Skripsi Morfofonemik Bahasa Jawa Dialek Cirebon Oleh SIGIT HARDADI

Embed Size (px)

Citation preview

1

MORFOFONEMIK BAHASA JAWA DIALEK CIREBON (Studi Kasus di Bringin Cirebon)

SKRIPSI

Oleh : SIGIT HARDADI G1B005063

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PURWOKERTO 2010

MORFOFONEMIK BAHASA JAWA DIALEK CIREBON (Studi Kasus di Bringin Cirebon)

SKRIPSI

Oleh : SIGIT HARDADI G1B005063

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Budaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PURWOKERTO 2010

3

SKRIPSI MORFOFONEMIK BAHASA JAWA DIALEK CIREBON (Studi Kasus di Bringin Cirebon) Oleh : SIGIT HARDADI G1B005063 Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Budaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Diterima dan disetujui Pada tanggal: ............ Tim Penguji Nama 1. Drs. Subandi, M.Pd. NIP. 195904101986011001 Ketua/ Pembimbing I 2. Ashari Hidayat, S.S., M.A. NIP. 197705282005011002 Anggota/ Pembimbing II 3. Etin Pujihastuti, S.S. NIP. 197308282005012001 Anggota/ Penguji Tanda Tangan

.

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Muslihudin, M.Si. NIP. 196304141989011001

PERNYATAAN KEASLIAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepengetahuan saya dalam skripsi ini juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau yang pernah ditulis atau diterbitkan, kecuali yang dikutip dalam skripsi ini yang disebutkan dalam daftar pustaka. Semua isi yang ada dalam skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis dan apabila ada tulisan yang dianggap plagiasi maka saya bersedia untuk dicabut gelar kesarjanaannya.

Purwokerto, 17 Februari 2010

Penulis

5

MOTTO

Di mana Aku tinggal disitu Aku belajar Di mana ada waktu disitu Aku memperbaiki diri.

Berusahalah sampai titik tidak mungkin!

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua, Bapak Rahmanudin dan Ibu Acih Sunarsih yang telah melimpahkan kasih sayang, doa, tenaga, dan pikiran kepada saya sampai tersusunnya skripsi ini. Semoga menjadi awal untuk sedikit membalas cinta kasihnya. Kakak tersayang Nina Septiani yang tidak bisa Aa. melihat adiknya wisuda. Adik-adik tersayang Gunanto dan Ubaidillah, kalian harus lebih pintar dari

7

RINGKASAN Bahasa Jawa dialek Cirebon merupakan salah satu dialek bahasa Jawa yang bersinggungan secara langsung dengan bahasa Sunda. Bahasa Jawa dialek Cirebon memiliki ciri tersendiri jika dibandingkan dengan dialek bahasa Jawa yang lain. Penelitian ini membahas proses morfofonemik yang terjadi pada bahasa Jawa dialek Cirebon dan jenis morfofonemik yang terdapat dalam bahasa Jawa dialek Cirebon. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data penelitian di Desa Bringin Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Pengambilan data berfokus pada kata-kata bahasa Jawa dialek Cirebon yang mengalami proses morfofonemik. Metode pengumpulan data menggunakan metode cakap dengan teknik dasar pancing, dan teknik lanjutannya teknik cakap semuka serta metode simak dengan teknik lanjutan teknik catat. Data dianalisis dengan metode agih, teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung. Dari hasil analisis dapat disimpulkan, proses morfofonemik yang terjadi pada bahasa Jawa dialek Cirebon ada tiga jenis, yaitu perubahan fonem, penghilangan fonem dan penambahan fonem. Proses perubahan fonem terjadi apabila bentuk dasar yang membentuk nomina berfonem awal /p/, /t/, /k/, dan /c/ bertemu dengan prefiks /N/. Proses penambahan fonem terjadi apabila bentuk dasar yang berfonem akhir vokal bertemu dengan sufiks /-an/ dan /-akn/. Proses penghilangan fonem terjadi apabila bentuk dasar yang berawal atau berakhir dengan vokal bertemu dengan afiks yang berawal atau berakhir fonem yang sama dengan bentuk dasar.

SUMMARY Cirebon Javanese dialect of is one of the Javanese dialects that intersect to Sudanese directly. It was have own characteristics if it was compared with other Javanese dialect. This research is explain about the morphophonemic process that was occurs in Javanese of Cirebon dialect and the type of morphophonemic was found in Cirebon Javanese dialect. This thesis includes to descriptive qualitative research with a source of data in the Bringin Village of Ciwaringin District of Cirebon Regency. The data taken focuses on the words of Cirebon Javanese dialect of who have morphophonemic processes. Data collection methods used interview methods by basic elictation techniques, and the continuing step indepth interviewing techniques and also monitoring method then refers to note techniques. Data were analyzed by distribution method, continuation techniques uses a technique immediate constituents analysis. Based on the result of the analysis could be concluded, morphophonemic processes was occur in Javanese Cirebon dialect, there are three types, namely changing the phonemes, phoneme deletion and phonemes addition. The process of phoneme change happened when the basic form of nouns that phoneme form was beginning /p/, /t/, /k/, and /c/ met with prefix /n/. The adding phoneme process occurs when the basic form of last phoneme vocal matching with suffix /-an/ and /-akn/. Deletion Phoneme process occurs when the basic form that begins or ends with a vowel met with affixes that begins or ends with the same basic phoneme form.

9

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt, atas selesainya penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian tentang Morfofonemik bahasa Jawa Dialek Cirebon Sehubungan dengan selesainya penulisan skripsi ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Drs. Subandi, M.Pd. selaku pembimbing I skripsi yang telah memberikan pengetahuan teori dalam menyelesaikan skripsi. 2. Ashari Hidayat, S.S., M.A. selaku pembimbing II skripsi yang telah memberikan arahan toeri hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Etin Pujihastuti S.S. selaku penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberi kritik dan saran atas hasil skripsi ini. 4. Drs. Muslihudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 5. Segenap dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia atas ilmu yang diberikan. 6. Kawan-kawan Teater Teksas, Mapatra, PSBS yang telah memberikan Ilmu yang tidak didapatakan dibangku kuliah dan selalu memberikan keceriaan serta dorongan semangat baru dalam penulisan skripsi ini. 7. Teman, sahabat, keluarga terbaik Agus Salim S.S., Vega Buwana S.S., Agus Triyono, Arif Tofianto, Rian Haryadi, Satriyo Pinandito, Dwi Jati, Meylen, Rio B.S, Bayu, Ari, Abdi, Eka, Setyo, Andik P, Pandu, Hasibuan, Putri, Prima, Neneng, Novy, Bolem, Ginem, dan semua kawan Sasindo 05 atas dukungan dan motivasi sampai terselesaikannya skripsi ini. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tentu saja masih banyak sekali kekurangan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak sebagai referensi untuk penelitian yang lain dan digunakan sebagaimana

mestinya. Purwokerto, 17 Februari 2010 Penulis DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................... MOTTO............................................................................................................ PERSEMBAHAN............................................................................................. RINGKASAN................................................................................................... SUMMARY...................................................................................................... KATA PENGANTAR....................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL............................................................................................. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... B. Rumusan Masalah.............................................................................. C. Tujuan Penelitian................................................................................ D. Manfaat Penelitian.............................................................................. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 1 4 4 5 i ii iii iv v vi vii viii ix xii

11

A. Studi Terdahulu.................................................................................. B. Landasan Teori.................................................................................... 1. Morfologi....................................................................... 2. Morfofonemik............................................................... 3. Morfem, Morf, Alomorf............................................... BAB III. METODE PENELITIAN A. Data.......................................................................................... ..................................................................................................12 B. Sumber Data............................................................................ C. Teknik Pengumpulan Data.................................................... D. Metode Analisis Data.............................................................. E. Metode Penyajian Hasil Analisis Data.................................. BAB IV. PEMBAHASAN A. Proses Morfofonemik Bahasa Cirebon........................... 1. Proses Morfofonemik Prefiks /N-/......................................... 2. Proses Morfofonemik Prefiks /k-/........................................ 3. Proses Morfofonemik Prefiks /di-/........................................ 4. Proses Morfofonemik Prefiks /tk-/...................................... 5. Proses Morfofonemik Sufiks /-akn/..................................... 6. Proses Morfofonemik Sufiks /-n/......................................... 7. Proses Morfofonemik Sufiks /-an/......................................... 8. Proses Morfofonemik Sufiks /-/........................................... 9. Proses Morfofonemik Sufiks /-i/............................................

6 7 7 8 10

13 13 15 16

18 18 31 32 32 33 34 35 36 38

10. Proses Morfofonemik Konfiks /k-/-n/................................ 11. Proses Morfofonemik Konfiks /k-/-an/................................ B. Jenis Morfofonemik Bahasa Cirebon............................. 1. Perubahan Fonem................................................................... 2. Penambahan Fonem............................................................... 3. Penghilangan Fonem.............................................................. BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................. B. Implikasi.................................................................. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... KESIMPULAN.................................................................................................

40 42 42 42 49 51

54 55 56 57

13

DAFTAR TABEL Halaman 1. Tabel 1 Proses morfofonemik prefiks /N-/ menjadi /m-/................. 2. Tabel 2 Proses morfofonemik prefiks /N-/ menjadi /n-/.................. 3. Tabel 3 Proses morfofonemik prefiks /N-/ menjadi /-/.................. 4. Tabel 4 Proses morfofonemik prefiks /N-/ menjadi /-/................. 5. Tabel 5 Proses morfofonemik prefiks /N-/ menjadi /-/.................. 6. Tabel 6 Proses morfofonemik prefiks /ke-/....................................... 7. Tabel 7 Proses morfofonemik prefiks /di-/........................................ 8. Tabel 8 Proses morfofonemik prefiks /tk-/...................................... 9. Tabel 9 Proses morfofonemik sufiks /-akn/..................................... 10. Tabel 10 Proses morfofonemik sufiks /-en/....................................... 11. Tabel 11 Proses morfofonemik sufiks /-an/....................................... 12. Tabel 12 Proses morfofonemik sufiks /-e/......................................... 13. Tabel 13 Proses morfofonemik sufiks /-i/.......................................... 14. Tabel 14 Proses morfofonemik konfiks /k-/-n/.............................. 15. Tabel 15 Proses morfofonemik konfiks /k-/-an/.............................. 16. Tabel 16 Proses perubahan fonem /p/ ke /m/.................................... 17. Tabel 17 Proses perubahan fonem /t/ ke /n/...................................... 20 23 28 29 31 31 32 33 34 35 36 38 40 41 42 43 45

18. Tabel 18 Proses perubahan fonem /k/ ke //..................................... 19. Tabel 19 Proses perubahan fonem /k/ ke //..................................... 20. Tabel 20 Proses perubahan fonem /s/ ke //..................................... 21. Tabel 21 Proses penambahan fonem /w/........................................... 22. Tabel 22 Proses penambahan fonem /y/............................................ 23. Tabel 23 Proses penambahan fonem /k/............................................ 24. Tabel 24 Proses penghilangan fonem //........................................... 25. Tabel 25 Proses penghilangan fonem /i/............................................

46 47 48 49 50 51 52 53

15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu bagian dalam kebudayaan yang ada pada semua masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari kebudayaan, bahasa juga turut ambil bagian dalam peran manusia karena fungsinya sebagai alat komunikasi yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Karena bagian dari budaya dan peranannya terhadap manusia inilah maka bahasa perlu dilestarikan, terutama yang berkenaan dengan pemakaian bahasa daerah karena merupakan lambang identitas suatu daerah, masyarakat, keluarga, dan lingkungan. Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang digunakan pada masyarakat yang berada di Pulau Jawa. Selain itu, bahasa Jawa juga dipakai di luar Pulau Jawa, yakni oleh masyarakat yang bertransmigrasi ke luar Jawa, antara lain Sumatera dan Kalimantan. Bahasa Jawa termasuk bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur yang sangat banyak dan mempunyai beberapa dialek, di antaranya dialek Cirebon, Banyumas, Jogja, Solo, Semarang, dan Jawa Timur. Dialek yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan seperti pada bunyi dan kosa kata.

Bahasa Jawa dialek Cirebon merupakan salah satu dialek bahasa Jawa yang bersinggungan secara langsung dengan bahasa Sunda. Akibatnya, bahasa Jawa di daerah ini memiliki kekhasan tersendiri jika dibandingkan dengan dialek bahasa Jawa yang lain. Dialek Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno bahasa Jawa seperti kalimat-kalimat dan pengucapan, misalnya ingsun (saya) dan sira (kamu) yang sudah tak digunakan lagi oleh bahasa Jawa standar. Pada zaman Kesultanan Cirebon, bahasa Jawa dialek Cirebon menjadi bahasa resmi di kerajaan khususnya, dan puser bumi sebagai pusat pemerintahan Wali Sanga yang berkedudukan di Cirebon. Bahasa yang dipakai para wali untuk menyebarkan Islam berkembang di wilayah pesisiran utara Jawa. Saat itu, bahasa Jawa dialek Cirebon merupakan bahasa yang telah digunakan dalam pemerintahan dan penyebaran Islam yang terus berkembang melalui jalur perdagangan dan pertanian (Tim penyusun Tata Bahasa Jawa Cirebon, 2002:5). Wilayah pakai bahasa Jawa dialek Cirebon adalah Kodya Cirebon dan Kabupaten Cirebon. Bahasa Jawa dialek Cirebon berfungsi sebagai lambang kebanggaan dan identitas daerah Cirebon, alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat daerah, terutama daerah pedesaan. Selain itu, bahasa Jawa dialek Cirebon merupakan bahasa ibu, serta bahasa pengantar dalam belajar mengajar pada tingkat permulaan (Tim penyusun Tata Bahasa Jawa Cirebon, 2002:7). Hampir semua bahasa yang ada di dunia mempunyai proses pembentukan kata, termasuk bahasa Jawa dialek Cirebon. Bahasa Jawa dialek Cirebon mempunyai afiks, baik itu berupa awalan, akhiran, maupun sisipan sebagai unsur pembentuk kata. Proses pembentukan kata dikaji dalam bidang morfologi. Ada

17

berbagai macam bidang kajian morfologi, salah satu dari kajian tersebut yaitu morfofonemik. Morfofonemik sebagai proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan (Arifin, 2007:8). Ramlan (2001:83) membagi perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dalam tiga wujud, yaitu proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses hilangnya fonem. Proses morfofonemik dalam bahasa Jawa dialek Cirebon dapat dilihat pada morfem ngenggo memakai terdiri dari dua morfem, yaitu morfem N- dan enggo pakai, akibat pertemuan kedua morfem itu terjadi perubahan pada morfem /N/ menjadi /ng-/. Pada kata pegaweyan pekerjaan terdiri dari dua morfem, yaitu morfem /pe-/-an/ dan gawe kerja. Akibat pertemuan kedua morfem itu, terjadi proses morfofonemik yang berupa penambahan fonem yaitu penambahan fonem /y/. Pada kata kelingan keingatan terdiri dari dua morfem yaitu morfem /ke-/-an/ dan morfem eling ingat akibat pertemuan dua morfem itu, fonem /e/ pada konfiks /ke-/-an/ menjadi hilang. Dari contoh di atas dapat dikemukakan bahwa dalam bahasa Jawa dialek Cirebon terdapat tiga proses morfofonemik yaitu, perubahan fonem, penambahan fonem, penghilangan fonem. Permasalahan dalam morfofonemik cukup variatif. Pertemuan antara morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan variasi-variasi yang dapat membingungkan pemakai bahasa. Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa, bagaimanakah pembentukan kata yang sesuai dengan kaidah morfologi. Untuk mengetahui proses morfofonemik yang terjadi, perlu diungkap peristiwa

morfofonemik sebanyak-banyaknya. Dari peristiwa tersebut dapat dikelompokkan jenis morfofonemik berdasarkan kesamaan prosesnya. Simpulan tersebut kemudian dapat dijadikan kaidah pembentukan kata turunan yang benar. Jangan sampai menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi kesalahan pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang berlangsung. Jika terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi, maka hilang fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, perlu untuk dideskripsikan proses morfofonemik yang terjadi dalam bahasa Jawa dialek Cirebon. Dalam penelitian ini akan dibahas proses morfofonemik bahasa Jawa dialek Cirebon yang terjadi di Desa Bringin Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu 1. bagaimana proses morfofonemik pada bahasa Jawa dialek Cirebon di Desa Bringin Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon; 2. apa saja jenis morfofonemik dalam bahasa Jawa dialek Cirebon di Desa Bringin Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon.

C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah 1. mendeskripsikan proses morfofonemik pada bahasa Jawa dialek Cirebon di Desa Bringin Kecamatan Ciwaringin

19

Kabupaten Cirebon; 2. mendeskripsikan jenis morfofonemik dalam bahasa Jawa dialek Cirebon di Desa Bringin Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon.

D. Manfaat Penelitian Seperti yang telah dipaparkan pada bagian tujuan penelitian, penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah khazanah kajian tentang bahasa, terutama dalam bidang morfologi khususnya bidang morfofonemik. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu menyempurnakan penelitian dalam bahasa Jawa dialek Cirebon serta sebagai informasi kepada para peneliti yang akan mengkaji tentang proses morfofonemik bahasa lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu Kajian tentang morfofonemik sudah banyak diteliti oleh para pakar bahasa termasuk oleh Nazara (2007). Judul penelitiannya, Morfofonemik Bahasa Nias. Hasil penelitian tersebut adalah proses morfofonemik dalam bahasa Nias terjadi pada nomina dan verba. Morfofonemik yang terjadi pada nomina terbagi atas dua jenis. Kedua jenis itu adalah perubahan bunyi konsonan dan penambahan bunyi konsonan. Perubahan bunyi konsonan terjadi jika sebuah nomina mulai dengan bunyi konsonan. Perubahan itu ada dua macam, yaitu perubahan konsonan tidak bersuara menjadi konsonan bersuara dan perubahan konsonan bersuara menjadi konsonan bersuara lain. Penambahan bunyi konsonan terjadi pada nomina yang mulai dengan bunyi vokal. Sutopo dan

Sarosa (2006) juga melakukan penelitian dalam bidang morfofonemik

21

dengan judul penelitian Proses Morfofonemik Prefiks (N) dalam Bahasa Jawa, (meN) dalam Bahasa Indonesia, dan (In) dalam Bahasa Inggris. Hasil penelitian tersebut adalah dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa proses penggabungan antara prefiks {meN-} dan {N} dengan bentuk dasarnya dapat mengalami dua proses morfofonemik sekaligus, yaitu proses perubahan dan proses penghilangan fonem. Kedua proses ini terjadi apabila terdapat dua fonem awal dari bentuk dasar yang memiliki kemiripan karakteristik artikulatoris seperti fonem /t/ dan /d/. Di dalam bahasa Inggris tidak ada proses morfofonemik ganda semacam itu. Prefiks {iN-} lebih banyak terealisasi menjadi in- daripada menjadi morf yang lain apabila didasarkan pada jumlah fonem awal dari bentuk dasar yang mengikutinya. Penelitian tersebut memiliki kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis karena keduanya membahas tentang proses morfofonemik. Penelitian terhadap peristiwa morfofonemik perlu dilakukan agar dapat diketahui kaidah pembentukan kata yang benar dalam pemakaian bahasa. Masalah morfofonemik terdapat hampir pada semua bahasa yang mengenal proses-proses morfologis. Oleh karena itu, perlu diteliti proses morfofonemik yang terjadi pada bahasa Jawa dialek Cirebon.

B. Landasan Teoretis 1. Morfologi Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang

mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi-fungsi perubahanperubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 2001:21). Verhaar (2006:52) menjelaskan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Tambahan secara gramatikal dalam definisi ini mutlak karena setiap kata dapat dibagi atas segmen yang terkecil yang disebut fonem, tetapi fonem-fonem tidak harus berupa morfem.

2. Morfofonemik Morfofonemik adalah kajian mengenai morfem dan fonem. Ramlan (2001:32) mendefinisikan morfem sebagai satuan gramatikal yang paling kecil; satuan gramatikal yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna (Chaer, 2007:137). Morfofonemik dapat diartikan sebagai kajian morfologi yang menjelaskan perubahan fonologis yang terjadi karena morfem yang satu dengan morfem yang lain dalam rangka pembentukan kata. Kajian morfofonemik tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya baru muncul dalam kajian morfologi. Ada berbagai macam pengertian mengenai istilah morfofonemik. Ramlan (2001:83) menyatakan, morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Selanjutnya,

23

Kridalaksana (2007:183) mendefinisikan bahwa proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Selain itu, Samsuri (1980:201) menjelaskan morfofonemik adalah studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya. Poedjosoedarmo (1979:186) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perubahan morfofonemik ialah perubahan bentuk fonemis sebuah morfem yang disebabkan oleh fonem yang ada di sekitarnya. Mengacu pada pendapat para ahli bahasa di atas, peristiwa morfofonemik pada dasarnya adalah proses berubahnya sebuah fonem dalam pembentukan kata yang terjadi karena proses morfologis. Morfofonemik mengkaji tentang bunyi gabungan yang membentuk realisasi morfem dalam kombinasi morfem. Realisasinya menimbulkan variasi morfem. Perubahan bunyi yang terjadi ketika morfem terikat bergabung dengan morfem bebas mengikuti kaidah tertentu. Ramlan (2001:83) membagi perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dalam tiga wujud, yaitu proses perubahan fonem, proses penambahan fonem, dan proses penghilangan fonem. a. Proses perubahan fonem Proses perubahan fonem adalah berubahnya fonem morfem dasar atau morfem terikat sebagai akibat pertemuan antara morfem dasar dan morfem terikat tersebut. Contoh: /N/ + /sntak/ bentak /N/ + /kidUl/ selatan /ntak/ membentak /idUl/ ke selatan

Dari contoh di atas dapat dilihat adanya perubahan fonem. Sentak bentak

sebagai morfem dasar ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi entak membentak, fonem /s/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi //. Dari contoh yang kedua kidul selatan sebagai morfem dasar ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi idul ke selatan, fonem /k/ yang berada diawal morefm dasar berubah menjadi // sebagai akibat pertemuan dua morfem terebut. b. Proses penambahan fonem Proses penambahan fonem adalah munculnya fonem baru ketika penggabungan antara morfem dasar dan morfem terikat. Fonem baru yang muncul itu sama tipenya dengan fonem awal dalam morfem dasar. Contoh:

/p-/ + /gaw/ kerja + /-an/ /spatu/ sepatu + /-an/

/pgawyan/ pekerjaan /spatuwan/memakai sepatu

Dari contoh di atas dapat dilihat adanya pemunculan fonem baru, yaitu /y/, ketika morfem dasar gaw kerja bertemu dengan konfiks /p-/-an/, kata gaw menjadi pgawyan pekerjaan. Dari contoh kedua muncul fonem /w/ dari morfem dasar spatu, ketika bertemu dengan sufiks /-an/ menjadi spatuwan. c. Proses penghilangan fonem Proses hilangnya fonem terjadi bila morfem dasar atau afiks hilang pada saat terjadi penggabungan morfem. Contoh: /k-/ + /rubuh/ jatuh + /-an/ /krubuan/ kejatuhan

Dari contoh di atas dapat dilihat adanya penghilangan fonem /h/. Rubuh jatuh, tumbang sebagai morfem dasar ketika bertemu dengan konfiks /k-/-an/ menjadi krubuan kejatuhan. Fonem /h/ pada morfem rubuh itu menjadi hilang.

25

3. Morfem, Morf, dan Alomorf Untuk menjelaskan masalah morfofonemik perlu dipahami konsep tentang morfem, morf, dan alomorf. Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya dan alomorf adalah perwujudan konkrit keseluruhan morf (di dalam pertuturan) dari sebuah morfem (Chaer, 2007:146-150). Dalam bahasa Jawa dialek Cirebon terdapat alomorf (N-) sedangkan morfnya /m-/, /n-/, /ng-/, /nge-/ dan /ny/. Contoh:

a. Bapane lagi macul ning sawah b. Baka ndudut rambut aja banter-banter c. Aris ngambung ponakane d. Sampe ngedol sawah enggo kawinan e. Durakim lagi nyukur rambute Anan Jika bentuk-bentuk seperti macul mencangkul, ndudut menarik, ngambung mencium, ngedol menjual dan nyukur memotong diuraikan atas morfem-morfem, maka bentuk tersebut akan terbagi menjadi dua bagian, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai unsur dalam suatu kalimat seperti pacul cangkul, dudut tarik, ambung cium, dol jual, dan cukur potong, sedangkan morfem terikat adalah morfem yang selalu melekat pada morfem bebas pada penggunaannya dalam kalimat, dalam hal ini yaitu morfem terikat /N/. Pada proses penggabungan antara prefiks /N/ dan bentuk dasar tersebut di

atas, akan terjadi proses perubahan pada prefiks /N/, yaitu berubah menjadi /m-/ apabila bertemu dengan bentuk dasar yang didahului oleh fonem /p/ seperti pada kalimat (a), berubah menjadi /n-/ apabila bentuk dasar didahului oleh fonem /d/ seperti pada kalimat (b), berubah menjadi /ng-/ apabila bentuk dasar didahului oleh fonem /a/ seperti pada kalimat (c), berubah menjadi /nge-/ apabila bentuk dasar hanya memiliki satu suku kata seperti pada kalimat (d), berubah menjadi /ny-/ apabila bentuk dasar didahului oleh fonem /c/ seperti pada kalimat (e). Bentuk-bentuk seperti /m-/, /n-/, /ng-/, /nge-/, dan /ny-/, masing-masing disebut morf. Keseluruhan morf tersebut dinamakan alomorf, yang merupakan alomorf dari morfem terikat /N/. BAB III METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif karena penelitian berusaha memahami fenomena kebahasaan yang sedang diteliti. Metode deskriptif kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak dirancang menggunkan prosedur-prosedur statistik. Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan berupa data lunak. Data itu kaya akan deskripsi tentang orang-orang, tempat-tempat, dan konservasi-konservasi dari orang yang diteliti (Subroto, 1992:6). Penelitian kualitatif lebih mengutamakan proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan antarbagian yang sedang diteliti akan menjadi jelas maknanya apabila diamati dalam proses. Penelitian kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif, tidak mencari data untuk menguji hipotesis,

27

tetapi cenderung membuat generalisasi atau abstraksi yang dibangun dari tumpukan fenomena yang terjadi. Penelitian kualitatif pada umumnya berusaha membentuk atau membangun teori melalui data yang terkumpul. Penelitian kualitatif bersifat sementara sebagai pembimbing awal untuk melangkah ke lapangan, tidak bersifat kaku dan berstruktur ketat (Subroto, 1992:8).

A. Data Data adalah bahan jadi atau lawan dari bahan mentah, yang diperoleh dengan cara memilih aneka macam tuturan (bahan mentah) (Sudaryanto 1993:3 dalam Mahsun 2007:18). Data dalam penelitian ini adalah bahasa lisan berupa kata-kata bahasa Jawa dialek Cirebon yang mengalami proses morfofonemik yang digunakan oleh warga Desa Bringin Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Pengambilan data dilaksanakan dari tanggal 21 September sampai dengan 5 Oktober 2009, pengambilan data dengan cara melakukan percakapan dengan informan, menyimak penggunaan bahasa informan kemudian mencatatnya.

B. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang digunakan warga Desa Bringin Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon sebagai informan dalam penelitian ini. Pengambilan data berfokus pada kata-kata bahasa Jawa dialek Cirebon yang mengalami proses morfofonemik.

C. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode berikut ini. 1. Metode Cakap Penamaan metode penyediaan data dengan metode cakap disebabkan cara yang ditempuh dalam pengumpulan data ini berupa percakapan antara peneliti dengan informan. Data diperoleh melalui penggunaan bahasa secara lisan. Metode cakap memiliki teknik dasar pancing, karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode tersebut hanya dimungkinkan muncul jika peneliti memberikan pancingan pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapakan oleh peneliti. Teknik lanjutannya adalah teknik cakap semuka. Pada pelaksanaan teknik cakap semuka, peneliti langsung melakukan percakapan dengan pengguna bahasa sebagai informan (Mahsun, 2005:95). Dalam hal ini peneliti langsung mengadakan percakapan dengan informan secara langsung untuk mendapatkan data yang diharapkan. Peneliti tidak memberi tahu kepada informan kalau peneliti sedang melakukan penelitian untuk kemurnian data. Peneliti lebih aktif melakukan percakapan dengan informan untuk mendapatkan data yang diharapkan. Contoh data yang didapatkan dengan metode cakap, bapae lagi ngobar sungkra ning guri umah ayahnya sedang membakar sampah di belakang rumah. Data ini didapatkan ketika peneliti melakukan percakapan dengan informan dengan pancingan pertanyaan bapae lagi ning endi? Ayahnya lagi dimana?. Data yang didapatkan adalah ngobar membakar yang merupakan kata yang mengalami proses morfofonemik. 2. Metode Simak

29

Metode simak adalah metode pengumpulan atau penyediaan data yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa untuk memperoleh data. Data diperoleh dengan cara menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan (Mahsun, 2005:92). Teknik lanjutan metode simak adalah teknik catat. Teknik catat adalah teknik pengumpulan atau penyediaan data yang dilakukan dengan cara mencatat penggunaan bahasa untuk memperoleh data. Dalam hal ini peneliti menyimak penggunaan bahasa yang digunakan oleh informan. Setelah menyimak penggunaan bahasa informan kemudian peneliti mencatat data yang didapatkan. Contoh data yang didapatkan dengan metode simak, baka nikung ati-ati deleng kiwe tengenne kalau berbalik arah hati-hati lihat kanan dan kirinya. Proses morfofonemik yang terjadi pada kalimat tersebut adalah nikung berbalik arah. Data tersebut didapatkan ketika peneliti sedang menyimak penggunaan bahasa informan kemudian peneliti mencatatnya.

D. Metode Analisis Data Analisis data adalah tindakan mengamati, membedah atau mengurai, masalah yang bersangkutan dengan cara khas tertentu. Cara-cara khas tertentu ditempuh peneliti untuk memahami problematik satuan kebahasaan yang diangkat sebagai objek penelitian (Kesuma, 2007:47). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto 1993:15 dalam Kesuma, 2007:54). Teknik lanjutan yang digunakan

adalah teknik bagi unsur langsung. Teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur dan bagian-bagian atau unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud (Sudaryanto 1993:31, dan Baryadi 2000:148, dalam Kesuma, 2007:54). Alat penentu teknik bagi unsur langsung adalah intuisi kebahasaan peneliti terhadap bahasa yang diteliti. Intuisi kebahasan adalah kesadaran penuh yang tak terumuskan, tetapi percaya terhadap apa dan bagaimananya kenyataan yang bersifat kebahasaan (Sudaryanto, 1993:32 dalam Kesuma 2007:56) Contoh analisisnya, nembe bae ngrungu adine manjing sekolah baru saja mendengar adiknya masuk sekolah. Dari contoh di atas peneliti dengan intuisinya mampu memilah bentuk mana yang termasuk dalam proses morfofonemik. Proses morfofonemik pada kalimat di atas adalah nembe, ngrungu dan manjing. Pada kata nembe baru saja yang berasal dari morfem dasar tembe baru ketika bertemu dengan prefiks /N/, fonem /t/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem /n/. Pada kata ngrungu mendengaryang berasal dari morfem dasar krungu dengar ketika bertemu dengan prefiks /N/, fonem /k/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem /ng/. Pada kata manjing masuk yang berasal dari morfem dasar panjing masuk ketika bertemu dengan prefiks /N/, fonem /p/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem /m/, sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut.

E. Penyajian Hasil Analisis Data

31

Penyajian hasil analisis data adalah tahap yang dilaksanakan sesudah data selesai dianalisis dengan menyajikan hasil analisis data (Kesuma, 2007:71). Dalam penelitian ini data disajikan secara formal dan informal. Penyajian hasil analisis data secara formal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kaidah. Dalam ilmu bahasa, kaidah dapat diartikan sebagai (1) pernyataan formal yang menghubungkan unsur-unsur konkret dari suatu sistem yang abstrak dengan model dari sistem itu, (2) pernyataan umum tentang suatu keteraturan atau suatu pola dalam bahasa, (3) sarana untuk menguraikan atau meramalkan derivasi suatu satuan dari bentuk asal yang dipostulasikan, dan (4) aturan tata bahasa atau lafal yang harus diikuti (Kridalaksana, 2001:90 dalam Kesuma 2007:71). Kaidah itu dapat berbentuk rumus, bagan, tabel, atau gambar. Tanda-tanda yang digunakan dalam metode formal adalah /.../ untuk membedakan morfem dan membedakan fonem, + menunjukkan pertemuan antara morfem satu dengan morfem yang lain, menunjukkan hasil pertemuan morfem tersebut. Untuk

kemudahan pemahaman, penyajian kaidah didahului oleh penyajian secara informal. Penyajian secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto 1993:145 dalam Kesuma 2007:71). Dalam penyajian ini, rumus atau kaidah disampaikan dengan menggunakan katakata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami (Kesuma 2007:71)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Proses Morfofonemik Bahasa Jawa Dialek Cirebon 1. Prefiks /N/ Prefiks /N/ dalam bahasa Jawa dialek Cirebon sangat produktif dan banyak mengalami proses morfofonemik. Dalam bahasa Jawa dialek Cirebon, prefiks /N/ mempunyai lima morf apabila prefiks ini digabungkan dengan morfem dasar yang lain. Morf dari prefiks /N/ yaitu, /m-/, /n-/, /-/, /-/, dan /-/. Morf ini akan terealisasi apabila digabungkan dengan bentuk dasar dengan fonem awal yang berbeda. a. Morf /m-/ Prefiks /N/ akan terealisasi menjadi /m-/ apabila prefiks ini digabungkan dengan morfem dasar yang fonem awalnya, /p/, /l/, /i/, dan /b/. Data berikut

33

menunjukkan hal ini. /N/ + /pandng/ lihat /N/ + /pagas/ potong /N/ + /panggUl/ gotong /mandng/ melihat /magas/ memotong /manggUl/ menggotong

Dari data di atas terjadi proses perubahan fonem dari prefiks /N/ menjadi /m-/, fonem /p/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi fonem /m/. Data pada morfem dasar pandng lihat ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi mandng melihat, fonem /p/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi fonem /m/ sebagai akibat pertemuan dua morfem terebut. Data pada morfem dasar pagas potong ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi magas memotong, fonem /p/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi fonem /m/ sebagai akibat pertemuan dua morfem terebut. Data pada morfem dasar panggul gotong ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi manggul menggotong, fonem /p/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi fonem /m/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut dan terealisasinya perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /m-/. /N/ + /lirIk/ lihat /N/ + /lOrOd/ jatuh ke bawah /N/ + /lOtot/ membelalak /mlirIk/ melihat kesamping dengan hati-hati /mlOrOd/ jatuh ke bawah tanpa disengaja /mlOtot/ membelalak matanya

Dari data di atas terjadi proses perubahan prefiks /N/ menjadi /m-/, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya, fonem /l/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem mlirik melihat kesamping dengan hati-hati berasal dari morfem dasar lirik lihat, data pada

morfem mlorod jatuh ke bawah tanpa disengaja berasal dari morfem dasar lorod jatuh ke bawah, dan data pada morfem mlotot membelalak matanya berasal dari morfem dasar lotot membelalak. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tersebut tetap seperti bentuk semula. Realisasinya hanya dari prefiks /N/ menjadi prefiks /m-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. /N/ + /idr/ keliling /N/ + /ingr/ geser /N/ + /igUh/ putar /mIdr/ berkeliling /mIngr/ bergeser /mIgUh/ berputar

Dari data di atas terjadi proses perubahan prefiks /N/ menjadi /m-/, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya, fonem /i/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem midr keliling berasal dari morfem dasar idr keliling, data pada morfem mingr bergeser berasal dari morfem dasar ingr geser, dan data pada morfem miguh berputar berasal dari morfem dasar iguh putar. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /m-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. /N/ + /bbk/ tumbuk /N/ + /banjUr/ siram /N/ + /blarat/ tumpah /mbbk/ menumbuk sampai hancur /mbanjUr/ menyiram /mblarat/ tumpah bertebaran

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi /m-/, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya. Fonem /b/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem mbbk menumbuk sampai hancur berasal dari morfem dasar bbk tumbuk, data pada morfem mbanjur menyiram berasal dari morfem dasar banjur siram, dan data

35

pada morfem mblarat tumpah bertebaran berasal dari morfem dasar blarat tumpah. Ketika bertemu dengan prefik nasal /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /m-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 1. Proses morfofonemik prefiks /N/ menjadi /m-/ Perubahan Prefiks Fonem awal /N/ /m-/ /p/ /l/ /i/ /b/ Morfem dasar pandng lirik idr banjur Morfem turunan mandng mlirik midr mbanjur

b. Morf /n-/ Prefiks /N/ akan terealisasi menjadi /n-/ apabila prefiks ini digabungkan dengan morfem dasar yang fonem awalnya /t/, /d/, /dh/, dan /j/. Data berikut menunjukkan hal ini. /N/ + /tikung/ belok /N/ + /tojos/ tusuk /N/ + /tampk/ pukul /nikung/ membelok, berbalik arah /nOjos/ menusuk /nampk/ memukul di bagian muka

Dari data di atas terjadi proses perubahan fonem dari prefiks /N/ menjadi /n-/. Fonem /t/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi fonem /n/ sebagai akibat pertemuan dengan prefiks /N/. Data pada morfem dasar tikung belok ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi nikung membelok, berbalik arah, fonem /t/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi fonem /n/, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar tojos

tusuk ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi nojos menusuk, fonem /t/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi fonem /n/, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar tampk pukul ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi nampk memukul dibagian muka, fonem /t/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi fonem /n/, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut dan terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /n-/. /N/ + /dudUt/ tarik /N/ + /dlng/ lihat /N/ + /dalah/ taruh /ndUdUt/ manarik /ndlng/ melihat /ndalah/ menaruh, meletakkan

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi /n-/, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya. Fonem /d/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem ndudut manarik berasal dari morfem dasar dudut tarik, data pada morfem ndlng melihat berasal dari morfem dasar dlng lihat, dan data pada morfem ndalah menaruh, meletakkan berasal dari morfem dasar dalah taruh. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /n-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. /N/ + /dhakOm/ telungkup /N/ + /dhkm/ duduk /N/ + /dhngak/ menengadah /ndhakOm/berbaring dengan dengan menelungkup /ndhkm/ duduk dengan dagu di atas lutut /ndhngak/ menengadah, atau mengangkat wajah

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi /n-/,

37

tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya. Fonem /dh/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem ndhakom berbaring dengan menelungkup berasal dari morfem dasar dhakom telungkup, data pada morfem ndhkm duduk dengan dagu diatas lutut berasal dari morfem dasar dhkm duduk, dan data pada morfem ndhngak menengadah, atau mengangkat wajah berasal dari morfem dasar dhngak menengadah. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /n-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. /N/ + /jjr/ baris /N/ + /jprat/ terbuka /N/ + /jirt/ ikat /njjr/ membuat barisan atau deretan /njprat/ terbuka dengan hentakan /njIrt/ mengikat

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi /n-/, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya. Fonem /j/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem njjr membuat barisan atau deretan berasal dari morfem dasar jjr baris, data pada morfem njprat terbuka dengan hentakan berasal dari morfem dasar jprat terbuka, dan data pada morfem njirt mengikat berasal dari morfem dasar jirt ikat. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /n-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 2. Proses morfofonemik prefiks /N/ menjadi /n-/ Perubahan prefiks /N/ /n-/ Fonem awal /t/ Morfem dasar tikung Morfem turunan nikung

/d/ /dh/ /j/ c. Morf /-/

dudut dhakom jjr

ndudut ndhakom njjr

Prefiks /N/ akan terealisasi menjadi /-/ apabila prefiks ini digabungkan dengan morfem dasar yang fonem awalnya, /u/, /r/, /o/, /l/, /k/, /i/, /e/, /a/, dan /g/. Data berikut menunjukkan hal ini. /N/ + /udk/ aduk /N/ + /ubr/ kejar /N/ + /ubng/ keliling /Udk/ mengaduk /Ubr/ mengejar /Ubng/ mengelilingi

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi /-/, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya. Fonem /u/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem udk mengaduk berasal dari morfem dasar udk aduk, data pada morfem ubr mengejar berasal dari morfem dasar ubr kejar, dan data pada morfem ubng mengelilingi berasal dari morfem dasar ubng keliling. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. /N/ + /rangkp/ ganda /N/ + /rms/ remas /N/ + /rampas/ rampas /rangkp/ berganda /rms/ meremas /rampas/ meramas

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi //, tetapi

39

tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya. Fonem /r/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem rangkp berganda berasal dari morfem dasar rangkp ganda, data pada morfem rms meremas berasal dari morfem dasar rms remas, dan data pada morfem rampas meramas berasal dari morfem dasar rampas rampas. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. /N/ + /odOl/ urai /N/ + /obar/ bakar /N/ + /olOr/ narik /OdOl/menguraikan, mengeluarkan isi sesuatu /Obar/ membakar /OlOr/ menarik barang

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi /-/, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya. Fonem /o/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem odol menguraikan, mengeluarkan isi sesuatu berasal dari morfem dasar odol urai, data pada morfem obar membakar berasal dari morfem dasar obar bakar, dan data pada morfem olor menarik barang berasal dari morfem dasar olor narik. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. /N/ + /lamUd/ jilat /N/ + /lmpIt/ lipat /N/ + /lrg/ geser /lamUd/ menjilati /lmpIt/ melipat /lrg/ menggeser

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi //,

tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya. Fonem /l/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem lamud menjilati berasal dari morfem dasar lamud jilat, data pada morfem lmpit melipat berasal dari morfem dasar lmpit lipat, dan data pada morfem lrg menggeser berasal dari morfem dasar lrg geser. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Disini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. /N/ + /kumbah/ cuci /N/ + /krUk/ galih /N/ + /kpUng/ hadang /umbah/ mencuci /rUk/ menggalih /pUng/ menyergap untuk menangkap

Dari data di atas terjadi proses perubahan fonem dari prefiks /N/ menjadi /-/, fonem /k/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi //. Data pada morfem dasar kumbah cuci ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi umbah mencuci, fonem /k/ yang berada pada awal morfem dasar mengalami perubahan menjadi // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar kruk galih ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi ruk menggalih, fonem /k/ yang berada pada awal morfem dasar mengalami perubahan menjadi // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar kpung hadang ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi pung menyergap untuk menangkap, fonem /k/ yang berada pada awal morfem dasar mengalami perubahan menjadi //, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut dan terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /-/.

41

/N/ + /intIl/ ikut /N/ + /int/ intip /N/ + /ijIr/ itung

/intIl/ mengikuti /int/ mengintip /ijIr/ menghitung

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi //, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya. Fonem /i/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem intil mengikuti berasal dari morfem dasar intil ikut, data pada morfem inte mengintip berasal dari morfem dasar inte intip, dan data pada morfem ijir menghitung berasal dari morfem dasar ijir itung. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. /N/ + /cg/ pegang /N/ + /cUr/ tuang /N/ + /lus/ usap /cg/ memegang /cUr/ menuangkan /lus/ mengusap-usap karena kasih sayang

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi //, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya, fonem // yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem cg memegang berasal dari morfem dasar cg pegang, data pada morfem cur menuangkan berasal dari morfem dasar cur tuang, dan data pada morfem lus mengusap-usap karena kasih sayang berasal dari morfem dasar lus usap. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.

/N/ + /andl/ percaya /N/ + /amprak/ nyebar /N/ + /andg/ berhenti

/andl/ mempercayai /amprak/ tersebar /andg/ memberhentikan

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi //, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya. Fonem /a/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem andl

mempercayai berasal dari morfem dasar andl percaya, data pada morfem amprak tersebar berasal dari morfem dasar amprak nyebar, dan data pada morfem andg memberhentikan berasal dari morfem dasar andg berhenti. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Disini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. /N/ + /gpUk/ pecah /N/ + /gtun/ sesal /N/ + /gltak/ terlentang /gpUk/ memecahkan /gtuni/ menyesali diri sendiri /gltak/ diam terlentang

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi /-/, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya, fonem /g/ yang berada pada awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem gpuk memecahkan berasal dari morfem dasar gpuk pecah, data pada morfem gtuni menyesali diri sendiri berasal dari morfem dasar gtun sesal, dan data pada morfem gltak diam terlentang berasal dari morfem dasar gltak

terlentang. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.

43

Tabel 3. Proses morfofonemik prefiks /N/ menjadi /-/ Perubahan prefiks /N/ /-/ Fonem awal /u/ /r/ /o/ /l/ /k/ /i/ /e/ /a/ /g/ Morfem dasar udk rms odol lmpit kruk intil cg andl gpuk Morfem turunan udk rms odol lmpit ruk intil cg andl gpuk

d. Morf /-/ Prefiks /N/ akan terealisasi menjadi /-/ apabila prefiks ini digabungkan dengan morfem dasar bersuku kata satu. Data berikut menunjukkan hal ini. /N/ + /pIt/ sepeda /N/ + /dOl/ jual /N/ + /bis/ bus /pIt/ bersepeda /dOl/ berjualan /bis/ naik bis

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi /e/, tetapi tidak terjadi perubahan pada morfem dasarnya, fonem awal morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem pit bersepeda berasal dari morfem dasar pit sepeda, data pada morfem dol berjualan berasal dari morfem dasar dol jual, dan data pada morfem bis naik bis berasal pada morfem dasar bis bus. Ketika bertemu dengan prefiks /N/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Di sini hanya terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /-/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.

Tabel 4. Proses morfofonemik prefiks /N/ menjadi /-/ Perubahan prefiks /N/ /-/ Satu suku kata dengan Morfem dasar Morfem turunan fonem awal /p/ pit pit /d/ /b/ dol dol bis bis

e. Morf /-/ Prefiks /N/ akan terealisasi menjadi - apabila prefiks ini digabungkan dengan morfem dasar yang fonem awalnya /c/, dan /s/. Data berikut menunjukkan hal ini. /N/ + /cicip/ + /i/ coba /N/ + /cngir/ senyum kecil /N/ + /catk/ gigit /Icipi/ mencoba (makanan) /ngir/ tersenyum kecil /atk/ menggigit

Dari data di atas terjadi proses perubahan dari prefiks /N/ menjadi /-/, fonem /c/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi //. Data pada morfem dasar cicip coba, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi icipi mencoba (makanan), fonem /c/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi //, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar cngir senyum kecil ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi ngir tersenyum kecil, fonem /c/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi //, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar catk gigit ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi atk menggigit, fonem /c/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi //, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut, dan terealisasi perubahan dari prefiks /N/

45

menjadi prefiks /-/. /N/ + /sambr/ sambar /N/ + /sangkUt/ kait /N/ + /sngIt/ benci /ambr/ menyambar /angkUt/ terkait /ngIt/ membenci

Dari data di atas terjadi proses perubahan fonem dari prefiks /N/ menjadi /-/, fonem /s/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi //. Data pada morfem dasar sambr sambar ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi ambr tersambar fonem /s/ yang berada pada awal morfem dasar mengalami perubahan menjadi //, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar sangkut kait ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi angkut terkait, fonem /s/ yang berada pada awal morfem dasar mengalami perubahan menjadi //, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar sngit benci ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi ngit membenci, fonem /s/ yang berada pada awal morfem dasar mengalami perubahan menjadi //, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut dan terealisasi perubahan dari prefiks /N/ menjadi prefiks /-/.

Tabel 5. Proses morfofonemik prefiks /N/ menjadi /-/ Perubahan prefiks /N/ /-/ Fonem awal /c/ /s/ Morfem dasar cngir sangkut Morfem turunan ngir angkut

2. Prefiks /k-/

Prefiks /k-/ dalam bahasa Jawa dialek Cirebon sama dengan prefiks /ter-/ dalam bahasa Indonesia, prefiks /k-/ ketika bertemu dengan morfem lain yang berawalan dengan vokal /a/, /e/, dan /o/ terjadi penghilangan fonem, fonem // pada prefiks /k-/ hilang. Data berikut menunjukkan hal ini. /k-/ + /leg/ telan /k-/ + /angkat/ angkat /k-/ + /obOng/ bakar /klg/ tertelan /kangkat/ terangkat /kObOng/ terbakar

Dari data di atas prefiks /k-/ mengalami penghilangan fonem, fonem // hilang akibat pertemuan dua morfem tersebut, data pada morfem klg tertelan berasal dari morfem dasar lg telan ketika bertemu dengan prefiks /ke-/, fonem // pada prefiks /k-/ menjadi hilang, sehingga hanya ada satu fonem // saja. Data pada morfem kangkat terangkat berasal dari morfem dasar angkat angkat ketika bertemu dengan prefiks /k-/, fonem // pada prefiks /k-/ menjadi hilang. Data pada morfem kobong terbakar berasal dari morfem dasar obong bakar ketika bertemu dengan prefiks /k-/ fonem // pada prefiks /k-/ menjadi hilang. Tabel 6. Proses morfofonemik prefiks /ke-/ Prefiks kFonem awal // /a/ /o/ Morfem dasar lg angkat obong Morfem turunan klg kangkat kobong

3. Prefiks /di-/ Prefiks /di-/ dalam bahasa Jawa dialek Cirebon tidak mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan morfem dasar apa pun. Data berikut

47

menunjukkan hal ini. /di-/ + /jalUk/ minta /di-/ + /silIh/ pinjam /di-/ + /pp/ jemur /dijalUk/ diminta /disilIh/ dipinjam /dipp/ dijemur

Dari data di atas tidak terjadi proses morfofonemik, prefiks /di-/ tidak mengalami perubahan bentuk, begitu juga dengan morfem dasarnya tidak terjadi perubahan bentuk, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem dijaluk diminta berasal dari morfem jaluk minta, data pada morfem disilih dipinjam berasal dari morfem dasar silih pinjam, data pada morfem dipp dijemur berasal dari morfem dasar pp jemur. Ketika bertemu dengan prefiks /di-/, morfem dasar tidak mengalami perubahan bentuk. Fonem awal tetap seperti bentuk semula. Tabel 7. Proses morfofonemik prefiks /di-/ Prefiks /di-/ Fonem awal /j/ /s/ /p/ Morfem dasar jaluk silih pp Morfem turunan dijaluk disilih dipp

4. Prefiks /tk-/ Prefiks /tk-/ dalam bahasa Jawa dialek Cirebon tidak mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan morfem dasar apa pun, sama halnya dengan prefiks /di-/. Data berikut menunjukkan hal ini.

/tk-/ + /gawa/ bawa /tk-/ + /jukUt/ ambil

/tkgawa/ dibawa /tkjukUt/ diambil

/tk-/ + /pangan/ makan

/tkpangan/ dimakan

Dari data di atas tidak terjadi proses morfofonemik, prefiks /tk-/ tidak mengalami perubahan bentuk, begitu juga dengan morfem dasarnya, tidak terjadi perubahan bentuk, morfem dasar tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem tkgawa dibawa berasal dari morfem dasar gawa bawa, data pada morfem tkjukut diambil berasal dari morfem dasar jukut ambil dan data pada morfem tkpangan dimakan berasal dari morfem dasar pangan makan. Ketika bertemu dengan prefiks /tk-/, morfem dasar tidak mengalami perubahan bentuk, fonem awal tetap seperti bentuk semula. Tabel 8. Proses morfofonemik prefiks /tk-/ Prefiks /tk-/ Fonem awal /g/ /j/ /p/ Morfem dasar gawa jukut pangan Morfem turunan tkgawa tkjukut tkpangan

5. Sufiks /-akn/ Sufiks /-akn/ ketika bertemu dengan morfem dasar yang berakhir dengan fonem /u/ dan /i/ terjadi penambahan fonem /k/ di antara pertemuan dua morfem tersebut. Data berikut menunjukkan hal ini. /tuku/ beli + /-akn/ /tmu/ temu + /-akn/ /tukukakn/ belikan /tmukakn/ temukan

Dari data di atas terjadi penambahan fonem /k/ ketika sufiks /-akn/ bertemu dengan morfem dasar yang berakhir dengan fonem /u/. Data pada

morfem dasar tuku beli ketika bertemu dengan sufiks /-akn/ menjadi tukukakn

49

belikan, terjadi penambahan fonem /k/ di antara pertemuan dua morfem tersebut. Data pada dari morfem dasar tmu temu ketika bertemu dengan sufiks /-akn/ menjadi tmukakn temukan, terjadi penambahan fonem /k/ di antara pertemuan dua morfem tersebut /tali/ tali + /-akn/ /kari/ tinggal + /-akn/ /talIkakn/ talikan /karIkakn/ meninggalkan

Dari data di atas terjadi penambahan fonem /k/ ketika sufiks /-akn/ bertemu dengan morfem dasar yang berakhir dengan fonem /i/. Data pada

morfem dasar tali tali ketika bertemu dengan sufiks /-akn/ menjadi talikakn talikan, terjadi penambahan fonem /k/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar kari tinggal ketika bertemu dengan sufiks /-akn/ menjadi karikakn tinggalkan terjadi penambahan fonem /k/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 9. Proses morfofonemik sufiks /-akn/ Sufiks /-akn/ Fonem akhir /u/ /i/ Morfem dasar tuku kari Morfem turunan tukukakn karikakn

6. Sufiks /-n/ Sufiks /-n/ ketika bertemu dengan morfem dasar yang berakhir dengan fonem /i/ menyebabkan hilangya fonem /i/ pada morfem dasar tersebut, sufiks /-n/ tidak mengalami perubahan bentuk, tetap seperti bentuk semula. Data berikut menunjukkan hal ini. /kali/ sungai + /-n/ /kaln/ sungai kecil, parit

/tali/ tali + /-n/ /kanthi/ gandeng + /-n/

/taln/ ditalikan /kanthn/ bergandengan

Dari data di atas terjadi penghilangan fonem /i/ pada morfem dasar ketika bertemu dengan sufiks /-n/. Data pada morfem dasar kali sungai ketika bertemu dengan sufiks /-n/ menjadi kaln sungai kecil, parit, fonem /i/ pada morfem dasar yang berada pada awal morfem dasar menjadi hilang, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar tali tali ketika bertemu dengan sufiks /-n/ menjadi taln ditalikan, fonem /i/ pada morfem dasar yang berada pada awal morfem dasar menjadi hilang, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar kanthi gandeng ketika bertemu dengan sufiks /-n/ menjadi kanthn bergandengan, fonem /i/ pada morfem dasar yang berada pada awal morfem dasar menjadi hilang, sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 10. Proses morfofonemik sufiks /-n/ Sufiks /-n/ Fonem akhir /i/ Morfem dasar tali kanthi Morfem turunan taln kanthn

7. Sufiks /-an/ Sufiks /-an/ ketika bertemu dengan morfem dasar yang berakhir dengan fonem /u/ menyebabkan terjadinya perubahan fonem dan terjadi penambahan fonem pada morfem dasar tersebut. Terjadi pula penghilangan fonem ketika sufiks /-an/ bertemu dengan morfem dasar yang berakhir dengan fonem /a/. Data berikut menunjukkan hal ini.

51

/tuku/ beli + /-an/ /pangku/ duduk di atas paha + /-an/ /gawa/ bawa + /-an/

/tukOn/ yang telah terbeli /pangkuwan/ berpangkuan /gawan/ barang yang dibawa

Dari data pada morfem tukon yang telah terbeli berasal dari morfem dasar tuku beli ketika bertemu sufiks /-an/ terjadi perubahan fonem dan penghilangan fonem. Fonem /u/ yang berada pada akhir fonem dasar berubah menjadi fonem /o/, penghilangan fonem terjadi pada sufiks /-an/, fonem /a/ yang berada pada sufiks /-an/ menjadi hilang sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar pangku pangku ketika bertemu dengan sufiks /-an/ menjadi pangkuwan berpangkuan, terjadi penambahan fonem /w/ di antara pertemuan kedua morfem tersebut. Data pada morfem gawan barang yang dibawa berasal dari morfem dasar gawa bawa ketika bertemu dengan sufiks /-an/ terjadi penghilangan fonem /a/ pada pertemuan dua morfem tersebut, sehinggga hanya ada satu fonem /a/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 11. Proses morfofonemik sufiks /-an/ Sufiks /-an/ Morfem dasar tuku pangku gawa Fonem akhir /u/ /u/ /a/ Morfem turunan tukon pangkuwan gawan

8. Sufiks /-/ Sufiks /-/ mempunyai dua alomorf, yaitu /-/ dan /-n/. Sufiks /-/ tetap seperti bentuk semula apabila morfem dasar yang bertemu dengan sufiks /-/ itu

berakhir pada konsonan dan sufiks /-/ akan terealisasi menjadi /-n/ apabila morfem dasarnya berakhir pada vokal. Data berikut menunjukkan hal ini. /wdhus/ kambing + /-/ /ndOg/ telor + /-/ /batur/ teman + /-/ /wdhus/ kambingnya /ndOg/ telurnya /batur/ temannya

Dari data di atas tidak terjadi perubahan bentuk pada morfem dasar dan morfem terikatnya. Pertemuan antara sufiks /-/ dengan morfem dasar tidak menyebabkan perubahan apa pun. Mofem dasar dan sufiks /-/ tetap seperti bentuk semula. Data pada morfem wdhus kambingnya berasal dari morfem dasar wdhus kambing, data pada morfem ndog telurnya berasal dari morfem dasar ndog telor dan data pada morfem batur temannya berasal dari morfem dasar batur teman. Ketika bertemu dengan sufiks /-/ morfem dasar tetap seperti bentuk semula tidak terjadi proses morfofonemik. /rabi/ istri + /-n/ /tiba/ jatuh + /-n/ /turu/ tidur + /-n/ /kbo/ kerbau + /-n / /bal/ tempat duduk + /-n/ /rabin/ istrinya /tiban/ jatuhnya /turun/ tidurnya /kbOn/ kerbaunya /baln/ tempat duduknya

Dari data di atas terjadi perubahan bentuk dari sufiks /-/ menjadi /-n/, ketika sufiks /-/ bertemu dengan morfem dasar yang berakhir pada vokal, sedangkan morfem dasar tidak mengalami perubahan bentuk, tetap sepeti bentuk semula. Data pada morfem dasar rabi istri yang berakhir pada fonem /i/, ketika bertemu dengan sufiks /-/ menjadi rabin istrinya. Di sini terealisasi perubahan dari sufiks /-/ menjadi /-n/. Data pada morfem dasar tiba jatuh yang berakhir dengan fonem /a/, ketika bertemu dengan sufiks /-/ menjadi tiban jatuhnya. Di

53

sini terealisasi perubahan dari sufiks /-/ menjadi /-n/. Data pada morfem dasar turu tidur yang berakhir dengan fonem /u/, ketika bertemu dengan sufiks /-/ menjadi turun tidurnya. Di sini terealisasi perubahan dari sufiks /-/ menjadi /-n/. Data pada morfem dasar kbo kerbau yang berakhir dengan fonem /o/, ketika bertemu dengan sufiks /-/ menjadi kbon kerbaunya. Di sini terealisasi perubahan dari sufiks /-/ menjadi /-n/. Data pada morfem dasar bal tempat duduk yang berakhir dengan fonem //, ketika bertemu dengan sufiks /-/ menjadi baln tempat duduknya. Di sini terealisasi perubahan dari sufiks /-/ menjadi /-n/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 12. Proses morfofonemik sufiks /-/ Perubahan sufiks /-/ /-/ Fonem akhir Morfem dasar /g/ /r/ /-n/ /i/ /a/ /u/ /o/ // ndog batur rabi tiba turu kbo bal Morfem turunan ndog batur rabin tiban turun kbon baln

9. Sufiks /i/ Sufiks /-i/ mempunyai dua alomorf, yaitu /-i/ dan /-ni/. Sufiks /-i/ tetap seperti bentuk semula apabila morfem dasar yang bertemu dengan sufiks /-i/ itu berakhir pada konsonan dan sufiks /-i/ akan terealisasi menjadi /-ni/ apabila morfem dasarnya berakhir pada vokal. Data berikut menunjukkan hal ini. /turUt/ ikut + /-i/ /turUti/ ikuti

/pacUl/ cangkul + /-i/ /cacag/ potong + /-i/

/pacUli/ cangkuli /cacagi/ potongi

Dari data di atas tidak terjadi perubahan bentuk pada morfem dasar dan morfem terikatnya. Pertemuan antara sufiks /-i/ dengan morfem dasar tidak menyebabkan perubahan apa pun. Data pada mofem dasar turut ikut ketika bertemu dengan sufiks /-i/ menjadi turuti ikuti, morfem dasar tetap seperti bentuk semula tidak terjadi proses perubahan bentuk. Data pada mofem dasar pacul cangkul ketika bertemu dengan sufiks /-i/ menjadi paculi cangkuli, morfem dasar tetap seperti bentuk semula tidak terjadi proses perubahan bentuk. Data pada Mofem dasar cacag potong ketika bertemu dengan sufiks /-i/ menjadi cacagi potongi, morfem dasar tetap seperti bentuk semula tidak terjadi proses perubahan bentuk. /tampa/ terima + /-i / /tuku/ beli + /-i/ /tali/ tali + /-i/ /tampani/ menerima /tukUni/ banyak yang dibeli /taleni/ ikatkan

Dari data di atas terjadi perubahan bentuk dari sufiks /-i/ menjadi /-ni/, ketika sufiks /-i/ bertemu dengan morfem dasar yang berakhir pada vokal, sedangkan morfem dasar tidak mengalami perubahan bentuk, tetap sepeti bentuk semula. Data pada morfem dasar tampa terima yang berakhir pada fonem /a/ ketika bertemu dengan sufiks /-i/ menjadi tampani terima saja. Di sini terealisasi perubahan dari sufiks /-i/ menjadi /-ni/, tanpa ada perubahan di morfem dasarnya. Data pada morfem dasar tuku beli yang berakhir pada fonem /u/ ketika bertemu dengan sufiks /-i/ menjadi tukuni banyak yang dibeli. Di sini terealisasi perubahan dari sufiks /-i/ menjadi /-ni/, tanpa ada perubahan di morfem dasarnya.

55

Data pada morfem dasar tali tali yang berakhir pada fonem /i/ ketika bertemu dengan sufiks /-i/ menjadi taleni ikatkan. Di sini terealisasi perubahan dari sufiks /-i/ menjadi /-ni/, dan terjadi perubahan pada morfem dasarnya, fonem /i/ yang berada diakhir fonem menjadi fonem /e/ sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut.

Tabel 13. Proses morfofonemik sufiks /-i/ Perubahan sufiks /-i/ /-i/ Fonem akhir Morfem dasar /t/ /l/ /-ni/ /a/ /u/ /i/ turut pacul tampa tuku tali Morfem turunan turuti paculi tampani tukuni taleni

10. Konfiks /k-/-n/ Konfiks /k-/-n/ ketika bertemu dengan morfem dasar yang berakhir pada fonem /o/ mengakibatkan hilangnya fonem // pada konfiks /k-/-n/, ketika bertemu dengan morfem dasar yang berakhir pada fonem /u/ mengakibatkan perubahan fonem pada akhir morfem dasarnya. Data beriktu menunjukkan hal ini. /k-/ + /jro/ dalam + /-n/ /kjron/ terlalu dalam

Dari data di atas terjadi penghilangan fonem // pada konfiks /k-/-n/, ketika bertemu dengan morfem dasar yang berakhiran dengan fonem /o/. Data pada morfem dasar jro dalam kjron ketika bertemu dengan konfiks /k-/-n/ menjadi kjron terlalu dalam, fonem // pada konfiks /k-/-n/ menjadi hilang

sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. /k-/ + /turu/ tidur + /-n/ /k-/ + /dalu/ masak + /-n/ /kturon/ tertidur /kdalon/ terlalu masak

Dari data di atas terjadi perubahan fonem /u/ menjadi fonem /o/, ketika konfiks /k-/-n/ bertemu dengan morfem dasar yang berakhir pada fonem /u/. Data morfem dasar turu tidur ketika bertemu dengan konfiks /k-/-n/ menjadi keturon tertidur, fonem /u/ yang berada pada akhir morfem dasar berubah menjadi fonem /o/, fonem // yang berada pada konfiks /k-/-n/ menjadi hilang akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar dalu masak ketika bertemu dengan konfiks /k-/-n/ menjadi kadalon teralalu masak fonem /u/ yang berada pada akhir morfem dasar berubah menjadi fonem /o/, fonem // yang berada pada konfiks /k-/-n/ menjadi hilang akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 14. Proses morfofonemik konfiks /k-/-n/ konfiks /k-/-n/ Fonem akhir /o/ /u/ Morfem dasar jro turu Morfem turunan kjron kturon

11. Konfiks /k-/-an/ Konfiks /k-/-an/ ketika bertemu dengan morfem dasar dengan fonem awal /e/ dan /i/, terjadi penghilangan fonem // pada konfiks /k-/-an/ dan penghilangan fonem /i/ pada morfem dasar yang berawalan dengan fonem /i/. Data berikut menunjukkan hal ini. /k-/ + /dan/ gila + /-an/ /kdanan/ tergila-gila

57

/k-/ + /ling/ ingat + /-an/

/klingan/ teringat

Dari data di atas terjadi penghilangan fonem // pada konfiks /k-/-an/ ketika bertemu dengan morfem dasar yang berawalan dengan fonem //. Data pada morfem dasar dan gila ketika bertemu dengan konfiks /k-/-an/ menjadi kedanan tergila-gila, terjadi penghilangan fonem // pada konfiks /k-/-an/, sehingga hanya ada satu fonem /e/ saja. Data pada morfem dasar ling teringat ketika bertemu dengan konfiks /k-/-an/ menjadi klingan teringat, terjadi penghilangan fonem // pada konfiks /k-/-an/, sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut. /k-/ + /ilang/ hilang + /-an/ /klangan/ kehilangan

Dari data di atas terjadi penghilangan fonem /i/ pada morfem dasar yang berawalan dengan fonem /i/. Data pada morfem dasar ilang hilang ketika bertemu dengan konfiks /k-/-an/ menjadi klangan kehilangan, fonem /i/ yang berada pada awal morfem dasar menjadi hilang akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 15. Proses morfofonemik konfiks /k-/-an/ konfiks /k-/-an/ Fonem awal // /i/ Morfem dasar ling ilang Morfem turunan klingan klangan

B. Jenis Morfofonemik Bahasa Jawa Dialek Cirebon 1. Perubahan fonem Proses morfofonemik yang paling banyak terjadi dalam bahasa Jawa

dialek Cirebon adalah perubahan fonem. Proses perubahan fonem adalah berubahnya fonem morfem dasar atau morfem terikat sebagai akibat pertemuan antara morfem dasar dan morfem terikat tersebut. a. Perubahan fonem /p/ /m/

Perubahan fonem /p/ ke fonem /m/ terjadi apabila morfem dasar yang fonem awalnya /p/ bergabung dengan prefiks /N/, dan diikuti oleh segmen bunyi awal /a/, /i/, /u/, dan /e/. Data berikut menunjukkan hal ini. /N/ + /panja/ tanam /N/ + /pulUk/ suap (nasi) /N/ + /pirng/ dengar /N/ + /pgat/ cerai /manja/ menanam /mulUk/ menyuapkan nasi /mirng/ mendengarkan /mgat/ menceraikan

Perubahan dari fonem /p/ menjadi fonem /m/ terjadi bila morfem dasar yang berawal dengan fonem /p/ bergabung dengan prefiks /N/. Data pada morfem dasar panja tanam yang fonem awalnya /p/ dan diikuti segmen bunyi awal /a/ ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi manja menanam. Fonem /p/ yang berada pada awal morfem dasar berubah menjadi fonem /m/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar puluk tanam yang fonem awalnya /p/ dan diikuti segmen bunyi awal /u/ ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi muluk menyuapkan nasi. Fonem /p/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem /m/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar pirng dengar yang fonem awalnya /p/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /i/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi mirng mendengarkan. Fonem /p/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem /m/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada

59

morfem dasar pgat cerai yang fonem awalnya /p/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /e/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi mgat menceraikan. Fonem /p/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem /m/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 16. Proses perubahan fonem /p/ ke /m/ Prefiks /N/ Morfem dasar panja pirng puluk pgat Segmen bunyi awal /a/ /i/ /u/ // Morfem turunan manja muluk mirng mgat

b. Perubahan fonem /t/

/n/

Perubahan fonem /t/ ke fonem /n/ terjadi apabila morfem dasar yang fonem awalnya /t/ bergabung dengan prefiks /N/, dan diikuti oleh segmen bunyi awal /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o /. Data berikut menunjukkan hal ini. /N/ + /takon/ tanya /N/ + /timbrung/ ikut /N/ + /tugl/ potong /N/ + /tgor/ tebang /N/ + /tOblOs/ berlubang /nakon/ bertanya /nimbrung/ ikut serta dalam suatu obrolan /nugl/ memotong /ngor/ menebang /nOblOs/ melubangi

Perubahan dari fonem /t/ menjadi fonem /n/ terjadi bila morfem dasar yang fonem awalnya /t/ bergabung dengan prefiks /N/. Data pada morfem dasar takon tanya yang fonem awalnya /t/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /a/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi nakon bertanya. Fonem /t/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem /n/ sebagai akibat pertemuan dua

morfem tersebut. Data pada morfem dasar timbrung ikut yang fonem awalnya /t/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /i/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi nimbrung ikut serta dalam suatu obrolan. Fonem /t/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem /n/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar tugl potong yang fonem awalnya /t/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /u/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi nugl memotong. Fonem /t/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem /n/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar tgor tebang yang fonem awalnya /t/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /e/, ketika bertemu dengan prefiks nasal /N/ menjadi ngor menebang. Fonem /t/ yang berada diawal morfem dasar berubah menjadi fonem /n/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar toblos berlubang yang fonem awalnya /t/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /o/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi noblos melubangi, fonem /t/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem /n/ sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 17. Proses perubahan fonem /t/ ke /n/ Prefik s /N/ Morfem dasar takon timbrung tugl tgor toblos Segmen bunyi awal /a/ /i/ /u/ /e/ /o/ Morfem turunan nakon nimbrung nugl ngor noblos

61

c. Perubahan fonem /k/

//

Perubahan fonem /k/ ke fonem // terjadi apabila morfem dasar yang fonem awalnya /k/ bergabung dengan prefiks /N/, dan diikuti oleh segmen bunyi awal /a/, /i/, /u/, dan //. Data berikut menunjukkan hal ini. /N/ + /kdUk/ galih /N/ + /kibas/ elak /N/ + /kulon/ barat /N/ + /kambang/ terapung diatas air /dUk/ menggalih /ibas/ mengelak, menghindari /ulOn/ ke barat /ambang/ mengapung diatas air

Perubahan dari fonem /k/ menjadi fonem // terjadi bila morfem dasar yang fonem awalnya /k/ bergabung dengan prefiks /N/. Data pada morfem dasar kduk galih yang fonem awalnya /k/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /e/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi duk menggalih. Fonem /k/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar kibas elak yang fonem awalnya /k/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /i/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi ibas mengelak, menghindari. Fonem /k/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar kulon barat yang fonem awalnya /k/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /u/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi ulon ke barat. Fonem /k/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar kambang terapung diatas air yang fonem awalnya /k/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /a/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi ambang mengapung diatas air. Fonem /k/ yang berada di awal morfem dasar berubah

menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 18. Proses perubahan fonem /k/ ke // Prefiks Morfem dasar /N/ kambang kibas kdu kulon Segmen bunyi awal /a/ /i/ // /u/ Morfem turunan ambang ibas duk ulon

d. Perubahan fonem /c/

//

Perubahan fonem /c/ ke // terjadi apabila morfem dasar yang fonem awalnya /k/ bergabung dengan prefiks /N/, dan diikuti oleh segmen bunyi awal /a/, /i/, /u/, dan /o/. Data berikut menunjukkan hal ini. /N/ + /capit/ jepit /N/ + /cicil/ sebagian-sebagian /N/ + /curng/ memandang /N/ + /cOkOt/ gigit /apIt/ menjepit /Icil/ mengangsur /urng/ memandang tajam dari dekat /OkOt/ mengigit

Perubahan dari fonem /c/ menjadi fonem // terjadi bila morfem dasar dengan fonem awal /c/ bergabung dengan prefiks /N/. Data pada morfem dasar capit jepit dengan fonem awal /c/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /a/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi apit menjepit. Fonem /c/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar cicil sebagian-sebagian dengan fonem awal /c/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /i/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi icil mengangsur. Fonem /c/ yang berada di awal morfem dasar

63

berubah menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar curng memandang dengan fonem awal /c/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /u/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi urng memandang tajam dari dekat. Fonem /c/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar cokot gigit dengan fonem awal /c/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /o/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi okot mengigit. Fonem /c/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 19. Proses perubahan fonem /k/ ke // Prefiks Morfem dasar /N/ capit cicil curng cokot Segmen bunyi awal /a/ /i/ /u/ /o/ Morfem turunan apit icil urng okot

e. Perubahan fonem /s/

//

Perubahan fonem /s/ ke fonem // terjadi apabila morfem dasar yang fonem awalnya /k/ bergabung dengan prefiks /N/, dan diikuti oleh segmen bunyi awal /a/, /i/, /u/, dan /e/. Data berikut menunjukkan hal ini.

/N/ + /sangka/ tuduh /N/ + /silih/ pinjam /N/ + /suwir/ cabik /N/ + /sndr/ sandar

/angka/ menuduh /ilIh/ meminjam /Uwir/ mencabik /ndr/ bersandar

Perubahan dari fonem /s/ menjadi fonem // terjadi bila morfem dasar dengan fonem awal /s/ bergabung dengan prefiks /N/. Data pada morfem dasar sangka tuduh dengan fonem awal /s/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /a/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi angka menuduh. Fonem /s/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar silih pinjam dengan fonem awal /s/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /i/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi ilih meminjam. Fonem /s/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar suwir cabik dengan fonem awal /s/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal /u/, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi uwir mencabik. Fonem /s/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar sndr sandar dengan fonem awal /s/ dan diikuti oleh segmen bunyi awal //, ketika bertemu dengan prefiks /N/ menjadi ndr bersandar. Fonem /s/ yang berada di awal morfem dasar berubah menjadi fonem // sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 20. Proses perubahan fonem /s/ ke // Prefiks Morfem dasar /N/ sangka silih suwir sndr Segmen bunyi awal /a/ /i/ /u/ // Morfem turunan angka ilih uwir ndr

2. Penambahan fonem

65

Proses penambahan fonem adalah munculnya fonem baru ketika penggabungan antara morfem dasar dan morfem terikat. Fonem baru yang muncul itu sama tipenya dengan fonem awal dalam morfem dasar. a. Penambahan fonem /w/ Pemunculan fonem /w/ terjadi pada morfem dasar yang berakhir pada fonem /u/ dan diikuti oleh sufiks /-an/. Data berikut menunjukkan hal ini. /spatu/ sepatu+ /-an/ /pangku/ duduk di atas paha + /-an / /spatuwan/ bersepatu /pangkuwan/ berpangkuan

Dari data di atas terjadi penambahan fonem /w/ ketika morfem dasar yang berakhir dengan fonem /u/ bertemu dengan sufiks /-an/. Data pada morfem spatu sepatu yang berakhir dengan fonem /u/, ketika bertemu dengan sufiks /-an/ muncul fonem /w/ menjadi spatuwan bersepatu sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar pangku duduk di atas paha yang berakhir dengan fonem /u/, ketika bertemu dengan sufiks /-an/ muncul fonem /w/ menjadi pangkuwan berpangkuan sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 21. Proses penambahan fonem /w/ Sufiks Morfem dasar /-an/ spatu pangku Fonem akhir /u/ Morfem turunan spatuwan pangkuwan

b. Penambahan fonem /y/ Pemunculan fonem /y/ terjadi pada morfem dasar yang berakhiran /i/, dan /e/ diikuti oleh sufiks an. Data berikut menunjukkan hal ini. /tapi/ kain + /-an/ /gaw/ kerja + /-an/ /tapIyan/ berkain /gawyan/ kerjaan

Dari data di atas terjadi penambahan fonem /y/ ketika morfem dasar yang berakhir dengan fonem /i/ dan /e/ bertemu dengan sufiks /-an/. Data pada morfem dasar tapi kain yang berakhir dengan fonem /i/, ketika bertemu dengan sufiks /-an/ muncul fonem /y/ menjadi tapiyan berkain sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar gaw kerja yang berakhir dengan fonem //, ketika bertemu dengan sufiks /-an/ muncul fonem /y/ menjadi gawyan kerjaan sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 22. Proses penambahan fonem /y/ Sufiks Morfem dasar /-an/ tapi gaw Fonem akhir /i/ /e/ Morfem turunan tapiyan gawyan

c. Penambahan fonem /k/ Pemunculan fonem /k/ terjadi pada morfem dasar yang berakhiran /i/, dan /u/ dan diikuti oleh sufiks /-akn/. Data berikut menunjukkan hal ini. /bali/ kembali + /-akn/ /kari/ tinggal + /-akn/ /balikakn/ kembalikan /karIkakn/ tinggalkan

Dari data di atas terjadi penambahan fonem /k/ ketika morfem dasar yang berakhir dengan fonem /i/ bertemu dengan sufiks /-akn/. Data pada morfem dasar bali kembali yang berakhir dengan fonem /i/, ketika bertemu dengan sufiks /-akn/ muncul fonem /k/ menjadi balikakn kembalikan sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar kari tinggal yang berakhir dengan fonem /i/, ketika bertemu dengan sufiks /-akn/ muncul fonem /k/ menjadi karikakn tinggalkan sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut.

67

/tuku/ beli + /-akn/ /tmu/ temu + /-akn/

/tukUkakn/ belikan /tmUkakn/ ditemukan

Dari data di atas terjadi penambahan fonem /k/ ketika morfem dasar yang berakhir dengan fonem /u/ bertemu dengan sufiks /-akn/. Data pada morfem dasar tuku beli yang berakhir dengan fonem /u/, ketika bertemu dengan sufiks /-akn/ muncul fonem /k/ menjadi tukukakn belikan sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar tmu temu yang berakhir dengan fonem /u/, ketika bertemu dengan sufiks /-akn/ muncul fonem /k/ menjadi tmukakn ditemukan sebagai akibat pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 23. Proses penambahan fonem /k/ Sufiks Morfem dasar Fonem akhir /u/ Morfem turunan tukukakn tmukakn /i/ balikakn karikakn

/-akn/ tuku tmu bali kari

3. Penghilangan fonem Proses hilangnya fonem terjadi bila morfem dasar atau afiks hilang pada saat terjadi penggabungan morfem. Fonem yang hilang karena kesamaan fonem atau kemiripan artikulatoris antara awal fonem morfem dasar dan akhir morfem terikat.

a. Penghilangan fonem // Penghilangan fonem // dari konfiks /k-/-an/ karena bergabung dengan morfem dasar yang suku pertamanya berawal dengan fonem //. Data berikut menunjukkan hal ini. /k- /+ /dan/ gila + /-an/ /k-/ + /ling/ ingat + /-an/ /kdanan/ tergila-gila /klIngan/ teringat

Dari contoh di atas terjadi penghilangan fonem // dari konfiks /k-/-an/, setelah konfiks /k-/-an/ bergabung dengan morfem dasar dengan fonem awal //. Data pada morfem dasar dan gila ketika bertemu dengan konfiks /k-/-an/ menjadi kdanan tergila-gila, fonem // yang berada dikonfiks /k-/-an/ menjadi hilang, yaitu hanya ada satu fonem /e/ saja, sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar ling ingat ketika bertemu dengan konfiks /k-/-an/ menjadi klingan teringat, fonem // yang berada dikonfiks /k-/-an/ menjadi hilang, hanya ada satu fonem /e/ saja, sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 24. Proses penghilangan fonem // Konfiks /k-/-an/ Morfem dasar dan ling Fonem awal // // Morfem turunan kdanan klingan

b. Penghilangan fonem /i/ Penghilangan fonem /i/ terjadi bila morfem dasar yang berakhir pada konsonan tersebut bergabung dengan sufiks /-n/. Data berikut menunjukkan hal ini.

69

/kali/ sungai + /-n/ /tali/ tali + /-n/ /kanthi/ gandeng + /-n/

/kaln/ sungai kecil, parit /taln/ ditalikan /kanthn/ bergandengan

Dari data di atas terjadi penghilangan fonem /i/ pada morfem dasar yang berakhir dengan fonem /i/ ketika bertemu dengan sufiks /-n/. Data pada morfem dasar kali sungai ketika bertemu dengan sufiks /-n/ menjadi kaln sungai kecil, parit. Fonem /i/ yang berada di akhir morfem dasar menjadi hilang sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar tali tali ketika bertemu dengan sufiks /-n/ menjadi taln ditalikan. Fonem /i/ yang berada di akhir morfem dasar menjadi hilang, sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut. Data pada morfem dasar kanthi gandeng ketika bertemu dengan sufiks /-n/ menjadi kanthn bergandengan. Fonem /i/ yang berada di akhir morfem dasar menjadi hilang, sebagai akibat dari pertemuan dua morfem tersebut. Tabel 25. Proses penghilangan fonem /i/ Konfiks Morfem dasar /-n/ tali kanthi Fonem akhir /i/ /i/ Morfem turunan taln kanthn

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai proses morfofonemik pada bahasa Jawa dialek Cirebon dapat disimpulkan bahwa proses morfofonemik pada dasarnya adalah proses berubahnya sebuah fonem dalam pembentukan kata yang terjadi karena proses afiksasi. Pertemuan antara morfem dasar dengan afiks tersebut mengakibatkan perubahan fonem pada morfem dasar dan afiks. Dalam hal ini yang cenderung mengalami proses morfofonemik adalah afiks, tetapi morfem dasarnya tetap, dan hanya beberapa morfem dasar yang mengalami proses morfofonemik apabila dilekati afiks. Prefiks /N/ ketika bertemu dengan morfem dasar yang berawal dengan fonem /p/, /l/, /i/, dan /b/ akan terealisasi menjadi /m-/, morfem dasar tetap seperti bentuk semula, tetapi morfem dasar yang berawal dengan fonem /p/ mengalami perubahan fonem. Prefiks /k-/ ketika bertemu dengan morfem dasar yang berawal dengan fonem /a/, /e/, dan /o/ terjadi penghilangan fonem, yaitu fonem // pada prefiks /k-/ hilang, morfem dasar tetap. Pertemuan antara sufiks /-/ dengan morfem dasar yang berakhir dengan konsonan, morfem dasar dan afiks tetap. Sufiks /-/ akan terealisasi menjadi /-n/ apabila morfem dasarnya berakhir pada vokal tanpa adanya perubahan pada morfem dasarnya. Sufiks /-akn/ ketika

71

bertemu dengan morfem dasar dengan fonem akhir /u/ dan /i/ terjadi penambahan fonem /k/ di antara pertemuan dua morfem tersebut dan morfem dasar tetap. Jenis morfofonemik yang terdapat dalam bahasa Jawa dialek Cirebon adalah perubahan fonem, penghilangan fonem, dan penambahan fonem. Proses perubahan fonem terjadi pada morfem dasar yang membentuk nomina berfonem awal /p/, /t/, /k/, dan /c/ bertemu dengan prefiks /N/. Morfem dasar nomina tersebut setelah dilekati prefiks /N/ menjadi unsur verba. Proses penambahan fonem terjadi apabila bentuk dasar yang berfonem akhir vokal bertemu dengan sufiks /-an/ dan /-akn/. Proses penghilangan fonem terjadi apabila bentuk dasar yang berawal atau berakhir dengan vokal bertemu dengan afiks yang berawal atau berakhir fonem yang sama dengan bentuk dasar.

B. Implikasi Berdasarkan kesimpul