tahap Pengamatan Aktif dan Reflektif
Pada tahap ini belajar harus memberi kesempatan kepada seluruh siswa
melakukan observasi secara akt if terhadap peristiwa yang dialaminya. Hal ini
dimulai dengan cara mencari jawaban dan memikirkan kejadian yang ada dalam
dunia sekitarnya.
c. Tahap Konseptualisasi
Tahap ketiga ini, rangkaian atau lanjutan dari tahap sebelumnya. Siswa
diberi kebebasan untuk merumuskan (konseptualisasi) terhadap hasil
pengamatannya. Art inya siswa berupaya untuk membuat abstraksi,
mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu
yang menjadi objek perhatiannya.
d. Tahap Ekperimentasi Aktif
Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep,
teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata. Belajar harus memberikan
ruang kebebasan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-
konsep di lapangan. Ia tidak lagi mempertanyakan asal-usul teori atau suatu
rumus, tetapi ia mampu menggunakan teori atau rumus-rumus tersebut untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya, yang belum pernah ia jumpai
sebelumnya.
(M. Saekhan Muchits, 2008: 82-84).
2. Pembelajaran Problem Solving (Pemecahan Masalah)
a. Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran konstektual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara pengetahuan yang di milikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
7
sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni:
1. Kontruktivisme (constructivisme)
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan
kontekstual. Maksud kontruktivisme disini adalah pengetahuan di bangun oleh
manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas (sempit) dan tidak secara mendadak.
2. Menemukan (Inquiry).
Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran
konstektual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri.
3. Bertanya (Questioning).
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan konstektual. Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membibimbing, dan menilai kemampuan
berpikir siswa, bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis penemuan, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diteliti dan mengarahkan pada aspek yang
belum diketahui.
4. Masyarakat belajar (Learning Comm unity).
Konsep masyarakat belajar ini menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh dari
berbagi antara teman, antar kelompok dan antar yang tahu dengan yang tidak tahu.
5. Pemodelan (Modeling).
Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran
ketrampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan
akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual untuk ditiru, diadaptasi atau dimodifikasi. Dengan adanya model
untuk dijadikan contoh biasanya akan lebih dipahami atau bahkan bisa
menimbulkan ide baru contoh : penyelesaian soal, penggunaan alat peraga.
8
6. Refleksi (Reflection).
Refleksi adalah cara berpikir apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa yang sudah di pelajari. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi berguna untuk
mengevaluasi diri, koreksi, perbaikan, atau peningkatan diri.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment).
Asesmen otent ik adalah penilaian yang dilakukan secara konprehensif
berkenaan dengan seluruh akt ifitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk
belajar sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapat mendapat
penghargaan. (Nurhadi, 2002:26)
Menurut Erman Suherman dalam Nurhadi, model pembelajaran yang bisa
diterapkan dalam pembelajaran konstektual diantaranya adalah :
1. Pembelajaran langsung (Direct Instruction, DI).
2. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).
3. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Instructional, PBI).
4. Pembelajaran Problem Terbuka (Open Ended).
5. Model SAVI (Som atic, Auditory, Visuality, Intelectuality).
b. Pem belajaran Problem Solving
Pembelajaran Problem Solving (Pembelajaran Pemecahan Masalah)
Merupakan pengembangan dari Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Intructional, PBI).Untuk mengetahui definisi dari pemecahan masalah terlebih
dahulu harus diketahui apa sebenarnya masalah itu. Masalah menurut John Dewey
dalam Mulyati Arifin (1995 : 99) adalah sesuatu yang diragukan atau sesuatu yang
belum pasti.
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan
metode-metode ilmiah atau berpikir secara logis, sistematis, teratur, dan teliti.
Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk
memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu kemampuan
siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi sangat
diperlukan. Dalam hal ini, guru khususnya yang mengajar eksakta, sepert i
matematika dan IPA sangat di sarankan menggunakan model dan strategi
9
mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah (Muhibbin Syah, 1995:
122).
Menurut Rooijakkers, Ad (1991: 26) metode pemecahan masalah adalah
menghadapkan peserta didik menyadari masalah, menelaah masalah dari
bermacam-macam segi merumuskan masalah lalu mencari pemecahan masalah
dengan berbagai cara. Dari pendapat di atas berarti bahwa peserta didik
dihadapkan pada permasalahan-permasalahan kemudian merumuskan
permasalahan dan mencari pemecahannya.
A.Tabrani Rusyan, dkk (1989 : 12) mengemukakan pemecahan
masalah (Problem Solving) adalah belajar memecahkan persoalan berdasarkan
beberapa prinsip atau gejala atau peristiwa yang lalu dengan beberapa
kemungkinan. Fakta-fakta masa lalu, gejala, prinsip dapat digunakan sebagai
dasar dalam memecahkan masalah tersebut. Sebagai contohnya adalah konsep
materi pelajaran sebelumnya dapat membantu dalam usaha pemecahan masalah.
Atas dasar pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemecahan
masalah adalah kemampuan menggunakan berbagai fakta, prinsip, gejala, atau
peristiwa yang dialami siswa untuk menyelesaikan persoalan dalam pembelajaran
untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif.
Metode Problem Solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar
metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu berpikir. Maka dalam
pembelajaran IPA dan Matematika disarankan untuk menggunakan metode ini.
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002 : 104-105) Metode Problem Solving
mempunyai kelebihan dan kekuarangan sebagai berikut :
a. Kelebihan
1). Metode ini dapat membuat dunia pendidikan di sekolah lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2). Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para
siswa menghadapi secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di
dalam kehidupan dalam keluarga, masyarakat, dan bekerja. Nant inya
kemampuan ini akan sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
10
3). Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak
melakukan proses mental dengan menyorot i permasalahan dari berbagai segi
dalam rangka mencari pemecahannya.
b. Kekurangan
1). Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa, tingkat sekolah, dan Kelasnya serta pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan
ketrampilan guru.
2). Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan
waktu yang banyak dan terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
3). Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan
permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan
berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
Menurut John Dewey dalam A Tabrani Rusyan, dkk (1989 : 174) belajar
memecahkan masalah berlangsung sebagai berikut :
a. Individu menyadari masalah kalau ia dihadapkan pada situasi keraguan dan
kekaburan sehingga merasakan adanya kesulitan.
b. Individu melokalisasi letak sumber kesulitan tersebut untuk memungkinkan
mencari jalan pemecahan, menandai aspek mana yang mungkin dipecahkan
dengan menggunakan prinsip atau dalil atau kaidah yang diketahui sebagai
pegangan.
c. Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk bagaimana
pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalah serupa,
kemudian mengidentifikasikan berbagai alternatif kemungkinan
pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai jawaban sementara yang
memerlukan pembuktian.
d. Setiap alternatif pemecahan ditimbang, selanjutnya dilakukan pengambilan
keputusan memilih alternat if yang dipandang mungkin.
11
e. Alternat if pemecahan yang dipilih, dipraktekkan atau dilaksanakan dari hasil
pelaksanaan itu akan diperoleh informasi untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang dirumuskan.
Berdasarkan langkah-langkah yang dikembangkan oleh John Dewey
terdapat aspek pent ing yang mencakup dalam langkah-langkah pemecahan
masalah, yaitu :
a. Pemecahan masalah terutama yang bersifat kompleks memerlukan
kemampuan penalaran, baik dalam mengidentifikasi masalah itu sendiri
maupun dalam melihat hubungan sebab akibat dari adanya masalah tersebut.
b. Pemecahan masalah harus bersifat objekt if dalam menguji hipotesis atau
dalam menarik kesimpulan pemecahan masalah haruslah didasarkan kepada
fakta empiris, atau setidaknya dengan logika.
c. Bersifat ilmiah, suatu kegiatan ilmiah menggunakan prosedur yang sistematis
dan berdasarkan pada fakta.
d. Menggunakan keseluruhan kemampuan yang bersifat potensial dan bersifat
akademik.
Proses pemecahan masalah merupakan kegiatan yang melibatkan
pembentukan aturan tingkat tinggi, seseorang perlu memiliki prasyarat-prasyarat
tertentu antara lain :
a. Aturan-aturan.
b. Konsep-konsep terdefinisi.
c. Konsep-konsep konkrit.
d. Deskripsi-deskripsi.
Oleh karena ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang terdiri dari
konsep-konsep, maka siswa diharapkan tidak hanya memiliki konsep-konsep yang
hanya sepengetahuan siswa saja. Melalui perbendaharaan konsep, siswa
diharapkan menggunakan konsep-konsep yang dimiliki untuk mengorganisasikan
dan mengklasifikasikan pengalamannya untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Semakin banyak konsep yang dimiliki, semakin banyak alternatif
yang dapat dipilih untuk pemecahan masalah.
12
Melters dalam Mulyat i Arifin (1995 : 101-102) mengemukakan tahap-
tahap pemecahan masalah di sekolah oleh pelajar, dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah pemecahan soal, adalah sebagai berikut :
a. Tahap analisis masalah.
b. Tahap perencanaan pemecahan masalah :
1). Memecahkan rumus standar.
2). Meneliti hubungan antar konsep.
3). Membuat tranfomasi.
c. Tahap melakukan perhitungan.
d. Tahap pengecekan.
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002 : 103-
104) langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut :
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari
siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk pemecahan
masalah.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah, didasarkan pada data yang
diperoleh.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara.
e. Menarik kesimpulan.
3. Prestasi Be lajar
Proses belajar terjadi di dalam individu yang sedang belajar dan akan
menghasilkan perubahan. Seberapa besar perubahan ini dapat diketahui dari
prestasi belajar.
Menurut W. J. S. Poerwodarminto (1991 : 787), kata prestasi belajar
mempunyai pengert ian penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru.
13
Sedangkan Peter dan Yenny Salim (1991 : 90) menyatakan bahwa :
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan. Prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan, ketrampilan terhadap mata pelajaran yang
dibuktikan melalui tes .
Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai dari perbuatan belajar berupa penguasaan pengetahuan,
ketrampilan yang ditunjukan dengan nilai tes. Dalam kurikulum Berbasis
kom petensi, prestasi belajar meliputi tiga aspek, yaitu :
a. Aspek kognitif.
Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait pada
percobaan yang dilakukan. Untuk aspek pengetahuan, evaluasi dapat dilakukan
melalui tes lisan maupun tertulis. Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan
ketrampilan intelektual yang meliputi produk ilmiah dan proses ilmiah. Produk
ilmiah meliputi : fakta, konsep, prinsip, generalisasi, teori dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan proses ilmiah meliputi : pengamatan,
pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi (Mulyati Arifin, 1995 : 24).
b. Aspek efekt if
Evaluasi aspek efektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat
penerimaan dan penolakan terhadap suatu objek. Disini digunakan penilaian
kecakapan hidup meliputi kesadaran diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan
sosial dan kecakapan akademik.
c. Aspek Psikomotorik.
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individual. Ada enam tingkatan ketrampilan, yaitu :
1). Gerakan refleks.
2). Gerakan dasar.
3). Kemampuan Perseptual.
4). Kemampuan fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.
5). Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada
ketrampilan yang kompleks.
14
6). Kemampuan yang berkenaan dengan kom unikasi nondiskursip.
(Depdiknas, 2003 : 1)
A.Tabrani Rusyan, dkk (1989 : 81-82) menyatakan bahwa prestasi belajar
yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai fakta
yang mempengaruhi, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri
(faktor eksternal) individu. Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah :
a. faktor dari dalam diri individu (faktor internal) yaitu :
1). Faktor jasmaniah (fisiologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh.
2). Faktor psikologis, terdiri atas :
a). Faktor intelektif, t erdiri atas :
i. Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat.
ii. Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yuang telah dimiliki.
b). Faktor nonintelektif ialah unsur-unsur kepribadian tertentu sepert i
sikap, kebisaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dll.
3). Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor dari luar diri individu (faktor eksternal) yaitu :
1). Faktor sosial yang terdiri atas :
a). Lingkungan keluarga.
b). Lingkungan sekolah.
c). Lingkungan kelompok.
2). Faktor budaya sepert i adat-istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.
3). Faktor lingkungan fisik sepert i fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.
4). Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.
Jadi terdapat beberapa faktor yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar
diri siswa, yang saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung
15
4. Penalaran Formal
a. Arti penalaran
Sebagai suatu proses berpikir untuk mendapatkan pengetahuan, penalaran
pada dasarnya adalah suatu bentuk pemikiran.
R.G. Soekadijo (1983: 3) mengemukakan bahwa : Penalaran adalah suatu
bentuk pemikiran. Adapun bentuk-bentuk pemikiran yang lain, mulai dari yang
paling sederhana ialah : pengert ian atau konsep (conseptus, consept), preposisi
atau pernyataan (propositio, statement) dan penalaran (ratiocinium, reasoning).
Maka untuk memahami penalaran, ketiga bentuk pemikiran harus dipahami
bersama-sama.
Pada pembahasan proses berpikir dengan bertolak dari pengamatan
indera atau observasi empirik akan didapat bahwa proses itu dalam pikiran
menghasilkan sejumlah pengert ian dan proposisi sekaligus. Dari pengamatan-
pengamatan indera yang sejenis, pikiran menyususun proposisi-proposisi yang
sejenis pula. Berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui dan dianggap benar
tersebut, dapat disimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut penalaran.
Penalaran itu erat dan dekat sekali artinya dengan penyimpulan dan
argumen. Kalau penalaran itu akt ivitas pikiran yang abstrak, maka argumen ialah
lambangnya yang berbentuk bahasa atau bentuk-bentuk lambang lainnya.
Ciri-ciri Penalaran Formal
Menurut Arif dalam Kertiasa, anak yang telah sampai pada pemikiran
formal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Anak telah dapat melakukan penalaran hipotesis induktif.
b. Telah dapat merencanakan ekperimen dengan memperhitungkan pengaruh
variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi.
c. Telah mampu menginterpretasikan pengamatan dan kesimpulan dengan
menggunakan teori dan model yang diidentifikasikan.
d. Telah dapat memecahkan persoalan dengan menggunakan kemungkinan
pengaruh variabel-variabel lain.
Ada beberapa konsep dalam teori Piaget, antara lain :
16
1. Intelegensi. Intelegensi adalah proses atau kemampuan untuk melakukan
adaptasi terhadap lingkungan. Seorang yang memiliki intelegensi dari
perpekt if sosial adalah seorang yang mampu melakukan adaptasi terhadap
lingkungan yang ada di sekitarnya.
2. Organisasi. Dalam istialah Ilmu manajemen, organisasi diartikan kemampuan
untuk memberdayakan segala potensi untuk mencapai tujuan. Dalam teori
Piaget, organisasi dimaknai suatu proses untuk mengadakan sistematisasi,
mengorganisasi berbagai elemen untuk mewujudkan sebuah teori atau
pemahaman.
3. Skema. Skema adalah suatu format atau bentuk dalam realitas miniatur.
Art inya kualitas kognitif akan mudah dibangun jika diawali dari proses secara
bertahap t erhadap suatu obyek tertentu.
4. Asimilasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian konsep kedalam
pengalaman nyata. Asimiasi dapat dimaksudkan proses untuk menyesuaikan
konsep dengan realitas dilapangan.
5. Akomodasi. Menurut Paul Suparno dalam M. Saekhan Muchits, akomodasi
adalah proses untuk menyempurnakan konsep atau persepsi setelah
mencocokan antara konsep dengan realitas lapangan. Akomodasi akan mampu
melahirkan teori atau konsep baru.
b. Tahap-tahap Perkembangan Intelektual
Perkembangan kognitif anak didasarkan atas beberapa tahapan, antara lain:
a. Tahap Sensorimotor (Umur 0 2 tahun)
Tahap ini yang menonjol adalah kegiatan motorik dan persepsi yang
sangat sederhana. Secara umum ciri dalam tahapan ini adalah :
1. Melakukan rangsangan melalui sinar dan suara yang datang ke dalam
dirimya.
2. Suka memperhatikan sesuatu, kemudian dijadikan idola secara verbalis
(membabi buta).
3. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya sesuai dengan
persepsinya sendiri.
17
4. Selalu ingin atau segala obyek sehingga memiliki kecenderungan untuk
melakukan perubahan (merubah).
b. Tahap Preoperasional (Umur 2 18 tahun ).
Tahap ini lebih ditandai dengan penggunaan simbol atau bahasa tanda.
Tahap ini juga dimulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini
memiliki dua macam tahapan yaitu ; preoperasional (umur 2 4 tahun), tahap ini
anak mulai mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep, yang
memiliki meskipun konsep itu masih sederhana. Akibatnya, anak sering
melakukan kesalahan dalam memahami objek yang dilihat . Tahap ini memiliki
beberapa ciri khusus ;
1. Self counternya sangat dominan.
2. Mampu melakukan klasifikasi objek yang bersifat sederhana.
3. Belum mampu memusatkan perhatian terhadap berbagai objek yang
bervariasi atau berbeda-beda tersebut.
4. Memiliki kemampuan untuk mengumpulkan benda atau barang menurut
kreteria yang benar serta memiliki kemampuan menyusun benda-benda
meskipun mereka belum mampu menjelaskan makna darMi benda-benda
tersebut.
c. Tahap intuitif (umur 4 7 atau 8 tahun).
Pada tahap ini anak mampu memperoleh pengetahuan atau informasi yang
didasarkan terhadap kesan, makna, konsep yang bersifat abstraks. Tahap ini
memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan untuk membentuk kelas-kelas atau kategori dari
sebuah objek.
3. Memiliki kemampuan mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal
yang lebih kom pleks.
4. Memiliki kemampuan melakukan tindakan terhadap berbagai fenomena
atau ide yang kompleks.
5. Memiliki kemampuan memperoleh prinsip-prinsip secara tepat dan benar.
18
d. Tahap Operasional Konkret ( Umur 7 atau 8 11 atau 12 tahun ).
Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan menggunakan aturan-
aturan yang sistematis, logis dan empiris. Operasi seringkali dimaknai suatu tipe
tindakan yang mampu memanipulasi objek atau Gambaran yang ada di dalam
dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.
Tahap ini diharapkan tidak ada proses trial and error (coba-coba). Karena
coba-coba cenderung membuat kesalahan, tahap ini anak diasumsikan sudah dapat
berpikir dengan menggunakan model kemungkinan dalam melakukan kegiatan
tertentu. Anak dapat menggunakan atau mengaplikasikan hasil yang telah dicapai
sebelumnya. Dengan kata lain, anak memiliki kemampuan menyelesaikan atau
menangani sistem klasifikasi.
e. Tahap Operasional Formal ( Umur 11 / 12 18 tahun )
Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan anak dalam berfikir abstrak
dan logis, serta memiliki kemampuan menggunakan pola berfikir kemungkinan
mampu berpikir ilmiah dengan pendekatan hipothetico-deductive dan inductive.
Tahap ini memiliki ciri khusus sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan bekerja secara efektif, sistematis, logis dan realitis.
2. Mampu melakukan analisis secara kombinasi.
3. Mampu berpikir secara proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya.
4. Mampu menarik generalisasi secara mendasar terhadap suatu objek.
Proses dan realitas pembelajaran anak pada tahap sensorimotor, memiliki
perbedaan dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap
preoperasional, juga berbeda pula dengan para siswa yang sudah ada pada tahap
operasional formal.
Art inya, tahapan perkembangan akan berjalan secara linier atau relevan
dengan kualitas berpikir, makin tinggi tahap perkembangan kognitif yang dimiliki
muridnya, hal ini dimaksudkan agar dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap tersebut dan karakteristik siswa, sehingga
pembelajaran lebih efektif dan efesien.
(M. Saekhan Muchith, 2008 :61-65).
19
Konsekuensinya guru harus benar-benar memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif yang dimiliki muridnya, hal ini dimaksudkan agar dalam
merancang dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap
tersebut dan karakteristik siswa, sehingga pembelajaran lebih efektif dan efesien.
5. Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah daya tarik-menarik antara atom yang menyebabkan
suatu senyawa kimia bersatu (Brady, James E, 1999: 325). Menurut Teori Lewis
ada beberapa hal penting di dalam ikatan kimia:
1. Elektron-elektron, terutama yang berada pada kulit terluar (elektron valensi),
memainkan peranan utama dalam pembentukan ikatan kimia.
2. Dalam beberapa hal, pembentukan ikatan kimia terjadi karena adanya
perpindahan satu atau lebih elektron dari satu atom ke atom lain. Hal ini
mendorong terjadinya pembentukan ion positif dan negatif dan terbentuknya
suatu jenis ikatan yang disebut ikatan ion.
3. Dalam hal lain, pembentukan ikatan kimia dapat terjadi dari pemakaian
bersama pasangan elektron diantara atom-atom. Molekul yang dihasilkan ini
mempunyai suatu jenis ikatan yang disebut ikatan kovalen.
4. Perpindahan atau pemakaian bersama elektron berlangsung sedemikian rupa
sehingga setiap atom yang terlibat mendapat suatu konfigurasi yang mantap.
Konfigurasi umumnya merupakan konfigurasi gas mulia yaitu konfigurasi
dengan 8 elekt ron terluarnya yang disebut oktet.
(Petrucci, Ralph H. dan Suminar, 1985:269-270).
Menurut kurikulum 2006 pokok bahasan ikatan kimia diajarkan pada
siswa kelas X semester I. Standar kompetensi yang ingin dicapai dalam
pengajaran materi ini adalah mendeskripsikan struktur atom, sifat-sifat periodik
unsur dan ikatan kimia serta struktur molekul dan sifat-sifatnya. Sedangkan
kom petensi dasar yang ingin dicapai yaitu mendiskripsikan kemungkinan
terjadinya ikatan kimia dengan menggunakan Tabel periodik.
Materi yang dibahas dalam pokok bahasan ikatan kimia adalah sebagai
berikut :
20
a. Ikatan Ion.
b. Ikatan Kovalen.
c. Ikatan Kovalen Koordinat.
d. Polarisasi Ikatan Kovalen.
e. Pengecualian aturan Oktet.
Dalam penelitian ini semua sub pokok bahasan diatas diajarkan.
Unsur gas mulia merupakan golongan unsur yang paling stabil. Semua
unsur gas mulia terdapat di alam sebagai gas monoatomik (atom-atom nya berdiri
sendiri) dan sangat sukar bereaksi dengan unsur lain. Menurut pendapat W.
Kossel dan Gilbert N Lewis, kestabilan sifat gas mulia disebabkan oleh elektron
valensinya yang berjumlah delapan (kecuali He dengan elektron valensi dua).
Konfigurasi elektron valensi gas mulia ini dikenal sebagai konfigurasi oktet,
karena terdiri atas 8 elekt ron pada kulit luarnya. Konfigurasi elekt ron unsur-unsur
Gas Mulia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Konfigurasi Elektron Unsur-unsur Gas Mulia
a. Ikatan Ion / Heteropolar / Elektrovalen
Unsur lain akan melepaskan atau menerima elekt ron agar elektron
valensinya serupa dengan elektron valensi unsur-unsur gas mulia sehingga
mencapai kestabilan. Unsur golongan alkali dan alkali tanah cenderung
melepaskan elektron terluarnya untuk mencapai kestabilan dengan membentuk
ion positif. Unsur-unsur hologen mempunyai 7 elektron valensi, sehingga untuk
membentuk konfigurasi elektron valensi seperti gas mulia (oktet) perlu menerima
satu elektron, dengan demikian halogen lebih stabil dalam bentuk ion negatif.
Periode Unsur Nomor
atom
Kulit
K L M N O P
1
2
3
4
5
6
He
Ne
Ar
Kr
Xe
Rn
2
10
18
36
54
86
2
2
2
2
2
2
8
8
8
8
8
8
18
18
18
8
18
12
8
18
8
21
Senyawa biner dari logam alkali dengan golongan halogen sepert i NaCl, NaBr,
KI, LiF dan CsCl, semuanya bersifat ionik. Senyawa dari logam alkali tanah juga
bersifat ionik, kecuali beberapa senyawa dari Be.
Contoh :
1). Pada reaksi-reaksi berikut:
Mg ( Z = 12 ) + Cl ( Z = 17 )
masing-masing unsur dapat mencapai konfigurasi oktet. Tuliskan rumus elektron
(rumus Lewis) dan rumus empiris senyawa yang terbentuk!
Jawab :
Mg (Z = 12) dan Cl (Z = 17) mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut :
Mg : 2 8 2
Cl : 2 8 7
Untuk mencapai konfigurasi oktet, Mg harus melepas 2 elektron, sedangkan Cl
menyerap 1 elekt ron. Atom Mg berubah menjadi ion Mg2+ , sedangkan atom Cl
menjadi ion Cl.
Mg (2 8 2) Mg2+
(2 8) + 2e Cl (2 8 7) + e Cl (2 8 8)
Ion Mg2+
dan ion Cl kemudian bergabung membentuk senyawa dengan rumus
MgCl2.
b. Ikatan Kovalen / Homopolar.
1). Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan yang terbentuk karena penggunaan bersama pasangan elektron
disebut Ikatan Kovalen. Ikatan Kovalen terbentuk karena serah terima elektron
tidak dimungkinkan.
Contoh:
Gambarkan terjadinya Ikatan Kovalen pada HCl
H = 1 Cl = 2, 8, 7
Sesuaikan dengan aturan Oktet, atom H kekurangan 1 elektron (sehingga
memyerupai helium). Demikian juga, atom klorin membutuhkan tambahan 1
elektron (sehingga menyerupai argon). Meskipun keelektronegatifan Cl lebih
besar dari hidrogen, atom Cl tidak dapat menarik langsung elektron dari atom H.
Karena atom H juga mempunyai daya tarik elektron yang relatif besar. Keadaan
22
yang lebih stabil dapat dicapai dengan pemasangan elektron (membentuk Ikatan
Kovalen) masing-masing atom H dan Cl menyumbang 1 elektron untuk
membentuk pasangan elektron milik bersama. Ikatan kovalen pada HCl dapat
diGambarkan seperti pada Gambar 1. dibawah ini :
Gambar 1. Ikatan Kovalen pada HCl
2). Ikatan Kovalen Rangkap dan Rangkap Tiga.
Dua atom dapat membentuk ikatan dengan sepasang, dua pasang atau tiga
pasang elekt ron bergantung pada jenis unsur yang berikatan. Ikatan dengan
sepasang elekt ron disebut ikatan tunggal yang mengunakan dua pasang elektron
ikatan rangkap, sedangkan yang menggunakan tiga pasang elektron disebut ikatan
elektron rangkap tiga.
Ikatan Kovalen rangkap misalnya pada pembentukan O2 di Gambar 2.
sebagai berikut :
Gambar 2. Ikatan Kovalen Rangkap Dua pada O2
Ikatan kovalen rangkap tiga misalnya pada pembentukan N2 dapat dlihat
pada Gambar 3. dibawah ini :
Gambar 3. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga pada N2
3). Ikatan Kovalen Koordinat.
Dalam beberapa senyawa, ikatan kovalen dapat pula terbentuk dengan
penggunaan bersama sepasang elektron yang berasal dari salah satu atom yang
berikatan, sedangkan atom lain hanya menerima saja pasangan elektron yang
digunakan bersama itu. Ikatan Kovalen yang terbentuk disebut ikatan kovalen
koordinat. Pasangan elektron ikatan pembentuk ikatan koordinat diGambarkan
23
dengan anak panah kecil yang arahnya menuju atom yang menerima pasangan
elektron.
Amonia (NH3) dapat bereaksi dengan boron triklorida (BCl3) membentuk
senyawa NH3.BCl3. bentuk ikatan antara 2 molekul tersebut adalah sepert i
Gambar 4. dibawah ini :
Gambar 4. Pembentukan Senyawa NH3 . BCl3
c. Polarisasi Ikatan Kovalen
Keelektronegatifan yaitu sifat yang menyatakan kecenderungan relatif dari
unsur-unsur dalam hal menarik elektron ikatan ke pihaknya. Daftar harga
keelektronegatifan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar Keelektronegatifan.
Atom Harga Keelektronegatifan ( )
H
C
N
Cl
O
F
2,1
2,5
3,0
3,0
3,5
4,0
Salah satu akibat dari perbedaan keelektronegatifan ialah terjadinya
polarisasi pada ikatan kovalen. Gambar 5. berikut merupakan contoh terjadinya
polarisasi ikatan kovalen.
a. Non polar b. Polar
Gambar 5. Contoh Terjadinya Polarisasi pada Ikatan Kovalen.
. . H H H :
. . Cl : . .
*
24
Pada contoh (a), kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti
simetris terhadap kedua atom H. Dalam molekul H2 tersebut muatan negatif
(elektron) tersebut tersebar secara homogen. Ikatan seperti itu disebut ikatan
kovalen non polar. Pada contoh (b), pasangan elekt ron ikatan tertarik lebih dekat
ke atom Cl, karena Cl mempunyai daya tarik elektron lebih besar dari pada H.
Akibatnya, pada HCl terjadi polarisasi, dimana atom Cl lebih negatif dari pada
atom H. ikatan seperti itu disebut ikatan kovalen polar.
Molekul dengan ikatan kovalen non polar sepert i H2 Cl2 dan N2 sudah
tentu bersifat non polar. Sebaliknya, molekul dengan ikatan polar bisa bersifat
polar, bisa pula bersifat non polar, bergantung pada geometri (bentuk)
molekulnya. Walupun ikatan bersifat polar jika molekul bersifat simetris maka
secara keseluruhan molekul bersifat non polar. Contoh molekul dan bentuk
molekul dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Contoh Molekul dan Bentuk Molekul.
Molekul Be Cl2 NH3 BF3
Rumus
Struktur
Bentuk Molekul Linier Piramida Segi Tiga
d. Ikatan Logam
Unsur logam pada umumnya mempunyai sedikit elekt ron di kulit terluar.
Oleh karena itu kulit terluar unsur logam relatif longar (terdapat banyak tempat
kosong). Sehingga elekt ron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain.
Mobilitas elektron dalam logam sedemikian bebas sehingga elekt ron valensi
logam mengalami delokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elekt ron valensi
tersebut tidak tetap posisinya pada satu atom, tetapi senantiasa berpindah-pindah
dari satu atom ke atom lain. Elektron-elektron valensi tersebut berbaur sehingga
menyerupai awan atau lautan yang membungkus ion-ion positif logam
didalamnya. Jadi, struktur logam dapat dibayangkan terdiri dari ion-ion positif
yang dibungkus oleh awan atau lautan elektron valensi.
25
Struktur logam sepert i diatas dapat menjelaskan sifat-sifat khas logam,
seperti daya hantar listrik, sifat dapat ditempa dan dapat ditarik. Logam
merupakan konduktor yang baik karena elekt ron valensinya yang mudah
mengalir. Logam dapat ditempa atau dapat ditarik karena ket ika logam dipukul
atau ditarik, atom-atom logam hanya bergeser sedangkan ikatan didalamnya tidak
terputus.
(Unggul Sudarmo, 2006 : 48)
e. Pengecualian Aturan Oktet
Aturan oktet banyak membantu dalam meramalkan rumus kimia senyawa
biner sederhana akan tetapi, aturan itu ternyata banyak dilanggar dan ternyata
gagal dalam meramalkan rumus kimia senyawa dari unsur-unsur transisi.
Pengecualian aturan Oktet adalah sebagai berikut :
1). Senyawa yang Tidak Mencapai Aturan Oktet.
Senyawa kovalen biner sederhana dari Berilium (Be), Boron (B) dan
Alumunium (Al), yaitu unsur-unsur yang elektron valensinya kurang dari 4, tidak
mencapai oktet. Contohnya adalah BeCl2, BCl3 dan AlBr3.
Gambar 6. Rumus Lewis Senyawa BCl3
2). Senyawa dengan Jumlah Elektron Valensi Ganjil
Senyawa yang memiliki jumlah elektron valensi ganjil tidak mungkin
memenuhi aturan oktet. Contohnya NO2, yang mempunyai elektron valensi ( 5 + 6
+ 6 ) = 17, kemungkinan rumus Lewis untuk NO2 adalah sebagai berikut:
Gambar 7. Rumus Lewis Senyawa NO2
:
26
3). Senyawa dengan Oktet Berkembang.
Unsur-unsur dari periode 3 atau lebih dapat membentuk senyawa yang
melampaui aturan oktet lebih dari 8 elekt ron pada kulit terluar. Hal itu dapat
terjadi karena kulit (kulit M, N, dan seterusnya) dapat mempunyai 18 elektron
atau lebih. Beberapa contoh adalah PCl5, SF6 dan ClF3 pada Gambar 8. dibawah
ini :
PCl5
Gambar 8. Rumus Lewis PCl5, SF6, ClF3
(Michael Purba, 2006 : 94-95)
Dalam senyawa fosfor, klorin dan belerang mempunyai kelebihan elektron
yang dibutuhkan untuk membentuk konfigurasi gas mulia. Hal ini terjadi karena
SF6
ClF3
27
dalam setiap ikatan kulit valensi dapat mengakomodasi lebih dari delapan elektron
(P, S dan Cl berada pada periode tiga dan kulit ketiga dapat mengandung
sampai18 elektron, sebab kesanggupan subkulit 3d yang relatif energinya
rendah). Unsur dalam periode kedua (Li sampai Ne) tidak pernah membentuk
senyawa dengan lebih dari delapan elektron dalam kulit valensinya sebab kulit
kedua tidak dapat menempatkan elekt ron lebih dari satu oktet.
(Brady, J. E, 1999: 335-336).
B. Kerangka Pemikiran
Belajar dan mengajar adalah merupakan dua konsep yang tidak bisa
dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan
siswa dan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai
fasilitator pembelajaran. Proses belajar mengajar berkaitan dengan tujuan yang
akan dicapai dan materi yang akan diberikan serta metode belajar mengajar yang
dipakai guru dan siswa dalam memberikan dan menerima materi tersebut.
Berdasarkan uraian diatas bahwa keberhasilan belajar ikatan kimia
ditentukan oleh kompetensi siswa dan juga metode pembelajaran yang digunakan
oleh guru.
Siswa yang memiliki kompetensi belajar yang tinggi akan dapat memperoleh
prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berpotensi
rendah. Dengan membandingkan antara potensi yang dimiliki oleh siswa dengan
prestasi belajar yang akan dicapai, dapat diketahui apakah siswa dapat
merealisasikan potensinya. Jika prestasi belajar rendah, tidak sesuai dengan
potensi yang dimiliki diperkirakan bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan
belajar.
Metode belajar sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Satu
metode belajar tidak dapat digunakan untuk semua jenis materi pelajaran.
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya.
Dengan mengetahui prestasi belajar dapat mengukur kemampuan siswa selama
mengikuti proses belajar mengajar. Penggunaan metode mengajar yang tepat akan
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
28
Dalam proses pembelajaran bakat merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan. Kemampuan penalaran adalah salah satu bakat yang dimiliki siswa.
Siswa yang mempunyai kemampuan penalaran yang tinggi akan mampu
menyelesaikan permasalahan yang memerlukan penalaran sepert i halnya materi
ikatan kimia, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan penalaran sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi kimia khususnya
materi ikatan kimia.
Metode Problem Solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang
menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan
dalam rangka mencapai tujuan belajar. Dalam memecahkan masalah dilakukan
beberapa tahap yaitu: menganalisis soal, mencari informasi tentang teori yang
mendukung, menganalisis data dan menarik kesimpulan. Dalam materi ikatan
kimia sangat diperlukan kemampuan pemecahan masalah. Sehingga
dimungkinkan metode Problem Solving sesuai diterapkan dalam proses belajar
mengajar, dan dapat meningkatkan prestasi belajar.
Dengan kemampuan penalaran yang baik siswa dapat menyelesaikan
masalah-masalah dalam ikatan kimia juga akan baik. Kemampuan penalaran akan
mendukung kemampuan pemecahan masalah dalammetode pembelajaran
Problem Solving. Siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang baik akan
dapat menyelesaikan masalah dalam waktu yang singkat.
Pembelajaran dengan metode Problem Solving apabila tanpa didukung
kemampuan penalaran yang baik akan memberikan hasil yang kurang
memuaskan. Demikian juga untuk siswa yang mempunyai kemampuan penalaran
yang baik, apabila tidak didukung dengan metode Problem Solving yang
menyelesaikan masalah menurut tahap-tahap tertentu prestasi belajar juga akan
kurang memuaskan.
Jadi dari uraian diatas, dapat diilustrasikan kerangka pemikiran sebagai
berikut
29
Gambar 9. Kerangka Pemikiran.
C. Hipotesis
Dari kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran Problem Solving
terhadap prestasi belajar ikatan kimia.
2. Ada pengaruh kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan
kimia.
3. Ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Problem Solving
dan kemampuan penalaran terhadap prestasi belajar ikatan kimia
Tes Awal
Tes Penalaran
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tes Akhir
Metode Konvensional Konvensional
Metode Problem Solving
Prestasi Belajar
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tem pat Penelitian
Tempat penelitian adalah SMAN 1 Tawangsari pada kelas X semester
ganjil Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010
yaitu pada bulan Juni-Desember 2009 dengan rincian sebagai berikut:
No Bulan Keterangan
1. Juni-Agust us 2009 Pengajuan judul, kajian literatur,
pembuatan proposal dan persiapan
instrumen penelitian.
2. September-Oktober 2009 Penelitian di SMAN 1 Tawangsari
dan pengambilan data penelitian.
3. Nopember-Desember 2009 Pengolahan data dan penyusunan
laporan.
B. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen dan menggunakan
rancangan penelitian Factorial Design 2x2. Dalam penelitian ini ada empat
kelompok, keempat kelompok tersebut diasumsikan sama dan hanya berbeda
dalam penggunaan metode Problem Solving dan kemampuan penalaran.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sketsa rancangan tersebut dibawah ini:
30
31
Tabel 4. Rancangan Analisis
Kemampuan penalaran(B)
Metode
Pembelajaran (A)
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
Problem Solving (A1) A1B1 A1B2
Konvensional (A2) A2B1 A2B2
2. Prosedur Penelitian
Urutan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Observasi dan perijinan di SMAN 1 Tawangsari.
2. Menentukan kelas yang akan digunakan untuk penelitian.
3. Melaksanakan uji coba instrumen, mengolah hasil uji coba sehingga instrumen
layak digunakan. Memberikan tes Sistem Periodik Unsur kepada kelas
eksperimen dan Kelas kontrol untuk mengukur kemampuan awal siswa.
4. Memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan Kelas kontrol untuk
mengukur ketrampilan kognitif sebelum obyek diberi perlakuan.
5. Memberikan tes penalaran kepada sampel.
6. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dengan menggunakan
metode pembelajaran Problem Solving, dan kepada kelas kontrol dengan
metode belajar konvensional.
7. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan Kelas kontrol untuk mengukur
rata-rata ketrampilan kognitif setelah diber perlakuan.
8. Mengolah data dan menganalisis data.
9. Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.
C . Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah semua siswa kelas X SMAN 1 Tawangsari Tahun Ajaran
2009/2010.
32
2. Sam pel Penelitian
Sampel terdiri dari dua kelas yang dipilih sec