95
vi SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN DI PUSKESMAS HERLANG OLEH: WAODE ANDI MIMI RAHMI Nomor Induk Mahasiswa : 105651103416 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

vi

SKRIPSI

KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT

DAN PASIEN DI PUSKESMAS HERLANG

OLEH:

WAODE ANDI MIMI RAHMI

Nomor Induk Mahasiswa : 105651103416

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

vii

SKRIPSI

KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT

DAN PASIEN DI PUSKESMAS HERLANG

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan satu

studi dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi (S.Ikom)

Di susun dan Diajukan Oleh:

WAODE ANDI MIMI RAHMI

Nomor Stambuk : 105651103416

Kepada:

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU

SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2020

Page 3: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

viii

Page 4: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

ix

Page 5: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

x

Page 6: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

xi

ABSTRAK

Waode Andi Mimi Rahmi. Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dan

Pasien Di Puskesmas Herlang

Komunikasi terapeutik merupakan hal yang selalu berlangsung dalam komunikasi

antara perawat dan pasien. Komunikasi terapeutik memiliki pengaruh besar

terhadap proses penyembuhan pasien. Berdasarkan hal tersebut, kajian penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui penerapan komunikasi terapeutik yang dilakukan

perawat kepada pasien dalam memberikan pelayanan di Puskesmas Herlang dan

untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh perawat dalam melakukan

komunikasi terapeutik pada pasien di Puskesmas Herlang. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Informan penelitian ini terdiri dari 5

orang perawat, 5orang pasien, dan 5 orang keluarga pasien. Tehnik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah reduksi, penyajian

data, kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian di Puskesmas Herlang menunjukkan

bahwa komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien, telah berlangsung

dengan baik. Hal ini tercermin dari cara penyambutan perawat terhadap pasien

dengan ekspresi wajah yang menyenangkan komunikasi yang lembut kepada

pasien, serta kesabaran dalam mendengarkan berbagai keluhan-keluhan pasien,

memberikan tanggapan balik yang mudah dimengerti oleh pasien dengan tetap

memperhatikan bahasa yang santun. Faktor yang menghambat terjadinya

komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di Puskesmas Herlang yaitu :

penggunaan bahasa, mimik wajah pasien kurang baik kepada perawat, keadaan

psikologi perawat dan pasien seringkali mengalami ketidakcocokan misalnya

intonasi suara serta pengetahuan keluarga yang lebih tau dari perawat termasuk

kendala yang dirasakan perawat.

Page 7: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

xii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan yang tak terhingga atas kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya, Sehingga penulis

mampu menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul ”Komunikasi

Terapeutik Antara Perawat Dan Pasien Di Puskesmas Herlang “. Shalawat serta

salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang senantiasa

memberikan teladan dan tuntunan kepada manusia sehingga tetap berada pada

jalan yang mampu memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Penulis sadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas segalah dukungan, bantuan dan

bimbingan dalam proses penelitian serta penyusunan skripsi ini kepada :

1. Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya lah, maka skripsi ini

dapat terselesaikan.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.si. Selaku dekan Fakultas Ilmu soisal

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Muhammad Tahir, M.si. Selaku ketua prodi Ilmu Komunikasi

Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ibu Dian Muhtadiah Hamna, S.IP, M.I.Kom Selaku sekretaris Ilmu

Komunikasi Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 8: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

xiii

6. Bapak Syukri, S.sos.,M.si. Selaku pembimbing I dan Ibu Arni, S.kom,.

M,i.kom. Selaku Pembimbing II Skripsi yang telah dengan sabar

membimbing dan memberikan waktu serta pemikiran selama proses

bimbingan hingga terselesaikannya Skripsi ini.

7. Kedua Orang Tua, Bapak Laode Maruwata dan Ibu Rosmalia Fatma yang

telah mencurahkan kasih sayang, do’a, motivasi, kekuatan, dan dukungan

yang tidak henti-henti, sehingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Teman seperjuanganku Sri Milawaty M, Ita Ira Handayani, Santi Nawanti,

Dwi Putri Afriana dan Andi Irfadillah yang selalu menemani dan

menghibur penulis selama perkuliahan dan proses menyusun skripsi, Good

luck buat kalian semua.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Dengan ketidaksempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya kecil ini menjadi langkah

yang positif dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Page 9: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................ Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERNYATAAN .................................. Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viiii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ix

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7

A. Peneliti Terdahulu ................................................................................... 7

B. Kerangka Teori ...................................................................................... 10

C. Kerangka Pikir ....................................................................................... 30

D. Fokus Penelitian .................................................................................... 30

E. Definisi Fokus ....................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 32

B. Jenis dan Tipe Penelitian ....................................................................... 32

C. Informan ................................................................................................ 32

D. Tehnik Pengumpulan Data .................................................................... 32

E. Tehnik Pengabsahan Data ..................................................................... 33

F. Tehnik Analisis Data ............................................................................. 34

Page 10: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

xv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 36

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................... 36

1. Sejarah Puskesmas Herlang .................................................................. 36

2. Jenis dan Jumlah Pegawai ..................................................................... 37

3. Keadaan Demografis ............................................................................. 38

4. Tingkat Pendidikan ............................................................................... 39

5. Visi, Misi Puskesmas Herlang .............................................................. 46

6. Tujuan .................................................................................................... 48

7. Tugas pokok dan Fungsi ....................................................................... 49

B. Hasil Penelitian ..................................................................................... 51

1. Penerapan Komunikasi Terapeutik Para Perawat dalam Proses

Penyembuhan Pasien di Puskesmas Herlang ................................................. 51

2. Faktor Penghambat Komunkasi Terapeutik Antara Perawat Dan Pasien

Di Puskesmas Herlang ................................................................................... 60

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 65

A. Kesimpulan ............................................................................................ 65

B. Saran ...................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67

LAMPIRAN ......................................................................................................... 69

Page 11: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Jenis Dan Jumlah Pegawai Puskesmas Herlang 2020

Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2020

Tabel 3 Tingkat Pendidikan Di Wilayah Puskesmas Herlang Tahun 2019

Page 12: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini pelayanan publik masih dirasakan banyak kelemahan,

khususnya di bidang kesehatan, dan belum dapat memenuhi kualitas yang

diharapkan keadaan ini ditandai dengan masih tingginya berbagai pengaduan

masyarakat yang disampaikan melalui berbagai media massa, sehingga dapat

menimbulkan citra kurang baik bagi aparatur pemerintah itu sendiri. Laporan

Ombudsman terkait perkembangan jumlah pengaduan Pelayanan Publik di

Indonesia selama periode 2011-2015.

Berdasarkan laporan tersebut diketahui bahwa terjadi tren peningkatan

jumlah laporan pengaduan 22,83% terhadap pelayanan institusi pemerintah

selama periode tahun 2011-2015 termasuk tren peningkatan pengaduan melalui

media massa cetak maupun media website di Indonesia yang meningkat sebesar

3,7 %. Hal ini menunjukkan pola pikir masyarakat semakin kritis dan tuntutan

kebutuhan mendapat Pelayanan Publik yang sebaik-baiknya dari pemerintah juga

semakin meningkat. Komplain masyarakat melalui saluran eksternal yaitu dengan

melakukan pengaduan yang disampaikan secara tidak langsung kepada

manajemen tetapi melalui pihak lain.

Tahun 2019 penilaian kepatuhan dalam pelayanan publik untuk kategori

Pemerintah Kabupaten setiap tahunnya selalu bertambah kuantitasnya.Pada tahun

Page 13: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

2

2019, jumlah Pemerintah Kabupaten yang dinilai adalah sebanyak 215. Hasilnya

33% masuk kategori zona hijau, 40,4% masuk kategori zona kuning dan sisanya

(26,5%) masuk kategori zona merah.

Kabupaten Bulukumba memiliki jumlah puskesmas sebanyak 20.Rawat

inap sebanyak 13 unit dan non rawat inap sebanyak 7 unit berdasarkan Data Dasar

Puskesmas Kondisi Desember 2015 Provinsi Sulawesi Selatan.

Setiap Puskesmas memiliki kendala masing-masing dalam mencapai

pelayanan yang optimal. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan peneliti

tentang pelayanan kesehatan terhadap pasien. Salah satu dari puskesmas yang ada

di Kabupaten Bulukumba yaitu Puskesmas Herlang pernah dilaporkan dengan

pelayanan yang kurang baik bagi penilaian masyarakat. Pelayanan kesehatan

Puskesmas Herlang di Kelurahan Tanuntung senantiasa memberikan pelayanan

kesehatan untuk masyarakat yang optimal, namun belum dapat memuaskan

masyarakat.Masih banyak kekurangan yang harus dibenahi agar masyarakat lebih

mendapat kepuasan.

Masalah yang ada yaitu munculnya kritik dan saran dari masyarakat

merupakan masalah yang harus dipecahkan oleh Puskesmas Herlang. Keluhan

masyarakat terhadap Puskesmas antara lain yaitu dilansir oleh Tribun Makassar,

28 Maret 2019 bahwa sarana prasarana yang belum memadai, Dokter dan

koordinator perawat yang bertugas jarang berada di tempat. Banyak laporan-

laporan dari masyarakat tentang keluhan-keluhan terhadap pelayanan Puskesmas

Herlang.Salah satunya berita dari media online Tribun Bulukumba yang

Page 14: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

3

menuliskan Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) dan DPRD Bulukumba menjadi

lokasi unjuk rasa aktivis Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kecamatan

Herlang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Melakukan aksi terhadap

pelayanan puskesmas kurang baik terhadap pasiennya .Petugas dinilai tidak

bekerja professional, seperti membeda-bedakan pasien serta Dokter dan Kepala

Puskesmas yang biasanya tidak berada di Puskesmas tersebut.

Dari hal diatas di Puskesmas Herlang dari segi hal pelayanan berdasarkan

komunikasi yang dilakukan masih belum optimal. Komunikasi mempunyai

peranan penting untuk menunjang kelancaran semua pelayanan. Komunikasi

mempunyai fungsi untuk beberapa tujuan yaitu pengendalian, motivasi, ekspresi

perasaan dan informasi.

Komunikasi yang digunakan dalam dunia kesehatan menggunakan tehnik

penyembuhan yang disebut komunikasi terapeutik. Kalthner,dkk (1995) dalam

Mundakir 2016:148 mengatakan bahwa komunikasi therapeutik terjadi dengan

tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang profesional

dengan menggunakan pendekatan personal berdasarkan perasaan dan emosi. Di

dalam komunikasi therapeutik ini harus ada unsur kepercayaan.

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan

menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien. Komunikasi terapeutik

bertujuan penyusunan kembali kepribadian, penemuan makna dalam hidup,

penyembuhan gangguan emosional, penyesuaian terhadap masyarakat,pencapaian

kebahagiaan, dan kepuasan, pencapaian aktualisasi diri, peredaan kecemasan,

serta penghapus tingkah laku maladaptive dan belajar pola-pola tingkah laku

Page 15: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

4

adaptif, dalam profesi keperawatan, komunikasi perawat-pasien merupakan

kompetensi yang wajib dikuasai perawat.Kompotensi komunikasi menetukan

keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.

Berdasarkan fenomena tersebut maka dapat dirumuskan bagaimana

penerapan komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di Puskesmas

Herlang, terkait dengan keluhan-keluhan masyarakat terkait dengan ketidakpuasan

masyarakat dalam pemberian layanan.dari penerimaan pesan.

Jadi dengan berkomunikasi yang baik akan menghadirkan pelayanan yang

terbaik kepada orang lain pada hakikatnya ia telah berbuat baik untuk dirinya

sendiri, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Al-Isra’ Ayat 7

Artinya :

Jika kamu berbuat baik,(berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat merumuskan masalah yang

akan dikaji dalam penelitian ini yaitu

1. Bagaimana penerapan komunikasi terapeutik yang diterapkan oleh

perawat terhadap pasien Puskesmas Herlang?

2. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi oleh para perawat

Puskesmas Herlang dalam menerapkan komunikasi terapeutik

pada para pasien ?

Page 16: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

5

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui penerapan komunikasi terapeutik yang

diterapkan oleh perawat terhadap pasien Puskesmas Herlang

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh para

perawat Puskesmas Herlang dalam menerapkan komunikasi

terapeutik pada para pasien

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Herlang,

maka manfaat penelitian yang dapat di peroleh :

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis menambah

wawasan mengenai penerapan komunikasi terapeutik yang diterapkan

dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Hal ini

diwujudkan dalam sebuah penelitian, dengan metode penelitian kualitatif.

2. Secara praktis

a. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Puskesmas Herlang

untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat.

b. Bagi peneliti

Untuk memenuhi syarat kelulusan sebagai sarjana di Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Page 17: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

6

c. Bagi Universitas Muhammadiyah Makassar

Penelitian ini dapat menambah koleksi pustaka untuk bahan bacaan

dan kajian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 18: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peneliti Terdahulu

Beberapa penelitian terlebih dahulu yang pernah dilakukan sebagai salah

satu tinjauan pustaka yang dilakukan oleh penelitian :

1. Hajarudin(2014)

Judul Penelitian “Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik

Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Puskesmas Pleret Bantul

Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui hubungan

antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien

di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian non-eksperimen dengan menggunakan pendekatan

cross-sectional. Subyek penelitian adalah pasien yang mendapatkan

penanganan oleh perawat di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta.

Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling

berjumlah 30 orang pasien dan 10 orang perawat. Data diambil dengan

menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan korelasi

ChiSquare. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa sebagian besar

komunikasi terapeutik perawat berada dalam kategori baik yaitu

sebanyak 22 orang (73,3%) serta tingkat kepuasan respond.

Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta sebagian besar berada dalam

kategori puas yaitu sebanyak 24 orang (80,0%). Hasil analisa bivariat

pada uji statistik dengan menggunakan rumus analisis Chi Square

Page 19: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

8

menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,536 dan nilai p sebesar

0,384(p>0,05)yang berarti tidak terdapat hubungan antara komunikasi

terapeutik perawat dangan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas

Pleret Bantul Yogyakarta. Persamaan dengan peneliti yang dilakukan

oleh peneliti adalah variabel bebas yaitu komunikasi terapeutik dan

variabel terikatnya yaitu kepuasan pasien, tempatnya di Puskesmas.

Perbedaannya terletak pada variabel bebasnya di tambah lagi yaitu

karakteristik perawat, jumlah sampel penelitiannya, metode

penelitiannya deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dan jumlah

sampelpenelitiannya.

2. Priscylia A.C(2013)

Judul Penelitian “Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan

kepuasan pasien diruang Rawat Inap Irina RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou

Manado”. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan

komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di Ruang

Rawat Inap Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian

ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional.

Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Dari 67

responden menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi terapeutik

perawat baik dan pasien merasa puas sebanyak 42 orang (91,3%), dan

keterampilan komunikasi terapeutik perawat baik dan pasien merasa

kurang puas sebanyak 4 orang (8,7%). Untuk keterampilan komunikasi

terapeutik kurang baik dan pasien merasa puas sebanyak 5 orang

Page 20: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

9

(23,8%), dan keterampilan komunikasi terapeutik kurang baik dan

pasien merasa kurang puas sebanyak 16 orang (76,2%). Hasil uji chi

square diperoleh hasil nilai p value sebesar 0,000 (pv<0,05). Nilai

0,000 berada dibawah nilai alpha 5% (0,05). Persamaan dengan

peneliti yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel bebas yaitu

komunikasi terapeutik dan variabel terikatnya yaitu kepuasanpasien.

Perbedaannya terletak pada variabel bebasnya di tambah lagi yaitu

karakteristik perawat, tempatnya di Puskesmas, dan jumlah sampel

penelitiannya.

3. Nur Rahma 2016

Judul Penelitian Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dan Pasien Di

Puskesmas Antang Perumnas Makassar. Hasil penelitian di Puskesmas

Antang Perumnas Makassar menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik

antara perawat dan pasien, telah berlangsung dengan baik. Hal ini

tercermin dari cara perawat memberikan komunikasi secara langsung

yang lembut dan ekspresi wajah yang menyenangkan kepada pasien

juga dengan bakat perhatian kepada pasien dengan mendegarkan

keluhan-keluhan pasien dengan seksama, memberikan umpan balik

yang mudah di mengerti dan selalu tersenyum dengan ramah dan

berbahasa dengan santun.

Faktor yang menghambat terjalinnya komunikasi terapeutik antara

Perawat dan pasien di Puskesmas Antang Perumnas Makassar yaitu;

faktor fisik berupa keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran pasien,

Page 21: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

10

penggunaan bahasa karena perbedaan asal daerah antara perawat dan

pasien, latar belakang budaya yang berbeda yang menyebabkan

psikologi perawat dan pasien seringkali mengalami ketidakcocokan

misalnya intonasi suara dan terakhir faktor lingkungan misalnya

suasana besing yang menyebabkan komunikasi tidak berlangsung

dengan baik

B. Kerangka Teori

1. Komunikasi Terapeutik

a. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi menurut Carl I.Hovland (dalam Ponco Dewi, 2018: 4) adalah

proses yang memungkinkan seseorang (kounikator) menyapaikan ransangan

untuk mengubah perilaku seseorang.

Komunikasi terapeutik adalah bentuk komunikasi yang bertujuan untuk

menyembuhkan. Menurut Stuart (dalam buku Suciata 2015:199)

menyatakan bahwa untuk komunikasi ini menggunakan prinsip hubungan

interpersonal. Istilah ini juga sering dipakai dalam psikologi konseling

dalam hubungan antara konselor dan klien. Klien secara sukarela akan

mengekspresikan perasaan dan pikirannya, sehingga beban emosi dan

ketegangan yang dirasakan dapat hilang sama sekali dan kembali seperti

semula.

Fungsi komunikasi terapeutik menurut Christina, 2003 (dalam

Mukhripah, 2010) adalah :

1) Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan

Page 22: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

11

pasien melalui hubungan pasien dan perawat.

2) Mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji

masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi

professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien.

Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien karena adanya

saling membutuhkan dan mengutamakan saling pengertian yang

direncanakan secara sadar dengan mengunakan ungkapan- ungkapan atau

isyarat tertentu dan bertujuan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi

terapeutik berbeda dari komunikasi sosial, yaitu pada komunikasi

terapeutik selalu terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk

komunikasi oleh karena itu, komunikasi terapeutik yaitu komunikasi

yang terencana. Komunikasi paling terapeutik berlangsung ketika pasien

dan perawat keduanya menunjukkan sikap hormat akan individualitas

dan hargadiri.

Perawat yang terapeutik berarti dalam melakukan interaksi dengan

klien atau pasien, interaksinya tersebut memfasilitasi proses penyembuhan.

Sedangkan hubungan terapeutik artinya adalah suatu hubungan interaksi

yang mempunyai sifat menyembuhkan, dan tentu saja hal ini berbeda

dengan hubungan sosial.

Komunikasi yang efektif dan penggunaan komunikasi terapeutik

merupakan komponen penting dalam kualitas asuhan keperawatan.

Komunikasi yang efektif memiliki peranan penting bagi kepuasan pasien,

Page 23: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

12

pemenuhan perawatan dan proses pemulihan. Praktik komunikasi

terapeutik itu sendiri sangat dipengaruhi oleh latar belakang suasana. Oleh

karena itu, suasana yang nyaman akan sangat mendukung proses

berlangsungnya komunikasi terapeutik.

b. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Pelaksana komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien

memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar

tindakan guna mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada

hal-hal yangdiperlukan.

Komunikasi dengan pasien pada umumnya diawali sosial secara

singkat. Pesan yang disampaikan bersifat umum,belum membahas

sesuatu secara rinci. Interaksi pada tahap ini membuat kedua belah pihak

merasa aman karena dalam perbincangan yang dilakukan tidak terdapat

niat yang bertujuan menyingkap tabir rahasia seseorang. Mampu

terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau mengkomunikasikan

perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi proses

kesembuhan.

Menurut Stuart dalam Nurjannah (Nur Rahmah 2016 : 13) , tujuan

dari hubungan terapeutik adalah :

1) Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya

kehormatandiri

2) Identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya kehormatandiri

3) Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling

Page 24: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

13

ketergantungan, hubungan interpersonal dengan kapasitas

membericinta.

4) Mendorong fungsi dan meningkatkan terhadap kebutuhan yang

memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistik

2. Tehnik Komunikasi Terapeutik

Stuart dan Sundeen (dalam Suciata 2015) menyatakan bahwa

dalam sebuah komunikasi terapeutik dapat menerapkan beberapa teknik

tertentu. Teknik-teknik tersebut antara lain:

1) Mendegarkan (listening)

Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan nonverbal

bahwa perawat memberikan perhatian terhadap kebutuhan dan

masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian

merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan

nonverbal yang sedang dikomunikasikan. Keterampilan

mendengarkan penuh perhatian adalah dengan: pandang klien

ketika sedang bicara, pertahankan kontak mata yang

memancarkan keinginan untuk mendengarkan, sikap tubuh yang

menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau

tangan, hindarkan gerakan yang tidak perlu, anggukan kepala

jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan

balik, condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

2) Bertanya(question)

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi

Page 25: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

14

yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan

dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata

dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian, ajukan

pertanyaan secara berurutan

3) Penerimaan

Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia

untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan

atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat, kita tidak harus

menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya

menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang

menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau

menggelengkan kepala seakan tidak percaya.

4) Klarifikasi

Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan

pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan

pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan

pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar,

perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah

dimengerti klien.

5) Menyampaikan Hasil Observasi

Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan

menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui

apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan

Page 26: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

15

kesan yang ditimbulkan oleh syarat nonverbal klien.

Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien

berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan

atau mengklarifikasi pesan

a. Proses Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan

1) Proses Komunikasi

a) Reference, stimulus yang memotifikasi seseorang untuk

berkomunikasi dengan orang lain. Dapat berupa pengalaman,

idea tau tindakan.

b) Pengiriman/sumber/encorder, disebut juga komunikator. Bisa

perorangan ataukelompok.

c) Pesan/berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-

kata, gerakan tubuh atau ekspresiwajah.

d) Media/ saluran, alat untuk sarana yang dipilih pengirim untuk

menyampaikan pesan penerima/sasaran

2) Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan

a) Pengkajian, menentukan kemampuan dalam proses informasi,

mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk

menentukan batas interview

b) Diagnosa keperawatan, analisa tertulis dari penemuan

pengkajian, diskusi dengan klien dan keluarga untuk

menentukan metode implementasi.

Page 27: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

16

c) Rencana tujuan, membantu pasien untuk memenuhi

kebutuhan sendiri

d) Implementasi, memperkenalkan diri kepada pasien,

membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman

pribadinya.

e) Evalusai, pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam

mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.

(Nur Rahmah

2016 : 15)

3. Kendala-Kendala Dalam Proses Komunikasi

Kendala atau hambatan dalam komunikasi dapat diartikan

sebagai halangan atau rintangan yang dialami. Evektivitas komunikasi

salah satunya akan sangat tergantung pada seberapa besar hambatan yang

terjadi, dalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan

menghadapi berbagai hambatan, oleh karena itu komunikator perlu

memahami setiap hambatan komunikasi, agar ia dapat mengantisipasi

hambatan tersebut.

Adapun hambatan-hambatan komunikasi antara lain :

1) Hambatan Teknis

Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, dari sisi

teknologi, semakin berkurang dengan adanya temuan baru

dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi,

sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien

sebagai media komunikasi.

Page 28: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

17

2) Hambatan Semantik

Gangguan semantic menjadi hambatan dalam proses

penyampaian pengertian atau secara efektif. Definisi

semantik sebagai studi idea atas pengertian, yang

diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses

pertukaran timbal balik arti dan pengertian (komunikator

dan komunikan), tetapi seringkali proses penafsirannya

keliru. Tidak adanya hubungan antara symbol (kata) dan

apa yang disimbolkan (arti atau penafsiran), dapat

mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat

berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk

menghindari mis komunikasi, seorang komunikator harus

memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik

komunikasinya, dan melihat kemungkinan penafsiran

terhadap kata-kata yang dipakainya.

3) Hambatan Manusiawi

Terjadi karena adanya factor, emosi dan prasangka pribadi,

persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan alat-

alat pancaindra seseorang dan lain-lain.

Menurut Cruden dan Sherman :

a) Hambatan yang berasal dari perbedaan individual

manusia, perbedaan persepsi, perbedaan umur,

perbedaan keadaan emosi, keterampilan

Page 29: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

18

mendengarkan, perbedaan status pencarian

informasi dan penyaringan informasi.

b) Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis,

suasa iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan

perilaku efektifitasnya komunikasi. ( Rismayanti,

2018:830-831)

4. Elemen-Elemen Komunikasi

Dalam proses komunikasi, satu elemen tidak lebih baik atau lebih penting

dibanding elemen yang lain. Proses komunikasi akan berlangsung baik dan

bermakna bila semua elemen yang terlibat dapat berjalan sebagaimana

mestinya. Elemen-elemen ini sangat terkait dan mempengaruhi satu sama

lainnya.

Elemen-elemen dalam komunikasi antara lain: Sumber, Komunikator,

Pesan, Media, Komunikan, Umpan balik, dan Efek.

a. Sumber

Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan

digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber komunikasi

dapat berupa orang, buku, dokumen, lembaga atau sejenisnya (A.W. Widjaja,

2000:30 dalam Mundakir 2016:21)

Sumber disini dibedakan dengan komunikator, karena sumber adalah

sesuatu yang pasif yang diaktifkan keberadaanya oleh komunikator.

Page 30: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

19

Sumber sangatlah penting untuk menentukan atau menilai kualitas ko-

munikasi, bahkan seseorang yang fanatik akan sangat tergantung dari sumber

komunikasi yang ada, dia akan menerima pesan bila berasal dari sumber yang

diyakininya. Dalam dunia penulisan, sumber merupakan salah satu aspek

untuk menilai ilmiah atau tidaknya sebuah pesan atau informasi.

b. Komunikator adalah orang ataupun kelompok yang menyampaikan pesan

atau stimulus kepada orang atau pihak lain (komunikan), dan diharapkan

orang/pihak lain yang menerima pesan tersebut memberikan respon atau

jawaban (feedback) agar proses komunikasi dapat berlangsung dengan

baik, sehingga komunikator dapat berperan sebagai komunikan, dan

komunikan dapat bertindak sebagai komunikator.(Mundakir 2016:22-23)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar menjadi komunikator

yang baik:

1) Penampilan

Penampilan yang baik, sopan dan menarik sangat berpengaruh dalam

proses komunikasi. Sebagai seorang perawat, penampilan yang bersih,

sopan dan menarik sangat perlu dalam menjalankan perannya dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

2) Penguasaan masalah

Sebelum melakukan komunikasi seorang komunikator hendaknya

faham dan yakin betul bahwa apa yang akan disampaikan merupakan

permasalahan yang penting. Penguasaan masalah ini sangat penting

terutama bila dalam proses komunikasi tersebut terjadi feedback.

Page 31: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

20

Penguasaan masalah bagi komunikator dapat meningkatkan keper-

cayaan komunikan terhadap komunikator. Misalnya seorang perawat

sebelum menjelaskan tentang masalah kebutuhan cairan klien, perawat

harus terlebih dahulu menguasai materi tentang jenis-jenis kebutuhan

cairan

3) Penguasaan bahasa.

Proses komunikasi akan berjalan lambat apabila bahasa yang digunakan

kurang sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh penerima

pesan. Penguasaan bahasa yang kurang baik dapat meyebabkan salah

tafsir atau mispersepsi

c. Pesan (message)

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh

komunikator. Pesan adalah isi stimulus yang dikeluarkan oleh

komunikator (sumber) kepada komunikan penerima).

Pesan dapat disampaikan dengan cara langsung atau lisan, tatap muka,

dan dapat pula melalui media atau saluran. Sedangkan materi atai isi pesan

dapat bersifat informative, persuasive dan koersif

Pesan yang disampaikan harus tepat dan mengena sasaran, dengan me-

menuhi syarat-syarat sebgai berikut:

1) Pesan harus direncanakan dengan baik sesui kebutuhan

2) Penyampaian pesan dengan menggunkan bahasa yang baik dan mudah

dimengerti oleh kedua belah fihak

Page 32: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

21

3) Pesan harus menarik minat dna kebutuhan pribadi penerima serta

menimbulkan kepuasan

Hambatan-hambatan dalam penyampaian pesan dapat berasal dari a)

hambatan bahasa (Language factor) dan b) hambatan tehnis (noice fac-

tor).Sedangkan Pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat ber-

bentuk: pengetahuan, pengalaman masa lalu, perasaan, atau posisi dalam

system sosiokultural. (Mundakir 2016:23-24)

d. Channel

Channel adalah saluran/sarana untuk penyampaian pesan atau biasa di

sebut juga media.

Menurut Mundakir 2016:23-24 media komunikasi dapat dikategorikan

dalam tiga bagian, yaitu:

1) Media Umum

Adalah media yang dapat digunakan oleh semua pihak yang terlibat

dalam komunikasi, media ini dapat berbentuk elektronik mauun non-

elektronik. Media ini biasanya dapat dipergunakan oleh masyarakat

umum, contohnya adalah telepon, HP, OHP, surat dinas, peta sebagainya

2) Media Massa

Adalah media yang digunakan untuk komunikasi massal (karena sifatnya

massal), misalnya Pers, Radio, Film, dan televisi.

3) Media Khusus

Page 33: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

22

Adalah media yang hanya dapat dipergunakan oleh dan untuk orang-

orang tertentu saja yang mempunyai keahlihan dan kewenangan tertentu,

misalnya sandi atau kode-kode dalam komunikasi intelejen, kode atau

simbul-simbul khusus dalam dunia kedokteran dan sebagainya.

e. Komunikan

Komunikan adalah penerima pesan. Penerima pesan dapat di

golongkan dalam tiga jenis, yaitu persona, kelompok, dan massa.

Syarat yang harus dimiliki oleh komunikan adalah:

1) Ketrampilan menangkap dan meneruskan pesan

2) Pengetahuan yang cukup tentang materi yang dikomunikasikan

3) Sikap yang jujur dan siap untuk menerima dan memberi pesan

Factor lain yang perlu diperhatikan adalah kerangka pengetahuan

(frame of reference) dan lingkup pengalaman (field of experience), agar

pelaksanaan komunikasi dapat berlangsung efektif. (Mundakir 2016:26)

f. Feed Back

Feed Back merupakan respon komunikan terhadap pesan yang diterima baik

secara verbal maupun non verbal.Adanya Feed Back membantu ko-

munikator dalam menilai apakan pesan yang disampaikan kepada ko-

munikan dimengerti atau tidak.Dengan demikian perawat sebagai ko-

munikator perlu memberi kesempatan untuk terjadainya Feed Back dari

klien.Agar terjadi umpan balik yang baik, maka harus memenuhi Syarat-

syarat dibawah ini:

Page 34: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

23

1) Jujur

2) bersifat khusus dan jelas (deskriptif )

3) Mengenai sesuatu dimana seseorang tersebut dapat berbuat apa-apa

(merupakan bagian dari solusi)

4) Jangan bersifat penilaian

5) merupakan hasil oriented bukan person oriented

6) perhatikan timing yang tepat

Selama proses komunikasi berlangsung, feedback dapat terjadi

dengan berbagai macam karakteristik klien sesuai dengan konteks

komunikasi.

5. Perawat

a. Pengertian Perawat

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, perawat adalah juru rawat,

seseorang yang menjaga dan menolong orang yang sakit. Tugas perawat

adalah menolong dan membantu individu baik yang sedang sakit ataupun

sehat tapi masih dalam perobatan, melakukan kegiatan memulihkan

dan mempertahankan serta meningkatkan kesehatan pasien

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan,

baik dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui, oleh pemerintah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Budiono, 2016

:10 )

Menurut UU RI.No. 23, perawat adalah mereka yang memiliki

kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan

Page 35: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

24

berdasarkan ilmu yang memiliki diperoleh melalui pendidikan

keperawatan.

b. Peran Perawat

Keperawatan memiliki peran-peran pokok dalam pelayanan kesehatan

masyarakat. Ciri dari praktik professional adalah adanya komitmen yang

kuat terhadap kepedulian individu, khususnya kekuatan fisik,

kesejahteraan dan kebebasan pribadi, sehingga dalam praktik selalu

melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh karena itu, seorang

professional harus memili orientasi pelayanan, standar praktik dan ode etik

untuk melindungi masyarakat serta memajukan profesi. Peran pokok

perawat antara lain sebagaiberikut:

Pertama, sebagai caregiver (pengasuh). Peran perawat sebagai

pengasuh dilakukan dengan memperlihatkan keadaan kebutuhan dasar

manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pelayanan

keperawatan dilakukan mulai dari yang paling sederahana sampai yang

paling kompleks,sesuai dengan kebutuhan pasien.

Kedua, seabagai clientadvocate (advokat klien). Peran perawat

sebagai advokat klien berorientasi membantu/melayani klien dalam

menginterpretasikan sebagai informasi dan pemberi pelayanan

khususnyadalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan.

Perawat juga berperan dalam mempertahankan dan melindungi hak-hak

pasien meliputi: (1) Hak atas pelayanan sebaik-baiknya, (2) Hak atas

informasi tentang penyakitnya, (3) Hak atas kebebasan pribadinya (privacy),

(4) Hak untuk membantu nasibnya sendiri, dan (5) Hak menerima ganti rugi

akibat kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Ketiga, sebagai counselor. Peran perawat sebagai konselor yaitu

Page 36: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

25

pada saat klien menjelaskan perasaannya dan hak-hak yang berkaitan

dengan keadaannya.

Keempat, sebagai educator (pendidik). Peran perawat sebagai

pendidik: membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan

kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi

perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

Kelima, sebagai coordinator (kordinator). Perawat melakukan

kordinasi, yaitu mengarahkan, merencanakan, dan mengoordinasikan

pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan

kesehatan dapat mengerti dan melakukan praktik sesuai denagn kebutuhan

klien.

Keenam, sebagai collaborator. Peran perawat bekerja bersama

dan/atau melalui tim kesehatan yang terdiri dari tenaga kesehatan, seperti

dokter, perawat dan lain sebagainya. Bersama-sama berupaya

mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Upaya

yang dilakukan dimulai dari diskusi, untuk menentukan pelayanan yang

tepat. Perawat tidak bisa menjalankan peraan ini apabila tidak bekerja sama

dengan tenaga kesehatan lainnya.

Ketujuh, sebagai consultan. Peran perawat sebagai konsultan yaitu

sebagi tempat bertanya dan berkonsultasi. Dengan Mengadakan

perencanana, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai

dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.(Nisya dan Hartanti

2013:51)

c. Fungsi Perawat

Fungsi utama perawat adalah membantu pasien/klien baik dalam

kondisi sakit maupun sehat, untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui

Page 37: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

26

layanan keperawatan. Dalam menjalankan perannya, perawat akan

melaksanakan berbagai fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi

interpenden.

1) Fungsi Independen

Fungsi independen merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung

pada orang lain, dimana perawat dalam menjalankan tugasnya

dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan

tindakan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia.

2) Fungsi Dependen

Fungsi dependen merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan

kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.

3) Fungsi Interpenden

Fungsi interpenden merupakan fungsi yang dilakukan dalam

kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan antara tim satu

denganlain (Nisya dan Hartanti 2013:53)

d. Kedudukan Perawat

Profesi keperawatan tentunya menempatkan perawat pada

kedudukan tersendiri dalam sistem pelayanan kesehatan Indonesia. Tetapi

saat ini, masih banyak asumsi yang menganggap perawat adalah pelengkap

dalam dunia medis. Padahal yang merupakan suatu bentuk pelayanan

professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.

Kedudukan keperawatan sebagai ilmu bukan hanya sebatas teori saja tetapi

memiliki bentuk aplikasi yang dijalankan di lapangan. Perannya

bersinggungan dan berhubungan langsung dengan pasien/klien. Profesi

keperawatan berorientasi pada pelayanan masalah kesehatan yang diderita

Page 38: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

27

oleh pasien/klien. Kehadirannya adalah mengupayakan agar pasien/klien

mendapatkan kesembuhan atas masalah kesehatan yang diderita oleh pasien.

Keperawatan mempunyai empat tingkatan pasien/klien yaitu individu,

keluaraga, kelompok, komunitas, dan pelayanan keperawatan terhadap

pasien/klien mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan (Nisya dan

Hartanti 2013:54)

e. Sikap perawat dalam komunikasi

Sikap merupakan komunikasi non verbal yang dilakukan melalui

pergerakan tubuh, terdiri dari:

1) Ekspresi muka: posisi mulut, alis, mata, senyum dan lainnya perawat

sangat perlu melakukan validasi persepsi dari ekspresi muka yang

ada pada pasien sehingga perawat tidak salah mempersepsikan apa

yang diobservasi dari klien.

2) Gesture (gerak, isyarat, sikap), sikap atau cara untuk menghadirkan

diri secara fisik sehingga dapat memfasilitasi komunikasi

yangterapeutik

3) Gerakan tubuh dan postur, membungkuk kearah pasien merupakan

posisi yang menunjukkan keinginan untuk mengatakan untuk

tetapberkomunikasi.

4) Gerak mata, gerak atau kontak mata diartikan sebagai melihat

langsung ke mata orang lain. Kontak mata merupakan kegiatan yang

menghargai pasien dan mengatakan keinginan untuk tetap

berkomunikasi. (Machfoedz :86)

f. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Pasien

Pada dasarnya, hubungan perawat dan pasien bersifat professional

Page 39: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

28

yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Kewajiban perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan dikembangkan dengan hubungan saling

percaya. Hubungan tersebut dibentuk dalam interaksi, bersifat terapeutik,

dan bukan hubungan sosial. Hubungan perawat dan klien sengaja dijalin

terfokus pada klien, sehingga bertujuan menyelesaikan masalah klien.

Hubungan yang baik antara perawat dengan pasien akan terjadi apabila:

1) Terdapat rasa saling percaya antara perawat dengan pasien.

2) Perawat benar-benar memahami tentang hak-hak pasien dan harus

melindungi hak tersebut, salah satunya adalah hak untuk menjaga

privasi pasien.

3) Perawat harus peka terhadap perubahan-perubahan yang mungkin

terjadi pada pribadi pasien yang mungkin terjadi pada pribadi

pasien yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, antara lain

kelemahan fisik dan ketidakberdayaan dalam menentukan hak dan

kewajibannya denganbaik.

4) Perawat harus memahami keberadaan pasien sehingga dapat

bersikap sabar dan tetap memperhatikan pertimbangan etis

danmoral.

5) Perawat harus dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas

segala resiko yang mungkin timbul selama pasien

dalamperawatannya.

6) Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik

antara nilai- nilai pribadi pasien dengan cara membina hubungan

baik antara pasien, keluarga, dan teman sejawat serta dokter untuk

kepentingan pasien.

Dalam menjalin hubungan perawat dengan pasien diperlukan

Page 40: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

29

komunikasi interpersonal yang baik. Komunikasi interpersonal yang disebut

juga dengan komunikasi terapeutik, merupakan komunikasi yang dilakukan

secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya

dipusatkan untuk penyembuhanpasien.

Adapun fungsi komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat

dengan pasien adalah mendorong dan menganjurkan untuk menjalin kerja

sama antara perawat dengan pasien. Perawat berusaha mengunggapkan

perasaan, menjalankan tugas, mengidentifikasi dan mengkaji masalah srta

mengevaluasi tindakan yangdilakukan dalamperawatan.

Disamping itu, tujuan komunikasi interpersonal yaitu membantu

pasien, mengurangi beban perasaan, pikiran dan sakit yang dideritanya.

Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu

memengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.(Nisya dan

Hartanti 2013:100)

6. Pasien

Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau mentalnya

menyerahkan pengawasan dan perawatan, menerima dan mengikuti

pengobatannya yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan yang dikemukakan

oleh Prabowo (dalan Wilhamda, 2011)

Page 41: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

30

C. Kerangka Pikir

Gambar 1

Sumber : Peneliti

D. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ini diarahkan untuk menjawab

rumusan masalah yaitu pembaca dapat mengetahui pola komunikasi yang

digunakan di Puskesmas Herlang dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada

pasien untuk mewujudkan pelayanan yang sesuai standard SOP sehingga pasien

Perawat

di Puskesmas

Penerapan

1. Mendengarkan

2. Bertanya

3. Penerimaan

4. Klarifikasi

5. Menyampaikan Hasil

Obsevervasi

Kendala

1. Hambatan

Semantik

2. Hambatan

Manusiawi

Komunikasi Terapeutik

Pasien

Page 42: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

31

dan petugas kesehatan merasakan perasaan yang sama-sama puas dalam hal

pelayanan dan pencapaian petugas kesehatan dalam hal menciptakan citra baik

untuk Puskesmas Herlang.

E. Definisi Fokus

Pelayanan yang dilakukan Puskesmas Herlang harus di tingkat lebih baik

lagi dari tahun sebelumnya dengan melakukan komunikasi terapeutik yang efektif

kepada pasien, maupun keluarga pasien serta masyarakat sekitar Puskesmas.

Untuk membangun kepercayaan. Peneliti berusaha untuk mendeskripsikan lebih

jelas lagi tentang peran penting komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien

dalam pelayanan yang diberikan dengan menyertakan teori-teori yang relevan

untuk menjawab permasalahan ini yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor

penerapan komunikasi terapeutik, serta kendala-kendala yang mungkin saja terjadi

saat berkomunikasi dengan pasien, keluarga pasien dan masyarakat.

Page 43: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu selama dua bulan, dimulai dari

pelaksanaan survey awal, penyusunan proposal sampai selesai melakukan

penelitian dan menyusun laporan penelitian. Tempat pelaksanaan penelitian ini di

Puskesmas Herlang yang berlamatkan di Kelurahan Tanuntung, Kecamatan

Herlang, Kabupaten Bulukumba.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif, dengan metode

wawancara.Jenis wawancara yang sudah termasuk dalam kategori indepth

interview yang direkam menggunakan tape recorder atau rekam suara HP

pelaksanaan wawancaranya secara terstruktur.

C. Informan

Informan penelitian ini yaitu para perawat puskesmas Herlang sebanyak 5 orang,

pasien 5 orang dan keluarga pasien sebanyak 5 orang, dengan mewancarai mereka

di Puskesmas Herlang untuk mengetahui sejauh mana penerapan komunikasi

terapeutik yang dilakukan perawat kepada pasien di Puskesmas Herlang.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Page 44: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

33

Adapun tehnik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tehnik Wawancara

Tehnik wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan perawat, pasien dan

keluarga pasien Puskesmas Herlang dalam melakukan Komunikasi Terapeutik.

Wawancara dilakukan dengan bertatap muka dengan para perawat, pasien dan

keluarga pasien yang adai di Puskesmas Herlang. Wawancaranya Secara

terstruktur, dengan mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan

komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat kepada pasien. Tujuan dari

wawancara ini adalah untuk mengetahui pemasalahan para perawat dalam

menerapkan komunikasi terapeutik kepada pasien, agar tidak terjadi simpansiur

atau tidak benar/tidak sesuai. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada

perawat, pasien dan keluarga pasien dijawab, didengarkan secara teliti dan

mencatat segala hal yang dikemukakan oleh infoman tersebut.

2. Tehnik Dokumentasi

Tehnik dokumentasi dilakukan berupa foto, foto yang dimasukkan dalam

lampiran, foto yang menggambarkan keadaan Puskesmas tersebut dan perawat,

pasien dan keluarga pasien yang menjadi informan, dokumen resmi yang

diperlihatkan oleh sekretaris Puskesmas Herlang, dari tehnik dokumentasi

menjadi hasil penelitian yang dilakukan peneliti sehingga menjadikan semakin

jelas dan kredibel karena didukung oleh foto-foto.

E. Tehnik Pengabsahan Data

Page 45: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

34

Peneliti menggunakan triangulasi yaitu triangulasi tehnik dan sumber.

1. Triangulasi Teknik

Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam,

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Peneliti

mengamati langsung saat perawat memberikan pelayanan terhadap

pasien, peneliti juga melakukan wawancara mandalam kepada perawat,

mengambil gambar yang dijadikan sebagai dokumentasi dan peneliti

melakukan wawancara kembali kepada informan yang baru yaitu pasien

dan keluarga pasien yang menjadi informan pembanding dari informan

sebelumnya sehingga peneliti bisa mengambil kesimpulan tentang hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi

2. Triangulasi Sumber

Selain dari wawancara peneliti juga menggunakan Buku, gambar atau

foto dokumentasi tertulis, media massa

F. Tehnik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Bilken dalam

Moleong (2014) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Page 46: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

35

Penelitian ini data yang diperoleh dilapangan dianalisis menggunakan model

Miles dan Huberman dalam Prastowo (2012) yaitu melalui proses pengolahan

data dengan tahapan data reduction, data display, dan conclusion or verification

dan triangulasi.

a. Data reduction (reduksi data)

Merangkum hal-hal pokok menjadi beberapa pertanyaan lalu diajukan

kepada perawat yang mempermudah peneliti dalam melakukan

mengumpulkan data dan memperoleh gambaran jelas tentang pengaruh

komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien.

b. Data display (penyajian data)

Data yang diperoleh mampu menjelaskan permasalahan apa yang terjadi di

Puskeasmas Herlang yang diuraikan secara singkat namum mampu

menjekaskan hal yang terjadi.

c. Conclusion or verification (kesimpulan atau verifikasi data)

Temuan baru menjadi tidak remang-remang lagi, namun menjadi jelas

letak kendala-kendala yang terjadi di tempat penelitian, yang di dukung

dengan data resmi, dokumentasi sehingga penilit dapat menarik

kesimpulan diadakan dengan penyajian data teks yang bersifat naratif.

Page 47: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Puskesmas Herlang

Puskesmas Herlang dibangun pada sejak tanggal 15 juni 1973 sebagai

Puskesmas Rawat Jalan dan pada tahun 2007 dilakukan peningkatan dengan

mengubah menjadi puskesmas rawat inap dan pelayanan persalinan sehingga

berubah status menjadi puskesmas perawatan dan berdasarkan Pemenkes No.

75 Tahun 2014 termasuk kriteria puskesmas perawatan pedesaan, adapun luas

wilayah administrasi kerja 40,42 Km2 yang terdiri dari 2 Kelurahan dan 3 Desa

yaitu :

a. Kelurahan Tanuntung terdiri dari 5 lingkungan,

b. Kelurahan Bonto Kamase terdiri dari 6 lingkungan,

c. Desa Gunturu terdiri dari 6 dusun,

d. Desa Pataro terdiri dari 4 dusun,

e. Desa Singa terdiri dari 4 dusun.

Puskesmas Herlang merupakan suatu Puskesmas yang terletak paling timur

dari Kabupaten Bulukumba. Lokasinya beralamatkan Jalan Karaeng

Makkaraseng No 2 bertempat di Kelurahan Tanuntung Kecamatan Herlang

Kabupaten Bulukumba, dengan batas wilayah kerja administrasi yaitu :

Utara : Kelurahan Tanajaya dan Desa Lembang Lohe Kecamatan Herlang

Page 48: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

37

Barat : Desa Tugondeng wilayah Puskesmas Karassing Kecamatan

Herlang

Timur : Teluk Bone

Selatan : Desa Eka Tiro Kecamatan Bontotiro dan Desa Borong wilayah

Puskesmas Karassing Kecamatan Herlang

2. Jenis dan Jumlah Pegawai

Jumlah pegawai di Puskesmas Herlang sampai dengan tahun 2020 adalah 73

orang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil PNS sebanyak 23 orang dan tenaga

sukarela/magang sebanyak 48 orang, untuk jenis dan distribusi dapat dilihat tabel

dibawah ini.

Page 49: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

38

Tabel 1

Distribusi Jenis dan Jumlah Pegawai Puskesmas Herlang Tahun 2020

No Jenis Pendidikan Puskesmas

Herlang PNS

Puskesmas Herlang

Non PNS

Pustu

PNS

Poskes

Des

PNS

1

S2 Kesehatan

Masyarakat 2

2

S1 Kedokteran

Umum 1 1

3 S1 Kedokteran Gigi

4 S1 Kesmas 2 4

5 S1 Kep + Ners 2 2 4

6 S1 Kefarmasian 1

7 D3 Farmasi 1

8 D3 Keperawatan 1 4

9 D3 Kebidanan 2 13 4

10 D3 Perawat Gigi 1

11 D3 Gizi 1 1

12 D3 Analis 2

13 D3 Kesling

14 SMA 7

15 S1 Akuntansi 1

16 D IV Kebidanan 2

17 D I Gizi 1

18 D I Kebidanan 1

19 Sopir 2

20 Cleaning Service 2

Jumlah 23 42 4 4

Sumber : Data Sekretaris Puskesmas Herlang

3. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk dalam cakupan wilayah Puskesmas Herlang 16.750 jiwa,

terdiri dari 8315 jiwa laki-laki dan 8435 jiwa perempuan tahun 2020.

Page 50: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

39

Tabel 2

Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2020

Sumber : Data Puskesmas Herlang

4. Tingkat Pendidikan

Pada tahun 2019, presentase penduduk diwilayah kerja puskesmas

herlang yang berusia 15 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah SD

sebesar 11,69%, sebesar 13,99% bersekolah di SD/MI, 6,84% di

SMP/MTS, 6,01% di SMA/MA/SMK, 1,74% Diploma I / II, 3,69%

Akademi/Diploma III, 2,30% Universitas/Diploma IV dan 0,22% S2/S3

(Magister / Doktor ) Data terperinci lihat pada tabel

No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Tanuntung 1.642 1.671 3.313

2 Bontokamase 2.074 2.130 4.204

3 Gunturu 1.728 1.756 3.484

4 Pataro 1.215 1.256 2.471

5 Singa 1.656 1.622 3.278

Jumlah 8.315 8.435 16.750

Page 51: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

45

Tabel 3

PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DAN

IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN PUSKESMAS HERLANG TAHUN 2019

NO VARIABEL

JUMLAH PRESENTASE

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 2 3 4 5 6 7 8

1 PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KETAS 7,553 7,641 15,194

2 PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KETAS YANG MELEK HURUF

3,488 3,575 7,063 49,38 50,62 100.00

3 PRESENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN

a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 867 909 1,776 11,48 11,9 11,69

b. SD/MI 1,099 1,026 2,125 14,55 13,43 13,99

c. SMP/MTs 549 491 1,040 7,27 6,43 6,84

d. SMA/MA 441 472 913 5,84 6,18 6,01

e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 115 149 264 1,52 1,95 1,74

g. AKADEMI/DIPLOMA III 264 297 561 3,5 3,89 3,69

h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 134 216 350 1,77 2,83 2,30

i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 19 15 34 0,25 0,20 0,22

Sumber : Kantor Camat Herlang

Page 52: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

46

5. Visi, Misi Puskesmas Herlang

a. Visi

Terwujudnya masyarakat diwilayah Puskesmas Herlang hidup sehat

dan mandiri melalui penyelanggaraan pembangunan kesehatan yang

optimal.

b. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut ada 3 (Tiga) misi yang diemban oleh

seluruh jajaran petugas kesehatan puskesmas sebagai kontribusi dalam

penyelenggaraan pemerintahan, yaitu :

1) Mengutamakan Pelaksanaan Promotif dan Preventif yang

Beriorientasi aspek kesehatan lingkungan dan PHBS sebagai

Pilar Utama.

Kesehatan lingkungan adalah suatu ilmu dan seni dalam

mencapai keseimbangan antara lingkungan dan manusia, dan

juga merupakan ilmu dan seni mengelola lingkungan agar bisa

menciptakan kondisi lingkungan yang bersih, sehat, nyaman

dan aman serta terhindar dari berbagai macam penyakit.

Sedangkan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah

wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu

mempraktekkan setiap sisi kehidupan manusia kapan saja dan

dimana saja yang akan membentuk kebiasaan sehingga

melekat dalam diri seseorang.

Page 53: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

47

Memberdayakan serta mendorong kemandirian

masyaratkat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan

dengan mengupakayakan agar perilaku hidup bersih dan sehat

menjadi kebutuhan masyarakat.

Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap

individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta.

Apapun yang akan dilakukan pemerintah dalam pembangunan

kesehatan, tidak akan ada artinya bila tidak disetai kesadaran

setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan

dan menjaga kesehatnnya masing-masing secara sendiri.

Upaya pemerintah untuk terus memperluas cakupan

pembangunan kesehatan dan meningkatkan kualitasnya harus

disertai upaya mendorong kemandirian individu, keluarga dan

masyarakat luas untuk hidup sehat

2) Memberikan pelayana kesehatan tingkat pertama secara

profesional yang bermutu, merata dan terjangkau. Salah satu

tanggung jawab seluruh jajaran kesehatan adalah menjamin

tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata,

terjangkau oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat luas.

Pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau

dimaksud diselanggarakan bersama oleh pemerintah dan

masyarakat, termasuk swasta.

Penyelenggaraan upaya kesehatan mengutamakan upaya-

Page 54: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

48

upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang

didukung oleh upaya-upaya pengobatan segera dan pemulihan

kesehatan. Agar dapat memelihara dan meningkatkan

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat diperlukan

lingkungan yang kondusif. Masalah lingkungan fisik dan

biologis yang buruk adalah faktor penentu penularan penyakit

saluran pernapasan dan pencernaan. Masalah asap rokok kini

muncul sebagai isu Hak Asasi Manusia, karena udara segar

bebas asap rokok hak bagi semua orang. Lebih jauh lagi, bagi

bukan perokok pun, asap rokok meningkatkan resiko kanker

paru secara bermakna.

6. Tujuan

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan manajemen puskesmas dalam

mengelola kegiatannya untuk meningkatkan fungsi Puskesmas

sebagai pusat pengembangan, pendidikan, pembinaan dan

pelaksanaan upaya kesehatan di wilayah kerjanya.

b. Tujuan Khusus

1) Tersusunnya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas

yang akan dilaksanakan pada tahun 2020, dalam upaya untuk

mencapai target dan sasaran yang telah ditetapkan,

peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta pengembangan

pelayanan kesehatan yang inovatif di wilayah kerja puskesmas

Page 55: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

49

2) Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

Puskesmas yang akan dilaksakan pada tahun 2020 sesuai arah

dan kebijakan penyelanggaraan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat

7. Tugas pokok dan Fungsi

a. Tugas Pokok

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan

untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

b. Fungsi

Puskesmas dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

2) Penyelanggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

Page 56: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

50

ALUR PELAYANAN PASIEN PUSKESMAS HERLANG

Bagan 1

Alur Pelayanan Pasien Puskesmas Herlang

Sumber : Data Puskesmas Herlang

Bagan di atas menjelaskan bahwa alur pelayanan pasien Puskesmas

Herlang, pasien yang butuh penanganan medis terlebih dahulu harus ke loket

untuk mengambil kartu pemeriksaan. Selanjutnya diarahkan ke unit pelayanan

pemeriksaan pasien, pasien mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhannya.

Kemudian diarahkan kembali jika memerlukan konseling terkait keluhan pasien

maka akan dirujuk internal kepada konselor terkait namun jika memerlukan

pemeriksaan penunjang maka pasien dirujuk ke unit terkait sesuai kebutuhan

pasien. Setelah petugas pelayanan tersebut menerima hasil pemeriksaan

Pasien

Datang

Petugas Loket Layanan Puskesmas : Poli umum,

Poli gigi, KIA, UGD

Masalah

Konseling

Penunjang

Pelayanan Obat

Rujuk

Pasien Pulang

Page 57: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

51

penunjang, maka petugas menegakkan diagnosa dan menulis resep. Pasien di

arahkan untuk menyerahkan resep kepelayanan obat. Petugas obat menyerahkan

obat kepada pasien dan menjelaskan aturan minum. Pasien Pulang

B. Hasil Penelitian

Peneliti akan menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai

komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di Puskesmas Herlang.

Adapun hasil dalam penelitian ini menggunakan tehnik wawancara dan

dokumentasi, peneliti menjelaskan hasil dengan mengacu pada indentifikasi

masalah yang peneliti buat yaitu penerapan komunikasi terapeutik yang

dilakukan perawat kepada pasien di Puskesmas Herlang dan kendala yang

dihadapi perawat saat melakukan penerapan komunikasi terapeutik.

1. Penerapan Komunikasi Terapeutik Para Perawat dalam Proses

Penyembuhan Pasien di Puskesmas Herlang

Perawatan untuk UGD, rawat inap, di Puskesmas Herlang merupakan

salah satu bentuk proses pengobatan oleh tenaga pelayanan kesehatan

Profesional pada pasien yang menderita suatu penyakit tertentu, dengan cara

diinapkan di ruang rawat inap tertentu sesuai dengan penyakitnya yang telah

dialami, pihak penyedia pelayanan kesehatan mempersiapkan fasilitas rawat

inap disediakan dan dijalankan secara sistematis oleh tenaga medis dan

nonmedis.

Komunikasi terapeutik bertujuan untuk kesembuhan pasien. Pemahaman

perawat tentang komunikasi terapeutik perlu dikertahui arti pentingnya sebuah

komunikasi terapeutik terutama dibidang pelayanan kesehatan. Komunikasi

Page 58: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

52

terapeutik yang dilakukan oleh perawat berupa keterbukaan terhadap informasi

yang perlu disampaiankan oleh perawat, empati terhadap pasien, memberikan

sikap mendukung, sikap positif kepada pasien serta memberikan

kesamaan/kesetaraan dalam memberikan layanan. Kualitas Komunikasi

Terapeutik dapat diketahui dari pelayanan yang dirasakan oleh pasien serta

tingkat kepuasan yang dirasakan oleh pasien.

1.1. Mendengarkan

Stuart dan Sundeen (dalam Suciata 2015) menyatakan bahwa dalam

sebuah komunikasi terapeutik dapat menerapkan beberapa teknik tertentu. Salah

satunya Mendegarkan (listening) yaitu berusaha mendengarkan klien

menyampaikan pesan nonverbal bahwa perawat memberikan perhatian terhadap

kebutuhan dan masalah klien. Pandang klien ketika sedang bicara, pertahankan

kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan, sikap tubuh

yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan,

hindarkan gerakan yang tidak perlu, anggukan kepala jika klien membicarakan hal

penting atau memerlukan umpan balik, condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Herlang diketahui dalam

pelayanan perawat mengenai penanganan pasien dengan berbagai cara yang

dilakukan seperti yang dikemukakan oleh koordinator perawat Nurwahida.S.Kep,

Ns di ruangan UGD Puskesmas Herlang :

“Caranya mendengarkan dengan penuh perhatian menatap mata pasien dan

menganggukkan kepala terhadap apa yang disampaikan pasien dan

keluarganya setelah itu memberikan pengertian kepada pasien untuk

Page 59: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

53

mengurangi beban pikiran serta dapat menghilangkan kecemasan pada

pasien, menatap pasien ketika pasien berbicara dengan saya,”

Mendengarkan dengan penuh perhatian upaya untuk mengerti seluruh

pesan verbal dan nonverbal yang berlangsung. Menatap mata lawan berbicara

ketika berkomunikasi adalah salah satu tehnik dalam komunikasi terapeutik.

Kontak mata merupakan kegiatan yang menghargai pasien dan mengatakan

keinginan untuk tetap berkomunikasi Keterampilan mendengarkan dan

melakukan komunikasi kesehatan untuk memberikan solusi dengan efektif akan

menghilangkan rasa kecemasan pasien yang berlebihan.

Kemudian wawancara yang penulis lakukan dengan perawat Kasmira Ferli,

S.Kep, Ns mengatakan bahwa :

“Cara melakukan komunikasi terapeutik yaitu menyapa pasien,

menanyakan keluhannya lalu saya mendengarkakan apa yang pasien

katakan dengan penuh perhatian, bertatap mata, dan tersenyum ketika

berinteraksi dengan pasien, mempertanyakan kembali kepada pasien hal

yang belum dimengerti serta tidak melipat tangan. Komunikasi

terapeutik evektif diterapkan karena mempererat BHSP (Bina Hubungan

Saling Percaya) terhadap pasien,”

Wawancara dengan perawat Hamdayani, S.Kep, Ns mengatakan bahwa :

“Saya menunjukkan sikap sebagai pendengar yang baik dan

menunjukkan mimik wajah yang simpati”

Perawat harus menyampaikan tanggapan balik kepada pasien berdasarkan

pengamatannya, agar diketahui pesannya diterima dengan benar dengan bertatap

muka serta tidak melipat tangan saat berbicara.

Page 60: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

54

Berbekal kemampuan komunikasi merupakan pendorong utama dalam

mencapai komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien serta dalam penerapan

komunikasi terapeutik mempererat hubungan antara pasien dan perawat

Diperjelas oleh seorang pasien Isya yang mengatakan bahwa :

“ Injo perawatka nalangngere haji-haji ja punna rie ku pau parrisi’ku,

ammake bahasa konjo ri nakke ka nakke tala sanna kusse Bahasa

Indonesia”

(Perawat mendengarkan dengan baik semua keluhan yang saya sampaikan

dan memberikan respon baik dengan bahasa yang mudah saya mengerti)

Berdasarkan uraian di atas bahwa komunikasi terapeutik yang diterapakan oleh

perawat salah satunya memberikan sifat positif dengan mendengarkan dengan

baik keluhan-keluluhan yang dirasakan oleh pasien.

1.2. Bertanya

Stuart dan Sundeen (dalam Suciata 2015) menyatakan bahwa dalam

sebuah komunikasi terapeutik dapat menerapkan beberapa teknik, tehnik

selanjutnya yaitu bertanya (Question). Pertanyaan dikaitkan dengan topik yang

dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama

pengkajian, ajukan pertanyaan secara berurutan

Kemudian wawancara selanjutnya dengan perawat Dina Wahyuni, S.Kep,

Ns bahwa :

“Cara pelaksanaan komunikasi terapeutik petugas memberikan pertanyaan

mengenai keadaan pasien seperti bagaimana tidurnya bapak/ibu, apakah

bisa tidur nyenyak tadi malam dan bagaimana perasaan bapak/ibu sekarang

apakah lebih baik dari hari kemarin ? dan memberikan pemahaman kepada

pasien, isi komunikasinya berisi bagaimana proses penyembuhan itu sendiri

serta menghadirkan langsung keluarga pasien sambil menjelaskan sesuai

aturan yang ada “

Page 61: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

55

Wawancara selanjutnya dengan perawat Kasmira Ferli, S.Kep, Ns mengatakan

bahwa :

“Saya menggunakan Bahasa sesuai keadaan disini, contoh pertanyaan

yang saya ajukan kepada pasien yaitu bagaimana keadaan ta ?, apa

keluhatan ta sekarang ?, setelah dirawatki ada ji perubahan ?, kalau

minumki obat yang diberikan berkurang ji sakit ta kita rasa ?”

Wawancara selanjutnya dengan perawat Suci Ihwana, S.Kep, Ns mengatakan

bahwa :

“Kita menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien/keluarga

pasien agar tidak terjadi kesalahan komunikasi seperti bahasa

Konjo/Bugis/Indonesia, dan menghindari bahasa medis”

Pertanyaan-pertanyaan berurutan yang diajukan kepada pasien menggunakan

bahasa sehari-hari atau sesuai konteks sosial di Kecamatan Herlang untuk

menghindari salah arti dalam berkomunikasi.

Diperjelas oleh seorang pasien Arnila yang mengatakan bahwa :

“Pelayanan perawat akunni balloji, nakuta’nangi parrisi’ku nampa

nalengngere balloji apa-apa ku kua”

(Perawat yang melayani saya mengatakan apata yang sakit, dan

mendengarkan dengan baik setiap keluhan yang saya katakana kepada

perawat)

Ditambahkan penjelasan dari keluarga pasien Nengsih bahwa :

“ Saya melihat pelayanan perawat terhadap pasien bagus, menggunakan

bahasa yang mudah di mengeri dan memberikan sapaan yang baik “

Cara penerapan komunikasi terapeutik yang digunakan perawat berisi

pertanyaan-pertanyaan mengenai keluhan pasien dengan mempertanyakan

keadaan pasien, dan memberikan komunikasi kesehatan untuk proses

penyembuhan pasien, agar lebih jelas akan penjelasan tentang komunikasi

tersebut itu dengan menghadirkan keluarga pasien sambil menjelaskan aturan

yang ada.

Page 62: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

56

1.3 Penerimaan

Pentingnya komunikasi terapeutik pada proses penyembuhan pasien,

komunikasi terapeutik merupakan unsur yang paling penting dalam proses

perawatan, bukan hanya sekedar pelengkap namun yang hal utama,

komunikasinya diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang sopan

dengan sikap nonverbal yang mendukung, seperti wajah yang murah senyum.

Keluhan setiap pasien maupun dari keluarga ditanggapi dengan diberikan

penjelasan yang sebaik-baiknya. Komunikasi terapeutik memiliki pengaruh

terhadap penyembuhan dan sekaligus membentuk jalinan yang baru.

Stuart dan Sundeen (dalam Suciata 2015) menyatakan bahwa dalam sebuah

komunikasi terapeutik dapat menerapkan beberapa teknik, tehnik selanjutnya

yaitu Penerimaan. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan

tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau

menggelengkan kepala seakan tidak percaya

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan perawat yang Hamdayani,

S.Kep, Ns di ruangan UGD Puskesmas Herlang :

“Komunikasi terapeutik itu adalah dengan menerima dan mendengarkan

segala keluhan pasien serta memahami psikologi pasien dengan cara tatap

muka untuk memberi saran dan masukan dalam penyembuhan pasien

serta mencari bahasa yang lebih tepat mudah dipahami oleh pasien karena

banyak bahasa ilmiah atau bahasa medis yang mungkin untuk tidak bisa

dipahami oleh pasien”

Melakukan komunikasi terapeutik pada pasien Puskesmas Herlang, perlu

memahami kondisi psikologi pasien kemudian penyampaian komunikasinya

Page 63: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

57

dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien agar pasien bisa

merasakan penyembuhan yang baik

Diperjelas oleh seorang pasien Tiara bahwa :

“Perawat a kunni haji-hajikki, sopan, a senyum rinakke punna rie

napakuta’nangngang tentang kalengku”

(Perawat yang ada di sini itu baik, sopan dengan memberikan senyuman

kepada saya ketika mereka bertanya tentang keadaan saya)

Asuhan yang baik dari perawat, ternyata dirasakan langsung oleh pasien,

memiliki pengaruh terhadap kesembuhan pasien terutama dalam hal semangat.

Motivasi dari perawat membuat pasien merasa senang dan menimbulkan rasa

semangat untuk segera sembuh.

Wawancara dengan Keluarga Paisen Rahmi, bahwa :

“ Kalau perawat disini penampilan dan sikap perawat sudah bagus,

perawatnya baik, selalu tersenyum saat datang untuk memeriksa keadaan

keluarga saya”

Pasien Sitti Ramlah menyatakan, bahwa :

“Punna pa’pisarringku nakke, perawat a kunni ballo ji komunikasina, ka

sanging na ku’tangji apa-apa parringsikku, ilea pa parallu ku inung nu

sesuai nidahuanga ri dokter a”

(Perawat berkomunikasi dengan baik walaupun hanya datang bertanya

kondisi kesehatan, obat apa harus saya minum yang sesuai anjuran dari

dokter)

Di atas menjelaskan bahwa perawat telah menjalankan tugasnya dalam

memberikan komunikasi terapeutik dalam hal penerima yang berhubungan dengn

sikap nonverbal perawat, telah memberikan senyuman kepada pasien serta

berbicara dengan menggunakan kalimat mudah dipahami, intonasi yang tepat.

Page 64: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

58

1.4 Klarifikasi

Sebagaimana pada observasi peneliti di Puskesmas Herlang, jalinan antara

pasien dan perawat hal sangat penting, karena informasi dari pasien sangat

membantu para medis untuk mengambil tindakan medis selanjutnya. Bahkan

hubungan tersebut ada yang berlanjut sampai pasien itu sembuh. Ini berarti

hubungan terapeutik terjalin tidak hanya dalam asuhan keperawatan, tetapi bisa

berlangsung diluar asuhan keperawatan.

Efektifitas komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang mampu

menghasilkan perubahan sikap pasien bisa terlihat dari proses komunikasi.

Efektivitas komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat terhadap pasien

memberikan kemudahan dalam memahami terapeutik yang disampaikan.

Stuart dan Sundeen (dalam Suciata 2015) menyatakan bahwa dalam sebuah

komunikasi terapeutik dapat menerapkan beberapa teknik, tehnik selanjutnya

yaitu klarifikasi. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu

memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.

Wawancara penulis dengan perawat yang Hamdayani, S.Kep, Ns di

ruangan UGD Puskesmas Herlang bahwa :

“Efektifitas komunikasi terapeutik penting , dan disinilah perawat

memberikan komunikasi terapeutik dengan bahasa yang mudah dimengerti

dengan efektif untuk mencapai sikronnya apa yang dipikirkan oleh kami

perawat dengan apa yang dipahami atau dipikirkan oleh pesien”

Diperjelas pasien Hamida, menyatakan bahwa :

“Kunni perawat a punna maengmi kupauang ngase parrisi’ku na

pauangma angkua jaki sepelekangngi penyakitta, tutturuki lampa paressa,

Page 65: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

59

nampa injo pole ballona kunni perawat manna pantarang ki sitte na

kutanangja angkau angngura maki, haji-haji maki”

(Perawat di sini setelah saya memberitahu kondisi kesehatan saya, mereka

memberikan perhatian lebih memberi saran untuk tidak menyepelekan

penyakit saya, menyarankan untuk rutin periksa dan ketika saya bertemu

perawat diluar dari lingkungan puskesmas perawat tetap menyempatkan

diri untuk bertanya tentang kondisi saya)

Berdasarkan hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa agar tidak terjadi

kesalah pahaman antara mereka, seorang perawat harus memberikan bahasa yang

mudah dipahami oleh pasien agar tidak terjadi kesalah pahaman atau mis

communication serta perawat tetap membangun komunikasi walaupun diluar

asuhan perawatan.

1.5 Menyampaikan Hasil Observasi

Stuart dan Sundeen (dalam Suciata 2015) menyatakan bahwa dalam sebuah

komunikasi terapeutik dapat menerapkan beberapa teknik, tehnik selanjutnya

yaitu menyampaikan hasil observasi. Menyampaikan hasil pengamatan perawat

sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah

memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

Wawancara dengan perawat Kasmira Ferli, S.Kep, Ns mengatakan bahwa :

“cara penyampaian hasil pengamatan saya kepada pasie sebagai berikut

misalnya pada pasien typoid maka kita sebagai perawat harus menjelaskan

ke pasien tentang penyakitnya dan memberikan edukasi bahwa ibu harus

banyak beristirahat atau tidak melakukan aktivitas apapun, minum banyak

air putih serta ibu harus dirawat beberapa hari agar dapat di pantau, karena

typoid penyembuhannya selain minum obat harus juga beristirahat total”

Selanjutnya wawancara dengan perawat Suci Ihwana, S.Kep, Ns mengatakan

bahwa :

“berkomunikasi dengan pasien kita harus memberikan informasi dengan

singkat, jelas, dan jujur sehingga dapat dimengerti oleh pasien. Perlu

memperhatikan intonasi yang lembut, mendengarkan pasien, memberikan

support dan meyakinkan pasien dalam menjalani terapi, tanpa melakukan

kontak fisik. Contohnya bu, hasil tes putri anda sudah keluar, dan ternyata

Page 66: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

60

hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa putri anda terkena kanker, diharap ibu dan keluarga sabar

mendengarkan kabar ini”

Hasil wawancara dengan salah satu pasien Tiara bahwa :

“Perawat a sanging napaung baji ja apa-apa injo garringku nampa

napauanga solusina, jari ballo kusa’ring ka sanna jaki kunni ni perhatikan

punna apparessaki”

(Perawat menyampaikan dengan rinci mengenai penyakit saya dan

menyampaikan dan solusi kepada saya serta memberikan perhatian saat

pemeriksaan)

Ini menjelaskan bahwa perawat melakukan dengan baik tugasnya sebagai

perawat dalam melayani pasien dengan baik. Memberitahu penyakit yang dialami

pasien serta memberikan arahan perihal anjuran minum obat yang telah diberikan

oleh Dokter.

2. Faktor Penghambat Komunkasi Terapeutik Antara Perawat Dan Pasien Di

Puskesmas Herlang

Komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien tidak

selalu berjalan sesuai yang diharapkan, ada beberapa hambatan yang dihadapi

dalam penyampaian komunikasinya. Evektivitas komunikasi salah satunya akan

sangat tergantung pada seberapa besar hambatan yang terjadi dalam kegiatan

komunikasi, oleh karena itu komunikator perlu memahami setiap hambatan

komunikasi agar dapat mengatasi hambatan tersebut.

2.1 Hambatan Semantik

Menurut Cruden dan Sherman bahwa hambatan semantik adalah sebagai studi

idea atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses

Page 67: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

61

pertukaran timbal balik arti dan pengertian (Komunikator dan Komunikan) tetapi

seringkali proses penafsirannya keliru.

Adapun hambatan-hambatan yang dialami perawat dalam melakukan

komunikasi terapeutik kepada pasien di Puskesmas Herlang, berdasarkan hasil

wawancara penulis kepada kepala koordinator perawat Nurwahida.S.Kep, Ns

bahwa :

“ Faktor penghambat yang dilakukan perawat terhadap pasien yaitu faktor

bahasa dan mimik wajah dari pasien yang kurang baik dari pasien maupun

keluarganya “

Faktor bahasa merupakan salah satu hambatan dalam komunkasi

terapeutik antara perawat dan pasien, perawat mengalami kesulitan ketika

merawat seorang pasien yang bermimik wajah kurang baik sehingga susah untuk

dimengerti.

Sikap merupakan komunikasi non verbal yang dilakukan melalui

pergerakan tubuh yaitu terdiri dari :

a. Ekspresi muka (posisi mulut,alis,mata,senyum dan lainnya)

b. Gesture (gerak,isyarat.sikap)

c. Gerakan tubuh dan postur

d. Gerak mata, gerak atau kontak mata diartikan sebagai melihat

langsung kemata orang lain. Kontak mata untuk menghargai

pasien.

Diperjelas oleh keluarga pasien yang Sitti Ruhaeda dan Darmin bahwa :

Page 68: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

62

“ Melihat pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien itu perawatan

baik, memberikan senyuman kepada pasien yang menjadi salah satu motivasi bagi

pasien “

Hal di diatas diartikan bahwa komunikasi nonverbal seperti mimik wajah

yang kurang baik untuk di pandang merupakan salah satu hambatan perawat

untuk mengartikan keinginan yang diinginkan oleh pasien

2.2 Hambatan Manusiawi

Menurut Cruden dan Sherman bahwa hambatan juga berasal dari individual

manusia, perbedaan emosi, keterampilan mendengar,perbedaan starus pencarian

infornasi dan penyaringan informasi.

Adapun hambatan-hambatan yang dialami perawat dalam melakukan

komunikasi terapeutik kepada pasien di Puskesmas Herlang, berdasarkan hasil

wawancara penulis kepada yang Suci ihwana S.Kep, NS di ruang rawat UGD ia

mengatakan bahwa :

“Kendala yang biasa dialami oleh perawat adalah kadang apa yang

diucapkan kepada pasien lain yang disampaikan kepada keluarganya

sehingga memunculkan kekeliruan antara perawat dan keluarga pasien

serta kendala berikutnya perawat mengulang kata 2-3 kali baru pasien itu

paham”

Tidak hanya bahasa yang menjadi penghambat komunikasi terapeutik akan

tetapi karena penyampaian pasien terhadap keluarga akan keadaan menjadi

kendala sehingga harus mengulang kata agar mereka paham. Hal yang terlihat

ketika perawat berkomunikasi dengan pasien kadang pasien bernada suara keras

sehingga menjadi hambatan komunikasi karena membuat perawat tersinnggung.

Page 69: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

63

Gangguan-gangguan ini diperjelas oleh seorang perawat yang Dina

Wahyuni, S.Kep, Ns bahwa :

“Berkomunikasi dengan pasien itu tidak mudah misalnya pasiennya yang

berlatar belakang pendidikan yang kurang dan sudah lanjut usia, tidak

mengetahui bahasa indonesia serta pendengaran yang kurang atau sudah

tidak stabil lagi sehingga menghadirkan keluarga pasien sebelum

menjelaskan masalah kesehatan pasien serta solusinya”

Aswati, keluarga pasien menyatakan bahwa :

“Saya rasa pelayanan sudah cukup bagus, saya selalu mengantar

bapak/ibu saya setiap pemeriksaan karena kadang terjadi salah paham apa

yang dikatakan oleh perawat kepada pasien, biasanya pasien juga

menjelaskan kepada kami sebagai keluarganya itu berbeda, dari hal itu

saya sebagai keluarga pasien ikut mendapingi”

Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat bahwa efektifnya

komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien juga dipengaruhi oleh keadaan

psikologis dari pasien. Apabila kondisi psikologis pasien menurun, maka akan

menghambat jalannya komunikasi.

Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi terapeutik

yang dilakukan perawat dan pasien tidak efektif karena adanya gangguan

psikologis. Gangguan psikologis ini berasal dari pasien karena pasien memiliki

emosi yang tidak stabil dalam berkomunikasi, kemunduran dalam proses berfikir,

sulit konsentrasi .

Pendapat juga diperjelas oleh salah seorang perawat yang Kasmira Ferli,

S.Kep, Ns bahwa :

“Kendala juga yang kadang dialami yaitu ketika kami sebagai perawat

sudah memaksimalkan pelayanan dari kami namun pasien serta keluarga

pasien tetap menilai semua pelayanan belum memuaskan”

Page 70: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

64

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik

bisa berjalan dengan semestinya ketika pasien bisa menerima dan memahami

petunjuk-petunjuk dari perawat.

Hal di atas merupakan hambatan hambatan manusiawi atau hambatan

individual karena kekeliruan dalam persepsi , perbedaan emosi.

Berdasarkan pengamatan penulis dilapangan, perawat melakukan

komunikasi terapeutik di Puskesmas Herlang terkadang berjalan tidak sesuai yang

diinginkan, masih terdapat kesulitan ketika perawat memberikan terapeutik

kepada pasien dikarena berbagai faktor seperti yang dijelaskan dipembahasan

sebelumnya menjelaskan faktor apa saja yang menjadi penghambat perawat ketika

memberikan komunikasi terapeutik kepada pasien di Puskesmas Herlang.

Page 71: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian yang penulis lakukan mengenai komunikasi terapeutik antara

perawat dan pasien di puskesmas herlang menghasilkan beberapa kesimpulan :

1. Hasil penelitian di Puskesmas Herlang menunjukkan bahwa komunikasi

terapeutik antara perawat dan pasien, telah berlangsung dengan baik. Hal

ini tercermin dari cara penyambutan perawat terhadap pasien dengan

ekspresi wajah yang menyenangkan komunikasi yang lembut kepada

pasien, serta kesabaran dalam mendengarkan berbagai keluhan-keluhan

pasien, memberikan tanggapan balik yang mudah dimengerti oleh pasien

dengan tetap memperhatikan bahasa yang santun

2. Faktor yang menghambat terjadinya komunikasi terapeutik antara perawat

dan pasien di Puskesmas Herlang yaitu : penggunaan bahasa, mimik wajah

pasien kurang baik kepada perawat, keadaan psikologi perawat dan pasien

seringkali mengalami ketidakcocokan misalnya intonasi suara serta

pengetahuan keluarga yang lebih tau dari perawat termasuk kendala yang

dirasakan perawat.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan diatas, beberapa saran penelitian yaitu :

1. Untuk perawat yang bekerja di Puskesmas Herlang diharapkan

memberikan terapeutik dengan baik lagi agar para pasien menyukai

tindakan yang dilakukan oleh perawat agar pasien menyukai tindakan

Page 72: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

66

yang dilakukan oleh perawat dengan meningkatkan komunikasi yang

baik dan benar

2. Untuk pasien yang berobat atau melaksanakan terapeutik serta

keluarga pasien di Puskesmas Herlang agar mendengarkan perawat

dengan baik ketika sedang diberikan terapeutik oleh perawat demi

kebaikan pasien untuk segera lekas sembuh.

Page 73: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

67

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo. 2012. Metode Penelitian Penelitian Kualitatif Dalam Persektif

Rancangan Penelitian. Jogjakarta : Ar-ruzzmedia.

Aw Suranto. 2018. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Budianto. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. 2016. Pusdik SDM Kesehatan

Damaiyanti, Mukhripah. 2010. Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik

Keperawatan. Bandung: Reflika Aditama.

J.Moleong, Lexy.2014.Metode Penelitian Kualitatif , Edisi Revisi. PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Lexy, J Moleong. 2008.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Moenir. 2000. Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta: Bina Aksara.

Nisya Rifiani & Hartanti Sulihandari.Prinsip-Prinsip Dasar Keperawata.Jakarta Timur: Dunia Cerdas. 2013

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan

(EdisiRevisi).Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nurjannah. 2005. Komunikasi Terapeutik ( Dasar-Dasar Komunikasi Bagi

Perawat ). Moncomedia.

Ratminto. 2006. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Rosdakarya.

Reni Agustina Harahap & Fauzia Eka Putra. 2019. Komunikasi Kesehatan. .

Jakarta: Prenadamedia Grup

Sinambela dkk,2008. Reformasi Pelayanan Publik,Jakarta : Bumi Aksara

Suciati.Psikologi Komunikasi Sebuah Tinjauan Teoritis dan Perspektif Islam.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Yogyakarta: Buku Litera. 2015

Karyaningsih Dewi Ponco. 2018. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta. Penerbit Samudra Biru

Jurnal dan Skripsi

Nurahma. Komunikasi Terapeutik Antara Perawat Dan Pasien Di Puskesmas

Antang Perumnas Makassar. 2016

Page 74: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

68

Hajaruddin. Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat

Kepuasan Pasien Di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta. 2014

Priscylia A.C Rorie, Dkk. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan

Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap Irina A RSUP PROF. DR.R.D. Kandow

Manado. 2014

Rismayanti. Hambatan Komunikasi Yang Sering Dihadapi Dalam Sebuah

Organisasi. Vol 1. No IV

Sumber lain

UU RI No. 23 Tentang Perawat

Laporan Tahunan 2019 Ombudsman

Laporan Tahunan Periode 2011-2015 Ombudsman

(https://makassar.tribunnews.com/2019/03/28/sorot-pelayanan-puskesmas-knpi-

herlang-seruduk-dinkes-dan-dprd-bulukumba Diakses 25 Februari 2019)

Page 75: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

69

LAMPIRAN

Page 76: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

70

LAMPIRAN 1

Page 77: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

71

Gambar 1. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Herlang

Gambar 2. Alur Pelayanan Puskesmas Herlang

Page 78: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

72

LAMPIRAN 2

Gambar 3. Gedung UGD

Page 79: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

73

Gambar 4. Ruangan Rawat Inap

Gambar 5. Fasilitas Ruang Gawa Darurat Puskesmas Herlang

Page 80: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

74

Lampiran 3

Gambar 6. Pemberian Izin Oleh Kepala Puskesmas

Page 81: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

75

Gambar 7. Pemberian Data Oleh Sekretaris Puskesmas Herlang

Gambar 8 Wawancara Informan, Suci ihwana S.Kep, NS

Gambar 9 Wawancara Informan, Kasmira Ferli, S.Kep, Ns

Page 82: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

76

Gambar 10 Wawancara Informan, Dina Wahyuni, S.Kep, Ns

Gambar 11 Wawancara Informan, Hamdayani, S.Kep, Ns

Page 83: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

77

Gambar 12 Foto Bersama Perawat

Gambar 13. Wawancara Pasien, Arnila

Page 84: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

78

Gambar 14. Wawancara Pasien, Isya

Gambar 15. Wawancara Pasien, Tiara

Page 85: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

79

Gambar 16. Wawancara Keluarga Pasien, Nengsih

Gambar 17. Wawancara Keluarga Pasien, Darmin

Page 86: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

80

Gambar 18. Wawancara Keluarga Pasien, Sitti Ruhaeda

Page 87: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

81

LAMPIRAN 4

NAMA :

JABATAN :

USIA :

AGAMA :

PEKERJAAN :

PENDIDIKAN TERAKHIR :

1. Apa yang anda ketahui tentang komunikasi kesehatan ?

2. Bagaimana anda melakukan komunikasi kesehatan ?

3. Pengalaman apa yang berkesan ketika melakukan komunikasi kesehatan ?

4. Menurut anda efektifitaskah komunikasi kesehatan ?

5. Apa faktor yang menghambat komunikasi kesehatan ?

6. Bagaimana anda mengatasi hambatan komunikasi kesehatan ?

Page 88: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

82

LAMPIRAN 5

NAMA :

USIA :

1. Bagaimana sikap perawat kepada anda ketika sedang menyampaikan keluhan

mengenai kesehatan anda ?

2. Apakah perawat menggunakan bahasa umum yang mudah dimengerti saat

berkomunikasi dengan anda ?

3. Bagaimana ekspresi perawat ketika memberikan layanan kesehatan kepada

anda ?

4. Apakah perawat menyampaikan hasil pengamatannya terhadap kesehatan

anda?

Page 89: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

83

LAMPIRAN 6

Nama :

Usia :

1. Bagaimana menurut anda tentang pelayanan yang diberikan perawat

kepada pasie/keluarga anda ?

Page 90: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

84

Page 91: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

85

Page 92: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

86

Page 93: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

87

Page 94: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

88

Page 95: SKRIPSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DAN PASIEN …

89

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Waode Andi Mimi Rahmi, Lahir di Bulukumba

pada tanggal 25 Juli 1998. Merupakan anak tunggal dari

pasangan Suami Istri Bapak Laode Maruwata Witho, S.E dan

Ibu Rosmalia Fatma.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 126 Borong dan

lulus pada tahun 2010, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas pertama

di SMPN 25 Bulukumb dan lulus pada tahun 2013, menyelesaikan pendidikan

sekolah menengah atas di SMA Negeri 6 Bulukumba, dan melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh)

Alauddin Makassar pada tahun 2016 Jurusan Ilmu Komunikasi

Sampai dengan penulisan Skripsi ini penulis masih terdaftar sebagai Mahasiswa

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar.